Jurnal Ilmu Kesehatan Anak VOLUME I
Desember • 2012
NUMBER 1 Laporan Kasus
Hipokondroplasia Pada Anak Laki-Laki Usia Tujuh Tahun Ni Nyoman Metriani Nesa, Wayan Bikin Suryawan, Made Arimbawa
Abstrak Hypochondroplasia is a skeletal dysplasia characterized by short stature, stocky build, disproportionately short arms and legs, and broad short hands and foot. Hypochondroplasia is a genetic disorder with mostly caused by mutations in FGFR3 gene. The diagnosis was made based on clinical and radiologic findings. We report a case of hypochondroplasia in seven years old boy. A seven years old boy came with complaint looked shorter than his peers. He looked disproportional with short limb. There was parsial growth hormone deficiency. Bone age revealed at age 3 years and six months old. On bone survey there were mild frontal bossing, shortening of long bones with mild metaphyseal flare, narrowing of the inferior lumbar interpedicular distance, and dorsal concavity of the lumbar vertebral bodies. The patient was given genetic counseling, regular monitoring and planned to receive growth hormone therapy. Prognosis of the patient was good. ([JIKA. 2012;1:25-29])
Keywords: Hipokondroplasia, displasia skeletal, perawakan pendek disproporsional
Ipokondroplasia (HCH) merupakan displasia skeletal yang ditandai dengan perawakan pendek, badan yang padat, dan jari yang pendek dan lebar.1 Prevalensi HCH diperkirakan 1 per 15.000 – 40.000 kelahiran.1,3 Penyakit ini disebabkan oleh gangguan genetik pada tulang bagian endokondrium yang diturunkan secara autosomal dominan.3,4 Sekitar 70% kasus HCH disebakan oleh mutasi gen FGFR3 (Fibroblast Growth Factor Receptor 3).1,5-7 Hipokondroplasia didiagnosis berdasarkan gambaran klinis yang khas dan radiologis.1-3 Penatalaksanaan anak dengan hipokondroplasia meliputi evaluasi dan diagnosis, terapi manifestasi dan pencegahan komplikasi sekunder.8,9
H
* Dari Bagian Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas
Kedokteran, Universitas Udayana, RSUP Sanglah, Denpasar, Indonesia. Permintaan Naskah cetak ditujukan kepada: Ni Nyoman Metriani Nesa, Bagian Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana, RSUP Sanglah Jl. Pulau Nias, Denpasar 80114. Tel./Fax. +62-361-244038/257387. Email :
[email protected]
JIKA, Vol. I, No. 1, Desember 2012 • 25
Ni Nyoman Metriani Nesa : Hipokondroplasia Pada Anak Laki-Laki Usia Tujuh Tahun
Pasien dengan hipokondroplasia dapat mengalami beberapa masalah ortopedik seperti nyeri tulang, nyeri punggung dan gejala osteoartritis lain. Tinggi saat dewasa dapat mencapai 138-165 cm untuk laki-laki dan 128151 cm untuk wanita.2,9 KASUS Seorang anak laki-laki usia 7 tahun datang ke Poliklinik Anak RSUP Sanglah Denpasar pada 13 November 2007 dengan keluhan tampak lebih pendek daripada teman sebayanya. Anak ini tidak memiliki keluhan lain. Pasien tidak pernah mengalami sakit berat sebelumnya. Pasien tidak pernah mengkonsumsi obat-obatan dalam jangka waktu lama. Tidak didapatkan keluhan nyeri kepala menetap atau penglihatan kabur. Anak tidak pernah mendengkur bila tidur. Tidak ada keluhan keluarnya cairan dari telinga. Ibu pasien tidak pernah mengalami penyakit berat atau mengkonsumsi obat-obatan selama kehamilan. Pasien dilahirkan cukup bulan, langsung menangis, dengan persalinan spontan ditolong bidan dengan berat badan lahir 3000 gram. Ibu tidak ingat panjang badan saat lahir. Tidak didapatkan gangguan perkembangan. Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama. Tinggi badan ibu 151 cm dan tinggi badan ayah 160 cm. Tinggi potensial genetik antara 154 cm sampai 160 cm. Tinggi badan saudara lakilakinya 155 cm (p 25-50 CDC 2000) dan 135 cm (p 10-25 CDC 2000). Tidak ada
hubungan keluarga antara ibu dan ayah. Pasien tampak disproporsional dengan tungkai pendek. Status present dalam batas normal. Berat badan 17 kg (< p3 CDC 2000) dan tinggi badan 102 cm (9 cm < p3 CDC 2000). Status gizi menurut kriteria Waterlow 94% (status gizi normal). Lingkar kepala 53 cm (zscore 0 sampai -2 SD). Jarak rentangan lengan 53 cm, segmen tubuh atas 61 cm, segmen tubuh bawah 39 cm, dan rasio segmen atas/segmen bawah 1,56 (rasio normal 1,1). Dahi anak tampak menonjol dengan midface yang normal. Tidak didapatkan kelainan pada pemeriksaan dada dan abdomen. Pada tulang belakang tampak lordosis ringan. Tungkai tampak pendek. Panjang segmen proksimal dan distal lengan masing-masing 13 cm. Sedangkan panjang segmen proksimal dan distal tungkai adalah 20 cm (bentuk mesomelic). Pemeriksaan neurologis menunjukkan tidak ada kelainan. Tidak ditemukan “trident appearance” dan tampak genu varum yang ringan. Pada pemeriksaan genetalia, panjang penis 5,5 cm (normal) dengan volume testis 3 cm/3 cm. Status pubertas A1G1P1. Berdasarkan gambaran klinis, diagnosis kerja adalah perawakan pendek et causa DD/ hipokondroplasia dan akondroplasia. Pemeriksaan darah rutin dan elektrolit menunjukkan hasil normal. Umur tulang menunjukkan sesuai dengan usia 3 tahun 6 bulan. Kami melakukan uji provokasi growth
JIKA, Vol. I, No.1, Desember 2012 • 26
Ni Nyoman Metriani Nesa : Hipokondroplasia Pada Anak Laki-Laki Usia Tujuh Tahun
hormon (GH) dengan menggunakan klonidin dan menunjukkan defisiensi GH parsial. Kadar Insuline like-growth factor 1 (IGF-1) sebesar 103 ug/L (normal). Data bone survey menunjukkan frontal bossing ringan pada kepala. Pada foto daerah vertebra tampak penyempitan celah interpedikuler daerah lumbal inferior yang disertai dengan lordosis ringan. Tidak ditemukan kelainan pada foto dada dan pelvis. Pada foto ekstremitas atas dan bawah menunjukkan pemendekan tulang panjang dengan metaphyseal flare ringan. Pada jari tangan tampak retardasi perkembangan tulang karpal serta pemendekan dan pelebaran jarijari. Tidak ditemukan “trident sign" pada foto jari.. Pemeriksaan IQ anak menunjukkan hasil 109, yakni dalam batas normal. Berdasarkan gambaran klinis, radiologis an laboratprium, pasien didiagnosis sebagai hipokondroplasia dan direncanakan mendapatkan terapi GH. Dilakukan konseling genetika pada pasien serta pemantauan rutin berat badan dan tinggi badan. Prognosis pasien baik. DISKUSI Hipokondroplasia merupakan displasia yang mirip dengan kelainan skeletal lainnya yaitu akondroplasia, namun kelainan pada hipokondroplasia tampak lebih ringan.1 Gen yang berperan pada HCH (FGFR3) terletak pada kromososm 4p16.3.1,5-8 Gen ini memberikan instruksi untuk membentuk protein
yang berperanan dalam pembentukan dan pertahanan tulang dan jaringan otak.1 Gen FGFR 3 memberikan instruksi untuk membentuk protein bagi pembentukan dan pertahanan tulang dan jaringan otak, pengaturan pertumbuhan dan pemecahan sel, determinasi tipe sel, pembentukan pembuluh darah, penyembuhan luka dan perkembangan embrio.10 Beberapa peneliti meyakini bahwa perubahan genetik ini menyebabkan protein menjadi over aktif dan akhirnya mengganggu pertumbuhan tulang.1 Gambaran klinis hipokondroplasia biasanya tampak pada usia lebih dari 2 tahun sampai menjelang pubertas.1-3,13 Pada kasus ini, pasien berperawakan pendek dengan tungkai yang disproportional (peningkatan rasio segmen atas dan segmen bawah), frontal bossing ringan, genu varum ringan, lordosis ringan pada punggung, tangan yang pendek dan lebar. Lingkar kepala normal dengan wajah yang normal, dan tidak didapatkan stenosis spinal. Gambaran radiologis pada hipokondroplasia bervariasi dan dapat ditemukan normal pada beberapa pasien.2,11,13 Pada kasus ini, gambaran radiologis seperti frontal bossing ringan pada kepala, penyempitan celah interpedikuler daerah lumbal inferior yang disertai dengan lordosis ringan, pemendekan tulang panjang dengan metaphyseal flare ringan, retardasi perkembangan tulang karpal serta pemendekan dan pelebaran jari-jari sesuai dengan HCH.
JIKA, Vol. I, No.1, Desember 2012 • 27
Ni Nyoman Metriani Nesa : Hipokondroplasia Pada Anak Laki-Laki Usia Tujuh Tahun
Penatalaksanaan pada anak dengan hipokondroplasia meliputi evaluasi diagnosis awal (pengukuran tinggi badan, berat badan, lingkar kepala dan memasukkan ke kurva berstandar akondroplasia, pemeriksaan neurologis untuk mencari tanda penekanan spinal, dan skrining gangguan perkembangan), penanganan manifestasi klinis meliputi penanganan perawakan pendek, intervensi perkembangan, dan pembedahan (laminektomi) apabila terdapat gejala dekompresi spinal. Pencegahan komplikasi sekunder adalah pencegahan infeksi telinga tengah, dan pertimbangan pembedahan bila terjadi gangguan neurologis2,4,5 , serta konseling genetik pada keluarga pasien.9 Kebanyakan pasien dengan akondroplasia maupun hipokondroplasia tidak memiliki gangguan pada sekresi GH. Namun ada beberapa kasus menunjukkan adanya gangguan sekresi GH yang mengakibatkan terjadi defisiensi GH. Pada kasus tersebut, yang juga disertai dengan keadaan hidrosefalus, dapat terjadi disfungsi hipotalamus-pituitari sehingga dapat terjadi gangguan sekresi GH. Penelitian menunjukkan pasien HCH berespon baik dengan terapi GH dengan kecepatan pertambahan tinggi badan 6,5 ± 1,8 cm/tahun dibadingkan tanpa terapi sebesar 3,9 ± 1,0 cm/tahun.15 Pada kasus ini, didapatkan defisiensi parsial GH dan direncanakan mendapatkan terapi GH.
Pasien dengan hipokondroplasia memiliki angka harapan hidup seperti anak normal namun dapat mengalami masalah ortopedik. Tinggi badan saat dewasa antara 138 – 165 cm pada lakilaki dan 128 - 151 cm pada perempuan.2,9,16 Prognosis pada pasien ini baik karena tidak ada komplikasi neurologis dan IQ dalam batas normal. KESIMPULAN Dilaporkan seorang anak usia 7 tahun dengan hipokondroplasia berdasarkan gambaran klinis dan laboratorium. Pasien direncanakan mendapatkan terapi GH. Prognosis pasien baik.
1.
2.
3.
4.
5.
DAFTAR PUSTAKA Anonim. Hipokondroplasia, genetic conditions (cited 2006). Diunduh dari: URL: http://www.ghr.nlm.nih.gov/co ndition=hipokondroplasia Francomano CA. Hipokondroplasia (cited 2005). Diunduh dari: URL: http://www.geneclinics.org/pro files/hipokondroplasia/ Wynne Davis, Walsh, Gormley J. Achondroplasia and hipokondroplasia. J Bone Joint Surg 1981; 63:508-514. Brook CGD, Vries BBA. Skeletal dyspasias. Arch Dis Child 1998; 79:285-289. Khan NA. Achondroplasia (cited 2006). Diunduh dari: URL: http://www.emedicine.com/rad io/topic 809.htm.
JIKA, Vol. I, No.1, Desember 2012 • 28
Ni Nyoman Metriani Nesa : Hipokondroplasia Pada Anak Laki-Laki Usia Tujuh Tahun
6. Anonim. Hipokondroplasia; HCH (cited 2005). Diunduh dari: URL: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/e ntrez/dispomim.cgi?id=14600. 7. Matsui Y, Yasui, Kimura T, Tsumaki, Kawabata, Ochi. Genotype and phenotype correlation in achondroplasia and hipokondroplasia. J Bone Joint Surg 1998; 88:1052-1057. 8. Vajo, Francomano, Wilkin. The molecular and genetic basis of fibroblast growth factor receptor 3 disorders. Endo jnls 2000; 21:23-39. 9. Clark R. Congenital dysplasias and dwarfism. Peds in rev 1990; 12:149-153. 10. Anonim. Hipokondroplasia (cited 2005). Diunduh dari: URL: http://www.medic8.com/geneti cs/hipokondroplasia.htm 11. Horton, Garofalo, Lunstrum. FGFR3 signaling in Achondroplasia: a review. Cells and materials 1998; 8:83-87. 12. Winterpache A, Holbert K, Stelzer, Schewicardt, Decker, Segerer, Spranger, et al. A novel mutation in FGFR-3 disrupts a putative N-gycosylation site and results in hipokondroplasia. Am Psysigiol Soc 2000; 2:9-16. 13. Mortier, Nuytinck, Craen, Renard, Leroy, De paepe. Clinical and radiographic features of a family of with hipokondroplasia owing to novel Asn540Ser mutation in
the FGFR-3 gene. J Med Genet 2000; 37:220-224. 14. Rogers, Maryu, Rosenberg. IQ measurement in children with skeletal dysplasia. Pediatrics 1979; 63:894-899. 15. Tanaka, Katsumata, Horikawa, Tanaka. The comparison of short term growth hormone treatment in patients with achondroplasia and hipokondroplasia. Endocrine journal 2003; 50:69-75. 16. Goodmann, Gorlin. Hipokondroplasia. Dalam: Goodman and Gorlin, penyunting. The malformed infant and child. Edisi pertama. New York: Oxford university press; 1983. h 345-346.
JIKA, Vol. I, No.1, Desember 2012 • 29