Rino F. Boer dan Yuliana Riana P, Penerapan Telcnologi Persuasi di Media Sosial
PENERAPAN TEKNOLOGI PERSUASI DI MEDIA SOSIAL Rino F. Boer dan Yuliana Riana P The London School of Public Relation
Jakarta
Abstrak Fenomena yang berkembang di media sosial, dan teramati adalah berbagai fitur yang terdapat di media sosial seolah-olah telah menjadi mesin perayu konsumen remaja yang efektif Oleh karena itu, masalah yang akan dibahas adalah bagaimana teknologi media dan simbol-simbolnya bisa menjadi alat persuasif di media sosial sehingga hal-hal ini dapat mendorong konsumsi remaja? Bagaimana peran teknologi persuasif dibalik keputusan remaja untuk melakukan konsumsi melalui media sosial? Mengapa media sosial bisa membuat remaja menjadi lebih konsumtifl Konsep utama yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah teknologi persuasif oleh BJ Fogg. Hal ini dapat digunakan sebagai dasar untuk analisis aplikasi media sosial dengan individu untuk kegiatan konsumsi. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan konstruktivistik. Pengumpulan data diperoleh melalui studi literatur, wawancara mendalam dan observasi kepada informan yang merupakan pengguna media sosial di Jakarta. Temuan penting dalam penelitian ini adalah menawarkan suatu karakteristik baru yaitu Interaksi Aktif sebagai bagian dari komponen utama didalam teknologi persuasif. Faktor Interaksi aktif ini muncul berkaitan dengan nilai budaya yang berkembang di masyarakat Indonesia yaitu budaya kolektif. Tambahan faktor terakhir inilah yang kemudian membentuk teknologi persuasi sosial yang dikembangkan di masyarakat Indonesia.
Kata kunci: realitas konsumsi, teknologi persuasif, media sosial, sistem simbol.
Abstract Nowadays, utilization of social media continues to grow in Indonesia in line with the increased number of users who are mainly adolescents. Communications technologies and sign system on social media could encourage users to make consumption. Dffirent characteristic between
social media and traditional media could represent a dffirence of consumption of reality for adolescents. Issues to be discussed is how is 55
media technolog,t and its symbols could be a persuasive tools in social media so that these things can encourage a consumption by adolescent? How is a role of persuasive technologt behind consumption taken by adolescent through social media? Why social media could make adolescent become more consumptive? The main concepts that will be used Persuasive Technolog,, by BJ Fogg. It could be used as basis for analysis of application social media by individu for comsuption activity. This study used a qualitative approach with research methods is social-constructivist which is under an konstruktivis paradigm. Study of documents, in-depth interviews, and observations will conduct on informants those are users of social media in Jakarta. An important finding of this study is to offir a new characteristic that interaction Active as part of a major component in persuasive technology. This active interaction factor appears to be related to the volue of a culture that flourished in Indonesian society is a collective culture. The latter is an additional factor that later formed the social persuasion technology developed in Indonesian society.
Keywords: the reality of consumption, persuasive technologt, social media, symbol system.
PENDAHULUAN Pada tahun 2A14, negara dengan jumlah pengguna internet terbanyak
adalah Republik Rakyat Cina dengan jumlah pengguna 643,6 juta jiwa,
diikuti
secara berurutan oleh
Amerika Serikat (252,9 juta jiwa
) di posisi
kedua serta India (215,6 juta jiwa) di posisi tiga. Posisi keempat dan kelima
ditempati oleh Brasil dan Japan lalu diikuti oleh Indonesia di posisi enam dengan pengguna internet sebanyak 83,7 juta
jiwa. Pada tahun 2012,
Indonesia masih berada di posisi kedelapan dengan jumlah pengguna internet 63 juta jiwa, namun pada tahun 2014 Indonesia telah berada di posisi ke enam, artinya terjadinya peningkatan yang signifikan jumlah pengguna internet
di
penggunaan intemet
Indonesia sebesar 75,3yo. Tingginya peningkatan
di Indonesia, disebabkan oleh beberapa faktor,
56
antara
Rino F. Boer dan Yuliana Riana P, Penerapan Telmologi Persuasi di Media Sosial
lain penggunaan smartphones yang telah membuat penggunanya selalu ingin berinteraksi dimana saja dan dengan siapa saja dan kapan saja. Keberadaan media sosial seperti Facebook, Twitter, Path yang dapat
diakses dengan smartphones membuat interaksi melalui internet menjadi
lebih menarik dan mudah. Hal ini didukung
oleh
McKenna dan Bargh
(2000) di dalam Guadagno dan Cialdini (2005), yang menyatakan media
komunikasi berbasis internet
ini
mempunyai
tiga faktor
yand
membedakannya dengan media komunikasi lain, yaitu (1) Menggunakan text based nature saat berinteraksi, menjadikan kehadiran fisik menjadi kurang
penting serta membuat individu yang berkomunikasi tidak perlu mempertimbangkan aspek psyhical appearance saat interaksi berlangsung;
(2) Faktor jarak juga tidak lagi menjadi penghalang untuk berinteraksi sehingga media ini mampu mengumpulkan orang-orang dengan minat yang sama walaupun berasal dari lokasi yang berjauhan; (3) Individu mempunyai
kontrol atas waktu dan tempat saat interaksi akan dilakukan sehingga batasan melakukan pekerjaan di rumah atau di kantor menjadi samar.
Pertumbuhan pengguna internet
jrgu didukung dengan
perkembangan teknologi komunikasi yang memungkinkan terjadinya kegiatan jual beli secara online. Penelitian yang dilakukan oleh lembaga riset
International Data Corporation (IDC) menyatakan bahwa nilai perdagangan
lewat intemet di Indonesia tahun 2011 mencapai 3,4 miliar dolar AS atau sekitar Rp 30 triliun. Hasil ini sejalan dengan survei Master Card Worldwide
pada Februart 201? yang menunjukkan tren peningkatan belanja online sebesar 15%
di Indonesia
dalam enam bulan ke depan (kompas.com)
Produk-produk yang dibeli secara online oleh pengguna internet umumnya adalah produk-produk fashion, elektronik, buku hingga peralatan rumah tangga.
57
Communique, Vol. 10, No. 1, Agustus 2014
Survei yang dilakukan oleh Markplus Insight dan majalah online Marketeers pada tahun 2013 memperlihatkan, dari 74,6 juta pengguna
internet
di
Indonesia hampir separuhnya berusia dibawah
sementara 16,7 persennya berusia diatas 45 tahun. Hal
30
ini sejalan
tahun,
dengan
penelitian yang dilakukan oleh Kominfo dan IINICEF pada tahun 2014 yang menyatakan bahwa setidaknya terdapat 30 juta anak-anak dan remaja di Indonesia merupakan pengguna internet dan media sosial.
Mengapa dunia maya begitu menarik bagi remaja? Penelitian yang
dilakukan oleh majalah Marketeers (2012) dengan melakukan survei di beberapa kota besar
di Indonesia dapat memberikan gambaran secara umum
kegiatan yang dilakukan oleh remaja melalui media sosial. Hasilnya: (1) Jenis barang yang paling banyak dibeli secara online berturut-turut adalah
pakaian dan aksesoris, jam, perhiasan, tiket pesawat, komputer beserta produk turunannya seperti notebook, serta smartphones; (2) Tempat jual beli online yang paling sering dikunjungi oleh remaja adalah Facebook, Kaskus, serta tokobagus.com.; (3) Remaja perempuan lebih berani untuk membeli
produk secara online dibandingkan remaja laki-laki; (4) Aktivitas di internet yang paling disukai adalah chatting dan curuhan hati (curhat) dengan teman secara online selain melakukan web browsing; (5)
Aktivitas di media sosial
yang paling disukai adalah up date status dan memberi komentar; serta (6)
Media sosial yang paling sering digunakan adalah Facebook dan Twitter. Pergeseran penggunaan media pada remaja dari media tradisional ke
media sosial sekali lagi menegaskan simbol remaja sebagai generasi digital.
Generasi digital seperti yang dikutip dari Buckingham (2006) dalam Lievrouw dan Livingstone (2006) adalah sebutan bagi generasi yang sedang berada dalam kondisi: ".....transition from their family of origin toward a
wider peer culture, (and) they find that the media offer a key resources
58
for
Rino F. Boer dan Yuliana Riana P, Penerapan Telcnologi Persuasi di Media Sosial
constructing
their identity and for mediating social
relationship. "
Ditegaskan dalam kutipan di atas bahwa tidak hanya persoalan identitas yang dihadapi oleh generasi ini, tetapi juga hubungan sosial dengan individu lain
di masyarakat.
PERMASALAHAN Kehadiran media sosial di Indonesia telah mengubah perilaku remaji,
termasuk hasrat untuk melakukan konsumsi. Media sosial yang bersifat co
nne ct e
d
(menghubungkan individu) serta c ont a gi o n (menularkan sikap)
beserta segala
fitur yang
ada padanya seperti
like, update status, add photos,
ask question, add friends, wall post, serta fimeline seolah-olah mempersuasi
individu untuk melakukan tindakan konsumsi terhadap barang dan jasa
.
Gairah belanja melalui online yang mengalami peningkatan di masyarakat Indonesia menyatakan bahwa interaksi di media sosial yang dilakukan antar
individu, seakan membuat setiap individu mempunyai referensi tentang realitas objek yang akan
di
konsumsi semata-mata pada visual yang
ditampilkan dan bukan pada realitas objek yang sesungguhnya.
Implikasi dari teknologi yang mempersuasi, proses konsumsi terjadi seketika tanpa melibatkan pertimbangan kognitif yang mendalam sehingga yang terjadi sebenarnya adalah konsumsi atas tanda di ruang virtual. Sesuai
dengan sifat media sosial yang sarat dengan ketergesa-gesaan dan pemahaman yang dangkal, maka pemaknaan mendalam terhadap tanda
virtual seolah-olah,tidak terjadi di media sosial. Oleh karena itu, penting mengetahui proses persuasi yang terjadi di ruang virtual.
59
Communique, Vol. 10, No.
l,
Agustus 2014
Media Sosial dan Karakteristik Secara umum, media sosial diartikan sebagai integrasi dari computer
mediated communication yang contohnya adalah Facebook, Twitter, myspace termasuk juga bloging, serta instant messaging. Safko (2010) telah
membagi media sosial ke dalam tiga bentuk, yaitu; one to one seperti pada
aplikasi skype, AOL Instant messanger; one to many seperti pada aplikasi
Twitter, Facebook, Yahoolmessenger; serta many to many pada aplikasi GoToMeeting,WebEx dan Wikipedia. Walaupun sebenamya masing-masing media sosial itu mempunyai karakteristik yang berbeda-beda. Secara khusus,
media sosial sebagai penggunaan teknologi komunikasi yang efektif untuk
menjalin hubungan, membangun kepercayaan, serta melakukan pembelian arrtxa orang-orang yang berada di dalam hubungan tersebut (Safko, 2010).
Menurut Baym (2010), interaksi yang terjadi di media sosial memiliki
ciri-ciri sebagai berikut Interactivity. Interactivity dapat
mempunyai
berbagai pengertian yang akan saling melengkapi satu dengan yang lain,
meliputi
(I) social interactivity
sebagai "the ability of a medium to enable
social interaction between groups or individuals", (2) technical interoctivity yaitu "a medium capability of letting human users manipulate the machine
via its interface";
serta (3) textual interactivity yang diartikan sebagai
interaksi yang kreatif dan interpretif antara pengguna (termasuk pembaca,
penonton, atau pendengar) dengan teks yang disampaikan; Temporal
structure. Melalui media internet, struktur komunikasi yang terjadi cenderung berbentuk asynchronous (ada waktu untuk menunda memberikan
respons) daripada synchronous seperti pada saat komunikasi dilakukan dengan tatap muka. Media sosial yang cenderung asynchrono,zs membuat
interaksi dapat dilakukan pada sejumlah besar orang atau kelompok karena tidak harus dilakukan pada waktu yang bersamaan dan ada kesempatan lebih
60
Rino F. Boer dan Yuliana Riana P, Penerapan Tel*tologi Persuasi di Media Sosial
banyak untuk mengatur self-presentations individu. Walaupun kadang begitu
banyak pesan yang masuk sehingga banyak juga pesan yang akhirnya terlewatkan; Social cues. Berbeda dengan tatap muka yang mampu menangkap ketiga hal
ini
dengan utuh (context, visual, auditory), maka
media sosial memiliki keterbatasan. Namun, komunikasi yang sudah terjalin cukup lama di antara para pihak atau yang dilakukan melalui kelompok akan membuat masing-masing pihak mampu menangkap social cues yatrgmut"rl'
di media sosial. Bentuk social cues yangterdapat di media sosial akan terkait dengan dua hal
ini, yaitu identitas (menyangkut pekerjaan, jenis kelamin,
hobi, minat, asal sekolah dll.) serta status sosial yang akan terkait dengan peran pengguna di dalam kelompok sosial yang dapat terlihat dari relasi dan
interaksinya dengan orang lain di media sosial; Storage dan Replicnbility. Setiap pihak yang berinteraksi melalui media sosial sesungguhnya dapat menyimpan, menyebarkan, mengedit, mencari, serta mereplikasi pesan yang
diterima atau dikirimkan pada orang lain; Reach. Kecepatan dan jangkauan interaksi yang dilakukan melalui media sosial sangat berbeda dengan media lainnya. Media sosial memungkinkan melakukan interaksi dengan sejumlah besar orang dan interaksi yang terjadi relatif berlangsung dengan cepat.
Mobility. Kornunikasi melalui media internet menghilangkan ikatan fisik antara individu dengan lokasi. Menerima dan mengirim pesan dapat
dilakukan dimana saja, tanpa individu harus spesifik berada
di
lokasi
tertentu.
Karakteristik Persuasi di Media Sosial Proses persuasi dalam media sosial mempunyai empat karakteristik
(Borchers,2005). Pertamq Wrsvasi saat ini lebih berorientasi pada khalayak.
Otoritas untuk menentukan apa yang akan dilakukan khalayak sebagai
61
Communique, VoL 10, No. 1, Agustus 2014
respon atas message yang disampaikan tidak lagi berada pada sender, tetapi
khalayak. Kedua, efek persuasi tidak hanya berasal dari satu sumber. Namun, dalam media sosial seringkali yang terjadi adalah orang berespons
bukan karena message yang disampaikan melalui media tertentu, tetapi misalnya karena seringnya hal
itu dibicarakan oleh orang lain. Ketiga,
bentuk persuasi terlihat ada dimana-mana, tetapi efeknya tidak nyata. Keempat, persuasi adalah proses yang bersifat reflektif. Setiap individu akan
memproses message yang sama dengan hasil yang berbeda. Individu melakukan proses reflektif
nilai-nilai tertentu yang
ini
ada pada
berdasarkan pengalaman, ekspektasi serta
dirinya yang berbeda dengan yang dimiliki
oleh individu lain.
Teknologi Persuasi dan Elemen-Elemen
Istilah Teknologi Persuasi (Persuasive Technology) atau Mass Interpersonal Persuasion pertarrra kali diperkenalkan oleh Fogg (2003) setelah melihat fenomena menguatnya persuasi dalam komunikasi interpersonal melalui media massa khususnya melalui komputer. Fogg
kemudian menyebut konsepnya
ini dengan istilah
"Captolog,t" yarrg
merupakan akronim dari computer as persuasive technology. Konsep ini muncul karena perkembangan teknologi komunikasi khususnya yang terkait dengan jaringan sosial secara online yang disebut sebagai Media Sosial.
Pengertian tentang persuasi tetap dianggap sebagai upaya untuk membentuk, ,menegaskan, atau mengubah sikap dan perilaku orang lain
terkait dengan topik tertentu. Oleh karena itu, maksud (intention) untuk melakukan persuasi
itu harus tetap nyata dalam persuasive
technologt.
Karena mesin atau komputer tidak dapat memiliki intention, maka intention
ini dapat ditemukan pada tiga bentuk ini, yaitu endogenous (from within),
62
Rino F. Boer dan Yuliana Riana P, Penerapan Teknologi Persuasi di Media Sosial
exogenous (external factors), serta autogenous (self-produced). Dalam uraiannya, Fogg (2008) menjelaskan bahwa dalam konteks media sosial,
maka maksud untuk mengubah sikap atau tindakan orang lain
ini
dapat
dilihat dari aspek endogen yakni melalui berbagai fitur persuasi yang telah dikembangkan oleh pembuat program didalamnya. Dengan demikian, intensi
untuk mengubah sikap atau tindakan orang lain sebagai komponen penting di
dalam persuasi akan ditemukan secara built-in
di dalam teknologi yang
digunakan atau disebut sebagai technologt intention.
Teknologi persuasi memiliki enam unsur penting, yaitu sebagai berikut (Fog9,2008):
l.
Persuasive Experience (PE): pesan yang persuasif disampaikan melalui tiga kategori yaitu (1) bersifat permohonan; bentuknya berupa permintaan secara langsung, himbauan moral, ataupun pesan yang
mengandung unsur manipulasi keadaan
agff
permohonannya
dikabulkan; (2) memberi penghargaan; bentuknya berupa memberikan
pujian melalui kata-kata atau gambar/ foto, mengungkapan perasaaan
positif pada orang lain, melakukan kebaikan demi kepentingan orang lain; (3) bentuk lain seperti memberikan pengakuan atas prestasi orang
lain, bekerja sama dengan orang lain; yang semua unsur ini terdapat pada pesan yang disampaikan.
2.
Automated Structure (AS): terkut dengan teknologi komunikasi yang
digunakan sehingga membuat sebuah pesan mampu ditampilkan dengan lebih sederhana, pesan lebih mudah untuk diduplikasi (diulang)
bahkan diubah agar lebih sesuai dengan kepentingan pembuatnya, proses yang berlangsung secara otomatis, serta menggunakan berbagai
bentuk teks/visual yang menarik
- sernua unsur di atas akan berkaitan
dengan aspek tampilan pesan.
63
Commrmique, Vol. 10, No. 1, Agustus 2014
J.
Sociul Distribution (SD): pesan persuasif tadi dapat disebarkan ke banyak orang dengan cara yang mudah, termasuk kemudahan dalam mengundang orang lain untuk bergabung memberikan komentar atau
informasi tambahan; ataupun guna memutuskan hubungan dengan orang yang tidak disukai, menghapus bagian yang tidak diinginkan, serta kemudahan untuk berteman dengan orang lain yang memiliki banyak kesamaan dengan dirinya. 4.
Rapid Cycle/Speed (RC)z Terjalinnya hubungan antar orang di media sosial akan berlangsung dengan cepat sehingga proses penyebaran pesan pun akan cepat; tidak hanya kualitas hubungan yang dapat cepat
meningkat, tetapi jumlah orang yang menjalin hubungan pun dapat meningkat dengan waktu yang relatif cepat.
Huge Social Graph/Coverage (HSG): sifat teknologi persuasi yang mampu menjangkau banyak orang, bukan hanya dalam hitungan ratusan orang yang dapat saling terhubung dan mengetahui isi pesan
yang disampaikan, tetapi dapat melibatkan ratusan juta orang di seluruh dunia yang terkoneksi dengan internet. 6.
Measured Impact (MI): t$uarnya adalah agar pengguna media sosial dapat melihat efek dari intervensi yang dilakukan. Intervensi disini dimaksudkan misalnya sebagai menyampaikan foto, menulis pesan,
memberikan komentar
dll. Fitur yang ada membuat
setiap orang
mampu melihat efek dari pesan yang disampaikan.
METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan paradigma
constructionism. Pengumpulan data dalam penelitian menggunakan wawancara mendalam (in-depth
64
interviel
ini
dilakukan
disertai dengan
Rino F. Boer dan Yuliana Riana P, Penerapan Telcnologi Persuasi di Media Sosial
observasi langsung pada teks baik yang berupa tulisan, gambar, dan video ataupun terhadap fitur-fitur yang ada didalam media sosial yang digunakan
oleh informan. Objek penelitian adalah informan yang dipilih sesuai dengan
kriteria yang telah ditentukan sedangkan unit analisisnya adalah individu. Berdasarkan survei yang dilakukan, mayoritas pengguna internet di Indonesia berada pada kisaran usia 15-30 tahun (Marketeers, 2012). Mengacu pada pembagian yang dilakukan oleh Wells (2010) generasi millennium terbagi atas tweens (usia 8-12 tahun); teens atau teenogers (usia 13-20 tahun) yaitu antara kelahiran tahun 199l-1997 dan kategori ini juga merupakan bagian terbesar dari generasi millennium; serta young adult (21-
26 tahun). Oleh karena itu dipilih informan
10
mahasiswa LSPR-Jakarta
dengan usia informan berkisar 19 tahun sampai 22 tahun yang masuk dalam
kategori teens dan young adults. Teks
di media sosial digunakan
untuk
memperjelas kondisi yang diuraikan oleh individu. Teknik analisis data yang
digunakan dari Milles
&
tahapannya dimulai dari
Huberman (1994
: data collection,
di
dalam Berg, 2A09) yang
data Reduction, data Display,
Conclusion & Verification.
HASIL PENELITIAN DAI\ PEMBAHASAN Penerapan Teknologi Persuasi di Media Sosial
Facebook sebagai media sosial yang paling banyak jumlah anggotanya di seluruh dunia ternyata juga menjadi media sosial yang paling
banyak diikuti ole\ informan. Rata-rata informan telah mengikuti media sosial Facebook ini sejak SMA. Artinya informan telah menggunakan media
sosial Facebook rata-rata selama 4 tahun. Data menunjukkan bahwa waktu yang cukup lama dan intensitas penggunaan yang tinggi, membuat informan
telah cukup familiar dengan penggunaan fitur-fitur yang ada di dalamnya
65
Communique, Vol. 10, No.
l,
Agustus
20ll
sehingga memudahkan informan dalam menjalin hubungan dengan orang
lain melalui Facebook. Keenam elemen persuasive technology berikut ini dijelaskan dimulai dari elemen yang terpenting
di dalam proses
persuasi
yang terjadi melalui Facebook berdasarkan temuan penelitian.
a.
Rapid Cycle - Kecepatan Kecepatan menjadi elemen pertama yang penting dalam tefnologi
persuasi terutama untuk dua hal ini, yaitu untuk mendapatkan informasi yang
kemudian akan
di
share kepada orang lain; serta kecepatan dalam
memberikan respons atas pertanyaan yang diajukan atau membalas komentar
yang masuk ke media sosial yang dimiliki. Tanggapan informan
atas
pertanyaan seberapa penting makna kecepatan dalam mendapatkan informasi
bagi informan:
"Penting sih, maiah kalau di twitter, saya kan nda pernah nonton bola tapi time line saya di twitter kan pada sering komentar soal bola, jadinya saya tahu (tentang bola)....soal berita juga begitu, saya nda suka nonton berita, tapi rajin buka twitter jadinya sering tahu berita pertama kali itu dari orang lain di twitter habis itu baru cari tahu dari intemet.. ..makanya saya itu kayaknya nyaris 24 jam kalau twitter ya, kalau bosan (mengerjakan yang lain) ya buka time line...sebenarnya sih pengennya jadi orang pertama yang tahu, tapi seringnya malah tahu dari orang lain dulu, habis itu saya suka share lagi ke teman yang lain..."
Konstnrksi yang dibangun oleh informan di atas adalah (1) dengan
tahu lebih dahulu tentang informasi tertentu, maka informan dapat membangun
imaji orang lain tentang dirinya yang sesuai dengan
dikehendaki. Dalam keterangan
di
yang
atas, informan yang memang bukan
penggemar sepakbola dan berjenis kelamin perempuan seolah ingin mengatakan kepada
follower di media sosial bahwa dirinya juga
adalah
seorang penggemar sepakbola dan cukup tahu banyak tentang sepakbola 66
Rino F. Boer dan Yuliana Riana P, Penerapan Telcnologi Persuasi di Media Sosial
khususnya berita mengenai hasil-hasil pertandingan terbaru dengan memasang timeline berupa hasil pertandingan sepakbola yang sebenamya didapat dari teman lain di media sosial tersebut; (2) time line yang dipasang
itupun akan segera berubah ketika masuk informasi tentang
hasil
liga kompetisi yang berbeda; unsur
yang
pertandingan sepakbola dari
menonjol disini adalah komunikasi yang dijalin melalui media sosial memang harus mengutamakan satu unsur penting lain yaitu kebaruan/novelty
yang hanya bisa didapat melalui media yang mengutamakan kecepatan untuk memberikan informasi kepada para pengguna. Bagi penggemar sepakbola di
seluruh dunia, mengetahui skor pertandingan yang sedang atau baru saja berakhir seolah-olah menjadi titik penting dirinya untuk terus berada dalam 'permainan' ini. Informasi tentang hal ini bisa didapat darimana saja, karena yang jauh lebih penting disini adalah dirinya dapat terus up date dengan kondisi yang paling baru. Unsur kebaruan menjadi sangat berarti disini; (3) semangat individu yang tinggi untuk terus berupaya membuat
tampak berbeda dengan orang lain. Perbedaan
diri
selalu
itu muncul ketika dirinya
menjadi orang pertama yang tahu tentang kondisi terkini dari pertandingan tersebut, paling tidak di kalanganpeer group tertentunya.
Adakalanya informan ingin mencari informasi tambahan
atas
informasi pertama yang dia terima. Kecepatan untuk segera mendapatkan informasi tambahan ini juga menjadi faktor penting bagi informan berikut
ini.
"Oh nda,
pengennya sekaligus saja (mendapatkan informasi tambahan) tinggal klik disitu, sekalian di windows yang sama sehingga akan lebih cepat". Mengapa berbagai media sosial berlomba menawarkan teknologi
yang dapat membuat semua yang diingirtkxr user dapat dilihat pada satu
67
Communique, Vol. 10, No. I, Agustus 2014
layar saja? Karena menyadari bahwa kecepatan mendapatkan informasi menjadi sama pentingnya dengan informasi tersebut. Bahkan mungkin lebih penting, karena begitu informasi yang didapat itu diduga salah atau kurang tepat, maka individu dapat menggunakan waktu yang ada dengan cepat mencari informasi lain yang lebih tepat.
b. Measured Impact
-
Efek Pesan yang Terukur
Sumber informasi lain selain dari foto atau teks yang disampaikan, maka komentar yang disampaikan melalui media sosial menjadi hal yang penting bagi informan.
" lya, menurut saya komentar-komentar itu penting buat saya sebelum memutuskan (membeli produk)...(untuk) menanggapi kualitasnya, misalnya ada yang komentar ini nda bisa dibuka nih..". Biasanya pendapat orang lain
ini
langsung dapat dibaca
di
bawah
informasi yang disampaikan dan jika isunya cukup popular bagi publik akan
disusul dengan komentar-komentar lainnya dari orang lain. Media sosial menjadi pusat informasi tentang isu yang menarik bagi publik sehingga media massa tradisional seperti televisi, radio dan surat kabar seringkali dalam menulis berita akan mencari sumber berita melalui media sosial.
Karakteristik kedua yang terdapat dalam media sosial yang juga menjadi bagian dari teknologi persuasi adalah dengan dimungkinkannya membaca setiap komentar dari orang lain maka akan terbentuk persepsi. Komentar-komentar itu akan terkait dengan topik yang sedang dibahas baik
itu topik yang muncul dari tampilan berupa foto, gambar,dan video ataupun yang munculnya hanya teks berupa kalimat saja. Media sosial khususnya Facebook mampu menjadi alat revolusi seperti yang terjadi pada peristiwa 68
Rino F. Boer dan Yuliana Riana P, Penerapan Telmologi Persuasi di Media Sosial
Arab Spring yarrg melanda Mesir, Libya dan Tunisia (Abouzeid, 2011). Karakteristik yang menonjol adalah kebebasan berekspresi. Apalagi jika digunakan dalam kondisi negara yang sedang chaos, serta kecepatan memberikan informasi dalam jumlah yang besar sekaligus guna menggalang
pertemuan atau demonstrasi
di jalan-jalan.
Akibatnya untuk menandai
peranan yang besar dari Facebook terhadap peristiwa
ini, maka beberapa
media internasional seperti CNN, Time, New York Times menyebutkari peristiwa ini sebagai Facebook Revolution.
Komentar orang lain
itu
sering dianggap lebih jujur, bicara apa
adanya, terus terang serta tidak memiliki kepentingan baik kepentingan
langsung maupun tidak langsung dengan apa yang dikomentari sehingga
komentar orang lain sesuatu yang
di media sosial lebih
sering diasosiasikan sebagai
positif daripada bersifat negatif. Pada akhimya, persepsi yang
positif dari berbagai komentar ini membuat informan lebih percaya kepada informasi yang disampaikan melalui media sosial dibandingkan dari iklan di
media tradisional seperti yang diungkapkan oleh salah satu informan di bawah ini.
" Sering (baca komentar orang lain), kalau (tentang) fashion nda ya, kalau film iya. Dulu itu film "Namia", waktu status mereka bilang nih filmnya bagus dan ada gambarnya juga...untuk komik tertentu juga, terus kalau ada konser musik biasanya selebaran konsernya yang di upload terus nanti banyak yang komentar dibawahnya".
Bagi informan, komentar orang lain itu dapat memiliki
beragam
manfaat. Salah satu manfaat yang muncul dari komentar orang lain yang
dibaca oleh informan adalah rnemberikan konfirmasi terhadap informasi yang telah diterima sebelumnya, seperti pandangan informan berikut ini.
" Sangat penting (membaca komentar dari orang lain), soalnya kita khan nda tahu seandainya mungkin saat dia liburan di Bangkok dia upload 69
Communique, Yol. 10, No. 1, Agustus 2014
foto-fotonya mungkin bagus fotonya, terus ada temannya dia yang comment misalnya, ih fotonya bagus ya, kok waktu aku kesana nda kayak gini. Nah, yang kayak gini kan membuat kita bertanya-tanya bagus apa ngga sih sebenamya. Berpikir lebih logis. Kemudian lihat lagi komentar-komentar lain di bawahnya."
Salah satu
ciri khas
media sosial yang membedakannya dengan
media komunikasi yang tradisional adalah sifatnya yang interaktif. Interaktivitas ini menjadi nyata ketika informan merasa perlu memastikan informasi yang diberikan oleh orang lain melalui komentar yang dibaca.
Komunikasi massa dapat mendorong rasa penasaran bagi individu
atas
informasi atau pesan yang disampaikan karena adanya jeda waktu untuk memberi tanggapan atas tayangan yang disiarkan kepada publik. Namun, melalui media sosial, rasa penasaran itu dapat segera dipuaskan. Teknologi komunikasi yang membuat informan dapat langsung berkomunikasi dengan si pembuat komentar membuat pertanyaan itu dapat segera terjawab. Bahkan
komentar yang sifatnya menegasikan informasi yang sudah disampaikan sebelumnya, justru membuat informan merasa perlu untuk menghubungi
orang yang memberikan komentar tersebut untuk mendapatkan penjelasan yang lebih lengkap.
" Ada yang bilang bagus sesuai harganya, ada yang bilang mahal, ketemu aja dulu dengan orangnya...kalau lihat komentar orang yang bilang di Facebook itu semua bilang positif, ada yang comment nomor ini masih ada nda stocknya Sis..biasanya sebutannya Sis dari sister gitu..." Bagi informan, komentar orang lain ini menjadi parameter untuk menilai kebenaran tulisan atau informasi yang telah diberikan sebelumnya. Satu saja terdapat keterangan yang berbeda dari orang lain tentang hal sedang yang dibicarakan, sudah cukup membuat informan meragukan kebenaran informasi yang telah disampaikan sebelumnya. 70
Rino F. Boer dan Yuliana Riana P, Penerapan Tehrologi Persuasi di Media Sosial
Namun demikian, bagi sebagian informan mengetahui jumlah orang
lain yang berpandangan negatif atau positif terhadap objek juga menjadi hal yang penting. Tentunya setiap orang punya batasan sendiri tentang jumlah
komentar berapa sehingga jumlah
itu
tergolong banyak dan
dapat
memberikan pengaruh besar bagi orang yang melihatnya.
" Komentar itu mempengaruhi juga sih, kalau banyak yang bilang nda enak, saya males, ngapain juga, kalau banyak yang bilang nda enak ngapain ikutan."
" Dia pasang di fb-nya lalu baru saya lihat...bisa dilihat juga coment dari orang..berapa sih orang yang kasih comment film ini, kalau jumlah orangnya nda begitu banyak, ya saya nda tertarik juga untuk menonton filmnya."
.
Jumlah komentar yang banyak menjadi penting karena jumlah ini
akan mengindikasikan adanya fakta sosial bahwa objek ini diterima dengan
baik oleh banyak orang sehingga layak untuk ditonton. Hal ini yang oleh Botsman dan Rogers (2010) disebut sebagai social proofing yang terkait dengan objek yang sedang dibicarakan. Melalui media sosial hal
ini
dapat
mudah diketahui misalnya dengan melihat jumlah orang yang telah meng-
klik fasilitas 'like' di facebook atau retweet di twitter. Selain membaca isi komentar-komentar yang menyertai informasi tentang objek tersebut temyata mengetahui jumlah orang yang memiliki pandangan yang sama
turut menentukan keputusan yang akan diambil. Ternyata ungkapan yang menyatakan 'less as peer pressure and more os peer information' tetap berlaku dan semakin besar dampaknya terhadap keputusan untuk melakukan konsumsi di media sosial. Selain itu, komentar dari orang lain ini juga dapat direspons dengan tindakan nyata dari informan. Ketertarikan informan pada buku tertentu yang
7t
Communique, Vol. 10, No. l, Agustus 2014
sering dijadikan topik pembicaraan komentar positif tentang
di media sosial dan juga
isi buku itu, telah
banyaknya
mendorong informan untuk
membaca buku itu secara langsung di toko buku sebelum memutuskan untuk
membeli. Disini menunjukkan adanya kesinambungan tindakan antara dunia maya dengan dunia nyata yaitu dengan melihat bahwa hal-hal yang didapat
di dunia maya melalui media sosial juga dapat diwujudkan dengan tindakan nyata.
" Setiap kali update-an dia sangat menarik karena menghibur..terus belakangan kan, bermula dari twitter terus dia punya buku, waktu dia punya buku saya follow karena kebetulan ini pengarangnyajuga yang update, dan comment orang juga banyak yang bilang 'cong ceritanya bagus banget nih'..sehingga saya ke gramedia saya lihat tuh bukunya dan akhirnya beli juga". Jumlah coment dan like yang banyak di Facebook menjadi penting karena jumlah
ini akan mengindikasikan objek atau peristiwa yang di post
diterima dengan baik oleh banyak orang. Temuan ini menegaskan adanya interaksi
aktif
(Active Interaction) pada komponen teknologi persuasi di
media sosial.
c. Persuasive experience -
Isi Pesan
Berdasarkan pada konsep yang dibuat oleh Fogg dan Dean (2007)
tentang persuasive experience, maka terdapat
tiga bentuk pesan yang disampaikan melalui media sosial yaitu yang bermakna compliance, intgratiation
serta
recognition Makna dari pesan yang disampaikan oleh
individu akan berkisar pada ketiga bentuk itu. Informan berikut ini melihat bahwa melalui pesan yang bersifat informasi tentang sesuatu hal, pembuat pesan ingin meyakinkan pembaca (compliance) akan kebenaran informasi
yang disampaikan. Akan tetapi, serentak dengan pemberian informasi itu 72
Rino F. Boer dan Yuliana Riana P, Penerapan Teknologi Persuasi di Media Sosial
pembuat pesan juga ingin agar pendapatnya atau apa yang dilakukan itu disukai juga oleh orang lain (ingratiation), dan mendapatkan tanggapan dari orang yang memb acanya
(r
ecognation).
Wall salah satu informan menuliskan tentang salah satu tempat
wisata
dalam satu kalimat
"I
smell heaven", kalimat
ini
langsung
memberikan kesimpulan yang sesuai dengan gambar yang ada dan gambar tersebut sangat jelas memberikan realitas sempurna tentang tempat wisata' tersebut. Kemudian pertanyaannya adalah siapa kira-kira yang tidak mau mencium surga? Perhatikan juga bagaimana kemudian komentar orang lain yang langsung.
Informan menanggapi sebagai pesan yang mampu mendorong pembaca untuk juga melakukan hal yang sama. Pesan yang ditampilkan bisa
mengenai lokasi tempat tertentu baik di dalam negeri maupun di luar negeri,
yang baru dikunjungi dan di dalam pesan itu terdapat foto serta keterangan singkat mengenai apayang ada di dalam foto.
d. Automated
Structare- Tampilan Pesan
Setiap informan mempunyai pilihan tentang bentuk format yang menggambarkan informasi dengan tepat. Seperti yang dikatakan oleh
ini
bahwa gabungan antara format teks dan
foto
dapat
menceritakan tentang objek jauh lebih lengkap dibandingkan
jika
hanya
informan
menggunakan salah satu format saja. Konteks terjadinya peristiwa yang digambarkan akan menjadi lebih lengkap.
" Pernah, waktu itu saya memang lagi mencari tempat-tempat wisata di Singapura, memang mau ke Singapura, lalu ada kenalan disana yang foto ada apa saja di situ, kalau ngga dia cerita di notes facebooknya disitu, cerita di wall facebook-nya lalu dia cerita juga ngapain aja dia disitu..setelah saya
73
Communique, Vol. 10, No.
l,
Agustus 2011
lihat lalu saya tertarik ..kayaknya bagus untuk foto atau untuk jalan-jalan aja;' Kemudahan interaksi yang dilakukan di media sosial salah satunya
adalah sifatnya yang interaktif sehingga informasi tambahan yang dibutuhkan sangat mudah dikirim dan diterima oleh informan. Dalam
kondisi
di
atas, informan juga dapat meminta tolong ke temannya di
Singapura untuk memberikan informasi terbaru tentang lokasi wisata berupa
teks dan foto-foto yang sesuai dengan kebutuhan informan saat berada disana nanti.
" Cerita tempat itu dimana dilokasinya, ngapain aja selama disana, fasilitasnya apa aja,kita bisa ngapain aja disitu, kalau gambarnya ya itu namanya Fort Canning Park adanya di Dobygot, taman kayak monasnya kita disini, kalau hari Minggu orang pada piknik disitu, ada sekolah dari TK yang lagi piknik disitu, nah itu foto tentang taman itu, cerita lokasi terdekat dengan taman itu, lalu kalau lapar bisa cari makan dimana disekitar situ..." Pada akhirnya informan menilai bahwa kedua format
ini baik teks
berupa kalimat maupun foto dapat saling melengkapi guna memberikan informasi yang sempuma tentang objek yang ditanyakan.
e.
Huge Social Graph- Jangkauan Tanda Salah satu tanda di media sosial yang mulanya menjadi target dari
banyak remaja adalah mencapai jumlah friends
di
facebook sebanyak-
banyaknya. Dengan demikian, remaja seolah-olah memberitahukan ke teman-temarf yang belum tergabung
di media sosial bahwa dirinya cukup
penting untuk di-add sebagai teman.
Di sisi lain,
banyak juga remaja yang
meng-add orang lain karena didorong oleh friends atau pengikut orang tersebut yang jumlahnya cukup banyak. Kebanyakan remaja mengikuti pola
seperti ini
jika
hendak meng-add artis yang sedang top pada saat ini.
74
Rino F. Boer dan Yuliana Riana P, Penerapan Telcnologi Persuasi di Media Sosial
Terutama artis yang aktif menggunakan media sosial untuk memberitahukan
rencana kegiatan yang akan dilakukannya, yang sering mencurahkan perasaannya
di media sosial tentang apa saja (kemacetan di jalan,
udara
panas, parkir mobil, handphone lamban, perayaan ulang tahun, makan siang, d11), ataupun
yang sering membagikan kutipan berupa kalimat-kalimat bijak.
Media sosial ini memungkinkan informan juga terhubung dengan orang yang berada jauh di luar negeri (Eropa, Afrika) bahkan berhubungan' dengan orang yang sama sekali belum pernah kenal apalagi bertemu secara
fisik. Adanya
berbagai bentuk media sosial, termasuk Youtube,
memungkinkan hubungan itu dimulai dari melihat tampilan orang tersebut di
Youtube kemudian dilanjutkan dengan mencari Facebook-nya dan add pengguna-nya dan berharap dirinya akan diterima sebagai teman. Dengan
model pertemanan yang dimulai dengan cara seperti ini, tidak heran jika
jumlah teman yang ada di jaringan media sosial pengguna semakin lama akan semakin bertambah.
" Ada, kenalannya di FB ya, dari youtube awalnya, ternyata dia missionaris dari Amerika yg jadi missionaris di Prancis, dia suka up load laguJagu rohani pakai bahasa Prancis, saya yang inisiatif untuk add pengguna-nya, terus di accept jadi berteman akhirnya. Ada juga saya add yang dari Nigeria, biasanya kan saya lihat dulu historynya, ya udah nda papa. Ada sekitar 10 orang yang mulainya begini." Pada akhirnya salah satu alasan yang dapat memelihara hubungan
yang sudah terjalin melalui media sosial adalah terpenuhinya keinginan pribadi pengguna. Dalam hal ini adalah adanya keinginan informan untuk meningkatkan kemampuan menggunakan bahasa Inggris yang dapat sekaligus dilakukan ketika menjalin pertemanan dengan orang dari bangsa lain.
75
Communique, VoL 10, No.
f. Socially Distribution
-
l,
Agustus 2014
penyebaran pesan
Sebelum memutuskan untuk meng-add orang lain sebagai teman di
media sosial biasanya informan akan membaca terlebih dulu keterangan tentang orang tersebut. Keterangan
ini akan menjelaskan siapa dirinya
dan
apa kaitan dirinya dengan informan. Cara yang paling mudah dan cepat
untuk menunjukkan kaitannya dengan informan adalah dengan langsung melihat mutttal fi"iends yang
ad,a
di
Facebook atau follower yang ada di
Twitter. Biasanya dengan melihat siapa yang menjadi mutual friends-nya akan segera diketahui dia berasal dari kelompok teman yang mana. Ada yang
berasal dari kelompok teman yang mengikuti kategori asal pendidikan (SD,
SMP, SMA atau teman kuliah), atau teman yang sebenamya menjadi bagian
dari keluarga besar; kelompok teman yang berasal dari kegiatan di luar sekolah formal (kursus, organisasi sosial) atau yang mempunyai gaya hidup
yang sama (anggota komunitas, hobi dll.); serta kelompok
yang
pertemanannya di media sosial terjadi secara insidentil misalnya teman dari
teman, atau orang yang sama sekali sebelumnya tidak dikenal, tetapi kemudian mengajak berkenalan melalui media sosial. Kategori teman yang paling banyak anggotanya di media sosial adalah teman yang didapat ketika sedang menjalani jenjang pendidikan yang dimulai sejak sekolah dasar hingga saat kuliah. Data juga menunjukkan bahwa hanya sepertiga informan
yang mengizinkan orang tua dan anggota keluarga besar lainnya menjadi teman di media sosial. Hal ini menunjukkan bahwa media sosial memang
lebih diguna[an oleh informan untuk menjalin relasi dengan teman-teman sebaya yang menj adi peer
groupiya dibandingkan untuk menjalin
relasi
dengan keluarga apalagi dengan orang tua. Atau dengan kata lain, pesan
yang disampaikan melalui media sosial umurnnya hanya tersebar pada orang-orang yang berada pada kelompok sosial yang sama, yaitu remaja.
76
Rino F. Boer dan Yuliana Riana P, Penerapan Telmologi Persuasi di Media Sosial
" Ada juga (yang di-add) karena mutual friend-nya banyak nih...jadi pas salah satu temanku ngepost apa...kulihat kok mutual friend-nya banyak eh temyata dia orang Solo juga, tapi nda pemah komentar juga sih...mutual friend-nya juga kebetulan teman-teman yang cukup dekat sama aku itu.."
Hasil temuan ini sekali lagi membuktikan bahwa f,rtur yang ada di Facebook merupakan Keberadaan "mutual
fitur yang dapat
friend' di
mempersuasi pengguna intemet..
Facebook merupakan salah satu fitur
menentu bagi pengguna intemet untuk membuat keputusan terjadinya interaksi di dunia maya. Temuan ini sekaligus menegaskan adanya interaksi aktrf (Active Interaction) pada komponen teknologi persuasi di media sosial.
DISKUSI
'
Persuasive technolog,, mengandaikan bahwa aplikasi keenam
komponen konsep ini akan membuat individu yang tergabung melalui media sosial menjadi lebih mudah untuk diubah sikap maupun perilakunya. Dalam
relasi di media sosial yang didasarkan pada pemikian human-computer interaction yang dikembangkan di dalam konteks masyarakat individualis,
maka kesimpulan dari konsep
ini
bisa
jadi
benar. Dalam masyarakat
individualis, maka keputusan dibuat berdasarkan pertimbangan
secara
individu dan mementingkan nilai yang berlaku bagi individu. Kebaruan dalam penelitian ini adalah bagi masyarakat dengan struktur kolektif seperti
di Indonesia, maka keputusan konsumsi walaupun untuk keperluan individu akan memperhatikan pendapat tidak hanya pertimbangan dari reference group yang terdiri dari teman-teman, tetapi juga dari orang lain termasuk dari orang tua dan keluarga. Pertimbangan orang lain ini menjadi penting kalau bicara media sosial dimana catatan dan rekaman interaksi yang terjadi
antar individu
ini
akan tercatat dan digunakan sebagai dasar yang penting 77
Communique, Vol. 10, No.
l,
Agustus
20ll
sebelum individu memutuskan melakukan konsumsi. Kondisi
ini
disebut
interaksi aktrfl Active Interaction yaitu remaja sebagai pengguna internet memperhatikan pendapat dari reference group seperi teman-teman dan keluarga. Hadimya interaksi aktif sebagai komponen teknologi persuasif di media sosial sesuai dengan kondisi masyarakat Indonesia.
Hal ini karena media habit yang berubah dari remaja yang waktunya semakin sedikit yang digunakan untuk melihat atau mengonsumsi media-
media tradisional dan lebih mengutamakan informasi dan hiburan yang diperoleh melalui media sosial. Persuasi yang berhasil harus juga masuk dan
menggunakan media sosial dengan tujuan membangun percakapan dan
interaksi yang intens dengan para calon pembeli sekaligus sebagai upaya untuk memelihara pelanggan yang sudah ada.
Di sisi yang lain, pembeli remaja khususnya akan lebih kritis untuk menilai kebenaran informasi yang seringkali diklaim oleh penjualnya sehingga remaja akan cenderung akan lebih percaya referensi yang diberikan
oleh orang lain melalui media sosial. Sifatnya yang impersonal membuat
individu menjadi lebih percaya rekomendasi tersebut daripada keterangan yang diberikan oleh perusahaan, sekalipun pesan itu disampaikan dalam bentuk kesaksian dari konsumen sebelumnya. Remaja menganggap sifatnya
yang impersonal sejalan dengan anggapan bahwa tidak ada kepentingan nyata dari orang tersebut sehingga pendapatnya lebih dijamin ketulusannya daripada melalui iklan.
Peningkatan penggunaan media sosial yang
diiringi
dengan
maraknya jual-beli online melalui internet sebenarnya dapat diimbangi
dengan upaya membangun kesadaran individu dan kolektif tentang pentingnya kesadaran konsumsi melalui media sosial. Penekanan pada nilai-
nilai sosial budaya dan kebiasaan yang ditanamkan sejak kecil untuk tidak
78
Rino F. Boer dan Yuliana Riana P, Penerapan Teknologi Persuasi di Media Sosial
bersikap konsumtif menjadi topik menarik yang dapat disampaikan melalui kampanye tentang kesadaran konsumsi yang layaknya juga dibangun melalui media sosial. Menyadarkan kepada segenap pemangku kepentingan yang concern
terhadap generasi muda bangsa
dampak negtif bagi bangsa
ini
ini
bahwa media sosial juga mempunyai
sehingga diperlukan pengawasan dan
pemantauan yang ketat terutama penggunaannya pada remaja. Kemudahari proses pembelian serta tampilan yang sangat menarik di media sosial tentang
objek yang ditawarkan menjadi catatan penting yang harus selalu diperhatikan terutama bagi para orang tua yang anaknya beranjak menjadi remaja.
REFERENSI Abouzeid, Rania et al. (26 Desember
20lll2
Januari 2012). The protester:
from the Arab Spring to Athens from occupy wall street to Moscow. Time Magazine,p.38-63
Baym, Nancy K. (2010). Personal connections in the digital age: digital media and society series. United States: Polity Press. Berg, Bruce L. (2009). Qualitative research methods
for
the social sciences.
Boston : Pearson Education Inc. Borchers, Timothy A. (2005). Persuasion In The Media Age.United States:
McGrawHill. Bostman, R., dan Rogers, c
R. (2010). What's mine is yours: the rise of
oll aborative c onsumpfion. New York: HarperCollins.
Darwin et al. (Mei 2012). Gaya Hidup dan Perilaku Anak Muda Masa Kini. Maj alah Marketeers, h.49 -64.
79
Communique, Vol. 10, No. 1, Agustus
20ll
Fogg, B.J. (2008). Mass interpersonal persuasion: an eorly view of a new phenomenon. Paper presented on Third International Conference on Persuasive technology. Berlin.
(2003). Persuasive technology: using computers to change what we
think and do.
San Fransisco: Morgan Kauffman Publishers.
Fogg, B.J. & Dean, E. (2007). The behavior chain for online participation: how successful web services structure persuasion Paper pr.r"rited on Second International Conference on Persuasive technology.
Guadagno,
R. E., & Cialdini, R. B. (2005). Online persuasion
compliance: Social inJluence on the Internet and beyond.
and
In
Amichai-Hamburger (editor). The social net: The social psychologt
Y.
of
the Internef. New York: Oxford University Press.
Ladjar, A.M. (Oktober 2012). Jumlah followernya mencapai 3 jutaan. Majalah Marketing, edisi lODilI, h.84-85.
Lievrouw. A. Leah dan Livingstone, S. (2006). Handbook of New Media : Social Shaping and Social Consequences of ICTs. p.75
-
87.
Safko, Lon. (2010). The Social Media Bible: Tactics, Tools Canada: John Willey
&
&
Strategt.
Sons, Inc
Wells, Tina. (2011). Chasing youth culture and getting it right. New Jersey: John Wiley
&
Sons, Inc.
l0 Negara dengan Jumlah Pengguna Intemet Terbanyak (2012), dikutip dari http ://www.kompas.com//
80