FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPUTUSAN PASIEN MEMILIH KELAS RAWAT INAP (STUDI DI RUMAH SAKIT ROEMANI MUHAMMADIYAH SEMARANG)
Manuscript
Oleh : ETIK KUSTIATI G2A210007
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG 2012
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Manuscript dengan judul
Faktor-faktor yang berhubungan dengan keputusan pasien memilih kelas rawat inap (Studi di Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang)
Telah diperiksa dan disetujui untuk dipublikasikan
Semarang, April 2012
Pembimbing I
Edy Wuryanto, S.Kp, M.Kep
Pembimbing II
Sayono, SKM, M.Kes
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPUTUSAN PASIEN MEMILIH KELAS RAWAT INAP (STUDI DI RUMAH SAKIT ROEMANI MUHAMMADIYAH SEMARANG) Etik Kustiati1, Edy Wuryanto, S.Kp, M.Kep2, Sayono, SKM, M.Kes3 ABSTRAK Perilaku setiap pasien untuk memilih kelas perawatan di rumah sakit berbedabeda. Hal ini dipengaruhi oleh faktor-faktor karakteristik konsumen itu sendiri dimana mereka di lahirkan dan dibesarkan. Konsumen yang berasal dari lingkungan berbeda, akan mempengaruhi perubahan lingkungan kebudayaan, serta akan mempunyai penilaian kebutuhan dan tanggapan yang berbeda terhadap jasa-jasa pelayanan kesehatan yang ditawarkan. Selain itu, masyarakat juga memperhatikan mutu pelayanan keperawatan, kepuasan pelanggan, fasilitas, dan biaya berobat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan keputusan pasien memilih kelas rawat inap (Studi di Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang). Jenis penelitian ini adalah Explanatory Research. Populasi penelitian ini adalah semua pasien sebanyak 952 orang, sampel penelitian sebanyak 90 pasien dengan teknik proportional random sampling. Hasil penelitian didapatkan umur responden sebagian besar dewasa madya sebanyak 43 orang (47,8%). Pekerjaan responden sebagian besar bekerja sebanyak 54 orang (60,0%). Pendapatan keluarga sebagian besar di atas UMR sebanyak 57 orang (63,3%). Persepsi mutu pelayanan keperawatan sebagian besar baik sebanyak 64 orang (71,1%). Kelengkapan fasilitas sebagian besar lengkap sebanyak 50 orang (55,6%). Cara pembiayaaan sebagian besar cara pembiayaan biaya sendiri sebanyak 42 orang (46,7%). Pemilihan kelas sebagian besar pemilihan kelas 2 sebanyak 42 orang (46,7%). Ada hubungan umur, pekerjaan, pendapatan keluarga, persepsi mutu pelayanan keperawatan, kelengkapan
fasilitas, cara pembiayaan dengan keputusan memilih kelas rawat inap di Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang. Saran bagi rumah sakit memberikan evaluasi secara berkala terhadap fasilitas yang disediakan di rumah sakit serta mengadakan pelatihan secara berkala yang diberikan kepada perawat, dan memberikan reward yang diberikan kepada perawat yang telah melakukan tugasnya untuk dapat meningkatkan mutu pelayanan keperawatan.
Kata kunci : Faktor-faktor yang berhubungan dengan keputusan pasien memilih kelas rawat inap
ABSTRACT Behavior of each patient to choose a class of treatment in different hospitals. It is influenced by factors characteristic of consumers themselves where they were born and raised.
Consumers who come from different environments, will
influence the changes in cultural circles, as well as needs assessment and will have different responses to health care services offered. In addition, people also pay attention to the quality of nursing services, customer satisfaction, facilities, and medical expenses. This study aims to m engetahui factors associated with the decision to choose a class hospitalized patients (Studies Roemani Muhammadiyah Hospital in Semarang). This type of research is the Explanatory Research. The study population was all patients as many as 952 people, the study sample of 90 patients with a proportional random sampling technique. The results obtained mostly mature age respondents associate as many as 43 people (47.8%). Works most of the respondents worked as many as 54 people (60.0%). Family income mostly above the minimum wage as many as 57 people (63.3%). Perceptions of quality nursing services mostly good many as 64 people (71.1%). Completed facility largely complete by 50 people (55.6%). Way most of the way of financing his own cost as many as 42 people (46.7%). The selection
of mostly class 2 class selection of as many as 42 people (46.7%). There is a relationship age, occupation, family income, the perception of nursing service quality, completeness of facilities, financing by way of a decision to choose a class inpatient Roemani Muhammadiyah Hospital in Semarang. Suggestions for hospitals providing periodic evaluations of the facilities provided at the hospital and conduct periodic training provided to nurses, and provide rewards that are given to nurses who have done their job in order to improve the quality of nursing services.
Keywords
: Factors related to the patient's decision to choose a class of hospitalization
PENDAHULUAN Perilaku setiap pasien untuk memilih kelas perawatan di rumah sakit berbedabeda. Hal ini dipengaruhi oleh faktor-faktor karakteristik konsumen itu sendiri dimana mereka di lahirkan dan dibesarkan. Konsumen yang berasal dari lingkungan berbeda, akan mempengaruhi perubahan lingkungan kebudayaan, serta akan mempunyai penilaian kebutuhan dan tanggapan yang berbeda terhadap jasa-jasa pelayanan kesehatan yang ditawarkan. Selain itu, masyarakat juga memperhatikan mutu pelayanan keperawatan, kepuasan pelanggan, fasilitas, dan biaya berobat (Sari, 2009). Mutu pelayanan keperawatan merupakan faktor yang paling penting untuk membentuk kepercayaan pelanggan atau pasien kepada layanan kesehatan sehingga pasien memilih ruang tersebut sebagai tempat perawatan. Penelitian Rahmulyono (2008), yang bertujuan untuk menganalisa pengaruh mutu pelayanan terhadap pemilihan tempat berobat di Puskesmas Depok I Sleman menyatakan bahwa dimensi mutu pelayanan secara individual dan bersama-sama mempunyai pengaruh signifikan terhadap pemilihan tempat berobat pasien Puskesmas Depok I Sleman. Pasien yang memilih pelayanan kesehatan di rumah sakit dikarenakan pasien puas terhadap pelayanan yang diberikan rumah sakit. Anjaryani (2009) yang
melakukan penelitian kepuasan pasien rawat inap terhadap pelayanan perawat di RSUD Tugurejo Semarang menunjukan hasil faktor yang berhubungan terhadap kepuasan pasien adalah pendidikan dan penghasilan. faktor yang tidak berhubungan dengan kepuasan pasien adalah umur, kelas perawatan, lama perawatan, jenis penyakit, jenis kelamin, dan pekerjaan. Pasien yang puas terhadap pelayanan yang diberikan maka akan kembali memilih rumah sakit tersebut untuk berobat. Masyarakat juga mengambil keputusan memilih suatu rumah sakit untuk berobat rawat inap dikarenakan fasilitas yang lengkap. Hal ini didukung oleh penelitian Henny (2010) yang meneliti
faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan
masyarakat dalam memilih berobat rawat inap pada Rumah Sakit Permata Blora. Dua atribut jasa rumah sakit yang mempengaruhi masyarakat memilih RS Permata Blora yaitu mutu pelayanan dan fasilitas yang mempengaruhi pengaruh positif artinya dengan peningkatan mutu pelayanan dan fasilitas akan mampu menambah kesediaan konsumen untuk berobat rawat inap di RS Permata Blora. Untuk mempertahankan jumlah pasien dari waktu ke waktu maka pihak rumah sakit berupaya memberikan pelayanan sebaik-baiknya kepada pasien. Fasilitas medis yang disedakan Rumah Sakit untuk memberikan pelayanan yang memuaskan kepada pasien antara lain UGD 24 jam, kamar ICU, kamar operasi, bangsal rawat inap, laboratorium dan apotek. Sedangkan fasilitas non medis antara lain lapangan parkir, kantin umum, ruang tunggu, mushola dan kamar mandi. Berdasarkan hasil studi pendahuluan melalui wawancara terhadap pasien rawat inap di RS Roemani Muhammadiyah Semarang mengenai alasan pasien memilih kelas III di RS Roemani Muhammadiyah karena pelayanan yang islami, perawat yang ramah dan sabar. Selain itu, biaya perawatan yang murah dan tanpa uang muka, dan bisa menggunakan askes maupun asuransi lain juga menjadi alasan mereka memilih rumah sakit yang bernuansa ilami ini. Sedangkan alasan pasien yang memilih kelas Utama karena menginginkan pelayanan yang lebih baik dan fasilitas yang lebih lengkap. Pasien juga beranggapan kelas utama lebih enak karena suasana nyaman sehingga berharap cepat sembuh.
Berdasarkan fenomena tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Keputusan Pasien Memilih Kelas Rawat Inap (Studi Di Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang).”
METODOLOGI Jenis penelitian ini adalah explanatory reseach yaitu penelitian yang menjelaskan hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat melalui pengujian hipotesis yang dirumuskan dan tiak ada intervensi dari peneliti. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan cross sectional yaitu suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara variabel independen dan dependen yang diukur sekaligus dalam waktu yang sama (Notoatmodjo, 2005). Populasi adalah pasien rawat inap di Rumah sakit Roemani Muhammadiyah Semarang tiap bulan rata-rata sebanyak 952 orang. Sampel sebanyak 90 responden dengan teknik stratified proportional random sampling. Data dianalisis secara univariat dan bivariat menggunakan chisquare.
HASIL Penelitian telah dilakukan di Rumah sakit Roemani Muhammadiyah Semarang. Rumah sakit Roemani Muhammadiyah Semarang merupakan rumah sakit umum yang terletak di jalan Wonodri 22 Semarang. Rumah sakit yang didirikan tanggal 27 Agustus 1975 ini mempunyai tujuan sebagai sarana dakwah untuk mengamalkan amar makruf nahi munkar dan memberikan pelayanan kesehatan yang islami, professional dan bermutu. Tabel 4.1
Distribusi frekuensi responden berdasarkan umur di Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang tahun 2012 (n=90) Umur Dewasa awal (18-40 tahun) Dewasa madya (41-60 tahun) Dewasa akhir (> 60 tahun) Jumlah
Frekuensi 26 43 21 90
Persentase 28,9 47,8 23,3 100
Tabel 4.2
Distribusi frekuensi responden berdasarkan pekerjaan di Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang tahun 2012 (n=90) Pekerjaan Bekerja Tidak bekerja Jumlah
Tabel 4.3
Persentase 63,3 36,7 100
Frekuensi
Persentase
64 26 90
71,1 28,9 100
Distribusi frekuensi responden berdasarkan kelengkapan fasilitas di Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang tahun 2012 (n=90) Kelengkapan fasilitas Lengkap Tidak lengkap Jumlah
Tabel 4.6
Frekuensi 57 33 90
Distribusi frekuensi responden berdasarkan persepsi mutu pelayanan keperawatan di Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang tahun 2012 (n=90) Persepsi mutu pelayanan keperawatan Baik Cukup Jumlah
Tabel 4.5
Persentase 60,0 40,0 100
Distribusi frekuensi responden berdasarkan pendapatan keluarga di Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang tahun 2012 (n=90) Pendapatan keluarga Di atas UMR (Rp 961.323,00) Di bawah UMR (Rp 961.323,00) Jumlah
Tabel 4.4
Frekuensi 54 36 90
Frekuensi 50 40 90
Persentase 55,6 44,4 100
Distribusi frekuensi responden berdasarkan cara pembiayaan di Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang tahun 2012 (n=90) Cara Pembiayaan Biaya sendiri Asuransi Jaminan sosial Jumlah
Frekuensi 42 26 22 90
Persentase 46,7 28,9 24,4 100
Tabel 4.7
Distribusi frekuensi responden berdasarkan pemilihan kelas di Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang tahun 2012 (n=90) Pemilihan Kelas
Frekuensi 4 22 42 22 90
Utama Kelas 1 Kelas 2 Kelas 3 Jumlah
Tabel 4.8
Persentase 4,4 24,4 46,7 24,4 100
Hubungan umur dengan keputusan memilih kelas rawat inap di Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang tahun 2012 (n=90)
Umur
Dewasa awal Dewasa madya Dewasa akhir Jumlah
Utama dan kelas 1 15 8 3 47
Keputusan memilih kelas % Kelas % Kelss 2 3 57,7 8 30,8 3 18,6 27 62,8 8 14,3 7 33,3 11 28,9 42 46,7 22
%
26 43 21 90
100 100 100 100
11,5 18,6 52,4 24,4
X2 = 24,271 Tabel 4.9
Total %
Pvalue = 0,000
Hubungan pekerjaan dengan keputusan memilih kelas rawat inap di Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang tahun 2012 (n=90)
Pekerjaan
Bekerja Tidak bekerja Jumlah
Utama dan kelas 1 18 8 26
Keputusan memilih kelas % Kelas 2 % Kelas 3 33,3 22,2 28,9
28 14 42
51,9 38,9 46,7
Total
%
54 36 90
100 100 100
%
8 14 22
14,8 38,9 24,4
X2 = 6,822
Pvalue = 0,033
Tabel 4.10 Hubungan pendapatan keluarga dengan keputusan memilih kelas rawat inap di Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang tahun 2012 (n=90) Pendapatan keluarga
Di atas UMR Di bawah UMR Jumlah
Utama dan kelas 1 21 5 26
X2 = 13,404
Keputusan memilih kelas % Kelas 2 % Kelas 3
36,8 15,2 28,9
29 13 42
50,9 39,4 46,7
7 15 22
Total
%
%
12,3 45,5 24,4
57 33 90
100 100 100
Pvalue = 0,001
Tabel 4.11 Hubungan persepsi mutu pelayanan keperawatan dengan keputusan memilih kelas rawat inap di Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang tahun 2012 (n=90) Persepsi mutu pelayanan keperawatan Baik Cukup Jumlah
Utama dan kelas 1 26 0 26
Keputusan memilih kelas % Kelas 2 % Kelas 3
40,6 0 28,9
29 13 42
45,3 50,0 46,7
9 13 22
Total
%
%
14,1 50,0 24,4
X2 = 20,418
64 26 90
100 100 100
Pvalue = 0,000
Tabel 4.12 Hubungan kelengkapan fasilitas dengan keputusan memilih kelas rawat inap di Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang tahun 2012 (n=90) Kelengkapan fasilitas
Lengkap Tidak lengkap Jumlah
Utama dan kelas 1 18 8 26
Keputusan memilih kelas % Kelas 2 % Kelas 3
36,0 20,0 28,9
25 17 42
50,0 42,5 46,7
7 15 22
Total
%
%
14,0 37,5 24,4
X2 = 7,258
50 40 90
100 100 100
Pvalue = 0,027
Tabel 4.13 Hubungan cara pembiayaan dengan keputusan memilih kelas rawat inap di Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang tahun 2012 (n=90) Cara pembiayaan
Biaya sendiri Asuransi Jaminan sosial Jumlah
Utama dan kelas 1 18 8 0 26
X2 = 18,491
Keputusan memilih kelas % Kelas 2 % Kelas 3
42,9 27,6 0 28,9
20 13 9 42
47,6 44,8 47,4 46,7
4 8 10 22
Total
%
%
9,5 27,6 52,6 24,4
42 29 19 90
100 100 100 100
Pvalue = 0,001
PEMBAHASAN Umur Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data umur responden sebagian besar dewasa madya sebanyak 43 orang (47,8%). Responden dewasa awal sebanyak 26 orang (28,9%) dan dewasa akhir sebanyak 21 orang (23,3%). Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar pasien yang menjalani rawat inap di RS Roemani Muhammadiyah Semarang adalah usia dewasa madya yaitu usia 41-60 tahun. Pada usia madya rentan terkena penyakit karena sistem imun pada usia tersebut. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori Smeltzer & Bare (2001), bahwa frekuensi dan intensitas infeksi akan meningkat pada usia lebih dari 40 tahun. Peningkatan infeksi ini disebabkan oleh kemampuan untuk bereaksi secara baik terhadap mikroorganisme yang menginvasinya berkurang. Produksi dan fungsi limfosit T dan B dapat terganggu. Gangguan ini dapat menghalangi pengeluaran mikroorganisme yang infeksius dan toksin sehingga rentan terhadap penyakit infeksi. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Anjaryani (2009) yang menyatakan bahwa sebagian besar pasien rawat inap di RSUD Tugurejo Semarang sebagian besar berusia 40-60 tahun yang menjalani perawatan di rumah sakit. Pekerjaan Berdasarkan hasil diketahui bahwa sebagian besar responden bekerja sebanyak 54 orang (60,0%) dan tidak bekerja sebanyak 36 orang (40,0%). Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar pasien yang menjalani rawat inap di RS Roemani Muhammadiyah Semarang adalah bekerja. Pasien sudah mempunyai pekerjaan yang menetap seperti sebagai karyawan swasta, PNS, maupun sebagai wiraswasta sehingga mereka mampu membiayai pengobatan di rumah sakit. Bagi pasien yang tidak bekerja juga ada yang menjalani perawatan di rumah sakit Roemani. Mereka mendapatkan biaya perawatan dari keluarganya maupun memiliki asuransi. Rumah sakit Roemani juga melayani asuransi kesehatan dan jaminan sosial sehingga pasien yang tidak mampu juga bisa mendapatkan pelayanan dari rumah sakit Roemani.
Menurut Sari (2009), seseoarang yang bekerja mempunyai pendapatan keluarga sehingga mempunyai dana untuk kesehatan. Pekerjaan seseorang juga mempengaruhi pola konsumsinya. Orang yang bekerja akan memperhatikan terhadap kesehatanya sehingga bila sakit akan langsung memilih rumah sakit untuk menangani penyakitnya. Hasil penelitian Hutapea (2003), menunjukan bahwa pasien yang memilih kelas perawatan di Rumah Sakit Surabaya sebagian besar bekerja. Pekerjaan juga mempengaruhi pasien dalam memilih kelas perawatan di rumah sakit Surabaya. Pendapatan Keluarga Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data pendapatan keluarga sebagian besar di atas UMR sebanyak 57 orang (63,3%). Hal ini menujukan bahwa pasien yang mempunyai pendapatan tinggi mampu membayar biaya di rumah sakit swasta ini. Namun, ada juga keluarga yang mempunyai pendapatan di bawah UMR tetap memilih pengobatan di rumah sakit Roemani Muhammadiyah Semarang dengan biaya pengobatan dari keluarga atau asuransi. Menurut Sari (2009) kelas sosial adalah pembagian masyarakat yang relatif homogen dan permanent, yang tersusun secara hierarkis dan yang anggotanya menganut nilai-nilai, minat dan perilaku yang serupa. Dalam kelas sosial terdapat perbedaan dalam perilaku konsumsi. Seseorang dengan kelas sosial atas akan berperilaku konsumtif dengan memilih sesuatu yang lebih baik dan berkualitas, sedangkan kelas bawah tidak memperhatikan kualitas namun biaya yang relatif murah. Hasil penelitian Hutapea (2003), menunjukan bahwa salah satu factor yang mempengaruhi pasien dalam memilih kelas perawatan adalah penghasilan. Pasien yang berpenghasilan rendah sebagian besar memilih RSUD Dr Soetomo dan dr Ramelan, sedangkan pasien yang berpenghasilan tinggi sebagian besar memilih RS Darmo. Persepsi Mutu Pelayanan Keperawatan Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data persepsi mutu pelayanan keperawatan sebagian besar baik sebanyak 64 orang (71,1%). Persepsi pasien terhadap mutu pelayanan keperawatan
perawat di rumah sakit Roemani Muhammadiyah
Semarang baik dari kelas utama, kelas 1, kelas II dan kelas III ditunjukan dari 5 dimensi, yaitu reliability, responsiveness, assurance, empathy, dan tangible. Persepsi pasien terhadap mutu pelayanan dalam hal reliability di Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang
menunjukan bahwa perawat sudah baik
dalam penerimaan pasien di ruangan. Perawat juga memberi pertolongan dalam meringankan keluhan sakit pasien dengan baik. Pasien juga menganggap bahwa perawat sudah menginformasikan cara minum obat yang benar sesuai dengan anjuran dokter. Persepsi pasien terhadap mutu pelayanan dalam hal responsivness di Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang
menunjukan bahwa perawat segera
melayani pasien saat pasien merasakan keluhan sakit. Selain itu, pasien juga beranggapan bahwa perawat membantu menyiapkan obat yang harus diminum pasien setiap jadwal minum obat dengan baik. Perawat juga membantu memandikan pasien setiap pagi dan sore dengan baik. Persepsi pasien dalam hal assurance menunjukkan bahwa pasien menganggap perawat ramah dalam melayani pasien. Perawat di rumah Sakit Roemani juga menunjukan perawat berkata-kata dengan sopan dan perawat juga berkomunikasi dengan pasien saat melakukan tindakan. Persepsi pasien dari segi dimensi empathy menunjukan bahwa perawat sudah ramah dalam memberikan pelayanan yang ditunjukan dengan perawat mau mendengarkan pasien yang menyampaikan keluhanya. Pasien juga menganggap bahwa perawat memperkenalkan diri ke pasien saat pergantian shift jaga, dan menanyakan keluhan yang dirasakan pasien saat di ruangan. Pasien juga menilai mutu pelayanan keperawatan dalam hal tangibles. Persepsi mutu pelayanan dalam hal tangibles di rumah sakit Riemani juga sudah baik. Hal ini ditunjukan dengan perawat yang memakai seragam dengan rapi, menggunakan sepatu saat bekerja namun tidak menggunakan papan nama. Perawat juga mengganti seprei pasien tiap pagi atau setiap kali seprei kotor dan ruangan selalu tampak bersih. Persepsi konsumen terhadap kualitas jasa yang merupakan penilaian menyeluruh atas keunggulan jasa yang ditawarkan oleh organisasi pelayanan kesehatan
berdasarkan pengalaman mereka sendiri saat bertransaksi atau mendapatkan pelayanan jasa di perusahaan atau organisasi pelayanan kesehatan tersebut. Persepsi pelanggan terhadap pelayanan rumah sakit digambarkan sebagai dengan kepuasan atau ketidakpuasan dengan mengarah pada 5 dimensi, yaitu reliability, responsiveness, assurance, empathy, dan tangible (Rahmulyono, 2008). Hasil penelitian Henny (2010) menunjukan salah satu faktor yang mempengaruhi keputusan masyarakat dalam memilih berobat rawat inap pada Rumah Sakit Permata Blora adalah mutu keperawatan. Kelengkapan Fasilitas Berdasarkan hasil penelitian diperoleh menunjukan persepsi pasien terhadap kelengkapan fasilitas sebagian besar kelengkapan fasilitas lengkap sebanyak 50 orang (55,6%). Rumah sakit Roemani memberikan fasilitas 4 kelas yaitu kelas utama, kelas I, kelas II dan kelas III. Kelas utama memberikan pelayanan, kenyamanan dan eksklusivitas yang prima. Fasilitas yang didapatkan antara lain : 1 AC, 1 tempat tidur, TV 21 inci, kamar mandi, sofa dan bed penunggu, meja makan, kulkas, bedside cabinet, almari dan Over bed table. Kelas I terdiri dari dua kelas yaitu kelas IA dan IB. Fasilitas kelas 1A yaitu AC, 1 tempat tidur, TV, kamar mandi, bed penunggu, kulkas, bedside cabinet, almari dan over bed table. Fasilitas kelas 1B yaitu AC, 2 tempat tidur, TV, kamar mandi, bed penunggu, kulkas, 2 bedside cabinet, 2 almari dan 2 over bed table. Kelas II terdiri dari tiga kelas yaitu kelas II, dan IIA. Fasilitas kelas II yaitu AC, 2 tempat tidur, TV, kamar mandi, 2 bedside cabinet, 2 almari dan 2 over bed table. Fasilitas kelas IIA yaitu AC, 4 tempat tidur, kamar mandi, 4 almari. Fasilitas di kelas III terdiri dari 8 tempat tidur, 1 kamar mandi dan 8 almari. Sebagian besar pasien menganggap bahwa fasilitas yang diberikan di Rumah Sakit Roemani sudah lengkap. Namun, ada juga pasien yang menggangap fasilitasnya belum lengkap terutama fasilitas penunjang medis. Rumah sakit Roemani menyediakan penunjang medis CT Scanner, ECG, USG, hemodialisa, laboratorium, rehabilitasi medik dan farmasi klinik. Namun, rumah sakit ini juga bekerja sama dengan rumah sakit lain dalam hal MRI, endoscopy atau pemeriksaan lainnya karena belum tersedianya alat penunjang tersebut.
Menurut Kotler (2000), kelengkapan fasilitas rumah sakit turut menentukan pasien dalam memilih pelayanan kesehatan. Rumah sakit perlu memberikan perhatian pada fasilitas rumah sakit dalam penyusunan strategi untuk menarik konsumen. Fasilitas kesehatan yang disediakan baik sarana prasarana, tempat parkir, ruang tunggu yang nyaman, ruang rawat inap maupun pelayanan penunjang lainya. Hasil penelitian Henny (2010) menunjukan bahwa fasilitas mempengaruhi pengaruh yang positif artinya bahwa dengan peningkatan fasilitas akan mampu menambah kesediaan konsumen untuk berobat rawat inap di RS Permata Blora. Cara Pembiayaan Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data cara pembiayaan perawatan di rumah sakit Roemani Muhammadiyah Semarang sebagian besar cara pembiayaan biaya sendiri sebanyak 42 orang (46,7%). Pasien sebagian besar menggunakan biaya sendiri untuk mendapatkan pelayanan di rumah sakit ini. Hasil penelitian juga menunjukkan pasien yang cara pembiayaan dengan asuransi sebanyak 26 orang (28,9%) dan jaminan sosial sebanyak 22 orang (24,4%). Rumah sakit Roemani juga melayani asuransi dan jaminan sosial bagi keluarga yang tidak mampu. Jaminan sosial yang diterima di rumah sakit ini adalah jaminan kesehatan masyarakat. Untuk mendapatkan pelayanan tersebut keluarga pasien harus mengurus surat-surat terlebih dahulu kemudian mendapatkan pesetujuan dari dinas kesehatan kota Semarang. Menurut Rahmulyono (2008), jaminan sosial adalah suatu program yang didanai atau diberikan oleh pemerintah untuk memenuhi kebutuhan dasar orang tanpa sumber daya. Pada umumnya hal itu diarahkan pada mereka yang hidup dalam kemiskinan, penyandang cacat, keluarga kurang mampu dan sebagainya. Pemilihan Kelas Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data pemilihan kelas sebagian besar pemilihan kelas 2 sebanyak 42 orang (46,7%). Kelas II merupakan kelas yang banyak dipilih pasien. Hal ini dikarenakan kelas 2 di Rumah Sakit Roemani menyediakan fasilitas yang yang baik seperti AC, tempat tidur, kamar mandi, dan
almari. Selain itu, tarif rawat inap di kelas 2 juga terjangkau yaitu Rp. 178.500 sampai Rp. 273.000. Sejak pasien masuk dari UGD maupun poliklinik yang akan menjalani perawatan di rumah sakit diberi hak untuk memilih kelas rawat inap. Rumah sakit Roemani menyediakan 4 kelas perawatan yaitu kelas utama, kelas I (IA dan IB), kelas II (II, dan IIA) dan kelas III. Di rumah sakit Roemani juga ditemukan pasien yang inden kamar kelas. Ratarata pasien inden kelas I sebanyak 5-10 pasien/hari. Alasan pasien inden kelas karena menginginkan pelayanan yang lebih baik dan fasilitas yang lebih lengkap. Pasien juga beranggapan kelas utama lebih enak karena suasana nyaman sehingga berharap cepat sembuh. Hubungan umur dengan keputusan memilih kelas rawat inap di Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang Hasil analisa statistik menunjukan ada hubungan umur dengan keputusan memilih kelas rawat inap di Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang karena nilai p (0,000) lebih kecil dari 0,05. Pasien yang berusia dewasa awal lebih senang memilih kelas perawatan di kelas utama dan kelas I. Pasien yang berusia dewasa awal sebagian besar memilih kelas 2, sedangkan dewasa akhir sebagian besar memilih kelas 3.hal ini menunjukan bahwa pasien yang berusia muda lebih cenderung memilih kelas yang baik dibandingkan dengan pasien yang lebih tua. Pada umumnya pasien usia dewasa lebih mengutamakan gengsi sehingga mereka harus dirawat di ruang yang berkelas. Pada usia dewasa muda juga lebih bersifat konsumtif sehingga mereka senang memilih kelas dengan fasilitas yang lengkap dan dalam satu ruang tidak ada banyak pasien agar tidak tertular penyakit. Sedangkan pasien dengan dewasa tua tidak memperhatikan kelas perawatan. Anggapan mereka adalah dirawat agar sembuh dan lebih memilih kelas yang biayanya relatif murah. Menurt Sari (2009), usia pasien secara garis besar menjadi indikator dalam kedewasaan dalam setiap pengambilan keputusan yang mengacu pada setiap pengalamannya. Orang pembeli barang dan jasa berbeda sepanjang hidupnya.
Selera orang terhadap pakaian, perabot, dan rekreasi juga berhubungan dengan usia. Konsumsi juga dibentuk oleh siklus hidup keluarga. Hubungan pekerjaan dengan keputusan memilih kelas rawat inap di Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang Hasil analisa statistik menunukan ada hubungan pekerjaan dengan keputusan memilih kelas rawat inap di Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang. Pasien yang memilih kelas utama dan kelas I sebagian besar pasien yang bekerja, sedangkan pasien yang memilih kelas 3 sebagian besar pasien yang tidak bekerja. Pasien yang bekerja mempunyai penghasilan yang cukup untuk menjalani perawatan di rumah sakit. Biaya perawatan di rumah sakit tidaklah murah, sehingga harus menyediakan dana yang cukup. Hasil penelitian juga ditemukan pasien yang tidak bekerja memilih kelas 1. Sumber pengobatan pasien berasalh dari keluarga. Pasien adalah pasien yang masih bersekolah atau pensiun sehingga mereka mendapatkan biaya pengobatan dari kelurga. Menurut Sari (2009), seseoarang yang bekerja mempunyai pendapatan keluarga sehingga mempunyai dana untuk kesehatan. Pekerjaan seseorang juga mempengaruhi pola konsumsinya. Orang yang bekerja akan memperhatikan terhadap kesehatanya sehingga bila sakit akan langsung memilih rumah sakit untuk menangani penyakitnya. Hasil penelitian Hutapea (2003), menunjukan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi pasien dalam memilih kelas perawatan di rumah sakit Surabaya adalah pekerjaan. Hubungan pendapatan keluarga dengan keputusan memilih kelas rawat inap di Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang Hasil analisa statistik menunjukan ada hubungan pendapatan keluarga dengan keputusan memilih kelas rawat inap di Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang. Pasien yang mempunyai pendapatan keluarga di atas UMR sebagian besar memilih kelas 2.
Pendapatan keluarga di bawah UMR sebagian besar
keputusan memilih kelas 3. pasien yang mempunyai penghasilan lebih tinggi biasanya mempunyai dana tabungan untuk kesehatan sehingga bila sakit akan
mempunyai biaya untuk perawatan. Pasien yang mempunyai penghasilan rendah tidak mempunyai tabungan untuk kesehatan. Apabila mereka sakit mereka akan memilih kelas 3 dengan harapan yang sama yaitu bisa sembuh dan dilayani dengan baik selama di rumah sakit. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori Sari (2009) kelas sosial mempengaruhi perilaku konsumsi. Seseorang dengan kelas sosial atas akan berperilaku konsumtif dengan memilih sesuatu yang lebih baik dan berkualitas, sedangkan kelas bawah tidak memperhatikan kualitas namun biaya yang relatif murah. Hasil penelitian Hutapea (2003), menunjukan bahwa salah satu factor yang mempengaruhi pasien dalam memilih kelas perawatan adalah penghasilan. Pasien yang berpenghasilan rendah sebagian besar memilih RSUD Dr Soetomo dan dr Ramelan, sedangkan pasien yang berpenghasilan tinggi sebagian besar memilih RS Darmo. Hubungan persepsi mutu pelayanan keperawatan dengan
keputusan
memilih kelas rawat inap di Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang Hasil analisa menunjukan ada hubungan persepsi mutu pelayanan keperawatan dengan keputusan memilih kelas rawat inap di Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang. Pasien yang memilih kelas utama dan 1 sebagian besar mempunyai persepsi mutu keperawatan yang baik. Pasien yang memilih kelas 3 sebagian besar mempunyai persepsi mutu keperawatan yang cukup baik. Pasien yang memilih kelas utama dan kelas 1 menggangap perawat sudah baik dalam penerimaan pasien di ruangan. Pasien juga menganggap bahwa perawat sudah menginformasikan cara minum obat yang benar sesuai dengan anjuran dokter. Perawat di kelas utama dan kelas I segera melayani pasien saat pasien merasakan keluhan sakit. Selain itu, pasien juga beranggapan bahwa perawat membantu menyiapkan obat yang harus diminum pasien setiap jadwal minum obat dengan baik. Pasien yang memilih kelas 3 menganggap persepsi mutu keperawatan cukup baik. Hal ini dikarenakan perawat yang tidak langsung tanggap melayani keluhan pasien. Namun, perawat tetap sopan dan ramah terhadap pasien yang ditunjukan
dengan berkata-kata dengan sopan dan perawat juga berkomunikasi dengan pasien saat melakukan tindakan. Selain itu, persepsi pasien kelas 3 perawat tidak setiap hari mengganti seprei. Penggantian seprei di kelas 3 hanya 2 kali sehari, sedangkan dikelas utama dan kelas 1 setiap hari diganti. Persepsi konsumen terhadap kualitas jasa yang merupakan penilaian menyeluruh atas keunggulan jasa yang ditawarkan oleh organisasi pelayanan kesehatan berdasarkan pengalaman mereka sendiri saat bertransaksi atau mendapatkan pelayanan jasa di perusahaan atau organisasi pelayanan kesehatan tersebut. Persepsi pelanggan terhadap pelayanan rumah sakit digambarkan sebagai dengan kepuasan atau ketidakpuasan dengan mengarah pada 5 dimensi, yaitu reliability, responsiveness, assurance, empathy, dan tangible (Rahmulyono, 2008). Hasil penelitian Henny (2010) menunjukan salah satu faktor yang mempengaruhi keputusan masyarakat dalam memilih berobat rawat inap pada Rumah Sakit Permata Blora adalah mutu keperawatan. Hubungan kelengkapan fasilitas dengan keputusan memilih kelas rawat inap di Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang Hasil analisa statistik menunjukan ada kelengkapan fasilitas umur dengan keputusan memilih kelas rawat inap di Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang. Pasien yang memilih kelas
utama dan kelas 1 sebagian besar
menganggap fasilitas yang disediakan rumah sakit lengkap. Pasien yang memilih kelas 2 dan kelas 3 sebagian besar menganggap fasilitas yang disediakan rumah sakit tidak lengkap. Rumah sakit Roemani membagi 4 kelas dengan fasilitas yang berbeda dan tarif yang berbeda pula.
Semakin tinggi kelas yang dipilh maka fasilitas yang
diberikan di ruangan semakin lengkap. Misalnya kelas utama merupakan kelas yang memberikan pelayanan, kenyamanan dan eksklusivitas yang prima. Untuk memberikan pelayanan yang prima di kelas utama maka rumah sakit juga memberikan fasilitas yang lengkap pula yaitu 1 kamar 1 tempat tidur, AC, TV, kamar mandi, sofa dan bed penunggu, meja makan, almari es, bedside cabinet, almari dan over bed table.
Pasien yang memilih kelas 3 sebagian besar mengganggap fasilitas yang diberikan tidak lengkap. Rumah sakit Roemani juga menyediakan kelas 3 untuk menangani pasien golongan menengah ke bawah. Oleh karena tarif yang dibayarakan di kelas 3 relatif murah, maka fasilitas yang diberikan hanya 1 ruang 8 tempat tidur, kipas angin, 1 kamar mandi dan 8 almari. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Hutapea (2003), menunjukan pertimbangan pasien terhadap fasilitas ruangan di rumah sakit Darmo mengganggap fasilitas di ruang VIP lebih lengkap daripada kelas 3. Hubungan cara pembiayaan dengan keputusan memilih kelas rawat inap di Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang Hasil analisa statistik menunjukan ada hubungan cara pembiayaan dengan keputusan memilih kelas rawat inap di Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang. Pasien yang memilih kelas utama dan kelas 1 sebagian besar menggunakan biaya sendiri. Pasien yang memilih kelas 3 sebagian besar cara pembiayaan dari asuransi kesehatan atau jaminan sosial. Rumah sakit Roemani memberikan pelayanan kesehatan yang islami yang tetap peduli terhadap kaum dhuafa. Rumah sakit ini tetap memberikan kemudahan bagi masyarakat yang tidak mampu dengan jaminan sosial. Jaminan sosial adalah suatu program yang didanai atau diberikan oleh pemerintah untuk memenuhi kebutuhan dasar orang tanpa sumber daya. Pada umumnya hal itu diarahkan pada mereka yang hidup dalam kemiskinan, penyandang cacat, keluarga kurang mampu dan sebagainya. Rumah sakit juga melayani asuransi kesehatan dimana pihak asuransi kesehatan menyediakan kelas 3 bagi pasien. Pasien dapat juga memilih kelas 2 namun harus menambah biaya lagi diluar tanggungan asuransi. Pasien di rumah sakit ini ada juga yang memilih kelas 2 dengan menggunakan asuransi dan mereka menambah biaya lagi di luar tanggungan asuransi.
PENUTUP Berdasarkan hasil pembahasan faktor-faktor yang berhubungan dengan keputusan pasien memilih kelas rawat inap (Studi di Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah
Semarang), maka dapat disimpulkan bahwa : Umur responden sebagian besar dewasa madya sebanyak 43 orang (47,8%). Pekerjaan responden sebagian besar bekerja sebanyak 54 orang (60,0%). Pendapatan keluarga sebagian besar di atas UMR sebanyak 57 orang (63,3%). Persepsi mutu pelayanan keperawatan sebagian besar baik sebanyak 64 orang (71,1%). Kelengkapan fasilitas sebagian besar lengkap sebanyak 50 orang (55,6%). Cara pembiayaaan sebagian besar cara pembiayaan biaya sendiri sebanyak 42 orang (46,7%). Pemilihan kelas sebagian besar pemilihan kelas 2 sebanyak 42 orang (46,7%). Ada hubungan umur dengan keputusan memilih kelas rawat inap di Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang. Ada hubungan pekerjaan dengan keputusan memilih kelas rawat inap di Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang. Ada hubungan pendapatan keluarga dengan keputusan memilih kelas rawat inap di Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang. Ada hubungan persepsi mutu pelayanan keperawatan dengan keputusan memilih kelas rawat inap di Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang. Ada kelengkapan fasilitas dengan keputusan memilih kelas rawat inap di Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang. Ada hubungan cara pembiayaan dengan keputusan memilih kelas rawat inap di Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang.
1
Etik Kustiati : Mahasiswa Program Studi S1 Keperawatan FIKKES Universitas Muhammadiyah Semarang 2 Edy Wuryanto, S.Kp, M.Kep : Dosen Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Semarang 3 Sayono, SKM, M.Kes : Dosen Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Semarang
DAFTAR PUSTAKA Anjaryani. 2009. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan pasien rawat inap terhadap pelayanan perawat di RSUD Tugurejo Semarang. Semarang : Skripsi Tidak dipublikasikan. Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek Edisi Revisi VI. Jakarta : EGC.
Astuti, R. 2010. Modul Praktikum Komputer Lanjut : Analisis Deskriptif dan Analitik. Semarang : UNIMUS. Depkes. 2004. Standar Manajemen Pelayanan Keperawatan dan Kebidanan di Sarana Kesehatan. Lampung : Dinas Kesehatan Propinsi Lampung. Henny. 2010. Faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan masyarakat dalam memilih berobat rawat inap pada Rumah Sakit Permata Blora. Surakarta : Skripsi Tidak dipublikasikan. Hutapea. 2009. Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan (demand) masyarakat terhadap pemilihan kelas perawat pada rumah sakit. Malang : Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan. Volume 12, halaman 94-101. Hidayat. 2004. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika. Hidayat, A.A. 2009. Metode Penelitian Kebidanan Tehnik Analisis Data. Jakarta : Salemba Medika. Kotler, P. 2000. Marketing Management. (Edisi Indonesia oleh Hendra Teguh, Ronny dan Benjamin Molan). Jakarta : PT Indeks. Machfoedz, I. 2007. Statistika Deskriptif : Bidang Kesehatan, Keperawatan dan Kebidanan (Bio Statistik). Yogyakarta : Fitramaya. Muninjaya. 2004. Manajemen Kesehatan. Jakarta : EGC. Nursalam. 2008. Manajemen Keperawatan : Aplikasi dalam Praktik Keperawatan Profesional. Edisi 2. Jakarta : Salemba Medika. Notoatmodjo, S. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. Rahmulyono, A. 2008. Analisis Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Kepuasan Pasien Puskesmas Depok I di Sleman. Sleman : Skripsi Tidak dipublikasikan. Sari. 2009. Manajemen : Pemasaran Usaha Kesehatan. Jogjakarta : Mitra Cendikia Press.
Simamora, H. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi III. Yogyakarta : Penerbit STIE YKPN. Smeltzer & Bare. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC. Sugiyono. 2007. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Suyanto & Salamah. 2009. Riset Kebidanan: Metodologi dan Aplikasi. Yogyakarta: Mitra Cendikia Press.