KAJIAN KUALITAS DAN KEAMANAN TELUR AYAM KONSUMSI PADA PETERNAKAN AYAM PETELUR DENGAN KEPEMILIKAN YANG BERBEDA DI KABUPATEN BOGOR
SKRIPSI MUTIA FANI
DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010
RINGKASAN MUTIA FANI. D14051402. 2010. Kajian Kualitas dan Keamanan Telur Ayam Konsumsi pada Peternakan Ayam Petelur dengan Kepemilikan yang Berbeda di Kabupaten Bogor. Skripsi. Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Pembimbing Utama : Zakiah Wulandari, STP., MSi Pembimbing Anggota : Dr. Ir. Rarah Ratih Adjie Maheswari, DEA Telur ayam merupakan bahan makanan yang mengandung gizi yang baik untuk tubuh manusia. Telur ayam dalam pemasarannya menghadapi berbagai masalah diantaranya adalah cemaran mikroba. Peran mikroorganisme dalam telur cukup penting karena akan menyebabkan perubahan yang tidak menguntungkan misalnya kerusakan fisik telur, bernoda dan adanya bau yang kurang sedap serta dapat menjadi penyebab penyakit. Penerapan biosekuriti, higien dan sanitasi di peternakan ayam petelur sangat menentukan keamanan dan kesehatan telur yang dihasilkan. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui kualitas dan keamanan telur ayam konsumsi berdasarkan pada kualitas fisik dan karakteristik mikrobiologi, yaitu Total Plate Count (TPC), Salmonella sp., Coliform dan Escherichia coli pada peternakan ayam petelur dengan kepemilikan yang berbeda di Kabupaten Bogor. Materi yang digunakan pada penelitian adalah telur ayam segar konsumsi yang diperoleh dari sepuluh peternakan ayam petelur di Kabupaten Bogor yang dibedakan menjadi dua kelompok yaitu kelompok I adalah telur-telur yang berasal dari lima peternakan dengan kepemilikan 10.000-50.000 ekor ayam petelur dan kelompok II dengan kepemilikan lebih dari 50.000 ekor ayam petelur. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap dengan perlakuan jumlah kepemilikan ayam di peternakan dengan dua taraf dan lima ulangan. Peubah yang diamati adalah kualitas fisik telur (bobot telur, HU, ketebalan kerabang dan pH) dan kualitas mikrobiologi (TPC, Salmonella sp., Coliform dan Escherichia coli). Analisa data tentang kualitas fisik telur menggunakan uji ragam dengan sidik ragam pada α= 0,05. Data sifat mikrobiologi dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah kepemilikan ayam petelur tidak mempengaruhi kualitas fisik telur ayam (bobot telur, nilai pH, HU dan ketebalan kerabang). Kualitas mikrobiologi telur di Kabupaten Bogor belum memenuhi keamanan pangan sesuai yang disyaratkan SNI 01-6366-2000. Biosekuriti, higien dan sanitasi belum dilakukan oleh kelompok kepemilikan 10.000-50.000 ekor dengan baik, sedangkan kelompok kepemilikan lebih dari 50.000 sudah melaksanakan biosekuriti, higien dan sanitasi dengan baik. Peternakan dengan populasi ayam yang lebih besar (>50.000 ekor) cenderung melaksanakan aturan biosekuriti, higien dan sanitasi dengan lebih ketat dibandingkan peternakan yang lebih kecil (10.000-50.000 ekor). Kata-kata kunci: kualitas fisik telur ayam, keamanan telur ayam, biosekuriti peternakan ayam
ABSTRACT Egg Quality and Safety Analysis in Layer Industry with Various Ownership in Bogor Fani, M., Z. Wulandari and R. R. A. Maheswari Egg is a food containing good nutrition for human body. Egg has various problems, one of them is microbial contamination on marketing. Microorganism played an important role because it has ability to cause negative changing such as egg damage, got nodes and bad smell, in the worst case, it may cause diseases. Biosecurity implementation, hygiene and sanitation in layer industry determines health and safety for producing eggs. This research objective was to know microbiological number (Total Plate Count, Salmonella sp., Coliform and Escherichia coli) and egg quality in layer industries in Bogor. Fresh eggs as raw material were taken from 10 layer industry in Bogor. Egg sample classified into two groups based on chicken population number in layer industry, they were 10.000-50.000 group and more than 50.000 group. Completely randomized design was used in this research with different chicken population number with various owner as treatments using five times sampling of each treatments. Egg physical quality (egg weight, HU value, pH and thickness of shield) were analyzed by ANOVA. Microbiological quality of egg were determined descriptively. The whole egg liquid samples examined for microbial content such as Total Plate Count, Salmonella sp., Coliform and Escherichia coli. The result showed that physical quality had no influence by various ownership in layer industry. Egg microbiological quality not thoroughly as according rules of microbe stated in SNI 01-6366-2000 yet. Execution of biosecurity, hygiene and sanitation had not been being implemented by 10.000-50.000 population group yet, otherwise more than 50.000 population group had already been implementing biosecurity well. Keywords: egg quality, egg safety, biosecurity in layer industry
KAJIAN KUALITAS DAN KEAMANAN TELUR AYAM KONSUMSI PADA PETERNAKAN AYAM PETELUR DENGAN KEPEMILIKAN YANG BERBEDA DI KABUPATEN BOGOR
MUTIA FANI D14051402
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010
Judul Skripsi : Kajian Kualitas dan Keamanan Telur Konsumsi pada Peternakan Ayam Petelur dengan Kepemilikan yang Berbeda di Kabupaten Bogor Nama : Mutia Fani NIM
: D14051402
Menyetujui:
Pembimbing Utama
Pembimbing Anggota
Zakiah Wulandari, S.TP., M. Si. NIP. 19750207 19980 2 2001
Dr. Ir. Rarah R.A. Maheswari, DEA NIP. 19620504 19870 3 2002
Mengetahui: Ketua Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan Fakultas Peternakan IPB
Prof.Dr.Ir.Cece Sumantri, M.Agr.Sc. NIP. 19591212 198603 1 004
Tanggal ujian: 15 Januari 2010
Tanggal lulus:
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan pada tanggal 11 Juni 1987 di Bogor. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak R. Teddy Muchtar (Alm.) dan Ibu Ida Widiarsih. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar pada tahun 1999 di SDN Cibodas, Sukabumi. Pendidikan lanjutan tingkat pertama diselesaikan pada tahun 2002 di SLTP Negeri 1 Cibadak, Sukabumi dan pendidikan menengah atas diselesaikan pada tahun 2005 di SMA Negeri 1 Cibadak, Sukabumi. Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB USMI pada tahun 2005. Penulis diterima sebagai mahasiswa Mayor Teknologi Peternakan di Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor pada tahun 2006. Selama mengikuti pendidikan, penulis aktif di Ikatan Alumni Mahasiswa Sukabumi Ikamasi, Himpunan Mahasiswa Produksi Ternak Himaproter dan Famm Al-An’am Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Penulis pernah menjadi asisten praktikum pada mata kuliah Teknologi Pengolahan Telur dan Daging Unggas. Penulis merupakan salah satu penerima beasiswa SPP plus-plus pada tahun 2007 dan beasiswa Bantuan Belajar Mahasiswa (BBM) pada tahun 2009.
KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim, Alhamdulillah. Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, karunia, rizki dan nikmat iman dan Islam yang telah diberikan sehingga penulis memperoleh kemudahan dalam menyusun dan menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Kajian Kualitas dan Keamanan Telur Ayam Konsumsi pada Peternakan Ayam Petelur dengan Kepemilikan yang Berbeda di Kabupaten Bogor”. Shalawat dan salam semoga selalu kita curahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan di Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Penulisan skripsi ini juga bertujuan untuk memberikan satu sumbangan untuk kemajuan di dunia peternakan, khususnya mikrobiologi keamanan telur konsumsi. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium bagian Teknologi Hasil Ternak dan bagian Ilmu Produksi Ternak Unggas, Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor pada bulan Juni-Oktober 2009. Sampel telur diambil dari sepuluh peternakan ayam petelur di Kabupaten Bogor. Penelitian ini diharapkan dapat mengetahui kandungan mikrobiologi dan kualitas telur konsumsi di peternakan ayam petelur dengan kepemilikan yang berbeda di Kabupaten Bogor sesuai Dewan Standar Nasional (DSN). Penulis menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna. Penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan menjadi salah satu sumber ilmu pengetahuan.
Bogor, Februari 2010
Penulis
DAFTAR ISI Halaman RINGKASAN ..................................................................................
i
ABSTRACT .....................................................................................
ii
RIWAYAT HIDUP ..........................................................................
iii
KATA PENGANTAR ......................................................................
iv
DAFTAR ISI ....................................................................................
v
DAFTAR TABEL ............................................................................
vii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................
viii
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................
ix
PENDAHULUAN ............................................................................
1
Latar Belakang .................................................................... Tujuan ..................................................................................
1 2
TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................
3
Telur .................................................................................... Putih Telur ................................................................ Kuning Telur ............................................................ Kualitas Telur ...................................................................... Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kualitas Telur ............. Kerusakan Biologis Telur ................................................... Before Laying (sebelum Bertelur) ......................... After Laying (setelah Bertelur) ................................ Mikrobiologi Telur................................................................. Good Farming Practices (GFP) .......................................... Biosekuriti pada Peternakan Ayam Petelur ........................
3 4 4 5 7 7 8 8 10 12 13
METODE .........................................................................................
14
Lokasi dan Waktu ............................................................... Materi .................................................................................. Sampel Telur ............................................................ Bahan Penelitian ....................................................... Alat Penelitian ........................................................... Peubah yang Diamati ........................................................... Pengamatan Kualitas Fisik Telur .............................. Kualitas Eksterior ..................................................... Kualitas Interior ....................................................... Pengujian Kualitas Mikrobiologi Telur .................... Pengujian Total Plate Count ..................................... Pengujian Escherichia coli ........................................ Pengujian Coliform .................................................... Pengujian Salmonella sp. ...........................................
14 14 14 14 14 14 14 15 15 15 16 16 17 17
Prosedur Pelaksanaan Biosekuriti ......................................... Rancangan Penelitian ............................................................
18 23
HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................
24
Kualitas Fisik Telur Ayam Konsumsi ................................. Kualitas Mikrobiologi Telur ............................................... Pelaksanaan Biosekuriti, Higien dan Sanitasi Peternakan....
24 28 30
KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................
41
Kesimpulan ......................................................................... Saran ...................................................................................
41 41
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................
42
UCAPAN TERIMA KASIH.............................................................
45
LAMPIRAN ......................................................................................
46
DAFTAR GAMBAR Nomor
Halaman
1. Struktur Bagian-bagian Telur. ......................................................
3
2. Kondisi Kuning Telur ..................................................................
25
DAFTAR TABEL Nomor
Halaman
1. Komposisi Telur Segar..................................................................
4
2. Persyaratan Tingkatan Mutu Telur ................................................
6
3. Kelompok Bakteri Patogen ...........................................................
9
4. Batas Cemaran Maksimum Mikroba pada Telur............................
11
5. Peternakan Ayam Petelur Kelompok I ..........................................
18
6. Peternakan Ayam Petelur Kelompok II .........................................
19
7. Checklish Audit Biosekuriti, Higien dan Sanitasi Peternakan Petelur ..........................................................................................
19
8. Penentuan Peringkat Biosekuriti, Higien dan Sanitasi Peternakan Petelur ..........................................................................................
22
9. Rataan dan Simpangan Baku Bobot Telur Ayam ...........................
24
10. Rataan dan Simpangan Baku Ketebalan Kerabang ........................
26
11. Rataan dan Simpangan Baku Nilai HU .........................................
27
12. Rataan dan Simpangan Baku Nilai pH ..........................................
28
13. Kualitas Mikrobiologi Telur..........................................................
29
14. Pelaksanaan Biosekuriti, Higien dan Sanitasi Peternakan Kelompok I ...................................................................................
31
15. Pelaksanaan Biosekuriti, Higien dan Sanitasi Peternakan Kelompok II .................................................................................
32
DAFTAR LAMPIRAN Nomor
Halaman
1. Analisis Ragam Bobot Telur..............................................................
47
2. Analisis Ragam Nilai HU ..................................................................
47
3. Analisis Ragam Ketebalan Kerabang .................................................
47
4. Analisis Ragam Nilai pH ...................................................................
47
5. Checklist Audit Biosekuriti, Higien dan Sanitasi Peternakan TH .......
48
6. Checklist Audit Biosekuriti, Higien dan Sanitasi Peternakan NR .......
51
7. Checklist Audit Biosekuriti, Higien dan Sanitasi Peternakan AT .......
55
8. Checklist Audit Biosekuriti, Higien dan Sanitasi Peternakan SK ........
59
9. Checklist Audit Biosekuriti, Higien dan Sanitasi Peternakan NW ......
62
10. Checklist Audit Biosekuriti, Higien dan Sanitasi Peternakan KM .......
66
11. Checklist Audit Biosekuriti, Higien dan Sanitasi Peternakan TT ........
69
12. Checklist Audit Biosekuriti, Higien dan Sanitasi Peternakan SG ........
73
13. Checklist Audit Biosekuriti, Higien dan Sanitasi Peternakan KG .......
76
14. Checklist Audit Biosekuriti, Higien dan Sanitasi Peternakan WH ......
80
PENDAHULUAN Latar Belakang Produk peternakan berperan penting dalam memenuhi kebutuhan protein hewani. Telur merupakan protein hewani dengan kandungan gizi yang baik dan konsumsi yang tinggi karena harganya terjangkau oleh konsumen. Telur sebagai sumber protein hewani harus dijamin keamanan pangannya bagi konsumen sebab telur merupakan media tumbuh yang baik bagi mikroba yang dapat menyebabkan terjadinya keracunan makanan (foodborne diseases) pada konsumen (Fardiaz, 1996). Kasus keracunan makanan yang disebabkan oleh produk-produk unggas di Indonesia belum banyak dilaporkan dan dicatat dengan baik karena gejala yang timbul pada umumnya bukan merupakan penyakit menular tetapi suatu gejala keracunan. Penerapan Good Farming Practices (GFP) di peternakan merupakan salah satu sistem pengendalian keamanan pangan yang efektif untuk mencegah terjadinya foodborne diseases. Penerapan GFP pada peternakan akan menentukan kualitas dan keamanan telur konsumsi. GFP adalah cara beternak yang baik dengan memperhatikan lingkungan dan memenuhi standar minimal sanitasi serta kesejahteraan ternak. GFP pada peternakan ayam petelur dalam proses produksinya sangat penting untuk menjamin dihasilkannya telur-telur yang berkualitas, nutrisi tinggi, aman, utuh, halal dan menyehatkan konsumen (ASUH). Produsen pangan primer seperti peternak pada umumnya belum sepenuhnya menerapkan GFP dengan baik dan belum menerapkan teknologi produsen berwawasan lingkungan untuk menjamin keamanan pangan. Kabupaten Bogor merupakan salah satu wilayah penghasil telur konsumsi untuk daerah Jabotabek (Jakarta, Bogor, Tangerang dan Bekasi). Penerapan GFP dan biosekuriti perlu dikaji pada peternakan untuk mengetahui pengaruhnya terhadap kualitas fisik dan mikrobiologi telur konsumsi yang beredar di pasaran, sehingga dapat diketahui keamanan produk. Skala peternakan ayam petelur dikelompokkan berdasarkan jumlah kepemilikannya yaitu kurang dari 10.000 ekor ayam petelur sebagai peternakan tradisional dan lebih dari 10.000 ekor ayam petelur sebagai peternakan industri. Peternakan ayam petelur yang telah memiliki izin dinas peternakan Kabupaen Bogor menurut data yang diperoleh mempunyai jumlah kepemilikan antara 10.000 sampai 100.000 ekor ayam petelur, sehingga pada
penelitian ini peternakan dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu pada skala kepemilikan 10.000-50.000 dan lebih dari 50.000 ekor ayam petelur. Keamanan dan kualitas telur yang dihasilkan dari peternakan ayam petelur di Kabupaten Bogor tersebut perlu dipelajari kesesuaiannya dengan persyaratan yang telah ditentukan didalam SNI 01-6366-2000. Pengujian kualitas fisik dan karakteristik mikrobiologi pada telur di peternakan ayam petelur di wilayah Kabupaten Bogor penting dilakukan untuk mengetahui tingkat keamanan telur. Kualitas fisik yang diteliti adalah bobot telur, keadaan putih dan kuning telur, nilai Haugh Unit (HU), pH dan ketebalan kerabang. Karakteristik mikrobiologi yang diteliti adalah Total Plate Count (TPC), Salmonella sp., Coliform dan Escherichia coli pada telur segar. Tujuan Penelitian ini bertujuan mengetahui kualitas dan keamanan telur ayam konsumsi dengan mengkaji kualitas fisik (bobot telur, nilai pH, HU dan ketebalan kerabang) dan karakteristik mikrobiologi yaitu TPC, Salmonella sp., Coliform dan Escherichia coli pada peternakan ayam petelur dengan kepemilikan yang berbeda di Kabupaten Bogor.
TINJAUAN PUSTAKA Telur Telur ayam segar konsumsi menurut Dewan Standardisasi Nasional (1995)
dalam SNI 01-3926-1995 adalah telur ayam yang tidak mengalami proses pendinginan dan tidak mengalami penanganan pengawetan serta tidak menunjukkan tanda-tanda pertumbuhan embrio yang jelas, kuning telur belum tercampur dengan putih telur, utuh dan bersih. Telur tersusun atas tiga bagian utama yaitu kerabang dengan membran kerabang, putih telur dan kuning telur. Struktur bagian-bagian telur dapat dilihat pada Gambar 1.
Putih Telur Lapisan encer luar Lapisan kental Lapisan encer dalam Lapisan khalaza Khalaza
Sel Kutikula Lapisan bunga karang (CaCO3) Lapisan mammilari
Kuning Telur Bintik punat (germinal) Leher latebra Lapisan kuning telur cerah Lapisan kuning telur gelap Membran vitelin
Membran Sel Kantung udara Membran luar telur Membran dalam telur
Gambar 1. Struktur Bagian-Bagian Telur Sumber: Mine, 2008
Kuning telur dikelilingi oleh putih telur dan dibungkus oleh kerabang (United States Department of Agriculture, 2000). Komposisi telur mempengaruhi jenis mikroorganisme yang tumbuh. Telur terdiri atas beberapa bagian yang mempunyai komposisi berbeda sehingga jumlah dan jenis mikroorganisme yang tumbuh pada masing-masing bagian tersebut juga berbeda-beda (Fardiaz, 1992). Komposisi dan keadaan telur dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Komposisi Telur Segar Komposisi Komponen Telur
Kadar Air
Protein
Lemak
Karbohidrat
Mineral
--------------------------------- % ------------------------------------Telur Utuh (100%)
66,1
12,8-13,4
10,5- 11,8
0,3-1,0
0,8-1,0
Kerabang (9- 11%)
1,6
6,2-6,4
0,03
-
91- 92
Putih Telur (60-63%)
87,6
9,7-10,6
0,03
0,4-0,9
0,5-0,6
Kuning Telur (28-29%)
48,7
15,7-16,6
31,8- 35,5
0,2-1,0
1,1
Sumber: Mine (2008)
Putih Telur Putih telur terdiri atas 12% protein dan 88% air. Komposisi asam amino pada putih dan kuning telur merupakan sumber berharga dari asam amino essensial. Asam amino essensial merupakan asam amino yang tidak dapat dibentuk oleh tubuh (Well dan Belyavin, 1987). Putih telur tersusun atas empat lapisan yang berbeda yaitu lapisan encer luar (hampir dekat dengan membran luar kerabang) sebesar 23%, lapisan kental luar sebesar 57%, lapisan encer dalam sebesar 19% dan lapisan kental sebesar 11% dengan chalaziferus. Perbedaan kekentalan ini disebabkan oleh perbedaan kandungan air pada masing-masing lapisan tersebut. Bagian putih telur yang mengikat putih telur dengan kuning telur adalah khalaza. Khalaza adalah serabut-serabut protein telur yang membentuk spiral. Susunan putih telur mungkin berubah, tergantung pada induk, kondisi lingkungan, ukuran telur dan tingkat produksi (Mine, 2008). Warna jernih atau kekuningan pada putih telur disebabkan oleh pigmen ovoflavin. Kandungan air putih telur lebih banyak dibandingkan dengan bagian lainnya sehingga selama penyimpanan bagian inilah yang paling mudah rusak. Kerusakan ini terjadi terutama disebabkan oleh keluarnya air dari serabut ovomucin yang berfungsi sebagai pembentuk struktur putih telur (Romanoff dan Romanoff, 1963). Kuning Telur Kuning telur terletak di pusat telur dan berwarna kuning dan terdiri 30% dari telur utuh. Kuning telur terdiri dari dua tipe emulsi lipoprotein yaitu kuning agak tua
dan kuning cerah. Kuning telur berwarna mulai dari kuning pucat sekali sampai orange tua kemerahan. Hal ini disebabkan oleh pigmen dalam pakan ternak ayam, seperti betakaroten (Brown, 2000). Kuning telur mengandung zat warna (pigmen) yang umumnya termasuk dalam golongan karotenoid yaitu santofil, lutein dan zeasantin serta sedikit betakaroten dan kriptosantin. Warna atau pigmen yang terdapat dalam kuning telur sangat dipengaruhi oleh jenis pigmen yang terdapat dalam ransum yang dikonsumsi (Winarno, 2002). Kualitas Telur Romanoff dan Romanoff (1963) menyatakan bahwa definisi kualitas adalah ciri-ciri atau sifat yang sama dari suatu produk yang menentukan derajat kesempurnaan yang akan mempengaruhi penerimaan konsumen. Mutu telur utuh dinilai secara candling yaitu dengan meletakkan telur dalam jalur sorotan sinar yang kuat sehingga memungkinkan pemeriksaan bagian dalam dengan candling. Ini memungkinkan penemuan keretakan pada kulit telur, ukuran serta gerakan kuning telur, ukuran kantung udara, bintik-bintik darah, bintik-bintik daging, kerusakan oleh mikroorganisme dan pertumbuhan benih. Nilai HU untuk telur yang baru ditelurkan adalah 100, sedangkan untuk telur dengan mutu terbaik nilainya 75. Telur yang busuk biasanya memiliki nilai HU dibawah 50 (Buckle, 1987). Penurunan nilai HU pada telur akan mempengaruhi kualitas telur. Tingkatan kualitas telur berdasarkan nilai HU yaitu jika <72 termasuk kualitas AA, nilai HU antara 60-71 termasuk kualitas A dan nilai HU antara 31-59 termasuk kualitas B (Brown, 2000). Telur dikelilingi oleh kulit setebal 0,2 sampai 0,4 mm yang berkapur dan berpori. Kantung udara mempunyai diameter sekitar 5 mm pada telur segar dan bertambah besar ukurannya selama penyimpanan. Kantung udara dapat digunakan untuk menentukan umur telur (Winarno, 2002). Tebal kerabang telur dipengaruhi oleh faktor-faktor genetik dan pada masing-masing bangsa ayam adalah berbedabeda. Selain itu juga dipengaruhi oleh perubahan musim, temperatur, makanan, umur dan kesehatan ayam. Bila makanan kekurangan mineral Ca, P dan vitamin maka kerabang yang dihasilkan akan kurang baik. Warna kerabang telur tergantung dari produksi pigmen pada bangsa ayam tertentu. Warna tersebut tidak ada hubungannya dengan nilai gizi telur dan tidak dipengaruhi oleh ransum yang dimakan induk ayam
(Romanoff dan Romanoff, 1963). Persyaratan tingkatan mutu telur dapat dilihat pada Tabel 2. Nilai pH putih telur yang masih segar umumnya sekitar 7,6 dan setelah disimpan di udara terbuka pH-nya naik sebanding dengan lamanya penyimpanan. Kenaikan pH tersebut dapat mencapai 9,0 sampai 9,7. Kenaikan pH ini karena telur memproduksi CO2 dari proses respirasinya. Hilangnya CO2 ini menyebabkan putih telur menjadi bersifat basa (Winarno, 2002). Nilai pH campuran antara putih dan kuning telur adalah sekitar pH 7,0-7,6 dan merupakan pH yang baik sekali untuk pertumbuhan mikroorganisme (Fardiaz, 1992). Tabel 2. Persyaratan Tingkatan Mutu Telur No. 1
Faktor Mutu
Faktor Mutu Mutu I
Mutu II
Mutu III
Utuh Normal licin (halus)
utuh normal boleh ada bagian yang kasar bersih bebas dari kotoran yang menempel, boleh ada sedikit noda
utuh abnormal boleh kasar
kurang dari 0,5 cm diam ditempat
0,5 - 0,9 cm bebas bergerak
bebas dari noda, darah, daging, dan benda asing lainnya
bebas dari noda, darah, daging, dan benda asing lainnya
Kental
sedikit encer
1 cm atau lebih bebas bergerak dan mungkin seperti busa boleh ada sedikit noda tapi tidak boleh ada benda asing lainnya encer, tetapi putih telur belum bercampur dengan kuning telur
Kerabang a. Keutuhan b. Bentuk c. Kelicinan d. Kebersihan
2
3
bersih bebas dari kotoran yang menempel atau pun noda Kantung udara (dilihat dengan peneropongan) a. Kedalaman b. Kebebasan bergerak Keadaan putih telur
Kekentalan
4
bersih bebas dari kotoran yang menempel, boleh ada noda
Keadaan kuning telur a. Bentuk
Cembung
agak gepeng
gepeng
b. Posisi c. Bayangan batas-batas d. Kebersihan
Ditengah tidak jelas
ditengah agak jelas agak jelas
agak kepinggir jelas
bersih
bersih
boleh ada sedikit noda
Sumber: SNI 01-3926-1995 (DSN, 1995)
Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Telur Kualitas telur dipengaruhi oleh umur induk ayam. Bertambahnya umur induk ayam akan menurunkan kualitas telur. Umur induk ayam menyebabkan menurunnya kemampuan fungsi fisiologis alat reproduksi. Besar telur dipengaruhi oleh umur unggas. Semakin tua umur unggas maka semakin besar telur yang dihasilkan sampai umur tertentu, kemudian menurun dengan bertambahnya umur (Romanoff dan Romanoff, 1963). Ransum yang kurang sempurna kandungan nutrisinya, seperti kekurangan Ca menyebabkan kerabang tipis. Pakan yang diberikan kepada induk petelur merupakan faktor yang dapat menentukan kualitas telur (Romanoff dan Romanoff, 1963). Suhu di dalam badan ayam lebih tinggi dibandingkan dengan suhu ruangan. Saat telur keluar dari rongga badan ayam, telur tersebut mengalami perubahan suhu lingkungan yang besar yaitu dari 41 oC ke 25 oC. Akibatnya terjadi pendinginan dan penyusutan isi telur dan terjadilah kantung udara diantara dua lapisan diantara selaput kulit, biasanya di ujung tumpul dari lapisan kulit telur. Telur jika disimpan pada suhu 20 o
C atau lebih akan menyebabkan terjadinya penguapan air dan CO2 dari dalam telur.
Hal ini menyebabkan kantung udara semakin membesar. Suhu yang tinggi menyebabkan terjadinya penipisan kerabang telur Hardjosworo et al. (1989) Manajemen peternakan salah satunya yang berhubungan dengan penanganan telur pada saat pengepakan. Pengemasan akan berpengaruh terhadap kerusakan telur karena telur pecah akan mempercepat kerusakan komponen dan sifat fisikokimia lainnya (Romanoff dan Romanoff, 1963). Beberapa sifat kemasan telur yang berguna dalam pemasaran antara lain dapat menghindari kerusakan fisik, mengurangi evaporasi air, mengurangi kontaminasi kotoran dan penyerapan bau yang tidak diinginkan (Winarno, 1992). Kerusakan Biologis Telur Messen et al. (2005) menyatakan bahwa kerusakan pada telur dapat disebabkan oleh mikroba yang diawali dengan masuknya mikroba kedalam telur melalui pori-pori dan selaput telur. Penetrasi mikroba ke dalam telur dipengaruhi oleh beragam faktor baik intrinsik maupun ekstrinsik. Faktor intrinsik misalnya kandungan kutikula pada kulit telur, komponen membran kulit telur dan karakteristik kulit telur (kualitas kerabang, porositas dan kecacatan). Faktor ekstrinsik antara lain
jumlah dan jenis bakteri, suhu, kelembaban, imersi dan kondisi penyimpanan. Gaman (1992) menyatakan bahwa bakteri yang masuk ke dalam telur melalui kulit telur yang berpori, jika semakin lama telur tersebut maka semakin banyak bakteri yang akan masuk melalui pori-pori yang ada pada kerabang tersebut. Sejak dikeluarkan dari kloaka, telur mengalami berbagai perubahan karena pengaruh waktu dan kondisi lingkungan yang akhirnya dapat menyebabkan kerusakan pada telur. Kerusakan tersebut dapat terjadi di luar dan di dalam isi telur. Kerusakan yang disebabkan mikroba pada mulanya berasal dari luar telur, merambat dari kulit telur ke putih telur dan akhirnya ke kuning telur. Saat telur baru dikeluarkan oleh ayam, telur masih cukup steril. Mikroba akan mengkontaminasi kulit telur dan seterusnya akan memasuki pori-pori telur dan membran telur. Organisme kontaminan tersebut dapat tumbuh pada membran kulit telur, pada putih telur bahkan dapat memasuki kuning telur. Kerusakan ini ditandai oleh adanya penyimpangan warna dan timbulnya bau busuk dari isi telur (Winarno, 2002). Before Laying (sebelum Bertelur) Tiga rute infeksi pada telur yaitu transovarian kuning telur tertular ketika menempel pada indung telur, oviducal membran vitelin dan putih telur terkontaminasi sepanjang melalui oviduc, serta trans shell beberapa penyebab bakteri terjadi pada pertukaran lokasi antara permukaan luar dan dalam pada kulit. Sumber kontaminasi terpenting adalah debu, tanah dan feses. Kontaminasi akan nyata meningkat pada kondisi telur yang kotor, misalnya oleh feses. Association Human Salmonellosis International melaporkan bahwa kasus penularan pada rute oviducal sangat penting terjadinya infeksi telur oleh Salmonella. Sangat sedikit telur yang mengandung mikroorganisme Saprophytic pada saat bertelur. Ketika ovari terkontaminasi oleh bakteri Saprophyitic, jumlahnya sangat rendah. Status mikrobial telur pada oviposisi sebagai insiden penyebab kebusukan berasal dari faktor penyimpanan telur pada periode yang lama (Stadelman dan Cotteriil, 1995). After Laying (setelah Bertelur) Kerabang pertama kali terkontaminasi oleh mikroorganisme ketika melewati kloaka. Mulai melewati kloaka sampai telur digunakan, kesempatan mikroorganisme untuk mengkontaminasi kerabang pada setiap permukaan yang berhubungan dengan
kerabang cukup tinggi. Survei umum menunjukkan bahwa pada kerabang telur; kisaran populasi mulai <1,0×101 sampai 1,0×106 jumlah bakteri per kerabang dengan rata-rata 1,0×105, kecuali pada kerabang telur yang kotor memiliki korelasi yang rendah pada level kontaminasi dan penampilan kerabang (Stadelman dan Cotteriil, 1995). Kontaminasi akan nyata meningkat pada kondisi telur yang kotor. Kontaminasi tercapai melalui kontak kerabang dengan peralatan simpan dan saat penanganan. Salah satu survei menemukan bahwa sumber kontaminasi terpenting adalah debu, tanah dan feses. Informasi yang ada menunjukkan bahwa bakteri gram positif
toleran
terhadap
kondisi
kering
dan
berpengaruh
besar
untuk
mengkontaminasi kerabang telur. Sebaliknya bakteri gram negatif mengkontaminasi telur busuk (Stadelman dan Cotteriil, 1995). Kelompok bakteri patogen dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Kelompok Bakteri Patogen Tingkat Bahaya dan Penyebaran
Spesies bakteri
Bahaya sedang dan penyebaran terbatas
Staphylococcus aureus Bacillus cereus Champylobacter jejuni Vibrio parahaemolyticus Clostridium perfringens Yesrinia enterocolitica Vibrio cholerae Salmonella (non typhi) Escherichia coli Listeria monocytogenes Streptococcus pyogenes Shigella sp. Clostridium botulinum Vibrio cholerae Shalmonella typhi dan paratyphi Brucella obortus Shigella dysenteriae
Bahaya sedang dan penyebaran cepat
Sangat berbahaya
Sumber: Fardiaz (1996)
Daya tahan produk-produk unggas dapat diketahui dari kandungan mikroorganisme pembusuk di dalam produk tersebut. Jenis pembusukan yang umum terjadi dipengaruhi oleh jenis produk, komposisi produk, proses termal yang diterapkan terhadap produk, kontaminasi selama pengolahan dan pengepakan, cara pengepakan dan suhu serta waktu penyimpanan (Fardiaz, 1992). Kerusakan pada
telur dengan timbulnya bau menyimpang dapat disebabkan oleh spesies bakteri Alcaligenes, E. coli, Flavobacterium dan Aerobacter (Winarno, 2002). Salmonella sp. merupakan mikroba yang paling banyak terdapat dalam telur, sehingga digunakan sebagai uji mikroba kontaminan pada telur (Winarno, 2002). Sumber utama Salmonella yaitu pada telur segar yang belum mengalami pengolahan. Banyak penelitian yang menyatakan bahwa kontaminasi Salmonella pada telur terjadi saat bakteri menginfeksi jaringan reproduksi ayam betina dan kerabang telur. Komponen telur yang kaya nutrisi dapat juga menjadi penyebab kontaminasi pada telur (Michalski et al., 1999). Ada dua kemungkinan cara masuknya Salmonella ke dalam telur yaitu secara langsung (vertikal) melalui kuning telur dan albumen (putih telur) dari ovari induk ayam yang terinfeksi Salmonella, sebelum telur tertutup oleh kerabang telur. Cara kedua yaitu secara horizontal Salmonella masuk melalui pori-pori kerabang setelah telur tertutup kulit. Beberapa laporan menyatakan bahwa kontaminasi Salmonella enteridis biasanya terjadi secara vertikal, sedangkan Salmonella lain secara horizontal. Keberadaan Salmonella dalam telur menyebabkan kasus Salmonellosis bisa berasal dari telur-telur grade A, yang dari luar terlihat sehat dan bersih tetapi dikonsumsi mentah atau dimasak kurang sempurna (Winarno, 2002). Mikrobiologi Telur Kontaminasi pada telur umumnya berasal dari sekam saat bertelur, tanah dan kotoran unggas. Mikroorganisme yang sering mengkontaminasi telur terutama adalah bakteri kokus gram positif, selain itu bakteri gram negatif batang juga terdapat dalam jumlah kecil. Mutu isi telur dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya kondisi dan mutu telur, cara pencucian dan sanitasi telur, sanitasi wadah, cara pemecahan telur, dan suhu serta waktu penyimpanan isi telur. Tidak dilakukannya pemasakan atau pemanasan terhadap telur maka resiko untuk menimbulkan penyakit atau keracunan juga sangat tinggi. Proses pasteurisasi dapat mengurangi jumlah Salmonella sebanyak 6-8 logaritmik (Fardiaz, 1992). Kandungan gizi yang tinggi pada telur merupakan media yang baik untuk pertumbuhan dan perkembangan kuman, baik kuman yang menyebabkan kerusakan pada telur maupun kuman yang menyebabkan gangguan kesehatan pada manusia yang mengonsumsi telur tersebut. Kuman dapat terbawa sejak ternak masih hidup
atau masuk di sepanjang rantai pangan hingga ke tangan konsumen. Berbagai cemaran tersebut dapat menyebabkan gangguan kesehatan pada konsumen (Gorris, 2005). Salah satu hal penting dalam persyaratan kualitas produk asal hewan adalah bebas patogen mikrobiologi termasuk Salmonella sp. Salmonelosis adalah penyakit yang disebabkan bakteri Salmonella sp. Penyakit ini dapat menyerang unggas, hewan mammalia dan manusia sehingga memiliki arti penting bagi manusia karena penyakit ini dapat terjadi akibat mengonsumsi makanan/air yang tercemar Salmonella sp. (Doyle dan Cliver, 1990). Salmonella sering ditemukan pada produk-produk dan unggas yang masih mentah atau telah diolah setengah matang. Kasus keracunan makanan yang disebabkan oleh produk-produk daging dan unggas belum banyak dilaporkan dan dicatat dengan baik karena gejala yang timbul pada umunya bukan merupakan penyakit menular tetapi suatu gejala keracunan. Pengolahan yang cepat pada suhu relatif rendah mengurangi kesempatan bakteri enterik, termasuk E. coli untuk berkembang biak (Fardiaz, 1992). Batas maksimum cemaran mikroba di dalam telur dan produk telur dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Batas Maksimum Cemaran Mikroba pada Telur Indikator TPC Coliform E. coli S. aureus Salmonella sp.
Telur Segar
Tepung Telur
Telur Beku
--------------------------------(cfu/g)-----------------------------1,0×105 <1,0×102 1,0×101 <1,0×102 Negatif
<2,5×103 <1,0×101 1,0×101 0 Negatif
<2,5×103 <1,0×101 1,0×101 1,0×101 Negatif
Sumber: SNI 01-6366-2000 (DSN, 2000)
Jenis dan jumlah mikroorganisme di dalam saluran unggas dipengaruhi oleh umur ternak, dimana pertambahan jenis dan jumlah mikroorganisme berlangsung secara bertahap serta semakin tua ternak semakin banyak dan beragam mikroorganisme yang terdapat di dalam saluran pencernaan. Saluran pencernaan merupakan suatu saluran panjang yang terdiri dari beberapa bagian seperti crop, oesofagus, proventikulus, gizard, usus halus dan usus besar termasuk sekum dan kolon. Jadi tahap-tahap perkembangan mikroorganisme di dalam saluran pencernaan
selain dilihat dari segi umur ternak juga harus dilihat dari bagian saluran pencernaan dan spesies serta jumlah mikroorganisme (Fardiaz, 1992). Infeksi Salmonella pada unggas selain merugikan industri peternakan unggas dapat juga merupakan sumber penyebaran penyakit Salmonellosis pada manusia. Penyebab infeksi Samonella pada unggas dapat berasal dari bibit yang terinfeksi, makanan ternak yang terkontaminasi dan lingkungan yang terkontaminasi. Salmonella yang terdapat didalam mesin serta serangga, burung dan tikus yang terinfeksi dapat mengkontaminasi anak-anak unggas. Sumber infeksi dari lingkungan mungkin lebih kecil dibandingkan dengan sumber-sumber lainnya seperti bibit unggas dan makanannya (Fardiaz, 1992). Good Farming Practices (GFP) Good Farming Practices (GFP) menurut Department of Agriculture, Food and Rural Development (2001) merupakan cara beternak yang baik dan benar dengan memperhatikan lingkungan dan memenuhi standar minimal sanitasi serta kesejahteraan ternak. GFP juga termasuk didalamnya aturan yang berlaku di lingkungan, higien atau sanitasi, kesejahteraan ternak, identifikasi dan registrasi ternak serta kesehatan ternak. Aspek-aspek dalam GFP adalah manajemen nutrisi, manajemen lahan rumput, perlindungan sungai dan sumber air, pemeliharaan habitat liar, pemeliharaan batas peternakan, penggunaan pestisida dan bahan kimia yang berhati-hati. Aspek lain dalam GFP adalah pemeliharaan lingkungan, pemeliharaan catatan peternakan, kesejahteraan ternak, higien atau sanitasi, tidak menggunakan bahan yang dilarang dan penggunaan obat hewan yang bertanggung jawab serta pengetahuan peternak tentang GFP. GFP ternak ayam petelur menurut Keputusan Menteri Pertanian (2001) merupakan pedoman dalam pelaksanaan budidaya ternak ayam petelur yang baik sesuai dengan persyaratan yang telah ditentukan. Tujuan yang ingin dicapai dari penerapan pedoman budidaya ternak ayam petelur ini adalah meningkatkan populasi, produksi dan produktivitas ternak, meningkatkan mutu hasil ternak (telur), menciptakan lapangan pekerjaan, pendapatan dan kesejahteraan peternak serta mendorong ekspor komoditas ternak khusus telur ayam. Aspek-aspek utama dalam pedoman budidaya ternak ayam petelur yang baik adalah persyaratan lokasi, penyediaan air dan alat penerangan, bangunan yang sesuai dengan fungsi,
ketersediaan alat dan mesin peternakan, kesehatan bibit, manajemen pakan, penggunaan obat hewan harus sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan persyaratan tenaga kerja dalam peternakan. Produsen pangan primer seperti peternak pada umumnya belum menerapkan GFP dengan baik dan belum menerapkan teknologi produsen berwawasan lingkungan untuk menjamin keamanan pangan. Produsen pangan terutama yang berskala kecil pada umumnya belum mempunyai pengetahuan atau kesadaran untuk menerapkan GFP yang merupakan sistem pengendalian keamanan pangan yang sangat efektif. Keberadaan zoonosis pada ayam dapat menjadi resiko terhadap kesehatan hewan dan keamanan masyarakat bila tidak diterapkan sistem kesehatan hewan dan keamanan pangan (Fardiaz, 1996). Pencemaran dapat dicegah dengan penerapan cara beternak yang baik (GFP) dan penanganan panen yang baik pula (Cullor 1997). Biosekuriti pada Peternakan Ayam Petelur Biosekuriti merupakan sistem yang merupakan bagian integral dari suksesnya sistem produksi suatu peternakan unggas, khususnya ayam petelur dalam mengurangi resiko dan konsekuensi dari masuknya penyakit infeksius terhadap unggas maupun manusia. Biosekuriti merupakan semua praktek-praktek manajemen yang diberlakukan untuk mencegah organisme penyebab penyakit ayam serta zoonosis yang masuk dan keluar peternakan (Payne, 2000). Menjaga kebersihan perkandangan terutama di sekitar area kandang dan gudang penyimpanan telur sangat penting dilakukan dalam pelaksanaan biosekuriti. Kotoran ayam sebaiknya tidak ditampung di dalam area peternakan terlalu lama. Hal ini penting dan baik untuk meminimalisir adanya hewan mengerat dan serangga (lalat) dan memaksimalkan sinar matahari sebagai desinfektan masuk ke dalam lingkungan
perkandangan.
Pengunjung
diharapkan
tidak
memasuki
area
perkandangan karena merupakan salah satu agen berbahaya untuk keamanan dan kesehatan ternak di dalam kandang (Arzey, 2007).
METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di laboratorium bagian Teknologi Hasil Ternak dan laboratorium bagian Ilmu Produksi Ternak Unggas Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini dilaksanakan selama empat bulan dari bulan Juli 2009 sampai Oktober 2009. Materi Sampel Telur Sampel yang digunakan pada penelitian adalah telur ayam segar konsumsi dengan kepemilikan yang berbeda dari sepuluh peternakan ayam petelur di Kabupaten Bogor yang dibedakan menjadi dua kelompok yaitu kelompok I adalah telur-telur yang berasal dari lima peternakan dengan kepemilikan 10.000-50.000 ekor ayam petelur dan kelompok II dengan kepemilikan lebih dari 50.000 ekor ayam petelur. Bahan Penelitian Bahan-bahan yang digunakan pada saat pengujian mikroba adalah tipol, alkohol 70%, sabun, spiritus, aquades, plastik wrept, aluminium foil, plastik tahan panas, kapas, label, tisu, karet, Buffer Pepton Water (BPW), Plate Count Agar (PCA), Eosyn Methylen Blue Agar (EMBA), Violet Red Bile Agar (VRBA), Salmonella and Shigella Agar (SSA). Alat Penelitian Alat-alat yang digunakan adalah water bath, botol schoot duran, timbangan digital dengan ketelitian 0,01 g, cawan petri, blender, autoclave, tabung reaksi, erlenmayer, rak tabung reaksi, pipet man, tip, inkubator, vortex, oven, pH meter, yolk colour fan, mikrometer, jangka sorong, candler, meja kaca, spatula, official egg air cell gauge dan kamera digital. Peubah yang Diamati Pengamatan Kualitas Fisik Telur Pengamatan kualitas fisik telur dapat dilihat secara eksterior dan interior. Kualitas eksterior telur dapat dilihat melalui bobot telur, kedalaman kantung udara,
posisi kuning telur dan keadaan kerabang telur. Kualitas interior telur dapat dilihat melalui keadaan kuning telur, keadaan putih telur, nilai HU dan pH. Kualitas Eksterior Pengamatan kualitas eksterior telur yang diamati adalah bobot telur dan keadaan kantung udara. Bobot Telur. Telur dibersihkan menggunakan air hangat pada suhu antara 40-60 0C. Telur ditimbang dengan menggunakan timbangan digital dalam satuan gram (g). Keadaan Kantung Udara. Telur diteropong menggunakan candler untuk melihat kantung udara dengan posisi bagian tumpul diatas. Kantung udara dilingkari dengan menggunakan pensil. Kedalaman kantung udara diukur dengan menggunakan official egg air cell gauge. Semakin besar kantung udara maka semakin rendah kualitas telur tersebut. Telur masih tetap diteropong. Telur diputar ke kiri dan ke kanan untuk melihat pergerakan isi telur. Apabila bayangan kuning telur tidak jelas dan posisinya masih di tengah serta gerakannya tidak terlihat berarti putih telurnya masih kental dan kuning telurnya masih kuat diikat khalaza dan kualitas telurnya masih baik. Kualitas Interior Pengamatan kualitas interior telur yang diamati adalah pengukuran HU, pH, keadaan kuning dan putih telur serta ketebalan kerabang telur. Pengukuran Nilai HU. Bobot telur ditimbang menggunakan timbangan digital. Telur dipecahkan dengan menggunakan pisau ke atas meja kaca. Tinggi albumen tebal (H) diukur dengan menggunakan jangka sorong kurang lebih 1 cm dari kuning telur dalam satuan milimeter (mm). Nilai HU (Haugh Unit) menurut Mountney (1976) dihitung sebagai satuan kualitas telur dengan rumus sebagai berikut: HU=100 log ((H+7,57)-(1,7.W0.37)) Keterangan
: H= tinggi putih telur kental (mm) W= bobot telur (g)
Keadaan Kuning Telur dan Putih Telur.
Warna kuning telur diamati dan
dibandingkan dengan yolk colour fan. Keadaan kuning dan putih telur diamati baik bentuk, kebersihan dari noda dan kekentalan mengacu pada standar USDA.
Ketebalan Kerabang.
Telur dipecah secara melintang. Kerabang telur bagian
tengah, ujung atas dan ujung bawah dibersihkan dari selaput yang melapisinya. Ketebalan kerabang tersebut diukur dengan menggunakan mikrometer. Pengujian Kualitas Mikrobiologi Telur Pengujian mikrobiologi dilakukan sebanyak dua kali berdasarkan dua kelompok kepemilikan ayam dari 10 peternakan di Kabupaten Bogor, dilakukan sebanyak tiga ulangan. Sampel telur utuh (kuning telur dan putih telur) dipersiapkan terlebih dahulu sebelum dilakukan uji mikrobiologi dengan cara, telur dari lima peternakan kelompok pertama diambil dua butir per peternakan kemudian dilap dengan menggunakan air hangat lalu dikeringkan. Seluruh telur tersebut dikomposit menjadi satu dan dihomogenkan didalam blender yang sudah bersih. Sebanyak 10 g sampel dimasukkan ke dalam erlenmeyer berisi larutan BPW steril sebanyak 90 ml kemudian dihomogenkan menggunakan vortex hingga diperoleh campuran yang homogen dengan konsentrasi 0,1 g/ml. Sampel ini kemudian diencerkan dengan larutan pengencer sesuai dengan kebutuhan dan siap untuk plating. Jumlah bakteri ditentukan dengan metode hitungan cawan dan untuk melaporkan hasil analisis digunakan Standard Plate Count (SPC). Pengujian Total Plate Count (DSN, 1992) Sampel telur yang telah dihomogenkan menggunakan blender sebanyak 10 ml dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer berisi 90 ml larutan BPW steril. Campuran dihomogenkan dan didapatkan pengenceran satu per sepuluh (P -1). Selanjutnya dari P-1 dipipet sebanyak 1 ml dan dilarutkan ke dalam 9 ml larutan pengencer BPW untuk memperoleh P-2, demikian seterusnya dengan cara yang sama dilakukan sampai diperoleh P-4. Pemupukan dilakukan terhadap semua pngenceran yang telah dilakukan (P-1 sampai P-4) dengan cara sebanyak 1 ml pengenceran dipipet ke dalam cawan petri secara triplo dan ditambahkan medium agar PCA sebanyak 12-15 ml. campuran dihomogenkan dengan cara digerakkan membentuk angka delapan diatas bidang datar dan dibiarkan hingga agar-agar mengeras. Cawan petri selanjutnya diinkubasi pada suhu 37 0C dengan posisi terbalik. Penghitungan koloni yang tumbuh dilakukan setelah inkubasi 24 jam. Cara perhitungan jumlah koloni adalah: Jumlah bakteri = rata-rata jumlah koloni × faktor pengencer
Pengujian Escherichia coli (DSN, 1992) Sampel telur yang telah dihomogenkan menggunakan blender sebanyak 10 ml dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer berisi 90 ml larutan BPW steril. Campuran dihomogenkan dan didapatkan pengenceran satu per sepuluh (P-1). Selanjutnya dari P-1 dipipet sebanyak 1 ml dan dilarutkan ke dalam 9 ml larutan pengencer BPW untuk memperoleh P-2, demikian seterusnya dengan cara yang sama dilakukan sampai diperoleh P-3. Pemupukan dilakukan terhadap semua pngenceran yang telah dilakukan (P0 sampai P-3) dengan cara sebanyak 1 ml pengenceran dipipet ke dalam cawan petri secara triplo dan ditambahkan medium agar EMBA sebanyak 12-15 ml. campuran dihomogenkan dengan cara digerakkan membentuk angka delapan diatas bidang datar dan dibiarkan hingga agar-agar mengeras. Cawan petri selanjutnya diinkubasi pada suhu 37 0C dengan posisi terbalik. Penghitungan koloni yang tumbuh dilakukan setelah inkubasi 24 sampai 48 jam. Cara perhitungan jumlah koloni adalah sebagai berikut: Jumlah bakteri = rata-rata jumlah koloni × faktor pengencer Pengujian Coliform (DSN, 1992) Sampel telur yang telah dihomogenkan menggunakan blender sebanyak 10 ml dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer berisi 90 ml larutan BPW steril. Campuran dihomogenkan dan didapatkan pengenceran seper sepuluh (P-1). Selanjutnya dari P-1 dipipet sebanyak 1 ml dan dilarutkan ke dalam 9 ml larutan pengencer BPW untuk memperoleh P-2, demikian seterusnya dengan cara yang sama dilakukan sampai diperoleh P-3. Pemupukan dilakukan terhadap semua pngenceran yang telah dilakukan (P-1 sampai P-3) dengan cara sebanyak 1 ml pengenceran dipipet ke dalam cawan petri secara triplo dan ditambahkan medium agar VRBA lapisan pertama sebanyak 10 ml ditunggu hingga mengeras. Lapisan kedua medium agar VRBA dituang kembali diatas medium sebelumnya sebanyak 3-5 ml. Campuran dihomogenkan dengan cara digerakkan membentuk angka delapan diatas bidang datar dan dibiarkan hingga agar-agar mengeras. Cawan petri selanjutnya diinkubasi pada suhu 370C dengan posisi terbalik. Penghitungan koloni yang tumbuh dilakukan setelah inkubasi 24 jam. Cara perhitungan jumlah koloni adalah: Jumlah bakteri = rata-rata jumlah koloni × faktor pengencer
Pengujian Salmonella sp. (DSN, 1992) Sampel telur yang telah dihomogenkan menggunakan blender sebanyak 10 ml dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer berisi 90 ml larutan BPW steril. Campuran dihomogenkan dan didapatkan pengenceran seper sepuluh (P -1). Selanjutnya dari p-1 dipipet sebanyak 1 ml dan dilarutkan ke dalam 9 ml larutan pengencer BPW untuk memperoleh P-2, demikian seterusnya dengan cara yang sama dilakukan sampai diperoleh P-3. Pemupukan dilakukan terhadap semua pngenceran yang telah dilakukan (P0 sampai P-3) dengan cara sebanyak 1 ml pengenceran dipipet ke dalam cawan petri secara triplo dan ditambahkan medium agar SSA sebanyak 12-15 ml. campuran dihomogenkan dengan cara digerakkan membentuk angka delapan diatas bidang datar dan dibiarkan hingga agar-agar mengeras. Cawan petri selanjutnya diinkubasi pada suhu 37 0C dengan posisi terbalik. Penghitungan koloni yang tumbuh dilakukan setelah inkubasi 24 sampai 48 jam. Prosedur Pelaksanaan Biosekuriti Pengamatan lapang dilakukan dengan cara observasi langsung dan wawancara ke peternakan ayam petelur di Kabupaten Bogor. Penentuan peternakan berdasarkan jumlah kepemilikan ayam petelur di peternakan dengan melihat pelaksanaan biosekuriti, higien dan sanitasi peternakan. Jumlah populasi ayam pada masing-masing peternakan cukup beragam, mulai dari 10.000 sampai 250.000 ekor ayam petelur, sehingga dibagi dua kelompok berdasarkan kepemilikan ayam di peternakan yaitu kelompok pertama 10.000-50.000 ekor ayam petelur dan kelompok kedua lebih dari 50.000 ekor ayam petelur. Peternakan ayam petelur kelompok I dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Peternakan Ayam Petelur Kelompok I No. 1 2 3 4 5
Peternakan NR AT SK KG WH
Kepemilikan ---- ekor---35.000 16.000 30.000 27.000 45.000
Kelompok kedua adalah kelompok kepemilikan dengan jumlah lebih dari 50.000 ekor ayam petelur. Peternakan ayam petelur kelompok II dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Peternakan Ayam Petelur Kelompok II No.
Peternakan
1 2 3 4 5
Kepemilikan ---- ekor---250.000 90.000 90.000 100.000 100.000
TH NW KM TT SG
Observasi dan wawancara berpedoman pada kuisioner yang telah disiapkan. Kuisioner yang telah disiapkan mengacu pada Trioso (2008) yaitu mengenai pelaksanaan biosekuriti, higien dan sanitasi pada peternakan ayam petelur. Kuisioner yang telah disiapkan dapat dilihat pada Tabel 7. Masing-masing aspek diberikan pembobotan yang didasari atas pentingnya aspek tersebut dalam biosekuriti, higien dan sanitasi. Peringkat kondisi biosekuriti, higien dan sanitasi ditentukan berdasarkan rataan dari bobot biosekuriti dan bobot higien sanitasi. Nilai akhir dapat menentukan peringkatnya. Tabel 7. Checklist Audit Biosekuriti, Higien dan Sanitasi untuk Peternakan Petelur No. I 1
2
II 1 2
Data Penilaian Penerapan Biosekuriti
Bobot Nilai (%)
Biosekuriti Sumber Ayam Pengiriman DOC atau ayam baru masuk tersebut disertai dengan Surat Keterangan Kesehatan Hewan (SKKH)
10,0
Dilakukan isolasi sebelum ayam baru masuk ke area peternakan
10,0
Total I
20,0
Penanganan Burung/Unggas Liar, Tikus dan Insekta Dilakukan penanganan burung/unggas liar
5,0
Dilakukan penanganan tikus
5,0
Ya(1) / Tidak(0)
Nilai
Keterangan
Tabel 7. Checklist Audit Biosekuriti, Higien dan Sanitasi untuk Peternakan Petelur (Lanjutan) Bobot Nilai (%)
No.
Data Penilaian Penerapan Biosekuriti
3
Dilakukan penanganan insekta dengan insektisida
5,0
Total II
15,0
III 1
IV 1
2 3
V 1
2
Pengawasan Peti Telur Tidak ada peti dari luar yang boleh masuk peternakan
10,0
Total III
10,0
Biosekuriti Peternakan Ayam Memiliki kolam dipping dan tempat spraying pada pintu masuk untuk kendaraan, peralatan dan orang
10,0
Adanya isolasi sebelum peralatan masuk ke area peternakan
5,0
Dilakukan vaksinasi secara lengkap dan terpantau sesuai kebutuhan
10,0
Total IV
25,0
Penanganan Ayam Sakit/Mati Ayam yang sakit diisolasi pada kandang terpisah dan cukup jauh dari kandang unggas sehat
15,0
Adanya dokter hewan peternakan
15,0
Total V
30,0
Total Nilai Penerapan Biosekuriti I 1
100,0
Higien Sanitasi Pekerja Peternakan Adanya pemeriksaan status kesehatan pekerja secara rutin (minimum 1 tahun sekali)
7,5
Pekerja memakai pakaian kerja yang bersih dan sepatu bot
5,0
Pekerja tidak memakai perhiasan di dalam area kandang (gelang, cincin, jam tangan)
2,5
4
Pekerja berperilaku bersih/higienis
5,0
5
Terdapat pelatihan rutin terhadap setiap pekerja terkait dengan biosekuriti, higien dan sanitasi
5,0
Total I
25,0
2 3
Ya(1) / Tidak(0)
Nilai
Keterangan
Tabel 7. Checklist Audit Biosekuriti, Higien dan Sanitasi untuk Peternakan Petelur (Lanjutan) No. II 1 2
III 1 2
3 4 5
IV
Data Penilaian Penerapan Higien
Bobot Nilai (%)
Higien Sanitasi Pengunjung/Tamu Adanya pengawasan terhadap pengunjung/tamu
5,0
Pengunjung/tamu mengikuti aturan terkait biosekuriti, higen dan sanitasi
2,5
Total II
7,5
Sanitasi Kandang Mengosongkan kandang dari ayam periode sebelumnya (all in all out)
2,5
Membersihkan kandang dari segala jenis kotoran yang berasal dari periode sebelumnya (misalnya: feses, bulu-bulu ayam, debu) dan memberikan insektisida untuk membasmi kutu-kutu kandang, mendesinfeksi menggunakan sprayer kemudian mengapur alas kandang
5,0
Alas kandang brooder ditaburi sekam yang telah didesinfeksi
2,5
Mendesinfeksi alat-alat kandang (tempat pakan, tempat minum)
5,0
Menjaga kebersihan lingkungan sekitar kandang dengan melakukan penyemprotan desinfektan secara berkala
2,5
Total III
17,5
Gudang Penyimpanan Telur
1
Memiliki struktur bangunan yang menunjang higien dan sanitasi telur
2,5
2
Terdapat fasilitas cuci tangan yang dilengkapi dengan air bersih, sabun cair, tisu/hand dryer, tempat sampah tertutup
2,5
3
Kelembapan gudang penyimpanan telur tidak boleh lebih dari 80%
2,5
4
Suhu gudang penyimpanan telur antara 12-15 oC
2,5
Total IV
10,0
V 1
Gudang Pakan Memiliki struktur bangunan dan fasilitas higien sanitasi telur
2,5
Ya(1) / Tidak(0)
Nilai
Keterangan
Tabel 7. Checklist Audit Biosekuriti, Higien dan Sanitasi untuk Peternakan Petelur (Lanjutan) Bobot Nilai (%)
No.
Data Penilaian Penerapan Higien
2
Kelembaban gudang pakan tidak boleh lebih dari 40% o
3
VI 1
2,5
Total V
7,5
5
5,0 2,5 2,5 2,5
Distribusi telur dengan mobil boks tertutup
2,5
Total VI
15,0
VII
Sanitasi Peternakan
1
Air yang digunakan memenuhi persyaratan air bersih Air diperiksa di laboratorium secara teratur (minimal 1 tahun sekali) Pengambilan sampah dan feses ayam dilakukan secara teratur
5,0
Total VII
17,5
2 3
Keterangan
Higien Penanganan Telur
Penanganan telur kotor tidak dicuci, hanya di lap Telur disimpan dengan egg tray/peti baru Egg tray/peti disimpan di atas palet plastik yang bersih dan terawatt
3 4
Nilai
2,5
Suhu gudang pakan antara 12-15 C
Adanya pemisahan antara telur kotor/retak dengan telur baik
2
Ya(1) / Tidak(0)
Total Nilai Penerapan Higien Sanitasi
7,5 5,0
100,0
Tabel 8. Penentuan Peringkat Biosekuriti, Higien dan Sanitasi untuk Peternakan Petelur No.
Aspek yang Dinilai
Bobot (%)
1
Penilaian biosekuriti
50,0
2
Penilaian higien sanitasi
50,0
Hasil Akhir Sumber : Trioso (2008) Keterangan :
Nilai akhir <60 Nilai akhir 60-70 Nilai akhir >70-80 Nilai akhir >80
Total Nilai
100,0
: tidak baik : cukup baik : baik : sangat baik
Nilai Akhir (Bobot% x Total Nilai)
Penentuan Jumlah Sampel Levy dan Lameshow (1999) menyatakan bahwa untuk menghitung jumlah sampel yang diperlukan dalam penarikan sampel secara acak sederhana untuk data yang bersifat proporsi dihitung dengan menggunakan rumus: n≥
z2 N Py (1-Py) (N-1) ε2 Py2 + z2 Py (1-Py)
Keterangan : N
= jumlah populasi yaitu 122 peternakan ayam petelur
n
= jumlah sampel yang diperlukan
ε
= nilai error sebesar 30% atau 0,3
z
= 1,96 dengan α = 0,05 (SK = 95%)
Py
= peluang jawaban 50% (0,5) karena ada dua pilihan jawaban yaitu ya (1) atau tidak (0) Rancangan Percobaan Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap
dengan perlakuan jumlah kepemilikan ayam di peternakan dengan dua taraf dan lima ulangan. Peubah yang diamati adalah kualitas fisik telur (bobot telur, HU, ketebalan kerabang dan pH) dan kualitas mikrobiologi (Total Plate Count (TPC), Escherichia coli, Salmonella sp. dan Coliform). Model matematika rancangan tersebut menurut Steel dan Torrie (1997) adalah: Yij = µ + Pi + €ij Keterangan: µ
: nilai tengah umum
Pi
: pengaruh perlakuan jumlah kepemilikan ke-i
€ijk
: pengaruh galat percobaan pada perlakuan jumlah kepemilikan ayam di peternakan ke-j
Analisis Data Data tentang kualitas fisik telur dianalisis menggunakan uji ragam dengan sidik ragam pada α = 0,05. Data tentang sifat mikrobiologi dianalisis secara deskriptif. Data tersebut sebelum dilakukan analisis ragam diuji asumsi (kenormalan, kebebasan, kehomogenan galat dan keaditifan) terlebih dahulu.
HASIL DAN PEMBAHASAN Kualitas Fisik Telur Ayam Konsumsi Kualitas fisik telur ayam akan berpengaruh pada penerimaan konsumen dalam menentukan pilihan. Kualitas fisik telur dapat dilihat melalui bobot telur, keadaan putih telur, keadaan kuning telur, keadaan kerabang telur, kedalaman kantung udara, nilai HU dan pH. Bobot Telur Bobot telur merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi sifat fisik telur ayam konsumsi. Berdasarkan hasil penelitian, rataan dan simpangan baku bobot telur ayam pada peternakan dengan kepemilikan yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Rataan dan Simpangan Baku Bobot Telur Ayam Kepemilikan
Bobot Telur
------ ekor ------
--- g/butir ---
10.000-50.000
61,08±0,84
>50.000
58,75±4,84
Rataan±SD
59,92±4,13
Jumlah kepemilikan ayam di peternakan tidak mempengaruhi bobot telur tidak. Peternakan dengan jumlah kepemilikan 10.000-50.000 ekor ayam petelur dan peternakan dengan jumlah kepemilikan lebih dari 50.000 ekor ayam petelur di Kabupaten Bogor memiliki kualitas bobot telur yang sama. Hal ini disebabkan umur telur yang digunakan sama dan diperoleh dari induk ayam petelur umur 35 sampai 40 minggu. North dan Bell (1990) menyatakan bahwa komposisi fisik dan kualitas telur ayam dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya umur, musim, penyakit, lingkungan (suhu dan kelembaban), pakan dan sistem pengolahan ayam tersebut. Besar telur dipengaruhi oleh umur unggas, semakin tua umur unggas maka semakin besar telur yang dihasilkan sampai umur tertentu kemudian besar telur stabil dengan bertambahnya umur (Romanoff dan Romanoff, 1963). Keadaan Kuning Telur Kondisi kuning telur dari kedua kelompok adalah sama yaitu berbentuk cembung dan kokoh. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 2. Posisi kuning telur
umumnya berada di pinggir permukaan telur dan sebagian berada di tengah permukaan telur. Keadaan kuning telur secara umum sudah cukup baik hanya ada beberapa sampel yang terdapat noda daging, noda darah dan noda putih pada permukaan kuning telur yang dipengaruhi oleh genetik ayam. Hal ini disebabkan strain ayam yang dipelihara pada masing-masing peternakan tidak semua sama. Hardjosworo et al. (1989) menyatakan bahwa sifat genetik berpengaruh terhadap kualitas telur ayam yaitu tekstur dan ketebalan kerabang telur dan adanya noda darah.
Gambar 2. Kondisi Kuning Telur Warna kuning telur pada kedua kelompok memiliki warna yang berbeda yaitu antara kisaran 7 sampai 10, pada penilaian dengan menggunakan yolk colour fan. Warna kuning telur tersebut dipengaruhi oleh pakan yang dikonsumsi ayam. Pakan yang digunakan pada peternakan di kedua kelompok tersebut hampir sama. Romanoff dan Romanoff (1963) menyatakan bahwa pakan yang diberikan kepada induk petelur merupakan faktor yang dapat menentukan kualitas telur terutama warna kuning telur. Pakan tersebut berpengaruh pada pigmentasi kuning telur terutama pada pakan yang bersumber dari biji-bijian. Keadaan warna kuning telur yang semakin pekat diduga karena kandungan betakaroten yang terdapat pada kuning telur tersebut (Ferrier et al., 1994). Keadaan Putih Telur Kondisi putih telur pada kedua kelompok sudah cukup bersih hanya ada beberapa sampel yang terdapat noda daging dan noda darah pada permukaan putih telur. Seluruh sampel putih telur yang diamati memiliki kekentalan yang masih baik. Hal ini dikarenakan telur yang digunakan berumur dua hari sehingga keadaan putih telur masih kental. Keadaan putih telur dipengaruhi oleh lama penyimpanan atau
umur telur. Selama penyimpanan terjadi proses difusi berupa penguapan air dan CO2 melalui pori-pori kerabang yang menyebar pada permukaan telur, sehingga putih telur bisa kehilangan kekentalan dan menyebabkan putih telur berair. Romanoff dan Romanoff (1963) menyatakan bahwa hilangnya CO2 melalui pori-pori kerabang telur menyebabkan turunnya konsentrasi ion bikarbonat dalam putih telur dan menyebabkan rusaknya sistem buffer, sehingga kekentalan putih telur menurun. Keadaan Kantung Udara Keadaan isi telur yang baik dapat diketahui dengan cara meneropong telur dengan bantuan sinar (candling). Hal ini untuk melihat keretakan pada kulit telur, ukuran serta gerakan kuning telur dan ukuran kantung udara. Telur dari dua kelompok tersebut memiliki kualitas dan kondisi kantung udara yang sama yaitu dengan kedalaman kantung udara 1/8 inch dan termasuk dalam kualitas AA. Kebebasan bergerak kuning telur kedua kelompok tersebut berada dalam kedaan diam, tidak ada pergerakan. Kualitas telur yang baik menurut Dewan Standardisasi Nasional (1995) dalam SNI 01-3926-1995 yaitu kedalaman kantung udara dengan nilai kurang dari 0,5 cm dan kuning telur diam ditempat ketika dilihat pada saat peneropongan menggunakan candler. Hal ini menunjukkan bahwa telur yang diteliti memiliki kualitas yang bagus sesuai dengan standar. Ketebalan Kerabang Telur Ketebalan kerabang telur menentukan kualitas telur konsumsi yang dipasarkan karena mempengaruhi daya tahan telur. Telur yang berkerabang tebal lebih sulit retak/pecah dibandingkan telur yang berkerabang tipis. Rataan ketebalan telur pada peternakan dengan kepemilikan yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Rataan dan Simpangan Baku Ketebalan Kerabang (mm) Kepemilikan
Ketebalan Kerabang
------ ekor ------
---- mm ----
10.000-50.000
0,38±0,04
>50.000
0,36±0,02
Rataan±SD
0,37±0,04
Telur yang baik memiliki kerabang telur setebal 0,2 sampai 0,4 mm yang berkapur dan berpori-pori (Winarno, 2002). Ketebalan kerabang telur pada Tabel 10
baik pada kepemilikan 10.000 sampai 50.000 (0,38±0,05) dan pada kepemilikan lebih dari 50.000 (0,36±0,03) berada pada kisaran yang ditetapkan oleh Winarno. Jumlah kepemilikan ayam yang berbeda pada kedua kelompok tidak berpengaruh secara nyata terhadap ketebalan kerabang telur. Romanoff dan Romanoff (1963) menyatakan bahwa ketebalan kerabang telur dipengaruhi oleh faktor-faktor genetik dan pada masing-masing bangsa ayam adalah berbeda. Hal lain yang mempengaruhi adalah perubahan musim, temperatur, makanan, umur dan kesehatan ayam. Bila pakan kekurangan mineral Ca, P dan vitamin maka kerabang yang dihasilkan kurang baik. Ransum yang kurang sempurna kandungan nutrisinya seperti kekurangan Ca menyebabkan kerabang tipis. Nilai Haugh Unit (HU) Haugh Unit merupakan satuan yang digunakan untuk mengetahui kesegaran isi telur terutama bagian putih telur dan juga merupakan suatu unit untuk melihat kesegaran telur didasarkan pada ketebalan albumen. Rataan nilai HU pada peternakan dengan kepemilikan yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Rataan dan Simpangan Baku Nilai HU Kepemilikan
Nilai HU
-------- ekor -------10.000-50.000
77,72±9,29
>50.000
79,48± 3,65
Rataan±SD
78,60± 9,45
Jumlah kepemilikan jumlah ayam yang berbeda tidak berpengaruh secara nyata pada nilai HU. Perbandingan tinggi dan berat yang terukur saat penghitungan HU diberi penilaian mulai dari 20-100 atau lebih. Semakin tinggi nilai HU menunjukkan bahwa kualitas telur itu semakin baik. Kualitas HU pada telur penelitian berdasarkan ketentuan USDA menunjukkan telur termasuk dalam kualitas AA sebab pada kedua kelompok telur memiliki nilai HU diatas 72. Brown (2000) menyatakan bahwa telur dengan nilai HU diatas 72 termasuk dalam kualitas AA. Derajat kesegaran telur menurut USDA (United State Departement of Agriculture) dibedakan atas tiga tingkatan yaitu tingkatan AA memiliki nilai HU sebesar 72,
tingkatan A memiliki nilai HU sebesar 62-72 dan tingkatan B memiliki nilai HU sebesar 60. Nilai pH Telur Penilaian kualitas telur dapat dilihat juga dengan menentukan nilai pH telur. Rataan nilai pH telur pada peternakan dengan kepemilikan yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12. Rataan dan Simpangan Baku Nilai pH Kepemilikan
Nilai pH
-------- ekor -------10.000-50.000
7,47±0,12
>50.000
7,41±0,12
Rataan±SD
7,44±0,25
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa jumlah kepemilikan ayam di peternakan tidak berpengaruh secara nyata terhadap nilai pH pada telur. Fardiaz (1992) menyatakan bahwa nilai pH campuran antara putih dan kuning telur adalah sekitar 7,0-7,6 dan merupakan pH yang baik untuk pertumbuhan mikroorganisme. Romanoff dan Romanoff (1963) menyatakan bahwa ketika telur baru keluar dari induknya telur memiliki nilai pH sekitar 7,6 dan semakin meningkat selama penyimpanan. Nilai pH pada telur yang diteliti dari kedua kelompok kepemilikan ayam yang berbeda menunjukkan bahwa telur berada pada kisaran pH telur segar sesuai literatur. Umur dan waktu penyimpanan sangat mempengaruhi nilai pH pada telur. Winarno (2002) menyatakan bahwa kenaikan pH dapat mencapai 9,0-9,7 yang disebabkan produksi CO2 telur dari proses respirasinya. Hilangnya CO2 ini menyebabkan putih telur menjadi bersifat basa. Kualitas Mikrobiologi Telur Telur sebagai sumber protein hewani harus dijamin keamanan pangannya bagi konsumen sebab merupakan media tumbuh yang baik bagi mikroba. Salah satu persyaratan kualitas produk unggas adalah bebas mikroba patogen seperti Salmonella sp., Staphylococcus aureus, Coliform, Escherichia coli dan Campylobacter sp. Hasil pengujian kualitas mikrobiologi telur dapat dilihat pada Tabel 13.
Tabel 13. Kualitas Mikrobiologi Telur Jenis Cemaran Mikroba
Satuan
Cemaran Mikrobiologi Kelompok I
Kelompok II
DSN (2000) a
Total Plate Count (TPC)
cfu/g
2,73×105
3,55×103
1,0×105
Coliform
cfu/g
8,31×102
4,17×102
<1,0×102
Escherichia coli
cfu/g
1,70×102
1,70×10
1,0×101
Positif
Negatif
Salmonella sp.
per 25 g
Positif
Sumber : a. SNI 01-6366-2000 (DSN, 2000)
Hasil penghitungan cemaran mikrobiologi menunjukkan bahwa kualitas mikrobiologi telur di Kabupaten Bogor belum memenuhi keamanan pangan sesuai yang disyaratkan SNI 01-6366-2000. Nilai cemaran Coliform, E. coli dan Salmonella pada kedua kelompok tidak memenuhi standar. Cemaran TPC kelompok I melebihi standar Dewan Standardisasi Nasional (2000) dalam SNI 01-6366-2000 sedangkan cemaran TPC kelompok II jumlah bakteri yang diperoleh masih dibawah standar yaitu 1,0×105 koloni. Cemaran Coliform pada kedua kelompok melebihi standar yaitu <1,0×102 koloni. Cemaran E. coli pada kedua kelompok melebihi standar standar yaitu 1,0×101 koloni. Keberadaan Salmonella positif dalam telur pada kedua kelompok dan hal ini tidak sesuai standar yaitu tidak terdapat Salmonella di dalam telur konsumsi. Jumlah cemaran TPC, E. coli, Salmonella dan Coliform menunjukkan perbedaan pada kedua kelompok yaitu bahwa jumlah mikroba kelompok II lebih sedikit dibandingkan dengan kelompok I. Jumlah cemaran mikrobiologi berbeda pada kedua kelompok kepemilikan ayam dapat dipengaruhi oleh pelaksanaan biosekuriti, higien dan sanitasi pada peternakan serta kualitas fisik telur. Pelaksanaan biosekuriti pada tiap peternakan dalam kedua kelompok tersebut tidak sama sehingga akan mempengaruhi kualitas mikrobiologi. Pelaksanaan biosekuriti, higien dan sanitasi peternakan ayam petelur kelompok II (kepemilikan lebih dari 50.000 ekor ayam) lebih baik dibandingkan dengan peternakan kelompok I (kepemilikan 10.000-50.000 ekor ayam). Keberadaan noda daging, noda darah pada permukaan kuning dan putih telur serta nilai pH telur juga mempengaruhi kualitas mikrobiologi telur. Nilai pH pada penelitian dengan rataan 7,44±0,25 merupakan pH yang baik untuk pertumbuhan bakteri (Fardiaz, 1992).
Kotoran yang menempel pada kerabang telur merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas mikrobiologi pada telur. Setelah telur ke luar dari induk ayam dan sebelum dibersihkan, kotoran masih menempel pada kerabang telur. Hal ini dapat mempengaruhi nilai cemaran E. coli dan Salmonella pada telur. Sartika et al. (2005) menyatakan bahwa kotoran merupakan sumber penularan E. coli terhadap bahan pangan asal ternak dan manusia. Siagian (2007) menyatakan bahwa kerabang telur kemungkinan mengandung Salmonella yang berasal dari kotoran ayam dan mungkin mengkontaminasi isi telur pada waktu telur dipecahkan. Escherichia coli mempunyai habitat kehidupan alami di dalam saluran pencernaan manusia dan ternak yang dapat langsung mencemari bahan di sekelilingnya termasuk air, tanah maupun produk peternakan. Penularan E. coli dapat terjadi secara vertikal maupun horisontal. Penularan secara vertikal terjadi saat proses pembentukan telur melalui induk ayam. E.coli menginfeksi ovarium atau oviduk sehingga telur yang dihasilkan terkontaminasi. Penularan secara horisontal terjadi selama proses penetasan maupun saat pemeliharaan di dalam kandang. Konsentrasi E. coli pada debu kandang dapat mencapai 10 5-106/g (Horrox, 1997). Proses penularan secara vertikal diawali dengan masuknya ovum ke dalam infundibulum. Kontaminasi bakteri di dalam telur dapat dimulai dari ovari, dimana bakteri ini masuk ke dalam ovum atau kuning telur pada waktu ovulasi. Proses selanjutnya berjalan melalui magnum, isthmus, pembentukan kerabang di uterus, kemudian telur dikeluarkan melalui kloaka (Rasyaf, 1994). Adanya cemaran Salmonella sp. pada kloaka juga berasosiasi positif dengan angka cemaran Salmonella sp. pada telur. Kloaka merupakan ruangan yang dibentuk oleh tiga sistem yaitu sistem pencernaan, perkencingan dan reproduksi (Sisson, 1953). Kontaminasi yang lebih sering terjadi pada telur adalah dengan cara penetrasi dari kotoran unggas melalui kerabang telur sewaktu telur keluar dari induknya melalui kloaka. Jika telur kemudian tidak disimpan pada suhu rendah, bakteri ini dapat tumbuh dan berkembang biak di dalam membran kulit dan akan mengkontaminasi isi telur sewaktu telur dipecahkan untuk diolah. Salmonella pada telur hasil penelitian bernilai positif. Telur yang terinfeksi Salmonella, E. coli, Coliform, baik secara langsung maupun tidak langsung dan tidak dilakukan pasteurisasi, dapat menyebabkan foodborne diseases pada manusia.
Menurut Keswandani (1996), proses pemasakan dapat menurunkan cemaran mikroba menjadi 1,0×10 3 cfu/g dan negatif terhadap Salmonella sp. Penyebab kontaminasi pada telur tersebut bisa berasal dari luar dan dari dalam telur. Kerusakan yang disebabkan mikroba pada mulanya berasal dari luar telur, merambat dari pori-pori kerabang telur ke putih telur dan akhirnya ke kuning telur. Pelaksanaan Biosekuriti, Higien dan Sanitasi di Peternakan Good Farming Practices (GFP) merupakan cara beternak yang baik yang memperhatikan
lingkungan
dan
memenuhi
standar
minimal
sanitasi
dan
kesejahteraan ternak. Biosekuriti, higien dan sanitasi merupakan hal-hal yang saling berkaitan dan tidak dapat berdiri sendiri. Penilaian mengenai pelaksanaan biosekuriti, higien dan sanitasi pada peternakan kelompok I dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14. Pelaksanaan Biosekuriti, Higien dan Sanitasi Peternakan Kelompok I No. Data Penilaian Penerapan Biosekuriti
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 6 7
Biosekuriti Sumber Ayam Penanganan Burung/Unggas Liar, Tikus dan Insekta Pengawasan Peti Telur Biosekuriti Peternakan Ayam Penanganan Ayam Sakit/Mati Total Biosekuriti Higien Sanitasi Pekerja Peternakan Higien Sanitasi Pengunjung/Tamu Sanitasi Kandang Gudang Penyimpanan Telur Gudang Pakan Higien Penanganan Telur Sanitasi Peternakan Total Higien dan Sanitasi Bobot Nilai Akhir
Keterangan : Nilai akhir <60 Nilai akhir 60-70 Nilai akhir >70-80 Nilai akhir >80
Kepemilikan 10.000-50.000 NR AT SK KG WH (35.000) (16.000) (30.000) (27.000) (45.000) --------------------------- % --------------------------0 0 10,0 0 0 5,0
10,0
15,0
5,0
5,0
0 15,0 15,0 35,0
0 15,0 15,0 40,0
0 15,0 30,0 70,0
10,0 15,0 0 30,0
10,0 25,0 30,0 70,0
12,5
12,5
12,5
5,0
12,5
5,0 17,5 2,5 0 10,0 17,5 65,0
5,0 17,5 5,0 2,5 10,0 17,5 70,0
5,0 17,5 5,0 2,5 10,0 17,5 70,0
5,0 17,5 2,5 0 10,0 17,5 57,5
5,0 17,5 5,0 0 10,0 17,5 70,0
50,0
55,0
70,0
43,7
66,2
: tidak baik : cukup baik : baik : sangat baik
Rataan pelaksanaan biosekuriti pada kelompok kepemilikan 10.000-50.000 ekor ayam petelur bernilai 49%, artinya bahwa penerapan biosekuriti kelompok I belum baik. Rataan pelaksanaan higien dan sanitasi pada kelompok kepemilikan 10.000-50.000 ekor ayam petelur bernilai 66,5%, artinya bahwa penerapan higien dan sanitasi kelompok I sudah cukup baik. Rataan total keseluruhan pelaksanaan biosekuriti, higien dan sanitasi bernilai 56,98%, artinya penerapan biosekuriti, higien dan sanitasi peternakan kelompok I belum baik. Penilaian pelaksanaan biosekuriti, higien dan sanitasi pada peternakan kelompok II dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15. Pelaksanaan Biosekuriti, Higien dan Sanitasi Peternakan Kelompok II No. Data Penilaian Penerapan Biosekuriti
1 2 3 4 5
1 2 3 4 5 6 7
Biosekuriti Sumber Ayam Penanganan Burung/Unggas Liar, Tikus dan Insekta Pengawasan Peti Telur Biosekuriti Peternakan Ayam Penanganan Ayam Sakit/Mati Total Biosekuriti Higien Sanitasi Pekerja Peternakan Higien Sanitasi Pengunjung/Tamu Sanitasi Kandang Gudang Penyimpanan Telur Gudang Pakan Higien Penanganan Telur Sanitasi Peternakan Total Higien dan Sanitasi Bobot Total Akhir
Keterangan : Nilai akhir <60 Nilai akhir 60-70 Nilai akhir >70-80 Nilai akhir >80
Kepemilikan >50.000 TH NW KM TT SG (250.000) (90.000) (90.000) (100.000) (100.000) --------------------------- % ---------------------------10,0 10,0 10,0 10,0 10,0 5,0 10,0
10,0 10,0
10,0 10,0
10,0 10,0
10,0 0
25,0
15,0
25,0
25,0
25,0
30,0 80,0
30,0 75,0
30,0 85,0
30,0 85,0
15,0 60,0
12,5
12,5
12,5
12,5
12,5
5,0 17,5 5,0 2,5 10,0 17,5 70,0 75,0
5,0 17,5 5,0 2,5 10,0 17,5 70,0 75,5
5,0 17,5 5,0 2,5 10,0 17,5 70,0 77,5
5,0 17,5 5,0 2,5 10,0 17,5 70,0 76,2
5,0 17,5 5,0 2,5 10,0 17,5 70,0 65,0
: tidak baik : cukup baik : baik : sangat baik
Pelaksanaan biosekuriti, higien dan sanitasi pada peternakan ayam kelompok kepemilikan lebih dari 50.000 ekor ayam petelur terlaksana dengan baik. Peternakan kelompok II lebih baik dalam penerapan biosekuriti serta higien sanitasi
dibandingkan dengan peternakan kelompok I. Hal ini disebabkan peternakan melaksanakan poin-poin biosekuriti dan higien sanitasi dengan baik walaupun tidak seluruh poin dilakukan di peternakan. Rataan pelaksanaan biosekuriti pada kelompok kepemilikan lebih dari 50.000 ekor ayam petelur bernilai 77%, artinya bahwa penerapan biosekuriti kelompok II sudah dilaksanakan dengan baik. Rataan pelaksanaan higien dan sanitasi pada kelompok kepemilikan lebih dari 50.000 ekor ayam petelur bernilai 70,0%, artinya bahwa penerapan higien dan sanitasi kelompok II sudah dilaksanakan dengan cukup baik. Rataan total keseluruhan pelaksanaan biosekuriti, higien dan sanitasi bernilai 73,84%, artinya penerapan biosekuriti, higien dan sanitasi peternakan kelompok II sudah dilaksanakan dengan baik. Biosekuriti, higien dan sanitasi belum dilakukan oleh kelompok kepemilikan 10.000-50.000 ekor dengan baik, sedangkan kelompok kepemilikan lebih dari 50.000 sudah melaksanakan biosekuriti, higien dan sanitasi dengan baik. 1. Penilaian Penerapan Biosekuriti Penerapan biosekuriti, higien dan sanitasi pada masing-masing peternakan berbeda-beda. Terdapat beberapa poin dalam penilaian aspek tersebut. Aspek-aspek tersebut adalah biosekuriti sumber ayam, penanganan burung/unggas liar, tikus dan insekta, pengawasan peti telur, biosekuriti peternakan ayam dan penanganan ayam sakit/mati. Biosekuriti Sumber Ayam. DOC pada semua peternakan yang dikunjungi pada umumnya berasal dari PT Phokphand. Bibit anak ayam petelur yang akan dipelihara diutamakan berasal dari pembibitan ayam ras bibit induk tipe petelur yang mempunyai izin usaha peternakan dari pemerintah (Kepmentan, 2001). Pengiriman DOC atau ayam baru pada saat masuk ke peternakan umumnya tidak disertai dengan SKKH (Surat Keterangan Kesehatan Hewan). Selama ini penyertaan SKKH pada peternakan ayam petelur memang jarang diterapkan. Sebagian peternakan hanya diberi surat jalan saja tanpa diberi SKKH dan diberi jaminan dari perusahaan peternakan asal bibit bahwa ayam telah diberikan vaksin untuk beberapa penyakit. SKKH ini sangat penting untuk mengetahui kesehatan DOC yang akan masuk ke
peternakan, dimana ayam hidup yang akan masuk peternakan berpotensi membawa agen penyakit. Isolasi merupakan penempatan atau pemeliharaan hewan di dalam lingkungan yang terkendali atau terpisah. Isolasi ayam baru masuk ke area peternakan dilakukan oleh beberapa peternakan. Peternakan kelompok II melakukan isolasi secara keseluruhan sedangkan kelompok I tidak. Hal ini disebabkan kelompok I
mayoritas
tidak
menggunakan
DOC
pada
pemeliharaannya
melainkan
menggunakan pulet. Pulet adalah ayam petelur umur 13 minggu sampai masuk masa prelayer (16-18 minggu). Ayam baru (DOC) masuk area peternakan langsung dimasukkan ke dalam kandang khusus yang terpisah dari kandang ayam dewasa, sedangkan pulet langsung dimasukkan ke dalam kandang produksi tanpa dilakukan isolasi sebelumnya. Isolasi dilakukan dengan pembersihan kandang dan disertai pemberian antibiotik pada DOC melalui pernafasan. Penanganan Burung/Unggas Liar, Tikus dan Insekta. Hewan yang berpotensi sebagai hewan pengganggu dalam peternakan ayam petelur adalah burung/unggas liar, tikus dan insekta. Lokasi peternakan yang bagus harus tidak mudah dimasuki binatang-binatang pengganggu tersebut sehingga peternak harus melakukan desinfeksi kandang dan peralatan, penyemprotan terhadap serangga dan lalat, secara teratur pembasmian dilakukan terhadap hama-hama lainnya dengan menggunakan desinfektan yang aman bagi lingkungan (Kepmentan, 2001). Peternakan pada kedua kelompok melakukan penanganan terhadap insekta, sedangkan penanganan terhadap burung dan tikus jarang dilakukan. Penanganan insekta pada umumnya dilakukan dengan pemberian insektisida seperti Snip, Betasit, Larvadex, Agita dan Ratoli pada periode tertentu saja terutama pada saat musim hujan. Tikus sering ditemui di gudang pakan, jika tikus tersebut memasuki karung pakan kemudian pakan diberikan kepada ayam maka akan berbahaya. Hal tersebut mampu menimbulkan penyakit zoonosis karena tikus merupakan reservoir Salmonella sp. terutama Salmonella pullorium yang dapat menyebabkan penyakit sehingga dilakukan penanganan terhadap tikus. Pengendalian tikus (pest control) merupakan salah satu program keamanan biologi untuk mengurangi terjadi penyebaran burung-burung liar, serangga, binatang melata dan hewan-hewan lain ke dalam kandang yang berpotensi mempengaruhi
status kesehatan ternak. Meskipun secara teoritis sudah dimengerti namun penerapan di lapangan sering kali tidak konsisten. Kondisi inilah yang sering menimbulkan masalah dalam peternakan meskipun sudah ada upaya melaksanakannya (Vallincourt dan Carver, 1999). Pengawasan dan pengendalian tikus ini harus dilakukan secara berkelanjutan. Sistem pemeliharaan ayam dengan cara all in all out tidak berlaku bagi tikus penghuni kandang yang merupakan agen penular yang sangat potensial pada ayam periode pemeliharaan berikutnya (Vielitz, 1994). Pengawasan Peti Telur.
Mayoritas peternakan kelompok II sudah membuat
peraturan mengenai keluar masuknya peti telur dari luar peternakan harus masuk kembali ke dalam peternakan, sedangkan kelompok I belum memiliki aturan tersebut. Peternakan kelompok II pada umumnya sudah mempunyai gudang pembuatan peti sedangkan peternakan kelompok I belum memilik gudang pembuatan peti. Peti yang masuk dari luar pada kelompok I berasal dari tukang peti dan pertukaran ulang dengan agen telur. Peternakan kelompok I memperbolehkan keluar masuknya peti telur tanpa melakukan disinfeksi terlebih dahulu. Hal ini mengakibatkan kemungkinan mikroorganisme tumbuh pada peti karena kayu merupakan salah satu media yang baik untuk pertumbuhan mikroorganisme. Peti telur yang sudah berkali-kali berpindah dari peternakan satu ke peternakan lainnya tentu menjadi sumber agen patogen penting yang berasal dari luar peternakan. Biosekuriti Peternakan Ayam. Biosekuriti peternakan ayam dilakukan dengan melakukan desinfeksi pada pengunjung, kendaraan maupun peralatan yang masuk ke lokasi peternakan melalui kolam dipping dan spraying. Biosekuriti tersebut sudah dilakukan oleh kelompok II tetapi belum dilakukan oleh kelompok I. Semua peralatan yang baru masuk ke dalam peternakan hendaknya dilakukan isolasi terlebih dahulu dengan pembersihan dan fumigasi. Vaksinasi harus dilakukan secara terpantau oleh dokter hewan di peternakan. Sepuluh peternakan dari kedua kelompok tersebut sudah melakukan isolasi peralatan dan vaksinasi secara teratur sesuai jadwal yang dianjurkan dokter hewan. Berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian (2001) bahwa peternakan ayam petelur harus melakukan tindakan pencegahan (vaksinasi) terhadap penyakit-penyakit unggas sesuai dengan peraturan
perundangan yang berlaku dalam bidang kesehatan hewan. Peternakan ayam petelur sebaiknya menyediakan fasilitas desinfeksi untuk staf dan tamu serta kendaraan di pintu masuk perusahaan peternakan. Penanganan Ayam Sakit/Mati. Isolasi ayam sakit sangat penting dilakukan karena ayam yang sakit atau mati dapat menjadi sumber penyakit berbahaya bagi ayam sehat yang berdekatan dengan kandang isolasi tersebut. Kelompok II sudah memiliki kandang isolasi, hanya satu peternakan yang tidak memiliki. Kelompok I masih banyak yang menyimpan ayam sakit pada kandang kosong dekat kandang ayam sehat yang dikhawatirkan dapat menulari ayam sehat di dalam kandang. Kandang isolasi digunakan untuk ayam sakit (dipatuk ayam lain, lumpuh), sedangkan penyakit menular atau wabah ditangani secara langsung dalam satu kandang. Alat pembersih dari kandang isolasi tidak boleh digunakan pada kandang lain. Ayam yang menderita penyakit menular atau bangkai ayam dan bahan-bahan yang berasal dari hewan bersangkutan tidak dibawa keluar komplek peternakan melainkan harus segera dimusnahkan dengan cara dibakar atau dikubur. Berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian (2001) bahwa setiap terjadi kasus penyakit terutama yang dianggap/diduga penyakit menular segera dilaporkan kepada dinas peternakan setempat. Peternakan ayam petelur sepenuhnya membantu pemerintah dalam usaha pencegahan dan pemberantasan penyakit hewan menular 2. Penilaian Penerapan Higien atau Sanitasi Penerapan higien dan sanitasi pada kedua kelompok kepemilikan ayam di peternakan berbeda-beda. Terdapat beberapa poin dalam penilaian aspek tersebut. Aspek-aspek tersebut adalah higien sanitasi pekerja peternakan, higien sanitasi pengunjung/tamu, sanitasi kandang, gudang penyimpanan telur, gudang pakan, higien penanganan telur dan sanitasi peternakan. Higien Sanitasi Pekerja Peternakan. Pegawai dapat menjadi sumber penyebaran mikroorganisme sehingga perlu adanya pengawasan terhadap kebersihan pegawai di area peternakan. Penerapan higien dan sanitasi terhadap pekerja pada kedua kelompok tersebut belum seutuhnya dilaksanakan karena belum ada aturan terkait mengenai sanitasi personal pegawai. Menurut Keputusan Menteri Pertanian (2001) tenaga kerja yang diperkerjakan hendaknya berbadan sehat dan mendapat pelatihan
teknis produksi kesehatan hewan. Pelatihan rutin terkait dengan biosekuriti, higien dan sanitasi terhadap setiap pekerja di peternakan pada kedua kelompok tidak dilakukan. Karyawan yang sakit berpotensi sebagai sumber pencemar sehingga tidak diperkenankan kontak dengan produk, peralatan dan fasilitas peternakan. Hal yang harus diperhatikan adalah menjaga tidak adanya kontaminan yang masih menempel pada tubuh sehingga dapat menulari ayam di kandang. Pegawai dilarang keluar masuk peternakan ayam yang berbeda pada hari yang sama untuk mencegah masuknya mikroorganisme dari luar ke dalam peternakan. Hal ini dapat diterapkan dengan mencuci tangan, mengganti baju yang kotor, melakukan dipping sepatu atau alas kaki yang digunakan pegawai sebelum masuk area peternakan. Higien Sanitasi Pengunjung/Tamu. Higien sanitasi pengunjung dilakukan dengan adanya pengawasan terhadap pengunjung dan pengunjung harus mengikuti aturan biosekuriti, higien dan sanitasi di peternakan. Hal ini dilakukan karena tidak setiap orang dapat keluar masuk komplek perkandangan yang memungkinkan bisa menularkan suatu penyakit. Higien tersebut belum dilakukan dengan baik oleh kelompok I dan kelompok II. Berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian (2001) bahwa peternakan ayam petelur sebaiknya menyediakan fasilitas desinfeksi untuk staf dan tamu serta kendaraan di pintu masuk perusahaan peternakan. Pengawasan terhadap pengunjung/tamu yang datang umumnya sudah dilakukan. Penerapan higien sanitasi terhadap pengunjung belum dilakukan dengan baik. Pengunjung/tamu belum mengikuti aturan terkait biosekuriti, higien dan sanitasi. Pengunjung hanya diperbolehkan masuk ke area yang dianggap bersih bagi kesehatan ayam (tidak boleh sampai masuk ke dalam area kandang terutama kandang DOC yang rentan penyakit). Salah satu tindakan yang harus dilakukan dalam pengamanan penyakit menurut Keputusan Menteri Pertanian (2001) yaitu peternakan harus mempunyai sistem penghapus hama yang baik bagi lalu lintas kendaraan, orang dan peralatan yang keluar masuk komplek peternakan maupun pada pintupintu masuk kandang, gudang makanan dan lain sebagainya. Sanitasi Kandang. Semua peternakan ayam petelur tersebut melakukan sanitasi dan pembersihan kandang dengan baik. Jadwal pembersihan kandang dan kotoran
berbeda-beda pada setiap peternakan. Semua peternakan melakukan pengosongan kandang sebelum ayam masuk atau pada saat pemindahan ayam dari kandang periode sebelumnya (all in all out). Setelah itu dilakukan pembersihan kandang dari segala jenis kotoran yang berasal dari periode sebelumnya (feses, bulu-bulu ayam, debu) dan memberikan
insektisida
untuk membasmi kutu-kutu
kandang,
mendesinfeksi menggunakan sprayer kemudian menabur kapur pada alas kandang. Bangunan kandang, tempat pakan dan tempat minum dibersihkan dan didisinfeksi kembali. Kandang battery dibersihkan, dilakukan pengapuran rak cage (kayu) dan memperbaiki fasilitas-fasilitas kandang yang mengalami kerusakan. Seluruh isi kandang disemprot disinfektan. Disinfektan yang digunakan adalah Long Life, Safety Guard, Firkon, Biosit dan BKC. Alas kandang brooder ditaburi sekam yang telah didesinfeksi. Disinfeksi dilakukan satu atau dua hari sebelum pulet masuk kandang. Tindakan yang harus dilakukan dalam pengamanan penyakit yaitu peternak harus melakukan pembersihan dan pencucian kandang baik terhadap kandang yang telah dikosongkan maupun sebelum ternak berikutnya masuk ke dalam kandang. Tindakan lain yang dapat dilakukan adalah menjaga kebersihan serta sanitasi seluruh peternakan, tidak terdapat ternak dan unggas lain yang dapat sebagai penghantar penyakit menular dan mempunyai sistem penghapus hama yang baik bagi lalu lintas kendaraan, orang dan peralatan yang keluar masuk peternakan (Kepmentan, 2001). Gudang Penyimpanan Telur.
Peternakan ayam petelur pada kedua kelompok
belum memiliki struktur bangunan yang menunjang higien dan sanitasi telur yang baik. Gudang telur yang baik menurut President’s Council on Food Safety (1999) memiliki beberapa kriteria seperti lantai dan dinding terbuat dari bahan yang mudah dibersihkan dan dilakukan disinfektan, pertemuan dinding dan lantai cekung sehingga memudahkan dalam pembersihan, adanya langit-langit yang terbuat dari bahan yang tidak mudah mengelupas, ventilasi yang baik untuk menjaga aliran udara di dalam ruangan yang baik, serta penerangan yang memadai. Gudang telur kelompok II dan sebagian pada kelompok I sudah cukup baik yaitu memiliki ventilasi yang cukup baik, terdapat langit-langit yang terbuat dari triplek serta penerangan yang sudah cukup baik, namun masih ada yang belum memiliki ventilasi dan penerangan yang baik. Suhu dan kelembaban gudang telur
mengikuti suhu dan kelembaban rata-rata kandang yaitu 25 0-300C dan kelembaban udara 70 %. Gudang Pakan. Kondisi gudang pakan belum memiliki struktur bangunan yang menunjang higien dan sanitasi telur yang baik. Peternakan ayam petelur yang dikunjungi umumnya membeli pakan dari pabrik dan hanya beberapa saja yang membuat pakan sendiri. Pakan yang digunakan harus cukup dan sehat serta berkualitas sesuai dengan standar yang telah ditetapkan dalam DSN (1995) dan berasal dari pabrik pakan yang sudah memiliki izin (Kepmentan, 2001). Konstruksi gudang pakan pada kedua kelompok peternakan umumnya beralaskan lantai semen, beratap asbes, seng dan genteng, berdinding bahan batako, kawat dan seng. Peternakan kelompok II sudah hampir memiliki struktur gudang pakan yang cukup baik dengan dilengkapi ventilasi udara kandang yang cukup, atap kandang dengan menggunakan asbes dan beralaskan lantai semen. Suhu dan kelembaban gudang pakan mengikuti suhu dan kelembaban rata-rata kandang yaitu 250-300C dan kelembaban udara 70%. Higien Penanganan Telur.
Higien penanganan telur pada kedua kelompok
peternakan dilakukan dengan cukup baik. Telur dari kandang sebagian besar ditampung terlebih dahulu pada egg tray plastik bersih yang kemudian dilakukan pemisahan antara telur yang bagus dan telur retak di gudang telur. Hal ini dilakukan untuk mencegah telur yang baik terkontaminasi agen patogen yang mungkin terdapat pada telur kotor atau retak. Telur retak biasanya dijual kepada masyarakat sekitar peternakan dan tukang kue. Telur kotor dibersihkan dengan menggunakan lap kering tanpa dicuci dengan air. Telur kemudian ditimbang dan dimasukkan ke dalam peti kayu yang sebelumnya ditaburi sekam bersih guna mencegah terjadinya telur pecah selama perjalanan yang selanjutnya akan didistribusikan ke agen telur. Distribusi telur pada kedua kelompok peternakan tersebut tidak menggunakan mobil boks tertutup melainkan dengan menggunakan mobil truk terbuka. Hal ini memungkinkan telur terkontaminasi selama diperjalanan karena alat angkut yang digunakan tidak tertutup. Sanitasi Peternakan. Air yang digunakan oleh seluruh peternakan tersebut memenuhi persyaratan air bersih, yaitu menggunakan air tanah untuk minum ternak
dan kegiatan peternakan lainnya. Hal tersebut sesuai dengan Keputusan Menteri Pertanian (2001) bahwa persyaratan air untuk peternakan yaitu air yang digunakan harus memenuhi baku mutu air yang sehat yang dapat diminum oleh manusia dan ternak serta tersedia sepanjang tahun. Air diperiksa di laboratorium tetapi tidak rutin satu tahun satu kali, hanya sekali di awal karena disarankan oleh dinas peternakan setempat sehingga jelas air yang digunakan aman dan sehat untuk digunakan dalam peternakan. Kotoran ayam dan sampah yang terdapat di lingkungan peternakan dapat menjadi salah satu sumber pencemaran di peternakan. Pengambilan sampah dan kotoran ayam dilakukan secara teratur di peternakan. Waktu pengambilan feses dilakukan berbeda-beda tiap peternakan, ada yang setiap hari diangkut, dua kali dalam satu minggu, satu minggu satu kali dan ada juga yang diambil secara tidak teratur sesuai penuhnya tempat feses. Sampah pada semua peternakan dibersihkan setiap hari dan dibakar karena dapat mencemari lingkungan peternakan.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Jumlah kepemilikan ayam petelur tidak mempengaruhi kualitas fisik telur ayam (bobot telur, nilai pH, HU dan ketebalan kerabang). Kualitas mikrobiologi telur ayam konsumsi menunjukkan bahwa kualitas telur ayam belum memenuhi keamanan pangan. Biosekuriti, higien dan sanitasi belum diaplikasikan sepenuhnya oleh kelompok peternakan ayam petelur dengan kepemilikan 10.000-50.000 ekor, sedangkan kelompok kepemilikan lebih dari 50.000 ekor sudah melaksanakan biosekuriti, higien dan sanitasi dengan baik. Saran Telur ayam yang diteliti masih dideteksi adanya Salmonella sp., sedangkan di dalam telur konsumsi menurut standar SNI 01-6366-2000 seharusnya tidak ada (negatif) Salmonella. Konsumen perlu berhati-hati dalam melakukan penanganan maupun pengolahan telur sehingga tidak beresiko sebagai sumber penyakit. Penelitian lebih lanjut disarankan mengkaji pengaruh suhu dan waktu pemanasan terhadap kualitas mikrobiologi telur khususnya Salmonella untuk memberi informasi kepada masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA Arzey, G. and E. Mac Arthur. 2007. NSW Biosecurity Guidelines for Free Range Poultry Farms. NSW Department of Primary Industries, State of New South Wales. Baumler, A. J., B. M. Hargis and R. M. Tsolis. 2000. Tracing origin of Salmonella outbreaks. Science 287(5450): 50−52. Brown, A. 2000. Understanding Food Principle and Preparation. Wadsworth University of Hawaii, Hawaii. Buckle, K. A., R. A. Edwards, G. H. Fleet dan M. Wooton. 1987. Ilmu Pangan. Terjemahan: Purnomo dan Adiono. Universitas Indonesia Press, Jakarta. Cullor, J. S. 1997. Risk and prevention of contaminant of dairy products. Rev. Sci. Tech. 16(2): 472−481. Dewan Standardisasi Nasional. 1992. SNI 01-2897-1992. Metode Pengujian Cemaran Mikroba, Standar Nasional Indonesia, Jakarta. Dewan Standardisasi Nasional. 1995. SNI 01-3926-1995. Telur Ayam Konsumsi. Standar Nasional Indonesia, Jakarta. Dewan Standardisasi Nasional. 2000. SNI 01-6366-2000. Batas Maksimum Cemaran Mikroba pada Telur. Standar Nasional Indonesia, Jakarta. Doyle, M. P. and D. O. Cliver. 1990. Salmonella: foodborne diseases D. O. Cliver. Academic Press, Inc., 185-204. Ewen, S. A. and W. B. McNab. 1997. Contaminants of nonbiological origin in foods from animals. Rev. Sci. Tech. Off. Int. Epiz. 16(2): 684−693. Fardiaz, D. 1992. Mikrobiologi Pengolahan Pangan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Fardiaz, S. 1996. Strategi Riset Bidang Mikrobiologi untuk Meningkatkan Keamanan Pangan di Indonesia. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Ferrier, L. K., Lesson, B. J. Holub, L. Easton and E. J. Squires. 1994. High linolenic acid eggs and their influence on blood lipids in humans. In : Sim, J. S. and S. Nakai (Eds.). Eggs Uses and Processing Technologies. CAB International, Kanada. Gorris, L. G. M. 2005. Food Safety Objective: An integral part of food chain management. Food Control 16: 801−809. Hardjosworo, E. G., P. S. Rukmiasih dan Ernawati. 1989. Penanganan Hasil Ternak. Fakultas Politeknik Pertanian Institut Pertanian Bogor, Bogor. Harmayani, E., E. Santoso, T. Utami dan S. Raharjo. 1996. Identifikasi bahaya kontaminasi S. aureus dan titik kendali kritis pada pengolahan produk daging ayam dalam usaha jasa boga. Agrotech, Majalah Ilmu dan Teknologi Pertanian 16 (3): 7−15.
Horrox, N. 1997. Salmonella-a practical overview. International Hatchery Practice, 12 (12): 15-17. [Kepmentan] Keputusan Menteri Pertanian. 2001. Pedoman Budidaya Ternak Ayam Petelur yang Baik (Good Farming Practices), Jakarta. Keswandani, R. 1996. Identifikasi titik pengendalian kritis pengolahan produk daging dan ikan dari industri jasa boga golongan A-2 terhadap cemaran bakteri Salmonella sp. Skripsi. Jurusan Pengolahan Hasil Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Levy, P. S. and S. Lemeshow. 1999. Sampling of Population. 3rd Ed. John Willey and Sons. Inc., Kanada. Messens, W., K. Grijspeerdt and L. Herman. 2005. Eggshell penetration by Salmonella. Journal World Poultry Sci. 61 (1) : 71-85 Michalski, C. B., R. E. Brackett, Y. C. Hung and G. O. I. Ezeike. 1999. Use of capillary tubes and plate heat exchanger to validate U.S. Department of Agriculture pasteurization protocols for elimination of Salmonella enteritidis from liquid egg products. Journal Food Protect. 62 (2) : 112-117 Mine, Y. 2008. Egg Bioscience and Biotechnology. Department of Food Science University of Guelph. Wiley-interscienc A John Wiley & Sons, Inc., Publication. Mountney, G. J. 1976. Poultry Product Technology. The 2 nd Ed. The AVI Publishing Company, Inc. Westport, Connecticut. Nort, M. O. and D. D. Bell. 1990. Commercial Chicken Production Manual. The 4th Ed. AVI Publishing Company Inc. Westport, Connecticut. Payne, J. B., E. C. Kroger and S. E. Watkins. 2002. Evaluation of litter treatment on Salmonella recovery from poultry litter. Journal Appl. Poult. Res. 11: 239243. Rasyaf, M. 1994. Beternak Ayam Petelur. Penebar Swadaya, Bogor. Romanoff, A. L. dan A. J. Romanoff. 1963. The Avian Eggs. John Willey and Sons, Inc, New York. Sartika, R. A. D., Y. M. Indrawani dan T. Sudiarti. 2005. Analisis mikrobiologi Escherichia coli O157:H7 pada hasil olahan hewan sapi dalam proses produksinya. Makara Kesehatan. 9 (1) : 23-28 Siagian, A. 2002. Mikroba patogen pada makanan dan sumber pencemarannya. Fakultas Kesehatan Masyarakat. USU. http://www.library.usu.ac.id [25 November 2009] Sisson, S. 1953. The anatomy of the domestic animals. The 4th Ed. W. B. Saunders Company. Philadelphia, 940. Stadelman, W. J. and O. J. Cotterill. 1995. Egg Science and Technology. 2 nd Ed. The Avi Publ. Co. Inc. Rahway, New York.
Steel, R. G. D dan J. H Torrie. 1993. Prinsip dan Prosedur Statistika. Suatu Pendekatan Biometrik. Terjemahan. Bambang Sumantri. Edisi Dua. Gramedia Pustaka Umum, Jakarta. Trioso, P. 2008. Pelatihan Penyusunan SOP Penanganan Susu dan Telur. Dinas Peternakan, Bandung. [USDA] United States Department of Agriculture. 2000. Egg Grading Manual. Federal Crop Insurance Corporation (FCIC), Washington DC. Vaillancourt, J. P. and D. K. Carver. 1999. Biosecurity: Perception is not reality, Poultry Digest, 28-30. Vielitz, E. 1994. Salmonella control programmes worldwide. Poultry International. March, 32- 38. Well, R. G. and C. G. Belyavin. 1987. Egg Quality-Current Problems and Recent Advance. Poultry Science Symposium 20. Butterworths, Borough Green, Sevenoaks, Kent TN 15 8 PH, England. Winarno, F. G. 2002. Telur: Komposisi, Penanganan dan Pengolahannya. M-Brio Press, Bogor.
UCAPAN TERIMA KASIH Puji syukur Alhamdulillah, penulis sampaikan kehadirat Allah SWT yang selalu melimpahkan nikmat-Nya yang tak terhingga sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dan studi ini. Salawat dan salam semoga selalu kita curahkan untuk suri tauladan kita Nabi Muhammad saw. Terimakasih penulis sampaikan kepada Ibunda tercinta Ida Widiarsih, Bapak R. Teddy Muchtar (Alm.), Adik Muhammad Herlan dan seluruh keluarga tersayang atas segala bantuan doa, semangat, dan dukungan batin sehingga penulis dapat menyelesaikan studi di IPB. Penulis menyampaikan terima kasih kepada Ir. Hotnida C. H. Siregar, MSi. selaku pembimbing akademik, Zakiah Wulandari STP., MSi. selaku pembimbing utama, atas bimbingannya yang berharga selama penulis belajar di IPTP, melakukan penelitian dan menyusun skripsi. Dr. Ir. Rarah Ratih Adjie Maheswari, DEA selaku pembimbing anggota atas semua bimbingan, masukan dan arahannya selama penulis melakukan penelitian dan penyusunan skripsi ini hingga tahap akhir. Tidak lupa penulis sampaikan terima kasih kepada pihak Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor, khususnya Bapak Ir. Wawan Setiawan H., MM., dan Bapak Indra Ridarta, S.E., dan Bapak Udin atas bantuan selama observasi ke peternakan di Kabupaten Bogor. Ucapan terima kasih kepada para peternak ayam petelur di Kabupaten Bogor atas bantuannya dan Bapak Dr. Hardy Priohutomo pemilik peternakan ayam petelur Purwasari Cicurug, Sukabumi. Staf Laboratorium bagian Teknologi Hasil Ternak, Bu Iyom dan teman-teman penelitian lab. pengolahan susu yaitu Lia, Vivin, Awlia, Hida, Ema, Marifah, Mba Wida, Oca dan Adri. Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada Talkhishul Abid, Indra Maulana Yusup, Dianti, Tia, Ade Irma, Nolis dan Anggi atas dukungan, doa serta bantuan selama penelitian. Semua kebaikan yang telah diberikan hanya Allah yang pantas membalasnya. Akhir kata, penulis sampaikan terima kasih kepada civitas akademika Fakultas Peternakan, khususnya IPTP 42 serta kepada semua pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kemajuan dunia pendidikan dan peternakan. Amin. Bogor, Januari 2010
Penulis
LAMPIRAN
Lampiran 1. Analisis Ragam Bobot Telur Sumber
db
JK
KT
F hitung
Nilai P
Peternakan
1
13,69
13,69
1,13
0,318
Galat
8
96,65
12,08
Total
9
110,34
KT
F hitung
Nilai P
0,16
0,704
F hitung
Nilai P
0,70
0,427
F hitung
Nilai P
0,86
0,382
Lampiran 2. Analisis Ragam Nilai HU Sumber
db
JK
Peternakan
1
7,73
7,73
Galat
8
398,66
49,83
Total
9
406,38
Lampiran 3. Analisis Ragam Ketebalan Kerabang Sumber
db
JK
KT
Peternakan
1
0,0006400
0,0006400
Galat
8
0,0073200
0,0009150
Total
9
0,0079600
Lampiran 4. Analisis Ragam Nilai pH Sumber
db
JK
KT
Peternakan
1
0,01156
0,01156
Galat
8
0,10800
0,01350
Total
9
0,11956
Lampiran 5. Checklist Audit Biosekuriti, Higien dan Sanitasi Peternakan TH No.
Data Penilaian Penerapan Biosekuriti
Bobot Nilai (%)
Ya (1)/ Tidak (0)
I
Biosekuriti Sumber Ayam
1
Pengiriman DOC atau ayam baru masuk tersebut disertai dengan Surat Keterangan Kesehatan Hewan (SKKH)
10,0
0
0
2
Dilakukan isolasi sebelum ayam baru masuk ke area peternakan
10,0
1
10,0
Total I
20,0
Nilai
Penanganan Burung/Unggas Liar Tikus dan Insekta
1
Dilakukan penanganan burung/unggas liar
5,0
0
0
2
Dilakukan penanganan tikus
5,0
0
0
3
Dilakukan penanganan insekta dengan insektisida
5,0
1
5,0
15,0
III
Pengawasan Peti Telur
1
Tidak ada peti dari luar yang boleh masuk peternakan
10,0
Total III
10,0
IV
Biosekuriti Peternakan Ayam
1
Memiliki kolam dipping dan tempat spraying pada pintu masuk untuk kendaraan, peralatan dan orang
2
Adanya isolasi sebelum peralatan masuk ke area peternakan
3
Pelaksanaan belum baik. Hanya melakukan desinfeksi terhadap insekta dengan Ratoli
5,0
1
10,0
Pelaksanaan sudah baik dengan adanya gudang pembuatan peti telur
10,0
10,0
1
10,0
5,0
1
5,0
Dilakukan vaksinasi secara lengkap dan terpantau sesuai kebutuhan
10,0
1
10,0
Total IV
25,0
Pelaksanaan sudah baik. Hanya memilki spraying untuk kendaraan saja
25,0
V
Penanganan Ayam Sakit/Mati
1
Ayam yang sakit diisolasi pada kandang terpisah dan cukup jauh dari kandang unggas sehat
15,0
1
15,0
2
Adanya dokter hewan peternakan
15,0
1
15,0
Total V
30,0
30,0
100,0
80,0
Total Nilai Penerapan Biosekuriti
Pelaksanaan belum baik. DOC berasal dari PT Phokphand dan hanya disertai surat jalan
10,0
II
Total II
Keterangan
Pelaksanaan sudah baik. Dokter hewan didatangkan dari petugas vaksin
Lampiran 5. Checklist Audit Biosekuriti, Higien dan Sanitasi Peternakan TH (Lanjutan) No.
Data Penilaian Penerapan Higien Sanitasi
Bobot Nilai (%)
Ya (1)/ Tidak (0)
Nilai
I
Higien Sanitasi Pekerja Peternakan
1
Adanya pemeriksaan status kesehatan pekerja secara rutin (minimum 1 tahun sekali)
7,5
0
0
2
Pekerja memakai pakaian kerja yang bersih dan sepatu bot
5,0
0
0
3
Pekerja tidak memakai perhiasan di dalam area kandang (gelang, cincin, jam tangan)
2,5
1
2,5
4
Pekerja berperilaku bersih/higienis
5,0
1
5,0
5
Terdapat pelatihan rutin terhadap setiap pekerja terkait dengan biosekuriti, higien dan sanitasi
5,0
1
5,0
Total I
25,0
Keterangan
Pelaksanaan belum baik. Pelatihan berupa seminar dari pihak vaksin/obat
12,5
II
Higien Sanitasi Pengunjung/Tamu
1
Adanya pengawasan terhadap pengunjung/tamu
5,0
1
5,0
2
Pengunjung/tamu mengikuti aturan terkait biosekuriti, higien dan sanitasi
2,5
0
0
Total II
7,5
0
5,0
Pelaksanaan belum baik. Tamu dibatasi masuk ke area tertentu saja
III
Sanitasi Kandang
1
Mengosongkan kandang dari ayam periode sebelumnya (all in all out)
2,5
1
2,5
Pelaksanaan sudah baik.
2
Membersihkan kandang dari segala jenis kotoran yang berasal dari periode sebelumnya (misalnya: feses, bulu-bulu ayam, debu) dan memberikan insektisida untuk membasmi kutu-kutu kandang, mendesinfeksi menggunakan sprayer kemudian mengapur alas kandang
5,0
1
5,0
3
Alas kandang brooder ditaburi sekam yang telah didesinfeksi
2,5
1
2,5
4
Mendesinfeksi alat-alat kandang (tempat pakan, tempat minum)
5,0
1
5,0
5
Menjaga kebersihan lingkungan sekitar kandang dengan melakukan penyemprotan desinfektan secara berkala
2,5
1
2,5
Pembersihan dan disinfeksi kandang dilakukan pada saat DOC masuk ke peternakan. Desinfektan yang digunakan adalah Long life dan Safety guard
Total III
17,5
17,5
Lampiran 5. Checklist Audit Biosekuriti, Higien dan Sanitasi Peternakan TH (Lanjutan) No.
Data Penilaian Penerapan Higien Sanitasi
Bobot Nilai (%)
Ya (1)/ Tidak (0)
Nilai
Keterangan
IV
Gudang Penyimpanan Telur
1
Memiliki struktur bangunan yang menunjang higien dan sanitasi telur
2,5
1
2,5
2
Terdapat fasilitas cuci tangan yang dilengkapi dengan air bersih, sabun cair, tisu/hand dryer, tempat sampah tertutup
2,5
0
0
3
Kelembapan gudang penyimpanan telur tidak boleh lebih dari 80%
2,5
1
2,5
Pelaksanaan belum baik. Hanya terdapat kamar mandi. Gudang penyimpanan telur pada suhu ruang
4
Suhu gudang penyimpanan telur antara 1215 oC
2,5
0
0
Total IV
10,0
5,0
V
Gudang Pakan
1
Memiliki struktur bangunan dan fasilitas higien sanitasi pakan
2,5
1
2,5
2
Kelembaban gudang pakan tidak boleh lebih dari 40%
2,5
0
0
3
Suhu gudang pakan antara 12-15 oC
2,5
0
0
Total V
7,5
2,5
VI
Higien Penanganan Telur
1
Adanya pemisahan antara telur kotor/retak dengan telur baik
5,0
1
5,0
2
Penanganan telur kotor tidak dicuci, hanya di lap
2,5
1
2,5
3
Telur disimpan dengan egg tray/peti baru
2,5
1
2,5
4
Egg tray/peti disimpan di atas palet plastik yang bersih dan terawat
2,5
0
0
5
Distribusi telur dengan mobil boks tertutup
2,5
0
0
Total VI
15,0
Sanitasi Peternakan
1
Air yang digunakan memenuhi persyaratan air bersih
7,5
1
7,5
2
Air diperiksa di laboratorium secara teratur (minimal 1 tahun sekali)
5,0
1
5,0
3
Pengambilan sampah dan feses ayam dilakukan secara teratur
5,0
1
5,0
Total Nilai Penerapan Higien Sanitasi
Pelaksanaan belum baik. Distribusi dilakukan setiap pagi dengan mobil truk terbuka
10,0
VII
Total VII
Pelaksanaan belum baik. Suhu gudang pakan yaitu pada suhu ruang
17,5
17,5
100
70,0
Pelaksanaan sudah baik. Pemeriksaan air dilakukan hanya tidak setiap tahun. Sampah dibakar
Lampiran 5. Checklist Audit Biosekuriti, Higien dan Sanitasi Peternakan TH (Lanjutan) No.
Aspek yang Dinilai
Bobot (%)
Total Nilai
Nilai Akhir (Bobot % x Total Nilai)
1
Penilaian biosekuriti
50,0
80,0
40,0
2
Penilaian higien sanitasi
50,0
70,0
35,0
Hasil Akhir
100,0
75,0
Keterangan : Nilai akhir <60 Nilai akhir 60-70 Nilai akhir >70-80 Nilai akhir >80
: tidak baik : cukup baik : baik : sangat baik
Nilai akhir yang diperoleh sebesar 75,0 karena nilai akhir ini berada diantara kisaran antara 60-70 maka dapat disimpulkan bahwa peternakan TH sudah melaksanakan biosekuriti, higien dan sanitasi peternakan petelur dengan baik. Lampiran 6. Checklist Audit Biosekuriti, Higien dan Sanitasi untuk Peternakan NR No.
Data Penilaian Penerapan Biosekuriti
I
Biosekuriti Sumber Ayam
1
Pengiriman DOC atau ayam baru masuk tersebut disertai dengan Surat Keterangan Kesehatan Hewan (SKKH)
2
Bobot Nilai (%)
Ya (1)/ Tidak (0)
Nilai
Keterangan
10,0
0
0
Dilakukan isolasi sebelum ayam baru masuk ke area peternakan
10,0
0
0
Pelaksanaan belum baik. Hanya diberi surat jalan saja. Langsung ditempatkan di kandang pullet
Total I
20,0
0
II
Penanganan Burung/Unggas Liar, Tikus dan Insekta
1
Dilakukan penanganan burung/unggas liar
5,0
0
0
2
Dilakukan penanganan tikus
5,0
0
0
3
Dilakukan penanganan insekta dengan insektisida
5,0
1
5,0
Total II
15,0
5,0
Pelaksanaan belum baik. Hanya dilakukan penanganan insekta dengan Ratoli
Lampiran 6. Checklist Audit Biosekuriti, Higien dan Sanitasi untuk Peternakan NR (Lanjutan) No.
Data Penilaian Penerapan Biosekuriti
III
Pengawasan Peti Telur
1
Tidak ada peti dari luar yang boleh masuk peternakan
10,0
Total III
10,0
IV
Biosekuriti Peternakan Ayam
1
Memiliki kolam dipping dan tempat spraying pada pintu masuk untuk kendaraan, peralatan dan orang
2
Adanya isolasi sebelum peralatan masuk ke area peternakan
3
Bobot Nilai (%)
Ya (1)/ Tidak (0)
Nilai
Keterangan
0
0
Pelaksanaan belum baik. Peti dari agen kembali ke peternakan
0
10,0
0
0
5,0
1
5,0
Dilakukan vaksinasi secara lengkap dan terpantau sesuai kebutuhan
10,0
1
10,0
Total V
25,0
15,0
V
Penanganan Ayam Sakit/Mati
1
Ayam yang sakit diisolasi pada kandang terpisah dan cukup jauh dari kandang unggas sehat
15,0
0
0
2
Adanya dokter hewan peternakan
15,0
1
15,0
Total V
30,0
15,0
100,0
35,0
Total Nilai Penerapan Biosekuriti
Pelaksanaan belum baik. Kendaraan atau tamu masuk tanpa dilakukan disinfeksi
Pelaksanaan belum baik. Hanya disimpan di kandang kosong yang jaraknya masih berdekatan dengan kandang ayam sehat. Dokter hewan dari pihak vaksin
Data Penilaian Penerapan Biosekuriti I
Higien Sanitasi Pekerja Peternakan
1
Adanya pemeriksaan status kesehatan pekerja secara rutin (minimum 1 tahun sekali)
7,5
0
0
2
Pekerja memakai pakaian kerja yang bersih dan sepatu bot
5,0
0
0
3
Pekerja tidak memakai perhiasan di dalam area kandang (gelang, cincin, jam tangan)
2,5
1
2,5
Pelaksanaan belum baik. Pelatihan kepada pekerja yaitu dengan diberikan pengarahan
Lampiran 6. Checklist Audit Biosekuriti, Higien dan Sanitasi untuk Peternakan NR (Lanjutan) No.
Data Penilaian Penerapan Higien
4
Pekerja berperilaku bersih/higienis
5
Terdapat pelatihan rutin terhadap setiap pekerja terkait dengan biosekuriti, higien dan sanitasi Total I
Bobot Nilai (%)
Ya (1)/ Tidak (0)
Nilai
5,0
1
5,0
5,0
1
5,0
25,0
12,5
II
Higien Sanitasi Pengunjung/Tamu
1
Adanya pengawasan terhadap pengunjung/tamu
5,0
1
5,0
2
Pengunjung/tamu mengikuti aturan terkait biosekuriti, higien dan sanitasi
2,5
0
0
Total II
7,5
Sanitasi Kandang
1
Mengosongkan kandang dari ayam periode sebelumnya (all in all out)
2,5
1
2,5
2
Membersihkan kandang dari segala jenis kotoran yang berasal dari periode sebelumnya (misalnya: feses, bulu-bulu ayam, debu) dan memberikan insektisida untuk membasmi kutu-kutu kandang, mendesinfeksi menggunakan sprayer kemudian mengapur alas kandang
5,0
1
5,0
3
Alas kandang brooder ditaburi sekam yang telah didesinfeksi
2,5
1
2,5
4
Mendesinfeksi alat-alat kandang (tempat pakan, tempat minum)
5,0
1
5,0
5
Menjaga kebersihan lingkungan sekitar kandang dengan melakukan penyemprotan desinfektan secara berkala
2,5
1
2,5
17,5
Gudang Penyimpanan Telur
1
Memiliki struktur bangunan yang menunjang higien dan sanitasi telur
2,5
0
0
2
Terdapat fasilitas cuci tangan yang dilengkapi dengan air bersih, sabun cair, tisu/hand dryer, tempat sampah tertutup
2,5
0
0
3
Kelembapan gudang penyimpanan telur tidak boleh lebih dari 80%
2,5
1
2,5
4
Suhu gudang penyimpanan telur antara 1215 oC
2,5
0
0
10,0
Pelaksanaan sudah baik. Kotoran diangkut ke karung dan tidak menentu waktunya. Desinfektan yang digunakan adalah Firkon, Biosit dan BKC.
17,5
IV
Total IV
Pelaksanaan belum baik.
5,0
III
Total III
Keterangan
2,5
Pelaksanaan belum baik. Suhu gudang telur yaitu suhu ruang. Rata-rata kelembaban di Kab. Bogor adalah 80%
Lampiran 6. Checklist Audit Biosekuriti, Higien dan Sanitasi untuk Peternakan NR (Lanjutan) No.
Data Penilaian Penerapan Higien
Bobot Nilai (%)
Ya (1)/ Tidak (0)
V
Gudang Pakan
1
Nilai
Memiliki struktur bangunan dan fasilitas higien sanitasi pakan
2,5
0
0
2
Kelembaban gudang pakan tidak boleh lebih dari 40%
2,5
0
0
3
Suhu gudang pakan antara 12-15 oC
2,5
0
0
Total V
7,5
Higien Penanganan Telur
1
Adanya pemisahan antara telur kotor/retak dengan telur baik
5,0
1
5,0
2
Penanganan telur kotor tidak dicuci, hanya di lap
2,5
1
2,5
3
Telur disimpan dengan egg tray/peti baru
2,5
1
2,5
4
Egg tray/peti disimpan di atas palet plastik yang bersih dan terawat
2,5
0
0
5
Distribusi telur dengan mobil boks tertutup
2,5
0
0
15,0
Sanitasi Peternakan
1
Air yang digunakan memenuhi persyaratan air bersih
7,5
1
7,5
2
Air diperiksa di laboratorium secara teratur (minimal 1 tahun sekali)
5,0
1
1,0
3
Pengambilan sampah dan feses ayam dilakukan secara teratur
5,0
1
5,0
Total Nilai Penerapan Higien Sanitasi
Pelaksanaan belum baik. Distribusi telur dilakukan pada truk terbuka
10,0
VII
Total VII
Pelaksanaan masih belum baik. Gudang pakan tertutup dengan seng. Penyimpanan pakan tidak menggunakan alas kayu
0
VI
Total VI
Keterangan
17,5
17,5
100,0
65,0
Pelaksanaan sudah baik. Waktu pengambilan sampah tidak menentu
Lampiran 6. Checklist Audit Biosekuriti, Higien dan Sanitasi untuk Peternakan NR (Lanjutan) No.
Aspek yang Dinilai
1
Penilaian biosekuriti
2
Penilaian higien sanitasi
Hasil Akhir
Bobot (%)
Total Nilai
Nilai Akhir Bobot (%) x Total Nilai)
50,0
35,0
17,5
50,0
65,0
32,5
100,0
50,0
Keterangan : Nilai akhir <60 Nilai akhir 60-70 Nilai akhir >70-80 Nilai akhir > 80
: tidak baik : cukup baik : baik : sangat baik
Nilai akhir yang diperoleh sebesar 50,0, karena nilai akhir ini bernilai dibawah 60 maka dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan biosekuriti, higien dan sanitasi peternakan petelur pada peternakan NR belum baik sehingga perlu dilakukan peningkatan nilai biosekuriti agar dapat memenuhi GFP ayam petelur yang baik. Lampiran 7. Checklist Audit Biosekuriti, Higien dan Sanitasi untuk Peternakan AT No. I
Data Penilaian Penerapan Biosekuriti
Bobot Nilai (%)
Ya (1)/ Tidak (0)
Nilai Keterangan
Biosekuriti Sumber Ayam 1
Pengiriman DOC atau ayam baru masuk tersebut disertai dengan Surat Keterangan Kesehatan Hewan (SKKH)
10,0
0
0
2
Dilakukan isolasi sebelum ayam baru masuk ke area peternakan
10,0
0
0
Total I
20,0
0
II
Penanganan Burung/Unggas Liar, Tikus dan Insekta
1
Dilakukan penanganan burung/unggas liar
5,0
1
5,0
2
Dilakukan penanganan tikus
5,0
0
0
3
Dilakukan penanganan insekta dengan insektisida
5,0
1
5,0
Total II III 1
Pelaksanaan belum baik. Pemeliharaan ayam tidak dimulai dari DOC
15,0
Pelaksanaan belum baik. Burung diberi racun burung gereja
10,0
Pengawasan Peti Telur Tidak ada peti dari luar yang boleh masuk peternakan
10,0
Total III
10,0
0
0
0
Pelaksanaan belum baik. Peti berasal dari agen telur
Lampiran 7. Checklist Audit Biosekuriti, Higien dan Sanitasi untuk Peternakan AT (Lanjutan) No. IV
Data Penilaian Penerapan Biosekuriti
Bobot Nilai (%)
Ya (1)/ Tidak (0)
Nilai Keterangan
Biosekuriti Peternakan Ayam
1
Memiliki kolam dipping dan tempat spraying pada pintu masuk untuk kendaraan, peralatan dan orang
10,0
0
0
2
Adanya isolasi sebelum peralatan masuk ke area peternakan
5,0
1
5,0
3
Dilakukan vaksinasi secara lengkap dan terpantau sesuai kebutuhan
10,0
1
10,0
Total V
25,0
Pelaksanaan belum baik. Kendaraan dan tamu yang masuk tidak dilakukan disinfeksi
15,0
V
Penanganan Ayam Sakit/Mati
1
Ayam yang sakit diisolasi pada kandang terpisah dan cukup jauh dari kandang unggas sehat
15,0
0
0
2
Adanya dokter hewan peternakan
15,0
1
15,0
Pelaksanaan belum baik. Ayam sakit disimpan di kandang kosong saja. Dokter hewan dari pihak supplier obat kadang atau dari dinas peternakan
Total V Total Nilai Penerapan Biosekuriti
30,0
15,0
100,0
40,0
I
Higien Sanitasi Pekerja Peternakan
1
Adanya pemeriksaan status kesehatan pekerja secara rutin (minimum 1 tahun sekali)
7,5
0
0
2
Pekerja memakai pakaian kerja yang bersih dan sepatu bot
5,0
0
0
1
2,5
3
Pekerja tidak memakai perhiasan di dalam area kandang (gelang, cincin, jam tangan)
2,5
4
Pekerja berperilaku bersih/higienis
5,0
1
5,0
5
Terdapat pelatihan rutin terhadap setiap pekerja terkait dengan biosekuriti, higien, dan sanitasi
5,0
1
5,0
Total I
25,0
12,5
Pelaksanaan belum baik. Pakai kerja tidak seragam. Pelatihan diberikan dengan diberikan pengarahan
Lampiran 7. Checklist Audit Biosekuriti, Higien dan Sanitasi untuk Peternakan AT (Lanjutan) No.
Data Penilaian Penerapan Higien
Bobot Nilai (%)
Ya (1)/ Tidak (0)
Nilai
Keterangan
Pelaksanaan belum baik. Pengunjung harus melapor sebelum ke area peternakan
II
Higien Sanitasi Pengunjung/Tamu
1
Adanya pengawasan terhadap pengunjung/tamu
5,0
1
5,0
2
Pengunjung/tamu mengikuti aturan terkait biosekuriti, higien dan sanitasi
2,5
0
0
Total II
7,5
III
5,0
Sanitasi Kandang
1
Mengosongkan kandang dari ayam periode sebelumnya (all in all out)
2,5
1
2,5
2
Membersihkan kandang dari segala jenis kotoran yang berasal dari periode sebelumnya (misalnya: feses, bulu-bulu ayam, debu) dan memberikan insektisida untuk membasmi kutu-kutu kandang, mendesinfeksi menggunakan sprayer kemudian mengapur alas kandang
5,0
1
5,0
3
Alas kandang brooder ditaburi sekam yang telah didesinfeksi
2,5
1
2,5
4
Mendesinfeksi alat-alat kandang (tempat pakan, tempat minum)
5,0
1
5,0
5
Menjaga kebersihan lingkungan sekitar kandang dengan melakukan penyemprotan desinfektan secara berkala
2,5
1
2,5
Total III IV
17,5
Pelaksanaan sudah baik. Pembersihan kotoran ayam dilakukan satu minggu 2-3 kali
17,5
Gudang Penyimpanan Telur
1
Memiliki struktur bangunan yang menunjang higien dan sanitasi telur
2,5
1
2,5
2
Terdapat fasilitas cuci tangan yang dilengkapi dengan air bersih, sabun cair, tisu/hand dryer, tempat sampah tertutup
2,5
0
0
3
Kelembapan gudang penyimpanan telur tidak boleh lebih dari 80%
2,5
1
2,5
4
Suhu gudang penyimpanan telur antara 1215 oC
2,5
0
0
Total IV V
Gudang Pakan
1
Memiliki struktur bangunan dan fasilitas higien sanitasi pakan
10,0
2,5
Pelaksanaan belum baik. Rata-rata kelembaban Kab. Bogor adalah 80%
5,0
1
2,5
Pelaksanaan belum baik
Lampiran 7. Checklist Audit Biosekuriti, Higien dan Sanitasi untuk Peternakan AT (Lanjutan) No.
Data Penilaian Penerapan Higien
Bobot Nilai (%)
Ya (1)/ Tidak (0)
Nilai
2
Kelembaban gudang pakan tidak boleh lebih dari 40%
2,5
0
0
3
Suhu gudang pakan antara 12-15 o C
2,5
0
0
Total V VI
7,5
2,5
Higien Penanganan Telur
1
Adanya pemisahan antara telur kotor/retak dengan telur baik
5,0
1
5,0
2
Penanganan telur kotor tidak dicuci, hanya di lap
2,5
1
2,5
3
Telur disimpan dengan egg tray/peti baru
2,5
1
2,5
4
Egg tray/peti disimpan di atas palet plastik yang bersih dan terawat
2,5
0
0
5
Distribusi telur dengan mobil boks tertutup
2,5
0
0
Total VI VII
Keterangan
15,0
Pelaksanaan belum baik. Telur yang kotor dilap menggunakan desifektan BKC. Pengangkutan dengan truk terbuka
10,0
Sanitasi Peternakan
1
Air yang digunakan memenuhi persyaratan air bersih
7,5
1
7,5
2
Air diperiksa di laboratorium secara teratur (minimal 1 tahun sekali)
5,0
1
5,0
3
Pengambilan sampah dan feses ayam dilakukan secara teratur
5,0
1
5,0
Total VII Total Nilai Penerapan Higien Sanitasi
17,5
17,5
100,0
70,0
Pelaksanaan sudah baik. Kotoran diangkut ke karung 1 minggu 2-3 kali
Lampiran 7. Checklist Audit Biosekuriti, Higien dan Sanitasi untuk Peternakan AT (Lanjutan) No.
Aspek yang Dinilai
Bobot (%)
Total Nilai
1
Penilaian biosekuriti
50,0
40,0
20,0
2
Penilaian higien sanitasi
50,0
70,0
35,0
Hasil Akhir
100,0
Keterangan : Nilai akhir <60 Nilai akhir 60-70 Nilai akhir >70-80 Nilai akhir > 80
: tidak baik : cukup baik : baik : sangat baik
Nilai Akhir Bobot (%) x Total Nilai)
55,0
Nilai akhir yang diperoleh sebesar 55,0, karena nilai akhir ini berada <60 maka dapat disimpulkan bahwa peternakan AT ini sudah melaksanakan biosekuriti, higien dan sanitasi peternakan petelur dengan kurang baik. Lampiran 8. Checklist Audit Biosekuriti, Higien dan Sanitasi untuk Peternakan SK No.
Data Penilaian Penerapan Biosekuriti
Bobot Nilai (%)
Ya (1)/ Tidak (0)
Nilai
Keterangan
I
Biosekuriti Sumber Ayam
1
Pengiriman DOC atau ayam baru masuk tersebut disertai dengan Surat Keterangan Kesehatan Hewan (SKKH)
10,0
0
10,0
Dilakukan isolasi sebelum ayam baru masuk ke area peternakan
10,0
1
10,0
Pelaksanaan belum baik. DOC yang baru masuk dilakukan isolasi
2
Total I
20,0
10,0
II
Penanganan Burung/Unggas Liar, Tikus dan Insekta
1
Dilakukan penanganan burung/unggas liar
5,0
1
5,0
2
Dilakukan penanganan tikus
5,0
1
5,0
3
Dilakukan penanganan insekta dengan insektisida
5,0
1
5,0
Total II
15,0
III
Pengawasan Peti Telur
1
Tidak ada peti dari luar yang boleh masuk peternakan
10,0
Total III
10,0
IV
Biosekuriti Peternakan Ayam
1
Memiliki kolam dipping dan tempat spraying pada pintu masuk untuk kendaraan, peralatan dan orang
2
Adanya isolasi sebelum peralatan masuk ke area peternakan
3
Pelaksanaan sudah baik. Pencampuran pakan dengan menggunakan Larvadex
15,0
0
0
Pelaksanaan belum baik. Peti berasal dari agen
0
10,0
0
0
5,0
1
5,0
Dilakukan vaksinasi secara lengkap dan terpantau sesuai kebutuhan
10,0
1
10,0
Total V
25,0
15,0
Pelaksanaan belum baik. Tamu dan kendaraan tidak dilakukan disinfeksi sebelum masuk area
Lampiran 8. Checklist Audit Biosekuriti, Higien dan Sanitasi untuk Peternakan SK (Lanjutan) No.
Data Penilaian Penerapan Biosekuriti
Bobot Nilai (%)
Ya (1)/ Tidak (0)
V
Penanganan Ayam Sakit/Mati
1
2
Ayam yang sakit diisolasi pada kandang terpisah dan cukup jauh dari kandang unggas sehat
15,0
1
15,0
Adanya dokter hewan peternakan
15,0
1
15,0
Total V
30,0
30,0
100,0
70,0
Total Nilai Penerapan Biosekuriti
Nilai
No.
Data Penilaian Penerapan Higien Sanitasi
I
Higien Sanitasi Pekerja Peternakan
1
Adanya pemeriksaan status kesehatan pekerja secara rutin (minimum 1 tahun sekali)
7,5
0
0
2
Pekerja memakai pakaian kerja yang bersih dan sepatu bot
5,0
0
0
3
Pekerja tidak memakai perhiasan di dalam area kandang (gelang, cincin, jam tangan)
1
2,5
4
Pekerja berperilaku bersih/higienis
5,0
1
5,0
5
Terdapat pelatihan rutin terhadap setiap pekerja terkait dengan biosekuriti, higien dan sanitasi
5,0
1
5,0
Total I
2,5
25,0
Keterangan
Pelaksanaan sudah baik.
Pelaksanaan belum baik. Pelatihan dilakukan dengan memberikan pengarahan
12,5
II
Higien Sanitasi Pengunjung/Tamu
1
Adanya pengawasan terhadap pengunjung/tamu
5,0
1
5,0
2
Pengunjung/tamu mengikuti aturan terkait biosekuriti, higien dan sanitasi
2,5
0
0
Total II
7,5
Pelaksanaan belum baik. Tamu harus melapor dahulu
5,0
III
Sanitasi Kandang
1
Mengosongkan kandang dari ayam periode sebelumnya (all in all out)
2,5
1
2,5
2
Membersihkan kandang dari segala jenis kotoran yang berasal dari periode sebelumnya (misalnya: feses, bulu-bulu ayam, debu) dan memberikan insektisida untuk membasmi kutu-kutu kandang, mendesinfeksi menggunakan sprayer kemudian mengapur alas kandang
5,0
1
5,0
3
Alas kandang brooder ditaburi sekam yang telah didesinfeksi
2,5
1
2,5
4
Mendesinfeksi alat-alat kandang (tempat pakan, tempat minum, dan sebagainya)
5,0
1
5,0
Pelaksanaan sudah baik. Kotoran dibersihkan satu bulan sekali kalau sudah afkir, dimasukkan kedalam karung
Lampiran 8. Checklist Audit Biosekuriti, Higien dan Sanitasi untuk Peternakan SK (Lanjutan) No.
Data Penilaian Penerapan Higien
5
Menjaga kebersihan lingkungan sekitar kandang dengan melakukan penyemprotan desinfektan secara berkala Total III
Bobot Nilai (%)
Ya (1)/ Tidak (0)
Nilai
2,5
1
2,5
17,5
17,5
IV
Gudang Penyimpanan Telur
1
Memiliki struktur bangunan yang menunjang higiene dan sanitasi telur
2,5
1
2,5
2
Terdapat fasilitas cuci tangan yang dilengkapi dengan air bersih, sabun cair, tisu/hand dryer, tempat sampah tertutup
2,5
0
0
3
Kelembapan gudang penyimpanan telur tidak boleh lebih dari 80%
2,5
1
2,5
4
Suhu gudang penyimpanan telur antara 12-15 o C
2,5
0
0
Total IV
10,0
Pelaksanaan belum baik. Hanya memiliki kamar mandi. Gudang penyimpanan menggunakan suhu ruang
5,0
V
Gudang Pakan
1
Memiliki struktur bangunan dan fasilitas higiene sanitasi pakan
2,5
1
2,5
2
Kelembaban gudang pakan tidak boleh lebih dari 40%
2,5
0
0
3
Suhu gudang pakan antara 12-15 oC
2,5
0
Total V
7,5
0
Pelaksanaan belum baik. Ventilasi bangunan sudah cukup baik
2,5
VI
Higien Penanganan Telur
1
Adanya pemisahan antara telur kotor/retak dengan telur baik
5,0
1
5,0
2
Penanganan telur kotor tidak dicuci, hanya di lap
2,5
1
2,5
3
Telur disimpan dengan egg tray/peti baru
2,5
1
2,5
4
Egg tray/peti disimpan di atas palet plastik yang bersih dan terawat
2,5
0
0
5
Distribusi telur dengan mobil boks tertutup
2,5
0
0
Total VI
Keterangan
15,0
Pelaksanaan belum baik. Distribusi telur menggunakan truk terbuka
10,0
VII
Sanitasi Peternakan
1
Air yang digunakan memenuhi persyaratan air bersih
7,5
1
7,5
2
Air diperiksa di laboratorium secara teratur (minimal 1 tahun sekali)
5,0
1
5,0
3
Pengambilan sampah dan feses ayam dilakukan secara teratur
5,0
1
5,0
Pelaksanaan sudah baik. Kotoran diangkut jika ayam sudah afkir 1 bulan 1 kali
Lampiran 8. Checklist Audit Biosekuriti, Higien dan Sanitasi untuk Peternakan SK (Lanjutan) Total VII Total Nilai Penerapan Higien Sanitasi
17,5
17,5
100,0
70,0
Lampiran 8. Lanjutan No.
Aspek yang Dinilai
1
Penilaian biosekuriti
2
Penilaian higien sanitasi
Hasil Akhir
Bobot (%)
Total Nilai
Nilai Akhir Bobot (%) x Total Nilai)
50,0
70,0
35,0
50,0
70,0
35,0
100,0
70,0
Keterangan : Nilai akhir <60 Nilai akhir 60-70 Nilai akhir >70-80 Nilai akhir > 80
: tidak baik : cukup baik : baik : sangat baik
Nilai akhir yang diperoleh sebesar 70,0, karena nilai akhir ini berada diantara kisaran antara 60-70 maka dapat disimpulkan bahwa peternakan SK ini sudah melaksanakan biosekuriti, higien, dan sanitasi peternakan petelur dengan cukup baik. Lampiran 9. Checklist Audit Biosekuriti, Higien dan Sanitasi untuk Peternakan NW No.
Data Penilaian Penerapan Biosekuriti
Bobot Nilai (%)
Ya (1)/ Tidak (0)
I
Biosekuriti Sumber Ayam
1
2
Nilai
Pengiriman DOC atau ayam baru masuk tersebut disertai dengan Surat Keterangan Kesehatan Hewan (SKKH)
10,0
0
10,0
Dilakukan isolasi sebelum ayam baru masuk ke area peternakan
10,0
1
10,0
Total I
20,0
Penanganan Burung/Unggas Liar, Tikus dan Insekta
1
Dilakukan penanganan burung/unggas liar
5,0
0
0
2
Dilakukan penanganan tikus
5,0
1
5,0
3
Dilakukan penanganan insekta dengan insektisida
5,0
1
5,0
15,0
Pelaksanaan belum baik.
10,0
II
Total II
Keterangan
10,0
Pelaksanaan belum baik.
Lampiran 9. Checklist Audit Biosekuriti, Higien dan Sanitasi untuk Peternakan NW (Lanjutan) No.
Data Penilaian Penerapan Biosekuriti
Bobot Nilai (%)
Ya (1)/ Tidak (0)
III
Pengawasan Peti Telur
1
Tidak ada peti dari luar yang boleh masuk peternakan
10,0
1
Total III
10,0
IV
Biosekuriti Peternakan Ayam
1
Memiliki kolam dipping dan tempat spraying pada pintu masuk untuk kendaraan, peralatan dan orang
2
Adanya isolasi sebelum peralatan masuk ke area peternakan
3
Nilai
10,0 10,0
10,0
0
0
5,0
1
5,0
Dilakukan vaksinasi secara lengkap dan terpantau sesuai kebutuhan
10,0
1
10,0
Total V
25,0
Penanganan Ayam Sakit/Mati
1
Ayam yang sakit diisolasi pada kandang terpisah dan cukup jauh dari kandang unggas sehat
15,0
1
15,0
2
Adanya dokter hewan peternakan
15,0
1
15,0
Total V
30,0
30,0
100,0
75,0
No.
Data Penilaian Penerapan Higien Sanitasi
I
Higien Sanitasi Pekerja Peternakan
1
Adanya pemeriksaan status kesehatan pekerja secara rutin (minimum 1 tahun sekali)
7,5
0
0
2
Pekerja memakai pakaian kerja yang bersih dan sepatu bot
5,0
0
0
3
Pekerja tidak memakai perhiasan di dalam area kandang (gelang, cincin, jam tangan)
1
2,5
4
Pekerja berperilaku bersih/higienis
5,0
1
5,0
5
Terdapat pelatihan rutin terhadap setiap pekerja terkait dengan biosekuriti, higien dan sanitasi
5,0
1
5,0
Total I
2,5
25,0
Pelaksanaan belum baik. Pengunjung dan kendaraan yang masuk area tidak diberi desinfektan
15,0
V
Total Nilai Penerapan Biosekuriti
Keterangan
12,5
Pelaksanaan belum baik.
Pelaksanaan belum baik. Pekerja diberi pengarahan
Lampiran 9. Checklist Audit Biosekuriti, Higien dan Sanitasi untuk Peternakan NW (Lanjutan) No.
Data Penilaian Penerapan Higien
Bobot Nilai (%)
Ya (1)/ Tidak (0)
Nilai
II
Higien Sanitasi Pengunjung/Tamu
1
Adanya pengawasan terhadap pengunjung/tamu
5,0
1
5,0
2
Pengunjung/tamu mengikuti aturan terkait biosekuriti, higien dan sanitasi
2,5
0
0
Total II
7,5
Sanitasi Kandang
1
Mengosongkan kandang dari ayam periode sebelumnya (all in all out)
2,5
1
2,5
2
Membersihkan kandang dari segala jenis kotoran yang berasal dari periode sebelumnya (misalnya: feses, bulu-bulu ayam, debu) dan memberikan insektisida untuk membasmi kutu-kutu kandang, mendesinfeksi menggunakan sprayer kemudian mengapur alas kandang
5,0
1
5,0
3
Alas kandang brooder ditaburi sekam yang telah didesinfeksi
2,5
1
2,5
4
Mendesinfeksi alat-alat kandang (tempat pakan, tempat minum)
5,0
1
5,0
5
Menjaga kebersihan lingkungan sekitar kandang dengan melakukan penyemprotan desinfektan secara berkala
2,5
1
2,5
17,5
Pelaksanaan sudah baik. Pembersihan kandang dilakukan setiap hari. Disinfeksi kandang dilakukan setiap perpindahan kandang
17,5
IV
Gudang Penyimpanan Telur
1
Memiliki struktur bangunan yang menunjang higien dan sanitasi telur
2,5
1
2,5
2
Terdapat fasilitas cuci tangan yang dilengkapi dengan air bersih, sabun cair, tisu/hand dryer, tempat sampah tertutup
2,5
0
0
3
Kelembapan gudang penyimpanan telur tidak boleh lebih dari 80%
2,5
1
2,5
4
Suhu gudang penyimpanan telur antara 12-15 o C
2,5
0
0
Total IV
Pelaksanaan belum baik.
5,0
III
Total III
Keterangan
10,0
Pelaksanaan belum baik. Suhu gudang simpan telur adalah suhu ruang
5,0
V
Gudang Pakan
1
Memiliki struktur bangunan dan fasilitas higien sanitasi pakan
2,5
1
2,5
2
Kelembaban gudang pakan tidak boleh lebih dari 40%
2,5
0
0
3
Suhu gudang pakan antara 12-15 oC
2,5
0
Pelaksanaan belum baik. Suhu gudang adalah suhu ruang 0
Lampiran 9. Checklist Audit Biosekuriti, Higien dan Sanitasi untuk Peternakan NW (Lanjutan) No.
Data Penilaian Penerapan Higien
Bobot Nilai (%)
Total V
Ya (1)/ Tidak (0)
7,5
Nilai 2,5
VI
Higiene Penanganan Telur
1
Adanya pemisahan antara telur kotor/retak dengan telur baik
5,0
1
5,0
2
Penanganan telur kotor tidak dicuci, hanya di lap
2,5
1
2,5
3
Telur disimpan dengan egg tray/peti baru
2,5
1
2,5
4
Egg tray/peti disimpan di atas palet plastik yang bersih dan terawat
2,5
0
0
5
Distribusi telur dengan mobil boks tertutup
2,5
0
0
Total VI
15,0
Sanitasi Peternakan
1
Air yang digunakan memenuhi persyaratan air bersih
7,5
1
7,5
2
Air diperiksa di laboratorium secara teratur (minimal 1 tahun sekali)
5,0
1
5,0
3
Pengambilan sampah dan feses ayam dilakukan secara teratur
5,0
1
5,0
Total Nilai Penerapan Higien Sanitasi
Pelaksanaan belum baik. Distribusi telur dengan truk terbuka
10,0
VII
Total VII
Keterangan
17,5
17,5
100,0
70,0
Pelaksanaan sudah baik.
Lampiran 9. Checklist Audit Biosekuriti, Higien dan Sanitasi untuk Peternakan NW (Lanjutan) No.
Aspek yang Dinilai
1
Penilaian biosekuriti
2
Penilaian higien sanitasi
Hasil Akhir
Bobot (%)
Total Nilai
Nilai Akhir Bobot (%) x Total Nilai)
50,0
75,0
37,5
50,0
70,0
35,0
100,0
72,5
Keterangan : Nilai akhir <60 Nilai akhir 60-70 Nilai akhir >70-80 Nilai akhir > 80
: tidak baik : cukup baik : baik : sangat baik
Nilai akhir penilaian biosekuriti, higien dan sanitasi peternakan petelur adalah 72,5 berarti dalam hal ini peternakan NW sudah baik dalam pelaksanaan biosekuriti, higien dan sanitasi di peternakan.
Lampiran 10. Checklist Audit Biosekuriti, Higien dan Sanitasi untuk Peternakan KM No.
Data Penilaian Penerapan Biosekuriti
Bobot Nilai (%)
Ya (1)/ Tidak (0)
I
Biosekuriti Sumber Ayam
1
2
Nilai
Keterangan
Pengiriman DOC atau ayam baru masuk tersebut disertai dengan Surat Keterangan Kesehatan Hewan (SKKH)
10,0
0
0
1
10,0
Pelaksanaan belum baik. Setelah isolasi dilakukan seleksi bobot badan
Dilakukan isolasi sebelum ayam baru masuk ke area peternakan
10,0
Total I
20,0
10,0
II
Penanganan Burung/Unggas Liar, Tikus dan Insekta
1
Dilakukan penanganan burung/unggas liar
5,0
0
0
2
Dilakukan penanganan tikus
5,0
1
5,0
3
Dilakukan penanganan insekta dengan insektisida
5,0
1
5,0
Total II
15,0
III
Pengawasan Peti Telur
1
Tidak ada peti dari luar yang boleh masuk peternakan
10,0
Total III
10,0
IV
Biosekuriti Peternakan Ayam
1
Memiliki kolam dipping dan tempat spraying pada pintu masuk untuk kendaraan, peralatan dan orang
2
Adanya isolasi sebelum peralatan masuk ke area peternakan
3
Pelaksanaan belum baik. Penanganan tikus dengan racun tikus betasit
10,0
1
10,0
Pelaksanaan sudah baik baik.
10,0
10,0
1
10,0
5,0
1
5,0
Dilakukan vaksinasi secara lengkap dan terpantau sesuai kebutuhan
10,0
1
10,0
Total V
25,0
25,0
Pelaksanaan sudah baik. Pengunjung dan motor disediakan kolam dipping dan spraying untuk kendaraan
Lampiran 10. Checklist Audit Biosekuriti, Higien dan Sanitasi untuk Peternakan KM (Lanjutan) No.
Data Penilaian Penerapan Biosekuriti
Bobot Nilai (%)
Ya (1)/ Tidak (0)
Nilai
Keterangan
V
Penanganan Ayam Sakit/Mati
1
Ayam yang sakit diisolasi pada kandang terpisah dan cukup jauh dari kandang unggas sehat
15,0
1
15,0
Pelaksanaan sudah baik.
2
Adanya dokter hewan peternakan
15,0
1
15,0
Total V
30,0
30,0
100,0
85,0
Total Nilai Penerapan Biosekuriti No.
Data Penilaian Penerapan Higien Sanitasi
I
Higien Sanitasi Pekerja Peternakan
1
Adanya pemeriksaan status kesehatan pekerja secara rutin (minimum 1 tahun sekali)
2
Pekerja memakai pakaian kerja yang bersih dan sepatu bot
3
Pekerja tidak memakai perhiasan di dalam area kandang (gelang, cincin, jam tangan)
4
Pekerja berperilaku bersih/higienis
5
Terdapat pelatihan rutin terhadap setiap pekerja terkait dengan biosekuriti, higien, dan sanitasi Total I
7,5
0
0
0
0
1
2,5
5,0
1
5,0
5,0
1
5,0
5,0 2,5
25,0
Pelaksanaan belum baik. Pengarahan kepada kepala kandang
12,5
II
Higien Sanitasi Pengunjung/Tamu
1
Adanya pengawasan terhadap pengunjung/tamu
5,0
1
5,0
2
Pengunjung/tamu mengikuti aturan terkait biosekuriti, higien, dan sanitasi
2,5
0
0
Total II
7,5
Pelaksanaan belum baik. Pengunjung melewati kolam dipping
5,0
III
Sanitasi Kandang
1
Mengosongkan kandang dari ayam periode sebelumnya (all in all out)
2,5
1
2,5
2
Membersihkan kandang dari segala jenis kotoran yang berasal dari periode sebelumnya (misalnya: feses, bulu-bulu ayam, debu) dan memberikan insektisida untuk membasmi kutu-kutu kandang, mendesinfeksi menggunakan sprayer kemudian mengapur alas kandang
5,0
1
5,0
3
Alas kandang brooder ditaburi sekam yang telah didesinfeksi
2,5
1
2,5
Pelaksanaan sudah baik. Sanitasi kandang setiap hari dengan menggunakan sunchin. Desinfeksi kandang kosong dengan Bomokuat
Lampiran 10. Checklist Audit Biosekuriti, Higien dan Sanitasi untuk Peternakan KM (Lanjutan) No.
Data Penilaian Penerapan Higien
4
Mendesinfeksi alat-alat kandang (tempat pakan, tempat minum)
5
Menjaga kebersihan lingkungan sekitar kandang dengan melakukan penyemprotan desinfektan secara berkala Total III
Bobot Nilai (%)
Ya (1)/ Tidak (0)
Nilai
5,0
1
5,0
2,5
1
2,5
17,5
17,5
IV
Gudang Penyimpanan Telur
1
Memiliki struktur bangunan yang menunjang higien dan sanitasi telur
2,5
1
2,5
2
Terdapat fasilitas cuci tangan yang dilengkapi dengan air bersih, sabun cair, tisu/hand dryer, tempat sampah tertutup
2,5
0
0
3
Kelembapan gudang penyimpanan telur tidak boleh lebih dari 80%
2,5
1
2,5
4
Suhu gudang penyimpanan telur antara 12-15 oC
2,5
0
0
Total IV
10,0
Pelaksanaan belum baik. Rata-rata kelembaban Kab. Bogor adalah 80%
5,0
V
Gudang Pakan
1
Memiliki struktur bangunan dan fasilitas higiene sanitasi pakan
2,5
1
2,5
2
Kelembaban gudang pakan tidak boleh lebih dari 40%
2,5
0
0
3
Suhu gudang pakan antara 12-15 oC
2,5
0
0
Total V
7,5
Pelaksanaan belum baik. Suhu gudang yaitu suhu ruang
2,5
VI
Higien Penanganan Telur
1
Adanya pemisahan antara telur kotor/retak dengan telur baik
5,0
1
5,0
2
Penanganan telur kotor tidak dicuci, hanya di lap
2,5
1
2,5
3
Telur disimpan dengan egg tray/peti baru
2,5
1
2,5
4
Egg tray/peti disimpan di atas palet plastik yang bersih dan terawat
2,5
0
0
5
Distribusi telur dengan mobil boks tertutup
2,5
0
0
Total VI
Keterangan
15,0
Pelaksanaan belum baik. Distribusi dengan truk terbuka
10,0
VII
Sanitasi Peternakan
1
Air yang digunakan memenuhi persyaratan air bersih
7,5
1
7,5
2
Air diperiksa di laboratorium secara teratur (minimal 1 tahun sekali)
5,0
1
5,0
Pelaksanaan sudah baik. Kotoran dibersihkan dua minggu satu kali
Lampiran 10. Checklist Audit Biosekuriti, Higien dan Sanitasi untuk Peternakan KM (Lanjutan) No.
Data Penilaian Penerapan Higien
Bobot Nilai (%)
3
Pengambilan sampah dan feses ayam dilakukan secara teratur
Ya (1)/ Tidak (0)
Nilai
1
5,0
5,0
Total VII Total Nilai Penerapan Higien Sanitasi
17,5
17,5
100,0
70,0
Keterangan
Lampiran 10. Checklist Audit Biosekuriti, Higien dan Sanitasi untuk Peternakan KM (Lanjutan) No.
Aspek yang Dinilai
Bobot (%)
Total Nilai
1
Penilaian biosekuriti
50,0
85,0
42,5
2
Penilaian higien sanitasi
50,0
70,0
35,0
Hasil Akhir
Nilai Akhir Bobot (%) x Total Nilai)
100,0
77,5
Keterangan : Nilai akhir <60 Nilai akhir 60-70 Nilai akhir >70-80 Nilai akhir > 80
: tidak baik : cukup baik : baik : sangat baik
Nilai akhir yang diperoleh sebesar 77,5, dapat disimpulkan bahwa peternakan KM ini sudah melaksanakan biosekuriti, higien dan sanitasi peternakan petelur dengan baik. Lampiran 11. Checklist Audit Biosekuriti, Higien dan Sanitasi untuk Peternakan TT No.
Data Penilaian Penerapan Biosekuriti
Bobot Nilai (%)
Ya (1)/ Tidak (0)
I
Biosekuriti Sumber Ayam
1
2
Nilai
Pengiriman DOC atau ayam baru masuk tersebut disertai dengan Surat Keterangan Kesehatan Hewan (SKKH)
10,0
0
0
Dilakukan isolasi sebelum ayam baru masuk ke area peternakan
10,0
1
10,0
Total I
20,0
Keterangan
Pelaksanaan belum baik.
10,0
II
Penanganan Burung/Unggas Liar, Tikus dan Insekta
1
Dilakukan penanganan burung/unggas liar
5,0
0
0
2
Dilakukan penanganan tikus
5,0
1
5,0
Pelaksanaan belum baik.
Lampiran 11. Checklist Audit Biosekuriti, Higien dan Sanitasi untuk Peternakan TT (Lanjutan) No.
Data Penilaian Penerapan Biosekuriti
Bobot Nilai (%)
Ya (1)/ Tidak (0)
Nilai
3
Dilakukan penanganan insekta dengan insektisida
5,0
1
5,0
Total II
15,0
III
Pengawasan Peti Telur
1
Tidak ada peti dari luar yang boleh masuk peternakan
10,0
Total III
10,0
IV
Biosekuriti Peternakan Ayam
1
Memiliki kolam dipping dan tempat spraying pada pintu masuk untuk kendaraan, peralatan dan orang
2
Adanya isolasi sebelum peralatan masuk ke area peternakan
3
10,0
1
10,0
1
10,0
5,0
1
5,0
Dilakukan vaksinasi secara lengkap dan terpantau sesuai kebutuhan
10,0
1
10,0
Total V
25,0
Penanganan Ayam Sakit/Mati
1
Ayam yang sakit diisolasi pada kandang terpisah dan cukup jauh dari kandang unggas sehat
15,0
1
15,0
2
Adanya dokter hewan peternakan
15,0
1
15,0
Total V
30,0
30,0
100,0
85,0
No.
Data Penilaian Penerapan Higien Sanitasi
I
Higien Sanitasi Pekerja Peternakan
1
Adanya pemeriksaan status kesehatan pekerja secara rutin (minimum 1 tahun sekali)
7,5
0
0
2
Pekerja memakai pakaian kerja yang bersih dan sepatu bot
5,0
0
0
3
Pekerja tidak memakai perhiasan di dalam area kandang (gelang, cincin, jam tangan)
4
Pekerja berperilaku bersih/higienis
5,0
1
5,0
5
Terdapat pelatihan rutin terhadap setiap pekerja terkait dengan biosekuriti, higien dan sanitasi
5,0
1
5,0
Total I
25,0
Pelaksanaan belum baik. Lengkap semua.
25,0
V
2,5
Pelaksanaan belum baik. Memiliki gudang peti
10,0
10,0
Total Nilai Penerapan Biosekuriti
Keterangan
1
2,5
12,5
Pelaksanaan sudah baik.
Pelaksanaan belum baik. Pekerja menggunakan baju bebas
Lampiran 11. Checklist Audit Biosekuriti, Higien dan Sanitasi untuk Peternakan TT (Lanjutan) No.
Data Penilaian Penerapan Higien
Bobot Nilai (%)
Ya (1)/ Tidak (0)
Nilai
II
Higiene Sanitasi Pengunjung/Tamu
1
Adanya pengawasan terhadap pengunjung/tamu
5,0
1
5,0
2
Pengunjung/tamu mengikuti aturan terkait biosekuriti, higien dan sanitasi
2,5
0
0
Total II
7,5
5,0
2,5
III
Sanitasi Kandang
1
Mengosongkan kandang dari ayam periode sebelumnya (all in all out)
2,5
2
Membersihkan kandang dari segala jenis kotoran yang berasal dari periode sebelumnya (misalnya: feses, bulu-bulu ayam, debu) dan memberikan insektisida untuk membasmi kutu-kutu kandang, mendesinfeksi menggunakan sprayer kemudian mengapur alas kandang
5,0
1
5,0
3
Alas kandang brooder ditaburi sekam yang telah didesinfeksi
2,5
1
2,5
4
Mendesinfeksi alat-alat kandang (tempat pakan, tempat minum)
5,0
1
5,0
5
Menjaga kebersihan lingkungan sekitar kandang dengan melakukan penyemprotan desinfektan secara berkala
2,5
1
2.5
Total III
17,5
Gudang Penyimpanan Telur
1
Memiliki struktur bangunan yang menunjang higiene dan sanitasi telur
2,5
1
2,5
2
Terdapat fasilitas cuci tangan yang dilengkapi dengan air bersih, sabun cair, tisu/hand dryer, tempat sampah tertutup
2,5
0
0
3
Kelembapan gudang penyimpanan telur tidak boleh lebih dari 80%
2,5
1
2,5
4
Suhu gudang penyimpanan telur antara 12-15 oC Total IV
V
Gudang Pakan
1
Memiliki struktur bangunan dan fasilitas higiene sanitasi pakan
0
10,0
2,5
Pelaksanaan sudah baik. Tamu harus melapor sebelum memasuki area. Pengunjung hanya memasuki area tertentu saja
Pelaksanaan sudah baik. Kandang selalu di disinfeksi terutama saat pemindahan kandang
17,5
IV
2,5
Keterangan
Pelaksanaan belum baik. Rata-rata kelembaban Kab. Bogor adalah 80%
0 5,0
1
2,5
Pelaksanaan belum baik.
Lampiran 11. Checklist Audit Biosekuriti, Higien dan Sanitasi untuk Peternakan TT (Lanjutan) No.
Data Penilaian Penerapan Higien
Bobot Nilai (%)
Ya (1)/ Tidak (0)
Nilai
2
Kelembaban gudang pakan tidak boleh lebih dari 40%
2,5
0
0
3
Suhu gudang pakan antara 12-15 oC
2,5
0
0
Total V
7,5
2,5
VI
Higien Penanganan Telur
1
Adanya pemisahan antara telur kotor/retak dengan telur baik
5,0
1
5,0
2
Penanganan telur kotor tidak dicuci, hanya di lap
2,5
1
2,5
3
Telur disimpan dengan egg tray/peti baru
2,5
1
2,5
4
Egg tray/peti disimpan di atas palet plastik yang bersih dan terawat
2,5
0
0
5
Distribusi telur dengan mobil boks tertutup
2,5
0
0
Total VI
15,0
Sanitasi Peternakan
1
Air yang digunakan memenuhi persyaratan air bersih
7,5
1
7,5
2
Air diperiksa di laboratorium secara teratur (minimal 1 tahun sekali)
5,0
1
5,0
3
Pengambilan sampah dan feses ayam dilakukan secara teratur
5,0
1
5,0
Total Nilai Penerapan Higien Sanitasi
Pelaksanaan belum baik.
10,0
VII
Total VII
Keterangan
17,5
17,5
100,0
70,0
Pelaksanaan sudah baik.
Lampiran 11. Checklist Audit Biosekuriti, Higien dan Sanitasi untuk Peternakan TT (Lanjutan) No.
Aspek yang Dinilai
1
Penilaian biosekuriti
2
Penilaian higien sanitasi
Hasil Akhir
Total Nilai
Nilai Akhir (Bobot % x Total Nilai)
50,0
85,0
42,5
50,0
70,0
35,0
100,0
Keterangan : Nilai akhir <60 Nilai akhir 60-70 Nilai akhir >70-80 Nilai akhir > 80
Bobot (%)
: tidak baik : cukup baik : baik : sangat baik
77,5
Nilai akhir penentuan peringkat biosekuriti, higien dan sanitasi peternakan petelur adalah 77,5. hal ini berarti Peternakan TT sudah melakukan biosekuriti, higien dan sanitasi yang baik. Lampiran 12. Checklist Audit Biosekuriti, Higien dan Sanitasi untuk Peternakan SG No.
Data Penilaian Penerapan Biosekuriti
Bobot Nilai (%)
Ya (1)/ Tidak (0)
Nilai
Keterangan
I
Biosekuriti Sumber Ayam
1
Pengiriman DOC atau ayam baru masuk tersebut disertai dengan Surat Keterangan Kesehatan Hewan (SKKH)
10,0
0
0
Pelaksanaan belum baik.
2
Dilakukan isolasi sebelum ayam baru masuk ke area peternakan
10,0
1
10,0
Total I
20,0
10,0
II
Penanganan Burung/Unggas Liar, Tikus dan Insekta
1
Dilakukan penanganan burung/unggas liar
5,0
0
0
2
Dilakukan penanganan tikus
5,0
1
5,0
3
Dilakukan penanganan insekta dengan insektisida
5,0
1
5,0
Total II
15,0
III
Pengawasan Peti Telur
1
Tidak ada peti dari luar yang boleh masuk peternakan
10,0
Total III
10,0
10,0
0
0
Biosekuriti Peternakan Ayam
1
Memiliki kolam dipping dan tempat spraying pada pintu masuk untuk kendaraan, peralatan dan orang
10,0
1
10,0
2
Adanya isolasi sebelum peralatan masuk ke area peternakan
5,0
1
5,0
3
Dilakukan vaksinasi secara lengkap dan terpantau sesuai kebutuhan
10,0
1
5,0
Total V
25,0
Penanganan Ayam Sakit/Mati
1
Ayam yang sakit diisolasi pada kandang terpisah dan cukup jauh dari kandang unggas sehat
15,0
Pelaksanaan belum baik. Masih ada pertukaran dari agen
0
IV
V
Pelaksanaan belum baik.
Pelaksanaan sudah baik. Lengkap semua alat boisekuruti kendaraan dan tamu
25,0
0
0
Pelaksanaan belum baik.
Lampiran 12. Checklist Audit Biosekuriti, Higien dan Sanitasi untuk Peternakan SG (Lanjutan) No.
Data Penilaian Penerapan Biosekuriti
Bobot Nilai (%)
Ya (1)/ Tidak (0)
2
Adanya dokter hewan peternakan
15,0
1
Total V
30,0
15,0
100,0
60,0
Total Nilai Penerapan Biosekuriti
Nilai 15,0
No.
Data Penilaian Penerapan Higien Sanitasi
I
Higien Sanitasi Pekerja Peternakan
1
Adanya pemeriksaan status kesehatan pekerja secara rutin (minimum 1 tahun sekali)
7,5
0
0
2
Pekerja memakai pakaian kerja yang bersih dan sepatu bot
5,0
0
0
3
Pekerja tidak memakai perhiasan di dalam area kandang (gelang, cincin, jam tangan)
1
2,5
4
Pekerja berperilaku bersih/higienis
5,0
1
5,0
5
Terdapat pelatihan rutin terhadap setiap pekerja terkait dengan biosekuriti, higien dan sanitasi
5,0
1
5,0
Total I
2,5
25,0
Keterangan Ayam sakit disimpan pada kandang kosong
Pelaksanaan belum baik. Pegawai mendapatkan pengarahan
12,5
II
Higien Sanitasi Pengunjung/Tamu
1
Adanya pengawasan terhadap pengunjung/tamu
5,0
1
5,0
2
Pengunjung/tamu mengikuti aturan terkait biosekuriti, higien dan sanitasi
2,5
0
0
Total II
7,5
Pelaksanaan belum baik. Pengunjung mengikuti aturan peternakan
5,0
III
Sanitasi Kandang
1
Mengosongkan kandang dari ayam periode sebelumnya (all in all out)
2,5
1
2,5
2
Membersihkan kandang dari segala jenis kotoran yang berasal dari periode sebelumnya (misalnya: feses, bulu-bulu ayam, debu) dan memberikan insektisida untuk membasmi kutu-kutu kandang, mendesinfeksi menggunakan sprayer kemudian mengapur alas kandang
5,0
1
5,0
3
Alas kandang brooder ditaburi sekam yang telah didesinfeksi
2,5
1
2,5
4
Mendesinfeksi alat-alat kandang
5,0
1
5,0
Pelaksanaan sudah baik. Pindah kandang dari DOC ke kandang remaja kurang lebih umur 1 bulan. Pembersihan kandang rutin dilakukan
Lampiran 12. Checklist Audit Biosekuriti, Higien dan Sanitasi untuk Peternakan SG (Lanjutan) No.
Data Penilaian Penerapan higien
Bobot Nilai (%)
5
Menjaga kebersihan lingkungan sekitar kandang dengan melakukan penyemprotan desinfektan secara berkala
2,5
Total III
Ya (1)/ Tidak (0)
Nilai
1
2,5
17,5
17,5
IV
Gudang Penyimpanan Telur
1
Memiliki struktur bangunan yang menunjang higiene dan sanitasi telur
2,5
1
2,5
2
Terdapat fasilitas cuci tangan yang dilengkapi dengan air bersih, sabun cair, tisu/hand dryer, tempat sampah tertutup
2,5
0
0
3
Kelembapan gudang penyimpanan telur tidak boleh lebih dari 80%
2,5
4
Suhu gudang penyimpanan telur antara 12-15 oC Total IV
2,5
1 0
10,0
0 5,0
Gudang Pakan
1
Memiliki struktur bangunan dan fasilitas higien sanitasi pakan
2,5
1
2,5
2
Kelembaban gudang pakan tidak boleh lebih dari 40%
2,5
0
0
Suhu gudang pakan antara 12-15 C
2,5
0
0
Total V
7,5
3
Pelaksanaan belum baik.
2,5
VI
Higien Penanganan Telur
1
Adanya pemisahan antara telur kotor/retak dengan telur baik
5,0
1
5,0
2
Penanganan telur kotor tidak dicuci, hanya di lap
2,5
1
2,5
3
Telur disimpan dengan egg tray/peti baru
2,5
1
2,5
4
Egg tray/peti disimpan di atas palet plastik yang bersih dan terawat
2,5
0
0
5
Distribusi telur dengan mobil boks tertutup
2,5
0
0
Total VI
Pelaksanaan belum baik.
2,5
V
o
Keterangan
15,0
Pelaksanaan belum baik. Distribusi menggunakan truk terbuka
10,0
VII
Sanitasi Peternakan
1
Air yang digunakan memenuhi persyaratan air bersih
7,5
1
7,5
2
Air diperiksa di laboratorium secara teratur (minimal 1 tahun sekali)
5,0
1
5,0
Pelaksanaan sudah baik.
Lampiran 12. Checklist Audit Biosekuriti, Higien dan Sanitasi untuk Peternakan SG (Lanjutan) No.
Data Penilaian Penerapan higien
Bobot Nilai (%)
3
Pengambilan sampah dan feses ayam dilakukan secara teratur
Ya (1)/ Tidak (0)
Nilai
Keterangan
1
5,0
Pembersihan sampah setiap hari. Feses 1 minggu 2 kali
5,0
Total VII Total Nilai Penerapan Higien Sanitasi
17,5
17,5
100,0
70,0
Lampiran 12. Checklist Audit Biosekuriti, Higien dan Sanitasi untuk Peternakan SG (Lanjutan) No.
Aspek yang Dinilai
Bobot (%)
Total Nilai
Nilai Akhir Bobot (%) x Total Nilai)
1
Penilaian biosekuriti
50,0
60,0
30,0
2
Penilaian higien sanitasi
50,0
70,0
35,0
Hasil Akhir
100,0
65,0
Keterangan : Nilai akhir <60 Nilai akhir 60-70 Nilai akhir >70-80 Nilai akhir > 80
: tidak baik : cukup baik : baik : sangat baik
Nilai akhir penentuan peringkat biosekuriti, higien dan sanitasi peternakan petelur adalah 65,0. Hal ini menunjukkan bahwa peternakan SG sudah cukup baik dalam melaksanakan biosekuriti, higien dan sanitasi peternakan. Lampiran 13. Checklist Audit Biosekuriti, Higien dan Sanitasi untuk Peternakan KG No.
Data Penilaian Penerapan Biosekuriti
Bobot Nilai (%)
Ya (1)/ Tidak (0)
Nilai
I
Biosekuriti Sumber Ayam
1
Pengiriman DOC atau ayam baru masuk tersebut disertai dengan Surat Keterangan Kesehatan Hewan (SKKH)
10,0
0
0
2
Dilakukan isolasi sebelum ayam baru masuk ke area peternakan
10,0
0
10,0
Keterangan
Pelaksanaan belum baik. DOC berasal dari Multi Breeder. DOC dikarantina dahulu
Lampiran 13. Checklist Audit Biosekuriti, Higien dan Sanitasi untuk Peternakan KG (Lanjutan) No.
Data Penilaian Penerapan Biosekuriti Total I
Bobot Nilai (%)
Ya (1)/ Tidak (0)
20,0
Nilai 10,0
II
Penanganan Burung/Unggas Liar, Tikus dan Insekta
1
Dilakukan penanganan burung/unggas liar
5,0
0
0
2
Dilakukan penanganan tikus
5,0
0
0
3
Dilakukan penanganan insekta dengan insektisida
5,0
1
5,0
Total II
15,0
III
Pengawasan Peti Telur
1
Tidak ada peti dari luar yang boleh masuk peternakan
10,0
Total III
10,0
IV
Biosekuriti Peternakan Ayam
1
Memiliki kolam dipping dan tempat spraying pada pintu masuk untuk kendaraan peralatan dan orang
2
Adanya isolasi sebelum peralatan masuk ke area peternakan
3
0
0
0
5,0
1
5,0
Dilakukan vaksinasi secara lengkap dan terpantau sesuai kebutuhan
10,0
1
10,0
Total V
25,0
1
Ayam yang sakit diisolasi pada kandang terpisah dan cukup jauh dari kandang unggas sehat
2
Adanya dokter hewan peternakan
15,0
15,0
Pelaksanaan belum baik. Hasil tukar dengan agen telur
0
0
Penanganan Ayam Sakit/Mati
Pelaksanaan belum baik.
5,0
10,0
V
Keterangan
Pelaksanaan belum baik. Melakukan vaksin sendiri
15,0
0
0
0
0
Pelaksanaan belum baik. Ayam sakit hanya disimpan dikandang kosong dan sangat dekat dengan kandang ayam sehat Melakukan vaksin sendiri
Total V Total Nilai Penerapan Biosekuriti
30,0
0
100,0
30,0
Lampiran 13. Checklist Audit Biosekuriti, Higien dan Sanitasi untuk Peternakan KG (Lanjutan) No.
Data Penilaian Penerapan Higien
Bobot Nilai (%)
Ya (1)/ Tidak (0)
Nilai
I
Higien Sanitasi Pekerja Peternakan
1
Adanya pemeriksaan status kesehatan pekerja secara rutin (minimum 1 tahun sekali)
7,5
0
0
2
Pekerja memakai pakaian kerja yang bersih dan sepatu bot
5,0
0
0
3
Pekerja tidak memakai perhiasan di dalam area kandang (gelang, cincin, jam tangan)
1
2,5
4
Pekerja berperilaku bersih/higienis
5,0
1
2,5
5
Terdapat pelatihan rutin terhadap setiap pekerja terkait dengan biosekuriti, higien dan sanitasi
5,0
0
0
Total I
2,5
25,0
Higiene Sanitasi Pengunjung/Tamu
1
Adanya pengawasan terhadap pengunjung/tamu
5,0
1
5,0
2
Pengunjung/tamu mengikuti aturan terkait biosekuriti, higien dan sanitasi
2,5
0
0
Total II
7,5
Pelaksanaan belum baik.
5,0
III
Sanitasi Kandang
1
Mengosongkan kandang dari ayam periode sebelumnya (all in all out)
2,5
1
2,5
2
Membersihkan kandang dari segala jenis kotoran yang berasal dari periode sebelumnya (misalnya: feses, bulu-bulu ayam, debu) dan memberikan insektisida untuk membasmi kutu-kutu kandang, mendesinfeksi menggunakan sprayer kemudian mengapur alas kandang
5,0
1
5,0
3
Alas kandang brooder ditaburi sekam yang telah didesinfeksi
2,5
1
2,5
4
Mendesinfeksi alat-alat kandang (tempat pakan, tempat minum)
5,0
1
5,0
5
Menjaga kebersihan lingkungan sekitar kandang dengan melakukan penyemprotan desinfektan secara berkala
2,5
1
1,0
17,5
Pelaksanaan belum baik. Tidak terdapat pelatihan terhadap pegawai
5,0
II
Total III
Keterangan
17,5
Pelaksanaan sudah baik. Kandang kosong selama 3bulan. Sebelum ayam pindah kandang, kandang disemprot desinfektan. Setiap hari kotoran dijual. Disinfeksi dilakukan 3 bulan sekali pada saat ayam masuk kandang
Lampiran 13. Checklist Audit Biosekuriti, Higien dan Sanitasi untuk Peternakan KG (Lanjutan) No.
Data Penilaian Penerapan Higien
IV
Gudang Penyimpanan Telur
1
Memiliki struktur bangunan yang menunjang higien dan sanitasi telur
2
3 4
Bobot Nilai (%)
Ya (1)/ Tidak (0)
Nilai
2,5
0
0
Terdapat fasilitas cuci tangan yang dilengkapi dengan air bersih, sabun cair, tisu/hand dryer, tempat sampah tertutup
2,5
0
0
Kelembapan gudang penyimpanan telur tidak boleh lebih dari 80%
2,5
1
2,5
Suhu gudang penyimpanan telur antara 12-15 C
2,5
0
0
Keterangan
Pelaksanaan belum baik. Kelembaban rata-rata Kab. Bogor 80%. Suhu rata-rata Kab. Bogor 25-33oC
o
Total IV
10,0
2,5
V
Gudang Pakan
1
Memiliki struktur bangunan dan fasilitas higien sanitasi pakan
2,5
0
0
2
Kelembaban gudang pakan tidak boleh lebih dari 40%
2,5
0
0
3
Suhu gudang pakan antara 12-15 oC
2,5
0
0
Total V
7,5
0
VI
Higiene Penanganan Telur
1
Adanya pemisahan antara telur kotor/retak dengan telur baik
5,0
1
5
2
Penanganan telur kotor tidak dicuci, hanya di lap
2,5
1
2,5
3
Telur disimpan dengan egg tray/peti baru
2,5
1
2,5
4
Egg tray/peti disimpan di atas palet plastik yang bersih dan terawat
2,5
0
0
5
Distribusi telur dengan mobil boks tertutup
2,5
0
0
Total VI
15,0
Sanitasi Peternakan
1
Air yang digunakan memenuhi persyaratan air bersih
7,5
1
7,5
2
Air diperiksa di laboratorium secara teratur (minimal 1 tahun sekali)
5,0
1
5,0
3
Pengambilan sampah dan feses ayam dilakukan secara teratur
5,0
1
5,0
Total Nilai Penerapan Higien Sanitasi
Pelaksanaan belum baik.
10,0
VII
Total VII
Pelaksanaan belum baik.
17,5
17,5
100,0
57,5
Pelaksanaan sudah baik.
Lampiran 13. Checklist Audit Biosekuriti, Higien dan Sanitasi untuk Peternakan KG (Lanjutan) No.
Aspek yang Dinilai
1
Penilaian biosekuriti
50,0
30,0
15,0
2
Penilaian higien sanitasi
50,0
57,5
28,7
Hasil Akhir
Bobot (%)
Total Nilai
Nilai Akhir Bobot (%) x Total Nilai)
100,0
43,7
Keterangan : Nilai akhir <60 Nilai akhir 60-70 Nilai akhir >70-80 Nilai akhir > 80
: tidak baik : cukup baik : baik : sangat baik
Nilai akhir masuk kedalam kisaran antara <60 yaitu 43,7, berarti peternakan KG ini merupakan peternakan yang belum baik dalam menerapkan biosekuriti, higien dan sanitasi untuk peternakan petelur walaupun belum lengkap. Lampiran 14. Checklist Audit Biosekuriti, Higien dan Sanitasi Peternakan WH No.
Data Penilaian Penerapan Biosekuriti
Bobot Nilai (%)
Ya (1)/ Tidak (0)
I
Biosekuriti Sumber Ayam
1
2
Nilai
Pengiriman DOC atau ayam baru masuk tersebut disertai dengan Surat Keterangan Kesehatan Hewan (SKKH)
10,0
0
0
Dilakukan isolasi sebelum ayam baru masuk ke area peternakan
10,0
0
0
Total I
20,0
Penanganan Burung/Unggas Liar, Tikus dan Insekta
1
Dilakukan penanganan burung/unggas liar
5,0
0
0
2
Dilakukan penanganan tikus
5,0
0
0
3
Dilakukan penanganan insekta dengan insektisida
5,0
1
5,0
15,0
Pelaksanaan belum baik. SKKH hanya diperlihatkan saja ke pembeli
0
II
Total II
Keterangan
5,0
Pelaksanaan belum baik. Penanganan tikus dengan insektisida SNIP
Lampiran 14. Checklist Audit Biosekuriti, Higien dan Sanitasi Peternakan WH (Lanjutan) No.
Data Penilaian Penerapan Biosekuriti
Bobot Nilai (%)
Ya (1)/ Tidak (0)
Nilai
Keterangan
III
Pengawasan Peti Telur
1
Tidak ada peti dari luar yang boleh masuk peternakan
10,0
0
10,0
Pelaksanaan belum baik. Boleh dari tukang peti dan tukar peti dari agen
Total III
10,0
IV
Biosekuriti Peternakan Ayam
1
Memiliki kolam dipping dan tempat spraying pada pintu masuk untuk kendaraan, peralatan dan orang
2
Adanya isolasi sebelum peralatan masuk ke area peternakan
3
10,0
10,0
1
10,0
5,0
1
5,0
Dilakukan vaksinasi secara lengkap dan terpantau sesuai kebutuhan
10,0
1
10,0
Total V
25,0
25,0
V
Penanganan Ayam Sakit/Mati
1
Ayam yang sakit diisolasi pada kandang terpisah dan cukup jauh dari kandang unggas sehat
15,0
1
15,0
2
Adanya dokter hewan peternakan
15,0
1
15,0
Total V
30,0
30,0
100,0
70,0
Total Nilai Penerapan Biosekuriti
Pelaksanaan sudah baik. Hanya spraying untuk mobil saja
No.
Data Penilaian Penerapan Higien Sanitasi
I
Higien Sanitasi Pekerja Peternakan
1
Adanya pemeriksaan status kesehatan pekerja secara rutin (minimum 1 tahun sekali)
7,5
0
0
2
Pekerja memakai pakaian kerja yang bersih dan sepatu bot
5,0
0
0
3
Pekerja tidak memakai perhiasan di dalam area kandang (gelang, cincin, jam tangan)
2,5
1
2,5
4
Pekerja berperilaku bersih/higienis
5,0
1
5,0
5
Terdapat pelatihan rutin terhadap setiap pekerja terkait dengan biosekuriti, higien dan sanitasi
5,0
1
5,0
Pelaksanaan sudah baik. Ayam sakit ditampung sementara. Didatangkan dokter hewan dari supplier obat-obatan
Pelaksanaan belum baik. Pernah dilakukan pemeriksaan sampel darah pekerja terbebas dari AI. Pekerja diberi pengarahan, ada juga yang melanggar
Lampiran 14. Checklist Audit Biosekuriti, Higien dan Sanitasi Peternakan WH (Lanjutan) No.
Data Penilaian Penerapan higien Total I
Bobot Nilai (%)
Ya (1)/ Tidak (0)
25,0
Nilai 12,5
II
Higien Sanitasi Pengunjung/Tamu
1
Adanya pengawasan terhadap pengunjung/tamu
5,0
0
0
2
Pengunjung/tamu mengikuti aturan terkait biosekuriti, higien dan sanitasi
2,5
0
0
Total II
7,5
III
Sanitasi Kandang
1
Mengosongkan kandang dari ayam periode sebelumnya (all in all out)
2
3 4 5
Pelaksanaan belum baik.
0
Pelaksanaan sudah baik. Disinfeksi Membersihkan kandang dari segala jenis kotoran yang5,0 berasal dari1 periode sebelumnya 5,0 (misalnya: alat-alat feses, bulu-bulu ayam, debu) dan memberikan insektisida untuk membasmi kutu kandang mendesinfeksi menggunakan sprayer kemudian mengapur alas kandang dilakukan 1 kali saat Alas kandang brooder ditaburi sekam yang 2,5 1 2,5 pengosongan telah didesinfeksi kandang. Mendesinfeksi alat-alat kandang (tempat 5,0 1 5,0 Penyemprotan pakan, tempat minum, dan sebagainya) disinfeksi 3 bln 1 kali Menjaga kebersihan lingkungan sekitar 2,5 1 2,5 dengan kandang dengan melakukan penyemprotan Benzan desinfektan secara berkala Kadmium Total III
2,5
Keterangan
1
17,5
2,5
17,5
IV
Gudang Penyimpanan Telur
1
Memiliki struktur bangunan yang menunjang higien dan sanitasi telur
2,5
0
0
2
Terdapat fasilitas cuci tangan yang dilengkapi dengan air bersih, sabun cair, tisu/hand dryer, tempat sampah tertutup
2,5
0
0
3
Kelembapan gudang penyimpanan telur tidak boleh lebih dari 80%
2,5
1
2,5
4
Suhu gudang penyimpanan telur antara 12-15 o C
2,5
0
2,5
Total IV
10,0
Pelaksanaan belum baik.
5,0
V
Gudang Pakan
1
Memiliki struktur bangunan dan fasilitas higiene sanitasi pakan
2,5
0
0
2
Kelembaban gudang pakan tidak boleh lebih dari 40%
2,5
0
0
3
Suhu gudang pakan antara 12-15 oC
2,5
0
0
Total V
7,5
0
Pelaksanaan belum baik. Suhu gudang adalah suhu ruang
Lampiran 14. Checklist Audit Biosekuriti, Higien dan Sanitasi Peternakan WH (Lanjutan) No.
Data Penilaian Penerapan higien
Bobot Nilai (%)
Ya (1)/ Tidak (0)
Nilai
Keterangan
VI
Higien Penanganan Telur
1
Adanya pemisahan antara telur kotor/retak dengan telur baik
5,0
1
5,0
Penanganan telur kotor tidak dicuci, hanya di lap
2,5
1
2,5
3
Telur disimpan dengan egg tray/peti baru
2,5
1
2,5
4
Egg tray/peti disimpan di atas palet plastik yang bersih dan terawat
2,5
0
0
5
Distribusi telur dengan mobil boks tertutup
2,5
0
0
Pelaksanaan belum baik. Telur baik dan pecah dijual terpisah. Telur disimpan 1 hari di gudang. Truk terbuka
2
Total VI
15,0
10,0
VII
Sanitasi Peternakan
1
Air yang digunakan memenuhi persyaratan air bersih
7,5
1
7,5
2
Air diperiksa di laboratorium secara teratur (minimal 1 tahun sekali)
5,0
1
5,0
3
Pengambilan sampah dan feses ayam dilakukan secara5,0 teratur
1
5,0
Total VII Total Nilai Penerapan Higien Sanitasi
17,5
17,5
100,0
62,5
Pelaksanaan sudah baik. Air yang digunakan adalah air sumur
Lampiran 14. Checklist Audit Biosekuriti, Higien dan Sanitasi Peternakan WH (Lanjutan) No.
Aspek yang Dinilai
Bobot (%)
Total Nilai
1
Penilaian biosekuriti
50,0
70,0
35,0
2
Penilaian higien sanitasi
50,0
62,5
31,2
Hasil Akhir
100,0
Nilai Akhir (Bobot % x Total Nilai)
66,2
Keterangan : Nilai akhir <60 Nilai akhir 60-70 Nilai akhir >70-80 Nilai akhir > 80
: tidak baik : cukup baik : baik : sangat baik
Kesimpulan : dilihat dari nilai akhir yaitu 66,2, berarti peternakan WH ini merupakan peternakan yang sudah cukup baik dalam menerapkan biosekuriti, higien dan sanitasi untuk peternakan petelur walaupun belum lengkap.