ISSN1412 1412 – 2936 ISSN - 2936
JURNAL MANAJEMEN & KEWIRAUSAHAAN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS MADURA
Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Harga Saham Devi Lestari Pramita Putri, Fakultas Ekonomi Universitas Madura
Analisis Pengendalian Kualitas Produk Pada Glos Bakery Pamekasan Ria Rachmawati, Fakultas Ekonomi Universitas Madura Pengaruh Gaya Kepemimpinan dan Efektivitas Kerja Terhadap Prestasi Kerja Pegawai Alfi Hasaniyah. Fakultas Ekonomi Universitas Madura Informasi Arus Kas Operasi, Laba Bersih, Economic Value Added Terhadap Reaksi Pasar Fena Ulfa Aulia, Fakultas Ekonomi Univesitas Madura
Pengukuran Kinerja Reksa Dana Pendapatan Tetap dalam Pengambilan Keputusan Investasi Keuangan Siti Salama Amar, Fakultas Ekonomi Universitas Madura Pengaruh Kecermatan Profesi, Objektivitas, Independensi Dan Kepatuhan Kode Etik Pada Kualitas Hasil Pemeriksaan Subhan, Fakultas Ekonomi Universitas Madura Analisis Efektifitas Penggunaan Anggaran Belanja Langsung Terhadap Anggaran Berbasis Kinerja Pada Kantor Kecamatan Pamekasan Mohammad Herman Djaja, Fakultas Ekonomi Universitas Madura
Makro
Vol. 1
No. 13
Hlm 1-94
Pamekasan 08 Mei 2012
ISSN 1412 - 2936
ISSN 1412 – 2936
JURNAL MANAJEMEN & KEWIRAUSAHAAN Penanggung Jawab : DEKAN Fakultas Ekonomi Universitas Madura, UNIRA
Ketua Penyunting : ZEF RISAL, SE, MM
Wakil Ketua Penyunting : Drs. Ec. Zainal Mahfud, MM
Penyunting Pelaksana : Drs. Ec. Adriani Kusuma, MM H. M Fauzi Hosni, MM Drs. Ec. Isnain Bustaram, MM Penyunting Ahli : Drs. Ec. Noer Sudrajat, MM Ahmarul Fajar, SE, MM Pelaksana Tata Usaha : Wahdi, SH Agus Sugiantoro, SH
Alamat Penyunting : Fakultas Ekonomi Universitas Madura FE (UNIRA) Jl. Raya Panglegur Telp. (0324) 322231, Fax (0324) 327418 Pamekasan – Madura
Makro adalah jurnal ilmiah yang diterbitkan dua kali dalam setahun oleh Fakultas Ekonomi Universitas Madura. Jurnal ini merupakan media untuk mensosialisasikan ide atau gagasan dari sejumlah studi pustaka dan riset empiris yang mengkaji masalah manajemen, kewirausahaan, akuntansi dan bidang ekonomi lainnya. Secara terbuka jurnal ini menerima kontribusi artikel dari manapun yang sesuai dengan ilmu manajemen, kewirausahaan, akuntansi atau bidang ekonomi secara umum. Artikel yang dapat diterbitkan dalam jurnal ini meliputi : Artikel konseptual : artikel hasil pemikiran Artikel hasil penelitian Artikel ulasan atas artikel lain Artikel terjemah Artikel tinjauan buku (book review) dan Artikel suplemen, yang memuat Current Issue
ISSN 1412 – 2936
KEBIJAKAN EDITORIAL JURNAL MAKRO Makro merupakan jurnal yang diterbitkan secara berkala setiap bulan Mei dan November atau sebanyak dua kali dalam setahun. Tujuannya untuk menyebarluaskan hasil penelitian khususnya di bidang manajemen, kewirausahaan, akuntansi dan bidang ekonomi lainnya. Makro sudah tercatat sebagai jurnal yang terdaftar (ISSN 1412–2936). Untuk penyerahan artikel bisa dikirim ke email
[email protected] atau diserahkan langsung ke alamat penyunting. Artikel yang masuk akan diseleksi dan hasil seleksi akan diinformasikan ke setiap penulis. Selanjutnya, artikel yang sudah terseleksi akan dipublikasikan dalam jurnal makro.
PEDOMAN PENULISAN ARTIKEL 1. Sistimatika Penulisan a. Judul Judul ditulis secara singkat, maksimum 12 kata dalam Bahasa Indonesia, ditulis dengan huruf kapital, jenis huruf arial ukuran 12, rata tengah tanpa diakhiri dengan tanda titik. b. Nama Penulis dan Institusi Nama penulis diketik tanpa gelar akademik. Penulis utama ada di baris atas, kemudian setelahnya penulis pendukung (jika artikel ditulis oleh tim). Nama institusi ditulis setelah nama penulis. c. Abstrak Abstrak ditulis dalam bahasa Indonesia dengan kisaran jumlah kata antara 150-200, berisi penjelasan ringkas mengenai masalah penelitian, tujuan, metode, hasil dan kesimpulan. d. Pendahuluan Uraian mengenai latar belakang, rumusan masalah, dan tujuan penelitian. e. Kajian Pustaka
f.
g.
h.
i.
Berisi uraian tentang teori-teori pendukung dan penelitian terdahulu yang menjadi landasan pengembangan kerangka pikir atau model penelitian. Metode Penelitian Menguraikan tentang jenis penelitian, objek penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data. Analisis dan Pembahasan Berisi uraian tentang analisis hasil penelitian dan pembahasan lebih lanjut dari hasil penelitian tersebut. Kesimpulan dan Saran Berisi tentang kesimpulan hasil penelitian dan saran dari penulis. Daftar Pustaka Berisi sumber bacaan yang digunakan untuk mendukung penulisan artikel.
2. Format Penulisan a. Artikel diketik dengan huruf arial ukuran 11 dengan jarak baris satu spasi pada kertas A4. b. Marjin kertas; 3 cm untuk sisi kiri, dan masing-masing 2,5 cm di sisi kanan, atas dan bawah. c. Panjang artikel secara keseluruhan berkisar antara 6-25 halaman. 3. Tabel dan Gambar Tabel diberi nomor urut dan judul diletakkan di atas tabel. Sedangkan untuk gambar, nomor urut dan judul diletakkan di bawah gambar, disertai sumber kutipan yang diketik dengan menggunakan tipe huruf arial ukuran 10 dan dicetak tebal. 4. Kutipan a. Sumber kutipan dalam teks dikutip di antara kurung buka dan kurung tutup yang menyebutkan nama belakang (akhir) penulis, tahun, dan nomor halaman. Contoh: 1) Satu sumber kutipan dengan satu penulis: (Ayu, 2007), jika disertai dengan halaman: (Ayu, 2009: 96). 2) Satu sumber kutipan dengan dua penulis: (Diah dan Ayu, 2009: 96) 3) Satu sumber kutipan lebih dari dua penulis: (Ayu et al., 2004)
ISSN 1412 – 2936 b. Jika penulis lebih dari dua orang, hanya nama penulis pertama yang disebutkan pada teks. Contoh: Ayu et al. (2010: 19). c. Sumber kutipan tidak menyebut nama penulis, tetapi menyebut suatu lembaga atau badan tertentu. Contoh: Bank Indonesia (2013). 5. Daftar Pustaka Setiap artikel harus memuat daftar pustaka (hanya yang menjadi sumber kutipan) yang disusun berurutan berdasarkan huruf pertama dari nama belakang penulis atau nama institusi. Berikut ini tata cara penulisannya: a. Buku Nama belakang, inisial nama depan (jika ada), tahun penerbitan, judul buku (cetak miring), nama penerbit, kota tempat buku diterbitkan. Contoh: 1) Satu penulis: Kasmir. 2002. Dasar-dasar Perbankan. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. 2) Dua penulis: Yamin, S. dan H. Kurniawan. 2009. SPSS Complete Teknik Analisis Statistik Terlengkap dengan Software SPSS. Salemba Infotek. Jakarta. b. Jurnal Nama belakang, inisial nama depan (jika ada), tahun penerbitan, judul artikel, nama jurnal (cetak miring), volume jurnal, halaman artikel dalam jurnal. Contoh: 1) Satu penulis: Ayu, D. 2006. An Optimizing IS-LM Specification for Monetary Policy and Business Cycle Analysis. Journal of Money, Credit, and Banking: 296–316. 2) Dua penulis: Neuenkirch, M. and P. Tillmann. 2012. Inflation Targeting, Credibility, and Non-Linear Taylor Rules. Joint Discussion Paper Series in Economics 35: 1-15. 3) Lebih dari dua penulis:
Harmanta, M. B. Bathaludin, dan J. Waluyo. 2011. Inflation Targeting Under Imperfect Credibility: Lessons from Indonesian Experience. Bulletin of Monetary, Economics and Banking: 271-306. c. Prosiding Nama belakang, inisial nama depan (jika ada), tahun penerbitan, nama prosiding (cetak miring), penerbit (cetak miring), halaman. Contoh: Ayu, D. 2004. Learning About Belief About Inflation Target and Stabilisation Policy. Prosiding Simposium II Jakarta: 1-27. d. Skripsi/Tesis/Disertasi Nama belakang, inisial nama depan (jika ada), tahun, judul skripsi/tesis/disertasi, skripsi/tesis/disertasi (cetak miring, pilih salah satu), nama penerbit, kota penerbit. Contoh: Alamsyah, Halim. 2008. Persistensi Inflasi dan Dampaknya Terhadap Pilihan dan Respon Kebijakan Moneter di Indonesia. Disertasi. Program Pascasarjana Universitas Indonesia. Depok. e. Internet Nama belakang, inisial nama depan (jika ada), tahun, judul, alamat web (cetak miring), tanggal akses. Contoh: Andi, R. 2008. BPR Tak Sekedar Sehat dan Berkelanjutan. http://www.AdInfoOnline.com. Diakses tanggal 30 Oktober 2010.
ISSN 1412 – 2936
MAKRO JURNAL MANAJEMEN & KEWIRAUSAHAAN ISSN 1412-2936 Vol 1 No 13, 8 Mei 2012
DAFTAR ISI Devi Lestari Pramita Putri Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Harga Saham .....................................
1 - 9
Ria Rachmawati Analisis Pengendalian Kualitas Produk Pada Glos Bakery Pamekasan ........... 10 - 22
Alfi Hasaniyah Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Efektivitas Kerja Terhadap Prestasi Kerja Pegawai..................................................................................... 23 - 36
Fena Ulfa Aulia Pengaruh Informasi Arus Kas Operasi, Laba Bersih Dan Economic Value Added Terhadap Reaksi Pasar ............................................. 37 - 48
Siti Salama Amar Pengukuran Kinerja Reksa Dana Pendapatan Tetap Dalam Pengambilan Keputusan Investasi Keuangan ....................................... 49 - 63
Subhan Pengaruh Kecermatan Profesi, Objektivitas, Independensi Dan Kepatuhan Kode Etik Pada Kualitas Hasil Pemeriksaan ........................... 64 - 84
Mohammad Herman Djaja Analisis Efektifitas Penggunaan Anggaran Belanja Langsung Terhadap Anggaran Berbasis Kinerja Pada Kantor Kecamatan Pamekasan ………………85 - 99
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No. 13 | Mei 2012
0
ISSN 1412 – 2936
PENGARUH RASIO KEUANGAN TERHADAP HARGA SAHAM
Devi Lestari Pramita Putri Fakultas Ekonomi Universitas Madura ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan pengaruh current ratio, return on investment, price earning ratio dan debt to equity ratio terhadap harga saham. Yang merupakan objek penelitian ini adalah perusahaan makanan dan minuman di Bursa Efek Indonesia selama periode 2007 sampai 2010. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah metode purposive sampling, dari populasi delapan belas perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, diambil dua belas perusahaan yang memenuhi kriteria yang memiliki sampel dari laporan keuangan yang lengkap. Teknik analisis yang digunakan adalah regresi untuk menguji hipotesis menggunakan t-statistik untuk menguji koefisien regresi parsial tingkat signifikansi 5%. Hasil penelitian tidak menemukan variabel yang menyimpang dari asumsi klasik, hal ini menunjukkan bahwa data yang tersedia telah memenuhi syarat untuk menggunakan model regresi linier berganda, hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel rasio lancar, dan rasio debt to equity secara parsial positif tidak signifikan untuk sementara return harga saham atas investasi dan price earning ratio secara signifikan mempengaruhi harga saham pada perusahaan makanan dan minuman di Bursa Efek Kata Kunci: Current Ratio, Return on Investment, Price Earnings Ratio, dan Debt-toEquity Ratio
PENDAHULUAN Pasar modal merupakan salah satu alternatif pilihan investasi yang dapat menghasilkan tingkat keuntungan optimal bagi investor. Investor dapat memanfaatkan pasar modal sebagai sarana untuk menyalurkan dana atau berinvestasi guna memperoleh keuntungan atau return yang didapat berupa peningkatan modal (capital gain) dan laba hasil usaha yang dibagikan (dividen) untuk investasi dipasar saham, serta bunga (coupon) untuk investasi di pasar obligasi. Pemodal atau Investor hanya dapat memperkirakan berapa tingkat keuntungan yang diharapkan (expected return) dan seberapa jauh kemungkinan hasil yang sebenarnya nanti akan menyimpang dari hasil yang diharapkan. Apabila kesempatan investasi mempunyai tingkat resiko yang lebih tinggi, maka investor Semakin baik kinerja keuangan perusahaan yang tercermin dari rasio-
akan mengisyaratkan tingkat keuntungan yang lebih tinggi pula. Dengan kata lain, semakin tinggi risiko suatu kesempatan investasi maka akan semakin tinggi pula tingkat keuntungan (return) yang diisyaratkan oleh investor (Jogianto, 2000). Harga saham sebagai indikator nilai perusahaan dipengaruhi oleh faktor fundamental dan teknikal, dimana faktor ini secara bersama-sama membentuk kekuatan pasar yang berpengaruh secara langsung terhadap transaksi saham sehingga harga saham akan mengalami kenaikan atau penurunan. Kondisi saham yang layak untuk di beli adalah saham yang aktif diperdagangkan dan kondisi fundamental emiten yang bagus. Rasio keuangan digunakan untuk menjelaskan kekuatan dan kelemahan kondisi keuangan perusahaan serta untuk memprediksi return saham di pasar modal. rasionya maka, semakin tinggi return saham perusahaan tersebut. Menurut
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No. 13 | Mei 2012
1
ISSN 1412 – 2936 Bambang Riyanto (1995:131) ada 4 rasio yang digunakan untuk mengetahui nilai suatu perusahaan yaitu rasio likuiditas, rasio laverage, rasio aktivitas dan rasio profitabilitas. Hubungan antara variabel current ratio, return on investment, debt to equity ratio, dan price earning ratio terhadap harga saham pada perusahaan food and beverage menunjukkan fenomena yang berbeda. Berdasarkan tabel 1 menunjukkan bahwa harga saham perusahaan food and beverage dari tahun 2007-2010 mengalami harga yang fluktuasi. Hal ini mengindikasikan bahwa telah terjadi fenomena gap yaitu fenomena data yang sangat fluktuatif. Fenomena gap tersebut memperluas penelitian ini terhadap hasil-hasil peneltian terdahulu yang menunjukkan riset gap tentang rasio rasio keuangan yang mempengaruhi harga saham. Uraian latar belakang mendorong peneliti melakukan penelitian tentang pengaruh current ratio, return on investment, debt to equity ratio dan price earning ratio terhadap harga saham, terutama pada perusahaan food and beverage yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. KAJIAN PUSTAKA Harga Saham Saham secara umum dan sederhana adalah adalah surat berharga yang dapat dibeli atau dijual oleh perorangan atau lembaga di pasar tempat surat tersebut diperjualbelikan. Saham (stock) merupakan salah satu instrumen pasar keuangan yang paling popular. Di antara surat-surat berharga yang diperdagangkan di pasar modal, saham adalah yang paling dikenal masyarakat, saham juga paling banyak digunakan untuk menarik dana dari masyarakat. Harga saham akan terbentuk melalui jumlah penawaran dan permintaan terhadap suatu efek. Jumlah penawaran dan permintaan akan mencerminkan kekuatan pasar. Jika jumlah penawaran lebih besar dari jumlah permintaan pada umumnya kurs saham akan turun dan sebaliknya jika permintaan lebih besar dari jangka pendek (atau lancar) yang tersedia untuk memenuhi kewajiban untuk
penawaran suatu efek, maka harga akan naik. Harga saham dipengaruhi oleh tingkat keuntungan dividen untuk masa yang akan datang, jika pendapatan dividen suatu saham stabil maka harga saham cendrung stabil. Faktor Yang Mempengaruhi Harga Saham Beberapa faktor yang mempengaruhi harga saham adalah sebagai berikut : a. Harapan investor terhadap tingkat keuntungan dividen untuk masa yang akan datang, jika pendapatan atau dividen suatu saham stabil maka harga saham cenderung stabil, sebaliknya jika pendapatan atau dividen suatu saham berfluktuasi maka harga saham cenderung akan berfluktuasi. b. Tingkat pendapatan perusahaan. Tingkat pendapatan perusahaan yang tercermin dari EPS (Earning per share) berhubungan erat dengan peningkatan harga saham, apabila fluktuasi EPS makin tinggi maka semakin tinggi juga perubahan harga sahamnya. c. Kondisi perekonomian. Kondisi perekonomian saat ini dan sekarang salah satunya dipengaruhi oleh kondisi perekonomian masa lalu, apabila kondisi perekonomian stabil dan mantap maka investor optimis terhadap kondisi perekonomian yang akan datang sehingga harga saham cenderung stabil. d. Di samping dipengaruhi oleh faktorfaktor tersebut di atas, harga saham juga dipengaruhi oleh psikologis pembeli, tindakan irasional yaitu ikutikutan membeli saham, kondisi perusahaan, tingkat suku bunga, harga komoditas, kondisi perekonomian, faktor investasi, inflasi, permintaan dan penawaran dan sebagainya. Current Ratio Current Ratio merupakan rasio Likuiditas (Liquidity Ratio) yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya dengan sumber daya mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka pendek atau
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No. 13 | Mei 2012
2
ISSN 1412 – 2936 utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara keseluruhan. Dengan kata tersedia untuk menutupi kewajiban jangka pendek yang segera jatuh tempo. Menurut teori Modigliani-Miller (MM) membuktikan dengan sekumpulan asumsi yang sangat membatasi bahwa nilai sebuah perusahaan tidak terpengaruh oleh struktur modalnya, atau dengan kata lain, hasil yang diperoleh MM menunjukkan bahwa bagaimana cara sebuah perusahaan akan mendanai operasinya tidak akan berarti apa-apa, sehingga struktur modal adalah sesuatu yang tidak relevan. Studi MM didasarkan pada beberapa asumsi yang tidak realistis, termasuk tidak ada biaya pialang, tidak ada pajak, tidak ada biaya kebangkrutan, Investor dapat meminjam pada tingkat yang sama dengan perusahaan, semua investor memiliki informasi yang sama dengan manajemen tentang peluangpeluang investasi perusahaan di masa depan. EBIT tidak terpengaruh oleh penggunaan hutang. Current Ratio yang tinggi dapat disebabkan adanya piutang yang tidak tertagih dan persediaan yang belum terjual, yang tentunya tidak dapat digunakan secara cepat untuk membayar hutang. perusahaan yang memiliki aktiva lancar yang tinggi akan lebih cenderung untuk memiliki aset lainnya dapat dicairkan sewaktu-waktu tanpa mengalami penurunan nilai pasarnya. Perhitungannya adalah sebagai berikut: CR =
𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝑨𝒌𝒕𝒊𝒗𝒂 𝑳𝒂𝒏𝒄𝒂𝒓 𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝑯𝒖𝒕𝒂𝒏𝒈 𝑳𝒂𝒏𝒄𝒂𝒓
Return On Investment ROI merupakan rasio terpenting diantara rasio profitabilitas lain jika digunakan untuk memprediksi return saham. ROI merupakan rasio antara laba sesudah pajak atau net income after tax terhadap total assets. ROI yang semakin tinggi akan meningkatkan daya tarik investor, sehingga harga saham relatif meningkat, demikian pula return saham akan meningkat. Return on investment diukur dari profitabilitas/ laba bersih setelah pajak (earning after tax) terhadap total kecil dibandingkan price earning ratio ratarata industri (kelompok industry
lain, seberapa banyak aktiva lancar yang
investasinya yang mencerminkan kemampuan perusahaan dalam penggunaan investasi yang digunakan untuk operasi perusahaan dalam rangka menghasilkan profitabilitas perusahaan. Modigliani dan Miller menyatakan bahwa dividen payout ratio adalah tidak relevan, selanjutnya nilai perusahaan ditentukan oleh earning power dari asset perusahaan. Sementara itu keputusan apakah laba yang diperoleh akan dibagikan dalam bentuk dividen atau akan ditahan tidak mempengaruhi nilai perusahaan. Untuk membuktikan teorinya, Modigliani dan Miller (1961) mengemukakan berbagai asumsi tidak ada pajak perseorangan dan pajak penghasilan perusahaan, tidak ada biaya emisi atau flotation cost dan biaya transaksi, Kebijakan penganggaran modal perusahaan independen terhadap dividend payout ratio, Investor dan manajer mempunyai informasi yang sama tentang kesempatan investasi di masa yang akan datang, distribusi pendapatan di antara dividend dan laba ditahan tidak berpengaruh terhadap tingkat keuntungan yang diisyaratkan oleh investor. Dengan meningkatnya ROI maka kinerja saham ditinjau dari sisi profitabilitas semakin baik. Dengan meningkatnya ROI maka akan menambah daya tarik investor untuk menanamkan dananya ke dalam perusahaan sehingga harga saham perusahaan akan meningkat. Penghitungannya adalah sebagai berikut: ROI =
𝑳𝒂𝒃𝒂 𝑺𝒆𝒕𝒆𝒍𝒂𝒉 𝑷𝒂𝒋𝒂𝒌 𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝑨𝒔𝒆𝒕
Price Earning Ratio Price Earning ratio (PER) menunjukkan besarnya harga setiap earning perusahaan dan merupakan ukuran harga dari sebuah perusahaan. Dalam melakukan investasi pada saham sebaiknya investor melakukan pembelian pada saham-saham yang memiliki price earning ratio (PER) yang rendah atau memiliki price earning ratio yang lebih
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No. 13 | Mei 2012
3
ISSN 1412 – 2936 dimana perusahaan penerbit saham itu berada), karena saham tersebut memiliki peluang yang lebih besar untuk Rasio ini digunakan dengan metode berjalan (going concern methods) dalam menilai saham. Selama perusahaan merupakan entitas bisnis yang untung, nilai Riil (atau nilai berjalan) dicerminkan melalui keuntungan. PER yang tinggi menunjukkan prospek yang baik pada harga saham, namun semakin tinggi pula resikonya. PER yang rendah dapat berarti laba perusahaan yang tinggi, dan potensi dividen yang tinggi pula. Informasi suatu perusahaan menunjukkan besarnya laba bersih perusahaan yang siap dibagikan bagi semua pemegang saham perusahaan yang dapat diketahui dari informasi laporan keuangan. Meskipun beberapa perusahaan tidak mencantumkan besarnya EPS perusahaan bersangkutan dalam laporan keuangannya, tetapi besarnya EPS suatu perusahaan dapat dihitung berdasarkan informasi laporan neraca dan laporan labarugi perusahaan. PER adalah mengukur dalam jumlah uang yang akan dibayar oleh investor untuk setiap rupiah pendapatan pada perusahaan sehingga semakin tinggi PER maka semakin besar kepercayaan investor terhadap masa depan perusahaan. Price earning ratio yang dimaksud adalah rasio yang membandingkan antara harga saham per lembar saham biasa yang beredar dengan laba per lembar saham. Price Earning Ratio dapat dirumuskan sebagai berikut: PER =
𝐇𝐚𝐫𝐠𝐚 𝐩𝐚𝐬𝐚𝐫 𝐩𝐞𝐫 𝐥𝐞𝐦𝐛𝐚𝐫 𝐬𝐚𝐡𝐚𝐦 𝐛𝐢𝐚𝐬𝐚 𝐋𝐚𝐛𝐚 𝐩𝐞𝐫 𝐥𝐞𝐦𝐛𝐚𝐫 𝐬𝐚𝐡𝐚𝐦
Debt to Equity Ratio Debt to equity ratio adalah Rasio yang menggambarkan perbandingan utang dan ekuitas dalam pendanaan perusahaan dan menunjukan kemampuan modal sendiri perusahaan tersebut untuk memenuhi seluruh kewajibannya. Rasio ini menunjukkan komposisi atau struktur modal dari total pinjaman (hutang) terhadap total modal yang dimiliki perusahaan. Semakin tinggi Debt to Equity Ratio (DER) menunjukkan komposisi total baik kemampuan membayar membayar kewajiban jangka panjang.
meningkatkan harganya sehingga dapat memberikan peluang untuk mendapatkan capital gain.
hutang (jangka pendek maupun jangka panjang) semakin besar dibanding dengan total modal sendiri, sehingga berdampak semakin besar beban perusahaan terhadap pihak luar (kreditur) (Ang 2009). Kreditur melihat pada ekuitas atau dana yang diperoleh sendiri sebagai suatu batasan keamanan, sehingga semakin tinggi proporsi dari jumlah modal yang diberikan oleh pemegang saham, maka semakin kecil resiko yang harus dihadapi oleh kreditur, jika perusahaan mendapatkan hasil dari investasi yang didanai dengan dana hasil pinjaman lebih besar daripada bunga yang dibayarkan, maka pengembalian dari modal pemilik akan diperbesar atau diungkit (leverage). Balancing Theory menyatakan bahwa keputusan untuk menambah hutang tidak hanya berdampak negatif, tetapi juga dapat berdampak positif karena perusahaan harus berupaya menyeimbangkan manfaat dengan biaya yang ditimbulkan akibat hutang. Mondigliani dan Miller (1958) menyatakan bahwa nilai suatu perusahaan akan meningkat dengan meningkatnya DER karena adanya efek dari corporate tax shield, hal ini disebabkan karena dalam keadaan pasar sempurna dan ada pajak, umumnya bunga yang dibayarkan akibat penggunaan hutang dapat dipergunakan untuk mengurangi penghasilan yang dikenakan pajak. Semakin tinggi nilai rasio ini menggambarkan gejala yang kurang baik bagi perusahaan. Peningkatan hutang akan mempengaruhi besar kecilnya laba bersih yang tersedia bagi para pemegang saham termasuk dividen yang diterima karena kewajiban untuk membayar hutang lebih diutamakan daripada pembagian dividen. Sehingga dapat disimpulkan semakin tinggi rasio semakin rendah pendanaan perusahaan yang disediakan oleh pemegang saham. Kemampuan membayar kewajiban jangka panjang semakin rendah rasio semakin
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No. 13 | Mei 2012
4
ISSN 1412 – 2936 Rumus Debt to equity ratio: 𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝑯𝒖𝒕𝒂𝒏𝒈
DER= 𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝑬𝒌𝒖𝒊𝒕𝒂𝒔 METODE PENELITIAN Populasi yang diamati dalam penelitian adalah seluruh perusahaan yang sahamnya terdaftar di BEI sampai saat ini terutama dalam kelompok food and beverage. Sampel dalam penelitian ini diperoleh dengan metode purposive sampling. Kualifikasi untuk dipilih menjadi sampel adalah: 1) Perusahaan food and beverage yang telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama 4 tahun berturut-turut dari tahun 2007 sampai dengan 2010. 2) Laporan keuangan harus mempunyai tahun buku yang berakhir per 31 Desember. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari adanya bias. 3) Harga Saham menggunakan Closing price Proses seleksi sampel berdasrkan kriteria yang telah ditetapkan, disajikan pada tabel 1 berikut ini.
a. Current ratio Rasio ini secara matematis dapat diformulasikan sebagai berikut (Suad,1996:301): CR =
Total Aktiva Lancar Total Hutang Lancar
b. Return on Investment Rasio ini diformulasikan sebagai berikut (Munawir, 2002;89): ROI =
Laba Setelah Pajak Total Aset
c. Price Earning Ratio Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut (Rusdin,2006:146): PER =
Harga pasar per lembar saham biasa Laba per lembar saham
d. Debt to Equity Ratio (DER) Secara sistematis dapat dirumuskan sebagai berikut (Sartono 2001: 66): DER =
Variabel dependen penelitian ini adalah
Total Hutang Total Ekuitas
Data dalam penelitian ini dianalisis dengan statistik desktiptif dan menggunakan program SPSS version 16.00 for windows. Metode statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah regresi berganda. Rumus analisis regresi berganda sebagai berikut: Y = a + b1X1+b2X2+b3X3+b4X4+e Dimana: Y = Harga Saham a = Konstanta X1 = Current Ratio X2 = Debt to Equity Ratio (DER) X3 = Return on Investment (ROI) X4 = Price Earning Share (PER) b1,2,3,4 = Koefisien regresi variabel
harga saham. Harga Saham yang digunakan adalah harga saham penutupan yang pada saat dipublikasikan laporan keuangan telah di audit. Variabel independen dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
X1,2,3,4
e
= error (kesalahan penggabungan)
ANALISIS DAN PEMBAHASAN Berdasarkan kriteria sampel yang telah ditetapkan, diperoleh sebanyak 12
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No. 13 | Mei 2012
5
ISSN 1412 – 2936 perusahaan Food and Beverage untuk periode selama 4 tahunyakni tahun 2007 sampai dengan 2010 dengan total observasi 48. Statistik deskriptif memberikan gambaran tentang distribusi
frekuensi variabel-variabel penelitian, nilai maksimum, minimum, rata-rata dan standar deviasi. Hasil pengujian dengan statistik deskriptif disajikan pada tabel 3.
Nilai rata-rata rasio Current Ratio perusahaan food and beverage adalah 2.0950E2. Nilai Current Ratio terendah dan tertinggi selama tahun pengamatan adalah Current ratio perusahaan PT. Davomas. Rata-rata Return on investment perusahaan food and beverage adalah 7.4979. Nilai Return on investment terendah selama tahun pengamatan adalah perusahaan PT. Akasha Wira Internasional yaitu -85.00% dan tertinggi adalah PT. Multi Bintang Indonesia yaitu 52.25%. Nilai standar deviasinya sebesar
18.99391. Rata-rata Price earning ratio (PER) adalah 13.2373 kali nilai PER terendah yaitu -34.66 kali, nilai PER tertinggi yaitu 61.93 kali. Nilai standar deviasinya adalah 14.99103. Rata-rata Debt to equity ratio (DER) selama periode pengamatan adalah 1.6775%. Rasio DER tertinggi dicapai oleh PT. Multi Bintang Indonesia Tbk yaitu sebesar 8.44%, rasio DER terendah adalah PT Delta Djakarta Tbk. Nilai standar deviasinya rasio DER adalah sebesar 1.46440.
Tabel 4 menunjukkan hasil pengujian dengan regresi linear berganda dan derajat nilai signifikan 0.1. Hasil pengujian regresi linear berganda sebagai berikut:
Y = 156.602 + 0.053 CR – 4.320 ROI + 5.858 PER + 16.661 DER Hasil persamaan regresi linier berganda tersebut di atas maka dapat dianalisis sebagai berikut:
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No. 13 | Mei 2012
6
ISSN 1412 – 2936 1. Koefisien regresi untuk variabel Current Ratio sebesar 0.053 dengan nilai signifikansi sebesar 0.826, karena nilai signifikansi lebih besar dari tingkat signifikansi 0.1, maka hipotesis pertama menyatakan bahwa Current Ratio berpengaruh positif tidak signifikan terhadap hargasaham. tidak ada ketentuan tentang berapa tingkat Current ratio yang dianggap baik atau yang harus dipertahankan oleh suatu perusahaan karena tingkat Current ratio ini juga sangat tergantung kepada jenis usaha yang dijalankan dari masing perusahaan. 2. Koefisien regresi untuk variabel Return on investment sebesar -4.320 dengan nilai signifikansi sebesar 0.053, karena lebih kecil dari 0.1, dengan demikian hipotesis kedua yang menyatakan bahwa Return on investmentberpengaruh signifikan terhadap hargasaham diterima.ROI yang semakin bertambah menggambarkan kinerja perusahaan yang semakin baik dan para pemegang saham akan mendapatkan keuntungan dari dividen yang diterima semakin meningkat, atau semakin ROI meningkat harga saham maupun return saham semakin baik. ROI bernilai negatif disebabkan karena harga saham turun berlawanan arah dan turunnya harga saham disebabkan karena terjadinya krisis global di tahun 2008 hal ini membuat lesu transaksi jual beli saham. 3. koefisienregresi untuk variabel Price earning ratio (PER) sebesar 5.858 dengan nilai signifikansi sebesar 0.036 lebih kecil dari 0.1, dengan demikian hipotesis ketiga yang menyatakan bahwa Price earning ratio (PER) berpengaruh positif signifikan terhadap hargasaham diterima. Adanya pengaruh signifikan PER terhadap harga saham Investment meskipun bernilai negatif, Price Earning Ratio dan Debt to Equity Ratio. Sedangkan Current Ratio tidak mampu meningkatkan harga saham. Saran
mengindikasikan bahwa investor menilai prospek pertumbuhan laba suatu perusahaan. Artinya, pertumbuhan laba suatu perusahaan dinilai tinggi jika PER perusahaan tersebut lebih tinggi apabila dibandingkan dengan PER perusahaan lain dalam industri yang sejenis. Semakin tinggi PER, maka penghargaan pasar akan saham perusahaan tersebut akan semakin tinggi sehingga harga saham cenderung akan naik, akan tetapi bagi investor yang ingin membeli saham suatu perusahaan, semakin kecil PER suatu saham akan semakin baik karena harga saham tersebut murah. 4. koefisien regresi untuk variabel Debt to equity ratio (DER) sebesar 16.661 dengan nilai signifikansi sebesar 0.572, dimana nilai signifikan pada tingkat signifikansi 0.05 karena lebih besar dari 0.05, dengan demikian hipotesis keempat yang menyatakan bahwa Debt to equity ratio(DER) berpengaruh tidak signifikan terhadap hargasaham. Perusahaan dengan tingkat hutang yang tinggi tidak membuat perusahaan tersebut mempunyai tingkat kembalian yang rendah namun sebaliknya investor agar lebih memperhatikan kondisi pasarnya. Tinggi rendahnya leverage perusahaan bukan semata-mata disebabkan oleh harga pasar tetapi juga dipengaruhi faktor lain sehingga DER kurang diperhatikan investor dalam mengambil keputusan investasi. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dan dibahas maka dapat disimpulkan bahwa rasio yang mampu meningkatkan harga saham adalah Return On Sampel perusahaan yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah sampel dari perusahaan manufaktur yaitu perusahaan food and beverage. Pada perusahaan food and beverage persediaan yang di beli tidak dalam jumlah banyak atau berlebihan sehingga biaya-biaya yang timbul akibat
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No. 13 | Mei 2012
7
ISSN 1412 – 2936 persediaan tidak terlalu besar, harus menarik pinjaman baru dengan tingkat bunga yang relatif tinggi, menjual investasi jangka panjang atau aktiva tetapnya untuk melunasi hutang jangka pendek tersebut. Para investor akan menjadi lebih memahami tingkat pengembalian investasi dan harga saham perusahaan food and beverage sehingga dapat membantu kebijakan pengambilan keputusan investasi dan mempertimbangkan nilai harga saham suatu perusahaan tersebut lebih tinggi dengan nilai harga saham perusahaan lain. DAFTAR PUSTAKA Ang, Robbert. 1997. Pasar Modal Indonesia. Jakarta. Mediasoft Indonesia. Ariadi, 2009 Laba Akuntansi, Arus Kas Operasi, Arus Kas Pendanaan, Debt to equity ratio, Current ratio dan Koefisien variasi Terhadap Return Saham. Tesis Program MM Undip Semarang. Bambang, Riyanto, 1995, Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahan, Edisi Keempat, Yogyakarta: BPFE UGM. Bapepam LK, 2006, UU Pasar Modal,Bapepam LK RI, Jakarta Brigham, Eugene dan Joel F. Houston, 2006. Dasar – dasar Manajemen Keuangan, Jakarta: Salemba Empat. Ghozali, Imam, 2005, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, Edisi Ketiga, Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Harahap, Sofyan Syafri, 2002, Analisa Kritis Atas Laporan Keuangan, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta. Hartono, Jogiyanto,M, 2000, Teori Portfolio dan Analisis Investasi, Yogyakarta: BPFE-UGM. Husnan, Suad. 2001. Dasar-Dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas Edisi Ketiga. Yogyakarta : UPP AMP YKPN. Ihsan, Moh, 2009, Pengaruh Current Ratio, Total Asset Turnover, Debt to Equity Ratio, dan Return On Investment terhadap harga saham industri apparel di BEI.Jambi, Jurnal ISSN. Vol 96.
Ikatan Akuntan Indonesia. 2009. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta, Salemba Empat Kusumawardani, Angrawit. 2010. Analisa pengaruh EPS, PER, ROE, FL, DER, CR, ROA pada harga saham dan dampaknya terhadap kinerja perusahaan LQ45 yang terdaftar di BEI periode 2005 -2009.Fakultas Ekonomi, Universitas Gunadarma. Lestari Annio Indah, Muslich Lutfi, Syahyunan (2007). Pengaruh Faktor Fundamental Dan Teknikal Terhadap Harga Saham Properti yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta. MEPA Ekonomi, Mei 2007, Volume 2 Nomor 2. Mamduh Hanafi, Abdul Halim, 2005, Analisis Laporan Keuangan, Edisi 2, UPP AMP-YKPN,Yogyakarta. Mas’ud Machfoed. 1999. Pengaruh Krisis Moneter Pada Efisiensi Perusahaan Publik di Bursa Efek Jakarta.Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, Vol. 14, No. 1, pp 37-49. Munawir. 2004. Analisa Laporan Keuangan. Edisi keempat. Yogyakarta: Liberty. Nugroho,Inung Adi. 2009. Analisis Pengaruh Informasi Fundamental Terhadap Return Saham. Tesis Program MM Undip Semarang. Rusdin. 2006. Pasar Modal, Bandung: Alfabeta Thobarry, Achamad Ath. 2009. Analisis Pengaruh Nilai Tukar, Suku Bunga, laju Inflasi dan Pertumbuhan GDP terhadap Indeks Harga Saham sektor property. Tesis Program MM Undip Semarang. Subekti, Imam dan Indra Wijaya Kusuma. 2001. Asosiasi antara Set Kesempatan Investasi dengan Kebijakan Pendanaan dan Dividen Perusahaan, serta Implikasinya pada Perubahan Harga Saham. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, vol 4(1). Hal 44-63 Sugiyono, 2005. Metodologi Penelitian Bisnis, Bandung: Alfabeta. Sunardi, Harjono. 2010. Pengaruh penilaian Kinerja dengan ROI dan EVA terhadap Return Saham pada Perusahaan yang Tergabung dalam Indeks LQ 45 di Bursa Efek
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No. 13 | Mei 2012
8
ISSN 1412 – 2936 Indonesia. Jurnal Akuntansi Vol.2 No.1 Mei 2010: 70-92 Syamsuddin, Lukman. 2007. Manajemen Keuangan Perusahaan: Konsep Aplikasi dalam: Perencanaan, Pengawasan, dan Pengambilan keputusan, Jakarta:PT Raja Grafindo Persada. Tandelilin, Eduardus. 2001. Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio, Yogyakarta: BPFE
Ulupui 2010, Analisis Pengaruh Rasio Likuiditas, Laverage, Aktivitas, dan Profitabilitas Terhadap Return Saham. Fakultas Ekonomi, Universitas Udayana Van Horne, James. (1989). Finacial Management and Policy, Eighth Edition.Prentice Hall International, pp. 306-315. Weston, J Fred dan Eugene F Brigham. 1993. Manajemen Keuangan . Jakarta: Penerbit Erlangga.
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No. 13 | Mei 2012
9
ISSN 1412 – 2936
ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK PADA GLOS BAKERY PAMEKASAN Ria Rachmawati Fakultas Ekonomi Universitas Madura ABSTRAK Guna menilai sistem pengendalian kualitas maka perlu dilakukan analisa, dan analisa yang digunakan dalam penilitian ini adalah deskiptif kualitatif yaitu mengamati dan membandingkan. Dan kuantintatif yaitu yang berbentuk angka, yang dibagi dua, data interval adalah data yang satu dengan yang lain itu sama tetapi tidak mempunyai jarak yang sama, dan mencoba memecahkan masalah dengan mengunakan metode controlchat ( UCL – LCL ). Berdasarkan hasil analisa diketahui bahwa pada tahun 2010, perusahaan melakukan kegiatan 30 hari, 15 kali produksi, tetapi masih mengalami hambatan diman kerusakan yang terjadi pada roti tawar sebesar 2,96 % dan aneka bolu sebesar 2,49%, perusahaan menargetkan kerusakan sebesar 3% , jadi perusahaan telah mampu memaksimalkan pengendaliaan kualitas sehingga tingkat kerusakan yang terjadi dibawah standar perusahaan. Perusahaan dalam menentukan analisis pengendaliaan kualitas hendaknya menggunakan metode controlchart ( UCL – LCL ). Dapat diketahui rata – rata batas kerusakan yang terjadi pada perusahaan. Kata Kunci : Pengendaliaan kualitas, controlchat, UCL-LCL.
PENDAHULUAN Dalam menghadapi situasi perekonomian yang penuh persaingan dan tidak menentu seperti sekarang, perusahaan akan berusaha sebisa mungkin untuk menjalankan suatu proses produksinya dengan seefektif dan seefisien mungkin. Untuk itu faktor -faktor produksi yang dipakai sangatlah menetukan keberhasilan perusahaan. Sebelum melakukan proses produksi, perusahaaan harus dapat melakukan planing (perencanaan) diantaranya menyediakan faktor-faktor produksi mulai dari bahan baku, tenaga kerja dan peralatan proses produksi untuk mengoptimalkan produk yang akan dihasilkan tersebut. Dengan perkembangan teknologi dan informasi yang sangat revolusioner belakangan ini, menumbuhkan optimisme bagi sebagiaan perusahaan yang bergerak dalam bidang pabrikasi/ produksi, bahwa dengan kondisi yang demikian akan mempermudah proses produksinya. Tetapi bukan suatu jaminan kualitas produk yang dihasilkan memuaskan. Hal ini terjadi apabila tidak diimbangi dengan adanya pengendaliaan atau pengawasan kualitas. Apabila pengendalian tidak dapat dilakukan
dengan apa yang telah direncankan untuk pengendaliaanya maka produk yang dihasilkan tidak sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Timbulnya produksi yang teratur dan lancar di sebabkan karena adanya pengendaliaan kualitas yang baik. Biasanya pengendalian kualitas meliputi tindakan menentukan jumlah yang tepat, dan jenis bahan baku yang dibutuhkan untuk produksi tertentu. Produksi memerlukan bahan-bahan, maka pengendalian yang normal meliputi jumlah, jenis, serta macam bahan yang dibutuhkan untuk melaksanakan order produksi. Disamping itu, ditentukan pula proses pengerjaan produksi yang akan dipergunakan, yang sesuai dengan ruangan yang tersedia, kemampuan/ keahlian pekerja, biaya serta waktu yang tersedia untuk pelaksaan pekerjaan. Pengendalian kualitas adalah suatu kegiatan/usaha untuk melaksanakan tindakan-tindakan supaya produk yang dihasilkan dapat di produksi dengan cara yang paling baik dan paling efisien, sehingga hasil tersebut sesuai dengan apa yang di inginkan atau dengan kata lain pengendalian kualitas adalah suatu usaha untuk menciptakan hasil produksi yang
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No. 13 | Mei 2012
10
ISSN 1412 – 2936 sesuai dengan tujuan dan rencana, juga menghindari dan mencegah timbulnya penyimpangan atau kesalahan dalam proses produksi yang dapat menimbulkan kerugian bagi perusahaan. Jadi pengendalian kualitas sangatlah penting dalam kelancaran proses priduksi untuk menghasilkan produk yang kualitasnya lebih baik. Untuk mencapai hal tersebut peran pengendalian kualitas yang dilaksanakan perusahaan sangatlah penting untuk menghindari kerusakan. Dengan mengadakan pengendalian kualitas mulai dari bahan baku produk sampai melakukan pemprosesan bahan baku sampai menjadi barang siap pakai/ barang jadi, dan yang dihasilkan pula aakn lebih berkualitas apabila ditunjang dengan inovasi dan kreasi yang tinggi pula. Jadi tanpa adanya manajemen kualitas yang baik maka kegiatan produksi perusahaan tidak mungkin mencapai tujuan dan rencana produksi. Glosbakery dalam menghasilkan produknya (Roti) belum mampu melaksanakan pengendaliaan kualitas secara maksimal dan teratur, sehingga roti yang di hasilkan dimungkinkan tidak mencapai standar dalam segi bentuk, ukuran dan ketahanan. Akibat dari pengendaliaan kualitas produk yang hanya dilakukan seadanya, kemungkinan terdapatnya penyimpangan dan kerusakan produk yang tidak terduga dan biaya yang boros atau merugikan perusahaan akan semakin besar terjadi dalam proses produksi yang dilakukan GlosBakery. Secara garis besar reputasi merupakan citra dan kesan mengenai produk yang menyebar dari mulut kemulut. Produk ynag dihasilkan GlosBakery merupakan pandangan atas keberhasilan atau kegagalan di dalam operasioanal, karena produk inilah yang akan dapat penilaian dari konsumen baik atau tidaknya produk itu sendiri. TINJAUAN PUSTAKA Definisi Pengendalian Pengendaliaan adalah proses manajemen yang didalammnya melakukan kegiatan mengevaluasi kinerja nyata, membandingkan kinerja nyata dengan tujuan dan mengambil tindakan perbedaan.
R.A.Supriyono,S.U. (2000:4), mengatakan “pengendalian adalah proses untuk mengarahkan seperangkat variabel (misalnya mesin – mesin , manusia menuju arah atau mencapai tujuan tertentu). Dalam organisasi, pengendalian adalah proses mengarahkan kegiatan yang menggunkanberbagia sumber ekonomis agar sesuai dengan rencana, sehingga tujuan dari organisasi dapat tercapai.” Suad Husnan (1998:195) juga mendefinisikan “Pengendaliaan Sebagai Proses untuk menjamin bahwa kegiatan sesuai dengan yang direncanakan untuk mengukur apakah kegiatan – kegiatan yang dilakukan menyimpang atau tidak. Dari uraian diatas dapatkah simpulkan bahwa pengendaliaan akan membantu kelancaran proses produksi dari suatu perusahaan dimana di jamin bahwa hasil yang di capai sesuai dengan apa yang di harapkan serta mengusahakan agar apa yang di harapkan serta mengusahakan apa yang di rencanakan menjadi kenyataan. Kualitas merupakan suatu kondisi yang berhubungan dengan produk, jasa manusia, proses dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan. Setelah kita mengetahui arti dari masing-masing pengertian pengendaliaan dan kualitas tersebut diatas, maka selanjutnya akan di jelaskan pengertiaan pengendaliaan kualitas secara utuh”. Pengendaliaan kualitas adalah aktivitas pengendaliaan atau pengawasan terhadap pekerjaan -pekerjaaan yang telah dan sedang dilaksanakan, bahwa yang akan dilaksanakan selesai masih harus dijaga agar produk sampai ketangan konsumen tetap dalam keadaan yang dapat dipertanggung jawabkan. Dari pengertian-pengertian mengenai pengendalian kualitas tersebut diatas maka dapat diketahui bahwa pengendaliaan kualitas mengandung unsur-unsur yang dapat diidentifikasikan sebagai berikut: 1. Terdapat spesifikasi dari standar kualitas yang telah di rencanakan baik produk maupun bahan- bahan yang diperlukan. 2. Adanya pekerjaan yang memeriksa guna memastikan apakah bahan-bahan yang dibutuhkan telah sesuai dengan standar kualitas yang telah di tetapkan.
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No. 13 | Mei 2012
11
ISSN 1412 – 2936 3. Adanya inspeksi tahap demi tahap selam proses produksi untuk mencocokkan apakah tidak terjadi penyimpangan terhadap kualitas produk selama proses produksi lansung. 4. Adanya pekerjaan untuk meneliti dan memperbaiki produk apabila terjadi penyimpangan dari standar kualitas. 5. Adanya pengendaliaan yang terus menerus terhadap proses produksi agar tidak terjadi proses penyimpangan yang terulang. Fungsi Pengendalian kualitas / Mutu Dalam setiap kegiatan dan usaha agar keberhasilan dapat tercapai maka harus direncanakan terlebih dahulu. Begitu pula dalam kegiatana produksi yang dibuat, di harapkan akan dapat menjalankan fungsinya sesuai dengan yang diiinginkan. Oleh karena itu, perlu adanya pengawasan didalam melaksanakan suatu pekerjaan agar apabila terjadi penyimpangan dapat dengan segera diketahui dan sesuai dengan rencana yang telah di tetapkan sebelumnya. Asauri (1993:128), mengemukakan bahwa perencanaan produksi adalah untuk memproduksi barang-barang atau output dalam waktu tertentu dimasa yang akan datang dengan kuantitas dan kualitas yang dikehendaki serta keuntungan (profit) yang maksimum dengan meperhatikan tugas dan golongan besar yang ada dalam masyarakat yaitu konsumen, buruh atau pekerja. Sedangkan menurut R.Terry dan W. Rue (1992: 234) mengatakan bahwa fungsi pengawasan adalah suatu alat perbaikan yang hanya digunakan apabila sistem tersebut memerlukan penyesuaian. Jadi pengendaliaan dan penelitiaan produksi disini adalah suatu cara untuk memastikan bahwa kegiatan-kegiatan dalam memberikan layanan suatu produk yang telah dijual sesuai dengan mereka harapakan. Tujuan Pengawasan Kualitas Tujuan pengendaliaan/ pengawasan kualitas adalah pada pokoknya pengawasan menetukan ukuran, cara dan persyaratan fungsional lain suatu produk dan menspesifikasikan untuk maksud-
maksud produk (Sukanto Rekso Hadirejo, 1999:244). Menurut Terry dan Leslie W.Rue (1999:244) mengatakan bahwa “Tujuan pengawasan kualitas adalah mempertahankan kualitas yang memuaskan untuk tujuan yang dimaksudkan atau, bukan kualiatas yang setinggi mungkin”. Dari beberapa pendapat diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa tujuan utama dari pengendaliaan/ pengawasan kualitas adalah untuk mendapatkan jaminan, agar apa yang dihasilkan atau yang dikerjakan dapat dicapai sesuai dengan standar yang telah ditentukan oleh perusahaan. Pengendalian kualitas yang baik dapat memberikan keuntungan. Adapun keuntungan yang bisa di dapat dari adanya pengendaliaan kualiatas yang baik adalah : 1. Dapat mengurangi biaya untuk perbaikan ulang. 2. Dapat menekan biaya untuk desain dan produksi. Dengan adanya keuntungan – keuntungan diatas, maka dapat menekan adanya pemborosan biaya. Dengan adanya pelaksanaan pengendaliaan kualitas yang baik maka proses produksi akan dapat berjalan dengan lancar dan hasil yang dicapai dapat sesuai dengan standar yang telah di tentukan oleh perusahaan sehingga dapat menjamin kontinuitas perusahaan. Ruang Lingkup Pengendalian Kualitas / Mutu Kegiatan pengendalian kualitas mencakup ruang lingkup yang sangat luas, oleh karena itu semua kegiatan yang menyangkut pengendaliaan kualitas harus dijaga dan dipertahankan. Menurut Prawirosentono (2002:71) “pengendalian kualitas (mutu) adalah kegiatan terpadu mulai dari mutu pengendalian standart mutu bahan, standart proses produksi, barang setengah jadi, barang jadi sampai standart pengiriman akhir ke konsumen agar barang yang dihasilkan sesuai dengan spesifikasi mutu yang direncanakan.” Secara garis besar ruang lingkup pengendaliaan kualitas dapat dibagi menjadi beberapa tingkatan yaitu:
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No. 13 | Mei 2012
12
ISSN 1412 – 2936 1. Pengendalian sebelum proses produksi dimulai Cara pengendaliana kualitas dalam tingkatan ini dilakukan tindakan preventif, agar apa yang direncanakan atua dapat memenuhi standart yang telah disiapkan dan dapt memenuhi standart yang telah di tentukan oleh perusahaan. Misalnya pengendaliaan kualitas terhadap kualitas bahan baku antara lain : a. Diuji kekekrasan awal dari bhan baku yang dilakukan langsung oleh bagian pengendalian dengan memakai alat ( Rockwel ). b. Diuji komposisisnya bila perlu dilakukan dilaboratorium dibalai penelitian perindustrian. c. Pengujian dimensi diperusahaan yang menyangkut kwalitas produksi. 2. Pengendalian Selama Proses Produksi Berlangsung Pada kegiatan ini banyak cara yang dilakukan seprti pengambilan sampel yang harus dilakukan secara teratur, pengendalian atau pengawasan pada bagian – bagian lain diman kegiatan pengendalian harus dilakukan secara berurutan. Pengendalian yang dilakukan hanya pada salah satu bagian darai proses akan tidak ada artinya apabila tidak dikuti bagian pengawasan lainnya, karena hal ini akan menimbulkan kepincangan – kepincangan pada bagian yang lain. Dan bila terdapat kepincangan – kepincangan pada bagian proses produksi, maka hal ini akan mengganggu pada bagian yang lain. Dalam melaksanakan kegiatan pengendalian kualitas produk perlu diketahui variabel – variabel yang membentuk tinggi rendahnya kualaitas hasil produksi setelah diketahuai maka selanjutnya pengendalian kualitas perlu diberikan toleransi pertimbangan atau standartkulitas yang dipakai, faktor – faktor yang perlu diperhatikan sebagai berikut: a. Mempertimbangkan persainagna dan kualitas produksi pesaing. b. Mempergunakan serta mempertimbangkan kegunaan terkhir produk.
c. Kualitas produk harus sesuai dengan harga jual produk. d. Perlu team 1.) Penjualan yang memiliki konsumen 2.) Teknis mengatur desain dan kualitas teknis 3.) Produksi menentukan biaya produksi sebagai kualitas alternatif. e. Setelah ditentukan (sesuai dengan kegiatan atau keinginan- keinginan konsumen teknik produksinya, tersedianya bahan dan sebagainya), maka kualitas yang ada harus dipelihara. 3.
Pengendalian Dari Barang Setelah Proses Produksi Pada tahap kegiatan ini akan diadakan pengendalian barang setelah proses produksi. Meskipun telah diadakan pengendalian kualitas produk pada waktu proses berlangsung, dimanapengendaliaan dilakukan secara teratur pada setiap bagian, tetapi hal ini belum menjamin bahwa barang yang telah selesai dibuat sama dengan kualiatasstandart yang ditentukan. Pengendaliaan ini ditentukan agar barang yang tidak memenuhi standart tersebut tidak sampai lolos ketangan konsumen. Akan berakibat negatif pada perusahaan apabila konsumen tidak akan kembali lagi untuk membeli produk -produk yang dihasilkan perusahaan.
Di dalam pengendaliaan ketiga tingkatan tersebut dapat dilaksanakan dengan menggunkan peralatan sebagai berikut: a. Penentuan bentuk standart dari produk yang akan dibuat. b. Pemeriksaan bahan – bahan, seperti bagian produk yang akan dibandingkan dengan produk standart. Maksudnya untuk memindahkan dari produk yang baik ke produk yang rusak. c. Teknik statistik, dengan menggunakan sampel analisa chart, yang menunjukan apakah kualiatas produk sesuai yang diinginkan. d. Alat-alat pengukur, untuk membandingkan produk yang sesungguhnya dengan produk standart.
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No. 13 | Mei 2012
13
ISSN 1412 – 2936 Alat tersebut ada yang dengan listrik, mesin dan sebagainya. Teknik Pengendalian Kualitas Tehnik pengendaliaan kualitas produk dapat dibagi dalam dua golongan yaitu : 1. Metode Acceptance Sampling Dalam metode ini contoh diambil sembarangan dan teratur serta memberikan karakteristik apakah sesuai dengan standar yang telah ditentukan. Apabila contoh yang diambil mempunyai kerusakan yang kecil maka sampel dapat diterima, sedangkan apabila sampel menunjukkan tanda-tanda menolak atau kurang meyakinkan maka akan dilakukan penambahan sampel. 2. Metode Control Chart Dalam metode pengguanaan control ini dimaksudkan untuk pengendaliaan kualitas yang telah ditetapkan dengan memakai batas – batas (Upper Control Limit ) dan batas bawah (Lower-Control Limit ) dan batas bawah ( Lower-Control Limit). Pada umumnya variabel yang terjadi pada proses produksi dapat digolongkan menjadi dua golongan yaitu : a. Variabel dari berbagai kemungkinan Yaitu dari suatu kemungkinan disebabkan karena kompleknya hal – hal kecil yang masing – masing tidak dapat dikatakan mempengaruhi, kecuali merupakan suatutotaritas. b. Variabel karena sebab tertentu yang diketahui Yaitu suatu kemungkinan yang disebabkan oleh hal- hal yang memang telah diketahui sebelumnya (Reksohadiprojo,1990 : 196 ). METODOLOGI PENELITIAN Jenis Penelitiaan Jenis penelitiaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian dengan menggunakan metode penelitiaan deskiptif dengan memakai satu variabel. Pada umumnya penelitian deskirptif merupakan penelitiaan Non Hipotesis, sehingga langkah penelitiannya tidak perlu merumuskan Hipotesis. Data Penelitian
Dalam penelitian ini sumber data yang peneliti gunakan adalah data primer yaitu data yang di peroleh langsung dari perusahaan dengna menggunakan tehnik observasi yaitu dengan mengetahui tingkat kerusakan yang terjadi pada barang jadi. Populasi dan Sampel Penelitian Penelitian ini dilakukan pada populasi realisasi produksi GlosBakery Pamekasan pada produksi roti tahun 2010. Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang pengendaliaankulitas, maka peneliti tidak melakukan pengambilan sampel ( Penelitian Sampel Jenuh ) dimana dalam hal ini dilakukan penelitian secara langsung pada GlosBakery selam 30 Hari ( 1 – 30 Maret 2010 ) dengan mengobservasi proses produksi dan jumlah produk yang rusak pada realisasi produk roti tawar dan aneka bolu. Dengan demikian penelitiaan secara langsung mendapatkan data – data dan laporan yang berkaitan dengan realisasi produksi GlosBakery Pamekasan yang berupa : 1. Data target dan realisasi produksi roti tawar dan aneka bolu Glosbakery Pamekasan tahun 2008 -2009. 2. Data realisasi produksi roti tawar dan aneka bolu yang di observasikan pada GlosBakery Pamekasan selama 30 hari kerja. Teknik Analisa Data Teknik analisa yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunkan control chart menurut Dr. Shewhart (lihat Drs. Suyadi Prawirasenton, MBA, 19994 ; 85 – 88 ) dengan penghitungan sebagai berikut : 𝑃= SP = √P
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 𝑅𝑢𝑠𝑎𝑘/𝐺𝑎𝑔𝑎𝑙 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝐷𝑖𝑝𝑒𝑟𝑖𝑘𝑠𝑎
(1 − P) n
UCL = P + SP LCL = P – SP Dimana: P = Presentase kerusakan SP= Standar Penyimpangan Deviasi )
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No. 13 | Mei 2012
(Standar
14
ISSN 1412 – 2936 n = Rata – rata produksi UCL = Upper Control Limit LCL = Lower Control Limit
presentase kerusakan produk
Setelah penentuan titik yang menjadi UCL dan LCL maka hasil pengamatan terhadap kerusakan produk dan hubungan dengan UCL, LCL serta rata – rata kerusakan (P). Tingkat kerusakan produk yang terjadi (Sesuai hasil observasi) ditentukan titik pada tingkat
kerusakan yang terjadi yang dinyatakan dalam presentase kerusakan. Kemudian dari titik tersebut di hubungkan dengan suatu garis sehingga dapat diketahui pergerakan kerusakan selama periode observasi. Hasil analisa pengendalian kualitas perusahaan dengan menggunakan metode controlchart ini akan disajikan dalam bentuk grafik seperti di bawah ini:
UCL 20% 10%
3
0% 0
6
9
12 15 18
10
21
20
P
24 27 30 30
40 LCL
Hari Gambar 1 Control Chart
HASIL PENELITIAN Proses penelitian dilakukan dengan melakukan observasi pada proses produksi roti tawar dan aneka bolu yang dilakukan oleh GlosBakery. Pola produksi pada roti tawar dan aneka bolu dilakukan tidak setiap hari ,akan tetapi dilakukan setiap 2 hari sekali
karena pertimbangan faktor pemasaran dan permintaan terhadap produk, selama tahun 2008 dan 2009 perusahaan mengalami peningkatan produksi pada kedua produk tersebut. Adapun data produksi untuk tahun produksi 2008 – 2009 untuk roti tawar dan aneka bolu adalah sebagai berikut:
Tabel 1 Target dan Realisasi Produksi Roti Tawar Glos Bakery Pamekasan tahun 2008 (unit) Bulan
Target Produksi
Realisasi Produksi
1 4.160 4.000 2 4.160 4.090 3 4.160 3.990 4 4.160 4.100 5 4.160 4.050 6 4.160 3.900 7 4.160 4.110 8 4.160 3.910 9 4.160 4.010 10 4.160 4.050 11 4.160 3.980 12 4.160 4.000 Jumlah 49.920 48.190 Sumber: Data Bagian Produksi Glos Bakery
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No. 13 | Mei 2012
15
ISSN 1412 – 2936
Tabel 2 Target dan realisasi produksi Roti Tawar Glos Bakery Pamekasan Tahun 2009 (unit) Bulan
Target Produksi
Realisasi Produksi
1 5.200 5.125 2 5.200 5.163 3 5.200 4.975 4 5.200 5.000 5 5.200 5.013 6 5.200 4.725 7 5.200 4.988 8 5.200 5.088 9 5.200 4.750 10 5.200 4.863 11 5.200 5.000 12 5.200 5.188 Jumlah 62.400 59.875 Sumber: Data Bagian Produksi Glos Bakery Tabel 3 Target dan realisasi produksi Aneka Bolu Glos Bakery Pamekasan Tahun 2008 (unit) Bulan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Jumlah
Target Produksi
Realisasi Produksi
9.170 9.095 9.170 9.133 9.170 8.945 9.170 8.970 9.170 8.983 9.170 8.695 9.170 8.958 9.170 9.058 9.170 8.720 9.170 8.833 9.170 8.970 9.170 9.158 110.044 107.515 Sumber: Data Bagaian Produksi GlosBakery
Tabel 4 Target dan realisasi produksi Aneka Bolu Glos Bakery Pamekasan Tahun 2009 (unit) Bulan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Jumlah
Target Produksi
Realisasi Produksi
9.310 9.235 9.310 9.273 9.310 9.085 9.310 9.110 9.310 9.123 9.310 8.835 9.310 9.098 9.310 9.198 9.310 8.860 9.310 8.973 9.310 9.110 9.310 9.298 111.720 109.195 Sumber: Data Bagian Produksi GlosBakery
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No. 13 | Mei 2012
16
ISSN 1412 – 2936
Dalam penelitian ini, peneliti akan meberikan data tentang jumlah produk yang diobservasi selam peneliti mengadakan penelitian dan pengamatan secara langsung yaitu 30 hari di mulai pada tanggal 1 – 30 maret
2010, mengenai produk roti tawar dan aneka bolu yang baik dan yang rusak dalam tiap harinya.setelah peneliti meneliti dan mengamati secara langsung mengenai proses produksi di GlosBakery memperoleh data sebagai berikut:
Tabel 5 Jumlah Produk Roti Tawar yang Diobservasi Pada GlosBakery Selama 30 Hari Jumlah Produk Realisasi Hari Baik Rusak 1 355 341 14 2 3 365 349 16 4 5 375 358 17 6 7 360 344 16 8 9 355 341 14 10 11 345 334 11 12 13 335 325 10 14 15 360 351 9 16 17 385 375 10 18 19 365 356 9 20 21 355 348 7 22 23 335 327 8 24 25 355 348 7 26 27 355 349 6 28 29 355 350 5 30 Jumlah 5.355 5.196 159 Sumber Data: hasil Obsevasi tanggal 1 – 30 Maret 2010
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No. 13 | Mei 2012
17
ISSN 1412 – 2936
Tabel 6 Jumlah Produk Aneka Bolu yang Diobservasi Pada GlosBakery Selama 30 Hari Jumlah Produk Realisasi Hari Baik Rusak 1 630 605 25 2 3 640 612 28 4 5 650 620 30 6 7 635 606 29 8 9 630 605 25 10 11 620 600 20 12 13 610 592 18 14 15 635 620 15 16 17 660 643 17 18 19 640 625 15 20 21 630 618 12 22 23 610 596 14 24 25 630 617 13 26 27 630 620 10 28 29 630 622 8 30 Jumlah 9.480 9.201 279 Sumber Data: hasil observasi tanggal 1 – 30 Maret 2010
PEMBAHASAN Untuk lebih mudah dalam usaha pemecahan masalah yang sedang dihadapi oleh perusahaan tersebut, maka akan penulis kemukakan metode yang kiranya dapat bermanfaat guna pemecahan masalah perusahaan. Banyaknya hasil produksi yang rusak atau yang cacat secara visual disebabkan oleh kurangnya pengendalian atau pengawasan kualitas yang dilakukan oleh perusahaan. GlosBakery menetapkan standar kerusakan yang dapat ditolerir dalam
realisasi produk adalah sebesar 3%. Hal ini didasarkan pada pengalaman perushaan sebelumnya didalam menghitung tingkat kerusakan produk, dan pada tingkat kerusakan 3 % ini perusahaan mampu mengatasi kerugian yang terjadi akibat kerusakan produk sehinggga tidak berpengaruh pada keberlangsungan proses produksi perusahaan. Jika ditinjau dari realisasi produk baik dan realisasi produk rusak, maka dapat dikemukakan secara jelas pada tabel berikut ini:
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No. 13 | Mei 2012
18
ISSN 1412 – 2936 1. Roti tawar
Hari 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 Jumlah
P
=
Tabel 7 Realisasi dan Prosentase kerusakan roti tawar Yang diobservasi Pada GlosBakery Selama 30 Hari Jumlah Realisasi Standart Prosen Produk kerusakan Baik Rusak 355 341 14 0,0394 0,0300 365
349
16
0,0438
0,0300
375
358
17
0,0453
0,0300
360
344
16
0,0444
0,0300
355
341
14
0,0394
0,0300
345
334
11
0,0319
0,0300
335
325
10
0,0299
0,0300
360
351
9
0,0250
0,0300
385
375
10
0,0260
0,0300
365
356
9
0,0247
0,0300
355
348
7
0,0197
0,0300
335
327
8
0,0239
0,0300
355
348
7
0,0197
0,0300
355
349
6
0,0169
0,0300
355
350
5
0,0141
0,0300
5.196 159 0,0297 Sumber Data: Data diolah
0,0300
5.355
Banyaknya barang yang rusak Banyaknya barang yang diperiksa
SP
0,0297(1−0,0297) 357
=√
= 159 5.355
0,0297 𝑥 0,9703 357
=√
= 0,0297 n
0,0288 357
=√
= rata – rata barang yang diperiksa = 5.355 15 = 357
𝑃(1−𝑃) 2𝑛
= √
UCL
= √0,0288 = 0,00898 = P + 2SP = 0,0297 +(2 x 0,0297) = 0,01173 atau 1,173%
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No. 13 | Mei 2012
19
ISSN 1412 – 2936 LCL
= P – 2SP = 0,0297 – (2 x 0,0297 ) = 0,01173 atau 1,173%
Berdasarkan grafik controlchart roti tawar tingkat kerusakan batas atas ( UCL ) sebesar 4, 766% dan tingkat kerusakan batas bawah (LCL ) sebesar 1,173%, maka dapat peneliti jelaskan bahwa dalam produksi roti tawar, pada hari pertama produksi tingkat kerusakannya sebesar
3,94%, hal ini terus berlanjut pada hari ke-3 dan ke-5 hingga mencapai 4,53%. Namun pada hari ke-7 sampai ke-15 tingkat kerusakan produksi roti tawar mengalami penurunan sampai pada level 2,50% selanjutnya tingkat kerusakan sempat naik pada hari ke -17 dan hari ke- 19 sebelum akhirnya meneruskan tren menurunnya pada hari ke-21 sampai pada titik terakhir mencapai tingkatan pada hari ke-29 mencapai 1,41%.
2. Aneka Bolu Tabel 8 Realisasi dan Prosentase kerusakan Aneka Bolu Yang diobservasi Pada GlosBakery Selama 30 Hari Hari 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 Jumlah
Jumlah Produk 630
Realisasi Baik Rusak 605 25
0,0397
Standart kerusakan 0,0300
Prosen
640
612
28
0,0462
0,0300
650
620
30
0,0397
0,0300
635
606
29
0,0295
0,0300
630
605
25
0,0258
0,0300
620
600
20
0,0190
0,0300
610
592
18
0,0206
0,0300
635
620
15
0,0127
0,0300
660
643
17
0,0258
0,0300
640
625
15
0,0234
0,0300
630
618
12
0,0190
0,0300
610
596
14
0,0230
0,0300
630
617
13
0,0206
0,0300
630
620
10
0,0159
0,0300
630
622
8
0,0127
0,0300
9.201 279 0,0294 Sumber Data: Data diolah
0,0300
9.480
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No. 13 | Mei 2012
20
ISSN 1412 – 2936 𝑏𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘𝑛𝑦𝑎 𝑏𝑎𝑟𝑎𝑛𝑔 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑟𝑢𝑠𝑎𝑘 𝑏𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘𝑛𝑦𝑎 𝑏𝑎𝑟𝑎𝑛𝑔 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑖𝑘𝑠𝑎 279 𝑃= 9480 𝑃=
𝑃 = 0,0294
=√
0,0294 𝑥 0,916 632
=√
0,0286 632
= √0,00005 = 0,00672 𝑛 = 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑏𝑎𝑟𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑖𝑘𝑠𝑎
UCL
= P + 3SP = 0,0294+(3x 0,00672) = 0,04960 atau 4,96%
LCL
= P – 3SP = 0,084 – (3 x 0,00672) = 0,00926 atau 0,926%
9480 𝑛= = 632 15
SP
𝑃(1−𝑃) 2𝑛
= √
0,0294(1−0,0294) 632
=√
Berdasarkan grafik controlchart aneka bolu, tingkat kerusakan batas atas (UCL) sebesar 4,96% dan tingkat kerusakan batas bawah (LCL) sebesr 0,926% , maka dapat peneliti jelaskan bahwa dalam produksi aneka bolu, pada hari pertama tingkat kerusakannya sebesar 3,97% kemudian pada hari ke -3 naik sebesar 4,62%. Hal ini tidak bertahan lama karena pada hari ke-5 sampai ke – 15 tingkat kerusakan produk mengalami penurunan smapai sebesar 1,27%. Sempat naik pada hari ke-17 menjadi 2,58%, tingkat kerusakan produk akhirnya terus menurun sampai pada titik terakhir mencapai titik terendah sebesar 1,27%. Setelah mengetahui dari perhitungan tabel dan controlchart yang dilakukan oleh peneliti, maka dapat diketahui dan dilihat dari presentase kerusakan dari hari ke hari maka kerusakan jenis roti tawar dan aneka bolu yang terjadi di GlosBakery mengalami fluktuasi tingkat kerusakan selama peneliti mengadakan penelitian yaitu jenis roti tawar rata- rata tingkat kerusakan sebesar 2,49%. Jadi tingkat kerusakan produk yang terjadi masih dapat ditolerir oleh perusahaan, dimana perusahaan menetapkan tingkat kerusakan sebesar 3%. Tingkat kerusakan ini di ambil oleh perusahaan berdasarkan pengalaman perusahaan sebelumnya didalam menghitung tingkat kerusakan produk sehingga perusahaan mengambil kebijakan sebesar 3%.
Jadi setelah mengamati naik turunya tingkat kerusakan yang terjadi didalamGlosBakery disebabkan karena bahan baku yang digunakan tidak sesuai dengan ukuran yang telah di tetapkan dalam arti bahwa dalam pencampuran antar bahan baku yaitu tepung terigu, yeast, gula pasir, garam, lemak (margarin)dan air tidak sesuai dengan ukuran sehingga menyebabkan rusaknya produk, sedangkan tenaga manusia yang digunakan masih sedikit sehingga menghambat jalannya proses produksi menyebabkan jenis produk yang dihasilkan sangat sedikit, sehingga jumlah dan target yang di tetapkan perusahaan tidak maksimal hal ini terbukti dengan adanya tingkat kerusakan yang masih besar dan perlu diperbaiki lagi. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan dari hasil pembahasan maka dapat ditarik kesimpulan bahwa : 1. Pengendaliaan / pengawasan kualitas produk padGlosBakery Pamekasan telah berjalan dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari presentase kerusakan yang terjadi setiap harinya maka dapat dikatakan bahwa pengendaliaan kualitas perusahaan cukup maksimal. Hal ini dapat dilihat dari tingkat kerusakan rata – rata yang terjadi selama 30 hari untuk roti tawar sebesarb 2,96% dan untuk aneka bolu rat- rata tingkat kerusakan sebesar 2,49% sedangkan perusahaan
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No. 13 | Mei 2012
21
ISSN 1412 – 2936 menentukan batas kerusakan produk sebesar 3%. Dengan demikian rata – rata tingkat kerusakan produk menurun sehingga dapat ditolerir oleh perusahaan. 2. Naik turunnya tingkat kerusakan yang terjadi didalamGlosBakery disebabkan karena bahan baku yang digunakan tidak sesuai dengan ukuran yang telah ditetapkan dalam arti bahwa dalam pencampuran bahan baku yaitu tepung terigu, yaeast, gula pasir, garam, lemak ( margarin ), air , dan lainnya tidak sesuai dengan ukuran sehingga menyebabkan rusaknya produk, sedangkan tenaga kerja yang digunakan masih sedikit sehingga menghambat jalannya proses produksi serta jenis yang di hasilkan sangat sedikit, sehingga jumlah dan target yang ditetapkan perusahaan tidak maksimal. Saran Setelah peneliti mengemukakan beberapa kesempulan dari pada penelitian ini, maka selanjutnya akan dikemukakan beberapa saran yang mungkin dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan perusahaan dalam mengatasi masalahnya. Adapun saran – saran yang penulis kemukakan adalah sebagai berikut :
1. Agar proses pengendaliaan kualitas yang selama ini dilakukan di GlosBakery Pamekasan dipertahankan agar tujuan perusahaan terlaksana dengan baik. 2. Perusahaan hendaknya lebih memperhatikan proses pencampuran bahan baku sehingga produk yang dihasilkan dapat lebih diminimalisir tingkat kerusakan. DAFTAR PUSTAKA IndriyoGitosudarmo, M.Com. 2002. ManajemenOperasi.Edisikedua. BPFE, Yogyakarta. Eddy, Herjanto. 2003. Manajemen Produksi dan Operasi. Grasindo. Jakarta. Hadi, Sutrisno. 1991. Metodologi Reseach. Fakultas Psikologi UGM. Yogyakarta. Muslich Anshori. 1996. Manajemen Produksi Operasi, Konsep dan Kerangka Dasar. CV Citra Media. Surabaya. Syamsul Ma’arif & Hendri Tanjung. 2003. Manajemen Operasi. Grasindo. Jakarta. Roger G.Schroeder. 1995. Manajemen Operasi. Jilid 1 & 2, Erlangga. Jakarta. Hani Handoko. 1994. Dasar-dasar Manajemen Produksi & Operasi. BPFE.Yogyakarta.
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No. 13 | Mei 2012
22
ISSN 1412 – 2936 PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN DAN EFEKTIVITAS KERJA TERHADAP PRESTASI KERJA PEGAWAI
ALFI HASANIYAH Fakultas Ekonomi Universitas Madura ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya pengaruh gaya kepemimpinan dan efektivitas kerja terhadap prestasi kerja pegawai serta mengetahui variabel-variabel yang terdapat dalam gaya kepemimpinan dan efektivitas kerja yang dominan berpengaruh terhadap prestasi kerja pegawai Puskesmas Waru di Kabupaten Pamekasan. Jenis penelitian populasi yang akan menjelaskan prestasi kerja pegawai sebagai variabel terikat (Y) yang dipengaruhi oleh variabel bebas (X) yaitu Gaya Kepemimpinan (X1) dan Efektivitas Kerja (X2). Jumlah populasi 47 orang dan alat ukur yang digunakan kuesioner. Berdasarkan analisa data diperoleh uji F hitung sebesar 6,579 tingkat signifikansi sebesar 0,003. Artinya bahwa variabel bebas yaitu Gaya Kepemimpinan (X1) dan Efektivitas Kerja (X2) secara simultan berpengaruh terhadap variabel terikat yaitu Prestasi kerja Pegawai Puskesmas Waru Kabupaten Pamekasan (Y). Secara parsial, t hitung untuk variabel Gaya Kepemimpinan (X1), tingkat signifikansinya adalah 0,431 dengan nilai t hitung sebesar 0,794 sehingga dapat dikatakan bahwa variabel Gaya Kepemimpinan tidak signifikan pengaruhnya terhadap Prestasi Kerja. Variabel Efektivitas kerja (X2) tingkat signifikansinya adalah 0,042 dengan nilai 2.092. Nilai signifikansi 0,042 < 0,05 sehingga dapat dikatakan bahwa variabel Efektivitas Kerja (X2) berpengaruh signifikan terhadap Prestasi Kerja (Y), sehingga hipotesis kedua yang menyatakan bahwa efektivitas kerja secara dominan berpengaruh terhadap prestasi kerja pegawai Puskesmas Waru Kabupaten Pamekasan diterima. Kata Kunci: Gaya Kepemimpinan, Efektivitas Kerja, Prestasi Kerja
PENDAHULUAN Proses manajemen dan implementasi otonomi daerah harus transparan dan berpihak pada masyarakat. Segenap kebijakan pemerintah daerah, pelayanan dan pemberdayaan yang dilakukan semata-mata demi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Pusat kesehatan masyarakat (Puskesmas) adalah Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan Kabupaten yang melaksanakan upaya pelayanan kesehatan secara paripurna kepada masyarakat di wilayah kerja tertentu. Agar upaya pelayanaan kesehatan tersebut optimal, diperlukan kemampuan manajerial seorang kepala Puskesmas dalam meningkatkan motivasi kerja pegawainya. Dengan kewenangan yang diberikan pada daerah setempat untuk mengelola aset pemerintah tersebut, seorang kepala
Puskesmas harus mampu mengembangkan dan meningkatkan kualitas layanan pada masyarakat. Peran strategis yang harus dilakukan demi kelangsungan hidup lembaga adalah menerapkan konsep the right man on the right place, dalam artian bidang kerja yang dijalankan harus sesuai dengan kualifikasi pendidikan pegawai. Kedudukan sumber daya manusia sangat penting dalam pengelolaan suatu lembaga. Adanya pegawai yang berbeda dari sisi pendidikan, kemampuan, dan pengalaman menjadi acuan penempatan posisi yang benar dalam sebuah lembaga. Oleh karena itu dibutuhkan manajemen sumber daya manusia agar pengelolaan sumber daya manusia dapat berjalan sesuai dengan apa yang diinginkan lembaga. Adapun pengertian manajemen sumber daya manusia menurut Flippo (1990:5) adalah
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No. 13 | Mei 2012
23
ISSN 1412 – 2936 perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan kegiatan, pengadaan, pengembangan, pemberian, pengupahan, pengintegrasian, pemeliharaan, dan pelepasan sumber daya manusia agar tercapai berbagai tujuan individu, organisasi dan masyarakat. Lembaga pemerintah seperti halnya Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) terdiri dari individu-individu yang mempunyai latar belakang kehidupan yang berbeda satu sama lainnya dan kadangkadang mempunyai tujuan yang berbeda dalam menjalankan pekerjaan yang diamanahkan. Oleh karena itu seorang kepala Puskemas harus perhatian terhadap kondisi kerja bawahannya. Peningkatan dan pengembangan sumber daya manusia untuk mencapai perubahan perilaku dapat dilaksanakan dengan berbagai cara misalnya pendidikan, pelatihan, pembinaan, penyuluhan, motivasi, supervise, kebijakan atau contoh perilaku pimpinan. Gaya atau perilaku pimpinan seperti sikap, sifat, inisiatif dan wawasan seorang pimpinan akan mempengaruhi tingkat prestasi kerja pegawai. Pegawai akan tanggap terhadap pimpinan, bila pimpinan dapat memahami dan mengerti akan kebutuhan karyawan dalam menjalankan tugasnya, dan hal ini sangat berpengaruh terhadap prestasi kerja pegawai. Tingkat efektivitas kerja pegawai juga tergantung pada gaya atau perilaku kepemimpinannya, walaupun gaya kepemimpinan sangat dipengaruhi oleh keadaan atau situasi. Suatu gaya atau perilaku kepemimpinan menjadi tidak efektif jika tidak disesuaikan dengan situasi atau keadaan tertentu. Prestasi kerja merupakan kebutuhan bagi individu seorang pegawai maupun lembaga, sebagaimana pendapat dari David C Mc Clelland (1985) yang mengatakan bahwa motif yang kuat untuk berprestasi, keinginan untuk berhasil dan unggul dalam persaingan sangat berhubungan dengan sejauh mana individu dimotivasi untuk menjalankan tugastugasnya (Siagian, 1995:12), sebagaimana juga disampaikan oleh Atkinson (1978)
bahwa semua orang dewasa yang sehat mempunyai cadangan energi potensial. Bagaimana energi itu dilepas dan digunakan tergantung pada kekuatan kebutuhan atau motif dasar yang bersangkutan , harapan akan berhasil dan nilai rangsangan yang melekat pada tujuan. Peranan efektivitas kerja dalam menunjang pemenuhan kebutuhan berprestasi sangat besar, jadi efektivitas kerja mempunyai hubungan positif terhadap prestasi kerja. William J. Reddin (1970) mengklasifikasikan tiga faktor utama yang mempengaruhi efektivitas kerja yaitu : faktor karakteristik individu, faktor karakteristik pekerjaan dan faktor karakteristik organisasi. Karakteristik individu adalah ciri-ciri individu yang meliputi minat, sikap dan kebutuhan. Masing-masing individu mempunyai karakteristik yang berbeda, karakteristik antara pimpinan yang satu dengan yang lain, atau antara pegawai yang satu dengan yang lain juga berbeda, sehingga cara mencapai efektivitas kerja individu sangat bervariasi. Contoh : pimpinan institusi yang mempunyai minat kerja tinggi akan berbeda prestasi kerjanya dengan mereka yang mempunyai minat kerja rendah. Pimpinan institusi yang mempunyai prestasi kerja yang tinggi kerjanya lebih efektif di banding dengan mereka yang mempunyai prestasi kerja yang rendah. Sikap dan kebutuhan yang berbeda akan menghasilkan prestasi kerja yang berbeda pula (Stoner dan Freeman, 1994). Arif Suadi (2001) menyebutkan momen-momen pendukung kerja efektif dan efisien yaitu kompensasi tenaga kerja, fasilitas produksi dan rekruitmen dalam organisasi, pada dasarnya merupakan salah satu faktor guna mengembangkan sumber daya manusia, baik berupa karakteristik individu, pekerjaan dan organisasi yang diharapkan mampu menciptakan suasana kinerja yang efektif, dapat meningkatkan prestasi kerja, produksi, sehingga sasaran dan tujuan organisasi dapat tercapai.
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No. 13 | Mei 2012
2
ISSN 1412 – 2936 RUMUSAN MASALAH 1. Apakah Gaya kepemimpinan dan Efektivitas kerja mempunyai pengaruh terhadap Prestasi kerja pegawai Puskesmas Waru di Kabupaten Pamekasan? 2. Diantara Gaya Kepemimpinan dan Efektivitas Kerja, manakah yang mempunyai pengaruh secara parsial (sendiri-sendiri) terhadap Prestasi Kerja Pegawai Puskesmas Waru Kabupaten Pamekasan? TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Kepemimpinan Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang untuk mempengaruhi orang lain, dalam hal ini para bawahannya sedemikian rupa sehingga orang lain itu mau melakukan kehendak pemimpin meskipun secara pribadi hal itu mungkin tidak disenangi (Sondang,2002). Definisi kepemimpian dapat ditelaah dari berbagai segi seperti yang dikemukakan oleh Sutarto (2000) Kepemimpinan adalah rangkaian kegiatan penataan berupa kemampuan mempengaruhi orang lain dalam situasi tertentu agar bersedia bekerjasama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Stogdill berpendapat bahwa kepemimpinan didefinisikan sebagai proses mempengaruhi kegiatan kelompok dalam perumusan dan pencapaian tujuan. Sedangkan Glenn melihat kepemimpinan dari segi kualitas, sehingga kepemimpinan yang berkualitas adalah kemampuan atau seni memimpin orang biasa untuk mencapai hasil-hasil yang luar biasa (Salusu,2000). Menurut Plennert (1999), seorang pemimpin secara positif mempengaruhi dan mendorong terjadinya perubahan. Seorang pemimpin yang efektif membantu menempatkan suatu organisasi dalam kesuksesan. Jika seorang pemimpin tidak puas dengan perubahan yang dialaminya, tentunya jangan terlalu berharap pegawai akan terdorong oleh perubahan yang diperlukan oleh mereka. James A.F Stonner dan Henry Mintzberg (Wiyono,1997) mengatakan bahwa kepemimpinan berkaitan erat dengan fungsi manajemen yaitu
penggerakan pelaksanaan (actuating), pengarahan (directing) atau memerintah (command), kemampuan koordinasi (coordinating), pengawasan dan pengendalian (controlling), berkomunikasi (communicating), menuntun, membimbing (leading), dan mengambil keputusan (decision making) dan menjadi nara sumber (resorcing). Kepemimpinan menyangkut pengarahan, pembangunan tim dan pemberian inspirasi kepada yang lain melalui teladan dan kata-kata. Kepemimpinan strategis menuntut kemampuan mental yang tinggi dewasa ini. Maka diperlukan program perekrutan tingkat sarjana. Namun, kepandaian akademis atau kejeniusan bukanlah kecemerlangan yang diperlukan. Yang diperlukan adalah akal sehat yang transenden, ditambah pengetahuan dan pengalaman (John Adair,1993). Pendekatan dan Model Kepemimpinan Menurut Carrol dan Tosi (dalam Purwanto 1990:31) ada tiga pendekatan kepemimpinan yaitu pendekatan sifat, pendekatan perilaku, dan pendekatan situasional atau model kepemimpinan. Pendekatan sifat Bahwa keberhasilan atau kegagalan seorang pemimpin banyak ditentukan atau dipengaruhi oleh sifat-sifat yang dimiliki oleh pribadi pemimpin. Sifat tersebut ada pada seseorang karena pembawaan atau keturunan. Jadi menurut pendekatan ini, seseorang menjadi pemimpin karena sifatsifatnya yang dibawa sejak lahir, bukan karena dibuat atau dilatih. Stogil dan Ghizali (dalam Purwanto 1990:31) mengemukakan adanya lima sifat yang perlu dimiliki seorang pemimpin yaitu kecerdasan, kemampuan mengawasi, inisiatif, ketenangan diri dan kepribadian. Thierauf (dalam Purwanto 1990:31) mengemukakan ada enam sifat kepemimpinan yang baik yaitu kecerdasan, inisiatif, daya khayal, bersemangat (enthusiasme), optimisme, individualisme, keberanian, keaslian (orijinalitas), kesediaan menerima, kemampuan berkomunikasi, rasa perlakuan yang wajar terhadap sesama, kepribadian, keuletan,
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No. 13 | Mei 2012
2
ISSN 1412 – 2936 manusiawi, kemampuan mengawasi, dan ketenangan diri. Pendekatan perilaku Pendekatan perilaku (behavioral approach) merupakan pendekatan yang berdasarkan pemikiran bahwa keberhasilan atau kegagalan pemimpin ditentukan oleh sikap dan gaya kepemimpinan dalam kegiatan sehari-hari, bagaimana cara pimpinan itu memberikan perintah, membagi tugas dan wewenangnya, cara berkomunikasi, cara mendorong semangat kerja bawahan, cara memberikan bimbingan dan pengawasan, cara membina disiplin kerja bawahan, cara mengambil kebijakan dan keputusan. Ada beberapa teori tentang tipe atau gaya kepemimpinan berdasarkan pendekatan perilaku. Robert Tannenbaum dan Warren A. Schmid (dalam M. Ngalam Purwanto 1990 : 32) mengemukakan bermacam-macam gaya kepemimpinan, diantaranya : gaya kepemimpinan otokratis dan gaya kepemimpinan laissez fair. Jika diumpamakan garis maka pada ujung garis yang satu terletak gaya kepemimpinan demokratis. Kepemimpinan otokratis tekanan orientasi atau lembaga, sedangkan kepemimpinan demokratis titik berat orientasinya diarahkan kepada hubungan pemimpin dengan yang dipimpin/bawahan. Model kepemimpinan Fred E. Fielder (dalam M. Ngalim Purwanto 1990 : 39) berpendapat bahwa keberhasilan seorang pemimpin tidak hanya ditentukan oleh satu gaya kepemimpinan saja untuk semua situasi, seorang pemimpin akan cenderung berhasil dalam menjalankan kepemimpinan apabila menerapkan gaya kepemimpinan yang berlainan untuk menghadapi situasi yang berbeda. Menurut Fielder ada tiga variable yang menentukan efektif tidaknya kepemimpinan yaitu (1) hubungan antara pemimpin dengan yang dipimpin, (2) derajat struktur tugas, (3) kedudukan kekuasaan pimpinan. Berdasarkan pendapat Fielder tersebut, maka situasi organisasi atau lembaga dikatakan menguntungkan dalam
arti menentukan keberhasilan pimpinan jika : 1. Hubungan pemimpin dengan anggota bawahan baik, disenangi oleh anggota kelompoknya dan ditaati segala perintahnya. 2. Struktur tugas terinci dengan jelas dan dipahami oleh tiap anggota kelompok, setiap anggota memiliki wewenang dan tanggung jawab masing-masing secara jelas, sesuai dengan fungsinya. 3. Kedudukan kekuasaan formal pemimpin kuat dan jelas sehingga memperlancar usahanya untuk mempengaruhi anggota kelompoknya. Gaya Kepemimpinan Gaya kepemimpinan dapat dijelaskan dari dua sudut pandang yaitu fokus pada atasan (pemimpin) dan fokus pada bawahan. Kemudian ada garis kontinium yang menghubungkan dua sudut pandang tersebut. Untuk mengukur efektifitas pengambilan keputusan dua kriteria dapat digunakan yaitu: kualitas keputusan dan penerimaan keputusan yang paling baik atau ideal, bukan keputusan kompromi meskipun bawahan barangkali tidak menyukai keputusan tersebut. Ohio State University melakukan penelitian dalam Jackson dan Tyson (2000) mengembangkan daftar sembilan tipe prilaku kunci yang muncul dalam gaya kepemimpinan. Dengan menggunakan analisa faktor,sembilan unsur asli itu dikurangi menjadi empat faktor, yaitu konsiderasi, strukturinisiasi, produksi yang ditekankan, dan sensitivisasi. Konsiderasi disebut juga orientasi hubungan, konsiderasi adalah tingkat dimana pemimpin merespon anggota kelompok dengan gaya yang hangat dan bersahabat, tingkat dimana pemimpin melibatkan orang-orang dalam saling percaya, keterbukaan dan kesediaan untuk menjelaskan keputusan. Efektivitas Kerja Ketetapan MPR-RI Nomor XV/MPR/1998 tentang penyelenggaraan Otonomi Daerah, pengaturan, pembagian dan pemanfaatan Sumber Daya Nasional yang berkeadilan serta perimbangan keuangan pusat dan daerah dalam kerangka Negara Kesatuan Republik
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No. 13 | Mei 2012
3
ISSN 1412 – 2936 Indonesia. Sesuai dengan ketetapan MPR tersebut maka otonomi daerah harus dilaksanakan secara proporsional berdasar pada prinsip-prinsip demokrasi, peran serta masyarakat, pemerataan keadilan serta memperhatikan potensi dari keanekaragaman daerah. Dalam bidang kesehatan, efektivitas kerja kepala puskesmas mencakup semua sarana dan prasarana serta layanan puskesmas. Untuk menilai efektivitas kerja suatu Puskesmas diperlukan suatu prosedur dan mekanisme yang sistematis, yang dapat dijadikan dasar untuk mengungkapkan seberapa jauh sebuah Puskesmas mencapai target mutu yang telah ditetapkan. Menurut Emerson H. dalam Nawawi (2000),” Efektivitas adalah pengukuran tercapainya sasaran atau tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Tercapainya tujuan tersebut adalah efektif sebab mempunyai efek atau pengaruh yang besar terhadap yang dikehendaki.” Zulian Yamit (1998:14 mengemukakan tentang pentingnya efektivitas kerja,dimana efektivitas merupakan suatu ukuran yang memberikan gambaran seberapa jauh target dapat dicapai secara kualitas maupun waktu. Jika prosentase target yang dicapai semakin besar, maka tingkat efektivitas semakin tinggi. Tingkat pencapaian sasaran itu menunjukkan tingkat efektivitas (Handoko,2000). Oleh sebab itu penilaian efektivitas kerja pegawai/kepala puskesmas hendaknya dilakukan secara komprehensif yang meliputi : Sarana, prasarana dan layanan Puskesmas. Prestasi Kerja Prestasi kerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya (Mangkunegara: 2000). Prestasi kerja adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman dan kesungguhan serta waktu (Hasibuan:1997) Prestasi kerja adalah sesuatu yang dikerjakan, produk atas jasa yang
dihasilkan atau diberikan seseorang atau sekelompok orang (Dharma : 1985), sedangkan menurut Moenir (1987) prestasi kerja adalah merupakan hasil kerja seseorang pada kesatuan waktu atau ukuran waktu. Dari definisi prestasi kerja diatas jika ditarik kesimpulan bahwa prestasi kerja adalah hasil karya yang dicapai oleh seseorang baik berupa produk atau jasa yang dihasilkan sesuai dengan tugas yang dibebankan kepadanya berdasarkan atas kecakapan, pengalaman dan kesungguhan waktu yang diukur dengan pertimbangan kualitas, kuantitas dan ketepatan waktu. Baik atau jeleknya prestasi kerja pegawai (individu/kelompok) oleh seorang pimpinan dijadikan dasar pengambilan kebijakan dalam pengembangan karir pegawai dan sumber daya lainnya. Ada dua hal yang perlu diperhatikan untuk mengetahui prestasi kerja pegawai yaitu : 1. Identifikasi dimensi kerja yang mencakup semua unsur yang akan dievaluasi dalam pekerjaan masingmasing karyawan pada level yang bersangkutan dalam suatu organisasi. 2. Penetapan standar kinerja oleh perusahaan/organisasi. Standar kinerja tersebut meliputi cara pengukuran atas pelaksanaan kegiatan yang didasarkan kepada (1) kualitas, (2) kuantitas dan (3) ketetapan waktu. (Dharma:1998). Pengukuran kualitas diperhitungkan dengan jumlah keluaran dari proses atau pelaksanaan kegiatan dan pengukuran kuantitas dilihat dari tingkat kepuasan atau kebaikan dari hasil proses. Adapun pengukuran ketetapan waktu diukur dari lama proses dan hasil dihubungkan dengan batas waktu yang ditentukan. Penilaian prestasi kerja Penilaian prestasi kerja merupakan salah satu faktor penting dalam pengembangan lembaga/ organisasi secara efektif dan efisien. Dengan dilaksanakannya penilaian prestasi kerja berarti lembaga tersebut telah memanfaatkan sumber daya manusia yang ada secara baik dan terencana.
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No. 13 | Mei 2012
4
ISSN 1412 – 2936 Pihak-pihak yang dapat memberikan penilaian prestasi kerja pada pegawai antara lain: 1. Atasan langsung Proses komunikasi dan kekuasaan dalam struktur hierarki organisasi cenderung vertikal sehingga wajar jika penilaian dilakukan oleh atasan langsung. 2. Pegawai unit (rekan kerja/profesi) Penilaian yang dilakukan pegawai unit jarang dilakukan karena dapat menimbulkan konflik setelah penilaian prestasi kerja dilakukan. Sedangkan penilaian profesi dapat dilakukan oleh pihak luar, misalnya dari universitas tertentu yang ditunjuk oleh lembaga. 3. Diri sendiri Penilaian oleh diri sendiri sering dilakukan meskipun cenderung subjektif dengan membentuk persepsi sendiri terhadap prestasi kerja yang telah dilakukan. 4. Ahli sumber daya manusia Penilaian yang dilakukan oleh ahli sumber daya manusia seperti assesment center membutuhkan biaya yang cukup tinggi padahal pihak luar tidak mengetahui kondisi internal organisasi atau lembaga termasuk kondisi pegawai. Untuk mengukur prestasi kerja maka harus ditetapkan tolak ukur atau kriteria kemajuan pelaksanaannya. Penilaian prestasi kerja merupakan penilaiaan yang dilakukan oleh lembaga untuk mengevaluasi atau menilai prestasi kerja pegawainya. Penilaian prestasi kerja harus dilaksanakan secara objektif, sehingga manfaat dari penilaian pretasi kerja tersebut meningkatkan loyalitas pada lembaga/organisasi dan akhirnya meningkatkan prestasi kerja lembaga secara menyeluruh. Penelitian Sebelumnya 1. Teguh Soedarto (2004) ,“Pengaruh Motivasi, Kemampuan, Kepemimpinan dan Budaya Organisasi terhadap Prestasi Kerja Pembina Tebu rakyat Intensifikasi PT. Perkebunan Nusantara X “Persero“. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa: Gaya kepemimpinan berpengaruh negatif signifikan terhadap prestasi kerja
dengan estimasi -0,862 (fix) dan arah pengaruhnya bertentangan dengan teori yang mengatakan gaya kepemimpinan yang baik akan memberikan pengaruh positif terhadap prestasi prestasi kerja karyawan. 2. Hariyanto (2003) ’’pengaruh gaya kepemimpinan dan efektivitas kinerja Kepala Sekolah terhadap prestasi kerja guru di SLTP 1 dan 2 Karangrejo Kecamatan Karangrejo Kabupaten Tulungagung menunjukkan bahwa keempat gaya kepemimpinan dan ketiga faktor efektivitas kinerja Kepala Sekolah terbukti berhubungan secara signifikan terhadap prestasi kerja guru sebesar 81,9 %, dan gaya kepemimpinan partisipatif yang berpengaruh paling besar yaitu 26 %, gaya kepemimpinan konsultatif dan delegatif masing-masing 25 % serta gaya kepemimpinan instruktif 24 %. 3. Karyadi (2002), “Pengaruh Kepemimpinan Situasional terhadap Prestasi Kerja Pegawai, kajian di Dinas Kesehatan Kabupaten Tulungagung. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa faktor situasional mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap prestasi kerja di Dinas Kesehatan Kabupaten Tulungagung. Dari hasil analisis dapat disimpulkan bahwa sebesar 72,9 % perubahan secara bersama-sama variabel: hubungan atasan – bawahan, struktur tugas dan kekuasaan dan wewenang. Sedangkan sisanya sebesar 27,1 % disebabkan oleh variabel lain yang tidak masuk dalam model. Hipotesis 1. Diduga bahwa Gaya kepemimpinan dan Efektivitas kerja kepala Puskesmas berpengaruh terhadap Prestasi kerja pegawai Puskesmas Waru Kabupaten Pamekasan. 2. Diduga bahwa Gaya Kepemimpinan dan Efektivitas kerja secara parsial (sendiri-sendiri) mempunyai berpengaruh terhadap Prestasi kerja pegawai Puskesmas Waru Kabupaten Pamekasan.
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No. 13 | Mei 2012
5
ISSN 1412 – 2936 METODE PENELITIAN .Penelitian ini merupakan penelitian populasi yang bertujuan untuk mengetahui variabel-variabel yang secara dominan berpengaruh terhadap prestasi kerja pegawai (variabel terikat/Y) dengan jumlah populasi sebanyak 47 orang. Adapun variabel-variabel bebas yang akan diuji dalam penelitian ini adalah Gaya Kepemimpinan (X1) dan Efektivitas Kerja (X2). Teknik Analisis Data Adapun teknik yang digunakan dalam menganalisis hasil penelitian ini adalah dengan menggunakan model regresi linier berganda, yaitu dengan formula sebagai berikut: Y = bo + b1 X1 + b2 X2 + e Keterangan: Y = Prestasi kerja bo = konstanta
X1 X2 b1...b2 e
= = = =
gaya kepemimpinan efektivitas kerja koefisien regresi berganda variabel pengganggu
HASIL PENELITIAN Analisis Diskriptif Distribusi Frekuensi Gaya Kepemimpinan. Gaya kepemimpinan merupakan suatu gaya pemimpin dimana pemimpin selalu berkomunikasi, meminta, menggunakan serta memperhatikan saran pegawai tetapi mampu membuat suatu keputusan sehingga tercipta kepuasan kerja pegawai dan mampu meningkatkan prestasi kerjanya. Berikut ini hasil penelitian berkaitan dengan gaya kepemimpinan yang diukur berdasarkan personality dan kemampuan pemimpin. Jawaban responden berkaitan dengan gaya kepemimpinan dapat dibaca pada tabel berikut:
Tabel 1 Distribusi Frekuensi Gaya Kepemimpinan N0
Item Pertanyan
SS F
S
J
SJ
TP
Total
%
F
%
F
%
F
%
F
%
F
%
1.
GK 1
21
44,7
20
42,6
6
12,8
-
-
-
-
47
100
2.
GK 2
20
42,6
25
53,2
1
2,1
1
2,1
-
-
47
100
3.
GK 3
15
31,9
29
61,7
3
6,4
-
-
-
-
47
100
4. 5.
GK 4 GK 5
14 22
29,8 46,8
29 22
61,7 46,8
2 2
4,3 4,3
1 1
2,1 2,1
1 -
2.1 -
47 47
100 100
6.
GK 6
18
38,3
25
53,2
3
6,4
1
2,1
-
-
47
100
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa kepala puskesmas dalam membuat keputusan dan kebijakan melibatkan pegawai dipersepsi oleh pegawai sebanyak 21 responden (44,7%) menyatakan sangat sering, sebanyak 20 responden (42,6 %) menyatakan sering dan sebanyak 6 responden (12,8 %) menyatakan jarang. Pemberian Motivasi kepala puskesmas dalam penyelesaian tugas, membuat ide dan gagasan yang dilakukan pegawai dipersepsi oleh pegawai sebanyak 20 responden (42,6 %) menyatakan sangat sering, sebanyak 25 responden (53,2 %)
menyatakan sering, sebanyak 1 responden (2,1 %) menyatakan sangat jarang dan 1 responden (2,1%) menyatakan jarang. Partisipasi aktif kepala puskesmas dalam berinteraksi dengan pegawai dalam penyelesaian tugas dipersepsi oleh pegawai sebanyak 15 responden (31,9%) menyatakan sangat sering,sebanyak 29 responden (61,7%) menyatakan sering dan 3 responden (6,4 %) menyatakan jarang. Kepala Puskesmas menerima saran dan mempertimbangkan saran dari pegawai dipersepsi oleh pegawai sebanyak 14 responden (29,8 %) menyatakan sangat
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No. 13 | Mei 2012
6
ISSN 1412 – 2936 sering, sebanyak 29 responden (61,7 %) menyatakan sering, sebanyak 2 responden (4,3 %) menyatakan jarang, sebanyak 1 responden (2,1 %) menyatakan sangat jarang dan 1 responden ( 2,1 % ) menyatakan tidak pernah. Komunikasi secara langsung kepala puskesmas dan pegawai dalam membuat program kegiatan puskesmas dipersepsi pegawai sebanyak 22 responden (46,8 %) menyatakansangat sering, sebanyak 22 responden (46,8 %) menyatakan sering, sebanyak 2 responden (4,3 %) menyatakan jarang dan 1 responden (2,1 %) menjawab tidak pernah. Kepala puskesmas dalam memberikan tanggapan terhadap persoalan tugas pegawai dipersepsi oleh pegawai sebanyak 18 responden (38,3 %) menyatakan sangat sering, sebanyak 25 responden (53,2 %) menyatakan sering,
sebanyak 3 responden (6,4 %) menyatakan jarang dan sebanyak 1 responden (2,1 %) menjawab sangat jarang. Distribusi Frekuensi Efektivitas Kerja Efektivitas Kerja adalah nilai integratif dari seluruh komponen dalam mencapai target secara kualitas maupun waktu sekaligus merupakan indikator dari keberhasilan kepemimpinan kepala Puskesmas. Efektivitas kerja meliputi sarana, prasarana dan layanan seperti ketersediaan dokumen, pemberdayaan laboratorium, ruang pasien dan penanganan kasus yang terjadi di Puskesmas. Jawaban responden berkaitan dengan efektivitas kerja dapat dibaca pada tabel berikut:
Tabel 2 Distribusi Frekuensi Efektivitas Kerja SB
B
CB
N0
Item Pertanyaan
F
%
F
%
F
%
1. 2. 3. 4. 5. 6.
EFE 1 EFE 2 EFE 3 EFE 4 EFE 5 EFE 6
16 10 8 11 17 14
34 21,3 17 23,9 36,2 29,8
18 16 25 21 27 25
38,3 34 53,2 45,7 57,4 53,2
11 11 7 11 2 6
23,4 23,4 14,9 23,9 4,3 12,8
KB F %
F
%
2 9 7 3 1 2
1 -
2,1 -
4,3 19,1 14,9 6,5 2,1 4,3
TB
Total F % 47 47 47 47 47 47
100 100 100 100 100 100
Sumber: data diolah Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa ketersediaan buku petunjuk kegiatan pegawai sebanyak 16 responden (34 %) direspon sangat baik oleh pegawai, sebanyak 18 responden (38,3 %) menyatakan baik, sebanyak 11 responden (23,4 %) menyatakan cukup baik dan 2 responden ( 4,3 %) merespon kurang baik. Ketersediaan buku petunjuk laboratorium dipersepsi pegawai sebanyak 10 responden (21,3 %) menyatakan sangat baik, sebanyak 16 responden (34 %) menyatakan baik, sebanyak 11 responden (23,4 %) menyatakan cukup baik, sebanyak 9 responden (19,1 %) menyatakan kurang baik dan 1 responden (2,1%) menyatakan tidak baik. Pemberdayaan laboratorium Pukesmas dipersepsi oleh pegawai sebanyak 18 responden (17 %)
menyatakan sangat baik, sebanyak 25 responden (53,2 %) menyatakan baik, sebanyak 7 responden (14,9 %) menyatakan cukup baik dan 7 responden (14,9%) menyatakan kurang baik. Pemberdayaan ruang pasien dipersepsi pegawai sebanyak 11 responden (23,9 %) menyatakan sangat baik, sebanyak 21 responden (45,7 %) dipersepsi baik, sebanyak 11 responden (23,9 %) menyatakan cukup baik dan 3 responden (6,5 %) menyatakan kurang baik. Pelaksanaan program puskesmas pada masyarakat sekitar dipersepsi oleh pegawai sebanyak 17 responden (36,2 %) menyatakan sangat baik, sebanyak 27 responden (57,4%) menyatakan baik, sebanyak 2 responden (4,3 %)
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No. 13 | Mei 2012
7
ISSN 1412 – 2936 menyatakan cukup baik dan 1 responden (2,1%) menyatakan kurang baik. Penangan kasus yang terjadi di puskesmas dipersepsi oleh pegawai sebanyak 14 responden (29,8 %) menyatakan sangat baik, sebanyak 25 responden (53,2 %) menyatakan baik, sebanyak 6 responden (12,8 %) menyatakan cukup baik dan 2 responden (4,3%) menyatakan kurang baik.
Prestasi kerja merupakan hasil karya yang dicapai oleh seseorang baik berupa produk atau jasa yang dihasilkan sesuai dengan tugas yang dibebankan kepadanya berdasarkan atas kecakapan, pengalaman dan kesungguhan waktu yang diukur dengan pertimbangan kualitas, kuantitas dan ketepatan waktu. Jawaban responden berkaitan dengan prestasi kerja dapat dibaca pada tabel berikut.
Distribusi Frekuensi Prestasi Kerja
N0
Item Pertanyaan
1. 2. 3. 4. 5. 6.
PRES1 PRES2 PRES3 PRES4 PRES5 PRES6
Tabel 3 Distribusi Frekuensi Prestasi Kerja SS S J SJ F % F % F % F %
F
10 8 12 10 8 10
8 6 5 2 5 2
21.3 17.0 25.5 21.3 17.0 21.3
5 17 15 18 17 19
10.6 36.2 31.9 38.3 36.2 40.4
21 15 11 15 16 14
44.7 31.9 23.4 31.9 34.0 29.8
3 1 4 2 1 2
6.4 2.1 8.5 4.3 2.1 4.3
TP % 17 12.8 10.6 4.3 10.6 4.3
F
Total %
47 47 41 47 47 47
100 100 100 100 100 100
Sumber: data diolah Berdasarkan tabel di atas bahwa pelatihan kedinasan dan mengikuti pendidikan dianggap sangat sering oleh sebanyak 10 responden (21,3 %) , sebanyak 5 responden (10,6%) menyatakan sering, sebanyak 21 responden (44,7 %) menyatakan jarang, sebanyak 3 responden (6,4%) menyatakan jarang dan 8 responden (17 %) menyatakan sangat jarang. Pelaksanaan program layanan puskesmas, pegawai merespon sangat sering dengan 8 responden (17%), 17 responden (36,2 %) menyatakan sering, 15 responden (31,9%) menyatakan jarang, 1 responden (2,1%) menyatakan sangat jarang dan 6 responden (12,8 %) menyatakan tidak pernah. Penyajian program layanan puskesmas dianggap sangat sering dengan 12 responden (25,5 %), sebanyak 15 responden (31,9 %) menyatakan sering, sebanyak 11 responden (23,4%) menyatakan jarang, sebanyak 4 responden (8,5 %) menyatakan sangat jarang dan 5 responden (10,6%) menyatakan tidak pernah. Pegawai melakukan evaluasi kerja menyatakan sangat sering sebanyak 10
responden (21,3 %), 18 responden (38,3 %) menyatakan sering, sebanyak 15 responden (31,9 %) menyatakan jarang, sebanyak 2 responden (4,3 %) menyatakan sangat jarang dan 2 responden (4,3%) menyatakan tidak pernah. Pegawai dalam melaksanakan analisis hasil evaluasi kerja menyatakan sangat sering sebanyak 8 responden (8,5 %), sering sebanyak 17 responden (36,2%), jarang sebanyak 16 reponden( 34%), sangat jarang sebanyak 1 responden (2,1%) dan tidak pernah sebanyak 5 responden (10,6%). Program perbaikan kerja oleh pegawai menyatakan sangat sering oleh 10 responden (21,3 %), sering sebanyak 19 responden (40,4 %), jarang sebanyak 14 responden (29,8 %), sangat jarang sebanyak 2 responden (4,3 %) dan tidak pernah sebanyak 2 responden (4,3%). Uji Validitas dan Reliabilitas Dalam suatu penelitian diperlukan suatu uji validitas yang berguna utuk menilai ketepatan pengukuran. Pada penelitian ini, pengujian atas pernyataanpernyataan dalam kuosioner dilakukan
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No. 13 | Mei 2012
8
ISSN 1412 – 2936 dengan menghitung koefisien korelasi Pearson. Kriteria validitas akan terpenuhi jika indeks berada pada taraf signifikansi (α) = 0.05. dimana semakin kecil α berarti akan semakin mengurangi resiko munculnya kesalahan.
Variabel
Gaya Kepemimpinan
Efektivitas Kerja
Prestasi Kerja
Hasil perhitungan uji validitas pada variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini ditunjukkan dalam tabel berikut ini:
Tabel 4 Uji Validitas pada Variabel Penelitian Significant Correlation (r) (2-tailed)
Keterangan
GK 1 GK 2 GK 3 GK 4
0,739 0,764 0,779 0,760
0,000 0,000 0,000 0,000
Valid Valid Valid Valid
GK 5 GK 6 EFE 1 EFE 2 EFE 3 EFE 4
0,735 0,737 0,688 0,823 0,834 0,839
0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000
Valid Valid Valid Valid Valid Valid
EFE 5 EFE 6 PRES 1 PRES 2 PRES 3 PRES 4
0,741 0,779 0,802 0,848 0,847 0,845
0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000
Valid Valid Valid Valid Valid Valid
PRES 5 PRES 6
0,856 0,764
0,000 0,000
Valid Valid
Sumber: data diolah Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa setelah dilakukan pengujian dengan menggunakan teknik uji korelasi Pearson Product Moment ternyata seluruh item pernyataan dalam mendiskripsikan variabel-variabel yang terdapat dalam penelitian ini di nyatakan valid dengan tingkat signifikansi (α) ≤ 0.05, yakni berada pada nilai 0.000. Sehingga dapat dijelaskan bahwa seluruh pernyataan yang di gunakan dalam penelitian ini di anggap valid. Selain melakukan uji validitas suatu penelitian juga perlu melakukan uji reliabilitas yang berguna untuk mengukur
suatu indikasi mengenai stabilitas dan konsistensi dimana instrumen mengukur konsep dan membantu menilai ketepatan sebuah pengukuran. Pada penelitian ini uji reliabilitas yang di gunakan menggunakan teknik koefisien alfa cronbach (α). Pengujian reliabilitas dilakukan dengan membandingkan alfa dengan nilai 0.6. Apabila koefisien alfa bernilai ≥ 0.6, maka instrumen (keseluruhan indikator) di anggap sudah cukup reliable. Hasil perhitungan uji reliabilitas pada variabel-variabel yang di gunakan dalam penelitian ini di tunjukkan dalam tabel Berikut ini:
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No. 13 | Mei 2012
9
ISSN 1412 – 2936 Tabel 5 Uji Reliabilitas Pada Variabel Penelitian Variabel
Cronbach Alfa
Alfa Standard
Keterangan
Gaya Kepemimpinan
0,843
≥ 0,6
Reliable
Efektivitas Kerja
0,873
≥ 0,6
Reliable
Prestasi Kerja
0,942
≥ 0,6
Reliable
Berdasarkan tabel Dapat dilihat bahwa setelah dilakukan pengujian dengan menggunakan teknik koefisien alfa cronbach, ternyata masing-masing variabel dapat di nyatakan reliabel karena nilai koefisien alfa cronbach dari variabelvariabel tersebut lebih besar dari 0.6.
Hasil Regresi Linier Berganda Seperti yang telah di atas, maka di gunakan analisa statistik model regresi linier berganda dengan menggunakan alat SPSS 15.0 untuk menganalisa Pengaruh Gaya Kepemimpinan dan Efektivitas Kerja Terhadap Prestasi Kerja. Hasil perhitungan regresi linier barganda tersebut seperti terlihat dalam tabel berikut ini :
Coefficients(a) Unstandardized Coefficients Model 1
Standardized Coefficients
t
Sig.
Beta
B
Std. Error
B
Std. Error
(Constant)
-.233
1.234
-.189
.851
GayaKepemimpinan
.306
.385
.142
.794
.431
.602
.288
.373
2.092
.042
Efektivitas
a Dependent Variable: Prestasi
Berdasarkan tabel di atas, diperoleh hasil persamaan regresi linier berganda sebagai berikut : Y = - 0,233 + 0,306 X1 + 0,602 X2 Dari persamaan tersebut dapat di jelaskan sebagai berikut : 1. Nilai konstanta adalah -0,233 berarti prestasi kerja pegawai Puskesmas Waru Kabupaten Pamekasan mempunyai nilai -0,233 walaupun tanpa adanya variabel bebas yaitu gaya kepemimpinan dan efektis kerja. 2. Nilai koefisien regresi dari variabel Gaya Kepemimpinan (X1) adalah 0.306 yang mengandung arti jika nilai variabel kepemimpinan ditingkatkan sebesar satu satuan, maka akan menyebabkan peningkatan nilai dari
variabel terikat yaitu prestasi kerja pegawai Puskesmas Waru Kabupaten Pamekasan. Dengan asumsi variabel lain adalah nol. 3. Dari hasil persamaan ini dapat dijelaskan bahwa pengaruh gaya kepemimpinan (X1) dan Efektivitas kerja (X2) adalah 0.306 dan 0.602 dengan tingkat signifikansi yaitu 0.000 berarti terdapat pengaruh yang positif variabel bebas terhadap variabel terikat. Koefisien korelasi yang mengukur tingkat keeratan hubungan antara variabel bebas dengan gaya kepemimpinan (X1) dan Efektivitas kerja (X2) dengan variabel terikat yaitu prestasi kerja (Y) dapat ditunjukkan pada tabel berikut ini:
Model Summary Model
R
R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1
.480(a)
.230
.195
.97913
a Predictors: (Constant), Efektivitas, GayaKepemimpinan
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No. 13 | Mei 2012
10
ISSN 1412 – 2936 Berdasarkan hasil perhitungan SPSS 15.0 diatas dapat diketahui bahwa nilai koefisien korelasi (R) adalah 0.480 atau mendekati angka 1, artinya hubungan antara variabel bebas yaitu Gaya kepemimpinan (X1) dan Efektivitas Kerja (X2) dengan variabel terikat Prestasi Kerja pegawai (Y) Puskesmas Waru Kabupaten Pamekasan adalah sangat erat (searah) dimana perubahan kenaikan pada variabel bebas akan diikuti oleh perubahan kenaikan pada variabel bebas, begitu pula sebaliknya. Prosentase pengaruh variabel bebas ditunjukkan oleh koefisien determinasi sebesar 0.23 atau 23,0 %. Artinya naik turunnnya variabel terikat yaitu Prestasi Kerja Pegawai Puskesmas Waru Kabupaten Pamekasan dipengaruhi oleh variabel bebas yaitu gaya kepemimpinan dan efektivitas kerja sebesar 23,0 %.
Adapun hasil pengelolaan SPSS dapat diperoleh signifikansi pada pengujian parsial sebagai berikut: 1. Untuk variabel Gaya Kepemimpinan (X1),nilai signifikansinya adalah 0.431 dengan nilai t hitung sebesar 0,794 sehingga dapat dikatakan bahwa variabel Gaya Kepemimpinan tidak signifikan pengaruhnya terhadap Prestasi Kerja Pegawai Puskesmas Waru Kabupaten Pamekasan. 2. Untuk variabel Efektivitas kerja (X2) nilai signifikansinya adalah 0.042 dengan nilai 2.092. nilai signifikansi 0.042 masih lebih kecil dari 0.05 sehingga dapat dikatakan bahwa variabel efektivitas Kerja (X2) berpengaruh signifikan terhadap Prestasi kerja Pegawai puskesmas Waru Kabupaten Pamekasan (Y). b. Uji F Pengujian ini digunakan untuk mengukur pengaruh tingkat signifikansi secara bersama-sama (simultan) antara variabel bebas yaitu Gaya Kepemimpinan (X1) dan Efektivitas Kerja(X2) terhadap variabel terikat yaitu prestasi kerja Pegawai puskesmas Waru kabupaten Pamekasan. Adapun Hasil pengolahan SPSS dapat diperoleh signifikansi pada pengujian simultan sebagai berikut:
Hasil Uji t dan Uji F a. Uji t Pengujian ini digunakan untuk mengukur pengaruh signifikansi secara parsial antara variabel bebas yaitu gaya kepemimpinan (X1) dan efektivitas kerja (X2) terhadap Prestasi Kerja Pegawai Puskesmas Waru Kabupaten Pamekasan.
ANOVA(b) Model 1
Sum of Squares Regression Residual Total
df
Mean Square
F
Sig.
12.615
2
6.308
6.579
.003(a)
42.183
44
.959
54.798
46
a Predictors: (Constant), Efektivitas, GayaKepemimpinan b Dependent Variable: Prestasi
Sesuai dengan hasil perhitungan uji F yang dilakukan dengan bantuan program SPSS 15.0 diperoleh nilai signifikan sebesar 0.003. nilai signifikansi ini lebih kecil daripada nilai α yaitu 0.05. dengan demikian dapat diartikan bahwa variabel bebas yaitu Gaya Kepemimpinan (X1) dan Efektivitas Kerja (X2) secara bersamasama (simultan) berpengaruh terhadap variabel terikat yaitu Prestasi kerja
Pegawai Puskesmas Pamekasan (Y).
Waru
Kabupaten
PEMBAHASAN Dari hasil pengujian data dan analisis penelitian, maka pembahasan yang akan penulis sampaikan adalah sebagai berikut: 1. Pada hasil uji validitas,dikataka bahwa semua instrument penelitiuan memilki
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No. 13 | Mei 2012
11
ISSN 1412 – 2936
2.
3.
4.
5.
6.
nilai signifikansi kurang dari 0.05. engan demikian dapat dikatakan bahwa seluruh instrumeny penelitian tersebut adalah valid. Sedangakan hasil uji reliabilitas diketahui bahwa nilai cronbach alfa dari ketiga variabel yaitu Gaya Kepemimpinan (X1) nilainya sebesar 0.843, Efektivitas Kerja (X2) nilainya sebesar 0.873 dan Prestasi Kerja (Y) nilainya sebesar 0.942. ketiga variabel tersebut mempunyai nilai melebihi 0,6 artinya seluruh butir pernyataan adalah reliabel. Dari hasil regresi linier berganda diperoleh nilai koefisien yang positif semua, yaitu nilai Gaya Kepemimpinan (X1) sebesar 0.306, nilai Efektivitas Kerja (X2) sebesar 0.602 dan Prestasi Kerja (Y) sebesar -0.233. Diketahui bahwa pengaruh Gaya Kepemimpinan (X1) dan Efektivitas Kerja (X2) adalah 0.306 atau 30,6 % dan 0,602 atau 60,2 % dengan tingkat signifikansi 0.000. Ini berarti variabel Efektivitas Kerja mempunyai Pengaruh dominan terhadap Prestasi Kerja yaitu sebesar 0.602 atau 60,2 %, berarti hipotesa kedua diterima. Sedangkan variabel Gaya Kepemimpinan terhadap Prestasi Kerja, pengaruhnya sebesar 0,306 atau 30,6 %. Pada koefisien nilai korelasi (R) adalah 0,480 atau mendekati 1. Artinya hubungan antara variabel bebas yaitu Gaya Kepemimpinan (X1) dan Efektivitas Kerja (X2) dengan variabel terikat yaitu Prestasi Kerja Pegawai Puskesmas Waru Kabupaten Pamekasan (Y) adalah sengat erat (searah). Dimana perubahan kenaikan yang terjadi pada variabel bebas akan diikuti oleh perubahan kenaikan pada variabel terikat. Prosentase pengaruh Variabel bebas terhadap variabel terikat ditunjukkan oleh koefisien determinasi sebesar 0,23 atau 23,0 % artinya naik turunnya variabel terikat yaitu Prestasi Kerja Pegawai Puskesmas Waru Kabupaten Pamekasan dipengaruhi oleh variabel bebas yaitu Efektivitas Kerja sebesar 23,0%. sedangkan sisanya 77 % dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak termasuk dalam penelitian ini.
Kesimpulan Berdasarkan pada hasil penelitian dan pembahasan yang telah penulis uraikan pada bab diatas, maka kesimpulan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Dengan melakukan pengujian statistik dengan menggunakan model regresi linier berganda dapat diketahui bahwa Gaya kepemimpinan (X1) dan Efektivitas Kerja (X2) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Prestasi Kerja Pegawai secara sendirisendiri (parsial). Gaya Kepemimpinan (X1) tidak signifikan pengaruhnya terhadap prestasi kerja pegawai dengan nilai signifikansi 0,431, sedangkan Efektivitas Kerja (X2) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap prestasi kerja Pegawai Puskesmas Waru Kabupaten Pamekasan yang ditunjukkan dengan nilai signifikansi 0.42 (≤ 0,05). 2. Diantara variabel atau Gaya Kepemimpinan dan Efektivitas Kerja yang mempunyai pengaruh dominan adalah Efektivitas kerja yang ditunjukkan dengan nilai 0,602 atau 60,2 %, sedangkan variabel Gaya Kepemimpinan (X1) sebesar 0,306 atau 30,6 %. Hasil uji t dan uji F nilai signifikansinya lebih kecil dariapada 0.05. sehingga dapat dikatakan bahwa variabel Gaya Kepemimpinan (X1) dan Efektivitas Kerja (X2) berpengaruh signifikan terhadap prestasi kerja Pegawai Puskesmas Waru Kabupaten Pamekasan (Y). Saran Berdasarkan hasil penelitian,pembahasan dan kesimpulan yang ada, maka saran yang bisa penulis sampaikan adalah: 1. Meskipun diketahui bahwa secara keseluruhan Gaya Kepemimpinan dan Efektivitas Kerja Pegawai Puskesmas Waru Kabupaten pamekasan bisa dikatakan baik, namun masih diperlukan upaya-upaya peningkatan efektivitas kerja agar prestasi kerja pegawai dan kepala puskesmas lebih meningkat. Tentunya dengan kerjasama yang baik seluruh komponen – komponen yang ada di puskesmas
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No. 13 | Mei 2012
12
ISSN 1412 – 2936 dapat meningkatkan kualitas prestasi kerja baik pegawai maupun kepala puskesmas. 2. Bagi peneliti selanjutnya sebaiknya memasukkan variabel lain mengingat pengaruh Gaya Kepemimpinan terhadap Prestasi kerja tidak dominan sedangkan yang mempunyai pengaruh dominan adalah Efektivitas Kerja. Pun juga hal ini ditunjukkan nilai koefsien determinasi yang cukup kecil yakni sebesar 23,0 % hal ini bisa disebabkan karena variabel bebas yang sedikit sehingga perlu memasukkan variabel yang lain dan mencari objek penelitian dengan responden yang lebih besar. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsini. 1989. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Bina Aksara. Jakarta Arikunto, Suharsini. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Bina Aksara. Jakarta. Clelland, David Mc dan Atkinson, 1985. Motives in Fantasy, Action, and Society. (Princeton M.J Van Nostrand) Fandy Tjiptono. 1997. Soal Jawab Pengantar Manajemen. Audi Off set. Yogyakarta Flippo. E. B. 1984. Manajeman personalia. terjemahan, Erlangga. Jakarta Handoko. T.H. 1989. Manajemen Edisi II, Penerbit PT. BPFE. Yogyakarta
Hasibuan, M. 1997. Manajemen Sumber Daya Manusia. Penerbit PT. Gunung Agung. Jakarta Heidjarachman, Hasnan, Suad. 1990. Manajemen Personalia edisi ke IV. Penerbit BPFE. Yogyakarta Mangkunegara, 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung Moekijat. 1999. Manajemen Sumber Daya Manusia. Mandar Maju. Bandung Moenir, AS, 1987. Pendekatan Manusia dan Organisasi Terhadap Pembinaan Kepegawaian, PT. Gunung Agung. Jakarta Purwanto, Ngalim. 1990. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. PT. Remaja Rosda Karya. Bandung Sekaran, Uma. 2006. Metodelogi Penelitian Untuk Bisnis. Penerbit Salemba Empat. Jakarta. Siagian, Sendang. 1985. Organisasi Kepemimpinan dan Perilaku Administrasi. PT Gunung Agung. Jakarta. Siagian, Sondang. 1995. Teori Motivasi Dan Aplikasinya. Penerbit PT. Rineka Cipta. Jakarta. Stoner dan Freeman. 1996. Manajemen Jilid 2. BPFE. Yogayakarta. Suminarso, Hariyanto. 2003. Pengaruh Gaya Kepemimpinan dan Kinerja Kepala Sekolah terhadap Prestasi Kerja Guru. Tesis. Program Pasca Sarjana STIE “ABI“. Surabaya.
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No. 13 | Mei 2012
13
ISSN 1412 – 2936 PENGARUH INFORMASI ARUS KAS OPERASI, LABA BERSIH DAN ECONOMIC VALUE ADDED TERHADAP REAKSI PASAR Fena Ulfa Aulia Fakultas Ekonomi Univesitas Madura
ABSTRAK Laporan keuangan merupakan salah satu sumber potensial yang lazim digunakan oleh investor sebagai dasar pengambilan keputusan investasi. Pengukuran kinerja yang bersumber dari laporan keuangan laba – rugi dan arus kas dinilai belum cukup. Investor juga membutuhkan informasi apakah terjadi nilai tambah (Value Added) atau tidak dalam perusahaan tersebut. informasi yang dipublikasikan akan merubah keyakinan investor. Hal tersebut dapat dilihat dari reaksi pasar, harga saham dan reaksi tingkat keuntungan. Hasil pengujian hipotesi dalam penelitian ini membuktikan bahwa variabel informasi arus kas operasi, laba bersih dan economic value added secara parsial berpengaruh positif yang signifikan terhadap reaksi pasar. Kata Kunci: Arus Kas Operasi, Laba Bersih, Economic Value Added, Reaksi Pasar
PENDAHULUAN Laporan keuangan merupakan salah satu sumber potensial yang lazim digunakan oleh investor sebagai dasar pengambilan keputusan investasi, adanya informasi yang dipublikasikan akan merubah keyakinan investor. Hal tersebut dapat dilihat dari reaksi pasar, harga saham dan reaksi tingkat keuntungan. Laporan keuangan dinilai memiliki kandungan informasi apabila dilakukan publikasi tersebut akan menyebabkan investor bereaksi untuk melakukan penjualan atau pembelian saham (Susilo, 2004:98). Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Ball dan Brown dalam Wahyuningsih (2007:1) yang menyatakan bahwa pengumuman laporan keuangan memiliki kandungan informasi yang reaksinya ditunjukkan dengan naiknya perdagangan saham. Reaksi pasar tersebut diukur dengan menggunakan return sebagai nilai perubahan harga saham (Jogiyanto dalam Wahyuningsih, 2007:1). Setiap hari terdapat aliran informasi yang dipublikasikan untuk investor di pasar modal, jika informasi tersebut relevan maka harga saham akan terpengaruh (Jusuf, 2012:1). Informasi yang relevan dalam pengambilan keputusan investasi adalah informasi yang mampu menggambarkan kinerja serta prospek dari suatu investasi. Daniati dan Suhairi (2006:3) menyatakan
bahwa parameter kinerja perusahaan yang mendapat perhatian utama investor dari laporan keuangan adalah laba dan arus kas. Riset akuntansi keuangan, terutama yang mencari hubungan angka laba dengan harga saham selalu menggunakan angka laba operasi atau earnings per share (EPS) yang dihitung menggunakan angka laba bersih. Laba bersih adalah angka yang menunjukkan selisih antara seluruh pendapatan operatif maupun yang tidak dan seluruh biaya operatif maupun tidak. Berkaitan dengan hal tersebut, laba bersih merupakan laba yang menunjukkan bagian laba yang akan ditahan dalam perusahaan dan akan dibagikan sebagai dividen (Febrianto dan Widiastuty, 2006: 200-201). Keputusan investasi akan dilakukan apabila investor menganggap bahwa kinerja perusahaan tesebut bagus dan prospek dari suatu investasi akan menguntungkan karena masa yang akan datang penuh dengan ketidakpastian. Menghadapi masalah ketidakpastian tersebut laporan arus kas memegang peranan vital karena dalam menjalankan aktivitas perusahaan membutuhkan kas dan bukan laba (Aulia, 2009:3). Arus kas yang bersumber dari aktivitas operasi merupakan penghasil utama pendapatan perusahaan. Menurut PSAK No. 2, arus kas yang berasal dari aktivitas operasi merupakan indikator yang
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No. 13 | Mei 2012
14
ISSN 1412 – 2936 menentukan apakah operasional perusahaan dapat menghasilkan arus kas yang cukup untuk melunasi pinjaman, memelihara kemampuan operasi perusahaan, membayar dividen dan melakukan investasi baru tanpa mengandalkan sumber pendanaan eksternal. Berdasarkan implikasi tersebut penelitian ini menggunakan komponen arus kas operasi dalam mengukur informasi arus kas terhadap reaksi pasar. Pengukuran kinerja yang bersumber dari laporan keuangan laba – rugi dan arus kas dinilai belum cukup. Investor juga membutuhkan informasi apakah terjadi nilai tambah (Value Added) atau tidak dalam perusahaan tersebut. Stewart dalam Hidayat (2006:56) menyatakan bahwa yang menggerakkan saham adalah economic value added (EVA), bukan EPS, ROI dan ROE. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, peneliti merasa termotivasi untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Informasi Arus Kas Operasi, Laba Bersih dan Economic Value Added Terhadap Reaksi Pasar” Rumusan Masalah Berdasarkan pada uraian latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Apakah informasi arus kas operasi berpengaruh terhadap reaksi pasar perusahaan 50 saham teraktif berdasarkan volume perdagangan ? 2. Apakah informasi laba bersih berpengaruh terhadap reaksi pasar perusahaan 50 saham teraktif berdasarkan volume perdagangan ? 3. Apakah informasi economic value added (EVA) berpengaruh terhadap reaksi pasar perusahaan 50 saham teraktif berdasarkan volume perdagangan? Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah : 1. Untuk menguji pengaruh informasi arus kas operasi terhadap reaksi pasar perusahaan 50 saham teraktif berdasarkan volume perdagangan
2. Untuk menguji pengaruh informasi laba bersih terhadap reaksi pasar perusahaan 50 saham teraktif berdasarkan volume perdagangan 3. Untuk menguji pengaruh informasi economic value added (EVA) terhadap reaksi pasar perusahaan 50 saham teraktif berdasarkan volume perdagangan TINJAUAN PUSTAKA Arus Kas Operasi Kieso dan Weygant (2002 : 238) mendefinisikan aktivitas operasi sebagai aktivitas penghasil utama perusahaan dan aktivitas lain yang bukan merupakan aktivitas investasi dan pendanaan. Harahap (2004 : 245) mendefinisikan arus kas sebagai aktivitas penghasil utama pendapatan perusahaan dan aktivitas lain yang bukan merupakan aktivitas investasi dan aktivitas pendanaan; seluruh transaksi dan peristiwa-peristiwa lain yang tidak dianggap sebagai kegiatan investasi atau pembiayaan, kegiatan ini mencakup kegiatan produksi, pengiriman barang, pemberian servis. Arus kas dari operasi ini umumnya adalah pengaruh kas dari transaksi dan peristiwa lainnya yang ikut dalam menentukan laba. Jumlah arus kas berasal dari aktivitas operasi merupakan indikator yang menentukan apakah operasi perusahaan dapat menghasilkan arus kas yang cukup untuk melunasi pinjaman, memelihara kemampuan operasi perusahaan, membayar dividen, dan melakukan investasi baru tanpa mengandalkan sumber pendanaan dari luar. Informasi mengenai unsur tertentu arus kas historis bersama dengan informasi lain, berguna dalam memprediksi arus kas operasi masa depan (IAI, PSAK No.2 : 12). Beberapa contoh arus kas dari aktivitas operasi, yaitu : a. Penerimaan kas dari penjualan barang dan jasa b. Penerimaan kas dari royalti, fee, komisi dan pendapatan lain c. Pembayaran kas kepada pemasok barang dan jasa d. Penerimaan dan pembayaran kas oleh perusahaan asuransi sehubungan
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No. 13 | Mei 2012
15
ISSN 1412 – 2936 dengan premi, klaim, anuitas dan manfaat asuransi lainnya e. Pembayaran kas kepada karyawan f. Pembayaran dan penerimaan kas dari kontrak yang diadakan untuk tujuan transaksi usaha dan perdagangan Arus kas dari aktivitas operasi menjadi sangat penting mengingat bahwa dalam jangka panjang untuk kelangsungan hidupnya suatu bisnis harus menghasilkan arus kas positif dari aktivitas operasi, jika suatu bisnis memiliki arus kas negatif dari aktivitas operasi, suatu perusahaan tidak akan dapat meningkatkan kas dari sumber lain dalam jangka waktu yang tidak terbatas. Aktivitas operasi mencakup pengaruh atas kas dan transaksi yang masuk ke dalam penentuan laba bersih. Laba Bersih PSAK No.25 (2007 : 07) menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan laba atau rugi bersih untuk periode berjalan adalah semua unsur pendapatan dan beban yang diakui dalam suatu periode harus tercakup dalam penetapan laba atau rugi bersih untuk periode tersebut kecuali jika standar akuntansi keuangan yang berlaku mensyaratkan atau memperbolehkan sebaliknya. Laba atau rugi bersih untuk periode berjalan terdiri atas unsur-unsur berikut, yang masing-masing harus diungkapkan pada laporan laba-rugi, yaitu : a. Laba atau rugi dari aktivitas normal Kondisi-kondisi yang menimbulkan unsurunsur penghasilan dan beban seperti yang dinyatakan dalam PSAK No.25 (2007 : 17) paragraf 15 mencakup antara lain : 1) Penurunan nilai (write-down) persediaan sampai jumlah yang diperkirakan dapatdirealisasi (net realizable value), maupun pemulihan kembali penurunan nilai tersebut. 2) Restrukturisasi aktivitas-aktivitas suatu perusahaan dan pembalikan (reserval) setiap penyisihan untuk biaya restrukturisasi 3) pelepasan (disposed) asset tetap 4) Pelepasan investasi jangka panjang 5) Operasi yang tidak dilanjutkan 6) Penyelesaian gugatan hukum
Biasanya semua unsur pendapatan dan beban yang diakui dalam suatu periode tercakup dalam penetapan laba atau rugi bersih untuk periode tersebut, termasuk juga pos luar biasa dan dampak perubahan estimasi akuntansi, tetapi dalam keadaan tertentu mungkin diperlukan untuk mengeluarkan unsur-unsur tertentu dari laba atau rugi bersih untuk periode berjalan. Pernyataan ini menyangkut dua kondisi tertentu : 1) Koreksi atas kesalahan yang mendasar, dan 2) Dampak perubahan kebijakan akuntansi Pos luar biasa dalam laporan labarugi disajikan setelah laba yang berasal dari kegiatan normal perusahaan. Hakikat dari pos luar biasa dan pertimbangan yang mendasari pengelompokan kejadian atau transaksi tersebut sebagai pos luar biasa harus diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan. Berkaitan dengan hal tersebut pengguna laporan keuangan tetap dapat melakukan evaluasi mengenai kinerja perusahaan yang berasal dari kegiatan normal selama periode tersebut sekaligus juga melihat pengaruh dari pos luar biasa terhadap perhitungan laba rugi perusahaan untuk periode yang bersangkutan. Suatu kejadian atau transaksi dapat diklasifikasikan sebagai pos luar biasa jika memenuhi dua criteria berikut ini : 1) Bersifat tidak normal Kejadian atau transaksi yang bersangkutan memiliki tingkat abormalitas yang tinggi dan tidak mempunyai hubungan dengan kegiatan normal perusahaan. 2) Tidak sering terjadi Kejadian atau transaksi yang bersangkutan tidak sering terjadi dalam kegiatan normal perusahaan. Economic Value Added “Economic Value Added (EVA) is a residual income measure that subtract the cost of capital (c*) from the operating profits generated in the business.” (Stewart, 1993: 118) Residual income adalah “the difference between operating income and the minimum dollar return required on a company’s operating assets.” (Hansen and Mowen, 1994: 834).
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No. 13 | Mei 2012
16
ISSN 1412 – 2936 Prinsip EVA memberikan sistem pengukuran yang baik untuk menilai suatu kinerja dan prestasi keuangan manajemen perusahaan karena EVA berhubungan langsung dengan nilai pasar sebuah perusahaan. Secara matematis, EVA dapat dinyatakan sebagai berikut: (Stewart, 1993: 224) EVA = Operating Profits-( c* x Capital ) Keterangan : EVA =Economic Value Added Operating profits =Laba operasi bersih setelah pajak c* = Cost of Capital Capital =Modal, terdiri dari ekuitas dan hutang Manajemen dapat melakukan banyak hal untuk menciptakan nilai tambah, tetapi pada prinsipnya EVA akan meningkat jika manajemen melakukan satu dari tiga hal berikut (Stewart, 1993: 118-119) lihat juga Utomo (1999 : 36 – 37): 1. Meningkatkan laba operasi tanpa adanya tambahan modal. 2. Menginvestasikan modal baru ke dalam project yang mendapat return lebih besar dari biaya modal yang ada. 3. Menarik modal dari aktivitas-aktivitas usaha yang tidak menguntungkan. Meningkatkan laba operasi tanpa adanya tambahan modal berarti manajemen dapat menggunakan aktiva perusahaan secara efisien untuk mendapatkan keuntungan yang optimal. Selain itu, dengan berinvestasi ke projectproject yang menerima return lebih besar daripada biaya modal (cost of capital) yang digunakan berarti manajemen hanya mengambil project yang bermutu dan meningkatkan nilai perusahaan. Economic Value Added (EVA) juga mendorong manajemen untuk berfokus pada proses dalam perusahaan yang menambah nilai dan mengeliminasi aktivitas atau proses yang tidak menambah nilai. Perhitungan EVA suatu perusahaan merupakan proses yang kompleks dan terpadu karena perusahaan harus menentukan terlebih dahulu biaya modalnya (c*). Pemisahan aktivitas yang value added dari nonvalue added diawali dengan proses analisa aktivitas. Activity
analysis adalah “the process of identifying, describing, of evaluating the activities an organization performs” (Hansen and Mowen, 1994: 723) Analisis aktivitas ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menghilangkan semua aktivitas yang tidak diperlukan, dan akhirnya meningkatkan efisiensi semua aktivitas yang diperlukan. Analisis akivitas dapat berarti pula menambah aktivitas yang value added terhadap sebuah organisasi. Suatu sistem pengukuran kinerja dalam perusahaan harus dapat membedakan aktivitas yang value added dari aktivitas yang non-value added. Pembagian ini diperlukan sehingga manajemen organisasi dapat berfokus untuk mengurangi biaya - biaya yang timbul akibat aktivitas yang tidak menambah nilai. Pengurangan biaya biaya akibat aktivitas non-value added ditujukan untuk peningkatan efisiensi organisasi keseluruhan. “Reporting nonvalue added costs separately encourages managers to place more emphasis on controlling nonvalue added activities. Furthermore, tracking these costs over time permits managers to assess the effectiveness of their activity-management programs.” (Hansen and Mowen, 1994: 725). Proses Value Added Assessment (VAA) atau penaksiran nilai tambah di dalam buku oleh William E. Trischler (1996: 55-62) mengidentifikasikan beberapa langkah yang harus diambil untuk menghilangkan proses bisnis yang tidak perlu : 1. Management Establishes Business Objectives Langkah awal ini sangat penting karena disinilah manajemen menentukan dan menginformasikan visi dan tujuantujuan yang ingin dicapai suatu perusahaan kepada seluruh stakeholdernya. Visi bersifat luas dan merupakan gambaran kemana para pemimpin suatu perusahaan ingin melangkah. Sedangkan tujuan bersifat spesifik, jelas dan merupakan sasaran jangka pendek dan jangka panjang. Pada akhirnya tingkat efisiensi suatu proses ditentukan oleh prinsip terpenuhi atau tidaknya kepuasan semua stakeholder, sehingga tugas manajemen adalah untuk memastikan semua tujuan yang direncanakan pada langkah ini diarahkan untuk mencapai prinsip ini.
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No. 13 | Mei 2012
17
ISSN 1412 – 2936
2. Identification of Process Stakeholders Proses-proses yang terjadi dalam organisasi hendaknya dapat diidentifikasi pada langkah ini. Misalkan proses untuk pemberian persetujuan (approvals) terhadap transaksi tertentu. Satu tanda tangan mungkin menambah nilai untuk organisasi tersebut, tetapi tanda tangan lain tidak menambah nilai. Menghitung (counting) ulang untuk verifikasi pada sesuatu yang sama yang telah dihitung sebelumnya seringkali tidak diperlukan. Menentukan apakah suatu proses menambah nilai atau tidak terhadap organisasi sangatlah sulit. Tetapi langkah ini sangat penting supaya manajemen tetap berfokus pada stakeholders’ needs, dan bukan pada kepentingan sendiri. 3. The Process Management Team Analyzes Process Step Langkah ini merupakan awal dari pemisahan aktivitas atau proses yang menambah nilai kepada pelanggan (customer) dan bukan pelanggan (noncustomer). Tujuan manajemen adalah memaksimalkan tingkat efisiensi dan fleksibitas dari proses-proses tersebut untuk customer. Proses yang menambah nilai kepada non-customer diperlukan juga supaya suatu organisasi berjalan dengan baik, jadi hal tersebut menambah nilai bisnis (business value) suatu organisasi. Proses yang menambah business value adalah aktivitas yang dilakukan untuk pemenuhan kebutuhan menjalankan bisnis yang hidup. Sedangkan aktivitas yang menambah process value adalah untuk membantu manajemen melakukan perencanaan dan pencegahan di bidang pekerjaan tertentu dan bertujuan untuk mengoptimalkan efisiensi proses-proses yang telah ditentukan. Manajemen kemudian menghapuskan semua proses lain yang tidak menambah nilai kepada stakeholder. Pada akhirnya komunikasi yang baik tentang hasil dari proses Value Added Assessment ini antar divisi dalam suatu organisasi menjamin terlaksananya tujuan organisasi tersebut. Reaksi Pasar Pasar efisien pertama kali digunakan dalam konteks pasar sekuritas
oleh Fama, Fisher, Jensen dan Roll (1969) dalam Jusuf (2012 :1), mendefinisikan pasar efisien sebagai pasar yang dapat melakukan penyesuaian dengan cepat terhadap informasi baru. Setiap hari terdapat aliran informasi yang dipublikasikan untuk para investor di pasar modal. Jika informasi-informasi tersebut relevan, maka harga saham akan terpengaruh. Pengembangan Hipotesis Hasil penelitian Aulia (2009) membuktikan bahwa signifikansi kualitas informasi arus kas berbeda pada setiap komponennya terhadap expected return perusahaan. Informasi arus kas operasi tidak berpengaruh terhadap expected return saham dan informasi arus kas investasi, pendanaan dan laba bersih berpengaruh signifikan terhadap expected return. Daniati dan Suhairi (2006) pada Simposium Nasional 9 Padang melakukan penelitian dengan judul “ Pengaruh Kandungan Informasi Komponen Arus Kas , Laba Kotor dan Size Perusahaan Terhadap Expected Return Saham Pada Industri Textil dan Auotomotive yang Listing di BEJ. Hasil penelitian mereka berhasil menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan antara arus kas dari aktivitas investasi, laba kotor dan size perusahaan terhadap expected return saham. Berbeda dengan arus kas dari aktivitas operasi tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap expected return saham. H1 : Ada pengaruh positif yang signifikan dari informasi arus kas operasi terhadap reaksi pasar Almilia dan Sulistyowati (2007) melakukan penelitian tentang relevansi laba, arus kas operasi dan nilai buku ekuitas. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa ada saat-saat tertentu yang membuat laba tidak lagi memiliki relevansi nilai. Pada saat perusahaan mengalami kesulitan keuangan (merugi) maka yang dapat digunakan utnuk menilai perusahaan adalah informasi nilai buku ekuitas. Berdasarkan nilai koefisien R² menunjukkan bahwa pada saat periode nonkrisis dan pasca krisis relevansi nilai laba lebih
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No. 13 | Mei 2012
18
ISSN 1412 – 2936 tinggi dibandingkan arus kas operasi dan nilai buku ekuitas. Dan pada saat periode krisis relevansi nilai laba lebih rendah dibandingkan arus kas operasi dan nilai buku ekuitas. Berdasarkan hasil analisis regresi secara parsial didapat bahwa pada periode nonkrisis dan pasca krisis variabel laba dan arus kas operasi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel harga saham. H2 : Ada pengaruh positif yang signifikan dari laba bersih terhadap reaksi pasar Penelitian yang dilakukan oleh Yudaningrum (2002) tentang pengaruh nilai tambah ekonomis dan
nilai nilai tambah pasar terhadap nilai tambah pemegang saham menunjukkan bahwa nilai tambah ekonomis berpengaruh positif terhadap nilai tambah pemegang saham. hasil penelitian tersebut juga membuktikan bahwa nilai tambah pasar berpengaruh negatif terhadap nilai tambah pemegang saham. Secara simultan nilai tambah ekonomis dan nilai tambah pasar berpengaruh terhadap nilai tambah pemegang saham. H3 : Ada pengaruh positif yang signifikan dari economic value added terhadap reaksi pasar.
Gambar 1. Kerangka Pemikiran
METODE PENELITIAN Penelitian ini dirancang sebagai suatu penelitian empiris, untuk melakukan pengujian atas hipotesis yang diajukan, variabel - variabel yang diteliti perlu diukur. Variabel – variabel dalam penelitian ini dapat dikelompokkan menjadi dua variabel, yaitu variabel independen, dan dependen. Untuk menghindari salah penafsiran dan memudahkan dalam melakukan penelitian terhadap variabel yang diteliti, maka perlu ditegaskan mengenai definisi operasional dan cara pengukuran variabel yang dipergunakan berkenaan dengan penelitian ini, yaitu sebagai berikut : 1. Informasi Arus Kas Operasi / Variabel Independen (X1) Informasi arus kas dalam penelitian ini merupakan jumlah arus kas dari aktivitas operasi. Arus kas dari aktivitas operasi dalam penelitian ini adalah arus kas bersih dari aktivitas operasi.
Pengukuran variabel bebas (X1) menggunakan skala nominal; 2 Informasi Laba Bersih/ Variabel Independen (X2) Laba bersih dalam penelitian ini adalah laba bersih setelah pajak dan sebelum pos-pos luar biasa. Pengukuran variabel ini adalah menggunakan skala nominal; 3. Informasi Economic Value Added/ Variabel Independen (X3) Economic Value Added dalam penelitian ini adalah konsep nilai tambah yang berdasarkan cost of capital, yaitu selisih operating profit dan cost of capital. Pengukuran variabel ini adalah menggunakan skala nominal; 4. Reaksi Pasar / Variabel Dependen (X4) Reaksi pasar dalam penelitian ini adalah suatu reaksi perubahan nilai harga saham diukur menggunakan return saham. Variabel ini diukur menggunakan skala rasio.
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No. 13 | Mei 2012
19
ISSN 1412 – 2936 Populasi dalam penelitian ini adalah semua perusahaan yang masuk ke dalam 50 saham teraktif berdasarkan volume perdagangan yang listing di BEI sebanyak 96 perusahaan. Pemilihan sampel penelitian ini dilakukan secara purposive sampling. Kriteria yang digunakan untuk memilih sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Perusahaan yang termasuk dalam kelompok 50 saham teraktif berdasarkan volume perdagangan berturut-turut selama periode penelitian mulai 2007 – 2010. b. Perusahaan 50 most active tradding yang menerbitkan laporan keuangan tahunan selama periode pengamatan. c. Laporan keuangan perusahaan diaudit per 31 Desember. Berdasarkan kriteria di atas, maka dapat diperoleh sampel perusahaan sebanyak 18 perusahaan. Jenis data yang dibutukan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Laporan keuangan tahunan arus kas periode 2007 -2010 2. Laporan laba – rugi dan neraca periode 2007 – 2010 3. JSX Monthly Statistic 2007 – 2010 4. Jakarta Stock Exchange on line (www.yahoofinance) 2007- 2010 5. Fact book 2007 – 2010 6. Data lain yang relevan dengan penelitian. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh dari bahan-bahan dan dokumentasi yang ada di Pojok BEI on line, (www.idx.co.id) dan (www.yahoofinance). Data yang diperoleh dari obyek penelitian dikumpulkan dengan teknik dokumentasi.
ANALISIS DAN PEMBAHASAN Arus kas operasi tertinggi selama periode penelitian sebesar 42.109.002.000.000 pada tahun 2010 dengan kode emiten BMRI dan terendah sebesar -2.208.637.400.758 pada tahun 2010 dengan kode emiten ELTY. Laba bersih tertinggi selama periode penelitian sebesar 12.857.018.000.000 pada tahun 2007 dengan kode emiten TLKM dan terendah sebesar 15.855.334.681.000 pada tahun 2008 dengan kode Emiten BNBR. Economic Value Added tertinggi selama periode penelitian sebesar 15.368.580.253.083 pada tahun 2007 dengan kode emiten TLKM dan terendah sebesar -3.523.002.455.464 pada tahun 2010 dengan kode emiten BNBR (sumber lampiran 10), meskipun BNBR mengalmi rugi bersih dalam beberapa periode penelitian dan tidak memberikan nilai tambah ekonomis selama tahun 2010, namun BNBR tetap menjadi saham teraktif dalam kelompok saham teraktif berdasarkan volume perdagangan. Reaksi pasar tertinggi selama periode penelitian sebesar 0,19180815 atau 19,18% pada tahun 2007 dengan kode emiten BRPT dan terendah sebesar 0,194748246 atau 19,47% pada tahun 2008 dengan kode emiten TRUB. Uji Normalitas Uji normalitas dilakukan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Uji normalitas yang telah dilakukan dengan analisis grafik menunjukkan bahwa data yang digunakan berdistribusi normal. Adapun grafik yang dihasilkan adalah sebagai berikut:
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No. 13 | Mei 2012
20
ISSN 1412 – 2936
Gambar 2 Uji Normalitas metode grafik
Pada gambar di atas menunjukkan bahwa grafik Normal Plot terlihat titik-titik menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal. Dengan demikian dapat diketahui bahwa variabel independen dan dependen memiliki distribusi normal sehingga dari segi normalitas, model regresi layak dipakai untuk menganalisis pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.
Uji Autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Untuk mengetahui adanya autokorelasi dapat menggunakan uji Durbin–Watson (DW test). Berikut ini disajikan output D-W dengan bantuan SPSS 16.0 for windows.
Berdasarkan tabel 4.1 tersebut dapat diketahui nilai DW sebesar 2.935, dengan demikian dapat disimpulkan pada model regresi terdapat autokorelasi negatif, hal tersebut ditunjukkan dengan nilai DW lebih besar dari nilai 4 - dL dan lebih kecil dari 4,
yaitu 2.519 < 2.935 < 4, untuk mengatasi masalah autokorelasi tersebut peneliti menghilangkan outlier pada data penelitian sebanyak 17 item dan diperoleh hasil spss uji Durbin – Watson kedua sebagai berikut.
Berdasarkan tabel 4.2 tersebut dapat diketahui nilai DW sebesar 2.140, hal tersebut menunjukkan bahwa nilai DW lebih besar dari du (1.724) dan lebih kecil dari 4 – du (2.276), dengan demikian dapat
disimpulkan pada model regresi tidak terdapat autokorelasi.
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No. 13 | Mei 2012
21
ISSN 1412 – 2936 Uji Heterokedasitas Uji heterokedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain sehingga penafsiran koefisisen regresi menjadi tidak efisien dan hasil penafsiran
menjadi kurang akurat. Pada penelitian ini uji heterokedastisitas akan dideteksi melalui metode grafik Scatterplot yang dihasilkan melalui perhitungan regresi dengan SPSS. Adapun grafik yang dihasilkan sebagai berikut:
Gambar 3 Uji Heterokedasitas
Dari Gambar 4.2 grafik scatterplots terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y dan tidak membentuk pola tertentu. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heterokedastisitas pada model regresi.
Uji Multikolinearitas Uji Multikolinearitas ini bertujuan untuk mengetahui apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen.
Berdasarkan hasil perhitungan statistik pada tabel 3 menunjukkan bahwa nilai tolerance dan VIF mendekati 1. Hal in i menunjukkan bahwa model regresi terbebas dari uji multikolinearitas.
regresi berganda. Regresi berganda digunakan untuk mengetahui nilai dari variabel arus kas operasi, laba bersih dan economic value added sebagai variabel independen terhadap reaksi pasar sebagai variabel dependen. Berikut merupakan tabel hasil penelitian.
Uji Regresi Berganda Pengujian hipotesi dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan analisis
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No. 13 | Mei 2012
22
ISSN 1412 – 2936
Berdasarkan hasil penelitian ini diperoleh bahwa informasi arus kas operasi, laba bersih, dan economic value added berpengaruh positif yang signifikan terhadap return saham. Pengujian hipotesis dengan menggunakan uji t menunjukkan nilai t hitung lebih besar dari t tabel sehingga H0 ditolak dan menerima H1, H2, dan H3. Hasil penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Wilson dan Bowen et al (1986), Rayburn (1986), Livnat dan Zarowin (1990), Ali (1994) serta Pradhono dan Christiawan (2006), Sulistyowati yang berhasil menunjukkan bahwa terdapat kandungan informasi pada data arus kas, komponen arus kas memiliki hubungan yang lebih kuat dengan abnormal return dibanding hubungan total arus kas dan arus kas operasi memiliki pengaruh terhadap return saham. Daniati dan Suhairi (2006) pada Simposium Nasional 9 Padang melakukan penelitian dengan judul “ Pengaruh Kandungan Informasi Komponen Arus Kas , Laba Kotor dan Size Perusahaan Terhadap Expected Return Saham Pada Industri Textile dan Auotomotive yang Listing di BEJ. Hasil penelitian mereka berhasil menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan antara arus kas dari aktivitas investasi, laba kotor dan size perusahaan terhadap expected return saham, sedangkan arus kas dari aktivitas operasi tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap expected return saham. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Yudhaningrum (2002) tentang pengaruh
nilai tambah ekonomis dan nilai nilai tambah pasar terhadap nilai tambah pemegang saham menunjukkan bahwa nilai tambah ekonomis berpengaruh positif terhadap nilai tambah pemegang saham. hasil penelitian tersebut juga membuktikan bahwa nilai tambah pasar berpengaruh negatif terhadap nilai tambah pemegang saham. Secara simultan nilai tambah ekonomis dan nilai tambah pasar berpengaruh terhadap nilai tambah pemegang saham. Berbeda dengan hasil penelitian Kurniawan dan Indriantoro (2000) menguji hubungan arus kas operasi dan data akrual terhadap return saham menyimpulkan bahwa penelitiannya tidak berhasil menunjukkan adanya hubungan antara arus kas operasi dan komponen earning dengan return saham. Daniati dan Suhairi (2006), Aulia (2009) berhasil menunjukkan bahwa arus kas operasi tidak berpengaruh signifikan terhadap expected return saham. Berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Marshal (2010) berhasil menunjukkan bahwa arus kas operasi dan economic value added tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham dan arus kas operasi memiliki arah pengaruh yang positif dan economic value added memiliki arah pengaruh negatif. Berdasarkan hasil penelitian ini, informasi arus kas operasi, laba bersih, dan economic value added merupakan informasi yang cukup informatif untuk digunakan oleh investor, dengan adanya informasi tersebut pasar bereaksi yang ditunjukkan dengan perubahan return saham, hal ini menunjukkan bahwa pasar berada dalam kondisi yang efisien karena
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No. 13 | Mei 2012
23
ISSN 1412 – 2936 harga dan perubahan harga yang ditunjukkan dengan return mencerminkan informasi yang ada. Penelitian ini dirasakan oleh peneliti telah dilakukan secara optimal, namun demikian peneliti merasa dalam hasil penelitian ini masih terdapat keterbatasan antara lain: 1. Jumlah perusahaan yang menjadi objek penelitian dalam penelitian ini masih kurang dibandingkan dengan penelitian – penelitian terdahulu, yaitu hanya 18 sampel perusahaan. 2. Periode pengamatan dalam penelitian ini hanya berada pada rentang observasi 3 tahun. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Hasil pengujian hipotesi dalam penelitian ini membuktikan bahwa variabel informasi arus kas operasi, laba bersih dan economic value added secara parsial berpengaruh positif yang signifikan terhadap reaksi pasar 2. Pengaruh parsial variabel independen terhadap variabel dependen tersebut menunjukkan bahwa pasar berbentuk pasar efisien bentuk setengah kuat. Informasi yang dipublikasikan hanya mempengaruhi harga sekuritas dari perusahaan yang mempublikasikan informasi tersebut. Saran 1. Bagi investor, diharapkan menggunakan informasi akuntansi lain serta didukung informasi non akuntansi lain dalam menentukan keputusan investasi yang dapat mereaksi pasar 2. Bagi peneliti lain yang berminat meneliti kasus sejenis, disarankan untuk lebih memperpanjang periode pengamatan dan sebaiknya menggunakan periode waktu yang up to date serta dapat mengembangkan permasalahan dan memakai prediktor lain yang dapat mempengaruhi reaksi pasar. DAFTAR PUSTAKA Ali,
Ashing. 1994. The Incremental Information Content from Operation
and Cash Flow. Journal of Accounting Research. Vol 32 No.1 (spring) : 61-67 Almilia, Luciana Spica dan Dwi Suistyowati. 2007. Analisa Terhada Relevansi Nilai Laba, Arus Kas Operasi dan Nilai Buku Ekuitas Pada Periode di Sekitar Krisis Keuangan Pada Perusahaan Manufaktur di BEJ. Proceeding Seminar Nasional Aulia, Fena Ulfa. 2009. Pengaruh Informasi Arus Kas dan Laba Bersih Perusahaan Terhadap Expected Return Saham Pada Perusahaan LQ45 Yang Listing di BEI Periode Februari 2004 – Januari 2008. Skripsi. Malang : Universitas Negeri Malang Daniati, Ninna dan Suhairi. 2006. Pengaruh Kandungan Informasi Komponen Laporan Arus Kas, Laba Kotor, dan Size Perusahaan Terhadap Expected Return Saham(Survei Pada Industri Textil dan Automotif yang Terdaftar di BEJ). Simposium Nasional Akuntansi IX (Padang): 1-23. Fama, E. F., Fisher, L., Jensen, M. C., dan Roll, R. 1969. The Adjusment of Stock Prices to New Information. International Economic Review, 10, pp. 1 - 27 Febrianto, Rahmat dan Erna Widiastuty. 2005. Tiga Angka Laba Akuntansi : Mana yang Lebih Bermakna Bagi Investor? Jurnal Riset Akuntansi Indonesia Vol.9 No.2 (Mei): 200-215. Hansen, Don R. dan Maryanne M. Mowen (1994), Management Accounting, Third Edition, Cincinnati, Ohio: SouthWestern Publishing Co. Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). 2007. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Indonesia No.2 dan No. 25. Jakarta : Salemba Empat. Jusuf, A An Arie. Reaksi Pasar Yang Berlebihan. Hal 1 diakses 12 Februari 2012. Kieso, Donald E, dkk. 2002. Akuntansi Intermediate. Edisi 10. Jakarta: Erlangga. Kurniawan, Heribertus dan Nur Indriantoro. 2000. Analisis Hubungan Antara Arus Kas dari Aktivitas Operasi dan Data Akrual dengan return saham: Studi Empiris pada Bursa Efek Jakarta.
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No. 13 | Mei 2012
24
ISSN 1412 – 2936 Jurnal Bisnis dan Akuntansi. Vol 2 No.3 (Desember): 207-224. Livnat J and P Zarowin. 1990. The Incremental Information Content of Cash Flows Components. Journal of Accounting and Economics 13: 2546. Marshal, Yogi. 2009. Pengaruh Economic Value Added, Market Value Added, dan Arus Kas Operasi Terhadap Return Saham. Skripsi. Medan : Universitas Sumatera Utara Susilo, Dwi dkk. 2004. Dampak Publikasi Laporan Keuangan Terhadap Perilaku Return Saham di Bursa Efek Jakarta. Jurnal SMART Vol 2 No.2 (Mei) : 97 – 110 Stewart, G. Bennet. 1993. The Economic Value Added : The Quest for Value, A
Guide for Senior Managers : Harper Collins Wahyuningsih, Dwi Retno. 2007. Hubungan Praktik Manajemen Laba Dengan Reaksi Pasar Atas Pengumuman Informasi Laba Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta. Tesis. Semarang: Universitas Diponegoro www.yahoofinance.com Yudhaningrum, Lili Haryanti. 2002. Pengaruh Nilai Tambah Ekonomis dan Nilai Tambah Pasar Terhadap Nilai Tambah Pemegang Saham Pada Sektor Industrin Barang Konsumsi di BEJ. Tesis. Semarang: Universitas Diponegoro
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No. 13 | Mei 2012
25
ISSN 1412 – 2936 PENGUKURAN KINERJA REKSA DANA PENDAPATAN TETAP DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN INVESTASI KEUANGAN Siti Salama Amar Fakultas Ekonomi Universitas Madura
ABSTRAK Tujuan penelitian untuk mengetahui Kinerja Reksa Dana Pendapatan Tetap berdasarkan metode Sharpe, Treynor, Jensen dan yang layak dipilih untuk investasi berdasarkan pemeringkatan kinerja terbaik (urutan rangking) periode Januari 2008 – Juni 2010. Metode Sharpe mengukur risk premium, return per unit terhadap total risk, semakin besar nilai S semakin baik kinerja portofolionya. Metode Treynor mengukur risk premium per unit terhadap market risk, dan menitikberatkan pada risiko yang tidak dapat didiversifikasi (Undiversifeable risk) yang dikenal dengan risiko pasar atau risiko sistematis. Metode Jensen mengukur kinerja Reksa Dana dengan titik berat sejauh mana tingkat penghasilan diperoleh disebabkan karena kemampuan dari pada Manajer Investasi yaitu berdasarkan seberapa besar MI tersebut mampu memberikan return diatas return pasar sesuai risiko yang dimilikinya. Sampel penelitian yang digunakan sebanyak 20 Reksa Dana Pendapatan Tetap. Dari hasil penelitian, diperoleh 3 (tiga) peringkat Reksa Dana Pendapatan Tetap dengan trend kinerja terbaik yaitu: rangking 1 GMT Dana Obligasi Plus, rangking 2 PNM Dana Sejahtera II, dan rangking 3 Jatim Treasury Fund. Kata Kunci: RDPT, Sharpe, Treynor, dan Jensen.
PENDAHULUAN Reksa dana muncul karena pemilik modal mengalami kesulitan untuk melakukan investasi sendiri pada suratsurat berharga, yaitu melakukan berbagai analisa dan memonitor kondisi pasar secara terus menerus yang memerlukan keahlian dan menyita waktu, selain itu dibutuhkan dana yang relatif besar untuk dapat melakukan investasi pada suratsurat berharga. Dengan semakin banyak reksa dana yang diterbitkan dan ditawarkan menimbulkan suatu masalah bagi para investor. Dari berbagai macam reksa dana khususnya Reksa Dana Pendapatan Tetap yang berada di Indonesia yang layak untuk dipilih sebagai instrument investasi oleh investor adalah dengan melihat kinerja historis yang telah dicapai oleh reksa dana. Reksa Dana Pendapatan Tetap (RDPT) yang dapat disebut berkinerja baik adalah memiliki kriteria tertentu yaitu memberikan tingkat pengembalian tertinggi untuk suatu tingkat risiko tertentu, memberikan tingkat risiko terendah pada
suatu tingkat pengembalian tertentu atau memberikan tingkat pengembalian diatas tingkat pengembalian pembanding. Dengan melakukan pengukuran kinerja RDPT akan dapat tercapai suatu standart nilai terhadap kinerja yang dicapai dan diharapkan akan dapat membantu investor dalam menentukan reksa dana yang layak untuk dipilih. Pada kenyataannya tidak mudah untuk mendapatkan reksa dana sesuai kriteria tersebut, hal ini dikarenakan adanya perbedaan tingkat pengembalian antara reksa dana satu dengan yang lain serta tingkat risiko yang menyertai. Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah: ”Bagaimanakah kinerja Reksa Dana Pendapatan Tetap berdasarkan Metode Sharpe, Treynor, dan Jensen serta manakah yang layak dipilih untuk investasi dengan trend terbaik periode Januari 2008 - Juni 2010?” Tujuan penelitian ini secara umum adalah untuk mengetahui pedoman dalam perhitungan portopolio dan investasi surat berharga. Sedangkan secara khusus adalah untuk mengetahui kinerja Reksa
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No. 13 | Mei 2012
26
ISSN 1412 – 2936 Dana Pendapatan Tetap berdasarkan Metode Sharpe, Treynor, dan Jensen serta yang layak dipilih investor untuk investasi dengan trend terbaik periode Januari 2008 - Juni 2010.
Pengukuran Sharpe diformulasikan sebagai ratio premium tanpa standart deviasinya:
TINJAUAN PUSTAKA Dimana: SR = Nilai rasio Sharpe RJ = Return Reksa Dana sub-periode tertentu RF= Kinerja investasi bebas risiko (suku bunga SBI) sub- periode tertentu σ = standart deviasi Reksa dana untuk sub periode tertentu
Reksa Dana Pendapatan Tetap Kelebihan Reksa Dana Pendapatan Tetap lain adalah potensi hasilnya yang tinggi dibandingkan dengan Reksa Dana Pasar Uang. Sejalan dengan kinerja obligasi pasar, nilai aktiva bersih Reksa Dana Pendapatan Tetap tidak begitu fluktuatif, setidaknya kalau dibandingkan dengan Reksa Dana Campuran dan Reksa Dana Saham. Dengan hasil investasi yang sudah fixed, dalam kondisi normal nilai aktiva bersih Reksa Dana Pendapatan Tetap bisa tumbuh secara perlahan-lahan tetapi pasti. Dengan demikian, Reksa Dana ini cocok untuk investor yang tidak bisa menerima fluktuasi nilai aktiva bersih yang tajam dan dianjurkan untuk program diversifikasi, khususnya bagi mereka yang sudah berinvestasi di Reksa Dana Pasar Uang. Bagi fund manager, mengelola Reksa Dana Pendapatan Tetap tidaklah sesulit mengelola Reksa Dana Saham, maka tidaklah mengherankan struktur biaya Reksa Dana Pendapatan Tetap umumnya lebih rendah dibandingkan dengan Reksa Dana Saham. Pengukuran Kinerja Portofolio Ada tiga metode pengukuran kinerja Reksa Dana dengan memasukkan unsur risiko, yang sering digunakan yakni dengan Sharpe, Treynor dan Jensen. a. Pengukuran Kinerja Portofolio Metode Sharpe Pengukuran dengan merode sharpe didasarkan atas apa yang disebut premium atau risk premium. Risk premium adalah perbedaan (selisih) antara rata-rata kinerja/return yang dihasilkan oleh Reksa Dana dengan rata-rata kinerja/return investasi yang bebas risiko (risk free asset). Dalam pembahasan investasi ini, investasi tanpa risiko diasumsikan merupakan tingkat suku bunga rata-rata dari Sertifikat Bank Indonesia (SBI).
Standart deviasi (σ) merupakan risiko fluktuasi Reksa Dana yang dihasilkan karena berubah-ubahnya laba yang dihasilkan dari sub-periode lainnya selama seluruh periode. Dalam teori portofolio, standart deviasi merupakan “risiko total” yang merupakan penjumlahan dari “risiko pasar’ (systematic market risk) dan unsystematic risk. Dengan membagi risk premium dengan standart deviasi, sharpe mengukur risk premium yang dihasilkan per unit risiko yang diambil. Pengertian sebagai berikut, investasi pada SBI tidak mengandung risiko dengan kinerja investasi tertentu. Investasi pada Reksa Dana mengandung risiko, sehingga diharapkan memberikan hasil investasi lebih besar dari pada kinerja investasi bebas risiko. Sharpe mengukur seberapa besar penambahan hasil investasi yang diperoleh (risk premium) untuk tiap unit risiko yang diambil. Makin tinggi nilai ratio sharpe makin baik kinerja Reksa Dana. b.
Pengukuran Kinerja Portofolio Metode Treynor Pengukuran dengan metode Treynor juga didasarkan atas risk premium, seperti halnya yang dilakukan Sharpe, namun dalam metode Treynor digunakan pembagi beta (β) yang merupakan risiko fluktuasi relatif terhadap risiko pasar. Beta dalam
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No. 13 | Mei 2012
27
ISSN 1412 – 2936 konsep CPM merupakan risiko sistematik (juga merupakan risiko pasar atau market risk). Beta diperoleh dengan metode regresi linear. Pengukuran dengan metode Treynor diformulakan sebagai berikut: TRD = RJ – RF β Dimana : TRD = Nilai rasio Treynor RJ = Return Reksa Dana subperiode tertentu RF = Kinerja investasi bebas risiko (suku bunga SBI) sub periode tertentu β = Slope persamaan garis hasil regresi linear dari return reksa dana terhadap return pasar (IHSG) sebagai ukuran sistemik risk. c.
Pengukuran Kinerja Portofolio Metode Jensen Sama halnya dengan metode treynor, Jensen menggunakan faktor beta dalam mengukur kinerja investasi suatu portofolio yang didasarkan atas pengembangan Metode Capital Asset Pricing Model (CAPM) Jensen mengemukakan hasil penelitiannya terhadap 115 Reksa Dana dalam kurun waktu 1945-1946. Pengukuran dengan metode Jensen Investasi tersebut mampu memberikan kinerja/return diatas kinerja/return pasar sesuai risiko yang dimilikinya. Kelebihan inilah yang digambarkan oleh : Jensen sebagai perpotongan garis regresi linier pada sumbu Y (pada grafik [Kinerja RJ – Kinerja RF] vs [Kinerja RM – Kinerja RF]) dan yang disebut perpotongan Jensen (Jensen Intercept) dengan notasi Alfa (α), semakin tinggi nilai alfa positif, semakin baik kinerjanya. Formula yang dikemukakan Jensen adalah sebagai berikut.
Dimana: Alfa (α) = Nilai Perpotongan Jensen RJ = Return Reksa Dana RF = Return/Laba investasi bebas risiko RM = Return pasar β = Slope persamaan garis hasil regresi linier Hasil pengukuran Jensen dalam bentuk Alfa (α) positif yang semakin tinggi menunjukkan kinerja Reksa Dana yang semakin baik. Informasi mengenai kinerja yang disertai pengukuran risiko akan lebih bermanfaat bagi investor, karena setiap investor memiliki toleransi risiko yang berbeda-beda, sehingga dalam memilih Reksa Dana, investor tersebut dapat menyesuaikan dengan tingkat kemampuan yang dimilikinya. METODE PENELITIAN Variabel Penelitian 1. Return (RJ), diperoleh dengan melihat return satu tahun dari jenis RDPT di Indonesia untuk setiap akhir bulan dari bulan Januari 2008 - Juni 2010. 2. Risk Free Asset (RF), diperoleh dengan melihat tingkat suku bunga SBI untuk satu bulan, periode bulan Januari 2008 Juni 2010. 3. Standart Deviasi (σ), diperoleh dari standart deviasi terhadap average rate of return portofolio RDPT pada periode Juanuari 2008 - Juni 2010. 4. Beta (β), diperoleh dengan melakukan regresi linier sederhana dari data RDPT pada periode Januari 2008 - Juni 2010 dengan nilai IHSG pada periode yang sama. Populasi dalam penelitian ini mencakup produk RDPT yang ditawarkan secara luas kepada masyarakat, dan memiliki ijin dari Badan Pengawasan Pasar Modal (BAPEPAM) dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI), berdasarkan laporan bulanan yang diserahkan pada Januari 2008 -Juni 2010 yaitu sejumlah 106 RDPT. Pengambilan sampel diperoleh dengan menggunakan Purposive Sampling yaitu memilih sampel dengan kriteria sebagai berikut:
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No. 13 | Mei 2012
28
ISSN 1412 – 2936 1. RDPT bersifat terbuka dan berbentuk Kontrak Investasi Kolektif. 2. RDPT yang mempunyai tanggal efektif. 3. Reksa Dana yang telah memiliki data Nilai Aktiva Bersih dan sampai dengan 30 Juni 2010 masih efektif dan tidak termasuk Reksa Dana yang memberikan deviden. 4. RDPT yang merupakan Reksa Dana Konvensional bukan Reksa Dana Syariah, khususnya yang memiliki dana kelolaan minimal Rp.25 miliar sampai Rp.100 miliar per 30 Juni 2010. 5. Tidak pernah diberhentikan sementara kegiatan operasinya selama periode Januari 2008 - Juni 2010. Teknik Pengumpulan Data Peneliti terlebih dahulu mengadakan studi pustaka dengan mempelajari bukubuku yang relevan, artikel-artikel, dan sumber-sumber lain (internet) yang mempunyai pokok pembahasan yang berkaitan dengan masalah penelitian yang dikaji untuk mencapai tujuan penelitian. Tahap selanjutnya dilakukan adalah mengadakan penelitian secara berkala dengan melakukan pengumpulan data sesuai periode yaitu Januari 2008 - Juni 2010 yang dibutuhkan sebagai bahan analisis.
Teknik Analisis Data 1. Menghitung Kinerja Reksadana Pendapatan Tetap dengan Metode Sharpe Pengukuran Sharpe diformulasikan sebagai rasio premium tanpa standart deviasinya :
2. Menghitung Kinerja Reksadana Pendapatan Tetap dengan Metode Treynor Pengukuran dengan metode Treynor diformulakan sebagai berikut:
3. Menghitung Kinerja Reksadana Pendapatan Tetap dengan Metode Jensen Formula yang dikemukakan Jensen adalah sebagai berikut:
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No. 13 | Mei 2012
29
ISSN 1412 – 2936 ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No. 13 | Mei 2012
30
ISSN 1412 – 2936
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No. 13 | Mei 2012
31
ISSN 1412 – 2936 1. Reksa Dana Pendapatan Tetap Danareksa JS Optima
Grafik 1 Rata-Rata Bergerak Kinerja
DANA REKSA JS OPTIMA
KINERJA
3.00000 1.50000 Actual 0.00000
Forecast 1
-1.50000
4
7
10
13
16
BULAN
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No. 13 | Mei 2012
32
ISSN 1412 – 2936
2. Reksa Dana Pendapatan Tetap GMT Dana Obligasi Plus
Grafik 2 Rata-rata Bergerak Kinerja
GMT DANA OBLIGASI PLUS
KINERJA
3.00000
1.50000 Actual Forecast
0.00000 1
4
7
10
13
16
-1.50000 BULAN
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No. 13 | Mei 2012
33
ISSN 1412 – 2936 3. Reksa Dana Pendapatan Tetap Jatim Treasury Fund
Grafik 3 Rata-Rata Bergerak Kinerja
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No. 13 | Mei 2012
34
ISSN 1412 – 2936 4.
Reksa Dana Pendapatan Tetap Kehati Lestari
Grafik 4 Rata-Rata Bergerak Kinerja
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No. 13 | Mei 2012
35
ISSN 1412 – 2936 5. Reksa Dana Pendapatan Tetap Mrs. Bond Kresna
Grafik 5 Rata-rata Bergerak Kinerja
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No. 13 | Mei 2012
36
ISSN 1412 – 2936 6. Reksa Dana Pendapatan Tetap PNM Dana Sejahtera II
Grafik 6 Rata-rata Bergerak Kinerja
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No. 13 | Mei 2012
37
ISSN 1412 – 2936 7. Reksa Dana Pendapatan Tetap Si Dana Obligasi Maxima
Grafik 7 Rata-rata Bergerak Kinerja
Berdasarkan hasil analisis diatas, pembahasan Kinerja Reksa Dana Pendapatan Tetap kemudian dilakukan pemeringkatan atau rangking terhadap Reksa Dana yang layak untuk dipilih
sehingga dapat disusun urutan sebagai berikut: Rangking pertama, PNM Dana Sejahtera II dimana kinerjanya menunjukkan trend yang selalu baik
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No. 13 | Mei 2012
38
ISSN 1412 – 2936 dengan nilai positif, kinerja tertinggi sampai dengan bulan Juni 2010 yaitu 144.919% dan rata-rata bergerak kinerja 3 bulanan 2010 adalah negatif 4.924% dengan return yang diperoleh rata-rata diatas return risk free dan dengan standart deviasi (risiko total) yang cukup rendah. Rangking kedua, Dana Reksa JS Optima dimana kinerjanya menunjukkan trend yang terus naik dengan nilai positif, kinerja tertinggi sampai dengan bulan juni 2010 yaitu 122.568% dan rata-rata bergerak kinerja 3 bulanan adalah negatif 5.546% dengan return yang diperoleh ratarata diatas return risk free dan dengan standart deviasi (risiko total) yang cukup rendah. Rangking ketiga, Kehati Lestari dimana kinerjanya menunjukkan trend yang terus naik dengan nilai positif, kinerja tertinggi sampai dengan bulan juni 2010 yaitu 116.109% dan rata-rata bergerak kinerja 3 bulanan adalah negatif 23.811% dengan return yang diperoleh rata-rata diatas return risk free dan dengan standart deviasi (risiko total) yang cukup rendah. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Berdasarkan hasil analisa perhitungan dengan metode Sharpe, menunjukkan bahwa kinerja Reksa Dana pendapatan tetap selama Januari 2008 - Juni 2010, yang bernilai positif sebanyak 14 Reksa Dana Pendapatan Tetap dengan urutan sebagai berikut: Trim Dana Stabil, GMT Dana Obligasi Plus, PNM Dana Sejahtera II, Prospera Obligasi, Dana Reksa JS Optima, Bahana Dana Arjuna, Jatim Treasury Fund, Kehati Lestari, Reksa PG Sejahtera, Dana Premier, Mrs. Bond Kresna, ITB -Niaga, Medali Dua, dan Si Dana Obligasi Maxima. 2. Metode Treynor selama dalam periode penelitian ini menghasilkan 12 Reksa Dana Pendapatan Tetap berkinerja positif, dengan urutan sebagai berikut: NISP Dana Tetap II, Si Dana Obligasi Maxima, Mrs. Bond Kresna, GMT Dana Obligasi Plus, PNM Dana Sejahtera II, NISP Dana Tetap Likuid, Jatim Treasury Fund, Simas Danamas Instrumen Negara, Prospera Obligasi,
Dana Reksa JS Optima, Kehat Lestari, dan ITB-Niaga. 3. Metode Jensen menghasilkan 13 Reksa Dana Pendapatan Tetap yang berkinerja positif, dengan urutan sebagai berikut: Si Dana Obligasi Maxima, Dana Premier, Trim Dana Stabil, GMT Dana Obligasi Plus, Dana Reksa JS Optima, NISP Dana Tetap Likuid, ORI, Mrs. Bond Kresna, PNM Dana Sejahtera II, Bahana Dana Arjuna, Jatim Treasury Fund, Simas Danamas Instrumen Negara, dan Kehati Lestari. 4. Reksa Dana Pendapatan Tetap yang layak untuk dipilih adalah Reksa Dana yang masuk peringkat dengan ketentuan mempunyai kinerja positif dan termasuk dalam ketiga metode pegukuran diatas serta memiliki trend kinerja yang baik, yaitu: Rangking pertama PNM Dana Sejahtera II, Rangking kedua Dana Reksa JS Optima, dan Rangking ketiga Kehati Lestari. Saran Untuk berinvestasi pada reksa dana disarankan melakukan pemilihan reksa dana yang memberikan tingkat hasil (return) yang tinggi dengan tingkat risiko yang dapat diperhitungkan. Oleh karena itu perlu dilakukan analisa terhadap kinerja reksa dana yang ditawarkan di pasar, sehingga dapat diketahui reksa dana yang menghasilkan peringkat dengan urutan rangking kinerja terbaik. Dari hasil analisis kinerja Reksa Dana Pendapatan Tetap ini dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan investasi keuangan khususnya di pasar modal. Hasil analisis kinerja Reksa Dana Pendapatan Tetap ini dapat dijadikan pedoman dalam memilih instrument investasi yang layak untuk dipilih sehingga dapat mendorong Manajer Investasi untuk meningkatkan kemampuannya dalam mengelola reksa dana yang menghasilkan kinerja yang baik, dengan tingkat pengembalian (return) yang tinggi dan risiko rendah, sehingga dapat memberikan keuntungan bagi investor.
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No. 13 | Mei 2012
39
ISSN 1412 – 2936 DAFTAR PUSTAKA Brigham, Eugene F. & Louis C. Gapenski (1977), Financial Management: Theory and Practice, Seventh Edition, Florida, The Dryden Press. Cahyono, Jaka E., (2002), Cara Jitu Menjaring Untung dari Reksa Dana. Jakarta. Elex Media Komputindo. Fakhrudin, M & Sopian Hadianto (2001), Perangkat dan Model Analysis Investasi di Pasar Modal Buku Satu. Jakarta. Elex Media Komputindo. Fardiansyah, Tedy .2002. Kiat dan Strategi Menjadi Investor Piawai. Jakarta. Elex Media Komputindo.
Pratomo, Eko Priyo, Ubaidillah Nugraha, (2002), Reksa Dana Solusi Perencanaan Investasi di Era Modern. Jakarta. Gramedia Pustaka Modern. Rodoni, Ahmad & Othman Yong, 2002. Analisis Investasi & Teori Portofolio. Jakarta. Raja Grafindo Persada. Tandelilin, Eduardus (2001), Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio. Edisi Pertama, Yogyakarta. BPFE. (http//www.bi.go.id) (http//www.bapepam.co.id) (http// id.wikipedia.org) (http// www.IDX.co.id)
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No. 13 | Mei 2012
40
ISSN 1412 – 2936 PENGARUH KECERMATAN PROFESI, OBJEKTIVITAS, INDEPENDENSI DAN KEPATUHAN KODE ETIK PADA KUALITAS HASIL PEMERIKSAAN Subhan
[email protected] Fakultas Ekonomi Universitas Madura
ABSTRACT Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi pengaruh kecermatan profesi, objektivitas, independensi dan kepatuhan kode etik pada kualitas hasil audit di Inspektorat Kabupaten Pamekasan. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah kecermatan profesi, objektivitas, independensi dan kepatuhan kode etik. Variabel terikat dari penelitian ini adalah kualitas hasil audit. Data dari penelitian ini adalah data primer yang diperoleh dari kuesioner yang diedarkan kepada seluruh auditor di Inspektorat Kabupaten Pamekasan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kecermatan profesi, objektivitas, independensi dan kepatuhan kode etik yang simultan mempengaruhi secara signifikan terhadap kualitas hasil audit di Inspektorat Kabupaten Pamekasan. Secara parsial, objektivitas yang tidak terpengaruh signifikan terhadap kualitas hasil hasil audit pada Inspektorat Kabupaten Pamekasan, bagaimanapun, kecermatan profesi memiliki dampak yang lebih besar terhadap kualitas hasil audit. Kata Kunci: kecermatan profesi, objektivitas, independensi dan kepatuhan kode etik, Kualitas hasil audit.
PENDAHULUAN Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah yang direvisi menjadi Undang-undang No. 32 Tahun 2004 dan Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintahan Pusat dan Daerah yang direvisi menjadi Undangundang No. 33 Tahun 2004 merupakan era baru dalam hubungan antara pemerintahan pusat dan daerah dalam bentuk otonomi Daerah. Dampak pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi terhadap permasalahan bagaimana pengelolaan keuangan dan anggaran dearah yang akan tercermin dalam bentuk laporan keuangan. Untuk mewujudkan pelaksanaannya diperlukan aparat pengawas daerah yang mampu mengontrol kebijakan pengelolaan keuangan secara ekonomis, efisien, efektif, transparan dan akuntabel. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 (pasal 24) pengawasan terhadap urusan pemerintahan di daerah dilaksanakan oleh Aparat Pengawas Intern Pemerintah
(APIP) sesuai dengan fungsi dan kewenangannya. Aparat Pengawas Intern Pemerintah adalah Inspektorat Jenderal Departemen, Unit Pengawasan Lembaga Pemerintah Non Departemen, Inspektorat Provinsi, dan Inspektorat Kabupaten/Kota. Pengawasan yang dilakukan oleh aparat pengawas intern pemerintah yang berada di bawah langsung kepala daerah dan diharapkan independen dari pengaruh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD). Pengawasan atas penyelenggaraan pemerintah daerah dilakukan secara berjenjang mulai tingkat kabupaten/kota, tingkat propinsi, dan tingkat departemen. Inspektorat melakukan pemeriksaan dan pengawasan khusus pada SKPD yang ada pada setiap kabupaten, kota dan propinsi. Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya, selain memberikan rekomendasi juga melaporkan hasil kerjanya dalam bentuk laporan hasil pemeriksaan bedasarkan standar audit aparat pengawasan intern pemerintah. Rekomendasi dan laporan hasil kerja aparat pengawasan intern pemerintah
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No. 13 | Mei 2012
41
ISSN 1412 – 2936 harus berkualitas, untuk mengetahui kualitas hasil kerja dapat dinilai dari laporan hasil pemeriksaan. Batubara (2008) mendefinisikan kualitas hasil pemeriksaan adalah pelaporan tentang kelemahan pengendalian intern dan kepatuhan terhadap ketentuan, tanggapan dari pejabat yang bertanggung jawab, merahasiakan pengungkapan informasi yang dilarang, pendistribusian laporan hasil pemeriksaan dan tindak lanjut dari rekomendasi auditor sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Berdasarkan PERMENPAN No: PER/05/M.PAN/03/2008 tentang Standar Audit Aparat Pengawasan Intern Pemerintah dinyatakan dalam standar umum audit kinerja dan audit investigasi meliputi standar-standar yang terkait dengan karakteriktik organisasi dan individu-individu yang melakukan kegiatan audit harus independen, obyektif, memiliki keahlian (latar belakang pendidikan, kompetensi teknis dan sertifikasi jabatan dan pendidikan dan pelatihan berkelanjutan), kecermatan profesional dan kepatuhan terhadap kode etik. Dalam kontek independensi dan obyektifitas dinyatakan bahwa dalam semua hal yang berkaitan dengan audit, APIP harus independen dan obyektif dalam melaksanakan tugas dan fungsinya. Independensi dan obyektifitas diperlukan auditor untuk mewujudkan dan menciptakan kredibilitas hasil pekerjaannya. Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, permasalahan yang akan muncul adalah bagaimana auditor dapat mempertahankan independensi dan obyektifitas. Menurut Aren etal (2008), nilai auditing sangat tergantung pada persepsi publik atas independensi auditor. Independensi dalam audit berarti mengambil sudut pandang yang tidak bias. Auditor tidak hanya independen dalam fakta (independence in fact) tetapi juga independen dalam penampilan (independence in appearance). Alim dkk (2007) menyatakan bahwa kerjasama dengan obyek pemeriksaan yang terlalu lama dan berulang bisa menimbulkan kerawanan atas independensi yang dimiliki auditor. Belum lagi berbagai fasilitas yang disediakan
obyek pemeriksaan selama penugasan dapat mempengaruhi obyektifitas auditor, serta bukan tidak mungkin auditor menjadi tidak jujur dalam mengungkapkan fakta yang menunjukkan rendahnya integritas auditor. Penelitian tentang obyektifitas dan independensi telah banyak dilakukan. Alim dkk (2007) menguji pengaruh kompetensi dan independensi terhadap kualitas auditor dengan etika sebagai variabel pemoderasi. Hasil pengujian menunjukkan bahwa kompetensi berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit dan independensi berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Hal yang sama dilakukan oleh Mardisar dan Sari (2007), yang memberikan hasil penelitian bahwa pekerjaan dengan kompleksitas rendah berpengaruh signifikan terhadap kualitas hasil kerja auditor. Trisnaningsih (2007) menyatakan bahwa pemahaman good governance dapat meningkatkan kinerja auditor jika auditor tersebut selama dalam pelaksanaan pemeriksaan selalu menegakkan sikap independensi. Sukriah ddk (2009) melakukan pengujian terhadap faktor pengalaman kerja, independensi, obyektifitas, integritas dan kompetensi terhadap kualitas hasil pemeriksaan. Hasil pengujian menunjukkan bahwa pengalaman kerja, obyektifitas dan kompetensi berpengaruh positif terhadap kualitas hasil pemeriksaan. untuk independensi dan integritas tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas hasil pemeriksaan, sedangkan secara simultan, kelima variabel tersebut berpengaruh terhadap kualitas hasil pemeriksaan. Wati dkk (2010) menguji pengaruh independensi terhadap kinerja auditor pemerintah. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel independensi berpengaruh positif terhadap kinerja auditor pemerintah. Seorang auditor yang memiliki independensi yang tinggi maka tidak akan mudah terpengaruh dan tidak mudah dikendalikan oleh pihak lain dalam mempertimbangkan fakta yang dijumpai saat pemeriksaan dan dalam merumuskan serta menyatakan pendapatnya. Dengan semakin independensinya seorang auditor maka akan mempengaruhi tingkat pencapaian pelaksanaan suatu pekerjaan
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No. 13 | Mei 2012
42
ISSN 1412 – 2936 yang semakin baik atau dengan kata lain kinerjanya akan menjadi lebih baik. Di sisi lain, Kecakapan profesional dari seorang pemeriksa dalam melakukan pemeriksaan akan mempengaruhi kualitas hasil pemeriksaannya. Auditor harus menggunakan keahlian profesionalnya dengan cermat dan seksama (due professional care) dan secara hati-hati (prudent) dalam setiap penugasan. Due professional caredapat diterapkan dalam pertimbangan profesional (professional judgement), namun dalam prakteknya masih terjadi penarikan kesimpulan yang belum tepat saat proses audit telah dilakukan. Boner (1990) meneliti tentang faktor pengalaman, memberikan bukti bahwa pengalaman auditor mempunyai dampak yang signifikan terhadap kinerja, walaupun hubungannya tidak langsung. Hubungan antara pengalaman auditor dengan kinerja melalui variabel ”intervening”, terutama pengetahuan tentang spesifikasi tugas. Lubis (2009) menguji pengaruh keahlian, independensi, kecermatan profesi dan kepatuhan terhadap kualitas auditor pada Inspektorat Sumatera Utara. Hasil pengujian menunjukkan bahwa keahlian, independensi, kecermatan profesi dan kepatuhan secara simultan berpengaruh terhadap kualitas auditor, sedangkan keahlian, independensi, kecermatan profesi dan kepatuhan terhadap kualitas auditor secara parsial berpengaruh terhadap kualitas audit tetapi yang memiliki pengaruh terbesar terhadap kualitas auditor adalah independensi. Di samping itu, APIP dalam melaksanakan tugas dan fungsinya sesuai dengan ketentuan dan norma yang berlaku agar tercipta aparat pengawasan yang bersih dan berwibawa. Norma dan ketentuan yang berlaku bagi auditor intern pemerintah terdiri dari Kode Etik APIP dan Standar Audit APIP. Kode Etik dimaksudkan untuk menjaga perilaku APIP dalam melaksanakan tugasnya, sedangkan Standar Audit dimaksudkan untuk menjaga mutu hasil audit yang dilaksanakan APIP. Dengan adanya aturan tersebut, masyarakat atau pengguna laporan dapat menilai sejauh mana auditor pemerintah telah bekerja sesuai dengan standar dan
etika yang telah ditetapkan (Sukriah dkk, 2009). Lubis (2009) meneliti pengaruh keahlian, independensi, kecakapan professional dan kepatuhan pada kode etik terhadap kualitas auditor pada inspektorat provinsi sumatera utara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan keahlian, independensi, kecermatan profesional dan kepatuhan pada kode etik secara bersama berpengaruh signifikan terhadap kualitas auditor. Secara parsial keahlian, independensi, kecermatan profesional dan kepatuhan pada kode etik masing-masing berpengaruh signifikan terhadap kualitas auditor, tetapi yang memiliki pengaruh terbesar terhadap kualitas auditor adalah independensi. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: Apakah kecermatan profesi, obyektifitas, independensi dan kepatuhan pada kode etik secara parsial berpengaruh terhadap kualitas hasil pemeriksaan? TINJAUAN PUSTAKA Kecermatan Profesi Pemeriksaan merupakan serangkaian kegiatan untuk menilai hasil dari pelaksanaan yang sebenarnya telah sesuai dengan yang rencana yang di tetapkan serta untuk mengidentifikasi penyimpangan-penyimpangan atau hambatan yang ditemukan. Auditor mempunyai kewajiban untuk melaksanakan jasa profesional dengan sebaik-baiknya sesuai dengan kemampuannya, demi kepentingan pengguna jasa dan konsisten dengan tanggung jawab profesi kepada publik (Mulyadi, 2002). Sikap kehati-hatian dalam profesi auditor diharuskan untuk merencanakan dan mengawasi secara seksama. Penggunaan kemahiran profesional dengan cermat dan seksama menuntut auditor untuk melaksanakan skeptisme profesional. Sikap skeptisme profesional merupakan sikap yang mencakup pikiran yang selalu mempertanyakan dan melakukan evaluasi secara kritis bukti audit. Dalam Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia No. 01
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No. 13 | Mei 2012
43
ISSN 1412 – 2936 Tahun 2007 tentang Standar Pemeriksaan Keuangan dinyatakan dalam pelaksanaan pemeriksaan serta penyusunan laporan hasil pemeriksaan, pemeriksa wajib menggunakan kemahiran profesionalnya secara cermat dan seksama. Kemudian dalam standar audit aparat pengawas intern pemerintah dinyatakan bahwa Auditor harus menggunakan keahlian profesionalnya dengan cermat dan seksama (due professional care) dan secara hati-hati (prudent) dalam setiap penugasan. Dueprofessionalcaredapat diterapkan dalam pertimbangan profesional (professionaljudgement), walaupun dalam prakteknya masih terjadi penarikan kesimpulan yang belum tepat saat proses audit telah dilakukan. Kemahiran profesional menuntut pemeriksa untuk melaksanakan skeptisme profesional, yaitu sikap yang mencakup pikiran yang selalu mempertanyakan dan melakukan evaluasi secara kritis terhadap bukti pemeriksaan. Pemeriksa menggunakan pengetahuan, keahlian dan pengalaman yang dituntut oleh profesinya untuk melaksanakan pengumpulan bukti dan evaluasi obyektif mengenai kecukupan, kompetensi dan relevansi bukti. Karena bukti dikumpulkan dan dievaluasi selama pemeriksaan, skeptisme profesional harus digunakan selama pemeriksaan. Dalam menggunakan skeptisme profesional, pemeriksa tidak boleh puas dengan bukti yang kurang meyakinkan walaupun menurut anggapannya manajemen entitas yang diperiksa adalah jujur. Due professional care dilakukan pada berbagai aspek audit, diantaranya: a. formulasi tujuan audit; b. penentuan ruang lingkup audit, termasuk evaluasi risiko audit; c. pemilihan pengujian dan hasilnya; d. pemilihan jenis dan tingkat sumber daya yang tersedia untuk mencapai tujuan audit; e. penentuan signifikan tidaknya risiko yang diidentifikasi dalam audit dan efek/dampaknya; f. pengumpulan bukti audit; g. penentuan kompetensi, integritas dan kesimpulan yang diambil pihak lain yang berkaitan dengan penugasan audit. Pusdiklatwas BPKP (2008) menyatakan bahwa auditor Internal harus menerapkan kecermatan dan ketrampilan yang layaknya dilakukan oleh seorang
auditor internal yang prudentdan kompeten. Dalam menerapkan kecermatan profesional auditor internal perlu mempertimbangkan: a) Ruang lingkup penugasan, b) Kompleksitas dan materialitas yang dicakup dalam penugasan, c) Kecukupan dan efektivitas manajemen risiko, pengendalian, dan proses governance, d) Biaya dan manfaat penggunaan sumber daya dalam penugasan, e) Penggunaan teknik-teknik audit berbantuan komputer dan teknikteknik analisis lainnya. Obyektifitas Aparat Pengawas Intern Pemerintah harus memiliki sikap mental yang objektif, tidak memihak dan menghindari kemungkinan timbulnya pertentangan kepentingan (conflict of interest). Dalam PERMENPAN No: PER/05/M.PAN/03/2008 tentang Standar Audit Aparat Pengawasan Intern Pemerintah dinyatakan Auditor harus memiliki sikap yang netral dan tidak bias serta menghindari konflik kepentingan dalam merencanakan, melaksanakan dan melaporkan pekerjaan yang dilakukannya. Auditor harus obyektif dalam melaksanakan audit. Prinsip obyektifitas mensyaratkan agar auditor melaksanakan audit dengan jujur dan tidak mengkompromikan kualitas. Pimpinan APIP tidak diperkenankan menempatkan auditor dalam situasi yang membuat auditor tidak mampu mengambil keputusan berdasarkan pertimbangan profesionalnya. Pusdiklatwas BPKP (2008) menjelaskan bahwa Prinsip obyektivitas menuntut auditor agar : 1. Mengungkapkan semua fakta material yang diketahuinya, yang apabila tidak diungkapkan mungkin dapat mengubah pelaporan kegiatan-kegiatan yang diaudit; 2. Tidak berpartisipasi dalam kegiatan atau hubunganhubungan yang mungkin mengganggu atau dianggap mengganggu penilaian yang tidak memihak atau yang mungkin menyebabkan terjadinya benturan kepentingan; dan 3. Menolak suatu pemberian dari auditi yang terkait dengan keputusan maupun pertimbangan profesionalnya.
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No. 13 | Mei 2012
44
ISSN 1412 – 2936 Independensi Auditor yang independen adalah auditor yang tidak memihak atau tidak dapat diduga memihak, sehingga tidak merugikan pihak manapun (Pusdiklatwas BPKP, 2005). Aren dkk (2008) menyatakan nilai auditing sangat tergantung pada persepsi publik atas independensi auditor. Independensi dalam audit berarti mengambil sudut pandang yang tidak bias. Auditor tidak hanya independen dalam fakta (independence in fact) tetapi juga independen dalam penampilan (independence in appearance). Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia No. 01 Tahun 2007 tentang Standar Pemeriksaan Keuangan Negara dinyatakan dalam semua hal yang berkaitan dengan pekerjaan pemeriksaan, organisasi pemeriksa dan pemeriksa, harus bebas dalam sikap mental dan penampilan dari gangguan pribadi, ekstern, dan organisasi yang dapat mempengaruhi independensinya”. Dengan pernyataan standar umum kedua ini, organisasi pemeriksa dan para pemeriksanya bertanggung jawab untuk dapat mempertahankan independensinya sedemikian rupa, sehingga pendapat, simpulan, pertimbangan atau rekomendasi dari hasil pemeriksaan yang dilaksanakan tidak memihak dan dipandang tidak memihak oleh pihak manapun. Pemeriksa harus menghindar dari situasi yang menyebabkan pihak ketiga yang mengetahui fakta dan keadaan yang relevan menyimpulkan bahwa pemeriksa tidak dapat mempertahankan independensinya sehingga tidak mampu memberikan penilaian yang obyektif dan tidak memihak terhadap semua hal yang terkait dalam pelaksanaan dan pelaporan hasil pemeriksaan. Pemeriksa perlu mempertimbangkan tiga macam gangguan terhadap independensi, yaitu gangguan pribadi, ekstern, dan atau organisasi. apabila satu atau lebih dari gangguan independensi tersebut mempengaruhi kemampuan pemeriksa secara individu dalam melaksanakan tugas pemeriksaannya, maka pemeriksa tersebut harus menolak penugasan
pemeriksaan. Dalam keadaan pemeriksa yang karena suatu hal tidak dapat menolak penugasan pemeriksaan, gangguan dimaksud harus dimuat dalam bagian lingkup pada laporan hasil pemeriksaan. Pusdiklatwas BPKP (2008) Independensi pada dasarnya merupakan state of mindatau sesuatu yang dirasakan oleh masing-masing menurut apa yang diyakini sedang berlangsung. Sehubungan dengan hal tersebut, independensi auditor dapat ditinjau dan dievaluasi dari dua sisi, independensi praktisi dan independensi profesi. Secara lengkap hal tersebut dapat diuraikan sebagai berikut: a. Independensi Praktisi, yakni independensi yang nyata atau faktual yang diperoleh dan dipertahankan oleh auditor dalam seluruh rangkaian kegiatan audit, mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, sampai tahap pelaporan. Independensi dalam fakta ini merupakan tinjauan terhadap kebebasan yang sesungguhnya dimiliki oleh auditor, sehingga merupakan kondisi ideal yang perlu diwujudkan oleh auditor. Apabila auditor sungguh-sungguh memiliki kebebasan demikian, maka independensi dalam hal perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan hasil audit dapat terpenuhi. Namun demikian, independensi dalam fakta tersebut sifatnya sukar diukur dan tidak serta merta dapat disaksikan oleh orang lain. Kenyataan adanya independensi tersebut hanya dapat dirasakan langsung oleh auditor sendiri dan tidak mudah untuk ditunjukkan atau didemonstrasikan kepada umum. Oleh karena itu, ketika berbicara tentang independensi dalam wujudnya sehari-hari, independensi praktisi ini kurang mendapat perhatian, melainkan lebih ditekankan pada independensi menurut tinjauan yang kedua sebagaimana dikemukakan berikut. b. Independensi Profesi, yakni independensi yang ditinjau menurut citra (image) auditor dari pandangan publik atau masyarakat umum terhadap auditor yang bertugas. Independensi menurut tinjauan ini sering pula dinamakan independensi
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No. 13 | Mei 2012
45
ISSN 1412 – 2936 dalam penampilan (independence in appearance). Independensi menurut tinjauan ini sangat krusial karena tanpa keyakinan publik bahwa seorang auditor adalah independen, maka segala hal yang dilakukannya serta pendapatnya tidak akan mendapatkan penghargaan dari publik atau pemakainya. Agar independensi menurut tinjauan penampilan ini dapat memperoleh pengakuan publik, maka cara yang efektif untuk mewujudkannya adalah dengan menghindari segala hal yang dapat menyebabkan penampilan auditor dalam kaitannya dengan kliennya mendapat kecurigaan dari publik. Namun demikian, untuk menghilangkan kecurigaan itu tidaklah mudah, bahkan sering memperoleh sorotan dari publik. Kebijakan untuk menjaga obyektivitas auditor terhadap auditi dapat dituangkan dalam bentuk ketentuan seperti: tidak diperkenankannya seorang auditor melakukan audit pada auditi tertentu selama tiga tahun berturut-turut, dilakukannya rotasi atau mutasi penugasan audit, larangan seorang auditor melakukan audit pada auditi yang pejabatnya memiliki hubungan keluarga, dan sebagainya. Jika independensi atau obyektivitas terganggu, baik secara faktual maupun penampilan, maka gangguan tersebut harus dilaporkan kepada pimpinan APIP. Auditor dapat menyampaikan keberatannya atas penugasan audit yang dapat mengganggu independensi dan obyektivitasnya sehingga pimpinan dapat menggantikannya dengan orang lain yang tidak terganggu keindependensian dan obyektivitasnya. Dalam pelaksanaannya perlu diciptakan ketentuan yang mengatur tentang tatacara pelaporan tersebut, juga diciptakan kebijakan yang mengatur tentang tidak diizinkannya seorang auditor melakukan penugasan audit pada suatu auditi tertentu apabila yang bersangkutan memiliki hubungan keluarga, sosial, dan hubungan lainnya yang dapat mengganggu independensi dan obyektivitasnya. Demikian pula perlu diciptakan kebijakan tentang tidak diperkenankannya auditor yang memberikan jasa reviu atau
konsultansi atas suatu kegiatan atau instansi tertentu untuk terlibat dalam suatu penugasan audit pada instansi yang sama atau sebaliknya. Kepatuhan Pada Kode Etik Kode etik mengikat semua anggota profesi perlu ditetapkan bersama. Tanpa kode etik, maka setiap individu dalam satu komunitas akan memiliki tingkah laku yang berbeda-beda yang dinilai baik menurut anggapannya dalam berinteraksi dengan masyarakat lainnya. Oleh karena itu nilai etika atau kode etik diperlukan oleh masyarakat, organisasi, bahkan negara agar semua berjalan dengan tertib, lancar, teratur dan terukur. Kepercayaan masyarakat dan pemerintah atas hasil kerja auditor ditentukan oleh keahlian, independensi serta integritas moral/kejujuran para auditor dalam menjalankan pekerjaannya. Ketidakpercayaan masyarakat terhadap satu atau beberapa auditor dapat merendahkan martabat profesi auditor secara keseluruhan, sehingga dapat merugikan auditor lainnya. Kode etik pada prinsipnya merupakan sistem dari prinsip-prinsip moral yang diberlakukan dalam suatu kelompok profesi yang ditetapkan secara bersama. Kode etik suatu profesi merupakan ketentuan perilaku yang harus dipatuhi oleh setiap mereka yang menjalankan tugas profesi. Disamping itu, hasil kerja Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) diharapkan bermanfaat bagi pimpinan dan unit-unit kerja serta pengguna lainnya untuk meningkatkan kinerja organisasi secara keseluruhan. Hasil kerja ini akan dapat digunakan dengan penuh keyakinan jika pemakai jasa mengetahui dan mengakui tingkat profesionalisme auditor yang bersangkutan. Untuk itu disyaratkan diberlakukan dan dipatuhinya aturan perilaku yang menuntut disiplin dari auditor APIP yang melebihi tuntutan peraturan perundangundangan berupa Kode Etik yang mengatur nilai-nilai dasar dan pedoman perilaku, yang dalam pelaksanaannya memerlukan pertimbangan yang seksama dari masing-masing auditor.
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No. 13 | Mei 2012
46
ISSN 1412 – 2936 Kualitas Hasil Pemeriksaan Kualitas hasil pemeriksaan adalah pelaporan tentang kelemahan pengendalian intern dan kepatuhan terhadap ketentuan, tanggapan dari pejabat yang bertanggung jawab, merahasiakan pengungkapan informasi yang dilarang, pendistribusian laporan hasil pemeriksaan dan tindak lanjut dari rekomendasi auditor sesuai dengan peraturan perundang-undangan ( Batubara, 2008). Kualitas hasil pemeriksaan dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan, kompetensi tehnis, pendidikan dan pelatihan berkelanjutan, pengalaman kerja, kecermatan profesi, obyektifitas dan independensi pemeriksa. Variabel-variabel ini merupakan bagian dari kualitas hasil pemeriksaan. Laporan hasil pemeriksaan yang telah disusun merupakan hasil dari pemeriksaan yang dilakukan oleh auditor. Pengaruh Kecermatan Profesi Terhadap Kualitas Hasil Pemeriksaan Kecakapan profesional dari seorang pemeriksa dalam melakukan pemeriksaan akan mempengaruhi kualitas hasil pemeriksaannya. Auditor harus menggunakan keahlian profesionalnya dengan cermat dan seksama (dueprofessionalcare) dan secara hati-hati (prudent) dalam setiap penugasan. Dueprofessionalcaredapat diterapkan dalam pertimbangan profesional (professionaljudgement), walaupun dalam prakteknya masih terjadi penarikan kesimpulan yang belum tepat saat proses audit telah dilakukan. Lubis (2009) menguji pengaruh keahlian, independensi, kecermatan profesi dan kepatuhan terhadap kualitas auditor. Hasil pengujian menunjukkan bahwa keahlian, independensi, kecermatan profesi dan kepatuhan secara simultan berpengaruh terhadap kualitas auditor, sedangkan keahlian, independensi, kecermatan profesi dan kepatuhan terhadap kode etik secara parsial berpengaruh terhadap kualitas auditor tetapi yang memiliki pengaruh terbesar terhadap kualitas auditor adalah independensi. Kualitas auditor menurut Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur
Negara No. Per/05/M.Pan/03/2008 tanggal 31 Maret 2008 adalah auditor yang melaksanakan tupoksi dengan efektif, dengan cara mempersiapkan dan membuat kertas kerja hasil pemeriksaan, melaksanakan perencanaan, koordinasi dan penilaian efektifitas tindak lanjut audit, serta konsistensi laporan audit. Pengaruh Obyektifitas Terhadap Kualitas Hasil Pemeriksaan Aparat Pengawas Intern Pemerintah harus memiliki sikap mental yang objektif, tidak memihak dan menghindari kemungkinan timbulnya pertentangan kepentingan (conflict of interest). Dalam PERMENPAN No: PER/05/M.PAN/03/2008 tentang Standar Audit Aparat Pengawasan Intern Pemerintah dinyatakan bahwa auditor harus memiliki sikap yang netral dan tidak bias serta menghindari konflik kepentingan dalam merencanakan, melaksanakan dan melaporkan pekerjaan yang dilakukannya. Auditor harus obyektif dalam melaksanakan audit. Prinsip obyektifitas mensyaratkan agar auditor melaksanakan audit dengan jujur dan tidak mengkompromikan kualitas. Sukriahddk (2009) melakukan pengujian terhadap faktor pengalaman kerja, independensi, obyektifitas, integritas dan komptensi terhadap kualitas hasil pemeriksaan pada inspektorat se-pulau Lombok dengan sampel berjumlah 154 orang. Hasil pengujian menunjukkan bahwa pengalaman kerja, obyektifitas dan kompetensi berpengaruh positif terhadap kualitas hasil pemeriksaan, untuk independensi dan integritas tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas hasil pemeriksaan, sedangkan secara simultan, kelima variabel tersebut berpengaruh terhadap kualitas hasil pemeriksaan. Pengaruh Indepensi Terhadap Kualitas Hasil Pemeriksaan Aren etal (2008) menyatakan, nilai auditing sangat tergantung pada persepsi publik atas independensi auditor. Independensi dalam audit berarti mengambil sudut pandang yang tidak bias. Auditor tidak hanya independen dalam fakta (independenceinfact) tetapi juga
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No. 13 | Mei 2012
47
ISSN 1412 – 2936 independen dalam penampilan (independenceinappearance). Alim (2007) menyatakan bahwa kerjasama dengan obyek pemeriksaan yang terlalu lama dan berulang bisa menimbulkan kerawanan atas independensi yang dimiliki auditor.Alim (2007) menguji pengaruh kompentensi dan independensi terhadap kualitas auditor dengan etika sebagai variabel pemoderasi. Hasil pengujian menunjukkan bahwa kompetensi berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit dan independensi berpengaruh signifikan terhadap kualitas auditor. Hal yang sama dilakukan oleh Mardisar dan Sari (2007), yang memberikan hasil bahwa pekerjaan dengan kompleksitas rendah berpengaruh signifikan terhadap kualitas hasil kerja auditor. Mayangsari (2003) menguji pengaruh kualitas audit yang diproksikan dengan spesialisasi auditor, independensi dengan memproksikan lamanya hubungan auditor dengan auditeedan mekanisme corporate governance terhadap integritas laporan keuangan pada perusahaan publik selama periode 1998-2002. Hasil menunjukkan bahwa spesialisasi auditor berpengaruh positif terhadap integritas laporan keuangan dan independensi berpengaruh negatif terhadap integritas laporan keuangan sedangkan mekanisme corporate governance berpengaruh secara statistik signifikan terhadap integritas laporan keuangan. Wati (2010) menguji pengaruh independensi terhadap kinerja auditor pemerintah. Hasil pengujian menunjukkan bahwa variabel independensi berpengaruh positif terhadap kinerja auditor pemerintah, hal ini menunjukkan bahwa semakin independensi seorang auditor maka akan semakin mempengaruhi kinerjanya.
menjaga perilaku APIP dalam melaksanakan tugasnya, sedangkan Standar Audit dimaksudkan untuk menjaga mutu hasil audit yang dilaksanakan APIP (Sukriahdkk, 2009). Lubis (2009) meneliti pengaruh kehlian, independensi, kecakapan professional dan kepatuhan pada kode etik terhadap kualitas auditor pada inspektorat provinsi sumatera utara. Hasil penelitiaan menunjukkan bahwa secara simultan keahlian, independensi, kecermatan profesional dan kepatuhan pada kode etik secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap kualitas auditor. Secara parsial keahlian, independensi, kecermatan profesional dan kepatuhan pada kode etik masing-masing berpengaruh signifikan terhadap kualitas auditor, tetapi yang memiliki pengaruh terbesar terhadap kualitas auditor adalah independensi.
Pengaruh Kepatuhan Pada Kode Etik Terhadap Kualitas Hasil Pemeriksaan APIP dalam melaksanakan tugas dan fungsinya sesuai dengan ketentuan dan norma yang berlaku agar tercipta aparat pengawasan yang bersih dan berwibawa. Norma dan ketentuan yang berlaku bagi auditor intern pemerintah terdiri dari Kode Etik APIP dan Standar Audit APIP. Kode etik dimaksudkan untuk
Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh staf inspektorat Kabupaten Pamekasan. Berdasarkan Peraturan Bupati Pamekasan No: 48 Tahun 2008 Tentang Penjabaran Tugas Pokok dan Fungsi Inspektorat berjumlah 30 orang. Jenis penelitian ini adalah sensus. Anshori dan Iswati (2009) menyatakan sensus layak dilakukan jika: a. Elemen-
Perumusan Hipotesis H1. Kecermatan profesi berpengaruh terhadap kualitas hasil pemeriksaan. H2. Obyektifitas berpengaruh terhadap kualitas hasil pemeriksaan. H3. Independensi berpengaruh terhadap kualitas hasil pemeriksaan. H4. Kepatuhan pada kode etik berpengaruh terhadap kualitas hasil pemeriksaan. METODOLOGI PENELITIAN Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan studi sebab - akibat (causal) karena penelitian ini diarahkan untuk memberikan bukti empiris dan mengetahui pengaruh Kecermatan profesi, Obyektifitas, Independensi dan Kepatuhan pada kode etik berpengaruh terhadap kualitas hasil pemeriksaan pada inspektorat Kabupaten Pamekasan.
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No. 13 | Mei 2012
48
ISSN 1412 – 2936 elemen populasi relatif sedikit b. Penelitian dimaksudkan untuk menjelaskan karakteristik setiap elemen dari suatu populasi. Dengan demikian seluruh populasi yaitu seluruh staf inspektorat Kabupaten Pamekasan dijadikan sampel. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Penelitian ini menggunakan delapan variabel independen dan satu variabel dependen yang diukur dengan menggunakan Skala Likert. Menurut Anshori dan Iswati (2009) Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dengan Skala Likert, variabel yang diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Variabel Independen Semua instrumen menggunakan Skala Likert dengan 5 skala nilai yaitu Sangat Tidak Setuju (STS) dengan nilai 1, Tidak Setuju (TS) dengan nilai 2, Nertral (N) dengan nilai 3, Setuju (S) dengan nilai 4, serta Sangat Setuju (SS) dengan nilai 5. kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini disusun berdasarkan penelitianpenelitian sebelumnya dengan membandingkan dengan PERMENPAN No: PER/05/M.PAN/03/2008 tentang Standar Audit Aparat Pengawasan Intern Pemerintah dinyatakan dalam standar umum audit kinerja dan audit investigasi, untuk pengalaman, independensi, obyektifitas dan kepatuhan pada kode etik mengadopsi dari Batubara (2008), Sukriah (2009) dan Lubis (2009). Variabel independen dalam penelitian ini yaitu: a. Kecermatan profesi (X1) adalah auditor harus menggunakan keahlian profesionalnya dengan cermat dan seksama (dueprofessionalcare) dan secara hati-hati (prudent) dalam setiap penugasan. Dueprofessionalcaredapat diterapkan dalam pertimbangan profesional (professionaljudgement) yang dilakukan pada berbagai aspek audit. b. Obyektifitas (X2) adalah suatu kualitas yang memberikan nilai atas jasa yang diberikan anggota. Prinsip objektivitas
mengharuskan Praktisi untuk tidak membiarkan subjektivitas, benturan kepentingan, atau pengaruh yang tidak layak dari pihak-pihak lain yang mempengaruhi pertimbangan profesional atau pertimbangan bisnisnya. c. Independensi (X3) adalah kebebasan posisi auditor baik dalam sikap maupun penampilan dalam hubungannya dengan pihak lain yang terkait dengan tugas audit yang dilaksanakannya. d. Kepatuhan pada Kode Etik (X4) adalah auditor harus mematuhi kode etik yang ditetapkan. Pelaksanaan audit harus mengacu kepada standar audit, dan auditor wajib mematuhi kode etik yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari standar audit. Kode etik ini dibuat bertujuan untuk mengatur hubungan antara : 1. Auditor dengan rekan sekerjanya, 2. Auditor dengan atasannya, 3. Auditor dengan objek pemeriksanya, 4. Auditor dengan masyarakat. Variabel Dependen Kualitas hasil pemeriksaan (Y) adalah laporan tentang kelemahan pengendalian intern dan kepatuhan terhadap ketentuan, tanggapan dari pejabat yang bertanggungjawab, merahasiakan pengungkapan informasi yang dilarang, pendistrbusian laporan hasil pemeriksaan dan tindak lanjut dari rekomendasi auditor sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Model Analisis Data Model yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan model regresi linier berganda (MultipleRegressionAnalysis) yang dijabarkan dibawah ini : Y =α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + e Dimana : Y = Kualitas hasil pemeriksaan X1 = Kecermatan profesi X2 = Obyektifitas X3 = Independensi X4 = Kepatuhan pada kode etik β = Koefisien Regresi. e = Error
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No. 13 | Mei 2012
49
ISSN 1412 – 2936 Tehnik Analisa Data Teknik analisis data pada penelitian ini adalah dengan menggunakan model regresi linear. Dalam suatu penelitian, kemungkinan munculnya masalah dalam analisis regresi cukup sering dalam mencocokan model prediksi ke dalam sebuah model yang dimasukan ke dalam serangkaian data. Penelitian diuji dengan beberapa uji statistik yang terdiri dari uji kualitas data, pengujian asumsi klasik, statistik deskriptif, dan uji statistik untuk pengujian hipotesis.
Uji Kualitas Data Menurut Anshori dan Iswati (1999) ada dua konsep mengukur kualitas data yaitu realibilitas dan validitas. Artinya suatu penelitian akan menghasilkan kesimpulan yang bias jika datanya kurang reliabel dan kurang valid. Sedangkan kualitas data penelitian ditentukan oleh kualitas instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data. 1. Uji Reliabilitas. Pengujian reliabilitas dilakukan untuk menguji konsistensi jawaban responden atas seluruh butir pertanyaan atau pertanyaan yang digunakan, untuk keperluan pengujian tersebut. Pengujian reliabilitas bertujuan untuk mengetahui konsistensi dari sebagai alat ukur, sehingga hasil suatu pengukuran dapat dipercaya (Muhidin dan Maman, 2007). Teknik statistik yang digunakan untuk pengujian tersebut dengan koefisien Cronbach’sAlpha. Suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbach’sAlpha> 0,6 (Ghozali, 2006). 2. Uji Validitas. Pengujian validitas dilakukan untuk menguji apakah instrumen penelitian yang telah disusun benar-benar akurat, sehingga mampu mengukur apa yang seharusnya diukur. Validitas dalam hal ini merupakan akurasi temuan penelitian yang mencerminkan kebenaran sekalipun responden yang dijadikan objek pengujian berbeda (Ghozali, 2006). Uji validitas dihitung dengan menggunakan korelasi
Pearson ProductMoment. Solimun (2000) menyatakan bahwa bila koefisien korelasi antara skor suatu indikator dengan skor total seluruh indikator positif dan lebih besar 0.3 ( r ≥ 0.3) maka instrumen dianggap valid. Uji Asumsi Klasik Untuk dapat melakukan analisis regresi berganda perlu pengujian asumsi klasik sebagai persyaratan dalam analisis agar datanya dapat bermakna dan bermanfaat. 1. Uji Normalitas. Uji Normalitas digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, variabel terikat, variabel bebas atau keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Pengujian data dilakukan dengan menggunakan pengujian Kolmogorov-Smirnov (Ghozali, 2006). Hipotesis dalam pengujian ini adalah: HO : Data berasal dari populasi yang terdistribusi normal. H1 : Data tidak berasal dari populasi yang terdistribusi normal Kriteria untuk menolak atau tidak menolak berdasarkan P-Value sebagai berikut: Jika P-Value≥ α, maka HO tidak ditolak. Jika P-Value< α, maka HO ditolak. 2. Uji Multikolinieritas. Uji multikolinieritasbertujan untuk menguji apakah pada model regresi yang diajukan telah ditemukan korelasi kuat antar variabel independen. Jika terjadi korelasi kuat, terdapat masalah multikolinieritas yang harus diatasi. Menurut Ghazali (2006) model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antar variabel independen. Ketentuan untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinieritas yaitu VarianceInflationFactor(VIF), jika nilai VarianceInflationFactor(VIF) tidak lebih dari 10 dan nilai Tolerancetidak kurang dari 0,1 maka model dapat dikatakan terbebas dari multikolinieritas. 3. Uji Heteroskedastisitas. Pengujian heterokedastisitas dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara variabel penggangu dengan variabel bebasnya. Jika terjadi gejala homokedastisitas pada model
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No. 13 | Mei 2012
50
ISSN 1412 – 2936 yang digunakan, berarti tidak terjadi hubungan antara variabel pengganggu dengan variabel bebas, sehingga variabel tergantung benar-benar hanya dijelaskan oleh variabel bebasnya. Gejala heterokedastisitas ini diketahui dengan menggunakan analisis Rank Spearman. Apabila nilai probabilitas kesalahan (sig) koefisien korelasi RankSpearman lebih kecil dari 0.05 maka dapat dikatakan dalam suatu model regresi terjadi gejala heteroskedastisitas, dan sebaliknya jika sig> 0,05 maka model regresi tidak terjadi gejala heteroskedastisitas. Statistik Deskriptif Statistik deskriptif dalam penelitian pada dasarnya merupakan proses transformasi data penelitian dalam bentuk tabulasi, sehingga mudah dipahami dan diinterprestasikan. Tabulasi menyajikan ringkasan, pengaturan atau penyusunan data dalam bentuk tabel numerik. Statistik deskriptif umumnya digunakan peneliti untuk mendiskripsikan data dan meringkas data yang diobservasi (Uyanto, 2009). Uji Hipotesis Untuk menguji hipotesis mengenai pengaruh secara parsial dan simultan menggunakan uji t dan uji F. Dalam penelitian ini menggunakan tingkat signifikansi (α) 0,05 atau 5% atau keyakinan 95% untuk menguji hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini diterima atau ditolak. Uji t Uji t digukan untuk menguji pengaruh masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen, dengan asumsi bahwa variabel lain dianggap konstan. Langkah-langkah dalam pengambilan keputusan untuk uji t adalah : HO1-4 : β = 0,Kecermatan profesi, obyektifitas, independensi dan kepatuhan pada kode etik secara parsial tidak berpengaruh terhadap kualitas hasil pemeriksaan. Ha1-4 : β ≠ 0,Kecermatan profesi, obyektifitas, independensi dan
kepatuhan pada kode etik secara parsial berpengaruh terhadap kualitas hasil pemeriksaan. Keputusan statistik diambil berdasarkan nilai probabilitas, dengan kriteria : a. Jika signifikansi t < α, maka Ho ditolak dan Ha tidak ditolak. b. Jika signifikansi t ≥ α, maka Ho tidak ditolak dan Ha ditolak. Uji F Uji F digunakan untuk menguji pengaruh antara variabel independen terhadap variabel dependen. Adapun langkah-langkah dalam pengambilan keputusan untuk uji F adalah sebagai berikut : Ho : β = 0, Kecermatan profesi, obyektifitas, independensi dan kepatuhan pada kode etik secara simultan tidak berpengaruh terhadap kualitas hasil pemeriksaan. Ha : β ≠ 0, Kecermatan profesi, obyektifitas, independensi dan kepatuhan pada kode etik secara simultan berpengaruh terhadap kualitas hasil pemeriksaan. Keputusan diambil berdasarkan nilai probabilitas, dengan kriteria : a. Jika signifikansi F<α, maka Ho ditolak dan Ha tidak ditolak. b. Jika signifikansi F≥ α, maka Ho tidak ditolak dan Ha ditolak. ANALISIS DAN PEMBAHASAN Pengujian Kualitas Data Uji Reliabilitas Pengujian reliabilitas dilakukan untuk menguji konsistensi jawaban responden atas seluruh butir pertanyaan atau pertanyaan yang digunakan. Pengujian reliabilitas bertujuan untuk mengetahui konsistensi dari alat ukur, sehingga hasil suatu pengukuran dapat dipercaya (Muhidin dan Maman, 2007). Teknik statistik yang digunakan untuk pengujian tersebut dengan koefisien Cronbach’s Alpha. Suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbach’s Alpha>0,6 (Ghozali, 2006).
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No. 13 | Mei 2012
51
ISSN 1412 – 2936 Tabel 1 Hasil Uji Realibilitas Variabel Dependen dan Independen Variabel Alpha Keterangan Kualitas Hasil Pemeriksaan 0.6231 Reliabel Kecermatan Profesi 0.9664 Reliabel Obyektifitas 0.9282 Reliabel Independensi 0.9218 Reliabel Kepatuhan pada Kode Etik 0.9591 Reliabel Sumber: Data diolah
Berdasarkan output hasil uji reliabiltas terhadap kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini sebagaimana dalam tabel hasilujireliabilitasmenunjukkan bahwa masing-masing elemen (variabel) mempunyai koefisien alpha lebih besar dari 0,6. Dengan demikian item pengukuran pada masing-masing elemen dinyatakan reliabel dan selanjutanya dapat digunakan dalam penelitian. Uji Validitas Pengujian validitas dilakukan untuk menguji apakah instrumen penelitian yang telah disusun benar-benar akurat, sehingga mampu mengukur apa yang seharusnya diukur. Validitas merupakan akurasi temuan penelitian yang mencerminkan kebenaran sekalipun responden yang dijadikan objek pengujian berbeda (Ghozali, 2006). Uji validitas dihitung dengan menggunakan korelasi Pearson Product Moment. Solimun (2000) menyatakan bahwa bila koefisien korelasi antara skor suatu indikator dengan skor total seluruh indikator positif dan lebih besar 0.3 ( r ≥ 0.3) maka instrumen dianggap valid.
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No. 13 | Mei 2012
52
ISSN 1412 – 2936
Tabel 2 Hasil Uji Validitas Variabel Dependen dan Independent Variabel Item r Validitas Keterangan Y1 0.795 Valid Y2 0.503 Valid Kualitas Hasil Pemeriksaan Y3 0.742 Valid Y4 0.644 Valid Y5 0.431 Valid X5.1 0.969 Valid Kecermatan Profesi X5.2 0.969 Valid X5.3 0.967 Valid X6.1 0.914 Valid X6.2 0.855 Valid X6.3 0.829 Valid Obyektifitas X6.4 0.826 Valid X6.5 0.944 Valid X6.6 0.799 Valid X7.1 0.754 Valid X7.2 0.437 Valid X7.3 0.747 Valid X7.4 0.822 Valid X7.5 0.772 Valid Independensi X7.6 0.905 Valid X7.7 0.740 Valid X7.8 0.880 Valid X7.9 0.882 Valid X7.10 0.573 Valid X7.11 0.783 Valid X8.1 0.926 Valid X8.2 0.951 Valid Kepatuhan Pada Kode Etik X8.3 0.954 Valid X8.4 0.951 Valid Sumber: Data diolah
Berdasarkan output hasil uji validitas terhadap kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini sebagaimana dalam tabel hasilujivaliditas lampiran 4 menunjukkan bahwa seluruh indikator mempunyai nilai validitas lebih besar dari r standar yaitu 0,3 sehingga seluruh item dinyatakan valid.
Uji Asumsi Klasik Uji Normalitas Uji Normalitas digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, variabel terikat, variabel bebas atau keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Pengujian data dilakukan dengan menggunakan pengujian Kolmogorov-Smirnov terhadap masing-masing variabel.
Tabel 3 Hasil Pengujian Normalitas Variabel Residual
Asymp.Sig (2-tailed)
Signifikansi
0.784 P ≥ 0.05 Sumber: Data diolah
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No. 13 | Mei 2012
Keterangan Normal
53
ISSN 1412 – 2936
Dari hasil perhitungan uji Kolmogorov-Smirnov pada tabel hasilujinormalitas menunjukkan bahwa signifikansi di atas 5% yang mengindikasikan bahwa residual data telah terdistribusi secara normal. Residual data dikatakan telah terdistribusi secara normal jika nilai signifikansi pengujian KolmogorovSmirnov lebih besar sama dengan 5% (p≥0.05) dan tidak berdistribusi secara normal jika lebih kecil dari 5% (p<0.05) (Uyanto,2009). Uji Multikolinieritas Gejala multikolinearitas adalah gejala baru atau kolinearitas ganda antar variabel bebas. Uji multikolinieritas
bertujan untuk menguji apakah pada model regresi yang diajukan telah ditemukan korelasi kuat antar variabel independen. Jika terjadi korelasi kuat, terdapat masalah multikolinieritas yang harus diatasi. Untuk mendeteksi adanya gejala multikolinearitas pada model regresi di uji dengan menggunakan multikolinearitas yang dapat diukur dengan Variance Inflation Factor(VIF). Nilai Variance Inflation Factor(VIF) tidak lebih dari 10 dan nilai Tolerance tidak kurang dari 0,1 maka model dapat dikatakan terbebas dari multikolinieritas. hasil pengujian multikolinearitas dalam penelitian ini ditunjukkan dalam tabel berikut ini :
Tabel 4 Hasil Uji Multikolinieritas ColinearityStatistics Variabel
Tolerance
Variance Inflaction Factor
Kecermatan Profesi 0.349 Obyektifitas 0.398 Independensi 0.635 Kepatuhan Pada Kode Etik 0.356 Sumber: Data diolah
Berdasarkan tabel hasil uji di atas terlihat bahwa nilai VarianceInflationFactormasih berada di sekitar 1.575 dan 2.889, nilai tolerance berkisar 0.349 sampai 0.635, sehingga nilai Variance Inflation Factor (VIF) tidak lebih dari 10 dan nilai Tolerance tidak kurang dari 0,1. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa antar variabel-variabel independen tidak terjadi multikolinearitas. Uji Heteroskedastisitas Pengujian heterokedastisitas dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara variabel
2.889 2.515 1.575 2.810
penggangu dengan variabel bebasnya. Jika terjadi gejala homokedastisitas pada model yang digunakan, berarti tidak terjadi hubungan antara variabel pengganggu dengan variabel bebas, sehingga variabel tergantung benarbenar hanya dijelaskan oleh variabel bebasnya. Gejala heterokedastisitas ini diketahui dengan menggunakan analisis Rank Spearman. Jika nilai signifikansi pada hasil korelasi lebih besar dari 0,05 (p > 0,05) maka dapat dikatakan item bebas dari gejala heterokedastisitas atau terjadi homokedastis. Hasil pengujian heterokedastisitas dalam penelitian ini ditunjukkan dalam tabel berikut ini :
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No. 13 | Mei 2012
54
ISSN 1412 – 2936
Tabel 5 Hasil Uji Heteroskedastisitas Koef. RankSpearman
Variabel
Kecermatan Profesi Obyektifitas Independensi Kepatuhan Pada Kode Etik (X8) Sumber : Data diolah
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa nilai signifikasi untuk semua variabel lebih besar dari 0,05 dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terjadi gejala homokedastisitas atau tidak terjadi hubungan antara variabel penggangu dengan variabel bebas, sehingga variabel tergantung benarbenar hanya dijelaskan oleh variabel bebas.
- 0.164 - 0.202 0.022 - 0.057
Sig. (2-tailed) 0.387 0.283 0.909 0.766
Analisis Regresi Linier Berganda Tujuan digunakannya persamaan regresi adalah untuk melakukan pendugaan atau taksiran variasi variabel tergantung yang disebabkan oleh variasi nilai variabel bebas. berdasarkan data yang telah dikumpulkanmaka diperoleh hasil olahan sebagai berikut:
Tabel 6 Hasil Analisa Regresi Linier Berganda Koefisien Regresi
Variabel Independen (Constant) Kecermatan profesi Obyektifitas Independensi Kepatuhan pada kode etik R R square F Hitung Sig. F
- 0.199 0.228 0.032 0.130 0.140
Beta
t – Value
-0.868 0.376 6.210 0.051 0.894 0.178 3.969 0.237 3.949 0.986 0.973 95.000 0.000
Sig 0.000* 0.381 0.001* 0.001*
Sumber : Data diolah
Berdasarkan tabel analisa regresi diatas, maka persamaan regresi yang dapat dibuat adalah sebagai berikut : Y = - 0,199 + 0,228 X1+ 0,032 X2+ 0,130 X3+ 0,140 X4. Koefisien regresi yang bertanda positif menunjukkan perubahan yang searah antara variabel bebas terhadap variabel terikat, sedangkan koefisien regresi yang bertanda negatif menunjukkan arah perubahan yang berlawanan arah antara variabel bebas terhadap variabel terikat. Dalam perhitungan menunjukkan semua variabel bebas memiliki koefisien
bertanda positif, sehingga persamaan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: Apabila latar belakang pendidikan, kompetensi tehnis, pendidikan dan pelatihan berkelanjutan, pengalaman kerja, kecermatan profesi, obyektifitas, independensi dan kepatuhan pada kode etik semakin ditingkatkan maka akan meningkatkan kualitas hasil pemeriksaan dan sebaliknya apabila latar belakang pendidikan, kompetensi tehnis, pendidikan dan pelatihan berkelanjutan, pengalaman kerja, kecermatan profesi, obyektifitas, independensi dan kepatuhan pada kode etik diturunkan
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No. 13 | Mei 2012
55
ISSN 1412 – 2936
maka akan menurunkan kualitas hasil pemeriksaan. Koefisien Determinasi Kemampuan variabel bebas dalam menjelaskan perubahan variabel terikat dapat dilihat dari nilai koefisien determinasi (R²/R square). semakin tinggi nilai R² maka semakin baiklah model tersebut. Nilai dari R² berkisar antara 0 sampai 1, semakin mendekati 1 maka semakin baik kemampuan variabel bebas dalam menjelaskan variabel terikat dalam model. Nilai dari koefisien determinasi dari hasil perhitungan adalah 0.973 yang berarti bahwa sebesar 97.3 % kualitas hasil pemeriksaan(Dependen Variabel) mampu dijelaskan oleh variabel bebas yang dimasukkan dalam model yaitu latar belakang pendidikan, kompetensi tehnis, pendidikan dan pelatihan berkelanjutan, pengalaman kerja, kecermatan profesi, obyektifitas, independensi dan kepatuhan pada kode etik, sedangkan 2.7 % dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model (faktor galat). Koefisien Korelasi Berganda Berdasarkan hasil analisis regresi berganda diperoleh nilai koefisien korelasi berganda atau Multiple (R) sebesar 0.986. koefisien ini menunjukkan tingkat hubungan atau korelasi variabel dependen terhadap variabel-variabel independen. Nilai R yang tinggi, yaitu sebesar 0,986 menunjukkan adanya hubungan yang kuat antara semua varibel independen dengan variabel dependen. Pengujian Hipotesis Uji Regresi Secara Parsial (Uji t) Uji t digukan untuk menguji pengaruh masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen, dengan asumsi bahwa variabel lain dianggap konstan. Kriteria pengujian uji t adalah: c. Jika signifikansi t < α, maka Ho ditolak dan Ha tidak ditolak.
d. Jika signifikansi t ≥ α, maka Ho tidak ditolak dan Ha ditolak. Berdasarkan data hasilregresi pada tabel5.11diketahuibahwanilait dengan penjelasan sebagai berikut: 1. Nilai uji t untuk variabel Kecermatan profesi adalah sebesar 6.210 dengan tingkat signifikasi 0,000. Nilai signifikasi ini lebih kecil dari 0,05, sehingga dapat dinyatakan bahwa variabel kecermatan profesi secara parsial berpengaruhsignifikanterhadap kualitas hasil pemeriksaan. 2. Nilai uji t untuk variabel Obyektifitas adalah sebesar 0.894 dengan tingkat signifikasi 0,381. Nilai signifikasi ini lebih besar dari 0,05, sehingga dapat dinyatakan bahwa variabelobyektifitas secara parsial tidak berpengaruhsignifikanterhadap kualitas hasil pemeriksaan. 3. Nilai uji t untuk variabel Independensi adalah sebesar 3.969 dengan tingkat signifikasi 0,001. Nilai signifikasi ini lebih kecil dari 0,05, sehingga dapat dinyatakan bahwa variabel independensi secara parsial berpengaruhsignifikanterhadap kualitas hasil pemeriksaan. 4. Nilai uji t untuk variabel Kepatuhan pada kode etik adalah sebesar 3.949 dengan tingkat signifikasi 0,001. Nilai signifikasi ini lebih kecil dari 0,05, sehingga dapat dinyatakan bahwa variabel kepatuhan pada kode etik secara parsial berpengaruhsignifikanterhadap kualitas hasil pemeriksaan. Dari nilai beta tabel 5.11 juga menunjukkan bahwa untuk variabel kecermatan profesimerupakan variabel yang berpengaruh paling dominan, karena nilai beta kompensasibernilai lebih besar yaitu 0.376 dibandingkan variabel lainnya. Uji Regresi Secara Simultan (Uji F) Pengujianhipotesisregresi secara simultan (uji F) ditunjukkan untuk
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No. 13 | Mei 2012
56
ISSN 1412 – 2936
mengetahui pengaruh variabel bebas secara simultan terhadap variabel terikat dalam satu model. PEMBAHASAN Hasil uji F menunjukkan bahwa secara simultan variabel independen dalam penelitian ini mempengaruhi variabel dependen. Artinya Kecermatan profesi, Obyektifitas, Independensi dan Kepatuhan pada kode etiksecara simultan mempengaruhi kualitas hasil pemeriksaan. Hasil pengujian ini terbukti menolak Ho. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Sukriah (2009) yang menyatakan Pengalaman Kerja, Independensi, Obyektifitas dan Integritas secara simultan, ke-empat variabel tersebut berpengaruh terhadap kualitas hasil pemeriksaan dengan kemampuan menjelaskan terhadap variabel dependen sebesar 58%. Hal ini berarti masih banyak variabel-variabel independen lainnya yang dapat menjelaskan variabel kualitas hasil pemeriksaan. Hasil pengujian hipotesis secara parsial mempunyai pengaruh yang berbeda terhadap kualitas hasil pemeriksaan. Selanjutnya hasil pengujian masing-masing variabel akan dijelaskan pada bagian ini. Kecermatan Profesi Kecermatan profesional dari seorang pemeriksa dalam melakukan pemeriksaan akan mempengaruhi kualitas hasil pemeriksaannya. Auditor harus menggunakan keahlian profesionalnya dengan cermat dan seksama (dueprofessionalcare) dan secara hati-hati (prudent) dalam setiap penugasan. Dueprofessionalcaredapat diterapkan dalam pertimbangan profesional (professionaljudgement). Kemahiran profesional menuntut pemeriksa untuk melaksanakan skeptisme profesional, yaitu sikap yang mencakup pikiran yang selalu mempertanyakan dan melakukan evaluasi secara kritis terhadap bukti pemeriksaan. Pemeriksa menggunakan a.
pengetahuan, keahlian dan pengalaman yang dituntut oleh profesinya untuk melaksanakan pengumpulan bukti dan evaluasi obyektif mengenai kecukupan, kompetensi dan relevansi bukti. Karena bukti dikumpulkan dan dievaluasi selama pemeriksaan, skeptisme profesional harus digunakan selama pemeriksaan. Dalam menggunakan skeptisme profesional, pemeriksa tidak boleh puas dengan bukti yang kurang meyakinkan walaupun menurut anggapannya manajemen entitas yang diperiksa adalah jujur.Berdasarkan hasil pengujian menunjukkan bahwa variabel kecermatan profesi secara parsial berpengaruhsignifikanterhadap kualitas hasil pemeriksaan. Hasil pengujian ini mendukung hipotesis ini yang menyatakan bahwa kecermatan profesi berpengaruh terhadap kualitas hasil pemeriksaan. Penelitian ini didukung oleh Lubis (2009) menyatakan kecermatan profesi secara parsial berpengaruh terhadap kualitas auditor. Hasil studi dan bukti empiris ini medukungPeraturan Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia No. 01 Tahun 2007 tentang Standar Pemeriksaan Keuangan dinyatakan dalam pelaksanaan pemeriksaan serta penyusunan laporan hasil pemeriksaan, pemeriksa wajib menggunakan kemahiran profesionalnya secara cermat dan seksama. Kemudian PERMENPAN No: PER/05/M.PAN/03/2008 tentang Standar Audit Aparat Pengawas Intern Pemerintah dinyatakan bahwa auditor harus menggunakan keahlian profesionalnya dengan cermat dan seksama (dueprofessionalcare) dan secara hati-hati (prudent) dalam setiap penugasan. Dueprofessionalcaredapat diterapkan dalam pertimbangan profesional (professional judgement). Obyektifitas Aparat Pengawas Intern Pemerintah harus memiliki sikap mental yang objektif, tidak memihak dan menghindari kemungkinan timbulnya b.
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No. 13 | Mei 2012
57
ISSN 1412 – 2936
pertentangan kepentingan (conflict of interest). Dalam PERMENPAN No: PER/05/M.PAN/03/2008 tentang Standar Audit Aparat Pengawasan Intern Pemerintah dinyatakan Auditor harus memiliki sikap yang netral dan tidak bias serta menghindari konflik kepentingan dalam merencanakan, melaksanakan dan melaporkan pekerjaan yang dilakukannya. Auditor harus obyektif dalam melaksanakan dan melaporkan hasil pemeriksaannya. Berdasarkan hasil pengujian menunjukkan bahwa variabel Obyektifitas secara parsial tidak berpengaruhsignifikanterhadap kualitas hasil pemeriksaan.Hasil pengujian ini menolak hipotesis ini yang menyatakan bahwa obyektifitas berpengaruh terhadap kualitas hasil pemeriksaan. Ketidaksignifikanan ini jika dilihat dari distribusi jawaban responden (lampiran 8) penyataan 1,3,4 dan 5 dengan jawaban tidak setuju (skala 2), pernyataan masing-masing rata-rata berkisar 3%, sedangkan pernyataan 1, 2, 4, 5 dan 6 dengan jawaban netral (skala 3) masing-masing 2, 4, 4, 3 dan 2 orang atau 7%, 13%, 13%, 10% dan 7%. Dengan demikian ketidaksignifikanan disebabkan oleh masih adanya sikap yang kurang obyektifnya auditor inspektorat Kabupaten Pamekasan dalam melakukan fungsi dan tugasnya disebabkan karena: a. Internal auditor (Inspektorat) merupakan pegawai negeri sipil dilingkungan Pemerintah Kabupaten Pamekasan sehingga wilayah kerjanya juga diwilayah tersebut, sehingga hubungan kekeluargaan, komunikasi dan emosional sangat erat dan kental serta interaksi masing-masing personal. Hal inilah yang meyebabkanobyektifitas internal auditor Kabupaten Pamekasan dirasa masih sangat kurang. b. Kondisi budaya dan politik sangat berperan dalam menentukan tingkat obyektifitas internal auditor Kabupaten Pamekasan. Budaya
dan politik yang terjadi adalah adanya ancaman-ancaman dan tekanan-tekanan tertentu terhadap internal auditor Kabupaten Pamekasan. c. Ketidakobyektifan biasanya terjadi pada saat pekerjaan lapangan terutama pada saat auditor mengkomunikasikan temuantemuan hasil pemeriksaan, pada kondisi inilah tingkat obyektifitas internal auditor (inspektorat) Kabupaten Pamekasan sangat kurang. Atas dasar inilah yang menyebabkan internal auditor Kabupaten Pamekasan obyektifitasnya sangat kurang. Lain halnya ketika pemeriksaan dilakukan oleh Badan Pemeriksaan Keuangan (BPK) atau Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP), hubungan emosional, kekeluargaan dan tekanantekanan tidak terjadi pada saat pemeriksaan. c. Independensi Auditor yang independen adalah auditor yang tidak memihak atau tidak dapat diduga memihak, sehingga tidak merugikan pihak manapun. Aren dkk (2008), menyatakan nilai auditing sangat tergantung pada persepsi publik atas independensi auditor. Independensi dalam audit berarti mengambil sudut pandang yang tidak bias. Auditor tidak hanya independen dalam fakta (independenceinfact) tetapi juga independen dalam penampilan (independenceinappearance). Berdasarkan hasil pengujian menunjukkan bahwa variabel independensi secara parsial berpengaruhsignifikanterhadap kualitas hasil pemeriksaan. Hasil pengujian ini mendukung hipotesis ini yang menyatakan bahwa independensi berpengaruh terhadap kualitas hasil pemeriksaan. pengujian ini didukung oleh penelitian Alim (2007) yang menunjukkan bahwa kompetensi berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit dan independensi berpengaruh
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No. 13 | Mei 2012
58
ISSN 1412 – 2936
signifikan terhadap kualitas audit. Hal yang sama dilakukan Wati (2010) menguji pengaruh independensi terhadap kinerja auditor pemerintah. Hasil pengujian menunjukkan bahwa variabel independensi berpengaruh positif terhadap kinerja auditor pemerintah, hal ini menunjukkan bahwa semakin independensi seorang auditor maka akan semakin mempengaruhi kinerjanya. Dengan demikian hasil studi dan bukti empiris ini medukung Standar Auditing Seksi 220.1 (SPAP : 2001) menyebutkan bahwa independen bagi seorang akuntan publik artinya tidak mudah dipengaruhi karena ia melaksanakan pekerjaannya untuk kepentingan umum. Pusdiklatwas BPKP (2008) menyatakan bahwa independensi pada dasarnya merupakan state of mindatau sesuatu yang dirasakan oleh masing-masing menurut apa yang diyakini sedang berlangsung. Sehubungan dengan hal tersebut, independensi auditor dapat ditinjau dan dievaluasi dari dua sisi, independensi praktisi dan independensi profesi. Kepatuhan Pada Kode Etik Kode etik pada prinsipnya merupakan sistem dari prinsip-prinsip moral yang diberlakukan dalam suatu kelompok profesi yang ditetapkan secara bersama. Kode etik suatu profesi merupakan ketentuan perilaku yang harus dipatuhi oleh setiap mereka yang menjalankan tugas profesi.APIP dalam melaksanakan tugas dan fungsinya sesuai dengan ketentuan dan norma yang berlaku agar tercipta aparat pengawasan yang bersih dan berwibawa. Norma dan ketentuan yang berlaku bagi auditor intern pemerintah terdiri dari Kode Etik APIP dan Standar Audit APIP Hasil pengujian menunjukkan bahwa variabel kepatuhan pada kode etik secara parsial berpengaruhsignifikanterhadap kualitas hasil pemeriksaan. Hasil pengujian ini mendukung hipotesis H8 yang d.
menyatakan bahwa kepatuhan pada kode etik berpengaruh terhadap kualitas hasil pemeriksaan. Hasil ini mendukung penelitian Lubis (2009) yang menyatakan bahwa secara parsial kepatuhan pada kode etik masingmasing berpengaruh signifikan terhadap kualitas auditor. Berbeda dengan penelitian Alim (2007) yang menyatakan bahwa interaksi kompetensi dan etika auditor tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas auditor. Simpulan dan Saran Simpulan a. Berdasarkan hasil uji F menunjukkan bahwa secara simultan variabel kecermatan profesi, obyektifitas, independensi dan kepatuhan pada kode etiksecara simultan mempengaruhi kualitas hasil pemeriksaan. b. Hasilperhitungan menunjukkanbahwavariabel obyektifitassecaraparsialtidak berpengaruh terhadapkualitas hasil pemeriksaan c. Variabel kecermatan profesimerupakan variabel yang berpengaruh paling dominan terhadap kualitas hasil pemeriksaan yang disebabkan oleh kekeliruan maupun kecurangan. Saran a. Kecermatan profesi merupakan variabel yang berpengaruh paling dominan, maka sebaiknya auditor APIP berupaya untuk menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama dan secara hati-hati dalam setiap penugasan untuk menghasilkan kualitas hasil pemeriksaan. b. Untuk menghasilkan kualitas hasil pemeriksaan yang baik dan untuk memelihara kompetensi auditor APIP Kabupaten Pamekasan maka pendidikan dan pelatihan berkelanjutan lebih ditingkatkan mengingat perkembangan standar, metode, prosedur dan tehnik
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No. 13 | Mei 2012
59
ISSN 1412 – 2936
pemeriksaan terutama auditor internal. c. Variabel Obyektifitas, untuk menghasilkan kualitas hasil pemeriksaan yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan auditor APIP Kabupaten Pamekasan dalam merencanakan, melaksanakan melaporkan audit dilaksanakan dengan jujur dan tidak memkompromikan hasil pemeriksaan sehingga laporan hasil pemeriksaan dapat dihandalkan dan sebagai salah satu cara untuk mewujudkan transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan keuangan pemerintahan. d. Kategori responden yang digunakan juga sebaiknya ditambah, bukan hanya pemeriksa (auditor) tetapi juga yang diperiksa (auditee) sehingga pengambilan kesimpulan dapat dilakukan dengan lebih baik. e. Penelitian berikutnya dapat mengembangkan variabel-variabel lain seperti akuntabilitas dan tekanan anggaran waktu sebagai variabel pemoderasi DAFTAR PUSTAKA Alim, M. Nizarul, TrisniHapsari dan LiliekPurwanti, 2007. Pengaruh Kompetensi dan Independensi terhadap Kualitas Auditor dengan Etika auditor sebagai Variabel Moderasi. Makalah. Simposium Nasional Akuntansi X. Anshori, Muslich dan Sri Iswati,2009. Metodologi Penelitian Kuantitatif, Bahan Ajar. Surabaya: Fakultas Ekonomi, Universitas Airlangga. -----------------------. 2004. ”Auditing dan Pelayanan Verifikasi, Pendekatan Terpadu”. Terjemahan. Jilid 1, Edisi Kesembilan. Jakarta: Penerbit PT. Indeks. Ashton, AlisonHubbard, 1991. ExperienceandErrorFrequencyK nowledge as PotentialDeterminants of Audit
Expertise. The Accounting Review, 218-239. Asih, Dwi AnaningTyas, 2006. Pengaruh Pengalaman terhadap Peningkatan Keahlian Auditor dalam Bidang Auditing. Skripsi. Yogyakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia. Boyton, C. William, Raymond J. Johnson dan Water G. Kell, 2002. Modern Auditing. Terjemahan. Edisi Ketujuh. Jakarta: Erlangga Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Edisi IVSemarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro Keputusan Badan Kepegawaian Negara (BKN) No: 43/KEP/2001 Tentang Standar Kompetensi Jabatan struktural. Badan Kepegawaian Negara Tahun 2001. Konsorsium Organisasi Profesi Audit Internal, 2004. Standar Profesi Audit Internal. Jakarta. Lehman, H. Constance dan C. S. Norman, 2006. The Effect of Experience on Complex Problem RepresentationandJudgement In auditing: AnExperimentalInvestigation, BehavioralReseach In Accounting, Vol 18, pp. 65-85. Lubis, Haslinda, 2009. Pengaruh Keahlian, Independensi, Kecermatan Professional dan Kepatuhan Pada Kode Etik Terhadap Kualitas Hasil Auditor Pada Inspektorat Provinsi Sumatera Utara. Tesis. Sumatera Utara: Ilmu Akuntansi, Pasca Sarjana, Universitas Sumatera Utara. Mardisar, Diani dan R. N. Sari, 2007. Pengaruh Akuntabilitas dan Penegtahuan Terhadap Kualitas Hasil Kerja Auditor. Makalah.Simposium Nasional Akuntansi XI. Muhidin, A. Sambas dan Maman Abdurrahman, 2007. Analisa Korelasi, Regresi dan Jalur
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No. 13 | Mei 2012
60
ISSN 1412 – 2936
Dalam Penelelitian. Bandung: Pustaka Setia. Mulyadi, 2002. Auditing. Buku I, Edisi 6, Jakarta: Salemba Empat. Mulyono, Agus, 2009. Analisis FaktorFaktor Kompetensi Aparatur Inspektorat dan Pengaruhnya Terhadap Kinerja Inspektorat Kabupaten Deli Serdang. Tesis. Sumatera Utara: Ilmu Akuntansi, Pasca Sarjana. Universitas Sumatera Utara. Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan RI Nomor 01 Tahun 2007 tentang Standar Pemeriksaan Keuangan Negara, Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia Tahun 2007. Peraturan Bupati Pamekasan Nomor 48 Tahun 2008 tentang Penjabaran Tugas dan fungsi Inspektorat. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor PER/04/M.PAN/03/2008 tanggal 31 Maret 2008 tentang Kode Etik Aparat Pengawasan Intern Pemerintah. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor PER/05/M.PAN/03/2008 tanggal 31 Maret 2008 tentang Standar Audit Aparat Pengawasan Intern Pemerintah. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah. Lembaga Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165. Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pengawasan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan, 2005. Diklat Sertifikasi JFA Tingkat Pembentukan Auditor Ahli. Edisi Keempat, Jakarta. Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pengawasan Badan Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan. 2008. Diklat Pembentukan Auditor Ahli, Kode Etik dan Standar Audit, Edisi Kelima, Jakarta. Sukriah, Ika, Akram dan BianaAdhaInapty, 2009. Pengaruh Pengalaman Kerja, Independensi, Obyektifitas, Integritas dan Kompetensi Terhadap Kualitas Hasil Pemeriksaan. Makalah.Simposium Nasional Akuntansi XII. Solimun, 2000. Multivariate Analysis,Structural Equation Modelling, Lisrel dan Amos. Malang: Fakulats MIPA Universitas Brawijaya. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah. Tambahan Lembaran Negara Republik Inonesia Nomor. 3839. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Tanggal 15 Oktober 2004. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Uyanto, S. Stanislaus, 2009. Pedoman Analisis Data dengan SPSS, Edisi 3, Yogyakarta: Garaha Ilmu. Wati, Elya, Lismawati dan Nila Aprilia, 2010. Pengaruh Independensi, Gaya Kepemimpinan, Komitmen Organisasi dan Pemahaman GoodGovernance terhadap Kinerja Auditor Pemerintah (Studi Pada Auditor Pemerintah di BPKP Perwakilan Bengkulu). Makalah. Simposium Nasional Akuntansi XIII.
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No. 13 | Mei 2012
61
ISSN 1412 – 2936 ANALISIS EFEKTIFITAS PENGGUNAAN ANGGARAN BELANJA LANGSUNG TERHADAP ANGGARAN BERBASIS KINERJA PADA KANTOR KECAMATAN PAMEKASAN Mohammad Herman Djaja Fakultas Ekonomi Universitas Madura
ABSTRAK Penelitian ini menggambarkan tentang efektivitas penggunaan anggaran belanja langsung terhadap anggaran berbasis kinerja kantor Kecamatan Pamekasan Kabupaten Pamekasan. Berdasarkan perbandingan rasio efektifitas penggunaan anggaran Kantor Kecamatan Pamekasan Tahun 2009 menunjukkan bahwa Program Pelayanan Administrasi Perkantoran, Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur, Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur, Program Mengintensifkan Penanganan Pengaduan Masyarakat, Program Penataan Daerah Otonomi Baru, Program Pelayanan Administrasi Kecamatan dikatakan efektif sesuai dengan rasio efektifitas mencapai 100%. Kemudian perbandingan rasio efektifitas penggunaan anggaran Kantor Kecamatan Pamekasan Tahun 2010 menunjukkan bahwa: Program Pelayanan Administrasi Perkantoran, Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur, Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur, Program Mengintensifkan Penanganan Pengaduan Masyarakat, Program Pelayanan Administrasi Kecamatan dikatakan efektif sesuai dengan rasio efektifitas mencapai 100%. Selanjutnya kontribusi belanja langsung terhadap total belanja anggaran Kantor Kecamatan Pamekasan Tahun 2009 dan tahun 2010 ada sebagian kegiatan yang perlu dilakukan penambahan antara lain sebagai berikut: Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur, Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur, Program Mengintensifkan Penanganan Pengaduan Masyarakat, Program Penataan Daerah Otonomi Baru, Program Pelayanan Administrasi Kecamatan Kata kunci : Belanja langsung, anggaran berbasis kinerja
PENDAHULUAN Anggaran kinerja mencerminkan beberapa hal. Pertama, maksud dan tujuan permintaan dana. Kedua, biaya dari program-program yang diusulkan dalam mencapai tujuan ini. Dan yang ketiga, data kuantitatif yang dapat mengukur pencapaian serta pekerjaan yang dilaksanakan untuk tiap-tiap program. Penganggaran dengan pendekatan kinerja ini berfokus pada efisiensi penyelenggaraan suatu aktivitas. Efisiensi itu sendiri adalah perbandingan antara output dengan input. Suatu aktivitas dikatakan efisien, apabila output yang dihasilkan lebih besar dengan input yang sama, atau output yang dihasilkan adalah sama dengan input yang lebih sedikit. Anggaran ini tidak hanya didasarkan pada apa yang dibelanjakan saja, seperti yang terjadi pada sistem
anggaran tradisional, tetapi juga didasarkan pada tujuan/rencana tertentu yang pelaksanaannya perlu disusun atau didukung oleh suatu anggaran biaya yang cukup dan penggunaan biaya tersebut harus efisien dan efektif. Untuk dapat menyusun Anggaran Berbasis Kinerja terlebih dahulu harus disusun perencanaan strategik (Renstra). Penyusunan Renstra dilakukan secara obyektif dan melibatkan seluruh komponen yang ada di dalam pemerintahan dan masyarakat. Agar sistem dapat berjalan dengan baik perlu ditetapkan beberapa hal yang sangat menentukan yaitu standar harga, tolok ukur kinerja dan Standar Pelayanan Minimal yang ditetapkan berdasarkan peraturan perundangundangan. Pengukuran kinerja (tolok ukur) digunakan untuk menilai keberhasilan atau
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No. 13 | Mei 2012
62
ISSN 1412 – 2936 kegagalan pelaksanaan kegiatan /program / kebijakan sesuai dengan sasaran dan tugas yang telah ditetapkan dalam rangka mewujudkan visi dan misi pemerintah daerah. Salah satu aspek yang diukur dalam penilaian kinerja pemerintah daerah adalah aspek keuangan berupa ABK. Untuk melakukan suatu pengukuran kinerja perlu ditetapkan indikator-indikator terlebih dahulu antara lain indikator masukan (input) berupa dana, sumber daya manusia dan metode kerja. Agar input dapat diinformasikan dengan akurat dalam suatu anggaran, maka perlu dilakukan penilaian terhadap kewajarannya. Dalam menilai kewajaran input dengan keluaran (output) yang dihasilkan, peran Analisa Standar Biaya (ASB) sangat diperlukan. ASB adalah penilaian kewajaran atas beban kerja dan biaya yang digunakan untuk melaksanakan suatu kegiatan. Mardiasmo (2009:61) mendefinisikan anggaran sebagai berikut: "Anggaran merupakan pernyataan mengenai estimasi kinerja yang hendak dicapai selama periode waktu tertentu yang dinyatakan dalam ukuran finansial, sedangkan penganggaran adalah proses atau metode untuk mempersiapkan suatu anggaran". Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa anggaran merupakan perencanaaan yang dikembangkan untuk dapat mencapai suatu tujuan yang ingin dicapai dan sesuai dengan tanggung jawabnya kepada publik, sehingga anggaran berbasis kinerja dapat menjadi jawaban untuk digunakan sebagai alat ukur dan tanggung jawab kinerja pemerintah. Undang-Undang Nomor 33 tahun 2004 tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah dinyatakan dalam pasal 1 butir (17): "Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang selanjutnya disebut APBD adalah suatu rencana keuangan tahunan pemerintah daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, dan ditetapkan dengan peraturan Daerah".
Dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah segala program dan kegiatan pemerintah dapat dilaksanakan karena merupakan suatu pemberian kuasa kepada kepala daerah untuk melakukan penyelenggaraan keuangan daerah didalam batas-batas tertentu. Menurut Indra Bastian (2006:329) mendefinisikan Kinerja sebagai berikut: "Kinerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/program/kebijaksanaan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi yang tertuang dalam perumusan skema strategis suatu organisasi". Kinerja pemerintah daerah dapat diukur melalui evaluasi terhadap pelaksanaan APBD, APBD digunakan sebagai alat untuk menentukam besarnya pendapatan dan pengeluaran, membantu pengambilan keputusan dan perencanaan pembangunan, otorisasi pengeluaran di masa-masa yang akan datang, sumber pengembangan ukuran-ukuran standar untuk evaluasi kinerja, alat untuk memotivasi para pegawai dan alat koordinasi bagi semua aktivitas dari berbagai unit kerja. Jika kita dapat mengukur, kita dapat mengawasi, mengatur dan memperbaikinya. Sistem pengukuran kinerja yang efektif dapat memberikan umpan balik bagi para pengelola dan para pembuat keputusan untuk meningkatkan pelayanan pemerintah yang berkelanjutan. Menurut Prawirosentono (1992:2) pengertian Kinerja adalah sebagai berikut: "Kinerja merupakan suatu hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau kelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing, dalam rangka mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral dan etika". Dalam konteks organisasi pemerintah, kinerja instansi pemerintah adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian sasaran, ataupun tujuan
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No. 13 | Mei 2012
63
ISSN 1412 – 2936 instansi pemerintah sebagai penjabaran dari visi, misi dan strategi instansi pemerintah yang mengindikasikan tingkat keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan kegiatan-kegiatan sesuai dengan program dan kebijakan yang telah ditetapkan. Menurut Direktorat Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah mendefinisikan anggaran berbasis kinerja sebagai berikut: "Anggaran berbasis kinerja merupakan metode penganggaran bagi manajemen untuk mengaitkan setiap pendanaan yang dituangkan dalam kegiatan-kegiatan dengan keluaran dan hasil yang diharapkan termasuk eflsiensi dalam pencapaian hasil dari keluaran tersebut". Menurut pasal 20 Peraturan Pemerintah No. 105 tahun 2000 tentang pengelolaan dan pertanggungjawaban Keuangan Daerah telah mewajibkan pemerintah daerah untuk menyusun anggarannya dalam bentuk anggaran kinerja yaitu suatu sistem anggaran yang mengutamakan pencapaian hasil kinerja atau output dari perencanaan alokasi biaya atau input yang ditetapkan. Melalui proses anggaran kinerja ini, pemerintah dapat: ■ Mengidentifikasikan output dan outcome yang dihasikan oleh program dan pelayanan mereka. ■ Menetapkan target pencapaian output dan outcome. ■ Mengaitkan biaya dengan hasil yang diinginkan dan proses perencanaan strategies. Anggaran kinerja akan dibuat berdasarkan Renstra ( Rencana Strategi ) yang telah disepakati bersama antara Kepala Daerah dengan DPRD. Renstra akan menguraikan strategi dan prioritas program serta mencerminkan visi dan misi Walikota atau Bupati. Anggaran harus bisa merencanakan anggarannya berdasarkan tugas pokok dan fungsi, tingkat prioritas tiap pekerjaan, tujuan dan sasaran tertentu yang disertai dengan indikator penilaian yang jelas dan dapat diukur sehingga diukur dengan tingkat efisiensi dan efektivitas dari tiap jenis pelayanan. Dengan anggaran kinerja akan terlihat hubungan yang jelas antara input, output, dan outcome yang akan mendukung
tercapainya sistem pemerintahan yang baik. Penyusun Anggaran Berbasis Kinerja yang perlu mendapat perhatian adalah memperoleh data kuantitatif dan membuat keputusan penganggarannya. Perolehan data kuantitatif bertujuan untuk : a. memperoleh informasi dan pemahaman berbagai program yang menghasilkan output dan outcome yang diharapkan. b. menjelaskan bagaimana manfaat setiap program bagi rencana strategis. Berdasarkan data kuantitatif tersebut dilakukan pemilihan dan prioritas program yang melibatkan tiap level dari manajemen pemerintahan.
METODE PENELITIAN Untuk melakukan perhitungan Analisa Standar Biaya, unit kerja terkait perlu terlebih dahulu mengidentifikasi belanja yang terdiri dari : 1. Belanja Langsung 2. Belanja Tidak Langsung Total Belanja=Belanja Langsung + Belanja Tidak Langsung
Karakteristik belanja langsung adalah bahwa input (alokasi belanja) yang ditetapkan dapat diukur dan diperbandingkan dengan output yang dihasilkan. Sedangkan belanja tidak langsung, pada dasarya merupakan belanja yang digunakan secara bersamasama (common cost) untuk melaksanakan seluruh program atau kegiatan unit kerja. Oleh karena itu dalam penghitungan ASB, anggaran belanja tidak langsung dalam satu tahun anggaran harus dialokasikan ke setiap program atau kegiatan yang akan dilaksanakan dalam tahun anggaran yang bersangkutan. Perhitungan Analisa Standar Biaya tidak dapat distandarisasi antara propinsi/ kabupaten / kota dengan propinsi/kabupaten/kota lainnya karena standarisasi harga antara suatu tempat dengan tempat lainnya dapat berbeda. Misalnya harga obat di Jawa Barat dengan Papua sangat berbeda. Demikian juga, tarif perjalanan dinas, honor-honor dll dapat berbeda antara Jawa Barat dan Papua.
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No. 13 | Mei 2012
64
ISSN 1412 – 2936 Secara ringkas dari uraian tersebut di atas, PEMBAHASAN pada dasarnya menjelaskan bahwa Kegiatan penelitian pada dasarnya Anggaran Berbasis Kinerja disusun harus adalah ingin mendapatkan data obyektif, ada keterkaitan tahapan secara valid, dan reliabel tentang suatu hal. Data menyeluruh. yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penyusunan Anggaran Berbasis data deskriptif kuantitatif dengan jenis data Kinerja dimulai dengan menetapkan sekunder. renstra yang menjelaskan visi, misi dan Teknik analisis data merupakan tujuan dari unit kerja, serta pendefinisian salah satu kegiatan penelitian berupa program yang hendak dilaksanakan proses penyusunanan dan pengelolaan beserta kegiatan-kegiatan yang data guna menafsir data yang diperoleh mendukung program tersebut. Selanjutnya dari laporan. Tujuan analisis data adalah ditetapkan rencana kinerja tahunan yang menyederhanakan atau mengubah mencakup tujuan/sasaran, program, kedalam bentuk yang lebih kegiatan, indikator dan target yang ingin sederhana untuk lebih mudah dibaca dan dicapai dalam waktu satu tahun. diinterpretasikan. Penetapan target kinerja pada program Data laporan keuangan dalam terlihat dari indikator outcome, sedangkan bentuk Laporan Target dan Realisasi penetapan target kinerja kegiatan terlihat anggaran Kantor Kecamatan Pamekasan dari indikator output nya. Kegiatan-kegiatan Kabupaten Pamekasan, dianalisis untuk tersebut mencakup kegiatan tugas pokok mengetahui tentang efektivitas angaran dan fungsi (pelayanan, pemeliharaan, belanja langsung serta kontribusinya administrasi umum) dan kegiatan dalam terhadap total belanja. Penulis melakukan rangka belanja investasi. Menghitung pengelolaan data sebagai berikut : besarnya alokasi anggaran pada setiap Analisis efektivitas penggunaan anggaran kegiatan dimulai dengan menganalisis belanja langsung. beban kerja pada setiap kegiatan. Analisis Efektivitas penggunaan anggaran beban kerja dan perhitungan biaya per unit langsung yaitu perbandingan antara menggunakan indikator efisiensi dan input penerimaan belanja langsung dengan sebagai dasar dari perhitungan standar target yang ditetapkan atas belanja biaya. Lingkup pengalokasian anggaran langsung dan perhitungan total biayanya merupakan suatu Analisa Standar Biaya. Realisasi penerimaan belanja langsung Efektivitas = x 100% Target penerimaan belanja langsung Interpretasi kriteria efektivitas dapat dilihat pada tabel berikut ini Tabel 1 Rasio efektivitas Rasio efektivitas > 100% 90 % - 100 % 80 % - 90 % 60 % - 80 % < 60 %
Kriteria Sangat efektif Efektif Cukup efektif Kurang efektif Tidak efektif
Sumber: Data diolah
Berdasarkan rumus tentang Efektivitas penggunaan anggaran langsung yaitu perbandingan antara penerimaan Efektivitas =
belanja langsung dengan target yang ditetapkan atas belanja langsung.
Realisasi penerimaan belanja langsung x 100 Target penerimaan belanja langsung
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No. 13 | Mei 2012
65
ISSN 1412 – 2936
NO 1
Tabel 2 Efektivitas penggunaan anggaran Kantor kecamatan pamekasan tahun 2009 REALISASI URAIAN TARGET ANGGARAN Program Pelayanan Administrasi Rp.398,365,500., Rp.398,365,500., Perkantoran
HASIL PERHITUNGAN 100 % ( Efektif )
2
Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur
Rp.206,477,400.,
Rp.206,477,400.,
100 % ( Efektif )
3
Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur
Rp 25,500,000.,
Rp. 25,500,000.,
100 % ( Efektif )
4
Program Mengintensifkan Penanganan Pengaduan Masyarakat
Rp.16,000,000.,
Rp.16,000,000.,
100 % ( Efektif )
5
Program Penataan Daerah Otonomi Baru
Rp. 4,000,000.,
Rp. 4,000,000.,
100 % ( Efektif )
6
Program Pelayanan Rp 141,000,000., Rp 141,000,000., Administrasi Kecamatan Sumber : Kantor Kecamatan Pamekasan ( Data diolah )
Berdasarkan tabel 2 memberikan gambaran bahwa efektifitas penggunaan anggaran Kantor Kecamatan Pamekasan Tahun 2009 sebagai berikut: 1. Program Pelayanan Administrasi Perkantoran dikatakan efektif sesuai dengan rasio efektifitas mencapai 100% 2. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur dikatakan efektif sesuai dengan rasio efektifitas mencapai 100% 3. Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur dikatakan Analisis penggunaan anggaran langsung dalam rangka penyusunan anggaran berbasis kinerja.
4.
5.
6.
100 % ( Efektif )
efektif sesuai dengan rasio efektifitas mencapai 100% Program Mengintensifkan Penanganan Pengaduan Masyarakat dikatakan efektif sesuai dengan rasio efektifitas mencapai 100% Program Penataan Daerah Otonomi Baru dikatakan efektif sesuai dengan rasio efektifitas mencapai 100% Program Pelayanan Administrasi Kecamatan dikatakan efektif sesuai dengan rasio efektifitas mencapai 100%
Kontribusi belanja langsung adalah sumbangan dari penerimaan belanja langsung terhadap belanja total.
Kontribusi belanja langsung =
𝑋 x 100% Y
Keterangan : X = realisasi penerimaan belanja langsung. Y = realisasi penerimaan total belanja
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No. 13 | Mei 2012
66
ISSN 1412 – 2936 Tabel 3 Kriteria kinerja anggaran Prestasi Kinerja Keuangan Kriteria < 10,00 % Sangat kurang 10,01 – 20,00 % Kurang 20,01 – 30,00 % Cukup 30,01 – 40,00 % Sedang 40,01 – 50,00 % Baik > 50,01 % Sangat baik Sumber: Data diolah
NO 1
Tabel 4 Kontribusi Belanja Langsung Anggaran Kantor Kecamatan Pamekasan Tahun 2009 BELANJA TOTAL BELANJA HASIL PERURAIAN LANGSUNG (Y) HITUNGAN (X) Program Pelayanan Rp. 398,365,500., Rp.791,342,900., 50 % Administrasi (Baik) Perkantoran
2
Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur
Rp. 206,477,400.,
Rp.791,342,900.,
26 % ( Cukup )
3
Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur
Rp. 25,500,000.,
Rp.791,342,900.,
3% ( S. kurang)
4
Program Mengintensifkan Penanganan Pengaduan Masyarakat
Rp. 16,000,000.,
Rp.791,342,900.,
2% (S. kurang )
5
Program Penataan Daerah Otonomi Baru
Rp. 4,000,000.,
Rp.791,342,900.,
0,5 % (S. Kurang )
Rp. 141,000,000.,
Rp.791,342,900.,
17 % ( Kurang )
6
Program Pelayanan Administrasi Kecamatan
Sumber : Kantor Kecamatan Pamekasan ( Data diolah )
Berdasarkan tabel 4 memberikan gambaran bahwa kontribusi belanja langsung terhadap total belanja anggaran Kantor Kecamatan Pamekasan Tahun 2009 sebagai berikut: 1. Program Pelayanan Administrasi Perkantoran adalah sebesar 50 % hal ini menunjukkan baik 2. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur adalah sebesar 26 % hal ini menunjukkan cukup
3. Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur adalah sebesar 3 % hal ini menunjukkan sangat kurang 4. Program Mengintensifkan Penanganan Pengaduan Masyarakat adalah sebesar 2 % hal ini menunjukkan sangat kurang 5. Program Penataan Daerah Otonomi Baru adalah sebesar 0,5 % hal ini menunjukkan sangat kurang 6. Program Pelayanan Administrasi Kecam adalah sebesar 17 % hal ini menunjukkan sangat kurang.
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No. 13 | Mei 2012
67
ISSN 1412 – 2936 Tabel 5 Efektivitas Penggunaan Anggaran Kantor Kecamatan Pamekasan Tahun 2010 NO
URAIAN
REALISASI ANGGARAN
TARGET
HASIL PERHITUNGAN
1
Program Pelayanan Administrasi Perkantoran
Rp.357,440,000.,
Rp.357,440,000.,
100 % ( Efektif )
2
Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur
Rp.61,477,400.,
Rp. 61,477,400.,
100 % ( Efektif )
3
Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur
Rp 25,500,000.,
Rp. 25,500,000.,
100 % ( Efektif )
4
Program Mengintensifkan Penanganan Pengaduan Masyarakat
Rp. 13,200,000.,
Rp.13,200,000.,
100 % ( Efektif )
5
Program Pelayanan Administrasi Kecamatan
Rp 77,100,000.,
Rp. 77,100,000.,
100 % ( Efektif )
Sumber : Kantor Kecamatan Pamekasan ( Data diolah )
Berdasarkan tabel 5 memberikan gambaran bahwa efektifitas penggunaan anggaran Kantor Kecamatan Pamekasan Tahun 2010 sebagai berikut: 1. Program Pelayanan Administrasi Perkantoran dikatakan efektif sesuai dengan rasio efektifitas mencapai 100% 2. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur dikatakan efektif sesuai dengan rasio efektifitas mencapai 100% 3. Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur dikatakan efektif sesuai dengan rasio efektifitas mencapai 100%
4.
5.
Program Mengintensifkan Penanganan Pengaduan Masyarakat dikatakan efektif sesuai dengan rasio efektifitas mencapai 100% Program Pelayanan Administrasi Kecamatan dikatakan efektif sesuai dengan rasio efektifitas mencapai 100%
Analisis penggunaan anggaran langsung dalam rangka penyusunan anggaran berbasis kinerja. Kontribusi belanja langsung adalah sumbangan dari penerimaan belanja langsung terhadap belanja total.
Kontribusi belanja langsung =
𝑋 x 100% Y
Keterangan : X = realisasi penerimaan belanja langsung. Y = realisasi penerimaan total belanja
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No. 13 | Mei 2012
68
ISSN 1412 – 2936 Tabel 6 Kriteria Kinerja Anggaran Prestasi Kinerja Keuangan Kriteria < 10,00 % Sangat kurang 10,01 – 20,00 % Kurang 20,01 – 30,00 % Cukup 30,01 – 40,00 % Sedang 40,01 – 50,00 % Baik > 50,01 % Sangat baik
NO 1
Tabel 7 Kontribusi Belanja Langsung Anggaran Kantor Kecamatan Pamekasan Tahun 2010 BELANJA TOTAL BELANJA HASIL PERURAIAN LANGSUNG (Y) HITUNGAN (X) Program Pelayanan Rp.357,440,000., Rp.684,412,400., 52 % Administrasi (Baik) Perkantoran
2
Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur
Rp.61,477,400.,
Rp. 684,412,400.,
8,9 % ( S. kurang )
3
Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur
Rp 25,500,000.,
Rp. 684,412,400.,
3,7 % ( S. kurang)
4
Program Mengintensifkan Penanganan Pengaduan Masyarakat
Rp. 13,200,000.,
Rp. 684,412,400.,
1,9 % (S. kurang )
5
Program Pelayanan Rp 77,100,000., Rp. 684,412,400., Administrasi Kecamatan Sumber : Kantor Kecamatan Pamekasan ( Data diolah )
Berdasarkan tabel 6 memberikan gambaran bahwa kontribusi belanja langsung terhadap total belanja anggaran Kantor Kecamatan Pamekasan Tahun 2010 sebagai berikut: 1. Program Pelayanan Administrasi Perkantoran adalah sebesar 52 % hal ini menunjukkan baik 2. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur adalah sebesar 8,9 % hal ini menunjukkan sangat kurang 3. Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur adalah sebesar 3,7 % hal ini menunjukkan sangat kurang 4. Program Mengintensifkan Penanganan Pengaduan Masyarakat adalah sebesar
11 % ( Kurang )
1,9 % hal ini menunjukkan sangat kurang 5. Program Pelayanan Administrasi Kecam adalah sebesar 11 % hal ini menunjukkan sangat kurang. KESIMPULAN Berdasarkan perbandingan rasio efektifitas penggunaan anggaran Kantor Kecamatan Pamekasan Tahun 2009 menunjukkan bahwa: Program Pelayanan Administrasi Perkantoran dikatakan efektif sesuai dengan rasio efektifitas mencapai 100%, Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur dikatakan efektif sesuai dengan rasio efektifitas mencapai 100%, Program Peningkatan Kapasitas
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No. 13 | Mei 2012
69
ISSN 1412 – 2936 Sumber Daya Aparatur dikatakan efektif sesuai dengan rasio efektifitas mencapai 100%, Program Mengintensifkan Penanganan Pengaduan Masyarakat dikatakan efektif sesuai dengan rasio efektifitas mencapai 100%, Program Penataan Daerah Otonomi Baru dikatakan efektif sesuai dengan rasio efektifitas mencapai 100%, Program Pelayanan Administrasi Kecamatan dikatakan efektif sesuai dengan rasio efektifitas mencapai 100%. Kemudian perbandingan rasio efektifitas penggunaan anggaran Kantor Kecamatan Pamekasan Tahun 2010 menunjukkan bahwa: Program Pelayanan Administrasi Perkantoran dikatakan efektif sesuai dengan rasio efektifitas mencapai 100%, Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur dikatakan efektif sesuai dengan rasio efektifitas mencapai 100%, Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur dikatakan efektif sesuai dengan rasio efektifitas mencapai 100%, Program Mengintensifkan Penanganan Pengaduan Masyarakat dikatakan efektif sesuai dengan rasio efektifitas mencapai 100%, Program Pelayanan Administrasi Kecamatan dikatakan efektif sesuai dengan rasio efektifitas mencapai 100% Selanjutnya kontribusi belanja langsung terhadap total belanja anggaran Kantor Kecamatan Pamekasan Tahun 2009 sebagai berikut: Program Pelayanan Administrasi Perkantoran adalah sebesar 50 % hal ini menunjukkan baik, Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur adalah sebesar 26 % hal ini menunjukkan cukup, Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur adalah sebesar 3 % hal ini menunjukkan sangat kurang, Program Mengintensifkan Penanganan Pengaduan Masyarakat adalah sebesar 2 % hal ini menunjukkan sangat kurang, Program Penataan Daerah Otonomi Baru adalah sebesar 0,5 % hal ini menunjukkan sangat kurang, Program Pelayanan Administrasi Kecam adalah sebesar 17 % hal ini menunjukkan sangat kurang Kemudian kontribusi belanja langsung terhadap total belanja anggaran
Kantor Kecamatan Pamekasan Tahun 2010 sebagai berikut: Program Pelayanan Administrasi Perkantoran adalah sebesar 52 % hal ini menunjukkan baik, Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur adalah sebesar 8,9 % hal ini menunjukkan sangat kurang, Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur adalah sebesar 3,7 % hal ini menunjukkan sangat kurang, Program Mengintensifkan Penanganan Pengaduan Masyarakat adalah sebesar 1,9 % hal ini menunjukkan sangat kurang, Program Pelayanan Administrasi Kecam adalah sebesar 11 % hal ini menunjukkan sangat kurang Saran Anggaran yang diperlukan untuk penggunaan anggaran berbasis kinerja dalam menyelenggarakan pemerintahan, pembangunan, dan pembinaan kehidupan kemasyarakatan dalam wilayah kecamatan Kantor Kecamatan Pamekasan pada tahun 2009 sebesar Rp. 791,342,900., setelah dilakukan analisis efektifitas penggunaan anggaran semua kegiatan dikatakan efektif sehingga untuk kegiatan yang akan datang harus tetap dipertahankan. Sedangkan dari kontribusi belanja langsung terhadap total belanja pada tahun 2009 ada sebagian kegiatan yang perlu dilakukan penambahan anggaran seperti Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur adalah sebesar 3 % hal ini menunjukkan sangat kurang, Program Mengintensifkan Penanganan Pengaduan Masyarakat adalah sebesar 2 % hal ini menunjukkan sangat kurang, Program Penataan Daerah Otonomi Baru adalah sebesar 0,5 % hal ini menunjukkan sangat kurang, Program Pelayanan Administrasi Kecam adalah sebesar 17 % hal ini menunjukkan sangat kurang Anggaran yang diperlukan untuk penggunaan anggaran berbasis kinerja dalam menyelenggarakan pemerintahan, pembangunan, dan pembinaan kehidupan kemasyarakatan dalam wilayah kecamatan Kantor Kecamatan Pamekasan pada tahun 2010 sebesar Rp. 684,412,400., setelah dilakukan analisis efektifitas penggunaan anggaran semua kegiatan dikatakan efektif sehingga untuk kegiatan yang akan datang harus tetap dipertahankan.
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No. 13 | Mei 2012
70
ISSN 1412 – 2936 Sedangkan dari kontribusi belanja langsung terhadap total belanja pada tahun 2010 ada sebagian kegiatan yang perlu dilakukan penambahan anggaran seperti Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur adalah sebesar 8,9 % hal ini menunjukkan sangat kurang, Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur adalah sebesar 3,7 % hal ini menunjukkan sangat kurang, Program Mengintensifkan Penanganan Pengaduan Masyarakat adalah sebesar 1,9 % hal ini menunjukkan sangat kurang, Program Pelayanan Administrasi Kecam adalah sebesar 11 % hal ini menunjukkan sangat kurang. DAFTAR PUSTAKA Departemen Keuangan Republik Indonesia, Peraturan Menteri Keuangan Nomor 171/PMK.05/2005 tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat. Departemen Keuangan Republik Indonesia, Peraturan Menteri Keuangan Nomor 131/PMK.01/2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Keuangan. Direktorat Jenderal Anggaran, 2006. Reformasi Sistem Penganggaran “konsep Dan Implementasi 20052007”, Jakarta, Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara, Penyusunan Penetapan Kinerja, Jakarta 2005; Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara, Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi (SAKIP) dalam Konstelasi Peraturan Perundangan Manajemen Sektor Publik, Jakarta 2005; Lembaga Administrasi Negara, Keputusan Kepala LAN No 589/IX/6/Y/99 tentang Pedoman Penyusunan Pelaporan AKIP; Pemerintah (SAKIP) Dalam Konstelasi Peraturan Perundangan Manajemen Sektor Publik, Jakarta 2005; Pemerintah Republik Indonesia Undang Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;
Pemerintah Republik Indonesia, Instruksi Presiden RI nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Pemerintah Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 20/2004 tentang Rencana Kerja Pemerintah; Pemerintah Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 21/2004 tentang Rencana Kerja Anggaran Kementerian Lembaga (RKA-KL); Pemerintah Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan SPM; Pemerintah Republik Indonesia, Undang Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara; Pemerintah Republik Indonesia, Undang Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Negara; Bidang Akuntabilitas Pemerintah Daerah Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Tengah, Makalah Standar Analisa Belanja Dikaitkan dengan Sistem Penganggaran Berbasis Kinerja. Elmi, Bachrul, 2002, Keuangan Pemerintah Daerah Otonom di Indonesia, Jakarta, Penerbit Universitas Indonesia. Draft Revisi Kepmendagri No. 29 tahun 2002 tanggal 10 Juni 2002 tentang Pedoman Penyusunan, Pertanggungjawaban dan Pengawasan Keuangan Daerah serta Tata Cara Penyusunan APBD, Pelaksanaan Tata Usaha Keuangan Daerah dan Penyusunan Perhitungan APBD. Kerja sama antara Setwilda Propinsi Jawa Tengah dengan PAU Studi Ekonomi Universitas Gajah Mada, Executive Summary Standar Analisa Belanja Anggaran Daerah. Mardiasmo, Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah. Yogyakarta Penerbit ANDI. Prihantoro, Purwono, 2001, Pembangunan Daerah, Renstra dan Akuntabilitas (Pendekatan Public sector Balanced Scorecard).
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No. 13 | Mei 2012
71