Katalog BPS : 4102002.1404
KERJASAMA BADAN PUSAT STATISTIK DENGAN BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PELALAWAN
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Pelalawan Tahun 2008
ISBN
: 979 484 930 8
Katalog BPS
: 4102002.1404
Ukuran Buku
: 18 x 24 cm
Jumlah Halaman
: xi + 57 halaman
Naskah
: BPS Kabupaten Pelalawan
Diterbitkan Oleh
: BPS Kabupaten Pelalawan
Kerjasama dengan
: Bappeda Kabupaten Pelalawan
“ Boleh dikutip dengan menyebut sumbernya “
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Pelalawan
SAMBUTAN BUPATI PELALAWAN Dalam aktifitas pembangunan di segala bidang sangat diperlukan berbagai informasi statistik yang akurat, lengkap, tepat waktu dan berkesinambungan. Data dan informasi statistik mengenai berbagai hal mempunyai arti yang penting terutama dalam penyusunan perencanaan dan perumusan kebijaksanaan pembangunan di Kabupaten Pelalawan. Dalam upaya memenuhi kebutuhan data tersebut di atas diperlukan penerbitan publikasi “INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN PELALAWAN” dengan memperhatikan peningkatan mutu dan kualitas data yang disajikan. Untuk penyempurnaan penyusunan publikasi-publikasi Kabupaten Pelalawan pada masa-masa mendatang perlu mendapat perhatian dan bantuan dari semua pihak demi tersajinya data yang lengkap sesuai dengan kebutuhan pembangunan. Akhirnya saya sampaikan, hendaknya kerjasama yang terjalin selama ini terus ditingkatkan sehingga dalam penyusunan publikasi ini selanjutnya dapat diterbitkan tepat pada waktunya. Sekian dan selamat bekerja.
Pangkalan Kerinci, Oktober 2009 BUPATI PELALAWAN
H. RUSTAM EFFENDI
iii
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Pelalawan
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PELALAWAN KATA SAMBUTAN
Seirama dengan laju pembangunan yang sedang berjalan dewasa ini, berbagai informasi statistik yang akurat, lengkap dan tepat waktu sangat diperlukan keberadaannya. Kelengkapan data statistik mempunyai arti yang sangat penting dalam penyusunan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembangunan. Sehubungan dengan itu, publikasi “INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN PELALAWAN” yang disusun atas kerjasama Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Badan Pusat Statistik Kabupaten Pelalawan Tahun Anggaran 2008, diharapkan dapat memberikan sumbangan yang berharga bagi semua pihak terutama bagi pihak-pihak yang memerlukannya. Akhirnya kepada semua pihak yang telah ikut serta baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penyusunan buku ini, tidak lupa kami ucapkan terima kasih.
Pangkalan Kerinci, Oktober 2009 BAPPEDA KABUPATEN PELALAWAN Kepala,
Ir. H.T. ZULHELMI, M.Si NIP. 42000990
iv
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Pelalawan
KATA PENGANTAR BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN PELALAWAN
Konsep pembangunan manusia memiliki dimensi yang sangat luas. Pembangunan manusia dapat direalisasikan jika penduduk paling tidak memiliki pengetahuan dan keterampilan yang memadai, dan peluang untuk merealisasikan pengetahuan yang dimiliki dalam kegiatan yang produktif. Sehubungan dengan hal tersebut untuk melihat seberapa jauh peranan dan partisipasi penduduk dalam pembangunan di Kabupaten Pelalawan, BPS Kabupaten Pelalawan bekerjasama dengan BAPPEDA Kabupaten Pelalawan dalam menyusun publikasi “Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Pelalawan Tahun 2008”. Publikasi ini menampilkan gambaran mengenai pencapaian dan keberhasilan pembangunan manusia di Kabupaten Pelalawan dalam suatu Indeks Pembangunan Manusia, yang nantinya dapat dibandingkan dengan daerah-daerah kabupaten/kota di seluruh Indonesia. Sebagai langkah awal, perbandingan tersebut kami tampilkan dalam ruang lingkup kabupaten/kota yang ada di Propinsi Riau. Kepada semua pihak yang telah membantu hingga terbitnya buku ini, kami mengucapkan terima kasih dan kepada konsumen data diharapkan saran-saran dan kritik membangun guna untuk lebih sempurnanya buku ini dimasa mendatang.
Pangkalan Kerinci, Oktober 2009 BPS KABUPATEN PELALAWAN Kepala,
DEWI KRISTIANI, SE NIP. 340009840
v
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Pelalawan
Daftar Isi
Sambutan Bupati Pelalawan ……………………………….………...
iii
Sambutan Kepala Bappeda Kabupaten Pelalawan ………………...
iv
Kata Pengantar ..……………………………………………..............
v
Daftar Isi ……………………………………………………………….
vi
Daftar Tabel …………………………………………………………...
viii
Daftar Gambar ………………………………………………………..
x
Daftar Lampiran ………………………….…………………………...
xi
Bab 1. 1. Pendahuluan ……………………………………....................
2
1.1 Latar Belakang ..............……………………………………...….
2
1.2 Konsep Pembangunan Manusia .............................................
4
1.3 Maksud dan Tujuan ........................……………………………
6
1.4 Ruang Lingkup ..............…………………………………………
6
1.5 Sumber Data dan Keterbatasan ..............................................
6
1.6 Sistematika Penulisan .............................................................
7
Bab 2. 2. Metodologi …………………………………………………...
9
2.1 Penghitungan Indeks Pembangunan Manusia..........................
9
2.2 Metode Penghitungan Indeks .................................................
10
2.2.1 Indeks Pembangunan Manusia.....................................
10
2.2.2 Lamanya Hidup (Longevity).........................................
10
2.2.3 Tingkatan Pendidikan...................................................
12
2.2.4 Standar Hidup..............................................................
13
2.2.5 Reduksi Shortfall...........................................................
16
vi
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Pelalawan 2.3 Tingkat Status Pembangunan Manusia....................................
17
2.4 Konsep dan Definisi ..............................................................
18
Bab 3. 3. Kondisi Sosial Ekonomi Penduduk Kabupaten Pelalawan ..
21
3.1 Selayang Pandang Kabupaten Pelalawan ................................
21
3.2 Pemantauan Upaya Pembangunan Manusia : Indikator Sosial Ekonomi .…….....…………………………………………………
22
3.2.1 Bidang Pendidikan .....................……………….............
22
3.2.2 Bidang Kesehatan Masyarakat ....………………..………
26
3.2.3 Bidang Kesejahteraan Masyarakat .........……………..…
30
3.2.4 Bidang Ketenagakerjaan ..............................................
31
3.2.5 Bidang Perumahan ......................................................
34
Bab 4. 4. Status Pembangunan Manusia Kabupaten Pelalawan.......... Pelalawan
38
4.1 Status Pembangunan Manusia.................................................
38
4.2 Status Pembangunan Manusia : Perbandingan Antar Kabupaten/Kota ....................................................................
40
Bab 5. 5. Kesimpulan dan Saran ......................................................
43
5.1 Kesimpulan ............................................................................
43
5.2 Saran .....................................................................................
44
5.2.1 Bidang Pendidikan ...................................................
44
5.2.2 Bidang Kesehatan ....................................................
45
5.2.3 Bidang Ekonomi ...................................................... 45
Daftar Pustaka .............................................................................
48
Lampiran .....................................................................................
50
vii
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Pelalawan
Daftar Tabel
Tabel 1
Dimensi Pengukuran IPM dan Indikatornya ……………
3
Tabel 2
Nilai Maksimum dan Minimum dari setiap komponen IPM ……………………………………............................
11
Tahun Konversi dari Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan ……………………..……............................
13
Daftar Paket Komoditas yang Digunakan dalam Penghitungan PPP …………………...............................
15
Angka Partisipasi Sekolah di Kabupaten Pelalawan, 2007-2008 ………………………………………………...
24
Persentase Penduduk 10 Tahun Keatas Menurut Ijazah yang dimiliki di Kabupaten Pelalawan, 2007-2008 …...
25
Rasio Murid-Guru dan Murid-Sekolah di Kabupaten Pelalawan, Tahun Ajaran 2008/2008 …………………..
26
Persentase Balita Menurut Penolong Kelahiran di Kabupaten Pelalawan, 2008 ........................................
28
Persentase Penduduk Menurut Keluhan Kesehatan dan Cara Pengobatan di Kabupaten Pelalawan, 2008 ........
28
Banyaknya Fasilitas Kesehatan di Kabupaten Pelalawan, 2008 ......................…................................
29
Rata-rata Pengeluaran Per Kapita Per Bulan di Kabupaten Pelalawan, 2008 ........................................
30
TPAK Menurut Daerah Tempat Tinggal dan Jenis Kelamin, Kabupaten Pelalawan, 2008...........................
31
Tabel 3 Tabel 4 Tabel 5 Tabel 6 Tabel 7 Tabel 8 Tabel 9 Tabel 10 Tabel 11 Tabel 12 Tabel 13
Persentase Penduduk Usia 15 Tahun Keatas Yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan, Kabupaten Pelalawan, 2008 .......................................................... 32
Tabel 14
Perkembangan IPM Kabupaten Pelalawan, 2006-2008
39
viii
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Pelalawan Tabel 15 Tabel 15
Perkembangan Komponen IPM Kabupaten Pelalawan, 2006-2008...................................................................
39
IPM Kabupaten/Kota se-Provinsi Riau, 2007-2008 ......
41
ix
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Pelalawan
Daftar Gambar
Gambar 1 Gambar 2 Gambar 3 Gambar 4 Gambar 5 Gambar 6 Gambar 7
Perkembangan Angka Melek Huruf Kabupaten Pelalawan, 2006-2008 .............................................
23
Perkembangan Rata-rata Lama Sekolah Kabupaten Pelalawan, 2006-2008 .............................................
25
Perkembangan Angka Harapan Hidup Kabupaten Pelalawan, 2006-2008 .............................................
27
Persentase Penduduk 15 Tahun Keatas Menurut Kegiatan Utama, Kabupaten Pelalawan, 2008 ..........
32
Persentase Rumah Tangga Kabupaten Pelalawan Menurut Penggunaan Sumber Air Minum, 2008 ......
34
Persentase Rumah Tangga Kabupaten Pelalawan Menurut Sumber Penerangan Utama, 2008 ........…..
35
Persentase Rumah Tangga Kabupaten Pelalawan Menurut Jenis Lantai Terluas, 2008 ..........................
36
x
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Pelalawan
Daftar Lampiran
Lampiran 1 Lampiran 2 Lampiran 3 Lampiran 4 Lampiran 5
Komponen IPM Provinsi Riau Menurut Kabupaten/Kota, 2007-2008 ................................
50
Kondisi Kesehatan Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Riau, 2008 ..........................................
52
Partisipasi Sekolah Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Riau, 2008 ..........................................
54
Kondisi Perumahan Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Riau, 2008 .............…………………….
55
Kondisi Tenaga Kerja dan Pengeluaran Per Kapita Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Riau, 2008 ..
56
xi
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Pelalawan
BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar belakang
Salah satu tujuan pembangunan nasional adalah menyejahterakan seluruh penduduk. Bertitik tolak dari tujuan ini, maka manusia ditempatkan sebagai titik sentral dalam pembangunan yang mempunyai ciri dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Dalam kerangka ini pembangunan ditujukan untuk meningkatkan partisipasi rakyat dalam semua proses dan kegiatan pembangunan. Untuk mencapai tujuan tersebut pemerintah berupaya meningkatkan kualitas penduduk sebagai sumber daya baik dari aspek fisik (kesehatan), aspek intelektualitas (pendidikan), aspek kesejahteraan ekonomi (berdaya beli), serta aspek moralitas (iman dan ketaqwaan). Upaya ini sejalan dengan alinea keempat yang terdapat dalam pembukaan UUD 1945, yaitu memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Secara implisit tujuan tersebut juga mengandung arti sebagai pemberdayaan penduduk. Dalam konteks ini, pertanyaan yang diajukan bagaimana memastikan bahwa pembangunan sudah sejalan dengan acuan normatifnya? Sejalan dengan otonomi daerah yang dilaksanakan sejak 1 Januari 2001, pemerintah daerah diberikan kewenangan dan tanggung jawab yang lebih luas terhadap penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah. Hal ini juga berarti bahwa “menyejahterakan penduduk” sesuai dengan tujuan pembangunan nasional menjadi tanggung jawab daerah. Dengan otonomi diharapkan proses dan kinerja pembangunan di daerah menjadi lebih nyata. Berbagai ukuran telah banyak digunakan untuk menilai kinerja pembangunan, namun barangkali tidak standar karena tidak dapat digunakan untuk membandingkan antar daerah. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) sebagaimana dikembangkan United Nation Development Programmed (UNDP) pada dasarnya dimaksudkan untuk menjawab pertanyaan semacam itu. Perlu dicatat bahwa IPM sebagaimana indeks komposit lainnya disusun untuk menggambarkan suatu realitas kompleks seperti pembangunan manusia, bukan tanpa
2
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Pelalawan kelemahan karena belum mencakup semua aspek pembangunan manusia apalagi jika dikaitkan dengan sistim nilai yang berlaku bagi bangsa yang menghargai aspek spiritual yang sama pentingnya dengan aspek material. Karena itu, maka IPM harus dianggap tidak lebih dari petunjuk atau indikator dari situasi aktual pembangunan manusia. Sebagai petunjuk atau indikator, IPM dibentuk melalui pendekatan tiga dimensi dasar yang mencakup : 1. Dimensi umur panjang dan sehat; 2. Dimensi pengetahuan dan; 3. Dimensi kehidupan yang layak; Setiap dimensi direpresentasikan oleh masing-masing indikator. Dimensi umur panjang dan sehat direpresentasikan oleh indikator Angka Harapan Hidup ( e o ); dimensi pengetahuan direpresentasikan oleh indikator angka melek huruf (AMH) dan rata-rata lama sekolah (MYS); dan dimensi kehidupan yang layak direpresentasikan oleh indikator kemampuan daya beli (DB). Dengan demikian peningkatan dari IPM sebagai manifestasi pembangunan manusia dapat ditafsirkan sebagai keberhasilan meningkatkan kemampuan dalam memperluas pilihan-pilihan penduduk (enlarging the choices of the people) yang mencakup pendapatan, pendidikan, kesehatan, dan lingkungan. Tabel 1.Dimensi 1.Dimensi Pengukuran Pengukuran IPM dan Indikatornya Dimensi Pengukuran IPM 1.
Dimensi umur panjang dan sehat
2. Dimensi pengetahuan 3. Dimensi kehidupan yang layak
Indikator • • • •
o
Angka Harapan Hidup ( e ) Angka Melek Huruf (AMH) Rata-rata Lama Sekolah (MYS) Kemampuan Daya Beli (DB)
Terkait dengan percepatan pembangunan manusia diperlukan pertumbuhan ekonomi, namun hal itu belum cukup, masih diperlukan syarat lain; yaitu pemerataan pendapatan dan alokasi belanja publik. Kedua syarat tambahan ini diperlukan untuk menjamin bahwa seluruh penduduk dapat menikmati hasil pembangunan. Akses terhadap pendidikan dan pelayanan kesehatan merupakan hal yang paling mendasar bagi penduduk, mengingat kedua faktor ini sangat memungkinkan penduduk untuk dapat meningkatkan kapabilitas
3
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Pelalawan dasarnya yang pada gilirannya dapat menaikkan indikator/ komponen IPM. Dalam konteks pencapaian pembangunan manusia di Kabupaten Pelalawan, menarik untuk dilihat perkembangannya selama dua tahun terakhir (2007-2008). Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana kinerja pembangunan khususnya dalam peningkatan kapasitas dasar penduduk selama dua tahun terakhir. Selain itu dalam pembahasan ini juga akan dilihat perkembangan setiap komponen dalam memberikan kontribusi terhadap peningkatan IPM. 1.2
Konsep Konsep Pembangunan Manusia
UNDP (1990) melihat pembangunan manusia sebagai paradigma pembangunan dalam mana proses memperluas pilihan bagi penduduk (a process of enlarging people’s choices) berlangsung dan menjadi fokus pembangunan nasional. Sebagai suatu konsep, pembangunan manusia lebih luas konteksnya dibandingkan paradigma pembangunan lain yang menekankan pada pertumbuhan ekonomi, kebutuhan dasar, kesejahteraan masyarakat, atau pengembangan sumber daya manusia. Pembangunan manusia mengandung tiga unsur yang dinilai sangat penting dan berfokus pada pemberdayaan penduduk, yaitu produktifitas, pemerataan, dan kesinambungan. Sebagai suatu paradigma pembangunan yang memperluas pilihan bagi penduduk tersebut dalam implementasinya bukan hanya bertujuan untuk meningkatkan pendapatan penduduk. Lebih dari itu pembangunan manu- sia memfokuskan pada penduduk secara keseluruhan, yang menaruh perhatian bukan hanya pada upaya untuk meningkatkan kapabilitas tersebut secara penuh. Konsep pembangunan manusia yang disebar- luaskan UNDP secara umum sejalan dengan konsep pembangunan nasional Indonesia. Bahkan dalam konteks Indonesia, pembangunan manusia mempunyai perspektif yang lebih luas, karena pembangunan manusia Indonesia seutuhnya tidak mencakup aspek fisik-biologis, aspek intelektualitas, dan aspek kesejahteraan ekonomi semata, tetapi aspek iman dan ketaqwaan juga mendapat perhatian yang sama besar. Untuk mengukur tingkat pencapaian pembangunan manusia, BPS menggunakan suatu indeks komposit Indeks Pembangunan
4
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Pelalawan Manusia yang diadopsi dari UNDP (1990) dengan beberapa penyesuaian. Karena luasnya cakupan pembangunan manusia, tidak semua aspek pembangunan manusia tercakup dalam IPM. Tesis UNDP menyatakan bahwa upaya ke arah perluasan pilihan hanya mungkin direalisasikan jika penduduk paling tidak memiliki peluang berumur panjang dan sehat, pengetahuan dan keterampilan yang memadai, dan peluang untuk merealisasikan kesehatan dan pengetahuan yang dimiliki dalam kegiatan ekonomi produktif sehingga memperoleh pendapatan dan karenanya memiliki daya beli. Mengikuti tesis tersebut, IPM dihitung dengan mencakup tiga komponen yang sangat penting dalam kerangka pemberdayaan penduduk, yaitu peluang hidup (longevity), pengetahuan (knowledge) dan standar hidup layak
(decent living). Peluang hidup menggambarkan peluang berumur panjang dan sehat yang diindikasikan oleh angka harapan hidup pada waktu lahir (e0). Pengetahuan untuk mengukur tingkat pengetahuan dan keterampilan yang memadai diukur dengan kombinasi indikator melek huruf dan rata-rata lama sekolah dari penduduk dewasa. Untuk komponen ketiga, standar hidup layak, mengukur kemampuan penduduk dalam mengakses sumber daya ekonomi dalam arti luas. Dalam penghitungan IPM, komponen ketiga diukur dengan menggunakan konsumsi riil perkapita yang telah disesuaikan seperti metode yang digunakan BPS dalam menghitung IPM antar provinsi dan kabupaten. IPM memadukan antar variabel-variabel sosial dan ekonomi sehingga diakui mencakup aspek-aspek mendasar dan strategis dari pembangunan manusia. Diharapkan IPM dapat merefleksikan tingkat pencapaian pem- bangunan manusia di suatu wilayah. Selain hal itu, IPM adalah suatu indeks komposit yang sederhana dan terfokus yang mudah dihitung dan berguna sebagai alat advoksi karena memberikan petunjuk penting bagi para pengambil keputusan dan perumus kebijakan. Selain itu, indikator dari setiap komponen IPM dapat digunakan sebagai acuan para perencana sektoral. Sebagai suatu ukuran, IPM mengandung beberapa keterbatasan. Seperti disebutkan, pembangunan manusia mempunyai dimensi yang sangat luas, sementara IPM hanya mencakup tiga aspek terpenting. Hal ini berarti masih terdapat aspek pembangunan manusia yang tidak dicakup dalam IPM. Indeks ini juga tidak memperhitungkan
5
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Pelalawan disparitas antar jenis kelamin maupun kesenjangan antar strata ekonomi. Keterbatasan lain yang bersifat umum dari suatu indeks komposit adalah tidak memiliki arti tersendiri, selain sebagai alat perbandingan antar wilayah dan antar waktu. Dalam hal ini, IPM suatu wilayah akan mempunyai makna apabila dibandingkan dengan IPM wilayah lain, atau untuk melihat perkembangan dari tingkat pencapaian pembangunan manusia dari waktu ke waktu. 1.3
Maksud dan Tujuan
Kajian ini dilakukan dengan harapan dapat menggambarkan tingkat pencapaian pembangunan manusia di Kabupaten Pelalawan, yang diukur dengan IPM. Secara umum publikasi ini menyajikan data dan analisis IPM selama periode 2007-2008. Untuk melihat perkembangan IPM, juga digunakan IPM tahun sebelumnya khususnya pada dua tahun terakhir berikut posisi relatif antar kabupaten di Provinsi Riau. 1.4
Ruang Lingkup Kegiatan
Ruang lingkup wilayah yang menjadi bahasan dalam pekerjaan penyusunan Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Pelalawan meliputi seluruh wilayah administratif Kabupaten Pelalawan yang terdiri dari 12 kecamatan. 1.5
Sumber Sumber Data dan Keterbatasan
Sumber data utama yang digunakan untuk penghitungan IPM adalah data Susenas Kor dan Susenas Modul, serta Indeks Harga Konsumen (IHK). Data susenas Kor digunakan untuk menghitung tiga indikator pembentuk IPM. Ketiga indikator tersebut masing-masing adalah Angka Harapan Hidup (e0), Angka Melek Huruf (AMH) dan Rata-rata Lama Sekolah (MYS). Sedangkan indikator daya beli atau PPP (purchasing power parity) digunakan Susenas Modul konsumsi yang didasarkan pada 27 komoditas. Sumber data utama yang digunakan dalam penghitungan IPM adalah data susenas yang memiliki cakupan (estimasi) hanya sampai level kabupaten.
6
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Pelalawan 1.6
Sistematika Penulisan
Secara garis besar penulisan penyusunan Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Pelalawan 2008, disusun dengan pokok bahasan sebagai berikut: Bab pertama, pendahuluan. Menguraikan tentang latar belakang, konsep pembangunan manusia, maksud dan tujuan penulisan, ruang lingkup, sumber data dan keterbatasan serta sistematika penulisan. Bab kedua, metodologi. Menerangkan tentang penghitungan indeks pembangunan manusia, metode penghitungan indeks serta konsep dan definisi. Bab ketiga, kondisi sosial ekonomi penduduk Kabupaten Pelalawan. Meng- gambarkan selayang pandang Kabupaten Pelalawan dan menyoroti indikator sosial ekonomi masyarakat sebagai pemantau upaya pembangunan manusia di Kabupaten Pelalawan. Bab keempat, status pembangunan manusia Kabupaten Pelalawan. Membahas nilai dan status IPM yang merupakan kinerja pembangunan manusia di Kabupaten Pelalawan serta perbandingannya antar Kabupaten/Kota di Provinsi Riau. Bab kelima, kesimpulan dan saran. Menguraikan kesimpulan dari hasil analisis dan penghitungan Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Pelalawan Tahun 2008 serta beberapa saran yang dapat menjadi masukan untuk pemerintah.
7
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Pelalawan
BAB 2 METODOLOGI 5.3 Penghitungan Indeks Pembangunan Manusia Diagram di bawah ini menyajikan gambaran indeks-indeks yang disajikan pada Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Pelalawan 2008 ini dihitung dan memperlihatkan secara jelas persamaan dan perbedaan antara masing-masing indeks. Penjelasan lebih rinci tentang penghitungan indeks ini disajikan pada halaman berikutnya.
DIMENSI
Umur Panjang dan Sehat
INDIKATOR
Angka Harapan Hidup saat Lahir (e0)
Indeks Harapan Hidup INDEKS
Pengetahuan
Angka Melek Huruf Penduduk Dewasa (Lit)
Rata-rata Lama Sekolah (MYS)
Indeks Lit
Indeks MYS
Kehidupan yang Layak
Pengeluaran Perkapita Riil yang Disesuaikan (PPP Rupiah)
Indeks Pendapatan
Indeks Pendidikan Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
9
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Pelalawan 5.4 2.2.1
Metode Penghitungan Indeks Indeks Pembangunan Manusia
IPM disusun dari tiga komponen: lamanya hidup, diukur dengan harapan hidup pada saat lahir; tingkat pendidikan diukur dengan kombinasi antara angka melek huruf pada penduduk dewasa (dengan bobot dua per tiga) dan rata-rata lama sekolah (dengan bobot sepertiga): dan tingkat kehidupan yang layak, diukur dengan pengeluaran perkapita yang telah disesuaikan (PPP Rupiah). Indeks ini merupakan rata-rata sederhana dari ketiga komponen tersebut di atas: IPM = 1/3 (Indeks X1 + Indeks X2 + Indeks X3), dimana X1, X2 dan X3 adalah lamanya hidup, tingkat pendidikan dan tingkat kehidupan yang layak. Index X(i,j) = (X(i,j) - X(i-min))/(X(i-max) - X(i-min)) dimana: X(i,j)
: indikator ke i dari daerah j
X(i-min) : nilai minimum dari Xi X(i-max) : nilai maksimum dari Xi 2.2.2 Lamanya Hidup (Longevity) Kemampuan untuk bertahan hidup lebih lama diukur dengan indikator harapan hidup pada saat lahir –life expectancy at birth (eo). Angka harapan hidup dapat dihitung dengan menggunakan pendekatan tak langsung (indirect estimation). Ada dua jenis data masukan yang digunakan untuk menghitung angka umur harapan hidup; yaitu Anak Lahir Hidup (ALH) dan Anak Masih Hidup (AMH). Paket program Mortpack digunakan untuk menghitung angka harapan hidup dengan input data ALH dan AMH. Selanjutnya menggunakan program Mortpack ini, dipilih metode Trussel dengan model West, yang sesuai dengan dengan histori kependudukan dan kondisi Indonesia dan Negara-negara Asia Tenggara umumnya (Preston, 2004).
10
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Pelalawan Tabel 2. Nilai Maksimum dan minimum dari setiap komponen IPM
Angka harapan hidup
85
Nilai Mini-Mini mum 25
Angka melek huruf
100
0
Standar UNDP
15
0
UNDP menggunakan
Komponen IPM
Rata-rata lama sekolah (MYS)
Daya beli
Nilai MaksiMaksi-mum
Keterangan Standar UNDP
combined gross enrolment ratio
737,720a)
300,000 (1996)
UNDP menggunakan PDB riil per kapita telah disesuaikan
360,000 (1999)b) Catatan: a) proyeksi dari daya beli tertinggi yang dicapai Jakarta pada tahun 2018 (akhir dari PJP II) setelah disesuaikan dengan formula Atkinson. Proyeksi ini didasarkan pada asumsi tingkat pertumbuhan daya beli sebesar 6,5 persen per tahun selama periode 1993-2018. b)
Sama dengan dua kali garis kemiskinan di propinsi yang memiliki tingkat konsumsi per kapita terendah pada tahun 1990 (daerah perdesaan di Sulawesi Selatan). Untuk tahun 1999, nilai minimum disesuaikan menjadi Rp360.000,-. Penyesuaian ini dilakukan karena krisis ekonomi telah menyebabkan penurunan daya beli masyarakat secara drastis sebagaimana terlihat dari peningkatan angka kemiskinan dan penurunan upah riil. Penambahan sebesar Rp60.000,- didasarkan pada perbedaan antara garis kemiskinan lama dengan garis kemiskinan baru yang jumlahnya Rp5000,- per bulan (=Rp60.000 per tahun)
Besarnya nilai maksimum dan nilai minimum untuk masingmasing komponen ini merupakan nilai besaran yang telah disepakati oleh semua negara (175 negara di dunia). Pada komponen angka
11
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Pelalawan umur harapan hidup, angka tertinggi sebagai batas atas untuk penghitungan indeks dipakai 85 tahun dan terendah adalah 25 tahun. Angka ini merupakan angka rata-rata umur terpanjang penduduk Swedia dan terpendek dari negara Siera Leon di Afrika. 2.2.3 Tingkat Pendidikan Untuk mengukur dimensi pengetahuan penduduk digunakan dua indikator, yaitu rata-rata lama sekolah (means years schooling) dan angka melek huruf. Selanjutnya rata-rata lama sekolah menggambarkan jumlah tahun yang digunakan oleh penduduk usia 15 tahun ke atas dalam menjalani pendidikan formal. Sedangkan angka melek huruf adalah persentase penduduk usia 15 tahun ke atas yang dapat membaca dan menulis huruf latin dan atau huruf lainnya. Proses penghitungannya, kedua indikator tersebut digabung setelah masingmasing diberikan bobot. Rata-rata lama sekolah diberi bobot sepertiga dan angka melek huruf diberi bobot dua pertiga. Rata-rata lama sekolah dihitung dari variabel pendidikan tertinggi yang ditamatkan dan tingkat pendidikan yang sedang diduduki, yang ditanyakan pada kuesioner Susenas. Tabel 3 menyajikan faktor konversi dari tiap-tiap jenjang pendidikan yang ditamatkan. Untuk yang tidak menamatkan suatu jenjang pendidikan, lama sekolah (YS) dihitung berdasarkan formula di bawah: YS = Tahun konversi + kelas tertinggi yang pernah diduduki – 1 Contohnya, seseorang yang bersekolah sampai kelas 2 SMU : YS =9+2-1=10 (tahun)
12
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Pelalawan Tabel 3. Tahun konversi dari pendidikan tertinggi yang Ditamatkan
Pendidikan tertinggi yang ditamatkan 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Tdk pernah sekolah Sekolah dasar SLTP SLTA/SMU Diploma 1 Diploma 2 Akademi/Diploma III Diploma 4/Sarjana Magister (S2)
10. Doktor (S3)
Tahun konversi 0 6 9 12 13 14 15 16 18
21
Sumber : BPS
2.2.4 Standar Hidup Standar hidup, dalam laporan ini, didekati dari pengeluaran riil per kapita yang telah disesuaikan. Untuk menjamin keterbandingan antar daerah dan antar waktu, dilakukan penyesuaian sebagai berikut: 1.
Menghitung pengeluaran per kapita dari data modul Susenas [=Y];
2.
Menaikan nilai Y sebesar 20,00 persen [=Y1], karena dari berbagai studi diperkirakan bahwa data dari Susenas cenderung lebih rendah sekitar 20,00 persen.
3.
Menghitung nilai riil Y1 dengan mendeflasi Y1 dengan indeks harga konsumen (CPI) [=Y2];
4.
Menghitung nilai daya beli –Purchasing Power Parity (PPP)untuk tiap daerah yang merupakan harga suatu kelompok barang, relatif terhadap harga kelompok barang yang sama di daerah yang ditetapkan sebagai standar, yaitu Jakarta Selatan;
5.
Membagi Y2 dengan PPP untuk memperoleh nilai Rupiah yang sudah disetarakan antar daerah [=Y3];
13
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Pelalawan 6.
Mengurangi nilai Y3 dengan menggunakan formula Atkinson untuk mendapatkan estimasi daya beli [=Y4]. Langkah ini ditempuh berdasarkan prinsip penurunan manfaat marginal dari pendapatan.
Indeks Harga Konsumen (IHK) Indeks harga konsumen –Consumer Price Index (CPI)- hanya dipantau di 66 kota di seluruh Indonesia. Untuk daerah dimana dilakukan pemantauan CPI, penghitungan daya beli pada tingkat kabupaten/kota dilakukan dengan menggunakan CPI di masing-masing lokasi. Sedangkan untuk daerah selain ke 66 kota tersebut, digunakan nilai CPI propinsi, yaitu nilai rata-rata CPI yang diukur di propinsi tersebut. Paritas Daya Beli Paritas daya beli –Purchasing Power Parity (PPP)- dihitung dengan metode yang juga digunakan oleh International Comparison Project dalam menstandardisasi PDB untuk perbandingan antar negara. Penghitungan didasarkan pada harga 27 komoditas yang ditanyakan pada modul konsumsi Susenas. Harga di Jakarta Selatan digunakan sebagai standar harga. Formula penghitungan PPP adalah sebagai berikut:
PPP =
∑ j E(i , j ) ∑ j P (i , j ) Q (i , j )
Dimana:
E(ij)
: pengeluaran untuk komoditi j di propinsi i
P(9,j)
: harga komoditi j di Jakarta Selatan
Q(i,j)
: volume komoditi j (unit) yang dikonsumsi di propinsi
Unit Kuantitas sewa rumah ditentukan berdasarkan Indeks Kualitas Rumah yang dibentuk dari tujuh komponen kualitas rumah yang diperoleh dari modul Susenas. Nilai dari masing-masing komponen adalah:
14
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Pelalawan 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Lantai: keramik, marmer atau granit = 1, lainnya = 0, Luas lantai per orang3 10 m2 = 1, lainnya=0, Dinding: tembok = 1, lainnya = 0, Atap: kayu/sirap, beton = 1, lainnya = 0, Fasilitas penerangan: listrik = 1, lainnya = 0 Fasilitas air minum: ledeng = 1, lainnya = 0, Jamban: milik sendiri = 1, lainnya = 0, Skor awal untuk setiap rumah = 1.
Indeks kualitas rumah merupakan penjumlahan dari skor yang dimiliki oleh suatu rumah tinggal dan bernilai sampai dengan 8. Kuantitas dari rumah yang dikonsumsi oleh suatu rumah tangga adalah Indeks Kualitas Rumah=6, maka kuantitas rumah yang dikonsumsi oleh rumah tangga tersebut adalah 6/8 atau 0,75 unit. Tabel 4. Daftar paket komoditas yang digunakan digunakan dalam Penghitungan PPP Komoditi 1. Beras lokal 2. Tepung terigu 3. Singkong 4. Tuna/cakalang 5. Teri 6. Daging sapi 7. Ayam 8. Telur 9. Susu kental manis 10. Bayam 11. Kacang panjang 12. Kacang tanah 13. Tempe 14. Jeruk 15. Pepaya 16. Kelapa 17. Gula 18. Kopi 19. Garam 20. Merica 21. Mie instans
Unit Kg Kg Kg Kg Ons Kg Kg Butir 397 gram Kg Kg Kg Kg Kg Kg Butir Ons Ons Ons Ons 80 gram
Proporsi dari total konsumsi 7,25 0,10 0,22 0,50 0,32 0,78 0,65 1,48 0,48 0,30 0,32 0,22 0,79 0,39 0,18 0,56 1,61 0,60 1,15 0,13 0,79
15
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Pelalawan 22. Rokok kretek 23. Listrik 24. Air minum 25. Bensin 26. Minyak tanah 27. Sewa rumah
10 btng Kwh M3 Liter Liter Unit
Total
2,86 2,06 0,46 1,02 1,74 11,56 37,52
Sumber : BPS/
Formula Formula Atkinson Formula Atkinson yang digunakan untuk menyesuaikan nilai Y3 adalah: C(i)* =C(i) = Z + 2 (C(i)-Z)(1/2), jika C(i)
C(i) Z
: PPP dari nilai riil pengeluaran per kapita : batas tingkat pengeluaran yang ditetapkan secara arbiter sebesar Rp549.500,- per kapita per tahun atau Rp1.500,- per kapita per hari. 2.2.5 Reduksi Shortfall Perbedaan laju perubahan IPM selama periode waktu tertentu dapat diukur dengan rata-rata reduksi shortfall per tahun. Nilai shortfall mengukur keberhasilan dipandang dari segi jarak antara apa yang telah dicapai dengan apa yang harus dicapai, yaitu jarak dengan nilai maksimum. Kondisi ideal yang dapat dicapai adalah IPM sama dengan 100. Nilai reduksi shortfall yang lebih besar menandakan peningkatan IPM yang lebih cepat. Pengukuran ini didasarkan pada asumsi bahwa laju perubahan tidak bersifat linier, tetapi laju perubahan cenderung melambat pada tingkat IPM yang lebih tinggi. Formula penghitungan reduksi shortfall adalah:
IPM (1+ n ) − IPM (t ) R= IPM (ideal ) − IPM (t )
1/ n
× 100
16
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Pelalawan Dimana: IPM(t) adalah IPM tahun ke t IPM(ideal) adalah 100
n = tahun Nilai reduksi shortfall juga dapat dihitung untuk masing-masing komponen IPM. 5.5
Tingkatan Status Pembangunan Manusia
Dengan menggunakan IPM, UNDP membagi tingkatan status pembangunan manusia suatu negara atau wilayah ke dalam tiga golongan, yaitu rendah (kurang dari 50), sedang atau menengah (antara 50 dan 80), dan tinggi (80 ke atas). Untuk keperluan perbandingan antar kabupaten/kota tingkatan status menengah dipecah menjadi dua, yaitu menengah bawah dan menengah atas, dengan kriteria sebagai berikut: IPM 100
Status Pembangunan Manusia
66
----------------------------------------Tinggi ----------------------------------------Menengah atas -----------------------------------------
50
Menengah bawah -----------------------------------------
80
Rendah 0
-----------------------------------------
17
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Pelalawan 5.6
Konsep dan Definisi
Angka Buta Huruf (dewasa): (dewasa) proporsi penduduk berumur 15 tahun ke atas yang tidak dapat membaca dan menulis dalam huruf Latin atau lainnya. Dihitung dengan cara 100 dikurangi dengan angka melek huruf (dewasa). Angka harapan hidup pada waktu lahir (e0): perkiraan lama hidup rata-rata penduduk dengan asumsi tidak ada perubahan pola mortalitas menurut umur. Paritas daya beli (Purchasing power parityparity-PPP): PPP) PPP memungkinkan dilakukannya perbandingan harga-harga riil antar propinsi dan antar kabupaten, mengingat nilai tukar yang biasa digunakan dapat menurunkan atau menaikkan nilai daya beli yang terukur dari konsumsi perkapita yang telah disesuaikan. Dalam konteks PPP untuk Indonesia, satu rupiah di suatu propinsi memiliki daya beli yang sama dengan satu rupiah di Jakarta. PPP dihitung berdasrkan pengeluaran riil per kapita setelah disesuaikan dengan indeks harga konsumen dan penurunan utilitas marginan yang dihitung dengan rumus Atkinson. Indeks Daya Beli: Beli salah satu dari tiga komponen indeks pembangunan manusia yang didasarkan pada paritas daya beli (PPP) disesuaikan dengan rumus Atkitson. Nilai indeks ini berkisar antara 0-100. Detail penghitungan indeks ini disajikan di catatan teknis. Indeks Harga Konsumen (IHK): indeks yang menunjukkan (IHK) perbandingan relatif antara tingkat harga pada saat bulan survei dan tingkat harga pada bulan sebelumnya, yang ditimbang dengan nilai konsumsi pada kedua bulan tersebut. IHK dihitung dengan formula Laspeyres yang dikembangkan. Indeks Pembangunan Manusia (IPM): (IPM) indeks komposit yang tersusun dari tiga indikator: lama hidup yang diukur dengan angka harapan hidup ketika lahir; pendidikan yang diukur berdasarkan rata-rata lama sekolah dan angka melek huruf penduduk usia 15 tahun ke atas; dan standar hidup yang diukur dengan pengeluaran per kapita (PPP Rupiah). Nilai indeks berkisar antara 0-100. Indeks Pendidikan: salah satu dari tiga komponen indeks Pendidikan pembangunan manusia. Indeks ini didasarkan pada kombinasi angka melek huruf di kalangan penduduk dewasa dan rata-rata lama sekolah.
18
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Pelalawan Nilai indeks tersebut berkisar antara 0-100. Cara penghitungan tersaji di atas. RataRata-rata lama sekolah: sekolah rata-rata jumlah tahun yang dihabiskan oleh penduduk berumur 15 tahun ke atas untuk menempuh semua jenis pendidikan formal yang pernah dijalani. Cara perhitungan disajikan di atas.
19
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Pelalawan
BAB 3 KONDISI SOSIAL EKONOMI PENDUDUK
3.1
Selayang Pandang Kabupaten Pelalawan
Kabupaten Pelalawan dibentuk berdasarkan UU No.53 tahun 1999 dengan p usat Pemerintahan di Pangkalan Kerinci dan secara administrasi pemerintahan sampai tahun ini, Kabupaten Pelalawan dibagi atas 12 kecamatan, 106 desa dan 12 kelurahan. Kabupaten Pelalawan terletak di sepanjang Sungai Kampar bagian Hilir dan terdapat pulau-pulau kecil yang merupakan wilayah strategis karena dekat dengan jalur pelayaran internasional yang paling ramai di dunia yaitu selat Malaka, Perairan Johor dan Singapura. Luas wilayah Kabupaten Pelalawan sekitar 13.256,70 Km2. Secara geografis Kabupaten Pelalawan terletak antara 1025 LU – 0020 LS dan 100042 BT – 103028 BT. Kabupaten Pelalawan sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Siak dan Kabupaten Bengkalis, sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Indragiri Hulu dan Indragiri Hilir, sebelah barat berbatasan dengan Kota Pekanbaru dan Kabupaten Kampar, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Karimun dan Provinsi Kepulauan Riau. Sebagian besar aktifitas ekonomi Kabupaten Pelalawan didukung oleh sektor perkebunan kelapa sawit dan industri pengolahan kertas. Jumlah penduduk Kabupaten Pelalawan hasil proyeksi yang dilakukan oleh BPS Pelalawan tahun 2008 adalah 283.286 jiwa, yang terdiri mayoritas penduduk memeluk agama Islam yakni 93,59 persen dan lainnya beragama Protestan, Katolik, Hindu dan Budha. Penduduk kabupaten pelalawan sebagian besar (65%) bekerja di sektor pertanian dan 35% bekerja di berbagai bidang pekerjaan, seperti pegawai negeri, pedagang, buruh dan lain-lain.
21
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Pelalawan 3.2
Pemantauan Upaya Pembangunan Manusia : Indikator Sosial Ekonomi
Sebagaimana paradigma pembangunan yang menempatkan manusia sebagai titik sentral dari pembangunan itu sendiri, maka upaya-upaya peningkatan kualitas manusia baik secara fisiologis, ekonomis maupun spiritual perlu diupayakan. Dalam menggambarkan upaya-upaya pembangunan manusia biasanya digunakan indikatorindikator sosial maupun ekonomi yang meliputi bidang pendidikan, kesehatan masyarakat, ketenagakerjaan, kesejahteraan masyarakat maupun pertumbuhan ekonomi. 3.2.1
Bidang Pendidikan
Pendidikan pada hakekatnya adalah usaha sadar manusia untuk mengembangkan kepribadian di dalam maupun di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Oleh karenanya agar pendidikan dapat dimiliki oleh seluruh rakyat sesuai kemampuan masing-masing, maka pendidikan adalah tanggung jawab keluarga, masyarakat dan pemerintah. Pemerintah sampai saat ini dan juga di masa-masa mendatang akan terus berusaha meningkatkan pendidikan bangsanya agar cita-cita kemerdekaan dapat menjadi kenyataan. Dalam pelaksanaannya tercermin dalam pasal 31 ayat 1 Undang-Undang Dasar 1945 yang menyatakan, “Tiap-tiap Warganegara berhak mendapat pengajaran.” Pemerintah sadar, bahwa untuk mendapatkan pendidikan yang memadai harus ditunjang dengan kemampuan masyarakat. Rendahnya pendapatan keluarga selalu menjadi kendala untuk tidak menyekolahkan anaknya. Realita ini senantiasa ditemui di sekililing kita. Banyak anak yang mestinya belajar, namun sudah harus bekerja untuk membantu menambah penghasilan keluarga. Kondisi ini mendorong pemerintah membuat kebijaksanaan wajib belajar Sekolah Dasar 6 tahun yang kemudian disusul dengan wajib belajar pendidikan sembilan tahun. Kebijaksanaan lain adalah melalui program sekolah terbuka. Program atau kebijakan pemerintah dewasa ini dalam bidang pendidikan pada hakekatnya adalah bertujuan untuk menampung jumlah murid sebanyak-banyaknya. Penekanan program adalah pada
22
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Pelalawan aspek kuantitas. Hal ini sangat dimaklumi karena pemerintah ingin agar penduduk Kabupaten Pelalawan khususnya dan penduduk Indonesia pada umumnya terbebas dari masalah buta huruf, buta bahasa Indonesia dan pemerataan kesempatan pendidikan dasar. Selain itu aspek kualitas juga harus mendapat perhatian. Hal ini dalam rangka menyongsong abad globalisasi, dimana berbagai pengaruh dari luar masuk dengan bebas ke negeri ini. Dengan demikian kualitas sumber daya manusia harus dimiliki untuk siap bersaing dengan pihak luar. Kemampuan baca tulis adalah kemampuan dasar untuk meningkatkan kualitas manusia, sehingga diharapkan dengan meningkatnya kemampuan baca tulis maka akan meningkat akses terhadap berbagai informasi yang pada akhirnya pengetahuannya pun akan ikut meningkat. Kemampuan baca tulis tercermin dari angka melek huruf, dalam hal ini merupakan persentase penduduk usia 15 tahun keatas yang dapat membaca dan menulis huruf latin dan huruf lainnya. Jika dilihat dari indikator melek huruf, terlihat bahwa penduduk Kabupaten Pelalawan yang bisa membaca dan menulis meningkat dari 93,6 persen pada tahun 2006 menjadi 97,6 persen pada tahun 2008. Dari Gambar 1 terlihat bahwa angka melek huruf pada tahun 2007 - 2008 relatif tetap. Gambar 1. Perkembangan Angka Melek Huruf Kabupaten Pelalawan, 20062006-2008
98 97 96 95 94 93 92 91 2006
2007
2008
Sumber : BPS
23
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Pelalawan Dalam rangka peningkatan kualitas sumber daya manusia dan pencapaian program belajar 9 tahun, penduduk usia sekolah seyogyanya dapat mengakses fasilitas pendidikan yang ada. Untuk melihat tingkat pemanfaatan atau jangkauan fasilitas pendidikan dapat digunakan indikator Angka Partisipasi Sekolah (APS). APS memberikan gambaran secara umum tentang banyaknya anak sekolah umur tertentu yang sedang bersekolah, tanpa memperhatikan jenjang pendidikan yang sedang diikuti. Tabel 5. Angka Partisipasi Sekolah di Kabupaten Pelalawan, 20072007-2008 Kelompok Umur 7 – 12 13 – 15 16 – 18
2007 98,41 91,19 72,89
2008 98,71 91,37 67,96
Sumber : BPS
Angka partisipasi sekolah anak-anak usia 7 – 12 tahun pada tahun 2008 mencapai 98,71 persen, angka ini naik dari 98,41 persen pada tahun 2007. Tingkat partisipasi sekolah menunjukkan tren penurunan seiring dengan kenaikan usia, hal ini dikarenakan biasanya anak-anak tidak melanjutkan ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Penduduk Kabupaten Pelalawan pada tahun 2008 menurut tingkat pendidikan tertinggi yang ditamatkan masih perlu mendapat perhatian ekstra, mengingat penduduk yang belum mempunyai ijazah SD masih cukup tinggi yaitu 30,03 persen pada tahun 2008. Jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, tingkat pendidikan di Kabupaten Pelalawan menunjukkan peningkatan dimana jumlah penduduk yang berijazah sarjana naik dari 2,13 persen menjadi 4,48 persen.
24
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Pelalawan Tabel 6. Persentase Penduduk 10 Tahun Keatas Menurut Ijazah yang dimiliki di Kabupaten Pelalawan, 20072007-2008 Indikator Ijazah tertinggi Tdk memiliki ijazah SD SD/MI/sederajat SLTP/MTs/sederajat SLTA/SMU/MA/SMK/sederajat D I/II/III D IV/S1/S2/S3 SLTP + RataRata-rata lama sekolah (15 Thn Keatas)
2007
2008
29,24 31,34 18,68 16,59 2,02 2,13 39,42
30,03 26,34 18,51 18,50 2,13 4,48 43,63
7,7
7,9
Sumber : BPS
Masih rendahnya ijazah tertinggi yang dimilki di atas juga terlihat dari rata-rata lama sekolah yang belum cukup tinggi, dimana pada tahun 2008 rata-rata lama sekolah di Kabupaten Pelalawan masih sekitar 7,9 atau setara dengan SLTP kelas satu atau dua. Bahkan penduduk 10 tahun ke atas yang menuntaskan pendidikan sampai tingkat SLTP belum mancapai setengahnya. Dari Gambar 2 terlihat bahwa Rata-rata Lama Sekolah Kabupaten Pelalawan dari tahun 2006–2008 terus mengalami peningkatan. Gambar 2. Perkembangan RataRata-rata Lama Sekolah Kabupaten Pelalawan, 20062006-2008
8 7,8 7,6 7,4 7,2 7 6,8 2006
2007
2008
Sumber : BPS
25
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Pelalawan Dengan belum tuntasnya wajib belajar 9 tahun, maka perlu adanya terobosan-terobosan baru terutama mengenai ketersediaan fasilitas pendidikan yang memadai. Informasi tentang banyaknya sarana pendidikan, tenaga pengajar, kelas, perpustakaan dan lain-lain mutlak diperlukan guna mengetahui sejauh mana ketersediaan fasilitas yang ada, walaupun informasi ini belum dapat mendeteksi kualitas daripada sarana pendidikan yang ada. Untuk menggambarkan ketersediaan fasilitas pendidikan paling tidak ada dua indikator yang dapat digunakan, yaitu rasio murid guru dan rasio murid sekolah. Rasio murid guru, diperoleh dari perbandingan antara jumlah murid dan jumlah guru, yang dapat digunakan untuk menggambarkan beban kerja guru dalam mengajar. Sedangkan rasio murid sekolah didapat dari perbandingan jumlah murid dengan jumlah sekolah, dimana dapat digunakan untuk memantau daya tampung sekolah. Pada tahun ajaran 2007-2008, di Kabupaten Pelalawan rasio murid guru terlihat cukup ideal untuk sekolah umum, artinya beban guru tidak besar sehingga diharapkan pengawasan dan perhatian guru terhadap siswa dapat lebih fokus dan akhirnya mutu pengajaran di kelas akan meningkat. Tabel 7. Rasio MuridMurid-Guru dan MuridMurid-Sekolah di Kabupaten Pelalawan, Tahun Ajaran Ajaran 2007/2008 Jenjang Pendidikan SD SMP SMA SMK
Rasio Murid - Guru 22 11 9 12
Rasio Murid - Sekolah 201 238 186 255
Sumber : Dinas Pendidikan Provinsi Riau, data diolah
3.2.2 Bidang Kesehatan Masyarakat Selain pendidikan, kualitas kesehatan yang dimiliki seseorang menggambarkan kualitas manusianya. Manusia yang sehat rohani dan jasmani, dapat dikatakan bahwa kualitas gizi yang dikonsumsinya relatif baik, disamping itu agar kondisi tetap sehat perlu tubuh dijaga.
26
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Pelalawan Untuk menjaga kesehatan tubuh, perlu pengetahuan mengenai hal tersebut. Jika kondisi tubuh baik dan sehat, maka dapat diharapkan angka harapan hidup sejak lahir meningkat pula. Angka kematian bayi merupakan indikator yang secara langsung berkaitan dengan angka harapan hidup. Atau dengan kata lain indikator ini bisa memberikan gambaran mengenai derajat kesehatan penduduk. Penghitungan angka kematian bayi didasarkan pada hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia. Angka kematian bayi pada tahun 2008 di Kabupaten Pelalawan yaitu 34 kematian bayi per 1000 kelahiran hidup. Pada Gambar 3 dapat dilihat Angka Harapan Hidup Kabupaten Pelalawan dari tahun 2006 – 2008 menunjukkan peningkatan. Gambar 3. Perkembangan Angka Harapan Hidup Kabupaten Pelalawan, 20062006-2008
68,6 68,55 68,5 68,45 68,4 68,35 68,3 68,25 68,2 68,15 2006
2007
2008
Sumber : BPS
Indikator lain yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat kesehatan bayi dan balita adalah penolong pada saat kelahiran. Penolong kelahiran oleh tenaga kesehatan/paramedis yang berpengalaman tentunya dapat meminimalisir angka kematian bayi terkait dengan proses persalinan. Pada tahun 2008, sekitar 69,45 persen balita ditolong oleh tenaga kesehatan pada saat lahir.
27
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Pelalawan Tabel 8. Persentase Balita Menurut Penolong Kelahiran di Kabupaten Pelalawan, 2008 Penolong Kelahiran Dokter/Bidan/Paramedis Dukun Famili/Lainnya
Kelahiran Pertama 61,74 37,05 1,21
Kelahiran Terakhir Terakhir 69,45 28,09 2,46
Sumber : BPS
Indikator lain yang terkait dengan kesehatan masyarakat yaitu tingkat keluhan penduduk terhadap kesehatan. Berdasarkan hasil Susenas 2008, keluhan kesehatan yang sering dialami oleh penduduk Kabupaten Pelalawan yaitu batuk (16,20 persen) dan pilek (15,90 persen). Dari penduduk yang mengalami keluhan sampai mengganggu kegiatan sehari-hari mayoritas cara penyembuhannya adalah dengan mengobati sendiri (68,45 persen), yakni dengan menggunakan obat modern (75,07 persen). Tabel 9. Persentase Penduduk Menurut Keluhan Kesehatan dan Cara Pengobatan di Kabupaten Pelalawan, 2008 Indikator Keluhan kesehatan Panas Batuk Pilek Asma/sesak napas Diare Sakit Kepala Sakit gigi Lainnya Cara Pengobatan Obati sendiri Obat modern
Persentase 15,30 16,20 15,90 2,20 3,90 8,90 4,70 9,30
68,45 75,07
Sumber : BPS
28
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Pelalawan Untuk peningkatan status dan derajat kesehatan masyarakat tentunya harus didukung dengan ketersediaan fasilitas kesehatan seperti rumah sakit, puskesmas, dokter dan paramedis lainnya. Di wilayah Kabupaten Pelalawan terdapat 3(tiga) buah rumah sakit, yaitu Rumah Sakit Umum Daerah Selasih dan 2 (dua) buah Rumah Sakit Swasta. Sarana puskesmas yang dimiliki sekitar 49 buah yang terdiri dari puskesmas dan puskesmas pembantu. Adapun untuk tenaga medis, dokter 103 orang dan paramedis (perawat dan bidan) sekitar 379 orang. Tabel 10. Banyaknya Fasilitas Kesehatan di Kabupaten Pelalawan, 2008 Fasilitas Fasilitas Kesehatan Sarana Kesehatan RS Umum Daerah (RSUD) RS Swasta Balai Pengobatan Puskesmas Puskesmas Pembantu Tenaga Kesehatan Dokter Perawat Bidan
Jumlah 1 2 1 12 38
103 189 190
Sumber : Dinas Kesehatan Provinsi Riau dan Dinas Kesehatan Kab. Pelalawan
Jika dibandingkan dengan jumlah penduduk yang mencapai 283.286 jiwa pada tahun 2008, maka terlihat fasilitas kesehatan yang tersedia masih sangat kurang. Dari jumlah sarana kesehatan pada Tabel 10 dapat disimpulkan bahwa 1 buah sarana kesehatan (RS/puskesmas/balai pengobatan) harus melayani sekitar 3.828 penduduk. Dan 1 orang dokter harus melayani sekitar 2.750 penduduk. Sedangkan 1 orang perawat dan bidan harus melayani sekitar 728 penduduk. Tentunya perbandingan ini masih sangat tidak sebanding, dengan banyaknya beban yang harus dilayani biasanya akan berdampak pada penurunan kualitas pelayanan yang diberikan.
29
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Pelalawan 3.2.3 Bidang Kesejahteraan Masyarakat
Recovery ekonomi yang dilakukan di berbagai daerah pasca krisis nasional sekitar tahun 1997-1999 telah membuahkan hasil yang cukup signifikan. Hal ini tidak terlepas dari pemberlakuan Otonomi Daerah yang memberikan kewenangan sebesar-besarnya untuk merencanakan dan menjalankan pembangunan di daerahnya masingmasing. Secara umum banyak indikator yang dapat digunakan untuk melihat sejauh mana kondisi kesejahteraan masyarakat di suatu daerah. Salah satu yang sering dipakai adalah indikator pengeluaran per kapita. Untuk melihat kondisi kesejahteraan masyarakat Kabupaten Pelalawan dapat dilihat pada dan Tabel 11.
Tabel 11. RataRata-rata Pengeluaran Per Kapita Per Bulan di Kabupaten Pelalawan, 2008 Pengeluaran Per Kapita Per Bulan Total pengeluaran Makanan Non Makanan
Jumlah (Rp.) 756.640 376.055 380.585
Sumber : BPS
Pada tahun 2008, pengeluaran per kapita penduduk Kabupaten Pelalawan adalah Rp 756.640,- per bulan. Konsumsi pengeluaran rumah tangga di Kabupaten Pelalawan telah mengalami pergeseran ke arah positif dengan meningkatnya proporsi pengeluaran non makanan. Konsumsi non makanan menembus 50,30 persen dari total pengeluaran rumah tangga. Hal ini menandakan kesejahteraan penduduk Kabupaten Pelalawan telah meningkat. Dan juga mengindikasikan bahwa pemekaran wilayah dan pelaksanaan otonomi daerah telah mulai berjalan dengan baik dan mampu mendorong kesejahteraan masyarakat.
30
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Pelalawan 3.2.4 Bidang Ketenagakerjaan Dalam tinjauan makro ekonomi, salah satu indikator pertumbuhan ekonomi suatu daerah salah satunya dilihat dari sejauh mana angkatan kerja di daerah tersebut terserap dalam lapangan kerja yang ada. Penyerapan angkatan kerja ke dalam lapangan kerja yang tersedia di daerah tertentu nantinya akan berhubungan dengan tingkat penggangguran di daerah itu. Penduduk yang termasuk kategori angkatan kerja adalah penduduk yangsecara ekonomis berpotensi menghasilkan output atau pendapatan, baik yang sudah bekerja maupun yang sedang mencari pekerjaan. Perbandingan antara angkatan kerja dan penduduk usia kerja disebut Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK). Semakin tinggi TPAK berarti semakin besar keterlibatan penduduk usia 15 tahun ke atas dalam pasar kerja. Tabel 12. 12. TPAK Menurut Daerah Tempat Tinggal dan Jenis Kelamin, Kabupaten Pelalawan, 2008
Daerah Tempat Tinggal TOTAL Perkotaan Perdesaan
Jenis Kelamin Laki 89,25 92,44 88,70
Perempuan 34,86 37,06 34,49
Total 64,08 66,96 63,58
Sumber : BPS
Menurut hasil Sakernas 2008, angka TPAK penduduk usia 15 tahun ke atas di Kabupaten Pelalawan adalah 64,08 persen. Secara umum TPAK laki-laki baik di perkotaan maupun di perdesaan lebih tinggi dari pada TPAK perempuan. Hal ini memberikan gambaran bahwa laki-laki masih menjadi tumpuan utama dalam memberi nafkah keluarga, sedangkan perempuan sebagian besar masih terlibat dalam mengurus rumah tangga. Bila dibandingkan antara TPAK menurut daerah tempat tinggal, dari tabel 12 dapat dilihat bahwa pada tahun 2008 TPAK di daerah perkotaan lebih tinggi dari pada TPAK di daerah perdesaan.
31
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Pelalawan Gambar 4. 4. Persentase Penduduk 15 Tahun Keatas Menurut Kegiatan Utama, Kabupaten Pelalawan, 2008
Sumber : BPS
Gambar 4 memberikan informasi tentang persentase penduduk menurut pengelompokkan angkatan kerja/bukan angkatan kerja. Dimana angkatan kerja adalah total persentase penduduk usia 15 tahun keatas yang aktivitas utamanya seminggu yang lalu adalah bekerja dan mencari kerja, sedangkan bukan angkatan kerja adalah total persentase penduduk usia 15 tahun keatas yang aktivitas utamanya seminggu yang lalu adalah sekolah, mengurus rumah tangga dan lainnya. Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa dari total penduduk Pelalawan, 64,08 persen diantarannya adalah angkatan kerja dan hanya 35,92 persen yang bukan angkatan kerja. Jika dilihat perbandingan antara perdesaan dengan perkotaan maka terlihat bahwa angkatan kerja di perkotaan lebih besar dibandingkan dengan perdesaan. Tabel 13. 13. Persentase Penduduk Usia 15 Tahun Keatas Yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan, Kabupaten Pelalawan, 2008 STATUS PEKERJAAN SEKTOR FORMAL 1.
Berusaha dibantu buruh tetap/brh dibayar
Perkotaan
Pedesaan
K+D
58,66
29,51
33,97
1,80
8,96
7,86
32
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Pelalawan
2. Buruh/karyawan
56,87
20,55
26,11
SEKTOR NON FORMAL
41,34
70,49
66,03
18,51
28,98
27,38
2. Berusaha dibantu buruh tidak tetap/ brh tdk dibayar
14,47
13,30
13,48
3. Pek bebas pertanian
0,00
10,33
8,75
4. Pek bebas non tani
1,99
3,42
3,20
5. Pek tak dibayar
6,38
14,46
13,22
100.00
100.00
100.00
1.
Berusaha sendiri
TOTAL Sumber : BPS
Tabel 13 memberikan informasi tentang penduduk usia 15 tahun ke atas yang bekerja menurut status pekerjaan. Status pekerjaan pada Tabel 12 dapat kita kategorikan lagi menjadi bekerja pada sektor formal dan non formal. Sektor formal terdiri dari buruh/karyawan dan berusaha dibantu buruh tetap, sedangkan sisanya masuk ke dalam sektor non formal. formal Dari Tabel 12 dapat dilihat bahwa 33,97 persen penduduk usia 15 tahun ke atas di Kabupaten Pelalawan bekerja pada sektor formal sedangkan 66,03 persen bekerja pada sektor non formal. Jika dibandingkan antara daerah perkotaan dengan perdesaan di Kabupaten Pelalawan, terlihat bahwa ada perbedaan pola yang cukup signifikan antara daerah perkotaan dengan perdesaan. Di daerah perkotaan penduduk usia 15 tahun keatas lebih banyak yang bekerja di sektor formal yaitu sebesar 58,66 persen dan yang bekerja di sektor non formal hanya sebesar 41,34 persen. Sedangkan di daerah perdesaan di Kabupaten Pelalawan pola justru terbalik, dimana penduduk usia 15 tahun keatas lebih banyak yang bekerja di sektor non formal yaitu sebesar 70,49 persen, sementara yang bekerja di sektor formal hanya 29,51 persen. Hal ini menandakan bahwa tingkat kesehjateraan masyarakat Kabupaten Pelalawan masih terkonsentrasi di daerah perkotaan, karena pekerjaan di sektor formal umumnya menghasilkan tingkat pendapatan yang lebih baik dibandingkan pekerjaan di sektor non formal.
33
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Pelalawan 3.2.5 Bidang Perumahan Salah satu indikator kesehjateraan rakyat yang cukup penting adalah indikator perumahan, karena perumahan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia disamping sandang dan pangan. Fasilitasfasilitas perumahan seperti sumber penerangan, sumber air minum, jenis lantai, dan tempat buang air besar yang digunakan rumah tangga dapat mencerminkan tingkat kesehatan dan kesejahteraan penduduk. Jenis sumber air minum juga merupakan salah satu indikator ke-sejahteraan penduduk, baik dilihat dari segi kesehatan maupun segi ekonomi. Dalam hal ini, penggunaan sumber air bersih (air dalam kemasan, air isi ulang, leding, pompa/sumur terlindung, dan mata air terlindung) dapat dijadikan petunjuk adanya perbaikan kesejahteraan penduduk. Gambar 5. 5. Persentase Rumah Tangga Kabupaten Pelalawan Menurut Menurut Penggunaan Sumber Air Minum, 2008
Sumber : BPS
Gambar 5 memberikan informasi tentang persentase rumah tangga menurut sumber air minum. Dari Gambar 5 dapat dilihat bahwa pada tahun 2008 di Kabupaten Pelalawan, sekitar 58,15 persen rumah tangga menggunakan sumber air bersih untuk minum dan 41,85 persen menggunakan sumber air tidak bersih untuk minum. Hal ini mengindikasikan bahwa mayoritas masyarakat di Kabupaten Pelalawan sudah menggunakan air bersih sebagai sumber air minumnya, dimana hal tersebut menandakan kesejahteraan masyarakat yang relatif sudah cukup baik di Kabupaten Pelalawan.
34
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Pelalawan Penggunaan listrik menjadi salah satu indikator perumahan yang cukup penting untuk mengukur tingkat kesehjateraan penduduk. Penggunaan listrik dapat dilihat dari dua sisi yaitu: (i) kemampuan pemerintah untuk menyediakan pelayanan umum, dan (ii) kemampuan masyarakat untuk membeli pelayanan tersebut. Gambar 6. 6. Persentase Rumah Tangga Kabupaten Pelalawan Menurut Sumber Penerangan Utama, 2008
Sumber : BPS
Dari Gambar 6 diatas terlihat bahwa mayoritas rumahtangga di Kabupaten Pelalawan sudah menggunakan listrik sebagai penerangan rumahnya, yaitu sebesar 80 persen. Akan tetapi sumber penerangan listrik masih lebih banyak yang menggunakan sumber listrik non PLN, yaitu sebesar 51,26 persen dibandingkan sumber listrik PLN yang sebesar 28,74 persen. Kondisi ini menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah Kabupaten Pelalawan khususnya dan pemerintah Provinsi Riau pada umumnya, untuk menjalin kerjasama yang lebih nyata dengan seluruh pemangku kepentingan/stake holders kelistrikan seperti PT. PLN dan yang lainnya untuk meningkatkan akses listrik PLN bagi masyarakat. Karena penggunaan listrik non PLN identik dengan biaya tinggi disebabkan biaya operasional listrik non PLN yang cukup besar.
35
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Pelalawan Komponen perumahan lainnya yang cukup penting untuk dilihat kaitannya dengan kesejahteraan rakyat yaitu jenis lantai terluas. Jika jenis lantai terluas adalah bukan tanah maka secara relatif hal tersebut mengindikasikan kesejahteraan yang lebih baik dibandingkan jika jenis lantai terluasnya adalah tanah. Gambar 7. 7. Persentase Rumah Tangga Kabupaten Pelalawan Menurut Jenis Lantai Terluas, 2008
Sumber : BPS
Dari Gambar 7 diatas terlihat bahwa terjadi peningkatan jenis lantai terluas bukan tanah dari 2007 ke 2008, yaitu 95,93 persen pada tahun 2007 menjadi 96,47 persen pada tahun 2008. Saat yang sama penggunaan jenis lantai terluas yang tanah mengalami penurunan, yaitu dari 4,07 persen pada tahun 2007 menjadi 3,53 persen pada tahun 2008.
36
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Pelalawan
BAB 4 STATUS PEMBANGUNAN MANUSIA
Seperti yang telah disinggung pada bab sebelumnya, bahwa IPM merupakan indeks komposit disusun melalui tiga dimensi dasar dengan cakupan yang sangat luas. Selanjutnya, ketiga dimensi tersebut kesemuanya terangkum dalam satu nilai tunggal, yaitu angka IPM. Namun demikian, angka IPM tidak memiliki makna, apabila dalam analisis tidak menyertakan angka IPM tahun sebelumnya. Disamping itu, IPM daerah lain perlu juga disandingkan untuk melihat posisi relatif IPM suatu daerah terhadap daerah lain. Saat ini, data IPM sudah digunakan sebagai rujukan dalam berbagai kebijakan pemerintah. Salah satu kebijakan pemerintah yang paling populer adalah penentuan dana perimbangan daerah melalui Dana Alokasi Umum (DAU), dimana salah satu alokatornya adalah IPM. Disamping itu, IPM juga dapat digunakan untuk menilai keberhasilan kinerja pembangunan manusia yang terkait dengan peningkatan kapasitas dasar penduduk yang mencakup aspek kesehatan, pendidikan serta ekonomi. Untuk itu, pemerintah sangat berkepentingan dengan data IPM sebagai bahan perencanaan, evaluasi, dan monitoring. Selanjutnya bab ini akan membahas mengenai perkembangan IPM Kabupaten Pelalawan dan perbandingannya dengan Kabupaten/Kota di Provinsi Riau. 4.1
Status Pembangunan Pembangunan Manusia Kabupaten Pelalawan
Secara umum pembangunan manusia di Kabupaten Pelalawan selama periode 2006-2008 mengalami peningkatan. Hal ini erat kaitannya dengan situasi perekonomian Kabupaten Pelalawan yang secara keseluruhan cenderung membaik. Membaiknya situasi perekonomian ini ditandai dengan adanya peningkatan pertumbuhan ekonomi selama empat tahun terakhir (2000-2004), pertumbuhan ekonomi naik dari 6,26 hingga 7,16 persen. Harus diakui, bahwa pertumbuhan ekonomi merupakan syarat perlu dalam pembangunan manusia yang secara langsung maupun tidak langsung akan membawa
38
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Pelalawan dampak perbaikan terhadap peningkatan kapasitas dasar penduduk. Namun demikian masih ada persyaratan lain yang harus dilaksanakan secara konsisten, yakni pemerataan distribusi pendapatan dan alokasi belanja publik yang memadai. Dengan melakukan dua hal ini maka kapabilitas dasar penduduk secara bertahap akan dapat ditingkatkan yang kesemuanya akan terangkum dalam nilai IPM.
Tabel 14. 14. Perkembangan IPM Kabupaten Pelalawan, 20062006-2008
Tahun 2006 2007 2008
IPM 69,96 71,43 72,07
Reduction Shortfall 4,90 2,25
Sumber : BPS
Pada tahun 2008, IPM Kabupaten Pelalawan tercatat sebesar 72,07. Angka IPM ini cenderung meningkat dibandingkan angka IPM tahun 2007 yang sebesar 71,43. Dengan demikian IPM Kabupaten Pelalawan selama periode 2006-2008 mengalami laju pencapaian sebesar 2,25 yang berarti selama periode tersebut terjadi pengurangan jarak (reduction shortfall) IPM terhadap IPM Ideal (100) mencapai 2,25. Menurut kategori IPM Kabupaten Pelalawan masuk dalam status menengah atas. Tabel 15. 15. Perkembangan Komponen IPM Kabupaten Pelalawan, 20062006-2008
Tahun
Angka Harapan Hidup
Angka Melek Huruf
Rata2 Lama Sekolah
Rata2 Pengeluaran Per Kapita Riil Disesuaikan (Rp.000)
IPM
2006
68,30
93,6
7,3
615,67
69,96
2007
68,48
97,6
7,7
618,38
71,43
2008
68,56
97,6
7,9
623,66
72,07
Sumber : BPS
39
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Pelalawan 4.2
Status Pembangunan Kabupaten/Kota
Manusia
:
Perbandingan
Antar
Dibandingkan dengan kabupaten/kota lain di Provinsi Riau pada tahun 2008 posisi Kabupaten Pelalawan di urutan 9 setelah Kota Pekanbaru (1), Kota Dumai (2), Kabupaten Siak (3), Kabupaten Indragiri Hilir (4), Kabupaten Bengkalis (5), Kabupaten Kampar (6) , Kabupaten Indragiri Hulu (7), dan Kabupaten Kuantan Singingi (8). Urutan IPM ini tidak berubah dibandingkan dengan tahun 2007. Dengan demikian, Kabupaten Pelalawan selama satu tahun terakhir masih belum dapat menggeser posisi Kabupaten Indragiri Hulu dan Kabupaten Kuantan Singingi. Namun bila dilihat dari besarannya, angka IPM Kabupaten Pelalawan relatif sudah tinggi. Jika ditelusuri lebih jauh penyebab rendahnya IPM Kabupaten Pelalawan dibanding IPM kabupaten/kota lain yang di atasnya karena semua komponen IPM Kabupaten Pelalawan lebih rendah. Dari keempat komponen IPM, ternyata rata-rata pengeluaran per kapita riil disesuaikan dan angka melek huruf terlihat paling rendah dibandingkan kabupaten/kota lain yang di atasnya. Rata-rata pengeluaran per kapita riil disesuaikan Kabupaten Pelalawan pada tahun 2008 tercatat sebesar Rp 623.660;, sedangkan rata-rata pengeluaran per kapita riil disesuaikan di Kota Pekanbaru (Rp 638.130;), Kabupaten Indragiri Hulu (Rp 642.790;) dan Kabupaten Kuantan Singingi (Rp 638.900;). Angka Melek Huruf Kabupaten Pelalawan pada tahun 2008 sekitar 97,60 persen, sedangkan angka melek huruf di Kota Pekanbaru (99,77 persen), Kabupaten Indragiri Hulu (97,67) dan Kabupaten Kuantan Singingi (97,80 persen). Tetapi komponen rata-rata lama sekolah dan angka harapan hidup penduduk Kabupaten Pelalawan relatif sama dengan Kabupaten Indragiri Hulu dan Kabupaten Kuantan Singingi. Jika dibandingkan komponen penyusun IPM Kabupaten Pelalawan dengan komponen penyusun IPM Propinsi seperti pada Tabel 16, terlihat bahwa keempat komponen pencapaian Kabupaten Pelalawan masih di bawah pencapaian provinsi. Dari hal tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa secara umum pencapaian tingkat kesehatan, pendidikan dan ekonomi di Kabupaten Pelalawan masih di bawah pencapaian provinsi.
40
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Pelalawan Tabel 16. 16. IPM Kabupaten/Kota sese-Provinsi Riau, 20072007-2008
Kabupaten/Kota
Angka Harapan Hidup
Angka Melek Huruf
Rata2 Lama Sekolah
Rata2 Pengeluaran Per Kapita Riil Disesuaikan (Rp.000)
IPM
Tahun 2007 Kuantan Sengingi Indragiri Hulu
68,05
97,80
7,80
633,10
72,47
68,55
97,63
7,72
637,20
72,96
Indragiri Hilir
70,70
98,52
7,60
632,04
73,87
Pelalawan
68,48
97,60
7,67
618,38
71,43
Siak
71,23
98,21
8,80
634,19
75,15
Kampar
68,10
98,10
8,23
634,43
72,98
Rokan Hulu
67,08
97,38
7,50
630,72
71,43
Bengkalis
70,06
97,29
8,60
623,99
73,36
Rokan Hilir
67,01
97,37
7,20
629,32
71,06
Kota Pekan Baru
70,87
99,77
11,30
632,08
76,98
Kota Dumai
70,77
99,28
9,70
640,87
76,31
Provinsi Riau
71,00
97,80
8,40
634,11
74,63
Tahun 2008 Kuantan Sengingi Indragiri Hulu
68,11
97,80
7,80
638,90
72,95
68,60
97,67
7,72
642,79
73,43
Indragiri Hilir
70,89
98,52
7,60
637,73
74,41
Pelalawan
68,56
97,60
7,93
623,66
72,07
Siak
71,34
98,21
8,80
639,78
75,64
Kampar
68,21
98,10
8,44
640,15
73,64
Rokan Hulu
67,09
97,38
7,50
636,08
71,84
Bengkalis
70,13
97,78
8,86
629,49
74,12
Rokan Hilir
67,04
97,37
7,20
634,96
71,51
Kota Pekan Baru
71,03
99,77
11,30
638,13
77,54
Kota Dumai Provinsi Riau
71,02 71,10
99,28 97,81
9,70 8,51
646,88 638,31
76,91 75,09
Sumber : Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Riau 2008, BPS Provinsi Riau
41
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Pelalawan
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis Penyusunan Indeks Pembangunan Manusia ini diperoleh beberapa kesimpulan penting, yaitu: 1.
Pembangunan manusia di Kabupaten Pelalawan selama periode 2007-2008 mengalami peningkatan ditunjukkan dengan naiknya nilai IPM. Tahun 2007 nilai IPM Kabupaten Pelalawan tercatat sebesar 71,43 meningkat dibandingkan tahun 2008 yang sebesar 72,07.
2.
Selama periode 2007-2008 tersebut Kabupaten Pelalawan mengalami laju pencapaian sebesar 2,25 yang berarti terjadi pengurangan jarak (shortfall reduction) IPM terhadap IPM Ideal (100) mencapai 2,25. Menurut kategori IPM Kabupaten Pelalawan berada pada status Menengah Atas.
3.
Peningkatan nilai IPM ini merupakan indikasi keberhasilan kinerja pembangunan manusia yang terkait dengan peningkatan kapasitas dasar penduduk yang mencakup aspek kesehatan, pendidikan, dan ekonomi.
4.
Jika dibandingkan dengan Kab/Kota lain di Provinsi Riau, posisi Kabupaten Pelalawan berada pada urutan ke-9 setelah Kota Pekanbaru (1), Kota Dumai (2), Kabupaten Siak (3), Kabupaten Indragiri Hilir (4), Kabupaten Bengkalis (5), Kabupaten Kampar (6) , Kabupaten Indragiri Hulu (7), dan Kabupaten Kuantan Singingi (8).
5.
Dari aspek pendidikan dapat dilihat bahwa penduduk Kabupaten Pelalawan yang dapat membaca dan menulis meningkat dari 93,6 persen pada tahun 2006 menjadi 97,6 persen pada tahun 2008. Angka partisipasi sekolah anak-anak usia 7-12 tahun sudah hampir mencapai 100 persen dengan trend penurunan seiring dengan kenaikan usia. Namun
43
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Pelalawan perhatian ekstra masih harus diberikan terhadap tingkat pendidikan tertinggi yang ditamatkan di Kabupaten Pelalawan, mengingat penduduk yang belum mempunyai ijasah SD, masih cukup tinggi yaitu 30,03 persen. 6.
Dari aspek Ekonomi, kesejahteraan penduduk Kabupaten Pelalawan mengalami peningkatan ditandai dengan peningkatan proporsi pengeluaran non makanan yang menembus 50,30 persen dari total pengeluaran. Hal ini mengindikasikan bahwa pemekaran wilayah dan pelaksanaan otonomi daerah mulai berjalan dengan baik dan mampu mendorong kesejahteraan masyarakat.
7.
Dari aspek kesehatan, angka harapan hidup penduduk Kabupaten Pelalawan sebesar 68,48 meningkat dari tahun sebelumnya sebesar 68,56. Hal ini mengindikasikan bahwa pembangunan kesehatan di Kabupaten Pelalawan yang meliputi pelayanan dasar kesehatan penduduk sudah mulai menunjukkan kemajuan.
5.2
Saran
Berdasarkan hasil analisis, maka diharapkan pemerintah meningkatkan kapasitas dasar penduduk melalui berbagai program yang berbasis pada pelayanan dasar masyarakat mencakup berbagai aspek termasuk pendidikan, kesehatan dan pemberdayaan ekonomi. Oleh karena itu langkah-langkah yang perlu dilakukan antara lain: 5.2.1
Bidang Pendidikan
1. Pemerintah perlu bekerja lebih keras lagi menangani persoalan buta huru. Perlu dipahami penanganan masalah buta huruf bukan hanya persoalan sektoral dalam hal ini departemen pendidikan nasional saja tetapi juga melibatkan lembaga lainnya. 2. Menyelenggarakan wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun untuk menciptakan pemenuhan pendidikan dasar yang bermutu dan meningkatkan rata-rata lama sekolah
44
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Pelalawan 3. Mengintensifkan sosialisasi pentingnya pendidikan untuk menekan angka putus sekolah. 4. Meningkatkan kualitas tenaga pendidik dan meningkatkan fasilitas pendidikan seperti perlengkapan dan sarana belajarmengajar, serta kemudahan transportasi menuju sekolah. 5. Menambah sarana belajar di lembaga non formal seperti Pelatihan/Kursus Bahasa Asing, Komputer, dan lainnya yang dibutuhkan dalam persaingan di dunia usaha. 5.2.2 Bidang Kesehatan 1. Meningkatkan fasilitas kesehatan di daerah yang tersebar di wilayah Kabupaten Pelalawan. 2. Mengoptimalkan pemberian bantuan pembiayaan kesehatan kepada masyarakat yang kurang mampu di seluruh wilayah Kabupaten Pelalawan. 3. Mengadakan sosialisasi mengenai pentingnya kesehatan Ibu dan Balita serta peran aktif suami (Suami Siaga) untuk mengurangi angka kematian bayi sehingga dapat memperbesar angka harapan hidup. 4. Meningkatkan kualitas tenaga kesehatan untuk memberikan pelayanan yang maksimal kepada masyarakat misalnya dengan memberikan pelatihan di bidang kesehatan. 5.2.3 Bidang Ekonomi 1. Untuk meningkatkan daya beli masyarakat salah satu cara yang dapat dilakukan, yaitu dengan penciptaan lapangan kerja seluas-luasnya di segala bidang. Khusus untuk lapangan pekerjaan di sektor informal perlu diberikan kemudahan memperoleh permodalan serta kebijakan lainnya yang sekiranya dapat mendorong sektor informal menjadi lebih tangguh. 2. Menjaga stabilitas harga-harga untuk mencegah menurunnya daya beli masyarakat.
45
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Pelalawan 3. Mendorong sektor usaha berskala besar agar dapat memanfaatkan bahan baku yang dihasilkan oleh sektor usaha berskala kecil sehingga terdapat keterkaitan antar sektor usaha untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi. 4. Memberikan perhatian yang lebih terhadap produk unggulan daerah sehingga dapat meningkatkan pendapatan daerah.
46
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Pelalawan
Daftar Pustaka
BPS dan UNDP 1996 Laporan Pembangunan Manusia Indonesia, 1996 BPS Provinsi Riau dan Bappeda Provinsi Riau 2008 Indeks Pembangunan Manusia Prov. Riau, 2008 Hinde, Andrew 1998 Demographic Method, Arnold, London H. Preston, Samuel, et.all 2004 Demography: Measuring and Modelling Population Processes, Blackwell, USA Sieg, Jacob 2002 Applied Demographic Academic Press, USA UNDP 1993 1996 1997 2000 2005
Human Development Report 1993. New York. USA Human Development Report 1996. New York. USA Human Development Report 1997. New York. USA Human Development Report 2000. New York. USA Human Development Report 2005. New York. USA
UNDP, BPS dan Bappenas 2001 Laporan Pembangunan Manusia 2001: Demokrasi Pembangunan Manusia di Indonesia, BPS-Indonesia.
dan
48
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Pelalawan
Lampiran 1 KOMPONEN IPM 20072007-2008 PROPINSI RIAU MENURUT KABUPATEN ABUPATEN/ UPATEN/KOTA
Provinsi/ kabupaten/kota
Angka Harapan Hidup
Angka Melek Huruf
RataRata-rata Lama Sekolah
2007
2008
2007
2008
2007
2008
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
RIAU
71,00
71,10
97,80
97,81
8,40
8,51
Kuantan Sengingi
68,05
68,11
97,80
97,80
7,80
7,80
Indragiri Hulu
68,55
68,60
97,63
97,67
7,72
7,72
Indragiri Hilir
70,70
70,89
98,52
98,52
7,60
7,60
Pelalawan
68,48
68,56
97,60
97,60
7,67
7,93
Siak
71,23
71,34
98,21
98,21
8,80
8,80
Kampar
68,10
68,21
98,10
98,10
8,23
8,44
Rokan Hulu
67,08
67,09
97,38
97,38
7,50
7,50
Bengkalis
70,06
70,13
97,29
97,78
8,60
8,86
Rokan Hilir
67,01
67,04
97,37
97,37
7,20
7,20
Kota Pekan Baru
70,87
71,03
99,77
99,77
11,30
11,30
Kota Dumai
70,77
71,02
99,28
99,28
9,70
9,70
(1)
50
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Pelalawan
Lampiran 1 (Lanjutan) KOMPONEN IPM 20072007-2008 PROPINSI RIAU MENURUT KABUPATEN ABUPATEN/ UPATEN/KOTA
Provinsi/ kabupaten/kota kabupaten/kota
Pengeluaran Perkapita riil disesuaikan (Rp. 000)
Peringkat antar Kab/Kota Di Prov. Riau
IPM
2007
2008
2007
2008
2007
2008
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
RIAU
634,11
638,31
74,63
75,09
3
3
Kuantan Sengingi
633,10
638,90
72,47
72,95
8
8
Indragiri Hulu
637,20
642,79
72,96
73,43
7
7
Indragiri Hilir
632,04
637,73
73,87
74,41
4
4
Pelalawan
618,38
623,66
71,43
72,07
9
9
Siak
634,19
639,78
75,15
75,64
3
3
Kampar
634,43
640,15
72,98
73,64
6
6
Rokan Hulu
630,72
636,08
71,43
71,84
10
10
Bengkalis
623,99
629,49
73,36
74,12
5
5
Rokan Hilir
629,32
634,96
71,06
71,51
11
11
Kota Pekan Baru
632,08
638,13
76,98
77,54
1
1
Kota Dumai
640,87
646,88
76,31
76,91
2
2
(1)
51
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Pelalawan
Lampiran 2 KONDISI KESEHATAN MENURUT KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI RIAU TAHUN 2008
*)
*) Penduduk dengan Keluhan Kesehatan
Angka Morbiditas
(2)
(3)
(4)
(5)
RIAU
23,0
30,35
10,1
5,84
Kuantan Sengingi
31,7
34,27
12,1
7,79
Indragiri Hulu
24,7
24,56
5,1
4,78
Indragiri Hilir
33,0
29,54
7,6
5,67
Pelalawan
38,7
35,81
17,4
5,27
Siak
16,3
40,41
6,0
5,61
Kampar
24,7
30,20
8,9
6,11
Rokan Hulu
46,3
30,97
15,5
7,90
Bengkalis
25,0
26,11
9,8
5,86
Rokan Hilir
24,0
26,57
6,7
5,48
Kota Pekan Baru
30,0
29,90
7,5
4,59
Kota Dumai
23,3
39,04
14,4
5,05
Provinsi/ kabupaten/kota
Angka Kematian Bayi
(1)
RataRata-rata Lama Sakit
*) Angka Tahun 2005
52
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Pelalawan
Lampiran 2 (Lanjutan) KONDISI KESEHATAN MENURUT KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI RIAU TAHUN 2008
Provinsi/ kabupaten/kota en/kota kabupat
Penduduk yang Melakukan Pengobatan Sendiri
Kelahiran Terakhir yang Ditolong Tenaga Medis
(1)
(2)
(3)
RIAU
69,97
79,76
Kuantan Sengingi
70,59
75,31
Indragiri Hulu
72,40
75,98
Indragiri Hilir
76,72
54,72
Pelalawan
71,60
69,57
Siak
69,29
83,17
Kampar
72,70
83,29
Rokan Hulu
64,10
62,29
Bengkalis
71,80
90,47
Rokan Hilir
70,94
76,90
Kota Pekan Baru
56,65
96,98
Kota Dumai
72,51
92,77
53
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Pelalawan
Lampiran 3 PARTISIPASI SEKOLAH MENURUT KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI RIAU TAHUN 2008
Angka Partisipasi Sekolah
Provinsi/ Kab/kota 7-12 (1)
1313-15
1616-18
1919-24
(2)
(3)
(4)
(5)
RIAU
98,27
91,54
62,63
12,06
Kuantan Sengingi
98,32
94,96
54,55
8,01
Indragiri Hulu
98,27
89,34
47,30
9,77
Indragiri Hilir
98,17
85,53
47,19
9,15
Pelalawan
98,71
91,37
67,96
14,14
Siak
99,37
91,51
68,56
9,52
Kampar
98,49
94,55
64,76
12,50
Rokan Hulu
98,20
93,45
59,13
6,48
Bengkalis
98,68
95,28
74,22
9,95
Rokan Hilir
97,46
87,01
56,25
6,34
Kota Pekan Baru
97,98
94,37
75,24
21,60
Kota Dumai
97,48
91,95
71,82
9,01
54
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Pelalawan
Lampiran 4 KONDISI PERUMAHAN MENURUT KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI RIAU TAHUN 2008
Provinsi/ Kab/kota
Rumahtangga yang Mempunyai Akses Terhadap air Bersih (%) 2007
(1)
2008
Rumahtangga yang Tinggal di Rumah Berlantai Tanah (%) 2007
2008
(2)
(3)
(4)
(5)
RIAU
52,01
59,58
4,19
2,61
Kuantan Sengingi
51,34
64,51
3,45
5,09
Indragiri Hulu
55,48
60,83
3,97
3,04
Indragiri Hilir
3,13
4,17
2,38
2,16
Pelalawan
68,79
64,12
4,07
3,00
Siak
70,58
76,40
3,08
3,92
Kampar
76,05
76,06
1,87
2,04
Rokan Hulu
48,90
54,01
6,72
4,63
Bengkalis
35,02
61,06
1,64
1,12
Rokan Hilir
31,35
37,74
5,62
3,23
Kota Pekan Baru
93,25
97,72
6,40
1,95
Kota Dumai
50,17
64,50
11,63
1,67
55
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Pelalawan
Lampiran 5 KONDISI TENAGA KERJA DAN PENGELUARAN PERKAPITA MENURUT KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI RIAU TAHUN 2008
*) *)
Provinsi/ Kab/kota
*) Pekerja yang Bekerja Selama
Angka Partisipasi Tenaga Kerja (2)
Pengagguran Terbuka (3)
<14 jam perminggu (4)
<35 jam perminggu (5)
RIAU
62,83
8,20
6,89
35,96
Kuantan Sengingi
61,74
4,96
12,99
55,39
Indragiri Hulu
61,21
3,91
4,18
45,65
Indragiri Hilir
65,62
4,57
4,48
33,88
Pelalawan
64,08
6,27
11,70
42,08
Siak
64,66
5,92
5,58
21,57
Kampar
63,06
6,08
8,22
37,09
Rokan Hulu
61,80
4,16
10,59
56,10
Bengkalis
65,72
11,77
10,14
41,88
Rokan Hilir
58,17
9,56
5,47
35,94
Kota Pekan Baru
60,06
14,24
1,88
13,55
Kota Dumai
65,45
14,90
5,22
24,17
(1)
*) Sumber : Sakernas BPS
56
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Pelalawan
Lampiran 5 (Lanjutan) KONDISI TENAGA KERJA DAN PENGELUARAN PERKAPITA MENURUT KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI RIAU TAHUN 2008 *) Provinsi/ Kab/kota
Pekerja di Sektor Informal
(1)
(2)
Pengeluaran Per Kapita **) Total Makanan (Ribu (% dari Total) rupiah/bulan) (3) (4)
RIAU
61,94
679479,03
50,01
Kuantan Sengingi
74,43
706140,51
46,13
Indragiri Hulu
65,44
560984,30
51,07
Indragiri Hilir
75,94
451304,41
67,42
Pelalawan
66,03
756640,40
49,70
Siak
49,18
682321,75
54,42
Kampar
64,96
641775,53
46,66
Rokan Hulu
68,40
655028,33
49,52
Bengkalis
63,85
706022,17
49,65
Rokan Hilir
56,30
554259,39
48,81
Kota Pekan Baru
38,11
943666,51
44,84
Kota Dumai
58,27
854500,99
49,99
*) Sumber : Sakernas BPS **) Sumber : Susenas BPS
57