KALSIUM KARBIDA CALCIUM CARBIDE
1. N a m a Golongan Karbida inorganik Sinonim / Nama Dagang Calcium carbide; Acetylenogen; Calcium acetylide; Calcium dicarbide; Ethyne, Calcium derivative; Calcium carbide, anhydrous. Nomor Identifikasi : Nomor CAS
: 75-20-7
Nomor OHS
: 03870
Nomor RTECS
: EV9400000
Nomor EC (EINECS)
: 200-848-3
Nomor EC Index
: 006-004-00-9
UN
: 1402
ICSC
: 0406
2. Sifat Fisika Kimia Nama bahan Calcium carbide Deskripsi Bentuk fisik kristal hitam dengan bau khas seperti bau bawang putih. Titik lebur 2300oC. Berat jenis relatif (air = 1) 2,22 - 2,26. Kelarutan dalam air bereaksi; larut dalam alkohol. Rumus kimia: CaC2. Frasa Risiko, Frasa Keamanan dan Tingkat Bahaya Peringkat NFPA (Skala 0-4): Kesehatan 3
:
Tingkat keparahan sangat tinggi
Kebakaran 3
:
Sangat mudah terbakar
Reaktivitas 2
:
Reaktif
Klasifikasi EC: F
:
Mudah menyala
R15
:
Kontak/bersinggungan dengan air menghasilkan gas yang sangat mudah menyala
S2
:
Jauhkan dari jangkauan anak-anak
S8
:
Jaga wadah dalam keadaan kering
S43
:
Jika terjadi kebakaran, gunakan bahan kimia kering
3. Penggunaan Pembentukan gas asetilen untuk penerangan (1 kg karbida menghasilkan 300 liter asetilen); sebagai bahan pereduksi (contoh: untuk mereduksi tembaga sulfid menjadi logam tembaga); sebagai senapan penanda untuk keperluan pelayanan kelautan, produksi pembuatan kalsium, besi, kumparan, lamp-black, sianamid; proses penyambungan dan pemotongan logam.
4. Identifikasi Bahaya Risiko utama dan sasaran organ Bahaya utama terhadap kesehatan: luka bakar pada saluran respiratorik, luka bakar pada kulit, luka bakar pada mata, luka bakar pada membran mukosa. Organ sasaran: efek korosif lokal pada inhalasi, kulit, mata dan penelanan. Rute paparan Paparan jangka pendek Terhirup Luka bakar Kontak dengan kulit Luka bakar Kontak dengan mata Luka bakar Tertelan Luka bakar
Paparan jangka panjang Terhirup Sama dengan yang dilaporkan pada paparan inhalasi jangka pendek. Kontak dengan kulit Sama dengan yang dilaporkan pada paparan kontak kulit jangka pendek. Kontak dengan mata Sama dengan yang dilaporkan pada paparan kontak dengan mata jangka pendek. Tertelan Sama dengan yang dilaporkan pada paparan tertelan jangka pendek.
5. Stabilitas dan reaktivitas Reaktivitas
: Dapat bereaksi dengan perubahan suhu akibat kontak bahan tersebut dengan air. Melepaskan gas-gas yang bersifat toksik, korosif, mudah terbakar atau dapat meledak.
Kondisi yang harus dihindari
: Hindarkan dari kontak dengan udara. Simpan pada tempat kering. Hindarkan dari sumber air dan pipa pembuangan limbah.
Tancampurkan
: Asam, basa, logam, halogen, oksidator, bahan mudah terbakar, garam logam, dan oksida logam.
Kalsium karbida dengan Asam
: Menghasilkan asetilen
Basa
: Menghasilkan asetida
Bahan mudah terbakar
: Tancampurkan
Besi (III) klorida
: Cepat terbakar saat dinyalakan
Besi (III) oksida
: Cepat terbakar saat dinyalakan
Bromida
: Berpijar pada suhu 350°C
Cesium hidrida
: Menghasilkan asetilen
Fluorida perkloril
: Dengan gas menghasilkan reaksi ledakan pada 100-300°C
Gas hidrogen klorida
: Berpijar pada pemanasan
Klorin
: Berpijar pada suhu 245°C
Kobalt
: Menghasilkan asetilen
Kuningan
: Dapat bereaksi dan menghasilkan senyawa eksplosif
Kalium+klorin+air
: Dapat meledak
Magnesium
: Berpijar pada saat berkontak
Metanol
: Bereaksi kuat setelah periode induksi
Natrium peroksida
: Campurannya eksplosif
Oksidator (kuat)
: Bereaksi
Perak nitrat
: Menghasilkan
bahan
yang
sangat
mudah
meledak Rubidium hidrida
: Menghasilkan asetilen
Selenium
: Berpijar pada suhu 500°C
Sulfur
: Berpijar pada suhu 500°C
Tembaga
: Dapat bereaksi dan menghasilkan senyawa eksplosif
Timah (II) klorida
: Dapat menyala, tereduksi menjadi timah metalik dan dilanjutkan dengan berpijar
Timbal difluorida
: Berpijar pada saat berkontak
Yodium
: Berpijar pada suhu 305°C
Bahaya dekomposisi
: Produk
dekomposisi
termal:
gas-gas
hidrokarbon Polimerisasi
: Tidak terpolimerisasi.
6. Penyimpanan
Simpan dan tangani sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan standard yang berlaku.
Simpan dalam wadah tertutup rapat. Simpan pada tempat yang sejuk dan kering, memiliki ventilasi, dan jauhkan dari bahan-bahan tancampurkan.
Jauhkan dari jangkauan anak-anak.
Jauhkan dari makanan, minuman, dan bahan makanan hewan.
7. Toksikologi Toksisitas Data pada hewan Tidak tersedia data Karsinogenik Tidak tersedia data Mutagenik Tidak tersedia data Data Reproduksi Tidak tersedia data Informasi Ekologi Tidak tersedia data
8. Efek Klinis Keracunan akut Terhirup Kalsium karbida: lihat informasi pada bahan korosif alkalin. Paparan okupasional telah menyebabkan penderita mengalami cheilitis yang ditandai oleh bibir yang kering, kemerahan dan bengkak, deskuamasi (pengelupasan) yang berat dan fisura radial yang dalam. Lesi erosif yang cenderung bernanah pada sudut bibir telah ditemukan dalam observasi. Korosif alkalin: dapat menyebabkan iritasi dari saluran pernafasan dengan batuk, tersedak, nyeri dan dapat saja terjadi luka bakar membran mukosa. Pada beberapa kasus, dapat terjadi edema paru, baik segera terutama pada kasus berat maupun pada masa laten 5-72 pasca paparan. Gejala dapat juga meliputi dada terasa berat, sesak nafas, dahak berbusa, sianosis, dan pusing. Pada pemeriksaan fisik ditemukan hipotensi, nadi lemah dan cepat, dan ronki basah. Kasus yang berat dapat fatal.
Kontak dengan kulit Kalsium karbida: lihat informasi pada korosif alkalin. Bahan yang kering dapat saja menyebabkan dermatitis atau melanoderma tipe yang unik dengan hiperpigmentasi dan telangiektasis yang banyak. Korosif alkalin: kontak langsung dapat menyebabkan nyeri yang hebat, luka bakar, dan dapat menyebabkan noda coklat. Area yang terkena dapat terasa lebih lembut, tampak seperti agar-agar, nekrotik, kerusakan jaringan dapat dalam. Kontak dengan mata Kalsium karbida: lihat informasi pada korosif alkalin. Paparan okupasional menyebabkan lesi dengan kemerahan yang berat pada kelopak dan konjungtiva mata, kadang disertai sekret yang mukopurulent. Pada kasus yang berat sensitifitas konjungtiva dan kornea dapat sangat berkurang. Keratitis dan konjungtivitis dapat berkembang tandap gejala dan akhirnya memburuk menjadi kekeruhan pada kornea. Korosif alkalin: kontak langsung dapat menyebabkan rasa nyeri dan luka bakar. Dapat ditemukan edema, destruksi epitelium, kekeruhan kornea, dan iritasi. Bila kerusakan tidak berat, maka gejala di atas akan cenderung pulih. Pada luka bakar yang berat, seluruh gejala dapat tidak muncul secara segera. Komplikasi lanjut dapat meliputi edema yang menetap, vaskularisasi dan luka parut pada kornea, kekeruhan yang permanen, stafiloma, katarak, simblefaron dan kebutaan. Tertelan Kalsium karbida: lihat informasi pada korosif alkalin. Korosif alkalin: dapat menyebabkan nyeri dengan segera, luka bakar disekitar mulut, korosi dari membran mukosa yang awalnya berwarna keputihan dan berbusa, lalu berubah warna menjadi kecoklatan, disertai bengkak dan ulkus. Dapat terjadi hipersalivasi, kesulitan menelan dan bersuara. Bahakan pada kondisi tidak ditemukan adanya bukti luka bakar pada mulut, dapat saja terjadi rasa nyeri bakar pada esofagus dan lambung, muntah dan diare. Muntahan bersifat kental, berlendir, dan kemudian mengandung darah dan serpihan robekan mukosa. Edema epiglotis dapat menyebabkan kesulitan bernafas bahkan hingga asfiksia. Syok ditandai dengan hipotensi, nadi lemah dan cepat, nafas dangkal, kulit terasa lembab. Dapat terjadi kolaps sirkulasi, yang bila tidak segera dikoreksi, dapat menyebabkan terjadinya gagal ginjal. Pada kasus berat,
perforasi esofagus dan lambung dapat disertai mediastinitis, nyeri substernal, peritonitis, rigiditas abdomen dan demam. Striktur esofagus, dan mungkin striktur lambung dan pilorik, dapat terjadi dalam beberapa minggu, dapat pula tertunda hingga beberapa bulan atau bahkan tahunan. Kematian dapat terjadi dalam waktu singkat akibat asfiksia, kolaps sirkulasi, atau aspirasi dalam jumlah yang sedikit. Jika kematian tertunda mungkin disebabkan karena komplikasi perforasi, pneumonia, atau akibat dari terbentuknya striktur. Keracunan kronik Terhirup Korosif alkalin: tergantung pada konsentrasi dan durasi dari paparan, paparan yang berulang atau lama dapat menyebabkan perubahan berupa inflamasi adan ulkus pada mulut, dapat pula terjadi gangguan bronkial dan saluran pencernaan. Kontak dengan kulit Korosif alkalin: efek bergantung pada konsentrasi dan durasi paparan. Paparan berulang dan lama dapat menyebabkan dermatitis dan efek serupa dengan paparan akut. Kontak dengan mata Kororsif alkalin: efek tergantung pada konsentrasi dan durasi paparan. Paparan berulang dan lama dapat menyebabkan konjungtivitis atau serupa dengan efek pada paparan akut. Tertelan Korosif alkalin: tergantung pada konsentrasi, penelanan berulang dapat menyebabkan efek inflamasi dan ulserasi dari membran mukosa mulut dan efek lain serupa dengan penelanan secara akut.
9. Pertolongan Pertama Terhirup Bila aman memasuki area, segera pindahkan korban dari area pemaparan. Bila perlu, gunakan kantong masker berkatup atau pernafasan penyelamatan. Jaga agar korban tetap hangat dan tenang. Segera bawa ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan terdekat.
Kontak dengan kulit Segera tanggalkan pakaian, perhiasan, dan sepatu yang terkontaminasi. Cuci dengan sabun atau detergen ringan dan air dalam jumlah yang banyak sampai dipastikan tidak ada bahan kimia yang tertinggal (selama 15-20 menit). Untuk luka bakar, tutup daerah yang terkena menggunakan verban/kassa yang steril, kering dan longgar. Bila perlu segera bawa ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan terdekat. Kontak dengan mata Segera cuci mata dengan air yang banyak atau dengan larutan garam fisiologis (NaCl 0,9%), selama 30 menit, atau sekurangnya satu liter untuk setiap mata dan dengan sesekali membuka kelopak mata atas dan bawah sampai dipastikan tidak ada lagi bahan kimia yang tertinggal. Tutuplah mata menggunakan kassa steril. Segera bawa ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan terdekat. Tertelan Jangan sekali-kali merangsang muntah atau memberi minum bagi pasien yang tidak sadar/pingsan. Bila terjadi muntah, jaga agar kepala lebih rendah daripada panggul untuk mencegah aspirasi. Bila korban pingsan, miringkan kepala menghadap ke samping. Segera bawa ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan terdekat. Catatan untuk dokter: untuk terhirup pertimbangkan pemberian oksigen. Untuk penelanan pertimbangkan tindakan esofagoskopi, hindarkan tindakan bilas lambung.
10. Penatalaksanaan Stabilisasi a. Penatalaksanaan jalan nafas, yaitu membebaskan jalan nafas untuk menjamin pertukaran udara. b. Penatalaksanaan fungsi pernafasan untuk memperbaiki fungsi ventilasi dengan cara memberikan pernafasan buatan untuk menjamin cukupnya kebutuhan oksigen dan pengeluaran karbon dioksida. c. Penatalaksanaan sirkulasi, bertujuan mengembalikan fungsi sirkulasi darah. d. Jika ada kejang, beri diazepam dengan dosis:
Dewasa: 10-20 mg IV dengan kecepatan 2,5 mg/30 detik atau 0,5 mL/30 menit, jika perlu dosis ini dapat diulang setelah 30-60 menit. Mungkin diperlukan infus kontinyu sampai maksimal 3 mg/kg BB/24 jam. Anak-anak: 200-300 µg/kg BB Dekontaminasi a. Dekontaminasi mata Dilakukan sebelum membersihkan kulit:
Posisi pasien duduk atau berbaring dengan kepala tengadah dan miring ke sisi mata yang terkena atau terburuk kondisinya.
Secara perlahan bukalah kelopak mata yang terkena dan cuci dengan sejumlah air bersih dingin atau larutan NaCl 0,9% diguyur perlahan selama 30 menit atau sekurangnya satu liter untuk setiap mata.
Hindarkan bekas air cucian mengenai wajah atau mata lainnya.
Jika masih belum yakin bersih, cuci kembali selama 10 menit.
Jangan biarkan pasien menggosok matanya.
Tutuplah mata dengan kain kassa steril dan segera bawa ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan terdekat dan konsul ke dokter mata.
b. Dekontaminasi kulit (termasuk rambut dan kuku)
Bawa segera pasien ke air pancuran terdekat.
Cuci segera bagian kulit yang terkena dengan air mengalir yang dingin atau hangat serta sabun minimal 10 menit.
Jika tidak ada air, sekalah kulit dan rambut pasien dengan kain atau kertas secara lembut. Jangan digosok.
Lepaskan pakaian, arloji, dan sepatu yang terkontaminasi atau muntahannya dan buanglah dalam wadah/plastik tertutup.
Penolong perlu dilindungi dari percikan, misalnya dengan menggunakan sarung tangan, masker hidung, dan apron. Hati-hati untuk tidak menghirupnya.
Keringkan dengan handuk yang kering dan lembut. c. Dekontaminasi saluran cerna Hindari kumbah lambung (risiko terjadi perforasi) dan pertimbangkan untuk melakukan esofagoskopi.
Antidotum : -
11. Batas Paparan dan Alat Pelindung Diri Batas paparan kalsium karbida: Belum ada penetapan batas paparan okupasional Ventilasi: Sediakan sistem ventilasi penghisap udara setempat. Ventilasi harus tahan ledakan jika terjadi konsentrasi bahan yang akan meledak. Pastikan dipatuhinya batas paparan yang sudah ditentukan. Proteksi mata: Gunakan kaca mata pengaman tahan percikan dengan pelindung wajah. Sediakan kran pencuci mata untuk keadaan darurat serta semprotan air deras dekat dengan area kerja. Pakaian: Gunakan pakaian pelindung yang tahan bahan kimia. Sarung tangan: Gunakan sarung tangan pelindung yang tahan bahan kimia. Respirator: Pada keadaan sering digunakan atau paparan berat, proteksi pernafasan dapat digunakan. Proteksi pernafasan disusun peringkatnya mulai dari minimum hingga maksimum. Perhatikan cara penggunaan (warning properties) sebelum digunakan. Setiap respirator debu dan kabut dengan masker wajah penuh. Setiap respirator pemurni udara dengan masker wajah penuh dan penyaring partikulat yang sangat tinggi. Setiap respirator pemurni udara, dengan sumber tenaga apapun, yang memiliki masker wajah penuh dan sangat tinggi. Untuk konsentrasi yang tidak diketahui atau sangat berbahaya bagi kehidupan dan kesehatan: Setiap respirator pemasok udara memiliki pelindung wajah penuh yang dioperasikan dalam suatu mode tekanan negatif atau positif lain digabungkan dengan pasokan pelepas terpisah. Setiap alat pernafasan serba lengkap memiliki pelindung wajah penuh.
12. Manajemen Pemadam Kebakaran Bahaya ledakan dan kebakaran: bahaya kebakaran hebat. Campuran antara debu bahan ini dan udara dapat menjadi nyala api atau bahkan meledak.
(2)
Media pemadaman: bahan kimia kering, pasir, alkali, soda ash. (2)
13. Manajemen Tumpahan Bila terjadi tumpahan hindari panas, api, percik api, dan sumber nyala lainnya. Jangan menyentuh tumpahan. Hentikan kebocoran bila memungkinkan tanpa menimbulkan
risiko
kepada
petugas
yang
bersangkutan.
Jangan
menyemprotkan air langsung kepada tumpahan. Tumpahan kering, sedikit: kumpulkan bahan ke dalam suatu wadah tertutup untuk kemudian dibuang/dimusnahkan. Tumpahan cairan, sedikit: serap menggunakan pasir atau bahan tidak mudah terbakar lainnya. Kumpulkan bahan ke dalam suatu wadah untuk kemudian dibuang/dimusnahkan. Tumpahan besar: buatlah bendungan untuk menampung tumpahan, untuk dibuang kemudian. Tumpahan serbuk: tutuplah bahan tumpahan menggunakan plastik atau bahan lainnya untuk mengurangi penyebaran bahan tumpahan serta melindungi dari kontak terhadap air. Jauhkan orang-orang yan tidak berkepentingan, isolasi daerah bahaya dan berikan larangan memasuki area tersebut.
(2)
14. Daftar Pustaka 1. Budavari, S. The Merck Index, 13th ed. An Encyclopedia of chemicals, Drugs and Biologicals. Merck & Co., Inc, NJ, 2001. 2. Micromedex (R) Healthcare Series. Micromedex Inc. 3. OHS, MDL Information System, Inc., Donelson Pike, Nashville, 1997. 4. Olson K.R., Poisoning & Drug Overdose, Fourth Edition, McGraw Hill Companies, Inc., USA, 2004, p. 292-296 5. http://www.inchem.org/documents/icsc/icsc/eics0406.htm (diunduh Agustus 2010) 6. http://msds.chem.ox.ac.uk/CA/calcium_carbide.html (diunduh Agustus 2010)
7. http://www.pesticideinfo.org/Detail_Chemical.jsp?Rec_Id=PC33688 (diunduh Agustus 2010)
------------------------------------------------------------------------------------------------------------Disusun oleh: Sentra Informasi Keracunan Nasional (SiKer Nas) Pusat Informasi Obat dan Makanan, Badan POM RI Tahun 2010 -------------------------------------------------------------------------------------------------------------