MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI ENERGI DENGAN MENERAPKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS-ACHIEVEMENT DIVICIONS (STAD) DI KELAS III SEKOLAH DASAR NEGERI 179/I LADANG PERIS
ABSTRAK Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan mata pelajaran yang dimaksudkan agar siswa mempunyai pengetahuan, gagasan dan konsep-konsep yang terorganisasi dengan alam sekitar. Siswa menganggap pelajaran IPA sebagai yang tidak mengasyikan dan cendrung membosankan. Aktivitas dan hasil belajar siswa dapat ditingkatkan melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Oleh karena itu, masalah penelitian dirumuskan sebagai berikut; “Apakah dengan menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Student TeamsAchievement Divicions (STAD) dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada materi energi kelas III SDN No 179/1 Ladang Peris (mencapai nilai rerata 65) pada mata pelajaran IPA”? Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa SDN 179/I Ladang Peris pada mata pelajaran IPA, yang secara hipotesis dapat dicapai secara serentak melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Metode dan teknik penelitian menggunakan PTK, dimana seting PTK ini adalah kelas, dengan subjek penelitian bejumlah 14 orang siswa SDN 179/I Ladang Peris. Variabel yang diteliti meliputi aktivitas belajar dan hasil belajar yang berhasil dicapai siswa setelah dilaksanakan skenario pembelajaran selama 2 (dua) siklus dimana pada masing-masing dirancang dalam 4 (empat) kegiatan yaitu tahap perencanaan, implementasi tindakan, observasi dan evaluasi, serta analisis dan refleksi. Data tentang peristiwa pembelajaran diambil dengan menggunakan lembar observasi hasil belajar serta observasi aktivitas guru dan siswa. Hasil penelitian menunjukan bahwa pada siklus I aktivitas siswa hanya mencapai 64,28%, dan nilai rerata belajar baru mencapai nilai 66,43. Kemudian pada akhir siklus II aktivitas belajar siswa meningkat mencapai 80% dan nilai rerata hasil belajar mencapai 80,71. Dalam hal ini, terdapat peningkatan yang positif pada aktivitas dengan hasil belajar siswa. Ini mengandung makna bahwa semakin tinggi aktivitas belajar yang dimiliki siswa, akan semakin tinggi pula hasil belajar yang diperolehnya. Oleh karena itu hipotesis tindakan yang diajukan dapat diterima. Kata kunci: aktivitas dan hasil belajar, menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams-Achievement Divicions (STAD).
1.
Drs. Epinur, M.Si, selaku Pembimbing I dan Drs.Andi Suhandi, S. Pd, M. PdI, selaku pembimbing II
PENDAHULUAN Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan mata pelajaran yang dimaksudkan agar siswa mempunyai pengetahuan, gagasan dan konsep-konsep yang terorganisasi dengan alam sekitar. Tujuan pembelajaran IPA di sekolah dasar antara lain: pertama, siswa mampu memahami konsep-konsep Ilmu Pengetahuan Alam dan keterkaitannya dalam kehidupan sehari-hari; kedua, agar siswa memiliki keterampilan proses untuk mengembangkan pengetahuan, gagasan tentang alam sekitarnya; ketiga, agar siswa mampu menggunakan teknologi sederhana yang berguna untuk memecahkan suatu masalah yang ditemukan didalam kehidupan sehari-hari, dan yang keempat agar siswa mengenal dan memupuk rasa cinta terhadap alam sekitar sehingga menyadari kebesaran dan keagungan Tuhan Yang Maha Esa. Tujuan tersebut dapat dicapai melalui kegiatan-kegiatan keaktifan siswa dalam suatu proses pembelajaran yang menarik, sehingga dapat membentuk siswa menjadi pribadi yang kritis dan ilmiah. Penerapan konsep-konsep tersebut dilaksanakan dalam pembelajaran IPA salah satunya dalam pokok bahasan energi. Tujuan dari pokok bahasan ini adalah siswa mampu memahami dan menyimpulkan sumber-sumber energi dan bentuk energi. Tujuan tersebut dapat terlaksana apabila dalam pembelajarannya menggunakan model-model pembelajaran yang bersifat kooperatif sehingga menumbuhkan rasa menyenangkan dalam belajar dan aktivitas berfikir anak. Oleh karena itu, sangat dibutuhkan sekali peran aktif dan kreatif guru dalam mengolah pembelajaran itu guna mencapai tujuan pembelajaran yang maksimal. Berikut adalah tabel daftar nilai yang diperoleh siswa dalam mata pelajaran IPA materi energi.
Tabel 1 Nilai ulangan harian kelas III tahun ajaran 2011/2012
Dalam pembelajaran IPA pada pokok bahasan energi tersebut hasil yang dicapai siswa belum memenuhi standar yang telah ditetapkan. Hal ini terlihat pada hasil nilai ulangan harian 2011/ 2012 yang rata-rata 57,5% belum mencapai KKM 65. Hal itu membuktikan bahwa penguasaan siswa dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam materi energi belum mencapai tuntutan KKM yang seharusnya. Banyak faktor yang menjadi pemicu ketidakberhasilan pencapaian pembelajaran, antara lain sebagai berikut : (1) Siswa pasif dalam belajar. (2) Siswa malas dalam belajar. (3) Siswa tidak memperhatikan saat guru menerangkan. (4) Siswa lebih suka ngobrol atau mengganggu temannya saat belajar. (5) Siswa tidak bisa menjawab pertanyaan guru. (6) Siswa tidak mampu menjelaskan/menyimpulkan materi yang baru dipelajari. Ada beberapa hal yang menjadi penyebab keadaan tersebut terjadi yaitu: (1) Dalam kegiatan belajar dan mengajar guru menyampaikan materi secara informatif dengan metode ceramah. (2) Kreatifitas guru dalam menyajikan model pembelajaran tidak menarik sehingga berkesan monoton dan membosankan siswa. (3) Sarana dan prasarana yang belum sepenuhnya tersedia, misalnya media pembelajaran (alat peraga) dan ketersedian buku penunjang (buku pembelajaran) yang jumlahnya terbatas.
Berdasarkan pengamatan tersebut, dapat dilakukan dalam proses belajar dan mengajar IPA pokok bahasan energi yaitu sebaiknya guru menggunakan model-model pembelajaran yang menarik dan menyenangkan sehingga peran serta guru dengan siswa dan antara siswa itu sendiri saling terjalin. Menurut Gagne (1977) dalam Ekawarna (2011:34) untuk meningkatkan kualitas belajar dapat ditingkatkan dan dipertahankan, seorang tenaga pengajar perlu menyelaraskan fase belajar yang dialami pebelajar dengan peristiwa pembelajaran yang perlu dikondisikan oleh pengajar, sehingga setiap fase belajar dapat menghasilkan suatu aktivitas (proses belajar) yang maksimal dalam diri si belajar. Salah satu pengembangannya yakni dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif (cooperative learning) yang dipakai secara berkesinambungan. Menurut Kagan (2000:1) dalam Mulyana “belajar kooperatif suatu istilah yang digunakan dalam prosedur pembelajaran interaktif, dimana siswa belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil untuk memecahkan berbagai masalah”. Terdapat berbagai tipe model pembelajaran kooperatif yang telah dikembangkan diantaranya, Jigsaw, Number Heads Together (NHT), Student Teams Achievement Divicions (STAD), dan Teams Accelerated Intruction (TAI) Together (Slavin, 1990). Herdian (2011) STAD merupakan salah satu metode atau pendekatan dalam pembelajaran kooperatif yang sederhana baik guru yang baru mulai menggunakan pendekatan kooperatif dalam kelas, STAD merupakan suatu metode pembelajaran kooperatif yang efektif. Permasalahan penelitian ini adalah: Apakah dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams-Achievement Divicions (STAD) dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada materi energi kelas III SDN No 179/1 Ladang Peris (mencapai nilai rerata 65) pada mata pelajaran IPA ? METODE PENELITIAN Subjek dari penelitian adalah siswa kelas III SD 179/I Ladang Peris Kecamatan Bajubang, Kabupaten Batanghari Propinsi Jambi dengan banyaknya siswa berjumlah 14 orang yang terdiri dari 5 (lima) orang siswa perempuan dan 9 (sembilan) orang siswa laki-laki. Adapun pertimbangan mengambil subyek penilitian tersebut adalah, dimana siswa kelas tiga berumur rata-rata antara 8 sampai 9 tahun dan memiliki tingkat kecerdasan menengah dengan nilai rata-rata 30-60 untuk materi energi . Selain itu kondisi siswa kelas III SD 179/I Ladang Peris mayoritas adalah suku jawa, yang bermata pencaharian sebagai petani karet. Rata-rata kualitas pendidikan wali murid pada jenjang pendidikan rendah. Sehingga membuat proses pembelajaran siswa dirumah tidak maksimal. Dalam hal ini dijabarkan dalam bentuk perencanaan (rencana) guru sebelum melakukan suatu tindakan, yaitu peneliti melakukan 6 kegiatan utama; meneliti kelas untuk menentukan dan merumuskan masalah penelitian, menentukan tindakan, membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Perbaikan, membuat lembaran observasi, menentukan jadwal penelitian, dan membuat matrik metodologi penelitian.
Meneliti Kelas Dalam tahapan meneliti kelas, peneliti menemukan masalah yaitu siswa kurang memiliki motivasi dalam mengikuti pelajaran, dalam belajar siswa kurang memperhatikan saat guru menerangkan, seperti lebih suka ngobrol atau mengganggu temannya saat belajar, dan rata-rata siswa kurang mampu memahami penjelasan yang disampaikan oleh guru. Apakah dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams-Achievement Divicions (STAD) dapat meningkatkan hasil belajar siswa SDN No 179/I Ladang Peris pada mata pelajaran IPA materi energi. Menentukan Tindakan Tindakan yang akan dilakukan peneliti adalah menentukan tujuan yang akan dicapai dalam proses kegiatan belajar materi energi, yaitu dengan penerapan model kooperatif tipe STAD, memberikan pekerjaan rumah (PR) dan mengadakan ulangan harian, menentukan metode yang ingin dipakai dengan mempertimbangkan kondisi siswa, menyiapkan media dan perlengkapan yang diperlukan dalam kegiatan belajar dan menyiapkan materi yang akan diajarkan Membuat RPP Tindakan Penelitian ini akan dilaksanakan dalam 3 (tiga) siklus, yang terdiri atas 3 RPP untuk 3 kali pertemuan. Namun, bila dalam satu siklus saja sudah terlihat peningkatan sesuai dengan yang diharapkan maka siklus 2 dan 3 tidak perlu dilakukan. Sebelum pertemuan pertama dilakukan, persiapan yang dilakukan adalah: (1) Menyiapkan rencana pembelajaran. (2) Menyiapkan alat peraga/media, bahan dan sarana kegiatan pembelajaran. (3) Menyiapkan lembaran observasi proses pembelajaran. (4) Menyiapkan soal sebagai bahan evaluasi. Membuat Lembar Observasi Masalah yang diteliti adalah aktivitas siswa dalam menerima materi energi. Aktivitas siswa dalam menerima materi dapat dilihat dalam beberapa faktor; (1) menyatakan pendapat, (2) mengajukan pertanyaan, (3) mengerjakan tugas dengan baik, (4) menjawab pertanyaan, (5) menyimak penjelasan, (6) menunjukan antusias dalam pembelajaran, (7) menunjukan ketertarikan dalam pembelajaran, (8) memberi bantuan pada orang lain, (9) menunjukan peran dalam kelompok, (10) bertanggung jawab pada tugas. Membuat Jadwal Penelitian Dalam membuat jadwal penelitian, waktu yang dilakukan adalah selama siklus tindakan dilakukan. Dalam setiap siklus kegiatan disesuaikan dengan jam mata pelajaran. Membuat Matrik Penelitian Matrik penelitian dibuat setelah memperoleh kesimpulan dari analisa yang dilakukan terhadap satu siklus.
Pelaksanaan Tindakan Deskripsi tindakan yang dilakukan sesuai dengan judul PTK ini adalah dengan menerapkan model pembelajaran STAD dimana skanerio kerja tindakan meliputi: a. Menyusun atau menyiapkan skenario yang akan ditampilkan. b. Menunjuk beberapa siswa sebagai ketua kelompok untuk mempelajari skenario 2 hari sebelum kegiatan belajar mengajar. c. Membentuk kelompok siswa yang beranggotakan 4-5 orang. d. Guru menyampaikan materi pembelajaran. e. Memanggil siswa yang sudah ditunjuk untuk melakoni skenario yang sudah disiapkan. f. Guru memberikan tugas kepada tiap-tiap ketua kelompok dengan menggunakan lembar kerja kepada anggota kelompok dan kemudian saling membantu atau bekerjasama untuk menguasai materi pelajaran g. Guru memberikan pertanyaan atau kuis kepada siswa, saat menjawab pertanyaan atau kuis dari guru siswa tidak boleh saling membantu h. Tiap siswa dan tiap kelompok diberi skor atas penguasaannya terhadap materi pelajaran, dan kepada siswa secara individual atau kelompok yang meraih prestasi tinggi atau memperoleh skor sempurna diberi penghargaan i. Setiap akhir pembelajaran guru memberikan evaluasi untuk mengetahui penguasaan siswa terhadap materi yang telah dipelajari. j. Kesimpulan Observasi dan Evaluasi Observasi ini dilakukan terhadap proses maupun hasil dari tindakan yang dilakukan guru terhadap pengaruh yang diperoleh dari hasil atau tindakan alat ukur yang terstruktur dan sistematis, baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Dalam penelitian ini, alat ukur yang digunakan peneliti adalah berupa lembaran observasi yang dilakukan pada saat pembelajaran dilakukan yaitu meliputi kegiatan awal, inti dan akhir. Obeservasi dilakukan pada setiap akhir pertemuan setiap siklus selama penelitian tersebut berlangsung. Variabel yang diobservasi dengan menggunakan lembar observasi meliputi kualitas tentang:
Tabel 2 Lembar Observasi Guru NO
ASPEK YANG DIAMATI
Kegiatan Awal 1 Melakukan apersepsi 2 Menjelaskan tujuan pembelajaran 3 Memberikan motivasi belajar Kegiatan Inti 4 Guru menjelaskan langkah-langkah pembelajaran 5 Guru membentuk siswa kedalam kelompok-kelompok 6 Guru menyampaikan materi pembelajaran. Guru memberikan penugasan kepada kelompok 7 berupa lembar kerja siswa (LKS) 8 Guru memberikan pertanyaan atau kuis kepada siswa Guru memberikan penghargaan kepada kelompok 9 sebagai pemahaman materi pembelajaran Kegiatan Penutup 10 Membuat kesimpulan dengan melibatkan siswa 11 Memberikan umpan balik/refleksi/evaluasi Jumlah = jumlah skor Persentase X 100 Jumlah aspek yang diamati Keterangan : Beri tanda (√) untuk skor aspek yang diamati
YA
TIDAK
Tabel 3 Lembar Observasi Siswa NO
ASPEK YANG DIAMATI
YA
TIDAK
1
Menyatakan pendapat 2 Mengajukan pertanyaan 3 Mengerjakan tugas dengan baik 4 Menjawab pertanyaan 5 Menyimak penjelasan 6 Menunjukan antusias dalam pembelajaran 7 Menunjukan ketertarikan dalam pembelajaran 8 Memberi bantuan pada orang lain 9 Menunjukan peran dalam kelompok 10 Bertanggung jawab pada tugas Jumlah = jumlah skor Persentase X 100 Jumlah aspek yang diamati Keterangan : Beri tanda (√) untuk skor aspek yang diamati Tabel 4 Keterangan kriteria skor: NO
PERSENTASE
PREDIKET
1 2 3 4 5
85-100% Baik sekali 75-85% Baik 60-74% Cukup 40-59% Kurang 0-39% Buruk Sedangkan kegiatan evaluasi dimulai dengan melakukan tes formatif pada setiap akhir kegiatan pemberian tes pada setiap akhir siklus. Variabel yang diukur melalui kegiatan ini meliputi: a. Respon siswa SDN 179/I Ladang Peris sebagai tampilan unjuk kerja yang menggambarkan apakah siswa SDN 179/I Ladang Peris telah mencapai penguasaan Kompetensi pada setiap akhir kegiatan pembelajaran. b. Hasil belajar siswa SDN 179/I Ladang Peris setelah mengikuti kegiatan untuk satu siklus. Refleksi Refleksi hasil dari tindakan baru dapat diperoleh setelah dilakukan pengukuran terhadap proses maupun hasil dan tindakan. Dari hasil pengukuran itu diperoleh suatu gambaran tentang seberapa besar pengaruh tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan pemahaman siswa khususnya dalam belajar IPA materi energi. Selain itu juga akan dapat menemukan suatu kekurangankekurangan yang ada dan memperoleh poin-poin tentang unsur-unsur penting
yang perlu diperbaiki atau ditingkatkan. Dengan demikian, dapat dilakukan suatu tindakan yang akan dilakukan pada pertemuan kedua, dan selanjutnya sampai pertemuan ketiga dan benar-benar nanti akan memperoleh hasil yang maksimal dari tindakan atau usaha untuk meningkatkan pemahaman siswa. Refleksi dapat dilakukan dengan 2 tahapan yaitu; pertama tahap kecil dimana analisa pengukuran dilakukan dalam setiap satu kali proses pembelajaran, kedua; tahap besar dimana analisa pengukuran dilakukan setelah dilaksanakannya satu siklus. Data yang diperlukan dalam penelitian adalah sebagai berikut: (1) Sumber data adalah siswa dan guru. (2) Jenis data yang didapat yaitu data hasil belajar siswa dan data situasi belajar mengajar saat dilaksanakan tindakan. (3) Cara pengambilan data yaitu dengan memberikan lembar kerja dan tes/latihan pada siswa dan data situasi belajar pada saat pembelajaran berlangsung dengan menggunakan lembar observasi. Analisis terhadap penguasaan konsep akhir siswa dengan memperhatikan skor rata-rata pada tes awal dan tes akhir, yang dinyatakan dalam bentuk kuantitatif dan kualitatif. Perhitungan dilakukan dengan pengamatan proses dan evaluasi hasil belajar siswa per individu maupun nilai rata-rata kelas dengan membandingkan dalam tiap siklus. Penilaian pada lembar observasi siswa dan guru dianalisis dengan nilai persentase keseluruhan siswa setelah nilai masing-masing kelompok siswa didapat. Dalam penilaian tersebut dikonversikan pada pedoman berikut: (1) Sangat Baik jika persentase mencapai 80-100. (2) Baik jika persentase mencapai 70-79. (3) Cukup jika persentase mencapai 60-69. (4) Kurang jika persentase hanya mencapai 50-59. (5) Sangat Kurang jika persentase dibawah 50 Penilaian pada evaluasi masing-masing siswa diambil dari pengerjaan soal latihan yang berjumlah 10 soal, dengan masing-masing soal bernilai 10. Selanjutnya jumlah benar yang dikerjakan siswa dijumlahkan. Perolehan nilai tertinggi jika 10 soal terjawab dengan benar dengan hasil akhir 100. HASIL PENELITIAN Hasil Penelitian Siklus I Penelitian siklus I dilaksanakan sesuai pada bab metode penelitian, penelitian pada siklus I dibagi menjadi 4 (empat) kegiatan yaitu: 1). perencanaan, 2). implementasi tindakan, 3). observasi dan evaluasi, dan 4). analisis dan refleksi. Perencanaan Tindakan Siklus I Tahap perncanaan tindakan pada siklus I meliputi kegiatan yang terdiri dari: (a) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). (b) Menetapkan materi bahan ajar siklus I dengan rincian; (1) pengertian dan definisi energi, (2) bentuk-bentuk energi. (c) Menyusun skenario pembelajaran dengan menggunakan model STAD. (d) Menyusun alat evaluasi berupa naskah Tes-I untuk mengetahui respon dan hasil kerja siswa pada siklus I. (e) Menyiapkan lembar observasi untuk melihat bagaimana situasi belajar mengajar ketika model pembelajaran diaplikasikan.
Pelaksanaan Tindakan Siklus I Deskripsi tindakan yang dilakukan sesuai dengan judul penelitian tindakan ini adalah dengan menerapkan model pembelajaran STAD, dimana skenario kerja tindakan atau kegiatan inti pada siklus I meliputi: (1) Menyusun atau menyiapkan skenario yang akan ditampilkan. (2) Menunjuk beberapa siswa sebagai ketua kelompok untuk mempelajari skenario 2 hari sebelum kegiatan belajar mengajar. (3) Membentuk kelompok siswa yang beranggotakan 4-5 orang. (4) Guru menyampaikan materi pembelajaran. (5) Memanggil siswa yang sudah ditunjuk untuk melakoni skenario yang sudah disiapkan. (6) Guru memberikan tugas kepada tiap-tiap ketua kelompok dengan menggunakan lembar kerja kepada anggota kelompok dan kemudian saling membantu atau bekerjasama untuk menguasai materi pelajaran. (7) Guru memberikan pertanyaan atau kuis kepada siswa, saat menjawab pertanyaan atau kuis dari guru siswa tidak boleh saling membantu. (8) Tiap siswa dan tiap kelompok diberi skor atas penguasaannya terhadap materi pelajaran, dan kepada siswa secara individual atau kelompok yang meraih prestasi tinggi atau memperoleh skor sempurna diberi penghargaan. (9) Setiap akhir pembelajaran guru memberikan evaluasi untuk mengetahui penguasaan siswa terhadap materi yang telah dipelajari. (10) Kesimpulan. Hasil Observasi Siklus I Kegiatan observasi yang dilakukan pada tindakan ini sesuai dengan instrument berupa lembaran observasi yang mengukur kualitas dan kuantitas tentang: (a) Aktivitas siswa dalam pembelajaran. (b) Hasil belajar yang diperoleh siswa. Berikut diuraikan hasil penelitian masing-masing siklus: Tabel 5 Hasil observasi aktivitas belajar siswa Siklus I Tabel 6 Hasil belajar Siklus I
Hasil Evaluasi Siklus I Dari hasil observasi dan hasil tes pada tabel 2 dan 3 materi energi disiklus I ini, maka terlihat: 1. Ketuntasan belajar yang dicapai oleh siswa kelas III pada materi Energi adalah sebesar 50%; 2. Siswa yang memperoleh nilai diatas 65 sebanyak 7 (tujuh) orang; 3. Siswa yang memperoleh nilai dibawah 65 sebanyak 7 (tujuh) orang; 4. Nilai rata-rata siswa kelas III sebesar 66,43; 5. Ketuntasan klasikal dengan hasil 66,43% membuktikan bahwa daya serap siswa pada materi Energi ini tergolong cukup; 6. Namun dalam proses pembelajaran itu sendiri, aktivitas belajar siswa dengan rata-rata 64,28 dan persentase keberhasilan 64,28% adalah cukup, karena dari hasil observasi, aktivitas siswa belumlah optimal; 7. Jika dihubungkan dengan kriteria keberhasilan yang ada dan ingin dicapai, maka aktivitas dan hasil belajar siswa pada siklus I ini harus lebih ditingkatkan dan diperbaiki untuk siklus berikutnya; 8. Hasil pengamatan atau observasi terlihat dalam tabel.
Hasil Refleksi Siklus I Hasil refleksi berupa rumusan yang akan diimplementasikan pada siklus II adalah sebagai berikut: 1. Siswa terutama kelompok yang rata-rata aktivitas belajar 64,28% yang masih termasuk dalam kategori cukup, perlu diberi stimulus yang khusus agar mereka lebih tertarik mengikuti sajian pembelajaran. Disamping itu perlu diingatkan kembali agar siswa mempersiapkan diri lebih baik lagi sebelum mengikuti skenario pembelajaran. 2. Tujuan dan manfaat pembelajaran perlu dijelaskan dengan lugas, para siswa perlu diyakinkan bahwa memahami tujuan dan manfaat pembelajaran adalah untuk kepentingan mereka sendiri dalam mengarahkan proses pembelajaran menuju tercapainya kompetensi sebagai hasil pembelajaran. 3. Pemberian stimulus untuk merangsang ingatan terhadap materi pelajaran pertemuan sebelumnya (siklus-I), perlu mengacu kepada hasil tes yang mengukur perubahan tingkah laku yang ditetapkan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran. 4. Umpan balik berupa penguatan dari respon atau unjuk kerja (tugas latihan) harus diberikan secara langsung sebelum proses pembelajaran siklus II dimulai, sehingga tingkat kepuasan siswa terhadap penguasaan yang telah dipelajari dapat ditingkatkan. 5. Pada pelaksanaan pembelajaran siklus-II siswa perlu diberi stimulus berupa pertanyaan-pertanyaan yang bersumber dari luar bahan ajar atau meteri yang diberikan, misalnya berasal dari berita surat kabar atau televisi. 6. Tes-2 pada siklus-II perlu disesuaikan dngan indikator kompetensi yang ingin dicapai dengan tingkat kesulitan dan daya beda yang sesuai dengan kemampuan siswa. Hasil Penelitian Siklus II Penelitian siklus II dilaksanakan sesuai sebagaimana telah dijelaskan penelitian pada siklus I, penelitian pada siklus II dibagi dalam 4 (empat) kegiatan yaitu: 1). perencanaan, 2). implementasi tindakan, 3). observasi dan evaluasi, 4). refleksi. Sebagai dasar dari kegiatan tersebut adalah hasil observasi-evaluasi dan refleksi yang telah dilakukan pada penelitian tindakan siklus-I. Perencanaan Tindakan Siklus II Terhadap perencanaan pada siklus II meliputi kegiatan yang terdiri dari: (a) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). (b) Menyiapkan materi bahan ajar siklus-II sesuai dengan kompetensi dasar yang akan dicapai berkaitan dengan topik: (1) sumber energi, (3) cara menghemat energi. (c) Menyusun alat evaluasi berupa naskah tes-2 untuk mengetahui respon dan hasil unjuk kerja siswa pada siklus-II. (d) Menyiapkan lembar observasi untuk melihat situasi belajar mengajar ketika model pembelajaran diaplikasikan. Implementasi Tindakan Siklus II Berdasarkan hasil refleksi pada siklus-I, deskripsi tindakan yang dilakukan sesuai dengan judul penelitian tindakan ini adalah menerapkan model pembelajaran STAD, dimana skenario kerja tindakan pada siklus-II meliputi:
1. Siswa terutama kelompok yang rata-rata aktivitas belajar 64,28% yang masih termasuk dalam kategori cukup, perlu diberi stimulus yang khusus agar mereka lebih tertarik mengikuti sajian pembelajaran. Disamping itu perlu diingatkan kembali agar siswa mempersiapkan diri lebih baik lagi sebelum mengikuti skenario pembelajaran. 2. Tujuan dan manfaat pembelajaran dengan lugas, para siswa diyakinkan bahwa memahami tujuan dan manfaat pembelajaran adalah untuk kepentingan mereka sendiri dalam mengarahkan proses pembelajaran menuju tercapainya kompetensi sebagai hasil pembelajaran. 3. Pemberian stimulus untuk merangsang ingatan terhadap materi pelajaran pertemuan sebelumnya (siklus-I), perlu mengacu kepada hasil tes yang mengukur perubahan tingkah laku yang ditetapkan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran. 4. Umpan balik berupa penguatan dari respon atau injuk kerja (tugas latihan) diberikan secara langsung sebelum proses pembelajaran siklus-II dimulai, sehingga tingkat kepuasan siswa terhadap penguasaan bahan yang telah dipelajari dapat ditingkatkan. 5. Pada pelaksanaan pembelajaran siklus-II siswa perlu diberi stimulus berupa pertanyaan-pertanyaan yang bersumber dari luar bahan ajar atau meteri yang diberikan, misalnya berasal dari berita surat kabar atau televisi. 6. Tes-2 pada siklus-II perlu disesuaikan dngan indikator kompetensi yang ingin dicapai dengan tingkat kesulitan dan daya beda yang sesuai dengan kemampuan siswa. Hasil Observasi Siklus II Kegiatan observasi dilakukan oleh observer yang sama yaitu peneliti dalam penelitian ini. Observer pada siklus-II dilakukan pada akhir siklus-II. Variabel yang diobservasi dengan menggunakan lembar observasi masih sama dengan yang digunakan pada siklus-I, yang meliputi kualitas tentang: (a) Aktivitas siswa dalam pembelajaran. (b) Hasil belajar yang diperoleh siswa. Berikut diuraikan hasil penelitian masing-masing siklus:
Tabel 7 Hasil observasi aktivitas belajar siswa Siklus II
Tabel 8 Hasil belajar Siklus II
Hasil Evaluasi Siklus II Dari hasil observasi dan hasil tes pada tabel 4 dan 5 materi energi disiklus II ini, maka terlihat: 1. Ketuntasan belajar yang dicapai oleh siswa kelas III pada materi Energi adalah sebesar 85,71%; 2. Siswa yang memperoleh nilai diatas 65 sebanyak 12 (dua belas) orang; 3. Siswa yang memperoleh nilai dibawah 65 sebanyak 2 (dua) orang; 4. Nilai rata-rata siswa kelas III sebesar 80,71;
5. Ketuntasan klasikal dengan hasil 80,71% membuktikan bahwa daya serap siswa pada materi Energi ini tergolong baik; 6. Namun dalam proses pembelajaran itu sendiri, aktivitas belajar siswa dengan rata-rata 80 dan persentase keberhasilan 80% adalah baik, karena dari hasil observasi, aktivitas siswa belumlah optimal; 7. Jika dihubungkan dengan kriteria keberhasilan yang ada dan ingin dicapai, maka aktivitas dan hasil belajar siswa pada siklus II ini telah mencapai target penelitian; 8. Hasil pengamatan atau observasi terlihat dalam tabel. Hasil Refleksi Siklus II Hasil refleksi berupa rumusan yang akan diimplementasikan pada siklus II adalah sebagai berikut: 1. Aktivitas dan kreativitas yang dilakukan telah meningkat; 2. Siswa mampu mengungkapkan apa yang telah ditulis secara lisan, siswa tidak malu-malu dalam bertanya; 3. Hasil belajar siswa kelas III SDN 179/I Ladang Peris mencapai rereta 80,71 jauh melebihi kriteria yang ditetapkan yaitu rerata 65. PEMBAHASAN Hasil penelitian dengan menggunakan pola dua siklus ternyata dapat menguji hipotesis tindakan yang diajukan dalam penelitian ini. Berdasarkan masalah yang krusial yang perlu dipecahkan yaitu rendahnya aktivitas dan hasil belajar IPA materi Energi siswa kelas III SDN No. 179/I Ladang Peris Kecamatan Bajubang dapat ditingkatkan dengan menggunakan model STAD. Untuk melihat lebih jelas keterhubungan hasil penelitian pada masingmasing siklus dengan kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan, halaman berikut pada tabel 6 disajikan rekaman data perkembangan hasil observasi, aktivitas dan hasil belajar pada setiap siklus sebagai berikut:
Tabel 9 Rekapitulasi Hasil PTK
No
1
Nama Sekolah SDN No. 179/I Ladang Peris
Variabel Penelitian Aktivitas Belajar Hasil Belajar Ketuntasan
Hasil PTK Siklus-I 64,28% 66,42 50%
Siklus-II 80% 80,71 85,71%
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa yang terlihat dari siklus-I dengan tingkat aktivitas sebesar 64,28% dan hasil belajar 66,42 dengan ketuntasan 50%. Kemudian di siklus-II mengalami peningkatan yang signifikan yakni aktivitas 80% dan hasil belajar rerata 80,71 dengan ketuntasan 85,71%.
Dari rekapitulasi diatas, maka tampaklah bahwa model STAD pada mata pelajaran IPA materi Energi bermanfaat karena: (a) Meningkatkan aktivitas belajar siswa. (b) Meningkatkan hasil belajar siswa. (c) Mempermudah pemahaman terhadap suatu konsep dan materi pembelajaran. Seperti yang telah dikemukakan pada Bab I, masalah yang diangkat dalam penelitian tindakan kelas ini adalah “upaya meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) materi energi”. Masalah ini dilatar belakangi oleh kenyataan yang terjadi (das sollen) bahwa hasil belajar siswa pada mata pelajaran ini relatif rendah (belum mencapai rerata 65), padahal sesuai sifat dan tuntutan mata pelajaran ini hasil belajar siswa untuk mata pelajaran ini seharusnya (das sein) tinggi. Penyebab masalah ini ditemukenali terdiri dari berbagai faktor yang satu sama lain saling berkaitan antara lain; (1) dalam kegiatan belajar dan mengajar guru menyampaikan materi secara informatif dengan metode ceramah, (2) kreatifitas guru dalam menyajikan model pembelajaran tidak menarik sehingga berkesan monoton dan membosankan siswa, (3) sarana dan prasarana yang belum sepenuhnya tersedia, misalnya media pembelajaran (alat peraga) dan ketersedian buku penunjang (buku pembelajaran) yang jumlahnya terbatas. Dari temuan penyebab masalah tersebut, ditemukan paling tidak dua faktor penyebab yaitu; (1) rendahnya aktivitas belajar yang dimilki siswa (2) kurang efektifnya model pembelajaran yang digunakan guru. Oleh karena itu, treatmen atau perlakuan yang diperlukan untuk meningkatkan hasil belajar siswa adalah “menerapkan model pembelajaran tertentu yang dapat meningkatkan aktivitas belajar yang pada akhirnya akan bermuara pada peningkatan aktivitas belajar dan hasil belajar siswa”. Menurut Arikunto (1990:133) dalam duniabaca.com mengatakan bahwa “hasil belajar adalah hasil akhir setelah mengalami proses belajar, perubahan itu tampak dalam pembuatan yang dapat diamati, dan dapat diukur”. Nasution (1995:25) dalam duniabaca.com mengemukakan “hasil adalah suatu perubahan pada diri individu. Perubahan yang dimaksud tidak halnya perubahan pengetahuan, tetapi juga meliputi perubahan kecakapan, sikap, pengertian, dan penghargaan diri pada individu tersebut”. Pembelajaran model pembelajaran kooperatif tipe Student TeamsAchievement Divicions (STAD) mempunyai beberapa keunggulan (Slavin, 1995:17) dalam Karmawati (2010:1) diantaranya sebagai berikut: (1) Siswa bekerja sama dalam mencapai tujuan dengan menjunjung tinggi norma-norma kelompok. (2) Siswa aktif membantu dan memotivasi semangat untuk berhasil bersama. (3) Aktif berperan sebagai tutor sebaya untuk lebih meningkatkan keberhasilan kelompok. (4) Interaksi antar siswa seiring dengan peningkatan kemampuan mereka dalam berpendapat. Kekurangan model pembelajaran kooperatif tipe STAD menurut Dess (1991:411) dalam Karmawati (2010:1) diantaranya sebagai berikut: (1) Membutuhkan waktu yang lebih lama untuk siswa sehingga sulit mencapai target kurikulum. (2) Membutuhkan waktu yang lebih lama untuk guru sehingga pada umumnya guru tidak mau menggunakan pembelajaran kooperatif. (3) Membutuhkan kemampuan khusus guru sehingga tidak semua guru dapat melakukan pembelajaran kooperatif. (4) Menuntut sifat tertentu dari siswa, misalnya sifat suka bekerja sama
Walaupun model pembelajaran STAD telah terbukti dapat meningkatkan hasil belajar dan aktivitas siswa, namun model pembelajaran tersebut bukan segala-galanya dalam arti dapat mengatasi semua permasalahan. Apa yang diperoleh melalui penelitian tindakan ini hanyalah salah satu, dimana kesahan dari penerapan teori ini masih perlu diuji pada berbagai pelajaran lain dan subyek penelitian yang berbeda. Adalah bijaksana jika kita renungkan kesimpulan yang dikemukakan Gistituati (2002) dalam Ekawarna (2011:144) bahwa; pertama, tidak ada batas nyata antara model yang satu dengan yang lainnya. Kedua, tidak ada model yang dapat dikatakan paling bagus, atau paling superior. Ketiga, beberapa model dapat dipergunakan untuk berbagai macam tujuan, masing-masing model mempunyai kekuatan tertentu untuk mencapai tujuan tertentu. Oleh karena itu, harus diperhatikan tujuan-tujuan apa yang diharapkan untuk dicapai anak, kemampuan anak, perbedaan individu dan ketersediaan sarana. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yaitu menerapkan model pembelajaran STAD pada mata pelajaran Ilmu Pengetahauan Alam (IPA) siswa kelas III SDN No 179/I Ladang Peris, dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan yang positif pada aktivitas dengan hasil belajar siswa. Ini mengandung makna bahwa semakin tinggi aktivitas belajar yang dimiliki siswa, akan semakin tinggi pula hasil belajar yang diperolehnya. Setelah membaca kesimpulan tersebut diatas maka disarankan agar: (1) Siswa terutama kelompok yang rata-rata aktivitas belajar yang masih termasuk dalam kategori cukup, perlu diberi stimulus yang khusus agar mereka lebih tertarik mengikuti sajian pembelajaran. Disamping itu perlu diingatkan kembali agar siswa mempersiapkan diri lebih baik lagi sebelum mengikuti skenario pembelajaran. (2) Tujuan dan manfaat pembelajaran perlu dijelaskan dengan lugas, para siswa perlu diyakinkan bahwa memahami tujuan dan manfaat pembelajaran adalah untuk kepentingan mereka sendiri dalam mengarahkan proses pembelajaran menuju tercapainya kompetensi sebagai hasil pembelajaran. (3) Perlu pemberian stimulus untuk merangsang ingatan terhadap materi pelajaran pertemuan sebelumnya, stimulus tersebut perlu mengacu kepada hasil tes yang mengukur perubahan tingkah laku yang ditetapkan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran. (4) Umpan balik berupa penguatan dari respon atau unjuk kerja (tugas latihan) harus diberikan secara langsung sebelum proses pembelajaran selanjutnya dimulai, sehingga tingkat kepuasan siswa terhadap penguasaan yang telah dipelajari dapat ditingkatkan. (5) Pada pelaksanaan pembelajaran siswa perlu diberi stimulus tambahan berupa pertanyaan-pertanyaan yang bersumber dari luar bahan ajar atau meteri yang diberikan, misalnya berasal dari berita surat kabar atau televisi. (6) Penyusunan tes hasil belajar perlu disesuaikan dengan indikator kompetensi yang ingi dicapai dengan tingkat kesulitan dan daya beda yang sesuai dengan kemampuan siswa. (7) Sebaiknya gunakan model pembelajaran STAD dengan memaksimalkan keunggulan dan meminimalkan kelemahannya.
DAFTAR RUJUKAN Dunia Baca. 24 Maret, 2011, Pengertian Belajar dan Hasil Belajar, hal. 1, (Online), (http://duniabaca.com/pengertian-belajar-dan-hasilbelajar.html diakses 24 Oktober 2011). Ekawarna.2011. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: GP Press Herdian.2009. Student Teams Achievement Divicions (STAD, (Online), (http://herdy07.wordpress.com/2009/04/22/model-pembelajaran-stadstudent-teams-achievement-divicions/ diakses 24 Desember 2012). Karmawati.2010. Keunggulan dan Kekurangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams-Achievement Divicions (STAD), (Online), (http://karmawati-yusuf.blogspot.com/2009/01/pembelajaranmatematika-dengan.html diakses 8 November 2011). Mulyana, A. 2011. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Talking Chips, (Online), (http://ainamulyana.blogspot.com/2011/11/model-pembelajarankooperatif-tipe.html diakses 09 November 2011). Slavin, R.1990. Cooperative Learning:Theory,Research and Practice, Englewoods Cliff, NJ: Prentice-Hall.