PERANAN BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH DI SEKOLAH DASAR Oleh: G. Rohastono Ajie FIP IKIP PGRI SEMARANG Abstrak Sekolah Dasar – yang selanjutnya dipaparkan dengan singkatan SD – adalah pendidikan dasar yang merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah. Sekolah Dasar mempunyai ciri khusus yang antara lain ditandai dengan adanya tujuan dan peserta didik. Sebagai lembaga pendidikan, SD mempunyai tujuan yang selaras dengan tujuan pendidikan nasional, yaitu berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Peserta didik di SD atau siswa SD adalah individu yang berusia antara enam sampai dengan duabelas tahun, yang berdasarkan tugas perkembangannya berada dalam tahap perkembangan masa kanak-kanak sampai masa remaja awal. Dalam menghadapi masa perkembangan tersebut siswa SD sebagai individu yang tumbuh dan berkembang pada masa kanak-kanak, kadang-kadang menghadapi permasalahan dan menghadapi kesulitan, yang membuat mereka memerlukan bantuan dari orang lain, khususnya kedua orang tua dan guru mereka. Kata Kunci: Bimbingan Konseling, Manajemen Berbasis sekolah Pendahuluan Dalam menghadapi kurikulum yang beraneka ragam dalam kehidupan seharihari di sekolah, sering siswa SD menghadapi hambatan untuk menyelesaikan tugas belajarnya. Kurikulum SD cukup banyak, yaitu agama, kewarganegaraan, jasmani dan kesehatan, teknologi informatika dan komunikasi, bahasa indonesia, bahasa inggris, bahasa daerah, bahasa asing, matematika, ilmu pengetahuan alam, sejarah,
ilmu pengetahuan sosial, seni budaya dan keterampilan. Dengan adanya tugas pembelajaran yang cukup banyak tersebut diperlukan perhatian khusus dari para orang tua dan pendidiknya yaitu para guru. Peran guru SD sangat penting dalam menghadapi permasalahan yang dihadapi para siswa SD yang diampunya. Untuk mengemban peran tersebut, bila hanya dilaksanakan oleh para guru SD, akan terasa sangat berat. Dalam membantu para siswa SD yang diampunya untuk menuntaskan tugas perkembangan dan tugas pembelajaran sesuai kurikulum, perlu ditingkatkan dengan penambahan layanan bagi para siswa SD tersebut. Peningkatan layanan tersebut dapat dicapai melalui pembekalan para guru SD dengan materi yang diasumsikan dapat membantu guru SD dalam menuntaskan permasalahan yang dihadapi para siswanya dan penyelenggaraan layanan bimbingan dan konseling, sehingga para siswa tersebut terentaskan dari permasalahan yang dihadapi, dan dapat diharapkan dengan peningkatan layanan tersebut, mampu untuk membantu para siswa SD yang mengalami permasalahan, baik permasalahan perkembangan dan permasalahan pembelajaran. Peningkatan layanan dengan pembekalan guru SD dilakukan dengan pelatihan mengenai bimbingan dan konseling, serta penyelenggaraan layanan bimbingan dan konseling di SD dilakukan oleh konselor atau Guru Pembimbing. Dengan diselenggarakannya layanan bimbingan dan konseling di SD, maka bimbingan dan konseling sebagai disiplin ilmu berperan dalam penyelenggaraan layanan pembelajaran tingkat SD. Untuk penerapan layanan bimbingan dan
2
konseling di SD yang terkelola dengan baik, perlu disatukan dengan manajemen berbasis sekolah di SD. Dalam paparan ini dibahas bagaimana peranan bimbingan dan konseling dalam manajemen berbasis sekolah di SD.
Pengertian Bimbingan dan Konseling Bimbingan sebagai suatu cabang ilmu dan sebagai suatu usaha terorganisir, baru mulai timbul dalam abad ke 20. Ini tidak berarti bahwa kegiatan membimbing belum dikenal sebelumnya. Sama halnya dengan pendidikan, semenjak manusia hidup, selama itu pula kegiatan membimbing/menolong dilaksanakan; demikian pula teknik membimbing sudah dicobakan. Sama halnya dengan ilmu pendidikan, ilmu bimbingan timbul karena desakan kebutuhan dan faktor-faktor lain di masyarakat, hingga dirasakan perlunya peningkatan jumlah dan efisiensi pelayanan pendidikan dan bimbingan. Berkaitan dengan bimbingan yang dilaksanakan di sekolah, dapat dikatakan bahwa bimbingan adalah usaha pertolongan yang melengkapi pendidikan, berorientasi pada individu, merupakan pertolongan yang berusaha membebaskan individu dari hambatan-hambatan, hingga individu tersebut mampu mengikuti proses pendidikan dengan baik dan benar (Siswohardjono, 1991). Menurut Prayitno (1997: 23), bahwa bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada siswa dalam rangka upaya menemukan pribadi, mengenal lingkungan, dan merencanakan masa depan. Kalimat tersebut telah secara langsung memuat pengertian dan tujuan pokok bimbingan dan konseling di sekolah. Bimbingan dalam rangka menemukan pribadi, dimaksudkan agar peserta didik
3
mengenal kekuatan dan kelemahan dirinya sendiri, serta menerimanya secara positif dan dinamis sebagai modal pengembangan diri lebih lanjut. Bimbingan dalam rangka mengenal lingkungan, dimaksudkan agar peserta didik mengenal secara obyektif lingkungannya, baik lingkungan sosial, ekonomi, budaya termasuk nilai dan norma, maupun lingkungan fisik, dan menerima berbagai kondisi lingkungan itu secara positif dan dinamis. Sedangkan bimbingan dalam rangka merencanakan masa depan, dimaksudkan agar peserta didik mampu mempertimbangkan dan mengambil keputusan tentang masa depan dirinya sendiri, baik yang menyangkut bidang pendidikan, bidang karier, aupun bidang budaya/keluarga/ kemasyarakatan. Selanjutnya menurut Sugiyo (2011, 1), bahwa pengertian bimbingan mengandung unsur-unsur bimbingan sebagai berikut, bimbingan berlangsung dalam situasi hubungan antara dua orang atau lebih, yaitu antar konselor dengan klien dimana konselor membantu mengembangkan diri dan potensi klien, merupakan proses yang berkelanjutan, diberikan kepada individu atau kelompok individu, setiap siswa, tanpa membedakan siswa bermasalah dan siswa yang tidak bermasalah. Dari pendapat para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa bimbingan adalah usaha pertolongan yang melengkapi pendidikan, berorientasi pada individu, berusaha membebaskan individu dari hambatan-hambatan, hingga individu tersebut mampu mengikuti proses pendidikan dengan baik dan benar, dalam rangka upaya menemukan pribadi, mengenal lingkungan, dan merencanakan masa depan, dan berlangsung dalam situasi hubungan antara dua orang atau lebih, yaitu antar konselor dengan klien dimana konselor membantu mengembangkan diri dan potensi
4
klien, merupakan proses yang berkelanjutan, diberikan kepada individu atau kelompok individu, tanpa membedakan siswa bermasalah dan siswa yang tidak bermasalah. Setelah
membahas
pengertian konseling.
pemahaman
bimbingan,
selanjutnya
dipaparkan
Menurut Sugiyo (2011: 3-4), bahwa konseling adalah
kegiatan yang melibatkan dua orang yang saling berinteraksi, yang seorang dalam posisi membantu dan yang lain dalam posisi dibantu untuk memecahkan masalah yang terjadi. Proses interaksi tersebut merupakan hubungan timbal balik yang saling menguntungkan. Konseling merupakan proses yang dinamis dimana klien setelah memperoleh bantuan dapat mengembangkan dirinya, bakat, dan potensinya serta dapat mengentaskan masalah yang dihadapinya. Selanjutnya Prayitno (1997: 24), menyampaikan bahwa upaya bimbingan dan konseling memungkinkan peserta didik mengenal dan menerima lingkungannya secara positip dan dinamis, serta mewujudkan diri sendiri secara efektif dan produktif sesuai peranan yang diinginkannya di masa depan. Sedangkan Siswohardjono (1991: 132) tidak memberikan batasan mengenai konseling, tetapi mengungkap pendapat Carl Rogers dan Alexander, bahwa konseling adalah usaha untuk menolong individu untuk meniadakan hambatan / halangan / masalah dan memulihkan kesehatan jiwa. Dari pembahasan tentang bimbingan, konseling, dan bimbingan konseling di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa bimbingan dan konseling adalah usaha
pertolongan yang melengkapi pendidikan, berorientasi pada individu, berusaha
5
membebaskan individu dari hambatan-hambatan dan memecahkan masalah, hingga individu tersebut mampu mengikuti proses pendidikan dengan baik dan benar, dalam rangka upaya menemukan pribadi, mengenal lingkungan, dan merencanakan masa depan, dan berlangsung dalam situasi hubungan antara dua orang atau lebih, yaitu antara konselor dengan klien dimana konselor membantu mengembangkan diri dan potensi klien, merupakan proses yang berkelanjutan, diberikan kepada individu atau kelompok individu yang bermasalah, agar dapat mengentaskan masalah yang dihadapinya.
Bimbingan dan Konseling di Sekolah Dasar Seperti diketahui peserta didik di SD atau siswa SD adalah individu yang berusia antara enam sampai dengan duabelas tahun, yang berdasarkan tugas perkembangannya berada dalam tahap perkembangan masa kanak-kanak sampai masa remaja awal. Dalam menghadapi masa perkembangan tersebut siswa SD sebagai individu yang tumbuh dan berkembang pada masa kanak-kanak, kadangkadang menghadapi permasalahan dan menghadapi kesulitan, yang membuat mereka memerlukan bantuan dari orang lain, khususnya kedua orang tua dan pendidik mereka. Dengan penyelenggaraan bimbingan dan konseling di SD, diharapkan para pendidik di SD tersebut bekerja sama, membantu siswa dalam menghadapi permasalahan dan menghadapi kesulitan. Yang dimaksud para pendidik adalah gur dan guru pembimbing. Ruang lingkup penyelenggaraan bimbingan dan konseling di
6
SD, terbagi dalam empat fungsi, empat bidang, tujuh jenis layanan, dan lima kegiatan pendukung bimbingan dan konseling. Menurut Prayitno (1997: 61), empat fungsi tersebut adalah pemahaman, pencegahan, pengentasan dan pengembangan/ pemeliharaan. Empat bidang bimbingan meliputi bimbingan pribadi, social, belajar, karier. Tujuh layanan meliputi layanan orientasi, informasi, penempatan/ penyaluran, pembelajaran, konseling perorangan, bimbingan kelompok, dan konseling kelompok. Sedangkan lima kegiatan pendukung meliputi aplikasi instrumentasi, himpunan data, konferensi kasus, kunjungan rumah dan alih tangan kasus. Dengan menempatkan tenaga konselor di SD, diharapkan beban guru SD dalam membimbing siswanya dapat terbantu. Pelayanan bimbingan dan konseling di SD diharapkan mampu membantu para siswa SD dalam menghadapi permasalahan dan menghadapi kesulitan, mampu untuk membantu para siswa SD yang mengalami permasalahan, baik permasalahan perkembangan siswa maupun permasalahan pembelajaran siswa.
Manajemen Berbasis Sekolah Dalam pembahasan tentang penyelenggaraan bimbingan dan konseling di SD tersebut di atas, dipaparkan bahwa ruang lingkup bimbingan dan konseling di SD, meliputi empat fungsi, empat bidang, tujuh layanan, dan lima kegiatan pendukung. Permasalahannya adalah bagaimana cara menerapkan ruang lingkup tersebut di SD.
7
Untuk penerapan layanan bimbingan dan konseling di SD yang terkelola dengan baik, perlu disatukan dengan manajemen berbasis sekolah (MBS) di SD. Menurut Suparlan (2007), MBS sesungguhnya adalah pemberian otonomi kepada sekolah dalam pelaksanaan manajemen. Penyerahan otonomi dalam pengelolaan sekolah ini diberikan tidak lain dan tidak bukan adalah dalam rangka peningkatan mutu pendidikan. Oleh karena itu, maka Direktorat Pembinaan SMP menamakan MBS sebagai Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS). Dari penelitian Rusiati (2006), menunjukkan: (1) implementasi manajemen berbasis sekolah (MBS) di Sekolah Dasar Negeri I Wonogiri telah berjalan dengan baik khususnya tercapainya Misi dan Visi Sekolah. Keterbukaan manajemen SD Negeri 1 menyangkut program dan dana sudah cukup baik. Kinerja sekolah menunjukkan keberhasilan setelah diberlakukannya program MBS dengan meningkatnya prestasi siswa baik prestasi akademik maupun kegiatan mengikuti lomba-lomba non akademik, dan (2) terdapat peningkatan kepercayaan masyarakat kepada sekolah, yang dapat dilihat dari peningkatan jumlah pendaftar dan peningkatan partisipasi masyarakat terhadap program-program sekolah. Terbukti dengan ditambahnya ruang/kelas sebanyak 5 kelas dan tercapainya program-program yang diagendakan dalam program jangka menengah SDN 1 Wonogiri. Dengan pemaparan dua orang ahli tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa manajemen berbasis sekolah adalah otonomi sekolah dalam pelaksanaan manajemen dalam rangka peningkatan mutu pendidikan. Dengan demikian perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan penilaian penerapan bimbingan
8
dan konseling di SD yang dikaitkan dengan peningkatan perkembangan dan penyelesaian masalah siswa berkaitan dengan otonomi sekolah dalam pelaksanaan manajemen dalam rangka peningkatan mutu pendidikan. Untuk selanjutnya dibahas peranan bimbingan dan konseling dalam manajemen berbasis sekolah di SD.
Peranan Bimbingan dan Konseling dalam Manajemen Berbasis Sekolah di SD Peranan bimbingan dan konseling di SD diharapkan semakin meningkat, melalui para pendidik di SD yaitu guru kelas dan guru pembimbing atau konselor yang senantiasa dapat bekerja sama, membantu siswa dalam menghadapi permasalahan dan menghadapi kesulitan dengan memanfaatkan empat fungsi, empat bidang, tujuh jenis layanan, dan lima kegiatan pendukung bimbingan dan konseling. Sehingga para siswa yang mengalami masalah tersebut terentaskan dari permasalahan yang dihadapi, dan dapat diharapkan dengan peningkatan layanan tersebut, dapaat membantu para siswa SD yang tidak mengalami permasalahan, baik permasalahan perkembangan dan permasalahan pembelajaran. Dengan penyelenggaraan bimbingan dan konseling di SD, diharapkan para siswa SD mampu mengikuti proses pendidikan dengan baik dan benar, menemukan pribadi dan jatidirinya, mengenal lingkungan, dan merencanakan masa depan, mengalami proses yang berkelanjutan, semua individu atau kelompok individu yang bermasalah, dapat mengentaskan masalah yang dihadapinya. Penerapan bimbingan dan konseling di SD yang dikaitkan dengan peningkatan perkembangan dan penyelesaian masalah siswa, berkaitan manajemen berbasis sekolah, yaitu dengan
9
otonomi sekolah melaksanakan manajemen dalam rangka peningkatan mutu pendidikan. Untuk mengantisipasi penerapan kurikulum 2013, pengembangan layanan bimbingan dan konseling sangat diperlukan karena paradigma atau pola
Daftar Pustaka
Prayitno. 1997. Pelayanan Bimbingan dan Konseling Sekolah Dasar. Padang: Penebar Aksara. Rusiati. 2006. Implementasi Kebijakan Manajemen berbasis Sekolah di Sekolah Dasar Negeri 1 Wonogiri. Tesis Program Studi Magister Manajemen Pendidikan Program Pasca Sarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta Tahun 2006. Diakses tanggal 5 November 2012. Siswohardjono, Aryatmi. 1991. Perspektif Bimbingan dan Konseling dan Penerapannya di Berbagai Institusi. Semarang: Satya Wacana. Sugiyo. 2011. Manajemen Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Semarang: Widya Karya. Suparlan. 2007. Beberapa Temuan Hasil Penelitian Tentang MBS (Manajemen Berbasis Sekolah). Diakses tanggal 5 November 2012.
10