ISSN 1412 - 2936
JURNAL MANAJEMEN & KEWIRAUSAHAAN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS MADURA
Kecermatan Profesi Dan Kualitas Hasil Pemeriksaan Subhan, Fakultas Ekonomi Universitas Madura Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan Daerah Air Minum (Pdam) Kabupaten Pamekasan Rika Syahadatina, Fakultas Ekonomi Universitas Madura Full-fledged Inflation Targeting dan Kredibilitas Bank Indonesia Rachman Hakim. Fakultas Ekonomi Universitas Madura Pengaruh Motivasi Terhadap Kinerja Karyawan Pada PT. Tri Putra Agung Camplong Citra Larashati Surya dan Siti Fatimah Fakultas Ekonomi Univesitas Madura Analisis Prestasi Manajemen Menggunakan Pendekatan Du Pont System Devi Lestari Pramita Putri, Fakultas Ekonomi Universitas Madura Aspek Bauran Pemasaran dalam Pengambilan Keputusan Belanja Online Secara Pre Order Rosy Aprieza Puspita Zandra, Fakultas Ekonomi Universitas Madura Pengaruh Motivasi Terhadap Kinerja Karyawan Pada Pt. Hero Sakti Motor Suzuki Malang Alfi Hasaniyah, Fakultas Ekonomi Universitas Madura
Makro
Vol. 2
No. 16
Hlm 1-76
Pamekasan 05 Nov 2013
ISSN 1412 - 2936
This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. Please use purchased version to remove this message.
JURNAL MANAJEMEN & KEWIRAUSAHAAN Penanggung Jawab : DEKAN Fakultas Ekonomi Universitas Madura, UNIRA
Ketua Penyunting : ZEF RISAL, SE, MM
Wakil Ketua Penyunting : Drs. Ec. Zainal Mahfud, MM
Penyunting Pelaksana : Drs. Ec. Adriani Kusuma, MM H. M Fauzi Hosni, MM Drs. Ec. Isnain Bustaram, MM
Penyunting Ahli : Drs. Ec. Noer Sudrajat, MM Ahmarul Fajar, SE, MM
Pelaksana Tata Usaha : Wahdi, SH Agus Sugiantoro, SH
Makro adalah jurnal ilmiah yang diterbitkan dua kali dalam setahun oleh Fakultas Ekonomi Universitas Madura. Jurnal ini merupakan media untuk mensosialisasikan ide atau gagasan dari sejumlah studi pustaka dan riset empiris yang mengkaji masalah manajemen, kewirausahaan, akuntansi dan bidang ekonomi lainnya. Secara terbuka jurnal ini menerima kontribusi artikel dari manapun yang sesuai dengan ilmu manajemen, kewirausahaan, akuntansi atau bidang ekonomi secara umum. Artikel yang dapat diterbitkan dalam jurnal ini meliputi : Artikel konseptual : artikel hasil pemikiran Artikel hasil penelitian Artikel ulasan atas artikel lain Artikel terjemah Artikel tinjauan buku (book review) dan Artikel suplemen, yang memuat Current Issue
Alamat Penyunting : Fakultas Ekonomi Universitas Madura FE (UNIRA) Jl. Raya Panglegur Telp. (0324) 322231, Fax (0324) 327418 Pamekasan – Madura
This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. Please use purchased version to remove this message.
KEBIJAKAN EDITORIAL JURNAL MAKRO Makro merupakan jurnal yang diterbitkan secara berkala setiap bulan Mei dan November atau sebanyak dua kali dalam setahun. Tujuannya untuk menyebarluaskan hasil penelitian khususnya di bidang manajemen, kewirausahaan, akuntansi dan bidang ekonomi lainnya. Makro sudah tercatat sebagai jurnal yang terdaftar (ISSN 1412–2936). Untuk penyerahan artikel bisa dikirim ke email
[email protected] atau diserahkan langsung ke alamat penyunting. Artikel yang masuk akan diseleksi dan hasil seleksi akan diinformasikan ke setiap penulis. Selanjutnya, artikel yang sudah terseleksi akan dipublikasikan dalam jurnal makro. PEDOMAN PENULISAN ARTIKEL 1. Sistimatika Penulisan a. Judul Judul ditulis secara singkat, maksimum 12 kata dalam Bahasa Indonesia, ditulis dengan huruf kapital, jenis huruf arial ukuran 12, rata tengah tanpa diakhiri dengan tanda titik. b. Nama Penulis dan Institusi Nama penulis diketik tanpa gelar akademik. Penulis utama ada di baris atas, kemudian setelahnya penulis pendukung (jika artikel ditulis oleh tim). Nama institusi ditulis setelah nama penulis. c. Abstrak Abstrak ditulis dalam bahasa Indonesia dengan kisaran jumlah kata antara 150-200, berisi penjelasan ringkas mengenai masalah penelitian, tujuan, metode, hasil dan kesimpulan. d. Pendahuluan Uraian mengenai latar belakang, rumusan masalah, dan tujuan penelitian. e. Kajian Pustaka Berisi uraian tentang teori-teori pendukung dan penelitian terdahulu yang menjadi landasan pengembangan kerangka pikir atau model penelitian.
Menguraikan tentang jenis penelitian, objek penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data. g. Analisis dan Pembahasan Berisi uraian tentang analisis hasil penelitian dan pembahasan lebih lanjut dari hasil penelitian tersebut. h. Kesimpulan dan Saran Berisi tentang kesimpulan hasil penelitian dan saran dari penulis. i. Daftar Pustaka Berisi sumber bacaan yang digunakan untuk mendukung penulisan artikel. 2. Format Penulisan a. Artikel diketik dengan huruf arial ukuran 11 dengan jarak baris satu spasi pada kertas A4. b. Marjin kertas; 3 cm untuk sisi kiri, dan masing-masing 2,5 cm di sisi kanan, atas dan bawah. c. Panjang artikel secara keseluruhan berkisar antara 6-25 halaman. 3. Tabel dan Gambar Tabel diberi nomor urut dan judul diletakkan di atas tabel. Sedangkan untuk gambar, nomor urut dan judul diletakkan di bawah gambar, disertai sumber kutipan yang diketik dengan menggunakan tipe huruf arial ukuran 10 dan dicetak tebal. 4. Kutipan a. Sumber kutipan dalam teks dikutip di antara kurung buka dan kurung tutup yang menyebutkan nama belakang (akhir) penulis, tahun, dan nomor halaman. Contoh: 1) Satu sumber kutipan dengan satu penulis: (Ayu, 2007), jika disertai dengan halaman: (Ayu, 2009: 96). 2) Satu sumber kutipan dengan dua penulis: (Diah dan Ayu, 2009: 96) 3) Satu sumber kutipan lebih dari dua penulis: (Ayu et al., 2004) b. Jika penulis lebih dari dua orang, hanya nama penulis pertama yang disebutkan pada teks. Contoh: Ayu et al. (2010: 19). c. Sumber kutipan tidak menyebut nama penulis, tetapi menyebut suatu
f. Metode Penelitian
This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. Please use purchased version to remove this message.
lembaga atau badan tertentu. Contoh: Bank Indonesia (2013). 5. Daftar Pustaka Setiap artikel harus memuat daftar pustaka (hanya yang menjadi sumber kutipan) yang disusun berurutan berdasarkan huruf pertama dari nama belakang penulis atau nama institusi. Berikut ini tata cara penulisannya: a. Buku Nama belakang, inisial nama depan (jika ada), tahun penerbitan, judul buku (cetak miring), nama penerbit, kota tempat buku diterbitkan. Contoh: 1) Satu penulis: Kasmir. 2002. Dasar-dasar Perbankan. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. 2) Dua penulis: Yamin, S. dan H. Kurniawan. 2009. SPSS Complete Teknik Analisis Statistik Terlengkap dengan Software SPSS. Salemba Infotek. Jakarta. b. Jurnal Nama belakang, inisial nama depan (jika ada), tahun penerbitan, judul artikel, nama jurnal (cetak miring), volume jurnal, halaman artikel dalam jurnal. Contoh: 1) Satu penulis: Ayu, D. 2006. An Optimizing IS-LM Specification for Monetary Policy and Business Cycle Analysis. Journal of Money, Credit, and Banking: 296–316. 2) Dua penulis: Neuenkirch, M. and P. Tillmann. 2012. Inflation Targeting, Credibility, and Non-Linear Taylor Rules. Joint Discussion Paper Series in Economics 35: 1-15. 3) Lebih dari dua penulis: Harmanta, M. B. Bathaludin, dan J. Waluyo. 2011. Inflation Targeting Under Imperfect Credibility: Lessons from Indonesian Experience. Bulletin of Monetary, Economics and Banking: 271-306. c. Prosiding Nama belakang, inisial nama depan (jika ada), tahun penerbitan, nama prosiding (cetak miring), penerbit (cetak miring), halaman. Contoh:
Ayu, D. 2004. Learning About Belief About Inflation Target and Stabilisation Policy. Prosiding Simposium II Jakarta: 1-27. d. Skripsi/Tesis/Disertasi Nama belakang, inisial nama depan (jika ada), tahun, judul skripsi/tesis/disertasi, skripsi/tesis/disertasi (cetak miring, pilih salah satu), nama penerbit, kota penerbit. Contoh: Alamsyah, Halim. 2008. Persistensi Inflasi dan Dampaknya Terhadap Pilihan dan Respon Kebijakan Moneter di Indonesia. Disertasi. Program Pascasarjana Universitas Indonesia. Depok. e. Internet Nama belakang, inisial nama depan (jika ada), tahun, judul, alamat web (cetak miring), tanggal akses. Contoh: Andi, R. 2008. BPR Tak Sekedar Sehat dan Berkelanjutan. http://www.AdInfoOnline.com. Diakses tanggal 30 Oktober 2010.
This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. Please use purchased version to remove this message.
ISSN 1412 – 2936
MAKRO JURNAL MANAJEMEN & KEWIRAUSAHAAN ISSN 1412-2936 Vol 2 No 16, 5 November 2013
DAFTAR ISI Subhan Kecermatan Profesi Dan Kualitas Hasil Pemeriksaan .................................................... 1 -5 Rika Syahadatina Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kabupaten Pamekasan .................................................................................... 6 - 19 Rachman Hakim Full-fledged Inflation Targeting dan Kredibilitas Bank Indonesia .................................... ............................................................................................................................ 20 - 30 Citra Larashati Surya dan Siti Fatimah Pengaruh Motivasi Terhadap Kinerja Karyawan Pada PT. Tri Putra Agung Camplong ............................................................................. ............................................................................................................................ 31 - 43 Devi Lestari Pramita Putri Analisis Prestasi Manajemen Menggunakan Pendekatan Du Pont System ................... ............................................................................................................................ 44 - 52 Rosy Aprieza Puspita Zandra Aspek Bauran Pemasaran dalam Pengambilan Keputusan Belanja Online Secara Pre Order ................................................................................... ............................................................................................................................ 53 - 62 Alfi Hasaniyah Pengaruh Motivasi Terhadap Kinerja Karyawan Pada PT. Hero Sakti Motor Suzuki Malang ............................................................................. ............................................................................................................................ 63 - 76
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 16 | November 2013
1
This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. Please use purchased version to remove this message.
ISSN 1412 – 2936 KECERMATAN PROFESI DAN KUALITAS HASIL PEMERIKSAAN SUBHAN Universitas Madura Email:
[email protected] Abstrak Pemeriksaan merupakan serangkaian kegiatan untuk menilai hasil dari pelaksanaan yang sebenarnya dengan rencana yang ditetapkan serta untuk mengidentifikasi penyimpanganpenyimpangan atau hambatan yang ditemukan. Auditor mempunyai kewajiban untuk melaksanakan jasa profesional dengan sebaik-baiknya sesuai dengan kemampuannya, demi kepentingan pengguna jasa dan konsisten dengan tanggung jawab profesi kepada publik. Sikap kehati-hatian dalam profesi auditor diharuskan untuk merencanakan dan mengawasi secara seksama. Penggunaan kemahiran profesional dengan cermat dan seksama menuntut auditor untuk melaksanakan skeptisme profesional. Kecermatan profesi dari seorang pemeriksa dalam melakukan pemeriksaan berpengaruh signifikan terhadap kualitas hasil pemeriksaan. Kata Kunci: kecermatan profesi, kualitas hasil pemeriksaan PENDAHULUAN Pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi menimbulkan permasalahan terhadap bagaimana pengelolaan keuangan dan anggaran dearah yang akan tercermin dalam bentuk laporan keuangan. Untuk mewujudkan pelaksanaannya diperlukan aparat pengawas daerah yang mampu mengontrol kebijakan pengelolaan keuangan secara ekonomis, efisien, efektif, transparan dan akuntabel. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 (pasal 24) pengawasan terhadap urusan pemerintahan di daerah dilaksanakan oleh Aparat Pengawas Intern Pemerintah (APIP) sesuai dengan fungsi dan kewenangannya.Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya, selain memberikan rekomendasi juga melaporkan hasil kerjanya dalam bentuk laporan hasil pemeriksaan bedasarkan standar audit aparat pengawasan intern pemerintah. Rekomendasi dan laporan hasil kerja aparat pengawasan intern pemerintah harus berkualitas, untuk mengetahui kualitas hasil kerja dapat dinilai dari laporan hasil pemeriksaan. Batubara (2008) mendefinisikan kualitas hasil pemeriksaan adalah pelaporan tentang kelemahan pengendalian intern dan kepatuhan terhadap ketentuan, tanggapan dari pejabat yang bertanggung jawab,
merahasiakan pengungkapan informasi yang dilarang, pendistribusian laporan hasil pemeriksaan dan tindak lanjut dari rekomendasi auditor sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No: PER/05/M.PAN/03/2008 tentang Standar Audit Aparat Pengawasan Intern Pemerintah dinyatakan dalam standar umum audit kinerja dan audit investigasi meliputi standar-standar yang terkait dengan karakteriktik organisasi dan individu-individu yang melakukan kegiatan audit harus independen, obyektif, memiliki keahlian (latar belakang pendidikan, kompetensi teknis dan sertifikasi jabatan dan pendidikan dan pelatihan berkelanjutan), kecermatan profesional dan kepatuhan terhadap kode etik. Internal auditor dalam melaksanakan tugasnya harus menggunakan keahlian profesionalnya dengan cermat dan seksama (due professional care) dan secara hati-hati (prudent) dalam setiap penugasan. Due professional care dapat diterapkan dalam pertimbangan profesional (professional judgement). Kecermatan profesi yang dimiliki auditor internal dalam penerapannya akan mempengaruhi terhadap kualitas hasil pemeriksaan. Lubis (2009) menguji pengaruh keahlian, independensi, kecermatan profesi
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 16 | November 2013
2
This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. Please use purchased version to remove this message.
ISSN 1412 – 2936 dan kepatuhan terhadap kualitas auditor pada Inspektorat Sumatera Utara. Hasil pengujian menunjukkan bahwa keahlian, independensi, kecermatan profesi dan kepatuhan secara simultan berpengaruh terhadap kualitas auditor, sedangkan keahlian, independensi, kecermatan profesi dan kepatuhan terhadap kualitas auditor secara parsial berpengaruh terhadap kualitas audit tetapi yang memiliki pengaruh terbesar terhadap kualitas auditor adalah independensi. KAJIAN PUSTAKA Kecermatan Profesi Pemeriksaan merupakan serangkaian kegiatan untuk menilai hasil dari pelaksanaan yang sebenarnya telah sesuai dengan yang rencana yang di tetapkan serta untuk mengidentifikasi penyimpangan-penyimpangan atau hambatan yang ditemukan. Auditor mempunyai kewajiban untuk melaksanakan jasa profesional dengan sebaik-baiknya sesuai dengan kemampuannya, demi kepentingan pengguna jasa dan konsisten dengan tanggung jawab profesi kepada publik (Mulyadi, 2002). Sikap kehati-hatian dalam profesi auditor diharuskan untuk merencanakan dan mengawasi secara seksama. Penggunaan kemahiran profesional dengan cermat dan seksama menuntut auditor untuk melaksanakan skeptisme profesional. Sikap skeptisme profesional merupakan sikap yang mencakup pikiran yang selalu mempertanyakan dan melakukan evaluasi secara kritis bukti audit. Dalam Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia No. 01 Tahun 2007 tentang Standar Pemeriksaan Keuangan dinyatakan dalam pelaksanaan pemeriksaan serta penyusunan laporan hasil pemeriksaan, pemeriksa wajib menggunakan kemahiran profesionalnya secara cermat dan seksama. Kemudian dalam standar audit aparat pengawas intern pemerintah dinyatakan bahwa Auditor harus menggunakan keahlian profesionalnya dengan cermat dan seksama (due professional care) dan secara hati-hati (prudent) dalam setiap penugasan. Due professional care dapat diterapkan dalam pertimbangan profesional
(professional judgement), walaupun dalam prakteknya masih terjadi penarikan kesimpulan yang belum tepat saat proses audit telah dilakukan. Kemahiran profesional menuntut pemeriksa untuk melaksanakan skeptisme profesional, yaitu sikap yang mencakup pikiran yang selalu mempertanyakan dan melakukan evaluasi secara kritis terhadap bukti pemeriksaan. Pemeriksa menggunakan pengetahuan, keahlian dan pengalaman yang dituntut oleh profesinya untuk melaksanakan pengumpulan bukti dan evaluasi obyektif mengenai kecukupan, kompetensi dan relevansi bukti. Karena bukti dikumpulkan dan dievaluasi selama pemeriksaan, skeptisme profesional harus digunakan selama pemeriksaan. Dalam menggunakan skeptisme profesional, pemeriksa tidak boleh puas dengan bukti yang kurang meyakinkan walaupun menurut anggapannya manajemen entitas yang diperiksa adalah jujur. Due professional care dilakukan pada berbagai aspek audit, diantaranya: a. formulasi tujuan audit; b. penentuan ruang lingkup audit, termasuk evaluasi risiko audit; c. pemilihan pengujian dan hasilnya; d. pemilihan jenis dan tingkat sumber daya yang tersedia untuk mencapai tujuan audit; e. penentuan signifikan tidaknya risiko yang diidentifikasi dalam audit dan efek/dampaknya; f. pengumpulan bukti audit; g. penentuan kompetensi, integritas dan kesimpulan yang diambil pihak lain yang berkaitan dengan penugasan audit. Pusdiklatwas BPKP (2008) menyatakan bahwa auditor Internal harus menerapkan kecermatan dan ketrampilan yang layaknya dilakukan oleh seorang auditor internal yang prudent dan kompeten. Dalam menerapkan kecermatan profesional auditor internal perlu mempertimbangkan: a) Ruang lingkup penugasan, b) Kompleksitas dan materialitas yang dicakup dalam penugasan, c) Kecukupan dan efektivitas manajemen risiko, pengendalian, dan proses governance, d) Biaya dan manfaat penggunaan sumber daya dalam penugasan, e) Penggunaan teknik-teknik audit berbantuan komputer dan teknikteknik analisis lainnya.
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 16 | November 2013
3
This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. Please use purchased version to remove this message.
ISSN 1412 – 2936 Kualitas Hasil Pemeriksaan Committee on Basic Auditing Concepts (1973) yang dikutip oleh Boynton, et al (2002) mendefinisikan auditing sebagai suatu proses sistematis untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai asersi-asersi kegiatan dan peristiwa, dengan tujuan menetapkan derajat kesesuaian antara asersi-asersi tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pihakpihak yang berkepentingan. Kualitas hasil pemeriksaan adalah pelaporan tentang kelemahan pengendalian intern dan kepatuhan terhadap ketentuan, tanggapan dari pejabat yang bertanggung jawab, merahasiakan pengungkapan informasi yang dilarang, pendistribusian laporan hasil pemeriksaan dan tindak lanjut dari rekomendasi auditor sesuai dengan peraturan perundang-undangan ( Batubara, 2008). Kualitas hasil pemeriksaan dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan, kompetensi tehnis, pendidikan dan pelatihan berkelanjutan, pengalaman kerja, kecermatan profesi, obyektifitas dan independensi pemeriksa. Variabel-variabel ini merupakan bagian dari kualitas hasil pemeriksaan. Laporan hasil pemeriksaan yang telah disusun merupakan hasil dari pemeriksaan yang dilakukan oleh auditor. Pengaruh Kecermatan Profesi Terhadap Kualitas Hasil Pemeriksaan Kecakapan profesional dari seorang pemeriksa dalam melakukan pemeriksaan akan mempengaruhi kualitas hasil pemeriksaannya. Auditor harus menggunakan keahlian profesionalnya dengan cermat dan seksama (due professional care) dan secara hati-hati (prudent) dalam setiap penugasan. Due professional care dapat diterapkan dalam pertimbangan profesional (professional judgement), walaupun dalam prakteknya masih terjadi penarikan kesimpulan yang belum tepat saat proses audit telah dilakukan. Boner (1990) meneliti tentang pengalaman dan memberikan bukti bahwa pengalaman auditor mempunyai dampak yang signifikan terhadap kinerja, walaupun
hubungannya tidak langsung. Hubungan antara pengalaman auditor dengan kinerja melalui variabel ”intervening”, terutama pengetahuan tentang spesifikasi tugas. Lubis (2009) menguji pengaruh keahlian, independensi, kecermatan profesi dan kepatuhan terhadap kualitas auditor. Hasil pengujian menunjukkan bahwa keahlian, independensi, kecermatan profesi dan kepatuhan secara simultan berpengaruh terhadap kualitas auditor, sedangkan keahlian, independensi, kecermatan profesi dan kepatuhan terhadap kode etik secara parsial berpengaruh terhadap kualitas auditor tetapi yang memiliki pengaruh terbesar terhadap kualitas auditor adalah independensi. ANALISIS DAN PEMBAHASAN Pemeriksaan merupakan serangkaian kegiatan untuk menilai hasil dari pelaksanaan yang sebenarnya telah sesuai dengan yang rencana yang di tetapkan serta untuk mengidentifikasi penyimpangan-penyimpangan atau hambatan yang ditemukan. Kecermatan profesional dari seorang pemeriksa dalam melakukan pemeriksaan akan mempengaruhi kualitas hasil pemeriksaannya. Auditor harus menggunakan keahlian profesionalnya dengan cermat dan seksama (due professional care) dan secara hati-hati (prudent) dalam setiap penugasan. Due professional care dapat diterapkan dalam pertimbangan profesional (professional judgement). Kemahiran profesional menuntut pemeriksa untuk melaksanakan skeptisme profesional, yaitu sikap yang mencakup pikiran yang selalu mempertanyakan dan melakukan evaluasi secara kritis terhadap bukti pemeriksaan. Pemeriksa menggunakan pengetahuan, keahlian dan pengalaman yang dituntut oleh profesinya untuk melaksanakan pengumpulan bukti dan evaluasi obyektif mengenai kecukupan, kompetensi dan relevansi bukti. Karena bukti dikumpulkan dan dievaluasi selama pemeriksaan, skeptisme profesional harus digunakan selama pemeriksaan. Dalam menggunakan skeptisme profesional, pemeriksa tidak boleh puas dengan bukti yang kurang
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 16 | November 2013
4
This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. Please use purchased version to remove this message.
ISSN 1412 – 2936 meyakinkan walaupun menurut anggapannya manajemen entitas yang diperiksa adalah jujur. Berdasarkan hasil pengujian menunjukkan bahwa variabel kecermatan profesi secara parsial berpengaruh signifikan terhadap kualitas hasil pemeriksaan. Hasil pengujian ini mendukung hipotesis yang menyatakan bahwa kecermatan profesi berpengaruh terhadap kualitas hasil pemeriksaan. Penelitian ini didukung oleh Lubis (2009) menyatakan kecermatan profesi secara parsial berpengaruh terhadap kualitas auditor. Hasil studi dan bukti empiris ini medukung Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia No. 01 Tahun 2007 tentang Standar Pemeriksaan Keuangan dinyatakan dalam pelaksanaan pemeriksaan serta penyusunan laporan hasil pemeriksaan, pemeriksa wajib menggunakan kemahiran profesionalnya secara cermat dan seksama. Kemudian PERMENPAN No: PER/05/M.PAN/03/2008 tentang Standar Audit Aparat Pengawas Intern Pemerintah dinyatakan bahwa auditor harus menggunakan keahlian profesionalnya dengan cermat dan seksama (due professional care) dan secara hati-hati (prudent) dalam setiap penugasan. Due professional care dapat diterapkan dalam pertimbangan profesional (professional judgement). KESIMPULAN Berdasarkan hasil uji secara simultan dan parsial menunjukkan bahwa kecermatan profesi merupakan variabel yang berpengaruh paling dominan terhadap kualitas hasil pemeriksaan. Karena Kecermatan profesi merupakan variabel yang berpengaruh paling dominan, maka sebaiknya auditor APIP berupaya untuk menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama dan secara hati-hati dalam setiap penugasan untuk menghasilkan kualitas hasil pemeriksaan. DAFTAR PUSTAKA Arens, A. Alvin, Randal J.E dan Mark S.B., 2008. Auditing and Assurance Services An Integrated Approach.
Edisi Keduabelas. Jakarta: Erlangga. Anshori, Muchlis dan Sri Iswati, 2009. Metodologi Penelitian Kuantitatif, Bahan Ajar. Surabaya: Fakultas Ekonomi, Universitas Airlangga. Batubara, Rizal Iskandar, 2008. Analisis Pengaruh Latar Belakang Pendidikan, Kecakapan Profesional, Pendidikan Berkelanjutan, dan Independensi Pemeriksa Terhadap Kualitas Hasil Pemeriksaan (Studi Empiris Pada Bawasko Medan). Tesis. Sumatera Utara: Ilmu Akuntansi, Pasca Sarjana, Universitas Sumatera Utara. Bonner, Sarah E., 1990. Experience Effects in Auditing: The Role of Task-Specific Knowledge. The Accounting Review, 72-92. Boyton, C. William, Raymond J. Johnson dan Water G. Kell, 2002. Modern Auditing. Terjemahan. Edisi Ketujuh. Jakarta: Erlangga Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Edisi IV Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Muhidin, A. Sambas dan Maman Abdurrahman, 2007. Analisa Korelasi, Regresi dan Jalur Dalam Penelitian. Bandung: Pustaka Setia. Mulyadi, 2002. Auditing. Buku I, Edisi 6, Jakarta: Salemba Empat. Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan RI Nomor 01 Tahun 2007 tentang Standar Pemeriksaan Keuangan Negara, Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia Tahun 2007. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah. Lembaga Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor PER/04/M.PAN/03/2008 tanggal 31 Maret 2008 tentang Kode Etik Aparat Pengawasan Intern Pemerintah. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 16 | November 2013
5
This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. Please use purchased version to remove this message.
ISSN 1412 – 2936 PER/05/M.PAN/03/2008 tanggal 31 Maret 2008 tentang Kode Etik Aparat Pengawasan Intern Pemerintah. Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pengawasan Badan Pengawasan
Keuangan dan Pembangaunan, 2008. Diklat Pembentukan Auditor Ahli, Kode Etik dan Standar Audit, Edisi Kelima, Jakarta.
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 16 | November 2013
6
This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. Please use purchased version to remove this message.
ISSN 1412 – 2936 ANALISIS KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM (PDAM) KABUPATEN PAMEKASAN Rika Syahadatina Universitas Madura
[email protected] ABSTRAK Pengukuran kinerja merupakan salah satu elemen penting sistem pengendalian manajemen suatu organisasi, yang dapat digunakan untuk mengendalikan aktivitasaktivitas. Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Pamekasan merupakan badan usaha yang menjalankan dua fungsi yaitu sebagai Pelayanan yang baik terhadap masyarakat dalam penyediaan air bersih dan Bertujuan untuk menghasilkan laba sebagai dana untuk beroperasi dan sumber penerimaan daerah.Hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja keuangan PDAM adalah ;Curren ratio 139,2% (2010),38,8% (2011),35% (2012), rata-rata rasio keuangannya 71%, kinerjanya tidak baik.Quick ratio 131,8% (2010),37,4% (2011), 32,3% (2012), rata-rata rasio keuangannya 67,13%, kinerjanya tidak baik. Cash ratio 24,7% (2010), 16,04% (2011),6,4% (2012), rata-rata rasio keuangannya 15,71%, kinerjanya tidak baik. Total debt to equity ratio 42,9% (2010), 133,5% (2011),100,12% (2012), rata-rata rasio keuangannya 92,2%, kinerjanya tidak baik. Total debt to total capital assets 33,4% (2010),104,2% (2011), 92,5%(2012),rata-rata rasio keuangannya 76,7%, kinerja keuangnnya tidak baik. Long term debt to equity ratio 22,7% (2010),12,3% (2011), 10,5% (2012), rata-rata rasio keuangannya 15,2%, kinerjanya cukup baik. Total assets turnover 0,70 kali (2010),0,66 kali (2011), 0,69 kali (2012),rata-rata rasio keuangannya 0,68 kali, kinerjanya tidak baik. Net profit margin (4,98%) (2010), (11,94%) (2011), (11,94%) (2012), rata-rata rasio keuangannya (10,04%), kinerjanya tidak baik. Net earning power ratio (3,5%) (2010), (7,85%) (2011), (9,3%) (2012), rata-rata rasio keuangannya (6,9%), kinerjanya tidak baik. Rate of return of the owners (4,5%) (2010), (10,1%) (2011), (9,9%) (2012), rata-rata tasio keuangannya (8,2%), sehingga kinerjanya tidak baik. Kata kunci : rasio likuiditas, rasio laverage, rasio aktivitas, rasio profitabilitas, kinerja keuangan PENDAHULUAN Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) adalah salah satu organisasi publik yang ada di daerah. Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) bertugas mengelola sumber daya alam yang ada. Seperti air yang ada di daerah untuk didistribusikan pada masyarakat untuk memenuhi kebutuhan akan air bersih. Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) sebagai badan usaha yang merupakan patungan antara pemerintah dengan pemerintah daerah (Pemda) keberadaannya dirasakan cukup penting, karena bertujuan untuk memenuhi dan melayani kebutuhan dasar manusia, perusahaan ini dituntut pula untuk memupuk pendapatan melalui laba yang diperoleh karena fungsinya sebagai badan usaha.
Sebagaimana perusahaan pada umumnya, Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) juga menjalankan fungsi manajemen. Perusahaan menjalankan fungsi-fungsi manajemen untuk mencapai tujuan dari perusahaan tersebut. Salah satu dari fungsi tersebut adalah manajemen keuangan. Manajemen keuangan sangat penting bagi perusahaan, karena tanpa adanya dana dan pengelolaan yang baik maka perusahaan tidak dapat berjalan dengan baik. Pengelolaan dana oleh perusahaan tercermin dalam laporan keuangan. Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Pamekasan merupakan badan usaha yang menjalankan dua fungsi yaitu sebagai Pelayanan yang baik terhadap masyarakat dalam penyediaan air bersih dan Bertujuan untuk menghasilkan laba
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 16 | November 2013
7
This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. Please use purchased version to remove this message.
ISSN 1412 – 2936 sebagai dana untuk beroperasi dan sumber penerimaan daerah. Dari ketentuan yang mengatur tentang keberadaan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) sangat jelas bahwa dalam menjalankan fungsinya sebagai penyedia air bersih dan dalam upaya peningkatan pelayanan publik tidak terlepas dari dimensi ekonomi yaitu memperoleh keuntungan. Adanya kepentingan pelayanan menyebabkan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Pamekasan tidak akan mampu menjalankan fungsinya secara optimal, sehingga keadaan ini akan mempengaruhi kinerja perusahaan secara keseluruhan. Hasil kinerja perusahaan yang berlandaskan pada data dan informasi keuangan merupakan tolak ukur penting dalam menentukan tingkat kesehatan keuangan perusahaan, demikian juga untuk menentukan tingkat efisiensi, efektivitas dan produktivitas yang telah dicapai. Adapun penelitian ini bertujuan untuk melakukan analisis terhadap masalah keuangan untuk dapat mengetahui kinerja keuangan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Pamekasan khususnya di Kabupaten Pamekasan, disamping itu juga untuk mengungkapkan rasio-rasio keuangan dalam menentukan kinerja keuangan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Pamekasan. KAJIAN PUSTAKA Pengertian Laporan Keuangan Kasmir (2010;66) secara umum mengatakan bahwa laporan keuangan adalah laporan yang menunjukkan kondisi keuangan perusahaan pada saat ini atau dalam suatu periode tertentu. Laporan keuangan menurut Munawir (2007;31) merupakan alat yang sangat penting untuk memperoleh informasi sehubungan dengan posisi keuangan dan hasil-hasil yang telah dicapai oleh perusahaan yang bersangkutan. Data keuangan tersebut akan lebih berarti bagi pihak-pihak yang berkepentingan apabila data tersebut diperbandingkan untuk dua periode atau lebih, dan dianalisa lebih lanjut sehingga dapat diperoleh data yang akan dapat mendukung keputusan yang akan diambil.
Pada umumnya laporan keuangan itu terdiri dari Neraca dan Perhitungan Rugi Laba serta Laporan Perubahan Modal, di mana Neraca menunjukkan/menggambarkan jumlah aktiva, hutang dan modal dari suatu perusahaan pada tanggal tertentu, sedangkan Perhitungan (laporan) Rugi Laba memperlihatkan hasil-hasil yang telah dicapai oleh perusahaan serta biaya yang terjadi selama periode tertentu, dan Laporan Perubahan Modal menunjukkan sumber dan penggunaan atau alasanalasan yang menyebabkan perubahan modal perusahaan. Tetapi dalam prakteknya sering diikut-sertakan kelompok lain yang sifatnya membantu untuk memperoleh penjelasan lebih lanjut, misalnya laporan perubahan modal kerja, laporan sumber dan penggunaan kas atau laporan arus kas, laporan sebab-sebab perubahan laba kotor, laporan biaya produksi serta daftardaftar lainnya. Laporan keuangan dapat dipakai sebagai alat berkomunikasi dengan pihak-pihak berkepentingan dengan data keuangan perusahaan. Tujuan dan Sifat Laporan Keuangan Menurut Kasmir (2010;87), tujuan pembuatan atau penyusunan laporan keuangan adalah: 1. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah aktiva (harta) yang dimiliki perusahaan pada saat ini. 2. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah kewajiban dan modal yang dimiliki perusahaan pada saat ini. 3. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah pendapatan yang diperoleh pada suatu periode tertentu. 4. Memberikan informasi tentang jumlah biaya dan jenis biaya yang dikeluarkan perusahaan dalam suatu periode tertentu. 5. Memberikan informasi tentang perubahan yang terjadi terhadap aktiva, pasiva, dan modal perusahaan. 6. Memberikan informasi tentang kinerja manajemen perusahaan dalam suatu periode. 7. Memberikan informasi tentang catatan atas laporan keuangan. 8. Informasi keuangan lainnya.
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 16 | November 2013
8
This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. Please use purchased version to remove this message.
ISSN 1412 – 2936 Di samping memiliki tujuan seperti yang telah dikemukakan di atas, laporan keuangan juga memiliki sifat tertentu. Demikian pula dengan pencatatan yang dilakukan dalam menyusun laporan keuangan harus dilakukan dengan kaidahkaidah yang berlaku. Dalam praktiknnya sifat laporan keuangan dibuat: 1. Bersifat historis 2. Menyeluruh Historis artinya bahwa laporan keuangan dibuat dan disusun dari data masa lalu atau masa yang sudah lewat dari masa sekarang. Misalnya, laporan keuangan disusun berdasarkan data satu atau dua atau beberapa tahun ke belakang (tahun atau periode sebelumnya). Menyeluruh maksudnya laporan keuangan dibuat selengkap mungkin. Artinya laporan keuangan disusun sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Pembuatan atau penyusunan yang hanya sebagian (tidak lengkap), tidak akan memberikan informasi yang lengkap tentang keuangan suatu perusahaan. Keterbatasan Laporan Keuangan Menurut Munawir (2007;9), laporan keuangan memiliki beberapa keterbatasan antara lain: 1. Laporan keuangan yang dibuat secara periodik pada dasarnya merupakan interim report (laporan yang dibuat antara waktu tertentu yang sifatnya sementara) dan bukan merupakan laporan yang final. Karena itu semua jumlah-jumlah atau hal-hal yang dilaporkan dalam laporan keuangan tidak menunjukkan nilai likwidasi atau realisasi di mana dalam interim report ini terdapat/terkandung pendapat-pendapat pribadi (personal judgment) yang telah dilakukan oleh Akuntan atau Management yang bersangkutan. 2. Laporan keuangan menunjukkan angka dalam rupiah yang kelihatannya bersifat pasti dan tepat, tetapi sebenarnya dasar penyusunannya dengan standard nilai yang mungkin berbeda atau berubahubah. Karena itu angka yang tercantum dalam laporan keuangan hanya merupakan nilai buku (book value) yang belum tentu sama dengan harga pasar sekarang maupun nilai gantinya.
3. Laporan keuangan disusun berdasarkan hasil pencatatan transaksi keuangan atau nilai rupiah dari berbagai waktu atau tanggal yang lalu, di mana daya beli uang tersebut semakin menurun, dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, sehingga kenaikan volume penjualan yang dinyatakan dalam rupiah belum tentu menunjukkan atau mencerminkan unit yang dijual semakin besar, mungkin kenaikan itu disebabkan naiknya harga jual barang tersebut yang mungkin juga diikuti kenaikan tingkat harga-harga. 4. Laporan keuangan tidak dapat mencerminkan berbagai faktor yang dapat mempengaruhi posisi atau keadaan keuangan perusahaan karena faktor-faktor tersebut tidak dapat dinyatakan dengan satuan uang. Macam-macam Laporan Keuangan Menurut Kasmir (2010;66), inti dari laporan keuangan adalah menggambarkan pos-pos keuangan perusahaan yang diperoleh dalam suatu periode. Berikut macam laporan keuangan, antara lain: 1. Neraca Neraca, merupakan laporan yang menunjukkan jumlah aktiva (harta), kewajiban (utang), dan modal perusahaan (ekuitas) perusahaan pada saat tertentu. Artinya, dari suatu neraca akan tergambar berapa jumlah harta, kewajiban, dan modal suatu perusahaan. 2. Laporan Laba Rugi Laporan laba rugi, menunjukkan kondisi usaha suatu perusahaan dalam suatu periode tertentu. Artinya, laporan laba rugi harus dibuat dalam suatu siklus operasi atau periode tertentu guna mengetahui jumlah perolehan pendapatan (penjualan) dan biaya yang telah dikeluarkan, sehingga dapat diketahui perusahaan dalam keadaan laba atau rugi. 3. Laporan Perubahan Modal Laporan Perubahan Modal, merupakan laporan yang menggambarkan jumlah modal yang dimiliki perusahaan saat ini. Kemudian laporan ini juga menunjukkan perubahan modal serta sebab-sebab berubahnya modal.
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 16 | November 2013
9
This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. Please use purchased version to remove this message.
ISSN 1412 – 2936 Analisis Laporan Keuangan Menurut Syamsuddin (2002;37) analisis laporan keuangan perusahaan pada dasarnya merupakan perhitungan rasio-rasio untuk menilai keadaan keuangan perusahaan di masa lalu, saat ini, dan kemungkinan di masa depan. Analisis laporan keuangan umumnya dimulai dengan perhitungan sekumpulan rasio keuangan yang dirancang untuk mengungkapkan kekuatan dan kelemahan suatu perusahaan dan untuk menunjukkan apakah posisi keuangan membaik atau memburuk selama suatu waktu (Eugene, 2001;106). Dengan mengetahui kelemahan ini, maka manajemen akan dapat memperbaiki atau menutupi kelemahan tersebut. Kemudian kekuatan yang dimiliki perusahaan harus dipertahankan atau bahkan ditingkatkan. Kekuatan ini dapat dijadikan modal selanjutnya ke depan. Yang jelas dengan adanya kelemahan dan kekuatan yang dimiliki, maka akan tergambar kinerja manajemen selama ini. Tujuan Dan Manfaat Analisis Laporan Keuangan Menurut Kasmir (2010;92) ada beberapa tujuan dan manfaat dari analisis laporan keuangan, antara lain: 1. Untuk mengetahui posisi keuangan perusahaan dalam satu periode tertentu, baik harta, kewajiban, modal, maupun hasil usaha yang telah dicapai untuk beberapa periode. 2. Untuk mengetahui kelemahan apa saja yang menjadi kekurangan perusahaan. 3. Untuk mengetahui kekuatan yang dimiliki. 4. Untuk mengetahui langkah-langkah perbaikan apa saja yang perlu dilakukan ke depan yang berkaitan dengan posisi keuangan perusahaan saat ini. 5. Untuk melakukan penilaian kinerja manajemen ke depan apakah perlu penyegaran atau tidak karena sudah dianggap berhasil atau gagal. 6. Dapat juga digunakan sebagai pembanding dengan perusahaan sejenis tentang hasil yang mereka capai.
Langkah Atau Prosedur Analisis Laporan Keuangan Sebelum melakukan analisis laporan keuangan, diperlukan langkah-langkah atau prosedur tertentu. Langkah atau prosedur ini diperlukan, agar urutan proses analisis mudah untuk dilakukan. Adapun langkah atau prosedur yang dilakukan dalam analisis keuangan sebagai berikut: 1. Mengumpulkan data keuangan dan data pendukung yang diperlukan selengkap mungkin baik untuk 1 periode maupun beberapa periode. 2. Melakukan pengukuran atau perhitungan dengan rumus-rumus tertentu, secara cermat dan teliti, sehingga hasil yang diperoleh benarbenar tepat. Rumus-rumus yang digunakan merupakan rumus-rumus yang sudah biasa atau dengan standar yang digunakan. 3. Melakukan perhitungan dengan memasukkan angka-angka yang ada dalam laporan keuangan secara cermat. 4. Memberikan interprestasi terhadap hasil perhitungan dan pengukuran yang telah dibuat. 5. Membuat laporan tentang posisi keuangan perusahaan. 6. Memberikan rekomendasi yang dibutuhkan sehubungan dengan hasil analisis tersebut. Selanjutnya, setelah dilakukan langkah atau prosedur untuk melakukan analisis keuangan maka ditentukan metode analisisnya. Menurut Munawir (2007;36) ada dua metode analisa yang digunakan oleh setiap penganalisa laporan keuangan, yaitu: 1. Analisa horisontal yaitu analisa dengan mengadakan pembandingan laporan keuangan untuk beberapa periode atau beberapa saat, sehingga akan diketahui perkembangannya. 2 Analisa vertikal yaitu apabila laporan keuangan yang dianalisa hanya meliputi satu periode atau satu saat saja, yaitu dengan memperbandingkan antara pos yang satu dengan pos lainnya dalam laporan keuangan tersebut, sehingga hanya akan diketahui keadaan keuangan atau hasil operasi pada saat itu saja. Analisa vertikal ini disebut juga sebagai metode analisa yang statis
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 16 | November 2013
10
This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. Please use purchased version to remove this message.
ISSN 1412 – 2936 karena kesimpulan yang dapat diperoleh hanya untuk periode itu saja tanpa mengetahui perkembangannya. Analisis Rasio Keuangan Analisis rasio keuangan pada dasarnya adalah membandingkan beberapa pos dalam laporan keuangan untuk diinterpretasikan kondisi keuangan dan hasil operasional perusahaan. Menurut Muslich (2007;44), analisis rasio keuangan merupakan alat utama dalam analisis keuangan, karena analisis ini dapat digunakan untuk menjawab berbagai pertanyaan tentang keadaan keuangan perusahaan. Rasio-rasio Keuangan Menurut Riyanto (2010;330) rasiorasio dapat digolongkan dalam 3 golongan, yaitu: 1. Rasio-rasio Neraca (Balance sheet ratios), ialah rasio-rasio yang disusun dari data yang berasal dari neraca, misalnya current ratio, acid-test ratio, current assets to total assets ratio, current liabilities to total assets ratio dan lain sebagainya. 2. Rasio-rasio laporan Rugi dan Laba (Income statement ratios), ialah rasiorasio yang disusun dari data yang berasal dari income statement, misalnya gross profit margin, net operating margin, operating ratio dan lain sebagainya. 3. Rasio-rasio antar-laporan (Interstatement ratios), ialah rasio-rasio yang disusun dari data yang berasal dari Neraca dan data lainnya berasal dari Income statement, misalnya assets turnover, inventory turnover, receivables turnover dan lain sebagainya. Disamping itu pula ada yang mengelompokkan rasio-rasio dalam rasiorasio likuiditas, rasio-rasio leverage, rasiorasio aktivitas dan rasio-rasio keuntungan. a. Rasio likuiditas adalah rasio-rasio yang dimaksudkan untuk mengukur likuiditas perusahaan (current ratio, Acid test ratio), menurut Riyanto (2010;332) ratio likuiditas dapat dikelompokkan menjadi: 1) Current ratio adalah kemampuan untuk membayar utang yang
b.
c.
d.
segera harus dipenuhi dengan aktiva lancar. 2) Cash ratio adalah kemampuan untuk membayar utang yang segera harus dipenuhi dengan kas yang tersedia dalam perusahaan dan efek / bank yang dapat segera diuangkan. 3) Quick (Acid test) ratio adalah kemampuan untuk membayar utang yang segera harus dipenuhi dengan aktiva lancar yang lebih likuid (quick assets). Rasio Leverage adalah rasio-rasio yang dimaksudkan untuk mengukur sampai berapa jauh aktivitas perusahaan dibiayai dengan utang. Menurut Riyanto (2010;333) ratio leverage dapat dikelompokkan menjadi: 1) Total debt to equity ratio adalah bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan untuk keseluruhan utang. 2) Total debt to total capital assets adalah beberapa bagian dari keseluruhan kebutuhan dana yang dibelanjai dengan utang. 3) Long term debts to equity ratio adalah bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan untuk utang jangka panjang. Rasio Aktivitas adalah rasio-rasio yang dimaksudkan untuk mengukur sampai seberapa besar efektifitas perusahaan dalam mengerjakan sumber-sumber dananya. Menurut Riyanto (2010;334) ratio aktivitas dapat dikelompokkan menjadi: 1) Total assets turnover adalah kemampuan dana yang tertanam dalam keseluruhan aktiva berputar dalam suatu periode tertentu atau kemampuan modal yang di investasikan untuk menghasilkan “revenue” (penghasilan). Rasio Keuntungan adalah rasiorasio yang menunjukkan hasil akhir dari sejumlah kebijaksanaan. Menurut Riyanto (2010;335) ratio keuntungan dapat dikelompokkan menjadi:
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 16 | November 2013
11
This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. Please use purchased version to remove this message.
ISSN 1412 – 2936 1) Net profit margin (sales margin) adalah keuntungan netto per rupiah penjualan. 2) Net earning power ratio (Rate of Return on Investment / ROI) adalah kemampuan dari modal yang di investasikan dalam menghasilkan keuntungan netto. 3) Rate of return for the owners (Rate of return on Net Worth) adalah kemampuan dari modal sendiri untuk menghasilkan keuntungan bagi pemegang saham preferen dan saham biasa. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif kuantitatif. Jenis data yang digunakan jenia data kuantitatif, sumber data menggunakan data sekunder, teknik pengumpulan datanya adalah data dokumentasi Rasio keuangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: I. Rasio Likuiditas a. Current ratio = × 100%
b. Cash ratio (Ratio of immedicate solvency) = × 100%
c. Quick (Acid test ratio) =
–
× 100%
II. Rasio Leverage a. Total debt to Equity ratio = × 100% b. Total debt to total capital assets = × 100% c. Long term debt to Equity ratio = × 100% III. Rasio Aktivitas a. Total assets turnover = × 1 kali IV. Rasio Keuntungan
a. Net profit margin (sales margin) = × 100% b. Net earning power ratio (Rate of Return on Investment/ROI) = × 100% c. Rate of return for the owners (Rate of return on Net Worth) = × 100% Setelah menghitung dengan rasio kemudian dibandingkan dengan rasio ratarata (rata historis), yaitu untuk membandingkan antara indikator keuangan selama 3 tahun dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2012 yang akan memperlihatkan apakah kinerja keuangan perusahaan baik atau tidak. ANALISIS DAN PEMBAHASAN Rasio Likuiditas Rasio likuiditas merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban (utang) jangka pendek. Artinya apabila perusahaan ditagih, maka akan mampu untuk memenuhi utang (membayar) tersebut terutama utang yang sudah jatuh tempo. Berdasarkan data yang diperoleh dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Pamekasan adalah sebagai berikut: a. Current ratio Rasio lancar atau current ratio, merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka pendek atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara keseluruhan. Dengan kata lain, seberapa banyak aktiva lancar yang tersedia untuk menutupi kewajiban jangka pendek yang segera jatuh tempo. Rasio lancar dapat pula dikatakan sebagai bentuk untuk mengukur tingkat keamanan suatu perusahaan.
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 16 | November 2013
12
This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. Please use purchased version to remove this message.
ISSN 1412 – 2936 Tabel 1 Current ratio Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Pamekasan Tahun 2010, 2011,2012 (dalam rupiah) Tahun
Aktiva lancar
Utang lancar
Current ratio
2010
2.699.311.384
1,939.299.947
139,20%
2011
4.976.917.991
12.828.133.303
38,80%
2012 3.904.061.167 Sumber: data diolah
11.151.292.134
35%
Current ratio pada Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Pamekasan pada tahun 2010 sebesar 139,2% dan tahun 2011 sebesar 38,8%. Pada tahun 2012 rasio ini mengalami penurunan kembali menjadi 35%. Penurunan ini di sebabkan oleh turunnya unsur-unsur aktiva lancar. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan kurang mampu membayar hutang lancarnya dengan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan. b. Quick ratio Rasio cepat (quick ratio) merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan
perusahaan memenuhi atau membayar kewajiban atau utang lancar (utang jangka pendek) dengan aktiva lancar tanpa memperhitungkan nilai sediaan (inventory). Artinya, nilai sediaan di abaikan, dengan cara dikurangi dari nilai total aktiva lancar. Hal ini dilakukan karena sediaan dianggap memerlukan waktu relatif lebih lama untuk diuangkan, apabila perusahaan membutuhkan dana cepat untuk membayar kewajibannya dibandingkan dengan aktiva lancar lainnya.
Tabel 2 Quick ratio Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Pamekasan Tahun 2010, 2011,2012 (dalam rupiah) Tahun
Aktiva lancar–Persediaan
Utang lancar
Quick ratio
2010
2.699.311.384–143.975.780
1,939.299.947
139,20%
2011
4.976.917.991–183.126.578
12.828.133.303
38,80%
2012 3.904.061.167–305.516.111 Sumber: data diolah
11.151.292.134
35%
Quick ratio pada Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Pamekasan pada tahun 2010 sebesar 131,8% dan tahun 2011 sebesar 37,4%. Pada tahun 2012 rasio ini mengalami penurunan kembali menjadi 32,3%. Hal ini menunjukkan bahwa aktiva lancar diluar piutang tidak mampu membayar kewajiban atau hutang lancar yang harus di penuhi.
c.
Cash ratio Rasio kas atau cash ratio, merupakan alat yang digunakan untuk mengukur seberapa besar uang kas yang tersedia untuk membayar utang. Ketersediaan uang kas dapat ditunjukkan dari tersedianya dana kas atau setara dengan kas seperti tabungan yang ada di bank. Dapat dikatakan rasio ini menunjukkan kemampuan sesungguhnya bagi perusahaan untuk membayar utangutang jangka pendeknya.
Tabel 3 Cash ratio Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Pamekasan Tahun 2010, 2011,2012 (dalam rupiah) Tahun
Kas + Bank
Utang lancar
Cash ratio
2010
82.921.850 + 396.460.038
1,939.299.947
24,7%
2011
211.781.129 + 1.846.266.357
12.828.133.303
16,04%
11.151.292.134
6,4%
2012 127.329.670 + 586.336.467 Sumber: data diolah
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 16 | November 2013
13
This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. Please use purchased version to remove this message.
ISSN 1412 – 2936 Cash ratio pada Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Pamekasan pada tahun 2010 sebesar 24,7% dan tahun 2011 sebesar 16,04%. Pada tahun 2012 rasio ini mengalami penurunan kembali menjadi 6,4%. Hal ini menunjukkan ketidakmampuan perusahaan untuk membayar utang-utang jangka pendeknya dengan kas perusahaan. Menurunnya cash ratio perusahaan setiap tahunnya di sebabkan karena perusahaan mengalami penurunan pada aktiva lancar (kas dan bank) untuk menjamin hutang yang harus di penuhi. Rasio Leverage Rasio leverage, merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai dengan utang. Artinya, berapa besar beban utang yang ditanggung perusahaan dibandingkan dengan aktivanya. Dalam arti luas
dikatakan bahwa rasio leverage digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar seluruh kewajibannya baik jangka pendek maupun jangka panjang apabila perusahaan dibubarkan (dilikuidasi). Berdasarkan data yang diperoleh dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Pamekasan adalah sebagai berikut: a. Total debt to equity ratio Total debt to equity ratio, merupakan rasio yang digunakan untuk menilai utang dengan ekuitas. Untuk mencari rasio ini dengan cara membandingkan antara seluruh utang, termasuk utang lancar dengan seluruh ekuitas. Rasio ini berguna untuk mengetahui jumlah dana yang disediakan peminjam (kreditor) dengan pemilik perusahaan. Dengan kata lain rasio ini untuk mengetahui setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan untuk jaminan utang.
Tabel 4 Total debt to equity ratio Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Pamekasan Tahun 2010, 2011,2012 (dalam rupiah) Tahun
Total utang
Modal sendiri
Total debt to equity ratio
2010
4.112.729.947
9.589.783.836
42,9%
2011
14.132.191.303
10.589.783.836
133,5%
2012 12.455.350.134 Sumber: data diolah
12.439.209.759
100,12%
Total debt to equity ratio pada Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Pamekasan pada tahun 2010 sebesar 42,9%. Pada tahun 2011 mengalami kenaikan yaitu sebesar 133,5%. Nilai total debt to equity ratio tahun 2012 mengalami penurunan menjadi 100,12%. Hal ini menunjukkan bahwa keadaan perusahaan kurang baik.
b.
Total debt to total capital assets ratio Total debt to total capital assets ratio, merupakan rasio utang yang digunakan untuk mengukur seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai oleh utang atau seberapa besar utang perusahaan berpengaruh terhadap pengelolaan aktiva. Caranya adalah dengan membandingkan antara total utang dengan total aktiva.
Tabel 5 Total debt to total capital assets Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Pamekasan Tahun 2010, 2011,2012 (dalam rupiah) Tahun
Total utang
Total aktiva
Total debt to total capital assets
2010
4.112.729.947
12.320.856.628
33,4%
2011
14.132.191.303
13.568.443.436
104,2%
2012 12.455.350.134 Sumber: data diolah
13.463.961.489
92,5%
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 16 | November 2013
14
This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. Please use purchased version to remove this message.
ISSN 1412 – 2936 Total debt to total capital assets ratio pada Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Pamekasan pada tahun 2010 sebesar 33,4%. Pada tahun 2011 mengalami kenaikan yaitu sebesar 104,2%. Nilai total debt to total capital assets ratio tahun 2012 mengalami penurunan menjadi 92,5%. Hal ini menunjukkan bahwa keadaan perusahaan kurang baik.
c.
Long term debt to equity ratio Long term debt to equity ratio, merupakan rasio antara utang jangka panjang dengan modal sendiri. Tujuannya adalah untuk mengukur berapa bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan utang jangka panjang dengan cara membandingkan antara utang jangka panjang dengan modal sendiri yang disediakan oleh perusahaan.
Tabel 6 Long term debt to equity ratio Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Pamekasan Tahun 2010, 2011,2012 (dalam rupiah) Tahun
Utang jangka panjang
Modal sendiri
Long term debt to equity ratio
2010 2011
2.173.430.000
9.589.783.836
22,7%
1.304.058.000
10.589.783.836
12,3%
2012 1.304.058.000 Sumber: data diolah
12.439.209.759
10,5%
Long term debt to equity ratio pada Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Pamekasan pada tahun 2010 sebesar 22,7% dan pada tahun 2011 mengalami penurunan yaitu sebesar 12,3%. Nilai total debt to total capital assets ratio tahun 2012 yang mengalami penurunan menjadi 10,5%, menunjukkan bahwa keadaan perusahaan semakin membaik. Karena nilai rasio mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Hal ini disebabkan perusahaan mampu membayar utang jangka panjang dengan setiap rupiah modal sendiri. Rasio Aktivitas Rasio aktivitas, merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam
menggunakan aktiva yang dimilikinya. Atau dapat pula dikatakan rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi yang dilakukan misalnya di bidang penjualan, sediaan, penagihan piutang, dan efisiensi di bidang lainnya. Rasio aktivitas juga digunakan untuk menilai kemampuan perusahaan dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari. a. Total assets turn over Total assets turn over (Perputaran aktiva), merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur perputaran semua aktiva yang dimiliki perusahaan. Kemudian juga mengukur berapa jumlah penjualan yang diperoleh dari tiap rupiah aktiva.
Tabel 7 Total assets turn over Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Pamekasan Tahun 2010, 2011,2012 (dalam rupiah) Tahun
Penjualan neto
Total aktiva
Total assets turn over
2010
8.646.917.620
12.320.856.628
0,70 kali
2011
8.922.107.015
13.568.443.436
0,66 kali
2012 9.416.064.810 Sumber: data diolah
13.463.961.489
0,69 kali
Bahwa nilai rasio pada Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Pamekasan tahun 2010 sebesar 0,70 kali. Perputaran total aktiva tahun 2010 sebanyak 0,70 kali, artinya setiap Rp. 1,- aktiva tetap dapat
menghasilkan Rp. 0,70,- penjualan. Namun di tahun 2011 nilai rasio mengalami penurunan sebesar 0,66 kali. Dan di tahun berikutnya, yaitu tahun 2012 nilai rasio mengalami sedikit peningkatan sebesar
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 16 | November 2013
15
This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. Please use purchased version to remove this message.
ISSN 1412 – 2936 0,69 kali. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan tidak mampu mengelola dana yang tertanam dalam keseluruhan aktivanya. Rasio Keuntungan Rasio keuntungan merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektivitas manajemen suatu perusahaan. Hal ini ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan dari
penjualan dan pendapatan investasi. Intinya bahwa penggunaan rasio ini menunjukkan efisiensi perusahaan. a. Net profit margin Net profit margin atau margin laba atas penjualan, merupakan salah satu rasio yang digunakan untuk mengukur margin laba atas penjualan. Untuk mengukur rasio ini adalah dengan cara membanding antara laba setelah pajak dengan penjualan bersih.
Tabel 8 Net profit margin Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Pamekasan Tahun 2010, 2011,2012 (dalam rupiah) Tahun
Laba setelah pajak
Penjualan neto
Net profit margin
2010
(430.345.625)
8.646.917.620
(4,98%)
2011
(1.064.950.606)
8.922.107.015
(11,94%)
2012 (1.240.972.181) Sumber: data diolah
9.416.064.810
(13,2%)
Net profit margin pada Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Pamekasan dari tahun 2010-2012 mengalami kerugian, artinya perusahaan tidak mampu mendapatkan laba. Pencapaian net profit margin pada tahun 2010 sebesar (4,98%), di tahun 2011 sebesar (11,94%) dan di tahun 2012 sebesar (13,2%). Ketidakmampuan perusahaan dalam
meningkatkan laba ini menunjukkan bahwa keadaan perusahaan tidak baik. b.
Net earning power ratio (Rate of Return on Investment/ROI) Return on Investment (ROI), merupakan rasio untuk menilai kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan.
Tabel 9 Net earning power ratio (Rate of Return on Investment/ROI) Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Pamekasan Tahun 2010, 2011,2012 (dalam rupiah) Tahun
Laba setelah pajak
Total aktiva
Rate of Return on Invesment/ROI
2010
(430.345.625)
12.320.856.628
(3,5%)
2011
(1.064.950.606)
13.568.443.436
(7,85%)
2012 (1.240.972.181) Sumber: data diolah
13.463.961.489
(9,3%)
Rate of return on investment Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Pamekasan pada tahun 2010 sebesar (3,5%). Pada tahun 2011 sebesar (7,85%) dan tahun 2012 sebesar (9,3%). Penurunan dalam pencapaian laba ini menunjukkan bahwa perusahaan tidak mampu mengelola modalnya dengan baik. c. Rate of return for the owners (rate of return on net worth)
Rate of return for the owners (rate of return on net worth) merupakan rasio untuk mengukur laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri. Rasio ini menunjukkan efisiensi penggunaan modal sendiri. Makin tinggi rasio ini, makin baik. Artinya, posisi perusahaan makin kuat, demikian pula sebaliknya.
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 16 | November 2013
16
This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. Please use purchased version to remove this message.
ISSN 1412 – 2936 Tabel 10 Rate of return for the owners (rate of return on net worth) Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Pamekasan Tahun 2010, 2011,2012 (dalam rupiah) Tahun
Laba setelah pajak
Modal sendiri
Rate of Return for the owners
2010
(430.345.625)
9.589.783.836
(4,5%)
2011
(1.064.950.606)
10.589.783.836
(10,1%)
2012 (1.240.972.181) Sumber: data diolah
12.439.209.759
(9,9%)
Rate of return for the owners Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Pamekasan pada tahun 2010 sebesar (4,5%), tahun 2011 sebesar (10,1%) dan tahun 2012 sebesar (9,9%). Penurunan ini terjadi karena ketidakmampuan dari modal sendiri untuk menghasilkan laba. Dan hal ini menunjukkan bahwa posisi perusahaan tidak baik. Hasil Penelitian Analisis rasio adalah suatu alat analisis yang selalu digunakan untuk mengukur kekuatan atau kelemahan yang dihadapi perusahaan dibidang keuangan. Penulis menggunakan time series analysis dalam menilai hasil dari penilaian analisa
rasio keuangan terhadap kinerja Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Pamekasan. Time series analysis yaitu membandingkan rasio-rasio perusahaan dari satu periode ke periode lainnya. Perbandingan antara hasil rasio yang dicapai saat ini dengan rasio pada masa lalu akan memperlihatkan apakah perusahaan mengalami kemajuan atau kemunduran. Perkembangan perusahaan akan terlihat pada tren dari tahun ke tahun. Berikut rangkuman hasil dari rasio keuangan dalam menilai kinerja Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Pamekasan:
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 16 | November 2013
17
This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. Please use purchased version to remove this message.
Keterangan
Tabel 11 Hasil Analisis Rasio Keuangan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Pamekasan Tahun 2010 – 2012
71%
Tidak Baik
Tidak Baik
Tidak Baik
0,70 kali
(11,94%)
0,66 kali
(9,3%)
(11,94%)
0,69 kali
(8,2%)
(6,9%)
(10,04%)
0,68 kali
Tidak Baik
Tidak Baik
Tidak Baik
Tidak Baik
18
ISSN 1412 – 2936
67,13%
Tidak Baik
Kinerja
35%
15,71%
Tidak Baik
Rata-rata Rasio
32,3%
92,2%
Cukup Baik
Keuangan Perusahaan
38,8%
6,4%
76,7%
2012
139,2%
37,4%
100,12%
15,2%
Tahun
131,8%
16,04%
92,5%
2011
a. Current ratio 24,7%
133,5%
10,5%
Tahun
b. Quick ratio
42,9%
12,3%
104,2%
2010
c. Cash ratio
33,4%
Tahun
a. Total debt to equity ratio
22,7%
Rasio Likuiditas
b. Total debt to total capital assets
Rasio Leverage
c. Long term debt to equity ratio
(4,98%)
(7,85%)
(9,9%)
Rasio Aktivitas
a. Net profit margin
(3,5%)
(10,1%)
a. Total assets turn over
b. Net earning power ratio (ROI)
(4,5%)
Rasio profitabilitas
c. Rate of return for the owners
Sumber: data diolah
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 16 | November 2013
This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. Please use purchased version to remove this message.
ISSN 1412 – 2936 Dapat dijelaskan dari ketiga rasio likuiditas baik current ratio, quick ratio, dan cash ratio dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2012 jika dilihat dari standart ratarata kinerjanya menunjukkan bahwa keadaan perusahaan tidak baik. Hal ini menunjukkan perusahaan mengalami penurunan. Rasio leverage dengan indikator total debt to equity, total debt to total assets dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2011 jika dilihat dari standart rata-rata kinerjanya menunjukkan bahwa keadaan perusahaan tidak baik. Maka hal ini menunjukkan bahwa hutang yang digunakan untuk membiayai aktiva mengalami kenaikan, sehingga bisa dikatakan bahwa rasio leverage kinerjanya tidak baik. Sedangkan sebaliknya, pada long term debt to equity ratio jika dilihat dari standart rata-rata meskipun pada tahun 2010 mengalami kenaikan, tetapi di tahun 2011 sampai tahun 2012 rasio ini mengalami penurunan. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja perusahaan bisa dikatakan cukup baik. Rasio aktivitas dengan indikator total assets turn over dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2012 jika dilihat dari standart rata-rata, menunjukkan bahwa kinerjanya tidak baik. Rasio keuntungan bertujuan untuk mengukur seberapa besar tingkat keuntungan yang diperoleh perusahaan selama kegiatan operasinya. Jika dilihat dari net profit margin, net earning power ratio, dan rate of return for the owners dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2012 mengalami penurunan/kerugian. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan tidak mampu untuk memperoleh laba. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian perhitungan dari setiap analisa rasio, maka laporan keuangan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Pamekasan dapat dikatakan mengalami kerugian, tidak baik, karena mengalami penurunan. Penurunan ini disebabkan oleh turunnya unsur-unsur aktiva lancar yang menyebabkan perusahaan tidak mampu membayar hutang lancarnya dengan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan.
Kerugian yang dialami oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Pamekasan ini disebabkan oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Pamekasan yang mempunyai beban hutang kepada Pemerintah Republik Indonesia yang berasal dari Rekening Dana Investasi (RDI). Pinjaman tersebut digunakan untuk pembiayaan peningkatan kapasitas produksi, serta perluasan jaringan pipa transmisi dan distribusi. Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Pamekasan secara bertahap mengangsur pinjaman kepada pemerintah. Dan hal itu yang menyebabkan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Pamekasan mengalami kerugian dan belum bisa mendapatkan keuntungan. DAFTAR PUSTAKA Sutrisno. 2009. Manajemen Keuangan. Cetakan Ketujuh, Ekonesia, Yogyakarta. Munawir, S. 2007. Analisa Laporan Keuangan. Edisi Keempat, Liberty, Yogyakarta. Kasmir. 2010. Pengantar Manajemen Keuangan. Edisi Pertama, Kencana, Jakarta. Syamsuddin, Lukman. 2002. Manajemen Keuangan Perusahaan. Edisi Baru, Cetakan Pertama, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Eugene F. Brigham Dan Joel F. Houston. 2001. Manajemen Keuangan. Edisi Kedelapan, Erlangga, Jakarta. Muslich. 2007. Manajemen Keuangan Modern. Bumi Aksara, PT. Salemba Empat, Jakarta. Riyanto, Bambang. 2010. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan. Cetakan Kesepuluh, BPFE, Yogyakarta. Hidayati, Aisyah, Nur, Siti. 2012. Analisis Kinerja Keuangan Pada PT. Alliance One Indonesia (AOI). Unira, Pamekasan. Lilik. 2011. Analisa Penyusunan Anggaran Kas Terhadap Optimalisasi Kas Pada Perusahaan AMDK Adeni PDAM Pamekasan. Unira, Pamekasan.
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 16 | November 2013
This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. Please use purchased version to remove this message.
ISSN 1412 – 2936 Arikunto. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Edisi Kelima,
Rineka
Cipta,
Jakarta.
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 16 | November 2013
This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. Please use purchased version to remove this message.
ISSN 1412 – 2936 Full-fledged Inflation Targeting dan Kredibilitas Bank Indonesia Rachman Hakim Universitas Madura Abstrak Kredibilitas merupakan hal yang krusial bagi otoritas kebijakan moneter seperti Bank Indonesia (BI). Efektivitas setiap kebijakan yang akan diterapkan sangat bergantung pada kredibilitas Bank Indonesia sendiri. Pada tahun 2000, Bank Indonesia mulai menganut kerangka kebijakan Inflation Targeting Lite. Tetapi tahun 2005, kerangka kebijakan itu berubah lagi menjadi Full-fledged Inflation Targeting tentu dengan tujuan untuk meningkatkan kredibilitas bank Indonesia. Tulisan ini bertujuan untuk mengukur kredibilitas Bank Indonesia, khususnya selama periode Full-fledged Inflation Targeting (2005-2012). Kredibilitas Bank Indonesia dihitung dengan cara membandingkan target inflasi dan inflasi aktual. Semakin jauh perbedaan antara target inflasi dan inflasi aktual maka Bank Indonesia akan semakin tidak kredibel, begitu pula sebaliknya. Hasilnya menunjukkan bahwa kredibilitas Bank Indonesia sangat fluktuatif selama periode tahun 2000-2012. Akan tetapi, jika dibandingkan ternyata pada periode Full-fledged Inflation Targeting bank Indonesia sudah jauh lebih kredibel jika dibandingkan dengan periode Inflation Targeting Lite. Peningkatan kredibilitas ini tentu diharapkan bisa terus dipertahankan dan berefek positif terhadap proses disinflasi. Kata kunci: kredibilitas, disinflasi PENDAHULUAN Latar Belakang Krisis tahun 1998 seperti membuka mata Bank Indonesia tentang pentingnya mengendalikan laju inflasi. Faktanya ternyata inflasi bisa memiliki dampak yang multidimensional. Hal ini menuntut Bank Indonesia untuk mengubah tatanan kelembagaan menjadi Bank Indonesia yang bertugas untuk mengontrol laju inflasi. Perubahan tatanan ini diwujudkan dengan mengganti Undang-Undang No. 13 Tahun 1968 dengan Undang-Undang No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia (Pohan, 2008). Disahkannya penerapan UndangUndang No. 23 Tahun 1999, membuat Bank Indonesia menjadi lembaga yang independen, Bank Indonesia juga mempunyai tujuan yaitu mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Hal ini menunjukkan secara implisit bahwa tujuan kebijakan moneter di Indonesia adalah menjaga kestabilan harga (inflasi). UU No. 23 Tahun 1999 mulai diterapkan pada awal tahun 2000. Bank Indonesia mengumumkan target inflasi yang ingin dicapai setiap tahunnya. Sejak saat itu, target inflasi menjadi elemen penting dalam kebijakan moneter, utamanya karena target tersebut
diumumkan secara eksplisit kepada publik. Dengan demikian, penetapan sasaran inflasi menjadi sesuatu yang mengikat dalam setiap perumusan kebijakan moneter Bank Indonesia. Penetapan inflasi sebagai satusatunya sasaran akhir dalam sebuah kebijakan moneter seringkali disebut dengan Inflation Targeting Framework (ITF). Akan tetapi, kerangka kebijakan moneter yang dipraktekkan Bank Indonesia berdasarkan Undang-Undang No. 23 Tahun 1999 masih dikategorikan sebagai Inflation Targeting Lite, yaitu penerapan ITF secara parsial atau dikatakan ringan. Kerangka kebijakan ini masih tercampur dengan komitmen untuk mencapai tujuan kebijakan yang lain. Artinya stabilitas inflasi bukanlah satu-satunya tujuan Bank Indonesia. Hal tersebut kemudian berubah ketika Bank Indonesia menjadikan UndangUndang No. 3 Tahun 2004 Pasal 7 sebagai sebuah landasan baru dalam membuat kebijakan moneter. Hal ini bisa dikatakan sebagai batu loncatan bagi Bank Indonesia dari menerapkan inflation targeting lite menuju full-fledged inflation targeting. Artinya, dengan dikeluarkannya UndangUndang No. 3 Tahun 2004 Pasal 7 maka Bank Indonesia bisa dibilang menganut
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 16 | November 2013
This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. Please use purchased version to remove this message.
ISSN 1412 – 2936 Inflation Targeting Framework secara penuh. Itu menandakan tujuan akhir kebijakan moneter difokuskan untuk menjaga stabilitas inflasi saja. Dalam penerapan full-fledged inflation targeting, sebenarnya desain kerangka kebijakan moneter masih sangat memungkinkan untuk dibuat fleksibel khususnya pada masa-masa awal penerapannya. Jenis, kisaran (range), level, dan periode pencapaian target inflasi, serta juga prosesnya dapat disesuaikan dengan karakteristik perekonomian negara berkembang yang pada umumnya memiliki variabilitas inflasi yang tinggi. Di level operasional, target operasional (baik suku bunga maupun agregat moneter) juga dapat digunakan secara bersama-sama untuk secara gradual diarahkan menjadi satu target operasional saja yang akan mewakili stance kebijakan moneter. Demikan pula halnya dengan tingkat transparansi dan akuntabilitas yang dapat diupayakan secara bertahap. Namun, yang harus selalu diingat disini adalah bahwa fleksibilitas tersebut mempunyai trade-off dengan kredibilitas sehingga desain ITF yang fleksibel tersebut memang dimaksudkan untuk digunakan selama masa transisi. Selain itu, fleksibilitas juga harus dibatasi sepanjang tidak mengaburkan kerangka kebijakan ITF. Dalam kerangka ITF, Bank Indonesia akan mengumumkan sasaran inflasi untuk setiap tahunnya. Setiap periode Bank Indonesia mengevaluasi apakah proyeksi inflasi ke depan masih sesuai dengan sasaran yang telah ditetapkan. Proyeksi ini dilakukan dengan sejumlah model dan sejumlah informasi yang dapat menggambarkan kondisi inflasi ke depan berdasarkan fakta yang ada di lapangan pada saat itu. Jika proyeksi inflasi sudah tidak kompatibel dengan sasaran, Bank Indonesia melakukan respon dengan menggunakan instrumen yang dimiliki. Misalnya jika proyeksi inflasi telah melampaui sasaran, maka Bank Indonesia akan cenderung melakukan pengetatan moneter. Tujuannya tentu agar inflasi aktual kembali mendekati target inflasi.
Penerapan ITF di berbagai negara, khususnya negara berkembang seperti Indonesia, seringkali menimbulkan pro dan kontra. Pihak yang pro mengatakan bahwa penerapan ITF menuntut komitmen yang tinggi dari otoritas moneter untuk mencapai target inflasi yang telah ditetapkan. Tugas otoritas moneter menjadi terfokus. Sementara itu, pihak yang kontra mengatakan bahwa penerapan ITF di Indonesia belum waktunya mengingat belum terpenuhinya beberapa prakondisi yang diperlukan, yaitu posisi fiskal yang kuat, kestabilan makroekonomi, dan pasar keuangan yang mapan. Pihak yang pro berpendapat bahwa pada hakikatnya prakondisi untuk ITF juga berlaku bagi hampir semua kerangka kerja kebijakan moneter. Selain itu, pengalaman di beberapa negara menunjukkan bahwa keberadaan prakondisi tersebut tidak bersifat mutlak ketika ingin menerapkan kerangka ITF, dan penerapan ITF dapat dilakukan secara bertahap dari yang lite sampai menjadi full-fledged. Belum terpenuhinya beberapa prakondisi ITF dapat disikapi dengan penerapan ITF yang sifatnya fleksibel, namun tetap dengan mengedepankan kejelasan baik dalam hal inflasi sebagai sasaran tunggal kebijakan moneter maupun dalam hal komitmen bank otoritas moneter dalam merumuskan respon kebijakan yang diarahkan untuk mencapai target inflasi yang ditetapkan. Pilihan ITF yang fleksibel akan lebih optimal daripada melaksanakan kebijakan moneter tanpa kejelasan kerangka kerja. Dengan penekanan pada tujuan kestabilan harga, pertanyaan penting yang kemudian muncul adalah kerangka kerja kebijakan moneter seperti apa yang paling sesuai dengan UU No. 23 Tahun 1999. Keberadaan target inflasi yang diumumkan kepada publik dan penetapan sasaran moneter yang diarahkan kepada pencapaian target inflasi tersebut sangat sesuai dengan kerangka ITF. Dalam terminologi kebijakan moneter, sasaran inflasi dapat dianggap sebagai overriding objective atau juga sebagai sasaran antara, sedangkan besaran moneter (agregat moneter atau suku bunga) sebagai operating target.
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 16 | November 2013
This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. Please use purchased version to remove this message.
ISSN 1412 – 2936 Fitur lain yang sangat penting dalam kerangka ITF seperti independensi, transparansi, dan akuntabilitas juga mendapat porsi penting dalam UU No. 23 Tahun 1999. Berbeda dengan UU No. 13 Tahun 1968 yang menempatkan Bank Indonesia sebagai pembantu pemerintah dalam melaksanakan keputusan-keputusan yang ditetapkan Dewan Moneter, dalam UU No. 23 Tahun 1999 ini Bank Indonesia ditetapkan sebagai lembaga negara yang independen yang bebas dari campur tangan pemerintah (Pasal 4). Independensi ini ditegaskan pula dengan ketentuan bahwa pemerintah dan pihak lain diluar Bank Indonesia dilarang melakukan segala
bentuk campur tangan terhadap pelaksanaan tugas Bank Indonesia. Dalam perjalannya ITF tidaklah menuai hasil seperti yang diharapkan. Target inflasi yang sudah ditetapkan seringkali tidak sesuai dengan inflasi aktual. Bank Indonesia terlihat masih menemui banyak kendala untuk mengontrol laju inflasi. Hal ini tentu harus diperbaiki oleh Bank Indonesia untuk memperbaiki kredibilitas mereka di mata masyarakat Indonesia. Bank Indonesia harus bisa menentukan instrumen kebijakan yang tepat agar inflasi aktual berada pada kisaran yang diharapkan atau sesuai dengan target inflasi.
Tabel 1. Target Inflasi dan Inflasi Aktual di Indonesia, 2001-2011 Tahun Target Inflasi Inflasi Aktual (%, yoy) 2001 4%-6% 12,55 2002 9%-10% 10,03 2003 9±1% 5,06 2004 5,5±1% 6,40 2005 6±1% 17,11 2006 8±1% 6,60 2007 6±1% 6,59 2008 5±1% 11,06 2009 4,5±1% 2,78 2010 5±1% 6,96 2011 5±1% 3,79 Sumber: Bank Indonesia
Inflasi aktual yang seringkali tidak sesuai dengan target inflasi bisa jadi akan mengurangi keyakinan para pelaku ekonomi tentang kredibilitas sasaran inflasi dan kerangka kerja kebijakan moneter yang ditempuh bank Indonesia. Akhirnya perilaku pelaku ekonomi menjadi backward looking dan inflasi cenderung menjadi lebih sulit untuk dikontrol dan tidak mudah dipengaruhi oleh kebijakan moneter secara cepat. Penelitian mengenai kredibilitas pernah dilakukan oleh Harmanta, Bathaluddin dan Waluyo (2011). Hasilnya cukup beragam karena penggunaan data dan cara penghitungan yang berbeda. Secara umum, hasil penelitian menunjukkan bahwa kredibilitas kebijakan moneter Bank Indonesia periode 20002009 belum sepenuhnya sempurna (imperfect credibility). Hal ini perlu pembuktian lebih lanjut mengingat Bank
Indonesia mengubah kerangka kebijakan moneternya dari inflation targeting lite menjadi full-fledged inflation targeting pada tahun 2005 (Arimurti dan Trisnanto, 2011). Akan lebih menarik jika membandingkan kredibilitas Bank Indonesia selama dua periode tersebut. - Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat seberapa besar kredibilitas bank Indonesia, khususnya selama periode fullfledged inflation targeting (2005-2012). Selanjutnya, kredibilitas Bank Indonesia akan dibandingkan selama periode inflation targeting lite (2000-2004). KAJIAN PUSTAKA - Kredibilitas Bank Sentral Menurut pendapat Giavazzi dan Pagano, kredibilitas sebagai ukuran mengenai bagaimana pembuat kebijakan bisa mempengaruhi kejadian-kejadian di
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 16 | November 2013
This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. Please use purchased version to remove this message.
ISSN 1412 – 2936 masa mendatang dengan memberikan pengumuman mengenai kebijakan yang akan dilakukan saat ini. Blinder (1999) menyatakan kredibilitas sebagai 'perbuatan yang sesuai dengan perkataan'. Kesesuaian antara kata dan tindakan atau janji dan fakta adalah apa yang sebenarnya menjadi inti dari kredibilitas. Bank sentral dianggap kredibel jika sasaran yang telah ditetapkan bisa dicapai pada akhirnya. Sementara itu, Svensson (1999) yang menyatakan bahwa kebijakan moneter yang kredibel tercermin dalam hubungan dekat antara target inflasi dengan ekspektasi pelaku ekonomi. Agenor dan Taylor (1993) pernah melakukan penelitian mengenai kredibilitas Agenor dan Taylor menyatakan bahwa penelitian yang hampir serupa pernah dilakukan Christensen (1987) dimana dia menggunakan variabel nilai tukar yang dianggap mampu mewakili variabel kredibilitas. Penelitian-penelitian tersebut menunjukkan bahwa kredibilitas bank sental bisa dinilai berdasarkan banyak hal. Akan tetapi, secara umum sepakat bahwa ketika mampu memenuhi targetnya maka bank sentral akan disebut kredibel. Sebaliknya ketika targetnya tidak tercapai maka bank sentral akan dinilai tidak kredibel. Tingkat kredibilitas umumnya berkisar antara 0 (tidak kredibel) sampai 1 (kredibel sempurna). Cecchetti dan Krause (2002) merumuskan pengukuran kredibilitas sebagai berikut:
Dengan πe adalah ekspektasi inflasi pelaku ekonomi (sektor swasta) dan πtarget adalah target inflasi bank sentral. Mengacu pada rumus di atas, ketika ekspektasi inflasi sama atau melebihi batas atas 20%, maka indeks kredibilitas akan menjadi 0 (tidak kredibel). Tidak seperti langkahlangkah sebelumnya, Cecchetti dan Krause tidak memberlakukan hukuman simetris dan di mana saja ekspektasi inflasi yang
lebih rendah dari target, maka otoritas moneter dianggap sempurna kredibel. Pengukuran jenis ini sebenarnya melihat kredibilitas bank sentral berdasarkan pandangan para pelaku ekonomi. Para pelaku ekonomi akan melakukan penilaian terkait kinerja bank Indonesia pada periode-periode sebelumnya, kemudian mereka akan menentukkan apakah target inflasi yang dicanangkan bank Indonesia itu masuk akal atau tidak. Kalau ada anggapan target inflasi bank Indonesia tidak masuk akal maka pelaku ekonomi akan membentuk ekspektasi inflasi sendiri berdasarkan pandangan mereka. Neuenkirch dan Tillman (2012) juga menyatakan pandangannya terkait pengukuran kredibilitas bank sentral. Mereka menyatakan bahwa kredibilitas ( ) itu mencerminkan kinerja inflasi masa lalu dan dimodelkan sebagai fungsi dari deviasi absolut dari rata-rata inflasi masa lalu terhadap target inflasi.
Rumus di atas menandakan kalau kredibilitas bank sentral itu diukur berdasarkan kinerja mereka dalam mencapai kisaran inflasi yang telah ditargetkan. Ketika inflasi aktual jauh berbeda dengan target inflasi, maka bank sentral akan dinilai tidak kredibel. Sebaliknya, ketika inflasi aktual semakin mendekati atau bahkan sesuai dengan target inflasi maka bank sentral akan dinilai kredibel. Sebagai alternatif pengukuran dari kredibilitas kebijakan moneter, Valentin dan Rozalia (2008) menawarkan metode pengukuran kredibilitas otoritas moneter dengan rumus sebagai berikut:
Dengan πe adalah ekspektasi inflasi pelaku ekonomi (sektor swasta) dan πtar adalah target inflasi bank sentral. Untuk ilustrasi, ketika ekspektasi inflasi sempurna sesuai target (πe = πtar), maka indeks akan mendapatkan kredibilitas 1 (atau
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 16 | November 2013
This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. Please use purchased version to remove this message.
ISSN 1412 – 2936 kredibilitas yang sempurna). Sebaliknya, jika ekspektasi inflasi dua kali target inflasi atau lebih, maka indeks kredibilitas akan bernilai nol atau tidak kredibel. Metode pengukuran ini pada dasarnya tidak jauh beda dengan pandangan Cecchetti dan Krause (2002). METODE PENELITIAN - Jenis Penelitian Penelitian ini disusun dengan pendekatan positivis. Data yang digunakan berupa data sekunder yang berasal dari Bank Indonesia. Data tersebut nantinya akan diolah supaya nantinya bisa memberikan jawaban terhadap rumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini. - Jenis dan Sumber Data Data yang akan digunakan dalam penelitian ini berupa data sekunder yang meliputi: 1. Inflasi Triwulanan (year-on-year) tahun 2000-2012. Sumber data berasal dari Bank Indonesia. 2. Target Inflasi dari tahun 2000-2012. Sumber data berasal dari Bank Indonesia. - Teknik Analisis Data Data inflasi aktual dan target inflasi yang ada diolah untuk mengetahui kredibilitas Bank Indonesia. Kredibilitas Bank Indonesia tersebut akan dihitung dengan rumus sebagai berikut:
bahwa orang-orang mengharapkan harga meningkat tahun ini pada tingkat yang sama sebagaimana tahun lalu, artinya πe = πt-1. Sehingga nantinya kredibilitas akan diukur dengan membandingkan antara target inflasi dengan inflasi aktual di periode sebelumnya (inflasit-1), seperti dalam persamaan di atas. Pendapat ini sebenarnya mendapat sanggahan dari penyataan Neuenkirch dan Tillman (2012) bahwa kredibilitas harusnya dihitung dengan membandingkan rata-rata inflasi di masa lalu dan target inflasi. Artinya perhatiannya tidak hanya tertuju pada inflasit-1 saja, melainkan juga pada inflasit-2, inflasit-3, inflasit-4, dan seterusnya, kemudian dihitung rata-ratanya. Akan tetapi, hasil penelitian Alamsyah (2008) seperti mementahkan pendapat ini. Dalam penelitiannya, Alamsyah menyatakan bahwa inflasit-1 masih mempengaruhi pembentukan inflasi pada periode t (inflasit) tetapi tidak dengan inflasit-2. Kalaupun inflasit-2 memiliki pengaruh, itu pun pengaruhnya sangatlah kecil. Disini bisa disimpulkan bahwa masyarakat cenderung sangat memperhatikan capaian inflasi pada satu periode sebelumnya (inflasit-1), sedangkan capaian inflasi pada periode inflasit-2 dan seterusnya kurang mendapat perhatian dari masyarakat. Sehingga rasanya cukup bisa diterima jika persamaan ini digunakan untuk mengukur kredibilitas.
Rumus ini merupakan penggabungan antara pendapat Cecchetti dan Krause (2002), Neuenkirch dan Tillman (2012), serta Valentin dan Rozalia (2008). Penghitungan kredibilitas di atas dirasa sesuai dengan pendapat Blinder bahwa kredibilitas adalah perbuatan yang sesuai dengan perkataan. Dalam hal ini diartikan sebagai selisih antara target inflasi dan inflasi aktual. Persamaan ini dibentuk dengan mengubah ekspektasi inflasi (πe) dengan inflasit-1 (πt-1). Perubahan ini sesuai dengan pernyataan Mankiw (2007) mengenai ekspektasi adaptif. Asumsi ini beranggapan
ANALISIS DAN PEMBAHASAN Selama tahun 2000-2012 kredibilitas bank Indonesia cenderung sangat fluktuatif (liat Grafik 1). Fluktuasi ini tentu dilatarbelakangi oleh barbagai macam hal, tergantung pada kondisi dari setiap periode. Pada awal tahun 2000an kita bisa melihat bahwa kredibilitas bank Indonesia cenderung rendah. Hal ini bisa jadi disebabkan oleh banyak hal. Krisis tahun 1998 tentu merupakan salah satu penyebabnya. Bank Indonesia seringkali dinilai punya “peran penting” yang menyebabkan terjadinya krisis tersebut. Tentu bukan perkara mudah bagi bank Indonesia untuk mengembalikan kredibilitasnya di mata masyarakat Indonesia setelah terjadinya krisis. Bahkan setelah dua tahun pasca krisis pun efeknya
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 16 | November 2013
This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. Please use purchased version to remove this message.
ISSN 1412 – 2936 masih sangat terasa. Butuh waktu yang cukup panjang agar masyarakat kembali
mempercayai setiap kebijakan diambil oleh bank Indonesia.
yang
Grafik 1. Kredibilitas Bank Indonesia Tahun 2000-2012 1.0
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0 2000
2002
2004
2006
2008
2010
2012
KREDIBILITAS
Sumber: Data diolah
Selain krisis tahun 1998, ada hal lain yang bisa jadi merupakan penyebab rendahnya kredibilitas Bank Indonesia. Terbitnya Undang-Undang No. 23 Tahun 1999 membuat Bank Indonesia memasuki sebuah era baru dalam sejarah moneter di Indonesia. Selain menjadi lembaga yang independen, Bank Indonesia juga mempunyai tujuan yaitu mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Maksud dari mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah ini adalah dengan mengontrol stabilitas harga atau inflasi. Sebuah kerangka kebijakan yang sering dikenal sebagai Inflation Targeting Framework (ITF). Akan tetapi, ITF pada awal tahun 2000an ini masih dikategorikan sebagai Inflation Targeting Lite karena masih tercampur dengan komitmen untuk mencapai tujuan kebijakan yang lain. Saat pertama kali menerapkan ITF, tentu tidak mudah bagi bank Indonesia untuk menarik simpati masyarakat. Banyak pihak yang meragukan bank Indonesia bisa mencapai target inflasi yang telah ditetapkan. Rasanya cukup masuk akal jika kredibilitas bank Indonesia cukup rendah apalagi ditambah faktor krisis yang terjadi pada tahun 1998. Dalam kondisi ini, Bank Indonesia dituntut untuk melakukan respon kebijakan moneter yang bersifat memaksimalkan perkembangan yang positif sementara menekan seminimal mungkin risiko yang ada. Dalam tahun 2000 laju pertumbuhan
ekonomi yang dicapai cukup tinggi, ditunjang pula oleh perbaikan kinerja ekspor dan investasi. Bagi Indonesia yang sedang berusaha memulihkan diri dari krisis, pertumbuhan ekonomi yang relatif tinggi ini menunjukkan percepatan pemulihan yang sangat dibutuhkan dalam melangkah lebih jauh kedepan, dan oleh karenanya sangat mahal bagi Indonesia kalau proses pemulihan ini berjalan mundur. Di samping itu tentunya diharapkan pertumbuhan ekonomi yang relatif tinggi ini dapat disertai dengan "economic cost" –dalam hal ini laju inflasi– yang minimal agar pemulihan ekonomi dapat berkesinambungan. Pilihan yang ditempuh Bank Indonesia dalam tahun 2000 oleh karenanya merupakan pilihan kebijakan moneter yang cenderung ketat (tight bias). Ini berarti kebijakan moneter diarahkan guna menyerap kelebihan likuiditas agar tidak menambah tekanan terhadap inflasi dan nilai tukar rupiah, namun dengan menghindari kenaikan suku bunga yang drastis dan berlebihan. Kenaikan suku bunga yang drastis dan berlebihan dikhawatirkan akan mengancam kelangsungan proses restrukturisasi utang dan perbankan yang sedang berjalan serta kesinambungan keuangan Pemerintah, yang pada akhirnya dapat mengancam pemulihan perekonomian yang telah dengan susah payah kita usahakan.
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 16 | November 2013
This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. Please use purchased version to remove this message.
ISSN 1412 – 2936 Untuk itu Bank Indonesia telah berupaya semaksimal mungkin melakukan kebijakan moneter yang mendorong kearah itu. Namun harus diakui pula bahwa dalam pelaksanannya, upaya ini menghadapi permasalahan yang menyebabkan Bank Indonesia selaku otoritas moneter dihadapkan pada dilema. Tekanan inflasi dan gejolak nilai tukar yang telah terasa sejak pertengahan tahun, yang menjadi dasar asumsi sasaran inflasi, membuat Bank Indonesia harus berupaya agar tekanan tersebut tidak menjadi persisten dan dapat menimbulkan ekspektasi inflasi yang tinggi. Namun di sisi lain harus pula diakui bahwa upaya ini tidaklah mudah. Upaya pengetatan yang berlebihan dapat menjadi kontra produktif terhadap pemulihan perekonomian. Disamping itu kondisi perbankan yang masih mengalami konsolidasi menyebabkan transmisi moneter menjadi terganggu dan mengharuskan kehatihatian yang lebih tinggi dalam pelaksanaan kebijakan moneter. Di tengah berbagai upaya yang dilakukan Bank Indonesia di atas, masih terdapat beberapa permasalahan yang mengganggu yang terkait dengan pelaksanaan tugas Bank Indonesia di masa lalu, khususnya dalam upaya Bank Indonesia, dan Pemerintah pada waktu itu, merespon krisis yang dihadapi. Permasalahan BLBI sempat berlarut-larut dan mengganggu konsentrasi manajemen Bank Indonesia. Untuk ini, penyelesaian BLBI yang telah disepakati antara Pemerintah dan Bank Indonesia diharapkan dapat menjadi modal dasar agar masalah BLBI ini tidak terus membebani. Permasalahan lainnya yang menonjol adalah permasalahan sekitar pelaksanaan Undang-undang No. 23 Tahun 1999 yang masih belum dapat berjalan mulus sebagaimana diharapkan, khususnya menyangkut aspek independensi. Menjelang akhir tahun 2000, masalah bahkan mengkristal dengan mencuatnya gagasan untuk melakukan amandemen terhadap undang-undang yang belum berumur dua tahun ini. Munculnya permasalahan ini telah pula menyita perhatian dan sumber daya Bank
Indonesia yang tidak sedikit selama tahun 2000. Memasuki awal tahun 2000, perekonomian Indonesia diwarnai oleh nuansa optimisme yang cukup tinggi. Tanda-tanda awal dari proses pemulihan ekonomi telah mulai nampak sejak triwulan III tahun 1999. Stabilitas moneter juga terkendali, sebagaimana tercermin dari pencapaian tingkat inflasi yang rendah dan nilai tukar yang menguat hingga akhir tahun 1999. Kondisi sosial-politik dan keamanan pada waktu itu sudah membaik, dengan proses pelaksanaan pemilihan pimpinan nasional yang dinilai berjalan lancar dan demokratis. Berbagai perkembangan yang menggembirakan tersebut telah memungkinkan terjadinya penurunan suku bunga lebih lanjut hingga akhir tahun 1999 dan menggairahkan pasar modal sehingga proses pemulihan ekonomi mendapatkan momentumnya kembali. Dengan sejumlah perkembangan yang positif tersebut dan memperhatikan kondisi fundamental ekonomi terutama tingkat penggunaan kapasitas produksi nasional yang masih rendah serta perekonomian dunia yang kondusif, Bank Indonesia memprakirakan pertumbuhan ekonomi dapat mencapai 3,0%–4,0% pada tahun 2000. Sejalan dengan itu, Bank Indonesia menetapkan sasaran laju inflasi di luar dampak kebijakan pemerintah di bidang harga dan pendapatan sebesar 3,0%–5,0%. Kebijakan pemerintah di bidang harga dan pendapatan tersebut diprakirakan dapat menimbulkan kenaikan laju inflasi sekitar 2,0% diatas sasaran tersebut. Untuk mencapai sasaran inflasi tersebut, pertumbuhan uang primer ditetapkan sebesar 8,3% dari posisi target akhir tahun 1999. Dalam perkembangannya, pada tahun 2000 beberapa indikator menunjukkan bahwa proses pemulihan ekonomi nampak semakin menguat. Pertumbuhan ekonomi meningkat lebih tinggi dari yang diprakirakan semula menjadi 4,8%. Beberapa faktor seperti membaiknya permintaan domestik, masih kompetitifnya nilai tukar rupiah, serta situasi ekonomi dunia yang membaik, telah memungkinkan sejumlah sektor ekonomi,
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 16 | November 2013
This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. Please use purchased version to remove this message.
ISSN 1412 – 2936 termasuk sektor usaha kecil dan menengah (UKM), meningkatkan kegiatan usaha mereka, baik untuk memenuhi konsumsi domestik maupun ekspor. Beberapa kemajuan juga dicapai dalam proses restrukturisasi perbankan, penjadwalan kembali utang luar negeri pemerintah, serta penyelesaian masalah Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI) antara Bank Indonesia dan Pemerintah. Namun demikian, sejumlah permasalahan mendasar dan faktor ketidakpastian masih berlanjut dan menjadi kendala bagi proses pemulihan ekonomi secara lebih cepat dan berkelanjutan. Dibandingkan dengan negara-negara Asia lainnya yang mengalami krisis serupa, proses pemulihan ekonomi di Indonesia juga relatif lebih lambat. Secara mikro, masih banyaknya kendala yang membatasi percepatan investasi swasta menimbulkan kekhawatiran akan kesinambungan pemulihan ekonomi dalam jangka menengah. Ekspansi kredit perbankan masih relatif terbatas meskipun secara umum kondisi perbankan telah membaik. Kemajuan dalam proses restrukturisasi utang perusahaan dan utang luar negeri swasta juga belum secepat yang diharapkan. Besarnya beban pengeluaran pemerintah, terutama untuk pembayaran bunga utang dan subsidi, mengakibatkan terbatasnya stimulus fiskal untuk mendorong pemulihan ekonomi dan kekhawatiran akan kesinambungan fiskal dalam jangka menengah panjang. Nuansa optimisme yang tinggi di awal tahun mengenai akan terjadinya perbaikan di bidang politik, keamanan, dan hukum di dalam negeri ternyata juga belum dapat terwujud. Dengan berbagai permasalahan mendasar dan faktor ketidakpastian tersebut, proses pemulihan ekonomi selama tahun 2000 telah dibarengi dengan meningkatnya tekanan terhadap nilai tukar rupiah dan laju inflasi. Nilai tukar rupiah cenderung melemah dan bergejolak sejak bulan Mei 2000 sejalan dengan memanasnya kondisi politik dan keamanan dalam negeri, di samping tekanan yang muncul dari kesenjangan permintaan dan penawaran di pasar valuta asing. Sementara itu, tekanan terhadap laju inflasi semakin meningkat sehubungan
dengan relatif lambatnya sisi penawaran dalam mengimbangi kenaikan sisi permintaan akibat berbagai permasalahan struktural ekonomi yang masih ada. Tekanan inflasi juga muncul sebagai dampak dari kebijakan pemerintah di bidang harga dan pendapatan, serta melemahnya nilai tukar rupiah. Berbagai perkembangan tersebut menyebabkan inflasi melampaui sasaran yang ditetapkan pada awal tahun. Kondisi ekonomi dan inflasi seperti yang digambarkan di atas telah menyebabkan perumusan dan pelaksanaan kebijakan moneter oleh Bank Indonesia dalam tahun 2000 menjadi lebih sulit dan dilematis. Di satu sisi, meningkatnya tekanan inflasi dan nilai tukar rupiah menuntut Bank Indonesia untuk melakukan pengetatan di bidang moneter. Akan tetapi, di sisi lain pengetatan moneter ini tidak dapat dilakukan secara drastis dan berlebihan karena akan mengancam kelangsungan proses penyehatan perbankan dan restrukturisasi perusahaan yang masih rentan. Kegagalan dalam bidang-bidang tersebut pada gilirannya dapat menyebabkan hilangnya kepercayaan publik terhadap prospek pemulihan ekonomi secara keseluruhan. Hal ini dapat menjadi pemicu bagi kembalinya lingkaran depresiasi nilai tukar dan kenaikan laju inflasi (depreciation–inflation spiral) seperti yang terjadi pada puncak krisis ekonomi yang lalu. Setelah awal tahun 2000an ada beberapa periode dimana kredibilitas bank Indonesia mengalami penurunan yang cukup tajam. Beberapa diantaranya tahun 2005 dan 2008. Penurunan kredibilitas pada tahun 2005 bisa jadi disebabkan karena saat itu mulai beralih dari inflation targeting lite menuju full-fledged inflation targeting. Hal ini terkait dengan diumumkan Undang-Undang No. 3 Tahun 2004 Pasal 7 sebagai sebuah landasan baru dalam membuat kebijakan moneter. Dengan dikeluarkannya Undang-Undang No. 3 Tahun 2004 Pasal 7 maka Bank Indonesia bisa dibilang menganut Inflation Targeting Framework secara penuh. Artinya bank Indonesia hanya dibebani tujuan tunggal yaitu menjaga stabilitas harga.
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 16 | November 2013
This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. Please use purchased version to remove this message.
ISSN 1412 – 2936 Perlu diingat bahwa pencapaian bank Indonesia ketika menerapkan inflation targeting lite (selama tahun 2000-2005) tidak bisa dikatakan menuai hasil yang memuaskan. Buktinya selama periode itu target inflasi yang ditetapkan seringkali tidak sesuai dengan inflasi aktual (lihat tabel 1). Tentunya melihat fakta tersebut, masyarakat tidak bisa langsung percaya begitu saja bahwa bank Indonesia akan benar-benar fokus menjaga stabilitas harga serta mampu mencapai target inflasi yang telah ditetapkan. Alasan yang disebutkan di atas sebenarnya sangat masuk akal. Akan tetapi, ada hal lain yang bisa jadi membuat masyarakat meragukan bank Indonesia. Pada tahun 2005 ketidakseimbangan keuangan global dan melonjaknya harga minyak internasional, memicu ketidakstabilan makroekonomi di dalam negeri. Nilai tukar mulai berfluktuasi dan inflasi mulai menghantui. Akselerasi inflasi semakin meningkat sejak kenaikan harga BBM bulan Oktober 2005 hingga mencapai 17,1% di tahun 2005. Perjalanan perekonomian Indonesia selama 2005 dan 2006 menunjukkan bahwa perekonomian domestik dapat dengan cepat dipengaruhi perkembangan ekonomi global yang semakin bergerak dinamis. Dengan ketahanan makroekonomi yang masih lemah, kestabilan perekonomian pada 2005 dengan mudah dapat terguncang akibat melonjaknya harga minyak, yang pada gilirannya mengharuskan Pemerintah melakukan reformasi kebijakan fiskal dengan mengurangi subsidi BBM dan Bank Indonesia menempuh kebijakan moneter ketat. Namun, dengan ketahanan makroekonomi yang lebih baik, selama 2006 kestabilan makroekonomi dapat terus dipertahankan. Pada 2006, perekonomian Indonesia memiliki kemampuan yang lebih baik dalam menyerap berbagai sumber ketidakstabilan makroekonomi, termasuk gejolak kenaikan harga minyak dunia dan berlanjutnya siklus kebijakan moneter ketat Federal Reserve. Kemajuan ini tidak terlepas dari semakin baiknya kredibilitas kebijakan makroekonomi yang ditopang oleh keterpaduan antara kebijakan moneter
yang secara konsisten memelihara kestabilan nilai rupiah dan komitmen kebijakan fiskal dalam memelihara kesinambungan fiskal. Pada pengujung 2006, konsistensi dan komitmen dalam menjaga kredibilitas juga mendapat tantangan menyusul langkah yang dilakukan Bank of Thailand yang mengambil kebijakan untuk membatasi lalu lintas modal jangka pendek. Guncangan di pasar finansial regional yang mencerminkan kegamangan pasar menyusul langkah kebijakan Bank of Thailand terhadap kemungkinan langkah susulan dari bank sentral lain, termasuk Bank Indonesia, ternyata tidak berkelanjutan. Bank Indonesia dapat meyakinkan pelaku pasar finansial bahwa sistem devisa bebas yang telah dianut di Indonesia selama ini masih sejalan dengan kepentingan ekonomi nasional yang lebih luas. Sementara itu, rambu-rambu yang membatasi pergerakan lalu lintas devisa jangka pendek yang telah diterapkan sejauh ini juga telah mampu mendukung terciptanya kestabilan makroekonomi. Pengalaman yang dapat ditarik dari pengalaman di berbagai negara dalam mengatur pergerakan lalu lintas devisa jangka pendek menunjukkan bahwa terlalu seringnya suatu kebijakan diubah dapat menimbulkan ketidakpastian yang justru dapat memperlemah kredibilitas yang telah dengan susah payah diraih. Pada tahun pertama beralih ke fullfledged inflation targeting, bank Indonesia langsung dihadapkan pada berbagai masalah yang cukup kompleks. Hal ini tentu berakibat pada keraguan masyarakat bahwa bank Indonesia bisa mencapai target inflasi. Sehingga secara otomatis kredibilitas bank Indonesia menjadi turun di mata masyarakat. Tahun 2008 bisa dibilang merupakan tahun terakhir dimana bank Indonesia mengalami penurunan kredibilitas yang cukup tajam. Alasannya cukup jelas, pada tahun tersebut sedang terjadi krisis global. Krisis global diawali dengan kondisi pasar keuangan yang mengalami gejolak cukup besar. Gejolak di pasar keuangan AS yang berawal dari krisis perumahan di AS menyebar dan
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 16 | November 2013
This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. Please use purchased version to remove this message.
ISSN 1412 – 2936 berkembang menjadi krisis likuiditas dan solvabilitas di lembaga-lembaga keuangan besar. Kejatuhan yang sama segera menyebar hingga mencapai pasar saham di seluruh dunia (Bank Indonesia, 2008). Pada triwulan I 2009, dampak krisis ekonomi global yang mencapai puncaknya pada triwulan IV 2008 terlihat masih sangat terasa. Risiko dan ketidakpastian di pasar keuangan global masih tinggi dipicu oleh memburuknya kinerja lembaga-lembaga keuangan terkemuka, seperti Citigroup, American International Group (AIG), dan Bank of America (BoA). Kondisi tersebut mengakibatkan investor mengurangi penempatan dananya (deleveraging) di pasar kredit dan pasar modal dan menempatkan ke aset yang berisiko rendah, khususnya surat berharga pemerintah AS (risk free assets). Di samping itu, investor juga cenderung
mengurangi penempatan dananya di negara-negara emerging markets. Berbagai dampak dari krisis global ini bisa menjadi alasan yang kuat dibalik menurunnya kredibilitas bank Indonesia selama tahun 2008. Akan tetapi, dampak dari krisis global ini tidak terlalu berlarutlarut. Tahun 2009 tingkat inflasi mulai kembali normal. Bank Indonesia bisa jadi sudah belajar banyak dari krisis tahun 1998. Agar lebih menarik, kredibilitas bank Indonesia pada periode inflation targeting lite bisa dibandingkan dengan periode full-fledged inflation targeting. Pada periode full-fledged inflation targeting bank Indonesia sudah jauh lebih kredibel dari sudut pandang masyarakat jika dibandingkan dengan periode inflation targeting lite.
Tabel 2. Perbandingan Kredibilitas Bank Indonesia Pada Periode Inflation Targeting Lite dan Full-Fledged Inflation Targeting Periode Kredibilitas Bank Indonesia Inflation Targeting Lite (2000-2004) 0,751 Full-Fledged Inflation Targeting (20050,845 2012) Sumber: Data diolah
Pada periode inflation targeting lite, penghitungan rata-rata kredibilitas bank sentral diperoleh nilai sebesar 0,751. Tentu kredibilitas bank Indonesia tersebut tidak bisa dinilai buruk. Nilai yang cukup baik meskipun baru pertama kali menerapkan sistem inflation targeting framework. Untuk periode full-fledged inflation targeting ternyata kredibilitas bank Indonesia mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Rata-rata kredibilitas bank Indonesia pada periode tersebut yaitu sebesar 0,845. Kenaikan ini bisa dinilai sebagai prestasi tersendiri bagi Bank Indonesia mengingat pada periode tersebut sempat terjadi krisis global tahun 2008. Selain itu, kredibilitas bank Indonesia penting untuk terus ditingkatkan karena sangat mempengaruhi proses disinflasi (Davis, 2012). Banyak penelitian lain juga menunjukkan bahwa strategi disinflasi tersebut sangat dipengaruhi oleh kredibilitas kebijakan moneter. Apabila kebijakan moneter belum sepenuhnya
kredibel (imperfect credibility) maka agen ekonomi belum sepenuhnya percaya apakah kebijakan moneter dapat mencapai target inflasi sehingga learning process agen ekonomi terhadap target inflasi otoritas moneter berjalan lambat (Harmanta et al., 2011). Hasil penelitian ini seperti menunjukkan efek positif dari penerapan full-fledged inflation targeting. Perbedaan penting antara inflation targeting lite seperti yang dipraktikkan Bank Indonesia Pasca UU No. 23 Tahun 1999 dengan full-fledged inflation targeting adalah bahwa bagi rezim inflation targeting lite pengumuman target inflasi masih disertai dengan komitmen untuk mencapai tujuan kebijakan lain seperti target agregat moneter atau target nilai tukar. Bagi rezim full-fledged inflation targeting, tujuan lain selain inflasi hanya sebagai subordinat, tetapi tidak dengan serta merta dihilangkan dalam formulasi kebijakan (Schaechter, 2000). Dalam fullfledged inflation targeting, proyeksi inflasi
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 16 | November 2013
This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. Please use purchased version to remove this message.
ISSN 1412 – 2936 difungsikan sebagai semacam sasaran antara yang mengarahkan stance kebijakan, sedangkan operasionalisasi kebijakan dilakukan secara transparan sehingga tentunya dapat meningkatkan akuntabilitas dan kredibilitas kebijakan. Pendapat ini dapat dibuktikan dengan melihat tabel 2 di atas dimana penerapan full-fledged inflation targeting menyebabkan meningkatnya kredibilitas bank Indonesia. KESIMPULAN Kredibilitas bank Indonesia sangat fluktuatif selama tahun 2000-2012. Akan tetapi, jika dibandingkan ternyata pada periode full-fledged inflation targeting bank Indonesia sudah jauh lebih kredibel jika dibandingkan dengan periode inflation targeting lite. Hal ini tentu bisa berefek positif terhadap proses disinflasi. Kredibilitas bank Indonesia penting untuk terus dijaga bahkan ditingkatkan. Apabila bank Indonesia tidak kredibel maka agen ekonomi tidak akan sepenuhnya percaya apakah kebijakan moneter dapat mencapai target inflasi. Pada akhirnya, proses disinflasi akan berjalan lambat. DAFTAR PUSTAKA Agenor, Pierre-Richard and Mark P. Taylor. 1993. Analysing Credibility in HighInflation Countries: A New Approach. The Economic Journal 103, March 1993. Arimurti, T. dan B. Trisnanto. 2011. Persistensi Inflasi di Jakarta dan Implikasinya Terhadap Kebijakan Pengendalian Inflasi Daerah. Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan 14(1): 5-29. Blinder A. S. 1999. Central Bank Credibility: Why Do We Care? How Do We Build It? NBER Working Paper, No. 7161. Cechetti, Stephen G. and Stefan Krause. 2002. Central Bank Structure, Policy Efficiency, and Macroeconomics Performance: Exploring Empirical Relationships. The Federal Reserve Bank of St. Louis, July/August 2002. Christensen, Michael. 1987. On Interest Rate Determination, Testing for Policy Credibility, and The Relevance
of The Lucas Critique. Europan Journal of Policy Economy, vol. 3 June, pp. 369-88. Davis, J. S. 2012. Central Bank Credibility and the Persistence of Inflation and Inflation Expectations. Federal Reserve Bank of Dallas, Globalization and Monetary Institute Working Paper 117: 1-42. Harmanta, M. B. Bathaluddin dan J. Waluyo. 2011. Inflation Targeting Under Imperfect Credibility: Lessons from Indonesian Experience. Bulletin of Monetary, Economics and Banking, January 2011. Mankiw, N. Gregory. 2007. Makroekonomi Edisi Keenam. Erlangga: Jakarta. Neuenkirch, Matthias and Peter Tillmann. 2012. Inflation Targeting, Credibility, and Non-Linear Taylor Rules. Joint Discussion Paper Series in Economics No 35-2012, November 16, 2012. Pohan, Aulia. 2008. Kerangka Kebijakan Moneter & Implementasinya di Indonesia. PT. RajaGrafindo Persada: Jakarta. Schaechter, A., M. Stone and Mark Zelmer. 2000. Adopting Inflation Targeting: Practical Issues for Emerging Market Countries. IMF Occasional Paper No. 202. Svensson, Lars E.O. 1999. Inflation Targeting as a Monetary Policy Rule. Journal of Monetary Economics, June 1999, 43(3), pp. 607-54. Valentin, T and Rozalia, R.V. 2008. Evaluation Of National Bank Of Romania Monetary Policy Credibility. Babes-Bolyai University, Faculty of Business, 7th Horea street, Cluj Napoca.
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 16 | November 2013
This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. Please use purchased version to remove this message.
ISSN 1412 – 2936 Pengaruh Motivasi Terhadap Kinerja Karyawan Pada PT. Tri Putra Agung Camplong Citra Larashati Surya Siti Fatimah Universitas Madura ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh motivasi terhadap kinerja karyawan pada PT. Tri Putra Agung Camplong. Yang menjadi objek pada penelitian ini adalah PT. Tri Putra Agung Camplong. Adapun penelitian ini adalah penelitian dengan sampel sebanyak 25 responden. Sedangkan datanya diambil berdasarkan penyebaran angket kuisioner. Adapun model penelitian yang digunakan adalah dengan menggunakan regresi linier sederhana. Model ini dipilih karena dalam penelitian ini ingin mengetahui seberapa besar pengaruh variabel X dan Y. berdasarkan analisa hipotesis dijelaskan pengaruh secara stimulan hubungan antara motivasi terhadap kinerja karyawan, variabelnya, variabel kinerja karyawan (Y), gaji (X1), keamanan kerja (X2), kehormatan (X3) dan perlakuan adil (X4). Dari hasil analisa dijelaskan bahwa variabel gaji mempunyai pengaruh paling dominan terhadap kinerja karyawan pada PT. Tri Putra Agung Camplong. Kata kunci: motivasi, kinerja PENDAHULUAN Motivasi merupakan dalam satu sistem organisasi, potensi sumber daya manusia pada hakekatnya salah satu modal dan memegang salah satu peran yang paling penting dalam mencapai tujuan suatu organisasi, maka perusahaan perlu mengolah sumber daya manusia dengan sebaik mungkin. Sebab kunci sukses suatu organisasi/ lembaga bukan hanya keunggulan teknologi saja dan tersedianya dana tapi faktor manusia (SDM) merupakan faktor yang paling penting. Melalui perencanaan sumber daya manusia yang matang, kinerja dan tenaga kerja yang sudah ada dapat ditingkatkan, hal ini dapat dilihat dan adanya penyesuaian seperti peningkatan motivasi, sehingga setiap tenaga kerja dapat menghasilkan suatu yang dikaitkan langsung dengan kepentingan perusahaan. Suatu organisasi atau perusahaan harus mampu mengelola sumber daya yang dimilikinya, termasuk sumber daya manusia. Karena sumber daya manusia merupakan asset utama yang besar pengaruhnya terhadap kemajuan organisasi. Seperti yang diketahui selama ini organisasi lebih banyak menghadapi masalah-masalah yang berhubungan dengan sumber daya manusia apabila dibandingkan dengan sumber daya ekonomi lainnya, karena dalam mengelola
sumber daya manusia tidak bisa disamakan dengan mesin, material dan dana yang sifatnya hanya masalah teknis saja. Hal ini menjadi suatu masalah yang cukup rumit, sehingga organisasi mengalami kesulitan dalam menetapkan kebijakan terutama yang berhubungan dengan sumber daya manusia. Sumber daya manusia merupakan perangkat utama atas kelancaran aktivitas suatu organisasi, karena manusia merupakan faktor tenaga kerja yang dapat tumbuh dan berkembang, agar tenaga kerja dapat berkembang maka tenaga kerja tersebut perlu motivasi, sebab motivasi merupakan bagian dari sumber daya manusia dalam rangka pembinaan, pengembangan dan pengarahan tenaga kerja dalam suatu organisasi. Sumber dan motivasi kerja yang merupakan salah satu faktor penentu dalam pemberian pelayanan oleh seorang pegawai, diantaranya adalah adanya perasaan bangga menjadi bagian dan organisasi dimana mereka bekeja Disamping itu motivasi kerja juga dipengaruhi oleh perasaan aman dalam bekerja, gaji yang adil dan kompetitif serta lingkungan kerja yang menyenangkan. Dalam upaya menciptakan motivasi, PT. TRI PUTRA AGUNG CAMPLONG berupaya untuk dapat memenuhi kebutuhan dasar karyawannya,karena apabila semua
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 16 | November 2013
This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. Please use purchased version to remove this message.
ISSN 1412 – 2936 kebutuhan karyawan tersebut terpenuhi, maka ada semangat yang kuat atau dapat membangkitkan motivasi untuk semangat kerja. Motivasi merupakan hasil sejumlah proses yang bersifat internal atau eksternal bagi seorang individu ataukaryawan yang menyebabkan timbulnya sikap dan semangat yang kuat untuk dapat melaksanakan apa yang menjadi tugas dan tanggung jawabnya. Seseorang atau karyawannya yang sangat termotivasi adalah seseorang yang melaksanakan upaya subtansial, guna menunjang tujuantujuan produksi kesatuan kerjanya, dan organisasi dimana ia bekerja. Sedangkan seseorang yang termotivasi, hanya akan memberikan upaya minimum dalam hal bekerja. PT. TRI PUTRA AGUNG CAMPLONG adalah perusahaan milik perseorangan yang bergerak di bidang konstruksi.. PT. TRI PUTRA AGUNG CAMPLONG ini terletak di Jl. Raya Camplong Desa Tambaan. Dalam upaya meningkatkan kinerja dan para karyawan, PT. TRI PUTRA AGUNG CAMPLONG berusaha memberikan motivasi kepada karyawannya sehingga pelayanan kepada masyarakat dapat dilakukan secara baik. Agar karyawan mempunyai kinerja yang baik, maka dibutuhkan suatu bentuk motivasi kepada karyawan. Peran motivasi sangat penting sekali, adapun motivasi yang telah dilakukan oleh pihak PT. TRI PUTRA AGUNG CAMPLONG bermacammacam diantranya adalah : pemberian insentif, menciptakan suasana kerja yang enak dan nyaman, bonus bagi karyawan, pimpinan memberlakukan karyawan secara baik dan adil dan lain sebagainya. Berdasarkan latar belakang masalah tersubut diatas maka penulis mengambil judul: “Pengaruh Motivasi Terhadap Kinerja Karyawan Pada PT. TRI PUTRA AGUNG CAMPLONG”. TINJAUAN PUSTAKA Definisi Motivasi Salah satu aspek memanfaatkan pegawai ialah pemberian motivasi (daya perangsang) kepada karyawan. Memanfáatkan karyawan adalah memperkerjakan karyawan yang dapat
memberikan manfaat kepada perusahaan. ini berarti bahwa setiap karyawan yang memberi kemungkinan manfaat kepada perusahaan. Usaha yang dapat memberikan kemungkinan manfaat bagi perusahaan dengan jalan memberikan motivasi. lstilah motivasi berasal dari kata latin movere yang berarti dorongan atau menggerakkan. Motivasi (motivation) dalam menejemen di tunjukan pada sumber daya manusia umumnya dan bawahan khususnya. Motivasi mempersoalkan bagaimana caranya mengarahkan daya dan potensi bawahan agar mau bekerja sama secara produktif untuk mencapai dan mewujudkan tujuan yang telah di tentukan. Pentingnya motivasi karena motivasi adalah hal yang menyebabkan, menyalurkan, dan mendukung penilaku manusia, supaya mau bekerja keras, giat dan antusias untuk mencapai hasil yang optimal. Motivasi semakin penting karena dan tenintegrasi kepada tujuan yang di inginkan. Menurut Atkinson dalam Winardi menyatakan “ analisis motivasi perlu memusatkan perhatian faktor-faktor yang menimbulkan dan mengarahkan aktivitasaktivitas seseorang “. Agar dapat diketahui apakah motivasi dapat berjalan dengan baik maka terlebih dahulu harus mengetahui motivasi yang diinginkan, karena orang mau bekerja biasanya untuk dapat memenuhi kebutuhannya, dapat berbentuk materi dan non materi, kebutuhan fisik maupun rohani. Menurut Manullang (2004:147) menyatakan bahwa “Motivasi adalah daya perangsang atau pendorong yang merangsang dan mendorong pegawai untuk mau bekerja dengan segiat-giatnya berbeda antara pegawai yang satu dengan pegawai yang lainnya”. Motivasi merupakan sebuah determinan penting bagi kenerja individual. Motivasi merupakan hassil sejumlah proses, yang bersifat internal, atau ekstemal bagi seseorang individu, yang menyebabkan timbulnya sikap entusiasme dan persestensi dalam hal melaksanakan kegiatan - kegiatan tertentu.
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 16 | November 2013
This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. Please use purchased version to remove this message.
ISSN 1412 – 2936 Menurut Gibson et al dalam Winardi menyatakan bahwa “motivasi berkaitan dengan perilaku dan kinerja, motivasi mencakup pengarahan ke arah tujuan, dalam hal mempertimbangkan motivasi perlu memperhatikan faktor-faktor psikologikal, fisikologi dan lingkungan sebagai faktor-faktor penting” Menurut Jones dalam Winardi menyatakan “Motivasi berkaitan dengan pesoalan bagaimana perilaku diawali, dienerjik, dipertahankan, diarahkan, dihentikan, dan jenis reaksi subjektif macam apa terdapat di dalam organisme yang bersangkutan sewaktu segala hal yang dikemukan berlangsung”. Dari berbagai pendapat tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi merupakan kekuatan potensial yang ada dalam diri seseorng manusia, yang dapat dikembangkan sendiri. Ada beberapa dorongan atau motiv orang melakukan kerja sama antara lain: a. Keinginan untuk hidup, pada setiap individu keinginan untuk hidup merupakan keinginan yang utama, manusia bekerja agar kebutuhan akan makandapat terpenuhi sehingga melanjutkan hidupnya. b. Keinginan untuk suatu posisi, keinginan ini merupakan keinginan manusia yang kedua dengan maksud manusia bekerja karena mengejar sesuatu posisi yang diinginkan. c. Keinginan akan kekuasaan, keinginan ini berada diatas keinginan untuk memiliki yang dapat mendorong seseorang mau bekerja. d. Keinginan akan pengakuan, pada hakekatnya keinginan ini merupakan keinginan yang terakhir sebab orang biasanya ingin bekerja agar dapat pengakuan. Para individu bertindak, karena adanya sejumlah kekuatan yang mendorong yang ada dalam diri mereka sendiri, yang diwakili oleh istilah - istilah seperti misalnya: • Keinginan-keinginan (wants) • Kebutuhan-kebutuhan (needs) • Perasaan takut (fears) Ada orang yang menginginkan lebih banyak kekuasaan, ada pula orang yang menginginkan ekspresi diri, sedangkan
orang ketiga mungkin takut dikucilkan oleh masyarakat, atau kehilangan kedudukannya yang mapan. Terlepas dari kebutuhan atau perasaan takut yang dirasakan, dibelakang setiap tindakan manusia yang dilaksanakan dengan tujuan tertentu, senantiasa terdapat keinginan tertentu baik yang disadari, maupun yang tidak disadari yang menyebabkan orang yang bersangkutan bertindak, atau melakukan suatu tindakan. Problem inti motivasi yang berkaitan dengan manajer suatu organisasi adalah bagaimana cara merangsang sekelompok orang, yang masing-masing memiliki kebutuhan yang khas dan kepribadian unik, untuk bekerja sama menuju pencapaian sasaran-sasaran organisasi mereka. Seorang manajer perlu meyakinkan para anggotanya bahwa dalam rangka upaya mencapai sasaran-sasaran mereka perlu memberikan kontribusi positif kepada sasaran-sasaran keorganisasi. Kebutuhankebutuhan merupakan kekuatan-kekuatan yang menginisiasi dan mempertahankan perilaku. Kebutuhan mempengaruhi seseorang secara langsung, karena mereka sebagian mempengaruhi pikiranpikiran dan tindakan-tindakannya. Faktor-faktor Motivasi Motivasi timbul karena dua faktor,yaitu dorongan yang berasal dalam diri manusia (internal) dan dorongan yang berasal dari luar individu (ekternal). Faktor individual yang biasanya mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu adalah: a. Minat seseorang akan merasa terdorong untuk melakukan suatu kegiatan jika kegiatan tersebut sesuai dengan minatnya. b. Sikap positif, seseorang yang mempunyai sikap positif terhadap suatu kegiatan dengan rela ikut dalam kegiatan tersebut, dan akan berusaha sebisa mungkin menyelesaikan kegiatan yang bersangkutan dengan sebaik-baiknya. c. Kebutuhan, setiaporang mempunyai kebutuhan tertentu dan akan berusaha melakukan
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 16 | November 2013
This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. Please use purchased version to remove this message.
ISSN 1412 – 2936 kegiatan apapun asal kegiatan tersebut bisa memenuhi kebutuhannya. Menurut F.Herzberg dalam Simon Devung (1989:106) ada dua faktor utama dalam organisasi (faktor eksternal) yang membuat karyawan merasa puas terhadap pekerjaan yang dilakukan, dan kepuasan tersebut akan mendorong mereka untuk bekerja lebih baik, kedua faktor tersebut antara lain: 1. Motivator Motivator adalah prestasi kerja, pernghargaan, tanggung jawab yang diberikan, kesempatan untuk mengembangkan diri dan pekerjaannya itu sendiri. 2. Faktor kesehatan kerja Faktor kesehatan kerja merupakan kebijakan dan administrasi perusahaan yang baik, supervise teknisi yang memadai, gaji yang memuaskan, kondisi kerja yang baik dan keselamatan kerja. Dalam teori pengharapan (Victor Vroorn), motivasi kerja seseorang sangat ditentukan tujuan khusus yang akan dicapai orang yang bersangkutan. Harapan yang ingin di capai karyawan antara lain: a. Gaji Gaji yang sesuai merupakan imbalan yang diberikan kepada seseorang setelah melakukan suatu pekeiaan. Gaji atau upah umumnya berupa uang atau materi lainnya. Karyawan yang diberi upah atau gaji sesuai kerja yang dilakukan atau sesuai harapan, membuat karyawan bekerja secara baik dan bersungguh-sungguh.Dengan demikian hasil produksi sesuai target yang ditentukan perusahaan. b. Keamanan kerja yang terjamin Karyawan dalam bekerja membutuhkan konsentrasi dan ketenangan jiwa dan dapat diwujudkan dalam bentuk keamanan kerja. Jaminan keselamatan kerja dan asuransi apabila terjadi kecelakaan membuat
karyawan bekerja dengan sepenuh hati. c. Pengakuan Pengakuan terhadap karyawan dapat diberikan dengan penghargaan atas jasa dan pengabdian karyawan. Kehormatan dapat berupa bonus atau cinderamata bagi karyawan yang berprestasi, Sedangkan pengakuan dapat diberikan dengan melakukan promosi jabatan. d. Perlakuan yang adil Adil bukan berarti diberikan dengan jumlah sama bagi seluruh karyawan. Perlakuan adil diwujudkan dengan pemberian gaji, penghargaan, dan promosi jababatan sesuai prestasi karyawan. Bagi karyawan yang berprestasi dipromosikan jabatan yang lebih tinggi, sedaangkan karyawan yang kurang berprestasi diberi motivasi untuk lebih berprestasi sehingga suatu saat memperoleh promosi jabatan. Uraian tersebut merupakan salah satu perlakuan adil sesuai prestasi karyawan, sehingga karyawan berlomba berprestasi dengan baik. Penerapan Teori Motivasi a. Penerapan Teori Motivasi Maslow Teori kebutuhan adalah teori motivasi yang lemah, namun teori dapat di optimalkan hasilnya jika organisasi dimana pimpinan dapat melakukan hal-hal sebagai berikut: 1. Memberi imbalan financial yang memungkinkan untuk memenuhi kebutuhan fisik. 2. Memberi kontrak kerja dan jaminan pensiun sehingga karyawan merasa terjamin. 3. Memberi identitas perusahaan atau organisasi dimana para karyawan dapat merasa sebagai anggotanya. 4. Memberikan imbalan atau hadiah uang, promosi atau pengakuan perusahaan. 5. Memastikan bahwa karyawan mendapat imbalan financial.
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 16 | November 2013
This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. Please use purchased version to remove this message.
ISSN 1412 – 2936 6.
Memastikan bahwa mereka mengerti aturan dan program organisasi. 7. Ciptakan suasana tim diantara karyawan melalui konsultasi, pembagian tanggung jawab dan kontrol. b. Penerapan Teori Herzberg Herzberg mengajukan teori dua faktor yaitu “motivator” dan “faktor higiene”. Faktor higiene yang merupakan kebutuhan dasar dalam bekerja sebenarnya tidak memotivasi, namun menimbulkan kekecewaan bila tidak dipenuhi. Faktor hygiene yang utama adalah uang, pimpinan harus berusaha memenuhi kebutuhan keuangan anggotanya. Faktor kedua teori Herzberg adalah “motivator” yang mendorong orang untuk berhasil. ini yang perlu diberikan oleh pimpinan agar para karyawannya merasa puas. c. Penerapan Teori Keadilan Teori keadilan diperkenalkan oleh Adam yaitu dengan menyatakan bahwa manusia mempunyai sifat untuk membandingkan dirinya dengan orang lain. Orang akan membandingkan penampilan mereka . salab satu faktor motivasional terbesar ditempat kerja adalah karyawan merasa bahwa mereka diberi kompensasi yang adil dibandingkan karyawan lain ditempat mereka bekerja. Amirullah dan Budiono (2004:239) menyatakan ‘ tiga langkah utama yang dapat dilakukan untuk menangani kehilangan motivasi adalah sebagai berikut: 1. Mencari Penyebab. hilangnya motivasi harus dianalisis dulu kalau ingin ditangani, kondisi hilangnya motivasi biar terjadi karena stress, emosi, atau penyakit atau masalah lain yang berkaitan dengan pekerjaan. 2. Mendorong kerjasama, bila anggota staff selalu berselisih perlu taktik jitu untuk mengubah pertentangan menjadi kerjasama yaitu dengan menempatkan mereka dalam tim yang lebih besar yang memaksa mereka saling bekerjasama.
3.
Beri anggota staff konseling, untuk menangani trauma kehilangan pekerjaan, semakin banyak organisasi menyediakan konseling yang memungkinkan pekerja membicarakan kasus mereka dengan pendengar yang simpatik. d. Teori Motivasi Harapan Teori harapan beranggapan bahwa orang akan memilih cara bertingkah laku di antara berbagai macam alternatif tindakan berdasarkan harapan mereka akan apa yang di peroleh dan setiap tindakannya. Harapan itu menunjukkan persepsi individu mengenai sulitnya mencapai penilaku tertentu dan mengenai kemungkinan tercapainya perilaku tersebut. Pengertian kinerja Kinerja karyawan merupakan aspek yang penting dalam menejemen sumber daya manusia, beberapa pengertian kinerja yang di kemukakan para ahli sebagai benikut: Andrew F. Sikula dalam Hasibuan (2005) juga menyatakan penilaian kinerja adalah evaluasi yang sistematis terhadap pekerjaan yang telah dilakukan oleh karyawan dan ditujukan untuk pengembangan. Dale Yoder dalam Hasibuan (2005) mendefinisikan penilaian kinerja merupakan prosedur yang formal dilakukan di dalam organisasi untuk mengevaluasi pegawai dan sumbangan serta kepentingan bagi pegawai. dilakukan manajemen atau penyelia. Penilai untuk menilai kinerja tenaga kerja dengan cara membandingkan kinerja atas kinerja dengan uraian atau deskripsi pekerjaan dalam suatu periode tertentu biasanya setiap akhir tahun. Dan berbagai pengertian tentang kinerja diatas dapat disimpulkan bahwa kinerja adalah hasil atau taraf kesuksesan yang dicapai seseorang dalam bidang pekerjaannya menunut kriteria tertentu dan dievaluasi oleh orang-orang tertentu terutama atasan pegawai yang bersangkutan. Dari penjelasan di atas maka dapat di simpulkan adalah proses penilaian kemajuan pekerjaan terhadap tujuan dan sasaran yang telah di tentukan sebelumnya, termasuk informasi atas ifesiensi penggunaan sumber daya
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 16 | November 2013
This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. Please use purchased version to remove this message.
ISSN 1412 – 2936 manusia dalam menghasilkan kualitas kerja. Motivasi dan Kinerja Menurut John dan Sadily (1989:287) menjelaskan bahwa “performance adalah menunjukkan kinerja dan kemampuan seseorang untuk dapat memberikan kontribusi pada pekerjaan. Sedangkan Simamora (2004:409) menyebutkan performance kerja adalah menunjukkan kinerja atau tingkat terhadapnya para karyawan mencapai persyaratan kerja”. Kinerja para pekerja merupakan hasil dari banyak faktor, yang sebagian tidak diketahui oleh pihak manajer, bahkan ada beberapa diantara faktor-faktor tersebut yang tidak dipahami secara sadar oleh pekerja. Menurut Gray,et,al, (1984:73-74) dalam Winardi (2002:62) menyatakan bahwa “variable yang paling penting dalam hal menerangkan kinerja para pekerja adalah: a. Motivasi pekerja dan b. Kemampuan pekerja Kaitan antara variable-variabel tersebut diperlihatkan melalui persamaan berikut: KINERJA = MOTIVASI X KEMAMPUAN Motivasi adalah entusiasme dan prestasi dengan apa seseorang melaksanakan tugas tertentu. Kemampuan dilain pihak, berhubungan dengankompetensi tugas seseorang. Motivasi dan kemampuan bukan satusatunya variable mempengaruhi kinerja. Menurut Gray,et,al dalam Winardi (2001:73) menyebutkan penetapan tujuan juga menybkan timbulnya kinerja antara lain: pertama tujuan-tujuan harus bersifat spesifik, kedua kinerja pegawai akan lebih tinggi, apabila tujuan-tujuan yang ditetapkan diterima oleh pihak yang harus melaksanakan pencapaiannya, ketiga tujuan-tujuan yang telah ditetapkan harus cukup sulit, sehingga para pekerja harus bekerja keras untuk mencapainya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tujuan-tujuan dalam rentang tengah kesulitan, merupakan tujuan-tujuan yang paling efektif dalam hal merangsang para karyawan untuk bekerja dengan baik. Akhirnya perlu diupayakan agar para
pekerja mendapatkan informasi-informasi umpan balik tentang bagaimana hasil kinerja mereka. Untuk dapat memberikan informasi umpan balik, maka para manajer harus menerapkan tujuan-tujuan spesifik, karena apabila tidak demikian mereka tidak akan mungkin memberikan komentar tentang kinerja para karyawan mereka. Apabila informasi umpan balik dikombinasikan dengan tujuan-tujuan yang bersifat spesifik dan dapat diterima maka terbukalah peluang untuk mencapai kinerja yang bertambah baik di masa yang akan datang. METODE PENELITIAN Lokasi Peneiltian Dalam penelitian ini yang menjadi objek atau lokasi penelitian akan dilakukan pada PT. Tri Putra Agung yang berlokasi di Jalan Raya Camplong, Desa Tambaan, Kecamatan Camplong, Kabupaten Sampang. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian asosiatif atau hubungan. Menurut Sugiono (2004:11-12) penelitian asosiatif merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih. Dengan penelitian ini maka akan dapat dibangun suatu teori yang dapat berfungsi untuk menjelaskan, meramalkan dan mengontrol suatu gejala. Populasi Dan Sampel Pada suatu penelitan pasti akan mengacu pada data-data yang akan di ambil, untuk data primer maka data yang di peroleh bersumber dari objek yang secara langsung di terima oleh seseorang atau lebih. Menurut pendapat Sugiono (2002:57) mengatakan bahwa Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek/subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah PT. Tri Putra Agung Karyawan berjumlah 30 orang. Sedangkan sampel menurut Sugiyono (2000:115) adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 16 | November 2013
This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. Please use purchased version to remove this message.
ISSN 1412 – 2936 populasi tersebut.” Selanjutnya sugiyono mengemukakan bila populasi besar dan peneliti tidak memungkinkan mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya keterbatasan dana, waktu maka peneliti biasa menggunakan sample yang diambil dari populasi. Berdasarkan pendapat di atas tersebut maka yang menjadi sample adalah seluruh pegawai PT. Tri Putra Agung yang berjumlah 30 Karyawan. Sedangkan penelitian ini menggunakan semua populasi sebagai sample. Jenis Data dan Sumber Data Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah menggunakan data Kualitatif bersekala Ordinal. Data Kualitatif adalah data yang dinyatakan dalam bentuk kata, kalimat, dan gambar. Sedangkan data bersekala Ordinal adalah data yang berbentuk rangking atau peringkat. Ada dua sumber data untuk memperolehnya; yaitu data primer dan data sekunder. Data primer adalah datadata yang diperoleh langsung dari sumbernya; sedangkan data sekunder adalah data-data yang bukan dari sumber yang langsung; namun diusahakan sendiri pengumpulannya oleh peneliti. Maka sumber data yang digunakan pada penelitian ini adalah; merupakan data primer yakni, data yang diperoleh dari sumber yang langsung dari masyarkat yang menjawab angket sebagai responden.
Teknik Pengumpulan Data Teknik Pengumpulan Data dalam penelitian dilakukan dengan format kuisioner kepada responden yaitu karyawan yang bekerja di PT. Tri Putra Agung Teknik dalam pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian mi dengan cara menyebarkan angket kepada responden. Responden diminta untuk menanggapi dengan cara memberikan sikapnya terhadap variabel yang ada dengan menggunakan skala penilaian model likert dengan rentangan I sampai 5 untuk mengindikasikan jawaban sangat tidak sesuai. Adapun skala penilaiannya adalah sebagai berikut: Nilai 1 menunjukkan jawaban / pendapat tidak sesuai. Nilai 2 menunjukkan jawaban / pendapat kurang sesuai. Nilai 3 menunjukkan jawaban / pendapat cukup sesuai. Nilai 4 menunjukkan jawaban / pendapat sesuai. Nilai 5 menunjukkan jawaban / pendapat sangat sesuai. Pengujian Instrumen Data - Uji Validitas Uji validitas data bertujuan untuk mengetahui sejauh mana validitas data yang diperoleh dari penyebaran kuesioner. Uji validitas data dengan menggunakan metode korelasi productmoment (pearson correlation), (Sugiono,2002:277)
n ( ΣXY) – (ΣX . ΣY) r =
√ [ ΣX2 – (ΣX)2 ] [n ΣY2 - (ΣY)2 ]
dimana : r = Korelasi product moment X = Variabel bebas Y = Variabel terikat n = Jumlah sampel Data dikatakan valid apabila r hitung lebih besar ( > ) dari r tabel. Selain itu juga bisa dilihat dari signifikansinya, jika nilai signifikansinya lebih besar dari 0,05 maka data tersebut dapat dikatakan tidak valid. Jika nilai signifikansinya lebih kecil dari 0,05 maka data tersebut dikatakan valid
(Yarnest, 2003:65). Selain itu data dikatakan valid apabila memiliki koeifisien korelasi > 300 (Sudarmanto,2005:88). Dengan demikian semua butir pertanyaan atau pernyataan tersebut dapat digunakan dan dapat
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 16 | November 2013
This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. Please use purchased version to remove this message.
ISSN 1412 – 2936 dipercaya untuk mengumpulkan data yang diperlukan. - Uji Reliabilitas Pengujian keandalan alat ukur dalam penelitian ini menggunakan reliabilitas metode cronbach alpha (Danim,2000:199), yakni: kr α = 1 + (k – 1 ) r dimana: α = Koefisien reliabilitas k = Koefisien rata –rata korelasi antar variabel r = Jumlah variabel dalam persamaan Teknik Analisa Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan analisis kuantitatif. Analisa Kunatitatif adalah suatu analisa dengan menggunakan interpretasi dan pengembangan pemikiran dengan tujuan untuk memberikan gambaran tentang objek yang akan diteliti. Adapun tekhnik penelitian ini menggunakn skala likert dengan penilaian masing-masing jawaban sebagai berikut; - Sangat sesuai = 4.51 s/d 5.00 - Sesuai = 3.51 s/d 4.50 - Cukup sesuai = 2.51 s/d 3.50 - Kurang sesuai = 1.51 s/d 2.50 - Tidak Sesuai = 1.00 s/d 1.50 Adapun tehnik ini dengan menggunakan persamaan regresi linear berganda sebagai berikut:
Y = a + bl.xl+b2.x2+b3.x3+b4.x4+c Dimana: Y = variabel berganda yang ditentukan oleh besarnya X xl = Gaji x2 = keamanan kerja x3 = Pengakuan x4 = Pelakauan adil a = konstanta b = koefisien korelasi Uji Hipotesa - Uji F Uji F digunakan untuk membuktikan hipotesis pertama yang merupakan pengujian secara simultan. Dengan membandingkan F hitung dengan F table pada α 0,05 dengan hasil perhitungan menunjukkan : 1. Apabila F hitung ≥ F table maka Hi diterima dan Ho ditolak 2. Apabila F hitung ≤ F table maka Ho diterima dan Hi ditolak - Uji t Untuk membuktikan hipotesis kedua maka digunakan uji t atau t tes yaitu untuk mengetahui sumbangan dari masingmasing variable bebas secara parsial terhadap variable terikat, dengan menggunakan rumus berdasarkan pendapat Sugiono (2001:154) adalah sebagai berikut
bi - bo4 t = Sbi dimana : bi = koefisien ke i bo = parameter ke i yang dihipotesakan Sbi = kesalahan standar bi Dengan membandingkan t hitung dan t tabel pada α 0,05 maka : 1. t hitung ≤ t tabel maka Ho diterima dan Hi ditolak, artinya variable bebas kurang menjelaskan variabelterikatnya 2. t hitung ≥ t tabel maka Ho ditolak dan Hi diterima, artinya variable bebasnya dapat menjelaskan variable terikatnya ANALISIS DAN PEMBAHASAN Diskripsi Statistik Berdasarkan hasil angket yang berhasil dikumpulkan oleh peneliti, maka
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 16 | November 2013
This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. Please use purchased version to remove this message.
ISSN 1412 – 2936 dapat diketahui tentang gambaran statistik
dari data, sebagai berikut :
Tabel 1 Tabel diskripsi statistik Descriptive Statistics Mean Kinerja Karyawan Gaji Keamanan Kerja Pengakuan Perlakuan Adil
4.100 4.063 4.110 3.977 4.053
Std. Deviation .6695 .7439 .6138 .6207 .6431
N 30 30 30 30 30
Sumber : data diolah
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa nilai rata-rata dari masing-masing variabel adalah sebagai berikut, kinerja karyawan sebesar 4,10 artinya bahwa nilai kinerja karyawan sesuai dengan apa yang diharapkan oleh perusahaan. Nilai rata-rata variabel gaji sebesar 4,063 artinya bahwa variabel gaji yang meliputi besar gaji, beban kerja, kebutuhan belanja hidup, kepuasan sesuai dengan yang diharapkan oleh karyawan. Nilai rata-rata variabel keamanan kerja sebesar 4,110 artinya bahwa variabel keamanan kerja yang meliputi suasana lingkungan perusahaan, perlindungan atau kebutuhan ekonomi keluarga, jaminan masa depan kehidupan keluarga, jaminan rasa aman untuk mendapatkan karir sudah sesuai dengan apa yang diharapkan karyawan. Nilai ratarata variabel pengakuan sebesar 3,977 artinya bahwa variabel pengakuan yang meliputi pengakuan perusahaan, keikutsertaan menjaga dan memelihara perusahaan, tanggung jawab karyawan terhadap kelangsungan hidup perusahaan,
dan rasa saling menghargai antara karyawan sudah cukup sesuai. Nilai ratarata variabel perlakuan adil sebesar 4,053 artinya bahwa variabel perlakuan adil yang meliputi penghargaan perusahaan, sanksi perusahaan, perlakuan atasan terhadap bawahan, dan kebijakan yang diperlakukan pimpinan sudah sesuai dengan keinginan karyawan. Pembahasan - Uji Validitas Tujuan uji validitas adalah untuk mengetahui valid atau tidaknya alat ukur tersebut dapat diuji dengan mengkorelasikan antara skor yang diperoleh pada masing-masing butir pertanyaan dengan skor total yang diperoleh dan penjumlahan semua skor pertanyaan. Menurut Azwar (1997:153), variabel dinyatakan valid apabila koefisien korelasinya r >0,3. Dan hasil uji validitas dengan menggunakan bantuan program spss maka hasil perhitungan korelasi adalah sebagai berikut:
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 16 | November 2013
This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. Please use purchased version to remove this message.
ISSN 1412 – 2936 Tabel 2 Koefisien Korelasi Variable
Item Soal
Koef. Korelasi
Ket.
Motivasi X Gaji (XI) ItemX 1.1 ItemX 1.2 ItemX 1.3 ItemX 1.4
Besar gaji Gaji sesuai beban kerja Gaji dapat memenuhi belanja hidup Kepuasan menerima gaji
0,818 0,787 0,916 0,845
Valid Valid Valid Valid
Keamanan Kerja (X2) ItemX 2.1 ItemX 2.2 ItemX 2.3 ItemX 2.4
Rasa aman bekerja Melindungi keluarga Menjamin masa depan kehidupan keluarga Rasa aman untuk masa depan karir
0,773 0,714 0,783 0,798
Valid Valid Valid Valid
Pengakuan (X3) ItemX 3.1 ItemX 3.2 ItemX 3.3 ItemX 3.4
Karyawan sebagai kekayaan perusahaan Turut menjaga kelangsungan perusahaan Bertanggung jawab kelangsungan perusahaan Rasa menghargai antar karyawan
0,789 0,753 0,659 0,776
Valid Valid Valid Valid
Penghargaan jika melakukan kebaikan Sanksi jika melakukan pelanggaran Tidak ada pilih kasih Pimpinan berlaku bijaksana
0,782 0,684 0,850 0,782
Valid Valid Valid Valid
Hasil sesuai target Pekerjaan selesai tepat waktu Kemampuan melakukan pekerjaan Kreatifitas melakukan pekerjaan
0,801 0,818 0,844 0,921
Valid Valid Valid Valid
Perilaku adil(X4) ItemX 4.1 ItemX 4.2 ItemX 4.3 ItemX 4.4 Kinerja karyawan Y Y1 Y2 Y3 Y4
Sumber : data diolah
Berdasarkan tabel uji validitas diatas, semua variabel koefisiennya > 0,3 atau valid sehingga semua vaniabel mernenuhi syarat untuk diikutkan dalam proses selanjutnya. - Uji Reliabilitas Tujuan dilakukannya uji reliabilitas adalah untuk mengetahui tingkat kehandalan dan
instrument penelitian. Jika koefisien alpha >0,5 maka variable /instrument dapat dinyatakan handal. Dengan menggunakan bantuan program spss maka dapat dihitung nilia koefisien reliabilitas dengan menggunakan metode Alpha Cronbach dapat dilihat pada table dibawah ini:
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 16 | November 2013
This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. Please use purchased version to remove this message.
ISSN 1412 – 2936 Tabel 3 Hasil Perhitungan Uji Reliabiitas Variable Item Soal
Koef. Korelasi
Motivasi X Gaji (XI)
0,911
Handal
Keamanan Kerja (X2)
0,832
Handal
Pengakuan (X3)
0,856
Handal
Perlakuan yang adil(X4)
0,837
Handal
Kinerja karyawan Y
0,912
Handal
Sumber data: diolah
Berdasarkan tabel diatas, semua variabel mempunyai kehandalan untuk digunakan dalam penelitian karena koefisien alpha > 0,5 sehingga semua variable penelitian layak untuk dilanjutkan. - Hasil Analisa Regresi Linier Berganda Berdasarkan tabel coefficients, dapat disusun persamaan regresi linier sederhana sebagai benikut: Y = 0,127+ 0,365X1+ 0,112X2 + 0,217X3 + 0,288X4 a. Konstanta (a) sebesar 0,127 menunjukkan besarnya nilai variable y jika variabel bebasnya dianggap nol, artinya jika tanpa dipengaruhi oleh variabel gaji, keamanan kerja, kehormatan, dan perlakuan adil maka besarnya minat konsumen adalah 0,127. Nilai pengaruh gaji, keamanan kerja, kehormatan, dan perlakuan adil adalah positif artinya semakin tinggi gaji, keamanan kerja, kehormatan, dan perlakuan adil yang dilakukan oleh perusahaan, akan tinggi pula kinerja karyawan pada PT. Tri Putra Agung Camplong. b. Koefisien regresi gaji (b1) menunjukkan variabel gaji (X1) mempunyai pengaruh sebesar 0,365 terhadap kinerja karyawan. Besarnya koefesien regresi variabel gaji (X1) yang berarti ada kecenderungan setiap peningkatan variable gaji akan dapat meningkatkan kinerja karyawan pada PT. Tri Putra Agung Camplong. c. Koefesien regresi keamanan kerja (b2) menunjukkan variable kearnanan kerja
(X2) mempunyai pengaruh sebesar 0,112 terhadap kinerja karyawan. Besamya koefisien regresi variabel kearnanan keija (X2) yang berarti ada kecenderungan setiap peningkatan variabel keamanan kerja dapat rneningkatkan kinerja karyawan. d. Koefisien regresi pengakuan (b3) menunjukkan variabel kehormatan (X3) mempunyai pengaruh sebesar 0,217 terhadap kinerja karyawan. Besarnya koefisien regresi kehormatan (X3) yang berarti ada kecenderungan setiap peningkatan variabel kehormatan akan dapat meningkatkan kinerjakaryawan pada PT. Tri Putra Agung Camplong. e. Koefisien regersi perlakuan adil (b4) menunjukkan variabel perlakuan adil (X4) mempunyai pengaruh sebesar 0,288 terhadap kinerja karyawan. Besarnya koefisien regresi perlakuan adil (X4) yang berarti ada kecenderungan setiap peningkatan variabel perlakuan adil akan dapat meningkatkan kinerja karyawan PT. Tri Putra Agung Camplong.
Uji Hipotesis - Uji f Untuk menguji hipotesis tentang adanya pengaruh yang signifikan antara variabel deferensiasi gaji, keamanan kerja, kehormatan dan perlakuan adil secara bersama-sama terhadap tingkat kinerja karyawan di gunakan analisis uji F, dengaan cam menibandingkan F hitung
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 16 | November 2013
This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. Please use purchased version to remove this message.
ISSN 1412 – 2936 dengan F tabel. Pada tingkat kepercayaan 95% (a = 0,05) dan df= 4 diperoleh nilai F tabel sebesar = 2,52, sedangkan nilai F hitung = 37,268. Dengan demikian nilai F hitung> F tabel, sehingga H0 di tolak atau H1 di terima, jadi terbukti bahwa ada pengaruh yang nyata antara deferinsiasi gaji, keamanan kerja, pengakuan dan perlakuan adil secara bersarna-sama terhadap kinerja karyawan. - Uji t Uji t atau t tes adalah bertujuan untuk menguji signifikansi variabel dependen terhadap variabel independen. Untuk membuktikan kebenaran dan hipotesis yang ada dalam penelitian mi maka perlu dibuktikan dengan melakukan uji hipotesa yaitu dengan menggunakan uji t atau t tes. Uji hipotesis atau uji berdasarkan dan hasil perhitungan diperoleh t hitung pada tabel 4.16 diatas, untuk variabel motivasi (X ) nilai t hitunguya sebesar 2.351 dan kalau dikonsultasikan dengan t tabel sebesar 1,697 didapat t hitung > t tabel. Maka dapt diambil kesimpulan dugaan variabel motivasi berpengaruh terhadap kinerja karyawan pada PT. Tri Putra Agung Camplong dapat dibuktikan kebenarannya, hal ini dapat dilihat dan nilai t hitung lebih besar dan t tabel. KESIMPULAN DAN SARAN - Kesimpulan Berdasrkan hasil penelitian dan pembahasan rnengenai “Pengaruh Motivasi Terhadap Kinerja Karyawan Pada PT. TRI PUTRA AGUNG CAMPLONG “. Maka kesimpulan dan hasil penelitian ml adalah sebagai berikut: 1. Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan model persamaan regresi linier sederhana adalah: Y = 0,127+ 0,365X1+ 0,112X2 + 0,217X3 + 0,288X4 2. Nilai koefisien korelasi (R) sebesar 0,925 artinya bahwa motivasi tentang variabel gaji mempunyai pengaruh kuat terhadap kinerja karyawan atau vaniabel ( Y) yaitu sebesar 0,925 atau 92,5%. 3. Hasil dan perhitungan besarnya pengaruh simultan diperoleh nilai ( R2)
= 0,856 atau 85,6% dapat dijelaskan bahwa sisanya sebesar 85,6% adalah faktor lain diluar faktor penelitian ini. 4. Hasil perhitungan uji t diperoleh t hitung 2,351 dan jika dibandingkan dengan t tabel 1,697 hal mi berarti t hitung > t tabel, maka hipotesa dapat dibuktikan kebenarannya. - Saran Setelah dikemukakan kesimpulan dan hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis, maka selanjutnya penulis mengemukakan beberapa saran-saran dengan harapan bisa berrnanfaat bagi semua pihak terutarna bagi PT. TRI PUTRA AGUNG CAMPLONG, adapun saran-saran dan peneliti adalah sebagai berikut: 1. Hendaknya pimpinan PT. TRI PUTRA AGUNG CAMPLONG terus memberikan motivasi kepada semua karyawan baik motivasi yang bersifat material maupun yang bersifat non material agar karyawannya terus semangat dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya. 2. Diharapkan PT. TRI PUTRA AGUNG CAMPLONG berupaya meningkatkan keamanan kerja khususnya kepada karyawan agar karyawan merasa nyaman dan betah dalam bekerja. DAFTAR PUSTAKA Atkinson Dalam Winardi, SE. 2002. Molivasi Dan Permotivasian Dalam Manajemen. Jakarta: Raja Grafindo Perkasa. Amirullah Dan Hans Budiono. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi Kedua. Yogyakarta: YKPN Yogyakarta. Gibson et al Dalam. J. Winardi, SE 2002. Motivasi Dan Permotivasian Dalam Manajemen. Jakarta: Raja Grafindo Perkasa. Gray et al Dalam Winardi, SE. 2002. Motivasi Dan Permotivasian Dalam Manajemen. Jakarta: Raja Grafindo Perkasa. Hasibuan. Melayu.2005. Manejemen Sumber Daya Manusia. Jakarta. PT. Bumi Aksara. Jones Dalam Winardi, SE. 2002. Motivasi Dan Permotivasian Dalam
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 16 | November 2013
This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. Please use purchased version to remove this message.
ISSN 1412 – 2936 Manajemen. Jakarta: Raja Grafindo Perkasa. Jhon Dan M Hasan Sadili. 1989. Kamus Inggris Indonesia. Yogyakarta: YKPN Yogyakarta.
Manullang, M. 2004. Dasar-Dasar Manajemen, Edisi Kedua. Jakarta: Salemba Empat. Sugiono. 2002. Metodologi Penelitian Administrasi, Cetakan Kesembilan. Bandung: Alfa Beta.
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 16 | November 2013
This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. Please use purchased version to remove this message.
ISSN 1412 – 2936 ANALISIS PRESTASI MANAJEMEN MENGGUNAKAN PENDEKATAN DU PONT SYSTEM Devi Lestari Pramita Putri Universitas Madura Abstract Profitability ratios and activity as financial ratios to measure the effectiveness of the overall management and used as a basis for measuring achievement with a measuring device used is Return on investment (ROI). Residual income (RI) is required as an alternative means of measuring achievement of the company that used to cover flaws Return on investment (ROI) . So with both these analyzes are expected to be mutually reinforcing results obtained in measuring the achievement of the company's management. The calculation and analysis conducted analysis of the calculation results can be stated return on investment (ROI) is good, although a decline in the level of return on investment (ROI) is not so drastically every year. Analysis of residual income (RI) negative results of the calculations in the first year which means that the company is not effective in invested capital, but in the following year so that the positive results of the calculations can be seen from the analysis of the return on investment ( ROI ) and residual income ( RI ) that management achievement from year to year has increased and has good performance. Keyword: Return On investment (ROI), Residual Income (RI), the achievement of the company's management . PENDAHULUAN Dengan dibuktikan adanya tingkat persaingan antar perusahaan yang cukup tinggi. Peran perusahaan benar-benar harus dapat menunjukkan kemampuanya dalam persaingan global tersebut. Mengingat banyak sekali perusahaan yang ada, tentunya akan menyebabkan timbulnya persaingan antar perusahaan. Selain itu perusahaan harus berusaha untuk mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan dengan mencapai kemampuan menghasilkan keuntungan. Untuk menghadapi persaingan dan mempertahankan daya survive perusahaan, salah satu cara perusahaan melakukan evaluasi untuk mengetahui pelaksanaan kegiatan perusahaan. Alat analisis tersebut adalah suatu alat yang bertujuan membantu manajemen puncak dalam tujuannya mengukur prestasi manajemen perusahaan. Pencapaian tujuan yang telah ditetapkan perusahaan dalam pengukuran prestasi merupakan suatu hal yang sangat penting. Pengukuran prestasi manajemen perusahaan dapat dirinci menjadi beberapa kelompok pusat pertanggungjawaban yaitu: pusat investasi, pusat laba, pusat pendapatan dan pusat biaya. Pengukuran prestasi pada pusat
pertanggungjawaban digunakan sebagai tolak ukur dalam pengendalian manajemen yang efektif dan efisien. Return on invesment merupakan alat pengukur prestasi perusahaan yang dianggap efektif karena dapat menilai keberhasilan seluruh departemen sebagai pusat pertanggungjawaban. Penggunaan ROI adalah salah satu alat pengukur prestasi pusat investasi atau perusahaan dengan cara menentukan besanya rasio laba dengan investasinya. ROI sering digunakan banyak perusahaan untuk mengukur prestasi keuangan, namun ROI masih memiliki kelemahan yaitu tidak dinilai efektif memperhatikan fluktuasi nilai uang dan tidak memasukkan unsur biaya modal khususnya biaya atas modal sendiri sehingga return on investment yang tinggi belum cukup untuk dinilai efektif sebelum dibandingkan dengan biaya modalnya Supriyono (2000;384). Kekurangan analisis pada return on investment dapat diatasi dengan analisis residual income. Residual income sebagai alat analisis yang membandingkan sisa laba setelah pajak dengan biaya modal yang telah ditanamkan dalam aktiva yang digunakan sebagai dasar dalam pencapaian keuntungan adalah sangat
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 16 | November 2013
This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. Please use purchased version to remove this message.
ISSN 1412 – 2936 penting sebagai dasar penilaian keberhasilan manajemen perusahaan. Analisis penilaian return on investment dan residual income ini digunakan dupont system sebagai alat analisis yang bersifat menyeluruh. Dupont system ini memadukan antara rasio perputaran investasi dengan margin laba dan memperlihatkan bagaimana kedua rasio tersebut saling berinteraksi dalam menentukan profitabilitas harga. Berdasarkan hal tersebut dapat diketahui pentingnya pengukuran prestasi manajemen pada suatu perusahaan. Jika ROI lebih besar dari biaya modal maka RI akan positif dan apabila ROI lebih sedikit dari biaya modal maka RI akan negatif sehingga perusahaan dapat memahami kekuatan dan kelemahan yang dimiliki sebagai bahan untuk mempersiapkan perencanaan di bidang keuangan yang lebih baik. Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka yang menjadi masalah pokok dalam penelitian ini adalah “bagaimana prestasi perusahaan jika diukur dengan menggunakan pendekatan Du Pont System” KAJIAN PUSTAKA Return On Investment (ROI) Return on investment (ROI) merupakan salah satu alat pengukur prestasi pusat investasi atau perusahaan dengan melihat tingkat profitabilitas perusahaan yang dihasilkan atas pengelolaan investasi yang telah ditanam. Menurut Supriyono (2000;384) mengenai penggunaan ROI adalah salah satu alat pengukur prestasi atau perusahaan dengan cara menentukan besarnya rasio laba dengan investasinya. Return on invesment dipakai sebagai pengukur kemampuan laba karena dua hal: a). Pendapatan yang tinggi tidak selalu menimbulkan return on invesment yang tinggi. Tambahan pendapatan tidak selalu menimbulkan tambahan laba bagi para pemegang saham. b). Laba dalam rupiah yang tinggi atau laba dalam prosentase atas penjualan yang tinggi tidak berarti menimbulkan keadaan ROI yang lebih baik bagi pemegang saham. Tingginya laba
harus diukur dengan investasi para pemegang saham. Menurut Mulyadi (2000;267) return on investment (ROI) merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan yang digunakan untuk menutup investasi yang dikeluarkan. Laba yang digunakan untuk mengukur rasio ini adalah laba setelah pajak atau EAT . Dapat dinyatakan dengan rumus : Roi =
EAT X 100% Investasi
Kelebihan dan Kelemahan Metode Return On Investment (ROI) Adapun kelebihan tersebut menurut Munawir (1992;92-93) adalah: 1. ROI sifatnya yang menyeluruh. Apabila suatu perusahaan pada suatu periode telah mencapai perputaran operasi sesuai dengan target yang telah ditetapkan, tetapi ROI masih dibawah target, maka pihak manajemen dapat meningkatan efisiensi disektor produksi penjualan. 2. Analisa ROI-pun dapat digunakan untuk mengukur efisiensi tindakantindakan yang dilakukan oleh divisi atau bagian, yaitu dengan mengalokasikan semua biaya dan modal ke dalam bagian yang bersangkutan. 3. Analisa ROI juga dapat digunakan untuk mengukur profitabilitas dari masing-masing produk yang dihasilkan oleh perusahaan. 4. ROI dapat digunakan sebagai dasar untuk pengambilan keputusan jika perusahaan akan mengadakan ekspansi. Kelemahan ROI menurut Munawir (2000; 92-93) sebagai berikut: 1. Membandingkan rate of return suatu perusahaan dengan perusahaan lain yang sejenis karena yang digunakan oleh masing-masing perusahaan berbeda-beda. 2. Adanya fluktuasi nilai dari uang (daya belinya) 3. Dengan menggunakan analisa rate of return atau ROI saja tidak akan dapat digunakan untuk membandingkan dua perusahaan atau lebih dengan mendapatkan kesimpulan yang memuaskan.
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 16 | November 2013
This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. Please use purchased version to remove this message.
ISSN 1412 – 2936 ROI dengan Du Pont Formula Salah satu analisis keuangan yang menggunakan rasio keuangan adalah sistem du pont. Du Pont adalah nama perusahaan yang mengembangkan sistem ini. Sistem du pont dan sistem rentabilitas ekonomis mempunyai kemiripan sehingga kadang-kadang ditafsirkan sama. Oleh karena itu perlu dipahami perbedaannya, yaitu pada sistem du pont dalam menghitung return on investment (ROI) yang didefinisikan adalah laba setelah pajak, konsep rentabilitas ekonomis laba yang dimaksud adalah laba sebelum bunga dan pajak, pembagiannya sama yaitu investasi atau total aktiva. Kedua sistem tersebut kadang-kadang rancu, karena keduanya bisa dihitung dengan cara mengalikan dua rasio keuangan. Menurut Riyanto (1994;36) suatu sistem analisa yang dimaksudkan untuk menunjukkan hubungan antara (ROI), assets turnover,
dan profit margin disebut dengan du pont system. Sehingga besarnya ROI dipengaruhi oleh dua faktor: 1. Turnover dari operating assets (tingkat perputaran aktiva yang digunakan untuk operasi) 2. Profit margin yaitu besarnya keuntungan operasi yang dinyatakan dalam prosentase dan jumlah penjualan bersih. Profit margin ini mengukur tingkat keuntungan yang dapat dicapai oleh perusahaan dihubungkan dengan penjualannya. ROI adalah rasio keuntungan bersih sesudah pajak dengan jumlah investasi (aktiva), sehingga sistem du pont memperhitungkan juga bunga dan pajak. Menurut Syamsudin (2000;63) perhitungan ROI dengan sistem du pont adalah:
ROI = Net Profit Margin x Total Asset Turn Over
Laba Bersih Setelah Pajak × 100 % Penjualan Penjualan ×1 Total Asset Turn Over = Aktiva Operasi Laba Penjualan Laba ROI = X X 100% = X 100% Penjualan Aktiva Operasi Aktiva Operasi Net Profit Margin =
Residual income (RI) Metode residual income (RI) digunakan untuk mengatasi kelemahan dari metode return on investment (ROI). Menurut Supriyono (2000;478) residual income (RI) atau laba residu atau laba sisa adalah laba yang dihitung dari selisih antara laba sebelum pajak dikurangi dengan biaya modal yang diperhitungkan atas investasi dengan rumus: EBIT (1–T) – (Biaya Modal × Total Aktiva) Dimana, EBIT = Earning Before Interest and Tax T = Prosentase Pajak Kelebihan dan Kelemahan Metode Residual Income (RI) Keunggulan Residual income menurut Supriyono (2000; 478-479) adalah
1.
Aktiva yang berbeda dapat dibebani prosentase biaya modal yang berbeda. 2. Jenis aktiva tertentu dapat dibebani prosentase biaya modal yang sama, tanpa memandang divisi yang menggunakan aktiva tersebut diinvestasikan. 3. Mendorong manajer divisi untuk melakukan investasi yang dapat menghasilkan RI sebesar mungkin. Kelemahan Residual income menurut Supriyono (2000;478-479) adalah: a. Perusahaan enggan untuk menentukan biaya modal yang diperlukan untuk mengukur RI. b. Para manajer lebih mengutamakan pengukuran profitabilitas dalam tingkat prosentase sebagaimana menggunakan ROI untuk
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 16 | November 2013
This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. Please use purchased version to remove this message.
ISSN 1412 – 2936 dibandingkan dengan pengukur keuangan lain. Cara-cara meningkatkan ROI dan RI Jika ROI dan RI yang dicapai tidak memenuhi target, maka dapat melakukan perbaikan terhadap ROI dan RI. Beberapa usaha atau cara dalam rangka meningkatkan ROI menurut Supriyono (2000;474-478) adalah: 1. Peningkatan penjualan Dengan meningkatkan penjualan berarti juga dapat meningkatkan laba. Ada beberapa cara yang dapat ditempuh dengan menggunakan peningkatan penjualan yaitu: a. Meningkatkan harga jual tanpa berakibat menurunkan volume penjualan. b. Meningkatkan volume penjualan dengan struktur biaya tidak berubah. c. Meningkatkan rasio laba terhadap penjualan. 2. Penurunan biaya Penggunaan biaya yang tidak diikuti dengan penurunan yang sama dalam penjualan akan meningkatkan laba pusat investasi, sehingga prosentase laba terhadap penjualan akan meningkat dengan pertimbangan tidak ada perubahan tingkat perputaran aktiva. 3. Penurunan aktiva Pusat investasi menggunakan pendekatan ROI untuk mengukur prestasi pelaksanaan manajerial akan mengurangi investasi operasinya karena investasi yang berlebihan akan menurunkan perputaran investasinya, sehingga tingkat pengembaliannya juga akan berubah. Kelebihan dari analisis RI dalah seluruh divisi memiliki sasaran laba yang sama dengan bunga yang berbeda dapat digunakan untuk berbagai jenis harta serta memungkinkan manajer untuk menerima usulan investasi meskipun dengan risiko turunnya nilai ROI. Kelemahan yang biasanya muncul dalam analisis RI adalah mendorong manajer untuk berpikir jangka
pendek, tidak mencakup semua masalah yang memungkinkan timbul dalam mengukur profitabilitas pusat investasi serta tidak bisa memberikan informasi yang akurat mengenai efektifitas untuk melakukan investasi baru. Hubungan Return On Investment dengan Residual Income Tolak ukur yang digunakan adalah Return on investment dan residual income. Perusahaan yang memiliki nilai tambah ekonomi adalah perusahaan yang memiliki return on investment lebih besar daripada biaya modal rata-rata tertimbang, jika ROI lebih kecil dari biaya modal rata-rata maka nilai perusahaan negatif hal ini menunjukkan bahwa kinerja keuangan perusahaan kurang baik. Jika ROI dan RI yang dicapai tidak memenuhi target, maka perusahaan dapat melakukan perbaikan terhadap ROI dan RI. Kelebihan dari analisis RI adalah seluruh divisi memiliki sasaran laba yang sama dengan bunga yang berbeda dan digunakan untuk berbagai jenis harta serta memungkinkan manajer untuk menerima usulan investasi meskipun dengan risiko turunnya nilai ROI. Kelemahan yang biasanya muncul dalam analisis RI adalah mendorong manajer untuk berpikir jangka pendek, tidak mencakup semua masalah yang memungkinkan timbul dalam mengukur profitabilitas pusat investasi serta tidak bisa memberikan informasi yang akurat mengenai efektifitas untuk melakukan investasi baru. Hubungan ROI dan RI dengan sistem Du Pont Sistem Du Pont merupakan suatu sistem dalam menganalisa laporan keuangan dengan pendekatan yang menggunakan rasio keuangan. Analisa Du Pont menggabungkan rasio-rasio aktivitas dan marjin laba, dan menunjukkan bagaimana rasio-rasio tersebut berinteraksi untuk menentukan profitabilitas aktivaaktiva yang dimiliki perusahaan. Menurut Syamsudin (2000;63) perhitungan ROI dengan sistem du pont adalah:
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 16 | November 2013
This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. Please use purchased version to remove this message.
ISSN 1412 – 2936
ROI = Net Profit Margin x Total Asset Turn Over
Laba Bersih Setelah Pajak × 100 % Penjualan Penjualan × 1kali Total Asset Turn Over = Aktiva Operasi
Net Profit Margin =
Hasil pengembalian investasi diperoleh dari perputaran aktiva dikalikan dengan margin laba. Pendekatan sistem Du Pont dapat menunjukkan nilai ROI yang dihasilkan melaui perkalian laba dari penjualan serta efisiensi. Pengukuran Prestasi Perusahaan Pengukuran prestasi manajemen perusahaan timbul sebagai akibat dari proses pengambilan keputusan manajemen. Persoalan tersebut sangat kompleks, karena menyangkut efektifitas pemanfaatan modal, efisiensi dari kegiatan perusahaan yang menyangkut nilai serta keamanan dari berbagai tuntutan yang timbul terhadap perusahaan dari berbagai pihak. Pengukuran prestasi manajemen adalah tindakan pengukuran berbagai aktivitas yang meliputi arah dan kecepatan perubahan dalam rantai nilai yang ada pada perusahaan sesuai dengan tanggung jawab, baik bagian organisasi atau karyawannya yang berdasarkan sasaran dan standar yang telah ditetapkan perusahaan. Tujuan penilaian kinerja menurut Supriyono (2000;385) Untuk memotivasi para manajer divisi dalam meningkatkan prestasi dan untuk menentukan dasar perbandingan prestasi antar divisi di dalam suatu organisasi. Laporan Keuangan Sebagai Pengukur Prestasi Perusahaan Laporan keuangan dipersiapkan atau dibuat dengan maksud untuk memberikan gambaran atau laporan kemajuan secara periodik yang dilakukan pihak manajemen yang bersangkutan. Laporan keuangan terdiri dari data-data yang merupakan hasil dari suatu kombinasi antara fakta yang telah dicatat, prinsipprinsip dan kebiasaan didalam akuntansi serta pendapat pribadi. , laporan keuangan perusahaan merupakan hasil dari suatu proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk komunikasi dan juga
digunakan sebagai alat pengukur prestasi perusahaan. Pengukuran prestasi keuangan suatu perusahaan merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan oleh manajemen agar dapat memenuhi kewajibannya terhadap para penyandang dana dan juga untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan perusahaan. Pengukuran prestasi perusahaan yang ditimbulkan sebagai akibat dari proses pengambilan keputusan manajemen, merupakan persoalan yang kompleks, karena menyangkut efektifitas pemanfaatan modal dan efisiensi dari kegiatan perusahaan yang menyangkut nilai serta keamanan dari berbagai tuntutan yang timbul terhadap perusahaan. Dalam menilai kinerja keuangan perusahaan, dapat digunakan suatu ukuran atau tolok ukur tertentu. Biasanya ukuran yang digunakan adalah rasio atau indeks yang menghubungkan dua data keuangan. Adapun jenis perbandingan dalam analisis rasio keuangan meliputi dua bentuk yaitu membandingkan rasio masa lalu, saat ini ataupun masa yang akan datang untuk perusahaan yang sama. Tujuan Penilaian Prestasi Perusahaan Dalam melakukan pengukuran terhadap prestasi perusahaan harus diketahui tujuan dari pengukuran tersebut. Setiap sistem pengukuran terhadap prestasi dalam perusahaan harus dimulai dengan suatu pertanyan yang jelas mengenai apa tujuan pengukuran prestasi. Menurut Mulyadi (2001;416) tujuan pokok penilaian prestasi adalah untuk memotivasi karyawan dalam mencapai sasaran organisasi dan dalam mematuhi standar perilaku yang telah ditetapkan, agar membuahkan tindakan dan hasil yang diinginkan. Dasar yang dipakai berupa tujuan perusahaan, strategi dan rencana konsisten, tepat dan dapat berjalan (workable). Konsisten berarti
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 16 | November 2013
This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. Please use purchased version to remove this message.
ISSN 1412 – 2936 bahwa strategi harus konsisten dengan tujuan lingkungan, dan dilaksanakan sesuai dengan pola-pola yang terintegrasi. Tepat guna artinya strategi yang dilaksanakan harus sesuai dengan sumber daya yang dimiliki yang sifatnya terbatas, tingkat risiko dapat diterima manajemen, dan meliputi jangka waktu tertentu untuk mencapai tujuan. Dapat berjalan berarti strategi yang dijalankan harus mempertimbangkan apakah akan menghabiskan sumber daya atau tidak, menimbulkan masalah lanjutan, dan apakah ada akibat tak terduga yang dapat dihindari. Standar kuantitatif dapat dibandingkan dengan periode yang lalu atau dengan pesaingnya dalam periode yang sama. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah metode penelitian untuk memperoleh gambaran suatu kondisi/ keadaan tertentu. Teknik analisis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif, dimana metode ini bertujuan untuk data yang berwujud angka dan akan dilakukan analisis melalui perhitunganperhitungan dan untuk selanjutnya memberi penilaian. Jadi dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif, dimana metode ini bermaksud mengadakan akumulasi data, memberikan gambaran mengenai fenomena-fenomena yang terjadi, menjelaskan hubungan serta membuat prediksi dan memperoleh kesimpulan dari masalah yang akan dipecahkan. Tahapan-tahapan dalam analisis data dalam penelitian ini adalah: 1. Rasio aktivitas dan rasio profitabilitas. Rasio-rasio tersebut adalah: !"#$ %&&'" ()*!+') Penjualan = x 1 kali Total Aktiva =>')#"?*@ A)!B?" C#)@?* Laba Operasi = Penjualan J'" A)!B?" C#)@?* Laba bersih setelah pajak = x 1 kali Penjualan ROI = NPM × TATO
RI = QRS T1 − TV − T WACC x Modal OperasiV 2. Membandingkan rasio-rasio tersebut dari tiap-tiap periode untuk menilai keberhasilan perusahaan dalam memperoleh laba atas penggunaan sejumlah aktiva dengan menggunakan time series analysis. ANALISIS DAN PEMBAHASAN Analisis ROI dalam Du Pont Formula Analisis rasio diperlukan untuk mengetahui hubungan dari pos-pos tertentu dalam neraca atau laporan rugi atau laba baik secara individual maupun kombinasi dari kedua laporan tersebut. Analisis ini juga berguna sebagai informasi untuk mengetahui keadaan perusahaan dimasa lalu, saat ini dan kemungkinan dimasa yang akan datang. Penelitian ini akan melihat secara mendalam tentang tinggi rendahnya perhitungan ROI yang mencerminkan seberapa besar kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dari total modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva perusahaan. Analisis ROI ini dalam perhitungannya menggunakan sistem du pont, yang menggabungkan bersama rasio profitabilitas dan rasio aktivitas. Rasio profitabilitas adalah rasio untuk mengukur efektivitas manajemen yang ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan dari penjualan dan investasi perusahaan, dengan alat ukur yang dipakai yaitu net profit margin atau margin laba bersih. Net profit margin atau margin laba bersih adalah rasio yang membandingkan antara laba bersih sesudah pajak dengan dengan penjualan atau pendapatan. Perhitungan Margin laba ini dimaksudkan untuk mengetahui tingkat efisiensi perusahaan yang memperhatikan tinggi rendahnya laba dalam hubungannya dengan tingkat penjualan. Semakin tinggi rasio ini maka semakin baik pula operasi Perusahaan. Rasio aktivitas adalah rasio untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam menggunakan dana yang tersedia yang tercermin dalam perputaran aktivanya
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 16 | November 2013
This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. Please use purchased version to remove this message.
ISSN 1412 – 2936 dengan alat ukur yang dipakai adalah total aset turn over (TATO) atau perputaran
Tahun
NPM (%) 2007 7,02 2008 4,92 2009 3,53 Sumber: Data diolah
aktiva. Untuk perhitungan ROI dapat digunakan rumus sebagai berikut: ROI = NPM x TATO
Tabel 1 Return on Investment Tahun 2007-2008 TATO (X) 0,904 1,059 1,238
Nilai ROI dalam menghasilkan laba bersih dari tahun ke tahun mengalami penurunan yaitu pada tahun 2007 nilai ROI sebesar 6,35% menjadi 5,21% pada tahun 2008, dan mengalami penurunan sebesar 1,14% begitu pula pada tahun 2009 juga mengalami penurunan sebesar 0,84% dari 5,21% pada tahun 2008 menjadi 4,37% pada tahun 2009. Penurunan nilai ROI ini tidak terlepas dari perubahan nilai NPM dan TATO yang merupakan unsur penyusun ROI. Nilai NPM dari tahun ke tahun mengalami penurunan yang disebabkan karena menurunnya laba bersih setelah pajak tidak diikuti dengan meningkatnya penjualan perusahaan. Dalam hal ini perusahaan hendaknya lebih memperhatikan dan meningkatkan usahanya agar semakin efisien dalam menggunakan aktiva yang dimilikinya untuk menghasilkan keuntungan yang lebih besar.
ROI (%) 6,35 5,21 4,37
Analisis Residual Income dalam Du Pont formula RI juga dapat diartikan sebagai ukuran operasional manajemen yang mencerminkan keberhasilan perusahaan dalam menciptakan nilai tambah bagi pemegang saham dan atau investor. Melalui analisa RI ini, dapat diketahui bahwa modal yang di investasikan itu dapat menghasilkan keuntungan yang maksimal atau tidak.Analisa RI dapat diketahui bahwa modal yang di investasikan itu dapat menghasilkan keuntungan yang maksimal atau tidak. Jika hasil perhitungan RI bernilai positif berarti modal yang ditanamkan itu berhasil atau mempunyai nilai tambah bagi perusahaan dan jika bernilai negatif berarti modal yang ditanamkan tidak efektif atau kurang berhasil. Besarnya RI dapat dirumuskan sebagai berikut: RI = QRS T1 − TV − T WACC x Modal OperasiV
Tabel 2 Residual Income Tahun 2007-2008 RI EBIT × (1-T) Biaya Modal (Rp) 2007 30.502.000 (30.532.300) (30.300) 2008 25.519.600 (25.508.900) 10.700 2009 22.169.400 (22.153.800) 15.600 Sumber: data diolah Tahun
Dari tabel di atas menunjukkan besarnya nilai RI yang diperoleh bernilai positif dan ada yang bernilai negatif. Hal ini membuktikan bahwa pada tahun 2007 yang bernilai negatif sebesar Rp. (30.300) pada tahun tersebut perusahaan tidak mampu menghasilkan nilai tambah ekonomis bagi para penyandang dana dan pada tahun 2008 nilai RI sebesar Rp.
10.700, pada tahun 2009 nilai RI Rp. 15.600 ini menunjukkan perusahaan mampu memberikan tingkat pengembalian dana dari sumber-sumber keuangan yang ada dan mempunyai kinerja yang baik dengan mengurangi kerugian.
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 16 | November 2013
This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. Please use purchased version to remove this message.
ISSN 1412 – 2936 Analisis Perbandingan Metode ROI dan RI Setelah dilakukan perhitungan dan evaluasi kinerja perusahaan dengan
menggunakan pendekatan ROI dan RI, maka hasil perbandingan dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 3 Perbandingan pengukuran kinerja berdasarkan ROI dan RI Tahun 2007-2008 Tahun RI ROI (Rp) (%) 2007 (30.300) 6,35 2008 10.700 5,21 2008 15.600 4,37 Sumber: Data diolah
Pada tahun 2007 menghasilkan ROI yang paling tinggi dengan RI negatif sebesar Rp. (30.300) namun dari tahun ke tahun nilai ROI mengalami penurunan diiringi dengan naiknya RI yang bernilai positif. Hal tersebut membuktikan bahwa tingkat kinerja perusahaan dalam tahun ke tahun dengan menghasilkan return atau tingkat pengembalian investasi yang baik. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Prestasi manajemen ditinjau berdasarkan analisis ROI selama periode 2007-2009 menunjukkan prestasi yang kurang baik. Nilai ROI juga terjadi perkembangan yang fluktuatif dari tahun ke tahun yang disebabkan penurunan tingkat laba bersih sesudah pajak yang berdampak pada penurunan NPM. Ditinjau dari hasil perhitungan RI selama 3 tahun berturut-turut prestasi manajemen pada periode tahun 2007 mengalami nilai negatif dan pada tahun 2008 sampai dengan 2009 nilai RI sangat bagus karena nilai RI nya positif, yang berarti perusahaan efektif dalam menginvestasikan modalnya pada tahun tersebut. Dari hasil analisis ROI dan RI yang dilakukan dalam menilai prestasi perusahaan jika dilihat dari aspek keuangan hendaknya digunakan analisis residual income (RI) untuk mempertahankan return on investment (ROI) sekaligus untuk mengatasi kelemahan metode return on investment (ROI) agar hasil yang dicapai lebih baik. Hubungan antara ROI dengan RI, jika hasil perhitungan RI bernilai positif berarti modal yang ditanamkan itu berhasil atau mempunyai nilai tambah bagi perusahaan
dan jika RI bernilai negatif berarti modal yang ditanamkan tidak efektif atau kurang berhasil. Saran Dengan hasil analisa yang dilakukan mengenai tingkat prestasi kinerja keuangan, perusahaan diharapkan lebih efektif dan efisien dalam menggunakan aktiva perusahaan, dan juga diharapkan mampu menstabilkan biaya modal yang efisien, sehingga perusahaan dapat mencapai tingkat laba yang maksimal. Perusahaan diharapkan menyertakan biaya modal dengan menggunakan metode Residual Income. Dengan menggunakan kedua metode tersebut dapat diketahui bagaimana kinerja perusahaan yang sebenarnya. Diharapkan perusahaan menggunakan metode Residual Income karena dapat membantu menciptakan pertumbuhan laba perusahaan. DAFTAR PUSTAKA Ahmad, Kamaruddin. 1996. Dasar-Dasar Manajemen Investasi. Cetakan Pertama, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta. Alwi, Syafarudin.1994. Alat-alat Analisis Dalam Pembelanjaan, Penerbit Yogyakarta: Andy Offset. Arikunto, Suharsimi.2002.Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek, Edisi Revisi VI, Cetakan Ketigabelas, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta. Halim, Abdul, Tjahjono, Ahmad dan Fachri Husein, Muhammad. 2000. Sistem Pengendalian Manajemen. Edisi Revisi, Cetakan Pertama, Akademi Perusahaan YKPN, Yogyakarta.
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 16 | November 2013
This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. Please use purchased version to remove this message.
ISSN 1412 – 2936 Helfert, A. Erich.1983. Teknik Analisis Keuangan , Penerbit Erlangga, Jakarta. Jumingan, 2006. Analisa Laporan Keuangan. Cetakan Pertama, Penerbit Bumi Aksara, Jakarta. Mowen, Hansen. 2000. Management Accounting. Buku 2, Penerbit Salemba Empat, Jakarta Mulyadi. 2001. Akuntansi Manajemen:Konsep, Manfaat Dan Rekayasa. Edisi Ketiga, Cetakan Ketiga, Penerbit Salemba Empat, Jakarta. Munawir, S. 2000. Analisa Laporan Keuangan. Edisi Keempat, Cetakan Kesebelas, Penerbit Liberty, Yogyakarta. Riyanto, Bambang. 1995. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan. Edisi Keempat, Penerbit BPFE, Yogyakarta.
Sugiyono. 1999. Metode Penelitian Administrasi. Cetakan Pertama, Penerbit Alfabeta, Bandung. Supranto. 1997. Metode Riset: Aplikasinya Dalam Pemasaran. Edisi Keenam/Revisi, Cetakan Pertama, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta. Supriyono. 2000. Sistem Pengendalian Manajemen. Buku 1, Edisi Pertama, Cetakan Pertama, Penerbit BPFE, Yogyakarta. Syamsudin, Lukman. 2000. Manajemen Keuangan: Konsep Aplikasi Dan Perencanaan, Pengawasan Dan Pengambilan Keputusan. Penerbit Rajawali Pers, Jakarta. Weston, J. Fred and Eugene, F. Brigham. 1994. Essentials of Managerial Finance. Alfonsus Sirait, S.E, Akt. (Penerjermah) 1994 Dasar-dasar Manajemen Keuangan, Jilid 1, Edisi Kesembilan, Cetakan kedua, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 16 | November 2013
This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. Please use purchased version to remove this message.
ISSN 1412 – 2936 ASPEK BAURAN PEMASARAN DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN BELANJA ONLINE SECARA PRE ORDER
Rosy Aprieza Puspita Zandra
[email protected] Fakultas Ekonomi Universitas Madura
ABSTRAK Sistem Pre Order merupakan salah satu bentuk keanekaragaman dan perkembangan dalam dunia perdagangan, yang menerapkan sistem jual beli dengan sistem “pesan dulu baru produksi”, dimana hal ini menyebabkan durasi penyaluran produk dari online shop ke tangan konsumen menjadi lebih lama daripada online shop bersistem Ready Stock. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui alasan yang mendasari keputusan konsumen berbelanja online dengan sistem Pre Order. Karena jumlah populasi yang tidak diketahui, peneliti menggunakan teknik Snowball Sampling untuk melakukan survei terhadap beberapa responden yang mempunyai pengalaman berbelanja online dengan sistem Pre Order pada toko online di bidang penjualan produk make up impor dan duplikasi fashion. Informasi dianggap cukup pada pengambilan sampel ke-30 sehingga secara keseluruhan jumlah sampel yang diteliti adalah sejumlah 30 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari sudut pandang konsumen, pemilihan bertransaksi jual beli dengan sistem Pre Order dipengaruhi oleh sejumlah aspek yang seluruhnya merupakan variabel bauran pemasaran. Hal ini dapat ditelaah dari persentase hasil analisis deskriptif berikut, yaitu (1) keunggulan sistem ‘pesan dulu baru produksi’ demi penyesuaian spesifikasi produk 63%, (2) harga 60%, (3) ketersediaan produk 70%, dan (4) persepsi terhadap citra produk 57%. Kata Kunci: bauran pemasaran, belanja online, pre order. PENDAHULUAN Rakuten, platform bisnis yang berkantor pusat di Jepang, telah memprediksi bahwa pertumbuhan transaksi belanja online di Indonesia di tahun 2013 akan mencapai US$ 500 juta, atau setara Rp 4,8 triliun (Chandrataruna, http://teknologi.news.viva.co.id). Hal ini dimungkinkan dengan adanya realita bahwa edukasi atas teknologi informasi telah merata pada masyarakat sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari. Berdasarkan studi yang dilakukan oleh lembaga riset MarkPlus Insight terhadap pengguna internet di 10 kota besar di Indonesia pada tahun 2013, diketahui bahwa jumlah pengguna internet
mengalami pertumbuhan yang signifikan hingga 22% dari 62 juta di tahun 2012 menjadi 74,57 juta di tahun 2013. Di samping itu, MarkPlus Insight sekaligus memprediksi angka tersebut akan menembus 100 juta jiwa di tahun 2015 nanti (http://www.the-marketeers.com). Secara spesifik, riset ini juga menghitung jumlah “masyarakat internet” yang ada di Indonesia. Masyarakat internet diartikan sebagai sebagai seseorang yang menghabiskan waktu paling tidak tiga jam untuk online tiap harinya, atau biasa dikenal dengan istilah netizen. Pada tahun 2012 Indonesia mempunyai 24,2 juta netizen, dan meningkat sekitar 3% menjadi 31,7 juta di tahun 2013.
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 16 | November 2013
This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. Please use purchased version to remove this message.
ISSN 1412 – 2936
Dominasi penggunaan media elektronik dan fasilitas internet dapat secara cepat membuka jalur baru untuk pertumbuhan dan perkembangan transaksi bisnis secara online melalui berbagai media belanja online ataupun situs jejaring sosial yang populer. Sehubungan dengan potensi bisnis online, pimpinan TokoBagus memaparkan, “dengan jumlah pengunjung mencapai 10 juta pengunjung per minggu, angka pengunjung online store masih jauh lebih banyak dibanding dengan jumlah pengunjung 14 mal besar di Jakarta yang rata-rata cuma dikunjungi 35 ribu pengunjung setiap harinya” (teknologi.news.viva.co.id). Sebuah penelitian mengenai pengguna pengguna internet di negara Singapura menunjukkan bahwa semakin banyak seseorang menggunakan internet, maka semakin besar pula kemungkinan orang tersebut melakukan pembelian melalui internet. Dengan kata lain, pemanfaatan fasilitas internet dapat memberikan dampak pada perilaku masyarakat (pengguna internet) dalam melakukan pembelian. Tidak hanya menggeser sistem belanja secara konvensional (toko offline) ke sistem belanja secara online, namun juga meningkatkan minat dan frekuensi transaksi pembelian via internet. Lembaga riset MarkPlus Insight (dalam id.techinasia.com) menyatakan bahwa dari keseluruhan responden yang diteliti, ditemukan fenomena bahwa hampir separuh netizen berada pada rentang usia 15 hingga 30 tahun. Hal tersebut memberikan informasi bahwa pengguna internet aktif di Indonesia didominasi oleh kalangan remaja dan masyarakat usia muda. Lebih lanjut, temuan mengenai tingkah laku belanja online oleh kalangan netizen menerangkan bahwa perilaku pembelian telah naik sebanyak 5% dibanding tahun 2012; dengan kata lain sebanyak 20% netizen Indonesia melakukan belanja online di tahun 2013 yang mayoritas dilakukan oleh wanita (lihat gambar 1). Fakta bahwa media digital internet dan perilaku pembelian yang terjadi di
dalamnya telah lazim dikenal oleh berbagai lapisan masyarakat di Indonesia dengan sendirinya memberi peluang yang baik pada kedua pihak; baik bagi netizen yang berperan sebagai penyedia barang dan jasa/penjual, maupun netizen yang memilih untuk menjadi pembeli saja; untuk memanfaatkan fasilitas internet demi kemudahan bertransaksi jual beli melalui toko online (online shop). Sesama pengguna internet, terutama netizen secara otomatis menjadi sasaran pemasaran pertama bagi online shop yang beraktivitas di media internet, dengan harapan akan menarik minat dari masyarakat nonnetizen di masa mendatang. Menjamurnya jumlah online shop di berbagai media internet, baik pada forum online, situs listing seperti Kaskus dan TokoBagus, atau sekedar pada media sosial semacam Facebook dan Twitter, jelas menuntut upaya dan pemikiran matang dari para pelaku online shop agar menjadi unggul dibandingkan dengan pesaingnya. Tren dan gaya hidup yang sedang merebak di masyarakat bisa dianggap sebagai peluang bisnis yang bagus. Menjual produk yang disesuaikan dengan tren dan gaya hidup tertentu dapat menaikkan angka penjualan bisnis seorang penjual (http://jarvis-store.com). Ketika pelaku online shop mengikuti tren dalam bisnisnya, maka produk yang dijualnya akan selalu “up-to-date” atau tidak akan ketinggalan zaman. Berdasarkan pengamatan awal peneliti, diantara berbagai macam toko online (online shop) yang ada, dua bidang bisnis online yang sedang digemari kalangan remaja putri adalah online shop yang menawarkan penjualan produk make up impor atau penyedia replika pakaian serta aneka produk (pernak-pernik) fashion dari tokoh idola di dunia hiburan populer. Hal ini sesuai dengan hasil riset MarkPlus Insight (dalam id.techinasia.com) yang menyebutkan bahwa tiga barang yang paling sering dibeli oleh netizen di media internet adalah produk fashion, yaitu pakaian (61,7%), sepatu (20,2%), dan tas (20%).
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 16 | November 2013
This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. Please use purchased version to remove this message.
ISSN 1412 – 2936
Gambar 1 Tingkah laku belanja online masyarakat internet
Sumber: MarkPlus Insight (dalam id.techinasia.com), 2013 Masing-masing masing bidang penjualan online yang telah disebutkan di atas tidak selalu memiliki pola jual-beli beli yang sama antara yang satu dengan lainnya. Pada beberapa toko online tertentu, misalnya pada toko online penjual make up import, import bentuk usahanya adalah perdagangan, yaitu jenis usaha yang bergerak pada kegiatan membeli barang dari suatu tempat dan waktu tertentu untuk kemudian menjualnya kembali di tempat dan waktu lainnya. Dalam hal ini, toko online yang dibahas hanya bertindak sebagai ebagai perantara (reseller) atas produk make up impor yang harus dibeli dari produsen atau agen di luar negeri, sebelum kemudian menyampaikannya ke tangan pembeli di Indonesia. Sedangkan toko online penyedia replika atau duplikasi fashion memiliki kecenderungan pada bentuk usaha manufaktur. Dalam aktivitas jual beli online, online sistem penjualan yang telah umum dikenal sebelumnya adalah penjualan barang secara ready stock,, yaitu sistem penjualan dimana toko online hanya menawarkan barang jadi yang ang sudah tersedia di tempat penjual dengan cara memajang foto dari produk asli di etalase virtual pada media yang digunakan. Dan sistem lainnya
adalah sistem penjualan Pre Order yang menyajikan pola yang berbeda dengan penjualan ready stock. Sistem Pre Order atau yang sering dikenal dengan istilah singkat PO, merupakan salah satu bentuk keanekaragaman dan perkembangan dalam dunia perdagangan, yang menerapkan sistem jual beli dengan sistem “pesan dulu baru produksi” produksi”. Sebagian pendapat menyebutkan bahwa sist sistem Pre Order memungkinkan calon pembeli berpartisipasi dalam memberi kontribusi pada produk yang dipesan. Misalnya menentukan warna dan ukuran, juga mencari kepastian lebih cermat mengenai detail produk (kualitas dan bahan) yang dipesan. Bahkan beberapa to toko online bersedia menerima pesanan khusus/eksklusif dari calon pembelinya. Pada sistem penjualan Pre Order, calon pembeli yang telah memutuskan akan melakukan pembelian diharuskan melakukan pembayaran sejumlah persentase tertentu dari total harga pesanan sebagai uang muka atau “tanda jadi” (biasanya 50% dari harga jual produk), kemudian sisa pembayaran berikutnya dilunasi pada saat barang telah selesai diproduksi atau telah sampai di
Makro, Jurnal Manajemen ajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 16 | November 2013
This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. Please use purchased version to remove this message.
ISSN 1412 – 2936 tempat penjual. Selanjutnya, penjual baru akan mengirimkan barang pada masingmasing pemesan setelah barang benarbenar dilunasi. Penjelasan Riska, selaku pemilik online shop Kampus Kecil, pada situs RiauBisnis (http://riaubisnis.com), menyebutkan bahwa sistem Pre Order memiliki kelemahan yang harus diantisipasi oleh produsen, yaitu adanya target jumlah tertentu yang harus dipenuhi untuk memulai proses produksi. Pada umumnya produsen harus menunggu hingga target pemesanan tercapai baru bisa memulai proses produksi atau pemesanan pada produsen di luar negeri, sehingga ada jangka waktu tertentu yang dibutuhkan untuk bisa menjual suatu produk. Bermula dari prosedur tersebut, tentunya kelemahan sistem Pre Order dapat pula dirasakan oleh pihak pembeli. Pembeli dituntut untuk bersabar menunggu hingga barang pesanan diterima, karena jangka waktu yang dibutuhkan relatif lebih lama dibandingkan dengan transaksi jual beli dengan sistem ready stock. Berdasarkan pengamatan peneliti, terhitung sejak tahap Pre Order dibuka (open PO), rata-rata membutuhkan waktu dua minggu bahkan delapan minggu, terutama jika produk yang dipesan adalah produk impor yang seringkali mengalami kendala pada bea cukai. Berbeda dengan sistem penjualan ready stock yang bisa dilakukan dalam waktu yang relatif singkat; sekitar dua hari hingga satu minggu saja. Dalam penelitiannya, Adi (2013:5) menjabarkan beberapa kelemahan sistem Pre Order, “Sistem ini memiliki beberapa kelemahan diantaranya memerlukan waktu yang relatif lama, serta resiko pembeli yang cukup besar seperti contoh barang yang sudah dipesan tidak jadi datang atau bahkan tidak dikirim oleh penjual, belum lagi jika masalah uang yang disetorkan sebagai uang muka tidak kembali kepada pembeli”. Dengan adanya kelemahankelemahan sistem Pre Order yang telah umum diketahui oleh pihak pembeli tersebut, mengapa seolah-olah tidak menyurutkan minat konsumen untuk berbelanja online dengan sistem Pre Order?
KAJIAN PUSTAKA Minat beli Ketertarikan dan tindakan untuk mengkonsumsi sesuatu hal dapat dikenali sebagai minat beli sebagai salah satu cerminan perilaku konsumen. Minat beli adalah tahap kecenderungan konsumen untuk bertindak sebelum keputusan membeli benar-benar dilaksanakan (Kinnear dan Taylor dalam Adi, 2013:25). Minat ini akan timbul jika produk yang dijual itu sesuai dengan keinginan calon pembeli. Apabila kriteria yang diinginkan dapat dipenuhi oleh produk yang ditawarkan oleh online shop yang bersangkutan, pada akhirnya calon konsumen akan membuat keputusan untuk melakukan pembelian. Pada kebanyakan konsumen, perilaku pembelian seringkali diawali dan dipengaruhi oleh banyaknya rangsangan dari luar dirinya, baik berupa rangsangan pemasaran maupun rangsangan dari lingkungannya. Rangsangan atau faktorfaktor pembangkit minat dari lingkungan biasa dikenali dengan keinginan serta perilaku untuk mengikuti tren masyarakat pada periode tertentu, sedangkan yang dimaksud rangsangan pemasaran adalah upaya-upaya yang dilakukan oleh pihak penjual untuk memasarkan barang dan jasanya. Inti pemikiran pemasaran adalah bagaimana cara untuk memahami, menciptakan, mengkomunikasikan dan memberi kepuasan pada konsumen atas produk yang ditawarkan oleh penjual. Cahyasari (2011:xxiii) memaparkan dalam penelitiannya, “dua sasaran pemasaran yang utama adalah menarik konsumen baru dengan menjanjikan nilai yang unggul dan mempertahankan konsumen lama. Bila pemasar dapat memahami konsumen dengan baik maka produk-produk yang mereka jual akan terjual dengan mudah”. Pengetahuan penjual akan selera konsumen dan tren yang sedang merebak di masyarakat merupakan faktor yang sangat penting untuk menjadi kunci kesuksesan pemasaran. Penjual dapat mengaplikasikan pengetahuan tersebut pada sistem dan produk yang ditawarkannya. Rangsangan-rangsangan tersebut tersebut dapat timbul dari sifat
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 16 | November 2013
This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. Please use purchased version to remove this message.
ISSN 1412 – 2936 produk, sifat dari sistem penjualannya, serta kondisi-kondisi yang mempengaruhi. Setiap aspek pertimbangan yang telah disebutkan sebelumnya sesungguhnya merupakan implikasi dari penerapan strategi marketing mix (bauran pemasaran) yang berikutnya akan dibahas di bawah ini. Daya Tarik Bauran Pemasaran Hal mendasar yang diperlukan untuk menarik minat konsumen dalam sebuah penjualan adalah strategi dan pemanfaatan peluang yang tepat. Bauran pemasaran merupakan alat yang perlu dipertimbangkan oleh penjual agar strategi pemasaran yang telah ditetapkan dapat berjalan sesuai dengan rencana. Variabel-variabel strategi yang terdapat dalam bauran pemasaran, adalah produk, harga, penyaluran produk, dan promosi (Assauri, 2004:199). a. Produk. Wujud fisik produk dimaksudkan untuk menunjukkan ciri yang berfungsi memenuhi kebutuhan atau keinginan konsumen. Penekanan wujud fisik dari produk adalah fungsi dari produk tersebut, disamping desain, warna, ukuran, dan pengepakannya. Namun, produk tidak hanya dilihat dari wujud fisiknya saja, tetapi juga mencakup pelayanan, harga, prestise pabrik dan penyalurnya. Tjiptono (dalam Zulfikar, 2011:16) menggolongkan produk menjadi dua golongan yaitu produk konsumsi dan produk industri. Yang dimaksud dengan produk konsumsi adalah barang-barang yang dibeli untuk dikonsumsi oleh konsumen akhir sendiri. Produk konsumsi dibagi dalam 4 golongan, yaitu: 1) Produk konvenian; barang yang pada umumnya memiliki frekuensi pembelian tinggi (sering dibeli), dibutuhkan dalam waktu segera, dan hanya memerlukan usaha yang minimum dalam pembandingan dan pembeliannya. 2) Produk shopping; barang-barang yang dalam proses dan pemilihannya dibandingkan oleh konsumen diantara berbagai altenatif yang tersedi. Kriteria perbandingan
tersebut meliputi mutu, harga, model, warna. Barang shopping terdiri atas dua jenis yaitu: i. Homogeneous shopping goods merupakan barang-barang yang oleh konsumen dianggap serupa dalam hal kualitas tetapi cukup berbeda dalam harga. Dengan demikian berarti konsumen membandingkan harga dari toko satu ke toko lainnya. ii. Heterogeneous shopping goods adalah barang-barang yang aspek karakteristiknya atau ciri-cirinya (features) dianggap lebih penting oleh konsumen daripada aspek harganya. 3) Specialty Goods; barang-barang yang memiliki karakteristik dan atau identifikasi merk yang unik dimana sekelompok konsumen bersedia melakukan usaha khusus untuk membelinya. 4) Unsought Goods; merupakan barang-barang yang tidak diketahui konsumen ataupun kalau sudah diketahui, tetapi pada umumnya belum terpikirkan untuk membelinya. b. Harga Harga adalah sejumlah uang yang ditukarkan untuk sebuah produk atau jasa (Amstrong dan Kotler, 2001:466). Harga termasuk salah satu faktor yang mempengaruhi minat pembelian, dimana harga berperan sebagai penentu utama dalam pengambilan keputusan beli, dan menjadi jalan untuk menentukan titik dimana harga tersebut dapat diterima atau masih dalam taraf rasional. c. Penyaluran/distribusi Saluran produksi dibutuhkan terutama karena adanya perbedaan yang menimbulkan celah atau kesenjangan diantara produksi dan konsumsi (Assauri, 2004:235). Distribusi juga menjadi pertimbangan konsumen dalam mengambil keputusan untuk membeli suatu produk. Jika konsumen menilai distribusi suatu produk baik maka kemungkinan besar konsumen akan menjatuhkan pilihannya pada produk tersebut dan membelinya.
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 16 | November 2013
This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. Please use purchased version to remove this message.
ISSN 1412 – 2936 d. Promosi Betapapun bermanfaat, namun jika suatu produk tidak dikenal oleh konsumen, maka produk tersebut tidak akan dikenal dan tidak akan diketahui manfaatnya. Maka dari itu promosi yang sifatnya persuasif diperlukan untuk mengenalkan produk dan membentuk persepsi konsumen terhadap produk tersebut. Menurut Tjiptono (dalam Zulfikar, 2011:24) promosi adalah suatu bentuk komunikasi pemasaran. Komunikasi pemasaran adalah aktivitas pemasaran yang berusaha menyebarkan informasi, mempengaruhi/membujuk, dan atau mengingatkan pasar sasaran atas perusahaan dan produknya agar bersedia menerima, membeli, loyal pada produk yang ditawarkan perusahaan yang bersangkutan. Citra dari produk tertentu dipercaya mempunyai pengaruh yang besar terhadap pembentukan minat beli di kalangan konsumen. Seperti dijelaskan oleh pendapat Syamsudin (http://www.masbow.com) bahwa secara mendasar, minat dibagi menjadi dua jenis, yaitu: minat spontan, yaitu (1) minat yang secara spontan timbul dengan sendirinya, dan (2) minat dengan sengaja, yaitu minat yang timbul karena dibangkitkan melalui rangsangan yang sengaja dipergunakan. Keputusan Pembelian Perilaku konsumen mempelajari bagaimana seseorang memilih, membeli, dan memakai barang, jasa, gagasan atau pengalaman dalam rangka memuaskan kebutuhan konsumen. Keputusan untuk membeli juga dipengaruhi oleh nilai produk yang dievaluasi. Bila manfaat yang dirasakan lebih besar dibandingkan pengorbanan untuk mendapatkannya maka dorongan untuk membelinya semakin tinggi. Perilaku konsumen akan menentukan proses pengambilan keputusan dalam pembelian mereka. Pengertian keputusan pembelian adalah tahap dalam proses pengambilan keputusan dimana konsumen benar-benar melakukan aktifitas pembelian. Ketika membeli suatu produk,
konsumen melewati tahap-tahap sebagai berikut (Kotler, dalam Cahyasari, 2011:xxxv). a. Pengenalan Masalah Proses pembelian dimulai saat pembeli mengenali sebuah masalah atau kebutuhan. Pembeli menyadari suatu perbedaan keadaan sebenarnya dan keadaan yang diinginkan. b. Pencarian informasi Konsumen yang telah tertarik akan mencari informasi yang lebih tentang produk yang diinginkan. Semakin kuat dorongan untuk memuaskan kebutuhan, maka konsumen akan makin aktif mencari informasi sehubungan dengan kebutuhan tersebut. c. Penilaian alternatif Konsumen menggunakan informasi untuk mengevaluasi merek-merek alternatif dalam himpunan pikiran. d. Keputusan Membeli Setelah mencari dan mengevaluasi berbagai alternatif untuk memenuhi kebutuhan, konsumen pada titik tertentu harus memutuskan antara membeli atau tidak membeli, jika keputusan yang diambil adalah membeli, konsumen harus membuat rangkaian keputusan yang menyangkut merk, harga, tempat, penjualan dan lain-lain. e. Perilaku pasca pembelian Setelah melakukan pembelian, konsumen akan mengalami beberapa tingkat kepuasaan atau ketidakpuasaan. Bila konsumen memperoleh kepuasaan maka sikap konsumen terhadap merek tersebut akan lebih kuat dan jika konsumen merasa tidak memperoleh kepuasaan maka sikap konsumen terhadap merek tersebut akan lebih lemah. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif deskriptif, yang dimaksudkan untuk mendeskripsikan fakta mengenai faktor-faktor yang mendasari keputusan konsumen berbelanja online dengan sistem Pre Order. Penelitian ini dilakukan dengan metode survei pada beberapa sampel perorangan yang mempunyai pengalaman berbelanja di toko online bersistem pre
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 16 | November 2013
This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. Please use purchased version to remove this message.
ISSN 1412 – 2936 order. Toko online yang dimaksud dalam penelitian ini adalah toko online yang bergerak dalam bidang penjualan produk pr fashion dan make up impor, yang mayoritas menjalankan bisnis sederhana hanya dengan memanfaatkan akun pribadi di media sosial Facebook.. Dengan kata lain, toko-toko online tersebut tidak terdaftar secara resmi sehingga tidak dapat diketahui jumlahnya secara ecara pasti, demikian pula dengan pelanggan yang menjadi objek penelitian ini. Karena jumlah populasi yang tidak diketahui, peneliti menggunakan teknik Snowball Sampling untuk melakukan survei terhadap beberapa responden yang mempunyai pengalaman berbelanja berbelanj online dengan sistem Pre Order. Informasi dianggap cukup pada pengambilan sampel ke-30 30 sehingga secara keseluruhan jumlah sampel yang diteliti adalah sejumlah 30 orang. Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data adalah wawancara, dan observasi. Wawancara ra antara peneliti dan responden dalam penelitian ini dilakukan secara online (chatting), ), melalui fitur pesan facebook, melalui aplikasi Whatsapp, Whatsapp atau Line.. Wawancara yang dilakukan berpedoman pada wawancara semi terstruktur, yaitu wawancara berupa garis besar yang akan ditanyakan, dan dapat dikembangkan mengikuti arah jawaban dari informan sehingga diperoleh jawaban yang semakin fokus pada permasalahan. Peneliti melakukan observasi pada objek penelitian. Observasi yang dilakukan adalah observasi partisipatif tif yang bersifat pasif, yaitu peneliti mengamati aktifitas (promosi) posting produk oleh akun facebook toko online yang dianggap dapat memberikan informasi, termasuk melalui komentar-komentar komentar antara pihak toko online dengan calon pembelinya dalam rangka menggali enggali informasi atau pengajuan permintaan produk yang ditawarkan. ANALISIS DAN PEMBAHASAN Berikut merupakan hasil temuan di lapangan yang meliputi intensitas pembelian, kepercayaan pembeli terhadap sistem Pre Order,, dan alasan melakukan pembelian dengan sistem Pre Order. Order Intensitas Pembelian
Hampir seluruh responden yang dijadikan sampel dalam penelitian ini pernah melakukan belanja online dengan kedua sistem yang ada, yaitu sistem Ready Stock dan sistem Pre Order Order. Namun intensitas pembelian yang dimaksud disini adalah hasil tabulasi dari berapa kali masing-masing masing responden berpengalaman melakukan transaksi pembelian online dengan sistem Pre Order saja. Jumlah pengalaman bertransaksi disajikan dalam tabel dan diagram berikut. Tabel 1 Intensitas
Jumlah
%
1 – 5 kali
16
53
6 – 10 kali 9 >10 kali 5 Total 30 Sumber: Data diolah
30 17 100
Diagram 1 1 – 5 kali (53%) 6 – 10 kali (30%) >10 kali (17%) Sumber: Data diolah
Persentase tertinggi adalah responden yang mempunyai intensitas belanja online dengan sistem Pre Order berkisar antara 1 hingga 5 kali saja, sebesar 53%. Sedangkan persentase terendah menunjukkan jumlah responden yang melakukan transaksi lebih dari 10 kali, yaitu 17%. Kepercayaan Toko online hanya akan menyajikan produknya dalam etalase atau katalog yang bersifat virtual, sehingga penilaian calon pembeli terhadap barang yang diminati hanya terbatas pada segi visual saja. Ketika calon pembeli melakukan pembelian pertama di toko online yang tidak dikenal sebelumnya, mereka tidak dapat mengetahui kualitass barang yang ditawarkan. Oleh sebab itu, rasa yakin dan percaya sangat dibutuhkan dalam
Makro, Jurnal Manajemen ajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 16 | November 2013
This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. Please use purchased version to remove this message.
ISSN 1412 – 2936 mewujudkan transaksi jual beli secara online. Dari keseluruhan sampel yang diteliti, mutlak berpendapat bahwa kepercayaan merupakan kunci utama untuk mendorong seseorang orang membuat keputusan pembelian, terutama dengan sistem Pre Order. Order Dalam konteks transaksi secara Pre Order, penanaman kepercayaan dari pihak pembeli pada penjual perlu dibarengi dengan kesediaan untuk bersabar menunggu barang hingga tiba di tangan pembeli. li. Hal ini dibuktikan dengan jawaban “Ya” dengan persentase sebesar 100%.
bersistem Pre Order,, sehingga jumlah akhir setiap butir alasan yang dijawab secara positif (disimpulkan dengan jawaban “Ya”) maupun negatif (disimpulkan dengan jawaban “Tidak”) masing-masing masing tidak berjumlah 30 responden saja. Secara rinci, masing--masing butir alasan pertama dan kedua dijelaskan dalam diagram 3 dan diagram 4 berikut ini. Diagram 3
Penyesuaian Spesifikasi Produk
Ya (67%)
Tabel 2 % Intensitas Jumlah Ya 30 100 Tidak 0 0 Total 30 100 Sumber: Data diolah
Tidak (33)
Sumber: Data diolah Diagram 4
Diagram 2
Harga Ya (100%) Tidak (0%
Ya (60%) Tidak (40%)
Sumber: Data diolah
Alasan Melakukan Pembelian Dengan Sistem Pre Order Berikut akan disajikan tabulasi mengenai beberapa motif yang mendorong responden melakukan pembelian dengan sistem Pre Order. Tabel 3 Alasan
Ya
1. Spesifikasi produk 20 dapat disesuaikan 2. Harga lebih murah 18 3. Ketersediaan produk 21 4. Persepsi terhadap citra 17 produk Total 76 Sumber: Data diolah
Tidak 10 12 9 13 44
Dalam tabulasi tersebut masingmasing masing responden dapat mempunyai lebih dari satu alasan yang dianggap mendasari keputusan pembelian produk di toko online
Sumber: Data diolah
Pre Order memiliki kecenderungan berproduksi berdasarkan pesanan, karena itu cara penjualan ini sangat berpotensi mempermudah h timbulnya minat beli karena memberikan kesempatan pada calon pembeli untuk mengajukan penyesuaian spesifikasi barang pesanan berdasarkan selera atau keinginan pribadi, misalnya untuk pemesanan produksi barang duplikasi fashion pihak penjual memberi keleluasaan uasaan pada calon pembelinya dalam penentuan desain produk, ukuran atau pilihan warna tertentu. Toko-toko online yang menjalankan usahanya dengan sistem Pre Order ratarata mengkhususkan pada pemasaran barang-barang barang yang sifatnya eksklusif atau tidak beredar dar secara umum di pasaran pasaran. Pihak toko online biasanya mendatangkan pasokan barang impor eksklusif langsung
Makro, Jurnal Manajemen ajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 16 | November 2013
This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. Please use purchased version to remove this message.
ISSN 1412 – 2936 dari produsen atau pemasar yang berada di luar negeri. Atau jika bergerak dalam penjualan barang duplikasi, biasanya online shop akan memproduksi barang ba dagangannya sendiri atau mempunyai solusi lainnya yaitu hubungan kerjasama secara langsung dengan pihak produsen yang bertugas memproduksi barang pesanan. Dengan metode ini muncul keunggulan dari kesempatan penghematan biaya sebab ada beberapa biaya yang dapat dikendalikan pengeluarannya, dan nantinya akan berimbas pada harga jual produk yang tidak terlalu mahal. Di beberapa online shop,, harga bisa lebih murah dibandingkan dengan harga yang ada di toko offline.. Namun seandainya harga jual barang tidak lagi dapat ditawarkan dengan murah-pun pun sebenarnya tidak akan terlalu mempengaruhi minat pembelian, mengingat jenis barang yang dijual adalah jenis barang eksklusif yang sulit diperoleh di pasaran. Kondisi tersebut dengan sendirinya menuntut pemahaman logis bahwa harga tersebut adalah nilai yang patut bagi barang yang bersangkutan. Atau dengan kata lain, harga yang melekat pada produk sudah ‘sesuai’ dengan sifat dan kualitasnya. Untuk memperjelas hasil penelitian, butir alasan ketiga dan keempat disajikan dalam diagram 5 dan diagram 6 berikut ini. Diagram 5
Ketersediaan Produk
Ya (70%) Tidak (30%)
Sumber: Data diolah
Diagram 6
Persepsi terhadap Citra Produk
Ya (57%) Tidak (43%)
Sumber: Data diolah
Ketertarikan calon pembeli terhadap suatu produk seringkali berhasil dibangun oleh image yang melekat pada produk yang bersangkutan. Pencitraan produk sengaja dibuat oleh produsen dan pemasar untuk menjalin komunikasi bisnis yang baik dengan sasaran yang dituju; untuk menyusun persepsi bahwa produk yang dimaksud merupakan produk istimewa yang harus dimiliki. Pengenalan merk dan produk dengan dukungan tagline promosi serta pemilihan brand ambassador yang tepat akan membuka peluang yang lebih luas untuk membentuk brand believe pada setiap calon pembeli. Biasanya perusahaan selalu memilih tokoh tokoh-tokoh yang sedang digemari atau menjadi idola masyarakat, misalnya penyanyi, aktor/aktris, dan sebagainya. Pemakaian brand ambassador dimaksudkan untuk menonjolkan perannya dalam membangun identitas dan citra produk yang dinilai dapat mempengaruhi preferensi si konsumen terhadap produk. Serta berfungsi sebagai unsur persuasif dalam mempengaruhi emosi calon pembeli yang pada akhirnya akan menuntun pada perilaku konsumsi. Terkadang pembeli dihadapkan pada keterbatasan pilihan karena banyak alasan; distribusi pemasaran asaran produk yang tidak merata pada wilayah tertentu, tidak adanya ukuran yang sesuai, kehabisan persediaan barang di toko offline ataupun di toko online bersistem Ready Stock Stock, dan kendala lainnya, sistem Pre Order bisa menjadi solusi alternatif untuk ket keterbatasan tersebut dengan sistem penjualan yang bersifat “pesan dulu baru produksi”.
Makro, Jurnal Manajemen ajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 16 | November 2013
This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. Please use purchased version to remove this message.
ISSN 1412 – 2936 KESIMPULAN Berdasarkan analisis dan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa dari sudut pandang konsumen, pemilihan untuk bertransaksi jual beli dengan sistem Pre Order dipengaruhi oleh seluruh variabel bauran pemasaran. Hal ini dapat ditelaah dari persentase hasil analisis deskriptif berikut, yaitu; (1) keunggulan sistem ‘pesan dulu baru produksi’ demi penyesuaian spesifikasi produk 63%, (2) harga 60%, (3) ketersediaan produk 70%, dan (4) persepsi terhadap citra produk 57%. DAFTAR PUSTAKA Adi, Rifqi Nugroho. 2013. Analisis Faktorfaktor yang Mempengaruhi Pembelian dengan Sistem Pre Order Secara Online. Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro. Semarang: Amstrong dan Kotler. 2001. Prinsip-Prinsip Pemasaran Edisi Kedelapan. Erlangga. Jakarta. Anonim. 2009. Minat Beli dalam Psikologi. http://www.masbow.com, Diakses tanggal 10 September 2013. Anonim. 2013. Tingkah Laku Pengguna Internet Indonesia,
http://id.techinasia.com. Diakses tanggal 10 September 2013. Assauri, Sofjan. 2004. Manajemen Pemasaran. PT RajaGrafindo Persada. Jakarta. Cahyasari, Arum. 2009. Pengaruh Faktorfaktor Bauran Pemasaran Terhadap Keputusan Pembelian Ulang Sepeda Motor Honda. Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret. Surakarta. Chandrataruna, Muhammad dan Tommy Wibowo. 2013. 5 Tren Penggerak Bisnis Online. http://teknologi.viva.co.id. Diakses tanggal 10 September 2013. Mahardy, Denny. 2013. Gandeng APJII BPS Riset Jumlah Pengguna Internet Indonesia. http://tekno.liputan6.com. Diakses tanggal 10 September 2013. Pela. 2010. Jual Beli Pre Order Mulai Jadi Tren. http://riaubisnis.com. Diakses tanggal 11 September 2013. Sanjaya, Ridwan. 2010. Meningkatkan Omzet Penjualan Melalui Blog. PT Elex Media Komputindo. Jakarta. Sularto, Lana. 2004. Pengaruh Privasi, Kepercayaan dan Niat Beli Konsumen Melalui Internet. Skripsi. Program Doktor Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma. Depok.
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 16 | November 2013
This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. Please use purchased version to remove this message.
ISSN 1412 – 2936 PENGARUH MOTIVASI TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA PT. HERO SAKTI MOTOR SUZUKI MALANG Alfi Hasaniyah Universitas Madura ABSTRAK Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui tingkat motivasi karyawan, tingkat kinerja karyawan, untuk mengetahui motivasi yang terdiri dari kebutuhan fisiologis, rasa aman, sosialisasi, penghargaan, dan aktualiasi diri berpengaruh terhadap peningkatan kinerja karayawan dan untuk mengetahui variabel motivasi yang paling kuat pengaruhnya terhadap kinerja karyawan pada PT. Hero Sakti Motor Suzuki Malang. Adapun kegunaan Penelitian yang ingin dicapai khususnya bagi perusahaan diharapkan dapat memberi masukan yang positif bagi perusahaan terkait khususnya PT. Hero Sakti Motor Suzuki Malang tentang pengaruh motivasi terhadap kinerja karyawan. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan rentang skala dan regresi linier berganda. Dari hasil analisis rentang skala menunjukkan bahwa motivasi para karyawan pada PT. Hero Sakti Motor Suzuki Malang tang meliputi kebutuhan fisiologis, kebutuhan rasa aman, kebutuhan penghargaan dan kebutuhan aktualisasi diri masuk dalam kategori tinggi, sedangkan untuk kebutuhan sosialisasi masuk dalam kategori sangat tinggi. Hasil analisis rentang skala juga dapat diketahui bahwa kinerja para karyawan pada PT. Hero Sakti Motor Suzuki Malang masuk dalam kategori tinggi. Berdasarkan hasil koefisien regresi masing-masing variable motivasi terbukti bahwa kebutuhan fisiologis mempunyai pengaruh dominant terhadap kinerja karyawan pada PT. Hero Sakti Motor Suzuki Malang. Beberapa saran yang diajukan dalam penelitian ini yaitu duharapkan perusahaan untuk memberikan gaji yang layak dan tepat waktu kepada karyawan sehingga dapat memenuhi segala kebutuhan fisiologis yang merupakan kebutuhan pokok atau yang apling mendasar dan merupakan faktor yang memiliki pengaruh terbesar terhadap kinerja para karyawan. Selain diharapkan perusahaan juga memperhatikan faktor-faktor yang lain, hal tersebut dikarenakan keempat faktor yang lain juga berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan. Kata kunci: Motivasi, Kinerja Karyawan PENDAHULUAN Sekarang ini industri sepeda motor meningkat dengan pesat dengan diikuti persaingan antar produsen dalam mengeluarkan produk andalannya guna merebut pangsa pasar. Begitupun dengan PT. Herosakti Motor Suzuki Malang sebagai pemegang licensi produk sepeda motor Suzuki harus dapat menjaga para konsumen yang telah memberikan kepercayaan dalam menggunakan produk yang telah dikeluarkan oleh Suzuki. Dalam hal ini menjaga mutu tidak hanya dikhususkan pada awal pembelian produk saja tetapi juga dalam hal perawatan sehingga para konsumen dapat merasa puas terhadap produk serta pelayanan. Seperti juga pada PT. Herosakti
Motor Suzuki Malang, kinerja para karyawan selalu diawasi dengan baik dan untuk meningkatkannya diperlukan motivasi. Di dalam perusahaan pimpinan harus dapat mengetahui kebutuhan para karyawan, terutama untuk tujuan utama tercapai maka karyawan memenuhi kebutuhan yang kedua yaitu kebutuhan akan keselamatan dan keamanan yang menjamin jiwa mereka dalam melakukan pekerjaan. Karyawan juga membutuhkan kebutuhan bersosialisai dengan sesama karyawan, pimpinan, ataupun teman, tingkatan kebutuhan keempat adalah kebutuhan akan penghargaan atas hasil kerja mereka dengan begitu para karyawan akan terpacu ataupun meningkatkan kinerja para
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 16 | November 2013
64
This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. Please use purchased version to remove this message.
ISSN 1412 – 2936 karyawan. Kebutuhan kelima adalah kebutuhan realisasi diri agar para karyawan mengoptimalkan semua kemampuan, ketrampilan dan potensi yang ada akan berdampak pada peningkatan kinerja yang maksimal. Dengan demikian jelaslah disini pemberian motivasi kepada karyawan sangat penting, agar para karyawan yang bekerja pada PT. Herosakti Motor Suzuki Malang dapat melaksanakan pekerjaannya sesuai dengan standar dan harapan dari organisasi atau perusahaan. Mengingat bahwa setiap individu dalam perusahaan berasal dari latar belakang yang berbeda-beda, motivasi yang dibutuhkan karyawan juga berbeda-beda pula, maka akan sangat penting bagi perusahaan untuk melihat apa kebutuhan para karyawannya, apa bakat dan ketrampilan yang dimilikinya. Jika perusahaan dapat mengetahui hal-hal tersebut, maka akan lebih mudah untuk menempatkan si karyawan pada posisi yang paling tepat, sehingga ia akan semakin termotivasi. Tentu saja usaha-usaha memahami kebutuhan karyawan tersebut harus disertai dengan penyusunan kebijakan perusahaan dan prosedur kerja yang efektif. Untuk melakukan hal ini tentu bukan perkara yang gampang, tetapi memerlukan kerja keras dan komitmen yang sungguh-sungguh dari manajemen. Atas dasar tersebut penulis menggunakan teori Maslow untuk memenuhi kebutuhan karyawannya. KAJIAN PUSTAKA Pengertian Motivasi Sedarmayanti (2001: 66) menyatakan bahwa motivasi adalah suatu daya pendorong yang menyebabkan orang berbuat sesuatu atau yang diperbuat karena takut akan sesuatu. Dari pengertian motivasi diatas dapat dinyatakan bahwa tidak ada motivasi jika tidak dirasakan dengan adanya kebutuhan dan kepuasan ketidakseimbangan. Rangsangan terhadap hal termaksud akan menimbulkan motivasi, dan motivasi yang telah tumbuh akan berhubungan erat dengan perilaku dan
prestasi kerja, yang diarahkan untuk mencapai tujuan organisasi. Pengertian Kinerja Semua perusahaan dalam memberikan motivasi kerja pada karyawannya tentu mengharapkan adanya hasil yang baik dengan kinerja yang lebih baik dari sebelumnya. . Indikator Kinerja Karyawan Selain pengertian kinerja tingkat dan sumber yang mempengaruhi kinerja para karyawan perlu diketahui pula indikator kinerja para karyawan. Menurut Sugiyono (2002: 33) suatu kinerja dapat diukur melalui beberapa hal yaitu: 1) Kemampuan Kemampuan adalah kapasitas yang dimilki oleh seorang karyawan untuk melaksanakan pekerjaan. 2) Ketepatan Waktu 3) Disiplin Kerja Disiplin kerja yaitu kepatuhan atau ketaatan seorang karyawan terhadap tata kerja yang berlaku maupun perintah dari pimpinan dalam menjalankan pekerjaannya. Hubungan antara Motivasi dan Kinerja Menurut Suprihanto (Noegroho 2002: 279) motivasi dalam kaitannya dengan kinerja adalah seseorang tergantung pada motivasi orang tersebut terhadap pekerjaan yang dilakukan. Semakin tinggi motivasi seseorang untuk melakuan pekerjaan, semakin baik pula kinerja pegawai tersebut. Demikian pula sebaliknya, semakin kecil motivasi seseorang melakukan pekerjaan maka kinerja pegawai tersebut tidak mengalami peningkatan atau akan semakin turun. Menurut hasil penelitian John W. Atkinson menemukan suatu model motivasi yang didasari pemikiran bahwa orang dewasa yang sehat mempunyai cadangan energi ini dapat tercapai tergantung pada kekuatan dorongan dari motivasi individu situasi serta kesempatan yang ada. Motivasi pribadi untuk bertindak adalah hasil interaksi 3 hal yaitu : 1. Kekuatan diri sendiri atau kebutuhan. 2. Keinginan untuk berhasil.
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 16 | November 2013
65
This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. Please use purchased version to remove this message.
ISSN 1412 – 2936 3. Nilai insentif yang melekat pada tujuan. Ketepatan waktu adalah tepat tidaknya karyawan dalam menyelesaikan suatu pekerjaan dengan waktu yang telah ditetapkan oleh perusahaan. METODE PENELITIAN Teknik Analisis data dan Pengujian Hipotesa 1) Rentang skala Untuk mengetahui apakah motivasi yang diberikan dan kinerja pada karyawan tinggi atau rendah maka digunakan rentang skala
(Umar 2001: 225) dengan menggunakan rumus : sR= mmn)1 dimana: Rs = rentang skala n = jumlah sampel m = jumlah altenative jawaban tiap item Berdasarkan rumus diatas maka rentang skala yang dapat diperoleh hasil : sR= 454)14(60=− dari perhitungan diatas dapat menghasilkan rentang skala sebesar 45 sehingga diperoleh rentang skala penilaian untuk motivasi dan kinerja :
Tabel 1 Rentang Skala Penilaian Motivasi dan Kinerja Skala penilaian 60 – 104 105 – 150 151- 195 196 - 241
Motivasi
Kinerja
sangat rendah rendah tinggi sangat tinggi
sangat rendah rendah tinggi sangat tinggi
Sumber: data diolah
meramalkan betapa kuatnya pengaruh masing-masing variabel bebas atau motivasi (X) terhadap variabel terikat atau kinerja (Y). Rumus regresi berganda menurut Sugiyono (2000: 251) adalah : Y= a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + e Keterangan : Y = Motivasi karyawan A = konstanta b = koefisien regresi X1 = Variabel kebutuhan fisiologis X2 = Variabel kebutuhan rasa aman X3 = Variabel kebutuhan sosialisasi X4 = Variabel kebutuhan penghargaan X5 = Variabel kebutuhan aktualisasi diri E = Error (kesalahan)
Pengujian Hipotesis a. Hipotesis Simultan (uji F) Untuk menguji tingkat signifikan pengaruh kualitas pelayanan secara simultan pada tingkat kepercayaan tertentu dapat diuji dengan menggunakan uji F, dengan menggunakan rumus: Kriteria : • jika Fhitung > Ftabel : maka Ho ditolak dan Ha diterima • jika Fhitung < Ftabel : maka Ho diterima dan Ha ditolak b. Hipotesis Secara Parsial (Uji t) Uji t dilakukan untuk parameter secara parsial dan juga untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat. Uji t ini juga dapat digunakan untuk menguji variabel bebas mana yang paling kuat mempengaruhi variabel terikat, dimana rumus t test (hitung) sebagai berikut: t = bsb Keterangan :
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 16 | November 2013
66
This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. Please use purchased version to remove this message.
ISSN 1412 – 2936 b = Koefisien Regresi Sb = Standart Error atau Standart deviasi Pengujian dilakukan dengan cara membandingkan nilai thitung dan ttabel, dengan tingkat signifikan 5% dan pada derajat bebas sebagai berikut: • Ho : b = 0 ; artinya secara parsial tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel (X) atau motivasi terhadap variabel atau kinerja (Y). • Ha : b ≠ 0 ; artinya secara parsial terdapat penaruh signifikan antara variabel bebas atau motivasi (X) terhadap variabel terikat atau kinerja (Y).
ANALISIS DAN PEMBAHASAN 1. Uji Validitas Uji validitas digunakan untuk melihat valid tidaknya masing-masing instrumen dalam variabel kebutuhan fisiologis (X ), rasa aman (X ), sosialisasi 1
2
(X ), penghargaan (X ), dan aktualisasi 3
4
diri (X ) dan kinerja karyawan pada PT. 5
Hero Sakti Motor Suzuki Malang (Y). Nilai kritis dari pengujian ini adalah 0,254 dengan DF= N-1 taraf signifikan 0,05 (5%). Instrumen dikatakan valid jika angka koefisien korelasi yang diperoleh lebih besar dari nilai kritis (r). Adapun hasil uji validitas pada pengujian ini untuk masing-masing variabel adalah sebagai berikut:
Tabel 2 Uji Validitas Variabel Kebutuhan Fisiologis (X ) 1
Item
Validitas (Angka korelasi)
1. 2. 3. Sumber: data diolah
0,583 0,470 0,750
Dari tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa semua instrumen variabel kebutuhan fisiologis adalah valid, karena terbukti bahwa nilai koefisien lebih besar dari nilai kritis pada tingkat signifikan 5%. Berdasarkan hasil tersebut dapat
Nilai r
tabel
Hasil Uji
N=59; α=5% 0,254 0,254 0,254
Valid Valid Valid
membuktikan bahwa semua instrumen penelitian dapat digunakan untuk mengukur variabel kebutuhan fisiologis. Untuk mengetahui uji validitas variabel kebutuhan rasa aman secara lengkap dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3 Uji Validitas Variabel Kebutuhan Rasa Aman (X ) 2
Item
Validitas (Angka korelasi)
1. 2. 3. Sumber: data diolah
0,590 0,584 0,619
Dari tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa semua instrumen variabel kebutuhan rasa aman adalah valid, karena terbukti bahwa nilai koefisien lebih besar dari nilai
Nilai r
tabel
N=59; α=5% 0,254 0,254 0,254
Hasil Uji Valid Valid Valid
kritis pada tingkat signifikan 5%. Berdasarkan hasil tersebut dapat membuktikan bahwa semua instrumen penelitian dapat digunakan untuk mengukur
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 16 | November 2013
67
This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. Please use purchased version to remove this message.
ISSN 1412 – 2936 variabel kebutuhan rasa aman. Untuk mengetahui uji validitas variabel kebutuhan
sosialisasi, secara lengkap dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4 Uji Validitas Variabel Kebutuhan Sosialisasi (X ) 3
Item
Validitas (Angka korelasi)
1. 2. 3. Sumber: data diolah
0,607 0,664 0,451
Dari tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa semua instrumen variabel sosialisasi adalah valid, karena terbukti bahwa nilai koefisien lebih besar dari nilai kritis pada tingkat signifikan 5%. Berdasarkan hasil tersebut dapat membuktikan bahwa semua
Nilai r
Hasil Uji
tabel
N=59; α=5% 0,254 0,254 0,254
Valid Valid Valid
instrumen penelitian dapat digunakan untuk mengukur variabel sosialisasi. Untuk mengetahui uji validitas variabel kebutuhan penghargaan, secara lengkap dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 5 Uji Validitas Variabel Kebutuhan Penghargaan (X ) 4
Item
Validitas (Angka korelasi)
1. 2. 3. Sumber: data diolah
0,782 0,547 0,517
Dari tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa semua instrumen variabel kebutuhan penghargaan adalah valid, karena terbukti bahwa nilai koefisien lebih besar dari nilai kritis pada tingkat signifikan 5%. Berdasarkan hasil tersebut dapat
Nilai r
Hasil Uji
tabel
N=59; α=5% 0,254 0,254 0,254
Valid Valid Valid
membuktikan bahwa semua instrumen penelitian dapat digunakan untuk mengukur variabel kebutuhan penghargaan. Untuk mengetahui uji validitas variabel kebutuhan aktulisasi secara lengkap dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 6 Uji Validitas Variabel Kebutuhan Aktualisasi (X ) 5
Item 1. 2. 3. Sumber: data diolah
Validitas (Angka korelasi) 0,607 0,664 0,451
Dari tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa semua instrumen variabel kebutuhan aktulis asi adalah valid, karena terbukti bahwa nilai koefisien lebih besar dari nilai kritis pada tingkat signifikan 5%.
Nilai r
tabel
N=59; α=5% 0,254 0,254 0,254
Hasil Uji Valid Valid Valid
Berdasarkan hasil tersebut dapat membuktikan bahwa semua instrumen penelitian dapat digunakan untuk mengukur variabel kebutuhan aktulisasi. Sedangkan untuk mengetahui hasil uji validitas variabel kinerja karyawan pada PT. Hero Sakti Motor
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 16 | November 2013
68
This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. Please use purchased version to remove this message.
ISSN 1412 – 2936 Suzuki Malang dapat dilihat pada tabel
Tabel 7 Uji Validitas Variabel Kinerja Karyawan (Y) Validitas Nilai r tabel (Angka korelasi) N=59; α=5% 0,782 0,254 0,547 0,254 0,517 0,254
Item 1. 2. 3. Sumber: data diolah
Dari tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa semua instrumen variabel kinerja karyawan adalah valid, karena terbukti bahwa nilai koefisien lebih besar dari nilai kritis pada tingkat signifikan 5%. Berdasarkan hasil tersebut dapat membuktikan bahwa semua instrumen penelitian dapat digunakan untuk mengukur variabel kinerja karyawan pada PT. Hero Sakti Motor Suzuki Malang.
Item Kebutuhan Fisiologis Sosialisasi
(X )
Penghargaan
(X )
Valid Valid Valid
2. Uji Reliabilitas Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana alat ukur dapat dipercaya atau dihandalkan. Untuk melihat reabel atau tidak, dilakukan dengan melihat koefisien reliabilitas (coefisient of reliability). Nilai koefisien tersebut berkisar antara 0 hingga 1. Semakin mendekati 1 menunjukkan makin reliabel. Ukuran yang dipakai untuk semakin reliabel bilamana Cronbach’s Alpha diatas 0,6. Adapun hasil uji reliabilitas dapat dilihat pada tabel di bawah: Hasil Uji
0,6961 0,7754 0,6892 0,6985 0,6573 0,7122
Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel
1
(X )
Hasil Uji
Tabel 8 Hasil Uji Reliabilitas Koefisien Reliabilitas (X )
Rasa Aman
2
3
4
Aktualisasi Diri
berikut:
(X ) 5
Kinerja Karyawan (Y) Sumber: data diolah
Berdasarkan hasil uji reliabilitas maka dapat disimpulkan bahwa seluruh variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah reliabel, hal tersebut dikarenakan koefisien Cronbach’s Alpha diatas 0,6. Hasil Analisis Rentang Skala Rentang skala digunakan untuk mengetahui variabel kebutuhan fisiologis (X ), rasa aman (X ), sosialisasi (X ), 1
2
Motor Suzuki Malang (Y). Dalam hal ini rentang skala digunakan untuk mengetahui tingkat jawaban dari para karyawan yang berhubungan dengan kondisi yang dirasakan karyawan dalam bekerja pada perusahaan. Adapun secara lengkap hasil analisis rentang skala yang dilakukan dapat dilihat pada tabel berikut:
3
penghargaan (X ), dan aktualisasi diri (X ) 4
5
dan kinerja karyawan pada PT. Hero Sakti Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 16 | November 2013
69
This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. Please use purchased version to remove this message.
ISSN 1412 – 2936 a. Variabel Kebutuhan Fisiologis (X )
Variabel Kebutuhan Rasa Aman (X )
Berdasarkan hasil perhitungan rentang skala dapat diambil kesimpulan: 1. Total skor pendapat responden tentang variabel kebutuhan fisiologis yang diukur dari pemenuhan kebutuhan pangan (makan dan minum) menjadi dorongan untuk bekerja dengan baik, maka dapat diperoleh total skor sebesar 187 yang masuk dalam rentang 151 – 195 (tinggi). Hasil tersebut dapat membuktikan bahwa dalam bekerja di perusahaan selama ini para karyawan memiliki tujuan utama yaitu dalam usaha untuk memenuhi kebutuhan pemenuhan atas kebutuhan pangan (makan dan minum). 2. Total skor pendapat responden tentang variabel kebutuhan fisiologis yang diukur dari pemenuhan kebutuhan sandang menjadi dorongan untuk bekerja dengan baik, maka dapat diperoleh total skor sebesar 191 yang masuk dalam rentang 151 – 195 (tinggi). Kondisi tersebut dapat membuktikan bahwa selama ini para karyawan memiliki motivasi yang tinggi dalam usaha untuk pemenuhan kebutuhan sandang baik untuk dirinya sendiri maupun untuk keluarga. 3. Total skor pendapat responden tentang variabel kebutuhan fisiologis yang diukur mengenai pemenuhan kebutuhan papan menjadi dorongan untuk bekerja dengan baik, maka dapat diperoleh total skor sebesar 187 yang masuk dalam rentang 151 – 195 (tinggi). Hasil tersebut dapat membuktikan bahwa selama ini para karyawan memiliki motivasi yang tinggi untuk memenuhi kebutuhan akan kepemilikan perumahan dalam bekerja di perusahaan. Berdasarkan hasil perhitungan rata-rata rentang skala diperoleh angka sebesar 188,33 yang berarti bahwa motivasi karyawan dalam pemenuhan kebutuhan fisiologis masuk dalam kategori tinggi.
Berdasarkan hasil perhitungan rentang skala dapat diambil kesimpulan: 1. Total skor pendapat responden tentang variabel kebutuhan rasa aman yang diukur dari jaminan dan keamanan kerja yang telah diberikan perusahaan menjadi dorongan untuk bekerja dengan baik, maka dapat diperoleh total skor sebesar 184 yang masuk dalam rentang 151 – 195 (tinggi). Berdasarkan hasil tersebut dapat membuktikan bahwa selama ini para karyawan memiliki motivasi yang tinggi dalam bekerja diperusahaan dikarenakan adanya jaminan atas keamanan dalam bekerja. 2. Total skor pendapat responden tentang variabel kebutuhan rasa aman yang diukur dari perlindungan keamanan jabatan/ posisi yang telah diberikan perusahaan menjadi dorongan untuk bekerja dengan baik, maka dapat diperoleh total skor sebesar 185 yang masuk dalam rentang 151 – 195 (tinggi). Hasil tersebut dapat membuktikan bahwa para karyawan memiliki motivasi yang tinggi dalam bekerja di perusahaan, dikarenakan adanya kebijakan perusahaan untuk membeirkan jaminan atas keamanan jabatan/ posisi yang dimiliki oleh masing-masing karyawan. Berdasarkan hasil perhitungan rata-rata rentang skala diperoleh angka sebesar 184,5 yang berarti bahwa motivasi kerja karyawan yang ditinjau dari kebutuhan rasa aman masuk dalam kategori tinggi.
1
2
Variabel Kebutuhan Sosialisasi (X ) 3
Berdasarkan hasil perhitungan rentang skala dapat diambil kesimpulan: 1. Total skor pendapat responden tentang variabel kebutuhan sosialisasi yang diukur dari diterimanya dalam pergaulan kelompok karyawan dapat menjadi dorongan untuk bekerja dengan baik, maka dapat diperoleh total skor sebesar 241 yang masuk dalam rentang 151 – 195 (tinggi). Hasil tersebut membuktikan
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 16 | November 2013
70
This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. Please use purchased version to remove this message.
ISSN 1412 – 2936 bahwa selama ini perusahaan memberikan dukungan secara penuh atas kondisi kerja yang terdapat diperusahaan sehingga terjalin hubungan kerja para karyawan dalam beraktivitas di perusahaan. 2. Total skor pendapat responden tentang variabel kebutuhan sosialisasi yang diukur dari rasa kekeluargaan dan persahabatan yang terbina dengan teman sekerja di perusahaan dapat menjadi dorongan untuk bekerja dengan baik, maka dapat diperoleh total skor sebesar 203 yang masuk dalam rentang 196 – 241 (sangat tinggi). Kondisi tersebut dapat membuktikan bahwa selama ini perusahaan selalu memantau secara langsung atas kondisi hubungan antar karyawan melalui rasa kekeluargaan dan persahabatan dengan harapan mampu menciptakan situasi yang nyaman dalam bekerja. 3. Total skor pendapat responden tentang variabel kebutuhan sosialisasi yang diukur mengenai susana kerja yang harmonis antara teman sekerja dapat menjadi dorongan untuk bekerja dengan baik, maka dapat diperoleh total skor sebesar 203 yang masuk dalam rentang 196 – 241 (sangat tinggi). Hasil tersebut dapat membuktikan bahwa selama ini perusahaan berusaha untuk memberikan dan mencipatakan suasana kerja yang harmonis dan mengakibatkan adanya peningkatan atas motivasi kerja para karyawan di perusahaan. Berdasarkan hasil perhitungan rata-rata rentang skala diperoleh angka sebesar 197,33 yang berarti bahwa motivasi kerja karyawan yang ditinjau dari kebutuhan sosialisasi masuk dalam kategori tinggi. Variabel Kebutuhan Penghargaan (X ) 4
Berdasarkan hasil perhitungan rentang skala dapat diambil kesimpulan: 1. Total skor pendapat responden tentang variabel kebutuhan penghargaan yang diukur dari pengakuan atas prestasi kerja
dari perusahaan dapat menjadi dorongan untuk bekerja dengan baik, maka dapat diperoleh total skor sebesar 176 yang masuk dalam rentang 151 – 195 (tinggi). Hasil tersebut dapat membuktikan bahwa selama ini pihak maanajemen memberikan pengakuan dan penghargaan atas prestasi kerja yang diperoleh oleh karyawan, kebijakan tersebut menjadikan motivasi kerja karyawan masuk dalam kategori tinggi. 2. Total skor pendapat responden tentang variabel kebutuhan penghargaan yang diukur dari pemberian penghargaan atas prestasi kerja yang diberikan oleh perusahaan dapat menjadi dorongan untuk bekerja dengan baik, maka dapat diperoleh total skor sebesar 173 yang masuk dalam rentang 151 – 195 (tinggi). Berdasarkan hasil tersebut maka dapat disimpulkan bahwa usaha perusahaan dalam memberikan penghargaan atas prestasi kerja yang telah dihasilkan oleh karyawan menjadikan tingginya atas motivasi kerja para karyawan di perusahaan. 3. Total skor pendapat responden tentang variabel kebutuhan penghargaan yang diukur mengenai usaha perusahaan untuk meningkatan atas potensi yang dimiliki dapat menjadi dorongan untuk bekerja dengan baik, maka dapat diperoleh total skor sebesar 180 yang masuk dalam rentang 151 – 195 (tinggi). Hasil tersebut dapat membuktikan bahwa selama ini perusahaan berusaha untuk memberikan jaminan atas kualitas para karyawan yaitu dengan meningkatkan potensi yang dimiliki oleh karyawan. Berdasarkan hasil perhitungan rata-rata rentang skala diperoleh angka sebesar 176,33 yang berarti bahwa motivasi kerja karyawan yang ditinjau dari kebutuhan penghargaan masuk dalam kategori tinggi. Variabel Kebutuhan Aktualisasi Diri (X ) 5
Berdasarkan hasil perhitungan rentang skala dapat diambil kesimpulan:
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 16 | November 2013
71
This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. Please use purchased version to remove this message.
ISSN 1412 – 2936 1. Total skor pendapat responden tentang variabel kebutuhan aktualisasi diri yang diukur dari adanya dukungan dari perusahaan kepada untuk memaksimalkan potensi diri dapat menjadi dorongan untuk bekerja dengan baik, maka dapat diperoleh total skor sebesar 241 yang masuk dalam rentang 217 – 281 (baik). Hasil tersebut membuktikan bahwa selama ini perusahaan memberikan fasilitas kepada para karyawan dalam usaha untuk mengembangkan segala bentuk potensi yang dimiliki oleh karyawan, dan hal tersebut menjadikan dorongan yang tinggi bagi karyawan dalam beraktivitas diperusahaan. 2. Total skor pendapat responden tentang variabel kebutuhan aktualisasi diri yang diukur dari dengan adanya pengembangan diri yang diberikan perusahaan kepada karyawan dapat menjadi dorongan untuk bekerja dengan baik, maka dapat diperoleh total skor sebesar 240 yang masuk dalam rentang 217 – 281 (baik). Kondisi tersebut dapat membuktikan bahwa selama ini perusahaan selalu memantau atas kondisi perkembangan para karyawannya, apabila terjadi hal-hal yang kurang menguntungkan maka pihak manajemen selalu berusaha mengembangkan atas potensi atau kemampuan yang dimiliki oleh karyawan. 3. Total skor pendapat responden tentang variabel kebutuhan aktualisasi diri yang diukur mengenai kemampuan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh perusahaan dapat menjadi dorongan untuk bekerja dengan baik, maka dapat diperoleh total skor sebesar 243 yang masuk dalam rentang 217 – 281 (baik). Hasil tersebut dapat membuktikan bahwa selama ini perusahaan berusaha untuk memberikan kemudahan dalam memberikan kenyamanan dalam bekerja di perusahaan dalam usaha untuk mencapai kemampuan kerja secara maksimal. Berdasarkan hasil perhitungan
rata-rata rentang skala diperoleh angka sebesar 182 yang berarti bahwa motivasi kerja karyawan yang ditinjau dari kebutuhan aktualisasi diri masuk dalam kategori tinggi. Variabel Kinerja Karyawan (Y) Berdasarkan hasil perhitungan rentang skala dapat diambil kesimpulan: 1. Total skor pendapat responden tentang variabel kinerja para karyawan yang diukur dari kemampuan bekerja dalam melakukan pekerjaan sesuai dengan standar kerja yang telah ditetapkan oleh perusahaan, maka dapat diperoleh total skor sebesar 241 yang masuk dalam rentang 217 – 281 (Tinggi). Hasil tersebut membuktikan bahwa selama ini para karyawan mampu memenuhi atas standar kerja yang ditetapkan oleh perusahaan. 2. Total skor pendapat responden tentang variabel kinerja para karyawan yang diukur dari ketepatan waktu dalam menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan target waktu yang telah ditentukan oleh perusahaan, maka dapat diperoleh total skor sebesar 240 yang masuk dalam rentang 217 – 281 (tinggi). Kondisi tersebut dapat membuktikan bahwa bahwa hasil membuktikan bahwa selama ini para karyawan mampu untuk menyelesaikan tugas atau pekerjaan yang dibebankan kepadanya dengan perbandingan standar waktu yang telah ditetapkan oleh perusahaan. 3. Total skor pendapat responden tentang variabel kinerja karyawan yang diukur mengenai dalam bekerja memiliki kedisiplinan kerja sesuai dengan ketentuan yang berlaku di perusahaan, maka dapat diperoleh total skor sebesar 243 yang masuk dalam rentang 217 – 281 (baik). Hasil tersebut dapat membuktikan bahwa selama ini para karyawan selalu bekerja sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan . Berdasarkan hasil perhitungan rata-rata rentang skala maka dapat diketahui bahwa kinerja para karyawan diperoleh
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 16 | November 2013
72
This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. Please use purchased version to remove this message.
ISSN 1412 – 2936 angka sebesar 195 yang berarti bahwa kinerja para karyawan pada PT. Hero Sakti Motor Suzuki Malang selama ini masuk dalam kategori tinggi. Hasil Analisis Regresi Linier Berganda Berdasarkan hasil perhitungan analisis regresi linier berganda yang telah dilakukan menunjukkan pengaruh variabel independent dalam hal ini adalah variabel motivasi kerja yang meliputi variabel kebutuhan fisiologis (X ), rasa aman (X ), 1
2
sosialisasi (X ), penghargaan (X ), dan 3
aktualisasi
diri
4
(X )
terhadap
5
variabel
dependent yaitu kinerja karyawan pada PT. Hero Sakti Motor Suzuki Malang adalah kuat, hal tersebut dapat dilihat pada nilai 2
koefisien determinasi (R ) yaitu sebesar 0,848 yang sudah mendekati 1. Dengan demikian berarti bahwa pengaruh variabel motivasi kerja terhadap kinerja karyawan pada PT. Hero Sakti Motor Suzuki Malang dapat dijelaskan sekitar 84,8% oleh variabel kebutuhan fisiologis (X ), rasa aman (X ), 1
2
sosialisasi (X ), penghargaan (X ), dan 3
Y = -2,572 + 0,569 X + 0,335 X +0,125 X + 1
4
arah variabel kebutuhan fisiologis (X ) 1
yang mempengaruhi kinerja karyawan pada PT. Hero Sakti Motor Suzuki Malang (Y). Koefisien regresi (b )
5
1
2
3
4
aktualisasi diri (X ) secara bersama-sama 5
terhadap variabel kinerja karyawan pada PT. Hero Sakti Motor Suzuki Malang (Y) adalah sebesar 0,921. Hal ini berarti hubungan antara keseluruhan variabel independent dengan variabel dependent adalah erat karena nilai R tersebut mendekati 1. Berdasarkan hasil analisis regresi di atas, maka dapat dirumuskan suatu persamaan regresi berganda sebagai berikut:
5
1
aktualisasi diri (X ) sedangkan sisanya
sosialisasi (X ), penghargaan (X ), dan
3
Dari persamaan garis regresi linier berganda di atas, maka dapat diartikan bahwa: Y= Variabel terikat yang nilainya akan diprediksi oleh variabel bebas. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikat adalah kinerja karyawan pada PT. Hero Sakti Motor Suzuki Malang yang nilainya diprediksi oleh variabel motivasi kerja yang meliputi kebutuhan fisiologis, rasa aman, sosialisasi, penghargaan, dan aktualisasi diri. a = -2,572 merupakan nilai konstanta yang menunjukkan bahwa kinerja karyawan pada PT. Hero Sakti Motor Suzuki Malang, apabila para karyawan dalam bekerja di perusahaan tidak didukung oleh motivasi kerja yang baik maka tingkat kinerja karyawan akan mengalami penurunan sebesar 2,572. b = 0,569 merupakan slope atau koefisien
4
sekitar 15,2% dijelaskan oleh variabelvariabel lain yang tidak termasuk dalam penelitian ini. Koefisien korelasi berganda R (multiple corelation) menggambarkan kuatnya hubungan antara variabel kebutuhan fisiologis (X ), rasa aman (X ),
2
0,173 X + 0,240 X + e
1
sebesar 0,569 dengan tanda positif. Berdasarkan hasil tersebut apabila pemenuhan kebutuhan fisiologis meningkat maka kinerja karyawan pada PT. Hero Sakti Motor Suzuki Malang akan meningkat sebesar 0,569 dengan asumsi variabel kebutuhan rasa aman, sosialisasi, penghargaan, dan aktualisasi diri mempunyai nilai sama dengan nol. Hasil tersebut dapat membuktikan bahwa jika perusahaan dapat memenuhi kebutuhan fisiologis para karyawan yang meliputi pemenuhan kebutuhan pangan, sandang dan papan maka dapat meningkatkan kinerja para karyawan. b = 0,335 merupakan slope atau koefisien 2
arah variabel kebutuhan rasa aman (X ) 2
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 16 | November 2013
73
This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. Please use purchased version to remove this message.
ISSN 1412 – 2936 (X )
yang mempengaruhi kinerja karyawan pada PT. Hero Sakti Motor Suzuki Malang (Y). Koefisien regresi (b )
4
3
arah variabel kebutuhan sosialisasi (X ) 3
yang mempengaruhi kinerja karyawan pada PT. Hero Sakti Motor Suzuki Malang (Y). Koefisien regresi (b ) 3
sebesar 0,125 dengan tanda positif. Berdasarkan hasil tersebut apabila pemenuhan akan kebutuhan sosial meningkat maka kinerja karyawan pada PT. Hero Sakti Motor Suzuki Malang akan meningkat sebesar 0,125 dengan asumsi variabel kebutuhan fisiologis, rasa aman, penghargaan, dan aktualisasi diri mempunyai nilai sama dengan nol. Berdasarkan hasil tersebut dapat membuktikan bahwa jika perusahaan dapat memenuhi kebutuhan sosialisasi para karyawan yaitu dengan emnciptakan baiknya hubungan kelompok kerja, rasa kekeluargaan dan persahabatan yang terbina dengan rekan kerja baik dan mampu menciptakan kondisi kerja harmonis maka dapat meningkatkan kinerja para karyawan. b = 0,173 merupakan slope atau koefisien 4
mempengaruhi
kinerja
karyawan pada PT. Hero Sakti Motor Suzuki Malang (Y). Koefisien regresi (b )
2
sebesar 0,335 dengan tanda positif. Berdasarkan hasil tersebut apabila pemenuhan kebutuhan rasa aman meningkat maka kinerja karyawan pada PT. Hero Sakti Motor Suzuki Malang akan meningkat sebesar 0,335 dengan asumsi variabel kebutuhan fisiologis, sosialisasi, penghargaan, dan aktualisasi diri mempunyai nilai sama dengan nol. Dengan demikian dapat dikatakan jika perusahaan dapat memenuhi kebutuhan kebutuhan rasa aman para karyawan yang meliputi jaminan dan keamanan kerja serta perlindungan keamanan jabatan dan posisisi maka dapat meningkatkan kinerja para karyawan. b = 0,125 merupakan slope atau koefisien
yang
4
sebesar 0,173 dengan tanda positif. Berdasarkan hasil tersebut apabila pemenuhan akan kebutuhan penghargaan meningkat maka kinerja karyawan pada PT. Hero Sakti Motor Suzuki Malang akan meningkat sebesar 0,173 dengan asumsi variabel kebutuhan fisiologis, rasa aman, sosialisasi dan aktualisasi diri mempunyai nilai sama dengan nol. Hasil tersebut dapat membuktikan bahwa jika perusahaan dapat memenuhi kebutuhan penghargaan para karyawan yang meliputi pengakuan atas prestasi kerja para karyawan, pemberian penghargaan atas prestasi kerja dan adanya usaha peningkatan potensi kerja para karyawan dapat meningkatkan kinerja para karyawan. b = 0,240 merupakan slope atau koefisien 5
arah variabel kebutuhan aktualisasi diri (X ) yang mempengaruhi kinerja 5
karyawan pada PT. Hero Sakti Motor Suzuki Malang (Y). Koefisien regresi (b ) 5
sebesar 0,240 dengan tanda positif. Berdasarkan hasil tersebut apabila pemenuhan kebutuhan aktualisasi diri meningkat maka kinerja karyawan pada PT. Hero Sakti Motor Suzuki Malang akan meningkat sebesar 0,240 dengan asumsi variabel kebutuhan fisiologis, rasa aman, sosialisasi dan penghargaan mempunyai nilai sama dengan nol. Dengan demikian dapat membuktikan bahwa jika perusahaan dapat memenuhi kebutuhan aktualisasi diri para karyawan dalam hal ini yaitu dengan memberikan dukungan kepada para karyawan untuk memaksimalkan potensi diri, pengembangan diri para karyawan dan dukungan dalam usaha pencapaian tujuan perusahaan dapat meningkatkan kinerja para karyawan.
arah variabel kebutuhan penghargaan Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 16 | November 2013
74
This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. Please use purchased version to remove this message.
ISSN 1412 – 2936 e = 0,353 merupakan nilai residu atau kemungkinan kesalahan dari model persamaan regresi, yang disebabkan karena adanya kemungkinan variabel lainnya yang dapat mempengaruhi kinerja karyawan pada PT. Hero Sakti Motor Suzuki Malang (Y) tetapi tidak dimasukkan kedalam model persamaan. Hasil Analisis Uji F Uji F digunakan untuk melakukan pengujian apakah variabel bebas secara simultan (bersama-sama) mempunyai pengaruh terhadap variabel terikat atau tidak berpengaruh maka digunakan uji F (F-test) yaitu dengan cara membandingkan F dengan F hitung
tabel.
Dari uraian hasil t
hitung
dan t
tabel
diatas
menunjukkan bahwa variabel motivasi kerja yang meliputi kebutuhan fisiologis, rasa aman, sosialisasi, penghargaan, dan aktualisasi diri mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja karyawan pada PT. Hero Sakti Motor Suzuki Malang. Hal tersebut karena nilai t setiap variabel hitung
lebih besar dari pada t
tabel
(H ditolak). Artinya o
setiapvariabel penelitian memiliki pengaruh yang signifikan. Sedangkan dalam hal besarnya pengaruh masing-masing variabel secara keseluruhan dapat dilihat dari koefisien regresi masing-masing, yaitu variabel kebutuhan fisiologis (X ) sebesar 0,569,
Adapun kriteria pengujiannya adalah jika F > F maka H ditolak dan H
a
kebutuhan rasa aman (X ) sebesar 0,335,
diterima, sedangkan apabila F
hitung
tabel
o
1
2
tabel
kebutuhan sosialisasi (X ) sebesar 0,125,
maka H diterima dan H ditolak. Dari
kebutuhan penghargaan (X 0 sebesar 0,173
hasil analisis regresi berganda maka diperoleh F sebesar 2,370.
dan variabel kebutuhan aktualisasai diri (X )
hitung
o
a
tabel
Sedangkan F
hitungnya
diperoleh sebesar
60,232 sehingga dari perhitungan diatas dapat diketahui bahwa H ditolak dan H o
a
diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa variabel motivasi kerja yang meliputi kebutuhan fisiologis, rasa aman, sosialisasi, penghargaan, dan aktualisasi diri secara bersamasama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja karyawan pada PT. Hero Sakti Motor Suzuki Malang. Hasil Analisis Uji t Untuk mengetahui signifikansi pengaruh masing-masing variabel bebas terhadap kinerja karyawan pada PT. Hero Sakti Motor Suzuki Malang yaitu dengan cara membandingkan nilai t dengan t , hitung
tabel
dengan derajat kebebasan (degree of freedom) sebesar 95% (α = 5%) diperoleh t sebesar 2,0017. tabel
3
4
5
sebesar 0,240. Jadi dengan demikian dapat disimpulkan bahwa variabel kebutuhan fisiologis mempunyai pengaruh dominan terhadap kinerja karyawan pada PT. Hero Sakti Motor Suzuki Malang. Pembahasan Berdasarkan hasil analisis rentang skala dapat diketahui bahwa motivasi karyawan pada PT. Hero Sakti Motor Suzuki Malang yang meliputi kebutuhan fisiologis, rasa aman, penghargaan dan aktualisasi diri masuk dalam kategori tinggi sedangkan untuk kebutuhan sosialisasi masuk dalam kategori sangat tinggi. Hasil tersebut dapat membuktikan bahwa usaha para karyawan untuk memenuhi kebutuhan kebutuhan fisiologis (pangan, sandang dan papan), kebutuhan rasa aman (jaminan keamanan kerja dan perlindungan keamanan kerja), kebutuhan penghargaan (pengakuan prestasi, pemberian penghargaan dan usaha untuk meningkatkan atas potensi diri) dan aktulisasi diri (memaksimalkan potensi diri, pengembangan diri dan pencapaian tujuan
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 16 | November 2013
75
This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. Please use purchased version to remove this message.
ISSN 1412 – 2936 yang telah ditetapkan) mampu memberikan dukungan yang tinggi bagi karyawan dalam bekerja di perusahaan. Adapun untuk kebutuhan sosialisasi masuk dalam kategori sangat tinggi, dimana pemenuhan kebutuhan tersebut terkait erat dengan pergaulan dengan kelompok kerja yang baik, terbinanya rasa kekeluargaan dan persahabatan serta usaha menciptakan hubungan kerja yang harmonis.
pengaruh yang signifikan terhadap kinerja karyawan pada PT. Herosakti Motor Suzuki Malang. 4.
2
Nilai koefisien determinasi (R ) yaitu sebesar 0, 0,848, dengan demikian berarti bahwa pengaruh variabel motivasi kerja terhadap kinerja karyawan pada PT. Hero Sakti Motor Suzuki Malang dapat dijelaskan sekitar 84,8% oleh variabel kebutuhan fisiologis (X ), rasa aman (X ), 1
KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Dari hasil analisis rentang skala menunjukkan bahwa motivasi para karyawan pada PT. Herosakti Motor Suzuki Malang yang meliputi kebutuhan fisiologis, kebutuhan rasa aman, kebutuhan penghargaan dan kebutuhan aktulisasi diri masuk dalam kategori tinggi, sedangkan untuk kebutuhan sosialisasi masuk dalam kategori sangat tinggi. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa para karyawan pada PT. Herosakti Motor Suzuki Malang mempunyai motivasi yang tinggi dalam pemenuhan kelima variabel tersebut dalam bekerja di perusahaan. 2. Berdasarkan hasil analisis rentang skala dapat diketahui bahwa kinerja para karyawan pada PT. Herosakti Motor Suzuki Malang masuk dalam kategori tinggi. Hasil tersebut dapat membuktikan bahwa selama ini para karyawan memiliki kemampuan yang tinggi dalam menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan standar perusahaan, ketepatan waktu dalam menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan target waktu yang telah ditentukan dan memiliki kedisiplinan kerja sesuai dengan ketentuan yang berlaku di perusahaan. 3. Berdasarkan hasil uji F dapat diketahui bahwa variabel motivasi kerja yang meliputi kebutuhan fisiologis, rasa aman, sosialisasi, penghargaan, dan aktualisasi diri secara bersama-sama mempunyai
2
sosialisasi (X ), penghargaan (X ), dan 3
4
aktualisasi diri (X ) sedangkan sisanya 5
sekitar 15,2% dijelaskan oleh variabelvariabel lain yang tidak termasuk dalam penelitian ini. Berdasarkan hasil koefisien regresi masing-masing variabel motivasi terbukti bahwa kebutuhan fisiologis mempunyai pengaruh dominan terhadap kinerja karyawan pada PT. Hero Sakti Motor Suzuki Malang. DAFTAR PUSTAKA Aileen Mitchell Stewart, 2002. Pemberdayaan Sumber Daya Manusia, terjemahan, Kanisina, Yogyakarta Arsyad, azhar, 2002. Pokok-pokok Manajemen, Pustaka Pelajar, Yogyakarta Dessler, G. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia Edisi IX, PT Indeks, Jakarta H. Kusnadi, 2001. Manajemen Strategi, Malang Leslies Yerkes, 2001. Menciptakan Tempat Kerja yang Menyenangkan, Gramedia, Jakarta M. Ngalim Purwanto, 1990. Administrasi dan Supervisi Pendidikan, PT. Remaja Rosda Karya, Bandung Malayu. S.P, 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi III, Jakarta Mangkunegara, 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung Manulang, Marihot, 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi Pertama, BPFE, Yogyakarta
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 16 | November 2013
76
This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. Please use purchased version to remove this message.
ISSN 1412 – 2936 Sekaran, Uma, 2006. Metodelogi Penelitian Untuk Bisnis. Penerbit Salemba Empat, Jakarta Stewart, Aileen Mitchell 2002. Pemberdayaan Sumber Daya Manusia, terjemahan, Kanisina, Yogyakarta Sugiyono, 2004. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: CV Alfabeta Suminarso, Hariyanto, 2003. Pengaruh Gaya Kepemimpinan dan Kinerja
Kepala Sekolah terhadap Prestasi Kerja Guru, Tesis, Program Pasca Sarjana STIE “ ABI “ Surabaya Widayat. 2004. Metode penelitian Pemasaran (Aplikasi Sofware SPSS). UMM Press Yerkes, Leslies, 2001. Menciptakan Tempat Kerja yang Menyenangkan, Gramedia, Jakarta
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No. 16 | November 2013
77
This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. Please use purchased version to remove this message.
This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. Please use purchased version to remove this message.