Jurnal Ilmu Kesehatan Anak VOLUME I
Desember • 2012
NOMOR 1 Laporan Kasus
Sindrom Cornelia de Lange Arie Purwana*, Bikin Suryawan*, Arimbawa*
Abstract Cornelia de Lange syndrome (CdLS) is a developmental disorder that affects many parts of the body. Mutations in the NIPBL, SMC1A, and SMC3 genes cause Cornelia de Lange syndrome. The pathogenesis of CdLS arises from a loss or altered function of a single NIPBL gene allele, which is consistent with a dominant pattern of inheritance. The features of this disorder vary widely among affected individuals and range from relatively mild to severe. CdLS is characterized by slow growth before and after birth, mental retardation, abnormalities involving the arms and hands, and distinctive facial features. The syndrome is often identified based on the above characteristics. We reported 2 years old girl with chief complain can not walk. Physical and laboratory examination showed sign and symptoms’ of type II (mild) CdLS. Treatment for CdLS according to their type. In our case we treated patient with Depakene for her epilepsy and treat with thyroxin for her congenital hypothyroid. We sent patient to physical rehabilitation for physical treatment. This patient has good prognosis. At present she routinely control to outpatient clinic of Pediatric Endocrinology Department, Pediatric Neurology Deparment, and Physical Rehabilitation Department at Sanglah Hospital. ([JIKA. 2012;1:30-34]) Keywords: CdLS, NIPBL, SMC1A, and SMC
S
indrom Cornelia de Lange (CdLS) adalah kelainan perkembangan yang berpengaruh pada banyak bagian tubuh. CdLS merupakan kelainan pada 1 dari 40.000-100.000 kelahiran. Nama CdLS berasal dari nama seorang professor berkebangsaan Jerman yaitu Profesor Cornelia de Lange yang pertama kali menemukan kasus ini pada abad ke 18. Kelainan yang terjadi akibat mutasi gen NIPBL, SMC1A dan SMC3.1-3 Patogenesis CdLS berhubungan dengan hilangnya fungsi atau gangguan fungsi dari satu gen allele NIPBL. Karakteristik CdLS berupa pertumbuhan yang lambat sebelum dan setelah lahir, retardasi mental, abnormalitas pada lengan dan tangan serta bentuk wajah yang aneh. Kadang ditemukan juga gangguan perilaku seperti autism. * Dari Bagian Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran,
Universitas Udayana, RSUP Sanglah, Denpasar, Indonesia Permintaan Naskah cetak ditujukan kepada: Arie Purwana, Bagian Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana, RSUP Sanglah Jl. Pulau Nias, Denpasar 80114. Tel./Fax. +62-361-244038/257387. Email :
[email protected].
JIKA, Vol. I, No. 1, Desember 2012 • 30
Arie Purwana : Cornelia de Lange Syndrome
Gejala lainnya berupa pertumbuhan rambut yang berlebihan (hirsutisme), ukuran kepala kecil (mikrosefali), gangguan pendengaran dan gangguan pada saluran pencernaan.1,4,5 Sindrom ini ditegakkan berdasarkan gejala klinis seperti diatas. Dikatakan bahwa yang khas dan memiliki nilai diagnostik pada CdLS adalah karakteristik alis, jarak philtrum yang panjang, dan bibir tipis seperti bulan sabit. Salah satu diagnosis banding penyakit ini adalah duplikasi parsial dari 3q, delesi kromosom 2q31, sindrom Fryns dan fetal alcohol syndrome (FAS). CdLS tidak dapat disembuhkan, potensi yang dimiliki oleh penderita CdLS dapat dimaksimalkan terapi wicara, terapi okupasi dan terapi fisik.1,2,4,5 Kasus AS, anak wanita berusia 2 tahun dating ke poliklinik anak Rumah Sakit Sanglah (RSS) dengan keluhan belum bisa berjalan jika dibandingkan dengan temannya. Penderita juga belum bisa bicara. Berat badan sulit bertambah sejak lahir. Tidak ditemukan keluhan pada defekasi ataupun kencing. Penderita lahir secara Sectio Cesarea dengan berat badan lahir 2100 gram, panjang 50 cm, kecil menurut usia kehamilan, dan saat lahir mengalami asfiksia sedang. Pada usia 4 bulan penderita dikonsulkan kebagian endokrinologi anak dan didiagnosis sebagai hipotiroid congenital dan mendapatkan terapi tiroksin (dosis terakhir 1 x 40 µmg). Usia 6 bulan dikonsulkan kebagian neurologi anak dan
didiagnosis sebagai epilepsi dan mendapat terapi depakene sirup (dosis terakhir 2 x 180 mg). Selain kontrol secara rutin ke poliklinik endokrin dan neurologi, penderita juga secara rutin control kepoliklinik rehabilitasi medis. Berdasarkan silsilah keluarga tidak ditemukan kelainan yang sama. Pemeriksaan fisik menunjukkan nadi 120x/menit, respirasi 24 x/menit, temperature aksila 36,5°C dengan berat badan 10,5 kg (p 5-10 CDC 2000), lingkar kepala 42 cm (
Arie Purwana : Cornelia de Lange Syndrome
pada jari kelima ekstremitas bawah. Ditemukan kutis marmorata pada kulit penderita. Pemeriksaan fisik lainnya menunjukkan batas normal.
Figure 1
Pemeriksaan darah lengkap dan fungsi tiroid menunjukkan hasil yang normal. (setelah terapi tiroksin selama 2 tahun). Foto dada dan CT scan kepala menunjukkan gambar yang normal. Hasil EEG menunjukkan adanya gambaran gelombang spasme infantile. Pemeriksaan Denver II menunjukkan hasil suspected, dan hasil konsultasi dengan bagian psikologi menunjukkan SQ 50 (keterlambatan perkembangan). Berdasarkan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang maka penderita didiagnosis sebagai CdLS tipe II (ringan). Penderita kemudian secara rutin berkunjung ke poliklinik endokrin, neurologi, tumbuh kembang dan rehabilitasi medis. Diskusi
Gambar 2. Penderita CdLS
CdLS merupakan kelainan yang sering dijumpai dengan prevalensi 1 kasus per 10.000-50.000 populasi. CdLS merupakan kelainan autosomal dominan terkait kromosom X.1,2,9 Penegakan diagnosis prenatal melalui pemeriksaan kromosom dengan mengamati mutasi pada SMC1L1 yang dikenal sebagai gen NIPBL. Penegakan diagnosis secara klinis lebih kepada adanya manifestasi kraniofasial, gagal tumbuh, retardasi mental, abnormalitas pada ekstremitas dan hirsutisme.1,3 Terdapat beberapa tipe CdLS. Tipe I atau dikenal sebagai CdLS klasik ditandai dengan perubahan karakteristik wajah dan tulangtulang, defisiensi hormon pertumbuhan, JIKA, Vol. I, No. 1, Desember 2012 • 32
Arie Purwana : Cornelia de Lange Syndrome
retardasi psikomotor yang berat dan malformasi mayor lainnya yang dapat menimbulkan kematian atau kecacatan yang berat. Tipe II CdLS atau tipe ringan memberikan gambaran perubahan ringan pada karakteristik wajah dan tulang-tulang. Kelainannya dapat berkembang seiring dengan pertambahan usia atau dapat menetap. Didapatkan retardasi psikomotor ringan-sedang, defisiensi ringan hormon pertumbuhan dan tidak ada (ringan) manifestasi malformasi mayor. Tipe III CdLS atau fenokopi memberikan gambaran manifestasi fenotip yang berhubungan dengan paparan teratogenik. Kelainan biasanya muncul pada usia 2-3 tahun dan pada beberapa kasus kelainan dapat berkurang seiring dengan bertambahnya usia.1,2 Pasien ini termasuk dalam CdLS tipe II, ditandai gejala klinis berupa wajah yang dismorfik dan kelainan pada ekstremitas. Tata laksana atau intervensi yang dapat diberikan biasanya berhubungan dengan gangguan makan, gangguan pendengaran, penglihatan, penyakit jantung bawaan, abnormalitas sistem urogenital dan keterlambatan psikomotor.9 Prognosis pada CdLS berhubungan dengan tipe CdLS. Tipe II memilki prognosis yang lebih baik dari tipe I (klasik). Angka kematian yang tinggi pada masa bayi didapatkan pada CdLS tipe I akibat malformasi mayor yang terjadi. Pada kasus ini, penderita memiliki prognosis yang baik karena tidak ditemukan malformasi mayor.
Daftar Pustaka 1. Ellaithi M, Gisselsson D, Nilsson T, Elagib A, Fadl-Elmula I, Abdelgadir M. A case of Cornelia de Lange syndrome from Sudan. BMC Pediatrics 2007; 7:1-5 2. Badoe EV. Classical Cornelia De Lange Syndrome. Ghana Medical Journal 2006; 40:148-150 3. US National Library of Medicine. Cornelia de Lange syndrome. Diunduh dari: URL: http://ghr.nlm.nih.gov/condition=co rneliadelangesyndrome/show/print# skipNav. Diakses Mei 2008 4. The University of Chicago Genetic Services Laboratories. Genetic testing for Cornelia de Lange syndrome. Diunduh dari URL: http://www.genes.uchicago.edu/. Diakses Mei 2007 5. Krantz ID, McCallum J, DeScipio C, Kaur M, Gillis LA, Yaeger D,dkk. Cornelia de Lange syndrome is caused by mutations in NIPBL, the human homolog of Drosophila melanogaster Nipped-B. Nat Genet. 2004; 36: 631–5. 6. Tekin M, Bodurtha J. Cornelia De Lange Syndrome. Diunduh dari: URL: http://emedicine.medscape.com/art icle/942792. Diakses Mei 2008. 7. Sheela SR. Cornelia De Lange Syndrome: Discordance in twins. Indian Pediatrics 1999; 36:1267-70
JIKA, Vol. I, No. 1, Desember 2012 • 33
Arie Purwana : Cornelia de Lange Syndrome
8. Deardorff MA, Yaeger DM, Krantz ID. Cornelia de Lange Syndrome. Diunduh dari: URL: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/books /bookres.fcgi/gene/copy.html. Diakses Mei 2008 9. Allanson JE, Hennekam RC, Ireland M. De Lange syndrome: subjective and objective comparison of the classical and mild phenotypes. J Med Genet. 1997; 34:645–50.
JIKA, Vol. I, No. 1, Desember 2012 • 34