SKRIPSI
HUBUNGAN TIPE KEPRIBADIAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI DI RUMAH SAKIT UMUM SARI MUTIARA MEDAN
Oleh FATISOKHI GULO 11 02 170
PROGRAM STUDI NERS FAKULTAS KEPERAWATAN & KEBIDANAN UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA TAHUN 2015
SKRIPSI
HUBUNGAN TIPE KEPRIBADIAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI DI RUMAH SAKIT UMUM SARI MUTIARA MEDAN Skripsi ini telah di ajukan sebagai sarat memperoleh gelar Sarjana Keperawatan(S.Kep) Di Program Studi Ners Fakultas Keperawatan & Kebidanan Universitas Sari Mutiara Indonesia
Oleh FATISOKHI GULO 11 02 170
PROGRAM STUDI NERS FAKULTAS KEPERAWATAN & KEBIDANAN UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA TAHUN 2015
SURAT PERNYATAAN
HUBUNGAN TIPE KEPRIBADIAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI DI RUMAH SAKIT UMUM SARI MUTIARA MEDAN TAHUN 2015
SKRIPSI
Dengan ini saya mengatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri dan belum pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar sarjana di suatu perguruan tinggi dan sepengetahuan saya , tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah saya tulis dan diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang tertulis di cantumkan dalam skripsi ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Medan, 03 Agustus 2015 Penulis
Fatisokhi Gulo
i
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. DATA DIRI
B.
Nama
: Fatisokhi Gulo
Tempat/Tanggal Lahir
: Hilimbana, 18 September 1991
Jenis Kelamin
: Laki-Laki
Agama
: Kristen Protestan
Status perkawinan
: Belum Menikah
Anak ke
: 6 (enam ) dari 9 (sembilan) bersaudara
Nama Ayah
: Fuliatulo Gulo
Nama Ibu
: Meliria Zebua
Alamat
: Desa Hilimbana Kecamatan Sogae’adu Kabupaten Nias
No.Hp
: 082370875151
Email
:
[email protected]
RIWAYAT PENDIDIKAN 1. Tahun 1999-2005
: SDN NO.071058 SOGAE’ADU
2. Tahun 2005-2008
: SMPS BNKP SIMON
3. Tahun 2008-2011
: SMAS PEMBDA 1 GUNUNGSITOLI
4. Tahun 2011-2015
: S1 keperawatan di Program Studi Ners Keperawatan Indonesia
ii
&
Fakultas
Kebidanan Unversitas Sari Mutiara
PROGRAM STUDI NERS FAKULTAS KEPERAWATAN & KEBIDANAN UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA Skripsi, 03 Agustus 2015 Fatisokhi Gulo Hubungan Tipe Kepribadian Dengan Kejadian Hipertensi Di Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan Tahun 2015 xiii + 43 halaman + 8 tabel + 1 skema + 11 lampiran
ABSTRAK Hipertensi merupakan penyakit kardiovaskuler yang sering disebut the silent killer karena hipertensi merupakan pembunuh tersembunyi. Beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi adalah faktor yang dapat diubah dan tidak dapat diubah. Selain hal tersebut hipertensi juga dapat disebabkan karena ketegangan, kekhawatiran, status sosial dan tipe kepribadian. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tipe kepribadian dengan kejadian hipertensi. Jenis penelitian ini adalah deskriptif korelasi dengan desain cross sectional. Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan pada bulan April-Juli. Jumlah Sampel adalah 123 responden yang dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok 1 sebanyak 41 responden pasien hipertensi dan kelompok 2 sebanyak 82 responden (bukan pasien hipertensi). Tehnik pengambilan sampel menggunakan accidental sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Analisis data menggunakan analisis univariat dan bivariat menggunakan uji chi-square. Hasil penelitian diperoleh mayoritas responden dalam penelitian ini adalah berusia 35-50 tahun yaitu sebanyak 60 responden (48.8%), dan jenis kelamin laki-laki sebanyak 63 responden (51,2%) dan tingkat pendidikan mayoritas adalah sarjana yaitu sebanyak 43 responden (35.0%). Analisis bivariat menunjukan bahwa terdapat hubungan tipe kepribadian dengan kejadian hipertensi dengan nilai (p=0,000; 0.000). Disarankan kepada pasien hipertensi agar mampu mengelola emosi dan keteganggannya untuk dapat memanajemen kekambuhan hipertensi dan menurunkan komplikasi lanjut akibat hipertensi.
Kata Kunci
: Tipe Kepribadian, kejadian Hipertensi.
Daftar Pustaka
: 29 (2005-2015)
iii
SCHOOL OF NURSING FACULTY OF NURSING & MIDWIFERY UNIVERSITY OF SARI MUTIARA INDONESIA Scription, 03 august 2015 Fatisokhi Gulo Personality Type Of Relationship With The Incident Hypertension In General Hospital Sari Mutiara Medan 2015. xiii + 43 page + 8 table + 1 schame + 11 attachmen
ABSTRACT Hypertension is a cardiovascular desease that is often called the silent killer because hypertension is a hidden killer. Some of the factor that affect the occurrence of hypertension are factor that can be modified and cannot be changed. In addition to this hypertension can also be caused due to tension, worries, social status and personality type. This research aims to know the relationship of the personality type with the incidence of hipertension. Type of this resarch is a descriptive correlation design with cross sectional. This research was conducted at teh general of the sari mutiara medan in April – july. Teh number of sample is the 123 respondent are divided into 1 groups, group 1 as much as 41 respondent patients of hypertension and group 2 as much 82 respondent ( not patient of hypertension ). The sample collection technique accidental use of sampling. Data collection was done using a questionnaire. Data analysis using analysis univariat and bivariat chi-square use test. The research result obtained the majority of respondents in this research is aged 35to 50 years as many as 60 respondent (48.8%),and the male sex as much 63 respondents (51,2%) and level education is the majority of scholars tha is as much as 43 respondents (35.0%).bivariat analisys showed that ther is the relationship with personality type of incedent hypertension with the value ( p=0,000; 0.000). suggested to the pastient hypertension be able to manage the emosion and manajemen to be a recurence of hypertension and lowered further camplicatio due to hypertension.
Keywords
: The personality, hypertension.
Bibliography
: 29 (2005-2015)
iv
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur peneliti ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kesehatan kepada peneliti, dan atas berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul Hubungan Tipe Kepribadian Dengan Kejadian Hipertensi Dirumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan Tahun 2015
Penyelesaian skripsi ini merupakan salah satu persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan pada Program Studi Ners Fakultas Keperawatan dan Kebidanan Universitas Sari Mutiara Indonesia Medan Tahun 2015. Selama proses penyusunan skripsi penelitian ini, begitu banyak bantuan, nasehat dan bimbingan yang penulis terima demi kelancaran penulisan skripsi penelitian ini. Dengan segala kerendahan hati, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada: 1.
Bapak Parlindungan Purba, SH, MM, selaku Ketua Yayasan Sari Mutiara indonesia.
2.
Dr. Ivan Elisabeth Purba, M.Kes, selaku Rektor Universitas Sari Mutiara Indonesia Medan.
3.
dr.Tuahman F .Purba, Sp.An, selaku Direktur Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan.
4.
Bapak Janno Sinaga, Ns.,M.Kep, Sp.KMB, selaku Dekan Fakultas Keperawatan Dan Kebidanan sekaligus ketua penguji I pada penelitian ini.
5.
Ibu Rinco Siregar, Ns., S.Kep, MNS, selaku Ketua Program Studi Ners Fakultas Keperawatan Dan Kebidanan sekaligus penguji II peneliti.
6.
Bapak J ack Amidos.,Ns.,M.Kep, Sp.KepJ, sebagai penguji III pada penelitian ini.
7.
Ibu Marthalena Simamora, Ns., M.Kep, selaku penguji IV pada penelitian ini.
8.
Para dosen dan staff di lingkungan Program Studi Ners Fakultas Keperawatan Dan Kebidanan Universitas Sari Mutiara Indonesia Medan.
9.
Keluarga peneliti terutama kedua orang tua penelti tercinta yang telah memberikan dukungan doa, semangat, material maupun moril.
10. Teman-teman serta semua pihak yang telah banyak membantu yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu. v
Peneliti menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangan, dengan demikian peneliti mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak dalam rangka penyempurnaan skripsi penelitian ini.
Medan, 31 Juli 2015 Peneliti
Fatisokhi Gulo
vi
vii
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Klasifikasi Hipertensi Menurut JNC VII .......................................... 8 Tabel 2.2 Klasifikasi Hipertensi Menurut WHO ....................................................... 9 Tabel 2.3 Klasifikasi Hipertensi Hasil Consensus Perhimpunan Hipertensi Medan............ 10 Tabel 3.1 Definisi Operasional Hubungan Kepribadian dengan Kejadian Hipertensi ......... 27
ix
DAFTAR SKEMA Skema 2.1 ....................................................................................................... 25
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
: LembarInformed Consent
Lampiran 2
: LembarKuesioner
Lampiran 3
: Lembar Master Data
Lampiran 4
: Lembar Output SPSS
Lampiran 5 Lampiran 6
: Surat Izin memperoleh Data Dasar Universitas Sari Mutiara Indonesia : Surat Izin Balasan Survey Awal di RSU Sari Mutiara Medan
Lampiran 7
: SuratIzinPenelitianUniversitas Sari Mutiara Indonesia
Lampiran 8 Lampiran 9
: Surat Izin Penelitian di RSU Sari Mutiara Medan : Surat Selesai Penelitian RSU Sari Mutiara Medan
Lampiran 10 : LembarBimbinganSkripsi Lampiran 11 : Dokumentasi Penelitian
xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Hipertensi merupakan penyakit kardiovaskuler yang sering disebut the silent killer karena hipertensi merupakan pembunuh tersembunyi. Menurut The Joint National Commite on Prevention, Detection, Evaluation, an Treatment of High Bloodpressure ( JNC VII, 2006 ) dan World Helth Organization
(WHO)
seseorang di diagnosis hipertensi bila tekanan darah sistol > 140 mmHg dan tekanan darah diastolik > 90 mmHg (Kuswardani, 2006).
Penyakit kardiovaskular merupakan penyebab kematian paling umum diseluruh dunia. Penyakit kardiovaskular menyumbang hampir 40% kematian dinegara maju dan sekitar 28% di negara miskin dan berkembang (Gaziano, 2008). Menurut data dari studi Framingham, 90% orang yang berumur diatas 55 tahun akan mengalami hipertensi selama masa hidupnya (Lilly, et al., 2007). Hal ini menggambarkan masalah kesehatan publik karena hipertensi dapat meningkatkan resiko terjadinya penyakit kardiovaskular, seperti gagal jantung kongestif, stroke ( Kotchen, 2008).
Sesuai dengan data WHO bulan September 2011, disebutkan bahwa hipertensi menyebabkan 8 juta kematian per tahun di seluruh dunia dan 1,5 juta kematian per tahun diwilayah Asia Tenggara ( WHO, 2011). Prevalensi hipertensi di Indonesia yang didapat melalui pengukuran pada umur ≥18 tahun sebesar 25,8 persen, tertinggi di Bangka Belitung (30,9%), diikuti Kalimantan Selatan (30,8%), Kalimantan Timur(29,6%) dan Jawa Barat (29,4%) sedangkan di Sumatera Utara (24,7%) (Riskesdas, 2013).
Beberapa faktor yang memicu terjadinya hipertensi adalah faktor yang dapat diubah dan faktor yang tidak dapat di ubah. Faktor yang tidak dapat diubah
1
2
diantaranya adalah usia, jenis kelamin dan riwayat keturunan keluarga. Sedangkan faktor yang dapat diubah adalah gaya hidup (merokok, minum, alkohol, stress, obesitas ), kurang olahraga. Selain hal tersebut hipertensi juga dapat dipicu karena ketegangan, kekhawatiran, status sosial, kebisingan, kegelisahan. Pengendalian pengaruh dan emosi negatif tersebut tergantung pada kepribadian masing-masing individu (Wolf, 2006).
Menurut Hall & Lindzey (2000) kepribadian adalah sesuatu yang memberi tata tertib dan keharmonisan terhadap segala macam tingkah laku berbedabeda yang dilakukan individu. Perbedaan
faktor
individu
(kepribadian)
mempengaruhi perilaku dan gaya hidup. Hal-hal tersebut mempengaruhi tingkat atau derajat hipertensi pasien. Tipe kepribadian berpengaruh terhadap kekambuhan hipertensi karena dilihat dari cara seseorang menggunakan koping stressnya. Penelitian yang dilakukan oleh Rosenman & Friedman, dua orang ilmuan kardiologi, menunjukkan
bahwa
ada
kaitan erat antara
tipe
kepribadian yang berdasarkan pola perilaku yaitu tipe A dan tipe B dengan penyakit kardiovaskuler (Robbins, 2003).
Kepribadian tipe A memiliki ciri-ciri memiliki tingkat kesabaran rendah, tergesa-gesa dalam melakukan segala sesuatu, memiliki harapan yang tinggi untuk mencapai kesuksesan, memiliki keinginan
yang tinggi untuk
bersaing, agresif, dan mudah marah sedangkan kepribadian tipe B memiliki tingkat kesabaran yang tinggi, santai dalam melakukan segala sesuatu, memiliki
harapan yang rendah untuk mencapai
kesuksesan, memiliki
keinginan yang rendah untuk bersaing, kurang agresif, dan tidak mudah marah sehingga seseorang dengan tipe kepribadian B tidak dihubungkagan kejadian hipepertensi (Rosenman dan Friedman dalam Ratna, 2006).
Pada umumnya seseorang berada diantara kedua tipe tersebut, dengan menyadari berkembangnya kecenderungan stress dalam diri individu dapat menolong mengurangi resiko terhadap stress (Karnadi, 2007). Orang-orang pada tipe A
3
dianggap lebih memiliki kecenderungan untuk mengalami tingkat stress yang lebih tinggi, sebab mereka menempatkan diri mereka sendiri pada suatu tekanan waktu dengan menciptakan suatu batas waktu tertentu untuk kehidupan
mereka.
Hasilnya
kepribadian
ini menghasilkan beberapa
karakteristik perilaku tertentu (Robbins, 2003).
Pasien yang memiliki kepribadian tipe A mempunyai peningkatan kerja sistem saraf simpatis dan hemodinamik tubuh yang mempengaruhi denyut jantung dan tekanan darah. Penelitian eksperimental dan bukti klinis menunjukkan central neural origin dari peningkatan sistem simpatis. Temuan ini mendukung beberapa penelitian sebelumnya, kepribadian tipe A merupakan faktor risiko independen dari hipertensi.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Regland dan Brand (2010) Kepribadian tipe A dan tipe B menyebabkan tanggapan yang tidak sehat untuk stres psikologis sehari-hari (Kumar & Goel, 2008). Menurut Regland dan Brand, Kepribadian tipe A, kecemasan dan hypervigilance diarahkan keluar sebagai kompetitif,
agresif,
mudah tersinggung,
dan
kadang-kadang
perilaku
bermusuhan. Kepribadian tipe A memiliki faktor risiko seseorang mengenai penyakit kardiovaskular potensi selama dua dekade, hasinya tipe kepribadian ini benar-benar berhubungan dengan kejadian kardiovaskular (Kumar & Goel, 2008).Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan ( Chitrayana dkk, 2014 ) yang meneliti tentang hubungan penelitian tipe kepribadian dengan kejadian hipertensi, penelitian ini dilakukan terhadap 64 responden dan diperoleh hasil 22 orang (34,4%) menderita hipertensi dan 36 orang (56,3%) mempunyai kepribadian tipe A.
Hasil survey pendahuluan yang dilakukan peneliti di RSU Sari Mutiara Medan diperoleh data jumlah kasus hipertensi meningkat dari tahun 2013 hingga tahun 2014. Pada tahun 2013 terdapat 552 kasus, dan tahun 2014 sebanyak 618 kasus. Data tahun 2015 dari bulan januari dan februari 2015 terdapat sebanyak
4
82 orang penderita penyakit hipertensi. Rata-rata pasien berkujung di RSU Sari Mutiara Medan sebanyak 538 perbulan. Mengingat tingginya kejadian hipertensi setiap tahunnya di tengah-tengah dan salah satu faktor penyebabnya adalah tipe kepribadian masyarakat. Dimana hal ini berkontribusi positif bagi petugas kesehatan dalam menggali dan mengetahui fenomena perilaku masyarakat yang secara langsung berdampak pada meningkatnya kejadian hipertensi. Sehingga berdasarkan fenomena tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Hubungan tipe kepribadian dengan kejadian hipertensi di
Rumah
Sakit Sari Mutiara Medan Tahun 2015”.
B. Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : “Bagaimana hubungan tipe kepribadian dengan kejadian hipertensi di Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan Tahun 2015?”.
C. Tujuan Penelitian 1.
Tujuan Umum Mengetahui
hubungan
tipe kepribadian dengan kejadian hipertensi di
Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan Tahun 2015. 2.
Tujuan Khusus. a.
Mengetahui hubungan tipe kepribadian A dengan kejadian hipertensi di Rumah Sakit Sari Mutiara Medan Tahun 2015.
b.
Mengetahui hubungan tipe kepribadian B dengan kejadian hipertensi di Rumah Sakit Sari Mutiara Medan Tahun 2015.
D. Manfaat Penelitian 1.
Bagi Pasien Hipertensi dan Tidak Hipertensi Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan wawasan mengenai
kebiasaan-kebiasaan
menimbulkan penyakit hipertensi.
kepribadian
masyarakat
yang
dapat
5
2.
Bagi Rumah Sakit Sari Mutiara Medan Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi dan masukan mengenai perilaku kesehatan masyarakat khususnya kepribadian di Rumah Sakit Sari Mutiara Medan sehingga menjadi bahan evaluasi untuk meningkatkan kegiatan penyuluhan kepada masyarakat untuk mencegah hipertensi melalui perilaku hidup sehat.
3.
Bagi Institusi Pendidikan Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan pengetahuan
ilmiah
yang
bermanfaat
dalam
pengembangan
ilmu
pengetahuan dan penelitian selanjutnya tentang penyakit hipertensi. 4.
Bagi Peneliti selanjutnya Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan wawasan tentang penyakit hipertensi dan faktor-faktor yang menjadi penyebabnya serta menambah pengalaman dalam melakukan penelitian di lapangan.
6
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Hipertensi 1.
Defenisi Hipertensi Beberapa definisi tentang hipertensi telah diungkapkan oleh beberapa ahli atau penulis buku tentang hipertensi diantaranya menurut Marliani (2007) menyatakan bahwa hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan gangguan pada sistem peredaran darah yang dapat menyebabkan kenaikan tekanan darah di atas nilai normal, yaitu melebihi 140 / 90 mmHg. Menurut Crea (2008) hipertensi adalah istilah medis untuk penyakit tekanan darah tinggi dan merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang banyak diderita di dunia termasuk di Medan. Hipertensi termasuk penyakit umum, tanpa disertai gejala khusus dan biasanya dapat ditangani secara mudah, namun bila dibiarkan tanpa penanganan dapat menyebabkan bebagai komplikasi yang lebih parah berupa penyakit jantung dan pembuluh darah seperti aterosklerosis, infark miokard, gagal jantung, gangguan fungsi ginjal dan kematian dini.
Menurut Shanty (2011) menyatakan bahwa hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah penyakit yang umum terjadi dalam masyarakat kita. Keadaan itu terjadi jika tekanan darah pada arteri utama didalam tubuh terlalu tinggi. Hipertensi kini semakin sering dijumpai pada orang lanjut usia.
Berdasarkan
beberapa
pengertian
hipertensi
tersebut
maka
dapat
disimpulkan bahwa hipertensi adalah salah satu penyakit yang biasanya gangguan terjadi pada sistem peredaran darah yang dapat menyebabkan kenaikan tekanan darah di atas nilai normal, yaitu melebihi 140 / 90 mmHg.
7
2.
Etiologi Berdasarkan etiologinya, hipertensi dibagi atas hipertensi esensial dan hipertensi sekunder yaitu sebagai berikut (Setiawati dan Bustami, 2005): a.
Hipertensi esensial, juga disebut hipertensi primer atau idiopatik, adalah hipertensi yang tidak jelas etiologinya. Lebih dari 90% kasus hipertensi termasuk dalam kelompok ini. Kelainan hemodinamik utama pada hipertensi esensial adalah peningkatan resistensi perifer. Penyebab hipertensi esensial adalah mulitifaktor, terdiri dari factor genetic dan lingkungan. Factor keturunan bersifat poligenik dan terlihat dari adanya riwayat penyakit kardiovaskuler dari keluarga. Faktor predisposisi genetic ini dapat berupa sensitivitas pada natrium, kepekaan terhadap stress, peningkatan reaktivitas vascular (terhadap vasokonstriktor), dan resistensi insulin. Paling sedikit ada 3 faktor lingkungan yang dapat menyebabkan hipertensi yakni, makan garam (natrium) berlebihan, stress psikis, dan obesitas.
b.
Hipertensi sekunder. Prevalensinya hanya sekitar 5-8 % dari seluruh penderita hipertensi. Hipertensi ini dapat disebabkan oleh penyakit ginjal (hipertensi renal), penyakit endokrin (hipertensi endokrin), obat, dan lain-lain. Hipertensi renal dapat berupa: 1) Hipertensi renovaskular, adalah hipertensi akibat lesi pada arteri ginjal sehingga menyebabkan hipoperfusi ginjal. 2) Hipertensi akibat lesi pada parenkim ginjal menimbulkan gangguan fungsi ginjal. Sementara menurut Sutanto (2009), penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya perubahan-perubahan pada : a)
Elastisitas dinding aorta menurun
b) Katub jantung menebal dan menjadi kaku c)
Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun, kemampuan jantung
8
memompa
darah
menurun
menyebabkan
menurunnya
kontraksi dan volumenya. d) Kehilangan elastisitas pembuluh darah. Hal ini terjadi karenakurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi e)
3.
Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer
Klasifikasi Hipertensi Klasifikasi hipertensi menurut JNC (Joint National Committee On Prevention, Detection, Evaluation, And The Treatment Of High Blood Pressure), yang dikaji oleh 33 ahli hipertensi nasional Amerika Serikat. Data terbaru menunjukkan bahwa nilai tekanan darah yang sebelumnya dipertimbangkan normal ternyata dapat menyebabkan peningkatan resiko komplikasi kardiovaskuler. Sehingga mendorong pembuatan klasifikasi baru pada JNC 7, yaitu terdapat pra hipertensi dimana tekanan darah sistol pada kisaran 120-139 mmHg, dan tekanan darah diastole pada kisaran 80-89 mmHg. Hipertensi level 2 dan 3 disatukan menjadi level 2. Tujuan dari klasifikasi JNC 7 adalah untuk mengidentifikasi individu-individu yang dengan penanganan awal berupa perubahan gaya hidup, dapat membantu menurunkan tekanan darahnya ke level hipertensi yang sesuai dengan usia. Tabel 2.1 Klasifikasi Hipertensi Menurut JNC VII Klasifikasi tekanan Tekanan darah Sistol darah (mmHg) Normal < 120 Prehipertensi 120-139 Hipertensi stadium 1 140-159 Hipertensi stadium 2 > 160 (Sumber: JNC VII, 2007)
Tekanan darah Diastol (mmHg) Dan < 80 Atau 80-89 Atau 90-99 Atau > 100
WHO dan ISHWG (International Society Of Hypertension Working Group) mengelompokkan hipertensi ke dalam klasifikasi optimal, normal, normaltinggi, hipertensi ringan, hipertensi sedang, dan hipertensi berat yaitu sebagai berikut:
9
Tabel 2.2 Klasifikasi Hipertensi Menurut WHO Kategori Optimal Normal Normal – tinggi Tingkat 1 (hipertensi ringan) Sub grup: perbatasan Tingkat 2 (hipertensi sedang) Tingkat 3 (hipertensi berat) Hipertensi sistol terisolasi Sub-gruo: perbatasan (Sumber: Crea, 2008 :9)
Sistol < 120 < 130 130 – 139 140 – 159 140 – 149 160 – 179 ≥ 180 ≥ 140 140 – 149
Diastol < 80 < 85 85 – 89 90 – 99 90 – 94 100 – 109 ≥ 110 < 90 < 90
Perhimpunan Hipertensi Medan pada januari 2007 meluncurkan pedoman penanganan hipertensi di Medan, yang diambil dari pedoman Negara maju dan Negara tetangga. Dan klasifikasi hipertensi ditentukan berdasarkan ukuran tekanan darah sistolik dan diastolic dengan merujuk hasil JNC 7 dan WHO yaitu sebagai berikut: Tabel 2.3 Klasifikasi Hipertensi Hasil Consensus Perhimpunan Hipertensi Medan Kategori tekanan darah Normal Prehipertensi Hipertensi stadium 1 Hipertensi stadium 2 Hipertensi sistol terisolasi
Tekanan darah Sistol (mmHg) < 120 120 – 139 140 – 159 > 160 ≥ 140
Tekanan darah Diastol (mmHg) Dan < 80 Atau 80-89 Atau 90-99 Atau > 110 < 90
(Sumber: Crea, 2008:9)
4.
Patofisiologi Patofisiologi hipertensi masih belum jelas, banyak faktor yang saling berhubungan terlibat dalam peningkatan tekanan darah pada pasien hipertensi esensial. Namun, pada sejumlah kecil pasien penyakit ginjal atau korteks adrenal (2% dan 5%) merupakan penyebab utama peningkatan tekanan darah (hipertensi sekunder) namun selebihnya tidak terdapat penyebab yang jelas pada pasien penderita hipertensi esensial. Beberapa mekanisme fisiologi turut berperan aktif pada tekanan darah normal dan
10
yang terganggu. Hal ini mungkin berperan penting pada perkembangan penyakit hipertensi esensial. Terdapat banyak faktor yang saling berhubungan terlibat dalam peningkatan tekanan darah pada pasien hipertensi (Crea, 2008).
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah.
Berbagai
faktor
seperti
kecemasan
dan
ketakutan
dapat
mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitiv terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi (Crea, 2008).
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah s
ebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang,
mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla
adrenal
mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra
11
vaskuler. Semua faktor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi (Crea, 2008).
Sebagai pertimbangan gerontologis dimana terjadi perubahan struktural dan fungsional pada system pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup) mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan tahanan perifer (Rohaendi, 2008). 5.
Gejala Hipertensi Hipertensi sulit disadari oleh seseorang karena hipertensi tidak memiliki gejala khusus. Menurut sutanto (2009), gejala-gejala yang mudah diamati antara lain yaitu : gejala ringan seperti pusing atau sakit kepala, sering gelisah, wajah merah, tengkuk terasa pegal, mudah marah, telinga berdengun, sukar tidur, sesak napas, rasa berat ditengkuk, mudah lelah, mata berkunang-kunang,mimisan (keluar darah dari hidung).
Menurut Crea (2008) gejala hipertensi adalah sakit kepala bagian belakang dan kaku kuduk, sulit tidur dan gelisah atau cemas dan kepala pusing, dada berdebar-debar dan lemas, sesak nafas, berkeringat, dan pusing.
6.
Penatalaksanaan Tujuan pengobatan pasien hipertensi adalah target tekanan darah yatiu < 140/90 mmHg dan untuk individu berisiko tinggi seperti diabetes melitus, gagal ginjal target tekanan darah adalah < 130/80 mmHg, penurunan morbiditas dan mortalitas kardiovaskuler dan menghambat laju penyakit
12
ginjal. Pada umumnya penatalaksanaan pada pasien hipertensi meliputi dua cara yaitu (Yogiantoro, 2006): a.
Non Farmakologi. Terapi non farmakologis terdiri dari menghentikan kebiasaan merokok, menurunkan berat badan berlebih, konsumsi alkohol berlebih, asupan garam dan asupan lemak, latihan fisik serta meningkatkan konsumsi buah dan sayur. 1) Menurunkan berat badan bila status gizi berlebih Peningkatan berat badan di usia dewasa sangat berpengaruh terhadap tekanan darahnya. Oleh karena itu, manajemen berat badan sangat penting dalam prevensi dan kontrol hipertensi. 2) Meningkatkan aktifitas fisik Orang yang aktivitasnya rendah berisiko terkena hipertensi 30-50% daripada yang aktif. Oleh karena itu, aktivitas fisik antara 30-45 menit sebanyak > 3x/hari penting sebagai pencegahan primer dari hipertensi. Mengurangi asupan natrium 3) Apabila diet tidak membantu dalam 6 bulan, maka perlu pemberian obat anti hipertensi oleh dokter. 4) Menurunkan konsumsi kafein dan alkohol Kafein dapat memacu jantung bekerja lebih cepat, sehingga mengalirkan lebih banyak cairan pada setiap detiknya. Sementara konsumsi alkohol lebih dari 2-3 gelas/hari dapat meningkatkan risiko hipertensi.
b.
Farmakologis Terapi farmakologis yaitu obat antihipertensi yang dianjurkan oleh JNC VII yaitu diuretika, terutama jenis thiazide (Thiaz) atau aldosteron antagonis, beta blocker, calcium chanel blocker atau calcium antagonist,
Angiotensin
Converting
Enzyme
Inhibitor
(ACEI),
Angiotensin II Receptor Blocker atau AT1 receptor antagonist/ blocker (A
13
7.
Pencegahan Hipertensi Agar terhindar dari komplikasi fatal hipertensi, harus diambil tindakan pencegahan yang baik (Stop High Blood Pressure), antara lain menurut (Mayo Clinic, 2005), dengan cara sebagai berikut:
a.
Mengola stress. stress adalah yang diarasakan saat tuntutan emosi, fisik atau lingkungan tak mudah di atasi atau melebihi dayan kemampuan untuk mengatasinya dengan efektif. Stress dapat meningkatkan tekanan darah untuk sementara. Jika ketakutan, tegang, atau dikejar dealine maka tekanan darah akan meningkat. Saat menghadapi kejadian yang menakutkan atau ketegangan, reaksi tubuh terhadap stress mirip dengan ketika menghadapi ancaman fisik. Tubuh akan terpacu menghadapi tantangan (fight, melawan) atau mengumpulkan cukup kekuatan untuk menjahu. ( fight, lari ). Reaski melawan atau lari ( fight of flight response) ini adalah hasil dari pelepasan hormon epinefrin (adrenalin) dan kortisol yang menyebabkan denyut jantung bertambah cepat dan tekanan darah meningkat.
b.
Mengurangi konsumsi garam. Pembatasan konsumsi garam sangat dianjurkan, maksimal 2 g garam dapur untuk diet setiap hari.
c.
Menghindari kegemukan (obesitas).
d.
Hindarkan kegemukan (obesitas) dengan menjaga berat badan (b.b) normal atau tidak berlebihan. Batasan kegemukan adalah jika berat badan lebih 10% dari berat badan normal.
e.
Membatasi konsumsi lemak. Membatasi konsumsi lemak dilakukan agar kadar kolesterol darah tidak terlalu tinggi. Kadar kolesterol darah yang tinggi dapat mengakibatkan terjadinya endapan kolesterol dalam dinding pembuluh darah. Lama kelamaan, jika endapan kolesterol bertambah akan menyumbat pembuluh nadi dan menggangu peredaran darah. Dengan demikian,
14
akan
memperberat
kerja
jantung
dan
secara
tidak
langsung
memperparah hipertensi. f.
Olahraga teratur. Menurut penelitian, olahraga secara teratur dapat meyerap atau menghilangkan endapan kolesterol dan pembuluh nadi. Olahraga yang dimaksud adalah latihan menggerakkan semua sendi dan otot tubuh (latihan isotonik atau dinamik), seperti gerak jalan, berenang, naik sepeda. Tidak dianjurkan melakukan olahraga yang menegangkan seperti tinju, gulat, atau angkat besi, karena latihan yang berat bahkan dapat menimbulkan hipertensi.
g.
Makan banyak buah dan sayuran segar.Buah dan sayuran segar mengandung banyak vitamin dan mineral. Buah yang banyak mengandung mineral kalium dapat membantu menurunkan tekanan darah.
h.
Tidak merokok dan minum alkohol.
i.
Relaksasi atau meditasi berguna untuk mengurangi stress atau ketegangan jiwa. Relaksasi dilaksanakan dengan mengencangkan dan mengendorkan otot tubuh sambil membayangkan sesuatu yang damai, indah, dan menyenangkan.Relaksasi dapat pula dilakukan dengan mendengarkan musik, atau bernyanyi.
j.
Berusaha membina hidup yang positif. Dalam kehidupan dunia modern yang penuh dengan persaingan, tuntutan atau tantangan yang menumpuk menjadi tekanan atau beban stress (ketegangan) bagi setiap orang. Jika tekanan stress terlampau besar sehingga melampaui daya tahan individu, akan menimbulkan sakit kepala, suka marah, tidak bisa tidur, ataupun timbul hipertensi. Agar terhindar dari efek negative tersebut, orang harus berusaha membina hidup yang positif. Beberapa cara untuk membina hidup yang positif adalah sebagai berikut: 1) Mengeluarkan isi hati dan memecahkan masalah
15
2) Membuat jadwal kerja, menyediakan waktu istirahat atau waktu untuk kegiatan santai. 3) Menyelesaikan satu tugas pada satu saat saja, biarkan orang lain menyelesaikan bagiannya. 4) Sekali-sekali mengalah, belajar berdamai. 5) Cobalah menolong orang lain. 6) Menghilangkan perasaan iri dan dengki.
8.
Komplikasi Hipertensi Hipertensi dapat berpotensi menjadi komplikasi berbagai penyakit diantaranya adalah stroke hemorragik, penyakit jantung hipertensi, penyakit arteri koronaria anuerisma, gagal ginjal, dan ensefalopati hipertensi (Shanty, 2011). a.
Stroke Stroke adalah kerusakan jaringan otak yang disebabkan karena berkurangnya atau terhentinya suplai darah secara tiba-tiba. Jaringan otak yang mengalami hal ini akan mati dan tidak dapat berfungsi lagi. Kadang pula stroke disebut dengan CVA (cerebrovascular accident). Hipertensi menyebabkan tekanan yang lebih besar pada dinding pembuluh darah, sehingga dinding pembuluh darah menjadi lemah dan pembuluh darah rentan pecah. Namun demikian, hemorrhagic stroke juga dapat terjadi pada bukan penderita hipertensi. Pada kasus seperti ini biasanya pembuluh darah pecah karena lonjakan tekanan darah yang terjadi secara tiba-tiba karena suatu sebab tertentu, misalnya karena makanan atau faktor emosional. Pecahnya pembuluh darah di suatu tempat di otak dapat menyebabkan sel-sel otak yang seharusnya mendapat pasokan oksigen dan nutrisi yang dibawa melalui pembuluh darah tersebut menjadi kekurangan nutrisi dan akhirnya mati. Darah yang tersembur dari pembuluh darah yang pecah tersebut juga dapat merusak sel-sel otak yang berada disekitarnya.
16
b.
Penyakit Jantung Peningkatan tekanan darah sistemik meningkatkan resistensi terhadap pemompaan darah dari ventrikel kiri, sebagai akibatnya terjadi hipertropi ventrikel untuk meningkatkan kekuatan kontraksi. Kebutuhan oksigen oleh miokardium akan meningkat akibat hipertrofi ventrikel, hal ini mengakibat peningkatan beban kerja jantung yang pada akhirnya menyebabkan angina dan infark miokardium. Disamping itu juga secara sederhana
dikatakan
peningkatan
tekanan
darah
mempercepat
aterosklerosis dan arteriosclerosis. c.
Penyakit Arteri Koronari. Hipertensi umumnya diakui sebagai faktor resiko utama penyakit arteri koronaria, bersama dengan diabetes mellitus. Plak terbentuk pada percabangan arteri yang ke arah aterikoronaria kiri, arteri koronaria kanan dan agak jarang pada arteri sirromflex. Aliran darah kedistal dapat mengalami obstruksi secara permanen maupun sementara yang di sebabkan olehakumulasi plak atau penggumpalan. Sirkulasi kolateral berkembang di sekitar obstruksiarteromasus yang menghambat pertukaran gas dan nutrisi ke miokardium. Kegagalan sirkulasikolateral untuk menyediakan supply oksigen yang adekuat ke sel yang berakibat terjadinya penyakit arteri koronaria.
d.
Aneurisme Pembuluh darah terdiri dari beberapa lapisan, tetapi ada yang terpisah sehingga memungkinkan darah masuk. pelebaran pembuluh darah bisa timbul karena dinding pembuluh darah aorta terpisah atau disebut aorta disekans. kejadian ini dapat menimbulkan penyakit aneurisma diamana gejalanya adalah sakit kepala yang hebat, sakit di perut sampai ke pinggang belakang dan di ginjal. aneurisme pada perut dan dada penyebab utamanya pengerasan dinding pembuluh darah karena proses penuaan (aterosklerosis) dan tekanan darah tinggi memicu timbulnya aneurisme
17
B. Kepribadian 1.
Defenisi Kepribadian merupakan pola khas seseorang dalam berpikir, merasakan dan berperilaku yang relatif stabil dan dapat diperkirakan (Dorland, 2002). Kepribadian juga merupakan jumlah total kecenderungan
bawaan atau
herediter dengan berbagai pengaruh dari lingkungan serta pendidikan, yang membentuk kondisi kejiwaan seseorang dan mempengaruhi
sikapnya
terhadap kehidupan (Weller, 2005).
Kepribadian adalah karakteristik seseorang yang menyebabkan munculnya konsistensi perasaan, pemikiran, dan perilaku (Pervin, 2010). Banyak teori kepribadian yang ditinggalkan oleh para ilmuwan psikologi dunia. Baik yang secara khusus bicara tentang struktur kepribadian, atau yang membahas panjang lebar tentang tahap perkembangan manusia. Seiring berkembang waktu teori-teori itupun mengalami perkembangan, sampai pada masa bermunculan ilmuwan psikologi yang berbicara tentang pembagian tipe kepribadian manusia dengan penetapan dimensi-dimensi sebagai tolok ukur.
Berdasarkan nilai-nilai dan kepercayaan yang dipegang kuat. Kepribadian akan mengarahkan reaksi emosional seseorang disamping rasional terhadap setiap pengalaman hidup. Dengan kata lain, kepribadian adalah proses aktif didalam setiap hati dan pikiran seseorang yang menentukan bagaimana ia merasa, berpikir dan berperilaku (Hartman, 2004).
Berdasarkan pengertian
tersebut, dapat disimpulkan bahwa kepribadian
meliputi segala corak perilaku dan sifat yang khas dan dapat diperkirakan pada diri seseorang, yang digunakan untuk bereaksi dan menyesuaikan diri terhadap rangsangan, sehingga corak tingkah lakunya itu merupakan satu kesatuan fungsional yang khas bagi individu itu
18
2.
Tipe-Tipe Kepribadian Freudman dan rosenman (1974) menyatakan bahwa kepribadian dibagi atas 2 tipe, yaitu : a.
Tipe kepribadian A berkaitan dengan tipe yang beresiko tinggi terkena stress. Berikut ciri-ciri dari kepribadian tipe A adalah berpikir atau mengerjakan dua hal sekaligus, mengharuskan dirinya untuk selalu aktif, merencanakan kegiatan yang banyak dalam waktu yang singkat, tidak dapat melihat atau tidak tertarik pada lingkungan atau hal-hal yang indah (homo himini lupus), menyuruh orang lain dengan berbicara cepat, cenderung tidak sabar atau tergesa-gesa dalam mengerjakan segala sesuatu, berkeyakinan bahwa segala sesuatu dapat terselesaikan dengan baik bila dikerjakan sendirian, sangat memperhatikan disiplin waktu, mengukur kesuksesan dengan membandingkan kesuksesan dirinya dengan orang lain,mudah tersinggung, sangat ambisius, agresif dan meledak-ledak, bejiwa kompetitif dan tidak bisa diam misalnya: suka jadi pusat perhatian, suka mengedip-ngedipkan mata atau menaikkan alis, bila berbicara suka membasahi bibir, menggaruk-garuk kepala, menggepalkan tinju, menghela napas, mengetuk-ngetuk meja, dan sering menggoyang-goyangkan tangan dan kaki ( Muis, 2009).
Tipe kepribadian
A harus atau memanfaatkan istirahat dan santai.
Sekalipun untuk waktu yang sangat singkat dengan melakukan meditasi, hobi, seni, mendengarkan musik, melakukan permainan, dan kegiatan yang terbuka lainnya, ( freudman, 1974 dalam Ratna, 2006).
Masalah utama pada individu dengan kepribadian tipe A adalah stres yang beresiko tinggi terkana hipertensi. Individu yang keras dan melakukan tekanan-tekanan sendiri pada diri, berkemauan maka tubuh mereka akan bereaksi dengan memproduksikan hormon-hormon stres dalam jumlah lebih besar. Hormon-hormon ini dalam jangka waktu
19
yang lama akan menimbulkan efek negatif pada kesehatan tubuh hingga kematian ( Ratna, 2009).
b.
Tipe kepribadian tipe B Tipe kepribadian B merupakan kebalikan dari kepribadian tipe A Ciri-ciri tersebut adalah lebih rileks dan tau cara yang tepat dalam menghadapi banyak hal atau masalah, mampu memahami situasi yang ada, memiliki rasa humor yang tinggi, ramah dan bersahabat, selalu butuh teman dan bisa menerima kritik, lebih suka bekerja sama dan tidak memaksakan dirinya untuk dapat menghadapi tantangan, spontan dan penyabar, menyukai kegiatan- kegiatan sosial, tidak mudah stress karena mampu memandang segala sesuatu dengan bijaksana dan memikirkan cara beradaptasi terhadap situasi yang dihadapi (Muis, 2009).
Tipe kepribadian merupakan pribadi yang tenang dan berpandangan bahwa hidup dijalani seperti air mengalir yaitu dengan mengikuti arus. Individu dengan tipe kepribadian tipe B lebih rendah untuk mengalami stress ataupun sumber keadaan yang dapat memperburuk prognosa suatu penyakit (Ratna, 2006).
3.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepribadian. Menurut Bowlby (1973) terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi kepribadian antara lain: a.
Faktor Biologis Faktor biologis merupakan faktor yang berhubungan dengan keadaan jasmani, atau seringkali pula disebut faktor fisiologis seperti keadaan genetik, pencernaan, pernafasaan, peredaran darah, kelenjar-kelenjar, saraf, tinggi badan, berat badan, dan sebagainya. Kita mengetahui bahwa
keadaan
jasmani
setiap
orang
sejak
dilahirkan
telah
menunjukkan adanya perbedaan-perbedaan. Hal ini dapat kita lihat pada
20
setiap bayi yang baru lahir. Ini menunjukkan bahwa sifat-sifat jasmani yang ada pada setiap orang ada yang diperoleh dari keturunan, dan ada pula yang merupakan pembawaan anak/orang itu masing-masing. Keadaan fisik tersebut memainkan peranan yang
penting pada
kepribadian seseorang.
b.
Faktor sosial Faktor sosial yang dimaksud di sini adalah masyarakat ; yakni manusiamanusia lain disekitar individu yang bersangkutan. Termasuk juga kedalam faktor sosial adalah tradisi-tradisi, adat istiadat,peraturanperaturan, bahasa, dan sebagainya yang berlaku dimasyarakat itu. Sejak dilahirkan, anak telah mulai bergaul dengan orang-orang disekitarnya. Dengan
lingkungan
yang
pertama
adalah
keluarga.
Dalam
perkembangan anak, peranan keluarga sangat penting dan menentukan bagi pembentukan kepribadian selanjutnya. Keadaan dan
suasana
keluarga yang berlainan memberikan pengaruh yang bermacam-macam pula terhadap perkembangan kepribadian anak. Pengaruh lingkungan keluarga terhadap perkembangan anak sejak
kecil adalah sangat
mendalam dan menentukan perkembangan pribadi anak selanjutnya. Hal ini disebabkan karena pengaruh itu merupakan pengalaman yang pertama, pengaruh yang diterima anak masih terbatas jumlah dan luasnya, intensitas pengaruh itu sangat tinggi karena berlangsung terus menerus, serta umumnya pengaruh itu diterima dalam suasana bernada emosional. Kemudian semakin besar seorang anak maka pengaruh yang diterima dari lingkungan sosial makin besar dan meluas. Ini dapat diartikan bahwa faktor sosial
mempunyai pengaruh terhadap
perkembangan dan pembentukan kepribadian.
c.
Faktor budaya Perkembangan dan pembentukan kepribadian pada diri masingmasing orang tidak dapat dipisahkan dari kebudayaan masyarakat di mana
21
seseorang itu dibesarkan. Beberapa aspek kebudayaan yang sangat mempengaruhi perkembangan dan pembentukan kepribadian antara lain: 1) Nilai-nilai (Values) Di dalam setiap kebudayaan terdapat nilai-nilai hidup yang dijunjung
tinggi oleh manusia-manusia yang hidup dalam
kebudayaan itu. Untuk
dapat diterima sebagai anggota suatu
masyarakat, kita harus memiliki kepribadian yang selaras dengan kebudayaan yang berlaku di masyarakat itu.
2) Adat dan Tradisi. Adat dan tradisi yang berlaku disuatu daerah, di samping menentukan
nilai-nilai yang harus ditaati oleh anggota-
anggotanya, juga
menentukan pula cara-cara bertindak dan
bertingkah laku yang akan berdampak pada kepribadian seseorang. 3) Pengetahuan dan Keterampilan. Tinggi rendahnya pengetahuan dan keterampilan seseorang atau suatu
masyarakat
kebudayaan
mencerminkan
pula
tinggi
rendahnya
masyarakat itu. Makin tinggi kebudayaan suatu
masyarakat makin berkembang pula sikap hidup dan cara-cara kehidupannya. 4) Bahasa Di samping faktor-faktor kebudayaan yang telah diuraikan di atas, bahasa merupakan salah satu faktor yang turut menentukan cirriciri khas dari suatu kebudayaan. Betapa erat hubungan bahasa dengan kepribadian manusia yang memiliki bahasa itu. Karena bahasa merupakan alat komunikasi dan alat berpikir yang dapat menunukkan
bagaimana seseorang itu bersikap, bertindak dan
bereaksi serta bergaul dengan orang lain.
22
5) Milik Kebendaan (material possessions) Semakin maju kebudayaan suatu masyarakat/bangsa, makin maju dan
modern pula alat-alat yang dipergunakan bagi keperluan
hidupnya. Hal itu semua sangat mempengaruhi kepribadian manusia yang memiliki kebudayaan itu.
C. Hubungan Tipe Kepribadian Dengan Kejadian Hipertensi Hipertensi
di
Indonesia
menempati peringkat
ke-2
dari
10 penyakit
terbanyak pada pasien rawat jalan di rumah sakit padatahun 2006 dengan prevalensi sebesar 4,67% 2 Hipertensi memiliki berbagai faktor risiko yang memiliki keterkaitan erat dengan onset terjadinya penyakit tersebut. Berbagai faktor risiko hipertensi meliputi genetik, ras, usia, jenis kelamin, merokok, obesitas, kafein, dan natrium, stress psikologis serta kepribadian
Kepribadian tipe A memiliki ciri-ciri, sebagai berikut: memiliki tingkat kesabaran rendah, tergesa-gesa dalam melakukan segala sesuatu, memiliki harapan yang tinggi untuk mencapai kesuksesan, memiliki keinginan yang tinggi untuk bersaing,agresif, dan mudah marah. Selama hampir 50 tahun ini stress psikologis sebagai pemicu terjadinya berbagai kelainan kardiovaskular sering dikaitkan dengan perilaku tipe A yang memiliki karakteristik selalu tergesa-gesa, ambisius, agresif, dan kompetitif. Namun perilaku tipe A dalam perkembangan berbagai penelitian
selanjutnya
sering ditemukan
tidak
konsisten hubungannya terhadap terjadinya kelainan kardiovaskular tersebut 3,4%.
Penelitian ini mendapatkan hubungan kepribadian tipe-A dan hipertensi pada usia dan jenis kelamin yang disetarakan (PR = 1,3; nilai p = 0,003). Pasien yang memiliki kepribadian tipe A mempunyai peningkatan kerja sistem saraf simpatis dan hemodinamik tubuh yang memengaruhi denyut jantung dan tekanan darah. Penelitian eksperimental dan bukti klinis menunjukkan central neural origin dari peningkatan sistem simpatis. Temuan ini mendukung beberapa penelitian
23
sebelumnya, kepribadian tipe A merupakan faktor risiko independen dari hipertensi. Wawancara terhadap 221 pasien hipertensi dan 221 orang normotensi di Basra, Irak. Kelompok hipertensi sedang dalam pengobatan dengan obat anti hipertensi, dengan kriteria eksklusi apabila pasien hamil, riwayat stroke, infark miokard, dan angina pektoris. Proporsi kepribadian tipe A lebih tinggi pada kelompok hipertensi dibandingkan kelompok yang normo tensi (57,5% : 24,9%), dengan risiko hipertensi empat kali lebih besar pada responden dengan kepribadian tipe A dibandingkan dengan yang tanpa kepribadian tersebut (OR = 4,1; 95%CI = 2,7 – 6,1).8 Penelitian kohort yang membandingkan prevalensi kepribadian tipe A pada 109 pasien hipertensi dan 109 subjek normotensi pada usia, gender, etnik, serta pekerjaan sudah disetarakan. Diagnosis hipertensi ditentukan melalui lima kali pemeriksaan selama lima bulan. Dari hasil pemeriksaan, didapatkan kepribadian tipe A lebih banyak pada kelompok hipertensi (78%) daripada kelompok normotensi (60%).9 Hingga kini, belum banyak penelitian terbaru mengenai kepribadian tipe A. Sebanyak 47 laki-laki dengan tipe kepribadian A dan B diberikan dua stressor psikososial (waktu reaksi dan stroop color word test) dan satu stressor fisik (isometric hand grip). Responden dengan tipe kepribadian tipe A mempunyai respons tekanan darah diastolik yang lebih besar terhadap ketiga stressor dibandingkan tipe kepribadian B. 10 Pengukuran kadar norepinefrin dan epinefrin, yang berpengaruh pada tekanan darah, pada 15 lakilaki dengan tipe kepribadian A dan 15 orang laki-laki dengan tipe kepribadian B pada saat
istirahat dan pada situasi nonkompetitif. Pengukuran kadar
norepinefrin dan epinefrin dilakukan sebelum, pada saat, dan setelah berpartisipasi dalam kompetisi nonfisik.Pada saat kompetisi, kadar norepinefrin pada kelompok kepribadian tipe A meningkat 30% di atas rata-rata, sedangkan kelompok lainnya tidak berubah; konsentrasi epinefrin cenderung tidak berubah pada kedua kelompok.
Kepribadian tipe B memiliki ciri-ciri, sebagai berikut: memiliki tingkat kesabaran yang tinggi, santai dalam melakukan segala sesuatu, memiliki
24
harapan yang rendah untuk mencapai kesuksesan, memiliki keinginan yang rendah untuk bersaing, kurang agresif, dan tidak mudah marah, sehingga tipe kepribadian ini tidak dapat dikategorikan sebagai penyebab hipertensi. Menurut Rosenman dan Friedman dalam Wolf (2006),
D. Kerangka konsep penelititan
Skema 2.1 kerangka konsep penelitian Hubungan Tipe Kepribadian dengan Kejadian Hipertensi
Tipe Kepribadian A 5.
Kejadian Hipertensi
9.
Tipe Kepribadian B 5. 9.
Variabel Bebas (Independen)
Variabel Terikat (Dependen)
E. Hipotesis Penelitian
Ha1.
Tedapat hubungan tipe kepribadian
A dengan kejadian hipertensi
di Rumah Sakit Sari Mutiara Medan Tahun 2015 Ha2.
Tedapat hubungan tipe kepribadian B dengan kejadian hipertensi di Rumah Sakit Sari Mutiara Medan Tahun 2015
25
BAB III METODE PENELITIAN
A. Desain dan Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional yang bertujuan mengetahui hubungan tipe kepribadian dengan kejadian hipertensi di RSU Sari Mutiara Medan.
B. Populasi dan Sampel 1.
Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien hipertensi
dan tidak
hipertensi yang berkunjung di Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan dengan jumlah 123 orang dengan perbandingan 1:2 dimana 1 merupakan pasien hipertensi dengan rata-rata perbulan adalah 41 orang dan 2 merupakan pasien tidak hipertensi berjumlah 82 responden.
2.
Sampel Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Arikunto, 2006). Sampel dalam penelitian ini adalah dihitung dengan menggunakan
istimasi
populasi rata-rata perbulan sebanyak 41 orang
hipertensi. Teknik pengambilan sampel menggunakan
accidental sampling
dengan perbandingan 1:2 dimana 1 merupakan pasien penderita hipertensi dan 2 merupakan non penderita hipertensi. Jadi besar sampel dalam penelitian ini adalah 123 sampel. Adapun beberapa kriteria inklusi dan eksklusi yang telah ditetapkan oleh peneliti . Kriteria inklusi yaitu : a.
Semua pasien hipertensi yang berkunjung ke RSU Sari Mutiara Medan
b.
Bersedia menjadi responden
26
Kriteria eksklusi yaitu : a.
Tidak mampu berkomunikasi, membaca dan mendengar dengan baik
C. Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan
D. Waktu penelitian Waktu penelitian ini dilakukan pada bulan Pembruari - Juli tahun 2015.
E. Defenisi Operasional Tabel 3.1 Definisi Operasional Hubungan Kepribadian dengan Kejadian Hipertensi No 1
2
Variabel Penelitian Variabel Independen: Tipe kepribadian
Variabel Dependen: Kejadian Hipertensi
Defenisi Operasional Karakteristik seseorang yang memiliki tipe kepribadian A, B, yang di ukukr melalui kuisioner
Cara ukur Obervasi
Keadaan tekanan Pengukuran darah responden Tekanan dengan tekanan darah > 140/90 mmHg pertama kali. Tekanan darah di ukur menggunakan tensi meter
Alat ukur
Hasil ukur
Kuisoner
1.
Kepribadian tipe A
2.
Kepribadian tipe B
Tensimeter 1. Hipertensi. Digital
Skala ukur Nominal
Nominal
Darah
2. Tidak Hipertensi
F. Aspek Pengukuran. Untuk mendapat data tentang hubungan tipe kepribadian dengan kejadian hipertensi di RSU Sari Mutiara Medan peneliti menggunakan instrument penelitian yaitu tensi meter digital dan kuisoner yang disusun sendiri berdasarkan konsep.
27
1.
Tipe Kepribadian A Untuk mengukur tipe kepribadian responden digunukan kuisioner yang terdiri dari pertanyaan untuk tipe kepribadian A dan B . untuk tipe kepribadian A terdapat 13 pertanyaan (No 1-13 ) dengan jawaban : sangat setuju diberi skor 3, setuju diberi skor 2, tidak setuju diberi skor 1 , sangat tidak setuju diberi skor 0.
2.
Tipe Kepribadian B Sedangkan untuk tipe kerpribadian B terdapat 13 pertanyaan (No 14-26) dengan jawaban : sangat setuju diberi skor 0, setuju diberi skor 1, tidak setuju diberi skor 2, sangat tidak setuju diberi skor 3.
Dengan rumus :
skor tertinggi – skor terendah Banyak kelas 39 – 0 = 19,5 2
Untuk menentukan apakah responden memiliki tipe kepribadian A atau tipe kepribadian B diperoleh dengan membagikan kuisioner . Berdasarkan hasil pengumpulan data yang diperoleh dapat dikategorikan sebagai berikut: a) Jika skor > 19,5 maka dikategorikan tipe kepribadian A. b) Jika skor < 19,5 maka dikategorikan tipe kepribadian B.
3.
Kerjadian Hipertensi Untuk menentukan apakah hipertensi atau tidak hipertensi dapat diukur dengan mengukur tekanan darah menggunakan tensi meter digital dan untuk mengetahui riwayat hipertensi dapat di isi melalui kuisioner. Berdasarakan hasil pengukuran yang diperoleh dapat dikategorikan sebagai berikut. a) Hipertensi jika tekanan darah ≥ 140/90 mmHg b) Tidak hipertensi jika tekanan darah ≤ 140/90 mmHg.
28
G. Alat dan Prosedur Pengumpulan data 1.
Alat Alat pengumpulan data atau instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah: a.
Tensi meter Alat ini digunakan untuk mengukur tekanan darah responden sesaat setelah responden menyetujui informed consent
b.
Lembar kuisioner Lembar kuisioner berisi tentang karakteristik demografi responden dan beberapa pertanyaan karakterisitik kepribadian penyebab hipertensi. kuisioner berisi pertanyaan terbuka. Hasil pengumpulan data telah dibagi ke dalam beberapa kategori.
2.
Prosedur Pengumpulan Data Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan data primer yaitu berupa kuesioner untuk mengukur variabel dependen dan independen. Pengumpulan data dimulai pada bulan Juni-Juli 2015. Setelah didapatkan subjek penelitian, kemudian dilakukan pengumpulan data dengan teknik angket. Angket dan pengambilan kuesioner dilakukan pada subjek penelitian di
Rumah Sakit
Umum Sari Mutiara Medan.
H. Etika Penelitian 1.
Informed consent. Pada penelitian ini, peneliti memberikan informed consent (lembar persetujuan) kepada responden yang berisi tentang informasi yang lengkap tentang tujuan penelitian dan prosedur penelitian. Responden yang bersedia menjadi subyek penelitian, diminta untuk menandatangani informed consent (formulir persetujuan). Namun, terhadap responden yang menolak, peneliti tidak melakukan paksaan ataupun ancaman apapun.
29
2.
Anonymity Anonymity yaitu suatu jaminan kerahasiaan identitas dari responden. Identitasresponden dirahasiakan dan diberi kode tertentu sehingga bukan nama terang responden, peneliti hanya mencatumkan kode yang akan dilampirkan dalam hasil penelitian. Kesesuaian nama responden dan kode tersebut hanya diketahui peneliti.
3.
Confidentiality Confidentiality kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan dalam hasil penelitian, setelah penelitian telah selesai data yang diperoleh dari responden berupa kuisioner telah dibuang.
I.
Pengolahan Data Setelah semua data terkumpul, maka dilakukan pengolahan data melalui beberapa tahap yaitu: 1.
Editing Editing merupakan kegiatan pemeriksaan isi lembar wawancara
untuk
pengecekan atau perbaikan. Pengambilan data ulang dapat dilakukan apabila isi lembar kuisoner
belum lengkap (Notoatmodjo, 2010). Dari 123 lembar
kuisoner yang diisi semuanya terisi dengan lengkap sehingga total lembar kuisoner yang masuk dalam data berjumlah 123 lembar. 2.
Coding Pemberian kode identitas responden
untuk menjaga kerahasiaan dan
mempermudah proses penelusuran biodata respon den bila diperlukan. Kode pada usia 35 diberi kode 1 , 35-50 tahun diberi kode 2 dan usia > 50 tahun diberi kode 3. Pendidikan Tidak sekolah diberi kode 1 Tamat SD diberi kode 2, Tamat SMP diberi kode 3, Tamat SMA diberi kode 4, Tamat D3 diberi kode 5, Tamat S1diberi kode 6. Hipertensi diberi kode 1 dan tidak hipertensi diberi kode 2. Jika skor > 19,5 maka dikategorikan tipe kepribadian A dan Jika skor < 19,5 maka dikategorikan tipe kepribadian B.
30
3.
Entry Tahap ini memasukkan data ke komputer dengan menggunakan program Excel ke dalam spread sheet dan diolah dengan menggunakan uji statistik chi-square dengan program komputer.
4.
Tabulating Pernyataan-pernyataan yang telah dijawab kemudian diproses dan dimasukkan ke dalam tabel-tabel distribusi sehingga dapat dihitung sesuai dengan kategori yang ditentukan.
5.
Cleaning Cleaning
merupakan
kegiatan
kembali
untuk
melihat
kemunginan-
kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan kode, ketidak lengkapan,kemudian dilakukan pembentulan atau koreksi
J.
Teknik Analisa Data 1.
Analisa Univariat Analisis univariat merupakan analisis yang bertujuan untu menjelaskan atau mendeskripsikan tentang distribusi frekuensi dan persentase setiap variable penelitian (Notoatmodjo, 2010). Analisis univariat pada penelitian ini dilakukan untuk menganalisis data mengenai: karakteristik responden (usia, jenis kelamin, pendidikan, jenis tipe kepribadian dan hipertensi). Analisis univariat pada penelitian ini dikategorikan oleh peneliti untuk memudahkan pembacaan dan analisis pada pembahasan.
2.
Analisis Bivariat Ananlisis bivariat dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tipe kepribadian dengan kejadian hipertensi. Analisa bivariat dalam penelitian ini menggunakan uji chi-square dengan nilai (α < 0,05). Data yang diperoleh kemudian dianalisa menggunakan teknik statistik bivariat yaitu chi-square dengan tingkat kemaknaan (CI) 95%. Uji chi-square digunakan untuk menguji signifikansi hipotesis serta membandingkan kedua variabel yang dihubungkan berbentuk skala kategorik (Dahlan, 2006). Uji hipotesis dilihat dengan
31
membandingkan nilai p dengan nilai α = 0,05. Ho ditolak jika p < α. Peneliti menggunakan hipotesis Ha, sehingga jika nilai p-value < α, maka Ha gagal ditolak. Penjelasan bivariat dapat dilihat pada tabel 3.3
32
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Bab ini menyajikan hasil penelitian tentang hubungan tipe kepribadian dengan kejadian hipertensi di RSU Sari Mutiara yang dilaksanakan selama 1 bulan yang dimulai pada tanggal 4-31 Mei 2015. Penelitian ini dilakukan kepada 123 responden yang secara proporsional di tiap unit rawat inap (meliputi Lantai II A dan B, Lantai III A dan B, Stella 2a, 2b, 4a dan 4b) dimana peneliti mengunjungi setiap responden di ruang rawat inap dan poli, berkoordinasi dengan kepala keperawatan dan jajaran managemen dan fungsional keperawatan menjelaskan maksud serta tujuan penelitian dan melakukan wawancara sesuai dengan data yang dibutuhkan. Penyajian data hasil penelitian ini terdiri dari analisa univariat, dan bivariat yang sebelumnya telah dilakukan pengolahan data dengan menggunakan uji statistic yang telah ditentukan dengan menggunakan perangkat komputer. A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan merupakan salah satu rumah sakit yang berada di propinsi Sumatera Utara yang memberikan pelayanan kedokteran spesialis dan subspealis. Rumah sakit ini juga menampung pelayanan rujukan dari rumah sakit kabupaten. Rumah Sakit ini diresmikan pada tahun 1978. Dalam usianya yang ke 37 tahun ditahun 2015 ini, rumah sakit sudah mengalami kemajuan yang sangat pesat dalam perjalanannya. Saat ini RSU Sari Mutiara sudah terakreditasi rumah sakit swasta tipe B, menjadi Rumah sakit rujukan dari beberapa rumah sakit daerah dalam melakukan studi banding dan banyak prestasi lain yang cukup membanggakan. Sumber daya manusia yang tersediapun cukup memadai yaitu jumlah dokter sebanyak 86 orang (dokter umum 16 orang, dokter spesialis 54 orang, dokter gigi 2 orang, dokter gigi spesialis 4 orang), perawat 241 orang, paramedic non-perawat 124 orang dan non-medis 98 orang. Saat ini RSU Sari Mutiara mempunyai kapasitas 289 tempat tidur, dengan angka BOR diatas 85%. Jumlah rata-rata kunjungan pasien hipertensi Pada tahun 2013 terdapat 552 kasus, dan tahun 2014 sebanyak 618 kasus. Data tahun 2015 dari bulan januari dan
33
februari 2015 terdapat sebanyak 82 orang
penderita
penyakit hipertensi.
Pencapaian mutu layanan cukup baik, angka kepuasan pelanggan diatas 80%.
2. Gambaran Ruang Lingkup Penelitian. a. Ruang Lantai II A dan B adalah ruang perawatan untuk pasien dewasa dengan jumlah kunjungan yang cukup tinggi dan menyediakan fasilitas ruangan kelas III, kelas II, kelas I, dan VIP. Memiliki 37 perawat (19 perawat di II A dan 18 Perawat di II B) yang bekerja shift pagi, siang dan malam, memiliki 1 kepala ruangan di masing-masing ruangan dengan karakteristik individu perawat dengan tingkat pendidikan D III sebanyak 92%, S1 sebanyak 7% usia rata- rata perawat pelaksana rata-rata 20-40 tahun, tidak ada perawat yang berusia ≥40 tahun. Lama kerja dari perawat diruang lantai II A dibawah 10 tahun sebanyak 76% , diatas 10 tahun sebanyak 23%, perawat junior sebanyak 32% dan perawat senior sebanyak 68%. b. Ruang Lantai III A dan B adalah ruang perawatan untuk kelas III yang merawat pasien dewasa dengan kunjungan yang cukup tinggi, pemakaian tempat tidur selalu penuh, memiliki 41 (20 perawat di III A dan 19 perawat di III B), yang bekerja shift pagi siang dan malam, 1 kepala ruangan, karakteristik perawat berpendidikan D III 100% usia 20-40 tahun sebanyak 84 % dan hanya 6% berusia >40 tahun, lama kerja <10 tahun sebanyak 93% dan >10 tahun sebanyak 7%, sedangkan posisi perawat junior sebanyak 73.3% dan senior sebanyak 26.6%. c. Ruang Stella 2a dan 2b adalah ruang perawatan pasien dewasa yang menyediakan fasilitas utama kelas I sebanyak 65%, VIP 25%, kelas II sebanyak 5% dan kelas III 5%. Ruang Stella 2a dan 2b memiliki 42 orang (21 perawat di stella 2a dan 21 perawat di stella 2b) yang bekerja shift pagi, siang dan malam, 1 kepala ruangan, karakteristik perawat dengan tingkat penididikan D III perawat sebanyak 95.7% dan S1 sebanyak 4,7% dengan lama kerja <10 tahun sebanyak 91.7% dan >10 tahun sebanyak 8.3%. Usia 2030 tahun sebanyak 81% dan 30-40 tahun sebanyak 19%, posisi perawat junior sebanyak 71.4% dan perawat senior 28.5%.
34
d. Ruang Stela 4a dan 4b adalah ruang perawatan yang merawat pasien dewasa. Ruang Stella 4a dan 4b merupakan ruangan yang baru digunakan pada akhir tahun 2014 di karenakan jumlah kunjungan pasien di RSU Sari Mutiara yang terus meningkat tiap tahun sehingga meningkatkan kebutuhan akan ruang perawatan. Ruang Stella 4a dan 4b memiliki 42 orang perawat (21 perawat di 4a dan 21 perawat di 2b) yang bekerja shift pagi, siang dan malam, memiliki 1 kepala ruangan, karakteristik perawat dengan tingkat pendidikan D III keperawatan sebanyak 91.3% S1 sebanyak 8.6%, usia perawat 20-30 tahun sebanyak 74%, usia 30-40 tahun sebanyak 26%, sedangkan lama kerja perawat semuanya <10 tahun, perawat junior sebanyak 87%, perawat senior sebanyak 13%.
3. Analisis univariat (Karakteristik Responden) Tabel 4.1 Distribusi Persentase Karakteristik Responden Penderita Hipertensi dan tidak hipertensi Di RSU Sari Mutiara Medan (n=123) Karakteristik
n
%
Umur <35 tahun 35-50 Tahun >50 Tahun
26 60 37
21.1 48.8 30.1
Jenis kelamin Laki-laki perempuan
63 60
51.2 48.8
Tingkat Pendidikan Tidak Sekolah SD SLTP SLTA D3 Sarjana
1 4 9 33 33 43
0.8 3.3 7.3 26.8 26.8 35.0
Sumber: Data primer (2015) Berdasarkan tabel
4.1 dapat dilihat bahwa karakteristik responden dalam
penelitian ini mayoritas adalah umur 35-50 tahun yaitu sebanyak 60 responden (48.8%). Berdasarkan jenis kelamin mayoritas responden adalah laki-laki yaitu sebanyak 63 responden (51.2%). Sedangkan berdasarkan tingkat pendidikan
35
menunjukkan bahwa mayoritas responden adalah
lulusan Sarjana yaitu
sebanyak 43 responden ( 35.0%).
4. Hasil Analisis Bivariat Tabel 4.2 Hasil Tabulasi Silang Hubungan Tipe kepribadian dengan Kejadian Hipertensi Di RSU Sari Mutiara Medan (n=123) Tipe kepribadian
Hipertensi n
%
Tidak Hipertensi n %
Tipe kepribadian A
26
21,1%
8
6,5%
Tipe kepribadian B Total
15 41
12,2% 33,3%
74 82
60,2% 66,7%
OR
P
16.03
0.000
Sumber: Data primer (2015) Tabel 4.3 Hasil Tabulasi Silang Hubungan Tipe A kepribadian dengan Kejadian Hipertensi Di RSU Sari Mutiara Medan (n=123) Tipe kepribadian Tipe kepribadian A
Hasil
Hipertensi n
%
Tidak Hipertensi N %
Ya
26
21,1%
8
6,5%
Tidak
15
12,2%
74
60,2%
41
33,3%
82
66,7%
Total
P
0.000
Sumber: Data primer (2015) Tabel 4.4 Hasil Tabulasi Silang Hubungan Tipe kepribadian B dengan Kejadian Hipertensi Di RSU Sari Mutiara Medan (n=123) Tipe kepribadian Tipe kepribadian B
Hasil
Hipertensi n %
Tidak Hipertensi n %
Ya
15
12,2%
74
60,2%
Tidak
26
21,1%
8
6,5%
41
33,3%
82
66,7%
Total
Sumber: Data primer (2015).
P
0.000
36
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 41 pasien hipertensi terdapat 26 responden (21,1%) dengan tipe kepribadian A, dan 15 responden (12,2%) memiliki tipe kepribadian B. Dari 82 responden tidak hipertensi terdapat 8 responden (6.5%) dengan tipe kepribadian A dan 74 responden (60,2%) dengan tipe kepribadian B. Hasil analisa tabulasi silang hubungan tipe kepribadian degan kejadian hipertensi diperoleh nilai p value 0.000 (p<0.05), hal ini menunjukkan terdapat hubungan tipe kepribadian A dan B terhadap kejadian hipertensi. (Ha 1 dan Ha2 diterima). Sehingga dari nilai OR dapat diketahui bahwa seseorang dengan tipe kepribadian A beresiko 16 kali menjadi hipertensi dibandingkan dengan tipe kepribadian B.
B. Pembahasan 1. Hubungan Tipe Kepribadian A dengan Kejadian Hipertensi di
Rumah
Sakit Umum Sari Mutiara Medan 2015. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa dari 123 responden hipertensi dan tidak hipertensi di Rumah Sakit Sari Mutiara Medan Tahun 2015 yang mempunyai tipe kepribadian A yaitu sebesar 21.1% sedangkan pada responden yang tidak hipertensi mempunyai tipe kepribadian A yaitu sebesar 6.5% . Berdasarkan hasil uji statistik pada tabel di atas menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara tipe kepribadian A dengan kejadian hipertensi di RSU Sari Mutiara Medan (p.v = 0.000).
Hasil yang signifikan dalam penelitian ini disebabkan karena berdasarkan teori Tipe kepribadian merupakan tipe yang beresiko tinggi terkena stress. Menurut Ratna (2009) individu yang keras dan melakukan tekanan-tekanan sendiri pada diri, berkemauan maka tubuh mereka akan bereaksi dengan memproduksikan hormon-hormon stres dalam jumlah lebih besar. Hormon-hormon ini dalam jangka waktu yang lama akan menimbulkan efek negatif pada kesehatan tubuh seperti meningkatkan resiko hipertensi hingga kematian.
37
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nancy dkk (2012) yang meneliti tentang Kepribadian Tipe A dan Risiko Hipertensi pada Orang Dewasa, mendukung beberapa penelitian sebelumnya, kepribadian tipe A merupakan faktor risiko independen dari hipertensi. Wawancara terhadap 221 pasien hipertensi dan 221 orang normotensi di Basra, Irak. Kelompok hipertensi sedang dalam pengobatan dengan obat anti hipertensi, dengan kriteria eksklusi apabila pasien hamil, riwayat stroke infark miokard, dan angina pektoris. Proporsi kepribadian tipe A lebih tinggi pada kelompok hipertensi dibandingkan kelompok yang normo tensi (57,5% : 24,9%), dengan risiko hipertensi empat kali lebih besar pada responden dengan kepribadian tipe A dibandingkan dengan yang tanpa kepribadian tersebut (OR = 4,1; 95% CI = 2,7 – 6,1).
Penelitian lain yang mendukung penelitian diatas adalah yang dilakukan oleh Chitrayana dkk (2014) yang meneliti tentang hubungan penelitian tipe kepribadian dengan kejadian hipertensi, penelitian ini dilakukan terhadap 64 responden dan diperoleh hasil 22 orang (34,4%) menderita hipertensi dan 36 orang (56,3%) mempunyai kepribadian tipe A Penelitian ini mendapatkan hubungan kepribadiantipe-A dan hipertensi pada usia dan jenis kelamin yang disetarakan (PR = 1,3; nilai p = 0,003).
Penelitian kohort yang membandingkan prevalensi kepribadian tipe A pada 109 pasien hipertensi dan 109 subjek normotensi pada usia, gender, etnik, serta pekerjaan sudah disetarakan. Diagnosis hipertensi ditentukan melalui lima kali pemeriksaan selama lima bulan. Dari hasil pemeriksaan, didapatkan kepribadian tipe A lebih banyak pada kelompok hipertensi (78%) daripada kelompok normotensi (60%).
Orang-orang pada tipe kepribadian A dianggap lebih memiliki kecenderungan untuk
mengalami
tingkat
stress
yang
menempatkan diri mereka sendiri pada
lebih
tinggi,
sebab
mereka
suatu tekanan waktu dengan
menciptakan suatu batas waktu tertentu untuk kehidupan mereka. Hasilnya
38
kepribadian ini menghasilkan beberapa karakteristik perilaku tertentu (Robbins, 2003).
Pasien yang memiliki kepribadian tipe A mempunyai peningkatan kerja sistem saraf simpatis dan hemodinamik tubuh yang mempengaruhi denyut jantung dan tekanan darah. Penelitian eksperimental dan bukti klinis menunjukkan central neural origin dari peningkatan sistem simpatis. Temuan ini mendukung beberapa penelitian sebelumnya, kepribadian tipe A merupakan faktor risiko independen dari hipertensi (Robbins, 2003). . Ciri-ciri dari kepribadian tipe A adalah berpikir atau mengerjakan dua hal sekaligus, mengharuskan dirinya untuk selalu aktif, merencanakan kegiatan yang banyak dalam waktu yang singkat, tidak dapat melihat atau tidak tertarik pada lingkungan atau hal-hal yang indah (humini lupus), menyuruh orang lain dengan berbicara cepat, cenderung tidak sabar atau tergesa-gesa dalam mengerjakan segala sesuatu, berkeyakinan bahwa segala sesuatu dapat terselesaikan dengan baik bila dikerjakan sendirian, sangat memperhatikan disiplin waktu, mengukur kesuksesan dengan membandingkan kesuksesan dirinya dengan orang lain,mudah tersinggung, sangat ambisius, agresif dan meledak-ledak, bejiwa kompetitif dan tidak bisa diam misalnya: suka jadi pusat perhatian, suka mengedip-ngedipkan mata atau menaikkan alis, bila berbicara suka membasahi bibir, menggaruk-garuk kepala, menggepalkan tinju, menghela napas, mengetukngetuk meja, dan sering menggoyang-goyangkan tangan dan kaki ( Muis, 2009). Tipe kepribadian A harus tau memanfaatkan istirahat dan santai. Sekalipun untuk waktu yang sangat singkat dengan melakukan meditasi, hobi, seni, mendengarkan musik, melakukan permainan, dan kegiatan yang terbuka lainnya, ( freudman, 1974 dalam Ratna, 2006). Menurut Crea (2008) hipertensi adalah istilah medis untuk penyakit tekanan darah tinggi dan merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang banyak diderita di dunia termasuk di Medan. Hipertensi termasuk penyakit umum, tanpa disertai gejala khusus dan biasanya dapat ditangani secara mudah, namun bila dibiarkan tanpa penanganan
39
dapat menyebabkan bebagai komplikasi yang lebih parah berupa penyakit jantung dan pembuluh darah seperti aterosklerosis, infark miokard, gagal jantung, gangguan fungsi ginjal dan kematian dini.
2. Hubungan Tipe Kepribadian B dengan Kejadian Hipertensi di
Rumah
Sakit Umum Sari Mutiara Medan 2015. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa 123 responden hipertensi dan tidak hipertensi di
Rumah Sakit Sari Mutiara Medan Tahun 2015 yang
mempunyai tipe kepribadian B sebesar 12.2% sedangkan pada responden yang tidak hipertensi mempunyai tipe kepribadian B yaitu sebesar 60.2% . Berdasarkan hasil uji statistik pada tabel di atas menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara tipe kepribadian B dengan kejadian hipertensi di RSU Sari Mutiara Medan dengan nilai p value= 0.000 (p<0.05).
Hasil yang signifikan dalam penelitian ini disebabkan karena selain tipe kepribadian terdapat faktor lain yang mempengaruhi terjadinya hipertensi seperti gaya hidup dan riwayat keluarga dengan hipertensi. Menurut Ratna (2006) tipe kepribadian B memiliki ciri-ciri pribadi yang tenang dan berpandangan bahwa hidup dijalani seperti air mengalir yaitu dengan mengikuti arus. Individu dengan tipe kepribadian tipe B lebih rendah untuk mengalami stress ataupun sumber keadaan yang dapat memperburuk prognosa suatu penyakit. Hal ini bertentangan dengan teori yang ada bahwa tipe kepribadian B merupakan tipe kepribadian yang tidak beresiko mengalami hipertensi.
Menurut Rosenman dan Friedman dalam Ratna (2006) ciri-ciri tipe kepribadian B adalah memiliki
tingkat kesabaran yang tinggi, santai dalam melakukan
segala sesuatu, memiliki harapan yang rendah untuk mencapai kesuksesan, memiliki keinginan yang rendah untuk bersaing, kurang agresif, dan tidak mudah marah sehingga seseorang dengan tipe kepribadian B tidak dihubungkagan kejadian hipepertensi.
40
Tipe kepribadian dalam berbagai literatur dapat dibedakan secara beragam. Namun pada penelitian ini, tipe kepribadian dibedakan berdasarkan tipe kepribadian A dan tipe kepribadian B. Hal tersebut karena kedua tipe kepribadian ini berkaitan dengan perilaku seseorang dalam menyikapi permasalahan yang sedang dialaminya termasuk perilaku hidup sehat maupun sakit. Sebagaimana menurut teori Skinner (1938) dalam Notoatmodjo (2007) bahwa perilaku manusia dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu perilaku tertutup (covert behavior) dan perilaku terbuka (overt behavior). Perilaku tertutup terjadi bila respon terhadap stimulus tersebut masih belum dapat diamati orang lain (dari luar) secara jelas karena masih dalam bentuk perhatian, perasaan, persepsi, pengetahuan dan sikap terhadap stimulus. Sementara perilaku terbuka (overt behavior) merupakan respon terhadap stimulus sudah berupa tindakan, atau praktik ini dapat diamati orang lain dari luar atau observable behavior.
Kepribadian merupakan pola khas seseorang dalam berpikir, merasakan dan berperilaku yang relatif stabil dan dapat diperkirakan (Dorland, 2002). Kepribadian juga merupakan jumlah total kecenderungan herediter dengan berbagai pengaruh dari lingkungan serta
bawaan atau Pembagian tipe
kepribadian manusia dalam sifat tipe kepribadian A dan tipe kepribadian B merupakan teori Freudman dan rosenman (1974 di kutip dari taufik 1996). Freudman menyatakan bahwa tipe kepribadian A dan tipe kepribadian B terbentuk berdasarkan sikap. Berikut ciri-ciri dari kepribadian tipe A adalah berpikir atau mengerjakan dua hal sekaligus, mengharuskan dirinya untuk selalu aktif, merencanakan kegiatan yang banyak dalam waktu yang singkat, tidak dapat melihat atau tidak tertarik pada lingkungan atau hal-hal yang indah (homo himini lupus), menyuruh orang lain dengan berbicara cepat, cenderung tidak sabar atau tergesa-gesa dalam mengerjakan segala sesuatu, berkeyakinan bahwa segala sesuatu dapat terselesaikan dengan baik bila dikerjakan sendirian, sangat memperhatikan disiplin waktu, mengukur kesuksesan dengan membandingkan kesuksesan dirinya dengan orang lain,mudah tersinggung, sangat ambisius,
41
agresif dan meledak-ledak, bejiwa kompetitif dan tidak bisa diam misalnya: suka jadi pusat perhatian, suka mengedip-ngedipkan mata atau menaikkan alis, bila berbicara suka membasahi bibir, menggaruk-garuk kepala, menggepalkan tinju, menghela napas, mengetuk-ngetuk meja, dan sering menggoyanggoyangkan tangan dan kaki ( Muis, 2009). Berdasarkan hal tersebut maka tipe kepribadian B dalam kehidupan keseharian perlu dikembangkan agar perilaku masyarakat dalam menyikap peran sakit lebih siap.
Perlunya petugas kesehatan memberikan dorongan dan motivasi bagi penderita hipertensi dan yang tidak hipertensi untuk menumbuhkan keyakinan dan kesadaran menjaga kesehatan lebih penting untuk menghindari resiko yang lebih parah serta melakukan pemeriksaan rutin kepada petugas kesehatan untuk mengetahui perkembangan penyakit hipertensi yang dialaminya.
3. Keterbatasan penelitian a.
Jumlah pasien hipertensi yang tidak setiap hari ada di Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan, sehingga peneliti membutuhkan waktu yang cukup lama untuk memperoleh data dari responden.
b.
Variabel tipe kepribadian dalam penelitian ini sama-ama berhubungan dengan kejadian hipertensi, peneliti tidak dapat memastikan apa variabel tipe kepribadian B berhubungan dengan kejadian hipertensi atau mungkin disebabkan karena faktor lain seperti gaya hidup, jenis kelamin, riwayat hipertensi.
42
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Diketahui adanya hubungan tipe kepribadian dengan kejadian hipertensi di Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan 2015. 2. Ada hubungan hubungan tipe kepribadian A dengan kejadian hipertensi di Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan Tahun 2015. 3. Ada hubungan tipe kepribadian B dengan kejadian hipertensi di Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan Tahun 2015.
B. Saran Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, saran yang dapat disampaikan adalah sebagai berikut : 1. Bagi Rumah Sakit Disarankan agar petugas kesehatan di Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan lebih meningkatkan kegiatan penyuluhan dan pemberian informasi tentang tipe sehat serta memberikan dorongan dan motivasi bagi pasien yang menderita hipertensi dan tidak hipertensi yang mempunyai kepribadian tipe kepribadian A. 2. Bagi Pasien Hipertensi Perlu memeriksakan kesehatan secara rutin kepada petugas kesehatan agar diketahui perkembann tekanan darahnya serta memperoleh informasi dari petugas kesehatan tentang hipertensi lebih luas lagi. 3. Bagi Institusi Pendidikan Hasil penelitian ini perlu dikembangkan dan dijadikan sebagai salah satu sumber untuk pengembangan ilmu dan pengetahuan tentang kejadian hipertensi dan faktor yang berhubungan dengan kejadian hipertensi.
43
4. Bagi Peneliti selanjutnya Variabel tipe kepribadian dalam penelitian ini sama-ama berhubungan dengan kejadian hipertensi, peneliti tidak dapat memastikan apa variabel tipe kepribadian B
berhubungan dengan kejadian hipertensi jadi peneliti
menyarankan agar peneliti selanjutnya meneliti beberapa faktor lain yang menjadi pemicu terjadinya hipertensi lebih luas seperti kelamin, riwayat hipertensi .
gaya hidup, jenis
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, A. M. (2005). Psikologi Perkembangan. Penerbit Rineka Cipta. Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT.Rineka Cipta. Citrayana, Benedicta Feby, Yunita Lauren, Marcella Erwina Rumawas, Valentinus Budi Kidarsa Pengumpul Data. Jakarta: Kepribadian Tipe A dan Risiko Hipertensi pada Orang Dewasa di Puskesmas Kelurahan Joglo II pada tanggal 30 April _5 Mei (2012). Crea, M. (2008). Hypertension. Jakarta: Medya. Depkes, (2010). Hipertensi penyebab kematian nomor tiga. (Online). http://depkes.go.id/index.php/berita/press-release/810-hipertansi-penyebabkematian-nomor-tiga.html, diakses tanggal 12 oktober 2012. Dinkes Sumut. (2013) . Sepuluh Besar Penyakit Pasien Rawat Inap Rumah Sakit Tingkat Provinsi Sumatera Utara Tahun 2013. Friedman, Schustack. (2008). Kepribadian teori klasik dan riset moderen edisi 3. Jakarta: Erlangga. Friedman M, Byers SO, Diamant J & Rosenman RH. (2012). Plasma catecholamine response of coronary-prone subjects (type A) to a specific challenge. Metabolism [serial on internet. Hartman. Stres dan koping mahasiswa kepribadian tipe kepribadian tipe A dan B dalam menyusun skripsi fakultas keperawatan unuversitas sumatera utara tahun 2013. JNC 7 Express. The Seventh Report of The Joint National Comitte on Prevention, Detection, Evaluation, And Treatment of High Blood Pressure, 2003:1-64.. Kotchen TA. Hypertensive vascular disease. In: Fauci AS, Kasper DL,Longo DL, Braunwald E, Hauser SL, James JL, et al., editors. Harrison’sprinciples of internal medicine. 17thed. New York: McGraw Hill, 2008:p. 1549-54. Kumar, (2005). Hipertensi Penyakit Vaskuler. http://www.medicine.com/, diakses tanggal 12 Maret 2015. Kuswardhani, T. (2006). Penatalaksanaan Hipertensi Pada Lanjut Usia. Jurnal Penyakit Dalam, Volume 138 7 Nomor 2 Mei 2006, Divisi Geriatri Bagian Penyakit Dalam FK. Unud, RSUP Sanglah Denpasar.
Muis, Saludin. (2009). Kenali Kepribadian Anda dan Permasalahan dari Sudut Pandang Teoripsikonalisa. Yogyakarta: Graham Ilmu. Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta, 2012. Parkinson, M. (2004). Test Yourself: Personality Questionnaires, Memahami Kuesioner Kepribadian. Solo: Tiga Seragkai. Ratna, Dwi Sari & Arrum. (2006). Stres Dan Koping Perawat Tipe A Dan B . Jurnal Keperawatan Rufaidah Sumatera Utara 2 Nomor 1, Mei 2013. Ratnaningtyas, Y., Djatmiko, W. (2011). Hubungan kepribadian tipe d dengan kejadian hipertensi di rsud prof. dr. margono soekardjo. Mandala of Health,5 (2). Robbins, S. (2006). Perilaku organisasi edisi kesepuluh. Jakarta. Indeks Dalam Jilid I Edisi IV. FKUI, Jakarta. Riset kesehatan dasar, (2010). Laporan Provinsi Sumatera Utara Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan, Republik Indonesia. (Online) http://www.kesehatan.kebumenkab. go.id/data/lapriskesdas.pdf. diakses tanggal 2 Maret 2015. RSU Sari Mutiara Medan. (2015). Laporan Tahunan RSU Sari Mutiara Medan Tahun 2015. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) . (2013). Pedoman Pewawancara Petugas Badan Litbangkes, Depkes RI, 2013. Setiawati & Bustami. (2005). Anti Hipertensi dalam Farmakologi dan Terapi. Jakarta : FKUI. Shanty, M. (2011). Penyakit yang Diam-diam Mematikan. Yogyakarta: Javalitera. Sutanto. (2009). Awas 7 Penyakit Degeneratif. Yogyakarta: Paradigma Medan. Taufik & Wade. (2007). Psikologi. Jakarta: Erlangga Universitas WHO and J NC 7. Klasifikasi Hipertensi. Diakses dari www. Serene. Me. Uk. Pada bulan April 2015. Wolf. (2006). Kepribadian teori klasik dan riset moderen edisi 3. Jakarta: Erlangga. Yogiantoro, M. (2006). Hipertensi Esensial dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I. Edisi IV. Jakarta: FKUI.
Lampiran 1 LEMBARAN INFORMED CONSENT
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya :
Nama
:………………………….
Alamat
:………………………….
Dengan ini menyatakan dengan sebesar-besarnya bahwa saya telah mendapat penjelasan mengenai tujuan, manfaat, dan prosedur dari penelitian ini dengan judul “Hubungan Tipe Kepribadian dengan Kejadian Hipertensi di Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan Tahun 2015”.
Selanjutnya saya dengan ikhlas dan sukarela menyatakan ikut serta dalam penelitian ini sebagai responden. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan tanpa ada paksaan dari pihak manapun.
Sari Mutiara Medan,……………………
Yang menyatakan,
……………………………. (Responden)
\
Lampiran 2 KUISIONER PENELITIAN HUBUNGAN TIPE KEPRIBADIAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI DI RUMAH SAKIT UMUM SARI MUTIARA MEDAN TAHUN 2015
A. Identitas Responden 1. Nomor Responden
:
2. Inisial Responden
: ______________________
3. Jenis Kelamin
:
Laki-laki Perempuan
4. Umur Responden
: ……..tahun
B. Petunjuk Pengisian Kuisoner Jawa blah pertanyaan pada kuisioner pada kolom yang telah disediakan dengan memberi tanda (√) :
NO 1 2 3 4
5 6
7 8 9
PERNYATAAN TIPE KEPRIBADIAN A Saya suka dengan persaingan Saya selalu kurang sabar terhadap apa yang saya kerjakan Saya selalu berusaha untuk melakukan suatu tindakan dengan cepat Saya lebih suka sendirian dari pada berkelompok dalam melakukan suatu tantangan Saya selalu tergesa-gesa dalam melakukan apa pun Saya mudah bergaul, pandai menimbulkan perasaan empati dan bila tidak tercapai maksudnya mudah bersikap bermusuhan Saya suka jadi pusat perhatian
Saya suka membasahi bibir bila berbicara Saya suka menghela napas disaat berbicara
STS
TS
S
SS
10
11 12 13
NO 14 15 16 17 18 19 20
Saya sering menggoyang-goyangkan tangan dan kaki saat mendengar teman saya berbicara. Saya mudah tersinggung Saya sangat ambisius dalam mengerjakan sesuatu Saya suka mengedip-ngedipkan mata atau menaikkan alis disaat berbicara ataupun mendengar teman berbicara UNTUK TIPE KEPRIBADIAN B Saya suka menghibur orang lain dengan hal-hal yang lucu Saya sering mengikuti kegiatan-kegiatan sosial Dalam hidup saya, saya selalu membutuhkan teman Saya mudah untuk menerima saran dan kritikan dari orang lain Saya melakukan setiap tindakan dengan rileks Saya suka bekerja sama Saya mampu memahami situasi apa
STS
TS
pun 21 22 23
24
25
26
Saya tidak memaksakan dirinya untuk
dapat menghadapi tantangan Saya mampu memandang segala sesuatu dengan bijaksana Saya selalu memikirkan cara beradaptasi terhadap situasi yang dihadapi Saya tidak mudah mengalami stress jika saya tidak mampu mengerjakan sesuatu. Saya selalu tenang dan berpandangan bahwa hidup dijalani seperti air mengalir Saya tau cara yang tepat dalam menghadapi banyak hal atau masalah
D. Hipertensi 1. Tekanan darah Anda (hasil pemeriksaan yang terakhir) = ……/….. mmHg 2. Apakah Anda mempunyai riwayat hipertensi pada keluarga? a. Ya b. Tidak
S
SS
Lembar Master Data Hubungan Tipe Kepribadian Dengan Kejadian Hipertensi di Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan Tahun 2015
Umur 23 40 34 43 56 27 38 45 46 43 52 53 52 47 53 23 40 34 43 56 27 38 45 46 43 52 53 52 47 53 32 33 47 49 50 47 45 31 53 52 47 53 23 40 34 43 56 27 38 45 46 43 52 53 52 47 53 32 33 47 49 50 47 45 31 52 47 53 32 33 47 49
Jenis kelamin L L L P L P P L P L L P P P P L L P L P L L L P L P P L P L L P P P P L L P L P L L L P L P P L P L L P P P P L L P L P L L L P L P P L P L L P
Tingkat pendidikan
Hipertensi
1 2 6 4 5 6 5 6 4 3 5 3 4 6 1 2 6 4 5 6 5 6 4 6 5 1 4 6 5 6 5 6 4 6 5 1 4 6 1 2 6 4 5 6 5 6 4 4 5 6 5 6 4 6 5 1 4 6 1 3 6 4 5 6 5 3 4 6 5 1 4 6
2 1 1 2 1 2 2 2 1 2 1 2 2 2 1 2 2 1 2 1 2 1 1 2 1 2 2 2 2 2 1 2 2 2 1 2 2 1 2 1 2 1 1 2 1 2 2 2 2 2 1 2 2 2 1 2 2 1 2 1 2 1 1 2 1 2 2 2 2 2 1 2
1
T.kepribadian A 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 1 2 2 2 1 2 2 1 2 1 2 1 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 1 2 1 2 2 1 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 1 2 2 1 2 2 2 2 2 1 1
Tipe Kepribadian B 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 2 1 1 1 2 1 1 2 1 2 1 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 2 1 2 1 1 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 2 1 1 2 1 1 1 1 1 2 2
50 47 45 31 53 52 47 53 23 40 34 43 56 27 38 45 46 43 52 53 52 47 53 32 33 47 49 38 45 46 43 52 53 52 47 53 23 40 34 43 56 27 38 45 46 43 52 53 52 47 54
P P P L L P L P L L L P L P P L P L L P P P P L L P L P L L L P L P P L P L L P P P P L L P L P L L L
5 6 5 6 4 6 5 1 4 6 4 5 6 5 6 4 6 5 3 4 6 3 2 6 4 5 6 5 6 4 6 5 3 4 6 5 6 5 6 4 6 5 1 4 6 4 5 6 5 6 4
2 2 1 2 2 1 2 1 2 1 1 2 1 2 2 2 2 2 1 2 2 2 1 2 2 1 2 1 2 1 1 2 1 2 2 2 2 2 1 2 2 2 1 2 2 1 2 2 2 2 2
HIPERTENSI Hipertensi Tidak hipertensi
1 2
PENDIDIKAN Tidak sekolah Tamat SD Tamat SLTP Tamat SLTA Tamat D3 Tamat S1
1 2 3 4 5 6
KETERANGAN UMUR <35 tahun 35-50 tahun > 50 tahun
1 2 3
JENIS KELAMIN Laki-laki Perempuan
1 2
TIPE KEPRIBADIAN Tipe kepribadian A Tipe kepribadian B
YA = 1 TIDAK =2 YA = 1 TIDAK =2
2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 1 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 1 2 1 2 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 1 2 2 1 1 2 1 2 2 2 1 2
1 1 2 2 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 2 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 2 1 2 1 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 2 1 1 2 2 1 2 1 1 1 2 1
Lembar Output SPSS Hubungan Tipe Kepribadian Dengan Kejadian Hipertensi di Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan Tahun 2015
Hasil Analisis Univariat Golongan Umur
Valid
< 35 Tahun 35-50 Tahun > 50 Tahun Total
Frequency 26 60 37 123
Percent 21.1 48.8 30.1 100.0
Valid Percent 21.1 48.8 30.1 100.0
Cumulative Percent 21.1 69.9 100.0
Jenis Kelamin
Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Laki-Laki
63
51.2
51.2
51.2
Perempuan
60
48.8
48.8
100.0
123
100.0
100.0
Total
Tingkat Pendidikan
Frequency Valid
Tidak Sekolah Tamat SD Tamat SMP Tamat SMA Tamat D-III Tamat S-1 Total
1 4 9 33 33 43 123
Percent ,8 3,3 7,3 26,8 26,8 35,0 100,0
1
Valid Percent ,8 3,3 7,3 26,8 26,8 35,0 100,0
Cumulative Percent ,8 4,1 11,4 38,2 65,0 100,0
Hasil Analisis Bivariat Tipe Kepribadian * Kejadian Hipertensi Crosstabulation
Tipe Kepribadian
Tipe Kepribadian A
Kejadian Hipertensi Tidak Hipertensi Hipertensi 26 8
Count % of Total
Tipe Kepribadian B
21,1%
Count % of Total
Total
34
6,5%
27,6%
15
74
89
12,2%
60,2%
72,4%
41
82
123
33,3%
66,7%
100,0%
Count % of Total
Total
Chi-Square Tests
1
Asymp. Sig. (2-sided) ,000
Continuity Correction(a)
36,710
1
,000
Likelihood Ratio
38,748
1
,000
Value 39,347(b)
Pearson Chi-Square
df
Exact Sig. (2-sided)
Fisher's Exact Test
Exact Sig. (1sided)
,000
Linear-by-Linear Association
39,027
N of Valid Cases
123
1
,000
,000
a Computed only for a 2x2 table b 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 11,33.
Tipe Kepribadian A * Kejadian Hipertensi Crosstabulation
Kejadian Hipertensi
Tipe Kepribadian A
YA
Count % of Total
TIDA K
Count % of Total
Total
Count % of Total
Total
Hipertensi 26
Tidak Hipertensi 8
34
21,1%
6,5%
27,6%
15
74
89
12,2%
60,2%
72,4%
41
82
123
33,3%
66,7%
100,0%
Chi-Square Tests
Pearson Chi-Square
Value
df
Asymp. Sig. (2-sided)
39,347(b)
1
,000
Continuity Correction(a)
36,710
1
,000
Likelihood Ratio
38,748
1
,000
Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association
39,027
1
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1sided)
,000
,000
,000
N of Valid Cases 123 a Computed only for a 2x2 table b 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 11,33.
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower
Upper
Lower
Odds Ratio for Tipe Kepribadian A (ya / tidak)
16,033
6,094
42,187
For cohort Kejadian Hipertensi = Hipertensi
4,537
2,758
7,463
For cohort Kejadian Hipertensi = Tidak Hipertensi
,283
,153
,522
N of Valid Cases
123
TIPE KEPRIBADIAN B * KEJADIAN HIPERTENSI CROSSTABULATION
Kejadian Hipertensi Hipertensi Tipe kepribadian B
Ya
Count % of Total
Tidak
Count % of Total
Total
Count % of Total
Total
Tidak Hipertensi
15
74
89
12,2%
60,2%
72,4%
26
8
34
21,1%
6,5%
27,6%
41
82
123
33,3%
66,7%
100,0%
Chi-Square Tests
Value 39,347(b)
Df 1
Asymp. Sig. (2-sided) ,000
Continuity Correction(a)
36,710
1
,000
Likelihood Ratio
38,748
1
,000
Pearson Chi-Square
Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association
39,027
N of Valid Cases
123
1
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
,000
,000
,000
a Computed only for a 2x2 table b 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 11,33.
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower
Upper
Lower
Odds Ratio for Tipe kepribadian B (ya / tidak)
,062
,024
,164
For cohort Kejadian Hipertensi = Hipertensi
,220
,134
,363
For cohort Kejadian Hipertensi = Tidak Hipertensi
3,534
1,914
6,524
N of Valid Cases
123