INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA INDONESIA Mohammad Bhakti Setiawan & Abdul Hakim Universitas Islam Indonesia
[email protected]
Abstrak: Indeks Pembangunan Manusia Indonesia. Paper ini memodelkan perilaku Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Variabel-variabel independen yang dipertimbangkan adalah Produk Domestik Bruto (PDB), Pajak Pendapatan (PPN), variabel dummy desentralisasi pemerintahan, variabel dummy krisis tahun 1997, dan variabel dummy krisis tahun 2008. Dengan menggunakan Error Correction Model (ECM), paper ini menemukan bahwa PDB dan PPN berpengaruh terhadap IPM dalam jangka panjang maupun jangka pendek. Estimasi model ECM menemukan bahwa krisis ekonomi tahun 2008 berpengaruh terhadap IPM, sementara krisis tahun 1997 dan desentralisasi pemerintahan tidak berpengaruh terhadap IPM. Kata kunci: IPM, desentralisasi pemerintahan, produk domestik bruto, pajak pendapatan, ECM Abstract: Human Development Index of Indonesia. This paper models the behavior of Human Development Index (HDI). Independent variables included in the model are Gross Domestic Product (GDP), Income Tax (PPN), a dummy variable on government decentralization, a dummy variable on the 1997 economic crisis, and a dummy variable on the 2008 crisis. The paper finds that GDP and PPN significantly influence IPM both in the short run and in the long run. The Error Correction Model (ECM) estimation finds that the crises of 2008 influences IPM, while the crises in 1997 and government decentralization do not influence HDI. Key words: Human Development Index, government decentralization, gross domestic product, income tax, ECM
PENDAHULUAN
atau Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
Perdebatan tentang indikator pemban-
yang kini banyak digunakan oleh negara-
gunan sosial-ekonomi sudah sejak lama ter-
negara di dunia dengan landasan yang di-
jadi. Pendapatan per kapita sebagai indika-
bangun oleh Haq (1996).
tor pembangunan telah digugat oleh kala-
Konsep IPM pertama kali dipublikasikan
ngan ekonomi maupun non-ekonomi yang
UNDP melalui Human Development Report
melihat ketidakakuratan indikator tersebut,
tahun 1996, yang kemudian berlanjut setiap
yang kemudian memunculkan beberapa in-
tahun. Dalam publikasi ini pembangunan
dikator baru. Indikator baru secara umum
manusia didefinisikan sebagai “a process of
berfokus pada pembangunan manusia. Mor-
enlarging people’s choices” atau proses yang
ris (1979) membangun the Physical Quality
meningkatkan aspek kehidupan masyarakat.
of Life Index (PQLI), sedangkan United Na-
Aspek terpenting kehidupan ini dilihat dari
tion Development Program (UNDP) mem-
usia yang panjang dan hidup sehat, tingkat
bangun Human Development Index (HDI)
pendidikan yang memadai, dan standar hi18
Indeks Pembangunan Manusia … (Mohammad Bhakti Setiawan & Abdul Hakim)
dup yang layak. Secara spesifik UNDP mene-
ma antar pemerintah daerah, menata ke-
tapkan empat elemen utama dalam pem-
lembagaan pemerintah daerah agar lebih
bangunan
produktivitas
efektif dan efisien, meningkatkan kualitas
(productivity), pemerataan (equity), keber-
aparatur pemerintah daerah, meningkatkan
lanjutan (sustainability), dan pemberdayaan
kapasitas keuangan pemerintah daerah, ser-
(empowerment).
ta menata daerah otonom baru.
manusia,
yaitu
Kondisi perekonomian Indonesia cukup
Gejala ikutan dari fenomena di atas ada-
menjanjikan pada awal dekade 1980-an
lah pemekaran daerah yang kemudian di-
sampai pertengahan dekade 1990-an. Ber-
atur dalam PP No. 129 Tahun 2000 tentang
dasarkan data dari Badan Pusat Statistik
persyaratan pembentukan dan kriteria pe-
berbagai tahun, pertumbuhan ekonomi In-
mekaran, penghapusan dan penggabungan
donesia sejak awal tahun 1986 sampai ta-
daerah. Pemekaran daerah ditujukan untuk
hun 1989 terus mengalami peningkatan,
meningkatkan kesejahteraan masyarakat
yakni sekitar 6.8% per tahun. Pertumbuhan
(pasal 2 PP No. 129 Tahun 2000) yang dis-
sedikit melambat menjadi 7% di tahun 1990
ebabkan oleh berbagai hal. Pertama, peme-
dan 1991. Kemudian tahun 1992 – 1997 se-
karan mempersingkat rentang kendali anta-
cara mengalami perlambatan dari 6,2%
ra pemerintah dan masyarakat. Kedua, pe-
menjadi 4.7%. Tahun 1998 pertumbuhan
mekaran daerah dihipotesiskan mampu
ekonomi menjadi negatif sebesar -13,13%
memperbaiki pemerataan pembangunan.
disebabkan krisis moneter yang melanda
Ketiga, pemekaran akan mengembangkan
Indonesia dan beberapa negara-negara Asia.
demokrasi lokal melalui pembagian kekua-
Tahun-tahun berikutnya perekonomian In-
saan pada tingkat yang lebih kecil (Nuraini,
donesia perlahan bangkit menunjukkan per-
2005).
baikan. Mengingat pertumbuhan ekonomi
Selain desentralisasi dan PDB yang didu-
dihitung dari pertumbuhan PDB, maka mod-
ga akan meningkatkan IPM, terdapat varia-
el ini akan memperhitungkan PDB dalam
bel yang diduga akan menurunkan IPM,
menjelaskan perilaku IPM.
yakni peningkatan pajak pemerintah. Pajak
Pada akhir dekade 1990-an Indonesia
ini akan mengurangi disposable income ma-
memulai desentralisasi pembangunan Indo-
syarakat sehingga diduga akan menurunkan
nesia, ditandai dengan pemberlakuan UU
IPM.
No. 22 Tahun 1999 tentang Otonomi Daerah
Sejak tahun 1990 sampai dengan 1995
yang kemudian diubah menjadi UU No. 32
Indeks Pembangunan Manusia Indonesia
Tahun 2004. Dalam Rencana Pembangunan
umumnya mengalami peningkatan. Penuru-
Jangka Menengah Nasional 2004-2009,
nan pernah terjadi yakni pada tahun 1996
proses desentralisasi dan otonomi daerah
dan 1998. Dan meningkat kembali mulai se-
merupakan prioritas. Hal ini diarahkan untuk
jak tahun 1999 hingga 2005, kemudian pada
memperjelas pembagian kewenangan antar
tahun 2006 terjadi sedikit penurunan dan
tingkat pemerintahan, mendorong kerja sa-
pada tahun 2007 IPM Indonesia meningkat 19
Jurnal Economia, Volume 9, Nomor 1, April 2013 kembali. Penurunan juga terjadi pada tahun
dan berketerampilan, serta akses terhadap
2008, kemudian sedikit meningkat pada ta-
sumber daya yang dibutuhkan untuk men-
hun 2009 dan mengalami penurunan pada
capai standar hidup layak. UNDP mendefini-
tahun 2010.
sikan pembangunan manusia sebagai suatu proses untuk memperluas pilihan-pilihan
Tabel 1. Perkembangan Indeks Pembangunan Manusia Indonesia Tahun IPM Tahun IPM 1990 0,499 2001 0,682 1991 0,515 2002 0,692 1992 0,637 2003 0,697 1993 0,641 2004 0,711 1994 0,668 2005 0,728 1995 0,679 2006 0,726 1996 0,643 2007 0,731 1997 0,681 2008 0,711 1998 0,67 2009 0,717 1999 0,677 2010 0,613 2000 0,684 Sumber: BPS, berbagai tahun
bagi penduduk dalam hal pendapatan, kesehatan, pendidikan, lingkungan fisik, dan sebagainya. Empat hal pokok yang perlu di perhatikan dalam pembangunan manusia adalah produktivitas, pemerataan, kesinambungan, pemberdayaan (UNDP, 1995: 12). Titik berat pembangunan nasional Indonesia sesungguhnya sudah menganut konsep tersebut, yakni konsep pembangunan manusia seutuhnya yang menghendaki peningkatan kualitas hidup penduduk baik secara fisik, mental maupun spiritual. IPM dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Dari fakta di atas, penulis menduga bahwa penurunan IPM pada tahun 2008 dipicu oleh krisis ekonomi yang dimulai pada tahun 1997. Peningkatan IPM dari tahun 1999 dari 2005 diduga dipengaruhi oleh desentalisasi pemerintahan yang dimulai tahun 2009. Penurunan IPM pada tahun 2008 diduga dipengaruhi oleh krisis yang bermula dari perekonomian Amerika tahun 2008. Berbagai variabel tersebut akan digunakan untuk menjelaskan perilaku IPM. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan indikator komposit tunggal yang walaupun tidak dapat mengukur semua dimensi dari pembangunan manusia, tetapi mengukur tiga dimensi pokok pembangunan manusia yang dinilai mampu mencerminkan kemampuan dasar (basic capabilities) penduduk. Ketiga kemampuan dasar itu adalah umur panjang dan sehat, berpengetahuan
20
IPM Index X 1 Index X 2 Index X 3 / 3 Keterangan: X1 = lama hidup, X2 = tingkat pendidikan, dan X3 = tingkat kehidupan yang layak. Desentralisasi dalam ilmu administrasi publik dijelaskan sebagai sebuah pendekatan dan teknik manajemen yang berkenaan dengan fenomena tentang pendelegasian wewenang dan tanggung jawab dari sebuah tingkat pemerintahan kepada tingkat yang lebih rendah. Dalam the 6th Global Forum tahun 2005 dinyatakan bahwa desentralisasi merupakan solusi yang baik dalam menjalankan pemerintahan yang demokratis (Setiyono, 2004: 205, Alm dkk., 2001). Berbagai keuntungan desentralisasi dibahas dalam Rondinelli dan Cheema (1983), Syaukani dan Rasyid (2001), Fisman dan Gatti (2002), Es-
Indeks Pembangunan Manusia … (Mohammad Bhakti Setiawan & Abdul Hakim)
tache dan Sinha (1995), Davoodi dan Zou
IPM. Penelitian empiris ini bermaksud men-
(1998), De Mello (2000), Devas dan Grant
gungkapkan arah hubungan tersebut.
(2003), serta Martinez-Vazquaz dan McNab
Krisis ekonomi yang terjadi tahun 1997
(2003). Dengan desentralisasi, diharapkan
merupakan krisis berkepanjangan yang di-
pembangunan lebih berhasil, sehingga salah
duga mempengaruhi kesejahteraan masya-
satu indikator pembangunan, yakni IPM, di-
rakat. Oleh karena itu penelitian ini mema-
hipotesiskan akan meningkat.
sukkan variabel dummy krisis ke dalam
Jumlah barang dan jasa dalam perekonomian suatu negara dapat diartikan seba-
model yang dibangun untuk memodelkan perilaku IPM.
gai nilai dari Produk Domestik Bruto (PDB).
Berbagai teori tentang kemungkinan
PDB berkaitan erat dengan IPM. Bahkan bo-
dampak desentralisasi atas IPM dibahas oleh
leh dikatakan bahwa IPM merupakan pen-
Scott (2006) dan Brassard (2008). Dari segi
gukur kesejahteraan yang disempurnakan,
empiris, Patta (2012) menganalisis pengaruh
sementara PDB adalah pengukur kesejahte-
pertumbuhan ekonomi, persentase pendu-
raan yang lama. Namun demikian, dua pen-
duk miskin, pengeluaran pemerintah bidang
gukur tersebut tidak harus selalu berjalan
pendidikan, pengeluaran pemerintah bidang
linier, karena peningkatan PDB tanpa diser-
kesehatan, dan ketimpangan distribusi pen-
tai peningkatan pemerataan pendapatan
dapatan
dan alokasi atas aktivitas yang mening-
Pembangunan Manusia di Sulawesi Selatan
katkan kesejahteraan masyarakat juga tidak
dengan menggunakan analisis regresi linear
akan meningkatkan IPM. Dalam memodel-
berganda. Dia menemukan bahwa variabel-
kan pengaruh desentralisasi terhadap IPM,
variabel yang berpengaruh terhadap IPM
variabel PDB bisa dianggap sebagai sebuah
adalah pertumbuhan ekonomi, persentase
variabel kontrol.
penduduk miskin, pengeluaran pemerintah
berpengaruh
terhadap
Indeks
Pajak yang dikumpulkan pemerintah me-
di bidang pendidikan dan pengeluaran pe-
rupakan pendapatan pemerintah untuk
merintah di bidang kesehatan, dan ketim-
membiayai berbagai pengeluarannya. Pen-
pangan distribusi pendapatan.
geluaran-pengeluaran tersebut akan meru-
Brata (2005) menguji bagaimana penga-
pakan pembiayaan atas aktivitas yang bisa
ruh pengeluaran pemerintah daerah khu-
meningkatkan kesejahteraan masyarakat
susnya bidang pendidikan dan kesehatan
sehingga peningkatan pajak yang diterima
(IPP), investasi swasta (IS) dan distribusi
pemerintah berpotensi meningkatkan IPM.
pendapatan proksi indeks Gini (IG) terhadap
Namun harus dicatat bahwa pajak yang di-
indeks pembangunan manusia (IPM) dalam
pungut pemerintah akan mengurangi dis-
konteks regional (antar provinsi) di Indone-
posable income masyarakat sehingga berpo-
sia. Variabel pengeluaran pemerintah bi-
tensi menurunkan kesejahteraan masyara-
dang pendidikan dan kesehatan memberi-
kat, dan dengan demikian akan menurunkan
kan pengaruh positif terhadap pembangunan manusia. Semakin besar alokasi penge21
Jurnal Economia, Volume 9, Nomor 1, April 2013
Tabel 2. Unit Root Test, In-level dan In-First Difference No 1 2 3 4 5 6
Variabel IPM – in level PDB – in level PPN – in level IPM – first diffference PDB – first difference PPN – first difference
t-stat -1,598 -0,549 2,266 -4,884 -2,932 -4,140
1% -4,498 -4,498 -4,668 -4,533 -3,832 -4,668
t-kritis 5% -3,658 -3,658 -3,733 -3,674 -3,030 -3,733
10% -3,269 -3,269 -3,310 -3,277 -2,655 -3,310
Prob 0,757 0,971 1,000 0,005 0,060 0,025
luaran bidang pendidikan dan kesehatan
Di antara paper-paper yang menganalisis
semakin baik pula IPM dicapai. Variabel in-
IPM, sangat sedikit yang menyelidiki penga-
vestasi swasta berpengaruh negatif terha-
ruh desentralisasi terhadap IPM, terutama
dap IPM. Hal ini dimungkinkan karena karak-
untuk kasus Indonesia. Penelitian ini dituju-
teristik investasi swasta tidak dimaksudkan
kan untuk mengisi gap tersebut.
untuk meningkatkan kualitas pembangunan manusia. Variabel IG berpengaruh positif
METODE
terhadap IPM, artinya semakin merata dis-
Penelitian ini menganalisis perilaku In-
tribusi pendapatan semakin baik pula pem-
deks Pembangunan Manusia (IPM). Variabel
bangunan manusia. Variabel lag IG menun-
penjelas yang digunakan adalah Produk
jukkan pengaruh negatif yang berarti pada
Domestik Bruto (PDB), Pajak Pendapatan
jangka panjang akan semakin sulit mening-
(PPN), Dummy Desentralisasi (DD), dan
katkan kualitas SDM melalui distribusi pen-
Dummy Krisis Ekonomi (DK). Data-data yang
dapatan.
digunakan adalah data sekunder dari berba-
Ginting (2008) menganalisis pengaruh
gai sumber data, yakni buku laporan, doku-
konsumsi rumah tangga untuk makanan dan
men, dan catatan-catatan yang berkaitan
bukan makanan, pengeluaran pemerintah
dengan judul penelitian dari Badan Pusat
untuk pendidikan, rasio penduduk miskin
Statistik.
dan krisis ekonomi terhadap pembangunan
Mengingat data time series berpotensi
manusia di Indonesia. Hasil penelitian me-
non-stasioner, maka penelitian ini berenca-
nunjukkan adanya pengaruh yang signifikan
na menggunakan Model Koreksi Kesalahan
antara konsumsi rumah tangga untuk maka-
(Error Correction Model atau ECM). Untuk
nan dan bukan makanan, pengeluaran pe-
keperluan ini, langkah pertama yang akan
merintah untuk pendidikan, rasio penduduk
dilakukan adalah melakukan uji stasioneritas
miskin dan krisis ekonomi terhadap pem-
dengan uji akar unit. Beberapa uji akar unit
bangunan manusia di Indonesia. Variabel
tersedia dalam literatur, di antaranya adalah
dummy krisis ekonomi menunjukkan penga-
uji Dickey-Fuller (DF test), uji Augmented
ruh negatif.
Dickey-Fuller (ADF test), dan uji PhillippsPerron
22
(PP test). Penelitian
ini
akan
Indeks Pembangunan Manusia … (Mohammad Bhakti Setiawan & Abdul Hakim)
Tabel 3. Uji Kointegrasi
menggunakan uji ADF karena uji ini mampu
mereka stasioner, meskipun PDB stasioner
mendeteksi berbagai kemungkinan seperti
hanya pada tingkat 6% (Tabel 2).
variasi jumlah lag maupun keberadaan in-
Setelah tiga variabel tersebut terbukti
tercept maupun trend (Dickey & Fuller,
terintegrasi pada derajat yang sama, dalam
1979; Phillips & Perron, 1988)
hal ini pada first-difference (atau I(0)), maka
Jika data terbukti tidak stasioner dalam data asli (in-level), maka uji stasioner dilan-
langkah selanjutnya adalah melakukan uji kointegrasi.
jutkan dengan uji dalam tingkat beda (in-
Dari hasil uji kointegrasi (Tabel 3) dite-
difference). Uji ini dilakukan untuk menge-
mukan bukti adanya kointegrasi. Hal ini me-
tahui pada beda (difference) berapakah
nunjukkan adanya keseimbangan jangka
(atau pada derajat integrasi berapakah) da-
panjang antar tiga variabel tersebut. Dari
ta-data tersebut stasioner. Jika semua data
hasil kointegrasi di atas, maka model jangka
memiliki derajat integrasi yang sama, maka
panjangnya adalah sebagai berikut:
bisa dilakukan uji kointegrasi untuk menge-
IPM t 0 1 PDBt 2 PPN t t
tahui keberadaan keseimbangan jangka pan-
Keterangan:
jang di antara variabel-variabel yang diteliti.
IPM
=
Indeks Pembangunan Manusia
Jika terbukti bahwa variabel-variabel terse-
PDB
=
Produk Domestik Bruto
but berkointegrasi, maka ECM bisa dite-
PPN
=
Pajak Pendapatan
=
Variabel error
rapkan. HASIL DAN PEMBAHASAN Untuk menguji stasioneritas data, dilakukan uji akar unit, baik in-level maupun infirst difference. Hasil pengujian ditemukan bahwa tiga variabel non dummy yang dianalisis, yakni IPM, PDB dan PPN tidak stasioner (bisa dilihat dari nilai probabilitas yang lebih dari 5%). Uji akar unit atas tiga variabel tersebut in-first difference menunjukkan bahwa
Tabel 4. Model Jangka Panjang dengan Variabel Dependen IPM Variabel C PDB PPN
Coefficient 0,2722120 0,0000003 -0,0000007
t-Statistic 2,601603 3,564863 -2,603195
Prob. 0,0180 0,0022 0,0180
Dari hasil regresi ditemukan bahwa semua variabel secara signifikan mempengaruhi IPM (Tabel 4). Seperti diharapkan, PDB 23
Jurnal Economia, Volume 9, Nomor 1, April 2013 berpengaruh positif terhadap IPM, karena
saja (Tabel 5). PDB dan PPN mempengaruhi
peningkatan PDB akan memperbaiki kese-
IPM dalam jangka pendek (selain juga pen-
jahteraan penduduk. Seperti diharapkan ju-
garuh jangka panjang seperti terlihat di Ta-
ga, PPN berpengaruh negatif terhadap IPM
bel 4). Terlihat juga bahwa DD dan DK1 tidak
karena peningkatan pajak pemerintah men-
berpengaruh secara signifikan terhadap
gurangi disposable income, sehingga menu-
IPM. Tentang pengaruh DD terhadap IPM,
runkan kesejahteraan masyarakat.
hal ini membenarkan keraguan sebagian ahli
Dari kondisi di atas, kemudian dibangun
ekonomi bahwa diperlukan waktu panjang
model koreksi kesalahan (ECM). Untuk men-
sebelum Pemerintah Daerah mampu meng-
gantisipasi potensi pengaruh dari tiga peris-
gunakan dengan efisien dan efektif status-
tiwa besar yang terjadi dalam rentang waktu
nya sebagai daerah otonom (Brojonegoro,
data analisis, dimasukkan tiga buah variabel
2007). Krisis tahun 1997 tampak tidak ber-
dummy, yakni DD untuk mengakomodasi
pengaruh terhadap IPM, sementara krisis
potensi pengaruh desentralisasi pemerinta-
tahun 2008 secara signifikan berpengaruh
han yang diundangkan tahun 1999, DK1 un-
terhadap IPM.
tuk mengakomodasi potensi pengaruh krisis
Penelitian ini juga melakukan pengujian
ekonomi tahun 1997, dan DK2 untuk men-
dua asumsi klasik yang paling penting dalam
gakomodasi potensi pengaruh krisis ekono-
pembangunan model, yakni uji homosedas-
mi tahun 2008. Dengan demikian, model
tisitas dan uji no-autocorrelation. Heterose-
yang dibangun adalah:
dastisitas, atau pelanggaran atas asumsi
DIPM t 0 1 DPDBt 2 DPPN t 3 DDt
homosedastisitas, muncul apabila residual
4 DK1t 5 DK 2 t 6 t 1 u t
Keterangan: t 1 merupakan residual lag 1
dari model yang diamati tidak memiliki variasi yang konstan. Untuk mendeteksi kebe-
dari Persamaan (2), yang merupakan error
radaan heterosedastisitas dalam penelitian
keseimbangan.
ini dilakukan uji White. Hasil pengujian me-
Tabel 5. Model ECM dengan Variabel Dependen DIPM Variabel C DPDB DPPN DD DK1 DK2 RES1
Coefficient 0,011073 1,28E-07 -8,29E-07 0,021556 -0,017558 -0,073179 -0,561677
t-Statistic 0,644455 2,302560 -1,873606 1,240155 -0,577827 -3,232442 -1,856101
Prob. 0,5305 0,0385 0,0836 0,2368 0,5733 0,0065 0,0862
Hasil pengujian model ECM menunjukkan bahwa RES1 (error correction term) terlihat signifikan meskipun pada tingkat 10% 24
nunjukkan bahwa probabilitas chi-square adalah 0.114858 yang jauh lebih besar dari 0.05. Dengan demikian kita tidak bisa menolak H0 bahwa model yang dibangun tidak mengandung heterosedastisitas. Untuk menguji keberadaan autocorrelation, paper ini menggunakan uji BreuschGodfrey Serial Correlation LM test. Hasil uji menunjukkan bahwa probabilitas nilai chisquare adalah 0,071719 lebih besar dari 0,05, sehingga kita tidak bisa menolak H0 bahwa tidak ada autocorrelation dalam model yang dibangun.
Indeks Pembangunan Manusia … (Mohammad Bhakti Setiawan & Abdul Hakim)
Untuk meyakinkan bahwa proses uji hi-
dengan melakukan penelitian per daerah
potesis adalah benar, perlu diselidiki asumsi
(misalnya tingkat provinsi atau kabupaten),
normalitas dalam residual. Probabilitas nilai
pengaruh dua variabel tersebut akan signifi-
Jarque-Bera adalah 0,758473, sehingga kita
kan.
tidak bisa menolak H0 bahwa residual dalam model ECM berdistribusi normal. SIMPULAN Penelitian menemukan bahwa PDB dan PPN secara signifikan mempengaruhi IPM. Hasil estimasi model ECM menunjukkan bahwa PDB, PPN, dan krisis ekonomi tahun 2008 mempengaruhi IPM, meskipun PPN hanya mempengaruhi dengan tingkat signifikansi 10%. Seperti diharapkan, PDB berpengaruh positif terhadap IPM, karena peningkatan PDB akan memperbaiki kesejahteraan penduduk. Seperti diharapkan juga, PPN berpengaruh negatif terhadap IPM karena peningkatan pajak pemerintah mengurangi disposable income, sehingga menurunkan kesejahteraan masyarakat. DD tidak berpengaruh secara positif terhadap IPM yang berarti bahwa desentralisasi pemerintahan belum mampu diterjemahkan oleh pemerintah daerah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Hasil di atas, terutama menyangkut desentralisasi yang pemerintahan dan krisis ekonomi tahun 1997, yang tidak mempengaruhi Indeks Pembangunan Manusia barang kali merupakan masalah yang bisa dipecahkan dalam penelitian-penelitian berikutnya. Paling tidak dua kemungkinan yang terjadi adalah pemodelan yang masih belum sempurna, atau penjelasan yang lebih tepat tentang tidak terpengaruhnya indeks pembangunan manusia tersebut. Barang kali
DAFTAR PUSTAKA Alm, J., Aten, R.H. & Bahl, R. (2001) ”Can Indonesia Decentralise Successfully? Plans, Problems and Prospects”. Bulletin of Indonesian Economic Studies, 37(1), 83-12. Davoodi, H. & Zou, H.F. (1998) “Fiscal Decentralization and Economic Growth: A Cross-Country Study”. Journal of Urban Economics, 43, 244-257. Mello, De L.R. (2000) “Fiscal Decentralization and Intergovernmental Fiscal Relations: A Cross-Country Analysis,” World Development, 28(2), 365–380. Devas, N. & Grant, U. (2003) “Local Government Decision-Making-Citizen Participation and Local Accountability: Some Evidence from Kenya and Uganda”. Public Administration and Development, 23, 307–16. BPS (berbagai tahun) Perkembangan Beberapa Indikator Sosial Ekonomi Indonesia, Badan Pusat Statistik, Statistik Indonesia. Brassard, C. (2008) “Decentralization, Democratization and Development in Bhutan” Working Paper, February, Lee Kuan Yew School of Public Policy, National University of Singapore. Brata, A.G. (2005) Investasi Sektor Publik Lokal, Pembangunan Manusia, dan Kemiskinan. Yogyakarta: Lembaga Penelitian-Universitas Atma Jaya. Brojonegoro, B.P.S. (2007) “Mampukah Daerah Mengatasi Permasalahan Ekonomi Nasional”. Practical Journal for Management Issues. Diunduh dari http://www.managementfile.com Rabu, 28 Februari 2007. 25
Jurnal Economia, Volume 9, Nomor 1, April 2013 Dickey, D.A. & Fuller, W.A. (1979) “Distribution of the Estimators for Autoregressive Time Series with a Unit Root”. Journal of the American Statistical Association, 74, 427–431. Estache, A. & Sinha, S. (1995) “Does Decentralization Increase Public Expenditure in Infrastructure?” Policy Research Working Paper 1457, World Bank. Fisman, R. & Gatti, R. (2002) “Decentralization and Corruption: Evidence across Countries”. Journal of Public Economics, 83, 325–345. Ginting, C.K. (2008) “Analisis Pembangunan Manusia di Indonesia”. Tesis Master, Sekolah Parcasarjana, Universitas Sumatera Utara, Medan. Haq, M.U. (1996), Reflections on Human Development, 1st Edition. New York: Oxford University Press. Martinez-Vazquez, J. & McNab, R.M. (2003) “Fiscal Decentralization and Economic Growth,” World Development, 31(9), 1597–616. Morris, M.D. (1979) Measuring the Condition of the World's Poor: The Physical Quality of Life Index. London: Frank Cass. Nuraini, I. (2005) Pengantar Ekonomi Mikro, Malang: Penerbit UMM. Patta, D. (2012) “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Indeks Pembangunan Manusia di Sulawesi Selatan Periode 2010-2011”. Tesis Master. Universitas Hasanudin.
26
Phillips, P.C.B & Perron, P. (1988) "Testing for a Unit Root in Time Series Regression". Biometrika, 75, 335–346. Rondinelli, D.A. & Cheema, G.S. (1983) “Implementing Decentralization Policies: An Introduction,” in Decentralization and Development: Policy Implementation in Developing Countries, edited by G.S. Cheema & Rondinelli, D.A., Beverly Hills, California, Sage. Scott, T. (2006) Decentralization and Human Development: Findings and Recommendations from a Review of National Human Development Reports. United Nations Development Programme, National Human Development Report Unit, Bureau for Development Policy. Setiyono, B. (2004) Birokrasi dalam Perspektif Politik dan Administrasi, Semarang: Puskodak Fisip Undip. Syaukani, A.G. & Rasyid, R. (2001), Otonomi Daerah dalam Negara Kesatuan. Yogyakarta: Pusat Pengkajian Etika Politik dan Pemerintahan. United Nations Development Programme (1995) Human Development Report 1995, Published for United Nations Development Programme. New York: Oxford University Press. United Nations Development Programme (1996), Human Development Report 1996, Economic and Human Development, Published for United Nations Development Programme. New York: Oxford University Press.