INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) BADAN KETAHANAN PANGAN PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
NO 1.
SASARAN STRATEGIS Dipertahankannya ketersediaan pangan yang cukup, meningkatkan kemandirian masyarakat, pemantapan ketahanan pangan dan menurunnya tingkat kerawanan pangan.
INDIKATOR KINERJA UTAMA Jumlah Desa Mandiri Pangan yang dikembangkan. Penanganan daerah rawan pangan. Pengembangan lumbung pangan. Pengembangan cadangan pangan.
PENJELASAN (Makna Indikator, Alasan Pemilihan Indikator, Cara Perhitungan Indikator) Makna Indikator : Dalam rangka meningkatkan kemandirian masyarakat dilaksanakan pengembangan desa madiri pangan dengan cara pembinaan dan pemberdayaan masyarakat desa melalui pendayagunaan sumber daya, kelembagaan dan budaya lokal di pedesaan. Dalam rangka penurunan tingkat kerawanan pangan maka dilakukan upaya penanganan daerah rawan pangan, pengembangan lumbung pangan dan pengembangan cadangan pangan daerah baik cadangan pangan masyarakat maupun cadangan pangan pemerintah baik provinsi maupun kabupaten/kota.
PENANGGUNG SUMBER JAWAB DATA Badan Ketahanan Pangan
Badan Ketahanan Pangan
Alasan pemilihan : Untuk mewujudkan kemandirian pangan dilakukan pemberdayaan masyarakat miskin di daerah rawan pangan melalui strategi jalur ganda yaitu : 1. Membangun ekonomi berbasis pertanian dan perdesaan untuk menyediakan lapangan kerja dan pendapatan; 2. Memenuhi pangan bagi kelompok masyarakat miskin di daerah rawan pangan melalui pemberdayaan dan pemberian bantuan langsung. Upaya tersebut dilakukan secara bertahap melalui proses pemberdayaan masyarakat untuk mengenali potensi dan kemampuannya, mencari alternatif peluang dan pemecahan masalah serta mengambil keputusan untuk mengelola dan memanfaatkan sumberdaya alam secara efektif, efisien dan berkelanjutan. Dengan meningkatnya jumlah desa mandiri pangan yang dilaksanakan pada desa-desa dengan katagori miskin maka diharapkan ketahanan pangan dapat lebih mantap. Untuk mengantisipasi masalah-masalah ketahanan pangan seperti sekarang ini antara lain anomali iklim/perubahan iklim serta bencana alam maka diperlukan adanya cadangan pangan dalam rangka mengatasi kerawanan pangan. Penanganan terhadap kerawanan pangan juga dapat dilakukan dengan penanganan kerawanan pangan melalui SKPG (Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi). Penanganan secara serius dan komprehensif terhadap daerah-daerah 1
NO
SASARAN STRATEGIS
INDIKATOR KINERJA UTAMA
PENJELASAN (Makna Indikator, Alasan Pemilihan Indikator, Cara Perhitungan Indikator)
PENANGGUNG SUMBER JAWAB DATA
yang rentan terhadap kerawanan pangan, sangat diperlukan. Penanganan yang terlambat dapat memicu terjadinya kerawanan pangan yang berkepanjangan dalam periode yang lama dapat menjadi kerawanan pangan yang kronis. Cadangan pangan adalah persediaan bahan pokok yang disimpan pemerintah dan masyarakat yang dapat dimobilisasi secara cepat untuk keperluan konsumsi maupun menghadapi keadaan darurat dan antisipasi terjadinya gejolak harga. Rumus perhitungan : Jumlah desa mandiri pangan telah dikembangkan (realisasi) dibagi jumlah desa mandiri pangan yang direncanakan dikembangkan (target) dikali 100 persen. Jumlah lumbung pangan yang telah dikembangkan (realisasi) dibagi jumlah lumbung pangan pangan yang direncanakan dikembangkan (target) dikali 100 persen. Jumlah cadangan pangan telah dikembangkan (realisasi) dibagi jumlah cadangan pangan yang direncanakan dikembangkan (target) dikali 100 persen. Jumlah desa rawan pangan telah ditangani (realisasi) dibagi jumlah desa rawan pangan yang direncanakan ditangani (target) dikali 100 persen. 2.
Lancarnya distibusi dan stabilisasi harga pangan utama nabati dan hewani di tingkat petani.
Jumlah LUEP Analisis distribusi dan akses pangan. Pemantauan Harga pangan Jumlah LDPM
Makna Indikator : Pemenuhan pangan sampai tingkat rumah tangga sangat tergantung kepada distribusi dan akses pangan serta stabilisasi harga. Salah satu program dan kegiatan untuk meningkatkan akses pangan dan terjaminnya ketersediaan pangan serta terjamin stabilisasi harga gabah/beras dan jagung adalah melalui dukungan kegiatan Pengembangan Dana Penguatan Modal Lembaga Usaha Ekonomi Pedesaan (LUEP). Selain itu ada juga Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (LDPM) yang diarahkan pada sentra produksi. Kegiatan analisis distribusi dan akses pangan serta pemantauan harga dilaksanakan pada 13 kabupaten/kota di Kalimantan Selatan. Melalui kegiatan analisis distribusi dan akses pangan serta pemantauan harga ini maka dapat dipantau dan dianalisis keadaan distribusi pangan serta keadaan akses pangan juga fluktuasi harga yang terjadi menjelang hari-hari besar keagamaan.
Badan Ketahanan Pangan
Badan Ketahanan Pangan
2
NO
SASARAN STRATEGIS
INDIKATOR KINERJA UTAMA
PENJELASAN (Makna Indikator, Alasan Pemilihan Indikator, Cara Perhitungan Indikator)
PENANGGUNG SUMBER JAWAB DATA
Alasan pemilihan : Dengan dilaksanakannnya program DPM-LUEP ini maka upaya pengendalian harga gabah/beras dalam rangka menjaga stabilitas harga gabah/beras yang diterima petani pada tingkat yang wajar, mendekatkan petani/kelompok tani terhadap pasar melalui kerjasama dengan LUEP, menumbuhkembangkan dan menggerakkan kelembagaan usaha ekonomi di pedesaan dan memperkuat posisi daerah dalam ketahanan pangan wilayah. Adapun kegiatan analisis distribusi, harga dan akses pangan dilakukan untuk menyoroti titik-titik rawan akses pangan di wilayah pedesaan dan perkotaan berdasarkan indikator terpilih, mengidentifikasi penyebab terjadinya akses pangan rendah di wilayah pedesaan dan perkotaan berdasarkan indikator terpilih, melakukan analisis akses pangan pedesaan dan perkotaan, serta menyusun peta analisis akses pangan pedesaan dan perkotaan. Pemantauan harga pangan diperlukan untuk mendukung analisis kebijakan distribusi pangan, Sebagai bahan penyusunan statistik Ketahanan Pangan, Pemantauan harus dilakukan secara rutin dan tepat waktu dalam upaya penanganan gejolak harga pangan pada hari-hari besar keagamaan. Rumus perhitungan : Harga dinyatakan stabil jika gejolak harga pangan disuatu wilayah kurang dari 25% dari kondisi normal. Pasokan pangan dinyatakan stabil jika penurunan pasokan pangan disuatu wilayah berkisar antara 5%-40%. Jumlah LUEP yang telah direalisasikan dibagi jumlah LUEP yang direncanakan dikali 100 persen. Jumlah LDPM yang telah direalisasikan dibagi jumlah LDPM yang direncanakan dikali 100 persen. Jumlah analisis akses pangan dan distribusi pangan yang dilaksanakan dibagi jumlah analisis akses dan distribusi pangan yang direncanakan dikali 100 persen. Jumlah analisis harga pangan yang dilaksanakan dibagi jumlah analisis harga pangan yang direncanakan dikali 100 persen.
3
NO 3.
SASARAN STRATEGIS Pengembangan penganekaragaman konsumsi pangan dan peningkatan keamanan pangan segar.
INDIKATOR KINERJA UTAMA Pola Pangan Harapan Konsumsi. Penanganan keamanan pangan segar.
PENJELASAN (Makna Indikator, Alasan Pemilihan Indikator, Cara Perhitungan Indikator)
PENANGGUNG SUMBER JAWAB DATA
Makna Indikator : Penganekaragaman konsumsi pangan merupakan upaya untuk memantapkan atau membudayakan pola konsumsi pangan yang beragam, bergizi seimbang dan aman dalam jumlah dan komposisi yang cukup guna memenuhi kebutuhan gizi untuk mendukung hidup sehat, aktif dan produktif. Indikator untuk mengukur tingkat keanekaragaman dan keseimbangan konsumsi pangan masyarakat adalah dengan skor Pola Pangan Harapan (PPH) sebesar 95 dan diharapkan dapat dicapai pada tahun 2015. Selama ini upaya penganekaragaman konsumsi pangan telah dilaksanakan oleh masing-masing sektor, namun masih ditemui permasalahan. Permasalahan utama yang dihadapi dalam penganekaragaman konsumsi pangan dewasa ini adalah: (1) belum tercapainya skor keragaman dan keseimbangan konsumsi pangan dan gizi sesuai harapan yang selama ini pencapaiannya berjalan sangat lamban dan cenderung fluktuatif, (2) cukup tingginya kesenjangan mutu gizi konsumsi pangan antara masyarakat desa dan kota, (3) adanya kecenderungan penurunan proporsi konsumsi pangan berbasis sumber daya lokal, (4) lambatnya perkembangan, penyebaran, dan penyerapan teknologi pengolahan pangan lokal untuk meningkatkan kepraktisan dalam pengolahan, nilai gizi, nilai ekonomi, nilai sosial, citra dan daya terima, (5) masih belum optimalnya pemberian insentif bagi dunia usaha dan masyarakat yang mengembangkan aneka produk olahan pangan lokal, (6) kurangnya fasilitasi pemberdayaan ekonomi untuk meningkatkan aksesibilitas pangan yang beragam, bergizi seimbang dan aman. Ketergantungan konsumsi pada padi-padian terutama beras sebagai pangan pokok masih sangat tinggi, sedangkan pemanfaatan sumber–sumber pangan lokal seperti umbi, jagung, dan sagu masih rendah. Hal ini didukung oleh kajian para pakar gizi yang menyatakan bahwa sejak tahun 2005 mayoritas masyarakat Indonesia baik di perkotaan atau pedesaan dan pada berbagai golongan pendapatan, hanya memiliki satu pola pangan pokok yaitu beras dan mie (terigu). Melihat kondisi tersebut, maka upaya perbaikan konsumsi pangan 4
NO
SASARAN STRATEGIS
INDIKATOR KINERJA UTAMA
PENJELASAN (Makna Indikator, Alasan Pemilihan Indikator, Cara Perhitungan Indikator)
PENANGGUNG SUMBER JAWAB DATA
dan gizi mutlak dilakukan, melalui 3 (tiga) pendekatan yaitu 1) dimensi fisik berupa penyediaan pangan sumber karbohidrat non beras, protein, vitamin dan mineral; 2) dimensi ekonomi berupa peningkatan kemampuan masyarakat untuk mengakses pangan; dan 3) dimensi kesadaran gizi berupa aspek edukasi/ pendidikan/promosi gizi khususnya sejak usia dini. Dengan penanganan keamanan pangan segar diharapkan makanan yang dikonsumsi merupakan makanan yang sehat dan aman. Untuk itu sosialisasi kepada masyarakat sangat penting untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman masyarakat terhadap pangan segar yang aman dikonsumsi. Alasan pemilihan : Penganekaragaman konsumsi pangan akan memberi dorongan dan insentif pada penyediaan produk pangan yang lebih beragam dan aman untuk dikonsumsi, termasuk produk pangan yang berbasis sumber daya lokal. Dari sisi aktivitas produksi, penganekaragaman konsumsi pangan akan mendorong pengembangan berbagai ragam sumber pangan, utamanya tanaman sumber karbohidrat, protein dan zat gizi mikro, serta ternak dan ikan sebagai sumber protein. Selain itu akan dapat menumbuhkan beragam usaha pengolahan pangan usaha rumah tangga, kecil, menengah, dan bahkan usaha besar. Aktivitas ekonomi pangan saat ini dapat meminimalkan risiko usaha pola monokultur, meredam gejolak harga, mengurangi gangguan kehidupan biota di suatu kawasan, meningkatkan pendapatan petani, dan menunjang pelestarian sumber daya alam. Upaya pengembangan konsumsi pangan dapat pula dijadikan salah satu momentum bagi Pemerintah Daerah untuk menstimulasi pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru di pedesaan. Untuk itu berbagai upaya terus dilakukan antara lain dengan kegiatan pemanfaatan pekarangan, pemberian makanan tambahan untuk SD/MI dan posyandu, serta kegiatan penganekaragaman konsumsi masyarakat dalam rangka penurunan konsumsi beras. Di samping itu, jika dilihat dari kepentingan kemandirian pangan maka penganekaragaman konsumsi pangan dapat mengurangi ketergantungan 5
NO
SASARAN STRATEGIS
INDIKATOR KINERJA UTAMA
PENJELASAN (Makna Indikator, Alasan Pemilihan Indikator, Cara Perhitungan Indikator)
PENANGGUNG SUMBER JAWAB DATA
konsumen pada satu jenis pangan. Pada saat ini, diketahui dan selalu diperbincangkan tingginya konsumsi beras per kapita di Indonesia yaitu 139,15 kg/tahun (angka kesepakatan sejak lebih dari 5 tahun yang lalu). Sementara itu dengan menggunakan kesepakatan angka dari hasil Susenas, tingkat konsumsi beras di dalam rumah tangga (di luar untuk industri pangan) pada tahun 2004 sebesar 107,00 kg/tahun dan tahun 2008 sebesar 104,85 kg/tahun. Melalui kegiatan penganekaragaman pangan, dampak langsung yang diharapkan adalah menurunnya konsumsi beras per kapita per tahun pada tingkat konsumsi langsung di dalam rumah tangga, walaupun disadari bahwa banyak sekali faktor ekonomi, sosial dan budaya yang mempengaruhi tingkat konsumsi suatu produk.
Penanganan keamanan pangan adalah salah satu upaya untuk melindungi masyarakat dari pangan yang tidak memenuhi persyaratan dan yang diduga dapat membahayakan kesehatannya dengan melakukan pemantauan terhadap keamanan pangan segar dari bahaya misalnya residu pestisida,bakteri, formalin dan sebagainya. Rumus perhitungan : Skor PPH : Prosentase (%) AKG = energi masing-masing komoditas x 100 % Angka Kecukupan Gizi (AKG) Realisasi konsumsi energi dibagi target konsumsi energi dikali 100 persen. Realisasi konsumsi protein dibagi target konsumsi protein dikali 100 persen. Pangan Aman = A x 100 % B A : jumlah sampel pangan yang aman dikonsumsi di pedagang pengumpul disatu tempat sesuai standar yang berlaku dalam kurun waktu tertentu. B : jumlah total sampel yang diambil di pedagang pengumpul disatu tempat sesuai standar yang berlaku dalam kurun waktu tertentu.
6