KAJIAN STRUKTURAL CERPEN “KAK ROS” (PADA 20 TAHUN CERPEN PILIHAN KOMPAS) KARYA GUS TF SAKAI DAN KAITANNYA DENGAN PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA
JURNAL SKRIPSI
Oleh KHAERUNI NIM: E1C112059
UNIVERSITAS MATARAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA DAN DAERAH 2017
1
2
Kajian Struktural Cerpen “Kak Ros” (Pada 20 Tahun Cerpen Pilihan Kompas) Karya Gus Tf Sakai dan Kaitannya dengan Pembelajaran Sastra di SMA Khaeruni, H. Sapiin, Muh. Syahrul Qodri, Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah FKIP UNIVERSITAS MATARAM Email:
[email protected] ABSTRAK Skripsi ini berjudul “Kajian struktural cerpen kak ros (pada 20 tahun cerpen pilihan kompas) karya Gus Tf Sakai dan kaintannya dengan pembelajaran sastra di SMA.” Penelitian ini dilatar belakangi oleh adanya sifat kemanusiaan yang kerap terjadi di sekeliling kita, yaitu rasa suka terhadap lawan jenis dan bahkan kerap kali mengagumi. Di samping itu, dalam cerpen ini juga banyak nialai-nilai kehidupan yang bisa diteladani. Penelitian ini mengangkat masalah (1) Bagaimanakah struktur cerpen “Kak Ros” Karya Gus Tf Sakai, dengan pendekatan strukturalisme? (2) Bagaimanakah keterkaitan antara hasil analisis dengan pembelajaran sastra di SMA?. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini: (1) Mendeskripsikan struktur cerpen “Kak Ros” Karya Gus Tf Sakai, dengan pendekatan strukturalisme. (2) Mendeskripsikan keterkaitan antara hasil penelitian yang dilakukan dengan pembelajaran sastra di SMA. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kepustakaan. Metode analisis data yang digunakan adalah metode deskriptif yang dituangkan dalam cerpen dan kaitannya dengan pembelajaran sastra di SMA. Hasil analisis menunjukan struktur cerpen “Kak Ros” Karya Gus Tf Sakai yaitu berupa latar atau setting yang umumnya berada di taman dekat kostnya Ben. Sementara itu, tokoh-tokohnya memiliki sifat atau karakter yang berbeda-beda yaitu ada yang suka memelihara tanaman, periang, dan ada yang suka bercanda. Oleh karena itu, tema dalam cerpen ini adalah “Daun yang memiliki manfaat banyak bagi manusia,” dengan amanat yaitu kita tidak bisa menilai seseorang hanya dari luarnya saja. Dengan kata lain bahwa orang yang berwajah cantik, bertubuh bagus, belum tentu memiliki sifat yang baik seperti yang tergambar dalam dirinya, begitu juga sebaliknya. Alur atau plotnya menggunakan alur maju, kemudian sudut pandang yang digunakan yaitu sudut pandang persona pertama “Aku” sebagai tokoh utama cerpen. Gaya bahasa atau majas yang digunakan yaitu majas asosiasi yang didukung juga dengan bahasa sehari-hari yang mudah dimengerti oleh pembaca. Struktur-struktur tersebut memiliki hubungan antara satu dengan yang lainnya, menjadi satu kesatuan yang utuh. Selain itu, kaitan hasil analisis dengan pembelajaran sastra di SMA sangat fungsional. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan ajar sastra di SMA, serta dapat dijadikan sebagai masukan, acuan, dan media pembelajaran bagi guru di sekolah. Hal ini dapat dijabarkan dalam bentuk Silabus dan RPP. Kata Kunci: Naskah cerpen, struktur cerpen, kaitannya dengan pembelajaran sastra di SMA.
3
The Structural Study of Kak Ros Short Story (At 20 Years The Selection of Kompas Short Story) Written by Gus TF Sakai and It’s Relation to the Studying of Literature at High School Students Khaeruni, H. Sapiin, Muh. Syahrul Qodri, Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah FKIP UNIVERSITAS MATARAM Email:
[email protected] ABSTRACT This thesis entitled “The Structural study of Kak Ros Short Story (at 20 years the selection of Kompas short story) written by Gus TF Sakai and it’s relation to the studying of literature at high school students”. This study was motivated by the humanitarian nature that often occur around us,that taste like the opposite sex and even often admired. In addition , in this short story, there were too many life values that can be imitated. This study raised the issue (1) How was the short story’s structure of “Kak Ros” written by Gus Tf Sakai by using the structuralism approach? (2) how was the relationship between the result of analysis to the literary learning in high school ?. the aim of the research were to (1) describe the structure of the short story "kak Ros" by Gus TF Sakai by using the approach of structuralism. (2) describe how the results of research conducted to the learning of literature in high school. Data collection methods used in this research is a library method. Data analysis method used was descriptive method which is poured in the short stories and the relation to the learning literature in high school. The results of the analysis shows the structure of the short story "kak Ros" by Gus Tf Sakai, namely in the form of background or setting that is generally located in the Park near Ben’ boarding house. Meanwhile, the characters in the story have a different character like keep the plants, Jolly and some like to joke. Therefore, the theme in the short story "leaf that has numerous benefits for human beings", with the mandate we can't judge a person just from the physical appearance. In other words that people are pretty-faced, good-bodied, not necessarily have a good nature as reflected in himself, as well as vice versa. The plot used in this story was forward-plot, then used point of view i.e. the main point of view"I" as the main character of the short story. The style of language or Majo used i.e. Association majo which supported also with everyday language that is easily understood by the reader. These structures have relationships between each other, into one unified whole. In addition, the analysis results regarding to the studying of literature in high school is very functional. The results of this research can be used as literature’s learning materials in high school, and can be used as input, reference, and teaching media for teachers at the school. This can be elaborated in the form of the syllabus and the RPP. Key words : manuscript of short stories,the short story structure,the relation of the result of analysis to the study of literature in high school.
4
(Gramedia,
A. PENDAHULUAN
dan
bahkan
kerap
yang
terbayang
penghargaan Sastra Pusat Bahasa 2002. Perantau terpilih sebagai fiksi terbaik
hanyalah
pilihan pembaca Ruang Baca Koran
indahnya saja, bagusnya saja dan bahkan
Tempo 2007 dan meraih penghargaan
mendekati kata sempurna. Namun perlu
Sastra
diingat bahwa kesempurnaan hanyalah milik
Sang
Pencipta
semata.
judul The Barber and Other Shot Stories (2002) dan menerima SEA Write Award
yang tergambar pada dirinya. Demikian
dari kerajaan Thailan (2004). Ia juga
juga yang bertubuh kurang baik, belum
menerima Anugrah Sastra dari Fakultas
tentu ada padanya sifat yang buruk.
Sastra
Dengan kata lain, lewat postur tubuh
Sumatra
sifat
seseorang. Terkait dengan hal itu, ada beberapa
Berdedikasi
Kompas
(2010),
Anugrah
dari
dan
harian sejumlah
“20
Tahun
Cerpen
Pilihan
Kompas” yang menceritakan tentang
1965 di Payakumbuh, Sumatra Barat.
tokoh “Aku” yang tertarik dengan sifat
Kolektor dan pekerja cerpen. Kumpulan
seorang perempuan yang berhati lembut,
(Balai
penyayang
Pustaka, 1996), Kemilau Cahaya dan (Gramedia,
(2008),
Sastrawan
buku
Sakai. Gus Tf Sakai lahir 13 Agustus
Buta
Barat
salah satu cerpen yang dimuat dalam
dengan judul “Kak Ros” karya Gus Tf
Perempuan
(2002),
Cerpen “Kak Ros” ini merupakan
permukaan, salah satunya adalah cerpen
Ketirisan
Andalas
penghargaan lainnya.
karya sastra yang mengangkatnya ke
Istana
Universitas
Anugrah Tuah Sakato dari Gubernur
yang dimiliki, masih belum cukup untuk
cerpennya:
Kemilau
oleh The Lontar Foundation dengan
tentu memiliki sifat yang baik seperti
buruknya
2007.
diterjemahkan ke dalam bahasa Iggris
yang bertubuh cantik atau gagah belum
baik
Khatulistiwa
Cahaya dan Perempuan Buta telah
Sifat
seseorang memang susah ditebak. Dia
menentukan
yang
penghargaan Sastra Lontar 2001 dan
kali
mengagumi. Ketika rasa itu muncul tentunya
Kaki
Cahaya dan Perempuan Buta menerima
bisa dihindari oleh sebagian orang ialah suka
dan
Terhormat (Gramedia, 2012). Kemilau
Salah satu sifat manusia yang tidak
rasa
2007),
dan
peduli
terhadap
lingkungan. Bahkan saking tertariknya
1999),
pada sifat perempuan itu, Si “Aku”
Laba-laba (Gramedia, 2003), Perantau
selalu
5
meluangkan
waktunya
untuk
melihat dan memperhatikan perempuan
sastra
itu. Namun siapa sangka di balik sifatnya
penokohan.
yang lembut, penyayang dan peduli terhadap
lingkungan,
adalah
urusan
tokoh
dan
Untuk menganalisis sebuah karya
ternyata
sastra
perempuan yang dipanggil Kak Ros itu
dapat
dilakukan
dengan
pendekatan-pendekatan, ataupun teori-
diam-diam adalah seorang pembunuh.
teori yang dikemukakan oleh beberapa ahli, salah satunya ialah menggunakan
Cerpen sebagai objek penelitian menjadi penting, karena cerpen adalah
pendekatan
salah
sastra
definitif Strukturalisme berarti paham
Indonesia yang tumbuh dan berkembang
mengenai unsur-unsur, yaitu struktur itu
di berbagai wilayah Indonesia, dan
sendiri,
merupakan salah satu karya sastra yang
antarhubungannya di satu pihak antara
mampu menumbuhkan apresiasi peserta
hubungan unsur yang satu dengan unsur
didik
sastra
lainnya
secara
Indonesia dan juga dijadikan sebagai
tersebut
tidak
salah satu materi pembelajaran di SMA.
positif, melainkan juga negatif, seperti
Karya
konflik dan pertentangan. (Ratna, 2012:
satu
bentuk
tehadap
sastra
pribadi
kekayaan
hasil
karya
merupakan
seseorang
yang
ungkapan
suatu
mekanisme
totalitas.
Hubungan
semata-mata
bersifat
Adapun alasan dikaji cerpen ini
maupun semangat serta keyakinan yang dalam
dengan
Secara
77).
berupa
pengalaman, pemikiran, perasaan, ide,
dituangkan
strukturalisme.
salah
bentuk
satunya
ialah
adanya
sifat
kemanusiaan yang kerap terjadi di
gambaran kehidupan.
sekeliling kita yang sangat mirip dengan isi cerpen. Di samping itu, cerpen ini
Banyaknya persoalan kemanusiaan yang dapat diungkapkan melalui karya
juga
sastra itu mengarahkan perhatian pada
kehidupan
suatu pertanyaan atau persoalan: siapa
diantaranya
ialah:
yang diceritakan itu ? siapa yang
penyayang
dan
melakukan suatu tindakan dan dikenai
lingkungan. Cerpen ini kemudian akan
sanksi dari tindakan tersebut, yang
dikaji melalui pendekatan Struktural dan
dalam plot disebut sebagai peristiwa,
kaitannya dengan pembelajaran sastra di
siapa pembuat konflik dalam karya
SMA.
6
banyak
memberikan yang
bisa lemah peduli
nilai-nilai diteladani, lembut, terhadap
secara
Pada jenjang pendidikan di SMA
sosial,
ekonomi,
terdapat materi pembelajaran Sastra
keagamaannya
yang mempelajari tentang Cerpen, yaitu
keharusan. Secara etimologi sastra itu
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
sendiri sebagai nama berarti ‘tulisan’.
pada Kelas X Semester 1 dengan Standar
Dalam bahasa Inggris, sastra dinamakan
Kompetensi memahami wacana sastra
literature,
dalam
melalui kegiatan membaca puisi dan
dinamakan
literatur,
cerpen, dengan Kompetensi Dasar yaitu
Perancis litterature. Hal ini berarti bahwa
menganalisis keterkaitan unsur intrinsik
sastra merupakan gejala yang universal.
suatu cerpen dengan kehidupan sehari-
Menurut Teeuw ( dalam Ratna, 2012: 4)
hari. Indikator dalam kompetensi dasar
sastra
ini adalah mengidentifikasi unsur-unsur
(sansekerta) berarti mengarah, mengajar,
intrinsik (tema, penokohan dan amanat)
memberi petunjuk, dan intruksi. Akhiran
cerita pendek yang telah dibaca, dan
tra berarti alat, sarana. Jadi, secara
mengaitkan
unsur
(tema,
leksikal sastra berarti kumpulan alat
penokohan
dan
dengan
untuk mengajar, buku petunjuk atau
intrinsik amanat)
berasal
tidak
dan
merupakan
bahasa
dari
Jerman
dalam
akar
bahasa
kata
sas
buku pengajaran yang baik.
kehidupan sehari-hari. Berdasarkan latar belakang masalah
Menurut Sueratno (2012: 12) istilah
di atas, dapat dirumuskan beberapa
‘sastra’ dipakai untuk menyambut gejala
rumusan masalah sebagai berikut. a)
budaya yang dapat dijumpai pada semua
Bagaimanakah struktur cerpen “Kak
masyarakat
Ros” Karya Gus Tf Sakai, dengan
ekonomi, dan keagamaan keberadaannya
pendekatan
b)
tidak merupakan keharusan. Hal ini
Bagaimanakah keterkaitan antara hasil
berarti bahwa sastra merupakan gejala
penelitian dengan pembelajaran sastra di
yang universal. Suatu fenomena juga
SMA?.
bahwa gejala yang universal itu tidak
Struktural?,
secara
sosial,
mendapatkan konsep universal juga,
B. LANDASAN TEORI
karena kriteria kesastraan yang ada
1. Sastra Istilah
meskipun
dalam suatu masyarakat tidak selalu sastra
dipakai
untuk
cocok dengan kriteria kesastraan yang
menyebut gejala budaya yang dapat
ada di masyarakat lain.
dijumpai pada masyarakat meskipun
7
Karena bentuknya yang pendek,
2. Cerpen
cerpen menuntut penceritaan yang serba
Sesuai dengan namanya, cerpen
ringkas, tidak sampai pada detail-detail
adalah cerita yang pendek. Akan tetapi,
khusus yang “kurang penting” yang
berupa ukuran panjang pendek itu
lebih
memang tidak ada aturannya, tidak ada satu
kesepakatan
di
antara
pemusatan
padat. Jumlah kata dalam cerpen harus
Pendekatan
dalam novel. Lazimnya, cerpen terdiri
oleh
atas lima belas ribu kata atau sekitar lima
dan
sesuatu
yang
kaum
struktural Formalis
dipelopori Rusia
dan
Stukturalisme Praha. Pendekatan ini
pengarang
mendapat pengaruh langsung dari teori
menciptakan karakter-karakter, semesta mereka,
terhadap
3. Pendekatan Struktural
lebih sedikit ketimbang jumlah kata
dan
dan
dikisahkan. (Nurgiyantoro, 2013: 13).
2013:12). Cerpen haruslah berbentuk
halaman,
cerita,
memiliki karakteristik pemadatan dan
para
pengarang dan para ahli. (Nurgiyantoro,
puluhan
memperpanjang
Sausure yang mengubah studi linguistik
tindakan-tindakannya
dari pendekatan diakronik (studi yang
sekaligus, secara bersamaan. (Robert
bersifat
Stanton, 2012 : 75-76).
histories)
sinkronik
(studi
menjadi tentang
studi
hubungan
antarunsur). Pandangan tentang adanya
Cerpen dapat dibaca hanya dengan efek
keotonomian terhadap suatu objek yang
kebersatuannya akan lebih terasa kepada
dibawa kepada penelitian kesusastraan.
pembaca. Menurut Poe (dalam Stanton,
Dengan
2012 : 79), untuk memunculkan efek ini,
memandang bahwa semua karya sastra
pengarang hendaknya tidak berboros-
memiliki sifat keotonomian sehingga
boros kata. Poe mengutarakan bahwa
pembicaraan terhadapnya juga tidak
ada dua efek yang cocok dimunculkan
perlu dikaitkan dengan hal-hal lain di
pada
luarnya (Nurgiyantoro, 2013 : 57). Jadi
sekali
duduk
cerpen.
sehingga
Efek
pertama
adalah
demikian,
kesimpulan
ini
‘hasrat’ atau yang diuraikannya sebagai
dapat
‘kengerian’, sedangkan efek yang kedua
pendekatan
adalah ‘kebenaran’ atau usaha untuk
pendekatan dalam ilmu sastra yang cara
menjelaskan secara cerdas, seperti yang
kerjanya
ada pada cerita detektif.
struktur yang membagun karya sastra
8
diambil
pendekatan
struktural
menganalisis
adalah
bahwa suatu
unsur-unsur
dari dalam, serta mencari relevansi atau
demikian,
keterkaitan unsur-unsur tersebut dalam
struktural
rangka mencapai kebulatan makna yang
secermat mungkin fungsi dan keterkaitan
sebenarnya. Dengan kata lain bahwa
antarberbagai unsur karya sastra yang
pendekatan
struktural
secara bersama menghasilkan sebuah
pendekatan
yang
adalah
digunakan
suatu
pada
dasarnya
bertujuan
kemenyeluruhan.
dalam
analisis
memaparkan
Maksudnya
mengananlisis atau mengkaji unsur-
analisis
unsur struktur yang membangun karya
bertujuan
sastra itu sendiri serta keterkaitan unsur-
menguraikan
unsur tersebut antara unsur yang satu
pembangun karya sastra dari dalam,
dengan yang lainnya.
kemudian
menjelaskan
unsur-unsur
menjelaskan
atau
struktur
kembali
apa
Adapun struktur pembangun karya
dibangun secara koherensi oleh berbagai Disatu
hakekatnya
dengan unsur yang lainnya.
Strukturalis adalah sebuah totalitas yang
pembangunnya.
untuk
pada
keterkaitan antara unsur yang satu
Sebuah karya fiksi menurut kaum
unsur
struktural
bahwa
sastra
pihak
atau
unsur-unsur
yang
karya sastra dapat diartikan sebagai
dimaksudkan di sini ialah: tema, alur
susunan,
gambaran
atau plot, tokoh atau penokohan, latar
semua bahan dan bagian yang menjadi
atau setting, sudut pandang atau point of
komponennya
view, amanat, dan gaya penceritaan.
penegasan
membentuk
yang
dan
secara
kebulatan
bersama
yang
(wikipedia, 2012).
indah.
(Abraham, 1999: 102). Analisis
struktural
4. Pembelajaran tidak
cukup
Menurut
tertentu sebuah karya fiksi, misalnya,
Sulhan,
peristiwa, plot, tokoh, latar, atau yang
besar
pembelajaran
merupakan perilaku
proses
dalam
konteks
telah
dirancang.
Selanjutnya
menurut Istiqomah (dalam Sulhan, 2011:
makna keseluruhan yang ingin dicapai 60).
34),
(dalam
pengalaman yang memegang sebagian
diberikan terhadap tujuan estetik dan
2013:
2011:
perubahan
hubungan
antarunsur itu dan sumbangan apa yang
(Nurgiyantoro,
Romiszowky
(instruction)
lain. Namun, yang lebih penting adalah bagaimana
di
Sekolah
dilakukan hanya sekedar mendata unsur
menunjukkan
Sastra
34),
Dengan
pembelajaran
membelajarkan
9
Siswa
adalah
yang
yaitu
dalam
pembelajaran terdapat kegiatan memilih,
pembelajaran
mempertahankan,
produktif-apresiatif.
dan
menetapkan
hendaknya
bersifat
Konsekuensinya,
metode untuk mencapai pembelajaran
pengembangan
yang diinginkan. Jadi, dapat disimpulkan
tehnik, tujuan dan arah pembelajaran
bahwa pembelajaran merupakan proses
harus
perubahan perilaku Siswa yang meliputi
apresiatif (guru pembaharu).
unsur-unsur
manusiawi,
fasilitas,
mempengaruhi
untuk
menekankan
Tujuan
perlengkapan dan prosedur, yang saling
meteri
pembelajaran,
pada
kegiatan
pembelajaran
sastra
termasuk ke dalam tujuan pendidikan
mencapai
bidang efektif, karena mencakup nilai-
tujuanpembelajaran.
nilai yang berhubungan dengan rasa.
Pembelajaran merupakan bantuan
Oleh karena itu, pengajaran sastra harus
yang diberikan pendidik agar dapat
sampai pada tujuan membina kepekaan
terjadi
dan
estetis dan sikap batin yang positif
pengetahuan, penguasaan kemahiran dan
melalui kegiatan pembelajaran di SMA.
tabiat, serta pembentukan sikap dan
Guru dan masyarakat mengharapkan
kepercayaan diri pada peserta didik.
Siswa
Dengan kata lain, pembelajaran adalah
tentang sastra, mampu mengapresiasikan
proses untuk membantu peserta didik
sastra, serta mampu bersikap positif bagi
agar dapat belajar dengan baik. Jadi,
pendidikan lebih lanjut. Nababan (dalam
dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
Utari, 2015: 24 ). Untuk sampai pada
merupakan proses perubahan perilaku
tujuan tersebut, pelajaran sastra harus
siswa
berpandang
proses
yang
perolehan
meliputi
ilmu
unsur-unsur
dapat
memperluas
luas
dan
wawasan
dapat
dilihat
manusiawi, fasilitas, perlegkapan dan
sebagai suatu kegiatan yang dinamis,
prosedur yang saling mempengaruhi
sebagai suatu sistem yang peka terhadap
untuk mencapai tujuan pembalajaran.
sistem analisis. Menurut Moody (1971:
Pembelajaran
sastra
91), tujuan pembelajaran sastra dapat
menurut
dibagi menjadi empat yaitu: imformasi,
panduan penerapan KTSP (Kurikulum Tingkat
Satuan
Pendidikan)
konsep, perspektif dan apresiasi.
perlu
Tujuan pengajaran disiplin apapun
menekankan pada kenyataan bahwa dapat
harus sesuai dengan tujuan pengajaran
diproduksi dan diaprresiasi sehingga
sastra. Dalam kaitannya dengan hal
sastra
merupakan
seni
yang
10
tersebut, tujuan pembelajaran sastra di
langsung, sehingga siswa menjadi
sekolah di tegaskan sebagai berikut:
akrab dan dapat menghayati dan menikmati.
1. Memfokuskan siswa pada pemilikan
ekspresi
sastra
yang
yang
ketaksaan
rasa dari
bersalah,
dan
masyarakat
atau
dengan
berkaitan
memerlukan suatu tahap-tahap khusus untuk menyelesaikannya. Sesuai dengan tingkat kemampuan para siswa dapat
untuk memperjelas dan memperdalam
diklasifikasikan
tentang
kesukarannya
perasaan-
tertentu
perasaan, dan perilaku kemanusiaan.
yang
yang memungkinkan bersikap lebih
cerdas,
adanya
diajarkan,
pelajaran
yang
puisi, cerpen dan novel. Bahan ajar ini sesuai
Utari, 2015: 25 ).
dengan
Kurikulum
Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP) tingkat SMA
6. Pencapaian tujuan tersebut hanya di
dengan kompetensi dasar menganalisis
mungkinkan apabila siswa diberikan
keterkaitan unsur intrinsik suatu cerpen
kesempatan dan bimbingan untuk sastra
Tanpa
SMA dapat berupa : naskah drama,
penuh simpati. Rizanur Gani (dalam
karya
lainnya.
kriteria-kriteria
Bahan ajar sastra yang diterapkan di
penuh
pertimbangan, dan kehangatan yang
menggauli
dan
tingkat
disampaikan akan gagal.
arif terhadap diri sendiri dan orang lebih
berdasarkan
kesesuaian antara siswa dengan bahan
5. Membantu siswa mengenal dirinya
secara
ini
yang sederhana sampai yang rumit atau
4. Memberi kesempatan kepada siswa
lain
siswa,
siswa yang tidak tahu menjadi tahu, dari
perilaku personal
keyakinan-keyakinan,
kemampuan
waktu yang cukup lama, dari keadaan
dengan
pengertia-pengertian
tengah-tengah
merupakan upaya yang membutuhkan
3. Mengajak siswa mempertanyakan isu sangat
di
Pemilihan bahan ajar harus sesuai
pribadi manusia.
yang
serta
masyarakat.
terbuka
terhadap moral, keyakinan, nilai-nilai, pemilikan
digaulinya
sehari-hari
2. Membawa siswa pada kesadaran dan sikap
yang
mengaitkannya dengan pengalaman
mencerminkan perilaku manusia.
peneguhan
yang
memberi penilaian terhadap karya
besar terhadap masalah kemanusiaan bentuk
bekal
dimilikinya anak didik dapat mencoba
gagasan dan perhatian yang lebih
dalam
Dengan
dengan
secara
11
kehidupan
sehari-hari.
Dan
Jenis penelitian yang digunakan
indikator dalam kompetensi dasar ini unsur-unsur
dalam penelitian ini adalah penelitian
(tema, penokohan dan amanat) cerita
Naratif. James Schreiber dan Kimberly
pendek
Asner-Self
adalah
mengidentifikasi
yang
mengkaitkan penokohan
telah unsur
dan
dibaca,
(2011:
47)
menyatakan
(tema,
bahwa penelitian Naratif adalah studi
dengan
tentang kehidupan individu seperti yang
intrinsik amanat)
dan
diceritakan
kehidupan sehari-hari.
melalui
kisah-kisah
Penelitian ini akan mengkaji
pengalaman mereka, termasuk diskusi
struktur cerpen “ Kak Ros” Karya Gus
tentang makna pengalaman-pengalaman
Tf Sakai, disesuaikan dengan bahan ajar
bagi individu. Dalam ilmu sastra sumber
sastra di SMA. Pembelajaran sastra di
data
sekolah banyak memberikan keuntungan
penelitiannya berupa kata-kata, kalimat
pada diri Siswa. Melalui sastra, Siswa
dan
dapat mengetahui berbagai macam aspek
Penelitian tentang Kajian Struktural
sosial
Cerpen “Kak Ros” Karya Gus Tf Sakai
yang
dijadikan
dapat
contoh
diterapkan dalam
dan
berupa
naskah,
wacana (Ratna,
termasuk
kehidupan
karya,
2012:
penelitian
Naratif,
data
46-47).
karena
sehari-hari. Baik yang bersifat positif
menghasilkan data yang berupa kata-
maupun
kata tertulis, maupun gambar yang ada
negatif.
Selain
itu,
untuk
dalam Cerpen.
melatih kepekaan Siswa terhadap segala hal
yang
terjadi
di
lingkungan
Arikunto
sekitarnya, karena dalam sastra memuat cerita
kehidupan
yang
sebagai
cara
untuk
sebagai data formalnya berupa kata-kata, kalimat dan wacana. Kemudian katakata,
digunakan
dan karenanya harus sesuai dengan keberadaan
objek
kalimat
diwujudkan
memperoleh
pengetahuan mengenai objek tertentu
kodrat
dalam
karya, naskah, dengan data penelitian
C. METODE PENELITIAN penelitian
47),
penelitian ilmu Sastra, datanya adalah
mengandung
pelajaran baik maupun buruk.
Metode
(2002:
dan dalam
komentar,
tuturan
deskripsi
peristiwa
wacana tersebut bentuk ekspresif, terkait
dialog, dan dengan
struktur Cerpen “Kak Ros" Karya Gus
itu
Tf
sebagaimana yang dinyatakan oleh teori
Sakai
serta
kaitannya
pembelajaran sastra di SMA.
Faruk (dalam Dwi Utari 2013: 22).
12
dengan
Adapun
sumber
data
puisi) pada saat sekarang berdasarkan
dalam
penelitian ini yaitu teks Cerpen “Kak
fakta-fakta
Ros” yang dimuat dalam buku dengan
sebagaimana adanya). Dalam ilmu sastra
judul
Pilihan
sumber datanya adalah karya, naskah,
Kompas) yang diterbitkan pada bulan
data penelitiannya, sebagai data formal
Juni Tahun 2012.
adalah kata-kata, kalimat, dan wacana
(20
Tahun
Cerpen
Adapun
digunakan dalam penelitian ini adalah
mengumpulkan,
mencari,
mempelajari,
Gus Tf Sakai secara keseluruhan. 2. Mengidentifikasi struktur yang ada
atau laporan yang berhubungan dengan
dalam cerpen “Kak Ros” Karya
objek penelitian.
Gus Tf Sakai. berarti
alat
3. Setelah
yang
digunakan.
adalah peneliti itu sendiri. Siswantoro Dalam
penelitian
5. Membuat
ini
digunakan
deskriptif ini untuk mendeskripsikan
dalam
fakta-fakta yang terdapat dalam cerpen
penelitian ini yaitu metode Deskriptisi yang
mengacu
pada
“Kak Ros” Karya Gus Tf Sakai yang
pendekatan
kemudian dianalisis menggunakan teori
struktural. Dalam hal ini, Nawawi (1995: 63),
menjelaskan
deskriptif prosedur
dapat
sesuai
Penelitian menggunakan metode
adalah Kartu Data. yang
kesimpulan
dengan isi cerpen.
instrumen penelitian yang digunakan
Metode
data
4. Dianalisis berdasarkan teori yang
Dalam penelitian sastra instrumennya
73).
diidentifikasi,
dikumpulkan pada kartu data.
digunakan untuk mengumpulkan data.
(2011:
langkah-langkah
1. Membaca cerpen “Kak Ros” Karya
dan
membaca tentang buku-buku, artikel,
Instrumen
atau
menganalisis data ialah sebagai berikut:
metode kepustakaan. Yaitu metode yang dengan
tampak
(Ratna, 2012: 47).
Metode pengumpulan data yang
dilakukan
yang
bahwa
metode
diartkan
sebagai
pemecahan
masalah
strukturalimse, selanjutnya menjelaskan kaitan
penelitian
ini
pembelajaran sastra di SMA.
yang
diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan subjek atau objek
D. PEMBAHASAN
penelitian (novel, drama, cerita pendek,
13
dengan
tempat awal terjadinya peristiwa, ada
1. Struktur Cerpen “Kak Ros”
kata taman yang menunjukkan bahwa
Karya Gus Tf Sakai
latar dari cerpen “Kak Ros” Karya Gus
Pengkajian fiksi yang berupa cerita pendek
secara
struktural
Tf Sakai adalah taman. Latar Tempat
memiliki
yang
beberapa aspek yang dikaji, diantaranya
selanjutnya
adalah
di
ruang
seminar. Gambarannya dapat dilihat
adalah latar atau setting, tokoh atau
dalam kutipan di bawah ini.
penokohan, alur atau plot, sudut pandang
Sakai menggunakan beberapa latar, yaitu
“Sampai di ruang seminar, di lantai empat sebuah hotel, aku tak fokus pada topik yang disampaikan pemakalah. Entah kenapa, mata itu, sorot mata Kak Ros, bagai terus terbayang di kepalaku. Ada apa ini? ada apa dengan diriku? Tidak, ini bukan debar, ini bukan soal rasa yang digodakan Ben. Sorot itu, sangat lembut (atau sangat tenang), tetapi...” (hal. 31).
latar tempat, latar waktu dan latar
Dalam kutipan di atas, terdapat kata
suasana. Latar tempat yang pertama
“ruang seminar.” Ruang seminar dalam
adalah di taman. di taman ini juga
cerpen Kak Ros seperti yang sudah
dengan tidak sengaja dan untuk pertama
dijelaskan sebelumnya merupakan latar
kalinya tokoh “aku” melihat sosok
tempat yang ketiga dalam cerpen. Latar
perempuan hampir separo baya yang
waktu dalam cerpen ini yaitu pada pagi,
sedang
tanaman
siang, dan sore hari. Khususnya pada
hati-hati,
pagi hari memang tidak dijelaskan secara
sehingga terlihat seolah-olah ia sedang
rinci, namun dalam cerpen ini tokoh
berbicara
“aku” melihat Kak Ros yang sedang
atau point of view, gaya bahasa, tema, dan amanat. a. Latar atau Setting Cerpen “Kak Ros” Karya Gus Tf
merawat
beberapa
dengan lembut dan sangat
dengan
tanaman-tanaman
tersebut. Gambaran peristiwa ini dapat
merawat
dilihat dalam kutipan di bawah ini.
menyentuh, menyiram dan menyemprot
tanaman
dengan
cara
tanaman-tanaman tersebut, dan besar
“Begitu keluar dari kamar dan tak sengaja menatap ke arah taman itu, aku terpaku: Kak Ros, perempuan hampir separo baya itu, sedang membungkuk menyorongkan wajahnya ke rimbun tepak dara.” (hal. 27).
kemungkinan bahwa hal itu terjadi pada pagi hari.
Berdasarkan kutipan cerpen di atas, sesuai dengan latar tempat yang pertama yaitu di taman yang merupakan 14
bercanda. Hal ini dapat dilihat dalam
b. Tokoh atau Penokohan
kutipan di bawah ini.
Tokoh utama dalam cerpen “Kak
“Naa,” tepukan halus di pundak mengejutkanku, “Om memerhatikannya.”
Ros” Karya Gus Tf Sakai ini adalah tokoh “aku” di samping itu ada beberapa
“Aa...ti-tidak.”
tokoh yang ikut berperan dalam cerpen ini, di antaranya adalah Kak Ros, Ben,
“Jangan bohong,” nada Ben menggoda. “Sangat lembut ya?”
dan Teman seminar. Tokoh utama “aku”
“Siapa?” Entah kenapa aku agak gugup.
adalah sosok seorang laki-laki yang
“Yaa, dia!” telunjuk Ben bergerak sedemikian rupa, membentuk paruh burung pelatuk, mematuk ke arah Kak Ros. Senyum Ben, sungguh menjengkelkan. Seraya melotot, kudorong tubuhnya dengan bahu, kusorongkan wajah, lalu mendesis: “Berapa usianya, berapa usiaku?!” (hal. 28).
tertarik dengan sifat seorang perempuan yang berhati lembut, halus, pengasih, dan
peduli
terhadap
lingkungan.
Khususnya pada tanaman. Dia seperti
Tokoh Kak Ros dalam cerpen ini
bisa berbicara dengan daun-daun. Sosok
memiliki
perempuan yang berhati lembut dan
dan
dengan sifatnya yang juga menyukai dan
menyayangi
tanaman.
Namun,
Ros dalam cerpen ini juga memiliki
tokoh “aku” juga di sini memiliki sifat
watak atau sifat yang dingin, bahkan
atau jiwa kependidikan yang cukup
sangat dingin. Hal ini dapat dilihat dalam
tinggi. Gambaran tersebut dapat dilihat
kutipan berikut,
dalam satu kutipan berikut:
“Dan tampaknya, bukan hanya bicara. Tangan Kak Ros bergerak lembut, menyentuh, mengusap daun-daun. Tangan yang lain, dengan tak kalah hati-hati, menyemprotkan air dari botol sprayer sedemikian rupa, hingga tampak seperti seorang ibu yang memandikan dan mengeramas rambut anaknya. Tempo-tempo, semprot dan usapan itu terhenti, lalu jarinya tampak seperti mengutip dan memindahkan sesuatu dari tangkai atau punggung daun, juga sangat lembut dan hati-hati.”
“Memang ada hal yang sebenarnya Ben harus tahu. Bahwa aku, telah tiga tahun ini, juga menanam dan memelihara banyak tanaman. Menyukai, menyenangi dan menyayangi bermacam daun. Ya, seperti Kak Ros. Semua tanaman di pekarangan ini, tapak dara, sangitan, salam, sinyo nakal,tempuyung, suruhan, sidaguri, srikaya, tahi kotok, juga kumiliki. Pun berbagai tanaman lain, temu giring, siantan, sosor bebek, daun dewa, sente, sereh wangi, senggani, dan masih banyak lagi.” (hal. 30).
dalam
lembut,
dibalik itu semua ternyata tokoh Kak
menyayangi banyak tanaman. Selain itu,
Ben
yang
tenang, halus, dan pengasih. Menyukai
menyayangi tanaman itu seolah sama
Tokoh
perwatakan
cerpen
“Dan oh, ia memang tengah mengutip memindahkan serangga. Sangat hati-hati. Sangat lembut. Ah, sungguh halus.” (hal. 31).
ini
digambarkan sebagai sesosok laki-laki atau anak kost yang riang, dan suka 15
Dalam kutipan di atas, terdapat kata
kejadian pada suatu masa, kemudian
“bergerak lembut, menyentuh, mengusap
beranjak terus maju hingga selesai atau
daun-daun.”
diceritakan
Kata-kata
tersebut
secara
kronologis.
menandakan bahwa tokoh Kak Ros
Sedangkan latar yang digunakan dalam
seperti yang telah dijelaskan sebelumnya
cerpen ini menggunakan latar tempat,
bahwa perempuan hampir separo baya
waktu dan suasana yang di mana
itu yang kemudian akrab dipanggil Kak
kesemuanya itu saling berhubungan erat
Ros memiliki sifat yang lembut dan
antara
penyayang khususnya pada tumbuhan.
Contoh: pada latar tempat yang pertama
Kemudian ada kata “dengan tak kalah
yaitu di taman, di taman ini juga tokoh
hati-hati, dan sangat hati-hati,” ini
“aku” untuk pertama kalinya melihat
menandakan bahwa tokoh Kak Ros
sesosok perempuan yang hampir separo
dalam cerpen ini juga memiliki sifat atau
baya yang sedang merawat tanaman-
watak yang sangat tenang dan halus
tanaman yang ada di taman tersebut.
khususnya pada tumbuhan.
satu
dengan
yang
lainnya.
d. Gaya Bahasa
c. Alur atau Plot
Gaya bahasa yang terdapat dalam
Berdasarkan pola tahap alur di atas,
cerpen “Kak Ros” Karya Gus Tf Sakai
dapat dijelaskan bahwa tahap alur maju
yaitu majas asosiasi. Majas asosiasi
umumnya dalam sebuah cerita pendek
adalah
yaitu dimulai dari tahap perkenalan.
suatu hal dengan hal lain dengan
Pada
mulai
menggunakan kata bagai, seperti, bak,
memperkenalkan tokoh-tokoh, latar yang
laksana, seumpama, dan sebagainya.
ada dalam cerita tersebut.
Gambaran ini dapat dilihat dalam satu
tahap
ini,
penulis
“Tangan Kak Ros bergerak lembut, menyentuh, mengusap daun-daun. Tangan yang lain, dengan tak kalah hati-hati, menyemprotkan air dari botol sprayer sedemikian rupa, hingga tampak seperti seorang ibu yang memandikan dan mengeramas rambut anaknya.” (hal. 27).
ini adalah alur maju, yaitu penceritaan cerpen
dilakukan
yang membandingkan
kutipan di bawah ini.
Alur yang digunakan dalam cerpen
terhadap
majas
secara
berurutan dari awal hingga akhir cerita. Alur maju yang digunakan dalam cerpen ini juga berkaitan dengan latar cerita, karena alur maju adalah cerita yang peristiwa-peristiwanya dimulai dengan
16
hingga akhir cerita, tokoh-tokoh yang
e. Tema
ada
Seperti yang telah dijelaskan di atas,
dalam
membahas
bahwa tema dalam cerpen “Kak Ros”
cerita tentang
lebih daun,
dominan jenis-jenis
daun, bahkan manfaat dan kelebihan dari
Karya Gus Tf Sakai yaitu “Daun yang
daun-daun
memiliki manfaat banyak bagi manusia.”
tersebut
bagi
manusia.
Kutipan yang lain dapat dilihat di bawah
Hal ini tampak dalam kutipan di bawah
ini.
ini:
f. Amanat
“Daun memang sangat mungkin disukai, disenangi, bahkan disayangi orang, Ben. Orang yang sangat sayang pada daun bisa saja tampak seperti bercakap-cakap saat merawatnya.” “Maksud Om, bunga?” “Bukan. Daun. Tidakkah menurutmu daun sangat luar biasa?” Wajah Ben seperti bingung. “Daunlah yang membongkar molekul air, menghasilkan oksigen yang dilepas ke udara. Daunlah makhluk yang bisa memasak makanan sendiri. dan karenanya, tahukah kau, kalori yang mengalir dari satu mata rantai ke mata rantai lain itu sesungguhnya berawal dari daun?” Ben tertegun, tersipu, sekaligus tampak jengkel kuceramahi. Maka baik ceramah lalu kurampungkan dengan canda, “Kau boleh lupakan pelajaran biologimu, Ben. Tetapi, untuk hal-hal penting tentang hidup, sebaiknya kau selalu ingat.” Ben tertawa, menonjok pundakku. Maka baik topik ini tak kulanjutkan dulu. Kubilang tak kulanjutkan dulu, karena memang ada hal yang sebenarnya Ben harus tahu. Bahwa aku, telah tiga tahun ini, juga menanam dan memelihara banyak tanaman. Menyukai, menyenangi dan menyayangi bermacam daun. Ya, seperti Kak Ros. Semua tanaman di pekarangan ini, tapak dara, sangitan, salam, sinyo nakal,tempuyung, suruhan, sidaguri, srikaya, tahi kotok, juga kumiliki. Pun berbagai tanaman lain, temu giring, siantan, sosor bebek, daun dewa, sente, sereh wangi, senggani, dan banyak lagi.” (hal. 30.
Amanat
yang
terkandung
dalam
cerpen “Kak Ros” Karya Gus Tf Sakai ini yaitu janganlah menilai seseorang berdasarkan penampilannya saja, dengan kata lain bahwa penampilan atau postur tubuh pada umumnya masih belum cukup untuk menentukan baik buruknya sifat seseorang. Orang yang terlihat cantik
dan
rupawan
belum
tentu
memiliki sifat yang baik seperti yang tergambar dalam dirinya. Dalam cerpen “Kak Ros” Karya Gus Tf Sakai, hal ini tergambar dari tokoh “aku” yang merasa tertarik pada tokoh Kak Ros yang memiliki watak dan sifat yang penyayang, suka merawat dan memelihara tumbuhan khususnya daun. Sifat lemah lembut, penyanyang dan
Berdasarkan kutipan di atas,
perduli terhadap tumbuhan yang dimiliki
dapat dijelaskan bahwa tema dalam
tokoh Kak Ros itu membuat tokoh “aku”
cerpen “Kak Ros” Karya Gus Tf Sakai
merasa tertarik dan penasaran dengan
yaitu “Daun yang memiliki manfaat
sosok perempuan yang hampir separo
banyak bagi manusia.” Karena dari awal
baya itu. Tidak cukup dengan hanya rasa
17
tertarik saja, tokoh “aku” dalam cerpen
sifat yang dingin, bahkan sangat dingin
ini juga sering meluangkan waktunya
hingga membuatnya merasa menggigil.
untuk
sekedar
melihat
atau
2. Kaitannya
memperhatikan perempuan itu. Namun,
sejauh
ia
melihat
Pembelajaran Sastra di SMA dan
Dalam kegiatan pembelajaran, antara
memperhatikan sosok perempuan yang
komponen
hampir separo baya itu yang kemudian
merupakan ibu kost dari keponakannya bernama
Ben
di
tujuan,
bahan
yang
dibelajarkan dan penilaian terhadap hasil
dipanggil dengan nama Kak Ros, dan
yang
dengan
kota
pembelajaran
berkaitan
pembelajaran
dijabarkan
erat.
Bahan
berdasarkan
tujuan, yaitu berupa kompetensi yang
Tanjungpinang, si “aku” masih tetap
akan dicapai dan sebaliknya tujuan itu
melihat sifat dan watak yang sama yaitu
sendiri
sifat yang lemah lembut, penyayang dan
dimungkinkan
ditunjang oleh
perduli terhadap tumbuhan. Sampai pada
tercapai
bahan
jika
yang sesuai.
Pengukuran tingkat pencapaian tujuan
akhirnya, tokoh “aku” untuk pertama
dilakukan lewat penilaian. Jadi, lewat
kalinya, pada saat pulang dari seminar
kegiatan penilaian itulah dapat diketahui
pertemuan sastra yang diikutinya di kota
seberapa banyak tujuan pembelajaran
Tanjungpinang itu, tiba-tiba disambut
yang berhasil dicapai peserta didik (
dengan pemandangan yang tidak pernah
Nurgiyantoro, 2011: 451).
disangka-sangka sebelumnya.
Karya sastra merupakan salah satu
Pada saat itu, si tokoh “aku” melihat
materi pembelajaran yang digunakan
kepala seekor kucing yang nyaris gepeng
oleh guru baik ditingkat SMP maupun
keluar dari karung goni. Dan yang paling
SMA. Hal tersebut berkaitan dengan
mengejutkan adalah ketika si tokoh
adanya materi tentang pembelajaran
“aku” melihat tangan Kak Ros yang
sastra di sekolah yang telah disesuaikan
sedang memegang sebongkah batu besar
dengan
dan siap dihempaskan kembali ke kepala
Kurikulum
Pendidikan
kucing. Di sana, barulah ia menyadari
Tingkat
(KTSP).
Satuan Materi
pembelajaran tersebut telah tertuang
bahwa Kak Ros dibalik sifatnya yang
dalam SK/KD dalam bentuk silabus
lemah lembut, penyayang dan perduli terhadap tumbuhan itu rupanya memiliki
18
pembelajaran
yang
telah
sebelumnya.
Berkaitan
dirancang
dengan
hal
tersebut, cerpen merupakan salah satu
dengan kehidupan sehari hari, (3) siswa
materi atau bahan ajar melalui sastra
dapat
yang diajarkan di SMA. Dapat dilihat
intrinsik cerita pendek berdasarkan teori
berdasarkan silabus bahasa indonesia
strukturalisme.
tingkat SMA kelas X Semester 1 dengan Standar
Kompetensi
memahami
wacana
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
melalui
(KTSP) tersebut adalah naskah cerpen
kegiatan membaca puisi dan cerpen, dengan
Kompetensi
Dasar
unsur-unsur
Adapun materi ajar pada silabus
membaca,
sastra
mendeskripsikan
yang didalamnya memuat unsur intrinsik
yaitu
cerpen (tema, penokohan dan amanat).
menganalisis keterkaitan unsur intrinsik
Berdasarkan
suatu cerpen dengan kehidupan sehari-
tersebut,
hari.
materi
dapat
pada
dilihat
silabus hubungan
penelitian dengan materi ajar. Hubungan tersebut berupa kesamaan pembahasan
Indikator dalam Kompetensi Dasar ini berikut:
(1)
antara penelitian dengan materi ajar.
unsur-unsur
(tema,
Karena, penelitian dalam menganalisis
penokohan dan amanat) cerita pendek
struktur cerpen juga digunakan dalam
yang telah dibaca, (2)
materi pembelajaran di SMA.
yaitu
sebagai
mengidentifikasi
mengaitkan
unsur intrinsik (tema, penokohan, dan
Struktur yang dimaksud dalam hal ini
amanat) dengan kehidupan sehari-hari,
yaitu struktur cerpen “Kak Ros” Karya
(3) mendeskripsikan unsur-unsur cerita
Gus Tf Sakai dari segi unsur intrinsik
pendek berdasarkan teori strukturalisme.
yang berupa latar atau setting, tokoh atau
Alokasi waktu yang tersedia dalam
penokohan, alur atau plot, sudut pandang
pembelajaran membaca, sesuai dengan
atau point of view, gaya bahasa, tema,
silabus bahasa Indonesia adalah 4x45
dan amanat. Latar atau setting dalam
menit dalam waktu dua kali pertemuan.
cerpen “Kak Ros” Karya Gus Tf Sakai
Tujuan pembelajaran yang diharapkan
ini umumnya terjadi di taman. Kemudian
setelah kegiatan pembelajaran berakhir
tokoh-tokoh yang ada di dalamnya
adalah: (1) siswa dapat mengidentifikasi unsur-unsur
(tema,
penokohan,
memiliki
dan
siswa
dapat
mengaitkan
dan
karakter
yang
berbeda-beda yaitu tokoh “aku” yang
amanat) cerita pendek yang telah dibaca, (2)
sifat
merupakan
unsur
tokoh
utama
cerpen,
digambarkan dengan sosok laki-laki
intrinsik (tema, penokohan, dan amanat)
19
yang suka memelihara tanaman, tokoh
Karya Gus Tf Sakai ini yaitu “Daun
Kak Ros dilukiskan pengarang sebagai
yang memiliki manfaat banyak bagi
sosok perempuan puan yang bersifat
manusia,”
dengan
lemah, lembut, penyayang, dan suka
penampilan
dan
wajah
tidak
bisa
memelihara
menjadi
ukuran
antara
baik
atau
tanaman
juga,
namun
amanat
yaitu
buruknya sifat seseorang.
dibalik sifatnya yang lemah lembut dan penyayang itu, dia juga memiliki sifat
Unsur-unsur
yang dingin, bahkan sangat dingin.
yang
telah
dipaparkan di atas, mula-mula guru akan
Tokoh Ben dalam cerpen ini dilukiskan
menjelaskan tentang unsur-unsur cerpen,
dengan sosok laki-laki atau anak kost
mulai
yang memiliki sifat suka bercanda, dan
dari
pengertian
hingga
menjelaskan tentang bagaimanakah cara
periang. Selanjutnya ada teman seminar
menentukan
yang dalam cerpen ini dilukiskan dengan
tema,
tokoh
atau
penokohan, latar atau setting, dan lain
seorang sahabat atau teman yang perduli
sebagainya.
terhadap sesama.
Kemudian
guru
akan
memfasilitasi terjadinya interaksi antar peserta didik dengan guru, selanjutnya
Kemudian ada alur atau plot. Alur dalam cerpen ini menggunakan alur
memfasilitasi
maju. Alur maju adalah cerita yang
membaca
peristiwa-peristiwanya
membimbing
diceritakan
peserta teks
didik
dapat
cerpen,
serta
didik
melalui
peserta
secara kronologis. Selanjutnya ada sudut
pemberian tugas individu atau kelompok
pandang atau point of view. Dalam
untuk
cerpen ini menggunakan sudut pandang
intrinsik teks cerpen Kak Ros. Pada
persona pertama “aku” yaitu “aku”
tahap
sebagai tokoh utama cerpen. Gaya
menyajikan
bahasa atau majas yang digunakan dalam
maupun
cerpen ini adalah majas asosiasi. Majas
penelitian ini juga dapat digunakan
asosiasi
sebagai acuan atau bahan ajar pada
adalah
majas
yang
mendiskusikan
akhir,
peserta hasil
unsur-unsur
didik
kerja
kelompok.
dapat
individual
Sehingga,
membandingkan suatu hal dengan hal
Standar
lain dengan menggunakan kata bagai,
memahami
seperti, bak, laksana, seumpama, dan
kegiatan membaca puisi dan cerpen,
sebagainya. Terakhir ada tema dan
dengan
amanat. Tema dalam cerpen “Kak Ros”
menganalisis keterkaitan unsur intrinsik
20
Kompetensi
hasil
wacana
Kompetensi
membaca,
sastra
Dasar
melalui
yaitu
suatu cerpen dengan kehidupan sehari-
adalah “Daun yang memiliki manfaat
hari. Secara real keterkaitan antara hasil
banyak
analisis dengan pembelajaran sastra di
amanat yaitu kita tidak bisa menilai
SMA dapat dilihat dalam Silabus dan
seseorang hanya dari luarnya saja.
RPP (terlampir).
Dengan kata lain bahwa orang yang
D. SIMPULAN DAN SARAN
berwajah cantik, bertubuh bagus,
bagi
manusia,”
dengan
belum tentu memiliki sifat yang baik
Berdasarkan hasil penelitian yang
seperti yang tergambar dalam dirinya.
telah dilakukan, dalm penelitian ini
Sebaliknya
dapat diambil beberapa simpulan sebagai
orang
yang
memiliki
wajah atau rupa yang tidak cantik,
berikut:
tubuh yang tidak bagus atau bahkan
1. Struktur cerpen “Kak Ros” Karya
tidak sempurna, belum tentu memiliki
Gus Tf Sakai yaitu berupa Latar atau
sifat yang buruk.
setting, Tokoh atau Penokohan, Alur
2. Kaitan hasil analisis cerpen “Kak
atau Plot, Sudut Pandang atau Point
Ros” Karya Gus Tf Sakai ini dapat
of View,
menjadi bahan ajar atau acuan bagi
ada
Tema, dan yang terakhir
Amanat.
Struktur-struktur
siswa dalam mendeskripsikan unsur-
tersebut memiliki hubungan antara
unsur
satu dengan yang lainnya, menjadi
Strukturalisme,
satu kesatuan yang utuh.
setting, tokoh atau penokohan, alur
Latar yang terdapat dalam cerpen ini
atau plot, sudut pandang atau point of
yaitu ada latar tempat, latar waktu,
view, gaya bahasa, tema dan amanat.
intrinsik
berdasarkan
teori
yaitu
atau
latar
dan latar suasana, yang kesemuanya 5.2 Saran
itu juga memiliki hubungan antara unsur satu dengan unsur yang lainnya,
Berdasarkan hasil penelitian yang
yang umumnya berada di taman dekat
dilakukan terhadap cerpen “Kak Ros”
kostnya Ben.Sementara itu, tokoh-
Karya
tokohnya memiliki sifat atau karakter
menggunakan teori strukturalisme, maka
yang berbeda-beda yaitu ada yang
peneliti
suka memelihara tanaman, periang,
berikut:
dan ada yang suka bercanda. Oleh
Gus
Tf
Sakai
merumuskan
yang
saran
dikaji
sebagai
1. Jika ingin menilai seseorang, maka
karena itu, tema dalam cerpen ini
janganlah menilainya dari satu sisi
21
saja, setidaknya lihatlah dari sisi yang
lain
juga,
karena
tidak
menutup kemungkinan bahwa ketika kita melihat dari sisi yang lain,orang yang kita nilai itu justru lebih baik dari kita. Sebaliknya, jika kita menyukai
atau
seseorang,
tertarik
maka
pada
janganlah
melihatnya hanya dari luarjuga, seperti
wajahnya
atau
postur
tubuhnya. Karena kesemuanya itu tidak menjamin seseorang bersifat baik ataupun buruk. 2. Cintailah tumbuhan dan lindungilah lingkungan. Dengan kata lain bahwa mulailah untuk membenahi diri, apa yang sudah kita berikan kepada alam. Pernahkah kita merawat dan memelihara tumbuhan? Pernahkah kita ikut serta dalam melindungi lingkungan?
Paling
tidak
lingkungantempat tinggal kita.
22
DAFTAR PUSTAKA Abrams, M.H 1999. A Glossary of Literaty Terms. Boston, Massachusetts: Heinle & Heinle. Ratna, Nyoman Kutha. 2012. Teory, Metode dan Teknik: Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Nurgiyantoro, Burhan. 2013. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarya: Gadjah Mada University Press. Stanton, Robert. 2012. Teori Fiksi. New York; Holt, Rinehart and Winston. Pustaka Pelajar. Hartoko, Dick dan B. Rahmanto, 1986. Pemandu di Dunia Sastra. Yogyakarta; Kanisius. Baldick, Chris. 2001. The Concise Oxford Dictionary of Literary Term. Oxford Paperback Reference. Jones, Edward H. 1968. Outlines of Literature: Short Stories, Novels. And Poems. New York: The Macmillan Company. Aminuddin, 2009. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Cetakan ke Tujuh. Bandung: Sinar Baru Algesindo. Moody. 1971. Tujuan Pembelajaran Sastra. (online)http://id.shvoong.com/Socialscinces/education/2120528-tujuan-pembelajaran-sastra-menurutmoody/. Priyatmi, Endah Tri, 2012. Membaca Sastra dengan Rancangan Literasi Kritis. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Ulfa, Juniat Mariam. 2013. Analisis Sktuktural dalam Novel Hafalan Sholat Delisa Karya Tere Liye dan Penerapannya terhadap Pendidikan Karakter di SMA. Skripsi. Unram.
23
Ikbal. 2013. Analisis Struktural dan Nilai Pendidikan dalam Novel Cinta Suci Zahrana Karya Habiburrahman El Shirazy serta Implikasinya dalam Pembelajaran Sastra di SMA. Skripsi. Unram. Schreiber, James dan Kimberly Asner-Serf. 2011. Educational. Resech. USA: John Wiley dan Songs. INC. Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktis. Bandung: Rieneka Cipta. Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta: PT. Asdi Mahasatya. Suryaman, Maman. 2012. Analisis Unsur Intrinsik Cerpen Salawat Dedaunan Karya Yanusa Nugroho. Skripsi. Universitas Nusantara Bandung. Siswantoro. 2011. Metode Penelitian Sastra. Analisis Struktur Puisi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hadari, Nawawi. 1995. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
24