JOB SQUENCING DINI WAHYUNI Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN Job sequencing adalah suatu proses mengurutkan pekerjaan sesuai dengan logical order, yang merupakan suatu kegiatan yang berkaitan dengan maintenance dalam workshop. Prolema job sequencing pada umumnya ditemui pada operasi maintenance mesin-mesin produksi, baik di workshop (perbengkelan) ataupun pada shop floor di pabrik-pabrik. Pemecahan problema job sequencing sangat sederhana ataupun sangat rumit, tergantung pada banyaknya job (the number of jobs) dan banyaknya stasiun kerja (work station) yang terlibat dalam problem ini. Makin banyak job yang harus diproses dan makin banyak stasiun kerja yang sangat dalam pengerjaan job tersebut, problem akan menjadi sangat rumit. BAB II JOB SEQUENCING Masalah umum yang dihadapi pada penjadualan pekerjaan adalah mengatur jadual produksi dari N pekerjaan untuk M mesin. Pada awalnya kita harus mengatur N pekerjaan. Untuk tiap pekerjaan, kita harus mengetahui urutan- urutan dari pemakaian mesin yang dibutuhkan untuk suatu pekerjaan dan waktu operasi untuk setiap mesin, juga waktu selesainya. Tujuannya adalah untuk meminimumkan waktu yang menyelesaikan semua pekerjaan tersebut, meminimumkan waktu perpindahan dan meningkatkan efisiensi dari tiap pekerjaan tersebut. Pada dasarnya masalah ini sulit untuk dipecahkan karena untuk tiap M mesin terdapat N! kemungkinan penjadualan, jadi totalnya ( N! )m. Maka hal ini sangatlah sulit untuk dipecahkan. Apalagi jika N & M besar. Maka yang mungkin dilakukan adalah dengan memakai cara pendekatan untuk mendapatkan hasil yang optimum, dengan toleransi untuk error yang terjadi. Untuk itu dipakailah beberapa aturan, yang dapat dikelompokkan pada aturan statis dan dinamis. Aturan yang statis mempunyai prioritas tetap konstan sampai pekerjaan selesai. Aturan yang dinamis berubah mengikuti waktu dan urutan pekerjaan, yang juga memperhitungkan kelonggaran. Kelonggaran = waktu akhir - waktu sekarang - jam pekerjaan yang tertinggal. Aturan-aturan tersebut dapat juga dikelompokkan ke myopic atau global. Myopic hanya melihat ke mesin -mesin secara individu, sedangkan global melihat ke seluruh pekerjaan. Satu hal yang jelas ialah bahwa order yang mendapat prioritas yang tinggi untuk dikerjakan duluan akan cenderung tidak terlambat dalam pengirimannya kepada pelanggan yang memesan. Sebaliknya apabila order tertentu mendapat prioritas yang rendah, tentu cenderung menjadi terlambat. Karena sasaran yang ingin dicapai oleh perusahaan ini ialah mendapat kepuasan pelanggan sebesarbesarnya dalam hal ini ketepatan jadual pengiriman dengan jadual yang disepakati
© 2004 Digitized by USU digital library
1
dalam kontrak, maka perlu diketahui cara yang objektif dalam penentuan prioritas tersebut. Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh para akademis dan praktisi menemukan lebih dari 24 cara yang dapat digunakan dalam penentuan skala prioritas tersebut. Hasil penentuan tersebut juga menyimpulkan bahwa tidak ada satu cara pun yang dikategorikan sebagai the best diantaranya. Masing - masing cara unggul berdasarkan situasi order tertentu. Beberapa aturan-aturan yang umum diantaranya : 1. Waktu proses tercepat Memilih pekerjaan dengan waktu proses yang paling menimum. 2. Waktu akhir yang paling dahulu Memilih pekerjaan yang waktu akhirnya paling dahulu. 3. Yang datang duluan dilayani duluan Memilih pekerjaaan yang paling dahulu diminta menurut pesanan. 4. Yang ada di dalam sistem dikerjakan duluan Memilih pekerjaan yang paling lama dikerjakan dan sedang berada dalam sistem. 5. Kelonggaran tiap operasi/pekerjaan Memilih pekerjaan yang memiliki perbandingan operasi dan kelonggaran yang minimum. 6. Prioritas ratio kritis Pemilihan pekerjaan berdasarkan perbandingan kelonggaran berdasarkan prioritas dari waktu operasi. 7. Waktu total proses tercepat Memilih pekerjaan yang mempunyai waktu total proses yang paling kecil. 8. Waktu proses yang tertinggal Memilih waktu total proses yang tertinggal yang paling kecil. 9. Operasi yang paling banyak Memilih pekerjaan dengan operasi yang paling banyak. 10. Pekerjaan tertinggal yang paling banyak Memilih pekerjaan dengan waktu total pekerjaan yang tertinggal paling banyak. 11. Random Memilih pekerjaan secara random. 12. Pekerjaan berdasarkan urutan minimum Memilih pekerjaan yang urutan-urutan mesinnya paling kecil. Contoh : Jam sekarang = 10.00 Mesin B telah menyelesaikan pekerjaannya, dan sekarang akan dipilih apa pekerjaan selanjutnya. Pekerjaan 1 2 3 4
Tiba di Sistem 10 0 0 0
Tiba di B 10 5 9 8
Waktu Akhir 30 20 10 25
1 (B,5) (A,5) (C,3) (E,6)
Operasi Mesin 2 3 (A,1) (D,6) (B,3) (C,2) (D,2) (B,2) (B,4) (C,4)
1. Waktu proses tercepat Pekerjaan (1,2,3,4) memiliki waktu pemrosesan (5,3,2,4) pada mesin B. Tempatkan pekerjaan secara berurutan sesuai dengan waktu pemrosesan berdasarkan urutan pekerjaan (3,2,4,1).
© 2004 Digitized by USU digital library
2
2. Waktu akhir tercepat Pekerjaan (1,2,3,4) memiliki waktu akhir (30,20,10,25) dan sesuai dengan urutan pekerjaan yaitu (3,2,4,1). 3. Yang datang duluan, dilayani duluan Pekerjaan tiba di B waktu (10,5,9,8). Dengan menempatkan pekerjaan yang tiba duluan maka urutan pekerjaan (2,4,3,1). 4. Yang berada dalam sistem dikerjakan duluan Pemesanan pekerjaan berdasarkan kedatangan pada sistem. Maka urutannya adalah (2,3,4,1). 5. Kelonggaran tiap operasi Kelonggaran pekerjaan = waktu akhir - waktu sekarang - waktu proses yang tertinggal. Job 1 : 30 – 10 – 5 – 1 – 6 = 8 Job 2 : 20 – 10 – 3 - 2
=5
Job 3 : 10 – 10 - 2
= -2
Job 4 : 25 – 10 – 4 - 4
=7
Lalu masing-masing dibagi dengan jumlah operasi yang tertinggal di tiap pekerjaan. Job 1 : 2,67 Job 2 : 2,50 Job 3 : -2,00 Job 4 : 3,50 Lalu mengurutkannya, maka didapat (3,2,1,4) 6. Prioritas ratio kritis Dengan menghitung (biaya penundaan)/(waktu pengerjaan) 1 jika kelonggaran = 0 Biaya penundaan 0 jika kelonggaran = 1 E (waktu tunggu) - slack/E (waktu tunggu) Asia 3 kategori dalam biaya penundaan yaitu : pekerjaan yang terlambat untuk dikerjakan, pekerjaan yang tidak perlu dikerjakan secepatnya dan pekerjaan yang dikerjakan tidak tergesa-gesa tapi pada waktu normal saja/waktu yang masih dapat dianggap normal. E (waktu tunggu) sering dikatakan sebagai perkalian dari jumlah pekerjaan yang tertinggal. Diasumsikan bahwa setengah dari waktu operasi yang tertinggal adalah waktu tunda yang normal. Maka waktu tunda untuk pekerjaan tersebut adalah (1,5;1,0;0,5;10). Kecuali untuk pekerjaan 3, waktu tunda lebih kecil dari kelonggaran yang ada biaya penundaan = 0. Biaya penundaan untuk pekerjaan 3 adalah 1, karena pekerjaan tersebut memiliki kelonggaran yang negatif. Maka dengan memakai perhitungan di atas didapatkan (0,0,1/2,0). Pekerjaan 3 memiliki harga tertinggi dan dikerjakan duluan. Lalu selanjutnya diurutkan (3,1,2,4), maka aturan perbandingan prioritas kritis dapat tercapai.
© 2004 Digitized by USU digital library
3
1. Waktu proses tercepat Waktu proses tercepat adalah (12,10,7,14), maka urutan pekerjaan (3,2,1,4) 2. Waktu total proses yang tertinggal Waktu total proses yang tertinggal sarnpai pekerjaan selesai adalah (12,5,2,8), maka urutannya (3,2,4,1). 3. Operasi yang paling banyak Jumlah operasi yang tertinggal (3,2,1,2), maka urutannya (1,2,4,3). 4. Pekerjaan sisa/tinggal yang paling banyak Pekerjaan sisa/tinggal yang paling banyak dapat dilihat pada waktu total proses yang tertinggal, maka urutannya (1,4,2,3). 5. Random/acak Dengan berdasarkan tabel bilangan random, didapatkan (3,1,2,4). 6. Pekerjaan berdasarkan urutan minimum Andaikan panjang urutan pada me sin A = 10 & C = 4, pekerjaan 3 dikerjakan duluan karena tidak memiliki urutan selanjutnya. Pekerjaan 2 & 4 dikerjakan berikutnya karena menuju ke mesin C, yang memiliki pekerjaan yang lebih kecil dari A. Maka urutannya adalah (3,2,4,1).
BAB III PENJADUALAN SECARA UMUM Penjadualan yang optimal harus dapat benar-benar aktif (dapat diperbaharui), dimana pekerjaan harus berlangsung terus, tidak pernah tertunda antara pekerjaan yang dengan lainnya. Langkah-langkahnya : 1. Susun daftar pekerjaan dan waktu proses untuk mansing-masing pekerjaan. 2. Pilih pekerjaan yang memiliki waktu proses yang paling kecil dengan ketentuan : a. Jika pekerjaan yang mempunyai waktu terkecil terdapat pada mesin 1, maka tempatkan pada urutan awal. b. Jika pekerjaan yang mempunyai waktu terkecil terdapat pada mesin 2, maka tempatkan pada urutan akhir. 3. Hilangkan job yang telah dipilih. 4. Ulangi langkah 1 -3 sampai semuanya terpenuhi. BAB IV JOB SCHEDULING Job scheduling (penjadualan pekerjaan) pada dasarnya adalah tahapan terakhir dari perencanaan produksi (production planning). Perbedaan antara job sequencing dengan job scheduling ialah bahwa pada job sequencing, urutan prioritas job yang akan dikerjakan ditentukan tetap memperhatikan urutan proses berikutnya, sedangkan pada job yang akan dikerjakan hanya memperhatikan stasiun kerja yang memenuhi persyaratan saja. Persyaratan yang dimaksud antara lain : ketersedian material, alat – alat bantu, gambar teknik operator dna lain – lain yang dibutuhkan oleh job tersebut. Apabila salah satu atau lebih persayratan tersebut tidak dipenuhi, maka order bersangkutan tidak dipertimbangkan.
© 2004 Digitized by USU digital library
4
KEPUSTAKAAN Askin, Ronald G., Modelling ang Analysis of Manufacturing System, John Wilay & Sons, New York Baker, Kenneth R., Introduction to Sequencing and Scheduling, John Wily & Sons, New York French, Simon, Squencing and Scheduling, An Introduction to the Mathematics of The Job Shop, john Wiley & Sons, New York.
© 2004 Digitized by USU digital library
5