Jurnal Kependidikan Terbit empat kali setahun pada bulan Maret, Juni, September dan Desember. Berisi artikel konseptual hasil kajian analitis kritis dan atau artikel hasil penelitian di bidang kependidikan. (ISSN 1412-6087) Pelindung dan Penasihat Prof. Drs. H. Toho Cholik Mutohir. MA., Ph.D Rektor IKIP Mataram Dr. Jamaluddin, M.Pd Wakil Rektor I IKIP Mataram Penanggung Jawab Dr. Gunawan, M.Pd Ketua LPPM IKIP Mataram Ketua Penyunting Any Fatmawati, M.Pd Sekretaris Penyunting M. Arief Rizka, M.Pd Anggota Ahmadi, S.Pd., M.Pkim Ni Wayan Prami Wahyudiantari, M.Pd Rudi Hariawan, M.Pd Mujriah, M.Pd Penyunting Ahli (Mitra Bestari) Prof. Dr. I Wayan Maba Univ. Mahasaraswati, Denpasar Prof. Dr. I Wayan Pastika Universitas Udayana, Denpasar Prof. Dr. Liliasari, M.Pd Universitas Pendidikan Indonesia Dr. H. A. Hari Witono, M.Pd Universitas Mataram Pangesti Wiedarti, Ph.D Universitas Negeri Yogyakarta Dr. H.Wildan, M.Pd Universitas Mataram Dr. Ahmad Hardjono, S.Si., M.Pd Universitas Mataram Dr. I Ketut Warta, MS IKIP Mataram Dr. Jumailyah, MM IKIP Mataram Pelaksana Ketatalaksanaan M. Fuaddunnazmi, S.T., M.Pd L. Ashadi Cahyadi, SH Zainul Anwar, S.Pd Fathoroni, S.Pd Bendahara Supratman, S.E Alamat Redaksi Redaksi Jurnal Kependidikan LPPM IKIP Mataram Jl.Pemuda No59 A Mataram NTB 83125 Tlp/Fax (0370)632082 E-mail:
[email protected] Jurnal Kependidikan diterbitkan sejak tanggal 2 Mei 2002 oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) IKIP Mataram. Sejak Mei 2009, Jurnal Kependidikan diterbitkan melalui kerjasama dengan Ikatan Sarjana Pendidikan IKIP Mataram. Jurnal Kependidikan menerima naskah tulisan otentik (hasil karya penulis) dan original (belum pernah diterbitkan sebelumnya) dengan format sesuai dengan pedoman penulisan jurnal ini. Tulisan yang dimuat pada jurnal kependidikan belum tentu merupakan cerminan sikap dan atau pendapat penyunting pelaksana, penyunting, dan penyunting ahli. Tanggung jawab terhadap isi dan atau akibat dari tulisan, tetap terletak pada penulis.
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------ISSN 1412-6087 Jurnal Kependidikan Juni 2015, Volume 14 Nomor 2 Halaman 111 - 230 -----------------------------------------------------------------------------------------------------------Daftar Isi 1.
Kajian Tentang Penerapan Model Pembelajaran Kelas Bunga dalam Meningkatkan Pemahaman Siswa tentang Konsep Pengurangan Bilangan Bulat di SD ................... 111-123 Arifin
2.
Meningkatkan Kompetensi Guru Kelas pada Sekolah Binaan dalam Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Berkarakter Berdasarkan Kurikulum 2013 melalui Pendampingan di Gugus I Kec. Mataram Dan Gugus II Kec. Selaparang ………………………………………………………………………….. 125-134 H. Darmukti
3.
Implementasi Model Pembelajaran Advance Organizer Menggunakan Animasi Ditinjau dari Minat Belajar Terhadap Hasil Belajar Kognitif Siswa ………………. 135-144 Erlin Maryani, Muchlis, dan Jamaluddin
4.
Pelaksanaan Bimbingan Kelompok dan Individu untuk Meningkatkan Kompetensi Guru Bahasa Inggris dalam Penyusunan RPP Berkarakter Berdasarkan Kurikulum 2013 ………………………………………………………………………………… 145-153 Hairuddin Ahmad
5.
Pengaruh Konseling Realita Terhadap Kreativitas Belajar Siswa …………………. I Made Gunawan
155-159
6.
The Use of Pictures in Increasing Students’ Writing Skill ………………………… I Made Permadi Utama
161-167
7.
Strategi Kemitraan Penyelenggaraan Program Pendidikan Non Formal (Studi Kasus pada Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat Terampil) ………………………... 169-177 M. Arief Rizka dan Dian Gustiana
8.
Pendekatan Konstruktivisme untuk Meningkatkan Aktivitas Peserta Didik dan Prestasi Matematika ………………………………………………………………... 179-188 Muh. Fitrah
9.
The Role of Corrective Feedback on Students’ Recount Writing: An Experimental Study at SMPN I Batukliang ……………………………………………………….. 189-198 Nurul Aini, Priyono, Kamaludin Yusra
Pendekatan Konstruktivisme untuk Meningkatkan Aktivitas Peserta Didik dan Prestasi Matematika Muh. Fitrah Program Studi Megister Pendidikan Matematika, Program Pascasarjana UMM Malang Email:
[email protected] Abstract: This study was designed to improve students’ activities and achievement in mathematics through the implementation of a constructivism learning at Grade XI Social Sciences-1, Public Senior High School 1 Tanjung in the subject of composition and inverse functions. The subjects of this classroom action research were 32 students from Grade XI Social Sciences-1 at Public Senior High School 1 Tanjung. The data were collected through learning outcomes assessment in the form of essay test and observation sheet for student and teacher. The result of the study revealed that the success was achieved in Cycle II: 1) the students’ learning outcome in Cycle I was 81% and it increased to 87% in Cycle II and 2) the students’ activities were categorized as active in Cycle 1 by score 3.33 and it increased in Cycle II which was categorized as very active by score 3.83. Abstrak: Penelitian ini dirancang untuk peningkatkan aktivitas Peserta didik dan prestasi belajar matematika peserta didik melalui penerapan model pembelajaran konstruktivisme kelas XI IPS-1 Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Tanjung pada materi fungsi komposisi dan fungsi invers. Jenis penelitian adalah penelitian tindakan kelas, subjek penelitian adalah 32 peserta didik kelas XI IPS-1 Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Tanjung. Pengambilan data melalui tes evaluasi hasil belajar berupa tes dalam bentuk uraian, lembar observasi peserta didik dan guru. Hasil penelitian menujukkan bahwa keberhasilan baru dicapai pada sikus II yaitu: 1) hasil belajar peserta didik siklus I 81% sehingga di siklus II mengalami peningkatan menjadi 87% dan 2) aktivitas belajar peserta didik siklus pertama kategori aktif dengan skor 3,33 dan mengalami peningkatan disiklus II dengan kategori sangat aktif dengan skornya 3,83. Kata kunci: konstruktivisme, aktivitas peserta didik, prestasi
Pendahuluan Proses pembelajaran tidak hanya didominasi oleh guru tetapi peserta didik juga aktif didalamnya dan peserta didik adalah penentu terjadinya proses belajar. NCTM (2000) mejelaskan bahwa standar proses pembelajaran matematika meliputi: 1) problem solving; 2) penalaran dan bukti; 3) komunikasi, dan 4) koneksi dan representasi. Pembelajaran bukan hanya menyalurkan ilmu dari pendidik kepada peserta didik, melainkan suatu proses kegiatan. Proses pembelajaran terjadi antara interaksi guru dengan peserta didik serta antara peserta didik dengan peserta didik itu sendiri (Asep, 2013; Kenny, 2009). Rusman (2010) proses pembelajaran pada setiap satuan pendidikan dasar dan menengah
© 2015 LPPM IKIP Mataram
harus interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan memotivasi peserta didik untuk perpartisipasi aktif. Salah satu strategi pembelajaran yang melibatkan peserta didik secara aktif adalah pembelajaran yang menggunakan pendekatan konstruktivime. Pendekatan konstruktivisme pada intinya adalah menekankan pentingnya peserta didik membangun sendiri pengetahuan lewat keterlibatan aktif proses belajar, disimpulkan bahwa seorang guru perlu merancang dan melaksanakan pembelajaran yang memungkinkan peserta didik untuk mengkontruksi pemikiran sendiri dalam menemukan konsep pembelajaran, serta megetahui untuk apa konsep itu dipelajari (Atiomo, 2009; Garbett, 2011; Trianto, 2008; Kenny, 2009).
Jurnal Kependidikan 14 (2): 179-188
Guru memberikan kesempatan pada peserta didik mengkontruksi pemikirannya agar lebih aktif, kreatif, dan inovatif. Terutama pada mata pelajaran matematika yang selama ini menjadi mata pelajaran yang sulit sehingga ditakuti oleh sebagian besar peserta didik. Hasil penelitian Sukayasa (2012) menunjukan bahwa pemahaman siswa dapat ditingkatkan dengan menerapkan strategi pembelajaran yang dirancang berdasarkan pendekatan konstruktivis. Matematika pada hakekatnya merupakan sistem aksiomatis deduktif formal. Sebagai suatu sistem aksiomatis, matematika memuat komponen-komponen dan aturan komposisi. Suherman (2003) matematika terbentuk dari pengalaman manusia dalam dunianya secara empiris diproses di dalam rasio, diolah secara analisis dan sintesis dengan penalaran di dalam struktur kognitif sehingga sampai terbentuk konsep-konsep matematika. Komponen-komponen di maksudkan adalah konsep, prinsip dan prosedur dalam penyelesaian masalah yang ada pada matematika (Fitrah, 2015). Hasil yang diperoleh pada saat observasi dilapangan serta pengalaman pribadi peneliti ditemukan permasalahan pada pembelajaran matematika yang sedang berlangsung antara lain: 1) guru lebih sering menyajikan pembelajaran dengan menyampaikan materi pembelajaran secara langsung sehingga penyampaian informasi hanya berlangsung satu arah. Kemudian diikuti pemberian contoh soal dan diakhiri dengan pemberian tugas untuk menguji pemahaman peserta didik dan melihat tingkat prestasi peserta didik dalam pencapain indikator dalam tiap kompetensi yang ada, selama ini
180
guru hanya melaksanakan pembelajaran secara prosedural, hanya memberikan rumus-rumus kemudian mengerjakan soalsoal latihan; 2) keikutsertaan peserta didik dalam pengonstruksian konsep, prinsip, dan pengaktualisasian masih lemah. Hal ini menyebabkan kurangnya kemampuan peserta didik dalam menyelesaikan masalah matematika, dan 3) kurangnya interaksi yang terjadi antara guru dan peserta didik, hanya sebagian kecil saja dari peserta didik yang berani mengajukan pertanyaan. Pembelajaran matematika menurut pandangan kontruktivisme adalah memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengkontruksi konsep dan prinsip matematika dengan kemampuan sendiri melalui proses internalisasi, dan peserta didik bertanggung jawab atas belajar yang dipelajari dengan membandingkan apa yang ia ketahui dengan apa yang ia perlukan dalam pengalaman yang baru (Syahrir, 2010; Roni, 2002). Pengetahuan dalam pengertian konstruktivisme tidak dibatasi pada pengetahuan yang logis dan tinggi. Pengetahuan yang dimaksudkan adalah mengarah pada pembentukan gambaran, gagasan, serta pandangan yang sangat sederhana. Konsep inti konstruktivisme, peserta didik yang aktif dalam mengembangakan pengetahuan baru yang dimilikinya (Jones & Araje, 2002; Amarin & Ghishan, 2013). Lima prinsip teori konstruktivisme oleh Vygotsky Cahyo (2013): 1) penekanan pada hakikat sosiokultural belajar; 2) Zone of Proximal Development; 3) pemagangan kognitif; 4) scaffolding, dan 5) bergumam. Prinsip konstruktivis seorang guru hendaknya berperan sebagai mediator dan
Muh. Fitrah, Pendekatan Konstruktivisme untuk Meningkatkan Aktivitas Peserta Didik dan Prestasi Matematika
fasilitator yang bertugas membantu proses pembelajaran agar berlangsung dengan baik (Fosnot, 2005; Sukayasa, 2012). Jadi orientasi pembelajaran berpusat kepada peserta didik. Guru hanya dapat memberikan bimbingan seperlunya serta menyediakan sarana pembelajaran yang dibutuhkan oleh peserta. Hal terpenting dalam teori konstruktivisme adalah proses pembelajarannya; peserta didik yang harus mendapatkan penekanan belajar secara aktif. Belajar lebih diarahkan pada adaptasi kemanusiaan berdasarkan pengalaman konkret, diskusi dengan teman kelas, yang kemudian dikontemplementasikan dan dijadikan ide dan pengembangan konsep baru (Johar, 2007). Beberapa penelitian mengungkapkan melalui pendekatan konstruktivisme menghasilkan prestasi belajar yang lebih signifikan dan lebih baik dari pendekatan pembelajar langsung (Solangi et al, 2008; Alyas, 2010; Hussain et al 2011). Pembelajaran konstruktivisme menitik beratkan pembelajaran pada: 1) konstruktivisme sebagai proses mengartikulasikan ide, pikiran, dan solusi, dan 2) konstruktivisme menekankan autentik (Weidinger & Cooperstein, 2004; Suprijono, 2012; Ertmer & Newby, 2013). Langkahlangkah pembelajaran konstruktivisme dijelaskan oleh Suprijono (2012) adalah: 1) orientasi; 2) elicitasi; 3) restrukturisasi ide; 4) aplikasi ide, dan 5) review. Pembelajaran konstruktivisme dilihat dari aktivitas saat proses pembelajara berlangsung. Menurut Hanafiah & Suhana (2012) Proses aktivitas belajar harus melibatkan seluruh aspek psikofisis peserta didik, baik jasmani maupun rohani sehingga
akselerasi perubahan perilakunya dapat terjadi secara cepat, tepat, mudah, dan benar, baik berkaitan dengan aspek kognitif, afektif, maupun psikomotor. Aktivitas belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah aktivitas yang ditunjukkan siswa dari tahap pendahuluan sampai tahap penutup. Selanjutnya hasil penelitian Lasati (2007) bahwa Pembelajaran pendekatan konstruktivisme dinyatakan efektif. Penelitian ini bertujuan untuk peningkatkan aktivitas peserta didik dan prestasi belajar matematika peserta didik melalui penerapan model pembelajaran konstruktivisme kelas XI IPS-1 Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Tanjung pada materi fungsi komposisi dan fungsi invers. Metode Penelitian Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas, secara garis besar terdapat empat tahapan penelitian tindakan kelas, antara lain: 1) perencanaan; 2) pelaksanaan; 3) pengamatan, dan 4) refleksi. Pendekatan penelitian adalah pendekatan penelitian kualitatif dan kuntitatif dan subjek dari penelitian ini yaitu siswa kelas XI IPS-1 SMA Negeri 1 Tanjung yang berjumlah 32 orang. Data diperoleh melalui instrumen yaitu tes evaluasi, lembar observasi, dan lembar kerja siswa yang kemudian dilengkapi dengan wawancara mendalam. Data kemudian dianalisis dalam hal ratarata, dan persentase dan kemudian dikombinasikan dengan hasil wawancara yang bersumber dari guru dan peserta didik. Hasil dan Pembahasan Berdasarkan rata-rata skor aktivitas peserta didik pada siklus I dan siklus II terjadi
181
Jurnal Kependidikan 14 (2): 179-188
peningkatan skor aktivitas belajar peserta didik dari siklus I ke II. Keadaan ini dapat kita lihat pada gambar di bawah ini:
bahwa indikator penelitian untuk aktivitas peserta didik telah tercapai. Ditinjau dari indikator keberhasilan, prestasi belajar peserta didik dikatakan meningkat jika peserta didik tuntas secara klasikal dengan kriteria ketuntasan minimal lebih besar atau sama dengan 75 maka dapat dikatakan bahwa penelitian telah berhasil.
Gambar 1. Grafik observasi aktivitas belajar siswa siklus I dan II
Aktivitas belajar yang dapat membantu peserta didik menginternalisasi nilai-nilai adalah aktivitas belajar aktif yang berpusat pada peserta didik sedemikian hingga secara otomatis akan membantu peserta didik memperoleh banyak nilai. Berdasarkan gambar 1 terlihat bahwa telah terjadi peningkatan skor aktivitas pada siklus I, pada pertemuan pertama dengan jumlah skor 3,16 meningkat dipertemuan kedua menjadi 3,50 kecuali pada pertemuan pertama ke pertemuan kedua disiklus II tidak ada peningktan yang signifikan antara pertemuan pertama dengan pertemuan kedua sama-sama jumlah skor 3,83. Berdasarkan rata-rata skor antara siklus I dengan siklus II jelaslah berbeda, terjadi peningkatan yang signifikan dari siklus I kesiklus II yaitu 3,33 meningkat menjadi 3,83. Sekilas meninjau kembali dari indikator keberhasilan aktivitas belajar peserta didik dimana aktivitas belajar peserta didik dikatakan meningkat jika ratarata aktivitas peserta didik minimal berkategori aktif maka dapat dikatakan
182
Gambar 2. Grafik evaluasi tiap siklus
Berdasarkan gambar 2 terlihat bahwa hasil evaluasi siswa tiap siklus terjadi peningkatan yang signifikan dari siklus I ke siklus II ditinjau dari rata-rata, pada siklus I nilai rata-rata peserta didik 79,67 meningkat disiklus II dengan nilai rata-rata 81,71. Peningkatan dari siklus I kesiklus II hanya meningkat 2,04. Gambar diatas menunjukkan simpangan baku untuk siklus I 20,47 dan siklus II 13,38. Hal ini terjadi penurunan simpangan baku dengan ketuntasan belajar siklus I 81% meningkat disiklus II 87%. Berdasarkan hasil observasi dan hasil evaluasi menunjukkan bahwa indikator kerja sudah tercapai. Hal ini terlihat dari aktivitas belajar peserta didik pada siklus II kategori sangat aktif dan mengalami peningkatan skor rata-rata peserta didik pada siklus II yaitu 81,71dan tuntas dengan Ketuntasan
Muh. Fitrah, Pendekatan Konstruktivisme untuk Meningkatkan Aktivitas Peserta Didik dan Prestasi Matematika
Belajar sebesar 87%. Tercapainya indikator ini, maka penelitian dikatakan berhasil. Hasil penelitian I Putu Widya, dkk (2013) Peningkatan hasil belajar dari siklus I ke siklus II. Untuk hasil belajar siswa siklus I diperoleh nilai ketuntasan belajar klasikal sebesar 50,00% dan daya serap klasikal 71,18% daya serap klasikal 84,51% yang artinya sudah memenuhi standar ketuntasan
Siklus I II
klasikal peserta didik. Untuk hasil observasi aktivitas guru dan peserta didik pada siklus I berada pada kategori cukup dan kurang, sedangkan pada siklus II berada pada kategori baik dan sangat baik. Hasil pengumpulan data didapatkan seperti diuraian:
Tabel 1. Ringkasan hasil penelitian siklus I dan siklus II HasilBelajar Aktivitas Siswa Aktivitas Guru Rata-rata Nilai Ketuntasan Belajar Rata-rata Skor Kategori Rata-rata Skor Kategori 79,67 81% 3,33 Aktif 3,49 Baik 81,71 87% 3,83 Sangat aktif 3,74 Baik
Deskripsi hasil penelitian telah dipaparkan bagaimana penilitian tindakan kelas dilaksanakan sebagai upaya untuk meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar peserta didik dengan menerapkan model pembelajaran konstruktivisme. Penerapan model pembelajaran konstruktivisme bertujuan untuk sebuah proses aktif dimana peserta didik membangun ide-ide baru atau konsep berdasarkan pengetahuan mereka saat ini dan sebelumnya. Cahyo (2013) peserta didik diberikan kebebasan untuk mencari arti dari apa yang dipelajarari. Pada penelitian ini secara umum keaktifan peserta didik dalam mendengar, menanggapi, dan mengerjakan instruksi guru baik dalam menjawab LKS maupun mengerjakan soal latihan sudah terlihat baik. Hal ini bahwa guru perlu mengerti pengalaman belajar mana yang lebih sesuai dengan kebutuhan peserta didik, ini dapat dilakukan dengan berpartisipasi sebagai pelajar juga ditengah pelajar (Cahyo, 2013; Parker & Heywood, 2000).
Dengan demikian dari uraian diatas guru harus memaksimalkan dirinya yang berperan sebagai mediator atau moderator. Hasil evaluasi pada siklus I memperlihatkan bahwa skor rata-rata evaluasi pada siklus I adalah 79,67 dengan ketuntasan sebesar 81%. Berdasarkan indikator keberhasilan yang telah ditetapkan yaitu peserta didik tuntas secara klasikal dengan KB 85 %, maka ketuntasan belajar pada siklus I masih belum berhasil. Berdasarkan hasil yang diperoleh pada siklus I, perlu diadakan penambahan siklus. Siklus II, guru melakukan beberapa langkah perbaikan berdasarkan kekurangan-kekurangan yang ada pada siklus I. Perbaikan yang dilakukan pada siklus II antara lain guru lebih tegas dalam manajemen waktu dan bertindak tegas terhadap peserta didik yang berbuat keributan ketika diskusi berlangsung. Berdasarkan uraian diatas Cahyo (2013) guru perlu banyak berinteraksi dengan peserta didik. Perbaikan-perbaikan di atas berpengaruh pada meningkatnya skor
183
Jurnal Kependidikan 14 (2): 179-188
aktivitas belajar peserta didik dimana pada siklus II skor aktivitas belajar peserta didik menjadi 3,83 dengan kategori sangat aktif. Hasil ini memperlihatkan bahwa peserta didik aktif baik dalam hal mendengar, menanggapi, melihat, dan mengerjakan apa yang diinstruksikan oleh guru. Hasil evaluasi pada siklus II dapat dilihat pada tabel 1 bahwa skor rata-rata evaluasi mengalami peningkatan menjadi 81,71 dengan ketuntasan sebesar 87%. Dengan melihat indikator kerja dan hasil yang telah didapat dari lembar observasi dan hasil evaluasi maka penelitian dihentikan karena data yang telah diperoleh dipandang cukup untuk mengambil keputusan. Menurut peneliti berdasarkan uraian diatas bahwa tercapainya keberhasilan pembelajaran ini tidak lepas dari peran aktif peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. Keaktifan mereka dalam merespon pertanyaan guru, memberikan pendapat, menunjukkan adanya pemanfaatan secara maksimal pengindraan yang peserta didik miliki. Keterlibatan aktif peserta didik dalam pengosntruksian konsep menyebabkan mereka memiliki suatu pengetahuan melalui pembelajaran konstruktivisme yang diterapkan. Hal ini sesuai dengan apa yang dijelaskan oleh Syarifuddin dan Sutarto (2013), bahwa konstruktivisme melihat pengetahuan sebagai perolehan individu karena menunjukkan peran yang jauh lebih aktif bagi peserta didik dalam menempuh proses belajar yang berarti bahwa peserta didik akan mendapatkan pengetahuan jika peserta didik tersebut terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran. Peran aktif peserta didik ini terlihat dari meningkatnya skor
184
rata-rata aktivitas peserta didik tiap siklusnya. Penelitian ini mengungkapkan bahwa: a) selama fase restrukturisasi ide, peserta didik dan guru dapat difungsikan dalam hal konflik konseptual melalui penemuan; b) elisitasi dari konsepsi melibatkan peserta didik membahas perbedaan di antara ide-ide dari peserta didik yang berbeda dan peserta didik dapat melihat perbedaan antara pandangan peserta didik yang satu dengan yang lainnya. Temuan ini adalah konsisten dengan literatur (Phillips 2000; Quale 2002, 2004 dan 2005). Penelitian ini juga mengungkapkan bahwa: a) guru dipandang sebagai panduan dalam proses pengkontruksian pengetahuan peserta didik; b) suasana kelas konstruktivis lebih memuaskan bagi guru dan peserta didik; c) model pembelajaran yang menarik yang mulai mengajar dari sudut pandang peserta didik dengan tujuan untuk mengganti konsep dengan membangun konsep baru yang menjelaskan pengalaman peserta didik. Temuan ini konsisten dengan literatur (Quale 2002). Pembelajaran konstruktivisme yang diterapkan sudah mampu mencerminkan peran sentral peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini terlihat dari aktivitas mereka dalam pengonstruksian konsep mealui kegiatan diskusi kelompok secara khusus dan di keseluruhan tahapan secara umum. Guru hanya bertindak sebagai fasilitator dengan teknik scaffolding dalam memberikan bimbingan (Bryceson, 2007; Koohang, 2009). Scaffolding dalam penelitian ini diberikan dalam format lembar kerja peserta didik yang mengarahkan peserta didik menemukan sendiri kerangka
Muh. Fitrah, Pendekatan Konstruktivisme untuk Meningkatkan Aktivitas Peserta Didik dan Prestasi Matematika
pemecahan masalah. Seperti dikatakan Yunus.dkk (2013) “Scaffolding dalam konteks pembelajaran adalah proses bantuan yang diberikan kepada peserta didik berupa kerangka kerja secara temporer”. Hal ini sesuai dengan salah satu prinsip dasar dari pembelajaran konstruktivisme menurut Rohcmat.dkk (2012) dijelaskan bahwa peran utama siswa dalam proses belajar, baik dalam mengatur atau mengendalikan proses berfikirnya sendiri maupun ketika berinteraksi dengan lingkungannya dimana guru sekedar membantu menyediakan sarana dan situasi agar proses berjalan lancar. Meningkatnya aktivitas belajar peserta didik merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi peningkatan prestasi belajar peserta didik. Hal tersebut sesuai dengan apa yang dikemukakan Slameto (2003) bahwa dengan partisipasi aktif peserta didik, pengetahuan mereka akan berkembang dengan lebih baik yang pada akhirnya diharapkan mampu meningkatkan prestasi belajar peserta didik. Artinya bahwa dengan meningkatnya aktivitas peserta didik tersebut maka prestasi peserta didik juga akan meningkat. Sukayasa (2012) Strategi pembelajaran yang dirancang berdasarkan pendekatan konstruktivis dapat dijadikan salah satu alternatif pembelajaran dalam mata pelajaran matematika. Selanjutnya hasil penelitian Lasati (2007) yaitu penerapan pendekatan konstruktivisme dinyatakan efektif. Hasil penjelasan diatas dapat diketahui bahwa penerapan model pembelajaran kontruktivisme telah membuat proses pembelajaran matematika pada materi fungsi komposisi dan invers menjadi
menarik, lebih menyenangkan dan tidak membosankan untuk peserta didik lebih bersemangat dalam belajar, mendorong peserta didik untuk mandiri dan menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya. Dengan demikian penerapan model pembelajaran konstruktivisme dapat meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar peserta didik kelas XI IPS-1 SMA Negeri 1 Tanjung pada fungsi komposisi dan invers. Langkah ini membawa kita untuk berkonsentrasi pada konstruktivisme sebagai kognitif posisi dan perspektif metodologis. Dengan demikian, dapat menjadi kuat dalam membantu kita untuk mempelajari pembelajaran matematika untuk mengembangkan strategi pengajaran yang sesuai, dan untuk merefleksikan masalah yang pernah terjadi dihari mengajar di sekolah (Noddings, 1990). Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang diuraikan dalam penelitian ini, dapat disimpulan bahwa dengan menerapkan model pembelajaran kontruktivisme dapat meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar matematika peserta didik. Pada: a) fase restrukturisasi ide, peserta didik dan guru dapat difungsikan dalam hal konflik konseptual; b) elisitasi dari konsepsi melibatkan peserta didik membahas perbedaan ide-ide dari peserta didik; c) guru dipandang sebagai panduan dalam proses pengkontruksian pengetahuan peserta didik, dan d) model pembelajaran yang menarik yang mulai mengajar dari sudut pandang peserta didik. Hal ini dapat ditunjukkan dengan dari skor rata-rata aktivitas belajar yang meningkat tiap siklusnya yaitu dengan
185
Jurnal Kependidikan 14 (2): 179-188
kategori aktif pada siklus I menjadi kategori sangat aktif pada siklus II dan perolehan hasil evaluasi tiap siklus ada peningkatan prestasi belajar terlihat dari rata-rata skor evaluasi belajar dan ketuntasan belajar yang meningkat pada tiap siklusnya, rata-rata skor evaluasi 79,67 dengan ketuntasan belajar 81% pada siklus I meningkat menjadi 81,71 untuk rata-rata skor evalusi dengan ketuntasan belajar sebesar 87% pada siklus II. Saran Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan, disarankan bahwa: 1) untuk meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar peserta didik diharapkan guru lebih kreatif dalam memilih model pembelajaran yang tepat dalam melaksanakan pembelajaran dengan berorientasi pada materi pelajaran yang dapat membuat peserta didik terasa nyaman dalam mengikuti pelajaran matematika dan disamping itu juga melihat keadaan peserta didik sehingga aktivitas dan prestasi peserta didik dapat meningkat secara optimal, dan 2) selanjutnya, diharapkan para peneliti yang ingin meneliti lebih lanjut untuk memperhatikan langkahlangkah pembelajaran yang ada dan mengacu pada kekurangan dan langkahlangkah pembelajaran konstruktivisme. Daftar Pustaka Alyas Q. T. (2010). Contrustivism as Instructional Model of Science Teaching. Journal of Educational Research, Department of Education IUB, Pakistan, 13 (1), 6-19.
186
Amarin, Z & Ghishan, I.(2013). Learning With Technology from a Constructivist Point of View. International Journal of Business, Humanities and Technology Vol. 3 No. 1. Atiomo,W. (2009). A Constructivist Strategy for Medium/Large Student Groups- The Contextual Learning Model. The Open Medical Education Journal, Volume 2 , 1-9. Asep, J & Haris, A. (2013). Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta : Multi Pressindo. Bryceson, K. (2007). The Online Learning Environment—A New Model using Social Constructivism and The Concept of ‘Ba’ as a Theoretical Framework. Learning Environ Res 10:189–206. Confrey, J., & Kazak, S. (2006). A thirtyyear reflection on constructivism in mathematics education in PME. In A. Gutiérrez & P. Boero (Eds.), Handbook of research on the psychology of mathematics education: Past, present and future (pp. 305-345). Rotterdam: Sense Publications. Erman, S. (2003). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia. Ertmer, A.P. & Newby, J.T. (2013) Behaviorism, Cognitivism, Constructivism: Comparing Critical Features From an Instructional Design Perspective. International Society for Performance Improvement, Vol 26. (2) PP. 43 – 71.
Muh. Fitrah, Pendekatan Konstruktivisme untuk Meningkatkan Aktivitas Peserta Didik dan Prestasi Matematika
Fitrah, M. Kemampuan Guru Matematika dalam Mengegola Kelas Melalui Sumber Belajar untuk Meningkatkan Aktivitas Siswa. Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika Universitas Negeri Surabaya 25 April 2015 ISBN No. 978-979-028-728-0 Fosnot, C.T. (2005). Constructivism Revisited: Implications and Reflections. The Constructivist Fall 2005, Vol. 16, No. 1 ISSN 10914072. Garbett, D. (2011). Constructivism Deconstructed in Science Teacher Education. Australian Journal of Teacher Education, 36(6). Hanafiah & Suhana. (2012). Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung: PT Reflika Aditama. Hussain Shafqat, et al., (2011). The Effectiveness of Teaching Physics through Project Method on Academic Achievement of Students at Secondary Level: A Case Study. Journal of Education and Practice, 2 (8), 23-34. Iskandar. (2012). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Referensi (Gp Press Group). Jones,G.M & Araje, B.L. (2002). The Impact of Constructivism on Education: Language, Discourse, and Meaning. American Communication Journal Volume 5, Issue 3. Kenny, F.R & Wirth, J. (2009). Implementing Participatory, Constructivist Learning Experiences Through Best Practices in Live Interactive Performance. The Journal of Effective Teaching, Vol. 9, No. 1.
Koohang, A., dkk. (2009). E-Learning and Constructivism: From Theory to Application. Interdisciplinary Journal of E-Learning and Learning Objects Volume 5. Lasati, D. (2007). Penerapan Pendekatan Konstruktivisme Pada Pembelajaran Torema Phytagoras. Jurnal Pendidikan Inovatif Vol 3 Nomor 1. NCTM. (2000). Principles and standards for school mathematics. Reston, VA: NCTM Noddings, N. (1990). Constructivism in Mathematics Education. Journal for Research in Mathematics Education. Monograph, Vol. 4, Constructivist Views on the Teaching and Learning of Mathematics, pp. 7-18+195-210. Parker, J & Heywood, D. (2000). Exploring the relationship between subject knowledge and pedagogic content knowledge in primary teachers’ learning about forces, International Journal of Science Education, 22 (1), pp. 89-111. Phillips DC 2000. Constructivism in Education. (Ninety–ninth Yearbook of the National Society for the Study of Education) Chicago: University of Chicago Press. Quale A 2002. The role of metaphor in scientific epistemology from a constructivist perspective: Consequences for science education. Science and Education, 2(1–2): 25– 33. Roni J. D. (2002). School Mathematics Reform, Constructivism, and Literacy: A Case For Literacy Instruction in the Reform-Oriented
187
Jurnal Kependidikan 14 (2): 179-188
Math Classroom. Journal International Reading Association of Adolescent & Adult Literacy 45:6 March pp. 520–529. Rusman. (2010). Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta : PT. Rajagrafindo Persada. Solangi, G. M. et al., (2008). The Effect of Constructivist Teaching Approach on the Achievement of Mathematics Students at Secondary Level. Journal of Educational Research Dept of Education, IUB, Pakistan 11 ( 2), 3546. Sukayasa. (2012). Penerapan Pendekatan Konstruktivis untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa SD Karunadipa Palu pada Konsep Volume Bangun Ruang. Jurnal Peluang, Volume 1, Nomor 1, Oktober, ISSN: 2302-5158. Suprijono, A. (2012). Cooperatve Learning, Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
188
Syarifuddin dan Sutarto. (2013). Desain Pembelajaran Matematika. Yogyakarta : Samudra Biru. Syahrir. (2010). Metodologi Pembelajaran Matematika. Yogjakarta : Naufan Pustaka Trianto. 2008. Mendesain Pembelajaran Kontekstual di Kelas. Jakarta: Cerdas Pustaka Publisher. Weidinger, K.S. & Cooperstein, K.E. (2004). Beyond Active Learning: a Constructivist Approach to Learning. Reference Services Review Volume 32 · Number 2 pp. 141-148.ISSN 0090-7324. Yunus.M, dkk. (2013). Pembelajaran TSTS Berbasis Kontruktivisme Berbantuan CD Pembelajaran Untuk Menumbuhkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa.Unnes Journal of Mathematics Eduacation Research. Universitas Negeri Semarang.