KAJIAN POLA HUBUNGAN ANTARA SIFAT FISIK DAN KOMPOSISI KIMIAWI BAHAN PAKAN HIJAUAN
HISAR PM SIMANJUNTAK
ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Kajian Pola Hubungan Antara Sifat Fisik dan Komposisi Kimiawi Bahan Pakan Hijauan adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, April 2014 Hisar PM Simanjuntak NIM D24080342
ABSTRAK HISAR PM SIMANJUNTAK. Kajian Pola Hubungan Antara Sifat Fisik dan Komposisi Kimiawi Bahan Pakan Hijauan. Dibimbing oleh ANURAGA JAYANEGARA dan M AGUS SETIANA. Sifat fisik merupakan salah satu metode uji kualitas bahan baku yang sangat penting selain uji secara kimia dan biologis yang dilakukan untuk mengetahui kualitas bahan pakan. Dalam penelitian ini diamati sifat fisik dan komposisi kimia bahan pakan hijauan gamal, kaliandra, lamtoro, indigofera, trikantera, daun pepaya dan daun singkong serta hubungan antara sifat fisik dan komposisi kimia bahan pakan tersebut. Penelitian dilakukan selama 2 bulan dengan mengamati sifat fisik dan analisis proksimat dan van soest untuk komposisi kimia bahan pakan hijauan. Diperoleh hasil berat jenis dipengaruhi secara negatif oleh protein kasar (r = -0.654) dan positif oleh abu (r = 0.692) berbeda nyata pada P < 0.05. Kerapatan tumpukan dipengaruhi secara negatif oleh protein kasar (r = -0.522) berbeda nyata pada P < 0.05. Kerapatan pemadatan tumpukan dipengaruhi secara negatif oleh protein kasar (r= -0.644) dan NDICP (r = -0.767) berbeda nyata pada P < 0.05. Dapat disimpulkan bahwa hubungan sifat fisik dengan komposisi kimiawi bahan pakan hijauan berpengaruh kecil kecuali pada protein kasar. Kata kunci : bahan pakan hijauan, komposisi kimia, sifat fisik. ABSTRACT HISAR PM SIMANJUNTAK. Analysis of the Relation Between Physical Properties and Chemical Composition of Forage. Supervised by ANURAGA JAYANEGARA and M AGUS SETIANA. The physical properties are indicator of testing the quality of raw material which is very important in addition to chemical and biological tests. This research observed physical properties and chemical composition of forage materials Gliricidia sepium, Calliandra calothyrsus, Leucaena leucocephala, Indigofera sp, Trichantera gigantea, Carica papaya, Manihot utilissima, and the relationship between the physical properties and chemical composition of the feed materials. The study was conducted for 2 months by measuring physical properties and proximate and van soest for chemical composition analysis of forage. The results showed that specific gravity was negatively affected by crude protein (r = - 0.654) and positively affected by ash (r = 0.692) were significantly different at P < 0.05. Bulk density negatively affected by crude protein (r = - 0.522) were significantly different at P < 0.05. Bulk density compaction negatively affected by crude protein (r = - 0.644) and neutral detergent insoluble crude protein (r = - 0.767) were significantly different at P < 0.05. It can be concluded that the relationship between physical properties and chemical composition of forage have a small effect excepted for the crude protein. Keywords : chemical composition, forage, physical properties
KAJIAN POLA HUBUNGAN ANTARA SIFAT FISIK DAN KOMPOSISI KIMIAWI BAHAN PAKAN HIJAUAN
HISAR PM SIMANJUNTAK
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan
ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
Judul Skripsi : Kajian Pola Hubungan Antara Sifat Fisik dan Komposisi Kimiawi Bahan Pakan Hijauan Nama : Hisar PM Simanjuntak NIM : D24080342
Disetujui oleh
Dr. Anuraga Jayanegara, S.Pt,M.Sc Pembimbing I
Ir. M Agus Setiana, MS Pembimbing II
Diketahui oleh
Prof. Dr. Ir. Panca Dewi Manu Hara Karti S, M.Si Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul Kajian Pola Hubungan Sifat Fisik dan Komposisi Kimiawi Bahan Pakan Hijauan berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan penulis bulan September hingga Oktober 2013 di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini bertujuan untuk menguraikan komposisi fisik dan kimia bahan pakan hijauan serta pola hubungan antara sifat fisik dan komposisi kimia bahan pakan hijauan tersebut. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk kelulusan dan memperoleh gelar Sarjana Peternakan di Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, April 2014 Hisar PM Simanjuntak
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
xii
DAFTAR LAMPIRAN
xii
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Tujuan
2
MATERI DAN METODE
2
Waktu dan Lokasi Penelitian
2
Materi
2
Bahan
2
Peralatan
2
Metode
3
Sifat Fisik
3
Berat Jenis (Khalil 1999a)
3
Kerapatan Tumpukan (Khalil 1999a)
3
Kerapatan Pemadatan Tumpukan (Khalil 1999a)
3
Sudut Tumpukan (Khalil 1999b)
3
Komposisi Kimia
3
Kadar Air
3
Kadar Protein Kasar
4
Kadar Serat Kasar
4
Kadar Abu
4
Rancangan Percobaan dan Analisis Data
5
Perlakuan
5
Peubah yang Diamati
5
HASIL DAN PEMBAHASAN
5
Sifat Fisik Bahan Pakan
5
Komposisi Kimia Bahan Pakan
7
Hubungan Sifat Fisik dengan Komposisi Kimia SIMPULAN DAN SARAN
10 12
Simpulan
12
Saran
12
DAFTAR PUSTAKA
12
LAMPIRAN
14
RIWAYAT HIDUP
17
UCAPAN TERIMA KASIH
17
DAFTAR TABEL 1 2 3 4
Rataan komposisi sifat fisik bahan pakan hijauan. Rataan komposisi kimia bahan pakan hijauan. Rataan komposisi kimia bahan pakan hijauan Matriks korelasi antara sifat fisik dan komposisi kimia bahan pakan.
6 7 8 11
DAFTAR LAMPIRAN 1 2 3 4 5 6 7 8
Anova pengaruh perlakuan terhadap berat jenis Uji lanjut duncan pengaruh perlakuan terhadap berat jenis Anova pengaruh perlakuan terhadap sudut tumpukan Uji lanjut duncan pengaruh perlakuan terhadap sudut tumpukan Anova pengaruh perlakuan terhadap kerapatan tumpukan Uji lanjut duncan pengaruh perlakuan terhadap kerapatan tumpukan Anova pengaruh perlakuan terhadap kerapatan pemadatan tumpukan Uji lanjut duncan pengaruh perlakuan terhadap kerapatan pemadatan tumpukan
14 14 14 15 15 15 15 16
PENDAHULUAN Latar Belakang Keberhasilan usaha peternakan sangat ditentukan oleh beberapa faktor seperti pembiakan (breeding), pemberian pakan (feeding), dan manajemen. Jika dilihat dari total biaya pada suatu produksi usaha peternakan unggas maka faktor pakanlah yang memerlukan biaya paling besar yaitu sekitar 75%. Pakan memiliki peranan penting bagi ternak, baik untuk pertumbuhan ternak muda maupun untuk mempertahankan hidup dan menghasilkan produk (seperti susu dan daging) serta tenaga bagi ternak dewasa. Fungsi lain dari pakan adalah untuk memelihara daya tahan tubuh dan kesehatan. Pakan yang sering diberikan pada ternak antara lain berupa hijauan dan konsentrat (makanan penguat). Ternak ruminansia (pemamah biak) seperti sapi, kerbau, kambing dan domba secara alami membutuhkan hijauan berupa rumput-rumputan dan daun-daunan. Hijauan merupakan bahan pakan yang penting bagi ternak ruminansia. Hijauan pakan ternak adalah semua bentuk bahan pakan berasal dari tanaman atau rumput termasuk leguminosa baik yang belum dipotong maupun yang dipotong dari lahan dalam keadaan segar (Akoso 1996). Menurut Siregar (1994) hijauan diartikan sebagai pakan yang mengandung serat kasar, atau bahan yang tak tercerna, relatif tinggi. Lebih lanjut dijelaskan bahwa ternak ruminansia membutuhkan sejumlah serat kasar dalam ransumnya agar proses pencernaan berjalan secara lancar dan optimal. Sumber utama dari serat kasar itu sendiri adalah hijauan. Hijauan dapat diperoleh dari hijauan liar (yang tidak sengaja ditanam atau tumbuh dengan sendirinya) ataupun hijauan hasil budidaya (yang sengaja ditanam dan dipelihara). Hijauan makanan ternak bisa berasal dari jenis rumput (Graminae), leguminosa dan hijauan dari tumbuh-tumbuhan lain seperti daun nangka, daun waru dan lain sebagainya (AAK 1983). Suatu usaha peternakan akan lebih mengefisienkan biaya dalam hal pakan namun tetap harus memiliki kualitas yang baik sehingga tidak menimbulkan kerugian, sehingga sektor pakan merupakan hal yang penting yang harus diperhatikan dalam suatu usaha peternakan. Pada industri-industri pakan ternak, industri-industri tersebut mempunyai produk berupa pakan ternak dengan kualitas dan kuantitas yang berbeda. Bahan pakan merupakan salah satu faktor yang menentukan kualitas ransum. Bahan pakan digunakan sebagai bahan baku penyusun ransum atau bahan yang bisa diberikan secara langsung untuk dimakan oleh ternak. Sifat fisik merupakan salah satu metode uji kualitas bahan baku yang sangat penting selain uji secara kimia dan biologis yang dilakukan untuk mengetahui kualitas bahan pakan. Sifat fisik bahan pakan merupakan faktor penting dalam penyusunan ransum, pengolahan, penyimpanan, serta pengemasan pakan dalam suatu industri peternakan. Sifat fisik merupakan sifat dasar yang dimiliki oleh suatu bahan yang dapat dijadikan salah satu kriteria untuk menetapkan mutu dan keefisienan proses produksi. Pengetahuan sifat fisik bahan pangan telah banyak diteliti, tetapi sifat fisik bahan pakan sampai saat ini masih sangat terbatas informasinya. Beberapa sifat fisik pakan yang penting, yaitu kerapatan tumpukan, kerapatan pemadatan tumpukan, berat jenis, sudut tumpukan, daya ambang dan faktor higroskopis. Khalil (1999) juga mengemukakan sifat fisik
2 yang perlu diperhatikan dalam bahan pakan antara lain berat jenis, kerapatan tumpukan, kerapatan pemadatan tumpukan dan sudut tumpukan, karena sifat-sifat tersebut sangat terkait dengan proses penanganan dan pengolahan bahan pakan. Melalui penelitian ini diharapkan peternak bisa menentukan komposisi kimia suatu bahan pakan hijauan hanya dengan melihat komposisi fisik bahan pakan hijauan tersebut maupun sebaliknya. Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mengamati komposisi fisik dan kimia hijauan bahan pakan serta pola hubungan antara sifat fisik dan komposisi kimiawi bahan pakan hijauan tersebut.
MATERI DAN METODE Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan selama 2 bulan yaitu bulan September-Oktober 2013 di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Materi Bahan Penelitian ini menggunakan hijauan bahan pakan gamal (Gliricidia sepium), kaliandra (Calliandra calothyrsus), lamtoro (Leucaena leucocephala), indigofera (Indigofera sp), trikantera (Trichantera gigantea), daun pepaya (Carica papaya), daun singkong (Manihot utilissima). Bahan pakan hijauan yang digunakan dipanen dan dikeringkan di sinar matahari kemudian digiling, dari hasil gilingan bahan pakan hijauan diambil masing-masing 2 kg yang akan digunakan dalam penelitian. Peralatan Peralatan yang digunakan ialah alat uji fisik (corong, gelas ukur, mistar, timbangan, pengaduk) dan alat uji proksimat untuk komposisi kimiawi uji kadar air, kadar abu, kadar serat kasar, kadar protein kasar, neutral detergent insoluble crude protein (NDICP), acid detergent insoluble crude protein (ADICP), alat uji van soest untuk uji neutral detergent fiber (NDF), acid detergent fiber (ADF) serta peralatan lain yang menunjang kegiatan penelitian.
3 Metode Sifat Fisik Berat Jenis (Khalil 1999a) Berat jenis diukur dengan prinsip perubahan volume air (hukum Archimedes) pada gelas ukur. Sampel sebanyak 100 g dimasukkan ke dalam gelas ukur yang berisi 300 ml air kemudian dilakukan pengadukan untuk mempercepat penghilangan ruang udara antar partikel ransum. Berat jenis dihitung dengan rumus: Berat bahan (g) Berat jenis (g ml-1) = Perubahan volume aquades (ml) Kerapatan Tumpukan (Khalil 1999a) Kerapatan tumpukan diukur dengan cara mencurahkan sampel sebanyak 100 g ke dalam gelas ukur kemudian sampel dalam gelas ukur tersebut dilihat ketinggiannya berdasarkan ketinggian yang tertera pada gelas ukur. Kerapatan tumpukan dihitung dengan rumus: Berat bahan (kg) Kerapatan tumpukan (kg m-3) = Volume ruang (m3 ) Kerapatan Pemadatan Tumpukan (Khalil 1999a) Kerapatan pemadatan tumpukan ditentukan dengan cara yang sama seperti kerapatan tumpukan tetapi volume sampel dibaca setelah dilakukan proses pemadatan dengan cara menggoyang-goyangkan gelas ukur sampai volume tidak berubah lagi. Kerapatan pemadatan tumpukan dihitung dengan rumus: Berat bahan (kg) Kerapatan pemadatan tumpukan (kg m-3) = Volume setelah pemadatan (m3 ) Sudut Tumpukan (Khalil 1999b) Pengukuran sudut tumpukan dilakukan dengan cara menjatuhkan sampel pada ketinggian tertentu melalui corong yang dipasang pada kaki tiga sampai sampel jatuh pada bidang datar yang beralaskan bidang datar. Pengukuran diameter dilakukan dengan menggunakan mistar dan di sisi yang sama setiap pengukuran. Satuan sudut tumpukan dinyatakan dalam derajat (°), sehingga diameter dasar (d) dan tinggi tumpukan (t), maka besar sudut tumpukan dihitung dengan rumus: 2t Sudut tumpukan = Cot d Komposisi Kimia Kadar Air Pengukuran kadar air dilakukan untuk mengetahui kadar air bahan pada saat awal dengan cara sampel yang akan diuji kadar air ditimbang sebanyak 5 g dalam cawan kemudian dimasukkan dalam oven 105 °C selama 24 jam. Perhitungan kadar air dengan menggunakan rumus:
4 Kadar air (%) =
Berat awal-Berat akhir Berat awal
×100%
Protein Kasar Sampel sebanyak 0.3 g dimasukkan ke dalam labu destruksi atau labu Kjeldahl dan ditambahkan kira-kira 1 g katalis campuran selen pekat. Kemudian campuran tersebut dipanaskan di atas api pembakar bunsen sampai tidak berbuih lagi kemudian di destilasi lalu di titrasi dengan larutan NaOH. Perhitungan kadar protein kasar dengan menggunakan rumus : Volume Blanko – Volume NaOH x 14 x 6.25 Protein kasar (%) = ×100% Berat awal Kadar Serat Kasar Sampel ditimbang dan dimasukkan ke dalam gelas piala dan ditambahkan H2SO4 kemudian dipanaskan selama 15 menit. Setelah itu disaring dengan kertas saring dan dimasukkan ke dalam cawan porselen. Selanjutnya cawan porselen serta isinya dibakar dan diabukan dalam tanur listrik pada suhu 600 °C. Perhitungan kadar serat kasar dengan menggunakan rumus : Berat awal-Berat akhir-Berat kertas Serat kasar (%) = ×100% Berat sampel Kadar Abu Sampel ditimbang sebanyak 5 g dalam cawan dan dipijarkan di atas nyala bunsen sampai tidak berasap lagi. Kemudian dimasukkan ke dalam tanur listrik untuk diabukan pada suhu 400–600 °C. Perhitungan kadar abu dengan menggunakan rumus : Berat awal-Berat akhir Kadar abu (%) = ×100% Berat awal Uji Van Soest Timbang bahan sampel sebanyak 0.5–1 g masukan kedalam gelas beaker 600 ml. Tambahkan 100 ml larutan detergen netral dan 2-3 tetes decalin. Letakkan pada pemanas (hot plate) tunggu antara 5-6 menit sampai mulai panas. Siapkan gelas saring pada tempatnya dan panaskan dengan air mendidih. Bahan larutan kemudian disaring secara pelan-pelan mulai dari bahan cairan yang terlarut cukup dengan vakum yang rendah dayanya. Kemudian bagian padatnya bisa dimasukan ke saringan sambil dibilas dengan air mendidih sampai semua sampel sesuai dengan kebutuhan. Sampel dicuci sekitar 2 kali dengan air panas, 2 kali dengan aseton dan kemudian dapat dikeringkan. Crusibel dapat dikeringkan minimal selama 8 jam (atau disimpan semalam apabila analsis dilanjutkan hari berikutnya) pada suhu 105 °C dalam oven. Setelah ditimbang akan didapatkan berat kering residu NDF/ADF Berat awal-Berat akhir Kadar NDF/ADF (%) = ×100% Berat awal Untuk uji NDICP/ADICP dengan cara residu dari NDF/ADF diuji dengan menggunakan prosedur uji protein seperti pada komposisi kimia.
5 Rancangan Percobaan dan Analisis Data Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 7 perlakuan dengan 4 kali ulangan untuk uji fisik dan 2 kali ulangan untuk uji proksimat dengan rumus : Yij = μ + τi + εij Keterangan: Yij = Perlakuan ke-i dan ulangan ke-j μ = Rataan umum τi = Pengaruh perlakuan ke-i εij = Error (galat) perlakuan ke-i ulangan ke-j Perlakuan P1 = Gamal (Gliricidia sepium) P2 = Kaliandra (Calliandra calothyrsus) P3 = Lamtoro (Leucaena leucocephala) P4 = Indigofera (Indigofera sp) P5 = Trikantera (Trichantera gigantea) P6 = Daun pepaya (Carica papaya) P7 = Daun singkong (Manihot utilissima) Peubah yang Diamati Peubah yang diamati pada penelitian ini meliputi sifat fisik yang terdiri dari berat jenis (BJ), sudut tumpukan (ST), kerapatan tumpukan (KT), kerapatan pemadatan tumpukan (KPT) dan komposisi kimia yang terdiri dari berat kering (BK), protein kasar (PK), serat kasar (SK), kadar abu (Abu), NDF, ADF, NDICP dan ADICP. Analisis data yang diperoleh akan menggunakan analisis sidik ragam (anova) untuk uji sifat fisik jika menunjukkan perbedaan yang signifikan dilanjutkan dengan uji duncan dan analisis korelasi untuk mengetahui hubungan antara sifat fisik dengan komposisi kimia.
HASIL DAN PEMBAHASAN Sifat Fisik Bahan Pakan Sifat fisik merupakan sifat dasar yang dimiliki oleh suatu bahan yang dapat dijadikan salah satu kriteria untuk menetapkan mutu dan efisiensi dalam proses produksi. Pengetahuan sifat fisik bahan pangan telah banyak diteliti, tetapi sifat fisik bahan pakan sampai saat ini masih sangat terbatas informasinya. Menurut Kling dan Woehlbier (1983) dalam Khalil (1999a), ada tujuh sifat pakan yang penting, yaitu ukuran partikel, berat jenis, kerapatan tumpukan, kerapatan pemadatan tumpukan, sudut tumpukan, daya ambang, dan faktor higroskopis. Sifat fisik dan tekstur bahan menentukan parameter yang penting untuk merancang alat proses (pengolahan), memenuhi syarat pengemasan, serta kondisi
6 penyimpanan (Wirakartakusumah 1992). Sutardi (1997) mengemukakan bahwa keberhasilan pengembangan teknologi pakan, seperti pengadukan ransum, laju aliran pakan dalam organ pencernaan, proses absorpsi dan deteksi kandungan protein semuanya terkait erat dengan pengetahuan tentang sifat fisik pakan. Khalil (1999) juga mengemukakan sifat fisik yang perlu diperhatikan dalam bahan pakan antara lain berat jenis, kerapatan tumpukan, kerapatan pemadatan tumpukan dan sudut tumpukan, karena sifat-sifat tersebut sangat terkait dengan proses penanganan dan pengolahan bahan pakan. Sifat fisik bahan pakan hijauan disajikan pada tabel 1. Tabel 1 Rataan komposisi sifat fisik bahan pakan hijauan. BJ (g ml-1) ST (°) KT (kg m-3) KPT (kg m-3) Gamal 0.69ab ±0.04 35.18bc ±0.39 332c ± 5.00 448c ± 5.00 Kaliandra 0.83c ±0.01 33.22a ±0.70 373d ± 5.00 500e ± 0.00 Lamtoro 0.88cd ±0.08 35.08bc ±0.80 338c ± 5.00 463cd ±26.3 Indigofera 0.72b ±0.01 35.84bc ±0.93 303b ± 5.00 403b ± 9.57 Trikantera 0.80c ±0.05 35.04bc ±2.16 283a ±12.58 385b ±17.32 Daun pepaya 0.92d ±0.09 36.68c ±0.64 368d ± 9.57 477d ±15.00 Daun singkong 0.61a ±0.03 34.19ab ±1.55 280a ± 0.00 363a ± 9.57 Keterangan: Huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata (P < 0.05); BJ = berat jenis; ST = sudut tumpukan; KT = kerapatan tumpukan; KPT = kerapatan pemadatan tumpukan. Berdasarkan analisis statistik menunjukkan bahwa perbedaan jenis hijauan berpengaruh nyata (P < 0.05) terhadap sifat fisik bahan pakan hijauan. Berat jenis adalah perbandingan antara massa bahan terhadap volumenya. Berat jenis memberikan pengaruh terhadap daya ambang dari partikel, homogenitas dan merupakan faktor penentu dari densitas curah, penyampuran partikel dan stabilitasnya dalam pencampuran pakan sehingga berat jenis memegang peranan penting dalam berbagai proses pengolahan, penanganan, dan penyimpanan (Kling dan Woelhbier 1997 dalam Khalil 1999a). Penelitian ini memperoleh nilai berat jenis dari bahan pakan berada pada kisaran 0.61-0.92 g ml-1. Nilai ini jika di bandingkan dengan air maka komponen bahan pakan ini akan mengapung di dalam air karena berat jenis air 1 g ml-1. Berat jenis dipengaruhi oleh komposisi kimia bahan pakan, distribusi ukuran partikel dan karakteristik permukaan partikel (Suadnyana 1998). Sudut tumpukan merupakan sudut yang terbentuk antara bidang datar dengan kemiringan tumpukan bahan ketika bahan di curahkan dari ketinggian tertentu ke bidang datar. Sudut tumpukan menunjukkan kriteria dari partikel bahan pakan ketika bergerak bebas, semakin bebas suatu partikel bergerak maka sudut tumpukan yang dibentuknya semakin kecil. Geldart et al. (1990) menyatakan bahwa pengukuran sudut tumpukan merupakan metode yang cepat dan produktif untuk menunjukkan laju aliran bahan. Sudut tumpukan juga berpengaruh dalam proses pemindahan dan pengangkutan bahan pakan. Nilai sudut tumpukan dibedakan menjadi beberapa kategori yaitu 20-30° termasuk bahan yang sangat mudah mengalir, 30-38° termasuk bahan yang mudah mengalir, 38-45° termasuk bahan yang sedang dan 45-55° termasuk bahan yang sulit
7 mengalir. Nilai sudut tumpukan bahan yang digunakan dalam penelitian ini berada pada kisaran 33.22-36.68° termasuk kedalam kategori bahan yang mudah mengalir yang artinya partikel bahan pakan yang digunakan dapat bergerak dengan sangat bebas. Kerapatan tumpukan (bulk density) adalah perbandingan antara berat bahan dengan volume ruang yang ditempatinya. Menurut Wirakartakusumah et al. (1992) kerapatan tumpukan menunjukkan porositas bahan, yaitu jumlah rongga udara yang terdapat diantara partikel-partikel bahan. Kerapatan tumpukan mempengaruhi bahan pakan pada saat pencampuran, penakaran, dan penyimpanan. Bahan pakan yang memiliki kerapatan tumpukan rendah (500 kg m-3) akan membutuhkan waktu alir lebih lama sehingga dapat ditimbang dengan lebih teliti dengan alat penimbang otomatis baik volumetris maupun gravimetris, sedangkan bahan pakan yang memiliki kerapatan tumpukan tinggi (1000 kg m-3) bersifat sebaliknya. Fasina dan Sonkhansanj (1993) mengemukakan bahwa nilai kerapatan tumpukan berbanding terbalik dengan kandungan air dan partikel asing dalam bahan, sehingga peningkatan kandungan air atau partikel asing akan menurunkan nilai kerapatan tumpukan bahan tersebut. Kerapatan pemadatan tumpukan merupakan perbandingan berat bahan terhadap volume ruang yang ditempatinya setelah mengalami proses pemadatan seperti guncangan. Kerapatan pemadatan tumpukan dan kerapatan tumpukan mempunyai hubungan sangat erat dan sangat berperan dalam pencampuran bahan pakan serta tempat penyimpanan dan pengemasan. Suadnyana (1998) mengungkapkan nilai kerapatan pemadatan tumpukan menurun dengan semakin tingginya kandungan air. Penelitian ini mendapat kisaran nilai kerapatan pemadatan tumpukan 363-500 kg m-3. Nilai kerapatan pemadatan tumpukan ini termasuk rendah sesuai dengan pendapat Khalil (1999) yang mengemukakan bahwa bahan pakan hijauan memiliki nilai kerapatan yang rendah. Komposisi Kimia Bahan Pakan Metode analisa proksimat pertama kali dikembangkan oleh Henneberg dan Stohman pada tahun 1860 di sebuah laboratorium penelitian di Weende, Jerman (Hartadi et al. 1997). McDonald et al. (1995) menjelaskan bahwa analisa proksimat dibagi menjadi enam fraksi nutrien yaitu kadar air, abu, protein kasar, lemak kasar, serat kasar dan bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN). Komposisi kimia bahan pakan hijauan disajikan pada Tabel 2 dan 3. Tabel 2 Rataan komposisi kimia bahan pakan hijauan. BK (%) PK (%) SK (%) Abu (%) Gamal 89.97 ±1.49 18.03 ±2.11 11.1 ±2.20 4.34 ±0.10 Kaliandra 90.72 ±1.13 20.97 ±0.95 15.1 ±0.93 7.81 ±0.03 Lamtoro 88.21 ±1.61 17.27 ±0.86 12.3 ±0.30 17.8 ±1.36 Indigofera 88.94 ±1.45 25.19 ±1.67 9.17 ±0.37 6.62 ±0.02 Trikantera 88.72 ±1.72 21.40 ±0.98 12.3 ±0.51 9.44 ±0.24 Daun pepaya 88.47 ±1.49 21.50 ±0.22 11.0 ±0.19 11.0 ±0.18 Daun singkong 89.89 ±1.04 29.60 ±0.34 10.4 ±1.79 6.92 ±0.05 Keterangan : BK= bahan kering; PK = protein kasar; SK = serat kasar; Abu = kadar abu.
8 Tabel 3 Rataan komposisi kimia bahan pakan hijauan NDF (%) ADF (%) NDICP (%) ADICP (%) Gamal 41.33 31.35 11.36 5.22 Kaliandra 51.17 42.31 8.30 5.99 Lamtoro 49.49 29.18 9.07 2.94 Indigofera 64.46 50.47 12.22 8.52 Trikantera 54.64 36.13 9.84 5.46 Daun pepaya 62.01 51.49 10.94 8.07 Daun singkong 79.89 27.53 21.41 3.78 Keterangan : NDF = neutral detergent fibre; ADF = acid detergent fibre; NDICP = neutral detergent insoluble crude protein; ADICP = acid detergent insoluble crude protein. Bahan kering (BK) merupakan salah satu hasil dari pembagian fraksi yang berasal dari bahan pakan setelah dikurangi kadar air. Bahan kering digunakan untuk perhitungan konsumsi bahan pakan pada ternak, semakin tinggi bahan kering artinya kadar air bahan tersebut semakin kecil. Penelitian ini memperoleh kandungan bahan kering bahan pakan pada kisaran 88.47-90.42% menunjukkan bahwa bahan pakan memiliki kandungan air yang kecil ini disebabkan karena bahan pakan dikeringkan dahulu pada sinar matahari kemudian di analisis jadi akan berbeda jika dibandingkan dengan kandungan bahan kering pada bahan segar. Protein kasar (PK) adalah nilai hasil bagi dari total nitrogen amonia dengan faktor 16% atau hasil kali dari total nitrogen amonia dengan faktor 6.25. Faktor 16% berasal dari asumsi bahwa protein mengandung nitrogen 16%. Kenyataannya nitrogen yang terdapat di dalam pakan tidak hanya berasal dari protein saja tetapi ada juga nitrogen yang berasal dari senyawa bukan protein atau nitrogen non protein (non–protein nitrogen / NPN). Dengan demikian maka nilai yang diperoleh dari perhitungan diatas merupakan nilai dari apa yang disebut protein kasar (Kamal 1998). Berdasarkan penelitian diperoleh kandungan protein kasar (PK) pada kisaran 17.27-29.60%. Kandungan protein bahan pakan yang digunakan termasuk tinggi karena bahan pakan yang digunakan pada penelitian merupakan bahan pakan yang biasa digunakan sebagai sumber protein pada ternak. Sumber protein adalah pakan yang mengandung kandungan protein yang lebih tinggi dari kandungan nutrisi lain dan nutrisi selain protein hanya sebagai pelengkap saja. Hal ini sesuai dengan pendapat Hartadi et al. (1997) yang menyatakan bahwa sumber protein adalah semua bahan pakan yang mempunyai kandungan protein 20% atau lebih. Menurut Agus (2007) bahwa sumber protein mengikutsertakan bahan pakan yang mengandung serat kasar kurang dari 18% atau dinding sel kurang dari 35% dan protein sebesar 20% atau lebih. Serat kasar adalah fraksi yang tersisa setelah didigesti dengan larutan asam sulfat standar dan sodium hidroksida (Suparjo 2010). Piliang dan Djojosoebagio (2002) mengemukakan bahwa yang dimaksudkan dengan serat kasar ialah sisa bahan makanan yang telah mengalami proses pemanasan dengan asam kuat dan basa kuat selama 30 menit yang dilakukan di laboratorium. Serat kasar terdiri dari lignin yang tidak larut dalam alkali, serat yang berikatan dengan nitrogen dan selulosa (Cherney 2000). Serat kasar sebagian besar berasal dari sel dinding tanaman dan mengandung selulosa, hemiselulosa dan lignin. Lu et al. (2005) menambahkan bahwa serat pakan secara kimiawi dapat digolongkan menjadi serat
9 kasar, neutral detergent fiber, acid detergent fiber, acid detergent lignin, selulosa dan hemiselulosa. Tingginya kadar serat kasar dapat menurunkan daya rombak mikroba rumen (Farida 1998). Penelitian ini memperoleh kisaran serat kasar bahan pakan hijauan 9.17-15.1% termasuk kecil karena bahan pakan hijauan yang digunakan termasuk kedalam umur muda sehingga kadar serat belum terlalu tinggi. Kadar abu merupakan campuran dari komponen anorganik atau mineral yang terdapat pada suatu bahan yang diperoleh dari sisa pembakaran senyawa organik (Sudarmadji 1998). Kandungan abu suatu bahan pakan menggambarkan kandungan mineral pada bahan tersebut. Analisa kadar abu bertujuan untuk memisahkan bahan organik dan bahan anorganik. Kandungan bahan organik suatu pakan terdiri atas protein kasar, lemak kasar, serat kasar dan bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN). Abu terdiri dari mineral yang larut dalam detergen dan mineral yang tidak larut dalam detergen (Cherney 2000). Penelitian memperoleh kisaran kadar abu 4.34-17.8% maksudnya bahan pakan hijauan memiliki kandungan mineral yang cukup tinggi. Secara keseluruhan bahan pakan yang digunakan memiliki nilai nutrisi yang baik namun pemberiannya pada ternak perlu dibatasi karena adanya zat antinutrisi pada bahan pakan tersebut seperti pada gamal terdapatnya zat antinutrisi tanin dan molekul alkanioid (Abrianto 2011). Gamal juga mengandung kumarin, Soebarinoto (1986) menyatakan bahwa kumarin merupakan suatu zat yang mengeluarkan bau khas dan dapat mengganggu pemanfaatan amonia oleh mikroba dalam rumen. Kaliandra mengandung zat antinutrisi tanin yang menyebabkan kecernaan kaliandra menjadi rendah. Lamtoro yaitu memiliki zat antinutrisi tanin dan kandungan mimosin yang tinggi. Indigofera mengandung tanin namun dalam kadar yang sangat rendah antara 0.6-1.4 ppm (jauh di bawah taraf yang menimbulkan sifat antinutrisi) sehingga meningkatkan palatabilitas. Tanaman Trichantera gigantea mengandung konsentrasi steroid dan senyawa phenolic serta masuk dalam kategori tanin terhidrolisis. Rosales (1997) menyatakan bahwa pada manusia Tricantera gigantea digunakan sebagai obat merah dan sebagai minuman laktogenik bagi ibu hamil, sedangkan bagi ternak dapat digunakan sebagai obat sakit kembung dan hernia untuk kuda serta menyembuhkan penyakit retain placenta untuk sapi. Daun pepaya mengandung tanin sebesar 1.5% menyebabkan protein pakan terlindungi dan tidak mampu didegradasi oleh mikroba rumen secara optimal (Daryatmo et al. 2010). Daun pepaya mengandung enzim papain yang berfungsi hampir sama dengan enzim protease (enzim pemecah protein) dalam saluran pencernaan (Sarjuni 2006). Hermawan (2007) menambahkan bahwa komposisi asam amino dalam enzim papain cukup lengkap. Papain akan memecah atau mengurai protein secara sempurna karena mampu mengkatalisis reaksi hidrolisis subtrat dengan jalan memutus ikatan peptida sehingga dihasilkan peptida sederhana dan asam amino bebas (Muchtadi et al. 1992). Papain berguna untuk melunakkan daging, menghaluskan kulit pada industri penyamakan kulit, bahan baku industri farmasi dan kosmetik. Menurut Ayu (2002) daun singkong merupakan sumber protein yang baik namun mengandung asam sianida (HCN) yang beracun sehingga harus direbus dahulu selama 5 menit agar racun tersebut hilang. Selain itu, pada daun singkong terdapat bahan aktif berupa tanin terkondensasi atau dikenal juga dengan proantisianidin.
10 80 70
Persen (%)
60 50 40 30 20 10 0
Gambar 1. Persentase NDICP dan ADICP terhadap protein kasar (PK) NDICP/PK, ADICP/PK. ADICP yaitu adalah fraksi protein tidak larut, yang tidak tersedia untuk hewan karena kerusakan panas. ADICP disebut juga protein yang terikat untuk fraksi ADF pakan. Protein yang telah rusak akibat panas dan tidak tersedia untuk hewan sekitar 1% terjadi secara alami di hijauan. Gambar 1 menunjukkan nilai protein yang tercerna dari bahan pakan pada ternak yaitu dengan menghitung selisih dari total protein kasar dengan nilai dari ADICP dari penelitian ini diperoleh bahwa daun singkong memiliki protein tercerna yang paling tinggi yaitu sebesar 87.23%. Hubungan Sifat Fisik dengan Komposisi Kimia Hubungan sifat fisik dan komposisi kimia diperoleh dengan melakukan uji lanjut analisis korelasi data komposisi kimia dan komposisi fisik bahan pakan hijauan. Tabel 4 menunjukkan korelasi antara sifat fisik dan komposisi kimia bahan pakan hijauan. BJ dipengaruhi secara negatif oleh PK (r = - 0.654) dan dipengaruhi secara positif oleh Abu (r = 0.692) berbeda nyata pada P < 0.05. Nilai negatif artinya peningkatan nilai BJ akan mengakibatkan penurunan pada nilai PK demikian juga sebaliknya, sedangkan nilai positif artinya pada peningkatan nilai BJ maka nilai kadar abu juga akan meningkat demikian juga sebaliknya. KT dipengaruhi secara negatif oleh PK (r = - 0.522) berbeda nyata pada level P < 0.05, artinya setiap peningkatan nilai KT maka akan terjadi penurunan nilai PK. KPT dipengaruhi secara negatif oleh PK (r = - 0.644) berbeda nyata pada P < 0.05, artinya setiap peningkatan nilai KPT maka akan terjadi penurunan nilai protein kasar. KPT juga dipengaruhi secara negatif oleh NDICP (r = - 0.767) berbeda nyata pada P < 0.05 yang artinya setiap peningkatan nilai KPT maka akan terjadi penurunan nilai NDICP.
11 Tabel 4 Matriks korelasi antara sifat fisik dan komposisi kimia bahan pakan BJ (g ml-1) ST (°) KT (kg m-3) KPT (kg m-3) tn tn tn BK (%) 0.039 -0.358 0.152 0.277tn PK (%) -0.654* -0.016tn -0.522* -0.644* tn tn tn SK (%) 0.423 -0.509 0.467 0.510tn Abu (%) 0.692* 0.096tn 0.187tn 0.332tn tn tn tn NDF (%) -0.363 -0.103 -0.476 -0.633tn tn tn tn ADF (%) 0.272 0.316 0.390 0.255tn NDICP (%) -0.668tn -0.097tn -0.579tn -0.767* tn tn tn ADICP (%) 0.036 0.259 0.239 0.055tn Keterangan : BJ = berat jenis; ST = sudut tumpukan; KT = kerapatan tumpukan; KPT = kerapatan pemadatan tumpukan; BK = bahan kering; Abu = kadar abu; PK = protein kasar; SK = serat kasar; NDF = neutral detergent fibre; ADF = acid detergent fibre; NDICP = neutral detergent insoluble crude protein; ADICP = acid detergent insoluble crude protein; * = berbeda nyata pada P < 0.05; tn = tidak nyata. Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa berat jenis memberikan pengaruh terhadap PK dan Abu bahan pakan hijauan hal ini sesuai dengan pendapat Gauthama (1998) bahwa berat jenis suatu bahan dipengaruhi oleh komposisi kimia bahan. Protein ialah senyawa organik kompleks berbobot molekul tinggi yang merupakan polimer dari monomer-monomer asam amino yang dihubungkan dengan ikatan peptida yang tersusun atas unsur karbon (C), hidrogen (H), oksigen (O) dan nitrogen (N) dan terkadang mengandung S, P, dan Fe (Sudarmadji 1989). Suadnyana (1998) mengungkapkan adanya variasi dalam nilai berat jenis dipengaruhi oleh kandungan nutrisi bahan, distribusi ukuran partikel dan karakteristik permukaan partikel, daya ambang dari partikel. Variasi dalam nilai kerapatan tumpukan dan kerapatan pemadatan tumpukan juga dipengaruhi oleh ukuran partikel dan karakteristik partikel, sehingga pengaruh disebabkan karena protein memiliki berat molekul tinggi dan struktur yang kompleks yang diduga mempengaruhi ukuran partikel dan jenis permukaan partikel bahan pakan. Kadar abu merupakan parameter pengukuran kadar mineral dalam bahan pakan. Abu adalah sisa pembakaran dari suatu bahan apabila dibakar sempurna pada suhu 500-600 °C selama beberapa waktu maka semua senyawa organiknya akan terbakar menjadi CO2, H2O dan gas lain yang menguap, sedang sisanya yang tidak menguap inilah yang disebut abu atau campuran dari berbagai oksida mineral sesuai dengan macam mineral yang terkandung di dalam bahannya. Mineral yang terdapat pada abu dapat juga berasal dari senyawa organik misalnya fosfor yang berasal dari protein dan sebagainya (Kamal 1998). NDICP adalah komponen protein, yang dinyatakan sebagai persentase dari bahan kering, yang berhubungan dengan residu yang tersisa setelah melakukan NDF dalam penentuan bahan baku pakan ternak. Hal ini kadang-kadang disebut sebagai neutral detergent insoluble protein (NDIP) atau neutral detergent protein (NDP). Hal ini juga dapat dinyatakan dalam Nitrogen atau "N", komponen protein kasar dan disebut neutral detergent insoluble nitrogen (NDIN) atau hanya neutral detergent nitrogen (NDN), sebuah perkiraan porsi dari protein tahan degradasi rumen yang berpotensi tersedia untuk hewan. KPT dipengaruhi oleh NDICP disebabkan NDICP merupakan termasuk protein yang terdapat pada dinding sel
12 bahan pakan maka dapat diduga memiliki struktur yang kompleks seperti protein sehingga memiliki pengaruh terhadap KPT.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Sifat fisik mempunyai pengaruh yang kecil terhadap komposisi kimiawi bahan pakan hijauan kecuali pada protein kasar. Saran Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui secara lebih spesifik pola hubungan antara sifat fisik dan komposisi kimiawi bahan pakan hijauan.
DAFTAR PUSTAKA [AAK] Aksi Agraris Kanisius. 1983. Hijauan Makanan Ternak Potong, Kerja dan Perah. Yogyakarta (ID): Kanisius. Abrianto P. 2011. Cara mengolah gamal untuk pakan ternak sapi [internet]. [diacu 2013 juli 2]. Tersedia dari http://www.duniasapi.com. Akoso BT. 1996. Kesehatan Sapi. Yogyakarta (ID): Kanisius. Anggorodi HR. 1994. Ilmu Makanan Ternak Umum. Jakarta (ID): PT. Gramedia Pustaka Utama. Ayu CC. 2002. Mempelajari kadar mineral dan logam berat pada komoditi sayuran segar di beberapa pasar di Bogor [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Cherney DJR. 2000. Characterization of forage by chemical analysis. Di dalam Given DI, Owen I, Axford RFE, Omed HM. Forage Evaluation in Ruminant Nutrition. Wollingford (US): CABI Publishing. Daryatmo J, Hartadi H, Orskov ER, Kustantinah A, Nurcahyo W. 2010. In vitro screening of various forages for anthelmintics activity on Haemonchus contortus eggs. Di dalam: Advances in Animal Biosciences : Food, Feed, Energy and Fibre from Land-A Vision for 2020. Proc.Of the BSAS and the ARF Forum. Belfast (GB): Cambridge Univ Pr. Fasina OD, Sokhansanj S. 1993. Effect of moisture on bulk handling properties of alfalfa pellets. Can Agr Eng 35(4): 269-272. Farida WR. 1998. Pengimbuhan konsentrat dalam ransum penggemukan kambing muda di Wamena, Irian Jaya. Med Vet 5(2): 21-26. Gautama P. 1998. Sifat fisik pakan lokal sumber energi, sumber mineral serta hijauan pada kadar air dan ukuran partikel yang berbeda [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
13 Hartadi H, Reksodiprodjo S, Tillman AD. 1997. Tabel Komposisi Bahan Makanan Ternak Untuk Indonesia. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada Univ Pr. Hermawan D. 2007. Penggunaan tepung daun pepaya (Carica papaya) dalam ransum ayam arab terhadap produktivitas dan anticacing [tesis]. Semarang (ID): Universitas Diponogoro. Kamal M. 1998. Nutrisi Ternak I. Rangkuman. Lab. Makanan Ternak, jurusan Nutrisi dan Makanan Ternak, Fakultas Peternakan. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada Univ Pr. Khalil 1999a. Pengaruh kandungan air dan ukuran partikel terhadap perubahan perilaku fisik bahan pakan lokal: kerapatan tumpukan, kerapatan pemadatan tumpukan, dan berat jenis. Med Pet 22(1):1-11. Khalil 1999b. Pengaruh kandungan air dan ukuran partikel terhadap perubahan perilaku fisik bahan pakan lokal: sudut tumpukan, daya ambang dan faktor higroskopis. Med Pet 22(1): 33-42. Lu CD, Kawas JR, Mahgoub OG. 2005. Fiber digestion and utilization in goats. Small Ruminant Res 60: 45-65. McDonald P, Edwards RA, Greenhalg JFD, Morgan CA. 1995. Animal Nutrition. 5th Ed. New York (US): Lingman Scientific and Technical. Muchtadi D, Palupi NS, Astawan M. 1992. Enzim dalam Industri Pangan. Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi. Bogor (ID): IPB Pr. Piliang WG, Djojosoebagio S. 2002. Fisiologi Nutrisi. Vol. I. Edisi Ke-4. Bogor (ID): IPB Pr. Rosales M. 1997. Trichanthera gigantean (Humboldt & Bonpland) Nees : A Review. Livestock Research for Rural Development [internet]. [diacu 2013 juli 2]. Tersedia dari http://www.cipav.org.co/Irrd/Irrd9/4/mauro942.htm. Siregar SB. 1994. Ransum Ternak Ruminansia. Jakarta (ID): Penebar Swadaya. Suadnyana IW. 1998. Pengaruh kandungan air dan ukuran partikel terhadap perubahan sifat fisik pakan lokal sumber protein [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Soebarinoto. 1986. Evaluasi beberapa hijauan leguminosa pohon sebagai sumber protein untuk ternak ruminansia [disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Sudarmadji S. 1989. Analisa Bahan Makanan dan Pertanian. Yogyakarta (ID): Liberti. Suparjo. 2010. Evaluasi Pakan Secara In Sacco [internet]. [diacu 2013 juli 2]. Tersedia dari http//www.jaja66.wordpress.com. Sutardi T. 1997. Peluang dan tantangan pengembangan ilmu-ilmu nutrisi ternak. Makalah Orasi Ilmiah sebagai Guru Besar Tetap Ilmu Nutrisi Ternak pada Fakultas Peternakan. Bogor (ID): IPB Pr. Tillman AD, Hartadi H, Reksohadiprodjo S, Prawiro KS, Lebdosoekoekojo S. 1998. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada Univ Pr. Wirakartakusumah MA, Abdullah K, Syarif AM. 1992. Sifat Fisik Pangan. Depdikbud. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi. Bogor (ID): IPB Pr.
14
LAMPIRAN Lampiran 1 Anova pengaruh perlakuan terhadap berat jenis. Antar grup Dalam grup Total
Db 6 21 27
JK 0.293 0.065 0.358
KT 0.049 0.003
Fhit 15.725
F0.05 2.57
Keterangan : db = derajat bebas; JK = jumlah kuadrat; KT = kuadrat tengah Fhit = nilai F yang diperoleh dari hasil pengolahan data. F0.05 = nilai F tabel pada taraf kesalahan sebesar 5% (α = 0.05). Lampiran 2 Uji lanjut duncan pengaruh perlakuan terhadap berat jenis. Subset Perlakuan N 1 2 3 4 Daun singkong 4 .6125 Gamal 4 .6925 .6925 Indigofera 4 .7200 Trikantera 4 .8050 Kaliandra 4 .8350 Lamtoro 4 .8800 .8800 Daun pepaya 4 .9225 Sig. .055 .493 .085 .293 Keterangan : N = Jumlah ulangan. Lampiran 3 Anova pengaruh perlakuan terhadap sudut tumpukan. Antar grup Dalam grup Total
Db 6 21 27
JK 29.528 28.723 58.251
KT 4.921 1.368
Fhit 3.598
F0.05 2.57
Keterangan : db = derajat bebas; JK = jumlah kuadrat; KT = kuadrat tengah Fhit = nilai F yang diperoleh dari hasil pengolahan data. F0.05 = nilai F tabel pada taraf kesalahan sebesar 5% (α = 0.05).
15 Lampiran 4 Uji lanjut duncan pengaruh perlakuan terhadap sudut tumpukan. Subset Perlakuan N 1 2 3 Kaliandra 4 33.2150 Daun singkong 4 34.1925 34.1925 Trikantera 4 35.0400 35.0400 Lamtoro 4 35.0775 35.0775 Gamal 4 35.1775 35.1775 Indigofera 4 35.8350 35.8350 Daun pepaya 4 36.6775 Sig. .250 .087 .088 Keterangan : N = Jumlah ulangan. Lampiran 5 Anova pengaruh perlakuan terhadap kerapatan tumpukan. Antar grup Dalam grup Total
Db 6 21 27
JK 34450 1050 35500
KT 5741.667 50
Fhit 114.883
F0.05 2.57
Keterangan : db = derajat bebas; JK = jumlah kuadrat; KT = kuadrat tengah Fhit = nilai F yang diperoleh dari hasil pengolahan data. F0.05 = nilai F tabel pada taraf kesalahan sebesar 5% (α = 0.05). Lampiran 6 Uji lanjut duncan pengaruh perlakuan terhadap kerapatan tumpukan. Subset Perlakuan N 1 2 3 4 Daun singkong 4 280.0000 Trikantera 4 282.5000 Indigofera 4 302.5000 Gamal 4 332.5000 Lamtoro 4 337.5000 Daun pepaya 4 367.5000 Kaliandra 4 372.5000 Sig. .622 1.000 .329 .329 Keterangan : N = Jumlah ulangan. Lampiran 7 Anova pengaruh perlakuan terhadap kerapatan pemadatan tumpukan. Antar grup Dalam grup Total
db 6 21 27
JK 62992.857 4275 67267.857
KT 10498.81 203.571
Fhit 51.573
F0.05 2.57
Keterangan : db = derajat bebas; JK = jumlah kuadrat; KT = kuadrat tengah Fhit = nilai F yang diperoleh dari hasil pengolahan data. F0.05 = nilai F tabel pada taraf kesalahan sebesar 5% (α = 0.05).
16 Lampiran 8 Uji lanjut duncan pengaruh perlakuan terhadap kerapatan pemadatan tumpukan. Subset Perlakuan N 1 2 3 4 5 Daun singkong 4 362.5000 Trikantera 4 385.0000 Indigofera 4 402.5000 Gamal 4 447.5000 Lamtoro 4 462.5000 462.5000 Daun pepaya 4 477.5000 Kaliandra 4 500.0000 Sig. 1.000 .097 .152 .152 1.000 Keterangan : N = Jumlah ulangan.
17
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Medan pada Tanggal 07 Oktober 1990 dari Bapak R Simanjuntak dan Ibu R br Siahaan. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara. Penulis menempuh pendidikan formal di SD Swasta Tunas Baru Batam pada tahun 1996-2000 dan SD Negeri 064985 Medan pada tahun 2000-2002. Penulis melanjutkan pendidikannya di SMP Negeri 18 Medan dan lulus pada tahun 2005. Penulis melanjutkan pendidikannya di SMA Swasta ST Thomas 3 Medan dan lulus pada tahun 2008. Penulis diterima sebagai mahasiswa Institut
[email protected] Pertanian Bogor (IPB) pada tahun 2008 melalui Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) di Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan (INTP), Fakultas Peternakan. Selama menjalani pendidikan akademik di Institut Pertanian Bogor penulis mengikuti berbagai kegiatan dan aktif di berbagai organisasi di Institut Pertanian Bogor.
UCAPAN TERIMA KASIH Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Anuraga Jayanegara, S.Pt, M.Sc dan Bapak Ir. M Agus Setiana, MS selaku pembimbing skripsi dan pembimbing akademik yang telah sabar dan banyak memberikan saran. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Dr. Ir. M Ridla, M.Agr selaku dosen pembahas seminar hasil penelitian penulis dan Dr. Iwan Prihantoro, S.Pt, M.Si selaku panitia seminar penulis pada 06 Maret 2014. Tidak lupa juga penulis ucapkan terima kasih kepada Ibu Prof. Dr. Ir. Yuli Retnani, MS dan bapak Muhammad Baehaqi S.Pt, M.Sc sebagai dosen penguji di sidang penulis dan Ibu Dilla M Fassah, S.Pt, M.Sc selaku panitia sidang penulis pada 10 April 2014. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada program Biaya Operasional Perguruan Tinggi Negeri atas dana yang diberikan untuk penelitian penulis. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Staf Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, yang telah membantu selama penelitian ini dilaksanankan. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada R Simanjuntak, N br Sinaga, Hessy Putri Mariam Simanjuntak, Heni Ferari Mendez Simanjuntak, R Simanjuntak (uda mia), A br Siburian (nanguda mia), Tamia, Amanda dan Samuel selaku keluarga atas segala doa dan kasih sayangnya. Penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada teman satu tim penelitian Zuhdan, Sari dan Leli yang bersama-sama telah berjuang dalam penelitian ini serta kepada teman-teman Agung, Ranto, Samuel, Handrio, Alex, Tunggul, Rodex, Joen, Arnod, Jaya, Lundu dan Erik yang telah memberikan doa, semangat, motivasi dan kebersamaan sampai selesainya tugas akhir ini.