PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN PLANTET QUESTION (PERTANYAAN REKAYASA) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII-A SMPN 1 LABUAPI TAHUN PELAJARAN 2012/2013 AGUS SETIAWAN Pendidikan Matematika, FPMIPA IKIP Mataram Abstrak; tujuan penelitian tindakan kelas ini untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar matematika siswa kelas VIII-A di SMPN 1 Labuapi yang berjumlah 23 siswa. Pembelajaran dengan metode pembelajaran plantet question (pertanyaan rekayasa) dapat membantu guru untuk mempresentasikan informasi (materi pembelajaran) dalam bentuk respon terhadap pertanyaan yang telah ditanamkan dan diberikan sebelumnya kepada siswa dengan beberapa isyarat tertentu. Selain itu, metode ini dapat membantu siswa yang tidak pernah bertanya atau bahkan tidak pernah berbicara pada jam-jam pelajaran untuk meningkatkan kepercayaan diri dengan menjadi penanya. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilakukan dalam 2 siklus yang terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanaan, observasi, evaluasi, dan refleksi. Data aktivitas siswa dan guru dikumpulkan menggunakan lembar observasi, sedangkan data hasil belajar siswa diperoleh melalui tes yang diberikan pada tiap akhir siklus. Indikator keberhasilan penelitian ini adalah aktivitas belajar siswa minimal berkategori aktif dan rata-rata skor hasil belajar siswa minimal 65 dan persentase ketuntasan belajar siswa minimal 85 %. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata skor aktivitas siswa pada siklus I adalah 1,83 dengan kategori cukup aktif, sedangkan pada siklus II dengan rata-rata 3,08 dengan kategori sangat aktif. Rata-rata skor hasil belajar siswa pada siklus I dan II adalah 70,25 dan 77,53 dengan persentase ketuntasan belajar siswa pada siklus I dan II yakni 73,19% dan 86,96%. Hal ini berarti bahwa penelitian tindakan kelas ini telah memenuhi indikator yang ingin dicapai. Hasil yang diperoleh tersebut menunjukkan bahwa metode pembelajaran plantet question (pertanyaan rekayasa) dapat menigkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas VIII-A SMPN 1 Labuapi materi pokok kubus dan balok tahun pelajaran 2012/2013. Kata Kunci: Aktivitas, Hasil Belajar, Metode Pembelajaran Plantet Question, Kubus Dan Balok siswa dalam mata pelajaran yang dipelajari khususnya matematika. Salah satu penyebab rendahnya kualitas pemahaman matematika khususnya siswa SMP adalah karena dalam proses pembelajaran matematika, guru umumnya terlalu berkonsentrasi pada latihan menyelesaikan soal yang lebih bersifat prosedural dan mekanistis daripada pengertian. Menurut Armanto (2002) tradisi mengajar seperti ini merupakan karakteristik umum bagaimana guru melaksanakan pembelajaran di indonesia. Pembelajaran matematika konvensional bercirikan: berpusat pada guru, guru menjelaskan matematika dengan metode ceramah (chalk-and-talk), siswa pasif, pertanyaan siswa jarang muncul, berorientasi pada satu jawaban yang benar, dan aktivitas yang dilakukan siswa hanya mencatat atau menyalin. Pembelajaran seperti ini tidak mengakomodasi pengembangan kemampuan siswa dalam pemecahan masalah, koneksi, penalaran, dan komunikasi matematis sehingga berakibat juga pada kemampuan kognitif siswa. Kondisi ini secara kasat mata ditunjukkan oleh hasil survey Internasional The Third International Mathematics And Science Study (TIMMS) bahwa kemampuan SMP kelas VIII di Indonesia dalam menyelesaikan soal-soal tidak rutin (masalah matematis) sangat lemah, namun relatif baik dalam menyelesaikan soal-soal tentang fakta dan prosedur
PENDAHULUAN Proses pembelajaran di sekolah merupakan salah satu upaya yang dilakukan oleh pemerintah dengan tujuan untuk meningkatkan sumber daya manusia (SDM) yang berkulaitas, sehingga memunculkan suatu masyarakat yang berpendidikan dan memiliki keterampilan atau skill yang berpotensi. Sebagaimana yang tercantum dalam sistem pendidikan nasional (UU RI No. 2 Tahun 1989) dikemukakan, bahwa pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan (Hamalik, 2001: 82). Berdasarkan tujuan pendidikan nasional di atas maka, sudah seyogyanya seorang pendidik mampu merealisasikan dan menerapkannya secara nyata dalam kehidupan sehari-hari, tetapi masih banyak pendidik yang tidak menyadari hal ini, salah contohnya dalam pembelajaran matematika yang semestinya tidak menjadi sebuah pembelajaran yang menakutkan dan membosankan dalam pribadi siswa. Dalam hal ini pendidik ditantang untuk menghilangkan budaya berfikir dan pendapat seperti ini dikarenakan akan berdampak kepada rendahnya kualitas pemahaman 13 Media Pendidikan Matematika
(Mullis, Martin, Gonzales, Gregory, Garden, O’Connor, Krostowski, & Smith, 2000). (dalam Herman, 2007) Berdasarkan informasi yang diperoleh melalui observasi dan wawancara dengan guru matematika kelas VIII di SMPN 1 Labuapi tepatnya berada di desa Jerneng kecamatan Labuapi, diketahui bahwa aktivitas dan hasil belajar siswa dalam kegiatan belajar mengajar di kelas masih sangat rendah. Beberapa penyebab rendahnya aktivitas dan hasil belajar siswanya adalah kurang antusiasnya siswa dalam bertanya, menyampaikan pendapat, dan mengembangkan proses berpikirnya. Hal ini dapat ditunjukkan dari nilai rata-rata mid semester gasal pada kelas VIII dapat dilihat dalam tabel 1. Tabel 1. Daftar nilai rata-rata mid semester gasal kelas VIII SMPN 1 Labuapi tahun pelajaran 2012/2013 NO 1
Kelas
Rata-rata
KK
KKM
VIII-A VIII-B VIII-C VIII-D VIII-E
60,25 70,25 66,25 69,50 62,50
60,86% 78,26% 69,56% 73,91% 65,21%
≥ 65
Berdasrkan tabel 1.2, memperlihatkan bahwa kelas VIII memiliki nilai paling rendah pada materi pokok kubus dan balok dari materi pokok lainnya. Materi pokok kubus dan balok merupakan salah satu pelajaran matematika bersifat abstrak namun sering ditemui dikehidupan sehari-hari, dan bila ditinjau dari nilai rata-rata menujukkan bahwa kelas VIII masih kurang memahami materi yang dipelajarinya sehingga berakibat pada hasil belajar. Rendahnya hasil belajar siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya faktor internal siswa yang meliputi kesiapan siswa, motivasi, minat dan bakat serta faktor eksternal yang meliputi faktor keluarga, faktor sekolah dan lingkungan tempat tinggal. Berbagai permaslahan di atas memerlukan suatu solusi yang tepat agar target pembelajaran dapat tercapai. Salah satu metode pembelajaran yang tepat untuk dijadikan solusi meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa SMPN 1 Labuapi adalah metode pembelajaran pertanyaan rekayasa (plantet question). Metode pembelajaran pertanyaan rekayasa adalah salah satu metode pembelajaran aktif. Hakikatnya metode pembelajaran aktif untuk mengarahkan atensi peserta didik terhaddap materi yang dielajarinya. (Suprijono, 2009: 111). Keunggulan metode pembelajaran pertanyaan rekayasa (plantet question) adalah metode pembelajaran yang penerapannya dimulai dengan pertanyaan yang direkayasa oleh guru dengan melibatkan beberapa peserta didik dengan tujuan membangkitkan antusias peserta didik lainnya dalam pembelajaran di kelas melalui proses tanya jawab dan tentunya mampu mengasah keterampilan bertanya peserta didik dalam rangka membangun pengetahuan atas materi yang dipelajari. Dengan demikian pembelajaran peserta didik akan lebih bermakna dan tujuan pembelajaran dapat tercapai secara optimal sesuai dengan harapan. Berdasarkan uraian di atas, peneliti berkeinginan untuk melaksanakan penelitian dengan menerapkan metode pembelajaran plantet question untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas VIII-A SMPN 1 Labuapi materi pokok kubus dan balok tahun pelajaran 2012/2013 METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas berasal dan istilah bahsa inggris Classroom Action Research, yang berarti penelitian yang dilakukan pada sebuah kelas untuk mengetahui akibat tindakan yang diterapkan pada suatu subyek penelitian di kelas tersebut (Trianto, 2011:13). Penelitian tindakan kelas ini dilakukan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dengan menggunakan metode pembelajran Plantet Question (Pertanyaan Rekayasa) pada materi pokok kubus dan balok. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus, masing-masing siklus terdiri dari lima
(Sumber data : Arsip guru matematika SMPN 1 Labuapi 2012/2013) Berdasarkan tabel 1.1 dapat diketahui bahwa nilai rata-rata dan ketuntasan klasikal kelas VIII-A terletak pada posisi yang paling rendah dibandingkan dengan kelas-kelas yang lainnya yakni dengan nilai rata-rata 60,25 dan ketuntasan klasikal sebanyak 60,86%. Atas dasar tersebut peneliti memilih kelas VIII-A menjadi subyek dalam penelitian ini. Materi pokok dalam pembelajaran matematika memiliki tingkat kesulitan yang berbedabeda, sehingga penggunaan metode pembelajaran yang tepat sangat mendukung siswa dalam memahami materi-materi yang disajikan agar proses belajar siswa lebih bermakna. Salah satu materi pokok yang menjadi kesulitan siswa dalam pemahamannya adalah materi kubus dan balok, pada materi ini menurut guru kelas VIII-A yang diwawancarai menyatakan bahwa, kurang aktifnya siswa dalam proses tanya jawab mengenai materi yang diajarkan, sehingga saat penerapan konsep dalam bentuk soal-soal siswa mengalami kesulitan dan mempengaruhi hasil belajar. Hal ini dapat ditunjukkan pada tabel 2 Tabel 2. Nilai rata-rata hasil belajar siswa kelas VIII pada masing-masing materi semester II SMP Negeri 1 Labuapi tahun pelajaran 2011/2012 NO
1. 2. 3. 4.
Materi Lingkaran Garis singgung lingkaran Kubus dan balok Prisma dan limas
Kelas VIII Rata-rata KK 63,39 78,83% 65,91 69,,57% 64,87 65,22% 67,83 82,61%
KKM
≥ 65
(Sumber data : Arsip guru matematika SMPN 1 Labuapi 20011/2012)
14 Media Pendidikan Matematika
tahapan kegiatan yaitu perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi, evaluasi, dan refleksi diakhir tindakan. Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data, agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah diolah (Masitah, 2009: 30). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi dan lembar tes hasil belajar siswa. Setelah memperoleh data tes hasil belajar siswa, maka data tersebut dianalisis dengan mencari ketuntasan belajar, kemudian dianalisis secara kuantitatif. Setiap siswa dalam proses belajar mengajar dikatakan tuntas apabila memperoleh nilai lebih besar atau sama dengan 70, nilai ketuntasan minimal sebesar 70 dipilih dikarenakan sesuai dengan KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) sekolah tersebut. Untuk menganalisis ketuntasan belajar secara klasikal digunakan rumus sebagai berikut: =
menentukan aktivitas belajar siswa dijabarkan pada tabel berikut ini: Tabel 3. Pedoman skor standar aktivitas belajar siswa Interval Kriteria As ≥ Mi + 1,5 SDi Sangat Tinggi Mi + 0,5 SDi ≤ As < Mi+1,5 SDi Tinggi Mi – 0,5 SDi ≤ As < Mi+ 0,5 SDi Cukup Mi- 1,5 SDi ≤ As <Mi - 0,5 SDi Rendah As < Mi- 1,5 SDi Sangat rendah (Nurkencana dalam Adi Irawan 2007 ) Pengisian lembar observasi aktivitas guru dalam proses pembelajaran adalah sebagai berikut: Ya: diberikan jika aktivitas descriptor dilakukan oleh guru pada saat pelaksanaan proses pembelajaran. sedangkan Tidak : diberikan jika aktivitas descriptor tidak dilakukan oleh guru pada saat pelaksanaan proses pembelajaran. Penilaian aktivitas guru dianalisis secara deskriptif kualitatif. Indicator tentang aktivitas guru yang diamati 6 indikator. Setiap indicator memiliki 3 deskriptor. Skor untuk setiap indicator aktivitas guru pada penelitian ini mengamati aturan sebagai berikut: Skor 4 diberikan jika 3 desktriptor Nampak; Skor 3 diberikan jika 2 deskriptor Nampak; Skor 2 diberikan jika 1 deskriptor Nampak; Skor 1 diberikan jika tidak ada descriptor Nampak (Arikunto dalam Adi Irawan, 2007 ) Berdasarkan skor standar, maka kriteria untuk menentukan aktivitas guru dijabarkan pada tabel berikut ini: Tabel 4. Pedoman kriteria aktivitas guru Interval Kriteria Ag ≥ Mi + 1,5 SDi Sangat Baik Mi + 0,5 SDi ≤ Ag < Mi+1,5 SDi Baik Mi – 0,5 SDi ≤ Ag < Mi+ 0,5 SDi Cukup Mi- 1,5 SDi ≤ Ag <Mi - 0,5 SDi Kurang Ag < Mi- 1,5 SDi Sangat Kurang (Nurkencana dalam Adi Irawan 2007) PEMBAHASAN Penelitian tindakan kelas ini dilakukan sebagai upaya untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siwa pada materi pokok kubus dan balok melalui penerapan metode pembelajaran plantet question (pertanyaan rekayasa). Berdasarkan hasil analisis data pada tiap-tiap siklus, terlihat bahwa hasil dari siklus ke siklus mengalami peningkatan. Pada pelaksanaan pembelajaran dan hasil analisis data siklus I, diperoleh aktivitas siswa pada pertemuan I dengan kategori kurang aktif sedangkan untuk pertemuan II berkategori cukup aktif dengan hasil belajar berada pada persentase ketuntasan belajar yakni kurang dari 85%. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulakan bahwa keaktifan dan ketuntasan belajar klasikal siswa pada siklus I belum tercapai, karena aktivitas siswa
100%
Keterangan : KK = Ketuntasan Klasikal X = jumlah siswa yang memperoleh nilai ≥ 70 Z = jumlah siswa yang mengikuti tes (Depdikbud, 1992) Proses belajar dikatakan tuntas jika kelas dapa memenuhi ketuntasan klasikal sesuai standar sekolah, yakni dikatakan tuntas jika ketuntasan klasikalnya ≥ 85% siswa yang memperoleh nilai ≥ 70, itu berarti jika ketuntasan klasikal < 85% maka kelas belum dikatakan tuntas. Setiap indicator perilaku siswa pada penelitian ini, cara pemberian skornya berdasarkan pedoman berikut: Skor 4 : diberikan jika 76% - 100% ( jumlah siswa) melakukan descriptor yang dimaksud; Skor 3 : diberikan jika 51% - 75% ( jumlah siswa) melakukan descriptor yang dimaksud; Skor 2 : diberikan jika 26% - 50% (jumlah siswa) melakukan descriptor yang dimaksud; Skor 1 : diberikan jika 0% 25% (jumlah siswa) melakukan descriptor yang dimaksud. Dalam menentukan kategori aktivitas belajar siswa dapat menggunakan rumus berikut:
Untuk data aktivitas siswa dikatakan berhasil apabila skor aktivitas belajar siswa minimal berkategori tinggi. Berdasarkan skor standar, maka criteria untuk
15 Media Pendidikan Matematika
dikatakan meningkat jika berkategori aktif atau sangat aktif dan dikatakan tuntas secara klasikal jika mencapai nilai 85% , sesuai dengan indikator kerja. Berdasarkan hal di atas, ini menandakan bahwa pembelajaran yang dilakukan pada siklus I masih terdapat beberapa kekurangan-kekurangan yaitu dalam hal kesiapan siswa untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran masih terjadi kendala, guru kurang memberikan motivasi kepada siswa, sehingga banyak siswa yang masih canggung dan malu untuk bertanya serta mengungkapkan pendapatnya, penyebab lainnya guru masih kurang mampu dalam penguasaan kelas untuk mengontrol siswa dan dalam hal memanajemen alokasi waktu yang dibuat, sehingga pada kegiatan akhir guru tidak bisa menyampaikan kesimpulan dari materi yang diajarkan. Selanjutnya, pada saat pelaksanaan kegiatan pembelajaran maupun saat memberikan soal latihan, masih didominasi oleh siswa yang pintar, sedangkan yang lain masih malu dan takut salah dalam menjawab soal yang diberikan guru maupun temannya. Hasil refleksi siklus I mengisyaratkan melakukan perbaikan untuk tindakan selanjutnya antara lain bahwa peranan guru dalam proses pembelajaran perlu dioptimalkan dalam mengontrol aktivitas-aktivitas siswa di kelas, guru harus memaksimalkan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran dengan melakukan bimbinganbimbingan secara individual maupun berkelompok serta membangkitkan respon siswa dalam proses pembelajaran. Guru menghimbau dan memotivasi siswa agar tidak malu untuk merespon pertanyaan yang diberikan guru serta tidak malu dalam mengajukan pertanyaan menngenai hal-hal yang belum dimengerti. Guru menarik kesimpulan bersamasama siswa dengan mengaktifkan siswa dalam menyimpulkan materi yang telah dibahas dengan cara, menunjuk beberapa siswa untuk menyimpulkan dan meminta siswa untuk memperbaiki jika ada yang masih kurang. Setelah melakukan beberapa perbaikan berdasarkan pengalaman dan kelemahan-kelemahan yang ada pada siklus I maka dilakukan tindakan atau perbaikan pada siklus II, guna mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan. Berdasarkan analisis data pada siklus II, terjadi peningkatan aktivitas siswa dibanding dengan siklus I yakni pada pertemuan I dari kategori kurang aktif meningkat menjadi aktif sedangkan pada pertemuan II dari kategori cukup aktif meningkat menjadi sangat aktif. Berdasarkan hal ini maka aktivitas siswa mengalami peningkatan dan sesuai dengan indikator kerja yang diharapkan. Selain aktivitas siswa mengalami peningkatan, aktivitas guru juga mengalami peningkatan pada siklus II dibanding dengan siklus I yakni dari kategori baik meningkat menjadi sangat baik. Peningkatan juga terjadi pada
hasil belajar siswa pada siklus II, jika dibanding dengan siklus I dengan tercapainya ketuntasan klasikal yakni lebih besar dari 85%, hal ini menujukkan bahwa indikator kerja ketuntasan klasikal sudah tercapai, sesuai dengan pendapat Nurkencana (1990), yang menyatakan ketuntasan belajar klasikal tercapai jika 85% siswa memperoleh nilai ketuntasan yang telah ditetapkan sekolah yakni sebesar 65 yang akan terlihat pada hasil evaluasi tiap-tiap siklus. Metode pembelajaran plantet question (pertanyaan rekayasa) merupakan strategi pembelajaran aktif yang baik digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran di kelas. Dalam proses pembelajaran dengan menggunakan metode pertanyaan rekayasa ini, terjadi beberapa perubahanperubahan pada siswa saat pembelajaran berlangsung. Perubahan yang terjadi pada siswa adalah siswa lebih aktif dalam belajar, siswa lebih antusias dalam proses tanya jawab, sehingga siswa dapat memecahkan konsep-konsep yang dianggap sulit, siswa lebih termotivasi dan pembelajaran yang dirasa siswa menjadi lebih bermakna seta hasil belajar siswa menjadi meningkat, hal ini didukung oleh Suprijono (2009: 102) yang menyatakan bahwa, tanya jawab merupakan proses transaksi gagasan atau ide inter subjektif dalam rangka membangun pengetahuan, dan selanjutnya menurut Sudjana (2011) menyatakan bahwa, aktivitas siswa yang meningkat akan berbanding lurus dengan tingkat hasil belajar siswa. Dengan demikian, metode pembelajaran pertanyaan rekayasa yakni strategi pembelajaran aktif dengan karakter pertanyaan sangat baik digunakan dalam membangkitkan keaktifan dan membangun pengetahuan awal siswa mengenai materi kubus dan balok dan tentunya akan berbanding lurus dengan tingkat hasil belajar. Dalam penelitian ini, beberapa kendala yang terjadi dalam proses pembelajaran dapat diatasi berkat kerjasama peneliti, observer dan siswa. Dengan demikian peneliti berkesimpulan bahwa, Penerapan metode pembelajaran plantet question (pertanyaan rekayasa) dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas VIII-A SMPN 1 Labuapi materi pokok kubus dan balok tahun pelajran 2012/2013. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat diambil kesimpulkan bahwa: 1. Penerapan metode pembelajaran plantet question (pertanyaan rekayasa) dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas VIII-A SMPN 1 Labuapi pada materi pokok kubus dan balok Tahun Pelajaran 2012/2013, dapat meningkatkan antusias siswa dalam bertanya dan menyampaikan pendapat serta dalam membangun pengetahuannya, hal ini terlihat dari peningkatan rata-rata aktivitas belajar siswa pada siklus I yang berkategori kurang 16
Media Pendidikan Matematika
aktif dengan rata-rata sebesar 1,5 pada pertemuan I dan 2,17 pada pertemuan II dengan kategori cukup aktif, kemudian mengalami peningkatan pada siklus II yang berkategori aktif dengan rata-rata 3,00 pada pertemuan I dan pada pertemuan II sebesar 3,16 dengan kategori sangat aktif. 2. Penerapan metode pembelajaran plantet question (pertanyaan rekayasa) dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VII-A SMPN 1 Labuapi materi pokok kubus dan balok, hal ini terlihat dari peningkatan rata-rata kelas hasil tes evaluasi pada siklus I sebesar 75 dengan ketuntasan klasikal sebesar 73,19% meningkat pada siklus II dengan nilai rata-rata kelas sebesar 85,71 dan ketuntasan klasikal 86,96%. SARAN 1. Para guru hendaknya memilih metode pembelajaran pertanyaan rekayasa (plantet question) dalam pembelajaran matematika sebagai variasi metode yang digunakan dalam proses pembelajaran, karena dengan metode pertanyaan rekayasa dapat membangitkan antusias belajar siswa khususnya bagi siswa yang masih takut dan malu dalam bertanya serta mengungkapkan pendapatnya dalam pembelajaran di kelas. 2. Untuk menghadapi siswa yang masih sulit dalam mengembangkan pola berfikirnya, hendaknya guru melakukan pendekatan dengan cara memberikan motivasi dan pengalaman yang bermakna agar siswa lebih termotivasi dalam proses pembelajaran. 3. Bagi peneliti selanjutnya yang ingin melanjutkan penelitian tentang metode pembelajaran plantet question (pertanyaan rekayasa), diharapkan agar dapat menerapkan metode pembelajaran ini pada pokok bahasan lain atau materi pelajaran lain.
DAFTAR PUSTAKA Adina. 2012. Penerapan Strategi Pembelajaran Aktif Tipe Pertanyaan Rekayasa Untuk Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Mata Pelajaran IPS Di SMP Muhammadiyah 1 Wonosobo. Disertasi UNY. Arikunto, Suharsimi. 2009. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Djamarah. 2010. Preatasi Belajar dan Kompetensi Guru. Surabaya: Usaha Nasional. Hamalik Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumu Aksara. Herman, Tatang. 2007. Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Befikir Matematis Tingkat Tinggi Siswa SMP. Bandung. Irzani. 2009. Strategi Belajar Mengajar Matematika. Yogyakarta: Media Grafindo Press. Riyanto, Yatim. 2001. Metodologi Penelitian Pendidikan. Surabaya: SIC. Roestiyah. 2008. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta. Sudjana, Nana. 2011. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensido. Sugiyono. 2008. Statistik untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R. Bandung: Alfabeta. Sukino. 2007. Matematika Untuk Kelas VIII SMP dan MTS. Solo: PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri. Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning: Teori & Aplikasi PAIKEM. Surabaya: Pustaka Belajar Syahrir. 2010. Metodologi Pembelajaran Matematika.Yogyakarta:Naufan Pustaka. Tampomas, Husein. 2006. Matematika Plus 2B SMP Kelas VIII Semester ke 2. Jakarta: Yudhistira. Titik & Suseno. 2010. Ringkasan Materi Matematika SMP Kelas VII, VIII, IX. Klaten: Dunia Jendela. Trianto. 2011. Panduan Lengkap Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research). Jakarta: Prestasi Pustakarya. Untoro, Joko. 2009. Rumus Lengkap Matematika SMP. Jakarta: Wahtu Media.
17 Media Pendidikan Matematika