STUDI PENGARUH PENGGUNAAN VARIASI ANTI STRIPPING AGENT WETFIX BE dan DERBO-401 TERHADAP KARAKTERISTIK CAMPURAN BETON ASPAL LAPIS PONDASI ATAS (AC-BASE) Chandra Benny Panjaitan 1 dan Zulkarnain A. Muis 2 1
2
Departemen Teknik Sipil, Universitas Sumatera Utara Jl. Perpustakaan NO. 1 Kampus USU Medan Email :
[email protected]
Staf Pengajar Departemen Teknik Sipil, Universitas Sumatera Utara Jl. Perpustakaan NO. 1 Kampus USU Medan Email :
[email protected] ABSTRAK
Daya ikat antara bitumen dan agregat adalah merupakan hal yang sangat penting dalam perkerasan jalan. Hal ini sangat menentukan lama tidaknya umur perkerasan tersebut. Bila daya ikat antara bitumen dan agregat tidak baik, maka dapat menimbulkan terjadinya pengelupasan (stripping). Pengelupasan atau pelepasan butiran ini dapat memudahkan penyerapan air yang pada akhirnya akan mempercepat terjadinya kerusakan jalan. Meningkatkan daya lekat antara agregat dan aspal dapat dilakukan dengan penambahan zat aditif Anti Stripping Agent. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemakaian dua jenis antistripping WETFIX BE dan DERBO-401 terhadap campuran AC-Base menurut Spesifikasi Umum Bina Marga 2010. Percobaan laboratorium dilakukan terhadap dua jenis gradasi kasar dan gradasi halus dengan penambahan jenis Anti Stripping Agent sebesar 0.2 %, 0.3 % dan 0.4 % terhadap berat aspal. Penelitian dilakukan dengan uji Marshall Test. Dari percobaan laboratorium menunjukkan bahwa hasil analisis volumetrik campuran dan analisis nilai empiris marshall memenuhi persyaratan spesifikasi Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Bina Marga 2010. Dimana penambahan Anti Stripping Agent jenis Derbo-401 memiliki keunggulan dibandingkan Anti Stripping Agent jenis Wetfix-BE. Kata Kunci : Anti Stripping Agent, Marshall Test, Wetfix-BE, Derbo-401, Laston AC-Base
THE STUDY ON INFLUENCE OF ANTI STRIPPING AGENT WETFIX-B AND DERBO-401 TO THE CHARACTERISTIC OF MIXING LASTON AC-BASE ABSTRACT The binding force between bitumen and aggregate is very important in road hardening. This condition determine the age of the hardening. If the binding force between bitumen and aggregate is not good, it will cause stripping. The stripping causes the absorptio"n'of water and then accelerates the damage of the road. The increasing of adhesive force between aggregate and asphalt can be implemented by addition of anti Stripping Agent as additive substance. This study aimed to determine the effect of using two types of antistripping WETFIX DERBO-401 BE and the mixture according to the AC-Base based on General Specification of directorate general of high way 2010. Laboratory experiments conducted on two types of rough and smooth gradation by addition of Anti Stripping Agent of 0.2%, 0.3% and 0.4% by weight of the asphalt. The study was conducted by Marshall Test. From laboratory experiments showed that the mixture volumetric analysis and analysis of empirical values marshall meet specification requirements the Department of Public Works Directorate General of Highways 2010. Where the addition of Anti-Stripping Agent Derbo 401 types have advantages over types of Anti Stripping Agent Wetfix-BE Keywords: Anti Stripping Agent, Marshal Test, Wetfix-BE, Derbo-401, Laston AC Base
PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Negara โ negara di Asia umumnya memiliki curah hujan dan kelembaban yang cukup tinggi sehingga agregat pada umumnya basah. Hal ini menyebabkan lebih dari empat puluh persen kerusakan jalan disebabkan oleh air. Sementara agregat memiliki daya tarik yang tinggi terhadap air. Namun agregat yang basah umumnya menolak aspal. Hal tersebut membuat aspal mudah terkelupas oleh air. Oleh karena itu, aspal perlu dimodifikasi dengan menambahkan suatu bahan yang dapat menaikkan mutu aspal maupun campuran beraspalnya. [5] Dengan adanya spesifikasi umum revisi pengerjaaan konstruksi jalan yang dikeluarkan Dirjen Bina Marga pada November 2010 untuk menggantikan spesifikasi edisi Desember 2006. Hal tersebut tentu saja berdampak besar terhadap konstruksi jalan yang akan datang. Dimana spesifikasi baru ini diharapkan mampu menjawab tantangan kebutuhan jalan yang optimal, sehingga ke depan konstruksi jalan raya yang ada di Indonesia akan semakin baik. Adapun perubahan yang terlihat mendasar pada perencanaan campuran aspal beton lapis pondasi (ACBase) spesifikasi 2010 adalah pada batasan gradasi agregat, dimana pada spesifikasi ini dikeluarkannya 2 (dua) batasan gradasi agregat yaitu batasan gradasi kasar dan batasan gradasi halus. Begitu juga dengan ditiadakannya daerah larangan pada spesifikasi ini. Perubahan lain yang terlihat adalah adanya keharusan dalam spesifikasi 2010 menyetujui penggunaan bahan anti pengelupasan (anti stripping agent), hal ini akan mempengaruhi karakteristik dari campuran aspal beton lapis pondasi atas ( AC-Base ). [3,4] Campuran beraspal lapis aspal beton (Laston) merupakan bagian perkerasan lentur yang terletak di lapisan permukaan (surface course). Jenis campuran beraspal ini merupakan campuran yang terdiri dari aspal dan agregat yang dicapur, dihamparkan, lalu dipadatkan dalam keadaan panas. Campuran agregat tersebut terdiri dari agregat kasar, agregat halus dan zat anti pengelupasan (Anti Stripping Agent). Anti Stripping Agent merupakan suatu zat adiktif yang dapat merubah sifat aspal dan agregat, meningkatkan daya lekat dan ikatan, serta mengurangi efek negatif dari air dan kelembaban sehingga menghasilkan permukaan berdaya lekat tinggi. Hal ini akan mengurangi terjadinya pelepasan butiran pada aspal. Hal ini diharapkan dapat meminilkan terjadinya kerusakan jalan oleh air, memperpanjang waktu pelapisan ulang hotmix dengan biaya perawatan yang lebih mudah. Perumusan Masalah Penelitian Dalam tugas akhir ini, permasalah yang akan dibahas adalah mengenai pengaruh penggunaan variasi Anti Stripping Agent jenis Werfix-BE dan Derbo-401 terhadap karakteristik campuran aspal laston lapis pondasi atas ( AC-Base ). Tujuan dan Manfaat Adapun tujuan dari penelitian Tugas Akhir ini adalah untuk menentukan karakteristik setiap variasi Anti Stripping Agent Wetfix-BE dan Derbo-401 pada AC-Base. Pengujian ini dilakukan untuk membandingkan nilai Retained Stability (yang dinyatakan dalam persen) yang diperoleh dari penambahan kedua jenis zat Anti Stripping Agent ini. Dimana parameter ini dipakai sebagai indikasi ketahanan campuran terhadap pengaruh air. Dengan demikian diperoleh kesimpulan pemilihan zat aditif Anti Stripping Agent yang lebih baik dalam mengurangi kerusakan jalan akibat air. Dengan penelitian ini diharapakan dapat bermanfaat untuk memberikan gambaran kepada pembina jalan dan semua pihak yang terkait mengenai penggunaan jenis Anti Stripping Agen yang lebih baik untuk campuran AC-BASE dalam usaha peningkatan mutu perkerasan jalan raya. METODOLOGI PENELITIAN Bahan dan Alat Penelitian Adapun bahan yang digunakan untuk pengujian adalah : a. Material yang digunakan - Agregat yang digunakan terdiri dari 4 fraksi yaitu batu pecah course agregat 1 ยฝ , medium agregat ยพ, abu batu, dan pasir. - Untuk bahan aspal menggunakan aspal curah dengan penetrasi 60/70. - Bahan tambah menggunakan Filler Semen 1% yang diperoleh dari PT. Karya Murni Perkasa, Patumbak. - Anti Stripping Agent menggunakan WETFIX BE diperoleh dari PT. Karya Murni Perkasa, Patumbak dan DERBO-401 dari India. [1,9] - Jumlah benda uji adalah 240 sampel
Standart
AC-Base Kasar 60
PRD
36
36
24
24
120
120
Parameter
Marshall Sisa Total Total benda uji
AC-Base Halus 60
240 sampel
b. Peralatan yang digunakan - Alat uji pemeriksaan aspal Alat yang digunakan untuk pemeriksaan aspal antara lain: alat uji penetrasi, alat uji titik lembek, alat uji titik nyala dan titik bakar, alat uji daktilitas, alat uji berat jenis (piknometer dan timbangan), alat uji kelarutan, dan TFOT. - Alat uji pemeriksaan agregat Alat uji yang digunakan untuk pemeriksaan agregat antara lain mesin Los Angeles (tes abrasi), saringan standar, alat pengering (oven), timbangan berat. - Alat uji karakteristik campuran agregat aspal Alat uji yang digunakan adalah seperangkat alat untuk metode Marshall. c. Tempat Penelitian - PT Karya Murni Perkasa, Patumbak. Pengujian Campuran Beraspal Uji Marshall Pengujian ini dimaksudkan untuk menentukan ketahanan (stabilitas) terhadap kelelehan plastis (flow) dari campuran beraspal dan nilai retained stability. Pada pengujian alat Marshall, hal pertama yang dilakukan adalah menghitung perkiraan awal KAO (Pb) dengan menggunakan persamaan sebagai berikut : ๐๐ = 0,035 % ๐ถ๐ด + 0,045 % ๐น๐ด + 0,18 % ๐น๐น + ๐พ Dimana : Pb CA FA Filler K
= = = = =
Kadar aspal optimum perkiraan Agregat kasar tertahan saringan No.8 Agregat halus lolos saringan No.8 dan tertahan di saringan No.200 Agregat halus lolos saringan No.200 Konstanta, dengan nilai 0,5 untuk penyerapan agregat yang rendah dan nilai 1,0 untuk penyerapan agregat yang tinggi. Dengan terlebih dahulu membulatkan nilai Pb sampai 0,5% terdekat, kemudian siapkan benda uji Marshall pada lima variasi kadar aspal masing-masing 2 (dua) benda uji, yaitu -1,0%, -0,5%, Pb, +0,5%, +1,0%. a. Persiapan campuran Pada pengujian dengan alat Marshall, dibuat dua benda uji untuk lima variasi kadar aspal terhadap berat total campuran. Untuk tiap benda uji diperlukan agregat sebanyak ยฑ4000 gr sehingga menghasilkan tinggi benda uji kira-kira 7,5 cm. Panaskan pan pencampuran beserta agregat dengan suhu ยฑ 150ยบC di atas suhu pencampur untuk aspal panas dan aduk sampai merata. Sementara itu panaskan aspal sampai suhu pencampuran. Tuangkan aspal sebanyak yang dibutuhkan ke dalam agregat yang sudah dipanaskan tersebut. Kemudian aduklah sampai agregat terlapis merata. b. Pemadatan benda uji Bersihkan perlengkapan cetakan benda uji serta bagian muka penumbuk. Masukkan seluruh campuran ke dalam cetakan dan tusuk-tusuk campuran dengan spatula yang dipanaskan atau aduklah dengan sendok semen 15 kali keliling pinggirannya dan 10 kali di bagian dalam. Sewaktu melakukan pemadatan, peneliti tidak mencatat berapa suhu pemadatan. Letakkan cetakan di atas landasan padat, dalam pemegang cetakan, lakukan pemadatan dengan alat penumbuk sebanyak 112 kali atau sesuai kebutuhan dengan tinggi jatuh 45 cm, selama pemadatan tahanlah agar sumbu palu pemadat selalu tegak lurus pada cetaka. Lepaskan keping alat kemudian balikkan alat cetak berisi benda uji dan pasang kembali. Tumbuklah dengan jumlah tumbukan yang sama. Sesudah pemadatan, lepaskan keping alas dan pasanglah alat pengeluar benda uji. Dengan hati-hati keluarkan dan letakkan benda uji di atas permukaan rata yang halus, biarkan selama kira-kira 24 jam pada suhu ruang.
c. Prosedur percobaan 1. Bersihkan benda uji dari kotoran-kotoran yang menempel 2. Berikan tanda pengenal pada masing-masing benda uji 3. Ukur benda uji dengan ketelitian 0,1 mm 4. Timbang benda uji 5. Rendam kira-kira 24 jam pada suhu ruang 6. Timbang dalam air untuk mendapatkan isi 7. Timbang benda uji dalam kondisi kering permukaan jenuh 8. Rendam benda uji dalam bak perendaman selama 30 menit sampai 40 menit. Sebelum melakukan pengujian bersihkan batang penuntun (guide rod) dan permukaan dalam dari batang penekan (test heads). Keluarkan benda uji dari bak perendaman dan letakkan ke dalam segmen bawah kepala penekan. Pasang segmen atas di atas benda uji, dan letakkan keseluruhannya dalam mesin penguji. 9. Sebelum pembebanan diberikan, kepala penekan beserta benda uji dinaikkan hingga menyentuh alas cincin penguji. Atur kedudukan jarum arloji agar berada pada angka nol. Berikan pembebanan kepada benda uji dengan kecepatan tetap sebesar 50 mm permenit sampai pembebanan maksimum tercapai dan catat pembebanan maksimum yang dicapai. Lepaskan selubung tangkai arloji kelelahan (sleeve) pada saat pembebanan maksimum tercapai dan catat nilai kelelahan yang ditunjukkan oleh jarum arloji. 10. Untuk penambahan masing โ masing jenis Anti Stripping dibuat dalam 2 variasi yaitu WETFIX BE 0,2% sampai dengan 0,4 % dan Derbo-401 0,2% sampai dengan 0,4%,. Setelah nilai stabilitas dan flow didapat, kemudian dihitung besarnya Hasil Bagi Marshall (Marshall Quotient), Rongga diantara mineral agregat (VMA), Rongga dalam campuran (VIM) dan Rongga terisi aspal (VFB). Selanjutnya digambarkan grafik hubungan antara kadar aspal (%) dengan masing-masing parameter Marshall yang telah dihitung sebelumnya. Kemudian dilakukan pengujian untuk mendapatkan nilai VIM refusal atau ๐๐ผ๐๐๐๐ . Selanjutnya dibuat grafik hubungan antara ๐๐ผ๐๐๐๐ dengan kadar aspal. Dengan melihat pada batas-batas yang disyaratkan untuk semua parameter Marshall (Stabilitas, Flow, MQ, VFB, VMA, VIM, dan ๐๐ผ๐๐๐๐ ), kemudian dilakukan analisis untuk mendapatkan Kadar Aspal Optimum (KAO) yang memenuhi semua kriteria campuran. [2,6] Uji Rendaman Marshall Pengujian ini dilakukan untuk melihat ketahanan campuran terhadap pengaruh kerusakan oleh air. Air pada campuran beraspal dapat mengakibatkan berkurangnya daya lekat aspal terhadap agregat sehingga dapat melemahkan ikatan antar agregat. Pengujian dilakukan dengan membuat 48 benda uji pada KAO. Untuk 24 benda uji pertama dilakukan perendaman dalam air dengan suhu 60 ยบC selama 24 jam dan lakukan pengujian Marshall, kemudian pada sisa benda uji dilakukan pengujian Marshall standar. Kehilangan stabilitas akibat perendaman di air diukur sebagai ketahanan terhadap pengaruh air. Perbandingan stabilitas pada benda uji yang direndam dengan yang standar disebut Indeks Kekuatan Marshall Sisa (Marshall Index of Retained Strength) yang dinyatakan dalam nilai > 90 % sesuai dengan Spesifikasi Bina Marga 2010. [4] HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Analisis Data Pengujian Agregat Hasil dari pengujian sifat-sifat fisik agregat kasar serta agregat halus yang digunakan dalam campuran, menunjukkan bahwa agregat yang digunakan memenuhi spesifikasi yang ditentukan spesifikasi Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Bina Marga 2010. 1. Kekekalan bentuk terhadap larutan Magnesium Sulfat (๐๐๐๐4) Pengujian pelapukan atau yang dikenal dengan soundness test merupakan pengujian untuk menentukan ketahanan suatu agregat terhadap pelapukan akibat pengaruh cuaca. Pengujian ini menggunakan larutan magnesium sulfat yang menyebabkan terjadinya pelapukan agregat akibat kristalisasi garam di dalam poripori agregat. Kristalisasi garam tersebut selama proses pengeringan akan mendesak sisi pori agregat dan akhirnya meremukkan partikel-partikel yang lemah. Hasil pengujian yang dilakukan adalah 6.6% dan memenuhi syarat yang ditetapkan Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Bina Marga 2010 yaitu maksimum 12%. Dari hasil ini menunjukkan bahwa agregat yang digunakan tahan dan tidak mudah hancur akibat pengaruh cuaca. 2. Kekerasan Kekerasan dari agregat kasar diukur dengan uji abrasi menggunakan mesin Los Angeles, nilai yang diperoleh dari pengujian tersebut adalah 21.30% yang memenuhi dari spesifikasi Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Bina Marga 2010 yang menetapkan persyaratan maksimum sebesar 40%. Dari
pengujian ini dapat disimpulkan bahwa agregat yang digunakan memiliki nilai keausan yang cukup kuat sehingga tidak akan mudah pecah selama pemadatan maupun akibat pengaruh beban lalu lintas. 3. Kelekatan agregat terhadap aspal Hasil uji kelekatan agregat terhadap aspal lebih besar dari 95%. Hasil ini memenuhi spesifikasi Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Bina Marga 2010 yang menetapkan batasan minimum 95%. Ini menunjukkan agregat yang diuji memiliki sifat kelekatan terhadap aspal yang tinggi sehingga sifat ketahanan terhadap pemisahan aspal (film-stripping) juga tinggi. Stripping adalah pemisahan aspal dari agregat akibat pengaruh air, dapat membuat agregat ini cocok untuk bahan campuran beraspal. Analisis Data Pengujian Marshall dan Kepadatan Mutlak Analisis Volumetrik Campuran Volumetrik campuran sangat berpengaruh terhadap sifat campuran beraspal. Analisis volumetrik yang dilakukan meliputi Kepadatan, VIM, VMA, VFB, dan ๐๐ผ๐๐
๐๐ . Analisis terhadap karakteristik volumetrik campuran sebagai berikut : 1. Kepadatan / Berat Isi (Density) Dari hasil pengujian diperoleh nilai kepadatan AC-Base Halus dengan DERBO-401 dari komposisi agregat 0,2% (2,306t/m3), 0,3% (2,309t/m3), 0,4% (2,313t/m3). Dan dengan WETFIX BE dari komposisi agregat 0,2% (2,303t/m3), 0,3% (2,315t/m3), 0,4% (2,319t/m3). Sedangkan pada AC-Base Kasar diperoleh nilai kepadatan dengan DERBO-401 dari komposisi agregat 0,2% (2,306t/m3), 0,3% (2,314t/m3), 0,4% (2,323t/m3). Dan dengan WETFIX BE dari komposisi agregat 0,2% (2,318t/m3), 0,3% (2,324t/m3), 0,4% (2,330t/m3). 2. Rongga Dalam Campuran (Void In Mixture) Kandungan VIM menunjukkan persentase rongga udara antara butir agregat terbungkus aspal. Dari hasil pengujian diperoleh vim AC-Base Halus dengan DERBO-401 dari komposisi agregat 0,2% (4,15%), 0,3% (4,20%), 0,4% (4,11%). Dan dengan WETFIX BE dari komposisi agregat 0,2% (4,10%), 0,3% (3,68%), 0,4% (3,60%). Sedangkan pada AC-Base Kasar diperoleh nilai VIM dengan DERBO-401 dari komposisi agregat 0,2% (4,40%), 0,3% (4,20%), 0,4% (3,92%). Dan dengan WETFIX BE dari komposisi agregat 0,2% (3,80%), 0,3% (3,70%), 0,4% (3,54%). 3. Rongga Dalam Mineral Agregat (Void In Mineral Aggregate) VMA merupakan volume rongga antar butiran yang terletak diantara partikel agregat dari suatu campuran perkerasan yang dipadatkan, termasuk di dalamnya rongga udara dan kadar aspal efektif. Nilai VMA menunjukkan banyaknya rongga yang terisi aspal pada campuran sehingga sangat mempengaruhi keawetan campuran. Dari hasil pengujian diperoleh VMA AC-Base Halus dengan DERBO-401 dari komposisi agregat 0,2% (15,85%), 0,3% (15,7%), 0,4% (15,5%). Dan dengan WETFIX BE dari komposisi agregat 0,2% (16,05%), 0,3% (15,60%), 0,4% (15,40%). Sedangkan pada AC-Base Kasar diperoleh nilai VMA dengan DERBO-401 dari komposisi agregat 0,2% (15,60%), 0,3% (15,26%), 0,4% (14,80%). Dan dengan WETFIX BE dari komposisi agregat 0,2% (15,22%), 0,3% (15,00%), 0,4% (14,70%). 4. Rongga Terisi Aspal (Void Filled Asphalt) VFA merupakan persentase butiran yang mengisi ruang rongga diantara butiran agregat (VMA) dan yang akan diisi aspal, VFA tidak termasuk aspal yang diserap. VFA merupakan persentase dari nilai VMA setelah dikurangi dengan VIM. Dari hasil pengujian diperoleh VFA AC-Base Halus dengan DERBO-401 dari komposisi agregat 0,2% (73,80%), 0,3% (73,00%), 0,4% (73,40%). Dan dengan WETFIX BE dari komposisi agregat 0,2% (74,2%), 0,3% (75,8%), 0,4% (76,3%). Sedangkan pada AC-Base Kasar diperoleh nilai VFA dengan DERBO-401 dari komposisi agregat 0,2% (71,80%), 0,3% (72,80%), 0,4% (73,10%). Dan dengan WETFIX BE dari komposisi agregat 0,2% (74,5%), 0,3% (75,25%), 0,4% (75,7%). Analisis Nilai Empiris Marshall Nilai empiris Marshall ditunjukkan dengan nilai stabilitas, kelelehan dan hasil bagi Marshall. Nilai tersebut merupakan besaran yang diukur langsung dari pengujian pada saat benda uji dibebani dengan alat uji Marshall. 1. Stabilitas (Stability) Stabilitas merupakan parameter empiris untuk mengukur kemampuan dari campuran aspal untuk menahan deformasi yang disebabkan oleh suatu pembebanan. Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai stabilitas diantaranya adalah gradasi agregat dan kadar aspal. Ini memenuhi spesifikasi Departemen Pekerjaan Umum 2010 yang mensyaratkan nilai stabilitas untuk kedua jenis campuran minimum 1800 kg. Dari hasil pengujian diperoleh nilai stability AC-Base Halus dengan DERBO-401 dari komposisi agregat 0,2% (1950), 0,3% (1905), 0,4% (1880). Dan dengan WETFIX BE dari komposisi agregat 0,2% (1990), 0,3% (1910), 0,4% (1885).
Sedangkan pada AC-Base Kasar diperoleh nilai stability dengan DERBO-401 dari komposisi agregat 0,2% (2075), 0,3% (2015), 0,4% (1930). Dan dengan WETFIX BE dari komposisi agregat 0,2% (2122), 0,3% (2076), 0,4% (2008). 2. Kelelehan (Flow) Kelelehan atau flow merupakan parameter empirik untuk mengukur kelenturan campuran, yaitu kemampuan untuk mengikuti deformasi yang terjadi akibat lalu lintas, tanpa timbulnya retak dan perubahan volume. Suatu campuran yang memiliki kelelehan yang rendah akan lebih kaku dan kecenderungan untuk mengalami retak dini pada usia pelayanannya. Dari hasil pengujian diperoleh nilai kelelehan (flow) dengan aspal Pen 60/70 minumum 4.5 mm. Dari hasil pengujian diperoleh flow AC-Base Halus dengan DERBO-401 dari komposisi agregat 0,2% (5,35 mm), 0,3% (5,30 mm), 0,4% (5,05 mm). Dan dengan WETFIX BE dari komposisi agregat 0,2% (5,58 mm), 0,3% (5,40 mm), 0,4% (5,18 mm). Sedangkan pada AC-Base Kasar diperoleh nilai flow dengan DERBO-401 dari komposisi agregat 0,2% (4,95 mm), 0,3% (5,61 mm), 0,4% (5,68mm). Dan dengan WETFIX BE dari komposisi agregat 0,2% (5,16 mm), 0,3% (5,40 mm), 0,4% (5,23 mm). Ini memenuhi spesifikasi Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Bina Marga 2010 yang mensyaratkan nilai flow untuk kedua jenis campuran minimum 4.5 mm. 3. Hasil Bagi Marshall Hasil Bagi Marshall atau Marshall Quotient (MQ) adalah indikator terhadap kekakuan campuran secara empirik, yang merupakan hasil bagi stabilitas dengan kelelehan. Semakin tinggi nilai MQ, maka kemungkinan akan semakin tinggi kekakuan suatu campuran dan semakin rentan campuran tersebut terhadap keretakan. Ini memenuhi spesifikasi Departemen Pekerjaan Umum 2010 yang mensyaratkan nilai MQ untuk campuran minimal 300. Dari hasil pengujian diperoleh MQ AC-Base Halus dengan DERBO-401 dari komposisi agregat 0,2% (363 kg/mm), 0,3% (363 kg/mm), 0,4% (368 kg/mm). Dan dengan WETFIX BE dari komposisi agregat 0,2% (355 kg/mm), 0,3% (350 kg/mm), 0,4% (363 kg/mm). Sedangkan pada AC-Base Kasar diperoleh nilai MQ dengan DERBO-401 dari komposisi agregat 0,2% (420 kg/mm), 0,3% (361 kg/mm), 0,4% (340 kg/mm). Dan dengan WETFIX BE dari komposisi agregat 0,2% (415 kg/mm), 0,3% (390 kg/mm), 0,4% (385 kg/mm). 4. Retained Stability Hasil perbandingan antara stabilitas benda uji setelah perendaman dan stabilitas benda uji standar dinyatakan dalam persen, yang disebut Indeks Kekuatan Marshall Sisa (Marshall Index of Retained Strength) dengan DERBO-401 dari komposisi agregat 0,2% (97,70%), 0,3% (93,64%), 0,4% (93,49%). Dan dengan WETFIX BE dari komposisi agregat 0,2% (95,45%), 0,3% (93,82), 0,4% (95,31%). Sedangkan pada AC-Base Kasar diperoleh nilai Retained Stability dengan DERBO-401 dari komposisi agregat 0,2% (93,51%), 0,3% (93,89%), 0,4% (92,53%). Dan dengan WETFIX BE dari komposisi agregat 0,2% (92,67%), 0,3% (93,01%), 0,4% (94,97%). Dari hasil pengujian diperoleh Retained Stability AC-Base Halus Ini memenuhi spesifikasi Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Bina Marga 2010 yang mensyaratkan nilai retained stability untuk kedua jenis campuran minimum 90.
Tabel IV.8 Perbandingan parameter Karakteristik Marshall Gradasi Halus parameter Jenis anti stripping agent
Kadar Aspal VIM VFB VMA Flow Density Stability Retained Marshall
0.2 5.55 4.15 73.80 15.85 5.35 2.306 1950 97.70
% derbo 0.3 0.4 5.47 5.40 4.20 73.0 15.70 5.30 2.309 1905 93.64
4.11 73.40 15.50 5.05 2.313 1880 93.49
0.2 5.65 4.10 74.20 16.05 5.58 2.303 1990 95.45
% wetfix 0.3 0.4 5.60 5.50 3.68 75.80 15.60 5.40 2.315 1910 93.82
3.60 76.30 15.40 5.18 2.319 1885 95.31
Tabel IV.9 Perbandingan parameter Karakteristik Marshall Gradasi Kasar parameter Jenis anti stripping agent
Kadar Aspal VIM VFB VMA Flow Density Stability Retained Marshall
0.2 5.37 4.40 71.80 15.60 4.95 2.306 2075 93.51
% derbo 0.3 0.4 5.30 5.20 4.20 72.80 15.26 5.61 2.314 2015 93.89
3.92 73.10 14.80 5.68 2.323 1930 92.53
0.2 5.42 3.80 74.50 15.22 5.16 2.318 2122 92.67
% wetfix 0.3 0.4 5.35 5.27 3.70 75.25 15.00 5.40 2.324 2076 93.01
3.54 75.70 14.70 5.23 2.330 2008 94.97
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Pengujian AC-BASE dilakukan dengan pengaruh penggunaan variasi dua jenis zat Anti Stripping Agent, yaitu : WETFIX BE dan DERBO-401 Dimana penambahan Anti Stripping Agent jenis Derbo-401 memiliki keunggulan dibandingkan Anti Stripping Agent jenis Wetfix-BE. 2. Dari hasil percobaan laboratorium diperoleh nilai KAO 5,5%. Hasil pengujian perendaman Marshall pada KAO dengan penambahan kedua jenis Anti Strippping Agent memenuhi persyaratan sesuai Spesifikasi Departemen Pekerjaan Umum Bina Marga 2010, yakni stabilitas awal > 1800 kg dan Indeks Kekuatan Marshall Sisa > 90 %. Pengaruh penggunaan variasi Anti Stripping Agent pada campuran dilakukan masing โ masing sebanyak 0,2% ; 0,3% dan 0,4% dari berat aspal. 3. Dari hasil percobaan laboratorium untuk analisis volumetrik campuran, nilai density dan VFA yang diperoleh dengan penambahan WETFIX BE lebih besar dibandingkan akibat penambahan DERBO-401. Sedangkan untuk nilai VMA diperoleh WETFIX BE lebih besar dibandingkan DERBO-401. Sedangkan untuk nilai VIM dengan penggunaan DERBO-401 nenunjukkan peningkatan lebih besar dibandingkan WETFIX BE. 4. Dari hasil percobaan laboratorium untuk analisis empiris Marshall, hasil pengujian menunjukkan bahwa nilai Stability, Marshall Quatient serta Retained Stability dengan penggunaan WETFIX BE menunjukkan peningkatan lebih besar dibandingkan dengan penggunaan DERBO-401. 5. Dari hasil penelitian campuran aspal beton dengan variasi Anti Stripping Agent WETFIX BE dan DERBO-401 diperoleh suatu kesimpulan bahwa variasi Anti Stripping Agent secara umum memiliki nilai yang memenuhi standart bina marga spesifikasi umum 2010. 6. Jadi kesimpulan menggunakan Anti Stripping Agent ini sangat mempermudah pencampuran agregat dan aspal bersifat homogenitas. Dan dalam temperature rendah pun masih bisa dipadatkan yang bersifat elastis. DAFTAR PUSTAKA 1. Petrochem Specialities ISO:9001-2008 certified Manufacturer and Exporter of Anti-Stripping Agent, Bitumen Emulsifier, Bitumen Emulsion, Cationic Latex, and Thickener for Cationic Bitumen Emulsion. 2. Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah Direktorat Jenderal Prasarana Wilayah. 2002. Manual Pekerjaan Campuran Beraspal Panas. 3. Departemen Pekerjaan Umum, 2010, Perkerasan Aspal, Spesifikasi Umum Bina Marga 2010, Divisi 5, Direktorat Jenderal Bina Marga, Jakarta 4. Departemen Pekerjaan Umum, 2010, Perkerasan Aspal, Spesifikasi Umum Bina Marga 2010, Divisi 6, Direktorat Jenderal Bina Marga, Jakarta. 5. Widajat, Djoko, Propertis Bahan dan Campuran Beraspal Panas, Kementerian Pekerjaan Umum Puslitbang Jakarta 6. Iriansyah, AS, 2003, โ Campuran Beraspal Panasโ, Puslitbang Prasarana Transportasi. 7. Sukirman, Silvia, 1999, Perkerasan Lentur Jalan Raya, Penerbit Nova, Bandung. 8. Dirjen Bina Marga, 2010, โ Surat Edaran Penyampaian Spesifikasi umum edisi 2010โ Kementrian Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Bina Marga. 9. Gor, R, 2005, โEffect of Antistripping Additives on PG Grades of Asphaltโ Asphalt Magazine, 38-40. 10. Dybalsky, JN, 1982, โCationic Surfaction In Asphalt AdhesionโSymposium Anti-Stripping Additives in Paving Mixtures, AAPT Annual Meeting, Kansas City Missouri.
11. Departemen Pekerjaan Umum. 1999. โPedoman Perencanaan Campuran beraspal Dengan pendekatan kepadatan mutlakโ,No. 025/T/BM/1999, Direktorat Jenderal Bina Marga. 12. Putman BJ cs, 2006, โLaboratory Evaluation of Anti-Strip Additivesin Hot Mix Asphaltโ,Department of Civil Engineering, Clemson University. 13. Saleh Adinus.2003 Bahan-bahan Aspal. Jakarta: Universitas Tarumanegara 14. Departemen Pekerjaan Umum, 1987, Konstruksi Jalan Raya, Direktorat Jenderal Bina Marga, Jakarta Selatan