Jurnal Ilmu Kesehatan Anak VOLUME 2
Desember 2013
NOMOR 1 Naskah Asli
Karakteristik Acute Flaccid Paralysis Pada Anak Di Bali Kadek Hartini, I Gusti Ngurah Made Suwarba Abstrak
Abstract
Latar belakang. Acute flaccid paralysis (AFP) adalah keadaan lumpuh bersifat layuh (flaccid) terjadi akut pada ekstremitas bawah yang sebelumnya normal pada anak berusia kurang dari 15 tahun dan merupakan lesi lower motor neuron ((LMN). Program surveilans AFP di Indonesia telah dimulai sejak tahun 1997, namun hingga saat ini belum pernah ada laporan tentang hasil surveilans di Bali. Tujuan. Menggambarkan karakteristik kasus dengan AFP dan insidens poliomyelitis berdasarkan hasil surveilans AFP di Bali. Metode. Penelitian ini merupakan studi deskriptif potong lintang yang dikumpulkan dari kuesioner yang telah diisi oleh dokter sebagai bagian dari surveilans aktif AFP Dinas Kesehatan Propinsi Bali dari tahun 2000-2010. Data terkumpul dari kuesioner anak-anak yang terdiagnosis gejala AFP. Hasil. Jumlah kasus AFP di Bali sejak tahun 2000-2010 sebanyak 202 kasus. Sebaran umur menunjukkan 53,0% subjek berusia kurang dari 5 tahun dan 64,4% adalah anak laki-laki. Sebagian besar kasus AFP disertai dengan demam (62,9%). Status imunisasi dasar polio 93,6% lengkap sesuai umur. Tiga dari keseluruhan pemeriksaan spesimen tinja terisolasi OVP-like virus tetapi tidak satupun ditemukan virus polio liar. Simpulan. Selama periode 8 tahun pelaksanaan surveilans, didapatkan insidens AFP sebesar 0,02% dan tidak satupun terdiagnosis sebagai poliomyelitis. JIKA.2013:2(1);1-10
Background. Acute flaccid paralysis (AFP) is a state of flaccid paralysis that occurs acutely at lower limb previously normal, aged less than 15 years and is a lower motor neuron lesion ((LMN). AFP surveillance program in Indonesia has been started since 1997, but until now has not been any report on the results of surveillance in Bali. Objective. To describe characteristics of patients with acute flaccid paralysis and incidence of poliomyelitis with AFP approach diagnosis in Bali. Methods. A cross sectional descriptive study conducted at Bali Health Office by collecting data from the questionnaire filled by doctors who was actively involved in surveillance held by ministery of health at Bali Province, from 2000 to 2010. Data was acquired from questionnaire was used to record data from children who met acute flaccid paralysis definition. Results. A total of 202 AFP cases occuring since 2000 to 2010 were identified. The distribution of age were 53.0% less than 5 years and 64.4% were boys. Most of AFP cases are accompanied by fever 62.9%. As much as 93.6% completely basic polio immunization. Three of the overall stool specimens isolated were oral polio vaccine (OVP)like virus but none of wild polio virus was found. Conclusion. During 8 years surveilens, we found incidence of AFP in Bali 0,02%. None of them was recognized as poliomylelitis. JIKA.2013:2(1);1-10
Kata kunci: AFP, karakteristik, poliomyelitis, Anak
Keywords: AFP, characteristics, poliomyelitis, children * Dari Bagian Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana, RSUP Sanglah, Denpasar, Indonesia. Permintaan Cetak ulang ditujukan kepada : Kadek Hartini. Bagian Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana / RSUP Sanglah , Jl . P. Nias , Denpasar , Bali, Indonesia . Telepon / Fax . +62-361244034 / 244038.
JIKA, Vol. 2, No. 1, Desember 2013 1
Kadek Hartini: Karakteristik Acute Flaccid Paralysis Pada Anak Di Bali
K
asus
AFP
adalah
keadaan
lumpuh yang bersifat layuh
2010 belum pernah ada laporan khusus tentang hasil surveilans AFP di Bali.
(flaccid), terjadi secara akut
Pada penelitian ini kami ingin
mengenai ekstremitas bawah yang
melihat gambaran karakteristik pasien
sebelumnya normal, pada anak yang
dengan AFP dan penyakit-penyakit
berumur kurang dari 15 tahun dan
yang memiliki manifestasi AFP, serta
merupakan lesi lower motor neuron
insidens poliomyelitis berdasarkan hasil
(LMN).1
Keadaan
surveilans AFP yang telah dilaksanakan
keadaan
berat
ini
merupakan
karena
dapat
di Bali.
mengakibatkan kematian atau keadaan cacat
yang
irreversibel
bila
tidak
ditatalaksana dengan baik.1,2 Banyak
Metode Penelitian
ini
deskriptif
penyakit
yang
bagian
merupakan
potong dari
lintang
surveilens
studi sebagai program
dihubungkan dengan keadaan AFP dan
eradikasi polio yang dilakukan oleh
bisa
ditangani,
namun
diperlukan
Bagian Surveilens Dinas Kesehatan
untuk
mencegah
Propinsi Bali. Surveilens terdiri dari
luaran yang tidak diinginkan. Polio
identifikasi virus polio pada sampel
merupakan salah satu dari kasus AFP
feses anak yang mengalami AFP dan
yang dapat dibasmi. Strategi untuk
penentuan strain virus polio pada
membasmi
atas
sampel yang positif untuk menentukan
pemikiran bahwa virus polio akan mati
apakah strain tersebut berasal dari
bila ia disingkirkan dari tubuh manusia
strainvirus pada vaksin atau virus liar.
dengan cara pemberian imunisasi.1,2
Data diambil dari kuesioner yang diisi
pengenalan
dini
polio
Sejak
didasarkan
tahun
1997
telah
oleh dokter yang menemukan dan
dilaksanakan surveilans AFP secara
melaporkan
intensif melalui peningkatan komitmen
Surveilens Dinas Kesehatan Propinsi
Kepala
yang
Bali dari Januari 2000-Desember 2010.
efikasi
Pada proses surveilens ini, setelah
program eradikasi poliomyelitis dan
dokter melaporkan kasus AFP ke Dinas
untuk
Kesehatan,
bertujuan
Dinas untuk
Kesehatan, melihat
meningkatkan
sensitifitas
penemuan kasus polio.1 Sampai tahun
kasus AFP ke Bagian
bagian
Surveilens
mengambil sampel feses untuk melihat adanya virus poliomyelitis dan strain
JIKA. Vol.2. No.1.Desember 2013 2
Kadek Hartini: Karakteristik Acute Flaccid Paralysis Pada Anak Di Bali
poliomylitis. Pemeriksaan sampel feses
dilaporkan dalam sistem surveilans
dilakukan
laboratorium
yaitu:
Besar
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39.
di
Biofarma/Litbangkes/Balai Laboratorium
Kesehatan
Surabaya.
Diagnosis poliomyelitis ditentukan dari hasil pemeriksaan sampel feses dan ditetapkan oleh kelompok kerja ahli surveilans
AFP
nasional.
Diagnosis
selain Poliomyelitis ditentukan oleh dokter penemu kasus AFP. Populasi penelitian Populasi terjangkau dalam penelitian ini adalah anak usia kurang dari 15 tahun yang mengalami lumpuh layuh akut, yang masuk dalam penjaringan surveilans AFP di Bali selama periode Januari
2000-Desember
2010.
Pengumpulan data dilakukan melalui total sampling. Tempat dan waktu penelitian Pelaksanaan penelitian dilakukan di bagian surveilans AFP Dinas Kesehatan Propinsi Bali. Waktu penelitian 14 Februari 2011 sampai dengan 30 Maret 2011.
1. Kuesioner tidak lengkap 2. Kuesioner tidak terbaca
Definisi Operasional Variabel:
1. 1. Kriteria inklusi Anak usia < 15 tahun yang menderita lumpuh layuh akut dan terjaring dalam surveilans AFP di Bali selama periode 2000-Desember
2. Kriteria eksklusi
3. Kuesioner rusak
Kriteria subyek penelitian
Januari
Anemia aplastik dengan AFP Arthritis Tumor otak Bronkopneumoni dengan AFP Cerebral palsy Diare dengan AFP Duchene muscular dystrophy Ensefalitis dengan AFP Febris dengan AFP Hemiparesis Hipokalemia Leukemia Malaria dengan AFP Malnutrisi Meningitis dengan AFP Meningoensefalitis dengan AFP Mononeuritis Monoparesis Myalgia Myelitis Myelopathy Myositis Neuralgia Neuritis Neuroblastoma Neuropati Paralisis Paraparesis Paresis N VII Poliomyelitis Polineuropati Radiculitis Demam reumatik SLE Spinal muscular atrophy Spondilitis TB Tetraparesis Infeksi virus dengan AFP Sindrom Guillain Barre
2010.
1. Kasus AFP : semua anak berusia kurang dari 15 tahun dengan kelumpuhan
yang
sifatnya
flaccid (layuh), terjadi secara
Terdiagnosis sebagai kasus AFP yang
JIKA. Vol.2. No.1.Desember 2013 3
Kadek Hartini: Karakteristik Acute Flaccid Paralysis Pada Anak Di Bali
akut
(mendadak),
bukan
disebabkan oleh ruda paksa. a. Akut:
perkembangan
AFP,
Duchene
Muscular
Dystrophy, ensefalitis dengan AFP,
febris
dengan
AFP,
kelumpuhan yang berlangsung
hemiparesis,
cepat (rapid progressive) antara
leukemia, malaria dengan AFP,
1-14 hari sejak terjadinya gejala
malnutrisi, meningitis dengan
awal (rasa nyeri, kesemutan,
AFP, meningoensefalitis dengan
rasa
AFP,
tebal/kebas)
sampai
kelumpuhan maksimal.
hipokalemi,
mononeuritis,
monoparesis, myalgia, myelitis,
b. Flaccid: kelumpuhan bersifat
myelopati, myositis, neuralgia,
lunglai, lemas atau layuh bukan
neuritis,
kaku, atau terjadi penurunan
neuropati, paralisis, paraparesis,
tonus otot.
paresis N
c. Umur : usia anak penderita AFP
neuroblastoma,
VII,
poliomyelitis,
polineuropati,
radiculitis,
yang masuk dalam surveilans
demam reumatik, SLE, spinal
AFP di Bali. Cara Umur dinya-
muscular atrophy, spondilitis
takan dalam tahun yang meru-
TB, tetraparesis, infeksi virus
pakan variabel kategorik yaitu
dengan
AFP,
usia <5 tahun dan > 5 tahun
sindrom
dan
sampai dengan < 15 tahun.
(apabila tidak termasuk dalam
Umur dihitung dalam tahun
39
dengan pembulatan ke bawah
sindrom Guillain Barre tetapi
atau sama dengan umur pada
memiliki gejala AFP).
waktu
ulang
tahun
yang
terakhir.
AFP yang dilaporkan dalam surveilans
tidak
AFP
Barre spesifik
ataupun
2. Jenis kelamin : jenis kelamin berdasarkan
d. Diagnosis AFP: diagnosis kasus
sistem
diagnosis
Guillain
penampakan
fenotif, dibedakan menjadi lakilaki dan perempuan.
meliputi
3. Klinis dengan demam: dilihat
anemia aplastik dengan AFP,
dari kuesioner dibagi menjadi
arthritis,
demam dan tidak demam.
tumor
otak,
bronkopneumoni dengan AFP,
4. Asal daerah: terbagi menjadi
cerebral palsy, diare dengan
kabupaten kota yang ada di bali
JIKA. Vol.2. No.1.Desember 2013 4
Kadek Hartini: Karakteristik Acute Flaccid Paralysis Pada Anak Di Bali
terdiri dari Badung, Buleleng,
disetujui oleh Dinas Kesehatan Provinsi
Bangli,
Bali.
Denpasar,
Jembrana,
Gianyar,
Karangasem,
Kelungkung dan Tabanan
Analisis statistik Data
5. Status imunisasi polio: lengkap
deskriptif
pernah
mendapat
imunisasi 6. Hasil
dalam
bentuk tabel dan narasi.
sesuai umur, tidak lengkap, dan tidak
ditampilkan
Hasil Selama kurun waktu Januari 2000 hingga Desember 2010, terdapat 237
pemeriksaan
spesimen
kasus AFP dilaporkan dan dilakukan
tinja: hasil isolasi spesimen
pengisian kuesioner. Dari kuesioner
dikategorikan menjadi negatif,
yang terisi, sebanyak 25 di eksklusi
OPV-like virus, NPEV (non polio
karena tidak lengkap, 6 tidak terbaca
enterovirus),
dan 4 rusak
VDPV
(vaccine
derived polio virus), virus polio liar.
Total sampel 237 kuesioner Esklusi: - tidak lengkap 25 - tidak terbaca 6 - rusak 4
Kelaikan etik (ethical clearance) Penilaian dan keterangan kelaikan etik penelitian ini diberikan oleh Komisi Etika Penelitian Fakultas Kedokteran Universitas Udayana/ Rumah Sakit
202 kasus ditampilkan dalam bentuk tabulasi dan narasi
Umum Pusat Sanglah Denpasar dan Gambar 1. Jalannya penelitian.
Jumlah total sampel, didapatkan dari
yang masuk dalam data surveilans AFP
kuesioner
pada
propinsi Bali, terdiri dari: 130 anak laki-
Januari 2003-2010, karena kuesioner
laki (64,4%). Insidens AFP ditemukan
pada
0,02% dengan diagnosis klinis AFP yang
yang dikumpulkan
kurun
waktu
2000-2002
umumnya dieksklusi dengan berbagai
paling
pertimbangan seperti pada gambar 1.
surveilans
Sebanyak
sering
pada
adalah
saat
masuk
sindrom
Guillain
202 anak usia <15 tahun
JIKA. Vol.2. No.1.Desember 2013 5
Kadek Hartini: Karakteristik Acute Flaccid Paralysis Pada Anak Di Bali
Barre 34 kasus (16,8%). Karakteristik
kasus
ditampilkan
pada
tabel
1
Tabel 1. Karakteristik kasus AFP Karakteristik Umur <5 (tahun), n (%) 5-15 (tahun), n (%) Jenis kelamin (laki), n (%) Diagnosis klinis AFP Anemia aplastik dengan AFP, n (%) Arthritis, n (%) Myalgia, n (%) Myelitis, n (%) Myositis, n (%) Neuritis, n (%) Neuropati, n (%) Paralisis, n (%) Paraparesis, n (%) Polineuropati, n (%) Demam reumatik, n (%) Tetraparesis, n (%) Tidak spesifik, n (%) Sindrom Guillain Barre, n (%) Sebaran daerah kasus Buleleng, n (%) Bangli, n (%) Badung, n (%) Denpasar, n (%) Gianyar, n (%) Karangasem, n (%) Klungkung, n (%) Jembrana, n (%) Tabanan, n (%)
N=202 107 (53,0) 95 (47,0) 130 (64,4) 1 (0,5) 1 (0,5) 9 (4,5) 4 (2,0) 4 (2,0) 3 (1,5) 5 (2,5) 6 (3,0) 21(10,4) 3 (1,5) 2 (1,0) 8 (4,0) 33 (16,3) 34 (16,8) 33 (16,3) 9 (4,5) 31 (15,3) 38 (18,8) 40 (19,8) 18 (8,9) 12 (5,9) 8 (4,0) 13 (6,4)
Status imunisasi dasar polio pada kasus
keseluruhan pemeriksaan spesimen
ditemukan
tinja tidak satupun terisolasi virus liar
lengkap
sesuai
sebanyak 93,6% dan dari
umur
(Tabel 2)
Tabel 2. Gambaran klinis demam, status imunisasi, isolasi spesimen tinja Variabel Klinis dengan demam Status imunisasi Lengkap sesuai umur, n (%) Tidak lengkap, n (%) Tidak pernah, n (%) Isolasi spesimen tinja untuk polio Negatif, n (%) OPV(oral polio vaccine) like virus, n (%) NPEV (non polio enterovirus), n (%) VDPV (vaccine derived polio virus), n (%) Virus polio liar, n (%)
N=202 127 (62,9) 189 (93,6) 8 (3,9) 5 (2,5) 186 (92) 3 (1,5) 13 (6,4) 0 (0) 0 (0)
JIKA. Vol.2. No.1.Desember 2013 6
Kadek Hartini: Karakteristik Acute Flaccid Paralysis Pada Anak Di Bali
Penjaringan kasus AFP tertinggi
kasus (15,3%) dan pada tahun 2008
ditemukan diantara tahun 2005-2008
sebesar 35 kasus (17,3%). Sebaran
yaitu: pada tahun 2005 sebesar 31
kasus
kasus (15,3%), tahun 2006 sebesar 25
ditampilkan pada (Gambar 2).
AFP
dari
tahun
ke
tahun
kasus (12,4%), tahun 2007 sebesar 31 40 35 30 25 20 15
jml kasus
persentase terhadap total
10 5 0 2003
2005
2007
2009
Gambar 2. Sebaran kasus AFP dari tahun ke tahun.
Diskusi Surveilans AFP merupakan prioritas
dan Gianyar. Tingginya angka kejadian
bagi pemerintah sebab terkait dengan
di
program eradikasi polio dan untuk
kemungkinan tergantung pada sistem
membuktikan Indonesia bebas polio.
pelaporan dari penemu kasus dan
Penelitian ini, bagian dari surveilans
surveilans aktif dari dinas kesehatan
AFP untuk melihat efikasi program
kabupaten terkait. Di Indonesia, Jumlah
Indonesia.1
kasus AFP non polio setiap tahun
Didapatkan insidens AFP selama 8
adalah konstan sebesar 0,002%,1 1:10
tahun di Propinsi Bali adalah 0,02%.
dari insidens AFP di Bali.
eradikasi
polio
di
masing-masing
kabupaten
kota
Tersebar di semua kabupaten, dengan
Pada kasus klinik mirip polio
angka kejadian tertinggi di daerah
(polio compatibel) yaitu kasus yang
kabupaten Buleleng, Badung, Denpasar
setelah 60 hari masih mempunyai
JIKA. Vol.2. No.1.Desember 2013 7
Kadek Hartini: Karakteristik Acute Flaccid Paralysis Pada Anak Di Bali
paralisis residual tanpa informasi medik
Pada penelitian ini didapatkan
yang jelas atau penderita meninggal.
kasus
Sensitifitas
menjadi
spesifisitas
82%
menggunakan
AFP
dengan
demam,
lebih
64%
dan
banyak sebesar 127 kasus (62,9%). Hal
apabila
kita
ini
variabel
kemungkinan
disebabkan
oleh
gabungan
diagnosis kasus yang terjaring dalam
dengan menambahkan variabel umur
AFP seperti mielitis transversa, neuritis
dibawah 6 tahun, adanya panas pada
dan
permulaan
dengan demam.1,3,4
sakit
dan
perubahan
paralisis yang cepat menjadi maksimal (dalam 4 hari).2
meningitis
biasanya
disertai
WHO memperkirakan terdapat lebih dari 200 diagnosa yang dapat
Pada penelitian ini, dengan mempertimbangkan
kepada
kasus
AFP,
umur
sebagian besar (30%-60%) kasus AFP
mempengaruhi gejala klinis dan dapat
yang dilaporkan adalah GBS.1 Pada
meningkatkan
serta
penelitian ini diagnosis klinis yang
spesifisitas dari polio compatibel, maka
paling sering ditemukan sama dengan
variabel umur dikategorikan menjadi <
yang ditemukan oleh WHO yaitu
5
sindrom Guillain Barre sebesar 34 kasus
tahun
faktor
digolongkan
sensitifitas
dan
5-15
tahun.
Pada
penelitian ini didapatkan kasus AFP
(16,8%).
berusia < 5 tahun lebih banyak sebesar 107 kasus (53%).
Pada bulan April 2005 virus polio liar tipe 1 dari Saudi Arabia dan
Demam merupakan salah satu
Sudan
yang
mempunyai
manifestasi klinis dari polio dan dapat
imunisasi
meningkatkan
sensitifitas
dan
outbreak di Indonesia yang setelah 10
spesifisitas
polio
compatibel.1
tahun tidak terjangkit polio liar. Virus
Terdapat beberapa bentuk klinis polio,
polio menyebar dari orang ke orang lain
diantaranya
demam
melalui jalur oro-fecal dan oral-oral.
adalah: infeksi klinis ringan, abortive
Virus polio sangat menular pada kontak
poliomyelitis, aseptic meningitis (non
antar
paralytic poliomyelitis) dan paralytic
serokonversi lebih dari 90% ( pada yang
poliomyelitis.2,3
belum diimunisasi).1,5 Penggunaan OPV
dari
yang
disertai
rendah,
cakupan
rumah
menyebabkan
tangga
derajat
JIKA. Vol.2. No.1.Desember 2013 8
Kadek Hartini: Karakteristik Acute Flaccid Paralysis Pada Anak Di Bali
untuk eradikasi polio sangatlah tepat,
like
terbukti 3 benua mendapat sertifikasi
ditemukan virus polio liar. Setelah
bebas polio dari WHO yaitu Amerika,
dilakukan kunjungan ulang pada hari
Pasifik Barat dan Eropa.1,5
ke-60,
Pada
penelitian
ini
virus,
tetapi
pasien
tidak
telah
satupun
sembuh.
status
Kemungkinan lain, isolat OVP-like virus
imunisasi polio dasar terbanyak yaitu
yang ditemukan karena kasus pasca
yang mendapat imunisasi 4 kali sebesar
imunisasi dalam 1-3 minggu terakhir.
154 anak (76,2%). Jika disesuaikan
Virus polio termasuk dalam
dengan umur, sebanyak 93,6% anak
genus enterovirus, sedangkan genus
mendapat imunisasi dasar polio yang
yang lain disebut sebagai NPEV yaitu
lengkap
group
sesuai
umur.
Hal
ini
A
dan
B
Coxsackie
serta
menunjukkan program imunisasi polio
echoviruses.5
di Bali tergolong berhasil.
ditemukan 13 spesimen tinja (6,4%)
dari
Pada
penelitian
ini
Vaksin polio oral (OPV) terdiri
yang terisolasi NPEV dan dikatakan
3
negatif virus polio liar.9,10
strain
virus
hidup
yang
dilemahkan, Sabin 1, 2 dan 3. Dalam
Pada penelitian ini didapatkan,
jangka waktu 1-3 minggu setelah
hasil penjaringan kasus AFP di Bali
vaksinasi,
virus
akan
tertinggi ditemukan pada tahun 2005-
nasofaring
dan
2008 dikarenakan pada tahun 2005
tinja.6,8 Pada populasi yang tidak
terjadi outbreak di Indonesia. Pada saat
terlindungi virus vaksin ini dengan
ini tidak terjadi outbreak polio akan
mudah menyebar dan akan melindungi
tetapi surveilans AFP dan program
mereka yang belum diimunisasi atau
imunisasi polio perlu terus diaktifkan
menimbulkan efek booster pada yang
agar
sudah
Indonesia bebas polio bisa tercapai.
diekskresi
sebagian melalui
diimunisasi.
Disamping
keuntungan OPV dapat juga terjadi adverse event VAPP dan VDPV.5,6,7,8
tujuan
akhir
menetapkan
Simpulan Selama periode 8 tahun pelaksanaan
Pada penelitian ini, dari hasil
surveilans, didapatkan insidens AFP
pemeriksaan spesimen tinja, ditemukan
sebesar 0,02% dan tidak satupun
3 spesimen tinja (1,5%) terisolasi OPV-
terdiagnosis sebagai poliomyelitis.
JIKA. Vol.2. No.1.Desember 2013 9
Kadek Hartini: Karakteristik Acute Flaccid Paralysis Pada Anak Di Bali
Daftar pustaka 1.
Imari S, Kosim R, Rusipah. Pedoman Surveilans Accute Flaccid Paralysis (Surveilans AFP) Departemen Kesehatan republik Indonesia. Jakarta, 2007. h. 1-42. 2. Sumarmo S, Garna H, Hadinegoro SR, Satari HI. Poliomyelitis. Dalam: Buku Ajar Infeksi & Pediatri tropis. Edisi ke 2. Jakarta: BP IDAI, 2008. h.182-91 3. Marx A, Glass JD, Sutter RW. Differential Diagnosis of Acute Flaccid Paralysis and its Role in Poliomyelitis. Epidemilogic Review. 2000;22:298-313 4. Fenichel GM. Flaccid Limb Weakness in Childhood. Dalam: Clinical Pediatric Neurology A Signs and Symptoms Approach. Edisi ke 5. Philadelphia Pensylvania: Elsevier Saunders, 2005. h. 171-96. 5. Sumarmo, Utoro S. Eradikasi Polio. Dalam: nd 2 National symposium on Immunization. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia Cabang DKI Jakarta, 2010. h. 96-105 6. Sjawitri PS. Kapan Vaksinasi IPV nd Menggantikan OPV?. Dalam: 2 National symposium on Immunization. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia Cabang DKI Jakarta, 2010. h. 106-16 7. Suyitno H. Poliomielitis. Dalam: Pedoman Imunisasi di Indonesia. Edisi ke 3. Jakarta: Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2008. h. 157-69. 8. WHO. Cessation of Routine Oral Polio Vaccine (OPV) Use After Global Polio Eradication. World Health Organization, 2005. 9. Chen CY, Chang YC, Huang CC. Acute Flacccid Paralysis in Infants and Young Children with Enterovirus 71 Infection: MR Imaging Findings and Clinical Correlates. AJNR Am J Neuroradiol. 2001;22:200-5 10. Madhukar M, Menon A. Accute Flaccid Paralysis: Guillain Barre Syndrome with Enterovirus Infection. Indian Pediatric. 2005;42
JIKA. Vol.2. No.1.Desember 2013 10