PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU SEPATU ADIDAS PADA PT. PRIMA INREKSA INDUSTRIES CIKUPA-TANGERANG
TUGAS AKHIR
Diajukan Untuk memenuhi Persyaratan Kurikulum Sarjana Strata-1 Oleh:
ANDI MARTUA SIRAIT 01601-006
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA 2007
LEMBAR PENGESAHAN
PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU SEPATU ADIDAS PADA PT. PRIMA INREKSA INDUSTRIES CIKUPA TANGERANG
TUGAS AKHIR
Disusun Oleh: ANDI MARTUA SIRAIT 01601-006
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Kurikulum Sarjana Strata-1 Diterima dan Disetujui Sebagai Tugas Akhir Jakarta, Mei 2007
Disetujui
Ir. M. Kholil, M.T
Ir. Torik Hussein, MT
Koordinator Pembimbing/
Dosen Pembimbing
Ketua Program Studi Teknik Industri
ABSTRAK PT. Prima Inreksa Industries merupakan suatu perusahaan yang bergerak dibidang pembuatan sepatu olah raga, hasil produksi tersebut sesuai dengan pesanan dan ditujukan untuk diexport. Dengan mengikuti laju pertumbuhan permintaan pasar, selain itu PT. Prima inreksa Industries terus melakuan perluasan usaha dengan berbagai inovasi serta perjuangan, dan ditunjang dengan penguasaan teknik yang memadai. Permasalahan yang timbul pada PT. Prima Inreksa Industries di bagian material adalah pelaksanaan pengendalian persediaan belum terlaksana dengan baik, dikarenakan waktu pemesanan yang kurang efektif, dan penggunaan metode yang kurang tepat dalam melaksanakan pengendalian persediaan bahan baku sepatu dalam departemen material tersebut. Langkah awal yang dilakukan adalah dengan melaksankan pengendalian persediaan bahan baku melalui pendekatan Economic Order Quantity (EOQ) pada bagian material. Selanjutnya menentukan waktu pemesanan dari pihak supplier hingga bahan baku yang dibutuhkan dapat tiba diperusahaan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Dan juga dapat mengetahui jumlah biaya yang dikeluarkan dalam pengadaan bahan baku tersebut. Serta frekwensi pemesanan yang didapatkan utnuk pengadaan bahan baku dibagian material. Diharapkan dengan adanya usulan pengendalian persediaan bahan baku dengan menggunakan pendekatan metode Economic Order Quantiy (EOQ), dapat melaksanakan proses produksi lebih terkendali sehingga mendapatkan hasil yang optimal dan efisien.
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN SURAT KETERANGAN KEASLIAN TUGAS AKHIR ABSTRAK KATA PENGANTAR …………………………………………………………………... i DAFTAR ISI…………………………………………………………………………… iii DAFTAR TABEL ……………………………………………………………………… iv DAFTAR GAMBAR …………………………………………………………………. vi
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Permasalahan ………………………………….. 1
1.2
Pokok Permasalahan …………………………………………… 1
1.3
Pembatasan Masalah …………………………………………… 2
1.4
Tujuan Penelitian ………………………………………………. 2
1.5
Sistimatika Penulisan ………………………………..................... 2
LANDASAN TEORI 2.1
Manajemen Persediaan ……………………………..................... 5
2.2
Model Persediaan Economic Order Quantity ………………….. 7
2.3
Pendekatan Sistim Pengendalian Bahan Baku ………………… 10 2.3.1
2.4
Penyusunan Skedul Produksi ...………………. 11
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Persediaan Bahan Baku ... 14
iii
BAB III
BAB IV
2.5
Analisis Kebutuhan Bahan Baku …………………………… 19
2.6
Tingkat Penggunaan Bahan ………………………………… 23
2.7
Perencanaan Kebutuhan Material …………………………… 29
METODOLOGI PENELITIAN 3.1
Alur Pemecahan Masalah …………………………………… 36
3.2
Penelitian Awal …………………………………………….. 38
3.3
Studi Pustaka ………………………………………………. 38
3.4
Tujuan Penelitian …………………………………………… 38
3.5
Pengendalian Persediaan Bahan Baku ……………………… 39
3.6
Pengumpulan Data …………………………………………. 40
3.7
Penelitian Lapangan ………………………………………… 40
3.8
Wawancara …………………………………………………. 40
3.9
Pengiolahan Data …………………………………………… 41
3.10
Kesimpulan dan Saran ……………………………………… 41
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1
Data Umum Perusahaan ……………………………………. 42
4.2
Struktur Organisasi …………………………………………. 48
4.3
Order Produksi ……………………………………………… 51
4.4
Bahan Baku Sepatu ………………………………………… 53
4.5
Proses Perkiraan Pemakaian Bahan Baku ………………… 54
4.6
Proses Pengadaan Bahan Baku ……………………………. 61
4.7
Perhitungan Bahan Baku Dalam Bentuk Roll dan Lembar … 65
iv
BAB V
4.8
Perhitungan Metode Economic Order Quantity (EOQ) …….. 67
4.9
Perhitungan Economic Order Quantity (EOQ) …………….. 68 4.9.1
Perhitungan EOQ untuk Leather ……………. 69
4.9.2
Perhitungan EOQ untuk Textile ……………. 73
4.9.3
Perhitungan EOQ untuk Synthetic …………. 77
HASIL DAN ANALISA 5.1
Analisa Perhitungan biaya …………………………………. 82
5.2
Perhitungan Biaya dengan Menggunakan EOQ untuk Leather.……………………………………….... 83 5.2.1
Perhitungan Biaya Bahan Baku Leather Oleh Perusahaan ....................................…… 86
5.3
Perhitungan Biaya dengan menggunakan EOQ untuk Textile .......................................................................... 87 5.3.1
Perhitungan Biaya Bahan Baku Textile Oleh Perusahaan ........................…………... 90
5.4
Perhitungan Biaya Untuk Synthetic ………………..……… 91 5.4.1
Perhitungan Biaya bahan Baku Synthetic Oleh Perusahaan ……………….………… 94
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN 6.1
Kesimpulan………………………………………. ……….. 96
6.2
Saran ……………………………………………................. 97
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
v
DAFTAR TABEL Tabel 2.1
: Perencanaan Produksi ………………………………...... 13
Tabel 2.2
: Tingkat Penggunaan Bahan Baku ………………….…. 24
Tabel 2.3
: Kebutuhan Bahan Baku Ws.01 …………………….…. 26
Tabel 2.4
: Kebutuhan Bahan Baku Ws.02 ………………………… 27
Tabel 2.5
: Kebutuhan Bahan Baku Ws.03 …………………….….. 28
Tabel 2.6
: Kebutuhan Bahan Baku Keseluruhan Produk ………..… 29
Tabel 2.7
: Jadwal Induk Produksi ………………………………….. 35
Tabel 4.1
: Order Produksi Perusahaan 2005 ………………………. 52
Tabel 4.2
: Kebutuhan Bahan baku perpasang ……………………... 55
Tabel 4.3
: Perhitungan Kebutuhan Nyata Bahan Baku ……………. 57
Tabel 4.4
: Perhitungan Kebutuhan Accessories …………………… 60
Tabel 4.5
: Harga Bahan Baku Textile, Synthetic, dan Leather ……. 64
Tabel 4.6
: Harga Accessories ……………………………………… 64
Tabel 4.7
: Kebutuhan Bahan Baku Berbentuk Roll dan Lembar ….. 66
Tabel 4.8
: Metode EOQ Untuk Pemesanan Leather……………….. 71
Tabel 4.9
: Metode EOQ Untuk Pemesanan Textile………………... 75
Tabel 4.10
: Metode EOQ Untuk Pemesanan Synthetic……………... 79
Tabel 5.1
: Perhitungan EOQ dengan cara tabel untuk Leather ……. 83
Tabel 5.2
: Perhitungan Bahan Baku Leather Oleh perusahaan ……. 86
Tabel 5.3
: Perhitungan EOQ dengan cara tabel untuk Textil………. 88
Tabel 5.4
: Perhitungan Bahan Baku Textile oleh Perusahaan …….. 90
Tabel 5.5
: Perhitungan EOQ dengan cara Tabel untuk Synthetic … 92
Tabel 5.6
: Perhitungan Bahan Baku Synthetic oleh Perusahaan …. 94
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1
: Grafik Persediaan dalam Model EOQ……………………………….…. 8
Gambar 2.2
: Faktor-faktor yang mempengaruhi Persediaan Bahan …………….….. 18
Gambar 2.3
: Komponen MRP ……………………………………………….…….. 33
Gambar 3.1
: Diagram Kerangka Pemecahan Masalah …………………………...… 37
Gambar 4.1
: Struktur Organisasi ………………………………………..……..….…50
Gambar 4.2
: Model Persediaan dengan Persediaan pengaman Untuk Leather …………………………………………………………………….…. 73
Gambar 4.3
: Model Persediaan dengan Persediaan pengaman untuk
Textile
…………………………………………………………………………. 77 Gambar 4.4
: Model Persediaan dengan Persediaan pengaman untuk Synthetic ………………………………………………………………………… 81
vi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Permasalahan Persediaan bahan baku didalam perusahaan adalah merupakan hal yang sangat wajar untuk dikendalikan dengan baik. Setiap perusahaan yang menghasilkan produk (perusahaan-perusahaan yang menyelenggarakan proses produksi) akan memerlukan persediaan bahan baku ini. Baik disengaja maupun tidak disengaja perusahaan yang bersangkutan ini akan menyelenggarakan persediaan bahan baku yang menunjang jalannya proses produksi dalam perusahaan tersebut. Di dalam hal ini tidak akan terkecuali, baik perusahaan tersebut merupakan suatu perusahaan kecil, perusahaan menengah maupun perusahaan besar. Namun cara penyelenggaraan persediaan bahan baku ini akan berbeda-beda untuk setiap perusahaan-perusahaan tersebut, baik dalam hal jumlah unit dari persediaan bahan baku yang ada didalam perusahaan, maupun manajemen ataupun pengelolaan dari persediaan bahan baku didalam perusahaan yang bersangkutan tersebut.
1.2 Pokok Permasalahan Persediaan bahan baku yang diselenggarakan oleh suatu perusahaan akan dipergunakan untuk menunjang pelaksanaan proses produksi yang ada di dalam perusahaan yang bersangkutan tersebut. Dengan demikian maka besarnya persediaan bahan baku tersebut akan disesuaikan dengan kebutuhan bahan baku
1
tersebut untuk pelaksanaan proses produksi yang ada di dalam perusahaan. Maka hal-hal yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut: a. Mengendalikan persediaan bahan baku untuk kebutuhan pada proses produksi. b.
Menentukan persediaan bahan baku dengan biaya seminimal mungkin.
1.3 Pembatasan Masalah Agar penulisan ini dapat terarah diperlukan batasan-batasan yang sesuai dengan penelitian yang akan dilakukan dalam perusahaan tersebut, ini dimaksudkan agar
penulisan skripsi ini dapat lebih terfokus dalam
permasalahan yang tertentu dalam pengendalian persediaan bahan baku. Adapun batasan-batasan masalah yang akan dilakukan adalah: 1. Lokasi Penelitian pada PT. Prima Inreksa Industries. 2. Jenis Produk penelitian yang akan di teliti penulis adalah produk sepatu super Star. 3. Pengendalian persediaan bahan baku pada PT. Prima Inreksa Industries adalah pembahasan penelitian ini.
1.4 Tujuan Penelitian Berdasarkan
permasalahan-permasalahan
diatas
penulis
dapat
menyimpulkan tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.
Melakukan perencanaan Pengendalian Persediaan bahan baku untuk proses produksi dengan metode MRP (Material Regurements
2
Planning). Dan metode EOQ (Economic Order Quantity) untuk perhitungan biaya paling ekonomis.
1.5 Sistimatika Penulisan Dalam penulisan tugas akhir ini memiliki sistem prosedur penulisan yaitu yang terdiri dari 6 (enam) bab, adapun bentuk masing-masing bab terdiri dari :
Bab I
:
Pendahuluan Didalam bab ini terdiri dari Latar Belakang Masalah, Pokok Permasalahan, Pembatasan masalah, Tujuan Penelitian dan Sistimatika Penulisan.
Bab II
:
Landasan Teori Bab ini berisikan tentang teori-teori dan metode-metode yang akan digunakan penulis untuk memecahkan masalah-masalah dan merupakan dasar pembuatan penulisan tugas akhir ini.
Bab III
:
Metodologi Penelitian Disini akan dijelaskan tentang proses dari penelitian dengan alur kerangka pemecahan masalah.
Bab IV
:
Pengumpulan dan Pengolahan Data Disini
akan
dijelaskan
tentang
sejarah
singkat
perusahaan, dan data-data yang diperoleh dari perusahaan dan kemudian data tersebut akan diolah sebagai bahan untuk
kerangka
3
pemecahan
masalah
yang
akan
diselesaikan dalam penulisan tugas akhir ini dimana akan memuat tentang pengendalian persediaan bahan baku yang di rencanakan oleh penulis. Disertai dengan metode pengendalian persediaan bahan baku untuk kebutuhan proses produksi.
Bab V
:
HASIL DAN ANALISA Disini akan dijelaskan tentang pembahasan mengenai pengendalian persediaan serta perhitungan-perhitungan yang menemukan solusi untuk pemecahan-pemecahan permasalahan yang timbul yang terjadi pada setiap pengendalian kebutuhan material.
BAB VI
:
KESIMPULAN DAN SARAN Didalam bab ini akan dijelaskan tentang kesimpulan tentang pengendalian persediaan bahan baku dari penelitian penulis didalam penelitian ini dan juga saransaran
tentang rangkuman
bahan baku .
4
pengendalian persediaan
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Manajemen Persediaan Persediaan adalah bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya untuk proses produksi atau perakitan, untuk dijual kembali, dan untuk suku cadang dari suatu peralatan atau mesin. Persediaan dapat berupa bahan mentah, bahan pembantu, barang dalam proses, barang jadi, ataupun suku cadang. dapat dikatakan tidak ada perusahaan yang beroperasi tanpa persediaan, meskipun sebenarnya persediaan hanyalah suatu sumber dana yang menganggur, karena sebelum persediaan digunakan berarti dana yang terikat didalamnya tidak dapat digunakan untuk keperluan yang lain. Begitu pentingnya persediaan ini sehingga para akuntan memasukkannya dalam neraca sebagai salah satu pos aktiva lancar. Sebagai salah satu aset penting dalam perusahaan karena mempunyai nilai yang cukup besar dan mempunyai pengaruh terhadap besar kecil biaya operasi, perencanaan dan pengendalian persediaan merupakan suatu kegiatan penting yang mendapat perhatian khusus dari manajemen perusahaan. Setiap bagian dalam perusahaan dapat memandang persediaan dari berbagai sisi yang berbeda. Bagian pemasaran, misalnya, menghendaki tingkat persediaan yang tinggi agar dapat melayani permintaan pelanggan sebaik mungkin. Bagian pembelian cenderung untuk membeli barang dalam jumlah yang besar dengan tujuan untuk memperoleh diskon sehingga harga per unit menjadi lebih rendah, serta biaya pengangkutan per unit menjadi lebih rendah
5
pula. Demikian juga bagian produksi, menghendaki tingkat persediaan yang besar untuk mencegah terhentinya produksi karena kekurangan bahan. Di pihak lain, bagian keuangan memilih untuk memiliki persediaan yang serendah mungkin agar dapat memperkecil investasi dalam persediaan dan biaya pergudangan. Sistim pengendalian persediaan dapat didefenisikan sebagai serangkaian kebijakan pengendalian untuk menentukan tingkat persediaan yang harus dijaga, kapan pesanan untuk menambah persediaan harus dilakukan dan berapa besar pesanan harus diadakan. Sistem ini menentukan dan menjamin tersedianya persediaan yang tepat dalam kuantitas dan waktu yang tepat. Mengendalikan persediaan yang tepat bukan hal yang mudah. Apabila jumlah persediaan terlalu besar mengakibatkan timbulnya dana menganggur yang
besar
(yang
tertanam
dalam
persediaan),
meningkatnya
biaya
penyimpanan, dan resiko kerusakan barang yang lebih besar. Namun, jika persediaan terlalu sedikit mengakibatkan resiko terjadinya kekurangan persediaan (stock-out) karena sering kali bahan/barang tidak dapat didatangkan secara mendadak dan sebesar yang dibutuhkan, yang menyebabkan terhentinya proses produksi, tertundanya keuntungan, bahkan hilangnya pelanggan. Sebagaimana keputusan manajemen operasi lainnya, kebijakan yang paling efektif dengan mencapai keseimbangan diantara berbagai kepentingan dalam perusahaan. Pengendalian persediaan harus dilakukan sedemikian rupa agar dapat melayani kebutuhan bahan/barang dengan tepat dan dengan biaya yang rendah.
6
2.2 Model Persediaan Economic Order Quantity (EOQ) Economic order quantity (EOQ, Jumlah pesanan ekonomis) merupakan salah satu model yang sudah tua, diperkenalkan oleh F.W. Haris pada tahun 1914, tetapi paling banyak dikenal dalam teknik pengendalian persediaan. EOQ banyak digunakan sampai saat ini karena mudah penggunaannya, meskipun dalam penerapannya harus memperhatikan asumsi yang dipakai. Asumsi tersebut sebagai berikut: •
barang yang dipesan dan disimpan hanya satu macam;
•
kebutuhan/permintaan barang diketahui dan konstan;
•
biaya pemesanan dan biaya penyimpanan diketahui dan konstan;
•
barang yang dipesan diterima dalam satu batch;
•
harga barang tetap dan tidak tergantung dari jumlah yang dibeli (tidak ada potongan kuantitas);
•
waktu tenggang (lead time) diketahui konstan.
Grafik persediaan dalam model ini berbentuk gigi gergaji, karena permintaan dianggap konstan, persediaan berkurang dalam jumlah yang sama dari waktu-ke waktu (berkurang secara linier). Pada waktu tingkat persediaan mencapai nol, pesanan untuk batch yang baru tepat diterima, sehingga tingkat persediaan naik kembali sampai Q. nilai Q yang optimal/ekonomis dapat diperoleh dengan menggunakan pendekatan tabel dan grafik atau dengan formula.
7
Gambar 2.1 Grafik Persediaan dalam model EOQ Cara ini menggunakan pendekatan trial and error untuk mengetahui jumlah pesanan yang paling ekonomis. Caranya dimulai dengan menghitung biaya-biaya yang timbul pada setiap kemungkinan frekuensi pesanan, yaitu pemesanan 1 kali dalam setahun, 2 kali setahun, dan seterusnya. Dengan membandingkan biaya total dari setiap frekunensi pesanan dan jumlah pesanan yang paling ekonomis, yaitu yang memberikan biaya total yang terendah. Adapun rumus untuk menentukan jumlah pesanan yang ekonomis:
Q=
2 DS H
Biaya pemesanan per tahun: = frekuensi pesanan x biaya pesanan =D XS Q Biaya penyimpanan per tahun:
8
= persediaan rata-rata x biaya penyimpanan =QxH 2 Biaya total per tahun: = biaya pemesanan + biaya penyimpanan =Dxs+QxH Q
2
Maka, BP = DS Q BS = QH 2
Dimana, D = jumlah kebutuhan barang (unit/tahun) S = biaya pemesanan (rupiah/pesanan) h = biaya penyimpanan (% terhadap nilai barang) C = harga barang (rupiah/unit) H = h x C = biaya penyimpanan (rupiah/unit/tahun) Q = jumlah pemesanan (unit/pesanan) F = frekuensi pemesanan (kali/tahun) T = jarak waktu anatar pesanan (tahun, hari) TC = biaya total persediaan (rupiah/tahun)
9
2.3 Pendekatan Sistim Pengendalian Bahan Baku Pada umumnya pengendalian bahan baku yang diselenggarakan di dalam perusahaan akan meliputi jangka waktu panjang, menengah maupun jangka pendek. Sistem pengendalian bahan yang dipergunakan dalam perusahaan pada umumnya akan merupakan suatu sistem yang akan dipergunakan dalam jangka panjang. Pergantian sistem pengendalian bahan baku ini akan memerlukan pertimbangan-pertimbangan yang menyeluruh di dalam perusahaan yang bersangkutan, karena pada dasarnya pergantian sistim pengendalian persediaan bahan baku ini akan merupakan perubahan sub sistim didalam perusahaan yang bersangkutan tersebut. Banyak hal-hal lain akan merasakan pengaruh yang terjadi akibat diadakannya pergantian sistem pengendalian bahan baku di dalam suatu perusahaan tersebut. Karena pengendalian bahan baku di dalam suatu perusahaan ini merupakan suatu sistim yang dipergunakan didalam jangka panjang, maka sebenarnya kegiatan pengendalian operasional untuk persediaan bahan baku ini akan merupakan sub sistim di dalam pengendalian bahan baku dalam perusahaan tersebut. Dengan demikian maka keterpaduan pelaksanaan operasional jangka pendek dan konsep-konsep ataupun rencana persediaan bahan baku didalam jangka panjang ini sangat perlu untuk diperhatikan. Disamping hal tersebut, oleh karena sistem pengendalian bahan baku dalam perusahaan ini pada dasarnya adalah merupakan salah satu sub sistem di dalam perusahaan yang bersangkutan, maka pengendalian bahan baku yang diselenggarakan ini tentunya juga akan diusahakan untuk dapat menunjang kegiatan-kegiatan yang lain didalam perusahaan tersebut. Keterpaduan dari seluruh pelaksanaan kegiatan yang ada didalam perusahaan akan menunjang
10
terciptanya sistem pengendalian bahan baku yang baik didalam perusahaan yang bersangkutan. Perencanaan dalam bidang yang lain di dalam perusahaan tersebut yang ada hubungannya dengan penggunaan bahan baku selayaknya selalu diperhitungkan keterpaduannya dengan pengendalian bahan baku yang ada di dalam perusahaan yang bersangkutan. Penambahan luas produksi tentunya akan mempunyai pengaruh terhadap penyerapan bahan baku di dalam perusahaan tersebut, sehingga perencanaan penambahan luas produksi dalam perusahaan ini akan lebih baik apabila juga memperhitungkan persediaan bahan baku yang ada dalam perusahaan tersebut. Demikian pula dengan penambahan mesin dan peralatan produksi di dalam perusahaan, hendaknya di pertimbangkan pula kaitannya dengan persediaan bahan baku yang ada dalam perusahaan. Pelaksanaan sistem pengendalian bahan baku di dalam masing-masing perusahaan ini pada umumnya akan berbeda-beda, namun secara garis besar akan mempunyai beberapa persamaan tertentu.
2.3.1Penyusunan Skedul Produksi Dari analisis jangka pendek serta mengingat kepada fasilitas produksi yang tersedia didalam perusahaan yang bersangkutan maka manajemen perusahaan yang bersangkutan akan dapat mengadakan penyusunan skedul produksi untuk perusahaan yang bersangkutan. Cara penyusunan skedul produksi ini akan banyak dipengaruhi oleh situasi dan kondisi dalam perusahaan yang bersangkutan tersebut, namun pada dasarnya dengan adanya skedul produksi ini maka manajemen perusahaan tersebut terutama bagian
11
pengendalian bahan baku akan dapat memperkirakan jumlah unit dari kebutuhan bahan baku yang akan dipergunakan untuk pelaksanaan proses produksi serta kapan bahan baku tersebut akan dipergunakan untuk proses produksi. Bahan baku sebagai penunjang pelaksanaan proses produksi ini selayaknya akan dapat dipersiapkan di dalam waktu dan jumlah unit yang memadai, sehingga didalam pelaksanaan proses produksi dalam perusahaan ini tidak akan terjadi kemacetan proses yang disebabkan oleh ketiadaan bahan baku dalam perusahaan yang bersangkutan tersebut. Di dalam hal ini maka keselarasan yang ada dari permintaan konsumen, skedul produksi yang ada, investasi dalam persediaan bahan serta sistem penyimpanan bahan baku maupun produk akhir harus selalu diperhatikan oleh manajemen perusahaan yang bersangkutan tersebut. A. Perencanaan produksi Dengan diketahuinya tingkat penggunaan bahan yang berlaku dan dipergunakan dalam perusahaan ini, maka manajemen perusahaan yang bersangkutan akan dapat mengadakan penyusunan perkiraan pemakaian bahan baku dengan melihat kepada perencanaan produksi. Dengan mendasarkan diri kepada perencanaan produksi yang telah disusun tersebut serta penggunaan bahan dalam perusahaan tersebut maka perkiraan kebutuhan bahan baku untuk kepentingan proses produksi dalam perusahaan tersebut akan dapat segera disusun pula. Adapun contoh perencanaan produksi adalah seperti tabel dibawah ini.
12
Tabel 2.1 Perencanaan Produksi No. Bulan 1
Januari
2
Februari
3
Maret
4
April
5
Mei
6
Juni
7
Juli
8
Agustus
9
September
10
Oktober
11
Nopember
12
Desember
WS-01
WS-02
WS-03
Dengan adanya data tentang perencanaan produksi dari perusahaan ini maka manajemen perusahaan tersebut akan dapat menyusun perkiraan kebutuhan bahan baku untuk kepentingan proses produksi dalam perusahaan yang bersangkutan.
13
2.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Persediaan Bahan Baku didalam penyelenggaraan persediaan bahan baku untuk kepentingan pelaksanan proses produksi dari suatu perusahaan, maka akan terdapat beberapa macam faktor yang akan mempunyai pengaruh terhadap persediaan bahan baku tersebut akan terdiri dari beberapa macam dan akan saling berkaitan dengan satu faktor dan faktor yang lain. Namun demikian secara bersama-sama faktorfaktor tersebut akan mempengaruhi jumlah persediaan bahan baku yang ada di dalam perusahaan yang bersangkutan tersebut. Manajemen perusahaan selayaknya dapat mengadakan analisis terhadap masing-masing faktor tersebut, sehingga akan terdapat keselarasan persediaan bahan baku dalam upaya untuk menunjang kegiatan proses produksi dalam perusahaan yang bersangkutan tersebut. Adapun berbagai macam faktor tersebut adalah sebagai berikut ini: A. Perkiraan Pemakaian Bahan Baku Sebelum perusahaan yang bersangkutan ini mengadakan pembelian bahan baku, maka selayaknya manajemen perusahaan ini dapat mengadakan penyusunan perkiraan pemakaian bahan baku tersebut untuk keperluan proses produksi dalam perusahaan yang bersangkutan. Berapa banyaknya jumlah unit bahan baku yang akan dipergunakan untuk kepentingan proses produksi dalam suatu periode (misalnya satu tahun), akan dapat diperkirakan oleh manajemen perusahaan dengan mendasarkan diri kepada perencanaan produksi maupun skedul produksi yang telah disusun dalam perusahaan tersebut. Dengan demikian maka manajemen perusahaan tersebut akan dapat mempunyai gambaran tentang pemakaian bahan baku untuk pelaksanaan proses produksi pada periode yang akan datang tersebut, baik dalam jenis bahan baku maupun jumlah bahan baku dari masing-masing jenis tersebut.
14
Untuk dapat memperhitungkan pembelian bahan baku dari masing-masing jenis bahan baku yang dipergunakan tersebut, maka manajemen perusahaan yang bersangkutan harus memperhitungkan persediaan bahan baku yang sudah ada pada awal periode tersebut serta rencana persediaan bahan baku yang harus ada pada akhir periode yang bersangkutan. Jumlah bahan baku yang akan di beli oleh perusahaan tersebut akan dapat diperhitungkan dengan cara jumlah kebutuhan bahan baku untuk proses produksi, ditambah dengan rencana persediaan akhir dari bahan baku tersebut dan kemudian dikurangi dengan persediaan awal yang telah ada di dalam perusahaan yang bersangkutan. B. Harga Bahan Baku Harga dari bahan baku yang akan dipergunakan dalam proses produksi dari suatu perusahaan akan merupakan salah satu faktor penentu terhadap persediaan bahan baku yang akan diselenggarakan di dalam perusahaan yang bersangkutan tersebut. Hal ini disebabkan oleh karena harga dari bahan baku yang akan dipergunakan di dalam perusahaan yang bersangkutan tersebut akan menjadi faktor penentu seberapa besarnya dana yang harus disediakan oleh perusahaan
yang
bersangkutan
apabila
perusahaan
tersebut
akan
menyelenggarakan persediaan bahan dalam jumlah unit tertentu. Sehubungan dengan ini, maka besarnya biaya modal yang harus ditanggung oleh perusahaan yang bersangkutan tersebut tentunya harus diperhitungkan dengan baik pula. Semakin tinggi harga bahan baku yang dipergunakan oleh perusahaan tersebut, maka untuk mencapai sejumlah persediaan tertentu akan diperlukan dana yang semakin besar pula dengan demikian maka biaya modal dari modal yang tertanam di dalam persediaan bahan baku tersebut akan semakin tinggi pula karenanya.
15
C. Biaya-Biaya Persediaan Di dalam penyelenggaraan persediaan bahan baku di dalam perusahaan, maka perusahan tersebut tentunya tidak akan dapat melepaskan diri dari adanya biaya-biaya persediaan yang harus ditanggung oleh perusahaan yang bersangkutan tersebut. Di dalam hubungannya dengan biaya-biaya persediaan ini, maka dikenal tiga macam biaya persediaan, yaitu biaya penyimpanan, biaya pemesanan dan biaya tetap persediaan. Biaya penyimpanan adalah merupakan biaya persediaan yang jumlahnya akan semakin besar apabila jumlah unit bahan yang disimpan di dalam perusahaan tersebut semakin tinggi. Biaya pemesanan adalah merupakan biaya persediaan yang jumlahnya akan semakin besar apabila frekuensi pemesanan bahan baku yang dipergunakan dalam perusahaan tersebut semakin besar. Sedangkan biaya tetap persediaan adalah merupakan biaya yang jumlahnya tidak terpengaruh baik oleh jumlah unit yang disimpan dalam perusahaan tersebut maupun frekuensi pemesanan bahan baku yang dilaksanakan oleh perusahaan yang bersangkutan tersebut. D. Kebijaksanaan Pembelanjaan Didalam perusahaan
perusahaan, yang
maka
bersangkutan
kebijaksanaan akan
dapat
pembelanjaan mempengaruhi
dalam seluruh
kebijaksanaan pembelian dalam perusahaan yang bersangkutan tersebut. E. Pemakaian Bahan pemakaian bahan baku (penyerapan bahan baku) dari perusahaan yang bersangkutan dalam periode-periode yang telah lalu untuk keperluan proses produksi akan dapat dipergunakan sebagai salah satu dasar pertimbangan di dalam penyelenggaraaan bahan baku tersebut. F. Waktu Tunggu
16
dimaksudkan dengan waktu tunggu (lead time) di sini adalah merupakan tenggang waktu yang diperlukan (yang terjadi) antara saat pemesanan bahan baku tersebut dilaksanakan dengan datangnya bahan baku yang dipesan tersebut. G. Model Pembelian Bahan model pembelian bahan yang di pergunakan perusahaan tersebut akan sangat menentukan besar kecilnya persediaan bahan baku yang diselenggarakan di dalam perusahaan tersebut. H. Persediaan Pengaman pada umumnya untuk menanggulangi adanya keadaan kehabisan bahan baku dalam perusahaan maka perusahan yang bersangkutan akan mengadakan persediaan pengaman (safety stock) atau yang sering kali disebut pula sebagai persediaan besi (iron stock). Persediaan pengaman ini akan dipergunakan perusahaan apabila terjadi kekurangan bahan baku, atau keterlambatan datangnya bahan baku yang di beli oleh perusahaan yang bersangkutan.
I. Pembelian Kembali Di dalam pelaksanaan operasi perusahaan, maka bahan baku yang diperlukan untuk proses produksi di dalam perusahaan yang bersangkutan tersebut tidak akan cukup apabila dilaksanakan dengan sekali pembelian saja. Dengan demikian maka secara berkala perusahaan tersebut akan mengadakan pembelian kembali terhadap bahan baku yang dipergunakan perusahaan tersebut. Di dalam melaksanakan pembelian kembali ini tentunya manajemen perusahaan yang bersangkutan akan mempertimbangkan panjangnya waktu tunggu yang diperlukan di dalam pembelian bahan baku tersebut.
17
Adapun faktor - faktor yang mempengaruhi persediaan bahan baku ini dapat dilihat dalam bentuk gambar, maka akan terlihat sebagaimana di dalam gambar 1.1 sebagai berikut:
Biaya-biaya persediaan
Harga bahan
Kebijaksanaan Pembelanjaan
Perkiraan Pemakaian
Model Pembelian
Pemakaian Senyatanya
Persediaan pengaman
Persediaan Bahan
Waktu Tunggu
Pembelian Kembali
PRODUKSI
Gambar 2.2 : Faktor-faktor yang mempengaruhi persediaan bahan
18
2.5 Analisis Kebutuhan Bahan Baku Untuk dapat mengetahui berapa besarnya kebutuhan bahan baku yang diperlukan perusahaan pada suatu periode tersebut, maka manajemen perusahaan tentunya akan mempergunakan data yang cukup relevan untuk mengadakan penyusunan peramalan kebutuhuan bahan baku dalam perusahaan tersebut. Beberapa data yang dapat di pergunakan dalam penyusunan peramalan kebutuhan bahan baku ini antara lain adalah data dari perencanaan produksi yang akan dilaksanakan dalam perusahaan. Namun demikian, persediaan bahan baku yang diselenggarakan dalam perusahaan ini akan ikut menentukan kelangsungan pelaksanaan proses produksi dalam perusahaan tersebut. Perusahaan yang bersangkutan akan mengalami kelebihan bahan baku, karena persediaan yang terlalu besar tersebut tidak akan habis dipergunakan dalam proses produksi. Namun apabila perusahaan yang bersangkutan tersebut mempunyai peramalan kebutuhan bahan baku yang terlalu kecil, maka persediaan bahan baku yang dipersiapkan juga akan menjadi terlalu kecil sehingga sering kali terjadi kekurangan bahan baku di dalam perusahaan untuk keperluan proses produksi. Dengan demikian maka di dalam penyusunan peramalan kebutuhan bahan ini baik terlalu kecil ataupun terlalu besar keduanya tidak akan membawa keuntungan apapun bagi perusahaan yang bersangkutan tersebut, melainkan justru akan membawa kerugian kepada perusahaan. Peramalan perkiraaan kebutuhan bahan baku yang baik adalah peramalan kebutuhan akan bahan baku tersebut yang mendekati kepada kenyataan yang ada. Pada dasarnya semua peramalan kebutuhan bahan baku yang disusun di dalam perusahaan yang bersangkutan tersebut akan merupakan suatu perkiraan-
19
perkiraan tentang keadaan pada masa yang akan datang dengan mendasarkan diri kepada keadaan yang ada pada waktu-waktu yang telah lalu. Model peramalan yang dapat dipergunakan dalam penyusunan peramalan kebutuhan bahan baku yang akan dipergunakan dalam proses produksi dalam perusahaan ini akan tergantung dari karakteristik bahan baku tersebut. Di dalam peramalan untuk kebutuhan bahan baku dari suatu perusahaan akan dapat mempergunakan beberapa model yang berbeda apabila perusahaan yang bersangkutan mempergunakan beberapa macam bahan baku yang berbeda pula. Demikian pula untuk menyusun peramalan kebutuhan salah satu dari bahan baku yang dipergunakan di dalam perusahaan tersebut, maka manajemen perusahaan yang bersangkutan akan dapat mempergunakan beberapa model peramalan, untuk kemudian diambil yang paling cocok dengan kenyataan yang ada. Dengan demikian maka manajemen perusahaan yang bersangkutan akan dapat melaksanakan penyusunan peramalan kebutuhan bahan baku ini dengan sebaikbaiknya, sehingga peramalan yang disusun tersebut akan dapat mendekati kepada kenyataan yang ada. Di dalam penyusunan peramalan kebutuhan bahan baku untuk pelaksanaan proses produksi dalam suatu perusahaan ini, pada umumnya akan dipergunakan data tentang penggunaan bahan tersebut pada waktu-waktu yang telah lalu. Kebutuhan bahan baku untuk suatu unit produk pada umumnya akan relatif sama dari waktu suatu waktu yang lain, sehingga perubahan dari jumlah unit barang yang diproduksikan akan berakibat terhadap terjadinya perubahan jumlah unit bahan baku yang diperlukan untuk melaksanakan proses produksi dalam perusahaan tersebut. Dengan demikian maka hubungan antara tingkat produksi yang dilaksanakan dalam perusahaan dengan kebutuhan bahan baku
20
yang dipergunakan tersebut akan menjadi sangat erat. Atas dasar hal tersebut maka untuk mengetahui kebutuhan akan bahan baku yang dipergunakan untuk proses produksi dalam suatu perusahaan ini, manajemen perusahaan yang berangkutan akan memperhitungkan tingkat produksi yang akan dilaksanakan dalam perusahaan untuk kemudian diperhitungkan berapa bahan baku yang diperlukan untuk suatu tingkat produksi tersebut. Untuk perusahaan-perusahaan yang berproduksi seara terus-menerus, dimana urutan dalam pelaksanaan proses produksi selalu sama, maka kadangkadang manajemen perusahaan yang bersangkutan tersebut akan mengadakan penyusunan peramalan kebutuhan bahan baku dalam perusahaan yang bersangkutan dengan mempergunakan data pemakaian bahan baku yang telah lalu. Atas dasar data dari pemakaian bahan baku yang telah lalu ini disusun perkiraan kebutuhan bahan baku untuk pelaksanaan proses produksi pada waktu yang akan datang. Hal ini dilaksankan karena di dalam proses produksi terusmenerus kebutuhan bahan baku akan selalu sejalan dengan pelaksanaan proses produksi yang ada didalam perusahaan yang bersangkutan. Dengan demikian maka perkembangan pemakaian bahan baku pada waktu-waktu yang lalu akan dapat dipergunakan sebagai dasar untuk mengadakan penyusunan perkiraan jumlah unit kebutuhan bahan baku pada waktu yang akan datang tersebut. Dalam hubungannya dengan penyusunan peramalan kebutuhan bahan baku yang akan dipergunakan untuk keperluan proses produksi dalam suatu perusahaan ini, sebenarnya pertambahan yang terjadi dalam penggunaan bahan baku ini akan mempunyai pola yang teratur. Untuk menunjang keperluan proses produksi secara wajar atau dalam keadaan normal, maka kebutuhan akan bahan baku tersebut dapt diperhitungkan dengan cermat disertai dengan batas toleransi
21
yang wajar pula. Namun demikian manajemen perusahaan yang bersangkutan tersebut harus dapat mempertimbangkan pula apabila terdapat pelaksanaan proses produksi dengan perencanaan khusus, misalnya menjelang hari raya atau hari besar, menjelang tahun baru dan lain sebagainya dimana pada waktu-waktu tertentu seperti itu perusahaan akan mengalami kenaikan penjualan dalam jumlah yang tidak sedikit. Didalam hal seperti ini maka perhitungan kebutuhan akan bahan baku untuk pelaksanaan proses produksi harus disesuaikan dengan keadaan yang ada di dalam pelaksanaan proses produksi dari perusahaan yang bersangkutan tersebut. Dalam keadaan-keadaan khusus seperti ini pada umumnya penyerapan bahan baku akan menjadi lebih besar apabila dibandingkan dengan pelaksanaan proses produksi dalam keadaan wajar atau pada waktu-waktu yang lain. Apabila manajemen perusahaan yang bersangkutan tersebut telah mengetahui berapa besarnya bahan baku yang dibutuhkan untuk keperluan proses produksi dalam suatu periode tersebut, maka jumlah bahan baku yang akan dibeli ini akan didasarkan kepada jumlah bahan baku yang akan dibeli akan dapat ditentukan pula. Penentuan jumlah bahan baku yang akan dibeli ini akan didasarkan kepada jumlah kebutuhan bahan baku untuk keperluan proses produksi, dengan mengingat kepada data tentang persediaan yang ada didalam perusahaan. Persediaan awal yang benar-benar ada didalam perusahaan tersebut serta rencana untuk persediaan akhir di dalam perusahaan perlu untuk diperhitungkan besarnya masing-masing. Jumlah bahan baku yang akan dibeli oleh perusahaan yang bersangkutan ini akan sama dengan jumlah kebutuhan bahan baku untuk keperluan proses produksi, dtambah dengan rencana persediaan awal yang ada di dalam perusahaan yang bersangkutan.
22
2.6 Tingkat Penggunaan Bahan Usaha untuk mengadakan peramalan kebutuhan bahan baku dari suatu perusahaan akan dapat dilaksanakan dengan perhitungan atas dasar tingkat penggunaan bahan yang berlaku dan dipergunakan di dalam perusahaan yang bersangkutan tersebut. Tingkat penggunaan bahan atau yang sering disebut dengan material usage rate ini akan dapat di pergunakan untuk menyusun perkiraan kebutuhan bahan baku untuk keperluan proses produksi apabila diketahui produk apa dan berapa jumlah unitnya masing-masing yang akan diproduksikan di dalam perusahaan yang bersangkutan. Tingkat penggunaan bahan ini pada umumnya akan relatif tetap di dalam perusahaan tersebut, kecuali terdapat perubahan-perubahan yang terjadi dalam produk akhir perusahaan, atau di dalam bahan baku itu sendiri. Perubahan produk perusahaan ini misalnya terdapat perubahan disain dan bentuk produk, perubahan kualitas produk dan lain sebagainya. Sedangkan perubahan yang terjadi di dalam bahan baku ini misalnya terdapat penurunan kualitas bahan. Apabila manajemen perusahaan tersebut dapat mengetahui produk apa dan berapa jumlah unitnya masing-masing yang akan di produksikan di dalam perusahaan tersebut, maka manajemen perusahaan yang bersangkutan tersebut akan dapat menyusun perkiraaan kebutuhan bahan baku untuk keperluan proses produksi tersebut dengan segera.
23
Tabel 2.2 Tingkat Penggunaan Bahan Baku No. Produk 1
WS-01
2
WS-02
3
WS-03
Bahan A-001
Bahan A-002
Bahan A-003
Dalam tabel diatas merupakan penerapan tingkat penggunaan bahan untuk penyusunan perkiraaan kebutuhan bahan baku didalam suatu perusahaan. Tingkat penggunaan bahan atau yang sering disebut dengan material usage rate ini akan dipergunakan untuk menyusun perkiraaan kebutuhan bahan baku untuk keperluan proses produksi apabila diketahui produk apa dan berapa jumlah unitnya masing-masing yang akan diproduksikan di dalam perusahaan yang bersangkutan.
Adapun keterangan dari tabel diatas adalah sebagai berikut: •
pada kolom pertama berisikan Nomor, jumlah unit produk yang akan diproduksi.
•
Pada kolom kedua berisikan produk, tentang nama jenis produk yang akan diproduksi.
• Pada kolom ketiga berisikan bahan A-001, nama jenis bahan yang dibutuhkan untuk digunakan untuk memproduksi tiap jenis produk. Sama halnya begitu juga dengan bahan A-002 dan Bahan A-003. yang membedakan adalah angka dalam jenis bahan tersebut mengartikan symbol perbedaan bahan-bahan yang
24
digunakan dalam proses produksi untuk memproduksi produk tersebut. Bahan baku yang diperlukan untuk memproduksi masing-masing produk tersebut dalam tahun ini akan terlihat seperti contoh tabel di bawah ini.
25
Tabel 2.3 Kebutuhan Bahan Baku WS-01 No. Bulan
1
Januari
2
Februari
3
Maret
4
April
5
Mei
6
Juni
7
Juli
8
Agustus
9
September
10
Oktober
11
November
12
Desember
Unit
Bahan
Bahan
Bahan
produk
A-001
A-002
A-003
Total
26
Tabel 2.4 Kebutuhan Bahan Baku WS-02 No. Bulan
1
Januari
2
Februari
3
Maret
4
April
5
Mei
6
Juni
7
Juli
8
Agustus
9
September
10
Oktober
11
November
12
Desember
Unit
Bahan
Bahan
Bahan
produk
A-001
A-002
A-003
Total
27
Tabel 2.5 Kebutuhan Bahan Baku WS-03 No
Bulan
1
Januari
2
Februari
3
Maret
4
April
5
Mei
6
Juni
7
Juli
8
Agustus
9
September
10
Oktober
11
November
12
Desember
Unit
Bahan
Bahan
Bahan
produk
A-001
A-002
A-003
Total
28
Tabel 2.6 Kebutuhan Bahan Baku keseluruhan produk No
Produk
1
WS-01
2
WS-02
3
WS-03
Bahan A-001
Bahan A-002
Bahan A-003
Jumlah
Atas dasar tingkat penggunaan bahan dan perencanaan produksi yang ada didalam perusahaan tersebut, maka dapat diketahui kebutuhan bahan baku untuk keperluan proses produksi dalam bentuk unit secara keseluruhan dalam satu tahun tersebut. Jumlah tersebut adalah merupakan jumlah kebutuhan bahan baku untuk pelaksanaan proses produksi dalam perusahaan tersebut untuk tahun sekarang, dan bukannya merupakan jumlah bahan baku yang akan dibeli oleh perusahaan pada tahun tersebut. Untuk memperhitungkan jumlah yang akan dibeli ini maka manajemen perusahaan harus memperhitungkan besarnya persediaan awal dan rencana persediaan akhir untuk bahan baku tersebut dalam perusahaan yang bersangkutan. Sebagaimana diketahui, persediaan awal akan merupakan pengurang terhadap jumlah bahan baku yang akan dibeli, sedangkan rencana persediaan akhir akan merupakan penambahan jumlah bahan baku yang akan dibeli oleh perusahaan tersebut pada periode yang bersangkutan.
29
2.7 Perencanaan Kebutuhan Material Perencanaan kebutuhan material (Material Regurements Planing, MRP) adalah suatu konsep dalam manajemen produksi yang membahas cara yang tepat dalam perencanaan kebutuhan barang dalam proses prosukai, sehingga barang yang dibutuhkan dapat tersedia sesuai dengan yang direncanakan. MRP mulai digunakan secara meluas dalam kegiatan manajemen produksi sejak awal tahun 1970-an sejalan dengan semakin berkembangnya computer dan ditemukannya berbagai konsep baru lainnya. Salah satu mengapa MRP digunakan secara tepatr dan meluas sebagai teknik manajemen produksi terutama dalam lingkungan manufaktur karena MRP menggunakan kemampuan computer untuk menyimpan dan mengolah data yang berguna dalam menjalankan kegiatan perusahaan. MRP dapat mengkoordinasi kegiatan dari berbagai fungsi dalam perusahaan manufaktur, seperti teknik, produksi, dan pengadaan. Oleh karena itu, hal yang menarik dari MRP tidak hanya fungsinya sebagai penunjang dalam pengambilan keputusan, melainkan keseluruhan peranannya dalam kegiatan perusahaan. Sebelum penggunaan MRP, perencanaan pengendalian persediaan dan produksi dilakukan melalui pendekatan reaktif sebagai berikut. a. Reorder point policy, dimana persediaan secara kontinyu diawasi dan pengadaan dilakukan apabila jumlah barang persediaan sudah sampai pada tingkat yang ditentukan. b. Periodic Order Cycle Policy, dimana persediaan diawasi dan pada setiap periode tertentu sejumlah barang ditambahkan agar jumlah persediaan tetap berada pada tingkat persediaan yang telah ditenntukan (target inventory).
30
Pendekatan pengendalian persediaan demikian memberikan asumdi bahwa penggantian persediaan untuk suatu barang dapat direncanakan secara indenpenden dengan barang lainnya, seperti dalam persediaan barang-barang jadi ataupun suku cadang. Namun bagi perusahaan manufaktur, kebutuhan akan suatu komponen barang tidak selalu dapat dilakukan secara indenpenden terhadap komponen barang lain, melainkan sangat tergantung (dependen) dari produk akhir atau barang induknya (parent item). Misalnya bagi perusahaan pembuat sepeda, kebutuhan atas ban sepeda atau sadel sangat tergantung dari jumlah sepeda yang akan dibuat. Dengan demikian, penjadwalan untuk komponen-komponen baru dapat ditentukan setelah penjadwalan untuk produk akhir dilakukan. Keadaan ini menyebabkan kebutuhan komponen barang sulit untuk diramalkan sebelumnya, dan mendorong beralihnya pendekatan dari pengendalian persediaan reaktif ke MRP. MRP sangat bermanfaat bagi perencanaan kebutuhan material utnuk komponen yang jumlah kebutuhannya dipengaruhi oleh komponen lain (dependent demand). Sistim MRP mengendalikan agar komponen yang diperlukan untuk kelancaran produksi dapat tersedia sesuai dengan yang dibutuhkan. MRP memberikan peningkatan efisiensi karena jumlah persediaan, waktu produksi dan waktui pengiriman barang dapat direncanakan lebih baik, karena ada keterpaduan dalam kegiatan yang didasarkan pada jadwal induk. Ini berarti pengadaan dapat dilakukan terhadap barang/komponen yang diperlukan saja, jumlah persediaan yang berlebihan dapat dihindari, serta pengadaan dan pengiriman barang dapat dilakukan sesuai dengan jadwal yang direncanakan. Dengan kata lain, dapat dicapainya tepat barang, tepat jumlah dan tepat waktu.
31
A. Tujuan MRP Secara umum, sistim MRP dimaksudkan utnuk mencapai tujuan sebagai berikut. 1. meminimalkan persediaan. MRP menentukan berapa banyak dan kapan suatu komponen diperlukan disesuaikan dengan jadwal induk produksi (mater production schedule). Dengan menggunakan metode ini, pengadaan (pembelian) atas komponen yang diperlukan untuk suatu rencana produksi dapat dilakukan sebatas yang diperlukan saja sehingga dapat meminimalkan biaya persediaan. 2. mengurangi resiko karena keterlambatan produksi atau pengiriman. MRp
mengidentifikasi
banyaknya
bahan
dan
komponen
yang
diperlukan baik dari segi jumlah dan waktunya dengan memperhatikan waktu tenggang produksi maupun pengadaan/pembelian komponen, sehingga memperkecil resiko tidak tersedianya bahan yang akan diproses yang mengakibatkan terganggunya rencana produksi. 3. komitmen yang realistis. Dengan MRP, jadwal induk produksi diharapkan dapat dipenuhi sesuai dengan rencana, sehingga komitmen terhadap pengiriman barang dilakukan secarra lebih realistis. Hal ini mendorong meningkatnya kepuasan dan kepercayaan konsumen. 4. meningkatkan efisiensi. MRP juga mendorong peningkatan efisiensi karena jumlah persediaan, waktu produksi, dan waktu pengiriman barang dapat direncanakan lebih baik sesuai dengan jadwal induk produksi. B. Komponen MRP
32
Komponen dasar MRP terdiri atas jadwal induk produksi, daftar material dan catatan persediaan, yang dapat digambarkan dalam suatu system MRP seperti pada gambar dibawah ini, berdasarkan informasi dari jadwal induk produksi dapat diketahui permintaan dari suatu produk akhir. Selanjutnya, dengan mengetahui kompnen yang membentuk produk akhir itu, status persediaan, dan waktu tenggang yang diperlukan untuk memesan bahan atau merakit komponen yang bersangkutan, dapat disusun suatu perencanaan kebutuhan dari komponen yang diperlukan.
Daftar Material
Jadwal Induk Produksi
Catatan Persediaan
Perencanaan Kebutuhan Material
Rencana Produksi Jangka Pendek
Rencana Pembelian
Gambar 2.3 Komponen MRP
33
Keluaran dari MRP berupa jadwal pesanan pembelian komponen kepada pemasok atau pesanan kepada bagian produksi untuk mengerjakan perakitan komponen tertentu. Proses ini disebut pemecahan produk (product Explosion) karena permintaan suatu produk akhir dipecah kedalam permintaan dari berbagai komponen produk tersebut. C. Jadwal Induk Produksi Jadwal Induk Produksi (Master Production Schedule, MPS) merupakan gambaran atas periode perencanaan dari suatu permintaan, termasuk peramalan, backlog, rencana suplai/penawaran, persediaan akhir, dan kuantitas yang dijanjikan tersedia. MPS disusun berdasarkan perencanaan produksi agregat, dan merupakan kunci penghubung dalam rantai perencanaan pengendalian produksi. MPS berkaitan dengan pemasaran, rencana distribusi, perencanaan produksi dan perencanaan kapasitas, MPS mengendalikan MRP dan merupakan masukan utama dalam proses MRP. MPS harus dibuat secara realistis, dengan mempertimbangkan kemampuan kapasitas produksi, tenaga kerja, dan sub kontraktor. Ketepatan MPS bervariasi berdasarkan jangka waktu perencanaannya, perencanaan jangka pendek harus lebih akurat, mengingat biasanya berisi pesanan yang sudah pasti (fixed order) kebutuhan distribusi pergudangan, dan kebutuhan suku cadang. Semakin jauh jangka waktu perencanaan ketepatan MPS biasanya semakin berkurang. Table berikut merupakan contoh dari suatu jadwal induk produksi.
34
Tabel 2.7 Jadwal Induk Produksi PRODUK
BULAN KE 1
2
3
4
5
6
7
8
A B C
D. Daftar Material Defenisi yang lengkap tentang suatu produk akhir meliputi daftar barang atau material yang diperlukan bagi perakitan, pencampuran, atau pembuatan produk akhir tersebut. Setiap produk mungkin memiliki sejumlah komponen, tetapi mungkin juga memiliki ribuan komponen. Setiap komponen sendiri dapat terdiri atas sebuah barang (item) atau berbagai jenis barang.
35
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alur pemecahan masalah Dalam bab ini akan dikemukakan penjelasan alur dari penelitian, maka penulis akan menjelaskan tahap-tahap penelitian agar
dapat lebih mudah
dipahami tentang penulisan skripsi ini. Oleh karena itu disini penulis akan menguraikan
penjelasan-penjelasan
penelitian
terhadap
pengendalian
persediaan bahan baku untuk proses produksi yang akan dilakukan dalam penelitian ini.
36
Penelitian Awal
Identifikasi Masalah
Tujuan Penelitian Studi pustaka
Pengendalian persediaan bahan baku
Pengumpulan Data
Pengolahan Data
Analisa
Kesimpulan dan Saran
Gambar 3.1 Diagram Kerangka Pemecahan masalah
37
3.2 Penelitian Awal penelitian awal sangat perlu untuk dilakukan dalam melaksanakan suatu penelitian,
pelaksanaan
penelitian
awal
pada
perusahaan
ini
adalah
dimaksudkan untuk mengetahui keadaan dan situasi serta kondisi dalam perusahaan tersebut tentang pengndalian persediaan bahan baku untuk proses produksi diperusahaan tersebut. Ini diketahui untuk memperoleh untuk mendeteksi secara garis besar permasalahan dalam perusahaan tersebut.
3.3 Studi Pustaka merupakan pencarian data dan informasi untuk mengumpulkan teori-teori, konsep-konsep, metode-metode yang digunakan penulis untuk memecahkan masalah-masalah dalam pengendalian persediaan bahan baku yang akan dibahas dalam penulisan ini. Setelah data atau informasi tersebut telah diperoleh oleh penulis maka akan diterapkan dalam menganalisa serta sebagai solusi untuk dapat menyelesaikan permasalah dalam penulisan ini. Teori-teori tersebut akan disusun dalam bab II didalam laporan ini.
3.4 Tujuan Penelitian Dalam hal ini pengendalian persediaan bahan baku bagi proses produksi merupakan target dari penulisan ini, dimaksudkan untuk memberikan atau mengemukakan penelitian penulisan skripsi ini terutama bagi perusahaan tempat penelitian penulis.
3.5 Pengendalian persediaan bahan baku
38
Dalam hal ini akan dianalisa tentang faktor-faktor yang mempengaruhi persediaan bahan baku untuk proses produksi adapun faktor-faktor yang mempengaruhi persediaan bahan baku untuk proses produksi tersebut adalah sebagai berikut: A. Biaya-biaya Persediaan B. Harga Bahan C. Kebijaksanaan Pembelanjaan D. Perkiraaan Pemakaian E. Model Pembelian F. Pemakaian Senyatanya G. Persediaan Pengaman H. Persediaan Bahan I. Waktu Tunggu J. Pembelian kembali Faktor-faktor yang mempengaruhi persediaan bahan baku tersebut merupakan komponen-komponen pembentukan kebutuhan bahan baku untuk di proses dalam proses produksi.
3.6 Pengumpulan Data Disini
merupakan
perolehan
data
untuk
faktor-faktor
yang
mempengaruhi persediaan bahan untuk bahan baku pada proses produksi serta cara-cara yang digunakan perusahaan dalam faktor-faktor yang mempengaruhi persediaan tersebut. Adapun cara-cara penulis dalam memperoleh data ini adalah sebagai berikut.
39
3.7 Penelitian Lapangan (Field Research) Penulis langsung mengadakan kunjungan ke bagian pengendalian persediaan bahan baku (Inventori) untuk melihat realisasi yang terjadi di perusahaan tersebut untuk mengetahui keadaan dan kondisi tentang pengendalian persediaan bahan baku yang ada di dalam perusahaan tersebut. Disini penulis dapat memperoleh data yang dibutuhkan penulis untuk menganalisa data tersebut untuk penelitian penulis.
3.8 Wawancara (Interview) Ini dimaksudkan untuk perolehan data secara tanya jawab ke bagian pengendalian persediaan bahan baku (Inventori) yang berwewenang untuk memperoleh data- data yang relevan terhadap penelitian berlangsung dan pendapat-pendapat mengenai pengendalian persediaan bahan baku yang dilakukan penulis.
3.9 Pengolahan Data Dengan ini akan dibahas tentang ke-10 faktor yang mempengaruhi persediaan bahan untuk proses produksi. Dari tiap-tiap faktor yang mempengaruhi persediaan bahan tersebut akan di olah dengan metode-metode dan konsep konsep yang digunakan dalam penulisan laporan ini.
3.10 Kesimpulan dan Saran A. Kesimpulan Disini akan dijelaskan tentang kesimpulan tentang pengendalian persediaan bahan baku untuk kebutuhan proses produksi yang dilakukan oleh
40
perusahaan berdasarkan konsep-konsep dan metode-metode yang digunakan oleh perusahaan terhadap pengendalian persediaan bahan baku untuk proses produksi. B. Saran Dari hasil pengamatan dan penelitian yang dilakukan oleh penulis selama melakukan penelitian di PT. Prima Inreksa Industries, maka dengan ini penulis mengemukakan hasil penelitian berdasarkan metode yang digunakan penulis dalam penulisan tugas akhir ini tentang pengendalian persediaan bahan baku untuk kebutuhan proses produksi.
41
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
4.1
Data Umum Perusahaan PT. PRIMA INREKSA INDUSTRIES, merupakan suatu perusahaan yang
bergerak dibidang pembuatan sepatu olah raga, hasil produksi tersebut sesuai dengan pesanan dan ditujukan untuk diexport. PT. PRIMA INREKSA INDUSTRIES didirikan berdasarkan akte notaries Ny. Kartini Mulyadi, SH. Pada tanggal 14 desember 1988 dengan akte nomor 070. PT. PRIMA INREKSA INDUSTRIES mempunyai kantor pusat di Jl. Tanah Abang II no.98 Jakarta Pusat, sedangkan lokasi pabrik bertempat di Jl. Industri Raya IV Blok AG
No.8 KM 8 Desa bunder kecamatan Cikupa
Tangerang Banten. Dalam pemilihan lokasi tersebut didasarkan atas pengamatan yang dilakukan pada saat studi kelayakan karena pada akhir tahun 1980’an, kabupaten tangerang sedang membangun diri sebagai daerah industri. Selain itu ada pertimbangan social ekonomi yang lebih menguntungkan, yaitu: 1. Harga tanah yang relatif murah 2. Mudah mendapatkan bahan baku 3. mudah mendapatkan tenaga kerja 4. terletak di daerah yang strategis karena cukup dekat dengan jalan tol Jakarta-Merak. Adapun latar belakang didirikannya industri sepatu ini adalah sbb: 1. Mendapatkan keuntungan bagi perusahaan guna pengembangan dan kelangsungan hidup karyawan.
42
2. Membuka kesempatan kerja bagi masyarakat sekitarnya dan memberikan keterampilan kerja dibidang industri, guna membantu pemerintah dalam mengatasi masalah pengangguran. 3. Membantu pemerintah dalam menghidupi industri lain, misalnya industri baku. 4. Membantu menambah devisa negara dengan meningkatkan expor non migas, karena orientasi produk perusahaan adalah untuk pasar luar negeri. PT. PRIMA INREKSA INDUSTRI, didirikan diatas tanah seluas kurang lebih sepuluh hektar, pembangunan pabrik tersebut dimulai pada bulan desember 1988 dan baru selesai pada bulan November 1989. kemudian pada bulan januari 1990 PT. PRIMA INREKSA INDUSTRIES sudah mulai beroperasi kemudian untuk export perdananya baru dapat dilakukan pada awal bulan pebruari 1990. A.
Lokasi Perusahaan PT. PRIMA INREKSA INDUSTRIES, berkantor pusat di Jl. Industri
Raya IV blok AG No.8 Km.8 Desa Bunder Kawasan Industri Cikupa Tangerang. B.
Visi dan Misi Perusahaan Adapun visi dari perusahaan ini adalah untuk menjadi yang paling
kompetitif dan terpercaya dalam memanufaktur sepatu olah raga dengan harga menengah kebawah. Dan misi dari perusahaan ini adalah memberi pelanggan kita pelayanan harga dan kualitas yang terbaik dengan selalu:
43
1. Mencari dan menerima, mempertahankan, melatih dan menghargai karyawan yang terbaik dalam bidangnya. 2. Menerapkan sistim perburuhan yang terbaik 3. Peduli pada masyarakat dan lingkungan sekitar 4. Menciptakan produk bermutu tinggi dengan inovasi dan kreatifitas 5. Memperbaiki biaya, mutu dan proses pada tahap development 6. Menerapkan perbaikan berlanjut pada proses produksi 7. Fokus pada efisiensi dan mutu. C.
Obyektif Mengembangkan system komunikasi dan kerjasama yang efektif antar
departemen, serta mengembangkan peran dan system kerja masing-masing departemen, sehingga setiap masing-masing departemen dapat menjalankan fungsi dan peranannya secara maksimal. D.
Bidang Kegiatan Usaha PT. PRIMA INREKSA INDUSTRIES, bergerak pada bidang industri
sepatu olah raga, dengan hasil produksi disesuaikan dengan pesanan kemudian diekspor ke negara pemesan. Hasil produksi tersebut umumnya dikonsumsi oleh kaum pria dan wanita dan anak-anak, yang terdiri dari beberapa merek antara lain: 1. LA GEAR, awal produksi dimulai pada tahun 1991 2. FILA, awal produksi dimulai pada tahun 1993 3. NIKE, awal produksi dimulai pada tahun 1996 4. ADIDAS, awal produksi dimulai pada tahun 1997 sampai dengan sekarang.
44
Kegiatan produksi yang dilakukan oleh PT. Prima Inreksa Industries sesuai dengan order dari perusahan pemegang lisensi suatu produk sepatu, yang lazim disebut buyer (pemesan/pembeli) sehingga hasil produksi yang akan dihasilkan selalu berubah dan berbeda merek serta jenisnya disesuaikan pesanan tersebut. Dalam kegiatan usahanya perusahaan menerima order yang diikuti dengan penetapan harga, apabila perusahaan (buyer) menyetujui harga yang diajukan oleh pihak perusahaan maka pesanan akan diterima, kemudian setelah pesanan diterima kegiatan kemudian dimulai pada bagian development dimana departemen tersebut adalah penentu bahan baku yang akan diperlukan dengan ukuran yang ditetapkan oleh pihak pemesan, setelah itu perusahaan akan membuat sample produk yang akan diproduksi kemudian diajukan kepada perusahaan pemesan guna meminta persetujuan dari pihak pemesan maka proses selanjutnya adalah mulai memproduksi pesanan tersebut. Dalam proses produksi perusahaan pemesan akan mengirimkan utusan untuk mengawasi jalannya proses produksi serta mutu sepatu yang sedang diproduksi, supaya perusahaan pemesan dapat segera mengantisipasi kegagalan produksi yang mungkin akan ditanggung. Apabila PT. Prima Inreksa Industries telah memproduksi sepatu sesuai dengan pesanan tersebut maka pesanan telah selesai, dan kemudian perusahaan kembali menerima pesanan (order) baru. E.
Fasilitas Kebijaksanaan Perusahaan Untuk menunjang kelancaran didalam menjalankan kegiatan usahanya,
PT. PRIMA INREKSA INDUSTRIES memberikan fasilitas-fasilitas bagi karyawannya, antara lain: 1. Transportasi
45
Tersedia bus karyawan yang biasa dipergunakan untuk antar jemput seluruh karyawan baik untuk kalangan staff maupun kalangan produk sesuai dengan jurusan masing-masing. 2. Sarana Olah Raga Perusahaan menyediakan saran dan prasarana utnuk para karyawan antara lain: -
Lapangan bulu tangkis
-
Lapangan tennis meja
-
Sarana untuk bela diri
3. Kantin (Makan dan makanan tambahan) Tersedia untuk makan siang seluruh karyawan produksi dan staff, yang terbagi menjadi tiga tempat (karyawan produksi, karyawan staff, management dan tenaga asing), makanan tambahan berupa snack kecil dan diperuntukkan bagi karyawan yang lembur sampai dengan jam 18.00 WIB. 4. masjid & majelis ta’lim Tersedida sarana bagi umat islam, untuk melaksanakan ibadah dan kegiatan keagamaan. 5. Seragam Guna menciptakan rasa kebersamaan dan serta untuk menunjukkan identitas perusahaan, bagi pekerja yang telah menjadi pekerja tetap perusahaan memberikan 3 potong baju seragam dalam 1 tahun. 6. Jamsostek Sesuai
dengan
peraturan
perundang-undangan
mengikutsertakan para peserta dalam program jamsostek
46
perusahaan
7. Bantuan duka cita Perusahaan memberikan bantuan kepada ahli waris pekerja yang meninggal dunia bukan karena kecelakaan kerja. 8. Hadiah suka cita Bagi pekerja yang telah memiliki masa kerja 1 tahun atau lebih yang melangsungkan pernikahan perusahaan memberikan hadiah suka cita. 9. Perawatan dan pengobatan Guba memelihara kesehatan pekerja perusahaan menyediakan fasilitas pengobatan poliklinik dan fasilitas JPK bagi pekerja dan keluarganya yang memerlukan rawat inap. 10. Keluarga Berencana Perusahaan ikut serta mensukseskan program keluarga berencana di lingkungan perusahaan. 11. Koperasi Pekerja Perusahaan mendororng dan memberikan bantuan kepada koperasi pekerja 12. Pensiun Pekerja yang pensiun berhak menerima pembayaran menurut peraturan yang berlaku. 13. Perjalanan Dinas Perusahaan memberikan penghargaan kepada pekerja yang berprestasi dan telah mengabdikan diri kepada perusahaan sesuai dengan ketentuan perusahaan.
47
4.2 Struktur Organisasi Inventori Di dalam organisasi ini memiliki Leader yang dapat memimpin departemen tersebut dan mengarahkan karyawan-karyawan yang berperan didalam pekerjaan sehari-hari adapun orang-orang yang berperan dalam organiasi tersebut adalah A.
Manager Jabatan ini diduduki oleh Bapak Dodi selaku manager yang berfungsi untuk memberi wewenang dan tanggung jawab pada setiap bawahan. Dan beliau juga yang membuat program kerja dalam departemen material.
B.
Kepala Bagian Jabatan ini diduduki oleh bapak Dani selaku kepala bagian yang berfungsi
mempertanggung jawabkan setiap kegiatan operasional
departemen inventori. C.
Asisten Manager Upper Jabatan ini diduduki oleh bapak Teddy Ardiansyah yang berfungsi untuk memberikan persetujuan permintaan pengambilan barang untuk bagian produksi serta persetujuaan barang tambahan atau kekurangan bahan untuk bahan baku synthetic, Textile, Leather.
D.
Asisten Manager Accessories Jabatan ini diduduki oleh bapak bambang yang berfungsi untuk menghandel kebutuhan accessories ddan mengkoordinir pekerjaan operasional dan mengawasi setiap bahan Accesories yang keluar dan yang masuk di departemen Material.
48
Didalam bagan dibawah ini dapat diketahui lebih jelas struktur organisasi bagian inventori yang ada dalam perusahaan tersebut.
49
50
Gambar 4.1 Struktur Organisasi
4.3 Order Produksi PT. Prima Inreksa Industries adalah perusahaan yang bergerak dibidang industri Sepatu, dimana perusahaan tersebut adalah perusahaan kontrak terhadap Buyer dari Sepatu Adidas. Untuk berjalannya proses produksi terlebih dahulu harus diketahui produk apa yang akan diproduksi, maka dengan ini pihak dari buyer akan melakukan penyesuaian sample produksi terhadap bagian development. Dalam hal ini akan dibentuk suatu sample produksi yang akan diproduksi sesuai dengan order dari pihak buyer. Seperti jenis sepatu super stars, Pro model dan Top ten. Tetapi dalam penulisan ini yang menjadi produk penelitian adalah produk super star. Merek sepatu atupun jenis sepatu ini akan di bentuk atau akan dibuatkan oleh perusahaan sendiri berdasarkan permintaan dari buyer. Setelah dari ketiga permintaaan jenis sepatu tersebut telah sesuai dan dapat untuk diproduksi maka pihak dari development akan memberikan order produksi terhadap bagian inventory untuk menyediakan bahan baku seperti permintaan dari buyer tersebut. Adapun contoh order produksi tentang jenis beserta jumlah sepatu yang akan diproduksi adalah seperti dibawah ini.
51
Tabel. 4.1 Order Produksi Perusahaan Tahun 2005 Produksi Tahun 2005
Nama Produk
No
Bulan
Super Star
1
Januari
286421
2
Februari
204693
3
Maret
276957
4
April
328578
5
Mei
297461
6
Juni
189912
7
Juli
256185
8
Agustus
271827
9
September
300626
10
Oktober
223565
11
November
225687
12
Desember
342979
Total
3204891
Sumber: Data Perusahaan Dari data diatas maka bagian Inventori akan melakukan persiapanpersiapan untuk melakukan pengadaan bahan baku sebelum waktu start mulainya waktu proses produksi untuk produk tersebut. Langkah-langkah yang akan dilakukan dalam hal ini adalah merupakan pekerjaan dari bagian inventori dan hal ini akan menjadi tugas dan tanggung jawab dari para karyawan bagian inventori.
52
4.4 Bahan Baku Sepatu Dalam memproduksi suatu produk tidaklah terlepas dari bahan baku, karena bahan baku merupakan suatu bahan yang akan dikelola untuk dijadikan suatu produk. Dan begitu pula utnuk memproduksi sepatu tidak terlaepas dari bahan baku yang dibutuhkan untuk memproduksi sepatu tersebut. Secara garis besar adapun yang membentuk sepatu adidas ini terdiri dari 4 bagian bahan baku yaitu Accessories, Textile, Leather, Synthetic. Tetapi terhadap bahan baku Accessories merupakan bahan baku pembantu, dan dinamakan Accessories karena memiliki banyak jenis yang dibutuhkan sebagai bahan pelengkap untuk kebutuhan sepatu tersebut. Tetapi untuk bahan baku utama yaitu Textile, Leather dan Synthetic sangat perlu dikendalikan dengan baik. Karena untuk memproduksi sepatu tersebut harus dijaga Qualitas dan mutu dari bahan baku tersebut agar tidak mengalami penurunan ataupun kerusakan yang menyebabkan kecacatan terhadap bahan baku sewaktu diproses. Perlu dijelaskan lagi bahwa bahan kebutuhan untuk Accessories ini masih terdiri dari beberapa bagian lagi yaitu, Benang, Inner box, Lem, Size label, Logo 3 Stripes, Tali Sepatu, Eyelet. Inilah yang dibutuhkan untu melengkapi bagian dari sepatu tersebut sewaktu akan diproduksi.
53
4.5 Proses Perkiraan pemakain bahan baku Setelah diketahui bahwa untuk melakukan pemrosesan dalam produksi akan memiliki perencanaan-perencanaan urutan skedul yang akan digunakan dalam memproduksi bahan baku tersebut. Seperti halnya untuk memproduksi order produksi diatas akan memiliki perencanaan-perencanaan yang akurat agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan seperti halnya waktu untuk memproduksi yang kurang tepat dan kekurangan bahan baku. Maka dengan adanya proses perencanaan
produksi
ini
maka
akan
memudahkan
untuk
dapat
memperhitungkan kebutuhan-kebutuhan bahan baku yang akan dibutuhkan untuk diproses. Seperti halnya perencanan jangka pendek dan jangka panjang ini akan sangat erat hubungannya karena akan melibatkan dari berbagai sector untuk memproduksi barang antara lainnya seperti tingkat persedian bahan baku yang dikehendaki, serta fasilitas produksi yang dinginkan dalam perusahaan tersebut serta kebutuhan tenaga kerja untuk melaksanakan pekerjaan tersebut. Dalam perencanaan jangka panjang, tentu dapat diketahui bahwa dalam produksi tahun 2005 seperti dalam order produksi akan dilakukan untuk memenuhi permintaan buyer untuk memproduksi sepatu tersebut agar sesuai dengan waktu dan produk yang sesuai agar perkiraan penjualan yang dilakukan dapat terlaksana sesuai dengan yang dinginkan di dalam perusahaan tersebut. Sebelum perusahaan yang bersangkutan ini mengadakan pembelian bahan baku, maka selayaknya manajemen perusahaan ini dapat mengadakan penyusunan perkiraan pemakaian bahan baku tersebut untuk keperluan proses produksi dalam perusahaan yang bersangkutan. banyaknya jumlah unit bahan baku yang akan dipergunakan untuk kepentingan proses produksi dalam suatu periode (misalnya satu tahun), akan dapat diperkirakan oleh manajemen
54
perusahaan dengan mendasarkan diri kepada perencanaan produksi maupun skedul produksi yang telah disusun dalam perusahaan tersebut. Dengan demikian maka manajemen perusahaan tersebut akan dapat mempunyai gambaran tentang pemakaian bahan baku untuk pelaksanaan proses produksi pada periode yang akan datang tersebut, baik dalam jenis bahan baku maupun jumlah bahan baku dari masing-masing jenis tersebut. Jumlah bahan baku yang akan di beli oleh perusahaan tersebut akan dapat diperhitungkan dengan cara perkalian antara kebutuhan perpasang sepatu jumlah unit produk yang akan dibuat dengan jumlah keseluruhan produk yang akan diproduksi, maka kebutuhan bahan baku untuk proses produksi. Dapat diketahui sesuai dengan kebutuhan bahan baku masing-masing bahan untuk diproduksi. Perhitungan ini merupakan perhitungan yang dilakukan oleh perusahaan untuk memenuhi kebutuhan bahan baku untuk proses produksi, adapun perhitungan ini dapat dijelaskan dibawah ini:
Tabel 4.2 Kebutuhan Bahan Baku perpasang NAMA BAHAN BAKU
JUMLAH BAHAN BAKU
Textile
0,74 M/PRS
Leather
0,96 SF/PRS
Shynthetic
0,02 M/prs
Sumber: Data Perusahaan
Dalam order produksi di dalam tabel 4.2 diketahui bahwa jumlah total sepatu super star yang akan diproduksi berjumlah 3204891 unit. Maka menurut perhitungan yang digunakan perusahaan adalah perkiraan dari kebutuhan bahan
55
baku sepatu sesuai dengan komponen dari bahan baku yang dibutuhkan untuk memproduksi sepatu tersebut maka berdasarkan tabel 4.2 jumlah kebutuhan bahan baku per pasang akan diperhitungkan dengan jumlah total sepatu yang diproduksi, dan itulah yang menjadi tingkat kebutuhan bahan baku dalam tahun tersebut. Setelah diketahui skedul produksi dari produk yang akan diproduksi maka akan dilakukan perhitungan bahan baku untuk kebutuhan dalam masing-masing setiap bulan. Adapun perhitungan tersebut dilakukan berdasarkan sesuai order produksi dalam bulan tersebut dikalikan dengan kebutuhan bahan baku tiap pasang untuk melakukan proses produksi . perhitungan ini disebut perhitungan berdasarkan kenyataan kebutuhan dari tiap pasang yang digunakan dalam memproduksi sepatu tersebut. Adapun bentuk hasil dari perhitungan itu adalah sebagai berikut:
56
Tabel 4.3 Perhitungan Kebutuhan Nyata Bahan Baku NAMA
JUMLAH
NAMA
PEMAKAIAN
BULAN
PRODUKSI
MATERIAL
NYATA
JANUARI
286421
Textile
NO
1.
Synthetic
2.
FEBRUARI
204693
MARET
276957
274964,16 SF
Textile
151472,82 M
APRIL
328578
196505,28 SF
Textile
204948,18 M
MEI
297461
265878,72 SF
Textile
243147,72 M
JUNI
189912
315434,88 SF
Textile
220121,14 M
JULI
256185
285562,56 SF
Textile
140534,88 M
AGUSTUS
271827
182315,52 SF
Textile
189576,9 M
SEPTEMBER
300626
5123,7 M
Leather
245937,6 SF
Textile
201151,98 M
Synthetic
9.
3798,24 M
Leather
Synthetic
8.
5949,22 M
Leather
Synthetic
7.
6571,56 M
Leather
Synthetic
6.
5539,14 M
Leather
Synthetic
5.
4093,86 M
Leather
Synthetic
4.
5728,42 M
Leather
Synthetic
3.
211951,54 M
5436,54 M
Leather
260953,92 SF
Textile
222463,24 M
57
Synthetic
10.
OKTOBER
223565
Leather
288600,96 SF
Textile
165438,1 M
Synthetic
11.
NOVEMBER
225687
DESEMBER
342979
4471,3 M
Leather
214622,4 SF
Textile
167008,38 M
Synthetic
12.
6012,52 M
4513,74 M
Leather
216659,52 SF
Textile
253804,46 M
Synthetic Leather
6859,58 M 329259,84 SF
Sumber: diolah penulis
Dalam kebutuhan bahan baku untuk memproduksi sepatu dalam bahan baku tersebut ada juga disebut bahan baku pelengkap atau Acsesories yaitu seperti: 1. Benang Untuk proses penjahitan akan dibutuhkan benang untuk menyambung komponen-komponen sepatu yang akan disatukan. Kebutuhan benang dalam satu gulungan disebut dengan Cone dengan ukuran 300 m. Dalam satu Cone dapat memproduksi satu pasang sepatu dalam memproduksi sepatu tersebut. 2. Inner Box Untuk proses pengepakan akan dibutuhkan box untuk pembungkus dari setiap sepatu yang telah selesai diproduksi dan yang telah memenuhi standar produk yang dinginkan, maka akan dimasukkan kedalam box
58
pembungkus sepatu jadi. Dan kebutuhan inner box dalam satu kotak akan membungkus satu pasang sepatu.
3. Lem Dalam proses produksi di butuhkan pengeleman untuk mempererat proses penyambungan. Bentuk dari lem tersebut dikatakan dalam 1 kaleng dengan berat 30 kg/kaleng. Ini dapat memenuhi sebanyak 200 pasang sepatu dalam satu kaleng. 4. Size label Setiap konsumen yang akan membeli sepatu tentu akan mengetahui terlebih dahulu ukuran dari sepatu tersebut, maka akan dilihat ukuran dari sepatu tersebut pada size label yang digunakan pada sepatu tersebut. Size label digunakan untuk satu pasang sepatu. Maka untuk satu pasang sepatu dibutuhkan 2 size label dalam sepatu tersebut. 5. Logo 3 Stripes Untuk menengetahui dari setiap jenis sepatu perlu adanya logo sebagai pertanda dari merek sepatu tersebut. Maka dalam sepasang sepatu akan di bentuk 2 buah logo untuk masing-masing sepatu tersebut. Maka dalam satu pasang sepatu akan dibutuhkan 2 buah logo Adidas. 6. Tali Sepatu Ini sebagai pengikat sepatu untuk lebih memperkokoh pemakaian sepatu pada kaki. Dalam satu pasang sepatu dibutuhkan 2 tali sepatu untuk melengkapi sepatu tersebut. 7. Eyelet (lobang Tali Sepatu)
59
Agar tali sepatu dapat diikatkan pada sepatu dibutuhkan lobang sebagai tempat untuk mengikatkan sepatu tersebut yang disebut dengan Eyelet (lobang tali sepatu). Kebutuhan eyelet ini dalam satu pasang sepatu berjumlah 28 Each. Setiap satu sepatu terpasang 14 eyelet. Maka untuk satu pasang sepatu berjumlah 28 Ea. Maka untuk memenuhi dalam kebutuhan bahan baku pelengkap (accesories) untuk memproduksi order produksi diatas dapat dijelaskan perhitungan kebutuhan Accessories dalam tabel dibawah ini:
Tabel 4.4 Perhitungan Kebutuhan Acsesories No
Accesories
Total kebutuhan
1.
Benang
3301038 Cone
2.
Inner Box
3204891 kotak
3.
Lem
16506 kaleng
4.
Size Label
6602076 label
5.
Logo 3 Stripes
6602076 logo
6.
Tali Sepatu
6409782 unit
7.
Eyelet
92429056 Ea
Sumber: Data Perusahaan
60
4.6 Proses Pengadaan Bahan Baku Dalam proses ini akan menguraikan tentang pengadaan bahan baku, serta perhitungan kebutuhan bahan baku dari setiap bahan baku yang dibutuhkan untuk memproduksi sepatu sesuai dengan jadwal induk produksi yang telah direncanakan. Dalam proses ini akan memudahkan dalam merencanakan pemrosesan bahan baku ke bagian produksi, mengetahui jumlah kebutuhan bahan baku yang akan digunakan dalam melakukan proses produksi dari data perencanaan kebutuhan material yang telah diketahui sebelumnya tersebut kita dapat mengetahui jumlah bahan baku yang akan dibutuhkan untuk memproduksi sepatu sesuai dengan jadwal induk produksi yang digunakan.
4.6.1 Prosedur Pembelian Dalam hal ini akan dijelaskan tentang prosedur pelaksanaan pembelian barang. Dan ini akan dilaksanakan oleh bagian pembelian, dan adapun yang harus dilakukan oleh bagian pembelian ini adalah berfungsi untuk: A. Untuk mendapatkan bahan baku yang sesuai dengan kebutuhan yang telah ditentukan oleh bagian gudang dalam surat permintaan pembelian bahan baku sesuai dengan kebutuhan produk yang akan diproses untuk produksi. B. Mendapatkan Informasi mengenai harga. C. Memilih dan menentukan alternatif sumber bahan baku, maksudnya adalah untuk memperoleh data mengenai hal tersebut diatas, bagian pembelian akan menghubungi supplier-supplier dengan mengirimkan surat permintaan penawaran harga. Kemudian data harga bahan baku dari supllier tersebut akan dibandingkan dengan harga bahan baku dari supplier-supplier lainnya untuk mencari harga yang paling rendah dan
61
serta dapat memenuhi kualitas bahan baku yang diinginkan. Setelah bagian pembelian telah menemukan supplier yang dinginkan maka akan dilakukan pemesanan sesuai dengan kebutuhan bahan baku yang diperlukan oleh bagian Inventori. Berdasarkan perencanaan kebutuhan material yang telah disusun maka akan diadakan pemesanan sesuai dengan jadwal induk produksi yang telah ditetapkan dari masing-masing bahan baku yang dibutuhkan. A. Pemesanan material untuk Accessories Pemesanan ini hanya dilakukan dalam sekali sesuai dengan kebutuhan bahan baku yang dibutuhkan. Adapun pemesanan pembelian ini didapatkan dari lokal. B. Biaya Pemesanan Material untuk Leather, Synthetic, Textile. Pemesanan ini akan dilakukan sesuai dengan kebutuhan masingmasing dari material untuk kebutuhan produksi pada bulan januari. Dan pemesanan ini akan dilakukan pada bulan desember tahun 2004 atau satu bulan sebelum bahan baku tersebut akan diproses bahan baku tersebut sudah tersedia dibagian gudang penyimpanan. Proses pemesanan akan diadakan 1 kali pemesanan dalam satu bulan dengan 4 kali kedatangan material kebutuhan dalam satu bulan. Adapun bentuk dari Textile adalah berukuran dengan lebar 44” dan panjang 100 m dalam 1 roll. Untuk synthetic berukuran lebar 54” dan panjang 40 m dalam 1 roll. Untuk Leather adalah dalam satu lembar kulit, jika kulit sapi berukuran 30 Sf/lembar.
62
Biaya pemesanan (ordering costs) adalah biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan kegiatan pemesanan bahan/ barang, sejak dari penempatan pemesanan sampai tersedianya barang digudang Setiap melakukan pemesanan tidak akan terlepas dalam melakukan pemesanan bahan baku atau material pada perusahaan, dengan ini perusahaan memperkirakan biaya pemesanan sebesar 2% dari harga bahan baku yang dibutuhkan atau yang dibeli dari supplier. Harga ini dapat diperhitungkan sedemikian rupa dikarena akan adanya biaya pemesanan yang mencakup Biaya
administrasi
vendor/pemasok,
dan
biaya
penempatan
pengangkutan
order, dan
biaya
bongkar
pemilihan
muat,
biaya
penerimaan dan pemeriksaan barang.
4.7 Perhitungan Bahan Baku dalam Bentuk Roll dan Lembar Maka berdasarkan kebutuhan baku yang akan digunakan dalam tabel dibawah ini akan dijelaskan kebutuhan baku nyata dalam berbentuk roll dan lembar untuk bahan baku Textile, Synthetic dan Leather.
63
Tabel 4.5 Kebutuhan Bahan baku berbentuk Roll dan Lembar No.
Bulan
Bahan baku
Bahan baku
Bahan baku
Textile
Synthetic
Leather
1.
Januari
2120 roll
143 roll
9165 lembar
2.
Februari
1515 roll
102 roll
6551 lembar
3.
Maret
2050 roll
139 roll
8863 lembar
4.
April
2431 roll
164 roll
10514 lembar
5.
Mei
2201 roll
149 roll
9519 lembar
6.
Juni
1405 roll
95 roll
6077 lembar
7.
Juli
1896 roll
128 roll
8198 lembar
8.
Agustus
2012 roll
136 roll
8698 lembar
9.
September
2225 roll
150 roll
9620 lembar
10
Oktober
1654 roll
112 roll
7154 lembar
11
November
1670 roll
113 roll
7222 lembar
12
Desember
2538 roll
171 roll
10975 lembar
Total
23717 roll
1602 roll
102556 lembar
Sumber: Data perusahaan
4.6.3 Harga Bahan Baku Untuk mengadakan pembelian tentunya harus diketahui harga dari masing-masing bahan baku yang dibutuhkan, agar dapat diketahui seberapa besar dana yang dikeluarkan untuk memperoleh bahan baku tersebut. Adapun bentuk harga dari masing-masing bahan baku yang diperlukan adalah sep[erti tabel dibawah ini:
64
Tabel 4.6 Harga Bahan Baku Textile, synthetic dan Leather NO
NAMA BAHAN BAKU
HARGA BAHAN BAKU
SUPPLIER
1.
Textile
Rp. 14000/ m
Korea
2.
Leather
Rp. 2000/ m
Korea
3.
Synthetic
Rp. 10000/ m
Vietnam
Sumber: Data Perusahaan
Tabel 4.7 Harga Accesories NO
ACCESSORIES
HARGA BAHAN BAKU
SUPPLIER
1.
Benang
Rp. 1000/Cone
Lokal
2.
Inner Box
Rp. 2000/kotak
Lokal
3.
Lem
Rp.20000/kaleng
Lokal
4.
Size Label
Rp. 200/label
Lokal
5.
Logo 3 stripes
Rp. 2000/logo
Lokal
6.
Tali Sepatu
Rp. 1000/unit
Lokal
7.
Eyelet
Rp. 200/Each
Lokal
Sumber: Data Perusahaan
4.6.4 Biaya dan Prosedur Penyimpanan Setelah barang dipesan maka akan diantar ke perusahaan dan bagian inventori akan melakukan penerimaan bahan baku tersebut. Dan akan memeriksa bahan baku yang tiba apakah sesuai dengan pesanan yang dilakukan terhadap supplier. Setelah semuanya direlease ataupun sesuai dengan pesanan maka akan dibuat surat penerimaaan barang dan disertai pula dengan tanda tangan penerimaan bahan baku. Biaya penyimpanan (carrying costs) adalah biaya yang dikeluarkan berkenaan dengan diadakannya persediaan barang. Perusahaan menetapkan
65
biaya yang terkandung dalam proses penyimpanan adalah sebesar 10% dari harga bahan. Yang termasuk dalam biaya ini antara lain biaya sewa gudang, biaya administrasi pergudangan, gaji pelaksanan pergudangan, biaya listrik, biaya modal yang tertanam dalam persediaan, biaya asuransi ataupun biaya kerusakan. penyusutan barang selama dalam penyimpanan. Bahan baku yang telah diterima dan telah disetujui akan diserahkan ke bagian Inventori. Setelah itu bahan baku tersebut akan dilakukan penyimpanan sesuai dengan jenis bahan baku dengan tempat-tempat yang telah disediakan didalam bagian inventori. Dalam hal ini bagian inventori akan memerlukan surat permintaan dari bagian produksi untuk setiap pengeluaran bahan baku yang dibutuhkan oleh bagian produksi, untuk kebutuhan proses produksi hingga menjadi produk sepatu.
4.7 Penggunaan Metode Economic Order Quantity (EOQ) Pt. Prima Inreksa Industries dalam menentukan metode persediaan hanya menggunakan perhitungan kebutuhan untuk persediaan minimal berdasarkan pada ide menyediakan persediaan (atau memproduksi) sesuai dengan yang diperlukan saja, jumlah persediaan diusahakan seminimal mungkin. jumlah pemesanan bahan baku belum melaksanakan pemesanan secara ekonomis, tetapi hanya berdasarkan kebutuhan yang dianggap perlu . Selama ini perusahaan dalam melakukan pemesanan atau pembelian tiap-tiap jenis bahan baku yang selanjutnya menjadi persediaan guna kelancaran proses produksi perusahaan, dilakukan sekali pada awal bulan berdasarkan kebutuhan selama sebulan berdasarkan rencana kerja yang telah ditetapkan perusahaan dalam menentukan besarnya persediaan bahan baku disesuaikan
66
dengan kebutuhan produksi selama kebutuhan dalam sebulan sesuai pada order perusahaan tersebut. Maka dengan ini penulis menggunakan
metode Economic Order
Quantity (EOQ) untuk memperoleh perhitungan yang ekonomis untuk pengadaan bahan baku untuk perusahaan.
Adapun rumus yang digunakan
dalam (EOQ) ini adalah sebagai berikut 2 DS H
EOQ = Dimana,
C = harga barang (rupiah/unit) D = jumlah kebutuhan barang (unit/tahun) S = Biaya pemesanan h = biaya penyimpanan (% terhadap nilai barang) H = h x C = Biaya penyimpanan (rupiah /unit/tahun)
4.8 Perhitungan Economic Order Quantity (EOQ) Dalam pengadaan bahan baku untuk persediaan dalam bentuk periode pada tahun 2005 terdiri dari Textile, Synthetic, dan Leather. Bentuk bahan baku ini merupakan bahan baku utama yang didatangkan dari luar negeri hingga tiba diperusahaan Pt. Prima Inreksa Industries. Maka dengan adanya data-data yang diperoleh kita dapat melihat penggunaan perhitungan metode Economic Order Quantity (EOQ) seperti dibawah ini sesuai dengan bahan baku yang diperlukan atau bahan baku yang dipesan secara berperiode untuk didatangkan.
67
Waktu tenggang, persediaan pengaman, dan titik pemesanan ulang juga akan ditentukan untuk memesan suatu bahan/barang sampai barang itu datang, atau siap dipakai diperlukan jangka waktu yang bias bervariasi dari beberapa jam sampai beberapa bulan. Perbedaan waktu antara saat memesan sampai saat barang dating dikenal dengan istilah waktu tenggang (lead time). Waktu tenggang sangat dipengaruhi oleh ketersediaan dari barang itu sendiri dan jarak pembeli dengan pemasok. Karena adanya waktu tenggang itu, perlu adanya persediaan yang dicadangkan utnuk kebutuhan selama menunggu barang dating. Persediaan itu disebut persediaan pengaman (safety stock) atau persediaan penyangga (buffer stock) atau persediaan besi (iron stock). Persediaan pengaman berfungsi utnuk melindungi atau menjaga kemungkinan terjadinya kekurangan bahan. Saat harus diadakan pemesanan kembali sedemikian rupa sehingga kedatangan atau penerimaan barang yang dipesan adalah tepat waktu (dimana persediaan diatas persediaan pengaman sama dengan nol) disebut titik pemesanan ulang (reorder point). Titik ini menandakan bahwa pembelian harus segera dilakukan untuk menggantikan persediaan yang telah digunakan. Waktu tenggang, persediaan pengaman dan titik pemesanan ulang dapat digambarkan secara bersamaan juga dalam satu bagan.
4.8.1 Perhitungan EOQ Untuk Leather untuk mendapatkan perhitungan yang efektif untuk leather dapat diketahui sebagai berikut: D
= 102566 lembar
S
= Rp. 10.225.596
68
1 lembar
= 30Sf
1 Sf
= Rp.2000
1 lembar
= Rp.60.000
H
= 10% x Rp.60.000
H
= Rp.6000
EOQ =
EOQ
2 DS H
=
2(102556)(10255.596) 6000
=
350590967,8
= 18724 Lembar
Frekwensi pesanan adalah permintaan per tahun dibagi dengan jumlah pesanan dalam satu tahun, sehingga frekwensi pesanan ekonomis sebagai berikut: F
F
=
D EOQ
=
102556 18724
= 5,47 = dibulatkan menjadi 6 kali pesanan
69
jangka waktu antar tiap pesanan: T
= jumlah hari kerja/tahun Frekwensi pesanan =
T
365 6
= 61 hari Setelah diketahui jumlah pesanan yang ekonomis selanjutnya dapat kita
lihat dalam tabel dibawah ini penggunaan material untuk memenuhi kebutuhan bahan baku tersebut untuk leather berdasarkan perhitungan yang telah diperoleh.
Tabel 4.8 Metode EOQ Untuk Pemesanan Leather
No.
Bulan
Kebutuhan
Rencana
Proyeksi
bersih
penerimaan
persediaan
18724 lembar
9559 lembar
1.
Januari
9165 lembar
2.
Februari
6551 lembar
3.
Maret
8863 lembar
4.
April
10514 lembar
5.
Mei
9519 lembar
6.
Juni
6077 lembar
7.
Juli
8198 lembar
3008 lembar 18724 lembar
12869 lembar 2355 lembar
18724 lembar
11560 lembar 5483 lembar
18724 lembar
70
16009 lembar
8.
Agustus
8698 lembar
7311 lembar
9.
September
9620 lembar
10
Oktober
7154 lembar
9261 lembar
11
November
7222 lembar
2039 lembar
12
Desember
10975 lembar
8936 lembar
Total
102556 lembar
102556 lembar
18724 lembar
16415 lembar
95869 lembar
Sumber: Diolah penulis
* Pemesanan kembali Diketahui bahwa: D
= 18724 lembar (kebutuhan selama 61 hari / 8minggu)
d
= 18724 lembar dibagi 8 minggu
d
= 2340,5 lembar/minggu
L
= waktu tenggang 61 hari (8 minggu)
SS
= 20% dari kebutuhan selama waktu tenggang
Rumus: Rop
= d x L + SS = 2340,5 x 8 + 20% (2340,5 x 8)
71
= 18724 + 3744,8 = 22468,8 lembar
Tingkat Persediaan
ROP SS waktu T L
Artinya, pemesanan kembali perlu dilakukan pada saat tingkat persediaan barang mencapai 350,4 roll sehingga pada saat persediaan mencapai batas pengaman 58,4 roll, persediaan yang baru sudah datang.
4.8.2 Perhitungan EOQ Untuk Textile
untuk mendapatkan perhitungan yang efektif untuk Textile dapat diketahui sebagai berikut: D = 23717 roll S = Rp. 55.339.667 H
= 10% x1.400.000 = Rp.140.000
72
EOQ =
=
2 DS H 2(23717)(55339667) 140000
= 18.749.869,75 EOQ = 4330 roll
Frekwensi pesanan adalah permintaan per tahun dibagi dengan jumlah pesanan dalam satu tahun, sehingga frekwensi pesanan ekonomis sebagai berikut; F
=
D EOQ
=
23717 4330
= 5,47 dibulatkan menjadi 6 kali pesan/tahun
jangka waktu antar tiap pesanan: T
= jumlah hari kerja per tahun Frekwensi pesanan = 365 6 = 61 hari
73
Perencanaan kebutuhan material dan biaya total dengan menggunakan metode EOQ dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 4.9 Metode EOQ Untuk Pemesanan Textile
No.
Bulan
Kebutuhan
Rencana
Proyeksi
Bersih
Penerimaan
Persediaan
4330 roll
2210 roll
1.
Januari
2120 roll
2.
Februari
1515 roll
3.
Maret
2050 roll
4.
April
2431 roll
5.
Mei
2201 roll
6.
Juni
1405 roll
7.
Juli
1896 roll
8.
Agustus
2012 roll
9.
September
2225 roll
10
Oktober
1654 roll
2141 roll
11
November
1670 roll
471 roll
12
Desember
2538 roll
2067 roll
TOTAL
23717 roll
23717 roll
695 roll 4330 roll
2975 roll 544 roll
4330 roll
2673 roll 1268 roll
4330 roll
3702 roll 1690 roll
4330 roll
Sumber: diolah penulis
74
3795 roll
22164 roll
* pemesanan kembali
D
= 4330 roll (2 bulan) / 8 minggu
D
= 4330/8 = 541,25/minggu
L
= 61 hari (8 minggu)
ROP
= d x L + SS = 541,25 x 8 + 20% (541,25 x 8) = 4330 + 866
ROP
= 5196 roll
Artinya, pemesanan kembali perlu dilakukan pada saat tingkat persediaan barang mencapai 5196 roll sehingga pada saat persediaan mencapai batas pengaman 866 roll, persediaan yang baru sudah datang.
75
4.8.3 Perhitungan EOQ Untuk Synthetic
untuk mendapatkan perhitungan yang efektif untuk leather dapat diketahui sebagai berikut: D
= 1602 roll
S
= 1.608.000
1 meter = Rp.10.000 1 roll
= 40 meter
40 m
= Rp.400.000
1 roll
= Rp.400.000
H
= 10% x Rp.400.000
H
= Rp.40.000
EOQ =
2 DS H
=
2(1602)(1068000) 40.000
=
85546,8
EOQ = 292 roll
Frekwensi pesanan adalah permintaan per tahun dibagi dengan jumlah pesanan dalam satu tahun, sehingga frekwensi pesanan ekonomis sebagai berikut,
76
F
F
=
D EOQ
=
1602 292
= 5,47 dibulatkan menjadi 6 kali pesanan/tahun
jangka waktu antar tiap pesanan: T
= jumlah hari kerja per tahun Frekwensi pesanan =
T
365 6
= 61 hari
perencanaan kebutuhan material dan biaya total dengan menggunakan metode EOQ dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
77
Tabel 4.10 Metode EOQ Untuk Pemesanan Synthetic
No.
Bulan
Kebutuhan
Rencana
Proyeksi
Bersih
Penerimaan
Persediaan
292 roll
149 roll
1.
Januari
143 roll
2.
Februari
102 roll
3.
Maret
139 roll
4.
April
164 roll
5.
Mei
144 roll
6.
Juni
95 roll
7.
Juli
128 roll
8.
Agustus
136 roll
9.
September
150 roll
10
Oktober
112 roll
142 roll
11
November
113 roll
29 roll
12
Desember
171 roll
142 roll
TOTAL
1602 roll
1602 roll
47 roll 292 roll
200 roll 36 roll
292 roll
179 roll 84 roll
292 roll
248 roll 112 roll
292 roll
Sumber: diolah penulis
* Pemesanan Kembali
78
254 roll
1480 roll
D
= 292 roll (2 bulan) / 8 minggu
d
= 292/8 = 36,5 roll/minggu
SS
= 20% dari kebutuhan selama waktu tenggang
ROP
= d x L + SS = 36,5 x 8 + 20% (36,5 x 8) = 292 + 58,4 = 350,4 roll
Artinya, pemesanan kembali perlu dilakukan pada saat tingkat persediaan barang mencapai 350,4 roll sehingga pada saat persediaan mencapai batas pengaman 58,4 roll, persediaan yang baru sudah datang.
79
BAB V HASIL DAN ANALISA 5.1 Analisa Perhitungan Biaya
Dalam pengamatan ini penulis ingin menjelaskan biaya total yang paling terendah dengan menggunakan pendekatan model perhitungan EOQ dengan tabel. Cara ini menggunakan pendekatan trial dan eror untuk mengetahui jumlah pesanan yang paling ekonomis. Caranya dimulai dengan menghitung biaya-biaya yang timbul pada setiap kemungkinan frekwensi pesanan, yaitu pemesanan 1 kali dalam setahun, 2 kali dalam setahun, dan seterusnya. Dengan membandingkan biaya total dari setiap frekwensi pesanan, dapat diketahui jumlah frekwensi pesanan dan jumlah pesanan yang paling ekonomis, yaitu yang memberikan biaya total yang terendah. Untuk selanjutnya dapat kita lihat hasil dari perhitungan tiap jenis bahan baku, dengan menggunakan perhitungan EOQ dengan cara tabel. Dan disini juga akan dijelaskan perbandingan biaya total yang dipergunakan untuk perhitungan yang digunakan oleh perusahaan, dibandingkan dengan biaya total dengan menggunakan
perhitungan EOQ
dengan cara tabel.
5.2 Perhitungan Biaya Dengan Menggunakan EOQ Untuk Leather
Adapun data-data perhitungan untuk Leather yaitu: D
= 102566 lembar
S
= Rp.10.225.596
H
= Rp.6000
80
Dengan adanya data tersebut dapat kita lihat hasil perhitungan biaya yang terendah berdasarkan perhitungan EOQ dengan cara table.
Tabel 5.1 Perhitungan EOQ dengan cara Tabel untuk Leather Frekwensi
Jumlah
Persediaan
Pesanan
Pesanan
Rata-rata
(kali)
(roll)
(roll)
Biaya
Biaya
Pemesanan Penyimpanan (rupiah)
Biaya total (rupiah)
(rupiah)
1.
102.566
51.283
10.225.596 307.698.000
317.923.596
2.
51.283
25.641,5
20.451.192 153.849.000
174.300.192
3.
34.188,66 17.094,33
30.676.788 102.566.000
133.242.788
4.
25.641,5
12.820,75
40.902.384 76.924.500
117.826.884
5.
20.513,2
10.256,6
51.127.980 61.539.600
112.667.580
6.
17.094,33 8.547,16
61.353.576 51.282.960
112.636.536
7.
14.652,28 7.326,14
71.579.172 43.956.840
115.536.012
8.
12.820,75 6.410,37
81.804.768 38.462.220
120.266.988
Sumber: Diolah penulis
Dengan hasil perhitungan diatas dapat ditunjukkkan bahwa dimulai dari frekwensi 1 kali dalam setahun, 2 kali dalam setahun, dan seterusnya, akhirnya diperoleh suatu frekwensi yang memberikan biaya total terendah, yaitu pada frekwensi pengadaan sebesar 6 kali setahun atau pada jumlah pesanan sebesar, 17.094,33 untuk setiap kali pesan. Angka 17.094,33 lembar ini menunjukkan nilai EOQ karena memberikan biaya total persediaan yang terkecil dari berbagai alternative jumlah pesanan lainnya.
81
5.2.1 Perhitungan Biaya bahan baku Leather Oleh Perusahaan
Disini akan dijelaskan cara perhitungan serta biaya total yang digunakan oleh perusahaan terhadap pengadaan bahan baku Leather oleh perusahaan. Adapun perhitungan tersebut dapat dijelaskan seperti table dibawah ini:
Tabel 5.2 Perhitungan Bahan Baku Leather oleh Perusahaan
No.
Bulan
Kebutuhan
Rencana
Proyeksi
bersih
penerimaan
persediaan
12
Desember
9165 lembar
1.
Januari
9165 lembar
9165 lembar
6551 lembar
2.
Februari
6551 lembar
6551 lembar
8863 lembar
3.
Maret
8863 lembar
8863 lembar
10514 lembar
4.
April
10514 lembar
10514 lembar
9519 lembar
5.
Mei
9519 lembar
9519 lembar
6077 lembar
6.
Juni
6077 lembar
6077 lembar
8198 lembar
7.
Juli
8198 lembar
8198 lembar
8698 lembar
8.
Agustus
8698 lembar
8698 lembar
9620 lembar
9.
September
9620 lembar
9620 lembar
7154 lembar
10
Oktober
7154 lembar
7154 lembar
7222 lembar
11
November
7222 lembar
7222 lembar
10975 lembar
12
Desember
10975 lembar
10975 lembar
Total
102556 lembar
102556 lembar
102556 lembar
Sumber: Data perusahaan
Biaya pemesanan
= 12 x Rp.10.255.596
82
= Rp. 123.067.152
Biaya penyimpanan
= Rp.6000 x 102556
Biaya total
= Rp.615.336.000 = Rp.738.403.152
83
5.3 Perhitungan Biaya Dengan EOQ Untuk Textile
Adapun data-data yang diperoleh untuk perhitungan textile yaitu: Diketahui: D
= 23717 roll
S
= Rp.55.339.667
H
= Rp.140.000 Dengan adanya data diatas maka dapat ditentukan biaya terendah dengan
cara perhitungan EOQ dengancara tabel.
Tabel 5.3 Perhitungan EOQ dengan cara Tabel untuk Textile Frekwensi
Jumlah
Persediaan
Biaya
Biaya
Biaya total
Pesanan
Pesanan
Rata-rata
Pemesanan
Penyimpanan
(rupiah)
(kali)
(roll)
(roll)
(rupiah)
(rupiah)
1.
23717
11.858,5
2.
11.858,5 5.929,25
110.679.334 830.095.000
940.774.334
3.
7.905,66 3.952,83
166.019.001 553.396.666
719.415.667
4.
5.929,25 2.964,62
221.358.668 415.047.500
636.406.168
5.
4.743,4
276.698.335 332.038.000
608.736.335
6.
3.952,83 1.976,41
332.038.002 276.697.400
608.735.402
7.
3.388,14 1.694,07
387.377.669 237.169.800
624.547.469
8.
2.964,62 1.482,31
442.717.336 207.523.750
650.241.086
2.371,7
55.339.667
Sumber: Diolah penulis
84
1.660.190.000 1.715.529.667
Dengan hasil perhitungan diatas dapat ditunjukkkan bahwa dimulai dari frekwensi 1 kali dalam setahun, 2 kali dalam setahun, dan seterusnya, akhirnya diperoleh suatu frekwensi yang memberikan biaya total terendah, yaitu pada frekwensi pengadaan sebesar 6 kali setahun atau pada jumlah pesanan sebesar 3.952,83 roll untuk setiap kali pesan. Angka 3.952,83 roll ini menunjukkan nilai EOQ karena memberikan biaya total persediaan yang terkecil dari berbagai alternative jumlah pesanan lainnya.
5.3.1 Perhitungan Biaya Bahan Baku Textile Oleh Perusahaan
Disini akan dijelaskan cara perhitungan bahan baku serta biaya total yang digunakan oleh perusahaan terhadap pengadaan bahan baku Textile oleh perusahaan. Adapun perhitungan bahan baku Textile tersebut dapat dijelaskan seperti tabel dibawah ini:
85
Tabel 5.4 Perhitungan bahan baku Textile Oleh Perusahaan
No.
Bulan
Kebutuhan
Rencana
Proyeksi
Bersih
Penerimaan
Persediaan
12
Desember
2120 roll
1.
Januari
2120 roll
2120 roll
1515 roll
2.
Februari
1515 roll
1515 roll
2050 roll
3.
Maret
2050 roll
2050 roll
2431 roll
4.
April
2431 roll
2431 roll
2201 roll
5.
Mei
2201 roll
2201 roll
1405 roll
6.
Juni
1405 roll
1405 roll
1896 roll
7.
Juli
1896 roll
1896 roll
2012 roll
8.
Agustus
2012 roll
2012 roll
2225 roll
9.
September
2225 roll
2225 roll
1654 roll
10
Oktober
1654 roll
1654 roll
1670 roll
11
November
1670 roll
1670 roll
2538 roll
12
Desember
2538 roll
2538 roll
Total
23717 roll
23717 roll
23717 roll
Sumber: data perusahaan
Biaya pemesanan
= 12 x Rp.55.339.667
= Rp.664.076.004
Biaya penyimpanan
= Rp.140.000 x 23717
= Rp.3.320.380.000
Biaya total
= Rp.3.984.456.004
86
5.4 Perhitungan Biaya dengan menggunakan EOQ untuk Synthetic
Adapun data-data yang diperoleh yaitu: D
= 1602 roll
S
= Rp.1.068.000
H
= Rp. 40.000/roll Dengan adanya data diatas dapat ditentukan biaya total terendah dengan
menggunakan perhitungan EOQ dengan cara tabel.
Tabel 5.5 Perhitungan EOQ dengan cara Tabel untuk Synthetic Frekwensi
Jumlah
Persediaan
Pesanan
Pesanan
Rata-rata
(kali)
(roll)
(roll)
Biaya
Biaya
Pemesanan Penyimpanan (rupiah)
(rupiah)
Biaya total (rupiah)
1.
1602
801
1.068.000
32.040.000
33.108.000
2.
801
400,5
2.136.000
16.020.000
18.156.000
3.
534
267
3.204.000
10.680.000
13.884.000
4.
400,5
200,25
4.272.000
8.010.000
12.282.000
5.
320,4
160,2
5.340.000
6.408.000
11.748.000
6.
267
133,5
6.408.000
5.340.000
11.748.000
7.
228,85
114,42
7.476.000
4.576.800
12.052.800
8.
200,25
100,12
8.544.000
4.004.800
12.548.800
Sumber: Diolah penulis
Dengan hasil perhitungan diatas dapat ditunjukkkan bahwa dimulai dari frekwensi 1 kali dalam setahun, 2 kali dalam setahun, dan seterusnya, akhirnya diperoleh suatu frekwensi yang memberikan biaya total terendah, yaitu pada
87
frekwensi pengadaan sebesar 6 kali setahun atau pada jumlah pesanan sebesar 267 roll untuk setiap kali pesan. Angka 267 roll ini menunjukkan nilai EOQ karena memberikan biaya total persediaan yang terkecil dari berbagai alternatife jumlah pesanan lainnya.
88
5.4.1 Perhitungan Biaya Bahan Baku Synthetic Oleh Perusahaan
Disini akan dijelaskan cara perhitungan bahan baku serta biaya total yang digunakan oleh perusahaan terhadap pengadaan bahan baku Synthetic oleh perusahaan. Adapun perhitungan bahan baku Synthetic
tersebut dapat
dijelaskan seperti tabel dibawah ini:
Tabel 5.6 Perhitungan Bahan Baku Synthetic Oleh Perusahaan
No.
Bulan
Kebutuhan
Rencana
Proyeksi
Bersih
Penerimaan
Persediaan
12
Desember
143 roll
1.
Januari
143 roll
143 roll
102 roll
2.
Februari
102 roll
102 roll
139 roll
3.
Maret
139 roll
139 roll
164 roll
4.
April
164 roll
164 roll
144 roll
5.
Mei
144 roll
144 roll
95 roll
6.
Juni
95 roll
95 roll
128 roll
7.
Juli
128 roll
128 roll
136 roll
8.
Agustus
136 roll
136 roll
150 roll
9.
September
150 roll
150 roll
112 roll
10
Oktober
112 roll
112 roll
113 roll
11
November
113 roll
113 roll
171 roll
12
Desember
171 roll
171 roll
Total
1602 roll
1602 roll
Sumber: data perusahaan
89
1602 roll
Biaya Pemesanan
= 12 x Rp.1.068.000
= Rp.12.816.000
Biaya Penyimpanan = Rp.40.000 x 1602 roll
= Rp.64.080.000
Biaya Total
= Rp.76.896.000
90
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab terakhir ini penulis akan menarik kesimpulan berkenaan dengan pengamatan dan pengolahan atas data-data serta analisis yang dilakukan, kemudian mengemukakan beberapa saran sehubungan dengan tujuan penelitian. 6.1 Kesimpulan a. dari penggunaan metode Economic Order Quantity (EOQ) jelas terlihat perbandingan biaya total yang digunakan untuk tiap bahan baku textile, leather dan synthetic akan lebih efisien untk masing-masing bahan baku adapun selisih biaya tersebut adalah: leather terdapat selisih sebesar (Rp.625.735.572), untuk textile terdapat selisih sebesar (3.375.720.602), utnuk synthetic terdapat selisih sebesar (Rp.65.148.000). b. Jangka waktu pemesanan yang digunakan oleh perusahaan adalah 1 bulan sedangkan untuk jangka waktu pemesanan berdasarkan perhitungan EOQ adalah 61 hari (2 bulan), ini akan membantu perusahaan untuk mengatasi keterlambatan proses pengiriman bahan baku dari luar negeri atau supplier.
91
6.2 Saran
a. Ada baiknya perusahaan dapat mencari supplier yang lebih konsisten dalam proses pengiriman bahan baku agar pemesanan bahan baku sesuai dengan waktu pemesanan yang dilakukan oleh perusahaan. b. Diharapkan para karyawan dapat mempertahankan dan menggalang kerja sama yang baik agar mendapatkan hasil kerja yang sesuai dengan yang dinginkan. c. Dalam proses penyimpanan diharapkan karyawan dapat melakukan perawatan yang lebih hati-hati agar tidak terjadi kerusakan terhadap bahan baku atau material dalam penyimpanan bahan baku di gudang material.
92
DAFTAR PUSTAKA
1. T. Hani Handoko, Dasar-dasar manajemen produksi dan Operasi, Edisi I, BPFE, Yogyakarta, 2000. 2. Zulian Yamit, Manajemen Produksi dan Operasi, Edisi Kedua, Ekonisia, Yogyakarta, 2003. 3. Sukanto Riksohadi Prodjo, Manajemen Produksi, Edisi Keempat, BPFE, Yogyakarta, 2000. 4. Cornel Naibaho, Pengendalian Produksi, Edisi Pertama, CV Akademika Pressindo, Jakarta, 1992. 5. Teguh Baroto, Perencanaan dan Pengendalian Produksi, Edisi Pertama, Ghalia Indonesia, Jakarta, 20002.