INTERAKSI SOSIAL DALAM PELAKSANAAN RITUAL KEAGAMAAN MASYARAKAT HINDU-BALI (Studi Pada Ritual Ngaben di Krematorium) I Putu Suadityawan, Ni Luh Nyoman Kebayantini, I Gusti Putu Bagus Suka Arjawa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Udayana Email:
[email protected],
[email protected]
ABSTRACT Ngaben is a religious ceremony conducted by Hindu-Balinese society and has shifted. The shift indicates a change in the interrelation between people in the ceremony ngaben in crematorium. Research question divided into two questions: 1) What factors encourage people choose held ceremony ngaben in crematorium and 2) How the social interaction between people in conducting ceremony ngaben in crematorium. The theory used in this research is the social exchange theory George Caspar Homans. The social exchange theory find an exchange that happened between people who are involved in the ceremony ngaben in crematorium. The people involved in the ceremony ngaben in crematorium have the motivation to benefits earned and affect the social interactions. The research method used was qualitative. Research sites in the Secretariat Maha Gotra Pasek Sanak Sapta Rsi and Crematorium Santha Yana. The result of research shows the factors that encourage people choose held ceremony ngaben in Crematorium Santha Yana is a socio-cultural, social structure, economy, and energy and time. Social interaction in the ceremony ngaben in Crematorium Santha Yana is cooperation and conflict. The conclusion of this research is people choose ceremony ngaben in Crematorium because effective and efficient. Keywords: ngaben in crematorium, social interaction
1.
PENDAHULUAN Upacara
terhadap
orang
tua
dan
leluhur.
merupakan
Berdasarkan keyakinan masyarakat Hindu-
upacara kematian masyarakat Hindu-Bali
Bali, anak yang dilahirkan dari kedua orang
dan termasuk dalam upacara pitra yadnya.
tuanya
Upacara
oleh
berhutang budi kepada orang tua, karena
keluarga yang masih hidup dan ditujukan
orang tualah yang merawat dari sejak
kepada roh leluhur atau anggota keluarga
berbentuk janin. Ngaben merupakan suatu
yang meninggal. Menurut Keriana (2010:
kewajiban yang
23), dasar pokok pelaksanaan pitra yadnya
keturunan sebagai wujud bhakti kepada
adalah
yang telah mendahului mereka.
ngaben
ngaben
pitra
dilaksanakan
rnam,
yaitu
kewajiban 1
mempunyai
kewajiban
atau
harus dilakukan para
Berdasarkan cara pengorganisasian
pelaksanaan
upacara
ngaben,
yaitu
upacara ngaben, Kebayantini (2013: 6-7)
ngaben di krematorium. Penyedia jasa
menjelaskan ada sejumlah varian yang
ngaben di krematorium adalah Yayasan
disesuaikan dengan desa, kala, dan patra.
Santha Yana Dharma dibawah naungan
Pertama,
Maha Gotra Pasek Sanak Sapta Rsi.
ngaben
yaitu
niri,
upacara
ngaben yang dilakukan secara mandiri oleh
Upacara
keluarga yang diaben. Kedua, ngaben
dilaksanakan di Krematorium Santha Yana
ngerit (massal), yaitu penggorganisasian
dan dikerjakan secara professional, tanpa
upacara
melibatkan desa atau banjar pakraman.
ngaben
di
krematorium
secara
kolektif.
sejumlah
keluarga
Suka Arjawa (2010: 9), menjelaskan
bergabung menjadi satu untuk merancang
disamping mempunyai makna agama dan
dan melaksanakan upacara ngaben secara
makna kebudayaan, ngaben mempunyai
bersama-sama. Ketiga, ngaben ngiring,
unsur sosial. Unsur sosial tersebut cukup
yaitu seseorang ikut serta ngaben pada
kompleks sehingga sangat mempengaruhi
salah satu keluarga, biasanya keluarga dari
model dan pola-pola interaksi yang ada.
wangsa brahmana atau wangsa ksatria
Berbagai
yang
ngaben
Maksudnya,
ada
sedang
ngaben
bagi
kerumitan
upacara
melangsungkan
upacara
diselenggarakan,
salah
anggota
pola interaksi sosial. Interaksi merupakan
seorang
keluarganya yang meninggal dunia.
berpengaruh
yang
terhadap
ciri yang paling utama dalam proses sosial.
Pelaksanaan upacara ngaben di
Keberhasilan, kegagalan, kekacauan, biaya
Bali sering kali rumit dan timbul masalah,
sampai dengan citra upacara,
menurut
ditentukan oleh interaksi sosial tersebut.
Kebayantini (2013: 7)
karena dibangun oleh dengan
tingkat
hal ini
budaya agama
rigiditas
Dalam ngaben konvensional, wujud
tinggi.
interaksi sosial yang terlihat adalah kerja
Masyarakat Hindu-Bali terjebak oleh tradisi
sama, kompetisi dan konflik. Dalam ngaben
yang
konvensional, kerja sama yang terjadi
cenderung
kemegahan
yang
sangat
mengkonstruksi
prosesi
ritual
yang
berdasarkan asas gotong royong. Suka
biaya
tinggi,
tetapi
Arjawa (2010: 9-20) menjelaskan gotong
mengabaikan kemampuan individu yang
royong yang terjadi pada upacara ngaben,
menyelenggarakan upacara tersebut.
adalah sebuah keharusan. Dalam setiap
menghabiskan
Selain
ketiga
pengorganisasian
upacara ngaben, memerlukan keterlibatan
upacara ngaben yang ada, beberapa tahun
massa.
belakangan
lembaga adat ini akan mengerjakan segala
muncul
alternatif
pilihan 2
Massa
yang
diorganisir
oleh
keperluan
upacara
tersebut.
Kompetisi
“Upacara
Ngaben
Masyarakat
Sudaji,
Kecamatan
dalam pelaksanaan upacara ngaben yang
Desa
paling sederhana terlihat pada keluarga
Sawan, Kabupaten Buleleng : Sebuah
batih,
Kajian
ketika
tuntutan
ada
agar
keinginan
Budaya”.
Isi
dari
tesis
ini
pelaksanaan
menjelaskan perubahan tradisi dalam hal
upacara ngaben minimal harus sama
pelaksanaan Upacara ngaben di Desa
dengan apa yang pernah dilaksanakan
Pakraman
sebelumnya
tersebut.
Kabupaten Buleleng yakni adanya ngaben
pelaksanaan
massal. Ngaben massal muncul sebagai
upacara ngaben terlihat pada kasus-kasus
solusi terhadap permasalahan besarnya
yang menunjukan ngaben tidak dapat
biaya upacara ngaben yang dirasakan oleh
dilaksanakan karena berbagai kondisi dan
sebagian
persoalan yang dihadapi individu. Dalam
Pakraman Sudaji. Ngaben massal lebih
ngaben di krematorium, keterlibatan massa
menekankan pada aspek
yang diorganisir Yayasan Santha Yana
efisien dan fragmatis tanpa mengurangi
Dharma
makna filosofis (tatwa) dari ajaran Agama
Sedangkan
kualitas
maupun
Pakraman
Massal
pada
keluarga
konflik
dalam
dalam
upacara
ngaben
di
krematorium tidak sebanyak seperti di sosial
yang
dominan
besar
Kecamatan
masyarakat
Sawan,
di
Desa
progresifitas,
Hindu.
upacara ngaben konvensional dan wujud interaksi
Sudaji,
Salah satu yang membahas tentang
terlihat
ngaben
di
adalah
krematorium
Suka
adalah kerja sama. Dalam ngaben di
Arjawa (2010) dalam disertasi berjudul
krematorium, kerja sama yang
“Pergeseran Pelaksanaan Ritual Ngaben
berdasarkan menjadi
asas
sebuah
pihak-pihak
yang
terjadi
professionalitas keharusan, terlibat
dan
Di Bali (Tinjauan Terhadap Aspek Sosial
sehingga
Ngaben
didalamnya
Ngaben
berusaha menekan munculnya konflik.
upacara
Yang ngaben
KAJIAN PUSTAKA ilmiah
mengenai
Hindu-Bali
upacara
penyederhanaan
perkembangan
Salah
satunya
bergeser
karena situasi ketika menyelenggarakan ngaben
lainnya.
telah
oleh
ngaben konvensional. Pergeseran terjadi
ngaben, baik dari segi alternatif, efektifitas, maupun
dilakukan
dibandingkan dengan ritual yang ada yakni
Pada tingkatan akademis, banyak karya-karya
yang
Munculnya menjelaskan
Krematorium)
masyarakat 2.
Mendorong
perspektif
konvensional
dilakukan
intelektual
serta
masyarakat
adalah
Hindu di Bali. Akibatnya muncul pikiran-
Sukraaliawan (2007) dalam tesis berjudul
pikiran baru tentang pelaksanaan upacara. 3
Dari konstruksi sosial dan intepretasi, maka
antara
tercipta
terhadap
seseorang, akan memilih satu di antaranya,
bagaimana upacara dilakukan. Muncullah
yang dia anggap saat itu memiliki value
ide ngaben di krematorium. Cara ini tidak
(Ritzer dan Goodman, 2010: 365). Faktor
bergantung banyak pada desa atau banjar
utama yang menentukan perilaku manusia
pakraman. Fungsi desa sebagai pelaksana
adalah motivasi terhadap benefit (manfaat)
upacara
krematorium.
atau value (nilai) yang akan diterima dari
di
perilakunya tersebut. Benefit hanya bisa
krematorium lebih efisien ekonomi, waktu
didapatkan dalam interaksi apabila kedua
untuk melakukan upacara serta untuk
belah pihak saling memberikan benefit
menghindari
pada pihak lain dan masing-masing pihak
sikap
rasionalitas
digantikan
Melaksanakan
oleh
upacara
krisis
saat
ngaben
melakukan
kremasi.
berbagai
tindakan
alternatif,
harus mempunyai sumber daya (resources)
Perbedaan dengan kedua penelitan
(Pitana dan Gayatri, 2005: 22-23).
sebelumnya adalah dari kedua peneliti tersebut
tidak
ada
yang
3.
membahas
mengenai interaksi sosial yang terjadi dalam
pelaksaan
upacara
ngaben
METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian
di
deskriptif kualitatif dan metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif. Lokasi
krematorium. Penelitian ini menggunakan teori
penelitian dilakukan di 2 tempat, yakni
pertukaran sosial dari George Caspar
Sekretariat Maha Gotra Pasek Sanak
Homans. Teori ini membayangkan perilaku
Sapta Rsi dan Krematorium Santha Yana.
sosial sebagai pertukaran aktivitas, nyata
Jenis data yang dihimpun yakni data
atau tidak nyata, dan kurang lebih sebagai
kualitatif
pertukaran hadiah atau biaya, sekurang-
penelitian ini berupa sumber data primer
kurangnya antara dua orang (Upe, 2010:
dan
175). Substansi teori pertukaran Homans
menggunakan teknik purposive dan teknik
terletak pada proposisi fundamental, yakni
pengumpulan
nilai, dan rasionalitas.
observasi,
Proposisi nilai, makin tinggi nilai
dan kuantitatif.
sekunder.
Sumber
Penentuan data
wawancara
data
informan
menggunakan mendalam,
dan
dokumentasi.
hasil tindakan seseorang bagi dirinya, maka makin besar pula kemungkinan ia
4.
melakukan tindakan itu (Upe, 2010: 177).
4.1 Gambaran Umum Penelitian
Proposisi rasionalitas, dalam memilih di
HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam
4
perkembangannya,
Bali
mengalami
perubahan
seiring
adanya
Lempuyang Madya sebagai Pura Kawitan.
dimana
lebih
Sesuai dengan babad Pasek, Mpu Gnijaya
mengedepankan budaya material. Secara
mempunyai 7 orang putra yang bergelar
tidak langsung, masyarakat dituntut untuk
Mpu. Ketujuh Mpu inilah yang kemudian
dapat bertindak lebih efektif serta efisien
menurunkan warga Pasek sehingga warga
dalam
saat
Pasek dikenal dengan Warga Pasek Sanak
menyelenggarakan
Pitu atau Warga Pasek Sanak Sapta Rsi
Jika
sebelumnya
(Brahmanda, 2000: 2).
Hindu-Bali
membuat
pengaruh
global,
kehidupannya,
menyiapkan upacara
dan
agamanya.
masyarakat perlengkapan
termasuk
upacara
4.2.2 Sejarah Kelahiran Maha Gotra
keagamaannya
sendiri, sekarang kebanyakan masyarakat
Pasek Sanak Sapta Rsi
Hindu-Bali membelinya. Apalagi saat ini
Brahmanda
(2000:
4-19)
perlengkapan upacara keagamaan dengan
menjelaskan, bagi masyarakat Hindu-Bali,
mudah dapat ditemui dan dibeli di warung,
ketidaktahuan
toko,
ketidakjelasan
maupun
pasar-pasar
tradisional.
terhadap
kawitan,
lelintihan
atas
atau warga
Perubahan sosial budaya yang menarik
(soroh), sering disebutkan sebagai orang
adalah
kehilangan arah. Usaha pencarian kawitan
muncul
dan
berkembangnya
ngaben di krematorium.
ini secara tidak langsung membentuk jaringan antar pemaksan dari pura-pura
4.2 Organisasi Warga Pasek : Maha
yang terkait dengan warga Pasek yang
Gotra Pasek Sanak Sapta Rsi
kemudian
4.2.1 Warga Pasek
menjadi
awal
kelahiran
organisasi kewargaan.
Kata pasek berasosiasi juga dengan
Sejumlah tokoh warga Pasek dari
kata-kata Pacek, Pakis atau Paku. Di Jawa
beberapa dadya dan dadya agung seluruh
kita mengenal Paku Buwono, Paku Alam,
Bali mengadakan pertemuan di Klungkung.
dan Paku Negara. Semua istilah tersebut
Pertemuan
mengandung makna adanya fungsi khusus
deklarasi pembentukan organisasi warga
dari sekelompok masyarakat yaitu di dalam
Pasek yang disebut dengan Ikatan Warga
memelihara keamanan dan pembangunan
Pasek (Brahmananda, 2000: 4).
tersebut
menghasilkan
masyarakat (Brahmanda, 2000: 1). Warga Gnijaya
Pasek
sebagai
titik
mengambil tolak
di
4.2.3 Tujuan dan Program Maha Gotra
Mpu
Pasek Sanak Sapta Rsi
dalam
penyusunan silsilah Warga Pasek dan Pura
Maha Gotra Pasek Sanak Sapta Rsi 5
bertujuan
meningkatkan
kualitas
hidup
Krematorium
Santha
Yana,
PAUD
warganya, baik material maupun spiritual,
(Pendidikan Anak Usia Dini) Santha Yana
didalam
Kumara, Majalah Suara Pasek, dan Diklat-
usaha
mendekati
pencapaian
Diklat Kepemangkuan.
Moksartham-Jagadhita. Sesuai
dengan
tujuan
tersebut,
maka ada banyak program kerja yang
4.3 Krematorium Santha Yana
dicanangkan oleh Maha Gotra Pasek
4.3.1 Sarana
dan
Prasarana
Sanak Sapta Rsi. Program tersebut antara
Krematorium Santha Yana
lain : melakukan pendidikan atau pelatihan
Sarana
calon
pemula,
dan
prasarana
di di
pinandita,
Krematorium Santha Yana antara lain yakni
bhawati, dan tukang banten, diklat bahasa
sarana akomodasi yang berjumlah 2 unit,
bali pengadaan buku-buku, penyuluhan,
peti mati, tempat memandikan jenazah,
rehabilitasi/renovasi
tempat
pemangku
pura-pura
warga,
menaruh
jenazah,
tempat
untuk
menuju
pelaksanaan upacara di Catur Parhyangan,
mengusung
melaksanakan
kuburan, banten, dan tempat pembakaran
menjadi
upacara
pandita
beasiswa
Mpu,
untuk
untuk
dwijati
memprogamkan
warga
yang
jenazah di kuburan.
kurang 4.3.2 Biaya
mampu, latihan yoga, dan sebagainya (Brahmananda,
2000:
perkembangannya
Maha
dan
Upacara
Ngaben
di
21).
Dalam
Krematorium Santha Yana
Gotra
Pasek
Biaya pelaksanaan upacara ngaben
Sanak Sapta Rsi mencetuskan ngaben di krematorium
jenazah
di
Santha
Krematorium
Krematorium
Santha
Yana
dibagi
menjadi dua kategori, yakni Warga Negara
Yana sebagai program kerja.
Indonesia (WNI) dengan rentang harga Rp. 6.500.000 – 21.500.000 dan Warga Negara
4.2.4 Unit
Organisasi
Maha
Gotra
Asing (WNA) dengan rentang harga Rp.
Pasek Sanak Sapta Rsi Dalam
mencapai
11.500.000 – 26.000.000 dan ada 4 paket
tujuan
dan
yang disediakan.
menjalankan program yang dicanangkan maka dibentuklah unit penunjang, antara
4.3.3 Pelaksanaan Upacara Ngaben di
lain Koperasi Santha Yana Pasek dan
Krematorium Santha Yana
Yayasan Santha Yana Dharma.
Pelaksanaan upacara ngaben di
Yayasan
Santha
Yana
Dharma
krematorium dimulai dengan menjemput
mempunyai unit pendukung antara lain
jenazah di rumah duka atau di rumah sakit, 6
kemudian
jenazah
dibawa
menuju
Hindu-Bali
krematorium Santha Yana. Sesampainya di Santha
krematorium
Yana
sesuai
dengan
kedudukan,
status sosial dan status ekonominya di
jenazah
masyarakat.
Upacara
di
ngaben
diupacarai dan selanjutnya dimandikan.
krematorium, misalnya, merupakan salah
Setelah
satu cara baru model pelaksanaan upacara
dimandikan
jenazah
dibakar
ditempat yang sudah disediakan. Setelah
ngaben.
jenazah sudah menjadi abu, tulang-tulang
upacara ngaben di krematorium dapat
yang masih tersisa dikumpulkan kemudian
diterima
diupacarai. Abu jenazah dapat dilarung di
berbagai ragam kedudukan, status sosial
Sungai Ayung yang bersisian dengan
dan status ekonomi.
krematorium atau dapat dilarung ditempat
Setelah
melalui
dimasyarakat
Keluarga
lain (Indah, 2011: 1).
sosialisasi,
Hindu-Bali
duka
menyelenggarakan
dari
dalam
upacara
di
ngaben
krematorium dipengaruhi oleh faktor imitasi 4.4 Faktor-Faktor Masyarakat
Pendorong memilih
Warga
dan
Upacara
Keluarga
duka
sebelum
memilih melaksanakan upacara ngaben di
Ngaben di Krematorium 4.4.1
sugesti.
mendapat
krematorium
Faktor Sosial Budaya
keluarga
Menurut Kebayantini (2013: 93)
melaksanakan
duka
yang
sugesti
dari
terlebih
dulu
upacara
ngaben
di
pilihan-pilihan terhadap cara pelaksanaan
krematorium dan akhirnya memilih untuk
upacara ngaben merupakan sebuah sikap,
melakukan hal yang sama.
kecenderungan merasakan,
dalam
melakukan,
diinternalisasikan
oleh
mempersepsi, berpikir,
4.4.2
yang
Faktor Struktur Sosial
individu-individu
Pada masa lalu, ketika masyarakat
masyarakat Hindu-Bali tergantung pada
Hindu-Bali masih bersifat homogen dan
kondisi
sistem
hidup sebagai petani secara komunal,
disposisi, upacara ngaben berdasarkan
mereka merancang dan melaksanakan
jejak-jejak
berbagai
objektifnya.
Sebagai
historisnya
kecenderungan
yang
merupakan bersifat
ajeg.
termasuk
macam
upacara
upacara
keagamaan
ngaben
secara
Walaupun bersifat ajeg, upacara ngaben
bersama-sama dalam komunitas tertentu
dapat dilihat sebagai struktur yang bersifat
(Kebayantini, 2013: 3-4). Hal tersebut
lentur dan dapat diubah. Artinya, upacara
terwujud ke dalam sistem ngayahang dan
ngaben
masih
menyediakan
ruang
nguopin
adaptasi bagi individu-individu masyarakat
yang
berarti
memberikan
sumbangan waktu, tenaga serta material 7
berupa
bahan
perlengkapan
upacara
upakara dan konsumsi. Hanya saja, dalam
dalam suatu kegiatan upacara keagamaan. Adanya
pengaruh
pelaksanaan
upacara
di
ngaben
global
krematorium, biaya upakara sudah pasti
menyebabkan Bali mengalami perubahan
karena ada paket-paket yang disediakan
dan budaya progresif berkembang, dimana
oleh pihak yayasan dan pihak keluarga
lebih mengedepankan budaya material.
duka bisa memperhitungkan tamu yang
Masyarakat Hindu-Bali tidak sepenuhnya
akan diundang saat puncak acara serta
hidup secara komunal, sekarang mereka
jumlah konsumsi yang akan disuguhkan.
terdiferensiasi ke dalam ranah-ranah baru
Snack dan nasi disediakan sendiri oleh
dan berujung pada tuntutan untuk dapat
keluarga duka. Berbeda dengan ngaben
bertindak efektif serta efisien, termasuk
konvensional,
dalam hal menyiapkan dan menjalankan
dikeluarkan untuk upakara dan konsumsi
upacara keagamaannya, dalam hal ini
tidak dapat dikontrol oleh keluarga duka.
upacara ngaben.
Jenis
Keluarga duka yang mengingikan
dimana
paket
mempengaruhi
biaya
yang
konsumsi
yang
diambil
juga
yang
akan
pelaksanaan upacara ngaben dilaksanakan
disuguhkan, jika paket yang diambil adalah
dengan
cenderung
paket sampai pada tahap membakar mayat
memilih upacara ngaben di krematorium.
yang memerlukan waktu 2-3 jam, maka
Akan ada pro dan kontra dengan pilihan
konsumsi
tersebut. Pihak pro dan kontra berasal dari
adalah makanan ringan saja atau makanan
efektif
pihak adat,
dan
efisien
masyarakat,
dan anggota
berat
yang
saja,
biasanya
namun
disuguhkan
tidak
menutup
menyuguhkan
kedua-
keluarga. Dengan adanya dukungan dari
kemungkinan
pihak pro, akan memantapkan keluarga
duanya. Jika paket yang diambil adalah
duka dengan pilihannya. Ada pula keluarga
paket
duka yang akhirnya mengurungkan niatnya
memerlukan waktu kurang lebih 7 jam,
dikarenakan lebih banyak yang kontra serta
konsumsi
situasi dan kondisi yang dialaminya.
adalah snack dan nasi. Konsumsi seperti
upacara
ngaben
yang
lengkap
biasanya
yang
disuguhkan
snack dan nasi biasanya disiapkan sendiri 4.4.3
Faktor Ekonomi
dari keluarga duka.
Secara umum dalam pelaksanaan 4.4.4
upacara ngaben di krematorium kategori biaya
yang
dibutuhkan
tidak
Faktor Tenaga dan Waktu
berbeda
Dalam penyelenggaraan upacara
dengan ngaben konvensional, yaitu ke
ngaben di krematorium, secara umum 8
tenaga kerja juga tetap diperlukan. Tenaga
Upacara Ngaben di Krematorium Santha
kerja tersebut berasal dari Yayasan Santha
Yana
Yana Dharma, Jero Mangku Alit dan
4.5.1
Kerja Sama
keluarga duka. Tenaga kerja yang terlibat
Kerja sama dalam upacara ngaben
dalam pelaksanaan upacara ngaben di
di krematorium terjadi antara keluarga duka
krematorium disebut dengan kru. Kru yang
dengan kru dan pendeta. Kerja sama
berasal dari pihak Yayasan Santha Yana
berlangsung dari awal hingga akhir upacara.
Dharma berjumlah 9 orang dan dibagi ke dalam
kru
penjemputan
serta
kru
4.5.2
pelaksanaan. Sedangkan Jero Mangku Alit
Sebelum hari H, kerja sama terjadi
membawahi khusus kru banten. Semua kru
antar keluarga duka, pegawai Yayasan
yang ada dikoordinir oleh ketua kru dari
Santha Yana Dharma, Sulinggih, Jero
awal hingga akhir upacara ngaben di
Mangku Alit, kru banten, ketua kru dan kru
krematorium. Ketua Kru bertanggung jawab atas
kelancaran
pelaksanaan
penjemputan. Kerja sama dimulai dari
upacara
keluarga duka dengan pegawai Yayasan
ngaben di krematorium yang dilaksanakan
Santha Yana Dharma dalam hal adanya
di Krematorium Santha Yana dan di areal
kesepakatan
Maha Gotra Pasek Sanak Sapta Rsi. Waktu pelaksanaan krematorium
yang
upacara relatif
dibandingkan upacara
diperlukan
ngaben
ngaben
Setelah
mencapai
kesepakatan,
keluarga duka akan mendapatkan nomor urut pelaksanaan ngaben di krematorium.
Dalam
Pegawai Yayasan Santha Yana akan
pelaksaan upacara ngaben di krematorium,
menjelaskan
jika keluarga duka memilih paket lengkap
kepada
keluarga
duka
mengenai no urut tersebut yakni urutan
(ngaben, nganyut, nyekah) maka waktu
penjemputan jenazah dan pukul berapa
yang diperlukan kurang lebih selama tujuh
upacara ngaben di krematorium dimulai.
jam. Jika keluarga duka memilih paket
Jero Mangku Alit bekerja sama dengan kru
hemat (mekingsan di geni) maka waktu
banten dalam hal penyiapan, pengerjaan
yang diperlukan kurang lebih selama empat
banten dan pembagian tugas pada hari H.
jam. 4.5 Pola-Pola Interaksi
jasa
diambil dan administrasi
di
pelaksanaan
konvensional.
menggunakan
Krematorium Santha Yana, paket yang
dalam
cukup singkat jika
dengan
Kerja Sama Sebelum Hari H
Berikutnya ketua kru bekerja sama dengan kru penjemputan. Ketua kru menjelaskan
Sosial dalam
jenazah dijemput pukul berapa, dijemput 9
dimana, jenazah dijemput pada hari apa,
memastikan
dan berapa jenazah yang dijemput pada
lengkap
hari itu. Pada saat bersamaan, pegawai
krematorium berlangsung. Sedangkan kru
Yayasan
pelaksanaan
Santha
Yana
Dharma
ketersediaan
saat
upacara bekerja
dalam
banten ngaben
sama hal
dan di
dengan
menghubungi sulinggih yang bernaung
sulinggih
dalam Maha Gotra Pasek Sanak Sapta Rsi
pelaksanaan
untuk menanyakan siapa yang tidak ada
krematorium. Terakhir kru pelaksanaan
halangan untuk memimpin upacara ngaben
bekerja sama dengan keluarga duka dalam
di krematorium pada hari serta jam yang
hal diperlukannya peranan keluarga dalam
sudah ditentukan.
pelaksanaan
upacara
kelancaran ngaben
upacara
ngaben
di
di
krematorium,
seperti
Kerja Sama Pada Hari H
bersama
mendoakan
Pada hari H pelaksanaan upacara
memandikan jenazah, mengusung jenazah
ngaben di krematorium, kerja sama terjadi
ke kuburan, memungut abu tulang dari
antar keluarga duka, kru penjemputan, kru
jenazah, serta menghanyutkan abu tulang
pelaksanaan, kru banten, dan sulinggih.
jenazah ke sungai.
4.5.3
persembahyangan jenazah,
Diawali kerja sama yang terjadi antara kru 4.5.4 Bentuk
penjemputan dengan keluarga duka dalam hal
penjemputan
Kerja
Sama
dalam
Upacara Ngaben di Krematorium
dan pengangkutan
jenazah dari rumah duka maupun rumah
Bentuk kerja sama yang terjadi
sakit menuju Krematorium Santha Yana.
pada upacara ngaben di krematorium
Sesampainya
Krematorium
adalah kerja sama spontan, kerja sama
Santha Yana, kru pelaksanaan bekerja
langsung, kerja sama kontrak, dan kerja
sama dengan kru penjemputan untuk
sama tradisional.
jenazah
di
mengurus jenazah yang baru tiba, seperti
Kerja sama spontan, seperti saat
menurunkan jenazah dari ambulance dan
pihak keluarga duka dan kru pelaksanaan
meletakkan jenazah ditempat yang telah
yang spontan bekerja sama menurunkan
disediakan.
jenazah
Selain bekerja sama dengan kru
dilakukan
dari
mobil
tanpa
ambulance
diperintah
yang
siapapun
penjemputan, kru pelaksanaan bekerja
sebelumnya. Kerja sama kontrak terjadi
sama dengan kru banten, sulinggih, dan
antara keluarga duka dan pemerintah
keluarga duka. Kru pelaksanaan bekerja
sebagai pengguna jasa dengan pihak
sama
Yayasan Santha Yana Dharma sebagai
dengan kru
banten
dalam
hal 10
penyedia jasa. Kedua belah pihak bekerja sama
setelah
kesepakatan
internal keluarga duka. Beberapa anggota
bersama dalam hal pelaksanaan upacara
keluarga besar menyayangkan mengapa
di
ngaben
mencapai
Konflik sebelum hari H terjadi pada
krematorium.
Kerja
sama
memilih ngaben di krematorium dan pada
langsung terjadi antara pihak Maha Gotra
saat
Pasek Sanak Sapta Rsi membawahi kru
krematorium anggota
penjemputan serta kru pelaksanaan, dan
tersebut tidak hadir. Konflik juga terjadi
jero mangku alit yang membawahi kru
antara keluarga duka dengan warga desa
banten. Dalam penyelenggaraan upacara
adat. Keputusan keluarga duka memilih
ngaben di krematorium, masing-masing kru
melaksanakan
bekerja
diberikan
krematorium kurang mendapat dukungan
setelah mengetahui upacara apa saja yang
dari warga desa adat di kampungnya.
akan
total
Mereka menganggap bahwa hal-hal yang
diselenggarakan,
baru akan merusak tatanan hidup mereka
penjemputan jenasah, dan lain sebagainya
yang sudah mereka miliki dan laksanakan
dibawah
secara turun-temurun. Menurut mereka
sesuai
tugas
yang
diselenggarakan,
upacara
yang
akan
pengawasan
berapa
ketua
kru
dan
pelaksanaan upacara
ngaben di
keluarga besar
upacara
ngaben
pegawai Yayasan Santha Yana Dharma.
seharusnya
Kerja sama tradisional merupakan bentuk
ngaben
kerja sama sebagai bagian atau unsur dari
konvensional,
sistem
kebiasaan dari tatanan hidup dalam hal ini
sosial
Walaupun
(Soekanto,
dituntut
2012:
bekerja
67).
secara
upacara
melaksanakan
di
seperti
upacara
biasanya
hal-hal
ngaben
yang di
yaitu diluar
krematorium
professional, tetap saja dalam pelaksanaan
merupakan sebuah hal yang baru. Konflik
upacara
yang
ngaben
di
krematorium
nilai
gotong royong tetap ada.
tidak
berujung
pada
kekerasan,
hanya perbedaan persepsi saja. Dari segi positif, konflik yang terjadi
4.5.5
Konflik
pada keluarga duka dengan warga desa
Konflik dalam upacara ngaben di
adat, secara tidak langsung mengenalkan
krematorium terjadi antara keluarga duka,
adanya alternatif penyelenggaraan upacara
anggota keluarga, warga dasa adat,
ngaben yakni upacara
kru
penjemputan dan pihak Yayasan Santha Yana Dharma. 4.5.6
ngaben
di
krematorium
kepada
masyarakat
dikampungnya,
karena dikampungnya
informasi-informasi yang masuk tergolong lambat.
Konflik Sebelum Hari H 11
4.5.7
Konflik Pada Hari H
4.5.8
Konflik yang terjadi pada H terjadi antara
keluarga
dengan
Konflik setelah hari H terjadi antara
kru
keluarga duka dengan Yayasan Santha
terjadinya
Yana Dharma. Pada awalnya, keluarga
keterlambatan penyelenggaraan upacara
duka mendatangi Yayasan Santha Yana
ngaben di krematorium.
Dharma dan mengaku mengalami kesulitan
penjemputan
duka
Konflik Setelah Hari H
mengenai
Pada tahap ini biasanya akan bisa diselesaikan
dengan
musyawarah. Pihak
baik
ekonomi. Karena Yayasan Santha Yana
melalui
Dharma
Maha Gotra Pasek
berusaha
meringankan
beban
umat khususnya masyarakat Hindu-Bali,
Sanak Sapta Rsi akan memberi tahu
maka
keluarga
alasan
keringanan dan membayar seikhlasnya.
upacara
Beberapa waktu berlalu, pegawai Yayasan
duka
keterlambatan di
mengenai pelaksanaan
tersebut
diberikan
atau
Santha Yana Dharma mendapatkan info
tidaknya pelaksanaan upacara ngaben di
dari seseorang mengenai keluarga duka
ngaben
Lancar
keluarga
krematorium. nomor
akan
tersebut.
Ternyata
setelah
ditelusuri
mempengaruhi no urut berikutnya, jika
keluarga
tersebut
tergolong
mampu.
pelaksanaannya
urut
Melihat kondisi tersebut membuat Yayasan
jika
Santha Yana Dharma membuat sistem
pelaksanaannya mengalami keterlambatan
khusus untuk keluarga duka yang kurang
maka no urut berikutnya akan mengalami
mampu. Jika keluarga duka yang merasa
keterlambatan.
kurang
krematorium
berikutnya
urut
lancar
akan
maka
lancar
1 no dan
Dari segi positif, konflik yang terjadi
mampu
melaksanakan
namun
upacara
ingin ngaben
antara keluarga duka dengan Yayasan
dikrematorium harus melampirkan surat
Santha Yana Dharma mengenai adanya
keterangan kurang mampu dari instansi
keterlambatan
terkait.
pelaksanaan
ngaben di krematorium masukan
yang
positif
upacara
akan menjadi untuk
Namun konflik yang terjadi tidak
Yayasan
berujung
pada
pelaporan
atas
dasar
Santha Yana Dharma untuk kedepannya
penipuan atau keluarga tersebut dicekal.
agar
Justru
terus
meningkatkan
kualitas
dari
kejadian
tersebut
pihak
pelayanannya dan terpacu untuk lebih baik
Yayasan Santha Yana Dharma dapat
lagi dari yang sebelum-sebelumnya.
masukan untuk memperbaiki sistem yang ada agar selanjutnya menjadi lebih baik.
12
5.
SIMPULAN
Dharma. Didalamnya terjadi pertukaran
Yayasan
Santha
Yana
sosial
Dharma
dalam
bentuk
eksplisit
berupa
sebagai penyedia jasa upacara ngaben di
barang dan jasa. Berdasarkan motivasi
krematorium menawarkan alternatif dalam
yang dimiliki oleh kedua belah pihak, pola
penyelenggaraan upacara ngaben. Dengan
interaksi sosial yang terjadi didalamnya
adanya alternatif tersebut, diharapkan agar
lebih
masyarakat
meminimalisir konflik.
Hindu-Bali
dapat
mengutamakan kerja
sama
dan
melaksanakan upacara ngaben dengan perasaan
nyaman,
namun
6.
tidak
DAFTAR PUSTAKA
memberatkan dari segi ekonomi, waktu
Buku
serta tenaga, namun kebutuhan sosial
Kebayantini,
kondisi
yang
menunjukkan memilih
berbagai ada,
sisi
Nyoman.
2013.
Komodifikasi Upacara Ngaben di
religiusnya dapat dipenuhi. Ditengah
Ni
situasi
keluarga
rasionalitas
menyelenggarakan
serta
Bali. Denpasar : Udayana University
duka
Press
dengan Keriana, I Ketut. 2010. Prosesi Upakara
upacara
dan Yadnya. Denpasar : Gandapura
ngaben di Krematorium Santha Yana. Keluarga duka termotivasi dengan manfaat
Pitana, I Gde & Putu G. Gayatri. 2005.
dan nilai yang akan didapatkannya dengan melaksanakan krematorium
upacara
Sosiologi Pariwisata. Yogyakarta :
di
ngaben
CV Andi Offset
jika dibandingkan dengan
upacara ngaben konvensional. Manfaat atau nilai tersebut dibagi menjadi dua yaitu
Ritzer, George & Douglas J. Goodman.
eksplisit (jasa dan efisiensi) dan implisit
2010. Teori Sosiologi Modern, Edisi
(kepuasan sosial religius). Faktor-faktor
Ke-6. Jakarta : Kencana
yang mendasari keluarga duka memilih menyelenggarakan
upacara
ngaben
Upe,
di
Ambo.
2010.
Tradisi
Dalam
Sosiologi. Jakarta : Rajawali Pers
krematorium adalah faktor sosial budaya, faktor struktur sosial, faktor ekonomi, serta Tesis
faktor tenaga dan waktu. manfaat
Sukraaliawan, I Nyoman. (2007). Upacara
tersebut, keluarga duka bekerja sama
Ngaben Massal Masyarakat Desa
dengan
Pakraman
Untuk pihak
mendapatkan Yayasan
Santha
Yana 13
Sudaji,
Kecamatan
Sawan,
Kabupaten
Buleleng
:
Sebuah Kajian Budaya. Tesis. Denpasar
:
Program
Pasca
Sarjana Universitas Udayana Disertasi Suka Arjawa, I Gusti Putu Bagus. 2010. “Pergeseran Pelaksanaan Ritual Ngaben
Di
Bali
(Tinjauan
Terhadap Aspek Sosial Ngaben Yang
Mendorong
Munculnya
Ngaben Krematorium)”. Disertasi. Surabaya
:
Program
Pasca
Sarjana Universitas Airlangga Jurnal Brahmananda,
I
Mengenal
Gde
Pitana.
2000.
Lebih
Dalam
Maha
Gotra Pasek Sanak Sapta Rsi, Mengurai Kelaluan & Menapak Kenantian Internet Indah.
(2011).
Ngaben Krematorium,
Sebuah Alternatif.
Diakses 10
Maret 2014 dari http://kabarinews. com/ngaben-krematorium-sebuahalternatif/36852.
14
15