ARTIKEL E-JOURNAL
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP KETERAMPILAN BERNEGOSIASI SISWA KELAS X SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN PEMBANGUNAN TANJUNGPINANG TAHUN PELAJARAN 2014/2015
NURHARITA MANDASARI NIM 110388201080
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI TANJUNGPINANG 2015
ABSTRAK Mandasari, Nurharita 2015. Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah terhadap Keterampilan Bernegosiasi Siswa Kelas X Sekolah Menengah Kejuruan Pembangunan Tanjungpinang. Skripsi. Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Maritim Raja Ali Haji. Pembimbing 1: Drs. Abdul Malik, M.Pd., Pembimbing 2: Drs. Wagiman, M.Pd. Kata kunci : Model pembelajaran berbasis masalah dan keterampilan bernegosiasi Masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah “Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah terhadap Keterampilan Bernegosiasi Siswa Kelas X Sekolah Menengah Kejuruan Pembangunan Tanjungpinang.”. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui adakah Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah terhadap Keterampilan Bernegosiasi Siswa Kelas X Sekolah Menengah Kejuruan Pembangunan Tanjungpinang. Untuk mencapai tujuan tersebut digunakan metode pre-eksperimental dengan pendekatan penelitian kuantitatif. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah one-group pretest-postest design, yaitu rancangan penelitian melalui hasil pretes ( , sebelum diberi perlakuan dan dibandingkan dengan hasil postes ( setelah diberi perlakuan, yakni dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah terhadap keterampilan bernegosiasi siswa. Hasil pengujian hipotesis memperoleh temuan ada perbedaan keterampilan bernegosiasi antara siswa yang dilatih dengan model pembelajaran berbasis masalah (setelah perlakuan) dengan siswa yang keterampilan bernegosiasi tidak diberi perlakuan dengan model pembelajaran berbasis masalah dengan hitung 8,73. Dengan membandingkan besarnya “t” yang kita peroleh dalam hitungan ( = 8,73) dan besarnya “t” yang tercantum pada Tabel Nilai t ( = 2,02) maka dapat diketahui bahwa adalah lebih besar daripada ; yaitu: 2,02 < 8,73. Kesimpulan yang dapat ditarik ialah, berdasarkan hasil uji tersebut di atas, secara meyakinkan dapat dikatakan Model Pembelajaran Kooperatif Berbasis Masalah telah menunjukkan pengaruh yang nyata, artinya dapat diandalkan sebagai teknik yang baik untuk mengajarkan bidang studi bahasa Indonesia pada tingkat Sekolah Menengah Kejuruan. Berdasarkan beberapa temuan tersebut ada beberapa saran untuk para (siswa, guru, sekolah, dan pihak lain) pada saat proses pembelajaran siswa bisa memupuk rasa kreativisas dan keaktifan serta memiliki tanggung jawab terhadap teman sebaya dalam kelompok masing-masing.
ABSTRACT
Mandasari, Nurharita 2015, 2015. Influncy of Implementation Problem Based Learning Method to Capibility of Negosiation Students Class X Senior High School Pembangunan Tanjungpinang. Scription. Teacher dan Education Science Mayor. Maritim Raja Ali Haji University. Advisor 1: Dr. Abdul Malik, M.Pd., Advisor 2: Drs. Wagiman, M.Pd.
Key words: Problem Based Learning Method and Capibility of Negosiation
This problem in this research is How Influncy of Implementation Problem Based Learning Method to Capibility of Negosiation Students Class X Senior High School Pembangunan Tanjungpinang? This research is to know how Influncy of Implementation Problem Based Learning Method to Capibility of Negosiation Students Class X Senior High School Pembangunan Tanjungpinang. This research had used method pre-experiement with quantitative nearby and used one group pretest-postest design. By hipotesis result got difference of result studied Indonesia Languange between students had trained with Problem Based Learning Method by Capibility of Negosiation and student had practice that method with counted 8,73. Compared the big “t” we had gotten in counting ( = 8,73) and total “t” on the Table Nilai t ( = 2,02) so, count bigger more than ; is : 2,02 < 8.73. By result of analysis, Implementation Problem Based Learning Method to Capibility of Negosiation Students Class X Senior High School Pembangunan Tanjungpinang had gotten influncy and better to teached Indonesia Language in Senior High School. According to description above, it can be suggestion for students, teacher, and another reacher in studying proses to prepared and condition to much reading the books and teachers could used Problem Based Learning Method, lets students could rised consept and understanding, and thinking creativitas.
1. Pendahuluan
Pendidikan merupakan kunci untuk semua kemajuan dan perkembangan yang berkualitas.
Dengan pendidikan manusia dapat mewujudkan semua potensi
dirinya baik sebagai pribadi maupun sebagai warga masyarakat. Oleh karena itu, dalam rangka mewujudkan potensi diri menjadi multi kompetansi, manusia harus melewati proses pendidikan yang diimplementasikan dalam proses pembelajaran. Dengan
demikian, proses pembelajaran hendaknya bisa mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak manusia sehingga tercipta pendidikan yang berkualitas. Berdasarkan pengalaman peneliti di sekolah praktikkan, hasil belajar peserta didik tergolong rendah. Hal tersebut disebabkan oleh proses pembelajaran yang dominan dengan pembelajaran tradisional, artinya pembelajaran yang dilakukan hanya guru yang menjadi pusat belajar sehingga siswa menjadi pasif di kelas. Dalam hal ini siswa tidak diajarkan strategi belajar yang dapat memahami bagaimana belajar, berpikir, dan memotivasi diri sendiri. Masalah ini banyak dijumpai dalam kegiatan proses belajar mengajar di kelas. Satu hal lagi, dalam proses belajar di kelas, siswa hanya menghafal konsep dan kurang mampu menggunakan konsep tersebut jika menemui masalah dalam kehidupan nyata yang berhungan dengan konsep yang dimiliki. Penumpukan informasi atau konsep pada peserta didik kurang bermanfaat bahkan tidak bermanfaat sama sekali kalau hal tersebut hanya dikomunkasikan oleh guru kepada peserta didik melalui satu arah, seperti menuang air ke dalam sebuah gelas (Rampengan dalam Trianto, 2007:65). Lebih jauh lagi, siswa kurang mampu menentukan masalah dan merumuskan masalah di dalam pembelajaran. Hal ini
berarti dalam mengajar guru selalu menuntut siswa untuk belajar dan jarang memberikan pelajaran tentang bagaimana siswa untuk belajar, guru juga menuntut siswa untuk menyelesaikan masalah, tapi jarang mengajarkan bagaimana siswa seharusnya menyelesaikan masalah. Di dalam pembelajaran bahasa Indonesia terdapat
keterampilan
berbahasa yang menjadi sasaran pokok, salah satunya, yaitu keterampilan berbicara. Pengajaran keterampilan berbicara di sekolah belum mendapatkan hasil yang maksimal seperti yang diharapkan. Salah satu kajian materi dalam keterampilan berbicara adalah negosiasi. Para siswa belum sepenuhnya mempunyai kemampuan komunikatif. Mereka masih takut, malu dan ragu ketika harus berbicara di depan umum dan menyampaikan gagasan-gagasannya. Padahal salah satu tujuan dari bernegosiasi adalah untuk menyelesaikan masalah. Pada dasarnya keterampilan berbicara harus dimiliki oleh semua orang yang di dalam kegiatannya membutuhkan komunikasi, baik yang sifatnya satu arah maupun yang sifatnya timbal balik atau keduanya. Seseorang yang memiliki keterampilan berbicara yang baik, akan memiliki kemudahan di dalam pergaulan, baik di rumah, di kantor maupun di tempat lain. Dengan keterampilannya segala pesan yang disampaikan akan mudah dicerna sehingga komunikasi dapat berjalan lancar dengan siapa saja.
2. Pembahasan
Berdasarkan hasil-hasil penelitian di tabel pada bab IV, hasil pretes dan postes akan dibahas seperti yang tertera di bawah ini. a. Pembahasan Hasil Pretes 1. Angelin Lafal dalam keterampilan bernegosiasi bernilai 4, intonasi bernilai 4, kelancaran bernilai 3, ekpresi berbicara bernilai 2, dan pemahaman isi bernilai 1. Skor total berjumlah 14 dengan jumlah nilai 46. Menurut Purwanto (2006:102) nilai 56 dengan interval 50-64 tergolong kriteria ‘kurang’. 2. Anggi Lafal dalam keterampilan bernegosiasi bernilai 3, intonasi bernilai 3, kelancaran bernilai 3, ekpresi berbicara bernilai 3, dan pemahaman isi bernilai 2. Skor total berjumlah 14 dengan jumlah nilai 46. Menurut Purwanto (2006:102) nilai 56 dengan interval 50-64 tergolong kriteria ‘kurang’. 3. Blansius Ma Lafal dalam keterampilan bernegosiasi bernilai 2, intonasi bernilai 2, kelancaran bernilai 2, ekpresi berbicara bernilai 2, dan pemahaman isi bernilai 2. Skor total berjumlah 9 dengan jumlah nilai 36. Menurut Purwanto (2006:102) nilai 36 dengan interval < 50 tergolong kriteria ‘gagal’.
4. Charles
Lafal dalam keterampilan bernegosiasi bernilai 2, intonasi bernilai 3, kelancaran bernilai 2, ekpresi berbicara bernilai 2, dan pemahaman isi bernilai 1. Skor total berjumlah 10 dengan jumlah nilai 40. Menurut Purwanto (2006:102) nilai 56 dengan interval 50-64 tergolong kriteria ‘gagal’. 5. Christina Lafal dalam keterampilan bernegosiasi bernilai 2, intonasi bernilai 3, kelancaran bernilai 3, ekpresi berbicara bernilai 2, dan pemahaman isi bernilai 2. Skor total berjumlah 12 dengan jumlah nilai 48. Menurut Purwanto (2006:102) nilai 48 dengan interval < 50 tergolong kriteria ‘gagal’. 6. Dedi Lafal dalam keterampilan bernegosiasi bernilai 4, intonasi bernilai 4, kelancaran bernilai 3, ekpresi berbicara bernilai 4, dan pemahaman isi bernilai 3. Skor total berjumlah 18 dengan jumlah nilai 72. Menurut Purwanto (2006:102) nilai 72 dengan interval 50-64 tergolong kriteria ‘cukup’. 7. Dewi Lafal dalam keterampilan bernegosiasi bernilai 4, intonasi bernilai 4, kelancaran bernilai 4, ekpresi berbicara bernilai 4, dan pemahaman isi bernilai 4. Skor total berjumlah 20 dengan jumlah nilai 80. Menurut Purwanto (2006:102) nilai 80 dengan interval 75-84 tergolong kriteria ‘baik’.
8. Eryka
Lafal dalam keterampilan bernegosiasi bernilai 3, intonasi bernilai 4, kelancaran bernilai 2, ekpresi berbicara bernilai 2, dan pemahaman isi bernilai 1. Skor total berjumlah 12 dengan jumlah nilai 48. Menurut Purwanto (2006:102) nilai 48 dengan interval < 50 tergolong kriteria ‘gagal’. 9. Febri Yanti Lafal dalam keterampilan bernegosiasi bernilai 5, intonasi bernilai 4, kelancaran bernilai 4, ekpresi berbicara bernilai 4, dan pemahaman isi bernilai 4. Skor total berjumlah 21 dengan jumlah nilai 84. Menurut Purwanto (2006:102) nilai 84 dengan interval 75-84 tergolong kriteria ‘baik’. 10. Fendi Lafal dalam keterampilan bernegosiasi bernilai 5, intonasi bernilai 5, kelancaran bernilai 5, ekpresi berbicara bernilai 5, dan pemahaman isi bernilai 5. Skor total berjumlah 25 dengan jumlah nilai 100. Menurut Purwanto (2006:102) nilai 100 dengan interval 85-100 tergolong kriteria ‘baik sekali’. 11. Fiona Lafal dalam keterampilan bernegosiasi bernilai 5, intonasi bernilai 5, kelancaran bernilai 5, ekpresi berbicara bernilai 5, dan pemahaman isi bernilai 5. Skor total berjumlah 25 dengan jumlah nilai 100. Menurut Purwanto (2006:102) nilai 100 dengan interval 85-100 tergolong kriteria ‘baik sekali’.
13. Franky
Lafal dalam keterampilan bernegosiasi bernilai 4, intonasi bernilai 4, kelancaran bernilai 4, ekpresi berbicara bernilai 4, dan pemahaman isi bernilai 4. Skor total berjumlah 20 dengan jumlah nilai 80. Menurut Purwanto (2006:102) nilai 80 dengan interval 75-80 tergolong kriteria ‘baik’. 14. Helen Lafal dalam keterampilan bernegosiasi bernilai 4, intonasi bernilai 4, kelancaran bernilai 4, ekpresi berbicara bernilai 3, dan pemahaman isi bernilai 2. Skor total berjumlah 17 dengan jumlah nilai 68. Menurut Purwanto (2006:102) nilai 68 dengan interval 65-74 tergolong kriteria ‘cukup’. 15. Hendeka Lafal dalam keterampilan bernegosiasi bernilai 4, intonasi bernilai 4, kelancaran bernilai 4, ekpresi berbicara bernilai 4, dan pemahaman isi bernilai 4. Skor total berjumlah 20 dengan jumlah nilai 80. Menurut Purwanto (2006:102) nilai 80 dengan interval 75-80 tergolong kriteria ‘baik’. 16. Heriyanto Lafal dalam keterampilan bernegosiasi bernilai 3, intonasi bernilai 3, kelancaran bernilai 2, ekpresi berbicara bernilai 3, dan pemahaman isi bernilai 2. Skor total berjumlah 13 dengan jumlah nilai 52. Menurut Purwanto (2006:102) nilai 52 dengan interval 50-64 tergolong kriteria ‘kurang’.
17. Justine
Lafal dalam keterampilan bernegosiasi bernilai 4, intonasi bernilai 4, kelancaran bernilai 4, ekpresi berbicara bernilai 3, dan pemahaman isi bernilai 3. Skor total berjumlah 18 dengan jumlah nilai 72. Menurut Purwanto (2006:102) nilai 72 dengan interval 65-74 tergolong kriteria ‘cukup’. 18. Kelsen Lafal dalam keterampilan bernegosiasi bernilai 3, intonasi bernilai 3, kelancaran bernilai 3, ekpresi berbicara bernilai 3, dan pemahaman isi bernilai 2. Skor total berjumlah 14 dengan jumlah nilai 46. Menurut Purwanto (2006:102) nilai 56 dengan interval 50-64 tergolong kriteria ‘kurang’. 19. Lenny Marlina Lafal dalam keterampilan bernegosiasi bernilai 3, intonasi bernilai 3, kelancaran bernilai 2, ekpresi berbicara bernilai 2, dan pemahaman isi bernilai 2. Skor total berjumlah 12 dengan jumlah nilai 48. Menurut Purwanto (2006:102) nilai 48 dengan interval < 50 tergolong kriteria ‘gagal’. 20. Michelle Lafal dalam keterampilan bernegosiasi bernilai 2, intonasi bernilai 2, kelancaran bernilai 2, ekpresi berbicara bernilai 2, dan pemahaman isi bernilai 1. Skor total berjumlah 9 dengan jumlah nilai 36. Menurut Purwanto (2006:102) nilai 36 dengan interval < 50 tergolong kriteria ‘gagal’.
b. Pembahasan Hasil Postes
1. Angelin Lafal dalam keterampilan bernegosiasi bernilai 4, intonasi bernilai 4, kelancaran bernilai 4, ekpresi berbicara bernilai 3, dan pemahaman isi bernilai 3. Skor total berjumlah 18 dengan jumlah nilai 72. Menurut Purwanto (2006:102) nilai 72 dengan interval 65-74 tergolong kriteria ‘cukup’. 2. Anggi Lafal dalam keterampilan bernegosiasi bernilai 4, intonasi bernilai 4, kelancaran bernilai 4, ekpresi berbicara bernilai 4, dan pemahaman isi bernilai 3. Skor total berjumlah 19 dengan jumlah nilai 76. Menurut Purwanto (2006:102) nilai 76 dengan interval 75-85 tergolong kriteria ‘baik’. 3. Blansius Ma Lafal dalam keterampilan bernegosiasi bernilai 4, intonasi bernilai 4, kelancaran bernilai 4, ekpresi berbicara bernilai 3, dan pemahaman isi bernilai 2. Skor total berjumlah 17 dengan jumlah nilai 68. Menurut Purwanto (2006:102) nilai 68 dengan interval 65-74 tergolong kriteria ‘cukup’. 4. Charles Lafal dalam keterampilan bernegosiasi bernilai 3, intonasi bernilai 3, kelancaran bernilai 3, ekpresi berbicara bernilai 2, dan pemahaman isi bernilai 1. Skor total berjumlah 12 dengan jumlah nilai 48. Menurut Purwanto (2006:102) nilai 48 dengan interval < 50 tergolong kriteria ‘gagal’. 5. Christina
Lafal dalam keterampilan bernegosiasi bernilai 2, intonasi bernilai 2, kelancaran bernilai 2, ekpresi berbicara bernilai 2, dan pemahaman isi bernilai 1. Skor total berjumlah 9 dengan jumlah nilai 36. Menurut Purwanto (2006:102) nilai 36 dengan interval < 50 tergolong kriteria ‘gagal’. 6. Dedi Lafal dalam keterampilan bernegosiasi bernilai 3, intonasi bernilai 3, kelancaran bernilai 3, ekpresi berbicara bernilai 3, dan pemahaman isi bernilai 2. Skor total berjumlah 14 dengan jumlah nilai 56. Menurut Purwanto (2006:102) nilai 56 dengan interval 50-64 tergolong kriteria ‘cukup’. 7. Dewi Lafal dalam keterampilan bernegosiasi bernilai 4, intonasi bernilai 4, kelancaran bernilai 4, ekpresi berbicara bernilai 4, dan pemahaman isi bernilai 4. Skor total berjumlah 20 dengan jumlah nilai 80. Menurut Purwanto (2006:102) nilai 80 dengan interval 75-84 tergolong kriteria ‘baik’.
8. Eryka Lafal dalam keterampilan bernegosiasi bernilai 3, intonasi bernilai 4, kelancaran bernilai 2, ekpresi berbicara bernilai 2, dan pemahaman isi bernilai 1. Skor total berjumlah 12 dengan jumlah nilai 48. Menurut Purwanto (2006:102) nilai 48 dengan interval < 50 tergolong kriteria ‘gagal’. 9. Febri Yanti
Lafal dalam keterampilan bernegosiasi bernilai 5, intonasi bernilai 5, kelancaran bernilai 5, ekpresi berbicara bernilai 5, dan pemahaman isi bernilai 5. Skor total berjumlah 25 dengan jumlah nilai 100. Menurut Purwanto (2006:102) nilai 100 dengan interval 85-100 tergolong kriteria ‘sangat baik’. 10. Fendi Lafal dalam keterampilan bernegosiasi bernilai 5, intonasi bernilai 4, kelancaran bernilai 4, ekpresi berbicara bernilai 4, dan pemahaman isi bernilai 4. Skor total berjumlah 21 dengan jumlah nilai 84. Menurut Purwanto (2006:102) nilai 84 dengan interval 75-84 tergolong kriteria ‘baik’. 11. Fiona Lafal dalam keterampilan bernegosiasi bernilai 5, intonasi bernilai 5, kelancaran bernilai 5, ekpresi berbicara bernilai 5, dan pemahaman isi bernilai 5. Skor total berjumlah 25 dengan jumlah nilai 100. Menurut Purwanto (2006:102) nilai 100 dengan interval 85-100 tergolong kriteria ‘baik sekali’.
13. Franky Lafal dalam keterampilan bernegosiasi bernilai 4, intonasi bernilai 4, kelancaran bernilai 4, ekpresi berbicara bernilai 4, dan pemahaman isi bernilai 4. Skor total berjumlah 20 dengan jumlah nilai 80. Menurut Purwanto (2006:102) nilai 80 dengan interval 75-80 tergolong kriteria ‘baik’. 14. Helen
Lafal dalam keterampilan bernegosiasi bernilai 5, intonasi bernilai 4, kelancaran bernilai 4, ekpresi berbicara bernilai 4, dan pemahaman isi bernilai 4. Skor total berjumlah 21 dengan jumlah nilai 84. Menurut Purwanto (2006:102) nilai 84 dengan interval 75-84 tergolong kriteria ‘baik’. 15. Hendeka Lafal dalam keterampilan bernegosiasi bernilai 5, intonasi bernilai 5, kelancaran bernilai 5, ekpresi berbicara bernilai 5, dan pemahaman isi bernilai 5. Skor total berjumlah 25 dengan jumlah nilai 100. Menurut Purwanto (2006:102) nilai 80 dengan interval 85-100 tergolong kriteria ‘sangat baik’. 16. Heriyanto Lafal dalam keterampilan bernegosiasi bernilai 4, intonasi bernilai 4, kelancaran bernilai 4, ekpresi berbicara bernilai 3, dan pemahaman isi bernilai 3. Skor total berjumlah 18 dengan jumlah nilai 72. Menurut Purwanto (2006:102) nilai 72 dengan interval 65-74 tergolong kriteria ‘cukup’.
17. Justine Lafal dalam keterampilan bernegosiasi bernilai 4, intonasi bernilai 4, kelancaran bernilai 4, ekpresi berbicara bernilai 4, dan pemahaman isi bernilai 4. Skor total berjumlah 20 dengan jumlah nilai 80. Menurut Purwanto (2006:102) nilai 80 dengan interval 75-84 tergolong kriteria ‘baik’.
18. Kelsen Lafal dalam keterampilan bernegosiasi bernilai 4, intonasi bernilai 4, kelancaran bernilai 4, ekpresi berbicara bernilai 3, dan pemahaman isi bernilai 2. Skor total berjumlah 17 dengan jumlah nilai 68. Menurut Purwanto (2006:102) nilai 68 dengan interval 65-74 tergolong kriteria ‘cukup’. 19. Lenny Marlina Lafal dalam keterampilan bernegosiasi bernilai 3, intonasi bernilai 3, kelancaran bernilai 3, ekpresi berbicara bernilai 2, dan pemahaman isi bernilai 2. Skor total berjumlah 13 dengan jumlah nilai 52. Menurut Purwanto (2006:102) nilai 52 dengan interval 50-64 tergolong kriteria ‘kurang’. 20. Michelle Lafal dalam keterampilan bernegosiasi bernilai 3, intonasi bernilai 4, kelancaran bernilai 2, ekpresi berbicara bernilai 2, dan pemahaman isi bernilai 1. Skor total berjumlah 12 dengan jumlah nilai 48. Menurut Purwanto (2006:102) nilai 48 dengan interval < 50 tergolong kriteria ‘gagal’.
3. Simpulan dan saran
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa keterampilan bernegosiasi siswa kelas X Sekolah Menengah Kejuruan Pembangunan sebelum diberi perlakuan dengan model pembelajaran berbasis masalah tergolong kurang dengan nilai rata-rata 62. Keterampilan bernegosiasi siswa kelas X Sekolah Menengah Kejuruan Pembangunan setelah diberi perlakuan dengan model pembelajaran berbasis masalah tergolong cukup dengan nilai rata-rata 71,6. Ada pengaruh perlakuan berupa model pembelajaran berbasis masalah terhadap keterampilan bernegosiasi siswa kelas X SMK Pembangunan yang diberikan dengan membandingkan besarnya “t” yang kita peroleh dalam hitungan (
= 8,73) dan besarnya “t” yang tercantum pada Tabel Nilai t (
dapat diketahui bahwa
adalah lebih besar daripada
= 2,02) maka
; yaitu: 8,73> 2,02.
Kemahiran membaca pemahaman siswa kelas X Sekolah Menengah Kejuruan Pembangunan Tanjungpinang, Tahun pelajaran 2014/2015 belum maksimal. Oleh karena itu, peneliti menyarankan sebagai berikut: 1.
Bagi siswa, khususnya pada saat proses pembelajaran diharapkan serius untuk memperhatikan materi yang sedang dipelajari dan mempersiapkan diri untuk menerima materi dari guru. Salah satu cara untuk menyiapkan diri adalah membaca banyak sumber buku.
2.
Bagi guru, khususnya guru bahasa Indonesia hendaknya menggunakan model pembelajaran yang dapat meningkatkan kualitas dan aktivitas siswa. Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan, yaitu model pembelajaran berbasis masalah dimana siswa bisa memupuk rasa kreativitas dan inisiatif
serta memiliki tanggung jawab terhadap diri sendiri dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. 3.
Bagi pembaca yang ingin melanjutkan penelitian ini, perlu penguasaan kelas dan kemampuan membina kelompok kecil yang baik untuk meningkatkan kualitas hasil belajar siswa dan karena desain yang digunakan peneliti saat ini masih lemah (one group pretes-posttest), penelitian serupa ini perlu dilanjutkan dengan menggunakan desian penelitian yang lebih kuat yaitu dengan menggunakan kelas pembanding dan kelas kontrol.
DAFTAR PUSTAKA
Agus, 2013. Panduan Aplikasi Teori-Teori Belajar Mengajar.Yogyakarta: Diva Press. Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Badan Pengembangan SDM Pendidikan dan Kebudayaan. 2013. Materi Pelatihan Guru: Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Dahlan. 1990. Model-Model Mengajar. Bandung: cv. DIPONEGORO. Dian, Budi Hartanto, dkk., 2013. Peningkatan Partisipasi dan Hasil Belajar Peserta Didik Kelas IVB dalam Pembelajaran IPS Melalui Model Problem Based Learning di Sekolah Dasar Negeri 20 Kurao Pagang, Fakultas Ilmu Pendidikan: Universitas Bung Hatta. Hamzah. 2006. Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. Hamruni. 2011. Strategi Pembelajaran. Yogyakarta: Insan Madani. Iswanti, Sri. 2013. Modul Bahasa Indonesia. Jakarta: CV. Graha Pustaka. Kosasih, Engkos. 2013. Kreatif Berbahasa Indonesia. Jakarta: Penerbit Erlangga. Nur. 2002. Psikologi Pendidikan: Fondasi untuk Pengajaran. Surabaya:PSMS Program Pascasarjana Unesa. Pujiastuti, Leni. 2013. “Penerapan Model Pembelajaran Teknik Tari Bambu pada Pembelajaran Berbicara Siswa Kelas VII Sekolah Menengah Pertama Yas Bandung”. Skripsi. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Pendidikan Indonesia (Tidak diterbitkan). Purwanto, Ngalim. 2006. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Sudjana dan Ibrahim. 2001. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru Aglesindo. Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitaif dan Kualitatif. Jakarta: Alfabeta. Sujana, Asep ST. 2004. Retail Negotiator Guidance. Jakarta : PT SUN Printing. Sutikno, Sobry. 2014. Metode dan Model-Model Pembelajaran. Mataram: Holistica.
Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Tim Prestasi Pustaka. Wagiran, dkk. 2010. Pengembangan Pembelajaran Model Problem Based Leraning dengan Media Pembelajaran Berbantuan Komputer dalam Matadiklat Measuring bagi Peserta Didik SMK (Hibah Bersaing Perguruan Tinggi), Fakultas Teknik:Universitas Negeri Yogyakarta. Wahyuni, Sri dan Ibrahim, Syukur. 2012. Asesmen Pembalajaran Bahasa. Bandung: PT Refika Aditama.