KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah swt. atas segala rahmat dan hidayah-Nya serta tidak lupa shalawat dan salam selalu tercurah kepada Nabi Muhammad saw. sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul: Zikir Presepektif Hadis. (studi kasus pengaruh zikir Raatib al-Atthas di Majlis Ta’lim wal-Aurad al-Husaini, Lemahabang, Cikarang Utara, kab: Bekasi). Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan skripsi ini, tidak akan bisa tuntas tanpa bantuan, bimbingan, arahan, dukungan dan kontribusi dari banyak pihak. Ucapan trimakasih yang tulus dan tak terhingga penulis haturkan kepada yang teristimewa Abi dan Umi tersayang. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada: 1. Prof. Dr. Komarudin Hidayat, Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Prof. Dr. Zainun Kamal, selaku Dekan Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Dr. Bustamin, M.Si., selaku ketua jurusan Tafsir Hadis. 4. Rifki Muhammad fatkhi, M.A., selaku sekertaris jurusan Tafsir Hadis. 5. Maulana, M. Ag. Selaku dosen pembimbing yang telah banyak mengarahkan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
ii
6. Teristimewa untuk ayahanda Alm Idrus dan ibunda tercinta Sy Rogayah, kakak-kakak juga adik-adik yang selalu memberi semangat khususnya kepada salim, Fahmi, Haifah, Haikal, dan bagir. 7. Untuk segenap teman-teman terutama TH C, buat bolang yang udah susah payah ngebantuin gw, buat Mpi, Kuman, Abus, irfan, wasi, juli, Umi farhah, Ulfah, Sasa, Ana, zulkarnaen, suryadi, zubaedah el sarkem th b, Asep, sahid persis mudah-mudahan tobat hehehe and temen-temen KKS Uyeeeeee. Mudah-mudahan kita kompak selalu. 8.
Buat para fans and teman-teman Arkadia, angkor, lepang, ijuk, zonk, blangka, abus yang udah abis ama abas yang suka belanja ora...and buat neng Maia lestary yang udah ngebantuin ngetik walaupun dikit
9. Yang terakhir buat seluruh Dosen dan staf pada program study Tafsir Hadis yang udeh banyak bgt ngasih kenangan ilmu, mudah-mudahan semua para dosen Ushuluddin diberikan kesehatan, panjang umur, ilmu yang bermanfaat, dan meninggal dalam keadaan husnul khotimah amiiiin.
iii
DZIKIR PRESEFEKTIF HADITS (Studi Kasus Pengaruh Dzikir Ratib al-Atthas di Jama’ah Majlis Ta’lim Wal Aurd al-Husaini Lemah Abang Cikarang Bekasi)
Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Theologi Islam (S.Thi) Oleh:
Muhamad Naufal NIM: 105034001249
Pembimbing
Maulana, M. Ag 19650 2071999031001
PROGRAM STUDI TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1430 H/2010 M
ii
iii
ABSTRAK
Fenomena zikir akhir-akhir ini memang banyak terjadi di berbagai daerah khususnya Jakarta dan sekitarnya, banyak manusia yang ingin mencari jati dirinya, ketenangan batin, pengobatan dan juga untuk menarik rejeki melalui zikir, ini juga sejalan dengan firman Allah swt Yaitu orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat Allah. Ingatlah hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tentram. ( Arrad:28) Inilah yang mendorong penulis menyusun skripsi dengan judul “Zikir Prespektif Hadis” (studi kasus jama’ah Majlis Talim wal aurad al-Husaini, Lemahabang, Cikarang Utara, Bekasi). Penelitian ini memakai dua metode, pertama, penelitian lapangan (field research) yaitu penelitian secara langsung dan terjun ke dalam komunitas objek, untuk memperoleh data yang tepat, penulis mendatangi langsung objek penelitian yaitu pimpinan dan para jamaah Majlis Ta’lim Wal Aurad al-Husaini Lemahabang kec. Cikarang Utara – Bekasi. Kedua, dalam pengumpulan data penulis memakai metode kualitatif yang di Indonesia dikenal dengan penelitian naturalistik, yaitu penelitian yang di laksanakan secara alamiah, apa adanya, dan dalam situasi normal yang tidak dimanipulasi keadaan dan kondisinya, dan melibatkan 40 jamaah atau responden.
i
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang Masalah Di zaman modern seperti sekarang ini, manusia banyak dihadapkan pada persoalan hidup yang kompleks, sehingga tidak jarang ditemukan pada sebagian orang menemui jalan buntu dalam menyelesaikan permasalahan yang sedang dihadapi. Hidup dirasakan menjadi hampa, mudah putus asa, yang pada akhirnya menimbulkan rusaknya mental. Ketenangan dan kebahagiaan hidup seseorang juga ditentukan oleh kesehatan mentalnya. Menurut Zakiah Daradjat, kesehatan mental yang dimaksud adalah terwujudnya keharmonisan antara fungsi-fungsi jiwa, mempunyai kesanggupan untuk menghadapi problem-problem yang biasa terjadi dan merasakan secara positif kebahagiaan dan kemampuan dirinya . 1 Fungsi-fungsi jiwa seperti fikiran, perasaan, sikap, jiwa, pandangan, dan keyakinan hidup harus saling membantu dan bekerja satu sama lain sehingga dapat dikatakan adanya keharmonisan yang menjauhkan orang dari perasaan ragu dan bimbang serta terhindar dari kegelisahan dan pertengkaran batin (konflik), kesehatan mental itulah yang menentukan tanggapan seseorang terhadap sesuatu persoalan dan kemampuannya menyesuaikan diri dengan dirinya, orang lain, dan lingkunganya.
1
Zakia Darajat, Kesehatan mental , ( Jakarta : PT Toko Gunung Agung, 1996 ) , cet, ke-23, h.
Orang yang sehat mentalnya tidak mudah merasa putus asa, pesimis atau apatis karena ia dapat menghadapi semua rintangan atau kegagalan dalam hidup dengan tenang dan wajar. Ia akan berusaha mencapai jasmani dan rohani yang sehat untuk menyesuaikan diri terhadap orde sosial yang ada dan tidak melarikan diri dari realitas hidup. Sebaliknya, seseorang yang sakit dan kacau mentalnya tidak dapat memperoleh ketenagan hidup. Jiwa mereka sering terganggu sehingga menimbulkan stress dan konflik batin, emosi negatif, dan tidak berani menghadapi tantangan hidup.2 Salah satu cara untuk menumbuhkan dan mencapai mental yang sehat yang melahirkan ketenangan dan kebahagiaan hidup adalah dengan banyak berzikir kepada Allah. Hal ini secara tegas dinyatakan dalam al-Quran surat Ar-Ra‟d ayat 28: “ Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat Allah. Ingatlah hanya dengan mengingat Allah-lah hati mereka akan menjadi tentram”.
Dalam ayat ini disebutkan bahwa cara memperoleh ketentraman dalam hati adalah dengan berzikir kepada Allah,3 tetapi tidak semua zikir dapat menentramkan hati, karena itu syarat zikir yang menentramkan hati adalah harus disertai keimanan.
2
Lynn Wilcox, Ilmu jiwa Berjumpa Tasawuf, (Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta, 2003), h.
3
Departemen Agama RI , Al-Qur’an dan Terjemahanya, (Mekar Surabaya) edisi 2002, h. 341
209
Zikir adalah upaya menghubungkan diri secara langsung dengan Allah baik dengan lisan ataupun dengan hati atau memadukan keduanya secara simponi.4 Dan di dalam kitab al-Qirthaas terdapat hadis sebagai berikut :
ُػثْدُ السَ حْوَيِ تْيِ ػَلًِ ْاالَشْزَقِ فًِ ِوتَابِ " َتسْ ِهٍْلُ اْل َوٌَا فِغ َ ُّط ِثٍْةُ ِاتْسَا ِهٍْنُ تْي َ وَلَلَ اْل ُؼالَ هَح الفَ ِمٍْهُ ال َ جَاءَ اَػْسَا ِتًَ اِلَى َزسُىْلِ اهللِ صَلَى اهللُ ػََلٍْهِ َوسَلَن: َ" زَوَ ٌٌَْا فًِ تَؼْضِ ُوتُةِ الّطِةِ ػَيْ َاًَسٍ لَا ل ستَ ِمٍْنُ الّطَؼَا مَ وَالّشَسَابُ فِى هَؼِدَ تِى فَا دْ عُ اهللَ لِى تِا ْ ٌَ َستَ ِمٍْنُ َوال ْ ٌَ ٌ ٌَا َزسُىْلَ اهللِ ِاًًَ َزجُل: َوَ لَا ل !...ِّصّحَح ِ ل َ فَمَلَ ِتسْنِ اهللِ الَرِيْ َ ٌَضُسُ هَغ, اِذَا اَوَلْتَ طَؼَا هًا اَوْ شَ ِستْتَ شَسَاتًا: ُسالَم َ ّصالَجُ وَال َ فَمَا لَ ػََلٍْهِ ال ٌ فَاءِ ًَهُ أل ٌَضُ ُسنَ دَاء, ُحًُ ٌَا َلٍُىْم َ شًْءٌ فًِ االَزْ ضِ وَأل فًِ السَوَا ءِ وَهُىَ السَ ِوٍْغُ اْلؼَلٍْنُ ٌَا َ ِاسْوِه . ى وَا ىَ ػَظِ ٍْوًا َ ِوَا Dari hadis yang di riwayatkan oleh Abu Dawud” : (Telah berkata seorang Ulama besar ahli ilmu Dr. Ibrahim bin Abdurahrahman bin „Auf bin al- Azraq dalam kitab “Tashiilul-Manaafi”, pada sebagian kitab kedokteran, dari Anas ia telah berkata: “seorang Arab pegunungan (A‟raabi) telah datang kepada Rasulullah saw, sambil berkata: „Ya Rasulallah, sesungguhnya aku orang yang sedang menderita sakit yaitu makanan dan minuman tidak dapat masuk secara lurus kedalam perut besarku. Karena itu do‟a kan lah agar Allah menyembuhkanku”. Maka bersabdalah Rasulallah saw,: “ucapkanlah”:
ًُح َ شًْءٌ فًِ االَزْ ضِ وَأل فًِ السَوَا ءِ وَهُىَ السَ ِوٍْغُ اْلؼَل ٍْنُ ٌَا َ ِفَمَلَ ِتسْنِ اهللِ الَرِيْ َ ٌَضُسُ هَغَ اسْوِه ٌَُا لٍَُ ْىم (denagn menyebut asma‟Allah yang dengan asma‟Nya tidak bemadharrat sesuatu baik yang ada dibumi maupun yang ada di langit, wahai Dzat yang Maha Hidup lagi Maha Kekal Abadi, maka tidak akan berbahaya bagimu sesuatu penyakit walupun penyakit itu berat). Dari teks hadis yang terdapat di dalam kitab al-Qirthaas menerangkan bahwa dengan berzikir dapat menjauhkan penyakit baik jasmani maupun ruhani. Zikir juga 4
Qomarudin SF, Zikrullah Membeningkan Hati, Menghampiri Ilahi,(Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2000), h. 26
berarti ucapan Tasbih, Tahmid, Tahlil, Istigfar, dan pengagungan asma Allah. Bila ucapan itu disertai dengan niat untuk membersihkan jiwa dan raga dari semua rayuan setan dan mengharapkan ridho-Nya. zikir akan membekas dalam hati orang yang membacanya dan akan menentramkan batin dan fikiran mereka. Dengan zikir kepada Allah dalam setiap waktu dan keadaan, maka akan tertanam nilai-nilai Ilahiah secara kukuh yang memancarkan kesadaran akan nilai insaniah, menguatkan badan, membangkitkan hati dan perasaan sehingga dapat memberikan nilai positif bagi sikap, pandangan dan tingkah laku seseorang. 5 Kemudian dalam berzikir seseorang perlu bimbingan bahkan lebih jauh memerlukan sebuah lembaga yang terorganisir dengan baik, pada saat ini lembagalembaga tersebut sangat berkembang di Indonesia pada umumnya, dan di Jakarta pada khususnya, seperti Majlis Rasulullah, Majlis Nurul Mustofa dan majlis zikir lainya, karna majlis zikir juga sebagai salah satu warisannya Rasulallah saw. Sebagaiman hadis berikut:
ُ اَزَاوًنْ هَا ُهٌَاوَ ِهٍْسَاثُ َزسُىْلُ اهللِ صَلَى َاهلل:َػٌْهُ َاًَهُ َدخَلَ السُىقِ وَلَال َ ًضٍَْاهلل ِ َوَػَيْ َا ِتًْ هُ َسٌْسَجَ ز ٌَا: ْسجِدِ َوتَسَوُىْا السُىْقَ فَلَنَ ٌَسَوْا ِهٍْسَاثًا فَمَالُى ْ سجِدِ فَرَهَةَ الٌَاسُ اِلى ال َو ْ ػََلٍْهِ َوسَلَنَ ٌُ ْمسِنُ فًِ ال َو َ زََا ٌْ َتٌَا لَىْهًا ٌَرْوُسُوْىَ اهللَ تَؼَالَى َوٌُمسَ ػُىْى: فَوَاذَا زََا ٌْتُنْ ؟ لَالُىْا: ََاتَاهُ َسٌْسَجَ هَازََا ٌْ َتٌَا هِسَاثًا فَمَال فَرَ ِلهَ ِهٍْسَاثُ زسىل اهلل صلى اهلل ػلٍه وسلن: َالمُسْأَىْ لال
5
Habib Ali bin Hasan Abdullah bin Husain bin Umar al-Atthas Ba‟alawi Al-Hadromi, diterjemahkan oleh H.Toha bin Abubakar bin Yahya, AL-QIRTHAAS, Sarah Ratib Al- Atas, (Jakarta: Darul Ulum Press, 2003 ), Jilid 1, h. 16
Dari Abi Hurairah r.a bahwasanya ia telah memasuki suatu pasar dan berkatalah ia (kepada orang-orang yang ada di pasar itu). :”kenapakah aku melihat kalian berada disini, sedang warisan Rasulallah sedang dibagi-bagikan di masjid. Lalu mereka pun pergi kemasjid dengan meninggalkan kesibukan di pasar, tetapi mereka tidak melihat adanya warisan yang dibagikan. Mereka berkata:” ya Abu Hurairah, kami tidak menjumpai warisan sedikitrpun” . Abu Hurairah berkata: apa yang kalian lihat disana ?.” Mereka berkata: Kami melihat ada suatu kelompok orang yang sedang berzikir kepada Allah, dan ada pula kelompok lain sedang membaca al-Quran. Abu Hurairah berkata: “ itulah warisan Rasulallah saw. Dan didalam hadist lain yang di keluarkan oleh imam Abu Dawud r.a bahwasanya Rasulallah saw. telah bersabda kepada Anas r.a:
ػٌْهُ لَالَ َزسُىْلُ اهللِ صَلَى اهللُ ػََلٍْهِ َوسَلَنَ َِاىْ اَلْؼُدَ هَغَ لَىْمٍ ٌَرْ وُسُوْىَ اهللَ تَؼَا َ ُضىَ اهلل ِ َوَػَيْ َاًَسْ ز َ وَألىْ اَلْؼُد. َػٍْل ِ ػتِكُ اَ ْزتَؼَحً هِيْ وَلَدِ ِاسْوَا ْ َحتَى تَّطْلُغَ الّشَوْسُ َاحَةَ اَِلىَ هِيْ ا َ ِصالَجِ الغَدَاج َ ْلَى هِي َػتِكَ اَزْ تَؼَح ْ َحتَى ٌَغْسُبَ الّشَوْسُ َاحَةُ اَِلًَ هِيْ ا َ ِهَغَ لَىْمٍ ٌَرْ وُسُ وْىَ اهللَ تَؼَا لَى هِيْ صَالجِ الؼَّصْس )(اخسجه اتى داود Dari Anas r.a ia telah berkata : “ telah bersabda Rasulallah saw:” bagiku duduk bersama satu kaum yang berzikir kepada Allah Ta‟ala sejak shalat subuh hingga terbit matahari lebih aku senangi (afdhal) dari membebaskan empat orang hamba dari keturunan ismail. Dan bagiku duduk bersama suatu kaum yang berzikir kepada Allah sejak shalat Ashar hingga terbenamnya matahari, lebih dari membebaskan empat orang hamba. (Abu Daud) Dari kedua hadis di atas meskipun rasul tidak menyuruh kita untuk berzikir secara berjamaah tetapi dari teks hadis diatas bahwasanya rasul senang dengan perbuatan tersebut. Karena berzikir secara berjamaah lebih utama. Dari berbagai banyaknya bentuk zikir yang kesemuanya itu adalah bertujuan mengagungkan dan mensucikan asma Allah swt, ada satu zikir yang sering di bacakan di kalangan Habaib (keturunan Nabi Muhammad saw) yaitu zikir raatib al-
Atthas yang di susun oleh al-Habib Umar bin Abdurahman al- Atthas yang mujarab dalam mengatasi problem-problem kehidupan jasmani maupun rohani. Dari latar belakang pemikiran di atas, penulis ingin melihat seberapa besar dampak dari mengikuti zikir raatib al- Atthas tersebut? Lalu, apakah aplikasi hadis yang disampaikan oleh para pengajar dalam Majlis Ta‟lim Wal Aurad al-Husaini berjalan dengan baik dalam kehidupan para pelaku zikir tersebut?. Secara garis besar, penulis ingin mencari apakah benar dampak berzikir ratib al- Atthas dapat membina kesehatan mental para pelakunya? Dan untuk menjawab permasalahan tersebut, maka penulis ingin membahas karya ilmiah dengan judul: Zikir Presepektif Hadis. (studi kasus pengaruh zikir Raatib al-Atthas di Majlis Ta’lim wal-Aurad al-Husaini, Lemahabang, Cikarang Utara, kab: Bekasi) Adapun alasan pemilihan judul skripsi ini adalah: 1. Karena banyaknya faedah atau manfaat yang diterangkan oleh pimpinan majlis ta‟lim tersebut , maka penulis ingin membuktikan sejauh mana dampak atau pengaruh zikir tersebut. 2. Majlis Ta‟lim Wal Aurad al-Husaini ini telah memberikan kontribusi dalam pendidikan rohani bagi masyarakat Cikarang dan sekitarnya.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Dari sekian banyak permasalahan yang penulis angkat di atas, dan juga agar tidak melebar lebih jauh maka penulis merumuskan pembatasan masalah hanya pada pelaksanaan zikir yang dilakukan di Majlis Ta‟lim wal-Aurad al-Husaini, Lemahabang, Cikarang Utara, kab: Bekasi dan penulis ingin mencari apakah benar dampak berzikir raatib al-Atthas tersebut dapat membina kesehatan mental para pelakunya?
C. Tujuan penelitian Dalam hal ini, penulis ingin mengetahui seberapa banyak bacaan zikir dan apabila telah selesai penulis inginkan skripsi ini menjadi buku pedoman bagi para peserta zikir Majlis Ta‟lim Wal Aurad al-Husaini. Dalam hal ini penulis jabarkan sebagai berikut: 1. Mengetahui seberapa banyak zikir ratib yang sudah ada, karena sejauh yang penulis tahu, bukan hanya raatib al-Haddad saja, yang pada umumnya diketahui masyarakat, tetapi ada tiga zikir ratib yang belum diketahui oleh sebagian besar masyarakat Indonesia 2. Mengetahui pelaksanaan zikir raatib al-Atthas dan sejarahnya . 3. Mengetahui seberapa besar dampak psikologis dari zikir raatib al-Atthas terhadap jamaah Majlis Ta‟lim Wal Aurad al-Husaini
4. Untuk memenuhi tugas akhir perkuliahan dan sebagai syarat untuk mencapai gelar Sarjana Theologi Islam (S.Th.I) program Strata Satu (S1) jurusan Tafsir Hadis fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
D. Mnfaat penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang majlis zikir secara umum, dan juga dapat menambah pengetahuan tentang banyaknya zikir dengan para penyusunnya. Dari hal tersebut penulis menjabarkan sebagai berikut: 1. Hasil penelitian ini diharapkan menjadi salah satu cara dalam menciptakan mental yang sehat dengan jalan berzikir ratib al-Atthas. 2. Hasil penelitian ini juga akan menjadi salah satu buku pedoman bagi para peserta pemula Majlis Ta‟lim Wal Aurad al-Husaini. 3. Sebagai pengembangan keilmuan bagi penulis dan menambah wawasan literatur tentang zikir.
E. Tinjauan kepustakaan Di samping merupakan penelitian ilmiah, skripsi ini juga melakukan kajian pustaka terhadap skripsi atau karya tulis lainnya yang lebih dahulu membahas tentang zikir, seperti:
1. Takhrij hadis-hadis tentang zikir dalam kitab al- Azkar An-Nawawiyah, di susun oleh: Abdul Syakur: 102034024795 Jakarta 2006 M/1427 H. 2. Konsep zikir dalam al-Quran kajian tafsir Alusi, disusun oleh: Dzikrullah: 198340066 (2003).
Adapun yang membedakan serta menjadikan skripsi ini layak untuk diangkat adalah skripsi ini mencoba mengaplikasikan pembahasan hadis yang terdapat dalam kitab al-Qirthaas (syarah dari zikir ratib al-Atthas) yang menerangkan hikmahhikmah dan manfaat yang terdapat pada zikir ratib al-Atthas , juga berusaha mencari seberapa banyak zikir ratib yang ada, karena selama ini sebagian besar masyarakat dan majlis-majlis yang ada di Indonesia hanya mengetahui zikir ratib al-Hadad saja yang disusun oleh Habib Abdullah bin Alwi al-Hadad, padahal guru beliau adalah AlHabib Umar bin Abdurahman al-Atthas yaitu penyusun ratib al-Atthas .6 Sedangkan skripsi yang sudah ada, hanya menerangkan tentang konsep dan takhrij hadis yang terdapat pada zikir secara umum dan tidak membahas pengaruh dari bacaan zikir tersebut, akan tetapai dalam skripsi yang penulis ajukan lebih khusus kepada apa itu zikir ratib dan pengaruhnya berdasarkan kitab al-Qirthaas bagi pemakai zikir ratib al-Attas tersebut.
6
Tohir Husain Yahya, Mutiara Ratibul Attas, (Semarang: PT. Tanjung Mas Inti, 2007), cet. ke- 1, h. 15
F. Metode penelitian Dalam metode pembahasan, penulis memakai dua metode, pertama, penelitian lapangan (field research) yaitu penelitian secara langsung dan terjun ke dalam komunitas objek, untuk memperoleh data yang tepat, penulis mendatangi langsung objek penelitian yaitu pimpinan dan para jamaah Majlis Ta‟lim Wal Aurad al-Husaini Lemahabang kec. Cikarang Utara – Bekasi. Kedua, dalam pengumpulan data penulis memakai metode kualitatif yang di Indonesia dikenal dengan penelitian naturalistik, yaitu penelitian yang di laksanakan secara alamiah, apa adanya, dan dalam situasi normal yang tidak dimanipulasi keadaan dan kondisinya, serta menekankan deskripsi secara alami. Pengambilan data atau penjaringan fenomena dilakukan dari keadaan yang sewajarnya. Dengan sifat ini maka dituntut keterlibatan peneliti secara langsung 7. Dengan dua metode diatas penulis menyimpulkan penelitian kedalam tiga tahap yaitu: 1. Observasi Observasi adalah cara untuk memperoleh data dalam bentuk mengamati serta mengadakan pencatatan dari hasil observasi. Dengan kata lain suatu pengamatan dengan menggunakan indera penglihatan yang langsung mengikuti tatacara berzikir dalam majlis zikir tersebut .8
7
Hasan hamka, Metodologi Penelitian Tafsir Hadis, (Jakarta: Lembaga penelitian UIN Syarif Hidayatullah, 2008) 8 Irwan soehartono , Metode Penelitian Social, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2004), cet. ke-6, h. 69
2. Wawancara Wawancara (interview) adalah pengumpulan data dengan mengajukan secara langsung kepada responden, dan jawaban-jawaban responden dicatat atau di rekam dengan alat perekam (tape recorder).9 Disisni penulis melakukan wawancara kepada peserta zikir dan juga kepada pemimpin majlis zikir tersebut. 3. Angket (kuesioner) Angket (kuesioner) adalah daftar pertanyaan yang harus dijawab oleh responden yaitu beberapa pertanyaan yang berhubungan dengan pekerjaan seharihari juga dampak zikir ratib terhadap kehidupan rohani maupun jasmani responden. Adapun penggalian data melalui angket ini ditempuh dengan cara Self Administation. Self Administration maksudnya adalah responden melakukan pengisian daftar angket sendiri.10 Mengenai teknik penulisannya secara umum sesuai dengan buku “Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis, dan Disertasi” yang di terbitkan oleh UIN Jakarta Press 2005. G. Sistematika penulisan Adapun sistematika penulisannya yaitu:
9
Irwan soehartono , Metode Penelitian Social, (Bandung: PT. Remaja Rosada Karya, 2004), cet. ke-6, h. 67-68 10 Muhammad Nasir , Metodologi penelitian , ( Jakarta : Ghahlia Indonesia, 1985 ), h.185.
Bab I (satu) Pendahuluan yang berisi Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan Penulisan, Manfaat Penulisan, Petode Penelitian, Tinjauan Pustaka, dan Sistematika Penulisan. Bab II (dua)
Landasan Teori, yang membahas tentang Pengertian Zikir
Secara Umum: Anjuran Berzikir, Keutamaan Majlis Zikir, Tatacara dan Adab Berzikir, Faedah Berzikir dengan Lisan, Faedah Berzikir dengan Hati, Pengertian Zikir Ratib: Macam-macam Zikir Ratib, Pengertian Zikir Ratib al-Atthas, Susunan Zikir Ratib al-Atthas, Biografi Habib Umar (penyusun ratib al-Atthas), Kesehatan Mental: Pengertian kesehatan Mental, Ciri-ciri Mental sehat. Bab III (ketiga) Kumpulan Hadis-hadis: Pengertian Hadis, Hadis-hadis tentang Zikir, Hadis-hadis Tentang kesehatan, Hubungan Zikir dengan Kesehatan, Hubungan Zikir dengan Psikologi. Bab IV (keempat) Waktu dan tempat penelitian,: Profil Majlis Ta‟lim Wal Aurad al-Husaini, Lemahabang, Cikarang Utara, kab: Bekasi, Tujuan dan Misi Majlis, Struktur Organisai, Populasi Peserta Anggota Zikir, Pengumpulan Pengolahan dan Analisis Data: Deskripsi Responden seputar zikir, Deskripsi Responden seputar Psikologi. Bab V (kelima) Kesimpulan dan Saran.
DAFTAR ISI
ABSTRAK .......................................................................................................
i
KATA PENGANTAR ....................................................................................
ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................
vi
PEDOMAN TRANSLITERASI ....................................................................
ix
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN A. . Latar Belakang Masalah ..........................................................
1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah .......................................
6
C. Tujuan Penulisan .....................................................................
6
D. Manfaat Penulisan ...................................................................
7
E. Tinjauan Pustaka.......................................................................
7
F. Metodologi Penelitian...............................................................
10
G. Sistematika Penulis ...................................................................
11
LANDASAN TEORI A. Pengertian Zikir Secara Umum ................................................
13
1. Anjuran Berzikir .................................................................
17
2. Keutamaan Majlis Zikir ......................................................
19
3. Tatacara dan Adab Berzikir ................................................
20
4. Faedah Berzikir Dengan Lisan ...........................................
22
5. Faedah Berzikir Dengan Hati .............................................
23
B. Pengertian Zikir Ratib 1. Macam-Macam Zikir Ratib ..................................................
23
2. Pengertian Zikir Ratib al-Atthas ...........................................
24
3. Susunan Zikir Ratib al-Atthas ...............................................
25
4. Biografi Habib Umar (penyusun ratib al-Atthas) ....................
30
C. Kesehatan Mental
BAB III
BAB IV
1. Pengertian Kesehatan Mental ...................................................
35
2. Ciri-ciri Mental Sehat ...............................................................
39
KUMPULAN HADIS-HADIS A. Pengertian Hadis .......................................................................
42
1. Hadis-hadis Tentang Zikir ....................................................
43
2. Hadis-hadis Tentang kesehatan ............................................
44
3. Hubungan Zikir Dengan Kesehatan .....................................
47
4. Hubungan Zikir Dengan Psikologi .......................................
49
HASIL PENELITIAN A.Waktu dan Tempat Penelitian.......................................................
51
1. Profil Majlis Ta‟lim Wal Aurad al-Husaini .........................
51
a. Tujuan dan Misi Majlis Ta‟lim Wal Aurad al-Husaini. 53 b. Struktur Organisai.............................................................
54
c. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Zikir .............................
54
d. Populasi Peserta atau Anggota Zikir ................................
54
B. Pengumpulan, Pengolahan dan Analisis Data 1. Deskripsi Responden Seputar Zikir 2. Deskripsi Responden Seputar Psikologi......................... BAB V
59
PENUTUP A. Kesimpulan ...............................................................................
75
B. Saran .........................................................................................
75
BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian zikir secara umum Kata zikir adalah bentuk tunggal (mufrad), sedangkan bentuk jamaknya adalah al-adzkar. Dalam al-Quran , kata zikir dan yang berakar kata sama disebutkan sebanyak 292 kali, termuat dalam 36 surat (25 surat Makkah dan 11 surat Madinah).1 Kata-kata zikir sendiri, yang bentuk kata kerja benda (masdhar) terulang sebanyak 76 kali.2 kata dzikir yang berbentuk masdar (kata benda kerja)3 mempunyai makna yang bervariasi, salah satunya berarti peringatan. Misalnya, kata zikir a yang terulang sebanyak 23 kali dan tadzkirah yang terulang sebanyak 10 kali, mempunyai arti peringatan. Menurut Ibn Qayim, kata zikir a mempunyai arti yang sama dengan kata zikir tetapi dalam bahasa yang lebih halus (alblagh).4
1
Muhammad fu‟ad „Abd al-Baqi. Al Mu’jam al-Mufahras liAlfadz al-Qur’an al-Karim, (Beirut:Dar al-Fikr, 1981), h.270-275. 1 Muhammad fu‟ad „Abd al-Baqi. Al Mu’jam al-Mufahras liAlfadz al-Qur’an al-Karim, .Sedangkan dalan al-Quran muncul dalam tujuh kata jadian (Istiqaq). Yaitu fi’il madhi ( verba lampau aktif dan pasif): fi’il mudhari’ (verba sedang aktif dan pasif): fi’il amr‟ (verba perintah aktif). Mashdar (verba non): Ism fa‟il(ajectiv/kata benda pelaku); Ism Maf‟ul (ajectiv objek) dan al mubalaghah (bentuk kata benda jadian yang menunjukan penekanan, penegasan atau pergandaan sifat dari objek yang disifati). 3.Dalam bahasa Arab, mashdar termasuk dalam kategori ism (kata benda abstrak), tetapi ia tetap menga2ndung arti kerja yang menunjukan kepada suatu peristiwa yang tidak terikat oleh factor waktu tertentu. Lihat; Musthofa Ghalayaini, Jami al-Durus al Arabiyah, (Beirut; Maktabah Mishiriyah, 1990), juz I., h.33. 4
Syams al-Din „Abd Allah Muhammad ibn Qayim al Jawziah, al Wabl al-Shayyib wa Rifi al Kalim al Thayyib, (Damaskus; Mktabah Darl Bayan, tt), h.182.
13
Secara etimoloigis, zikir merupakan masdhdar (kata benda) dari kata kerja dzakara-yadzkuru-dzikir an yang berakar kata dari huruf dzal-kaf-ra. Menurut Ibn Manzhur, dzakara berarti menjaga sesuatu dengan menyebut atau mengingatnya. Ibn Ishaq, mengartikan dengan mengambil pelajaran. zikir juga berarti kehormatan atau kemuliaan (al-syaraf), nama baik (al-shit), al-kitab yang isinya menjelaskan agama (al-din), shalat dan doa serta pujian (al-tsana) atasnya.5 Abu Abbas mengartikan zikir dengan shalat dengan membaca al-Qur‟an, tasbih, do‟a syukur dan taat.6 Kata zikir, menurut Abd‟Allah Abbas al-Nadwi dalam Qamus Alfadz al-Qur‟an alKarim
‘Arabi-Injilisi,
berarti
sebutan
(mention),
ingatan
(remembrance
recollection), peringatan (remember-admotion), doa (invacation), nama baik (reputation), dan kemashuran (renown).7 Dalam kaitan dengan pengertian diatas, Mu’jam alfadz al-Qur’an alKarim memberikan uraian lebih rinci tentang pengertian zikir yang mempunyai empat arti dasar dari kata tersebut yaitu: pertama, mengucapkan dan menyebut nama Allah, serta menghadirkanya dalam ingatan. kedua, mengingat nikmat Allah dengan menghadirkan Allah dalam kehidupan kita menjalankan kewajiban kita sebagai
5
Ibn Manzhur, Lisan al-„Arab (Beirut: Dar Shadir,), jilid IV, h.308-333. Dan sebagai perbandingan lihat pula Thahir Ahmad al-Zawiy, Tartib al-Qamus al-Muhit (Kairo: Isa al-Babiy alHalabi wa al-Syirkah,tt.), juz 2, h. 262Lois Ma‟luf, Al-Munjid Fi al-Lughah wa I’lam (Beirut: Kattulikiyah,tt), h.236 6 Ibn Manzhur, Lisan al-‘Arab (Beirut: Dar Shadir,), jilid IV, h. 301 7 Abd‟Allah „ Abbas al-Nadwi, Qamus Alfadz al-Qur’an al Karim ‘Arabi-Injilisi (Chicago: Iqra‟ Internasional Education, 1986), h. 200
14
hamba. Ketiga, mengingat Allah dengan menghadirkanya dalam hati yang disertai dengan tadabbur, baik disertai dengan ucapan lisan atau tidak. Keempat, Allah mengingat hamba-Nya melalui pembalasan kebaikan kepada mereka dan mengangkat derajatnya.8 Sedangkan dalam kamus besar bahasa Indonesia di artikan sebagai: (1) pujipujian kepada Allah yang diucapkan berulang-ulang, (2) doa atau puji-pujian berlagu (dilakukan pada perayaan Maulid Nabi saw), dan (3) perbuatan mengerjakan zikir.9 Jadi, dapat disimpulkan bahwa kata dzikir secara etimologi berarti mengingat sesuatu baik dengan hati maupun dengan ucapan. Kata zikir juga dapat berarti kitabkitab Allah, peringatan, pelajaran, kemuliaan atau kehormatan, nama baik, doa dan pujian. Selanjutnya secara terminology pengertian zikir didefinisikan sebagai berikut: al-Ghazali dalam kitab Ihya Ulum al-Din, dengan mengutip pendapat al-Hasan, mengatakan bahwa zikir terbagi menjadi dua macam yaitu: pertama, zikir (mengingat) Allah, antara diri kita dan Allah, cara ini sangat baik dan besar pahalanya; kedua, mengingat kepada Allah Yang Maha Suci ketika dia meng
8
Majma‟ al-Lughah al-„Arrabiyah, Mu’jam Alfaz al-Quran al-Karim (Kairo: al-Hay‟ah alMishriyah,tt), jilid I. h. 437 9 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka. 1996), h.1136
15
haramkan sesuatu.10 Al-Razi mengelompokan pengertian zikir dalam tiga macam, yaitu: pertama, sebutan lidah (zikir bi al-Lisan) ialah memuji-Nya (tahmid), mensucikanya (tasbih),dan mengagungkanya (majdun), dan membaca al-Qur‟an. Kedua,ingatan hati (zikir bi al-qalb) ialah memikirkan dalil-dalil wujud Allah dan sifat-sifat-Nya. Memikirkan dalil-dalil perintah dan larangan-Nya untuk dapat di ketahui hukum-hukum-Nya. Memikirkan rahasia-rahasia yang terkandung dalam peroses penciptaan alam. Ketiga, zikir anggota badan (zikir bi al-jawarih) ialah mempergunakan seluruh anggota badan untuk ketaatan kepada-Nya.11 Imam nawawi dalam kitab al-Adzkar mengatakan hakekat zikir ialah kehadiran hati dapat dilakukan dengan lidah tetapi lebih utama dengan hati secara bersamaan, serta berusaha memikirkan dan memahami makna apa yang dibacanya. Zikir juga tidak terbatas pada masalah tasbih, tahlil, takbir, dan sejenisnya, melainkan semua amal ketaatan yang diniatkan kepada Allah swt.12 Dalam Ensklopedi hukum islam, zikir ialah menyebut, menuturkan, mengingat, menjaga, mengerti dan perbuatan baik. Ucapan lisan, gerakan raga, maupun getaran hati sesuai dengan cara-cara yang diajarkan agama dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah swt, upaya untuk menyingkirkan keadaan lupa dan lalai kepada Allah
10
Abu Hamid Muhammad ibn Muhammad al-Ghazali, Ihya’Ulum al-Din (Semarang: Thaha Putra,tt), juz I, h. 259 11 Fakhr al-Din ibn Dhiya‟ al-Din „Umar Muhammad al-Razi, Al-Tafsir al-Kabir wa Mafatih al-Ghayb (Beirut: Dar al-Fikr, 1985), jilid II, h, 159-160 12 Abu Zakariya Yahya ibn Syaraf al-Nawawi, Kitab al-Azdkar (Beirut: Darul al-Nabhim, 1997), h. 4
16
swt, dengan selalu ingat kepada-Nya; keluar dari suasana lupa masuk kedalam suasana musyahadah (saling menyaksikan) dengan mata hati, akibat dorongan rasa cinta yang mendalam kepada Allah swt.13 Dari definisi di atas dapat dipahami bahwa zikir adalah suatu aktifitas mengingat Allah swt yang dapat dilakukan dengan cara yaitu pertama, mensucikan, memuji-Nya, membaca al-Qur‟an, serta mengucapkan kalimat baik lainya, yang dilakukan dengan lisan. Kedua, mengingat dengan hati, yakni dengan memikirkan tanda-tanda kebesaran-Nya dan sifat-sifat-Nya, dan ketiga, mengingat-Nya dengan anggota tubuh, yakni, dengan mentaati segala perintah-Nya dalam setiap waktu dan tempat. 1. Anjuran berzikir Banyak ayat-ayat al-Qur‟an yang menyerukan manusia agar berzikir seperti :
Hai orang-orang yang beriman berzikirlah (dengan menyebut nama Allah, sebanyak-banyaknya. Dan bertasbih di waktu pagi dan petang. ( Q.S. Al-ahzaab: 4142)14
13
Abdul Aziz Dahlan, Ensiklopedi Hukum Islam (Jkarta: Ikhtiar Baru van Hove, 1996), jilid VI., h. 2016 14 Departemen Agama RI , Al-Qur’an dan Terjemahanya, (Mekar Surabaya) edisi 2002, h.599
17
Karan itu , ingatlah kamu kepada ku niscaya Aku ingat pula kepada mu. (al baqarah :152) Dan Kami akan menghidupkanya pada hari kiamat dalam keadaan buta Barang siapa yang berpaling dari mengingatKU. Maka sesungguhnya baginya penghidupan. ( Thaha:124) Yaitu orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat Allah. Ingatlah hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tentram. ( Arrad:28)15 Dan di dalam hadis pun Rasul saw. menganjurkan kita agar berzikir kepada Allah swt.
َد ُثه ِ ُ ألََٟٔاهللِ ِاٚ َْا ُِعَار٠ ( :ََلَا يٚ َِِٖذ١ عٍُ َاخَزَ ِتٚ ٗ١ٍ اهلل عٍٝي صٛجثًٍَ اََْ سع َ َِْٓعَْٓ ُِعَارِ تٚ َ رِوْ ِشنٍََْٟ عِٟٕع ِ ٌََُ اٌٍََٙ ( ا:ُْيُٛ ُدتُشِ وًُِ صَالجِ اَْْ ذَمِٟ ذَذَ عََٓ ف٢ َْا ُِعَار٠ َه١ْ ص ِ ُْٚ ا:َ اهللِ فَمَا يِٟف ) َعثَا َد ِذه ِ ِْٓدغ ُ َٚ َشُىْ ِشنَٚ Dari Mu;adz bin Jabal bahwa Rasulullah saw telah memegang tangannya dan bersabda: “ Hai Mu‟dz, demi Allah sesungguhnya aku menyayangimu karena Allah, lalu beliau bersabda : “ Aku berwasiat kepadamu hai Mu‟adz, jangan sekali-kali engkau tinggalkan seusai shalat untuk mengucapkan (Ya Allah, tolonglah agar aku selalu mengingat-Mu, mensyukuri-Mu dan memperbaiki ibadahku kepada-Mu).16 15
Departemen Agama RI , Al-Qur’an dan Terjemahanya, (Mekar Surabaya) edisi 2002, Habib Ali bin Hasan Abdullah bin Husain bin Umar Al-Atas Ba‟alawi Al-Hadromi, diterjemahkan oleh H.Toha bin Abubakar bin Yahya, AL-QIRTHAAS, Sarah Ratib Al- Atas, (Jakarta: Darul Ulum Press, 2003 ),jilid I. h. 16 16
18
جََّا عَحِ ثَُُ لَعَ َذِٟ اٌ َفجْشَ فٍََٝ (َِْٓ ص:ٍُعٚ ٗ١ٍ اهلل عٍٟي اهلل صٛ لاي سع:َْشِِٖ لَاي١غ َ َٚ ْعَْٓ َأَظ …….َْعُّْشَجٍ ذَاَِدٚ ٍدجَح َ َِْٓ وَا َٔدْ ٌَُٗ وَاءَ جْش١ سَوْ َع َرٍََٝ ذَطٍُْعَ اٌّشَّْظُ ثَُُ صَٝدر َ ٌَٝ َزْ وُشُاهللَ ذَعَا٠ ْ……ذَاَِد.ْذَاَِد Dari Anas dan lainya ;”Telah bersabda Rasulallah saw “: Barang siapa yang shalat fajar (subuh) berjamaah, kemudian ia duduk berzikir kepada Allah hingga terbit matahari melakukan sholat dua raka‟at (dhuha), maka baginya pahala seperti pahala ibadah hajji dan umroh yang sempurna, sempurna, sempurna. ( Telah berkata Atturmudzi: Hadist Hasan) 17
Dan masih banyak lagi ayat-ayat dan hadis yang berbicara mengenai zikir, bahkan al-Quran dan hadis-hadis seluruhnya menarik kita untuk berzikir kepada Allah baik secara lisan atau dengan kesungguhan secara amaliah maupun secara aqidah. Maka fahamilah baik-baik firman Allah Ta‟ala. 2. Keutamaan Majlis Zikir
ٍََْٝيُ اهللِ صُْٛشَازُ َسع١ِِ َٚ اَسَاوًُْ َ٘ا َُٕ٘ا:ََلَايٚ ِقُٛعُْٕٗ َأَُٗ َدخًََ اٌغ َ ًَْاهلل١ض ِ َْشَجَ س٠ْ ُ٘ َشَٟعَْٓ َا ِتٚ : ٌُْْٛشَاثًا فَمَا١ِِ ْاََٚش٠ ٍَََُْقَ فُْٛا اٌغُٛذَشَوَٚ ِغجِذ ْ َّ ٌ اٌِٝغجِذِ فَزََ٘ةَ إٌَاطُ ا ْ َّ ٌ اُِٟ ْمغُُِ ف٠ ٍَََُعَٚ ِْٗ١ٍَََ اهللُ ع َُُْْٛمشَ ع٠َٚ ٌََْْٝ اهللَ ذَعَاَُٚزْوُش٠ ًِْاَٛ َرَٕا ل٠ْ سََا: ْاٌُٛرُُْ ؟ لَا٠ْ فََّارَا سََا: َ َرَٕا ِِشَاثًا فَمَاي٠ْ ْشَجَ َِاسََا٠َا َاتَاُ٘ َش٠ ٍُعٚ ٗ١ٍ اهلل عٍٝي اهلل صْٛشَازُ سع١ِِ َ فَزَ ٌِه: َاٌمُشْأَْْ لاي Dari Abi Hurairah r.a bahwasanya ia telah memasuki suatu pasar dan berkatalah ia (kepada orang-orang yang ada di pasar itu). :”kenapakah aku melihat kalian berada disini, sedang warisan Rasulallah (sedang) dibagi-bagikan di masjid. Lalu mereka pun pergi kemasjid dengan meninggalkan kesibukan di pasar, tetapi mereka tidak 17
Habib Ali bin Hasan Abdullah bin Husain bin Umar Al-Atas Ba‟alawi Al-Hadromi ALQIRTHAAS, Sarah Ratib Al- Atas. Jilid I. h. 20
19
melihat adanya warisan yang dibagikan. Mereka berkata:” ya Abu Hurairah, kami tidak menjumpai warisan sedikitrpun” . Abu Hurairah berkata: apa yang kalian lihat disana ?.” Mereka berkata: Kmi melihat ada suatu kelompok orang yang sedang berzikir kepada Allah, dan ada pula kelompok lain sedang membaca Al-quran. Abu Hurairah berkata: “ itulah warisan Rasulallah SAW. Dan di dalam hadist lain yang di keluarkan oleh imam Abu Dawud r.a bahwasanya Rasulallah s.a.w telah bersabda kepada Anas r.a:
َْْ اهللَ ذَعَاَُٚزْ وُش٠ ٍََِْٛاْْ اَلْعُذَ َِعَ ل٢ ٍَََُعَٚ ِْٗ١ٍََ اهللُ عٍََْٝيُ اهللِ صُٛعُْٕٗ لَايَ َسع َ َُ اهللٝض ِ ََعَْٓ َأَظْ سٚ ََألْْ اَلْعُذٚ . ًَْ١ع ِ ٌََذِ ِاعَّْاٚ ِِْٓ ًعرِكُ اَ ْستَعَح ْ ََ ِِْٓ اٌَِٝ ذَطٍُْعَ اٌّشَّْظُ َادَةَ اَٝدر َ ِصالَجِ اٌغَذَاج َ ِِْٓ ٌَٝ َعرِكَ اَسْ تَعَح ْ ََ ِِْٓ اٌََِٟغْشُبَ اٌّشَّْظُ َادَةُ ا٠ َٝدر َ ِ ِِْٓ صَالجِ اٌعَصْشٌَٝ َْْ اهللَ ذَعَاٚ َُزْ وُش٠ ٍَََِْٛعَ ل )دٚ داٛ(اخشجٗ ات Dari Anas r.a ia telah berkata : “ telah bersabda Rasulallah saw:” bagiku duduk bersama satu kaum yang berzikir kepada Allah Ta‟ala sejak shalat subuh hingga terbit matahari lebih aku senangi (afdhal) dari membebaskan empat orang hamba dari keturunan ismail. Dan bagiku duduk bersama suatu kaum yang berzikir kepada Allah Ta‟la sejak shalat Ashar hingga terbenamnya matahari, lebih dari membebaskan empat orang hamba. (Abu Daud)18 Dari kedua hadis di atas meskipun rasul tidak menyuruh kita untuk berzikir secara berjamaah tetapi dari teks hadis diatas bahwasanya rasul senang dengan perbuatan tersebut. 3. Tatacara dan Adab Berzikir Supaya zikir itu membekas didalam hati, tidak hampa hendaklah di jaga adab dan tata tertib berzikir. Hasan al- Bana merumuskan tata tertib zikir sebagai berikut: 18
Habib Ali bin Hasan Abdullah bin Husain bin Umar Al-Atas Ba‟alawi Al-Hadromi ALQIRTHAAS, Sarah Ratib Al- Atas. Jilid I h.20
20
a.
Khusyu Dalam berzikir harus sopan dan menghayati makna setiap kalimat yang
diucapkannya dan berusaha menanamkanya sampai membekas kedalam hati. 19 Seyogyanya orang yang berzikir itu berkelakuan dengan sebaik-baiknya kelakuan, jika ia dalam keadaan dududk maka hendaklah menghadap kiblat dengan sikap khusyu, menghinakan diri kepada Allah, tenang dan menundukan kepala.20 b.
Merendahkan suara Dalam berzikir harus merendahkan suara semaksimal mungkin, disertai
kesadaran yang tinggi dan penuh harap, tidak terganggu kepada yang lain tertuju hanya kepada Allah.21 c.
Seiring dengan berjamaah Bila zikir dilakukan secara bersamaan maka ikutilah secara bersamaan baik
bacaanya maupun iramanya. d.
Bersih pakaian dan tempat, pada waktu yang tepat, sehingga harapan, kesucian
hati, dan kemurnian niat berpadu menjadi satu.22 Al-Imam Al-Jalil Abu Maisarah ra, mengatakan, janganlah menyebut asma Allah kecuali di tempat yang baik, mulut orang pezikirpun hendaknya bersih, apabila
19
Hasan Al-Bana, Zikir dan Do’a yang diajarkan Rasulullah, (Jakarta: Media Dakwah, 1997), cet V, h. 7 20 T.M. Hasbi Ash Shiddiqy, pedoman Zikir dan Do’a, (Semarang; Pustaka Rizki Putra), h. 52 21 Hasan Al-Bana, Zikir dan Do’a yang diajarkan Rasulullah, h.7 22 Hasan Al-Bana, Zikir dan Do’a yang diajarkan Rasulullah, h.7-9
21
mulutnya berubah (yakni berbau tidak enak), hendaklah menghilangkannya terlebih dahulu dengan bersiwak (menggosok gigi) 23 e.
Memelihara sikap khusyu dan akhlak Senantiasa harus memelihara sikap khusyu dan ahlak atau sopan santun dalam
berzikir, menjauhi hiruk-pikuk dan keramaian yang dapat menggangu ketenangan serta hilangnya pengaruh zikir didalam jiwa. Bila ahlak dan adab berzikir tersebut di pelihara dengan baik, insya Allah zikir tersebut dapat bermanfaat dan dapat membekas di hati sehingga terasa nikmat, jiwa menjadi tenang, dada terasa lapang berkat limpahan karunia Allah.24 4. Faedah Berzikir Dengan Hati dan lisan Al-Qoodhi „iyaadh telah berkata “ zikir kepada Allah itu ada dua macam” yaitu zikir dalam hati dan zikir dengan lisan.25 Zikir dalam hati itu ada dua macam yang pertama
adalah bentuk zikir yang paling tinggi dan agung yaitu memikirkan
(mrenungi ke Agungan Allah Ta‟ala, Kebesaran-Nya, dan alam raya-Nya, Hal diatas tersebut telah di kuatkan dengan hadis sebagai berikut: ٟش اٌز وش اٌخف١ ( خsebaik-baiknya zikir adalah yang bersifat tersembunyi ) kemudian yang kedua adalah berzikir kepada Allah di dalam hati mengingat perintahperintahNya dan larangan-laranganNya, karena itu hendaklah mentaati dan 23
Imam Nawawi, Khasiat Zikir dan Do’a (Terjemah Kitab Azakirun Nawawiyah), (Bandung; Sinar Bru Al-Gesindo, 1995), cet I, H. 21 24 Hasan Al-Bana, Zikir dan Do’a yang diajarkan Rasulullah, h.7-9 25 Habib Ali bin Hasan Abdullah bin Husain bin Umar Al-Atas Ba‟alawi Al-Hadromi, ALQIRTHAAS, Sarah Ratib Al- Atas, (Jakarta: Darul Ulum Press, 2003 ), jilid I. h. 23
22
mengerjakan apa-apa yang di perintahkaNya dan menjauhi apa-apa yang di larangNya.26 Adapun zikir dengan lisan disebut juga zikir yang paling lemah namun tidak mengurangi ke Agungan Allah karena secara langsung bibir kita bergerak dan telinga kita mendengar apayang kita ucapkan, dengan demikian akan lebih terangsang otak ini untuk berfikir kebesaran-Nya. Namun yang lebih baik menurut Al-Qodhii iyalah berzikir dengan menggunakan keduanya. karena akan bergerak antara lisan dan hati secara bersamaan
B. Pengertian Zikir Raatib Kata raatib mempunyai banyak arti, sedangkan yang di maksud disini adalah berasal dari kata )ساذرة ( ب خ سyang berarti mengatur atau tesusun27.Raatib adalah suatu yang tersusun, teratur dan rapi. Seperti dalam istilah sholat rawatib, adalah sholat-sholat yang diamalkan oleh Rasulallah saw. pada waktu-waktu tertentu, begitu juga dengan raatib, yaitu ziki-zikir yang berupa do‟a yang tersusun dan di baca pada waktu-waktu tertentu. 1. Macam-macam zikir raatib
26
Habib Ali bin Hasan Abdullah bin Husain bin Umar Al-Atas Ba‟alawi Al-Hadromi, ALQIRTHAAS, Sarah Ratib Al- Atas, (Jakarta: Darul Ulum Press, 2003 ), jilid I. h. 23 27
H. Irfan Zindy, Kamus Arab-Indonesia, (Jakarta; Dian Rakyat, 1998), cet I. h. 238
23
Diantara zikir raatib al-Atthas masih terdapat beberapa zikir raatib yang semua mengandung penyebutan keagungan Allah dan doa-doa yang terdapat didalamnya, diantaranya yaitu : a. Raatib al–Hadad, yang disusun oleh Habib Abdullah bin Alwi al-Hadad, b. Raatib al-Idrus yang disusun oleh Habib Abdullah bin Abubakar al-Idrus. c. Raatib al-Muhdor yang disusun oleh Habib Ali bin Aabubakar Assakran. 2. Pengertian zikir rataib al-Atthas Tidak berbeda dengan zikir raatib yang lain, zikir raatib yang di sususn oleh Habib Umar bin Abdurahman al-Atthas ini, yaitu, berisi tentang kebesaran dan keagunan Allah, doa ampunan kepada Allah, shalawat, tahlil, tasbih, takbir, tawakal dan kepasrahan kepada Allah Swt. Dan di dalam kitab al-Qirthaas raatib al-Atthas berarti penjaga, pelindung, tameng atau benteng. Maksudnya adalah doa-doa yang mengandung perlindungan atau penjagaan kepada Allah mulai dari hal-hal zohir (lahir atau jasmani) hingga penjagaan hal-hal batin (rohani).28
Raatib al-Atthas ini dijuluki dengan banyak nama seperti : a. Aziz al-Manaal wa fath Baab al-Wishol ( sesuatu yang sukar diperoleh dan kunci bagi pintu penghubung kepada Allah SWT)
28
Habib Ali bin Hasan Abdullah bin Husain bin Umar Al-Atas Ba‟alawi Al-Hadromi, ALQIRTHAAS, Sarah Ratib Al- Athas, (Jakarta: Darul Ulum Press, 2003 ),jilid I. h.11
24
)b. Husn al-Hashin (kubu yang kokoh )c. Al- Kibriyaat al-Ahmar (belerang yang merah )d. Zubdat al-Azdkar (pati segala zikir e. Ad-Diryaaq al-Mujarrob (penawar bagi racun yang mujarab)29
3. Susunan zikir raatib al-Atthas. تغُ اهلل اٌشدّٓ اٌشدُ١
اٌفاذذح أٌ ٝدضشج إٌثِ ٟذّذ صٍ ٝاهلل عٍٚ ٗ١أٌٗ ٚأصذاتٗ ٚ ِٓٚالٖ ثُ خصٛصا إٌ ٝسٚح ع١ذٔا اإلِاَ اٌمطة األٔفاط اٌذث١ة عّشتٓ عثذاٌشدّٓ اٌعطاط ٚاٌّش١خ عٍ ٝتٓ عثذاهلل تاساط ٚأصٚ ٌُٙٛفشٚع ُٙأْ اهلل ٠رغّشاُ٘ تشدّح ٚاٌّغفشج اٌفاذذح.. . أعٛر تاهلل ِٓ اٌّش١طاْ اٌشجُ١ تغُ اهلل اٌشدّٓ اٌشدُ١ اٌذّذ هلل سب اٌعاٌّ*ٓ١١اٌشدّٓ اٌشدٍِ*ُ١ه َٛ٠اٌذ*ٓ٠إ٠ان ٔعثذ ٚإ٠ان ٔغرع*ٓ١إ٘ذٔا اٌصشاط اٌّغرم*ُ١صشاط اٌز ٓ٠أٔعّد عٍ ُٙ١غ١شاٌّغضٛب عٍٚ ُٙ١ال اٌضاٌ*ٓ١
أعٛر تاهلل اٌغّّ١ع اٌعٍ ِٓ ُ١اٌّشّ١طاْ اٌشّج( ُ١ثال ز ِشج) ٌ ٛأٔضٌٕا ٘زاٌمشأْ عٍ ٝجثً ٌشأ٠رٗ خاشعا ِرصذعا ِٓ خّش١ح اهلل ٚذٍه األِثاي ٔضشتٙا ٌٍٕاط ٌعٍ٠ ُٙرفىشٛ٘ ْٚاهلل اٌز ٜال إٌٗ إال٘ٛاٌعٍ ُ١اٌغ١ة ٚاٌّشٙادج ٘ٛاٌشدّٓ اٌشدٛ٘ ُ١اهلل اٌز ٜالإٌٗ إال ٘ٛاٌٍّه اٌمذٚط اٌغالَ اٌّؤِٓ اٌّ ّٓ١ٙاٌعض٠ضاٌجثاس اٌّرىثش عثذاْ اهلل عّا ّ٠ششوْٛ ٘ٛاهلل اٌخاٌك اٌثشئ اٌّصٛسٌٗ األعّاء اٌذغٕ٠ ٝغثخ ٌٗ ِاف ٝاٌغّٛاخ ٚاألسض ٛ٘ٚاٌعض٠ضاٌذىُ١ Tohir Husain Yahya, Mutiara Ratibul Athas, (Semarang: PT. Tanjung Mas Inti, 2007), cet.
29
ke- 1,h. 41
25
)ُ (ثال ز ِشج١طاْ اٌشّج١ُّ ِٓ اٌّش١ٍع اٌع١ّّر تاهلل اٌغٛأع (aku berlindung kepada Allah yang maha mendengar lagi maha mengetahui dari godaan syetan yang terkutuk.)
)ر تىٍّاخ اهلل اٌرّاِاخ ِٓ شش ِا خٍك (ثال ز ِشجٛأع ( aku berlindung dengan kalimat Allah yang sempurna (al quran) dari kejahatan seluruh mahluk.)
)ُ (ثال ز ِشج١ٍع اٌع١ّّ اٌغٛ٘ٚ اٌغّّاءٝال فٚ األسضٝئ ف١ضش ِع اعّٗ ش٠ الٞتغُ اهلل اٌز )dengan menyebut nama Allah. Yang dengan namaNya tidak akan bermadharrat sesuatu baik yang dibumi maupun dilangit dan Dia Maha Tinggi lagi maha Agung) )ُ (عّششج ِشج١ اٌعظٍٟج إال تاهلل اٌعٛال لٚ يٛالدٚ ُ١تغُ اهلل اٌشدّٓ اٌشد (Dengan menyebut nama Allah yang Maha pengasih lagi Maha penyayang, dan tidak ada daya dan kekuatan kecuali atas pertolongan Allah yang Maha Tinggi lagi Maha Agung)
)ُ (ثال ز ِشج١تغُ اهلل اٌشدّٓ اٌشد (Dengan menyebut Nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha penyayang) )وٍٕا تاهلل (ثال ز ِشجٛتغُ اهلل ذذصٕا تاهلل تغُ اهلل ذ (Dengan menyebut Nama Allah, kami berlindungkepada Allah dengan menyebut Nama Allah, kami bertawakal kepada Allah)
)ٗ (ثال ز ِشج١ٍف عٛؤِٓ تاهلل الخ٠ ِٓٚ تغُ اهلل إِٔا تاهلل (Dengan menyebut Nama Allah, kami beriman kepada Allah dan barang siapa beriman kepada Allah, tidak ada rasa takut padanya)
26
)عثذاْ اهلل عضاهلل عٕذاْ اهلل جً اهلل (ثال ز ِشج (Maha suci Allah, Maha Mulia Allah, Maha Suci Allah, Maha Agung Allah)
)ُ (ثال ز ِشج١تذّذٖ عثذاْ اهلل اٌعظٚ عثذاْ اهلل (Maha Suci Allah dan segala puji bagiNya, Maha Suci Allah yang Maha Agung)
)الإٌٗ إال اهلل أهلل أوثش (استع ِشجٚ اٌذّذهللٚ عثذاْ اهلل (Maha Suci Allah dan segala puji bagi Allah, dan tidak ada Tuhan yang patut disembah selain Allah dan Allah Maha Besar)
)ش (ثال ز ِشج١اخث٠ ُ١ٍاع٠ ف١اٌط٠ شا تخٍمٗ أٌطف تٕا١اخث٠ ّٗا تخٍم١ٍاع٠ ٗف تخٍم١اٌط٠ (Wahai Allah yang Maha Penyayang kepada Mahluknya, Wahai Allah yang Maha Mengetahui tentang MhlukNya, Wahai Allah yang mengawasi Mahluknya sayangilah kami wahai dzat yang Maha Penyayang, Ynag Maha Mengetahui, dan Yang Maha Mengawasi)
)ٓ (ثال ز ِشج١ٍّاٌّغٚ ف ٌُ ذضي أٌطف تٕا١ّا ٔضي إٔه ٌط١ضي أٌطف تٕا ف٠ ٌُ ف١اٌط٠ (Wahai Allah yang Maha Penyayang kepada Mahluknya, Wahai Allah yang Maha Mengetahui tentang Mahluknya, Wahai Allah yang Maha mengawasi Mahluknya, sayangilah kami wahai dzat yang Maha Penyayang, Yang Mha Mengetahui, dan yang Maha Mengawasi)
)ٓ ِشج١الإٌٗ إال اهلل (استع (Tiada Tuhan yang patut disembah selain Allah) )ي اهلل ( ِشجٛالإٌٗ إال اهلل ِذّذ سع (Tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad utusan Allah)
27
دغثٕااهلل ٔٚعُ اٌٛو( ً١عثع ِشج) )(Cukuplah Allah bagi kami sebaik-baik pelindung
اٌٍ ُٙصً عٍِ ٝذّذ اٌٍ ُٙصً عٍٚ ٗ١عٍُ (عّشش ِشج) (Ya Allah, anugerahilah rahmat kepada Muhammad. Ya Allah, anugerahilah rahmat )dan kesejahteraan kepadanya
أعرغفشاهلل (ادذعّشش ِشج) )(Aku mohon ampun kepada Allah ذائث ْٛإٌ ٝاهلل (ثال ز ِشج) )(Kmi semuanya beraubat kepada Allah ٠ا أهلل تٙا ٠ا أهلل تٙا ٠ا أهلل تذغٓ اٌخاذّح (ثال ز ِشج) )(Ya Allah, dengan rahmatMu kami mohon dianugerahi husnul khatimah
غفشأه ستٕا ٚإٌ١ه اٌّص١ش ال ٠ىٍف اهلل ٔفغا إال ٚععٙا ٌٙا ِا وغثد ٚعٍٙ١ا ِا اورغثد ستٕا ال ذؤاخزٔا إْ ٔغٕ١ا أ ٚأخطأٔا ستٕا ٚال ذذًّ عٍٕ١ا إصشا وّا دٍّرٗ عٍ ٝاٌز ِٓ ٓ٠لثٍٕا ستٕا ٚال ذذٍّٕا ِا ال طالح ٌٕا تٗ ٚاعف عٕا ٚاغفش ٌٕا ٚاسدّٕا أٔد ِٛالٔا فأصشٔا عٍ ٝاٌمَٛ اٌىافشٓ٠
اٌفاذذح إٌ ٝسٚح ع١ذٔا ٚدث١ثٕا ٚشف١عٕ١ا سعٛي اهلل ِذّذ تٓ عثذاهلل صٍ ٝاهلل عٍٚ ٗ١أٌٗ ٚأصذاتٗ ٚأصٚاجٗ ٚرس٠رٗ أْ اهلل ٠عٍ ٝدسجاذ ُٙف ٝاٌجٕح ٕ٠ٚفعٕا تأعشاسُ٘ ٚأٔٛاسُ٘ ٚعٍٔٚ ُِٙٛفذاذُٙ ٚتشواذ ُٙف ٝاٌذٚ ٓ٠اٌذٔ١ا ٚاألخشج٠ٚ.جعٍٕا ِٓ دضت٠ٚ ُٙشصلٕا ِذثر٠ٚ ُٙرٛفأا عٍٍِ ٝرُٙ ٠ٚذّششٔا ف ٝصِشذ( ُٙاٌفاذذح اثاتىُ اهلل) اٌفاذذح إٌ ٝسٚح ع١ذٔا اٌفم ٗ١اٌّمذَ ِذّذ تٓ عٍ ٝتاعٍٚ ٜٛأصٚ ٌٗٛفشٚعٗ ٚجّ١ع عاداذٕا أي أتٝ عٍٚ ٜٛر ٞٚاٌذمٛق عٍ ٗ١أجّع ٓ١أْ اهلل ٠غفشٌ٠ٚ ُٙشدّ٠ ٚ ُٙعٍ ٝدسجاذ ُٙف ٝاٌجٕح ٕ٠ٚفعٕا تأعشاسُ٘ ٚأٔٛاسُ٘ ٚعٍٔٚ ُِٙٛفذاذٚ ُٙتشواذ ُٙف ٝاٌذٚ ٓ٠اٌذٔ١ا ٚاألخشج (اٌفاذذح اثاتىُ اهلل)
28
اٌفاذذح أٌ ٝسٚح ع١ذٔا ٚدث١ثٕا ٚتشورٕا صادة اٌشاذة لطة األٔفاط اٌذث١ة عّشتٓ عثذاٌشدّٓ اٌعطاط ٚاٌّش١خ عٍ ٝتٓ عثذاهلل تاساط ٚأصٌّٙٛا ٚفشٚعّٙا ٚر ٞٚاٌذمٛق عٍّٙ١ا أجّع ٓ١أْ اهلل ٠غ ٠ٚشدّ٠ ٚ ُٙعٍ ٝدسجاذ ُٙف ٝاٌجٕح ٕ٠ٚفعٕا تأعشاسُ٘ ٚأٔٛاسُ٘ ٚعٍٔٚ ُِٙٛفذاذُٙ ٚتشواذ ُٙف ٝاٌذٚ ٓ٠اٌذٔ١ا ٚاألخشج (اٌفاذذحاثاتىّاهلل) اٌفاذذح إٌ ٝأسٚاح األ١ٌٚاء ٚاٌّشٙذاء ٚاٌصاٌذٚ ٓ١األئّح اٌشاشذ,ٓ٠ثُ إٌ ٝسٚح...ثُ إٌ ٝأسٚاح ٚاٌذٓ٠ ِّٚشا٠خٕا ِٚعٍّٕ١ا ٚر ٞٚاٌذمٛق عٍٕ١ا أجّع.ٓ١ثُ إٌ ٝأسٚاح أِٛاخ أً٘ ٘زٖ اٌثٍذج ِٓ اٌّؤِٕٓ١ ٚاٌّؤِٕاخ ٚاٌّغٍّٚ ٓ١اٌّغٍّاخ أْ اهلل ٠غفشٌ٠ٚ ُٙشدّ٠ ٚ ُٙعٍ ٝدسجاذ ُٙف ٝاٌجٕح ٕ٠ٚفعٕا تأعشاسُ٘ ٚأٔٛاسُ٘ ٚعٍٔٚ ُِٙٛفذاذٚ ُٙتشواذ ُٙف ٝاٌذٚ ٓ٠اٌذٔ١ا ٚاألخشج (اٌفاذذح اثاتىُ اهلل)
اٌفاذذح تاٌمثٛي ٚذّاَ وً عؤي ِٚأِٛي ٚصالح اٌّشأْ ظا٘شا ٚتاطٕا ف ٝاٌذٚ ٓ٠اٌذٔ١ا ٚاألخشج دافعح ٌىً ششجاٌثح ٌىً خ١ش ٌٕا ٚألدثاتٕا ٌٛٚاٌذِّٚ ٓ٠شا٠خٕا ف ٝاٌذِ ٓ٠ع اٌٍطف ٚاٌعاف١ح ٚعٍ١ٔ ٝح أْ اهلل ٕٛ٠س لٍٛتٕا ٚلٛاٌثٕا ِع اٌرمٚ ٝاٌٙذٚ ٜاٌعفاف ٚاٌّٛخ عٍ ٝاٌذ ٓ٠اإلعالَ ٚاإلّ٠اْ تال ِذٕح ٚالاِرذاْ تذك ع١ذ ٌٚذ عذٔاْ ٌٚىً ٔ١ح صاٌذح ٚإٌ ٝدضشج اٌذث١ة ِذّذ صٍ ٝاهلل عٍٚ ٗ١عٍُ (اٌفاذذح)
تغُ اهلل اٌشدّٓ اٌشدُ١ اٌذّذ هلل سب اٌعاٌّ ٓ١دّذا ٛ٠افٔ ٝعّٗ ٠ٚىافئ ِض٠ذج ٠ا ستٕا ٌه اٌذّذ وّا ٕ٠ثغٌ ٝجالي ٚجٙه اٌىشٌٚ ُ٠عظ ُ١عٍطأه عثذأه ال ٔخص ٝثٕاء عٍ١ه وّا أثٕ١د عٍٔ ٝفغه فٍه اٌذّذ درٝ
29
ٓ١ٌٚ األٝذٔا ف١ عٍٝعٍُ عٚ ًُ صٌٍٙ اٌٝه اٌذّذ تعذ اٌشضٚ د١ٌه اٌذّذ إرا سضٚ ٝذشض ٓ١دٚ لدٚ ً وٝذٔا ِذّذ ف١ عٍٝعٍُ عٚ ًصٚ ٓ٠ األخشٝذٔا ِذّذ ف١ عٍٝعٍُ عٚ ًصٚ ٝذٔا ِذّذ در١ عٍٝعٍُ عٚ ًصٚ ٓ٠َ اٌذٛ٠ ٌٝ إٍٝ اٌّإل األعٝذٔا ِذّذ ف١ عٍٝعٍُ عٚ ًصٚ أتذإٔاٚ إٔا٠دعه أدٛٔغرٚ ُ إٔا ٔغرذفظهٌٍٙٓ ا١اسثٌٛش ا١أٔد خٚ اٙ١ٍِٓ عٚ ذشز األسض اسنٛجٚ ارن١عٚ أِأهٚ وٕفهٝاُ٘ ف٠إٚ ُ اجعٍٕاٌٍٙرٕا ا١ئ أعط١وً شٚ إٍٔ٘اٚ إٌاِٛأٚ أٔفغٕاٚ ش٠ئ لذ١ وً شٍٝ ششإٔه عِٜٓ ششوً رٚ ٟ تغٜرٚ ٓ١ عٞرٚ ذ١ٕجثاسعٚ ذ٠طاْ ِش١ِٓ وً ش ع١ّاٌّاي إٔه عٚ اٌّايٚ اٌذايٝجثاخ إٌذاِح فِٛ ِٓ أعزٔاٚ اإلعرماِحٚ ُٜٛ دطٕا تاٌرمٌٍٙا اسصلٕا وّايٚ ٓ١صذثٗ أجّعٚ ٌٗ اٍٝعٚ ذٔا ِذّذ١ عٍٝجالٌه عٚ ُ تجّاٌهٌٍٙصً اٚ اٌذعاء َعالٚ ْٛصف٠ تفضً عثذاْ سته سب اٌعضج عّا. ٓ١ّا أسدُ اٌشاد٠ تاطٕاٚ اٌّراتعح ٌٗ ظا٘شا 30 ٓ١ٌّاٌذّذ هلل سب اٌعاٚ ٓ١ٍ اٌّشعٍٝع
4. Bografi Al-Habib Umar bin Abdurahman Al-Athas Al-Habib Umar bin Abdurahman al- Atthas lahir sekitar tahun 992 H di kota lisk, disebuah perkampungan di kota Inat, Hadrramaut, Yaman.31 Beliau lahir dari sebuah pernikahan yang penuh berkah dari al Habib Abdurahman bin Agil dengan Syarifah Muznah binti Muhammad al jufri, seorang wanita salihah dan dikenal sangat tekun dalam peribadatannya kepada Allah swt. Sedangkan al Habib Abdurahman bin Aqil dikenal sebagai seorang ulama yang mendalam ilmunya serta memiliki derajat yang tinggi di sisi Allah . Al Habib Umar bin Abdurahman menghabiskan masa kecilnya di kota lisk, beliau
dibesarkan
dibawah asuhan dan
30
pengawasan
ayahandanya.
Beliau
Habib Ali bin Hasan Abdullah bin Husain bin Umar Al-Atas Ba‟alawi Al-Hadromi, ALQIRTHAAS, Sarah Ratib Al- Athas, (Jakarta: Darul Ulum Press, 2003 ), jilid II. h.322 31 Tohir Husain Yahya, Mutiara Ratibul Athas, (Semarang: PT. Tanjung Mas Inti, 2007), cet. ke- 1,
30
mendapatkan pendidikan dasar yang sempurna di tangan paman beliau, yang merupakan ulama besar dimasa itu, seorang yang shalih dan memiliki keteguhan jiwa yang kuat, al Habib Husain bin Syaikh Abu Bakar bin Salim. Semenjak kecil beliau telah kehilangan kedua pengelihatanya, namun Allah swt menggantinya dengan pengelihatan hati yang terang benderang serta kecerdasan dan daya ingat yang luar biasa. Semenjak kecilnya, beliau sudah gemar beribadah, menjaga kebersihan lahir dan batinya. Dari tempat tinggal beliau di lisk, beliau sering mengelilingi masjid-masjid di kota Tarim dan menimba air dari beberapa sumur untuk memenuhi kebutuhan air dari masjid-masjid tersebut Al Habib Umar mengambil sanad dan ilmu dari banyak ulama besar dan masyaikh di masa itu, yang sebagian besar adalah murid dari Sayyidina Syaikh Abu Bakar bin Salim. Beliau juaga menimba ilmu dari putra-putra Syaikh Abu Bakar bin Salim, di antaranya, al Habib Husain, al Habib Hamid dan al Habib Muhdor. Di antara guru beliau adalah imam Muhammad bin Abdurahman al Hadi bin Isa Barakwah as Samarqandi dari beliaulah al Habib Umar mendapatkan“ talkin adzikr” dan beberapa zikir, diantaranya yang dikenal dengan “ zikir tauhid”.32 Al Habib Umar mendapatkan sanad mushafahah dari salah satu guru beliau, yakni as Sayyid Muhammad al Hadi bin Abdurahman bin Syihabudin, denagn sanad tersambung hingga Rasulullah saw. al Habib Umar bin Abdurahman al-Atthas
32
Tohir Husain Yahya, Mutiara Ratibul Athas, (Semarang: PT. Tanjung Mas Inti, 2007), cet.
ke- 1, h. 15
31
memulai perjalanannya dalam Thoriqoh Sufiyah dibawah pengawasan guru-guru beliau. Beliau menerima “ijazah” sekaligus “libasu khirqah” dari guru utama beliau al habib Husain bin Sykh Abubakar bin Salim, dengan sanad tersambung dari ayahnya hingga kepada al Faqih al Muqaddam Muhammad bin Ali.33 Sedangkan al faqih al Muqaddam Muhammad bin Ali dalam silsilah spiritualnya memiliki dua sanad , yang pertama: dari ayah beliau al Imam Ali bin Muhammad terus bersambung keatas hingga Rasulallah saw. Dan yang kedua: beliau peroleh dari syikh Abu Madyan yang juga terus bersambung hingga Rasulullah saw. Demikian al habib Umar mendapatkan pendidikan yang sanagt baik, dan menapaki perjalanan ruhaniahnya dengan sempurna hingga jadilah beliau seorang yang mendalami ilmunya dan mulia akhlaknya. 34 Dalam riwayat yang diterima al Habib Umar Shahibur raatib ini memiliki perawakan yang tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu pendek, tampan, memiliki jenggot yang lebat, berwibawa, dipinggang kirinya tumbuh sesuatu seperti mata cincin, beliau selalu wangi karena beliau sangat gemar dengan wewangian. Adapun silsilah beliau sebagai berikut: Umar bin Abdurahman bin Aqil bin salim bin Abdullah bin Abdurahman bin Abdullah bin Al Imam Abdurahman as Saqqaf bin Muhammad Mauladdawilah bin
33
Tohir Husain Yahya, Mutiara Ratibul Athas, (Semarang: PT. Tanjung Mas Inti, 2007), cet.
ke- 1, h. 19 34
Habib Munzir al-Musawa, majlis Rasulallah.org, selasa 1 feb 2010
32
Ali bin Alwi bin Al Fqih Muqaddam bin Muhammad bin Ali bin Muhammad Shahibul Mrbath bin Ali bin Alwi Khali Qasam bin Muhammad binAlwi bin Ubaidilah bin Al Muhajir Ilallah Ahmad bin Isa bin Muhammad An Naqib bin Ali Al Uraidhi bin Jafar Ashsadiq bin Muhammad Al Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Husain bin Ali bin Abi Tahalib wa Fatimah binti Muhammad Rasulallah saw.35 Kiprah dakwah habib umar bin abdurahman al-atthas Pada sekitar tahun 1040 H. atas dorongan dan perintah gurunya yang bernama Habib Husin bin Syaikh Abu Bakar bin Salim, beliau hijrah ke kota Huraidhah untuk mengemban tugas mulia membangun sebuah konstruksi dakwah di wilayah yang masih sangat tandus dan sangat membutuhkan siraman keimanan, membimbing dan medidik umat, mengajak mereka kepada cahaya ilmu dam keselamatan. Atas permintaan Syaikh Najjad Azdebani, maka pada awalnya beliau menetap dirumahnya dan mengawali perjuangan di kota Huraidhah. Beliau sering mendamaikan antara dua pihak yang berselisih, apabila mendapatkan undangan, beliau selalu menyempatkan diri untuk datatng meski harus dengan susah payah. Beliau juag berpegang kuat pada sifat wara (berhati-hati) dalam segala hal Beliau memiliki jiwa pengajar dan pendidik yang bijaksana, kesungguhan yang sangat kuat dalam dakwahnya yang meneruskan ajaran Rasulullah saw. peran beliau
35
Habib Ali bin Hasan Abdullah bin Husain bin Umar Al-Atas Ba‟alawi Al-Hadromi, ALQIRTHAAS, Sarah Ratib Al- Athas, (Jakarta: Darul Ulum Press, 2003 ), jilid I. h.8
33
sangat penting dalam keberhasilan dakwah dilembah-lembah Hadramut, Yaman. Sampai akhirnya beliau menyusun zikir yang terkenal dengan sebutan zikir Ratib al Atthas yang sampai saat ini masih banyak di lantunkan dibeberapa belahan dunia termasuk Indonesia yang masih melantunkan zikir yang disusun oleh beliau, salah satunya banyak kaum muslimin Indonesia yang ketika hendak melaksanakan ibadah haji pasti terlebih dahulu membacakan zikir ratib al-Atthas tersebut, karena sudah menjadi budaya dikalangan masyarakat muslim Indonesia pada umumnya. Betapa luasnya manfaat dakwah beliau sehingga terasa kesemua penjuru di dunia dengan satu karya belia yaitu Ratib al-Atthas Pada kamis tengah malam, tanggal 23 Rabiuts Tsani 1072 H di kota Nfhun, beliau menghembuskan nafasnya yang terakhir. Kemudian jasad beliau yang mulia dibawa ke Huraidhah untuk dimandikan oleh salah satu murid yang dicintainya Syikh Abbas Abdullah Bahfas permintaan beliau sendiri sebelum wafat. Di kota inilah jasad suci beliau kemudian dimakamkan dengan dihadiri pra tokoh pemuka dan berbagai kalangan masyarakat. Tak henti-hentinya orang datang silih berganti kepusara beliau dan berta‟ziah kepada keluarga beliau. Hujanpun turun denagn lebatnya, membawa berkah bagi semua, khususnya daerah yang gersang dan kekeringan. 36
36
Tohir Husain Yahya, Mutiara Ratibul Athas, (Semarang: PT. Tanjung Mas Inti, 2007), cet.
ke- 1, h. 33
34
C. Kesehatan Mental Ada suatu dimensi yang menarik didalam diri manusia dan berpengaruh besar dalam kehidupan manusia yaitu mental/kejiwaan yang mengendalikan keadaan manusia agar dapat hidup sehat, tentram dan bahagia. 1. Pengertian kesehatan mental Kesehatan berasal dari kata sehat, yang artinya baik seluruh badan serta bagianbagiannya (bebas dari sakit)37 “mental bersangkutan dengan batin dan watak manusia, yang bukan bersifat badan atau tenaga, bukan hanya pembangunan fisik yang diperhatikan, melainkan juga pembangunan batin dan watak.”38 “kesehatan mental adalah terhindarnya orang dari gejala-gejala gangguan jiwa (neorose) dan gejalagejala penyakit jiwa (psikose).”39 Menurut zakia Daradjat, “mental dalam terminology psikiatri dan psikoterapi seiring digunakan sebagai kata ganti personality.”40 Yang berarti bahwa “mental adalah semua unsure-unsur jiwa termasuk pikiran, emosi, sikap, dan perasaan yang
37
Pusat Bahasa, Kamus Besar Indonesia (Jakarta: Balai Puastaka, 2002), Edisi Ke-3. h. 1011 Pusat Bahasa, Kamus Besar Indonesia , Edisi Ke-3. h. 733 39 Abdul Aziz al-Qussy (Terjemahan). Pokok-pokok Kesehatan Mental, Alih Bahasa Zakiah Daradjat (Jakarta: Bulan bintang), cet. Ket-II. H. 13 40 Zakia Daradjat. Pendidikan Agama dalam Pembinaan Mental (Jakarta: Bulan Bintang, 1987), cet. Ke-52, h. 35 38
35
keseluruhan dan kebulatanya menentukan corak laku, cara menhadapi sesuatu hal yang menekan perasaan mengecewakan, menggembirakan dan sebaginya.41 Di bawah ini adalah pengertian kesehatan menurut Dr. Zakiah Daradjat: a. Kesehatan mental adalah terhindarnya orang dari gejala-gejala gangguan jiwa (neorose) dari gejala-gejala penyakit jiwa (psychose). b. Kesehatan mental adalah kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan diri sendiri, orang lain, dan masyarakat serta lingkungan dimana ia hidup. c. Kesehatan mental adalah pengetahuan dan perbuatan yang bertujuan untuk mengembangkan dan memanfaatkan segala potensi, bakat dan pembawaan yang semaksimal mungkin, sehingga membawa kepada kebahagiaan diri dan orang lain serta terhindar dari gangguan-gangguan dan penyakit jiwa. d. Kesehatan mental adalah terwujudnya keharmonisan yang sungguh-sungguh antara fungsi-fungsi jiwa, serta mempunyai kesanggupan untuk menghadapi problem-problem biasa yang terjadi dan merasakan secara positif kebahagiaan dan kemampuan dirinya. 42 Dari pengertian kesehatan mental di atas dapat diambil kesimpulan bahwa kesehatan mental adalah terhindar dari gangguan penyakit kejiwaan, mampu menyesuaikan diri, sanggup menghadapi masalah-masalah dan kegoncangan, tidak
41 42
Zakia Daradjat. Pendidikan Agama dalam Pembinaan Mental. , h. 35 Zakia Daradjat. Pendidikan Agama dalam Pembinaan Mental. , h. 14
36
ada konflik dan merasa bahwa dirinya berharga, berguna dan bahagia serta dapat menggunakan potensi yang ada seoptimal mungkin. Menurut Hanna Djumhana Bastaman dengan melihat pengertian di atas dapat disimpulkan, tolak ukur kesehatan jiwa yakni: a. Bebas dari gangguan dan penyakit-penyakit kejiwaan. b. Mampu secara luwes menyesuaikan diri dan menciptakan hubungan antar peribadi yang bermanfaat dan menyenangkan. c. Mengembangkan potensi-potensi pribadi (bakat, kemampuan, sikap, sifat, dan sebagainya) yang baik dan bermanfaat bagi diri sendiri dan lingkungan. d. Beriman dan bertaqwa kepada Tuhan, dan berupaya menerapkan tuntunan agama dalam kehidupan sehari-hari.43 Berdasarkan tolak ukur diatas kiranya dapat digambarkan secara ideal bahwa “orang yang benar-benar sehat mentalnya adalah orang yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berusaha secara sadar, merealisasikan nilai-nilai agama, sehingga kehidupannya itu dijalaninya sesuai dengan tuntunan agamanya. Ia pun secara sadar berupaya mengembangkan berbagai potensi dirinya, seperti bakat, kemampuan, sifat, dan kualitas-kualitas pribadi lainya yang positif. Sejalan dengan itu iapun berupaya untuk menghambat dan mengurangi kualitas-kualitas negative
43
Hanna Djumana Bastman, Integrasi Psikologi dengan Islam Menuju Psikologi Islam (Yogyakarta: Mustaka Pelajar, 2005), cet. Ke-4, h. 134
37
dirinya, karena sadar bahwa hal itu dapat menjadi sumber berbagai gangguan (dan penyakit) kejiwaan. Dalam pergaulan ia adalah seorang yang luwes, dalam artian mampu menyesuaikan diri dengan situasi lingkungan tanpa ia sendiri kehilangan identitas dirinya serta berusaha secara aktif agar berfungsi dan bermanfaat bagi dirinya sendiri dan lingkungan sekitarnya. Ada benarnya bila oarang dengan kesehatan mental yang naik digambarkan sebagi seseorang yang sehat jasmaniruhani, otaknya penuh denagn ilmu-ilmu yang bermanfaat, ruhaninya sarat denagn nilai-nilai agama dan sosial budaya yang luhur. Pada dirinya seakan-akan telah tertaman dengan suburnya moralitas dan rasa makmur yang memberi manfaat dan melimpah ruah kepada sekelilingnya.” 44 Penulis membatasi bahwa indicator kesehatan mental adalah kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya, menggunakan potensi yang dimilikinya, dan menghadapi masalah-masalah ringan dengan baik, serta merasakan ketenangan dalm jiwanya, karena tidak ada seorangpun yang menginginkan kesusahan dalam hidupnya, juga tidak ada seorangpun yang tidak ingin kepada kesenangan dan kebahagiaan yang tidak lain bersumber dari sehatnya mental. Semua orang akan berusaha membebaskan dirinya dari berbagi kesusahan dan penderitaan yang menderanya.
44
Hanna Djumana Bastman, Integrasi Psikologi dengan Islam Menuju Psikologi Islam. h
135
38
2. Cirri-ciri mental sehat Orang yang mentalnya kacau tidak dapat memperoleh ketenangan hidup, hal ini menyebabkan timbulnya emosi negative sehingga ia tidak mampu mencapai kedewasaan psikis mudah putus asa dan bahkan ingin bunuh diri.45 Kartini Kartono secara ringkas menyatakan ada tiga faktor yang menyebabkan timbulnya kekalutan mental, yaitu: a. predisposisi struktur biologis atau jasmaniyah dan mental atau kepribadian yang lemah. b. Konflik-konflik sosial dan konflik-konflik cultural yang mempengaruhi diri manusia. c. Pemaksaan batin (internalisasi) dari pengalaman oleh diri si subjek yang salah.46 Sebaliknya orang mentalnya sehat akan merasa suasana batin yang aman tentram dan sejahtera. Berbagai usaha untuk mencapai kebahagiaan, keamanan, ketentraman batin dan kesehatan mental, pada hakekatnya bertujuan untuk mencapai ketenagan hidup. Dr. Kartini Kartono mengatakan bahwa orang yang memiliki mental sehat mempunyai tanda-tanda khas antara lain sebagai berikut: 45
Yusak Bahruddin,Kesehatan Mental untuk Fakultas Tarbiah Komponen MKK (Bandung; CV Pustaka Setia, 1999), Cet. Ke- h. 17 46 Kartini Kartono, Hygiene Mental da Kesehatan Mental dalam Islam (Bandung; Mandar Maju, 1989), h. 241.
39
a. Adanaya kombinasi dari segenap energy, potensi dan aktifitasnya. b. Efisiensi dalam setiap tindakanya. c. Memiliki tujuan hidup. d. Bergairah dan tenang harmonis batinya. 47 Maka orang yang sehat mentalnya itu mudah mengadakan penyesuaian diri terhadap tuntutan lingkunganya, juga mampu beradaptasi aktif dan lancar mengatasi semua masalah yang timbul dalam perubahan-perubahan sosial. Pada umumnya setiap orang memiliki mental yang sehat, namun karena suatu sebab, ada sebagian orang yang memiliki mental yang tidak sehat. Orang yang tidak sehat mentalnya memiliki tekanan-tekanan batin, denagn suasana batin seperti itu keperibadian seseorang menjadi kacau dan terganggu ketenangannya, gejala inilah yang menjadi pusat pengganggu ketenangan jiwa. Ketenagan hidup dapat dicapai bila seseorang dapat memecahkan keruwetan jiwa pada dirinya, yang menimbulkan kesulitan hidup, hal ini dapat dilakukan bila ia berusaha membersihkan jiwa agar tidak terganggu ketenangannya dan tidak terjadi konflik-konflik maupun rasa takut.48 Jasmani dapat dikatakan sehat apabila energy yang ada mencukupi, daya tahan yang ada mencukupi, memiliki kekuatan untuk menjalankan aktifitas dan kondisi 47 48
Kartini Kartono, Hygiene Mental da Kesehatan Mental dalam Islam. h. 243 Yusak Bahruddin,Kesehatan Mental, h. 17
40
badan terasa nyaman dan sehat. Orang yang meniliki sifat-sifat yang khas, antara lain mempunyai kemampuan untuk bertindak secara efisien, memiliki tujuan hidup yang jelas, memiliki konsep diri yang jelas, memiliki koordinasi antara setiap potensi denagn usaha-usahanya, memiliki regulasi diri dan integritas kepribadian, memiliki batin yang tenang.49
49
Yusak Bahruddin,Kesehatan Mental, h. 9
41
42
BAB III HADIS-HADIS TENTANG ZIKIR A. Pengertian Hadis Hadis secara etimologis (bahasa) ialah cerita, percakapan baik dalam konteks agama maupun duniawi, atau dalam konteks sejarah atau peristiwa dan kejadian aktual, Hadis secara terminologis (istilah), sinonim dengan sunnah, keduanya diartikan segala sesuatu yang diambil dari Rasulullah saw., sebelum dan sesudah diangkat menjadi Rasul. Menurut ulama Muhaddisin terdapat pengetrian hadis yang luas, yakni tidak hanya mencakup sesuatu yang dimarfu‟kan kepada Nabi Muhammad saja, tetapi perkataan, perbuatan, dan taqrir,1 yang disandarkan kepada sahabat dan tabi‟in pun di sebut hadis.2 Hadis juga merupakan sumber utama ajaran Islam di samping al-Qur‟an. Karenanya hadis Nabi saw memiliki fungsi yang berkaitan dengan al-Qur‟an, yaitu sebagai penjelas bagi al-Qur‟an; penjelas secara global, menerangkan yang sulit, membatasi yang mutlaq, mengkhususkan yang umum dan menguraikan ayat-ayat yang ringkas, bahkan kadangkala menetapkan suatu hukum yang tidak terdapat dalam
1
Taqrir berasal dari bentuk masdar kata kerja Qarrara dimana secara etimologi istilah Taqrir berarti penetapan, persetujuan. Lihat Muhammad bin Muqarran bin Mansyur, Lisan al-Araby, (Mesir: Dar Misriyah, juz V), h.394, menurut istilah Taqrir tidak berkomentarnya Nabi saw, atas perbuatan yang dilakukan oleh para sahabat, baik disaksikan atau didengarnya. 2 Fathur Rahman, Ikhtisar Mustalah Hadis, (Bandung: PT Ma‟arif, 1974), h.24
42
al-Qur‟an.3 Dengan demikian hadis merupakan tuntunan praktis terhadap al-Qur‟an,4 Fungsi ini ditegaskan oleh al-Qur‟an surat an-Nahl:44, yaitu:
Artinya: Dan Kami turunkan kepadamu adz-Dzikr (al-Qur‟an) agar kamu menerangkan kepada manusia tentang apa yang diturunkan kepada mereka. Hadis mempunyai fungsi yang berhubungan dengan pembinaan hukum Islam, dengan merujuk kepada imam Syafi‟i dalam ar-Risalah, Abdul Halim menegaskan bahwa dalam kaitannya dengan al-Qur‟an ada 2 (dua) fungsi as-Sunah yang tidak diperselisihkan oleh ulama;
Bayan Taklid dan Bayan Tafsir.5 Yang pertama,
menguatkan atau menggaris bawahi apa yang terdapat dalam al-Qur‟an.6 Fungsi kedua memperjelas, merinci, bahkan membatasi pengertian lahir dari ayat-ayat alQur‟an. Kedua fungsi hadis tersebut, memberikan kontribusi yang besar dalam kehidupan kaum muslimin, baik semasa Nabi saw, sahabat, Tabi‟in, Tabiu atTabi‟in,maupun masa sekarang. 1. Hadis- hadis tentang zikir
3
Ending Syaifuddin Ansyari, WawasanIslam: poko-poko pemikiran Islam dan Umatnya, (Jakarta: PT, Raja Grafindo Persada, 1993), h. 35 4 M. Ajaj al-Khatib, Ushul Hadis, ter. M. qodirun Nur, Ahmad Musyafiq (Jakarta: Gaya Media Pertama, 2001) h. 35 5 Abudin Nata, Metodologi Study Islam, (Jkarta: Rajawali Press, 2002) h. 194 6 M. Qurais Shihab, Membumikan al-Qur‟an: Fungsi dan peranan wahyu dalam kehidupan masyarakat, (Bandung: Mizan, 1994), h.21
43
(يٍَْ صَهَى ان َفجْسَ فًِ جًََا ػَحِ ثُىَ لَؼَ َد: لال زسٕل اهلل صهً اهلل ػهٍّ ٔسهى:َغٍْسِ ِ لَال َ َٔ ْػٍَْ َا َس ……. ْحجَحٍ َٔػًُْسَجٍ ذَايَد َ َحرَى ذَطْهُغَ انّشًَْسُ ثُىَ صَهَى زَكْ َؼ َرٍٍِْ كَا َدْ نَُّ كَاءَ جْس َ ٌَرْ كُسُاهللَ ذَؼَا نَى ْ……ذَايَد.ْذَايَد Dari Anas dan lainya ;”Telah bersabda Rasulallah saw “: Barang siapa yang shalat fajar (subuh) berjamaah, kemudian ia duduk berzikir kepada Allah hingga terbit matahari melakukan sholat dua raka‟at (dhuha), maka baginya pahala seperti pahala ibadah hajji dan umroh yang sempurna, sempurna, sempurna. ( Telah berkata Atturmudzi: Hadist Hasan) 7
ػُُّْ لَالَ َزسُْٕلُ اهللِ صَهَى اهللُ ػََهٍِّْ َٔسَهَىَ َِاٌْ اَلْؼُدَ يَغَ لَْٕوٍ ٌَرْ كُسٌَُْٔ اهللَ ذَؼَا َ ُظىَ اهلل ِ ََٔػٍَْ َا َسْ ز َ َٔألٌْ اَلْؼُد. َػٍْم ِ ػرِكُ اَ ْزتَؼَحً يٍِْ َٔنَدِ ِاسًَْا ْ َحرَى ذَطْهُغَ انّشًَْسُ َاحَةَ اَِنىَ يٍِْ ا َ ِصالَجِ انغَدَاج َ ٍِْنَى ي َػرِكَ اَزْ تَؼَح ْ َحرَى ٌَغْسُبَ انّشًَْسُ َاحَةُ اَِنًَ يٍِْ ا َ ِيَغَ لَْٕوٍ ٌَرْ كُسُ ٌَْٔ اهللَ ذَؼَا نَى يٍِْ صَالجِ انؼَصْس )(اخسجّ اتٕ دأد Dari Anas r.a ia telah berkata : “ telah bersabda Rasulallah saw:” bagiku duduk bersama satu kaum yang berzikir kepada Allah Ta‟ala sejak shalat subuh hingga terbit matahari lebih aku senangi (afdhal) dari membebaskan empat orang hamba dari keturunan ismail. Dan bagiku duduk bersama suatu kaum yang berzikir kepada AllahTa‟la sejak shalat Ashar hingga terbenamnya matahari, lebih dari 8 membebaskan empat orang hamba.” (Abu Daud) 2. Hadis Tentang Dzikir dan Kesehatan ََٔ ِ تِسْىِ اهللِ انرِيْ َ ٌَعُسُ يَغَ اسًِِّْ شًَْ ٌء فِى اال زْض: ٍل فِى صَثَا حِ كُمِ ٌَْٕوٍ َٔ يَسَاءِ كُمِ نٍَْهَح ُ ُْٕيَا يٍِْ ػَثْدٍ ٌَم )ٌفِى انسًََاءِ ََُْٕٔ انسًٍَِْغُ انؼَهٍِْىُ ثَال زَ يَسَاخِ اَِ نَىْ ٌَعُسُُِ شًَْءُ (زٔاِ انرسيري ٔ اتٕدأد ٔ ػثًاٌ تٍ ػفا (Hamba mana saja yang mengucapkan dipagi setiap hari, dan sore setiap malam): 7
Habib Ali bin Hasan Abdullah bin Husain bin Umar Al-Atas Ba‟alawi Al-Hadromi, diterjemahkan oleh H.Toha bin Abubakar bin Yahya, AL-QIRTHAAS, Sarah Ratib Al- Atas, (Jakarta: Darul Ulum Press, 2003 ), Jilid 1, h. 20 8 Habib Ali bin Hasan Abdullah bin Husain bin Umar Al-Atas Ba‟alawi Al-Hadromi, ALQIRTHAAS, Sarah Ratib Al- Atas, Jilid 1, h. 24
44
ُ
تِسْىِ اهللِ انرِيْ َ ٌَعُسُ يَغَ اسًِِّْ شًَْ ٌء فِى اال زْضِ ََٔ فِى انسًََاءِ ََُْٕٔ انسًٍَِْغُ انؼَهٍِْى
(Dengan menyebut asma‟ Allah yang dengan asma‟Nya tidak bermadharrat sesuatu baik (yang ada) dibumi maupun (yang ada) di langit. Dan Dialah yang maha mendengar lagi maha mengetahui) 3x, maka tidak akan bermadharrat sesuatu apapun). (HR. Atturmudzi, Abu Dawud dan Usman bin Affaan r.a.).9 Dan didalan suatu riwayat dari Abu Dawud: “ ِ( ”نَىْ ذَصْثِ ُّ فَجاءَجُ تَالءia tidak akan mendapat musibah secara mendadak).
ػثْدُ انسَ حًٍَِْ تٍِْ ػَهًِ ْاالَشْزَقِ فًِ ِكرَابِ " َذسْ ٍِْٓمُ اْن ًََُا فِ ُغ َ ٍُْط ِثٍْةُ ِاتْسَا ٍِْْىُ ت َ َٔلَمَ اْن ُؼالَ يَح انفَ ِمٍُّْ ان َٔ َ جَاءَ اَػْسَا ِتًَ اِنَى َزسُْٕلِ اهللِ صَهَى اهللُ ػََهٍِّْ َٔسَهَى: َ" زََٔ ٌَُْا فًِ تَؼْطِ ُكرُةِ انطِةِ ػٍَْ َا َسٍ لَا ل سرَ ِمٍْىُ انطَؼَا وَ َٔانّشَسَابُ فِى يَؼِدَ ذِى فَا دْ عُ اهللَ نِى تِا ْ ٌَ َسرَ ِمٍْىُ َٔال ْ ٌَ ٌ ٌَا َزسُْٕلَ اهللِ ِاًََ َزجُم: َلَا ل !...ِصّحَح ِ ن َ فَمَمَ ِتسْىِ اهللِ انَرِيْ َ ٌَعُسُ يَغ, اِذَا اَكَهْدَ طَؼَا يًا أَْ شَ ِستْدَ شَسَاتًا: ُسالَو َ صالَجُ َٔان َ فَمَا لَ ػََهٍِّْ ان ٌ فَاءِ َُّ أل ٌَعُ ُسنَ دَاء, ُحًُ ٌَا َلٍُْٕو َ شًْءٌ فًِ االَزْ ضِ َٔأل فًِ انسًََا ءِ ََُْٕٔ انسَ ًٍِْغُ اْنؼَهٍْىُ ٌَا َ ًِِّْاس . ٌ كَا ٌَ ػَظِ ًًٍْا َ َِٔا (Telah berkata seorang Ulama besar ahli ilmu Dr. Ibrahim bin Abdurahrahman bin „Auf bin al- Azraq dalm kitab “Tashiilul-Manaafi”, pada sebagian kitab kedokteran, dari Anas ia telah berkata: “seorang Arab pegunungan (A‟raabi) telah dating kepada Rasulullah saw, sambil berkata: „Ya Rasulallah, sesungguhnya aku orang yang sedang menderita sakit (yaitu) makanan dan minuman tidak dapat masuk secara lurus kedalam perut besarku. Karena itu do‟a kanlah agar Allah menyembuhkanku”. Maka bersabdalah Rasulallah saw,: “ucapkanlah”:
ُ شًْءٌ فًِ االَزْ ضِ َٔأل فًِ انسًََا ءِ ََُْٕٔ انسَ ًٍِْغُ اْنؼَهٍْى َ ًِِِّْتسْىِ اهللِ انَرِيْ َ ٌَعُسُ يَغَ اس (Dengan menyebut asma‟Allah yang dengan asma‟Nya tidak bemadharsrrat sesuatu baik (yang ada) dibumi maupun (yamg ada) di langit, wahai Dzat yang Maha
9
Habib Ali bin Hasan Abdullah bin Husain bin Umar Al-Atas Ba‟alawi Al-Hadromi, , ALQIRTHAAS, Sarah Ratib Al- Atas, Jilid 1, h. 173
45
Hidup lagi Maha Kekal Abadi), maka tidak akan berbahaya bagimu sesuatu penyakit walupun penyakit itu berat).10
Ibn Zhofar menyebutkan didalam kitabnya ” Annasoihu”
ّحَُفِى شَ ْسحِِّ ػَهَى انهًِْؼَحِ انثُْٕ ٍََِحِ فِى ان َكالَوِ ػَهَى َ ػثْدُ ان َسحًٍَِْ تٍِْ ُيّحًََدِ تٍِْ ػَهِى ان َ ُّشٍْخ َ َٔذَ كَسَ ان ٌَاسًِِّْ ذَؼَا نَى " انثَا سِطُ " اٌََْ جَا َزٌَحً أل ِتًْ اندَ زْدَاءِ اَْطْؼَ ًُرُُّ انسُىَ اْ ْزتَ ِؼٍٍَْ يَسَجً فًََا ظَسَُِ َ َُّ كَا ,ُشًْءٌ فًِ االَزْ ضِ َٔأل فًِ انسًََا ءِ ََُْٕٔ انسَ ًٍِْغُ اْنؼَهٍْى َ ًٌَِِّْمُْٕلُ فَمَمَ ِتسْىِ اهللِ انَرِيْ َ ٌَعُسُ يَغَ اس َكَُهًَا اَْزَادَ اَ كَم (Disebutkan oleh Asy-syikh Abdurahman bin Muhammad bin Ali Alhanafi dalam syarah nya pada ”Allam‟atul-buniyyah” mengenai pembicaraan tentang asma‟Allah Ta‟ala ” " انثا سطbahwa seorang jariyah (budak perempuan) milik Abu Darda telah memberinya makanan racun sebanyak 40 x, namun racun itu tidak berbahaya baginya, karna setiap akan makan ia selalu mengucapkan: ".” تسى اهلل انر ي ال ٌعس يغ اسًّ شًء فى االءزض ٔال فى انسًاء ْٕٔ انسًٍغ انؼاٌى ٌا حً ٌا لٍٕو Kemudian, seperti yang dikatakan Addamiri didalam kitabnya ”Hayatu alHayawaani” ia telah berkata: ”Sesungguhnya ia (Jariah Abu Dardaa) telah berkata kepada Abu Dardaa: ”Dari bangsa apakah engkau?”. Dia berkata: ”Aku adalah manusia seperti engkau juga”. Ia berkata pula:”Bagaimana engkau sebagai manusia, sedang aku memberimu makan racun sebanyak 40 x dan membahayakanmu?”. Abu Dardaa‟ berkata:”Apakah engkau tidak mengetahui bahwa orang yang berzikir (mengingat) Allah tidak berbahaya sesuatu baginya ?” dan sesungguhnya aku telah
10
Habib Ali bin Hasan Abdullah bin Husain bin Umar Al-Atas Ba‟alawi Al-Hadromi, , ALQIRTHAAS, Sarah Ratib Al- Atas, Jilid 1, h. 174
46
mengingat Allah dengan asma‟Nya yang paling agung (al-a’zhom), lalu jariyah bertanya: ”Apakah itu?” Abu Dardaa‟ menjawab: ".” تسى اهلل انر ي ال ٌعس يغ اسًّ شًء فى االءزض ٔال فى انسًاء ْٕٔ انسًٍغ انؼاٌى ٌا حً ٌا لٍٕو Kemudian Abu Dardaa betanya pula:”Apakah yang menyebabkan engkau melakukan itu kepadaku (neracuniku)?, Jariyah itu berkata:”Karena rasa benciku padamu” , kemudian Abu Dardaa pun berkata:”Sekarang, aku merdekakan engkau karena Allah, dan tidak mengapa engkau telah melakukan itu kepadaku”. 11
B. Hubungan zikir dengan kesehatan 1. Hubungan zikir dengan kesehatan jasmani Menurut penelitian oleh David B Larson dan timnya dari The American National Health Research Center (pusat penelitian kesehatan Amerika), pembandingan antara orang Amerika yang taat dan yang tidak taat beragama telah menunjukan hasil yang sangat mengejutkan. Sebagi contoh, dibandingkan mereka yang sedikit atau tidak memiliki keyakinan agama, orang yang taat beragama menderita penyakit jantung 60 % lebih sedikit, tingkat bunuh diri 100 % lenih rendah, menderita tekanan darah tinggi dengan tingkatan yang jauh lebih rendah, dan angka perbandingan ini diantar para perokok.
11
Habib Ali bin Hasan Abdullah bin Husain bin Umar Al-Atas Ba‟alawi Al-Hadromi, , ALQIRTHAAS, Sarah Ratib Al- Atas, Jilid 1, h. 176
47
a. Ibadah dan keyakinan kepada Allah memiliki lebih banyak pengaruh baik pada kesehatan manusia dari pada keimanan kepada apapun yang lain. Dalam sebuah pengkajian yang di terbitkan dalam International Journal of Psychiatry in Medicine, sebuah sumber ilmiah penting di dunia kedokteran, di laporkan bahwa orang yang mengaku tidak berkeyakinan agama menjadi lebih sering sakit dan mempunyai masa hidup yang lebih pendek. Menurut hasil penelitian tersebut, mereka yang tidak beragama berpeluang dua kali lebih besar menderita pemyakit usus-lambung dari pada mereka yang beragama, dan tingkat kematian mereka akibat penyakit pernafasan 66 % lebih tinggi dari pada mereka yang beragama. Para pakar psikologi yang sekuler cenderung merujuk angka-angka serupa sebagai “dampak kejiwaan”. Ini berarti bahwa keyakinan beragama meningkatkan semangat orang, dan hal ini berpengaruh baik kepada kesehatan. Penjelasan ini mungkin sungguh beralasan, namun sebuah kesimpulan yang lebih mengejutkan lebih mengejutkan muncul ketika orang-orang tersebut di periksa. Keimanan kepada Allah jauh lebih kuat dari pada pengaruh kejiwaan apapun. Penelitian yang mencakup banyak segi tentang hubungan antara keyakinan agama dan kesehatan jasmani yang dilakukan oleh Dr. Herbert Benson dari Fakultas Kedoteran Harvard telah menghasilkan kesimpulan yang mencengangkan di bidang ini. Walupun bukan seorang yang beragama, Dr. Benson telah menyimpulkan bahwa ibadah dan keimanan kepada Allah memiliki lebih banyak pengaruh baik pada kesehatan manusia daripada keimanan apapun yang lain. Benson menyatakan, dia telah menmyimpulkan bahwa tidak ada keimanan yang dapat memberikan banyak kedamaian jiwa sebagimana keimanan kepada Allah. b. Apa yang mendasari adanya hubungan antara keimanan dan jiwa raga ini ? kesimpulan yang dicapai oleh sang peneliti sekuler Benson adalah, dalam kata-katanya sendiri, bahwa jasmani dan ruhani manusia telah di krndalikan untuk percaya kepada Allah. c. Kenyataan ini, yang oleh dunia kedokteran pelan-pelan telah mulai diterima, adalah sebuah rahasia yang dinyatakan di dalam al-Quran denagn kalimat ini “…hanya dengan mengingat Allah hati mereka menjadi tentram”. (QS. Ar Ra‟d 13:28). Alasan mengapa orang-orang yang beriman kepada Allah, yang berdoa dan berharap kepadnya, lebih sehat secar ruhani dan jasmani adalah karena mereka berperilaku sesuai denagn tujuan penciptaan mereka. Filsafat dan system yang tidak selaras denagn penciptaan manusia selalu mengarah pada penderitaan dan ketidak bahagiaan. Kedokteran modern sekarang sedang mengarah menuju pemahaman tentang kebenaran ini. Seperti kata
48
Patrick Glynn: “ penelitian ilmiah di bidang psikologi selama lebih kurang 24 tahun telah menunjukan bahwa,…. Keyakinan agama adalah satu diantara sejumlah kaitan paling serasi dari seluruh kesehatan jiwa dan kebahagiaan”.12 2. Hubungan zikir dengan kesehatan jiwa Surat al-Ra‟d ayat 28 menyebutkan bahwa dengan mengingat (dzikir) kepada Allah maka hati mereka menjadi tentram. Dzikir sebagi metode mencapai ketenangan hati, di lakukan denagn tata cara tertentu. Dzikir dipahami dan di ajarkan dengan mengucapkan kalimat-kalimat Thayyibah secara keras (dzikir jahr), dan dengan kalimat-kalimat thayyibah yang memfokus, dari kalimat Syahadat Lilaha illa Allah ke lafaz Allah dan sampai ke lafaz Hu, sebenarnya hubungan dzikir dengan ketentraman jiwa dapat di analisis secara ilmiah. Dzikir secara Lughawi artinya ingat atau menyebut, jika diartikan menyebut maka peranan lisan lebih dominan, tetapi jika di artikan ingat, maka kegiatan berfikir dan merasa (kegiatan psikologis) yang lebih dominan. Dari segi ini maka dua alur fikiran yang dapat diikuti: a. Manusia memiliki potensi intelektual, potensi itu cenderung aktif bekerja mencari jawaban atas sesama hal yang belum di ketahuinya. Salah satu hal yang merangsang berfikir adalah adanya hukum kausalitas (sebab-akibat) dimuka bumi ini. Jika seseorang melahirkan penemuan baru, bahwa A di sebabkan B, maka berikutnya manusia tertantang untuk mencari apa yang menyebabkan B, begitu seterusnya sehingga setiap kebenaran yang di tentukan oleh potensi intelektual manusia akan di ikuti oleh penyelidikan 12
Ardi‟s Dic: Dzikir, Patrick Glynn. God : The Evidence, The Reconiliation of Faith and Reason in a Postsecular Word ( California: Prima Publising, 1997), 80-81 Herbert Benson, and Mark Stark, Timeless Healing ( New York: Simon Schuster: 1996) 203 www. Harun Yahya.com. selasa, 22 Desember 2009.
49
berikutnya sampai menemukan kebenaran baru yang mengoreksi kebenaran yang lama, dan selanjutnya yang lebih baru akan di temukan mengoreksi kebenaran yang lebih lama. Sebagai mahluk yang berfikir manusia tidak pernah merasa puas terhadap “kebenaran ilmiah” sampai ia menentukan kebenaran perennial melalui jalan supra rasionalnya. Jika orang telah sampai kepada kebenaran ilmiah atau terpandunya pikiran dan dzikir, maka ia tidak lagi tergoda untuk mencari kebenaran yang lain. Dan ketika jiwa itu menjadi tenang, tidak gelisah dan tidak ada konflik batin. Selama manusia masih memikirkan ciptaan Allah swt dengan segala hukum-hukumnya, maka hati tidak mungkin tentram dalam arti tentram yang sebenarnya, tetapi jika ia telah sampai kepada memikirkan sang pecipta dengan segala keagungannya, maka manusia tidak sempat lagi memikirkan yang lain, dan ketika itulah puncak ketenangan dan puncak kebahagiaan tercapai, dan ketika itulah tingkatan jiwa orang tersebut telah mencapai al-Nafs al-Muthma‟innah. b. Manusia memiliki kebutuhan dan keinginan yang terbatas, tidak ada habishabisnya, padahal apa yang di butuhkan itu tidak pernah benar-benar dapat memuaskan (terbatas). Oleh karena itu selama manusia masih memburu yang terbatas, maka tidak mungkin ia memperoleh ketentraman, karena yang terbatas (duniawi) tidak dapat memuaskan yang tidak terbatas (nafsu dan keinginan).13 Dari keterangan diatas bahwasanya dzikir dapat berpengaruh bagi kesehatan jasmani juga kesehatan jiwa,karena zikir merupakan kegiatan yang menghubungkan antara ketenangan batin dan juga ketenangan fikiran. Dengan kita Mengagungkan dan berserah diri kepada Allah maka akan timbul rasa optimis dan menghilangkan rasa pesimis yang ada pada diri kita.
13
www. Karunia.co.cc/2009 pengaruh…..( sumber: cuplik.com) selasa 04 agustus 2009
50
51
BAB IV WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN
A. Profil Majlis Ta’lim Wal Aurad al-Husaini Di awal tahun 1992 tepatnya bulan 11 Desember Habib Idrus bin Salim mendirikan majlis ta’lim ini dengan latar belakang dorongan hati yang memnginginkan adanya penerus dakwah ayahnya yaitu Habib Salim bin Husain yang datang dari negri Yaman, Hadromut memang sengaja untuk berdakwah dengan cara dor to dor atau dari rumah ke rumah dengan sedikit membawa minyak wangi untuk di jual, atas dorongan itulah Habib Idrus meneruskan dakwah ayahnya yang mengajarkan ilmu agama kepada masyarakat Cikarang.1 Pada awal di dirikanya majlis tersebut Habib Idrus membuka dakwahnya ke berbagai tempat, salah satunya, Muara Gembong daerah pesisir pantai dengan tujuan untuk menarik para jamaah agar memeriahkan majlis tersebut, beliau juga memakai dakwah ayahnya dengan cara dor to dor, karena pada saat terbentuknya majlis ta’lim hanya beranggotakan empat orang. Seiring dengan perkembangan industri kota Cikarang semakin banyak pula pendatang yang mencari nafkah di kota ini, mulai dari pedagang, buruh pabrik dan pegawai pemda setempat yang menjadi warga kota cikarang, dengan sebab tersebut, 1
Wawancara pribadi dengan istri Habib Idrus pada tanggal 18 februari 2010
51
semakin banyak pula masyarakat yang merespon dan menjadi jamaah Majlis Ta’lim Wal Aurad al-Husaini. Masih pada tahun 1992 bertepatan dengan bulan Maulid Habib Idrus membuat acara Maulid Nabi besar Muhammad saw, respon masyarakat bertambah besar sehingga acara tersebut di hadiri oleh lebih dari 200 jamaah, dan pada saat itu pula di umumkannya pengajian majlis zikir yang diadakan pada setiap hari jum’at bada ashar dengan memakai zikir raatib al-Atthas. Pada tahun 2007 tepatnya bulan maret Habib Idrus bin Salim al-Atthas menghembuskan nafasnya sehabis mengisi ceramah agama di satu tempat di kota cikarang, dengan demikian terhentilah semangat dakwah Habib Idrus, lalu di teruskan oleh putra beliau yang bernama Habib Salim bin Idrus bin Salim bin Husain al-Atthas. Dengan menggantikan posisi yang di pegang oleh ayahnya, Habib Salim mengembangkan dakwahnya, dengan cara menambah jadwal kegiatan pengajian rutin yang awalnya hanya ada pada jumat sore ditambah menjadi hari sabtu setelah isya dengan tujuan meningkatkan iman dan islam para pemuda Cikarang, dan merubah imej malam minggu sebagai malam hura-hura menjadi malam zikir, dengan tuntunan membaca raatib al-Atthas dan Maulid Adiaul Ami. Dan sampai saat ini jamaah Majlis Ta’lim Wal Aurad al-Husaini berjumlah lebih dari 500 jamaah.2
2
Wawancara dengan Habib Salim bin Idrus al-Atthas pada tanggal 25 februari 2010
52
a. Tujuan dan Misi Majlis Ta’lim Wal Aurad al-Husaini Adapun tujuan didirikanya majlis talim ini yaitu: 1. Tujuan Tujuan Majlis Ta’lim Wal Aurad al-Husaini antara lain: a) Melanjutkan dakwah Habib Salim bin Husain al-Atthas b) Untuk mengenalkan raatib al-Atthas kepada masyarakat luas c) Mempererat ukhuah di antara umat Aslam dan umat yang lain melalui majlis zikir d) Dan tujuan yang paling utama adalah menegakan syariat- syariat Islam dalam kehidupan umat 2. Misi Misi Majlis Ta’lim Wal Aurad al-Husaini antara lain: a) Menghidupkan al-Quran melalui pintu zikir. b) Menciptakan umat yang selalu menyebarkan kasih sayang dimanapun, kapanpun dan kepada siapapun. c) Menambah pengetahuan tentang tauhid agar terciptanya iman yang kokoh. 3 b. Struktur Organisasi 3
Wawancara dengan Habib Salim bin Idrus al-Atthas pada tanggal 25 februari 2010
53
Struktur Organisasi yang ada pada majlis ta’lim wal aurad al-Husaini baru terbenuk pada bulan desember 2009, yang memang pada dasarnya habib idrus selaku perintis majlis ini tidak membuat struktur organisasi seperti sekarng ini ujar habib salim, tetapi agar lebih terarah dan rapih di buatlah struktur organisasi yang di ketuai oleh habib salim bin idrus bin salim bin Husain al atthas.4 Adapun strutur organisasinya sebagi berikut: -
Ketua umum : Habib Salim bin Idrus al-Atthas
- Sekertaris -
: Ustd, Taufik, Ustd, Abul kholik S.fil. i
Bendahara : Adin, Iwan
- Seksi Komunikasi : Suarlin, Ustd, Ajeng - Seksi Peralatan dan Perlengkapan : Sartono, Arwadi - Seksi Konsumsi : Nur Sani, Paul - Seksi Transportasi : Encuy, Firman - Seksi keamanan : Awa, Ojek - Seksi Dokumentasi : Sigit, Basit c. Wktu dan Tempat Pelaksanaan Zikir 4
Wawancara dengan Habib Salim bin Idrus al-Atthas pada tanggal 25 februari 2010
54
Majlis Ta’lim Wal Aurad al-Husaini mengelar zikir rutinnya pada hari kamis, membahas kitab tauhid, kemudian hari jumat, di mulai dengan tawasul, membaca surat yasin, membada doa kanzal arsy, sholawat Nabi saw, lalu disambung dengan zikir raatib al-Atthas serta di terangkan syarah ratibnya dengan menggunakan kitab al qirtthas. Lalu pada hari sabtu pengajian malam mingguan, majlis raatib dan maulid yang di adakan dari rumah jamaah yang berbeda pada setiap malam minggunya dengan menggunakan motor yang mayoritas di ikuti oleh anak muda. B. Pengumpulan, Pengolahan dan Analisis Data Respnnden dalam penelitian ini adalah jamaah Majlis Ta’lim Wal Aurad alHusaini, dengan jumlah responden 40 orang jamaah. Gambaran umum mengenai responden dapat dilihat pada tabel-tabel dibawah ini : Tabel I Jenis kelamin responden NO
Jenis kelamin
Jumlah
Prosentasi
1
Laki-laki
40
100%
2
Perempuan
0
0%
40
100%
Jumlah
55
Dari table di atas terlihat tidak adanya jamaah perempuan, karena majlis ini memang memfokuskan hanya pada jamaah laki-laki, penulis juga hanya mengambil sempel responden sebanyak 40 orang (100%). Tabel II Latar Belakang Usia Responden NO
Usia
Jumlah
Prosentase
1
17-39 th
33
82,5%
2
40-60
6
15%
3
>60
1
2,5%
40
100%
Jumlah
Usia responden ini dibagi berdasarkan tiga kategori usi, yakni, usia 15-36 tahun sebagai dewasa awal, usia 36-60 tahun sebagai dewasa madya dan usia lebih dari 60 tahun keatas sebagai dewasa akhir. Dari table di atas dapat diketahui jumlah responden yang berusia 17-39 tahun berjumlah 33 orang (82,5%), responden yang berusia 40-60 berjumlah 6 orang (15%), sedangkan yang berusia lebih dari 60 tahun hanya berjumlah 1 orang (2,5%). Table III Latar Belakang Pendidikan Responden
56
NO
Pendidikan
Jumlah
Prosentase
1
SD
3
7,5%
2
SLTP
4
10%
3
SLTA
28
70%
4
Perguruan tinggi
5
12,5%
40
100%
Jumlah
Latar belakang responden dari tingkat pendidikan ini dibagi menjadi empat kategori: Sekolah Dasar (SD), Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP), Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA), dan Perguruan Tinggi, dari table diatas, jumlah responden yang berpendidikan Sekolah Dasar sebanyak 3 orang (7,5%), responden yang berpendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama sebanyak 4 orang (10%), dan jumlah responden yang berpendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas sebanyak 28 orang (70%), sedangkan responden dengan tingkat pendidikan Perguruan Tinggi sebanyak 5 orang (12,5%). Dari gambaran umum responden diatas penulis ingin mengetahui pengaruh dari efek zikir raatib dan pesan-pesan yang disampaikan oleh Habib Salim baik melaui ta’lim (pengajaran) ataupun melalui tausiah dan munasabah dapat menyentuh hati jamaahnya sehingga jamaah merasakan ketenangan batiniahnya serta merasa bahwa kehidupan yang dijalani tak lepas dari dosa dan salah, oleh karena itu perlu adanya
57
pendekatan diri dan mohon ampun kepada sang Khaliq, selain itu karena sikap ketauladanan beliau yang dapat memberikan contoh kepada jamaahnya dalam melaksanakan sikap keberagamaan dalam kehidupan sehari-hari yang sesuai dengan ajaran agama Islam, sehingga jamaah merasa tertarik dan mengikuti serta dapat menjalankan pesan-pesan beliau. Guna mengetahui apakah zikir di Majlis Ta’lim Wal Aurad al-Husaini yang menggunakan zikir raatib al-Atthas apakah berpengaruh, maka dapat dianalisis terlebih dahulu bagaimana sikap responden menyikapi zikir raatib al-Atthas sebelum mengikuti zikir raatib tersebut dan bagaimana sikap responden setelah mengikuti zikir tersebut, apakah berpengaruh terhadap kehidupan, ahlak, pandangan hidup dan ke-Tuhanan. Setelah penulis menyebarkan angket penelitian yang berisi pertanyaan kepada 40 jamaah yang menjadi responden sebagai sampel penelitian skripsi penulis, dengan jumlah pertanyaan sebanyak 23 butir pertanyaan yang terdiri dari, 3 pertanyaan mengenai keperibadian responden, serutin apakah mengikuti zikir tersebut, kemudian sebanyak 8 pertanyaan.mengenai tanggapan responden terhadap zikir raatib al-Atthas, lalu sebanyak 5 pertanyaan .mengenai pengaruh zikir raatib al-Atthas terhadap kesehatan mental, kemudian 4 pertanyaan .mengenai pengaruh zikir raAtib al-Atthas trhadap kemampuan untuk menyesuaikan diri pada masyarakat, dan 3 pertanyaan Tentang ke-Tuhanan setelah mengikuti zikir. Dengan hasil data sebagai berikut:
58
1. Pertanyaan Yang Menyangkut Kepribadian Kecenderungan responden dalam mengikuti zikir raatib al-Atthas, untuk mengukur seberapa sering responden mengikuti zikir, dan mungkin akan berpengaruh pada kehidupan responden Tabel 1.1 Dari mana saudara mengenal majlis ta'lim ini ? Alternative jawaban a. Teman b. Saudara c. Guru d. Lain-lain Jumlah
Frekuensi 25 7 5 3 40
Prosentase 62,5% 17,5% 12,5% 7,5% 100%
. Tabel 1.1 menginformasikan bahwa 62,5% mengajak teman, 17,5% saudara, 12,5% guru, 7,5% lain-lain Dari pertanyaan di atas penulis ingin mengetahui apakah ajaran yang diajarkan oleh pimpinan Majlis Ta’lim Wal Aurad al-Husaini yang mengatakan “ajak saudara-saudara dan karib (sahabat) kalian untuk selalu berzikir” apakah di laksanakan oleh para jamaahnya, dan dari tabel di atas terlihat sebagian besar mengajak saudara dan teman-temannya.
59
Tabel 1.2 Apa yang melatarbelakangi saudara mengikuti zikir di Majlis Ta’lim Wal Aurad al-Husaini ? Alternative jawaban a. Waktu dapat musibah b. Ingin dekat Allah c. Waktu diajak teman d. Ingin tahu makna zikir Jumlah
Frekuensi 0 27 3 10 40
Prosentase 0% 67,5% 7,5% 25% 100%
. Tabel 1.2 menginformasikan bahwa 0% waktu dapat musibah, 67% ingin dekat dengan Allah, 7,5% waktu diajak teman, 25% ingin tahu makna zikir. Dapat dikatakan bahwa responden atau jamaah majlis ini memang sudah ada dalam dirinya menginginkan dekat denagn sang Khaliq, Tabel 1.3 Berapakali dalam sebulan saudara mengiluti zikir di Majlis Ta’lim Wal Aurad al-Husaini Alternative jawaban a. Satu kali b. Dua kali c. Tiga kali d. Lebih dari tiga kali Jumlah
Frekuensi 5 4 7 24 40
.
60
Prosentase 12,5% 10% 17,5% 60% 100%
Tabel 1.3 menginformasikan 12,5% satu kali, 10% dua kali, 17,5% tiga kali, 60% lebih dari tiga kali. Dapat dikatakan yang mengikuti zikir di majlis ta’lim wal aurad al-Husaini sudah merasa menjadi aktivitas rutin. 2. Tanggapan dan pengetahun responden terhadap zikir raatib al-Atthas. Apakah ada perbedaan antara zikir ratib al-atthas dengan zikir yang lain, juga apakah perasaan yang responden rasakan sebelum dan sesudah melaksanakan zikir raatib al-Atthas di Majlis Ta’lim Wal Aurad al-Husaini Table 2.1 Bagaimana perasaan saudara ketika mendapatkan masalah sebelum anda mengikuti zikir Alternative jawaban a. Sanat cemas b. Cemas c. Biasa saja d. Tidak tahu Jumlah
Frekuensi 12 24 3 1 40
Prosentase 30% 60% 7,5% 2,5% 100%
. Tabel 2.1 menginformasikan 30% menyatakan sangat cemas, 60% menyatakan cemas, 7,5% menyatakan biasa saja, dan tidak tahu 2,5%. Dapat disimpulkan bahwa sebelumnya responden merasa resah dan cemas ketika mendapatkan masalah sebelum mengenal zikir.
61
Table 2.2 Jika saudara berhalangan tidak bisa mengikuti zikir bagaimana perasaan anda Alternative jawaban a. Sangat sedih b. Sedih c. Biasa saja d. Tidak tahu Jumlah
Frekuensi 18 22 0 0 40
Prosentase 45% 55% 0% 0% 100%
. Table 2.2 menginformasikan 45% sangat sedih apabila berhalangan tidak bisa mengikuti zikir bersama di Majlis Ta’lim Wal Aurad al-Husaini 55% sedih, 0% biasa saja, 0% tidak tahu. Dapat di simpulkan bahwa para responden sudah merasa memiliki majlis dan sudah menjadi rutinitas kehidupan responden dalam melaksanakan zikir, karena seperti ada yang kurang ujar responden yang bernama Anton 23 th. Table 2.3 Bagaimana perasaan anda setelah mengikuti zikir Alternative jawaban a. Sangat tenang b. Tenang c. Biasa saja d. Tidak tahu Jumlah
Frekuensi 30 10 0 0 40
62
Prosentase 75% 25% 0% 0% 100%
Tabel 2.3 menginformasikan 75% menyatakan sangat tenang setelah rutin mengikuti zikir di Majlis Ta’lim Wal Aurad al-Husaini, kemudian 25% menyatakan tenang, 0% biasa saja, 0% tidak tahu atau tidak merasakan efek apa-apa setelahmelaksanakan zikir. Dengan prosentase di atas dapat kita simpulkan bahwa perasaan responden setelah rutin mengikuti zikir raatib al-Atthas di Majlis Ta’lim Wal Aurad al-Husaini merasa tenang. Tabel 2.4 Apa tanggapan saudara tentang zikir ratib al-atthas Alternative jawaban a Berbeda dengan zikir lain b Sama dengan zikir lain c Hampir sama d Tidak tahu Jumlah
Frekuensi 32 4 2 1 40
Prosentase 80% 10% 5% 2,5% 100%
Tabel 2.4 menginformasikan 80% mengatakan berbeda dengan zikir yang lain, 10% mengatakan sama dengan zikir yang lain, 5% mengatakan hamper sama dengan zikir yang lain dan 2,5% mengatakan tidak tahu. Dapat kita ketahui dari tabel diatas bahwasanya masih banyak yang memang belum tahu benar zikir raatib al-Atthas, meski belum tahu benar zikir tersebut mereka sudah dapat merasakan dampak dan pengaruhnya.
63
Tabel 2.5 Apakah anda hafal dengan zikir raatib al-Atthas Alternative jawaban a. Sangat hafal b. Hafal c. Cukup hafal d. Tidak hafal Jumlah
Frekuensi 1 19 14 6 40
Prosentase 2,5% 47,5% 35% 15% 100%
Tabel 2.5 menginformasikan 2,5% yng sangat hafal dengan zikir ratib al-atthas, kemudizn 47,5% yang hafal dengan zikir raatib al-Atthas, 35% yang cukup hafal dengan susunan zikir raatib tersebut dan 6% yang tidak hafal dengan zikir raatib tersebut. Dengan demikian dapat kita simpulkan dari tabel di atas, bahwasanya responden yang sangat hafal hanya 1 orang tetapi sekalilagi mereka cukup merasakan dampaknya walaupun belum sepenuhnya hafal. Tabel 2.6 Apakah anda faham arti dan makna yang terdapat pada zikir raatib al-Atthas Alternative jawaban a. Sangat faham b. faham c. Cukup faham d. Tidak sama sekali Jumlah
Frekuensi 0 17 16 7 40
64
Prosentase 0% 42,5% 40% 17,5% 100%
Tabel 2.6 menginformasikan 0% yang sangat faham dengan isi kandungan ratib al-atthas, 42,5% yang mengatakan faham dengan ratib al-atthas, kemudian 40% yang mengatakan cukup faham dengan isi ratib tersebut dan 17,5% yang mengatakan tidak faham sama sekali dengan isi kandungan raatib tersebut. Dari tabel di atas menyatakan bahwa yang sangat mengerti dan faham isi kandungan pada zikir raatib al-Atthas tidak ada, akan tetapi responden tetap mengikuti zikir tersebut. Tabel 2.7 Apakah anda merasakan pengaruh dari zikir raatib al-Atthas Alternative jawaban a. Sangat merasakan b. Merasakan c. Cukup merasakan d. Biasa saja Jumlah
Frekuensi 18 15 6 1 40
Prosentase 45% 37,5% 15% 2,5% 100%
Tabel 2.7 menginformasikan 45% sangat merasakan pengaruh dari zikir raatib al-Atthas, 37,5% merasakan, 15% cukup merasakan,2,5% yang menyatakan biasa saja. Dari tabel di atas menyatakan bahwa pengaruh raatib yang di rasakan dari aspek manapun dapat dirasakan oleh responden, memang pertanyaan ini masih bersifat umum akan tetapi para responden menyimpulkan bahwa dirinya telah merasakan dampak positif dari berzikir raatib al-Atthas.
65
Tabel 2.8 Apakah zikir raatib al-Atthas berpengaruh bagi kesehatan anda Alternative jawaban a. Sangat berpengaruh b. Berpengaruh c. Cukup berpengaruh d. Biasa saja Jumlah
Frekuensi 7 25 5 3 40
Prosentase 17,5% 62,5% 12,5% 7,5% 100%
Tabel 2.8 menginformasikan 17,5% mengatakan sangat berpengaruhnya zikir raatib al-Atthas bagi kesehatan mereka, 62,5% mengatakan berpengaruh, 12,5% cukup berpengaruh, 7,5% mengatakan biasa saja. Dari tabel di atas dapat di simpulkan bahwasanya raatib al-Atthas berpengaruh pada diri responden, seperti keluarga saya di ICU selama 3 hari ketika diberikan air yg terlebih dahulu dibacakan ratib sehari setelah itu sadar dan sekarang sehat, ujar salah satu responden bernama Heru 34 th. 3. Analisis pengaruh zikir ratib al-atthas terhadap kesehatan mental. Apakah zikir raatib al-Atthas yang di adakan di Majlis Ta’lim Wal Aurad alHusaini berpengaruh bagi kehidupan pribadi di dalam pandangan hidup, menghargai kehidupan dan kemampuan, juga bagaimana sikap bersyukur responden.
66
Tabel 3.1 Apakah setelah mengikuti zikir anda sangat menghargai hidup Alternative jawaban a. Sangat menghargai b. menghargai c. Cukup menghargai d. Biasa saja Jumlah
Frekuensi 20 14 6 0 40
Prosentase 50% 35% 15% 0% 100%
Tabel 3.1 menginformasikan 50% responden sangat menghargai hidupnya setelah mengikuti zikir raatib al-Atthas, 35% responden yang mengatakan menghargai hidupnya setelah mengikuti zikir, kemudian 15% yang mengatakan cukup menghargai hidup setelah mengikuti zikir dan 0% yang mengatakan biasa saja. Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa responden merasakan efek yang baik setelah berzikir raatib al-Atthas. Tabel 3.2 Bagaimana pandangan hidup anda setelah mengikuti zikir Alternative jawaban a. Lebih terbuka b. Terbuka c. Cukup terbuka d. Biasa saja Jumlah
Frekuensi 21 15 4 0 40
67
Prosentase 52,5% 37,5% 10% 0% 100%
Tabel 3.2 menginformasikan 52% responden yang menyatakan pandangan hidupnya lebih terbuka setelah mengikuti zikir, kemudian 37.5% menyatakan terbuka, 10% menyatakan cukup terbuka dengan tuntunan zikir, 0% menyatakan biasa saja. Dari tabel di atas bahwasanya pandangan hidup responden sedikit lebih terbuka dan tenang dalam menghadapi problem. Tabel 3.3 Bagaimana kemampuan anda dalam menghadapi problem kehidupan setelah mengikuti zikir Alternative jawaban a. Sangat mampu b. Mampu c. Cukup mampu d. Biasa saja Jumlah
Frekuensi 10 20 9 1 40
Prosentase 25% 50% 22,5% 2,5% 100%
Tabel 3.3 menginformasikan 25% responden yang menyatakan sangat mampu menghadapi hidup setelah mengikuti zikir, kemudian 50% responden yang menyatakan mampu dalam menghadapi hidup setelah mengikuti zikir ratib al-atthas, 22,5% responen yang menyatakan cukup mampu menghadapi problem dalam hidupnya setelah mengikuti zikir raatib al-Atthas, dan 2,5% yang menyatakan biasa saja. Dari tabel diatas dapat di simpulkan bahwa responden lebih merasa mampu menghadapi problem setelah mengikuti zikir raatib al-Atthas.
68
Tabel 3.4 Bagaimana sikap bersyukur anda setelah mengikuti zikir raatib al-Atthas Alternative jawaban a. Sangat bersyukur b. Bersyukur c. Cukup bersyukur d. Biasa saja Jumlah
Frekuensi 25 11 3 1 40
Prosentase 62,5% 27,5% 7,5% 2,5% 100%
Tabel 3.4 menginformasikan 62,5% responden yang menyatakan sangat bersyukur, 27,5% yang menyatakan bersyukur, kemudian 7,5% yang menyatakan cukup bersyukur dan 2,5% yang menyatakan biasa saja. Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwasanya sikap bersyujur responden setelah berzikir lebih sangat dirasakan oleh pelaksana zikir raatib al-Atthas, karena pemahaman yang diberikan oleh Habib Salim al-atthas bersukurlah adalah dengan mensyukuri yang sedikit maka Allah akan menambahkan yg banyak baik dari kesehatan, ilmu, dan amal karena ini juga di sebut sebagai rezeki. 4. Pengaruh zikir raatib al-Atthas terhadap masyarakat Bagaimanakah kemampuan pelaku zikir untuk menyesuaikan diri di masyarakat dan apakah zikir tersebut berpengaruh juga terhadap kualitas pekerjaan para pesrta zikir.
69
Tabel 4.1 Bagaimana penyesuaian diri anda dengan lingkungan setelah mengikuti zikir Alternative jawaban a. Sangat mampu b. Mampu c. Cukup mampu d. Biasa saja Jumlah
Frekuensi 6 22 11 1 40
Prosentase 15% 55% 27,5% 2,5% 100%
Tabel 4.1 menginformasikan 15% responden yang menyatakan sangat mampu menyesuaikan diri pada lingkungan masyarakatnya setelah mengikuti zikir, kemudian 55% responden yang menyatakan mampu menyesuaikan diri pada lingkunganya, 27,5% yang menyatakan cukup mampu, dan 2,5% yang menyatakan biasa saja. Dari tabel diatas dapat di simpulkan para responden bisa saja bermasyarakat tanpa di dasari zikir raatib karena dari jawaban yang di berikan diatas lebih banyak yang berpendapat mampu di bandingkan dengan yang sangat mampu. Tabel 4.2 Bagimana partisipasi anda dalam lingkungan setelah mengikuti zikir raatib alAtthas Alternative jawaban a. Sangat aktif b. Aktif c. Cukup aktif d. Biasa saja Jumlah
Frekuensi 5 20 14 1 40
70
Prosentase 12,5% 50% 35% 2,5% 100%
Tabel 4.2
menginformasikan 12,5% responden menyatakan sangat aktif
berpartisipasi di dalam lingkungannya setelah mengikuti zikir raAtib al-Atthas, kemudian 50% yang menyatakan aktif setelah mengikuti zikir ratib al-atthas, 35% yang menyatakan cukup aktif, dan 2,5% yang menyatakan biasa saja. Dari tabel diatas yang paling banyak dinyatakan oleh responden adalah aktif, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa masih adanya pengaruh raatib tersebut untuk selalu bersosialisasi. Tabel 4.3 Bagimana sikap dan perilaku anda terhadap tetangga setelah mengikuti zikir Alternative jawaban a. Sangat baik b. Baik c. Cukup baik d. Biasa saja Jumlah
Frekuensi 5 25 10 0 40
Prosentase 12,5% 62,5% 25% 0% 100%
Tabel 4.3 menginformasikan 12,5% yang menyatakan sangat baik dalam bertetangga setelah mengikuti zikir, kemudian 62,5% yang menyatakan baik, 25% responden yang menyatakan cukup baik dalam bertetangga, dan 0% yang menyatakan biasa saja. Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa pengaruh dari zikir tersebut dapat dirasakan setelah mengikuti zikir raatib al-Atthas meskipun tanpa didasari dengan zikirpun masyarakat dapat bersosialisasi dengan baik.
71
Tabel 4.4 Seberapa besar pengaruh zikir raatib al-Atthas terhadap kualitas pekerjaan anda Alternative jawaban a. Sangat berpengaruh b. Berpengaruh c. Cukup berpengaruh d. Biasa saja Jumlah
Frekuensi 18 17 5 0 40
Prosentase 45% 42,5% 12,5% 0% 100%
Tabel 4.4 menginformasikan 45% responden yang menyatakan zikir raatib sangat berpengaruh terhadap pekerjaannya, kemudian 42,5% yang menyatakan berpengaruh dalam pekerjaannya, 12,5% yang menyatakan cukup berpengaruh, dan 0% yang menyatakan biasa saja. Dari tabel di atas dapat di simpulkan dari beberapa responden yang ditanya mereka menjawab ingin mendapatkan ridho Allah melalui pekerjaan, dari motifasi tersebutlah menjadi semangat dan berusaha memberikan yang terbaik terhadap pekerjaannya. 5. Pengaruh zikir raatib al-Atthas terhadap Tuhan Apakah kebiasaan melakukan zikir raatib al-Atthas memberikan pengaruh terhadap diri pribadi akan keagungan Allah, apakah meresa dekat dengan Allah dan merasa diawasi oleh Allah.
72
Tabel 5.1 Seberapa besar perasaan anda terhadap keagungan Allah setelah mengikuti zikir raatib al-Atthas Alternative jawaban a. Sangat merasakan b. merasakan c. Cukup merasakan d. Biasa saja Jumlah
Frekuensi 27 9 4 0 40
Prosentase 67,5% 22,5% 10% 0% 100%
Tabel 5.1 menginformasikan 67,5% yang menyatakan sangat merasakan keagungan Allah setelah mengkuti zikir raatib al-Atthas, kemudian 22,5% yang menyatakan merasakan, lalu 10% yang menyatakan cukup merasakan, dan 0% yang menyatakan biasa saja. Dari tabel di atas dapat disimpulkan melalui pendekatan zikir lebih efektif untuk merasakan keagungan Allah swt. Dari berbagai jamaah yang penulis tanyakan mereka menjawab zikir raatib al-Atthas ini dapat membangkitkan rasa keingintahuan jamaah terhadap kebesaran Allah yang selama ini mungkin belum di dapatkan dari berbagai ujar responden yang bernama Ajid 43 th.
73
Tabel 5.2 Bagaimana kedekatan anda dengan Allah setelah mengikuti zikir raatib alAtthas Alternative jawaban a. Sangat dekat b. Dekat c. Cukup dekat d. Biasa saja Jumlah
Frekuensi 20 15 5 0 40
Prosentase 50% 37,5% 12,5% 0% 100%
Tabel 5.2 menginformasikan 50% responden yang menyatakan sangat dekat dengan Allah setelah mengikuti zikir raatib al-Atthas, 37,5% yang menyatakan dekat dengan Allah setelah mengikuti zikir, kemudian 12,5% yang menyatakan cukup dekat, dan 0% yang menyatakan biasa saja. Dari keterangan tabel di atas dapat disimpulkan dari 0% nya yang memilih biasa saja sudah terlihat setelah mengikuti zikir dapat mendekatkan diri kepada Allah dan dapat memenagkan hati ujar responden. Tabel 5.3 Apakah anda merasa di awasi Allah setelah mengikuti zikir raAtib al-Atthas Alternative jawaban a. Ya b. Tidak c. Tidak tahu d. Biasa saja Jumlah
Frekuensi 38 0 2 0 40
74
Prosentase 95% 0% 5% 0% 100%
Tabel 5.3 menginformasikan 95% responden yang menyatakan merasa diawasi dengan Allah setelah mengikuti zikir, kemudian 0% yang menjawab tidak, lalu 5% yang menjawab tidak tahu, dan 0% yang menjawab biasa saja. Dari prentase yang terdapat pada tabel 5.5 dapat disimpulkan bahwasanya para jamaah sangat merasa diawasi oleh Allah dalam setiap aktifitasnya setelah mengikuti zikir. Dan ini merupakan peningkatan ilmu tauhid yang di pengaruhi melalui zikir raatib al-Atthas. Dari wawancara yang penulis lakukan kepada para jamaah Majlis Ta’lim Wal Aurad al-Husaini dapat disimpulkan bahwa dampak berzikir raatib al-Atthas itu memiliki dampak yang positif, dalam mengajarkan zikir raatib Habib Salim bukan sekedar di hafalkan saja, akan tetapi di berikan pemahaman dan arahan untuk apa kita berzikir dan bagiman cara kita melaksanakan zikir dengan menggunakan ahlak, adab dan kesucian, dengan begitu akan terasa ilmu-ilmu yang disampaikan oleh Habib Salim bin Idrus al-atthas sehingga dapat di aplikasikan dalam kehidupan masingmasing para jamaah nya.
75
75
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
Hasil penelitian dan analisis data dapat disimpulkan bahwa : 1. Jamaah Majlis Ta’lim Wal Aurad al-Husaini dapat merasakan dampak yang positif dari membaca zikir raatib al-Atthas terlihat dari prsentase yang selalu menunjukan nilai positif pada setiap pertanyaan yang di ajukan. 2. Dari segi kesehatan mental dan pandangan hidup, para jamaah Majlis Ta’lim Wal Aurad al-Husaini dapat merasakan dampak yang positif dari membaca zikir raatib al-Atthas yaitu adanya peningkatan pada kualitas keimanan, keTuhanan juga pandanagan hidup yang cenderung lebih menerima takdir yang Allah tentukan. B. Saran Dari kesimpulan penelitian diatas bahwasanya para jamaah Majlis Ta’lim Wal Aurad al-Husaini dapat merasakan dampak yang positif dari berzikir raatib al-Atthas, akan tetapi penulis menyarankan kepada seluruh komponen yang terlibat dalam penelitian ini, yaitu:
76
1. Bagi pengajar yang Majlis Ta’lim Wal Aurad al-Husaini ditambahkan lagi pelajaran tentang ilmu al-Quran dan ilmu fiqih nya, karena dari penulis lihat responden masih banyak yang belum mengerti kedua ilmu tersebut. Kalau bisa dibuat buletin pada setiap bulan atau minggunya yang membahas tentang ilmu al-quran dan fiqih agar kita dapat mengerti pelajaran dasar-dasar agama sebelum menyentuh Tasawuf. 2. Bagi para jamaah jangan puas pada apa yang anda dapatkan dari berzikir raatib saja akan tetapi tingkatkan terus keilmuan dan ibadah melalui majlismajlis lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Darajat, Zakia, Kesehatan mental , ( Jakarta : PT Toko Gunung Agung, 1996 ) Wilcox,Lynn Ilmu jiwa Berjumpa Tasawuf, (Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta, 2003) Departemen Agama RI , Al-Qur’an dan Terjemahanya, (Mekar Surabaya) edisi 2002 Qomarudin SF, Zikrullah Membeningkan Hati, Menghampiri Ilahi,(Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2000) Habib Ali bin Hasan Abdullah bin Husain bin Umar Al-Atas Ba’alawi Al-Hadromi, diterjemahkan oleh H.Toha bin Abubakar bin Yahya, AL-QIRTHAAS, Sarah Ratib Al- Atas, (Jakarta: Darul Ulum Press, 2003 Husain Yahya,Tohir, Mutiara Ratibul Attas, (Semarang: PT. Tanjung Mas Inti, 2007) Hamka, Hasan, Metodologi Penelitian Tafsir Hadis, (Jakarta: Lembaga penelitian UIN Syarif Hidayatullah, 2008) Soehartono, Irwan, Metode Penelitian Social, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2004), Nasir, Muhammad, Metodologi penelitian , ( Jakarta : Ghahlia Indonesia, 1985 ) fu’ad, Muhammad ‘Abd al-Baqi. Al Mu’jam al-Mufahras liAlfadz al-Qur’an alKarim, (Beirut:Dar al-Fikr, 1981) Syams al-Din ‘Abd Allah Muhammad ibn Qayim al Jawziah, al Wabl al-Shayyib wa Rifi al Kalim al Thayyib, (Damaskus; Mktabah Darl Bayan, tt) Manzhur, Ibn, Lisan al-‘Arab (Beirut: Dar Shadir,), Abbas, Abd’Allah ‘al-Nadwi, Qamus Alfadz al-Qur’an al Karim ‘Arabi-Injilisi (Chicago: Iqra’ Internasional Education, 1986) Majma’ al-Lughah al-‘Arrabiyah, Mu’jam Alfaz al-Quran al-Karim (Kairo: al-Hay’ah al- Mishriyah,tt),
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka. 1996) Hamid, Abu Muhammad ibn Muhammad al-Ghazali, Ihya’Ulum al-Din (Semarang: Thaha Putra,tt) Fakhr al-Din ibn Dhiya’ al-Din ‘Umar Muhammad al-Razi, Al-Tafsir al-Kabir wa Mafatih al-Ghayb (Beirut: Dar al-Fikr, 1985) Zakariya, Abu Yahya ibn Syaraf al-Nawawi, Kitab al-Azdkar (Beirut: Darul alNabhim, 1997), Aziz Dahlan, Abdul, Ensiklopedi Hukum Islam (Jkarta: Ikhtiar Baru van Hove, 1996) Al-Bana, Hasan, Zikir dan Do’a yang diajarkan Rasulullah, (Jakarta: Media Dakwah, 1997), Ash Shiddiqy, T.M. Hasbi, pedoman Zikir dan Do’a, (Semarang; Pustaka Rizki Putra) Nawawi, Imam, Khasiat Zikir dan Do’a (Terjemah Kitab Azakirun Nawawiyah), (Bandung; Sinar Bru Al-Gesindo, 1995), Zindy, H. Irfan, Kamus Arab-Indonesia, (Jakarta; Dian Rakyat, 1998) Husain, Tohir Yahya, Mutiara Ratibul Athas, (Semarang: PT. Tanjung Mas Inti, 2007) al-Musawa, Munzir, majlis Rasulallah.org, selasa 1 feb 2010 al-Qussy, Abdul Aziz (Terjemahan). Pokok-pokok Kesehatan Mental, Alih Bahasa Zakiah Daradjat (Jakarta: Bulan bintang), Pusat Bahasa, Kamus Besar Indonesia (Jakarta: Balai Puastaka, 2002), Daradjat, Zakia. Pendidikan Agama dalam Pembinaan Mental (Jakarta: Bulan Bintang, 1987) Djumana, Hanna Bastman, Integrasi Psikologi dengan Islam Menuju Psikologi Islam (Yogyakarta: Mustaka Pelajar, 2005),
Bahruddin, Yusak,Kesehatan Mental untuk Fakultas Tarbiah Komponen MKK (Bandung; CV Pustaka Setia, 1999), Kartono, Kartini, Hygiene Mental da Kesehatan Mental dalam Islam (Bandung; Mandar Maju, 1989), Rahman, Fathur, Ikhtisar Mustalah Hadis, (Bandung: PT Ma’arif, 1974 Syaifuddin, Ending Ansyari, WawasanIslam: poko-poko pemikiran Islam dan Umatnya, (Jakarta: PT, Raja Grafindo Persada, 1993) al-Khatib, M. Ajaj, Ushul Hadis, ter. M. qodirun Nur, Ahmad Musyafiq (Jakarta: Gaya Media Pertama, 2001) Nata,Abudin Metodologi Study Islam, (Jkarta: Rajawali Press, 2002) Shihab,M. Qurais Membumikan al-Qur’an: Fungsi dan peranan wahyu dalam kehidupan masyarakat, (Bandung: Mizan, 1994), Ardi’s Dic: Dzikir, Patrick Glynn. God : The Evidence, The Reconiliation of Faith and Reason in a Postsecular Word ( California: Prima Publising, 1997) Benson, Herbert and Mark Stark, Timeless Healing ( New York: Simon Schuster: 1996) 203 www. Harun Yahya.com. selasa, 22 Desember 2009. www. Karunia.co.cc/2009 pengaruh…..( sumber: cuplik.com) selasa 04 agustus 2009
NAMA
:
JENIS KELAMIN & USIA :
ALAMAT :
PEKERJAAN
:
NO.HP
PENDIDIKAN
:
1.
:
Kecenderungan Bapak/ Ibu mengikuti zikir. 1.1 Dari mana Bapak/ Ibu mengenal majelis talim ini ? a.
Teman
b.
Saudara
c.
Guru
d.
................
1.2 Apa yang melatar belakangi Bapak/ Ibu mengikuti zikir di majlis MTWA Alhusaini ? a. Waktu dapat musibah b. Waktu ingin dekat dengan Allah c. Waktu di ajak teman d. Waktu tahu makna zikir 1.3 Berapa kali dalam sebulan Bapak/ Ibu mengikuti zikir di MTWA Alhusaini ? a. Satu kali b. Dua kali c. Tiga kali d. Lebih dari tiga kali 1.4 Mengapa Bapak/ Ibu tertarik mengikuti zikir di MTWA Alhusaini ? a. Menambah keyakinan kepada Allah b. Memberikan ketenangan jiwa c. Menambah teman d. Mengisi waktu 2
Tanggapan Bapak/ Ibu terhadap zikir 2.1 Bagaimana perasaan anda ketika mendapatkan masalah sebelum anda mengikuti zikir? a.
Sangat cemas
b.
Cemas
c.
Biasa saja
d.
Tidak tahu
2.2 Jika anda berhalangan tidak bisa mengikuti zikir bagaimana perasaan anda ? a. Sangat sedih b. Sedih c. Biasa saja d. Tidak tahu 2.3 Bagaimana perasaan anda setelah mengikuti zikir ? a. Sangat tenang b. Tenang c. Biasa saja d. Tidak tahu 2.4 Apa tanggapan anda tentang zikir ratib al-Attas ? a. Berbeda dengan zikir yang lain b. Sama saja dengan zikir yang lain c. Hamper sama d. Tidak tahu 2.5 Apakah anda hafal dengan zikir ratib al-Attas? a. Sangat hafal b. Hafal c. Cukup hafal d. Tidak hafal 2.6 Apakah anda merasakan pengaruh zikir ratib al-Attas? a. Sangat merasakan b. Merasakan c. Cukup merasakan d. Biasa saja 2.7 Apakah zikir ratib al-Attas berpengaruh bagi kesehatan anda? a. Sangat erpengaruh b. Berpengaruh c. Cukup berpengaruh d. Biasa saja
2.8 Apakah anda faham arti dan makna dari semua zikir ratib al-Attas tersebut? a. Sangat faham b. Faham c. Cukup faham d. Biasa saja 3. Analisis pengaruh zikir Ratib al-Atthas terhadap kesehatan mental. Pengaruh zikir terhadap pribadi 3.1 Apakah setelah mengikuti zikir anda sangat menghargai hidup? a. Sangat menghargai b. Menghargai c. Cukup menghargai d. Biasa saja 3.2 Bagimana pandanga anda setelah mengikuti zikir? a.
Lebih terbuka
b.
terbuka
c.
Cukup terbuka
d.
Biasa saja
3.4 Bagaimana Kemampuan anda dalam menghadapi problem kehidupan setelah zikir ? a.
Sangat mampu
b.
Mampu
c.
Cukup mampu
d.
Biasa saja
3.5 Setelah mengikuti zikir, seberapa besar anda menghargai kemampuan anda ? a.
Sangat menghargai
b.
menghargai
c.
Cukup menghargai
d.
Biasa saja
3.6 Bagaimana Sikap bersyukur anda setelah mengikuti zikir? a.
Sangat bersyukur
b.
Bersyukur
c.
Cukup bersyukur
d.
Biasa saja
4
Pengaruh zikir Ratib al-Attas terhadap masyarakat. 4.1 Bagaimana Penyesuaian diri anda dengan lingkungan setelah mengikuti zikir? a. sangat mampu b. mampu c.. cukup mampu d. biasa saja 4.2 Bagaimana Partisipasi anda dalam lingkungan setelah mengikuti zikir ? a. Sangat aktif b. Aktif c. Cukup aktif d. Biasa saja 4.3 Sikap dan perilaku anda di masyarakat setelah mengikuti zikir? a.
Sangat baik
b.
Baik
c.
Cukup baik
d.
Biasa saja
4.4 seberapa besar pengaruh zikir ratib al-Attas dalam kualitas pekerjaan anda?
5.
a.
Sangat berpengaruh
b.
Berpengaruh
c.
Cukup berpengaruh
d.
Biasa saja
Pengaruh zikir Ratib al- Attas terhadap ke-Tuhan 5.1 Seberapa besar Perasaan anda terhadap keagungan Allah setelah mengikuti zikir? a.
Sangat merasakan
b.
Merasakan
c.
Cukup merasakan
d.
Biasa saja
5.2 Bagaimana Kedekatan anda dengan Allah setelah mengikuti zikir ? a. Sangat dekat b. Dekat
c. Cukup dekat d. Biasa saja
5.3 Apakah anda merasa di awasi oleh Allah setelah mengikuti zikir ? a. Ya b. Tidak c. Tidak tahu d. Biasa saja