Manual System SIMDA Pendapatan
KATA PENGANTAR Dengan berlakunya Undang‐Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah sebagaimana telah dirubah beberapa kali terakhir dengan Undang‐Undang nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang‐Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan Undang‐Undang nomor 32 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan pemerintah Daerah, maka penyelenggaraan pemerintah daerah dilakukan dengan memberikan kewenangan yang seluas‐luasnya, disertai dengan pemberian hak dan kewajiban menyelenggarakan otonomi daerah dalam kesatuan sistem penyelenggaran pemerintahan negara. Pajak daerah dan retribusi daerah merupakan salah satu sumber pendapatan daerah yang penting guna membiayai pelaksanaan pemerintah daerah. Undang‐Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang‐Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Perubahan atas Undang‐Undang Nomor 18 tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah tidak sesuai lagi dengan kebijakan otonomi daerah. Sebagai jawaban atas permasalahan tersebut maka lahirlah Undang‐Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak dan Retribusi Daerah. Peraturan ini dimaksudkan untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dan kemandirian daerah, memberi keleluasaan kepada daerah untuk melakukan perluasan obyek pajak dan retribusi daerah serta pemberian diskresi dalam penerapan tarif. Kebijakan pajak daerah dan retribusi daerah dilaksanakan berdasarkan prinsip demokrasi, pemerataan dan keadilan, peran serta masyarakat, dan akuntabilitas dengan memperhatikan potensi daerah. Sistem pemungutan pajak mengalami perubahan dan perkembangan, dari yang sederhana sampai yan paling maju. Perubahan terjadi seiring dengan derasnya arus perubahan kehidupan masyarakat. Secara sosiologis, kehidupan masyarakat akan selalu berubah dari waktu ke waktu dan perubahan tersebut juga berpengaruh terhadap pengaturan pajak dalam suatu negara. Dasar yuridis dalam memungut pajak maupun sistem pemungutan pajak juga mengalami perubahan. Semula sistem pemungutan pajak lebih didominasi oleh sistem official assesment namun kini bergeser menjadi sistem self assesment. Peraturan Pemerintah Nomor 91 tahun 2010 tentang Jenis Pajak Daerah yang Dipungut Berdasarkan Penetapan Kepala Daerah atau Dibayar Sendiri oleh Wajib Pajak, menjadi patokan dalam menentukan sistem pemungutan pajak untuk tiap jenis pajak daerah.
Deputi 4 - BPKP
Halaman 1 dari 66
Manual System SIMDA Pendapatan Deputi Pengawasan Bidang Penyelenggaraan Keuangan Daerah telah menetapkan visi organisasi yakni Menjadi Katalisator Bagi Kesuksesan Otonomi Daerah Melalui Pengawasan Profesional di Bidang Penyelenggaraan Keuangan Daerah, dengan salah satu misinya yaitu mendorong dan memberikan kontribusi bagi peningkatan kualitas sistem penyelenggaraan keuangan daerah. Dalam rangka melaksanakan misi tersebut maka dilakukan kegiatan penyusunan sistem pengelolaan keuangan daerah berbasis teknologi informasi yang dapat membantu pemerintah daerah dalam menghasilkan informasi keuangan yang relevan, cepat, akurat, lengkap dan dapat diuji kebenarannya. Adanya permasalahan dalam membangun basis data penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan potensi PAD, memenuhi best practice pengelolaan penerimaan PAD, usaha untuk intensifikasi dan ekstensifikasi pajak/retribusi daerah, peningkatan pelayanan kepada masyarakat (cepat dan akurat), dan pengendalian atas pencatatan piutang yang berasal dari surat ketetapan pajak dan retribusi daerah serta pelunasannya dengan pembukuan pendapatan di kas daerah menjadi dasar rancangan aplikasi SIMDA pendapatan Sebagai pelengkap pengembangan Program Aplikasi SIMDA Pendapatan tersebut, maka disusun manual system sebagai petunjuk bagi para pengguna untuk memahami Aplikasi SIMDA Pendapatan. Penyusunan buku ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu segala saran dan kritik dari para pembaca dan pengguna akan kami terima sebagai bahan perbaikan dan penyempurnaan. Semoga buku ini dapat bermanfaat dan upaya yang telah serta akan terus dilakukan, mendapat rahmat dan hidayahNya. Jakarta, Maret 2012 Pengarah Satuan Tugas Pengembangan SIMDA Iman Bastari NIP 19560625 197801 1 001
Deputi 4 - BPKP
Halaman 2 dari 66
Manual System SIMDA Pendapatan
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR .................................................................................................................... 1 DAFTAR ISI ................................................................................................................................ 3 BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................................................. 6 A. Latar Belakang .............................................................................................................. 6 B. Tujuan ........................................................................................................................... 8 C. Manfaat ........................................................................................................................ 8 D. Pembatasan Masalah ................................................................................................... 9 E. Sistimatika Penyajian .................................................................................................... 9 BAB II. GAMBARAN UMUM PENDAPATAN DAERAH ............................................................. 11 A. Pendapatan Daerah .................................................................................................... 11 B. Pajak Daerah dan Retribusi Daerah ............................................................................ 13 1. Pajak Daerah ..........................................................................................................13 2. Retribusi Daerah ....................................................................................................16 BAB III. SISTEM DAN PROSEDUR PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH . 24 A. Sistem Pemungutan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah .......................................... 24 1. Self assesment (dibayar sendiri oleh wajib pajak) .................................................24 2. Official assesment (dipungut berdasarkan penetapan kepala daerah) .................25 3. Withholding/joint collection (dipungut oleh pemungut pajak/retribusi) ..............25 B. Pendaftaran dan Pendataan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah ............................ 25 C. Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (SPTPD) .............................................................. 26 1. Penyampaian SPTPD ..............................................................................................27 2. Perpanjangan Jangka Waktu Penyampaian SPTPD ...............................................27 3. Pembetulan SPTPD .................................................................................................28 4. Sanksi jika tidak menyampaikan SPTPD .................................................................28 D. Nota Perhitungan ....................................................................................................... 28 E. Penetapan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah ......................................................... 29
Deputi 4 - BPKP
Halaman 3 dari 66
Manual System SIMDA Pendapatan 1. Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD) ...................................................................29 2. Surat Ketetapan Pajak Daerah Tambahan (SKPDT) ...............................................29 3. Surat Ketetapan Pajak Daerah Nihil (SKPDN) ........................................................30 4. Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar (SKPD‐KB) .......................................30 5. Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan (SKPD‐KBT) .............................31 6. Surat Ketetapan Pajak Daerah Lebih Bayar (SKPD‐LB) ..........................................32 F. Penagihan pajak.......................................................................................................... 32 G. Pembayaran pajak dan retribusi daerah .................................................................... 32 BAB IV. PENATAUSAHAAN PAJAK DAN RETRIBUSI DAERAH .................................................. 34 A. Administrasi Pajak Daerah dan Retribusi Daerah....................................................... 34 1. Penghimpunan data peraturan terkait pendapatan asli daerah ...........................34 2. Rekening Pajak dan Retribusi Daerah ....................................................................35 3. Unit Organisasi Pengelola Pajak dan Retribusi Daerah .........................................35 4. Data Kecamatan dan Kelurahan/Desa ...................................................................36 5. Data Bank Pemegang Kas Daerah ..........................................................................36 6. Struktur Nomor Pokok Wajib pajak .......................................................................36 B. Data yang Terkait dengan Penatausahaan Pajak/Retribusi Daerah .......................... 37 1. Pendaftaran wajib pajak/retribusi .........................................................................37 2. Pendataan Wajib Pajak/Retribusi Daerah .............................................................38 3. Penyampaian Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (SPTPD) ..................................38 4. Pembuatan Nota Perhitungan ...............................................................................39 5. Penerbitan Surat Ketetapan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah .........................39 6. Penyetoran PAD .....................................................................................................41 C. Pelaporan dan Pertanggungjawaban ......................................................................... 46 D. Ekspor Data ke Simda Keuangan ................................................................................ 47 BAB IV. SISTEM PENGENDALIAN INTERN PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH ............. 47 A. Arti Penting Pengendalian Intern Terhadap Pemungutan Pajak Daerah Retribusi Daerah ........................................................................................................................ 48
Deputi 4 - BPKP
Halaman 4 dari 66
Manual System SIMDA Pendapatan B. Dokumen yang Digunakan Dalam Penatausahaan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah .................................................................................................................................... 49 1. Pendataan wajib Pajak dan Retribusi ....................................................................49 2. Kegiatan Penetapan ...............................................................................................50 3. Kegiatan Penyetoran ..............................................................................................51 4. Kegiatan Pembukuan dan Pelaporan .....................................................................52 5. Kegiatan Penagihan ................................................................................................53 BAB V. PROSEDUR AKUNTANSI PIUTANG PAJAK ................................................................... 55 A. Jenis Piutang Pajak dan Selain Pajak .......................................................................... 55 1. Piutang Pajak ..........................................................................................................56 2. Piutang Retribusi ....................................................................................................57 3. Piutang Pendapatan Asli Daerah Lainnya ..............................................................58 B. Pengakuan .................................................................................................................. 58 C. Pengukuran ................................................................................................................. 59 D. Penyajian dan Pengungkapan .................................................................................... 60 1. Akuntansi Piutang ..................................................................................................60 2. Penyajian Piutang di Neraca ..................................................................................61 3. Pengungkapan di CaLK ...........................................................................................62 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 63 Tim Penyusun ......................................................................................................................... 65
Deputi 4 - BPKP
Halaman 5 dari 66
Manual System SIMDA Pendapatan
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pajak daerah dan retribusi daerah merupakan salah satu sumber pendapatan daerah yang penting guna membiayai pelaksanaan pemerintahan daerah yang bersangkutan. Untuk menyelenggarakan pemerintahan tersebut, daerah berhak mengenakan pungutan kepada masyarakat. Berdasarkan Undang‐Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang menempatkan perpajakan sebagai salah satu perwujudan kenegaraan ditegaskan bahwa penempatan beban kepada rakyat, seperti pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa, diatur dengan undang‐undang. Dengan demikian, pemungutan pajak daerah dan retribusi daerah harus didasarkan pada undang‐ undang. Selama ini, pungutan daerah yang berupa pajak dan retribusi diatur dalam Undang‐Undang Nomor 18 tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yang telah diubah dengan Undang‐Undang Nomor 34 Tahun 2000. Pungutan daerah tersebut perlu disesuaikan dengan kebijakan otonomi daerah dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dan kemandirian daerah, disamping itu perlu dilakukan perluasan obyek pajak daerah dan retribusi daerah dan diskresi dalam penerapan tarif. Oleh karena itu pemerintah menerbitkan Undang‐Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak dan Retribusi Daerah sebagai pengganti dari Undang‐Undang Nomor 34 tahun 2000. Dalam Undang‐Undang Nomor 28 Tahun 2009, kebijakan pajak daerah dan retribusi daerah dilaksanakan berdasarkan prinsip demokrasi, pemerataan dan keadilan, peran serta masyarakat, dan akuntabilitas dengan memperhatikan potensi daerah. Berkembangnya sistim pemungutan pajak dari official assesment menjadi self assesment memeberikan keleluasaan kepada wajib pajak untuk menghitung sendiri dan menyetorkan pajak yang menjadi kewajibannya ke kas daerah. Jenis‐jenis pungutan pajak dengan kedua sistem tersebut diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 91 Tahun 2010
Deputi 4 - BPKP
Halaman 6 dari 66
Manual System SIMDA Pendapatan tentang Jenis‐Jenis Pajak yang Dipungut Berdasarkan Penetapan Kepala Daerah atau Diabayar Sendiri oleh Wajib Pajak Dalam rangka pembiayaan pembangunan dan penyelenggaraan pemerintah, pemerintah berusaha menggali dana, baik dengan dana yang berasal dari masyarakat atau dari pemerintah sendiri. Dari sekian banyak sumber penerimaan negara, pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang sangat penting artinya bagi pelaksanaan peningkatan pembangunan nasional. Pemerintah daerah seperti halnya dengan pemerintah pusat mempunyai kepentingan yang sama dalam mengatur dan mengurus penyelenggaraan pemerintahannya. Pemerintah daerah harus menyediakan dana dan biaya yang cukup untuk menyelenggarakan tugas dan kewajiban serta segala kewenangannya yang ada padanya. Dalam rangka pemberian otonomi yang lebih luas kepada daerah terutama di bidang keuangan, daerah diberi wewenang untuk menggali sumber dana yang ada sesuai dengan potensi dan keadaan daerah masing‐masing, sehingga nantinya dapat meningkatkan pendapatan asli daerah untuk penyelenggaraan pemerintahaannya. Pemerintah Daerah mempunyai beberapa sumber keuangan antara lain berupa pembiayaan dari Pemerintah Pusat sesuai dengan urusan pemerintah yang diserahkan; kewenangan memungut dan mendayagunakan pajak dan retribusi daerah dan hak untuk mendapatkan bagi hasil dari sumber‐sumber daya nasional yang berada di daerah; hak untuk mengelola kekayaan daerah dan mendapatkan sumber‐sumber pendapatan lain yang sah. Untuk itu Pemerintah Daerah, dalam hal ini Satuan Kerja Perangkat Daerah yang diberi wewenang untuk mengelola pendapatan, dituntut untuk memiliki sistem informasi yang handal untuk mengelola Pendapatan Asli Daerah (PAD) disamping melakukan penyempurnaan terhadap pengadministrasiannya. Selama ini pada beberapa Pemerintah Daerah, pengelolaan data pendapatan dilakukan menggunakan komputer hanya sebagai alat bantu untuk pengetikan dan pembuatan format laporan yang dibutuhkan, ini menjadi kendala pada saat data atau laporan yang diinginkan harus disajikan dalam waktu yang singkat. Penyempurnaan administrasi pendapatan daerah menyangkut reformasi peraturan mengenai pemungutan
Deputi 4 - BPKP
Halaman 7 dari 66
Manual System SIMDA Pendapatan pajak daerah dan retribusi daerah. Hal ini ditujukan agar para wajib pajak daerah dan wajib retribusi daerah dapat secara optimal memenuhi kewajibannya dengan membayar pajak daerah dan retribusi daerah sebagaimana mestinya. Serangkaian cara dapat dilakukan untuk mewujudkan hal ini, seperti: melakukan perbaikan metode identifikasi, mekanisme registrasi, dan pemungutan, mengembangkan sistem evaluasi, merencanakan dengan lebih baik sistem pengawasan, pemungutan, dan pelaporan keuangannya. Untuk melengkapi implementasi pengelolaan keuangan daerah dengan menggunakan aplikasi SIMDA di pemerintah daerah maka Tim Pengembangan Aplikasi SIMDA telah mengembangkan subsistem pendapatan yang dapat digunakan khusus untuk pelaksanaan pengelolaan pendapatan asli daerah sesuai ketentuan yang berlaku dan praktik pengelolaan yang baik. B. Tujuan Tujuan penyusunan manual sistem untuk memberikan keselarasan antara system dan prosedur pengelolaan pendapatan daerah yang diterapkan pemerintah daerah dengan aplikasi SIMDA Pendapatan. C. Manfaat Manual ini diharapkan dapat bermanfaat bagi Pemerintah Kabupaten/Kota dalam memperbaiki mekanisme administrasi pendapatan daerah untuk menyempurnakan efisiensi dan efektivitas pengadministrasian pajak daerah dan retribusi daerah serta memaksimalkan pendapatan yang berasal dari pajak daerah dan retribusi daerah. Untuk mencapai efisiensi dan efektivitas pengadministrasian pajak daerah dan retribusi daerah, sistem dan prosedur yang diterapkan oleh Pemerintah Kabupaten/Kota diharapkan dapat memastikan setiap wajib pajak harus membayar pajak dan retribusi sesuai dengan jumlah yang seharusnya serta seluruh pendapatan yang diperoleh diadminsitrasikan dengan baik oleh lembaga di lingkungan pemerintah daerah yang ditugaskan sebagaimana mestinya. Langkah‐langkah yang dapat ditempuh adalah :
Deputi 4 - BPKP
Halaman 8 dari 66
Manual System SIMDA Pendapatan 1) Melakukan identifikasi yang akurat atas siapa yang harus menanggung atau membayar pajak/retribusi. 2) Melakukan penghitungan yang tepat. 3) Melakukan pemungutan sesuai dengan perhitungan yang dilakukan. 4) Melakukan pengawasan dan pemberian sanksi yang tepat bagi wajib pajak dan wajib retribusi yang melanggar ketentuan. 5) Melakukan pengawasan terhadap pegawai yang terkait untuk memastikan agar pajak dan retribusi diadministrasikan dengan baik. D. Pembatasan Masalah Pembahasan mengenai pendapatan daerah berikut dititikberatkan pada penerimaan pajak daerah dan retribusi daerah pada pemerintah kabupaten/kota terkait dengan aplikasi SIMDA Pendapatan yang telah dikembangkan, sedangkan pendapatan pajak provinsi tidak menjadi bagian modul ini. E. Sistimatika Penyajian Penyajian modul ini secara garis besar terdiri dari : Bab I Pendahuluan Menguraikan latar belakang perlunya modul pendapatan asli daerah, tujuan penyusunan modul, manfaat yang dapat diperoleh dan modul yang disusun ini terbatas pada materi pajak dan retribusi daerah. Bab II Gambaran Umum Pendapatan Daerah Menguraikan pendapatan asli daerah dalam struktur APBD, jenis‐jenis pendapatan asli daerah, jenis‐jenis pajak daerah dan retribusi daerah baik yang dipungut oleh pemerintah provinsi maupun pemerintah kabupaten/kota. Bab III Sistem dan Prosedur Pemungutan Pajak dan Retribusi Daerah Menjelaskan sistem pemungutan pajak dan retribusi daerah, meliputi official assesment, self assesment dan witholding/joint collection termasuk jenis‐jenis pajak yang dipungut berdasarkan masing‐masing jenis pemungutan pajak. Porsedur pendataan dan pendaftaran, prosedur penyampaian SPTPD, Prosedur
Deputi 4 - BPKP
Halaman 9 dari 66
Manual System SIMDA Pendapatan perhitungan dan penetapan pajak, prosedur pembayaran pajak dan retribusi daerah, serta prosedur penagihan pajak daerah. Bab IV Penatausahaan Pajak dan Retribusi Daerah Menjelaskanpersiapan yang harus dilakukan sebelum penerapan aplikasi SIMDA Pendapatan, terutama kesesuain antara parameter rekening pendapatan yang digunakan dalam pengelolaan keuangan daerah (SIMDA Keuangan/aplikasi keuangan) dengan SIMDA Pendapatan, data peraturan penerapan pajak dan retribusi daerah, data wajib pajak dan wajib retribusi daerah, mekanisme penyampaian SPTPD, SKPD dan pembayarannya, pelaporan yang dibutuhkan serta mekanisme pemindahan data dari aplikasi SIMDA Pendapatan ke SIMDA Keuangan serta sebaliknya. Bab V Sistem Pengendalian Intern Pajak dan Retribusi Daerah Meliputi pembahasan arti penting pengendalian intern terhadap pungutan pajak dan retribusi daerah, jenis‐jenis dokumen yang digunakan dan kegiatan‐kegiatan yang dilakukan dalam penatausahaan pajak dan retribusi daerah. Bab VI Prosedur Akuntansi Piutang Pajak Meliputi pembahasan atas akuntansi piutang baik piutang pajak maupun piutang selain pajak, pengakuan piutang, pengukuran piutang, penyajian piutang dalamneraca dan pengungkapannya dalam catatan atas laporan keuangan.
Deputi 4 - BPKP
Halaman 10 dari 66
Manual System SIMDA Pendapatan
BAB II. GAMBARAN UMUM PENDAPATAN DAERAH Berdasarkan pasal 22 Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengeleloaan Keuangan Daerah, struktur APBD merupakan satu kesatuan yang terdiri dari: 1) Pendapatan daerah Pendapatan daerah meliputi semua penerimaan uang melalui rekening kas umum daerah, yang menambah ekuitas dana, merupakan hak daerah dalam satu tahun anggaran dan tidak perlu dibayar kembali oleh daerah dan dirinci menurut pemerintahan daerah, organisasi, kelompok, jenis, obyek dan rincian obyek pendapatan. 2) Belanja daerah Belanja daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (1) huruf b dirinci menurut urusan pemerintahan daerah, organisasi, program, kegiatan, kelompok, jenis, obyek dan rincian obyek belanja. 3) Pembiayaan daerah. Sedangkan Pembiayaan daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (1) huruf c dirinci menurut urusan pemerintahan daerah, organisasi, kelompok, jenis, obyek dan rincian obyek pembiayaan. Pembahasan berikut akan dititikberatkan pada pendapatan daerah. A. Pendapatan Daerah Berdasarkan pasal 157 Undang Undang no. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, sumber pendapatan daerah terdiri atas: 1. Pendapatan asli daerah yang selanjutnya disebut PAD, yaitu: a. Hasil pajak daerah; b. Hasil retribusi daerah; c. Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan; a) Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik daerah/BUMD b) Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik pemerintah/BUMN
Deputi 4 - BPKP
Halaman 11 dari 66
Manual System SIMDA Pendapatan c) Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik swasta atau kelompok usaha masyarakat. d. Lain‐lain PAD yang sah; Jenis pendapatan ini adalah pendapatan yang tidak dikategorikan sebagai pajak daerah maupun retribusi diantaranya : a) Hasil penjualan aset daerah yang tidak dipisahkan b) Penerimaan jasa giro c) Penerimaan Bunga deposito d) Tuntutan Ganti Kerugian Daerah (TGR) e) Penerimaan komisi, potongan ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan dan/atau pengadaan barang dan/atau jasa oleh daerah; f) Komisi, Potongan, dan Selisih Nilai Tukar Rupiah g) Pendapatan Denda Keterlambatan Pelaksanaan Pekerjaan h) Pendapatan Denda Pajak i) Pendapatan Denda Retribusi j) Pendapatan Hasil Eksekusi atas Jaminan k) Pendapatan dari Pengembalian l) Pendapatan dari Fasilitas Sosial dan Fasilitas Umum; m) Pendapatan dari Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan n) Pendapatan dari Angsuran/Cicilan Penjualan o) Sumbangan Fihak Ketiga 2. Dana perimbangan; Merupakan dana bagi hasil dari pemerintah pusat, meliputi : a. Bagi hasil pajak/bukan pajak b. Dana Alokasi Umum c. Dana Alokasi Khusus 3. Lain‐lain pendapatan daerah yang sah. Termasuk dalam kelompok pendapatan ini diantaranya : a. Pendapatan hibah
Deputi 4 - BPKP
Halaman 12 dari 66
Manual System SIMDA Pendapatan b. Dana darurat c. Dana bagi hasil pajak dari Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Daerah lain. d. Dana penyesuaian dan otonomi khusus e. Bantuan keuangan dari provinsi atau pemerintah daerah lain. Pembahasan selanjutnya akan dititikberatkan pada Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. B. Pajak Daerah dan Retribusi Daerah 1. Pajak Daerah Berdasarkan Undang Undang Nomor 28 Tahun 2009 definisi Pajak Daerah atau disebut pajak adalah adalah kontribusi wajib kepada Daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang‐undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar besarnya kemakmuran rakyat. Subjek Pajak adalah orang pribadi atau badan yang dapat dikenakan pajak sedangkan Wajib Pajak adalah orang pribadi atau Badan, meliputi pembayar pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang‐undangan perpajakan daerah. Pajak Daerah dibagi dalam 2 jenis meliputi : 1) Jenis Pajak Daerah yang dipungut oleh Pemerintah Provinsi terdiri dari : a. Pajak Kendaraan Bermotor Pajak Kendaraan Bermotor adalah pajak atas kepemilikan dan/atau penguasaan kendaraan bermotor. b. Pajak Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor Pajak Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor adalah pajak atas penyerahan hak milik kendaraan bermotor sebagai akibat perjanjian dua pihak atau perbuatan sepihak atau keadaan yang terjadi karena jual beli, tukar menukar, hibah, warisan, atau pemasukan ke dalam badan usaha. c. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor
Deputi 4 - BPKP
Halaman 13 dari 66
Manual System SIMDA Pendapatan Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor adalah pajak atas penggunaan bahan bakar kendaraan bermotor. d. Pajak Air Permukaan Pajak Air Permukaan adalah pajak atas pengambilan dan/atau pemanfaatan air permukaan. Yang dimaksud dengan Air Permukaan adalah semua air yang terdapat pada permukaan tanah, tidak termasuk air laut, baik yang berada di laut maupun di darat. e. Pajak Rokok Pajak Rokok adalah pungutan atas cukai rokok yang dipungut oleh Pemerintah. 2) Jenis pajak daerah yang dipungut oleh pemerintah Kabupaten/Kota yaitu: a. Pajak Hotel Pajak Hotel adalah pajak atas pelayanan yang disediakan oleh hotel. Hotel adalah fasilitas penyedia jasa penginapan/peristirahatan termasuk jasa terkait lainnya dengan dipungut bayaran, yang mencakup juga motel, losmen, gubuk pariwisata, wisma pariwisata, pesanggrahan, rumah penginapan dan sejenisnya, serta rumah kos dengan jumlah kamar lebih dari 10 kamar. b. Pajak Restoran Pajak Restoran adalah pajak atas pelayanan yang disediakan oleh restoran. Restoran adalah fasilitas penyedia makanan dan/atau minuman dengan dipungut bayaran, yang mencakup juga rumah makan, kafetaria, kantin, warung, bar, dan sejenisnya termasuk jasa boga/katering. c. Pajak Hiburan Pajak Hiburan adalah pajak atas penyelenggaraan hiburan. Hiburan adalah semua jenis tontonan, pertunjukan, permainan, dan/atau keramaian yang dinikmati dengan dipungut bayaran. d. Pajak Reklame Pajak Reklame adalah pajak atas penyelenggaraan reklame. Reklame adalah benda, alat, perbuatan, atau media yang bentuk dan corak ragamnya dirancang untuk tujuan komersial memperkenalkan, menganjurkan,
Deputi 4 - BPKP
Halaman 14 dari 66
Manual System SIMDA Pendapatan mempromosikan, atau untuk menarik perhatian umum terhadap barang, jasa, orang, atau badan, yang dapat dilihat, dibaca, didengar, dirasakan, dan/atau dinikmati oleh umum. e. Pajak Penerangan Jalan Pajak Penerangan Jalan adalah pajak atas penggunaan tenaga listrik, baik yang dihasilkan sendiri maupun diperoleh dari sumber lain. f. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan adalah pajak atas kegiatan pengambilan mineral bukan logam dan batuan, baik dari sumber alam di dalam dan/atau permukaan bumi untuk dimanfaatkan. g. Pajak Parkir Pajak Parkir adalah pajak atas penyelenggaraan tempat parkir di luar badan jalan, baik yang disediakan berkaitan dengan pokok usaha maupun yang disediakan sebagai suatu usaha, termasuk penyediaan tempat penitipan kendaraan bermotor. Parkir adalah keadaan tidak bergerak suatu kendaraan yang tidak bersifat sementara. h. Pajak Air Tanah Pajak Air Tanah adalah pajak atas pengambilan dan/atau pemanfaatan air tanah. Air Tanah adalah air yang terdapat dalam lapisan tanah atau batuan di bawah permukaan tanah. i.
Pajak Sarang Burung Walet Pajak Sarang Burung Walet adalah pajak atas kegiatan pengambilan dan/atau pengusahaan sarang burung walet. Burung Walet adalah satwa yang termasuk marga collocalia.
j.
Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan adalah pajak atas bumi dan/atau bangunan yang dimiliki, dikuasai, dan/atau dimanfaatkan oleh orang pribadi atau Badan, kecuali kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan, perhutanan, dan pertambangan. Bumi adalah permukaan bumi
Deputi 4 - BPKP
Halaman 15 dari 66
Manual System SIMDA Pendapatan yang meliputi tanah dan perairan pedalaman serta laut wilayah kabupaten/kota. Bangunan adalah konstruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan secara tetap pada tanah dan/atau perairan pedalaman dan/atau laut. k. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan adalah pajak atas perolehan hak atas tanah dan/atau bangunan. Perolehan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan adalah perbuatan atau peristiwa hukum yang mengakibatkan diperolehnya hak atas tanah dan/atau bangunan oleh orang pribadi atau Badan. Hak atas Tanah dan/atau Bangunan adalah hak atas tanah, termasuk hak pengelolaan, beserta bangunan di atasnya, sebagaimana dimaksud dalam undangundang di bidang pertanahan dan bangunan. 2. Retribusi Daerah Berdasarkan Undang Undang Nomor 28 Tahun 2009 Retribusi daerah atau disebut retribusi adalah adalah pungutan Daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau Badan. Jasa adalah kegiatan Pemerintah Daerah berupa usaha dan pelayanan yang menyebabkan barang, fasilitas, atau kemanfaatan lainnya yang dapat dinikmati oleh orang pribadi atau Badan. Retribusi daerah untuk tiap‐tiap daerah berbeda‐beda jenis dan ragamnya tergantung potensi yang ada di tiap‐tiap daerah. Secara umum retribusi dikelompokan menjadi 3 (tiga) jenis yaitu : 1) Retribusi Jasa Umum Subjek Retribusi Jasa Umum adalah orang pribadi atau Badan yang menggunakan/menikmati pelayanan jasa umum yang bersangkutan. Wajib Retribusi Jasa Umum adalah orang pribadi atau Badan yang menurut ketentuan peraturan
perundangundangan
Retribusi
diwajibkan
untuk
melakukan
pembayaran Retribusi, termasuk pemungut atau pemotong Retribusi Jasa Umum.
Deputi 4 - BPKP
Halaman 16 dari 66
Manual System SIMDA Pendapatan Objek Retribusi Jasa Umum adalah pelayanan yang disediakan atau diberikan Pemerintah Daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau Badan. Jenis Retribusi Jasa umum adalah : a. Retribusi Pelayanan Kesehatan Objek Retribusi Pelayanan Kesehatan adalah pelayanan kesehatan di puskesmas, puskesmas keliling, puskesmas pembantu, balai pengobatan, rumah sakit umum daerah, dan tempat pelayanan kesehatan lainnya yang sejenis yang dimiliki dan/atau dikelola oleh Pemerintah Daerah, kecuali pelayanan pendaftaran. Dikecualikan dari objek Retribusi pelayanan kesehatan adalah pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh Pemerintah, BUMN, BUMD, dan pihak swasta. b. Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan Objek Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan adalah pelayanan persampahan/kebersihan yang diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah, meliputi:
pengambilan/pengumpulan sampah dari sumbernya ke lokasi pembuangan sementara;
pengangkutan sampah dari sumbernya dan/atau lokasi pembuangan sementara ke lokasi pembuangan/pembuangan akhir sampah
penyediaan lokasi pembuangan/pemusnahan akhir sampah.
c. Retribusi Penggantian Biaya Cetak Kartu Tanda Penduduk dan Akta Catatan Sipil Objek Retribusi Penggantian Biaya Cetak Kartu Tanda Penduduk dan Akta Catatan Sipil adalah pelayanan: kartu tanda penduduk; kartu keterangan bertempat tinggal; kartu identitas kerja; kartu penduduk sementara; kartu identitas penduduk musiman; kartu keluarga; akta catatan sipil yang meliputi akta perkawinan, akta perceraian, akta engesahan dan pengakuan anak, akta ganti nama bagi warga negara asing, dan akta kematian.
Deputi 4 - BPKP
Halaman 17 dari 66
Manual System SIMDA Pendapatan d. Retribusi Pelayanan Pemakaman dan Pengabuan Mayat Objek Retribusi Pelayanan Pemakaman dan Pengabuan Mayat adalah pelayanan pemakaman dan pengabuan mayat yang meliputi:
pelayanan penguburan/pemakaman termasuk penggalian dan pengurukan, pembakaran/pengabuan mayat; dan
sewa tempat pemakaman atau pembakaran/pengabuan mayat yang dimiliki atau dikelola Pemerintah Daerah.
e. Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum Objek Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum adalah penyediaan pelayanan parkir di tepi jalan umum yang ditentukan oleh Pemerintah Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang‐undangan. f. Retribusi Pelayanan Pasar Objek Retribusi Pelayanan Pasar adalah penyediaan fasilitas pasar tradisional/sederhana, berupa pelataran, los, kios yang dikelola Pemerintah Daerah, dan khusus disediakan untuk pedagang. g. Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor Objek Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor adalah pelayanan pengujian kendaraan bermotor, termasuk kendaraan bermotor di air, sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan, yang diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah. h. Retribusi Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran Objek Retribusi Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 110 ayat (1) huruf h adalah pelayanan pemeriksaan dan/atau pengujian alat pemadam kebakaran, alat penanggulangan kebakaran, dan alat penyelamatan jiwa oleh Pemerintah Daerah terhadap alatalat pemadam kebakaran, alat penanggulangan kebakaran, dan alat penyelamatan jiwa yang dimiliki dan/atau dipergunakan oleh masyarakat. i.
Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta Objek Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta adalah penyediaan peta yang
Deputi 4 - BPKP
Halaman 18 dari 66
Manual System SIMDA Pendapatan dibuat oleh Pemerintah Daerah. j.
Retribusi Penyediaan dan/atau Penyedotan Kakus Objek Retribusi Penyediaan dan/atau Penyedotan Kakus adalah pelayanan penyediaan dan/atau penyedotan kakus yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah.
k. Retribusi Pengolahan Limbah Cair Objek Retribusi Pengolahan Limbah Cair adalah pelayanan pengolahan limbah cair rumah tangga, perkantoran, dan industri yang disediakan, dimiliki, dan/atau dikelola secara khusus oleh Pemerintah Daerah dalam bentuk instalasi pengolahan limbah cair. l.
Retribusi Pelayanan Tera/Tera Ulang Objek Retribusi Pelayanan Tera/Tera Ulang adalah:
pelayanan pengujian alatalat ukur, takar, timbang, dan perlengkapannya; dan
pengujian barang dalam keadaan terbungkus yang diwajibkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.
m. Retribusi Pelayanan Pendidikan Objek Retribusi Pelayanan Pendidikan adalah pelayanan penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan teknis oleh Pemerintah Daerah. n. Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi Objek Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi adalah pemanfaatan ruang untuk menara telekomunikasi dengan memperhatikan aspek tata ruang, keamanan, dan kepentingan umum. 2) Retribusi Jasa Usaha Jasa Usaha adalah jasa yang disediakan oleh Pemerintah Daerah dengan menganut prinsip‐prinsip komersial karena pada dasarnya dapat pula disediakan oleh sektor swasta. Subjek Retribusi Jasa Usaha adalah orang pribadi atau Badan yang menggunakan/menikmati pelayanan jasa usaha yang bersangkutan. Wajib
Deputi 4 - BPKP
Halaman 19 dari 66
Manual System SIMDA Pendapatan Retribusi Jasa Usaha adalah orang pribadi atau Badan yang menurut ketentuan peraturan
perundangundangan
Retribusi
diwajibkan
untuk
melakukan
pembayaran Retribusi, termasuk pemungut atau pemotong Retribusi Jasa Usaha. Objek Retribusi Jasa Usaha adalah pelayanan yang disediakan oleh Pemerintah Daerah dengan menganut prinsip komersial yang meliputi:
pelayanan dengan menggunakan/memanfaatkan kekayaan Daerah yang belum dimanfaatkan secara optimal; dan/atau
pelayanan oleh Pemerintah Daerah sepanjang belum disediakan secara memadai oleh pihak swasta.
Jenis Retribusi Jasa Usaha adalah: a. Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah Objek Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah adalah pemakaian kekayaan Daerah. b. Retribusi Pasar Grosir dan/atau Pertokoan Retribusi Pasar Grosir dan/atau Pertokoan adalah penyediaan fasilitas pasar grosir berbagai jenis barang, dan fasilitas pasar/pertokoan yang dikontrakkan, yang disediakan/diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah. c. Retribusi Tempat Pelelangan Objek Retribusi Tempat Pelelangan adalah penyediaan tempat pelelangan yang secara khusus disediakan oleh Pemerintah Daerah untuk melakukan pelelangan ikan, ternak, hasil bumi, dan hasil hutan termasuk jasa pelelangan serta fasilitas lainnya yang disediakan di tempat pelelangan. Termasuk objek Retribusi adalah tempat yang dikontrak oleh Pemerintah Daerah dari pihak lain untuk dijadikan sebagai tempat pelelangan. d. Retribusi Terminal Objek Retribusi Terminal sebagaimana adalah pelayanan penyediaan tempat parkir untuk kendaraan penumpang dan bis umum, tempat kegiatan usaha, dan fasilitas lainnya di lingkungan terminal, yang disediakan, dimiliki, dan/atau dikelola oleh Pemerintah Daerah.
Deputi 4 - BPKP
Halaman 20 dari 66
Manual System SIMDA Pendapatan e. Retribusi Tempat Khusus Parkir Objek Retribusi Tempat Khusus adalah pelayanan tempat khusus parkir yang disediakan, dimiliki, dan/atau dikelola oleh Pemerintah Daerah. f. Retribusi Tempat Penginapan/Pesanggrahan/Villa Objek Retribusi Tempat Penginapan/Pesanggrahan/Villa adalah pelayanan tempat penginapan/pesanggrahan/villa yang disediakan, dimiliki, dan/atau dikelola oleh Pemerintah Daerah. g. Retribusi Rumah Potong Hewan Objek Retribusi Rumah Potong Hewan adalah pelayanan penyediaan fasilitas rumah pemotongan hewan ternak termasuk pelayanan pemeriksaan kesehatan hewan sebelum dan sesudah dipotong, yang disediakan, dimiliki, dan/atau dikelola oleh Pemerintah Daerah. h. Retribusi Pelayanan Kepelabuhanan Objek Retribusi Pelayanan Kepelabuhanan adalah pelayanan jasa kepelabuhanan, termasuk fasilitas lainnya di lingkungan pelabuhan yang disediakan, dimiliki, dan/atau dikelola oleh Pemerintah Daerah. i.
Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga Objek Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga adalah pelayanan tempat rekreasi, pariwisata, dan olahraga yang disediakan, dimiliki, dan/atau dikelola oleh Pemerintah Daerah.
j.
Retribusi Penyeberangan di Air Objek Retribusi Penyeberangan di Air adalah pelayanan penyeberangan orang atau barang dengan menggunakan kendaraan di air yang dimiliki dan/atau dikelola oleh Pemerintah Daerah.
k. Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah Objek Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah adalah penjualan hasil produksi usaha Pemerintah Daerah. 3) Retribusi Perijinan Tertentu Perizinan Tertentu adalah kegiatan tertentu Pemerintah Daerah dalam rangka
Deputi 4 - BPKP
Halaman 21 dari 66
Manual System SIMDA Pendapatan pemberian izin kepada orang pribadi atau Badan yang dimaksudkan untuk pembinaan, pengaturan, pengendalian dan pengawasan atas kegiatan, pemanfaatan ruang, serta penggunaan sumber daya alam, barang, prasarana, sarana atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan. Subjek Retribusi Perizinan Tertentu adalah orang pribadi atau Badan yang memperoleh izin tertentu dari Pemerintah Daerah. Wajib Retribusi Perizinan Tertentu adalah orang pribadi atau Badan yang menurut ketentuan peraturan perundangundangan Retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran Retribusi, termasuk pemungut atau pemotong Retribusi Perizinan Tertentu. Objek Retribusi Perizinan Tertentu adalah pelayanan perizinan tertentu oleh Pemerintah Daerah kepada orang pribadi atau Badan yang dimaksudkan untuk pengaturan dan pengawasan atas kegiatan pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya alam, barang, prasarana, sarana, atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan.Kelompok retribusi ini diataranya : Jenis Retribusi Perizinan Tertentu adalah: a. Retribusi Izin Mendirikan Bangunan Objek Retribusi Izin Mendirikan Bangunan adalah pemberian izin untuk mendirikan suatu bangunan. Pemberian izin meliputi kegiatan peninjauan desain dan pemantauan pelaksanaan pembangunannya agar tetap sesuai dengan rencana teknis bangunan dan rencana tata ruang, dengan tetap memperhatikan koefisien dasar bangunan (KDB), koefisien luas bangunan (KLB), koefisien ketinggian bangunan (KKB), dan pengawasan penggunaan bangunan yang meliputi pemeriksaan dalam rangka memenuhi syarat keselamatan bagi yang menempati bangunan tersebut. b. Retribusi Izin Tempat Penjualan Minuman Beralkohol Objek Retribusi Izin Tempat Penjualan Minuman Beralkohol adalah pemberian izin untuk melakukan penjualan minuman beralkohol di suatu tempat tertentu.
Deputi 4 - BPKP
Halaman 22 dari 66
Manual System SIMDA Pendapatan c. Retribusi Izin Gangguan Objek Retribusi Izin Gangguan adalah pemberian izin tempat usaha/kegiatan kepada orang pribadi atau Badan yang dapat menimbulkan ancaman bahaya, kerugian dan/atau gangguan, termasuk pengawasan dan pengendalian kegiatan usaha secara terusmenerus untuk mencegah terjadinya gangguan ketertiban, keselamatan, atau kesehatan umum, memelihara ketertiban lingkungan, dan memenuhi norma keselamatan dan kesehatan kerja. d. Retribusi Izin Trayek Objek Retribusi Izin Trayek sebagaimana adalah pemberian izin kepada orang pribadi atau Badan untuk menyediakan pelayanan angkutan penumpang umum pada suatu atau beberapa trayek tertentu. e. Retribusi Izin Usaha Perikanan Objek Retribusi Izin Usaha Perikanan adalah pemberian izin kepada orang pribadi atau Badan untuk melakukan kegiatan usaha penangkapan dan pembudidayaan ikan.
Deputi 4 - BPKP
Halaman 23 dari 66
Manual System SIMDA Pendapatan
BAB III. SISTEM DAN PROSEDUR PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH Sistem pemungutan pajak dan retribusi adalah suatu kerangka dari prosedur‐prosedur yang diintegrasikan untuk mengadministrasikan, mencatat dan mengawasi pelaksanaan kegiatan‐kegiatan yang berhubungan dengan pemungutan pajak dan retribusi daerah. A. Sistem Pemungutan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Sistem pemungutan pajak daerah/retribusi : 1. Self assesment (dibayar sendiri oleh wajib pajak) Adalah cara pengenaan pajak dengan memberi kepercayan kepada wajib pajak daerah untuk menghitung, memperhitungkan, membayar, dan melaporkan sendiri pajak yang terutang. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 91 Tahun 2010 jenis pajak daerah yang dibayar sendiri oleh wajib pajak adalah: a.
Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor;
b. Pajak Rokok; c.
Pajak Hotel;
d. Pajak Restoran; e.
Pajak Hiburan;
f.
Pajak Penerangan Jalan;
g.
Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan;
h. Pajak Parkir; i.
Pajak Sarang Burung Walet; dan
j.
Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.
Deputi 4 - BPKP
Halaman 24 dari 66
Manual System SIMDA Pendapatan 2. Official assesment (dipungut berdasarkan penetapan kepala daerah) Yaitu pembayaran pajak yang dilakukan oleh wajib pajak setelah terlebih dahulu ditetapkan oleh PPKD melalui Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD) atau dokumen lain yang dipersamakan. Yang dimaksud dokumen lain yang dipersamakan antara lain berupa karcis atau nota perhitungan. Jenis pajak yang dipungut berdasarkan penetapan Kepala Daerah adalah : a.
Pajak Kendaraan Bermotor;
b. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor; c.
Pajak Air Permukaan;
d. Pajak Reklame; e.
Pajak Air Tanah; dan
f.
Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan.
3. Withholding/joint collection (dipungut oleh pemungut pajak/retribusi) Yaitu pemungutan pajak/retribusi dilakukan melalui juru pungut/petugas yang ditunjuk atau melalui kerjasama dengan fihak lain. Contoh : Berbagai jenis retribusi yang menggunakan tenaga pemungut seperti retribusi terminal atau retribusi pasar. Sedangkan untuk pendapatan melalui kerjasama dengan instansi lain yaitu pajak penerangan jalan melalui Perusahan Listrik Negara (PLN) dan pajak bahan bakar kendaran bermotor melalui Pertamina. B. Pendaftaran dan Pendataan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Secara umum prosedur pendaftaran wajib pajak adalah sebagai berikut : 1) Pendaftaran wajib pajak dilakukan terhadap calon wajib pajak/retribusi yang berdomisili didalam maupun diluar wilayah Provinsi/Kabupaten/Kota, yang obyek pajaknya berada di wilayah Provinsi/Kabupaten/Kota yang bersangkutan; 2) Untuk melakukan pendaftaran, petugas pengelola pendapatan setempat menyampaikan formulir pendaftaran kepada calon Wajib Pajak/Retribusi untuk diisi secara jelas, benar dan lengkap;
Deputi 4 - BPKP
Halaman 25 dari 66
Manual System SIMDA Pendapatan 3) Setelah formulir pendaftaran diisi oleh calon Wajib Pajak/Retribusi, dikirim atau disampaikan kepada petugas pengelola pendapatan setempat untuk kemudian dicatat dalam Daftar Induk Wajib Pajak berdasarkan nomor urut, yang digunakan sebagai Nomor Pokok Wajib Pajak Daerah (NPWPD) atau Nomor Pokok Wajib Retribusi Daerah (NPWRD). Berdasarkan sistem pemungutannya, prosedur pendaftaran Wajib Pajak/Retribusi dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Self Assesment System
a. Wajib Pajak/Retribusi mengisi Formulir Pendaftaran di bagian Pendataan dan melengkapi persyaratan‐persyaratan yang telah ditentukan; b. Menyerahkan Formulir Pendaftaran yang telah diisi dengan benar dan telah dilengkapi persyaratan‐persyaratannya; c. Wajib Pajak/Wajib Retribusi menerima Surat Pengukuhan dan Nomor Pokok Wajib Pajak Daerah/Nomor Pokok Wajib Retribusi Daerah (NPWPD/NPWRD). 2. Official Assesment System a. Wajib Pajak/Wajib Retribusi menerima Formulir Pendaftaran dari petugas Pendataan. b. Wajib Pajak/Wajib Retribusi mengisi Formulir Pendaftaran dan melengkapi persyaratan‐persyaratan yang telah ditentukan. c. Wajib Pajak/Wajib Retribusi mengembalikan Formulir Pendaftaran yang telah diisi ke Dinas Pendapatan dalam waktu yang telah ditentukan. d. Wajib Pajak/Wajib Retribusi menerima Tanda Terima. e. Wajib Pajak/Wajib Retribusi menerima Surat Pengukuhan dan Nomor Pokok Wajib Pajak Daerah/Nomor Pokok Wajib Retribusi Daerah (NPWPD/NPWRD). C. Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (SPTPD) SPTPD merupakan surat yang digunakan oleh wajib pajak untuk melaporkan perhitungan dan atau pembayaran pajak, obyek pajak dan atau bukan obyek pajak, dan atau harta dan kewajiban menurut peraturan perundang‐undangan pajak daerah. SPTPD harus diisi
Deputi 4 - BPKP
Halaman 26 dari 66
Manual System SIMDA Pendapatan dengan jelas, benar, lengkap, dan ditandatangani oleh wajib pajak atau kuasanya, disampaikan kepada kepala daerah dalam jangka waktu yang ditentukan. 1. Penyampaian SPTPD Peraturan Pemerintah Nomor 91 tahun 2010 pasal 6 ayat 3 menetapkan bahwa wajib pajak yang memenuhi kewajiban pembayaran pajak dengan cara dibayar sendiri oleh wajib pajak maka WP tersebut diharuskan untuk menghitung, memperhitungkan, membayar dan melaporkan sendiri pajak yang terutang dengan menggunakan SPTPD. Berdasarkan ketentuan ini, WP melaporkan kepada kepala daerah tentang penghitungan dan pembayaran pajak dalam jangka waktu tertentu yang ditetakan dalam peraturan daerah tentang pajak daerah dimaksud. Disisi lain, pada beberapa jenis pajak yang pembayaran pajaknya oleh WP setelah ditetapkan oleh kepala daerah, maka untuk menetapkan pajak yang terutang, kepala daerah harus memiliki data tentang obyek dan subyek pajak. Untuk itu, maka pada beberapa peraturan daerah tentang pajak daerah, kepada wajib pajak yang penetapan pajaknya dilakukan oleh kepala daerah tetap dikenakan kewajiban untuk melaporkan data obyek dan subyek pajak dengan menggunakan SPTPD. Hanya saja pelaporan pajak pada SPTPD ini tidak mencantumkan perhitungan pajak dan pembayaran pajak yang telah dilakukan wajib pajak mengingat sebelum ditetapkan oleh kepala daerah, wajib pajak belum memiliki kewajiban untuk membayar pajak yang terutang. Penyampaian SPTPD dilampiri dengan keterangan atau dokumen yang ditetapkan oleh kepala daerah. SPTPD dianggap tidak disampaikan jika tidak ditandatangani oleh wajib pajak atau penanggung pajak dan tidak dilampiri keterangan atau dokumen yang ditentukan. 2. Perpanjangan Jangka Waktu Penyampaian SPTPD Kepala daerah atau pejabat yang ditunjuk, atas permintaan wajib pajak atau penanggung pajak, dengan alasan yang syah dan dapat diterima dapat memperpanjang jangka waktu penyampaian SPTPD untuk jangka waktu tertentu sesuai dengan ketentuan dalam peraturan daerah tentang pajak daerah. Perpanjangan waktu dimaksudkan karena WP benar‐benar mengalami kesulitan, misalnya karena
Deputi 4 - BPKP
Halaman 27 dari 66
Manual System SIMDA Pendapatan masalah‐masalah teknis yang berkaitan dengan persyaratan yang harus dilampirkan dalam SPTPD. 3. Pembetulan SPTPD Wajib pajak atau penanggung pajak dengan kemauan sendiri dapat membetulkan SPTPD yang telah disampaikan. Pembetulan SPTPD dilakukan dengan menyampaikan surat pernyataan tertulis kepada kepala daerah atau pejabat yang ditunjuk dalam jangka waktu tertentu. Jangka waktu maksimal pembetulan SPTPD diatus dalam peraturan daerah tentang pajak daerah. Dalam hal pembetulan SPTPD yang mengakibatkan utang pajak menjadi lebih besar, wajib pajak dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar dua persen sebulan atas jumlah pajak yang kurang dibayar. 4. Sanksi jika tidak menyampaikan SPTPD Apabila SPTPD tidak dilaporkan atau dilaporkan tidak sesuai dengan batas waktu yang telah ditentukan, wajib pajak akan dikenakan sanksi adminsistrasi berupa denda yang besarnya ditentukan dalam peraturan daerah. Ketentuan ini dimaksudkan agar wajib pajak tidak memandang remeh kewajibannya untuk mengisi dan menyampaikan SPTPD tepat waktu sehingga proses pengenaan dan pemungutan pajak daerah dapat dilakukan sebagaimana mestinya. D. Nota Perhitungan Nota perhitungan merupakan media perhitungan pajak terutang yang akan dituangkan dalam Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD). Pada metode pemungutan pajak self assesment, nota perhitungan pajak berisi jumlah kewajiban pajak yang berasal dari SPTPD untuk masa tertentu selanjutnya dibandingkan setoran pajak yang telah dilakukan oleh wajib pajak dalam periode yang sama dengan SPTPD. Hasil pembandingkan ini akan diperoleh tiga kemungkinan yaitu : 1. Pajak terhutang menurut data SPTPD sama dengan jumlah setorannya, maka data tersebut merupakan bahan penerbitan Surat Ketetapan Pajak Daerah Nihil (SKPD Nihil).
Deputi 4 - BPKP
Halaman 28 dari 66
Manual System SIMDA Pendapatan 2. Pajak terhutang menurut data SPTPD lebih besar dari jumlah setorannya, maka data tersebut merupakan bahan penerbitan Surat Ketetapan Pajak Kurang Daerah Bayar (SKPD‐KB). 3. Pajak terhutang menurut data SPTPD lebih kecil dari jumlah setorannya, maka data tersebut merupakan bahan penerbitan Surat Ketetapan Pajak Daerah Lebih Bayar (SKPD‐LB) untuk dikompensasi atau dimintakan kelebihan pembayarannya oleh WP. Pada metode official assesment, nota perhitungan pajak berisi data omset usaha atau obyek pajak yang berasal dari SPTPD tanpa mencantumkan setoran pajaknya karena wajib pajak baru akan menyetorkan pajaknya setelah SKPD diterbitkan oleh kepala daerah. Data dalam nota perhitungan tersebut sebagai bahan penerbitan SKPD yang akan disampaikan kepada wajib pajak. E. Penetapan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Penetapan jumlah pajak yang harus dilunasi oleh wajib pajak dibedakan berdasarkan atas jenis pemungutan pajak. Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 91 tahun 2010 pasal 6 disebutkan bahwa setiap wajib pajak wajib membayar pajak yang terutang berdasarkan surat ketetapan pajak atau dibayar sendiri oleh Wajib Pajak berdasarkan ketentuan peraturan perundang‐undangan perpajakan. Jenis‐jenis surat ketetapan pajak yaitu sebagai berikut : 1. Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD) SKPD adalah dokumen penetapan pajak pada metode pemungutan pajak official assesment yang datanya berasal dari SPTPD yang disampaikan oleh wajib pajak. Berdasarkan SPTPD, kepala daerah akan melakukan pemeriksaan dan mengeluarkan penetapan pajak untuk menentukan apakah kewajiban pajak yang terhutang telah dilakukan sebagaimana mestinya. 2. Surat Ketetapan Pajak Daerah Tambahan (SKPDT) SKPDT diterbitkan apabila ditemukan data baru dan atau data yang semula belum terungkap berdasarkan hasil pemeriksaan atas obyek pajak yang semula telah dihitung pajaknya dan telah diterbitkan SKPD sehingga mengakibatkan penambahan jumlah
Deputi 4 - BPKP
Halaman 29 dari 66
Manual System SIMDA Pendapatan pajak yang terutang. Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam SKPDT dikenakan sanksi administrasi sebesar 100 persen dari jumlah kekurangan pajak tersebut. Sanksi kenaikan pajak tidak dikenakan apabila wajib pajak melaporkan sendiri sebelum dilakukan tindakan pemeriksaan pajak oleh fiskus. SKPDT dikhususkan/ditujukan bagi wajib pajak yang membayar pajak dengan sistem official assesment 3. Surat Ketetapan Pajak Daerah Nihil (SKPDN) SKPDN adalah surat ketetapan pajak yang menentukan jumlah pajak yang terutang sama besarnya dengan jumlah kredit pajak/pajak yang sudah disetorkan. SKPDN diterbitkan apabila jumlah pajak yang terutang sama besarnya dengan jumlah kredit pajak atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak. Penerbitan SKPDN dimaksudkan untuk memberikan kepastian hukum bahwa pajak terutang yang dibayar dan dilaporkan oleh wajib pajak telah sesuai dengan ketentuan tentang pajak daerah dimaksud. SKPDN dikhususkan/ditujukan bagi wajib pajak yang membayar pajak dengan sistem self assesment. 4. Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar (SKPD‐KB) Pasal 97 ayat 1 Undang‐Undang nomor 28 tahun 2009 menyebutkan bahwa dalam jangka waktu 5 (lima) tahun sesudah saat terutangnya pajak, Kepala daerah dapat menerbitkan SKPDKB dalam hal : (1) Jika berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain, pajak yang terutang tidak atau kurang dibayar. (2) Jika SPTPD tidak disampaikan kepada kepala daerah dalam jangka waktu tertentu dan setelah ditegur secara tertulis tidak disampaikan pada waktunya sebagaimana ditentukan dalam surat teguran. (3) Jika kewajiban mengisi SPTPD tidak dipenuhi, pajak yang terhutang dihitung secara jabatan. Yang dimaksud dengan penetapan pajak secara jabatan adalah penetapan besarnya pajak terutang yang dilakukan oleh kepala daerah atau pejabat yang ditunjuk berdasarkan data yang ada atau keterangan lain yang dimiliki oleh kepala daerah atau pejabat yang ditunjuk.
Deputi 4 - BPKP
Halaman 30 dari 66
Manual System SIMDA Pendapatan Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam SKPDKB sebagai akibat dari hasil pemeriksaan atau keterangan lain, dan SPTPD tidak disampaikan kepada kepala daerah dalam jangka waktu tertentu dan setelah ditegur secara tertulis tidak disampaikan pada waktunya sebagaimana ditentukan dalam surat teguran dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2 % sebulan dihitung dari pajak yang kurang atau terlambat dibayar untuk jangka waktu paling lama 24 bulan dihitung sejak saat terutangnya pajak. Sanksi administrasi berupa bunga dihitung sejak saat terutangnya pajak sampai dengan diterbitkannya SKPDKB. Jumlah pajak yang terutang dalam SKPDKB yang dikeluarkan karena wajib pajak tidak memenuhi kewajiban mengisi SPTPD yang seharusnya dilakukannya sehingga pajak yang terutang dihitung secara jabatan, dikenakan sanksi administratif berupa kenaikan sebesar 25% dari pokok pajak ditambah sanksi administratif berupa bunga sebesar 2% sebulan dihitung dari pajak yang kurang atau terlambat dibayar untuk jangka waktu paling lama 24 bulan dihitung sejak saat terutangnya pajak. SKPDKB dikhususkan/ditujukan bagi wajib pajak yang membayar pajak dengan sistem self assesment 5. Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan (SKPD‐KBT) SKPDKBT adalah surat ketetapan pajak yang menentukan tambahan atas jumlah pajak yang telah ditetapkan. SKPDKBT diterbitkan jika ditemukan data baru dan/atau data yang semula belum terungkap yang menyebabkan penambahan jumlah pajak yang terutang. Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam SKPDKBT dikenakan sanksi administratif berupa kenaikan sebesar 100% (seratus persen) dari jumlah kekurangan pajak. Jika wajib pajak tidak memenuhi kewajiban perpajakannya dengan benar, yaitu dengan ditemukannya data baru dan atau data yang semula belum terungkap yang berasal dari hasil pemeriksaan sehingga pajak yang terutang bertambah, wajib pajak dikenakan sanksi administrasi berupa kenaikan 100% dari jumlah kekurangan pajak. Sanksi kenaikan pajak tidak dikenakan apabila wajib pajak melaporkan sendiri sebelum dilakukan tindakan pemeriksaan pajak oleh fiskus. SKPDKBT dikhususkan/ditujukan bagi wajib pajak yang membayar pajak dengan sistem self assesment.
Deputi 4 - BPKP
Halaman 31 dari 66
Manual System SIMDA Pendapatan 6. Surat Ketetapan Pajak Daerah Lebih Bayar (SKPD‐LB) 1) Untuk Wajib Pajak sistem Self Assesment, perhitungan dan penetapan pajak dilakukan sendiri. 2) Untuk wajib pajak sistem Official Assesment, perhitungan dan penetapan dilakukan oleh pejabat Dinas Pendapatan setempat atas dasar laporan data omzet/volume produksi/data teknis yang disampaikan oleh wajib pajak dituangkan dalam Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD) yang ditandatangani oleh Pejabat Dinas Pendapatan setempat. 3) Untuk wajib pajak Self Assesment, yang berdasarkan pemeriksaan atau keterangan informasi lainnya, ternyata jumlah pajak terhutang dalam SPTPD kurang dari jumlah yang sebenarnya, maka pejabat Dinas Pendapatan Daerah akan menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar (SKPDKB). F. Penagihan pajak Dalam Undang‐undang nomor 28 tahun 2009 pasal 100 disebutkan bahwa kepala daerah dapat menerbitkan surat tagihan pajak daerah (STPD) jika : 1) Pajak dalam tahun berjalan kurang atau tidak dibayar 2) Berdasarkan hasil penelitian atas SPTPD terdapat kekurangan pembayaran sebagai akibat salah tulis dan atau salah hitung; atau 3) Wajib pajak dikenakan sanksi administratif berupa bunga dan atau denda STPD adalah surat untuk melakukan tagihan pajak dan atau sanksi administrasi berupa bunga dan atau denda. STPD diterbitkan baik terhadap wajib pajak yang melakukan kewajiban pajak yang dibayar sendiri maupun terhadap wajib pajak yang melaksanakan kewajiban pajaknya berdasarkan penetapan kepala daerah. G. Pembayaran pajak dan retribusi daerah Berdasarkan SPTPD, SKPD atau SKPDKB, paling lambat akhir bulan setelah berakhirnya masa pajak, wajib pajak harus membayar pajak terhutang ke kas daerah (bank) atau melalui Bendaharawan Penerima (BP) setempat.
Deputi 4 - BPKP
Halaman 32 dari 66
Manual System SIMDA Pendapatan Prosedur Pembayaran Pajak Daerah dan Retribusi Daerah berdasarkan sistem pemungutannya yaitu sebagai berikut : i. Self Assesment System
a. Wajib Pajak/Wajib Retribusi mengisi Formulir Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (SPTPD). b. Wajib Pajak/Wajib Retribusi mengisi Surat Setoran Pajak Daerah (SSPD). c. Wajib Pajak/Wajib Retribusi membayar/menyetor melalui Bendaharawan Penerima atau langsung ke bank pemegang kas daerah. d. Wajib Pajak/Wajib Retribusi menyerahkan Formulir SPTPD yang telah diisi dan melengkapi persyaratan yang telah ditentukan. ii. Official Assesment System a. Wajib Pajak/Wajib Retribusi mengisi Formulir SPTPD b. Wajib Pajak/Wajib Retribusi menyerahkan Formulir SPTPD yang telah diisi dan melengkapi persyaratan yang telah ditentukan. c. Wajib Pajak/Wajib Retribusi menerima Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD) d. Wajib Pajak/Wajib Retribusi mengisi Surat Setoran Pajak Daerah (SSPD). e. Wajib Pajak/Wajib Retribusi membayar/menyetor melalui Bendahara Penerima atau langsung ke bank pemegang kas daerah.
Deputi 4 - BPKP
Halaman 33 dari 66
Manual System SIMDA Pendapatan
BAB IV. PENATAUSAHAAN PAJAK DAN RETRIBUSI DAERAH Pembahasan pada bab ini menyangkut langkah‐langkah kerja atau mekanisme penatausahaan pajak dan retribusi daerah yang merupakan bagian dari sistem dan prosedur pajak dan retribusi daerah dikaitkan dengan penerapan aplikasi SIMDA Pendapatan. Langkah‐ langkah kerja dimaksud meliputi : A. Administrasi Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Secara umum data dan informasi yang disajikan oleh Aplikasi SIMDA Pendapatan meliputi: 1. Penghimpunan data peraturan terkait pendapatan asli daerah Peraturan yang dijadikan dasar pungutan pajak dihimpun, selanjutnya berdasarkan jenis pendapatan yang ada dalam peraturan dimaksud dilakukan mapping kedalam kode rekening pendapatan yang ada dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri nomor 13 tahun 2006 tentang Pedoman Penatausahaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 tahun 2007 dan Peraturan menteri Dalam nageri Nomor 21 tahun 2011, atau kode rekening pendapatan yang digunakan dalam menyusun laporan realisasi anggaran. Selain itu rincian pendapatan untuk tiap‐tiap jenis pendapatan dalam peraturan dimaksud juga diinput dalam menu ini karena tidak sedikit rincian pendapatan yang ada dalam peraturan yang mendasari diberlakukannya pendapatan tidak secara langsung dapat diidentifikasikan dengan nama pendapatan yang ada dalam kode rekening pendapatan yang digunakan dalam penyusunan laporan realisasi anggaran. Informasi yang terkait dengan data peraturan terkait pendapatan daerah setidaknya terdiri atas :
Nomor peraturan;
Deputi 4 - BPKP
Halaman 34 dari 66
Manual System SIMDA Pendapatan
Tanggal peraturan;
Uraian peraturan;
Nama pendapatan yang tercantum dalam peraturan;
Kode Rekening pendapatan yang digunakan dalam penyusunan Laporan Realisasi Anggaran (LRA); dan
Nama Rekening pendapatan yang digunakan dalam penyusunan Laporan Realisasi Anggaran (LRA).
Tanggal berlaku peraturan.
Untuk keperluan mapping dari rincian pendapatan yang ada dalam peraturan ke rekening pedapatan dalam LRA, dibuat dalam dua tabel yaitu satu tabel untuk menampung data peraturan secara umum dan satu tabel lagi untuk mapping rincian pendapatan dalam peraturan kedalam rekening pendapatan LRA. 2. Rekening Pajak dan Retribusi Daerah Rekening pajak dan retribusi daerah yang digunakan dalam penatausahaan pajak dan retribusi daerah harus disinkronkan dengan rekening pajak dan retribusi daerah yang digunakan dalam penatausahaan keuangan daerah. Struktur kode rekening yang digunakan dalam penatausahaan keuangan daerah meliputi akun‐kelompok‐jenis‐ obyek‐rincian obyek, ditambahkan satu digit untuk digunakan dalam penatausahaan pajak dan retribusi daerah sehingga struktur kode rekeningnya secara berurutan menjadi akun‐kelompok‐jenis‐obyek‐rincian obyek‐sub rincian obyek. Sub rincian obyek digunakan untuk menampung rincian jenis‐jenis pajak dan retribusi daerah yang ada dalam perda pungutan pajak dan retribusi daerah serta digunakan sesuai kebutuhan. 3. Unit Organisasi Pengelola Pajak dan Retribusi Daerah Identifikasi atas unit organisasi atau satuan kerja perangkat daerah yang menatausahakan pendapatan pajak dan retribusi daerah harus ditentukan seja awal. Pemberian kode unit organisasi dalam pengelolaan pajak dan retribusi daerah harus disamakan dengan kode unit organisasi yang digunakan dalam pengelolaan keuangan daerah. Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah pelaksanaan ekport dan import
Deputi 4 - BPKP
Halaman 35 dari 66
Manual System SIMDA Pendapatan data antara aplikasi pengelolaan pendapatan (SIMDA Pendapatan) dengan aplikasi pengelolaan keuangan daerah (SIMDA Keuangan). 4. Data Kecamatan dan Kelurahan/Desa Nama kecamatan yang ada dilingkungan suatu pemerintah daerah termasuk nama desa/kelurahan dalam tiap kecamatan harus didata sesuai dengan kondisi terkini. Data ini akan digunakan sebagai informasi domisili wajib pajak yang nantinya akan tercantum dalam nomor pokok wajib pajak. Pemberian kode kecamatan dan kode kelurahan/desa dari tiap kecamatan harus dilakukan. 5. Data Bank Pemegang Kas Daerah Pada beberapa pemerintah daerah, memiliki rekening kas daerah lebih dari satu rekening bahkan menyimpan dana daerah pada lebih dari satu bank. Data rekening kas daerah ini harus diidentifikasi termasuk kode rekening dan nama banknya. Kode rekening kas daerah yang ada dalam aplikasi penatausahaan pendapatan harus sama dengan aplikasi pengelola keuangan daerah terkait dengan ekport dan import data surat tanda setoran atau surat setoran pajak daerah untuk pajak/retribusi daerah yang disetor langsung oleh wajib pajak ke kas daerah. 6. Struktur Nomor Pokok Wajib pajak Struktur Nomor Pokok Wajib Pajak/Retribusi Daerah (NPWP/RD) berupa gabungan kode identifikasi jenis pungutan pajak atau retribusi, kode WP pribadi atau WP badan, nomor urut, dan kode lokasi domisili WP/R berupa kode kecamatan dan kode kelurahan/desa. Struktur NPWP/RD tersebut diuraikan lebih lanjut sebagai berikut : 1) Kode identifikasi jenis pungutan pajak dibedakan dengan huruf yaitu huruf P untuk Pajak dan huruf R untuk Retribusi 2) Kode WP/R pribadi atau badan dibedakan dengan angka yaitu kode 1 untuk WP/R Pribadi dan dan angka 2 untuk WP/R Badan. 3) Nomor Urut secara running sebanyak 7 digit dan berkelanjutan walaupun terdapat pergantian tahun.
Deputi 4 - BPKP
Halaman 36 dari 66
Manual System SIMDA Pendapatan 4) Kode Kecamatan merupakan nama kecamatan yang ada diwilayah suatu pemerintah daerah 5) Kode Kelurahan/Desa merupakan nama kelurahan/desa yang ada dalam wilayah tiap‐tiap kecamata. NPWPD menjadi identitas wajib pajak/retribusi dan digunakan dalam setiap transaksi pemrosesan pajak/retribusi daerah mulai dari pendataan saldo awal piutang, SPTPD, pembuatan nota perhitungan, pembuatan surat ketetapan pajak daerah, pembuatan surat tagihan pajak daerah serta pembayaran pajak/retribusi daerah. B. Data yang Terkait dengan Penatausahaan Pajak/Retribusi Daerah 1. Pendaftaran wajib pajak/retribusi Informasi yang dihimpun dalam data wajib pajak daerah atau wajib retribusi daerah dibedakan atas wajib pajak pribadi dan wajib pajak badan. Informasi pendaftaran untuk wajib pajak pribadi terdiri atas :
Nomor urut pendaftaran;
Nama terdaftar;
Alamat lengkap pendaftar;
Tanggal terdaftar; dan
Identitas wajib pajak
Sedangkan untuk informasi pendaftaran wajib pajak badan terdiri atas :
Nomor urut pendaftaran;
Nama terdaftar;
Alamat lengkap pendaftar;
Tanggal terdaftar;
Identitas pemilik perusahaan
Penetuan pilihan wajib pajak/retribusi pribadi atau badan akan menentukan kode NPWP/RD.
Deputi 4 - BPKP
Halaman 37 dari 66
Manual System SIMDA Pendapatan 2. Pendataan Wajib Pajak/Retribusi Daerah Kepada wajib pajak yang sudah terdaftar diberikan nomor pokok wajib pajak secara running (urut) dengan tidak membedakan apakah wajib pajak pribadi atau badan, tanggal pemberian NPWPD dan status apakah WP/R masih aktif atau sudah tidak aktif harus dapat diidentifikasi. Data jenis usaha, nama usaha, alamat usaha, nomor dan tanggal izin usaha diidentifikasi untuk setiap wajib pajak/retribusi. Satu WP/R dimungkinkan memiliki lebih dari satu jenis usaha dan satu jenis usaha dimungkinkan memiliki lebih dari satu nama usaha biasanya untuk usaha yang meiliki cabang usaha. Kewajiban perpajakan yang harus dipenuhi diisi untuk setiap nama usaha. Satu nama usaha mungkin saja lebih dari satu kewajiban perpajakan atau retribusi. Sebagai contoh subyek pajak restoran mempunyai kewajiban perpajakan berupa pajak restoran dan pajak reklame untuk papan nama rumah makan. Dengan demikian satu wajib pajak/retribusi dapat memiliki lebih dari satu kewajiban pajak/retribusi. NPWPD dan NPWRD berfungsi sebagai kartu identitas wajib pajak daerah atau wajib retribusi dalam memenuhi kewajiban baik pelaporan, pembayaran dan pelunasan perpajakan. NPWPD dan NPWRD dirancang untuk memudahkan mengidentifikasi dari tiap‐tiap WPD atau WR. Data wajib pajak dapat dijadikan potensi untuk menggali jenis pendapatan lainnya. 3. Penyampaian Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (SPTPD) Surat Pemberitahuan Pajak Daerah, yang selanjutnya disingkat SPTPD, adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melaporkan penghitungan dan/atau pembayaran pajak, objek pajak dan/atau bukan objek pajak, dan/atau harta dan kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan perpajakan daerah. Terdapat dua macam SPT yaitu: a. SPT Masa adalah Surat Pemberitahuan untuk suatu Masa Pajak;
Deputi 4 - BPKP
Halaman 38 dari 66
Manual System SIMDA Pendapatan b. SPT Tahunan adalah Surat Pemberitahuan untuk suatu Tahun Pajak atau Bagian Tahun Pajak. Informasi yang tercakup dalam SPTPD meliputi :
Masa pajak;
Tahun;
Nama wajib pajak;
Alamat wajib pajak;
Nomor pokok wajib pajak daerah;
Jenis objek pajak;
Tanggal jatuh tempo;
Tanggal ditetapkan;
Jumlah pajak yang terutang ;
Tanda tangan wajib pajak daerah atau kuasanya.
4. Pembuatan Nota Perhitungan 1) Mekanisme Self Assesment Pada mekanisme pungutan pajak self assesment, pembuatan nota perhitungan dimaksudkan untuk membandingkan antara pajak terhutang yang tercantum dalam SPTPD dengan setoran pajak yang telah dilakukan untuk masa pajak yang sama. Jika jumlah pajak terhutang lebih besar dari jumlah setorannya maka diterbitkan surat ketetapan pajak daerah kurang bayar. 2) Mekanisme Offician Assesment Pada mekanisme pungutan pajak official assesment, pembuatan nota perhitungan dimaksudkan sebagai kertas kerja dalam membuat Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD). Berdasarkan SKPD tersebut, wajib pajak melunasi pajak terutangnya. 5. Penerbitan Surat Ketetapan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Pembuatan surat ketetapan pajak daerah dan surat ketetapan retribusi daerah, khusus untuk mekanisme pemungutan pajak dengan metode official atau ditetapkan
Deputi 4 - BPKP
Halaman 39 dari 66
Manual System SIMDA Pendapatan terlebih dahulu. Pembuatan SKPD atau SKRD tidak dapat dilakukan jika wajib pajak daerah atau wajib retribusi daerah belum terdaftar. Dengan demikian data wajib pajak harus selalu diambil dari data hasil entry data wajib pajak daerah atau retribusi daerah. Fungsi Surat Ketetapan Pajak Surat ketetapan pajak berfungsi sebagai sarana untuk : a. melakukan koreksi fiskal terhadap WP tertentu yang nyata‐nyata atau berdasarkan hasil pemeriksaan tidak memenuhi kewajiban formal dan atau kewajiban materiil dalam memenuhi ketentuan perpajakan; b. mengenakan sanksi administrasi perpajakan; c. melakukan penagihan pajak; d. mengembalikan kelebihan pajak dalam hal lebih bayar; e. memberitahukan jumlah pajak yang terutang. Informasi yang tercakup dalam SKPD/SKRD meliputi :
Nomor ketetapan;
Masa pajak;
Tahun;
Nama wajib pajak/retribusi;
Alamat wajib pajak/retribusi;
Nomor pokok wajib pajak daerah/retribusi;
Tanggal jatuh tempo;
Tanggal ditetapkan;
Kode rekening pendapatan;
Nama rekening pendapatan;
Nilai ketetapan pajak/retribusi;
Jumlah total ketetapan pajak.
Surat ketetapan pajak daerah atau surat ketetapan retribusi ditandatangi oleh pejabat yang ditunjuk sesuai dengan otoritas yang diberikan. Sesuai dengan permendagri 13
Deputi 4 - BPKP
Halaman 40 dari 66
Manual System SIMDA Pendapatan tahun 2006 untuk SKPD ditandatangani oleh PPKD sedangkan untuk SKRD ditandatangani oleh kepala SKPD penghasil pendapatan. Jenis‐Jenis Ketetapan Pajak : a. Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar, yang selanjutnya disingkat SKPDKB, adalah surat ketetapan pajak yang menentukan besarnya jumlah pokok pajak, jumlah kredit pajak, jumlah kekurangan pembayaran pokok pajak, besarnya sanksi administratif, dan jumlah pajak yang masih harus dibayar; b. Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan, yang selanjutnya disingkat SKPDKBT, adalah surat ketetapan pajak yang menentukan tambahan atas jumlah pajak yang telah ditetapkan; c. Surat Ketetapan Pajak Daerah Nihil, yang selanjutnya disingkat SKPDN, adalah surat ketetapan pajak yang menentukan jumlah pokok pajak sama besarnya dengan jumlah kredit pajak atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak; d. Surat Ketetapan Pajak Daerah Lebih Bayar, yang selanjutnya disingkat SKPDLB, adalah surat ketetapan pajak yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran pajak karena jumlah kredit pajak lebih besar daripada pajak yang terutang atau seharusnya tidak terutang; e. Surat Tagihan Pajak Daerah, yang selanjutnya disingkat STPD, adalah surat untuk melakukan tagihan pajak dan/atau sanksi administratif berupa bunga dan/atau denda. 6. Penyetoran PAD Pendapatan yang disetorkan oleh wajib pajak daerah atau wajib retribusi dan atau petugas pemungut pajak diterima oleh bendahara penerimaan atau bendahara penerimaan pembantu. Pada saat pendapatan diterima dibuatkan bukti penerimaan. Penerimaan atas pendapatan dibagi menjadi 3 (tiga) jenis yaitu : 1) Penerimaan pendapatan yang berasal dari penerbitan surat ketetapan pajak daerah atau surat ketetapan retribusi;
Deputi 4 - BPKP
Halaman 41 dari 66
Manual System SIMDA Pendapatan 2) Penerimaan pendapatan yang berasal dari wajib pajak atau retribusi yang tidak melalui SKPD atau SKRD; 3) Penerimaan pendapatan yang berasal dari petugas pemungut pajak daerah/retribusi daerah. Penyetoran pendapatan daerah ke rekening kas daerah dilakukan dengan cara sebagai berikut : 1) Penerimaan Daerah atas Penyetoran Langsung ke Bank Oleh Pihak Ketiga. Prosedur penatausahaan penerimaan daerah dimana pihak ketiga melakukan penyetoran langsung ke Bank adalah sebagai berikut : a. Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran menerbitkan SKPD‐Daerah atau SKRD rangkap dua, yang didistribusikan kepada :
Lembar kesatu kepada wajib pajak daerah/wajib retribusi daerah;
Lembar kedua sebagai arsip SKPD.
b. Berdasarkan SKPD/SKRD yang diterima, wajib pajak daerah/wajib retribusi daerah, menyetorkan uang ke Bank dengan menggunakan dokumen STS (slip setoran) rangkap tiga; c. Bank menerima setoran uang, memvalidasi STS (slip setoran) serta membuat Nota Kredit. Bank kemudian menyerahkan :
STS (slip setoran) lembar kesatu dan kedua yang telah divalidasi kepada wajib pajak daerah/wajib retribusi daerah;
STS (slip setoran) lembar ketiga sebagai arsip Bank;
Nota Kredit kepada Kuasa BUD.
d. Wajib pajak daerah/wajib retribusi daerah menyerahkan STS (slip setoran) lembar kedua yang telah divalidasi Bank kepada Bendahara Penerima sebagai bukti pelunasan pajak daerah/retribusi daerah; e. Bendahara penerimaan melakukan pengecekan antara STS (slip setoran) lembar kedua yang diterima dari Wajib pajak daerah/wajib retribusi daerah dengan SKPD/SKRD atas kebenaran pembebanan rekening pendapatan serta jumlah yang dibayarkan;
Deputi 4 - BPKP
Halaman 42 dari 66
Manual System SIMDA Pendapatan f. Bendahara penerimaan kemudian membukukan STS (slip setoran) ke dalam Buku Kas pada sisi penerimaan, Buku Pembantu Per Rincian Obyek Pendapatan dan Buku Rekapitulasi Penerimaan Harian. 2) Penerimaan Daerah atas Penyetoran Melalui Transfer Antar Bank, Badan, Lembaga Keuangan dan/atau Kantor Pos Oleh Pihak Ketiga Prosedur penatausahaan penerimaan daerah yang disetor melalui bank lain, badan, lembaga keuangan dan/atau kantor pos oleh pihak ketiga adalah sebagai berikut : a. Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran menerbitkan SKPD‐Daerah atau SKRD rangkap dua, yang didistribusikan kepada :
Lembar kesatu kepada wajib pajak daerah/wajib retribusi daerah;
Lembar kedua sebagai arsip SKPD.
b. Berdasarkan SKPD/SKRD yang diterima, wajib pajak daerah/wajib retribusi daerah, menyetorkan uang ke bank lain, badan, lembaga keuangan dan/atau kantor pos dengan menggunakan dokumen STS (slip setoran) rangkap tiga; c. Bank lain, badan, lembaga keuangan dan/atau kantor pos menerima setoran uang, memvalidasi STS (slip setoran) serta membuat Nota Kredit/Bukti Transfer. Bank lain, badan, lembaga keuangan dan/atau kantor pos kemudian menyerahkan :
STS (slip setoran) lembar kesatu dan kedua yang telah divalidasi kepada wajib pajak daerah/wajib retribusi daerah;
STS (slip setoran) lembar ketiga sebagai arsip Bank;
Nota Kredit/Bukti Transfer kepada Bank.
Seluruh uang kas yang diterima dari pihak ketiga harus disetorkan ke Bank maksimal 1 (satu) hari kerja setelah penerimaan uang. Dalam hal daerah yang karena kondisi geografisnya sulit dijangkau dengan komunikasi dan transportasi sehingga melebihi batas waktu penyetoran dimaksud ditetapkan dalam peraturan kepala daerah;
Deputi 4 - BPKP
Halaman 43 dari 66
Manual System SIMDA Pendapatan d. Berdasarkan Nota Kredit/Bukti Transfer dari Bank lain, badan, lembaga keuangan dan/atau kantor pos, Bank mengkredit Rekening Kas Daerah serta menerbitkan Nota Kredit Bank kemudian menyerahkan Nota Kredit yang diterbitkannya kepada Kuasa BUD; e. Wajib pajak daerah/wajib retribusi daerah menyerahkan STS (slip setoran) lembar kedua yang telah divalidasi Bank kepada Bendahara Penerima sebagai bukti pelunasan pajak daerah/retribusi daerah; f. Bendahara penerimaan melakukan pengecekan antara STS (slip setoran) lembar kedua yang diterima dari Wajib pajak daerah/wajib retribusi daerah dengan SKPD/SKRD atas kebenaran pembebanan rekening pendapatan serta jumlah yang dibayarkan; g. Bendahara penerimaan kemudian membukukan STS (slip setoran) ke dalam Buku Kas pada sisi penerimaan dan pengeluaran, Buku Pembantu Per Rincian Obyek Pendapatan dan Buku Rekapitulasi Penerimaan Harian. 3) Penerimaan Daerah atas Penyetoran Melalui Bendahara Penerimaan/Bendahara Penerimaan Pembantu Prosedur penatausahaan penerimaan prosedur penerimaan daerah melaui bendahara penerimaan : a. Pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran menerbitkan SKPD‐Daerah atau SKRD rangkap 2 lembar, yang didistribusikan kepada :
Lembar kesatu kepada wajib pajak daerah/wajib retribusi daerah;
Lembar kedua sebagai arsip SKPD.
b. Berdasarkan SKPD/SKRD yang diterima, wajib pajak daerah/wajib retribusi daerah, menyetorkan uang ke bendahara penerimaan; c. Bendahara penerimaan menerima dan menghitung setoran uang dari wajib pajak daerah/wajib retribusi daerah serta mencocokannya dengan arsip SKPD/SKRD;
Deputi 4 - BPKP
Halaman 44 dari 66
Manual System SIMDA Pendapatan d. Membuat Surat Tanda Bukti Pembayaran (STBP)/Bukti Lain yang sah rangkap dua dan mendistribusikannya masing‐masing :
Lembar kesatu untuk wajib pajak/ wajib retribusi;
Lembar kedua untuk arsip bendahara penerimaan.
Bendahara penerimaan kemudian mencatat penerimaan ini ke dalam Buku Kas, Buku Pembantu Per Rincian Obyek Pendapatan dan Buku Rekapitulasi Penerimaan Harian; e. Berdasarkan rekapitulasi penerimaan harian, bendahara penerimaan membuat STS rangkap dua yang berisi rincian pendapatan per rincian obyek belanja serta jumlah total pendapatan; f. Menyetorkan uang ke Bank selambat‐lambatnya jam tertentu setiap hari kerja dengan menggunakan STS. Bendahara penerimaan tidak diperkenankan menyimpan uang tunai lebih dari 1 X 24 jam. Dalam hal daerah yang karena kondisi geografisnya sulit dijangkau dengan komunikasi dan transportasi sehingga melebihi batas waktu penyetoran dimaksud ditetapkan dalam peraturan kepala daerah; g. Bank menerima penyetoran uang, memvalidasi STS serta membuat Nota Kredit. Bank kemudian menyerahkan :
STS lembar kesatu dan kedua yang telah divalidasi kepada bendahara penerimaan;
STS lembar ketiga sebagai arsip Bank;
Nota Kredit/Bukti Transfer kepada Bank.
h. Bendahara penerimaan menyerahkan STS lembar kesatu kepada Wajib Pajak/Wajib Retribusi. Berdasarkan STS lembar kedua (sebagai arsip), bendahara penerimaan kemudian membukukan STS dalam Buku Kas, Buku Pembantu Per Rincian Obyek Pendapatan dan Buku Rekapitulasi Penerimaan Harian; i.
Atas dasar bukti penerimaan bukti dan pencatatan yang ada, bendahara penerimaan secara periodik membuat laporan pertanggungjawaban
Deputi 4 - BPKP
Halaman 45 dari 66
Manual System SIMDA Pendapatan bendahara penerimaan SKPD yang disampaikan kepada PPKD selaku BUD melalui PPK‐SKPD untuk diverifikasi. Laporan pertanggungjawaban penerimaan yang disampaikan dilampiri dengan:
j.
buku kas umum;
buku pembantu per rincian objek penerimaan;
buku rekapitulasi penerimaan; dan
bukti penerimaan dan penyetoran yang sah.
PPKD selaku BUD melakukan verifikasi, evaluasi dan analisis atas laporan pertanggungjawaban bendahara penerimaan pada SKPD dalam rangka rekonsiliasi penerimaan. Mekanisme dan tatacara verifikasi, evaluasi dan analisis diatur dalam peraturan kepala daerah.
C. Pelaporan dan Pertanggungjawaban Laporan yang dihasilkan dari aplikasi pendapatan meliputi: 1)
Daftar peraturan daerah dan tarif pajak;
2)
Daftar unit organisasi/SKPD penghasil pendapatan;
3)
Daftar Kode rekening pendapatan;
4)
Daftar Kecamatan dan kelurahan/Desa;
5)
Daftar Induk Wajib Pajak Daerah;
6)
Daftar Induk Wajib Retribusi Daerah;
7)
Nomor Pokok Wajib Pajak Daerah (NPWPD);
8)
Nomor Pokok Wajib Retribusi (NWPR);
9)
Bukti pendaftaran wajib pajak daerah/retribusi;
10) Kartu Wajib Pajak/Kartu Data 11) Nota Perhitungan Official Assesment 12) Nota Perhitungan Self Assesment 13) Daftar Nota Perhitungan Official Assesment 14) Daftar Nota Perhitungan Self Assesment 15) Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD);
Deputi 4 - BPKP
Halaman 46 dari 66
Manual System SIMDA Pendapatan 16) Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan (SKPDKBT); 17) Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar(SKPDKB) 18) Surat Ketetapan Pajak Daerah Lebih Bayar(SKPDLB); 19) Surat Ketetapan Pajak Daerah Nihil (SKPDN); 20) Surat Tagihan Pajak Daerah (STPD); 21) Surat Ketetapan Retribusi Daerah (SKRD); 22) Surat Ketetapan Retribusi Daerah Lebih Bayar (SKRDLB); 23) Surat Tagihan Retribusi Daerah (STRD); 24) Daftar Surat Ketetapan Pajak Daerah; 25) Surat Setoran Pajak Daerah (SSPD); 26) Surat Tanda Setoran (STS); 27) Buku Kas Harian; 28) Buku rekapitulasi penerimaan; 29) Buku pembantu per rincian penerimaan; 30) SPJ Pendapatan; 31) Register STS; 32) Register Bukti Penerimaan; 33) Buku Pendapatan Harian; 34) Rekapitulasi Pajak Tahunan; 35) Daftar Piutang Awal; 36) Daftar Piutang Akhir 37) Daftar Mutasi Pendapatan D. Ekspor Data ke Simda Keuangan Export data dari aplikasi pendapatan ke dalam aplikasi simda keuangan berupa data bukti penerimaan, data surat tanda setoran (STS), data Daftar SKPD/SKRD yang sudah dan belum dilunasi.
Deputi 4 - BPKP
Halaman 47 dari 66
Manual System SIMDA Pendapatan
BAB V. SISTEM PENGENDALIAN INTERN PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH Pendapatan asli daerah yaitu pajak daerah dan retribusi daerah menduduki rasio prosentase terbesar dibandingkan dengan pendapatan asli daerah yang lain, berdasarkan alasan tersebut, maka diperlukan suatu pengendalian terhadap pemungutan pajak dan retribusi daerah. Hal ini dimaksudkan untuk lebih meyakinkan bahwa pajak dan retribusi daerah yang telah dipungut benar‐benar masuk keatas daerah. Artinya pemungutan pajak dan retribusi daerah tersebut benar‐benar telah diterima kas daerah sesuai dengan realisasi dan laporan. A. Arti Penting Pengendalian Intern Terhadap Pemungutan Pajak Daerah Retribusi Daerah Pengendalian merupakan faktor yang sangat penting dalam menunjang kelancaran kegiatan suatu organisasi. Bila semua bekerja sesuai dengan prosedur diharapkan akan tercipta pengendalian yang cukup baik. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi dan menemukan adanya kesalahan‐kesalahan dari keputusan serta akibat yang timbul atau hasilnya. Pengendalian intern merupakan usaha untuk mencegah atau mengurangi kesalahan atau penyimpangan yang merugikan pemerintah daerah yang salah satunya dilakukan dengan adanya pemisahan fungsi dan tugas pokok dalam perangkat daerah yang diatur dengan Peraturan Daerah. Peraturan Daerah tentang sistem dan prosedur tentang pemungutan pajak daerah dan retribusi daerah harus mencakup pemisahan fungsi perangkat daerah yang menanganinya : 1) Fungsi pendaftaran dan pendataan Bagian/Seksi yang menangani fungsi ini bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pendaftaran dan pendataan wajib pajak daerah, wajib retribusi daerah, obyek pajak daerah dan retribusi daerah. 2) Fungsi pembukuan dan pelaporan
Deputi 4 - BPKP
Halaman 48 dari 66
Manual System SIMDA Pendapatan Bagian/Seksi yang menangani fungsi ini bertanggung jawab terhadap penerimaan maupun tunggakan pajak daerah dan retribusi daerah per jenis maupun per wajib pajak daerah dan retribusi daerah, serta pengelolaan barang berharga. 3) Fungsi penagihan dan penyetoran Bagian/Seksi yang menangani fungsi ini bertanggung jawab terhadap pelaksanaan penagihan pajak dan retribusi daerah yang telah melampui batas jatuh tempo wajib pajak belum melunasinya. 4) Kegiatan perencanaan dan pengendalian operasional Bagian/Seksi yang menangani fungsi ini bertanggung jawab terhadap penyusunan rencana pembinaan teknis pemungutan, pemantauan, pengaliran dan peningkatan PAD. B. Dokumen yang Digunakan Dalam Penatausahaan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Dokumen yang digunakan dalam pemungutan pajak daerah dan retribusi daerah, masing‐ masing dapat dikelompokkan sesuai dengan tahapan kegiatan berikut : 1. Pendataan wajib Pajak dan Retribusi Kegiatan ini dimaksudkan untuk memperoleh data perpajakan atau retribusi dari masing‐masing wajib pajak atau wajib retribusi. Data perpajakan atau retribusi tersebut berguna untuk penetapan besarnya jumlah pajak yang akan dikenakan pada wajib pajak atau wajib retribusi yang bersangkutan. Dokumen yang digunakan dalam Pendaftaran dan Pendataan ini adalah : a. Surat Pemberitahuan (SPT) adalah surat yang digunakan oleh wajib pajak atau wajib retribusi untuk melaporkan perhitungan dan pembayaran pajak terutang menurut peraturan perundang‐undangan perpajakan daerah dan retribusi daerah yang berlaku; b. Daftar Tanda Terima untuk mencatat tanda bukti penerimaan formulir‐formulir SPT dari wajib pajak atau wajib retribusi; c. Daftar Kartu Data untuk mencatat formulir‐formulir SPT yang telah dikembalikan oleh wajib pajak atau wajib retribusi;
Deputi 4 - BPKP
Halaman 49 dari 66
Manual System SIMDA Pendapatan d. Daftar SPT yang dikirim yaitu dokumen yang merupakan daftar keseluruhan formulir SPT yang telah dikirim oleh DIPENDA yang disampaikan ke wajib pajak atau wajib retribusi baik yang telah dikembalikan maupun yang belum dikembalikan; e. Daftar Isian SPT yang diterima yang memuat jumlah formulir yang telah diterima dan dianalisis oleh wajib pajak atau wajib retribusi. f. Daftar realisasi setoran masa wajib pajak yaitu daftar realisasi jumlah setoran masa yang diterima pada periode sebelumnya. Daftar ini akan digunakan untuk perkiraan penetapan jumlah pajak atau retribusi pada masa atau periode sekarang. 2. Kegiatan Penetapan Yaitu kegiatan yang menentukan besarnya jumlah pajak atau retribusi dan menentukan besarnya angsuran. Dokumen yang digunakan dalam kegiatan penetapan ini adalah : 1) Daftar Kartu data untuk mencatat formulir‐formulir SPT yang telah dikembalikan oleh wajib pajak atau wajib retribusi; 2) Daftar Tanda Terima untuk mencatat tanda bukti penerimaan formulir‐formulir SPT dari wajib pajak atau wajib retribusi. Kedua dokumen di atas berasal dari bagian pendataan dan berdasarkan register/kartu data bagian penetapan membuat daftar wajib pajak atau wajib retribusi yang ditetapkan pajak. 3) Nota perhitungan pajak atau retribusi adalah dokumen yang digunakan bagian penetapan dan berguna untuk melakukan perhitungan penetapan besarnya pajak atau retribusi yang ditanggung oleh wajib pajak atau wajib retribusi; 4) Surat Ketetapan Pajak (SKPD) adalah Surat keputusan yang menetapkan besarnya jumlah pajak yang terutang; 5) Surat Ketetapan Retribusi (SKRD) adalah surat keputusan yang menetapkan besarnya jumlah retribusi yang terutang;
Deputi 4 - BPKP
Halaman 50 dari 66
Manual System SIMDA Pendapatan 6) Surat Ketetapan Setoran Bulanan adalah Surat Keputusan yang menetapkan besarnya jumlah angsuran bulanan pajak atau retribusi terutang; 7) Surat keputusan tentang penetapan besarnya pajak atau retribusi yang harus dibayar oleh wajib pajak atau wajib retribusi. 3. Kegiatan Penyetoran Kegiatan ini dilaksanakan melalui beberapa cara yaitu melalui bendaharawan khusus penerimaan dinas terkait, kantor pos, dan Bank Pembangunan Daerah. Dokumen yang digunakan dalam kegiatan penyetoran adalah : 1) Surat Ketetapan Pajak atau Retribusi adalah Surat keputusan yang menentukan jumlah atau retribusi terutang; 2) Surat Ketetapan Pajak atau Retribusi Tambahan adalah surat keputusan yang menentukan jumlah tambahan atas jumlah pajak atau retribusi yang telah ditetapkan; 3) Surat Ketetapan Pajak atau Retribusi Angsuran adalah surat keputusan yang yang menentukan jumlah angsuran yang harus dibayar oleh wajib pajak atau wajib retribusi; 4) Surat Pemberitahuan (SPT) pembayaran adalah surat yang digunakan oleh wajib pajak atau wajib retribusi digunakan untuk melaporkan jumlah pembayaran atas jumlah pajak atau retribusi yang terutang yang telah dilaksanakan menurut peraturan perundang‐undangan perpajakan atau retribusi yang berlaku; 5) Surat setoran pajak atau retribusi adalah surat yang oleh wajib pajak atau wajib retribusi digunakan untuk melakukan pembayaran atau penyetoran pajak atau retribusi yang terutang ke kas Negara, atau ke tempat pembayaran lain yang ditetapkan oleh menteri keuangan; 6) Surat pemberitahuan setoran masa adalah surat yang oleh wajib pajak atau wajib retribusi yang digunakan untuk melaporkan perhitungan dan atau pembayaran pajak yang terutang dalam suatu masa pajak atau retribusi atau pada suatu saat;
Deputi 4 - BPKP
Halaman 51 dari 66
Manual System SIMDA Pendapatan 7) Slip Setoran/Bukti Setoran Lain yg sah dan Nota Kredit adalah tanda bukti yang diterima oleh wajib pajak atau wajib retribusi atas pembayaran yang telah dilakukan kepada Bendaharawan Khusus Penerimaan (BKP), kantor pos maupun BPD; 8) Laporan harian pembantu BKP adalah jumlah angsuran pajak atau retribusi harian yang diterima oleh wajib pajak atau retribusi yang nantinya dilaporkan atau disetorkan kepada BKP; 9) Laporan realisasi penerimaan dari Penyetoran Utang adalah laporan jumlah penerimaan dari pajak atau retribusi yang diterima oleh BKP dari wajib pajak atau wajib retribusi pada masa pajak atau retribusi; 10) Surat Keputusan Denda adalah Surat keputusan mengenai besarnya denda yang harus dibayar oleh wajib pajak atau wajib retribusi. 4. Kegiatan Pembukuan dan Pelaporan Kegiatan ini dilaksanakan dengan maksud untuk mengetahui dan melaporkan jumlah penerimaan masing‐masing jenis pajak atau retribusi. Selain itu untuk mengetahui dan melaporkan jumlah tunggakan baik per jenis pajak atau retribusi maupun per wajib pajak atau wajib retribusi. Dokumen yang digunakan dalam kegiatan pembukuan dan pelaporan yaitu : 1) Kartu Jenis Pajak atau Retribusi adalah kartu yang dipungut; 2) Kartu Wajib Pajak atau Wajib Retribusi yaitu yang memuat nama wajib pajak atau wajib retribusi yang telah mempunyai Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) yang mempunyai kewajiban untuk membayar pajak atau retribusi; 3) Kartu jenis PPI atau PTO adalah kartu untuk mencatat jumlah PPI yang harus dibayar oleh wajib pajak atau wajib retribusi; 4) Kartu Wajib Pajak Langsung atau Tak Langsung adalah yang memuat nama wajib pajak yang telah mempunyai Nomor Pokok Wajib Pajak Daerah (NPWPD) yang mempunyai kewajiban untuk membayar langsung maupun tak langsung;
Deputi 4 - BPKP
Halaman 52 dari 66
Manual System SIMDA Pendapatan 5) Laporan Realisasi Penerima dan Tunggakan adalah laporan mengenai jumlah penerimaan pajak dari wajib pajak atau retribusi serta jumlah pajak atau retribusi yang masih menunggak atau belum dibayar oleh wajib pajak atau wajib retribusi; 6) Buku Pembantu Penerimaan Bank adalah buku yang digunakan untuk mencatat penyetoran pajak atau retribusi oleh wajib pajak atau wajib retribusi melalui bank yang nantinya berguna untuk penyusunan laporan realisasi penerimaan pajak atau retribusi setoran masa; 7) Buku Pembantu Penerimaan BKP adalah buku yang digunakan untuk mencatat pajak atau retribusi oleh wajib pajak atau wajib retribusi melalui BKP yang nantinya berguna untuk penyusunan laporan realisasi penerimaan pajak atau retribusi setoran masa; 8) Daftar Penerimaan dan Tunggakan Per jenis wajib pajak atau wajib retribusi yang digolongkan atas jenis wajib pajak atau wajib retribusi yang dipungut; 9) Daftar tunggakan Per Wajib Pajak atau Wajib Retribusi adalah daftar yang memuat besarnya tunggakan dari masing‐masing wajib pajak atau wajib retribusi; 10) Daftar Realisasi Setoran Masa adalah daftar yang memuat keseluruhan penerimaan pada suatu masa pajak retribusi. 5. Kegiatan Penagihan Kegiatan ini dimaksudkan untuk menagih kepada wajib pajak atau wajib retribusi yang belum melunasi pajak atau wajib retribusi yang terutang sampai batas waktu yang telah ditentukan atau belum melunasi pajak tau retribusi daerah sesuai nilai ketetapan yang telah dibuat. Kegiatan penagihan meliputi : 1) Surat Peringatan adalah surat yang dikeluarkan oleh pejabat yang berwenang yang merupakan tindakan awal dalam pelaksanaan penagihan pajak yang dikeluarkan tujuh hari sejak saat jatuh tempo pembayaran; 2) Surat Paksa adalah surat yang memaksa wajib pajak atau wajib retribusi untuk membayar tunggakannya. Surat ini diterbitkan setelah lewat 21 hari sejak tanggal surat peringatan atau teguran;
Deputi 4 - BPKP
Halaman 53 dari 66
Manual System SIMDA Pendapatan 3) Daftar Surat Peringatan atau Teguran adalah daftar yang memuat jumlah surat peringatan atau teguran yang telah dikeluarkan atau dikirim; 4) Daftar Surat Paksa adalah daftar yang memuat jumlah atau keseluruhan surat paksa yang telah dikeluarkan atau dikirim untuk wajib pajak atau wajib retribusi; 5) Buku Pembantu Penerimaan Bank adalah buku yang digunakan untuk mencatat penyetoran pajak atau retribusi oleh wajib pajak atau wajib retribusi melalui bank yang nantinya berguna untuk penyusunan laporan realisasi penerimaan pajak atau retribusi setoran masa; 6) Buku Pembantu Penerimaan BKP adalah buku yang dugunakan untuk mencatat penyetoran pajak atau retribusi oleh wajib pajak atau wajib retribusi melalui BKP yang nantinya berguna untuk penyusunan laporan realisasi penerimaan pajak atau retribusi setoran masa; 7) Buku Kendali Surat Ketetapan Pajak (SKPD), Surat Ketetapan Retribusi (SKRD), Surat Pajak tambahan (SKPDT), Surat Ketetapan Denda adalah suatu buku yang mencatat pengendalian atau pencegahan agar tidak timbul suatu kesalahan dan penyelewengan.
Deputi 4 - BPKP
Halaman 54 dari 66
Manual System SIMDA Pendapatan
BAB VI. PROSEDUR AKUNTANSI PIUTANG PAJAK Pendapatan negara/daerah secara umum terdiri dari dua bagian besar, yaitu pendapatan pajak dan selain pajak. Pendapatan selain pajak ini, pada Pemerintah Pusat dikenal dengan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) dan pada pemerintah daerah disebut retribusi. Walaupun ada dasar yang kuat bagi negara untuk memungut, dalam praktik dapat terjadi bahwa pendapatan yang seharusnya telah menjadi hak negara/daerah oleh wajib bayar belum dilunasi dengan berbagai alasan. Dalam hal demikian, akan timbul piutang oleh Pemerintah Pusat/Daerah. Timbulnya piutang di lingkungan pemerintahan pada umumnya terjadi karena adanya tunggakan pungutan pendapatan. Pendapatan Pemerintah Pusat dikelompokkan menjadi Pendapatan Pajak, Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP), dan Pendapatan Hibah. Pendapatan pemerintah daerah terdiri dari Pendapatan Asli Daerah, Pendapatan Transfer, dan Lain‐lain Pendapatan yang sah, dimana dalam komponen Pendapatan Asli Daerah terdapat Pendapatan Pajak. Pajak pada dasarnya merupakan iuran umum untuk mengisi kas negara/daerah yang menurut ketentuan perundang‐undangan bersifat memaksa untuk membiayai pengeluaran umum, dan kepada pembayar pajak tidak diberikan imbalan secara langsung. Ketentuan tentang perpajakan diatur secara khusus dalam berbagai peraturan perundang‐undangan di bidang
perpajakan. Dengan mempertimbangkan bahwa pemungutan pajak lebih didasarkan pada
hak negara/daerah yang dijamin dengan undang‐undang dan tidak didasarkan pada penyerahan suatu prestasi kepada pembayar pajak serta Standar Akuntansi Pemerintahan menyatakan bahwa basis akuntansi untuk aset adalah basis akrual, maka piutang pajak terjadi
pada saat hak negara/daerah untuk menagih timbul. A. Jenis Piutang Pajak dan Selain Pajak Piutang dalam kategori ini dapat terjadi pada Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah. Berdasarkan kewenangan yang dimiliki, jenis piutang ini berbeda macamnya
Deputi 4 - BPKP
Halaman 55 dari 66
Manual System SIMDA Pendapatan antara Pemerintah Pusat dan pemerintah daerah oleh karena pembagian kewenangan dalam sistem pemerintahan RI. Piutang yang timbul karena peraturan pada dua entitas pelaporan dimaksud pada dasarnya terdiri dari dua jenis, yaitu pajak dan selain pajak. Piutang selain pajak pada Pemerintah Pusat dan pemerintah daerah berbeda penyebutannya. Pembahasan atas piutang selain pajak dipisahkan sesuai dengan yang berlaku pada masing‐masing jenis entitas pelaporan. Oleh karena itu, piutang yang timbul karena peraturan dibedakan dalam : 1. Piutang Pajak, berlaku baik pada Pemerintah Pusat maupun pemerintah daerah; 2. Piutang PNBP, berlaku pada Pemerintah Pusat; 3. Piutang Retribusi, berlaku pada pemerintah daerah; 4. Piutang PAD Lainnya, berlaku pada pemerintah daerah. 1. Piutang Pajak Piutang Pajak adalah piutang yang timbul atas pendapatan pajak sebagaimana diatur dalam undang‐undang perpajakan, yang belum dilunasi sampai dengan akhir periode laporan keuangan. Sesuai kewenangannya, ada perbedaan jenis pajak yang dipungut oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten/Kota. Pada bab ini dibahas khusus piutang yang pemungutan pendapatannya didasarkan pada pungutan pendapatan Daerah. 1.1. Piutang Pajak Daerah Pemerintah Provinsi Berdasarkan UU 28/2009, pajak daerah dibedakan antara tingkat pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota. Jenis pajak pada provinsi terdiri dari: a. Pajak Kendaraan Bermotor; b. Pajak Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor; c. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor; d. Pajak Air Permukaan; e. Pajak Rokok. Piutang atas pajak‐pajak tersebut di atas dapat timbul karena tunggakan pajak
Deputi 4 - BPKP
Halaman 56 dari 66
Manual System SIMDA Pendapatan yang belum dilunasi oleh WP. Tunggakan ini terjadi karena perbedaan penetapan pajak dalam SKPD dengan jumlah yang telah dilunasi oleh WP. Selanjutnya kekurangan bayar itu diwujudkan dengan terbitnya Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar (SKPDKB). Surat ketetapan ini merupakan surat ketetapan pajak yang menentukan besarnya jumlah pokok pajak, jumlah kredit pajak, jumlah kekurangan pembayaran pokok pajak, besarnya sanksi administrasi, dan jumlah yang masih harus dibayar. 1.2. Piutang Pajak Daerah Pemerintah Kapubaten/Kota Jenis pajak yang dapat dipungut oleh pemerintah kabupaten/kota terdiri dari : a. Pajak Hotel; b. Pajak Restoran; c. Pajak Hiburan; d. Pajak Reklame; e. Pajak Penerangan Jalan; f. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan; g. Pajak Parkir; h. Pajak Air Tanah; i.
Pajak Sarang Burung Walet;
j.
Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan;
k. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan. Nilai piutang pajak yang dicantumkan dalam laporan keuangan adalah sebesar nilai yang tercantum dalam SKPD yang hingga akhir periode belum dibayar/dilunasi. Hal ini bisa didapat dengan melakukan inventarisasi SKPD yang hingga akhir periode belum dibayar oleh WP. 2. Piutang Retribusi Retribusi dipungut oleh pemerintah daerah karena pemberian ijin atau jasa kepada orang pribadi atau badan. Berdasarkan UU 34/2000, jenis retribusi daerah
Deputi 4 - BPKP
Halaman 57 dari 66
Manual System SIMDA Pendapatan berdasarkan objeknya terdiri dari : a. Jasa Umum; b. Jasa Usaha; c. Perizinan Tertentu. Piutang retribusi timbul apabila sampai tanggal laporan keuangan ada tagihan retribusi sebagaimana tercantum dalam Surat Ketetapan Retribusi Daerah (SKRD) yang belum dilunasi oleh wajib bayar retribusi. SKRD adalah surat ketetapan retribusi yang menentukan besarnya pokok retribusi. Selanjutnya jika sampai tanggal laporan keuangan ada jumlah retribusi yang belum dilunasi, maka akan diterbitkan Surat Tagihan Retribusi Daerah (STRD). STRD merupakan surat untuk melakukan penagihan retribusi dan/atau sanksi administrasi berupa bunga dan/atau denda. Nilai yang dilaporkan dalam laporan keuangan adalah sebesar nilai yang tercantum dalam STRD. 3. Piutang Pendapatan Asli Daerah Lainnya Piutang karena potensi PAD lainnya dapat terdiri dari hasil pengelolaan kekayaan yang dipisahkan seperti bagian laba BUMD dan lain‐lain PAD seperti bunga, penjualan aset yang tidak dipisahkan pengelolaannya, tuntutan ganti rugi, denda, penggunaan aset/pemberian jasa pemda dan sebagainya. PAD lainnya ini pada umumnya berasal dari hasil perikatan yang akan dibahas dalam bab tersendiri. B. Pengakuan Sebagaimana dikemukakan di atas bahwa piutang yang berasal dari pungutan pendapatan negara, secara garis besar terdiri dari piutang pajak, piutang PNBP, piutang pajak lainnya, baik untuk pusat maupun untuk daerah. Pengakuan piutang yang berasal dari pendapatan negara/daerah, didahului dengan pengakuan terhadap pendapatan yang mempengaruhi piutang tersebut. Untuk dapat diakui sebagai piutang yang berasal dari peraturan perundang‐undangan, harus dipenuhi kriteria: 1. Telah diterbitkan surat ketetapan; dan/atau 2. Telah diterbitkan surat penagihan dan telah dilaksanakan penagihan.
Deputi 4 - BPKP
Halaman 58 dari 66
Manual System SIMDA Pendapatan Pengakuan pendapatan pajak yang menganut sistem self assessment, setiap wajib pajak wajib membayar pajak yang terutang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang‐ undangan di bidang perpajakan, dengan tidak menggantungkan pada adanya surat ketetapan pajak. Pajak terutang adalah sebesar pajak yang harus dibayar sesuai ketentuan perundang‐undangan perpajakan dan diberitahukan melalui Surat Pemberitahuan yang wajib disampaikan oleh WP ke instansi terkait. Setelah adanya pengakuan pendapatan, wajib pajak yang bersangkutan wajib melunasinya sesuai dengan ketentuan perundang‐undangan. Terhadap pajak yang belum dilunasi sampai dengan batas waktu yang ditentukan akan diterbitkan Surat Tagihan Pajak sebagai dasar penagihan pajak. Besarnya piutang pajak ditetapkan dalam Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPDKB) atau surat ketetapan sejenis. Suatu pendapatan yang telah memenuhi persyaratan untuk diakui sebagai pendapatan, namun ketetapan kurang bayar dan penagihan akan ditentukan beberapa waktu kemudian maka pendapatan tersebut dapat diakui sebagai piutang. Penetapan perhitungan taksiran pendapatan dimaksud harus didukung oleh bukti‐bukti yang kuat, dan limit waktu pelunasan tidak melebihi satu periode akuntansi berikutnya. C. Pengukuran Piutang yang timbul karena ketentuan perundang‐undangan diakui setelah diterbitkan surat tagihan dan dicatat sebesar nilai nominal yang tercantum dalam tagihan. Secara umum unsur utama piutang karena ketentuan perundang‐undangan ini adalah potensi pendapatan. Artinya piutang ini terjadi karena pendapatan yang belum disetor ke kas negara/daerah oleh wajib setor. Oleh karena setiap tagihan oleh pemerintah wajib ada keputusan, maka jumlah piutang yang menjadi hak pemerintah/pemerintah daerah sebesar nilai yang tercantum dalam keputusan atas penagihan yang bersangkutan. Pengukuran piutang pendapatan yang berasal dari peraturan perundang‐undangan adalah sebagai berikut: 1. Disajikan sebesar nilai yang belum dilunasi sampai dengan tanggal pelaporan dari setiap tagihan yang ditetapkan berdasarkan surat ketetapan kurang bayar yang
Deputi 4 - BPKP
Halaman 59 dari 66
Manual System SIMDA Pendapatan diterbitkan; 2. Disajikan sebesar nilai yang belum dilunasi sampai dengan tanggal pelaporan dari setiap tagihan yang telah ditetapkan terutang oleh Pengadilan Pajak untuk WP yang mengajukan banding; 3. Disajikan sebesar nilai yang belum dilunasi sampai dengan tanggal pelaporan dari setiap tagihan yang masih proses banding atas keberatan dan belum ditetapkan oleh majelis hakim Pengadilan Pajak; 4. Disajikan sebesar nilai bersih yang dapat direalisasikan (net realizable value) untuk piutang yang tidak diatur dalam undang‐undang tersendiri dan kebijakan penyisihan piutang tidak tertagih telah diatur oleh Pemerintah. D. Penyajian dan Pengungkapan 1. Akuntansi Piutang Ilustrasi pencatatan yang diperlukan untuk membukukan piutang yang muncul berdasarkan peraturan perundang‐undangan adalah sebagai berikut: i. Piutang pajak ditetapkan sebagaimana dituangkan dalam Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPDKB) atau surat ketetapan yang sejenis; NO Kode Akun
Uraian
Pengakuan Piutang Pajak
XXXXX
Piutang Pajak
XXXXX
Cadangan Untuk Piutang
Debet
Kredit
XXX
XXX
ii. Piutang Retribusi ditetapkan berdasarkan surat tagihan terutang yang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah yang bersangkutan; NO Kode Akun Uraian
Debet
Kredit
Pengakuan Piutang Retribusi
XXXXX
Piutang Retribusi
XXXXX
Cadangan Untuk Piutang
Deputi 4 - BPKP
XXX
XXX
Halaman 60 dari 66
Manual System SIMDA Pendapatan iii. Piutang PAD Lainnya ditetapkan berdasarkan surat tagihan terutang yang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah yang bersangkutan; NO Kode Akun Uraian
Debet
Kredit
Pengakuan Piutang PAD Lainnya
XXXXX
Piutang PAD Lainnya
XXXXX
Cadangan Untuk Piutang
XXX
XXX
2. Penyajian Piutang di Neraca Penyajian piutang yang berasal dari peraturan perundang‐undangan merupakan tagihan yang harus dilunasi oleh para wajib pajak pada periode berjalan tahun berikutnya sehingga tidak ada piutang jenis ini yang melampaui satu periode berikutnya. Piutang yang berasal dari peraturan perundang‐undangan disajikan di neraca sebagai Aset Lancar. Penyajiannya di neraca adalah sebagai berikut: NERACA PER 31 DESEMBER 20XX ASET
KEWAJIBAN
Aset Lancar
Kewajiban Jangka Pendek
..........
Kewajiban Jangka Panjang
Piutang Pajak
xxx
Piutang PNBP
xxx
EKUITAS DANA
Bagian Lancar Tagihan
xxx
Cadangan Untuk Piutang
Penyisihan Piutang Tidak
(xxx)
xxx
Tertagih *) ASET LAINNYA
*) Apabila ada kebijakan tentang penyisihan piutang tak tertagih.
Deputi 4 - BPKP
Halaman 61 dari 66
Manual System SIMDA Pendapatan 3. Pengungkapan di CaLK Piutang disajikan dan diungkapkan secara memadai. Informasi mengenai akun piutang diungkapkan secara cukup dalam Catatan Atas Laporan Keuangan. Informasi dimaksud dapat berupa: a. Kebijakan akuntansi yang digunakan dalam penilaian, pengakuan dan pengukuran piutang; b. Rincian jenis‐jenis, saldo menurut umur untuk mengetahui tingkat kolektibilitasnya; c. Penjelasan
atas
penyelesaian
piutang,
masih
di
Kementerian
Negara/Lembaga/Pemda atau sudah diserahkan penagihannya kepada KPKNL; d. Jaminan atau sita jaminan jika ada. Penyajian piutang yang berasal dari peraturan perundang‐undangan merupakan tagihan yang harus dilunasi oleh para wajib pajak pada periode berjalan tahun berikutnya sehingga tidak ada piutang jenis ini yang melampaui satu periode berikutnya. Piutang yang berasal dari peraturan perundang‐undangan disajikan di neraca sebagai Aset Lancar.
Deputi 4 - BPKP
Halaman 62 dari 66
Manual System SIMDA Pendapatan DAFTAR PUSTAKA Komite Standar Akuntansi Pemerintahan, Buletin Teknis Standar Akuntansi Pemerintahan Nomor 06 Akuntansi Piutang, Jakarta, 2008 Republik Indonesia, Undang Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah, Jakarta, 2009 Republik Indonesia, Undang Undang Nomor 34 Tahun 2000 Tentang Perubahan Atas Undang‐ Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 1997Tentang Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah, Jakarta, 2000 Republik Indonesia, Undang Undang Nomor 18 Tahun 1997 Tentang Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah, Jakarta, 1997 Republik Indonesia, Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah, Jakarta, 2004 Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2001 Tentang Pajak Daerah, Jakarta, 2001 Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 Tentang Retribusi Daerah, Jakarta, 2001 Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 91 Tahun 2010 Tentang Jenis Pajak Daerah Yang Dipungut Berdasarkan Penetapan Kepala Daerah Atau Dibayar Sendiri Oleh Wajib Pajak Republik Indonesia, Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah Republik Indonesia, Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 43 Tahun 1999 Tentang Sistem dan Prosedur Administrasi Pajak Daerah dan Retribusi Daerah serta Pendapatan Daerah Lainnya Marihot Pahala Siahaan, SE, MT. Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Berdasarkan Undang‐ Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (edisi revisi)
Deputi 4 - BPKP
Halaman 63 dari 66