K
LryS{'rRU KSU
UAulAN RAYA
BUITU I
GEOIIIETRII( JALAIT
M-MSAODANGMSCE
IDET-EIIIIIT NOYA
#ffitfrufr BUI(U I
GEOMETRII( JAI,AIT
IR. HA]IIINHAN SAODANG MSCE.
PENERBTT NOVA
KOIAK POS 1468 BANDUNG
Saodan!,f,amlrhan
tr(onstruksl Jalan Baya/oleh Hsmirhon Soodong Cetokqn II. ----- Bcndung : Novar 2OIO.
3 jil. 16x23 cm.
Isi
:
1. GEoMEIRIKIALAN. 2. PERANCANGAN PEnIGRASAN
l.
JAIJTN nAyA" SIRUKIUR & KONSIRUI$IJAUIN RAYA"
Bibliografi
zhlm.2?6
ilirtedifr4a;Lan
ttnhil
kedua olohg
ISBN rsBN ISBN rsBN
1.
- 95847 -2-8 979-95847-3-6 979 - 95847 - 4- 4 979 - 95847 -5 -2 979
Jalan
tuo , dor
no.iil.lengkcp)
iil. l iil.
) 2)
iil.3
Raya
beLuatgoku
)
l.
*rrh$, tiln,<17Y,li-
KONSTRUKSIJAI-AN RAYA
625.7
Hak cipta dilindungi Undang
,
- Und"nr:;,
,,,,,
Dilarang memperbanyak karya.*"flqdi rufrgirn atau seluruhnya, dalam bentuk dan dengan .rr" Iffipriii'termasuk stensil, fotokopi, tanpa ijin tertulis dari penerbit.
IEAIFA PENGaANqtrAR onstruksi Jalan mempunyai peranafl yang cukup besar dalam tatan^n perkembangan pembangunan Nasional. Dalam kelompok sektor Transportasi ; jalan raya berpotensi sebagai penyedia akses transportasi iasa dan barang keseluruh wilayah cakupan perencanaan, yzng betdampak sebagai komponen akselerasi pembangunan wilayah maupun regional. Sebagai salah satu moda transportasi darut, jalan raya merupakan komponen pemicu dinamika pembangunan ekonomi secara umum, pembangunan tata ruang secafa khusus, dan lebih spesifik lagi, sebagai unsur pengembang dari potensipotensi sumber dzya alamiah yang belum muncul, ataupun sumber-sumber potensi sumber daya yang sudah muncul, direvitalisasi untuk lebih diarahkan pada potensi yang lebih berday^- gan . Perkembangan konstruksi jalan r^ya, terurama pembangunan raya mengalami pasaflg surut, mengikuti irama perkembangan ialan pembangunan Nasional. Hal ini berdampak luas pada pengembangan s rana dan prasarafla transportasi dan lingkungan disekitarnya, bahkan dalam skala yang lebih luas. lagi, yaitu pembangunan ekonomi wilayah yang bersaflgkutan. Tidak bedebihan kalau dikatakan bahwa kebutuhan akan pembangunan konstruksi jalan raya akan semakin menumbuhkan dan meningkatkan perkembangan pembangunan Nasional. Dalam periode saat ini pembangunan ialan raya, terarsa. makin surut dibandingkan dengan dekade 197U an, seiring dengan makin terbatasnya dana pembangunan yang dimiliki pemerintah. Alokasi dana pembangunan lebih banyak diarahkan untuk menat:a kembali struktur ekonomi yang sempat terpuruk selama beberapa waktu. Sehingga banyak ruas-ruas jalan terutama poros ekonomi, diseluruh Indonesia meros()t tzizm dalam memberikan pelayanan transportasi angkutan barang maupun iasa. Disatu pihak ialan baru dalam skala besar sama sekali tidak arla pembangunan, selama sepuluh tahun tetakhir ini, ialan-jalan lamapun, makin lama makin banyak yang mengalami degradasi struktur yflnl', berdampak pada berubahnyzpetaialan mantap yang relatif sudah lurniryurr
u<
I I'ONSTBUKSIJAI,AN
DTIflT
r . nrnllml?
rAI A\I
Koto Pe.ngontot
DA.F!f,TAR baik pada periode 198Gan. Banyak ialan yang kembali mengalami kondisi kritis dan bahkan ada beberap^yaflg putus sama sekali. Hal seperti ini, tentunya akzn memberikan banyak pekeriaan tambahan bag para pengelola dan pembina ialan raya, tervtama pembina jalan di tingkat pemedntah daerah, padz erz otonomi daerah sepetti sekarang ini. Disisi lain mungkin pula banyak pelaksana, pengawas dan pemerhati jalan makin kuatir, berapa lama kondisi seperti ini akan bedangsung. Insya Allah, kita semua berharap mudah-mudahan derap pembangunan akan melangkah ltgr, dan tentunya demikian pula dengan pembangunan s t^na. dan prasana termasuk ialan tzya, akan berdenyut kembali. Dalam hal ini, penulis hznya memberikan sedikit sumbang pikir, berupa buku Konsttuksi Jalan ini. Buku Konstruksi Jalan disusun meniadi 3 ( tiga ) buku, dengan tidak menutup kemungkinan berkembang dan bertambah lagi. Sementara kami susun : )BukuI : Geometrik J a,ltn R.:aya
) )
Buku Buku
II III
:
Perancangan Perkerasan Jalan Rayz.
:
Struktur & KonstruksiJalan Raya.
[S[
IIAI,\MANJUDUL I(ATA PENGANTAR I)AFTAR ISI BAB
I
iii
1. PENDAHULUAIN.
1.1,. ' Pengantar 1.2. Lingkup Bahasan..... 1.3. Istilah dan Pengertt^nnya....... BAB
2.
3.
"
1
2 2
KONSEP DASAR DAN PARAMETER GEOMETRIK JAI-AN RAYA
2.1. 2.2. 2.3. 2.4. BAB
.........
19 Kompetensi Geometrik Jalzn&aya Pengertian Perunczngan Geometrik................ 20 ParameterPerancanganGeometrikJalanRaya........ 21, 43 Karakteristik Pemakai Ja1an...........
KRNERIA PERANCANGAN GEOMETRIKJAT.AN RAYA.
Secara umum, pembahasan materi didalam ketiga buku tidak bersambung, jadi berdiri sendiri, namun merupakan satu kesatuan bahasan
yaitu Konstruksi Jalan, yang memang mempunyai cakupan yang luas. Siapapun yang ingin memiliki hanya, salah satu dari ketiga buku, tidak akan kehilangan konteks materi pembahasan, karena memang tidak saling terkait langsung. Walaupun buku-buku ini fauh dari sempurna., harzpan penulis dapat menerima masukan dari siapa saia, untuk lebih disempurnakan lagi, untuk ikut beqpartisipasi dalam sasaran nasional, mencerdaskan bangsa.
Bandung,
3.1.. 3.2. BAB
4.
46 Persyaratan Geometrik JalznRaya Penetapan dan PemetaznTnseJalan.............. 54
ELEMEN GEOMETRIK. 4.1..
Elemen dan Komponen Geometrik
57
4.2. 4.3. 4.4.
Alinyemen Horisontal Alinyemen Vertikal Koordinasi Alinyemen
57
Medio 2004.
Femu[f,s" lll
I(ONSTNUKSIJAIIAN BUKU
T:
GEOMETRIKJAU,N
108
129
Iv
BAB
5.
GEOMETRIK PERSIMPAI\GAI\. 5.1. 5.2.
BAB
6.
6.2. 6.3.
7.
Simpang Sebidang... Simpang Tidak Sebidang....
150 167
PROSEDUR DAIN I-ANGKAH.IANGKAH PERANCANGAN. 6.1,.
BAB
K()NS'I'RIIKiiI JAI,AN
Do6ton Isi
Prosedur
erancangzn Geometrik J alan Raya .......... Pekerjaan Galian dan Timbunan Pedoman Rancangan P
773 177
182
STAKE-OUT GEOMETRTKJAT-AN. 7.1. 7.2. 7.3. 7.4. 7.5. 7.6. 7.7.
Pematokan Lintasan Lurus Pematokan Sumbu Rencana AsJalan Cara Pengukuran Jarak dan Pembuatan Tangen di I-apangan Cara Pembuatan Garis Saling Tegak Lurus Mengatasi Masalah Rintangan di Lapangan ............ Pematokan kngkung Horisontal. Pematokan kngkung Vertikal.....
DAFTAR PUSTAKA Lampiran
1
Lampfuan 2
Lampiran 3 I-,ampiran 4
Lampiran 5a Lampiran 5b l-ampiran 6a Lampiran 6b I-,ampiran 7z l,ampiran 7b
Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel
Lmpkan
I^,
I*, I^o Parameter kngkung SCS, .......... Parameter kngkung SCS, .......... Parameter kngkung SCS2.......... Parametu kngkung SCS2.......... Parameter kngkung SCS........... Parameter kngkung SCS3..........
17
190 194
Lampiran 18 L,mpfuan 1,9 I-ampiran 20
197
l-,ampfuan21 Larnpfuan 22
199
202 210 230 236 237
DAFTARIAMPIRAN
LampiranTc l,ampiran 8a l,ampiran 8b [,ampiran 8c I-ampfuan9a Lampiran 9b Lampiran 10 Lampiran 11 l,ampiran 72 Lampiran 13 Lampiran 14 Lampiran 15 Lampiran 16
238 239 240 241 242
243 244 245 246 247
Lampiran 23 Lampfuan 24 Lampfuan 25
BUKU
I:
GEOMETRIKJAIAN
Irngkung
SCS3..........
Tabel Parameter kngkung : Tabel Parameter kngkung : Tabel Parameter I-engkung : Tabel Parameter kngkung : Tabel Parameter kngkung Tabel Parameter kngkung Tabel Parameter kngkung Tabel Parameter kngkung Tabel Parameter kngkung Tabel Parameter kngkung Tabel Parameter kngkung Tabel Parameter kngkung Tabel Parametet kngkung Tabel Parameter kngkung Tabel Parameter kngkung : Tabel Parameter kngkung
SCS4..........
: Tabel Parameter :
24tl 249 2s0
SCS4..........
SCS4..........
i
251
SCS5 ...;.....i...... 1............ 2s2 2s3 SCS5..........
SS,................:................. SSr.............. SSr.............. SS0.............. SSu............... SSu...........,...
SSr..............
2s4 255 256 257 258
259 260
SSr..............
26t
SSr...............
262
263 264 265 Tabel Konversi Menit ke Desimal 266 Tabel Pelebaran di Tikungan ................. 267 Tabel kbar l.alur dan Bahu Jalan............ Alinyemen Horisontal, Vertikal dan Superelevasi. 268 269 Penampang Melintang J alan ............ SSro
............
SS,,............
BAB 1 PEUUDffiASU I.I.
PENGANTAR
ransportasi secara umum dicirikan dengan digunakannya berbagai moda transportasi oleh manusia untuk melakukan-. mobilitas kegiatan dalam rangka memenuhi hajat hidupnya. Moda transPortasi yang ada, bila ditiniau dari geografis fisik, adalah transportasi darat, laut, sungai, danau dan udara. Transportasi darat meliputi ialan raya dan jalan re[, transportasi udara diwakili angkutan pesawat terbang, transportasi air (laut, sungai, danau dlt.) meliputi perahu, speedboat, iet{oaster. ferry kapal laut dan lain
ETill rJ
sebagainya.
Jalan Raya sejak mulai awal dirintis, hanya berupa lintas lalu lalang manusia untuk mencari nafkah dengan jalan kaki, atau menggunakan kendaraan sederhana beroda tanpa mesin. Makin lama perkembangan jalan berkembang dengan pesat, seiring dengan perkembangan teknologi yang melahirkan macam-macam kendaraan bermesin mulai dari beroda tiga, empat sampai lebih dari empat. Dari semula hanya sebagai alat bantu manusia menemukan sumber makanan, berkembang menjadi merupakan sarana pelayanan iasa angkutan manusia, barang dan bahkan meniadi sarana pengembangan wilayah dan peningkatan ekonomi. Dengan pesatnya perkembangan ialan ini, yang semula hanya dibuat "asal jadi" saia, belakangan mulai dipikirkan syarat-syarat jalan, agar dapat melayani pengguna jalan dengan nyaman, aman, sehat dan cepat, bahkan belakangan ini disyaratkan untuk memenuhi berwa'nasan lingkungan. Persyaratan geometrik jalan, adalah salah satu dari perryaratanpersyaratan yang ada, untuk memberikan kenyamanan, keamanan dan kecepatan tersebut diatas. Banyak syarat-syarat lain diluar syarat geometrik ini, yang merupakan persyaratan konstruksi jalan secara umum, meliputi antara lain persyaratan struktur jalan, persyaratan bahan ialan, persyaratan pelaksanaan jalan dan lain-lain.
KONSTBIIKSIJALAN
BUKU r
:
GEOME'IRIKJAI,A,N
I
I'rtlol(u0,uur
1.3.1.1.
umum Konstruksi Jalan Raya tidak hanya terbatas pada Geometrik Jalan saja, namun untuk pegangan dasar bagi pemerhati, pelaksana,pengawas.. d_an siapap.r. yr.rj be.k-.p"ntingan dilam disiplin Secara
ilmu ini, Geometrik Jalan merupakan bekal awal ,rriuk mendarami dan memahami pengertian dasar dari suatu bentukan konstruksi yaitu Konstruksi Jalan Raya. sesudahnya baru didekati lagi dengan pendekatan struktur, yang lebih mengarah pada bentuk fisik dai kekuatan konstruksi ialan, yang memerlukan penelaahan perencanaan yang lebih matang dan
akurat.
1.2. -
Raya
z
(A). Sistem Jaringan Jalan Primer
-
Arteri Primer, Jalan Kolektor Primer, dan Jalan l.okal Primer Jalan
(B). Sistem Jaringan Jalan Sekunder
LINGKUP BAHASAN
cakupan dari buku Konstruksi Jalan - Buku r : Geometrik Jalan ini, akan terdiri dari: ) Penjelasan Umum mengenai Geometrik Jalan,
) ) ) ) ) ) ) ) )
Maksud dan Tujuan perencanaan GeometrikJalan, Konsep Dasar perencanaan Geometrik Jalan, PersyaratanGeometrik. Komponen GeometrikJalan Alinyemen Horisontal dan persyaratannya, Alinyemen Vertikal dan persyaratannya . GeometrikPersimpangan Prosedur dan pedoman Stake-out
_ Pada setiap bahasan yang dianggap perlu disertakan contoh
I.3.
KlassifikasiJalan Menurut Fungsi fPerunrn
ISTIII\H DAN PENGERTIANT{YA
1.3.1. KrltsslFriQ{,srJALAN
-
Arteri Sekunder, Jalan Kolektor Sekunder dan Jilan tokal Sekunder Jalan
(A)
SistemJaringanJalanPrimer
Jaringan Jalan Primer adalah jalan yang menghubungkan simpul-simpul jasa distribusi dalam Struktur Pengembangan'Wilayah, Sistem
dengan ketentuan sebagai berikut:
(i)
Didalam satu Satuan \i7ilayah Pengembangan, system jaringan jalan primer, menghubungkan kota jenjang kesatu, kedua, ketiga dan jenjang dibawahnya, secara terus menerus sampai ke persil. (ii) Antar Satuan t0(rilayah Pengembangan, system jaringan primer menghubungkan kota jenjang kesatu dengan kota jenjang kesatu. - Jalan Arteri Primer, menghubungkan kota jenfang kesatu, yang terletak bcrdampingan, atau menghubungkan kota ienjang kesatu dengan kota jenjang kedua.
Kolektor Primer, menghubungkan kota ienjang kedua dengan kota jenjang kedua, atau menghubungkan kota jenjang kesatu dengan kota jenjang ketiga, atau menghubungkan kota jenjang kedua dengan kot.r
- Jalan
ienjang ketiga.
- Jalan Lokal Primer, menghubungkan kota jenjang ketiga deng,lrr kot.r icnjang ketiga, atau menghubungkan kota jenjang kedua dcngan l)crsil. rrtau menghubungkan kota jenjang ketiga dengan Persil.
KONIiTRI]KSI JAI,A]\I
BUKU I
:
GEOMETRIK JALAN
I
Sistem jaringan primer, disusun mengikuti ketentuan pengaturan tata ruang dan struktur pengembangan wilayah tingkat Nasional yang menghubungkan simpul-simpul jasa distribusi sebagai berikut: A.1. Jalan Arteri Primer
a. b. c. d. e. f.
b. c. d. e.
(B)
Didesain paling rendah dengan kecepatan 60 km/jam. Lebar badan jalan tidak kurang dari 8 meter. Kapasitas lebih besar daripada volume lalu lintas rata{ata. lalu-lintas jarak jauh tidak boleh terganggu oleh lalu lintas ulang-alik, lalu lintas lokal dan kegiatan lokal. Jumlah jalan masuk, ke jalan Arteri Primer, dibatasi secaia effisien sehingga kecepatan 60 km/jam dan kapasitas besar tetap terpenuhi Persimpangan pada jalan Arteri Primer harus dapat memenuhi ketentuan kecepatan dan volume laluJintas. :
Didesain untuk kecepatan rencana paling rendah a0 km/
jr-.
Lebar badan jalan tidak kurang dari T,0O meter.
Kapasitas sama atau lebih besar dari volume rata-rata.
lalu lintas
Jumlah jalan masuk dibatasi, dan direncanakan sehingga dapat dipenuhi kecepatan paling rendah 40 km/jam. Jalan kolektor primer, tidak terputus walaupun memasuki kota.
A.3. Jalan Lokal Primer
a. b.
c.
Jalan lokal primer tidak terputus,walaupun'memasuki desa'
SistemJaringanJalanSekunder.
:
A.2. Jalan Kolektor Primer
a.
6
',.rrk rlu0uou
Sistem Jaringan Jalan Sekunder, adalah ialan yang menghubungkan
kawasan-kawasan fungsi primer, fungsi sekunder kesatu, fungsi sekunder kedua, fungsi sekunder ketiga dan seterusnya sampai ke perumahan dalam satu'Wllayah Perkotaan. -Jalan Arteri Sekunder, menghubungkan kardasan primer dengan kawasan sekunder kesatu, atau menghubungkan kawasan sekunder kesatu dengan kawasan sekunder kedua. - Jalan Kolektor Sekunder, menghubungkan kawasan sekunder kedua dengan kawasan sekunder kedua, atau menghubungkan kawasan sekunder kedua dengan kawasan sekunder ketiga. kesatu dengan - Jalan Lokal Sekunder, menghubungkan kawasan sekunder'kedua dengan perr-"harr, atau menghubungkan kawasan sekunder dengan sekunder ketiga kawasan perumahan, atau menghubungkan perumahan. Sistem iaringan ialan sekunder, mengikuti ketentuan Pengaturan tata ruang kota yang menghubungkan kawasan-kawasan yang mempunyai fungsi primer, fungsi sekunder kesatu, fungsi sekunder kedua, fungsi sekunder
ketiga dan seterusnya sampai ke perumahan, dengan batasan berikut : 8.1. Jalan
a. :
Didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 20 km/jam. Lebar badan jalan tidak kurang dari 6,(X) m
b.
Arteri Sekunder
sebagai
:
Didesain berdasarkan kecepatan paling rendah 30 knt/
ja-.
Kapasitas sama atau lebih besar dari volume
lalu
lint;rs
rata-rata. c.
Lebar badan jalan tidak kurang dari 8,00 metcr.
d.
Pada jalan arteri sekunder, lalu lintas terganggu oleh lalu lintas lambat.
ccplt titl.rk lrolrlr
K()NIiTRTIl(ltI JAI,AN
e.
BUKU T
Persimpangan ialan dengan pengaturan tertentu harus memenuhi kecepatan tidak kurang dari 30 km/jam.
8.2. Jalan Kolektor Sekunder
:
a.
Didesain berdasarkan kecepatan paling rendah 20 km/
b.
iam. Lebar badan ialan tidak.kurang dari 7,00 meter.
B.3. Jalan Lokal Sekunder :
a. b. c.
Didesain berdasarkan kecepatan paling rendah 10 kmr/jam Lebar badan ialan tidak kurang dari 5,00 meter. . Dengan kecepatan paling rendah 10 kmr/jam, bukan di diperuntukkan untuk roda tiga atau lebih. d. Yang tidak diperuntukkan kendaraan roda tiga atau lebih harus mempunyai lebar jalan tidak kurang dari 3,5 meter. Secara diagramatis, klassifikasi falan menurut fungsi, digambarkan pada Gbr. 1.1.
1.3.1.2.
KlassifikasiJalanMenurutWewenangPembinaan
Jaringan jalan dikelompokkan menurut wewenang pembinaan, terdiri dari: (A). Jalan Nasional
-
Arteri Primer, Jalan Kolektor Primer, yang menghubungkan antar ibukota Propinsi. Jalan selain dari yang termasuk artery'kolektor primer, yang nilai strategis terhadap kepentingan Nasional, yakni mempunyai jalan yang tidak dominan terhadap pengembangan ekonomi, tapi nrcmpunyai peranan menjamin kesatuan dan keutuhan nasional, melayani dacrahdacrah yang rawan dan lainJain . Jalan
II
: GEOMETRIKJAI-AN
r,krlluluur
(tl). Jalan Propinsi
-
Jalan Kolektor Primer, yang menghubungkan ibukota Propinsi dengan i bukota Kabupaten /Kotamadya. - Jalan Kolektor Primer, yang menghubungkan antar ibukota Kabupaten/Kotamadya. - Jalan selain dari yang disebut diatas, yang mempunyai nilai strategis terhadap kepentingan Propinsi, yakni jalan yang biarpun tidak dominan terhadap perkembangan ekonomi, tapi mempunyai peranan tertentu dalam menjamin terselenggaranya pemerintah yang \aik dalam Pemerintahan Daerah Tingkat I dan terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan sosial lainnya. - Jalan dalam Daerah Khusus Ibukota Jakarta, kecuali jalan yang termasuk Jalan Nasional. (C). Jalan Kabupaten
-
Jalan Kolektor Primer, yang tidak termasuk dalam kelompok ialan
Nasional dan kelompok Jalan Propinsi. - Jalan Lokal Primer - Jalan Sekunder lain, selain sebagaimana dimaksud sebagai Jalan Nasional, dan Jalan Propinsi. - Jalan selain dari yang disebutkan diatas, yang mempunyai nilai strategis terhadap kepentingan Kabupaten, yakni jalan yang walaupun tidak dominan terhadap pengembangan ekonomi, tapi mempunyai peranan tertentu dalam menjamin terselenggaranya pemerintahan dalam Pemerintah Daerah. (D). Jalan Kotamadya
Jaringan jalan sekunder di dalam Kotamadya. (E). Jalan Desa.
8
-
lt()Ns't'BlrK$t JAt aN
BUKU t
: GliOMIil'RlK.IAI-AN
Jaringan jalan sekunder di dalam desa, yang merupakan hasil swadaya di desa maupun di kelurahan.
nrasyarakat, baik yang ada
I
)r,nrlttl{u0
ur
e
rn
(l'). Jalan Khusus
- Jalan yang dibangun dan dipelihara oleh
Instansy'Badan Hukum/Perorangan untuk melayani kepentingan masing-masing .
BERDASARKAN FUNGSI (rru-No.13l19ao & PP.NO.26I1966)
Klassifikasi Jalan menurut wewenang dapat dilihat pada Gbr.1.2.
1.3.1.3.
KlassifikasiJalan Menurut KelasJalan
KP Klassifikasi Jalan menurut Kelas Jalan dapat dilihat pada Tabel 1.1a (untuk ialan antar kota) dan Tabel 1.1b.(untuk jalan perkotaan) dan Tabel 1.1c. (untuk jalan Kabupaten) berikut ini:
/
I
lap AF
TABEL 1.1a. Klassifikasi lalan antar Kota
II l-r
ryl IGIERANGAN
T!g] AP
KP LF
: : :
",'-Jtit LP
ltrr
Lokal
III B III C
Sumber : TPGJAK
:
m KorA JENJAT{c I tE KoTA JENJANG II [m K0TA JENJANG Iu
Kolektor
I II III A III A
KP
ttt [-
-_
KOTA PXN. K(}TA PKT.
X(yIA PKL
KCTTA JENJANG DIBATAHNYA,
PERSIL
AATERI PRIXER
KOLEICIOR PRIITER IOICAL PRII{ER
Gbr. 1.1. KlassifikasiJalan Menurut Fungsi
Muatan Sumbu Terberat
Kelas
Arteri
KP
LP
Fungsi
- No.038/T /BM/
>10 10 8
I 8 1997
TABEL 1.1b. KlassifikasiJalan Perkotaan O i). JALAN TIPE I ( P.,grtu,".,1alan Masuk: Penuh ) KETAS
Fungsi
PRIMER
:
tr Arteri
I
Kolektor SEKUNDER: n Arteri
I II II
Sumber: Standar Perencanaan Geometrik untukJalan Perkotaan
- 1988
to
KONSTITIKSIJALAN
BUKU T
:
GEOMETRIKJAI^A,N
tt
Perdn(u0ucrn
O ii). JALAN TIPE II ( P.',g"tr.r.,Jalan Masuk: Sebagian atau txnpa pentrturxn KELAS VOLUME Fungsi I.ALU LINTAS
ADMINISTRASI (PP. NO.26 T1I.1985 Ps.43,44,45)
( dalam SMP ) PRIMER
:
Arteri n Kolektor
10.000
I I
10.000
II
tr
SEKUNDER: r Arteri
I
> 20.000 < 20.000
II u III
> 6.000 < 6,.000 > 500 < 500
n Kolektor n Jalan Lokal
IIT
ry
Sumber : Standar Perencanaan Geometrik untukJalan Perkotaan
Tabel 1.1c. Klassifikasi Jalan Kabupaten Jalan Kabupaten
-
1992
:
Petunjuk Perencanaan Teknis
Dirjen Bina Marga.)
VOLUME LALU LINTAS
Fungsi
(Sumber
KELAS
KECEPATAN ( km/jam )
( dalam SMP ) I(ETERAI{GAN
O
@ (1 q9 KorA r.,ArNNYA
(x)
O ti;
MEDAN
:
rBUKorA pnoprxsr rBUKorA KAB./ KoDyA IBUKoTA KEcAMATAN
N: P: K=
NASIOANAL PROPINSI I(ABUPATEN
SEKUNDER:
o Jalan Lokal
> 500 201 - 500 50
-
200
<50
srRATEGrs NAsToNAL srRATEcrs pRopINsI srRATEcrs r(ABUrATEN
ilx,
1.2. Klrrssilikasi Jalan
menurut Wewenang Pembinaan.
(l).
D
B
G
TII
A
50
40
30
III
B1
40
30
30
TII 82
40
30
30
MC
30
30
20
1.3.2. BAGTANJAIIIN (
-
1988
Daerah ManfaatJalan (DAMAJA).
12
KOn-STBUIiSIJALAN
BUKU T
: GEOMETRIKJAI.AN
I
UU.I3/1,980 Tentang Jalan dan PP 26/85 Tentang Jalan menyebutkan bahwa Damaja adalah suatu ruang sepanjang jalan, yang dibatasi oleh lebar, tinggi dan kedalaman ruang bebas tertentu, yang dimanfaatkan untuk konstruksi jalan, terdiri dari badan jalan, saluran tepi jalan dan
lI
*
I
-
-' - - -' - - -' - - - --€Al*sl(ETtllootAllfAMAr^- - - - - - - - - -
-
..
nruarr
i |-..:$" >Efq : bahu:i i r -;.::l l'-o.l,n
ambang pengamannya
(2).
t8
'r,r,tlt rfl u0.uor,
Milik Jalan (DAMIJA) atau disebut juga ROW (Right of ti(/ry), meliputi Damaja dan sejalur tanah tertentu , dibatasi oleh patok Daerah
r* i par+lil batas t
tanda batas Damija.
:^T',"
!
ii
i
:
uarru
I
Ambang Pengaman, lajur terluar Damaja, dimaksudkan untuk mengamankan bangunan konstruksi jalan, terhadap struktur lain, untuk tidak masuk kawasan jalan. (3). Perkerasan Jalan, adalah lapisan konstruksi yang dipasang langsung diatas tanah dasar badan jalan, pada jalur lalu lintas, yang bertujuan untuk menerima dan menahan beban langsung dari lalu lintas. (4). Tanah dasar (subgrade), adalah lapisan tanah asli/tidak asli yang disiapkan/ diperbaiki kondisinya, untuk meletakkan perkerasan jalan.
ii II
:tjrijll
)
i =liJan jt
-
::*
DAi,iuA
t
pi
-i,som
Arteri ; Min 2O,O m Kolektor: Min 15 ,0 m Lokal : Min 10,0 m
Gbr.1.3. Posisi Damaiq Damiia dan Dawasia
1.3.3. STRUKTUR JALAN
(2).
I
r r i i rr iI! Ii: L*r"*i ,^,,,-,1.,,,--. ! ,,,.i, i--f---rfll!eler'lrf1.-'--''l
Daerah Pengawasan Jalan (DA\i(ASJA), adalah sejalur tanah, yang terletak diluar Damija, yang penggunaannya diawasi oleh pembina jalan, dengan maksud agar tidak mengganggu pandangan pengemudi dan bangunan konstruksi jalan. Gambaran posisi Damaja, Damija dan Dawasja, untuk jalan antar kota dapat dilihat pada Gbr.1.3.
Badan )alan, adalah bagian jalan, yang meliputi seluruh jalur lalu lintas, trotoar, median dan bahu jalan, serta talud/lereng badan jalan, yang merupakan satu kesatuan untuk mendukung beban lalu lintas yang lewat diatas permukaan jalan.
-T
I
.l
(3).
(1).
-
t.3.4. GEOMETRTKJAT-AN
o
Penampang MelintangJabn
:
(1).
Jalur Lalu Lintas, adalah bagian jalan yang digunakan untuk lalu lintas kendaraar,yang secara fisik berupa perkerasan jalan. (2). Lajur. adalah bagian jalur lalu lintas yang memaniang, dibatasi oleh marka lajur falan, memiliki lebar yang cukup untuk dilewati suatu kendaraan bermotor sesuai kendaraan rencana. (3). Bahu Jalan, adalah bagian jalan yang berdampingan ditepi lirlur lalu lintas, dan harus diperkeras, berfungsi untuk lajur lalu lintas darur.rt. ruang bebas samping dan penyangga perkerasan terhadap bcbrrrt lalu lintas.
(
IAI'ATAN : Istilah yang lebih lengkap akan disajikan pada Buku 2: Perkerasan Jalan.
(4). Median, adalah bagian jalan yang secara fisik mcmisllrk.rtt tlur jalur lalu lintas yang berlawanan arah, guna memungkirtkrur kcrttllralt bergerak cepat dan aman. Fungsi median adalah : nrcnris.rlrkrrr rlui llttntr
II
hrr\x'l'til rtrtil J.{l,AN
BUKU
1
:
GEOMETRIK JAI^AN
lalu
lrrrt.rs yir.g berlawanan, ruang lapak tunggu penyeberang jalan, pencnrl),rl,rrr fbsilitas jalan, tempat prasarana pekerjaan sementara, penghii.ruan, pemberhentian darurat, cadangan lajur dan mengurangi silau dari lanrpu kendaraan pada malam hari dari arah berlawanan. (5). T'rotoar, adalah jalur pejalan kaki yang terletak pada Damija, diberi lapisan permukaan, diberi elevasi yang lebih tinggi dari permukaan perkerasan, dan umumnya sejajar dengan jalur lalu lintas kend araan. (6). ' Saluran tepy'samping, adala.h selokan yang berfungsi untuk menampung dan mengalirkan air hujan, limpasan dari permukaan jalan dan daerah sekitarnya.
(7). Lereng/talud, adalah bagian tepi perkerasan yang diberi kemiringan, untuk menyalurkan air ke saluran tepi. Dapat juga berarti lereng kiri-kanan jalan dari suatu perbukitan, yang dipotong untuk pembentukan badan jalan. (8). Separator, adalah bagian jalan yang ditinggikan pada ruang pemisah jalur, biasa ditempatkan dibagian luar, dibatasi oleh kerb, untuk mencegah kendaraan keluar dari jalur. (9). Pulau lalu lintas (traffic island), adalah bagian dari persimpangan --.rrgrrrhfr, jalan, yang ditinggikan dengan kerb, yang berfungsi untuk lalu lintas, juga sebagai fasilitas pejalan kaki, pada saat menunggu kesempatan menyeberang.
(10).
Kanal Jalan(Channel), adalah merupakan bagian persimpangan sebidang, yang khusus disediakan untuk membeloknya kendaraan, ditandai oleh marka jalan, atau dipisahkan oleh pulau lalu lintas. (11).. Jalur tambahan (auxilliary lane), adalah merupakan jalur yang disediakan untuk belok kiry'kanan, atau perlambatan/percepatan kendaraan.
(12). Jalur tepian (marginal strip), adalah bagian dari median
arau
separator luar, disisi bagian yang ditinggikan, yang sebidang dengan jalur
lalu lintas, diperkeras dengan bahan yang sama dengan jalur lalu lintas, dan disediakan untuk mengamankan ruang bebas samping dari jalur lalu lintas.
(13).
Jalur sepeda(bicycle way), adalah ialur khusus pengendara sepeda dan becak, biasa dibangun sejajar dengan jalur lalu lintas, namun dipisahkan dari jalur lalu lintas oleh struktur fisik seperti kerb atau guardrail. Fasilitas ini sangat jarang ditemui di Indonesia.
l'rnrlulu0,urtr
!lr
(14).
Jalur parkir(parking lane/stopping lane), adalah jalur khusus yang rlisediakan untuk parkir atau berhenti, yang merupakan bagian dari jalur lalu lintas.
(15). Jalur tanaman (planted strip), adalah bagian dari jalan yang disediakan untuk penanaman pohon, yang ditempatkan menerus scpanjang trotoar, jalan sepeda atau bahu ialan. (16). Jalur lalu lintas lambat, adalah jalur yang ditentukan khusus untuk kendaraan lambat. (17). Jalur putaran (turning lane), adalah jalur khusus kendaraan yang disediakan pada persimpangan untuk perlambatan, perpindahan jalur dan untuk menunggu pada saat kendaraan berputar.
(18). Jalur
percepatanfperlambatan (acceleration/deceleration lane), adalah jalur yang disediakan untuk percepatan/perlambatan kendaraan pada saat akan masuk/keluar jalur lalu lintas menerus. (19). Pemisah luar (outer separation), adalah ruang yang diadakan untuk memisahkan jalur samping dari jalur lalu lintas menerus, atau untuk memisahkan jalur lalu lintas lambat dari ialur lain.
a (1).
Elemen Geometrik:
Alinyemen Horisontal, adalah proyeksi sumbu ialan pada bidang horisontal, terdiri dari bagian lurus dan lengkung. (2). Alinyemen Vertikal, adalah perpotongan bidang vertikal dengan bidang permukaan, perkerasan jalan, melalui sumbur/as jalan, yang umumnya disebut profilf penampang memanjang jalan. (3). Alinyemen pada tikungan (curved alignment), adalah seluruh bagian dari lengkung peralihan dan lengkung lingkaran. (4). Jalur pendakian (climbing lane), adalah jalur jalan yang disediakan pada bagian ruas jalan dengan kemiringan besar, untuk menampung kendaraan berat pada saat menaniak, agar tidak mengganggu kendaraan lain, yang lebih cepat (5). Jalur samping (frontage road), adalah jalan yang dibangun sejajar sepanjang jalur lalu lintas menerus, berfungsi sebagai akses tambahan pada lahan sekitar atau jalan lokal, biasa dipisahkan oleh struktur fisik sepcrti kerb atau pagar pelindung (guard-rail).
t3
h(rNn,t'l3lrK$IJALAN
BUKUT: GEOMETRIKJAU,N I
(6).
Pengaturan jalan masuk (access control), adalah suatu kaidah rrrc'gcnai jalan masuk,y:ng diterapkan meralui .urtu dan hak jalan rr.suk umum' dari dan ke tempat-iempat yang berada "au."n disepanjang jalan. (7)' Ruang bebas jalan (clearance of road), adalah ,.rrrrg pengandaian
i,rrrlrrfluIurrr
((,).
Bagian tangen, adalah bagian yang berbentuk lurus, sebelum atau rcsudah terjadi perubahan bentuk rnenjadi suatu lengkungan, pada suatu rikungan.
yang dibuat pada permukaan jalan, y^rg hanya disediakan untuk kcdaraan atau pejalan kaki, dimana dalam- batas ruang tersebut, tidak diijinkan adanya struktur lain selain strukrur jalan, utilitas, pohon
(7).
(ti)..
rrtau lingkaran.
atau
bcnda yang tidak bergerak lainnya.
Panjang kritis tanjakan (critical rength of grade), adalah panjang maksimum ilang ditentukan pada suatu tanjakan, ai.nr* kendaraan berat dengan muatan penuh, dapat beroperasi pada batas pengurangan kecepatan. Pengurangan kecepatan yang diijinkan, ditentukan berdasarkan kecepatan rencana dari jalan yang be.sairgkutan. (9). Koordinasi Alinyemen, adalah perpaduan serasi antara alinyemen
lrorisontal, vertikal,
. dan
p.rr-prrg jalan, sedemikian baik, ,*", dan nyaman.
menghasilkan komposisi jalan yang
o
i.o-.,ri.
yang
Derajat'Kelengkungan, adarah sudut yang dibentuk oleh kedua jarij:rri suatu lengkungan atau tikungan, yang meng-hasilkan panjang b,rru, zs nl.
j.r l.r r r.
(ll'
kcbagian lurus suatu ruas jalan. Bagian lengkung
ini bisa berbentuk spiral
(8). Daerah bebas samping, adalah ruang yang disediakan pada suatu tikungan, agar pengemudi mempunyai kebebasan pandangan, sesuai jarak pandang yang dipersyaratkan.
(9).
Pelebaran tikungan, adalah penambahan lebar suatu perkerasan,
agar kendaraan, pada saat melewati tikungan, dengan kecepatan tertentu, tetap pada jalur yang sudah ditentukan
a
Jari-iarilengkungan/tikungan, adarah jari-jaritikungan yang ditarik
pusat lengkungan, dengan ..r.-.rrr,hi Lriteria
tlisyirratkan.
(.]).
Bagian lengkung (curved section), adalah bagian berbentuk lcngkung, yang merupakan transisi peralihan dan penyesuaian kecepatan kcndaraan, pada saat meninggalkan atau menuju bagian tangen kembali
Parameter Perencanaan Geometrik:
Komponen Geometrik:
(.1)..
{1.i (2)-
,.hir,gg,
a7
Kelandaian (grade), kemiringan memanjang dari suatu bagian ruas superelevasi Jalan, kemiringan merintang pemukaan jalan pada
h.rg,i.r. tikungan suatu alinyemen horisontaf yang dibuat untuk rrrcr 11;i rrrb.r,gi gaya sentrifugal yang diakibatkan ol.h k.rirrrrrr. (.t) l'c.gkung Peralihan, adalah lengkung pada tikungan yang ,lr1',rrrr.rk.rrr u,ttk mengadakan perarihan dari blgian jalan yang lurus ke lugr.rr j;rl;* yang -.*prrryri jai-jari lengk;g ;;;r; k-emiringan Irlurrl4.rrr tcr tclltu .rtau. sebaliknya.
(1). Kecepatan Rencana (Design Speed), adalah kecepatan maksimum yang aman, dan bisa tetap dipertahankan pada suatu ruas jalan, apabila keadaan jalan tersebut baik,dan sesuai dengan yang ditentukan didalam perencanaan awal.
(2).
Kendaraan Rencana (Design Vehicle), adalah kendaraan dengan berat , dimensi dan karakteristik operasi tertentu yang digunakan untuk perencanaan jalan, agar dapat menampung kendaraan dari tipe yang direncanakan. (3). Volume Lalu Lintas Harian Rata-rata (LHR), adalah volume total kendaraan yang melintasi suatu titik atau ruas jalan, untuk kedua jurusan, selama satu tahun, dibagi oleh jumlah hari dalam satu tahun. (4). Volume Jam Rencana (V]R), adalah prakiraan volume lalu lintas perjam, pada jam sibuk tahun rencana,dinyatakan dalam satuan SMP/jam, dihitung dari perkalian VLHR dengan faktor K ( faktor volume lalu lintas iam sibuk ). (5). Volume Lalu lintas Harian Rencana (VLHR), adalah prakiririrn volume lalu lintas harian, untuk masa yang akan datang, pada bagian jrrl.rrr tcrtentu.
I
t
h(rNH'l'!31rlrtit JAI,AN
(('). Satuan Mobil
BUKU T
:
GEOMETRIKJAI^AN
Penumpang (SMP), adalah jumlah mobil
t)cnr.r,npilng, yang digantikan tempatnya oleh kendaraan jenis lain, dalam korrtlisi jalan, lalu lintas dan pengawasan yang berlaku. (7) Kapasitas, adalah volume lalu lintas maksimum (mantap) yang tl.rp.rt dipertahankan (tetap) pada suatu bagian jalan dalam kondisi tertentu yirng, merupakan jumlah lalu lintas atau kendaraan yang dapat melewati suiltu penampang, dalam waktu, kondisi jalan dan lalu lintas tertentu. (tt) Tingkat Pelayanan (Level of Services), adalah tolok ukur untuk rrrcrr i lai kualitas pelayanan suatu sistem transportas i ialan. (9). Gaya sentrifugal, adalah gaya yang mendorong kendaraan kearah rirdial keluar dari lajur jalan, akibat suatu kecepatan kendaraan yang rrrclalui tikungan. ( l0). Koefisien geser melintang, adalah besarnya gesekan yang timbul irntara ban kendaraan dengan permukaan jalan, dalam arah melintang i.rlan.
(ll).
Jarak pandang henti, adalah jarak minimum yang diperlukan oleh st'tiap pengemudi, untuk menghentikan kendaraannya dengan aman, lxgitu melihat adanya halangan didepan. (12)- Jarak pandang menyiap, adalah iarak yang memungkinkan suatu kcrrdaraan mendahului kendaraan lain didepannya, dengan aman sampai kcrrdaraan tersebut kembali ke lajur semula.
BA,B g
IEOIISEP DA,SS-EB
CLANN
PAR,AUGEqHER, G}E@ffiE!HR,UK
Jdr,ea,[s R4\"!rA 2.1. KOMPETENST GEOMETRTKJAT-AI\r RAYA EDf LJ-
efencanaan geometfik merupakan bagian
dari suatu pefencaflaan
konstruksi ialan, yzng meliputi r^t7c^ngzn pola arah
dan
visualisasi dimensi nyata da:i suatu tfase ialan beserta bagian-bagiannya., .lisesuaikan dengan pefsyafatan parametef pengendara, kendztaan dan lalulintas. Melalui petencln afi geometrik, diusahakan untuk dapat menciptakan hubungan yang serasi antafz faktor-faktof y^tlg berkaitan tlengan pafametef tersebut diatas, sehingga akan dihasilkan suatu efisiensi, keamanan sefta kenyamanan y^ng paling optimal, dalam batas-batas pertimbangan toleransi yang masih dianggap layak. Perencanaan geometrik secara umum, menyangkut aspek-aspek pefencanaan elemen jalan seperti lebar ialan, tikurrgan, kelandaian ialan, dan jarak pandangan serta kombinasi dari bagian-bagian tersebut, baik untuk suatu ruas jalan, maupun untuk perlintasan diantara dua atau
lebih ruas-ruas ialan. Perencanaan geometrik akan lebih memperhatikan beberapa pafametef yang terkait langsung dengan karakteristik lalulintas dan tufunannya, berbeda dengan pefencanaan struktur ialan, yzng lebih menyoroti faktor kekuatan akibat beban dari lalu lintas tersebut. Dalam peferrczna n izlan rzyz, pola dan bentuk geometrik harus direncanakan sedemikian rupa sehingga ialan yang bersangkutan dapat memberikan pelayanan yang optimal kepada lalu lintas sesuai dengan [ungsinya.
Dalam tinjauan pembangunan berkelaniutan, pefencanaan geomctrik aclalah merupakan fase laniutan dari langkah penyiapan suatu pfasaran,t
t9
tO
h(rNN'l'ttl lltt{l JAI,AN
BUKU t
:
GEOMETRIK.IAI-AN
jllarr
sccara utuh, yang kemudian akan diikuti dengan serangkaian fase selrrrrjutnya yang lebih menekankan pada langkah membangun struktur i;rlan sesuai dengan kriteria fungsional jalan.
2.2.
PENGERTIANPERANCANGAN GEOMETRII(
Perencanaan geometrik jalan merupakan suatu perencanaan route dari suatu ruas ialan secara lengkap, menyangkut beberapa komponen jalan yang dirancang berdasarkan kelengkapan data dasar, yang didapatkan dar:i hasil survey lapangan kemudian dianalisis berdasarkan acuan pe:syaratafl perencanaan geometrik yang bedaku. Acuan perencan zn yang dimaksud
adzlzh sesuai dengan standar perencanz^n geometrik yang dianut di Indonesia.Standar perencanaan tersebut, dibuat oleh Direktorat Jenderal Bina Marga (sekarang dilebur dalam Departemen Pemukiman dan Prasarana Wilayah-Kimpraswil) yang disesuaikan dengan klassifikasi jalan berdasarkan peruntukan ialan raya, yaitu : 1. Peraturan Perencanaan GeomerrikJalan Raya No. 013/ 1990. 2. Sandar Perencanaan Geometrik untukJalan Perkotaan ,1,992 3. Peraturan Perencanaan Geometrik untukJalan Antar Kota No. 038/T/BM/1997. Dalam penentuan route suatu ruas ialan, sebelum sampai pada suatu kep,utusan akhir perancangan, banyak faktor internal yang perlu ditinjau, sepefti: - tat^ ruang dimana jalan akan dibangun, - data peruncang n sebelumnya pa'da lokasi atau sekitar lokasi, - tingkat kecelakaan y^fig pernah terjadi akibat permasalahan
-
geometrik, tingkat perkembangan lalu lintas, alternatif route selanjutnya dalam rangka pengcmbangan jaringan ialan, faktor lingkungan yang mendukung dan menlganl€u, faktor ketersediaan bahan, tena.ga dan peralatan, urktor pengembangan ekonomi, l>iaya pemellharaan, ,l:rn lain sebagainya.
r
. 'N
:'1, I \r'.(u
rkrr lltutxrtr,tr. Geonetrik Jo0or Pogo
,r
It'ninjauan masalah dalam hal non-teknis biasanya banyak yang lcbih rn('rrl]ganggu dxi padz faktot teknis. Sehingga pemikiran perancangan r1',,rnetrik jalan irngrn hanya dititik-beratkan kepada faktor teknis saja, I :rk tor non-teknis tetap diperhatikan.
,2.3. ,2.3.1.
PARAMETERPERANCANGAN GEOMETRIKJAI.AN RAYA KARAKTERISTIK KENDARAAI\
IJnsur izlan raya untuk tinjauan komponen geometrik direncanakan lrcrdasarkan karakteristik-kararakteristik dari unsur-unsur kend.xatn,lalulintas dan pengendara, disamping faktor-faktor lingkungan dimana iabn tcrsebut bendz. Pertimbangznfiy^ zdalah ialan r^y^ harus dapat rnenampung berbagai jenis kendar^ D yzng lewat, memberikan kemudahan lrada para pengendara, dan lzyak dilalui untuk sejumlah kapasitas lalulintas rencana, agar jilan nyzm^n, aman, murah dan aksesibilitasnya tinggi. Beberapa parameter perencanz^n geometrik dari unsur karakteristik kendaraan
antaralain:
rr). Dimensi Kendaraan Rencana. Kendaraan rencana adalah kendaraan yang dimensi dan radius putarnya dipakai sebagai acuan dalam pefencanaan geometrik. Kendaraan Rencana dikelompokkan dalam 3 (tiga) kategori, yaitu : (1). Kendaraan Ringan/Kecil, adalah kendaraan yang mempunyai 2 (dua) as dengan empat roda dengan jarak zs 2,00 - 3,00 meter. Meliputi : Mobil penumpang, Mikrobus, Pick - Up, dan Truk kecil sesuai sistem klasifikasi Bina Marga. A) Kendaraan Sedang, adalah kendaraan yang mempunyai dua as gandar , dengan jarak as 3,5 - 5,00 meter. Meliputi : Bus kecil, Truk dua as dengan enam roda, (3) Kendaraan BeratfBesar, Bus Besar, yaitu Bus dengan duz atau tiga gandar, clctrg;rtt iarak as 5,00
- 6,00 meter.
2L
hONS'TII1]KSIJAIIIN
BUKU
1
:
GEOMETRIKJAI.A,N L,r':r1,
(4) Truk
Besar,
yaitu Truk dengan
l)1111.11
,t
dotr P(rioup-tel Geometrik Jo0on Pogo
uga gandar dan Truk
kombinasi tiga, dengan iarak gandar (gandar pertama ke gtndar kedua)
(5)
<
3,50 meter.
Motor, yaitu Kendaraan bermotor dengan dua atau tiga roda,meliputi : sepeda motor dan kendaraan roda tiga.
Sepeda
Tabel 2.1. Dimensi Kendaraan Rencana Kategcrri
Dimensi Kendaraan
Kendaraan
(Cm)
Rencana
Tinsoi
Irhar
Panians
Kecil
130
210
580 '1210
Sedane Besar
b).
Tonjolan
Radius Putat
((lm)
(Cm) Depan 90 210
Belakans
Min.
150
420
410 260 240 740 410 260 21U') r20 90 290 Sumber :Tata Cxa Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota,
No.
Radius
Tonjolan Maks 730
(Cm)
1,280
1410
1.tu)
1370
780
O3S/'f /BMiigg7.
Gbr.2.2. Dimensi Kendaraan Sedang
Jank putaran (Manuver) Kendaraan
Setiap kendaraan mempunyai jangkauan putaran, pada saat kendaraan y^ng bersangkutan menikung ata:u memutar pada suatu tikungan jalan.
Gbr.2.3. Dimensi Kendaraan
Itts:rr jangkauzn pvt^t masing-masing kendaraan berbeda satu sama lairr, rlllltltung pada dimensi kendaraan dan radius putar kemudi. Dil>crl2li:rrr lrrrlrr scperti dimensi kendaraan diatas, iari-jari manuver untuk kcntlrrrrr:rrr l','r'il, sc
Gbt.2.1. Dimensi Kendaraan Kecil
Besar
tt
I,,r':rl, [ )c"ltr dor ltloxrf
er Geonetrile Jol.ran Pogo
a3
putaran tersebut. Ini penting untuk dikafi, dalam hal merencanakan geometrik dari intersection (persimpangan), round-about, ataupun pada saat penentuan radius minimum dari suatu tikungan.
L
-T= lq
Gbt. 2.4. /ein- iari Manuver Kendaraan Kecil. Gbr. 2.5. Jari - iari Manuver Kendaraan
Sedang.
,3
ltoNITTRUKSIJAL{N
BUKU T
: GEOMETRIKJAI.AN
t ,,r'r,f , I kllot
dor
Por
27
Guxetrih.Jo0on Pogo
Satuan Mobil Penumpaqg ( SI!{P ). Satuan Mobil Penumpang (SIvfP) zdalah
unit satuan kendaraan
untuk dimensi kapasitas ialan, dalam hal mana sebagai referensi mobil penumpang dinyatakan mempuflyai nilai satu SMP.
Tabel 2.2. Ekivalen Mobil Penumpang G-p) Sumber
:
Tata Catt Perencanaan GeometrikJalan Antar Kota,'
Datzrf
No.
Jenis Kendaraan
1.
Sedan, Jeep, Station Wagon.
2.
Pick-Up, Bus Kecil, Truk Kecil. Bus dan Truk Besar
Pegunungan
Perbukitan
J.
1,00
1,00
7,20 * 1,20 -
2,40 5,00
1,90 2.20
-
3,50 6.00
2.3.2. VOLUME IALU LINTAS RENCANA
t!
Volume Lalu Lintas f{arian Rencana C/LHR), adalah prakiraan volume lalu lintas harran pada akhir tahun rencanr lalu lintas, yang dinyatakan dalam SMP/hari. Volume Jam Rencana ${R), adilah plzl
VJR= VLHR
Gbr. 2.6.
J^i-
iati Manuver Kendataan Besar
x
I(/F
(2.1.)
dimana: K = disebut faktor Iladalah faktor volume lalu lintas jam sibuk F - disebut faktor F, adalah faktor variasi tingkat lalu lintas per sePeremP^tizrrr, dalam satu jam. VJR digunakan untuk menghitung iumlah lajur inltn tlrn fasilitas lalu lintas lainnya yang dipedukan. Arus lrrlu lirrtls bervariasi dari jam ke jam berikutnya dalam satu hari. Volume 1 irm yzng dapat dipergunakan sclragrri Vf ll lrnrrrn sedemikian rupa, sehingga :
ta
IrONItl'RIIKHI JAI,AN
BUKU
1
: GEOMETRIKJAIAN
(1) Volume tersebut tidak boleh terlalu sering terdapat pada distribusi arus lalu lintas setiap j"rn ,rrtik p.ri.o+ ,r. tahun; Q) Lpablla terdapat .volume arus lalu lintas per iam yang melebihi volume jam perenc ,.n*an, maka kelebihan tersebut tidak boleh m, ,r,,,g,",,g,, (3) vorume "^.u:T!HilT#i, besar, sehinga akan mengakibatkan jtlan akanlenfadi dan biayanya pun iahal. lengang Bentuk umum dari, iengkung yrrrg ;.rgrmbarkan hubungan a'tara iumlah jam dengan ..ro1.r-."p. rlzm yang lebih besar dari
H-##,Tffi
yang ditunjukkan dengan vol.rme/jam dinyatakan persentase LH& sebagaimana gambar dilawah ini.
dalam
L,x rt, I\r,:or dor
Poruru.ter GeonetrihJo0,an Pogo
AASHTO menyatakan bahwa tumit lengkung terjadi pada jam sibuk ke 30, dengan volume lalu lintas/ir- - 15 % LHR. Berarti terdapat 30 jzm dalam setahun volume lalu lintas auh lebih tinggi dari kondisi di tumit lengkung. Volume jam rencant jalan afte:i sebaiknya diambil pada kondisi ini. Secara teoritis jalan yrng direncanakan dengan VJR pada kondisi tumit lengkung akan mengalami volume lalu lintas lebih besar , kira-kira 30 jam X 365 hari X 24 iam, yang ada dalam setiap tahunnya. Agar ekonomis, pzda ialan-ialan yang kurang penting, VJR dapat diambil pada kondisi volume lalu lintas jam sibuk ke 100 atau ke 200. Hal ini masih dapat diterima karcnahtnya Lntarrl 100 - 200 jam dalam 365 hari X 24 jam jalan akarn mengalami kemacetan, dan kemacetan f
tersebut tersebar selama satu tahun.
YoL/jtm Delanoh LHR
Tabel 2.3. Penentuan Factor
K dan Factot - F berd asarkan Volume I-alu Lintas Harian Rata * Faktor - K Faktor - F
VLHR (SMP
/
Hari)
-
Gbr.
2.7.
(a
> 50.000. 4-6 30.000 - s0.000. 6-8 10.000 30.000 6-8 5.000 - 10.000. 8-10 1000 - 5.000. t0-72 < 1.000. 12 t6 Sumber : Tata Ca;a Perencanaan Geometrik Jalan Anrar
15 o/.
30
-
--
Jam dalam 1 tahun
Grafik Jumtah Jam dengan Volume /Jam Rencana
Rata
()
0.90 0,80 0,80 0,60 0,60
-
1 1 1
- 0,90 - 0,90
< 0.60 Kota , No. O3S/T/BM/1997
2.3.3. KAPASTTAS(C). Kapasitas adalah volume lalu lintas maksimum (mantap) ynrrtrq dapat dipertahankan (tetap) pada suatu bagian jalan dalam kondisi tcrtcntu (misalnya : renclne. geometrik, lingkungan, komposisi lalu lintas tllrr sebagainya)..
:IO
KONI.i'I'BIIKSTJAL{N
BUKU t
:
GEOMEI'RIK.IAI-AN
Kapasitas lalu lintas merupakan jumlah lalu lintas atau kendat^zn y^ng dapat melewati suatu penampang, dalam waktu, kondisi jalan dan lalu Iintas tertentu. Faktor utama yang mempengaruhi kapasitas lalu lintas, adalah: (1) Faktor lalu lintas yang meliputi sifat-sifat lalu lintas, antara lain : Prosentase Bus dan Truk. ^, Pembagian kendaraan b. lalu lintas falur c. Variasi dalam.arus lalu lintas (2) Faktor fisik ialan, meliputi antara lain : lebar perkensan ialan ^. b. lebar bahu jalan c. kebebasan sampiflg d. tikungan dan kelandaian ialan. e. kondisi permukaan perkerasan jalan.
r ..s
.,
t, I r,r:rrt ,hu Puloir€tr.t Geo*etlik Jolon
Adalah jumlah kendaraan maksimum yang melewati suattt penampang pada suatu ialan selama 1 (satu) iam dalam keadaan jalan dan lalu lintas yang mungkin dapat dicapai. volume c. . Kapasitas praktis. atau kapasitas rencanz ^tau pelzyanan. Adalah jumlah kendaraan maksimum yang melewati suatu jalur atau jalan selama 1 (satu) jam, pada kondisi lalu lintas yang dipertahankan sesuai tingkat pelayanan tertentu, zrttnya: kepadatan lalu lintas yang bersangkutan, dapat mengakibatkan kelambatan, bahaya dan gangguan pada kelancaran lalu lintas dengan ketentuan masih dalam batas' batas toleransi yang ditetapkan Kapasitas menuniukkan besaran kuantitas jumlah kendaraan.
2.3.4. Kemampuan suatu ialan dalam menampung arus lalu lintas dalam suatu satuan waktu tertentu terutama ditentukan oleh dua faktor tersebut diatas, sehingga kemampuan tersebut dapat diartikan sebagai kapasitas suatu jalan dan merupakan bagian yang tidak bisa dipisahkan atau merupakan bagian yang penting dalam petencanaan suatu ialan. Hal lain yang tidak dapat dipisahkan dari kapasitas ialan adalah tingkat pelayanan ialan yang menggambarkan tingkat kualitas kenyamana n petjalanan.
Beberapa jenis kapasitas jzlan disesuaikan penggunaan ny a, adaTah
^.
b.
dengan
:
Kapasitas dasar atau kapasitas ideal Adalah jumlah kendaraan maksimum yang melewati suatu penampang pada suatu ialur atau ialan selama 1 (satu) jam dalam keadaan jalan dan lalu lintas yang ideal yang dapat dicapai. Kapasitas yang mungkin (Possible Capaciry).
ll
POgo
TINGKAT PELAYAI\AI{
0-r.l of
Service).
Adalah tolok ukur yang digunakan untuk menyatakan kualitas pelayanan suatu jalan. Tingkat pelayanan, dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu kecepatan perjalanan dan perbandingan dengan kapasitas A /C1. ^ntar^volume Kecepatan perialznzn merupakan indikator dari pelayanan falan, makin cepat berarti pelayanan baik atau sebaliknya. Faktor ini dipengaruhi oleh keadaan umum fisik jalan. Highway Capacity Manual, membagi tingkat pelayanan ialan atas 6 (enam) keadaan, yaitu : Tingkat pelayanan A, dengan ciri
(1) Q) (3)
- ciri :
arus lalu lintas bebas tanp^ hambatan; volume dan kepadatan lalu lintas rendah; kecepatan kendaraan merupakan pilihan pengemudi.
Tingkat pelayanan B, dengan ciri - ciri: (1) arus lalu lintas stabil; @ kecepatan mulai dipengaruhi oleh keadaan lalrr litttls. tetapi tetap dapat dipilih sesuai kehendak pcngcnrutli
t2
K()Nf{TRTIT(IiI JAI,AN
BUKU T
t,
)r' x,f
,
1
tl
)Gsor dor Poroxr.ter Geortetrih JoC'ar Pogo
arus lalu lintas masih stabil
kEcepatan perialanan dan kebebasan bergerak sudah . dipengaruhi oleh besarnya volume lalu lintas sehingga pengemudi tidak dapat lagi memilih kecepatan y^ng diinginkannya.
Kecepatan
- ciri :
Tingkat pelayanan D, dengan ciri
(1) (2)
GEOMETRIK JAI.AN
- ciri :
Tingkat pebyrnan C, dengan ciri
(1) Q)
:
aius lalu lintas sudah mulai tidak sabil; perubahan volume lalu lintas sangat mempengaruhi besarnya kecepatan perjalanan.
Tingkat pelayanrr. E, dengan ciri
0) Q) (3)
arus lalu lintas sudah tidak stabil; volume kira-kira sama dengan kapasitas; sering terlaidi kemacetan.
Tingat pelayanan F, dengan ciri
(1) Q) (3)
- ciri:
- ciri:
arus lalu lintas tertahan padt kecepatan rendah;
seringkali terjadi kemacean; arus lalu lintas rendah.
Batasan - batasan nilai dari setiap tingkat pelayanan iilan dipengaruhi oleh fungsi jalan dan dimana ialan tersebut berada.
vlc Gbt.2.8 : Tingkat PelaYananJ"l'o' 2.3.5. KECEPATAI{ BENCAI{A Kecepatanrencana(V*)padasuaturuasialanadalahkecepatan
yung dipitih sebagai dasar perencanaan geometrik iil*n yang L.io.gt irt rr, k nlaraan - kendaraan bergerak dengan ,'m,'n dan lengang dan nyaman" dalam kondisi cu^c y2lng crrzh. lalu lintas yang pengaruh samping ialan yang tidak berarti'
:tl
h(rtri't'Rl lrtil JAL,I"\
BUKUr: GEOMETRIKJAU,N
l
,,x :rf , I
)(l:Ytt rlrr Ptlonete.t Geonetrib Jo0ral Pogo
Tabel2.4. Kecepatan Rencana (Vf Klasifikasi Fungsi dan Klasifikasi Medan Ialan
Kecepatan Rencana , VR, Funesi
Datar
Arteri Kolektor I-okal
60-90 40-70
Ca:tata:n
70
-
120
Km/lam
Bukit
PegununEan
60-80 50-60 30-s0
40-70 30-50 20-30
:
Untuk kondisi medan yang sulit, VR suaru segmen ialan dapat diturunkan, dengan syartat bahwa penurunan tersebut tidak lebih dari 20 Km/iam. Sumber
: Tata
Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota No.
2.3.8. GAYASENTRIFUGAL ApabilasuatukendaraanbergerakdengankecepatantetapVpada bidangdatzt atau miring dengan lintasan berbentuk suatu lengkung gty^ scperti lingkaran, maka p^d^ kendaraan tersebut akan bekeria l."."prtr. katakan V dan gaya sentrifugal katakan -F- Gaya sentrifugal laiur ialtnnyt, kearah ,,kan mendofong kendaraan-s eczra ttdial keluar dari lurus ,.rLd"p gaya kecepatan v. Gaya ini menimbulk^n rasl y^ng
srratu
tcgak t
idak nyam an Pada Pengemudi.
(iaya sentrifugal (F ) yang teriadi
KARAKTERISTIKI.ALULINIAS. Data lalu lintas adalah data utama yang diperlukan dalam perencanaan teknik ialan, karena kapasitas ialan yang akan direncanakan tergantung dari komposisi lalu - lintas yang akan menggunakan jalan pada. suatu segmen ialan y^ng akan ditiniau. Besarnya volume atalu arus lalu Iintas diperlukan untuk menentukan jumlah dan lebar lajw, pada satu jalur ialan dalam penentuan karakteristik geometrik, sedangkan jcnis kendanan akan menentukan kelas beban atau Muatan Sumbu Terberat yang akan berpengaruh langsung pada perencan an konstruksi perkerasan.
Analisis data lalu lintas, pada, intinya dilakukan untuk menentukan kapasitas ialan, akar- tetapi harus dilakukan bersamaan dengan pefencanaan geomctrik lainnya, karena saling terkait satu dengan lainnya. Unsur lalu lintas adalah benda atau pcjalan kaki sebagai bagian dari lalu lintas, sedangkan unsur lalu lintas di atas roda, disebut dengan kendaraan.
F = m'a'
dimana: m= massa=!7/8' !(/ = berat kendaraan g = gtya gravitasi bumi a = percepatan sentrifugal (=V / R)' V - kecePatan kenda:aa;n ft = iari-ixi lengkung lintasan-
038/T/BM/1997.
2.3.7.
:
sebagai Dengan demikian besarnya gaya sentrifugal' dapat ditulis berikut:
wv
F-
-
...(2.2.)
gR
UntukdapatmempertahankankendarazntersebuttetaPpada dapat sumbu laiur ialin, m ki perlu diadakan suatu gaya ya'ng mengimban
(iaya
clari
l) Z)
akzn tetlzdi suatu keseimbangan' berasal yang mengimbangi terhadap gaya sentri fugal' dapat
g g yltetsebut, ..hittgg
:
permukaan Gaya gesekan melintang zntura ban kendaraan dengan
,K.,-po,".' ialan;
berat kendar aan aktbzt kemiringan melintang pcrmuk:tlttt rasa tidak nyaman bagi pengcmucli y:rrr1" 1ul^n, akan menyebabkan rend ah' m engendar at kendzratnnya dengan kecepatan
I(()NHTNIIKfiIJAI,AN
"
BUKU T : GEOMETRIK JAI.AN
t.
.,.,1, |1yx11 dor PoronetuGeonelrihJaUor Pogo
a7
1r'st'kan melintang dan gaya normal yang bekerfa disebut koefisien gesekan
Dari Gbr. z.9a- pada permukaan datar akandidapat hubungan gaya geser melintang^F,, g"y, normal ^ntzra ant,.r' petk.ras"n dan ban N, dan gaya centdfugal W.V/ g.R, seperti berikut ini :
rrrclrntang
(f).
Besaran koefisien gesekan melintang dipengaruhi oleh beberapa l;rkr,r seperti ienis dan kondisi ban, tekanan ban, kekasaran permukaan 1x'rkcrasan, kecepatan kendaraan dan keadaan cuaca.
Koefisien gesekan maksimum akan terfadi pada saat ban aken rrrcngalami selip.
G{::,-'
R_l
--&-r. (bl
Gbt.2.9.
tcl
Untuk perencanaan dengan mengedepankan keamanan dan k.nyamanan, harga F, yang dipakai adalah harga pada saat gaya kesamping rncmberikan perasaan tidak nyaman kepada penumpang, tapi masih rncmenuhi syar^t kestabilan. Batas kenyamanan pengendara ditetapkan ,,lch beberapa hasil. penelitian. Misalnya AASHTO'54 menetapkan lrubungan kecepatan dan koefisien gesek melintang merupakan ^ntarlyang harganya lrubungan linier, berkisar antz,ra +0,16 untuk kecepatan 48 km/iam dan t 0,12 untuk kecepatan 772 km/iam, sebagaimana tedihat pada Gbr.2.10
Gaya centrifugal pada kendaraan
0,t
lr.v'z
7
0,I6
g.R -=(N"n+N*-)F.=W.F,.
0,I5
\P
.t_
Ii-
,-...--{2.3.)
g.R
0,14
0,I3 0,r2 0,r0
2.3.9.
cAyA cEs*r.or\
METTNTANG
Gq
KH\IDARAAN DAN PERMUKAAN JAI.AN
ANITARA BAr\
Gaya gesekan
melintang €s) adarah besarnya gesekan yang timbul ?nt^r^ ban dengan permukain jaran dalam m".rin tang iaran yang berfungsi untuk mengimbangi gaya sentrifugar."rah perbandingan zn'*.a g^ya
Gbr.
2.10.
Korelasi koefisien gesek melintang ^ntat^ dengan kecepatan rencana.
KOr-STBliKil J-{I-{N;
I}UKU
T
:
GEOMETRIK JAT.AN
Dalam penelitian lebih lanjut, k,rcrasi k
|., )hlx,l) I )Llsor
tc
dor Ptrlonetel Geonettk Jo0or Pogo
2.3.10. JARAK PANIDAI{G. Jarak pandang adalah suatu iarak yang dipedukan oleh seorang pcngemudi pada saat mengemudi sedemikian, sehingga jlka pengemudi melihat suatu halangan yang membahayakan, maka pengemudi dapat melakukan sesuatu tindakan untuk menghindai bahaya tersebut dengan lIman.
:
0'18
2
o.r7
Jarak pandang terbagi menjadi dua bagian, yaitu Jarak Pandang l{enti flJ dan Jarak Pandang Mendahului fl).
O
F
3 L'
r
0.16
o.rs
2
6 a
0.1{
U
o.rs
z
fr
o.e :-Q,00125V+0.24
E
tx
o.il 0.t0
$
50 60 70 Bo 90 t@ td't _ KECEPATAN KM/JAM
Gfu.2.11. Koefisien
gesek melintang maksimum
Ea
Jarak pandang henti S). Adalah iaruk minimum y^tg diperlukan oleh
setiap
pengemudi untuk menghentikan kendara^nny^ dengan ^m^n, begitu melihat adanya halangan di depan. Setiap titik di sepanjang jalan harus memenuhi Jarak Pandang Henti ( J. ). Jarak pandang henti diukur berdasarkan asumsi bahwa tirgg, mata pengemudi adalah 105 Cm dan tinggi halangan adalah 15 Cm, diukur dari permukaan jalan. Jarak pand^ngan henti S), terdiri atas dua komponen, yaitu : (1) Jarak tanggap fn), adalah jarak yang ditempuh oleh kendaraan sejak pengemudi melihat suatu halangan yang menyebabkan ia harus berhenti sampai saat pengemudi menginjak rem. @ Jarak pengereman Sj, adalah iarak yang dibutuhkan untuk menghentikan kendaraan sejak pengemudi menginjak rem sampai kendaraan berhenti. Jarak Pandang Henti fl), dalam saruan meter, dapat dihitung dengan rumus : Jn =Jn,
untuk
*
Jn,
%
pefencanaan. (fraffic Engineering Handbook 1992,1dalam satuan SI ])
v-
Jr,=- T+ ,
316
1-
1'z
3,6
2gf
.......-.(2.4.)
40
KONSTRUKSIJAI,AN
I}UKU I
: GEOMETRIKJAIAN
i
,,r':r,1,
l)rt:uttr rltn
il
Pruonele.tt Geonetrik Jo0on Qogo
Tshap pertama
di mana
VT g f
= = =
*
ml En
:
kecepatan rencana (km/flnr) waktu tanggap, ditetapkan 2,5 tlcrik percepatan gravitasi, ditctrrpkrrn (),tl m/det2 koefisien gesek memarliang pr:rkcmsan jalaLn aspal,
[rl] idli - -.------
(2.4.) dapat disederhanakrrn rncniadi i). Untuk jalan dztar:
Jn = 0,279\.T+
_
-
-- --i *
iFn:ETI mlr E-D, -.:.---{1---:,.
:
A - Kendsaan yar{ m.ndahulul B C
- Kendaraarryano berlawff|dn itah - Kenduasyarrg dk lhului k6ndaJ,u
..... {:2.5. ) SI
ja,lan dengan kelandairrn t(.rt(.nlu
:
Gbr.
Jn = 0,278VR .T+ 2s4
(f
+
L)
dr = d2 =
Henti
100 80 (,0 50 40 175 120 75 55 40
30 27
20
dj =
Sumber: TCP(iAK , No {)}til'llllM/1997.
a
Jarak pandang mendahului
2.12. Jarak pandang
mendahului..
sebagai
- jalan (Yu) ,rl;lu lx'rscrrtusan. L = landai
250
IMBER: TITGJAK -038/T/8M97
Jarak pandang mendahului Sd), dalam satuan merer ditentukan berikut : ....(2.7.) Ju = d, * d, + d. + do dimana:
v*3
1.20
A
v*'
254f
ii). Untuk
rl-F_ll
1B e.
Taliap Kadui
AASHTO menetapkan f 0,2tt - 0,45 ( f semakin kecil jika V* scrnakin r inggi, dan sebaliknya ). Bina Marga nrcn('t;rl)l(an f = 0,35 - 0, 55. Persamaan
ffin,:tE-]f".,
(,)
Jarak pandang mendahului (1,) ;rrlullh jank
yarlg memungkinkan suatu kendaraan rncrrrlllrului kendaraan lain didepannya dengan aman sampai kt.rrrlrrraan tersebut kembali ke lajur semula. Lihat sketsa dibawah ini.
do
=
Jarak yang ditempuh selama waktu tanggap (m). Jaruk yang ditempuh selama mendahului sampai dengan kembali ke lajur semula (m). Jarak antarakendaraan yang mendahului dengan kendaruan yang datang dari arahbedawznan setelah proses mendahului selesai (m). Jarak yangditempuh oleh kendaraan y^ngdatang dar.iarah yang berlawarr n ) yang besarnya diambil sama
dengan2/3 d, (-).
Rumus yang dipergunakan, adalah:.
dl =0,278T, (V*-mf-)^.Tt 2
(2.8t)
/,2
KONSTRUKSIJAI,AN
d2 =
BUKU
T: GEOMETRIKJAIAN
(luh l'onoret€h Geonetrtik Jo0on Pogo
0,278 V* Tz,
d: = antara3}- 100 meter. do
= 2/3
dr.
T2= a= m=
%dr= t_
o4
[ (r-4"-l
didahului kecepatannya. tetap ; kecepatan kendaraan yang mendahului lebih darrpzda kecepatan kendaraan yang didahului ;
kendaraan
.
65-80
30
55
anan.
J^rak pandangan diukur dari tinggi mata pengemudi ke puncak sebuah obyek.
z)
b)
80-95 9s-110 75
y ang ar ahny a berlaw
bcsar
Mengukar Jarak Pandangan.
(m)
50-65
d, (.")
perlu waktu pengambilan keputusan mendahului bila t'uang untuk mendahului telah terczpat; apablla start terlambat pada saat menyiap , harus kembali ke jalur, dan kecepatan r^t^-.rata saat mendahului oo 15 Km/iam lebih besar daripada kendaraan yang didahului ; pada saar kembali ke jalur semula perlu jarak dengan
(5)
Jarak kebebasan Jarak yang ditempuh kendaraan yang datans dari arah bedawanan
4
(3)
*
2,12 + 0,026 VR waktu kendaraan berada di jalur lawan, (detik) , * 6,56 + 0,048 VR. percepatan r^ta-rataKm/jam/ detik oo 2,052 +0,0036 VR. perbedaan kecepatan dari kendaraan yang mendahului dan kendaraan yang didahului (biasanya diambil 10-15Km/jam). Kecepatan kendaraan rata-tata dalam keadaan mendahului "" Kecepatan Rencana (Km/iam).
Tabel 2.6.Bsaran
kendaraan yang
(4)
dimana:
T1 = waktu dalam detik,
(1) @
90
: o o
untuk pandangan henti:
:ilffiiffi1 = '??3: untuk jarak pendangan mendahului finggi mata = 100 Cm tinggi obyek = 100 Cm.
:
2.4. KARAKTERTSIIKry*JAIAN. Tabel2.7. Pan
arak Pa
670 550 350 250 2(X) 150 Sumber : TCP( iAK N(
).( )
100
]t]l\'lBM/1997
tli st:1.lar-rjang ialan dengan oh jumlah paniang minimum 70 drri l)lurilrng total ruas jalan Daerah untuk mendahului, harus discblr tersebut.
Asumsi yang diambil pada mendahului :
saat
rrrc'rrcrrtukan jarak pandzngar
Dalam pengertian pemakai jalan, meliputi : 1). Pengemudi (driver) 2). Pejalan kaki (pedestrian). Pemakai jalan merupakan salah satu dan tigz hal pokok, yang terdiri dari :
1) 2) 3)
Pemakai jalan Kendaraan Jalan da;n perencanaan geometriknya.
44
KONSTBUKSIJAI,IN
2.4.I. MANUSIA
BUKU T
:
GEOMETRIKJAI-AN
=
I
-
E, = V
=
Perception (kesadaran) Diartikan sebagai pengemudi pada saat melihat benda/ obyek yang berada didepannya. Identification atau Inteletion. Yaitu saaty^ngterjadi pada diri pengemudi, sewaktu timbul pengertian tentang adanya obyek.
Emotion atau Judgement Yaitu pada saat pengemudi menetapkan suatu keputus an untuk dapat melakukan sesuatu. Volition atau Reaction. Yaitu suatu reaksi kemampuan dari pengcmudi dalam
:
1) Tingkah laku pengemudi (ditentukan olch kondisi
dan
situasi, misalnya hujan, panas dan lain-lain).
2)
'r'r.l' I \r:urt drtn
3)
Sifat pengemudi (apakah sudah pcrnah melalui jalan yang sedang ditempuh atau belum). Sifat perizlanan (pulang kerja, piknik/darmawisata, sght
4)
Daya reaksi pada waktu mcngcmutli (terampil atau tidak
5)
dalam mengemudikan kendaraan). Kecakapan mengemudi ft.cmampuan dan kelincahan dalam mengemudikan kendaraan).
seeing dlsb.)
.ilt
Puonele.tt Geonetrtik Jo0on Pogo
6) Penglihatan pengemudi
merealisasikan keputus anny a. Karakteristik arus lalu lintas, ditentukan oleh kclakuan pengemudi dalam hal
,
SEBAGAI PENGEMUDI.
Keberhasilan suatu perencanaan gc()mctrik, tenrtama dalam tiniauan lalu lintas, sangat tergantung pa
P
t
(kemampuan mellhatfmata yang
baik).
7) Kecepatan kendaraan. 8) Kesilauan (mengemudi di waktu siang atau malam). 9) Pendengaran.
2.4.2.
MANUSTA SEBAGAT PEJAr-ANr KAKI.
Untuk mengurangi atau menghindari terjadinya kecelakaan lalu lintas, maka dipedukan suatu pengendalian bagi para pejalan kaki (pedestrian controle), meliputi hal-hal sebagai berikut:
1) 2) 3)
Tempat khusus bagppa:a pejalan kaki (side walk) Tempat penyeberangan jalan (cross walk) Tanda-tandaf nmbu- rambu bagj pan peialan kaki (pedestrian signal). Penghalang bagpara pejalan kaki (pedestrian barriers). Daerah aman dan diperlukan (safety zones dan island)
4) 5) 6) n*'l^"*T;11h','H:,ffia.,,,i,.,
tunners).
o 7)
diatas ialan (overpass).
Penyinaran (highway lighting). Karakteristik pemakai jalan diatas, tidak dapat diabaikan dalam suatu perenc na n geometrik, sehingga r"nc ng fi harus benarbenat memperhatikan ini, terutama pada saat merencanakan detailing dari suatu komponen geometrik dan road furniture dari suatu ruas ialan. CATAfAN : Dalam istilah Indonesia bangunan pelengkap ialan dibedakan dengan road furniture. Bangunan pelengkap ialan adalah iembatan, gor()nggorong, kerb dan lainlain, lebih bersifat struktural/semi-struktural. Roa
lainlain. Marka lalan lcbih
spesifik pada tanda/simbol petunjuk pembatas dan pengarah ialan scpcrti tanda sumbu ialan, rybra-cmss, tanda cbcamn dan lainJain (lihat Bab 3.1.2.7 .)
BA.B g
PER4\NEAffi EA"U GEOUEEqHREK JA\&Affi RAYA ISRTqBEGBEA-. 3.1.
PERS'TARATAI\T GEOMETRIKJAI-AI{ RAYA
3.I.I.
PERSTARATAI\I UMUM
2, karakteristik dasar dari perrgend^ra, kendaraan dan lalulintas merupakan faktor perenc na;Ln geometrik. Kecepatan renc r:,a. dan kelandaian harus direncanakan sesudah melakukan ana,lisa karakteristik lalulintas, profil lahan dan ketersediaan dana. Sementara itu kecepatan rencana dan kelandaian, juga menentukan kriteria dasar dari standar minimum dari alinyemen horisontal dan vertikal. Jadi pada dasarnya perencana, bTla dihadapkan pada suatu profil lahan apakah berasal dari peta topografi,
I${ lS2,
ebagaimana sudah dijelaskan pada bab
peta udara dan lain-lain, perencana sudah harus berfikir bahwa rencznlnya" bagaimana merencanakan elemen geometrik berdasarkan situasi dan mengadaptasi katakteristik dari pengendara, lalulintas dan kendaraan untuk mendapatkan desain yang optima,l, agar ialan dapat memenuhi peffyarutan zmzn, nyalr:,an, cepat sampai tujuan dan ekonomis. Banyak parameter yang terkait pada kebutuhan ini, agar ialan ama;n karakteristik pengendara seperti persepsi jarak pandang, jarak henti dan lain-lain agar diadaptasi untuk merancang elemen geometrik $adz suatu tikungan misalnya, ataLt agar jabn nyzman berapr standar minimum kapasitas suatu ruas jalan yang beradt prdr suatu daerah berbukit, dan lain seb4gainya.
3.I.2.
PERSTARATAI\DASAR Yang dimaksud dengan persyaratzn dasar ini adalah peffylruta;n
geometrik dikaitkan dengan beberapa kondisi diluar persyaratan teknis, yang harus diperhatikan dalam perancangan geometrik khususnya, dan perancangan ialan rtya. secara umum. Termasuk disini adalah tiniauan lokasi trase jalan, topografi, geologis, tut^gan lahan dan lingkungan.
113
-_---KONSTBIIKSIJAI.AN
BUKU T
: GEOMETRIKJAIAN
3.1.2.1. TraseJalan. Penentuan lokasi dan perencanzafl suatu trase jalan sampai pada batas-batas tertentu sangat dipengaruhi oleh keadaan fisik dan topografi, serta peruntukan lahan yang dilaluinya.
Keadaan tanah dasar dapat memperyIaruhi lokasi dan bentuk trase dari suatu ialan, misalnya keadaan ,"rr"tr dasar yang kurang baik dapat memaksa pefencana untuk memindahkafl trase jaran ataumelakukan penimbunan yang tinggi, har yang iama juga dapat terjadi apabirzdidapati tanah. dasar dengan permukaan-air ,^n^i y^rg ai.rggi, walaupun dalam kondisi te.entu daglt diatasi dengan tata salir dlaina#yang baik. Keadaan iklim juga dapat mempengaruhi penetapan rokasi serta bentuk geometrik, misalnya pada daerui, yl"g banyak hujan memaksa pefencana untuk menggunakan rereng merintang perk..rrr., yang lebih hesar daripada keadaan normar, iugazapat -.-itr" pJk.r.r, membuat alinyemen yang jauh lebih tinggi aiipadapermukaan tanah asli. Dalam kondisi normal, penentuan trase jalan .sekaligus pemetaannya dilapangan, tidak tedalu banyak memerlukan perbai[an perbaikan tanah ( soil improaement ), sehingga hanya terbatas pada pekerjaan gali-timbun ( cut dzfilt) saja.
3.1.2.2. Faktor Topogafi. Keadaan topografi dalam penetapan trase jalan memegang peranan yang sangat penting, karena akan mempengaruhi p.rr.ri'pri alinyemen, kelandaian jalan, jarak pandangan, p.rrrrip"ng melintang, saluran tepi dan lain sebagainya. Untuk lokasi dengan daenh datar, pengaruhn ya tidak begitu nyata, penentuan trase dapat dengan bebas ditarik kimana saja, disesuailan d"1g':. arah dan tuiuan route ialan raya yangdirencanakan. Untuk daerah perbukitan atau daerah pegunungan' sebaliknya, iopogrrR sangat ^d^t^i mempengaruhi pemilihan lokasi se*a penetapan urgrr"-brgir" i^i^n bahkan sangat mungkin akan mempengaruhi penetapan tipe ialan. 1"].""I" Misalnya saja untuk- dapat mempertah^.rlir., lrprriirr, karena beratnya rcrrrrin terpaksa perl jarur tambahan pada pendaki# . llngadakan 1x'rrrl;rkian yang berat dari jarur jalan (crimbing rane), ;"g, r.ra"rrg-kadang k;rr.rr:r r*rhulnya untuk menyediakan jarak pirra"rrgr, irendahuru i yang
.tt
lirrtr.ii0 Pr.iotrc0rgor Geonetrip Jo0o( Qogo
pada jalan 2 - jalur, akan dapat membuat jalan tersebut sebagian r rt'rriacli jalan 4 - jalur. Penggunaan lahan seperti daerah pertanian, perindustrian, 1,t'rkampungan, tempat-tempat rekreasi dan lain sebagainya juga dapat nr('rnpengaruhi perenc^n misalnya jalan untuk daerah perindustrian ^i, .lircncanakan untuk lalu lintas yang sebagian besar t.rdiri dari kendaraan trrrk, yang akan memedukan pefsyaratan berbeda daripada perencanaan ;:rlrrn untuk daerah perkampung^n ata:u tempat-tempat rekreasi dengan I't'rrrlaraan pada umumnya adalah mobil penumpang. f ;rlan-jalan di daerah intra-urban, biasanya diperuntukkan untuk kendaraan ,l.ngan bobot muatan tinggi, sedangkan jalan-jalan di daerah perkotaan .lipcruntukkan untuk variasi lalu-lintas dengan kecepatan rendah atau trrrlgi. oleh sebab itu persyaratan perencanaan untuk ialan-ialan ant^r kot^ 'rtlalah lebih berat dari jalan perkotaan, walaupun pemilihan trase di ,lrrcrah intra-urban adalah lebih bebas daripada di daerah perkotaan. Secara umum trase jalan pada daerah perbukitan, selalu rrrengikuti kontur dari topografi, sehingga banyak berkelok-kelok karena untuk mempertahankan kelandaian memanjang (grade) jalan. Namun ,lcmikian yang paling utama adalah grade disesuaikan dengan persy^r t^n )'ang ada, ^gx kendaraan-kendaraan berat masih bisa melaluinya. )crsyaratan ini mengatur kelandaian memanjang f maksimum (grade) ialan, :rgar semua jenis kendzr^ n yang diijinkan pada ruas tersebut dapat rrrcmpertahankan kecepatan renc nanya. dan tidak sampai terhenti akibat kcterbatasan kapasitas mesin yang dipunyai kendaraan. l'ada tabel 3.1 ditunjukkan klassifikasi medan berdasarkan topografi . rrkul-r r
TABEL3.l. Klassifikasi Medan Topografi medan
Kemiringan medan
Datar
<3
(D) Perbukitan ( B ) Pezununean(G) Sumber : TPGJAK
- No.
3 -25 >250h O38/T /BM/ 1997
3.1.2.3. Faktor Geolqgr.
atlr
d^erah labil @ergerak), mcrrrpirkirrr tidak baik untuk digunakan dalam pembuaran rasc
Seperti daerah patahan ,l:rcrah-daerah yang
K()Nii'T'RIIKSI JAI,AN
BUKU
k
T: GEOMETRIKJAIAN
jalan. Persyaratan utama dari faktor geologi adalah hindari daeruh zoflazona geologis yang berbahaya. Trase iabn ie;ngeLn dibuat melalui daerahdaerah r^w^n seperti patahan, amblesan, longsoran regional dan lainJain. Bila menemui.daerah patahan fault qone), sebaiknya dipindahkan kedaerah yang lain yang bebas patahan. Demikian pula untuk daerah yang memiliki tanah dasar dengan daya dukung tanah yahg rendah serta melalui genangan ah ya;ng bersifat regional, kalau masih bisa dihindari, hindarkan daerah-daerah seperti ini. BiIa dana cukup banyak rersedia, dan tidak ada pilihan lokasi lain, dapat saia dilakukan perbaikan tanah dan atan peninggian elevasi tanah. sudah barang tentu dengan memperhatikan. duign life jalan, faktor-faktor yang merugikan yang akan terjadi nanti misalnya kelongsoran, secara dini diantisipasi dengan membangun struktur-struktur tambahan.
Dalam rencana t^tz-tuzn| untuk perencanaan wilayah atau dzerah, tata guna lahan merupakan hal yang paling mendasar dalam penentuan suatu rrase jalan. Lpakah ialan yang direncanakan tersebut diperuntukkan untuk daerah permukiman, daerah perindustri an, at^v daerah ruang lain, secara keseluruhan seraru memperhatikan ptda
peruntukan la,han. Jalan yang akan dibuat melalui daerah hutan lindung, misalnya, segera harus direlokasi kedaerah lain. Demikian pula bilaman-a menemui cagar buday', cagar alam, situs purbakala yang dilindungi dan lainJain. Kelas jalan sangat banyak rerganrung pzda tata ruang yang dilalui ialan. Drcrzh permukiman zkan mempunyai kelas ialm ymg lebih rendah dari jalan yang melalui ruang yang diperuntukkan ...t.rt daerah industri, demikian juga fungsi dan status izlan akrn berbeda. persyaratan teknis terkait kepada tataguna lahan adalah iatr,gan sampai tara ruang yang sudah adz dirusak oleh keberadaan ialan baru. Usahakan kehadiran lalan, menambah keserasian ruang laha,n yang suclah acla. Bila lahan belum mempunyai tataruang, jadikan ialan sebagai sarana pembentuk orientasi tatarnzng dengan jalan sebagai koridor penyanHla ruang lahan tersebut.
3.1.2.5. Faktor lingkungen.
r
t
rr
iu l'c.ttuncorgor Ceonetrik Jo[.or, Pogo
!a
Dalam era pembangunan saat ini, sudah sepatutnya dipikirkan nrcrrgenai pembangunan ialan ylflg berwawasan lingkungan dan I'crnbangunzn yang berkelanjutan. Perencanaan dan pembangunzn jalan .rk;rn menimbulkan dampak terhadap lingkungan sekitarnya agar dianalisis rrrcngenai dampak lingkungan (AMDAL). Misalnya ia,lan Cengkareng ,lrlrcberapa lokasi selalu tergenang atr pada musim curah huian tinggi \';rrrg mengakibatkan tergenangnya flras menuju Bandzra Sukarno-Hatta, \',rng menyebabkan terlambatnya penerbangan, a;tat iala.n dipantai Carita ,lilrcberapa lokasi hampir putus termakan abrasi, dan lain-lain; ^g^t rrrcniadi contoh nyzt^ betzpa pentingnya faktor lingkungan (berikut ,rnalisanya) dalam penentuan suatu trase jalan. Jadi persyaratan untuk lrrktor lingkungan ini, dimunculkan untuk meniaga keserasian dan [r:sinambungan ekosisistem lingkungan. Jangan sampai trase jalan rr
3.1.2.4. Faktor Tata Guna Lahan.
r
rcnyebabkan perubahan ekosistem secafa drastis.
3.1.2.6. Penetapan Stasiun ( Stationing ). Tujuan dari penetapan stationing, adalah untuk menetapkan titik-titik lintasan suatu trase lalan, sekaligus untuk menentukan paniang srratu trase ialtn, atau iarak dari satu tempat ke tempat yang lainnya pada suatu lokasi ialm. Titik-titik penting atau titik-titik yang terdapat pada scpanjang jalan tertentu dinamakan dengan fizm^ titik stasiun. Jadi stasiun ( Sta ) adalah farak langsung yang diukur dari mulai titik awal, berupa Sta o + 000 sampai dengan titik yang akan dicari stasiunnya.
Gbr 3.1. Rencana TraseJalan dan Titik-Titik Stasiun.
-----'E
5I
KONSTBUKSIJAI.AN
BUKU T : GEOMETRIKJAIAN
(1) @ (3) (4) (5)
Titik-titik awal yang penting rlan tcrletak p^d^ trase jalan, ditetapkan atau dihitung stasiunnya. Dalam hal menghitung stasiun di luar titik penting, dilakukan dengan car^-c^r^ lrcrdasarkan kriteria sebagai berikut: 1) untuk daerah datx, dibuat jarak patok +/- 100 meter. 2) untuk daerah perbukitan,iarak patoknya tlibuat +/- 50 meter. 3) untuk daerah pegunungan,iarak patoknya aclalah +/-25 meter. 4) Untuk dzerah lengkung, jarak pat.knya harus rlibuat lebih pendek menurut keperluan yang berkaitan rlcngrn fhktor kcrclitian.
c)
Potongan mcmanjang.
d)
Pembuatan porongan memanjang jalan, dibuat dengan menggunakan skala horrzontal l : 1000 a;tatt 1, : 2000 dan skala vertikalnya adalah 1 : 100. Potongan memanjang jalan digambarkan sec ra langsung dai pengukuran lapangan, untuk mengetahui bagtan y^fig harus digali (galia.n tanah) dan bagian yang harus ditimbun (timbunan tanah) dalam arah memanjang trase jalan. Gambar perencanaan potongan memaniang jalan didasarkan pada hasil perhitungan alinyemen vertikal serta standar-standar yang digunakan.
r
E
b)
gorong-gorong; patok kilometer dan hektometer, damija dll; guideblock dan guidepost.
Komponen struktur ialan (1) lapisan perkerasan jalan; (2) lapisan pondasi atas; (3) lapisan pondasi bawah; (4) lapisan tanah dasar. Komponen road furniture (1) lampupenetanganialzn; A) plplrr namaialan; (3) papan legenda wilayah kota;
MarkzJalan (1) tanda pembatas areal ialzn :sumbu/as jalan;batas
Potongan / penampang melintang jalan merupakan potongan melintang tegak lurus sumbu jalan. Dafi porongan melintang jalan dapat dilihat komponen-komponen dan elemen dari jalan, meliputi: Komponen potongan melintang yang langsung berguna untuk lalu lintas. 0) jalur lalu lintas; @ lajur lalu lintas; (3) bahu jalan; (4) trotoir; (5) median jalan. Komponen yang berguna untuk drainase jalan.
lembatan; kerb; pengaman lereng berupa tembok penahan;
(4) trffic sign; (5) fasilitas fisik landskap.
Potongan melintangialan.
a)
saluran samping;
kemiringan melintang jalur lalu lintas; kemiringan melintang bahu jalan; kemiringan lereng falan; gorong.gorong. Komponen pelengkap jalan
(1) @ (3) (4) (5) (6)
3.1.2.7. Potongan Memaniang dan Melintang Jalan.
r
$,
frirrri(.r lllotrc.otrgor G€{)rctlib Jo0nr^ Pogo
tepi,
@
7,c
b
ra cro ss, cb e a ro n ;
simbol lalu lintas.
llt'lrcrapa tipikal jabn raya dengan pembagian jalur lalulintas dan iumlah jrrrnya, dapat dilihat pada gambar 3.2.
lrr
l.'lxrr lajur ideal, diberikan
pada Tabel 3.2., dibawah
ini.
h()
N
JAI,AN
H,T'RI h,I{! 1
^b13.2.I-aiut FUNGSI
BUKU T
:
GEOMETRIKJAI^AN
ideal KELAS
I-EBAR r,/UUR rDEAL ( M )
Arteri
I
3,75
II. IIIA IIIA-IIIB
3.50
Kolektor
Inkal
UIC
3-00
a)-
lajur
6'
-
I JALUR,2I-AJUR,
A-
E=
laiur
F
PENETAPAN DAN PEMETAAN.TRASEJAI-A,N.
lajur
I JALUR,4 r,AJUR,
a.
2 ARAH ( 4t2 TB ) ( tidak disarankan )
Titik-titik utama (primary controls) titik permulaan ffase jalan dan titik akhir.
b). T JALUR,2 LAJUR,
l
ARAH
(2n1B)
lajur
-
e 6, A\#
\-
^
^
lair-n lrl,-
F\.J r
^-
-
lajur
lajur lajur
lajur
lajur
lajur
-
f-r
tr
2ARAH(n/28)
ialan untuk 1 dan Zlaiar
lalulintas
dengan
pusat-pusat tra{Frc yang terpenring daerah pegunungafl persilangan dengan sungai.
Titik-titiksekunder. pusat industri ataa produksi. persilangan jalankereta api dengan jalanraya
H
e).2 JALUR, n LAJUR,
Tipikal denah 2/a/n ialur.
b.
Etr A--
k==i C-r
c).2 JALUR,4 LAJUR, 2 ARAH (4/28)
Gbr.3.2.
lr4
Berdasarkan peta-peta tersebut, dibuat suatu peta dasar @ase map), dan dapat ditentukan : d).
lajur
Ja0on Poqo
r:rta guna lahan dan lain sebagainya yang diperoleh dari daerah lrcrsangkutan dan drpat digunakan sebagai data dasar sebelum melakukan 1rcninj auan lapangan secara langsung.
ry \FJ
P(,Jroreokgora Geometnib
r('ncana jalan, sehingga dapat digambarkan renc n trzsei^lan. pada survai rckonesan ini, dikumpulkan data-data meliputi peta topography, kadaster,
ffi
2 ARAH ( 2/2 TB )
.t.2.
i(r
Tujuan dari survey penyuluhan ( reconnaissance survey) adalah urrtuk mendapatkan peta, dasar dari suatu daerah dalam batas koridor
61 lajur
lajur
k i iI(i
Dalam menentukan trase jalan, dikenal beberapa t^hap,,n survey 'r'lragai berikut : 1. Survey Awal - Rekonesan ( Reconnaisance Survey ).
3.00
JALAN RAYA DM{GAN BBMAPA TIPEJALUR LALU LINIAS
e CJ
r
daerah rawa atau daerah longsoran daerah yang cukup penting, yang mempunyai daya bcli dan daya iual yang tinggi serta rempat-tempar bersejarah.
Pengambaran petadasar : Ditentukan alasan utama bagi daerah-daenh yang rlik,w:rri trase ialan dan ditandai pada peta dasar. Digambarkan satu atau beberapa jalur altcrnutil' st.lr;r1,.1 reflc n trase jalan yang melalui titik urama.
r
tt()Nl{l'ltt KSI JAl.lN
BUKU
I
-
'
tr
r:
GEOMETRIKJAU'N
Jarak dan sudut jurusan dari ialur trase yang direncanakan diukur diatas peta dasar dengan meflfgunaan penggaris dan busur derajat. Untuk mengetahui letak busur di lapangan, dicari titik triangulasi yang terdekat untuk pengukuran poligon utama dari rertc na trase ialan.
Peninjauan lapangan
Fuite,tio ['r,,rrutnn gan C eonetrtb Ja0on Pogo
-
-
:
Peta dasar tersebut diatas, dibawa ke lapangan untuk disesuaikan dengan kondisi lapangan.
-
renc
n
ttase ialan yang dibuat
di pcta dasar,
secara kasar
diukur di lapangan dengan menggunakan alat ukur
-
Theodolit, untuk mengetahur jarak, azimuth, sudut-sudut miring. Semua ialur yang telah di-plot di peta dasar ditiniau. Semua perbedaan terhadap peta dasar yang ada, dicatat dan
dibuatkan sketsanya di peta dasar, misalnya daetah ra'wa, hutan, dan lain sebagainya. Semua dara-data yang didapatkan di lapangan di-plot-kan kembali ke peta dasar
Dari hasil peniniauan lapangan dan pengukuran yang dilakukan dapat dipilih jalur trase jalan yang terbaik (the most promising route).
lr0
Pengukuran situasi jalur dilakukan di sepanjang jalLrr dengan maksud untuk mendapatkan data lapangan. Pacla peta situasi lalur, harus tercantum data-data garis tinggi, bangunan-bangunan, sungai, danau, ialan rzya, atzu lalan kereta api dan poligon. Diatas peta ialur, direncanakan pembuatan as jalan, dengan beberap a alternatif. Selanjutnya dilakukan pengukuran profil memaniang di peta at^w di lapangan untuk mendapatkan data yang digunakan dalam perhitungan galian dan timbunan untuk setiap trase ialan. Dari perbandingan beberapa trase ialan dipilih yang ekonomis.
3. Survey I-okasi (I-ocation Survey).
Setelah didapatkan data-data mengenai batas-batas penguasaafl tanah yang akan digunakan dalam pembuatan jalan raya, maka dilakukan pengukuran untuk pembebasan tanah dengan menggunakan alat-alat ukur, rnap (peta) dan lain sebagainya. Urutan pekeriaan yar,g dilakukan ant^r^ lain, adalah sebagai berikut : - dilakukan pematokan sumbu ialan dengan sudut jurusan dan kelandaian yang telah ditentukan sebelumnya. - memberi tanda dan patok-patok pada bagian-bagian yang lurus.
2. Survey Pendahuluan (Pteliminary Survey).
.
Jalur trase ialan telpilih, selaniutnya dipetakan dan diukur
kembali secara teliti untuk mendapatk^n tencana penentuan trase ialan lain sebagai berikut : yang pasti. Peke{an pembuatan peta jalan ^ntara - Dibuat poligon utama, sebagai dasar kerangka sepaniang jalur yang terdiri dari titik-titik tetap berf arak 2 - 5 Km dan sedapat mungkin diikat dengan titik trianggulasi yang ada' Pada terminal point, digunakan patok-patok bench mark
(BM).
-
mengukur dan menandai sudut-sudut. defleksi dari route ialan. memben tanda untuk stasiun-stasiun dan profil melintang. membuat patok-patok untuk lengkungan-lengkungan jalan. membuat patok-patok dncikan awal damija dart damaja, sekaligus rincikan untuk pembebasan tanah.
BAB
4&
EbESf[EUS 4.1.
FIF.N[F:N{
GaE3@U'[Eq[']R-UK
DAN KOMPONEN GEOMETRIK
lemen Geometrik Jalan Raya lt^m^ adalah alinyemen horisontal, afinyemen vertikal, alinyemen pada persimpangan jalan dan :rlinyemen pada tikungan. Dalam tingkatan yang berikutnya adalah elemen rqc
El +!l
ucometrik horisontal. Pada alinyemen vertikal akan terdapat elemen scometrik seperti ruang bebas jalan (clearance of road), panjang kritis tanf akan, jank antzra dua jalur pendakian dan koordinasi alinyemen, yang rnemedukan tinj auan persyaratan geometrik alinyemen vertikal. Adapun komponen geometrik adalah merupakan bagian-bagian lrcmbentuk elemen geomettik, yang mempunyai karakteristik dan persyzrrata;i sendiri-sendin. Pada elemen alinyemen horisontal akan kita iumpai, komponen jari-jari lengkungan, denjat kelengkungan, bagian tangen, bagian lengkung lingkaran, bagian lengkung spiral, lengkung lrcralihan, daerah bebas samping, pelebaran tikungan, superelevasi dan lainlain, yang mempunyai masing-masing persy^ratart, agar elemen horisontal nyaman dan aman dilalui oleh kendaraan. Pada alinyemen vertikal kita
tcmukan bagian lengkung cembung, bagan iengkung cekung, ialur pcndakian vertikal dan lain sebagainya. Parameter geometrik dalam istilah di buku ini adalah parameterl)arameter yang menjadi acuan persyaratan, apakah persya;r^t^n alinyemen lr rrrisontal maupun vertikal, ataupun p^rameter persyafatan struktur.
4.2.
ALINYEMEN HORISONTAL
Alinyemen Horizontal adalah proyeksi sumbu jalan pada bidang lrrrrizontal. Alinyemen horizontal dikenal juga dengan rrama "sitaasi.falan"
aa
5ll
h(|\s,t'tilrhFilJAI,AN
lrrau
BUKU
1:
GEOMETRIKJAIAN
fa/an'i Alinyemen horizontal-terdiri dari garis-garis rurus ftiasa yang dihubungkan. dengan tengkung. Garis s,.ir_;;i, ;i,::f :: ?, Icngkung ^":1:^*:1. tersebut dapat terdiri dari busur ti"gt rr""" ditam-bah i.rrgu, lengkung peralihan atau busur busur peralihan saja araupun busur
ai
"trase
Iingkaran saja. syarat-syara, "-.y- d*ndipanmeter perenc an,.zn geometrik sudah dibahas pada bab sebelumnya, brb ini atan lebih meiekankan kepada dengan bentuk geometrik, sebagai bagian dari f':r::ir:_::Tf**an komponen geometrik. Persyaratan tersebut sangat pe,u dipahami, r>agaimana parameter kecepatan rencana, bagaimana Iedrdukan parameter k"iriringr, melintang dan. pa*meter-parzmeter lain, yang mendukung persyaratan alinyemen horisontal. 4.2. 1. KE"IM\ffUAN-KEIENTUAN
EIEMEN GEOMETRIIi
4.2.1.1. Ketentuan paniang Bagian Lurus Pada elemen geomeffik berupa arinyemen horisontal, bilamana topografi berupa daerah datar, dapat terladi bagian rurus (.tangen.) menjadi sangar paniang. Dengan mempertimbangkan faktor keseramatan pernakai jaran, ditinjau dari segi kelelahan pengemudi, maka panjang mrkrimom btagtan jaran yang lurus harus ditempuh daram waktu tiiak lebih d', 2,50 (sesuai \ ). Pada Tabel 4.1. dicantumkan paniang maksimum -..ri, bagian lurus pada alinyemen horisontal.
Paniang Bagian
|unber : TCNIJAK No. OIS/f/nU/
t
t"r". tvtrk.i-oil-( -
gD
4.2.7.2. Ketenruan Komponen Tikungan
o
E0.trter Geor.e.tlik
Jari-Jai Minimum.
Sesuai yang telah diielaskan pada Bab 2, bila kendaraan melintnsr suatu tikungan, dengan suatu kecepatan tertentu, kendaraan aklrrr menerima gayl sentrifugal, yang akan mengurangi kenyamanalr pengendara. Seperti sudah dijelaskan pula gaya ini dapat diimbangi dengan menyediakan suatu kemiringan melintang jalan (superelevasi), yang bertujuan untuk memperoleh komponen g^ya berat yang dapat mengelimintr g ya sentrifugal tersebut. Makin besar superelevasi makin besar pula komponen gaya berat yang dapat mengimban g g y^ sentrifugal tersebut.
Beberapa hal yang membatasi superelevasi maksimum pada suatu jalan nya, adalah sebagai berikut : 1) Keadaan cs ca, seperti sering turun hujan, berkabut. Pada kondisi ini superelevasi maksimum akan lebih rendah dibandingkan dengan daerah yang mempunyai cuaca baik. 2)
3)
4)
Keadaan medan, seperti daerah datar, berbukit-bukit ^tlu pegunungan. Di daerah datar superelevasi maksirnum dapat dipilih lebih tinggi daripada di daerah yang berbukit-bukit, atau di daerah pegunungan. Superelevasi yang terlalu tinggi, akan menyebabkan ras^ tidak nya;m^n kepada pengemudi y^flg mengendarai kendaraannya dengan kecepatan rendah. Keadaan lingkungan, seperti daerah perkotaan (urban) atata, daenh luar kota (rural). Di daerah perkotaan kendaraan akan bergerak lebih perlahan karena banyak terdapat simpangan jalan, rumbu lalu lintas, arus pejalan kaki dan arus lalu lintas yang padat, sehingga sebaiknya untuk daerah perkotaan superelevasi maksimum lebih kecil dibandingkan dengan superelevasi maksimum untuk daerah di luar kota. Komposisi ienis kendaraan dari arus lalu lintas. Banyaknya kendaraan berat yang bergerak dengan kecepatan lambat
serta adanya kendaraan yang ditarik khewan atau kendaraan ttk bermotor, mengakibatkan gerak lalu lintas meniadi tidak menentu. Pada kondisi ini sebaiknya dipilih superelevasi maksimum yang lebih rendah.
Untuk dzeoh yang licin akibat sering turun huian rhn l>crkrlrrrr sebaiknya diberikan e maksimum = 8 oh, dan di dacr;rh pr.rkotirirrr yang sering terjadi kemacetan lalu lintas rlianjtrrkrrrr rurtrrk
hrD\ ri't'It
I kti! J,tt,,t\
BUKUl
:
GEOMETRIKJAI/,N
nrcnlgunakan nrl:ai e maksimum berkisar a.nt^ra 4 - 6 %. Pada daerah persimpangan tempat pertemuan beberapa jal:u ialan, e maksimum yang dipergunakan sebaiknya rendah, bahkan t^npzmenggunakan superelevasi. AASHTO menganjurkan pemakaian beberapa nilai e maksimum yaitu 4 oh, 6o/0, \oh, 10oh dan 12 oh. Bina Marga untuk jalan di luar kota menganjurkan untuk menggunakan nilai e maksimum 8oh dan 10%. Nilai e maksimum 10oh digunakan untuk kendaraan dengan kecepatan > 30 Km/iam, sedangkan nilai e maksimum 8%o digunakan untuk kendaraan dengan kecepatan 30 Krn/iam, sedangkan untuk ialan di dalam kota dapat dipergunakan superelevasi maksimum 670.
Dari Gbr. 2.9c. @ab 2), dapat diturunkan rumus yang .mengkorelasikan kemiringan superelevasi e, koefisien gesek f , kecepatan V dan radius lengkungan R, berupa
:
I 0rnrr (llomellib
ar
.rrl:rlrrh bcrupa lengkung tertaiam, pada suatu I
ll;rrga radius minimum ini merupakan ketentuan minimum untuk rrrt'rnilih radius lengkungan dalam perenclnuaLi, yang dzp* dihitung dari r
utnus v'z
R minimum atau
=
D maks =
127 (e maks * f maks ) 781913,53 ( e maks + f maks )
..............-(4.3. )
hctajaman lengkung horisontal, dinyatakan dengan besarnya radius dari lcngkung atau dengan besarnya deniat kelengkungan. l)enjat lengkung didefinisikan sebagai besar sudut lengkung yang rnemberikan panjang busur 25,0 meter. (lihat Gbr. 4.1)
V2
D-_
g.R
e*f=
= 9,81 mf
det2,
-(4.2 )
v2.
e*[= Jika V dinyatakan dalam km/jam, g maka didapat rumus umum:
nilai suatu batas kccepatan
('t't(:11n2,
dan R dalam meter,
25
X 2trR
3(r0o
D
1432,39 _ _.._.{4.4.)
R
R dalam meter.
v ( 4.1.)
Gbt 4.1. Kotelasi atttarra deraiat lengkung ( D ) dan radius lengkung ( R )
127 R
Dari rumus ini bisa dipahami bahwa radius lengkung
horisontal dipengaruhi oleh nilai e dan f, serta nilai kecepatan reflcan yang dipilih. Semakin besar R, akan semakin kecil D (lihat penjelasan dibawah),dan semakin tumpul pula lengkung horizontal rencana. Sebaliknya semakin kecil R, semakin besar D dan akan semakin tajam lengkung horizontal yang direncanakan. Dengan kata lain, akan ada statu Radias tikungan minimum, atau Derajat kelerykangar maksimum, bila ada koefisien geser f maksimum, dan selang superelevasi maksimum. kngkung yang dihasilkan oleh kondisi seperti ini
minimum yang menghasilkan lengkung tertajam ini, scbaiknya dihindarkan dalam suatu pelaksanaan alinyemen horizontal, karena hal ini menimbulkafl r^s^ tidak nyaman bagi pengemudi yang I)enggunaan radius
lrcrgerak dengan kecepatan lebih tinggi dari kecepatafl renc na. Itadius yang diambil untuk pelaksanaan sebaiknya, iauh lebih besar dari
rrngka ini.
Jadi.\,,^hanya sebagai patokan pemilihan radius saja. llina Marga memberikan nilai yang terdapat pada Tabel 4.2. untuk mcncari It Iltn.
KONS'IRUKSI JAI,AI\I
BUKU I
Tabel 4.2. Panianglai-iai Minimum (dibulatkan V" (krn/iam) 120 100 80 60 50 lari-iarj Min- R*,- (m) 600 370 210 110 80 Sumber: Tata Clra
:
GEOMETRIK.IAI-AN
(.1)
40
30
20
50
30
15
Pelnlnaan GeometrikJalan antar kota [TrGJAK.)-No.038/T/BM/1997
Bila digunakan rumus 4.2 dan 4.3. diatas, dengan superelevasi maksimum e-"k- 8%o dan 70o/o, dan koefisien gesef melintang f-"0, yang bersesuaian dengan kecepatan renc tT (gunakan Gfu.2.1'1, - Bab 2), akan didapat hasil sesuai dengan Tabel4.3. . Sebagai perbandingan AASHTO yang menggunakan variasi e-^k" = 6oh, 9oh, 10o/o dan 12oh, dengan 4 variasi disrribusi f..u., dan kecepatan reflc rrl bervariasi dari V = 30, 40, 50, 60, 65,7A,75, dan 80 mph (miles per hour ), sesuai dengan metoda yang mereka lakukan, dapat dilihat pada Tabel 4.4. Hubungan yang didap* dari 4 Metoda yang dilakukan oleh AASHTO, adalah
(1).
Selang superelevasi sedemikian sehingga kendaraan yang bcrialan rettclttl, mempunyai seluruh gLyL sentrifugalnya, kecepatan l):r(lir .lrirrrlrangi oleh superelevasi di lengkungan, sampai terca;Pit e maksimum, lrt'rarti sampai kurva cenderung tajam. (l). Sama seperti metoda (2), kecuali didasarkan pada kecep^tan r^tat;lIit. (4). Selang superelwasi merupakan hubungan parabolis, terhadap dcraiat kelengkungan, dengan nilai yang tedetak diantua nilai metoda (1) .l:rn (2).
'Iabel 4.4.
deniat
kelengkungan. (Hubungan garis lurus dari D=0 sampai D = maksimum).
I(ecepatan
e maks
Rencana
m/m'
I(m/iam
q
0-10
50 60
0.10 0,08 0,10
70
0.08 0.10
o,24 o,23
,n)
o,t4
o22
250 464 758
6(l
0p8
10
0,08 0,08
0,13 0,13 0,12
o2r
65 15
0p8
0,11
0,19
|t( )
noR
0.11
019
0,10 0,10 0,10 0,10 0,10 0,10 0,10 0,10
0, 0, 0, 0, 0, 0, 0, 0. 0, o
o26 o?s o24 o23 023
80
0,08 0.10
90
0,08 0,10
100
0.08 0,10
8.85 7,41
tt2.o47
76 82 112
121,659
l2
1.74
156.522
157
9.12
'lll
170.343
170
75
0,1,m
209.974
210
8.43 6,82
229
5-25
io
o,728
29.062 280.350
280
5,12
40
307
4,67
0,115
307.377 366,233
366
3,91
403.796
N4
3,55
0,08
Il0 I?0
0.10 0.08 0.10 0.08
1o
75.858 82-192
o,147
0,103
470.497
0,090
522,058 596-768 666.975
470 522 597
3,05 2.74 2.40
667
2.15
o,m
273 508 833 1263
0,16 0,15
28,09
)7q
o2r
(ft)
0,08 0,08 0,08
51
0,1s3
o,22
2510
51.213 0,160
0,16 0,15 0,14 0,13 0,13
o-17
30,48
0,08
0,06 0,06 0,06 0,06 0,06 0,06 0,06 o ori
0.11
r5
47
47
RADIUS
f)
0,11
/0
76\
0.166
MINIMUM
(e+
e
0,19 0,19 0,18 o,77
r,o (,5
1o
rencana denqan memperzunakan Detsamarn (4.2 dan(4 f maks R min R min D maks Desain Desain @erhitungan) (detaiat) m m
TOTAL
f
r{)
n()
untuk beberapa
MAKSIMUM
MAKSIMUM
\0
Selang superelevasi e, berbanding langsung terhadap
Uat<simom demiat kelengkungan dan Radius Minimum untrlk suatu. nilai limit e dan f.
il1(IIPATAN {llN(IANA
.ll)
:
Tabel 4.3 Besar R minimum dan D maksimum
.iI
i'0rncn Ceorctrih
t0 40 5o anl
lt( )
.,(, (,(
)
(r5
lo
't\ lt( )
o,t2 o,t2 o,t2 0,12 o,72 0,12
o,t2
o,l2
o,r2
6 5
4 -t
3 2 1
1
t6 t5 0, t4 o t3 0, t3 0, t2 0, t1 0, t1
o21
o20
MAKSIMUM DERAIAT KEI-ENGKI-INGAN
2tp 11,3
6,9 4,5
1,t83
1q
1815
32
2206
2,6
tt43 t34l 1633 1974 2246 231 427 694 1043 1225
2\
22,9
t2l
7,6 5,0 4,3 3,5
)q 2-5 24,8 73,4 8,3 5,5 4,7
1786
39 32
2032
2-8
274 395
26,7
o22 o21 021
1485
o28
641
89
02s o2s
960
6,0
1127
5,1
0,24
1361
42
o23 023
1630
15
1855
3,r
027 0?6
14,5
0.1 h(DNH't'lltrKstJAl/aN
BUKUT: GEOMETRIKJAIAN il0rnpr Geonelrik
Dalam perkembangan selaniurnya AASHTo menambahkan Metoda sebagai perbaikan
.
5,
dari metoda sebelumnya.
Batas Tikungan tanpa Kemiringan.
Telah dijelaskan bahwa, kemiringan jalan adalzh fungsi dari ketajaman tikungan. untuk tikungan-tikungan y,flg tumpul, karena kecilnya kemiringan y,ng diperlukan, dapat saja tidak diadakan kemiringan. Dalam menentukan batas ini, perlu diperhatikan kemiringan minimum yaitu disamakan dengan kemiringan ialan normal yang berlaku, yajrtu Zoh, dan besarnya koefisien gesekan yang timbul pada bagian dengan lereng yang bedawanan, yang harus masih dibawah batas yang aman. 'Berdasarkan ketentuan ini, maka batas tikungan dimana tidak dipedukan superelevasi, adalzh bilamana ia*jan lebih besar atau sama dengan yang tercantum pada Tabel 4.5.
TABEL 4.5. I^ri-izrriyang diiiinkan tanpa superelevasi (kngk""g
Kecepatan Rencana
It'rrgkung tersebut merupakan peralihan dari R It'rrgkung peralihan.
l)
flng
cliscbur
Pengemudi dapat
dengan mudah mengikuti laiur y^ng telah
t^flpl melintasi lajur lain yang berdampingan. Dapat melakukan perubahan dari leieng falan normal ke kemiringan sebesar superelwasi sectra berangsung-angsur sesuai dengzn gaya sentrifugal yang terjadi. Mengadakan peralihan pada pelebaran perkerasan yang dipedukan, dzri jalan yang lurus menuju ke kebutuhan lebar perkerasan pada tikungan-tiku ngan y a;ng tajam Menambah keamanan dan kenyamanan bagr pengemudi, karena sedikit kemungkinan pengemudi keluar dari jalurMenambah keindahan bentuk dxi ja,lzn tersebut, menghindari kesan pxahnya jdlan pada batasan bagian lurus dan lengkung dari busur lingkaran. disediakan untuknya,
2) 3)
VR
5) Sumber: Tata Cxa. Perencanaan GometrikJalan antar kota CfpGJAI+N"I)3gff/BMX9r?
llina
lcngkungPeralihan
Perubahan ara.h, yang harus diikuti oleh suatu kend^rz n y^ng melintasi bagian lurus menuju suatu lengkungan berupa busur lingkaran, secara teoritis harus dilakukan dengan mendadak, yaitu dari R tidak berhingga menuju R tertentu Secara praktis hal ini tidak mungkin dilakukan oleh ban kendaraan, karena harus membuat sudut belokan tcrtentu pengemudi memerlukan jangka waktu tertentu, berarti pedu jarak
tcrtcntu pula. Demikian pula g
ke R = R. ,
lk'ntuk lengkung peralihan yang memberikan bentuk yang sama dengan ;t'j:rk kendaraan ketika beralih dari jalan lurus ke tikungan berbentuk lingkaran dan sebaliknya, dipengaruhi oleh sifat pengemudi, kecepatan kcndaraan, radius lengkung dan kemiringan jalan melintang. Bentuk lcngkung spiral atau clothoid a'dalah yang paling banyak dipakai. Kcuntungan dari penggunaan lengkung peralihan pardz alinyemen lr
4)
o
--
yz
sentrifugal akan timbul
rrrt'rrclarlak yang aka,n membahayakan pengemudi.
oleh
sebab
secara
itu
agar
k.rr
Marga, menetapkan, pznjang lengkung peralihan mulai dari l)cnampang melintang berbentuk mahkota (crown), sampai dengan kcmiringan sebesar superelevasi. Arlapun nilai yang diambil rdalah (Sumber : Tata Cara Perenc n^an kota (IPGJAI9-No.038 /T /BM/ 1997 ):
( ic
'
Nilai terbesar dari tiga persamaan dibawah ini:
l). llerdasarkan waktu tempuh maksimum (3 detik), unruk nx:linl:rsr It'rrskung peralihan, maka panjrng lengkung :
h(,NI{'T'BI KSI JAI,AN
BUKT] T
I
:
GEOMETRIKJAIAN
il0r.ncn Geortetttik
l)
VR
I"=-T
( 4.s.)
3,6 2). Berdasarkan antisipasi gaya centrifugal v*' Vn'e
L"=0,022
(4.6.) C
(.--"") .(4.7.) 3,6 r,.
dimana:
T
= waktu tempuh pada lengkung peralihan, ditetapkan 3 detik.
V* = kecepatan rericana
(km/jam).
e = superelevasi C = perubahan percepatan diambil 0,3 R = iair-jari busur lingkaran ( m ). e-
1,0 disarankan 0,4
m/def
= superelevasi maksimum.
en = superelevasi normal.
re
Dari keadaan tersebut diatas, maka gaya sentrifugal yang teriadi akan muncul secara berangsur-angsur dari mulai R tak terhingga di jalan lurus sampai ke R = R. pada tikungan berbentuk busur lingkaran. Pada lengkung horizontal yang tumpul dengan jari-iai besar, lintasan lit'r'rdaraan masih dapat tetap berada pada lajur jalannya, tetapi pada ril
aliknya dilakukan pada awal dan akhir lengkung. Bina Mrtg" rcmperhitungkan panj ang lengku ng pera li h a n mulai sepanjang penampang samp2l rnclintang berbentuk crov/n (mahkota) l)cnampang melintang dengan kemiringan sebesar superelevasi. Sedangkan AASI{TO'90 memperhitungkan panjang lengkang peraliban dari )('nampang melintang berbentuk sampai peflampang I rcl i ntang dengan kemiringan sebesar superelevasi. ,,)
3). Berdasarkan tingkat pencapaian perubahan kelandaian:
I*-
Pada saat pertama kah membelok, yang dibelokkan adalah rorla depan kendaraan, sehingga iejak roda akan melintasi lintasan peralihan dari jalzn y^rrg lurus ke tikungan berbentuk busur lingkaran.
:
-2,727
-R.C
a,
= tingkat pencapaian perubahan kemiringan melintang ialan ( m/m/detik ).
kngkung dengan R lebih besar atau sama dengan yang ditunjukkan pada Tabel 4.6 tidak memedukan lengkung peralihan.
rr
TABEL 4.6. fun-iari Tikungan yang tidak memedukan kuns Peralihan V" (krn/iam) 120 100 80 60 50 40 30 20 R-* (m) 2500 1500 900 s00 350 250 130 60
rr
,1.2.1.3. Ketentuan kemiringan melintang ialan lurus
o kngkungpemlihan Pcrubahan jurusan yang dilakukan oleh pengemudi dari jalan lurus
(R : ) kctikungan berbentukbusurlingkaran ( R=(),berdampak 1x'rrrlr:rlr:ur irrah secara mendadak.
Hal ini tidak akan teriadi,bilamana
:
Pada ialzn yang lurus kendaraan bergerak tanpa membutuhkan l.t'rrriringan melintang jalan. Namun demikian agar air huian yang jatulr rrrt'rrimpa perkerasan jalan dapat mengalir kesamping dan masuk kc .,.rltrrrrn tcpi dengan cepat, maka dibuatkan kemiringan mclintang irl:ur r'.rrrri rliscbut dengan kemiringan normal.
6A
KONSTIUKSIJAI,AN
BUKUT
:
i'0rxer 0eortetrik
GEOMETRIKJAI-AN
(.).8
Besarnya kemiringan normal jalan sangat tergantung kepada jenis lapis permukaan ialan yang dipergunakan. semakin kedap ,.ir pada p.r-okr*
jalan tersebut, maka kemiringan melintang ialan akan dibuat semakin
landai, sebaliknya ienis lapis permukaan jalan yang mudah dirembesi oleh air,. harus mempunyai kemiringan melintan g jirm yang cukup besar, sehingga kerusakan konstruksi perkerasan jalan dapat jinirdrri. Besar kemiringan melintang jalan ( = ) berkisar antan (z- 4 ) yo. Bentuk "n kemiringan melintang normal jalvn pada ialan dengan 2 iilur 2 arah, umumnya berbentuk ,,,,^croil.)fi , dan pada jalan yang mempunyai median, kemiringan melintang dibuat ,ntrl masingmasing jalur.
1'/m = L,
rlimana: 1/m
= = = = =
landai relatif. panjang lengkung peralihan L B lebar jalur '1. arah , m e superelevasi , mf m' en kemiringan melintang normal , mf m, licsarnya landai relatif maksimum dipengaruhi oleh kecepatan dan tingkah laku pengemudi.
Tabl4.7. Nilai Kelandaian 4.2.1.4.
Kecepatan Rencana
Landai relatif
Kelandaian relatif
maksimum
Km/jarn
Proses pencapaian kemiringan melintang sebesar superelevasi
dari kemiringan melintang jzrzn normal ke kemiringan melintang jalan sebesar superelevasi ptda lengkung berbentuk busur lingkaran, mengakibatkan peralihan tirggi perkerasan sebelah luar dari elevasi kemiringan normal pada ialzn lurus ke elevasi sesuai kemiringan
superelevasi pada, busur lingkaran. I-andai relatif &/m1 a,dzlah besarnya kelandaian akibat perbedaan elevasi
tepi perkerasan sebelah luar sepaniang rengkrrg p"rriihan. perbedaan elevasi didasarkan pada tinjauan perubahan bentok p.rrr-prrrg melintang jaran, belum merupakan gabungan dari perbedaan elevasi akibat kelandaian vertikal jalan. Berdasarkan Gzribar 4.2a.
Menurut BinaMxga,landai relatif
:l/m=h/L"
Relatif Maksimum Kecepatan Rencana
Krn/iam
r/s0
AASHTO'90 72
t/33
20
48
1/1s0
64 80
1/175 1/200
88
t/213
30 40 50 60
96
104
t/222 t/244
t12
1/250
80
=
Mt'rrrrrrrt AASHTO
'
1990, landai relatif
:1/m=hl /
I
andai Relatif : 7 / m =
tn ) m L
L".
/100
r/115
t/12s 1,/1s0
l)ari batasan landai relatif maksimum, dapat ditentukan panjang lengkung pcralihan minimum yang dibutuhkan :
Menurut AASIITO 1990
l/m
1/7s 1
100
.
(e+e,)B
Kelandaian relatif maksimum Bina Marga (Luar Kota)
maksim,m
h/Is.
7ll
K()N S'l'lll.r KSI JALAN
-.- > IGCBTUN ll(fi{J
BUKU T
il)
:
GEOMETRIKJAI-AN
*-:. ----">xEceruil ([Jxrl}
(o),VTRSI BIMMARGA
(b).
IGI.ANDAIAN
REI.ATIF
wns
AAsHro
1990.
4.2.1.5. Bentuk lengkung petalihan. Sebagai pendekatan dalam menentukan bentuk lengkung peralihan yang paling sesuai, secara teoritis didekati dengan peninjauan terhadap genkan kendaraan di tikungan. Pada tikungan kendaraan dianggap mempunyai kecepatan sudut yzng tetap, dan pengemudi mulai dengan membelokkan kemudinya padz saat permulaan memasuki busur lingkaran.
Gerakan kendaraan di tikungan merupakan kombinasi dari gerakan mafu dan gerakan berputar , yang berarti kombinasi dari v = ds/dt dan w = da/dt, dimana : v = kecepatan linier , w = kecepatan sudut , s *-iarak linier, c = sudut putaran dan
t
'_-
waktu.
Gbr. 4.3. Posisi roda kendaraanpadasaat membelok di tikungan.
MAK$MUM
Gbt.4.2.I^andai Relatif Maksimum menurut Bina Marya
dan AASIITO
,t
flnrn OrrxrlrLill
Sudut putaran dari roda depan kendaraan adalah relatif sangat kecil, schingga dapat dianggap bahwa p = r.cr zt^u a =p/r. Jadi dcr= -p/rz.dr. Dengan w=d u / dt, maka : *=-p/r, .dr1dt. Sedangkan : v=ds / dt, maka: * =-pvfrr. dr/ds, zta:u ds = _ pv/w. rr. dr.
w
dianggap tetap, maka setelih integrasi terdapat
:
s =pv/w.r*C. I)ada perfnulaan
lengkung, dimana s =
integrasiC=0, iadi
0,
hatga
f=
co
,
makz konstanta
.s =pv/w.r. atau s=Vr. kngkung yang memenuhi pefsamaan tersebut diatas, rrtlrrlrrlr lcngkung spiral Euler Spiral Cornu, atau dalam istilah nrulcnratikir ^tzu .liscbut dengan clothoida. kngkung ini mempunyai sifat lxrlrwu lurr
ilrr
72
KoNSTRUKfJI JAI,AN
BUKUI
:
GEOMETRIKJAI/.N il0.r.ncn Ceone,irtiE
7:l
na'- P.Los
tl = p.L' l+ = P.Lt
Gbr. 4.4. Clothoida dengan formula
A*LRL"
'."'. sr'
..----l
lengkung pada setiap titik adalah berbanding terbarik dengan panjang lSngkung yang bersangkutan diukur dari per"muraan rengk;g. b";g"; demikian lengkung tersebut sangat ideal untuk diperginakrr, ,.u[ui
lengkung peralihan.
Pada kenyat^annya, sering keadaan ideal menufut teori,sukar untuk diikuti, sehingga sedng dilakukan pendekatan dan yang menjadi dasar pertimbang an adalzh kesederhan aan dalam perhi tungar, "yrr,g jipedukan oleh lengkuogJengkung tersebut. IengkungJengkung tersebut, antara lain ; 1)' clothoida dengan persamaan An*1 = RLo, seperti pada Gbr.4.4.
2)'
kmniscare da. Bernouli, mempunyai sifat bahwa
iai-iari lengkungnya sebanding dengan tali busur yang bersangkutan., yaitu t = 3 r sin 2 e , dimana t= tali busur rengkung daripermrra* lergi,rng sampai sr-ratu titik, s = jari-jari lengkung pada titik yang bersangkutan, dan a = str
l)'
CIRCLE
Parabola tingkat tiga, y^ng mempunyai sifat bahwa jari-jari It'rt1',lirrng sebanding dengan absisnya, dengan rumus : y = p. ,,. ' ' lr,gkung maiemuk, dalam har ini lengkung perali^han terdiri dari :l)'. l'r f '1'1;1;v;q lrrrsur lingkaran dengan jafi-jari yang b-erbeda-beda. Jenis ini nr( r ulr.rL;rrr it.rris lcngkung peralihan yang iarangdipakai.
SPIRAI, ,TANGEN
Gbr.
4.5. Komponen Spiral - Citcle _ Spiral.
lcngkung peralihan yang paling sesuai dengan lintasan kendaraan ya,g
sc'l>cnarnya adalah clothoidal c'ngkung peralihan diletakkan
bagian lurus dan bagian lingk:rrirr ^ntar^ (t'ircle), yaitu sebelum dan sesudah tikungan berbentuk busur ringkrr*rrr.
z4
h()\Js'l'ltl'KSl .|AI.{.N
BUKU
1:
GEOMETRIKJAIAN
1.l0.c.mp-n
OeonrJtib
Dengan adanya lengkung peraiihan, maka tikungan men€+lunakan ienis Spiral
-
Circle
- Spiral (S-C-S).
Keterangan Xs
=
Ys
=
l.s
k
= = = = = = = =
Ts TS SC
Ils 0s Rc P
k
Absis titik S(, pacla garis tangen, jarak clari titik TS kc SC ( iarak lurus lengkung peralihan ) C)rdinat titik SC pacla garis tcgak lurus garis tangen, jarak tegak lurus ke titik SC pada lengkunr. Panjang lengkung pcralilran (purrjang clari titik TS ke SC atau (-S ke ST). Panjang busur lingkeran (panjang dari titik SC ke CS). Paniang tangcn dari titik Pl kc titik TS atau ke titik ST Titik clari t:rngcn kc sPiral. Titik clari spiral ke linqkaran. .farak dari Pl ke busur lingkaran. Sudut lengkung spiral Petgcseran tangen terhadap spiral.
dari p
I-c.=xfi
x Rc
(4.15)
180
(4.16)
L ** = 1-r+ 2Ls.
< 20 meter, sebaiknya tidak digunakan - Circle - Spiral, tetapi digunakan lengkung
Jika diperoleh L.
bentuk Spiral Spiral - Spiral , yaitu lengkung yang terdiri dari dua lengkung
jari lingkaran -lart Absis
( A - 2 0s)
peralihan.
pada garis tangen spiral.
Jika p dihitung dengan menggunakan rumus
:
L,, Rumus yang dipergunakan
x=
""""'(4'B)
-40o,) (4.e )
6R. L,
90
0,
24
L,,
\ = L.(1 r*'
(4.17 )
:
( 4.10 )
=
fi
Maka ketentuan yang digunakan adalah menggunakan Full Circle ( trC ) Untuk L. = 1,00 meter, maka p - p' dan k = k' Untuk L" = L", m^kzp = P' x L" dan k = k x L.. Nilai p'dan k' , dapat dilihat pada"fabel 4.9 Bentuk lengkung peralihan ( Spiral padaGbr.4.6.
-
Spiral
),
adalah sebagaimana
Untuk bentuk spiral - spiral , berlaku rumus sebagai berikut
L.'
:
Ir=0 dan 0s =YrL
L total = 2Ls. 0 s = dicari dengan menggunakan
6 R..
L.-
Rc
L,' 40
&'
0s. n.Rc
- \Sin0.
-.
rumus
.
- ( 4.10 ) (4.1
( 4.1.2) 90
tt )
h(DNr{'l'ltt rKst JAI/AN
70
BUKU
T
:
I
GEOMETRIKJAI-AN
erucr
,,
Ouxplrik
Tabel4.9. Besamn p' dan k 0r
\J# r' "..v '- /..,"..
..f
o,ooo73l5
I,O
O,OOl1163l
t.5
o,oo2l948
2.O
o,002926E
2,5 1,O
':.;,'
'()
Lengkung Spiral
-
diperoleh
0,49756AA
o,o333559
0,003659t
22,5
o,o34tfi7
o,4974504 0,4973288
o,o043919
o,4999542
23,O
o,or49a52
o,497204,2
1,5
o,@5125r
o,4999377
23,5
4,O
o,4999t86
24,O
o,497a764 o,4969454
o,4998970 o,49!m727
24,5
o,o358055 o,0366296 o,o374576
25,O
o,o382t95
o,496673A
o,Nr32%
./\
s,5
qoomfl7
o,4998459
25,5
o,o391255
6,O
o,ooEto16
q4998165
26,O
q039e657
6,5
o,(x)95396
o,49vta#
25,5
QO4O8tOr
7,O
qol02786
o,496s331 o,4963E9t 0,4962411
qolrolrS
2't,o
o,ott6587
0,4969)12
7,5
t,5
o,or25030
0,4996309
2?,5 2a,o 2a,5
o,o.425tlT
8,O
qorl76(D
0,499750t 0,4997r30
o,otr247t'
q49958s9
29,O
q(x5o978
o,4959372 o,4957798 0,4956119 o,4954s46
rlrrrr
rumus k = L"
llrrtrrk
1..
o,496732
o,04,33692
o,0442112
o,496alt2
9,5
qor39928
q49953E3
29,5
o,o45!x90
q495286t
SPIRAL
lqo
Opr47.lo0
o,4994ttO
30,o
0,0461450
o,495t tsa
TANGE{
lo,5
o,ot548E8 o,o162394
0,499435r o.4993795
3q5 3l,o
o,0477258 0.0486115
o,49t94(}5
I I,O I r,5
o,49932t 4,4992@.'
31,5,
o,o4950l2
0,494.5798
3ao
o,o503979
o,49tt939
o,499t966
31s
o,o5r298s
O;4942o4{
l3,o
o,ors5qr5 o,or9260t
o,499t303
33,O
o,o522o4,A
oJ94Orr-r
3,5
o,@o/}2t3
o39e()6rr
33,s
o,o5rl162
q4938Iz(,
r4,o r4,5
o,u2o7a4O o,orzr549()
o,49E9E93
34,O
O,OSzf0328
qa98er46
0,4936131
14,5
l5,o
o,o22rt65
o,49At3T2
35,O
o,o99549 oro55tt25
o,4934oU 0,493t997
5,5
o,o230E63
q498?57()
35,5
qo568155
r6,0
o,(xt385rr
o,4146739 q498588O
36'0
o,4929a72 o,4927706
Spiral.
r
R".
p' dan k- diperoleh dengan menggunakan persamaan p =
o,o3t7409
21,5
5,O
CATATAN: I* = 1 m dan 0. tertentu, dengan menggunakan persarnaan 4.10 sepanjang I* I* = / 2 R* radial, akan
2l,o
o,4977965 o,4976A42
o,0.325466
t2,5
4.6.
o,o3()9385
22.O
l2,o
Gbr.
k.
zo,3
o,4999987 o,4999949 o,49998E6 o,4999797 o,49996a2
qo .1.. ,/..'
p'
4,5
sr
.*
,,,''
Os
I
.B
"..".. a
_k+
o,oo585E9 0,0065934
':i.
\.,
p*
oJ
(menurutJ.Barnett)
#- &
( 1 _ cos 2)
16,5
0,(}24633t
r7,o
o,02s4l16 o,o26t92t
q4984993
77,o
o:4ew'n
37,5
0,o2619?56
o,49a:?ttz
3t,o
o,cbr567,
o,v2776t9 o,(,zts5l3 o,gr9[]43t
0.4982158
38,5
o,06.25354
39,O
0,063s095
o,491t639 o,19t626r' qa9r 3at7
qo6a{b9?
O.a9t
o-o3(}1396
o-497gmSA
39,5 a0-o
o.651762
o-amsa
r8,o r8,5
; k=k..f
o.4%1620
o,o517544 o,0586989 o,os964i92 o,0606053
17,5
sin4r'2 -E=-R. ;e-s=y!, 4oR,' ( fr R"
I m dan 0. tertentu,(dariperhitungan, p=p..I*
r
qol69er9 o,ot77$2
l9,o 19.5
qa98ll54 o,498ot2t
36,5
O,.f9255()1
o,49212t1 o.4920967
l.l(}l
-----"% rq
:
h()Nli'l'lll Klil J.tl1,tN
BUKU
o Paniang lengkung peralihan
(I^s) berdas^rkan rumus SHORTT
I
T
GEOMETRIK.IAI-AN
I
irrrrrli mengimbangi g y^ sentrifugal, telah dibuatkan
)'r
Gaya sentrifugal akan berubah dengan cepat, jika paniang spiral yang digunakan adalah pendek, sebaliknya gaya sentrifugal akan berubah sccara perlahan-lahan f ika panjang spiral cukup panf ang. Gaya sentrifugal
=
m.V
/n
waktu.
Gaya m.V2/R
m.V3
waktu
L, /V R . [-,. Perubahan percepatan ke arah radial untuk sctiap satuan waktu
:
(C)=u/t. Craya = m.a GzYa -'' = waktu t
C=
---+C
v' V. e. 2,727 0,022 \ = R.C C
R. L" V.
L.-
R.L,.
R.C.
1-3.
:
I-s =
(1e0e)
ini, dikenal dengan nalr:,a rumus MODIFIKASI SHORT. llrrgkung peralihan perenc n^an dapat diambil dari Tabel Ls1 dan Tabel Ls 3 ( lihat l,ampiran 1 clan 3), bila menggunakan metoda AASHTO, dan 'l'rrlrcl Ls2dan Tabel Ls4 (lihat Lampiran 2 dzn 4), bila menggunakan rrrctoda Bina Marga. Masing-masing Tabel digunakan untuk e maksimum l}olt dan 8t%, dengan suatu kecepatan rencana tertentu, dan radius yang ,lipilih.
dari kemiringan melintang
bagian jalan yang lurus, sampai ke kemiringan maksimum (superelevasi) pada bagian lengkung ialan. Dengan mempergunakan .liagram superelevasi, dapat ditentukan bentuk penampang melintang pada sctiap titik di suatu lengkung horizontal yang direncanakan. l)iagram superelevasi digambarkan berdasarkan elevasi sumbu ialan sebagai saris nol. Ada tiga cara dalam menggambarkan diagram super elevasi, vaitu: (lihat Gbr.4.7 ).: l) Sumbu ialan dipergunakan sebagai sumbu putar. f) Tepi perkerasan ialan sebelah dalam digunakan sebagai sumbu putar. ) Tepi perkerasan jzlan sebelah luar digunakan sebagai sumbu putar. l]ntuk jalan r^y^ yang mempunyai median Qalan rzyz terpisah), lrcncapaian kemiringan didasarkan pada lebar serta bentuk penampang n-relintang median y.^ng bersangkutan dan dapat dilakukan dengan rnenggunakan ketiga cara tersebut diatas, yaitu : rr
=
perubahan percepatan
........ ( 4.20)
l(rrnrus
Superelevasi dicapai secara bertahap
m. V'
V,
Rumus SHORT
lrirrl'Jla gay^ y^ng bekerja adalah gaya sentrifugal dan komponen berat demikian rumus SHORTT meniadi
1.2.7.6. Superelevasi.
= z/t
dimana: L - panjang lengkung spiral I meter ] R = jari - iari busur lingkaran I meter ] V - kecepatan rencana.,Km / jam-
C =
superelcvasi.
l.( n(l1rraan. Dengan
.
\Xiaktu yang dipergunakan oleh kcndaraan untuk bergerak sepanjang lengkung spiral sepanjang L., adalah t = L" / V. Perubahan g:ay^ rat^-rata sepaniang waktu tempuh sepaniang spiral = gzyz /
7fi
llurn (,)romattik
[m/de( ] , yr.g bernilai ^ntzra:
0,022
v' ........( 4.19.)
R. c
Rumus ini, tidak memperhitungkan pengaruh kcrrriringan ialan terhada;p gzya centrifugal
adanya
l) "l)
Masing-masing perkerasan
diputar sendiri-sendiri dengan
menggunakan sumbu jalan masing-masing ialur jalan sebagai suml>u putzf. Kedua perkerasan diputar sendiri-sendiri dengan sisi mcclian st'lxr11;rr sumbu putar, sedangkan median dibuat dalam kondisi clatar.
K()NSTITI]KSI JALAN
3)
Seluruh jalur jalan termasuk median diputar dalam satu bidang yang sama, dan sumbu putarnya adalah sumbu median. Diagram superelevasi antzra c ra. AASHTO dan care- Bina Marga mempunyai sedikit perbedaan , yaitu : Cara AASHTO, melintang sudah mulai berubah pada ^. titik TS (Iikunganpenampang Spiral). b. Caru Bina Marga, penampang melintang pada titik TS (fikungan * Spiral) masih berbentuk penampang melintang normal.
1,c1r1 I
i'e.ru
BUKUT: GEOMETRIKJAIAN
It
Geonettik
,1.'2.2. PENGGTJNAAI\ DARI TIGAJEMS LENGKUNG HORISONTAL 'f
'rgr
l) .l) i)
ienis bentuk lengkung
horizontal, adila'h
sebagai berikut
:
lengkung busur lingkaran sederhana (circle) ; lengkung busur lingkaran dengan lengkung peralihan (spiral - spiral) lengkung peralihan spiral - spiral
-
circle
bry t-arro} -*-*
ta?ane
luor
Darobah
br.na ddail t.lcF
Gbr.4.8. r.g&$.,^c oAr ,^ og. (
Gbr.
t' o.or-,." t\-
nori{l t 4.7 .
Tiga dternatif penggambaran diagram superelevasi
superelevasi tidak diperlukan, jika radius tikungan cukup besar. Dalam kondisi begrtu, cukup lereng luar diputar, sebesar lereng normal(I-p) atau brhkan tetap sebagai lereng normal (LNr) - Lihat Tabel Lsl sampai Tabel ls4 pada l-ampiran 1 sampai 4.
4.2.2.1.
k
Perubahan kefniringan melintang ialara.
gk"og busur lingkaran sederhana (circle).
Tidak semua lengkung dapat dibuat berbentuk busur lingkaran scclerhana, hanya lengkung dengan radius yang besar yang diperbolehkan. l)acla tikung^n yang tajam, dimana radius lengkung kecil dan superelevasi vung dibutuhkan besar, lengkung dengan bentuk busur lingkaran akan
rncnyebabkan perubahan kemiringan melintang yaflgbesar.
h(l\Fi'l'lt t Klil J,tl,AN
BUKU
T:
GEOMETRIKJAIAN
i:l
I '0r,urr ( )rontttik
(]ambar 4.9. menuniukkan lengkung horizontal berbentuk busur lrrrrlli:rrzrn sederhana. Bag;an lurus dari jalan (di kiri TC atau di kanan CT) ,lrrr:rrnakan bagSan "TANGEN" . Titik peralihan dari'bentuk tangen ke lx'rrtr,rk busur lingkaran (circle) dinamakan TC dan titik peralihan dari l,rrsur lingkaran (circle) ke tangen dinamakan titik CT. Jika bagian yang lrrrus dari jalan tersebut diteruskan, maka akan memotong titik yang diberi rnrna dengan PI (point of intersection), sedangkan sudut yang terbentuk ,,lch kedua garis lurus tersebut, dinamakan "sudut perpotongan" yang l,t'rsimbul A. Jank TC - PI diberi symbol Tc. Ketajaman lengkung ^rrtzr^ rlinyatakan oleh radius Rc. Seandainya lengkung tersebut dibuat simetris, rnaka garis O - PI merupakan garis bagi sudut TC - O - CT . Jarak antara ritik PI dan busur lingkaran dinamakan E. Panjang busur lingkaran .linamakan I-..
Pt ,r-_ /\ 'VI A
./'
/
= \.Tg.Yz L & (1-Cos'/zL') Cos
t.
(4.21)
t/z A
= Tc.tg t/r A, 4.. n =
(4.22) A dalam dertjat
(4.23)
180.
I,
=
-Rc, A.
0,01745
Rc
,A
dalam derajat
(4.23t)
dalamradial.
(4.24)
CIRCLE TANGENT
Gbr.
4.9. I.rgkoog
busur lingkaran sederhana.
dan mengakibatkan timbulnya kesan patah pada tepi perkerasan sebelah luar. Efek negatif tersebut dapat dikurangi dengan membuat lengkung pcralihan.
rrngkung busur lingkaran sederhana hanya dapat digunakan rrrrtrrk radius lengkung yang besar (disarankan r I i I r r t r lr k an kurang s ma. dengan 3 o/o). r
r
^tav
), dimana
superelevasi yang
L.=
Rc,
A
Karena lengkung hanyz berbentuk busur lingkaran saja, ma'kz pencapaian superelevasi dilakukan sebagian prda jalzn yang lurus dan sebagian Ia;gi pada bagiaLn lengkung, sedangkan bagian lengkung peralihan tidak ada,
rnaka panjang daerah pencapaian kemiringan disebut sebagai panjang peralihan fiktif (L"). llina Marga menempatkan % L"' dibagian lurus (sebelah kiri TC atau sebelah kanan CT) dan 1/t L"' dirempatkan di bagian lengkung ( sebclah kanan TC ztau sebelah kiri CT)- Lihat Gbr.4.10 AASHTO menempatkan 2/3 L,' di bagian lurus (sebelah kiri 'I'(. ntrrtr scbelah kanan CT) dan 1/3I"' ditempatkan di bagian lengkung (st'lx'llh kanan TC atau sebelah kiri CT)-Uhat Gbr.4.10.Dengan mcnKgatrtlr;trk;ttt
K()N T{I'ITI KAiI JAI,AN
BUKU r
I
:
GEOMETRIKJAI-AN
rt
il0eru.r Georrztrik
diagram superelevasi, dapat ditentukan bentuk penampang melintang titik TC dan CT, serta titik-titik sepaniang lengkung.
(:oNTOH SOAL (1). Pcnggunaan Busut Lingkaran Sederhana.
Pr z\\
l'--
Kccepatan rencana = 60 Km/iam. rnaksimum = 0,10 dan sudut A = 10 ' ltl>ar jalan =2X 3,50 meter tunpa median.
('
Kcmiringan melintang normal = 2o/o. l)irencanakan lengkung berbentuk lingkaran sederhana dengan R= 955 m. rc
lWtda Bina llilarga l)ari TabelLs2 (TAMPIRAN 2), diperoleh e = 0,023 dan L"=4O m. =Rtgt/zA = 955.tgt/2.10 ' = 83,55m. fi= T.tg % L = 83,55 . tg %.10' = 3,65m. 1.. = 0,01745 . L. R - 0,01745. 10 . 955 = 166,65 m. l)ari hasil perhitungan didapatkzn data :
'1.
V A R 'f.
= 60Km/iam =10"
L.
= 955m = 83,55 m.
E.
e
I*'
= 166,65 m. 2,30
= 3,65 m = = 40m.
Metoda,MSHTO : l)ari Tabel Lsl (Lampiran
1) diperoleh e= 0,026 dan Ls = 40 m. licrdasarkan perhitungan yang dilakukan, didapatkan dataiata sebagai lrcrikut :
Lthar A
*.
Y+ o'o2
V A It 'lt I)i
Gbr.4.10. Pencapaian Superelevasi menurut Bina Matga dan AASI{TO pada tikungan Full Circle(I"ingkaran penuh).
=
60Km/iarn
=20"
= 955m = 83,55 m
soal
ini hanya terdapat perbedaan di e saja.
(tidak selalu demikian/tidak bedaku umum)
Lc e Ec Ls'
= = = =
166,65 m
2,6oh 3,65 m
40m
(eu*=2,3oh,"t,o,,ro=2,6oh
r 8C
h(,
N
f{.I.IT
T
I
KliI JAI,AN
BUKU
Pr
1
:
GEOMETRIKJAT-AN
t7
ilCencn Geone-trib
,/-. z\\
4.2.2.1.
I-engkung busur lingkaran dengan lengkung peralihan ( Spiral {itcle -Spiral )
gT
'\ .-\ "' \
BAGIAN
\
lxf I vr*61sm
?pr.,r,. ::'T'n --.tt-4u"
pOr_rC .\- {,"r0 -]-\ Por-ll-{t Bt
'
iii',-.i"oit*tol
cararaNi Llh.t A ^Fc :
,a-Lr L!'
rt Y+2) ('d + 2 )
I
n/'-r+(Etr ,,'' I
.+ msrro, e"e -
2,696
-Y=
- d.d p.nampang l{ emp.l pcnamp.ng ll-ll ( r-l's/D lr{l') Panrang Ls'( AASHTO ) = dad p.namp.ng lll{ll $mp.l FnamF,ang ll{l ( lll'{ll'SrD ll'{l') P.nleng L.' ( 6il
CIRCLE SPIRAL TANGU\
' Br:o*-z,3ch_y-122sfl.
)
Gbr. 4. 11. Diagram Supetelevasi CONTOH SOAL
1
r,459e
Gbr.4.lZ.
kngkung Spiral - Circle Spiral
lcngkung TS - SC adalah lengkung peralihan berbentuk spiral (clothoid) yang menghubungkan bagian lurus dengan radius tak terhingga di awal spiral (sebelah kiri TS) dan bagiln berbentuk lingkaran dengan radius l(c di akhir spiral (sebelah kanan SC). Titik TS adalah titik pcralih:rn lxrgian lurus ke bagian berbentuk spiral dan titik SC adalah titik pcralihrrrr lxrgian spiral ke bagian lingkaran. .
\ / +O = 0,00376
l,;rrrtl:ri llclatif (Bina Marga)= { ( 0,02+ 0,023)*3,50 l,;rrrrl:ri l(r'lrrtif'( AASHTO ) { (0,02+ 0,026 )*3,50 }
=
/ +O = 0,00401
at
t()Nf.lTlltlKiilJAI,AN
BUKU r
:
GE0METRIKJAI-AN
Rumus yang dipergunakan : Koordinat sembarang titik P pada spiral , dicari dengan rumus
L2
X=L(t__1
Y_
6R
Jika panfang lengkung peralihan dari TS ke SC ardalm,h adalah Rc, maka rumus yang dipergunakan adalah :
ln'
40
0s
-_
titik
L"
2&
SC., adalah
Untuk L,=
:
g0I"
L"'
6&
dan R pada SC
6&
0s = ---:Tr Rt
radial
[s
L"'
Ys-
&'
Besarnya sudut spiral pada
:
L2
40R2
x" =L,(1__)
der2;i*
In' 40
1ff, p = p+ dan k=k*
&'
-\sin
=
_
0,
Dan untuk I*=I", p = p*. L" dan k= k*.I+. Sudut pusat busur lingkaran = A., dan sudut spiral = 0*' Jika besar sudut perpotongan kedua tangent a,dalah A, maka: A. A- 0,. E, = (& +p) Sec %A _
T.
-
SCerer Geoxetrib
-4. \
DTN.AIILIRUS
IIABTIILTnIJS
\
= (& +p ) tg % A +
k
0.
SISI DTL.Af,I
I-.=-tr.\ 180
l)cncapaian kemiringan pada lengkung spiral-circle-spiral,dilakukan secara linicr ( Gbr.4.13), diawali dari bentuk normal A slrnpai awal lengkung peralihan TS yang berbentuk lrlrla bagian lurus jalan, kemudian dilaniutkan sampai srrl'x'rclcvasi penuh, pada akhir bagran lengkung peralihan SC.
SPIR.IIL
Gbt.4.13. Pencapaian kemiringan ( superclevasi tikungan Spird - Citcle - Spital.
:
)V^M
to
h()Nril'R(llililJAl,aN
coNToH soAL
BUKI.I T
:
Metoda Bina llfiarga Kecepatan rencana 70 Km/iam. e maksimum = 0,10 dan sudut A = 30 " Irbar jaltn-2X3,75 meter tanpa median. Kemiringan melintang normal = 2oh. Jalan direncma.kan membelok ke lianan.
-
I
rrR
o" = a-2 L.
0. =
o,
--
r.
573
=
30
-
=
X2n& -
x 2,n 573= 240,02 (>20m). 360
L = L+2In=240,02+2.60 = 360,02m. p =-P =
L.'
6&
k
-573 (l-Cos3,0)
ri T
= I"-L'/40&'-&sin0, =
60
-
60u
/ 40.573' -
573 Sin
= = k* xL p) =
Spiral tersebut diatas,
/ i^n
L
.
e
3,0 '
L
L
573 m 88,95 m
p
k
97m
= = = = =
360,02 m.
4,7%
60m 240,02 m
0,263m
LandaiRelatif (Bina Mzrga.)= { (0,02+0,047) .3,75\ /60=0,00418-
-
Spiral.
busur lingkaran lr = 0, dan 0s = '/z A . Rc yang dipilih harus sedemikian rupa sehingga ts yang dibutuhkan lebih besar daripada Ls yang menghasilkan landai relatif minimum yang disyaratkan. Disini Tabel 1 sampai Tabel 4 hznya digunakan untuk mencari superelevasi. Paniang lengkung peralihan L, harus dicari dari rumus 4.18 :
0
0,263 m'
3,0 =
Dengan mengunakan Tabel 4.9, dtdapatkan data : 0,4999542 k = 0,4999542 . 60 = 30,0 m. (R. + Sec%A - & lr.
k*
R.
30"
6.573
s. n
.Rc
(4.2s)
t^s =
Dengan mengunakan Tabel 4.9, didzpatkan data : P* = 0,0043919 p = p* * Ls = 0,0043919 . 60 = 0,263 m
k
-
:
602
&(1-Cos0,)=
Circle
trngkung horizontal berbentuk spiral - spiral adalah lengkung tunp^ busur lingkaran, sehingga titik SC berimpit dengan titik CS. Paniang
24,0"
24,0
-360
Spiral
A 0.
4.2.2.2.I*.gkong Spiral
3,0
2.3,0
-
-
:
70 Krn
60.90 =
)ata lengkung pada lengkung Spiral
;rtlalah
Bentuk lengkungan yang dipergunakan adilah : Spiral - Circle dengan&=5Z3meter. Berdasarkan dtta-data tersebut diatas dan dicari dari Tabel I.s2( Lampiran 2) didryr:.Jria;t). e= 0,047 dan L, = 60 m.
0, =-
Oarnrltil:
= (573 + 0,263 ) Sec 30" - 573 = 88,95 m 'f', = (R.+p)tg,/, A+k = ( 573 +0,263) tg 30 " + 30,0 = 360,97 m.
(2).
Pengunaan tengkoog Spiral-Circle-Spiral
L,.90
i'0.cucr
GE,OMETRIKJAIAN
90
sudut 0s='/, A. Rumus la;innyz- dari lengkung spiral-circle- spiral tetap dapat digunakan,
dengan 30,0 m
dengan mengakomodir hal khusus diatas.
),
r()Nt{T!l1 Xt{l JAI.AN
BUKU T
I
:
GEOMETRIKJAIAN
ill,cu
Georztrih
T
li'rrcapaian kemiringan pada tikungan spiral- spiral, seluruhnya dilakukan lntla bagian rprt"l ( Gbr.4.15. )
\
-..\
I;T a
\
a
SISI LUAIT
DAB,AHLURU$
iolmenurnus
0.01
i
t-'.:,r. .\
, {e-,"v\,b x": :
Gbr. 4. 14. Diagram Sulretelevasi CONTOH SOAL 2
Gbt.4.15. Pencapaian Superelevasi pada tikuagan Lirykamn Penuh.
h()Nn't'ttt rKsI JAl,aN
coNToH soAL
:
Spiral- -Spiral
'
8 oh, sudut L,
Kecepatan tencafia - 60 Km/jam , e maksimum = - 44",lebat 2 X 3,50 meter t^np^ median. Kemiringan melintang iilan ialzn normzl = 2 oh. Jalan belok ke kanan, direflcanakan lengkungan berbentuk SpiralSpiral. R digunakan= 779 m,
@"=%4,=22" @..
tr.
R
e=
Kontrol terhadap persyaratan lengkung peralihan lainnya. dengan AASHTO : v= 60 krr,/imn-+ m = 165 ^. Cekminimum = 165 (0,02 + 0,073 ) 3,50 = 53,77 m. \ > I* I" minimum b. Panjang perjalanan selama 3 detik, yaitu : 3X60X1000 /3600m = 50m. L, ) I*-ini-"-, maka R = 179 m dapat dipergunakan.
't'
, p+ - 0,0333559 dan k* = 0,4974504 p*.L, = 0,0333559*125 = 4,1'7 m = k* . L. = 0,4974504* 125 = 62,1,8 m. 22"
k
.
L =
l( lr, = 18,55 m. 'l'. = 136,18 m.
L = = P = k =
dtta-drtt
4,17m 62,L8 m
21,,
=
2X125 m = 250,00 m.
(R,+p)q'/,4+k
= 0,002604
-*
125,0
90
I*=737,46m>\minimum,
t,
V A
l;rndai rcIaljf
=137,46 m
minimum berdasarkan landai relatif menurut Metoda Bina Marga adalah m (e*e").B. Dari Tabel ( Tabel 4.7 ) xau G*. 4.2. didapat m= 725 \ minimum = 725 (0,02 + 0,073) .3,50 = 40,69 m
.fatli
ll<'rtlasarkan hasil perhitungan tersebut diatas, maka didapatktn 250,00 m = 60 km/iam. e - 7,3 o/o -44t ().. =22o 125,0 m. L. 0,00 m =179 m.
[ ( 0,02 +0,073 ) 3,50 ]
\
p
1,79
7,3 oh
22. rr.779
90
G).
-
:
Dari tabel Ls4 ( lampinn 4):
Lt=
af,
= (179 + 4,77 ) t922" +62,78 m = 136,18 m. lr. = (R.+p) Secy, L-p=(179 + 4,17)Sec22 = 18,55 m.
Metoda Bina'lllhrga
Perhitungan
ernrr (iarncttik
GEOMETRIK.IAI.AN
(3).
I*rgkorg
Penggunaan
BUKU T
:
4.2.3. PELEBARAN PERKERASAN DI TIKUNGAI\. Kendaraan yang bergerak dari ialan lurus menuiu tikungan, seringkali tidak dapat mempertahankan lintasannya prda lziur yang telah disediakan, disebabkan : 1) Pada waktu membelok yang diberikan sudut belokan . hanyt roda depan, sehingga lintasan roda belakang menjalani lintasan lebih kedalam dari roda depan (off tracking). 2) Jejak lintasan kendaraan tidak lagi berimpit, karena bemper depan dan belakang kendaraan mempunyai lintasan yalg berbeda zntzrl roda depan dan roda belakang. 3) Pengemudi akan mengalami kesukaran dalam mempertahankan lintasannya untuk tetap pada lajur jalannya, terutamt prda tikungan-tikungan y^ng taizm aLtav pada kecepatan y^ng tinggi.Untuk menghindari hal tersebut diatas, maka pada tikungan ya;r;Lg t{Llrr pedu diadakan pelebaran perkeras an ialan. Secara praktis, perkerasan harus diperlebar, bila radius lengkungan lebih kecil dari 120 m, untuk meniaga aga4 pzndangan lx'brs kearah samping terhadap kendaraan-kendaraan lain; scrlattllkrtt
T
|(')NBTTIII($IJAI.AN
BUKTI T
:
GE,OMETRIK JAI^AN
tl,
80pra Geoxetrib
pelebaran tidak diperlukan lagi bilamana kecepatan reocana kurang dari 30 km/iam.
Elemen dari :
1). 2).
- elemen dari pelebaran perkerasan pada tikungan, terdiri Off tracking ( U ); I(esukaran dalam mengimudi di tikungan
(Z).
drcnl lurr
ficnh hn3
lirlrltuu lil(utrSra
15
Garrrbar 4.16.
Pelebaran
pada tikungan.
"i"lA.frh tilugrl
Gbt. 4. 17. Diagam Superelevasi CONTOH SOAL 3
ItON Fi,f RI I I{"SI JAI,AN
l)ari gambar 4.76 dapat dilihat
b
= bbx
BUKU T
:
= B-b = kbar kebebasan samping di kiri dan kanan ialan. = kbar tambahan akibat kesukaran mengemudi
C
Z B.
= = =
B,
N B.
A A
radius lengkung untuk lintasan luar roda depan yang besarnya dipengaruhi oleh sudut a l(, .lirrsumsikan sama dengan F.i+ y2b.
r(, = (&+Y,b)2+(p+A)') (\+y,b)'= &'-(p+A)' di
-'7
rll,l-t7rb) J
l-ebar total perkerasan pada bagian lurus l-nbar total perkerasan di tikungan
t(:
Jumlah laiur
r l,
)
R"' *(p + A)' -,/rb ( a\ ------:--r--:--) \ / sulrslttust
It,-,
=
-(p+
ll
,-
b = N(B+C)+Z b =
1). Off Tracking. Dalam perencarra;an geometrik ialan rzya,, Bina Margr memperhitungkan lebar B dengan mengambil posisi kritis kendzreair, pada saat roda depan kendaraan pertama kali dibelokkan dan peninjauan dilakukan untuk laiur sebelah dalzrn-
=
Ri
=
B=\
R,
*(p+ A)' +%b ..
+b=
A)2
+ll2b +(p+
A)2
*(p+ A)'
+(p+ A)2 -
+1/2b
ll = B - b. lkuran kendaraan rencttt truck , adalah : ' = jaruk antata gandat = 6,50 metef. ,\ - toniolan depan kendaraan = 1,50 meter. li - lebar kendatl^tr = 2,50 meter. t f
Radius lengkung teduar dari lintasan kendaraan pada lengkung horizontal untuk laiur sebelah dalam. Radius lengkung terdalam dari lintasan kendxatn pada lengkung horizontal untuk lajur sebelah dalam. Besarnya R, dipengaruhi oleh iank gandar kendaraan ( p ).
=
Rn'
-(p+ A)'
R*
lr
)
Ri
Ri+b
R,
-(p+ A)'
Tambahan lebar perkerasan di tikungan
B,- B,'
R-
frnut (lcoxelrik
ll,
:
kendaraan rencana
tikungan pada laiur sebelah dalam. U
i
GEOMETRIK.IAI-AN
R*
Il
) \-B + b= JR_' -(p + A)'
ll_+b
R*' -(p+ A)'
\t'lringga
,r-ffi :
R.' -64+1,251 +6a
- (8)' -
W44
+ 1,25
+1,2s (
4.26)
t taa
KoNsnf,,urstJALAN
BUKU
T
:
t0ener Geonetrr.ih
GEOMETRIKJAI^AN
loI
ini,
Dan
\
= radius laiur sebelah kanan
-
Yzlebt
perkerasan
+ yzb.
2r.
Kesukatan dalam mengernudi di tikungan. AASf{ro mengemukakan bahura ambahan lebar perkerasan di tikungan sebagai akibat dari kesukaran dalam mengemudi, merupakan fungsi dari kecepaan kendaraan dan radius lajur sebelah dalam. Semakin tinggi kecepaan kendaraan dan semakin tajtm bentuk tikungan, akan mengakibatkan semakin besar ambahan pelebaran . Hal ini disebabkan rda;nya kecenderungan akan terlempar keluarnya kendaran pada saat menjalani tikungan tersebut.
Z= 0'10:V ; dimana : V= {R
kecepatan kendaraan I Km/iam] dan
R = radius lengkung I meter ].
di kiri dan kanan jalan, tetap harus dipertahankan demi untuk keamanan dan tingkat pelayanan ialan. Kebebasan samping ( C ) sebesar 0,50 m; 1,00 m;1,25 m; cukup memadai Kebebasan samping yzngada
untuk jalan dengan lebar lajur 6,00 m; 7,0 m; dan 7,50 m. Pencapaian pelebaan pada lengkr,rng horizontd.
Pelebaran pada lengkung horizontal harus dilakukan secara perlahan-lahan,
dimulai dari awal lengkung ke bentuk lengkung penuh dan sebaliknya. Hal ini bertuiuan untuk memberikan bentuk lintasan yang baik bagi kendaraan yang hendak memasuki lengtung atau meninggaikannya. sederhana, t^ttpl menggunakan
Prda lengkungJengkung lingkaran
lengkung peralihan, pelebaran perkerasan dapzt dil.lkukan di sepanjang lengkung peralihan fiktif, yaitu bertepatan dengan rempat perubahan kemiringan melintang, yaitu sesuai dengan pencapaitn kemiringan, pencapaian pelebaran sebesar +75'/o -nya, diadakan pada bagian lengkung.
Prda lengkung.lengkung dengan menggunakan lengkung peralihan tambahan, lebar perkerasan dilakukan pada tepi dalam saia, atau dibagi sama pada kedua sisi lengkung. Panjang p.r.rpri"r, pelebaran dalam hal
sesuai dengan paniang pencapaian kemiringan, diadakan scpanfang busur peralihan yang bersangkutan.
Apabila standar minimum, seperti disebutkan diaras, sulit untuk dicaPai tanpa melaksanakan perbaikan-perbaikan yang berarti, maka harus dipertimbangkan cara penyelesaian lain, misalnya : " Apabila panjang kritis melebihi standar yang alda, dapat diusahakan untuk mempedebar jalan, atau menyediakan tempat perhentian sementara, untuk digunakan sewaktu-waktu pada saat darurat. " Pada suatu lengkung cembung, bilamana iank pandangan y^fig dihitung, untuk suatu kecepatan reracana, tedalu pendek, maka harus dipasang tanda lalu lintas, pada kedua sisi lengkung cembung tersebut, untuk memberikan peringatan pada pengendara. Pelebaran Jalut I-alu Lintas di Tikungan berdasarkan Tata Cara Perencanaan GeometrikJalan at:itat Kota. ( 035/T/BM/1997 )
di tikungan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut: Kesulitan pengemudi untuk menempatkan kendaraan tetap pada
Pelebaran falur
"
laiurnya. " Penambahan lebar laiur yang dipakai saat kendaraan melakukan gerak melingkar. Dalam segala hal pelebaran di tikungan harus memenuhi gerak perputaran kendaraan rencana sedemikian sehingga proyeksi kendaraan tetap pada lajurnya. " Pelebaran di tikungan ditentukan oleh radius belok kend^r^an rencafl (lihat Gbr.2.4 sampai 2.6), dan besarnya ditetapkan sesuai Tabel pada Lampiran 22 a dan 22b. " Pelebaran yang lebih kecil dari 0,6 meter dapat diabaikan. " Untuk jalan 7 jalar 3lajur, nllai-ntlai dalam Tabel padaLampinn 22 a dan 22 b harus dikalikan 1,5. " Untuk jalar' 1 ja,lw 4lajur, nilai-nilai dalam Tabel pada Lamphan 22 a dan 22 b harus dikalikan 2.
{ IO2
KONSTBTiKFiI JAI,AN
BUKU T
:
GEOMETRIKJAI.AN
t0prpr
l03
Gpoup-1trib
4.2.4. JARAK PANDANGAN PADA LENGKUNG HORISONTAL
tri.ne lry
G)
n yzng bergerak pada lajur tepi sebelah dalam seringkali terhalang oleh gedung-gedung, hutanhutan kayu, tebinggalian dan lainnya Penentuan batas minimum jarak Lrrtar^ sumbu lajur sebelah dalam ke penghalang ditentukan berdasarkan kondisi dimana ixrk pandangan berada di dalam'lengkung (Gbr.4.18a), dimzna jxrk pandangan S lebih kecil dari panjang tikungan yang bersangkutan L, ztau keadaan dimana iank pandzngln S lebih besar dari Jarak ptndang pengemudi kendar^
paniang tikungan l.
sehingga jarak pandangan sebagian merupakan lengkung sepanjang L, dan sisanya merupakan garis lurus(Gbr.4.18b). Pada gambar insert dapat dilihat bahwa Garis
i
AB
=garis pandangan Irngkung AB = iasakptndtngrn. m = iank dari penghalang ke sumbu lajur sebelah dalam I meterl 0 = setengah sudut pusat lengkung sepanjangl. S - iank pandtngan [meter] L = pznizngbusur lingkaran [meter] R' = radius sumbu lajur sebelah dalam [meter] m = R' - R'Cos Q = R' (1- Cos Q)
2q
S_
2fIR'=
fr.0.R'
360
90s
0=
o
:
NR'
n
DS
E
Gbt.
-At-! bfa rrfhf
4.18. Jaruk pandangan pada lengkung horizontal S
0-
90 90
\/ \--.--/
< L dan B). S >
90s
fI
= R' Cos
Q)
1432,39
m= 1432,39
untuk A).
C). Notasi-notasi.
28,65 . S
R'
m= R'(1DS
L
50
(1-Cos DS/s0) D
m=
R' ( 1-Cos
28,65.
S./
R')...-.,
.-.- (4.27)
q I|)4
KONSTBUKSIJAIIIN
BUKU T
:
GEOMETRIKJAI,AN
Untuk kecepatan tencana tertentu darl
berdasarkan iarak
pandangan henti minimum sePerti pada Tabel4.10. dibawah
Tabel
Kecepatan
(<m/fam)
$
40
36 45 54
50
60 70
63
80 100
72 90
120
108 Catatan
o . o
f-
lalan
27
:
I
d
d
perhitungan untuk V,
perhitungan
d Desain
untuk\
(-)
(m)
I I
/
!o mr.
/
/
(m)
62,87 84,65
25,94 38,63 54,05 72,32
2s-30 40-45 55-65 75-85
1,1,0,28
93,7L
95 - 110
1,39,59
118,07
0,400 0,375 0,350 0,330 0,313 0,300
29J1,
0,285
207,64 285,87
0,280
44,60
1,74,44
239,06
120
e/
i"l^nVj =90ok x Kecepatan
rencana
/,,
=E
/
../
c/
8,/
- 140
i7 ,,.' to'ou.nf/
0
175 - 21,0 240 - 285
'6
)'
l.
'- tJ/]-al
berdasarakan gambar 3.5'
d dihitun€i dengan men5gunakan rumus (4), dengan t = 2,5 detik. D = 0,278 V. t+\P / 254 f^.
-+
4.2.5. TIKUNGAN GABUNGAN
,,'
,, ro
t ! .t I
-
G
--
,6
il-"it-.-"-9:-
200
II i
3(D
Jarek penghalang sumbu lejur lebelsh delem m , moter ( e meksimum = O,1O ).
Gbr.4.19. Hubungan m,
Dalam mefencanakan suatu alinyemen horizontal, kemungkinan akan ditemui perencanaan tikungan gabungan, y^ng didasarkan pada kondisi topogfafi pada route ialan yang direncanakzn y^ng tidak dapat dihindari.
,/
/.
{f:^;;rY;;--
(Vr)
Diperoleh grafik seperti pada Gambat 4.19, yang merupakan hubungan antara m, R' atau D dan kecepatan ter'can .
s
./
ci
,oma
z
Kecepatan
f-
ini
henti minimum
4 10.
Kecepatan Rencana
30
r05
t0erter Geouetrih
R
dan Kecepatan Rencana.
4.2.5.1. Tikungan gabungan searah.
Tikungan gabungan ini adalah : o Tikungan gabungan searah. o Tikungan gabungan berbalik.
,
Tikungan gabungan searah, yaitu gabungan dua Lt^v lcbih tikungan dengan arah putaran yang sama, dengan ixi-jari yang berbeda
,
I
(Gbr.a.20) Tikungan gabungan searah sebaiknya dihindari, jika R, : R, > 2 . 3 Jika R,: R, < 2/3, tikungan gabungan harus dilengkapi bagian lurus ;u:rtr clothoide, sepanjang paling tidak 30 meter. (Gbr,4.21.)
s 106 I(ONSTIIITKSIJALAN
BUKU
1
:
GEOMETRIKJAI-AN
t0eite-n Georetlik
4.2.5.2. Tit
Tikungan gabungan balik arah, yaltu gabungan dua tikungan, clengan arah pwtaran yang berbeda.(Gbr. 4.22). Biasa juga disebut sebagai
"
lcngkung-
Gbt
:
S.
4.20. Tikungan gabungan seatah
Gbr.4.22. Tikungan betbalik arah
Gbr z 4.27. Tikungan gabungan seatah dengan sisipan.
Tikungan gabungan yang berbalik secara tiba-tiba, sedapat mungkin harus dihindari, karena dalam kondisi ini pengemudi akan sulit untuk mempertahankan kendaraan pada laiwnya. Jrka terpaksa dapat dilakukan dengan menambahkan bagian sisipan lurus ^tau spiral. dizntaranya,(Gbr.423)sekurang-kurangnya30meter.
ry
log
I(oNsTRfrKstJALAN
BUKU
T
:
GEOMETRIKJAI-AN
t0t
t0,prp-n Gpo*p-lrib
(turunan), sehingga terdapat suatu kombinasi yang berupa lengkung cembung dan lengkung cekung serta akan ditemui pula kelandaian = 0 , yang berarti datar. Gambar rencana suatu profil memanjang jalan dibaca dar.i kiri kc kanan, sehingga landai jalan diberi tanda positif untuk pendakian dari kiri ke kanan, dan landai negatif untuk penurunan dari kiri ke kanan.
4.3.I. KEI.AI{DAIAN ALINYEMEN \IERTII(AI.
^.
Untuk tanah timbunan yang tidak menggunakan kerb, maka lereng melintang jalan dianggap sudah cukup untuk dapat mengalirkan air diatas brdan ialzn yang selaniutnya dibuang ke lereng ialan. Untuk ialtn-ialan di atas ttnah timbunan dengan medan datar dan mengunakan kerb, kelandaian yang dianjurkan adalah sebesar 0,15 oh, yang dapat membantu mengalirkan air dari atas badan ialan dan
Gbr.4.23. Tikungan gabungan berbalik dengan sisipan
4.3. ALINYEMEN VERIIKAL Alinyemen Vertikal zdalah perpotongan bidang vertikal dengan bidang permukaan perkerasan jalan melalui sumbu jzlzn, yang umumnya biasa disebut dengan profil/penampang memanjang jalan. Perencanaan alinyemen
vertikal sangat dipengaruhi oleh
Landai minimum.
beberapa
hal, antaralzin: o Kondisi tanah dasar
membuangnya ke saluran tepi atau saluran pembuangan. Sedangkan untuk ia,lan-ialarn di daerah galian at*r ialan yzng memakai kerb, kelandtitn jalan minimum yang dianjurkan adalah 0,30 - 0,50 %. frreng melintang ja.lan hanya cukup untuk mengalirkan air huian yang jatuh diatas badan ialan, sedangkan landai jalan dibutuhkan untuk membuat kemiringan dasar saluran samping, untuk membuang air permuk aan sepaniang jalan.
b. Irrdai
maksimum.
o Keadaan medan
o
Fungsi Jalan
o Muka air bzniir o Muka air taneh o
Kelandai Ln yurrg masih memungkinkan.
Selain hal tersebut diatas dalam perencun Ln alinyemen vertikal, akan ditemui kelandaian positif (tanjakan) dan kelandaian negatif
Kelandaian maksimum dimaksudkan untuk menjaga ag r kendaraan dapat bergerak tefl.rs tanpa kehilangan kecepatan yang berarti. Kelandaian maksimum didasarkan pada kecepatan rruk yang bermuatan penuh dan mampu bergerak, dengan penurunan kecepatan tidak lebih dari separuh kecepatan semula tanpa harus mengunakan glgi rendah.
* IIO KONSTRfiI(SIJALTJ
Tabel
z
BUKU
1:
GEOMETRIKJAIAN
4.11 Kelandaian maksimum yang diizinkan.
V. (l(m/iam)
t20
110
100
80
60
50
Kelandaian
3
-)
4
5
8
9
Maksimum ( 7o )
c.
eumpltib
?.0,e.np,n
40 10
<40 10
Paniang kritis suatu kelandaian.
Landai maksimum saia tidak cukup merupakan faktor penentu dalam suatu perencananan alinyemen vertikal, karena jarak yang peridek memberikan faktor pengaruh yang berbeda dibandingkan dengan jarak yang panjang pada kelandaian yang sama. Kelandaian yang besar akan mengakibatkan penurunan kecepatan pada kendaraan truk yang cukup berarti, jika kelandaian tersebut dibuat paniang pada jalan yang cukup panjang, retapi sebaliknya akan kurang berarti jlka panjane jalan dengan kelandaian tersebut hanya
d.
Lajur pendakian
jalur ialan dengan rencana volume lalu lintas yaflg tinggi, maku kendaraan berat akan berjalan pada lalur pendakian dengan kecepatan dibawah kecepatan rencana ff), sedangkan kendaraan lainnya masih dapat bergerak dcngan kccepatan rencana. Dalam hal ini sebaiknya dipertimbangkan untuk membuat lajur tambahan di sebelah kiri lajur jalan Pada
a). PROFIL MWIAII(IANG
45m
Panjang kritis adalah panjang landai maksimum yang harus disediakan kendaraan dapat mempertahankan kecepatannya ^gzr sedemikian rupa, sehingga penurunan kecepatan y^ng teriadi tidak lebih dari separuh kecepatan rencana ffJ. Lama perialanan tersebut ditetapkan tidak lebih dari satu menit.
4
5
6
-\ij
L)
tt\-
(l
lajur
lajur
b). DE.{AH
Tabel 4.12. Paniang kritis ( - ).
Gbt:4.24 Taiut pendakian tipikal 7
8
9
10
Penempatan lajur pendakian dilakukan sebagai berikut : 1) Berdasarkan Manual Kapasitas Jalan Indonesia (1997). Penentuan lokasi lajur pendakian harus dapat dibenarkan
Kaepatan pada awal taniakan (
F---
,rtn
pendek saja.
Kelandaian f/o)
45m
km/iam )
80
630
460
360
270
230
230
200
60
320
210
160
120
110
90
80
sec r^ ekonomis yang dibuat berdasarkan analisis Biaya Siklus Hidup @SrD.
s II2
I(ONSTN,UI(SIJAI,AN
BUKUT: GEOMETRIKJAIAN
I t:t
t0enp.n Geone-trtib
b.
T&el :4.13. Laiut pendakian pada kelanrlaian khusus ialan luat kota Q/2TB), usia rencana 23 tzhrun-
c.
Ambang arus lalu lintas ftend/iam) tahun-1, Paniang
Kelandaian
Km >1 Km 0,5
70
500
5 o/o 400
325
300
300
jalan yang mempunyai kelandaian yang besar, menerus, clan volume lalu lintas yang relatif padat. Penempatan lajur pendakian harus dilakukan dengan
ketentuan sebagai berikut : 1) Disediakan pada jalan arteri atau kolektor. 2) Apabila paniang kritis terlampaui, jalat memiliki Vo*) 15.000 SMP/hari, dan prosentase truk > 15 %.
iam puncak.
3%
Lajur pendakian harus disediakan pada ruas
300 d.
Irbar laiur
pendakian sama dengan lebar laiur
tenc na.
Lai:ur pendakian dimulai
30 meter dari
awal perubahan kelandaian dengan serongan sepaniang 45
N*a
meter dan berakhir 50 meter sesudah puncak kelandaian dengan serongan sepaniang 45 meter. Jarak minimum antara 2 laiut pendakian adalah 1,50 km.
s
s DE{AH
4.3.2. LENGKUNG VERIIKAL. Pergantian dari satu kelandaian ke kelandaian berikutnya, dilakukan dengan mempergunakan lengkung vertikal. kngkung vertikal direncanakan sedemikian rupa sehingga dzpat memenuhi keamanan, kenyamanan dan drainase.
Gbt.4.25.Jrr.k
2)
^ntat^
Berdasarkan Tata Antar Kota (1997)
dua laiur pendakian
Can
Perencanaan Geometrik Jalan
Jenis lengkung vertikal dilihat dari titik perpotongan kedua bagian yang lurus (tangens) , adalah: 1) kngkung vertikal cekung, adalah suatu lengkung dimana
titik
perpotongan antara kedua tangen benda
di
bawah
permukaan jalan.
L. T tiur truk -
2) kngkung Vertikal cembung, adalah lengkung
pendakian dimaksudkan untuk menampung truk bermuatan bertt atau kendanan lain yaing berjalan lebih lambat dari kendara;Ln - kendaraan lainnya pada umumnya, zgllr kendaraan lainnya tersebut dapat mendahului kendaraan lambat tersebut tanpa harus belpindah lajur atau mengunakan lajur
kngkung vertikal type a, b, dan c, dinamakan lengkung vcrfikal cekung, sedangkan lengkung vertikal d, e, dan f clinanrukurr
ara'h yang bedawanan.
lengkung vertikal cembung.
dimana titik pefpotongan kedua tangen berada di atas permukaan ^fltata jalan yang bersangkutan.
# II4
KONSTBUKSIJALAN
BUKUT: GEOMETRIKJAIAN
tl0erpr Gpoup-ttib
Gbr : 4.27. Gambat z 4.26. Tipikd lengkung vertikal bentuk parabola Rumus yang dipergunakan
L.g,
x= 8r
-& L gr'
y= 2
(sr-gr)
panjang lengkung vertikal pxa;bola, yang meruprkzn jara'k proyeksi dari titik A dan titik Q ( St .) 8r= kelandaian tangen dari titik P I%) gz.= kelandaian tangent dari titik Q t % )
:
Ag,'
2
A
vertikal dilifial dari PVI
L_
L'g'
L.
Jenis lengkung
d4.2e )
Rumus tersebut diatas , digunakan untuk lengkung simetris. (g, t gr) = 6 = perbedmn a,ljrbxuntuk kelandaian [ 7o]. IGlandaian mendaki ( pendakian ), diberi tandr ( * ), sedangkan kelandaian menumn ( penurunan ) diberi trndt ( - ). Ketentuan pendakian (naik ) *au penurunan ( turun ) ditinjau dari sebelah kiri ke kanan.
dimana:
x = y =
jaru,k darr titik P ke titik yang ditinfau pada Stasiun ( Sta. ) perbedaan elevasi zntara. titik P dan titik yang ditinjau pada
Stasiun [ml
E,-
A.L ( 4.30 ) 800
untuk:
x = '/rL;
y =E"
t 116 KONSTBUIGIJAI,AN
BUKU T
:
GEOMETRIKJAI^AN
t0enen GeonetriE
4.3.2.1. kngkungVertikal Cembung. Tabel4.14. Ketentuan tinesi untuk Untuk iarak pandang
henti (Jn ) -mendahului(L) -
h,
hr[-]
[*l
Tinqqi mata
Tinssi
1,05
0,15 1.05
1,05
1) Panjang L , berdasarkan
c
Jr,.
A'Jn'
Jn
..(4.31) 399 399
Jn > L,maka: L= zJh-
3) Paniang L , berdasarkan
.....-(4.32) A
-
Gbr: 4.28 . UntukJn
J,,.
A'Jo' Ja < L ,maka.; L =
.. _ ..(4.33 )
840
Ju
> L,maka : L
= 2 Jo
-
840
..-(4.34) A
Minimum paniang horisontal dari lengkung vertikal cembung, trerdasarkan iarak pand angan henti mengikuti rumus 4.28, bila, digunakan untuk kecepatan rendah v -*20-3Okm/iam, meniadi:
"
V.n
L--
360
..
(4.3s)
Gbt. 4.29. UntukJn>L
tl7
* II8
BUKU T
KONSTBUKSIJAT,AN
:
t{.pre{ G{'onel[ik
GEOMETRIKJAI-AN
Untuk KonEol pada Percnconaan
fp =
0.354.55. hr - L05 m, hz : 0.15 m, T = 2.5 det
oBatasbawahpaniangminimum,didasarkanPadakecepatan untuk rencana dan iarak'periala:nan selama 3 detik; demikian iuga lengkung vertikal cekung. Untrf. f,erhitungan lerigkung vertikal' tnaka lengkung dianggap adalah paniang berbentuk pur^bzl^, drrr-pr"ir"g horisontal diatas,
teoritisanl^ratitik-titikPotongdatigarislurusdanlengkung parabola, sebelum dan scsudah lengkungan'
untuk lengkung vertikal' Jarak pand ^rg n menyiap/mendahul'i o/o, dapat 2%o - 76 dengan perbeiaan kelandaian A bervariasi antara ditihat pada Gbr. 4.32-, detgan anggapan-anggapan^:
. km/iam lebih -Kendaraan y".tg di.rlip bell'lan p'a' ttttpatan20
kecil dari kecePatan rencana' - Waktu PersiaPan diambil 3 detik' laiur falan yang - Menyiap ha,.,yu akan bedangsung pada blgr.an lurus, dimana penglihatan pengemudi tidak terhalang' Paniang minimum lengkung parabolis' untuk menyesuaikan nl, n"i f it"t'gan yang dipetlukan untuk dengan iarak pand ^ngstandar AASHTO)' yang berge tzk diantar-a menyiap lberd'asarkan" pada akan tedalu mahal bila diikuti secara penuh, 2o/o-1,6oh
ini,
550
^o
500
En6-
Zmo
v o
rt J
rso
?
:oo
e
250
(9
z-.
l
200
t50 r00
ialan di medan Pegunungan'
4.3.2.2.L.gkurgvertikal cekung'
t
Dalam menentukan panian'g lengkung vertikal cekung' memPerhatikan, antara la;in ; kendaraan JankPenYinatan lamPu ' dibawah bangunan ' Jztakpandangan bebas PersY^r^t^fi drainase ' KenYamurrlr. mengemudi ' Keluwesan bentuk '
harus
o I 2 t 4 5 6 7 I 9 l0 ll t2 13 14 PERBEDAAN AL'ABAR KETANDAIAN (%)
Sumber: Peraturan Perencanaan Geometrik Jalan Raya
No. l3l1970.
Gbr. 4.30. Grafik p^tri^ttg lengkung vertikal cembung berdasarkan iarak pandangan henti ( J,, ).
15
# IPO
KONSTRfIK^SI.'AI,AN
BUKU
T
:
GEOMETRIKJAI/,N
lzr
t0eru-n Geonellib
r000
;^
900
g
Eoo
o z.
700
o
? o
zJ
ooo SOO
trco 2 too 1 zoo
x
o o o E
J
-
100
o o
0
= fr
o a
o o a o
-
500
eo
at
./ ,.i.1.
/)..',e
3
450
*
*
coo
=
6', 350
z
? (,
300
S<
zso 7, J
9.
L :Joror F.dooo (
Dorjong trnqlsB
Jo.ok Pqndong Mendohului
zao
(
meter
)
Gbr. 4.32. J aruk pandangan menyiap dan paniang lengkung Parabolis.
E lio o-
3'*
Jarak penyinaran lampu kendaraan
50 0
o l 2 3 4 5 6 7 8 9 r0 il t2 13 11
15
PERBEDAAN AIJABAR KETANDAIAN (%)
Gbr 4.31. Grafik paniang lengkung vettikal cembung betdasarkan iarak pandang mendahului (J" ).
Jangkauan lampu depan kendaraan pada lengkung vertikal cekung, merupakan batas jarak pandangan y^ng dapat dilihat oleh pengemudi pada malam hari. Di dalam perencanaan umumnya tinggi lampu depan diambil setinggi 60 cm, dengan sudut penyebaran sebesar 1 ". ktak penyinaran lampu dengan kendaraan dapat dibedakan dalam 2keadaan, yaitu :
1) 2)
Jarak pandangan akibat penyinaran lampu depan < Jarak pandangan akibat penyinaran lampu depan >
L; 1,.
{
I?,2
KONSTRIIKSIJAI,AN
BUKU T
:
GEOMETRIKJAI-AN
I2:l
t0er*er Geowttik
) Irngkung vertikal cekung dengan jarak penyifl^r^n lampu depan
Gbt : 4.33. Icngk rrrg veftikal cekung dengan iarak pandangan penyinaran lampu depan
DB=
tgl"
=
(s/r)'(pn)
) Irngkung
=
= 0,75*Stg1"
= 0,0175.
L=
vertikal cekung dengan iarak penyi
nararn lampu
A 100 -(S-%L
S2A 200.L
L
L
DB'= A/lCfJ'(S- t/zl). = 0,75+Sg1" =0,75+ 0,0175S
S2.A. 2W.L
0,75+Stgl';
Lrgl-ng vertikd cekung dengan iarrrk
pandangan penyinaran lampu depan >
depan >
100.2.
D'B'
Gbr : 4.34.
) = 0,75+0,0175S
AS2 ...(4.36) 150 + 3,50 S
=
150
25
+
3,50
_
A
--
S
.(4.37 )
Gambaran dari penentuan jarak pandangan menyiap dibcrikan pada Gbr. 4.35.
4 )24
rioNsTRUI[Sr JALTN
BUKU
tntgi
mo
1
:
t0eme^ Geonettik
to
Mtnrmum ,or ok ponoong mororui
I F--
GEOMETRIKJAI-AN
-
I
--l Minimurn ponlong langkuh! porobola
Gbr.4.35. Gambaran iarak pandang menyiap pada lengkung
vertikal.
Jalrrk pandangan bebas dibavrah bangunan pada lengkung vertikal cekung Jarak pandangan bebas pengemudi pada ialan raya y^ng melintasi bangunan-baflgunan lainnya seperti ialan ruya lainnya, jembatan penyeberangan, viaduct, aquaduct, seringkali terhalanpl oleh bagian bawah dari bangunan tersebut. Panjang lengkung vertikal cekung minimum diperhitungkan berdasarkan iarak pandangan henti minimum dengan mengambil tinggi mata pengemudi kendaraan truk, yaitu 1,80 meter dan tinggi obyek 0,50 meter (tinggi lampu belakang kendaraan). Ruang bebas vertikal minimum 5 m. Dalam perencanaan disarankan untuk mengambil ruang bebas * 5,50 meter. Untuk memberi kemunl4kinan adanya lapis tambahan (overlay) di kernudian hari.
)
titik PPV berada dibawah bangunan
I. :
L
L
= A.L./800.
= A. L.
S2.A
.{4.39) BOO.
L
Jlka jarak bebas dari bagian bawah bangunan terhadap ialan, adalah C, maka :
h, - h2
m= c___
2
l= .
s'.A
-c_ 800.L
h1+h2 2
Jika :
h,=
1,80
m
persamaan menjadi
L=
{4.3e )
800c-400(h,+hr)
800 m
S
(-),
E E,
_+ m =
800. m
Sm
1-;'z -
S2.A
S2.A
Jarakpandangan:S
Diasumsikan
Gbr.4.36. laruk pandangan bebas dibawah bangunan pada lengkung Vertikal cekung, dengan S < L
A..S2 3480
, h , = 0,50 m ,
dan
C=
5,50
m,
maka
126
BUKUl
I'ONSTBfII(STJAT,AN
:
GEOMETRIKJAI,AN
t0erter^ GeonetriE
Kenyamanan mengemudi pada lengkung vertikal celnrng.
sentrifugal dan gravitasi padt lengkung vertikal cekung, menimbulkult rusz tidak nyaman kepada pengemudit llng akan menyebabkan percepatan sentriPetal. Percepatan sentripetal
Adrnyr
gaya,
yang bersangkutan adalah
a-LSF /
Gbt 4.37
. J*"k pandangan bebas di bawatr bangunan cekung dergan S > L pada lengkung
)JarakpandanganS>L
1.3,AOL
dimana: L V A L
=percepatansentripetal (m/deQ =kecepatan rencur, ,km/izm. = perbedaan *Liabx landai. =panianglengkungvertikalcekung.
Paniang lengkung vertikal cekung minimum a;dila;h ditentukan oleh percepatan sentripetal, yang dibatasi tidak melebihi 0,30 m/de{,dengan demikian, rumus diatas meniadi :
A. V2
Diasumsikan titik PPV berada dibawah bangunan. S
E+
m
S
--+ L
E=
A.L 800
L = 25 -
m=C
L_ Petsyamtan Dtainase.
2E
hr -
h2
2
800c - 4o0 (h1 + h2) (4.4o)
A Jika h, = 1,80 mi h z=0,50 m; dan C = 5,50 m, maka meniadi: 3480
L=25-A
(4.41) 390
m
rh+
-= L
2E
:
Persamaan
Landai minimum untuk keperluan drainase adalah O,5o/oPada lengkung vertikal cembung, dimana zda, bagizn yang hampir data4 pada puncak lengkung diperlukan pengkaiian khusus untuk hal ini. Untuk ial.oin-iil*n yang tidak menggunakan kerb, bagian yang mendatar tersebug tidak terlalu memberikan masalah, karena fungsi lereng iatan sudah meniamin kelancaran drainase. Untuk iilm-iilm yang menggunakan kerb, dengan diberikan kelandaian O,5o/o prda, ixaik 2O meter, dari puncak lereng, sudah cukup memadai. Jadi, syarat panjang maksimum adalah :
It=
40
A
{4.42).
-t
ll0.p-me-n
I2A KONSTBI]I(SIJAI,AN
12',
Gponettik
BUKUT: GEOMETRIKJAIAN
penampang memaniang lala;n dan ^t^u potongan melintang jalan. Beberapa hal yang pedu diperhatikan dalam perenc n ^n
alinyemen vertikal Keluwesan bentuk jalan pada lengkung cembung. Keluwesan bentuk ialan, dihubungkan terhadap kecepatan, yaitu menurut AASHTO : L = 3 V, dimana L = paniang minimum lengkung dalam feet, dan V = kecepatan reficana, dalam mph. Sehingga bila L dalam meter, dan V dalam km/jam, didapatkan :
L= 0,6V
alinyemen, zdzlah sebagai berikut
:
1) Alinyemen hortzontal dan vertikal terletak pada satu fase, sehingga tikungan tampak alami dan pengemudi dapat memperkirakan bentuk alinyemen berikutnya ( Gbr.4.38.)
(4.43)
nilainya adalah pendek jika perbedaan kelandaiannya kecil. Hal ini akzr mengakibatkan alinyemen vertikal kelihatan melengkung. Untuk menghindari hal tersebut, maka paniang lengkung vertikal cekung diambil >3 detik perjalanan.
lM T-F=-fr
Dalam perencanzan alinyemen vertikal perlu diperhatikan beberapa hal sebagai berikut :
1)
Pada alinyemen vertikal yang rclatif datar dan lurus, sebaiknya dihindari adanya hidden clip, yarru lengkungJengkung vertikal cekung yang pendek dan tidak tedih^t m t^ dari jarak jauh.
2)
Pzda landai menurun yang paniang dan tajam, sebaiknya diikuti oleh pendakian, sehingga kecepatan kendarz fl y^ng telah bertambah besar dapat segera dikurangi.
3)
4)
Jika direncanakan serangkaian kelandaian, maka sebaiknya kelandaian yang paling curam diletakkaq di bagian awal, yang
Gbr: 4.38. Ltrgkorgvertikal dan hodzontal tetletak pada satu fase.( ideal ) 2). Bila tikungan horisontal dan vertikal tidak terletak pada satu fase maka pengemudi akan sukar untuk memperkirakan bentuk jalan selaniutnya, dan bentuk jilan terkesan patah, disuatu tempat (Gbr.a.39).
diikuti oleh kelandaian yang lebih kecil. lengkung vertikal yang Sedapat mungkin dihindari perenc n ^n sejenis (cembung atau cekung) dengan hanya dipisahkan oleh tangen yang pendek.
4.4.
KOORDINASI ALI}.freMm{ Perencanaan geometrik jalan faya merupakan perencartazrt bentuk fisik jalan dalam tiga dimensi. Untuk mempermudah dalam penggambaran bagian-bagian perencaflazfl, maka bentuk fisik jalan digambarkan dalam bentuk alinyemen horizontal atau trase ialan,
Gbr : 4.39. kngkung vertikal dan horizontal tidak tcrlctlk pada satu fase
I:}O KONSTR{iKSIJAI.AN
BUKUT: GEOMETRIKJAIAN
3). Tikungan yarrg t^jam sebaiknya tidak diadakan
lengkung vertikal cembung, atau
di bagian
di bagian
atas
bawah lengkung
vertikal cekung. Alinyemen verrikal akan pengemudi pada saat mulai
txl
t0.enen Geonetnik
menghalangi memasuki awal tikungan (Gbr.
4). Pada ialan yang lurus dan paniang sebaiknya tidak dibuatkan lengkung vertikal cekung(Gbt.4.4L2) ^t^u kombinasi dari lengkung vertikal cekung (Gbr. 4.41b)
4.40)
Kombinasi yang seperti ini akan memberikan
kesan
terputusnya jalan, yang sangat membahayakan pengemudi.
"\+
]rIf,
Gbr : 4.41b. Kombinasi tengkung vertikal cekung pada ;alan yang relatif lurus dan Paniang-
Gbr: 4.40 Tikungan tedetak di bagian bawah lengkung vertikal cekung.
ib./rr-TGbt.4.42. Kelandaian yang pendelgdiantara dua kelandaian
culailL Gbt : 4.41a. Iengkung vertikal cekung pada ialanyang relatif lurus dan paniang.
5). Kelandaizn yang landai dan pendek, sebaiknya tidak diletakkan dr antara dua kelandaian yzng curam' sehingga mengurangi
jarak pandangan Pengemudi (Gbr. 4 -42) -
6). Jangan menemPatkan bagian lurus pendek pacla prrttt'rtk l."gk""g cembung, akzn memberikan efek loncatatt lritrl;t pengemudi (Gbr.4.43)
*:tr#.f'-
ffi I32
KONSTRUKSIJAI-TN
BUKU
T:
ffi
GEOMETRIKJAIAN t[.eme( Georut[ib
,iffi ol. okon tedodi efd< lonooton
Gbt.4.43. B"Srn lurus pada puncak lengkung cembung.
7). Hindarkan menempatkan awzl dari tikungan,
mendekati
puncak dari lengkungan cembung (Gbr.4.44)
mr I
a:'
b). okon terlodi goyo sentrifugol don ruong bebos (woking )juSo menjodi songol buruk.
Gbr.4.44. Arxral belokan disekitar puncak lengkung cembung. 8). Hindarkan menempztkzn posisi
jembatan, dibagian lengkung cekung (Gbr. 4.45a dan 4.45b), at*u diaural puncak bagian lengkung cembung (Gbr.4.45c). Aprlrg, kalau jembatan pada alinyemen horisontal berada pada suatu tikungan. uai ini sangar menyulitkan pengendara menguasai kendarzan aklbat
loncatan kendaraan keatas, ataupun dalam kasus terakhir, zkan menerima gaya sentrifugal yang ,'kan terladi padz kendaraan yang cukup besar (karena sulit sekali memberikan pencapaian superelevas i pada j embatan). CATATAN
:
Dalam situasi seperti ini, rancangan awal geometrik diperhitungkan dengan matang, apakah melakukan perubahan geometrik dengan menggeset beberapa bagiai lengkungan, atau_ melakukan perbaikan struktur badrn-irrzln, misalnya dengan melakukan penimbunan atau merubah elevasi dan posisi jembatan.
<:
'ffTl
c). jemboton podo owol puncok lengkungon songot tidok
menguntungkon, disomping jorok pondong, jugo efek loncqton.
Gbr. 4.45. Posisi iembatan yang tidak memenuhi syarat penempatan geometrik.
ttt
q IB4
KONSTNUKSIJAI,A]\I
CONTOH SOAL
BUKU
1
:
GEOMETRIKJAI.AN
t0pren
o Titik PI
4:
l Slt
Cpomp-trilo
dengan koordinat seperti diatas, direncanakan
scbagai
tikungan pertama.
o Titik B , merupakan titik akhir yang akan ditinjau dan tedetak
pada
sumbu jabn rencana. Jalan yang akan direncanakan merupakan jalan kolektor di daerah dttar, 1 jalur lalin dengan 2la|ur. ( lebar 2x 3,00 m.). l)ata - data : ,, Dari Tabel 2.4.Kecepztan Rencana (VJ, sesuai klasifikasi fungsi dan klasifikasi medan jalan, dengan fungsi jalan kolektor dan daenh datat didapatkan Vn = 60 -90Km/izm, dalam hal ini diambil Vn = 80 km/iam.
o
v*'
o Dari rumus $.2)--'+ R-in= o Dari Tabel 4.3. untuk VR=
80, e maks
902
o Diperoleh
:
R -i, =
= 2A9,97m. 127 (0,10 + 0,140 )
diambil R -indes"in = 210 o
Perencanaan
1) DIIGTAHUI
.
Tiktngan
Mencari iaraklurus
(A-PI
KOORDINAT:
KOORDINAT
x
Y
Z
20.000
20.000 20.090 20.010
2N
(sTA.orcoo)
TTTIK PI TTflK B
20.220 20.965
= PI_B
=
237,70 m.
W
=
o
Titik A dianggap berimpit dengan BM 0 sebagai awal Proyek di 000, dengan koordinat dan elevasi seperti diatas.
Sta.O
+
d ,,-u
=
m
(Iabel 4.23) D oo*= 6,82"
,
:
TmKA
t f -,n" ) 127 (e -"u. o/o, maka f maks 0,140 70 = -
749,28 m.
) dan
(PI-B
) (titratcatatandibelakang)
4 186
2)
I(0NSTBUKSTJATAN
BUKU
T
:
Mencari besar sudut tikungan A
= Y X dan = A tikungan = Sudut azimuth
Titik A
3)
t^n X /Y. ^rc koordinat azimuth. sudut azimuth B - sudut azimuth PI.
13,
€l.ener Geonelnib
GEOMETRIKJAI-AN
Perhitungan. Gunakan 'rule of thumb'-+ A < 35o--+ menggunakan tikungan dengan jenis Spiral * Circle - Spiral (SC-S), ambil misalnya radius yang
mempunyai R=409m )R-i.=21'0 m.
a). Menghitung elemen tikungan. :
Koordinat titik A : ( 20.000: 20.000 ) Koordinat azimuth : ( 0.000; 0.000 ) 0 : arc tg ("/y )
28,38" Dari Tabel Ls2 ( I-ampiran 2 ) untuk V= 80 km/iam, didapat
Sudut
Menurut TPGJAK 038/T/BM/1997 menyaratkan harga terbesar dzri 3 nilai (ihat Bab 4.2.1.2. sub kngkung Peralihan), akan diambil sebagai nilai \ minimum.
azimuth : Titik PI : Koordinat titik PI : (20.220:20.090
R=409m, A=
--+Is=70mdane=0,076
)
Koordinat azimuth
& - Xo = 20'220 - 20'000 = 220,00 20'090 - 20'000 = 90'00 1u,im.tr,; = Yq -Ya = tg220/90 :^rc arc tg ("/y) = 67,75
\ \i
1",rm.*,
;=
Cek 1).
vR L" *in=
Sudut azimuth : 67,'75".
Titik B :
Cek 2).
Koordinat titik B : (20,965:20.010 ) Koordinat azimuth: &i",i-'th ; = & -Xn = 20'965 - 20'220 = 7 45'00 YB 1u,i.u,h ) =\ -Yn, = 20.010 - 20.090 = -80,00 :atc tg745/A0 = - 83,87" arc tg (r/y) Sudut azimuth : ( 180" - 83,87" )--96,1'3".
Dari
data yang ada, maka diperoleh sebagai berikut
Titik
x
Y X-i-,rt Y-i*r.t afc tan azimuth A
A 20.000,000 20.000,000
PI 20.220,000 20.090,000
0
220,004
0
90,000 67,75" 67,75" 28,38"
0
80
'
3,6 -T-
3=
66'67 m
3,6
Cek harga L. dengan Modifikasi Shortt Formula fr.umus 4.20):
v*'
[<-i, =
Vn.e
0,022--
2,727
&.C
C
( 80)' :
I*-i.= B 20.965,000 20.010,000 255,000 - 80,000 - 83,87" 96,1.3"
0,022
Cek 3).
90.0,076
=27,54- 16,58= 10,96 m
409.1 --2,727
,_ *min
(
.- -
t
).V*
e"
( 0,1- 0,076 ). 80.
3,6 r.
Ambil
3,6. 0,035x6 yang terbesar L, *in= 66,67 m
r+ad'-70m>ro* = 66167 rn ok!.
= 2,53 m
I IBA
I(ONSTRUKSIJAI,AN
BUKU T
:
GEOMETRIKJAI^AN
ttt
tCerten Geox.ettih
= ( Rc + p ) tanYz A + k = ( 409 +0,5004 ) tanl/z ( 28,38") + 58,888 - 1,03,543 + 58,838 = 1,62,38 m
Ts o
Dari rumus ( a.8 ): 70z
Ls2
Xs=I^(1__)= 70(1 40Rc'
)=69,95m.
40 (409)'z
o Dari rumus (4.14): Es = ( Rc +p)Sect/z A- Rc = (409 + 0,5004 ) Secl/z ( 28,38")409
o Dari rumus (a.9):
=
13,388 m.
" Dari rumus ( 4.15 )
2 70? Ys-_=__=1,gg7m 6Rc 6(409) Ls
o
(A- 2 0s
I_r =
=
Dari rumus ( 4.10 ) :
90 .Ir
90 @s = =--= It Rc rr
L total 4,903"
409
Ls2
6Rc --
=
1,,997
-
k = Ir _ _
-409(1-Cos 4,903.) 6 (40e)
7,4966m = 0,5004 m.
40
= "
70
-
3
_ Rc Sin 0s =
Rc'
70
0,051- 34,957 = 34,992 m
Dari rumus
( 4.13 ):
xnx409
180 180 132,59 m > 20 m. ( SC-S memang bisa digunakan.)
=
I-c
+ 2l-s=
732,59 + 2 (7'O)
= 272,59 m.
Catatan: alternatif nilai 0,, p, k, X dan Y dapzt dicari menggunakan Tabel SCS1 sampai dengan SCS5 (I-ampiran).
703 40 (40D ,
Untuk R = 409 dan
0, p k X Y
\
= 70 m, dari Tabel SCS3 didapat
= = = = =
5,0016"
0,4995 34,991,2
69,9486 7,9984 Hasilnya relatif sama dengan czr^ analitis.
o Dari rumus (aJ2): I-s
*2 (4,903)]
Sebagai
702
R.(1-Cos0r ) -
Tf x RC=
[28,38
-x
70
" Dari rumus ( 4.11 ): p=
)
_ 409 sin
4,903"
b). Mencari posisi titik - titik tikungan. Jika titik A adalah awal proyek, maka
:
Sta.A = 0+000 StaPI = Sta.A*d^r, -(0+000)+237,70m = 0 + 237,70 Sta.TS = Sta.A+d"H-TS
:
-a
d'f I4O KONSTRUKSIJAIIIN
Sta. Sta. Sta. Sta.
SC CS ST B=
=
=
BUKU
T:
GEOMETRIKJAIAN
+ 237,70 -162,43 = GF000 +75,27 Sta. TS + Ls (0+75,27 ) + 70 = 0 + 145,27.
( 0+000 )
=
= =
=
=
Sta. SC + k (0 + 745,27 ) Sta. CS -| Ls.
+
132,59 = 0
*
(0 + 277,86) + 70 =0+ 347,86 StaST--fS+ dpr-R (0 +'347,86) - 762,43 + 7 49,28 = 0 * 934,71
B
t0,ener Geor*rettib
CONTOH SOAL 5 : Seperti contoh soal 4
htnyr dirubah
sesuai kebutuhan
untuk penggunaan
'Full circle"
277,86
=
Jadi panjang jalan rcncana dzd A ke
I
KOORDINAT TTTIKA srn.orooo TITIK PI TITIK B
x
Y
Z
20.000
20.000
200
20.220 20.965
20.010 19.950
adala'h934,7l meter.
o Jilan yzng a.ktn direncanakan
merupakan ialzn
xtel di
daerah
perbukitan, dengan lebar 2 x 3,50 m.
Datt- drta:
Rencana gJ, sesuai klasifikasi fungsi dan jalan, dengan fungsi izlan artei dan daerah bukit klasifikasi medan didapatkan Vr = 60 - 80 Km/iam, dalam hal ini diambil Vn = 70 Km/iam.
" Dari Tabel 2.4. Krcr.pltan
"
Dari rumus
(4.2)-
v*'
R *in =
127 (e *a., * f -,u ) oh, maka f maks = 0,147. " Dari Tabel 4.3., untuk e maks - l0 702 o Diperoleh: R -i, = = 156,21 m. 127 (0,10 + 0,147) diambil R mindaain = 157 m (fabel 4.3.). D*r," = 9,12".
E
Perencanaan Tikrngan
.
1). Mencari iamklurus dibelatcaqg )
(A-PI
) dan
(PI-B
) ( lihatcatatarn
* I42
KONSTBUXSIJALAI|
BUKU
T
:
GEOMETRIKJAI^AN
do-r, =W
Sudut azimuth : ( 180"- 85,40" ) = 94,60
Da;i datzyangadz, maka diperoleh A PI Titik
=
=
220,23 m.
x
do,-o =m
X-i-r,rt Yoi-.,h arc tan
= 747,41 m-
= XdanY = A tikungan =
taq X,/Y. kootdinat aziouth, arc
sudut azimuth B
-
sudut azi.uth
pL
:
IGordinat titik PI : ( 20.2N: I(oordinat azimuth:
arcq(x/y)
u,4t
= 10,00
TitikB: Koordinat titik B z (20.965;19.950 ) Koordinat azimuth : &1-i-,tr,y = Xr-X" = 20.965 -20.220= 745,ffi Yn1-i-,tr,; =Yu-Ypr = 19.950- 20.010 = -60,00 arc tg (*/y) :arc tg 745/50 = - 85,4{f
20.010,000
19.950,000
220,000
745,000
10,000
- 60,000 - 85,40"
94,60"
87,40"
7,20"
of thuhb' A < 10P+ menggunakan tikungan dengen jenis Lingkaren Sederhane, yang mempuoyai mdius diambit R = 6m m >
R-,,=157m. ( R-t tidak Eternedukao lengkuog Peraliian = 500m + IihatTabel
q'
4'4) Menglitung chrcn titutgerr'
R= 600n!, A = 72n"
X.OIO)
1-i-,,r1 = },e1-Ya = 20.010 - 20.000 :rrc q2-N/10 = Sudut azimuth : 87,4ff. Yei
20.220,000
B 20.965,000
Sesuai 'rute
A:
TitiL PI
bedkut:
3)' Perhitungalt
. Ituordinat titilA: ( 20.m0:20.000) I(oordinat azimuth : ( 0.000; 0.000 j tg (x./y) : 0 ^tc azimuth : Sudut Titik
sebagai
.
87,4ff
azimuth A
2) Mencari besar sudut tikungan A Sudut azimuth
20.000,000 20.000,000 0 0 0
Y
_
d ,,-u
t,tt
t0er.ten Oeorr.etrik
' ,
'
Dari rumus ( 4'21)
Tc
=
Rc tetVz
Dari rumus ( 4.2Q
Ec
=
:
:
Tc tan
" Dari rumus (4'23lt
Ix.
L= 6n wty, (72n) =37;75 nr.
%A=TJ'
r
= 360
",
ran y. (7,20) =1,19'JI
*.
"
b). Mencari poeisi titik- titik tikungan.
72x2
n
x 6oo
= 360'
75,40 m
144
KONSTBUKSIJAI/AI\I
BUKU T
:
GEOMETRIKJAI-AN
U0.pre-n Gpomp-lrib
(:ONTOH SOAL 6: Sta. Sta.
A TC
Sta. CT Sta. B
Rencanakan tikungan SS untuk data sebagai berikut
= 0*000 = Sta.A+dn-r, - T.
= ( 0 + 000 ) + 220,23 = Sta. TC + I-c.
-
-
L= 37,75 =
+ 182,48) + 75,40= Sa.CT-Tc*do,_u (0
(0
+ 257,88)
Jadi paniang ja,lzn rcnc*na dari A
-
37,75 +
O
*
Klassifikasi medan : Pqgunungan Fungsi jalan : Lokal
182,48
= 0 + 967,54.
:2x3,00m
Jalurialan
0 + 257,88
747,41
:
39,67 "
Radius
lengkungan :
40 m.
Menghitung elemen tikungan.
- B adilah 967,54 m
R= 50m, A=
39,67"
" Dari Tabel 2.4 VR = 20 -30 km/jam. Ambil Vo= 30 km/iam ---+dari tabel 4.2. )R-,n = 30 m Rod" = 50 m > \,"= 30 m ok!.
"
Dari Tabel Ls tidak ditemukan radius lengkung R = 50 m. Gunakan rumus
(4.4):
1432,39 D_
1432,39
= 28,65"
R50
0,--Yz L, =Vrx39,67
=19,835". Gunakan Tabel SS -4 untuk 0, = 19,835". pampiran 13) o Didapat : p+ = 0,02873 k* = 0,49801
I"*
0,.
n.R
90
0,.R 19,835 = _x
28,648
50 = 34,62
-
35 m.
29,649
L,= 0,02873 x 34,62 = 0,995 k*x L" = 0,49801 x 34,62= 17,247 = T"= ( R+ p ) tanl/z A + k = ( 50 + 0,995 ) tanlz (39,67 ) +k = 50,995 x 0,3607 + 0,49801 -* 18,394 + 0,49801 = 18,892 m (R+p) ( 50 + 0,995 ) Fn= - 50= 4,21'l m t/z cosl/z L cos (39,67 ) L= 2L,= 2 x 34,62 = 69,24 m p = p*x
k
146
I(ONSTAUKSIJALAN
BUKUT: GEOMETRIKJAIAN
447
tCexen Georctrik
CONTOH SOAL
7:
CATATAN:
l)iketahui
K(X)RDINAT AZIMUTH
l)rofil
:
mema;nja;ng suatu
ialur ialan seperti pada gambar dibawah ini, rlan
rrkan direnc tnakan lengkung vertikalnya.
EXISTING
21,904
22,U7
25,512
23,485
22,129
PROPOSED
20,876
23,671
24,108
23,276
21,705
CHAII{AGE
1'tO+OOO
1
10+100
1
10+200
1
110+400
10+300
(x,r-xa) = arc tg
(ye-ye)
(bc
:
( arc
tg
rc-xs )
---*---
(r-ve)
An: lSoo-1*^-or.,
(tc-xs)
=arctg
( yc
- ys )
&:(ocs-oco)-
(b-xc) ep : afc ,t -i;;; l8oo
.lzl*n ytng akan direncanakan berupa ialan KOLEKTOR pada daerah dengan kecepatan renc n Vn= 60 Km/irm. fhta - Dzta drnKetentuan : " Dari Tabel 4.11. Untuk Vn= 60 Km/jaim, kelandaian maksimum =
drtx
llo/o
"
Dari Tabel 2.5 , Untuk Vr= 60 Km/izm, jarak pandang henti minimum
(Jn) = 75 meter. " Dari Tabel 2.7, Untuk Vn minimum 0o ) = 350 meter.
o
Perencanaan Lengktng
Veiikal
= 60 Krn/irm, jarak pandang
mendahului
.
Menghitung kelandaian rencana. 24,708 - 27,705
24,108 -20,876
8r
=
200
KEIERANGAN
:
-
7,62o/o
, gz =
= 7,20'\, 200
g, = kemiringa.^ tat^-ra;ta dari Sa. 110+000 ke Sa. 11Gt200, naik & = kemiringen ratz,-r ta dari Sa. 110+200 ke Sa. 11Gt-4fi), turun
.
91i#
l4g I(ONSTBUKSTJAIIIN
b.
BUKUT
:
GEOMETRIKJAI-AN
o
Mencari paniang L.
1)
Berdasarkan
A.Jn'
L= 4).
:
= 39,76 m
3ee
32e
Jh
L- 2Jh- _=
2)
>L :
75
>
--,
tidak memenuhi
:
399
2(75)*399/2,92 =8,51 A
8,51
m
-+
m.
memenuhi
Berdasarkan jank pandangan mendahului:
2,82 (350)
T-
2
= 471,25 m 840
840
Jd
Dari rumus
L = 2Jd-
($a) 840 A
v=
0,60 x 60 = 36 m.
Untuk lengkung cembung dengan kerb:
*->
memenuhi.
:
= 2(35A)
Jd>L:350>4O2,73m ---)
o Dari rumus (4.a2): L= 40 A = 40 (2,82) = 112,80 m
pmiangL , adalah:
Jadi
o o o o
berdasarkan jarak pandangan henti = 8,51 m
berdasankan jarakpandangan mendahului berdasarkan keluwesan bentuk = 36 m. berdasarkan drainase 112,80 m
=
.
477,25 m.
Ambil L= 471,25 meter.(zngka yang terbesar) - 412 meter. Tapi karena panjang lengkungan hanya 400 m, ambil L = 400 meter. @ilamana perbedaan tidak terlalu jauh, iangan dipilih; berarti tidak memenuhi persyaratan yang zda).
" Dari rumus @.33):
A.Jd,
0,60
(1,62+1,20).75,
I-
Jh
Dari rumus $.a):
jank pandangan henti:
o Dari rumus $.31)
ttt
t0enern Geometlik
CATATAN: Harus diperhatikan dilapangan atau didalam ranc ngan geometric, dengan bagian lengkung berikutnya, apakah ovedap atau tidak. Bilamana ovedap, ambil angka yang memenuhi, yang paling besar sebelumnya. Misal, lengkung vertical berikutnya, ada sejarak 300 m, maka ambil yang terdekat, yaitu L = 112,80 - 113 meter. Namun lengkung ini tidak memenuhi syarat iank pandang mendahului; iadi pada ruas tersebut, sebaiknya diberikan rambu lalu lintas, " Dilarang Mendahului ".
"
840
Dari rumus (4.30)
=402,1.3 m 2,92
F*tidakmemenuhi
l) Ilcrdasarkan keluwesan bentuk, untuk lengkung cembung:
A. L
:
2,52. (4OO)
= 1,41 m. 800
800
f BA-B 5 G+E@UGEqHRUB€
PER,SIilffiP4\UUGilA\US ersimpangan merupakan pertemuan dua atau lebih ruas jalan, bergatong, berpotongan atau bersilangan. Berdasarkan posisi letak pertemuan, dibagi menjadi dua jenis, yaitu : X Simpang sebidang (at grade), dan X Simpang tidak sebidang/simpang susun (grade separated), terbagi atas: ) simpang susun dengan ramp dan ) simpang susun t^nPa ramp, Terutama pada simpang sebidang, pada awal peralihan akan terbentuk kanal (cb an n e Ii ryti o n). Sebagai perangkat lalu lintas, kanal merupakan bagian yang menyatu dengan persimpangan, dengan fungsi sebagai :
ED 5
1.
Mengarahkan kendaraan pada
lajur yafig tersedia, untuk
menghindari kecelakaan. 2.
Arus lalu lintas diberi sudut tertento O5" - 105), dengan maksud selain untuk mengurangi kecelakaan, juga mengurangi jarak dan waktu kendaraan yang berpapasan, sehingga tidak terjadi konflik (Gbr.la - garis terputus-putus).
J.
Memaksa pengendara zgar tet^p pada arah yang disediakan, pada sudut arah dan kecepatan pada arus utama (Gbr.lb).
4.
Mengontrol kecepatan kendaraan yang akan masuk persimpangan. Salah satu cara misalnya dengan membelokkan arus kendaraan (Gbr.1c), atau dengan cara lzin, menggabungkan kendaraankendaraan pada suatu bukaan jalanyangagak sempit (Gbr.ld),
15l)
T5I
KONSTR,TIKSIJAI,AN
BUKU r
1-
:
GEOMETRIK
JAIAN
Y
Perangkat kanal, terdiri dari ber-mac m-mac^m jenis : - bisa berupa marka jalan, perubahan kekasaran permukaan ialan,
w^rna yang d^Pzt mengarahkan zhtan kendaraan, dan ^t^lJ pengendalian kecepatan
-
-_-.-....-_
-j$%lt (el
Sumbet: Highway Engineering
-
OGLESBY
Gbr.5.1. Ilustrasi ienis-ienis kanal. sehingga pengendara mau tidak mau akan mengurangi kecepatan kendaraannya. 5.
6.
Terjaganya fungsi lanngan sesuatu tindakan, misalnya berbelok ke suatu arah,walaupun^tas tanpa kehadiran piranti kontrol.
Menyediakan fasilitas tempat berbelok bagr pengendan yang berpapasan (Gbr.1.e) atau pejalan kaki.
7.
Memisahkan titik-titik konflik arus alu lintas, sehingga pengendara
dapat secan cepat, mengambil keputusan, mengikuti arah mma yang diambil. 8.
Dapat dijadikan tefinpat pemasangan lampu lalu lintas, atzu tanda lalu lintas.
r6t
Geonetilh Peasinpongou
dapzt pula berupa bentuk fisik, seperti kerb, pagatfuficin{, pagar pengaman (guard-rail1, atau patok pengarah (guide-post). Jari-iait kanal, dipertimbangkan untuk kendaraan yang belok kanan adalah 15 - 30 meter, sedangkan untuk belok kiri ditentukan oleh lahan yang tersedia dan lebar trotoir, dengan pertimbangan radius putar minimum sebagai berikut, untuk: Mobil penumpang = 6 meter. Truck dan semi trailer = 1,2 meter.
Lebar kanal disesuaikan dengan ial-jari lengkung dan kendara^n renc n , sebagai patokan lihat Tabel 5.1. Dalam hal kanal dipisahkan dari jalur lalu lintas utama dengan pulau, diperlukan daerah bebas 50 cm, disebelah kanan dan kiri kanal tersebut. Daerah bebas digunakan untuk bahu ialan, saluran samping, dan letak pulau lalu lintas.
TABEL
5.1.
LEBAR KANAL Kendaraan Rencana
Jari-jari sisi luar Kanal
Truck Semi-trailer
Truck
13
8,5
5,5
14
8,0
15
7,5 7,0
27
5,5
25
25R
5,0
6,5
6,0 5,0
4,5 4,0
4,5
4,0 3.s
3,5
SUMBER : Standar Specifications for Geometric Design of Urban Roads - 1992
IffI
KONSTRT]KSTJAI,AN
BUKU
1
:
GEOMETRIK.
JAIAN
TABEL 5.2. DIMENST MINIMUM DARI PUI.AU LALULINTAS TIPE
Dimensi
Panianq ( m )
a
w"
1,0 3,0 0,5
L^ R^
b
!7u
+ 1,0 0,5 5,0 m2
$rP
Ru
Luas daerah
'w.
d
Wa
Catatm:
dl.kddbrfq,ai
D+1,0
L SUMBER: Standar Specifications for Geometric
"r--"--\l; ,_="*...-. l__L __:_-.-=qi
1,5
Lu
c
bl-BJoud*ld
hElreo
Elaffihd
5,0 1,0
@
Gbr.5.2. Pulau' Lalulintas
D
= lebar bagian fasilitas ialan. Wo = lebar jalur penyeberangan
Dalam merencanakan kanal, disarankan untuk menggunakan beberapa pulau besar, daripada beberapa pulau kecil. pulau dapat berupa pula, untuk mengatur dan memperlancar lalu linas; pulau pemisah, untuk memisahkan arus searah atau bedawanan; dan pulau pengaman untuk pejalan kaki. Ukuran pulau seperti pada Tabel 5.2.
5.1.
164
Ocowltrik Porsiuporgon
Bila lalu lintas yang dikontrol lewat sinyal Ltztr t^nd^, pandangan bebas, pada daszrnya meliputi arca daerah cakupan yang dikontrol tersebut.
5.1.1. JARAK PERSIMPANGAN
Jxak rntara persimpangan, harus diusahakan sejauh mungkin. harus ditentukan, sehingga lebih panjang dari kondisi minimum Jarak
SIMPANG SEBIDANG.
Simpang ialan pada perremuan sebidang, sangat potensial, untuk menjadi: ) titk pusat konflik lalu lintas, ymg saling bertemu.
) ) )
penyebab kemacetan, akibat perubahan kapasitas. tempat terjadi kecelakaan. konsentrasi kendaraan dan penyeberang ialan. Pada Gbr.5.3- dapat dilihat tipe-tipe dari persimpangan sebidang, yaitu o Kelompok Simpang Tiga Kaki, dan o Kelompok Simpang Empat Kaki.
Gambar-gambar disebelah kiri adalah tipe yang tidak menggunakan kanal. Pada ilustrasi ini, umumnya akan menyebabkan konflik lalu lintas, sehingga perlu diberikan alat pengontrol sinyal lalu lintas.
:
berikut ini:
) ) ) )
panjang bagjan menyusup. antrian pada lampu lalu lintas. jalur belok kanan zttu ialw perlambatan. batas konsentrasi pengemudi.
5.I.2. KONTROL/PENGENDALIAN I-ALU LINTAS PADA PERSIMPANGAN. Untuk persimpangan sebidang,
ada
4 (empat ) ienis pcngcntlalirn
-_,=.:
I55 IIONSTRTII(SIJAL{N
BUKU r
:
GEOMETRIK
JAI-AN
rta
Gmrctri2 Pe,rsinporgor
5.1.3. ALII{TEMEN DEKAT PERSIMPANGAN. lalu lintas, yang dapat digunakan, yaitu:
Secara umum pengendara yang akan menuiu persimpangtrl sebidang, harus mempunyai pandangan tanpa halangan, pada keseluruhan penampang dari simpang sebidang. Persimpangan harus direncanakan dengan baik, agar pertemuan ialan dari
-1. Jenis tanpa pengaturan lalu lintas. -2. Jenis pengaturan dengan rambu peringatan. -3. Jenis pengaturan berhenti. -4. Jenis pengaturafl dengan lampu lalu lintas.
bniuk I md&or
iEMUK r (
bnPo kcol )
N'A
(s)
l-+
SENTUX .Y
(bnpo kool) (hl
--2
SIMPANG TIGA KAKI
--=4:
*tt*
-Y
d€nson
bd*on
persimpangan mendekati sudut 90", atait sama dengan 90". Sudut 60" - 90" masih diiiinkan. pertemuan ^rrtar^ pada persimpangan, merupakan bagian dari menyebar yang Jalan kaki persimPangan. disebut persimpangan, Pada umumnya persimpangan dari dua ialan mempunyai empat kaki, walaupun secara prinsip, banyaknya kaki pada persimpangan sebidang, tidak melebihi 5 (ima) buah. Arus lalu lintas utama, sedapat mungkin dilayani dengan ialan lurus atau hampir lurus.
,,
o
/\
>>----Q -NI,-zosl- *--,
BEMUKPArc
ffi';'5[*ffi \r^, ,12
\\4',
=r-
v
r-
ffis,E3f!
SUMBER: AASH()
SlMPAl.lc EM"AT KAKI
/-
\ /
\N\\\;7,/' L/
Alinyemen florisontd. Jarak pandang minimum, tergantung pada kondisi ialan, pengendara dan terutama kecepatan kendaraan dan reaksi-reaksi impulsif yang diielaskan pada Bab 2 diatas. Sebagai standar, jarak pandang minimum ini, diberikan pada Tabel 5.3.
TABEL 5.3:JARAK PANDANGAN MINIMUM DI PERSIMPANGAN. KECEPATAN RENCANA
SIMPNGM*
(km/iam) 1965
Gbr.5.3. Bentuk Persimpangan Sebidang
Adalah mutlak untuk mengadakan koord.inasi perencanaan simpang dengan perencanaan kontrol lalu lintas. Padaialan dengan kecepatan rencana 260 km/jam, Pengontrolan berhenti atau dengan rambu, tidak dapat digunakan.
JARAK PANDANG MINIMU (M) Signal
60 50 40 30 20 SUMBER: Sandar Specifications for
.
Contol
Stop Control
170
105
130
80
100
55 35
70 40
20
Geometric Design of Urban Roads - 1992
Jari-iari minimum Jai-ian minimum as jalur lalu lintas, disekitar persimpangan, scstritt dengan kecepatan rencana dan ienis kontrol lalu lintas, dibcrikan ;urlr Tabel5.4.
Qt_
I57
KONSTBUKSIJAI,AN
TABEL
5.4.
BUKU r
:
GEOMETRIK
JAI-AN
JARI-JARI MINIMUM DI .PERSIMPANGAN.
KECEPATAN RENCANA
lJilamana jalur tambahan (auxiliary lane) diperlukan pada persimpang:rrt
JAI-AN UTAMA Staodar Minimum
Gm/iam)
Jalanyang menyilang (
denmn stop control )-m
280
80
60 150 60 50 100 30 40 60 15 30 30 15 20 15 SUMBER : Standar Specifications for Geometric Design of Urban Roads - 1992
o
rtt
GoreiiiE P€rsiipoxgor
Alinyemen Vertikal
ialan, lebar ialur lalu lintas menerus dapat dikurangi sampai angka yang tcrcantum pada kolom 3 - Tabel 5.6' l.ebar standar dari ialur tambahan adalzh 3,00 m, namufl bila diperlukan tergantung pada karakteristik lalu lintas dan tersedi^nya. rtl^flg. Angka yang tercantum dalam kolom 4,Tabel5.6. dapat dipakai.
TABEL
5.6
,EBAR LEBARJALUR
KEI-ASJALAN TIPE II
LURUSCTANGEN)
LEBARJALURLL. MENERUS /
/
J/-],UR
IEBARJALUR TAMBAHAN
TAMBAHAN Kelas Kelas Kelas Kelas
I
3,50
3)5;3,00
II III
32s 3,25;390
3,OO 2,75
325;39;2,75
390;2,75
IV
Pengendara.
Jumlah jalur keluar dari persimpangan, sebaiknya sama dengan fumlah ialur masuk ke persimpangln. Bagjan keluar dari falur lalu lintas meflerus, hendaknya ditempatkan pada satu garis lurus, dengan ialur masuk dari falur lalu lintas menerus, tidak boleh bergeser pada persimpangan. Bila terpaksa ada pergeseran ialur Qane-sbfi, dari lalu lintas menerus, harus dibuatkan lengkung/taper yang tePat, untuk membuat ialut belok. Standar taper, dan panjang 'minimumnya tercarltum pada Tabel 5.7.dan Tabel5.8.
Tabel5.5. Paniang minimum bagian berkelandaian rendah. Paniang minimum bagtan JAII,N TIPE II
TABEL
)
Landai maksimum. Landai maksimum pada persimpangan tidak meleblhi 2o/o, kalau dapat diusahakan, buat serendah mungkin untuk memberikan kenyamanan pada
)
Paniang minimum bagian dengan kelandaian rendah. Panjzng pada bagian yang mempunyai kelandaian rendah, didekat persimpangan, sebaiknya ditentukan oleh perkiraan panjang anaian, yang terjadi selama satu periode berhenti, sesuai dengan Tabel 5.5..
berkelandaian rendah.
Kelas Kelas Kelas Kelas
lalut.
TAPER
60
1/30
I II III
40 35
50
r/25
N
r/20
15
30
r/ls
fV
20
t/10
6
Potongan Melintang dekat Petsimpangan.
)
5.7. Standar Tapet dari Pergeseran
KECEPATAN RENCANA &m/iam)
Lebar dan iumlah idur
TABEL
Minimum T
5.8.
KECEPATAN RENCANA &m/iam)
PANJANGTAPER*)
MINIMUM (m)
@
q
50
35
N
30
30 20
25 20
T59
t
KONSTRUI$iIJALAN BUKU T
:
GEoMETRJK JAI.AN Ceoup-tri0 Persinporgor
!ra x)
Sebagai perbandingan, gunakan rumus:
L=Vx4/3
..........(
dimana:
L. = mr* { l.rl, }
s.1. )
dimana
L = panjang taper
y= ff:::::lal
(m). raru-lintas menerus (m). latur
I;::il'#H;; ffi'iJ:Tffi;Tff#iP; o
t =r*d*/U
V = kecepatan rencana, 4 = p.rges eran jilw = lebar jalur belok kanan (m). Paniang ialur antria: qrdu. persrmpangan tanpa lampu lalu lintas, didasarkan pada jurnlah 'k.ridrrrm y^ng masuk petsimpangan setiap 2 m."it p"a";r- .iioL.
sebagar panjang
Jalur belok kanan.
L"=2xMxs
ffi
- )
2:";:;l^r^n Larangan
sebidang harus dilengkapi dengan jalur belok
0",,"].fr"T
pada persimpangan.
i'p,.
M = rata-ratakendaruan yang belok
i.{*l'l!""ii; * :' n J k: il"i ^ia'li' kecepa,i" ,*._, 40 km/jamatau i,"
s
va ng
#*"3i:,frr*gan enda ;:;; /,T;T;Jt,H.fffi1ffi kurang 2oo
k
dai- 20oh dari
":Tji*",J,ff ""f"rrl" ,J".'#,irp jrrn.
Panjangialur belok kanan, dapatdihitung dari
d ap
(
a,
s=
;il;
kurang,
Jika bus/truck ddak
jalur belok
(u.
-om.
-/m.
:1" (panjang
L.=1,5xNxs
s.s.) dimana : N = banyak kendaraan yang belok kanan
( m ).
s
fir; afi;;
= head distarrce ,^r^_rui.1^1.
Panjang minimum yang dibutuhkan untuk pedambatan
^r ^nta1 padl pergeseran ITg $p.rJuk3 ,r".",r1:ll1l: sampai pada jarur b"J"k
s
1,2m
"Y:H:r1*'impangan
Panjang taper adalah nilai terbes
yang dipedukan untuk
ada
=
kanan
vzng ada lampu lalu lintas
-..-.-..( s.2.)
kanan ,t Lt-: tli*g panlang taper ( m ). k = pan;ang jal"r antrian (m)
kend/menit ).
head distance na_rua (m). Untuk bus dan truck s Untuk kendaraan lain s
:
L=L,+L,.
dimana:
dimana:
panjang
r.r._p.ArXUu]'l..rdr.r.,
ffffi:f,,il?;:rrlans 5.2.
ainar"k"' o"t"k
P:;;;;
(J dan Q, dapat
SIMPANG TIDAK SEBIDANG.
Simpang tidak sebidang, dibangun ,Tpk memper'c.sar k;r;rer,rri. menambah keamanan dan fi."u-"i"n riisam^i^..
* 16I KONSTBIIKSIJAI,AN
BUKU
T:
GEOMETRIK JAI,AN
Gmneltib Pe-rsluporgor
topografi dan kebutuhan akan pengontrolan ialan masuk pada izlan-ialan tol danfreeway
TABE
5.9. Panians
Minimum l- dan yang Paniang minimum
Kecepatan Rencana
Paniang minimum (rn)
&m/iam) 80 60 50
(
40 30 20
dibutuhkan untuk pedambatan
l,)
yang
diperlukan utk pergeseran
(L)
45
40
30 20
30 25 20
15 10 10
15 10
5.2.I. BENTUK'SIMPANG TIDAK SEBIDANG. .
Berbagai jenis bentuk simpang tidak sebidang/simpang-susun, dapat dilihat pada Gbr.5.4. Pada Gbr.5.4z. adalzh bentuk "diamonl' merupakan bentuk simpang susun yang paliflg sederhana. Prli"g memadai digunakan pada suatu persimpangan jalan bebas hambatari dengan iabn zrtei tidak bebas hambatan. Keuntungan tipe ini zdala-h, semua kendaraan dapat keluar masuk dengan kecepatan tinggi, walaupun mungkin akan terjadi kemacetan, pada titik-titik dimana ialan artei menerima limpahan lalu lintas dari ialan bebas hambatan. Keuntungan lain adalah penggunaan lahtnyangrelatif efisien dan sedikit dibanding tipe lain. Tipe 'semanggi' (cloaer leaj bisa berupa clover-leaf penuh -full clover-leaf (Gbr.s.ac) atau clover-leaf sebagian (partially clover leaf)-Gbr5.4b. Tipe ini paling cocok untuk jalan bebas hambatan yang bertemu dengan ialan arteri tidak bebas hambatan, atau pertemuan dua ialan raya utama, seperti pada iembatan Semanggi,Jakana. Tipe ini memedukan pembebasan lahan yang luas, terutama yang semanggi penuh, sehingga sulit ditrapkan pada lahan sempit dan terbatas. Tipe clover leaf sebagian banyak digunakan pada pertemuan ialan utama dengan ialan lokal, dimana loop-rampnya digrrnakan untuk melayani arus lalu lintas utama,y^nghendak berbelok; untuk itu loop-ramp ini agar ditempatkan pada kwadran yang sesuai.
SUMBER: Highway Engineering - OGLESBY
Gbr.5.4. Bentuk berbagai ienis simpang tidak sebidang.
t&l
;* IGIN I(ONSIAI]KSIJAI,AII
BUKU
T:
Itt
Oeonetl ik Perrsinporgo,
GEOMETRIK JAI,AN
Seperti juga tipe diamond, tipg d zgar dapat berfungsi maksimal, memedukan banyak rambu-rambu lalu lintas, untuk mengarahkan dan menuntun kendaraan. Gbr.5.4d.berupa simpang susun langsung (direxional interchang), cocok untuk pertemuan dua iilan bebas hambatan. Langsung diartikan, kendaraan yang *kan membelok langsung menuju kearah yang dikehendaki, lain dengan tipe full clover-leaf, kendarlun y^ng ingin belok kiri, harus mengambil arah kekanan dulu dan memutar 2'70" baru bisa kekiri; demikian p.rla tip" diamond, harus mengarah drrlu kearah berlawanan dari yang dituiu, baru bisa ke alrz;h yang dimaksud. S7alau bagaimanapun, ini adalah bentuk pengaturan arah sesuai masingmasing tipe, walaupun dapat saia dimodifikasi dengan tetap mengacu pada
Ialur Kolcktor/distributq
Jalur;iatur Penghuhng
(Rlag)
pola dasarnya. JelurPanampung
5.2.2. KETENTUAN UMUM PERANCANGAN SIMPANG TIDAK SEBIDANG.
-
dan tipe II dimana akses langsungnya dibatasi (partial access control), pertemuannya umumnya berupa pertemuan tidak sebidang.
Jalan tipe
I
-
Persilangan atau pertemuan jz-lain tipe II yang mempanyu 4 jahx atau lebih, umumnya tidak sebidang, namun dalam situasi khusus, misalnya akibat topografi, bisa saja dibuat sebidang.
-
Persilangan/pertemuan izlan tip. II, umumnya dibuat tidak sebidang untuk memenuhi kebutuhan lalu lintas utama.
Dalam perancangan simpang tidak sebidtng banyak hal yang harus dicermati Lntara,lain faktor perencanaan berupa : o Jenis-jenis ramp Qangsung, tidak langsung, atav loop) dan landai ramp. o Jalur-ialur tambahan (auxiliary lane) o Keluar masuk simpang o Standar geometrik yang digunakan. o Ruang bebas (clearance high/width) o Konsistensi bentuk persimpangan.
SUitttR: 3t t74. nA(fASAJAUil.
Gbr.5.5. Bagian Simpang
Susun
rt
( contoh : tipe Semanggi )
s.2.3. STMPANG SUSUN (TNTERCHANGE ). 5.2.3.1. Bagqan Simpang Susun.
Ilustrasi umum mengenai bagan simpang susun, diwakili oleh tip. semanggi, sebagaimana tampak pada Gbr. 5.5.
o
Jalur
utama :
lalulintas paling padat.
diperuntukkan arus utama lalulintas, volumc
o
Jalur Kolektor/Distributor: searah dengan jalur utama, sebagui pengumpul dan pembag arus yang menuju dan meningS;alkan ia'iur utama. Pada baglan ujung meriyatu dengan jalur utama, irenia,li ialtrr
pedambatan atau percepatan. o Jalur penghubung (ramp), menghubungkan dua larur rrr;rnm.
.t*
BUKU r
165 KONSTIIf]KSIJAI,AN
:
GEOMETRIK
JAIAN
'road),
tujuan, kendaraql mengeiilingi titik pusat lebih dahulu dengan nron()r()1r, salah satu arus lqlr-rlintas secara tegaklurus. Hubungan tida\ langsung, seperti pada tipe semanggi, pencapaian tuiuirrr dilakukan dengqrl melakukan putaran 270" d,alam aiah-bedawanan lcl>ih dahulu, baru mqrlca;iai tuiuan.
utama' ialur lokal disamping ialur Jalur samping ffrontage terpisahdariarussimpangsusun,memberikanakseslokaldariialan
o
sekitarnya.
( Ramp 5.2.3.2. Macam-mac^rrr Jalur Penghubung
)'
5.2.3.3.
d.r
O
-
Ht BUI\GAN ARIJS I-ALIN SEIII{CAH I,AI{GSIAG
- HUBUNGAN ARIIS LALTNTIDAK r,aNcsuNc
e).
Eleme\
Peren c^naa
nsimpang Susun.
Beberapa faktol yang harus diperhatikan dalam merencanakan simpang susun adalah: ) Tipe dan Ke[s Jilan, ) Volume lalu yptas, ) Kecepatan \";rcana, ) Keadaan topoEafi, ) Tata Guna T2nah dan rencana peruntukannya, ) Biaya dan aQryill5trasi pembangunan, dan ) Manfaat bagi penggu na ia)an. Secara umum sudah dibahas pada Bab terdahulu, hanya secara spesifik, karena simpanq Susun biasanya dibuat padz daenh perkotaan, beberapa kriteria geometr:ir disesuaikan dengan standar perancangan untuk daeiah perkotaan. Padq bab-bab terdahulu umumnya dikhusuikan untuk jalan antar perkotaaq, walaupun secara pemikiran dasar, tidak jauh berbeda
r) drn b) - ITUBUNG{{ ARI-6 LALIN LAMSUI{G c)
Ita
Gmrutilh Perrsi\orgotr
arTt^r^ keduanyq.
(tamp)' Gbr.5.6. Jenis pencapaian pada ialut penghub"ng
'
oleh arus lalu lintas, Berdasarkan pola pencapaian yang dilakukan jenis bentuk ramP , Yaitu: t Hobrr.tgrn langsung (direcfi - Gbr'5'6a dan 5'6b'
o Hubungr., ..t".rgrh luttgtottg
(serni-dirut)
dan 5.6d.
o Hubungan tidak langsung
(irtdirecty
-
-
5.2.3.3.1. Ket€patan Rencana Ramp. 2idz
Kecepatan ren(arra pada ial,i- penghubung, regantung pada kelas jaran dan kecepatan renCQn4, yang diberikan pada'Tabel 5.10.
ngz
.
Gbr'5'6c'
Gbr'5'6e'
dilakukan tanpa meHut Hubungan langsung, adalah pencapaian yang 11| mencapal p.rrr, [l"Uift"arfr"rrt". Ht'bot'gan setengah langsung' dalam
I
KECEPATAN RENCANA (l,m/tam) Jalan utama tipe I dan tioe II
* IIIT KONSI'BT]KSIJAI,AN
5.2,3.3.2.
r:
GEOMETRIK JALA'N
Petencanaan Geometrik untuk Ramp.
) LebarJalur : ) )
BUKU
Lebar Bahu Median
:
Pada umumnya lebar falur
=
3,50 meter.
lihatTabel5.11. Lebar Median pada ramp dua arah =2,0 m Termasuk lebar pemisah tengah ( central separator ) 1,0 m; pengecualiaan jika pada ramP terdapat pemisah oleh bangunan, lebar pemisah tengahnya dapat diperkecil nilai minimum 0,50 m. ) Jalur tepian : (I\{arginal Strip),lebar ialur tepian bahu ramp = 0,5m ) Ruang Bebas : Ruang bebas untuk ramp sebagumana pada buku 2: (Ctearanc) Perancangan PerkerasanJalan dapat dipakat. ) lari-iai min. Ramp : dapat dilihat padaTabel5.l'2. ) Superelevasi ramp : dapat diikuti sesuai pada Tabel 5.13. : sebagaimana tercantum pada Tabel 5.14. ) Pelebaran Jalur : dzpat mengikuti Tabel 5.15. ) jarak pandang : Kelandaian ramp dibatasi sampa 6oh. ) Kelandaian
TABEL 5.T}. SUPERELEVASI RAMP a). Kemirinean melintanp standar = zoh SUPERELEVASI(o/o)
m tan Rencaha ( km 80 280 - 330 330 - 380
60 140 140 - 180 180 - 220
120 - 160
7 6
380 .450
220 - 270
160
= 5,m
200.240
130
5
540.670 670-870
270-330 330-420 420.560 560.800 800 -2000
2q"y0
160.210
310.410 410,590
210 "280 280.400 400,800
10
- 280
9 8
450
4 3
2
1240 -3500
b
1 ialur,
Lebat bahu Kiri (m)
2 arah
2ialur.l
a:,ah
Kanan (m) 1,00 0,75
2,50 0,75
5.12. lari-iari Minimum Standar Minimum KECEPATAN (*) RENCANA &m/iam) 280 80 140 60 90 50 50 40 40 35 30 30 20 25
Pengecualian Minimum (m)
230
.110 70 40 30 20 15
40,35,30,2s
-50 50-70 70-90
.200
90 .130
590 - 1300
=
160
Kecepatan Rencana ( km/iam ) 80
TABEL
60
50
40,35,3025
800.1370
590 "1000
4m.600
1370.1500
1000.1300
600.800
1240
"2100 2100.2500
5.14.
PEIJBARAN
PELEBARAN (m)
Jali-iarr as ialur
1 ialuq 1 arah
TABBL
50
-90 90 - 120
melintans standar = l.5o lai-iailenskuns(m)
SUPEREI.EVASIC/O)
1,5
5.11.
-
870.124
2
TABEL
t0a
Georetrih Persirporgor
3,75 3,50 3,25 3,00 2,75 2,50
22s
2,N 1,75 1,50
12s 1,00 0,75 0,50
02s 0,00
(m) 2 ialur.
l
arah
15-21 2t -22
t5-21 2t -23 23 -25 25 -28 27 -29 29 -32
32-36 36-42 42-48 48-58 58 -72 72-
22-23 -24 -25 25 -26 26 -27 27 -29 29 -31 23 24
JI-JJ
33-36 36-39 39 -43 43-47 47-
* 169 KONSTBI]KSIJAI,AII
ABEL
5.15.
1:
GEOMETRIK JAI,AN
ttto
80 110
60
50
75
55
40 40
35
30
25
35
30
25
5.2.3.4. Jalut Perlambatan Jalur perlambatan mengikuti angka yang tercaritum pada Tabel 5.16.
TABEL 5.16. IALUR PERI-AMBATAN 100 80 60 V &m/iam) PanjangJalur Pedambatan standar ( tanoa taoer) Paniang Taper standar Seatah/seiaiar-
50
40
90
80
70
50
30
60
50
45
40
40
Untuk dua jalut perlambatan, paniang minimumnya ( 120 Tabel
Ito
Georct[ik Pe-siuporgon
Tabel5.18. Ialur Perce
IARAK I'ANDANG HIJNA I
V ftm/iam) f
BUKU
150 ) 7o
dari yang tetcantum pada
5.16.
l)anjangJalur l'ercepatan standar ( tanna tamr') Paniang Taper standar Searah/seiaiar-
100
80
60
50
40
180
160
120
90
50
60
50
45
40
40
paniang jalur percepatzn minimum yang menufun, harus dikalikan dengan koefisien yang tercantum pada Tabel 5.19.
TABEL
5.19.
Koefisien konversi ialan turun (ialur Percepatan)
Rata2 Kelandaian ialur
0
2
3<1<4
4
1.00
1,20
1,30
1.40
menerus(o/o)
Koefisien konversi
Panjang jalur perlambatan minimum yang menurun, harus dikalikan dengan koefisien y^ngtercznrum pada Tabel 5.17. TABEL 5.17. Koefrsien (onverci ialan turun ( Ialu Ralo,z
ba tan )
o
2
3
4
1,00
1,10
1,20
1,30
Kelandaian
ialur menenrsf/n)
Koefisien konversi
5.2.3.5. Jalut Petcepatan Panjang jalur percepatan standar tercafltum pada Tabel 5.18. Sedangkan untuk dua ialur percepatan, paniang minimumnya adalzh (1,20 - 150)% dari yang tercantum pada Tabel 5.18
r +------I
La
#4tn:
TAP
-
--'
uR TEPI.\.I_ T
( U,
YIPE
EBAR JALUR
TAPEF SWR:
tutacaod1 Stadd kkddn. ud*Jda
/ perceP^tan. Gbr.5.7. Tipe ialur pedambat ^n
aimd''
* 17I KONSIBUKSIJALAN
BUKU
1
:
GEOMETRIK JAI-AN
5.2.3.6. Perpotongan dengan Jalan.Rel.
) Sudut perpotonga n ant,lf^ ialan rel dan ialan raya harus membenruk sudut 45" atau lebih. ) Alinyemen dekat persilangan dibagian sepanjang 30 meter sebelum dan sesudah pefpotongan, serta persilangannya, harus dalam keadaan lurus, dengan landai jalur lalu lintas # 2,5o/o, namun unruk kondisi topografi yang berat syarat ini tidak mudak dilaksanakan.
)
()
eow.ltih Pe.sirpo*gn*
> Pada pembangunan simpang tidak sebidang, kadangkala difumpai kabcl listrik melintas, pada lintasan ialan. Untuk kabel listrik dengan tegangan
rcndah, pemindahan atau peninggian posisi kabel tidak tedalu berrnasalah; lrcrlainan bila kabel listrik adalah kabel tegangan tinggi. Pemindahan atau peninggian tiang kabel, akan memerlukanbiaya yang cukup besar. Untuk
itu, perencana harus merancang tinggl struktur Lgat 'ruang bebas' (clearance) memfunyai titgg sedemikian, hingga ruang yang disyaratkan memenuhi sy^rat.
Jarak pandang minimum harus mengikuti tabel 5.20. sehubungan
dengan kecepatan kereta api padapersilangan
Pada Tabel 5.27. adalah persyaratan iarak bebas
tegangan
TABEL
Minimum pada anpan ialan rel dan ialan Kecepatan Maksimum Jarak Pandang minimum Kereta Api (km/iam) (m) 5.20. Jarak pandang
<50
tirgg
penghantar SUTT dan Tabet 5.21. ! aruk bebas (minimum) ^nttta tanah dan benda larn SUTET SUTT 65 kV
LOKASI
No.
(m)
110
< 70 70 ata'r lebih dan < 80 80 atau lebih dan < 90 90 atau lebih dan < 100 100 atau lebih dan < 110
200 230 260 300
2.
Jalarr rayz.
3.
110 atau lebih
350
4.
50 atau lebih dan
minimum dari kabel listrik
dengan suatu struktur.
SUTT 1s0
kv
(-)
SUTET
5OO
SIRKUIT
SIRKUIT
GANDA
(m)
TUNG GAI,
160 1
KV
(m)
6,5
7,5
10
11
8
9
15
15
Pohon-pohon pada umumnya.
3,5
4,5
8,5
8,5
Bangunan tidak tahan api, dan
12,5
13,5
t4
15
Lapangan terbuka, pada derah luar
kota.
lapanpran ola.hrag.a.
Jarak pandangan harus diukur, sepaniang garis sumbu iatan rel terluar dari titik potong dengan garis sumbu falan raya ke titik teriauh dari jalan rel
5.
Bagian bangunan yang ahan aPi.
3,5
4,5
8,5
8,5
6.
SUTT lainnya: penghantar udara
3
4
8,5
8,5
tersebut, yang dapat rlilihat dari titik tertinggi 1,00 m diatas permukaan
tegangan rendah, taringan telekomunikasi, dan kereta gantung.
ialannya. 5.2.3.7.
Lain-lain.
) Fasilitas drainase mudak diperlukan untuk mengdirkan air permukaan keluar arcalialar' tanpa mengganggu ldu lintas. ) Marka jalan harus dibuat mengikuti standar yangarda. > utilitas dibawah tanah seperti saluran air minum, gas, kabel-kabel lisuik atau tilpon, Ltztt saluran air kotor, diharapkan dianam kembali diluar Damiia, sesuai aturan yang berlaku.
7.
Rel kerea biasa
8
9
15
l5
8.
Jembatan besi, rangka besi penahan penghantar kereta listrik terdekat, dan sebagainyx.
.,l
4
8,5
tt,5
9
Titik tertinggi tiang kapal
3
4
8,5
lt.5
pada
keduduken air pasang/tertioggi, pada lalu linas air. sr
rMiltrl
Pl N
*1
B4\B 6 PEB,@SEDU,.B- DAUS E4\UU'GAKABG = &AUSGTK4\H
PER4\US@AUU'@A8U rosedur dan LangkahJangkah perancangan disini, dimaksudkan untuk melengkapi lingkup bahasan teoritis yang sudah dipaparkan di bab-bab sebelumnya
ED !=J6.I.
PROSEDURPERANCANGANGEOMETRIK JAI.AN RAYA-
Prosedur perancangan dibawah ini dicuplik dari buku Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan antar Kota No. 038/T/BM/1997 dengan beberapa penjelasan yang dtanggap pedu.
6.I.7. LINGKUP PENGERJAAN PERANCANGAN GEOMETRIK Pekerjaan perancangan geometrik jalan meliputi 5 tahapan:
1. 2. 3. 4. 5.
Melengkapi peta dasar. Identifikasi lokasi ialan. Penetapan kriteria perancangan. Penetapan alinyemen ialanyangoptimal, dan
Penggambaran detail perancangan geometrik jalan dan pekerjaan tanah.
6.I.2. DATA PETA DASAR Peta dasar yang petlu untuk suatu perancangan geometdk adalah
1. Peta topografi berkontur y^ng akan
:
diiadikan peta dasar perancangan jalan, dengan skala tidak lebih kecil dari 1 : 10.000
r7t
{ I74
I(ONSTRIII(SIJA|,AN
BUKUT
:
GEOMETRIKJAI.AN
( skala
23. 4.
1:2.500 dan 1:5.000 sangat disarankan). Perbedaan tinggi setiap garis kontur disarankan tidak lebih dari 5 meter. Peta Geologi yang memuat informasi dmzhyang labil dan daerah stabil.
Peta tatagana lahan yang memuat informasi ruang peruntukan ialan.
6.1.3. TDENTIFIKAST LOKAST JALAN Berdasarkan d*ayangdri butir 6.1.1. selaniutnya, tetapkan : 1. Kelas MedanJalan ( berdasarkan Tabel3.1.) 2. Titik Awal dan Akhir perancangan, dan 3. Daerah-daerah yang layak dilintasi jalan, berdasarkan struktur tanah, struktur geologi dan pertimbarrgan lainnya.
6.I.4. KRITERIA PERANCANGAN 1). Tetapkan:
Untuk per^nclngzn geomerik, perlu diteapkan klassifikasi menumt fungsi jalan @ab 1.3.1.3). b) Kendaraan Rencana @$ 2.3.1.). c).V** dan V.,n @*2.3.2) dan d). Kecepatan Rencana \(Iabel 2.4 danTabel 5.10) a).
perancangan tersebug ditetapkan berdasarkan
pertimbangan kecenderungan perkembangan transportasi, dimasa yatg akm daang, selama umur rencan^ yangdiinginkan.
6.1.5. PENETAPAN ALTNYEMEN JArl\N Pemilihan alinyemen optimal, dilakukan dengan a).
:
Mengunakan data dasar, dibuat beberapa dternatif alinyemen horisontal, yang dipandang memenuhi kriteria perancangan
Ortir
Long2o?.-0ongkoL Peroncongor
dan potongan melintang-nya. @utir 6.1.5.2. dan 6.1.5.3.) c). Semua alternatif alinyemen dievaluasi @utir 6.1.5.4.)
6.1.5.1. Alinyemen Horisontal 1). Berdasarkan kriteria perancangan, ditetapkan:
a). Jai-jari minimum lengkung horisontal (fabel 4.2 dain Tabel
Pera irnngan ialm yzng tda.
2) Kriteria
hosedur don
6.1.4.1).
b) Setiap altematif alinyemen horisontal dibuat alinyemen vertikal
s.4). b) Kelandaian Jalan Maksimum (fabel 4.1
1
)
.)
Paniang maksimum bagian jalan yanglurus (fabel 4.1.)
d)
Jarak pandang henti dan jaruk pandang mendahului @ab 2.3.1.0, dan Bab 5.1.3).
2). Dengan memperhatikan kriteriz per flc rrgun dan damiia @utir 6.7.5.3.1,.), pada peta dasar perancangan, rencanakan alinyemen horisontal j alan, untuk beberapa alternatif lintasan(I-ampkan 24).
3). Pada setiap gambar altematif alinyemen, cantumkan fiofior disingkat Sta. dan ditulis $12. ooo + ooo, dimana ooo 2dal2l kilometer, dan o o o adalah satuan meter.
staion, satuan
Penomoran Sta. ditetapkan sebagai berikut:
a). Pada
brg* iilan
yzrry lurus Sta. dicantumkan untuk setiap
50,00 meter Pada bagian ialanyarglengkung Sa. dicantumkan untuk setiap b). 20,00 meter. c). Penulisan Sta. pada gambar dilakukan disebelah kiri dari arah kilometer kecil ke kilometer besar.
6.1.5.2. AlinyemenVertikal 1). Berdasarkan kriteri z peranc^ng n, tetapkan
:
a).Jai-jan lengkung vertikal minimum @ab a3.2) b) Kelandaian Jalan maksimum (fabel 4.1 1 ) c). Panjang jalan dengan kelandaian teftentu yang membutulrkatt laiur pendakian (Bab 4.3.1.), deln d). Jarak pandang henti dan iarak pandang mendahului ([]ab 4.'1.';,.1. dan 4.3.2.2.)
r I78
I(()NSTBTIKSIJAI,AII
BUKU T
:
GEOMETRIKJAIAN
hosedul don
2). Dengan memperharikan kriteria perancangat, refic nakan
d). Memiliki jumlah paniang jembatan paling sedikit atau
gambar alinyemen vertikal untu\k semua alternaaf alinyemen horisontal. Gambar alinyemen vertikal berskala panjang 1:1.000 dan skala venikal
1:100.(I-ampiran24) 3). setiap alinyemen pedu diuii terhadap pemenuhan jarakpandang, sesuai ketentuan yang diuraikan padtBab 2.3.10.
Lorqko&-0ongho& Pemncnr.gon
tr7
paling
pendek, atau paliflg murah.
2). Pzda, akernanf yang paling efisien, perlu dievaluasi koordinasi antarz alinyemen horisontal dan vertikal@ab a.4.) Perubahan kecil pada alinyemen terpilih ini, dapat dilakukan; tapi iika perubahan alinyemen tersebug mengakibatkan penambahan pekeriaan tanah yangbesar, maka proses seleksi alinyemen pedu diulang kembali.
6.1.5.3. Potongan Melintarig 1). Berdasarkan kriteria perzlncang n, terapkan
6.1.6. :
a). I-ebar lajur, lebar jalur, dan lebar bahu ialan
(-ampiran23.). b). Pelebaran jalzn ditikungan untuk setiap tikungan (I-ampiran 22); dan
c).Damzja,Damija, dan Dawasja. @ab 1.3.2-) 2). Rencanakan gambar potoflgan melinrang jalan dengan skala horisontal 1:100 dan skala vertikal 1:10. Gambar potongan melintang dibuat unruk setiap
titik
Sta.
3). Potongan melintang jalan beserta alinyemen horisontal, serra alinyemen vertikal, digunakan untuk menghitung volume galtan, timbunan, dan pemindahzn mateial gahzn dan timbunan. 6.1.5.4. Pemilihan Alinyemen yang
PENTYAJIAN RANCANGAN GEOMETRTK
Bagm-bagzLn per^nclrlgln yang disaiikan, meliputi : a) Gambar alinyemen horisontal ialan, ymg digambar pada peta topografi berkontur PamPfu an 24) b) Gambar alinyemen vertikal ialan Q-ampkzt24) c) Diagram superelevasi {'mpitan, 24). d) Gambar potongan melintang ialan untuk setiap titik Stasion. E Diagram pekerjaan tanah (mass diagram), dan 0 Bagm-bzgSmizlan yang dianggap perlu. Pada Lampkzn 24 d*n 25 dapat dilihat penyaiian alinyemen horisontal,. penyaiizn alinyemen vertikal dan penyaiian beberapa potongan melintang.
6.2.
PEKERJAAN GALIAN DAN TIMBUNAN
Optimal
6.2.1. PERHITUNGAN PENAMPANG TANAH. 1). Perancangan untuk beberapa alternaif, berruiuan mencari alinyemen ialan yangpaling efisien, yaitu alinyemen dengan kriteria sebagai berikut : a). Alinyemen terpendek. b). Semua kriteria perencanz n harus dipenuhi. Jika tidak ada altetnattf alinyemen y^r7g memenuhi perenczinaan, maka kriteria petenc ta n harus diubah. c). Alinyemen yang dipilih, memiliki pekerjaan tanah yang paling sedikit, atau paling murah(Bab 6.2). Yang dimaksud pekerjaarn tzinah disini adalah, meliputi volume gahm, volume timbunan dan volume perpindahan serta pengoperasian tznah gakan dan timbunan.
Metoda untuk mencari luas penampang galian/timbunan pada setiap Stasion, dapat dilakukan dengan cara: a). Untuk penamPang yang tidak beraturan, luas penampang dicari dengan menggunakan alzt planimeter, atau dengan cara sederhana,
menggambarkan PenamPang paLdz kertas milimeter-blok, kemudian hitung kumulatif kotak yang tercakup area penamPang, kemudian kalikan dengan skala gambar (Gbr.6.1-).
4 r7E
KONSTRUKIiIJAI,AN
BUKU r
:
GEoMETRIK
'IAI^AN
l}osedurt don Longho&-0ongko[ pe,toneongon
r7e
6.2.2. PERI{ITUNGAN VOLUME TANAH. Perhitungan volume tanah padapekerjaan galian dan timbunan,
lotmj Luos:C(b+Srcl,dimono
S:m/C: : kernlrlngon
lriasa dilakukan dengan metoda Double End Areas (I-uas ujung rangkap), yaitu dengan mengambil rzta-ra;ta luas kedua ujung peoampang dari Sta.1 tlan Sta.2, kemudian dikalikan jarak kedua Stasion(Gbr.6.2.) Ini dilakukan rrntuk semua titik stasion yang berada pada rarncangarn trase jalan.
Volume = (A,
Gbr.6.1. Menghirung luas penampang
b). Untuk penampang yang beraturan, gunakan rumus planimetri
+ Ar)/2 xiaruk (n u).
I)apat juga dilakukan dengan menggunakan Forynula
biasa. (Gbr.6.1b).
Volume rlimana
......(6.1.)
Piwa
A1+4M+,.\2
xiarak ( rn') .
.....(6.2.)
A, = luas penampang di Sta.1 A, = luas penampang di Sta.2 M = luas penampang dipertengahzniaruk Sta.1 dan Sta.2.
Untuk mencari volume galian pada penampang berupa
lengkungan, akukan perhitungan luas ujung, diantara izrak l, sebagaiman a paida Gbr.6.3 Untuk perhitungan timbunan, lakukan dengan caru yung sama seperti
I
Gbr.6.2. Metoda luas uiung
untuk timbunan.
6.2.3. DIAGRAM MASSA.
beIol
gd[qn
Gbr. 6.3. Metoda Perhitungan Volume tanah pada I-engkungan
Diagram massa (Lfiass diagmn), adalah kurva yang penggambxan pemindahan anah (baul1, pada suatu penampaog melinang, dittas atau dibawah profil jalan, mulai dari suatu stasion tertentu sampai stasion berikutnya (ihat Gbr.6.4).
sit
KONSTRTII{,SI JAI,AN
BUKU r
:
GEOMETRIKJAI-q,N
PLose.dut
i
lr
r
n t ongboft - 0oitgbofi
Pe-rtoroe.nrognn
diapgam massa, akan merupakan puncak lengkungan; sebalikn,va titik e (profil) yang merupakan peralihan timbunan ke galian ) pada
diagram massa berkorelasi dengan titik terendah Il. Bila kita perhatikan gambar profil posisi titik b dan e adalah pada kcduclukan garis kelandaian.
-
perbedaan tinggi antara dua posisi garis vertikal pada diagram massa (misalnya FF'* GG) adalah jumlah volume tanah yang clipindahkan.
-
afitara dua stasion sembarang, seperti "X-C" pada cliagram massa akan merupakan garis keseimbangan (balance-line), yattu galian dan timbunan pada gambar profil akan memberikan harga Yang sama. pada lengkungan cembung pada diagram, menuniukkan 'haul' maiu pada profil dan lengkungan cekung merupakan 'haul'mundur.
-
Tabel6.1. Kuantitas Galian dan Timbunan STASION
v()t.ul\{H, Tfi( )Rl'l'lS
GALIAN
(mt)
TIMBUNAN
'l'tIlUtrNAN DITAN'{I]ATI SUSLJT (15(/o)
ORDINAT DIAGR,\N,I NIASST\
STASION
0 1
Gbr. 6.4. Diagram Massa Pada absis ditempatkan posisi stasion, dan pada ordinat adalah volume tanzh. Skala absis diagam massa (Gbr.6.4 bawah), dibuat sama dengan skala horisontal profil memaniang ialan.
Sebelum menggambar diagram massa, lebih mudah jika dibuat dulu kuantitas galian (+), dan timbunan Q, (ihat Tabel 6.1.) Skala dari ordinat disesuaikan dengan volume tanah dalam m3, misal 1 cm = 100 m3. Untuk diketahui : - ordinat tiap titik pada dtagram massa, adalah menyatakan jumlah volume gahan / imbunan dititik tersebut. - lengkungan o-a-b (gambar profil) adalah galian, diindikasikan sebagai lengkung naik O-A-B (pada gambar diagram massa), sebaliknya lengkung b-c-d-e (profil) adalah timbunan, dikorelasikan ke B-C-D-E, (massa) sebagai lengkung turun. Demikian pula galian c-f-g-h ) lengkung naik E-F-G-H. ritik h (profil), adalahperalihan dari galian ke timbunan ) pada
t)
2
+182
+182
+18
+260
3
-84
4
-123
5
6
-97
+.1 (r3
141,
+22
-107
-123
-101
-92
-106
-2{)1
7
+64
t43
B
+251
+108
9
+332
+440
10
+287
+727
11
+76
+u03
6.2.4. PEMINDAI{AN TANAH (haulfuaerbaul). Dengan menggunakan diagram massa pekeriaan tan:th, tlirttrttt;t cfisiensi akan tefc pai bilamana volume galtan hampir sittttlt tlt'ttl1:ttl r,olume timbunan.
ry K()NS'I'IiUKSIJALAII
ra2
BUKUI:
Ini dapat didekati dengan : ) Bilamana XC adalah dianggap sebagi ixakfree haul (idakadabizya tambahan untuk mengangkut tanah dari X ke C), katakan pzniangnyz 200 m, maka kita berusaha untuk mendapatkan paniang yang sama di posisi lain, agar mendapatkan pedakuan y^ng sama. Volume tanah yang zkan dipindah, dinyatakan dalam ordinat BB' ) Seperti disebutkan diatas, identik dengan XC, volume tanah diatas oD adalah dalam keadaan seimbang (galian=timb"t"')' Padahal dalam areal ini adzbagpan XC yang merupakan free-haul. Jadtbag1an OD dan XC yang dinyatakan dengan ordinat B'B" harus ^ntzra dan ditimbun dibagian CD. Inilzh yang disebut overhaul. diangkut dan CC'D Jarak overhaul adalah iarak anrarz titik-titik berat dari OXX' volume dengan dinyatakan dalam stasion. Jarak overhaul dikalikan dinamakan overhaul-volume-stasion. Seandainya M adalah titik berat OXX' dan overhaul M'N'- XC.
Maka overhaul-volume-stasion
N titik berat CC'D, iarak
= XX'O{'NLXC)
atau CC'O{'N'
xc).
-
Makin banyak lengkungan berpotongan dengan absis, makin kecil overhaul-volume-stasion, makin ekonomis pemindahan tanah. Dengan membuat beberapa ilternaaf route diagram massa, akan didapatkan trase yang Paling optimal, dari tiniauan pekeriaan tanah.
6.3.
PEDOMAN RANCANGAN.
haras dihindarkan.
Demikian fuga pemak-aian tikungan yang tajam diuiung tangen yang paniang, karena biasanya pengendara meningkatkan sehingga kalau
menyesuaikan kecePatannYa. d). Pada stdut-stdat tiktngan lang kecil, sering tetjadi panjang lengkangan
tidak cuk*p paltJdtt& meskipun sudah memenubi gtarat'
Sebaiknya untuk tikungan dengan sudut pusat + 5", paniang lengkung yang bersangkutan dibuat paling sedikit 150 meter, dan untuk setiap- penurunan sebesar 1", ditambah dengan 25 meter. sebalikrrya usabakan agnr tikangan tidak terlala panjarg mtak nengbindarkan pengemudi terlalu
nemungkinkan alinlenen boisontal dibuat seluras mungkin, untuk mendapatkan jam k lang sependt k'pende krya.
Bik
topografi
setempat. miniruun pada alinltemen dengan smtu kecepatan rcncafid turtentu, sedapat mungkfu dibindarkan l)imasa yang arkm dttang sulit di-upgrade.
1ai-jai
kna
ruengltadapi tikttngan'
Paniang tikungan sebaiknya dibatasi 1 km. diasabakan agar kedta Q. Pada rikungan dmgan lengkung gmfu, hants hrgkougyoug berdekatan, tidak ne@t'tryai jaiiai yng sangat berbeda'
Cukup baik lika diambil RrS 1,5 R2.
fl. Tikmganyng berbalik dmgan mendadak barus dibindarkan' S*gr. b..Lrhry" karena pengemudi tidak akan dapat bertahan
g).
Hal ini tidak selalu memungkinkan, karena faktor'
pada bagian yang lurus atau tumpul, diberikan mendadak, pengendara tidak dapat
L..prirtt kendaraannyapadz
idan seperti itu.
HORISONTAL.
b). Pmgganaan tiktngan dmgan
c). Pentbahan bosr* alinlemen dmgan tikunganJik''tfigafi Jdng tunful kebagian bagian drug* tikungan-tikilngan Jang tqiam secara mendadak
terui berada pada jalumya, dan sukar melaksanakan kemiringan
6.3.I. PEDOMAN RANCANGAN ALINYEMEN a).
tlt
hosedur don LongboL-0,aqbofi Pettortcorgott
GEOMETRIKJAI-AN
Tangen pendek diantara
dua btab tikangan lang searah (brohcn'
bach) sedapat mungkin dibindmkan. Disamping berbahaya, iuga tidak memberikan bentuk yang baik' Buat panjang tangen lebih besar dari 500 meter.
ru
* rrt
I
h()\s't'ttlrl(sl
JAI^{.N
BTIKU T
:
GEOMETRIKJAI-AN
lit,rlriun,lon
I8r
Longhofl,-0orgko[ P€roncorgor
6.3.2. PEDOMAN RANCANGAN ALII{TEMEN VERTIKAL. GRADE
baiklika dibuat derugan garis landailang rtertbeikan perubaban landai lang berangsur-dngsar sedemikian binga d ap a t s e b a ry a k- b a n1 a kryt a m e ngi ka ti te re i n 1 a ng a d a.
T
O ?.
a). Aliryemen aertikal akaru lebib
A ti nly e m e n ) e rti k a t s el n i s l ang di s e b u t hidden-dip (a li ny e m e n ue rti ka l -yarg datar dan lurus, yng didalannla menS4andang sebagian keci/ yng b).
e
lto*rog) haras dibindarkan. Kurang baik dari estetika, dan berbahaya, karena umumnya pengemudi kurang dapat meyakini apakah ada attu tidak kendaran lain dari arah yang bedawanan, karena tedindung dibagian lengkungan vertikal yang melengkung, sedang pada bagan datar, beralta rangkaian beberapa
sebelum lengkung tersebut, kendaraan berlalan dengan kecepatan yang tinggi, bahkan melebihi kecepatan rencana. c). Pada landai dengan penilrunan ltang besar atau panjang dianlarkan wntuk segera diikati dengan pendakian, antuk dapat segera mengarangi kercpatan kendaram truck atau
bisyng seing terlalu
Gbt. 6.5. Kelandaian
07o.
+
100 meter, ir dari saluran samping dapat dibuang keluar, dimana untuk menghindari pembuatan saluran
Jika setiap jarak
samping tedalu dalam.
cepat.
d). Aliryeruen dengan lengkung-leflgkang uertikal searab, _yang berturztan dengan tangen antara lang pendek atau biasa disebil hrohen-back
grade-linc,
sedapat nungkin dihindai, lebib-lebih kgi lengkang aertikal cekung, karena menbeikan pandanganlang kurang baik.
e). Pada aliryemen dengan landai pdnlaflg Jdng nefleras, lebib baik menem]>atkan landai lang tercuram pada bagian pernu/aan landai, selanlutnla diikuti d.engan landai-landai yng lebib kecil, atau neryisipkan landaiyrg lebib besar pada landaiyng mefletas tersebut.
6.3.3. PEDOMAN PENETAPAN KEMIRINGAN/ KEI.ANDAIAN JALAN
POT. MEMANJANG.
_-- _ .: ! [;"=t::----::-=-j_-_i.-il:- _-_.. __-=\f-4-f,l;__-_{n:+v I \sALuRANsaMPtNe 1
-^.
Kelandaian boleh 0%. Jika tidak perlu saluran samping seperti: badanjalan pada Timltunun.
daerah
t
MAKS. IOO
Gbr.6.6. Kelandaian 100m
0%o
M
I
ERDALAM
r,rar<s.
roo
M.
untuk saluran melintang pcr-
I
TAO
KONSTNUKSIJAI,AN
BUKUT: GEOMETRIKJAIAN
Prosedur
dor LatgEo[-0,argko0. Pelorcorgok
-
saluran pasangan batu saluran beton.
2.
Badan Jalan pada daerab Gaban
saluran tanah
roa MEMANJAIg
Gbt.6.7. Kelandaian
b.
*
OW
Kelandaian tidak boleh 07o Gbr. 6.9. BadanJalan pada daerah galian
-
6.3.4.
l.
Dianjurkan minimum 0,5oh ,jlka: . ialan tersebut memerlukan saluran samping yang cukup panjang > 100 meter, seperti pada daerah galtan.
Perhatikan:
PENAMPANG MELINTANG JAr-AN
-
kemiringan talud tinggi talud saluran samping diperkeras atau tidak.
Badan Jalan pada daerah datar
3.
Badan Jahn terdiri
dai
tanab timbnan
q.
*r.-A..t{re* Gbr.6.8. Badan Jdan didaerah datat.
Gbr. 6.10. BadanJalan dari batran Timbunan
!t,
{ KONSTRI}KSIJAI,AN
BUKUl
:
GEOMETRIKJAT.AN
Plosedurt dnn Lorngko&-0ongkoL Peroncongon
Pethatikan: - kemiringan tebing - kapan dipedukan saluran samping - pcngalanan tebing terhadap longsoran.
4.
Badan Jalan didaerah nbing
a.
Pada bagian lurus:
. Kemiringan melintang dibuat kearah tebing, yang lebih tinggi
b.
Padabagzntikungan
. Dengan tdanya superelevasi, miring melintang jalan harus dibuat ke arah jurang.
Gbr.6.11b. Kemiringan melintang pada bagian tikungan
5.
Badan Jalan pada bagian galian dan timbanan
o. BENTUK YANG DIANJURKAN
Gbr.6. 11a. Kemiringan melintan g, p ada bagian lurus.
DTHINOARI
Maka perlu parit pengaman untuk pengthrm/penampungan air permukaan, dan dialirkan padr daerah y^ng aman.
Gbr.6.l2. Badan ialan dibagian tebing dengan gdi dan timbun
B4\B ? BqFAKE=OUqF GEOUffiqtrRUES S4\LC\H ED ab ini tebih banyak diperuntukkan untuk ptr pelaksana ED dilapangan, yang bertanggung jawab untuk melaksanakan survai \t'c:irl umum, melakukan pemetaan dan plotting rzrrcangtc geometrik relecunl ^s dzn jaltn,yangdijabarkan damaiz kedalam damiia', batas-batas ruang
,lilapangan secara khusus, untuk mendapatkan'rincikan sumbu 1;rlan,
,l:rwasja.
Pematokan atau stake-out adalah plotting titik-titik penting, dari yiambar runclng l geometrik ialan, hasil perencztraatt ke lokasi nyata tlilapangan.
l)alam hal ini, akan meliputi pematokan lintasan lurus, pematokan rencana sumbu x iilxt, pematokan tangen, pematokan lengkung horisontal dan rcmatokan lengkung vertikal. 1
7.1. PEMATOKAI{ LINTASAN
LURUS.
Pematokan lintasan lurus untuk idan raya', aidilah pematokan lragian tangen atau garis lurus yang menghubungkan ant^r dua titik PI (point of intersection). Pematokan ini dilakukan setiap iarak 50,0 m, ,lcngan pemasangan tonggak BM @ench Mark) ptdz iank maksimal sctiap 500,0 m. Scbelum melakukan pematokan tangen, maka sebelumnya harus .litentukan station awal lebih dahulu, sebagai awal rencana dzrt sumbu ;:tlan.
rta
I9I
KONSTR,fIKSIJAI,AN
BUKU
1
:
GEOMETRIK.IAI-AN
StoEe-oul Geonettih Jo0,or
Pematokan suatu titik dilapangan. Untuk menentukan titik atau station awal, minimal dipedukan dua tonggak BM yang ditetapkan dilapangan dengan koordinat y^ng diketahui. Pada saat pembuatan peta dasar perencanaan harus ditanam 2 (dua) tonggak BM pada awal sumbu rencana jalan dengan posisi koordinatnya diukur dan dihitung dilapangan. Misalkan Sta. 0+000 mempunyai koordinat (xo, yo), yang didapat dari peta dasar pere ttczfleLan secara grafis. Posisi ini akan dicari kedudukannya dilapangan, dcngan titik rcfcrcnsi BM -A ( ro,yo ) dan BM -
B(*o,yr).
Caranya aclalah clapat cliukur dari posisi BM I atau BM 2, tergantung situasi dilapangan, namun sebaiknya dua kali saja yaitu dari posisi tsM 1 dan BM 2, agar hasil yang didapatkan dari titik yang satu, dapat di cek atau dikoreksi dari posisi titik lainnya.
r).
1).
Mematok STA. 0+000 dari titik BM -A Sebelum melakukan pematokan, tedebih dahulu menghitung besaran-bes y^ngdipedukan untuk ^r^n pematokan, adalah sebagai berikut:
Hitung azimuthf sudut iurusan garis (AB ) --: oou , dengan
Gbr.7.1.. Pematokan Stasion Awal
3).
Hitung sudut 'o(
Xe-Xa tB fl,re = YB
didapat
2).
-
Y,\
flAB =
4).
0
Hitung sudut jurusan garis ( A0 )
=
:
a^n, dengan
:
nAo
-
=
Y,r
d,ts-d,{o
=
Yo
d,u Yo
didapat
= sudut ( 0AB ):
Hitung iarak (A0 ) = do,, Xo-Xa ltau do, = a^, sin
Xo-Xn tB 0,lo
o(
:
- Y.t
= cos
o(Ao
I'X
KONI{TRUI(IiIJAI,AN
dao
5).
:
GEOMETRIKJAI,AN
2.
o
5.
anx iltttersebut. Arahkan alat ukur tersebut ketitik BM-B, misalkan bacmn lingkaran horisontalnya = 1,. Kemudian putar alat ukur searah iarum iam, sehingga brczzn lingkaran horisontalnya = 11 +
dr, =
duo
Ukurkan jarak sepanjang d^o ,\angsearah dengan garis bidik teropong pada a 3. Dengan demikian letak titik STA. 0 + 000 dapat dipatok.
5).
---+
o
1.
a
2.
o
3.
a
4.
o
5.
CBA,
dengan:
Xa-Xs
Bdsa= didaPat
2)-
ctsA
Ya-Ys
..' ...."
Hitung sudut iurusan gans ( B0 ) -+
tg
didapat
3).
=.
crno
dgo
crB,
^tal_
{ (*o- *u)' - (yn-yu)'
Lakukan cara pematokan sebagai berikut
:
Lrtakkan alat ukur sudut diatas titik BM -B dan zt:ur al^t tersebut. Arahkan alat ukur tersebut ketitik BM -4, misalkan bacaan lingkaran horisontalnya = lz. Kemudian putar alat ukur seatah )arum jam, sehinga bacaan lingkaran horisontalnya = lr+p Ukurkan jarak sepaniang d"o , y^t'tg searah dengan garis bidik teropong pada a 3. Dengan demikian letak titik STA. 0 + 000 dapat dipatok.
Bandingkan hasil i) dan ii), harus sama; jika tidak lakukan koreksi pembacaan kembali.
dengan:
&-xn
7.2.
Yo-Yn
Pematokan sumbu as ialan teflcznz, terdiri dari pematokan tangefl, atau garis lurus yang menghubungkan antan dua titik PI, atau titik awal clcngan titik PI. Pematokan pada lengkungan, dimana lengkungan juga tcrmasuk sumbu rencana ialan, akan dibahas di Bab 7.6.
PEMATOKAN SUMBU RENCANA AS JAr-AN.
=
=.
..' ...."
Hitung sudut p (sudut 0BA):
P-
c*,
--]-:---1'-
=
atur
cr'n
cos
(360"-c)
Hitung azimuth/sudut jurusan garis @A)
-1--I:sin
Mematok STA. 0+0q0 dari titik BM -B
1).
Hitungjarak (B0)=duo dr, =
a
4.
ti,l
Jo0ol
berikut:
1. ktalkan alat ukur sudut d.iaras titik BM-A dan
a
GeonetrtiP
4).
o
3.
Sto[e-out
(yo-y^).'
={(*o-"J'-
Lakukan czra,pem tokan sebagai
o
ii).
BUKUT
Ero-cs,\
Sebelum dilakukan pematokan iarak setiap 50,0 m pada tangen, tcrlebih dahulu menetapkan arah dan tangen tetsebut dilapangan. Caranya adala,h sebagai berikut :
r I95 KONSTRI1KSIJAI,AN
BUKU
T:
GEOMETRIKJALAN
Stohe-out Geonp-ttih . Ia0nn
Hitung jarak PI, = do, Xt-Xo t_ dor = ----------- Ztau
4).
sin
oco,
Yr-Yo do,
=
ztatJ
cos
ctol
do,=ffi 5).
Gbt.1 .2. Pematokan Sumbu Rencana Jalan 1).
Hitung azimuthf sudut iurusan garis (08 )
*
Xs-Xo
didapat
2).
cr0u
fioB
Ys-Io 0rn
Hitung sudut furusan garis ( 0 1) -+ co,, dengan
Xr-Xo
didapat 3).
a
2.
o
3.
a
4.
o
5.
=
=
tB cor
1.
*ur,
dengan: tg
o
=
cq, =
Yr-Yo 0r
Hitung sudut 1 = sudut @I,0B): Y= flog - &or
:
7.3.
Lakukan cara pemztokan sebagai berikut
:
Letakkan alat ukur sudut diatas ritik STA 0+000 dan atur alat tersebut. Arahkan alat ukur tersebut ketitik B,dan baca Iingkaran horisontalnya, misalkan= lu. Kemudian putar alat ukur searah jarum jam, sehingga bacaan lingkaran horisontalnya = \+
(360"-y)
Ukurkan jarak setiap 50,0 m, yang searah dengan
311"8'*::T?fi
.*.ffi l#Ti,':Tj,::"',r:::-
Setelah ritik PI1 dipatok, maka titik pI, juga dapat dipatok dengan data-data hitungan u*ata:udari data lengkungan (A).
CARA PENGUKURAN JARAK DAN PEMBUATAN
TANGEN DI LAPANGAN. 7.3.1. PENGUKURAN
JARATC
Cara pengukuran jarak dengan pita ukuf, tergantung.pada sitrrasi rrrt.rlrrrr yang ada. Ada beberapa cara, yaitu:
Ig7 KONSTBUKSIJAI,AII
BUKUr: GEOMETRIKJAU,N
Stobe-out e pa nettrb J aLov,
tea
a). Diletakkan langsung diatas tanah
Gbr. 7.3. Pengukuran Jarak L
f
I I
:
a) Du tiril A dil B diutu rafula ttrBsbgdiab lM. di&Fr *h* r, dinE. ta&r.hraddiring. BilsFmut an hoah s@ A dM B miring drp(rltu sudu k€mirinFn dcnsan can tungukur bcda tinEime lilik-ritk yanS didu jrEknya
b) Jarak yang diutur adalah i =
iaBt mirinS, yang
diperlukm adalah jank
mndlh
Diulu $dut
B
alat
(cilmmh).
Mata
Sudut B dib.ca
&tr&n
D.
ulur sudut veniLt
j.ml mndak
D=
I
cc
R.
darirlinoffirer.
l**>
it
Gbt.l .4. Menggunakan unting-unting c). Cm m.nSuku jeak tusan menqtsi korcksi. Kocksi k€miringu= x.
,ml ym8 diutu
jaEk minng
I
dnsi ritik A dan B = hJarat yeg diFrlut& adaian i.mt dar D. l& Beda
dari
SCdidaPt
. dei
pba
?=
il+rtz
rerlihat: D
= ( Lx),
orh
P=( l-x)2+h2 I
Karena x kecil, makax2f 2lkecil sekali, sehingga dapat diabaikan. Jadi : hz
= -- = koreksi kemiringan 2t
Jarakmendatar b). Jarak mendatar
D=l - ! 2t
diukur langsung dengan memakai unting-unting.
(lrrranya adalah sebagai berikut:
:.:::0"*"
P=P-ztx**2+62,6*^ x= x4zt+t4zt
X
A dan B berdekatan. Gbr.7.4.b. Pengukuran bilz iatak A dan B beriauhan, yaitu dilakukan sebagian-sebagian. Jadi iarak datar D - d, * d2 + d3 i d+ * d. Pada Gbr.7.4.a. cara pengukuran bilamana iarak titik
7.3.2. PEMBUATAN TANGEN DI LAPANGAN. Setelah letak titik awalt, xahdan panjang tangen diketahui, makn pada prinsipnya, pembuatan tangen dilapangan tlapat dilaksanakan scbagai
berikut:
IE9 KONSI'RIIKSIJAI,A]\I
BUKU
T
:
GEOMETRIKJAI-AN
Stobe-out Geoh{etlib Jo0or
Misalkan alat ukur sudut dititik TC ( lihat Gbr.7.6 ). Arahkan teropong ke titik PI; baca lingkaran horisontalnya, misalnya k' putar teropong searah )arum iam, dan Lihat bacaan lingkaran horisontalnya sampai menuniukkan angka k + 90", maka garis TC - PI akan saling tegak lurus dengan TC - O.
Sta.0+00
Gbr.7.5. Pembuatan tairgen.
Misalkan titik Sta.0+000 telah diketahui letaknya dilapangan, dengan arah tangen diketahui pula. maka pemasangan patok setiap 50,0 m pada garis tangen adilah sebagai berikut: - Tegakkzn alat ukur sudut pada titik Sta.0*000, buat arah u, (arah tangen tersebut) dan rentangkan pita ukur,ukur 50,0 m, kemudian dipasang patok ka1'u yang merupakan titik Sta.0*050, demikian seterusnya sampai posisi yang dikehendaki (misalnya 0+250).
-
7.4.
Gbr. 7.6. Menggunakan theodolit
7.4.2. MENGGUNAKAN PRISMA. Bisa digunakan salah satu dari dua macam alat prisma, yaitu: a). Cermin sudut. b). Prisma segitiga.
Kemudian pindahkan alat ukur sudut di Sta.0+250, arahkan ketitik Sta.0*000, putar reropong dalam keadaan luar biasa, ukur jarak 50 m, pasang patok pada Sta. 0+300, demikian seterusnya sampai ketitik PI.
CARA PEMBUATAN GARIS SALING TEGAK LURUS
DI LAPANGAN. Ada beberapa c^r^ pembuatan garis saling tegaklrtrus dilapangan, diantzrany a dengan menggunak an alat- alat s ebagai beriku t : a). Dengan menggunakan alat ukur sudut (theodolit). b). Dengan menggunakan prisma dan. c). Dengan menggunakan pita ukur.
7.4.7. MENGGUNAKAN AI.AT UKUR SUDUT.
Gbr.7.7a.Cermin sudut
Gbr.7.7b.Prisma Segit igrt
f 2Ot
KONSTnUKSIJALAII
BUKU T
:
a). Prinsip dengan menggunakan cerrnin sudut,
GEOMETRIKJAI-AN
,4,
StoEP.oul ( )coxcltrI Jo[,on
adalah:
Petugas berdiri diposisi P dengan memegang cermin sudut, arahkan ke titik Q, maka pada cermin tersebut akan terlihat bryangan titik A atau B, bila dipasang jalon.. Artinya garis pe akan tegak lurus AB.
Itt
^J--. Gbt.l
.7
*
Y
Gbt.7.8a. Cara pita ukut 0)
r__I
B
c. Menggunakan cermin sudut
Gbr.7.7d.
,.**rr*""
Cxa, Q)
pnsma
segitiga.
b).
Prinsip menggunakan prisma segl tlga:
7.4.3. DENGAN MENGGUNAKAN PITA UKUR. untuk membuat garis tegaklurus, diantar^rry?z :
Dengan mengukur iarak-ixak dimana perbandingan pR: = 3 : 4: 5. maka gris PQ akan tegak lurus PR.
7.5.
MENGATASI MASAI-AH RINTANiAN DI I-APANIGAI{. Pekerjaan pematokan tangen seperti diielaskan pada Bab 7.3. l.Jid* selamanya dilaksanakan dengan cara biasa. Bisa saia terfadi situasi dilapangan yang tidak memungkinkan carabnst tersebug misalnya
rdrnyz rintangan yang menghalangi pengukuran c
Bila menggunakan pita ukur, banyak cara yang dapat dilakukan
(l)
:
Dengan membuat jarak PA = PB, kemudian dari A dan B dibuat izr:zk-iar:aikAQ = BQ. Maka PerPotongan AQ dan BQ adalah titik Q, dimana PQ tegaklurus AB.
Sama dengan cermin sudut, kecuali pembuatan sudut 90" hanya dapat dilakukan terhadap satu jurusan titik saja. Petugas berdiri di P arahkan prisma k Q, maka akan terlihat bayatgan titik A, dimana AP tegak lurus PQ.
Cara
br.7.8b. Carupita ukur (2)
pe :eR
r
tersebut. Banyak rinangan yang terjadi, diaintarmya aidila;h: - terhalang oleh bangunan atau sungai kecil. - terhalang beberapa massa bangunan. - terhalang i*-g atau sungai besar/danau. posisi leak PI tidak bisa ditempati alat ukur'
7.5.I. BILI\TERHAI.ANG OLEH
SUATU BANGI.'NAN ETEU
SUNGAI KECIL
Ada,4 ( empat cara ) untuk mengatasinya, yaitu:
biasa
2O:I KONS'IRIIKSIJAI,AN
BUKU
1
:
GEOMETRIKJAI-AN
a). Dengan membuat empat kali sudut 90"(Gbr.7.9a).
Stobe-oui Geomctli[
.
2l|,4
Ju0.un
c). Dengan cara membuat segitiga sama kaki (Gbr.7.9c)
CD = DE. CE 2 CD cos c[ = zDE cos ct. = Jarak Pada Gambar7.9c. jarak
d). Dengan cara membuat segitiga siku-siku. fClr.Z.qal
Gbr.7.9.d Jarak CE
= CD
tan a",
CE = D,h, / sin a.
CE,=@ c)
Gbr.7.9. Pengukuran bila terhalang rintangan
Pada gamb
ar7.9a.jarak CD = EF dan jarak CF = DE
b). Dengan cara membuat segitiga sama sisi (gbr. 7.9b) Pada gambar7.9b. iarak
BD = BC = CD.
7.5.2. BILA BAI{YAK RINTANGAN DI I.APANGAN. Cara pembuatan tangen adalah sebagai berikut: a). Dengan cara membuat segitiga sebangun
2O5 KONSTBT]KSIJALAN
BUKU r
:
GEOMETRIKJAI"A,N
2(16
StoEe-out Geo,'tetriE Joton
7.5.3. BII.A RINTANGAN BERUPAJURANG ATAU SUNGAI BESAR/DANIAU. a). f)engan cara membuat segitiga siku-siku.
Gbt. 7.10a. Membuat segitiga sebangun xr
=
BC/BIr
( xo
);
sin
Jarak BG
xz
BE/BF
C[
= ---------------. (sinc-
Pada
= BD/BF ( *n); xr=
(
"o
).
x4.
180")
gambarT.l}a.Jarak BC
-
iankDE = x
JankBE = iarak CD b). Dengan cara membuat gads seiajx ialur/tangen
Gbt. 7.11a. Cara segitiga siku-siku-
Jarak
t2
Gbr.7.10b. Membuat gans / Jarak BC -Jamk DE = x. Jarak BE =Jarak CD
/
ialrur
BD = BC
tg.Y
:2O7 KONSTITTIKSIJAI,AN
BUKUI: GEOMETRIKJAIAN
Stnhp--out Gponetrih J<.r0olt
c). Dengan cara scgitiga sembarang.
Gbr.7.11d. Segitiga sembarang.
ACr=nli'/+li(.' Gbr. 7.11b. sama dengan diatas
dimana:
Jank AC= AB cos
BC=AC
sin
b). Dengan cara segitiga sama sisi. Jaruk
AC = Jank
{g =Jarak BC
cr
yat {C = AB'+
[
AC,I
L
cr
sin p_l
sina.
sinp
rntkaAd arp^t dihitung. Yang cliukur rr, p dr.t AB.
d). Dengan cara scgitiga sebangun. Gbr. 7.11.c . Cara segitiga sama sisi.
2 Al]. l|(. t:os p
I
_l
sln ct - 2 AB. AC ---------- cos p sin p
2OS I(ONSTRUKSIJAI.A]\I
BUKU
r: GEOMETRIKJAI-AN
2to
Stoke_out Geonerrih.logrrn
7.5.4. BII.A LETAK PI TERGANGGU/TIDAK DAPAT DITEMPATI AI-AT UKUR SUDUT. Dalam hal mengukur sudut di PI, bila letak PI terganggu, dapat dilaksanakan sebagai berikut:
Gbt.7.11.e. Cara segitiga sebangun Yang diukur jarak-iankAc, CE, ED,
DE Maka jarakAB = AC.
a
dan 1800
DE
-
---- atau AB = CB. ----EC CD
e). Dengan cara segitiga sama sebangun.
a.
Gbt.7.l2. Mengatasi bila PI terganggu. titik B, pada tangen 2 titik C Maka untuk mendapatkan sudut,A di PI , dapat dihitung mengatur sudut-sudut di titik B dan C , yaitu p dan 1. Jadi A=9+y. Pada garis tangen 1 tedetak
dengan
7.6. PEMATOKANLENGKUNGHORISONTAL. Pematokan pada lengkung horisontal disesuaikan dengan bentuk lengkungan, yaitu: (1) hngkartn dan (2) spiral.
Maka iartk AB = DE,
7.6.T. PEMATOKAN I.ENGKUNG BENTUKLINGKARAN. Pematokan lengkung hogkaran dimulai dari titik TC,
dapat
dilakukan dengan salah satu dari 5 ( Iima ) cara berikut:
1). Gbr. 7.11f. Cara segitiga sama sebangun.
Cata dengan selisih busur yang sama paniang dari titik
T', '
2l I
K()Ns'l'BIIKSIJTII'AN
BUKU r
:
Stult(, ()ut ( )r, Br lrrl . )rllrln
GEOMETRIKJAI-AN
s 360" g=
180
',.s
R.2R. n = CT pada koordinat sumbu PI), dengan garis yang tegak lurus pada (IC-O)
"'
Koordinat tlflk 1,2,3,4, garis tangen CIC adalah s ebagai
Untuk titik
b
-
erikut:
1 i
=
Xr
yt =
\
sin 9.
I
2\
----
sin2
- &- \
cos 29
-
cosg
2
Untuk titik 2 1 xz= *. .t.
yz= 2R.
'*;,^
sin2
----
R.
-\
2
Untuk tiuk
3 I
Xr
= R. sin 39' 39
Yz= 2R' tio'---2
Untuk titik
4 i
x+
=
\
sin
4rg'
49
Y+= 2 R"i'' ---2
Untuk titik ke-n Pada lengkungan: Xcr
Gbr.l.73a. Cata dengan selisih busur A. dan Dart datalengkung dapat diketahui R.'
=
Xn
ycr = Yn
= R. sin nq = R. sin At-
-
2 R.
tltt'-l-1- -
R.
-
Rt-cos n'9
2
L''
AC
meter L'/n ' m.ar.^" pr,iir.tg"U',sur yang sama p"tl"tg - s ^ sampai 8 s diambit dimana n adalah Urry^k yu iitltt' 1H^ig" ^fltar^
=2
&;
sin2'
----- = R.(
1
-
cosAc)'
2
dengan 12,5 m)-
diatas : Orr? t.gitigu f.-f -O (ihat Gamb-ar7 '13a)' : maka Panfang-b.rsur s membentuk sudut S,
rnt banyak perhitungan matematis, tapi letak titik-titik/ patok-Patok pada lengkungan teratur'
carz i
t
I
r 2I:} KONSTRUKIiIJALAN
2).
BUKUT: GEOMETRIKJATAN
!,(ttl,r, oui
(,'r,, rxr (rrkt ./o0
8ra
Untuk titik 2
Can dengan selisih absis yang sama panjang dari ritik T., Selisih absis = a Untuk titik 1 : Xr=2 yr = &../r{ r., _ R._ { ( n", _ ). ",, ) ^,
xr=
:
2a
{ ( n"'
= Rc Untuk titik 3: yz
x-,
=
_ xr'
)= &,- {
{ n",
- (2^), }
3a
{ (n'-x.')
yr = Rc Untuk titik n:
= Rr-
{ t R,,' -
Qu)' }
Xcr= Xn=n.a=\sinA.. yc,= yn = &, {(n'-*,,) - R"
{ { &r-(n.a), } = -& .{{R",-fi.sinAJ2
Cara
iti, juga banyak
perhitungannya, dan letak titik-titik pada
lengkungan tidak teratur.
3).
Cara dengan pelpanjangan tali busur dari titik T..
Panjang tali busur
=
a.
a
sin
1/z
g
1/zt! zfc
=
------,
---+
sudut
---+
I
2& aa
sin ----
2Rf
t/z
g dan g dapat dihitung.
= 2 arc sin ----2R{-
Untuk titik 1 :
Xr-2COS72g
yt=asn1./2g Jadi dcngan carzr ini, tirik 1 dapat diukur x, dan y, dengan sudut 90", juga
21:D KONSTEIiKSIJALAN
BUKUl:
GEOMETRIKJATAN
2t0
Slohp.-oui GpomprrtiE Jo0on
4).
Czrz dengan koordinat polar (metoda sudut defleksi)'
Gbt.7.13d. Cata dengan kootdinat polat.
Gbt.7.13c. Cara pelpaniangan talibusur.
a).Dz:.r titik Tc.
Menggunakan carairi,yaitu mengukurkan 5udut -. n9/2 7 Yzg,2g,
1/z
9,9,
Z
dimana
sin
1/z
I - -----2&. a
= paniangtali
busur atau iarak antara titik.
217
KONSTRTIKSIJALAN
BUKU
1
:
GEOMETRIKJAI-AN
S1ohp--out Geo,'tetllP Jo0o(
2ra
A.,
Dapzt pula harga didapatkan dari
a=n
---+
-----g,denganiarak: n
Z
g=2arcsin 2b,
b=2&sing 39
c= 2\sin------
aq
n = 2 R. sin ----AC
n=2& sin------
)
Alat diberdirikan pada titik T. dan
a merupakan jarak
yang
konstan.
Metoda ini cukup efisien untuk lingkaran yangberiari-iai besar, dimana harga a diambil arfi^ra I - 1,2,5 meter. b). Dari titik O.
Alat diberdirikan di titik O, dengan sudut-sudut defleksi g daniaraknya
fu
(Gbr. 7.13.e). A
Sudut g
-
Gbr.7.13e. Metoda sudut defleksi dari titik O
----n s).
Metoda dengan membuat suatu poligon.
Dengan c^r^ poligon, iarak-iarak ^nt^ra titik adalah konstan = a, dan sudut-sudutnya (90" - /, g), (180" - 9).
I 2IO KONSTBIIKSIJAI,AI\I
BUKU r
: GEOMETRIKJAIAN
Can int memungkiflkan menumpuk kesalah^fl, klrefi clr^ mengukurnya dilakukan disetiap titik p^dz busur lengkungan. Untuk memperkecil kesalahan, dilakukan sentering paksaan dzn jarak a diambil sebesar mungkin. Canaint digunakan bila tempat sempit, seperti terowongan niisalnya.
Tr
220
Strtkn oul Orourlrib.Jo0ou
7.6.2. PEMATOKAN I-F'NGKUNG BENTUK SPIRAL. Pematokan lengkungan bentuk spiral, dilakukan dengan salah satu
dri2 1).
) cara berikufi Metoda sudut defleksi.
( dua
Dengan cara sudut defleksi ini, dipedukan data ukuran sudut dan jxak, dtma;na. data tersebut harus dihitung dahulu dari data lengkungan teoritis yaitu L" dan O..
Gbt.7.13f. Cata Poligon.
Gbt.7.14. Cata sudut defleksi
221
I KONSTBfIKSIJAI-trN
BUKU r
:
GEOMETRIKJAT/,N
222
Stoke-out GeonetrtiE Jo0on
Data ukuran sudut, dihitung sebagai berikut: li
ui
-1f3 ( -_- )r.0,_ L"
C", dimana
[4
:
cri
= sudutlentur
\
= sudut defleksi jarak titk TS dengan = titik i.
i
Bila i = SC maka l, = L. dan dimana,
cr,
x6:x
X5
t:iirk,1,2,3,4,5,6
=
I2
t3
2
1,2,3,4,5,6,
= 7/3 0. -
0. =sudutspiral
4
3
C,.
as
4
(")
C, = koreksi spiral = 0,0031
(C"
=-\.
0.3
5
dalam saruan detik)
\ 6
Alat diberdirikan diatas titik rs, kemudian diukurkan
sudut oc, dan jaruk-jarak
2).
4
1,.
Cara absis dan ordinat.
Gbr.7.15. Cara absis dan ordinat
Pada caraabsis dan ordinat, diperlukan adanyadata ukur absis ( x) pada tangen dan ordinat ( X ) pada garis yang tegak lurus tangen
pada setiap titik di tangen. Data- tersebri ,intuk keperluan pematokan, harus dihitung dahulu dali data lengkungan ying ada; misalnya L,, \ dan 0.. Dai data lengkungan yaito L,, R. dan 0. dapat dihitung data ukuran untuk pematokan sebagai berikut: ,). 1 = jank antata titik TS dengan titik-titik I padabusur
i
ii).x, =iarak titik
i' = titik-titik
titik-titik pada busur spiral.
pada garis tangen. LU
4=L-
---- = lrcosc,' 40
spiral.
-
TS ke titik r' padz garis tangen.
dimana c
&'.L,'
= sudut spiral dalam deruix. li
u,-- 1/3 ( ---- )'.0,-C" L.
2'2:I K0NS'I'RIJKIiI
JAI,AN
:
BUKU r
GEOMEI'RIK.IAIAN
L,= panjane spiral. C. = koreksi spiral dalam detik C. = 0,0031 0,3.
Yi=
Dapat saja terladt dilapangan adanya rintangan pada lengkungan
l,'
o"
3
Bila titik
=
.. 6 &.L.
i=
SC , maka l,
|
sin
a,.
=
X,
=
1).
L..
= L, -
____
- L, cos ctc.
40 R.2.L"2
L. O. Yo=Y, =
L,,
= L, sin c..
6&
dimana:
u.= 1/3.
-
C..
-
pI) sudah diketahui, maka:
Berdirikan alat di TS, arahkanke pI. Kemudian ukurkan iarak jaruk x, sehingga didapat titik-titk i'. Dari titik - titik i', dibuat garis_garis yang tegak lurus pada garis tangen, atau dibuat sudut_sudulseblesar 90,,, kemudian diukurkan jarak-jarak y,, sehingga didapai titik-tirik i pada busur spiral.
Btla ada bangunan disekitar as/sumbu.
Seperti pada cara Bab 7.6.1.4. pematokan busur lingkaran, dapat dilakukan sampai titik 3 dari titik TC.
Kemudian alat dipindahkan ketirik 3, arahkan ke titik rc, putar 180" (perpanjangan arah TC- 3), kcmudian buat sudut defleksi yang besarny^ sam,. dengan sudut defleksi dari titik rc, ketitik 3, ditambah g/2,yairu 49/2,maka akan didapat titik 4. Bila titik 5 dan cr masih dapat terlihat dan dtik 3, maka untuk mendapatkan tittik 5 dan TC hanya dengan menambahkan sudut
g/2 0"
Setelah data tersebut dihitung pada setiap titik, maka prosedur pengukuran adalah sebagai berikut: Blda arah garis tangen (dari TS ke
apakah pada busur lengkungan lingkaran ataupun spiral. Pembahasan dibawah irri, dllakukan untuk pematokan busur lingkaran dengan czra polar atau sudut defleksi, bila zda rinrangan berupa bangunan atau massa lainnya. untuk lengkungan spiral tidak dibahas, karcna prinsipnya sama saia.
L"t X6
Stoke-out Gconi.ttih . io0ou
7.6.3. BILAADA RINTANGAN PADA I FNGKUNGAN..
iii). y, = jarak titik 1' padagaris tangen ketitik i pada busur spiral.
l,
I
dan g.
dimana:
sinq/2 =
2&
a = pznjans iuli brsur (iarak antara titik). ft. = jari-iari lingkaran. Secara umum, bila pematokan hanya dapat dilakukan sampai dengan titik i, maka dititik i tersebut, alat dibuat sudut sebesar (i+1) g/2 dengan jarak a, maka akan didapat tirik (i+1). Dan titik CT dapat ditentukan dari tit_ik. TC dengan membuat sudut % Lr, dari arah tangen ( TC - PI ) dan iarakTC ke CT 2 R" sin 1,/z L,r.
;
225 KONSTRTIKSIJ,ILAN
BUKU
T
:
GEOMETRIK.IAI-AN
228
Stoke-oul Geonetilk Jo0on
2).
Bila bangunan tepat pada as/sumbu.
Bila rintangan ternyata tepat pada as sumbu, misal
rintangan tersebut merupakan bangunan yang terletak pada sumbu lingkaran, maka pematokannya hanya titik-titik yang tidak melintasi bangunan tersebut. Pertama-tama dipasang dahulu titik-titik TC, PI dan CT. Kemudian dengan cara sudut defleksi dari titik TC dan CT dipatok titk-titik 7,2,5 dan 6. Sedangkan titik-titik 3 dan 4 tidak pedu dipasang. Jarak antara titik = a meter (5 - 12 meter).. Sedangkan sudutnya sinl/z g = af 2P..
Untuk menggantikan titik 3 dan 4, maka dibuatkan titik P dan Q disisi bangunan, dari TC dan CT dengan iarak TC-P = p, dan iarak CT-Q = q, dimana sudut yang dibentuk di TC dan CT adalah masing-masing a dan p, dimana
:
sinl/z u = p/2R..
sinl/, $ =
Jzdi
3).
Gbr.l.l6a. Rintangan disekitat as ialan Juga titik CT dapat direntukan dari titik PI dengan membuat sudut (180"+AJ dari arah TC daniank Pi ke CT sebesar TC = R. tg1/z L,r...
cr
q/2\.
dan p dapat dihitung.
Bila bangunan terletak pada titik TC atau CT.
Bila bangunan terletak pada titik TC atau CT, maka pematokannya dilakukan dari titik CT atau TC dengan cara sudut defleksi, dan ditambah titik-titik lain disekitar bangunan dan pada garis tangen, untuk menentukan nomor-nomor stasion. Pada Gbr.7.16c. penentuan titik 7,2,3,4 dan 5 ditentukan dari titik CT dengan cara sudut defleksi.
227 KOI\ISTRIIKSIJ,II.IN
BUKU I
:
GEOMETRIK.IATAN
Stobe-out Geoil.etrib Jo0or
22A
Gbr.7.16c. Rintangan disekitat TC
Gbr.7.16b. Rintangan pada sumbu ialan.
Kemudian alat diletakkan dititik 2, anhkan ke CT, buat sudut sebesx P - { 180"'/, (A,, * o ) }, maka akan didapat titk Q, ukur iarak 2-Q , dan setelah titik Q didapat, tentukan titik R dengan iarak QR = 2 p = ( & * \ cos a ) dan sudut 90", karena garis PR dibuat sejajar dengan garis 2-Q. Untuk cheking stationning, maka :
22'D KONS'I'IIUKSI JALIII
BUKU
srA R=srA.2_
d"'
1
:
GEOMETRIKJAT.AN
Stabe-orrt Geortetrik Jo0on
R,,
_i;
(2Q-\.
crt'
sina)
STA R=STA.4
|
+ ("
C" = 57,296"
.,:(
.
C"
7.7.
..'
..ri:1,..) a.
=
&:
- (4Q -\
sina)
57,296o
PEMATOKAN IENGKUNG VERTIKAL.
Sebelum melakukan pematokan lengkung vertikal, lakukan dahulu dst. adalah patok pematokan kelandaian. Misalnya patok L,2,3 . pada as sumbu yang be{arak setiap 50 m.Tinggi titik 1 telah diketahui (Sta.0+000)= t, m. Di titik 1 menurut peta perencanaan harus digali sedalam x meter. Jadi tinggi rencana titik 1 = Tr = tr - X. Rencana kelandaian adalah go/o, dari rencana kelandaian ini, dapat dihitung tinggi rencana titik 2(Sta. 0+050), yaitu: T, = T, + 9/100 x 50 . f)emikian fuga titik 3 (Sta. 0+100), dan selaniutnya untuk titik 3:
Gbr.7.16d. Rintangan disekitar CT.
Pada Gambar 7.16d titik CT tidak dapat dilaksanakan, maka seperti pada gambar 7.1,6c , dibuaigaris 4-e sejajar
PR. Setelah
titik-ririk 1,2,3,4 dan 5 dipatok dari tirik TC dengan cara sudut defleksi, maka berdinkan alzt diririk 4, anhlan ketitik TC, kemudian putar teropong dengan membuat sudut sebesar 9'= {180" + Vz (A, + o)},,.hi.rggu didapat titik Q. Ukur jarak 4-Q. Setelah titik e didapat, ukurkan sudut 90" dan jarak QR = 4 p = E. - & cts cr ) maka didapat titik R pada garis rangen pI CT. Untuk cheking stationning, maka
:
Gbt.7. 17a. Pematokan Lengkung Vertikal, grade naik g
T,=T,+------x100 100
Untuk titik n: g
T, = T, + ------ X d, , dimana d" = jarak dari titik 100
1
ketitik
n.
I 2:II I(ONSTRIIKSIJAI,AN
BUKU
1
: GEOMETRIKJAI-{N
Stope4ut
ait'a
Or6ue.rrilu. jg[.grn
Setelah mengetahui tinggi renc fl dari titik-titik stasion, mak;r dilakukan pengukuran beda tinggi, dengan cara tinzuai garis bidik. Rambu-rambu ukur diletakkan pada titik-titik stasion 1.,2,3 . n.
Baca rambu yang dibidik tersebut, misalkan bacaannya adalah a,b,
Cr""" Z' Jadi tinggi garis bidik adalah tgb = t1 + Dapat dihitung tirggi titik-tirik 2,3,4 -
a.
... n, adalah
:
tz=tgu-b t3=tgl,_c to=tg,,-d
w
F+rr-T4
J-JL'r*.^*-: KTLANDAIAN'-'T
tn=tsr.-2.
#n.o*rro
Kemudian dibandingkan dengan ti"gg, renc 2,3,4, .... n. Bila T" ) t. maka pada titik n, ditulis : F = T"
Bila
T.
(
-
t,, atau fill (tirnbunan) = G. titik n ditulis:
tn maka pada
C= dimana:
tn
la
titik-titik
ulo o*roo
stasion
Gbr.1.17b. Pematokan vertikal, gtade turun.
- t") m.
- T. atau cut (galian) = (tn- TJ -.
T" = tinggi reflcana titik n. t" = tinggi permukaan tanah asli titik n. Rumus-rumus hitungan diatas, bedaku pula untuk kelandaian yang menurun (negatif).
srh.o*zso
Gambar 7.17b. adalah profil ialan dengan fencana kelandaian negatif.
dahulu, hitung titgso rencana titik-drik 4,5,6 (T"), kemudian ilengan cara tinggi garis bidik, dihitung tittgg permukaan tanah titik-titik 4,5,4 (IJ, sehingga dapat dihitung galian atau dmbunan pada titik-titik tersebut. Dengan ca:i;a yang! sama, bila pada peta dasar pefencanaan, ada stasioflstasion PLV, PVI, dan PTV, maka pada stasion-stasion tersebut dipasang patok selain stasion-stasion rJarp 25 - 50 m. Gambar 7.17c. adalah gambar fencana lengkungan vertikal cembung. Biasanya dari peta dasar peren caflaan ada data-data lengkungan seba15.ti
kbih
berikut: t pvt g, dan
t" dari Sta.
PIJ
- tirgs rencana * (%r) ke Sta.
titik P\rI
= kelandaian rencana
=
panjang horisontal lengkung vertikal, atatr irtrrtli
PT\'.
238 KONSTBTIKSIJAI,AII
BUKUT: GEOMETRIKJAIAN
Stohe-out Cerxcttrl' . Lr0rrr
Dari data-data tersebut diatas, dapat dihitung tinggi rencafla titik-titik 1.6,17,18,1,9 dan 20 ( T"
) dengan
cara. sebagai
gr
l.
100
2
berikut
I
T,u(=T.r.u)=T.r, Tro
(=Tu,, ) =
Tn r,
*
g,
y-%
=+%
I*
---
100 2 rr -
titjk-titik 17,78 dan 79, dihitung dengan rumus gr'X I'V II T* = Trr, +
Sedangkan
:
cirr Tr* Sta"0 + 750
100
trt
F= Tir.- trz I
StaGf775
bila dihitung dari titik PLV, dan Sta"ol-85(
8z'X
T*=Tr,*- ------- +Y 100
bila dihitung dari
titik PrfV, dimana
:
Gbr.7 1E
c. Pematokan vertikal lengkung cernbung.
= iarak mendatar suatu titik di lengkungan dari titik PLV atau PTV.
Identik bila dilakukan untuk perhitungan lengkung vertikal
A Y
.17
-
----------------.
X
(dalam meter).
200.L.v
A=&-g,
(dalamo/o)
Setelah didapat dengan menghitung, tirgg rencanl titik-ritik pada lengkungan, kemudian dilakukan pengukuran tinggr dengan cara tinggi garis bidik, sehingga dapat dihitung tirgs ritik-titik pada permukaan tanah, dan dihitung dalamnya galian atau tingginya timbunan unruk setiap titik.
cekung
(Gbr.7.17d), dalam menentukan/menghitung tinggi renc nL titik-titik pada lengkungan. yaitu 23,24,25,26 dan27 ( T" ), dapat digunakan rumus-nrmus seperti diatas. Supaya pekerjaan penggalian dan penimbunan berialan l2;ncat, hendaknya
pada waktu pematokan vertikal, patok tersebut diberi c t wlrn yang berlainan. Misal untuk patok yang harus digali menggunakan warna kuning, sedangkan untuk patok yang harus ditimbun menggunakan wama merah atau menambahkan patok bambu disebelah patok merah tersebut, setinggi timbunan.
Pada pematokan pinggir ialan (untuk membuat badan ialan) dzpat dilakukan bersama-sama pematokan as ialan, dengan melihat rencana diagram superelevasi.
2:15 K0NSTRfIKSIJAL,TN
BUKU
T
:
GEOMETRIKJAI/,N
DAFq,u4\R-
FJtYGDqts4\-B€A-
1. AASHTO, A Policy on Dai
dizgram superelevasi dapat dihitung tinggli rencana titik-titik dipinggir tersebut. Dengan can yang sama pada pematokan as ialan ialan,drput 1[" mematok pinggir ia.lan tersebut.
Geometrics Design
of
Highways and
Streets, AASHTO, 1984.
CIARKSON
2.
H.
OGLESBY, Highway Engineering, John
Wiley & Sons, 1966. 3. C= t2l -
OF
HIGFMAYS, Indonesian
Highway Capacity Manual, No. 09/T/BNKT/1993.
T23
2l
DIRECTORATE GENERAL
4.
F=Tz+ - tzq 24
DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA, Peraturan Perencanaan Geometrik untuk Jalan Antar Kota No.038/T/BM/1,ee7.
5.
DIREKTORAT JENDERAL
BINA MARGA,
Peraturan
Perencanaan Geometrik untuk Jalan Perkotaan, 1992. fta.l+000
stl.l+o2s
i{vrl
5.
...ir.,r'
I +a"l+il)o il sh'1+07s sth.l+oso ll
,k
'-'-'-'-'-
'-'t'-'-'-
----+l
7. DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA,
Standard
Peraturan
Perencanaan Geometrik Jalan Raya, No. 013/1970.
8. HENDRIATININGSIH S. Geometris Jalan Raya &
Stake-out,
1981, Departemen Geodesi FTSP, ITB.
Gbr. 7.17.d. Pematokan lengkung vertikal Cekung.
Pada waktu pelaksanaan pekerjaan tanah berupa gzhan dan timbunan, maka dilakukan pula pengukuran profil memanjang sepaniang as jalan dan pinggir /tepi jalan untuk memeriksa apakah sudah betul atau belum bentuk profil jalan tersebut; agr benai-benar sesuai dengan r^nca;ngan bentuk profil perencanaan lengkung jalan.
BINA MARGA,
Specifications for Geometric Design of Urban Roads, 1992.
i
I
DIREKTORAT JENDERAL
9.
HICKERSON,T.F. Route, Location
and Design,
McGraw-
f{tll,1964. 10. PIETER SEPANG, Perencanaan Gcometrik Jalan Raya11. ROESLAN DIWIRYO, Perencanaan GcometrikJalan. 12. SONY SULAKSONO
\f.,
Rekayasa Jalan, ITB, 20Ol-
13. Sukirman,S, Dasardasar Perencanaan
GeometrikJalan, NOVA,
2000. 1
4.
Suryadharma,H. Rekayasa Jalan, Univ.Atma Jaya Jogyakatta, 1999.
D4\PIts4\EB &S-Uffi PI{B-4\UU l.Lampiranl-4
Panjang Lengkung Peralihan
Minimum dan Superelevasi yang dibutuhkan.
Z.Lampiran 5 -
9
Parameter kurva lengkung Spiral-
Circle- Spiral. 3. Lampiran
l0 -
20
Parameter kuva lengkung Spiral
Spiral 4. Lampiran
2l
Konversi dari menit ke desimal
5.Lampiran22
Pelebaran Tikungan.
6.Lampiran23
Lebar jalur dan bahu jalan.
7.Lampian24
Alinyemen Horisontal, Vertikal dan Superelevasi.
8. Lampiran 25
Potongan Melintang.
247 I(ONSTRUKIiI JAI,AN BUKU T : GEOMETRIKJAI.AN
-
LllltPlltaN I F
?tsHtsX==
?
I
3
q N
il
O N il
oo9 @60\
>+t-6 o*o9
a l.-.1
doo
tr
U)
O O il
rq
&
tr .e
F]
-O6rnN6*O .++n\CF6O\O. O JUUU9UU99 ^': r ::
g p
c 5
q
z o A p z z z z
ll
&
Iq
E F ,e I a E o @
)
o o
F
z -!4
q
(,t
zl JlJ
,.tq
za <(,
z'z
<s qa{ :o
Fl Fl 14
q F
ll
E
O r ll
u
zaaq!q-{
vd E I
o@*ao\@\rN@co@ .6++69r660.O\ ]6OOOOOOOOO Sodoooodooo
i6
'
I
f
c\
OO
.OOO J**+
d
'^
d
-: I
\D
E
o d
a
+c\, € V @q\ l66 F- nN g @ .+ \D t-f-- 6 O\ O\q\ n ! o6 =Q<2aqqeqqqq<2q JOOOoOOOOOOOO
+.++
]OOOOOOOOOOQQ
o\46
cN@+6.+Oo9i4@O
=
B'
SC Pg
E€i
B o:!d= jrE.*!
E
E
-6
9HXE € -dclc LtepEH E qi 4 'Ic :1 U r d ii E.g*"EEts. n= s d q.; u
d =N !: E3:t;-ia #'s-g:r-^ .. ; mr "? 5
++++*s46\cee\ce
dCdq^
6Esls o o !-li s.+; b.b d'o6 a-a
ep;D -6-c+jiio ! ! !
HE
]OOOOOOOOOOOO ++++\i6nn9\orrr
J
E..
!-!
-ld
il
OT -1 :ioo o ZONN ' OO
0) .-
E
ilH
i6
BIXI ^
\ lt
O I ll
7.tuo.,Q{ c! 9i ! j F-l '-l ..1 ooo
o 7
E
9!
.++n6sr@666o\O io6oooooooooF ic;c;oooociooooo
-!4 (!
o
il
I
il
t
o\ N
o
)OOOOOOOOOO -n66n9\rFrr@
-OOO
:E Y.' o
ET-EP \
?aqeqqqqqq.: loooooooooo
I
tr
!
I
qOr+OCIHcl\6O\O o++6\rF-@oo\60
ir3 'O
.g
.9
v
)OOOOOOOOOO ^666m0r46@6
TOO
a
o\
Ze uv
o
o
trl
Fl
J
E
-d .?'U A EN 'o-oi-q!
I
o rN rO
Fl
rq
l,
,\499\rr60\6
J c9
ft4
(Etdtr orc
tE
tr il
o
,=
7-zze<4 JJJF.lF.1
l
ooo loo \c e \D ee cqo + + ooo +6 6 nn \c QQaaa 56 6 oooo
-^^OO ,ue6O
o
s4 d
qq @+ O. sl-- - !o ln 6 b o\ 0.6 o\ \q 5r; 6 6 oO ++ n.{ n s \cF r 6@ 6 C.CroO iodddo-QQqqqqqqqqq oo o o o o o oo Fl Fid o io o oo o o oo -\c NC{
o o I
* F
)
&
:xE$I nsF* [3H HXRH sEs E3E Hs8*3P
o
oooo6
o
onQe ooo oeQa ae8 i=5=:::RK 3*3 *333 =3= 888 =II
888888
=I=a-a
r{ I,AMPIRAN E
I
onrorn6roLoron66 rrF-l-rl-rF-rrr
vtsr
tr
3
zcE
}1
il
O
I s E
qOF+ON366aO a++rasr@@o\o\o
?ggceqqqqqfOOOOOOOOOO
d 4
]OOOOOOOOOO - t- t-. t-- l-- l'-- r- r
^OOO errr
r r
F
I
3
o
rq
N ft E .-E il : - H^,
c
OT zqsA od
a6+O\C\6\tNoOO@ q o rt.J'6 9l-. t^'r^'i:l^'^" -LUJLAAAAOO
m 60\
o
l9EC:rZ E FQanPP0
E
1
6 d i-OEK
rJl
&
p
d
U)
cq
z a zp a
o
z z z
t
s ! E
OOOOOOOOOOC €\c99€9\a\C\r9999
e9goo ^OOOO
!
d
.,
*:
d-i1 ; =
tr C q .!
.e.kF^8s6.
zqqq!
il
F
Fn
tnN6+o@$ O6O\r-9! O OO rt ra g I r r
OO
l!{
i!
qqqqqeeeq
M h
coa 6 O\ O\O
^"1 c !
HH rr ll
OOOOOOOOOOOOO
Ze. !lJ
lau o !i'-
u o. d @
L:#;E *^-do.
d'Ec* i_s*tio
"a tr I
s
JO,16i6i6+++
)OOOOOOOOOOOO t-t++++nnnro99\C
lt
I u 77C-A-A-NNN o96 --iii--t!HHH-.-.-, OOO
9D -!d Zl.
il
Lo6 <-+
n ro6 + +$
C) o o o o n 6 6 n \,
o
ito
2A r40
C 6 6 O@ rn N @+ o o 6 *+ 6 \a \ra-
O\ Or r @6
d c.) \t r 66 0\ 6. 6 0\ O\O\
!
1z
cNo+O.<1-oOsn66O o *:in 69 r- 6 60\ U99U9U--aaaaooaoooo
n o Lo ron @ 6 + + + $-t.i-.{-
6666h6
++++++
J
Pstu
O.60
o\
34 14x
o I N
n
I
o
1e 2
F.
3O
E
)
.,
E
6.
S
tscoYF=
rrl
:. 6t a Fl Fl r4
!
^--Fl od:,-e
F.l
M
/
aJrt-d
D
U)
d
9N!i
\g il
E
v3
.-
N
zzzAAc*c.c"3 rl Fl rl F-lF-l i JJ
?q?qqqqqqqqqqqqeqq
c o I
l
ig:Si: I on=:p B2=sppie6 o o @@ r :-:i 6i d1 Res or n FBfr + * ri o^' =EgB - --i- - =
& ; K= o
6o6o 6 orneo ooP q ?P a e qq q q eQQQO q q eq q 6.-5 n o<>ooooo N,hr - Gi 6- o 5 55 3 oo'j - _ _6i oi -,n d d -+ +r; 6 r doi o dN ci $ n e r-o 6
TIIMPIITAN I
-.1
24l| )ooooo ..t--ts-601
lo '-r
-
O\
\l
I
F
!
N
a 4
il
u
.e
I
)O c€
il
a
)l il
I a
q
b lt
I
o
I I f
4
il
o
E
il
l a
o
; J a 4,
F
= tr
ryE":E E E E€Ei i 6
E
E
E t.+!
.^-o!-dd bo'il Htr!!fi, i
i 2 Ia
::lu
D
g
.I +^'E x'A
c +
ts
E
tssPPAs.r: ..-;'Orao: il il il
tr-6
Ze. JJJiJ
o-rb
-
*
t++-t.f:tnnnnnn
zzt
tt+++6n\r9rrrr e rn O ci a-..) 2qqqqqqqqqqq
il
o
tr
s I
i
i
I
AI e.N 3E tu oo OO
AOc.)
I
@a E
l
q
q66o*+.+'+++nnnnnn
Jee6OO -.^^OOO
il
E
o
ZZZ* ]]]JJJ
e ?9o.1
:XI
r.l
r!
Je'+
O
I
I
!
I
E d
.-
EE
E
eqqeqqqeqqq OOOOOOOOOOO
!
xt:?*q,s,8
l
6r$o\r++m.+@o .acq+6n9\r\Dl'-
ZZF.ANqi i i I I uo
!
hotr MA"6
OOOOOOOOOOO .t\t+++666non
-.^OOOO Je++++
OO
E,
d i =!-!-l
\o
-\Oi\r+O6-rtr cico+$699r--rr OOOOOOOOOO OOOOOOOAAO
66
lt
II EEE$ J E i LS E E .:ie iri i a.qtr
il
)
'4e A>
zcc9!\c
o,
NoF!"V:
E
OOOOOOOOOO 6nn6666\t9\O
-ll
tril1tr.^ -_- h0i'l
f
)OOOOOOOOO
p
r.l
a
!rae'!9t\!-9e
'-
-o
,"
lt
tr
)
-40ts ii. E: c!
l
\'60o6+o66O
ZC-N
O
E s 2'z g? ;-)o
'4a
?qqeqeeqq )OOOOOOOO
l
,
'Z
'22
-
ll
I
A
zfr Il]D Jr. ,.D
!N iO
I
F&?
)OOOOOOOOO o646n699\t9
E
;f
'cr 6 9e^q
v
E
?-
9V
n
)o\rci66.a@o o.o+669rr@
I
a
d I! (,
)OOOOOOOO a999S9rr@
E
'Z
r.1
E
f
il
c3
Irl
z z
?qcqeq )OOOOO
E
tl rq & IJ] g il a
Z H
{i-69rr@ o .acl ts-o
6 rO O
o
NrOr 3OO-
66 NN
+e1 ,J,t d d ?qqqecqqqqqqqqqq ] O O O O OO O OO
9n oeor
=
6@@ e6 6oE KR Rr-
:3 ;F [ 5 ?3
O Nn
!
orF+o\ao.+@d.+9@aoo a6++669\r\OrrF-F-F6@
6O 6OO F-C)6O NNo6+$n\rF-@O\-
O
O
O
O
OO
gSppS ! +Bg -.j - - :u\u\w
--=PP=P=== :: : ---
Oc)O
e3s
::
lE
2tt
LAMPIItAN 4 E
E
I
-,rr
o
ZAq]
nnornn646n4 - I r tr r rr
rrtr
'i
F
d
--€E !a
lt
\€6O6rd-OO6Q O
o.a+64\rrtr.r6 ?qqqQqqqqq )OOOOOOCOO
o
tri
rl
D
il
rq
&
(!qN:A
h o::
il
t)H
Iq
* tnD -U - ?c
\
SOOOOOOOOOC \rrrr-rrrrF-r-
^-OO errr s J
o
zqts
E
I
O
r4
M
vd -\aqg+On-$rO no++rag9rrl--@
z z z r.l
d
Ez .-<
E
z s
-.1
zz
:
,
o
il
o
o
44\
n6
C 3S OO
T
,v
)
E
E
I
J9UgJ9
Jv6Lnrn64rn
n640r6n6n6n6
3 €r oil o\
il
o
-O
+o'o60tro609@a n+-+v6n\r9r-trtrr f,OOOOOOCCOOO SOOiOOOOOOOO
Ys
vv
a66660nnnno6rolr)6ro -i- -{-
rn6
q F-i
N 46 zze- A Aqr q!q! O
E
5
E
o
E
s
I
d
!
.-
Eg:*r E
f
H'H
u
-v
-^^66646ror4 - - - s
vv
+.i-.+ +
x
zZZ + ++ F-q clc-{ iff,,JJ,j.jJ?q
II
OO
{
Ii bD
Fl' n- + n-v + < <- + $.+
o \c o <'@e.{-
9 6 a oo
! 9Y I !! e I I 9tr r^ !- \ L JU9UIJUU
In
t
=HES
F.l
rl o t-.1
v
9a9a E
foooooooooooodoo
3F E\ eH=xRHEts 383 3H
o.
S -o O
ll
o
o
o.
LO
'a o
tr
cf
t
F
q
$at n; ?s;
ilq
ta
m
'o
E c,H'g E.:
it'---tO9-.+o'i-€O so$rn\r99rr@ =OOOC)OOOOOO IOAaUL-:-CO
z
k
z>
14
Uq
g.! u u+ e u-Y tr^ts tr
-OOOOOOOOOO o9\r99\C999\r9
J99909 ^coooo
cq l
7fr , 4'a ia ()()
!
JbC>iuc;
tr
Vf (Jrl
ft d E *-r il,. gxzs U Y q 6 dd-=HEh^ac
p a o a p a
o.
Eil-utr ! 6 trE
-iL'E.=!-!, U U
A
z
-c
6
trN
A (n
'tr-
ss*
oo ooo .o6o HHHY XHXXX : - : -: q oooQ q q q q Yq qu? o c!"1 oo :l "l\ q no \q,Qq eNNoc.)${6\rF-@o\3:S!=:95 3Oo
f
I
2t2
l.AlltlDIltAN I'rt O
ol ol ol o o
o1
o
o o
ol q q o o o
@. a
o o
N
a o
& A a
o
E] r.I
3
€
{
lq I
e
o q o
o
qt
<;
@
\
o
o ol ol ol o'l o o o e;
I
o
-
tr
o
a
o d?
N
@
c5 5 o q o
X
rl al
(Jl
x
(r)l FI 14
n t{
o o q q o o
-j
o o a o o o o o o
*
F
-
o
o o o q o c.l
o
o q o
o
R N N
o q q o o q
o
€ o
o
o q q o q o o o o o o o
@ o o o o o o o q o! o: o o d
o o o o o a Fr a o o o o
@
o q o
o
o
=
o
n o
€
N
o
\
oq
C;
o
o q q o q o o a a
€ q o
N
o q q o q a o o o
o o o o o o
a o
o o
6
a o
o o o o
N
o o q o
o o o
o
N
=
@ o O q q o o
o o 6
N
o
O
o
N
N
o o = @
a @ o q q o q o q o o o o o o
o @ o q o o q o o o d
N
@
o N
ol o o
olH
q elq olQ o oIo
€ o o d? a
oIo 6lo
olo
o o 6 e @ @ o @ @ @ o o o o o o o o o o .q .q o .q .q o o a o Q a
o
o a o N @ o a O o o o o q c q q q q q o o o o a a
o or-: o€ d? q o I o o
o? dl
r-:
o'l
o?
o
N
ol ol o o
o
q o
o
N, N
o o
q q o
.+
o
.q
O
o
€
o o q o
o
O
@ o o o
o o a q o o o
o q o o o o
o?
q o
e e
o @ @ a oq o o o o e;
@l@ ol@ olo d?l q olo
o
o;
o o o o q ol o'l o? o o O
*q u?
@ o o q o
.t
o
q
N
o
co
q
q a o o = O= o
o ? qa =
o1
o
€
n
o
o q o o
q o
N
o q o
o
o
o o @ 6 o o o o o d? o: dl q <2 o o o e
o @ o o @
o u? q
tr?
o
N
o N o q q o q o o o o
q o
o
C,
o
N
N
e o
ol ol q o o o
o
o
I a = o o o =
o
ct
ol
N
q o. q q o o o o o
o
q q = o o
6lo olo c;l o
o
N
o N
olo
o
N
N
N
o
c!
q
!
q q o o o o
o o
q o
o
o
l;
a a o O
o
o
@l@
o o N N N q Nq q q o o o
Q
t&
q o
N
o /, rl 4
<;
NIN
o o a = .q qo o o C -;l e; o o =
@
o N N N q o o ? q o c2 q o o o o o o o = N
Fl
o
5
a
o
o: o
o?
c
o
o
o
a
N
o?
o?
o?
o:
q q o
q o
q o
o o ol ol ol o o o
N
r
!
N
q q o
q
q o
o
s a o o o =
M
o o q o
q o
q o
e c
o
o
o o
X
q q
q o
q q q o o o
o q q q o o o
o
-!
o o
=
N N
N N
q =
q
o o @ <'! o
o o a o o I o C;
c€ o
5
r.a[tl]lllAN q o
o q o o =
o q e
c?
o
2,t t
l'rb
o
X
ol o
ol
o?
o
o ,l
o1
o
M
ci
o
o
o?
o':
o?
ol
o]
ol o
N
o
N
N
N
N
o: o? o o
o
o o
o
N
*
9 o o o
q .q *{ a o o = o o o =
a o
o
o
q
q o
o o?
o
N
q o
q
q o
q o
o
-l
6lo
?
oIo dld
=
&
<.!
?E rq
o
I;
o
p
o
o
o
EE
o o q o
o N
C e 6 r c
o
q o
q
o o
qln
F 3t
d?
ts
o o
o ol ol I o'l ol o o olo
o?
o?
o
o
N
3El 3
o
a
o q o
o q o
o q o
o q o
o
a o q
o q o
q c1
*
q o
q o
q o
, a
N
q o')
o
x a o
<4
o
Io
U)
@.
o
o
O
o o q
?. "1 lrl @
o: o
,n )
q o
oq
o?
o
q e
o o t.t q a o o o
-
o
o q o
o o
@
o o o q q 2 o o = o
)
o
s
co
q o
o
o
o q
E
N
q o
q o
q o
o
f o f o q 2 q o
E
(l
N
q o
{
o N N
X
a o
o
o
o
o q
o
o
q e
q o
o
o
e
€
@
E
4
fr
o
@
o o q o
o q o
!n o u @ .1
(n
olo
o
o cr o q o
I
a2
=15 qlq
q o
ol o
<2
6bl
31
olo
o: o
BI BEI
Nl
N
NIH
oll ol o'll q olo
q o
q o
il=
EIEIE
EIE
F
e o
q
q o
q o
q
q o
q o
alq olo
N
o (.1
o) o
q o
o o
o q a
o q o
N
o
o)
o?
o
e c
N N
q o
N N o. q o N
o
N
ol ol
ol ol o o o o o N
o
N
N N
o o o =
n I I o o o = o =
o o q o
o o q
N o
o ul
c
o q o ri
q o
*q
o
o
o
o q o
o o q a o
o q o
o cc
c
o?
Y
l.AltllDlltAN ltn
I,A]IIPIIIAN 6b o sq O6q :+ q .: o o @
EI
ol loI
X
O (r) @
c{
@
a o co
O) +
o) .
jo,
c2
q
o?
a N N
q o t
N
rr)
o
.-: o) =. o 6 F o? O) -l_
a rf F.
o?
o $
(9 (o a (o ro
@ c.{
o o c', c? a?
so ou) oc{ N @ @ q o) o?
*
o, o;
O)
o
N
$
-f
() 6(o
=f (e
@ a o (o o (r) O ro 6 o) q o o .fo) o;
@
F@
n
*
o ac! + s
$ o o o (t) CD o) o) o) o, c') o o? o? o) o? o? o? o) o) o? q al M q .it $ $ s .
ilt
N
so NN oo, @ s ro N o F o N @ |- @ o, c! c! $ c? o c.{ q o o C; o o (o N o @ (o $ N ro o o c{ r N O a o @ ts N N o) o o 6c\ Fc? @ u? cg o? q j q \ ri
A
&
(o ro (o
$ o{ o| c! c! c'{ o o o o O
a o s
N O
o o c{
@ @
c{ o r()
o o o o o oq
EI
ol !f,1
cq
N o
(o (o
o
o N
c{ o o C.)
co
o N o o c{ o, (o $ c{ (o (o lr) @ N N N N o? o? o? q o? o? o) q o, o) o, c', o, o, o o, o, o c', cf, c., O o o c., (9 o o .{-
X
oq
6 o)
@ o o a o N o O
u? 6
{
@ o?
*
O)
c')
oq
o q N
N
*
I Fo? .
€
Fll
o o c! o 6) o 6 lf)
Ar
o c.| o
o (o c{ c{ @ (o ro (o ts N N o c! c! c! c! c! a? o o o o o o
ts q
r;
6
(o ts
N
o N c{
o @ c{ o
EI
6l I
X
ill
al !1
a 'll
U
g
N
o,
(o $ N cv ts o (D
* \
@
d) o, o? O
(o @ F cr,
(o c! (o ts o .if ro o (o o, Fo (o o F o c{ 02 o? ol ol oq
(o 6
o 6
o?
o?
o, o <-
N N @ c\| O
c{
@ @
o
O c! @
-f
c;
N
@
\o
O
6
O)
a +
*(a C!
ri
&
c{
\
o; c', CD o, o) o, o, N N N c\t c{ N N
6
F
@ @ ts ro o s oq oq @ q c..l o?
o F*
o q o
o o
E
og
@
U (o
c{ c{
@ 6 o?
c', o, o) @
c\,|
o o
?. Fl Fl
@ u?
N
(o
\
N 6 6
$
q .{. o O
N
$
=l c{ @ o?
$
6
rr)
ol
ts c{ (o @ N
F
(o
*o
o c{
\ o n o o c?
o
-f
F @ 6
ts 6
c!
N (o c{ s o o a Fa? .q -f-t
O
(o
\
o) ts
a
+
N
@
o
@
(o
6
i- o, @ 1r) c! q (o
N N C\ rl)
cv cv
di
(o
F-
o o o c{ (o o o c{ s (o (o o q c?
{rf)
ts .f o ro (o N
c!
c?
oi (., o, o
so No ro c9 o o; o,
q) o ro 6(o (.) o (g cq t U? o O o o
@
F 6 c{
a o
(e 6 o) o, .f) c{ ..: $ u? .q cl q o o c{ $ cv (\
6 @
@
ts
@
(o rr) O $
N
@
.st e
\ *o 0)
co N
N u? O
o o N
(r)
$ 6 @
o O) @ o (o N N o o? o) q c') .
o 6 @ @ o c., N Lr) O) q q q o o o o (o rr) o o) o N N (o CD o c{ (o n Lr) o, c{ @ o o? u? F. o? u?
*c; no
N N
@ o) N o c{ € q o u? n o a .f !+ rr) 6 o o o + $ ^l o o o o @ (o ro s C\a o & No oc{ o o cv c! N N N N
a c\
ol rol
a
N
\
u) O) C') o (o o o o (t)
sF ts (o (o r) ro -f o o O) a @ s ts o o? o qo ol o, o, q o oo? oo, qo qo, o? @ @ @ @ F o, q o) q ol ol M al o, o, o, C" o o, o, o; c', O) o oi o, c') o)
ill
o N o) @ N r o, ts (o (o
u? N
o; o) OJ + $ o -r.
o o, o) @ o o? oq cq oi o o, o) o, o o o o o
o?
@
o N
o,
a No) q @ ol c', o? <' c! -fN N
<. af) c\I @ F- o (o a- o a F o
c{
c.) @ o (o o u) o .+ o c{ 6o co ts (o a = o? o? q c', cq cq aq
c')
a a a a o a a
a
(f)
\
o o O N O o ro
.
6
@
q
o, o u-l
E
o, o, o, -f
o @
@ @
o?
o)
=!c{
o o
\
c! c{ s
N o @ Q) (o o .+ ao o, Fc', € @ N aq q q N O o .+ (o O) o o, o N .t (.)
c\l
*
{
.(t c!
o
@
I 6
I l,AIlPIBAJll 7a o -f q o o o o o? o t
2'18 N @ so F ts ao F 6 @ @ o rO o o o (o ts o N $ ts o N@ N o o (.,! c! o,l a? a? a? n q o u? q q o n o o o o o o ci o o o o o o o =
o o C N o o @ (o o @ o o o x oo?o oo?o cI,o?o oo?o, El -f t -f @ @ o d)l o o o o o o, o o o rrl q a o? o? q q r
o o !ts
J
E
oU)
lrl J EI C) ol t r-l
6
llt
J
el
E.
x
a
oq cq o?
6 @ o c') o, o o o o o, q oo? o, o? o? ol o o -fo to + o o o N N 6 ts q q oq o q ts q @ o o o o o n @ N o @ N o o
*
oq oU' \o o\ oq o o H
-aEE
Y.
I
x
l=
td
IE IE IL lE
lr
r lo t9 la to la t_; lur
lo
ls
EI
ol
(ol
rl
:C
3
N
@
F
6
o o, o q o N
o o o o o? o N
ts o o o
o-
o o q o
at,
o @ aNo q q q o o o
(D
@ o o?
N -t_ o q
+ o o
o o
o o 6
c!
o
o?
o
@ @ @
o N o q q q o o o o o N o N o o o .: a? q
o o o @ N
(o
@ o o?
q q o o
o o o o o E o @
ts 6
o -l_ -r o o, o o o o, o? o? o?
o q o, t o o q
-f N
N
c',
o?
o, o o
*
*
\ \
o o o o N
o o, o o, o) q
o o? o @
-f o @
ts o,
q o @
*o
o o a2 o
o N o c? o
*
N @ @ -i
<. N @
o @
d c; (o o .t o q 6l N
@ @
N
(o
o o o o @ N (o o o o s o N @ @ o c', o o o, o o, o o -t_ o? o? q q o? o? o? o) o o o o o o, o o, @ @ @ @ (o @ @ (o
u?
l:
o @
o
O (o
\
*
o o F
@ @ o o? o)
3 o o o o o o o o .+ o o o D o o N o o
o
s+ o N@ o N 6 + q @ u? q q R o to o o o o o F 6
-f
-t_
o @ $ -i o o o No) o o o o, o o o o cr, o o o o o o o? q q o? o? o? o? o? o? $ o -t $ $ -f $ so -f o @ o @ -f N ts o o ts (o o ts o 6 ts N N o -f o o ct o o ci o o o o o N t @ N o + o o (0 N c{ o .
o o a o o N o o, N N rN o 6 ts o cY o a o o o
6
ol
n
+ N
+
o o o o o o (o o o o o -l o o @ o o o o @ N
o o o
-
N $
\I
o o o q oo? c', o?
\t-
6 @
*o6l
o
-f
.+ 6l o
o o a -f o 6 o o N o oq
q N
o o N o o o q o
cq oc
@ @
to r+ q o
@ @ (o N @ @ o o, o, o? o? o
o o @ (o o o o o o c') o o o o o, o) o o o o o o o o o o o? o? o? q o? o? o? o? o? o? o, o o o, o o, o o o o N N N N N N N N N N N o o o o) o o N o o
-f (o o @ N 6 $ o o o, o) o? 02 o?
sN + N o o N o @ o, o N o o ci o ci C; N o @ 6 o o ts o o o, o o q o o? u? (g
N N
o, @ N @ @ o @ @ ts ts o, o, o c', o o o, o o o o, o o o, o? o o o? o? o) q o? o? o? c2 o o o o o o o o o 6 o o, o o o,
o o q o o o O) o o? o N
= E
lIE
o o o o o (o o o o N N N 6 o o o o N q a! o o o
*
J E g
ts o o o, q o o? o? o o o + =f
o o o o o o a o o o o o o o o o N o o o @ 6 s o N N N N N N o @ N ts @ o @ o o N N $ o c.{ o e? o a n n o o o ci o o o o N (o o N 6 @ @ @ @ N ts o o o o o o o, o? <2 o? q q o? c2 o o O) o o o (o o @ @ @ @ (o @ @
!L
(L
\o \o
so O) q o -f
o o o o o o q o @
+ o, o)
6i a r)
o o q o
*c',
o?
o o o o o oi o o $
o o o? o N
o o o o o q o o? o? o o o N N N
@ o o 6 o o o o c; @ o o N N o o o o @
6 N
a r|
\
o9
o o o o o o o o N o o
|. IAMPIRAN 7h
2t7
N O r r N N o @ o o oq @ s q $ 6 og og cq q q O o o o o o o o o o o ts $ o o, @ N o (o o o o o @ @ @ @ @ @ @ q o? q CD o? q q q q o o o o o o o o o s o o N ts s o o @ @ @ N N N N N O o o o o o o o, o q o? q o? cD o? c? q q
\ \
EI
x
ol @l
ill
el
N
N
N
sN
N
N
* \
@ N @ @ og N N
o o O o @ @ o o @ N L ts @ @ o c\ o c.! q o d o o o o o
(D
F € a N
o E o o o ts o o? o
u?
$ o (g o
N
N
N
s q
o o o o 6 o o o o o @ @ ts N @ ts
o @
o?
o
N o N
o
F @ @ o
@
(o @ o
N
El
ol l"*l
:<
@ o o?
@ ao @ o?
@
@ ts N o oo? c2 o q
*
$ o o o
o?
o @ N ts q o c.{ q o o o o N N N @ 6 o (o o N (o o Nc.! o c? u? q oq
*
D
r
N
N
N
N
N
o ro o o o o o O o, @ 6 N o N o
o o s ooN N6oq q \ o o o o o @ (o 6o N
x EI
o o o? o o
ol (ol
s o o o o o 6 o o o? o? o o, o; o o o o 6 o N
N
o @ 6 @ o o? o @ o o, cq o? rl = oqo <2 o o o o N c! N N c! 3l
a
J lJ.l
m
s
ts @
o o (.! C\ d o o o o o c! @ @ o ro o NN @ c! O) o oo q a
o-
@
@ N
N @
N
Gi
o Oo a E o o @ o 6
N
N
6 N
o o N
@ N
O @
@ o @ @ a o q q c2 o o o $ N
$ o o o N O) q c? o? s N N N ts N o s a? oo*q o o o o @ ts n o o u? ri o o o o o N @
* \
*
@ o -t @ @ 6 o o q o o? s o o s o + o N o + o @ o N e? a? a? o o o o
N o
o o o 6ts e? o
rN o 6 $ o o ts o o s o o 6 q 6o? Nq Fq Nol qts @ q o o + o+ o $ + o o o o @ o N @ @ @ o 6 o o q o q o sq o q o q q o o $ + N N N N N N N N N r@ o o Nr o o o @ N o @ @ N @ o N N q oc.! oc-\ + c\| c! cl c.l c\ a? a? o o o o o o o o o o @ @ $ N o o@ 66 oN @ o ooN No N
@
o- cl
c) (t,
ro o o
$ o q
@ @ N
-o (r,
o
o N N N o N o @ N @ o N N @ N N N @ @ (o @
rl el
@
N 6
o @ q o o
ts N o ts o N a q 6 qo
*
o
o 3 ts
c? N
ai
@
o
o -f o? q ot o o o o o (o @ @ @ @
r o @ o $ o o o o o o No N q o? q o? q q o? $ so o o o o N @ @ o o rc? Noc? oo 6N oN (.) o (o R t R n o o o o o o R o ts @ ro N (o N @ (o o N @ s @ 6 o C? q? + q ooq q N Nc.i 6n q? d o o o o $ + $ o o o o (o o 6 o o o oc! o 6a aN o o @ (o o 6 o o $ s o @ @ o N c! o o o @ o N@ No o N o N o 6 @ =to) cD o o N N o o o c! o @ N 6 c! N o O) @ (o o o N @ o o @ € ts ts N N N o? cq o? o? o? o o? o o? o o o o o o o, o ot o ro o o 6 6 n o o o oi r) o 6 @ t (o N N N N @ @ @ 6 o o O) o o O) o o 6o q o, o? q o? q q o) <2 o? cD o o o o o o o o o o N N N N N N N N N N @ o o ts o o N @ o N o o o so N@ N @ o q ol 6{ c! c! c? c? a? c? $ a? o o o o o o o o o o N o F o N .+ o 6 N @ o (o =!- @ @ e o q u2 @ o9 q a q N oa? on o@ N N o d d o o o o o N o o (o o 6 ro o c{ o a o o o @ o o o o
*
$
@
N
O) <2
o
o F
(o N
^;
q o
@
o o o q 6c2 q@ !t $ o
o o o o o @ q .+ o n o o C; o $ @ F N q a + o 6 6 o 6 c! o N
*
@ (o u?
o o N
q?
o a
o
o o
o o s o* o6
6 @ @
o N
@ @
co @
o 6
o, o ot 6 ro
o?
o
(o
o?
o
!+ o 6 s o o o q oo? oq o o o o N N N N O) o?
o o o N o, @ ro N o, c? c? a? t o o o o N N (o <- N o \t o o q? F q cl
*
=
\
o o o + so No (o 6 N
I,AMIIIITAIII o @ q
EI
x
8l
ilt
A
7C
vo oN @ oq q
\
N
@
e?
o Nr @ o o u? cD
N
N
\
N
N
o @ @ 6 o o o 6 q sc2 oo? Nq o + o osl_ o
@
@ @ o @ (o @ o q ts @ oq oq o o o, o \f, =f t o o O) o N o O) @ o o F N (o o o, € q ts q @ q @ cD q o? o q q
N
N
o o @ o L 9 o -q o o @ o o o N @ oo o q o o o E 6 oN
\
N
o o ts
N 6 o N
\
N
N
+
N
u? @
N @
ts
N
@ @
N N
ri d s @ o @ @ aq o o o; o
\
o o @ @ o N @ @ o o o o @ o q @ q c q oaq s @ N o o o o 9) o @ o s N F N o, 6 6 o oq Nc2 o q 1v q q q ol
\
N n ou? oq o
o
$ N N
@
n +
F
@
.!
o o
N
o o o o o o oN o N o o (o 6 N o o N N N N c! o
o osl- o o Fo N(o o c! a? q q? o? N N N N N si o o @ o (o o o o F @ o o o c? o? o? q cq oq .c o o O) o o o) o (o @ @ @ @ (o @
\
co
cO N
o
@
n a$
o N ro 6o ts s =f (o @ c! o cq r q Nq q n 6 6 o o d a?
@ @
N. @ @ o (o 6 o @ r @ @ @ @ o o @ N r q o q o? o o q ro? No q 6q ol + $ + o o + + o o o o 3l c! ts N o @ a o @ @ o N o c! o N r o O N o N @ N 6 L 66 Nq Io q oq oq o, q .-: c! C' o o o o o o o ci @ N o € N o o o, N N o o @ o o c') o @ N $ o @ o @ N 6 o N F CY .: u? q q a? D 6 @ .a @ r ts 6 6 oi q o N o o o o a o
(0 N
EI
@
@
oq
N co
\
ol
Fl
flI
* \ \
\
\
@ @
\
\
\
o
cr)
a
C) U) J LrJ
@ L
.+
6 N N o co o @ c') @ @ o N o N @ N @ @ O) o L g @ u? (o q q =rR n n o o o o C; o ci o o o o o $ @ 6 @ o b N o $ o o o N (o o @ ts N o o oq u? q q c! o a D ri @ @ @ ai ts N @ b o o o @ o o o o o o N o o I o N N N N N N N
\
\
o 6
@ 6 o o o@ r: F q I 6 o o
{
ts o @ N o € q No? oo? 6cq s o o o o s€ o N@ oN o o o o c? s q q N
o o (o a? o o @
o N
o o @
N o a9
\
\
(o F o (o 6 q q o o o o + N N o No oo @ o 6o
o
(o
N
(o
ts
r ol rq ol ts @ @
@
o?
=t-
<. o (o o @ N N
o o o L
N -q
ro F N N
r ts o
N
o
6
(o N cq q @ n o O) 6 o o o o o 6
o o @
@
@
@
F o o o q oq q aoq q o o o o o o N N N N N N c?
@ @
o o o o o N o o o @ q? I n o o o o o @ @ o o?
o o ts r @ o n o o rs FN U? I N
o
\ \o \o
el
o @
o o o o o n o @ ts N @ @ o r!q q q u2 o N n oi o o o o o o o o o o (o o @ @ @ @ @ @ @ @ @ @ @ @ cq
x
o o
N
N N N @ ts o N o o (o (o o @ q ( R cq q .\
rts o ts N Gl N
e?
N
@ 6
6 6
n
ts ts
c?
$ F N $o o o No o o o @ o
l,Allll'lllAN lhr
''
oq O
EI
N
o O
O @ o'l O
Z O O
-
O o o o O
o o
@
o o
rc o o
@
(r?
;t.l rll
Gi
@ @ o?
N @ o? ol
a @ € € @ N N o 6 @ o @ @ a N o o @ o o o o o o o o o o o o'l ol o? o? o': o) o o? o o? o ol o': o'l o'? M o? o o o oi oi o; o o o o o o o o @ o 6 a @ @ @ 6
a N o @ o? ol o o
X
A F.l
d
o
& a I
&
o o 09 o? o'l 6 o
O O a c-l c!
a @ o o o€ € @ 6 € € O6 N ol oNq o'? ol o? o? ol o? o) o? 6 o o; o 6 o o o o o o N
Fl
o o o
N C;
e
N
N N O O
N N
o o O o
o t2
X
,,]
sl d OI q ill (n
il
M
@ o
ol o o
oO
@ @
o o) o o
o ol o o
N
.V
bI
o o ol o
@ 6
@ @
@ N
e;
O
& O€ N
o
Fl
o @
M
@ o: o
o o
a q :. F]
FI
tr
Fr
O O O N
o
O @ N
@
o O 6 N
N
o O o N
o
€
N
N
q
€
o o a
N
o €
o o
@ F
N N
O
oc og o O
c?
o? O
O O O u? 6
o o o ei O N
o a cY =t q
@ N 09 N dt
O O 6
C C N
N
N
N
o
O
€ € @ N
e
@ @
6
=
o o O O O
a
IO q O
€
o
O @
O O o
a @
@
@
N O O € N € N o N o € @ ol oo? oo'l @ ol € o? o? o? o? q o? o o o o o o o o o o o; o o 6 o o o o @ o o o N o
@ o o a € € € 6 N @ 6 o o o o o o 6 o o o o ol oe o ol oo o o? o o? al o? o? ol ol o'l o o o oi o o; o o o o; o o
o 6 O N
o
€ o N ei
o !.! o
N
€
o o O o O N o N N
q o
6 @ C;
a N C;
N
o o O o
O 6
@ N
o @
o
N c;
6 6 @
N
o o o
o
O @
o
@ N
€ €
@ @
o
O N
o
\
O
o o o o =
o o
@
o
N
O 6
e N o
o
N
a?
€ N
o I N N
!.! N
(t?
O
O N
o o o o € o @ N r-: 09 oc o? o ci C; o o o o
o N N
€
€ @
N
@ n O = 6
@ 09 N
e
O O
O 6 o
o
O N
@ di
a O
€
F o o o N N o 6 6 @ @ a o o o o o o o o o o N o o o o € € € 6 o N o? o1 o? ol ol ol c? o1 ol o o? ql o? ol o? o? q?
EI ol O\l ill M ,l
o o o
Q o o o o 6 6 o oo oo 6o oo oco o q o o o? o o'l o o
o o o o'l ql o
€ @
@
o
o': q
N
N N @ @ o o o ol ol oo o?
Fll
$I
U'
o
o o o O 6 o
o o € o <: -{ @ o ei o o o
o N
o o
N
J
rr
o
N o o N @ 6 =q u? u? u? o o o O
6
6
o o 6 o ol ol ol ol o o o o o o o o
o o o o o o o? o? o? o o o
N O
N @
ts @ @ o q @ o o o
o OI
-
@ O
U
a
N O O c.{ cn d? O o O
N
rc @
O
ts
O O N
6
() &
O
c-l
tq
I
I
N
ol NI
t0
(g
q o
e a N O N o a o o oo @ o N N a @ O o 6 € o€ oN @N N o$t € c.{ .? d? c? O o O o a o o o o o d o o o O o ei o a O N o
o
o o o
o q
q
Q O N
e o @ N
o o @ N
Q
E €
o N
N
o 6
c.{ o o N N
O O N
6 a?
N
@
U? @
6
o o o o @ 6 a o o
6 oq o'l
O
o
€ N O N
oo N d? 6 N
N
N 6i
e o o o ro
@ @ oq
f;
t,A[tlrtltAN 8lr @
N
09
o ol
N
N
@
o ri R N
O H
X
6;
o M
O O o o: o
2jil) O o o q o?
N
o? o?
ol
@
@ a o? o?
€
O
€
c.{
N a
cc o9 6
o o o o
o o
o 6
@
O 09 6
ot o ot
@ 6 N @ @ N O @ oq oc oq o o o
N lt
F]
o
€ r-:
6
O
O
c
& = -
O
6 ol o
N o
O O
€
o @ o oc O
N N
o? O
o o ol O
lt
o M
€ €
O
@
ry @
-cE
= -0 =o €-
@
c
O
€
;
O
o o
a
= N = = -
@ u?
O
€
EI
o O
= 9 i
=
ai
6
C C
@
n
€
O @
o €
o ct a @
\ -= I
@ o @ N @ tr: oe o? c.{
c\l
o 6
@
ri a
€ o
€
O c.! O
o
N D
ri a N
c
@ o?
a (.) a
=
N
T I! tr F
o ?
!$ I
al M n
@
o
\ --
€ ol
=
&
N
O = D N N
:..1
@ @
o
o
@ € q
o ul
€
@
@
-
O O
ol
N o ol
€ @
o ri
e @
a t
€ €
o o oo ol oo oo ao
N 6 o?
o
6 q a o O
N a (g q o O
a @
N @
N
n
= = a o p = !
6
I
€ o a 6 q
6
o C
N @ c;
O
Q
a
@
F C
@
Q @
Q
n
E N 6
o;
@ @
N
@
N
N
J? 09
D
o
o N E
a @
N 6 @
N
n e
\
N
N
o; 6
O
o
r;
@ @
€ N
rc 6
09
6 o
n
@
o
o .: c ?
6 6
O
@
a N @
o
6i
I o D
;
D N
!D
O
= o o =
\
@ ('? @ u?
6
N
p
N
,q
-i
di
D
+ o
\
P o o o o o D o 6 @ € € 6 @ D
ci o 6 =
o
o
\o
o N F-:
@
o @ O O o 6 N o? 09 ce oc oe 09
@
F.:
o o
O
@
€ o o q €
> N
€
o O
o a O h @ @ o? o? o? o?
o'l O
N
q
O
o o N
\
o q
6
N
o D
N @ O O @ d2 r| @ @
O 09
6 o
ri ri Q O a
N
C 4
€
ei c; i
@ @
o o @ @ o) o: o) o o o
oq ol O O
c
,.ll
'?
i
O
@
\
@
,q
rc a o o D oq o q R =t N N N N
€
o @ 5 o o o? q
ill
oq
@ O O O 6 u? F-:
@ @ o o6 @ N @ o N ts a o @ @ 6
t'? o? o?
D p
o o @
q
N
€
X
N @
@
o o o o o o
D @
O @ @ N @ o O og a
€ (e
N 6
a @ @ @ o? o? o? ol
6 O N
F
o q o) o o o o o o o o;
€
@ @ O @ @ o? ol a? o)
@ 6
O o
-r -=
i
c.l
o) o
€ € o?
@
C; O
&
O N @
@
o o O o @ O @ N @ o N a o o ol O ol o09 @ 09 oq 09 09 cc og o9 o 6 o o o o o o o o o; 6 6 o o o o o o o
o
@
N
o
i! q =
F.l
a = n
N
.-
O N o: o o
O
N O o o o o: o ol o? a. o o o o
ul
oq @
6 N
ci
€
@ 6 @ @ o? o?
O @ o (c @ r o o o o Io o; o
ol ol ol ol
o o o o o o o o o o o N @
ol o N
@ @ @ N c.{
O @ o?
N
@
O
c.l u? o
c
ol
o?
o o o o o o; o;
O N O @ @ @ N @ @ o? c.l d2 q N N N Ni
X
N N
.c ol
q .a
O
6 o'l
o d F
€ € o ol o
@ @ o
N
ol
a N
D
o @ og 09 o? o?
o o o o ?
@ 6 @ @ @ @ O cc q @ @ @ i
a
N
+
a O
= @
O
\ N
l,Aml)tltAN tk. @
ol
2,sa O @ u?
u?
o)
6;
€ El
X
ol
o o
O
q Nu? o o o=
N @ d? o
NI
it0l Fll
o N
M q o
A o
t
EI
X
ol ol
[l
@ N o oq o?
\
,ll
q o
@
&
o o
O
o o r,
u:
\o o
a
(J
14
tr E{
n
€ N
@ N
6 d:
o (r?
o o;
q Nol o € N
O O N 6 oq c9 09 oq oq @ o o o o
\ 6
O N N
q
@ @
o
= N
N
e N
N N ol @
C cN N N
@ N (9 O N N
€ a @
o
@ @ 6 o? o'l
O
N
ol ol
6
o?
o
@ @
@
r
6 N 6 o?
€
o o;
6
o o o N o F
N
a o
N
o
= N
o
q n o c!
N
oq
@
6
@ @ @
ol
N
€
4
o
o
a
€
= N
o N
N N
a
o
N
@
O
N
o
@
N
€ o; N
@ ai
@ q or-:
N 6 @ oq oq tr: o o o N
si
N
N
o ri
€ o o o1 o o
a o € N O
o
@
@ f;
o
N
@ @
@
@
@
N
a
@ @ N
N
N
-q
@
o 6
o N I€
N @ o N
=q
O
O
N
e € o'l €
r o
\
o
@ F:
a?
O
N
\
O 6
o 6
N
o)
@ @
\
N
Q
o @ N q N o N
N N
\€
@
@ @
N
ro
@ 6
O 6
N
N @ r @ @
N
o
@
\o € O o N
@
L;
N
o9
o
€
a N
O
N
6
o 6 o q O oq c!
N
u?
n €
o
N
@
N
6
N N
N
N
N o @
ry
e € o € € q a o;
€i N
c \ N= O @ u? N o
rc2 c! Nq o€ N o; @ o o 6; d 6 6 6 6 o o
6
6 6 o? o.
o
o?
@
a o .t
€ as g? o
N @ o
N
N o cY ..! -1 o
6
@ o aO o6 o c.{ ol q d; d o 6 o 6 N
@ N
o N
C;
N
o
N N q.l
q q6
@
N
O
e
o?
@ @
6 o
@ @
N
tr:
N
@ o o ooq
a"? N
N
\ €(9
o € o o € € o o c9 o? q d? LT? N
09
c9
o
oi o o c o o
@ @ o aa\ c.! Q
O
ol
@ O d2
6 a
a
o
€ ts
€ @
tq N
6 N @ @ N o O N 6 N o Nq € u? -q oc.l o Fq N o o q o oi o o; o o o o; o
F.ll
A q
o
O
\ \ \ \ o o
@
o
d Ia
a q
@ € € (t?
o
o
fi
O N
o O O
@ @
a N
a
N
o o o o o o o; o O cg
N
€
F
@ o o @ cq q .2 O 6 o; o @ 6 o 6
N @ 6
O O @ N oq o? d? N N
@
X o €
&
n o
@ @
?. F]
N N
N @
@ N N N o o
o'? o?
N N oq
o $I
o
O o a? o? Gi N N
O N
@ q
o
c.{ N
<.!
ol 6l ill M al
q o09 o o
=
N
EI
o 6
@ O
O
@
M
6 N o) o
o
6 O
O @ N c2 o? c.! 09
o r-:
N N
N N N N
o
oc Gi N N
O O N
@
o o
@ @
o N o oq
Ni
o N d?
€
@ N
c.! N
N F @ @
Q
o o
@
oc oq og
@
o € € q N
o
6 o
N
N
a @
\ o @ @
.- a € = a
o 6
d?
6 N
o N u?
N
+ @ € N n
@ oq
6
t2 @
@ @ u?
N
ri N
N
oo o6 o 6
6
T
I,AIIIPIIIAN
$rr
ABEL:SCS-Sa PARAMETER UNTUKKURYAUSPIRAL-CIRCT Fr.-SPIRAI'
I
R
P
0s
Ls=140m x K
Y
R
0s
P
Ls = 160m x K
Y
280t
1.4321
0.291i
69 998t
139.99
ii
1.166f
280(
t
627(
0.380{
/9.997t
rs9.986!
260t
542(
0.3i41
69.9983
r39.989t
2563
260t
t.t62l
0.4102
79.9971
59.984t
6401
r39.989(
306(
250(
r.8331
0.426[
79.997:
s9 983(
.7061
139 9881
.361t
240(
1 909!
0.4444
79.997t
59 982i
.7771
4841
270(
2.083t
0.484t
79.996:
59 978t
939i
59.974r
2.1331
59 971(
?.245:
250(
6043
0.326;
69.998i
240(
6711
0 340,
69.998(
220(
.823t
0
37li
69.997(
139.9851
I
523,
200c
2.0054
0.4085
69.9971
139.982{
633i
200c
2.29tt
0.333:
79.9957
r900
2.1 10!
0 4298
69.9968
139.981t
/ 191
l90t
7.4tzl
0.561t
79.99s:
r800
2.?28i
0 4537
69.996:
139 978t
.814t
180t
2.546t
0.592(
79 9941
59.968r
2.3t01
70t
2.359i
0.4804
69.996t
139.976i
921
170(
2.696:
0.6211
79.9941
159.964(
2.509r
160t
2 506i
0.5104
69.995:
139.9732
20414 t60t
2.865t
0.666(
/9.993:
rs9.960(
2.666:
s0(
26731
0.5444
69.994!
r39.9695
21774
150(
3.055{
0.711
79.99?t
1s9.954t
2.8431
0.s83:
69.994i
39.965t
23321
140(
3.?14(
0.76rr
79.99r
159.947t
3.0461
39.959r
2517:
130(
3.5259
0.8204
79.989!
1s9.9394
3.28ti
139.952r
2721(
120(
3.819i
0.8887
79.9881
159.928{
3.554r 3.877:
140( 1300 120C
I
2.864{ 2.0851
3.34?
0.6281
0.680:
69.995' 69.9931
2 968t
I
l0(
4.r67t
0.969r
79.985r
159.915r
139.931r
3.2651
100t
4.5837
0664
79 982!
159.897(
4.264
39.924t
3.437:
95t
4.8241
r22! 79 9811
1s9.886(
4.489(
69.98sl
39.9153
3.6281
90(
5.093(
t84t
79 978!
159.873(
4.738r
0 9601
69.9842
139.905r
3.841:
85t
5.3921
.254!
79.9161
159.858:
5.016r
1.0801
69 9821
139.892t
4.0811
80t
5729(
.332{
/9.973:
159.8401
5.3291
.088(
69 9797
39.878
4.392t
75(
6.111
.421(
79.959;
159.818t
5.684:
70(
6.548r
523
79.965i
159.791 I
6.089(
65(
/.051t
6401
79.959(
1s9.757(
6.s57(
159.715t
7.102. 7.6071
loc
3.6461
0.7 423
69.9901
139.943:
00t
4.0107
0.816:
69 988(
95t
4.22tt
0.959:
69 987:
90t
4 456:
0.902i
85(
4.7 18t
80t
5 013r
75t
5 341(
70(
5.7291
166:
69.9767
39.8601
4 6633
65(
6.1703
255(
69.972!
39.8377
5.021:
60(
6.684:
.360t
69.965:
39.809(
5.439i
60(
7.639r
n61
19.9521
56(
7.t62t
.451!
69.963r
39.781
5.826t
56C
8.185
9034
79.945(
159.673(
55(
7.2922
484t
69.962i
39.7131
5.932:
55(
8.3339
937!
79.943(
r59.661r
t.t45l
521
7.7t2!
.5035
69.861
39.746r
6.273{
521
8.8147
2 0491
79.936!
159.6211
8.191
500
8.0?t4
.6322
69.954:
139.725r
6.5242
50t
9.167:
?.1314
79.931:
159.590t
8.517,
;
r,rmPrtrAN 9b lAllEL: SCS - 5b
Ls=140m
Ls = 160m
x
x
Y
48(
9.549:
2.220t 79.926(
59.556
8.871
6.866[
47!
9.649t
2.2433
19.974t
59.546i
8.9641
7.?467
45(
0.185{
2.3671
79.9 15t
59.495
9.460
44{
0 4t71
2 42t4
79:91
59.47 1!
9 674
0.785
2.506€
79.905(
59.434
10.013r
?.66?9
79.893r
59.361
10.636:
Y
P
K
48t
8.355(
r.7001
69.9504
r39.702i
6.7944
41i
8.443(
I /18(
69.9491
139.696:
45(
8.912
1.813i
69 943(
r39.661(
R
44( nal
0s
9.1
1
5'
1.854r
69.941t
39.6461
7.410t
R
0s
P
K
ll
9.437(
1.919;
69.9367
39.6207
1.67t4
42!
40(
0.026{
2.039r
69.928(
39.57 1t
8.
l48t
40(
a1t
0.695'
2.t751
69.918t
39.513t
8.689:
37!
2.223
2 839t
79 878t
59.213t
I 1.340i
36(
1.140{
z.?651
69
91lt
39.471(
9.049(
36(
2.7321
2.957i
79 868t
59.211
1
35t
11.4592
2.330(
69.906t
39.441t
9.3067
35(
13 096i
3.041!
79.8609
59.166
12.145
455"
1.810
2,'.)r
12.3406
2.508
69.891t
39.35 1[
0 018(
321
14.103(
3.275t 79.8387
59.
l33i
3.071
32t
2 5385
? 547',
69.888:
39.33 1(
0.1731
32(
14.3231
3.325!
79.833t
59.
l02l
3.2131
30t
13 369C
27t6(
69.873'
39 239i
0.846(
30(
15.2781
3.546:
79.8107
58.866(
4.150
28(
14 3239
?910"
69.8544
39.
1.614
?8(
16.370i
3.7984
79.782t
158.698t
5.1491
26(
15 4258
3 l32t
69 831i
38.988(
2.499i
26C
17.6295
4.0881
79.1432
58.491
16.299t
25(
16 0428
3257!
69
8l7l
38.906r
2.993;
25t 18.334[
4.25n
19.7211
58 369:
16.942"
z4(
6.71 I
3 3921
69 802(
38 813;
3.528(
24t
19.098t
4
4261
19.104(
58.23 r
D.631"
22(
18.2305
3.698
69.7644
38.589:
4.t 41t
zzt
20.8348
4.825i
79.6487
57.897i
19.211
21(
19.098f
3.873t
69.7411
38.4521
15.432t
21t 7t.821(
5.0531
79.614(
57.693(
20. I 07i
70(
20.0535
4.065t
69.7 l5
I
38.294i
16.101(
20t 22.9t83
5.303t
79.5t5i
57.458t
2
18(
22.2811
4.5t21
69.648(
37.8971
17.953(
18t
25.464t
5.884:
79.4761
156.868:
23.371
16(
25.066!
5.069r
69.553t
37.344(
20.139i
16t
28.6471
6.607t
79.337t
56.046(
26.194
15(
26.738t
5.402:
69.494t
36.981
2t.44tt
l5t
30.5577
7.039:
79.2414
55.508r
?7.871
t4(
28.6419
5.781r
69.420;
36.540:
22.9?0(
r4(
32.t404
7.530!
79.
l37t
54.853t
29.772i
12(
33.4221
6.723!
69.2
l3t
35.310(
26.567
tlt
38.1972
8.749i
78.8293
53.033i
34.442i
r0(
40.107t
8.025r
68.8721
33.293!
31.541i
l0t
45.836(
I0.426(
78.323:
50.058t
40.755r
r27:
8(
50.133t
8t
57.295t
5(
80.2141
5t
91.673i
1.090i
I.ADIPINAil IO SS-l Par:rrrrctcr
'l'Altl,:1,
05
p
0
o(
k
).()0(x)(
-00(
-()5t
-02t -o4t
-ofi
r.0000(
-11,
-(XX t,0(x
0.9999!
-9rr!
- ).\
-01'.
-U(X
-r)r)\
-291
-08t - 10i
-()0(
-991
-34\
-00(
-99t -99t
-40 -46i
-r).)
- 5Zt
-oot
/.(lU5Uz
(r.()O6()t
-00( -ou( u.4rry"
-161 -171
-99\
-
*17!
-667 -661 -667 -661 -667 -661 -668
- JJ: -334
"6(r8
-
-991
-87
-2i
-
-99
-931
-669 -669
-24t
-9tll
-991
-98!
-610
-104:
-670 - 671
*267
-gr)
-r)91
-27',
-.ryt
-vu:
l).4\n()t
-
1()l
- 9(,l -99 -9<)1 --99
(
).(r(.t9tit
-
101
(,.o1t61
-9li
-221
-985 -984
-280 -338
0-666 /
-99(
-
3.5
,.-)J-rJ
-99(
!
(r(,
'
u.vyy')
z.l
-.99
-339
-99t
-34(.
-991
.(
-34( -341 -341
'99( -99(
.t
u.y.r.JlJl
-i.(
-99C
-97rt
-51,1
-L)78.
-571
*675
-91(
-62(.
-v t:
-
-675 -b /t
/.1
-991
-336 -337
-()()
-37', -392
u.uu4j) u.+.)yt5
-99'
-r-)()
-339 *339
-39(
oaJ
-99-,
-338
-1454
*9rl(
-
-99{
-672
'98
-+z
-99t -99t
-673 -673 *674
-
-99i
-9tI
-451
*99:
-977
/45 u.ooo/o u.i3542 -UU -67i -.54.
-462
-99t
-96!
-861
--(r78
-144
-98 -98(
-4
-\)\)t
-96',
-9t1
-
141
-98:
-494
-\)t) t
-96:
^'971
-678 -61\
-34!
-98t
--50t
-96.
-203(
^
6rJ(l
.'52
-99t
-341
-98
-99
-741
-981
-99:
-09t - 15t
--(r81
-53-,
-681
-34-,
-55i
-99: -99i
'96 -95f -9h(
-211
-6ti
-95:
-
-
-\4 - i+t
-981 -98(
lr.
.-50( (r.(,U5U
-
U.49992
-9.3r
*261-,
-9u! -98!
-93t -93t
- 98t -98f
-93(
-(t7 -'7\', - 191
-99',|
-62: -66! -69t ).oo
/2
0.l}2.t2(
-991 -99( -99(
-61(
"6u.
0.99t)5
Zbt
-
-991
*65t
1
r,.ul
-941 -r)4(
59(
-63(.
u.vty
1.49\)u
()d
(,.666tJ2
-97(.
).)4\
l.\)L)g lt.
4.1
- J5{ - i5l
-97i
I
U--)
atat
-6u'
-444
-6t1(
-94:
-501
-68(
-351
-941
-
-68; -68f -68!
- ,a/
-t)7 t
-35:
-.1)'7
-i54
t)l
-
6()(
-
tt
6()l
-'\5/
(tt).
fiI
-t) )., ), )(
2
55!
r{.1(
t.(
-()<),
-9ti1
-40(
.' 1)l
-(
-338
-99 .-99(
-00(
-611 -612
-\(
-74\
-00t
-99t
-335 -335 -336
-99!
-00(
u.yytrt,(
-669 *669
-21
I
-()<)t
-t4l
-1\(
u.tluzv
\14
.'66t
-81
-00( -(x)(
u. -l -)J-lzi
-668
(,.(
-0(x
J.t4
--69t
-99,
0
.r)r)<)\)t
-64t
-991
L.C. 1.UO(XX
-334 -334 -334 *334
- r)\): -()L)\ !r(,r!
"334
"yy(
-99(
19(
-321
).1
).UUUU(
-20t
-334
I
S.T. U..1JJJJ
-01
u.ut40(
-r.l
L.T u.66667
L0000(
-11
I
v
_o(,(^,(
-1
'2.1
x
0.5(.t00(
-u5t
1
,{4
kurva lcngkung SPIRAL - St'IRAL FUNCT IONS OF TRANSITION FOR -s=1
I (r(r(l)
I
355
I I I'rtr
-97( -97!
I
lt
')( rl
'l(r I l'r(tl
I
l,,t0ll'llt,lN
I
I
l Alll,.l. SS-2 o
t$$ I'irrun)ctcr kurvu lcngkulrg 5l'11(Al. - !'il)lllAI ;UN(;I'l()NS ()t IRANSt'l'lON FL)K Ls = x
l(
U
.U
U-U
742
756
.a
771
-4
785
.5
300
-0
81t,
.7
829
-8
34
l6)u 9.L
8E7
'986
-91
9E
-91
- 908
- 981+ - 984
- 904 -
- 867
- 778
-
-E63
.U UU5
U.U
v -lrr
u.rro)
I
-9(t
I
- 973
-973 -972
-838
-97
- E?9 - a?4
-
1
-819
134 1+9
vo6
61U
-
'(>9
9)U
748
U-U
'7 42
-951
-737
381
-95t
-725
t95
- 953
-
956 - 955
- 951
716
('t
u - oo
I
I
(zu -725 -727
( 55
706
- 737
764
-738,
37
-
937
- 995 05053
-745 -747 749
- 285 542
952
584 385
-
930
- 400
.L
-391
-6
'918
392
-594
v.77>
I
911 909
-400
- 907
402
- 904
- 403 -
405
- 407 - 409 '41
0
'
416
- 417
- 427
I /1
428
419
- 121
902 -
90c 897 895 -E93
.t o-L
-2
.4 .5 -6 -8
o7L
888 EE5
.?
478
-4 .5
-883 -880
- 423
-875
425
- 873 a7
u - JJ45(
.5
v1c
397 399
769 ,J
.E
922 - 92t.
690
a
-6 -7
388
-
- 389
-767
u . oo
-3 -4
-3
- 632
-trora
.Z
-4
71
tu2
o.u
926 - 924
719
-765
.U
9?t
- 386
-761 -763
-toE u
-
u-oor)J u. JJ4l - 414 755
'7 57 -759
-
3T2
- 454 - 516 -57 l+
731
'9)U
t\1
169
-948 -946 -944 -943 -941
1
939 - 378 937 580 956 - JJ56 l v.rrr)q
-742 7t+4
-950
372 - 373
JY
-74C
95: v ->rr) I
-
-722 '7 24
764
-
(+39
715
-954
369
- 37C - 377
-
-732
JUO
4?4
u - JJ5Od
-374
)vu
-
-775 - 770
96?
-961
'952
s67
/13
- 532
-
760
vou
IU.U
96
10
-365 - 366
711
-730
-
-961
-5
709
-474
822 - 879
av4
352 366
-
-728
795
-t
-2
95t
.5 -6 -7
-95q -958
564
-708
- 416
-790 -785
.E
525 337
.4
-363
U-U
236 ?50 265 279
, -u U.U
- Z4Z - 300 - 358
-800
966 965 - 965 - 96lt -
- 184
-81
v-+r>at
952
1t6
833
- 969 - 969
?o7 221
-
- U'TU I U U - U+UOO
961
U
-965
'362
tu6
836
446 442
1?A
192 -lt
'97
97C
(E
.5 -6
97t
105
I OJ
t01
-703
978
-894
.?
-700
-710
6)1
091
- 698 - 699
- 7ZU
-859
'963 '962
561
979
-979
.U
-359
-360
662
-
L.U.
u. y)/)/oc
- 697
-80/+
-855
)62 J76
?
D. I
u.JJ5>t
'696
879 -E75 -87 1
6
)47
314
'37
- 694
- 546
-
9(6
-3
-
I
oooTJ
866
- 961
- 980
l5
'256
u-
(u4 965 6v4 45U u.4trot v -r>o>u U. UJ+OC U.OO'UJ -981
U.U IU IO
-03198
897
)01
.U
- o82 140
901
-
915 930 )45 960 974 )89
-4
u-ucrut -965 .03023
4
-985 -983
L.
v
v -rtrz - 921 947 - 986 - 918
-a6 t
.6 .8
trt
l/tmPlnail ll
l(Al, - 5l'l l(Al ftrRllT;-S$f-I':rr:iirrt'tt'r ITINCTIONS OII -I'I{AN SI'I I( N l,ur( ,s U 5. I L.T -.L. x k 0 v l) U.554JU u. vvdo) tuUu.ut4)i u-4Yr.t> u -vYovc U. U)6U) U. OO - 862 - 863 -776 - 690 -948 '468 432 .1 - 859 -778 -947 434 -c 9?1 684 48? -2 - 436 -856 - 780 - 677 - 978 - 497 '946 .3 - 851+ - 438 -782 - 671 -945 - 511 -4 .06036 .4 - 440 -851 -744 -094 - 914 '665 _5 52C -5 -787 - 442 -848 -658 -943 -6 152 540 -6 - 845 - lr44 - 210 -789 - 652 -942 -555 .7 .7 krrrvrt lcttgktttrg Sl'l
T
,|
-8
., .U
1
.2 -l+
_8 tz-l
- 569 - 564
-941
- 645
-91+O
639
o-49959 u.ut)70 - 613 -938 - 6?V - 642
- 656 -67 1 - 685
u
-tYo)a
- 625 - 618 - 612
- 937
- 935 - 934
-605
-933
- 598
-932
-700
- 591
-
931
- 584
- 714
-
929
-576
724
92E
- >69
U. U I r'4J
U.4YYZI - 9?6
u.rr)oa
2
.3
-746
- 924
- 555 - 547
-4 -5
- 801
- 922
- 532
-81
-
.6
- 8?9
- 919
- 525 - 517
- 844
-
757
1
-2
.E
'77
5
-858
'923
- 931
-945
.5
-
960
'97
4
- 989 0 - 02003
UlU
u.uzv5t
t+. 1
-2 -3 -4 _5
-6 -7 -8
-
046 -061 -075 - 090
-
1Ot+
118 133 't
47
162
t)-u
U. UZ I I
O
U-
JJ+)
- 466 - 469 -816 - 844 -4t1 E1E 902 u - uov)v u. o06z I v-554I -476 - 823 -U/U1 - 474 - 826 -075 -480 - 8?8 '13? '483 - 190 - 831 - 485 - 834 - 248
-836 -839
-305
- 842
'64 )
u. oo64 / u.yY460 U-UT)J) - 593 - 478 850 -853 -650 - 911 - 470 - 856 - 708 -910 - 462 -859 -765 - 454 - 909 - 862 - 823 - 446 - 908 -880 -865 - 438 - 906 - 868 '938 -905 - 430 - 871 - 421 - 995 - 904 -41 - 90? 874 . UdU)J I
I
u
-900 -898
-Yr.+v) u.u6tIu 396 - 387
-379
- 897
u. 006
/
u-
J54vd
'527
-4
-789
.5
785
-782
778
-775 u
-Yv
t).
I
1
-764
'7
-2 -3 -4 -5
61
-75C
_6
.7
-74?
-8
t5t u.vy ( 5)
t4-
- 886
- 532
'72
340
-
889
-72C
397
-
892
- 535 - 538
-71
.)
- 7'.!
.6
880
'225
-883
- 282
- 544
-901
'547
- 627
- 9U4
-550
t
795
-792
-530
168
- 898
-Yv5
.? .3
-731 -721
-
- 54'.!
u
-
-74e
J))a+
1
-799
-753
-521
I Z -L
802
- 513 - 516
-895
u..i)rooo
vv6u)
- 511
- t+55 - 512
526
u-
-757
-
335
.8
808
-508
-
-
- 812
-758
1
- 889 - E6E
-6 -7
- 500 - 503 - 505
- 362
353
-818 -815
-
-894
- 344
.4
- 490 - 493 - 495
-370
892
-2
-
- 519 u-
83(
- 827 - 824 - 421
- 488
-895
- 891
-
'462 '464
- 811 - 813
-8
-83
'l+60
808
842
a5t
u. )rvoJc
- 455 - 457
-91
U.IIYYU
I
- 453
-806
787
91t
918
- 449
- 803 -
-
- 447
- 801
-729
494
u.q>,
.4
u-oorvo -798
- 440 - 498 - 556 -61 4 -67 1
- 420 474
u - u I 60I
-3
U, UOJOJ
-363
IJ.U
916
794
'502
E73
-
5Zt
-509
-t
.2
921
-
- 917 -
- 902
-540
-791
- 267
'569
u. u6064
u-
ooTuo
U.JJ))J
70t 701
/0t u-'t'to'/o
1
-2
.3 -1,
L$7
lfir
l.,,tmtrlll,,t! I t l'Alllil, SS 5 l):rr;r,ur: tcr ktrn,l lcrrskung SPIRAI- - SI'IRAIII.]NCTI NS OF TRANSITTON T,OR Ls= tu -t5 p
0
ZU.L 1
-2 -3 _l+
.5 .c -7
-796
-
'794
925
'939
-791
-
-789
954
'9 68 -
982
- 997 -
-1
-4
U..+YTY6
-910
0.0301 z t.L
1
oz6
-068
776 '7 64
-752 -740
-785 -743 -781
- 773
1
652
'21 -
- 61t+
-762
-575
-759
- 56?
-4
.5 .6 .7
.8 25.!
268
'283
-71+O
- 297
-738
51:l
t3>
U. UJJZO
v - 4v r 5 5
340
1
-354
-4
- 583
-6 -7
-
369
-397
- 411
.8
- 426 - 440
z4.t)
U. UJ4OY
1
- 485
- 455
.? .3
- 497
-4
- 526
.5
- 540 - 554
.7
-747
-745 -743
-
.? .3 .5
-749
-
51?
- 56E
-583
tl
157
'639
-768 -766 -764
- 240 - 754
4
-:/ooo) u.1z1u1
- o97
75 -75'.\
988
120
627
- 601 - 588
06
111 115 - 1'.!9 - 124
- 931
678
-
- 197 - 211 - 226
-818
-
U
128 133
-729 -733
'737
- 454 " 449 ' 413
'7 41 -71+5
- 438
-749
- 427
-753 -758
-'t37
76?
'132 - 4?'.|
- 415 - 410
_1
.2
.3 .4 -5 .6 .7 -8
.v
u.55 / OO u.yy4uq tt.u -770 - 399 1 lr7 1
u.6t't4l
-393
-2
- 387 - 381
.4
t,
'151
-77
270
- 156 161
'170
-779 '7 83 -787 -791
-374
175
-796
-
-
800
-358
- 327 - 383
-155
- 439 * 496 - 552
-180
4
'37
3
6
-5 .6
364
.7 .8
- 523 - 509
-804 - 181 352 .9 u.6 / 16! u.556Ur u.Yv54A /.4 -u -813 :3 40 1 191 721 -818 -334 -777 199 -2
- 496 * 482
-834
'204
'822
-328
-890
- 208
- 826 - 831
-
322
-
316
.5
304
.6 .7
'549 (>( u-4rt)) u. v6)Jo zt.u U.UJ I6J .2 .3
-761
-690
-770
- 1l+O - 154 169
't
-875
-083 111
102
- 648
-705
L.U.
D. I
I
o.b(uvt u.55 ( Z> 0.9946t tu.
- 591
-728 -715 -703
(t9 u
L.
v
u-11>5>
u.rot60
-787
U. UJU4 U.4Y I - 054 775
- 125 .E
x
l(
u -t)ldY6
'469 '455
609
u
- zoo) I
-946 . 1 5002
- 442
-059
- 428 - 415
- 115 172
'213 -
214
- 223 - 2?8
'233
-835 -840
-310
- 844 - 849
'298
-
- 292 o -vY z6a
.3 .4
_8
U. 556){r t3.u u. t )cao o.6(t5d -858 1 243 ?79 284 31 - 340 - ?73 -853 -373 -728 '248 -2 - 868 - ?67 -7?6 - 359 - 396 '25 4 - 872 - 259 '261 - 345 - 452 '7 23 .4 -508 - 877 - 254 - 264 -721 - 331 .5 -882 - 248 - 269 - 316 - 564 '719 .6 -274 - 886 - 242 -302 - 621 '716 .7 - 891 - ?3s -280 - 714 - 288 - 677 _8 - 229 - r11 733 285 496 274 u.4Y ( U' u. v6zoll u. I J t o) u.ot atu u.55yu1 v .vv z.tz 14.U - 906 - ?95 -845 '216 1 245 707 - 901 -704 -910 - 209 - 231 - 301 -2 - 915 - 203 -702 - 306 - 216 - 957 - 196 - 311 -920 - 699 - 20? 1 4012 -4 -190 '697 187 05E 317 925 - 930 - 183 -322 - 694 - 172 - 124 .6 -328 - 157 -1E0 - 592 '935 17? .7 -940 '17 - 689 - 143 - 236 '333
'7
u. v6+u
I
- 387
tit
r,aml,lltaN til I
A
lll',1, 55 (r
l';lr':llil('l('r krrrvil I('ilgklrilg 5l'l l(Al, - 5l'l l(Al rN( NS ()li I KANSI l t(-rN t.()1( -s-
t0 0
.1
2
.]
) k u _ 496E4 U-UJOI - 625 '681 - 640 - 679 - 654 - 676
-L 5
-6
ao - u
z6
'642
-378
- 663
'7 38
-97991
-791+
-383 -389
- 981
- oo7
- 991
102
916
449
59>
996
u-r(ro u-'t 4vu) -945 - 961 '929 15016 - 913 '072
U.OT4UU
-
661
u - 470)o
'825
- 656 -
653
- 651
-
- 648
- 898
-
- 882
646
'643 - 640 - 638
-850
-868 - EAz
65)
818
v.4vo5t
.3
U. UJOYO - 910 - 924 - 939
-4 -5
-957
-8
-
-853
'953 - 981 - 995
-L
-
04009
- 613 -61 0
-
- 671
- 108
- 590 - 587 - sa4
u
- I ou I q - o69 124
-180 -
235
'290
554
-278 - 293
lfdt U.U+JZ
I
- 514
u.oI)c
- 552
- 400
- 565
-
730
399 -3A2
-785
-558
'364
- 555 - 552 >49
-346
- 89s
-
840
-950
'329
.17 005
51'l
060
u.v t zt5 U.
l.r
.4
-
- o16
038
-5 .6 -7
- 031
.E
o33
- 571
>(d
.2
'067
-
oz4
.,
at -u
'066
U.Y'U I - 009 - 002
973
-3 -4 -5 -6
-958
.7 .8
o49
-
1
_98995
- o77
- 947
- 083
- 98C
0,88 - 094
- 099
-
U. J+
I
'95t
- 138 - 145 151 - 157
zo.
v.ro,
116
''134
1
.2
'9 65
105
128
- 520
-
060
-'t22
345
- 417
-053
- 539
- 546
1
-028
- 527 - 533
-558
-503
-
- 081
-
-07
- 177
uv5
u. yvu6d ao-
- 017 - o23
U.J+Uf] - 050
1
-
- 564
u.qr)+o
'47
- 537
- 567 - 561
u.or+)v '465
109
-074
-
45
.4
.5
- 012
'o39 '044
441
- 508
- 455 - 446 - 165 ,1U v., t 10) u. to)ol u. u.r I a v u-47fro - 573 - l+52 - 620 - 193 - 675 - 434 - 570 - 207 - 582 - 579
'
- 447
-
959
- 588 - 571 -
- 412 - 418 124 - 43D - 1354
-848 903
'986
U-J4UU I 406 007
- 483 - 490 - 496 - 502
- 682 - 738 - 793
688
- 621 - 604
- 250 - 264
U
-704
- 602 - 599 - 596 - 593
080 - 094
- 627
-721
-051
'236
JU.
-7s3 -737
655
- 22?
-7
- 618
- 516 -57 1
770
-61 5
-372
- t+O5
7E6 -
- 608
- 122 - 135 - 151
1
- 624 - 621
350
u.Y ( 6Ut u- t)40t
uz5
-
ar.
-834
- 6?9
- 626
178 - 183 - 239 - 294
- 866
-03( u-4vou) u-vro50 -065
.4
136 129
-970 -975
- 022
'796
.6
143
- 668 - 666
697
-57 1 - 627
o37
839
-2
- 361 - 366
()
a) -L
-150
-
-811
1
-955 -960 -965
'tz 116
.4
aI.t
-515
-350 -355
-
.?
.7 .8
- 459
,.(,. v-rr t)(
- 671
-767 -78?
-6
- t+O4
5. U.JJY)U
-0s3
U.UJT)J
1
-098 -083 -068
L.L U.OTJ44
-674
-725 /39
.E
u - t 4)4d
- 669 - 683 - 711
7
x
u.v6t
-
928
-2
- 92C - 913
.3 .4 .5
-
945
- 89V - 89C -
-6
.7 .8
882 874
163 t ov u. v6l,00 tY-859 .1 165 -85 1 - 171 -a43 - 177 -835 - 193 .4 - 827 .t 199 -81 9 -205 .6
u.o/)6{ u.54 591 - 597
- 644 - 610 - 617
'623 - 63C
-21 1
-81
-
-
- 80t - f91
637 643
u-ofol
u
935
217 z?3
u.)lact
v.Yo(o,
ttr.
,qr
r^mplll^rr
13
T'trIIITI SSI lr
Pitrrtttrt'lt'r krtrv,r lcttgkrrrrg Sl'l Il A I . - Sl'l
r
li
(r
U.U4JZ
-t,
-
335 - 349
2
_4
4v)40 U.Y('Y5 -275 -543
-377
- 537 - 534
- 239 - 221
-
- 53',!
-
- l+34 -
- 528 -
525 - 522
444
203
-8
-574
5Z-t)
u.40ua
588 - 616
- 630 - 645 - 559
.2 -3 -4 .5
-
673
- 687
-701 -7 15
4At
u - +)r+o - l+81
u.yoYZa
- 472
-
/29 55
u - u.+ r 4J
-
-771
-785
459 455 449
- 445
.5 .6 .7
- 438 - 435
- 827 - 841
- 432 - L29
-855
'425
-
- 422
U-
U46OJ -
_2
.4 .6
a9l
-
911 - 925 - 939 - 953
-967 - 981
- 995 .9 u. u)uuv
.8
J).u
U-UfU(J
-81
1
-791 -772 752 -
713
- 694 - 655 - 635 - 615
- 813
L
'849 -830
-674
-799
869
868
- l+42
-4
-8 J+.
466 46?
-
u.4v4>z U-YOTJJ
-757
1
469
901 - 887
- 595
-57C
-))6
u-4]/4t, u. vof Jo - 415 - 51e - l+96 - 412 - 408 '475 - l+55 - 405 - 435 - 401 -11 4 - 598 -
391
-394 -373
-
56U
553
-395
u.97JOf
u. voSJz
657
- 664
-670
-279 -333 -388 - l+94
-944
- 478 - 475
- 169 - 224
- 443
- 494 o.96982 - 490 - 963 -
U.
-'t 67 148
-150
5.
I
u-oro)u u.54Za','
-185
519 f t.r.J u.u446Z u-4v) to u -, I I I I -094 - 513 476 1 -075 -510 190 -2 - o57 - 506 -504 -3 -038 503 518 -4 'o20 500 532 -5 * t+97 -00 1 - 5l+6 .6 - 560
t-. I
v
- 257
391 - 40s - 419
-8
u-
x
-540
-363
3
l( A I
lrllNC't'l()NS ()tr'[ ANSI'I'l()N li()l( l,s =
-
.1
-2
-755
260 - 266
-71+6
- 698
- 273
-
-4
-722
.6 .7 .8
-304
- 688
.2
- 311 - 317
-
-3
-324 -330
'663 '65 - 6l+6
'279
738 730
'(13 .,, u.v6lul JI-U u.)qcrc -7?6 - 298 691 - za5
u.o/
716 -77C
- 733
-740
- 825
988
-747 - 754 -761
-768
-
- 097
-775
-343
-
879 - 934 -
U
JU.
'7 63
-
712
6Ut l
235
- 241 - 248 - 251+
,.(.. -Y6( 6( -779 -771
- 684 - 691
-705
- 552
u- l/oo
677
-
u
-0. 1 8043
337
68t
-672
-638
- 629 - 15? 350 ta5 u - J45)O u - v60z I u - I deuo v.ot Iru - 61? -363 - 260 - 797 - 603 -370 - 804 - 315
-376
.4 .5
)2.
u
-1
.2
-383
- 595 - 5AC
-3
-390
-
577 - 569
-5
-
56t
-7
- 551 - 640 - 849 - 542 - 694 856 417 qo u 54+a u.70)Jc u-of60J u. I o t - 431 - 803 525 87 1 - 438 '51 -878 '857 - 501 - 886 - 444 - 911 - 49t - 894 - 451 -965 - 4AS - 458 -0-19019 - 901 - 465 - 480 - 909 - 073
.8
-
-
369 - 424 - 478 - 532
812 819 826 834
- 841
- 586
- 397
- 403 - 41C
- 127 -1 81
-9',t5
- 472
-
- 479
- 234
-
924 932
u. tYz66 u-or)rJ)
'9
342
-396 -450
-
955 - 963 -97 1 - 979
- 504 - 557
- 611 - 665
-7 18
/72
1+7
4U6
- 508
- 515 - 522
- 987
58002
- 544 - 551
-U1U
-6
JJ.
-2 -3
.5 -.6
-47 1 - 462
.6
.,
45
u-544Y5 u. v644 J+ - 435 -500
'529 -536
-994 0-
-
.4
55E
u. troco u. o6u1 6 u.5tr)o>
-
U 1
- 425 - 416 - 407
.z
- 389
.6
-la
-398 -379 -370 - 56I u.voJ)
.8 J)-!
I.AMIT!TAN
t.tmlrlnaN l8
trt
ttAl, - sl,l lt^l
"=t-q tii
r.arrrrraN ro l-Alll!1, : Sl\-l(l 0
l) 1
( -3 -4 -5
.6 -7
.8
u.z)u4)
100
u.4('vvu
- 430 - 443
'981
-
"976 -972
'927
'470
-
967
"875
- 484 - 497
-
963
"
-958
'823
-
- 954 - 9l+9
- 77N
- 457
-511
rz4
1
-2
- 565
L
U. Y4UU)
-985 0 -93979
I' - UO4UJ - l+16
u-uo)56 '552
qo.
l':rr:llD('l('r l(rrrv;t l(' llrlliullg 5l'l l(/\l, - ]l't l(/\! ,t( .S lN(, 1 l( rN5 (I' t l(AN:!l I r( N k x L. I D.t v
u-
46Y4)
-901 849 796
U.vtt.t4
-948
-717
'691
- 606
- 936 - 931 - 927 - 922
-6
- 620
- 918
- 584
-
.8
- 633 - 647
'909
660
.3 -4
.5
-579
'592
-4
.5 -6
.7 -8 46 - L 1
.5
-728 -742
-755 -768 -78?
-795 U - UOOUT
U 1
-2
.3 .4 .5 -6 -7
.8
)u.
.?
-756 -806
t
'556
'128
-
566
- 116
- 134
'587
145
- 597
103 - 091 - 079
- 156 168
v.o,
I
t,
-
- 225
'207
257 - 307 - 357 - 407
'214 - 237
- 248
'457
'260 '272
- 5D6
- ?E3
u-oYar) - 307
123
'096 - 069
- 656
-705 -755 '80 5
-576
'639 -650 - 660
-67 -68
1 1
- 692
u-
-
OOI+
.3 -4
-979
-703
-
- 711+
-941
746
903
1
89t
.2
U-J]fJf
- 34?
'778
-865
-35tt
-789
- 852
-
366
-
- 839
-87i
-378
-811
- 953
-
390
" 822
-81:
402
833
80t
v-atuu5
.8
I2t u.voyt
-904
958
-7
724
-819 -013 -815 o.92985 -
.6
954
'854
810
-5
-96C
-041
- 824
_8
o -96991
-
330
-6
)/, u+ I .ir.u - 029 1 -016 .2
57 '7 68
-
_4
.5
-054
'7
-318
-3
'066
-608 -61E u - J)ozv
.8
to> +o.
100 111 - 122
- 606
- 834 - 829
95U
1
140
- ?o2
151
-6 -7
-546
- 157
178
-
- 089
- 423 396 - 369
'843
.5
- 485 - 495
152
191
233
-4
- 225
535
- 107
315 - 288 - 260
?49
- 237
u-z)))) u.6vuoo v-5>>t) .u.Yt
u. zou>
-
-
- 464 'l+74
- 078
o44
u-466>Z U.YSZUO u-ao))o
-838
- 903 - 9',t7
-
-85(
'849
.7 .8
-87 1 - 866 - 86?
'454
-2 -3
-605 -655 '7 05
-
- l+5O
- 342
1
'261
-505 51)
-957
-876
- 273
- 4454
u))
-
- 5U4 U-ZOUU/
- 881
+).u
504
- t+54
'531 U.'JC(
- 134
0
ao)
213 - 241 - 189 - 177
904
- 863
-890
1
913
- 847
.6
- 611
-978 '989 ' ?51 0.69000 - 302 '01 - o22 '353 -033 '403
'856 '907
- 822 - 836
-876
- 664 - 638
-967
150 - 201
-558
q( -u u.uoor4 U.46YUU -895 1 688 - 890 -701 -2 - 715 -885 _3
4)'
953
l-.( u -a (
800
- 82( -
46.
L
-3 -l+
.5 -6 -7
.8
u -Yo( 6t U.Z(U)Z u.oy4t4 u.5)d44 u.466U) U.YIYJU -774 -101 '855 .1 426 902 800 957 - 867 -761 - 438 '87 4 -970 - 796 .2 151 '7 48 -878 7 - 450 -791 -200 - 983 - 846 -889 '735 - 163 -786 -818 - 250 - 997 .4 * - 900 '7 22 '475 -782 '7 90 -5 299 0-0701 -911 -762 '487 -777 'o23 709 -6 348 - 696 - 923 - l*99 -733 - 397 - o37 '77? - 683 -934 - 512 -705 - 446 -050 -767 .8 -6 (t) -6( - 495 - 524 -945 -762 -064 U.U(UIO u - 40I ) t u -tzo4v u - l I )44 u - ov)Jo u. f )v) I u. voo>c >U. U
u. uov44
IAMPINAN 20 IABEL SS-11 Ts and Es for Ts
A 6
1
7
1
8
1
9
1
10
1
.00064 .00087 .00114 .001 44 .001 78
11
1
.002
12 13 14
1
15
1
1 1
1
6
.oo257 ,00302 .00350 .00402
.00458 1.00518 18 1 .00581 19 1 .00648 20 1.00719 16 17
1
264 Parameter kurva lengkunE SPIRAL - SPIRAL
Ls=l for CURVES TRANSITIONAL THRO UGHOUT Ts Es A Ts Es Es A o.o17 47 38 1 -02682 o -11599 70 1 .1021 4 o .24203 0.02040 39 1 .o283? 0.11936 71 1 .1 0561 o.?4681 o.02332 40 1 -o2987 o -12275 72 1 ,10917 o.25167 o.o?625 41 1 -o31 46 o.12617 73 1 .1 1 ?81 o.25660 0.02918 4? 1 .03510 o.1?96? 74 1 .1 1 654 0.?616"1 -0321? 0.3507 0.05802 0 .04098 a.04396 o
43 44 45 46
47
o.04693
80 81
0 1 6544
82 83 84
,0545? .05680
0 1 6966
85
0 17352
86
.o59"13 0 1774? .061 53 0 18137 .06399 0 18536
87
.OO794 0.06198 53
1.01??6 0.07734 58 1 -01324 0.08045 59 28 1 .01427 0.08358 60 ?9 1 .01 533 o.0E674 61 30 1 .O1644 0.08990 62
1
1 1
1 1
1 1
1 1
1
1
5831
0
1
6206
0 0
E8
89
8940 90 19348 91
1
0 197 62 0 20181
92 93
1 "l
1 1
0.?6669 o.?7186 o
.?77 10
o.28?44 o -28786
1.14092 o.29337 1-"t4535 0. 29898 1.14988 0 .30468 1.15453 0.31 048 1 .1 5930 o.31639
't.15418 1.16919 1.17433 1.17960 1.18500 1
1 1
1
?o604 94
1
.0801 0 0 21034 95 .08302 0 21 468 96
1
0
.12036 .12427 .1?828 .13240 .13661
o.3??41 0.32854 o -33478 o.34115 o
.347 63
.19054 o.354?5 .19623 o. 36099 .?0207 0.36788 .20806 o.37 49 -21421 0 .58207
1
1
.08602 0 ?1908 97 .08909 0 2?355 98 .09?23 0 22807 99
1
1
.09546
0 23266 100
1
.25475
1
.0987
0
1
.02396 0.1 0933 68 .o?537 o -11265 59
.o6651 .06909 .07 17 4 .07 446 .077 24
0
1
.2?O52 0. 3894 .??700 0.39688 .23366 0.40453 .24050 o .41?34 .24753 0 - 42034
1
0.09630 64
.01877 .02000 0.o9952 65 1 .021?8 o.10277 56 1 .0226 0.10604 67 1
1
.01 758 0.09309 63
1
37
79
0 15460
?6 27
36
1
0 15094
1.00873 0.06502 54 I .00955 0.06808 55 1 -01042 0.071 1 5 56 1.01132 o .07 424 57
1
1
75
75 77 78
.o4399 .04598 1 .04804 0.05593 51 1 .05114 0.05895 52 I .05230
2? 23 24 25
3? 33 34 35
1
.03479 0. 1 3509 .05653 0. 1 3660 . 0583 1 0 .1 401? .0401 5 o-14370 .04204 0 .1 4730
1
1
1
1
1
48 o -o4992 49 o.05?92 50
21
31
1
1
1
6
23731
1
1
0
.42852
I 26i'r
IATIPIBAN 2I
enitke Desimal
Menit
Desimcrl
Menil
lJeslmql
vlentt
1
0.016667
16
0.256666
31
0.516667
46
0.766670
2
0.033333
17
0.283333
32
0.533333
47
0.786667
3
0.050000
18
0.300000
33
0.550000
48
0.800000
4
0.066667
19
0.316667
34
0.566667
49
0.816667
5
0.083333
20
0.333333
35
0.586666
50
0,833333
6
0.100000
21
0.350000
36
0.600000
51
0.850000
7
0.116657
22
0.366667
37
0.616667
52
0.866667
8
0.133333
23
0.383333
3B
0.633333
53
0.883333
I
0.149999
24
0.400000
39
0.650000
54
0.900000
10
0.166667
25
0.416667
40
0.666667
55
0.916667
11
0.183333
26
0.433333
41
0.683333
56
0.933333
12
0.200000
27
0.450000
42
0.700000
57
0.950000
13
0.216667
28
0.466667
43
0.716667
5B
0.966667
14
0.233333
29
0.483333
44
0.733333
59
0.983333
15
0.250000
30
0.500000
45
0.750000
60
1.000000
T U$IPINAN 22 TABEL: Pelebaran di tikungan per-laiur R (m) 1500 1000
750 500 400 300
250 200 150
140 130
120 110 100
90 80
70
50
60
0,0 0,0 0,0 0,2
0,0 0,0 0,0 0,3 0,3 0,4
oi 0,3 0,4 0,6 0,7 0,7 0,7 0,7 0,7 0,8 0,8 1,0 1,0
?G6
(rn )
KeceDatan Rencana . Vn ( 70 80 90
o5 0,7 0,8 0,8 0,8 0,8
lan/iam ) 100
110
0,0
oo
0,0
0,0
0,1
0,1
0,1
0,1
0,1
0,1
0,1
n)
0,3 0,4 0,4 0,5 0,8
0,4 0,4 0,5 0,6
0,4
o5
0,0 0,2 0,3 0,5
o5
0,5
120 .0,1 0,2 0,3
0,5
Sumber : Tate Crre Perenclnaan Geometrik Jalan antar kota (TPGJAKlNo.D3BnlBMllgg7
TABEL: Pelebaran di tikungan per-laiut (m ) Untuk leber Jalur 2 x 3.0 m.2 arah atau I erah
KeceDatan Rencana Vn (
R
(m)
50
1500 1000
,3 ,4 ,6 ,8 ,9
750
60 0,4 0,4
80.
90
100
110
0,4 0,4
0,4
o1
0,7 1,0 1,0
0,4 0,5 0,7 1,0
0,5 0,5 0,8
0,6 0,6 0,8
1,1
0,1
1,1
1,1
o{
300
,9
o,6 0,9 0,9 1,0
250 200
,0
1,1
1,1
1,2
1,3
1,,4
150 140 130
,3 ,3
7,3 1,4 1,4
,3
1,4
1,2t)
,3
1,,4
110 100 90 80 70
,3
500
400
)
km/iam )
70
0,9 1,0 1,0
1,1
,4 ,4 ,6 7
Sumber : Tata Cara Perencanarn Geometrik Jalan antar kota (TPGJAKFNo.$E(I IB.M/1997
I(ONSTRUKSI JAI,AN BUKU
T:
GEOMETRIKJAI.AN RAYA
1 LII-IIPIRAN 2:I
2G7
j
V Fl
ci ?-
O
o
z (5 =^ tr) z EES s
o-
2 D a
EE€ L_ (s 2^
Fl
EES
(o
o
o q
o-
o
rrl
o
(5 D.= =^ C
-9s5 (o (s J^ L_
a *) a &
z
tr a
vfrl j
o
V
F.l
rll
o
Z
z
r-
) H
z H
il t-l |!
il tr fEI
Fl
z Ir ir il
o (O
(6:2-
o lr)
l.r,
€ a
zd
I o-
(E
=^
(5 ?-
EE€ (5 D: =- C
(E ?-
roo
c!
c\l
EE€
o(O
o-
T\
(3
(6
=^
EES
:
E'
.,:l
sg
6
E
c
o-
o ra)-
o
o
(\I
C\I
I c 6 E o
6
ql
E
q $
o (o
q t\
lr,
o
o
o (O
O ('E o *< JA q ,U,
xo c ro- i-
F- c!
N
(f)
o
F-
o-
t\
3o
8E EE 3R
!,
,q
E
o_
N'xr
_x 6C
6l
€s c'ii
|r)-
66
(\I
C\I
E]
n
!o
O. 6
L_
Fl
a, !e a-
.(f
Ehs
€\ o\
o rr)
_gqs
_gqs
f-t
o-
F
(6 o A: =- C |r)
EES
J rl E
q E-E
F.-
*9c tr)
o o q
EF GO
c, q,
3E.H
U
EBJ
6
= Ar€ 6 '=?=-
€
:
o lr) EE
GI
>E ea oo
8,gE
P EqE ul EN= Fllllll
I --=
LNIIPIBAN 24
204
{
-rTrT'1 *L_r*LJr,
( il
..,lI
il It
rii
N
16
N
2
: -a E I
t I
M
q+.--
.--...,5S-,*.