ISSN 1412 - 2936
JURNAL MANAJEMEN & KEWIRAUSAHAAN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS MADURA
Analisis Beberapa Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Harga Saham Ria Rachmawati, Fakultas Ekonomi Universitas Madura
Analisis Pengaruh Pelayanan Prima (Service Excellence) Terhadap Kepuasan Nasabah Zainurrafiqi, Fakultas Ekonomi Universitas Madura Dampak Perubahan Undang-Undang Perpajakan No. 17 Tahun 2000 Pada Laba Koperasi Primer Dedy Setiyono. Fakultas Ekonomi Universitas Madura Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Pemeriksaan (Studi Pada Inspektorat Kabupaten Pamekasan) Subhan, Ekonomi Univesitas Madura
Penggunaan Standar Akuntansi Keuangan Dalam Mengevaluasi Kebijakan Metode Penyusutan Aktiva Tetap Rika Syahadatina, Fakultas Ekonomi Universitas Madura Analisa Perputaran Modal Kerja terhadap Profitabilitas Pada UD. Ahass 126 Sinar Baru Pamekasan Alfi Hasaniyah, Fakultas Ekonomi Universitas Madura
Analisis Perhitungan Biaya Produksi Dalam Rangka Menentukan Harga Jual Produk Siti Salama Amar dan Dielly Fitri A, Fakultas Ekonomi Universitas Madura
Makro
Vol. 2
No. 14
Hlm1-86
Pamekasan 06 Nov 2012
ISSN 1412 - 2936
This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. Please use purchased version to remove this message.
JURNAL MANAJEMEN & KEWIRAUSAHAAN Penanggung Jawab : DEKAN Fakultas Ekonomi Universitas Madura, UNIRA
Ketua Penyunting : ZEF RISAL, SE, MM
Wakil Ketua Penyunting : Drs. Ec. Zainal Mahfud, MM
Penyunting Pelaksana : Drs. Ec. Adriani Kusuma, MM H. M Fauzi Hosni, MM Drs. Ec. Isnain Bustaram, MM Penyunting Ahli : Drs. Ec. Noer Sudrajat, MM Ahmarul Fajar, SE, MM
Pelaksana Tata Usaha : Wahdi, SH Agus Sugiantoro, SH
Makro adalah jurnal ilmiah yang diterbitkan dua kali dalam setahun oleh Fakultas Ekonomi Universitas Madura. Jurnal ini merupakan media untuk mensosialisasikan ide atau gagasan dari sejumlah studi pustaka dan riset empiris yang mengkaji masalah manajemen, kewirausahaan, akuntansi dan bidang ekonomi lainnya. Secara terbuka jurnal ini menerima kontribusi artikel dari manapun yang sesuai dengan ilmu manajemen, kewirausahaan, akuntansi atau bidang ekonomi secara umum. Artikel yang dapat diterbitkan dalam jurnal ini meliputi : Artikel konseptual : artikel hasil pemikiran Artikel hasil penelitian Artikel ulasan atas artikel lain Artikel terjemah Artikel tinjauan buku (book review) dan Artikel suplemen, yang memuat Current Issue
Alamat Penyunting : Fakultas Ekonomi Universitas Madura FE (UNIRA) Jl. Raya Panglegur Telp. (0324) 322231, Fax (0324) 327418 Pamekasan – Madura
This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. Please use purchased version to remove this message.
KEBIJAKAN EDITORIAL JURNAL MAKRO Makro merupakan jurnal yang diterbitkan secara berkala setiap bulan Mei dan November atau sebanyak dua kali dalam setahun. Tujuannya untuk menyebarluaskan hasil penelitian khususnya di bidang manajemen, kewirausahaan, akuntansi dan bidang ekonomi lainnya. Makro sudah tercatat sebagai jurnal yang terdaftar (ISSN 1412–2936). Untuk penyerahan artikel bisa dikirim ke email
[email protected] atau diserahkan langsung ke alamat penyunting. Artikel yang masuk akan diseleksi dan hasil seleksi akan diinformasikan ke setiap penulis. Selanjutnya, artikel yang sudah terseleksi akan dipublikasikan dalam jurnal makro. PEDOMAN PENULISAN ARTIKEL 1. Sistimatika Penulisan a. Judul Judul ditulis secara singkat, maksimum 12 kata dalam Bahasa Indonesia, ditulis dengan huruf kapital, jenis huruf arial ukuran 12, rata tengah tanpa diakhiri dengan tanda titik. b. Nama Penulis dan Institusi Nama penulis diketik tanpa gelar akademik. Penulis utama ada di baris atas, kemudian setelahnya penulis pendukung (jika artikel ditulis oleh tim). Nama institusi ditulis setelah nama penulis. c. Abstrak Abstrak ditulis dalam bahasa Indonesia dengan kisaran jumlah kata antara 150200, berisi penjelasan ringkas mengenai masalah penelitian, tujuan, metode, hasil dan kesimpulan. d. Pendahuluan Uraian mengenai latar belakang, rumusan masalah, dan tujuan penelitian. e. Kajian Pustaka Berisi uraian tentang teori-teori pendukung dan penelitian terdahulu yang menjadi landasan pengembangan kerangka pikir atau model penelitian. f. Metode Penelitian
Menguraikan tentang jenis penelitian, objek penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data. g. Analisis dan Pembahasan Berisi uraian tentang analisis hasil penelitian dan pembahasan lebih lanjut dari hasil penelitian tersebut. h. Kesimpulan dan Saran Berisi tentang kesimpulan hasil penelitian dan saran dari penulis. i. Daftar Pustaka Berisi sumber bacaan yang digunakan untuk mendukung penulisan artikel. 2. Format Penulisan a. Artikel diketik dengan huruf arial ukuran 11 dengan jarak baris satu spasi pada kertas A4. b. Marjin kertas; 3 cm untuk sisi kiri, dan masing-masing 2,5 cm di sisi kanan, atas dan bawah. c. Panjang artikel secara keseluruhan berkisar antara 6-25 halaman. 3. Tabel dan Gambar Tabel diberi nomor urut dan judul diletakkan di atas tabel. Sedangkan untuk gambar, nomor urut dan judul diletakkan di bawah gambar, disertai sumber kutipan yang diketik dengan menggunakan tipe huruf arial ukuran 10 dan dicetak tebal. 4. Kutipan a. Sumber kutipan dalam teks dikutip di antara kurung buka dan kurung tutup yang menyebutkan nama belakang (akhir) penulis, tahun, dan nomor halaman. Contoh: 1) Satu sumber kutipan dengan satu penulis: (Ayu, 2007), jika disertai dengan halaman: (Ayu, 2009: 96). 2) Satu sumber kutipan dengan dua penulis: (Diah dan Ayu, 2009: 96) 3) Satu sumber kutipan lebih dari dua penulis: (Ayu et al., 2004) b. Jika penulis lebih dari dua orang, hanya nama penulis pertama yang disebutkan pada teks. Contoh: Ayu et al. (2010: 19).
This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. Please use purchased version to remove this message.
c. Sumber kutipan tidak menyebut nama penulis, tetapi menyebut suatu lembaga atau badan tertentu. Contoh: Bank Indonesia (2013). 5. Daftar Pustaka Setiap artikel harus memuat daftar pustaka (hanya yang menjadi sumber kutipan) yang disusun berurutan berdasarkan huruf pertama dari nama belakang penulis atau nama institusi. Berikut ini tata cara penulisannya: a. Buku Nama belakang, inisial nama depan (jika ada), tahun penerbitan, judul buku (cetak miring), nama penerbit, kota tempat buku diterbitkan. Contoh: 1) Satu penulis: Kasmir. 2002. Dasar-dasar Perbankan. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. 2) Dua penulis: Yamin, S. dan H. Kurniawan. 2009. SPSS Complete Teknik Analisis Statistik Terlengkap dengan Software SPSS. Salemba Infotek. Jakarta. b. Jurnal Nama belakang, inisial nama depan (jika ada), tahun penerbitan, judul artikel, nama jurnal (cetak miring), volume jurnal, halaman artikel dalam jurnal. Contoh: 1) Satu penulis:
of Monetary, Economics Banking: 271-306.
and
c. Prosiding Nama belakang, inisial nama depan (jika ada), tahun penerbitan, nama prosiding (cetak miring), penerbit (cetak miring), halaman. Contoh: Ayu, D. 2004. Learning About Belief About Inflation Target and Stabilisation Policy. Prosiding Simposium II Jakarta: 1-27. d. Skripsi/Tesis/Disertasi Nama belakang, inisial nama depan (jika ada), tahun, judul skripsi/tesis/disertasi, skripsi/tesis/disertasi (cetak miring, pilih salah satu), nama penerbit, kota penerbit. Contoh: Alamsyah, Halim. 2008. Persistensi Inflasi dan Dampaknya Terhadap Pilihan dan Respon Kebijakan Moneter di Indonesia. Disertasi. Program Pascasarjana Universitas Indonesia. Depok. e. Internet Nama belakang, inisial nama depan (jika ada), tahun, judul, alamat web (cetak miring), tanggal akses. Contoh: Andi, R. 2008. BPR Tak Sekedar Sehat dan Berkelanjutan. http://www.AdInfoOnline.com. Diakses tanggal 30 Oktober 2010.
Ayu, D. 2006. An Optimizing IS-LM Specification for Monetary Policy and Business Cycle Analysis. Journal of Money, Credit, and Banking: 296–316. 2) Dua penulis: Neuenkirch, M. and P. Tillmann. 2012. Inflation Targeting, Credibility, and Non-Linear Taylor Rules. Joint Discussion Paper Series in Economics 35: 1-15. 3) Lebih dari dua penulis: Harmanta, M. B. Bathaludin, dan J. Waluyo. 2011. Inflation Targeting Under Imperfect Credibility: Lessons from Indonesian Experience. Bulletin
This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. Please use purchased version to remove this message.
ISSN 1412-2936
MAKRO JURNAL MANAJEMEN & KEWIRAUSAHAAN ISSN 1412-2936 Vol 2 No 14, 6 November 2012
DAFTAR ISI Ria Rachmawati Analisis Beberapa Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Harga Saham ...... 1 - 10
Zainurrafiqi Analisis Pengaruh Pelayanan Prima (Service Excellence) Terhadap Kepuasan Nasabah .................................................................. 11 - 25
Dedy Setiyono Dampak Perubahan Undang-Undang Perpajakan No. 17 Tahun 2000 Pada Laba Koperasi Primer ...................................... 26 - 35
Subhan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Pemeriksaan (Studi Pada Inspektorat Kabupaten Pamekasan) ..................................... 36 - 42
Rika Syahadatina Penggunaan Standar Akuntansi Keuangan Dalam Mengevaluasi Kebijakan Metode Penyusutan Aktiva Tetap ........................................ 43 - 55 Alfi Hasaniyah Analisa Perputaran Modal Kerja terhadap Profitabilitas Pada UD.Ahass 126 Sinar Baru Pamekasan ............................................ 56 - 72
Siti Salama Amar dan Dielly Fitri A Analisis Perhitungan Biaya Produksi Dalam Rangka Menentukan Harga Jual Produk ............................................................... 73 – 86
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No.14 | November 2012
5
This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. Please use purchased version to remove this message.
ISSN 1412-2936 ANALISIS BEBERAPA FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP HARGA SAHAM Ria Rachmawati Fakultas Ekonomi Universitas Madura ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan Pengaruh Return On Assets, Debt to Equity Ratio, Debt Ratio dan Price Earning Ratio terhadap harga saham. Metode Pengambilan Sampel dalam penelitian ini adalah Purposive Sampling Method, Sampel diambil dari 10 perusahaan Pharmaceuticals yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sepanjang Periode tahun 2006 sampai tahun 2011. Kata Kunci :Return On Assets (ROA), Debt to Equity Ratio (DER), Debt Ratio(DR) dan Price Earning Ratio(PER) PENDAHULUAN Persaingan dalam dunia bisnis dan ekonomi yang semakin keras telah membuat suatu perusahaan berupaya untuk menjadi perusahaan yang baik dari perusahaan yang lain, factor yang menentukan keberhasilan proses pelaksanaan pembangunan yang sesuai dengan pola perdagangan global adalah dana untuk investasi. Investasi mempunyai peranan penting dalam perekonomian dan pasar modal merupakan salah satu alternative yang dapat dimanfaatkan untuk memperbaiki struktur modal perusahaan (menghindarkan perusahaan dari Debt to Equity Ratio yang tinggi) dan meningkatkan nilai perusahaan yang go publik. Saham sebagai salah satu alternative media investasi pada pasar modal, karena saham memiliki potensi tingkat keuntungan yang lebih besar, hal ini disebabkan pendapatan yang tidak pasti, dimana pendapatan saham yang diterima terdiri dari deviden dan Capital gain. Sebelum menginvestasikan dananya, investor perlu melakukan analisis terhadap kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan. Analisis laporan keuangan adalah salah satu alat untuk membantu di dalam menganalisa laporan keuangan yang dapat digunakan sebagian dari faktor-faktor fundamental yang diperkirakan akan mempengaruhi harga saham. Tujuan investor melakukan analisis terhadap saham-saham adalah untuk
memperoleh keuntungan (Rate of Return) yang maksimal dan untuk meminimalkan risiko (risk). Dipilihnya perusahaan Pharmaceuticals dikarenakan sektor produk-produk kesehatan dan obat-obatan banyak diminati oleh masyarakat, selain itu untuk mengetahui apakah analisis rasio juga dapat mempengaruhi fluktuasi harga saham perusahaan Pharmaceuticals mengingat walaupun dalam keadaan krisis ataupun tidak produk-produk kesehatan tetap diminati an dibutuhkan oleh masyarakat, sehingga perusahaan Pharmaceuticals dapat menjadi alternative investasi penanaman modal di Bursa Efek Indonesia. Berdasarkan uraian diatas, yang menjadi pokok masalah dalam penelitian ini adalah Apakah Return On Asset(ROA), Debt to Equity Ratio (DER), Debt Ratio (DR) dan Price Earnings Ratio (PER) berpengaruh secara simultan dan parsial terhadap harga saham Perusahaan Pharmaceuticals di BEI? Sesuai dengan perumusan masalah diatas, tujuan penelitian ini adalah untuk menguji adanya pengaruh Return On Asset (ROA), Debt to Equity Ratio (DER), Debt Ratio (DR) dan Price Earnings Ratio (PER) secara simultan dan parsial terhadap harga saham perusahaan Pharmaceuticals di BEI.
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No.14 | November 2012
6
This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. Please use purchased version to remove this message.
ISSN 1412-2936 TINJAUAN PUSTAKA Penelitian terdahulu Beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan manfaat akuntansi untuk memprediksi harga saham di BEI dikemukakan berikut ini. Yusaq Tomo Ardianto (2006) meneliti tentang Analisis pengaruh rasio profitabilitas dan leverage terhadap harga saham pada perusahaan Food And Beverage yang Listed di Bursa Efek Periode tahun 2003-2005. Hasil penelitian mengungkap dari hasil uji F menunjukkan bahwa Return On Asset, Debt to Equity Ratio, Debt Ratio dan Price Earnings Ratio mempunyai pengaruh terhadap harga saham pada perusahaan Food and Beverage. Zaki Tapzani (2008) meneliti tentang Analisis faktor fundamental dan resiko sistematik terhadap harga saham otomotif yang go publik di Bursa Efek Indonesia. Hasil penelitian mengungkap bahwa Variabel Return on assets, Book Value Per Share, Debt Equity Ratio, dan resiko sistematik secara simultan berpengaruh terhadap harga saham, serta nilai koefisien Beta tertinggi adalah koefisien Beta pada variabel Book Value Per Share menunjukkan bahwa Variabel ini yang paling dominan pengaruhnya terhadap harga saham. Ariadi (2009) meneliti tentang Analisis Pengaruh Laba Akuntansi, Arus Kas Operasi, Arus Kas Pendanaan, Debt to Equity Ratio, Current Ratio, dan Coefisien Variasi terhadap Return Saham. Hasil penelitian mengungkap bahwa variabel arus kas Operasi, arus kas pendanaan, dan Current ratio (CR) berpengaruh positif dan signifikan terhadap Return Saham, debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap return saham sedangkan laba Akuntansi dan koefisien Variasi (KV) berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap return saham perusahaan. Hasil yang tidak signifikan ini menunjukkan bahwa pada saat melakukan investasi, investor kurang mempertimbangkan variabel laba Akuntansi dari resiko usaha. Almas Hijriah (2007) meneliti pengaruh tentang Pengaruh Faktor Fundamental dan Resiko sistematik terhadap Harga saham properti di Bursa
Efek Indonesia. Hasil penelitian ini menunjukkan secara parsial faktor fundamental Return On Equity (ROE), Price Earning Ratio(PER) dan Book Value (BV) memiliki pengaruh high Significant terhadap harga saham, sedangkan faktor fundamental yang lain serta Resiko Sistematik (BETA) tidak memiliki pngaruh terhadap harga saham properti di Bursa Efek Jakarta. Landasan Teori Pasar modal adalah pasar dari berbagai instrument keuangan jangka panjang yang biasa diperjual belikan, baik dalam bentuk hutang maupun modal sendiri (Darmadji dan Fakhruddin, 2001:67). Saham adalah tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas (Darmadji dan Fakhruddin, 2001:05). Harga saham adalah harga yang dibentuk di pasar jual beli saham (Halim, 2003 : 11). Analisis rasio keuangan dapat dilakukan dengan cara membandingkan prestasi suatu periode dibandigkan dengan periode sebelumnya sehingga diketahui adanya kecenderungan selama periode tertentu (Sartono, 2001 :113). Jenis-jenis Rasio keuangan adalah : 1. Return On Assets (ROA) adalah merupakan salah satu rasio profitabilitas yang digunakan untuk mengukur efektifitas kegiatan operasional manajemen didalam mendayagunakan seluruh aktiva perusahaan untuk menghasilkan keuntungan bagi investor (Sutrisno,2003:254) 2. Debt to Equity Ratio (DER) adalah rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa besar pinjaman jangka panjang perusahaan atas modal yang di investasikan (Sutrisno, 2003 : 249) 3. Debt Ratio (DR) adalah rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa besar pinjaman yang dimiliki perusahaan untuk membiayai seluruh aktiva yang tersedia di dalam perusahaan (Luk Viarman,2006 : 27) 4. Price Earning Ratio (PER) adalah rasio harga laba yang merupakan suatu rasio yang lazim dipakai untuk
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No.14 | November 2012
7
This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. Please use purchased version to remove this message.
ISSN 1412-2936 mengukur harga pasar (market price) setiap lembar saham biasa dengan laba per lembar saham (Nene, 2010). DEFINISI OPERASIONAL DAN PENGUKURAN VARIABEL Definisi operasional adalah merupakan suatu definisi yang diberikan kepada suatu variabel atau kontrak dengan cara memberikan arti atau memspesifikasikan kegiatan maupun memberikan operasional yang diperlukan untuk menentukan kontrak atau variabel tersebut. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Harga Saham (Y) 2. Return On Assets (X1) 3. Debt to Equity Ratio (X2) 4. Debt Ratio (X3) 5. Price Earning Ratio (X4) Berdasakan uraian diatas diajukan hipotesis penelitian sebagai berikut : H1 : ROA berpengaruh signifikan terhadap harga saham pada Perusahaan Pharmaceuticals di BEI H2 : DER berpengaruh signifikan terhadap harga saham pada Perusahaan Pharmaceuticals di BEI H3 : DR berpengaruh signifikan terhadap harga saham pada Perusahaan Pharmaceuticals di BEI H4 : ROA berpengaruh signifikan terhadap harga saham pada Perusahaan Pharmaceuticals di BEI H5 : ROA, DER, DR, dan PER berpengaruh secara simultan terhadap harga saham pada Perusahaan Pharmaceuticals di BEI Sampel Perusahaan yang dijadikan sampel adalah perusahaan-perusahaan yang masuk dalam industry Farmasi yang terdaftar di BEI.Perusahaan Pharmaticals yang terdaftar sebanyak 10 perusahaan dan dari kesepuluh perusahaan tersebut dijadikan sebagai sampel karena telah memenuhi kriteria sampel. Kesepuluh perusahaan tersebut adalah Thai Sho Pharmaceuticals Indonesia (PS), Thaiso Pharmaceuticals Indonesia, Darya-Varia Laboratoria, Indofarma, Kalbe-Farma, Kimia Farma, Merk Pridam Farma, Schering Plough Indonesia, dan Tempo Scan Pasifik.
Kesepuluh perusahaan ini dipilih secara purposive dengan melihat kontinuitas usahanya selama tahun 20062011 dan telah menerbitkan laporan keuangan tahunan selama periode tersebut.Sementara data untuk memprediksi harga saham menggunakan data harga saham Penutup (closing Price) selama periode 2006-2011. Sumber data adalah dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD) dan tahun 2006 sampai 2011 Teknik Analisis Tehnik analisis yang digunakan adalah dengan menggunakan Regresi Linier Berganda untuk empat prediktor dengan perumusan sebagai berikut : Y = α + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + e Keterangan: Y : Harga Saham α : Konstanta X1 : Return On Assets (ROA) X2 : Debt to Equity Ratio(DER) X3 : Debt Ratio (DR) X4 : Price Earning Ratio(PER) b1….b4: Koefisien Regresi e : Variabel Pengganggu. Pengujian Hipotesis Untuk mencapai tujuan penelitian, pengujian terhadap hipotesis dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu sebagai berikut : Uji F Uji ini dilakukan untuk melihat apakah model yang dianalisis memiliki tingkat kelayakan model yang tinggi yaitu variabel – variabel yang digunakan model untuk menjelaskan fenomena yang dianalisis. Dalam penelitian ini digunakan tingkat signifikan (α) 0,05 kriteria pengujian sebagai berikut : 1) Jika nilai Probabilitas > 0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak, berarti tidak ada pengaruh yang signifikan X1, X2, X3, X4 terhadap Y 2) Jika nilai Probabilitas < 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima, berarti ada pengaruh yang signifikan X1, X2, X3, X4 terhadap Y
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No.14 | November 2012
8
This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. Please use purchased version to remove this message.
ISSN 1412-2936 Uji t Untuk amenguji signifikan atau tidaknya pengaruh antara Variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen digunakan uji t dengan runus sebagai berikut : a. Hipotesis : H0 : b1 = b2 = b3 = b4 = 0 (tidak terdapat pengaruh yang nyata variabel bebas secara parsial terhadap variabel terikat ) H1 : b1 = b2 = b3 = b4 ≠ 0 (terdapat pengaruh yabg nyata variabel bebas secara parsial terhadap variabel terikat ) Level Of Significant (α) = 0,05 b. Ketentuan Pengujian
- Jika tingkat signifikan (P-Value) > 0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak. - Jika tingkat signifikan (P-Value) < 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima. DESKRIPSI HASIL PENELITIAN Return On Assets (X1) Return On Assets (ROA) adalah salah satu rasio profitabilitas yang digunakan untuk mengukur efektifitas kegiatan operasional manajemen. Didalam mendayagunakan seluruh aktifa perusahaan untuk menghasilkan keuntungan bagi investor. Hasil penelitian yang dilkukan pada perusahaan Pharmaceuticals diBursa Efek Indonesia tahun 2006 -2011 adalah sebagai berikut
: Tabel 1 Data Return On Assets (ROA) Tahun 2006 – 2011 No 1
2 3 4 5 6 7 8 9 10
Nama Perusahaan PT.Thaisho Pharmaceutical Indonesia (PS), Tbk PT.Thaisho Pharmaceutical Indonesia, Tbk Darya-Varia Laboratories, Tbk Indofarma, Tbk Kalbe – Farma,Tbk Kimia – Farma, Tbk Merck, Tbk Pyridam Farma, Tbk Schering Plough Indonesia, Tbk Tempo Scan Pacific,Tbk Rata- rata
2006
2007
2008
2009
2010
2011
30,26
34,08
34,08
64,60
69,09
46,33
30,26
34,08
47,03
57,07
38,95
38.95
11,24
13,78
17,13
14,56
18,02
12,86
2,01 0,42 4,21 35,30 33,51
2,19 0,33 5,95 38,75 2,76
1,02 20,65 6,65 38,13 3,70
1,74 22,69 6,38 47,91 5,43
2,78 25,18 10,78 36.18 5,60
3,15 19,10 9,53 33,40 6,19
4,11
4,90
22,90
9,49
18,28
-5,35
9,81
14,33
14,86
14,73
17,54
15,36
24,46
24,242
17,952
13,113 15,115 20,015 Sumber : IDX 2006 -2011
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa pada perusahaan Pharmaceutical, rata – rata Return On Assets tertinggi diantara 10 perusahaan yang di teliti adalah tahun 2010 sebesar 24,242% dan 10 perusahaan pharmaceutical yang memiliki rata- rata Return On Assets terendah adalah tahun 2006 sebesar 13,113%, tinggi Return On Asset yang
dicapai perusahaan menunjukan bahwa semakin baiknya kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba berdasarkan total aktiva perusahaan.sebaliknya rendahnya Return On Asset yang dicapai perusahaan menunjukkan bahwa semakin ketidakmampuan perusahaan untuk menghasilkan laba berdasarkan total aktiva yang dimiliki oleh perusahaan tersebut.
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No.14 | November 2012
9
This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. Please use purchased version to remove this message.
ISSN 1412-2936 Debt to Equity Ratio (X2) Debt to Equity Ratio (DER) adalah salah satu rasio leverage yang mengukur perbandingan antar dana yang disediakan oleh pemilik perusahaan dengan dana
No 1
2
3 4 5 6 7 8 9 10
yang berasal dari kreditur perusahaan. Berikut ini data Debt to Equity Ratio (DER) pada perusahaan Pharmaceutical diBursa Efek Indonesia tahun 2008 -2011 adalah sebagai berikut:
Tabel 2 Data Debt to Equity Ratio (DER) Tahun 2006 - 2011 Nama Perusahaan 2006 2007 2008 2009 PT.Thaisho 0,43 0,41 0,43 Pharmaceutical Indonesia (PS), Tbk PT.Thaisho 0,47 0,43 0,37 Pharmaceutical Indonesia, Tbk Darya-Varia 0,18 0,21 0,26 Laboratories, Tbk Indofarma, Tbk 2,62 2,46 2,26 Kalbe – Farma,Tbk 0,25 0,33 0,38 Kimia – Farma, Tbk 0,60 0,58 0,53 Merck, Tbk 0,15 0,18 0,15 Pyridam Farma, Tbk 0,43 0,42 0,42 Schering Plough 0,47 0,58 22,90 Indonesia, Tbk Tempo Scan Pacific,Tbk 0,14 0,18 0,29 Rata- rata 2,574 0,578 2,599 Sumber : IDX 2006 -2011
Rata- rata Debt to Equity Ratio (DER) tertinggi pada perusahaan Pharmaceutical diantara 10 perusahaan adalah 2,599% pada tahun 2008, sedangkan rata – rata DER terendah pada perusahaan pharmaceutical diantara 10 perusahaan pada tahun 2011 yaitu sebesar – 11,578%. Tingginya Debt to Equity Ratio berarti terjadi peningkatan hutang, apabila rasio hutang rendah maka akan banyak disukai oleh para kreditur yang hendak menanamkan modalnya, sebaliknya apanila jumlah hutnag lebih besar dibandingkan dengan modal sendiri maka resiko bagi investor semakin tinggi.
2010
2011
0,37
0,21
0,19
0,21
0,19
0,21
0,41
0,33
0,27
1,44 0,39 0,57 0,23 0,37 9,49
1,36 0,23 0,49 0,20 0,30 18,28
1,75 0,24 0,53 0,27 0,37 119,91
0,34 1,382
0,36 2,196
0,30 11,578
sejumlah akativa perusahaan. Berikut ini data Debt Ratio ( DR) pada perusahaan pharmaceutical diBursa Efek Indonesia Thaun 2006 – 2011 adalah sebagai berikut :
Debt Ratio ( X3) Debt Ratio (DR) juga merupakan salah satu dari rasio leverage yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan didalam membiayai Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No.14 | November 2012
10
This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. Please use purchased version to remove this message.
ISSN 1412-2936
Tabel 3 Data Debt Ratio (DR) Tahun 2006 - 2011 No 1
2
3 4 5 6 7 8 9 10
Nama Perusahaan PT.Thaisho Pharmaceutical Indonesia (PS), Tbk PT.Thaisho Pharmaceutical Indonesia, Tbk Darya-Varia Laboratories, Tbk Indofarma, Tbk Kalbe – Farma,Tbk Kimia – Farma, Tbk Merck, Tbk Pyridam Farma, Tbk Schering Plough Indonesia, Tbk Tempo Scan Pacific,Tbk Rata- rata
2006
2007
2008
2009
2010
2011
0,71
0,73
0,30
0,27
0,17
0,16
0,68
0,71
0,27
0,17
0,16
0,17
0,15
0,18
0,20
0,29
0,25
0,21
0,75 0,18 0,31 0,17 0,28 0,103
0,71 0,22 0,35 0,15 0,30 0,99
0,69 0,24 0,34 0,13 0,30 0,96
0,59 0,26 0,36 0,18 0,27 0,96
0,58 0,18 0,33 0,17 0,23 1,01
0,64 0,19 0,35 0,21 0,27 0,99
0,17
0,20
0,22
0,25
0,26
0,27
0,350 0,454 0,365 Sumber : IDX 2006 -2011
0,358
0,334
0,346
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa rata – rata Debt Ratio (DR) tertinggi pada perusahaan pharmaceutical yang terdiri dari 10 perusahaan adalah pada tahun 2007 yaitu sebesar 0,454%, sedangkan rata – rata Debt Ratio ( DR) pada perusahaan pharmaceutical yaitu terdiri dari 10 perusahaan adalah pada tahun 2010 yaitu sebesar 0,334%. Rasio hutang yang tinggi dapat memberikan arti bahwa proporsi modal sendiri perusahaan sehingga
apabila rasio hutang rendang maka akan banyak disukai oleh para investor. Price Earning Ratio (X4) Price Earning Ratio (PER) merupakan suatu rasio yang digunakan untuk mengukur harga pasar (market price) setiap lembar saham biasanya dengan laba per lembar saham. Berikut ini data Price Earning Ratio (PER)pada perusahaan pharmaceutical diBursa Efek Indonesia tahun 2006 -2011 adalah sebagai berikut:
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No.14 | November 2012
11
This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. Please use purchased version to remove this message.
ISSN 1412-2936 Tabel 4 Data Price Earning Ratio (PER) Tahun 2006 - 2011 No 1
2
3 4 5 6 7 8 9 10
Nama Perusahaan PT.Thaisho Pharmaceutical Indonesia (PS),Tbk PT.Thaisho Pharmaceutical Indonesia, Tbk Darya-Varia Laboratories, Tbk Indofarma, Tbk Kalbe – Farma,Tbk Kimia – Farma, Tbk Merck, Tbk Pyridam Farma, Tbk Schering Plough Indonesia, Tbk Tempo Scan Pacific,Tbk Rata- rata
2006
2007
2008
2009
2010
2011
0,28
1,25
0,5
1,01
1,45
0,93
0,31
2,25
1,03
0,74
16,41
17,31
13,62
16,10
7,59
11,86
11,82
11,90
22,51 11,30 18,25 12,11 14,82
20,34 17,86 20,83 10,35 15,47
30,80 5,75 7,62 8,06 11,59
121,02 14,21 11,28 12,22 15,60
19,76 25,66 6,37 18,20 16,18
18,29 23,57 11,76 17,63 13,64
-12,02
13,00
5,63
13,01
-16,96
-4,55
5,82
14,86
5,61
9,31
15,74
16,73
11,463
12,721
8,7
13,231 8,418 21,026 Sumber : IDX 2006 -2011
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa perusahaan pharmaceutical, rata- rata price Earning Ratio tertinggi diantara 10 perusahaan yang diteliti adalah tahun 2009 yaitu sebesra21,026% dan dari 10 perusahaan pharmaceutical yang memiliki rata – rata Price Earning Ratio terendah adalah tahun 2006 yaitu sebesar 8,7%. Ratio harga laba ( Price Earning Ratio) yang tinggi menunjukkan bahwa suatu perusahaan mamiliki tingkat peluang pertumbuhan yang tinggi, sebaliknya perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang rendah cenderung memiliki Price Earning Ratio
ynag rendah pula. Semakin rendah Price Earning Ratio suatu saham maka semakin baik atau murah harganya untuk di investasikan. Harga Saham (Y) Harga saham yang di gunakan adalah harga per lembar saham perusahaan pharmaceutical di Bursa Efek Indonesia (BEI). Harga per lembar saham yang dimaksudkan dalam penelitiana ini berdasarkan harga penutupan (Closing Price). Adapun data harga saham pada perusahaan pharmaceutical tahun 2006 2011dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No.14 | November 2012
12
This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. Please use purchased version to remove this message.
ISSN 1412-2936 Tabel 5 Data Harga Saham (Y) Tahun 2006 - 2011 No
Nama Perusahaan
1
PT.Thaisho Pharmaceutical Indonesia (PS),Tbk PT.Thaisho Pharmaceutical Indonesia, Tbk Darya-Varia Laboratories, Tbk Indofarma, Tbk Kalbe – Farma,Tbk Kimia – Farma, Tbk Merck, Tbk Pyridam Farma, Tbk Schering Plough Indonesia, Tbk Tempo Scan Pacific,Tbk Rata- rata
2
3 4 5 6 7 8 9 10
2006
2007
2008
2009
2010
2011
48,00
65,500
52,000
136,000
138,000
127,200
10,500
10,500
10,500
10,500
10,500
10,500
910
1,600
960
1,530
1,170
1,150
82 300 101 32,000
205 1,260 306 52,500
50 400 76 36,500
83 1,300 127 80,000
80 3,250 159 96,500
163 3,400 340 132,500
72
81
50
110
127
176
38,500
21,500
10,350
39,000
37,900
25,000
220
350
400
730
1,710
2,550
131,833
65,503
98,11
919,4 149,486 204,535 Sumber : IDX 2006 -2011
Berdasarkan tabel harga saham diatas dapat diketahui bahwa pada perusahaan pharmaceutical, rata- rata harga saham tertinggi diantara 10 perusahaan yang diteliti adalah tahun 2008 yaitu sebesar 204,535% dan 10 perusahaan pharmaceutical yang memeilki rata – rata harga saham terendah adalah tahun 2010 yaitu sebesar 65,503%. Harga saham dapat dipengaruhi melalui jumlah penawaran dan permintaan suatu perusahaan, karena jumlah penawaran dan permintaan akan mencerminkan kekuatan pasar. Apabila jumlah penawaran lebih besar dari jumlah permintaan maka kurs sham akan turun, sebaliknya jika permintaan lebih besar dari penawaran maka harga saham akan naik. PEMBAHASAN Dari hasil perhitungan dan pengolahan data,dapat diketahui bahwa Return On Assets,Debt to Equity Ratio,Debt Ratio dan Price Earning Ratio secara simultan tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga saham pada perusahaan Pharmaceuticals di Bursa Efek Indonesia.Pernyataan ini didasarkan pada hasil pengujian secara
Simultan antara variable Return On Assest,Debt to Equity Ratio,Debt Ratio dan Price Earning Ratio terhadap harga saham dengan menggunakan uji F yang menghasilkan nilai signifikan yang lebih besar dari 0,05 yaitu 0,127. Return On Assets merupakan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba berdasarkan total aktiva,menunjukkan tidak memiliki pengaruh yang signifikanterhadap harga saham.Hal ini didasarkan pada hasil pengujian secara parsial antara variabel Return On Assets dengan harga saham dengan menggunakan uji t yang menghasilkan nilai signifikan lebih besar dari 0,05 yaitu 0,055.Penelitian ini mendukung penelitian Noer Sasongko dan Nila Wulandari bahwa Return On Assets tidak berpengaruh terhadap harga saham,hal ini dibuktikan dengan hasil uji t yang ditolak pada taraf signifikan 0,05 ( 5% ). Debt to Equity Ratio Sig.0,026 > nilai 0,05 maka variabel Debt to Equity Ratio tidak memiliki pengaruh secara parsial terhadap harga saham.Penelitian ini mendukung penelitian Ariadi bahwa Debt to Equity Ratio yang tinggi menunjukkan
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No.14 | November 2012
13
This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. Please use purchased version to remove this message.
ISSN 1412-2936 komposisi total hutang ( hutang jangka pendek dan hutang jangka panjang )semakin besar apabila dibandingkan dengan total modal sendiri,hal ini berdampak pada semakin besar pula beban perusahaan terhadap pihak eksternal ( para kreditur )didalam memenuhi kewajban hutangnya,yaitu membayar pokokhutang ditambah dengan bunganya. Debt Ratio Sig. 0,026< nilai 0,05 maka variabel Debt Ratio memiliki pengaruh secara parsial terhadap harga saham.Penelitian ini mendukung penelitian Yusaq Tomo Ardianto bahwa Debt Ratio memiliki pengaruh secara parsial terhadap harga saham dikarenakan perusahaan banyak memiliki kenaikan hutang.Semakin tinggi rasio hutang maka akan memperbesar tanggungan perusahaan,beberapa investor memandang bahwa perusahaan yang tumbuh pasti akan memerlukan hutang sebagai dana tambahan untuk memenuhi pendanaan pada perusahaan yang tumbuh karena memerlukan banyak dana operasional yang tidak mungkin dapat dipenuhi hanya dari modal sendiri yang dimiliki oleh perusahaan,besarnya Debt Ratio dapat mengakibatkan Tax Saving yang dapat digunakan untuk meningkatkan arus kas bagi perusahaan yang berdampak pada meningkatnya performance dan kinerja perusahaan meningkat maka minat investor terhadap perusahaan menjadi tinggi dan dampaknya terhadap harga saham akan meningkat. Price Earning Ratio nilai Sig. 0,417 > nilai 0,05 maka variabel Price Earning Ratio tidak memiliki pengaruh secara parsial terhadap harga saham.Penelitian ini menduj=kung penelitian Almas Hijriyah bahwa pola pergerakan harga saham bersifat acak,tidak dapat ditentukan dan dipengaruhi sepenuhnya dengan hanya mengendalikan faktor fundamental perusahaan,hal ini dikarenakan kebanyakan orientasi investor adalah capital gainorientedbukan dividend oriented.Tidak berpengaruhnya Price Earning Ratio terhadap harga saham dikarenakan harga saham yang cenderung semakin menurun atau karena menurunnya laba bersih
perusahaan.Turunnya harga saham disebabkan karena terjadinya krisis ekonomi global yang membuat melemahnya transaksi jual beli saham,krisis yang terjadi dinegara Amerika merambah hingga kenegara Indonesia dan kesemua sector,mulai dari manufaktur hingga berbagai perusahaan dan Bursa Efek,hal ini dapat dilihat dari kepanikan investor dunia dalam usaha menyelamatkan uang dipasar saham sehingga Bursa Saham turun drastis. KESIMPULAN Dari hasil pengujian Hipotesis yang telah dilakukan diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Secara Parsial, Return On Assets (ROA) tidak berpengaruh terhadap harga saham. 2. Secara Parsial, Debt to Equity Ratio (DER) tidak berpengaruh terhadap harga saham. 3. Secara Parsial, Debt Ratio (DR) berpengaruh terhadap harga saham. 4. Secara Parsial, Price Earning Ratio (PER) tidak berpengaruh terhadap harga saham. 5. Secara Simultan, ROA, DER, DR, PER tidak berpengaruh terhadap harga saham. SARAN 1. Bagi perusahaan Pharmaceuticals, dana yng diperoleh dari hutang leih diminimalkan karena apabila terjadi krisis dan hutang perusahaan terlalu tinggi, maka perusahaan tidak akan mampu membayar bunga dari hutang pokok perusahaan. 2. Perushaan harus lebih mampu aberorientasi terhadap pasar sehingga laba yang diperoleh semakin besar. 3. Persediaan yang dibeli perusahaan tidak dalam jumlah besar sehingga biaya yang di keluarkan tidak berlebihan. 4. Bagi para investor atau para pedagang saham harus lebih memahami ROA dan PER perusahaan pharma ceuticals sehingga dapat membantu kebujakan investasi dan memantau perputaran harga saham yang sedang berlaku dipasar modal.
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No.14 | November 2012
14
This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. Please use purchased version to remove this message.
ISSN 1412-2936 5. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan menambah rasio keuangan lainnya sehingga variabel independen, karena sangat memungkinkan rasio keuangan lain yang tidak dimasukkan dalam peneliti ini berpengaruh terhadap perubahan harga saham. DAFTAR PUSTAKA Anonim.Laporan Keuangan Bursa Efek Indonesia, www.idx.co.id. . 2003. Pedoman Penyusunan Usulan Penelitian Dan Skripsi Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, UPN “Veteran” Jawa Timur. Arifin, Zaenal.2005.Teori Keuangan Dan Pasar Modal, Cetakan Pertama. Ekonisia:Yogyakarta. Anastasia, Njo.2003.Analisis Faktor Fundamental Dan Risiko Sistematik Terhadap Harga Saham Properti Di BEI, Jurnal Akuntansi & Keuangan, Volume 5.Nomor 2. Ardianto, Yusaq Tomo.2007.Analisis Pengaruh Probalitas Dan Leverage Terhadap Harga Saham, Jurnal Keuangan Dan Perbankan.Tahun XI.Nomor 3. Darmadji, Tjiptono, Fakhrudin, M., Hendy. 2001.Pasar Modal Di Indonesia Pendekatan Tanya Jawab, Edisi Pertama, Salemba Empat Jakarta. Ghozali.2002.Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang Empat: Jakarta. Gujarati, Damodal. 1995. Ekonomitrika Dasar, Terjemahan Sumarsono Zain, Penerbit Airlangga, Jakarta. Halim, Abdul. 2003. Analisis Investasi, Edisi Pertama. Salemba Empat: Jakarta. Husnan, Suad.1998.Dasar-Dasar Teori Portofolio Dan Analisis Sekuritas, Edisi Kedua.BPEF, Yogyakarta. Jogiyanto. 2000. Teori Portofolio Dan Analisis Sekuritas, edisi Kedua. BPEF, Yogyakarta. Lukviarman, Niki. 2006.Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. Andalas University Press, Malang.
Nazir,
Muhammad. 2005. Metode Penelitian. Ghalia indonesia, jakarta. Maski, Ghozali. 2003. Analisis Pengaruh Variabel Fundamental Dan Tehnikal Terhadap Harga Saham, Lintas Ekonomi. Samsul, Muhammad. 2006. Pasar Modal Dan Manajemen Portofolio. Airlangga, Jakarta. Santono, Singgih. 2001. SPSS (Statistical Product And Service Solution). Tpt Elex Media Comporindo, Jakarta Sartono, Agus.2001. Manajemen Keuangan, Teori Dan Aplikasi, Edisi Ke Empat Cetakan Pertama. BPFE, Yogyakarta. Sunariyah. 2004. Pengantar Pengetahuan Pasar Modal, Edisi Ke empat, Penerbit UPP AMP YKPN, Yogyakarta. Sumarsono. 2004. metode penelitian akuntansi, edisi revisi,fe, UPN “veteran” jawa timur. Tandelilin, Eduardus. 2001. Analisis Investasi Dan Manajemen Portofolio, Edisi Pertama, Penerbit BPFE, Yogyakarta. Weston & Brigham. 1995. Manajemen Keuangan, Edisi Kesembilan, Jilid 1, Binarupa Aksara, Jakarta.
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No.14 | November 2012
15
This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. Please use purchased version to remove this message.
ANALISIS PENGARUH PELAYANAN PRIMA (SERVICE EXCELLENCE) TERHADAP KEPUASAN NASABAH ZAINURRAFIQI
[email protected] Fakultas Ekonomi Universitas Madura ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh dari variabel Pelayanan Prima terhadap Kepuasan Nasabah, baik secara simultan maupun secara parsial serta variabel yang dominan mempengaruhi Kepuasan Nasabah. Variabel pelayanan prima yang digunakan dalam penelitian ini adalah kemampuan, sikap, penampilan, perhatian, tindakan, tanggung jawab dan kenyamanan, yang kemudian dijabarkan menjadi indikator dan beberapa item variabel. Penelitian ini dilaksanakan di Bank Rakyat Indonesia (BRI) kantor cabang Universitas Brawijaya. Pengumpulan data dilakukan menggunakan kuesioner dan mengambil sampel sebanyak 96 responden. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah Accidental Sampling. Penelitian ini merupakan penelitian eksplanatori yang merupakan penelitian yang menjelaskan hubungan kausal antara variabel penelitian melalui pengujian hipotesis. Analisis data menggunakan regresi linear berganda. Adapun hasil temuan dari penelitian ini sebagai berikut: Pengaruh variabel variabel kemampuan, sikap, penampilan, perhatian, tindakan, tanggung jawab dan kenyamanan terhadap Kepuasan Nasabah signifikan. Kata Kunci:
Pelayanan Prima, Kepuasan Nasabah.
PENDAHULUAN Sejalan dengan perkembangan perekonomian di Indonesia khususnya dalam sektor jasa, menciptakan sebuah persaingan yang semakin ketat tidak terkecuali pada sektor perbankan, dimana pada saat ini persaingan dalam dunia perbankan tidak lagi bertumpu pada produk tetapi lebih bertumpu pada pelayanannya. Hal tersebut dikarenakan banyaknya usaha perbankan baik yang konvensional maupun yang syariah, dimana setiap bank mengemas jasa mereka sedemikian rupa untuk menarik para konsumen, bahkan pelayanan yang diberikan tidak hanya terbatas pada fungsi awal bank sebagai lembaga keuangan yang berfungsi untuk menyimpan dan meminjam uang. Berdasarkan pada hal tersebut diatas dapat dikatakan bahwa sebuah usaha perbankan haruslah mampu memberikan sebuah pelayanan yang prima dimana pelayanan yang prima tersebut dapat dijadikan sebagai sebuah keunggulan dibandingkan dengan usaha perbankan lainnya sehingga mampu bertahan dalam iklim persaingan yang ketat.
Dalam perkembangan dunia jasa dewasa ini dikenal istilah Pelayanan Prima (Service Excellence). Definisi pelayanan prima mengandung tiga hal pokok, yaitu adanya pendekatan sikap yang berkaitan dengan kepedulian kepada pelanggan, upaya melayani dengan tindakan yang terbaik dan ada tujuan untuk memuaskan pelanggan dengan berorientasi pada standar layanan tertentu (Swastika,2005). Pelayanan Prima akan memberikan kepuasan kepada konsumen karena sesuatu yang dibutuhkan dan diharapkan sesuai dengan yang diberikan oleh pihak penyedia jasa (perusahaan). Dengan adanya pelayanan yang baik perusahaan tersebut akan berbeda dengan perusahaan lainnya sehingga dengan perhatian penuh akan kualitas pelayanan, membawa efek yang sangat menguntungkan bagi pihak perusahaan yang pada akhirnya akan meningkatkan laba. Dalam melaksanakan kegiatan penyediaan jasa bagi para nasabahnya, Bank tentunya dihadapkan pada beberapa masalah yang menyangkut kegiatan operasionalnya. Masalah-masalah tersebut
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No.14
16
This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. Please use purchased version to remove this message.
ISSN 1412-2936 dapat menyebabkan penilaian terhadap pelayanan yang diberikan menjadi kurang baik, bahkan dapat menimbulkan rasa ketidak puasan nasabah terhadap pelayanan yang diberikan. Dengan demikian pelayanan yang diberikan oleh Bank harus prima, sebab apabila pelayanan yang diberikan tidak prima, dimungkinkan nasabah tidak akan terpuaskan dengan pelayanan yang diberikan dan akan menimbulkan efek yang negatif dimana para nasabah berpaling dari Bank A ke lembaga keuangan bank lain yang dapat memberikan pelayanan yang lebih prima. Jasa pelayanan yang diberikan oleh Bank belum cukup hanya sekedar sikap dan tingkah laku para karyawan dalam menghadapi nasabah, tetapi juga harus mencakup variabel pelayanan prima yang terdiri dari beberapa variabel antara lain, kemampuan, sikap, penampilan, perhatian, tindakan, tanggung jawab dan kenyamanan. Berdasarkan pada uraian yang terdapat dalam latar belakang tersebut di atas maka skripsi ini diberi judul “Analisis Pengaruh Pelayanan Prima (Service Excellence) Terhadap Kepuasan Nasabah (Survai Pada Nasabah PT. Bank Rakyat Indonesia (persero) Kantor Cabang Pembantu Universitas Brawijaya Malang)”. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah tersebut, penelitian ini dilakukan dengan tujuan: 1. Mengetahui dan menjelaskan pengaruh variabel Pelayanan Prima (Service Excellence) yang terdiri dari Kemampuan, Sikap, Penampilan, Perhatian, Tindakan, Tanggung Jawab dan Kenyamanan secara simultan terhadap Kepuasan Nasabah. 2. Mengetahui dan menjelaskan pengaruh variabel Pelayanan Prima (Service Excellence) yang terdiri dari Kemampuan, Sikap, Penampilan, Perhatian, Tindakan, Tanggung Jawab dan Kenyamanan secara parsial terhadap Kepuasan Nasabah. 3. Mengetahui dan menjelaskan variabel Pelayanan Prima (Service Excellence) yang terdiri dari Kemampuan, Sikap, Penampilan, Perhatian, Tindakan,
Tanggung Jawab dan Kenyamanan yang berpengaruh dominan terhadap Kepuasan Nasabah. TINJAUAN PUSTAKA Pelayanan Prima (Service Excellence) Pengertian Pelayanan Prima (Service Excellence) secara harfiah berarti pelayanan yang sangat baik atau pelayanan yang terbaik. Menurut Barata (2004) program pelayanan kepada pelanggan dengan bertitik tolak dari konsep kepedulian kepada konsumen terus dikembangkan sedemikian rupa, sehingga sekarang ini program layanan/pelayanan telah menjadi salah satu alat utama dalam melaksanakan strategi pemasaran untuk memenangkan persaingan. Kepedulian kepada pelanggan dalam manajemen modern telah dikembangkan menjadi suatu pola layanan terbaik yang disebut sebagai Pelayanan Prima (Service Excellence). Menurut Barata (2004) pelayanan prima (service excellence) terdiri dari 6 unsur pokok, antara lain : 1. Kemampuan (Ability) 2. Sikap (Attitude) 3. Penampilan (Appearance) 4. Perhatian (Attention) 5. Tindakan (Action) 6. Tanggung jawab (Accounttability) Sedangkan menurut Tjiptono (2002) pelayanan prima (service excellence) terdiri dari 4 unsur pokok, antara lain: 1. Kecepatan. 2. Ketepatan. 3. Keramahan. 4. Kenyamanan. Berdasarkan pendapat kedua penulis tersebut maka variabel pelayanan prima dikembangkan menjadi 7 variabel antara lain : 1. Kemampuan (Ability) 2. Sikap (Attitude) 3. Penampilan (Appearance) 4. Perhatian (Attention) 5. Tindakan (Action) 6. Tanggung jawab (Accounttability) 7. Kenyamanan (Freshness) Adapun alasan pengembangan Pelayanan Prima menjadi 7 variabel yaitu Kemampuan, Sikap, Penampilan,
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No.14 | November 2012
17
This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. Please use purchased version to remove this message.
ISSN 1412-2936 Perhatian, Tindakan, Tanggung Jawab, dan Kenyamanan, hal tersebut dikarenakan unsur Kecepatan sudah dapat diwakili oleh unsur Tindakan, unsur Keramahan sudah diwakili oleh unsur Perhatian dan unsur Ketepatan sudah diwakili oleh unsur Tanggung Jawab. Kepuasan Pelanggan Banyak pakar memberikan definisi mengenai Kepuasan Pelanggan. Day dalam Tjiptono (2002) menyatakan bahwa kepuasan atau ketidakpuasan pelanggan adalah respon pelanggan terhadap evaluasi ketidaksesuaian atau diskonfirmasi yang dirasakan antara harapan sebelumnya dan kinerja aktual produk yang dirasakan setelah pemakaian. Hubungan Pelayanan Prima (Service Excellence) dengan Kepuasan Pelanggan. Inti persaingan pada saat ini lebih berfokus pada bagaimana perusahaan menyadari betul posisinya, siapa target market yang disasarnya, dan seberapa tinggi kualitas produk atau jasanya. Satu hal yang tidak kalah pentingnya adalah seberapa tinggi nilai yang mampu diberikan oleh perusahaan kepada pelanggan dan bagaimana dia memperlakukan pelanggan dari hari ke hari. Dengan begitu, memberikan pelayanan yang prima kepada pelanggan akan jauh lebih bermakna bagi pelanggan daripada sekedar menjual, karena produk atau jasa yang bermutu tinggi. Pelayanan Prima adalah faktor kunci dalam keberhasilan perusahaan. Jika bisnis tumbuh dan berkembang dan tetap bisa bertahan dalam persaingan maka keuntungan dan pendapatan juga harus meningkat. Untuk melaksanakan hal ini, perusahaan perlu meningkatkan jumlah pelanggan yang dimiliki, dengan demikian perusahaan memelihara dan mempertahankan pelanggannya seperti halnya mendapatkan pelanggan yang baru. Jadi dalam hal memenangkan bisnis baru, perusahaan juga perlu memperhatikan Kepuasan Pelanggannya. Pelayanan Prima berarti memelihara dan mempertahankan pelanggan dan menambah pelanggan baru dengan
memberikan pelayanan terbaik kepada mereka. Melaksanakan tugas dengan memberikan Pelayanan Prima, dibutuhkan hal-hal berikut seperti rasa percaya diri untuk menyesuaikan dan mempertimbangkan kepercayaan dan rahasia pelanggan pada kita, dengan tujuan agar pelanggan merasa aman dan nyaman. Pelayanan Prima bukan hanya sekedar memberikan suatu layanan, hal ini memerlukan sedikit pelayanan ekstra dan sesuai dengan harapan pelanggan yang mengharapkan pelayanan yang terbaik. Ini berarti membuat karyawan yang bekerja di perusahaan melakukan pilihan, langkah, sikap dalam berhubungan dengan pelanggan dengan tepat. Adapun hubungan antara Pelayanan Prima dengan Kepuasan Nasabah adalah, bahwa kepuasan merupakan akibat dari terpenuhinya ekspektasi nasabah akan sebuah produk maupun jasa, Pelayanan Prima sebagai konsep yang berfungsi untuk meningkatkan Kepuasan Nasabah dengan memberikan pelayanan terbaik, dimana dalam penerapan konsep Pelayanan Prima tersebut perusahaan harus memperhatikan beberapa variabel yaitu kemampuan, sikap, penampilan, perhatian, tindakan, tanggung jawab dan kenyamanan, dimana hal tersebut merupakan suatu cara yang sangat tepat untuk bisa memberikan kepuasan kepada pelanggan/nasabah karena di dalamnya terdapat banyak aktivitas yang mendukung dalam rangka pemenuhan ekspektasi atau harapan nasabah. Konsep dan Hipotesis Penelitian Konsep dalam penelitian ini adalah Pelayanan Prima (Service Excellence) (X) yang terdiri dari 7 variabel yaitu : Kemampuan (X1), Sikap (X2), Penampilan (X3), Perhatian (X4), Tindakan (X5), Tanggung Jawab (X6) dan Kenyamanan (X7), dan variabel terikatnya adalah Kepuasan Nasabah (Y). Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel terikat. Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No.14 | November 2012
18
This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. Please use purchased version to remove this message.
ISSN 1412-2936 variabel bebas. Adapun bila digambarkan dalam bentuk bagan maka model konsep
Pelayanan Prima (Service Excellence)
Hipotesis Penelitian Ha1 : Terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel Pelayanan Prima (Service Excellence) yang terdiri dari kemampuan, sikap, penampilan, perhatian, tindakan, tanggung jawab dan kenyamanan secara simultan terhadap Kepuasan Nasabah. Ha2 : Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara variabel Pelayanan Prima (Service Excellence) yang terdiri dari kemampuan, sikap,
tersebut akan terlihat sebagaimana gambar berikut:.
Kepuasan Nasabah
Ha3
penampilan, perhatian, tindakan, tanggung jawab dan kenyamanan secara parsial terhadap Kepuasan Nasabah. : Terdapat diantara variabel Pelayanan Prima (Service Excellence) yang terdiri dari kemampuan, sikap, penampilan, perhatian, tindakan, tanggung jawab dan kenyamanan yang memiliki pengaruh dominan terhadap Kepuasan Nasabah.
Kemampuan (X.1) Sikap (X.2) Penampilan (X.3) Kepuasan Nasabah (Y)
Perhatian (X.4) Tindakan (X.5) Tanggung Jawab (X.6)
Kenyamanan (X.7)
Keterangan: Pengaruh secara Parsial Pengaruh secara Simultan
METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah penelitian explanatory yaitu suatu penelitian yang menjelaskan hubungan kausal antar variabel penelitian dan pengujian hipotesis. Sehingga penelitian ini juga sering disebut penelitian pengujian hipotesis, yaitu penelitian yang menganalisis hubungan antar variabel-variabel yang dirumuskan. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Menurut Sugiyono (2008), metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang
berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, teknik pengambilan sampel dilakukan secara random, analisis data yang bersifat statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Accidental Sampling. Dalam penelitian ini yang diambil sebagai sampel adalah nasabah PT. BRI (persero) Kantor Cabang Pembantu UB Jl. MT Haryono 163 Malang sebanyak 96 orang dihitung dengan menggunakan rumus Paul Leedy.
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No.14 | November 2012
19
This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. Please use purchased version to remove this message.
ISSN 1412 1412-2936 Menurut Wibisono dalam Riduwan, et.al (2008) banyaknya sampel yang diambil dari jumlah populasi yang jumlahnya tidak bisa diketahui secara pasti bisa a dihitung dengan menggunakan rumus Paul Leedy :
Dimana : = Jumlah sampel Z α = Standard score untuk α yg dipilih. σ = Standar deviasi Sampling Error Menggunakan standar deviasi 0,25, tingkat kepercayaan 95%, error estimasi µ kurang dari 0.05 maka jumlah sampel dapat dihitung sebagai berikut : α = 0,05, maka Z0,05 = 1,96 n = [(1,96 x 0,25) : 0,05] 2 = 96,04 = 96 Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kuesioner dengan Skala Likert 5-1. 1. Adapun teknik analisis data dalam penelitian ini yaitu Analisis Statistik Deskriptif, Analisis Regresi Linier Berganda dan Analisis Regresi Parsial. Variabel Penelitian Adapun pengertian variabel menurut pendapat Hadi dalam Arikunto (2002) adalah gejala yang bervariasi, gejala adalah obyek penelitian, sehingga variabel adalah obyek penelitian yang bervariasi. Berdasarkan teori yang telah dijelaskan sebelumnya, secara operasional, konsep, variabel-variabel, variabel indikator serta item dalam penelitian ini dinyatakan sebagai berikut: a. Pelayanan Prima (X) adalah pelayanan yang diterima oleh nasabah PT. BRI (persero dengan variabel: kemampuan(X1), sikap(X2), penampilan(X3), perhatian(X4), tindakan(X5), Tanggung Jawab(X6), Kenyamanan (X7), Pelayanan Prima dimasukkan sebagai variable bebas (X) yang terdiri dari: 1). Kemampuan (X1) Adalah pengetahuan dan keterampilan yang mutlak diperlukan untuk menunjang
program Pelayanan layanan Prima, yang meliputi kemampuan dalam bidang kerja yang ditekuni, melaksanakan komunikasi yang efektif, mengembangkan motivasi dan menggunakan public relations sebagai instrument dalam membina hubungan kedalam dan keluar organisasi/perusahaan. Variabel ini dapat diukur dengan indikator yaitu Intensitas Mekanisme Kerja dengan item : (a). Kemampuan yang baik dalam memberikan pelayanan kepada nasabah. (X1. 1) (b). Kemampuan dalam berkomunikasi yang efektif dengan nasabah dalam kegiatan pelayanan. (X1. 2) (c). Kemampuan dalam membina hubungan baik dengan nasabah. (X1. 3). 2). Sikap (X2) Adalah perilaku/perangai yang harus ditonjolkan ketika menghadapi pelanggan. Variabel ini dapat diukur dengan indikator yaitu Respon terhadap nasabah dengan item : (a). Keramahan da dalam memberikan pelayanan kepada nasabah. (X2. 1) (b). Ketelitian dalam kegiatan transaksi dengan nasabah. (X2. 2) (c). Kecekatan dalam memberikan pelayanan kepada nasabah. (X2. 3). 3). Penampilan (X3) Adalah penampilan seseorang, baik yang bersifat fisik saja a maupun non fisik yang mampu merefleksikan kepercayaan diri dan kredibilitas dari pihak lain. Variabel ini dapat diukur dengan indikator yaitu Perilaku dalam pelaksanaan tugas dengan item : (a). Penampilan yang rapi dalam melayani nasabah. (X3.1) (b). Penampilan yang menarik dalam melayani nasabah. (X3.2) (c). Penampilan yang meyakinkan dalam melayani nasabah. (X3.3). 4). Perhatian (X4)
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No.14 | November 2012
20
This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. Please use purchased version to remove this message.
ISSN 1412-2936 Adalah kepedulian penuh terhadap pelanggan, baik yang berkaitan dengan perhatian akan kebutuhan dan keinginan pelanggan maupun pemahaman atas saran dan kritik yang diberikan oleh pelanggan. Variabel ini dapat diukur dengan indikator yaitu Tingkat perhatian kepada nasabah dengan item : (a). Perhatian terhadap keinginan nasabah. (X4.1) (b). Perhatian terhadap kebutuhan nasabah. (X4.2) (c). Perhatian terhadap saran dan kritik yang diberikan oleh nasabah. (X4.3). 5). Tindakan (X5) Adalah berbagai kegiatan nyata yang harus dilakukan dalam memberikan layanan kepada pelanggan. Variabel ini dapat diukur dengan indikator yaitu Akurasi pelayanan dengan item : (a). Tanggap terhadap kondisi lingkungan sekitar. (X5.1) (b). Segera memberikan informasi yang dibutuhkan oleh setiap nasabah. (X5.2) (c). Kecepatan dalam memberikan pelayanan pada setiap nasabah. (X5.3). 6). Tanggung Jawab (X6) Adalah suatu sikap keberpihakan kepada pelanggan sebagai wujud kepedulian untuk menghindarkan/meminimalkan kerugian atau ketidakpuasan pelanggan. Variabel ini dapat diukur dengan indikator yaitu Kepastian pelayanan dengan item : (a). Bertanggung jawab terhadap kebenaran kegiatan transaksi dengan nasabah. (X6. 1) (b). Bertanggung jawab terhadap kerahasiaan rekening nasabah. (X6. 2) (c). Bertanggung jawab terhadap kebenaran data dan jumlah uang nasabah. (X6. 3). 7). Kenyamanan (X7) Adalah rasa nyaman yang ditimbulkan oleh suasana yang diciptakan oleh karyawan dan kebersihan serta keindahan baik di
dalam maupun di luar gedung. Variabel ini dapat diukur dengan indikator yaitu Faktualisasi Fisik dengan item : (a). Kebersihan gedung dan lingkungan (X7.1) (b). Kesesuaian dalam penataan interior dan eksterior. (X7.2). b. Kepuasan Nasabah (Y) didefinisikan sebagai perasaan senang atau kecewa para nasabah yang didapat dari membandingkan antara Pelayanan Prima Yang didapat dengan harapan nasabah. Indikator Kepuasan Nasabah dijadikan sebagai variabel terikat (Y), dengan indikator yaitu Kepuasan Nasabah Secara Keseluruhan dengan Item – itemnya antara lain : (a). Puas dengan Kemampuan staf dalam memberikan pelayanan.(Y1.1) (b). Puas dengan Sikap staf dalam memberikan pelayanan. (Y1.2) (c). Puas dengan Penampilan staf dalam memberikan pelayanan. (Y1.3) (d). Puas dengan Perhatian staf dalam memberikan pelayanan. (Y1.4) (e). Puas dengan Tindakan staf dalam memberikan pelayanan. (Y1.5) (f). Puas dengan Tanggung Jawab staf dalam memberikan pelayanan. (Y1.6) (g). Puas dengan Kenyamanan yang diberikan oleh staf dalam memberikan pelayanan. (Y1.7) HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Responden Penelitian dilakukan terhadap 96 orang responden sebagai sampel dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana latar belakang responden serta tanggapan mereka atas pernyataan-pernyataan dalam kuesioner guna mendapatkan hasil penelitian yang sesuai dengan harapan dalam penelitian ini. Dalam kaitannya dengan Pelayanan Prima (Service Excellence), pendeskripsian responden mempunyai nilai kedalaman dalam mengungkap Pelayanan Prima. Gambaran umum responden terdiri dari jenis kelamin, usia, profesi, penghasilan per bulan,
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No.14 | November 2012
21
This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. Please use purchased version to remove this message.
ISSN 1412-2936 frekuensi transaksi, informasi tentang BRI, dan penggunaan jasa lembaga keuangan lain. Berdasarkan perhitungan maka dapat disimpulkan bahwa diantara 96 nasabah, berjenis kelamin laki-laki sebanyak 47orang (49%) dan sisanya sebanyak 49 orang (51%) berjenis kelamin wanita. Hal ini berarti bahwa sebagian besar nasabah yang menjadi responden berjenis kelamin perempuan. Hal tersebut dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi BRI dalam merumuskan bentuk pelayanan yang diberikan kepada nasabah dalam usaha untuk meningkatkan Kepuasan Nasabah. Sebanyak 48 responden (50,00%) berusia 17-23 tahun, usia 24-30 tahun sebanyak 18 responden (18,75%), sebanyak 9 responden (9,38%) berusia 3137 tahun, 6 responden (6,25%) berusia 3844 tahun, 7 responden (7,29%) berusia 4551 tahun, 3 responden (3,12%) berusia 5258 tahun, 4 responden (4,17%) untuk usia 59-65 dan sebanyak 1 orang responden (1,04%) berusia 66-72. Hal ini berarti bahwa sebagian besar nasabah yang menjadi responden rata-rata berusia antara 17-23 tahun. Hal tersebut dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi BRI dalam merumuskan bentuk pelayanan yang diberikan kepada nasabah dalam usaha untuk meningkatkan Kepuasan Nasabah. Sebanyak 15 responden (15,625%) mempunyai pekerjaan sebagai pegawai negeri, 15 orang responden (15,625%) sebagai seorang pegawai swasta, pelajar dan mahasiswa sebanyak 51 responden (53,125%), dan sebanyak 15 orang responden (15,625%) menjawab lain-lain (Pedagang, Wiraswasta, ibu rumah tangga, Pelayan dan Pekerja). Hal ini berarti bahwa sebagian besar nasabah yang menjadi responden memiliki profesi sebagai Pelajar/Mahasiswa. Hal tersebut dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi BRI dalam merumuskan bentuk pelayanan yang diberikan kepada nasabah, dalam usaha untuk meningkatkan Kepuasan Nasabah. Sebanyak 73 responden (76,0%) mempunyai penghasilan per bulan < Rp.2.000.000, 21 responden (21.9%) mempunyai penghasilan per bulan Rp.2.000.000 s/d Rp.4.000.000, dan yang memiliki tingkat penghasilan per bulan >
Rp.6.000.000 sebanyak 2 responden (2,1%). Hal ini berarti bahwa sebagian besar nasabah yang menjadi responden memiliki penghasilan per bulan < Rp.2.000.000. Sebanyak 25 responden (26,0%) telah melakukan transaksi 1 kali, sebanyak 11 responden (11,5%) 2 kali, 8 responden (8,3%) 3 kali dan 52 responden (54,2%) telah melakukan transaksi sebanyak > 3 kali. Hal ini berarti bahwa sebagian besar nasabah yang menjadi responden melakukan transaksi > 3 kali dalam satu bulan di tahun buku 2010. Sebanyak 28 responden (29,2%) memperoleh informasi tentang BRI dari keluarga, 32 responden (33,3%) memperoleh informasi tentang BRI dari teman, 23 responden (24%) memperoleh informasi tentang BRI dari media informasi (koran, majalah, radio) dan 13 responden (13,5%) menjawab lain-lain (tahu sendiri, tempat bekerja). Hal ini berarti bahwa sebagian besar nasabah yang menjadi responden memperoleh informasi tentang BRI dari teman. Hal tersebut dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi BRI dalam merumuskan bentuk pelayanan yang diberikan kepada nasabah, dalam usaha untuk meningkatkan Kepuasan Nasabah. Dengan adanya kepuasan yang diperoleh, maka nasabah akan memberikan informasi yang positif tentang BRI kepada orang lain. Sebanyak 44 responden (45,8%) tidak pernah menggunakan jasa lembaga keuangan lain sebelum menggunakan jasa BRI dan 52 responden (54,2%) pernah menggunakan jasa lembaga keuangan lain sebelum menggunakan jasa BRI (Bank BNI, BCA, Mandiri dll). Hal ini berarti bahwa sebagian besar nasabah yang menjadi responden pernah menggunakan jasa lembaga keuangan lain sebelum menggunakan jasa BRI. Hal tersebut dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi BRI dalam merumuskan bentuk pelayanan yang diberikan kepada nasabah, dalam usaha untuk meningkatkan Kepuasan Nasabah dan mempertahankan nasabah agar tidak berpindah ke lembaga keuangan bank lainnya.
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No.14 | November 2012
22
This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. Please use purchased version to remove this message.
ISSN 1412-2936 ANALISIS DATA Analisis Deskriptif Selain mendepenelitiankan gambaran umum responden, analisis deskriptif juga mendepenelitiankan jawaban responden berdasarkan tiap item varibel Pelayanan Prima.
Analysis Analisis Regresi Linier Berganda Analisis regresi linier berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh antara variabel-variabel bebas yaitu kemampuan (X1), sikap (X2), penampilan (X3), perhatian (X4), tindakan (X5), tanggung jawab (X6) dan kenyamanan (X7) terhadap variabel terikat Kepuasan Nasabah (Y).
Tabel 1 Rekapitulasi Hasil Uji Regresi Linier Berganda Variabel Koefisien Keputusan tProbabilitas Regresi Terhadap Hitung (sig t) Terikat Bebas (b) Ha Y X1 0,356 4,965 0,000 Diterima X2 0,247 2,594 0,011 Diterima X3 0,266 2,878 0,005 Diterima X4 0,480 5,660 0,000 Diterima X5 0,280 3,021 0,003 Diterima X6 0,268 3,189 0,002 Diterima X7 0,324 2,228 0,028 Diterima R = 0,880 Sig. F = 0,000 2 R Square (R ) = 0,774 Konstanta (a) =3,332 Adj R Square = 0,756 n =96 F-hitung = 43,087 Sumber : Data Primer Diolah (2010)
Keterangan : X1 : Variabel kemampuan X2 : Variabel sikap X3 : Variabel penampilan X4 : Variabel perhatian X5 : Variabel tindakan X6 : Variabel Tanggung Jawab X7 : Variabel Kenyamanan Y : Variabel Kepuasan Nasabah Tabel 1 menunjukkan nilai R sebesar 0,880 yang artinya bahwa R>0, artinya bahwa variabel kemampuan (X1), sikap (X2), penampilan (X3), perhatian (X4), tindakan (X5), tanggung jawab (X6) dan kenyamanan (X7) secara simultan mempunyai hubungan terhadap Kepuasan Nasabah (Y). Besar sumbangan variabel kemampuan (X1), sikap (X2), penampilan (X3), perhatian (X4), tindakan (X5), tanggung jawab (X6) dan kenyamanan (X7) terhadap Kepuasan Nasabah (Y) dapat dilihat pada koefisien determinasi yang disesuaikan (R2) yaitu sebesar 0,756 atau 75,6% artinya bahwa
variabel kemampuan (X1), sikap (X2), penampilan (X3), perhatian (X4), tindakan (X5), tanggung jawab (X6) dan kenyamanan (X7) yang digunakan dalam regresi ini secara simultan (bersama-sama) memberikan kontribusi terhadap Kepuasan Nasabah (Y) sebesar 75,6% sedangkan sisanya sebesar 24,4% (100%-75,6%) merupakan kontribusi dari variabel lain yang tidak dibahas dalam penelitian ini. Konstanta (a) sebesar 3,332 menunjukkan besarnya nilai variabel terikat (Y), jika variabel bebasnya dianggap nol artinya jika variabel terikat tidak dipengaruhi oleh kemampuan (X1), sikap (X2), penampilan (X3), perhatian (X4), tindakan (X5), tanggung jawab (X6) dan kenyamanan (X7), maka besarnya Kepuasan Nasabah adalah 3,332. nilai pengaruh variabel Kemampuan (X1), Sikap (X2), Penampilan (X3), Perhatian (X4), Tindakan (X5), Tanggung Jawab (X6) Dan Kenyamanan (X7) Untuk Berkembang Adalah Positif, Artinya Semakin Baik Tingkat Pelayanan Variabel Kemampuan
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No.14 | November 2012
23
This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. Please use purchased version to remove this message.
ISSN 1412-2936 (X1), Sikap (X2), Penampilan (X3), Perhatian (X4), Tindakan (X5), Tanggung Jawab (X6) Dan Kenyamanan (X7) yang dapat dilaksanakan oleh pihak Bank, maka semakin tinggi pula Kepuasan Nasabah tersebut. Berdasarkan pada hasil perhitungan regresi pada Tabel 1 maka dihasilkan persamaan regresi sebagai berikut : Y = 3,332+ 0,356X1 + 0,247X2 + 0,266X3 + 0,480X4 + 0,280X5 + 0,268X6 + 0,324X7 + e. Selanjutnya akan diuraikan mengenai perhitungan uji F sebagai berikut: Pada uji F ini berguna untuk melihat pengaruh variabel kemampuan (X1), sikap (X2), penampilan (X3), perhatian (X4), tindakan (X5), tanggung jawab (X6) dan kenyamanan (X7) secara simultan terhadap Kepuasan
Model Regression Residual Total
Nasabah. Uji F dilakukan dengan cara membandingkan angka F hitung dengan F tabel. Sebagai pedoman, jika F hitung > Ftabel maka dapat diputuskan untuk menerima Ha. Bisa juga dilakukan dengan cara membandingkan angka Sig. dengan α Jika Sig. < α, maka bisa diambil keputusan untuk menerima Ha. Keputusan ini berarti seluruh variabel independen secara bersama-sama memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen. Begitu pula sebaliknya, jika F hitung < F-tabel atau atau Sig. > α, maka bisa diambil kesimpulan bahwa variabel independen secara bersama-sama tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen.
Tabel 2 ANOVA (b) atau Uji F ANOVA(b) Sum of Squares Df Mean Square F 43,087 722,524 7 103,218 210,810 88 2,396 933,333 95 Sumber : Data Primer Diolah (2010)
Sig. 0.000(a)
Di mana: k = jumlah variabel independen = 7 n = jumlah sampel= 96
dapat diambil keputusan untuk menerima Ha. Terlihat hasil pengambilan keputusan antara cara pertama dan kedua sangat konsisten. Sehingga dengan menerima Ha, maka dapat dinyatakan bahwa variabelvariabel kemampuan (X1), sikap (X2), penampilan (X3), perhatian (X4), tindakan (X5), tanggung jawab (X6) dan kenyamanan (X7) secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap Kepuasan Nasabah. Artinya nilai koefisien tersebut dapat digeneralisasikan atau dapat diberlakukan pada populasi dimana sampel yang 96 orang diambil.
Sehingga nilai F-tabel yang diperoleh adalah F-tabel α 0,05 (6:90) = 2,19 Hasil perbandingan F hitung dengan F-tabel menunjukan hasil F hitung > F Tabel, pada selang kepercayaan 95% yaitu 43,087>2,19. Sehingga dapat diputuskan untuk menerima Ha. Cara kedua adalah dengan menggunakan angka p-value terlihat angka Sig. = 0,000 pada bagian ANOVA, kolom Sig. Dengan Sig. yang jauh lebih kecil dari α = 5%, maka
Analisis Regresi Parsial Sebagaimana telah dirumuskan sebelumnya dalam penelitian ini sesuai dengan hipotesis: “Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara variabel Pelayanan Prima (Service Excellence) yang terdiri dari variabel kemampuan, sikap, penampilan, perhatian, tindakan, tanggung jawab dan kenyamanan secara parsial terhadap Kepuasan Nasabah.”
Cara pertama, dari hasil output SPSS bagian ANOVA kolom F, diperoleh angka F hitung = 43,087. (Sugiyono, 2002:191) dk=(n-k-1). Sedangkan untuk F tabelnya dapat dilihat pada α 0,05 (tingkat signifikan 5% atau tingkat kepercayaan 95%) dengan: Derajat bebas pembilang= (k-1) = 7-1 =6 Derajat penyebut = (n-k) = 96–6 = 90
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No.14 | November 2012
24
This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. Please use purchased version to remove this message.
ISSN 1412-2936 Tabel 3 Perbandingan t-hitung dengan taraf kesalahan< 0,05% Coefficients(a) Unstandardized Coefficients Model t Sig. B Std. Error (Constant) 3,332 1,485 2,244 0,027 X1 0,356 0,072 4,965 0,000 X2 0,247 0,095 4,965 0,011 X3 0,266 0,093 2,878 0,005 X4 0,480 0,085 5,660 0,000 X5 0,280 0,093 3,021 0,003 X6 0,268 0,084 3,189 0,002 X7 0,324 0,145 2,228 0,028 Sumber : Data Primer Diolah (2010)
Pengujian ini dilakukan dengan tingkat kepercayaan 95% atau α=0,05 dengan menggunakan uji dua pihak (two tail test) (Sugiyono, 2002:184) dk= n-2, dengan jumlah responden 96 orang, sehingga diperoleh t-tabel sebesar 1,980. Untuk menguji kebenaran hipotesis ini digunakan analisis regresi parsial dengan menggunakan uji t. Secara parsial pengujiannya dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Pengaruh variabel kemampuan (X1) terhadap Kepuasan Nasabah (Y) Dari hasil perhitungan yang dapat dilihat pada Tabel 2 menunjukkan bahwa variabel kemampuan (X1), mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap Kepuasan Nasabah (Y) pada tingkat signifikansi 0,05 (p<0,05), sehingga Ha dapat diterima yang artinya bahwa secara parsial variabel bebas yaitu Kemampuan (X1) benar-benar berpengaruh secara signifikan terhadap variabel Kepuasan Nasabah (Y), dengan asumsi bahwa variabel yang lain konstan. Hal ini dapat dibuktikan dengan besarnya koefisien regresi (b1) sebesar 0,356, t-hitung 4,965 > t-tabel 1,980 serta probabilitasnya 0,000 (p < 0,05). Dari hasil pengujian ini dan analisis tersebut dapat di interpretasikan bahwa kemampuan staf yang baik dalam memberikan pelayanan kepada nasabah, kemampuan berkomunikasi staf yang efektif dengan nasabah dalam kegiatan pelayanan dan kemampuan staf dalam membina hubungan baik dengan nasabah mempunyai pengaruh
yang positif dan signifikan terhadap tingkat Kepuasan Nasabah (Y). Berpengaruh positif artinya besarnya koefisien regresi variabel bebas Pelayanan Prima dalam hal Kemampuan (X1) mempunyai kecenderungan peningkatan variabel Pelayanan Prima berupa kemampuan staf yang baik dalam memberikan pelayanan kepada nasabah, kemampuan berkomunikasi staf yang efektif dengan nasabah dalam kegiatan pelayanan dan kemampuan staf dalam membina hubungan baik dengan nasabah akan meningkatkan Kepuasan Nasabah. b. Pengaruh variabel Sikap (X2) terhadap Kepuasan Nasabah (Y). Dari hasil perhitungan yang dapat dilihat pada Tabel 2 menunjukkan bahwa variabel sikap (X2), mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap Kepuasan Nasabah (Y) pada tingkat signifikansi 0,05 (p<0,05), sehingga Ha dapat diterima yang artinya bahwa secara parsial variabel bebas yaitu Sikap (X2) benar-benar berpengaruh secara signifikan terhadap variabel Kepuasan Nasabah (Y), dengan asumsi bahwa variabel yang lain konstan. Hal ini dapat dibuktikan dengan besarnya koefisien regresi (b2) sebesar 0,247, thitung 2,594 > t-tabel 1,980 serta probabilitasnya 0,011 (p < 0,05). Dari hasil pengujian ini dan analisis tersebut dapat di interpretasikan bahwa sikap staf yang ramah dalam memberikan
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No.14 | November 2012
25
This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. Please use purchased version to remove this message.
ISSN 1412-2936 pelayanan kepada nasabah, sikap staf yang teliti dalam kegiatan transaksi dengan nasabah dan sikap staf yang cekatan dalam memberikan pelayanan kepada nasabah mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap tingkat Kepuasan Nasabah (Y). Berpengaruh positif artinya besarnya koefisien regresi variabel bebas Pelayanan Prima dalam hal Sikap (X2) mempunyai kecenderungan peningkatan variabel pelayanan prima berupa sikap staf yang ramah dalam memberikan pelayanan kepada nasabah, sikap staf yang teliti dalam kegiatan transaksi dengan nasabah dan sikap staf yang cekatan dalam memberikan pelayanan kepada nasabah akan meningkatkan Kepuasan Nasabah. c. Pengaruh variabel Penampilan (X3) terhadap Kepuasan Nasabah (Y). Dari hasil perhitungan yang dapat dilihat pada Tabel 2 menunjukkan bahwa variabel penampilan (X3), mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap Kepuasan Nasabah (Y) pada tingkat signifikansi 0,05 (p<0,05), sehingga Ha dapat diterima yang artinya bahwa secara parsial variabel bebas yaitu Penampilan (X3) benar-benar berpengaruh secara signifikan terhadap variabel Kepuasan Nasabah (Y), dengan asumsi bahwa variabel yang lain konstan. Hal ini dapat dibuktikan dengan besarnya koefisien regresi (b3) sebesar 0,266, t-hitung 2,878 > t-tabel 1,980 serta probabilitasnya 0,005 (p < 0,05). Dari hasil pengujian ini dan analisis tersebut dapat di interpretasikan bahwa penampilan staf yang rapi dalam melayani nasabah, penampilan staf yang menarik dalam melayani nasabah dan penampilan staf yang meyakinkan dalam melayani nasabah mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap tingkat Kepuasan Nasabah (Y). Berpengaruh positif artinya besarnya koefisien regresi variabel bebas Pelayanan Prima dalam hal Penampilan (X3) mempunyai kecenderungan peningkatan variabel Pelayanan Prima berupa penampilan
staf yang rapi dalam melayani nasabah, penampilan staf yang menarik dalam melayani nasabah dan penampilan staf yang meyakinkan dalam melayani nasabah akan meningkatkan Kepuasan Nasabah. d. Pengaruh variabel Perhatian (X4) terhadap Kepuasan Nasabah (Y). Dari hasil perhitungan yang dapat dilihat pada Tabel 2 menunjukkan bahwa variabel Perhatian (X4), mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap Kepuasan Nasabah (Y) pada tingkat signifikansi 0,05 (p<0,05), sehingga Ha dapat diterima yang artinya bahwa secara parsial variabel bebas yaitu perhatian (X4) benar-benar berpengaruh secara signifikan terhadap variabel Kepuasan Nasabah (Y), dengan asumsi bahwa variabel yang lain konstan. Hal ini dapat dibuktikan dengan besarnya koefisien regresi (b4) sebesar 0,480, t-hitung 5,660 > t-tabel 1,980 serta probabilitasnya 0,000 (p < 0,05). Dari hasil pengujian ini dan analisis tersebut dapat di interpretasikan bahwa perhatian staf terhadap keinginan nasabah, perhatian staf terhadap kebutuhan nasabah dan perhatian staf terhadap saran dan kritik yang dberikan oleh nasabah mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap tingkat Kepuasan Nasabah (Y). Berpengaruh positif artinya besarnya koefisien regresi variabel bebas Pelayanan Prima dalam hal Perhatian (X4) mempunyai kecenderungan peningkatan variabel Pelayanan Prima berupa perhatian staf terhadap keinginan nasabah, perhatian staf terhadap kebutuhan nasabah dan perhatian staf terhadap saran dan kritik yang dberikan oleh nasabah akan meningkatkan Kepuasan Nasabah. e. Pengaruh variabel Tindakan (X5) terhadap Kepuasan Nasabah (Y). Dari hasil perhitungan yang dapat dilihat pada Tabel 2 menunjukkan bahwa variabel Tindakan (X5), mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap Kepuasan Nasabah (Y) pada tingkat signifikansi 0,05 (p<0,05), sehingga Ha dapat diterima yang artinya bahwa
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No.14 | November 2012
26
This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. Please use purchased version to remove this message.
ISSN 1412-2936 secara parsial variabel bebas yaitu Tindakan (X5) benar-benar berpengaruh secara signifikan terhadap variabel Kepuasan Nasabah (Y), dengan asumsi bahwa variabel yang lain konstan. Hal ini dapat dibuktikan dengan besarnya koefisien regresi (b5) sebesar 0,280, thitung 3,021 > t-tabel 1,980 serta probabilitasnya 0,003 (p < 0,05). Dari hasil pengujian ini dan analisis tersebut dapat di interpretasikan bahwa tindakan staf yang tanggap terhadap kondisi lingkungan sekitar, tindakan staf yang segera memberikan informasi yang dibutuhkan oleh setiap nasabah dan tindakan staf yang cepat dalam memberikan pelayanan pada setiap nasabah mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap tingkat Kepuasan Nasabah (Y). Berpengaruh positif artinya besarnya koefisien regresi variabel bebas Pelayanan Prima dalam hal Tindakan (X5) mempunyai kecenderungan peningkatan variabel pelayanan prima berupa tindakan staf yang tanggap terhadap kondisi lingkungan sekitar, tindakan staf yang segera memberikan informasi yang dibutuhkan oleh setiap nasabah dan tindakan staf yang cepat dalam memberikan pelayanan pada setiap nasabah akan meningkatkan Kepuasan Nasabah. f. Pengaruh variabel Tanggung Jawab (X6) terhadap Kepuasan Nasabah (Y). Dari hasil perhitungan yang dapat dilihat pada Tabel 2 menunjukkan bahwa variabel Tanggung Jawab (X6), mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap Kepuasan Nasabah (Y) pada tingkat signifikansi 0,05 (p<0,05), sehingga Ha dapat diterima yang artinya bahwa secara parsial variabel bebas yaitu Tanggung Jawab (X6) benar-benar berpengaruh secara signifikan terhadap variabel Kepuasan Nasabah (Y), dengan asumsi bahwa variabel yang lain konstan. Hal ini dapat dibuktikan dengan besarnya koefisien regresi (b6) sebesar 0,268, t-hitung 3,189 > t-tabel 1,980 serta probabilitasnya 0,002 (p < 0,05). Dari hasil pengujian ini dan analisis tersebut
dapat di interpretasikan bahwa tanggung jawab staf terhadap kebenaran kegiatan transaksi dengan nasabah, tanggung jawab staf terhadap kerahasiaan rekening nasabah dan tanggung jawab staf terhadap kebenaran data dan jumlah uang nasabah mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap tingkat Kepuasan Nasabah (Y). Berpengaruh positif artinya besarnya koefisien regresi variabel bebas Pelayanan Prima dalam hal Tanggung Jawab (X6) mempunyai kecenderungan peningkatan variabel Pelayanan Prima berupa tanggung jawab staf terhadap kebenaran kegiatan transaksi dengan nasabah, tanggung jawab staf terhadap kerahasiaan rekening nasabah dan tanggung jawab staf terhadap kebenaran data dan jumlah uang nasabah akan meningkatkan Kepuasan Nasabah. g. Pengaruh variabel Kenyamanan (X7) terhadap Kepuasan Nasabah (Y). Dari hasil perhitungan yang dapat dilihat pada Tabel 2 menunjukkan bahwa variabel Kenyamanan (X7), mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap Kepuasan Nasabah (Y) pada tingkat signifikansi 0,05 (p<0,05), sehingga Ha dapat diterima yang artinya bahwa secara parsial variabel bebas yaitu Kenyamanan (X7) benar-benar berpengaruh secara signifikan terhadap variabel Kepuasan Nasabah (Y), dengan asumsi bahwa variabel yang lain konstan. Hal ini dapat dibuktikan dengan besarnya koefisien regresi (b7) sebesar 0,324, t-hitung 2,228 > t-tabel 1,980 serta probabilitasnya 0,028 (p < 0,05). Dari hasil pengujian ini dan analisis tersebut dapat di interpretasikan bahwa kenyamanan karena gedung dan lingkungan yang bersih dan Penataan di dalam maupun di luar gedung telah sesuai mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap tingkat Kepuasan Nasabah (Y). Berpengaruh positif artinya besarnya koefisien regresi variabel bebas Pelayanan Prima dalam Kenyamanan (X7) mempunyai kecenderungan peningkatan variabel pelayanan prima berupa kenyamanan
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No.14 | November 2012
27
This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. Please use purchased version to remove this message.
ISSN 1412-2936 karena gedung dan lingkungan yang bersih dan Penataan di dalam maupun di luar gedung telah sesuai akan meningkatkan Kepuasan Nasabah. Kemudian untuk mengetahui variabel manakah diantara ke tujuh variabel bebas tersebut yang pengaruhnya dominan terhadap variabel Kepuasan Nasabah dapat dilihat pada hasil pengujian pengaruh secara sendiri- sendiri antara variabel Kemampuan (X1), Sikap (X2), Penampilan (X3), Perhatian (X4), Tindakan (X5), Tanggung Jawab (X6) Dan Kenyamanan (X7) terhadap tingkat Kepuasan Nasabah (Y) yang mempunyai thitung paling besar. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dari ke tujuh variabel bebas dalam penelitian ini, variabel Perhatian (X4) mempunyai pengaruh dominan terhadap tingkat Kepuasan Nasabah (Y). yaitu dengan thitung sebesar 5,660. PEMBAHASAN a. Pengaruh variabel Kemampuan (X1) terhadap Kepuasan Nasabah (Y) Dari hasil pengujian ini dan analisis tersebut dapat di interpretasikan bahwa kemampuan staf yang baik dalam memberikan pelayanan kepada nasabah, kemampuan berkomunikasi staf yang efektif dengan nasabah dalam kegiatan pelayanan dan kemampuan staf dalam membina hubungan baik dengan nasabah mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap tingkat Kepuasan Nasabah (Y). b. Pengaruh variabel Sikap (X2) terhadap Kepuasan Nasabah (Y). Dari hasil pengujian ini dan analisis tersebut dapat di interpretasikan bahwa penampilan staf yang rapi dalam melayani nasabah, penampilan staf yang menarik dalam melayani nasabah dan penampilan staf yang meyakinkan dalam melayani nasabah mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap tingkat Kepuasan Nasabah (Y). c. Pengaruh variabel Penampilan (X3) terhadap Kepuasan Nasabah (Y). Dari hasil pengujian ini dan analisis tersebut dapat di interpretasikan bahwa
d.
e.
f.
g.
penampilan staf yang rapi dalam melayani nasabah, penampilan staf yang menarik dalam melayani nasabah dan penampilan staf yang meyakinkan dalam melayani nasabah mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap tingkat Kepuasan Nasabah (Y). Pengaruh variabel Perhatian (X4) terhadap Kepuasan Nasabah (Y). Dari hasil pengujian ini dan analisis tersebut dapat di interpretasikan bahwa perhatian staf terhadap keinginan nasabah, perhatian staf terhadap kebutuhan nasabah dan perhatian staf terhadap saran dan kritik yang dberikan oleh nasabah mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap tingkat Kepuasan Nasabah (Y). Pengaruh variabel Tindakan (X5) terhadap Kepuasan Nasabah (Y). Dari hasil pengujian ini dan analisis tersebut dapat di interpretasikan bahwa tindakan staf yang tanggap terhadap kondisi lingkungan sekitar, tindakan staf yang segera memberikan informasi yang dibutuhkan oleh setiap nasabah dan tindakan staf yang cepat dalam memberikan pelayanan pada setiap nasabah mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap tingkat Kepuasan Nasabah (Y). Pengaruh variabel Tanggung Jawab (X6) terhadap Kepuasan Nasabah (Y). Dari hasil pengujian ini dan analisis tersebut dapat di interpretasikan bahwa tanggung jawab staf terhadap kebenaran kegiatan transaksi dengan nasabah, tanggung jawab staf terhadap kerahasiaan rekening nasabah dan tanggung jawab staf terhadap kebenaran data dan jumlah uang nasabah mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap tingkat Kepuasan Nasabah (Y). Pengaruh variabel Kenyamanan (X7) terhadap Kepuasan Nasabah (Y). Dari hasil pengujian ini dan analisis tersebut dapat di interpretasikan bahwa kenyamanan karena gedung dan lingkungan yang bersih dan Penataan di dalam maupun di luar gedung telah sesuai mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap tingkat
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No.14 | November 2012
28
This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. Please use purchased version to remove this message.
ISSN 1412-2936 Kepuasan Nasabah (Y). KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan BRI merupakan salah satu bank milik pemerintah yang berperan mewujudkan visi pemerintah dalam membangun ekonomi kerakyatan yang bergerak di bidang jasa, khususnya jasa keuangan. Dalam kegiatan usahanya BRI menetapkan standar pelayanan yang diberikan kepada nasabah untuk menciptakan Kepuasan Nasabah. Dari pelayanan yang diberikan oleh BRI, nasabah dapat menilai prima tidaknya pelayanan yang diberikan. Berdasarkan pada hasil analisa pada penelitian ini dapat dibuat beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Berdasarkan besarnya koefisien determinasi yang telah disesuaikan dapat diketahui bahwa besarnya kontribusi atau sumbangan variabel bebas yaitu Kemampuan, Sikap, Penampilan, Perhatian, Tindakan, Tanggung Jawab Dan Kenyamanan terhadap tingkat Kepuasan Nasabah adalah sebesar 0,756 atau sebesar 75,6%, ini menunjukkan bahwa secara bersama-sama (simultan) variabel Kemampuan, Sikap, Penampilan, Perhatian, Tindakan, Tanggung Jawab Dan Kenyamanan mempunyai pengaruh terhadap tingkat Kepuasan Nasabah. 2. Hasil analisis regresi parsial menunjukkan bahwa variabel Kemampuan mempunyai pengaruh sebesar 0,356 terhadap tingkat Kepuasan Nasabah, variabel Sikap mempunyai pengaruh sebesar 0,247 terhadap tingkat Kepuasan Nasabah, variabel Penampilan mempunyai pengaruh sebesar 0,266 terhadap tingkat Kepuasan Nasabah, variabel Perhatian mempunyai pengaruh sebesar 0,480 terhadap tingkat Kepuasan Nasabah, variabel Tindakan mempunyai pengaruh sebesar 0,280 terhadap tingkat Kepuasan Nasabah, variabel Tanggung Jawab mempunyai pengaruh sebesar 0,268 terhadap tingkat Kepuasan Nasabah, dan variabel Kenyamanan mempunyai pengaruh sebesar 0,324 terhadap tingkat Kepuasan Nasabah, sehingga bisa
diketahui bahwa secara sendiri-sendiri (parsial) variabel Kemampuan, Sikap, Penampilan, Perhatian, Tindakan, Tanggung Jawab dan Kenyamanan mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap tingkat Kepuasan Nasabah. 3. Variabel Perhatian mempunyai pengaruh dominan terhadap tingkat Kepuasan Nasabah dengan t hitung sebesar 5,660. Variabel Perhatian yang terdiri dari item perhatian terhadap keinginan nasabah, perhatian terhadap kebutuhan nasabah, perhatian terhadap saran dan kritik yang diberikan oleh nasabah adalah sangat penting dalam menciptakan Kepuasan Nasabah. Saran Berdasarkan pada hasil penelitian, ada beberapa saran dalam penelitian ini yang ingin disampaikan sebagai usaha untuk meningkatan Kepuasan Nasabah. Adapun saran-saran dalam penelitian ini antara lain : 1. Dalam memberikan pelayanan hendaknya BRI lebih memfokuskan pada perhatian kepada nasabah karena dalam penelitian ini variabel perhatian memiliki pengaruh yang dominan terhadap Kepuasan Nasabah tetapi juga tidak mengabaikan variabel-variabel lainnya. Perhatian yang perlu diberikan antara lain, perhatian terhadap keinginan nasabah, perhatian terhadap kebutuhan nasabah dan perhatian terhadap saran dan kritik yang diberikan oleh nasabah. Selain itu BRI juga dapat memberikan perhatian terhadap hal yang lain disamping perhatian yang telah disebutkan diatas, salah satunya ialah memberikan perhatian kepada pelaksanaan kegiatan pelayanan yang diberikan oleh staf. 2. BRI hendakanya memperhatikan pelayanan yang berhubungan dengan variabel kemampuan, sikap, penampilan, tindakan, tanggung jawab dan kenyamanan karena memiliki pengaruh terhadap Kepuasan Nasabah meskipun pengaruhnya tidak terlalu besar jika dibandingkan dengan variabel perhatian. 3. Dari hasil analisis data dan pembahasan
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No.14 | November 2012
29
This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. Please use purchased version to remove this message.
ISSN 1412-2936 diketahui bahwa variabel sikap dan penampilan memiliki pengaruh yang kecil dibandingkan dengan variabel lainnya. Hendaknya BRI lebih meningkatkan pelayanan yang diberikan kepada nasabah dalam hal sikap dan penampilan. Adapun sikap yang hendaknya ditingkatkan, antara lain keramahan dalam memberikan pelayanan kepada nasabah, ketelitian dalam kegiatan transaksi dengan nasabah dan kecekatan dalam memberikan pelayanan kepada nasabah. Sedangkan penampilan yang hendaknya ditingkatkan antara lain penampilan yang rapi dalam melayani nasabah, penampilan yang menarik dalam melayani nasabah dan penampilan yang meyakinkan dalam melayani nasabah. Selain itu BRI juga dapat meningkatkan sikap dan penampilan yang lain, seperti memberikan pelayanan dengan bersikap santun dan berpenampilan yang serasi.
DAFTAR PUSTAKA Barata, Atep Adya. 2004. Dasar-dasar Pelayanan Prima. Cetakan 2. Jakarta: PT. Gramedia. Tjiptono, Fandy. 2002. Manajemen Jasa. Yogyakarta: Andi. Sugiono, Dr. 2008. Metode Penelitian Bisnis. Cetakan 4. Bandung:CV.Alfabeta. Swastika, Ken 2005. Pengaruh Pelayanan Prima Front Liner Terhadap KepuasanNasabah (Studi pada PT. Bank Mandiri Cabang Malang Wahid Hasyim di Malang). Skripsi. Malang: Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi. Konsentrasi Pemasaran. Universitas Brawijaya. Riduwan. Kuncoro. dan Achmad, Engkos. 2008. Cara Menggunakan dan Memaknai Analisis Jalur (Path Analysis). Cetakan Ulang ke-2. Bandung : Alfabeta. Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek. Edisi Revisi VI. Jakarta : PT.Rineka Cipta.
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No.14 | November 2012
30
This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. Please use purchased version to remove this message.
ISSN 1412-2936 DAMPAK PERUBAHAN UNDANG-UNDANG PERPAJAKAN NO. 17 TAHUN 2000 PADA LABA KOPERASI PRIMER Dedy Setiyono
[email protected] Fakultas Ekonomi Universitas Madura ABSTRAK Pajak merupakan iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditujukan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Perubahan tarif pajak oleh pemerintah akan berdampak pada perolehan penghasilan bagi badan usaha seperti koperasi. Banyak koperasi yang sudah menanggung akibat dari perubahan tarif pajak tersebut sehingga laba yang diperoleh menjadi menurun. Persentase pajak yang diterapkan menurut Undang-Undang No. 17 tahun 2000 lebih kecil dari pada penerapan Undang-Undang No. 36 tahun 2008. Kebijakan pemerintah dengan perubahan undang-undang perpajakan ini diharapkan tidak merugikan salah satu pihak saja namun berikutnya dapat menjadi pertimbangan pemerintah sehingga dapat menguntungkan kedua belah pihak terutama pada koperasi primer. Kata Kunci : UU Perpajakan No. 17 tahun 2000, UU Perpajakan No.36 tahun 2008, Laba PENDAHULUAN Peranan pajak sebagai penerimaan bagi negara merupakan sumber utama yang masih sangat potensial untuk ditingkatkan agar penerimaan dari pajak mampu memenuhi seluruh pembiayaan bagi negara. Dengan uang yang berasal dari pungutan pajak, negara memperoleh dukungan dana untuk memperlancar roda pemerintahan, tetapi disisi lain apabila pungutan pajak dilaksanakan dengan tanpa terkendali dapat berakibat pemerasan terhadap rakyat. Untuk tetap dalam koridor yang bermanfaat bagi kehidupan masyarakat, bangsa dan negara maka pungutan pajak harus taat asas dan mematuhi aturanaturan hukum yang berlaku. Sebagai kontrol dari masyarakat maka para wajib pajak perlu memahami apa yang menjadi kewajiban sebagai wajib pajak, serta memahami apa fungsi pajak sebenarnya. Menurut Zain (2005;7) pajak dilihat dari segi hukum dapat didefinisikan sebagai perikatan yang timbul karena undang–undang yang mewajibkan seseorang yang memenuhi syarat yang ditentukan dalam undang–undang untuk membayar sejumlah tertentu kepada
negara yang dapat dipaksakan tanpa mendapat imbalan yang secara langsung dapat ditunjuk yang digunakan untuk membiayai pengeluaran negara. Dari segi ekonomi, pajak adalah peralihan kekayaan dari sektor swasta ke sektor pemerintah berdasarkan peraturan–peraturan yang dapat dipaksakan dan mengurangi pendapatan anggota masyarakat tanpa memperoleh imbalan yang secara langsung dapat ditunjukkan untuk membiayai pengeluaran–pengeluaran negara (Zain,2005; 7). Dalam hal ini, pemerintah sebagai pembuat kebijakan perpajakan juga mengatur pemungutan terhadap pajak penghasilan perorangan dan badan, sehingga perusahaan sebagai unit bisnis yang tidak lepas dari pajak juga akan menjadi objek pajak. Hal ini akan berdampak pada penghasilan badan usaha yang akan menurun dikarenakan pemungutan sesuai persentase nilai laba yang diperoleh unit usaha tersebut. Perubahan peraturan pajak penghasilan ini juga menyebabkan adanya perubahan perlakuan pajak di Koperasi. Pada koperasi ini peraturan perpajakan yang digunakan pada awalnya
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No.14 | November 2012
31
This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. Please use purchased version to remove this message.
ISSN 1412-2936 menggunakan UU perpajakan No. 17 tahun 2000, sedangkan saat ini telah menggunakan UU perpajakan No. 36 tahun 2008, dengan nomor pokok wajib pajak 03.020.118.0-608.000. Hal ini berdampak pada perubahan pengurangan laba dengan penerapan peraturan pajak yang berbeda. KAJIAN PUSTAKA Pajak Pengertian pajak secara umum merupakan iuran dalam bentuk uang (bukan barang) yang dipungut oleh pemerintah (negara) dengan suatu peraturan tertentu (tarif tertentu) dan selanjutnya digunakan untuk pembiayaan kepentingan-kepentingan umum. Menurut undang–undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan No.28/2007, pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara guna kemakmuran rakyat. Casavera (2009: 78) menyatakan bahwa pajak itu haruslah bersifat netral dan adil, juga tidak dibenarkan apabila membuat aturan perpajakan secara secara tiba-tiba, karena pajak pada dasarnya sangat sensitif bagi masyarakat. Bagi perusahaan, pajak berdampak terhadap laba setelah pajak (earning after tax/EAT) dan pada akhirnya akan berdampak terhadap kinerja keuangan perusahaan. Menurut Setiawan ( 2002;1) pajak merupakan sarana yang digunakan oleh pemerintah memperoleh dana dari rakyat yang digunakan untuk membiayai pengelolaan negara yang berupa bangunan fisik maupun non fisik. Pajak adalah iuran masyarakat kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan umum (undangundang) dengan tidak mendapatkan prestasi kembali yang dapat langsung ditunjuk dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubung tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan (Andriani, 2003 dalam Zain, 2005).
Soemitro (1992;10) mengemukakan bahwa pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal balik (kontra prestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Dari pengertian pajak tersebut, pajak memiliki ciri-ciri: a. Pajak dipungut berdasarkan undangundang serta aturan pelaksanaannya yang sifatnya dapat dipaksakan. b. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontra-prestasi individual oleh pemerintah. c. Pajak dipungut oleh negara baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. d. Pajak diperuntukkan bagi pengeluaranpengeluaran pemerintah, yang bila dari pemasukannya masih terdapat surplus, dipergunakan untuk membebani public investment. e. Tujuan pajak selain budgeter adalah untuk mengatur pendapatantan nasioanal sehingga tidak terjadi ketimpangan pada masyarakat. Sistem Pemungutan Pajak Menurut Setiawan (2002;5) sistem pemungutan pajak dapat dibagi menjadi: a. Official Assessment System merupakan sistem pemungutan pajak yang memberikan wewenang kepada wajib pajak untuk menentukan besarnya pajak yang terutang. Ciri-ciri Official Assessment System: 1. Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang berada pada fiskus. 2. Wajib pajak bersifat pasif. 3. Utang pajak timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan pajak oleh fiskus. b. Self Assessment System merupakan pemungutan pajak yang memberi wewenang, kepercayaan, tanggung jawab kepada wajib pajak untuk memperhitungkan, membayar, dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang harus dibayar. Sesuai dengan sistem self assessment, setiap wajib
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No.14 | November 2012
32
This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. Please use purchased version to remove this message.
ISSN 1412-2936 wajib membayar pajak yang terutng sesuai dengan peraturan perundangundangan perpajakan, dengan tidak menggantungkan pada adanya surat ketetapan pajak. c. With Holding System merupakan sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketiga untuk memotong atau memungut besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak. Pajak Penghasilan Menurut Undang-undang Pajak Penghasilan No.17 pasal 4 ayat (1) tahun 2000 penghasilan didefinisikan sebagai setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh wajib pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan wajib pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apapun. Dari definisi diatas, bahwa tambahan kemampuan ekonomis yang didapat oleh wajib pajak merupakan ukuran kemampuan wajib pajak untuk ikut menanggung beban atau beban yang dibutuhkan pemerintah untuk kegiatan pemerintahan. Penghasilan yang Menjadi Subjek Pajak Pajak penghasilan dikenakan kepada orang atau badan. Subjek pajak diartikan sebagai orang yang dituju oleh undang-undang untuk dikenakan pajak. Pajak penghasilan dikenakan terhadap subjek pajak berkenaan dengan penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam tahun pajak. Menurut Setiawan (2002;52) pengertian subjek pajak meliputi orang pribadi, warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan, badan, dan bentuk usaha tetap. Berdasarkan UU hukum perdata dan atau hukum dagang, bentuk usaha dapat diartikan sebagai bentuk kegiatan yang dilakukan secara teratur dan terus-menerus dibidang sosial ekonomi untuk mencari laba. Penghasilan Yang Menjadi Objek Pajak Objek pajak merupakan sasaran pengenaan pajak dan dasar untuk menghitung pajak terutang. Menurut
Undang-Undang pajak penghasilan no. 17 tahun 2000 pasal 4 ayat (1) penghasilan yang menjadi objek pajak adalah setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh wajib pajak, baik yang berasal dari Indoensia maupun dari Luar Indonesia yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan wajib pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apapun termasuk: a. Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium, komisi, bonus, grafikasi, uang pensiun, atau imbalan dalam bentuk lainnya, kecuali ditentukan lain dalam Undang-Undang ini. b. Hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan dan penghargaan. c. Laba usaha. d. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta termasuk keuntungan karena pengalihan harta kepada persero, persekutuan, dan badan lainnya sebagai pengganti saham atau penyertaan modal, keuntungan yang diperoleh persero, persekutuan dan badan lainnya, keuntungan karena likuidasi, penggabungan, peleburan, pemekaran, pemecahan, atau pengambilalihan usaha, keuntungan karena pengalihan harta berupa hibah, bantuan, sumbangan kecuali yang diberikan kepada keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat dan badan keagamaan, pendidikan, badan sosial, pengusaha kecil termasuk koperasi yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan, sepanjang tidak ada hubungannya dengan usaha, pekerjaan, pemilikan atau penguasaan antara pihak-pihak yang bersangkutan. e. Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai beban bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan pengembalian utang. f. Royalti. g. Sewa dan penghasilan lainnya sehubungan dengan penggunaan
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No.14 | November 2012
33
This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. Please use purchased version to remove this message.
ISSN 1412-2936 harta. h. Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala. i. Keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai jumlah tertentu yang ditetapkan dengan peraturan pemerintah. j. Keuntungan karena selisih kurs mata uang asing. k. Selisih karena penilaian kembali aktiva. l. Premi asuransi. m. Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang terdiri dari wajib pajak yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas. n. Tambahan kekayaan neto yang 1.
o.
berasal dari penghasilan yang belum dikenakan pajak. Beban, semakin besar beban fiskal yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto menyebabkan semakin kecil laba bersih sebelum pajak dan otomatis mengurangi jumlah pajak yang terutang.
Tarif Pajak Penghasilan Besarnya tarif pajak penghasilan antara badan dan perseorangan berbeda. Berdasarkan UU No.17 tahun 2000 ayat (1) besarnya tarif pajak penghasilan yang diterapkan atas penghasilan kena pajak bagi wajib pajak dalam negeri adalah sebagai berikut.
Untuk wajib pajak orang pribadi dalam negeri : Tabel 1 Tarif Pengenaan Pajak Pribadi Berdasarkan UU No. 17 Tahun 2000 Lapisan Penghasilan Kena Pajak
Tarif Pajak
Sampai dengan Rp 25,000,000.00
5%
Diatas Rp 25,000,000.00 sampai dengan Rp 50,000,000.00
10%
Diatas Rp 50,000,000.00 sampai dengan Rp 100,000,000.00
15%
Diatas Rp 100,000,000.00 sampai dengan Rp 200,000,000.00
25%
Diatas Rp 200,000,000.00
35%
Sumber: UU No. 17 tahun 2000 pajak penghasilan
2. Untuk Wajib pajak badan Dalam Negeri dan BUT: Tabel 2 Tarif Pengenaan Pajak badan Berdasarkan UU No. 17 Tahun 2000 Lapisan Penghasilan Kena Pajak
Tarif Pajak
Sampai dengan Rp 50,000,000.00
10%
Diatas Rp 50,000,000.00 sampai dengan Rp 100,000,000.00
15%
Diatas Rp 100,000,000.00
30%
Sumber: UU No. 17 tahun 2000 pajak penghasilan
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No.14 | November 2012
34
This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. Please use purchased version to remove this message.
ISSN 1412-2936 Penghitungan tarif pajak No 36 tahun 2008 untuk wajib pajak dalam
negeri disajikan dalam tabel berikut ini:
Tabel 3 Tarif Pengenaan Pajak Pribadi Berdasarkan UU No. 36 Tahun 2008 Lapisan Penghasilan Kena Pajak
Tarif Pajak
Sampai dengan Rp50.000.000
5%
Diatas Rp 50,000,000.00 sampai dengan Rp 250,000,000.00
15%
Diatas Rp 250,000,000.00 sampai dengan Rp 500,000,000.00
25%
Diatas Rp 500,000,000.00
30%
Sumber: UU No. 36 tahun 2008 pajak penghasilan pasal 17 ayat (1)
Untuk Wajib Pajak badan dalam negeri dan bentuk usaha tetap adalah sebesar 28% (dua puluh delapan persen). Tarif pajak badan ini akan turun menjadi 25%, namun baru akan diberlakukan mulai tahun pajak 2010. Perhitungan Penghasilan Kena Pajak Besarnya penghasilan kena pajak
merupakan dasar untuk menghitung pajak terutang. Tetap berlandaskan pada laporan laba rugi fiskal perusahaan yang telah dikoreksi positif dan koreksi negatif. Cara menghitung pajak penghasilan menurut undang-undang No 36 Tahun 2008 adalah dengan mengalikan tarif pajak dengan penghasilan kena pajak.
Pajak Terutang = Tarif Pajak x Penghasilan Kena Pajak (Laba) Dalam menghitung pajak penghasilan yang terutang, dibedakan antara wajib pajak dalam negeri dan wajib pajak luar negeri. bagi wajib pajak dalam negeri pada dasarnya terdapat dua cara untuk menentukan besarnya penghasilan kena pajak, yaitu: a. Perhitungan PPh dengan dasar pembukuan Pembukuan didefinisikan sebagai suatu proses pencatatan yang dilakukan secara teratur untuk mengumpulkan data dan informasi keuangan yang meliputi harta, kewajiban, modal, penghasilan dan beban, serta jumlah harga perolehan dan penyertaan barang atau jasa, yang ditutup dengan menyusun laporan keuangan berupa neraca dan laporan laba rugi pada setiap tahun pajak berakhir. b. Perhitungan PPh dengan dasar pencatatan Pencatatan oleh Wajib pajak orang pribadi yang melakukan kegiata usaha
dan pekerjaan bebas meliputi peredaran atau penerimaan bruto dan penerimaan penghasilan lainnya, sedangkan bagi mereka yang semata-mata menerima penghasilan dari luar usaha dan pekerjaan bebas pencatatannya hanya mengenai penghasilan bruto, pengurang, dan penghasilan neto yang merupakan objek pajak penghasilan. Disamping itu pencacatan meliputi pula penghasilan yang bukan objek pajak atau yang dikenakan yang bersifat final. Laba Laba usaha adalah kenaikan modal (aktiva bersih) yang berasal dari transaksi sampingan atau transaksi yang jarang terjadi dari suatu badan usaha dan dari semua transaksi atau kejadian lain yang mempengaruhi badan usaha selama satu priode kecuali yang timbul dari pendapatan atau investasi oleh pemilik (Baridwan, 2004;29).
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No.14 | November 2012
35
This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. Please use purchased version to remove this message.
ISSN 1412-2936 Laba Akuntansi Dan Laba Fiskal Menurut PSAK 46 paragraf ketujuh laba akuntansi adalah laba atau rugi bersih selama satu periode sebelum dikurangi beban pajak. Sementara itu penghasilan kena pajak atau laba fiskal (taxable profit) atau rugi pajak (tax loss) adalah laba atau rugi selama satu periode yang dihitung berdasarkan peraturan perpajakan dan menjadi dasar penghitungan pajak penghasilan. Perbedaan Antara Laba Akuntansi Dan Laba Fiskal Dalam peraturan perpajakan di Indonesia mengharuskan penghitungan laba fiskal berdasarkan metode akuntansi yang menjadi dasar penghitungan laba akuntansi. Sehingga dalam pembuatan laporan keuangan tidak perlu melakukan dua kali pembukuan berdasarkan kedua tujuan pelaporan tersebut. Yang membedakan antara laba akuntansi dengan laba fiskal adalah adanya koreksi fiskal atas laba akuntansi. Hampir semua perhitungan laba akuntansi yang dihasilkan harus mengalami koreksi fiskal untuk mendapatkan penghasilan kena pajak karena tidak semua ketentuan dalam standar akuntansi keuangan digunakan dalam peraturan perpajakan dengan kata lain banyak dari ketentuan perpajakan yang tidak sama dengan Standar Akuntansi Keuangan ( Djamaluddin, 2008: 56). Pengukuran laba Secara periodik, laba suatu badan usaha dapat diakui. Pengukuran laba secara periodik dapat menggunakan pendekan sebagai berikut; a. Pendekatan transaksi, dengan pendekatan ini laba diukur dengan semua transaksi yang terjadi. Misalnya penggunaan aktiva itu sendiri (transaksi intern) atau transfer aktiva keperusahaan lain (transaksi ekstern) b. Pendekatan aktivitas, berdasarkan pendekatan ini laba ditimbulkan oleh aktivitas yang terjadi. Misalnya laba yang timbul dari kegiatan perencanaan pembelian produk dan penjualan.
Pengaruh Pajak Terhadap Laba Perusahaan Pajak yang diasumsikan sebagai beban sangat mempengaruhi pihak manajemen perusahaan dalam meningkatkan laba atau profit. Secara ekonomis pajak merupakan unsur pengurang laba yang tersedia bagi perusahaan untuk dibagi sebagai dividen maupun di investasikan kembali. Walaupun pajak ditetapkan melalui undang-undang yang mendapat persetujuan wakil-wakil rakyat tidak semua wajib pajak rela membayar pajak. Tidak seorang pun senang membayar pajak. Mulyono (2006) berasumsi antara lain: a. Wajib pajak berusaha membayar pajak yang terutang sekecil mungkin sepanjang hal tersebut tidak melanggar undang-undang perpajakan. b. Wajib pajak cenderung menyelundupkan pajak yakni usaha menghindarkan pajak yang terutang secara illegal. Penghindaran pajak dapat dilakukan oleh wajib pajak sepanjang wajib pajak tersebut mempunyai dasar yang meyakinkan bahwa kemungkinan besar mereka tidak akan ditangkap, dan mereka berasumsi orang lainpun berbuat hal yang sama. Prinsip efisiensi yang diterapkan pengusaha untuk mengurangi segala macam beban juga berlaku untuk beban pajak, misalnya pembayar sanksi pajak yang seharusnya tidak terjadi merupakan pemborosan bagi sumber daya perusahaan. METODOLOGI PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif kuantitatif yaitu penelitian terhadap fenomena atau populasi tertentu yang diperoleh peneliti dari subyek yang berupa individu, organisasional atau perspektif yang lain. Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan deskriptif kuantitatif, maka data yang diteliti hanya berupa populasi saja, yaitu laporan keuangan dan struktur financial.
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No.14 | November 2012
36
This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. Please use purchased version to remove this message.
ISSN 1412-2936 Jenis data yaitu data documenter : jenis data yang berupa faktur, jurnal, suratsurat, notulen hasil rapat, memo atau dalam bentuk laporan program (Indriantoro dan Supomo, 2002;145) . Selain itu, jenis data lain yang dipakai adalah data subjek, yaitu data yang diperoleh peneliti dari seseorang dalam bentuk interview sebagai data pendukung. Sumber data yang dipakai adalah data sekunder eksternal perusahaan, yaitu sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung atau melalui
media perantara (diperoleh dari pihak lain). Dan teknik pengumpulan data berupa data Dokumentasi, yaitu suatu metode pengumpulan data dengan mendokumentasikan dan mengumpulkan laporan keuangan dan struktur financial. Teknik analisis data Dalam mengelola data menggunakan metode-metode : a. Penghitungan pajak terutang dengan rumus sebagai berikut.
Pajak Terutang = Tarif Pajak x Penghasilan Kena Pajak (Laba) b. Tarif pajak yang digunakan adalah sebagai berikut : 1. Penggunaan UU perpajakan No. 17 Tahun 2000 yaitu Penghitungan beban pajak koperasi menurut undang-undang perpajakan No. 17 Tahun 2000 pasal 31A dijelaskan bahwa pengenaan Pajak Penghasilan atas Sisa Hasil Usaha (SHU) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 sebesar 10% (sepuluh persen), kecuali apabila tarif menurut perjanjian perpajakan yang berlaku menetapkan lebih rendah. 2. Menurut undang-undang perpajakan No. 36 Tahun 2008 pasal 17 ayat (2) dijelaskan bahwa Tarif yang dikenakan atas penghasilan berupa Sisa Hasil Usaha (SHU) yang dibagikan kepada Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri adalah paling tinggi sebesar 50% (lima puluh persen) dari tarif pajak yang ditetapkan untuk badan usaha non koperasi
sebagai mana dimaksudkan didalam ayat (1) 3. Menganalisis perubahan penerapan undang-undang perpajakan No. 17 tahun 2000 dan undang-undang perpajakan No. 36 tahun 2008 terhadap laba koperasi yang diperoleh pada tahun 2008 dan 2009 sehingga dapat dibandingkan perbendaan yang terjadi antara tahun-tahun tersebut. PEMBAHASAN Analisis pajak berdasarkan peraturan perpajakan No. 17 Tahun 2000 Dari laporan keuangan diatas, dapat dilihat bahwa penghitungan pajak penghasilan badan yang dibayarkan sebesar Rp. 55.700.597. Penghitungan beban pajak yang dikeluarkan oleh perusahaan menggunakan peraturan pajak penghasilan No. 36 tahun 2008. Dengan mengalikan tarif pajak sebesar 28% pada pajak yang dihasilkan tahun 2009. Peraturan perubahan penerapan pajak penghasilan, dapat digambarkan sebagai berikut:
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No.14 | November 2012
37
This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. Please use purchased version to remove this message.
ISSN 1412-2936 Tabel 4 Perbandingan Tarif Pajak berdasarkan UUP No. 17 tahun 2000 dan UUP No. 36 Tahun 2008 Tahun UUP No 17 Thn 2000 UUP No 36 Thn 2008 2008
Rp 58.900.234
Rp 71.306.885
2009
Rp 42.179.212
Rp 55.700.597
Dari tabel dapat di analisis bahwa penerapan peraturan pajak No. 36 Tahun 2008, meningkat secara signifikan.meskipun penerapan pajak No. 17 Tahun 2000 penghitungannya menggunakan tahapan- tahapan nilai
sesuai dengan nilai laba yang dihasilkan. Berikut perbandingan antara penghitungan beban pajak penghasilan badan pada tahun 2008 dan 2009 dengan menggunakan peraturan perpajakan No. 17 Tahun 2000:
a. Laba Tahun 2008 Tabel 1.5 Tarif Pajak berdasarkan UUP No. 17 tahun 2000 Tarif Pajak Laba Tahun 2008 Total Beban Pajak 10%
Rp 50.000.000
Rp 5.000.000
15%
Rp 50.000.000
Rp 7.500.000
30% Total
Rp 154.667.446 Rp 254.667.446
Rp 58.900.234
Rp 46.400.234
b. Laba Tahun 2009 Tabel 6 Tarif Pajak berdasarkan UUP No. 17 tahun 2000 Tarif Pajak Laba Tahun 2009 Total Beban Pajak 10%
Rp
50.000.000
Rp 5.000.000
15%
Rp 50.000.000
Rp 7.500.000
30% Total
Rp 98.930.705 Rp 198.930.705
Rp 29.679.212
Analisis pajak berdasarkan peraturan perpajakan No. 36 Tahun 2008 Menurut undang-undang No. 36 Tahun 2008, penghitungn pajak penghasilan badan jika diterapkan pada perolehan laba tahun 2008 dan 2009 adalah sebagai berikut : a. Laba Tahun 2008 Tarif pajak x Laba Tahun 2008 = 28% x Rp 254,667,446 = Rp. 71.306.885 b. Laba Tahun 2009 Tarif pajak x Laba Tahun 2009 = 28% x Rp 198.930.705 = Rp. 55.700.597 Hal ini menggambarkan bahwa tingkat presentase pajak yang diterapkan menurut undang-undang No. 17 tahun
Rp 42.179.212
2000 lebih kecil dari pada penerapan undang-undang perpajakan No. 36 tahun 2008, sehingga dampaknya terhadap laba juga akan sangat berpengaruh signifikan. Dari hasil analisa dapat diketahui bahwa selisih yang ditimbulkan akibat penerapan penghitungan pajak penghasilan yang diberlakukan pemerintah, berdampak sangat signifikan terhadap laba koperasi. Dari penghitungan pajak tersebut diketahui bahwa selisih laba tahun 2008 adalah sebesar Rp. 12.406.651,00. Untuk tahun 2008 ini penerapan pajak yang ditetepkan lebih menguntungkan koperasi trisula, karena pada tahun ini koperasi masih
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No.14 | November 2012
38
This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. Please use purchased version to remove this message.
ISSN 1412-2936 menggunakan penerapan perpajakan No. 17 Tahun 2000.sedangkan selisih laba tahun 2009 dengan penerapan perpajakan No. 36 Tahun 2008 adalah sebesar Rp. 13.521.385. Selisih ini merupakan nilai yang sangat besar bagi koperasi yang lebih menguntungkan pihak pemerintah. Karnanya penetapan perpajakan berikutnya dapat menjadi pertimbangan pemerintah sehingga dapat menguntungkan kedua belah pihak agar tidak terjadi kecurangan pajak . Pengaruh perubahan perlakuan pajak ini dapat berdampak positif dan negative bagi badan usaha khususnya koperasi. Dampak-dampak yang mungkin timbul dari sisi negative antara lain : a. Menjadikan investor kurang berminat dalam mengembangkan usaha kecil menengah seperti koperasi. Namun secara spesifik, dampak yang mungkin ditimbulkan dari perubahan peraturan penghitungan pajak penghasilan ini bagi koperasi adalah kurang berminatnya anggota untuk masuk menjadi anggota koperasi dikarenakan kenaikan pajak yang mungkin akan menyebabkan kenaikan presentase bunga pinjaman yang menjadi produk koperasi. b. Jika hal diatas terjadi, maka akan timbul dampak negatif berikutnya yaitu semakin kecilnya tingkat pertumbuhan ekonomi bangsa, karena kurang berkembangnya usaha kecil menengah yang ada di masyarakat. Dikarenakan pengenaan tarif pajak yang terlalu tinggi. c. Selain itu penetapan pemungutan pajak yang terlalu tinggi juga akan mengakibatkan meningkatnya inflasi dikarenakan beban pajak yang ditanggungkan kepada pihak badan usaha akan dialihkan menjadi beban masyarakat. Dari sisi positifnya, pemerintah dapat meningkatkan penghasilan dari pajak yang akan menjadi modal pembangunan di tahun tersebut. Hal ini dapat menjadi pertimbangan baru bagi pemerintah dalam menetapkan presentase pajak penghasilan yang akan diterapkan pada tahun berikutnya. Sehingga pajak yang dipungut tidak menyebabkan terhambatnya laju
perekonomian yang memang didasarkan pada meningkatnya usaha kecil dan menengah sebagai dasar pemerataan pendapatan yang diperoleh masyarakat guna kesejahteraan masyarakat. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan data yang diperoleh dapat disimpulkan : a. Koperasi yang bergerak dalam bidang simpan pinjam dalam penerapannya terhadap peraturan penghitungan pajak penghasilan badan lebih diuntungkan jika pemerintah memberlakukan peraturan pajak No. 17 tahun 2000 dari pada penerapan perpajakan yang baru yaitu peraturan pajak No. 36 Tahun 2008. Tetapi sebaliknya bagi pemerintah. b. Selisih pengurangan laba akibat pembayaran beban pajak yang dilakukan Koperasi mencapai Rp. 12.406.651,00 yaitu perolehan laba pada tahun 2008 dengan menggunakan penerapan pajak No. 17 Tahun 2000 sebesar Rp. 195.767.212,00 sedangkan dengan penerapan undang-undang perpajakan No. 36 tahun 2008 dengan tahun yang sama yaitu sebesar Rp. 183.360.560,00. Sedangkan selisih yang terjadi pada tahun 2009 mencapai Rp. 13.521.385,00 yaitu dengan perolehan laba pada tahun 2009 dengan menggunakan penerapan pajak No. 17 Tahun 2000 sebesar Rp. 156.751.493,00 sedangkan dengan penerapan undang-undang perpajakan No. 36 tahun 2008 dengan tahun yang sama yaitu sebesar Rp. 143.230.108,00. DAFTAR PUSTAKA Baridwan, zaki. 2004. Intermediate accounting. Edisi 8. Penerbit Bpfe, Yogyakarta. Casavera. 2009. Perpajakan. Penerbit Graha Ilmu, Yogyakarta. Indriantoro, Nur dan Supomo. 2002. Metodologi penelitian Dan Bisnis. Bpfe, Yogyakarta. Isroah. 2004. Kompetensi dasar akuntansi 1. Edisi revisi. Penerbit Tiga serangkai, Solo.
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No.14 | November 2012
39
This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. Please use purchased version to remove this message.
ISSN 1412-2936 Jusuf,
haryono. 2003. Dasar-dasar akuntansi, buku 1. Penerbit Stie, Yogyakarta. . 2005. Dasar-dasar akuntansi, buku 2. Penerbit Stie, Yogyakarta. Muljono, Djoko. 2006. Akuntansi pajak. Penerbit Andi, Yogyakarta. Purba P, Marisi dan Andreas. 2005. Akuntansi Pajak Penghasilan.penerbit Graha Ilmu, Yogyakarta.
Setiawan, Setu. 2002. Perpajakan. Penerbit Universitas Muhammdiyah Malang, Malang. Soemarso. 1996. Akuntansi suatu pengantar. jilid 2. Penerbit Rineka cipta, Jakarta. Soemitro, Rochmat. 1992. Pengantar Singkat Hukum Pajak. Penerbit PT. Eresco, Bandung. Undang-undang Perpajakan. 2000. Penerbit Citra Umbara, Bandung. Zain, Mohammad. 2005. Manajemen perpajakan. Penerbit Salemba Empat, Jakarta.
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No.14 | November 2012
40
This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. Please use purchased version to remove this message.
ISSN 1412-2936 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HASIL PEMERIKSAAN (Studi pada Inspektorat Kabupaten Pamekasan) Subhan
[email protected] Fakultas Ekonomi Universitas Madura ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi pengaruh latar belakang pendidikan, kompetensi teknis, pendidikan dan pelatihan berkelanjutan dan pengalaman kerja terhadap hasil audit di Inspektorat Kabupaten Pamekasan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa latar belakang pendidikan, kompetensi tehnis, pelatihan berkelanjutan dan pengalaman kerja yang simultan terpengaruh secara signifikan terhadap kualitas hasil audit di Inspektorat Kabupaten Pamekasan. Secara parsial, pendidikan dan pelatihan berkelanjutan yang tidak terpengaruh signifikan terhadap kualitas hasil hasil audit pada Inspektorat Kabupaten Pamekasan, namun, pengalaman kerja memiliki dampak yang lebih besar terhadap kualitas hasil audit. Kata Kunci: latar belakang pendidikan, kompetensi teknis, pendidikan dan pelatihan berkelanjutan dan pengalaman kerja terhadap hasil audit PENDAHULUAN Pemeriksaan yang dilakukan Aparat Pengawas Intern Pemerintah (APIP) merupakan salah satu fungsi dari pengawasan melalui pencarian bukti dan keterangan yang dapat mendukung proses pemeriksaan dan sebagai bahan pertimbangan auditor dalam pelaksanaan audit serta penyusunan laporan auditor dengan membandingkan antara standar operasional dan kriteria yang ditetapkan dengan hasil yang dicapai, sehingga auditor dapat menyetujui atau menolak hasil yang dicapai dengan memberikan rekomendasi sebagai bahan perbaikan untuk ditindak lanjuti. Terbentuknya kompetensi auditor untuk menghasilkan kualitas hasil pemeriksaan dapat didukung oleh latar belakang pendidikan, pendidikan dan pelatihan yang memadai. Berdasarkan PERMENPAN No: PER/05/M.PAN/03/2008 tentang Standar Audit Aparat Pengawasan Intern Pemerintah dinyatakan dalam standar umum audit kinerja dan audit investigasi meliputi standar-standar yang terkait dengan karakteriktik organisasi dan individu-individu yang melakukan kegiatan audit harus independen, obyektif, memiliki keahlian (latar belakang pendidikan, kompetensi teknis dan sertifikasi jabatan
dan pendidikan dan pelatihan berkelanjutan), kecermatan profesional dan kepatuhan terhadap kode etik. Latar belakang pendidikan yang dimiliki oleh auditor aparat pengawas intern pemerintah sebaiknya disesuaikan dengan tugas dan fungsi yang dilaksanakan sebagaimana yang diisyaratkan oleh PERMENPAN No: PER/05/M.PAN/03/2008 tentang latar belakang pendidikan, Auditor APIP mempunyai tingkat pendidikan formal minimal strata satu ( S-1) atau yang setara. Hal itu agar tercipta kinerja audit yang baik maka APIP harus mempunyai kriteria tertentu dari auditor yang diperlukan untuk merencanakan audit, mengidentifikasi kebutuhan profesional auditor dan untuk mengembangkan teknik dan metodologi audit agar sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi unit yang dilayani oleh APIP. Kompetensi teknis adalah kemampuan yang harus dimiliki oleh auditor aparat pengawasan intern pemerintah adalah auditing, akuntansi, administrasi pemerintahan dan komunikasi. Disamping wajib memiliki keahlian tentang standar audit, kebijakan, prosedur dan praktek-praktek audit, auditor harus memiliki keahlian yang memadai tentang lingkungan pemerintahan sesuai dengan
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No.14 | November 2012
41
This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. Please use purchased version to remove this message.
ISSN 1412-2936 tugas pokok dan fungsi unit yang dilayani oleh APIP. Sertifikasi jabatan dan pendidikan dan pelatihan berkelanjutan, antara lain sebagai berikut: Pemeriksa harus mempunyai sertifikasi jabatan fungsional auditor (JFA) dan mengikuti pendidikan dan pelatihan profesional berkelanjutan (continuingprofessionaleducation). Untuk itu pemeriksa wajib mengikuti pendidikan dan pelatihan sertifikasi jabatan fungsional auditor yang sesuai dengan jenjangnya untuk meningkatkan kompetensi dan kredibilitas auditor yang baik dan pada akhirnya berpengaruh terhadap kualitas hasil pemeriksaan. LANDASAN TEORI Latar Belakang Pendidikan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor: PER/05/M.PAN/03/2008 tentang Standar Audit Aparat Pengawasan Intern Pemerintah menjelaskan, latar belakang pendidikan pemeriksa adalah Auditor APIP harus mempunyai pendidikan formal minimal adalah: Strata satu ( S-1) atau yang setara, halitu agar tercipta kinerja audit yang baik maka APIP harus mempunyai kriteria tertentu dari auditor yang diperlukan untuk merencanakan audit, mengidentifikasi kebutuhan profesional auditor dan untuk mengembangkan teknik dan metodologi audit agar sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi unit yang dilayani, untuk itu diperlukan pengembangan teknik dan metodologi pemeriksaan melalui pelatihan, dan pelatihan yang diperlukan harus dievaluasi secara periodik. Kompetensi Tehnis Kompetensi merupakan kemampuan individui seorang pekerja yang memungkinkan ia mencapai kinerja yang berkualitas. Ashton (1991) menunjukkan bahwa dalam literatur psikologi, pengetahuan spesifik dan lama pengalaman bekerja sebagai faktor penting untuk meningkatkan kompetensi. Ashton juga menjelaskan bahwa ukuran kompetensi tidak cukup hanya pengalaman
tetapi diperlukan pertimbanganpertimbangan lain dalam pembuatan keputusan yang baik karena pada dasarnya manusia memiliki sejumlah unsur lain selain pengalaman. Pendidikan dan Pelatihan Berkelanjutan Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor: PER/05/M.PAN/03/2008 tentang Standar Audit Aparat Pengawasan Intern Pemerintah. Sertifikasi jabatan dan pendidikan dan pelatihan berkelanjutan, antara lain sebagai berikut: Pemeriksa harus mempunyai sertifikasi Jabatan Fungsional Auditor (JFA), Pemeriksa harus mengikuti pendidikan dan pelatihan berkelanjutan, dan Pemeriksa wajib memiliki pengetahuan dan akses atas informasi teraktual dalam standar, metodologi, prosedur, dan teknik pemeriksaan. Pengalaman Kerja Pengalaman merupakan ukuran lamanya pekerjaan auditor dalam melaksanakan tugasnya. Marinusdkk. (1997) dalam Herliansyah dkk. (2006) menyatakan bahwa secara spesifik pengalaman dapat diukur dengan rentang waktu yang telah digunakan terhadap suatu pekerjaan atau tugas (job). Penggunaan pengalaman didasarkan pada asumsi bahwa tugas yang dilakukan secara berulang-ulang memberikan peluang untuk belajar melakukannya dengan yang terbaik. Kualitas Hasil Pemeriksaan Kualitas hasil pemeriksaan adalah pelaporan tentang kelemahan pengendalian intern dan kepatuhan terhadap ketentuan, tanggapan dari pejabat yang bertanggung jawab, merahasiakan pengungkapan informasi yang dilarang, pendistribusian laporan hasil pemeriksaan dan tindak lanjut dari rekomendasi auditor sesuai dengan peraturan perundang-undangan ( Batubara, 2008).
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No.14 | November 2012
42
This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. Please use purchased version to remove this message.
ISSN 1412-2936 Pengaruh Latar Belakang Pendidikan Terhadap Kualitas Hasil Pemeriksaan Batubara (2008) melakukan pengujian terhadap latar belakang pendidikan terhadap kualitas hasil pemeriksaan pada BAWASKO Medan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa latar belakang pendidikan secara simultan berpengaruh terhadap kualitas hasil pemeriksaan, sedangkan secara parsial latar belakang pendidikan tidak berpengaruh terhadap kualitas hasil pemeriksaan. Berbeda dengan penelitian Mulyono (2009) yang menguji pengaruh latar belakang pendidikan pemeriksa terhadap kinerja inspektorat Kabupaten Dili Serdang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan latar belakang pendidikan pemeriksaan berpengaruh signifikan terhadap kinerja inspektorat dan secara parsial latar belakang pendidikan pemeriksa memiliki pengaruh paling kecil. Pengaruh Kompetensi Tehnis Terhadap Kualitas Hasil Pemeriksaan Kompetensi teknis adalah kemampuan teknis yang harus dimiliki oleh pemeriksa yang mempunyai pendidikan auditing, akuntansi, administrasi pemerintahan dan komunikasi. Mulyono (2009) yang menguji pengaruh kompetensi tehnis terhadap kinerja inspektorat Kabupaten Dili Serdang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan kompetensi tehnis berpengaruh signifikan terhadap kinerja inspektorat dan secara parsial kompetensi tehnis berpengaruh signifikan terhadap kinerja inspektorat serta memiliki pengaruh yang paling besar dibandingkan variabel lainnya. Mabruri dan Winarna (2010) menguji pengaruh pengetahuan auditor terhadap kualitas hasil pemeriksaan di lingkungan inspektorat pemerintahan daerah Surakarta, Karanganyar, Sukoharjo dan Wonogiri dengan sampel sejumlah 66 orang. Hasil pengujian menunjukkan bahwa pengetahuan berpengaruh positif terhadap kualitas hasil pemeriksaan di lingkungan pemerintahan daerah, semakin banyak pengetahuan seorang auditor maka semakin baik kualitas hasil audit yang dilakukan.
Pengaruh Pendidikan dan Pelatihan Berkelanjutan Terhadap Kualitas Hasil Pemeriksaan Sertifikasi jabatan dan pendidikan dan pelatihan berkelanjutan, antara lain sebagai berikut: Pemeriksa harus mempunyai sertifikasi jabatan fungsional auditor (JFA) dan mengikuti pendidikan dan pelatihan profesional berkelanjutan (continuingprofessionaleducation). Untuk itu pemeriksa wajib mengikuti pendidikan dan pelatihan sertifikasi jabatan fungsional auditor yang sesuai dengan jenjangnya untuk meningkatkan kompetensi dan kredibilitas auidtor yang baik dan pada akhirnya berpengaruh terhadap kualitas audit. Mulyono (2009) melakukan pengujian terhadap variabel sertifikasi jabatan, pendidikan dan pelatihan terhadap kinerja inspektorat Kabupaten Dili Serdang dengan sampel berjumlah 41 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan sertifikasi jabatan dan pendidikan dan pelatihan berkelanjutan berpengaruh signifikan terhadap kinerja inspektorat, secara parsial sertifikasi jabatan dan pendidikan dan pelatihan berkelanjutan berpengaruh signifikan terhadap kinerja inspektorat, dan yang memiliki pengaruh terbesar terhadap kinerja inspektorat adalah sertifikasi jabatan dan pendidikan dan pelatihan berkelanjutan. Mabruri dan Winarna (2010) menguji pengaruh pengetahuan auditor terhadap kualitas hasil pemeriksaan di lingkungan inspektorat pemerintahan daerah Surakarta, Karanganyar, Sukoharjo dan Wonogiri dengan sampel sejumlah 66 orang. Hasil pengujian menunjukkan bahwa pengetahuan berpengaruh positif terhadap kualitas hasil pemeriksaan di lingkungan pemerintahan daerah, semakin banyak pengetahuan seorang auditor maka semakin baik kualitas hasil audit yang dilakukan. Pengaruh Pengalaman Kerja Terhadap Kualitas Hasil Pemeriksaan Herliansyah dan Ilyas (2006) menyatakan bahwa secara spesifik pengalaman dapat diukur dengan rentang waktu yang telah digunakan terhadap suatu pekerjaan atau tugas. Penggunaan
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No.14 | November 2012
43
This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. Please use purchased version to remove this message.
ISSN 1412-2936 pengalaman didasarkan pada asumsi bahwa tugas yang dilakukan secara berulang-ulang memberikan peluang untuk belajar melakukannya dengan yang terbaik. Penelitian Budi dkk(2004) pengalaman kerja memberikan hasil bahwa tidak terdapat pengaruh pengalaman kerja terhadap pengambilan keputusan auditor. Herliansyah dan Ilyas (2006), dari penelitiannya menemukan bahwa pengalamanmengurangi dampak informasi tidak relevan terhadap judgment auditor. Zulaikha (2006) menguji pengaruh ineteraksi gender dengan pengalaman terhadap keakuratan audit judgment dengan hasil menunjukkan bahwa pengalaman sebagai auditor berpengaruhl angsung (main effect) terhadap audit judgment. Demikian pula ketika isu gender berinteraksi dengan pengalaman tugas sebagai auditor, maka interaksi tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap audit judgment. HIPOTESIS H1. Latar belakang pendidikan berpengaruh terhadap kualitas hasil pemeriksaan. H2.
Kompetensi tehnis berpengaruh terhadap kualitas hasil pemeriksaan.
H3.
Pendidikandanpelatihanberkelanjutan berpengaruh terhadap kualitas hasil pemeriksaan.
H4.
Pengalamankerja berpengaruh terhadap kualitas hasil pemeriksaan.
PEMBAHASAN Dari hasil persamaan regresi yang dapat dibuat adalah sebagai berikut : Y = - 0,199 + 0,089 X1 + 0,191X2 + 0,082 X3 + 0,150 X4.
Dalam perhitungan menunjukkan semua variabel bebas memiliki koefisien bertanda positif, sehingga persamaan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: Apabila latar belakang pendidikan, kompetensi tehnis, pendidikan dan pelatihan berkelanjutan dan pengalaman
kerja semakin ditingkatkan maka akan meningkatkan kualitas hasil pemeriksaan dan sebaliknya apabila latar belakang pendidikan, kompetensi tehnis, pendidikan dan pelatihan berkelanjutan dan pengalaman kerja diturunkan maka akan menurunkan kualitas hasil pemeriksaan. Selain itu, nilai dari koefisien determinasi dari hasil perhitungan adalah 0.973 yang berarti bahwa sebesar 97.3 % kualitas hasil pemeriksaan (Dependen Variabel) mampu dijelaskan oleh variabel bebas, sedangkan 2.7 % dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model (faktor galat). Sedangkan koefisien korelasi berganda atau Multiple (R) sebesar 0.986. koefisien ini menunjukkan tingkat hubungan atau korelasi variabel dependen terhadap variabel-variabel independen. Nilai R yang tinggi, yaitu sebesar 0,986 menunjukkan adanya hubungan yang kuat antara semua varibel independen dengan variabel dependen. Uji Regresi Secara Parsial (Uji t) dansimultan(Uji f) Berdasarkan data hasil regresi diketahui bahwa nilai t masing-masing sebagai berikut: 1. Nilai uji t untuk variabel Latar belakang pendidikan adalah sebesar 2.153 dengan tingkat signifikasi 0,043. Nilai signifikasi ini lebih kecil dari 0,05, sehingga dapat dinyatakan bahwa variabel latar belakang pendidikan secara parsial berpengaruhsignifikanterhadap kualitas hasil pemeriksaan. 2. Nilai uji t untuk variabel Kompetensi tehnis adalah sebesar 5.479 dengan tingkat signifikasi 0,000. Nilai signifikasi ini lebih kecil dari 0,05, sehingga dapat dinyatakan bahwa variabel kompetensi tehnis secara parsial berpengaruhsignifikanterhadap kualitas hasil pemeriksaan. 3. Nilai uji t untuk variabel Pendidikan dan pelatihan berkelanjutan adalah sebesar 1.859 dengan tingkat signifikasi 0,077. Nilai signifikasi ini lebih besar dari 0,05, sehingga dapat dinyatakan bahwa variabel pendidikan dan pelatihan berkelanjutan secara parsial tidak
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No.14 | November 2012
44
This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. Please use purchased version to remove this message.
ISSN 1412-2936 berpengaruhsignifikanterhadap kualitas hasil pemeriksaan. Nilai uji t untuk variabel Pengalaman kerja adalah sebesar 4.688 dengan tingkat signifikasi 0,000. Nilai signifikasi ini lebih kecil dari 0,05, sehingga dapat dinyatakan bahwa variabel pengalaman kerja secara parsial berpengaruhsignifikanterhadap kualitas hasil pemeriksaan.
bahwa Latar belakang pendidikan secara parsial tidak berpengaruh terhadap kualitas hasil pemeriksaan.Dengan demikian untuk menghasilkan kaulitas hasil pemeriksaan maka auditor APIP harus mempunyai tingkat pendidikan formal minimal strata satu ( S-1) atau yang setara, hal ini diperlukan agar tercipta kualitas hasil pemeriksaan yang baik bagi aparat pengawasan intern pemerintah.
Nilai beta juga menunjukkan bahwa untuk variabel Pengalaman kerjamerupakan variabel yang berpengaruh paling dominan, karena nilai beta kompensasibernilai lebih besar yaitu 0.219 dibandingkan variabel lainnya. Sedangkannilai F hitung hasil regresi adalah sebesar 95.000, dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000. Nilai signifikansi ini lebih kecil dari 0,05 sehinggavariabellatar belakang pendidikan, kompetensi tehnis, pendidikan dan pelatihan berkelanjutan dan pengalaman kerja secara simultan berpengaruh signifikan terhadap kualitas hasil pemeriksaan.
Kompetensi Tehnis Kompetensi teknis adalah kemampuan teknis yang harus dimiliki oleh pemeriksa yang mempunyai pendidikan auditing, akuntansi, administrasi pemerintahan dan komunikasi. Disamping wajib memiliki keahlian tentang standar audit, kebijakan, prosedur dan praktekpraktek audit, auditor harus memiliki keahlian yang memadai tentang lingkungan pemerintahan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi unit yang dilayani oleh APIP. Hasil pengujian statistik secara parsial menunjukkan variabel kompetensi tehnis secara parsial berpengaruhsignifikanterhadap kualitas hasil pemeriksaan. Hasil pengujian mendukung hipotesis H2 yang menyatakan bahwa kompetensi tehnis berpengaruh terhadap kualitas hasil pemeriksaan. Penelitian ini mendukung penelitian Mabruri (2010) yang meyatakan bahwa pengetahuan berpengaruh positif terhadap kualitas hasil pemeriksaan di lingkungan pemerintahan daerah, semakin banyak pengetahuan seorang auditor maka semakin baik kualitas hasil audit yang dilakukan. Senada dengan penelitian yang dilakukan Mulyono ( 2009) menyatakan secara parsial kompetensi tehnis berpengaruh signifikan terhadap kinerja inspektorat serta memiliki pengaruh yang paling besar dibandingkan variabel lainnya.
4.
Latar Belakang Pendidikan Latar belakang pendidikan yang dimiliki oleh aparat pemeriksa hendaknya disesuaikan dengan tugas yang dilaksanakan. Menurut Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor: PER/05/M.PAN/03/2008 tentang Standar Audit Aparat Pengawasan Intern Pemerintah. Menyatakan bahwa auditor APIP harus mempunyai tingkat pendidikan formal minimal strata satu ( S-1) atau yang setara. Hasil pengujian menunjukkan bahwa Latar belakang pendidikan secara parsial berpengaruhsignifikanterhadap kualitas hasil pemeriksaan. Hasil pengujian mendukung hipotesis H1 yang menyatakan bahwa latar belakang pendidikan berpengaruh terhadap kualitas hasil pemeriksaan. Hasil ini mendukung penelitian Mulyono (2009) yang menyatakan bahwa secara parsial latar belakang pendidikan berpengaruh signifikan terhadap kinerja inspektorat. Berbeda dengan penelitian Batubara (2008) dan Lubis (2009) yang menyatakan
Pendidikan dan Pelatihan Berkelanjutan Pendidikan dan pelatihan berkelanjutan merupakan salah satu faktor penentu kualitas hasil pemeriksaan. Pemeriksa yang melaksanakan pemeriksaan menurut standar pemeriksaan harus memelihara kompetensinya melalui pendidikan profesional berkelanjutan.
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No.14 | November 2012
45
This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. Please use purchased version to remove this message.
ISSN 1412-2936 Pengujian statistik menunjukkan bahwa variabel pendidikan dan pelatihan berkelanjutan secara parsial tidak berpengaruhsignifikanterhadap kualitas hasil pemeriksaan. Hasil pengujian menolak hipotesis H3 yang menyatakan bahwa pendidikan dan pelatihan berkelanjutanberpengaruhterhadap kualitas hasil pemeriksaanKetidaksignifikanan disebabkan karena auditor inspektorat Kabupaten Pamekasan masih menganggap sertifikasi jabatan fungsional dan pendidikan dan pelatihan berkelanjutan merasa tidak perlu dan enggan untuk melaksanakannya, hal ini disebabkan oleh beberapa alasan: a. Auditor Inspektorat Kabupaten Pamekasan masih bersifat struktural bukan fungsional sehingga jabatan fungsional auditor bukan menjadi tuntutan bagi auditor Inspektorat Kabupaten Pamekasan dan menganggap jabatan fungsional merasa tidak perlu diikuti dan dilaksanakan. Untuk merubah dari jabatan struktural menjadi jabatan fungsional merupakan hak prirogatif Bupati Pamekasan. b. Pendidikan dan pelatihan untuk Jabatan fungsional auditor bagi internal auditor dilaksanakan oleh Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP) dan harus mengikuti ujian sertifikasi jabatan fungsional auditor. Jika dari salah satu materi yang diujikan tidak lulus maka internal auditor diwajibkan untuk mengulang kembali dan di beri jangka waktu maksimal 2 tahun kemudian atau telah menempuh maksimal 4 kali ujian. Jika melebihi dari batas waktu yang ditentukan maka internal auditor diwajibkan mengulang kembali sampai lulus dari semua materi yang diujikan. Hal ini yang menyebabkan auditor inspektorat Kabupaten Pamekasan merasa enggan dan jenuh untuk mengikuti pelatihan dan ujian sertifikasi jabatan fungsional auditor.
berpengaruh pemeriksaan.
terhadap
kualitas
hasil
Pengalaman Kerja Pengalaman merupakan ukuran lamanya pekerjaan auditor dalam melaksanakan tugasnya. Hasil pengujian menunjukkan bahwa variabel pengalaman kerja secara parsial berpengaruhsignifikanterhadap kualitas hasil pemeriksaan. Hasil pengujian mendukung hipotesis H4 yang menyatakan bahwa pengalaman kerja berpengaruh terhadap kualitas hasil pemeriksaan. Hasil ini mendukung penelitian Zulaikha (2006) yang menguji pengaruh ineteraksi gender dengan pengalaman terhadap keakuratan audit judgment dengan hasil menunjukkan bahwa pengalaman sebagai auditor berpengaruh langsung (main effect) terhadap audit judgment. Sama halnya dengan penelitian Lehman dan Norman (2006) menunjukkan bahwa auditor yang berpengalaman (expertise), akan lebih jelas merinci masalah yang dihadapi dibandingkan auditor yang kurang berpengalaman, yang nantinya berpengaruh pada auditor judgment. KESIMPULAN a. Berdasarkan hasil uji F menunjukkan bahwa secara simultan variabel latar belakang pendidikan, kompetensi tehnis, pendidikan dan pelatihan berkelanjutan dan pengalaman kerjasecara simultan mempengaruhi kualitas hasil pemeriksaan. b. Hasilperhitungan menunjukkanbahwavariabel Pendidikan dan pelatihan berkelanjutan secaraparsialtidak berpengaruh terhadapkualitas hasil pemeriksaan c. Variabel pengalaman kerjamerupakan variabel yang berpengaruh paling dominan terhadap kualitas hasil pemeriksaan. ebabkan oleh kekeliruan maupun kecurangan. DAFTAR PUSTAKA
Hasil ini tidak mendukung hasil penelitian Batubara (2008), Mulyono (2009) dan Lubis (2009) yang menyatakan bahwa pendidikan dan pelatihan berkelanjutan
Anshori, Muslich dan Sri Iswati,2009. Metodologi Penelitian Kuantitatif,
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No.14 | November 2012
46
This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. Please use purchased version to remove this message.
ISSN 1412-2936 Bahan Ajar. Surabaya: Fakultas Ekonomi, Universitas Airlangga. Ashton, AlisonHubbard, 1991. Experience and Error Frequency Knowledge as Potential Determinants of Audit Expertise. The Accounting Review, 218-239. Batubara, Rizal Iskandar, 2008. Analisis Pengaruh Latar Belakang Pendidikan, Kecakapan Profesional, Pendidikan Berkelanjutan, Dan Independensi Pemeriksa Terhadap Kualitas Hasil Pemeriksaan (Studi Empiris Pada Bawasko Medan). Tesis. Sumatera Utara: Ilmu Akuntansi, Pasca Sarjana, Universitas Sumatera Utara. Budi, Sasongko, Basuki dan Hendaryatno. Internal Auditor dan Dilema Etika. 135. www.theakuntansi.com. diakses tanggal 28 Januari 2011.
Kabupaten Deli Serdang. Tesis. Sumatera Utara: Ilmu Akuntansi, Pasca Sarjana, Universitas Sumatera Utara. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor PER/05/M.PAN/03/2008 tanggal 31 Maret 2008 tentang Standar Audit Aparat Pengawasan Intern Pemerintah. Solimun, 2000. MultivariateAnalysis,StructuralEquat ionModelling, Lisrel dan Amos, Malang: Fakulats MIPA Universitas Brawijaya. Tubbs, Richard M., 1992. The Effect of Experience on theAuditor’s Organization andAmount of Knowledge. The AccountingReview, 783-801.
HerliansyahYudhi dan Meifida Ilyas, 2006. Pengaruh Pengalaman Auditor Terhadap Penggunaan Bukti Tidak Relevan Dalam Auditor Judgement.Makalah. Simposium Nasional Akuntansi IX. Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Edisi IVSemarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro Lehman, H. Constance dan C. S. Norman, 2006. The Effect of Experience on Complex Problem RepresentationandJudgement In auditing: AnExperimentalInvestigation, BehavioralReseach In Accounting, Vol 18, pp. 65-85. Mabruri, Havidz dan Jaka Winarna, 2010. Analisis Faktor-Faktor Mempengaruhi Hasil Audit di Lingkungan Pemerintah daerah. Makalah. Simposium Nasional Akuntansi XIII. Mulyono, Agus, 2009. Analisis FaktorFaktor Kompetensi Aparatur Inspektorat dan Pengaruhnya Terhadap Kinerja Inspektorat Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No.14 | November 2012
47
This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. Please use purchased version to remove this message.
ISSN 1412-2936 PENGGUNAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN DALAM MENGEVALUASI KEBIJAKAN METODE PENYUSUTAN AKTIVA TETAP Rika Syahadatina
[email protected] Fakultas Ekonomi Universitas Madura ABSTRAK Analisis data menunjukkan bahwa laba yang diperoleh PT. Garam (Persero) dengan mengunakan metode garis lurus pada tahun 2005 sebesar Rp 8,652,670,000, tahun 2006 sebesar Rp 12,505,585,000 dan tahun 2007 sebesar Rp 18,398,968,000. Apabila menggunakan metode jumlah angka tahun maka laba yang diperoleh PT. Garam (Persero) pada tahun 2005 adalah sebesar Rp 4,896,982,000, tahun 2006 sebesar Rp 8,074,904,000 dan tahun 2007 sebesar Rp 14,605,641,450. Sedangkan jika menggunakan metode saldo menurun ganda maka laba yang diperoleh oleh PT. Garam (Persero) pada tahun 2005 adalah sebesar Rp 3,682,833,400, tahun 2006 sebesar Rp 6,793,427,200 dan tahun 2007 sebesar Rp 13,293,380,000. Rata-rata laba pertahun yang diperoleh oleh PT. Garam (Persero) berdasarkan metode garis lurus adalah sebesar Rp 13,185,741,000, rata-rata laba pertahun dengan menggunakan metode jumlah angka tahun adalah sebesar Rp 9,192,509,150 dan ratarata laba pertahun dengan menggunakan metode saldo menurun ganda adalah sebesar Rp 7,923,213,500. Kata kunci : metode penyusutan aktiva tetap, standar akuntansi keuangan
PENDAHULUAN Dalam menghadapi perkembangan usaha yang semakin maju, perusahaan yang didirikan harus memiliki suatu tujuan agar dapat membuat perusahaan hidup dalam jangka panjang, artinya perusahaan harus mempertahankan kelangsungan hidupnya melalui pencapaian tujuan. Suatu tujuan akan tercapai apabila perusahaan dikelola dengan baik, sehingga sesuai dengan harapan yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Tujuan suatu perusahaan adalah untuk memperoleh laba yang optimal atas investasi yang telah ditanamkan dalam perusahaan. Salah satu bentuk investasi tersebut adalah aktiva tetap yang digunakan dalam kegiatan normal perusahaan. Aktiva tetap yaitu sumbersumber ekonomi yang dimiliki perusahaan yang mempunyai umur ekonomis lebih dari satu tahun (Jusup, 2003:23). Menurut Baridwan (2004:271) aktiva tetap terdiri
dari aktiva tetap berwujud dan aktiva tetap tidak berwujud. Aktiva tetap berwujud adalah aktiva-aktiva yang sifatnya relatif permanen yang digunakan dalam kegiatan perusahaan yang normal. Untuk mencapai tujuan perusahaan tersebut, diperlukan pengelolaan yang efektif dan kebutuhan yang tepat dalam penggunaan, pemeliharaan, pemilihan metode untuk menilai aktiva tetap perusahaan. Umur ekonomis suatu aktiva tetap harus dapat dibebankan secara tepat dan salah satu caranya adalah dengan menentukan metode penyusutan. Penyusutan adalah pemupukan dana untuk membeli aktiva tetap apabila sudah memerlukan penggantian (Soemarso, 1996:28). Definisi aktiva tetap menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keungan (PSAK) No. 16 adalah aktiva berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai atau dengan dibangun terlebih dahulu, yang digunakan dalam operasi perusahaan, tidak dimaksudkan
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No.14 | November 2012
48
This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. Please use purchased version to remove this message.
ISSN 1412-2936 untuk dijual dalam rangka kegiatan normal perusahaan dan mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun. Untuk itu perlu diketahui apakah metode penyusutan yang diterapkan perusahaan telah memperhatikan perubahan nilai aktiva tetap yang menurun disebabkan karena berlalunya waktu atau menurunnya manfaat yang diberikan aktiva tetap tersebut. Perusahaan harus mampu menerapkan metode penyusutan yang tepat pada aktiva tertentu, karena metode penyusutan yang berbeda akan menghasilkan alokasi biaya penyusutan yang berbeda sehingga akan mempengaruhi harga pokok penjualan dan beban usaha yang mempengaruhi besarnya laba yang akan diperoleh perusahaan. Laba usaha adalah kenaikan modal (aktiva bersih) yang berasal dari transaksi sampingan atau transaksi yang jarang terjadi dari suatu badan usaha dan dari semua transaksi atau kejadian lain yang mempengaruhi badan usaha selama satu priode kecuali yang timbul dari pendapatan atau investasi oleh pemilik (Baridwan, 2004:29). Besarnya beban penyusutan aktiva tetap mempengaruhi besar kecilnya laba yang diperoleh perusahaan. Oleh karena itu, pemilihan metode penyusutan harus tepat dan perlu diadakan analisis terhadap metode penyusutan yang diterapkan perusahaan dalam aktiva tetapnya. Pada umumnya nilai ekonomis suatu aktiva tetap akan mengalami penurunan yang disebabkan pemakaian dan kerusakan, keusangan karena faktor ekonomis dan teknis. Dalam hal ini perusahaan harus memperhatikan masalah pada biaya reparasi dan pemeliharaan apakah relatif konstan sepanjang umur aktiva tetap atau semakin meningkat. Karena itu pihak menajemen harus berhati-hati dalam menerapkan kebijakan biaya pemeliharaan khususnya jumlah pengeluaran pendapatan (revenue expenditure) dalam pemeliharaan aktiva tetap tersebut. Sebaliknya pengeluaran untuk aktiva di atas jumlah minimal yang menjadi kebijakan perusahaan harus dikapitalisasi
sebagai pengeluaran expenditure).
modal
(capital
KAJIAN PUSTAKA Aktiva Tetap Secara umum yang dimaksud dengan aktiva tetap perusahaan adalah aktiva milik perusahaan yang digunakan secara aktiv dalam kegiatan perusahaan serta mempunyai masa manfaat yang lebih dari satu periode akuntansi. Masa manfaat yang relatif lama tersebut menyebabkan perlunya pengelolaan dan kebijakan yang cermat terhadap penyusutan aktiva tetap yang memerlukan jasa dan partisipasi aktiva tetap dalam menghasilkan pendapatan penjualan. Menurut standar akuntansi keuangan (2002;16) adalah aktiva berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai atau dengan dibangun lebih dahulu, yang dipergunakan dalam operasi perusahaan, tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal perusahaan dan masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun. Sedangkan Baridwan (2000; 271) mengemukakan definisi aktiva tetap adalah aktiva tetap berwujud adalah aktivaaktiva yang berwujud yang sifatnya relatif permanen yang digunakan dalam kegiatan perusahaan yang normal. Karakteristik Aktiva Tetap a. Aktiva tetap merupakan barang-barang fisik yang dimiliki untuk memperlancar atau mempermudah produksi barangbarang lain atau untuk menyediakan jasa bagi perusahaan atau para pelanggan dalam kegiatan normal perusahaan. b. Semua aktiva tetap memiliki usia terbatas, pada akhirnya usia harus dibuang atau diganti. c. Nilai aktiva tetap berasal dari kemampuannya untuk mengesampingkan pihak lain dalam mendapatkan hak-hak yang sah atas penggunaannya dan bukan dari pemaksaan suatu kontrak. d. Aktiva tetap seluruhnya bersifat non moneter, manfaatnya diterima dari penggunaan atau penjualan jasa-jasa
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No.14 | November 2012
49
This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. Please use purchased version to remove this message.
ISSN 1412-2936 dan bukan dari mengubahnya menjadi sejumlah uang tertentu. e. Pada umumnya jasa yang diterima dari aktiva tetap meliputi suatu periode yang lebih panjang dari satu tahun atau lebih dari satu siklus operasi perusahaan. Pada umumnya aktiva tetap yang ada diperusahaan dimaksudkan dalam menunjang atau mendukung operasi perusahaan untuk menghasilkan pendapatan dari suatu periode dan bukan dimaksudkan untuk dijual kembali. Aktiva tetap mempunyai umur ekonomis lebih dari satu tahun, akan tetapi ada kalanya suatu aktiva tidak diklasifikasikan lagi sebagai aktiva tetap. Hal ini disebabkan aktiva tetap tersebut sisa manfaatnya kurang dari satu tahun siklus operasi perusahaan. Klasifikasi Aktiva Tetap Aktiva tetap dapat dibagi atas 3 (tiga) kelompok besar yaitu: a. Aktiva berwujud yang dapat dibagi menjadi: 1) Aktiva yang disusutkan, seperti gedung, mesin-mesin dan peralatan kantor. 2) Aktiva yang tidak dapat disusutkan, seperti tanah. b. Aktiva tidak berwujud, seperti paten, hak cipta, merk dagang, goodwill, dan lain-lain. c. Sumber daya alam, yaitu aktiva tetap yang depresi misalnya tanah-tanah pertambangan. Sementara itu, Baridwan (2000;287) menjelaskan bahwa aktiva tetap berwujud yang dimiliki oleh perusahaan dapat mempunyai macammacam bentuk, seperti tanah, bangunan, mesin dan alat-alat, alat-alat kerja, cetakan-cetakan, perabot dan alat-alat kantor, kendaraan dan tempat barang yang dapat dikembalikan. Pengeluaran-pengeluaran Setelah Perolehan Pengeluaran-pengeluaran setelah perolehan terdiri dari beberapa pengeluaran yang diantaranya adalah: a. Reparasi dan pemeliharaan diperlukan untuk mempertahankan aktiva agar
tetap dalam kondisi yang baik. Pemeliharaan (maintenance) dilakukan jika tidak terjadi kerusakan, sedangkan perbaikan (repairs) dilakukan jika terjadi kerusakan pada aktiva. Pengeluaran semacam ini biasanya terjadi berulang-ulang dan tidak akan meningkatkan manfaat aktiva dan tidak akan menambah umur ekonomis aktiva tersebut. b. Perencanaan kembali merupakan pengeluaran yang ditujukan untuk menata kembali peralatan diperoleh tingkat yang lebih tinggi. Jika pengeluaran mempunyai masa manfaat lebih dari satu periode akuntansi diperlakukan sebagai capital expenditure dengan mendebet rekening assets tersendiri kemudian disusutkan secara sistematis dan rasional selama umur ekonomisnya. c. Penggantian (replacement) adalah biaya yang dikeluarkan untuk mengganti aktiva tetap dengan unit yang baru yang mempunyai tipe yang sam. Penggantian bagian-bagian yang biasanya cukup besar akan membuat harga perolehan bagian tersebut dihapuskan dari perkiraan aktiva dan diganti dengan harga perolehan yang barubegitu juga dengan akumulasi penyusutan untuk bagian yang diganti akan turut dihapuskan. d. Penambahan dan perbaikan (additions and betterments) yaitu perluasan fasilitas yang sudah ada dan penambahan masa manfaat aktiva. Jika tidak terjadi penggantian suku cadang aktiva, maka pengeluaran ini diperlakukan sebagai capital expenditure yang kemudian disusutkan selama umur ekonomisnya. Perolehan Aktiva Tetap Dasar penilain aktiva tetap ini umumnya historical cost yang diukur dari harga cash (tunai) atau cash equivalent (setara kas) dalam mendapatkan ativa tersebut dan membawanya ke lokasi serta kondisi yang diperlukan sesuia dengan tujuan perolehannya. Aktiva tetap dapat diperoleh dengan berbagai cara yang masing-masing cara perolehannya akan
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No.14 | November 2012
50
This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. Please use purchased version to remove this message.
ISSN 1412-2936 mempengaruhi harga perolehannya. Cara perolehan aktiva tetap tersebut: a. Menurut standar akuntansi keuangan (2002;16) aktiva tetap yang diperoleh dengan cara pembelian adalah biaya perolehan suatu aktiva tetap terdiri dari harga belinya, termasuk bea impor dan PPn termasuk tidak boleh restitusi, dan setiap biaya yang dapat didistribusikan secara langsung dan membawa aktiva tersebut dapat bekerja untuk penggunan yang dimaksudkan, setiap potongan atau rabat dikurangkan dari harga pembelian. b. Pembelian angsuran yang dikapitalisasi dari harga tunai dalam menilai harga perolehan. Jadi, unsur bunga tidak dapat dikapitalisasi melainkan diakui sebagai expense dithun berjalan. Penentuan nilai tunai dapat mengacu pada harga pasar atau dihitung dengan menggunakan net present value berdasarkan tingkat bunga yang berlaku pada saat perolehan aktiva tersebut. c. Perolehan melalui cara pertukaran (trade in) menurut standar akuntansi keuangan (2002;16), suatu aktiva tetap dapat diperoleh dalam pertukaran atau pertukaran sebagian untuk suatu aktiva tetap yang tidak serupa atau aktiva lain. d. Perolehan dengan cara penerbitan surat berharga misalnya saham atau obligasi. Jika aktiva tetap diperoreh dengan menukarkannya dengan suratsurat berharga sendiri maka perolehan dari aktiva tetap tersebut didasarkan atas harga pasar di surat berharga tersebut. Bila surat berharga tersebut tidak mempunyai nilai pasar tertentu, maka harga perolehannya dari aktiva tetap tersebut didasarkan atas taksiran nilai pasar yang layak dari aktiva tetap tersebut. e. Perolehan dengan membuat sendiri. Menurut standar akuntansi keuangan (2002;16) jika perusahaan membuat aktiva serupa untuk dijul dalam keadaan usaha normal, biaya perolehan biasanya sama dengan biaya memproduksi aktiva untuk dijual, karenanya setiap laba internal
dieleminasi dalam menetapkan biaya tersebut. f. Perolehan dengan hadiah atau sumbangan/ hibah/ donasi adala perolehan aktiva yang biasanya tanpa ada pengeluaran dari perusahaan. Kalaupun ada biasannya relatif kecil dibandingkan aktiva yang diperoleh. Akan tetapi perusahaan harus tetap mencatatap aktiva tersebut sesuai dengan harga pasar atau nilai taksirannya. Aktiva tetap yang diperoleh dari sumbangan harus dicatat sebesar harga taksiran atau harga pasar yang layak dengan mengkreditkan modal donasi (SAK,2002;16). g. Perolehan dengan cara sewa guna (leasing). Menurut surat keputusan bersama Menteri Keuangan, Perdagangan dan Menteri Perindustrian No. 31 M/SK/2/1974 yang dikemukakan oleh standar akuntansi keuangan (2002;31) adalah setiap kegiatan pembiayaan perusahaan dalam bentuk penyediaan barang-barang modal untuk digunakan oleh suatu perusahaan untuk suatu jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran-pembayarn secara berkala disertai dengan hak pilih bagi perusahaan tersebut untuk membeli barang-barang modal yang bersangkutan untuk memperpanjang jangka waktu leasing berdasarkan nilai sisa yang telah disepakati bersama. Metode Penilaian Aktiva Tetap Konsep penilaian aktiva tetap yang relevan adalah didasarkan pada nilai tukar (excange of convertion value). Nilai tukar ada 2 jenis yaitu: a. Nilai tukar masukan (excange input value) adalah nilai yang menggambarkan jumlah pengorbanan yang telah dikeluarkan untuk memperoleh aktiva yang digunakan dalam operasi perusahaan. b. Nilai tukar keluaran (excange input value) adalah dapat berupa nilai tukar pada saat lalu, nilai tukar sekarang maupun saat yang akan datang.
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No.14 | November 2012
51
This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. Please use purchased version to remove this message.
ISSN 1412-2936 Maka penilaian aktiva tetap hanya dapat didasarkan pada nilai tukar masukan saja, yang terdiri atas: a. Historical cost, nilai tukar yang dipergunakan adalah nilai pasar pada saat perolehan. b. Current input value, adalah nilai tukar yang didasarkan nilai pasar apabila aktiva tersebut diperoleh pada saat sekarang. Penilaian yang umum digunakan dalam praktik-praktik akuntansi adalah berdasarkan historical cost karena memiliki beberapa keunggulan, diantaranya adalah penilaian yang dilakukan oleh organisasi yang independent akan mendapatkan hasil yang sama (verifiable), sama dengan yang digunakan oleh perusahaan-perusahaan lain karena umum digunakan dan benarbenar menggambarkan nilai pengorbanan yang dikeluarkan oleh perusahaan. Penyusutan Aktiva Tetap Definisi penyusutan menurut standar akuntansi keuangan (2002;17) adalah alokasi jumlah suatu aktiva yang dapat disusutkan sepanjang masa manfaat yang diestimasi. Penyusutan untuk periode akuntansi dibebankan ke pendapatan baik secara langsung maupun tidak langsung. Aktiva yang dapat disusutkan adalah aktiva yang diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode akuntansi, memiliki suatu masa manfaat yang terbatas, ditahan oleh suatu perusahaan untuk digunakan dalam produksi atau memasok barang dan jasa, untuk disewakan, atau untuk tujuan administrasi. Aktiva yang dapat disusutkan seringkali merupakan bagian signifikan aktiva perusahaan. Masa manfaat suatu aktiva adalah (Soemarso, 1996:30) besarnya kapasitas atau manfaat aktiva tetap selama dapat dipakai, taksiran ini dapat dinyatakan dalam lamanya jangka waktu pemakaian atau kapasitas produksi yang dapat dihasilkan. Estimasi dari masa manfaat suatu aktiva yang dapat disusutkan atau suatu kelompok aktiva serupa yang dapat disusutkan adalah suatu masalah pertimbangan yang biasanya berdasarkan pengalaman dengan jenis aktiva yang serupa. Masa manfaat dari suatu aktiva yang dapat disusutkan
harus diestimasi setelah mempertimbangkan faktor berikut: a. Taksiran aus dan kerusakan fisik (physical wear dan tear). b. Keusangan. c. Pembatasan hukum atau lainnya atas penggunaan aktiva. Karakteristik lain yang harus dimiliki aktiva tetap yaitu pengeluaran yang besar bagi perusahaan. Untuk itu perusahaan harus memiliki kebijakan kapitalisasi yang menetapkan jumlah pengeluaran minimal untuk aktiva tetap yang dapat dikapitalisasi. Pengeluaran aktiva tetap dibawah jumlah minimum akan dikapitalisasikan sehingga pengeluaran pendapatan (revenue expenditure) biaya tersebut dibebankan pada periode yang bersangkutan saja. Sebaliknya, pengeluaran untuk aktiva di atas jumlah minimum akan dikapitalisasikan sebagai pengeluaran modal (capital expenditure), pengeluaran akan disusutkan selama aktiva tersebut. Faktor-faktor yang Mempengaruhi dalam Menentukan Penyusutan Nilai penyusutan yang dibebankan dalam tahun-tahun dimiliki dan dioperasikannya aktiva tetap akan dipengaruhi oleh beberap faktor. Seperti: a. Biaya aktiva tetap atau biaya perolehan, yaitu semua biaya yang dikeluarkan selama memperoleh aktiva tersebut hingga aktiva tersebut siap untuk dioperasikan. b. Nilai sisa, adalah jumlah yang dapat diperkirakan dapat direalisasikan pada saat aktiva sudah tidak digunakan lagi. c. Masa manfaat, adalah waktu dimana aktiva tersebut dapat dipergunakan. Masa manfaat dari aktiva tetap dipengaruhi oleh keausan, kemerosotan nilai atau pembusukan dan kerusakan atau destruksi. d. Pola penggunaan merupakan jasa yang diperoleh dari suatu aktiva untuk menghasilakan pendapatan. Jika aktiva menghasilakan pola yang bervariasi, maka beban depresiasinya harus bervariasi dengan pola yang sama. Jika depresiasi diukur dalam suatu waktu pola penggunaannya harus di estimasikan, faktor waktu
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No.14 | November 2012
52
This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. Please use purchased version to remove this message.
ISSN 1412-2936 diterapkan dalam dua kelompok metode umum, depresiasi garis lurus dan beban menurun. Faktor-faktor yang Harus Diperhatikan dalam Memilih Metode Penyusutan Beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam memilih metode penyusutan ialah: a. Hubungan antara penurunan nilai aktiva dengan penggunaan dan waktu yang terdiri dari nilai waktu menurun karena fungsi penggunaan dan bukan sebagai fungsi terlewatnya waktu dan manfaat mendatang yang akan menurun sebagai suatu fungsi waktu ketimbang sebagai fungsi penggunaan. b. Pengaruh keusangan, bukan merupakan faktor yang penting dalam menetapkan usia waktu. c. Pola biaya reparasi yang terdiri dari pemeliharaan yang relatif proporsional terhadap penggunaan, pemeliharaan bersifat konstan atau menurun sepanjang usia aktiva dan biaya pemeliharaan meningkat. d. Kemungkinan perubahan dalam pendapatan perusahaan terhadap penggunaan aktiva. e. Tingkat efisiensi operasi aktiva tetap yang bersangkutan. Metode Penyusutan Untuk mengalokasikan biaya aktiva tetap ke periode periode yang memperoleh manfaat terdapat beberapa metode yang dapat digunakan. Akan tetapi metode yang digunakan hendaknya mempertimbangkan keadaan-keadaan yang mempengaruhi aktiva tetap tersebut, metode yang baik untuk perusahaan yang satu belum tentu akan baik untuk dipergunakan di perusahaan lain. Standar akuntansi keuangan (2002;17) menyatkan bahwa jumlah yang dapat disusutkan dialokasikan ke setiap periode akuntansi selama masa manfaat aktiva dengan berbagai metode yang sistematis. Metode apapun yang dipilih, konsistensi dalam penggunaannya adalah perlu, tanpa memandang tingkat profitabilitas perusahaan dan pertimbangan perpajakan, agar dapat menyediakan daya
banding hasil operasi perusahaan dari periode ke periode. Kecermatan dan ketepatan dalam memilih metode penyusutan ini penting karena metode yang tidak tepat dapat menyebabkan perbedaan besarnya pembebanan biaya penyusutan. Biaya penyusutan dibebankan sebagai: a. Biaya overhead pabrik yang diikutsertakan dalam perhitungan harga pokok produks, sehingga akan mempengaruhi harga pokok penjualan. b. Biaya penjualan dan biaya administrasi dan umum akan mempengaruhi besarnya beban usaha. Menurut pernyataan standar akuntansi keuangan No. 17 penyusutan dapat dilakukan dengan berbagai metode yang dapat dikelompokkan menurut kriteria berikut: Berdasarkan waktu a. Metode garis lurus (straight line method) Dalam metode garis lurus lebih melihat aspek waktu daripada aspek kegunaan. Metode ini paling banyak diterapkan oleh perusahaanperusahaan karena paling mudah diaplikasikan dalam akuntansi. Dalam metode penyusutan garis lurus, beban penyusutan untuk tiap tahun nilainya sama besar dan tidak dipengaruhi dengan hasil atau output yang diproduksi. Perhitungan tarif penyusutan untuk metode garis lurus adalah sebagi berikut: Penyusutan =
hp − ns n
b. Metode jumlah angka tahun (sum of the years digit method) Metode penyusutan ini menghasilkan tarif penyusutan yang menurun dengan dasar penurunan pecahan dari nilai yang dapat disusutkan (harga perolehan dikurangi dengan nilai sisa). Setiap pecahan menggunakan jumlah tahun sebagai bilangan penyebut (5 + 4 + 3 + 2 + 1 = 15) dan jumlah tahun akhir dari estimasi umur kegunaan. Penghitungannya adalah sebagai berikut:
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No.14 | November 2012
53
This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. Please use purchased version to remove this message.
ISSN 1412-2936 =
( )
c. Metode saldo menurun (declining balance method) Metode ini juga merupakan metode penurunan beban penyusutan yang menggunakan tingkat penyusutan (diekspresikan dalam persentase) yang merupakan perkalian dari metode garis lurus. Tingkat penyusutan metode ini selalu tetap
dan diaplikasikan untuk mengurangi nilai buku pada setiap akhir tahun. Tidak seperti metode lain, dalam metode saldo menurun nilai sisa tidak dikurangkan dari harga perolehan dalam menghitung nilai yang dapat disusutkan. Rumus yang digunakan dalam menghitung adalah sebagai berikut:
Penyusutan = % penyusutan (harga perolehan – akumulasi penyusutan) Berdasarkan Penggunaan a. Metode jam-jasa (service hours method) Metode ini digunakan untuk mengalokasikan beban penyusutan berdasarkan pada proporsi penggunaan aktiva yang sebenarnya. Metode penyusutan ini menggunakan jumlah jam kerja sebagai dasar pengalokasian beban penyusutan untuk tiap periode. Dalam metode ini beban penyusutan diperlakukan sebagai beban variabel daripada beban tetap seperti dalam metode penyusutan garis lurus (straight line method) sesuai dengan jam kerja yang dibutuhkan untuk memproduksi barang atau jasa tiap periode akuntansi. b. Metode jumlah unit produksi (productive-output method) Metode ini digunakan untuk mengalokasikan beban penyusutan berdasarkan pada proporsi penggunaan aktiva yang sebenarnya. Metode penyusutan ini menggunakan hasil produksi sebagai dasar pengalokasian beban penyusutan untuk tiap periode. Dalam metode ini beban penyusutan diperlakukan sebagai beban variabel sesuai dengan unit produksi yang dihasilkan tiap periode akuntansi, bukan beban tetap seperti dalam metode penyusutan garis lurus (straight line method).
Laba Laba usaha adalah kenaikan modal (aktiva bersih) yang berasal dari transaksi sampingan atau transaksi yang jarang terjadi dari suatu badan usaha dan dari semua transaksi atau kejadian lain yang mempengaruhi badan usaha selama satu priode kecuali yang timbul dari pendapatan atau investasi oleh pemilik (Baridwan, 2004:29). Menurut standar akuntansi keuangan adalah penghasilan (income) meliputi baik pendapatan (revenue) ataupun keuntungan (gains). Pendapatan timbul dalam pelaksanaan aktivitas perusahaan yang biasa dan dikenal dengan sebutan berbeda dengan penjualan, penghasilan jasa (fee), bunga, royalti dan sewa (rent), keuntungan mencerminkan kenaikan manfaat dan yang demikian pada hakekatnya telah berbeda dengan pendapatan. Oleh karena itu, pos tersebut tidak dipandang sebagai unsur terpisah dalam kerangka dasar ini. Pengukuran Laba Secara periodik, laba suatu badan usaha diakui. Pengukuran laba secara periodik dapat menggunakan pendekan sebagai berikut; c. Pendekatan transaksi, dengan pendekatan ini laba diukur dengan semua transaksi yang terjadi. Misalnya penggunaan aktiva itu sendiri (transaksi intern) atau transfer aktiva keperusahaan lain (transaksi ekstern) . d. Pendekatan aktivitas, berdasarkan pendekatan ini laba ditimbulkan oleh
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No.14 | November 2012
54
This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. Please use purchased version to remove this message.
ISSN 1412-2936 aktivitas yang terjadi. Misalnya laba yang timbul dari kegiatan perencanaan pembelian produk dan penjualan. METODOLOGI PENELITIAN Jenis penelitian berupa jenis penelitian studi kasus dengan menggunakan metode penelitian deskriptif kuantitatif yaitu penelitian terhadap fenomena atau populasi tertentu yang diperoleh peneliti dari subyek yang berupa individu, organisasional atau perspektif yang lain. Metode penelitian yang dipakai dengan pendekatan deskriptif kuantitatif, maka data yang diteliti hanya berupa populasi saja, yaitu laporan keuangan dan struktur financial. Jenis datanya berupa data dokumenter, yaitu jenis data seperti faktur, jurnal, surat-surat, notulen hasil rapat, memo atau dalam bentuk laporan program. Sumber data yang digunakan data sekunder eksternal perusahaan, yaitu sumber data penelitian yang diperoleh
penyusu tan =
peneliti secara tidak langsung atau melalui media perantara (diperoleh dari pihak lain). Teknik pengumpulan data yang berupa data dokumentasi, yaitu suatu metode pengumpulan data dengan mendokumentasikan dan mengumpulkan laporan keuangan dan struktur financial. Dalam mengelola data, teknik analisa data yang digunakan adalah a. Metode penyusutan berdasarkan waktu 1. Metode garis lurus (straight line method)
penyusutan =
hp − ns n
Keterangan: hp : Harga Perolehan ns : Nilai sisa n : Umur ekonomis 2. Metode jumlah angka tahun (sum of the years digit method) Dengan rumus berikut.
angka tahun dibalik x ( h arg a perolehan − nilai sisa ) jumlah angka tahun
3. Metode saldo menurun (declining balance method) Penyusutan = % penyusutan (harga perolehan – akumulasi penyusutan)
b. Menghitung rata-rata laba menurut Metode Garis Lurus, Metode Jumlah Angka Tahun dan Metode Saldo Menurun Ganda X1 = X2 =
∑
X2 X3
=
Rata-rata laba pada saat menggunakan metode angka tahun = Rata-rata laba pada saat menggunakan metode saldo menurun ganda
∑ ∑
X3 = Keterangan: X1 = Rata-rata laba pada saat menggunakan metode garis lurus
PEMBAHASAN Analisis Metode Penyusutan pada PT. Garam (Persero) Perhitungan Penyusutan Penyusutan atau depresiasi merupakan suatu sistem akuntansi yang bertujuan untuk mengalokasikan cost atau
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No.14 | November 2012
55
This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. Please use purchased version to remove this message.
ISSN 1412-2936 nilai lain suatu aktiva selama masa ekonominya dengan cara sistematis dan rasional. Di dalam melakukan perhitungan penyusutan, PT. Garam (Persero) menetapkan metode penyusutan garis lurus terhadap aktiva tetapnya dengan rumus :
tahun 2005 senilai Rp. 23,784,794,000,dengan masa manfaat adalah 10 tahun tanpa nilai residu. Biaya penyusutan pertahun adalah sebesar :
HP – NS N
= ! 2,378,479,400
Dalam menganalisa perhitungan metode penyusutan yang dilakukan oleh perusahaan, maka perhitungan penyusutan aktiva tetap yang berupa bangunan perusahaan yang nilai perolehannya pada
Perhitungan biaya penyusutan bangunan perusahaan pada PT. Garam (Persero) yang dinilai dari tahun 2005 dapat dilihat pada tabel berikut:
D=
=
! 23,784,794,000 − 0 10
Tabel 1 PT. Garam (Persero) Penyusutan Bangunan Perusahaan No
Tahun
Beban Benyusutan
Akm. Penyusutan
Nilai Buku
0 1
2005
-
-
Rp 23,784,794,000
2006
Rp 2,378,479,400
Rp 2,378,479,400
Rp 21,406,314,600
2
2007
Rp 2,378,479,400
Rp 4,756,958,800
Rp 19,027,835,200
3
2007
Rp 2,378,479,400
Rp 7,135,438,200
Rp 16,649,355,800
4
2008
Rp 2,378,479,400
Rp 9,513,917,600
Rp 14,270,876,400
5
2009
Rp 2,378,479,400
Rp 11,892,397,000
Rp 11,892,397,000
6
2010
Rp 2,378,479,400
Rp 14,270,876,400
Rp 9,513,917,600
7
2011
Rp 2,378,479,400
Rp 16,649,355,800
Rp 7,135,438,200
8
2012
Rp 2,378,479,400
Rp 19,027,835,200
Rp 4,756,958,800
9
2013
Rp 2,378,479,400
Rp 21,406,314,600
Rp 2,378,479,400
10
2014
Rp 2,378,479,400 Rp 23,784,794,000 Sumber Data: PT. Garam (Persero)
Perhitungan penyusutan pada PT. Garam (Persero) apabila dilakukan dengan menggunakan metode Jumlah Angkat Tahun dan metode Saldo Menurun Ganda dengan tetap menggunakan contoh di atas ialah sebagai berikut: a. Metode jumlah angka tahun D = 1+2+3+4+5+6+7+8+9+10 = 55
10 x Rp 23,784,794,000 55
==
= Rp. 4,324,508,000.-
b.
Rp
-
Metode Saldo Menurun Ganda = 2 x (100%:10) = 20% D = 20% (Rp.23,784,794,000) = Rp.4,756,958,800.-
Pencatatan Penyusutan Dalam melakukan pencatatan hasil perhitungan penyusutan PT. Garam (Persero) mengacu pada prinsip akuntansi yang diterima umum yaitu dengan mendebit rekening biaya dan mengkredit rekening akumulasi. Sesuai contoh diatas beban penyusutan untuk tahun 2005
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No.14 | November 2012
56
This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. Please use purchased version to remove this message.
ISSN 1412-2936 sebesar Rp. 23,784,794,000.-, maka jurnalnya sebagai berikut: Beban Penyusutan Bangunan Perusahaan Rp. 2,378,479,400.Akm. Penyusutan Bangunan Perusahaan Rp. 2,378,479,400.Pelaporan Penyusutan Nilai penyusutan aktiva tetap akan tercermin baik dalam income statement maupun balance sheet. Biaya penyusutan akan dilaporkan dalam perhitungan rugi laba yang akan mengurangi pendapatan dari operasi perusahaan sedangkan akumulasi penyusutan akan dilaporkan dalam neraca yang akan mengurangi nilai aktiva tetap. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti selama
penelitian, PT. Garam (Persero) telah melakukan perhitungan yang benar di dalam menghitung biaya penyusutan dengan menggunakan metode garis lurus (Straigh Line Methode) begitu juga dalam melakukan pencatatan dan pelaporannya dalam laporan keuangan perusahaan. Analisis Tingkat Laba pada PT. Garam (Persero) Laba yang diperoleh oleh PT. Garam (Persero) berdasarkan beban penyusutan Metode Garis Lurus dan perbandingan dengannya dengan menggunakan Metode Jumlah Angka Tahun dan Saldo Menurun Ganda adalah sebagai berikut:
Tabel 2 Laba Usaha Berdasarkan Metode Garis Lurus, Jumlah Angka Tahun dan Saldo Menurun Ganda LABA TAHUN Metode Garis Lurus Jumlah Angka Tahun Saldo Menurun Ganda 2005 Rp 8,652,670,000 Rp 4,896,982,000 Rp 3,682,833,400 2006 Rp 12,505,585,000 Rp 8,074,904,000 Rp 6,793,427,200 2007 Rp 18,398,968,000 Rp 14,605,641,450 Rp 13,293,380,000 Jumlah Rp 39,557,223,000 Rp 27,577,527450 Rp 23,769,640,600 Sumber Data: PT. Garam (Persero)
Untuk lebih jelasnya, maka akan diuraikan hasil perhitungan dari laporan Laba Rugi perusahaan berdasarkan metode Garis Lurus, Jumlah Angka Tahun, dan metode Saldo Menurun Ganda yaitu sebagai berikut ; 1. Tahun 2005 Perhitungan biaya penyusutan berdasarkan metode jumlah angka tahun dan metode saldo menurun ganda adalah sebagai berikut: a. Jumlah Angka Tahun. = 1+2+3+4+5+6+7+8+9+10 = 55 =
10 x Rp. 66,778,123,000 55
= Rp. 12,141,476,000 b. Saldo Menurun Ganda = 20% x Rp. 66,778,123,000 = Rp. 13,355,624,600
Hasil perhitungan beban penyusutan PT. Garam (Persero) pada tahun 2005 dengan menggunakan metode jumlah angka tahun hasilnya adalah sebesar Rp 12,141,476,000, sedangkan jika menggunakan metode saldo menurun ganda hasilnya adalah sebesar Rp. 13,355,624,600. Analisis tersebut menunjukkan bahwa hasil perhitungan beban penyusutan jauh lebih besar dibandingkan dengan metode yang digunkan oleh perusahaan, yaitu metode garis lurus yang hasilnya hanya sebesar Rp 8,652,670,000. 2. Tahun 2006 Perhitungan biaya penyusutan berdasarkan metode jumlah angka tahun dan metode saldo menurun ganda adalah sebagai berikut:
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No.14 | November 2012
57
This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. Please use purchased version to remove this message.
ISSN 1412-2936
a. Jumlah Angka Tahun. = 1+2+3+4+5+6+7+8+9+10 = 55 =
10 55
x Rp. 70,481,224,000
= Rp. 12,814,768,000 b. Saldo Menurun Ganda = 20% x Rp. 70,481,224,000 = Rp. 14,096,244,800 Hasil perhitungan beban penyusutan PT. Garam (Persero) pada tahun 2006 dengan menggunakan metode jumlah angka tahun hasilnya adalah sebesar Rp 12,814,768,000, sedangkan jika menggunakan metode saldo menurun ganda hasilnya adalah sebesar Rp. 14,096,244,800. Analisis tersebut menunjukkan bahwa hasil perhitungan beban penyusutan jauh lebih besar dibandingkan dengan metode yang digunkan oleh perusahaan, yaitu metode garis lurus yang hasilnya hanya sebesar Rp 8,384,087,000. 3. Tahun 2007 Perhitungan biaya penyusutan berdasarkan metode jumlah angka tahun dan metode saldo menurun ganda adalah sebagai berikut: a. Jumlah Angka Tahun. = 1+2+3+4+5+6+7+8+9+10 = 55 = 10 55
= Rp. 13,122,614,550 b. Saldo Menurun Ganda = 20% x Rp. 72,174,380,000 = Rp. 14,434,876,000 Hasil perhitungan beban penyusutan PT. Garam (Persero) pada tahun 2007 dengan menggunakan metode jumlah angka tahun hasilnya adalah sebesar Rp. 13,122,614,550, sedangkan jika menggunakan metode saldo menurun ganda hasilnya adalah sebesar Rp. 14,434,876,000. Analisis tersebut menunjukkan bahwa hasil perhitungan beban penyusutan jauh lebih besar dibandingkan dengan metode yang digunkan oleh perusahaan, yaitu metode garis lurus yang hasilnya hanya sebesar Rp 9,329,288,000. Berdasarkan analisis tersebut, maka terlihat bahwa laba yang diperoleh perusahaan dengan menggunakan penilaian metode penyusutan yang diterapkan oleh perusahaan yaitu Metode Garis Lurus lebih besar dibandingkan dengan penilaian metode penyusutan yang diterapkan oleh peneliti yaitu Metode Jumlah Angka Tahun dan Metode Saldo Menurun Ganda. Menghitung Rata-rata Laba Berdasarkan Metode Garis Lurus, Jumlah Angka Tahun dan Saldo Menurun Ganda Berikut disajikan laba usaha yang diperoleh PT. Garam (Persero) selama 3 tahun yaitu:
x Rp. 72,174,380,000
Tabel 3 Laba Usaha Berdasarkan Metode Garis Lurus, Jumlah Angka Tahun dan Saldo Menurun Ganda LABA TAHUN Metode Garis Lurus Jumlah Angka Tahun Saldo Menurun Ganda 2005 Rp 8,652,670,000 Rp 4,896,982,000 Rp 3,682,833,400 2006 Rp 12,505,585,000 Rp 8,074,904,000 Rp 6,793,427,200 2007 Rp 18,398,968,000 Rp 14,605,641,450 Rp 13,293,380,000 Jumlah Rp 39,557,223,000 Rp 27,577,527,450 Rp 23,769,640,600
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No.14 | November 2012
58
This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. Please use purchased version to remove this message.
ISSN 1412-2936
a. Rata-rata laba operasi berdasarkan metode garis lurus selama 3 tahun adalah: ∑
X1 = X1 = ∑ Rp 39,557,223,000 3 X1 = Rp 13,185,741,000 b. Rata-rata laba operasi berdasarkan metode Jumlah Angka Tahun selama 3 tahun adalah: ∑
X2 = X2 = ∑ Rp 27,577,527,450 3 X2 = Rp 9,192,509,150 c. Rata-rata laba operasi berdasarkan metode Saldo Menurun Ganda selama 3 tahun adalah: ∑
X3 = X3 = ∑ Rp 23,769,640,600 3 X3 = Rp 7,923,213,500 Pengaruh Metode Penyusutan Terhadap Laba Usaha Berdasarkan perhitungan tersebut, dapat diketahui bahwa laba yang diperoleh perusahaan lebih besar menggunakan metode garis lurus dibandingkan dengan metode yang digunakan oleh peneliti yaitu metode jumlah angka tahun dan metode saldo menurun ganda. Perbedaan tersebut akan secara signifikan dapat di lihat pada awal-awal pembebanan metode penyusutan aktiva tetap perusahaan, sebab jika perhitungan tersebut dilanjutkan sampai dengan akhir umur ekonomis masing-masing aktiva tetap dengan menggunakan metode penyusutan yang berbeda. Perbedaan atau selisih laba yang diperoleh tidak sangat kecil atau tidak secara signifikan dalam mempengaruhi laba perusahaan. Penggunaan metode penyusutan aktiva tetap yang berbeda akan menghasilkan laba yang berbeda dalam laporan keuangan. Tetapi sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan bahwa metode pencatatan yang digunakan oleh perusahaan diharapkan dapat
dilaksanakan secara terus menerus dalam setiap periode akuntansi. PT. Garam (Persero) telah menerapkan salah satu metode penyusutan yang disarankan oleh SAK, yaitu metode garis lurus. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan data dan hasil pada PT. Garam (Persero), menyimpulkan bahwa PT. Garam (Persero) melaksanakan pemilihan metode penyusutan dengan menggunakan metode penyusutan garis lurus. Disamping itu, PT. Garam (Persero) telah melakukan pemilihan metode penyusutan yang disesuaikan dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan serta konsisten dalam penerapan dan pelaksanaannya dari periodik ke periodik sehingga diperoleh alokasi yang wajar atas penyusutan serta kewajaran penilaian dan penyajian atas laporan perusahaan. Hal ini dapat dilihat dari laporan keuangan yang dibuat oleh PT. Garam (Persero). Analisis data menunjukkan bahwa laba yang diperoleh PT. Garam (Persero) dengan mengunakan metode garis lurus pada tahun 2005 sebesar Rp 8,652,670,000, tahun 2006 sebesar Rp 12,505,585,000 dan tahun 2007 sebesar Rp 18,398,968,000. Apabila menggunakan metode jumlah angka tahun maka laba yang diperoleh PT. Garam (Persero) pada tahun 2005 adalah sebesar Rp 4,896,982,000, tahun 2006 sebesar Rp 8,074,904,000 dan tahun 2007 sebesar Rp 14,605,641,450. Sedangkan jika menggunakan metode saldo menurun ganda maka laba yang diperoleh oleh PT. Garam (Persero) pada tahun 2005 adalah sebesar Rp 3,682,833,400, tahun 2006 sebesar Rp 6,793,427,200 dan tahun 2007 sebesar Rp 13,293,380,000. Rata-rata laba pertahun yang diperoleh oleh PT. Garam (Persero) erdasarkan metode garis lurus adalah sebesar Rp 13,185,741,000, rata-rata laba pertahun dengan menggunakan metode jumlah angka tahun adalah sebesar Rp 9,192,509,150 dan rata-rata laba pertahun dengan menggunakan metode saldo menurun ganda adalah sebesar Rp 7,923,213,500. Dengan demikian, metode penyusutan yang digunakan oleh
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No.14 | November 2012
59
This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. Please use purchased version to remove this message.
ISSN 1412-2936 perusahaan mengahasilkan laba usaha yang lebih besar dibandingkan dengan yang digunakan oleh peneliti. Dengan melihat kondisi perusahaan, PT. Garam (Persero) dapat konsisten dalam menerapkan metode penyusutan, walaupun prinsip akuntansi yang diterima umum memperbolehkan memilih atas berbagai metode penyusutan dan juga memperbolehkan perubahan metode penyusutan yang digunakan selama tidak untuk alasan perpajakan. Karena perubahan ini berpengaruh terhadap daya banding (Komparabilitas) laporan keuangan karena secara konsisten akan meningkatkan komparabilitas laporan keuangan tersebut dengan laporan keuangan tahun-tahun sebelumnya.
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1993. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi revisi. Penerbit Balai Pustaka, Jakarta. Sugiyono. 2004. Metode Penelitian Bisnis. Penerbit CV Alfabeta Anggota IKAPI, Bandung. Soemarso. 1996. Akuntansi suatu pengantar. jilid 1. Penerbit Rineka cipta, Jakarta. . 1996. Akuntansi suatu pengantar. jilid 2. Penerbit Rineka cipta, Jakarta. Yunus, Hadori. 1992. Akuntansi Keuangan Lanjutan. Edisi 1. Penerbit Bpfe, Jogjakarta.
DAFTAR PUSTAKA Baridwan, zaki. 2004. Intermediate accounting. Edisi 8. Penerbit Bpfe, Yogyakarta. Casavera. 2009. Perpajakan. Penerbit Graha Ilmu, Yogyakarta. Harahap, Sofyan Syafri. 1998. Analisa Kritis Atas Laporan Keuangan. Edisi 1, Cetakan Pertama. Penerbit PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. . 1998. Analisa Laporan Keuangan. Penerbit Rajawali Pers, Jakarta. Ikatan Akuntansi Indonesia. 2002. Standar Akuntansi Keuangan (SAK). Salemba, Jakarta. Indriantoro, Nur dan Supomo. 2002. Metodologi penelitian Dan Bisnis. Bpfe, Yogyakarta. Isroah.2004. Kompetensi dasar akuntansi 1. Edisi revisi. Penerbit Tiga serangkai, Solo. Jogianto. 2007. Teori portofolio dana analisis investasi. Edisi 2007. Penerbit Bpfe, Yogyakarta. Jusuf, haryono. 2003. Dasar-dasar akuntansi, buku 1. Penerbit Stie, Yogyakarta. . 2005. Dasar-dasar akuntansi, buku 2. Penerbit Stie, Yogyakarta. Kesiyarinni, novita. 2007. Lembar Kerja Siswa Akuntansi. Penerbit Viva Pakarindo, Klaten. Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No.14 | November 2012
60
This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. Please use purchased version to remove this message.
ISSN 1412-2936 ANALISA PERPUTARAN MODAL KERJA TERHADAP PROFITABILITAS PADA UD. AHASS 126 SINAR BARU PAMEKASAN Alfi Hasaniyah Fakultas Ekonomi Universitas Madura ABSTRAK Persaingan di dunia usaha semakin ketat, sehingga produsen dituntut untuk lebih meningkatkan kualitas produk/ jasanya dan hal itu membutuhkan modal kerja, baik yang bersumber dari kekayaan perusahaan atau melalui pinjaman dari kreditur dan kreditur dapat memberikan pinjaman dilihat dari kondisi keuangan perusahaan yang tercermin dari data keuangan. Modal kerja merupakan hal yang penting karena digunakan untuk kelancaran operasional perusahaan sehingga dibutuhkan manajemen yang tepat agar sumber dan penggunaannya sesuai kemampuan perusahaan. Dalam penggunaan modal kerja, tentunya perusahaan ingin memperoleh laba sebagai tujuan perusahaan dan penelitian ini bertujuan untuk menganalisa hubungan perputaran modal kerja terhadap profitabilitas pada UD Ahass 126 Sinar Baru Pamekasan khususnya tingkat perputaran modal kerja yang terdiri dari tiga komponen yaitu kas, persediaan barang dagangan, dan piutang untuk mengukur profitabilitas pada UD Ahass 126 Sinar Baru Pamekasan. Hasil penelitian ini menunjukkan tingkat perputaran kas dan piutang mengalami penurunan setiap tahunnya, sedangkan perputaran persediaan barang dagangan mengalami kenaikan. Perputaran modal kerja mengalami penurunan dan rasio profitabilitas menunjukkan operasional perusahaan yang baik. Berdasarkan hasil penelitian, diharapkan UD Ahass 126 Sinar Baru Pamekasan memperbaiki sistem yang berhubungan dengan perputaran piutang dan lebih meningkatkan profitabilitasnya. Kata Kunci: perputaran modal kerja, rasio profitabilitas PENDAHULUAN Seiring berkembangnya perekonomian, banyak bermunculan para pelaku bisnis yang ikut meramaikan perekonomian. Berbagai perusahaan dalam skala rumah tangga dan menengah telah banyak bermunculan dengan menawarkan terobosan baru yang lebih baik dalam skala harga, kuantitas, dan kualitas. Hal ini menguntungkan bagi konsumen sebagai pemakai untuk lebih selektif memilih produk atau jasa, sedangkan bagi produsen akan menciptakan persaingan yang kompetitif dalam merebut pasar. Hal ini mendorong perusahaan yang sudah lama mengembangkan usahanya untuk meningkatkan kualitas produk/ jasa yang sudah ada, strategi pemasaran yang mampu meminimalisir biaya dan bisa memperluas jaringan usaha yang memiliki tingkat penjualan tinggi. Untuk mencapai tujuan itu, perusahaan membutuhkan dana yang besar. Beberapa perusahaan mampu
mengandalkan kekayaan perusahaan untuk mencapai tujuan tersebut dan ada sebagian yang memerlukan pinjaman dari para kreditur. Kreditur sebagai pihak ekstern membutuhkan laporan keuangan (laporan laba-rugi, neraca, laporan laba ditahan, dan laporan arus kas) untuk pemberian dana pada perusahaan sebagai acuan untuk mengetahui posisi keuangan dan perkembangan perusahaan dilihat dari sisi keuangannya sebelum kreditur memutuskan memberi kredit. Untuk itu, kreditur dihadapkan pada kenyataan yaitu pengambilan keputusan terhadap laporan keuangan yang disajikan perusahaan. Laporan keuangan yang disajikan bersifat historis yaitu informasi yang telah terjadi. Hal ini menyebabkan kreditur harus menganalisis laporan keuangan yang ada untuk pengambilan keputusan dalam melakukan berbagai prediksi dan untuk mengetahui jaminan investasinya serta prospek keuangan di masa mendatang dan
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No.14 | November 2012
61
This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. Please use purchased version to remove this message.
ISSN 1412-2936 perkembangan perusahaan selanjutnya (Prastowo dan Juliaty, 2005;3). Mengenai keuangan suatu perusahaan, maka tidak terlepas dari modal kerja karena modal kerja dibutuhkan perusahaan untuk membelanjai operasinya sehari-hari, misalkan membayar upah buruh, gaji karyawan dan lain sebagainya. Dana yang telah dikeluarkan diharapkan akan dapat kembali lagi masuk dalam perusahaan dalam waktu yang pendek melalui hasil penjualan produksinya. Kas yang berasal dari penjualan produk tersebut akan segera dikeluarkan untuk membiayai operasi selanjutnya (Riyanto, 2001;57). Peran modal kerja sangat penting bagi perusahaan untuk menjamin kelangsungan hidup perusahaan karena setiap menjalankan aktivitas atau operasinya selalu membutuhkan modal kerja (Manullang, 2005;11). Modal kerja merupakan hal yang penting untuk perusahaan, maka perusahaan harus mampu menetapkan konsep modal kerja yang sesuai dengan perusahaan. Hal ini dimaksudkan untuk memenuhi kewajiban perusahaan tersebut sehingga modal kerja yang digunakan cukup. Manajeman harus dapat menetapkan jumlah modal kerja pada suatu tingkat tertentu, dimana terdapat keseimbangan antara modal kerja dengan tingkat profitabilitas perusahaan. Dengan demikian laba yang diperoleh perusahaan sesuai dengan modal yang digunakan untuk mencapai tingkat keuntungan tertentu. Mengenai modal kerja, tentunya ada sumber dan penggunaannya. Untuk memperoleh sumber modal kerja, perusahaan harus memperhatikan setiap potensi keuangan yang ada yang bisa digunakan dengan memperhatikan setiap kemungkinan risiko yang ditimbulkan. Perolehan modal kerja bagi perusahaan bisa didapat dari kekayaan yang dimiliki oleh perusahaan dan juga bisa dari pinjaman pihak lain, sedangkan penggunaan modal kerja harus sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan perusahan. Sumber dan penggunaan modal kerja disajikan perusahaan dalam laporan modal kerja. Menurut Harahap (1997;288), laporan modal kerja merupakan ukuran
tentang keamanan dari kepentingan kreditur jangka pendek. Munawir (2002;129) menyatakan bahwa sebagai salah satu alat ukur bagi perusahaan untuk menyeimbangkan pos-pos penerimaaan, pos investasi, dan pos-pos belanja serta untuk mengadakan pengawasan terhadap modal kerja agar digunakan secara efektif. Apabila perusahaan kurang modal kerjanya untuk memperluas usaha dan meningkatkan produksinya, maka besar kemungkinan kehilangan pendapatan dan keuntungan. Perusahaan tentunya mengharap laba dari modal kerja yang digunakan karena pada umumnya tujuan dari perusahaan adalah meningkatkan penjualan untuk memperoleh laba yang besar tetapi laba yang besar belum menjadi jaminan bahwa perusahaan tersebut bekerja secara efisien. Efisiensi dapat diketahui dengan membandingkan laba yang diperoleh dengan kekayaan/ modal yang menghasilkan laba tersebut. Rumusan Masalah Sesuai latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka peneliti dapat merumuskan suatu pokok permasalahan yaitu bagaimana analisa perputaran modal kerja terhadap profitabilitas pada UD Ahass 126 Sinar Baru Pamekasan. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa perputaran modal kerja terhadap profitabilitas pada UD. Ahass 126 Sinar Baru Pamekasan. KAJIAN PUSTAKA Pengertian modal kerja Modal kerja adalah keseluruhan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan atau dana yang harus tersedia untuk membiayai kegiatan operasional perusahaan seharihari (Brigman dan Houston, 2006;180). Hanafi (2004;519) menyatakan bahwa modal kerja adalah investasi perusahaan pada aktiva jangka pendek yaitu kas, piutang, dan persediaan. Profitabilitas Brigham dan Houston (2006;107) menyatakan bahwa profitabilitas adalah
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No.14 | November 2012
62
This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. Please use purchased version to remove this message.
ISSN 1412-2936 hasil akhir dari sejumlah kebijakan dan keputusan. Dengan kata lain merupakan sekelompok rasio yang menunjukkan gabungan efek-efek dari likuiditas, manajemen aktiva, dan utang pada hasil operasinya. METODE PENELITIAN Definisi Operasional Definisi operasional adalah mendefinisikan variabel penelitianpenelitian dengan teori atau pendapat para ahli yang dioperasionalkan terhadap objek permasalahan, sehingga mudah dimengerti atau tidak salah diinterprestasikan atau dengan kata lain definisi operasional adalah suatu definisi yang diberikan kepada suatu variabel dengan cara memberikan arti atau kegiatan atau memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur variabel tersebut. Definisi operasional yang terdapat dalam penelitian ini adalah: 1. Modal kerja adalah keseluruhan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan atau dana yang harus tersedia untuk membiayai kegiatan operasional perusahaan sehari-hari (Brigman dan Houston, 2006;180).
2. Profitabilitas dipergunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan pada tingkat penjualan, asset, dan modal saham tertentu (Hanafi, 2004;42). Indikator yang digunakan yaitu rasio perputaran modal kerja dan rasio profitabilitas yang terdiri dari: 1. Perputaran modal kerja diantaranya: a. Current aset turnover b. Average current assets 2. Rasio profitabilitas diantaranya: a. Gross profit margin b. Operating income ratio c. Operating ratio d. Net profit margin e. Return on assets f. Return on investment g. Return on net worth Teknik Analisis Data Adapun teknik yang digunakan dalam mengolah dan menganalisis data peneliti akan menggunakan metodemetode sebagai berikut: 1. Menurut Riyanto (2001;64), untuk menghitung perputaran modal kerja menggunakan rumus:
Current assets turnover =
Current assets turnover =
Average current assets =
Net sales atau Current assets
Net sales Average current assets
C.A.permulaan + C.A.akhir tahun 2
2. Menurut Riyanto (2001;335-336), untuk menghitung profitabilitas perusahaan menggunakan rumus:
Gross profit margin =
Penjualan - Harga Pokok Penjualan x100% Penjualan
Operating income ratio =
Laba Usaha × 100% Penjualan
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No.14 | November 2012
63
This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. Please use purchased version to remove this message.
ISSN 1412-2936 Operating ratio =
HPP + Biaya administrasi, penjualan, umum × 100% Penjualan
Net profit margin =
Laba bersih setelah pajak x100% Penjualan
Return on asset = Return on investment =
Laba bersih setelah pajak x100% Total aktiva
Return on net worth =
Laba bersih setelah pajak x100% Modal sendiri
3. Analisis Hasil Penelitian Perputaran Modal Kerja dan Profitabilitas dengan Time Series Analysis Teknik analisa yang dilakukan dengan membandingkan rasio-rasio perusahaan dari waktu ke waktu untuk melihat kecenderungan rasio tersebut (Husnan, 1989;66). Menurut Prastowo dan Juliaty (2005;73), teknik analisa ini menggambarkan kecenderungan rasio tertentu, apakah cenderung naik, turun, atau relatif konstan. Munawir (2002;36) menyatakan bahwa analisa time series adalah analisa yang membandingkan laporan keuangan untuk beberapa periode, sehingga diketahui
Average current assets =
Tahun
Laba usaha × 100% Total aktiva
perkembangan perusahaan. Setelah dilakukan analisa time series, maka dapat diketahui pokok permasalahan yang dihadapi perusahaan. ANALISIS HASIL PENELITIAN Perputaran Modal Kerja Sebelum menghitung dan menganalisa rasio profitabilitas pada UD Ahass 126 Sinar Baru Pamekasan, maka terlebih dahulu menghitung current asset turnover tahun 2007 sampai tahun 2009, tetapi sebelum menghitung current asset turnover, menghitung average current asset dengan menggunakan rumus:
C.A.permulaan + C.A.akhir tahun 2
Tabel 1 UD Ahass 126 Sinar Baru Average Current Asset Tahun 2007-2009 Aktiva Awal Tahun Aktiva Akhir Tahun (Rp) (Rp)
Average Current Asset (Rp)
2007
1.429.038.776
1.656.557.196
1.542.797.986
2008
1.656.557.196
2.037.937.925
1.847.247.561
2009
2.037.937.925
2.301.687.699 Sumber data: data diolah
Tabel 1 menunjukkan bahwa average current asset dari tahun 2007 sampai dengan 2009 mengalami kenaikan terus menerus. Average current asset tahun 2007 sebesar Rp 1.542.797.986 dan mengalami peningkatan menjadi Rp
2.169.812.812
1.847.247.561 pada tahun 2008, sedangkan pada tahun 2009 naik menjadi Rp 2.169.812.812 dan kenaikan ini berhubungan dengan jumlah aktiva lancar yang semakin meningkat.
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No.14 | November 2012
64
This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. Please use purchased version to remove this message.
ISSN 1412-2936 Setelah average current asset diketahui, maka selanjutnya menghitung current asset turnover pada UD Ahass 126
Current assets turnover =
Sinar Baru menggunakan
Current Asset Turnover (X)
2007
8.381.750.909
1.542.797.986
5,432
2008
8.746.850.545
1.847.247.561
4,735
2009
9.254.251.304
2.169.812.812 Sumber data: data diolah
Tabel tersebut menunjukkan perhitungan current asset turnover pada UD Ahass 126 Sinar Baru Pamekasan. Berdasarkan tabel di atas, maka dapat dianalisa bahwa untuk tahun 2007, kemampuan dana yang tertanam dalam keseluruhan average current asset dalam satu tahun berputar 5,432X atau setiap rupiah aktiva selama setahun dapat menghasilkan revenue sebesar Rp 5.432, sedangkan tahun 2008 dapat diartikan bahwa dana yang tertanam dalam keseluruhan average current asset selama setahun berputar 4,735X atau setiap rupiah aktiva selama setahun dapat menghasilkan revenue sebesar Rp 4.735. Pada tahun 2009 dana yang tertanam dalam keseluruhan average current asset dalam satu tahun berputar 4,264X atau setipa rupiah aktiva selama setahun dapat menghasilkan revenue sebesar Rp 4.264. Berdasarkan perhitungan current asset turnover di atas, dapat diketahui
Tahun
dengan rumus:
Net sales Average current assets
Tabel 2 UD Ahass 126 Sinar Baru Current Asset Turnover Tahun 2007-2009 Average Current Asset Penjualan Bersih (Rp) (Rp)
Tahun
Pamekasan
4,264
bahwa current asset turnover mengalami penurunan. Pada tahun 2007 current asset turnover sebesar 5,432X. Pada tahun 2008 mengalami penurunan menjadi 4,735X, sedangkan pada tahun 2009 turun menjadi 4,264X. Hal ini disebabkan oleh naiknya jumlah aktiva, akan tetapi penjualan naiknya tidak terlalu besar sehingga menyebabkan current asset turnover mengalami penurunan. Perputaran Kas Current asset turnover tahun 2007-2009 telah diketahui, tetapi sebelum menghitung dan menganalisa rasio profitabilitas, maka dapat pula dilakukan perhitungan pada komponen perputaran modal kerja (perputaran kas, perputaran piutang, perputaran persediaan barang dagangan). Berikut perhitungan pada perputaran kas:
Tabel 3 UD Ahass 126 Sinar Baru Rata-rata Kas Tahun 2007-2009 Kas Awal Tahun Kas Akhir Tahun (Rp) (Rp)
Rata-rata Kas (Rp)
2007
257.825.022
450.159.078
353.992.050
2008
450.159.078
620.808.232
535.483.655
2009
620.808.232
926.680.500
773.744.366
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No.14 | November 2012
65
This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. Please use purchased version to remove this message.
ISSN 1412-2936 Sumber data: data diolah
Berdasarkan tabel 4.12, rata-rata kas telah diketahui bahwa setiap tahun selalu mengalami kenaikan. Tahun 2007 rata-rata kas sebesar Rp 353.992.050 dan mengalami kenaikan pada tahun 2008 sebesar Rp 535.483.655 serta juga mengalami kenaikan pada tahun 2009 menjadi Rp 773.744.366. Peningkatan ini
Perputaran
Tahun
kas =
terkait dengan jumlah kas yang mengalami peningkatan. Perhitungan rata-rata kas telah diketahui, maka selanjutnya menghitung perputaran kas. Berikut ini perhitungan perputaran kas pada UD Ahas 126 Sinar Baru Pamekasan.
Penjualan bersih Rata - rata kas
Tabel 4 UD Ahass 126 Sinar Baru Perputaran Kas Tahun 2007-2009 Penjualan Bersih Rata-rata Kas (Rp) (Rp)
Perputaran Kas (X)
2007
8.381.750.909
353.992.050
23,677
2008
8.746.850.545
535.483.655
16,334
2009
9.254.251.304 773.744.366 Sumber data: data diolah
11,960
Tabel tersebut ini menunjukkan perputaran kas yang terjadi pada UD Ahass 126 Sinar Baru Pamekasan. Berdasarkan perhitungan perputaran kas di atas, maka dapat dianalisa bahwa untuk tahun 2007 perputaran kas sebesar 23,677X, artinya perputaran kas selama satu tahun sebesar 23,677X. Pada tahun 2008 perputaran kas turun menjadi 16,334X, artinya perputaran kas pada tahun 2007 lebih baik dari tahun 2008 karena semakin cepat perputaran kas
semakin baik, bahkan tahun 2009 perputaran kasnya turun menjadi 11,960X. Secara keseluruhan perputaran kas di UD Ahass 125 Sinar Baru Pamekasan selama tiga tahun yaitu mulai tahun 2007-2009 dapat dikatakan menurun. Telah diketahui berapa kali kas berputar selama periode tertentu, maka selanjutnya menghitung hari rata-rata terkumpulnya kas. Berikut perhitungan hari rata-rata terkumpulnya kas sebagai berikut:
Hari rata - rata terkumpulnya kas = Pada tahun 2007, hari rata-rata terkumpulnya kas 15,204 hari (360:23,677), artinya selama satu tahun setiap 15,204 hari kas terkumpul. Pada tahun 2008, hari rata-rata terkumpulnya kas sebesar 22,039 hari (360:16,334), artinya selama satu tahun setiap 22,039 hari kas terkumpul. Hari rata-rata terkumpulnya kas tahun 2007 lebh baik
360 X 1 hari Perputaran Kas
dari tahun 2008 karena hari rata-rata terkumpulnya kas lebih cepat yaitu 15,204 daripada tahun 2008 sebesar 22,039 hari, sedangkan tahun 2009, hari rata-rata terkumpulnya kas sebesar 30,100 hari (360:11,960), artinya selama satu tahun setiap 30,100 hari kas terkumpul. Secara keseluruhan hari rata-rata terkumpulnya kas di UD Ahass 126 Sinar Baru
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No.14 | November 2012
66
This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. Please use purchased version to remove this message.
ISSN 1412-2936 Pamekasan keterlambatan.
dikatakan
mengalami
Sebelum menghitung perputaran piutang, maka terlebih dahulu menghitung rata-rata piutang yang hasilnya dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Perputaran Piutang
Tahun
Tabel 5 UD Ahass 126 Sinar Baru Rata-rata Piutang Tahun 2007-2009 Piutang Awal Tahun Piutang Akhir Tahun (Rp) (Rp)
Rata-rata Piutang (Rp)
2007
569.321.546
501.710.918
535.516.232
2008
501.710.918
667.619.473
584.665.196
2009
667.619.473 699.732.000 Sumber data: tabel 4.3, tabel 4.6, tabel 4.9, diolah
Rata-rata piutang telah diketahui bahwa setiap tahun selalu mengalami kenaikan. Pada tahun 2007 rata-rata piutang sebesar Rp 535.516.232, dan tahun 2008 sebesar Rp 584.665.196. Artinya rata-rata piutang mengalami kenaikan dari tahun 2007 ke tahun 2008, serta tahun 2009 juga mengalami kenaikan piutang menjadi Rp 683.675.737. Secara
Perputaran
piutang
Tabel di bawah ini menunjukkan perhitungan perputaran piutang dengan menggunakan rumus di atas. Berikut
683.675.737
keseluruhan rata-rata piutang mengalami kenaikan setiap tahunnya dari tahun 2007 sampai dengan 2009. Setelah rata-rata piutang diketahui, maka selanjutnya menghitung perputaran piutang. Berikut ini perhitungan perputaran piutang pada UD Ahas 126 Sinar Baru Pamekasan.
=
Penjualan kredit Rata - rata piutang
perhitungannya perputaran piutang yang terjadi pada UD Ahass 126 Sinar Baru Pamekasan.
Tabel 6 UD Ahass 126 Sinar Baru Perputaran Piutang Tahun 2007-2009 Tahun
Penjualan Kredit (Rp)
Rata-rata Piutang (Rp)
Perputaran Piutang (X)
2007
4.626.745.783
535.516.232
8,639
2008
4.721.986.635
584.665.196
8,076
2009
5.005.543.758 683.675.737 Sumber data: data diolah
7,321
Berdasarkan perhitungan perputaran piutang di atas, maka dapat diketahui bahwa perputaran piutang setiap tahunnya mengalami penurunan. Tahun 2007 perputaran piutang sebesar 8,639X,
artinya perputaran piutang selama satu tahun 8,639X dan mengalami penurunan tahun 2008 yang perputaran piutangnya pada periode tersebut sebesar 8,076X serta pada tahun 2009 perputaran piutang
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No.14 | November 2012
67
This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. Please use purchased version to remove this message.
ISSN 1412-2936 terus menurun yang berputar hanya 7,321X selama periode tersebut. Perputaran piutang selama tiga tahun telah diketahui, kemudian
menghitung hari rata-rata pengumpulan piutang dengan rumus:
Hari rata - rata terkumpulnya piutang =
pengumpulan piutang di UD Ahass 126 Sinar Baru Pamekasan dikatakan lamban atau tidak stabil.
Pada tahun 2007, hari rata-rata pengumpulan piutang 41,671 hari (360:8,639), artinya selama satu tahun setiap 41,671 hari piutang terkumpul. Tahun 2008, hari rata-rata terkumpulnya piutang 44,576 hari (360:8,76), artinya selama satu tahun setiap 44,576 hari piutang terkumpul, dan pada tahun 2009 hari rata-rata pengumpulan piutang 49,173 hari (360:7,321), artinya selama satu tahun setiap 49,173 hari piutang terkumpul. Secara keseluruhan hari rata-rata
Tahun
360 X 1 hari Perputaran piutang
Perputaran Persediaan Barang Dagangan Sebelum perputaran persediaan barang dagangan dihitung, maka sebelumnya menghitung rata-rata persediaan barang dagangan yang hasilnya dapat dilihat pada tabel 4.16 berikut ini:
Tabel 7 UD Ahass 126 Sinar Baru Rata-rata Persediaan Barang Dagangan Tahun 2007-2009 Persediaan Awal Persediaan Akhir Rata-rata Persediaan Barang Dagangan Barang Dagangan Barang Dagangan (Rp) (Rp) (Rp)
2007
767.438.690
704.687.200
736.662.945
2008
704.687.200
749.510.220
727.098.710
2009
749.510.220
675.275.199 Sumber: data diolah
712.392.709
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui rata-rata persediaan barang dagangan mengalami penurunan setiap tahunnya dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2009. Tahun 2007 rata-rata persediaan barang dagangan sebesar
Perputaran persediaan barang dagangan =
Rp 736.662.945, dan tahun 2008 menurun menjadi Rp 727.098.710, serta tahun 2009 kembali turun menjadi Rp 712.392.709. Selanjutnya menghitung perputaran persediaan barang dagangan dengan rumus sebagai berikut:
Harga pokok penjualan Rata - rata persediaan barang dagangan
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No.14 | November 2012
68
This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. Please use purchased version to remove this message.
ISSN 1412-2936 Tabel 8 UD Ahass 126 Sinar Baru Perputaran Persediaan Barang Dagangan Tahun 2007-2009 Harga Pokok Rata-rata Persediaan Perputaran Persediaan Penjualan Barang Dagangan Barang Dagangan (Rp) (Rp) (X)
Tahun 2007
7.892.113.645
736.662.945
10,722
2008
8.219.996.069
727.098.710
11,305
2009
8.649.256.145
712.392.709 Sumber: data diolah
Tabel tersebut menunjukkan perputaran persediaan barang dagangan yang terjadi pada UD Ahass 126 Sinar Baru Pamekasan. Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa perputaran persediaan barang dagangan dari tahun 2007 sampai dengan 2009 mengalami peningkatan. Perputaran persediaan barang dagangan tahun 2007 sebesar 10,722X. Pada tahun 2008 sebesar 11,305X dan tahun 2009 perputaran barang dagangan sebesar 12,141X. Secara keseluruhan perputaran persediaan barang dagangan mengalami kenaikan
12,141
setiap tahunnya karena harga pokok penjualan yang mengalami peningkatan sehingga penjualan juga mengalami peningkatan. Oleh karena itu, meningkatnya jumlah penjualan dan perputaran persediaan barang dagangan menunjukkan modal yang ada pada persediaan barang dagangan berputar secara cepat tanpa ada hambatan. Berikut ini rincian dari komponen perputaran modal kerja dari tahun 2007 sampai dengan 2009 pada UD Ahass 126 Sinar Baru Pamekasan sebagai berikut:
Tabel 9 UD Ahass 126 Sinar Baru Komponen Modal Kerja Tahun 2007-2009 Perputaran Perputaran Piutang Persediaan Barang (X) Dagangan (X)
Current Asset Turnover (X)
Tahun
Perputaran Kas (X)
2007
23,677
8,639
10,722
5,432
2008
16,334
8,076
11,305
4,735
2009
11,960
7,321
12,141
4,264
Berdasarkan tabel 9 menunjukkan bahwa current asset turnover pada UD Ahass 126 Sinar Baru Pamekasan selama tiga tahun yaitu tahun 2007 sampai dengan 2009 mengalami penurunan. Apabila current asset turnover cepat, maka pengembalian dana kembali menjadi modal kerja juga cepat, namun sebaliknya jika current asset turnover lamban, maka pengembalian dana menjadi modal kerja juga lamban sehingga dapat mengganggu proses pencapaian laba yang maksimal.
Gross profit margin =
Rasio Profitabilitas Rasio profitabilitas digunakan untuk mengukur efektifitas manajemen secara keseluruhan yang ditunjukkan oleh besar kecilnya tingkat keuntungan yang diperoleh dalam hubungannya dengan penjualan maupun investasi. Berikut ini adalah perhitungan rasio profitabilitas: a. Marjin laba kotor (Gross profit margin) Gross profit margin dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Penjualan - Harga Pokok Penjualan x100% Penjualan
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No.14 | November 2012
69
This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. Please use purchased version to remove this message.
ISSN 1412-2936
Dari data yang diperoleh dan menggunakan rumus di atas, maka diperoleh data gross profit margin dari
tahun 2007 sampai dengan 2009 sebagai berikut:
Tabel 10 UD Ahass 126 Sinar Baru Gross Profit Margin Tahun 2007-2009 Harga Pokok Penjualan (Rp)
Tahun
Penjualan (Rp)
2007
8.381.750.909
7.892.113.645
5,841
2008
8.746.850.545
8.219.996.069
6,023
2009
9.254.251.304
8.649.256.145 Sumber: data diolah
Tabel tersebut menunjukkan bahwa gross profit margin tiap tahunnya mengalami peningkatan. Pada tahun 2007 gross profit margin sebesar 5,841%, artinya setiap rupiah penjualan menghasilkan laba kotor Rp 0,584 dan tahun 2008 gross profit margin sebesar 6,023%, artinya setiap rupiah penjualan menghasilkan laba kotor Rp 0,602 serta tahun 2009 gross profit margin sebesar 6,537%, artinya setiap rupiah penjualan menghasilkan laba kotor Rp 0,653.
Gross Profit Margin (%)
6,537
Gross profit margin yang semakin meningkat setiap tahunnya menunjukkan semakin baik keadaan operasi perusahaan karena menunjukkan bahwa harga pokok penjualan relatif lebih rendah dibandingkan penjualan. b. Marjin laba operasi (Operating profit margin/ operating income ratio) Marjin laba operasi dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:
Operating income ratio =
Laba Usaha x100% Penjualan
Berdasarkan rumus di atas, maka dapat diketahui marjin laba operasi sebagai berikut: Tabel 11 UD Ahass 126 Sinar Baru Operating Income Ratio Tahun 2007-2009 Tahun
Laba Usaha (Rp)
Penjualan (Rp)
Operating Income Ratio (%)
2007
115.519.864
8.381.750.909
1,378
2008
131.799.800
8.746.850.545
1,506
2009
204.337.015 9.254.251.304 Sumber: data diolah
2,208
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No.14 | November 2012
70
This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. Please use purchased version to remove this message.
ISSN 1412-2936 Berdasarkan perhitungan operating income ratio di atas, maka dapat dianalisa bahwa operating income ratio selama tiga tahun dari tahun 2007 sampai dengan 2009 mengalami kenaikan setiap tahunnya. Tahun 2007 operating income ratio sebesar 1,378%, artinya setiap rupiah penjualan menghasilkan laba operasi sebesar Rp 0,013. Tahun 2008 mengalami kenaikan menjadi 1,506%, artinya setiap rupiah penjualan menghasilkan laba operasi sebesar Rp 0,015, sedangkan tahun 2009 operating income ratio sebesar
Operating ratio =
c. Operating ratio Operating ratio dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:
HPP + Biaya adm, penjualan, umum x100% Penjualan
Berdasarkan rumus di atas dapat di hitung operating ratio pada UD Ahass 126
Tahun
2,208%, artinya setiap rupiah penjualan menghasilkan laba kotor Rp 0,022. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa semakin naikknya operating income ratio setiap tahunnya, maka semakin baik pula operasi perusahaan karena perusahaan mampu menghemat biaya sehingga laba yang diperoleh dapat maksimal.
Sinar Baru Pamekasan dari tahun 2007 sampai dengan 2009 sebagai berikut:
Tabel 12 UD Ahass 126 Sinar Baru Operating Ratio Tahun 2007-2009 Biaya Harga Pokok Administrasi, Penjualan Penjualan Penjualan,Umum (Rp) (Rp) (Rp)
Operating Ratio (%)
2007
7.892.113.645
374.117.382
8.381.750.909
98,621
2008
8.219.996.069
395.054.676
8.746.850.545
98,493
2009
8.649.256.145
400.658.144 9.254.251.304 Sumber: data diolah
97,791
Berdasarkan perhitungan operating ratio di atas, maka dapat dianalisa bahwa pada tahun 2007 operating ratio sebesar 98,621%, artinya setiap rupiah penjualan memiliki biaya operasi sebesar Rp 0,986. Tahun 2008 operating ratio yang diperoleh menurun sebesar 98,493%, artinya setiap rupiah penjualan memiliki biaya operasi sebesar Rp 0,984 dan tahun 2009 operating ratio kembali menurun sebesar 97,791%, artinya setiap rupiah penjualan memiliki biaya operasi sebesar Rp 0,977. Secara keseluruhan operating ratio yang terjadi pada UD Ahass 126 Sinar Baru
Pamekasan dapat dikatakan baik karena semakin turunnya operating ratio setiap tahunnya, berarti mencerminkan tingkat efisiensi perusahaan yang baik dan rasio yang tinggi menunjukkan keadaan yang kurang baik karena hal ini menunjukkan bahwa setiap rupiah penjualan yang terserap dalam biaya juga tinggi dan yang tersedia untuk laba kecil. d. Marjin laba bersih (Net profit margin) Untuk menghitung net profit margin dapat dihitung menggunakan rumus:
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No.14 | November 2012
71
This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. Please use purchased version to remove this message.
ISSN 1412-2936 Net profit margin =
Laba bersih setelah pajak x100% Penjualan
Dari rumus di atas dapat dihitung net profit margin yang terjadi selama tahun 2007 sampai dengan 2009 sebagai berikut:
Tabel 13 UD Ahass 126 Sinar Baru Net Profit Margin Tahun 2007-2009 Tahun
Laba Bersih setelah Pajak (Rp)
Penjualan (Rp)
Net Profit Margin (%)
2007
128.606.934
8.381.750.909
1,534
2008
146.020.321
8.746.850.545
1,669
2009
220.439.456 9.254.251.304 Sumber: data diolah
2,382
Berdasarkan tabel 4.22 di atas, dapat dianalisa bahwa net profit margin yang terjadi selama tiga tahun mengalami peningkatan. Tahun 2007 net profit margin sebesar 1,534%, artinya setiap rupiah penjualan menghasilkan keuntungan bersih sebesar Rp 0,015 dana pada tahun 2008 meningkat menjadi 1,669%, artinya setiap rupiah penjualan menghasilkan laba bersih sebesar Rp 0,016, sedangkan tahun 2009 net profit margin sebesar 2,382%, artinya setiap rupiah penjualan menghasilkan laba bersih sebesar Rp
Return on asset =
0,023. Secara keseluruhan net profit margin yang terjadi dapat dikatakan baik karena mengalami peningkatan setiap tahunnya. Net profit margin yang terus meningkat menggambarkan operasi perusahaan yang stabil karena laba bersih yang dihasilkan setiap tahunnya meningkat. e.
Earning power of total investment (Rate of return on total assets) Earning power of total investment dapat dihitung dengan rumus:
Laba Usaha x100% Total aktiva
Tabel 14 UD Ahass 126 Sinar Baru Return On Asset Tahun 2007-2009 Tahun
Laba Usaha (Rp)
Total Aktiva (Rp)
ReturnOn Asset (%)
2007
115.519.864
2.225.080.646
5,191
2008
131.799.800
2.550.296.528
5,168
2009
204.337.015 2.757.881.455 Sumber: data diolah
7,409
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No.14 | November 2012
72
This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. Please use purchased version to remove this message.
ISSN 1412-2936 Tabel di atas menggambarkan perhitungan earning power of total investment pada UD Ahass 126 Sinar Baru Pamekasan. Perhitungan return on asset di atas, dapat diketahui bahwa return on asset pada tahun 2007 sebesar 5,191%, artinya setiap rupiah modal atau aktiva yang dikeluarkan menghasilkan laba Rp 0,051. Tahun 2008 return on asset sebesar 5,168%, artinya setiap rupiah modal yang dikeluarkan mengahsilkan laba sebesar Rp 0,051 dan tahun 2009 return on asset
Return on investment =
sebesar 7,409%, artinya setiap rupiah modal menghasilkan laba sebesar Rp 0,074. Secara keseluruhan return on asset yang terjadi terbilang stabil dan return on asset menggambarkan kemampuan perusahaan dalam pencapaian laba usaha. f. Net earning power ratio/ Rate of return on investment Untuk menghitung rate of return on investment dapat diperoleh menggunakan rumus:
Laba bersih setelah pajak x100% Total aktiva
Berdasarkan rumus di atas, maka dapat dihitung rate of return on
investment sesuai dengan tabel berikut ini:
Tabel 15 UD Ahass 126 Sinar Baru Return On Investment Tahun 2007-2009 Tahun
Laba Bersih setelah Pajak (Rp)
Total Aktiva (Rp)
Return On Investment (%)
2007
128.606.934
2.225.080.646
5,779
2008
146.020.321
2.550.296.528
5,725
2009
220.439.456
2.757.881.455 Sumber: data diolah
7,993
Berdasarkan perhitungan return on investment di atas, menunjukkan bahwa return on investment mengalami kenaikan setiap tahunnya dari tahun 2007 sampai dengan 2009. Tahun 2007 return on investment sebesar 5,779%, artinya setiap rupiah aktiva menghasilkan laba sebesar Rp 0,057. Tahun 2008 return on investment tetap stabil sebesar 5,725%, artinya setiap rupiah aktiva menghasilkan laba sebesar Rp 0,057 dan tahun 2009 return on investment naik menjadi 7,993%, artinya setiap rupiah aktiva menghasilkan Rp 0,079. Return on investment untuk mengukur kemampuan perusahaan dengan keseluruhan dana yang
Return on net worth =
ditanamkan dalam aktiva yang digunakan untuk operasi perusahaan dalam menghasilkan laba dan secara keseluruhan operasi perusahaan dapat dikatakan stabil dan meningkat pada tahun 2009. Semakin tinggi return on investment, maka semakin baik karena perusahaan efektif dalam mengelola aktiva sehingga laba yang diperoleh meningkat. g. Rate of return for the owners/ Rate of return on net worth Untuk mengetahui nilai rate of return for the owners atau rate of return on net worth dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:
Laba bersih setelah pajak x100% Modal sendiri
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No.14 | November 2012
73
This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. Please use purchased version to remove this message.
ISSN 1412-2936
Berikut perhitungan rate return for the owners dari tahun
of
2007 sampai tahun 2009 sebagai berikut:
Tabel 16 UD Ahass 126 Sinar Baru Return On Net Worth Tahun 2007-2009 Tahun
Laba Bersih setelah Pajak (Rp)
Modal Sendiri (Rp)
Return On Net Worth (%)
2007
128.606.934
1.174.630.412
10,948
2008
146.020.321
1.306.808.733
11,173
2009
220.439.456 1.541.090.189 Sumber: data diolah
14,304
Berdasarkan perhitungan return on net worth di atas, menunjukkan bahwa return on net worth mengalami peningkatan. Tahun 2007 return on net worth sebesar 10,948%, artinya setiap modal yang digunakan menghasilkan laba usaha sebesar Rp 0,109. Tahun 2008 return on net worth sebesar 11,173%, artinya setiap modal yang digunakan menghasilkan laba usaha sebesar Rp 0,111 dan tahun 2009 return on net worth meningkat menjadi 14,304%, artinya setiap modal yang digunakan dapat menghasilkan laba usaha sebesar Rp 0,143. Return on net worth menunjukkan berapa persen akan diperoleh laba bersih bila diukur dari modal pemilik. Semakin tinggi, maka semakin baik.
Analisis Hasil Penelitian Perputaran Modal Kerja dan Profitabilitas dengan Time Series Analysis Time series analysis adalah teknik analisa yang dilakukan dengan membandingkan rasio-rasio perusahaan dari waktu ke waktu untuk melihat kecenderungan rasio tersebut, apakah cenderung naik, turun, atau konstan. Setelah dilakukan perhitungan pada semua rasio profitabilitas, maka dapat diketahui secara keseluruhan bagaimana kemampuan UD Ahass 126 Sinar Baru Pamekasan dalam menghasilkan laba selama tahun 2007 sampai dengan tahun 2009. Rasio-rasio profitabilitas selama tiga tahun yaitu tahun 2007 sampai tahun 2009 akan disajikan pada tabel sebagai berikut:
Tabel 17 UD Ahass 126 Sinar Baru Rasio Profitabilitas Tahun 2007-2009 Rasio Profitabilitas
2007 (%)
2008 (%)
2009 (%)
Gross profit margin
5,841
6,023
6,537
Operating income ratio
1,378
1,506
2,208
Operating ratio
98,621
98,493
97,791
Net profit margin
1,534
1,669
2,382
Return on asset
5,191
5,168
7,409
Return on investment
5,779
5,725
7,993
Return on net worth
10,948
11,173
14,304
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No.14 | November 2012
74
This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. Please use purchased version to remove this message.
ISSN 1412-2936
Berdasarkan semua perhitungan rasio profitabilitas dapat dianalisa bahwa pada gross profit margin mengalami peningkatan yang menunjukkan bahwa operasi perusahaan semakin baik yang dibuktikan dengan harga pokok penjualan relatif lebih rendah dibandingkan dengan penjualan. Operating income ratio juga mengalami peningkatan setiap tahunnya dan ini membuktikan bahwa semakin baik operasi perusahaan karena setiap tahun laba yang diperoleh mengalami peningkatan dan perusahaan mampu menghemat biaya operasi sehingga laba yang diperoleh maksimal. Pada operating ratio, setiap tahunnya mengalami penurunan dan hal ini menunjukkan bahwa perusahaan mampu menekan biaya terhadap penjualan serta menunjukkan efisiensi perusahaan yang baik karena mampu menyerap biaya terhadap penjualan dengan nilai yang rendah. Net profit margin mengalami kenaikan setiap tahunnya dan hal ini menunjukkan bahwa laba bersih yang diperoleh perusahaan juga mengalami kenaikan serta menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba bersih melalui tingkat penjualan. Return on asset dan return on investment pada tahun 2007 dan 2008 cenderung konstan tetapi mengalami peningkatan pada tahun 2009. Hal ini menunjukkan pada tahun 2007 dan 2008 perolehan laba usaha dinilai konstan tetapi meningkat pada tahun 2009. Return on net worth mengalami peningkatan setiap tahunnya yang menggambarkan berapa persen laba yang diperoleh bila diukur dari modal sendiri dan dapat dikatakan perusahaan mampu memperoleh laba yang dihasilkan dari penggunaan mdal sendiri. Dilihat dari perhitungan dan analisa di atas dapat diketahui bahwa masalah yang dihadapi perusahaan adalah pencapaian laba yang dihasilkan melalui total aktiva yang ditunjukkan pada return on asset dan return on investment pada tahun 2007 dan 2008 cenderung konstan walau mengalami peningkatan pada tahun 2009. Hal ini disebabkan perputaran kas dan perputaran piutang yang dapat dikatakan lamban dalam perputarannya
sehingga perusahaan membutuhkan modal kerja yang cukup besar dan hal ini juga dapat dilihat pada current asset turnover yang juga mengalami penurunan setiap tahunnya sehingga menyebabkan perolehan laba terhadap aktiva terbilang konstan. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan sebelumnya, maka kesimpulan yang dapat diambil dalam penelitian ini adalah: 1. Berdasarkan perhitungan perputaran modal kerja, dapat diketahui bahwa perputaran modal kerja mengalami penurunan. Tahun 2007 perputaran modal kerja sebesar 5,432X, tahun 2008 sebesar 4,735X, dan tahun 2009 turun menjadi 4,264X. Hal ini disebabkan naiknya jumlah aktiva, tetapi penjualan naik tidak terlalu besar. 2. Berdasarkan perhitungan perputaran kas diketahui bahwa perputaran kas tahun 2007 sebesar 23,677X, dan pada tahun 2008 turun menjadi 16,334X, sedangkan pada tahun 2009 sebesar 11,960X. Secara keseluruhan perputaran kas dapat dikatakan menurun karena jumlah kas mengalami kenaikan yang cukup tinggi sedangkan penjualan naiknya tidak terlalu besar. 3. Berdasarkan perhitungan perputaran piutang, setiap tahunnya mengalami penurunan. Pada tahun 2007 perputaran piutang sebesar 8,639X, sedangkan tahun 2008 sebesar 8,076X. Pada tahun 2009 turun menjadi 7,321X. Hal ini disebabkan penjualan kredit yang naiknya tidak terlalu besar dikarenakan lambannya sistem penagihan sehingga menyebabkan perputaran piutang juga mengalami penurunan. 4. Berdasarkan perhitungan perputaran persediaan barang dagangan menunjukkan bahwa perputaran persediaan barang dagangan mengalami peningkatan setiap
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No.14 | November 2012
75
This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. Please use purchased version to remove this message.
ISSN 1412-2936 tahunnya. Tahun 2007 perputaran persediaan barang dagangan sebesar 10,722X, dan tahun 2008 meningkat menjadi 11,305X. Pada tahun 2009 meningkat menjadi 12,141X. Hal ini menunjukkan bahwa perputaran persediaan barang dagangan tidak mengalami hambatan dan modal yang terikat pada persediaan barang dagangan selalu berputar dengan lancar sehingga tidak ada proses banyaknya persediaan barang dagangan yang ada di gudang. 5. Berdasarkan perhitungan rasio profitabilitas pada UD Ahass 126 Sinar Baru Pamekasan selama tiga tahun dari tahun 2007 sampai dengan 2009 dapat dikatakan cukup baik. Hal ini ditunjukkan dengan semakin baiknya operasi perusahaan yaitu harga pokok penjualan yang relatif lebih rendah dibandingkan dengan penjualan, dan perusahaan mampu menghemat biaya operasional setiap tahunnya sehingga laba yang diperoleh meningkat. Perusahaan juga mencerminkan tingkat efisiensi yang baik dengan cara mampu menekan biaya operasionalnya, akan tetapi perusahaan dalam mengelola akiva terbilang konstan yaitu pada tahun 2008 sehingga laba bersih yang dihasilkan pada tahun 2008 konstan dari tahun 2007 tetapi pada tahun 2009 mengalami kenaikan. 6. Berdasarkan hasil analisa dengan time series analisys, secara keseluruhan perhitungan rasio profitabilitas dengan membandingkan setiap tahunnya terbilang cukup baik. Hal ini terbukti dari kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba melalui penjualan yang setiap tahunnya mengalami peningkatan dan perusahaan mampu menekan biaya operasi melalui penjualan yang setiap tahunnya mengalami penurunan, tetapi perolehan laba tetap meningkat, sedangkan untuk kemampuan perusahaan melalui total aktiva dalam perolehan labanya terbilang konstan yang disebabkan
perputaran kas dan perputaran piutang yang mengalami penurunan. Saran Saran-saran yang dapat diberikan berdasarkan hasil penelitian dan analisa yang dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Diharapkan pada periode selanjutnya UD Ahass 126 Sinar Baru Pamekasan lebih memperhatikan perputaran piutangnya agar lebih ditingkatkan dengan cara sistem penagihan pada konsumen lebih efektif sehingga perputaran kas juga meningkat dan secara langsung tidak membutuhkan modal kerja yang terlalu besar. 2. Diharapkan pada UD Ahass 126 Sinar Baru Pamekasan minimal bisa mempertahankan tingkat profitabilitasnya bahkan pada periode selanjutnya dapat ditingkat. DAFTAR PUSTAKA Adisaputro, G dan M. Asri. 1984. Anggaran Perusahaan. BPFE. Yogyakarta Ahyari, A. 1988. Anggaran Perusahaan , Pendekatan Kuantitatif. BPFE. Yogyakarta Asri, M dan J. Suprihanto. 1986. Manajemen Perusahaan, Pendekatan Operasional. BPFE. Yogyakarta Cashin, J.A. dan R.S. Polimeni. 1986. Akuntansi Biaya 2. Terjemahan Badjuri. Erlangga. Jakarta Garrison, R.H. 1997. Akuntansi Manajerial 2. Pengendalian Melalui Harga Pokok Standar. AK Group. Yogyakarta Garrison, R.H. 2000. Akuntansi Manajerial. Terjemahan A. Totok Budisantoso. Salemba Empat. Jakarta Gitosudarmo, I. 1999. Manajemen Operasi. BPFE. Yogyakarta Kardinata, A. 1981. Akuntansi dan Analisa Biaya. Bina Aksara. Jakarta Hongren, C.T. dan G. Foster. 1989. Akuntansi Biaya. Suatu Pendekatan Manajerial. Terjemahan Nirwan Sembiring dan
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No.14 | November 2012
76
This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. Please use purchased version to remove this message.
ISSN 1412-2936 Osman Sitorus. Jakarta Hansen / Mowen. 1999. Manajemen jilid 1. Jakarta Munandar, M. 1986. Perencanaan Pengkoordinasian Pengawasan Kerja. Yogyakarta
Erlangga. Akuntansi Erlangga. Budget. Kerja, Kerja, BPFE.
Nafarin,
M. 2004. Penganggaran Perusahaan. Salemba Empat. Jakarta Soekarno, K. 1986. Dasar-dasar Manajemen. Miswar. Jakarta Stoner, J.F. 1990. Management. Terjemahan Alfonso Sirait. Erlangga. Jakarta Supriyanto, Y. 1994. Anggaran Perusahaan, Perencanaan dan Pengendalian Laba. STIE YKPN. Yogyakarta
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No.14 | November 2012
77
This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. Please use purchased version to remove this message.
ISSN 1412-2936 ANALISIS PERHITUNGAN BIAYA PRODUKSI DALAM RANGKA MENENTUKAN HARGA JUAL PRODUK Siti Salama Amar Fakultas Ekonomi Universitas Madura Dielly Fitri Astutiek Fakultas Ekonomi Universitas Madura ABSTRAK Biaya produksi berperan penting dalam operasi sebuah perusahaan. Biaya produksi merupakan cara untuk menghitung harga jual suatu produk disebuah perusahaan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis perhitungan biaya produksi untuk menentukan harga jual produk yang tepat agar tidak terjadi kekurangan atau kelebihan dalam menentukan harga jual. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuatitatif. Sumber data yang digunakan merupakan laporan biaya produksi dan laporan keuangan tahunan perusahaan, untuk menetukan harga jual menggunakan metode pendekatan full costing dan variable costing. Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa Perhitungan harga jual dengan menggunakan metode full costing dan variabel costing menghasilkan informasi biaya yang lebih akurat yang berpengaruh terhadap penentuan harga pokok produksi, sehingga membantu perusahaan dalam menetapkan harga jual produk. Perhitungan harga jual dengan menggunakan metode full costing dan variabel costing menghasilkan harga jual masing-masing sebesar Rp. 1.150 sedangkan harga jual pada industri roti bahagia sebesar Rp. 1.500. Apabila dibandingkan dengan harga jual pada Roti Bahagia Bakery itu sendiri, harga jual dengan metode full costing dan variabel costing memberikan hasil yang lebih sedikit dengan selisih sebesar Rp. 350. Sehingga dengan demikian dapat mencapai laba yang diharapkan dan juga mencapai tingkat kembalian dari investasinya tanpa ada resiko harga jual yang dibebankan terlalu tinggi atau terlalu rendah. Kata kunci : Biaya produksi, Harga Jual PENDAHULUAN Dalam dunia bisnis, persaingan antar perusahaan merupakan hal yang wajar. Setiap perusahaan berusaha untuk menjaring konsumen sebanyak mungkin, tanpa mengesampingkan tujuan utamanya yaitu untuk memperoleh keuntungan yang maksimal. Setiap perusahaan berusaha menawarkan produk mereka dengan keunggulan masing-masing. Selain bersaing dalam hal kualitas, mereka juga bersaing dalam masalah harga, karena hanya produk dengan kualitas terbaik dan harga paling murah, yang paling diminati dan dicari oleh konsumen. Salah satu persoalan rumit yang dihadapi oleh manajemen suatu perusahaan adalah menetapkan harga jual
produk perusahaan. Harga jual produk perusahaan sangat berpengaruh terhadap keberhasilan perusahaan dalam mencapai tujuannya. Harga jual yang terlalu tinggi akan membuat masyarakat tidak membeli atau mengurangi jumlah pembelian produk perusahaan sehingga perusahaan tidak akan memperoleh pendapatan dan laba yang cukup. Sebaliknya harga jual yang terlalu rendah akan membuat perusahaan tidak mampu mencapai laba usaha yang direncanakan. Sebelum perusahaan menentukan harga jual suatu produk, perusahaan terlebih dahulu harus menghitung harga pokok produksinya. Dalam beberapa hal, keberhasilan bisnis tergantung pada informasi penentuan harga pokok produksi,
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No.14 | November 2012
78
This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. Please use purchased version to remove this message.
ISSN 1412-2936 yaitu, biaya satuan produk merupakan elemen penting dalam penentuan harga jual yang wajar bagi sebuah produk. Meskipun biaya satuan produk bukanlah satu-satunya informasi yang dipakai untuk menentukan suatu harga. Apabila biayabiaya produk tidak tertutupi oleh harganya, maka perusahaan tidak akan memperoleh laba, bnformasi penentuan biaya pokok produk sering menjadi dasar dalam memperkirakan biaya-biaya yang akan datang yang biasanya dituangkan dalam sebuah anggaran, dimana anggaran tersebut digunakan sebagai alat perencanaan dalam pemakaian sumbersumber daya yang efektif, dan pengendalian kegiatan dan biaya juga difasilitasi oleh informasi biaya produk. Apabila biaya operasi terlalu tinggi dan harus dipangkas, maka biaya produk dapat dipecah ke dalam beberapa bagian, guna menentukan biaya-biaya yang dapat ditekan. Menetapkan harga jual yang dianggap tepat bukanlah perkara yang mudah. Penetapan harga jual suatu produk memerlukan analisis pasar, analisis pesaing, analisis statistik dan analisis produksi. Itu berarti, memerlukan koordinasi diantara bagian pemasaran, bagian penelitian, bagian keuangan, bagian akuntansi dan bagian produksi serta babarapa bagian yang dianggap terkait. Menurut Rudianto (2006;231) penetapan harga jual produk memerlukan berbagai pertimbangan yang terintegrasi. Mulai dari biaya produksi, biaya operasional, target laba yang diinginkan perusahaan, daya beli masyarakat, harga jual pesaing, kondisi perekonomian secara umum, elastisitas harga produk dan sebagainya. Penentuan harga jual produk perusahaan haruslah merupakan merupakan kebijakan yang harus benarbenar dipertimbangkan secara matang dan terintegrasi. Kebijakan harga yang dipilih perusahaan akan berpengaruh secara langsung terhadap berhasil tidaknya perusahaan mencapai tujuannya. Walaupun terdapat banyak aspek yang dipertimbangkan oleh perusahaan dalam menentukan harga jual produk, tetapi seringkali faktor biaya dijadikan titik
tolak dalam penetapan harga jual produk. Kebijakan harga jual produk dan biaya akan selalu berubah-ubah sejalan dengan perubahan biaya produk dan kondisi pasar. Biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk menghasilkan sejumlah produk didalam suatu periode akan dijadikan dasar untuk menetapkan harga jual produk. Persoalannya, berapa besar margin laba yang diinginkan perusahaan untuk setiap produk unit yang dihasilkannya. Penetapan margin laba diatas biaya yang dikeluarkan perusahaan memerlukan suatu seni dan keahlian khusus dengan pertimbangan dari berbagai aspek terkait yang komplek. Roti Bahagia Bakery Pamekasan merupakan perusahaan industri rumah tangga yang bergerak dibidang makanan yang memproduksi berbagai jenis roti yang dijual dengan berbagai macam bentuk, rasa dan harga. Dalam menetapkan harga jual produknya Roti Bahagia Bakery menggunakan cara yaitu pertama menghitung harga pokok produksinya setelah itu kemudian dibagi dengan unit yang diproduksi. Dengan perhitungan tersebut dapat mengakibatkan penentuan harga jual yang kurang akurat karena penentuan harga pokok produksi dan harga jual tersebut bersifat prediksi (perkiraan). Perkiraan tersebut bisa saja terjadi penentuan biaya produksi yang tinggi sehingga membawa dampak pada harga jual yang tinggi tetapi pada kenyataannya biaya produksi sesungguhnya adalah rendah sehingga produk tidak mampu bersaing di pasaran. Begitu juga sebaliknya dengan penetapan biaya-biaya produksi yang rendah akan membawa pengaruh harga jual yang rendah. Tetapi setelah waktu berjalan, ternyata biaya produksi yang diperkirakan mengalami kenaikan yang melonjak, sehingga perusahaan mengalami kerugian. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang telah disampaikan diatas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana penentuan harga jual produk roti selai yang tepat pada Perusahaan Roti Bahagia Bakery Pamekasan?.
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No.14 | November 2012
79
This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. Please use purchased version to remove this message.
ISSN 1412-2936 Batasan Masalah Agar masalah yang dirumuskan memiliki batasan yang kuat dan tidak mengalami kekaburan dalam memecahkan masalah, maka batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah laporan biaya produksi pada tahun 2011. b. Produk yang akan menjadi pembahasan dalam penelitian ini adalah roti selai Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan harga jual produk roti selai yang tepat pada Perusahaan Roti Bahagia Bakery Pamekasan. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Biaya Menurut Mulyadi (2005;8) mengatakan bahwa biaya adalah pengorbanan sumber okonomi yang diukur dalam bentuk satuan uang yang telah terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu. Menurut Sunarto (2004;4) mengatakan bahwa biaya adalah harga pokok atau bagiannya yang telah dimanfaatkan atau dikonsumsi untuk memperoleh pendapatan. Menurut Warindrani (2006;11), biaya merupakan kas atau nilai ekuivalen kas yang dikorbankan untuk mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan memberi manfaat saat ini atau dimasa yang akan dating bagi peruahaan. Pendapat lain, menurut Kusnadi (1999:8) mendefinisikan biaya sebagai manfaat yang dikorbankan dalam rangka memperoleh barang dan jasa. Informasi biaya disajikan untuk memenuhi keperluan pemakaiannya. Penggunaan informasi biaya harus disesuaikan dengan tujuan penggunaan informasi biaya oleh pemakaiannya. Teknik penyajian informasi biaya berpedoman pada konsep “different cost for different purpose.” artinya, untuk tujuan penggunaan informasi biaya yang berbeda,
diperlukan klasifikasi biaya yang berbeda pula. (Mardiasmo, 1994;10). Klasifikasi biaya atau penggolongan biaya adalah suatu proses pengelompokan biaya secara sistematis atas keseluruhan elemen biaya yang ada ke dalam golongan-golongan tertentu yang lebih ringkas untuk dapat memberikan informasi yang lebih ringkas dan penting. Menurut Bustami dan Nurlela (2007;09) biaya dapat diklasifikasikan ke dalam lima klasifikasi antara lain: 1) Biaya dalam hubungan dengan produk Biaya dalam hubungan dengan produk dapat dikelompokkan menjadi biaya produksi dan non produksi a) Biaya produksi Biaya produksi adalah biaya yang digunakan dalam proses produksi. Biaya produksi ini disebut juga dengan biaya produk yaitu biayabiaya yang dapat dihubungkan dengan suatu produk, dimana biaya ini merupakan bagian dari persediaan. Biaya produksi terdiri dari: 1. Biaya bahan baku langsung Biaya bahan baku langsung adalah bahan baku yang merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari produk selesai dan dapat ditelusuri langsung kepada produk selesai. Contoh kayu dalam pembuatan mebel dan kain dalam pembuatan pakaian. 2. Tenaga kerja langsung Tenaga kerja langsung adalah tenaga kerja yang digunakan dalam merubah atau mengkonversi bahan baku menjadi produk selesai dan dapat ditelusuri secara langsung kepada produk selesai. Contoh upah koki kue dan upah tukang serut dan potong kayu dalam pembuatan mebel. 3. Biaya overhead pabrik Biaya overhead pabrik adalah biaya selain bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung tetapi membantu dalam merubah bahan menjadi produk selesai. Biaya ini tidak dapat ditelusuri secara langsung
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No.14 | November 2012
80
This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. Please use purchased version to remove this message.
ISSN 1412-2936 kepada produk selesai. Biaya overhead dapat dikelompokkan menjadi beberapa elemen antara lain: a. Bahan tidak langsung (bahan pembantu atau penolong) b. Tenaga kerja tidak langsung c. Biaya tidak langsung lainnya b) Biaya non produksi Biaya non produksi adalah biaya yang tidak berhubungan dengan proses produksi. Biaya non produksi ini disebut dengan biaya komersial atau biaya operasi. Biaya komersial atau operasi ini juga digolongkan sebagai biaya periode yaitu biaya-biaya yang dapat dihubungkan dengan interval waktu. Biaya ini dapat dikelompokkan menjadi: 1. Beban pemasaran Beban pemasaran atau biaya penjualan adalah biaya yang dikeluarkan apabila produk selesai dan siap dipasarkan ke tangan konsumen. Contohnya beban iklan dan promosi. 2. Beban administrasi Beban administrasi adalah biaya yang dikeluarkan dalam hubungan dengan kegiatan penentu kebijakan, pengarahan, pengawasan kegiatan perusahaan secara keseluruhan agar dapat berjalan dengan efektif dan efisien. Contohnya gaji administrasi kantor dan biaya alat-alat tulis kantor. 3. Beban keuangan Beban keuangan adalah biaya yang muncul dalam melaksanakan fungsi-fungsi keuangan. Contohnya beban bunga. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Jumlah Produksi Menurut Subagyo (2000;121) ada beberapa faktor yang mempengaruhi jumlah produksi perusahaan antara lain: 1) Permintaan Jumlah kebutuhan konsumen akan barang yang dihasilkan oleh
2)
3)
4)
5)
6)
7)
perusahaan biasanya jumlahnya terbatas, sehingga permintaan merupakan salah satu kendala atau batasan dalam perencanaan jumlah produksi perusahaan. Kapasitas pabrik Kapasitas maksimum yang dimiliki oleh pabrik atau mesin-mesin juga merupakan kendala dalam merencakan jumlah produksi perusahaan sebab perusahaan tidak dapat menghasilkan barang melebihi kapasitas maksimumnya Kapasitas SDM Karyawan atau sumber daya manusia yang memiliki keahlian khusus juga merupakan kendala juga. Karena jumlah orang yang memiliki keahlian itu jarang, sehingga tidak mudah ditambah kapasitasnya. Suplai bahan baku Biasanya suplai bahan baku yang tersedia terbatas. Batasan ini tidak hanya jumlahnya, tetapi juga kontinyuitas penyediaan, usia bahan baku dan fluktuasi harganya. Modal kerja Modal kerja digunakan untuk membiayai kegiatan sehari-hari perusahaan. Kemampuan modal kerja membiayai kegiatan produksi sebesar jumlah modal kerja dikalikan dengan tingkat perputarannya. Sehingga kemampuan modal kerja dalam membiayai kegiatan produksi (dalam unit produk) sebanyak modal kerja dibagi dengan rata-rata biaya operasi dikurangi depresi setiap unit. Peraturan pemerintah Peraturan pemerintah kadang-kadang merupakan kendala produksi. Misalnya dengan adanya larangan terhadap produk tertentu, ketentuan jumlah pruduksi maksimum, campur tangan pemerintah dalam mengendalikan harga dan sebagainya. Ketentuan teknis Ketentuan teknis dapat menjadi kendala. Contoh dari ketentuan teknis adalah: komposisi masukan yang diperlukan untuk menghasilkan suatu macam produk, serta komposisi keluaran yang dihasilkan pada suatu proses produksi.
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No.14 | November 2012
81
This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. Please use purchased version to remove this message.
ISSN 1412-2936
Pentingnya Penetapan Harga Jual Bagi Perusahaan Menurut Rudianto (2006;230) Harga jual produk perusahaan sangat berpengaruh terhadap keberhasilan perusahaan dalam mencapai tujuannya. Harga jual yang terlalu tinggi akan membuat masyarakat tidak membeli atau mengurangi jumlah pembelian produk perusahaan sehingga perusahaan tidak akan memperoleh pendapatan dan laba yang cukup. Sebaliknya harga jual yang terlalu rendah akan membuat perusahaan tidak mampu mencapai laba usaha yang direncanakan. Karana itu, menetapkan harga jual produk perusahaan pada harga yang tepat sangat penting bagi perusahaan agar tujuan perusahaan secara umum dapat tercapai. Pengertian Harga Jual Dan Keputusan Penentuan Harga Jual Harga jual produk adalah sejumlah biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk memproduksi suatu barang atau jasa ditambah dengan persentase laba yang diinginkan perusahaan. Umumnya harga jual produk dan jasa standar ditentukan oleh perimbangan permintaan dan penawaran dipasar, sehingga biaya bukan merupakan penentu harga jual. Karena permintaan customer atas produk dan jasa tidak mudah ditentukan oleh manajer penentu harga jual, maka dalam penentuan harga jual, manajer tersebut akan menghadapi banyak ketidakpastian. Selain customer, jumlah pesaing yang memasuki pasar dan harga jual yang ditentukan oleh pesaing, merupakan contoh faktor-faktor yang sulit untuk diramalkan, yang mempengaruhi pembentukan harga jual produk atau jasa dipasar. Satu-satunya faktor yang memiliki kepastian relatif tinggi yang berpengaruh dalam penentuan harga jual adalah biaya. Biaya memberikan informasi batas bawah suatu harga jual harus ditentukan. Di bawah biaya penuh produk atau jasa, harga jual akan mengakibatkan kerugian bagi perusahaan. Kerugian yang timbul akibat harga jual di bawah biaya produk atau jasa, dalam jangka waktu tertentu mengakibatkan perusahaan akan berhenti
sebagai going concern atauakan mengganggu pertumbuhan perusahaan. Dengan demikian manajer penentu harga jual senantiasa memerlukan informasi biaya produk atau jasa dalam pengambilan keputusan penentuan harga jual, meskipun biaya tidak menentukan harga jual dan bukan satu-satunya faktor yang harus dipertimbangkan dalam penentuan harga jual. Manfaat Informasi Biaya Penuh Dalam Keputusan Penentuan Harga Jual Pada dasarnya, dalam keadaan normal, harga jual produk atau jasa harus dapat menutup biaya penuh yang bersangkutan dengan produk atau jasa dan menghasilkan laba yang dikehendaki. Biaya penuh merupakan total pengorbanan sumber daya untuk menghasilkan produk atau jasa, sehingga semua pengorbanan ini harus dapat ditutup oleh pendapatan yang diperoleh dari penjualan produk atau jasa. Disamping itu, harga jual harus pula dapat menghasilkan laba yang memadai, sepadan dengan investasi yang ditanamkan untuk menghasilkan produk atau jasa. METODE PENELITIAN Penelitian yang digunakan adalah studi kasus, dimana dalam mengumpulkan dan menganalisa data dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan secara langsung ke obyek penelitian dengan maksud supaya memperoleh data dan keterangan yang lengkap sesuai dengan masalah yang diteliti Teknik Analisa Data Metode analisa data merupakan upaya untuk mengelola data dengan cara mempelajari permasalahan dan cara untuk mengatasinya. Analisa yang digunakan dalam penentuan HPP adalah dengan menggunakan pendekatan full costing dan variabel costing. 1) Pendekatan Full Costing Menurut Mulyadi (2005;17) pendekatan full costing adalah penentuan harga pokok produksi yang memperhitungkan semua unsur biaya produksi yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik baik yang variabel
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No.14 | November 2012
82
This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. Please use purchased version to remove this message.
ISSN 1412-2936 maupun tetap. Cara perhitungan harga pokok produksi dengan metode full
costing
Biaya Bahan Baku Biaya Tenaga Kerja Langsung Biaya Overhead Pabrik Variabel Biaya Overhead Pabrik Tetap Harga Pokok Produksi Biaya adm dan umum Biaya Pemasaran Total Harga pokok produk 2) Pendekatan Variabel Costing Menurut Mulyadi (2005;18) pendekatan variable costing adalah suatu konsep penentuan harga pokok produksi yang hanya memasukkan atau membebankan biaya produksi variabel sebagai elemen harga pokok produksi,
sebagai
berikut:
Rp XXX Rp XXX Rp XXX Rp XXX + Rp XXX Rp XXX Rp XXX+ Rp XXX
sedangkan biaya produuksi tetap dianggap sebagai biaya periode yang langsung dibebankan kepada laba rugi. Cara perhitungan harga pokok produksi dengan metode variabel costing adalah sebagai berikut:
Biaya Bahan Baku Biaya Tenaga Kerja Langsung Biaya Overhead Pabrik Variabel Harga Pokok Produksi Biaya non produksi Variabel: Biaya adm dan umum Variabel Biaya pemasaran Variabel Total Biaya Non Produksi Variabel Biaya Tetap: Biaya Overhead pabrik tetap Biaya Pemasaran Tetap Biaya Adm dan Umum Tetap Total Biaya Tetap Total Harga Pokok Produk 3) Penentuan Harga Jual Metode penentuan harga jual dengan menggunakan metode costplus pricing adalah penentuan harga jual dengan cara menambahkan laba
adalah
Rp XXX Rp XXX Rp XXX + Rp XXX Rp XXX Rp XXX+ Rp XXX Rp XXX Rp XXX Rp XXX+ Rp XXX+ Rp XXX
yang diharapkan diatas biaya penuh masa yang akan datang untuk memproduksi dan memasarkam produk. Metode cost-plus pricing dihitung dengan rumus:
laba yang diharapkan + biaya yang tidak dipengaruhi langsung oleh volume produksi Persentase markup = Biaya yang dipengaruhi langsung oleh volume produksi
Harga jual per unit = biaya yang berhubungan langsung dengan volume (per unit) + persentase markup Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No.14 | November 2012
83
This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. Please use purchased version to remove this message.
ISSN 1412-2936
Harga jual = biaya produksi + biaya non produksi + laba yang diharapkan
ANALISIS DAN PEMBAHASAN Produksi dan proses produksi Sifat produksi pada Roti Bahagia Bakery Pamekasan proses produksi pengerjaan secara terus menerus, tetapi tidak tergantung dari order atau pesanan. Dengan demikian proses produksi berlangsung secara terus menerus. Perusahaan Roti Bahagia Bakery mempunyai 60 jenis macam roti. Proses pembuatan roti selai pada Roti Bahagia Bakery Pamekasan di perlukan bahan–bahan seperti : tepung, mentega, gula, telur, vanili, air, ragi dan garam. Adapun proses pembuatan roti selai tersebut melalui beberapa tahap sebagai berikut: a. Tahap ini merupakan tahap pencampuran bahan-bahan dimana tepung, mentega, gula, telur, vanili, air, ragi dan garam dicampur sesuai dengan standar yang di inginkan. b. Pada tahap ini, setelah semua bahan tercampur kemudian bulatkan adonan dan diamkan selama 10 menit. Setelah itu kemudian bagi adonan dan diamkan kembali selama 15 menit. c. Pada tahap ini roti yang sudah mengembang kemudian dimasukkan kedalam oven hingga matang berwarna kuning kecoklatan selama 20 menit untuk mendapatkan roti yang siap dipasarkan. Pada tahap ini disebut dengan tahap pematangan. 1. Tenaga Kerja Tenaga kerja pada Roti Bahagia Bakery Pamekasan adalah sebagai berikut: a. Jumlah tenaga kerja Untuk menjalankan segala aktivitas usahanya, Roti Bahagia Bakery pamekasan mempunyai tenaga kerja sebanyak 18 orang, yang terdiri dari staf dan tenaga bagian. b. Jam kerja Jam kerja yang berlaku pada perusahaan Roti Bahagia
Pamekasan adalah senagai berikut: 1) Tenaga staf yang umumnya bekerja dikantor mulai pukul 07.00-16.00 sampai dengan istirahat selama 30 menit, yaitu mulai pukul 11.30-12.00 dan untuk hari sabtu hanya bekerja sampai pukul 14.00. 2) Karyawan bagian produksi bekerja sesuai dengan jumlah produksi yang ditargetkan. 2. Peralatan yang diperlukan Untuk memproses bahan baku menjadi barang jadi dibutuhkan peralatanperalatan. Pemasaran Pemasaran hasil produksi roti pada Roti Bahagia Bakery Pamekasan kepada konsumen menggunakan distribusi secara tidak langsung dimana produksi yang dihasilkan tidak langsung pindah tangan ketangan konsumen melainkan melalui perantara. Adapun daerah pemasarannya meliputi seluruh kota Pamekasan, Sumenep, Sampang dan Bangkalan. Laporan Biaya Produksi Laporan biaya produksi merupakan laporan yang memuat tentang biaya-biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk memproduksi suatu produk yang salah satunya adalah laporan biaya produksi. Laporan biaya produksi berfungsi untuk mengetahui berapa biaya yang dikeluarkan perusahaan dalam memproduksi suatu produk, untuk mengetahui laba dan juaga untuk menentukan harga jual dari suatu produk. Laporan neraca dalam akuntansi yang menunjukkan keadaan keuangan secara sistematis dari suatu perusahaan pada saat tertentu dengan cara menyajikan daftar aktiva, utang, dan modal pemilik perusahaan. Untuk mengetahui lebih jelas tentang laporan biaya produksi dan laporan neraca pada Roti Bahagia Bakery Pamekasan dapat dilihat sebagai berikut:
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No.14 | November 2012
84
This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. Please use purchased version to remove this message.
ISSN 1412-2936 Tabel 1 Roti Bahagia Bakery Laporan Biaya Produksi Periode 2009 Keterangan
Total 19.470.000 1.000.000
Rp Biaya bahan baku Rp Biaya tenaga kerja langsung Biaya overhead pabrik: Rp 360.000 Biaya tenaga kerja tidak langsung Rp 240.000 Biaya bahan penolong Rp 200.000 Biaya penyusutan mesin Rp 80.000 Biaya penyusutan gedung Rp 88.000 Biaya penyusutan peralatan Rp 456.000 Biaya listrik Rp 72.000 Biaya bahan bakar mesin Rp 7.800.000 Biaya packing / bungkusan Rp 48.000 Biaya pemeliharaan dan perbaikan mesin Total biaya produksi Rp 29.814.000 Biaya administrasi dan umum: Biaya keperluan kantor Rp 82.000 Biaya gaji adm. Dan umun Rp 160.000 Biaya pemasaran: Rp 380.000 Biaya gaji pemasaran Rp 200.000 Biaya penyusutan kendaraan Rp 300.000 Biaya bahan bakar kendaraan Rp 140.000 Biaya pemeliharaan kendaraan Total biaya non produksi Rp 1.262.000 Total biaya produksi dan non produksi Rp 31.076.000 Sumber data: Perusahaan Roti Bahagia Bakery Pamekasan
Tabel 2 Roti Bahagia Bakery Laporan Biaya Produksi Periode 2010 Keterangan Rp Biaya bahan baku Rp Biaya tenaga kerja langsung Biaya overhead pabrik: Rp Biaya tenaga kerja tidak langsung Rp Biaya bahan penolong Rp Biaya penyusutan mesin Rp Biaya penyusutan gedung Rp Biaya penyusutan peralatan Rp Biaya listrik Rp Biaya bahan bakar mesin Rp Biaya packing / bungkusan Rp Biaya pemeliharaan dan perbaikan mesin Total biaya produksi Rp Biaya administrasi dan umum: Biaya keperluan kantor Rp Biaya gaji adm. Dan umun Rp Biaya pemasaran: Rp Biaya gaji pemasaran Rp Biaya penyusutan kendaraan Rp Biaya bahan bakar kendaraan Rp Biaya pemeliharaan kendaraan Total biaya non produksi Rp Total biaya produksi dan non produksi Rp Sumber data: Perusahaan Roti Bahagia Bakery Pamekasan Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No.14 | November 2012
Total 24.354.000 1.000.000 376.000 300.000 200.000 80.000 88.000 520.800 78.000 8.160.000 54.000 35.210.800 105.000 170.000 400.000 200.000 335.000 185.000 1.395.000 36.605.800
85
This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. Please use purchased version to remove this message.
ISSN 1412-2936
Tabel 3 Roti Bahagia Bakery Laporan Biaya Produksi Periode 2011 Keterangan Rp Biaya bahan baku Rp Biaya tenaga kerja langsung Biaya overhead pabrik: Rp Biaya tenaga kerja tidak langsung Rp Biaya bahan penolong Rp Biaya penyusutan mesin Rp Biaya penyusutan gedung Rp Biaya penyusutan peralatan Rp Biaya listrik Rp Biaya bahan bakar mesin Rp Biaya packing / bungkusan Rp Biaya pemeliharaan dan perbaikan mesin Total biaya produksi Rp Biaya administrasi dan umum: Biaya keperluan kantor Rp Biaya gaji adm. Dan umun Rp Biaya pemasaran: Rp Biaya gaji pemasaran Rp Biaya penyusutan kendaraan Rp Biaya bahan bakar kendaraan Rp Biaya pemeliharaan kendaraan Total biaya non produksi Rp Total biaya produksi dan non produksi Rp Sumber data: Perusahaan Roti Bahagia Bakery Pamekasan
Pembahasan Penggolongan Berbagai Biaya Pada Industri Roti Bahagia Pamekasan Penggolongan biaya pada Roti Bahagia Bakery Pamekasan diklasifikasikan ke dalam 4 golongan. Setiap klasifikasi terdiri dari beberapa biaya yang lebih spesifik, seperti yang tercantum di bawah ini: 1. Biaya Produksi Langsung a. Biaya bahan baku langsung merupakan biaya yang terjadi karena pendekatan bahan yang melekat pada produk untuk proses produksi. b. Biaya tenaga kerja langsung merupakan biaya yang dibayarkan pada karyawan pabrik yang terlibat secara langsung dalam proses produksi 2. Biaya Produksi Tidak Langsung (overhead) a. Biaya Overhead Variabel 1) Biaya pemeliharaan dan perbaikan mesin adalah biaya
Total 35.685.000 1.100.000 400.000 324.000 200.000 80.000 88.000 560.400 84.000 8.400.000 57.600 46.979.000 120.000 180.000 430.000 200.000 395.000 200.000 1.525.000 48.504.000
yang dikeluarkan untuk menjaga agar mesin-mesin dapat bekerja sebagaimana mestinya sehingga tidak menghambat kegiatan operasional perusahaan. 2) Biaya listrik yaitu biaya yang dikeluarkan untuk membayar tagihan listrik yang digunakan dalam menggerakkan mesinmesin produksi dan keperluan kantor. 3) Biaya packing/bungkusan adalah biaya yang dikeluarkan perusahaan dalam rangka pengemasan produk. 4) Biaya bahan bakar mesin oven adalah biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk membayar bahan bakar mesin oven dalam proses produksi. b. Biaya Overhead Tetap 1) Biaya tenaga kerja tidak langsung adalah biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No.14 | November 2012
86
This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. Please use purchased version to remove this message.
ISSN 1412-2936 membayar tenaga kerja yang membantu dalam produk selesai tetapi, tidak dapat ditelusuri kepada produk selesai. 2) Biaya penyusutan gedung adalah biaya yang dicadangkan untuk penyusutan gedung. 3) Biaya penyusutan mesin oven adalah biaya yang dicadangkan untuk penyusutan mesin. 4) Biaya penyusutan peralatan adalah biaya yang dicadangkan untuk penyusutan peralatan. 3. Biaya Umum Dan Administrasi a. Biaya gaji karyawan administrasi adalah biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk membayar gaji staf administrasi. b. Biaya keperluan kantor adalah biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk memenuhikebutuhan kantor seperti alat-alat tulis dan sebagainya. 4. Biaya Pemasaran a. Gaji karyawan pemasaran adalah biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk membayar gaji staf pemasaran.
b. Biaya pemeliharaan kendaraan adalah biaya yang dikeluarkan perusahaan dalam memelihara kendaraan milik perusahaan agar dapat berfungsi sebagaimana mestinya seperti kendaraan angkut. c. Biaya bahar bakar kendaraan adalah biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan dalam pengadaan bahan bakar yang digunakan kendaraan perusahaan. d. Biaya penyusutan kendaraan adalah biaya yang dicadangkan untuk penyusutan kendaraan. Perhitungan Harga Pokok Produksi Dengan Menggunakan Metode Full Costing Full costing merupakan metode penentuan produksi yang memperhitungkan semua unsur biaya produksi ke dalam biaya produksi, yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik, baik yang berperilaku variabel maupun tetap. Perhitungan harga pokok produksi dengan metode full costing adalah sebagai berikut:
Tabel 4 Roti Bahagia Bakery Harga Pokok Produksi dengan Metode Full Costing Periode 2011 Jenis Biaya Produksi Jumlah Rp 35.685.000 Biaya bahan baku Rp 1.100.000 Biaya tenaga kerja langsung Biaya overhead pabrik: Rp 400.000 Biaya tenaga kerja tidak langsung Rp 324.000 Biaya bahan penolong Rp 200.000 Biaya penyusutan mesin Rp 80.000 Biaya penyusutan gedung Rp 88.000 Biaya penyusutan peralatan Rp 560.400 Biaya listrik Rp 84.000 Biaya bahan bakar mesin Rp 8.400.000 Biaya packing / bungkusan Rp 57.600 Biaya pemeliharaan dan perbaikan mesin Total Harga Pokok Produksi Rp 46.979.000 Sumber : data diolah
Berdasarkan data laporan biaya produksi di atas total harga pokok produksi dengan menggunakan metode full costing sebesar Rp 46.979.000 yang diperoleh dari jumlah biaya bahan baku Rp 35.685.000 ditambah dengan biaya tenaga kerja langsung sebesar Rp
1.100.000 dan biaya overhead pabrik sebesar Rp 10.194.000 dimana dalam metode full costing ini memperhitungkan semua unsur biaya produksi, yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik, baik yang berperilaku variabel
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No.14 | November 2012
87
This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. Please use purchased version to remove this message.
ISSN 1412-2936 maupun tetap. Untuk mencari berapa total harga pokok produksi per unit dengan dengan menggunakan metode full costing perhitungannya adalah sebagai berikut: Harga pokok produksi per unit = Total harga pokok produksi Unit produksi = Rp 46.979.000 70.275 unit = Rp 668,50 Berdasarkan perhitungan di atas dapat diketahui bahwa total biaya produksi per unit pada Roti Bahagia Bakery Pamekasan sebesar Rp 668,50
dimana jumlah tersebut diperoleh dari membagi total biaya produksi pada periode 2011 yaitu sebesar Rp 46.979.000 dengan unit yang di produksi yaitu sebanyak 70.275 unit roti selai. Perhitungan Harga Pokok Produksi Dengan Menggunakan Metode Variabel Costing Variabel costing merupakan metode penentuan kos produksi yang hanya memperhitungkan biaya produksi yang berperilaku variabel ke dalam biaya produksi, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik variabel.
Tabel 5 Roti Bahagia Bakery Harga Pokok Produksi dengan Metode Variabel Costing Periode 2011 Jenis Biaya Produksi Biaya bahan baku Rp Biaya tenaga kerja langsung Rp Biaya overhead pabrik (variabel): Biaya bahan penolong Rp Biaya listrik Rp Biaya bahan bakar mesin Rp Biaya packing / bungkusan Rp Biaya pemeliharaan dan perbaikan mesin Rp Biaya administrasi dan umum: Biaya keperluan kantor Rp Biaya pemasaran variabel: Rp Biaya bahan bakar kendaraan Rp Biaya pemeliharaan kendaraan Total Harga Pokok Produksi Rp Sumber: data diolah
Berdasarkan data laporan biaya produksi diatas total harga pokok produksi dengan menggunakan metode variabel costing sebesar Rp 46.926.000 yang diperoleh dari jumlah biaya bahan baku Rp 35.685.000 ditambah dengan biaya tenaga kerja langsung sebesar Rp 1.100.000 ditambah biaya overhead pabrik variabel sebesar Rp 4.046.000 ditambah biaya adiministrasi dan umum variable sebesar
Jumlah 35.685.000 1.100.000 324.000 560.400 84.000 8.400.000 57.600 120.000 395.000 200.000 46.926.000
Rp 120.000 dan biaya pemasaran variable Rp 595.000. Karena dalam metode variabel costing hanya memperhitungkan biaya produksi yang berperilaku variabel ke dalam harga pokok produksi produksi. Untuk mencari berapa total harga pokok produksi per unit dengan dengan menggunakan metode variabel costing perhitungannya adalah sebagai berikut:
Harga pokok produksi per unit = Total harga pokok produksi Unit produksi = Rp 46.926.000 70.275 unit = Rp 667,74 Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No.14 | November 2012
88
This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. Please use purchased version to remove this message.
ISSN 1412-2936 Berdasarkan perhitungan diatas dapat diketahui bahwa total biaya produksi per unit pada Roti Bahagia Bakery Pamekasan sebesar Rp 667,74 dimana jumlah tersebut diperoleh dari membagi total biaya produksi pada periode 2011 yaitu sebesar Rp 46.926.000 dengan unit yang di produksi yaitu sebanyak 70.275 unit roti selai.
Untuk menentukan harga jual produk dengan metode full costing ini maka digunakan neraca awal anggaran yang jumlahnya sebesar Rp 271.789.333. Pada Roti Bahagia Bakery, perusahaan menetapkan standar untuk laba yang diharapkan dari kembalian atas investasi aktiva sebesar 12%. Dari data tersebut maka perhitungan untuk menentukan harga jual produk adalah sebagai berikut:
Perhitungan Harga Jual Produk Dengan Metode Cost-plus Pricing Dengan Menggunakan Pendekatan Full Costing Prosentase mark up = Biaya non produksi + Laba yang diharapkan Biaya produksi = Rp 1.525.000 + (12% x Rp 271.789.333) Rp. 46.979.000 = Rp 1.525.000 + Rp 32.614.719 x 100% Rp. 46.979.000 = Rp 34.139.719 x 100% Rp 46.979.000 = 0,72 atau 72 % Berdasarkan perhitungan prosentase mark up di atas diketahui prosentase mark up sebesar 72% yang diperoleh dari biaya non produksi Rp 1.525.000 ditambah dengan laba yang diharapkan perusahaan sebesar Rp 32.614.719 (12% x Rp. 271.789.333)
kemudian dibagi dengan biaya produksi sebesar Rp 46.979.000. Setelah diketahui prosentase mark upnya kemudian dapat dicari harga jual dengan menggunakan metode cost-plus pricing dimana perhitungannya sebagai berikut:
Harga Jual
= Biaya produksi per unit + Mark up = Rp 668,50 + (72% x Rp 668,50) = Rp 668,50 + Rp 481,32 = Rp 1.149,82 di bulatkan menjadi Rp 1.150 Harga jual roti dengan Perhitungan Harga Jual Produk Dengan menggunakan metode full costing diketahui Metode Cost-plus Pricing Dengan sebesar Rp 1.149,82 yang diperoleh dari Menggunakan Metode Variabel Costing Untuk menentukan harga jual biaya produksi per unit sebesar Rp 668,50 ditambah dengan mark up sebesar Rp produk dengan metode variabel costing ini perhitungannya sama dengan full costing 481,32 (72% x Rp. 668,50). yaitu menggunakan neraca awal anggaran. Perhitungannya sebagai berikut: Prosentase mark up = Biaya tetap + Laba yang diharapkan Biaya variabel = Rp 1.478.000 + ( 12% x Rp 271.789.333) Rp 46.926.000 = Rp 1.478.000 + Rp 32.614.719 x 100% Rp 46.926.000 = Rp 34.092.729 x 100% Rp 46.926.000 = 0,72 atau 72% Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No.14 | November 2012
89
This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. Please use purchased version to remove this message.
ISSN 1412-2936 Berdasarkan perhitungan prosentase mark up di atas diketahui prosentase mark up sebesar 72% yang diperoleh dari biaya tetap Rp 1.478.000 ditambah laba yang diharapkan perusahaan sebesar Rp. 32.614.719 (12% x Rp 271.789.333) kemudian dibagi Harga Jual
dengan biaya variabel sebesar Rp 46.926.000. Setelah diketahui prosentase mark upnya kemudian dapat dicari harga jual dengan menggunakan metode costplus pricing dimana perhitungannya sebagai berikut:
= Biaya variabel per unit + Mark up = Rp 667,74 + ( 72% x Rp 667,74) = Rp 667,74 + Rp 480,77 = Rp 1.148,51 dibulatkan menjadi Rp 1.150
Harga jual Roti Bahagia Bakery Pamekasan dengan menggunakan metode variabel costing diketahui sebesar Rp. 1.148,51 yang diperoleh dari biaya variabel per unit sebesar Rp 667,74 ditambah dengan mark up sebesar Rp 480,77 (72% x Rp 667,74). Analisis Perhitungan Harga Jual Berdasarkan hasil perhitungan harga jual dengan menggunakan metode full costing dan variabel costing diketahui harga jualnya masing-masing sebesar Rp 1.150, dengan harga sebesar Rp 1.150 perusahaan masih mendapatkan keuntungan. Dengan menggunakan metode full costing keuntungan yang didapat oleh perusahaan sebesar Rp 32.312.412, sedangkan dengan menggunakan metode Variable Costing perusahaan mendapatkan keuntungan sebesar Rp 32.311.320. Penentuan harga jual dengan menggunakan metode cost-plus pricing dengan menggunakan pendekatan full costing dan variabel costing diketahui harga jual masing-masing sebesar Rp 1.150 sedangkan pada sistem perhitungan perusahaan sebesar Rp 1.500. Hal ini berarti perhitungan dengan metode full costing dan metode variabel costing memberikan hasil harga jual yang lebih rendah dengan selisih sebesar Rp 350. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada Roti Bahagia Bakery Pamekasan, diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Perhitungan harga jual dengan menggunakan metode full costing dan variabel costing menghasilkan informasi biaya yang lebih akurat yang berpengaruh terhadap penentuan harga pokok produksi, sehingga membantu perusahaan dalam menetapkan harga jual produk. 2. Perhitungan harga jual dengan menggunakan metode full costing dan variabel costing menghasilkan harga jual masing-masing sebesar Rp 1.150 sedangkan harga jual pada industri roti bahagia sebesar Rp 1.500. Apabila dibandingkan dengan harga jual pada Roti Bahagia Bakery itu sendiri, harga jual dengan metode full costing dan variabel costing memberikan hasil yang lebih sedikit dengan selisih sebesar Rp 350. 3. Harga jual dengan menggunakan metode full costing dan variabel costing sebesar Rp 1.150 sangat tepat karena harganya lebih murah sehingga konsumen cenderung membeli produk dengan harga jual lebih murah tetapi dengan kualitas baik. Selain itu dengan harga jual sebesar Rp 1.150 Roti Bahagia Bakery dapat mencapai laba yang diharapkan dan juga mencapai tingkat kembalian dari investasinya tanpa ada resiko harga jual yang dibebankan terlalu tinggi atau terlalu rendah. Saran Setelah menganalisa data yang ada, saran - saran yang diberikan peneliti sebagai bahan masukan dan koreksi bagi Roti Bahagia Bakery Pamekasan adalah sebagai berikut:
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No.14 | November 2012
90
This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. Please use purchased version to remove this message.
ISSN 1412-2936 1. Sebaiknya Roti Bahagia Bakery Pamekasan dalam memproduksi perlu meninjau kembali perhitungan dan pengelompokan biaya-biaya yang digunakan dalam memproduksi produknya, sehingga dapat mengefisiensikan harga pokok produksinya. Selain itu juga diperlukan kehati-hatian dalam pencatatan laporan biaya produksinya. 2. Roti Bahagia Bakery Pamekasan sebaiknya mulai mempertimbangkan perhitungan harga jual produknya yaitu dengan menggunakan metode full costing atau variable costing, sehingga akan diperoleh informasi harga pokok produksi yang akurat untuk menetukan harga jual produk yang tepat yang akan dibebankan kepada kosumen. Selain itu dengan menggunakan metode cost-plus pricing dengan pendekatan full costing atau variabel costing perusahaan dapat mencapai laba yang diharapkan dan mendapat kembalian investasinya tanpa ada resiko harga yang dibebankan terlalu tinggi atau terlalu rendah. DAFTAR PUSTAKA Bustami, Bastian dan Nurlela. 2007. Akuntansi Biaya : Kajian Teori dan Aplikasi. Penerbit Graha Ilmu, Yogyakarta.
Kusnadi, et al., 1999, Akuntansi Biaya (Tradisional dan Modern). FE Unjani, Bandung. Mardiasmo, 1994, Akuntansi Biaya, Edisi Kelima, Cetakan Kedua, STIE YKPN, Yogyakarta. Mulyadi. 2001. Akuntansi Manajemen : Konsep, Manfaat dan Rekayasa. Penerbit Salemba Empat, Jakarta. . 2005. Akuntansi Biaya. Penerbit UPP-AMP YKPN, Yogyakarta. Rudianto. 2006. Akuntansi Manajemen : Informasi Untuk Pengambilan Keputusan Manajemen. Penerbit PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta. Subagyo, Pangestu. 2000. Manajemen Operasi. Penerbit BPFE Yogyakarta, Yogyakarta. Sugiyono. 2002. Metode Penelitian Administratif. Penerbit Alfabeta, Bandung. Suryabrata, Sumadi. 2002. Metodologi Penelitian. Penerbit Raja Grafindo Persada, Jakarta. Sunarto. 2004. Akuntansi Biaya. Penerbit AMUS, Yogyakarta. Warindrani, Amila Krisna. 2006. Akuntansi Manajemen. Penerbit Graha Ilmu, Yogyakarta.
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No.14 | November 2012
91
This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. Please use purchased version to remove this message.