KAJIAN BEBERAPA PENYEBAB STRES KERJA PADA PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT ROEMANI MUHAMMADIYAH SEMARANG
Manuscript
OLEH : KHODDIN G2A008068
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG 2012
KAJIAN BEBERAPA PENYEBAB STRES KERJA PADA PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT ROEMANI MUHAMMADIYAH SEMARANG Khoddin1, Ns. Desi Ariyana Rahayu, S.Kep, M.Kep2, Dra.Ratih Haribi, M.Si3. ABSTRAK Hampir setiap orang didalam kehidupan mereka mengalami stres sehubungan dengan pekerjaan mereka. Kaitannya dengan lingkup kerja perawat, maka keperawatan merupakan sebuah pekerjaan yang memungkinkan timbulnya stres kerja. Banyak faktor yang dapat menyebabkan stres kerja pada perawat, diantaranya yaitu beban kerja, konflik antar staf, imbalan jasa/gaji, dan karakteristik perawat. Tujuan penelitan ini adalah untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi stres kerja perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif non eksperimen dengan jenis penelitian deskriptif korelasi dengan menggunakan pendekatan cross-sectional .Tehnik pengambilan sampel dengan teknik Proporsionate Stratified random sampling dengan jumlah sampel 94 perawat. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh sebagian besar responden adalah dewasa muda yaitu sebesar 79 responden (84,0%), sebagian besar responden adalah berjenis kelamin perempuan yaitu sebesar 75 responden (79,8%), ada hubungan antara usia dengan stres kerja (p-value 0,003), ada hubungan antara jenis kelamin dengan stres kerja (p-value 0,021), ada hubungan antara pendidikan dengan stres kerja (p-value 0,001), ada hubungan antara lama kerja dengan stres kerja (p-value 0,029), ada hubungan antara konflik antar staff dengan stres kerja (p-value 0,019), ada hubungan antara beban kerja dengan stres kerja (p-value 0,010), dan tidak ada hubungan antara imbalan jasa/gaji dengan stres kerja (pvalue 0,534). Di harapkan dapat menjadi acuan bagi instansi rumah sakit dalam menentukan alternatif manajemen RS dalam menentukan keputusan, serta membuat kebijakan yang berkaitan dengan pembagian tugas (job description) yang jelas dalam pemberian pelayanan keperawatan sehingga dapat meminimalkan terjadinya stres kerja pada perawat. Kata kunci: stres, kajian, pekerjaan, perawat. ABSTRACT Most of the people got stress through their own work in their daily life. The connection between nurse area of work, so that nursing is a job which possibly could bring on work stress. There are plenty factor that could bring on work stress to the nurse some of them are work load, conflict among staff, salary and nurse characteristic. The purpose of this study is to know some factors that could influence work stress in every overnight room of Roemani Muhammadiyah Semarang Hospital. This research is belonging to quantitative research with correlation descriptive research by using cross-sectional approach. The collectting sample technique is using Proporsionate Stratified random sampling with 94 nurses as sample and the instrument research used questionnaires. Based on the result of research gained that most 79 respondents (84.0%) were 18 to 40 years old, most of the 75 respondents (79.8%) were female, there were correlation between age and work stress (p-value 0,021), the correlation between sex and work stress (p-value 0,021), the correlation between education and work stress (p-value 0,001), the correlation between work period and work stress (p-value 0,029), the correlation between staff conflict and work stress (pvalue 0,019), the correlation between work load and work stress (p-value 0,010) and there was no correlation between sallary and work stress (p-value 0,534). Therefore, this research is hoped
could be one of references for Hospital instancein deternining hospital management alternative in making decision and that is related to clear in giving nurse service in order to minimize emerging of work stress to nurse. Keywords: Work stress, Job, Nurse.
PENDAHULUAN Stres merupakan realita kehidupan sehari-hari yang tidak dapat kita hindari (Anoraga, 2001). Cloninger (1996, dalam Safaria, 2009) mengemukakan stres adalah keadaan yang membuat tegang yang terjadi ketika seseorang mendapatkan masalah atau tantangan dan belum mempunyai jalan keluarnya atau banyak pikiran yang mengganggu seseorang terhadap sesuatu yang akan dilakukannya (Safaria, 2009). Stres dapat terjadi dalam setiap jajaran yang ada dalam perusahaan, baik pekerja, staf maupun pimpinan perusahaan. Kaitannya dengan lingkup kerja perawat, maka keperawatan merupakan sebuah pekerjaan yang memungkinkan timbulnya stres kerja. Hal tersebut berkaitan dengan pemberian asuhan keperawatan pada pasien, terkadang perawat menemukan beberapa hambatan, misalnya adanya beban kerja berlebihan, jumlah pasien yang terlalu banyak, situasi yang kurang mendukung dan adanya konflik interpersonal maupun dengan keluarga (Abraham, 2001).
Menurut survei di Perancis ditemukan bahwa persentase kejadian stres sekitar 74% dialami perawat, sedangkan di Amerika, Dewe dan Creswell melakukan survey pada 1801 perawat umum dan mengkaji stres dalam hal frekuensi pengalaman ketegangan dan kelelahan mereka dan metode mereka dalam menghadapi pengalaman ini (Abraham, 2001). Berdasarkan survei PPNI (2006) menyatakan sekitar 50,9% perawat di empat Propinsi mengalami stres kerja, sering pusing, lelah, tidak dapat beristirahat karena beban kerja yang terlalu tinggi dan menyita waktu serta gaji yang rendah tanpa insertif memadai (http: //64.203.71.11/ver1/kesehatan/0705/12/htm di akses 14 November 2011). Penelitian yang dilakukan oleh Depkes terhadap Rumah Sakit terpencil di 10 Propinsi dan oleh Universitas Indonesia (2005) menunjukkan bahwa 69% responden menyatakan Rumah Sakit tidak mempunyai sistem penghargaan bagi
perawat. Hal ini terlihat dari data bahwa 78,8% perawat melaksanakan tugas kebersihan dan 63,3% melakukan tugas administrasi, lebih dari 90% perawat di Rumah Sakit terpencil melakukan tugas non keperawatan seperti menetapkan diagnosa penyakit dan membuat resep obat. Hanya 50% perawat melaksanakan asuhan keperawatan sesuai fungsinya (Depkes, 2005).
Berdasarkan data awal ketenagaan yang diambil pada tahun 2011 di bidang keperawatan Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang adalah S1: 13 orang, D3: 174 orang, SPK: 3 orang. Jumlah ruang rawat inap ada 8 ruangan. Dengan demikian jumlah tenaga perawat secara umum ada 190 orang. Hasil pendataan yang di lakukan bagian catatan medik Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang didapatkan jumlah rata-rata nilai pasien BOR (bed occupancy rate) pada tahun 2010 sebesar 67,57% dan pasien BOR meningkat pada tahun 2011 menjadi 68,22%. Dengan kapasitas tempat tidur 168 bed, dan jumlah perawat di ruang rawat inap Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang terdiri dari 122 orang. Dengan tingkat pendidikan yang berbeda dan lamanya masa kerja serta pengalaman yang di peroleh akan semakin menjadi pemicu terhadap munculnya stres kerja di mana akhirnya akan menurunkan kinerja dari perawat itu sendiri.
METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah deskriptif korelasional dengan menggunakan pendekatan cross-sectional, yaitu suatu penelitian dimana variabel-variabel yang termasuk faktor risiko dan variabel-variabel yang termasuk efek, diobservasi sekaligus pada waktu yang bersamaan (Notoatmodjo, 2005). Pada penelitian ini pengambilan sampel dilakukan dengan teknik Proporsionate Stratified random sampling. Sampel yang digunakan 94 responden di Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang. Alat pengumpulan data dengan kuesioner yang telah dilakukan uji coba sebelumnya. Proses penelitian berlangsung pada tanggal 8-13 Juni 2012. Data dianalisis secara univariat dan bivariat dengan menggunakan uji (Chi-Square)
HASIL Sebagian besar berusia dewasa muda yaitu sebanyak 79 orang (84,0%), sedangkan yang berusia dewasa tengah yaitu sebanyak 15 orang (16,0%). Jenis kelamin perawat di ruang rawat inap sebagian besar perempuan yaitu sebanyak 75 orang (79,8%), sedangkan yang berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 19 orang (20,2%). Sebagian besar berpendidikan S1 keperawatan yaitu sebanyak 84 orang (89,4%), sedangkan responden yang berpendidikan D3 keperawatan sebanyak 10 orang (10,6%). Masa kerja perawat di ruang rawat inap sebagian adalah lebih dari 4 tahun yaitu sebanyak 55 orang (58,5%), sedangkan yang masa kerjanya 0-2 tahun sebanyak 21 orang (22,3%), dan responden yang memiliki masa kerja selama 2-4 tahun sebanyak 18 orang (19,1%). Konflik antar staf yaitu sebagian besar adalah baik yaitu sebanyak 43 orang (45,7%), sedangkan responden yang memiliki konflik antar staf sedang sebanyak 29 orang (30,9%), dan yang memiliki konflik antar staf buruk sebanyak 22 orang (23,4%). Imbalan jasa atau gaji perawat di ruang rawat inap sebagian besar diatas UMR (Rp.965.000) yaitu sebanyak 85 orang (90,4%), sedangkan responden yang gajinya dibawah UMR (Rp.965.000) yaitu sebanyak 9 orang (9,6%). Beban kerja yaitu sebagian besar memiliki beban kerja berat yaitu sebanyak 47 orang (50,0%), sedangkan yang memiliki beban kerja sedang sebanyak 30 orang (31,9%), dan yang memiliki beban kerja ringan sebanyak 17 orang (18,1%). Stres kerja perawat di ruang rawat inap sebagian besar mengalami stres kerja ringan yaitu sebanyak 43 orang (45,7%), sedangkan yang mengalami stres kerja sedang sebanyak 34 orang (36,2%), dan yang mengalami stres
kerja berat
sebanyak 17 orang (18,1%). Berdasarkan analisis bivariat meliputi faktor individu, faktor sosial dan faktor intrinsik. Ada hubungan yang signifikan antara usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, lama kerja, konflik antar staf, beban kerja dan tidak ada hubungan yang signifikan antara imbalan jasa/gaji dengan stres kerja perawat di ruang rawat inap RS Roemani Muhammadiyah Semarang. Berikut hasil penelitian dalam bentuk tabel :
Tabel 1 Distribusi Frekuensi Responden di RS Roemani Muhammadiyah Semarang, Juni 2012 (n=94) Variabel
Kategori
Usia
Dewasa Muda Dewasa tengah Laki-laki Perempuan S1 keperawatan D3 keperawatan 0-2 tahun 2-4 tahun >4 tahun Baik Sedang Buruk
UMR (Rp.965.000) Ringan Sedang Berat Ringan Sedang Berat
Jenis kelamin pendidikan Masa kerja
Konflik antar staf
Imbalan jasa/gaji Beban kerja
Stress kerja
Jumlah responden
Presentase (%) 84,0 16,0 20,2 79,8 89,4 10,6 22,3 19,1 58,5 45,7 30,9 23,4 9,6 90,4 18,1 31,9 50,0 45,7 36,2 18,1
Tabel 2 Hasil Uji Korelasi Hubungan Antara Beberapa Penyebab Stres Kerja Pada Perawat di RS Roemani Muhammadiyah Semarang Uji Korelasi Hubungan Usia dengan Stres Kerja Perawat Hubungan jenis kelamin dengan Stres Kerja Perawat Hubungan tingkat pendidikan dengan Stres Kerja Perawat Hubungan lama kerja dengan Stres Kerja Perawat Hubungan konflik antar staf dengan Stres Kerja Perawat Hubungan imbalan jasa/gaji dengan Stres Kerja Perawat Hubungan beban kerja dengan Stres Kerja Perawat
Chi-Square (x2) 11,463
P-value
Fisher Exact
0,003
Koefisien kontingensi 0,330
7,733
0,021
0,276 0,002
0,302
4,769
0,029
0,220
11,760
0,019
0,333
0,727
13,166
0,010
0,064
0,351
PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian diatas gambaran karakteristik responden sebagian besar adalah berusia dewasa muda yaitu sebanyak 79 orang (84,0%). Hal ini sesuai dengan pendapat Ahmadi (2002), yang menyatakan bahwa usia berhubungan dengan sifat kedewasaan dan akan berdampak pada tanggung jawab. Berdasarkan karakteristik jenis kelamin responden sebagian besar adalah berjenis kelamin perempuan, yaitu sebesar 75 orang (79,8%), hal ini dimungkinkan karena secara proporsional jumlah perawat di Rumah Sakit Roemani lebih banyak perempuan dari pada perawat laki-laki. Selain itu, jenis kelamin erat hubungannya dengan kepribadian seseorang. Seorang laki-laki cenderung lebih memiliki kepribadian ekstrovert dan sebaliknya perempuan lebih kearah kepribadian introvert.
Berdasarkan pendidikan responden dapat diketahui bahwa sebagian besar responden adalah berpendidikan S1 Keperawatan yaitu sebanyak 84 orang (89,4%), sedangkan responden yang berpendidikan D3 Keperawatan hanya sebanyak 10 orang (10,6%). Hal ini dimungkinkan karena RS Roemani merupakan rumah sakit swasta, sehingga lebih berfokus terhadap pemberian pelayanan kesehatan yang berkualitas. Hal ini sejalan dengan pendapat Bimo Walgito (2000), tingkah laku seseorang dipengaruhi oleh faktor pendidikan. Berdasarkan lama kerja responden dapat diketahui bahwa sebagian besar responden adalah memiliki lama kerja selama lebih dari 4 tahun yaitu sebanyak 55 orang (58,5%). Namun dalam kaitanya dengan stres kerja, seseorang yang telah lama bekerja di tempat yang sama, maka biasanya akan timbul rasa bosan. Jika hal tersebut tidak didukung dengan mekanisme koping yang baik maka akan dapat menimbulkan stres (Rasmun, 2004). Berdasarkan hasil penelitian diatas gambaran konflik antar staf pada responden sebagian besar adalah baik yaitu sebanyak 43 orang (45,7%). Dengan adanya perbedaan kepribadian pada diri manusia tersebut kemungkinannya akan terjadi konflik dalam suatu organisasi tidak dapat dihindari (Heidjrachman dan Husnan, 2002). Berdasarkan imbalan jasa atau gaji responden dapat diketahui bahwa sebagian besar responden adalah memiliki imbalan jasa atau gaji lebih dari UMR yaitu sebanyak 85 orang (90,4%). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Muchlisin (2009), dengan hasil bahwa sebagian besar perawat di RSUD Sunan Kalijaga Demak memiliki imbalan jasa lebih dari UMR, yang mana imbalan jasa tersebut didapatkan dari gaji pokok dan tunjangan-tunjangan lain yang diberikan rumah sakit kepada perawat. Berdasarkan hasil penelitian diatas gambaran sebagian besar perawat memiliki beban kerja yang berat yaitu sebanyak 47 orang (50,0%). Menurut Swamburg (1993, dalam Samba, 2000), yang mengatakan bahwa faktor lain yang mempengaruhi beban kerja adalah jumlah tenaga perawat dan jumlah pasien, selain itu faktor ketrampilan perawat atau pengalaman kerja perawat dan faktor tingkat pendidikan perawat.
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa sebagian besar responden mengalami stres kerja ringan yaitu sebanyak 43 orang (45,7%). Menurut peneliti hasil penelitian ini dimungkinkan karena dengan adanya bekal pendidikan yang mayoritas S1 keperawatan maka diharapkan perawat mempunyai banyak informasi terkait dengan manajemen maupun tindakan klinis yang harus dilakukan pada pasien. Adanya perilaku keterbukaan dengan masalah yang dihadapi maka juga dapat mengurangi beban mental dan meminimalkan kejadian stres kerja pada perawat. Analisis hubungan faktor individu dalam penelitian ini meliputi faktor usia, jenis kelamin, pendidikan dan lama kerja perawat dengan stres kerja perawat di ruang rawat inap. Berdasarkan analisis data pada hubungan usia dengan stres kerja perawat di ruang rawat inap yang diperoleh dengan menggunakan uji korelasi Chi-square, didapatkan hasil X2 hitung yaitu 11,463, dan p-value 0,003 < α (0,05). Hasil penelitian ini didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Rahmawati (2009), yang menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara usia, dan lama kerja dengan stres kerja perawat dibeberapa ruang rawat inap RSUP dr. Sardjito Yogyakarta yang dibuktikan dengan nilai p-value 0,035<0,05. Beberapa hasil penelitian diatas menurut peneliti dimungkinkan karena sebagian besar usia perawat di ruang rawat inap RS Roemani Muhammadiyah Semarang adalah memasuki usia dewasa muda sehingga dapat mempengaruhi tingkat stres perawat dalam bekerja. Berdasarkan analisis data pada hubungan jenis kelamin dengan stres kerja perawat di ruang rawat inap yang diperoleh dengan menggunakan uji korelasi Chi-square, didapatkan hasil X2 hitung yaitu 7,733, dan p-value 0,021 < α (0,05. Hasil penelitian ini didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Istiana (2006), yang menyatakan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara stres kerja pada perawat laki-laki dan perawat perempuan di ruang rawat inap Rumah Sakit Harapan Bunda Surakarta yang dibuktikan dengan nilai p-value 0,005< 0,05. Permasalahan tidak dikemukakan secara terbuka baik kepada teman sepekerjaan maupun orang lain maka permasalahan tersebut akan menjadi beban mental bagi seseorang, dan bila tidak ditemukan penyelesaian pada permasalahan tersebut
maka akan menjadi stresor bagi individu sehingga pada akhirnya dapat menimbulkan stres dalam bekerja (Kurniawati, 2003). Berdasarkan analisis data pada hubungan tingkat pendidikan dengan stres kerja perawat di ruang rawat inap yang diperoleh dengan menggunakan uji korelasi Fisher Exact, didapatkan nilai p-value 0,002 < α (0,05). Hasil penelitian ini didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Mubarak (2005), yang menyatakan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara tingkat pendidikan dengan stres kerja pada karyawan di PT. Woodland Indah Jaya Surabaya yang dibuktikan dengan nilai p-value 0,001< 0,05. Semakin tinggi tingkat pendidikan responden, maka akan semakin baik tingkat pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang. Hal ini sesuai dengan pendapat notoatmodjo (2005), yang menyatakan bahwa Secara umum pendidikan diartikan sebagai segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi usia baik individu, kelompok atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidik. Berdasarkan analisis data pada hubungan lama kerja dengan stres kerja perawat di ruang rawat inap yang diperoleh dengan menggunakan uji korelasi Chi Square, didapatkan hasil X2 hitung yaitu 4,769, dan nilai p-value 0,029 < α (0,05). Hasil penelitian ini didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Hasyim (2008), yang menyatakan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara masa kerja dengan stres kerja pada perawat di ruang penyakit dalam RS PKU Muhammadiyah Karanganyar Solo yang dibuktikan dengan nilai p-value 0,000 < 0,05. Semakin lama masa kerja seseorang maka semakin banyak pengalaman yang dimiliki oleh seseorang atau dalam hal ini adalah perawat. Namun ada kalanya dengan bertambahnya masa kerja seseorang akan menjadi bosan dengan pekerjaan yang sudah menjadi rutinitas sehari-hari. Berdasarkan analisis data pada hubungan konflik antar staf dengan stres kerja perawat di ruang rawat inap yang diperoleh dengan menggunakan uji korelasi Chi-square, didapatkan hasil X2 hitung yaitu 11,760, dan p-value 0,019 < α (0,05).. Hasil penelitian ini didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Adisasmito (2007), yang menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara karakteristik perawat, isi pekerjaan dan konflik antar staf dengan kepuasan dan
stres kerja perawat di Instansi Rawat Inap RSUD Gunung Jati Cirebon yang dibuktikan dengan nilai p-value 0,000<0,05. Adanya konflik kerja yang baik dalam penelitian ini akan meningkatkan kerjasama antara staf sehingga beban kerja akan menjadi lebih ringan dan stres kerja dapat dihindarkan (Nurhayati, 2006). Berdasarkan analisis data pada hubungan imbalan jasa atau gaji dengan stres kerja perawat di ruang rawat inap yang diperoleh dengan menggunakan uji korelasi Fisher Exact, didapatkan nilai p-value 0,727 > α (0,05). Hasil penelitian ini didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Akbar (2003), yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara jenis pekerjaan dan upah kerja dengan stres kerja perawat di Rumah Sakit Islam Nahdatul Ulama Demak yang dibuktikan dengan nilai p-value 0,320>0,05. Dalam hal ini mayoritas perawat memiliki imbalan jasa atau gaji yang sebagian besar lebih dari UMR, Perawat perempuan juga tidak hanya mengandalkan gaji yang didapat dari rumah sakit, penghasilan suamipun menjadi alasan bahwa stres kerja tidak selama ditimbulkan berdasarkan imbalan jasa yang didapat (Machiyah, 2000). Berdasarkan analisis data pada hubungan beban kerja dengan stres kerja perawat di ruang rawat inap yang diperoleh dengan menggunakan uji korelasi Chi-square, didapatkan hasil X2 hitung yaitu 13,166, dan p-value 0,010 < α (0,05). Hasil penelitian ini didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Prihatini (2007), yang menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara beban kerja dengan stres kerja perawat di tiap ruang rawat inap RSUD Sidikalang Medan yang dibuktikan dengan nilai p-value 0,004<0,05. Akibat beban kerja yang berlebihan akan menimbulkan kelelahan baik fisik maupun mental serta reaksi-reaksi emosional seperti sakit kepala, gangguan pencernaan, mudah marah, tekanan darah tinggi serta dapat mengakibatkan kecelakaan kerja, selain itu dapat berpengaruh terhadap kinerja perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan kepada pasien (Dwiyanti, 2001).
PENUTUP Sebagian besar berusia dewasa muda yaitu sebanyak 79 orang (84,0%), jenis kelamin perawat di ruang rawat inap sebagian besar perempuan yaitu sebanyak 75 orang (79,8%), sebagian besar berpendidikan S1 keperawatan yaitu sebanyak 84 orang (89,4%), lama kerja perawat di ruang rawat inap sebagian adalah lebih dari 4 tahun yaitu sebanyak 55 orang (58,5%). Konflik antar staf yaitu sebagian besar adalah baik yaitu sebanyak 43 orang (45,7%), imbalan jasa atau gaji perawat di ruang rawat inap sebagian besar diatas UMR (Rp.965.000) yaitu sebanyak 85 orang (90,4%). Beban kerja yaitu sebagian besar memiliki beban kerja berat yaitu sebanyak 47 orang (50,0%). Stres kerja perawat di ruang rawat inap sebagian besar mengalami stres kerja ringan yaitu sebanyak 43 orang (45,7%). Dan hasil analisis bivariat ada hubungan yang signifikan antara usia (p-value 0,003 < α 0,05), jenis kelamin (p-value 0,021 < α 0,05) , tingkat pendidikan (p-value 0,002 < α 0,05), lama kerja ( p-value 0,029 < α 0,05), konflik antar staf (p-value 0,019 < α 0,05), beban kerja (p-value 0,010 < α 0,05), dan tidak ada hubungan yang signifikan antara imbalan jasa/gaji (p-value 0,727 > α 0,05) dengan stres kerja perawat di ruang rawat inap RS Roemani Muhammadiyah Semarang. Diharapkan dapat menjadi acuan bagi instansi rumah sakit dalam menentukan alternatif manajemen RS dalam menentukan keputusan, serta membuat kebijakan yang berkaitan dengan pembagian tugas (job description) yang jelas dalam pemberian pelayanan keperawatan sehingga dapat meminimalkan terjadinya stres kerja pada perawat. Dapat memberikan informasi pada masyarakat tentang faktor apa saja yang dapat mengakibatkan stres kerja, dan diharapkan masyarakat dapat lebih memahami dampak stres kerja, dan dapat melakukan penatalaksanaan stres kerja dalam menjalani kehidupan sehari-hari.
1
Khoddin: Mahasiswa Program Studi S1 Keperawatan Fikkes Universitas Muhammadiyah Semarang 2 Ns. Desi Ariyana Rahayu, S.Kep, M.Kep: Dosen Kelompok Keilmuan Keperawatan Jiwa Fakultas Keperawatan dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Semarang 3 Dra. Ratih Haribi, M. Si: Dosen Analis Kesehatan Universitas Muhammadiyah Semarang
KEPUSTAKAAN Abraham, C. & Eamon, S. (2001). Alih bahasa : Leony Sally M. Editor : Robert Prihajo & Yasmin Asih. Psikologi Sosial untuk Perawat. Jakarta : EGC. Ahmadi, A. (2002). Psikologi Sosial. Jakarta : PT. Rineka Cipta. Akbar, S. (2003). Hubungan Jenis Pekerjaan dan Upah Kerja dengan Stres Kerja Perawat di Rumah Sakit Islam Nahdatul Ulama Demak. from http://www.upah.imbalanjasa_stres.com. diakses 30 Juni 2012. Anoraga, P. (2001). Psikologi Kerja. Jakarta : PT. Rineka Cipta. Darmadi, S. (2003). Teori Organisasi dan Pengorganisasian Karyawan Karyawati. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Depkes RI. (2005) . Standar Sarana Pelayanan Kesehatan.Dirjen Yan Medik. From http : //www.depkes.go.id. diakses 16 November 2011. Hardjana, S. (2004). Manajemen Sumber Daya Manusia : Konsep, Teori dan Pengembangan dalam Konteks Organisasi Publik. Yogyakarta: Penerbit Graha Ilmu. Hasyim, R. (2008). Perbedaan antara Masa Kerja dengan Stres Kerja Pada Perawat di Ruang Penyakit Dalam RS PKU Muhammadiyah Karanganyar Solo. from http://www.diglib.ums.co.id. diakses 1 Juli 2012. Heidjrachman, W & Husnan, P. (2002). Stress Among Hospital Nursing Staff ; Its Causes and Effects in Social Science and Medicine. Herdi, A. (2009). Hubungan antara Upah Kerja dengan Prestasi Kerja dan Stres Kerja Perawat di Unit Rawat Inap RSI Hasan Anwar Magelang. Universitas Gajah Mada Press. Munandar, I. (2001). Manajemen Bangsal Rumah Sakit. Jakarta: Salemba Medika.
Notoatmodjo, S. (2007). Metode Penelitian, Jakarta: PT.Rineka Cipta. PPNI.
(2006). Survei Stres Kerja Perawat. http: //www. 64.203.71.11/ver1/kesehatan/0705/12/htm diakses 14 November 2011.
Rasmun. (2004). Stres, Koping, dan Adaptasi. Jakarta : CV. Sagung Seto. Safaria, T., Saputra, N. E. (2009). Manajemen Emosi. Jakarta : PT. Bumi Aksara.