RITES AND CEREMONIES / RITUAL DAN UPACARA KEAGAMAAN Dalam Buku PRIMITIVE CULTURE; RESEARCHES INTO THE DEVELOPMENT OF MYTHOLOGY, PHILOSHOPHY, RELIGION, LANGUAGE, ART, AND CUSTOM. Penulis : Edward B. Tylor, D.C.L., LL.D., F.R.S. Oleh. Muhammad Aji Nugroho
A. Pendahuluan Sistem ritus dan upacara suatu agama dalam kebudayaan suku bangsa biasanya merupakan unsur kebudayaan yang paling tampak secara lahiriyah. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Ronald Robertson (1988:1) bahwa agama berisikan ajaran-ajaran mengenai kebenaran tertinggi dan mutlak tentang tingkah laku manusia dan petunjukpetunjuk untuk hidup selamat di dunia dan akhirat, yakni sebagai manusia yang bertakwa kepada Tuhannya, beradab, dan manusiawi yang berbeda dengan cara-cara hidup hewan atau mahluk gaib yang jahat dan berdosa. Namun dalam agama-agama lokal atau primitif ajaranajaran agama tersebut tidak di lakukan dalam bentuk tertulis tetapi dalam bentuk lisan sebagaimana terwujud dalam tradisi ritual atau upacara-upacara keagamaan. Sistem ritus dan upacara dalam suatu agama atau kepercayaan yang berwujud aktifitas dan tindakan manusia dalam melaksanakan kebaktiannya terhadap Tuhan, dewa, roh nenek moyang, atau mahluk halus lain. Oleh karena itu, Ritus atau upacara religi itu biasanya berlangsung secara berulang-ulang, baik setiap hari, setiap musim atau kadang-kadang saja, hal ini merupakan sebagai sarana untuk berkomunikasi dengan Tuhan dan mahluk gaib lainnya. Dalam pelaksanaan upacara keagamaan masyarakat mengikutinya dengan rasa khidmat dan merasa sebagai sesuatu yang suci sehingga harus di laksanakan dengan penuh hati-hati dan bijaksana, mengingat banyaknya hal yang di anggap tabuh serta penuh dengan pantangan yang terdapat di dalamnya. Dimana mereka mengadakan barbagai kegiatan berupa pemujaan, pemudahan dan berbagai aktifitas lainnya seperti makan bersama, menari, dan menyanyi serta di lengkapi pula dengan beraneka ragam sarana dan peralatan. Aktifitas upacara adat yang berkaitan erat dengan sistem religi merupakan salah satu wujud kebudayaan yang paling sulit dirubah bila dibandingkan dengan unsur kebudayaan yang laainnya. Bahkan sejarah menunjukan bahwa aktifitas upacara adat dan lembagalembaga kepercayaan adalah untuk perkumpulan manusia yang paling memungkinkan untuk tetap dipertahankan. Keadaan tersebut diatas, sangat berkaitan erat dengan kepercayaan manusia dalam berbagai kebudayaan di dunia gaib ini didiami oleh berbagai mahluk dan 0
kekuatan yang tidak dapat dikuasai oleh manusia dengan cara-cara biasa sehingga ditakuti oleh manusia. Kepercayaan itu biasanya termasuk suatu rasa kebutuhan akan suatu bentuk komunikasi dangan tujuan untuk menangkal kejahatan, menghilangkan musibah seperti atau untuk menjamin kesejahteraan. Masyarakat dalam melaksanakan aktifitas kesehariannya untuk memenuhi kebutuhan hidup biasanya dipengaruhi oleh adanya pepercayaan dan nilai-nilai yang dianutnya seperti nilai budaya, hukum, norma-norma maupun aturan-aturan khusus lainnya. Maka, ritual dan upacara keagamaan disamping sistem keyakinan dan dokrin, sistem upacara juga merupakan suatu perwujudan dari religi atau agama yang memerlukan studi dan analisis yang khusus, dan dalam hal upacara keagamaan itu tetap ada tetapi memiliki latar belakang, keyakinan, maksud atau doktrin yang berubah. Disamping itu upacara keagama, biasanya dilaksanakan oleh banyak warga masyarakat pemeluk agama yang bersangkutan bersama-sama mempunyai fungsi sosial untuk mengidentifikasi solidaritas masyarakat yang tertuang dengan upacara bersaji.dari sini dirasa sangatlah menarik untuk mengkaji lebih dalam mengenai ritus dan upacara keagamaan yang dalam hal ini acuan utama adalah buku Primitive Culture karya, Edward B Taylor yang mengatakan Konteks kajian antropologi menjelaskan bahwa upacara memiliki dua aspek, yaitu ritual dan seremonial. Yang akan dibahas lebih lanjut dalam makalah ini, sebagai berikut B. Pembahasan Religious Rites; Ritual/ Upacara Keagamaan Ritual adalah seperangkat tindakan yang selalu melibatkan agama atau magis, yang dimantapkan melalui tradisi. “a set or seriesof acts, usually involving religion or magic, with the sequence establish by tradition”. Maka ritual secara simbolik menggambarkan upaya manusia menjalin komunikasi dengan kekuatan transenden, apakah itu bersifat roh nenek-moyang, makhluk halus, dewa-dewa, Tuhan ataupun daya magislainnya. Sedangkan tujuan manusia mempraktekkan ritus untuk mencari jalan keselamatan secara spiritual (salvation), dengan harapan jiwanya selamat dan memasuki alam transenden sesuai dengan yang dikonsepsikan ajaran agama masing-masing, apakah itu surga, moksa, nirwana, atau di Pulau Tuma pada orang Trobriand. Geertz, Durkheim dan Robertson Smith, dalam melihat ritual lebih menekankan pada bentuk ritual sebagai penguatan ikatan tradisi sosial dan individu dengan struktur
1
sosial dari kelompok. Integrasi itu dikuatkan dan diabadikan melalui simbolisasi ritual atau mistik. Jadi ritual dilihat sebagai perwujudan esensial dari kebudayaan. Ritual agama secara teoritis terbagi ke dalam dua divisi, keduanya terikat dalam aktualisasi dan implementasinya, Pertama, ritual sebagai kinerja ekspresif dan simbolis, dari dramatisasi ungkapan pemikiran keagamaan melalui gerakan bahasa agama. Kedua, adalah sarana hubungan komunikatif dengan hal yang telah mempengaruhinya sebagai mahluk spiritual, dan seperti halnya, niat dalam melaksanakannya sebagai mekanisme sebuah doktrin dan ibadah berkolerasi seperti teori dan praktek dalam kepercayaan tersebut. Maka ritus keagamaan merupakan kinerja peribadahan yang terbentuk melalui ekpresi simbolik yang terbentuk melalui bahasa gerak dan pikir religius, yang kemudian menjadi keajaiban permanen (sakral) yang dijalankan secara terus menerus dan terabadikan dalam sejarah. Dalam perjalanannya ritus dan upacara keagamaan telah menyesuaikan diri dengan kondisi zaman dan waktu yang berbeda, dengan intelektualitas dan moralitas yang lain dalam melestarikannya sehingga mengalami proses transformasi. Akan tetapi banyak yang telah mengabaikan dan melenyapkannya, dan menganggapnya sebagai misteri ritual kuno yang sudah tidak relevan lagi untuk dijalankan. Ahli etnografi yang menggabungkan contoh dari satu upacara dari langkah berbeda dari budaya dapat sering memberikan satu kontribusi untuk lebih rasional, dibandingkan sorang imam, karena semua yang berjalan tersebut memiliki sebab dan makna dasar pada sebuah kebudayaan, sehingga terkadang pemahaman yang kekinian sangat berbeda dengan proses yang telah berjalan seperti ritus doa dan pengorbanan, puasa, dan metode lain sebagainya yang merupakan bagian untuk menuju kebahagiaan hidup. Menurut Tylor agama yang tertua ialah animisme yang kemudian berkembang secara evolusi menjadi politeisme, dan akhirnya monoteisme. Tumbuhnya religi menurut Tylor diawali dengan kesadaran manusia akan adanya roh, bahwa di alam ini, di mana saja, ada roh.Manusia memuja roh, khususnya roh orang yang meninggal, karena menurut anggapannya roh-roh tersebut dapat mempengaruhi kehidupan manusia, baik pengaruh yang bersifat positif (mendatangkan keuntungan) maupun yang bersifat negatif (merugikan). Darisinilah kemudian berkembang kepercayaan animisme, yang sisasisanya masih banyak kita jumpai hingga sekarang. Istilah tunggal animisme mengandung banyak variasi. Binatang, tumbuh-tumbuhan semua dapat memiliki jiwa tersendiri. Roh-roh yang bersangkutan sangat bermacam-macam. Tetapi pada umumnya 2
animisme lebih dekat kepada manusia daripada kepada dewa dan dewi serta lebih lebih terlibat dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini akan terlihat pada pembahasan dibawah ini. Rites and Ceremonies; Prayer / Doa Kepercayaan animisme dan dinamisme terhadap hal-hal yang bersifat mistis, seperti benda-benda yang dianggap bertuah dan kepercayaan pada roh yang memiliki kekuatan yang luar biasa. Mereka berdoa memohon segala sesuatu dalam hidupnya dengan cara membawa sesajen dan mengucapkan mantra-mantra yang dapat mendatangkan roh yang dipercayai itu, lantas mereka mengucapkan apa yang menjadi permintaannya. Doa biasanya dilakukan di tempat-tempat tertentu yang dianggap sakral dan angker serta dirangkai dalam uapacara keagamaan. Hal tersebut bertujuan untuk mencapai keadaan yang diharapkan, yaitu suatu keadaan dimana peristiwa-peristiwa akan bergerak mengikuti jalan yangtelah ditetapkan dengan lancar dan tak akan terjadi kemalangankemalangan kepada sembarang orang. Doa merupakan keinginan kuat dalam diri (jiwa) manusia yang disampaikan secara ikhlas (berserah diri) yang ditujukan kepada sesuatu yang telah didewakan, maka sifa doa adalah tindakan yang masuk akal dan praktis, pemenuhan hasrat meminta dengan keinginan yang belum terbatas untuk keuntungan pribadi, golongan, atau kelompok tertentu. Maka doa merupakan upacara keagamaan yang bersifat sakral ( suci ) yakni suatu kekuatan simbolis atau tindakan sekaligus sebagai wujud dari ekspresi jiwa mereka dalam menjalin hubungan vertikal dengan penghuni dunia gaib. Maka penyembahan dimulai untuk mendapatkan kemakmuran atas permintaannya, dan doa menjadi instrumen moralitas untuk menambah pemenuhan atas permohonannya, sebagaimana contoh dibawah ini; Pulau Tanna di Papua, dimana Dewa adalah roh leluhur yang sudah meninggal, doa yang disampaikan kepadanya dibumbuhi dengan makanan agar roh leluhur senantiasa memberikan kebaikan kepada para pendoanya. Kemudian di Pulau Samoa, persembahan anggur kepada dewa agar kemakmuran mengelilinginya mulai dari perkebunan, kesehatan, dan berlimpahnya makanan. Orang Indian di Amerika Utara, berdoa kepada dewa mereka yang terbentuk dari roh orang yang telah meninggal, menginginkan supaya diberikan cuaca yang baik, keberuntungan dalam berburu. Suku Inca di Peru, doa mereka diberikan kepada matahari yang dianggap sebagai pencipta dunia, yang berdoa supaya diberikan keberhasilan dalam setiap langkah yang ditempuhnya, umur panjang dan lain 3
sebagainya. Begitu pulamasyarakat Zulu di Afrika, menunjuk roh dari nenek moyang mereka, bahwa roh berada disekeliling mereka, ketika bersin cukup baginya untuk supaya diberikan beras, ubi jalar, dan emas, budak, agires, kekayaan dan lain sebagainya dengan bertepuk tangan secara lembut dan melantunkannya (mereka selalu melagukan lagu-lagu mereka). Bentuk khas dari pendoa mungkin dipilih di Asia, Antara Karens dari Myanmar, memiliki persembahan untuk para roh leluhur dengan membuat rumah kecil di sawah yang diberi benang untuk mengikat roh, sebagai tanda dimana dua alat-alat musik bergesekan ketika roh dari siapapun yang mungkin memasuki ladang dia. Dari beberapa ritual ini bahwa dapat disimpulkan roh merupakan bentuk kekuatan tertinggi dari alam ghaib yang mengabulkan dari beberapa ritual yang diberikan kepadanya. Peningkatan
produk (hasil panen, kesehatan, rejeki, dan lain sebagainya)
merupakan bagian dari peningkatan ibadah, dan penurunan hasil yang telah didambakan merupakan salah satu bentuk dari kelalaian ritus atau ibadah yang telah dijalaninya yang akan menjadi dosa. Pengorbanan merupakan budaya awal dari terciptanya ritus doa, sehingga membikin doa itu berjalan sebagaimana mestinya. Doa adalah permintaan yang dibuat untuk dewa, sehingga pengorbanan adalah hadiah yang diberikan kepada dewa, simbol hadiah ini merupakan bagian dari kerendahan hati atas permohonan yang diinginkannya. Moralists mengakui bahwa pendoa dapat menghilangkan instrumen jahat dalam diri manusia karena kekhawatiran atas dosa yang akan atau telah dibuatnya. Ini memberikan pengaruh pada diri manusia sepanjang kehidupannya, kepercayaan atau keimanan datang sebagai sistem etika untuk mengontrol dan menguatkan atas ritus dari doa dan hadiah yang telah dijalankan, terhadap hal-hal yang gaib, emosi dan daya dari hidup moral. Hal tersebut memperlihatkan hasrat mencari keselamatan dalam dunia yang kacau. Doa tidak ditujukan bagi sebuah kehidupan yang lebih baik, kini maupun dimasa mendatang, tetapi lebih ditunjukkan untuk memelihara tatanan dan mencegah datangnya bala dan dapat menjaga kelangsungan hidup mereka. Dari doa yang mereka bacakan tersebut di atas, terlihat bahwa mereka sangat menghormati tanaman pertanian, karena dari situlah merupakan sumberutama untuk kelangsungan hidup mereka. Jika ritual tersebut tidak dilakukan, maka hasil tanaman tidak akan bagus. mempersonifikasikan kemungkinan kemalangan inidi pandang dari segi kepercayaan terhadap roh-roh halus dan mencoba tawar-menawar dengan mereka melalui sesajen atau pemberian.
4
Sejalan dengan itu Durkheim berpendapat bahwa tidak dengan penuh keyakinan membahasnya sampai pada kesimpulan bahwa hal-hal sakral dalam sistem agama apapun sebenarnya merupakan lembaga-lembaga masyarakat yang mengamalkan agama tersebut. Emosi yang diekspresikan terhadap benda-benda yang dianggap sakral oleh kelompok tersebut dan kemudian dinyatakan mampu menimbulkan berbagai perasaan kekhidmatan keagamaan ketika menghadapi suatu kekuatan yang religius yang muncul dari hal-hal yang dianggap mistik. Oleh karena itulah manusia selalu memohon perlindungan akan keamanan dan ketenangan dirinya dengan meminta bantuandari kekuatan yang ada diluar dirinya yang dianggap sanggup melindungi danmemenuhi kebutuhannya, hal itu dilakukan dengan cara berdoa. Rites and Ceremonies; Sacrifice / Pengorbanan Sejalan dengan itu, bahwa ritual dan upacara keagamaan terwujudkan dengan pengorbanan, karena dengan pengorbanan akan lebih mendapatkan perhatian oleh sesembahan yang dituju dengan doanya dengan harapan bahwa setiap kekuatan magis yang didoakan akan memberikan keberhasilan dalam setiap permohonannya. Pengorbanan memiliki teori tersendiri dalam mengimplementasikannya, menurut pembacaan yang dilakukan oleh Edward b. Taylor, penymbahan dilakukan dengan the gift-theory (teori hadiah/pemberian), the hommage-theory (teori penghormatan), the abnegation-theory (teori pelepasan diri). Gift-theory, menjadi yang pertama, karena pemberian hadiah merupakan pengorbanan paling dasar, apa yang menjadi barang paling berharga ditawarkan kepada dewa, seperti makanan dan lain sebagainya untuk diberikan kepada dewa tanah, air, api dan angin. Memulai dengan kasus dimana transmisi (pemujaan) ini dilaksanakan hiduphidup, ini tampak itu ketika dewa adalah Air pribadi, Bumi, Api, Udara, atau salah satu elemen demikian yang tidak beraturan (karena marah), dia dapat mendapat memberikan konsumsi kurban yang kemudian akan mampu meredakannya, seperti di Negara Peru, minuman matahari sebagai persembahan kepada dewa yang dicurahkan hadapannya; dan di Negera Madagaskar, minuman Angatra meminum arak kiri pada cangkir daun. Salah satu bentuk pengorbanan untuk pemujaan tehadap dewa untuk memberikan kebaikan adalah pengorbanan yang dilakukan orang india ketika terombang ambing dalam lautan yang luas dan terjbak dalam badai di danau Amerika Utara, yang dapat menenangkan dewa prahara penggalangan marah dengan mengikat tali anjing dan melemparkannya ke laut. Dan banyak lagi contoh yang ada didalamnya. See page 376. 5
Kisah lain yang datangnya dari negara Guinea juga menunjukkan prinsip penawaran efek yang didapat terhadap doa yang disampaikan melalui pengorbanan yang telah diberikan. Ketika laut mereka menjadi sangat kasar, mandor-mandor mengeluh kepada raja, yang menginginkan mereka untuk menjadi mudah, dan dia akan membuat laut tenang hari berikutnya. Karena itu, dia mengirim fetishman (orang suruhan pengantar korban) dengan sebotol minyak sawit, sekantong beras dan jagung, stoples Pitto, sebotol brandy, sepotong belacu dicat, dan beberapa hal lain untuk hadir ke laut. Menjadi datang ke sisi laut, ia membuat pidato itu, meyakinkan bahwa rajanya adalah temannya, dan mencintai orang kulit putih, bahwa mereka adalah rekan-rekan jujur dan datang untuk berdagang dengan dia untuk apa yang dia inginkan, dan dia meminta laut untuk tidak marah, atau menghalangi mereka untuk mendarat barang-barang mereka, ia diberitahu, bahwa jika ingin minyak sawit, rajanya telah dikirim beberapa, dan sebagainya melemparkan tabung beserta minyak ke laut, seperti yang dia lakukan, dengan pujian yang sama, beras, jagung, Pitto, brandy, belacu. Pengorbanan ini tidak hanya itu saja, kan tetapi banyak sekali. See page 377-388. Pandangan ekstrim dari kepercayaan animistik tentang pengorbanan adalah bahwa setiap pengorbanan jiwa yang ditawarkan akan ditransmisikan kepada dewa. Gagasan roh mengambil jiwa adalah dengan cara agak berbeda. dicontohkan di Benua Johor, yang memegang bahwa kejahatan Sungai-roh yang menimbulkan penyakit pada manusia dengan memberi makan badan di mana hidupnya berada, sedangkan roh halus penunggu sungai memakannya makan kejahatan tersebut diyakini akan hilang, ketika makan mata pria, bagian materi mereka tetap, tetapi mereka buta. Ide seperti ini dijalankan juga di Polinesia dengan teori pengorbanan, yaitu seorang Imam (pemuka agama) mengirim sesajen dengan korban manusia yang dikorbankan, roh-roh orang mati yang dimakan oleh para dewa atau setan, bagian spiritual. Dari sini teramati bahwa persembahan besar, dengan pemberian makanan pengorbanan jiwa sebagai kepada para dewa (suku fiji), yang digambarkan sebagai makanan besar. Seperti di berbagai daerah dan lokasi lain di dunia, pengorbanan manusia di sini sebenarnya daging kurban, kanibalisme merupakan bagian dari agama Fiji, dan digambarkan sebagai dewa berkenan pada daging manusia. Sebagaimana yang terjadi pada suku Indian dari danau Amerika, yang menganggap bahwa persembahan, baik ditinggalkan atau dikonsumsi oleh jamaah, akan membentuk kekuatan spiritual yang dikhususkan untuk mereka, melalui permohonan-permohan yang disampaikan. See page 390-392. 6
Tampaknya mungkin bahwa makna tersebut dapat sebagian menjelaskan praktik pengorbanan agama-agama lain. Dalam hubungannya dengan muatan tersebut, arti tegas pengorbanan, dimana persembahan yang disampaikan menjadi milik roh orang mati, barangkali membenarkan kita dalam menyimpulkan bahwa ide-ide serupa transmisi spiritual berlaku secara luas di antara banyak negara yang ritus kurban kita tahu pada kenyataannya, tetapi tidak bisa melacak dengan pasti untuk signifikansi aslinya. Dengan demikian, setelah memeriksa cara di mana pengoperasian pengorbanan yang telah berlaku secara nyata, baik tanpa batas waktu atau dengan batas waktu, dan setelah dibedakan transmisi aktual sebagai baik substansial, essensial maupun spiritual, maka akan dapat mengetahui motif yang paling mendasar dalam menjalankan ritual tersebut. Pengorbanan sebagai hadiah atau penghormatan / Sacrifice gift or hommage Dalam hal ini yang menjadi pertanyaan motif orang yang berkorban dalam menghadirkan kurban, menjadi sangat penting karena ini adalah kuncinya, yang merupakan prinsip umum. Jika proposisi utama agama alamiah animisme diberikan, bahwa gagasan jiwa manusia adalah model gagasan keilahian, maka analogi hubungan manusia dengan manusia harus menjelaskan motifnya dalam pengorbanan. Ia melakukannya dengan sangat patuh. untuk mendapatkan kebaikan atau mencegah keburukan, untuk meminta bantuan atau memaafkan pelanggaran. Dengan hanya membutuhkan pengganti korban untuk dewa kepala, dari alat yang tepat untuk menyampaikan hadiah kepadanya, sebagai hasil dari doktrin logis ritus kurban. seperti yang dikutip untuk berbagai alasan dalam uraian tersebut. Ini akan melihat bahwa persembahan kepada dewa dapat digolongkan dalam cara yang sama sebagai hadiah duniawi. Sesekali hadiah yang dibuat untuk memenuhi beberapa kepentingan mendesak, upeti berkala dibawa oleh pengorban pada Tuhan, hasil dari pemeberian tersebut untuk mengamankan hartanya atau perlindungan kekayaan yang diperoleh. Secara umum dapat diselenggarakan bahwa gagasan praktis dari penerimaan makanan atau barang-barang berharga disajikan kepada dewa, dimulai awal untuk menaungi ke sentimen kepuasan ilahi atau pendamaian dengan korban. Semua ini memiliki analog yang jelas dan ditandai dengan baik dalam sistem pengorbanan dunia ini yang terkesan kuat dengan kesesuaian teori pengorbanan ini, untuk mempertimbangkan bagaimana transisi dibuat dengan cara yang tak terlihat sama dari gagasan nilai substansi yang diterima, dengan penghormatan seremonial diberikan. Kami tidak merasa mudah untuk menganalisis kesan hadiah membuat kepuasan perasaan kita sendiri, dan untuk 7
memisahkan nilai sebenarnya dari objek dari rasa kepuasan dalam pemberi baik kemauan atau rasa hormat. Pengorbanan dengan penyembahan sebagai sarana untuk mendapatkan keuntungan atau hanya untuk memuaskan dewa. Sejarah agama Yunani jelas mencatat transisi dari bakaran awal dikhususkan oleh api kepada para dewa, ke festival besar di mana pengorbanan yang disediakan daging untuk jamuan publik diadakan untuk menghormati mereka dalam penghormatan seremonial. Dari sini telihat bahwa penghormatan dilakukan kepada dewa yang mereka sembah untuk mendapatkan kebaikan pada dirinya sendiri, yang tentunya memiliki nilai kemanfaatan yang luar biasa pada diri kelompok masing-masing. See page 393-395. Pengorbanan sebagai Kepasrahan Diri / Sacrifice abnegation Perkembangan dari hadiah kepada penghormatan, akan timbul doktrin bahwa inti dari pengorbanan adalah penyembahan dengan memberikan kepada dewa sesuatu yang berharga (sesajen) untuk menerima manfaat bagi dirinya sendiri. Ini dapat disebut sebagai teori pelepasan diri, dan asal-usulnya cukup dapat dijelaskan dengan mempertimbangkan aslinya dari teori hadiah, yaitu dengan mengambil perasaan kita sendiri sebagai panduan, supaya kita tahu bagaimana memuaskan diri kita untuk melakukan pemberian melalui bagian dari kita dalam memberi, bahkan jika hadiah menjadi tidak efektif, maka kita segan untuk mengambil kembali jika tidak diterima, melainkan akan beralih pada cara lain yaitu pengorbanan. Dengan demikian kita dapat masuk ke dalam perasaan orang Indian Assinaboin, yang menilai bahwa selimut dan potongan-potongan kain dan kuningan ceret dan barang berharga tersebut ditinggalkan di hutan sebagai obat-pengorbanan, mungkin akan diboyong oleh pihak ramah yang kebetulan menemukan mereka, atau dari Ava Buddha membawa ke kuil persembahan nasi dan manisan dan kacang goreng. See page 396. Sebagaimana contoh lain bagi orang muslim yang sedang menunaikan ibadah haji, yang kemudian membayar dam, dia menyembelih kurban berupa; domba, sapi, dan unta yang kemudian dia tinggalkan tanpa sedikitpun merasakan hasil dari sesembelihan itu, dalam hal ini pengorbanan yang dilakukannya merupakan sarana untuk membersihkan diri dari kesalahan yang telah dia perbuat. Dan banyak lagi contoh, seperti pemotongan jari untuk roh agung dalam upacara mandan di India, pemotongan rambut sebagai gantungan kunci di New Zeland, upacara mengalirkan darah di Quilombo sebagai bentuk penghormatan kepada dewa. See page 398-403.
8
Penggantian Korban; Sacrificial Substitution Yaitu menawarkan pengorbanan hidup untuk mendapatkan kehidupan baru yang lebih baik sebagai bentuk pengorbanan penebusan diri, contoh di Peru Inca, ketika seorang kepala suku jatuh sakit, ia akan menawarkan untuk dewa salah seorang putranya, memohonnya untuk mengambil korban ini sebagai penggantinya (supaya diberi umur dan kesehatan), Orang Yunani menawarkan kepada para dewa penjahat, tawanan, atau para budak sebagai pengganti korban untuk diberikan kepada dewa Kronos. Kemudian dalam sejarah Punisia Carthage yaitu pengorbanan penebusan diri dengan memberikan pengorbanan dari anak-anak mereka yang terpilih, yang mana anak ini didapat dari para budak, yang dibeli dan dipelihara untuk tujuan pengorbanan itu, sekitar 200 an anak dikurbankan dan dimasukkan dalam tunggku api. Selanjutnya, hal itu akan membantu kita untuk menyadari betapa pengorbanan binatang dapat menebus kehidupan manusia, jika kita melihat di Afrika Selatan bagaimana suku Zulu menebus anak yang akan dikorbankan dengan seekor lembu jantan, atau Kimbunda akan menebus darah budak oleh korban dari lembu. Hal tersebut juga dijalankan oleh Kolonel Macpherson, yang membebaskan orang dari pengorbanan dengan kerbau, dan begitu seterusnya pengorbanan. Legenda ini, dapat benar-benar merekam substitusi sejarah hewan kurban manusia. See page 404-405. Di genangan sungai Nil di Kairo, mendirikan pilar berbentuk kerucut bumi yang banjir menyapu seperti naik. Ini disebut arusah atau pengantin wanita dilemparkan ke sungai seorang perawan, sebagai bentuk pengorbanan untuk mendapatkan genangan berlimpah dari sungai tersebut. Akan tetapi kemudian pengorbanan wanita perawan ini, kemudian diganti dengan hewan ternak yang ada, domba dan lain sebagainya. Survival of Sacrifice; Peninggalan (sisa) dari Pengorbanan Hasil sisa dari pengorbanan; anak domba, anak-anak, madu, anggur, dan lain sebagainya dibagikan kepada anak-anak dan keluarga dirumah, agar anak-anak mendapat menikmati kesehatan yang baik sepanjang tahun atau mendapat keberkahan dari makanan tersebut. Dalam dunia Kekristenan terbentuknya konsepsi pengorbanan merupakan salah satu bentuk ibadah terdalam dari ide-ide keagamaan, dan upacara pengorbanan di antara upaya tulus ibadah, timbullah suatu ketaatan cocok untuk memasok tempat kosong. Hasil ini diperoleh tidak dengan pengenalan baru, tetapi dengan transmutasi. Sebagaimana dalam perjamuan orang Kristen yang diasumsikan 9
sebagai pengorbanan massa, dan disesuaikan dengan upacara di mana persembahan makanan dan minuman yang diatur oleh imam di atas mezbah di sebuah kuil, dan dikonsumsi oleh imam dan jamaah, dan diyakini didalam makanan tersebut terdapat berkah yang didapat dari upacara keagamaan. Kelompok berikutnya yang dipertimbangkan bagian dari ritus keagaman diantaranya; Puasa dan beberapa cara lain untuk memperoleh kegembiraan dan abnormalitas atau ketidak wajaran lainnya untuk tujuan religius. Dalam penelitian kedepan-terjadi animisme, sering diamati atau tersirat bahwa keyakinan agama dari ras yang lebih rendah dalam ukuran kecil berdasarkan bukti dari visi dan impian, yang dipengaruhi sebagai pergaulan nyata dengan makhluk spiritual. Dari tahap paling awal hingga perkembangan kebudayaan, kita menemukan agama dalam aliansi yang tertutup dengan kondisi fisik yang sehat. Ini disebabkan oleh berbagai sarana interferensi dengan tindakan sehat tubuh dan pikiran, dan itu hampir diperlukan. See page 406-410. Dalam agama animistik, seperti gangguang abnormal (sakau/keadaan tidak sadarkan diri) dijelaskan seperti gejala komunikasi dengan Tuhan (mendapat wangsit), memiliki pengaruh yang kuat terhadap fungsi pikiran sehingga menghasilkan kesakauan, berpuasa, bertapa dengan menyepi atau menyendiri di hutan atau di gurun secara berkepanjangan, biasanya disertai dengan penderitaan lainnya, akan mendapatkan kemampuan spiritual tersendiri, karena kemampuannya untuk berbicara kepada roh atau mahluk halus yang dianggap memiliki kekuatan. Sebagaimana yang tergambarkan dalam kajian dibawah ini. Fasting; Puasa Ritual puasa yang dilakukan merupakan perbuatan yang abnormal, ini terlihat pada orang Indian (suku Algonquin), puasa yang panjang dan ketat diperintahkan antara anak laki-laki dan perempuan dari usia yang sangat dini; mereka akan menjauhkan diri dari makanan tiga sampai tujuh hari, atau bahkan lebih, hanya mengambil sedikit air. Selama puasa ini, perhatian utama diberikan kepada mimpi. Tanner menceritakan kisah dari netnokwa, yang pada usia dua belas tahun berpuasa sepuluh hari berturut-turut, sampai mimpi seorang pria datang dan berdiri di depannya, dan setelah berbicara banyak hal memberikan dua tongkat, mengatakan, ' Aku memberikan ini untuk berjalan di atasnya, dan rambut Anda saya berikan untuk menjadi seperti salju; 'jaminan ini sebagi jimat bagi kehidupannya pada saat bahaya dan kesusahan. Pada kedewasaan pemuda India, menyepi ke tempat yang sunyi untuk berpuasa dan bermeditasi dan berdoa, untuk 10
menerima wahyu (wangsit) tentang karakter kehidupannya, dan dia menunggu sampai ada muncul kepadanya dalam mimpi beberapa hewan atau benda yang akan menjadi 'obat-obatan, " wakil dari berhala (sesembahan) dari pelindungnya atau yang akan melindunginya. Misalnya, seorang prajurit yang telah bermimpi kelelawar datang kepadanya di masa mudanya, kemudian ia mengukiti mimpi tersebut dengan mengenakan kulit kelelawar di puncak kepalanya, selanjutnya sepanjang hidupnya kebal terhadap musuh-musuhnya (kelelawar). Chingwauk mengatakan orang India kuno membuat jasa besar dari puasa. Mereka berpuasa kadang enam atau tujuh hari, sampai kedua tubuh dan pikiran mereka menjadi bebas dan ringan, yang mempersiapkan mereka untuk bermimpi. Tujuan dari pelihat kuno untuk bermimpi matahari, karena percaya bahwa mimpi seperti itu akan memungkinkan mereka untuk melihat segala-galanya di bumi. Colon menggambarkan praktek di Hayti puasa untuk mendapatkan pengetahuan tentang peristiwa masa depan dari roh. Jadi disini terdapat hubungan antara puasa dan spiritual. Maka selama puasa dilanjutkan-sebagai
ritus
keagamaan,
konsekuwensinya
menjadi
tidak
normal,
peninggian mental yang akan melanjutkan fantasy sebagai pengalaman super-natural dengan menahan setiap hasrat duniawinya akan menghantarkannya menjadi manusia yang memiliki kelebihan. Hal ini memang bukan teori lengkap tentang puasa sebagai ritual keagamaan, tetapi hanya merupakan bagian terpenting bahwa tampilan tenttang pantangan dari makanan dan minuman memiliki tempat utama di antara tindakan penyiksaan diri atau penebusan dosa. Puasa di sini dari sudut pandang animistik, sebagai proses membawa pada mimpi dan penglihatan, adapun cara lain tertentu dengan mana fenomena kegembiraan yang biasa diinduksi. Salah satu cara tersebut adalah penggunaan obat-obatan. Di India Kepulauan Barat pada saat penemuan, Columbus menggambarkan upacara keagamaan menempatkan piring berisi bubuk 'co-hoba', kemudian menghirupnya ini melalui tongkat dengan dua cabang melalui hidung. Hal ini dilakukan oleh pemimpin suku, ketika terdapat ke orang sakit, akan menempatkan dirinya dalam komunikasi dengan roh-roh, dengan demikian menghirup atau menghisap Cohoba, 'yang membuatnya mabuk, bahwa dia tidak tahu apa yang dia lakukan, dan mengatakan banyak hal yang luar biasa, dimana mereka menegaskan bahwa mereka sedang berbicara dengan cemis atau roh-roh halus yang akan memberikan kepadanya informasi tentang penyakit yang telah diderita oleh si
11
pesakitan itu. orang Indian akan memberikan anak-anak ramuan narkotika, dalam rangka untuk memperoleh hasil dari informasi tentang musuh-musuh mereka. See page 411-415. Ecstasy by Drugs; Sakau Maksud dari bab ini adalah ritual yang menggunakan Pukau (atau oabat-obatan lainnya) dengan cara menghirunya melalui hidung, sebagai sarana untuk melepaskan diri untuk mendapatkan sesuatu yang ingin dituju seperti informasi, obat dan lain sebagainya, sebagaimana diutarakan diatas. Sebagaimana Di Peru para imam yang berbicara dengan 'huaca' atau jimat yang digunakan untuk menceburkan diri dalam keadaan sakau (tidak sadarkan diri) dengan minuman narkotika yang disebut 'tonca,' dibuat dari tanaman yang sama, yaitu'huacacacha' sebagai ramuan jimat. Begitu juga meksiko, brasil dan amerika, para dukun menggunakan asap tembakau dengan cara memakannya untuk menuju kondis sakau. Dengan menghisap ganja (obat-obatan lainnya), akan membawakan mereka ke dalam satu status keagungan melewati halusinasi yang tinggi. See page 417-418. Ketika sakau suaranya berubah menjadi laki seperti suara guntur pada telinganya; dia mengkhayalkan dia yang punya sayap dan dapat melayang. Akibat sakau ini, dimana keajaiban bagian dianggap sebagai pembangunan religius tinggi. Banyak rincian mengenai pengalaman diluar batas manusia yang di deskripsikan dengan kondisi tubuh sakau dan tubuh lemah lunglai, yang dianggap sebagai doktrin demonical relegiusitas keagamaan, seperti yang dilakukan oleh tukang sihir atau dukun. Menurut edward b taylor hal tersebut sangatlah tidak masuk akal, karena dengan menghisap obat-obatan tersebut akan menjadikan orang tersebut menjadi sakit dengan muntah darah misalnya, dan banyak kebohongan dalam pelaksanaannya bahkan memiliki efek negatif bagi pelaku maupun obyek dari pelaku. See page 418-422. Dalam rangkaian ini dari upacara, praktis sering berbahaya, kita mengarahkan ke sekelompok upacara yang memliki karakteristik dengan perlambangan indah. Di dalam mendiskusikan dongeng matahari dan pemujaan matahari, ini mempunyai muncul bagaimana sangat asosiasi di urusnya orang-orang dari timur dengan cahaya dan kehangatan, hidup dan kebahagiaan dan kesenagan, dari barat dengan keadaan gelap dan dingin, kematian dan pelapukan, yang kemudian memakukan sendiri di kepercayaan religius. Ini akan menggambarkan dan menginfirmasikan pandangan ini untuk mengamati bagaimana perlambangan yang sama dari timur dan yang barat telah menjelma mewujudkan upacara nyata dengan memberikan satu rangkaian praktek. 12
Sebagaimana matahari telah memperlihatkan ke orang-orang, bahwa umur manusia senantiasa berjalan, daerah barat sebagai bagian dari kematian, matahari terbit telah menayangkan satu adegan lebih penuh harapan, satu situs awal tentang dewa dari timur. Ini sepertinya penyelesaian dari analogi matahari, pada tangan yang satu di kematian sebagai matahari terbenam, pada yang lain pada hidup baru sebagai matahari terbit, yang mempunyai dihasilkan dua membandingkan ketentuan dari pengebumian, yang sependapat di dalam menempatkan mati di bawah sinar matahari alur, baris timur dan barat. Ibarat ini menggambarkan bagaimana kondisi manusia dalam melalaui kehidupan. Dari sini terlihat bahwa upacara adalah sebagai kumpulan aktivitas manusia yang kompleks dan tidak mesti bersifat teknik atau rekreasional, tetapi melibatkan model perilaku yang sepatutnya dalam suatu hubungan sosial,sedangkan ritual adalah kategori upacara yang lebih terbatas, tetapi secarasimbolis lebih kompleks karena menyangkut urusan sosial dan psikologis yang lebih dalam. Ritual dicirikan mengacu pada sifat dan tujuan mistis. Dari peribadahan akan terlihat bahwa tujuan mistis dari keselurhan ini adalah kekuatan dan kebaikan yang akan didapatnya setelah menjalankan ritual tersebut. C. Penutup Dari pembahasan di atas kita mengetahui bahwa, ritual melalui upacara-upacara keagamaan yang telah dijalani adalah suatu kenyataan yang melibatkan pengertian mistis. Dengan demikian, perbedaan di antara keduanya ialah pada aspek bentuk tindakannya yang melibatkan sesuatu yang mistik atau tidak. Ritual dibedakan menjadi empat macam, yaitu: (1) tindakan magis, yang dikaitkandengan penggunaan bahan-bahan yang bekerja karena dayadaya mistis, (2)tindakan religius kultus para leluhur, juga bekerja dengan cara ini; (3) ritual konstitutif yang mengungkapkan atau mengubah hubungan sosial dengan merujuk pada pengertian-pengertian mistis, dengan cara ini upacara-upacara kehidupan menjadi khas, (4) ritual faktitif yang meningkatkan produktivitas atau kekuatan, atau pemurnian dan perlindungan, atau dengan cara lain meningkatkan kesejahteraan materi pribadi maupun suatu kelompok atau golongan tertentu. WaAllahu A’lam.
13