ABSTRAK
Erika Ismayani (G2B1 14 022), manajemen Usaha Budidaya Udang Vanname (Litopeneaus vannamei) (Studi Kasus Tambak PT. Beroro Jaya Vanname di Kabupaten Konawe Selatan ) atas bimbingan Bahari dan Laode Geo. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Penerapan fungsi-fungsi manajemen usaha budidaya udang vanname. (2) Keragaan tingkat produksi pada usaha budidaya udang vanname Penelitian ini dilakukan di PT Beroro Jaya Vanname di Desa Ranooha Raya. Metode analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis deskriptif yang menggunakan data time series dari 2012-2016. Perusahaan ini menunjukkan bahwa fungsi-fungsi manajemen (perencanaan, organisasi, pelaksanaan dan pengawasan) sangat berpengaruh terhadap pengelolaan usaha budidaya udang. Peningkatan produksi tidak lepas dari manajemen yang baik dalam pengelolaannya semakin lemah penerapan fungsi-fungsi manajemen, produksi semakin rendah, sebaliknya semakin baik penerapan fungsi-fungsi manajemen produksi semakin tinggi. Selain itu menajemen budidaya yang baik seperti kualitas benur, persiapan tambak, manajemen kualitas air, manajemen pakan, manajemen penyakit udang, pemanenan dan pemasaran menjadi penentu keberhasilan usaha ini. Produksi udang vananme selama lima tahun terus memiliki peningkatan, tahun 2012 jumlah produksi pada saat panen mencapai 15.000 kg atau 15 ton dalam 1 kali masa produksi, pada tahun berikutnya mengalami peningkatan sebanyak 5000 kg atau penambahan 5 ton dari tahun sebelumnya. Pada tahun 2014 produksi mencapai 27.000 kg, mengalami kenaikan produksi sebanyak 7.000 kg dari tahun sebelumnya, selanjutnya di tahun 2015 produksi udang vanname mencapai 32.000 kg dan pada tahun 2016 produksi udang mencapai 37.000 kg dengan size 50. Kenaikan rata-rata produksi udang dalam kurun waktu lima tahun mencapai 146,7%, hal ini sejalan dengan tren produksi udang yang terus naik, begitu juga dengan volume ekspor udang yang menunjukkan tren positif. Faktor pendukung peningkatan jumlah produksi dalam usaha budidaya adalah tenaga kerja, luas tambak dan jenis pakan.
Kata Kunci: Manajemen usaha, Keragaan produksi, Budidaya intensif
ABSTRACT
Erika Ismayani (G2B1 14 022), Management of Vanname (Litopeneaus vannamei) Shrimps Cultivating Business (A Case Study if Shrimps Pond of PT. Beroro Jaya Vanname in South Konawe) Supervises by Bahari and Laode Geo. The aims of this study was to analyze: (1) the application of manajerial funcitions in the vanname shrimps cultivating business and (2) the productivity perfmance of vanname shrimps cultivating business. The study was conducted at PT. Beroro Jaya Vanname in the village of Ranooha Raya. Methods of analysis used in the study was a descriptive analysis by considering data of time series from 2012 to 2016. The company indicated that managerial functions (Planing, organizing, actuating and controlling) had a very strong effect on the management of the shrimps cultivating business. The increase productivity was inseparable from the good management. The weaker the implementation of the managerial fuctions, the lower the productivity. In contrast, the better the implementation of the managerial functions, the higher the productivity. In addition, a well-managed cultivation which takes into account the seedlings quality, preparation of pond, management of water quality management animal feeds, management of disease, harvesting and marketing determines the succed of this business. Over the last vife years the productivity of vanname shrimps continued to increase. In 2012 the volume of production at harvesting time reached 15.000 kg or 15 tons in one production period, and increased in the following years by 5.000 kg or an additional 5 tons from the previous year. In 2014 the production leaped to 27.000 kg, which was an increase of 7.000 kg from the previous year, and then in 2015 the proction of vanname shrimps rose to 32.000 kg and in 2016 it jumped to 37.000 kg at the size of 70. The average of increase in the production of shrimps across the five-year period was 146,7%, which was parallel to the upward trend of shrimps production. Likewise, the export volume of shrimps showed a positive trend. Factors that supported increased productivity of the cultivating business were labors, the extent of shrimps pond area, and the types of animalfeeds.
Keywords: Business management, productivity performance, intensive cultivation
MANAJEMEN USAHA BUDIDAYA UDANG VANNAME (Litopeneaus vannamei) (STUDI KASUS TAMBAK PT. BERORO JAYA VANNAME DI KABUPATEN KONAWE SELATAN)
TESIS
OLEH :
ERIKA ISMAYANI G2B1 14 022
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI 2017
MANAJEMEN USAHA BUDIDAYA UDANG VANNAME (Litopeneaus vannamei) (STUDI KASUS TAMBAK PT. BERORO JAYA VANNAME DI KABUPATEN KONAWE SELATAN)
TESIS
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Agribisnis pada Program Studi Agribisnis Program Pascasarjana Universitas Halu Oleo
OLEH: ERIKA ISMAYANI G2B1 14 022
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI 2017 ii
iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama
: Erika Ismayani
Nomor Induk Mahasiswa
: G2B1 014 022
Program Studi
: Agribisnis
Program Pendidikan
: Pascasarjana
Universitas
: Halu Oleo
Menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa tesis yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambil alihan tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri. Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Tesis ini hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut sesuai peraturan yang berlaku.
Kendari,
April 2017
Yang Membuat Pernyataan
Erika ismayani
iv
ABSTRAK
Erika Ismayani (G2B1 14 022), manajemen Usaha Budidaya Udang Vanname (Litopeneaus vannamei) (Studi Kasus Tambak PT. Beroro Jaya Vanname di Kabupaten Konawe Selatan ) atas bimbingan Bahari dan Laode Geo. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Keragaan tingkat produksi pada usaha budidaya udang vanname (2) Penerapan fungsi-fungsi manajemen usaha budidaya udang vanname. Penelitian ini dilakukan di PT Beroro Jaya Vanname di Desa Ranooha Raya. Metode analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis deskriptif yang menggunakan data time series dari 2012-2016. Produksi udang vananme selama lima tahun terus memiliki peningkatan, tahun 2012 jumlah produksi pada saat panen mencapai 15.000 kg atau 15 ton dalam 1 kali masa produksi, pada tahun berikutnya mengalami peningkatan sebanyak 5000 kg atau penambahan 5 ton dari tahun sebelumnya. Pada tahun 2014 produksi mencapai 27.000 kg, mengalami kenaikan produksi sebanyak 7.000 kg dari tahun sebelumnya, selanjutnya di tahun 2015 produksi udang vanname mencapai 32.000 kg dan pada tahun 2016 produksi udang mencapai 37.000 kg dengan size 50. Kenaikan rata-rata produksi udang dalam kurun waktu lima tahun mencapai 146,7%, hal ini sejalan dengan tren produksi udang yang terus naik, begitu juga dengan volume ekspor udang yang menunjukkan tren positif. Faktor pendukung peningkatan jumlah produksi dalam usaha budidaya adalah tenaga kerja, luas tambak dan jenis pakan. Perusahaan ini menunjukkan bahwa fungsi-fungsi manajemen (perencanaan, organisasi, pelaksanaan dan pengawasan) sangat berpengaruh terhadap pengelolaan usaha budidaya udang. Peningkatan produksi tidak lepas dari manajemen yang baik dalam pengelolaannya semakin lemah penerapan fungsifungsi manajemen, produksi semakin rendah, sebaliknya semakin baik penerapan fungsi-fungsi manajemen produksi semakin tinggi. Selain itu menajemen budidaya yang baik seperti kualitas benur, persiapan tambak, manajemen kualitas air, manajemen pakan, manajemen penyakit udang, pemanenan dan pemasaran menjadi penentu keberhasilan usaha ini.
Kata Kunci: Manajemen usaha, Keragaan produksi, Budidaya intensif
v
ABSTRACT
Erika Ismayani (G2B1 14 022), Management of Vanname (Litopeneaus vannamei) Shrimps Cultivating Business (A Case Study if Shrimps Pond of PT. Beroro Jaya Vanname in South Konawe) Supervises by Bahari and Laode Geo. The aims of this study was to analyze: (1) the application of manajerial funcitions in the vanname shrimps cultivating business and (2) the productivity perfmance of vanname shrimps cultivating business. The study was conducted at PT. Beroro Jaya Vanname in the village of Ranooha Raya. Methods of analysis used in the study was a descriptive analysis by considering data of time series from 2012 to 2016. The company indicated that managerial functions (Planing, organizing, actuating and controlling) had a very strong effect on the management of the shrimps cultivating business. The increase productivity was inseparable from the good management. The weaker the implementation of the managerial fuctions, the lower the productivity. In contrast, the better the implementation of the managerial functions, the higher the productivity. In addition, a well-managed cultivation which takes into account the seedlings quality, preparation of pond, management of water quality management animal feeds, management of disease, harvesting and marketing determines the succed of this business. Over the last vife years the productivity of vanname shrimps continued to increase. In 2012 the volume of production at harvesting time reached 15.000 kg or 15 tons in one production period, and increased in the following years by 5.000 kg or an additional 5 tons from the previous year. In 2014 the production leaped to 27.000 kg, which was an increase of 7.000 kg from the previous year, and then in 2015 the proction of vanname shrimps rose to 32.000 kg and in 2016 it jumped to 37.000 kg at the size of 70. The average of increase in the production of shrimps across the five-year period was 146,7%, which was parallel to the upward trend of shrimps production. Likewise, the export volume of shrimps showed a positive trend. Factors that supported increased productivity of the cultivating business were labors, the extent of shrimps pond area, and the types of animalfeeds.
Keywords: Business management, productivity performance, intensive cultivation
vi
RIWAYAT HIDUP
Erika Ismayani dilahirkan di Anduonohu pada tanggal 24 Maret 1986, anak ke lima dari Lima orang bersaudara dari pasangan La Tema (Alm) dan Wa Ode Maha (Almh) Menempuh pendidikan tingkat dasar di SDN 1 Poasia Kota Kendari (Tamat 1998), kemudian melanjutkan pendidikan ke SLTP Negeri 5 Kendari (Tamat 2001). Tahun 2001 penulis melanjutkan pendidikan ke SMA Negeri 2 Kendari sampai tahun 2004. Kemudian pada tahun 2004 melanjutkan pendidikan S1 di Universitas Halu Oleo pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Jurusan Biologi Program Studi Biologi dan meraih gelar sarjana (S.Si) pada tahun 2009. Tahun 2014 penulis melanjutkan pendidikan S2 pada Program Pasacasarjana Universitas Halu Oleo Program studi Agribisnis, menikah dengan Laode Nasman, S.Hut pada tanggal 19 November 2016 dan untuk memperoleh gelar magister, penulis menyusun
tesis dengan judul “Manajemen Usaha
Budidaya Tambak Udang Vanname (Litopeneaus vannamei), Studi Kasus pada PT. Beroro Jaya Vanname di Kabupaten Konawe Selatan”
Kendari,
Penulis
vii
April 2017
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji dan syukur kepada Allah SWT atas segala Rahmat, Taufik dan Karunia-Nya hingga penelitian dan penulisan tesis ini dapat terselesaikan Penghargaan dan terima kasih penulis berikan kepada Prof. Dr.Ir. Bahari, M.S dan Dr. Laode Geo, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah membantu dan meluangkan waktu untuk memberikan masukan hingga selesainnya tesis ini, dan kepada Prof. Dr. Ayub Padangaran, M.S., Dr. Ir. Yusnaini DEA, Dr. Ine Fausayana, SE., M.Si, dan Dr. Ir. Muhammad Arief Dirgantoro, M.Si selaku dosen penguji yang memberikan masukan dan arahan bagi perbaikan penulisan Tesis ini. Serta ucpan terima kasih kepada: 1.
Rektor Universitas Halu Oleo untuk fasilitas dan kemudahan selama mengikuti proses studi di Program Pascasarjana universitas Halu Oleo
2.
Direktur Program Pascasarjana Universitas Halu Oleo untuk kemudahan dan motivasi selama menempuh proses studi
3.
Ketua Program Studi Agribisnis yang sabar menghadapai semua keperluan dan memberikan solusi-solusi serta kebijakan-kebijakan yang memudahkan mahasiswa selama menempuh pendidikan
4.
Terima kasih kepada Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan yang telah memberikan izin dan memberikan arahan untuk melanjutkan Pendidikan di Pascasarjana Universitas Halu Oleo
5.
Seluruh dosen pengajar Program studi memberikan
ilmu pengetahuan
magister agribisnis yang telah
kepada penulis dan segenap civitas
viii
akademika Program Pascasarjana Universitas Halu Oleo yang telah memberikan pelayanan selama penulis melaksanakan studi 6.
Sahabat-sahabatku Asmariani, S.Pi., MP., Rista Nursavista, S.Pi., MP., La Ode Abdul Rahman S.Pi, Alfi Kusuma Admaja, S.Pi., M.Si, La Boi, S.Pi., yang memberikan bantuan selama penelitian ini berlangsung.
7.
Teima kasih kepada Bapak Suwondo Wijaya sebagai pemilik perusahaan, Drs. Nasir selaku manager serta seluruh karyawan perusahaan PT. Beroro jaya Vanname yang telah bersedia menerima peneliti dan
memberikan
informasi dengan baik serta kerjasamanya selama penelitian berlangsung 8.
Teman-teman Program Studi Agribisnis Angkatan 2014 Nyoman Darsana, SP.,MP, Muh. Oby Kasmin. SP., MP, Tika Evita Kadang, SP, Finayah Akhirul. SE, Ibtizam Hasan.,SP, MP Masrati.,SP, Seffyan Haendratno, S.Pi., MP, Hastuti, SP, Ihlas Landu. S.TP., MP , Iksal SP, Wa De Megawati., SP, MP, Irwan Genda SP, MP, Ashri Salam, S.Pi, Setyawati Gama. SP, Reni Neswati. SP., MP, Nur Zulhiyah. SE, Suratmin. SP, Ivan Yama Putra. SP, Abdul Aman Ega. SP, Cica Frisca.,S.P, dan Hasniati., S.Si., MP
atas
kebersamaan dan motivasi yang diberikan kepada penulis. Teristimewa kepada kedua orang tuaku La Tema (Alm) dan Waode Maha (Almh) yang telah memberikan kasih sayangnya kepada penulis dan telah berjuang keras, dan tak pernah lelah demi kehidupan dan pendidikan anak-anaknya semoga Allah Azza Wa Jalla memberikan tempat Terindah dan Terbaik di sisi-Nya Amin serta kedua mertua yang tidak henti-hentinya memberikan doa untuk penulis. Terima kasih kepada keluargaku Sahrir,
ix
S.Ag., Wa Iba, S.Pi., M.App.Sc., PhD, Ratna, Rabanna, SE, Anton Tema, Indriyati, Aty, S.Pd, Ismail Sari, S.Pi, Ilmi Nur Wulan, Moehammad As’ad, Akhmad Fauzan, Izza Rayesha Fauzia, Tiara Ramadhani, Damayanti, Aisyah Zulfaira Sari, Nabilah, Amelia Khanza, Riski Ramadhan, Anidya Farisa yang telah memberikan bantuan moril dan materi selama penulis mengikuti studi. Kepada yang tercinta suamiku La Ode Nasman, S.Hut atas segala pengertian, dukungan dan bantuannya selama masa studi sampai terselesainya tesis ini. Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna dan penulis berharap karya ini dapat bermanfaat bagi semua orang. Amin Ya rabbal’Alamin
Kendari,
Penulis
x
April 2017
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ………………………………………………………….
i
HALAMAN JUDUL ……………………………………………………………
ii
HALAMAN PENGESAHAN ……………………….…………………………
iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ………………………….…………..
iv
ABSTRAK ………………………………………………….…………………..
v
ABSTRACT ……………………………………………….……………………
vi
RIWAYAT HIDUP… ………………………………………………………….
vii
KATA PENGANTAR …………………………………………………………
viii
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………
xi
DAFTAR TABEL ………………………………………………………………
xiii
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………………
xiv
DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………………
xv
I. PENDAHULUAN ……………………………………………………………
1
1.1 Latar belakang ………………………………………………………
1
1.2 Rumusan Masalah …………………………………………………….
10
1.3 Tujuan Penelitian ……………………………………………………… 12 1.4 Manfaat Penelitian …………………………………………………….
13
II. TINJAUAN PUSTAKA …………………………………………………….
14
Usaha Budidaya Tambak ……………………………………………..
14
2.2 Budidaya Tambak Udang Vanname Secara Intensif …………………
15
2.3 Input Produksi Budidaya Tambak Udang Vanname……………….…
18
2.4 Manajemen Usaha …………………………………………………….
19
2.5 Konsep Pendapatan ……………………………………………………
22
2.6 Fungsi Manajemen ……………..…………………………………….
26
2.7 Marfologi dan Kebiasaan makan udang vanname.…………………….
31
2.1
xi
2.8 Manajemen Budidaya Udang …………………………………………
34
2.9 Penelitian Terdahulu ………………………………………………….
45
III. KERANGKA PEMIKIRAN ………………………………………………
49
IV. METODE PENELITIAN …………………………………………………..
53
4.1 Tempat dan Waktu Penelitian …………..…………………..………….
53
4.2 Populasi dan Responden Penelitian ……………………..…..……..…..
53
4.3 Variabel Penelitian …………………………………..………………….
53
4.4 Jenis data dan Teknik Pengumpulan ……………………………………
54
4.5 Teknik Analisis Data …………………………………………………...
55
4.6 Definisi Operasional ……………………………………………….…..
55
HASIL DAN PEMBAHASAN …………………………………………….
58
5
5.1 Profil Usaha …………………………………………………………... 58
6
5.2 Latar Belakang Berdirinya Usaha ……………………………………..
59
5.3 Sumberdaya Lahan, air dan Iklim ………………………………….…
61
5.4 Penerapan fungsi-fungsi Manajemen …………………………………
62
5.5 Manajemen Budidaya ………………………………………………..
77
5.6 Produksi dan Pemasaran ……………………………………………..
96
5.7 Sarana dan Prasarana Perusahaan …………………………………...
100
5.8 Keragaan Tingkat Produksi …………………………………………
104
KESIMPULAN DAN SARAN …………………………………………
122
6.1 Kesimpulan ………………………………………………………………. 122 6.2 Saran …………………………………………………………………….
123
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………
124
LAMPIRAN …………………………………………………………………..
130
xii
DAFTAR TABEL Tabel
Halaman
1.1
Produksi Udang Windu dan Udang Vanname pada 15 provinsi di Indonesia…………………………………………
5
2.1
Perkembangan produksi udang budidaya tambak di Sulawesi Tenggara udang vanname Tahun 2011-2015 (Ton)….…………
14
2.2
Batasan tingkat sistem budidaya udang.………………………
35
2.3
Produksi Budidaya Udang Vanname pada dua level dua protein yang berbeda ………………………………………..
40
5.1
Target Produksi berdasarkan lima tahun terakhir pada PT. Beroro Jaya Vanname .............................................................
65
5.2
Target input-input produksi Tahun 2012-2016 pada PT. Beroro Jaya Vanname................................................ ...............................
65
5.3
Uraian kerja dan rata-rata curahan waktu kerja karyawan tambak udang vanname PT. Beroro Jaya Vanname dalam 1 periode......
75
5.4
Pengukuran Kualitas Air pada PT. Beroro Jaya Vanname dengan teknologi intensif .........................................................................
89
5.5
Parameter Kualitas Air Pemeliharaan pada tingkat teknologi yang berbeda .............................................................................
91
5.6
Perhitungan dan ketentuan panen parsial pada PT. Beroro Jaya Vanname...................................................................................
98
5.7
Daftar harga jual udang vanname Tahun 2012-2016 ..............
100
5.8
Biaya usaha budidaya udang vanname pada Lahan seluas 5,5 Ha dan Lama Pemeliharaan 120 Hari pada tahun 2016 ..................
105
5.9
Data-data perkembangan produksi dalam beberapa siklus selama lima tahun terakhir ........................................................................
107
5.10
Target dancapaian Input Produksi pada PT.BeroroJaya Vanname
108
5.11
Kualifikasi pendidikan tenaga kerja di PT.Beroro Jaya Vanname
111
Kriteria keahlian SDM dalam budidaya udang teknologi intensif
111
xiii
DAFTAR GAMBAR Gambar
Halaman
2.1
Morfologi Udang Vanname .........................................
33
3.1
51
5.1
Kerangka Pikir Manajemen Usaha Budidaya Udang vanname..................................................................... . Struktur organisasi PT. Beroro Jaya Vanname ...............
5.2
Proses aklimatisasi ........................................................
86
5.3
Kenaikan produksi udang vanname di PT. Beroro Jaya Vanname Tahun 2012-2016 ...........................................
106
xiv
70
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran
Halaman
1
Peta Lokasi penelitian .................................................
117
2
Dokumentasi Kegiatan Penelitian di PT. Beroro Jaya vanname ......................................................................
118
xv
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Perubahan lingkungan global yang berdampak pada pertumbuhan pasar dan perdagangan internasional, mengharuskan setiap pelaku bisnis yang ingin memenangkan persaingan didalam dunia industry memberikan perhatian terhadap kualitas agar organisasi dapat berjalan secara efektif.
penuh
Untuk bisa
mendapatkan produk dan jasa yang memiliki mutu dan kualitas yang baik, perusahaan sangat bergantung pada kinerja manajemen dalam melaksanakan fungsifungsi
manajemen
yaitu,
perencanaan,
pengorganisasian,
pelaksanaan
dan
pengawasan. Usaha dalam bidang perikanan memerlukan
kecakapan manajemen agar
usaha dapat menguntungkan. Manajemen dipandang sebagai faktor manusia yang mempunyai pengaruh kepada keberhasilan usaha. Secara umum manajemen adalah proses yang dilakukan untuk mewujudkan tujuan melalui rangkaian kegiatan berupa perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian sumber daya manusia dan sumberdaya alam. Manajemen sangat diperlukan dalam suatu usaha, sebaik apapun potensi yang kita miliki jika tidak diikuti oleh manajemen yang baik maka hasilnya kurang baik, sebaliknya jika potensi yang kita miliki biasa saja namun dilakukan manajemen yang baik maka hasilnya akan lebih baik. Manajemen juga diperlukan dalam tata kelola bisnis perikanan, agar bisnis dapat berjalan dengan lancar dan mendapatkan hasil yang diharapkan.
2
Manajemen
menentukan
keefektifan
dan
efisiensi
kegiatan-kegiatan
organisasi. Menurut Peter drucker, efisiensi ditekankan pada melakukan pekerjaan dengan benar sedangkan efektif adalah melakukan pekerjaan yang benar. Efektif mengacu pada pencapaian tujuan sedangkan efisien mengacu pada sumber daya minimum untuk menghasilkan keluaran (output) yang telah ditentukan.
Dalam
manajemen yang pertama adalah efektif kemudian efisien. Jadi dalam organisasi dalam hal ini dunia usaha bidang perikanan membutuhkan manajemen terutama untuk 2 hal terpenting: (1) pencapaian tujuan secara efektif dan efisen dan mempunyai keunggulan daya saing dalam menghadapi persaingan global. Manajemen adalah suatu rangkain proses yang meliputi kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan, evaluasi dan pengendalian dalam rangka memperdayakan seluruh sumber daya organisasi/perusahaan, baik sumberdaya manusia (human resource capital) modal (financial capital), material (land,natural resource or rawmaterials) maupun teknologi secara optimal untuk mencapai tujuan organisasi/perusahaan. Usaha yang dilakukan tanpa adanya manajemen yang baik tentunya dapat menurunkan tingkat produksi dari suatu usaha, dewasa ini banyak usaha tambak yang dilakukan masyarakat Indonesia yang mengalami penurunan akibat tidak adanya prinsip manajemen perusahaan yang mereka terapkan dalam usahanya. Selain itu dari segi manajemen lingkungan banyak lahan tambak yang ditinggalkan dan dibiarkan tanpa ada pengelolaan lebih lanjut, sehingga mengakibatkan menurunnya
3
quantitas tambak akibat kurangnya pengelolaan dan pengetahuan yang cukup sehingga menyebabkan lahan tambak untuk budidaya menjadi tandus. Tambak merupakan suatu wadah budidaya yang digunakan untuk budidaya baik ikan maupun berbagai jenis udang. Pembesaran
udang dalam tambak
merupakan hal yang telah sering dilakukan oleh pembudidaya baik skala tradisional, semi intensif dan intensif.
Suatu usaha budidaya, pasti akan ditemui beberapa
kendala atau hambatan. Kendala dalam usaha budidaya udang vanname seringkali terbentur pada kurang terkontrolnya aspek-aspek teknis budidaya (Haliman dkk, 2005).
Aspek-aspek teknis dari usaha budidaya, antara lain : komoditas yang
dibudidayakan, pakan alami dan pakan buatan yang dimanfaatkan, penanganan hama atau penyakit, kontrol kualitas air, pola budidaya, pemupukan dan pengapuran, panen dan pasca panen. Ditjen Perikanan Budidaya (2014) menjelaskan bahwa produksi perikanan budidaya akan meningkat dengan kenaikan pencapaian target produksi
sebesar
353%, dimana hal ini didasari oleh masih luasnya potensi lahan perikanan budidaya di Indonesia, pasar yang sangat potensial, banyaknya komoditas yang dapat dibudidayakan dan tersedianya teknologi.
Data mencatat
pemanfaatan lahan
budidata untuk tambak masih sangat luas dengan potensi wilayah sebsar 2.963.717 ha yang baru dimanfaatkan sekitar 22,18% atau sekitar 657.436 ha. Pengembangan usaha perikanan pada dasarnya merupakan proses usaha manusia untuk memanfaatkan sumberdaya hayati dan sumberdaya perairan melalui kegiatan penangkapan maupun kegiatan budidaya. Seiring dengan pengembangan
4
sumberdaya manusia, pemanfatan modal, penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi, pengembangan produk, peningkatan pendapatan dan peningkatan devisa negara, perlu adanya dukungan yang disertai dengan upaya-upaya pemeliharaan dan pelestarian sumberdaya hayati. Dua alasan utama yang sangat mendasar mengapa sektor perikanan menjadi fokus pemerintah yaitu (1) Sumberdaya perikanan di Indonesia sangat melimpah, (2) Sumberdaya perikanan ekonomi yang tinggi.
merupakan sumberdaya yang memiliki nilai gizi dan Hasil produk perikanan dan kelautan, diantaranya udang
merupakan primadona yang berpotensi ekspor, bahkan devisa negara dari hasil perikanan lebih dari 50% berasal dari komoditas udang. Terdapat dua komoditas udang yang menjadi andalan, yaitu udang windu dan udang vanname (Amri, dkk). Produksi udang nasional sebagian besar merupakan udang vanname yang mencapai 85% (Argina, 2013). Kementerian perikanan dan kelautan memperkirakan kebutuhan udang vanname di Amerika serikat sebesar 560.000 – 570.000 ton/tahun, jepang sebanyak 420.000 ton/tahun dan uni eropa sekitar 230.000 – 240.000 ton/tahun. Direktorat Jendral Perikanan Budidaya pada tahun 2013, kemudian menjelaskan, produksi udang vanname sebesar 500.000 ton/tahun, hasil tersebut belum mencapai semua kebutuhan
pasar dunia, maka pada tahun 2014 target
produksi udang vanname di tingkatkan menjadi 699.000 ton/tahun agar dapat memenuhi kebutuhan pasar dunia walau tidak semua terpenuhi
5
Wilayah Indonesia produksi udang tersebar pada daerah yang memiliki pesisir pantai, Produksi udang tersebut terdapat di beberapa daerah di Indonesia, berikut adalah 15 provinsi sentral produksi udang windu dan vanname Tabel. 1.1. Produksi udang windu dan Udang vanname pada 15 provinsi di Indonesia Produksi Udang Windu (Ton) Provinsi Jawa Barat
2 013 27,860
2 014 * 34,511
Produksi Udang Vaname (Ton)
Provinsi Lampung Nusa Tenggara Sulawesi Selatan 15,319 16,036 Barat Sulawesi Tengah 22,403 11,890 Jawa Timur Sumatera Jawa Timur 9,842 11,036 Selatan Kalimantan Timur 10,758 10,877 Jawa Barat Aceh 5,621 7,241 Jawa Tengah Sulawesi Kalimantan 13,275 5,120 Tenggara Barat Jawa Tengah 33,580 5,079 Sulawesi Selatan Kalimantan Sulawesi 4,758 4,853 Selatan Tenggara Sumatera Utara 9,627 4,680 Sumatera Utara Sumatera Selatan 5,641 4,631 Gorontalo Kalimantan Barat 1,865 2,892 Maluku Sulawesi Barat 1,898 2,462 Sulawesi Barat Lampung 2,791 1,537 B a l i Sulawesi Utara 390 1,487 D.I. Yogyakarta Sumber : Statistik Dinas Perikanan dan Kelautan, 2014
2 013 72,051
2 014 * 78,985
56,960
76,808
47,150
52,951
40,016
39,758
61,633 13,872
39,402 30,600
39,092
28,972
8,542
15,247
18,369
12,802
19,791 996 2,065 1,138 2,932 812
10,728 6,310 4,000 3,915 3,104 3,000
Tabel diatas tergambar bahwa beberapa sentral produksi udang windu tingkat produksinya masih lebih tinggi dari tahun 2013 yakni provinsi Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Jawa Tengah, Sumatera Utara, Sumatera Selatan dan Lampung. Sementara untuk komoditas udang vaname beberapa provinsi yang menjadi sentra
6
juga ada yang belum melebihi data tahun 2013 adalah provinsi Sumatera Selatan, Jawa Barat, Kalimantan Barat, Sulawesi Tenggara, dan Sumatera Utara. Komoditas udang windu penurunan angka produksi terbesar adalah provinsi Jawa Tengah. Tahun 2013 provinsi Jawa Tengah memproduksi udang windu sebesar 33.580 ton sementara pada tahun 2014 ini produksinya baru mencapai 5.079 ton. Penurunan produksi yang cukup besar juga terjadi pada provinsi Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah dan Sumatera Utara. Sementara komoditas udang vaname yang mengalami penurunan cukup besar adalah Jawa Barat dengan penurunan produksi sebanyak hampir setengahnya. Produksi udang vanname Jawa Barat pada tahun 2013 mencapai 61.633 ton sementara di tahun 2014 mencapai 39.402 ton. Selain Jawa Barat, provinsi sentra yang juga mengalami penurunan cukup besar adalah provinsi Sumatera Utara dan Sulawesi Tenggara. Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2013 produksinya mencapai 19.791 ton dan di tahun 2014 produksinya sebesar 10.728 ton. Sedangkan provinsi Sulawesi Tenggara pada tahun 2013 produksi mencapai 18.369 ton dan di tahun 2014 produksinya sebesar 12.802 ton. Menurunnya angka produksi pada sentral-sentral tersebut di atas menyebabkan turunnya produksi udang secara nasional. Apalagi beberapa daerah tersebut diatas mengalami penurunan yang cukup besar dibandingkan dengan tahun sebelumnnya sehingga mempengaruhi data secara nasional. Penyakit menyebabkan hancurnya industry perudangan nasional dari hulu hingga hilir. Tambak udang dibiarkan terlantar oleh pemiliknya setelah berulang-
7
ulang memanen kegagalan. Tahun 1997, tambak terlantar di Jawa mencapai 70%. Sebagian besar unit-unit pembenihan (hatchery) rakyat terbengkalai, perusahaan pakan udang menghentikan produksi, cold storage tidak memperoleh pasokan dan eksportir menghentikan usahanya.
Berbagai upaya telah banyak dilakukan oleh
pemerintah maupun oleh pihak swasta atau pelaku
pertambakan sendiri dalam
mengatasi masalah tersebut, salah satu upaya yang dilakukan pemerintah adalah penyediaan bibit udang yang tahan terhadap perubahan lingkungan yang sudah di sebar dibeberapa hatchery yang ada di indonesia, sedangkan dari bidang manajemen usaha para petambak Departemen kelautan dan Perikanan melakukan bimbingan cara menghitung keuangan yang baik agar mampu mengontrol pengeluaran yang berlebihan dan dianggap bisa merugikan bagi usaha tambak serta dapat berpikir lebih efisien. Produksi benur udang vanname dirilis sejak awal tahun 2003 oleh sejumlah hatchery, terutama di Situbondo dan Banyuwangi (Jawa Timur). Budidaya uji coba dilakukan dan memperoleh hasil yang cukup memuaskan.
Setelah melalui
serangkaian penelitian dan kajian, akhirnya pemerintah secara resmi melepas udang vanname sebagai varieteas unggul pada 12 juli 2003 melalui SK menteri KP No.41/2001. Keunggulan yang dimiliki Udang vanname merupakan peluang yang baik untuk membangkitkan industri udang nasional.
Karena itu Udang vanname
merupakan salah satu spesies udang yang menjadi pilihan bagi program revitalisasi perikanan. Strategi pengembangan udang nasional diarahkan untuk budidaya Udang
8
vanname. Produksi udang nasional tahun 2013 mencapai 635.589 ton, terdiri atas produksi udang windu senilai 178,583 ton, udang vanname 386,314 ton dan udang lainya senilai 74,692 ton (Data statistik Kementerian Kelautan dan Perikana 2013). Hal ini menunjukkan produksi Udang vanname lebih besar dibandingkan dengan produksi udang windu dan udang lainnya.
Jumlah produksi budidaya tambak di
Provinsi Sulawesi Tenggara pada tahun 2013 mencapai 86,506 ton (Laporan Data statistik Dinas Kalutan dan Perikanan Provinsi Sulawesi Tenggara, 2013). Usaha budidaya tambak udang vanname di Konawe Selatan sudah mengalami perkembangan,
mengingat
pemerintah
kabupaten
konawe
selatan
terus
mengembangkan banyak program perikanan dalam budidaya. Mulai dari rumput laut, teripang, pohon bakau, udang windu serta yang paling terkenal ikan kerapu dan udang vaname. Budidaya sektor perikanan dipilih karena konawe selatan mempunyai garis pantai terpanjang di Sulawesi Tenggara yaitu 400 km, dengan sepuluh pulau kecil di sekitarnya (Dinas Kelautan dan Perikanan Konawe Selatan, 2013). Fenomena dalam dunia tambak udang di Sulawesi Tenggara saat ini adalah banyak petambak yang lebih memilih berbudidaya dengan padat tebar yang rendah, karena kebanyakan mengalami keterbatasan dalam modal kerja, dan semakin menurunnya kualitas lingkungan yang ditandai dengan mulai munculnya beberapa penyakit. Dengan padat tebar yang rendah juga mengurangi resiko kegagalan dan otomatis mencegah terjadinya kerugian besar. Kegiatan budidaya udang vanamei merupakan jenis usaha perikanan yang hampir semua proses produksinya dapat ditargetkan sesuai dengan keinginan, sejauh
9
manusia dapat memenuhi persyaratan pokok dan pendukung kehidupan serta pertumbuhan yang optimal dari udang vanamei tersebut. PT Beroro Jaya Vanname (BJV) yang terletak
di Desa Ranooha Raya
Kecamatan Moramo ini sudah berdiri sejak tahun 2006.
Melihat
bagaimana
perusahaan ini dikelola dengan baik dan cukup lama sehingga terus menerus dapat memproduksi dan mengekspor udang vanname secara berkala, jika dibandingkan dengan usaha budaya udang di daerah-daerah lainnya yang hanya bertahan pada tahun pertama saja, selebihnya melakukan pemanenan dengan tidak serentak atau hanya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, banyak faktor yang menyebabkan suatu usaha tidak mampu berjalan sebagaimana yang diinginkan salah satu faktor yaitu
kurangnya manajemen usaha, manajemen budidaya maupun penanganan
setelah panen. Dalam suatu usaha diperlukan suatu manajemen yang baik yang terintegrasi dan saling menunjang dalam pelaksanaanya, karena dengan manajemen yang baik akan didapat suatu penetapan dan pencapaian sasaran-sasaran usaha. Dalam suatu perusahaan, manajemen mempunyai arti mengatur, dimana pengaturan dilakukan melalui proses dan diatur berdasarkan urutan dari fungsi-fungsi manajemen. Manajemen itu sangat penting karena pekerjaan yang berat dan sulit untuk dikerjakan sendiri, sehingga diperlukan pembagian tugas dan tanggung jawab dalam penyelesaiannya, manajemen yang baik pada suatu perusahaan atau budidaya dapat berhasil sebab manajemen merupakan suatu pedoman dalam pikiran dan tindakan yang akan diambil dalam suatu pengambilan keputusan. Berdasarkan hal tersebut
10
menarik untuk mengetahui bagaimana proses penerapan fungsi-fungsi manajemen dalam usaha budidaya
yang dilakukan dalam perusahaan tersebut, disamping itu
menarik juga mengetahui bagaimana keragaan tingkat produksi udang vanname dalam penerapan fungsi-fungsi manajemen dengan baik. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian lebih lanjut guna mendapatkan informasi yang lebih mendetail yang nantinya bisa menjadi acuan bagi pembudidaya lainnya yang ada di Sulawasi Tenggara.
1.2
Rumusan Masalah Pengusaha-pengusaha yang bergerak dalam usaha ekspor hasil perikanan di
Indonesia, lebih memilih untuk melakukan transaksi jual-beli pada komoditas udang vanname ketimbang mengekspor udang jenis lainnya.
Hal ini disebabkan
ketersediaan bahan baku yang tersedia lebih mudah dan banyak dibanding udang jenis lainnya. Melihat potensi pasar yang dimiliki udang vanname membuat permintaan pasar akan ekspor lebih tinggi setiap tahunnya mestinya membuat para petambak yang ada di Sulawesi Tenggara khususnya Kecamatan Moramo berlomba-lomba untuk mencapai target pasar dari komoditas tersebut. Tetapi pada kenyataannya banyak petambak di Kecamatan Moramo yang membiarkan lahan tambak menjadi tandus dan tidak diolah karena masyarakat beralih profesi, mengakibatkan tidak tercapainya target ekspor udang yang diharapkan oleh pemerintah. Pada beberapa informasi yang didapatkan dari kepala Dinas Perikanan dan
11
kelautan kendari, menjelaskan potensi tambak udang di Sulawesi Tenggara saat ini mencapai 15-17 ribu hektare namun yang dikelola baru mencapai 50-60%. Aspek produksi menghadapi persoalan efisiensi dalam kombinsasi penggunaan faktor produksi diukur dengan produktivitas. Aspek distribusi terkait dengan produk tambak yang cepat rusak, menghadapi lokasi produksi jauh dari konsumen akhir, sarana jalan sering longsor, mahalnya harga bahan bakar membuat stabilitas harga tidak menentu, dan memerlukan kemampuan manajemen. Chen (2000) berpendapat bahwa kesuksesan suatu budidaya perairan tergantung
pada: (1) Pengendalian siklus reproduksi suatu organisme budidaya
secara lengkap; diketahui genetik induk dengan baik, dan penentuan (diagnosa) penyakit serta pencegahan terjadinya penyakit yang dilakukan secara cermat; (2) Penyediaan air yang cukup dengan kualitas baik dan pemahaman yang benar berdasarkan fisiologi lingkungan serta kondisi nutrisi dan; (3) Aplikasi teknik manajemen inovatif. Usaha yang dilakukan pada pembudidaya perikanan dimana tingkat produksi dan tingkat biaya dipengaruhi secara langsung oleh teknologi, jumlah dan jenis faktor produksi yang digunakan serta harga faktor produksi.
Usaha budidaya udang
vanname, produksi maksimum dan yang menguntungkan bagi pembudidaya apabila nilai biaya yang dikeluarkan optimal. Pendapatan yang tinggi selalu diharapkan bagi pembudidaya dalam menjalankan usahanya.
Untuk mendapatkan pendapatan
maksimum pembudidaya harus dapat meningkatkan produksi dan dapat menekan biaya produksi. Oleh karena itu dibutuhkan manajemen yang baik bagi pembudidaya
12
untuk bisa mengatur dan mengelola usahanya agar bisa mengefisienkan biaya serta membantu suatu usaha agar bisa terus berproduksi sepanjang tahun. Kabupaten Konawe Selatan adalah salah satu kabupaten yang mendapat perhatian oleh pemerintah dalam pengelolaan bidang perikanan dalam hal budidaya (rumput laut, karamba, tambak dan lainnya). Untuk bisa menghasilkan produk yang bisa bersaing dengan negara lain tentu saja dalam setiap kegiatan budidaya itu perlu melakukan manajemen yang baik agar suatu usaha bisa berjalan dengan baik. Salah satu pembudidaya yang melakukan budidaya secara intensif adalah di desa Ranooha Raya Kecamatan Moramo Kabupaten Konawe Selatan. Produksi budidaya yang dilakukan telah membuat kegiatan budidaya udang vanname ini mampu menembus pasar ekspor dan berlangsung sejak 10 tahun lamanya dan terus mengalami peningkatan produksi setiap tahunnya. Berdasarkan uraian di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini antara lain sebagai berikut: 1.
Bagaimana penerapan fungsi-fungsi manajemen usaha budidaya udang vanname di PT Beroro Jaya Vanname
2.
Bagaimana keragaan tingkat produksi pada usaha budidaya udang vanname PT Beroro Jaya Vanname
2.
Tujuan Penelitian Tujuan penelitian manajemen usaha budidaya udang vanname adalah untuk : 1. Mengetahui penerapan fungsi-fungsi manajemen usaha budidaya udang vanname di PT Beroro Jaya Vanname
13
2. Mengetahui keragaan tingkat produksi pada usaha budidaya udang vanname di PT Beroro Jaya Vanname 1.4 Manfaat Penelitian 1. Diharapkan sebagai bahan informasi dan masukan bagi penentu kebijakan usaha udang vanname 2. Diharapkan sebagai bahan untuk mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan manajemen produksi usaha budidaya udang vanname 3. Diharapkan sebagai bahan kepustakaan dalam memperkaya wawasan pengetahuan dengan manajemen produksi udang vanname
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Budidaya Tambak Soeseno (1983) budidaya merupakan kegiatan usaha produksi suatu komoditi. Budidaya ikan meliputi budidaya ikan kolam air tawar dan tambak air payau. Saat ini budidaya ikan tidak hanya kolam air tawar dan tambak air payau tapi juga budidaya di laut dan jarring apung di waduk atau danau. Tambak adalah membendung air dengan pematang sehingga terkumpul pada suatu tempat dan dijadikan tempat pemeliharaan ikan, udang atau hewan laut lainnya. Perkembangan produksi udang vanname di Sulawesi Tenggara juga berfluktuasi setiap tahun.
Pada Tabel 2.1, produksi udang vanname tahun 2011
mencapai 813.056,13 ton dan pada tahun 2012 produksi udang 8.334,28 ton hal ini mengalami penurunan akibat terkenanya penyakit udang kemudian tahun 2013 produksi kembali meningkat begitupun dengan tahun 2014 dan 2015. Tabel 2.1. Perkembangan Produksi Udang Budidaya tambak di Sulawesi Tenggara Tahun 2011-2015 (Ton) Tahun Jenis Udang 2011 2012 2013 2014 2015 Udang Windu 8.795,91 10.050,91 13.275,62 7.960,53 6.610,03 Udang Vanname 13.056,13 8.334,28 18.368,72 31.808,08 25.768,96 Sumber: Statsitik Dinas Perikanan dan Kelautan Sulawesi Tenggara 2016 Tambak merupakan kolam yang dibangun di aderah pasang surut dan digunakan untuk memelihara bandeng, rumput laut, rajungan, kepiting, udang laut dan hewan lainnya yang dapat hidup di air payau. Pada tambak air yang masuk
15
kedalam tambak sebagian besar berasal dari laut saat terjadi pasang. Keberhasilan usaha pertambakan sangat ditentukan oleh ketetapan pemilihan lokasi.
Lokasi
tambak harus menjanjikan masa depan yang baik untuk budidaya secara berkelanjutan.
Untuk memperoleh lokasi yang tepat bagi usaha ini, perlu
memperhaitikan faktor tehnis, ekonomi dan sosial (Sudarmo, 1992). Udang vanname merupakan salah satu jenis hasil perikanan budidaya tambak di Sulawesi tenggara. Budidaya tambak udang vanname dilakukan secara tradisional, semi intensif, intensif dan super intensif. Secara umum hal-hal yang diperhatikan dalam budidaya tambak udang vanname secara tradisional, semi intensif, intensif maupun super intensif adalah penetapan lokasi tambak, kontruksi tambak dan persiapan tambak. 2.2 Budidaya Tambak Udang Vanname secara Intensif Penggunaan teknologi maju dalam proses pembangunan pertanian maupun perikanan merupakan salah satu syarat mutlak untuk pembangunan tersebut (Mosher, 1985). Penggunaan teknologi yang digunakan dalam proses pembangunan perikanan termaksud perikanan budidaya di lahan tambak tidak akan terlepas dari adanya perubahan kemajuan teknologi terutama jika diinginkan adanya perubahan menuju kemajuan perikanan itu sendiri. Hal ini dapat terlihat salah satunya dengan adanya perbedaan tingkatan penggunaan teknologi yang diterapkan masyarakat pembudidaya udang di lapangan mulai dari tradisional hingga intesif. Perbedaan tingkat penggunaan teknologi dalam pelaksanaan perikanan budidaya udang akan terlihat dengan intensitas penggunaan input produksi dalam
16
budidaya udang tersebut. Input utama yang dapat digunakan sebagai indikasi tingkat penggunaan aerator dalam pelaksanaan budidaya udang tersebut.
Teknologi
tradsional lebih mengutamakan penggunaan pakan alami dan biasanya dilakukan tanpa adanya proses aerasi air tambak.
Sebaliknya pada budidaya udang secara
intensif banyak digunakan pakan komersil dan penggunaan aerasi menjadi syarat pokok dalam budidaya udang. Teknologi budidaya udang menurut Amri (2003) terbagi menjadi tiga tingkatan, yaitu teknologi sederhana atau ekstensif. Teknologi ekstensif penggunaan air semata-mata bergantung pada pakan alami yang ditumbuhkan dengan pemupukan, pada teknologi intensif pemberian pakan berlebihan dan tidak mengacu pada kebutuhan optimal dapat menimbulan konversi pakan yang tinggi, sehingga mengakibatkan tingginga biaya produksi (Poernomo, 1988). Penggunaan pakan dan air paling banyak pada teknologi budidaya udang secara intensif, sedangkan pada teknologi udang semi intensif penggunaan pakan dan air jauh lebih sedikit dibandingkan intensif. Perbedaan teknologi ini selanjutnya akan berimplikasi terhadap pembiayaan yang diperlukan dalam pelaksanaan kegiatan budidaya udang secara tradisional dibandingkan teknologi intensif.
budidaya udang.
Dalam hal ini
lebih sedikit memerlukan pembiayaan
Oleh karena itu tingkat produksi udang yang
dihasilkan juga berbeda. Dari segi kualitas produksi budidaya udang secara intensif dapat dipastikan menghasilkan lebih banyak daripada budidaya udang yang dihasilkan denggan penggunaan teknologi yang tradisional.
17
Produksi tinggi merupakan tujuan dari budidaya udang secara intensif untuk memenuhi kebutuhan pasar akan udang. Salah satu ciri budidaya intensif adalah padat penebaran yang tinggi, brings et al (2004) menyebutkan kepadatan tinggi yaitu lebih dari 150 ekor/m2, selanjutnya stumer et al (19912) menyatakan bahwa udang vanname dapat ditebar dengan kepadatan 50-200 ekor/m2. Padat penebaran udang yang dibudidayakan berpengaruh terhadap kebutuhan pakan, ruang gerak dan oksigen, yang selanjutnya akan berpengaruh terhadap kualitas media pemeliharaan, pertumbuhan dan kelangsungan hidup udang. Dunia tambak udang vanname, khususnya dengan pola intensif, dihadapkan pada dua pilihan target. Target pertama adalah untuk mencapai tonese yang besar dari populasi yang banyak atau mencapai tonase yang tidak terlalu besar namun dengan populasi udang yang sedikit artinya ukuran udang lebih besar. Budidaya udang vanname intensif memiliki porsi rasio lahan 4:6, yang artinya 40% diperuntukkan untuk petak tendon dan 60% untuk petak pemeliharaan. Ciri-ciri tambak intensif yaitu petak tambak berbentuk teratur dan ketinggian air didalam kolam lebid dari satu meter. Pada budidaya vanname system intensif, air didalam tambak harus mengalir cukup deras dengan arus air sebanyak 29-39 liter/detik untuk setiap hektar tambak, sehingga harus menggunakan pompa. Budidaya udang vanname dengan teknologi maju juga sering disebut dengan budidaya intensif.
Pada system budidaya ini tidak dilakukan pemupukan atau
pemupukan hanya dilakukan ketika penebaran benur.
Pakan yang disediakan
sepenuhnya mengupa air yang gunakan pakan buatan yang bentuk, ukuran dan
18
dosisnya disesuaikan dengan ukuran dan stadium udang. Penggantian air yang teratur dengan volume yang memadai mutlak diperlukan dalam budidaya system intensif. Sehingga pompa air mutlak diperlukan.
Sementara itu, utnuk meningkatkan
kandungan oksigen terlarut dalam air tambak perlu digunakan aerator, misalnya kincir air (Paddle wheel). Padat penebaran antara 150.000 ekor/ha/musim sampai dengan 300.000 ekor/ha/musim atau lebih. Masa pemeliharaan benur selama 4 bulan. Dari 200.000 ekor benur menghasilkan produksi sekitar 4.000 kg/ha/musim (Amri dan Kanna, 2008) Erlangga (2012) menjelaskan pada tambak intensif, tambak treatment digunakan sebagai penampungan air yang sifatnya sementara, yakni 1-2 minggu sebelum dialirkan ke tambak pembesaran atau tambak budidaya air yang digunakan berupa air yang bersala dari main inlet dan umumnya masih memiliki salinitas yang tinggi. Tambak treatment pada tambak-tambak intensif memiliki luas 0,5-0,7 untuk setiap tambak pembesaran. Tambak intensif memiliki 2 buah tambak treatment yang digunakan secara bergantian. 2.3 Input Produksi Budidaya Tambak Udang Vanname Keberhasilan kegiatan usaha tani tambak sangat ditentukan oleh besarnya penggunaan input dan output yang diterima oleh petani tambak tersebut. Penggunaan input meliputi: luas lahan, tenaga kerja,penggunaan faktor-faktor produksi, modal yang digunakan, manajemen dan unsur sosial budaya. Sedangkan output terdiri dari: bunga tanah, sewa tanah, bunga modal, penyusutan, upah pajak serta beban sosial. Selanjutnya dikatakan pula bahwa dengan mengetahui hubungan antara input dan
19
output itu akhirnya akan muncul dalam penilaian atau selisih anatar input output dengan sebutan hubungan antara input dan output adalah menghitung penghasilan bersih dari usahatani tambak, Tohir (1983). Usaha budidaya tambak udang vanname membutuhkan faktor-faktor input untuk berproduksi. Input produksi sering disebut sebagai faktor produksi, faktor produksi pada budidaya udang vanname berupa benur, pakan dan lama periode pemeliharaan udang vanname.
Benur merupakan bibit udang yang akan
dibudidayakan, usia benur ditebar antara 3-7 hari. Pakan udang yang digunakan dalam membudidayakan udang vanname adalah pakan pellet dan pakan pakan alami. Bahan bakar yang digunakan untuk mesin sirkulasi air tambak, bahan bakar berupa solar dan tenaga listrik dan suplay oksigen berupa kincir angin. Pembudidaya udang vanname sebagian besar yang membudidayakan udang secara intensif mengelola tambak menggunakan tenaga kerja yang diberi upah setiap bulan. Pengelolaan usahatani tambak bagi petambak atau pengusaha adalah kemampuan dalam menentukan dan mengkoordinasikan faktor-faktor produksi perikanan untuk hasil dan pendapatan yang lebih baik. 2.4 Manajemen Usaha Manajemen adalah suatu proses atau aktivitas pendayagunaan berbagai sumberdaya yang tersedia dalam perusahaan oleh manajer, untuk mencapai tujuan perusahaan.
Terdapat 4 kata kunci berdasarkan pengertian ini yaitu proses atau
aktivitas, manajer, sumberdaya dan tujuan. Dimana Proses atau aktivitas merupakan pekerjaan-pekerjaan yang harus dilakukan secara berurutan dan kontinyu dalam
20
perusahaan agar apa yang menjadi tujuan perusahaan dapat dicapai.
Kegiatan-
kegiatan tersebut dikelompokkan kedalam empat kelompok pekerjaan yang disebut fungsi-fungsi manajemen.
Fungsi-fungsi manajemen yang dimaksud adalah
Planning (Perencanaan), Organizing (Pengorganisasian), Actuating (Pelaksanaan) dan Controling (pengawasan).
Keempat fungsi manajemen tersebut dijalankan
secara berurutan dan merupakan siklus yang tidak terputus antara satu dengan lainnya sepanjang perusahaan masih berjalan. Sumberdaya yaitu benda atau barangbarang dan jasa-jasa bernilai ekonomi yang tersedia didalam
suatu perusahaan.
Jenis-jenis sumberdaya dalam suatsu perusajaan antaralain adalah : Uang, bahan, mesin atau peralatan, tenaga manusia, pasar dan informasi atau keterangan. Manajer adalah orang yang ditunjuk atau dipilih oleh pemilik perusahaan untuk memimpin perusahaan. Pada umumnya pemimpin-pemimpin dalam suatu perusahaan dibagi dalam tiga tingkatan yaitu : Manajer Puncak (top manager) yaitu pemimpin tertinggi dalam perusahaan, manajer menengah (midle manager) yaitu
sekelompok orang
yang masing-masing memimpin devisi atau bagian-bagian tertentu dalam perusahaan dan manajer rendah (lower manager) yaitu kepala-kepala bagian atau seksi-seksi di dalam perusahaan. Tujuan yaitu apa yang ingin dicapai oleh perusahaan dalam jangka waktu tertentu (Padangaran, 2014). Manajemen adalah cara untuk mencapai tujuan melalui pengorganisasian berbagai sumberdaya yang tersedia dalam perusahaan. Sedangkan produksi adalah setiap usaha manusia baik secara langsung maupun tidak langsung untuk menghasilkan barang dan jasa untuk kebutuhan manusia. Oleh karena itu secara
21
sederhana manajemen produksi adalah merupakan aspek yang sangat penting dalam pengelolaan suatu usaha. Manajemen produksi memilki dampak menyeluruh dan terkait dengan berbagai fungsi seperti fungsi personalia, keuangan, penelitian dan pengembangan, pengadaan dan penyimpanan (Umar, 2003). Pengertian manajemen yang telah dijelaskan oleh beberapa ahli diatas, dapat di tarik kesimpulan bahwa manajemen merupakan suatu pedoman dalam melakukan suatu usaha yang dimana dalam manajemen itu sendiri mampu mengarahkan bagaimana suatu usaha itu bisa dilakukan untuk bisa menghasilkan produksi yang optimal bagi usahawan dan dapat berkesinambungan. Dalam penerapan manajemen proses produksi sangat berpengaruh terhadap suatu usaha, dimana proses produksi pada umumnya membutuhkan berbagai jenis faktor produksi.
Downey (1987)
menerangkan faktor-faktor produksi tersebut dapat diklasifikasikan menjadi faktor produksi tenaga kerja, modal, dan bahan baku. Dalam manajemen produksi, faktorfaktor produksi dikombinasikan dalam jumlah dan kualitas tertentu, selanjutnya dikatakan bahwa manajemen produksi memerlukan perencanaan yang cermat sedangkan faktor pertimbangan yang terlibat, antara lain adalah lokasi, fasilitas, ukuran pabrik, tata letak, pembelian, persediaan dan pengendalian produksi. Sofjan Assauri (2003) mengemukakan bahwa: Manajemen produksi adalah kegiatan untuk mengatur dan mengoordinasikan penggunaan sumber-sumber daya yang merupakan sumber daya manusia, sumber daya alat dan sumber daya dana serta bahan, secara efektif dan efisien untuk menciptakan dan menambah kegunaan (utility) suatu barang atau jasa. Berdasarkan pada pengertian manajemen produksi yang
22
ditelah dijelaskan diatas, dapat dismpulkan bahwa manajemen produksi merupakan proses
pemanfaatan sumberdaya
dalam proses transformasi bahan mentah dan
tenaga kerja menjadi berbagai produk atau jasa yang berguna sebagai usaha untuk mencapai sasaran dan tujuan organisasi yaitu untuk memperoleh laba (profit) yang maksimum dari sumberdaya yang dimilikinya. Ruang lingkup manajemen suatu perusahaan mencakup 6 aspek, yaitu1) Aspek bentuk dan struktur organisasinya, 2) Aspek keuangan dan perbelanjaannya, 3) Apek personalia atau sumberdaya manusianya, 4) Aspek Proses produksi dan operasinya, 5) aspek pemasarannya, dan 6) Aspek sistem informasi dan pengendaliannya. Ke enam aspek ini dikaji berdasarkan fungsi-fungsi manajemen yaitu planning, organizing, actuating dan controlling dengan memperhatikan hubungan satu sama lainnya sehingga tidak terjadi ketidaksinambungan antara satu aspek dengan aspek lainnya, sebagai contoh, struktur organisasi akan menentukan jumlah dan kompetensi personil yang diperlukan, yang selanjutnya akan menentukan anggaran belanja pegawai. Dan dimana ketiga hal ini kemudian akan berdampak pula pada produktivitas, kelancaran pemasaran dan juga dalam hal pengendalian perusahaan secara keseluruhan (Padangaran, 2014). 2.5 Konsep Pendapatan Pendapatan
merupakan balas jasa dari kerja sama faktor-faktor produksi
lahan, tenaga kerja dan pengelolaan. Soekartawi (2002) mendefinisikan pendapatan sebagai selisih penerimaan dan semua biaya. Setiap kegiatan usahatani bertujuan agar mencapai produksi dalam bidang pertanian dan pada akhirnya produksi tersebut
23
akan dinilai dengan uang yang diperhitungkan dari nilai produksi setelah dikurangi dengan biaya yang telag dikeluarkan selama masa
produksi.
Konsep ini yang
dikenal dengan konsep pendapatan usahatani. Pendapatan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam menentukan laba atau rugi suatu usaha. Laba atau rugi diperoleh dengan melakukan perbandingan antara pendapatan dengan beben atau biaya yang dikeluarkan atas pendapatan tersebut. Pendapatan dapat digunakan sebagai ukuran dengan menilai keberhasilan suatu usaha dan juga faktor yang menentukan keberlangsungan suatu usaha. Tingkat pendapatan merupakan indikator dari keberhasilan yang diperoleh dari setiap usaha budidaya. Jhingan (2003) menyatakan bahwa pendapatan adalah penghasilan berupa uang selama periode tertentu. Pendapatan dapat diartikan sebagai semua penghasilan yang menyebabkan bertambahnya kemampuan, baik yang digunakan untuk konsumsi maupun untuk tabungan, pendapatan tersebut dapat digunakan untk memenuhi keperluan hidup dan untuk mencapai kepuasan. Selanjutnya Soeharjo dan Patong (1973) menjelaskan pendapatan sebagai balas jasa dan kerjasama faktor-faktor produksi lahan, tenaga kerja, modal, dan pengelolaan. Sedengkan secara harfiah pendapatan dapat didefinisikan sebagai sisa dari pengurangan nilai penerimaan yang diperoleh dengan biaya yang dikeluarkan. Menurut hernanto (1989), keberhasilan suatu usahatani tambak tidak terlepas dari faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhinya.
Pertama adalah faktor di
dalam usahatani (intern) itu sendiri yang meliputi pengelola, tanah usahatani, tenaga kerja, modal dan tingkat teknologi. Kedua faktor diluar (ekstern) yang meliputi
24
ketersediaan sarana angkutan dan komunikasi, aspek-aspek yang menyangkut pemasaran hasil dan input usahatani tambak, fasilitas kredit dan penyuluhan bagi petani. Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi pertanian (perikanan) meliputi: Tanah, modal dan tenaga kerja. Tanah sebagai faktor produksi merupakan pabrik hasil-hasil perikanan, yaitu tempat dimana produksi kegiatan dan dari mana produksi keluar. Dalam usahatani berfungsi sebagai tempat dimana tumbuhan, ternak dan hewan air dipelihara. Modal adalah barang atau uang yang bersama-sama faktor lainnya seperti tanah dan tenaga kerja dapat menghasilkan barang baru. Pengertian modal dalam tulisan ini hanya terbatas pada uang tunai, alat-alat budidaya dalam bahan perlengkapan produksi yang diperlukan dalam proses produksi perikanan. 2.5.1 Luas Lahan Tambak Luas lahan adalah keseluruhan wilayah yang menjadi tempat penanaman atau mnegerjakan proses penanaman, luas lahan menjamin jumlah atau hasil yang akan diperoleh petani tambak (Mubyarto, 1995).
Jika luas lahan meningkat maka
pendapatan petani tambak akan meningkat, demikian juga sebaliknya.
Sehingga
hubungan antara luas lahan dengan pendapatan saling keterkaitan. Luas lahan tambak mempengaruhi skala usahatani yang pada akhirnya mempengaruhi tingkat efisiensi suatu usahatani tambak yang dijalankan. Seringkali dijumpai kasus makin luas lahan yang dipakai dalam suatu usaha semakin tidak efisien penggunaan lahan tersebut. Ini didasarkan pada pemikiran bahwa lahan yang luas mengakibatkan upaya melakukan tindakan yang mengarah pada segi efisiensi
25
menjadi berkurang karena: 1) Lemahnya pengawasan pada faktor produksi seperti bibit, pupuk, obat-obatan, tenaga kerja dan faktor produksi lainnya, (2) Terbatasnya persediaan tenaga kerja didaerah tersebut, yang pada akhirnya mempengaruhi tingkat efisiensi usaha tambak. 3) Terbatasnya persediaan modal untuk membiayai usaha dalam skala besar. Sebaliknya pada lahan yang sempit, upaya pengawasan faktor produksi akan semakin baik, namun luas lahan yang sempit, cenderung menghasilkan usaha yang tidak efisien pula, akibat penggunaan faktor-faktor produksi yang berlebihan. produktivitas tambak pada lahan yang terlalu sempit lebih rendah bila dibandingkan dengan produktivitas tambak pada lahan yang luas. 2.5.2 Tenaga Kerja Prijono (1981) dalam Pellokila (1993), menyatakan tenaga kerja adalah penduduk dalam usia kerja. Secara singkat tenaga kerja didefinisikan sebagai jumlah seluruh penduduk dalam suatu wilayah tertentu yang dapat memproduksi barang dan jasa. Faktor produksi tenaga kerja sangat menentukan tingkat keberhasilan suatu usaha. Petani dalam menjalankan usahataninya tidak hanya menyumbangkan tenaga (labor), tetapi juga bertindak sebagai seorang pemimpin (manajer) usahatani yang mengatur organisasi produksi secara keseluruhan.
Selanjutnya dijelaskan bahwa
tingkat pendidikan dan pengalaman berusahatani sangat menentukan kualitas tenaga kerja (Mubyarto, 1994). Sunardi (2003), umumnya tenaga kerja menggunakan tenaga kerja tetap dan tenaga kerja tidak tetap. Proporsi penggunaan tenaga kerja tidak tetap lebih besar dibandingkan dengan tenaga kerja tetap. Tenaga kerja tetap digunakan pada tahap
26
perawatan sedangkan tenaga kerja tidak tetap banyak digunakan pada tahap persiapan dan pemanenan. Hubungan tenaga kerja dengan pendapatan bahwa tenaga kerja mempunyai keterkaitam terhadap pendapatan petambak dengan melihat kebutuhan akan tenaga kerja pada lahan tambak tersebut. Tenaga kerja berperan penting dalam sebuah perusahaan karena dapat membantu produktivitas perusahaan.
Menurut
Rukasah (1974) dalam Hernanto (1991), dalam setahun tenaga kerja pria bekerja selama 300 hari kerja, tenaga wanita bekerja selama 220 hari kerja dan tenaga anak bekerja selama 140 hari kerja. 2.6 Fungsi Manajemen Manajemen adalah sebuah proses yang dilakukan untuk mewujudkan tujuan melalui rangkaian kegiatan berupa perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian sumber daya manusia dan juga sumber daya alam. Dalam melakukan kehidupan sehari hari kita sebenarnya tidak akan pernah lepas dari suatu manajemen, baik itu dunia pekerjaan, pendidikan, kesehatan, penelitian dan lain lain. Sebaik apapun potensi yang kita miliki tetapi jika tidak di ikuti oleh manajemen yang baik maka hasilnya kurang baik, sebaliknya jika potensi kita biasa biasa saja tetapi jika di atur oleh manajemen yang baik maka hasilnya akan lebih baik. Demikian pula dalam dunia tata kelola bisnis perikanan, manajemen diperlukan agar bisnis dapat berjalan lancar dan mendapatkan hasil yang diharapkan. Fungsi POAC sendiri dalam suatu organisasi adalah untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi suatu organisasi dalam pencapaian tujuannya.
27
Manajemen adalah seni untuk mencapai hasil yang diinginkan secara baik dengan sumberdaya yang tersedia bagi organisasi. Manajemen dapat pula diartikan sebagai suatu cara untuk mengendalikan organisasi secara efektif dan efisien. Secara sederhana manajemen merupakan formulasi strategi yang menggambarkan keinginan dan tujuan yang sesungguhnya dan mampu mengukur, mengevaluasi dan memberikan umpan balik kinerja organisasi.
Manajemen itu sendiri terdapat
beberapa fungsi sebagai bagian dari proses manajemen. Menurut (Hernowo, 2001) Fungsi-fungsi itu antara lain sebagai berikut : 1. Planning (Perencanaan), dalam suatu perusahaan merupakan pendekatan yang rasional dan merupakan salah satu dari fungsi manajemen yang paling utama karena perencanaan berhubungan dengan pemilihan sasaran/tujuan, starategi, kebijakan, program dan prosedur pencapaian dalam suatu keputusan 2. Organizing (Pengorganisasian), dalam hal ini pengaturan struktur melalui penentuan kegiatan untuk mencapai tujuan perusahaan secara keseluruhan sehingga dilakukan pengelompokkan kegiatan berdasrkan tugas dan wewenang masing-masing. Fungsi-fungsi organisasi antara lain struktur pembagian kerja dan penetapan tujuan. 3. Actuating (Menggerakkan pelaksana), merupakan suatu kegiatan agar semua anggota kelompok akan sadar dalam melakukan tugasnya dengan berpedoman pada perencanaan dan pengorganisasian perusahaan.
Fungsi menggerakkan
pelaksana pada suatu usaha pembesaran udang vaname terdiri dari beberapa aspek antara lin intensif dan kompensasi yang sesuai.
28
4. Controlling (Pengawasan) yaitu merupakan monitor, mengevaluasi dan menilai sejauh mana kegiatan berjalan sesuai rencana sehingga diperlukan sistem control yang tepat Handoko Hani (1999) menjelaskan kegiatan perencanaan pada dasarnya melalui empat tahap sebagai berikut : 1. Menetapkan tujuan atau serangkaian tujuan 2. Merumuskan keadaan saat ini 3. Mengidentifikasikan segala kemudahan dan hambatan 4. Mengembangkan rencana atau serangkaian kegiatan untuk pencapaian tujuan Perencanaan memiliki beberapa manfaat diantaranya membantu manajemen untuk menyesuaikam diri dengan perubahan-perubahan lingkungan, memungkinkan manajer memahami keseluruhan gambaran operasi lebih jelas, membantu penempatan tanggung jawab lebih tepat, memberikan cara pemberian perintah untuk beroperasi, memudahkan dalam melakukan koordinasi diantara berbagai bagian organisasi, membuat tujuan lebih khusus, terperinci dan lebih mudah dipahami, meminimkan pekerjaan yang tidak pasti dan menghemat waktu, usaha dan dana. Perencanaan didalamnya terdapat 9 pokok yang harus direncanakan dalam memulai suatu usaha yaitu: (1). Modal ditentukan berapa jumlah dan waktu penggunannya, (2) Manusia ditentukan jumlah serta komposisi kualifikasinya, (3) Mesin atau alat, ditentukan jenis, jumlah dan kapasitanya, (4) Material atau bahan, yang ditentukan jumlah dan kualitasnya, (5) Masa (waktu) yang diatur untuk setiap
29
jenis kegiatan, (6) Metode untuk melaksanakan berbagai kegiatan harus ditentukan, (7) Market, tempat untuk memasarkan hasil harus sudah direncanakan, (8) Manatenance atau pemeliharaan alat dan mesin yang sudah harus direncanakan waktu, serta teknik pelaksanaannya, dan (9) Measuremant atau ukuran-ukuran yang akan digunakan dalam pelaksanaan kegiatan yang sudah ditentukan lebih dahulu. Dalam pengorganisasian ada 4 pokok yang harus dikerjakan yaitu, (1) mengelompokkan pekerjaan-pekerjaan yang diperlukan dalam rangka mencapai tujuan, (2) memilih orang yang dianggap mampu melaksanakan masing-masing kelompok pekerjaan dianggap mampu melaksanakan masing-masing kelompok pekerjaan,
(3)
Memberi
tugas
kepada
orang-orang
sesuai
keahlian
dan
keterampilannya dan (4) Menjadwalkan pekerjaan yakni menentukan apa yang akan dikerjakan, kapan dan dimana akan dikerjakan. Untuk pelaksanaan (actuating) mencakup 7 bagian yaitu (1) Memberi petunjuk bagaimana suatu pekerjaan akan dilaksanakan, (2) Mengumpulkan informasi yang berkaitan dengan bahan, teknologi, produk dan pasar, (3) Mengatur ketersediaan dana yang diperlukan untuk membiayai pekerjaan, (4) Menyiapkan dan memberi bahan-bahan yang dibutuhkan dalam perusahaan, (5) Memproses bahan-bahan yang disediakan, (6) Memotivasi karyawan untuk bekerja dengan tekun dan melaksanakan tugasnya serta (7) Memasarkan hasil perusahaan.
Dalam pengendalian (Controling) terdapat 4 hal penting yaitu (1)
Mendeteksi ada tidaknya penyimpangan antara apa yang dilaksanakan dengan rencana yang ada, (2) Meluruskan atau memperbaiki kembali hal-hal yang menyimpang, (3) Menilai efisiensi dan efektifitas penggunaan sumberdaya serta (4)
30
Mengukur proses dan hasil yang dicapai pada setiap tahapan rencana (Padangaran, 2014). Aspek utama yang penting diperhatikan dan memerlukan manajemen yang tepat antara lain sebagai berikut : a. Aspek produksi : dalam aspek ini, kegiatan manajemen diterapkan pada proses produksi.
manajemen mencakup perencanaan produksi dan
pengendalaian proses produksi.
selama proses produksi berlangsung,
kegiatan manajemen diperlukan dalam pengambilan keputusan untuk menentukan persiapab dan proses produksi, baik jangka pendek, menengah atau panjang, dengan demikian diharapkan pengusaha dapat berproduksi lebih efisien b. Aspek pemasaran: Manajemen pemasaran mencakup kegiatan untuk mendistribusikan hasil produksi ke tangan konsumen. Melakukan manjemen pemasaran yang baik, sebuah perusahaan akan menentukan kelompok masyarakat yang menjadi sasaran pemasaran, melihat ada tidaknya persaingan, dan menentukan strategi pemasaran yang harus di jalankan c. Aspek keuangan: Manajemen keuangan meliputi kegiatan mengelola keuangan dalam suatu usaha. Didalamnya sudah termasuk pula cara mendapatkan dan cara mengalokasikan dana untuk suatu rangkaian usaha atau bisnis (Tim Penebar swadaya, 2007). Harmaizar Z (2012) menjelaskan usaha dalam kehidupan sehari-hari bisa diartikan sebagai upaya manusia untuk melakukan sesauatu guna mencapai tujuan
31
tertentu. Usaha atau dapat juga disebut suatu perusahaan adalah suatu bentuk usaha yang melakukan kegiatan secara tetap dan terus menerus dengan tujuan memperoleh keuntungan, baik yang diselenggarakan oleh perorangan maupun badan usaha yeng berbentuk badan hukum atau tidak berbentuk badan hokum, yang didirikan dan berkedudukan di suatu daerah dalam suatu Negara. 2.7 Morfologi dan Kebiasaan makan udang Vanname 2.7.1 Taksonomi Udang Vannamei Perairan Indonesia menyimpan banyak jenis udang, dan samapai saat ini para ahli perikanan memperkirakan ada 300 spesies.
Nama yang populer dan sudah
banyak diketahui masyarakat adalah udang kemang (Penaeus semisulkatus), udang putih (Penaeus marquiensis), Udang Vanname (Litopeneaus vannamei), udang jari (Penaeus indicus longirastris), udang api-api (Metapenaeus monoceros), udang belang (Perapenaeopsis sculptilis), udang barong, (Panulirus versicolor), udang rebon (Sergestidae), udang windu (Penaeus monodon), (Soetomo, 2002). Udang vanname merupakan komoditas pengganti udang windu yang sensitif tehadap beberapa jenis virus. Udang vanname memiliki beberapa keunggulan, yaitu : (1) pakan yang diberikan kandungan proteinnya lebih rendah dibanding dengan pakan udang windu, sehingga harga pakannya lebih murah; (2) Produktifitasnya tinggi, karena kelangsungan
hidup (survival ratenya) tinggi; (3) Lebih mudah
dibudidayakan, tidak serumit budidaya udang windu; (4) Waktu pemeliharaannya relatif pendek; (5) Relatif lebih tahan penyakit dibanding udang windu; (6) Pertumbuhannya cepat hingga mencapai size 20; (7) Pertumbuhan permingggu bisa
32
mencapai 3 gram, meski kepadatnnya mencapai 300 ekor/m2; (8) Tahan hidup pada kisaran salinitas rendah; (9) Induknya sudah dapat didomestikasi, sehingga saat ini, telah dihasilkan induk yang tahan penyakit (spesific phatogen resistant, SPR) dan bebas penyakit (Spesifik phatogen free, SPF); (10) Rasa udang yang tumbuh pada salinitas tinggo kandungan asam amino bebasnya lebih tinggi, hingga rasa dagingnya manis (Ghufran dan Khordi, 2007). Halimah dan Adijaya (2006) menyatakan Udang Vanname memiliki nama atau sebutan yang beragam di masing-masing negara, seperti whiteleg shrimp (Inggris), crevette pattes blances (Perancis), dan Camaron patiblanco (Spanyol). Udang Vanname biasa juga disebut sebagai udang putih yang masuk kedalam famili penaidea. Anggota famili ini menetaskan telurnya di luar tubuh setelah telur dikeluarkan oleh udang betina. Bentuk tubuh yaitu terbagi menjadi dua bagian antara lain : bagian kepala dan dada (cephalothorax), badan (abdomen) dan ekor. Sedangkan bagian-bagian tubuhnya terdiri dari rostum, sepasang mata, sepasang antenna, sepasang antenula, tiga buah maxipiled, lima pasang kaki jalan (periopoda), lima pasang kaki renang (pleopoda), sepasang telson dan uropoda. Udang vannamei mempunyai rostum yang menyerupai lengan pada bagian ujung chepalothorax di atas mata dan antenula (Rismiyati, 2012). Taksonomi udang vannamei adalah sebagai berikut : Kingdom
: Animalia
Subkingdom : Metazoa Filum
: Arthopoda
33
Subfilum
: Crustaceae
Kelas
: Malacostraca
Subkelas
: Eumalacostrata
Ordo
: Decapoda
Subordo
: Dendrobrachiata
Famili
: Penaeidae
Genus
: Litopenaeus
Spesies
: Litopenaeaus vannamei (Boone, 1931)
2.1. Morfologi Udang Vannamei (Sumber: Rusmiyati 2012) Secara biologi udang vanname memiliki Ciri-ciri sebagai berikut : Warna bening kecoklatan atau kehitam-hitaman, kulit licin, lebih tipis dari udang windu, jika stres berwarna putih kapas, meloncat jika ada kejutan cahaya, kanibalisme rendah, tempat hidup di dasar dan melayang dalam air (dapat ditebar dengan kepadatan tinggi > 100 ekor/m3, suka menaduk dasar kolam,kebutuhan kadar protein 30-32% dan nafsu makan sangat rakus namun fluktuatif. Kelebihan dari udang Vanname ini yaitu cara budidaya relatif lebih mudah, relatif tahan terhadap penyakit, harga jual relatif tinggi dan produktifitas tinggi (Sa’adah, 2010).
34
2.7.2 Kebiasaan makan udang Vannamei Udang vanname termasuk golongan hewan omnivora yaitu memakan segala baik bahan hewani maupun nabati. Beberapa sumber makanannya antara lain udang kecil (rebon), fitoplankton, copepoda, polychaeta, larva kerang dan lumut. Udang mempunyai sifat nokturnal, artinya udang
aktif bergerak mencari
makan pada suasana yang gelap atau redup. Bila sinar terlalu cerah, udang akan diam berlindung di dasar perairan. Oleh karena itu udang perlu diberi pakan lebih banyak pada sore dan malam hari. Sedangkan saat siang hari, hanya sedikit pakan yang dibutuhkan. Pada umumnya krustacea bersifat kanibal yaitu memangsa sesama jenis yang lebih lemah kondisinya. Misalnya udang yang sedang dalam proses molting atau ganti kulit seringkali dimakan oleh udang lain. Udang berukuran lebih kecil dimakan oleh udang besar terutama dalam keadaan kurang makan (Suryanto, & Takarina 2009). Udang vanname memiliki rostrum yang bergigi 8-9 pada bagian atas dan 2 – 4 pada bagian bawah. Udang ini merupakan anggota dari subgenus Litopenaeus karena udang betinanya memiliki thelycum terbuka, tanpa seminal receptacle (Wyban & Seminal receptacle (Wyban & Sweeney ; Brock & main, 1994). 2.8. Manajemen Budidaya Udang Vaname Kegiatan yang dilakukan dalam pembesaran udang vanname menurut Mukti dkk. (2006): meliputi pengadaan benih, penebaran, meningkatkan produksi pakan alami, pemberian pupuk buatan, kontrol terhadap hama, parasit atau penyakit, pasca panen, pemasaran, monitoring dan evaluasi serta analisis usaha Adapun sistem
35
budidaya udang yang dikenal sekarang ada 3 tingkatan, yaitu budidaya ekstensif (tradisonal), semi intensif dan intensif. Seperti yang terlihat pada tabel 2.1, tentang batasan sistem budidaya udang di tambak yang memilki beberapa faktor penentu dalam menentukan tingkatan sistem budidaya seperti pakan, pengelolaan air, padat penebaran, ukuran petak tambak dan produksi Tabel 2.2 Batasan tingkat sistem budidaya udang Tingkat sistem budidaya Ekstensif Semi intensif Pakan Alami Alami + pakan Tambahan Pengelolaan air Pasang surut Pasang surut + pompa Padat penebaran 1.000-10.000 10.000-50.000 ekor/ha/musim ekor/ha/musim Ukuran petak 3-20 ha 1-5 ha tamak Produksi 100-500 500-1.000 kg/ha/tahun kg/ha/tahun Sumber : Suyanto RS dan M. Ahmad, 2001
Intensif Pakan formula lengkap Pompa + aerasi 100.000-600.000 ekor/ha/musim 0,1-1 ha 2.000-20.000 kg/ha/tahun
Pelaksanaan kegiatan budidaya di udang vanname di tambak dibagi menjadi beberapa tahap, tahap ini meliputi : persiapan tambak, penebaran benur, pemberian pakan, pengelolaan
kualitas air, pengelolaan kesehatan udang dan
pemanenan.
Udang merupakan salah satu perikanan budidaya yang sangat sensitif dengan tingkat kerugian terbesar jika terjadi kesalahan padan kinerja perawatannya, sehingga dibutuhkan
tingkat
ketelitian
yang
pembudidayaannya (Simajuntak, 2014).
tinggi
dan
perlakuan
khusus
dalam
36
2.8.1 Persiapan Lahan Pembangunan tambak pada umumnya dipilih di daerah sekitar pantai, khususnya yang mempunyai atau dipengaruhi sungai besar, sebab banyak petambak beranggapan, bahwa dengan adanya air payau akan memberikan pertumbuhan ikan/udang yang lebih baik dari pada air laut murni.
Secara umum
wilayah
intertidal, merupakan daerah yang sangat mempengaruhi bisa tidaknya tambak beroperasi dendan sukses.
Pemilihan
lokasi tambak sangat penting untuk
menentukan bisa tidaknya suatu lokasi dibangun pertambakan, yang meliputi topografi, elevasi, pasang surut, kualitas tanah, kualitas air dan vegetasi (BPAP, 2004). Persiapan tambak bertujuan untuk meningkatkan kualitas lingkungan dan produktivitas lahan dengan mengeliminir faktor-faktor yang tidak mendukung kelangsungan hidup udang dan mengoptimalkan beberapa faktor yang memberikan dukungan bagi pertumbuhan dan kelangsungan hidup udang. Uraian kegiatan ini mencakup pekerjaan konstruksi secara umum, persiapan dasar tambak ( Murdjani, 2007). Konstruksi tambak harus didahului dengan kegiatan penyusunan rencana kerja yang matang agar dicapae efisiensi dan penggunaan dana serta daya sehingga memperoleh hasil yang maksimum. Didalam rencana kerja harus tahapan pekerjaan yang akan dilaksanakan, pengaturan pekerjaan, kebutuhan tenaga kerja, waktu yang diperlukan, jenis serta jumlah yang diperlukan. Menurut Galeriukm (2009), bahwa konstruksi tambak udang diupayakan mampu menahan air, mampu membuang air
37
limah, mampu memelihara kualitas air dan tambak dapat dikeringkan dengan mudah dan sempurna.
Tanah dasar tambak harus dalam kondisi yang sesuai untuk
kehidupan dan pertumbuhan udang. Hal ini karena sebagian besar waktu hidup dan mencari makan udang berada di tanah dasar tambak. Oleh karena itu, konstruksi tambak adalah faktor penunjang keerhasilan dalam budidaya udang vanname. 2.8.2 Penebaran Benur Benur udang vanname ditebar setelah ada penyesuaian kondisi parameter air media pengemasan dan tambak. Pada umumnya toleransi perbedaan suhu tidak lebih 20C sedangkan salinitas berkisar 3-5%. Penebaran benur dilaksanakan pada pagi atau malam hari untuk menghindari stres akibta adanya perbedaan suhu media transportasi dengan tambak. Padat tebar untuk tambak intensif 100-150/ekor m2 Kematian benih udang vanname sering disebabkan karena stres pada waktu penanganan, karena perubahan lingkungan hal tersebut maka dilakukan aklimatisasi yaitu mencampurkan air dari wadah pengangkut dan air tambak pada bak plastik yang dilakukan secara bertahap. Aklimatisasi dihentikan jika benih udang vannamei sudah bergerak lincah, kemudian benih secara perlahan ditebar ke petak tambak (sa’adah, 2010). Produksi tinggi merupakan tujuan dari udang secara intensif untuk memenuhi kebutuhan pasar akan udang. penebaran yang sangat tinggi.
Salah satu ciri budidaya intensif adalah padat Padat penebaran udang
yang dibudidayakan
berpengaruh terhadap kualitas media pemeliharaan, pertumbuhan dan kelangsungan hidup udang (Budiardi dkk, 2005).
38
Udang vanname merupakan udang alternatif selain udang windu yang dapat dibudidayakan secara intensif. Udang vanname memiliki keunggulan yaitu dapat tumbuh secepat udang windu (3 géminggu), dapat dibudidayakan pada kisaran salinitas yang lebar (0,5-45 ppt), kebutuhan protein yang lebih rendah (20-35%) dibanding udang windu dan stylirostris, mampu mengkonversi pakan dengan baik (FCR 1,2-1,6) serta dapat ditebar dengan kepadatan tinggi hingga lebih dari 150 ekor/m2 (Briggs et al., 2004). 2.8.3 Pemberian Pakan Pakan merupakan sumber nutrisi yang terdiri dari protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral. Nutrisi digunakan oleh udang vanname sebagai sumber energi untuk pertumbuhan dan berkembang biak. Protein misalnya, diperlukan udang untuk tumbuh dan berproduksi. Secara alami, udang tidak mampu mensitesis protein dan asam amino, begitu pula senyawa organic. Oleh karena itu, asupan protein dan luar dalam bentuk pakan buatan sangat dibutuhkan . pakan merupakan faktor yang sangat penting dalam budidaya udang vanname. Karena menyerap 60–70% dari total biaya operasional. Pemberian pakan yang sesuai kebutuhan akan memacu pertumbuhan dan perkembangan udang vanname secara optimal sehingga produktivitasnya bisa ditingkatkan.
Pada prinsipnya, semakin padat penebaran benih udang berarti
ketersediaan pakan alami semakin sedikit dan ketergantungan pada pakan buatan pun semakin meningkat (Halimah dan Adijaya, 2006). Pakan alami yang diberikan kepada larva udang adalah fitoplankton dan zooplankton.
Beberapa jenis fitoplankton yang digunakan untuk makanan larva
39
udang adalah skeletonema costatum, Tetraselmis chuii dan Chaetoceros calcitrans, sedangkan naupli artemia merupakan zooplankton yang banyak diberikan pada larva udang. Hal ini karena naupli artemia mengandung nilai nutrisi yang dibutuhkan oleh larva udang (Edhy et al., 2003). Pemberian pakan alami yang diberikan kepada larva udang terbagi atas dua yaitu pakan alami dan buatan. Menurut kordi 2010 kriteria pakan buatan yang berkualitas baik adalah sebagai berikut : 1. Kandungan gizi pakan terutama protein harus sesuai dengan kebutuhan larva udang 2. Diameter pakan harus lebih kecil dari ukuran bukaan mulut larva udang 3. Pakan mudah dicerna 4. Kandungan nutrisi pakan mudah diserap tubuh 5. Memilki rasa yang disukai larva udang 6. Kandungan abunya rendah 7. Tingkat efektifitasnya tinggi Pakan buatan yang biasa diberikan untuk larva adalah pakan yang berbentuk bubuk, cair dan flake (lempeng tipis) dengan ukuran partikel sesuai dengan stadianya. Kandungn nutrisi pada pakan buatan larva udang terdiri dari protein minimum 40%. Pakan buatan yang akan diberikan sebelumnya disaring menggunakan saringan berukuran 10 -80 mikron. Salah satu keunggulan pada udang vannamei adalah, pakan yang diberikan kandungan proteinnya lebih rendah dibanding dengan pakan untuk udang windu, sehingga harga pakan lebih murah. Pada udang windu pakan yang diberikan untuk
40
pembesaran mengandung protein 35-53%, rata-rata sekitar 40%, sedangkan udang vanname. Membutuhkan pakan yang mengandung protein 32-38%. Dalam sebuah percobaan pemeliharaan udang vanname dengan pemberian pakan yang mengandung protein berbeda 32% dan 38% tidak memberikan pengaruh yang berebda secara signifikan (Tabel 2.2). Tabel 2.3. Produksi Budidaya Udang Vanname pada dua level protein yang berbeda Parameter Level Protein Pakan 32% Level Protein 38% Jumlah Kolam 3 3 2 Padat Tebar (ekor/m ) 60 60 Lama Budidaya (hari) 108 108 Berat Rata-rata (g) 16,45 16,6 Sintasan (%) 99,9 93,8 Pertumbuhan Harian (%) 0,15 0,15 Produksi (kg/ha/MT) 9.940 9.320 FCR (Konversi Pakan) 1,26 1,25 Sumber: Akiyama, 2003 Jenis makanan dan dosis untuk udang vanname sangat tergantung pada umur dan ukuran udang. Untuk pematangan induk, makanan yang diberikan sebanyak 20% biomass induk/hari berupa 33% cacing laut, 33% cumi-cumi, 33% artemia dan 1% pellet. Sedangkan pada pemeliharaan larva makanan yang diberika berupa diatom. Pada tahap pembesaran ditambak, pemberian pakan 4-6 kali/hari dengan dosis 2,54% total biomass (Gufran dan Kordi, 2007) 2.8.4 Pengelolaan kualitas air Pemeliharaan kualitas air dapat dijadikan salah satu indikasi tentang kestabilan terhadap
lingkungan didalam tambak dan secara langsung akan berdampak tingkat
kelangsungan
hidup organsme yang berbeda didalamnya
41
(Erlangga, 2012).
Faktor utama yang menghambat dalam peningkatan jumlah
produksi udang adalah kesulitan oleh akumulasi senyawa amoniak dan nitrit yang bersifat toksit serta konversi pakan yang tinggi (Ebeling, et al., 2006; Hargreaves, 1998). Pengelolaan guna penurunan kualitas air yang berakibat buruk terhadap petumbuhan dan kehidupan udang vanname dan bandeng. Kualitas air yang baik untuk kehidupan dan pertumbuhan udang dan ikan ialah suhu 280C, PH adalah 7,5-9 Oksigen terlarut 5-9 ppm, salinitas 5-10 promil (Kungvankij, et al, 1986). Kualitas airalitas air merupakan suatu hal yang mendapat perhatian utama terutama di tambak yang kepadatannya tinggi kar Menjaga kualitas air pada media pemeliharaan larva dapat dilakukan dengan penyiponan dan pergantian air. Penyiponan pada dasar bak dilakuakn pada saat larva masuk stadia zoea 2 – 3 selama pemeliharaan larva. Sisa pakan yang tidak termakan dan hasil metabolisme yang berupa fese dibuang dari dasar pada waktu-waktu tertentu (penggunaan probiotik akan mengurangi penyiponan). Jika dalam dasar bak pemeliharaan sudah terlihat kelebihan endapan, buang endapan kedalam seser kemudian pindahkan muatan yang tersaring kedalam ember.
Apabila pada saat
proses penyiponan terdapat larva yang terbawa dari bak pemeliharaan, larba dapat dimasukkan kembali ke dalam bak pemeliharaan (Wardiningsi, 1999). Kekeruhan air dapat terjadi karena plankton, suspense, partikel tanah atau humus. Kekeruhan karena suspensi koloid tanah, lumpur, lebih-lebih hidroksida besi, sangat berbahaya bagi udang karena partikel tersebut dapat menempel pada
42
insang sehingga insang dapat rusak dan mengakibatkan terganggunya pernapasan udang.
Kekeruhan yang diharapkan ri tambak adalah kekeruhan oleh kepadatan
plankton. Apabila jenis yang dominan campuran Chlorella (warna air jadi hijau) dan Diatomae (warna air coklat) sehingga keseluruhan warna air menjadi coklat muda atau coklat kehijauan akan sangat baik bagi udang. Kecerahan air identik dengan kemampuan cahaya matahari untuk menembus air. Kecerahan air sangat dipengaruhi oleh zat-zat terlarut dalam air.
Makin besar kecarahan air, maka penetrasi cahaya
juga semakin tinggi sehingga lapisan air untuk berlangsungnya fotosintesis (akibat kandungan oksigen yang tinggi) juga semakin dalam. Kecarahan air yang baik untuk budidaya adalah 30-35 cm dengan angka minimal 20 cm (BPAP, 2004). Salinitas (kadar garam) merupakan salah satu sifat kualitas air yang penting, karena mempengarhui kecapatan pertumbuhan udang.
Udang yang masih muda,
berumur 1-2 bulan memerlukan kadar garam 15-25 permil (air payau) agar pertumbuhannya optimal. lambat.
Bila kadar garam lebih tinggi, petumbuhannya akan
Namun bila umurnya sudah lewat 2 bulan, reltif
tetap baik
pertumbuhhannya pada kadar garam lebih tinggi dari 25 ‰ sampai 30 ‰ atau 34 ‰. Pada kadar garam lebih tinggi dari 40 ‰ udang tidak tumbuh lagi. Salinitas yang baik untuk pemeliharaan udang adalah 15-25 permil (Suyatno dan Mujiman, 2003). 2.8.5 Pengelolaan Penyakit Udang Masalah utama yang dihadapi oleh pembudidaya udang adalah masalah penyakit infeksi dan non infeksi yang menjadi faktor pembatas oroduksi udang
43
nasional (Sukaenda et al 2009).
Kendala ini disebabkan bervariasinya patogen
penyebab infeksi, degradasi lingkungan budidaya dan manajemen budidaya udang yang tidak konsisten menerapkan cara budidaya yan baik. Penyakit yang sering menyerang benih udang adalah virus, bakteri dan parasit (Sano et al., 1985). Penyakit merupakan salah satu permasalah yang memerlukan penanganan secara khusus. Timbulnya penyakit dapat bersumber dari berbagai aspek, seperti airsebagai media pemeliharaan, peralatan pemeliharaan, pengaruh kontaminasi pakan, lingkungan, maupun sanitasi dari masing-masing pelaksana produksi yang secara langsung berhubungan dengan aktivitas pemeliharaan larva. Vorticella merupakan salah satu jenis protozoa yang menyerang larva dengan cara menempel
pada
permukaan tubuh larva atau insang pada semua stadia dalam kegiatan pemeliharaan larva udang.
Ketika permukaan tubuh, alat gerak atau insang banyak terdapat
Vorticella, maka larva akan kesulitan dalam melakukan pergerakan, mensuplai makanan, moulting dan respirasi (Subaidah dan pramudjo, 2008). Penyakit yang paling serius mempengaruhi stadia larva udang disebabkan oleh jamur, bakteri dan virus. Pengobatan harus segera dilakukan untuk mencegah terjadinya penyebaran penyakit, apabila tingkat kematian larva terlihat lebih banyak, larva harus diamati dengan cara mengambil beberapa ekor larva untuk dijadikan sampel agar data diketahui penyebabnya. Terindentifikasinya penyakit pada larva perlu dilakukan pemberian trefflan dan EDTA (Wyban dan Sweeney, 1991). Jenis virus yang sering menyerang udang diantaranya adala White spot Syndrome Virus (WSSV) dan Infectioan Hypodermal and Haematopoietic Neckrosis
44
Vrus (IHHNV). Penyakit ini yang menyebabkan kematian total pada benih udang yang dibudidayakan. Selain virus, penyakit pada benih udang windu dan vanname adalah jenis bakteri Vibrio sp (Rukyani, 1992). 2.8.6 Pemanenan Pemeliharaan ikan atau udang biasanya berlangsung 5-6 bulan, tetapi bila kondisi tambak baik, pengelolaan sampai 3-4 bulan bisa dipanen sebagian dan sisanya dipanen total. Setelah udang dipanen maka diadakan pencucian bersih dan diadakan pemilihan untuk udang (Mudjaman, 1988). Kegiatan panen udang meskipun sebagai tahap akhir dari suatu proses budidaya udang dalam satu siklus budidaya (terutama untuk panen normal) merupakan tahapan yang sangat penting juga untuk dipahami. Kualitas udang dan sifat/tingkah laku udang merupakan pengetahuan dasar yang perlu dipahami pada saat melakukan pemanenan udang. Pada kondisi tertentu (sering dijumpai di lapangan) udang mengalami penurunan kualitas yang sangat nyata pada saat dilakukan pemanenan, sehingga secara tidak langsung juga berpengaruh terhadap harga jual dan tingkat keuntungan yang diperoleh menjadi tidak optimal. Panen merupakan akhir dari suatu periode budidaya yang sangat ditunggu para petambak. Udang vanname dapat dipanen setelah berumur sekitar 120 hari dengan berat tubuh berkisar
antara 16-20 gram.ekor.
pemanenan umumnya
dilakukan pada malam hari untuk menghindari terik matahari dan mengurangi resiko udang ganti kulit selama panen akibta stres (Halimah dan Adjaya, 2005).
45
2.9 Penelitian Terdahulu Penelitian mengenai
manajemen usaha
budidaya
perikanan maupun
pertanian telah banyak dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya dengan metode penelitian yang berbeda-beda.
Sugiyatno et al (2013) melakukan penelitian tentang
Manajemen Budidaya dan Pengolahan Pasca Panen Gracilaria verrucosa (Hudson) Papenfus. Study Kasus: Tambak Desa Mororejo, Kecamatan Kaliwunggu, Kabupaten Kendal. Pengambilan data dilakukan melalui pengukuran secara kuantitatif yang dilengkapi dengan wawancara kepada petani, dimana hasil pengamatan di lapangan menunjukkan manajemen budidaya dan pascapanen gracilaria verrucosa
secara
polikultur sudah cukup baik dari aspek biotik, abiotik dan pengelolaan pasca panennya, meski dengan kualitas yang belum memenuhi standar jika dibandingkan dengan jenis Gracillaria yang ada di lokasi lain. Manajemen pembesaran
udang vanname di tambak udang binaan dinas
kelautan dan perikanan kabupaten pamekasan,
dilakukan oleh
Zakaria Savitri
(2010), metode yang digunakan adalah deskriptif dengan pengambilan data meliputi data primer dan sekunder. Proses budidaya udang vannamei, meliputi : persiapan tambak yaitu pengolahan tanah dasar tambak dengan mengembalikan daya dukung tambak sehingga tambak dapat digunakan kembali untuk proses budidaya setelah panen, penebaran benih yaitu seleksi bibit yaitu seleksi benih secara visual serta aklimatisasi, pengukuran dan menjaga kualitas air, pemberian pakan berupa pellet, pemberantasan hama dan penyakit serta pembesaran.
46
Arsunirman (2007) melakukan penelitian dengan judul Analisis Manajemen Usaha Pembenihan Ikan mas (Cyprinus carpio) di Balai Benih Ikan Ranomeeto. Penelitian ini dilakukan didua tempat yaitu balai benih ikan ranomeeto dan balai benih ikan abeli sawah, untuk membandingkan hasil produksi pada kedua tempat tersebut. Informasi data yang diperoleh berasal dari semua karyawan kedua balai benih ikan sebagai responden.
Data yang digunakan adalah data primer, untuk
mengetahui sistem pengelolaan, digunakan analisis skor atas implementasi fungsifungsi
manajemen
yakni
perencanaan,
pengorganisasian,
pelaksanaan
dan
pengendalian, sedangkan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi produksi benih ikan digunakan fungsi Coob-Douglas. Fasa (2012) juga
melakukan penelitian yang membahas mengenai
manajemen produksi, dengan judul Manajemen Persediaan Produk Ikan Segar di Ritel Moderen (studi kasus di Lotte Mart Wholesale di Kota Bandung) dengan tujuan penelitian untuk mengevaluasi manajemen persediaan produk ikan segar di Lotte Mart Wholesale Bandung dengan menggunakan metode EOQ dan merumuskan arah pengeolaan persediaan dengan menggunakan metode SWOT. Hasil dari evaluasi manajemen persediaan produk ikan segar di Lotte Mart Wholesale Bandung adalah meningkatkan frukuensi kuantitas pemesanan pada seluruh jenis ikan sedangkan arah pengelolaan persediaan produk ikan segar di Lotte Mart Wholesale Bandung yaitu meningkatkan kerjasama
dengan hotel,
restoran dan catering
memanfaatkan bermunculannya restaurant atau café di kota bandung.
baru
guna
47
Penelitian tentang manajemen produksi juga dilakukan oleh kurnia (2016) yaitu Manajemen Produksi Keripik Singkong rasa gendeng pada home industry lancer di desa pacarapeluk kecamatan megaluh kabupaten jombang. Jenis penelitian ini merupakan peneliti kualitatif.
Penelitian ini menjelaskan bagaimana suatu
manajemen yang baik dapat dan mampu mengatur perusahaan agar tetap berjalan seperti yang diharapkan yaitu berproduksi secara kontinu juga dengan manajemen yang baik dapat membuat sebuah prodak dapat bersaing dengan prodak dari perusahaan lain yang sejenis. Penelitian manajemen produksi benur udang vannamei (Litopenaeus vannamei) Fry Production Departement Unit – 4 Breeding Operation PT. Central Pertiwi Bahari Antara Tahun 2007-2008 dilakukan oleh Novianto Slamet (2010). Tujuan penelitian ini salah satunya adalah menganalisis masalah manajemen produksi yang terjadi antara 2007 dengan 2008 dengan metode kuantitatif untuk pengujian terhadap tingkat kepuasaan bekerja staf produksi dan penentuan tipe kepemiminan kepala seksi. Pada kelima penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, terdapat kesamaan yang membahas tentang manajemen produksi tetapi pada komoditi yang berbedabeda dengan metode kuantitatif.
Perbedaan dari penelitian sebelumnya adalah
variabel penelitian yang diamati. Variabel yang di gunakan dalam penelitian ini adalah karakteristik dari perusahaan seperti luas lahan tambak, lingkungan kolam, teknologi, tenaga kerja, pakan, pupuk, bibit, dan sistem manajemen produksi serta
48
keragaan tingkat produksi usaha budidaya tambak udang vanname dibahas secara deskriptif
III. KERANGKA PEMIKIRAN
3.1 Kerangka Pikir Udang vanname merupakan salah satu komoditas perikanan yang dianggap bernilai ekonomi yang tinggi sehingga sangat potensial untuk dibudidayakan secara optimal. Pengembangan usaha budidaya udang vanname mampu memberikan suatu dorongan untuk pembangunan ekonomi suatu daerah, yaitu meningkatkan jumlah dan jenis peluang kerja untuk masyarakat. Usaha pembesaran merupakan langkah akhir suatu sistem budidaya udang vanname. Faktor penentu keberhasilan suatu usaha budidaya udang vanname adalah manajemen
usaha, yang didalam
proses budidaya perlu dilakukan manajemen
pemeliharaan yang terjaga dan terkontrol dengan baik, oleh sebab itu diperlukan upaya yang sangat maksimal dalam penerapannya.
Proses pembesaran dalam
budidaya udang vanname terkadang menemui beberapa kendala seperti parameter kualitas air yang tidak terkontrol dengan baik, serta pengelolaan air dan pakan yang buruk. Jika kendala tersebut tidak ditangani dengan tepat, maka usaha budidaya udang vanname bisa mengalami kegagalan produksi (panen). Salah satu hal yang paling dihindari oleh pembudidaya adalah infeksi penyakit. Infeksi penyakit itu sendiri salah satunya bisa diakibatkan oleh kurangnya manajemen yang baik terhadap kualitas air selama proses budidaya atau pemeliharaan yang tidak terkontrol dengan baik.
Sebagaimana diketahui bahwa
kualitas air yang buruk bisa menurunkan tingkat produksi pada usaha budidaya
50
udang vanname.
Oleh karena itu sangat perlu memperhatikan manajemen
pemeliharaan, jika manajemen pemeliharaan pada usaha budidaya udang vanname telah terkontrol dengan baik, maka tingkat produksi udang vanname yang dibudidayakan juga akan meningkat.
Tingkat produksi juga akan berpengaruh
langsung pada pendapatan yang akan diterima.
Penerapan manajemen usaha
budidaya yang baik akan meningkatkan pertambahan produksi udang vanname. Melaksanakan fungsi manajemen untuk suatu kegiatan yang dilakukan secara berurutan memerlukan bimbingan atau pengarahan sesorang. Penerapan fungsifungsi manajemen sangat berpengaruh besar terhadap suatu usaha yang dilakukan. Dimana dengan adanya penerapan fungsi manajemen kedalam proses atau kegiatan budidaya membantu usaha tersebut untuk bisa melakukan tahapan-tahapan yang teratur dan terkoordinir yang sesuai dengan perencanaan agar mampu mencapai target produksi yang diinginkan.
Karena dengan melakukan fungsi manajemen,
pembudidaya atau seorang usahawan mampu mengurangi kemungkinan terjadinya kesalahan dalam pembuatan keputusan, mampu menghemat pemanfaatan sumber daya, memuat tujuan usaha lebih khusus, terperinci dan lebih mudah dipahami, meminimumkan pekerjaan yang tidak pasti, mampu menghemat waktu, usaha dan dana serta mampu meningkatkan dan mencapai tujuan dari didirikannya suatu usaha. Perusahaan yang mampu menerapkan ilmu manajemen dalam persiapan lahan, padat penebaran benur, pakan, pengelolaan kualitas air, hama dan penyakit, sehingga usahannya bisa mencapai tujuan perusahaan. Tujuan utama manajemen usaha adalah bagaimana suatu perusahaan mampu meminimalisir kerugian dan
51
memperbesar keuntungan yang akan diperoleh oleh pemilik usaha. Dengan adanya manajemen usaha para usahawan atau pembudidaya bisa meningkatkan kesadaran akan ancaman dalam usahanya sehingga senantiasa mempersiapkan stragtegi untuk bisa menanggulangi permasalahan yang ada, sehingga dapat meningkatkan produksi usaha budidaya udang vanname. Adapun model kerangka pikir sistematis untuk merumuskan manajemen usaha budidaya udang terlihat pada Gambar 3.1 Usaha Budidaya Udang Vanname Pada PT. Beroro Jaya vanname
Penerapan fungsi-fungsi Manajemen Perencanaan
Pengorganisasian
Pelaksanaan
Pengontrolan
Budidaya : 1. Persiapan Lahan (Pengeringan, penjemuran dasar tambak, pembersihan dinding dan dasar tambak & perbaikan wadah) 2. Penebaran Benur (Waktu penebaran & padat tebar) 3. Penggunaan Pakan (Waktu pemberian Pakan alami dan pakan buatan) 4. Pengelolaan kualitas Air & lingkungan (Penambahan dan pergantian air, Pemeriksaan kualitas air, letak kincir, kecerahan dan ketinggian air) 5. Pemantauan kesehatan udang (Pemeriksaan secara rutin secara visual atau laboratorium) 6. Pemanenan Penerapan fungsi manajemen dengan peningkatan produksi
Produksi Usaha pada Budidaya Udang Vanname meningkat
Gambar 3.1 Kerangka Pikir Manajemen usaha Budidaya Udang Vanname
52
Penerapan fungsi-fungsi manajemen dalam suatu usaha tentunya dapat meningkatkan efisiensi usaha dan waktu, serta penggunaan input-input produksi dengan tepat sehingga mampu mengurangi biaya produksi yang lebih besar. Pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen dalam setiap tahap kegiatan budidaya sangat bervariasi sehingga sdengan demikian tentunya akan sangat berpengaruh terhadap hasil akhir dari suatu usaha sehingga terjadi keragaman produksi dalam setiap periode usahanya.
IV. METODE PENELITIAN
4.1. Tempat, Metode dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di PT. Beroro Jaya Vanname, Desa Ranooha Raya Kecamatan Moramo Kabupaten Konawe Selatan, pada bulan Januari - Agustus 2016. Pemilihan lokasi penelitian ditentukan secara sengaja pada PT. Beroro jaya Vanname di Desa Ranooha Raya Kecamatan Moramo dengan pertimbangan bahwa perusahaan ini terus melakukan produksi sepanjang tahun disamping itu prosedur budidaya yang dilakukan pada setiap produksinya, mampu menembus pasar ekspor. Pelaksanaan penelitian menggunakan metode survei yang bertujuan untuk mendapatlkan jawaban secara kualitatif tentang pelaksanaan manajemen usaha budidaya udang vanname 4.2. Populasi dan Responden Penelitian Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan di PT. Beroro Jaya Vanname yang berjumlah 18 orang. Menurut Sugiyono (2014) bahwa jumlah populasi relative kecil kurang dari 30 orang maka teknik sampling yang digunakan adalah teknik sampling jenuh atau sampling sensus, dimana semua anggota populasi dijadikan responden. 4.3. Variabel Penelitian Variabel yang diamati dalam penelitin ini adalah yaitu karakteristik profil perusahaan meliputi luas lahan tambak, teknologi, tenaga kerja, pakan, pupuk, dan benur. Sedangkan variabel budidaya meliputi persiapan lahan, penebaram benur,
54
pemberian pakan, pengelolaan kualitas air, pengelolaan penyakit dan pemanenan serta tingkat produksi udang vanname 4.4. Jenis Data dan Teknik Pengumpulan Data Yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh dari sumber pertama atau data yang diperoleh berdasarkan pengamatan langsung di lapangan melalui wawancara. Data primer yang diambil merupakan data time series yang menggambarkan kegiatan usaha budidaya Udang Vanname selama lima yaitu tahun 2012-2016 di PT. Beroro Jaya Vanname di Desa Ranooha Raya, Kec. Moramo Kab. Konawe Selatan. Wawancara dilakukan untuk mendapatkan informasi dengan cara bertanya langsung kepada responden dengan menggunakan instrument kuisioner. Wawncara tersebut yang menjadi pokok pertanyaan antara lain ketersediaan benih, modal, pupuk pemeliharaan, tenaga kerja dan hasil produksi sedangkan factor lingkungan seperti kualitas air dan cara-cara pembudidayaan dari awal penebaran sampai pasca panen dalam beberapa tahun. Data sekunder digunakan untuk mendukung data primer yang diperoleh dari instansi-instansi yang mempunyai hubungan dengan penelitian ini seperti kantor balai desa dan kecamatan untuk mencari luas wilayah dan batasan-batasannya, dinas Kelautan dan perikanan Kabupaten Konawe Selatan, Badan Pusat statsistik kendari internet serta beberapa sumber terkait.
55
4.5. Teknik Analisis Data Teknik analisis data pada penelitian ini menggunakan analisis deskriptif yaitu suatu analisis data yang dilakukan dengan cara menguraikan dalam bentuk kalimat dan menghubungkan dengan teori-teori yang ada guna mendapatkan gambaran yang jelas, untuk
mengetahui
fungsi-fungsi manajemen usaha yaitu
menjelaskan proses mulai dari perencanaan sampai pengendalian terhadap fungsi manajemen yang terdiri atas Planning (perencanaan) meliputi Modal, SDM, mesin, masa,
market
dan
maintenance.
Organizing
(pengorganisasian)
meliputi
pengelompokkan pekerjaan, kulifikasi pendidikan dan penjadwalan kapan pekerjaan dilakukan, Actuating (pelaksanaan) meliputi pemberian petunjuk, mengumpulkan informasi, mengatur ketersediaan dana, menyiapkan bahan, memproses bahan, memotifasi karyawan, memasarkan hasil produksi dan Controling (pengawasan) meliputi Mendeteksi penyimpangan, meluruskan penyimpangan, menilai efisiensi & efektifitas penggunaan sumberdaya, mengukur proses dan hasil yang dicapai,
serta
menggunakan data time series selama lima tahun terakhir yaitu 2012-2016 untuk melihat perkembangan produksi menurut siklus (waktu). 4.6. Definisi Operasional Definisi operasional dimaksudkan untuk menghindari kesalahan pemahaman dan perbedaan penafsiran yang berkaitan dengan istilah-istilah dalam judul tesis.
56
1. Manajemen adalah cara penerapan fungsi-fungsi manajemen yang terdiri dari Planning, organizing, actuating, controlling yang diterapkan di PT Beroro jaya vanname 2. Produksi adalah hasil akhir dari kegiatan usaha budisdaya yang berupa udang vanname dalam satu kali panen yang dinyatakan dalam kg per satu kali periode produksi 3. Manajemen usaha adalah
penerapan
manajemen berdasarkan fungsinya
untuk menghasilkan produk yang sesuai dengan standar yang ditetapkan berdasarkan keinginan konsumen, dengan teknik produksi yang se-efisien mungkin, dari mulai pilihan lokasi produksi hingga produk akhir yang dihasilkan dalam proses produksi di PT. Beroro Jaya Vanname 4. Udang vanname adalah salah satu jenis udang yang memilki pertumbuhan cepat dan nafsu makan yang tinggi namun ukuran yang dicapai setelah dewasa lebih kecil di banding dengan udang windu dan berwarna putih 5. Faktor produksi adalah sarana produksi yang mempengaruhi produksi udang vanname 6. Keragaan adalah jumlah produksi
udang vanname dalam kurun waktu 5
tahun yang dinyatakan dengan kilogram (kg) 7. Pembesaran udang adalah salah satu kegiatan budidaya yang memperoleh benih atau benur udang dari hatchery dan melakukan pembesaran pada tambak di desa Ranooha raya
57
8. Budidaya adalah kegiatan pembesaran benih menjadi udang vanname sampai pemasaran dalam suatu tambak di PT beroro jaya vanname 9. Tambak adalah kolam buatan, yang terletak di daerah pantai, yang di pengaruhi oleh pasang surut air laut dan dimanfaatkan sebagai sarana budidaya udang vanname di PT. Beroro Jaya Vanname 10. Petambak adalah seseorang yang melakukan usaha pembesaran udang vanname di tambak
V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Profil Usaha PT. Beroro Jaya Vanname merupakan perusahaan yang bergerak dibidang perikanan dengan spesialisasi komoditas udang vanname. Perusahaan ini hanya melakukan aktifitas pembesaran udang vanname sampai proses pemasaran. Perusahaan ini berada di desa Ranooha raya kecamatan moramo kabupaten Konawe Selatan.
PT Beroro jaya Vanname merupakan Perusahaan yang
didirikan pada tahun 2006 oleh bapak Suwondo Wijaya sebagai pemilik usaha. Suwondo Wijaya merupakan seorang pengusaha yang bergerak dibidang perikanan, beliau juga mempunyai usaha penampungan hasil laut dan cold storage di PPS (Pelabuhan Perikanan Samudra) yang bernama Sultra Tuna. Diperusahaan ini Pemilik perusahaan tidak melakukan aktivitas budidaya sendiri dan hanya mengontrol jalannya usaha melalui manajer perusahaan. Jadi dalam usaha ini Manajer perusahaan berperan penting dalam mengatur dan mengkoordinir aktifitas perusahaan baik manajemen perusahaan, proses budidaya dan pemilihan tenaga kerja. Modal awal usaha tambak ini dibentuk adalah 100 juta dengan aplikasi pembenahan lokasi area. Tanggung jawab dan pengawasan produksi dilakukan oleh pemilik dan salah seorang manajer, jumlah tenaga kerja yang digunakan berfluktuasi tergantung jumlah produksi pada saat panen, terdapat 18 orang merupakan tenaga kerja yang konsisten dipakai terus menerus selama kegiatan produksi berlangsung.
59
5.2. Latar Belakang Berdirinya Usaha Kecamatan Moramo
merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten
Koname Selatan yang secara geografis terletak di bagian selatan khatulistiwa. Kecamatan Moramo memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut: 1. Sebelah utara berbatasan dengan laut staring 2. Sebelah selatan berbatasan dengan kecamatan kolono 3. Sebelah timur berbatasan dengan kecamatan laonti 4. Sebelah barat berbatasan dengan kecamatan moramo utara Topologi tanah di wilayah Kecamatan Moramo pada umumnya bergunung dan berbukit yang diapit oleh dataran rendah yang sangat potensial untuk pengembangan pertanian, perkebunan, perikanan dan kegiatan lainnya. Selain itu terdapat sungai yang cukup potensial untuk pertanian irigasi, luas wilayah kecamatan Moramo adalah 23,789 Ha, yaitu 5,27% dari total luas daratan Konawe Selatan.
Secara keseluruhan, Kecamatan Moramo merupakan daerah yang
bersuhu tropis.
Kecamatan Moramo merupakan salah satu kecamatan yang
berbatasan langsung dengan laut staring yaitu pulau hari yang terletak di tanjung pemali. Data statistik perairan laut Moramo (2015) menerangkan bahwa wilayah ini memiliki potensi yang cukup besar untuk pengembangan usaha perikanan laut dan pengembangan wisata bahari. Berdasarkan hal tersebut banyak para pengusaha serta peneliti-peneliti yang bergerak di bidang kelautan dan perikanan untuk menjadikan wilayah ini sebagai salah satu wilayah yang sangat potensial untuk pengembangan usaha budidaya maupun tempat penelitian. Salah satu
60
perusahaan yang berhasil di dirikan oleh salah seorang pengusaha di wilayah ini adalah PT. Beroro Jaya vanname. Seiring perkembangan waktu di bidang perikanan tangkap yang mengalami penurunan akibat tingginya biaya perasional serta berbelit-belitnya surat perizinan akhirnya pemilik usaha mencoba usaha dibidang
budidaya.
dilatarbelakangi
Perusahaan
tambak
udang
ini
terbentuk
karena
juga oleh ketertarikan pemilik usaha untuk membuka usaha
dibidang budidaya udang vanname karena melihat adanya peluang yang cukup besar dalam bidang usaha ini. Keinginan ini juga didukung oleh ketersediaan lahan di daerah pesisir yaitu di desa ranooha raya, desa ini memiliki topografi datar dan berada dibawah permukaan laut dan mudah dijangkau karena berada di pinggir jalan desa. Lokasi ini memenuhi persyaratan teknis dan non teknis lokasi usaha tambak, yaitu terletak di daerah pantai dengan fluktuasi pasang surut air berkisar antara 2-3 meter, lokasi ini merupakan wilayah hutan mangrove. Pada awal usaha, lahan tambak hanya memiliki luas 5 hektar dan kemudian bertambah menjadi 11 hektar. Akhirnya produksi atau kegiatan budidaya mulai dilakukan pada pertengahan 2006, yang dimulai dengan proses budidaya sistem tradisional dengan dua petak tambak sebagai lahan percobaan. Pada saat itu perusahaan ini sering mengalami kegagalan dalam
usaha budidaya salah satu faktor
penyebabnya adalah kurangnya manajemen yang berstandar nasional baik itu dari segi pemilihan bibit, manajemen usaha, manajemen tenaga kerja, manajemen budidaya yang merupakan faktor penentu dalam usaha ini serta manajemen penanggulangan penyakit.
61
5.3 Sumberdaya Lahan, Air dan Iklim Komposisi penggunaan lahan di Kabupaten Konawe Selatan pada Tahun 2016 terdapat delapan jenis yang sangat dominan yaitu: tanah sawah 19.038 Ha, tanah pekarangan, bangunan dan tanah 34.183 Ha, tanah tegalan 26.640 ha, tanah perkebunan 37.154 Ha, tanah Hutan negara 175.754 Ha, Tanah hutan rakyat 36.343 Ha, Tanah tambak/kolam 1.826,47 Ha dan lainnya 35.172. Kabupaten Konawe Selatan memiliki beberapa sungai besar dan kecil yang sangat potensial karena air merupakan salah satu kebutuhan penting dan sangat menentukan dalam kegiatan sektor pertanian, baik pada pertanian, sawah, pertanian lahan kering maupun pada usahatani kolam dan pertambakan. Kabupaten Konawe Selatan memiliki dua musim yaitu musim kemarau dan musim penghujan. Curah hujan pada tahun 2016 mencapai 1.592 mm dalam 178 hari hujan (hh) atau lebih rendah dari tahun 2015 dengan curah hujan 2.173 mm dalam 150 hari hujan. Curah hujan di Kabupaten Konawe Selatan dapat di bagi atas dua bagian yaitu: (1) pola hujan rendah antara 0-1500 mm terdapat dibagian selatan yang meliputi Kecamatan Tinanggea, Andoolo, Lainea dan Palangga (2) Pola curah hujan tahunan antara 1.500-1.900 mm terdapat dibagian tengah dan bagian utara meliputi Kecamatan Moramo, Ranomeeto, Landono dan Anggata. Pentingnya memperhatikan
data curah hujan tersebut, karena sangat
berpengaruh terdahap proses budidaya udang vanname khusunya dalam pengendalian kualitas air yang mempengaruhi kelangsungan hidup dan pertumbuhan udang vanname. Musim kemarau terjadi antara bulan Juni dan
62
September angin bertiup arah timur dari Australia tidak banyak/kurang mengandung uap air, hal ini menyebabkan minimnya curah hujan, sebaliknya musim hujan terjadi antara bulan Desember dan Maret dimana angin yang bertiup dari benua Asia dan Samudera Pasifik banyak mengandung uap air. Keadaan seperti itu berganti setiap setengah tahun setelah melewati masa peralihan pada bulan April - Mei dan Oktober- November.
Tinggi rendahnya suhu udara
dipengaruhi oleh letak georgrafis wilayah dan ketinggian dari permukaan laut. Pada tahun 2015, suhu udara maksimum rata-rata berkisar antara 280C – 340C dan suhu minimum rata-rata berkisar antara 220C – 250C. Curah hujan yang baik dapat menurunkan kadar salinitas air di lokasi budidaya dan dapat membantu pasokan air tawar yang sangat dibutuhkan oleh udang vanname dikarenakan sifat dari benih udang yang dapat hidup dan berkembangbiak dengan baik di air payau. Menurut Narto (2011) aspek iklim mempengaruhi keberhasilan budidaya perikanan.
Umumnya bisnis perikanan
tergantung pada faktor alam. Misalnya curah hujan mempengaruhi sumber air bila curah hujan sedikit, tentunya daerah tersebut kurang ideal untuk suatu usaha perikanan.
Demikian juga sinar matahari berpengaruh terhadap kemampuan
hidup dan berkembang biak udang karena matahari mempengaruhi suhu rata-rata harian. 5.4. Penerapan Fungsi-fungsi Manajemen Manajemen usaha budidaya yang dianut oleh suatu perusahaan sangat erat hubungannya dengan pelaksanaan atau penerapan fungsi perencanaan didalam
63
suatu perusahaan sebagai landasan pokok pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen lainnya. a. Fungsi Planning (Perencanaan) Fungsi perencanaan manajemen usaha merupakan fungsi manajemen yang paling penting, karena melalui fungsi perencanaan baru dapat dilaksanakan fungsi-fungsi manajemen lainnya dengan pola yang baik dan terkoordinir. Fungsi ini merupakan tindakan untuk menentukan sasaran dan arah yang dipilih dalam proses usaha ini. Dalam banyak hal, perencanaan adalah fungsi yang paling dasar dan meresap keseluruh fungsi-fungsi manajemen yang lain. Fungsi perencanaan dan fungsi-fungsi serta kegiatan-kegiatan manajerial lainnya adalah saling berhubungan, saling tergantung dan berinteraksi. Fungsi perencanaan mencakup semua kegiatan yang ditujukan untuk menyusun program kerja selama periode tertentu pada masa yang akan datang berdasarkan visi, misi tujuan serta sasaran organisasi. Menurut Gumbira dkk (2001), perencanaan dapat dilakukan pada bidang keuangan pemasaran, produksi dan persediaan. Tujuannya adalah untuk menempatkan suatu perusahaan pada posisi yang terbaik berdasarkan kondisi bisnis dan permintaan konsumen pada masa datang. Disamping itu, perencanaan juga memungkinkan untuk memonitor dan mengukur kemajuan operasi kearah pencapaian tujuan, sehingga tindakan perbaikan dapat diambil apabila lokasi penelitian dikatakan baik hal ini dapat dilihat pada tenaga kerja di perusahaan ini mengerti sepenuhnya memahami fungsi dan tanggung jawab secara optimal.
64
Fungsi perencanaan yang dimaksud dalam perusahaan ini adalah perencanaan tenaga kerja, pola produksi, perencanaan input-input, dan saran produksi serta perencanaan jadwal panen dan penanganan pasca panen. Untuk bisa mencapai hasil yang efiseien dan ekonomis dalam rangka mencapai tujuan, perusahaan perlu menjaga dan mengontrol kinerja tenaga kerja agar tetap memahami tugas dan tanggung jawabnya suatu perencanaan disusun secara tertulis dan hal ini telah diterapkan di lokasi penelitian. a. Perencanaan produksi (Production planning) Perencanaan produksi (Production planning) adalah salah satu dari berbagai macam bentuk perencanaan yaitu suatu kegiatan pendahuluan atas proses produksi yang akan dilaksanakan dalam usaha untuk mencapai tujuan yang diinginkan oleh lokasi penelitian. Perencanaan produksi sangat erat kaitannya dengan
pengendalian
persediaan
sehingga
sebagian
besar
perusahaan
menempatkan fungsi perencanaan dan pengendalian persediaan dalam
satu
kesatuan. Lokasi penelitian ini sejak tahun 2012 sudah melakukan perencanaan atau telah menentukan target jumlah produksi udang dan target penggunaan input-input produksi dan capaian selama kegiatan berlangsung untuk setiap kali produksi. Data-data berupa target produksi selama lima tahun pada perusahaan ini disajikan pada Tabel 5.1, target produksi pada perusahaan ini adalah 14-16 ton dalam kurun waktu lima tahun yaitu 2012-2016 dengan estimasi size udang 40-49. Proses perencanaan produksi juga mengatur bagaimana perusahaan mampu memaksimalkan tambak yang dimiliki agar bisa berjalan dengan baik baik dan terkoordinir sesuai dengan perencanaan. Perusahaan ini memiliki 11 tambak
65
dan melakukan aktivitas budidaya tiga kali siklus produksi dalam setahun. Perencanaan dibutuhkan bagaimana memanajemen usaha ini agar mampu berjalan sepanjang tahun tanpa adanya gangguan dalam proses budidayanya. Tabel 5.1 Target Produksi berdasarkan lima tahun terakhir pada PT. Beroro Jaya Vanname Tahun Target (Ton) 2012 14 2013 15 2014 15 2015 15 2016 16 Sumber: BJV dalam angka 2016 b. Target penggunaan input-input produksi Input-input produksi sering juga disebut dengan faktor-faktor produksi yang membantu proses produksi usaha budidaya udang vanname.
Faktor
produksi (input) akan mempengaruhi besar kecilnya produksi (output) yang diperoleh. Perusahaan ini merencanakan target penggunaan input-input produksi setiap akan melakukan produksi, sejauh ini perusahaan melakukan perencanaan dengan target yang sama setiap produksi dalam kurun waktu 5 tahun. Input-input produksi pada usaha ini adalah lahan, benih, pupuk, pakan dan tenaga kerja. Tabel 5.2 menggambarkan target dari input-input produksi yang dilakukan oleh perusahaan ini. Tabel 5.2 Target input-input produksi Tahun 2012-2016 pada PT. Beroro Jaya Vanname Tahun Target Input Produksi Lahan: 11 hektar, 20 tambak dengan 0,5 ha per tambak 2012 Benih : padat tebar 800.000 – 1000.000 per tambak s/d Pupuk: 1,5 – 2 ton/petak 2016 Pakan : 20 -25 ton/petak Tenaga: Kerja Sesuai kualifikasi pendidikan Sarjana mesin dan Budidaya perairan Sumber. BJV dalam angka 2016
66
Tabel 5.2 menjelaskan dengan luasan lahan tambak yang dimiliki perusahaan ini adalah 11 hektar, dimana perusahaan menargetkan lahan tambak sebanyak 20 tambak yang siap digunakan untuk proses produksi. Perencanaan dalam penebaran benur dengan luasan 0,5 hektar melakukan penebaran dengan padat tebar 800.000-1.000.000 ekor/ha dengan jumlah pupuk 1,5 – 2 ton/petak dan jumlah pakan per petak 20-25 ton. Pakan bergantung pada jumlah padat tebar benur yang akan ditebar dalam tambak pemeliharaan sedangkan padat tebar udang vanname bergantung pada luasan tambak yang akan digunakan untuk budidaya. Perencanaan tenaga kerja juga direncanakan dimana tenaga kerja yang direkrut oleh perusahaan diharapkan memiliki latar belakang pendidikan yang sejalan dengan jenis pekerjaan yang akan dilakukan. Pasar sangat penting untuk keberlangsungan produksi, untuk tahapan perencanaan , pasar harus menjadi prioritas utama dalam menjalankan suatu usaha apapun.
Jenis komoditi yang dibudidaya adalah udang vanname, karena udang
masuk dalam peringkat ke- 4 dari sepuluh tingkatan produk impor seafood dari seluruh dunia (Kementerian perdagangan, 2015).
Sasaran
pemasaran dalam
perusahaan ini mencakup wilayah-wilayah asia seperti Jepang dan Korea Selatan karena mengingat tingkat konsumsi udang yang cukup tinggi di negara-negara tersebut.
Selanjutnya data kementerian perdagangan RI (2015) menjelaskan
Indonesia mendapat permintaan untuk ekspor udang satu juta ton pertahun ke Jepang, namun Indonesia baru dapat memenuhi sekitar 30% dari total kebutuhan udang di Jepang atau baru mencapai 295.486 ton, sedangkan untuk negara Korea Selatan tingkat konsumsi udang relatif tinggi.
67
c. Perencanaan Keuangan Perencanaan biaya-biaya produksi penting untuk dilakukan agar dapat mengetahui biaya-biaya yang dibutuhkan saat proses usaha budidaya berlangsung sehingga dapat berjalan lancar. berdasarkan kebutuhan operasional
Biaya produksi yang disiapkan dihitung yang dilakukan oleh pemilik, manajer,
tekhnisi dan karyawan perusahaan. Rencana biaya produksi di perusahaan ini yaitu Rp. 400.000.000 per siklus produksi dari persiapan hingga panen. Perencanaan keuangan adalah proses yang berkesinambungan yang memungkinkan pengelolaan keuangan pada perusahaan ini, dengan tujuan mengidentifikasi kebutuhan biaya dan sumberdaya, menunjukkan jeda antara biaya dan jumlah dana yang diharapkan akan diperoleh pada usaha ini dan membuka resiko-resiko yang mungkin ada terhadap pendanaan untuk periode berikutnya. Indikator keberhasilan usaha budidaya pembesaran udang pada teknologi intensif diperusahaan ini ditandai dengan peningkatan produksi setiap tahunnya dengan pengontrolan input-input produksi yang terencana dengan baik sehingga perusahaan ini dikatakan berhasil karena produksi udang yang dihasilkan setiap tahunnya meningkat bahkan melampaui dari target produksi yang sudah direncanakan setiap tahunnya, peningkatan produksi sangat dipengaruhi oleh penerapan fungsi-fungsi manajemen yang diterapkan oleh perusahaan. b. Fungsi Organizing (Pengorganisasian) Organisasi adalah suatu proses penempatan dan pembagian pekerjaan yang akan dilakukan, pembatasan tugas dan tanggung jawab serta wewenang dan
68
penempatan hubungan antara unsur organisasi, sehingga memungkinkan orang dapat bekerja secara efektif untuk mencapai tujuan.
Pada dasaranya struktur
organisasi setiap perusahaan berbeda karena disusun berdasarkan kebutuhan perusahaan yang bersangkutan.
Semakin luas dan semakin besar bidang
usahanya, maka struktur organisasinya akan semakin lebih lengkap dan komplek. Fungsi
pengorganisasian
merupakan
upaya
manajemen
untuk
mengordinasikan segala sumberdaya perusahaan untuk mencapau tujuan yang ingin tercapai, efektivitas sebuah organisasi sangat bergantung pada kemampuan manajerialnya untuk mengatur dan menggerakkan semua sumberdayanya. Fungsi pengorgasiasian sangat terkait dengan alokasi optimal sumberdaya perusahaan sehingga diperoleh keterpaduan tugas-tugas dan peranan masing-masing sumberdaya yang optimal dalam aktivitas organisasi.
Oleh karena itu,
sumberdaya manusia sebagai penggerak utama dalam suatu perusahaan harus memiliki kemampuan prima dan kerja yang profesional serta ditempatkan diposisi yang benar. Pelaksanaan fungsi pengorganisasian pada perusahaan ditujukan untuk mengelompokkan aktivitas orang-orang dalam hubungan kerja yang baik. Fungsi organisasi pada perusahaan secara struktur organisasi sudah terorganisir dengan baik, dimana pembagian tugas tenaga kerja sudah jelas. Hal ini dapat dilihat bahwa setiap karyawan mengetahui secara jelas peranannya dalam organisasi sehingga tugas-tugas dan fungsi masing-masing tenaga kerja terlaksana dengan baik serta adanya keterpaduan tugas-tugas dan peranan dalam kegiatan usaha produk udang vanname.
69
Proses pengorganisasian pada perusahaan dilakukan oleh manager yang mengatur secara efektif, dimana pembagian pekerjaan sesuai dengan kualifikasi pendidikan, kemampuan dan keterampilan yang dibutuhkan perusahaan. Pembagian pekerjaan dilakukan agar setiap orang bertanggung jawab untuk beberapa aktivitas terbatas bukannya tugas secara keseluruhan. Tugas dan tanggung jawab anggota struktur organisasi berbeda-beda, sesuai dengan tingkatan pendidikan dan keahlian yang dimiliki seorang. Manager mempunyai tugas untuk memimpin dan mengendalikan segala aktivitas yang terjadi diperusahaan, melakukan pengawasan dan mengadakan pemeriksaan untuk seluruh kegiatan perusahaan. Tanggung jawab dari seorang manager pada perusahaan ini adalah bertanggung jawab kedalam dan keluar perusahaan dalam semua aspek yang mempengaruhi perusahaan dan bertanggung jawab pada pengadaan
dana
untuk
kelancaran
operasional
perusahaan.
Sedangkan
wewenangnya adalah membina, memberikan bimbingan, saran dan perintah pada manager masing-masing bagian yang menyangkut pelaksanaan tugas. Supervisior atau pengawas
bertugas melakukan pengawasan dan pengendalian terhadap
seluruh kegiatan budidaya, pengawas bertanggung jawab kepada manajer untuk semua aktivitas budidaya dan berperan penting dalam mendukung kelancaram proses produksi sedangkan wewenangnya adalah memberikan pengarahan kepada Treatment pond operation, pond operation dan farmer shrimp.
Sedangkan
Treatment pond operation, pond operation dan farmer shrimp merupakan pelaku budidaya selama proses produksi berlangsung. Struktur organisasi dari
70
manajemen usaha budidaya udang vanname di perusahaan yang berkaitan dengan aktifitas perusahaan adalah sebagai berikut:
Owner
Manager
Keamanan
Treatment pond operation
Supervisior (pengawas)
Pond Operator
Mesin
Farmer shrimp
Gambar 5.1 Struktur Organisasi PT. Beroro Jaya Vanname Owner merupakan pemilik perusahaan ini yang mendanai semua kegiatan produksi yang berlangsung selama perusahaan ini beroperasi.
Manajer
perusahaan adalah orang yang dipercayakan oleh pemilik perusahaan ini untuk mengelola kegiatan operasi perusahaan tambak udang vanname.
Kegiatan-
kegiatan yang dilakukan oleh manajer perusahaan ini sangat menentukan tingkat keberhasilan perusahaan. Oleh karena itu manajer merupakan posisi yang paling penting dalam manajemen perusahaan. Pada perusahaan ini manajer melakukan beberapa tugas diantaranya menentukan dan mengatur tata letak mesin, peralatan dan gudang agar proses tidak menyita waktu dalam mekanisme kegiatan produksi udang vanname, melakukan pemeliharaan peralatan dan mesin-mesin agar kontinyuitas proses produksi berjalan lancar, mengawasi dan memperbaiki proses produksi agar tidak terjadi
kegagalan dan kualitas udang seperti yang
71
direncanakan, menentukan komponen atau bahan-bahan yang harus dibeli oleh perusahaan, menyusun skedul produksi, mengatur tenaga kerja dalam tambak, memperbaiki
produktivitas
pemborosan sumberdaya.
dan
mengurangi
atau
mencegah
terjadinya
Selain itu manajer perusahaan ini juga merupakan
pengambil keputusan yang penting bagi keberlangsungan perusahaan. Dari uraian ini jelas bahwa peran seorang manejer berpengaruh besar terhadap keberhasilan suatu usaha. Supervisior (pengawas) bertanggung jawab mengawasi dan memberikan bimbingan budidaya udang kepada pelaksana produksi, treatment pond operation, pon operation dan farmer shrimp.
Keamanan bertanggung jawab terhadap
keamanan tambka selama budidaya terhadap pencurian udang maupun gangguanganggian lainnya. Mesin bertanggung jawab mengurus mesin dan listrik selama proses budidaya berlangsung.
treatment pond operation, bertanggung jawab
control kualitas air dan mencatat data monitoring tambak selama prose produksi berlangsung. Pond operator dan farmer shrimp bertanggung jawab menjalankan segala aktivitas budidaya udang dilapangan. Setiap jabatan pada struktur organisasi memegang peranan penting dalam usaha budidaya udang vanname baik itu dari segi manajemen usaha maupun manajemen budidaya, karena pada perusahaan ini manajemen usaha juga bergantung pada manajemen budidaya begitupula sebaliknya dan keduanya sangat menentukan hasil produksi udang vanname.
72
c. Fungsi Actuating (Pelaksanaan) kegiatan Actuating merupakan upaya untuk merealisasikan suatu rencana, apabila perencanaan dan pengorganisasian selesai dilakukan. Actuating diartikan sebagai usaha untuk menciptakan suasana kerjasama diantara karywan dan manajer. Peran seorang manajer sangat berpengaruh dalam proses actuating, pada perusahaan ini manajer dan owner selalu melakukan pengarahan, serta petunjukpetunjuk tekhnis dilapangan dengan benar, jelas dan tegas kepada bawahan pada malam hari dengan maksud agar para tenaga kerja bersedia bekerja dengan sebaik mungkin dan diharapkan tidak menyimpang.
Selain itu membahas tentang
kendala-kendala yang terjadi dilapangan kemudian manajer mencari solusi dari kendala tersebut. Orientasi juga diberikan kepada pegawai baru dengan tujuan untuk mengadakan pengenalan dan memberikan solusi atas berbagai masalah yang dihadapi, selain itu pihak manajemen juga memerikan informasi melalui majalah (yang berhubungan dengan kegiatan budidaya dilapangan). Fungsi actuating (pelaksanaan) dalam manajemen lebih menekankan sebagaimana seorang pimpinan untuk menyalurkan semua kemampuan individu pada aktivitas organisasi untuk mencapai tujuan bersama. Menurut Downey dsn Erickson (1992), fungsi pelaksanaan ditujukan untuk menetapkan kewajiban dan tanggung jawab setiap karyawan dalam organisasi, menetapkan hasil yang harus dicapai, mendelegasikan wewenang kepada setiap karyawan, dan menciptakan hasrat untuk berhasil sehingga pekerjaan benar-benar dilaksanakan sebagaimana mestinya sesuai dengan apa yang telah direncanakan. Fungsi pelaksanaan yang dinilai dalam penelitian ini meliputi pelaksanaan tugas dari masing-masing
73
karyawan, yang meliputi pekerjaan pemebersihan tambak, pengolahan dasar tambak, perbaikan tambak dan seluruh tambak serta pemberian pakan. Penerapan fungsi pelaksanaan di perusahaan sudah baik karena pada pelakasanaannya sudah berdasarkan Standar Operasional Prosedur (SOP) dan sudah berdasarkan SNI sehingga dalam prosesnya sangat sedikit dijumpai kesalahan-kesalahan yang dapat menurunkan produksi pada perusahaan ini. Penerapan fungsi pelaksanaan pada perusahaan ini dimulai pada pembagian kerja untuk karyawan.
Penggunaan tenaga kerja dalam proses
produski merupakan suatu hal yang penting. Suatu produksi tidak akan berjalan kalau tidak ada orang atau tenaga kerja yang menjalankan. Penggunaan tenaga kerja dalam penelitian ini menggunakan perhitungan hari kerja orang (HOK) Tabel 5.3 Menjelaskan Uraian kerja dan rata-rata curahan waktu kerja karyawan tambak udang pada perusahaan ini dalam satu periode produksi. Tabel 5.3 menjelaskan jabatan secara struktur organisasi beserta uraian kerjanya masingmasing.
Posisi mesin dilakukan oleh dua orang karyawan yang sama-sama
memiliki uraian kerja yang sama, treatmen pond operation berjumlah dua orang yang dimana keduanya bertugas untuk mengambil sampel kualitas air tetapi satu orang mengukur dilokasi budidaya dan satu orangnya melakukan pengambilan kualitas air untuk dilakukan pemeriksaan dilaboratorium. Keamanan berjumlah dua orang yang setiap orangnya melakukan pergantian pekerjaan yaitu seorang pagi dan seorang lagi dimalam hari.
Pond Operation
dan Farmer shrimp
berjumlah 10 orang dimana setiap orang memiliki pekerjaan dan tanggung jawab masing-masing terhadap uraian kerja yang dibebankan kepada karyawan tersebut.
74
Tabel 5.3 dapat diketahui juga bahwa curahan waktu kerja masing-masing kegiatan berbeda.
Berdasarkan JKP untuk seorang manager dan supervisior
(pengawas) memiliki 120 HOK, untuk keamanan memiliki 360 HOK hal ini disebabkan karena jumlah jam kerja yang digunakan untuk setiap tenaga kerja 12 jam dalam sehari dengan melakukan pergantian pengamanan pagi dan sore hari, untuk mesin memiliki 150 HOK. Treatment pond operation yang memiliki dua tenaga kerja dengan uraian kerja dan jam kerja yang berbeda masing-masing memiliki 45 HOK dan 60 HOK. Sedangkan pada Pond Operation dan farmer shrimp
mempunyai 10 orang tenaga kerja yang mana orang pertama yang
mengerjakan pembersihan tambak memiliki 60 HOK, orang kedua yang melakukan perbaikan tambak dan pengaturan pembersihan dan pemasangan kincir/peralatan memiliki 75 HOK, orang ke tiga yang melakukan proses pemupukan dan orang keempat melakukan pengeckkan air sama-sama memiliki 60 HOK, orang kelima dengan uraian kerja menumbuhkan plankton dan probiotik memiliki 45 HOK, dengan uraian kerja pengebaran benih, aklimatisasi dan pengontrolan penyakit tenaga kerja berjumlah tiga orang dan memiliki 180 HOK sedangkan untuk pengontrolan pakan memiliki 75 HOK. Berdasarkan data ini, maka dapat dilihat bahwa pekerja tambak pada usaha budidaya udang vanname diperusahaan ini yang berjumlah 16 orang mengalokasikan waktunya bekerja pada tambak udang adalah 1.410 HOK selama satu kali periode produksi sedangkan rata-rata curahan kerja dalam 120 hari atau satu periode produksi adalah 108,46 HOK dengan rata-rata delapan jam kerja per hari per orang.
75
Tabel 5.3.Uraian kerja dan rata-rata curahan waktu kerja karyawan tambak udang vanname PT. Beroro Jaya Vanname dalam 1 periode produksi Jumlah Uraian Kerja HOK Jabatan Tenaga Kerja 1. Mengawasi dan membantu proses produksi 2. Membimbing pengawas Manajer 1 Orang 3. Membuat strategi . perencanaan budidaya 120 4. Membantu mencari solusi untuk permasalahan tenaga kerja dan budidaya 1. Memberikan bimbingan/arahan budidaya kepada pelaksana Supervisior 1 Orang produksi 120 2. Mengawasi jalannya proses produksi(proses budidaya ) Mengawasi keamanan tambak dari pencurian dan gangguan lainnya Keamanan 2 Orang pada pagi sore hari dan sore sampai 360 malam 2 Orang Mengurus mesin dan listrik dalam perusahaan 150 1 Orang Mengukur kualitas air (DO, pH, Treatment pond salinitas, suhu) 45 operation Mengambil sampel kualitas air 1 Orang untuk dikirim dan dilakukan 60 pemerikasaan laboratorium 1 Orang
Membersihkan tambak
1. Perbaikan tambak 2. Pengaturan, pembersihan dan Pond Operation pemasangan kincir/peralatan dan Farmer 1 Orang Melakukan pemupukan shrimp 1 Orang Pengecekan air Menumbuhkan plankton dan 1 Orang probiotik 3 Orang Penebaran benih Aklimatisasi Pengontrolan Penyakit udang 2 Orang Pemberian Pakan Jumlah Rata-rata Sumber: Diolah dari data primer Tahun 2016
60
1 Orang
60 75 60 60 45
180 1.410 108,46
76
Meningkatkan motivasi bekerja kepada karyawan, merupakan salah satu metode yang digunakan oleh perusahaan ini untuk bisa meningkatkan produksi. Dimana
manajer atas persetujuan owner memberikan kompensasi kepada
karyawan setiap proses panen dilakukan. Kompensasi yang diberikan berupa uang intensif kepada karyawan pada saat panen dilakukan yaitu Rp. 75,-/gr dalam setiap dilakukannya pemanenan udang baik parsial maupun panen total. Hal ini menjadi salah satu faktor yang menyebabkan tenaga kerja pada perusahaan ini selain sadar akan tanggung jawab masing-masing, peningkatan produksi pada setiap tambak yang dikelola akan memberikan keuntungan tersendiri bagi setiap karyawan pada perusahaan itu. Peningkatan sumberdaya manusia juga dilakukan oleh perusahaan ini, dimana semua tenaga kerja diberi training tentang tehnis budidaya udang yang baik sesuai standart nasional d.Fungsi Controling (Pengawasan) Fungsi pengawasan menekankan pada bagaimana membangun system pengawasan dan melaksanakan pengawasan terhadap setiap tahap kegiatan. Fungsi pengawasan tersebut dilakukan secara terus menerus untuk menjamin agar pelaksanaan pekerjaan dapat berjalan dengan baik. Fungsi pengawasan pada perusahaan ini ditujukan untuk mengamati dan meneliti terjadinya penyimpangan pada setiap tahap pelaksanaan kegiatan. Dari hasil penelitian menunjukkkan bahwa proses pelaksanaan pengawasan pekerjaan maupun hasil produksi dilakukan oleh pemilik dan manajer tanpa melibatkan karyawan lainnya. Dalam proses kegiatan budiaya jika terjadi masalah seperti
77
menurunnya jumlah produksi akibat tingginya angka kematian udang maka manajer harus sesegara mungkin melakukan evaluasi kinerja karwayan mencari akar pemasalahan dan menemukan solusi, pada kasus diperusahaan ini biasanya tingginya angka kematian udang disebabkan menurunnya nafsu makan pada saat moulting oleh karena itu manajer harus mencari solusi.
Dalam kasus yang
berbeda jika udang terkena penyakit maka manajer harus melakukan tindakan pemusnahan udang dengan cara dibakar kemudian melakukan identifikasi jenis penyakit yang menyerang udang dengan mengirim sampel udang yang terinfeksi ke kantor karantina atau dinas terkait. Hal ini sejalan dengan penelitian Primadha (2008)
menjelaskan bahwa kegiatan controling merupakan aktivitas untuk
menemukan, mengoreksi adanya penyimpangan-penyimpangan dan hasil yang telah dicapai dibandingkan dengan rencana kerja yang telah ditetapkan sebelumnya. Langkah-langkah dalam proses ini sebagai berikut: a. Menetapkan standar metode b. Mengukur prestasi kerja c. Menentukan apakah prestasi kerja memenuhi standar d. Mengambil tindakan koreksi 5.5. Manajemen Budidaya Manajemen dalam konsep usaha budidaya udang vanname pada tambak terdapat beberapa tahapan yang juga merupakan faktor utama dalam usaha budidaya udang vanname yaitu kualitas benih, persiapan tambak, manajemen kualitas air, manajemen pakan dan manajemen pengendalian penyakit.
78
Pembesaran udang vanname merupakan suatu kegiatan budidaya yang bertujuan untuk menghasilkan udang vanname ukuran konsumsi, dalam kegiatan, pembesaran ini udang vanname didorong untuk tumbuh secara maksimu hingga mencapai ukurna panen atau sesuai ukuran pasar. Pembesaran udang vanname dilakukan dengan menerapkan teknologi intensif. Proses pembesaran udang harus memenuhi persyaratan jaminan mutu dan keamanan pangan dan menerapkan cara pembesaran ikan yang baik dari tahap pra produksi, proses produksi dan panen. Tahapan dan faktor utama dalam proses manajemen usaha budidadaya udang vanname di lokasi penelitian adalah sebagai berikut: 5.5.1 Kualitas Benur Benur yang digunakan dalam usaha budidaya tambak udang di lokasi penelitian yaitu berasal dari PT. CP Prima yang terletak di kabupaten Takalar sulawesi selatan. Benur udang vanname yang digunakan harus benar-benar baik dan sehat, kualitas benur yang baik merupakan syarat yang paling utama dalam proses budidaya udang vanname. Benur yang tidak baik, gampang sekali terkena penyakit dan pertumbuhannya kurang optimal sehingga bisa menghambat keberhasilan dalam usaha ini. WWF (2014) menerangkan bahwa benur yang digunakan dalam proses budidaya udang vanname harus bebas virus dan diperoleh dari pembenihan (hatchery) bersertifikat yang dikeluarkan oleh Direktorat Jendral Perikanan Budidaya (DJPB) dan menerapkan cara pembenihan ikan yang baik (CBIB). Untuk hal ini bibit yang berasal dari PT. CP. Prima sudah memenuhi syarat dan ketentuan yang telah menjadi standar karena telah memiliki sertifikat
79
Best Aquaculture Practices (BAP) dan juga Global Global Aquaculture Practices (GAP). 5.5.2 Persiapan Tambak Tambak merupakan salah satu jenis habitat yang dipergunakan sebagai tempat untuk kegiatan budidaya air payau yang berlokasi di daerah pesisir yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut.
Teknologi
budidaya udang yang
digunakan dalam perusahaan ini adalah teknologi intensif dimana luasan t ambak 5.000 m3, sedangkan berdasarkan pedoman umum pembesaran udang vanname yang dikeluarkan oleh kementerian kelautan dan perikanan Republik Indonesia tahun 2016 menjelaskan luasan maksimum tambak dengan teknologi intensif maksimum 0,5 hektar/petak Berdasarkan CBIB dan SNI budidaya udang yang baik seharusnya memiliki saluran air atau pintu masuk air 2 yaitu pintu masuk air dan keluar. Tetapi pada penerapannya, di perusahaan ini hanya memiliki 1 pintu air saja yaitu pintu keluar. Untuk bisa mengambil air dari laut untuk masuk kedalam tendon digunakan alat mesin pompa yang dialiri melalui pipa sedangkan untuk membawa air yang dari tendon ke tambak menggunakan pipa yang juga berfungsi pada saat pergantian air dari tendon ketambak. Perusahaan ini tidak menerapkan sistem dua pintu untuk air masuk dan keluar seperti yang diharuskan oleh panduan CBIB dan SNI, tetapi kenyataannya perusahaan ini mampu mengontrol air agar tidak terjadi masalah seperti terjadinya kontaminasi sehingga mengakibatkan menurunnya produksi udang. Hal ini dikarenakan tambak dibuat tendon pada tambak untuk menampung air yang telah
80
diberikan perlakuan untuk menghindari terjadinya kontaminasi pada tambaktambak yang akan dialirkan air. Hal ini didukung oleh PERMEN-KP (2016) yang menjelaskan saluran air masuk (inlet) dan saluran air buang (outlet) harus terpisah atau dalam hal hanya terdapat satu saluran harus memiliki fungsi spesifik air masuk dam air buanganan. Proses persiapan tambak untuk budidaya udang dengan teknologi intensif dilakukan selama 3 bulan, proses-proses ini diawali dengan beberapa tahapan sebagai berikut: 1. Pengeringan dasar tambak bertujuan untuk mematikan hama dan penyakit. Budidaya tambak udang vanname di perusahaan ini selalu dia awali dengan pengeringan, dimana tanah dasar tambak diangkat untuk membuang sisa-sisa bahan organik di dasar tambak, dilakukan pengangkatan lumpur hitam yang berasal dari sisa kotoran udang serta sisa pakan yang terbuang dan bahan lain yang tidak terdekomposisi atau terurai secara sempurna.
Pembersihan dinding dari lumut dan lumpur yang
diikuti dengan menyapu dasar tambak kemudian disemprot menggunakan desinfektan serta dilakukan perbaikan dinding tambak jika terjadi keretakkan. Proses ini didukung oleh Standar Nasional Indonesia (SNI) Produksi udang vanname ditambak lining (semen) (2015), yaitu persiapan petak pemeliharaan petakan meliputi pengeringan total, penjemuran dasar tambak, pembersihan dinding dari kotoran seperti lumpur, kerang, tritip, dan klekap serta perbaikan wadah.
81
2. Persiapan air media Kualitas air harus diperiksa terlebih dahulu di saluran pemasukan sebelum dimasukkan ke petakan tambak. Air yang akan dialiri ke kalam tambak terlebih dahulu di endapkan ke dalam tendon untuk dilakukan treatmen kualitas air. Pemasukan air dilakukan dengan membuka pintu air (inlet) yang telah dilengkapi dengan saringan minimal 2 lapis ukuran 600μm-1000μm untuk mencegah masuknya hama berupa bibit predator, ikan liar dan pembawa inang penyakit. Setelah itu petakan diisi air setinggi 150 cm sampai dengan salinitas ±30 ppt. Air petakan tersebut disterilisasi dengan kaporit 30 ppm.
Kemudian dilakukan penumbuhan plankton dan
penumbuhan bakteri probiotik. Hal ini sesuai dengan pernyataan WWF (2014) yang menyatakan bahwa pemasukan air dilakukan dengan saringan minimal 2 lapis, untuk mencegah masuknya hama dan inang penyakit. Proses pemasukan air media diikuti dengan kegiatan mengkultur bakteri, pemupukan dan penumbuhan plankton a. Kultur probiotik Jenis bakteri probiotik yang fermentasi adalah jenis nitrobacter, aquacim dan bacillus. Kegiatan ini dilakukan selama 2 hari pada box fermentasi, penggunaan probiotik dapat menstimulasi pertumbuhan plankton, mendegradasi bahan organik dan sisa kotoran udang serta menekan populasi bakteri negative di tambak. Pemberian probiotik pada
82
tambak sebanyak 0,5 ppm/petak dengan frekuensi pemberian 3 kali sehari, yaitu pagi, siang dan malam hari. b. Pemupukan Sterilisasi air dilakukan dengan menggunakan kaporit sebanyak 30 ppm pada air petakan dalam tambak. Selanjutnya dilakukan pemupukan dengan dolomite, dalam kegiatan budidaya ini dolomite berfungsi untuk mencegah peningkatkan pH air agar tidak terlalu mengalami perubahan yang drastis, meningkatkan daya sanggah air, menyediakan Ca dan Mg yang sangat diperlukan udang vanname dalam pembentukan kulitnya, serta membantu menumbuhkan plankton yang baik bagi tambak, sebab merupakan sumber nutrient untuk merangsang pertumbuhan plankton. Pemberian pupuk dilakukan 5 hari sekali, pupuk yang diberikan bertujuan untuk memasok unsur hara yang sangat diperlukan untuk petumbuhan plankton berupa nitrogen, fosfor dan kalium (Khordi, 2012). Proses pemupukan pada lokasi tambak budidaya udang vanname dilakukan sebelum penebaran benih dilakukan. c. Penumbuhan plankton Penumbuhan plankton dilakukan sebagai sumber pakan alami bagi udang vanname, Untuk membantu penguatan dan pengkayaan agar plankton cepat berkembang pada tambak, air petakan ditambahkan kapur dolomite. Sepuluh hari sesudah penumbuhan plankton benih siap ditebar pada air petakan. Pengamatan jenis plankton yang ditumbuhkan kemudian dikirim ke Laboratorium.
83
3. Pengaturan dan pemasangan Peralatan Tiga hal penting dalam fasilitas tambak pada perusahaan ini adalah jumlah kincir, kapasitas kincir dan kecukupan air selama budidaya. Kincir sangat diperlukan untuk membantu menyediakan oksigen bagi udang dan juga membantu proses perataan suhu air dan sentralisasi kotoran. Standar kebutuhan kincir saat awal tebar adalah 1 unit kincir (1 HP) untuk 25.000 ekor benur, sementara standar biomassnya 1 HP biasanya mampu untuk menopang sekitar 300 – 400 kg udang. Oleh sebab itu pada perusahaan ini menambah 4-5 unit kincir (20 HP), tetapi dalam PERMEN-KP (2016) menjelaskan penggunaan kincir angin dengan padat tebar 800.000 sampai 1.000.000 ekor menggunakan minimal 28 kincir/ha dan pompa air sesuai kebutuhan Teknologi
berupa
penggunaan
kincir
angin
menunjang
keberhasilan usaha dalam bidang budidaya skala intensif, sebab ketersediaan oksigen yang cukup bagi kehidupan udang vanname dengan padat penebaran tinggi menjadi faktor penentu peningkatan produksi udang vanname diperusahaan ini selama 5 tahun terakhir. Hal ini tebukti dengan adanya keragaan tingkat produksi setiap tahunnya yang menunjukan trend positif. Sumber energy untuk operasional tambak berasal dari 2 sumber yaitu generator/genset dan PLN (Perusahaan Listrik Negara).
Jumlah
kincir yang akan dipakai tentunya membutuhkan daya listrik, sehingga sejak awal budidaya, kapasitas listrik yang ada harus cukup untuk
84
budidaya. Disamping itu, kecukupan air bagi budidaya mutlak diperlukan, pergantian air perhari disesuaikan dengan umur udang yaitu antara 2,55,0% pada bulan ke 2-3 dan antara 5,0-10,0% pada bulan ke 4. (SOP PT. Penebaran benur akan dilakukan setelah semua persiapan lahan siap untuk memulai proses day of culture atau periode kultur (budidaya), tetapi 3 hari sebelum dilakukan penebaran dilakukan pengiriman sampel untuk uji kualitas air di laboratorium. Tahapan selanjutnya adalah kincir sebanyak 4-5 dinyalakan selama kurang lebih 12 jam sebelum tebar, tujuan penyalaan kincir ini adalah untuk menyuplai oksigen dan juga untuk meratakan bahan-bahan yang sebelumnya ditebar dan mempercepat penguapan zat-zat tersebut sehingga tidak membahayakan benur yang akan ditebar. Hal ini selaras dengan Standar Nasional Indonesia ( SNI) produksi udang vanname pada tambak lining (2015) yang menyatakan bahwa pengaturan jumlah dan letak kincir dilakukan agar limbah organik terkonsentrasi pada central draind di dasar tambak serta bertujuan pemerataan oksigen dan temperatur
pada seluruh kolam air secara
vertical-horizontal di petak pemeliharaan. 4.
Penebaran benih Benur merupakan faktor utama dalam penentuan keberhasilan usaha budidaya ini.
Oleh karena itu, agar dalam budidaya tingkat
keberhasilannya tinggi harus digunakan benur yang berkualitas baik (Suprapto, 2005).
85
Benur udang vanname ditebar setelah ada penyesuaian kondisi parameter air media pengemasan dan tambak. Penebaran benur dilakukan setelah air dalam tambak siap yang ditandai dengan perubahan warna air yaitu warna hijau cerah atau coklat muda. Perubahan warna yang terjadi disebabkan oleh jenis plankton yang ditumbuhkan di dalam tambak. Benur dipesan dari hatchery yang dimiliki oleh PT. CP. Prima di Takallar dengan harga Rp. 50,00/ekor. Benih standar berukuran 8 ml atau setara PL 10 tersebut ditebar pada sore hari untuk memperkecil resiko stress pada benur. Penebaran diawali dengan proses aklimatisasi suhu media angkut benur, agar benur
tidak terlalu stress pada saat penebaran.
Halimah dkk (2005) menjelaskan bahwa aklimatisasi dilakukan untuk adaptasi terhadap suhu dan salinitas antara air media pengangkutan benur dan air petakan tambak. Langkah awal proses aklimatisasi yaitu plastik berisi benur diapungkan pada pinggiran petakan yang telah dibuat pagar dari bamboo atau tali raffia berbentuk segi empat selama kurang lebih 15-20 menit untuk adaptasi suhu pada kantung berisi benur dengan air pada petakan tambak, hal ini didikasikan dengan terdapat embun pada plastik berisi benur, setelah itu
ikatan dibuka dan benur dituang kedalan bak
penampungan yang telah berisi air petakan yang telah di beri aerator didalamnya untuk memperkecil perbedaan salinitas, setelah benur dapat beradaptasi dengan suhu dan salinitas petakan dan gerakannya mulai aktif lagi, benur dapat ditebar ke dalam petakan, lama pemeliharaan benur
86
pada saat tebar sampai panen berkisar antara 3-4 bulan dengan padat tebar 80-100 ekor/m2. Tingkat penebaran benih udang dengan teknologi intensif berdasarkan SOP adalah 800.000 (delapan ratus ribu) sampai dengan 1.000.000 ekor/hektar. Sedangkan penerapan dalam perusahaan ini baru mencapai 500.000 ekor/hektar.
Proses aklimatisasi dan penebaran di
dalam tambak dapat dilihat pada Gambar 5.2.
Gambar 5.2 Proses aklimatisasi di dalam tambak
5.5.3 Manajemen Kualitas air Manajemen kualitas air mempunyai peran yang sangat penting pada keberhasilan budidaya udang.
Air sebagai media untuk hidup, berpengaruh
langsung terhadap kesehatan dan pertumbuhhannya. Kualitas air tambak yang baik akan mengdukung pertumbuhan dan perkembangan udang vanname secara optimal.
Sistem yang digunakan dalam budidaya udang vanname ini adalah
sistem budidaya intesif, sehingga ada pergantian atau sirkulasi
sebelumnya
diendapkan air dan ada pemasangan kincir. Sumber air laut didapatkan dari laut yang sebelumnya diendapkan di tendon, sedangkan sumber air tawar didapatkan
87
dari sumur bor dari lokasi budidaya. Tujuan dari pengelolaan kualitas air adalah agar media pemeliharaan sesuai dengan kebutuhan hidup dan pertumbuhan udang serta tidak terkontaminasi bahan-bahan berbahaya. Solis dan Obarra (1994) menjelakan bahwa kualitas air tambak akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan udang vanname oleh karena itu, kualitas air tambak perlu diperiksa secara seksama. Parameter-paramater kualitas air yang diukur dalam kegiatan budidaya tambak udang vanname ini adalah: suhu, salinitas, pH, kekeruhan, oksigen terlarut, ammonia, nitrit dan alkalinitas. Selanjutnya, halimah dkk (2005) menjelaskan Parameter-paramater tersebut akan
mempengaruhi proses metabolisme
tubuh
udang, seperti keaktifan,
mencari pakan, proses pencemaran dan pertumbuhan udang. Keberhasilan suatu budidaya ditentukan oleh manajemen pengelolaan kualitas air.
Hal ini
dikarenakan udang vanname sangat sensitive terhadap lingkungan/media hidupnya. a. Penambahan dan Penggantian Air Penambahan air dilakukan untuk mempertahankan ketinggian air dalam tambak. Pergantian air dilakukan untuk mempertahankan kualitas air.
Pergantian air didahului dengan membuang air 5 cm, kemudian
menambahkan air yang berasal dari tendon sebanyak 5 cm juga. Pembuangan air dilakukan dengan pompa dan disimpan
kewadah
penampungan terlebih dahulu untuk diendapkan kemudian dialirkan kesebelah tambak.
Pada saat umur udang 1-30 hari tidak dilakukan
penambahan air, hal ini dilakukan menjelaskan bahwa pada umur 1-30
88
hari, ketinggian air masih stabil dan belum terjadi penguapan serta rembesan, selain itu juga untuk membantu pertumbuhan plankton yang digunakan sebagai pakan alami dari udang. SNI produksi udang vanname (2015) menjelaskan penambahan air dilakukan untuk menggantikan air yang hilang karena perembesan dan penguapan dengan dengan tujuan mempertahankan ketinggian air minimal 260 cm dari dasar petak pemeliharaan. b. Pengukuran Kualitas air Pengukuran kualitas air di perusahaan ini dilakukan secara visual, yaitu dengan melihat kecerahan, warna air dan menggunakan alat ukur kualitas air untuk mengukur pH, suhu, Dexolved oksigen (DO) dan salinitas yang dilakukan pagi dan sore hari, selanjutnya pengukuran parameter kualitas air lainnya di kirim Laboratorium, hasil pengukuran kualitas air dapat dilihat pada lampiran.2 Halimah, dkk (2005) menjelaskan bahwa, kualitas air tambak erat dengan kondisi kesehatan udang. Beberapa kualitas air primer yang harus selalu dipantau yaitu suhu air, salinitas, pH air, kandungan oksigen terlarut dan ammonia. Parameter-parameter tersebutt akan mempengaruhi proses metabolism tubuh udang, seperti keaktifan mencari pakan, proses pencernaan, dan pertumbuhan udang. Pengukuran hasil kualitas air pada PT. Beroro Jaya vanname dengan teknologi intensif dapat dilihat pada Tabel 5.4 berikut ini:
89
Tabel 5.4 Pengukuran hasil kualitas air pada PT. Beroro Jaya vanname dengan teknologi intensif Parameter Metode atau Waktu Hasil Angka Alat uji Uji Uji Referensi* Salinitas Handrefraktometer Pagi & sore 29-33 15-25 ppm DO DO meter Pagi, sore & malam 3,4-4,2 >4 ppm Suhu Termometer Pagi,sore & malam 29-30 26-32 pH pH meter Pagi & sore 7-8 7-8 Sumber: PT. Beroro Jaya Vanname Juli 2016 Tabel 5.4 menjelaskan nilai salinitas yang diperoleh pada kegiatan budidaya udang vanname pada perusahaan ini berkisar antar 29-33 ppt. meskipun nilai yang diperoleh pada pengukuran salinitas melebihi dari angka referensi tetapi dalam proses budidaya diperusahaan ini tidak dilakukan upaya menurunkan nilai tersebut, karena pada dasarnya kisaran toleransi udang vanname mencapai 35 ppt. WWF (2014) memperjelas bahwa kisaran toleransi salinitas pada udang vanname 0-35 ppt. Pada dasarnya dibanding dengan udang jenis lain, udang vanname menyukai air media budidaya dengan salinitas atau kadar garam lebih rendah 10-35ppt, pertumbuhan yang baik (optimal) diperoleh kisaran salinitas 15-20ppt. Selanjutnya menurut sulistyanto (2008), salinitas merupakan parameter air yang penting bagi udang meskipun pengaruhnya tidak spontan tetapi akan menghambat pertumbuhan udang. Kandungan oksigen terlarut yang tercatat dalam monitoring kualitas air pada tabel diatas berkisar 3-4 ppm, nilai ini memenuhi syarat hidup udang, hal ini didukung oleh WWF (2014) yang menyatakan bahwa kandungan oksigen terlarut (Dexolved Oksigen) yang diukur dengan menggunakan DO meter yaitu >4 ppm.
Selanjutnya Standar Nasional
90
Indonesia (SNI) Produksi Udang Vanname (2015) juga menerangkan niali persyaratan kualitas air pemeliharaan udang vanname minimal 4 mg/l. Suhu sangat berpengaruh dalam proses budidaya udang
sebab
suhu yang tinggi ikut mempengaruhi nafsu makan pada udang. Dari data yang diperoleh nilai suhu berada pada kisaran 29-300C, hal ini juga didukung oleh SNI Produksi Udang Vanname (2015) bahwa persyaratan kualitas air pemeliharaan udang berkisar antara 29-320C. Halimah, dkk (2005) menjelaskan suhu
optimal
Selanjutnya
pertumbuhan udang
antara 26-320C. Jika suhu lebih dari angka optimum maka metabolisme dalam tubuh udang akan berlangsung cepat imbasnya kebutuhan oksigen terlarut meningkat. Dalam hal ini berarti perlu dilakukan penambahan kincir dan hal ini berarti menambah biaya produksi. Pemeriksaan kualitas air jika dalam proses budidaya mendapatkan nilai yang diluar dari batas toleransi hidup udang vanname maka akan dilakukan tindakan koreksi yaitu, jika DO kurang maka perlu dilakukan penambahan kincir atau pergantian air baru,
jika pH rendah maka
dilakukan pengapuran sedangkan pH tinggi dilakukan pergantian air secara bertahap. Kecerahan dibawah 20 dilakukan penambahan air, di atas 40 dilakukan pemupukan susulan, serta tindakan-tindakan koreksi lainnya yang dapat menganggu kualitas air dan mempengaruhi pertumbuahan usaha budidaya udang vanname. PERMEN-KP (2016) tentang pedoman pembesaran udang vanname lebih lanjut menjelaksan parameter kualitas air pemeliharaan
91
dengan tingkat teknologi sederhana, semi intensif, intensif dan super intensif pada tabel 5.5 Tabel 5.5 Parameter Kualitas Air Pemeliharaan pada tingkat teknologi yang berbeda Tingkat Teknologi No Parameter Satuan Semi Super Sederhana Intensif Intensif Intensif 0 1 Suhu C 28-32 28-31,5 >27 29-32 2 Salinitas g/l 5-40 10-35 26-32 26-32 3 pH 7,5-8,5 7,5-8,5 7,5-8,5 7,5-8,5 4 DO Mg/l >3,0 ≥ 3,0 ≥4 >4 Sumber: BJV dalam angka 2016 Berdasarakan Tabel 5.4 dan 5.5 pengujian dilapangan dengan
dapat dibandingkan hasil
PERMEN-KP dapat dsimpulkan bahwa
pada perusahaan ini sudah memenuhi syarat pengelolaan kualitas air dari usaha pembesaran
udang vanname
pada tingkat teknologi
intensif
dengan baik. c. Pengendalian air saat hujan Pengontrolan air dilakukan juga diperusahaan ini apabila terjadi hujan. Pengontrolan dilakukan saat dan sesudah hujan. Pengecekkan ketinggian pintu air harus disesuaikan dengan ketinggian air tambak, hal ini bertujuan agar air permukaan dapat langsung terbuang melewati pintu air, selain itu terdapat pipa yang dipasang pada saluran pengeluaran air. Pada saat terjadi hujan, dilakukan pengadukan air tambak dengan menggunakan kincir untuk menghindari stratifikasi suhu.
Apabila pH
tambak mengalami penurunan, mereka melakukan penambahan dolomite dosis 5ppm.
92
5.5.4 Manajemen Pakan Pada budidaya udang vanname secara intensif di lokasi penelitian, manajemen pakan merupakan hal yang sangat besar pengaruhmya terhadap keberhasilan usaha budidaya, hal tersebut disebabkan pertumbuhan udang sangat bergantung terhadap konsumsi pakan yang diberikan. Manajemen pakan pada prinsipnya adalah memberikan pakan secara tepat sesuai kebutuhan udang untuk hidup dan tumbuh optimal. Tingkat pemberian pakan yang kurang mengakibatkan pertumbuhan udang terhambat, sedangkan pemberian pakan berlebih bisa menimbulkan pencemaran air yang berasal dari akumulasi sisa pakan pada dasar tambak. Akibatnya udang mudah stress sehingga pertumbuhan udang juga ikut terhambat, selain itu daya tahan udang terhadap penyakitpun menurun sehingga angka mortalitasnya meningkat. Pakan yang baik adalah pakan yang mengandung nutrisi lengkap, tidak rusak dan tidak berjamur. Pakan yang diberikan dari awal tebar sampai panen adalah pakan merk Irawan milik PT. CP. Prima. Jenis pakan ini diberikan karena memilki stabilitas terhadap air yang baik dan disukai udang selain itu tersebut juga mengandung nutrisi lengkap dan memiliki sertifikat.
Direktorat Jendral
Perikanan Budidaya (DJPB) menjelaskan bahwa pakan yang baik adalah pakan yang mengandung nutrisi lengkap, tidak rusak dan tidak berjamur, juga menggunakan pakan dari perusahaan yang telah memperoleh sertifikat yang dikeluarkan oleh DJPB . Menurut Topan (2007) pada awal pemeliharaan, pakan yang diberikan berbentuk crumble∕remahan karena ukuran udang yang kecil dan
93
menyesuaikan dengan bukaan mulut udang, pernyataan ini senada dengan kegiatan pemberian pakan yang dilakukan oleh perusahaan ini, dimana pada pemeliharaan udang vanname dilakukan pemberian pakan dalam 2 bentuk yaitu crumble dan pellet. Program pemberian pakan yang tepat merupakan syarat yang tidak boleh ditinggalkan, karena merupakan hal penentu dalam keberhasilan usaha budidaya udang vanname.
Program pakan pada perusahaan ini dimulai dengan Blind
Feeding Program. Feeding program berupa pengaturan volume dan frekuensi pemberian makanan juga menjadi kunci efisiensi penggunaan pakan. Blind Feeding Program diperusahaan ini menggunakan formulasi 4-4-6-8, artinya adalah pakan awal diberikan dengan perhitungan tiap 100.000 ekor benur diberi pakan 4 kg, selanjutnya kenaikan pakan per hari 0,4 kg sampai 10 hari pertama, jumlah pemberian pakan tidak terlalu banyak benur udang masih memanfaatlan pakan alami yang tersedia dalam petakan . Menginjak 10 hari kedua (DOC 11) kenaikan pakan perhari adalah 0,6 kg/100.000 benur. Memasuki 10 hari ketiga (DOC 21) kenaikan pakan per hari adalah 0,8 kg/100.000 benur. Blind Feeding Program ini diberikan selama 30 hari, dengan menerapkan program pakan ini pembudidaya mengaharapkan, MBW udang saat DOC 30 adalah 4 gr dan hal tersebut sudah membuahkan hasil selama 5 tahun sejak program ini diterapkan di perusahaan ini. Setelah umur 30 hari pakan yang diberikan berdasarkan estimasi SR dan kondisi/informasi habis/tidaknya pakan di anco (score anco) dimana control anco dilakukan setiap 2,5 jam.
94
Pemberian pakan masih dengan metode Blind Feeding Program karena banyaknya konsumsi pakan masih belum bisa dikontrol melalui anco, setelah dilakukan sampling pertama pada umur 35 hari, pemberian pakan baru bisa melalui anco (Topan, 2007). Anco bermanfaat untuk memantau laju konsumsi pakan dan memprediksi jumlah pakan yang ditebar selanjutnya, selain itu juga berfungsi untuk mengontrol kesehatan dan pertumbuhan udang. Jumlah anco pada tambak di perusahaan ini yaitu 4-5 buah perpetak yang disimpan pada tiap sudut dan tengah tambak. Jumlah pakan dalam anco adalah 0,6% dari total pakan yang diberikan, pada umur 30 hari, pakan buatan yang diberikan sudah dalam bentuk pellet dan frekuensi pemberian pakan adalah lima kali sehari yaitu pukul 7 pagi, 11 dan 2 siang, 5 sore dan 10 malam WITA, karena udang sudah terbiasa dan banyak bergantung pada pakan buatan. Hal ini didukung oleh Briggs (2004) yang menyatakan bahwa pakan yang dikonsumsi udang secara normal akan diproses selama 3-4 jam setelah pakan dikonsumsi, kemudian sisanya dikeluarkan sebagai kotoran. Jika pakan di anco tidak habis, dosis pemberian pakan selanjutnya dikurangi sebanyak 10-29%. 5.5.5 Manajemen Penyakit Udang Pencegahan masuknya hama dan penyakit dilakukan sejak tahap persiapan lahan tambak. Berbagai jenis upaya dilakukan untuk memperkecil kemungkinan udang terkena penyakit atau terserang hama, diantaranya pemasangan strimin filter pada pintu air, treatment air juga dilakukan pada petak tandon agar air yang masuk dipetakan tidak menyebabkan udang mengalami kematian atau terserang penyakit. Kemudian sterilisasi air juga dilakukan menggunakan kaporit sebelum
95
proses penebaran benur dilakukan. Selain itu juga dilakukan pemasangan pagar penghalang untuk menghindari serangan seperti biawak, kepiting dan lain sebagainya untuk mencegah
masuknya predator-predator dan hama yang
mengakibatkan penurunan jumlah produksi. Hal ini senada dengan pernyataan Adiwidjaya (2007) yang menyatakan bahwa pencegahan masuknya hama dan penyakit dilakukan sejak tahap persiapan. Langkah-langkah yang diambil antara lain dengan mensterilkan air yang masuk dengan kaporit dan saponin. Pemasangan filter berupa net atau jaring pada pipa inlet air laut dan air tawar, juga dilakukan untuk mencegah masuknya hama ke dalam petakan. Sedangkan pencegahan penyakit pada udang vanname bisa dilakukan dengan penggantian air tambak, pengelolaan pemberian pakan dan pemberian probiotok. Tahap pemeliharaan udang vanname pada tambak budidaya ini, jika penyakit menyerang udang, tindakan yang dilakukan meliputi 2 tahapan, tahapan yang pertama jika pada saat udang terkena penyakit sudah masuk dalam size ekonomi maka udang
langsung dijual, tahapan ke dua, jika udang terkena
penyakit dan tidak mendapat pembeli pada saat itu juga maka udang yang terkena penyakit segera dilakukan penanganan dengan cara dibakar. Hal ini mencegah terjadinya kontaminasi pada tambak-tambak disekelilingnya.
Selain itu juga
permasalahan yang sering timbul adalah menurunya nafsu makan udang akibat molting. Hal ini diantisipasi dengan penambahan kapur sebanyak 15 ppm per petak. Hal ini bertujuan untuk menyuplai kalsium sebagai pembentuk karapaks udang untuk mempercepat proses molting. Selanjutnya Halimah, dkk (2005) menjelaskan karena pada saat proses molting, kondisi tubuh udang vanname
96
melemah dan mudah terserang penyakit. Pada saat seperti ini banyak udang yang mengalami kematian. Kontrol penyakit yang dilakukan pada perusahaan ini tidak melakukan pencatatan tersendiri, tetapi hanya mengidentifikasi penyakit udang berdasarkan ciri-ciri marfologi pada udang yang terkena penyakit, dengan melihat panduan dari CP. Prima tentang ciri-ciri dan nama penyakit udang yang telah diberikan. 5.6 Produksi dan Pemasaran 5.6.1 Produksi Pemanenan udang vanname di lokasi penelitian dilakukan secara parsial dan panen total. Panen parsial tidak bisa dilepaskan dengan pelaksanaan SOP budidaya udang yang mencakup persiapan
lahan, manajemen
pakan dan
manajemen kualitas air. Panen parsial dilakukan saat kondisi udang dalam keadaaan sehat yaitu nafsu makan bagus, tidak terjadi mortalitas harian yang banyak, tidak ada indikasi serangan virus atau penyakit lainnya. Jumlah biomass yang diambil saat panen parsial bisa dihitung dengan melihat estimasi dari sampling dan juga sangat berkaitan dengan kemampuan daya dukung lahan. Daya dukung lahan tambak budidaya udang vanname semakin lama akan semakin turun yang diantaranya diakibatkan oleh penumpukan bahan organik sisa pemeliharaan sebelumnya yang tidak sempurna dibersihkan. Untuk mengetahui bagaimana panen parsial itu bisa dilakukan adalah dengan mengukur kadar DO pada malam hari yang sudah sering kurang dari 4 ppm. Panen parsial memiliki manfaat sebagai perikut:
97
1. Kondisi kualitas air cukup terjaga selama budidaya; hal ini sangat memungkinkan karena dengan konsep ini, maka daya dukung lingkungan terhadap biomass akan semakin ringan. Kualitas air yang bagus selama budidaya akan menjadi modal yang snagat bagus untuk mendapatkan pertumbuhan dan biomass yang bagus 2. Memperkecil resiko kegagalan; hal ini erat kaitannya dengan kondisi kualitas air yang terjaga stabil.
Tingkat stress udang akan semakin
menurun, sehingga daya tahan udang terhadap serangan penyakit akan semakin baik. 3. Masa budidaya lebih pendek; petumbuhan udang setelah dilakukan panen parsial akan meningkat semakin bagus. Hal ini akan mempercepat atau mememperpendek masa budidaya
untuk mendapatkan size yang
ekonomis. dengan Waktu budidaya lebih pendek, maka dalam satu tahun bisa didapat lebih dari 2 siklus budidaya 4. Keuntungan ata profit lebih besar; keuntungan yang lebih besar ini didapatkan dari 2 hal yaitu, biomass dan size udang yang lebih besar. Dengan panen parsial kita bisa mendapatkan biomass yang lebih besar. Keuntungan kedua adalah dari harga size udang yang dipanen akhir tentu akan lebih mahal (SOP CP. Prima, 2015). Tabel 5.6 menjelaskan dalam kolam 5000 m2 dengan kepadatan tebar 100,ekor/m2, jumlah benur 500.000 ekor/ha, perkiraan hidup pada hari ke 70 mencapai 80% memiliki ukuran 72 dengan berat 13,9 gr dan estimasi biomas mencapai 5.556 sehingga panen parsial 20 ekor/m2 adalah 1.389. Sisa populasi
98
300.000/ha atau 60 ekor/m dan akan dilakukan panen akhir udang berukuran 60 dengan jumlah 5.500 sehingga total panen per hektar diperoleh dari hasil penjumlahan panen total dan panen parsial. Perhitungan dan ketentuan panen parsial di lokasi penelitian disajikan pada Tabel 5.6 Tabel 5.6 Perhitungan dan ketentuan panen parsial pada PT Beroro Jaya Vanname Luas Kolam 5.000 Density 100 Jumlah Benur 500.000 SR DOC 70 80% Populasi 400.000 = 80 ekor/m Size 72 = 13,9 gr EST Biomass 5.556 Parsial 20 ekor/m2 1.389 Sisa Biomass 4.167 Sisa Populasi 300.000 = 60 ekor/m Panen Akhir size 40 SR 60 5.500 Total Panen 7.500 + 1.389 = 8.889 Sumber: BJV dalam angka 2016 Panen total udang vannme dilakukan jika umur udang sudah 120 hari dan ukuran udang sudah mencapai 50 ekor per kg (size 50). Penyataan ini didukung oleh SNI (2015) cara panen udang vanname dilakukan secara parsial sekitar 30% pada masa pemeliharaan 60-70 hari untuk menyesuaikan daya dukung lahan, sedangkan pemanen total dilakukan setelah sampai masa pemeliharaan 120 hari atau marketabel size. Dalam proses usaha budidaya udang ini saat umur udang mencapai 120 hari maka pembeli sudah siap dan menjemput langsung kelokasi tambak. 5.6.2 Pemasaran Semua jenis usaha baik usaha berskala besar maupun bersakal kecil sudah tentu membutuhkan biaya untuk memulai usaha, maka faktor pemasaran mempunyai arti penting dalam suatu kegiatan usaha, oleh karena itu pemasaran
99
perlu dikelola dengan baik dan benar.
Nasution (2005) mengatakan bahwa
kualitas adalah kesesuaian dengan kebutuhan pasar atau konsumen, atau dengan kata lain perusahaan harus benar-benar memahami apa yang dibutuhkan konsumen atau suatu produk yang akan dihasilkan. Dalam pemasaran diperusahaan ini tidak dijumpai persaingan dan penjualan. Sistem pembayaran dilakukan secara langsung dan tidak langsung yang terjadi pada saat transaksi penjualan. Tambak usaha budiaya udang vanname di lokasi penelitian ini sudah memiliki pembeli tetap yang berasal dari PT. Muha Jaya di Banyuwangi yang biasa membeli udang vanname. Harga udang berubah-ubah, tergantung dari harga udang dipasar domestik dan intenasional. Setiap saat memungkinkan terjadinya kenaikan maupun penurunan harga, jadi para petambak harus bisa melihat saat yang tepat untuk memanen udangnya. Harga udang vanname saat ini adalah Rp. 45. 000 pada ukuran 50, yang dimaksud dengan ukuran disini
adalah
banyaknya udang dalam satu kilogram. Misalnya ukuran udang adalah 40, artinya dalan satu kilogram terdapat 40 ekor udang. Daftar harga udang setiap tahunnya disajikan dalam Tabel 5.7. Tabel 5.7 Menjelaskan harga udang vanname pada dua tahapan pemanenan, pada size 100 harga udang mencapai Rp. 30.000,- dan size 70-80 harga udang mencapai Rp. 32.000,- sedangan pada tahun 2012-2013 dengan size 50 harga udang mencapai Rp. 35.000,- selanjutnya tahun 2014 harga udang mencapai Rp. 40.000,- dan tahun 2015-2016 size 50 dengan harga 45.000,-
100
Tabel 5.7 Daftar harga jual udang vanname Tahun 2012-2016 Panen Parsial Panen Total Tahun Harga Udang (Rp) Size Harga Udang (Rp) 2012 32.000 70 35.000 2013 32.000 80 35.000 2014 32.000 80 40.000 2015 30.000 100 45.000 2016 32.000 70 45.000 Sumber. BJV dalam angka 2016
Size 50 50 50 50 50
5.7 Sarana dan Prasarana Perusahaan Aktivitas budidaya dengan penebaran tinggi memerlukan perhatian dan perlakuan yang
lebih terhadap udang yang dibudidayakan, oleh karena itu
aktivitas budidaya memerlukan peralatan dan perlengkapan tambak yang optimal. Pola budidaya secara intensif memerlukan peralatan dan perlengkapan sebagai berikut: 1. Kincir, berfungsi untuk menghasilkan oksigen terlarut, melokalisir lumpur yang berada pada dasar tambak, dan menyeimbangkan parameter kualitas air terutama suhu dan oksigen terlarut kincir terdiri dari dua jenis yaitu 1 HP dan kincir 2 HP. 2. Mesin Pompa Air, adalah alat listrik yang digunakan untuk memompa air masuk dan keluar pada tambak, yang dialiri melalui pipa-pipa yang berukuran 8 dan 10 inchi 3. Anco dan Jembatan Anco, anco adalah alat yang digunakan untuk mengontrol populasi udang pada Day of Culture (DOC) awal mengontrol konsumsi pakan udang dan monitoring kesehatan udang. Jembatan Anco adalah tempat untuk melakukan pengecekkan anco yang posisinya 2,5 meter dari dinding tambak ke arah tengah.
101
4. Strimin filter, adalah alat untuk menyaring kotoran atau organisme air yang terbawa air masuk ke lingkungan tambak yang dipasang pada pintu masuk air dan pipa paralon yang menghubungkan sumber air laut menuju tendon atau dari tendon menuju tambak. 5. pH air adalah alat yang digunakan untuk mengukur kadar keasaman dalam air tambak 6. Secchi disk, yaitu alat yang digunakan untuk mengukur kecerahan air dalam satuan cm yang berbentuk lingkaran dengan pegangan berupa kayu yang diberi skala dan dicat hitam dan putih 7. Soil tester adalah alat yang digunakan untuk mengukur kadar asam tanah 8. DO meter, adalah alat yang digunakan untuk mengukur oksigen terlarut dalam air tambak 9. Handrefraktometer, adalah alat yang digunakan untuk mengukur kadar salinitas air tambak 10. Water Jet adalah alat yang digunakan untuk menyemprot lahan tambak setelah pengeringan dilakukan 11. Serok halus dan serok kasar, serok halus adalah alat yang digunakan untuk membuang busa yang berada di permukaan air tambak.
Serok kasar
adalah alat untuk mengambil udang yang menempel di dinding, udang lemah, udang sakit dan udang keropos dari dalam tambak. 12. Basket adalah alat berbentuk keranjang yang digunakan untuk menyimpan udang pada saat panen
102
13. Jalas lempar, adalah alat yang digunakan untuk pengambilan sampling udang vanname serta pada saat proses pemanenan parsial 14. Timbangan, adalah alat yang digunakan untuk menimbang pakan, kapur dan kaporit. 15. Blon, adalah drum plastik yang dibagi 2 yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara ketika panen udang vanname dilakukan 16. Pintu Air, adalah pintu yang berfungsi mengatur kebutuhan air dalam tambak, baik kekelompok tambak maupun keseluruh hamparan tambak 17. Kondom, adalah alat yang dipasang di pintu air tambak yang memiliki luas seperti mulut pintu air untuk menadah udang agar tidak lolos ketika pintu air dibuka 18. Kayu berskala, adalah alat yang berfungsi sebagai meteran untuk melihat tinggi air pada saat proses budidaya 19. Pagar penghalang adalah pagar yang terbuat dari jaring dan dipasang mengelilingi tambak untuk mencegah kepiting, biawak dan seranganserangan hewan pembawa penyakit masuk ke dalam tambak yang bisa mengganggu proses budidaya udang vanname Sarana lain yang tersedia di lokasi tambak udang vanname pada PT. Beroro Jaya Vanname adalah: 1. Gudang tempat penyimpanan pakan Bangunan ini digunakan sebagai tempat untuk menyimpan pakan, alat-alat pengukuran kualitas air, alat-alat sampling dan pemanenan, timbangan pakan. Selain sebagai tempat penyimpanan pakan dan alat-alat
103
produksi lainnya. Ruangan ini harus tetap terjaga agar tidak basah dan dapat menyebabkan kerusakan pada pakan 2. Mess karyawan Bangunan ini digunakan para karyawan untuk beristirahat siang dan malam hari yang bangunannya tidak terpisah dengan ruang makan, dapur dan ruang pakan, tetapi terdapat sekat untuk membedakan antara ruang satu dengan yang lain 3. Ruang mesin Bangunan ini dibangun secara terpisah dengan mess karyawan dan ruang-ruang lainnya. Digunakan untuk menyimpan mesin genset, panel dan bengkel. 4. Tandon air laut Pengisian atau masuknya air laut tergantung dari pasang dan surutnya air laut. Air laut yang akan digunakan terlebih dahulu disimpan dalam tendon dan kemudian disterilkan dengan pemberian klorin, luas tendon 3.000 m3 Hal ini dilakukan untuk menjaga agar air yang nantinya masuk dalam kolam pemeliharaan steril dan bebas dari parasit yang dapat merugikan proses budidaya. 5. Bak kultur probiotik Bak ini terbuat dari tong besar yang digunakan untuk membiakkan/kultur probiotik, tersedia untuk menyuplai kebutuhan probiotik udang serta penstimulus pertumbuhan plankton.
104
5.8 Keragaan Tingkat Produksi Produksi merupakan tujuan utama kegiatan usaha pembesaran udang vanname yang diharapkan mampu dihasilkan udang dalam jumlah dan bobot yang besar sehingga mendapatkan keuntungan secara ekonomis. Budidaya udang vanname umumnya dilakukan dengan tingkat penebaran yang tinggi yaitu 100 ekor/m2 – 150 ekor/m2. Oleh karena itu diperlukan suatu manajemen khusus untuk bisa meningkatkan produksi dan meminimalisir kematian serta kegagalankegagalan lain yang bisa menghambat usaha pembesaran udang vanname di perusahaan ini. Peningkatan produksi usaha budidaya udang vanname di lokasi penelitian setelah menerapkan manejemen dalam kegiatan pengelolaan produksi sampai manajemen budidaya, terbukti memiliki peningkatan jumlah produksi udang vanname setiap tahunnya. Rincian biaya usaha budidaya udang vanname yang dihitung 1 kali produksi dengan size udang 50 disajikan pada tabel 5.8. Hasil budidaya udang vanname selama lima tahun terakhir sejak perusahaan ini menjalankan fungsi-fungsi manajemen yang sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP) dalam segi budidaya dan pengelolaannya, perusahaan ini terus mengalami peningkatan produksi. Kenaikan produksi udang vanname dari tahun 2012-2016 di lokasi penelitian ditampilkan pada Gambar 5.3. Produksi
udang vanname selama lima tahun terakhir memiliki
kecendrungan terus naik. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 5.3 peningkatan jumlah produksi udang vanname tiap tahun selalu mengalami kenaikan, semenjak melakukan hubungan kemitraan bersama CP. Prima dalam hal pengadaan bibit serta tata cara dalam pembudidayaannya kenaikan rata-rata udang selama lima
105
Tabel 5.8 Biaya usaha budidaya udang vanname pada Lahan Seluas 5,5 Ha dan Lama Pemeliharaan 120 Hari pada tahun 2016 A BIAYA 1 Modal Investasi a. Sewa Tanah (Harga beli Tanah) Rp 50.000.000 b. Pembuatan Tambak Rp. 30.000.000 c. Pembuatan rumah Jaga, Instalasi air, pipa dll Rp 20.000.000 Jumlah Rp 100.000.000 2 Penyusutan 10 % dari modal investasi Rp 10.000.000 3 Biaya Operasional a. Jumlah benur 2.500.000 ekor/tambak @50.00 Rp 125.000.000 b. Pakan 200 Sak @90.000 Rp 25.000.000 c. Tenaga kerja 18 orang Rp 89.600.000 - 1 Orang x Rp. 3.000.000 - 1 Orang x Rp. 1.800.000 - 16 Orang x Rp. 1100.000 d. Listrik dan bahan bakar Rp. 90.000.000 e. Obat-obatan, pupuk dan probiotik Rp 20.000.000 Jumlah Rp 372.000.000 4 Biaya Total Biaya Total = Biaya tetap + Biaya Operasional Rp 472.000.000 B PENERIMAAN DAN LABA 1. Penerimaan Volume Produksi (Kg) Rp 37.000 Harga Jual (Rp) Rp 45.000 Penerimaan = Volume produksi x Harga Jual Rp 1.665.000.000 2. Laba Laba Operasional = Penerimaan – Biaya Oprsional Rp 1.293.000.000 Laba per siklus = Penerimaan – Biaya Total Rp 1.193.000.000 Sumber : BJV dalam angka 2016 tahun terakhir adalah 146,7%. Sejalan dengan tren produksi udang yang terus naik, volume ekspor udang selama lima tahun terakhir juga menunjukan tren yang positif, artinya peningkatan volume produksi udang di lokasi penelitian sejalan dengan peningkatan volume ekspor udang di Indonesia yang juga mengalami kenaikan. Data-data persentase perkembangan produksi dalam beberapa siklus selama lima tahun terakhir disajikan pada Tabel 5.9
106
Produksi
40000
37,000
35000
32,000
30000
27,000
25000 20,000
Tahun
20000
Produksi (kg)
15,000 15000 10000 5000
2012
2013
2014
2015
2016
0 1
2
3
4
5
Gambar 5.3 Kenaikan produksi udang vanname di PT. Beroro Jaya Vanname Tahun 2012-2016 Tabel 5.9 menjelaskan perkembangan produksi dalam tiga kali siklus yaitu januari 2012-Agustus 2016. Data menjelaskan bahwa tahun 2012 produksi udang dalam tiga kali siklus produksi rata-rata kenaikannya mencapau lima ton, jika dilihat dalam satu kali produksi dari Tabel 5.9 capaian produksi berkisar 5-10 ton dalam kurun waktu 2012 sampai 2016 sudah mencapai angka dari target produksi yang direncanakan oleh perusahaan. Tetapi dalam setiap siklus produksi nilanya sangat berfluaktif karena hal ini dipengaruhi oleh iklim pada saat proses budidaya berlangsung, pada proses budidaya berlangsung cuaca pada saat itu sangat panas sehingga salinitas menjadi tinggi sehingga banyak udang yang tidak mampu bertahan hidup, sedangkan pada tahun 2016 cuaca dan kelembapan cukup stabil selama dua siklus produksi sehingga stingkat kelangsungan hidup udang tinggi
107
dan mampu menghasilkan jumlah produksi pada setiap periode produksi lebih tinggi dari tahun-tahun sebelumya. Tabel 5.9 juga menjelaskan bahwa dalam lima tahun produksi udang vanname mengalami peningkatan produksi, hal ini tentu menjelaskan bahwa perusahaan sudah mampu memanajemen dengan baik hal ini ditandai dengan peningkatan produksi setiap tahunnya. Tabel 5.9 Data-data perkembangan produksi dalam beberapa siklus selama lima tahun terakhir Capaian Produksi Rata-rata Kenaikan Siklus 1 Siklus 2 Siklus Tahun (Ton) (Ton) 3 (Ton) 2012 5,0 5,0 5,0 5,0 2013 6,5 6,5 7,0 6,7 2014 8,0 9,5 9,5 9,0 2015 10,5 11,0 10,5 10,7 2016 18,0 19,0 18,5 Sumber: BJV dalam angka Januari 2012- Agustus 2016
Target Produksi (ton) 14 15 15 15 16
Perencanaan produksi juga menargetkan input-input produksi yang tentunya membantu peningkatan produksi pada perusahaan ini. menggambarkan target dan capaian input-input produksi.
Tabel 5.10 Tabel 5.10
menggambarkan input-input produksi seperti lahan dan padat tebar yang belum mencapai target produksi, hal ini dikarenakan kemampuan perusahaan untuk mengelola 20 tambak masih belum dapat dilakukan karena dari sumber daya manusia yang digunakan masih perlu diadakan penambahan karena jumlah tenaga kerja dengan banyaknya tambak tidak seimbang selain itu kemampuan listrik yang masih dilakukan penambahan setiap tahunnya belum mampu untuk melakukan proses budidaya lebih dari enam petak tambak. Tetapi dari pupuk, pakan dan tenaga kerja perusahaan ini telah mencapai target input-input produksi yang diharapkan oleh perusahaan.
108
Tabel 5.10 Target dan capaian input produksi pada PT. Beroro Jaya Vanname No Target Input Produksi Capaian Input Produksi 1. Lahan: 11 hektar, 20 tambak dengan Lahan: 5,5 hektar, 11 0,5 ha per tambak tambak dengan 0,5 ha per tambak 2. Benih : padat tebar 700.000 – Benih : Padat tebar 400.000 – 800.000 per tambak 500.000 per tambak 3. Pupuk: 1,5 – 2 ton/petak Pupuk: 1 – 1,5 ton/petak 4. Pakan : 20 -25 ton/petak Pakan: 20 ton/petak 5 Tenaga Kerja Sesuai kualifikasi Tenaga kerja: sesuai dengan pendidikan kualifikasi pendidikan Sumber: BJV 2016 Input produksi berupa tambak, dimana dengan luas tambak yang dimiliki oleh perusahaan ini, udang yang ditebar tidak melebihi daya dukung dari lahan, selain itu apabila hal demikian terjadi, maka
dilakukan
penangananan dengan
mengurangi tingkat kepadatan udang yang pelaksanaannya sesuai dengan Standar Operasional Pelaksanaan (SOP) yang diterapkan oleh perusahaan ini, atau dengan penambahan kincir angin pada area tambak untuk menyuplai oksigen lebih banyak agar tidak mengakibatkan kematian pada udang sehingga memungkinkan untuk terjadi peningkatan produksi. Pakan bergantung pada jumlah padat tebar benur yang akan ditebar dalam tambak pemeliharaan sedangkan padat tebar udang vanname bergantung pada luasan tambak yang akan digunakan untuk budidaya. Berdasarkan penelitian dijelaskan jika tidak dilakukan manajemen yang baik dalam pengelolaan pakan yang sesuai dengan standar umur udang, maka akan mengakibatkan
berbagai masalah dalam proses budidaya khususnya dalam
pengelolaan kualitas air. Apabila memberikan pakan secara berlebihan maka akan terjadi pengedapan sisa-sisa pakan di dasar kolam, sehingga menyebabkan air menjadi keruh, sisa pakan berubah menjadi amoniak dan dapat menurunkan kualitas atau salinitas (kadar garam air) dan akhirnya tumbuh kembang udang
109
menjadi tidak baik atau bahkan banyak menyebabkan kematian yang tentu saja menurukan produksi udang vanname setiap produksi berlangsung.
Dengan
menerapkan manajemen yang baik dalam usaha budidaya udang vanname sesuai dengan Standar Operasioanal tentu saja akan mampu memberikan perbedaan keragaan tingkat produksi udang vanname dibanding ketika kegiatan usaha ini tidak menerapkan prosedur standar operasioanal yang telah ditetapkan. Proses pelaksanaaan perencanaan input-input produksi sebagian besar telah mencapai target dari perencanaan yang sudah dilakukan oleh perusahaan. Perusahaan ini memiliki 11 tambak yang siap untuk dilakukan proses budidaya selama lima tahun terakhir sehingga dalam pelaksanaan produksi perusahaan tidak menjalankan 11 tambak untuk proses produksi tetapi membagi menjadi dua yaitu lima tambak pertama dilakukan budidaya kemudian enam tambak yang lain dilakukan pembersihan guna persiapan lahan yang akan digunakan ketika kelima tambak yang lain beroperasi, hal ini dilakukan agar perusahaan bisa terus melakukan produksi secara berkelanjutan, selain itu teknololgi seperti listrik yang digunakan belum mampu membuat keseluruhan tambak beroperasi secara bersama-sama. Input produksi berupa tenaga kerja merupakan salah satu faktor penentu dalam kegiatan usaha ini, yang mana tenaga kerja yang di pekerjakan diperusahaan ini mengerti dan memahami dengan baik pekerjaan yang dilakukan karena sesuai dengan kualifikasi pendidikannya masing-masing. Tenaga kerja yang baik dan dapat bekerja dengan maksimal tentu dapat meningkatkan pendapatan perusahaan oleh sebab itu tenaga kerja yang digunakan setidaknya
110
memiliki keterampilan dibidangnya sehingga mengurangi kesalahan dan dapat bekerja secara efisien dan efektif sehingga mampu meningkatkan produktivitas perusahaan. Dengan tingkat pendidikan yang jelas dalam pemilihan tenaga kerja menyebabkan seorang pekerja memiliki pengatahuan tertentu.
Orang dengan
kemampuan dasar apabila mendapatkan kesempatan-kesempatan pelatihan dan motifasi yang tepat, akan lebih mampu dan cakap untuk melaksanakan tugastugasnya dengan baik, sehingga akan mempengaruhi kinerja karyawan dalam tingkat produktifitasnya diperusahan. Kualifikasi pendidikan tenaga kerja pada lokasi penelitian disajikan pada tabel 5.11 Pendidikan menunjukkan pendidikan formal yang pernah ditempuh pembudidaya udang vanname. Tabel 5.11 menjelaskan bahwa tenaga kerja yang digunakan diperusahaan ini dilakukan pemilihan atau seleksi berdasarkan kualifikasi pendidikan seperti pada treatmen pond operation dan pond operatian harus berasal dari bidang ilmu yang mengerti dan memahami apa yang akan dikerjakannya untuk mengurangi kemungkinan kesalahan-kesalahan selama proses usaha budidaya berlangsung yang bisa mengakibatkan bertambahnya biaya yang harus dikeluarkan perusahaan. Selain itu pembagian kerja juga jelas untuk setiap tahapan pekerjaan. Hal ini dikarenakan dalam tahap awal memulai produksi, semuanya sudah memiliki perencanan. Standar Nasional Indonesia (SNI) 2014 menerangkan persyaratan sumberdaya manusia untuk budidaya udang teknologi intensif disajikan Tabel 5.12. Berdasarkan tabel 5.11 dan 5.12 telah tergambar bahwa pada perusahaan ini telah menerapkan kriteria-kriteria sumberdaya manusia berdasarkan kualifikasi
111
pendidikan dan keahiannya masing-masing sehingga mengurangi keslahan dalam proses budidaya yang bisa menghabiskan dana yang lebih dan mengakibatkan berkurangnya jumlah produksi. Tabel 5.11 Kualifikasi Pendidikan Tenaga Kerja di PT. Beroro Jaya vanname No Jabatan Jumlah Kualifikasi Pendidikan Orang 1 Manajer 1 S1 2 Supervisior (Pengawas) 1 S1 3 Tekhnisi Listrik dan Mesin 2 S1 (Teknik) 4 Treatment pon operation 2 S1 ( Budidaya Perikanan) 5 Pond Operation dan Farmer Shrimp 2 S1 ( Budidaya Perikanan) Anggota 6 SMA 6 Keamanan 2 SMP Sumber. BJV 2016 Kualifikasi pendidikan juga mempengaruhi cara
penggajian juga
dilakukan pada perusahaan ini, dimana karyawan yang mempunyai pendidikan yang tinggi dan mengemban tanggung jawab yang berat seperti manajer dan supervisior memperoleh gaji yang lebih dibanding dengan karyawan lain yang memiliki pendidikan yang standar seperti SLTA atau sederajat. Tabel.5.12 Kriteria keahlian SDM dalam budiaya udang teknologi intensif No
Jabatan
Pendidikan
Keahlian
1
Manajer
Min. D3
Perikanan Budidaya
2
Operator petakan
Min. SLTA atau Sederajad
Perikanan Budidaya
3
Mekanik
Min. SLTA atau sederajad
Teknik Mesin
Sumber: SNI 2014 Budidaya udang vanname ditambak ini dimulai tahun 2006, tahun pertama dengan produktifitas 3,4 ton dan tahun kedua
3,7 ton.
Setelah dilakukan
perbaikan konstruksi dengan menembok pematang, dasar tambak, menambah lahan, dan menambah peralatan suplay oksigen serta peningkatan padat tebar yang
112
dari 250.000 - 300.000 ekor/ha menjadi 400.000 ekor/ha -500.000 ekor/ha pada setiap tambak produktivitas meningkat pada tahun keenam menjadi 15 ton. Datadata ini tentunya penting untuk menetapkan sebuah rekomendasi baku berapa besar produktifitas yang ingin diterapakan agar teknologi dapat menjamin keberlanjutan usaha.
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan Berdasarkan tujuan dan hasil pembahasan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Perusahaan memiliki tambak seluas 11 hektare dengan 11 lahan tambak masingmasing dengan luasan 0,5 ha/tambak yang siap untuk dilakukan proses budidaya dan melakukan aktivitas budidaya tiga kali dalam setahun.
Penerapan fungsi-
fungsi manajemen (perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan) pada perusahaan ini dilakukan dengan
penuh
persiapan dan termanajemen
dengan baik, hal ini dapat dilihat dalam perencaan produksi dan perencanaan penggunaan
input-input produksi yang dilakukan serta perecanaan keuangan,
dimana perusahaan melakukan aktivitas budidaya berdasarkan apa yang sudah direncanakan oleh perusahaan. Dalam proses budidaya juga tidak keluar dari panduan yang telah dikeluarkan oleh kementerian kelautan dan perikanan dan Standar Nasional Indonesia budidaya udang vanname dengan teknologi intensif sehingga dalam proses produksi semua aktivitasnya terkontrol dengan baik. 2. Hasil budidaya udang vanname
pada setiap periode produksi memiliki
peningkatan jumlah produksi dan memenuhi dari target produksi setiap tahunnya. Keragaan tingkat produksi dapat diketahui berdasarkan jumlah produksi dalam kurun waktu lima tahun yang terus mengalami kenaikan. Peningkatan produksi dari Tahun 2012-2016 terus mengalami kenaikan sebesar 146,7%. Faktor-faktor
123
penting pendukung dalam peningkatan produksi adalah tenaga kerja, luas tambak, teknologi dan jenis pakan. 6.2. Saran Saran yang dapat kami berikan pada penulisan hasil penelitian kali ini adalah: 1.
Diharapkan kepada instansi terkait agar lebih peduli terhadap masalah-masalah yang dihadapi petambak yang ada di Sulawesi Tenggara sehingga para petambak bisa terus melakukan kegiatan budidaya udang dan menghasilkan udang-udang yang berkualitas dan mampu menembus pasar ekspor lebih banyak lagi.
2.
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai evaluasi anggaran biaya produksi untuk menilai kinerja manajemen pada PT. Beroro Jaya Vanname.
3.
Khususnya bagi petambak-petambak yang ada di Sulawesi Tenggara, kiranya dengan melihat penerapan-penerapan manajemen Budidaya di PT. Beroro jaya vanname dapat menerapkan di lingkungan usahanya dan juga perlu mengambil pelajaran yang baik dengan melihat sisi kelemahan dan kelebihan pada perusahaan ini untuk bisa memperbesar keberhasilan pada petambak-petambak lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Adiwidjaya, D., Supito., I. Sumantri. 2008. Penerapan Teknik Budidaya udang Vannamei (Litopenaeusvannamei)Semi -Intensif pada Lokasi Tambak Salinitas Tinggi. Departemen Kelautan dan Perikanan. Direktorat Jendral Perikanan Budidaya.Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Payau Jepara. 19 hlm. Akiyama, D.M. 2003. Evaluasi Budidaya Udang Vanname (Litopenaeus vannamae) di Jawa Timur dan Lampung. Amri k, Iskandar Kanna, 2008 : Budidaya Udang vaname secara Intensif, semi Intensif dan trasional. Jakrta. Gramedia Pustaka Utami Arsunirman, 2007. Analisis manajemen Usaha Pembenihan Ikan Mas (Cyprinus carpio) dib alai Benih Ikan Ranomeeto dan Abalei Sawah Sulawesi Tenggara. Tesis Program Studi Agribisnis Program Pascasarjana Universitas Halu Oleo. Kendari Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Payau. 2004. Kumpulan Materi. Pelatihan Petugas Teknis Inbudkan Tgl 24-30 Mei 2004, Jepara. Direktorat Jendral Perikanan Budidaya. BPAP, Jepara. Badan Statistik Sulawesi Tenggara, 2014. Konawe Selatan dalam Angka 2014. Kendari. Badan Standarisasi Nasional. 2004. Produksi Benih Udang Vanname (Litopenaeus vannamei) intensif di tambak linning. Badan Standarisasi Nasional. SNI 8118:2015. Jakarta. Badan Standar Nasional Indonesia (SNI). 2015. Cara Budidaya Ikan yang baik (CBIB) bagian 1: Udang. Badan Standarisasi Nasional. SNI 8228:2015. Jakarta. Budiardi, T. A. Marzuki dan N.B.P Utomo, 2005, Produksi udang vaname Litopenaeus vanname) di tambak biocrete dengan padat penebaran berbeda. Jurnal Akuakultur indonesia, 4(2): 109-113. Briggs, M, S. F. Smith, R, Subanghe & M. Philips. 2004. Introduction and movement of pemaeus vannamei and P. stylirostris in Asia and the Pasific. FOA. Bangkok. P. 40.
125
Chen, T.T. 2000. Aquaculture Biotechnology and Fish Disease. In: Hardjito, L. (Ed). International Symposium on Marine Biotechnology. Center for Coastal and Marine Resources Studies, IPB. Jakarta. Dawney, W. D,. Erickson, S. P. 1987: Managemen Agribibnis. Edisi Ke dua. Penerbit Erlangga. Jakarta Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulawesi Tenggara. Laporan Tahunan Statistik Perikanan Budidaya tahun 2013. Kendari Data Statistik Kementerian Kelautan dan Perikanan. 2013. Direktorat Jendral Perikanan Budidaya. Kementerian Kelautan dan Perikanan RI. Jakarta. Direktorat Jendral Perikanan Budidaya, 2002. Pemberdayaan Industri Perikanan Nasional Melalui Pengembangan Budidaya Laut dan Pantai. Departemen Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia.Http://www.dkp.go.id. Direktorat Jendral Perikanan Budidaya, 2004. Budidaya Udang Vanname semi intesif. Departemen Kalautan dan Perikanan. Jakarta. Downey, D. Dan Erikson, S., 1992. Manajemen Agribisnis. Penerbit Erlangga. Jakarta Edhy Sutanta, 2003, Sistem Informasi Manajemen, Graha Ilmu, Yogyakarta Erlangga.2012. Budidaya udang vanname secara intensif. Pustaka agromandiri. Tanggerang selatan. Faya Aulia Citra, Gumilar iwang dan junianto. 2012. Manajemen Persediaan Produk ikan segar di Ritel Moderen (Studi Kasu di Lotte Mart Wholesale di kota Bandung). Jurnal Perikana dan kelautan Vol.3 No.3 2012, ISSN:2088-3137. Galeriukm, 2009. Konstruksi Tambak. Http://sieexplorer.info/domain/galeriukm.com. Diakses 18 Maret 2016 Gufran, M dan Kordi, K. 2007. Pemeliharaan Udang Vanname. Penerbit Indah. Surabaya. Gumbira, E dan A 2001. Manajemen Agribisnis. Penerbit Ghalia Indonesia. Jakarta. Haliman, R. W. Dan Adijaya, D. 2005.Udang Vanamei. Penebar Swadaya. Jakarta. Halimah, R.W dan Adijaya. S., 2006. Pembudidaya dan Prospek Pasar Udang Putih yang Tahan Penyakit Udang Vannamei. S. Eri Agribisnis. Penebar Swadaya. Jakarta.
126
Handoko, T. Hani. (1999). Manajemen Manusia.Yogyakarta: BPFE.
Personalia
dan
Sumber
Daya
Harmaizar Z,MenangkapPeluang Usaha, Bekasi: CV Dian Anugrah Prakasa, 2008 Hernowo, 2001 : Pembenihan Patin, Skala Kecil dan besar, Solusi Permasalahan. Penebar Swadaya. Jakarta. Hernanto, F. 1989. Ilmu usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta. Jhingan, M.L 2003. Advanced Economic Theory., Vrinda Publications Ltd, Mayur Vihar, Phaal Delhi, 12th Edition P. 536 (i-Viii). Kurnia Eka Rifki, 2016. Manajemen Produksi Keripik Singkong Rasa Gadung pada Home Indsutry Lancar di Desa Pacarpeluk Kec. Mengaluh Kab. Jombang. e-journal boga, vol. 5, No.1, edisi Yudisium Periode Feb. 2016, hal 182 – 1991. Kungvankij, and TE. Chua J. Pudadera,1986. Shrimp Culture, Operation and Management Network Aquaculture Centres in Asian Bangkok-Thailand. Diterjemahkan Hardjono M. AM dan Suyanto. Konawe Selatan dalam Angka 2015. Data Statistik Perairan Moramo. Badan Pusat Statsitik Sulawesi Tenggara. Kendari. Kordi, M Ghufran K. 2012. Jurus Jitu Pengelolaan Tambak untuk Budidaya Perikanan Ekonomis, 7 Ikan unggulan, udang laut dan galah, kepiting bakau, teripang, kerang, rajungan, rumput laut dan bulu babi Ed. 1. Lily publisher. Yokyakarta. ------------ . 2010. Budidaya Ikan Lele di Kolam Terpal. Andi Offset. Yogyakarta. Mubyarto, 1994. Pengantar Ekonomi Pertanian. Penerbit LP3ES, Jakarta. Mudjiman, A (1988). Budidaya Udang Windu. Penebar Sawadaya. Jakarta. Murdjani, M. 2007. Penerapan Best Management Practices (BMP) pada Budidaya Udang Windu (Penaeus monodon Fabricius) Intensif Mukti, A. 2006. Pengaruh Sub-Kronik Linear Alkylbenzene Sulfonate (LAS) terhadap Stadia Post Larva Udang Vannamei Litopenaeus vannamei. Institut Pertanian Bogor. Bogor Mujiman, A, dan Suyanto, R. 2003. Budidaya Udang Windu. Penebar Swadaya. Jakarta. 211 hal.
127
Nasution. M.N 2005. Manajemen Jasa Terpadu. Jakarta. PT. Ghalia Indonesia. Narto, 2011. Novianto, Slamet. 2010. Manajemen Produksi Benur Udang (Litopenaeus vannamei) Fry Production Departement unit-4 Breeding Operation. Tugas Akhir Program Magister (TAPM) Universitas Terbuka. Jakarta. PT. CP. Prima. 2015. dipublikasikan.
Kumpulan SOP Produksi 2015.
Makalah yang tidak
Padangaran, M. Ayub. 2014. Manajemen Perusahaan Pertanian Teori dan Aplikasi. Pasca Sarjana Universitas Halu Oleo. Kendari. Pellokila, M.R.,1993. Transformasi Peranan Ekonomi Sektor Pertanian dan Masalah Ketenagakerjaan Makalah Seminar Problematika Program Pascasarjana UGM. Yogyakarta. Poernomo, A. 1992. Pemilihan lokasi tambak udang berwawasan lingkungan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan, Jakarta. 40 pp Rukyani, A. 1992. Penanggulangan penyakit udang windu penaeus monodon. In Hanafi, A., Atmomarsono, M., and Ismawati, S., editors, prosiding seminar nasional penelitian budidaya pantai, Maros. 16 – 19 Juli 1993.1 – 8 Rusmiyati, S. 2014. Pintar Budidaya Udang Windu. Pustaka Baru Press. Yogyakarta. Sa’adah, wachidatus. Analisis Usaha Budidaya udang Vanname (Litopenaeaus vannamei) dan Ikan bandeng (Chanos-chanos sp) di Desa Sidokumpul Kec. Lamongan Kab. Lamongan Jawa timur. 2010. http://journal.unisla.ac.id/pdf/17112010/4.pdf Sano T., Fukunda, H., Hayashida, T., and Momoyama, B. K (1985). Baculoviral Infectifity Trial Kuruma Shrimp Larvae, Penacus javonicus of Different Ages. Fish and Shellfish Pathoiolgy. Academic Press. Simajuntak, ayu 2014: Analisis budidaya udang putih (Litopenaeaus vannamei) dengan pola semi-intensive (Studi Kasus di Desa Kabupaten Langket) .https://www.academia.edu/8875381/Analisis_Budidaya_Udang_Putih_Litop enaeus_Vannamei_Dengan_Pola_Semi_Intensive_Studi_Kasus_DiDesa Tanjung _Ibus_Kabupaten_Langkat. Diakses Jumat 18 Maret 2016Soeseno. slamet. budidaya ikan dan udang dalam tambak. 1983. Gramedia. Jakarta
128
Soetomo M. H.A., 2002, Teknik Budidaya Udang Windu. Bandung, Sinar Baru. Soeseno. slamet. budidaya ikan dan udang dalam tambak. 1983. jakarta gramedia Sofjan Assauri 2003. Manajemen Produksi dan Operasi. Ekonomi Universitas Terbuka. . Jakarta
Lembaga Fakultas
Soekartawi, 2002. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian : Teori dan Aplikasi. Ed ke-4. Jakarta (ID). PT. Raja Grafindo Persada. Soeharjo dan Patong, 1973. Sendi-sendi Pokok Ilmu Usahatani. Departemen Ilmuilmu Sosial-Ekonomi Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Strumer, N.L., T.M Samocha dan A.L Lawrence, 1992. Intensification of peneid nursery system. In. A.W. Fast and L.J Lester (Eds). Marine Shrimp Cultre: Principles and Practises. Development in Aquaculture and Fisheries Science, 23: 321-344. Standar Nasional Indonesia (SNI). 2015. Produksi udang vanname (Litopenaeus vannamei, Boone 1931) super intensif di tambak linning. Badan Standarisasi Nasional. SNI 8118:2015. Jakarta. Subaidah,S.2006. Juknis Pembenihan udang vannamei di BBA Situbondo.Kementrian Kelautan dan Perikanan,Direktorat Jendral Perikanan Budidaya,BBAP Situbondo. Sulistyanto, sri. 2008, Manajemen Laba (Teori & Model Empiris), Grasindo, Jakarta Sugiyatno, Izzati munifatul dan Prihastanti erma, 2013. Manajemen Budidaya dan Pengolahan Pasca Panen Gracilaria verrucosa (Hidson) Papenfus. Studi Kasus: Tambak Desa Mororejo, kecamatan kaliwungu, Kabupaten Kendal. Buletin Anatomi dan Fisiologi, Vol. XXI, nomor 2, Oktober 2013. Hal. 42 50 Sukenda, S., Dwinanti, H., and Yuhana, M. 2009. Keberadaan white spot syndrome virus (wssv), taura syndrome virus (tsv) and infectious hypodermal haematopotic necrosis virus (ihhnv) ditambakn intesif udang vanname (Litopenaeus vannamei) bakauheni, lampung selatan. Technical report, Depaetemen Budidaya Perirang FPIK IPB Sugiyono, 2014. Metode Penelitian Kuantitatif kualitatif dan R & D. Alfabeta. Bandung Suprapto. 2005. Petunjuk teknis budidayaudang vaname (Litopenaeus vannamei), CV. Biotirta. Bandar Lampung, 25 hlm
129
Suryanto, Rachmatun S dan Takarina purbani Enni : Panduan Budi daya udang windu. PT. Penebar swadaya Jakarta, 2009). Suyanto R.S dan M. Ahmad, 2001. Budidaya Udang Windu. Penebar Swadaya. Jakarta ---------------2003. Budidaya Udang Windu. Penebar Swadaya. Jakarta Sudarmo, B.M. dan B.S. Ranoemihardjo. 1992. Rekayasa Tambak. Penebar Swadaya. Jakarta. 115 p Suyanto, Rachmatun, Takarina purbani, 2009. Panduan Budidaya Udang Windu.. Penebar Swadaya. Jakarta Tim penulis PS Edisi Revisi. 2007. Agribisnis Perikanan, Penebar Swadaya, Jakarta Tim Perikanan WWF-Indonesia. Indonesia. Jakarta.
2014.
Budidaya Udang Vanname.
WWF
Tohir, Kaslan. A (1983) seuntai oengetahuan tentang usahatani Indonesia. Jakarta. PT. Bina Aksara. Umar, H., 2003 : Studi Kelayakan Bisnis. Teknis Menganalisis Kelayakan Rencana Bisnis secara Komprehensif. Edidi 2. Gramdeia Pustaka Utama, Jakarta. Wardiningsih. 1999. Teknik Pembenihan Udang. Universitas Terbuka. Jakarta . Wyban JA, Sweeney JN. 1991. Intensive Shrimp Production Technology. The Ocean Institute Honolulu, Hawai. Zakaria, Ayudhia Savitri 2010. Manajemen Pembesaran Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei) di Tambak Udang Binaan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pamekasan, Madura. PKL Program Studi Budidaya Perairan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga. Surabaya.
Lampiran 1. Peta Lokasi Penelitian Di Kecamatan Moramo Kabupaten Konawe Selatan
131
Lampiran 2. Dokumentasi Kegiatan penelitian di PT Beroro Jaya Vanname desa Ranooha Raya Kabupaten Konawe Selatan Kec. Moramo
Gambar 1. Kegiatan wawancara dengan bapak Drs. Nasir selaku manager PT. Beroro Jaya Vanname
Gambar 2. Kegiatan wawancara dengan pengawas pakan dari CP.Prima di PT. Beroro Jaya Vanname
132
Gambar 3.
Alat Jala Lempar
Gambar 4. Basket/keranjang Panen udang
Gambar 5. Proses pengeringan lahan
133
Gambar 6. Pagar penghalang
Gambar 7. Kayu berskala
134
Gambar 8. Anco (pengecakan pakan)
Gambar 9. Pellet (pakan buatan) udang vanname
135
Gambar 10. Udang vanname pada saat panen parsial
Gambar 11. Udang vanname yang di tampung pada blon penampungan sementara
136
Gambar 12. Kegiatan budidaya di PT. Beroro Jaya Vanname
Gambar 13. Tempat Penyimpanan Pakan buatan (pellet)
137
Gambar 14. Mess karyawan
Gambar 15. Wawancara dengan Pengawas (Supervisior) PT. Beroro jaya vanname
138
Gambar 16. Saluran air pada tambak PT. Beroro Jaya Vanname
Gambar 17. Kincir angin pada tambak udang vanname