ISSN 1412 - 2936
JURNAL MANAJEMEN & KEWIRAUSAHAAN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS MADURA
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pengembangan Usaha Anggota Koperasi Penerima Subsidi BBM Di Kabupaten Pamekasan Adriani Kusuma, Fakultas Ekonomi Universitas Madura
Strategi Dalam Mencapai Keberhasilan Organisasi Nasar, STAIN Pamekasan
Pengaruh Faktor Politik Terhadap Pergerakan Kurs Rupiah / Dollar Amerika Zef Risal, Fakultas Ekonomi Universitas Madura
Sistem Promosi, Pelatihan, Kompensasi dan Pengaruhnya Terhadap Kinerja Karyawan CV. Nidia Karya Kalianget Rusnaini, Universitas Wiraraja Sumenep
Pengaruh Gaya Kepemimpinan Kepala Desa Terhadap Tingkat Partisipasi Masyarakat Di Desa Kaduara Barat Kecamatan Larangan Kabupaten Pamekasan Zainal Mahfud, Fakultas Ekonomi Universitas Madura
Analisis Kebijakan Program Perluasan Lapangan Kerja dan Penanggulangan Pengangguran Bambang Hermanto, Universitas Wiraraja Sumenep
Uji Beda Kualitas Produk Harga dan Pelayanan Terhadap Konsumen Pada Perusahaan Genting Alfi Hasaniyah, Fakultas Ekonomi Universitas Madura
Makro
Vol. 2
No. 12
Hlm 1-86
Pamekasan 06 Nov 2011
ISSN 1412 - 2936
JURNAL MANAJEMEN & KEWIRAUSAHAAN Penanggung Jawab : DEKAN Fakultas Ekonomi Universitas Madura, UNIRA
Makro adalah jurnal ilmiah yang diterbitkan dua kali dalam setahun oleh Fakultas Ekonomi Universitas Madura. Jurnal ini merupakan media untuk mensosialisasikan ide atau gagasan dari sejumlah studi pustaka dan riset empiris yang mengkaji masalah manajemen, kewirausahaan, akuntansi dan bidang ekonomi lainnya.
Ketua Penyunting : ZEF RISAL, SE, MM
Wakil Ketua Penyunting : Drs. Ec. Zainal Mahfud, MM
Secara terbuka jurnal ini menerima kontribusi artikel dari manapun yang sesuai dengan ilmu manajemen, kewirausahaan, akuntansi atau bidang ekonomi secara umum. Artikel yang dapat diterbitkan dalam jurnal ini meliputi :
Penyunting Pelaksana : Drs. Ec. Adriani Kusuma, MM H. M Fauzi Hosni, MM Drs. Ec. Isnain Bustaram, MM
Penyunting Ahli : Drs. Ec. Noer Sudrajat, MM Ahmarul Fajar, SE, MM Pelaksana Tata Usaha : Wahdi, SH Agus Sugiantoro, SH
Artikel konseptual : artikel hasil pemikiran Artikel hasil penelitian Artikel ulasan atas artikel lain Artikel terjemah Artikel tinjauan buku (book review) dan Artikel suplemen, yang memuat Current Issue
Alamat Penyunting : Fakultas Ekonomi Universitas Madura FE (UNIRA) Jl. Raya Panglegur Telp. (0324) 322231, Fax (0324) 327418 Pamekasan – Madura
KEBIJAKAN EDITORIAL JURNAL MAKRO Makro merupakan jurnal yang diterbitkan secara berkala setiap bulan Mei dan November atau sebanyak dua kali dalam setahun. Tujuannya untuk menyebarluaskan hasil penelitian khususnya di bidang manajemen, kewirausahaan, akuntansi dan bidang ekonomi lainnya. Makro sudah tercatat sebagai jurnal yang terdaftar (ISSN 1412– 2936). Untuk penyerahan artikel bisa dikirim ke email
[email protected] atau diserahkan langsung ke alamat penyunting. Artikel yang masuk akan diseleksi dan hasil seleksi akan diinformasikan ke setiap penulis. Selanjutnya, artikel yang sudah terseleksi akan dipublikasikan dalam jurnal makro.
PEDOMAN PENULISAN ARTIKEL 1. Sistimatika Penulisan a. Judul Judul ditulis secara singkat, maksimum 12 kata dalam Bahasa Indonesia, ditulis dengan huruf kapital, jenis huruf arial ukuran 12, rata tengah tanpa diakhiri dengan tanda titik. b. Nama Penulis dan Institusi Nama penulis diketik tanpa gelar akademik. Penulis utama ada di baris atas, kemudian setelahnya penulis pendukung (jika artikel ditulis oleh tim). Nama institusi ditulis setelah nama penulis. c. Abstrak Abstrak ditulis dalam bahasa Indonesia dengan kisaran jumlah kata antara 150-200, berisi penjelasan ringkas mengenai masalah penelitian, tujuan, metode, hasil dan kesimpulan. d. Pendahuluan Uraian mengenai latar belakang, rumusan masalah, dan tujuan penelitian. e. Kajian Pustaka Berisi uraian tentang teori-teori pendukung dan penelitian terdahulu
yang menjadi landasan pengembangan kerangka pikir atau model penelitian. f. Metode Penelitian Menguraikan tentang jenis penelitian, objek penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data. g. Analisis dan Pembahasan Berisi uraian tentang analisis hasil penelitian dan pembahasan lebih lanjut dari hasil penelitian tersebut. h. Kesimpulan dan Saran Berisi tentang kesimpulan hasil penelitian dan saran dari penulis. i. Daftar Pustaka Berisi sumber bacaan yang digunakan untuk mendukung penulisan artikel. 2. Format Penulisan a. Artikel diketik dengan huruf arial ukuran 11 dengan jarak baris satu spasi pada kertas A4. b. Marjin kertas; 3 cm untuk sisi kiri, dan masing-masing 2,5 cm di sisi kanan, atas dan bawah. c. Panjang artikel secara keseluruhan berkisar antara 6-25 halaman. 3. Tabel dan Gambar Tabel diberi nomor urut dan judul diletakkan di atas tabel. Sedangkan untuk gambar, nomor urut dan judul diletakkan di bawah gambar, disertai sumber kutipan yang diketik dengan menggunakan tipe huruf arial ukuran 10 dan dicetak tebal. 4. Kutipan a. Sumber kutipan dalam teks dikutip di antara kurung buka dan kurung tutup yang menyebutkan nama belakang (akhir) penulis, tahun, dan nomor halaman. Contoh: 1) Satu sumber kutipan dengan satu penulis: (Ayu, 2007), jika disertai dengan halaman: (Ayu, 2009: 96).
2) Satu sumber kutipan dengan dua penulis: (Diah dan Ayu, 2009: 96) 3) Satu sumber kutipan lebih dari dua penulis: (Ayu et al., 2004) b. Jika penulis lebih dari dua orang, hanya nama penulis pertama yang disebutkan pada teks. Contoh: Ayu et al. (2010: 19). c. Sumber kutipan tidak menyebut nama penulis, tetapi menyebut suatu lembaga atau badan tertentu. Contoh: Bank Indonesia (2013). 5. Daftar Pustaka Setiap artikel harus memuat daftar pustaka (hanya yang menjadi sumber kutipan) yang disusun berurutan berdasarkan huruf pertama dari nama belakang penulis atau nama institusi. Berikut ini tata cara penulisannya: a. Buku Nama belakang, inisial nama depan (jika ada), tahun penerbitan, judul buku (cetak miring), nama penerbit, kota tempat buku diterbitkan. Contoh: 1) Satu penulis: Kasmir. 2002. Dasar-dasar Perbankan. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. 2) Dua penulis: Yamin, S. dan H. Kurniawan. 2009. SPSS Complete Teknik Analisis Statistik Terlengkap dengan Software SPSS. Salemba Infotek. Jakarta. b. Jurnal Nama belakang, inisial nama depan (jika ada), tahun penerbitan, judul artikel, nama jurnal (cetak miring), volume jurnal, halaman artikel dalam jurnal. Contoh: 1) Satu penulis: Ayu, D. 2006. An Optimizing IS-LM Specification for Monetary Policy and Business Cycle Analysis. Journal of Money, Credit, and Banking: 296–316.
2) Dua penulis: Neuenkirch, M. and P. Tillmann. 2012. Inflation Targeting, Credibility, and Non-Linear Taylor Rules. Joint Discussion Paper Series in Economics 35: 1-15. 3) Lebih dari dua penulis: Harmanta, M. B. Bathaludin, dan J. Waluyo. 2011. Inflation Targeting Under Imperfect Credibility: Lessons from Indonesian Experience. Bulletin of Monetary, Economics and Banking: 271-306. c. Prosiding Nama belakang, inisial nama depan (jika ada), tahun penerbitan, nama prosiding (cetak miring), penerbit (cetak miring), halaman. Contoh: Ayu, D. 2004. Learning About Belief About Inflation Target and Stabilisation Policy. Prosiding Simposium II Jakarta: 1-27. d. Skripsi/Tesis/Disertasi Nama belakang, inisial nama depan (jika ada), tahun, judul skripsi/tesis/disertasi, skripsi/tesis/disertasi (cetak miring, pilih salah satu), nama penerbit, kota penerbit. Contoh: Alamsyah, Halim. 2008. Persistensi Inflasi dan Dampaknya Terhadap Pilihan dan Respon Kebijakan Moneter di Indonesia. Disertasi. Program Pascasarjana Universitas Indonesia. Depok. e. Internet Nama belakang, inisial nama depan (jika ada), tahun, judul, alamat web (cetak miring), tanggal akses. Contoh: Andi, R. 2008. BPR Tak Sekedar Sehat dan Berkelanjutan. http://www.AdInfoOnline.com. Diakses tanggal 30 Oktober 2010.
MAKRO JURNAL MANAJEMEN & KEWIRAUSAHAAN ISSN 1412-2936 Vol 2 No 12, 6 November 2011
DAFTAR ISI Adriani Kusuma Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pengembangan Usaha Anggota Koperasi Penerima Subsidi BBM Di Kabupaten Pamekasan ............................................................................................................................. 1 - 7 Nasar Strategi Dalam Mencapai Keberhasilan Organisasi .......................................... 8 - 14 Zef Risal Pengaruh Faktor Politik Terhadap Pergerakan Kurs Rupiah / Dollar Amerika ... 15 - 29 Rusnaini Sistem Promosi, Pelatihan, Kompensasi dan Pengaruhnya Terhadap Kinerja Karyawan CV. Nidia Karya Kalianget .......................................................................................................................... 30 - 41 Zainal Mahfud Pengaruh Gaya Kepemimpinan Kepala Desa Terhadap Tingkat Partisipasi Masyarakat Di Desa Kaduara Barat Kecamatan Larangan Kabupaten Pamekasan .......................................................................................................................... 42 - 62 Bambang Hermanto Analisis Kebijakan Program Perluasan Lapangan Kerja dan Penanggulangan Pengangguran ........................................................................................................................... 63 - 78 Alfi Hasaniyah Uji Beda Kualitas Produk Harga dan Pelayanan Terhadap Konsumen Pada Perusahaan Genting .......................................................................................................................... 79 - 86
FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGEMBANGAN USAHA ANGGOTA KOPERASI PENERIMA SUBSIDI BBM DI KABUPATEN PAMEKASAN Oleh : Adriani Kusuma Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Madura ABSTRAK Program Kompensasi Pengurangan Subsidi BBM ( PKPS BBM ) yang merupakan Program Pemerintah dimana dananya diambilkan dari pengurangan Subsidi BBM (APBN).Pada Thn.2000 digulirkan dalam bentuk pinjaman lunak ke Koperasi Non Fungsional. Kabupaten Pamekasan merupakan salah satu Kabupaten yang mendapat kucuran Dana tersebut. Untuk Kabupaten Pamekasan mendapatkan Dana tersebut untuk 8 Koperasi masing-masing Koperasi mendapat pinjaman sebesar Rp.100.000.0000,- dan 2 LKM (Lembaga Keuangan Mikro) masing-masing sebesar Rp.50.000.000,-.Pinjaman tersebut nantinya oleh Koperasi harus digulirkan lagi ke para Anggotanya yang memiliki usaha produktif,sedangkan Koperasi tersebut dikenakan pembebanan bunga sebesar 6 % tiap Thn. Dan diangsur selama 10 Thn. Pembebanan ke para anggotanya mengikuti ketentuan Koperasi yang berlaku. Dari hal tersebut diatas penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah Program PKPS BBM nantinya akan mengembangkan atau tidak usaha para anggota Koperasi penerima Subsidi BBM ini.Koperasi yang menerima pinjaman dana tersebut ada di 5 Kecamatan yang ada di Kabupaten Pamekasan, yaitu Kecamatan Pamekasan Kota,Pademawu,Larangan,Pegantenan,dan Kadur. Penelitian mengumpulkan data dari Responden yaitu anggota Koperasi Penerima Subsidi tersebut.Dengan menggunakan persamaan Regresi didapat hasilnya sebagai berikut : Y = 0,763 + 0,587 X1 + 0,429 X2 + 0,137 X3 + c Dimana : Y adalah variabel terikat yaitu pengembangan usaha. X1 = Variabel modal X2 = Variabel pemasaran X3 = Variabel manajemen c = Faktor pengganggu (faktor lain) Sedangkan untuk menguji Hipotesanya menggunakan uji F yang terbukti bahwa faktor modal merupakan faktor yang paling dominan mempengaruhi pengembangan usaha anggota koperasi penerima subsidi BBM di Kabupaten Pamekasan tersebut. Dengan demikian untuk mengembangkan usahanya para anggota koperasi saat ini yaitu faktor Modal.
KATA KUNCI : Koperasi,Program PKPS BBM,Pengembangan Usaha
Makro, Jurnal manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No 12\Nov 2011
1
Pendahuluan Program subsidi BBM mulai tahun 2000 sebagian dialihkan ke masyarakat secara langsung baik melalui pemberian subsidi secara tunai ke masyarakat miskin seperti program keluarga miskin (gakin) dalam penjualan beras murah dan programprogram yang lain . Selain pemberian subsidi secara tunai juga diberikan dalam bentuk pemberian pinjaman / kredit melalui koperasi untuk tambahan modal dimana nantinya harus disalurkan lagi ke anggotanya. Kabupaten Pamekasan merupakan salah satu kabupaten yang mendapat program Kredit Subsidi BBM ini.Jumlah Koperasi dan Lembaga Keuangan Mikro (LKM) untuk tahun 2000 berjumlah 8 koperasi dan 2 Lembaga keuangan Mikro sedangkan tahun 2002 berjumlah 3 koperasi.Masing-masing koperasi mendapat kredit sebesar Rp.100.000.000,dan Lembaga keuangan mikro masin-masing sebesar Rp.50.000.000,-.Ketentuan bunga kredit ini yaitu sebesar 6 % setahun. Sedangkan pinjaman ke anggota disesuaikan dengan ketentuan pada koperasi dan lembaga keuangan mikro masing-masing. Jumlah anggota yang memanfaatkan dana ini minimal (harus).untuk koperasi masing-masing sejumlah 90 orang dan lembaga keuangan mikro harus minimal masing-masing sejumlah 45 orang. Anggota koperasi penerima subsidi bbm mayoritas rakyat kecil yang mempunyai usaha kecil,sebab koperasi penerima subsidi ini yaitu koperasi bukan funsional yaitu koperasi swadaya masyarakat seperti Koperasi pondok pesantren, koperasi wanita,koperasi tani,koperasi nelayan dsb. Untuk pengembangan usahanya pemberian modal ini sangat diperlukan untuk pengembangan usahanya meskipun ada faktor-faktor lain yang mempengaruhi pengembangan usaha anggota koperasi. Untuk itu maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian ini yang membahas tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan usaha anggota koperasi penerima subsidi BBM di kabupaten Pamekasan
Rumusan Masalah Rumusan masalah yang peneliti ajukan yaitu : a. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pengembangan usaha anggota koperasi penerima subsidi BBM di kabupaten Pamekasan. b. Dari faktor-faktor tersebut mana yang paling dominan untuk mengembangkan usaha anggota koperasi penerima subsidi BBM KREDIT. Secara umum pemberian kredit akan menimbulkan piutang atau tagihan kepada orang yang mengambil kredit.Menurut Rahmat Saleh (1980;69) memberikan pengertian kredit adalah “penyediaan uang atau tagihan-tagihan yang dapat disamakan dengan itu berdasarkan perjanjian pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain. Pihak peminjam berkewajiban melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga yang telah ditentukan dalam perjanjian”. Sedangkan menurut Raymond P.Kent (dalam Thomas dkk.1993:12) memberikan pengertian kredit “Istilah kredit berasal dari bahasa Yunani yang berarti kepercayaan (truth atau faith). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kredit adalah tagihan kepada pihak ketiga yang ditimbulkan karena terjadinya transaksi hutang piutang atas dasar kepercayaan” TUJUAN KREDIT. Dalam membahas tentang tujuan kredit tidak akan pernah terlepas dengan falsafah yang dianut oleh suatu negara. Oleh karena pemberian kredit dimaksudkan untuk memperoleh keuntungan maka bank hanya lebih meneruskan simpanan masyarakat kepada nasabahnya dalam bentuk kredit,jika betul-betul merasa yakin bahwa nasabah yang akan menerima kredit itu mampu dan mau mengembalikan kredit yang telah diterimanya. Dari faktor kemampuan dan kemauan tersebut,disimpulkan unsur keamanan (safety) dan sekaligus juga unsur
Makro, Jurnal manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No 12\Nov 2011
2
keuntungan (profitability) dari suatu kredit,kedua unsur tersebut saling berkaitan. Dengan demikian bank sebagai agent of development menurut Thomas (1993:15) bertujuan sebagai berikut : Turut menyukseskan program pemerintah di bidang ekonomi dan pembangunan. Meningkatkan aktivitas perusahaan atau usaha kecil menengah agar dapat menjalankan fungsinya guna menjamin terpenuhinya kebutuhan masyarakat. Memperoleh keuntungan agar kelangsungan hidup usahanya terjamin.dan dapat memperluas usahanya. Dari tujuan tersebut tersimpul adanya kepentingan yang seimbang antara kepentingan pemerintah.masyarakat dan kepentingan pemilik modal. Pengertian Koperasi. Pengertian koperasi ini dapat dibedakan menjadi 2 (dua) bagian, yaitu pengertian umum dan menurut UndangUndang Nomor 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian. Pengertian secara umum KOPERASI adalah suatu perkumpulan yang beranggotakan orang-orang atau badanbadan hukum koperasi yang memberikan kebebasan masuk dan keluar sebagai anggota,dengan bekerjasama secara kekeluargaan menjalankan usaha untuk mempertinggi kesejahteraan para anggotanya. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian diberikan pengertian sebagai berikut: Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-orang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas asas kekeluargaan. FUNGSI KOPERASI. Fungsi dapat diartikan sebagai alat untuk mencapai tujuan dan tujuan ini harus jelas dan tegas. Koperasi pada hakekatnya hanyalah merupakan alat untuk mencapai tujuan. Apabila koperasi yang memberikan
jasanya maka kita yang harus memeliharanya dengan membayar biaya yang dikeluarkannya. Fungsi koperasi dalam hal ini adalah memberikan jasa kepada anggota dan anggota mengeluarkan biaya untuk menggantinya. Dengan demikian koperasi pada dasarnya tidak mendapat manfaat apa-apa, akan tetapi anggota yang menerima manfaat tersebut. Dalam hubungannnya dengan itu efisiensi koperasi diukur dari tingkat pemberian jasanya.Tingkat efisiensi koperasi ini akan tergantung kepada bagaimana penggunaan dan memelihara koperasi. Kalau koperasi berfungsi baik,maka baik pula jalannya. Metode Penelitian Identifikasi Variabel Dalam penelitian ini terbagi dalam dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Masing-masing indikator dapat dijelaskan sebagai berikut : Variabel bebas meliputi : Faktor modal, Faktor pemasaran, Faktor manajemen. Sedangkan variabel terikat, yaitu Pengembangan usaha. Definisi Operasional Variabel Faktor Modal adalah segala kekayaan yang dibutuhkan untuk aktivitas usaha, dalam hal ini kekayaan yang dimaksud berupa kas / uang tunai. Faktor Pemasaran dengan pemasaran adalah aktivitas yang berhubungan dengan penjualan produk / jasa. Faktor Manajemen adalah aktivitas untuk mengatur unsur organisasi di dalamnya khususnya manusia. Populasi dan Sampel. Populasi dalam penelitian ini adalah anggota koperasi penerima subsidi BBM yang ada di Kabupaten Pamekasan. Dalam hal ini ada 8 koperasi dan 2 lembaga keuangan mikro, masing-masing koperasi ada 90 orang penerima pinjaman, dan masing-masing 45 orang untuk lembaga keuangan mikro. Jadi populasinya adalah : Koperasi = 8 x 90 orang = 720 orang.
Makro, Jurnal manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No 12\Nov 2011
3
LKM = 2 x 45 orang Jumlah
= 90 orang = 810 orang
Untuk memenuhi kebutuhan analisa statistik, maka peneliti menentukan sampel sebanyak 25 orang yang dipilih berdasarkan Random Sampling.
mengetahui adanya korelasi secara bersama-sama antara variabel bebas (modal, pemasaran, manajemen, bidang usaha) dan variabel terikat (pengembangan usaha). Uji statistik dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas secara individu terhadap variabel terikat. Uji t dilakukan dengan menghitung t observasi, dan t kritis. H0 ditolak jika t observasi lebih besar atau sama dengan t kritis. T kritis dapat dilihat dengan menggunakan tabel t student dengan derajat t signifikansi 5 %, dan derajat kebebasan sebesar n – 2. Pengujian signifikansi juga bisa dilakukan dengan menggunakan probabilitas value hasil analisis regresi.
Model Analisis. Model analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier berganda yang dirumuskan sebagai berikut : Y = a + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3 + c Dimana : Y = Pengembangan usaha. a = Konstanta. c = Faktor pengganggu diluar model. Hasil dan Pembahasan X1 = Variabel modal. X2 = Variabel pemasaran. X3 = Variabel manajemen. Berdasarkan data dari Dinas Koperasi dan PKM Kabupaten Pamekasan, koperasiPengujian hipotesa dilakukan dengan koperasi penerima kredit subsidi BBM adalah uji F dan uji t. Uji F digunakan untuk sebagai berikut : Tabel : 1 Koperasi Penerima Kredit Subsidi BBM Kabupaten Pamekasan Tahun 2000 N Nama Pengurus Nama Koperasi Alamat o ( Ketua ) 1 Koperasi Wanita Ibu Hj. Amalijah Jalan Seruni 2 “Trisula” Ibu Hj. Ummu Jalan Stadion 3 Koperasi Wanita Azizah Plakpak 4 “Annisa’” H. Fathorrahman Pegantenan 5 Koppotren Latansa Hariyanto Kowel Pamekasan 6 Koppotren Darul M. Rawi Blumbungan 7 Akhlak M. Munir Sumber Gayam 8 KSU Miftahul Ulum K. Mansyur Kadur 9 KSU Al-Falah K. Nawawi Tentenan 10 Koptan Suka Mandiri Miftahol Rahman Larangan Koppotren Al-Bukhari Hanafi Murtajih LKM Bina Insani Pademawu LKM Al-Jaelani Jalan Pintu Gerbang Tanjung Pademawu
Jenis Usaha Koperasi Koperasi Serba Usaha Koperasi Serba Usaha Koperasi Simpan Pinjam Koperasi Simpan Pinjam Koperasi Serba Usaha Koperasi Serba Usaha Koperasi Simpan Pinjam Koperasi Simpan Pinjam LKM Serba Usaha LKM Simpan Pinjam
Menurut ketentuan bahwa koperasi- mendapatkan kredit subsidi BBM tersebut koperasi dan LKM tersebut, untuk telah melalui tahapan-tahapan sesuai Makro, Jurnal manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No 12\Nov 2011
4
dengan petunjuk pelaksanaan yang ada, dimana garis besarnya sebagai berikut : Mengajukan permohonan / proposal ke Dinas Koperasi dan PKM. Proposal-proposal yang masuk dinilai dan ditinjau oleh Tim Pokja. Ada ketetapan dari Tim Pokja untuk koperasi dan LKM penerima subsidi BBM.
Pengumpulan data dilakukan melalui penyebaran kuesioner ke semua koperasi dan LKM penerima subsidi BBM tersebut. Jumlah kuesioner yang dibagikan sebanyak 50 eksemplar. Dari jumlah tersebut yang diterima kembali sebanyak 30 dan kuesioner yang dapat diperoleh sebanyak 25 eksemplar. Penyebaran kuesioner terhadap responden tersebut adalah sebagai berikut :
Tabel : 2 Daftar Nama Responden N o 1 2 3 4 5 6 7 8 9
N o 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
Nama Koperasi
Anggota Koperasi
Alamat
Bidang Usaha
Ibu Maryati Ibu Isnu Dewi Ibu Ana Ibu Mafruhah Ibu Chomisah Ibu Hamid Manan Bpk. Mahrus Bpk. Gafur Bpk. Abd. Mu’id
Kopwan Trisula Kopwan Trisula Kopwan Trisula Kopwan Trisula Kopwan Trisula Kopwan Trisula Koppotren Latansa Koppotren Latansa Kopotren Darul Akhlak
Jalan Stadion Jalan Temenggungan Jalan Seruni Jalan Balai Kambang Jalan Pintu Gerbang Jalan Bayangkara Akkor Pegantenan Kowel
Konveksi Pertokoan Pertokoan Bordir Katering Pertokoan Wartel Tani Tani
Nama Koperasi
Anggota Koperasi
Alamat
Bidang Usaha
Bpk. Fathorrahman Bpk. Misluki Bpk. Zaenal Bpk. Khairul Bpk. Lutfi Bpk. Munir Bpk. Sobri Bpk. Junaidi Bpk. Hamid Bpk. Karim Bpk. Agus Bpk. Fathorrahman Ibu Aziezah Bpk. Sukur Bpk. Abusiri Bpk. Kadir
Kopotren Darul Akhlak KSU Miftahul Ulum KSU Miftahul Ulum KSU Al-Falah KSU Al-Falah KSU Al-Falah Koptan Suka Mandiri Koptan Suka Mandiri Koptan Suka Mandiri Koppotren Al-Buhari Koppotren Al-Buhari Koppotren Al-Buhari LKM Bina Insani LKM Bina Insani LKM Al-Jaelani LKM Al-Jaelani
Patemon Blumbungan Jalan Stadion Larangan Kadur Kadur Tentenan Larngan Jalan Jokotole Murtajih Murtajih Pademawu Jalan Pintu Gerbang Jalan Bagandan Tanjung Pademawu Tanjung Pademawu
Sablon & Konveksi Kerajinan Bambu Bengkel Sablon Dagang Pertokoan Ternak Bengkel Dagang Kerajinan Rental Komputer Tani Dagang Rental Komputer Sablon Wartel
Analisis Penelitian.
Metode yang digunakan dalam menganalisis permasalahan adalah metode
Makro, Jurnal manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No 12\Nov 2011
5
analisa regresi dengan menggunakan metode kuadrat terkecil sebagai berikut : Y = a + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3 Berdasarkan hasil pengolahan data yang dilakukan dengan program SPSS, maka persamaan regresi yang dihasilkan adalah sebagai berikut : Y = 0,763+0,587X1+0,429X2+0,137X3+ c Dimana : Y adalah variabel terikat yaitu pengembangan usaha. X1 = Variabel modal X2 = Variabel pemasaran X3 = Variabel manajemen c = Faktor pengganggu (faktor lain) Persamaan tersebut mempunyai makna, nilai konstan sebesar 0,763 artinya pengembangan usaha dari anggota koperasi. Ini berarti tanpa adanya modal, pemasaran dan manajemen, nilai pengembangan usaha anggota koperasi sebesar 0,763 sangat rendah. Bilamana modal (X1) ditingkatkan satu satuan dengan asumsi variabel bebas yang lain tetap, maka pengembangan usaha anggota koperasi dapat meningkat sebesar 0,587. Selanjutnya jika pemasaran (X2) ditingkatkan satu satuan, sedangkan variabel bebas yang lainnya adalah tetap, maka pengembangan usaha anggota koperasi dapat meningkat sebesar 0,429. Sedangkan jika manajemen (X3) anggota koperasi ditingkatkan satu satuan, dengan asumsi variabel yang lain tetap, maka pengembangan usaha anggota koperasi meningkat sebesar 0,137.
kolom ANOVA terdapat nilai F hitung sebesar 7,906 dengan probabilitas 0,001. Sedangkan F tabel dengan menggunakan taraf nyata 0,05 diperoleh nilai 1,98. Oleh karena F hitung lebih besar dari F tabel dan probabilitas (tingkat kesalahan) lebih kecil dari taraf nyata yang digunakan, maka hipotesa tersebut dapat diterima dan menolak hipotesa nihil pertama. Ini berarti hipotesa kerja yang pertama diterima dan hipotesa nihil yang pertama ditolak. Selanjutnya hipotesa kerja kedua yaitu : “Diantara ketiga faktor tersebut diduga faktor modal merupakan faktor yang paling dominan mempengaruhi pengembangan usaha anggota koperasi penerima subsidi BBM di Kabupaten Pamekasan, untuk menguji kebenarannya dapat dilihat pada lampiran kolom coeficients, dimana nilai t hitung dari masing-masing variabel sebagai berikut : Variabel bebas modal t hitung 3,160 probabilitas 0,00. Variabel bebas pemasaran t hitung 3,078 probabilitas 0,000 Variabel bebas manajemen t hitung 2,915 probabilitas 0,001 Sedangkan t tabel sebesar 2,064 Dengan taraf nyata 0,05 dan db = N – 2 diperoleh nilai t tabel 2,064, dengan demikian semua nilai t hitung dari masing-masing variabel bebas lebih besar dari t tabel dan tingkat probabilitas (kesalahan) lebih kecil dari taraf nyata yang digunakan, ini berarti secara parsial masing-masing variabel berpengaruh nyata terhadap variabel terikat. Diantara nilai t hitung variabel bebas diatas terbukti bahwa nilai t hitung untuk variabel bebas modal (X1) memiliki nilai Uji Hipotesa : tertinggi yaitu 3,160. Dengan demikian dapat Diatas telah dipaparkan tentang terbukti bahwa faktor modal merupakan hubungan antara variabel bebas dengan faktor yang paling dominan mempengaruhi variabel terikat. Sedangkan pada hipotesa pengembangan usaha anggota koperasi kerja pertama telah disajikan yang berbunyi penerima subsidi BBM di Kabupaten “Diduga faktor modal, pemasaran dan Pamekasan. Ini berarti hipotesa kerja yang manajemen merupakan faktor yang secara kedua diterima dan hipotesa nihil yang kedua bersama-sama mempengaruhi ditolak. pengembangan usaha anggota koperasi penerima subsidi BBM Kabupaten Kesimpulan. Pamekasan”. Untuk membuktikan kebenarannya dapat dilihat pada lampiran Makro, Jurnal manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No 12\Nov 2011
6
Berdasarkan analisis yang telah Hendrojogi, Koperasi Azas-azas Teori & dilakukan dapat disimpulkan beberapa hal Praktek, Rajawali Pers, 2002. sebagai berikut : Riyanto Bambang, Dasar-dasar Dari hasil analisa ternyata secara Pembelanjaan Perusahaan, Penerbit bersama-sama modal, pemasaran dan Gajah Mada, 2000. manajemen mempengaruhi pengembangan usaha anggota koperasi penerima subsidi BBM di Kabupaten Pamekasan. Diantara faktor-faktor tersebut, ternyata faktor modal merupakan faktor yang paling dominan mempengaruhi pengembangan usaha anggota koperasi penerima subsidi BBM di Kabupaten Pamekasan. Secara simultan antara modal, pemasaran dan manajemen berkorelasi sangat kuat dan positif atau searah dengan pengembangan usaha anggota koperasi penerima subsidi BBM di Kabupaten Pamekasan. Pengaruh secara simultan antara variabel bebas modal, pemasaran dan manajemen terhadap pengembangan usaha sebesar 0,709 atau 70,9 %. Sedangkan 29,1 % nya dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti oleh penulis. DAFTAR PUSTAKA Dinas Koperasi PKM Propinsi Jawa Timur, Petunjuk Pelaksanaan, 2000. Handoko Hani, Manajemen, BPFE, Yogyakarta, 1986. Sumarni, Murti, John Soepriharto, Pengantar Bisnis, Liberty, Yogyakarta, 1995. Sumarsono Sonny, Manajemen Koperasi, Graha Ilmu, 2003.
Makro, Jurnal manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No 12\Nov 2011
7
STRATEGI DALAM MENCAPAI KEBERHASILAN ORGANISASI (Kajian dalam membangun keunggulan bersaing melalui integrasi perencanaan strategi dan Perencanaan sumberdaya manusia) Oleh : Nashar Dosen Tetap STAIN Pamekasan Pendahuluan Setiap organisasi pasti mempunyai visi dan misi sebagai tujuan akhir, tentunya untuk mencapai visi dan misinya tersebut harus melalui perencanaan strategi. Sedangkan SDM merupakan sumberdaya yang sangat penting sebagai pelaku baik sebagai manajemen, penyelia maupun sebagai pelaksana, karena semua anggota organisasi dalam hal ini SDM terlibat langsung sesuai dengan tugas dan fungsinya masing-masing dalam mengimplementasikan perencanaan strategi menjadi program, yang menjadi ukuran keberhasilan program adalah tercapainya target yang direncanakan. Untuk itu agar suatu organisasi bisa berhasil atau bisa mencapai target maka diperlukan suatu organisasi harus memiliki keunggulan bersaing, dimana keunggulan bersaing salah satunya dicapai melalui integrasi perencanaan strategi dengan perencanaan sumberdaya manusia. Model integrasi perencanaan strategi dan perencanaan sumberdaya manusia yang dapat membangun keunggulan bersaing merupakan salah satu terpenting dari integrasi perencanaan strategi untuk mecapai keberhasilan organisasi. untuk itu bagaimnana seharusnya model integrasi perencanaan strategi dan perencanaan sumberdaya manusia yang dapat membangun keunggulan bersaing, sehingga menjadi salah satu alternatif untuk mencapai keberhasilan dalam organisasi. Perencanaan Strategi Organisasi Dalam Membangun Keunggulan Bersaing Suatu organisasi akan dengan mudah memperoleh sumberdaya yang diinginkan setiap waktu dan dimanapun semberdaya tersebut tersedia. Pada perkembangan selanjutnya organisasi yang karena bersaing
pada kompetensi global harus memiliki keunggulan bersaing dibandingkan pesainganya (manzini, 1996), karena globalisasi akan mengubah segala sesuatu, sehingga yang membatasi menjadi lepas tak terbendung. Dalam menjawab permasalahan tersebut ada gagasan yang diperoleh dari telaah pustaka dan hasil peneltian para peneliti yang berkaitan dengan perencanaan strategi dan perencanaan sumberdaya manusia. Unsur terpenting dari suatu organisasi agar mampu bersaing adalah kehandalan dari sumberdaya manusia yang mampu memanfaatkan informasi dan teknologi secara maksimal. Peran sumberdaya manusia bagi organisasi tidak hanya dapat dilihat dari produktifitas kerjanya saja, tetapi juga dilihat dari kualitas kerja yang dihasilkan. Bahkan lebih jauh keunggulan tersebut sangat ditentukan oleh keunggulan daya saingnya (Hitt et al, 1997). Daya saing yang dimiliki sumberdaya manusia tentunya yang berbasis kompetensi. Secara umum daya kompetensi sumberdaya manusia diartikan sebagai pengetahuan, perasaan (kognitif) dan sikap (afektif), keterampilan (psikomotorik) dan perbuatan yang dikuasai oleh seseorang yang telah menjadi bagian dari dirinya, ini menunjukan bahwa keunggulan bersaing mencakup tugas, keterampilan, sikap dan apresiasi yang dimiliki oleh sumberdaya karena itu perlu perencanaan sumberdaya manusia untuk dapat melaksanakan tugas-tugas sesuai dengan bidangnya. Perlu adanya perencanaan sumberdaya manusia dengan baik dan benar, namun perencanaan yang tidak terintegrasi dengan perencanaan strategi kurang memiliki makna dan tidak bisa optimal. Keunggulan bersaing adalah suatu posisi unik yang dikembangkan oleh suatu organisasi sebagai upaya untuk
Makro, Jurnal manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No 12\Nov 2011
8
mengalahkan pesaing (David, 1999). Sedangkan keunggulan bersaing menurut pendekatan sumberdaya manusia dibedakan menurut pandangan tradisional dan keunggulan bersaing yang berkelanjutan (Rothwell et al, 1997). Menurut pandangan tradisinal, sumberdaya yang dimiliki organisasi yang sama bersifat homogen dan dapat dibeli atau diadopsi dengan mudah oleh organisasi lain. Sedangkan keunggulan bersaing yang berkelanjutan dapat dicapai jika sumberdaya dan kemampuan yang dimiliki bersifat homogen tetapi berbeda dengan organisasi lain atau pesaing, dan organisasi lain atau pesaing tidak memiliki kemampuan untuk memperoleh sumberdaya sejenis. Organisasi dapat dikatakan memiliki keunggulan bersaing jika memiliki ciri antara lain : 1) kompetensi khusus, misalnya mempunyai produk dengan mutu lebih baik, mempunyai saluran distribusi yang lebih lancar, penyerahan produk yang lebih cepat, mempunyai merk produk yang lebih terkenal.(2) menciptakan persaingan tidak sempurna. Dalam persaingan tidak sempurna tidak setiap perusahaan dapat masuk dan keluar pasar dengan mudah.(3) berkelanjutan, artinya keunggulan bersaing harus bisa berlanjut dan tidak terputus-putus. (4) cocok dengan lingkungan eksternal. Lingkungan eksternal memberikan peluang dan ancaman kepada perusahaan yang saling bersaing. Oleh karena itu suatu keunggulan bersaing tidak hanya melihat kelemahan pesaing tetapi juga harus memperhatikan kondisi pasar.(5) laba yang diperoleh lebih tinggi dari pada rata-rata laba perusahaan lain. Upaya pencapaian keunggulan bersaing bagi perusahaan harus mendapat dukungan semua fungsi yang ada. Termasuk di dalamnya manajemen sumberdaya manusia. Menurut Walker (1990) menyebutkan terdapat empat karakteristik utama yang harus dipenuhi oleh fungsi sumberdaya manusia agar bisa mendukung keunggulan bersaing, yaitu 1) mengintegrasikan kegiatan sumberdaya mausia dengan strategi bisnis, 2) mengintegrasikan proses sumberdaya manusia dengan proses manajemen, 3)
mengintegrasikan fungsi sumberdaya manusia dengan bisnis. Dan 4) mengintegrasikan cara pengukuran sumberdaya manusia dengan cara pengukuran organisasi keseluruhan. Perencanaan strategi suatu organisasi secara keseluruhan terkait dengan perencanaan sumberdaya manusia karena tujuan perencanaan sumberdaya manusia harus menempatkan figur yang tepat waktu dan tepat tempat (Rothwell et al., 1997). Perencanaan sumberdaya manusia merupakan unsur penting dalam mengembangkan perencanaan strategi suatu organisasi. perencanaan strategi merupakan keputusan organisasi yang memuat tentang sesuatu yang akan dicapai sesuai misi organisasi dan metode kerja yang dilakukan untuk mencapai misi tersebut (Ivancevich, 1995). Dalam mencapai keunggulan bersaing, ada tiga macam alternatif strategi yang bisa digunakan suatu perusahaan, yaitu strategi inovasi, staregi kualitas dan strategi pengurangan biaya (Hitt et al., 1995). Alternatif strategi dan peran sumberdaya manusia pada masing-masing strategi dapat dijelaskan sebagai berikut : strategi inovasi, adalah strategi pengembangan produk yang unik berbeda dengan produk yang dihasilkan oleh pesaing. Perilaku peran sumberdaya manusia yang diperlukan adalah tingkat kreatifitas yang tinggi, fokus jangka panjang, tingkat kerja sama yang tinggi, perilaku interdependent serta perhatian yang cukup terhadap kualitas dan kuantitas. Pengawasan terhadap pekerja, memilih pekerja dengan keterampilan yang tinggi, sumberdaya untuk percobaan yang banyak dan penilaian kinerja jangka panjang. Strategi kualitas, adalah strategi menciptakan produk yang lebih berkualitas dibanding produk pesaing. Perilaku peran sumberdaya manusia yang diperlukan adalah perilaku yang bekerja berulang-ulang, fokus jangka menengah, tingkat kerja sama yang cukup, perilaku interdenpendent, perhatian yang tinggi terhadap kualitas, perhatian yang sedang terhadap kuantitas, fukos yang tinggi terhadap proses, kurang berani terhadap
Makro, Jurnal manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No 12\Nov 2011
9
resiko dan komitmen yang cukup terhadap tujuan organisasi. Implikasi yang muncul jika perusahaan menggunakan strategi ini adalah komitmen yang tinggi dan pemanfaatan pekerja lebih besar, serta membutuhkan pekerja lebih sedikit untuk menghasilkan tingkat output yang sama. Strategi pengurangan biaya, adalah strategi yang menekankan pada upaya menekan biaya serendah mungkin sehingga harga produk yang ditawarkan lebih rendah dibanding pesaing. Perilaku peran sumberdaya manusia yang diperlukan bagi perusahaan yang menggunakan strategi pengurangan biaya meliputi perilaku yang berulang dan dapat diprakirakan, fokus jangka pendek, mengutamakan individualis dan otomatisasi, perhatian yang cukup terhadap kualitas, perhatian yang lebih tinggi terhadap kuantitas, kurang berani menanggung resiko lebih menyukai kegiatan stabil. Dalam fungsi producement, kegiatan penempatan dimulai setelah perusahaan melaksanakan kegiatan penarikan dan seleksi, yaitu pada saat seorang calon tenaga kerja dinyatakan diterima dan siap untuk ditempatkan pada jabatan atau unit kerja yang sesuai dengan kualifikasinya. Proses pemberian tugas dan pekerjaan kepada tenaga kerja yang lulus dalam seleksi untuk dilaksanakan secara kontinuitas dengan wewenang dan tanggungjawab sebesar porsi dan komposisi yang ditetapkan serta mampu mempertanggung jawabkan segala resiko dan kemungkinan yang terjadi atas fungsi dan pekerjaan, wewenang dan tanggung jawab tersebut. (Bedjo Siswanto, 1989). Dengan demikian penempatan merupakan usaha menyalurkan kemampuan sumberdaya manusia sebaik-baiknya. Berdasarkan perspektif tujuan perusahaan, manajemen sumberdaya manusia bertanggung jawab atas ditempatkannya orang yang tepat, pada waktu dan tempat yang tepat, untuk menjalankan perencanaan korporat dengan kualitas yang tinggi (Lado, 1994). Sedangkan Rothwellet al. (1997) membedakan praktek dan kebijakan
Manajemen sumberdaya manusia dalam tiga perspektif teoritis, yaitu : The strctural functionalism perspective, yang menyatakan bahwa departemen manajemen sumberdaya manusia dan semua aktivitasnya merupakan resultan dari pertumbuhan organisasi dan/atau kebutuhan untuk menjalankan aktivitas yang dilakukan seorang spesialis. The strategic contingency perspective, yang memandang manajemen sumberdaya manusia sebagai wujud reaksi terhadap tekanan eksternal yang semakin kritis, seperti persyaratan perundang-undangan dan tuntutan serikat pekerja. The strategic human resources development perspective. Aktivitas manajemen sumberdaya manusia didesain untuk mendukung tujuan strategis perusahaan yang bersangkutan secara integrasi. Manajemen sumberdaya manusia bisa menjadi kekuatan pendukung bagi keunggulan bersaing, maka pilihan terbaik bagi perusahaan adalah melakukan perencanaan sumberdaya manusia secara matang. Perencanaan sumberdaya manusia merupakan proses pemrakiraan kebutuhan sumberdaya manusia untuk masa yang akan datang serta metode memenuhi kebutuhan tersebut. Dalam setiap kegiatan diperlukan adanya suatu tahapan yang harus dilalui dalam pelaksanaannya. Sejalan dengan hal itu Komaruddin, (1980) mengatakan bahwa “prosedur penempatan personalia pada dasarnya merupakan metode untuk menjamin informasi yang tepat mengenai pelamar”. Bilaman seseorang pelamar memenuhi syarat dalam suatu tingkatan prosedur, ia dapat meneruskan pada langkah berikutnya. Olek karena itu spesifikasi jabatan dan langkah prosedur penempatan personalia, sehingga penguji dapat membandingkan pelanar itu dengan syaratsyarat minimum yang ada dalam spesifikasi yang ada dalam spesifikasi jabatan tersebut. Perencanaan sumberdaya manusia akan memiliki kontribusi yang luas dan efektif jika memiliki pendekatan dengan karakteristik-karateristik tertentu. Menurut
Makro, Jurnal manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No 12\Nov 2011
10
(schuler and walker, 1990), karakteristik pendekatan strategi menajemen sumberdaya manusia yang perlu dimiliki perusahaan meliputi : (1) kebijakan dan perencanaan sumberdaya manusia yang baik. (2) meningkatkan peran manajer lini dalam proses sumberdaya manusia. (3) mengintegrasikan kebijakan dan perencanaan sumberdaya manusia dengan kebijakan manajemen sumberdaya manusia organisasi. (4) memotivasi bawahan. (5) pengakuan terhadap budaya kerja individu, kelompok dan organisasi. Rothwell (1997) manambahkan untuk perencanaan sumberdaya manusia diperlukan lima konsep, yaitu : 1. keinginan dari manajemen puncak dan manajer sumberdaya manusia agar manajemen sumberdaya manusia terlibat lebih proaktif dalam pencapaian tujuan organisasi. 2. upaya untuk mengintegrasikan kebutuhan dan harapan pekerja dalam mengembangkan karir dengan tujuan organisasi. 3. kebutuhan untuk mengkoordinasikan dan mengintegrasikan berbagai bidang fungsional manajemen sumberdaya manusia menurut strategi dan tujuan organisasi. 4. pengakuan terhadap kontribusi strategi dan tujuan organisasi. 5. persyaratan perencanaan sumberdaya manusia yang terintegrasi. Sedangkan persyaratan yang harus dipenui agar perencanaan sumberdaya manusia berorientasi jangka panjang dan terintegrasi penuh dengan perencanaan strategi, dibutuhkan beberapa persyaratan diantaranya adalah : 1. analisis terhadap lingkungan eksternal untuk menentukan perencanaan strategi yang terpusat dan berjangka panjang sesuai keinginan organisasi. 2. perencanaan strategi jangka panjang merupakan tanggapan terhadap lingkungan dan tujuan organisasi. para manajer memahami dan komitmen terhadap pengembangan rencana tersebut.
3. Manajemen puncak mengakui bahwa manajemen sumberdaya manusia mendapat prioritas yang sama dengan manajemen fungsional lainnya. 4. Organisasi harus menyediakan staf, waktu dan sumberdaya lain untuk menyusun, menerapkan dan memonitor rencana sumberdaya manusia. 5. Perlu adanya pengembangan sistem informasi sumberdaya manusia. 6. Fungsi perencanaan sumberdaya manusia perlu bekerja sama dengan fungsi perencanaan organisasi. 7. Fungsi perencanaan sumberdaya manusia perlu mempertahankan hubungan yang serasi dengan aspek lain dari fungsi manajemen sumberdaya manusia. Suatu organisasi atau perusahaan pada saat ini akan menghadapi tantangan bisnis yang kritis dan secara kolektif tantangan tersebut menuntut organisasi membangun kemampuan-kemampuan baru. Tantangan tersebut diantaranya adalah : 1. Globalisasi, yang menuntut organisasi agar meningkatkan kemampuan untuk memperlajari, melakukan kolaborasi, dan menangani perbedaan, kompleksitas maupun ambiguitas. 2. Profitabilitas melalui pertumbuhan. Hal ini bisa dilakukan melalui upaya mendapatkan pelanggan baru, mengembangkan produk baru yang kreatif-inovatif, dan harus mendorong arus informasi bebas, serta pemerataan pengetahuan para pekerja. 3. Teknologi. Tantangan yang dihadapi para manajer dalam teknologi ini adalah menciptakan pemahaman dan penggunaan yang benar terhadap teknologi. Teknologi dapat dan akan mempengaruhi metode dan tempat penyelesaian pekerjaan. 4. Modal intelektual. Manajer harus bisa meyakinkan bahwa mereka (sumberdaya manusia) mempunyai kemampuan untuk menentukan, mengasimilasi, mengembangkan, menggantikan dan mempertahankan individu-individu yang berbakat.
Makro, Jurnal manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No 12\Nov 2011
11
5. Perubahan. Yang paling kompetitif yang dihadapi perusahaan adalah penyesuaian perubahan yang tiada henti-hentinya. Perusahaan harus selalu dalam kondisi transformasi yang tidak pernah berakhir, fundamental dan kontinyu. Tantangan tersebut tampaknya hanya bisa diantisipasi organisasi dengan cara mengintegrasikan perencanaan strategi dengan manajemen sumberdaya manusia. Dengan integrasi tersebut akan mampu mendukung pencapaian keunggulan bersaing. Alasan yang menjadi dasar organisasi perlu melakukan integrasi adalah : 1. Integrasi menawarkan banyak penyelesaian untuk pemecahan masalah organisasi yang kompleks. 2. Integrasi memberikan kepastian bahwa sumberdaya manusia, finansial dan teknologi menjadi pertimbangan dalam penentuan tujuan dan prakiraan penerapan kemampuan. 3. Melalui integrasi organisasi harus mempertimbangkan individu-individu yang menyertai dan harus menerapkan kebijakan. 4. Hubungan tinbal balik dalam mengintegrasikan sumberdaya manusia dan satrategi membatasi subordinasi dari pertimbangan strategi pada hal-hal yang menjadi pilihan sumberdaya manusia dan mengesampingkan sumberdaya manusia sebagai sumber penting kemampuan organisasi dan keunggulan bersaing. Tipologi strategi manajemen sumberdaya manusia menurut Manziini (1996) terdiri dari pengembangan (development), perluasan (expansion), produktivitas (produktivity) dan penciutan (redirecction). Pengembangan yang menjdi pilihan formulasi strategi, adalah investasi sumberdaya manusia, mengubah tujuan perusahaan atau, mengubah strategi operasi disesuaikan dengan keterampilan dan sumberdaya yang tersedia. Perluasan prioritas utama adalah alokasi sumberdaya untuk mecapai pertumbuhan yang berkelanjutan, profitabilitas dan untuk mengelola efek pertumbuhan. Produktifitas merupakan alternatif yang bisa digunakan
yaitu persiapan dan antisipasi perubahan, meningkatkan posisi persaingan saat ini serta menggunakan sumberdaya untuk meningkatkan sosialisasi, pelatihan pengembangan rencana suksesi dengan maksud untuk memperbaiki kelemahan organisasi. Penciutan dalam mengantisipasi perubahan-perubahan yang sedang dan akan terus terjadi, maka sistem integrasi perencanaan strategi, perencanaan operasional dan perencanaan sumberdaya manusia yang bersifat proaktif serta berorientasi masa depan, maka memungkinkan fungsi sumberdaya manusia berperan sebagai bagian yang efektif dalam merencanakan organisasi dan dapat mengakselerasi perencanaan strategi mapun operasional perusahaan. Oleh karena itu Dalam mendisain proses pengembangan dan perencanaan sumberdaya manusia yang efektif, kebutuhan yang makin komplek, perubahan kebutuhan yang ada pada organisasi harus diintegrasikan menjadi satu sistem. Pada umumnya perencanaan yang terdapat pada organisasi meliputi, perencanaan strategi, operasional serta sumberdaya manusia. Perencanaan strategi adalah bertujuan untuk menjaga kelangsungan hidup perusahaan dalam lingkungan persaingan dan memberikan prakiraan kebutuhan sumberdaya manusia dalam jangka panjang. Perecanaan ini terkait dengan analisis perubahan historis dan ketidakpastian, sehingga memerlukan skenario berdasar perubahan jangka panjeng yang tidak semuanya bisa diprediksi. Perencanaan operasional, yaitu menentukan kebutuhan sumber tenaga kerja dan kebutuhan kerja lain sehari-hari, saat ini dan yang akan datang. Berdasarkan realita, biaya, waktu, sumberdaya dan output. Perencanaan sumberdaya manusia yaitu meramalkan kualitas tenaga kerja yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan jangka pendek maupun jangka panjang yang menyatukan program dan kebijakan pengembangan sumberdaya manusia, dengan fokus pada penentuan tenaga kerja aktual yang akan dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan
Makro, Jurnal manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No 12\Nov 2011
12
jangka pendek dan jangka panjang dalam perencanaan strategi. Integrasi perencanaan strategi dan perencanaan sumberdsaya manusia digunakan untuk membangun keunggulan bersaing, maka sistem integrasi tersebut digunakan untuk mencapai tujuan sebagai 1) mengeliminir perbedaan antar perencanaan strategi dan perencanaan sumberdaya manusia atau untuk menyamakan kerangka analisis dan teknis umum yang digunakan oleh pihak yang berkompeten pada tiap fungsi, 2) mengidentifikasi dan mengelompokkan faktor-faktor perencanaan yang saling tergantung secara sistematis dan konsisten, 3) kebutuhan (demand) perusahaan terhadap tenaga kerja ditentukan melalui perencanaan strategi, sedangkan prediksi ketersediaan tenaga kerja (supply) ditentukan melalui perencanaan sumberdaya manusia, 4) selisih (Gap) menunjukan kekurangan, surplus atau perbedaan dalam skill, kemampuan manajerial atau tipe sumberdaya manusianya, 5) memprediksi supply tenaga kerja dilakukan dengan cara menentukan Environment baseline (promosi, demosi, tumover dan lain-lain) kemudian dibandingkan dengan demand tenaga kerja, dan 6) perencanaan strategi harus mempertimbangkan faktor-faktor internal dan eksternal. Determinan efektifitas integrasi upaya untuk melakukan integrasi bukan merupakan hal yang mudah bagi organisasi. oleh karena itu agar integrasi bisa efektif ada beberapa faktor yang harus diperhatikan antara lain : faktor lingkungan yaitu persaingan yang semakin ketat, perkembangan teknologi yang cepat, dan perubahan demografi pasar tenaga kerja, faktor sejarah dan budaya organisasi, faktor strategi organisasi yang dipilih, faktor struktur organisasi, faktor lain dan skill yang dianut eksekutif dan pekerja, faktor sistem manajemen dan komunikasi dan faktor data base sumberdaya manusia yang berhasil dikembangkan.
keunggulan bersaing dibanding pesaingnya. Upaya pencapaian keunggulan bersaing bagi perusahaan harus mendapat dukungan semua fungsi organisasi yang ada, termasuk di dalamnya manajemen sumberdaya manusia. Terdapat empat karakteristik utama yang harus dimiliki oleh fungsi sumberdaya manusia dengan strategi perusahaan, mengintegrasikan proses sumberdaya manusia dengan proses manajemen, mengitegrasikan fungsi sumberdaya manusia dengan fungsi organisasi dan mengintegrasikan cara pengukuran sumberdaya manusia dengan cara pengukuran organisasi secara keseluruhan. Sumberdaya manusia merupakan sumberdaya terpenting pada sebuah organisasi. karena itu salah satu metode membangun keunggulan bersaing sebuah organisasi melalui pengintegrasian perencanaan strategi dengan perencanaan sumberdaya manusia yang berorientasi jangka panjang. Beberapa persyaratan yang diperlukan antara lain adalah analisis terhadap lingkungan eksternal dan manajemen strategi untuk perencanaan strategi yang terpusat dan berjangka panjang sesuai keinginan organisasi. Perencanaan strategi jangka panjang merupakan tanggapan terhadap lingkungan dan tujuan organisasi. Masalah manajemen sumberdaya manusia, prioritas yang sama dengan masalah manajemen lain, organisasi harus menyediakan staff, waktu, dan sumberdaya lain untuk menyusun, menerapkan dan memonitor rencana sumberdaya manusia. Perlu adanya pengembangan sistem informasi sumberdaya manusia, fungsi perencanaan sumberdaya manusia perlu bekerja sama dengan fungsi perencanaan perusahaan dan fungsi perencanaan sumberdaya manusia perlu mempertahankan hubungan yang serasi dengan aspek fungsi lain dan fungsi manajemen sumberdaya manusia. Pengintegrasian perencanaan strategi Penutup dengan perencanaan sumberdaya manusia pada organisasi merupakan salah satu Persaingan global organisasi yang ingin metode yang dapat digunakan untuk memenagkan persaingan harus memiliki membangun keunggulan bersaing Makro, Jurnal manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No 12\Nov 2011
13
Unification of Strategigc, organisasi. harapannya ketika organisasi Operational, and Human memiliki keunggulan bersaing, maka Resources Planning kemungkinan program-program yang Sistems”. Human Resources direncanakan organisasi akan tercapai. Oleh karena itu membangun keunggulan bersaing Planning, vol. 11, no. 2, pp. melalui integrasi perencanaan strategi dan 79 perencanaan sumberdaya manusia Purnama, Nursyabani ., 2000., “Membangun Keunggulan Bersaing Melalui merupakan salah satu upaya untuk mencapai Perencanaan SDM”. keunggulan bersaing . Usahawan, no : 077 th. XXIX. Juli 2000. Daftar Pustaka Rothwell W.J., Holne C.K. and King S.B., “Human Performance Bedjo Siswanto 1989), Manajemen Tenaga Improvement : Building kerja, Sinar baru, bandung. Practitioner Competence.”, Comer, J. and Ulrich, D. (1996), : Humana Gulf Publishing Company, Resources Roles, Creating Texas. Values, Short Retoric, Schuler, R.S. and Walker., J.W., 1990., “Human Resources Planning” “Human Permormance Resources Strategy : PP. 38-49. Focusing on Issue and Hitt, M.A., Ireland R.D. and Hoskisson R.E., 1995., “Strategic atctions, Organizational management Dinamic, vol. 19. No. 1, pp. Competitiveness and 5-19. glibalization”., West Ulrich, D., 1998., “A New Mandate for Human Resources”, Harvard Publishing Company. Ivancevich, Johni M., 1995, ”Human Business Reciew, Jan-Feb., Resource Managewment : pp. 125-134. Fondation of Personaet, 6 Walker, J.W., 1994., “Integrating The Human resources Function With The tah Edition, Homewaood Business Resources Illinois, Ricchard D, Irwin Inc. Planning”, Human resources Kane, Robert L., and Susan Stanton., 1994., “Human Resources Planning Planning, vol. 17 no. 2 pp. : Where are We Now”, Asia 59-77. Pasific Human Resources management, winter, vol. 29, 2. Komaruddin, (1980)., Pengadaan Personalia, Edisi 1,CV. Rajawali Jakarta. Lado. A A., and Wilson, M.C., 1994., “Human Resources System and Susteined Competitive Advantage : A. Competency Based Perspective, “ Academy of Management Reviewm” vol. 19, no. 4, pp. 699-727. Manzini, Andrew O., 1996., “Integrating Human Resources Planning and Development : The Makro, Jurnal manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No 12\Nov 2011
14
PENGARUH FAKTOR POLITIK TERHADAP PERGERAKAN KURS RUPIAH / DOLLAR AMERIKA (Pasca memorandum I sampai dengan pengangkatan Megawati sebagai presiden) Oleh : Zef Risal Dosen Tetap Fakultas Ekonomi Universitas Madura ABSTRAK Krisis moneter yang melanda Indonesia sejak pertengahan tahun 1997 dan dipicu oleh melemahnya nilai tukar rupiah terhadap USD telah mengarahkan kepada diadopsinya sistem nilai tukar mengambang (free floating exchange rate). Secara teori, dalam sistem nilai tukar mengambang penuh kebijakan moneter akan semakin efektif khususnya apabila diikuti oleh mobilitas kapital secara internasional semakin sempurna. Sejak Presiden Abdurrahman Wahid (gusdur) mengeluarkan pernyataan tentang pencabutan kebijakan Tap MPR No. XXV/ MPRS/1966 tentang larangan penyebaran ajaran komunisme dan Marxisme kondisi politik di tanah air semakin tidak pasti. Selain itu kurang arifnya jikalau seorang Presiden puluhan kali berkunjung ke luar negeri ketika negara dalam kondisi memprihatinkan. Melihat fenomena di atas, maka sangat menarik untuk mencermati pergerakan rupiah terhadap dollar pada saat meningkatnya situasi ketidakpastian di dalam sistem nilai tukar mengambang penuh yang disebabkan oleh pengaruh faktor politik, tingkat bunga SBI Real dan indeks harga saham gabungan (IHSG) pasca memorandum pertama (I) pada pemerintahan Abdurrahman Wahid sampai dengan diangkatnya Megawati menjadi presiden. Data yang digunakan dalam analisis ini merupakan data sekunder berupa data harian dengan jangka waktu dimulai dari tanggal 1 Februari 2001 sampai dengan 23 Juli 2001 (pasca memorandum pertama sampai dengan pengangkatan Megawati sebagai presiden), yang merupakan data time series yang didapat dari instansi terkait dengan kepentingan data tersebut, seperti annual report BEJ, Statistik Ekonomi-Keuangan Indonesia, International Financial Statistik (IFS), IMF, World Bank, dan Buletin Statistik Bulanan Indikator Ekonomi Biro Pusat Statistik. Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode error correction model. Dari ketiga variabel independent yang mempengaruhi pergerakan kurs rupiah terhadap dollar Amerika ternyata variabel faktor politik (POL) yang paling dominan mempengaruhi pergerakan kurs Rp/USD dengan nilai koefisien parsialnya yang terbesar , sementara yang paling kecil dalam mempengaruhi pergerakan kurs Rp/USD yaitu variabel SBIREAL dengan tingkat signifikansi 1%. Hasil temuan empiris dalam studi ini memunculkan satu implikasi pokok bagi kebijkan pengelolaan ekonomi makro yang benar-benar solid agar nilai tukar rupiah selalu berada dalam keseimbangan nilai tukar yang wajar dengan mengupayakan menciptakan stabilitas sosial-politik, ekonomi keuangan, dan penciptaan rasa aman dalam berinvestasi sehingga bisa memulihkan kepercayaan investor asing dan domestik untuk menanamkan modalnya kembali ke Indonesia, perlu menjaga kestabilan tingkat bunga SBI sebagai sasaran operasional dan inflasi sebagai sasaran tunggal, karena perbedaan tingkat bunga dan tingkat inflasi dapat memperburuk nilai tukar rupiah baik. Oleh karenanya, kebijakan moneter dengan pengendalian inflasi sebagai sasaran tunggal dan tingkat bunga sebagai sasaran operasional perlu didukung dan dapat dilaksanakan di Indonesia.
Pendahuluan oleh melemahnya nilai tukar rupiah terhadap Krisis moneter yang melanda Indonesia USD telah mengarahkan kepada diadopsinya sejak pertengahan tahun 1997 dan dipicu sistem nilai tukar mengambang (free floating Makro, Jurnal manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No 12\Nov 2011
15
exchange rate). Hal ini memberi dampak yang besar kepada kebijakan moneter yang diambil oleh Bank Indonesia mengingat nilai tukar tidak lagi bertindak sebagai jangkar perekonomian. Dengan demikian, program moneter yang dicanangkan adalah mempertahankan stabilitas harga melalui pengaturan jumlah uang beredar. Secara teori, dalam sistem nilai tukar mengambang penuh kebijakan moneter akan semakin efektif khususnya apabila diikuti oleh mobilitas kapital secara internasional semakin sempurna. Setiap terjadi tekanan nilai tukar Rupiah sebagai efek kebijakan moneter akan disesuaikan melalui pengaruh suku bunga terhadap aliran modal dan pengaruh perubahan nilai tukar Rupiah terhadap penawaran ekspor dan permintaan impor. Oleh karena suku bunga tampak memegang peranan vital dalam pengendalian moneter dalam sistem nilai tukar yang fleksibel, maka pendekatan pengendalian moneter diusulkan untuk menggunakan suku bunga sebagai sasaran operasional dengan inflasi sebagai sasaran tunggal. Untuk mencapai sasaran inflasi dengan baik, maka perlu dicari sasaran antara yang dekat hubungannya dengan inflasi. Sasaran ini dapat berupa suku bunga jangka panjang seperti suku bunga deposito 3 bulan atau lebih dan nilai tukar Rupiah, baik secara nominal maupun riil. Transmisi perubahan nilai tukar Rupiah ke inflasi dapat melalui dua saluran. Pertama, melemahnya nilai tukar Rupiah akan menaikkan biaya produksi yang memakai barang impor sehingga menaikkan harga. Tekanan harga ini akan diperburuk jika para buruh melakukan desakan kenaikan upah nominal dalam rangka mempertahankan upah riilnya. Kedua, harga non-tradable goods yang relatif lebih murah dibandingkan harga tradable goods akan mendorong permintaan non-tradable goods sehingga meningkatkan harga domestik. Kenaikan harga ini akan dipicu lagi jika suku bunga relatif rendah. Sejak Presiden Abdurrahman Wahid (gusdur) mengeluarkan pernyataan tentang
pencabutan kebijakan Tap MPR No. XXV/ MPRS/1966 tentang larangan penyebaran ajaran komunisme dan Marxisme kondisi politik di tanah air semakin tidak pasti. Selain itu kurang arifnya jikalau seorang Presiden puluhan kali berkunjung ke luar negeri ketika negara dalam kondisi memprihatinkan. Satu dua kali bisa dibenarkan untuk mencari dukungan luar negeri. Selain persoalan terlalu seringnya berkunjung ke luar negeri, Presiden Abdurrahman Wahid juga terkait dengan Buloggate dan Bruneigate. Ini merupakan puncaknya yang menyebabkan DPR mengeluarkan memorandum I. Kondisi politik yang tidak pasti ini membuat kalangan usahawan menghawatirkan ketidakpastian nilai tukar Rupiah terhadap dollar yang menembus pada level Rp. 10.000. Ketidakpastian nilai tukar itu membuat kalkulasi biaya produksi tidak menentu dan daya beli masyarakat menurun sehingga dunia usaha pun dapat terancam babak-belur lagi Semakin terpuruknya nilai tukar rupiah ini akibat tidak adanya kepastian, baik politik maupun keamanan. Ada gejala kuat pertengkaran di kalangan elite politik semakin mengeras. Tidak ada tanda-tanda elite politik melakukan rekonsiliasi. "Kondisi ini akan semakin parah kalau konflik elite ini diikuti konflik di tingkat massa bawah. Pengalaman di Jawa Timur menunjukkan, setelah terjadi aksi tebang pohon dan pembakaran kantor Golkar, harga-harga langsung naik. Kenaikan harga tidak semata-mata karena perhitungan ekonomis, tapi juga karena faktor psikologis. Di bisnis real estat kandungan impornya kecil. Tapi, tetap akan berpengaruh. Kenaikan semen barangkali cuma sedikit, tapi secara psikologis akan diikuti komponen lain. Melihat fenomena di atas, maka sangat menarik untuk mencermati pergerakan rupiah terhadap dollar pada saat meningkatnya situasi ketidakpastian di dalam sistem nilai tukar mengambang penuh yang disebabkan oleh pengaruh faktor politik, inflasi dan indeks harga saham gabungan (IHSG) pasca memorandum pertama (I) pada pemerintahan Abdurrahman Wahid.
Makro, Jurnal manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No 12\Nov 2011
16
Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini adalah : 1. Apakah faktor politik, inflasi, dan Indeks Harga Saham Gabungan secara induvidu memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pergerakan nilai tukar Rupiah/USD pada pemerintahan Abdurrahman Wahid Pasca Memorandum pertama (I)? 2. Apakah faktor politik, inflasi, dan Indeks Harga Saham Gabungan secara bersama-sama memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pergerakan nilai tukar Rupiah/USD pada pemerintahan Abdurrahman Wahid Pasca Memorandum pertama (I)? Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui pengaruh faktor politik, inflasi, dan Indeks Harga Saham Gabungan secara induvidu terhadap pergerakan nilai tukar Rupiah/USD pada pemerintahan Abdurrahman Wahid Pasca Memorandum pertama (I) 2. Untuk mengetahui pengaruh faktor politik, inflasi, dan Indeks Harga Saham Gabungan secara bersama-sama terhadap pergerakan nilai tukar Rupiah/USD pada pemerintahan Abdurrahman Wahid Pasca Memorandum pertama (I)
diatas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah : H1 -------> Ada pengaruh yang siginifikan antara Faktor Politik (POL), Inflasi (INFDO), dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terhadap pergerakan kurs rupiah/USD pada pemerintahan Abdurrahman Wahid pasca memorandum I baik secara serentak maupun secara parsial. H0 -------> Tidak Ada pengaruh yang siginifikan antara Faktor Politik (POL), Inflasi (INFDO), dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terhadap pergerakan kurs rupiah/USD pada pemerintahan Abdurrahman Wahid pasca memorandum I baik secara serentak maupun secara parsial. Landasan Teori Pengertian Valas (Forex/Foreign Currency) Valas atau foreign exchange (forex) atau foreign currency diartikan sebagai mata uang asing dan alat pembayaran lainnya yang digunakan untuk melakukan atau membiayai transaksi ekonomi dan keuangan internasional atau luar negeri dan biasanya mempunyai catatan kurs resmi pada Bank Sentral atau Bank Indonesia (Dr. Hamdy Hady, 2001:25)
Mekanisme Bursa Valas Bursa atau pasar valas diartikan sebagai suatu tempat atau system di mana perorangan, perusahaan, dan bank dapat melakukan transaksi keuangan internasional Hipotesa dengan jalan melakukan pembelian atau Berdasarkan latar belakang masalah, permintaan (demand) dan penjualan atau perumusan masalah, tujuan penelitian dan penawaran (supply) atas valas (forex). landasan teori yang telah dikemukakan
Makro, Jurnal manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No 12\Nov 2011
17
Gambar Mekanisme Bursa Valas
Mesin USD 10.000,00
M–A JKT
X–B NY
E
F USD (Kurs Jual Bank) Rp8.000
(Kurs Beli Bank) USD 0,000125/Rp
Bank BNI
USD Rp
Bursa / Pasar valas
USD
BI (BS)
Rp
Bank BCA Jkt USD (Kurs Beli Bank) Rp7.000/$
(Kurs Jual Bank) USD 0,0001428/Rp
G
H USD 10.000,00
M–C N.Y
Keterangan : M – A = Importir mesin di Jakarta X – B = Eksportir mesin di New York M – C = Importir garmen di New York X – D = Eksportir garmen di Jakarta B.I = Bank Indonesia B.S = Bank Sentral EFGH = Bursa/pasar valas Seorang importir A di Jakarta ingin mengimpor mesin dari seorang eksportir B di New York seharga USD 10.000. Karena pembayaran harus dilakukan dalam USD maka importir A di Jakarta sebagai nasabah harus dating ke bank devisa, misalnya Bank BNI, untuk membeli/meminta USD dengan menjual/menawarkan rupiah (IDR). Dalam hal ini yang diartikan dengan bank devisa adalah bank umum pemerintah dan swasta yang diizinkan oleh pemerintah untuk menjual, membeli, dan menyimpan serta menyelenggarakan lalu lintas pembayaran international/luar negeri. Bila kurs atau forex rate yang berlaku pada waktu itu sebesar Rp 8.000,-/USD, maka untuk mendapatkan USD 10.000 importir A membayar rupiah
Garmen
X–D JKT
sebanyak USD 10.000 x Rp 8.000,-/USD = R. 80.000.000. Sistem Nilai Tukar Sistem nilai tukar atau sistem kurs sebenarnya didasari atas konsep konvertibilitas mata uang (international convertible currency). Konsep ini menunjukkan derajat kebebasan suatu mata uang jika akan dikonversikan kepada mata uang yang lain. Mata uang USD termasuk salah satu mata uang kuat, yang artinya USD dengan mudah dapat dikonversikan dalam mata uang lainnya. Ini adalah salah satu alasan penggunaan kurs rupiah terhadap USD sebagai salah satu variabel dalam penelitian ini. Permasalahan konvertibilitas yang timbul, kemudian pecah dengan
Makro, Jurnal manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No 12\Nov 2011
18
terbentuknya sistem kurs dunia. Secara umum, pada saat ini negara di dunia menganut sistem kurs mengambang dengan varian tertentu. Sebelum sistem kurs mengambang diterima secara umum sebagai sistem nilai tukar, pada tahun-tahun terdahulu ada beberapa sistem kurs yang mendahului sistem kurs mengambang, yaitu (1) sistem standar emas(1821-1914), (2) non system (1914-1946), (3) sistem Bretton Woods (1946-1968), (4) sistem kurs tertambat (1968-1973), dan sistem kurs yang mulai berlaku sejak tahun 1973 hingga sekarang.
Menurut Jeff (1992:153) sistem ini juga dikenal dengan nama sistem Bretton Wodds, karena terbentuk pada waktu diselenggarakannya konferensi Bretton Wodds. Pada sistem ini, kurs suatu mata uang terhadap mata uang lainnya dipatok atas perbandingan tertentu yang tetap dari waktu ke waktu, pergerakan kurs dikendalikan agar selalu konstan atau berfluktuasi dengan rentang yang pendek. Jika suatu negara mengalami defisit yang besar pada neraca pembayarannya, seperti Amerika Serikat pada tahun 1971, dapat dilakukan devaluasi yang akan mengoreksi nilai tukar yang ada di pasar. Gambaran Sistem kurs tertambat sistem kurs tertambat adalah sebagai berikut : Gambar Penentuan Kurs dalam Sistem Kurs Tertambat (Rp/$)
S0(Rp/$)
$1
$0
$2
Sumber : Kuncoro, Mudrajad 1996. Manajemen Keuangan Internasional. Yogyakarta. BPFE Yogyakarta Hal. 158. Diolah Sebagaimana terlihat pada gambar di atas, jika terjadi pengurangan penawaran atas USD dari $0 ke $1 maka kurs akan tetap pada $0, demikian juga jika terjadi penambahan penawaran atas USD, kurs tetap pada tingkat $0. Dengan kata lain sebesar apapun perubahan suplai dollar pada pasar internasional, nilai tukar antara rupiah dan USD akan tetap berada pada satu titik yang telah ditentukan sebelumnya. bawah. Jika pergerakan kurs telah melewati Sistem kurs mengambang terkendali batasan tersebut, maka pemerintah melalui Pada sistem kurs mengambang otoritas moneternya akan melakukan terkendali, otoritas moneter berperan aktif intervensi ke pasaruang internasional untuk dalam menstabilkan nilai tukar mata uangnya mengembalikan kurs mata uang kepada pada tingkat tertentu. Dengan cadangan posisinya yaitu di antara batas atas dan devisa yang dimiliki, otoritas moneter akan batas bawah. Band ini bersifat lentur membeli atau menjual valas di pasar untuk sehingga dapat dilebarkan atau disempitkan mempengaruhi pergerakan kurs. Untuk itu, rentang jaraknya, sebagaimana yang terlihat dibuat suatu batas pergerakan kurs, yang dalam gambar berikut disebut dengan band. Band ini berupa dua jenis batasan yaitu batasan atas dan batasan
Makro, Jurnal manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No 12\Nov 2011
19
Gambar Penentuan Kurs dalam Sistem Kurs Mengambang Terkendali
S S(Rp/$)
2
S2(Rp/$)
S S 1
S0(Rp/$)
D S1(Rp/$) $2 $0 $1 Sumber : Kuncoro, Mudrajad 1996. Manajemen Keuangan Internasional. Yogyakarta. BPFE Yogyakarta Hal. 160. Diolah . Selain mencerminkan posisi pergerakan kurs, S1 dan S2, juga diasumsikan sebagai batas atas dan batas bawah intervention band. Jika rupiah terapresiasi hingga menyentuh batas atas S1, pemerintah akan melakukan intervensi dengan mengurangi penawaran USD sehingga kurs akan kembali bergerak ke posisi S0. Demikian pula sebaliknya, jika rupiah terdepresiasi hingga batas S2, maka pemerintah akan melakukan intervensi dengan menambah penawaran USD sehingga kurs akan bergerak kembali ke posisi S0. Dengan mekanisme ini diharapkan rupiah akan selalu bergerak pada kisaran yang sesuai dengan harapan otoritas moneter
tangan pemerintah. Sistem ini sering disebut dengan clean floating atau pure/freely floating rate, karena otoritas moneter tidak berupaya untuk menetapkan atau memanipulasi kurs. Jika suatu negara memilih untuk menggunakan sistem kurs ini, maka negara tersebut tidak lagi membutuhkan cadangan devisa yang khusus digunakan untuk mengintervensi pasar uang internasional. Dengan situasi ini, maka kekuatan perdagangan domestik akan tercermin secara riil pada nilai mata uangnya. Hal ini digambarkan sebagai berikut :
Sistem kurs mengambang bebas Pada sistem kurs mengambang bebas, kurs suatu mata uang ditentukan sepenuhnya oleh mekanisme penawaran dan permintaan pasar uang, tanpa ada campur
Makro, Jurnal manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No 12\Nov 2011
20
Gambar Penentuan Kurs Dalam Sistem Kurs Mengambang Bebas S(Rp/$)
S4(Rp/$)
S4 S2
S2(Rp/$) S0(Rp/$)
S S1 S3
S1(Rp/$) S3(Rp/$)
D $4 $2 $0 $1 $3= Sumber : Kuncoro, Mudrajad 1996. Manajemen Keuangan Internasional. Yogyakarta. BPFE Yogyakarta Hal. 160. Diolah
Karena tidak ada mekanisme intervensi oleh otoritas moneter, kurs rupiah terhadap dollar dapat bergerak dalam rentang yang sangat panjang, dan mempunyai kemungkinan untuk tidak kembali pada posisi equlibrium semula. Jika penawaran USD pada awalnya sebesar $0, dan terjadi penambahan suplai hingga $1, maka akan terjadi apresiasi rupiah pada sisi horisontal hingga S1. Jika secara terus menerus terjadi penambahan penawaran USD akan berada pada titik S3 yang selanjutnya akan mengapresiasi rupiah hingga tingkat S3 pada sisi horisontal. Demikian pula sebaliknya, jika terjadi pengurangan penawaran USD, akan berjalan mekanisme yang sebaliknya. Hubungan Antara Kurs Valas Dengan Tingkat Inflasi Dan Tingkat Bunga IRP adalah salah satu teori yang paling dikenal dalam keuangan internasional yang menerangkan bagaimana hubungan antara bursa valas (forek market) dan money market (pasar uang internasional). Teori IRP menyatakan bahwa perbedaan tingkat bunga (sekuritas) pada international money market ataupun discount. Dengan kata lain, berdasarkan teori IRP akan dapat ditentukan
berapa kurs forward atau forward rate (FR) dibandingkan dengan spot rate (SR) bila terdapat perbedaan bunga antara home country dan foreign country. Indeks Harga Saham Gabungan Harga pasar saham, yang merupakan harga pasar saham yang berlaku saat itu, dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti kondisi manajemen perusahaan, pendapatan perusahaan saat ini, pendapatan yang diharapkan pada masa yang akan datang, dan lingkungan ekonomi yang mempengaruhi suatu pasar modal. Bila diikuti urut-urutannya berbagai faktor tersebut sebenarnya merupakan alat yang digunakan oleh investor dalam pengambilan keputusan untuk membeli atau menjual saham. Di sini hukum permintaan dan penawaran yang berperan. Jika permintaan terhadap suatu saham meningkat maka harga saham tersebut akan meningkat demikian pula sebaliknya. Pada dasarnya harga pasar saham secara konsepsional adalah nilai sekarang (present value) dari pendapatan, artinya seberapa besar nilai sekarang dari pendapatan yang akan diberikan pada masa yang akan datang.
Makro, Jurnal manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No 12\Nov 2011
21
Indeks Harga Saham Gabungan adalah perbandingan total nilai pasar saham terhadap total nilai dasar yang merupakan salah satu indikator bagi perkembangan suatu pasar modal yang dapat digunakan oleh investor untuk mengetahui keadaan pasar saat itu. Selain itu IHSG juga dapat menjadi barometer kesehatan perekonomian suatu negara. IHSG juga dapat dikatakan sebagai pencerminan bagi berbagai fenomena ekonomi, bahkan fenomena sosial dan politik. Indeks Harga Saham Gabungan sebenarnya merupakan angka indeks harga pasar saham yang disusun dan dihitung sedemikian rupa sehingga menghasilkan trend yang dapat digunakan untuk mengamati perubahan-perubahan harga saham dari waktu ke waktu. Kegunaan dari Indeks Harga Saham Gabungan atau disebut juga Indeks Pasar menurut Jones (1996:511) adalah sebagai berikut: a. Menunjukkan bagaimana keadaan harga saham di bursa/pasar Investor terdorong melakukan investasi apabila harga-harga saham cenderung bergerak naik dan bila terjadi sebaliknya investor cenderung melikuidasi sahamnya. b. Memperkirakan apa yang akan terjadi Misalkan berdasarkan catatan historis (historical record) indeks, pasar saham tidak pernah turun lebih dari X persen dalam periode enam bulan. Meskipun informasi ini tidak menjamin bahwa penurunannya tidak akan terjadi selama periode tersebut tetapi pengetahuan seperti ini membantu investor dalam mengevaluasi resiko penurunan yang bisa terjadi selama periode tersebut. Politik Pendefinisian politik dapat digolongkan menjadi tiga. Pendefinisian secara institusional, fungsional dan hakekat politik. Pendefinisian politik secara institusional adalah sebagai proses yang menyelidiki lembaga-lembaga politik (politic intstitusionil), seperti negara, pemerintah, dewan
perwakilan dan lain-lain (F. Isjwara S.H L.L.M, 1999:38). Wilbur White merumuskan ilmu politik adalah ilmu yang mempelajari asal mula, bentuk-bentuk dan proses-proses negara dan pemerintah. Pendefinisian secara fungsional dapat dipandang sebagai reaksi terhadap pendefinisian institusional yang terlalu menitikberatkan pada struktur formal lembaga-lembaga politik dengan peninjauannya yang terlalu dogmatis yuridis dan terlalu menitikberatkan pada dokumendokumen hokum dari pada kenyataan sosiopolitis. Fungsionalisme lebih mengutamakan fungsi dan aktivitas dari pada struktur formal dari lembaga-lembaga politikyang diselidiki. Fungsionalisme meninjau lembaga-lembaga politik tidak sebagai lembaga-lembaga yang terasing dan bebas dari pengaruh factorfaktor kekuasaan riil. Pendefinisian politik secara hakikat adalah perjuangan untuk memperoleh kekuasaan, teknik menjalankan kekuasaankekuasaan atau masalah-masalah pelaksanaan dan kontrol kekuasaan dan atau pembentukan dan penggunaan kekuasaan (Dr. J. Suy, 1954 : 15). Metode Penelitian Identifikasi variable Berdasarkan perumusan masalah dan tinjauan teori, maka variable-variabel dalam penelitian ini terdiri dari : 1. Variabel tergantung (dependent) Yaitu pergerakan rupiah (Rp) variable yang dinotasikan dengan Y 2. Variabel bebas Yaitu variable yang dinotasikan dengan : X1 : Faktor Politik X1 = 1 bila (terjadi statemen Presiden Abdurrahman Wahid, dan gangguan keamanan) X1 = 0 bila tidak terjadi (terjadi statemen Presiden Abdurrahman Wahid, dan gangguan keamanan) X2 : Tingkat Inflasi X3 : SBI (Sertifikat Bank Indonesia) dengan data mingguan X4 : Indeks Harga Saham Gabungan
Makro, Jurnal manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No 12\Nov 2011
22
Metode Penarikan Sampel Metode penentuan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah Purposive Sampling, yaitu penentuan sampel yang memang sudah ada dan peneliti tinggal memilih, menggunakan, mengolah dan menganalisanya. Adapun sampel yang diambil yaitu dimulai dari tanggal 1 Februari 2001 sampai dengan 23 Juli 2001 (pasca memorandum pertama (I) sampai Megawati diangkat menjadi presiden)
F R2 k N
= nilai F hitung = koefisien determinasi = banyaknya variabel bebas = banyaknya observasi
Apabila F hitung F tabel berarti, maka Hipotesis H0 ditolak dan H1 diterima. Artinya secara bersamasama antara variabel independen tidak mempengaruhi variabel dependen.
Uji t (koefisien) Uji t dilakukan untuk menguji hubungan regresi secara parsial dari variabel-variabel bebas terhadap variabel tergantung serta untuk melihat pengaruh masing-masing variabel bebas terhadap variabel tergantung Perhitungan uji t pada masing-masing variabel bebas dengan rumus sebagai berikut : (Ananta, 1987:17) t t = -------Metode Analisis St Stationarity dan Nonstationarity Keterangan : Sebagian besar data deret waktu (time t = nilai t hitung series) adalah nonstationarity, oleh karena itu t = nilai koefisien regresi sangatlah penting untuk mengidentifikasikan St = standar deviasi dari apakah suatu data stationarity atau koefisien regresi nonstationarity, dan selanjutnya Apabila t hitung t tabel, H0 ditolak. menghilangkan nonstationarity sebelum Artinya secara parsial antara tidak melakukan proses pembentukan model error terjadi pengaruh antara variabel correction model. independen dengan variabel depeden. Jenis dan sumber data Data yang digunakan adalah data sekunder yang didapat dari instansi terkait dengan kepentingan data tersebut, seperti annual report BEJ, Statistik EkonomiKeuangan Indonesia, International Financial Statistik (IFS), IMF, World Bank, dan Buletin Statistik Bulanan Indikator Ekonomi Biro Pusat Statistik.
Uji F Uji F digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas secara bersamasama terhadap variabel tergantung. Melakukan perhitungan uji F dengan rumus : (Ananta, 1987:37) R2 / k F = ------------------------------(1 – R2) – (N – k – 1)
Error Correction Model Sebelum menganalisa dengan menggunakan model error correction model, maka digunakan analisa regresi linier berganda. Dalam membentuk persamaan model ECM, residual (error term) yang diperoleh dari persamaan regresi linier berganda akan digunakan sebagai variabel independent.
keterangan : Yt = 0 + 1X1t + 2X2t + 3X3t + 4X4t + 5X5t Keterangan : Yt = Pergerakan Rupiah X1t = Politik periode t X2t = Inflasi periode t Makro, Jurnal manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No 12\Nov 2011
23
X3t = Suku Bunga periode t X4t = IHSG periode t X5t = Error Correction 0 = Intersep atau konstanta 1, 2 , 3, 4, 5 = Koefisien regresi masing-masing variabel bebas. Teknik Perhitungan Seluruh data yang ada pada penelitian ini dianalisis dengan menggunakan sistem komputer dengan program Eview 3.1 sehingga hasil perhitungannya lebih tepat. Pembahasan Kabinet Gus Dur adalah kabinet “supermi” atau super kompromi karena asalmuasalnya dari berbagai partai, yang berkoalisi mendukung Gus Dur sebagai Presiden. Pertimbangan kompromi partai memang lebih menonjol daripada profesionalisme dan track record dari anggota-anggota kabinet tersebut. Akhirnya, keraguan poblik, pers, dan masyarakat luas sampai pada ultimatum untuk melihat kinerja kabinet pada 100 hari pertama. Belum genap 100 hari perjalanan kabinet (bidang ekuin khususnya) masih penuh kontroversi dan tidak saling nyambung satu sama lain. Bahkan setelah 50 hari berlangsung, gelombang pergantian posisi-posisi strategis dilakukan Gus Dur, sekaligus sebagai bagian dari latihan otot kekuasaannya. Gus Dur sendiri disebut sebagai Presiden sebelas persen karena partainya (PKB) hanya mendapatkan kursi minoritas, tetapi sukses menjadi Presiden. Posisinya tidak kukuh karena akar yang mendukungnya tidak solid dan dirinya cenderung controversial serta menganggap enteng masalah, yang sebenarnya cukup pelik. “Begitu saja kok repot”, begitulah jawaban khas Gus Dur jika dikejar wartawan untuk menyelesaikan kontroversi yang dihadapkan pada dirinya. Kekuatan Abdurrahman Wahid adalah symbol seorang tokoh yang tidak sectarian,
yang diterima oleh kalangan manapun, baik kalangan Islam, nasionalis, maupun non Islam. Kekuatan ini seharusnya dipertahankan dengan memusatkan pada proses akomodasi politik untuk menyatukan kesadaran berbangsa, yang telah retak-retak pada masa krisis yang menyakitkan ini. Hal ini sudah disampaikan pada pidato pertama sebagai Presiden RI setelah upacara sumpah jabatan. Kelemahannya tidak sedikit, antara lain tentang pengalaman kenegaraan, kesehatan, dan pikirannya tidak mudah ditebak sehingga sering membingungkan masyarakat. Bahkan ada kelemahan lain yang dapat dilihat secara gambling oleh publik; bahwa figure ini tidak suka dan bahkan tidak mau mendengarkan orang lain. Bahkan kecenderungannya selama ini selalu one man show, seperti yang dipraktikkannya di lingkungan Nahdlatul Ulama (NU). Jika kecenderungan ini terus berlanjut, maka kaki penyangganya sebagai Presiden akan lapuk karena sebelas persen dari PKB tidak cukup untuk menjaga kesinambungan kepemimpinannya. Sidang umum MPR setiap tahun akan mempersoalkannya jika kecenderungan seperti itu terus dilakukan. Akhirnya, aspek ekonomi akan terganggu karena ketidakpastian bisa meningkat lagi. Analisis dan Pembuktian Hipotesis Untuk memberikan penjelasan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pergerakan rupiah terhadap dollar Amerika sebagaimana yang dihipotesiskan dalam model penelitian yang penulis ajukan, maka dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Makro, Jurnal manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No 12\Nov 2011
24
Tabel Ringkasan Hasil Pengujian Persamaan error correction model Variabel bebas POL
Arah Hipotesis +
Koefisien Regresi 87,336
117,74***
INFDO
-
138,29
-10,235***
SBI
+
646,152
+ 8,401***
IHSG
-
2467,90
-130,80***
+
0,9985
964,89***
ER
t-hitung
2
Nilai R 0,9998 0,9998 Nilai R2 Adj 2,98 S.E 193405*** Nilai F hitung Sumber : Hasil Pengolahan Program Eview3.1 (lihat lampiran) Catatan : *** Signifikan pada derajat kepercayaan 1% untuk n = 118 ** Signifikan pada derajat kepercayaan 5% untuk n = 118 * Signifikan pada derajat kepercayaan 10% untuk n = 118 Analisis yang digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel POL, INFDO, SBI, IHSG, dan Er terhadap Pergerakan Rupiah terhadap dollar Amerika (Rp) adalah analisis error correction model. Sedangkan untuk pengujian hipotesis yaitu dengan melakukan uji F atau serentak / simultan, tabel 4.2 berisi ringkasan hasil analisis error correction model. Berdasarkan tabel diatas diperoleh persamaan : RP = 4,301 + 87,336 POL – 138,29 INFDO + 646,15 SBI (117.74)*** (-10,235)*** (+8,401)*** – 2467,90 IHSG + 0,998 ER (-8,401)*** (967,89)*** Keterangan : Angka dalam kurung menunjukkan t-statistik Catatan : *** Signifikan pada derajat kepercayaan 1% untuk n = 118 ** Signifikan pada derajat kepercayaan 5% untuk n = 118 * Signifikan pada derajat kepercayaan 10% untuk n = 118 Dari persamaan tersebut dijabarkan sebagai berikut :
dapat
Koefisien faktor politik / POL (X1) sebesar 87,336, berarti jika ada kenaikan ekskalasi faktor politik sebesar 1 poin akan mengakibatkan melemahnya nilai kurs rupiah terhadap dollar Amerika atau menguatkan nilai tukar dollar amerika terhadap rupiah sebesar 87,336 poin dengan menganggap variabel bebas lainnya INFDO (X2), SBI (X3), IHSG (X4) dan ER (X5) tetap. Koefisien Inflasi / INFDO (X2) sebesar 138,29, berarti jika ada penurunan inflasi sebesar 1% akan mengakibatkan menguatnya nilai kurs rupiah terhadap dollar Amerika sebesar 138,29 poin
Makro, Jurnal manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No 12\Nov 2011
25
-
-
-
dengan menganggap variabel bebas lainnya POL (X1), SBI (X3), IHSG (X4) dan ER (X5) tetap. Koefisien Suku Bunga Indonesia / SBI (X3) sebesar 646,15, berarti jika ada kenaikan tingkat suku bunga Indonesia sebesar 1% akan mengakibatkan melemahnya nilai kurs rupiah terhadap dollar Amerika sebesar 646,15 poin dengan menganggap variabel bebas lainnya POL (X1), INFDO (X2), IHSG (X4) dan ER (X5) tetap. Koefisien Index Harga Saham Gabungan / IHSG (X4) sebesar -2467,90 berarti jika ada penurunan IHSG sebesar 1 poin akan mengakibatkan menguatnya nilai kurs rupiah terhadap dollar Amerika sebesar 2467,90 poin dengan menganggap variabel bebas lainnya POL (X1), INFDO (X2), SBI (X3) dan ER (X5) tetap. Koefisien error correction /ER (X5) sebesar 0,998 berarti jika ada kenaikan ER sebesar 1 poin akan mengakibatkan melemahnya nilai kurs rupiah terhadap dollar Amerika sebesar 0,998 poin dengan menganggap variabel bebas lainnya POL (X1), INFDO (X2), SBI (X3) dan IHSG (X4) tetap.
Dengan melihat nilai koefisien determinasi (R2) persamaan di atas sebesar 0,998, maka model yang digunakan dalam penelitian ini layak dipakai sebagai alat estimasi. R2 sebesar 0,998 mempunyai arti bahwa perubahan variabel tergantung dapat dijelaskan oleh semua variabel bebasnya sebesar 99,8%, sedangkan sisanya sebesar 0,2% dijelaskan oleh variabel lain di luar model. Dari nilai R2 yang cukup besar tersebut, dapat dikatakan bahwa variabilitas kelima variabel bebas tersebut memiliki pengaruh yang besar terhadap variabilitas pergerakan rupiah terhadap dollar (Rp). Pengujian Hipotesis pengaruh masingmasing variabel bebas secara parsial Dari persamaan di atas, dapat dilihat bahwa t-statistic dari semua variabel bebas signifikan pada derajat 1% maka dapat dikatakan bahwa hipotesa (H1) diterima dengan kata lain H0 ditolak, artinya hipotesa
yang menyatakan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara variabel independent (POL, INFDO, SBI, IHSG, ER) terhadap variabel dependent (Pergerakan kurs Rupiah terhadap dollar Amerika). Pengujian Hipotesis pengaruh variabel bebas secara simultan Berdasarkan perhitungan standart of variance, seperti terlihat pada tabel diketahui nilai F-statistic sebesar 193405. Secara simultan variabel bebas mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pergerakan kurs rupiah terhadap dollar pada tingkat keyakinan 1% karena F-statistic lebih besar dari Ftabel maka H1 diterima dengan kata lain H0 ditolak, berarti secara simultan variabel politik, Inflasi, SBI, IHSG dan ER mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pergerakan kurs rupiah terhadap dollar Amerika. Interpretasi dari persamaan error correction model a. Koefisien pengaruh faktor politik yang searah dengan nilai tukar rupiah menunjukkan bahwa dengan semakin meningkatnya eskalasi perpolitikan di dalam negeri, maka nilai tukar rupiah akan mengalami depresiasi, sememntara dollar akan mengalami apresiasi, dan sebaliknya apabila tingkat eskalasi perpolitikan di dalam negeri mengalami penurunan, maka akan memperbaiki nilai tukar rupiah atau rupiah mengalami apresiasi terhadap dollar – Amerika. Implikasi yang dapat diambil dari temuan ini adalah bahwa karena memanasnya suhu perpolitikan di Indonesia yang dilakukan oleh para elite politik ini akan memperburuk nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika maka pemerintah dan para elite politik perlu menjaga kestabilan gejolak perpolitikan di Indonesia. b. Kooefisien arah inflasi negatif menunjukkkan bahwa jika tingkat inflasi di Indonesia mengalami kenaikan maka akan mengakibatkan rupiah terdepresiasi terhadap dollar Amerika atau dollar Amerika mengalami apresiasi terhadap dollar, sementara apabila tingkat inflasi di Indonesia menunjukkan penurunan maka
Makro, Jurnal manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No 12\Nov 2011
26
rupiah akan mengalami apresiasi terhadap dollar Amerika Kenaikan atau penurunan inflasi antara Indonesia – Amerika dapat memperburuk nilai tukar rupiah terhadap dollar maka perlu pihak otoritas moneter perlu menjaga kestabilan tingkat harga. Oleh karenanya, kebijakan moneter dengan pengendalian inflasi sebagai sasaran tunggal perlu didukung dan dapat dilaksanakan di Indonesia. Hasil studi empiris juga memperkuat beberapa hasil temuan empiris sebelumnya dan dapat dijadikan rekomendasi untuk memperhatikan tingkat inflasi dalam pelaksanaan kebijakan moneter. c. Perbedaan suku bunga Indonesia – Amerika memiliki arah yang positif terhadap nilai tukar rupiah menunjukkan bahwa apabila perbedaan suku bunga Indonesia – Amerika makin membesar, maka nilai tukar rupiah akan mengalami depresiasi, dan sebaliknya apabila perbedaan suku bunga Indonesia – Amerika mengecil, maka akan memperburuk rupiah atau rupiah mengalami depresiasi terhadap dollar Amerika. Hal ini kemungkinan besar disebabkan oleh kondisi politik dan keamanan yang sulit diramalkan mengingat penelitian terjadi pada saat pemerintahan GusDur yang sulit diprediksi. Kenaikan atau penurunan tingkat perbedaan suku bunga Indonesia – Amerika mengandung arti terdapatnya (return) dari tingkat bunga pada investasi yang terjadi dikedua negara. Semakin tinggi perbedaan tingkat bunga, maka keuntungan melakukan investasi pada deposito rupiah akan lebih besar dibandingkan dengan keuntungan pada deposito Amerika, sehingga dapat mendorong investor menanamkan dananya pada deposito rupiah. Semakin besar investor melakukan investasi pada deposito rupiah, maka akan semakin besar permintaan terhadap rupiah, yang pada akhirnya akan menyebabkan kurs rupiah akan menurun atau rupiah mengalami apresiasi. Begitu pula
sebaliknya, semakin rendah perbedaan tingkat suku bunga deposito maka akan memperburuk nilai tukar rupiah. Makna yang dapat dipetik dari temuan ini adalah bahwa suku bunga masih relevan untuk dijadikan sebagai piranti kebijakan moneter oleh suatu negara guna meredam gejolak nilai tukar di negara tersebut terutama ketika negara yang bersangkutan sedang mengalami krisis mata uang terhadap mata uang negara lainnya. d. Koefisien IHSG menunjukkan arah negatif ini menunjukkan bahwa apabila terjadi penurunan IHSG akan mengakibatkan para investor akan melikuidiasi semua sahamnya dan beralih ke investasi lainnya yang lebih menguntungkan. Negatif mempunyai arti bahwa apabila terjadi penurunan IHSG akan mengakibatkan melemahnya nilai dollar Amerika atau nilai rupiah mengalami penguatan. Hal ini bisa terjadi jika para investor yang semula membeli saham beralih ke investasi deposito atau ke investasi lainnya yang ada di dalam Indonesia. Tetapi jika IHSG mengalami penurunan dan para investor tidak menanamkan lagi investasinya di Indoensia maka nilai tukar rupiah akan mengalami depresiasi. Implikasi yang dapat diambil dari temuan ini bahwa jika terjadi penurunan IHSG maka pemerintah selaku pelaksana dan pembuat kebijakan seharusnya memberikan alternatif lainnya yang bisa para investor tidak melarikan dananya ke negara lain atau dengan kata lain tetap menginvestasikan dananya di Indonesia. Kesimpulan Berdasarkan perumusan masalah dan hasil pembahasan terhadap hasil pengujian error correction model, maka dapat disimpulkan bahwa : 1. Hasil uji F menunjukkan hasil bahwa secara bersama-sama ke lima variabel mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap RP, yang mana variabelvariabel tersebut mampu menjelaskan
Makro, Jurnal manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No 12\Nov 2011
27
perubahan variabel RP sebesar 99,98%. Sedangkan sisanya sebesar 0,2% dijelaskan oleh variabel lain diluar model. Dengan demikian hipotesis pertama yang menyatakan bahwa ada pengaruh antara faktor politik, tingkat inflasi, Suku Bunga Indonesia (SBI), dan Index Harga Saham Gabungan terhadap pergerakan kurs rupiah terhadap dollar Amerika, diterima dan terbukti kebenarannya. 2. Hasil uji parsial menunjukkan bahwa dari kelima variabel bebas model error correction model menunjukkan secara parsial mempengaruhi secara signifikan terhadap pergerakan kurs rupiah dollar. Ini membuktikan bahwa hipotesis yang diajukan diterima (H1) dan (H0) ditolak. Sementara variabel faktor politiklah yang berpengaruh paling besar terhadap pergerakan kurs rupiah-dollar.
Ekspektasi Nilai Tukar Terhadap Nilai Tukar Rupiah (Terhadap Dollar) pasca penerapan system Kurs Mengambang Bebas pada tanggal 14 Agustus 1997. Josep Crosey, On The Relation Of Political Science And Economic (A.P.S.R) Vol. LIV, Maret 1960 Krugman, Paul R & Obsfeld, Maurice. The International Economic, Theory and Policy. Addison-Wesley Publishing Company. Kuncoro, Mudrajad. 1996. Manajemen Keuangan Internasional. Yogyakarta : BPFE Yogyakarta. Madura, Jeff. Internasional Financial Management. Third Edition. USA: West Publishing Company.
DAFTAR PUSTAKA PT. Bursa Efek Jakarta. Annual Report Bursa Efek Jakarta. 2001 Bank Indonesia. 2001-2002. Laporan Tahunan Bank Indonesia. Bank Indonesia Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan Volume 2, nomor 2, September 1999 Bank Indonesia Dajan Anto. Pengantar Metode Statistik. Jilid Dua. Edisi ketujuh. Jakarta : LP3ES, 1983. Dr. Hamdy Hady. Ekonomi Internasional. Edisi Revisi. Buku kedua. Ghalia Indonesia. 2001 F. Isjwara S.H L.L.M Pengantar Ilmu Politik, Universitas Padjadjaran Putra Abardin Gujarati, Damodar. Ekonometrika Dasar. Cetakan Keempat. Terjemahan. Penerbit Erlangga. 1995 Indra Suhendra. Pengaruh Faktor Fundamental, Faktor Resiko, dan
Prof. Dr. Didik J. Rachbini .Ekonomi Di Era Transisi Demokrasi, Ghalia Indonesia, Anggota IKAPI. R.L. Thomas, Modern Econometrics, Department of Economics, Manchester Metropolitan University, July 1996. Salvatore, Dominick, 1997, “International Economic”, Fifth Edition, Prentice Hall, Inc., New Jersey: Samuelson, Paul A. and William D. Nordhaus. 1989. Ekonomi. Jilid I Edisi Keduabelas. Terjemahan. Jakarta: Jaka Wasana Soegiarto. 1986. Analysis Regresi. Yogyakarta: Andi Offset Solnik, Bruno. 1991. International Invesment. Second Edition. USA: AddisonWesley Publishing Company
Makro, Jurnal manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No 12\Nov 2011
28
Usman, Marzuki. 1990. ABC Pasar Modal Indonesia. Ikatan Sarjana Ekonomi. Jakarta Yati Kurniati dan A.V Hardiyanto, 1999, “Perubahan Sistem Nilai Tukar”, Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, Vol. 2, No.2, Bank Indonesia, Jakarta:September 1999.
Makro, Jurnal manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No 12\Nov 2011
29
SISTIM PROMOSI, PELATIHAN, KOMPENSASI DAN PENGARUHNYA TERHADAP KINERJA KARYAWAN CV. NIDIA KARYA KALIANGET Oleh : Rusnani Dosen DPK univ. Wiraraja Sumenep ABSTRAK Setiap organisasi ingin menciptakan susasana yang kondusif di dalam melaksanakan aktivitasnya demi tercapainya tujuan organisasi. Hal ini tentunya harus didukung oleh beberapa faktor antara lain kinerja karyawan. Apabila kinerja karyawan menurun maka akan berakibat tingkat pelayanan pada masyarakat juga akan menurun sehingga masyarakat kurang puas, hal ini akan berakibat tujuan organisasi juga tersendat. Adapun turunnya kinerja karyawan ini disebabkan oleh (1)Tingkat pengetahuan karyawan yang kurang sehingga kurang mengerti tugas dan tanggung jawab dari pekerjaannya (2)Adanya sistem promosi yang kurang tepat sehingga mengakibatkan karyawan yang dipromosikan kurang mengerti tugas dan tanggung jawabnya sehingga produktivitas tidak sesuai dengan kemampuannya (3) Kurangnya kompensasi yang menyebabkan turunnya motivasi kerja sehingga gairah kerja menurut karena merasa kurang adanya perhatian dari atasan. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui seberapa besar pengaruh sistim promosi, pelatihan, dan kompensasi terhadap kinerja karyawan. Sampel penelitian yang digunakan sebesar 30% dari jumlah populasi. Model yang digunakan dalam analisa adalah analisis regresi linear berganda yaitu analisis yang berkenaan dengan ketergantungan variabel dependen terhadap variabel independent, variabel dependen disini adalah sistim promosi, pelatihan, kompensasi dan variabel independent adalah kinerja. Hasil perhitungan analisa data dan pembuktian hipotesa menyatakan bahwa sistim promosi, pelatihan, kompensasi secara bersama-sama (simultan) berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja karyawan. Diantara variabel bebas tersebut yang paling dominan adalah variabel pelatihan berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja. produktivitas perusahaan akan menurun seperti yang dialami CV. Nidia Karya yang memproduksi garam beryodium. Hal ini PENDAHULUAN disebabkan karena karyawannya kurang Setiap perusahaan baik perusahaan mengerti tugas dan tanggung jawab terhadap besar maupun kecil dalam melakukan pekerjaannya. Adanya sistim promosi yang kegiatan mempunyai tujuan dan latar kurang tepat atau penempatan karyawan belakang pendiriannya. yang tidak sesuai dengan kemampuannya Demikian pula dengan CV. Nidia Karya sehingga mengakibatkan karyawan yang yang didirikan di Kalianget Sumenep dipromosikan kurang mengerti tugas dan mempunyai tujuan untuk mendapatkan laba tanggungjawabnya. Hal ini menyebabkan yang sebesar-besarnya dengan biaya yang karyawan kurang disiplin dalam sekecil-kecilnya. melaksanakan pekerjaannya sehingga Untuk mencapai tujuan itu tentu tidak produktivitas tidak sesuai dengan mudah karena banyak faktor yang perlu kemampuannya. Faktor lingkungan yang diperhatikan. Salah satunya adalah sumber kurang mendukung, sarana dan prasarana daya manusia yang merupakan faktor yang kurang memadai. penggerak aktivitas dalam perusahaan. Tingkat kesejahteraan karyawan kurang Sehingga apabila SDMnya kurang baik maka diperhatikan yang menyebabkan turunnya Makro, Jurnal manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No 12\Nov 2011
30
motivasi kerja karyawan yang menyebabkan karyawan kurang bergairah dalam bekerja karena merasa kurang adanya perhatian dari atasannya. Untuk menghindari hal-hal tersebut di atas perlu adanya pelatihan dan pembinaan sebaik-baiknya agar karyawan dapat melakukan tugas dan tanggung jawabnya dengan baik. Permasalahan Berdasarkan uraian dari latar belakang permasalahan di atas maka yang menjadi masalah utama adalah sebagai berikut : 1. Apakah sistim promosi, pelatihan dan kompensasi mempunyai pengaruh yang kuat terhadap kinerja karyawan CV. Nidia Karya 2. Manakah diantara sistim promosi, pelatihan dan kompensasi yang paling berpengaruh terhadap kinerja karyawan CV. Nidia Karya.
Tinjauan Pustaka Manajemen Sumber Daya Manusia Manajemen Sumber Daya Manusia mempunyai peran yang sangat penting di dalam organisasi, karena tanpa adanya orang yang memenej dalam organisasi maka organisasi itu tidak akan berjalan dengan lancar dalam mencapai tujuannya. Dalam hal ini manusia berperan aktif dan dominan dalam setiap kegiatan organisasi. Tujuan ini tidak mungkin terwujud tanpa peran aktif karyawan, karena bagaimanapun canggihnya peralatan yang dimiliki organisasi itu tidak ada manfaatnya. Banyak teori yang membahas masalah sumber daya manusia, ada beberapa definisi tentang sumber daya manusia oleh pakar di bidang manajemen diantaranya : Dessler (1997;1) mengatakan : Manajemen sumber daya manusia adalah kebijakan dan praktek yang dibutuhkan seseorang untuk menjalankan aspek “orang” atau sumber daya manusia dari posisi seorang manajemen, meliputi
perekrutan, penyaringan, pelatihan, pengimbalan dan penilaian. Flippo (1993;5) Manajemen Personalia adalah perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian atas pengadaan tenaga kerja, pengembangan , kompensasi, integrasi, pemeliharaan dan pemutusan hubungan kerja dengan sumber daya manusia untuk mencapai sasaran perorangan, organisasi dan masyarakat. Cardono (1999;1) Sumber daya manusia merupakan salah satu sumber daya yang terdapat dalam organisasi, meliputi semua orang yang melakukan aktivitas. Secara umum sumber daya manusia yang terdapat dalam suatu organisasi bisa dikelompokkan atas 2 macam: 1. Sumber daya manusia (human resource) 2. Sumber daya non manusia (non human resource) Dari definisi tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa manajemen sumber daya manusia merupakan gabungan dari fungsi manajemen dan fungsi operasi yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengawasan, sedangkan fungsi operasional seperti pengadaan tenaga kerja, pengembangan, pemberian kompensasi, pengintegrasian, pemeliharaan. Sistim Promosi Pada dasarnya manusia mempunyai keinginan untuk maju, demikian halnya karyawan pada suatu organisasi pada umumnya ingin menjadi lebih baik, lebih maju dari posisi yang dimiliki saat ini. Oleh sebab itu ada saatnya (kesempatan) untuk maju dalam organisasi yang sering disebut promosi (naik pangkat). Menurut Flippo (1982) Promosi yang berarti perpindahan dari suatu jabatan ke jabatan lain yang mempunyai status dan tanggung jawab lebih tinggi biasanya disertai dengan peningkatan gaji / upah dan hak-hak lainnya. Dessler (1997;2) mengutip dari Robert Holland CEO Ben & Jerry’s : Pengembangan karyawan merupakan satu bagian terpadu dari manajemen karir, dan
Makro, Jurnal manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No 12\Nov 2011
31
promosi dari dalam menuntut catatan karir/sistim penempatan karir. Selain itu promosi juga memberikan manfaat pada organisasi dan karyawan karena : 1. Promosi memungkinkan organisasi mendayagunakan keahlian dan kemampuan karyawan semaksimal mungkin 2. Promosi diberikan untuk memberi imbalan kinerja karyawan yang sangat baik sehingga karyawan termotivasi untuk bekerja lebih baik. 3. Ada korelasi yang signifikan antara kesempatan untuk promosi dan tingkat kepuasan kerja karyawan. Pelatihan Pengembangan/pelatihan karyawan adalah penting karena tuntutan pekerjaan yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin canggih serta semakin ketatnya persaingan diantara perusahaan sejenis. Pelatihan senantiasa diperlukan dalam rangka tuntutan tugas baru baik dalam menghadapi transfer maupun untuk promosi jabatan. Pelatihan merupakan salah satu bentuk pengembangan karyawan yang merupakan suatu proses / usaha yang terus-menerus untuk meningkatkan kemampuan teknis, teoritis, konseptual, dan moral karyawan sesuai dengan kebutuhan pekerjaan/jabatan. Menurut Jan Bella yang dikutip Hasibuan (1997) menyatakan bahwa : Pendidikan dan latihan sama dengan pengembangan yaitu merupakan suatu proses peningkatan keterampilan kerja baik teknis maupun manajerial. Pendidikan berorientasi pada teori dilakukan dalam kelas, berlangsung lama. Sedangkan latihan berorientasi pada praktek dilakukan di lapangan berlangsung singkat. Menurut Dessler (1997) Pelatihan adalah proses mengajarkan karyawan baru atau yang ada sekarang, keterampilan dasar yang mereka butuhkan untuk menjalankan pekerjaan mereka. Ada 5 langkah dalam pelatihan : 1. Analisis kebutuhan
2. 3. 4. 5.
Rancangan instruksional Keabsahan Implementasi Evolusi dan tindak lanjut. Untuk mengetahui perlu tidaknya pelatihan dilakukan, maka kita harus melakukan analisis tugas dan analisis kerja yang merupakan teknik utama yang mengidentifikasi kebutuhan akan pelatihan. Kompensasi Setiap orang ingin memenuhi kebutuhan hidupnya, mereka berusaha memenuhi kebutuhannya dengan bekerja karena dengan bekerja mereka akan mendapatkan imbalan (balas jasa) yang disebut kompensasi. Kompensasi adalah masalah yang sangat penting, karena justru dengan adanya kompensasi itulah seseorang mau menjadi karyawan pada suatu perusahaan. Definisi kompensasi menurut Henry Simamora (1999;540), kompensasi merupakan apa yang diterima oleh para karyawan sebagai ganti kontribusi mereka kepada organisasi. Sedangkan Alex S. Nitisemito (1996;90) mengungkapkan bahwa kompensasi adalah balas jasa yang diberikan perusahaan kepada karyawannya, yang dapat dinilai dengan uang dan cenderung diberikan secara tetap. Selain itu, George T. Milkovich dan Jerry M. Newman (1996;5) mengatakan : “Compensation refers to all form of financial returns and tangible services and benefits employees receive as part of an employment relationship” yang kemudian diartikan oleh Henry Simamora (1999;541) komponen-komponen dalam kompensasi dapat dibagi menjadi : 1. Kompensasi finansial (financial compensation) a. Kompensasi finansial langsung (direct financial compensation) Yang terdiri dari bayaran yang diperoleh seseorang dalam bentuk gaji, upah, bonus dan komisi. b. Kompensasi finansial tidak langsung (indirect financial compensation) Yang biasa disebut juga sebagai tunjangan, yang meliputi semua imbalan
Makro, Jurnal manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No 12\Nov 2011
32
finansial yang tidak tercakup dalam kompensasi langsung. 2. Kompensasi non finansial (nonfinancial compensation) Yang terdiri kepuasan yang diperoleh dari pekerjaan itu sendiri atau dari lingkungan psikologis dan fisik dimana orang tersebut bekerja. Menurut Yoder (1981) menyatakan bahwa balas jasa membuat anggota tim kerja dapat bekerja sama dan berprestasi. Kompensasi dibedakan menjadi 2 macam : 1. Kompensasi langsung yaitu upah, gaji, komisi, insentif, bonus 2. Kompensasi tak langsung yaitu perumahan, bahan makanan, pakaian, dll. Kinerja John Soeprihanto (2000;7) mengungkapkan bahwa prestasi kerja karyawan pada dasarnya adalah hasil kerja karyawan selama periode tertentu dibandingkan dengan berbagai kemungkinan, misalnya standar, target atau kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu dan telah disepakati bersama. Pelaksanaan kerja dalam arti prestasi kerja tidak hanya menilai hasil fisik yang telah dihasilkan oleh seorang karyawan. Pelaksanaan pekerjaan di sini secara keseluruhan, meliputi penilaian prestasi kerja yang ditunjukkan pada berbagai bidang seperti kemampuan kerja, kerajinan, disiplin, hubungan kerja, prakarsa, kepemimpinan atau hal-hal khusus sesuai dengan bidang dan tingkat pekerjaan yang dijabatnya. Prestasi kerja sangat erat hubungannya dengan produktivitas kerja para karyawan. Produktivitas karyawan secara individu akan mendukung produktivitas perusahaan. Oleh karena itu penilaian prestasi kerja secara rutin perlu dilakukan agar diketahui peranan yang aktif para karyawan dalam mendukung tercapainya tujuan perusahaan. Berdasarkan teori dari Mangkunegara, A. Anwar Prabu (2000;67) yang menyatakan bahwa kinerja/prestasi kerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang pegawai dalam
melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Handoko (1994;99) menyatakan penilaian prestasi kerja (performance Apprasial) adalah proses dimana organisasiorganisasi mengevaluasi/menilai prestasi kerja karyawan. Pengertian dalam bekerja merupakan salah satu kebutuhan manusia yang terkuat dan selalu ingin dicapai. Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut penilaian prestasi kerja karyawan selain bertujuan untuk memindahkan secara vertikal (promosi/demosi) dapat pula bertujuan untuk memperbaiki moral karyawan dan kepercayaannya kepada pimpinan. Penilaian prestasi kerja karyawan memberikan manfaat baik bagi karyawan maupun perusahaan dalam menetapkan kebijakan-kebijakan program kepegawaian dimasa yang akan datang. Dengan sistim prestasi kerja maka pengangkatan seseorang akan lebih tepat karena berdasarkan tingkat kecakapan dan prestasi yang dicapai sehingga the right man in the right place akan tercapai. Hal ini akan mendorong karyawan lain untuk lebih meningkatkan kreatifitas dan profesionalitas agar bisa mencapai jenjang yang lebih tinggi karena semakin tinggi jabatan seseorang makin besar mendapat penghargaan/ tunjangan. Tujuan Penilaian Prestasi Kerja Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa penilaian prestasi kerja merupakan salah satu faktor terpenting dalam manajemen sumber daya manusia. Henry Simamora (1999;423) mengatakan bahwa tujuan pokok dari penilaian prestasi kerja adalah menghasilkan informasi yang akurat tentang perilaku dan kinerja anggota-anggota organisasi. Tujuantujuan tersebut dapat digolongkan dalam dua golongan besar yaitu evaluasi (evaluation) dan pengembangan (development). Kedua tujuan tersebut tidaklah saling terpisah tetapi secara tidak langsung berbeda dari segi orientasi waktu, metode-metode dan peran atasan dan bawahan. Dengan mengkombinasikan aspek evaluasi dan
Makro, Jurnal manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No 12\Nov 2011
33
aspek pengembangan, penilaian prestasi kerja harus menyediakan basis bagi keputusan personalia dan meningkatkan pendayagunaan sumber daya manusia melalui penempatan pekerjaan yang lebih baik. Tujuan penilaian prestasi kerja menurut Henry Simamora (1999;424) adalah : 1. Tujuan aspek evaluasi a. Penilaian kinerja dan telaah gaji b. Penilaian kinerja dan kesempatan promosi. 2. Tujuan aspek pengembangan a. Mengukuhkan dan menopang kerja b. Meningkatkan kinerja c. Menentukan kebutuhan-kebutuhan pelatihan Salah satu fungsi operasional manajemen sumber daya manusia adalah pengembangan (development). Fungsi pengembangan ini akan lebih efektif dan efisien dalam arti akan dicapai hasil yang maksimum, jika sebelumnya telah diperoleh informasi yang jelas mengenai prestasi atau kinerja karyawan atau sumber daya manusia yang akan dikembangkan dalam tenggang waktu tertentu. Dalam hubungan ini fungsi penilaian prestasi dirasakan sangat penting keberadaannya.
1. Wawancara dengan menggunakan quesioner tersebut dengan jenis pertanyaan tertutup dan disebarkan pada responden terpilih selama penelitian. 2. Dokumentasi yang dilakukan dengan mengumpulkan informasi atau catatan tertulis yang ada di lokasi / obyek penelitian. Metode dan Teknik Analisis Model analisis yang digunakan adalah analisis statistik imperial yang digunakan untuk menghitung pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Untuk analisa digunakan program Micro Start. Pada signifikasi yang digunakan adalah 5% atau tingkat kepercayaannya 95%, artinya kemungkinan salah dalam penerapan hasil pada populasi adalah 5%. Analisis Regreasi Linier Berganda Analisis regresi linier berganda adalah analisis yang berhubungan dengan ketergantungan antara variabel bebas yaitu sistim promosi, pelatihan, kompensasi, dan kinerja sebagai variabel tergantung / terikat. Persamaan regresi yang digunakan ialah
Hipotesis Berdasarkan rumusan masalah dan tinjauan pustaka maka hipotesisnya dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Terdapat pengaruh yang kuat antara sistim promosi, pelatihan, kompensasi terhadap kinerja / prestasi kerja karyawan CV. Nidia Karya 2. Dari variabel tersebut yang mempunyai pengaruh dominan terhadap prestasi kerja Karyawan CV. Nidia Karya adalah kompensasi.
sebagai berikut : Y = a + b 1 + b2 X 2 + b3 X 3 Dimana :
Y = Kinerja X1 = Sistim Promosi X2 = Pelatihan X3 = Kompensasi a = Bilangan konstanta = intersep b1–b3 = Koefisien Regresi = Slope = Regresi.
Pengujian Hipotesis dengan Uji F Pengujian hipotesis dengan uji F tujuannya adalah untuk menguji signifikansi pengaruh Teknik Pengumpulan Data Dalam rangka mendapatkan data yang variabel bebas terhadap variabel tergantung dibuktikan dari kegiatan analisa dalam secara bersama-sama. penelitian ini maka dilakukan pengumpulan Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut : a. Merumuskan Hipotesis data dengan teknik : Makro, Jurnal manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No 12\Nov 2011
34
Ho : b1b2 = 0 berarti tidak ada pengaruh 4. Membandingkan T hitung dengan T tabel terhadap kinerja yang dipergunakan adalah uji T dua arah Ho : b1b2 ≠ 0 berarti ada pengaruh atau dua sisi. terhadap kinerja Jika T hitung > t (½ α , df) atau T tabel < b. Menentukan tingkat signifikansinya serta (½ α , df) maka Ho ditolak, sedangkan menentukan F tabel dengan cara db atau apabila : derajat bebas dengan rumus : N – K – I T hitung ≤ (½ α , df) maka Ho diterima. atau df = N – nr pada taraf 5% c. Menentukan besarnya F hitung dengan Menghitung Koefisien Diterminasi rumus: Digunakan untuk mengetahui prosentase R2 / K Fo besarnya perubahan variabel tergantung 2 (1 R ) / (n k I ) yang disebabkan oleh variabel bebas. Dimana : Fo = F hitung Nilainya adalah dari perhitungan komputer 2 R = Koefisien kemudian setelah nilai determinannya determinant diketahui maka dapat diketahui pula N = Jumlah sampel besarnya perubahan variabel tergantung 2 I-R = Regional Sumyang disebabkan oleh variabel bebas. Squares Rumus yang digunakan adalah sebagai d. Membandingkan F hitung dengan F tabel berikut : pada tingkat signifikansi 5% Apabila Fo > Ft ; maka Ho ditolak I – R2 Y . X1, X2, X3 Fo < Ft ; maka Ho diterima Dimana : Pengujian Hipotesa dengan Uji T Tujuan pengujian hipotesis dengan uji T adalah untuk menguji tingkat signifikansi pengaruh variabel bebasnya secara parsial. Langkah-langkahnya sebagai berikut : 1. Merumuskan hipotesis Ho : b1b2 = 0 berarti tidak ada pengaruh terhadap kinerja Ho : b1b2 ≠ 0 berarti ada pengaruh terhadap kinerja 2. Menentukan tingkat signifikansinya serta menentukan T tabel dengan cara menentukan db atau derajat bebas dengan rumus : N – K – I atau df = N – nr pada taraf 5%. 3. Menghitung besarnya T hitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
To
ak Sa.k
Dimana : To = T hitung yang dicari ak = Koefisien regresi S ak = Standard error koefisiensi regresi
R2 = Nilai R squared X = variabel bebas
Pengaruh Secara Parsial Digunakan untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel bebas terhadap variabel tergantung, dan manakah yang paling besar pengaruhnya / dominan variabel bebas terhadap variabel tergantung. Analisis Multi Korelianitas Digunakan untuk mengetahui ada tidaknya multi korelianitas antar variabel bebas. Analisis dan Pengujian Hipotesis Pengarus Variabel Bebas Dalam analisis ini untuk mengetahui sejauh mana pengaruh variabel sistim promosi, pelatihan, kompensasi terhadap kinerja, dilakukan dengan analisa regresi ganda atau majemuk. Nilai dari perhitungan analisa regresi dengan program microstat yang meliputi Koefisien regresi, standard error, t, probabilitas, parsial setiap variabel adalah nampak pada tabel berikut :
Makro, Jurnal manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No 12\Nov 2011
35
Tabel 1 Regression Analysis Standard T (DF=25) Error
Probabilitas
Partial R2
8,538
0,00000
0,7446
0,0508
8,711
0,00000
0,7522
0,0450
5,760
0,00001
0,5703
Variabel
Koef.Regresi
X1
0,3770
0,0442
X2
0,4427
X3
0,2590
Standard Error of Estimasi Adjusted R. Squared R. Squared Multiple R Keterangan : Variabel Y Variabel X1 Variabel X2 Variabel X3 Penjelasan :
: 0,0475 : 0,9494 : 0,9548 : 0,9771 : Kinerja : Sistim Promosi : Palatihan : Kompensasi
Berdasarkan nilai-nilai perhitungan yang ada pada tabel di atas dapat dijelaskan sebagai berikut : a. Berdasarkan nilai koefisien regresi 0,3770 artinya bahwa variabel sistim promosi berpengaruh ke arah positif, yaitu searah dengan variabel kinerja sebesar 37,7% yang dimaksud di sini bahwa setiap perubahan variabel sistim promosi sebesar 100%, maka variabel kinerja akan berubah sebesar 37,7%. b. Besarnya nilai koefisien regresi 0,4427 artinya bahwa variabel pelatihan berpengaruh positif yaitu searah dengan variabel kinerja sebesar 44,27% maksudnya bahwa setiap perubahan variabel pelatihan sebesar 100%, maka variabel kinerja akan berubah sebesar 44,27%. c. Berdasarkan nilai koefisien regresi 0,2590 berarti bahwa variabel kompensasi berpengaruh positif yaitu searah dengan variabel kinerja sebesar 25,9% maksudnya di sini bahwa setiap perubahan variabel kompensasi sebesar 100%, maka variabel kinerja akan berubah sebesar 25,9%.
Pengujian Hipotesis Pengujian hipotesis digunakan untuk membuktikan kebenaran dan untuk menganalisa pengaruh yang terjadi antara sistim promosi (X1), pelatihan (X2) dan kompensasi (X3) terhadap kinerja, dilakukan dengan cara menghitung statistik yaitu dengan model regresi ganda dan dihitung dengan menggunakan program microstat lewat komputer. Parameter statistik yang digunakan sebagai pembuktian hipotesis adalah sebagai berikut : a. Persamaan Regresi Linier Berganda Y = a + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3 = -0.1269 + 0,3770 X1 + 0,4427 X2 + 0,2590 X3 Penjelasan persamaan di atas sebagai berikut: 1. Bilangan konstanta sebesar -0,1269 Maksudnya jika nilai variabel sistim promosi (X1), pelatihan (X2), kompensasi (X3) konstan atau tetap, maka variabel kinerja (Y) akan turun sebesar -12,69% 2. Koefisien variabel sistim promosi (X1) sebesar 0,3770 Maksudnya jika nilai variabel sistim promosi berubah 100% sedangkan
Makro, Jurnal manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No 12\Nov 2011
36
variabel pelatihan dan variabel sistim promosi, pelatihan, kompensasi kompensasi tetap, maka kinerja terhadap kinerja adalah sebesar 0,9494 pegawai akan berubah sebesar atau 94,94%. 37,7%. 2. Koefisien diterminasi berganda (R2) 3. Koefisien variabel pelatihan (X2) sebesar 0,9548. Maksudnya bahwa sebesar 0,4427. Maksudnya jika nilai kekuatan pengaruh variabel sistim variabel pelatihan berubah 100% promosi, pelatihan, kompensasi secara bersama-sama (simultan) terhadap sedangkan variabel sistim promosi dan kompensasi tetap, maka kinerja kinerja sebesar 0,9548 atau 95,48%, pegawai akan berubah sebesar sedangkan sisanya sebesar 4,52 44,27% disebabkan oleh variabel lain yang tidak 4. Koefisien variabel kompensasi (X3) termasuk model ini. sebesar 0,2590. Maksudnya jika nilai 3. Koefisien korelasi berganda (R) sebesar variabel kompensasi berubah 100% 0,9771 sedangkan variabel sistim promosi Maksudnya bahwa kekuatan hubungan dan variabel pelatihan tetap, maka yang terjadi pada variabel sistim promosi, kinerja pegawai akan berubah pelatihan, kompensasi dengan kinerja sebesar 25,9%. adalah sebesar 0,9771 pengaruh ini Hal ini dipertegas lagi bila dilihat dari sangat kuat karena mendekati 1 (satu). probabilitas sebesar 0,00001 (0,001%) yang jauh lebih kecil dari tingkat signifikansi 5%. b. Uji Statistik F Besarnya Degree of Freedom atau Spesifikasi Pengaruh Seluruh Variabel derajat bebas : Bebas terhadap Variabel Tergantung Nomerator :3 Adjusted R. Squared : 0,9494 Denominator : 16 R. Squared : 0,9548 F ratio : 175,946 Multiple R : 0,9771 Probabilitas : 0,00000 Nilai-nilai di atas dapat dilihat di analysis Berdasarkan perhitungan di atas dapat of variable table. dijelaskan sebagai berikut : 1. Koefisien determinasi yang digunakan Untuk menguji dan membuktikan (R2) sebesar 0,9494. hipotesis yang telah diajukan di atas, Maksudnya bahwa besarnya keyakinan perlu dilakukan analisis sebagai berikut : atau kuatnya pengaruh dari variabel 1. F Tabel Dipengaruhi oleh : - Degree of Freedom sebesar Nomerator :k–1=4–1=3 Denominator : n – k = 29 – 4 = 25 - Tingkat signifikansi yang digunakan sebesar 5% atau 0,05 maka F (25 ; 0,025) = 2,99 atau dilihat di tabel F. 2. F Statistik = F Hitung Besarnya F hitung atau F ratio = 175,946 3. Kriteria : Ho ditolah jika F statistik ≥ F tabel Ho diterima jika F statistik < F tabel bersama-sama telah terbukti. Hal ini dipertegas pula dengan kemungkinan Jadi dapat disimpulkan bahwa hipotesa kesalahan atau probabilitas sebesar 0,0000 yang diajukan tentang : terdapat pengaruh atau 0% yang lebih kecil dibanding dengan antara sistim promosi, pelatihan, dan tingkat signifikansi yang digunakan sebesar kompensasi terhadap kinerja secara 5%. Makro, Jurnal manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No 12\Nov 2011
37
c. Uji Statistik T Berdasarkan hasil perhitungan komputer nilai-nilai probabilitas T tampak seperti berikut : Variabel Bebas Probabilitas Sistim Promosi Pelatihan Kompensasi
0,00000 0,00000 0,00001
T (DF) 8,538 8,711 5,760
Untuk menguji dan membuktikan pengaruh variabel : sistim promosi, pelatihan, kompensasi terhadap kinerja sebagai berikut : T Tabel dipengaruhi oleh : 1. Degree of Freedom : Nomerator :k–1=4–1=3 Denominator : n – k = 29 – 4 = 25 Tingkat signifikansi 5% atau 0,05 Maka T (25 ; 0,05 ) = 1,706 2. Kriteria : Ho ditolak jika T statistik ≥ T tabel Ho diterima jika T statistik < T tabel Dengan perhitungan di atas, maka tabel 1,706 sehingga Ho diterima dan Ha dapat dilakukan pengujian masing-masing ditolak. variabel bebas adalah sebagai berikut : Maka dapat dikatakan bahwa tidak a. Sistim promosi (X1) terdapat pengaruh yang signifikan antara T statistik = 8,538 variabel pelatihan terhadap kinerja. Hal T tabel = 1,706 ini dipertegas lagi dengan kemungkinan Dengan demikian maka dapat diketahui pengukuran kesalahan sebesar 0,00000 bahwa T statistik terletak di daerah atau 0% yang jauh lebih besar dari penolakan Ho yaitu T statistik 8,538 > tingkat signifikansi yang digunakan T tabel 1,706 sehingga Ho diterima dan sebesar 5% atau 0,05. Ha ditolak. c. Kompensasi (X3) Maka dapat dikatakan bahwa terdapat T statistik = 5,760 pengaruh yang signifikan antara variabel T tabel = 1,706 sistim promosi terhadap kinerja. Hal ini Dengan demikian maka dapat diketahui dipertegas lagi dengan kemungkinan bahwa T statistik terletak di daerah pengukuran kesalahan sebesar 0,0000 penolakan Ho yaitu T statistik 5,760 T atau 0% yang jauh lebih kecil dari tingkat tabel = 1,706 sehingga Ho diterima dan signifikansi yang digunakan sebesar 5% Ha ditolak. atau 0,05. Maka dapat dikatakan bahwa terdapat b. Pelatihan (X2) pengaruh yang signifikan antara variabel T statistik = 8,711 kompensasi terhadap kinerja. Hal ini T tabel = 1,706 dipertegas lagi dengan kemungkinan Dengan demikian maka dapat diketahui pengukuran kesalahan sebesar 0,00001 bahwa T statistik terletak di daerah atau 00,001% yang jauh lebih kecil dari penerimaan Ho yaitu T statistik 8,711 T tingkat signifikansi yang digunakan sebesar 5% atau 0,05 Dengan demikian diketahui bahwa T statistik terletak di daerah penolakan Ho yaitu : Sistim Promosi (X1) T statistik = 8,538 T tabel = 1,706 Makro, Jurnal manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No 12\Nov 2011
38
Pelatihan (X2)
T statistik T tabel T statistik T tabel
Kompensasi (X3)
= 8,711 = 1,706 = 5,760 = 1,706
Maka dapat dikatakan bahwa tidak Hal ini dimaksudkan bahwa kuatnya terdapat pengaruh yang signifikan antara pengaruh dari nilai sistim promosi variabel sistim promosi, variabel terhadap kinerja adalah 0,7446 atau pelatihan, variabel kompensasi terhadap 74,46% kinerja. Hal ini dipertegas lagi bila dilihat b. Pelatihan (X2) nilai parsialnya 0,7522 dari probabilitas yang jauh lebih kecil dari Hal ini dimaksudkan juga bahwa kuatnya tingkat signifikansi 5%. pengaruh nilai pelatihan terhadap kinerja Pengaruh secara Parsial dari Masingsebesar 0,7522 atau 75,22% masing Variabel Bebas terhadap Variabel c. Kompensasi (X3) nilai parsialnya 0,5703 Tergantung Hal ini dimaksudkan bahwa kuatnya Dari perhitungan komputer diperoleh hasil pengaruh nilai kompensasi terhadap nilai parsial sebagai berikut : kinerja sebesar 0,5703 atau 57,03% - Sistim promosi (X1) = 0,7446 Dari uraian di atas dapat disimpulkan - Pelatihan (X2) = 0,7522 bahwa ternyata variabel Pelatihan - Kompensasi (X3) = 0,5703 mempunyai pengaruh yang dominan terhadap kinerja dibanding dengan Melihat pengaruh dari koefisien regresi, variabel bebas yang lain. nilai probabilitas dan nilai koefisien parsial di atas dapat diuraikan sebagai berikut : a. Sistim promosi (X1) nilai parsialnya = 0,7446 Analisis Multi Korelianitas - Nilai T untuk X1 dan X2 sebesar 0,63776 Dari nilai tersebut didapatkan bahwa 0,63776 adalah dari nilai kritis 2 ekor (0,36658) sehingga terdapat multikorelianitas antara variabel X1 terhadap X2.
Ada multikorelianitas Ada multikorelianitas Tidak ada multikorelianitas -63,776 -36,658
0
-36,658
-63,776
- Nilai T untuk X1 dan X3 sebesar 0,18380 Dari nilai tersebut didapatkan bahwa 0,18380 adalah dari nilai kritis 2 ekor (0,36658) sehingga tidak terdapat multikorelianitas antara variabel X1 terhadap X3.
- Nilai T untuk X2 dan X3 sebesar 0,30287 Dari nilai tersebut didapatkan bahwa 0,30287 adalah dari nilai kritis 2 ekor (0,36658) sehingga tidak terdapat multikorelianitas antara variabel X2 terhadap X3.
Makro, Jurnal manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No 12\Nov 2011
39
Pembahasan Hasilnya menunjukkan bahwa Sistim Promosi kompensasi mempunyai pengaruh Berdasarkan hasil analisis yang telah signifikan terhadap kinerja dengan diuraikan di atas, bahwa variabel sistim prosentasenya yaitu sebesar 57,03% promosi secara parsial mempunyai pengaruh d. Dari tiga variabel bebas yang yang signifikan terhadap kinerja dengan mempunyai pengaruh signifikan tingkat pengaruhnya secara prosentase tertinggi terhadap kinerja adalah tergolong tinggi yaitu 74,46% pelatihan, yaitu sebesar 75,22%. a. Pelatihan 1. Diantara variabel bebas yang Demikian juga pelatihan secara parsial mempunyai pengaruh yang pengaruhnya terhadap kinerja tergolong dominan adalah Pelatihan paling tinggi dari variabel yang lainnya 2. Melalui uji F menunjukkan bahwa yaitu 75,22% secara simultan atau bersamab. Kompensasi sama variabel sistim promosi, Dari ketiga variabel di atas dapat dilihat pelatihan, kompensasi bahwa kompensasi secara parsial berpengaruh secara signifikan mempunyai pengaruh terhadap kinerja terhadap kinerja pegawai. walaupun prosentasenya paling rendah DAFTAR PUSTAKA dibanding dengan sistim promosi dan pelatihan yaitu sebesar 57,03% terhadap kinerja. Abdul Hamid Mursi 1998, Sumber Daya Dalam hal ini mungkin karena adanya faktor Manusia yang Produktif, lain selain sistim promosi, pelatihan dan Pendekatan Al-Qur’an dan Sains, kompensasi yang mempunyai pengaruh Gema Insani Press, Jakarta. terhadap kinerja. Misalnya : motivasi, Arini Widjaya Tunggal 1996, hal. 14 kedisiplinan, budaya organisasi, gaya Agus Sunyoto, 1999, Manajemen Sumber kepemimpinan dan lain-lain. Daya Manusia, Badan Penerbit IPWI Jakarta. Dessler Gary, 1997. Human Resource Kesimpulan Management 7e (Sumber Daya Berdasarkan analisis dan pembahasan Manusia), Prenhllindo Jakarta. sebelumnya maka dapat diambil kesimpulan Erickson BH, Nosaanchuk TA, 1977, sebagai berikut : Memahami Data Statistik untuk Ilmu 1. Dilihat dari uji determinasi bahwa variabel Sosial, LP3ES Jakarta. sistim promosi, pelatihan, kompensasi Gomes, Faustino Cardoso, 1999, secara bersama-sama berpengaruh Manajemen Sumber Daya Manusia, terhadap kinerja sebesar 95,48% Andi Offset, Jakarta. sedangkan sisanya sebesar 4,52% masih H. Nainggolan 1986, Pembinaan Pegawai dipengaruhi oleh faktor lain. Negeri Sipil, Perja Jakarta. a. Sistim promosi Henry Simamora (1999;544) MSDM edisi Secara parsial mempunyai pengaruh kedua Yogyakarta Bagian penerbitan yang signifikan yang tinggi terhadap Sekolah Tinggi Ekonomi YKPN. kinerja dalam angka prosentase yang Kerlinger, 1987, Analisa Regresi Ganda tinggi yaitu 74,46%. Terjemahan, A. Taufik, Nur Cahaya, b. Pelatihan Yogyakarta. Secara parsial pelatihan mempunyai Kutipan Peraturan Pemerintah No. 10 pengaruh yang signifikan terhadap (1979, lb. Ke 6) kinerja dimana tingkat prosentasenya Mirrian Syafiian Arif M-Ec Dra (PA) 1986 sebesar 75,22% lebih tinggi dari Organisasi dan Manajemen, Karunia sistim promosi. Jakarta. c. Kompensasi Makro, Jurnal manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No 12\Nov 2011
40
Prasetyo Irawan dkk 1997. Manajemen Sumber Daya Manusia, STIA-LAN, Press Jakarta Susilo Martoyo, 1998. Manajemen Sumber Daya Manusia, BPFE, Yogyakarta. Sarmanu 1999, Metode Riset , Lembaga Penelitian Unair Surabaya Sutrisno Hadi, MA. 1991. Analisis Butir untuk Instrumen, Andi Offset, Yogyakarta.
Suryabrata, Sumadi, 1983. Metodologi Penelitian, Rajawali, Jakarta. T. Hani Handoko, 1985, Manajemen Personalia dan SDM, Liberti, Yogyakarta. Tim Pembina Mata Kuliah MSDM 1999, Manajemen Sumber Daya Manusia, Program Pasca Sarjana Universitas Wijaya Putra Surabaya.
Makro, Jurnal manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No 12\Nov 2011
41
PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN KEPALA DESA TERHADAP TINGKAT PARTISIPASI MASYARAKAT DI DESA KADUARA BARAT KECAMATAN LARANGAN KABUPATEN PAMEKASAN Oleh : M. Zainal Mahfud Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Madura ABSTRAK Gaya kepemimpinan sangat berpengaruh terhadap keberhasilan dalam memimpin masyarakat atau orang-orang yang di pimpinnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tentang kepemimpinan di Desa Kaduara Barat Kecamatan Larangan pamekasan. Gaya kepemimpinan yang manakah di antara gaya kepemimpinan demokratis dan gaya kepemimpinan otoriter yang paling berpengaruh terhadap tingkat partisipasi masyarakat desa dalam pembangunan desa. Penelitian ini mengambil sampel secara random sebanyak 100 responden dari penduduk desa Kaduara barat Kecamatan Larang Pamekasan. Teknik analisis yang digunakan adalah regresi linier ganda. Masyarakat desa adalah masyarakat yang berpikiran sederhana dan patuh pada tetua atau pimpinan di daerahnya. Namun demikian masyarakat desa tersebut adalah sosoksosok yang sepantasnya mendapat perhatian untuk di ajak membangun desanya. Dalam hal ini gaya kepemimpinan di perlukan untuk dapat mengkoordinasi kegiatan tersebut dalam mencapai keberhasilan. Dari penelitian ini didapat suatu kesimpulan bahwa variabel bebas adalah gaya kepemimpinan demokrasi (X1) dan variabel kepemimpinan otoriter (X2) secara bersamasama sangat berpengaruh terhadap tingkat partisipasi masyarakat dalam pembanguna yang dilaksanakan di desa Kaduara Barat Kecamatan Larangan Kabupaten Pamekasan terbukti benar. Sedang variabel gaya kepemimpinan demokrasi (X1) merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap tingkat partisipasi masyarakat dalam pembangunan yang dilaksanakan. Dari hasil penelitian ini disarankan agar gaya kepemimpinan demokrasi tetap dipertahankan bahkan di tingkatkan, sehingga tingkat partisipasi masyarakat dalam pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah Desa Kaduara Barat Kecamatan Larangan Kabupaten Pamekasan akan lebih baik, yang pada akhirnya meningkatkan kualitas pembangunan bagi masyarakat. PENDAHULUAN Pelaksanaan pembangunan masyarakat (Community development) di Negara-Negara Dunia ketiga termasuk Indonesia sangat tergantung dengan peranan Pemerintah dan masyarakatnya. Peranan Pemerintah dalam proses pembangunan dilakukan dengan memberikan bimbingan dan bantuan teknis kepada masyarakat agar pada suatu saat mereka dapat melakukan sendiri. Kebijakan pemerintah Indonesia dalam pelaksanaan pembangunan masyarakat semakin jelas. Hal ini ditandai dengan restrukturisasi organisasi dan tata kerja Departemen Dalam Negeri, dimana sejak
tahun 1992 terminologi Pembangunan Masyarakat Desa kembali digunakan sebagai salah satu Direktorat Jenderal dilingkungan Departemen Dalam Negeri. Perubahan terminologi pembangunan Desa menjadi Pembangunan Masyarakat Desa tidak hanya sebatas pada penggantian nama, sebagaimana ditegaskan Siagian (1995 : 64) bahwa, terminologi pembangunan masyarakat Desa digunakan kembali dengan sasaran kebijakan kualitas masyarakat, kemampuan produksi, lingkungan dan lembaga yang ada dalam masyarakat. Pembangunan masyarakat dapat dilihat secara makro dan mikro pembangunan
Makro, Jurnal manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No 12\Nov 2011
42
masyarakat merupakan bagian integral dari pembangunan Nasional Indonesia dengan sasaran pembangunan manusia seutuhnya dan masyarakat seluruhnya. Sedangkan secara mikro pembangunan masyarakat bekerja pada lingkungan Desa, Pembangunan Masyarakat Desa (PMD). Keterlibatan masyarakat desa dalam setiap proses pembangunan disebut partisipasi. Partisipasi masyarakat desa akan melahirkan dukungan rasa simpatik dan tanggung jawab dalam menyusun dan pelaksanaan program-program pembangunan di desa, sehingga diperlukan adanya kemampuan untuk menggerakan partisipasi masyarakat dalam pembangunan. Menggerakkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan masyarakat desa merupakan salah satu tugas Kepala Desa (Handajaningrat dan Hindratmo, 1986 : 77). Kemampuan menggerakkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan masyarakat desa merupakan salah satu faktor penting bagi kepemimpinan Kepala Desa, karena keberhasilan pembangunan masyarakat Desa banyak ditentukan oleh kepemimpinan Kepala Desa dalam mempengaruhi masyarakat sesuai dengan kondisi dan kebutuhan aspirasinya. Partisipasi masyarakat dalam pembangunan masyarakat desa sudah menunjukan prakarsa yang sangat berarti, realita ini tampak di Desa Kaduara Barat Kecamatan Larangan Kabupaten Pamekasan, yang terbentuk disetiap Dusun sudah mampu memperlihatkan peran serta masyarakat dalam setap wadah partisipasi karena tingginya tingkat partisipasi masyarakat baik dalam proses perencanaan maupun pelaksanaan program-program pembangunan. Kepala Desa sebagai pemimpin di Desa dituntut memiliki kemampuan memerintah dan berorientasi kepada kepentingan umum bukan pada kepentingan pribadi. Dalam kenyataannya di lapangan ternyata Kepala Desa tindakannya di dalam masyarakat lebih banyak mementingkan kepentingan masyarakat dibandingkan kepentingan pribadinya. Keadaan ini secara langsung berpengaruh terhadap tingkat partisipasi
masyarakat Desa, karena masyarakat percaya kepada Kepala Desanya, karena kepala desa sebagai pemerkarsa pembangunan sudah memberikan bimbingan dan bantuan teknis kepada masyarakat dengan tujuan agar suatu saat masyarakat mau dan mampu melakukannya sendiri bukan malah sebaliknya. Jika dilihat dari tugas dan fungsinya Kepala desa mempunyai peranan yang sangat menetukan dalam menggerakkan, mendorong dan mengawasi programprogram pembangunan yang melibatkan masyarakat. Untuk menumbuhkan partisipasi masyarakat dituntut kemampuan dan keterbukaan dari Kepala desa dalam setiap pembuatan maupun pelaksanaan pembangunan itu sendiri. Karena selama ini khususnya di Desa Kaduara Barat Kecamatan Larangan Kabupaten Pamekasan yang dijadikan sebagai objek penelitian dari keterbukanaan dengan gaya kepemimpinan Kepala Desa yang sudah dirasakan oleh masyarakat sehingga mampu untuk ikut berpartisipasi dalam pembangunan di Desanya. Kemampuan Kepala Desa untuk menumbuhkan, mengembangkan dan membina swadaya masyarakat di lingkungan Desanya semakin dibutuhkan. Kemudian kemampuan Kepala desa untuk menciptakan iklin yang demokratis di lingkungan masyarakatnya semakin dibutuhkan juga, kerena semakin tinggi tingakt pendidikan dan status ekonomi masyarakat maka semakin tinggi kesadaran masyarakat tentang kepemimpinan yang demokratis dan tidak mau menerima suatu perintah yang semenamena apalagi dengan cara dipaksakan. Apabila kepala Desa mampu mengaktualisasiakan gaya kepemimpinan dalam kehidupan sehari-hari ditengah masyarakat dengan gaya kepemimpinan dalam kaitan ini seperti gaya kepemimpinan demokrasi dan gaya kepemimpinan otokrasi. Dengan gaya kepemimpinan Kepala Desa seperti telah dijelaskan di atas diharapkan partisipasi masyarakat di Desa kaduara Barat Kecamatan larangan kabupaten Pamekasan akan tumbuh dan berkembang tingkat partisipasi masyarakat,
Makro, Jurnal manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No 12\Nov 2011
43
dalam bentuk yang konkrit Desa Kaduara Barat Kecamatan Larangan Kabupaten Pamekasan akan lebih nampak dari hasil partisipasi masyarakat dalam pembangunan. Tingginya tingkat partisipasi masyarakat dalam pembangunan di Desanya disebabkan oleh gaya kepemimpinan Kepala Desa yang bersifat domokrasi dan dan bukan yang otoriter. Kenyataan ini menunjukan bahwa tingginya tingkat partisipasi masyarakat dalam pembangunan masyarakat Desa yang menjadi cerminan darai gaya kepemimpinan Kepala Desa Kaduara Barat Kecamatan Larangan Kabupaten Pamekasan. Berdasarkan pada uraian permasalahan diatas maka dalam penelitian ini akan mengkaji tentang pengaruh gaya kepemimpinan kepala desa terhadap peningkatan partisipasi masyarakat dalam pembangunan dengan judul “Gaya Kepemimpinan Kepala Desa Terhadap Tingkat Partisipasi Masyarakat di Desa Kaduara Barat Kecamatan Larangan Kabupaten Pamekasan” Rumusan Masalah Atas dasar uraian latar belakang masalah yang telah dipaparkan diatas maka permasalahan dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Apakah gaya kepemimpinan Kepala Desa yang terdiri dari Demokrasi dan otoriter secara bersama-sama dapat mempengaruhi terhadap tingkat partisipasi masyarakat dalam pembangunan di Desa Kaduara Barat Kecamatan Larangan Kabupaten Pamekasan? 2. Faktor manakah yang mempunyai pengaruh dominan dari gaya kepemimpinan Kepala desa terhadap tingkat partispasi masyarakat dalam pembangunan di Desa Kaduara Barat Kecamatan Larangan Kabupaten Pamekasan? TINJAUAN PUSTAKA Kepemimpinan. Dalam organisasi, kepemimpinan memainkan pernan penting dalam proses pencapaian tujuan organisasi. begitu pula
halnya dengan pemerintahan di suatu negara memerlukan kepemimpinan pemerintahan dalam mencapai tujuan. Dalam kepemimpinan pemerintahan terkait dengan istilah memimpin dan memerintah, artinya dalam kepemimpinan pemerintah terjadi hubungan pemrintahan antara pemerintah dan masyarakat sebagai pihak yang diperintah. Hal ini sejalan dengan pengertian Ilmu Pemerintahan Modern yang dikemukakan Taliziduhu Ndraha (1998 : 2) bahwa : “Ilmu Pemerintahan adalah ilmu yang mempelajari unit kerja publik (pemerintah) bekerja guna memenuhi (memproduksi, mentrasfer, mendistribusikan) dan melindungi kebutuhan kepentingan dan tuntutan pihak yang diperintah sebagai konsumen dan sovereign, akan jasa publik dan layanan civil, dalam hubungan pemerintahan”. Dari definisi tersebut mengandung beberapa unsur pokok yaitu : (1) unit Kerja Publik, (2) Konsumen dan soverign, (3) Jasa Publik dan layanan civil, (4) memenuhi dan melindungi, dan (5) hubungan pemerintah. Adapun istilah “pemimpin” berasal dari kata asing “leader” dan “kepemimpinan” kepemimpinan dari kata “leadership” sekalipun “kepemimpinan tidak sama dengan Manajemen, tetapi kedua hal ini tidak dapat dipisahkan. Perbedaan antara manajemen dengan kepemimpinan dikemukakan S. Pamudji (1986 : 7) : (1) kepemimpinan itu nuansanya kepada kemampuan individu, yaitu kemampuan dari seseorang pemimpin. Sedangkan manajemen mengarah kepada sistem mekanisme kerja. (2) kepemimpinan merupakan kualitas atau interaksi antara si pemimpin dan pengikut dalam situasi tertentu. Sedangkan manajemen merupakan fungsi status atau wewenang (authority), jadi kepemimpinan menekankan kepada pengaruh kepada pengikut (wibawa), sedangkan manajemen menekankan kepada wewenang yang ada. (3) kepemimpinan menguntungkan diri pada sumber-sumber yang ada pada dirinya (kemampuan dan kesanggupan) untuk mencapai tujuan,
Makro, Jurnal manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No 12\Nov 2011
44
sedangkan manajemen mempunyai kesempatan untuk mengerahkan dana dan daya (funds and frces), yang ada di dalam organisasi untuk mencapai tujuan secara efesien dan efektif. (4) kepemimpinan di arahkan untuk mewujudkan keinginan si pemimpin, walaupun akhirnya juga mengarah ketercapaian tujuan organisasi sedangkan manajemen mengarah ketercapaian tujuan organisasi. (5) kepemimpinan lebih bersifat hubungan personil yang berpusat pada diri si pemimpin, pengikut dan situasi, sedangkan manajemen bersifat impersonal dengan masukan (imput) logika, rasio, analisis dan kuantitatif. Walaupun kedua hal tesebut (kepemimpinan dan manajemen) berbeda, tetapi mereka tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Kalau diperhatikan dari berbagai definisi tentang manajemen yang pada intinya adalah “getting the work done throught others effeciently” maka jelaslah bahwa manajemen itu merupakan mengerahkan dan mengarahkan segala sumberdaya untuk mencapai tujuan organisasi secara efektif dan efesien. Gaya Kepemimpinan Beberapa definisi tentang kepemimpinan menjelaskan bahwa : kepemimpinan sebagai proses mempengaruhi aktifitas seseorang atau sekelompok orang untuk mencapai tujuan. Pada dasarnya kepemimpinan merupakan upaya pencapaian tujuan melalui orang-orang yang dipengaruhi. Salah satu variabel yang menentukan keberhasilan seorang pimpinan dalam mempengaruhi pengikutnya adalah gaya kepemimpinannya (Hersey dan Blanchard 1980 :103) mengemukakan “the leadership style of an individual is the behavior patren that person exhibits whwn attemting to influence the activities of other as perceivied by those other” maksudnya adalah bahwa gaya kepemimpinan adalah pola perilaku yang digunakan seseorang saat mempengaruhi perilaku orang lain sebagai upaya agar antara pemimpin dan yang dipimpin mempunyai persepsi yang sesuai dengan harapan atau tujuan yang akan dicapai. Menurut Miftah Toha (1992 : 297). Menjelaskan bahwa “Gaya kepemimpinan
dapat dipandang sebagai norma perilaku yang digunakan oleh seseorang pada saat orang tersebut mencoba mempengaruhi perilaku orang lain seperti yang ia lihat”. Jadi gaya kepemimpinan dapat saja bermaksud yang berbeda-beda sesuai dengan pemahaman setiap oranmg, walaupun pada hakekatnya gaya kepemimpinan menyangkut tentang caracara bagaimana seseorang pemimpin dapat mempengaruhi orang lain yang dipimpimnya, gaya adalah merupakan bagian integral dari kepemimpinan dalam proses mempengaruhi, mengarahkan, menggerakkan, oreang-orang dalam suatu organisasi. Kepemimpinan Kepala Desa Leadership yang selanjutnya disebut kepemimpinan oleh Hersey and Blanchard (1980 : 84) diartikan sebagai, The prosess of influincing the activities of an individual or a grup in efforts toward goal achienvement in agiven situation"” maksudnya adalah bahwa suatu proses mempengaruhi aktivitas seseorang atau sekelompok orang yang terorganisasi dalam situasi tertentu untuk mencapai tujuan. Sedangkan Tead (dalam Pamudji, 1986 : 13) merumuskan bahwa kepemimp[inan sebagai “the activity of influnching people to cooperate toward same goals which they come to find desirable” yaitu kegiatan mempengaruhi orang-orang yang bekerja sama dalam rangka mencapai tujuan yang mereka kehendaki. Senada dengan pendapat tersebut, Sinindhia dan Widiyanti (1988 : 41) mengemukakan, “kepemimpinan adalah suatu kegiatan untuk mempengaruhi perilaku orang-orang agar bekerja sama menuju kepada suatu tujuan tertentu yang mereka inginkan bersama” Dari konsep tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan merupakan suatu proses mempengaruhi tingkah laku orang-orang supaya dapat bekerja sama dalam mewujudkan tujuan yang disepakati bersama. Atau kepemimpinan merupakan suatu proses mempengaruhi aktifitas seseorang atau sekelompok orang yang terorganisasi (bawahan) supaya mau bekerja sama
Makro, Jurnal manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No 12\Nov 2011
45
dengan pimpinan (atasan) dalam situasi tertentu untuk mencapai tujuan. Kepemimpinan kepala Desa dalam memimpin sebuah organisasi sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain kecakapan, kemampuan mempengaruhi kelompok, menggerakan serta dapat berinteraksi dengan orang-orang yang dipimpinnya dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sebagai pemimpin yang efektif. Davis (dalam Hicks and Gullet, 1987 : 502) mengidentifikasi empat ciri atau sifat yang duhubungkan dengan keefektifan kepemimpinan, yatitu (1) Intelegensi atau kecerdasan, (2) kedewasaan dan pengembangan sosial, (3) motivasi dari dalam dan pencapaian keinginan, dan (4) hubungan sikap manusia. Partisipasi Masyarakat Keberhasilan pelaksanaan pembangunan masyarakat Dsa menjadi tanggung jawab pemerintah dan masyarakat dengan partisipasinya. Keith Devis (dalam Huneryager dan Heckmann, 1967 : 617) memberikan arti sebagai berikut: “participation is defined as an individual’s mental and emotional involment in a grup situation that encourages him to contribute to group goals and to share responsibility for them” maksudnya adalah bahwa partisipasi adalah keterlibatan secara mental dan emosional seseorang atau kelompok masyarakat dengan kesdiaan untuk memberikan kontribusi dan kesediaan untuk bertanggung jawab. Sedangkan Satropoetro (1988 ; 40) mengemukakan bahwa : “partisipasi adalah keterlibatan yang bersifat spontan yang disertai kesadaran dan tanggung jawab terhadap kepentingan kelompok untuk mencapai tujuan bersama”. Dari berbagai pengertian partisipasi pada prinsipnya menyangkut empat unsur, yaitu (1) keterlibatan mental, emosi dan dengan sendirinya fisik, (2) kehendak sendiri atau prakarsa untuk mengambil bagian di dalam usaha pencapaian tujuan, (3) swadaya, dan (4) rasa tanggung jawab. Peningkatan Partisipasi Masyarakat
Pembangunan desa adalah pembangunan yang langsung menyentuh kepentingan sebagian besar masyarakat yang hidup di pedesaan. Desa sebagai basis pembangunan menyimapan berbagai potensi sumberdaya alam maupun sumberdaya insani, dan ini merupakan sumber pembangunan yang dimanfaatkan untuk kepentingan masyarakat banyak. Sebagian besar masyarakat pedesaan berada pada kondisi yang mengkhawatirkan baik dari segi ekonomi, sosial, politik, untuk itu pemerintah dituntut untuk segera memperbaiki mutu hidupnya selaras dengan derap langkah pembangunan yang sedang dilaksanakan. Sejalan dengan itu mendorongpemerintah untuk selalu berupaya meningkatkan perhatiannya terhadap pemabngunan desa melalui programprogram dan proyek-proyek utnuk masyarakat pedesaan. Untuk mendukung keberhasilan programprogram pembangunan di daerah pedesaan, maka langkah yang perlu ditempuh adalah (1) jenis program yang diberikan harus sesuai dengan kebutuhan masyarakat setempat, (2) dalam pembuatan program dan pelaksanaan program perlu melibatkan masyarakat desa. Jika kedua persyaratan itu dilaksanakan secara konsekwen maka program pembangunan akan dapat segera dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat pedesaan khususnya dan masyarakat Indonesia pada umumnya. Maksum (1993 : 25) menjelaskan bahwa: “Pembangunan Desa akan menyentuh kepentingan masyarakat Desa yang paling dasar dan dapat dirasakan manfaatnya oleh setiap anggota masyarakat. Karena itu pembanguanan harus bersifat praktis dan realistis”. Pembangunan desa ini dimaksudkan sebagai usaha meningkatkan taraf hidup masyarakat sehingga akan lebih dari sebelumnya. Taraf hidup masyarakat bukan semata-mata dilihat dari ekonomi, tetapi lebih diarahkan pada usaha membangkitkan supaya tumbuh rasa kemandirian sebagai modal untuk memperbaiki kehdupannya. Poston (dalam Taliziduhu Ndraha, 1987 :104) berpendapat bahwa : “Perbaikan hidup
Makro, Jurnal manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No 12\Nov 2011
46
masyarakat dan upaya memenuhi kebutuhan masyarakat dapat menggerakkan partisipasi”. Selanjutnya dikemukakan beberapa agar perbaikan kondisi dan taraf hidup masyarakat dapat menggerakkan partisipasi masyarakat dalam pemabngunan, yaitu : Disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat yang nyata. 1. Dijadikan stimulasi terhadap masyarakat, yang berfungsi mendorong timbulnya jawaban (respon) yang dikehendaki. 2. Dijadikan motifasi terhadap masyarakat, yang berfungsi membangkitkan tingkah laku (behavior) yang dikehendaki secara berlanjut. Dewasa ini partisipasi sering dikaitkan dengan isu pemerataan pembangunan, sebagaiman dikemukakan oleh Syahrir (1988 : 320), bahwa “Partisipasi dalam pembangunan bukanlah semata-mata partisipasi pelaksanaan program, rencana dan kebijaksanaan pembangunan tetapi juga partisipasi emansipatif yang sedapat mungkin penentuan alokasi sumber-sumber ekonomi mengacu pada motto pembangunan dari oleh dan untuk rakyat. Berdasarkan konsep-konsep tersebut, maka dapat dikatakan bahwa keberhasilan pembangunan. Maksum (1993 :43) berpenadapat bahwa “partisipasi masyarakat dapat tercipta apabila dapat dihidupkan sifat salaing percaya antara perangkat pemerintah dengan lembaga-lembaga atau anggota masyarakat”. Disisi lain partisipasi masyarakat banyak sekali ditentukan oleh (1) kebutuhan masyarakat, (2) kepentingan masyarakat, (3) adat istiadat, dan (4) sifatsifat komunal yang mengikat setiap anggota masyarakat satu sama lainnya. Melihat beberapa konsep di atas, partisipasi masyarakat dapat berjalan secara optimal, apabila program atau proyek yang dilaksanakan ada kesesuaian dengan harapan masyarakat setempat dan berdampak langsung terhadap peningkatan taraf hidup masyarakat secara keseluruhan. Disisi lain perlu ditunbuhkembangkan rasa saling percaya antara pemerintah dengan
masyarakat, tidak saling curiga satu sama lain. Kemudian pemerintah dalam hal ini Kepala Desa perlu memahami dan menghargai adat istiadat yang melekat pada masyarakat desa sebagai dasar acuan untuk mempelajari bentuk perilaku masyarakat Desa. Pembangunan masyarakat di Desa Kadusra Barat Kecamatan Larangan Kabupaten Pamekasan, tebtunya tidak akan mungkin berhasil secara maksimal tanpa adanya dukungan dari masyarakat secara kesaeluruhan, dalam bentuk partisipasi yang dilakukan secara ikhlas tanpa ada unsur paksaan. Partisipasi merupakan hak untuk semua lapisan masyarakat, dengan adanya partisipasi masyarakat dalam pemabngunan akan mengurangi beban tugas pemerintah yang selama ini cukup kompleks. Hipotesis Penelitian Berdasarkan pada pokok permasalahan yang telah dipaparkan pada latarbelakang masalah dan rumusan masalah serta pada tujuan penelitian, maka hipotesa dalam penelitian ini adalah : 1. Di duga gaya kepemimpinan Kepala Desa dapat mempengaruhi terhadap tingkat partisipasi masyarakat dalam pembangunan di Desa Kaduara Barat Kecamatan Larangan Kabupaten Pamekasan. 2. Di duga Faktor dominan pengaruhnya terhadap tingkat partisipasi masyarakat dalam pembangunan di Desa Kaduara Barat Kecamatan Larangan Kabupaten Pamekasan (X1) yaitu variable gaya kepemimpinan demokrasi. Metode Penelitian Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat Desa Kaduara Barat Kecamatan Larangan Kabupaten Pamekasan, yang keseluruhan jumlah penduduk Desa Kaduara Barat Kecamatan Larangan Kabupaten Pamekasan adalah 4.326 Jiwa. Prosedur Penentuan Sampel Prosedur penentuan sampel berdasarkan uraian di atas bahwa populasi pada
Makro, Jurnal manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No 12\Nov 2011
47
penelitian ini adalah seluruh masyarakat d. Partisipasi dalam bentuk pengawasan Desa Kaduara Barat Kecamatan Larangan dan evaluasi program dan proyek Kabupaten Pamekasan. Dengan demikian pembangunan. populasi pada penelitian ini adalah homogen 2. Faktor yang mempengaruhi tingkat yang daftar penduduknya tersedia di Desa partisipasi masyarakat dalam Kaduara Barat Kecamatan Larangan pembangunan. Kabupaten Pamekasan, sebanyak 4.326 a. gaya kepemimpinan demokrasi (X1) jiwa. meliputi : Maka untuk metode penentuan sampel a.1. Penekanan pada hubungan yang digunakan dalam penelitian ini adalah manusia metode sampel random sampling. a.2. Kuasa pemimpin diperoleh dari Berdasarkan pengertian diatas, maka kelompok yang dipimpin penelitian ini dilakukan / dilaksanakan pada a.3. Kebijakan terbuka dari diskusi masyarakat Desa Kaduara Barat Kecamatan dan keputusan kelompok Larangan Kabupaten Pamekasan, Jadi a.4. Memberikan motivasi terhadap penelitian ini adalah penelitian sampel. masyarakat. Sedangkan yang dijadikan sampel adalah a.5. Melibatkan bawahan dalam sebesar 100 orang. mengambil keputusan. a.6. Lebih bersikap kekluargaan dan Definisi Konsep hubungan kerjasama. a. Variabel tergantung yang di notasikan b. Gaya Kepemimpinan otoriter (X2) dengan Y, yaitu tingkat partisipasi meliputi : masyarakat Desa Kaduara Barat b.1. Menekankan pada tugas. Kecamatan Larangan Kabupaten b.2. Kuasa pimpinan berasal dari Pamekasan. posisi yang dimiliki. b. Variabel bebas yang di notasikan dengan b.3. Kbijakan ditentukan pimpinan. X, yaitu gaya kepemimpinan Kepala Desa b.4. Mengadakan pengawasan terhadap tingkat partisipasi masyarakat secara ketat pada masyarakat. Desa Kaduara Barat Kecamatan b.5. Tugas harus dilaksanakan sesuai Larangan Kabupaten Pamekasan yaitu dengan keinginan pimpinan. gaya kepemimpinan demokrasi dan gaya b.6. Lebih menekankan pada kepemimpinan otoriter. pelaksanaan tugas. X1 = gaya kepemimpinan Di dalam diskripsi variabel, nilai yang demokrasi digunakan adalah nilai rata-rata skor yang X2 = gaya kepemimpinan otoriter diperoleh dari jumlah pertanyaan sesuai indikatornya. Untuk keseragaman dalam Definisi Operasional pengukurannya digunakan kategori: sangat Agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam baik sekali dengan skor 5, sangat baik menafsirkan variabel-variabel yang dengan skor 4, baik dengan skor 3, kurang digunakan dalam penelitian ini, maka baik dengan skor 2, dan tidak baik dengan diberikan definisi operasional sebagai berikut skor 1. Sedangkan nilai variabel yang : dimasukkan dalam model analisis statistik 1. tingkat partisipasi Masyarakat dalam adalah nilai total skor. pembangunan (Y) yaitu : a. Partisipasi dalam pengambilan Teknik Analisa Data keputusan Model Analisis b. Partisipasi dalam pelaksanaan Model yang digunakan dalam program dan proyek pembangunan menganalisis data penelitian ini adalah c. Partisipasi dalam berbagai manfaat Regresi Linier Berganda (Multiple Linear Regression) dengan maksud untuk dari pembangunan. memperoleh hasil pendugaan parameter Makro, Jurnal manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No 12\Nov 2011
48
yang baik (dalam arti tidak bias) dengan antara variabel-variabel bebas, serta asumsi variabel tergantung dan variabel pengaruh antara variabel tergantung dengan bebas adalah linier. Selain itu ingin diketahui variabel bebas, baik secara bersama hubungan antar variabel bebas dan variabel maupun secara individual atau parsial. tergantung, dan sejauhmana pengaruh Spesifikasi model regresi linier berganda yang digunakan adalah : Y = b0 + b1X1+ b2X2 + ei Dimana : Y = Tingkat partisipasi Masyarakat dalam pembangunan Desa Kaduara Barat Kecamatan Larangan Kabupaten Pamekasan. b0 = konstanta. X1 = gaya kepemimpinan demokrasi X2 = gaya kepemimpinan otoriter b1, b2, = koefisien regresi parsial ei = variabel pengganggu. Teknik Analisis pengaruh yang dominan terhadap variabel Menghitung Koefisien Determinasi (R2) terikatnya. Perhitungan koefisien determinasi berganda digunakan untuk mengukur ketepatan dari model analisis yang dibuat. Gambaran Umum & Pembahasan Nilai koefisien determinasi berganda Gambaran Umum Lokasi Penelitian digunakan untuk mengukur besarnya Wilayah yang terletak di bagian paling sumbangan dari variabel bebas yang diteliti Timur Kota Kabupaten Pamekasan dan diapit 2 terhadap variasi variabel tergantung. Nilai R oleh tiga Desa yaitu sebelah Barat dibatasi berada antara 0 dan 1 atau 0 R2 1. Bila oleh Desa Montok, sebelah utara dibatasi nilai R2 mendekati nilai 1 maka dapat oleh Desa Kertagena Selatan sedangkan dikatakan semakin besar, berarti model yang sebelah timur dibatasi oleh Kabupaten digunakan semakin kuat untuk menerangkan Sumenep yaitu Desa Kaduara Timur dan variasi dari variabel tergantung. Sedangkan bagian selatan dibatasi oleh lautan Madura. jika R2 nilai mendekati 0 maka model yang Desa Kaduara Barat termasuk daerah digunakan semakin lemah dalam yang sangat maju perkembangan menerangkan variasi dari variabel pembangunannya karena didukung oleh tergantung. tingkat ekonomi msyarakat yang mulai Menghitung Koefisien Determinasi Parsial (r2) Langkah berikutnya, mencari besarnya koefisien determinasi parsial (r2) untuk masing-masing variabel bebas. Kegunaannya untuk mengetahui sejauh mana besarnya sumbangan masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat dan untuk mengetahui variabel bebas mana yang mempunyai sumbangan terbesar (dominan) terhadap variabel terikat. Berarti semakin besar r2 untuk masing-masing variabel bebas, menunjukkan semakin besar pula sumbangannya terhadap variabel terikat dan jika ada variabel yang angka r2 paling besar, probabilitasnya paling besar/tinggi, maka variabel bebas tersebut mempunyai
membaik, sejak datangnya pengusaha asing yang masuk kewilayah Kaduara Barat yaitu pengusaha ikan teri, gaya hidup masyarakat sudah mulai berubah begitu pula dengan tingkat pendidikan yang mulai tinggi, dengan tingkat ekonomi yang membaik sehingga mempengaruhi terhadap tingkat pendidikan sehingga akan berpengaruh pula terhadap kesadaran masyarakat akan hak dan kewajibannya yang harus dipenuhi oleh penguasa setempat yaitu Kepala Desa. Dan masyarakat tidak mau lagi diperintah atau dipaksa untuk melaksanakan suatu pekerjaan, melainkan masyarkat sudah menyadari akan arti dari pembangunan. Kehidupan masyarakat Kaduara Barat sangat berbeda sekali status sosialnya
Makro, Jurnal manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No 12\Nov 2011
49
antara yang hidup di daerah pesisir dan yang hidup di daerah bagian utara yang berada di dataran tinggi, masyarakat Kaduara Barat bagian Utara banyak tergantung kehidupannya kepada hasil pertanian dimana daerah pertaniannya penuh dengan bebatuan, maklum memang daerah dataran tinggi, sedangkan daerah bagian selatan bergantung pada hasil laut. Gaya hidup masyarakat Kaduara Barat sangat berbeda antara masyarakat yang hidup di daerah pesisir yang penuh dengan status ekonomi yang tinggi dan bagian utara atau daerah pegunungan yang ekonominya banyak tergantung pada hasil pertanian dan bergantung pada masyarakat di daerah pesisir, namun dari segi partisipasi masyarakat dalam pembangunan tidak jauh berbeda, karena ini di dasari pada kesadaran masyarakat dan gaya kepemimpinan demokrasi dari Kepala Desa.
Galis Kabupaten Pamekasan yaitu 100 orang responden berdasarkan kevalitan data yang diperoleh dari anggota masyarakat Desa Kaduara Barat Kecamatan Galis Kabupaten Pamekasan yang pada setiap kategori unsurunsur yang ada pada variabel. Variabel bebas yang diteliti adalah kajian pengaruh gaya kepemimpinan Kepala Desa terhadap tingkat partisipasi masyarakat dalam pembangunan di Desa Kaduara Barat Kecamatan Galis Kabupaten Pamekasan yang terdiri dari : gaya kepemimpinan demokrasi serta gaya kepemimpinan otoriter. Sedangkan variabel terikatnya adalah tingkat partisipasi masyarakat dalam pembangunan yang dijalankan/dilaksanakan oleh masyarakat Desa Kaduara Barat Kecamatan Galis Kabupaten Pamekasan. Distribusi Frekwensi Variabel Kepemimpinan Demokrasi
Gaya
Analisis Statistik Diskriptif Untuk mengetahui distribusi frekuensi Gambaran statistik diskriptif digunakan untuk memahami distribusi frekuensi jawaban responden dari item-item pada jawaban responden berdasarkan hasil angket variabel gaya kepemimpinan demokrasi yang disebarkan kepada anggota dapat dilihat dalam tabel berikut ini : masyarakat Desa Kaduara Barat Kecamatan
Distribusi Frekuensi Variabel Gaya Kepemimpinan Demokrasi (X1.1)
B. No
1
Jawaban Responden
Scor
a. sangat menekankan b. menekankan c. cukup d. kurang menekankan e. tidak sama sekali
5 4 3 2 1 100
F
%
26 46 22 5 1 100
26.0 46.0 22.0 5.0 1.0
Item Apakah Kepala Desa dalam melaksanakan kebijakan menekankan pada prinsip hubungan kemanusiaan ?
Jumlah
Berdasarkan pada tabel diatas, secara impiris item pertama dari variabel Gaya Kepemimpinan Demokrasi adalah apakah Kepala Desa dalam melaksanakan kebijakan menekankan pada prinsip hubungan kemanusiaan. Dalam hal ini yang
menyatakan sangat menekankan pada prisip hubungan kemanusiaan ada 26 orang responden atau 26,0 %, dan yang menyatakan menekankan pada prisip hubungan kemanusiaan ada 46 orang responden atau 46,0 %, yang menyatakan
Makro, Jurnal manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No 12\Nov 2011
50
cukup ada 22 orang responden atau 22,0 %, dan yang menyatakan kurang menekankan pada prisip hubungan kemanusiaan ada 5 orang responden atau
5,0 % sedangkan sisanya menyatakan tidak menekankan pada prisip hubungan kemanusiaan yaitu 1 orang responden atau 1,0 %.
Distribusi Frekuensi Variabel Gaya Kepemimpinan Demokrasi (X1.2) Jawaban Responden Scor C. No
2
F
%
23 47 25 3 2 100
23.0 47.0 25.0 3.0 2.0 100
Item Apakah kepemimpinan Kepala Desa merasa kuasa pimpinan yang diperoleh merupakan hasil dari kelompok yang dipimpin ?
a. sangat merasa b. merasa c. cukup d. kurang merasa e. tidak merasa
5 4 3 2 1
Jumlah Berdasarkan pada tabel diatas, secara impiris item kedua dari variabel Gaya Kepemimpinan Demokrasi adalah apakah kepemimpinan Kepala Desa merasa kuasa pimpinan yang diperoleh merupakan hasil dari kelompok yang dipimpin. Dalam hal ini yang menyatakan sangat merasa kuasa pimpinan yang diperoleh merupakan hasil dari kelompok yang dipimpin ada 23 orang
responden atau 23,0 %, dan yang menyatakan merasa ada 47 orang responden atau 47,0 %, yang menyatakan cukup ada 25 orang responden atau 25.0 %, dan yang menyatakan kurang merasa ada 3 orang atau sekitar 3,0 %, sedangkan sisanya menyatakan tidak meras yaitu 2 orang responden atau 2.0%.
Distribusi Frekuensi Variabel Gaya Kepemimpinan Demokrasi (X1.3)
D. No
3
Jawaban Responden
Scor
a. sangat terbuka b. terbuka c. cukup d. kurang terbuka e. tidak terbuka
5 4 3 2 1 100
F
%
20 42 30 5 3 100
20.0 42.0 30.0 5.0 3.0
Item Apakah kebijakan yang dibuat merupakan hasil keterbukaan dari hasil diskusi dan keputusan bersama masyarakat ?
Jumlah
Berdasarkan pada tabel diatas, secara impiris item ketiga dari variabel Gaya Kepemimpinan Demokrasi adalah tentang apakah kebijakan yang dibuat merupakan hasil keterbukaan dari hasil diskusi dan keputusan bersama masyarakat. Dalam hal ini yang menyatakan sangat terbuka ada 20 orang responden atau 20.0 %, dan yang menyatakan terbuka ada 42 orang responden atau
42,0 %, yang menyatakan cukup ada 30 orang responden atau 30.0 %, yang menyatakan kurang terbuka ada 5 orang responden atau 5.0 %, sedangkan sisanya menyatakan tidak terbuka yaitu 3 orang responden atau 3.0%.
Makro, Jurnal manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No 12\Nov 2011
51
Distribusi Frekuensi Variabel Gaya Kepemimpinan Demokrasi (X1.4)
E. No
4
Jawaban Responden
Scor
a. sangat sering b. sering c. cukup d. kurang sering e. tidak sama sekali
5 4 3 2 1 100
F
%
21 42 31 4 2 100
21.0 42.0 31.0 4.0 2.0
Item Apakah Kepala Desa memberikan motivasi terhadap masyarakat dalam melaksanakan pembangunan ?
Jumlah
Berdasarkan pada tabel diatas, secara impiris item keempat dari variabel Gaya Kepemimpinan Demokrasi adalah apakah Kepala Desa memberikan motivasi terhadap masyarakat dalam melaksanakan pembangunan. Dalam hal ini yang menyatakan sangat sering ada 21 orang responden atau 21,0 %, dan yang menyatakan sering ada 42 orang responden atau sekitar 42.0 %, yang
menyatakan cukup ada 31 orang responden atau 11,0 %, yang menyatakan kadang-kadang ada 4 orang responden atau 4,0 %, sedangkan sisanya menyatakan tidak sama sekali yaitu 2 orang responden atau 2,0 %.
Distribusi Frekuensi Variabel Gaya Kepemimpinan Demokrasi (X1.5)
F. No
5
Jawaban Responden
Scor
a. selalu melibatkan b. melibatkan c. cukup d. kurang melibatkan e. tidak melibatkan
5 4 3 2 1 100
F
%
30 43 20 5 2 100
30.0 43.0 20.0 5.0 2.0
Item Apakah Kepala Desa selalu melibatkan masyarakat dalam mengambil keputusan dalam pelaksanaan pembangunan ?
Jumlah
Berdasarkan pada tabel diatas, secara impiris item kelima dari variabel Gaya Kepemimpinan Demokrasi adalah tentang apakah Kepala Desa selalu melibatkan masyarakat dalam mengambil keputusan dalam pelaksanaan pembangunan. Dalam hal ini yang menyatakan selalu melibatkan ada 30 orang responden atau 30,0 %, dan yang menyatakan melibatkan ada 43 orang responden
atau 43,0 %, yang menyatakan cukup ada 20 orang responden atau 20.0 %, yang menyatakan kurang melibatkan ada 5 orang responden atau 5.0 % sedangkan sisanya menyatakan tidak melibatkan yaitu 2 orang responden atau 2.0 %.
Makro, Jurnal manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No 12\Nov 2011
52
Distribusi Frekuensi Variabel Gaya Kepemimpinan Demokrasi (X1.6) Jawaban Responden G. No
6
Scor
F
%
32 41 22 3 2 100
32.0 41.0 22.0 3.0 2.0
Item Apakah Kepala Desa dalam melaksanakan pembangunan bersikap kekeluargaan dan hubungan kerjasama dengan masyarakat ?
a. sangat kekeluargaan b. kekeluargaan c. cukup d. kurang kekeluargaan e. tidak kekeluargaan
5 4 3 2 1 100
Jumlah
Berdasarkan pada tabel diatas, secara impiris item keenam dari variabel Gaya Kepemimpinan Demokrasi adalah apakah Kepala Desa dalam melaksanakan pembangunan bersikap kekeluargaan dan hubungan kerjasama dengan masyarakat. Dalam hal ini yang menyatakan sangat kekeluargaan ada 32 orang responden atau 32,0 %, dan yang menyatakan kekeluargaan ada 41 orang
responden atau 41.0 %, yang menyatakan cukup ada 22 orang responden atau 22,0 %, yang menyatakan kurang kekeluargaan ada 3 orang responden atau 20,0 % sedangkan sisanya menyatakan tidak kekeluargaan yaitu 2 orang responden atau sekitar 2.0 %.
Distribusi Frekwensi Variabel Gaya Kepemimpinan Otoriter Untuk mengetahui distribusi frekuensi jawaban responden pada item-item dari variabel ekonomis dapat dilihat pada tabel berikut ini : Distribusi Frekuensi Variabel Gaya Kepemimpinan Otoriter (X2.1)
H. No
1
Jawaban Responden
Scor
F
%
a. sangat menekankan b. menekankan c. cukup d. kurang menekankan e. tidak sama sekali
5 4 3 2 1
12 21 22 23 22 100
12.0 21.0 22.0 23.0 22.0 100
Item Apakah Kepala Desa dalam melaksanakan kebijakan menekankan pada prinsip penyelesaian tugas ?
Jumlah
Berdasarkan pada tabel diatas, secara impiris item pertama dari variabel Gaya Kepemimpinan Otoriter adalah apakah Kepala Desa dalam melaksanakan kebijakan menekankan pada prinsip penyelesaian tugas. Dalam hal ini yang menyatakan sangat menekankan pada prisip penyelesaian tugas ada 12 orang responden atau 12,0 %, dan yang menyatakan menekankan pada prisip penyelesaian tugas ada 21 orang responden atau 21,0 %, yang
menyatakan menekankan pada prisip penyelesaian tugas ada 22 orang responden atau 22,0 %, dan yang menyatakan kurang menekankan pada prisip penyelesaian tugas ada 23 orang responden atau 23,0 % sedangkan sisanya menyatakan tidak menekankan pada prisip
Makro, Jurnal manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No 12\Nov 2011
53
penyelesaian tugas yaitu 22 orang responden atau
22,0 %.
Tabel Distribusi Frekuensi Variabel Gaya Kepemimpinan Otoriter (X2.2)
I. No
Apakah kepemimpinan Kepala Desa merasa kuasa pimpinan yang diperoleh merupakan hasil dari posisi yang dimiliki ?
2
Jawaban Responden
Scor
a. sangat merasa b. merasa c. cukup d. kurang merasa e. tidak merasa
5 4 3 2 1 100
F
%
22 21 15 20 22 100
22.0 21.0 15.0 20.0 22.0
Item
Jumlah
Berdasarkan pada tabel diatas, secara impiris item kedua dari variabel Gaya Kepemimpinan Otoriter apakah kepemimpinan Kepala Desa merasa kuasa pimpinan yang diperoleh merupakan hasil dari posisi yang dimiliki. Dalam hal ini yang menyatakan sangat merasa kuasa pimpinan yang diperoleh merupakan hasil dari posisi yang dimiliki ada 22 orang responden atau 22,0 %, dan yang menyatakan merasa ada 21 orang responden atau
21,0 %, yang menyatakan cukup ada 15 orang responden atau 15.0 %, dan yang menyatakan kurang merasa ada 20 orang atau sekitar 20,0 %, sedangkan sisanya menyatakan tidak merasa yaitu 22 orang responden atau 22.0%.
Tabel Distribusi Frekuensi Variabel Gaya Kepemimpinan Otoriter (X2.3) Jawaban Responden J. No
3
Scor
F
%
25 22 19 18 16 100
25.0 22.0 19.0 18.0 16.0
Item Apakah kebijakan yang dibuat merupakan hasil yang ditentukan pimpinan sendiri ?
a. sangat ditentukan sdr b. ditentukan sendiri c. cukup d. kurang ditentukan sdr e. tidak ditentukan sdr
5 4 3 2 1 100
Jumlah Berdasarkan pada tabel diatas, secara impiris item ketiga dari variabel Gaya Kepemimpinan Otoriter adalah apakah kebijakan yang dibuat merupakan hasil yang ditentukan pimpinan sendiri. Dalam hal ini yang menyatakan sangat mditentukan sendiri oleh Kepala Desa ada 25 orang responden atau 25,0 %, dan yang menyatakan ditentukan sendiri ada 22 orang responden atau 22,0 %, yang
menyatakan cukup ada 19 orang responden atau 19.0 %, dan yang menyatakan kurang ditentukan sendiri merasa ada 18 orang atau sekitar 18,0 %, sedangkan sisanya menyatakan tidak ditentukan sendiri yaitu 16 orang responden atau 16.0%.
Makro, Jurnal manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No 12\Nov 2011
54
Distribusi Frekuensi Variabel Gaya Kepemimpinan Otoriter (X2.4)
K. No
4
Jawaban Responden
Scor
a. sangat mengawasi b. mengawasi c. cukup d. kurang mengawasi e. tidak sama sekali
5 4 3 2 1 100
F
%
24 23 18 18 17 100
24.0 23.0 18.0 18.0 17.0
Item Apakah Kepala Desa memberikan pengawasan yang ketat terhadap masyarakat dalam melaksanakan pembangunan ?
Jumlah Berdasarkan pada tabel diatas, secara impiris yang menyatakan cukup ada 18 item keempat dari variabel Gaya Kepemimpinan orang responden atau 18.0 %, dan Otoritere adalah apakah Kepala Desa memberikan yang menyatakan kurang pengawasan yang ketat terhadap masyarakat mengawasi ada 18 orang atau dalam melaksanakan pembangunan. Dalam hal ini sekitar 18,0 %, sedangkan sisanya yang menyatakan sangat mengawasi ada 24 orang menyatakan tidak mengawasi yaitu responden atau 24,0 %, dan yang menyatakan 17 orang responden atau 17.0%. mengawasi ada 23 orang responden atau 23,0 %, Distribusi Frekuensi Variabel Gaya Kepemimpinan Otoriter (X2.5)
L. No
5
Jawaban Responden
Scor
a. selalu memaksa b. memaksa c. cukup d. kurang memaksa e. tidak memaksa
5 4 3 2 1 100
F
%
16 18 25 23 18 100
16.0 18.0 25.0 23.0 18.0
Item Apakah Kepala Desa selalu memaksakan pelaksanaan pembangunan sesuai dengan keinginannya ?
Jumlah Berdasarkan pada tabel diatas, secara impiris item kelima dari variabel Gaya Kepemimpinan otoriter adalah Apakah Kepala Desa selalu memaksakan pelaksanaan pembangunan sesuai dengan keinginannya. Dalam hal ini yang menyatakan sangat memaksa ada 16 orang responden atau 16,0 %, dan yang menyatakan memaksa ada 18 orang responden atau 18,0 %,
yang menyatakan cukup ada 25 orang responden atau 25.0 %, dan yang menyatakan kurang memaksa ada 23 orang atau sekitar 23,0 %, sedangkan sisanya menyatakan tidak memaksa yaitu 18 orang responden atau 18.0%.
Distribusi Frekuensi Variabel Gaya Kepemimpinan Demokrasi (X2.6) Jawaban Responden M. No
Scor
F
%
Item
Makro, Jurnal manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No 12\Nov 2011
55
Apakah Kepala Desa dalam melaksanakan pembangunan bersikap lebih menekankan pada pelaksanaan tugas ?
6
a. sangat menekan b. menekan c. cukup d. kurang menekan e. tidak menekan
5 4 3 2 1 100
21 21 19 25 14 100
21.0 21.0 19.0 25.0 14.0
Jumlah
Berdasarkan pada tabel diatas, secara impiris item keenam dari variabel Gaya Kepemimpinan otoriter adalah apakah Kepala Desa dalam melaksanakan pembangunan bersikap lebih menekankan pada pelaksanaan tugas. Dalam hal ini yang menyatakan sangat lebih menekankan pada pelaksanaan tugas ada 21 orang responden atau 21,0 %, dan yang menyatakan lebih menekankan pada pelaksanaan tugas ada 21 orang responden atau 21,0 %, yang menyatakan cukup
ada 19 orang responden atau 19.0 %, dan yang menyatakan kurang lebih menekankan pada pelaksanaan tugas ada 25 orang atau sekitar 29,0 %, sedangkan sisanya menyatakan tidak lebih menekankan pada pelaksanaan tugas yaitu 14 orang responden atau 14.0%.
Distribusi Frekwensi Variabel Tingkat Partisipasi Masyarakat Untuk mengetahui distribusi frekuensi jawaban responden pada item-item dari variabel tingkat partisipasi masyarakat dalam pembangunan dapat dilihat pada tabel berikut ini : Distribusi Frekuensi Variabel Tingkat Partp. Masy dlm Pembangunan (Y1)
N. No
1
Jawaban Responden
Scor
a. sangat sering b. sering c. cukup d. kurang sering e. tidak sama sekali
5 4 3 2 1 100
F
%
43 30 21 4 2 100
43.0 30.0 21.0 4.0 2.0
Item Apakah Bapak/Ibu sering ikut berpartisipasi dalam pengambilan keputusan dalam pembangunan ?
Jumlah
Berdasarkan pada tabel diatas, secara impiris item pertama dari variabel tingkat partisipasi masyarakat dalam pembangunan adalah apakah Bapak/Ibu sering ikut berpartisipasi dalam pengambilan keputusan dalam pembangunan. Dalam hal ini yang menyatakan sangat sering ada 43 orang responden atau 43,0 %, dan yang menyatakan sering ada 30 orang responden atau 30,0 %, yang menyatakan cukup ada 21 orang
responden atau 21.0 %, dan yang menyatakan kurang sering ada 4 orang atau sekitar 4,0 %, sedangkan sisanya menyatakan tidak sama sekali yaitu 2 orang responden atau 2.0%.
Makro, Jurnal manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No 12\Nov 2011
56
Distribusi Frekuensi Variabel Tingkat Partp. Masy dlm Pembangunan (Y2) Jawaban Responden O. No
2
Scor
F
%
5 4 3 2 1
39 32 22 6 1 100
39.0 32.0 22.0 6.0 1.0 100
Item Apakah Bapak/Ibu sering ikut berpartisipasi dalam pelaksanaan program proyek pembangunan di Desa ?
a. sangat sering b. sering c. cukup d. kadang-kadang e. tidak sama sekali Jumlah
Berdasarkan pada tabel diatas, secara impiris item kedua dari variabel tingkat partisipasi masyarakat dalam pembangunan adalah apakah Bapak/Ibu sering ikut berpartisipasi dalam pelaksanaan program proyek pembangunan di Desa. Dalam hal ini yang menyatakan sangat sering ada 39 orang responden atau 39,0 %, dan yang menyatakan sering ada 32 orang responden atau
32,0 %, yang menyatakan cukup ada 22 orang responden atau 22.0 %, dan yang menyatakan kadangkadang ada 6 orang atau sekitar 6,0 %, sedangkan sisanya menyatakan tidak sama sekali yaitu 1 orang responden atau 1.0%.
Distribusi Frekuensi Variabel Tingkat Partp. Masy dlm Pembangunan (Y3)
P. No
3
Jawaban Responden
Scor
a. sangat merasakan b. merasakan c. cukup d. kurang merasakan e. tidak merasakan
5 4 3 2 1 100
F
%
40 32 23 4 1 100
40.0 32.0 23.0 4.0 1.0
Item Apakah Bapak/Ibu sering ikut berpartisipasi atau merasakan berbagai manfaat dari hasil pembangunan ?
Jumlah
Berdasarkan pada tabel diatas, secara impiris item ketiga dari variabel tingkat partisipasi masyarakat dalam pembangunan adalah apakah Bapak/Ibu sering ikut berpartisipasi atau merasakan berbagai manfaat dari hasil pembangunan. Dalam hal ini yang menyatakan sangat merasakan ada 40 orang responden atau 40,0 %, dan yang menyatakan merasakan ada 32 orang responden
atau 32,0 %, yang menyatakan cukup merasakan ada 23 orang responden atau 23.0 %, dan yang menyatakan kurang merasakan ada 4 orang atau sekitar 4,0 %, sedangkan sisanya menyatakan tidak merasakan yaitu 1 orang responden atau 1.0%.
Distribusi Frekuensi Variabel Tingkat Partp. Masy dlm Pembangunan (Y4) Jawaban Responden Q. No
Scor
F
%
Item
Makro, Jurnal manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No 12\Nov 2011
57
4
Apakah Bapak/Ibu sering ikut berpartisipasi dalam bentuk pengawasan dan evaluasi program dan proyek pembangunan ?
a. sangat sering b. sering c. cukup d. kadang-kadang e. tidak sama sekali
5 4 3 2 1 100
40 32 23 4 1 100
40.0 32.0 23.0 4.0 1.0
Jumlah
Berdasarkan pada tabel diatas, secara impiris item keempat dari variabel tingkat partisipasi masyarakat dalam pembangunan adalah apakah Bapak/Ibu sering ikut berpartisipasi dalam bentuk pengawasan dan evaluasi program dan proyek pembangunan. Dalam hal ini yang menyatakan sangat sering ada 38 orang responden atau 38,0 %, dan yang menyatakan sering ada 35 orang responden atau 35,0 %, yang menyatakan cukup
sering ada 21 orang responden atau 21.0 %, dan yang menyatakan kadang-kadang ada 5 orang atau sekitar 5,0 %, sedangkan sisanya menyatakan tidak sama sekali yaitu 1 orang responden atau 1.0%.
Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian Uji Validitas Uji validitas ini digunakan untuk menguji instrumen, yaitu apakah instrumen yang digunakan dapat memberikan hasil yang sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Dalam kaitannya dengan penelitian ini uji validitas akan digunakan untuk mengukur atas item pertanyaan kuisioner masingmasing variabel atau indikator. Tujuannya apakah item-item pertanyaan tersebut merupakan bagian dari indikator. Adapun teknik pengujiannya dengan menggunakan korelasi product moment dengan menggunakan tingkat kepercayaan 5 %. Suatu item pertanyaan dikatakan valid jika nilai probability ( p ) kurang dari 0.05 (p < 0,05). Berdasarkan perhitungan pada lampiran diperoleh untuk X1, dan X2 seluruh item pertanyaan yang dapat dikatakan valid. Untuk variabel Y (variabel tergantung) tiga Tabel
item pertanyaan yang diajukan dapat dikatakan valid, karena semua nilai probability < dari 0,05 Uji Reliabilitas Uji reliabilitas ini digunakan untuk melihat apakah respon atau tanggapan dari responden akan menghasilkan hasil yang sama jika dilakukan pada tempat dan waktu yang berbeda. Adapun teknik yang digunakan dengan menggunakan reliabilitas alpha cronbach. Perhitungannya dengan membandingkan nilai dengan table reliabilitas dari Ebel dan Frisbie. Jika nilai > dari r table maka dianggap reliabel.
Hubungan jumlah butir dengan Reliabilitas Instrumen Jumlah Butir
Reliabilitas
5 10 20 40 80
0.20 0.33 0.50 0.67 0.80
Makro, Jurnal manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No 12\Nov 2011
58
160
0.89
Berdasarkan hasil perhitungan dalam lampiran maka ketiga indikator tersebut sudah reliabel karena nilai lebih dari dari nilai tabel (untuk 6 item = 0.24 dan untuk 4 item = 0.16), dimana nilai hitung adalah sebagai berikut :
X1 X2 Y
: 0.3232 > 0.240 : 0.5344 > 0.240 : 0.4004 > 0.160
Hasil Analisis Regresi Linier Berganda Berdasarkan hasil perhitungan regresi linier berganda dengan menggunakan program SPSS, maka diperoleh hasil sebagai berikut: Hasil Analisis Statistik Regresi Linier Berganda
R. Variabel Bebas
Koefisien Regresi
0.363533 0.092355 -1.888632
X1 ( Gaya Kepemimpinan Demokrasi ) X2 ( Gaya Kepemimpinan Otoriter ) Konstanta R Squared = 0.96165 Multiple R = 0.97943
F-Rasio = 12.35722 Prob = 0.0000
Berdasarkan pada tabel diatas maka persamaan regresi yang diperoleh adalah sebagai berikut: Y = -1.8886 + 0.3635 X1 + 0.092355 X2 + ei Maksud dari persamaan tersebut adalah: Apabila gaya kepemimpinan Demokrasi kepala desa mengalami peningkatan sebesar satu satuan maka tingkat partisipasi masyarakat dalam pembangunan akan mengalami peningkatan sebesar 0.363533. Tingkat partisipasi masyarakat dalam pembangunan akan mengalami peningkatan sebesar 0.092355 apabila gaya kepemimpinan otoriter Kepala Desa mengalami peningkatan sebesar satu satuan. Semua faktor gaya kepemimpinan kepala Desa, Demokrasi dan otoriter diukur dengan konstanta sebesar -1.888632
Analisis Korelasi Regresi Linier Berganda Untuk menguji dan mengetahui sejauh mana hubungan dan pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat maka dipakai teknik korelasi regresi linier berganda. Dari hasil perhitungan dalam lampiran 5 maka diperoleh koefisien korelasi berganda Multiple R (R) sebasar 0.97943 keadaan ini menunjukkan bahwa ada ketergantungan yang kuat antara variabel bebas dengan variabel terikat. Sedangakan koefisien determinasi atau R-Squared (R2) sebesar 0.96165. Koefisien determinasi ini menunjukkan seberapa besar keragaman dari variabel terikat yang dapat
Makro, Jurnal manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No 12\Nov 2011
59
dijelaskan oleh model. Dalam penelitian ini mempunyai arti bahwa persamaan regresi telah menjelaskan sebesar 96.165% dari keseluruhan jumlah keragaman yang dapat dijelaskan. Atau 66.165 % dari keberhasilan tingkat partisipasi masyarakat dalam pembangunan dijelaskan oleh kedua variabel bebas tersebut, sedangkan sisanya sebesar 3.835 % dijelaskan oleh variabel lain yang belum dimasukkan dalam model. Test Simultan Regresi Linier Berganda Setelah diketahui tingkat keeratan hubungan antara variabel bebas dengan variabel tergantung untuk lebih meyakinkan dapat dilakukan uji simultan terhadap variabel bebas dengan menggunakan uji F, hipotesa yang digunakan adalah sebagai berikut: H0 : 1 = 2 = 0 H1 : minimal ada satu i 0 dimana i = 1 dan 2 Karena nilai F-hitung ( 12.35722 ) > F(0.05; (3,31)) (2.91) maka keputusannya tolak H0 artinya bahwa model tersebut telah signifikan atau variabel bebas tersebut secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang bermakna terhadap variabel terikat. Uji Parsial Regresi Linier Berganda Setelah dilakukan pengujian secara simultan maka dilakukan pengujian secara individu untuk untuk mengetahui pengaruh variabel bebas secara individu terhadap variabel terikat. Hipotesa yang diajukan adalah: H0 : i = 0 H1 : i 0 dimana i = 1 dan 2 Berdasarkan perhitungan pada lampiran diperoleh bahwa untuk variabel X1 dan X2 keputusannya tolak H0 karena nilai t-hitung > dari nilai t-tabel yaitu t(0,05;31) = 2.043, berarti dari empat variabel tersebut variabel kesederhanaan prosedur, kejelasan dan keterbukaan serta biaya ekonomis secara individu signifikan dalam meramalkan nilai keberhasilan peningkatan kepuasan masyarakat. Uji Multikolinearitas Uji multikolinearitas ini dimaksudkan untuk mengetahui adanya hubungan yang sempurna antara variabel-variabel bebas dalam model regresi. Kolinearitas ganda sering ditandai dengan nilai R2 yang tinggi (antara 0.7 sampai 1), namun tidak satupun atau sangat sedikit variabel bebas yang signifikan secara individu. Dalam penelitian ini jika dilihat dari nilai R2 yang tidak cukup besar
menunjukkan kemungkinan tidak terjadi Multikolinearitas, untuk lebih membuktikan bahwa tidak ada kasus ini maka dilihat nilai VIFnya karena nilai VIF < 10 berarti tidak ada multikolinearitas. Uji Autokorelasi Autokorelasi dapat timbul karena berbagai alasan, misalnya karena adanya pola siklus yang terjadi dalam regresi yang meliputi data deret waktu, adanya variabel penting yang belum dimasukkan ke dalam model atau bentuk fungsi yang digunakan kurang tepat. Salah satu akibat dari adanya kasus ini maka penaksir yang dihasilkan tidak lagi efisien baik untuk sampel besar maupun untuk sampel kecil. Untuk mengetahui ada atau tidak autokorelasi dapt dilihat dari nilai Durbin-Watson 2.1441 dimana nilai ini du < dw < (4 - du) atau 1.65 < 2.1441 < (4 -1.65), atau bisa dilihat dari plot ACF. Plot ACF yang dihasilkan menunjukkan bahwa tidak ada yang keluar dari batas 2/n yaitu 0.338 kondisi ini menunjukkan tidak adanya autokorelasi. Uji Heteroskedastisitas Salah satu asumsi dasar regresi linier adalah variasi residual harus sama untuk semua pengamatan atau homoskedastisitas. Untuk mengetahui adanya homoskedastsistas dengan uji Glejser, yaitu dengan meregresikan nilai absolut dari residual standart dengan variabel bebas, kemudian dilihat nilai probabilitas dari masingmasing variabel bebas jika ada yang kurang adari tingkat kepercayaan () 5% maka dapat dikatakan telah terjadi heteroskedastisitas. Dalam penelitian ini semua nilai probabilitas dari variabel bebas dalam uji Glejser lebih besar dari 0.05. Berarti dapat
Makro, Jurnal manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No 12\Nov 2011
60
disimpulkan tidak terjadi heteroskedastisitas. Uji Asumsi Normalitas Pengujian normalitas dengan menggunakan Uji Lilliefor, jika tingkat signifikan atau nilai probabilitas diperoleh di atas 0.05 maka bisa dikatakan bahwa residual yang dihasilkan berdistribusi normal, dalam penelitian ini nilai probabilitas yang dihasilkan sebesal 0.2000. Demikian juga untuk uji Shapiro Wilk nilai probalilitasnya sebesar 0.1994 ( lebih besar dari 0.05 ) berarti residualnya berdistribusi normal. Uji ini untuk memenuhi asumsi dalam uji linier regresi. Pembahasan Pada skala perhitungan SPSS, hasil yang diperoleh adalah positif. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat partisipasi masyarakat dalam pembangunan di Desa Kaduara Barat Kecamatan Larangan Kabupaten Pamekasan dalam penerapan gaya kepemimpinan sangat memperhatikan gaya kepemimpinan secara Demokrasi dan gaya kepemimpinan secara Demokrasi, sehingga dapat meningkatkan tingkat partisipasi masyarakat dalam pembangunan yang memerlukan gaya kepemimpinan dari Kepala Desa Kaduara Barat Kecamatan Larangan Kabupaten Pamekasan. Tanggapan Responden Terhadap Gaya Kepemimpinan Demokrasi Di sini terlihat bahwa pernyataan responden tentang gaya kepemimpinan dari seorang Kepala Desa harus benar-benar menerapkan gaya yang diingnkan oleh masyarakat luas pada saat ini dalal rangka mengantisipasi adanya konflik disuatu daerah atau Desa. Gaya kepemimpinan harus disesuaikan dengan kebutuhan atau situasi dan kondisi yang ada di wilayahnya. Kebutuhan dalam pelaksanaan pembangunan di Desa Kaduara Barat Kecamatan Larangan Kabupaten Pamekasan bagi masyarakat yang memerlukan cara penerapan atau gaya kepemimpinan demokrasi yang harus diterapkan oleh seorang pimpinan di Desa sesuai dengan kemauan masyarakat yang dipimpimnya serta kemampuan untuk menarik simpatik masyarakat untuk ikut berpartisipasi dalam pembangunan yang dilaksanakan di Desa Kaduara barat Kecamatan Larangan Kabupaten Pamekasan, karena banyaknya atau kompleknya kebutuhan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari, sehingga keinginan untuk menempatkan gaya kepemimpinan untuk menarik simpati masyarakat harus sesuai
dengan keinginan yang inginkan oleh rakyatnya, sehingga pihak Kepala Desa benar-benar mampu menjembatani keinginan masyarakatnya yang serba komplek, yaitu dengan cara memimpin yang penuh dengan kearifan atau secara demokrasi. Tanggapan Responden Terhadap Gaya Kepemimpinan Otoriter Pada pernyataan responden pada variabel gaya kepemimpinan Otoriter, masyarakat yang dewasa ini sudah manyak mengalami kemajuan baik dari tingkat ekonomi, pendidikan serta kesadaran maka gaya kepemimpinan yang otoriter tidak begitu di dindahkan bahkan sudah ditinggalkan oleh masyarakat pada era reformasi ini. Untuk itu kepemimpinan kepala Desa di Desa Kaduara Barat Kecamatan Larangan kurang mendukung terhadap pemerintahan yang semena-mena atau memaksakan kehendah pimpinan, dengan demikian sebagai cacatan bahwa kepemimpinan yang otoriter saat ini sudah seharusnya di tinggalkan oleh seorang pimpinan apalagi seorang Kepala Desa sebagai Pemerintahan terdepan suatu Negara yang berhadapan langsung dengan masyarakat. Kesimpulan Berdasarkan pada temuan penelitian dan pembahasan dari sudut kajian variabel-variabel yaitu : gaya kepemimpinan demokrasi dan gaya kepemimpinan otiriter, dapat disimpulkan sebagai berikut : a. Pada analisis penyajian secara parsial atau uji-t, yaitu untuk konstanta sebesar -1,111, sedangkan atribut/variabel gaya kepemimpinan demokrasi (X1 ) mempunyai nilai 9,811, dan variabel gaya kepemimpinan otiriter (X2 )
Makro, Jurnal manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No 12\Nov 2011
61
mempunyai nilai 4,222. Jadi faktor dominan berpengaruh terhadap tingkat partisipasi masyarakat dalam pembangunan tentang gaya kepemimpinan Kepala Desa di Desa Kaduara Barat Kecamatan Larangan Kabupaten Pamekasan adalah Variabel gaya kepemimpinan demokrasi (X1 ). b. Dari hasil pengujian simultan atau uji - F ini menunjukkan adanya pengaruh yang kuat secara serempak antara variabel bebas kedua variabel dengan veriabel tergantung, dimana F hitung > F tabel yaitu 12,35722 > 2,91. c. Hasil pengujian koefisien determinasi (R 2 ) adalah sebesar 0,96165. Koefisien
determinasi ini menunjukkan bahwa persamaan regresi telah menunjukkan sebesar 96,165 %, berarti variabel bebas memberikan sumbangan yang kuat terhadap variabel terikat, sedangkan 3,835% adalah dari variabel lain.
Makro, Jurnal manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No 12\Nov 2011
62
ANALISIS KEBIJAKAN PROGRAM PERLUASAN LAPANGAN KERJA DAN PENANGGULANGAN PENGANGGURAN ( STUDI IMPLENTASI KEBIJAKAN PLKPP PADA DINAS TENNAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI KABUPATEN SUMENEP) Oleh :Bambang Hermanto (Dosen Kopertis Dpk Universitas Wiraraja Sumenep) Absrak Pada pertengahan tahun 1997 Indinesia menghadapi permasalahan yang sangat serius yang ditandai dengan merosotnya nilai tukar rupiah sehingga mengakibatkan krisis moneter dan melumpuhkan sendi-sendi perekonomian negara. Krisis moneter tersebut telah menyebabkan matinya dunia usaha karena ketidakmampuan pengusaha manyediakan bahan baku, mengingat sebagian besar bahannya masih import, yang mengakibatkan penutupan berbagai jenis usaha baik skala kecil maupun skala besar, sehingga berdampak terjadinya pemutusan hubungan kerja (PHK) yang mengakibatkan bertambahnya jumlah pengangguran. Pada tahun 1996 (sebelum terjadi krisis moneter) jumlah pengangguran di Indonesia sebanyak 22.6 juta atau 11.4% dari seluruh penduduk di Indonesia. Menurut perkiraan BPS, setelah krisis moneter (hingga tahun 2001) jumlah penduduk yang menjadi pengangguran bertambah sekitar 2 kali lipat. Dengan terjadinya hal tersebut, maka pemerintah telah mengambil langkah kebijakan diantaranya dengan Program Perluasan Lapangan Kerja dan Penanggulangan Pengangguran. Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan pendapatan masyarakt dan memberi kesempatan kerja bagi para pengangguran khususnya yang terjadi di pedesaan. Dari hasil penelitian yang dilakukan di 3 Kecamatan yang ada di Kabupaten Sumenep, maka ditemukan bahwa Program PLKPP adalah cukup menunjang dalam mengatasi permasalahan yang sedang dihadapi oleh negara kita. Hal ini diketahui dari hasil penelitian bahwa pelaksanaan program PLKPP sudah dilakukan dengan cukup baik dan dampaknya juga dapat dirasakan oleh masyarakat, namun untuk memperoleh hasil yang lebih optimal maka, perlu dilakukan perbaikan-perbaikan dari beberapa faktor yang sangat berhubungan dengan program tersebut. Bila dilihat perkecamatan menunjukkan bahwa di Kec. Batang-Batang variabel bebas (X) didapatkan skore rata-rata 1,909 adalah termasuk kategori cukup dan variabel tergantung (Y) skore rata-ratanya adalah 1,156 termasuk kategori kurang, untuk Kec. Gapura variabel bebas (X) skore rata-ratanya 1,852 termasuk kategori cukup dan untuk variabel tergantung (Y) skore rata-ratanya 0,745 termasuk kategori kurang dan untuk Kec. Ganding variabel bebas (X) skore rata-ratanya 1,510 termasuk kategori cukup sedangkan variabel tergantungnya (Y) skore rata-ratanya 0,888 termasuk kategori kurang. Sehingga dari uraian tersebut dapat dikemukakan bahwa implementasi kebijakan PLKPP belum berjalan secara maksimal. global dalam suatu negara sehingga tercipta kondisi yang kondusif bagi Pendahuluan perkembangan jaringan Gerakan globalisasi ekonomi dunia yang perekonimian disatu sisi awalnya berkumandang dan terasa sayup-sayup memberikan nilai yang positif akhirnya menjadi suatu realitas yang tidak mungkin terutama sekali dalam upaya dihindari kehadirannya bagi bangsa indonesia. Hal membangun ekonomi berdasar demikian memberikan pemahaman hadirnya pasar kompetensi dan rasionalitas. Makro, Jurnal manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No 12\Nov 2011
63
Pembangunan kebanyakan diartikan sebagai proses perubahan terencana untuk mencapai tatanan masyarakat yang lebih baik, nampaknya tiap negara memiliki pendekatan maupun strategi yang berbeda terutama dalam mencapai percepatan perubahan kearah perbaikan masyarakat tersebut. Namun demikian bagi kebanyakan negara berkembang terlihat bahwa pendekatan sebagai cara pandang untuk memecahkan masalahmasalah atau persoalan pembangunan masih menggunakan platform yang bersifat uniform. Nampaknya, pandangan dunia yang telah berkembang kearah tatanan perekonomian global, pada akhirnya melahirkan suatu gerakan globalisasi ekonomi dunia sehingga berpengaruh pula terhadap pendekatan pembangunan sebagai cara pandang untuk memecahkan persoalan pembangunan saat ini. Dampaknya bagi negara-negara berkembang yang kurang siap menerimanya akan menimbulkan guncangan pertumbuhan ekonomi,tak terkecuali di indonesia. Paling tidak sejak pertengahan tahun 1997 Indonesia menghadapi permasalahan yang sangat serius, yang ditandai dengan merosotnya nilai tukar rupiah sehingga mengakibatkan krisis moneter dan melumpuhkan sendi-sendi perekonomian negara. Krisis moneter tersebut telah menyebabkan matinya dunia usaha karena ketidakmampuan pengusaha manyediakan bahan baku, mengingat sebagian besar bahannya masih import, yang mengakibatkan penutupan berbagai jenis usaha baik skala kecil maupun skala besar, sehingga berdampak terjadinya pemutusan hubungan kerja (PHK) yang mengakibatkan bertambahnya jumlah pengangguran. Pada tahun 1996 (sebelum terjadi krisis moneter) jumlah pengangguran di indonesia sebanyak 22.6 juta atau 11.4% dari seluruh penduduk di Indonesia. Menurut perkiraan BPS, setelah krisis moneter (hingga tahun 2001) jumlah penduduk yang menjadi pengangguran bertambah sekitar 2 kali lipat. Khususnya setelah terjadinya krisis moneter yang berlangsung sejak April 1998 yng sampai saat ini belum nampak adanya tanda-tanda perbaikan, justru tanda-tanda yang disaksikan adalah bertambahnya angka pengangguran, angka PHK, anak putus sekolah , anak-anak jalanan , pelaku kriminalitas, remaja tuna susila dan kondisi lainnya yang kurang mengembirakan .
Bangsa Indonesia pada saat ini banyak yang tidak mendapatkan pekerjaan (menjadi pengangguran), Indonesia harus segera bisa mengatasi masalah pengangguran tersebut, dikarenakan kalau tidak segera dapat diatasi indonesia akan mengalami kehancuran. “perihal tersebut sesuai apa yang diamanatkan dalam UU no.14 tahun 1969 dalam penjelasannya menyebutkan “Bahwa Tenaga Kerja adalah sedemikian pentingnya bagi kehidupan bangsa dan malah merupakan faktor yang menentukan mati hidupnya bangsa itu sendiri, baik fisik maupun cultural maka perlu diadakan pengaturan sebaikbaiknya yang dimulai sebelum orang menjadi Tenaga Kerja sampai ia masuk ke liang kubur”. Salah satu upaya pemerintah untuk mengatasi kondisi diatas telah dan sedang dilaksanakan program penanggulangan pengangguran melalui proyek Perluasan Lapangan Kerja dan Penanggulangan Pengangguran (PLKPP) yang diantara lain program seperti padat karya, UMSI (Usaha Mandiri Sektor Informal ) dan sejenisnya yang lebih mengutamakan bantuan untuk pengembangan usaha yang diharapkan bisa menyerap tenaga kerja. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka yang menjadi pusat kegiatan dalam penelitian ini adalah melihat implementasi Kebijakan Program Perluasan Kerja dan Penggulangan Pengangguran (PLKPP), pada beberapa di wilayah Kabupaten Sumenep yakni di Kec.Batang-Batang , Kec.Gapura dan Kec Ganding. Berdasarkan tema sentral diatas dan sesuai dengan unit analisis, maka yang menjadi
Makro, Jurnal manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No 12\Nov 2011
64
masalah dalam penelitian ini adalah : a. Bagaimanakah aplikasi kebijakan Program Perluasan Kerja dan Penanggulangan Pengangguran (PLKPP)yang dilaksanakan di beberapa kecamatan di dalam wilayah Kabupaten Sumenep Propinsi Jawa Timur. b. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi Proses Aplikasi Kebijakan Program Perluasan Kerja dan Penanggulangan Pengangguran (PLKPP) pada beberapa kecamatan di wilayah Kabupaten Sumenep ? Tujuan Penelitian Berkaitan dengan rumusan masalah sebagaimana dikemukakan didepan maka tujuan penelitian ini adalah : a. Mendeskripsikan proses pembinaan kecamatan penerima Program Perluasan Lapangan Kerjadan Penanggulangan Pengangguran (PLKPP) sebagai wujud dari aplikasi kebijaksanaan tersebut.di Kec . Batang-Batang, kec.Gapura dan Kec.Ganding. b. Mendeskripsikan faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja aplikasi kebijaksanaan Pogram Perluasan Kerja dan Penanggulangan Pengangguran (PLKPP).
LANDASAN TEORI DAN KONSEPTUALISASI Pengertian Kebijaksanaan Publik (Public Policy) Secara konsepsi kebijaksanaan publik dapat diartikan sebagai agenda kebijaksanaan yang telah dirumuskan pemerintah yang merupakan tanggapan (responsiveness) terhadap lingkungan atau masalah publik. Sebagaimana dikemukakan oleh Parker ( 1988 : 4) mendefinisikan kebijaksanaan publik sebagai suatu tujuan tertentu atau serangkaian tindakan yang dilakukan oleh suatu pemerintah pada periode tertentu dalam hubungannya dengan suatu subyek atau tanggapan pada suatu krisis. Hal senada dikemukakan oleh William N. Dunn (1981 : 70) yang diterjemahkan oleh Muhadjir Darwin (1988 : 63-64) bahwa kebijaksanaan publik adalah serangkaian pilihan yang kurang lebih berhubungan (termasuk keputusan atau tidak berbuat) yang dibuat oleh badan-badan atau kantorkantor pemerintah, diformulasikan dalam bidangbidang issu (issu areas) yaitu arah tindakan actual
atau potensial dari pemerintah yang didalamnya terkandung konflik antara masyarakat. Oleh Eulau dan Prewitt mengemukakan bahwa “Policy dibedakan dari tujuan-tujuan kebijaksanaan, niat kebijaksanaan dan pilihan-pilihan kebijaksanaan”. Untuk membedakan kebijaksanaan biasa dengan kebijaksanaan publik dapat dilihat dari komponen Public Policy yang mencakup : a. Niat (Intenstion); tujuan-tujuan sebenarnya dari sebuah tindakan. b. Tujuan (Goals); keadaan akhir yang ingin dicapai. c. Rencana atau usulan (Plans or Proposals); cara yang tepat untuk mencapai tujuan. d. Program (Program); cara yang sah untuk mencapai tujuan, Keputusan atau pilihan (Decision or Choice); tindakan-tindakan yang diambil untuk mencapai tujuan, mengembangkan rencana, melaksanakan dan mengevaluasi program. e. Pengaruh (Effects); dampak program yang dapat diukur (yang diharapkan dan yang tidak diharapkan; yang bersifat primer atau yang bersifat sekunder) (Jones, 1985 : 48-49). Berdasarkan pandangan beberapa ahli diatas, maka jelas bahwa kebijakan Program Perluasan Kerja dan Penanggulangan Pengangguran (PLKPP) sebagaimana termuat dalam DIP dan PO Depnaker. Konsep Implementasi Kebijaksanaan Publik Implementasi kebijaksanaan publik (implementing publik poligy) dapat diartikan sebagai segala tindakan (action) konkrit dalam rangka mencapai tujuan dan
Makro, Jurnal manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No 12\Nov 2011
65
sasaran kebijaksanaan yang telah dirumuskan Sedangkan Grindle (1980 :3) (publik decision). menformulasikan implementasi William N. Dunn, sebagaimana yang disadur sebagai kaitan antara tujuan oleh Darwin (op. cit : 80) memberi pengertian kebijaksanaan dan hasil-hasil implementasi kebijaksanaan publik sebagai kegiatan Pemerintah. Sehingga pelaksanaan dan pengendalian arah tindakan implementasi kebijaksanaan kebijaksanaan sampai dicapainya hasil membutuhkan adanya system kebijaksanaan, sedangkan Van Horn (1975 : 445penghantaran kebijaksanaan, 485) mendefinisikan bahwa “Implementasi dimana perangkat khusus didesain kebijaksanaan sebagai tindakan yang dilakukan dengan maksud untuk mencapai oleh publik atau swasta, baik secara individu tujuan akhir. Dengan demikian maupun kelompok, yang ditujukan untuk mencapai kebijaksanaan diterjemahkan tujuan yang telah ditetapkan dalam keputusan kedalam alokasi program-program “kebijaksanaan”. yang diarahkan pada pencapaian Definisi tersebut menyiratkan adanya upaya tujuan akhir yang dinyatakan dalam mentransformasikan keputusan ke dalam kegiatan kebijaksanaan. operasional serta mencapai perubahan seperti yang Dari pendapat para ahli didesain dalam keputusan kebijaksanaan. Lebih tersebut diatas, maka implementasi lanjut Van Meter dan Van Horn menjelaskan bahwa kebijaksanaan dapat dirumuskan tahap implementasi tidak dimulai pada tujuan dan sebagai serangkaian penghantaran sasaran yang ditetapkan oleh keputusan (Dilevery system) dalam rangka kebijaksanaan sebelumnya. Tahap implementasi mencapai tujuan dan sasaran baru terjadi setelah proses legeslasi dilalui dan kebijaksanaan. pengalokasian sumber daya dan dana telah disepakati. Gambar 1. Proses Impementasi
POLICY GOALS & OBJECIVES
IMPLEMENTING POLICY
POLICY OUTCOMES
Deleviery System (Input : agen Pelaksana, Resoutces, Peraturan dll) Sumber : William and Elmore (dalam Sunggono, 1994 : 138) Setelah kebijaksanaan dan tujuan telah ditentukan maka langkah selanjutnya adalah mengimplementasikan kebijakan tersebut agar tujuan kebijakan dapat tercapai. Dalam mengimpelementasi program kebijakan dibutuhkan suatu penghantaran (Delivery) yang memerlukan beberapa input, seperti : agen pelaksana, dukungan anggaran, personalia, peraturan, standar operating procedures dan sebagainya. Berdasarkan pandangan diatas maka yang dimaksud dengan studi implementasi Kebijakan Proyek Perluasan Kerja dan Penanggulangan Pengangguran (PLKPP) dalam penelitian ini mencakup a). Mengkaji bagaimana proses pengantaran (mekanisme pencapaian tujuan) dalam mewujudkan tujuan yang ingin dicapai (goal achieved) dari Kebijakan Proyek Perluasan
Kerja dan Penanggulangan Pengangguran (PLKPP) ? b). Apakah hasil yang dicapai telah sesuai dengan tujuan dan sasaran atau belum mencapai hasil sebagaimana yang diharapkan ? Adapun sasaran yang ingin dicapai dari kebijakan PLKPP mencakup tiga hal yang penting yaitu : a. Meningkatkan pendapatan masyarakat desa melalui pengembangan ekonomi pedesaan yang berwawasan lingkungan; b. Tersedianya sarana dan prasarana sosial ekonomi;
Makro, Jurnal manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No 12\Nov 2011
66
c. Terbentuknya kesadaran dan perilaku positif masyarakat terhadap penanggulangan pengangguran. Sasaran yang ingin dicapai dari Kebijakan Proyek Perluasan Kerja dan Penanggulangan Pengangguran (PLKPP) tersebut, merupakan indicator untuk mengukur keberhasilan implementasi program tersebut di Kec. BatangBatang, Kec. Gapura dan Kec. Ganding Kab. Sumenep. Faktor-Faktor Yang Diduga Berpengaruh terhadap Implementasi Kebijaksanaan Program Perluasan Kerja dan Penanggulangan Pengangguran (PLKPP) merupakan program pemberdayaan masyarakat dibidang ketenaga kerjaan yang dalam teori konsep pemberdayaan masyarakat efektifitas implementasinya sangat tergantung pada partisipasi banyak pihak antara lain kelompok sasaran, pemandu lapangan, pemandu wirausaha dan aparatur pemerintah. Menurut (Suroto, 1992) dalam bukunya Strategi Pembangunan dan Perencanaan Kesempatan Kerja, bahwa yang dimaksud dengan Kelompok Sasaran adalah “Orang-orang yang secara sengaja direncanakan untuk memperoleh manfaat dari proyek jika proyek tersebut sudah selesai dan berfungsi”. Kelompok sasaran yang dimaksud pada program perluasan lapangan kerja dan penanggulangan pengangguran adalah kelompok / perorangan yang telah memiliki rintisan usaha, atau kelompok / perorangan pengangguran. Adapun factor-faktor yang mempengaruhi efektifitas implementasi program menurut George C. Edward dalam buku implementasi kebijakan publik yang diterjemahkan oleh (Maduli, 1980) menjelaskan bahwa : “Implementasi akan efektif bila
birokrasi pelaksana mematuhi apa yang telah digariskan dalam ketentuan dan ia menunjukkan factor-faktor yang berkaitan dengan mempengaruhi implementasi yaitu, komunikasi, sumber daya, sikap pelaksana dan struktur organisasi”. Pendapat lain juga dikemukakan oleh (Riswanda, 1999) bahwa ada dua hal yang harus diperhatikan dalam arena implementasi yaitu : “Variabel kondisional dan variable operasional, yang berpengaruh kepada efektifitas implementasi program yaitu untuk variable kondisional adalah kondisi social ekonomi (kemampuan riil masyarakat penerima), sedang variabel operasional adalah komunikasi dari preferensi / sikap pelaksana”. Dari penjelasan diatas dapat diketahui bahwa factor-faktor yang berpengaruh pada efektifitas implementasi program penanggulangan pengangguran yaitu komunikasi, sikap pelaksana dan kemampuan riil masyarakat (SDM). Berdasarkan kesimpulan analisis teori sebagaimana pada paparan terdahulu, maka pola hubungan antara variabel X dan variabel Y dapat dilihat melalui gambar berikut :
Makro, Jurnal manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No 12\Nov 2011
67
Gambar 2 SKENARIO POLA HUBUNGAN ANTAR VARIABEL DALAM IMPLEMENTASI KEBIJ. PROGRAM PERLUASAN LAP. KERJA & PENANGGULANGAN PENGANGGURAN DI KAB. SUMENEP
Faktor Komunikasi
X1
POLICY OUTCOMES Faktor Sikap Pelaksana
X2
Faktor SDM
X3
Dengan memperhatikan segala aspek yang berkaitan dengan program PLKPP diatas maka penulis beranggapan bahwa untuk menunjang keberhasilan pelaksanaan kebijaksanaan PLKPP sebagaimana yang telah digambarkan diatas perlu diperhatikan ketiga factor Hipotesis 1. Faktor komunikasi, sikap pelaksana dan Sumber Daya Manusia secara bersama-sama berpengaruh terhadap keberhasilan implementasi kebijakan PLKPP 2. Faktor Sumber Daya Manusia memiliki pengaruh dominan terhadap keberhasilan implementasi kebijakan PLKPP
METODE PENELITIAN Desain Penelitian Dalam penyusunan laporan penelitian ini digunakan jenis penelitian hipotesis yang bertujuan untuk melakukan uji atas beberapa hipotesis yang dikemukan. Penelitian uji hipotesis ini hendaknya menjelaskan sejumlah variabel yang saling berhubungan dan berpengaruh pada gejala yang tergambar pada hipotesis penelitian. J. Supranto (1992 : 168) menyatakan bahwa hipotesa pada dasarnya merupakan suatu proporsi atau anggapan yang mungkin benar dan sering digunakan sebagai dasar pembuatan keputusan/pemecahan persoalan ataupun untuk dasar penelitian lebih lanjut. Definisi Operasional Variabel
HASIL IMPLEMENTASI KEBIJAKSANAAN PLKPP Dalam penelitian ini terdapat dua buah variable, yang pertama variabel bebas (independent variable) yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi efektifitas implementasi program perluasan lapangan kerja dan penanggulangan pengangguran terdiri atas tiga buah variabel bebas yaitu : 1) Variabel komunikasi dengan indikator frekuensi pertemuan intern dan frekuensi pertemuan ekstern. 2) Variabel sikap pelaksana dengan indikator motivasi dan kepribadian. 3) Variabel sumber daya manusia dengan indikator pendidikan formal dan pendidikan informal. Sedang yang kedua adalah variable tergantung (dependent variable) yaitu efektifitas implementasi keberhasilan program dengan indicator tingkat pendapatan kelompok masyarakat dan ketertampungan tenaga kerja. Variabel Komunikasi Sebagaimana dijelaskan oleh Carolie Bryant dan Louis G. White (1999) dalam bukunya Manajemen Pembangunan untuk negara berkembang bahwa untuk menetapkan suatu indikator yang
Makro, Jurnal manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No 12\Nov 2011
68
bermanfaat, yang menjadi kuncinya ialah keakraban dengan situasi yang dipelajari dan berpengetahuan tentang hal tersebut, serta mempunyai imajinasi. Indikator untuk mengukur kapasitas kelembagaan pemerintah yang menangani masalah-masalah pembangunan kemasyarakatan antara lain adalah : “Hubungan yang terjalin dengan kelompok-kelompok masyarakat dengan indikator yang dapat diukur adalah jumlah personil yang terlibat, banyaknya pertemuan yang diselenggarakan, kesan-kesan mengenai pertemuan itu”. Variabel Sikap Pelaksana Yang dimaksud sikap pelaksana adalah respon terhadap stimulan sosial yang telah terkondisikan oleh semua pihak yang terlibat dalam program indikator dari variabel sikap yang menerima bantuan Program Perluasan Lapangan Kerja dan Penanggulangan Pengangguran. Variabel Sumber Daya Manusia Yang dimaksud dengan Sumber Daya Manusia adalah kemampuan riil penerima bantuan sebagai sarana atau alat dalam mengimplementasikan Program Perluasan Lapangan Kerja dan Penanggulangan Pengangguran yang dianggap produktif setelah mengerahkan semua potensi yang dimilikinya. Indikator dari variable sumber daya manusia dalam penelitian ini dilihat pendidikan formal dan pendidikan informal. Variabel Implementasi kebijakan PLKP Yaitu tingkat keberhasilan dalam menyediakan lapangan kerja bagi masyarakat. Indikatornya adalah banyaknya orang yang direkrut, Luas wilayah perluasan, serta kemanfaatan bagi masuyarakat.
data tahunan dan laporan kegiatan anggaran rumah tangga Dinas tenaga kerja. Populasi dan Sampel Populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah di Kecamatan yang memperoleh bantuan Program Perluasan dan Penanggulangan Pengangguran. Mereka adalah yang termasuk dalam kategori keluarga yang telah memiliki rintisan usaha serta pengangguran yang terhimpun dalam kelompok (Pok Mas) dan terdiri atas 3 Kecamatan di Kabupaten Sumenep. Teknik Pengumpulan Data Adapun cara-cara atau pendekatan yang dipakai dalam memperoleh data pada penelitian ini meliputi : Teknik Analisa Data Setelah data diperoleh selanjutnya dilakukan analisis terhadap data yang telah berhasil dikumpulkan dan diklasifikasikan selanjutnya dibahas rancangan analisanya. Dari identifikasi variabel maka model analisis yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini adalah model regresi linier berganda. Model ini digunakan dengan dasar bahwa ingin mengetahui hubungan antara variabel-variabel bebas dengan variabel terikat. Selain itu juga ingin mengetahui sejauh mana pengaruh antara variabel-variabel bebas dengan variabel terikat, baik secara bersama-sama maupun secara parsial.
Sumber Data dan Responden Dalam hal ini yang diperlukan adalah data primer dan sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan dengan menggunakan kuesioner secara random dengan tujuan agar setiap sampel yang terpilih memliliki kesempatan yang sama sebagai Spesifikasi model yang digunakan sampel yang terpilih. Sedang Data sekunder dalam penelitian ini berbentuk : dikumpulkan dengan mempelajari dokumen sumber yang bersangkutan. Dokumen tersebut bisa berupa Y = B0 + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 +e1 dimana : Makro, Jurnal manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No 12\Nov 2011
69
B0 = intercept b = koefisien regresi e1 = faktor gangguan yang tidak dimasukkan dalam
model.
Menurut Algifari (1997 :73) metode regresi yang diperoleh dari metode kuadrat terkecil biasa (Ordinary Least Squares / OLS) merupakan model regresi yang menghasilkan estimator linear tidak bias yang terbaik (Best Linear Unbias Estimator / BLUE). ANALISIS HASIL PENELITIAN Berdasarkan analisa data yang ada maka skore masing-masing dapat dilihat dalam tabel berikut : Tabel : 1 Skore Sub Indikator Tingkat Pendapatan Masyarakat No 1 2 3
Kecamatan Batang-Batang Gapura Ganding
Skore Rata-Rata 0,466 + 0,916 + 0,466 = 1,848 0,400 + 0,883 + 0,400 = 1,287 0,383 + 0,916 + 0,383 = 1,682
Indikator Tingkat Perkembangan Usaha Dalam indikator ini terdapat sub indikator dan skore masing-masing berdasarkan data yang ada disajikan dalam tabel sebagai berikut :
Tabel : 2 Skore Sub Indikator Tingkat Perkembangan Usaha Meningkat Tetap Menurun No Kecamatan Skore % Skore % Skore % 1 Batang-2 3 0 2 90 1 10 2 Gapura 3 0 2 85 1 15 3 Ganding 3 0 2 95 1 5 Dari data tersebut dapat diketahui skore tingkat perkembangan usaha sebagai berikut :
No 1 2 3
Tabel : 3 Skore Tingkat Perkembangan Usaha Kecamatan Skore Rata-Rata Batang-Batang 0 x 3 + 0,90 x 2 + 0,10 x 1 = 0,633 3 Gapura 0 x 3 + 0,85 x 2 + 0,15 x 1 = 0,616 3 Ganding 0 x 3 + 0,95 x 2 + 0,05 x 1 = 0,650 3
Indikator Penyerapan Tenaga Kerja Berdasarkan data yang ada tingkat penyerapan tenaga kerja dapat disajikan dalam tabel sebagai berikut : Makro, Jurnal manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No 12\Nov 2011
70
Tabel : 4 Skore Indikator Penyerapan Tenaga Kerja 25 – 50 org 10 – 25 org 1 – 10 org No Kecamatan Skore % Skore % Skore % 1 Batang-2 3 0 2 0 1 100 2 Gapura 3 0 2 0 1 100 3 Ganding 3 0 2 0 1 100 Dari data tersebut data diketahui skore tingkat penyerapan tenaga kerja sebagai berikut :
No 1 2 3
Tabel : 5 Skore Tingkat Penyerapan Tenaga Kerja Kecamatan Skore Rata-Rata Batang-Batang 0 x 3 + 0 x 2 +1,0 x 1 = 0,333 Gapura 3 Ganding 0 x 3 + 0 x 2 + 1,0 x 1 = 0,333 3 0 x 3 + 0 x 2 + 1,0 x 1 = 0,333 3
Dari perhitungan masing-masing indikatorindikator tersebut diatas maka dapat diketahui skore untuk variable tergantung dimasing-masing
kecamatan yang diteliti dan secara keseluruhan dapat disajikan pada tabel berikut :
Tabel : 6 Skore Variabel Efektifitas Implementasi Program PLKPP No 1
2 3
Indikator Tingkat pendapatan kelompok masyarakat penerima Program PLKPP Tingkat perkembangan usaha Tingkat penyerapan tenaga kerja Jumlah Y
Batang-2 1,848
Kecamatan Gapura 1,287
Ganding 1,682
0,633
0,616
0,650
0,333 2,814 0,938
0,333 2,236 0,745
0,333 2,665 0,888
Analisa Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Efektifitas Implementasi Program PLKPP ada 3 Variabel Bebas yaitu : Variabel Komunikasi Pertemuan Intern Pok Mas Dari analisa tersebut maka dapat diketahui skore untuk sub indikator pertemuan intern Pok Mas sebagaimana dalam tabel berikut :
Makro, Jurnal manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No 12\Nov 2011
71
Tabel : 7 Skore Indikator Pertemuan Intern Pok Mas Penerima Program PLKPP No 1 2 3
Kecamatan Batang-Batang Gapura Ganding
Skore Rata-Rata 0,516 + 0,833 + 0,716 = 0,833 0,483 + 0,783 + 0,650 = 0,783 0,466 + 0,783 + 0,633 = 0,783
Pertemuan Ektern Kelompok Masyarakat Penerima Program PLKPP Berdasarkan hasil analisa data yang ada dapat dilihat hasilnya dalam tabel berikut : Tabel : 8 Skore Indikator Pertemuan Ekstern Pok Mas Dengan Pemandu Lapangan, Lurah dan Petugas Depnakertrans No 1 2 3
Kecamatan Batang-Batang Gapura Ganding
Skore Rata-Rata 0,466 + 0,886 + 0,750 = 2,099 0,533 + 0,900 + 0,750 = 2,183 0,400 + 0,850 + 0,733 = 1,983
Variabel Sikap Pelaksana Indikator Motivasi Dalam indicator motivasi terdapat beberapa sub indicator, dari data yang ada dapat disajikan skorenya dalam tabel berikut ini : Tabel : 9 Skore Indikator Motivasi No 1 2 3
Kecamatan Batang-Batang Gapura Ganding
Skore Rata-Rata 0,716 + 0,916 + 0,683 = 2,315 0,716 + 0,916 + 0,650 = 2,282 0,700 + 0,883 + 0,650 = 2,233
Indikator Kepribadian Dalam indicator ini terdapat beberapa sub indikator dan berdasarkan hasil analisa data yang ada maka skorenya dapat dilihat dalam tabel berikut ini:
No 1 2 3
Tabel : 10 Skore Indikator Kepribadian Kecamatan Skore Rata-Rata Batang-Batang 0,933 + 0,750 + 0,733 = 2,146 Gapura 0,833 + 0,700 + 0,700 = 2,233 Ganding 0,883 + 0,716 + 0,650 = 2,249
Makro, Jurnal manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No 12\Nov 2011
72
Variabel Sumber Daya Manusia Variabel ini mempunyai dua buah indikator dengan sub-sub indikatornya antara lain : Indikator Pendidikan Formal Adapun skore dari masing-masing indikator pendidikan formal adalah sebagai berikut : Tabel : 11 Skore Sub Indikator Tingkat Pendidikan Formal Anggota Pok Mas No Kecamatan Sarjana SLTA SD – SLTP % Skore % Skore % Skore 1 Batang-2 0 3 15 2 85 1 2 Gapura 0 3 20 2 80 1 3 Ganding 0 3 15 2 85 1 Dari data tersebut maka skore untuk tingkat pendidikan formal bagi anggota Pok Mas dapat dihitung sebagaimana tabel berikut ini :
No 1 2 3
Tabel : 12 Skore Indikator Tingkat Pendidikan Formal Anggota Pok Mas Kecamatan Skore Rata-Rata Batang-Batang 0,00 x 3 + 0,15 x 2 +0,85 x 1 = 0,433 Gapura 3 Ganding 0,00 x 3 + 0,20 x 2 + 0,80 x 1= 0,466 3 0,00 x 3 + 0,15 x 2 + 0,85 x = 0,433 3
Indikator Pendidikan Informal Dalam pendidikan informal terdapat beberapa sub indikator sesuai dengan data yang ada maka skore untuk masing-masing disajikan dalam tabel berikut ini : Tabel : 13 Skore Sub Indikator Jumlah Anggota Pok Mas Yang Pernah Mengikuti Pendidikan Informal No Kecamatan 1 2 3
Batang-2 Gapura Ganding
20 orang % Skore 0 3 0 3 0 3
5 – 20 orang % Skore 0 2 0 2 0 2
< 5 orang % Skore 100 1 100 1 100 1
Formatted: Line spacing: single Formatted: Line spacing: single
Dari data tersebut maka dapat diketahui skore untuk sub indikator jumlah anggota Pok Mas yang pernah mengikuti pendidikan informal sebagaimana tabel berikut ini :
Makro, Jurnal manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No 12\Nov 2011
73
No 1 2 3
Tabel : 14 Skore Indikator Jumlah Anggota Pok Mas Yang Pernah Mengikuti Pendidikan Informal Kecamatan Skore Rata-Rata Batang-Batang 0,00 x 3 + 0,00 x 2 +1,00 x 1 = 0,333 3 Gapura 0,00 x 3 + 0,00 x 2 + 1,00 x 1= 0,333 3 Ganding 0,00 x 3 + 0,00 x 2 + 1,00 x 1= 0,333 3
Dari hasil analisa data dapat diketahui skore untuk indikator tingkat kemanfaatan pendidikan informal sebagaimana dalam tabel berikut :
No 1 2 3
Tabel : 15 Skore Sub Indikator Tingkat Kemanfaatan Pendidikan Informal Kecamatan Skore Rata-Rata Batang-Batang 0,75 x 3 + 0,15 x 2 +0.10x 1 = 0,883 3 Gapura 0,70 x 3 + 0,20 x 2 + 0,10 x 1= 0,866 3 Ganding 0,75 x 3 + 0,15 x 2 + 0,10 x 1= 0,883 3
Dari hasil analisa data dapat diketahui skore untuk sub indikator dampak pendidikan informal sebagaimana dalam tabel berikut :
No 1 2 3
Tabel : 16 Skore Sub Indikator Tingkat Kemanfaatan Pendidikan Informal Kecamatan Skore Rata-Rata Batang-Batang 0,80 x 3 + 0,15 x 2 +0.10x 1 = 0,916 3 Gapura 0,70 x 3 + 0,15 x 2 + 0,15 x 1= 0,850 3 Ganding 0,70 x 3 + 0,20 x 2 + 0,10 x 1= 0,866 3
Dari analisa tersebut maka skore untuk indikator pendidikan informal dapat dilihat dalam tebel berikut : Tabel : 17 Skore Indikator Pendidikan Informal No 1 2 3
Kecamatan Batang-Batang Gapura Ganding
Skore Rata-Rata 0,333 + 0,883 + 0,916 = 2,132 0,333 + 0,866 + 0,850 = 2,049 0,333 + 0,883 + 0,866 = 2,082
Makro, Jurnal manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No 12\Nov 2011
74
Dari analisa masing-masing indicator variabel bebas tersebut akhirnya dapat diketahui skorenya sebagaimana dinyatakan dalam tabel berikut : Tabel : 18 Ringkasan Skor dari Faktor-faktor yang mempengaruh efektifitas implementasi program PLKPP No
Indokator
Batang2 2,065 2,099
Gapura
Ganding
1 2
Pertemuan intern Pok Mas Pertemuan ekstern
1,916 2,183
1,882 1,983
3 4
Motivasi Kepribadian
2,315 2,146
2,282 2,233
2,233 2,249
5 6
Pendidikan Formal Pendidikan Informal
0,433 2,132
0,466 2,049
0,433 2,082
7 8
Hasil setelah Kegiatan Peningkatan Usaha+ Penyerapan tenaga kerja
0,466 0,966
0,561 0,849
0,524 0,983
Skore rata-rata vareabel bebas maupun vareabel tergantung untuk Kec. Batang-Batang adalah sebagai berikut : Tabel : 19 Skore Rata-Rata Vareabel Bebas dan Vareabel Tergantung Kec. Batang-Batang Variabel Tergantung Variabel Bebas Indikator skore Indikator Skore Tingkat pendapatan 1.848 Komunikasi 2.082 kelompok masyarakat Tingkat perkembangan 1.287 Sikap pelaksana 2.365 usaha Penyerapan tenaga kerja 0.333 Sumber daya manusia 1.282 JUMLAH 3.468 JUMLAH 5.729 Y 1.156 X 1.909 Melihat skore rata-rata dari variabel tergantung adalah 1,156 dapat dikemukakan bahwa efektifitas implementasi Program PLKPP Kec. Batang-Batang telah dilaksanakan dengan klasifikasi kurang, lainhalnya dengan vareabel bebas dengan nilai 1,909 termasuk klasifikasi cukup. Dari uraian tersebut maka terdapat pengaruh yang kurang positif antara vareabel bebas dan vareabel tergantung, sehingga dapat disimpulkan bahwa efektifitas implementasi program PLKPP di
Kec. Batang-Batang dilaksanakan dengan katagori kurang baik, sehingga untuk menjadi baik perlu peningkatan dari vareabel tingkat pendapatan Pok. Mas. Perkembangan usaha, tingkat penyerapan tenaga kerja dan sumber daya manusia. Skore rata-rata vareabel bebas dan vareabel tergantung untuk kec. Gapura sebagai berikut :
Makro, Jurnal manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No 12\Nov 2011
75
Tabel : 20 Skore Rata-Rata Vareabel Bebas dan Vareabel Tergantung Kec. Gapura Variabel Tergantung Variabel Bebas Indikator skore Indikator Tingkat pendapatan 1.287 Komunikasi kelompok masyarakat Tingkat perkembangan 1.616 Sikap pelaksana usaha Penyerapan tenaga kerja 0.333 Sumber daya manusia JUMLAH 2,236 JUMLAH Y 0,745 X Melihat skore rata-rata dari vareabel tergantung adalah 0,745 maka dapat dikemukakan bahwa efektifitas Program PLKPP di Kec. Gapura telah dilaksanakan dengan klasifikasi kurang, lain halnya dengan vareabel bebas dengan nilai 1,852 termasuk klasifikasi cukup. Dari uraian tersebut maka terdapat pengaruh yang kurang positif antara vareabel bebas dan tergantung sehingga dapat disimpulkan bahwa efektifitas Implentasi Program PLKPP di Kec.
KESIMPULAN Program PLKPP merupakan salah satu bentuk kebijakan pemerintah yang ditetapkan dengan
2.257 1.252 5.558 1.852
Gapura dilaksanakan dengan katagori kurang baik, sehingga untuk menjadi baik perlu peningkatan dari vareabel tingkat pendapatan Pok. Mas. Perkembangan usaha, tingkat penyerapan tenaga kerja dan sumber daya manusia. Skore rata-rata vareabel bebas dan tergantung untuk Kec, Ganding Sebagai Berikut :
Tabel : 21 Skore Rata-Rata Vareabel Bebas dan Vareabel Tergantung Kec. Ganding Variabel Tergantung Variabel Bebas Indikator skore Indikator Tingkat pendapatan 1.682 Komunikasi kelompok masyarakat Tingkat perkembangan 1.650 Sikap pelaksana usaha Penyerapan tenaga kerja 0.333 Sumber daya manusia JUMLAH 2,665 JUMLAH Y 0,888 X Melihat skore rata-rata dari vareabel tergantung adalah 0,888 maka dapat dikemukakan bahwa efektivitas Implentasi Program PLKPP di Kec. Ganding telah dilaksanakan dengan klasifikasi kurang, lain halnya dengan vareabel babas dengan nilai 1,510 termasuk klasifikasi cukup. Dari uraian maka terdapat pengaruh yang kurang positif antara vareabel bebas dan tergantung sehingga dapat disimpulkan bahwa efektifitas
Skore 2.049
Skore 2.032 2.241 1.257 4,530 1.510
Implentasi Program PLKPP di Kec. Ganding dilaksanakan dengan katagori kurang baik, sehingga untuk menjadi baik perlu peningkatan dari vareabel tingkat pendapatan Pok.Mas, perkembangan usaha, tingkat penyerapan tenaga kerja dan sumber daya manusia. tujuan mengurangi pengangguran. Sebagai obyek penelitian dalam penyusunan laporan hasil penelitian ini adalah Kec. Batang-Batang, Kec.
Makro, Jurnal manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No 12\Nov 2011
76
Gapura, Kec. Ganding dan tabulasi data jawaban responden serta hasil analisanya dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Dari ketiga variabel yaitu komunikasi, sikap pelaksana, dan sumberdaya manusia secara bersama-sama memiliki pengaruh yang sangat kuat. 2. Namun bila dilihat satu persatu ternyata faktor sumber daya Manusia memiliki sumbangan yang sangat dominan. 3. Sebagai salah satu bentuk kebijakan pemerintah program PLKPP belum di implementasikan sesuai dengan maksud dan tujuannya. 4. Bila dilihat perkecamatan menunjukkan bahwa di Kec. Batang-Batang variabel bebas (X) didapatkan skore rata-rata 1,909 adalah termasuk kategori cukup dan variabel tergantung (Y) skore rata-ratanya adalah 1,156 termasuk kategori kurang, untuk Kec. Gapura variabel bebas (X) skore rata-ratanya 1,852 termasuk kategori cukup dan untuk variabel tergantung (Y) skore rata-ratanya 0,745 termasuk kategori kurang dan untuk Kec. Ganding variabel bebas (X) skore rata-ratanya 1,510 termasuk kategori cukup sedangkan variabel tergantungnya (Y) skore rata-ratanya 0,888 termasuk kategori kurang. Sehingga dari uraian tersebut dapat dikemukakan bahwa implementasi kebijakan PLKPP belum berjalan secara maksimal 5. Dari kenyataan ini dapat dijelaskan bahwa faktor sumber daya manusia memegang peran penting dalam implementasi kebijakan, bila SDM yang ada sangat memadai maka dengan sendirinya komunikasi dan sikap pelaksana akan terjadi dengan baik sehingga pada akhirnya lebih memperlancar pelaksanaan kebijakan.
DAFTAR PUSTAKA Ami Muhammad, Komunikasi Organisasi, Jakarta, Bumi Aksara, 1995 Abdul Wahab Solichin, Analisis Kebijaksanaan dari Formulasi Keimplementasia Kebijaksanaan Negara, Jakarta, Buki Aksara, 1997
Carolie Bryant dan White, Luise G, Manajemen Pembangunan untuk Negara Berkembang, Jakarta, LP3ES, 1999 Carol Weiss H, Evaluasion Reaserch : Metode Pengukuran Keefektifan Program, Surabaya, Program Milan Colage, 1999 Gaffar
Affan, Dr. MA, PHd, Perencanaan, Implementasi dan Evaluasi Kebijakan Program, Surabaya, Program Magister Untag 1945, 1999
Miftah Thoha, Perilaku Organisasi, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 1998 Marduli, Terjemahan, Implementasi Kebijaksanaan Publik, Oleh George C. Edward, Jakarta, PT. Bumi Aksara, 1980 Moekiyat, Teori Komunikasi, Bandung, Mandar Maju, 1993 Purwodarminto, WJS, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta, PT. Balai Pustaka, 1984 Pamudji S, Pemerintahan, Aksara, 1982
Perbandingan Jakarta, Bumi
Riswanda Imawan, Perencanaan Implementasi dan Evaluasi Kebijakan Program, Surabaya, Program Pasca Sarjana Untag, 1999 Suwardi M, Eksiklopedi Yogyakarta, Percetakan Kanisius, 1973
Umum, Offset
Sudarwan Damin, Pengantar Studi Penelitian Kebijakan, Jakarta, Bumi Aksara, 1997
Makro, Jurnal manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No 12\Nov 2011
77
Suroto, Strategi Pembangunan dan Perencanaan Kesempatan Kerja, Yogyakarta, Gajah Mada University, 1992 Samhudi, Aslan M, Metode Penelitian Kuantitatif, Jakarta, LP3ES, 1986 William N. Dunn, Pengantar Analisis Kebijakan Publik, Yogyakarta, Gajah Mada University Pers, 1998
Makro, Jurnal manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No 12\Nov 2011
78
UJI BEDA KUALITAS PRODUK HARGA DAN PELAYANAN TERHADAP KONSUMEN PADA PERUSAHAAN GENTING Oleh : Alfi hasaniyah Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Madura ABSTRAK Uji Beda Kualitas Produk Harga Dan PelayananTerhadap Konsumen Pada Perusahaan Genting UD. Jati Wangi Dan UD. Restu Ibu Di Desa Tlambeh Karang Penang Sampang. Latar belakang masalah dari pada penelitian ini adalah; adanya Adanya usaha rumah tangga yang membuat genting yang banyak dilakukan oleh masyarakat Karang Penang di wilayah Kabupaten Sampang; kebanyakan masyarakat di Desa Karang Penang tersebut di atas sudah merupakan mata pencaharian setiap harinya secara turun temurun untuk membuat produk genting yang sudah banyak dikenal oleh masyarakat Madura. Tujuan penelitian ini adalah; Untuk mengetahui perbedaan pada faktor produk, harga, dan faktor pelayanan terhadap konsumen pada perusahaan genting UD. Jati Wangi dan UD. Restu Ibu di Desa Tlambeh Karang Penang Sampang. Pengumpulan data pada penelitian ini adalah; dengan mengedarkan angket atau kuesioner; sebanyak 60 angket kepada responden terhadap konsumen dari kedua perusahaan tersebut di atas. Dari hasil Uji Chi Kuadrat X2 terbukti X2 hitung lebih kecil dari pada X2 table yakni; (0.284162652 < 5,99148) maka H0 diterima yakni; tidak ada perbedaan factor produk, harga, dan pelayanan pada perusahaan genting UD. Restu Ibu dan perusahaan genting UD. Jati Wangi. Keyword : Tidak ada perbedaan tentang faktor produk, harga, dan pelayanan pada UD. Restu Ibu dengan UD. Jati Wangi. PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Adanya usaha rumah tangga atau home industry yang dilakukan oleh masyarakat yang dapat menciptakan produk dan jasa yang dibutuhkan oleh masyarakat banyak. Merupakan upaya masyarakat untuk dapat menciptakan lapangan kerja sendiri guna dapat menjaga kelangsungan hidup ekonomi keluwarga yang lebih baik, dengan membuka usaha yang dapat menguntungkan dalam berusaha. Sejak berlakunya persaingan bebas pada era ekonomi globalisasi, perusahaan bukan hanya dituntut untuk bertidak efisien dan efektif untuk mencapai laba yang maksimal. Namun perusahaan harus mampu mengelola tentang faktor-faktor marketing mix yang merupakan inti dari kegiatan pemasaran yang disebut dengan
4 P yakni; faktor produk, harga promosi dan saluran distribusi pada suatu produk. Sedangkan pada faktor jasa yang dikenal dengan 7 P yakni; product, price, place, promotion, people, physical, process. Dengan persaingan yang semakin tajam; perusahaan bukan hanya terfokus pada kualitas produk dan kebijaksanaan harga/ cara pembayaran yang di tawarkan kepada pelanggan atau konsumennya. Namun faktor marketing mix yang lainnya seperti faktor promosi, tempat, dan pelayanan yang menarik terhadap pelanggan; merupakan faktor yang sangat menentukan terhadap kepuasan konsumen. Adanya usaha rumah tangga yang membuat genting yang banyak dilakukan oleh masyarakat Karang Penang di wilayah Kabupaten Sampang; kebanyakan masyarakat di Desa Karang Penang tersebut di atas sudah merupakan mata pencaharian
Makro, Jurnal manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No 12\Nov 2011
79
setiap harinya secara turun temurun untuk membuat produk genting yang sudah banyak dikenal oleh masyarakat Madura khususnya maupun masyarakat di luar pulau Madura pada umumnya. Seperti usaha pembuatan genting yang dilakukan oleh Bapak H.Nasiruddin dan istrinya Ibu Hj. Rumyah; beliau berdua tergolong pengusaha yang sangat ulet dan cukup sukses dalam pembuatan genting di desa Karang Penang Kabupaten Sampang. Dengan berpegangan pada prinsip kedua orang pengusaha tersebut di atas; bisa menjaga kualitas produk yang lebih baik dengan harga jual mampu bersaing serta dengan memberikan pelayanan yang baik pada konsumennya; sehingga perusahaan genting UD. Restu Ibu dan UD. Jati Wangi dapat berjalan sangat baik hingga sekarang. Dengan latar belakang tersebut di atas; penulis sangat tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul: “ Uji Beda Kualitas Produk Harga Dan PelayananTerhadap Konsumen Pada Perusahaan Genting UD. Jati Wangi Dan UD. Restu Ibu Di Desa Tlambeh Karang Penang Sampang.” Kerangka Pemikiran
Rumusan Masalah Dengan latar belakang masalah tersebut di atas, maka rumusan masalah yang di kemukakan pada penelitian ini adalah: Apakah ada perbedaan pada faktor produk, harga, dan faktor pelayanan terhadap konsumen pada perusahaan genting UD. Jati Wangi dan UD. Restu Ibu di Desa Tlambeh Karang Penang Sampang. Batasan Masalah Untuk memperjelas pokok masalah dan menghidari terjadinya penyimpangan pada pembahasan, maka peneliti membatasi pada masalah: a. Faktor produk, harga, dan faktor pelayanan merupakan faktor yang dapat mempengaruhi minat konsumen membeli produk genting pada perusahaan genting UD. Jati Wangi dan UD. Restu Ibu. b. Yang menjadi responden penelitian adalah konsumen yang pernah dan atau sedang membeli produk genting pada perusahaan genting UD. Jati Wangi dan UD. Restu Ibu.
Gambar 1.1 Faktor Produk, Harga, Dan Pelayanan UD. Jati Wangi dan UD. Restu Ibu
UD. JATI WANGI Fak. Produk Fak. Harga Fak.Pelayanan
UD. RESTU IBU Uji Beda (Chi Square/X²)
Keterangan : Uji beda dua perusahaan tersebut di atas yaitu perusahaan genting UD. Jati Wangi dan UD. Restu Ibu; pada ketiga faktor yaitu faktor produk, harga dan faktor pelayanan. Faktor produk yang diukur pada kualitas produk, jenis/ ragamnya produk, disukai masyarakat, dan kepuasan
Fak. Produk Fak. Harga Fak.Pelayanan
konsumennya. Pada faktor harga yang diukur pada harga yang menarik, harga yang sesuai, terjangkau, dan puas dengan harga yang dibayarkan konsumen. Pada faktor pelayanan yang diukur pada melayani konsumen dengan baik, keinginan konsumen terpenuhi, keluhan konsumen, dan tepat waktu penerimaan produknya. Kajian Pustaka
Makro, Jurnal manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No 12\Nov 2011
80
Pemasaran Pemasaran merupakan salah satu dari kegiatan-kegiatan pokok yang dilakukan oleh para pengusaha dalam usahanya untuk mempertahankan kelancaran hidupnya, untuk perkembangan dan mendapatkan laba. Berhasil tidaknya dalam pencapaian tujuan bisnis tergantung pada keahlian mereka dibidang pemasaran maupun dibidang lain. Perusahaan sebagai satu unit ekonomi pada umumnya mempunyai tujuan yang sama yaitu memperoleh laba yang maksimal, bukan hanya diusahakan untuk tahun yang bersangkutan, namun lebih diusahakan untuk masa-masa mendatang untuk mncapai keberhasilan usaha Menurut Kotler dalam Hendra (2000:59) pengertian pemasaran di definisikkan ebagai berikut ”pemasaran adalah kegiatan manusia yang diarahkan untuk meuaskan kebutuhan dan keinginan melalui proses pertukaran.” Selanjutnya juga dikemukakan pengertian pemasaran menurut Swasta dan adalah sebagai berikut: ”pemasaran adalah suatu sistem keseluruhan dari kegiatan bisnis yang direncanakakn, menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan barang atau jasa yang memuaskan kebutuhan baik kepada pembeli yang ada maupun pembeli potensial. Berdasarkan pada definisi-definisi di atas nampak bahwa kegiaatan pemasaran bukan semata-mata ujntuk menjual barang atau jasa, tetapi merupakan aktifitas manusia secara keseluruhan yang ditujukakn untuk merencanakan, memperoduksi dan mendistribusikan barang atau jasa yang dapat memuaskan keingiknan dan kebutuhan pembeli yang ada sekarang maupun yang akan datang. Kajian Tentang Produk Menurut pendapat Kotler dalam Hendra (2000:18); “Produk (Product).Keputusan-keputusan tentang produk ini mencakup penentuan bentuk penawaran secara fisik, merknya, pembungkusan, garansi, dan servis sesudah penjualan. Pengembangan produk dapat dilakukan setelah menganalisa kebutuhan
dan keinginan pasarnya. Jika masalah ini telah diselesaikan , maka keputusan tentang harga, promosi, dan distribusi dapat diambil.” Menurut pendapat Yasid (2001:20); “ P 1: Product adalah jasa dan dessain serta produksinya.” Menurut pendapat Winardi (2002:333); “Produk-yang tepat keseragaman. Wilayah produk amat mementingkan usaha mengembangkan produk yang “tepat” untuk pasar target. Produk tersebut mungkin berupa sebuah produk fisik dan atau kombinasi service-service tertentu. Dari ketiga pendapat para akhli tersebut di atas; nampak jelas masing-masing pendapat sama-sama memiliki unsur pentingnya produk, dari sudut pandang yang beraneka ragam. Namun pada intinya bahwa produk atau jasa, untuk dapat memenuhi kebutuhan konsumen yang ada di berbagai sekmentasi pasar yang ada. Kajian Tentang Harga Jual Menurut pendapat Kotler dalam Hendra (2000:18); “Harga (Price). Pada setiap produk atau jasa yang ditawarkan , bagian pemasaran berhak menentukan harga pokoknya. Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam penetapan harga tersebut antara lain biaya, keuntungan, praktek saingan, dan perubahan keinginan pasar. Kebijaksanaan harga ini menyangkut pula penetapan jumlah potongan , mark-up, mark-down, dan sebagainya.” Menurut pendapat Yasid (2001:20); “ P2: Price/ harga adalah sejumlah uang yang harus dibayarkan oleh pelanggan untuk produk jasa perusahaan. “ Pada prinsipnya, konsumen menghendaki harga yang murah namun kualitas produk yang canggih; dapat dirasakan oleh berbagi tingkatan ekonomi masyarakat yang mengkonsumsinya. Berikut gambar tentang setrategi harga dan kualitas menurut pendapat Winardi (2002:320) Kajian Tentang Bauran Pemasaran Kotler dalam Hendra (2001:18) “mendefinisikan bauran pemasaran sebagai seperangkat alat pemasaran yang digunakan perusahaan untuk terus menerus
Makro, Jurnal manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No 12\Nov 2011
81
mencapai tujuan pemasarannya di pasar sasaran. Bauran pemasaran terdiri dari segala sesuatu yang dapat dilakukan perusahaan untuk mempengaruhi permintaan produknya. Kemungkinan yang banyak itu dapat digolongkan menjadi empat kelompok variabel yang dikenal dengan “ Empat P “ : Product, Price Promotion, Place (Produk, Harga, Promosi, Distribusi ). .Akan tetapi dalam pemasaran jasa ada elemen-elemen lain yang bisa dikontrol dan dikoordinasi untuk keperluan komunikasi dengan dan memuaskan konsumen jasa meliputi elemen-elemen tersebut adalah orang ( people or participants ), lingkungan fisik di mana jasa diberikan atau bukti fisik ( physical evidence ), dan proses jasa itu sendiri ( process ). Pada mulanya 4 P tersebut hanya merupakan bauran pemasaran barang, akan tetapi untuk dapat digunakan dalam pemasaran jasa perlu diperluas lagi yaitu menjadi 7 P, sebagaimana disebutkan di atas yakni sebagai berikut : a. P 1. Product adalah jasa dan dessain serta produksinya b. P 2. Price/ harga adalah sejumlah uang yang harus dibayarkan oleh pelanggan untuk produk jasa perusahaan c. P 3. Place/ tempat adalah menentukan lokasi cakupan produk melalui penyalur yang terdiri dari organisasiorganisasi atau orang-orang yang terlibat dalam proses pemindahan dan pertukaran produk yang dihasilkan untuk kepentingan pemuasan keinginan konsumen d. P 4. Promotion/ Promosi adalah kegiatan yang dilakukan perusahaan untuk mengkomunikasikan kelebihan produk, memperkenalkan produk baru dan membujuk serta mengingatkan konsumen agar menggunakan produk perusahaan.
e. P 5. People / Partisipasi / Orang adalah semua pelaku yang memainkan sebagaian penyajian jasa dan mempengaruhi persepsi pembeli. f. P 6. Physical Evidence/ Bukti fisik adalah lingkungan fisik dimana jasa disampaikan dan dimana perusahaan dan konsumennya berinteraksi dan tangible memvasilitasi penampilan atau komunikasi jasa tersaebut. Bukti fisik jasa mencakup semua hal yang tangible seperti brosur, format laporan dan peralatan. g. P 7. Process/ Proses adalah semua prosedur aktual, mekanisme dan aliran aktivitas dengan jasa yang disampaikan dan merupakan sistem penyajian / operasi. Layanan Pelanggan Dan Kepuasan Pelanggan Tjiptono berpendapat (2003:127-131) bahwa : “ Dewasa ini produk apapun tidak terlepas dari unsur jasa atau layanan, baik itu jasa sebagai produk inti (jasa murni) maupun jasa sebagai pelengkap (layanan pelanggan). Produk inti umumnya sangat bervariasi antara tipe bisnis yang satu dengan tipe yang lain, tetapi layanan pelanggannya memiliki kesamaan. Pada prinsipnya, ada tiga kunci memberikan layanan pelanggan yang unggul, Pertama, kemampuan memahami kebutuhan dan keinginan pelanggan. Termasuk di dalamnya memahami tipe-tipe pelanggan. Kedua, pengembangan data base yang lebih akurat daripada pesaing (mencakup data kebutuhan dan keinginan setiap segmen pelanggan dan perubahan kondisi persaingan). Ketiga, pemanfaatan informasi-informasi yang diperoleh dari riset pasar dalam suatu kerangka strategi. Kerangka ini diwujudkan dalam pengembangan relationship marketing. Tiga Level Harapan Pelanggan Mengenai Kualitas. a. Level Pertama :
Makro, Jurnal manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No 12\Nov 2011
82
Harapan pelanggan yang paling sederhana dan berbentuk asumsi, must have, atau take it for granted. b. Level Kedua : Harapan yang lebih tinggi dari level 1, di mana kepuasan dicerminkan dalam pemenuhan persyaratan dan / atau spesifikasi. c. Level Ketiga : Harapan yang lebih tinggi lagi dibanding level 1 atau 2 dan menuntut suatu kesenangan (delightfulness) atau jasa yang begitu bagusnya sehingga membuat saya tertarik. Pengertian Perilaku Konsumen Menurut pendapat Swastha (2000:59) didefinisikan perilaku konsumen adalah sebagai berikut : “ kegiatan-kegiatan individu yang secara langsung terlibat dalam mendapatkan dan mengunakan barang dan jasa termasuk didalamnya proses pengambilan dan penentuan kegiatan tersebut. Berdasarkan pendapat para ahli dapat di simpulkan bahwa prilaku konsumen adalah merupakan tindakan yang di lakukan oleh indivividu, kelompok atau organisasi yang di pengaruhi internal dan eksternal dalam kegiatannya dengan proses pengambilan keputusan untuk mendapatkan, menggunakan dan memperoleh pengalaman dari suatu pruduk atau jasa. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konsumen Swastha berpendapat (2000:48) mengenai variabel perilaku konsumen ada tiga yaitu: a. Faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi prilaku konsumen b. Faktor-faktor internal yang mempengaruhi prilaku konsumen c. Proses pengambilan keputusan dari konsumen Hipotesis Dari penjelasan di atas sangat jelas tentang hipotesis maka latar belakang teori yang telah disajikan maka dapat disusun sebuah hipotesis sebagai berikut: ada bingkai yang jelas dimana sebagai berikut:
Diduga ada perbedaan pada faktor produk, harga, dan faktor pelayanan terhadap konsumen pada perusahaan genting UD. Jati Wangi dan UD. Restu Ibu di Desa Tlambeh Karang Penang Sampang. Teknik Analisis Data Pada penelitian ini terdapat dua macam analisis, yaitu analisis kualitatif dan analisis kuantitatif sebagai berikut: a. Analisis Kualitatif data Analisis kualitatif dimaksud untuk memberikan gambaran tentang objek yang diteliti, analisis ini akan mendeskripsikan jawaban responden pada skala likert, dengan batasan pengukuran sebagai berikut: - Sangat baik = 4,51 s/d 5,00 - Baik = 3,51 s/d 4,50 - Cukup =2,51 s/d 3,50 - Tidak baik = 1,51 s/d 2,50 - Sangat tidak baik =1,00 s/d 1,50 b. Analisis Kuantitatif Analisis ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran tentang kondisi objek yang diteliti berdasarkan perhitungan statistik. Adapun analisa yang digunakan pada penelitian ini adalah komparatif atau membandingkan dari dua sampel dengan rumus uji Chi Kuadrat (X2) dengan rumus Sugiyono (2012 : 214) sebagai berikut :
Keterangan : X2 = Chi Kuadrat fo = Frekuensi yang diobservasi fh = Frekuensi Yang diharapkan Uji Hipotesis Untuk Uji hipotesa dari hasil rumus Chi Kuadrat (X2) dengan rumus (Sugiyono, 2014 : 214) sebagai berikut :
Keterangan : Makro, Jurnal manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No 12\Nov 2011
83
X2 = Chi Kuadrat fo = Frekuensi yang diobservasi fh = Frekuensi Yang diharapkan Hasil Penelitian a. Perusahaan Genting UD. Restu Ibu 1. Pada faktor produk diperoleh jawaban angket sebesar 1.100 / 60 = 18,33 Rata-rata Item 18,33 / 4 = 4,58 dengan kategori Sangat Baik dengan skor 5 2. Pada faktor harga diperoleh jawaban angket sebesar 1.085 / 60 = 18,08 Rata-rata Item 18,08 / 4 = 4,52 dengan kategori Sangat Baik dengan skor 5 3. Pada faktor pelayanan diperoleh jawaban angket sebesar 1.071 / 60 = 17,85 Rata-rata Item 17,85 / 4 = 4,46 dengan kategori Baik dengan skor 4 4. Dengan rata-rata ketiga faktor tersebut diatas = 4,52 dengan
kategori sangat baik dengan skor = 5. b. Perusahaan Genting UD. Jati Wangi 1. Pada faktor produk diperoleh jawaban angket sebesar 1.087 / 60 = 18,117 Rata-rata Item 18,117 / 4 = 4,53 dengan kategori Sangat Baik dengan skor 5 2. Pada faktor harga diperoleh jawaban angket sebesar 1.092 / 60 = 18,20 Rata-rata Item 18,20 / 4 = 4,55 dengan kategori Sangat Baik dengan skor 5 3. Pada faktor pelayanan diperoleh jawaban angket sebesar 1.093 / 60 = 18,217 Rata-rata Item 18,217/ 4 = 4,55 dengan kategori Sangat Baik dengan skor 5 4. Dengan rata-rata ketiga faktor tersebut diatas = 4,54 dengan kategori sangat baik dengan skor = 5.
Menghitung X2 hitung UD. RESTU IBU DAN UD. JATI WANGI Menghitung Harga Chi Kuadrat (X2) Sampel UD. RESTU IBU
UD. JATI WANGI JUMLAH
Kategori Produk Harga
f0 fh 1100 1090.76 1085 1085.88
f0 - fh 9.24 -0.88
(f0 - fh) 2 85.3776 0.7744
(f0 - fh)2 / fh 0.078273497 0.000713154
Pelayanan Produk Harga Pelayanan
1071 1087 1092 1093 6528
-8.36 -9.12 0.79 8.33
69.8896 83.1744 0.6241 69.3889
0.064750964 0.075880743 0.000571934 0.06397236 0.284162652
1079.36 1096.12 1091.21 1084.67
Menghitung prosentase pada faktor - Prosentase Produk = (110 + 1087) / 6528 X 100% = 33,50 % - Prosentase Harga = (1085 + 1092) / 6528 X 100% = 33,35 % - Prosentase Pelayanan = (1071 + 1093) / 6528 X 100 % = 33,15 % 100 % b. UD. Restu Ibu (fh) - Kategori Produk = 3256 x 33.50 % = 1090.76
- Kategori Harga= 3256 x 33.35 % = 1085.88 - Kategori Pelayanan = 3256 x 33.15 % = 1079.36 c. UD. Jati Wangi (fh) - Kategori Produk = 3272 x 33.50 % = 1096.12 - Kategori Harga= 3272 x 33.35 % = 1091.21 - Kategori Pelayanan = 3272 x 33.15 % = 1084.67 a. Menentukan X2 tabel
Makro, Jurnal manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No 12\Nov 2011
84
- Dengan derajat kebebasan (dk) = (S1)(K-1)--> (2-1)(3-1)= 1x2 = 2 - Pada Livel of Significan 0,05 pada tabel X2 = 5,99148. Uji Chi Kuadrat (X2) Diduga ada perbedaan pada faktor produk, harga, dan faktor pelayanan terhadap konsumen pada perusahaan genting UD. Jati Wangi dan UD. Restu Ibu di Desa Tlambeh Karang Penang Sampang. Pada uji X2 hitung dengan X2 tabel terbukti X2 hitung lebih kecil dari X2 tabel
Yakni = 0.284162652 < 5,99148; maka H0 di terima yang artinya; bahwa tidak ada perbedaan yang berarti/ bermakna pada faktor produk, harga, dan faktor pelayanan terhadap konsumen pada perusahaan genting UD. Jati Wangi dan UD. Restu Ibu di Desa Tlambeh Karang Penang Sampang. Dapat dikatakan juga bahwa perbedaan faktor produk, harga, dan faktor pelayanan pada perusahaan genting UD. Restu Ibu dan UD. Jati Wangi tersebut di atas, hanya faktor kebetulan saja.
Gambar Chi Kuadrat (X2) Gambar : 4.1 Hasil Uji- “X2 “
H0 diterima
5,991
H0 ditolak + 0,05 X2 hitung 0,2841 Kesimpulan a. Pada perusaahaan genting UD. Restu Ibu konsumen menilai faktor produk dan faktor harga dinilainya sangat baik; sedangkan pada UD. Jati Wangi ketiga faktor yakni faktor produk, harga, dan pelayanan konsumen menilainya sangat baik. b. Pada UD. Restu Ibu faktor produk antara kenyataan dan harapan; lebih besar kenyataannya. Sehingga dapat diartikan UD. Jati Wangi unggul pada
faktor produknya. Sedangkan pada UD. Jati Wangi lebih unggul pada faktor harga dan pelayanan terhadap konsumennya. c. Pada uji Chi Kuadrat (X2) terbukti X2 hitung lebih kecil dari X2 tabel yaitu = 0.2841 < 5,99148 yang artinya; tidak ada perbedaan tentang faktor produk, harga, dan pelayanan pada UD. Restu Ibu deng UD. Jati Wangi tersebut di atas.
Makro, Jurnal manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No 12\Nov 2011
85
DAFTAR PUSTAKA Ahyari A, 2000, Manajemen Produksi Pengendalian Produksi, EDISI IV, BPFE, Yogyakarta. Swastha Basu, 2002, D.H dan Irawan. Manajemen Pemasaran Modern. Liberty Yogyakarta. Yogyakarta. ------------------,2000, D.H dan T. Hani Handoko, Manajemen Pemasaran. Analisa perilaku konsumen. Edisi pertama. BPFE. Yogyakarta. -----------------, 1991, Kualitas dan pelayanan. Penerbit Gramedia. Jakarta.1991 Engel, James F, Roger D., Alih Bahasaa Budiyanto. 1994, Perilaku Konsumen. Edisi keenam. Jilid I. Binarupa Aksara. Jakarta. Handoko,
TH, Dasar-Dasar Mengenai Produksi Dan Oprasi, adisi 1, cetakan III, BPFE, Yogyakarta, 2000.
Harsono, 1984, Manajemen Pabrik, Balai Aksara, Jakarta. Kotler Philip,2000. Manajemen Pemasaran. Jilid 1, terjemahan Teguh
Hendra, Edisi Hindu, Jakarta.
Revisi,
Prenha
---------------, 2001. Manajemen Pemasaran. Jilid 2, terjemahan Teguh Hendra, Edisi Revisi, Prenha Hindu, Jakarta. --------------.,2002. Dasar-Dasar Pemasaran. Edisi Bahasa Indonesia, Jilid I, Penerbit Prehalindo, Jakarta. Santoso Singgih, 2000, Buku Latihan SPSS, Statistik Parameterik, Alex Media Kompotindo, jakarta. Sugiyono, 2002, Metodologi Penelitian Administrasi, Alafabeta, Bandung. Sutisna, 2001, Perilaku Konsumen dan Komunikasi Pemasaran, Penerbit, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung Tjiptono Fandy, 2003, Prinsip-Prinsip Total Quality Service (TQS), Penerbit Andi, Yogyakarta.
Winardi,
2002.Manajemen Pemasaran, Cetakan Kedua belas, Penerbit PT.Sinar Baru, Bandung
Yasid,2001 Pemasaran Jasa, Konsep dan Implikasinya, Edisi Pertama, Penerbit Ekonisia FE.UII, Yogyakarta.
1
Makro, Jurnal manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No 12\Nov 2011
86
1
Makro, Jurnal manajemen & Kewirausahaan, Volume 2 No 12\Nov 2011
2