Jurnal Maternal dan Neonatal,12/05(2016), 35-42
GAMBARAN PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG PENCEGAHAN ROBEKAN PERINEUM PADA PERSALINAN KALA II DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SIMPANG EMPAT KABUPATEN ASAHAN TAHUN 2015 Juneris Aritonang, LasmaikaHasugian AkademiKebidanan Sari Mutiara Medan
Email:
[email protected]) ABSTRACT Prevention of perineal laceration is an attempt to prevent tearing of the perineum during labor. Prevent perineal tears during pregnancy is the Kegel exercises and massage the perineum while during labor can be prevented by protecting the perineum when the baby's head open vulva. The impact of the occurrence of perineal laceration which is an infection in the birth canal, pain after childbirth, and bleeding may also occur due to the opening of blood vessels that did not close properly so the bleeding occurs constantly. Factors that cause perineal tears one of them is ineffective contraction way that does not follow the natural impulse for contraction. This research is descriptive research that aims to reveal the knowledge of pregnant women about the prevention of perineal laceration on the second stage of labor in PuskesmasSimpangEmpatAsahan district in 2015. The study was conducted from March to April 2015. The population in this study were all pregnant women who come to visit in PuskesmasSimpangEmpatAsahan and sampling technique in this research accidental sampling with 32 respondents. Data in this study is data’s primary by distributing questionnaires. The result is all pregnant women are less knowledgeable that 21 (65.6%). From the results of this study are expected pregnant women get information about the prevention of perineal tears from health professionals and the media. Keywords: awareness, prevention torn perineum, II stage of labor
35
36
1. PENDAHULUAN Persalinan merupakanproses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu ), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin. Kala II yaitu kala pengeluaran oleh karena adanya kekuatan his dan kekuatan meneran janin didorong keluar sampai lahir, pada kala II his menjadi lebih kuat dan lebih cepat, kira-kira 2 sampai 3 menit sekali, dalam hal ini kepala janin biasanya sudah masuk ruang panggul, maka pada his dirasakan tekanan pada otot-otot dasar panggul, yang secara reflek terus menimbulkan rasa meneran, merasa ada tekanan pada rectum dan hendak buang air besar (Sumarah,2010). Robekan perineum adalah robekan yang terjadi pada perineum sewaktu persalinan. Robekan perineum merupakan salah satu penyebab kedua terjadinya perdarahan. Robekan perineum umumnya terjadi di garis tengah dan bisa menjadi luas apabila kepala janin lahir terlalu cepat lahir, kepala janin melewati pintu bawah panggul dengan berat badan bayi besar (Asri, 2010). Adanya robekan perineum dibagi menjadi 4 yaitu : robekan perineum derajat 1, yaitu robekan mengenai mucosa vagina dan kulit perineum, robekan perineum derajat 2, yaitu robekan mengenai mucosa vagina, kulit perineum, dan jaringan perineum, robekan perineum derajat 3 yaitu, robekan mengenai mucosa vagina, kulit perineum, jaringan perineum, dan spinter ani, robekan perineum derajat 4 yaitu, robekan mengenai mucosa vagina, kulit perineum, jaringan perineum, spinter ani, dan meluas sampai ke rektum. Robekan perineum derajat 1 tidak perlu dijahit jika tidak terjadi perdarahan, robekan perineum derajat 2 harus dijahit, sedangkan robekan perineum derajat 3 dan derajat 4 harus dirujuk ke rumah sakit (Nurasiah, 2012). Penyebab terjadinya robekan perineum adalah karena perineum tidak kuat menahan regangan pada saat janin akan lahir, kepala janin terlalu cepat lahir dan tidak terkendali,
persalinan tidak dipimpin sebagaimana mestinya, jaringan parut pada perineum, perineum kaku pada kehamilan primigravida, distosia bahu, dan tindakan mendorong kuat pada fundus uteri (Rohani, 2011). Upaya untuk mencegah robekan perineum selama hamil adalah denganmelatih elastisitas otot-otot perineum dengan pijatan perineum. Pijat perineum bisa dilakukan mulai usia kehamilan 33 minggu, melatih otot-otot dasar panggul dengan senam kegel selama hamil (seperti menahan BAB). Senam kegel akan membuat ibu mengetahui otot-otot yang digunakan saat bersalin, dan membantu ibu merelaksasi otot perineum saat persalinan nanti, istirahat cukup dan makan-makanan berkalori menjelang persalinan,. (Anggraini, 2012). Robekan perineum selama persalinan dapat dicegah dengan melindungi perineum, yaitu menurut APN (Asuhan Persalinan Normal) dari JNPK-KR yaitu saat kepala bayi membuka vulva (diameter 5-6 cm), letakkan kain bersih dan kering yang dilipat di bawah bokong ibu, lindungi perineum dengan satu tangan (dibawah kain bersih dan kering), ibu jari pada sisi perineum dan empat jari pada sisi yang lain dan tangan yang lain pada belakang kepala bayi, tahan belakang kepala bayi agar posisi kepala tetap fleksi pada saat keluar secara bertahap melewati introitus dan perineum. Tujuan melindungi perineum adalah untuk mengurangi peregangan berlebihan, lakukan proses melahirkan yang tidak terburuburu sehingga kepala bayi keluar secara perlahan-lahan, memberi kesempatan otot perineum untuk meregang alami dan dibutuhkan kesabaran dari ibu dan penolong persalinan untuk mengendalikan rasa ingin meneran, jangan panik dan hadapi dengan penuh optimisme sehingga ibu tidak panik selama persalinan berlangsung (JNPK-KR,2008). Dampak dari terjadinya robekan perineum yang terasa antara lain terjadinya infeksi pada luka jahitan dimana sampai mengenai pada saluran kandung kemih ataupun pada jalan lahir yang dapat berakibat pada munculnya komplikasi
37
infeksi kandung kemih maupun infeksi pada jalan lahir. Nyeri juga merupakan dampak dari terjadinya robekan perineum setelah bersalin. Ibu akan mengalami keluhan nyeri pada perineum bekas luka jahitan. Ketika mengalami robekan perineum maka saraf disekitar luka akan menjadi sangat peka dan timbul nyeri, namun semakin aktif bergerak, rasa nyeri akan semakin berkurang dan bila perlu lakukan berendam di air hangat untuk mengurangi nyeri. Selain itu juga dapat terjadi perdarahan karena terbukanya pembuluh darah yang tidak menutup sempurna sehingga perdarahan terjadi terus menerus (Sulistyawati, 2014). Berdasarkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2010 terjadi 2,7 juta kasus robekan perineum pada ibu bersalin. Angka diperkirakan akan meningkat mencapai 6,3 juta pada tahun 2050. Di Asia robekan perineum merupakan masalah yang cukup banyak dalam masyarakat yaitu 50% sedangkan di Indonesia ibu bersalin yang mengalami robekan perineum 52%. Ketidaktahuan ibu tentang tehnik meneran juga dapat menyebabkan kemungkinan robekan perineum, hal ini disebabkan meneran sebelum pembukaan lengkap. Beberapa ibu merasakan keinginan meneran sebelum masuk pembukaan lengkap. Oleh sebab itu, ketenangan ibu merupakan dasar kelancaran proses persalinan. Dengan bekal ketenangan, otot-otot akan relaks sehingga proses persalinan akan berjalan dengan cepat dan lancar (Chomaria,2012). Menurut data yang diperoleh dari Rekam Medik di Puskesmas Simpang Empat Kabupaten Asahan rata-rata jumlah ibu bersalin setiap bulannya sekitar 77 orang, sedangkan data ibu bersalin selama 1 tahun dari bulan Januari sampai dengan bulan Desember 2014 terdapat 939 orang, dari ibu bersalin yang melahirkan dengan tindakan operasi caesar sebanyak 13 orang dan ibu yang melahirkan tanpa tindakan sebanyak 926 orang, dari data keseluruhan ibu bersalin diatas terdapat 20 orang yang mengalami robekan perineum, antara lain yang mengalami robekan
perineum derajat I 16 orang, robekan perineum derajat II 4 orang. Berdasarkan data diatas peneliti tertarik untuk meneliti pengetahuan ibu hamil tentang pencegahan robekan perineum saat persalinan kala ii di wilayah kerja puskesmas simpang empat kabupaten asahan tahun 2015.Adapunrumusanmasalahpadapenelitianinia dalahbagaimanagambaranpengetahuan ibu hamil tentang pencegahan robekan perineum saat persalinan kala ii di wilayah kerja puskesmas simpang empat kabupaten asahan tahun 2015. 2. METODE Jenispenelitianinimerupakanpenelitiandeskriptifu ntukmelihatGambaranPengetahuanIbuHamilTent angPencegahanRobekan Perineum PadaPersalinan Kala II di Wilayah KerjaPuskesmasSimpangEmpatAsahan, penelitianinitelahdilakukanpadabulanmaret 2015, populasidalampenelitianiniadalahseluruhibuhamil yang datangberkunjungkePuskesmasSimpangEmpatK abupatenAsahan, metodepengambilansampel yang digunakanadalahsebanyak 32 respondendenganmenggunakan accidental sampling padaibuhamil. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian mengenai Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Pencegahan Robekan Perineum Pada Persalinan Kala II di Wilayah Kerja Puskesmas Simpang Empat Kabupaten Asahan Tahun 2015 adalah mayoritaskurang sebesar 65,6%. Dimana tingkat pendidikan ibu hami lmayoritas SMA 53,1% hal ini sesuai dengan pernyataan yang diungkapkan oleh (Wawan, 2009) bahwa sebagian besar pengetahuan orang diperoleh dari pendidikan, pengalaman, pengaruh orang lain, maupun media massa. Dari hasil penelitian bahwa mayoritas ibu hamil yang mempunyai pengetahuan kurang tentang pencegahan robekan perineum pada persalinan kala II adalah ibu hamil yang berumur 20-30 tahun yaitu 22 orang (68,8%) dengan
38
pendidikan responden mayoritas SMA 17 orang (53,1%) danpekerjaan responden mayoritas IRT 19 orang (59,4%). Pencegahanrobekan perineum tergantung pada rasa percaya diriibu, jika ibu mempunyai keyakinan bahwa dirinya mampu mencegah robekan perineum pada persalinan kala II maka semakin besar kemungkinan berhasilnya dalam mencegah robekan perineum. Sehingga dapat diambil kesimpulan dari 32 responden yang berpengetahuan kurang yaitu sebanyak 21 responden (65,6%). Menurut Wawan&Dewi (2011) Faktor lain yang juga mempengaruhi kurangnya pengetahuan responden tentang pencegahan robekan perineum pada persalinan kala II yaitu karena pengalaman pribadi maupun orang lain saat persalinan kala II. Menurut Notoatmodjo (2010), juga mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan salah satunya pendididkan, semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka semakin mudah menerima informasi sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimilikinya. Sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilainilai baru yang diperkenalkan. Faktor lain yang juga mempengaruhi kurangnya pengetahuan responden tentang pencegahan robekan perineum pada persalinan Kala II karena pengalaman pribadi maupun orang lain. Semakin tinggi pendidikannya semakin banyak juga pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh bahkan sebaliknya semakin rendah tingkat pendidikan seseorang, maka semakin rendah pula pengetahuan dan pemahaman tentang apa yang dilihat, dirasakan, dan dialaminya. Hal ini dapat disebabkan oleh faktor pendidikan yang sangat cukup, dimana responden mayoritas SMA. Responden juga mayoritas bekerjasebagai IRT dimana menghabiskan waktu sehari-hari di rumah sehingga kurang memiliki wawasan dengan dunia luar untuk menambah
pengetahuan dari teman-teman dalam mendapatkan info kesehatan. Faktor usia juga mempengaruhi pengetahuan seseorang, semakin dewasa seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bertindak. Seseorang dapat mencapai prestasi yang tinggi baik dalam kehidupan maupun dalam pekerjaan pada usia yang semakin dewasa. Demikian juga ibu hamil seharusnya mencari sumber informasi sehingga mereka tahu dan mengerti tentang pencegahan robekan perineum pada persalinankala II. Selain banyaknya informasi dan pengalaman yang diperoleh, juga karena keaktifan ibu untuk mengikuti penyuluhan tentang kesehatan di daerahnya dan ibu rajin mencari informasi baik dari internet dan sering membaca. 4. KESIMPULAN Dapat disimpulkan bahwa“ pengetahuan ibu hamil tentang pencegahan robekan perineum pada persalinan kala II adalah mayoritas kurang sebanyak 21 responden (65,6%).” Dari hasil penelitian yang dilakukan maka penelit imenyarankan bagi responden diharapkan kepada ibu-ibu khususnya ibu hamil untuk meningkatkan wawasan dan pengetahuan tentang pencegahan robekan perineum pada persalinan kala II, dengan mencari informasi dengan aktif mengikuti penyuluhan-penyuluhan dari tenaga kesehatan terdekat, mencari informasi baru dari internet maupun mengupayakan komunikasi yang baik antar tenaga kesehatan dan ibu agar dapat mengerti selama persalinan. Bagi petugas kesehatan disarankan kepada petugas kesehatan khususnya bidan di Desa Simpang Empat Kabupaten Asahan lebih memperhatikan peningkatan pemahaman mengenai pencegahan robekan perineum pada persalinan kala II, dengan cara memberikan penyuluhan yang lebih mendeteksi mengenai pencegahan robekan perineum pada persalinankala II dan bagaimana cara yang tepat untuk mengatasi masalahmasalah yang dihadapinya.
39
Bersalin).Yogyakarta 2010
DAFTAR PUSTAKA 1. Anggraeni, Diah. Melahirkan Tanpa Rasa Sakit. Solo : Galmas Publisher; 2012 2. Asri, Dewi H, dan P, Cristine Clervo. Asuhan Persalinan Normal. Yogyakarta : Nuha Medika; 2012 3. Chomaria C. Melahirkan Tanpa Rasa Nyeri.Jakarta : Elex Media Komputindo; 2012 4. Eniyati, dan Putri Melisa R. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin. Yogyakarta : Pustaka Pelajar; 2012 5. Indiarti. Panduan Persiapan Kehamilan, Kelahiran, dan Perawatan Bayi. Yogyakarta : Jaya Ilmu; 2014 6. Kuswanti, Ina dan Melian, Fitria. ASKEB II Persalinan. Yogyakarta : Pustaka Pelajar; 2014 7. Mochtar, R. Sinopsis Obstetri. Jakarta : EGC; 2010
8. Nurasiah, dkk. Asuhan Persalinan Normal Bagi Bidan. Bandung : Refika Aditama; 2012 9. Rochmah.. Panduan Belajar Asuhan Neonatu, Bayi, dan Balita. Jakarta : EGC; 2012 10. Rohani, dkk. Asuhan Kebidanan Pada Masa Persalinan. Jakarta : Salemba Medika; 2011 11. Rukiyah, dkk. Asuhan Kebidanan (Persalinan). Jakarta : TIM; 2010
II
12. Sumarah. Perawatan Ibu Bersalin (Asuhan Kebidanan Pada Ibu
:
Fitramaya;
13. Sulistyawati, Ari dan Esti Nugraheni. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin. Jakarta : Salemba Medika ; 2013