NUGROHO ~ Jurnal Ilmiah Pendidikan
(Hal : 1 – 7)
ISSN : 2354-5968 Analisis Cerpen Pendekatan Kritik Sastra Cerpen “Aku” Karta Adi Zamzam (Kompas, 26 Agustus 2012) Muhasibi Ichsan STKIP DOKTOR NUGROHO MAGETAN
[email protected] ABSTRAK Cerita pendek (cerpen) sebagai salah satu jenis karya sastra ternyata dapat memberikan manfaat kepada pembacanya. Di antaranya dapat memberikan pengalaman pengganti, kenikmatan, mengembangkan imajinasi, mengembangkan pengertian tentang perilaku manusia, dan dapat menyuguhkan pengalaman yang universal. Pengalaman yang universal itu tentunya sangat berkaitan dengan hidup dan kehidupan manusia serta kemanusiaan. Ia bisa berupa masalah perkawinan, percintaan, tradisi, agama, persahabatan, sosial, politik, pendidikan, dan sebagainya. , kritik sastra dapat diartikan sebagai penilaian terhadap mutu karya sastra berdasarkan kriteria dan pendekatan tertentu. Untuk dapat menetukan apakah suatu karya sastra itu mutunya baik atau buruk. Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kritik sastra untuk memahami unsure instrinsik dalam cerpen AKU. Tokoh dan karakter tokoh , latar (setting), alur (plot), sudut pandang (point of view), gaya bahasa, tema, amanat. Dari analisis kritik sastra terhadap cerpen aku dapat di simpulkan bahwa unsure intrinsic yangg terdapat dalam cerpen AKU adalah, Latar social, tokoh dan penokohan, gaya bahasa sinestesia, amanat dalan cerpen ini jangan lalai dengan sang pencipta, jangan mendustai kasih saying pencipta Kata kunci : cerpen aku, kritik sastra, unsure instrisik
ABSTRACT Short story ( Cerpen ) as one kind of literature was found to provide benefit to the reader . Of which can provide a substitute experience, enjoyment, develop imagination, develop an understanding of human behavior, and can deliver a universal experience. The universal experience of course closely related to life and human life and humanity . It can be a problem marriage, romance, tradition, religion, friendship, social, political, educational, and so on. , Literary criticism can be interpreted as an assessment of the quality of literature based on certain criteria and approaches. To be able to determine whether a literary work or a bad quality either. In this study using a literary-critical approach to understanding the intrinsic elements in short stories AKU. Character and the character ,background (setting) , plot (plot) , perspective (point of view), style , theme, mandate. From the analysis of the short stories of literary criticism I can be concluded that the intrinsic elements contained in the AKU is a short story , social background , character and characterization , style synesthesia , the mandate was not negligent role in the short story by the creator , the creator of affection do not lie. Key words: short story ―AKU‖ literally criticism, intrinsic facture.
Volume 01, Nomor 01, November 2013
1
NUGROHO ~ Jurnal Ilmiah Pendidikan
(Hal : 1 – 7)
ISSN : 2354-5968 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Cerita pendek (cerpen) sebagai salah satu jenis karya sastra ternyata dapat memberikan manfaat kepada pembacanya. Di antaranya dapat memberikan pengalaman pengganti, kenikmatan, mengembangkan imajinasi, mengembangkan pengertian tentang perilaku manusia, dan dapat menyuguhkan pengalaman yang universal. Pengalaman yang universal itu tentunya sangat berkaitan dengan hidup dan kehidupan manusia serta kemanusiaan. Ia bisa berupa masalah perkawinan, percintaan, tradisi, agama, persahabatan, sosial, politik, pendidikan, dan sebagainya. Tidak hanya itu, kiranya cerpen dengan segala permasalahannya yang universal itu harus dilakukan penilaian (kritik) terhadap karya sastra itu. Salah satu tujuan kritik sastra adalah untuk membantu pembaca memahami karya sastra. Sedangkan tujuan utama kritik sastra adalah untuk memberikan penilaian objektif tentang baik atau buruknya suatu karya sastra. Dalam makalah ini kami akan melakukan kritik sastra terhadap cerpen ―AKU‖ karya Cerpen Adi Zamzam (Kompas, 26 Agustus 2012). Dipilihnya cerpen ―Ibu‖ bukan tanpa pertimbangan atau alasan sebab cerpen ini memiliki keistimewaan (bagi kami). Keistimewaannya yaitu terletak pada teknik penceritaan yang menarik, dan juga banyak sekali mengandung nilai-nilai pendidikan, nilai-nilai kepribadian, nilai-nilai tanggung jawab dan nilai-nilai religi. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, kami mencoba mengidentifikasi masalah. Identifikasi masalahnya kami dasarkan pada tiga aspek dalam kritik sastra, yaitu: 1. 2.
Analisis terhadap karya sastra Interpretasi/penafsiran terhadap karya sastra
2.1 Kritik Sastra Kritik adalah pengamatan yang teliti, perbandingan yang tepat serta pertimbangan Volume 01, Nomor 01, November 2013
yang adil terhadap baik buruknya kualitas, nilai keberadaan sesuatu. Sedangkan kritik sastra ialah pengamatan yang teliti, perbandingan yang tepat serta pertimbangan yang adil terhadap karya sastra (Tarigan 1993 : 188). Jadi secara sederhana, kritik sastra dapat diartikan sebagai penilaian terhadap mutu karya sastra berdasarkan kriteria dan pendekatan tertentu. Untuk dapat menetukan apakah suatu karya sastra itu mutunya baik atau buruk, seorang penilai tentu harus membaca karya itu terlebih dahulu. Tiga aspek dalam kritik sastra 1. Analisis terhadap karya sastra, penilaian dilakukan untuk memahami sastra. 2. Interpretasi atau penafsiran terhadap karya sastra dengan memperhatikan aspek-aspek yang membangun karya sastra. 3.2. Pendekatan Objektif Pendekatan objektif adalah pendekatan yang mendasarkan pada suatu karya sastra secara keseluruhan, dan memandang karya sastra adalah sesuatu yang berdiri sendiri yang dapat dilepaskan dari siapa pengarang dan sosial budaya jamannya. Pendekatan yang dilihat dari eksistensi sastra itu sendiri berdasarkan konvensi sastra yang berlaku. Konvensi tersebut misalnya, unsur intrinsik sastra. Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri. Unsur-unsur inilah yang menyebabkan karya sastra hadir sebagai karya sastra, unsurunsur yang secara factual dapat dijumpai jika orang membaca karya sastra. Unsur intrinsik dalam karya sastra, khususnya cerpen, meliputi tokoh/ penokohan, alur (plot), gaya bahasa, sudut pandang, latar (setting), tema, dan amanat. Berikut penjelasan mengenai unsur intrinsik. 1. Tokoh dan Karakter Tokoh Istilah tokoh menunjuk pada orangnya, pelaku cerita, sedangkan watak, perwatakan, atau karakter menunjuk pada sifat dan sikap para tokoh yang menggambarkan kualitas pribadi seorang tokoh. Tokoh cerita menempati posisi strategis sebagai pembawa dan penyampai pesan, amanat, atau sesuatu yang sengaja ingin disampaikan kepada 2
NUGROHO ~ Jurnal Ilmiah Pendidikan
(Hal : 1 – 7)
ISSN : 2354-5968 pembaca. Secara umum kita mengenal tokoh protagonis dan antagonis. 2. Latar (Setting) Latar dalam sebuah cerita menunjuk pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwaperistiwa yang diceritakan. Latar memberikan pijakan cerita secara konkret dan jelas. Hal ini penting untuk memberikan kesan realistis kepada pembaca, menciptakan suasana tertentu yang seolaholah sungguh-sungguh ada dan terjadi. 3. Alur (Plot) Alur adalah urutan peristiwa yang berdasarkan hukum sebab akibat. Alur tidak hanya mengemukakan apa yang terjadi, akan tetapi menjelaskan mengapa hal ini terjadi. Kehadiran alur dapat membuat cerita berkesinambungan. Oleh karena itu, alur biasa disebut juga susunan cerita atau jalan cerita. Ada dua cara yang dapat digunakan dalam menyusun bagian-bagian cerita, yakni sebagai berikut. Pengarang menyusun peristiwa-peristiwa secara berurutan mulai dari perkenalan sampai penyelesaian. Susunan yang demikian disebut alur maju. Pengarang menyusun peristiwa secara tidak berurutan. Pengarang dapat memulainya dari peristiwa terakhir atau peristiwa yang ada di tengah, kemudian menengok kembali pada peristiwaperistiwa yang mendahuluinya. Susunan yang demikian disebut alur sorot balik (flashback). Selain itu, ada juga istilah alur erat dan alur longgar. Alur erat adalah jalinan peristiwa yang sangat padu sehingga apabila salah satu peristiwa ditiadakan maka dapat mengganggu keutuhan cerita. Adapun alur longgar adalah jalinan peristiwa yang tidak begitu padu sehingga apabila salah satu peristiwa ditiadakan tidak akan mengganggu jalan cerita. 4. Sudut Pandang (Point of View) Sudut pandang adalah visi pengarang dalam memandang suatu peristiwa dalam cerita. Untuk mengetahui sudut pandang, kita dapat mengajukan pertanyaan siapakah yang menceritakan kisah tersebut? Ada beberapa macam sudut pandang, di antaranya sudut pandang orang pertama (gaya bercerita dengan sudut pandang ―aku‖), sudut pandang peninjau (orang ketiga), dan sudut pandang campuran. Volume 01, Nomor 01, November 2013
5. Gaya Bahasa Gaya bahasa adalah cara khas penyusunan dan penyampaian dalam bentuk tulisan dan lisan. Ruang lingkup dalam tulisan meliputi penggunaan kalimat, pemilihan diksi, penggunaan majas,dan penghematan kata. Jadi, gaya merupakan seni pengungkapan seorang pengarang terhadap karyanya. 6. Tema Tema adalah persoalan pokok sebuah cerita. Tema disebut juga ide cerita. Tema dapat berwujud pengamatan pengarang terhadap berbagai peristiwa dalam kehidupan ini. Kita dapat memahami tema sebuah cerita jika sudah membaca cerita tersebut secara keseluruhan. 7. Amanat Melalui amanat, pengarang dapat menyampaikan sesuatu, baik hal yang bersifat positif maupun negatif. Dengan kata lain, amanat adalah pesan yang ingin disampaikan pengarang berupa pemecahan atau jalan keluar terhadap persoalan yang ada dalam cerita. Adapun unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang berada di luar karya sastra, tetapi secara tidak langsung mempengaruhi bangun cerita sebuah karya 3.1 Tahap Analisis Tahap analisis adalah tahap menguraikan unsur-unsur yang membangun karya sastra dan menarik hubungan antar unsur-unsur tersebut. Cerpen ―AKU‖ Adi Zamzam (Kompas, 26 Agustus 2012) AKULAH ketika kau mencinta. Akulah ketika kau mengasihi. Aku bercahaya ketika itu, sehingga hari-harimu menjadi terang. Lalu batangku menjadi kokoh seiring akarnya yang semakin nancap dalam hatimu. Lalu bertunaslah reranting, dan menjadi hijau, menjadi besar, menjadi kokoh, lalu berbuahlah pohonku di dalammu itu. Buah itu aku. Akulah buah. Cinta dan kasih adalah rasanya. Aku berjatuhan saat telah masak. Seperti keputusan yang akhirnya terjadi setelah lama menggantung dalam pertimbanganmu. Sebagian dariku kau makan—menjadi perbuatan, sebagiannya lagi membusuk kembali ke kekosongan, 3
NUGROHO ~ Jurnal Ilmiah Pendidikan
(Hal : 1 – 7)
ISSN : 2354-5968 kembali ke masa ketika pikiran-pikiran itu mengambang di depan mulut-mulut syarafmu. Sebagian dariku yang beruntung lalu bersemayam dalam tubuhmu. Mulamula melalui mulut, lalu turun ke kerongkongan, lalu lambung, lalu darah, lalu aku menyebar ke tubuhmu. Ada juga yang melalui telinga dan mata, lalu ke syaraf penglihatan dan pendengaranmu, berakhir di otak. Aku menggerakkanmu. Meski selalu kau abaikan. Seperti udara yang kau hirup. Akulah udara. Aku ada tapi sering tak kau anggap ada. Aku sering bisa dirasa dengan kelembutan karena kelembutan itu sendiri adalah aku. Aku lebih dekat dari urat nadi lehermu karena aku ada dalam tiap sel. Aku menyertai tiap denyut karena denyut itu sendiri adalah aku. Aku merasakanmu tapi kau belum tentu merasakanku. Ada yang menganggap aku ini hanya sebilah perasaan, tapi aku bukanlah itu. Aku melihatmu tapi kamu belum tentu melihatku. Sebenarnya aku tidak tertutup oleh sesuatu. Aku begitu nyata di depan mata. Kamu yang tidak memercayai keberadaanku lantas bilang bahwa aku hanyalah khayalan, bayangan, atau semacam ilusi. Itu karena kamu menutupi indramu sendiri sehingga semuanya pun jadi tertutup. Padahal aku ada pada setiap sudut, setiap ruang, setiap cahaya, setiap kegelapan, setiap gerak, setiap diam, setiap pandangan mata, setiap tarikan nafas, setiap desau suara, setiap kecapan rasa. Keberadaanku sebenarnya tidak membutuhkan penjelasan karena banyak yang kemudian tertipu oleh penjelasan itu sendiri. Kata-kata dan bahasa seringkali menimbulkan salah tafsir. Aku adalah aku meski kau menganggapku ada atau tidak. Aku tak butuh saksi atas keberadaanku karena aku sendiri adalah saksi atas segala keberadaan. Apakah aku adalah yang suka menyembunyikan diri sendiri? Tidak, mereka yang tidak percaya keberadaankulah yang sebenarnya menyembunyikanku. Apakah keberadaanku membutuhkan tempat? Sebenarnya tidak bisa dibilang Volume 01, Nomor 01, November 2013
begitu karena tempat itu sendiri adalah bagian kecil dariku. Lantas bagaimana caranya menemuiku, bercakap-cakap denganku, mengeluh, bercengkerama, atau bahkan bersahabat denganku? Sudah kubilang, aku adalah ketika kau mencinta, ketika kau mengasihi. Maka cintalah terhadap sesama, kasihlah terhadap semua. Tak usah memikirkan bagaimana kejadiannya, kau pasti akan bertemu denganku. Akulah udara. Meski kau tak bisa melihatku tapi kau bisa menghirupku. Rasakan saja itu. Nikmati dan hayati pelanpelan. Dan jangan terpaku dengan satu indra karena setiap indramu memiliki pengertian yang berbeda-beda tentangku. Apakah aku ini sulit? Aku rasa tidak. Aku bahkan sering memperlihatkan diri dalam sesuatu yang sederhana. Saking sederhananya hingga kau kadang tak menyadari bahwa itu aku. Lihatlah kuku dan rambutmu yang terus bertumbuh itu. Setiap minggu kau harus memendekkannya. Itu adalah aku. Aku adalah tumbuh. Juga tunas-tunas pepohonan itu. Meski beberapa kali kau memotong atau menebangnya, aku akan terus tumbuh. Apakah aku terpengaruh kematian? Ah, itu pertanyaan yang kurang tepat. Kematian dan kehidupan adalah kedua tanganku. Tangan kananku menghijaukan, tangan kiriku menguningkan. Tangan kananku menyirami, tangan kiriku mengeringkan. Tangan kananku menumbuhkan, tangan kiriku memupuskan. Jangan bilang bahwa tangan kanan dan tangan kiriku saling bertentangan. Justru keduanya saling melengkapi. Bayangkanlah jika semua terus tumbuh, terus hidup, dan beranak-pinak. Tidakkah kalian berpikir bahwa dunia ini akan cepat meledak kelebihan penumpang? Kedua tanganku itu justru saling menjaga keseimbangan masingmasing. Keduanya bekerja beriringan. Jika salah satunya berhenti, maka terjadilah kekacauan. Lantas bagaimana caranya bercakap-cakap denganku? Aku sebenarnya tak membutuhkan kata-kata untuk bilang sesuatu kepadamu. Kata-kata hanyalah alat buatanmu sendiri yang masih punya banyak kekurangan. 4
(Hal : 1 – 7)
NUGROHO ~ Jurnal Ilmiah Pendidikan
ISSN : 2354-5968 Kata-kata terlalu terbatas untuk alat berkomunikasi denganku, karena bisa saja langsung kuhunjamkan jawabanku ke dalam dada atau kepalamu. Maka bertanyalah apa saja kepadaku. Aku mahatahu. Pengetahuan adalah aku. Akan kujelaskan jawabannya sebaik-baiknya kepadamu. Soal bagaimana caraku menjawab, entah seketika itu juga, besok, lusa, atau kapan-kapan, kau pasti akan tahu. Aku selalu menjawab setiap pertanyaan, meski hanya berbisik saat mengucapkannya, atau bahkan baru terlintas dalam hatimu. Telingaku persis berada di depan mulut dan hatimu. Jadi, apa pun unegunegmu tentang sesuatu, aku bisa tahu. Misalnya kau bertanya tentang sebuah penyakit, kau bingung dengan penyakit itu; apa penyebabnya, bagaimana cara menyembuhkannya? Mungkin kau tak langsung menemukan jawabannya seketika itu juga. Mungkin kau baru akan tahu bertahun-tahun setelahnya, setelah seorang peneliti mengamati dan menyelidikinya dengan begitu cermat. Ketika akhirnya peneliti itu tahu bahwa karakteristik penyakit itu begini, begini, begini, bahwa penyakit itu akan muncul jika kau begitu, begitu, begitu, bahwa penyakit itu akan sembuh jika begini, begitu, begini, maka apa yang diterangkan oleh si peneliti itu tadi sebenarnya adalah jawabanku yang berhasil ia bahasakan untukmu. Kadang memang butuh proses untuk memahamiku. Tapi jika kau benar ingin tahu apa jawaban atas pertanyaanmu, sebenarnya bukan hal sulit. Di antaramu ada yang menganggap bahwa aku ini acuh dan tak peduli atas segala pertanyaan yang kau desiskan. Mungkin kau hanya kurang melihat, kurang mendengar, atau kurang merasa. Padahal jika kau mau bersungguhsungguh, semua pasti akan sampai pada jawabannya karena segala jawaban sebenarnya sudah tersedia sejak lahir pertanyaan. Jawaban-jawabanku selalu memancar tanpa henti. Aku memang selalu begitu dan akan terus begitu. Aku tak ingin berbuat setengah-setengah, karena hal itu bukanlah sifatku. Aku adalah ketuntasan. Aku adalah keutuhan. Aku adalah kebermanfaatan. Volume 01, Nomor 01, November 2013
Semua yang ada dalam genggamanku, utuh dan bermanfaat. Kalau ada yang terlihat cacat dan tak bermanfaat, itu hanya karena kau belum tahu saja. Maka ketika itu sejatinya kau belum mengetahui aku. Aku seperti matahari. Tak pernah padam dalam memberikan 3.1.1 Analisis Unsur Intrinsik Unsur intrinsik adalah unsur dalam yang membentuk penciptaan karya sastra. Unsur ini berupa tema, amanat, latar, alur, penokohan, titik pengisahan, dan gaya bahasa. Ketujuh unsur yang terdapat dalam cerpen ―AKU‖ karya Adi Zamzam (Kompas, 26 Agustus 2012) tersebut sebagai berikut: 1) Latar Dalam suatu cerita latar dibentuk melalui segala keterangan, petunjuk, pengacuan yang berkaitan dengan waktu, ruang, dan suasana terjadinya suatu peristiwa. Latar ini ada tiga macam, yaitu latar tempat, latar waktu, dan latar sosial. 1. Latar Sosial Latar sosial dalam cerpen ini menggambarkan manusia yang kebingungan mencari-cari kebenaran dari tuhan yang sebenarnya sudah ada dalam diri manusia itu sendiri akan tetapi tidak disadari oleh manusia. Seperti yang tertulis pada bait ke-3 pada cerpen ―AKU‖ karya Adi Zamzam (Kompas, 26 Agustus 2012). ―Aku menggerakkanmu. Meski selalu kau abaikan. Seperti udara yang kau hirup. Akulah udara. Aku ada tapi sering tak kau anggap ada. Aku sering bisa dirasa dengan kelembutan karena kelembutan itu sendiri adalah aku. Aku lebih dekat dari urat nadi lehermu karena aku ada dalam tiap sel. Aku menyertai tiap denyut karena denyut itu sendiri adalah aku. Aku merasakanmu tapi kau belum tentu merasakanku. Ada yang menganggap aku ini hanya sebilah perasaan, tapi aku bukanlah itu.” 2) Tokoh dan Penokohan Tokoh aku dan penokohan dalam cerpen ―AKU‖ karya Adi Zamzam (Kompas, 26 Agustus 2012). Aku adalah seorang tokoh yang sangat misterius karena bisa menjelma apa saja dalam cerpen ini. 5
(Hal : 1 – 7)
NUGROHO ~ Jurnal Ilmiah Pendidikan
ISSN : 2354-5968 Contoh kutipannya dalam cerpen ―AKU‖ karya Adi Zamzam (Kompas, 26 Agustus 2012). “AKULAH ketika kau mencinta. Akulah ketika kau mengasihi. Aku bercahaya ketika itu, sehingga hariharimu menjadi terang. Lalu batangku menjadi kokoh seiring akarnya yang semakin nancap dalam hatimu.‖ Tokoh ini mempunya sifat yang serba sempurna ( sang pencipta ). Menciptakan segala sesuatu dan melindunginya walaupun manusia mengingkarinya. 2) kamu : adalah tokoh yang selalu lalai dan tidak puas dengan segala apa yang telah diberikan tuhan kepadanya. Contoh dalam kutipan berikut : “Aku menggerakkanmu. Meski selalu kau abaikan. Seperti udara yang kau hirup. Akulah udara. Aku ada tapi sering tak kau anggap ada. Aku sering bisa dirasa dengan kelembutan karena kelembutan itu sendiri adalah aku. Aku lebih dekat dari urat nadi lehermu karena aku ada dalam tiap sel. Aku menyertai tiap denyut karena denyut itu sendiri adalah aku. Aku merasakanmu tapi kau belum tentu merasakanku” 3)
Gaya bahasa Gaya bahasa yang terdapat dalam cerpen ini antara lain. Sinestesia:pikiran mengambang depan mulut-mulut syarafmu.
di
Telingaku persis di depan mulut dan hatimu. 4) Amanat Amanat yang terkandung dalam cerpen ini ialah: a. Jangan lalai dengan sang pencipta. b. Jangan menya-nyiakan anugrah pencipta. c. Jangan mendustai kasih sayang pencipta. d. Kenallah dirimu sendiri niscaya kau akan kenal penciptamu. e. Tuhan itu dekat dan selalu ada . 5)
Tema Tema atau pokok persoalan cerpen ―AKU‖ karya Adi Zamzam (Kompas, 26 Volume 01, Nomor 01, November 2013
Agustus 2012) Adalah : kelalaian manusia dengan sang pencipta
PENUTUP Simpulan cerpen ―AKU‖ karya Adi Zamzam (Kompas, 26 Agustus 2012). ini memang sebuah sastra (cerpen) yang menarik dan baik. Hal ini dapat dilihat dari unsur-unsur intrinsik dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Adapun hasil analisisnya sebagai berikut. 1) Latar Dalam suatu cerita latar dibentuk melalui segala keterangan, petunjuk, pengacuan yang berkaitan dengan waktu, ruang, dan suasana terjadinya suatu peristiwa. Latar ini ada tiga macam, yaitu latar tempat, latar waktu, dan latar sosial. 1. Latar Sosial Latar sosial dalam cerpen ini menggambarkan manusia yang kebingungan mencari-cari kebenaran dari tuhan yang sebenarnya sudah ada dalam diri manusia itu sendiri akan tetapi tidak disadari oleh manusia. Seperti yang tertulis pada bait ke-3 pada cerpen ―AKU‖ karya Adi Zamzam (Kompas, 26 Agustus 2012). ―Aku menggerakkanmu. Meski selalu kau abaikan. Seperti udara yang kau hirup. Akulah udara. Aku ada tapi sering tak kau anggap ada. Aku sering bisa dirasa dengan kelembutan karena kelembutan itu sendiri adalah aku. Aku lebih dekat dari urat nadi lehermu karena aku ada dalam tiap sel. Aku menyertai tiap denyut karena denyut itu sendiri adalah aku. Aku merasakanmu tapi kau belum tentu merasakanku. Ada yang menganggap aku ini hanya sebilah perasaan, tapi aku bukanlah itu.” 2) Tokoh dan Penokohan 1) Tokoh aku dan penokohan dalam cerpen ―AKU‖ karya Adi Zamzam (Kompas, 26 Agustus 2012). Aku adalah seorang tokoh yang sangat misterius karena bisa menjelma apa saja dalam cerpen ini. Contoh kutipannya dalam cerpen ―AKU‖ 6
(Hal : 1 – 7)
NUGROHO ~ Jurnal Ilmiah Pendidikan
ISSN : 2354-5968 karya Adi Zamzam (Kompas, 26 Agustus 2012). “AKULAH ketika kau mencinta. Akulah ketika kau mengasihi. Aku bercahaya ketika itu, sehingga hariharimu menjadi terang. Lalu batangku menjadi kokoh seiring akarnya yang semakin nancap dalam hatimu.‖ Tokoh ini mempunya sifat yang serba sempurna ( sang pencipta ). Menciptakan segala sesuatu dan melindunginya walaupun manusia mengingkarinya. 2) kamu : adalah tokoh yang selalu lalai dan tidak puas dengan segala apa yang telah diberikan tuhan kepadanya. Contoh dalam kutipan berikut : “Aku menggerakkanmu. Meski selalu kau abaikan. Seperti udara yang kau hirup. Akulah udara. Aku ada tapi sering tak kau anggap ada. Aku sering bisa dirasa dengan kelembutan karena kelembutan itu sendiri adalah aku. Aku lebih dekat dari urat nadi lehermu karena aku ada dalam tiap sel. Aku menyertai tiap denyut karena denyut itu sendiri adalah aku. Aku merasakanmu tapi kau belum tentu merasakanku”
Tema atau pokok persoalan cerpen ―AKU‖ karya Adi Zamzam (Kompas, 26 Agustus 2012) Adalah : kelalaian manusia dengan sang pencipta
DAFTAR PUSTAKA - Aminuddin. 1987. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru Algesindo. - http://winaraku.wordpress.com/2009/04/ 11/alur-penokohan-dan-latar-cerpen/ - Siswanto, Wahyudi. 2008. Pengantar Teori Sastra. Jakarta: PT. Grasindo - Kompas, 26 Agustus 2012
3) Gaya bahasa Gaya bahasa yang terdapat dalam cerpen ini antara lain. 1. Sinestesia : pikiran mengambang di depan mulut-mulut syarafmu. 2. Telingaku persis di depan mulut dan hatimu. 4) Amanat Amanat yang terkandung dalam cerpen ini ialah: a. Jangan lalai dengan sang pencipta. b. Jangan menya-nyiakan anugrah pencipta. c. Jangan mendustai kasih sayang pencipta. d. Kenallah dirimu sendiri niscaya kau akan kenal penciptamu. e. Tuhan itu dekat dan selalu ada . 5) Tema
Volume 01, Nomor 01, November 2013
7