KARAKTERISTIK PENDERITA EPILEPSI RAWAT INAP DI RSUP HAJI ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2011-2013 Efrida Sirait1, Rahayu Lubis2, Hiswani2 1
Mahasiswa Departemen Epidemiologi FKM USU 2 Dosen Departemen Epidemiologi FKM USU Jl.Universitas No.21 Kampus USU Medan, 20155 Email:
[email protected]
Abstract Epilepsy is a chronic brain disorder that recurrent seizure. In the world epilepsy have 80%, have alot of in the developing countries. Based on the World Health Organization (WHO) report in 2006, the incidence of epilepsy in Europe and North America ranges from 24- 53 per 100.000 per year. Based on data the Association of Physician Spesialist Nerve (PERDOSSI) patient with active epilepsy in 2012 reached 1,8 million of the total population.This research done to know the chracteristic epilepsy patient who are taken treatment in Haji Adam Malik General Hospital Medan in 2011-2013. Descriptive study with case series followed by statistical analysis. Located in RSUP Haji Adam Malik Medan for Juli-Agustus 2014. The population are 126 and sample are all patient epilepsy who are hospitalized ( total sampling) Epilepsy patient with the highest proportion in the age group 0-11 years (47,6%), male gender (52,5%), Islam (62,7%), not attending school (43,6%), other work ( 77,8%), unmarried status (84,9%), outside Medan (61,9%), family tie ( 92,9%), no head trauma (68,3%), classification of primary generalized seizure (79,4%), seizure frequency 1-3x/days (65,9%), no aura (53,2%), long treatments that take about 6 days and condition that come back for treatment (73,0%). From the result of statistical analysis there were significant differences between age and classification of seizure ( p=0,029), and employment and classification of seizure (p=0,006). There is no significant difference between sex with the classification of seizure ( p= 0,136), and education with classification of seizure (p=0,136). Statistical analysis seizure frequency with classification of seizure and classification of attacks while returning state can not be tested. Recommended to the Haji Adam Malik General Hospital Medan to complete the recording on the card status such as etnic group, and precipating factors. Saving the card status well, because 16,7% of the card unknown. People with epilepsy are expected to obey take medicine as directed by doctor and keep a healthy diet an personal higiene. To communities should be care healtiness, specially children. Keywords : Epilepsy, Patient Characteristic
Pendahuluan Gangguan syaraf merupakan salah satu dari penyakit tidak menular dan bisa dialami oleh semua kelompok umur. Beberapa penyakit yang sering terjadi pada masyarakat oleh karena gangguan syaraf seperti dementia, epilepsi, sakit kepala, infeksi syaraf, gangguan syaraf yang berhubungan dengan kurang gizi, Parkinson’s, stroke, cedera kepala, dan cedera perinatal. Jika `ada gangguan fungsi otak, maka setiap orang dapat mengalami kejang.1 Pada penyakit epilepsi ada stigma dari masyarakat yang dianggap sebagai kutukan. Epilepsi membawa stigma yang besar, karena adanya salah pengertian pada masyarakat dan adanya mitos.1 Epilepsi menurut World Health Organization (WHO) merupakan gangguan kronik otak yang menunjukkan gejala berupa serangan yang berulang - ulang yang terjadi akibat adanya ketidaknormalan kerja sementara, sebagian, dan seluruh jaringan otak karena cetusan listrik pada neuron (sel syaraf).2 Epilepsi diklasifikasikan menjadi dua, yaitu epilepsi umum primer dan epilepsi parsial. Epilepsi umum primer adalah kejang yang sejak awal seluruh otak terlibat secara bersamaan, sedangkan epilepsi parsial adalah serangan yang berasal dari daerah tertentu dalam otak.3 Status Epileptikus (SE) adalah suatu kondisi/keadaan spesifik oleh karena adanya serangan epilepsi yang sering, berulang, berkelanjutan, dan berkepanjangan.4 Kematian bisa terjadi berkisar 3-25% yang telah dilaporkan.5 Kematian mendadak yang tak terduga pada epilepsi atau sudden unexpected death in epilepsy (SUDEP) menjadi masalah yang serius. Diperkirakan SUDEP terjadi pasca kejang pertama, aritma jantung yang tidak baik, dan serangan pernafasan yang terganggu akibat kejang.6 Rata-rata kejadian epilepsi setiap tahun di Amerika Serikat diperkirakan 48 per 100.000 orang. Insidens epilepsi lebih tinggi pada anak-anak.7 Berdasarkan laporan WHO pada tahun 2006 insidens epilepsi di Eropa dan Amerika Utara antara 25-53 per 100.000 setiap tahun.1 Insidens epilepsi di Inggris Raya pada
tahun 2010 sekitar 51 per 100.000 setiap tahun.8 Menurut WHO pada tahun 2012 di negara maju kasus baru epilepsi per tahun antara 40-70 per 100.000, sementara di negara berkembang diperkirakan mencapai 114 per 100.000.2 Data dari Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI) tahun 2012 penderita epilepsi aktif mencapai 1,8 juta dari seluruh penduduk.9 Data rekam medik tahun 2008 - 2010 di RSAB Harapan Kita Jakarta , diperoleh 192 pasien epilepsi yang datang berobat.10 Berdasarkan laporan bulanan dinas kesehatan Sumatera Selatan, penderita epilepsi pada bulan April tahun 2012 berjumlah 86 orang, dimana penderita epilepsi lebih banyak diderita pada kelompok umur 20-44 tahun.11 Hasil penelitian dari Nauli Handayani di RSUP Haji Adam Malik Medan tahun 20012002 penderita epilepsi berjumlah 173 orang.12 Penderita kejang demam yang dirawat inap di RSU Pirngadi Medan pada tahun 2010 dilaporkan sebanyak 155 orang. 13 Berdasarkan survei awal yang dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, jumlah penderita epilepsi yang dirawat inap tahun 2011 - 2013 sebanyak 126 orang. Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah belum diketahuinya karakteristik penderita epilepsi yang dirawat inap di Rumah Sakit Pusat Haji Adam Malik Medan pada tahun 2011-2013. Tujuan Umum penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik penderita epilepsi yang dirawat inap di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan tahun 2011-2013. Metode Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan case series.14 Penelitian ini dilaksanakan di RSUP Haji Adam Malik Medan. Penelitian ini dilakukan pada JuliSeptember 2014. Populasi penelitian ini adalah data seluruh penderita epilepsi yang dirawat inap di RSUP Haji Adam Malik Medan tahun 2011-2013 berjumlah 126 orang. Sampel penelitian ini adalah seluruh data dari
penderita epilepsi yang dirawat inap sama dengan populasi (total sampling). Variabel dalam penelitian ini adalah sosiodemografi (umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, dan tempat tinggal), riwayat keluarga, riwayat trauma kepala, klasifikasi serangan epilepsi, frekuensi serangan, aura, lama rawatan rata- rata dan keadaan sewaktu pulang. Data dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari kartu status penderita epilepsi. Data dianalisa dengan menggunakan uji Chi-Square. Hasil dan Pembahasan Deskriptif Proporsi penderita epilepsi berdasarkan sosiodemografi yang dirawat inap di RSUP Haji Adam Malik Medan Tahun 2011-2013 dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 1 Distribusi Proporsi Epilepsi Berdasarkan Sosiodemografi yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Tahun 2011-2013 Sosiodemografi f % Umur ( Tahun) 0-11 60 47,6 12-19 33 26,2 ≥ 20 33 26,2 Jenis Kelamin Laki- laki 66 52,4 Perempuan 60 47,6 Agama Islam 79 62,7 Kristen Protestan 38 30,1 Katholik 7 5,6 Budha 2 1,6 Pendidikan Tidak Tamat SD 55 43,6 SD 16 12,7 SMP 15 11,9 SMA 35 27,8 Akademi/Perguruan 5 4,0 Tinggi Pekerjaan Pegawai Negeri Sipil 5 3,9 Wiraswasta 15 11,9 Petani 2 1,6 Ibu Rumah Tangga 6 4,8 Lain- lain ( anak-anak 98 77,8 dan pelajar)
Status Perkawinan Kawin Tidak Kawin Tempat Tinggal Medan Luar Medan Jumlah
19 107
15,1 84,9
48 78 126
38,1 61,9 100
Berdasarkan tabel 1 menunjukkan bahwa proporsi penderita epilepsi tertinggi berdasarkan umur adalah kelompok umur 0 – 11 tahun sebanyak 60 orang (47,6%) . Proporsi penderita epilepsi tertinggi berdasarkan jenis kelamin tertinggi adalah laki-laki sebanyak 66 orang (52,4%). Proporsi penderita epilepsi tertinggi berdasarkan agama adalah Islam sebanyak 79 orang (62,7%). Proporsi tertinggi berdasarkan pendidikan adalah tidak tamat SD sebanyak 55 orang (43,7%). Proporsi penderita epilepsi tertinggi berdasarkan pekerjaan adalah Lain-lain (anak-anak dan pelajar) sebanyak 98 orang (77,8 %) . Proporsi penderita epilepsi tertinggi berdasarkan status perkawinan adalah tidak kawin ( dibawah umur, pelajar) sebanyak 107 orang (84,9%). Proporsi penderita epilepsi tertinggi berdasarkan tempat tinggal adalah luar Medan sebanyak 78 orang (61,9%). Riwayat Keluarga Proporsi penderita epilepsi tertinggi berdasarkan riwayat keluarga adalah tidak ada sebanyak 117 orang (92,9%) dan terendah adalah ada riwayat keluarga sebanyak 9 orang (7,1%). Kelainan yang diwariskan sebagai penyebab epilepsi merupakan masalahmasalah subunit reseptor asetikolin nikotinat dan subunit saluran kalium dan natrium.15 Penyakit epilepsi bukan penyakit keturunan walaupun ada diketahui penderita epilepsi dengan riwayat keluarga. Pada dasarnya epilepsi terjadi karena adanya gangguan kronik otak. Penderita epilepsi dengan riwayat keluarga bisa terjadi karena adanya persamaan struktur otak yang mengalami kelainan, sehingga beresiko untuk mengalamai bangkitan epilepsi.16
Riwayat Trauma Kepala Proporsi penderita epilepsi tertinggi berdasarkan riwayat trauma kepala adalah tidak ada sebanyak 86 orang (68,3%) dan terendah adalah ada trauma kepala sebanyak 40 orang (31,7%). Sebagian besar penyebab epilepsi terjadi bukan karena adanya trauma kepala namun ada penyebab lain terjadinya epilepsi seperti adanya penyakit penyerta yang diderita. Penyakit lain yang diderita yaitu meningitis, hidrochepalus, infeksi sistem saraf pusat, enchepalophati, cerebral palsy, microensefaliti, tumor otak, stroke, penyumbatan pembuluh darah otak, perdarahan intrakranial, gangguan psikotik, skizofrenia, trauma lahir, gangguan metabolik dan hematropy cerebral. Klasifikasi Serangan Epilepsi Proporsi penderita epilepsi tertinggi berdasarkan klasifikasi serangan adalah Epilepsi Umum Primer sebanyak 100 orang (79,4%) dan terendah adalah Epilepsi Parsial sebanyak 26 orang (20,6%). Kejadian epilepsi parsial sering terjadi karena mengalami stroke, trauma kepala, tumor otak, gangguan metabolik dan post operasi. Penderita epilepsi parsial lebih banyak pada usia dewasa.16 Hasil penelitian ini dapat dihubungkan dengan proporsi penderita epilepsi terendah berdasarkan umur adalah usia > 36 tahun. Frekuensi Serangan Proporsi penderita epilepsi tertinggi berdasarkan frekuensi serangan adalah 1-3x/hari sebanyak 83 orang (65,9%) dan terendah adalah >6x/hari sebanyak 15 orang (11,9%). Serangan yang terlalu sering akan mengakibatkan kerusakan-kerusakan sel-sel neuron yang meluas dan permanen sampai terjadi kematian akibat hipoksia jaringan otak dan peningkatan tekanan intrakranial.5 Aura Proporsi penderita epilepsi tertinggi berdasarkan aura adalah tidak ada sebanyak 67 orang (53,2%) dan proporsi penderita epilepsi yang memiliki aura sebanyak 59 orang (46,8%).
Penderita yang mengalami aura adalah penderita yang mendapat serangan epilepsi umum primer dengan tonik – klonik dan epilepsi parsial. Adanya aura dapat membantu dimana letak lokasi serangan kejang di otak. Pada serangan epilepsi umum bisa tidak didahului dengan aura karena adanya gangguan pada kedua hemisfer yang dapat menimbulkan hilangnya kesadaran secara tibatiba.17 Tabel 2 Lama Rawatan Rata- Rata Penderita Epilepsi yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Tahun 2011-2013 Lama Rawatan Rata-Rata (hari) Mean 5,78 Standar Deviasi 4,803 95% Confidence 4,93- 6,62 Interval Minimum 1 Maksimum 30 Berdasarkan tabel 2 menunjukkan bahwa lama rawatan rata-rata penderita epilepsi adalah 5,78 hari ( 6 hari). Lama rawatan minimum adalah 1 hari dan lama rawatan maksimum adalah 30 hari. Penderita epilepsi yang dirawat inap dengan waktu yang lama tetap mendapatkan perawatan sampai penderita benar-benar diizinkan oleh dokter untuk pulang dan sesuai permintaan keluarga. Keadaan Sewaktu Pulang Proporsi penderita epilepsi tertinggi berdasarkan keadaan sewaktu pulang adalah pulang berobat jalan sebanyak 92 orang (73,0%) dan terendah adalah meninggal sebanyak 5 orang (4,0%). Penderita yang pulang dalam kondisi meninggal karena adanya penyakit lain yang memperberat penderita seperti tumor otak, gangguan psikotik akut, hipertensi grade 2, dan infeksi sistem saraf pusat.
Analisa Statistik Tabel 3 Distribusi Proporsi Umur Penderita Epilepsi Berdasarkan Klasifikasi Serangan Epilepsi yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Tahun 2011-2013 Klasifikasi Total Epilepsi 0-11 Tahun 12-19 Tahun >20 Tahun f % f % f % f % Epilepsi Umum 52 52,0 27 27,0 21 21,0 100 100 Primer Epilepsi Parsial
8
30,8
6
X2 = 7,060 Berdasarkan tabel 3 menunjukkan bahwa proporsi umur penderita epilepsi umum primer tertinggi adalah umur 0-11 tahun sebanyak 52 orang (80,0%). Proporsi umur penderita epilepsi parsial tertinggi adalah umur ≥ 20 tahun sebanyak 12 orang (46,1). Penderita epilepsi pada usia 0-11 tahun biasanya disebabkan karena infeksi sistem saraf, kejang demam, gangguan metabolik, trauma kepala, tumor otak, cerebral palsy, meningitis, dan perdarahan intrakranial. Penderita epilepsi pada usia ≥ 20 tahun biasanya disebabkan oleh trauma kepala, tumor otak, gangguan vaskular, gangguan metabolik dan alzheimer.16 Penderita epilepsi dengan serangan epilepsi umum primer banyak terjadi pada anak-anak dan remaja seperti serangan absence, mioklinik, tonik, dan tonik-klonik. Analisa uji statistik dengan uji chisquare diperoleh nilai p = 0,029 (p < 0,05) artinya ada perbedaan yang bermakna antara umur berdasarkan klasifikasi serangan epilepsi pada penderita epilepsi yang dirawat inap di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Tahun 2011 – 2013. Jenis Kelamin Penderita Epilepsi Berdasarkan Klasifikasi Serangan Epilepsi Proporsi jenis kelamin penderita epilepsi umum primer tertinggi adalah berjenis kelamin perempuan sebanyak 51 orang (51,0%) dan epilepsi parsial tertinggi adalah berjenis kelamin laki – laki sebanyak 17 orang (65,4%). Setiap orang memiliki otak dengan ambang bangkitan masing-masing apakah lebih tahan atau kurang tahan terhadap
23,1 df= 2
12
46,1
26
100
p= 0,029
munculnya bangkitan. Epilepsi dapat terjadi pada laki-laki maupun perempuan.15 Menurut WHO pada tahun 2012 penderita epilepsi pada laki-laki umumnya sedikit lebih banyak dibandingkan dengan perempuan.2 Analisa uji statistik dengan uji chisquare diperoleh nilai p= 0,136 (p > 0,05) artinya tidak ada perbedaan yang bermakna antara jenis kelamin berdasarkan klasifikasi serangan epilepsi pada penderita epilepsi yang dirawat inap di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Tahun 2011 – 2013. Pendidikan Penderita Epilepsi Berdasarkan Klasifikasi Serangan Epilepsi Proporsi pendidikan penderita epilepsi umum primer tertinggi adalah tidak sekolah/SD/SMP sebanyak 71 orang (71,0%) dan penderita epilepsi parsial tertinggi adalah tidak sekolah/SD/SMP sebanyak sebanyak 15 orang (57,7%). Analisa uji statistik dengan uji chisquare diperoleh nilai p= 0,194 (p>0,05) artinya tidak ada perbedan yang bermakna antara pendidikan berdasarkan klasifikasi serangan epilepsi pada penderita epilepsi yang dirawat inap di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Tahun 2011 – 2013.
Distribusi Proporsi Pekerjaan Penderita Epilepsi Berdasarkan Klasifikasi Serangan Epilepsi yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Tahun 2011-2013 Klasifikasi Epilepsi Bekerja Tidak Bekerja Total f % f % f % Epilepsi Umum 17 17,0 83 83,0 100 100 Primer Epilepsi Parsial 11 42,3 15 57,7 26 100 Tabel 4
X2= 7,647
df= 1
Berdasarkan tabel 4 menunjukkan bahwa proporsi pekerjaan penderita epilepsi umum primer tertinggi adalah tidak bekerja sebanyak 83 orang (83,0%) dan penderita epilepsi parsial tertinggi adalah tidak bekerja sebanyak sebanyak 15 orang (57,7%). Hasil penelitian ini dapat dihubungkan dengan hasil penelitian berdasarkan umur dan pendidikan penderita epilepsi yang menunjukkan umur tertinggi penderita epilepsi adalah 0-11 tahun sebesar 47,6%, pendidikan tertinggi penderita epilepsi adalah tidak tamat SD sebesar 43,6% Analisa uji statistik dengan uji chisquare diperoleh nilai p= 0,006 (p <0,05) artinya ada perbedan yang bermakna antara pekerjaan berdasarkan klasifikasi serangan epilepsi pada penderita epilepsi yang dirawat inap di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Tahun 2011 – 2013. Frekuensi Serangan Penderita Epilepsi Berdasarkan Klasifikasi Serangan Proporsi frekuensi serangan penderita dengan epilepsi umum primer tertinggi adalah 1-3x/hari sebanyak 67 orang (67,0%) dan penderita epilepsi parsial tertinggi adalah 13x/hari sebanyak 16 orang (61,6%). Penderita epilepsi mengalami serangan karena adanya pencetus serangan seperti : kelelahan fisik, kurang minum, kurang tidur, cahaya, faktor makan dan minum, suara tertentu dan obat-obat tertentu. Faktor pencetus bisa dihindari supaya tidak terjadi serangan berulang.15 Penderita epilepsi yang mengalami status epileptikus berjumlah 5 orang dengan klasifikasi serangan epilepsi umum.
p= 0,006
Analisa uji statistik dengan uji chisquare tidak dapat dilakukan karena terdapat 1 sel ( 16,7%) yang expected count-nya kurang dari 5. Klasifikasi Serangan Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang Proporsi klasifikasi serangan epilepsi berdasarkan keadaan sewaktu pulang pada pulang berobat jalan tertinggi adalah epilepsi umum primer sebanyak 75 orang (81,5%), pulang atas permintaan sendiri tertinggi adalah epilepsi umum primer sebanyak 21 orang (72,4%), meninggal tertinggi adalah epilepsi umum primer sebanyak 4 orang (80,0%). Penderita yang meninggal pada epilepsi umum primer sebesar 80% dan epilepsi parsial sebesar 20%. Penderita yang pulang dalam kondisi meninggal karena adanya penyakit lain yang memperberat penderita seperti tumor otak, gangguan psikotik akut, hipertensi grade 2, dan infeksi sistem saraf pusat. Analisa uji statistik dengan uji chisquare tidak dapat dilakukan karena terdapat 2 sel ( 33,3%) yang expected count-nya kurang dari 5. Kesimpulan a. Proporsi tertinggi penderita epilepsi berdasarkan sosiodemografi adalah, kelompok umur 0-11 tahun sebesar 47,6% jenis kelamin laki – laki sebesar 52,4%, agama Islam sebesar 62,7%, pendidikan tidak tamat SD sebesar 43,6%, pekerjaan lain – lain sebesar 77,8%, status tidak kawin sebesar 84,9% , dan tempat tinggal di luar Medan sebesar 61,9%. b. Proporsi tertingggi berdasarkan riwayat keluarga adalah tidak ada sebesar 92,9%.
c. Proporsi tertinggi berdasarkan riwayat trauma kepala adalah tidak ada sebesar 68,3%. d. Proporsi tertinggi penderita epilepsi berdasarkan klasifikasi serangan adalah epilepsi umum primer sebesar 79,4%. e. Proporsi tertinggi penderita epilepsi berdasarkan frekuensi serangan adalah 13x/hari sebesar 65,9%. f. Proporsi tertinggi penderita epilepsi berdasarkan aura adalah tidak ada sebesar 53,2%. g. Lama rawatan rata- rata penderita epilepsi 6 hari. h. Proporsi tertinggi penderita epilepsi berdasarkan keadaan sewaktu pulang adalah pulang berobat jalan sebesar 73,0%. i. Ada perbedaan yang bermakna antara umur dengan klasifikasi serangan epilepsi (p=0,029). j. Tidak ada perbedaan yang bermakna antara jenis kelamin dengan klasifikasi serangan epilepsi (p= 0,136). k. Tidak ada perbedaan yang bermakna antara pendidikan dengan klasifikasi serangan epilepsi (p=0,194). l. Ada perbedaan yang bermakna antara pekerjaan dengan klasifikasi serangan epilepsi (p=0,006).
4.
5.
6. 7.
8.
9. 10.
11.
12. Saran a. Kepada pihak RSUP H.Adam Malik Medan diharapkan untuk melengkapi pencatatan pada kartu status, seperti suku, dan faktor pencetus. Penyimpanan kartu status juga supaya lebih diperhatikan karena 16,7% kartu status tidak ditemukan. b. Kepada penderita epilepsi agar patuh minum obat sesuai anjuran dokter dan menjaga pola makan dan hidup sehat. c. Kepada masyarakat agar lebih memperhatikan kondisi kesehatan khususnya anak-anak. Daftar Pustaka 1. WHO. 2006. Neurological Disorders Public Health Challenges. Diakses 4 Mei 2014 2. WHO. 2012. Epilepsy. Fact sheet 999. Diakses 23 Maret 2014 3. Harsono. 2007. Kapita Selekta Neurologi. Gadjah Mada University Press. Edisi ke 7. Yogyakarta
13.
14.
15.
16.
17.
Warlow,Charles. 2006. The Lancet Handbook of Treatment in Neurology. Elseiver. Edisi Internasional. London Tarwoto, dkk. 2007. Keperawatan Medikal Bedah Gangguan Sistem Persyarafan. Sagung Seto. Jakarta Shorvon, Simon. 2009. Epilepsy. Oxford University Press. United States Shafer, Patricia dan Joseph Sirven. 2013. Epilepsy Statistic. www.epilepsyfoundation.org . Diakses 4 April 2014 Joint Epilepsy Council. Epilepsy Prevalence, Incidence and Other The Statistis.2011. www.jointepilepsycouncil.org.uk. Diakses 24 Maret 2014 Perdossi. 2012. Epilepsy. Perdossi.or.id. Diakses 25 Maret 2014 Tjandrajani, Anna, dkk.2011. Karakteristik Kasus Epilepsi di Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita Tahun 2008-2010. Jurnal Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Vol.14.No.3, Oktober 2012 Dinas Kesehatan Palembang. 2012. Laporan Bulanan April 2012. www.dinkes.palembang.go.id. Diakses 25 Maret 2014 Handayani, Nauli. 2003. Karakteristik Penderita Epilepsi Rawat Jalan di RSUP Haji Adam Malik Medan Tahun 2001-2003. Skripsi Mahasiswa FKM USU Indragunawan. 2009. Karakteristik Balita dengan Kejang Demam Di RSUP Pirngadi Medan. Medan Budiarto, E . 2001. Biostatistika Untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarkat. Buku Kedokteran EGC. Jakarta Harsono. 2001. Epilepsi. Gadjah Mada University Press. Edisi ke 1. Yogyakarta Hauser, Stephen. 2006. Harrison’s Neurology Clinical Medicine. Mc.GrawHill. USA Sunaryo, Utoyo. 2007. Diagnosis Epilepsi. Jurnal Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Volume I,Nomor 1 Januari 2007, 49-56