PERAN KADAR KALSIUM PADA PENDERITA KEJANG PADA ANAK ROLE OF CALCIUM LEVEL IN CHILDREN WITH SEIZURE Ichsan said, Hadia Angriani, Dasril Daud Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas kedokteran, Universitas Hasanuddin, Makassar
Alamat Korespondensi : Ichsan Said Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Makassar, 90245 HP : 081341038586 (Email :
[email protected]
Abstrak Kejang merupakan masalah yang sering terjadi di perawatan anak, dan hipokalsemia sering berkaitan dengan hal tersebut. Efeknya pada penderita-penderita yang dirawat di perawatan anak sampai saat ini belum banyak diketahui. Penelitian ini bertujuan mengevaluasi dan mengukur kadar kalsium darah pada penderita kejang yang masuk di perawatan anak RSUP dr Wahidin Sudirohusodo. Penelitian ini menggunakan rancangan cross sectional study. Penelitian dilakukan pada bulan April 2014 sampai dengan Juni 2014. Sampel penelitian adalah penderita di perawatan rawat jalan dan rawat inap anak di RSUP dr. Wahidin Sudirohusodo. Sampel yang diambil memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Pemeriksaan kadar kalsium darah dilakukan pada saat awal masuk diperawatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 147 sampel diperoleh 92 pasien (62,6%) yang mengalami hipokalsemia, 55 pasien (37,4%) dengan nonkalsemia. Terdapat perbedaan bermakna nilai rerata kadar kalsium pada penderita yang kejang yaitu 7,85 mg/dl dan tidak kejang memiliki nilai rerata 8,31 mg/dl dengan nilai p 0,045 (p<0,05). Frekuensi kejadian kejang pada penderita hipokalsemia sebanyak 51 orang (55,4%), berbeda secara signifikan dibanding dengan penderita nonhipokalsemia yaitu sebanyak 15 orang (27%), dengan nilai p = 0,001 (p<0,05). Kata kunci. Kadar kalsium darah, hipokalsemia, kejang
Abstract Seizure, which is frequently related to hypocalsemia, is a common problem in child care. The effects on the outpatient and hospitalized patiens are not well known.. The aim of the study is to investigated blood calcium levels in patients with seizure admitted to dr. Wahidin Sudirohusodo hospital. The research method is a cross sectional study conducted at dr. Wahidin Sudirohusodo hospital from April to June 2014. Population of the study are hospitalized and outpatiens who fulfill the inclusion and exclusion criteria. Blood calcium level examination were taken from the beginning of admission. The result of the study indicated that from 147 patients, consist of 92 (62,6%) were hypocalcemia, 55 (37,4%) were non-hypocalcemia. There were significant differences in the mean values of calcium levels in patients with seizure 7,85 mg/dl and without seizure with 8,31 mg/dl with p 0,045 (p<0,05). Frequency of seizures in patients with hypocalcemia with 51 subject (55,4%) was significantly different compared to patients with nonhypocalcemia, as many as 15 subject (27%), with p = 0.001 (p<0.05). Keywords: Blood calsium level, hypocalcemia, seizure
PENDAHULUAN
Kejang merupakan suatu keadaan darurat yang memerlukan penanganan sesegera mungkin, dan sering membuat ibu atau pengasuh anak mengalami kecemasan. Terdapat 4% sampai 10% anak berumur di bawah 16 tahun pernah mengalami sekali kejang selama hidupnya. (Johnston, 2007). Diagnosis kejang dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan penunjang, sangat penting membedakan apakah serangan yang terjadi adalah kejang atau serangan yang menyerupai kejang. (Shuai dan Bikson et al., 2003). Penelitian yang dlakukan oleh Khan dkk (2011), tentang frekuensi dan faktor resiko hipokalsemia pada anak yang mengalami kejang tanpa demam menemukan bahwa hipokalsemia sebagai faktor penyebab mayor kejang tanpa demam pada bayi dan anak-anak. (Khan et al., 2011). Hipokalsemia di identifikasi sebagai penyebab utama dalam kelompok kejang akibat gangguan metabolik. Kejang umum terlihat pada sebagian besar kasus (65%) hipokalsemia. (Raza et al., 2010). Pemeriksaan fisis dimulai dengan tanda-tanda vital, mencari tanda-tanda trauma akut kepala dan adanya kelainan sistemik, terpapar zat toksik, infeksi, atau adanya kelainan neurologis fokal. (Shah et al., 2002). Bila terjadi penurunan
kesadaran diperlukan
pemeriksaan lanjutan untuk mencari faktor penyebab (Narayanan dan
Murthy, 2007;
Akbayram, 2012). Kalsium adalah mineral yang paling banyak terdapat didalam tubuh yaitu 1,5%-2% dari berat badan orang dewasa atau kurang lebih sebanyak 1 kg, Dari jumlah ini 99% berada dalam jaringan keras, yaitu tulang dan gigi dalam bentuk hidroksiapatit, 1% sisanya berada dalam cairan ekstra selular. Sekitar 50% Kalsium dalam sirkulasi berada dalam bentuk ion kalsium, 40% terikat dengan protein (di dominasi oleh albumin) dan 10% berada dalam bentuk anion. (Nickavar et al., 2007). Ion kalsium plasma adalah kalsium yang aktif secara biologis dan konsentrasinya dikontrol secara ketat. Meskipun ion kalsium merupakan komponen yang penting , tetapi yang umumnya diperiksa adalah kalsium serum total. (Menkes dan Sarnat, 2006). Kondisi yang mempengaruhi kadar albumin dalam plasma seperti sindrom nefrotik atau sirosis hepatis berefek pada pengukuran total serum kalsium. (Sharma et al., 2002). Secara umum, konsentrasi kalsium plasma akan turun sebesar 0,8 mg/dL (0,2 mmol/L) untuk setiap penurunan 1,0 g/dL konsentrasi albumin plasma. (Jain et al., 2008). Prevalensi terjadinya hipokalsemia pada anak-anak di rumah sakit yaitu 18%, dengan predominan laki-laki lebih sering dibanding perempuan (Binmohanna et al., 2005; Mansoor dan Khan, 2010). Diduga
karena ion kalsium yang rendah akan terjadi penurunan ambang membran sel neuron terhadap ion kalsium sehingga terjadi depolarisasi yang berlebihan. (Prasad, 2009). Pada kasus yang berat bisa terjadi kejang otot tenggorokan (menyebabkan sulit bernafas) dan tetani (kejang otot keseluruhan). Konsentrasi kalsium abnormal biasanya pertama kali ditemukan pada saat pemeriksaan darah rutin. (Binmohana et al., 2005). Kalsium adalah kation divalen yang banyak di ekstraselular, kadar kalsium serum yang tinggi atau rendah berhubungan dengan gejala-gejala neurologis. (Mansoor dan Khan, 2010). Setiap peristiwa atau kombinasi kejadian yang mengganggu keseimbangan antara eksitasi dan inhibisi neuronal dapat menghasilkan kejang. (Shuai et al., 2003). Tujuan penelitian ini yaitu mengevaluasi dan mengukur kadar kalsium darah pada penderita kejang yang masuk di perawatan anak RSUP dr Wahidin Sudirohusodo. Gangguan keseimbangan elektrolit (kalsium) akan mengubah fungsi fisiologik dan berperan dalam terjadinya kejang oleh karena itu penting untuk mengetahui kadar kalsium pada penderita kejang. Penurunan kadar kalsium menjadi salah satu penyebab kejang yang harus dipertimbangkan, akan tetapi pengukuran kadar kalsium pada penderita kejang pada anak masih jarang dilakukan di pusat-pusat pelayanan kesehatan di sulawesi selatan. Peningkatan angka morbiditas dan kebutuhan akan intervensi dini mengisyaratkan bahwa pengukuran kadar kalsium pada pasien kejang sangat diperlukan dengan demikian perlu dilakukan penelitian. Untuk mengkonfirmasi berbagai pernyataan di atas maka dilakukan studi analitik untuk menilai kadar kalsium darah pada penderita kejang pada anak, yang sejauh ini belum pernah dilakukan di Sulawesi Selatan dan sekitarnya. BAHAN DAN METODE Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian cross-sectional untuk mengevaluasi kadar kalsium darah pada penderita kejang dan penderita tanpa kejang. Lokasi Dan rancangan Penelitian Penelitian ini dilakukan di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar dengan mengevaluasi kadar kalsium darah pada penderita kejang dan penderita tanpa kejang yang terdaftar di departemen ilmu kesehatan anak (DIKA) RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo sejak bulan april - juni 2014. Populasi dan Sampel Populasi terjangkau adalah penderita laki-laki dan perempuan yang dirawat inap dan rawat jalan di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar yang berumur 1 bulan sampai 15
tahun yang mengalami kejang
dan tanpa kejang. Cara pengambilan subjek adalah
Consecutive Sampling yaitu subjek penelitian diperoleh berdasarkan urutan masuknya dirumah sakit. Metode Pengumpulan Subjek adalah seluruh populasi terjangkau yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi. Kemudian dilakukan pengamatan dan pada akhirnya terbagi dalam dua kelompok yaitu kelompok kejang dan tanpa kejang. Pada setiap sampel dilakukan pencatatan data berupa inisial pasien, nomer register, umur saat terdiagnosis, jenis kelamin, status gizi, kadar kalsium. Pengumpulan data subjek adalah Consecutive Sampling yaitu berdasarkan urutan masuknya dirumah sakit sampai sampel terpenuhi kemudian dilakukan analisis. Analisis Data Data yang terkumpul kemudian dikelompokkan menjadi kelompok kejang dan tanpa kejang. Kemudian di analisis dengan metode statistik yang sesuai meliputi analisis univariat dan bivariat
HASIL Karakteristik Sampel Karakteristik sampel yang ikut dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 1. Pada penelitian ini didapatkan total sampel 147 penderita yang berusia 1 bulan sampai 15 tahun. Selama pengamatan dilakukan dari subjek yang diteliti terdapat
92 orang (62,6%)
penderita dengan hipokalsemia dan 55 orang (37,4%) penderita dengan non hipokalsemia, yang mengalami kejang sebanyak 66 orang (44,9%) dan yang tidak kejang 81 orang (55,1%), jenis Kelamin Laki-laki sebanyak 73 orang (49,7%)dan jenis kelamin perempuan sebanyak 74 orang (50,3%). Usia penderita saat dilakukan pengamatan mempunyai nilai mean 5,5 , nilai median 4,1 ,nilai simpang baku 4,6, dengan nilai minimal-maksimal 0,1-15.
Status gizi baik
sebanyak 76 orang (51,7%), gizi kurang 48 orang (32,7%) dan dengan gizi buruk yaitu 23 orang (15,6%). Berat Badan penderita yang dirawat mempunyai nilai mean 17,81, median 14, simpang baku 11,3, minimal-maksimal 2,4-59. Tinggi badan penderita yang dirawat mempunyai nilai mean 102,9, median 104, simpang baku 30,7, minimal-maksimal 46-162.
Hubungan kadar kalsium terhadap Klinis Kejang Frekuensi kejadian kejang pada kelompok hipokalsemia 51 orang (55,4%) dan kelompok non hipokalsemia 15 orang(27%). Hasil analisis statistik pada tabel 2 memperlihatkan bahwa terdapat perbedaan yang sangat bermakna antara hipokalsemia dan klinis kejang, dengan nilai p = 0,001 (p<0,05). Hubungan Nilai Rata-rata kalsium terhadap Klinis Kejang Pada tabel 3 dapat kita lihat bahwa nilai rata-rata kadar kalsium penderita yang mengalami kejang yaitu 7,85 mg/dL dan pada yang tidak kejang yaitu 8,316 mg/dL. Hasil uji Mann-Whitney menunjukkan terdapat perbedaan bermakna antara kelompok kejang dan tidak kejang dengan nilai p = 0,045 (p<0,05).
PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan secara cross sectional untuk mengukur kadar kalsium pada penderita kejang dan penderita tidak kejang pada penderita yang dirawat inap ataupun rawat jalan Rumah sakit wahidin Sudirohusodo yang dilakukan selama periode april – agustus 2014, dan diperoleh 147 subjek . Dari 147 subjek yang diteliti terdapat 92 orang (62,6%) penderita dengan hipokalsemia dan 55 orang (37,4%) penderita dengan non hipokalsemia. Hasil ini serupa dengan penelitian oleh Khan dkk (2011), yaitu terdapat sejumlah 41(68%) penderita hipokalsemia dari total populasi 60 anak yang diteliti. Pada penelitian ini kami dapatkan bahwa kadar kalsium pada anak yang kejang lebih rendah dibandingkan dengan yang tidak mengalami kejang. Penurunan kadar kalsium menjadi salah satu penyebab kejang yang harus dipertimbangkan. Salah satu akibat dari gangguan keseimbangan kalsium yaitu terjadinya kejang pada anak. Walaupun telah ada penelitian mengenai kejadian gangguan keseimbangan kalsium darah, tetapi angka kejadian dan perannya pada penderita-penderita anak yang dirawat jalan dan rawat inap di Indonesia terutama di Makassar sampai saat ini belum diketahui. Penelitian oleh Shiva dkk (2008), tentang kejang hipokalsemik pada defisiensi vitamin D, mendapatkan hasil bahwa pada kelompok hipokalsemia lebih sering terjadi kejang dibandingkan kontrol dengan nilai p < 0,001. Pada penelitian ini, frekuensi kejadian kejang pada kelompok hipokalsemia yaitu 51 orang (55,4%) dan kelompok non hipokalsemia 15 orang (27%). Hasil analisis statistik memperlihatkan bahwa terdapat perbedaan yang sangat bermakna antara hipokalsemia dan klinis kejang, dengan nilai p = 0,001 (p<0,05). Penelitian ini menunjukkan bahwa pada keadaan hipokalsemia lebih mudah terjadi kejang. Nilai crude
odds ratio (COR) = 3,317 dengan interval kepercayaan 95% atau 95% confidence interval (95% CI) = (1,612-6,828). Hal ini berarti bahwa subyek yang mengalami hipokalsemia mempunyai risiko 3,317 kali lebih besar untuk mengalami kejang dibandingkan subyek yang non hipokalsemia. Penelitian dari Al-janabi dkk (2005), tentang peran kalsium dan magnesium pada serum penderita kejang dengan hasil bahwa pada kelompok kejang nilai rata-rata kalsium serum lebih rendah dibandingkan yang tidak kejang, yaitu 8,4 mg/dL pada kelompok kejang dan 9,6 mg/dL pada yang kelompok tidak kejang dengan nilai p<0,05. Pada penelitian ini didapatkan nilai rata-rata kalsium pada kelompok kejang 7,85 mg/dL dan pada kelompok yang tidak kejang yaitu 8,31 mg/dL. Terdapat perbedaan bermakna antara kelompok kejang dan tidak kejang dengan nilai p = 0,045 (p<0,05). Pada penyakit yang berat, kalsium banyak terpakai untuk metabolisme dan ditunjang juga dengan keinginan makan dan minum anak yang menurun saat sakit sehingga asupan kalsium menjadi berkurang. Disadari peneliti bahwa terdapat keterbatasan dalam penelitian ini yaitu tidak diperhitungkan derajat beratnya penyakit, tidak dirincikan jenis penyakitnya dan jenis tindakan operasi besar atau kecil, tidak diperiksakan kadar albumin yang dapat mempengaruhi tinggi rendahnya kadar kalsium. Sedangkan kekuatan penelitian ini yaitu kriteria ekslusi yang ketat dalam seleksi sampel penelitian. Banyaknya kriteria eksklusi yang di persyaratkan dapat meminimalkan adanya penyebab - penyebab kejang lain selain kejang yang disebabkan oleh gangguan kadar kalsium dalam serum yaitu misalnya meningitis, perdarahan intrakranial, kejang demam, epilepsi dan tumor intrakranial, sehingga hasil yang akan dicapai menjadi lebih akurat.
KESIMPULAN DAN SARAN Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa nilai rerata kalsium pada anak yang kejang lebih rendah dibandingkan anak yang tidak kejang. Frekuensi kejadian kejang pada penderita hipokalsemia lebih sering dibandingkan penderita dengan non hipokalsemia. Hipokalsemia sering didapatkan pada pasien anak yang dirawat inap dan rawat jalan RS. Wahidin Sudirohusodo. Berdasarkan penelitian ini maka dapat kami sarankan agar kadar kalsium darah harus diperiksakan pada pasien anak yang kejang karena pada keadaan hipokalsemia lebih sering didapatkan kejadian kejang. Kemudian, hasil penelitian ini dapat dijadikan dasar penelitian lebih lanjut dengan memeriksakan kadar kalsium yang terionisasi dan merupakan bentuk kalsium yang lebih aktif dalam sistem fisiologis tubuh.
DAFTAR PUSTAKA Akbayram S. (2012). Major and Minor Bio Element Status In Children With Febrile Seizure. Department of Pediatrics, Yuzuncu Yil University, Van, Turkey. Bratislava medical Journal. Al-janabi J.M. dkk. (2005). Determination of calcium & magnesium in serum of epileptic patients. Tikrit medical journal.11(2):41-43 Binmohana M.A., Raja Y.A. and Saif G.A. (2005). Prevalence Of Hypocalcemia In Children Examined For Serum Calcium In Sana'a, Yamen. Saudi Med Journal. Jain A. et al. (2008). Hypocalcemia in the newborn. Indian Journal of Pediatri. Vol 75 : Number 2. Johnston M.V. (2007). Seizures in Childhood. Dalam Behrman R. E., Kliegman R. M., Jenson H. B., Stanton B. F., Eds. Nelson Text Book of Pediatrics; 18th Ed. Philadelphia : WB Saunders Co, 46-69. Khan M.A. dkk. (2011). Frequency of Occurrence of Hypocalcemia in Various Disorders. Annals Vol 17. Pakistan Journal. Available from: http://www.Ann. Pak. Inst. Med.Sci Menkes J.H., Sarnat H.B. (2006). Electrolyte Disorders. Child Neurology. 7th ed; p.10381040. Mansoor R. dan Khan F.A. (2010). Frequency of Occurence of Hypocalcemia in Various Disorders. Available from : http//Ann.pak.Inst.med.Sci. Nickavar A., Hasanpour H. and Sotoudeh K. (2007). Validity of Serum Sodium and Calcium screening in Children with Febrile Convulsion. Iranian journal. Narayanan J.T. and Murthy J.M.K. (2007). New-Onset Acute Symptomatic Seizure In A Neurological Intensive Care Unit. Neurology Journal india Prasad R. (2009). Cerebrospinal Fluid and Serum Zinc, Copper, Magnesium and Calcium Levels In Children With Idiopathic Seizure. Journal Of Clinical and Diagnostic Research. Raza A.B., Naz F., Malik M.A., Bano I. (2010). Common Causes of Seizures in Children Presenting in Paediatric Medical Emergency. Pak Paed Journal. Available from: http://www.ppa.org.pk Sharma J., Bajpai A., Kabra M., Menon P.S. (2002). Hypocalcemia Clinical Biochemical Radiological Profile and Follow Up In A Tertiary Hospital In India. Indian Pediatrics journal.; 39: 276-82. Shah S.S. et al. (2002). Low Risk Of Bacteremia In Children With Febrile Seizure. American Medical Association. Volume 156. Shiva S. dkk. (2008). Contributing factors in hypocalcemic seizure due to nutritional rickets. Medical journal of Tabriz university of medical science. Shuai J., Bikson M., Hahn P. (2003). Ionic Mechanisms Underlying Spontaneous CA1 Neuronal Firing in Ca2+ Free Solution. Biophysical Journal. Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc.
Tabel 1 Karakteristik Sampel Penelitian No. 1
2
3
4
5
6
7
Karakteristik Sampel Jenis Kelamin(%) Laki-laki Perempuan Usia (tahun) Mean Median Simpang baku Minimal-maksimal Status Gizi(%) Gizi Baik Kurang Buruk Berat Badan (kg) Mean (SD) Median Simpang baku Minimal-maksimal Tinggi Badan (m) Mean (SD) Median Simpang baku Minimal-maksimal Kejang (%) Kejang Tidak Kejang Kadar kalsium(%) Hipokalsemia Non hipokalsemia
Total N (%)=147 (100) 73 (49,7) 74 (50,3) 5,5 4,1 4,60 0,1-15,0 76(51,7) 48(32,7) 23(15,6) 17,81 14 11,3 2,4-59 102,9 104 30,7 46-162 66(44,9) 81(55,1) 92(62,6) 55(37,4)
Tabel 2. Analisis Hubungan kadar kalsium terhadap Klinis Kejang Kadar kalsium
Kejang
Tidak Kejang
Total
P
OR(CI)
Hipokalsemia
51(55,4%)
41(44,6%)
92
0,001
3,317
(100%)
(p<0,05)
(1,6126,828)
NonHipokalsemia
15(27%)
40(73%)
55 (100%)
Total
66(45%)
81(55%)
147 (100%)
Chi-square X2 = 11,035
df = 1
p = 0,001 (p < 0,05)
Tabel 3. Analisis Hubungan Nilai Rata-rata kalsium terhadap Klinis Kejang
Kadar kalsium
Kejang (n = 68)
Tidak Kejang (n = 64)
7,85 (1,625)
8,316 (1,325)
8,30
8,7
1,22-9,90
3,90-10,50
Serum Kalsium Mean (SD) Median Minimalmaksimal
Uji Mann-Whitney =2158,500
Z = -2,005
p = 0,045(p<0,05)