Katalog : 4102002.7310
INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA 2015 BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN BARRU Statistics of Barru Regency
INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN BARRU TAHUN 2015
No.Publikasi : 73100.1624 No.Katalog : 4102002.7310 Ukuran Buku
: 17,5 cm x 25 cm
Jumlah Halaman : iv + 35 Halaman Naskah
: Seksi Neraca Wilayan dan Analisis Statistik
Editor
: Kepala BPS Kabupaten Barru
Ilustrasi sampul : Seksi Integrasi Pengolahan dan Desiminasi Statistik Penerbit : Badan Pusat Statistik Kabupaten Barru Pencetak
: CV. DIFA UTAMA, JL. SEHATI NO. 3, MAKASSAR
Tahun Terbit
: 2016
Cetakan Kedua
Dilarang mengumumkan, mendistribusikan, mengomunikasikan, dan/atau menggandakan sebagian atau seluruh isi buku ini untuk tujuan komersil tanpa izin tertulis dari Badan Pusat Statistik
KATA PENGANTAR
KATA PENGANTAR Kebutuhan konsumen akan data statistik makin
kompleks
khususnya untuk data sosial-ekonomi penduduk. Untuk memenuhi data tersebut Badan Pusat Statistik Kabupaten Barru
telah
menerbitkan publikasi Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 2015 dan merupakan edisi yang ke dua belas. Publikasi ini merupakan indeks komposit yang memberi gambaran menyeluruh mengenai pembangunan manusia. Disebut indeks komposit karena mencakup indikator dibidang pendidikan, kesehatan dan daya beli masyarakat. Terdapat perubahan metodologi dalam penghitungan IPM yaitu Indeks pendidikan dihitung dari indeks harapan lama sekolah umur 7 tahun ke atas dan rata rata lama sekolah usia pendidikan 25 tahun ke atas. Selain itu dalam penghitungan daya beli ada perubahan cakupan komoditas menjadi 66 komoditas makanan dan 30 komoditas non makanan yang berfungsi sebagai salah satu ukuran pencapaia keberhasilan pembangunan di Kabupaten Barru. Data yang digunakan untuk menganalisis dua hal tersebut di atas adalah hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) Kepada semua pihak yang telah berpartisipasi sehingga terbitnya publikasi ini diucapkan banyak terima kasih. Saran dan kritik yang membangun kami harapkan untuk perbaikan publikasi. Barru, Oktober 2016 Kepala BPS Kabupaten Barru
Samingun, S.Si
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Barru, 2015
ii
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
Kata Pengantar Daftar Isi Daftal Tabel Daftar Grafik
......................................... ......................................... ......................................... .........................................
Bab I. Pendahuluan 1.1.Latar Belaknag . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1.2.Tujuan Penulisan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1.3.Sistimatika Penulisan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
ii iii iv iv
2 3 4
Bab II. Metodologi 2.1. Konsep dan Definis IPM . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2.1.1.Angka Harapan Hidup . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2.1.2.Angka Harapan Lama Sekolah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2.1.3.Rata-Rata Lama Sekolah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2.1.4.Daya Beli/ PPP . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2.2 Sumber Data ....................................
6 8 9 9 10 11
Bab IV. Kondisi Sosial Ekonomi 3.1.Jumlah dan Pertmbuhan Penduduk . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3.2.Keadaan Kesehatan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3.3.Tingkat Pendidikan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3.4.Keadaan Ketenagakerjaan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3.5.Fasilitas Perumahan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3.6.Perekonomian .....................................
13 14 15 15 16 17
Bab IV. Perbandingan Antar Daerah 4.1.Perbandingan Komponen IPM . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 4.2.Perbandingan IPM . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
22 24
Bab V. Penutup 5.1.Kesimpulan .................................... 5.2.Inplikasi Kebijakan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
27 28
Lampiran Tabel
30
.........................................
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Barru,2015
iii
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL 2.1. Nilai Maksimum dan Minimum Komponen IPM yang Digunakan dalam Penghitungan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
8
2.2. Jenjang Pendidikan dan Skor yang Digunakan untuk Menghitung Rata-rata Lama Sekolah (MYS) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
10
3.1. Perkembangan dan Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Barru seri 2010 periode 2011-2015 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
18
4.1. Nilai Komponen IPM di Sekitar Wilayah Kabupaten Barru . . . . .
23
4.2. Nilai absolut dan Angka Indeks di Sekitar Kabupaten Barru, 2015
24
4.3. Indeks Pemabngunan Manusia di Sekitar Kabupaten Barru . . . . .
25
DAFTAR GRAFIK 3.1. Angka Per Kapita/Tahun Kabupaten Barru dan Provinsi Sulawesi Selatan (Rp.Juta) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
19
4.1. Nilai Komponen IPM di Sekitar Wilayah Kabupaten . . . . . . . . . .
23
4.3. Indeks Pemabngunan Manusia di Sekitar Kabupaten Barru . . . . .
25
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Barru,2015
iv
I. PENDAHULUAN
BAB 1 PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Belakangan ini, perhatian kita terfokus pada isu pertumbuhan ekonomi, pelaksanaan reformasi ekonomi, dan nawacita, terhadap dimensi pembangunan manusia. Hal terakhir muncul sebagai salah satu isu sehubungan dengan tujuan pembangunan yang dinilai kurang berorientasi pada aspek manusia dan hak-hak azasinya. Hal ini tercermin pada perkembangan pemikiran tentang paradigma pembangunan di dunia selama beberapa dekade terakhir. Pada dekade 60-an, pembangunan berorientasi
pada
peningkatan
produksi
(production
centered
development) dan pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi. Pertumbuhan ekonomi bukanlah akhir dari tujuan pembangunan, tetapi hanya sebagai alat/ cara untuk mencapai tujuan yang lebih esensial yaitu human security. Dalam kerangka pemikiran ini manusia tidak ditempatkan sebagai faktor variabel, tetapi hanya sebagai faktor produksi. Kemudian pada dekade 70an paradigma pembangunan bergeser dengan lebih menekankan pada distribusi hasil-hasil pembangunan (distribution-growth development). Selanjutnya muncul paradigma pembangunan yang berorientasi pada pemenuhan kebutuhan dasar (basic need development) pada dekade 80an, dan memasuki tahun 90-an paradigma pembangunan terpusat pada aspek manusia (human centered development). Berbagai pergeseran dalam kebijakan pembangunan, berdampak pada penyesuaian pengukuran terhadap hasil-hasil pembangunan tersebut. Kita jumpai berbagai macam program pemerintah yang berbau slogan belaka, menunjukkan betapa perencanaan tidak didasarkan atas pertimbangan βdapatkah program itu diukur keberhasilannyaβ. Kebutuhan untuk melihat fenomena atau masalah dalam perspektif waktu dan tempat sering
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Barru, 2015
2
BAB 1 PENDAHULUAN
menuntut adanya ukuran baku. Upaya untuk mengangkat manusia sebagai tujuan utama pembangunan, sebenarnya telah muncul dengan lahirnya konsep βbasic need developmentβ. Paradigma ini mengukur keberhasilan pembangunan dengan menggunakan Indeks Mutu Hidup (Physical Quality of Life Index), yang memiliki tiga parameter yaitu angka kematian bayi, angka harapan hidup waktu lahir dan tingkat melek huruf. Kemudian dengan muncul dan berkembangnya paradigma baru pembangunan manusia, sejak tahun 1990 UNDP menggunakan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau Human Development Index (HDI) untuk mengukur keberhasilan atau kenerja pembangunan manusia suatu negara atau wilayah. Sejalan dengan itu, perlu dilakukan pengukuran kinerja pembangunan di wilayah Kabupaten Barru, dan selnjutnya metodologi perhitungannya berubah dengan 2 alasan yaitu : a. Beberapa indikator sudah tidak tepat untuk digunakan dalam perhitungan IPM, Angka melek huruf sudah tidak relevan dalam mengukur pendidikan secara utuh karena tidak dapat menggambarkan kualitas pendidikan. Selain itu, karena angka melek huruf disebagian besar daerah sudah tinggi, sehingga tidak dapat membedakan tingkat pendidikan antar daerah dengan baik. PDB per kapita tidak dapat menggambarkan pendapatan masyarakat pada suatu wilayah. b. Menggunakan rumus rata-rata aritmetik dalam penghitungn IPM menggambarkan bahwa capaian yang rendah di suatu dimensi dapat ditutupi oleh capaian tinggi dari dimensi lain. 1.2 Tujuan Penulisan. Laporan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Barru Tahun 2015 disusun dalam kerangka untuk menempatkan dimensi manusia sebagai titik sentral dalam pembangunan, dengan bercirikan dari rakyat,
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Barru, 2015
3
BAB 1 PENDAHULUAN
oleh rakyat dan untuk rakyat. Sehingga diharapkan daerah mempunyai indikator yang berfungsi sebagai ukuran pencapaian pembangunan, terutama yang terkait erat dengan upaya-upaya peningkatan kualitas hidup manusia. Disamping itu, IPM berfungsi sebagai input dalam penyusunan Pola Dasar (Poldas) dan Rencana Pembangunan Lima Tahun Daerah (Repelitada),
agar
jiwa
pembangunan
pada
era
reformasi
ini
terimplementasi dalam dokumen perencanaan dan untuk penajaman prioritas pembangunan. Penggunaan salah satu indikator komposit (Indeks Pembangunan Manusia) dalam tulisan ini diharapkan dapat memberikan gambaran umum kinerja pembangunan manusia di Kabupaten Barru. 1.3 Sistimatika Penulisan Bab ini akan menguraikan mengenai latar belakang, tujuan penulisan dan organisasi penulisan. Kemudian Bab II membahas tentang metodologi, yang meliputi pengertian konsep, metode yang digunakan dan penjelasan komponen-komponen dan cara penghitungan indeks masing-masing komponen serta sumber data yang digunakan. Bab III membahas mengenai gambaran umum keadaan sosial dan ekonomi Kabupaten Barru yang diuraikan atas jumlah dan pertumbuhan penduduk, keadaan kesehatan, tingkat
pendidikan, keadaan ketenagakerjaan, fasilitas
perumahan dan trend alokasi APBD. Kemudian Bab IV membahas mengenai
perbandingan tingkat kinerja pembangunan manusia antar
kabupaten/kota,
yang
merupakan
hasil
penghitungan
Indeks
Pembangunan Manusia (IPM) antar kabupaten/kota dan komponenkomponennya. Selanjutnya Bab V adalah penutup, yang berisi kesimpulan dan saran implikasi kebijakan.
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Barru, 2015
4
II. METODOLOGI
BAB II METODOLOGI
BAB II METODOLOGI Fenomena atau masalah yang terjadi dimasyarakat menuntut kita untuk merumuskan adanya ukuran baku. Ukuran tersebut sebaiknya berupa agregat agar dapat digunakan untuk menjelaskan sekaligus beberapa indikator. Untuk memehuhi kebutuhan tersebut maka disusunlah indeks agregat yaitu indeks pembangunan manusia.. Salah satu indikator yang dapat digunakan untuk mengetahui seberapa jauh upaya pemberdayaan yang telah dicapai masyarakat secara cepat adalah indikator komposit. Beberapa indikator komposit yang telah dikembangkan dan direkomendasi UNDP adalah Indeks Pembangunan Manusia (IPM), Indeks Pembangunan Jender (IPJ), Indeks Pemberdayaan Jender (IDJ), dan Indeks Kemiskinan Manusia (IKM). Indikator tersebut digunakan dalam perspektif yang berbeda, dan dalam penyajian laporan ini secara khusus hanya membahas IPM. IPM digunakan untuk mengukur tingkat pencapaian upaya pembangunan manusia secara keseluruhan dan bersifat agregatif. Meskipun demikian ukuran komposit ini sangat penting untuk meningkatkan kesadaran bagi para perencana pembangunan di daerah tentang kualitas pembangunan manusia yang telah dicapai selama ini. Secara umum, langkah yang ditempuh dalam menghadapi pengembangan tolok ukur fenomena yang sifatnya kuantitatif, selalu di mulai dengan memahami konsep, definisi dan batasan baku masalah yang hendak diukur. Maka dalam laporan ini disajikan konsep dan definisi dari beberapa indikator yang digunakan serta sumber data yang dibutuhkan dalam penyusunan buku ini. 2.1. Konsep dan Definisi IPM merupakan indeks komposit yang dihitung dengan menggunakan rata-rata geometrik, yang dirumuskan sebagai berikut:
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Barru, 2015
6
BAB II METODOLOGI 3
πΌππ = βπ₯ (1)π₯(2)π₯(3)
β¦ β¦ β¦ (1)
Dimana : X(1) : Indeks harapan hidup X(2) : Indeks pendidikan = 1/2 (indeks harapan lama sekolah) + 1/2 (indeks rata-rata lama sekolah). X(3) : Indeks paritas dayabbeli.
Nilai indeks hasil hitungan masing-masing komponen tersebut berkisar antara 0 (keadaan terburuk) dan 1 (keadaan terbaik). Dalam laporan ini indeks tersebut dinyatakan dalam ratusan (dikalikan 100) untuk mempermudah penafsiran, seperti yang disarankan oleh BPS (BPSUNDP, 1996). Masing-masing
indeks
komponen
IPM
tersebut
merupakan
perbandingan antara selisih nilai suatu indikator dan nilai minimumnya dengan selisih nilai maksimum dan nilai minimum indikator yang bersangkutan. Rumusnya dapat disajikan sebagai berikut : X(i) β X(i) min X (i) maks β X(i) min
Indeks X (i) =
β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦.. (2)
Dimana : X(i) : Indikator ke-i (i=1,2,3) X(i)maks : Nilai maksimum X(i) X(i)min : Nilai minimum X(i)
Seperti dalam rekomendasi UNDP, meskipun telah muncul berbagai kritik dan masukan berkaitan dengan rumusan indikator variabel IPM, hingga
saat
ini
masih
digunakan ketiga
komponen
di
atas.
Komponennya adalah kesehatan (longevity) yang diwakili dengan usia harapan hidup (life expectancy at Age 0; e0), pengetahuan atau kecerdasan diwakili oleh dua buah indikator yaitu harapan lama sekolah (expected years of scholing) dan rata-rata lama sekolah (Mean Years of Schooling/ MYS) serta indikator hidup layak (decent living) atau kemakmuran yang diwakili oleh purschasing power parity/paritas daya Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Barru, 2015
7
BAB II METODOLOGI
beli. Berhubung data PPP sulit diperoleh maka digunakan pendekatan pengeluaran perkapita penduduk. Tabel 2.1 Nilai Maksimum dan Minimum Komponen IPM yang digunakan dalam penghitungan Nilai
Indikator Komponen IPM [=X(i)]
Maks
Min
(1)
(2)
(3)
Angka Harapan Hidup
85
20
Angka Harapan Lama Sekolah
18
0
Rata-rata lama sekolah
15
0
Konsumsi Perkapita yang disesuaikan (pendekatan terhadap daya beli
26.572.352 1.007.436
Catatan (4)
Sesuai standar global (UNDP) Sesuai standar global (UNDP) Sesuai standar global (UNDP) UNDP menggunakan PDB per kapita riil yang disesuaikan
2.1.1. Angka Harapan Hidup (e0) Seperti yang telah disebutkan dalam BPS-UNDP (1996: 8) bahwa sebenarnya agak βberlebihanβ mengatakan variabel e 0 dapat mencerminkan βlama hidupβ sekaligus βhidup sehatβ, mengingat angka morbiditas tampaknya lebih valid dalam mengukur βhidup sehatβ. Meskipun demikian, karena keterbatasan data dan hanya sedikit negara yang memiliki data morbiditas yang dapat dipercaya maka
variabel
tersebut
tidak
digunakan
untuk
tujuan
perbandingan. Penggunaan angka harapan hidup atas pertimbangan bahwa angka ini merupakan resultanta dari beberapa indikator kesehatan. AHH merupakan cerminan dari ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan,
sanitasi
lingkungan,
pengetahuan
ibu
tentang
kesehatan, gaya hidup masyarakat, pemenuhan gizi ibu dan bayi
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Barru, 2015
8
BAB II METODOLOGI
dan lain lain, oleh karena itu AHH untuk sementara bisa mewakili indikator lama hidup. 2.1.2. Harapan lama sekolah Terhadap perubahan komponen penghitungan dimana pendekatan sebelumnya menggunakan indeks angka melek huruf penduduk 15 tahun ke atas, diubah menjadi indeks harapan lama sekolah penduduk usia 7 tahun ke atas. Perubahan tersebut mengikuti perubahan penghitungan, metodologi penghitungan oleh UNDP pada tahun 2010 πΈπ‘
π»πΏπππ‘ = πΉπΎ Γ βππ=π πππ‘ π
Keterangan : π»πΏπππ‘ Harapan Lama Sekolah pada umur π di tahun π‘ πΈππ‘ Jumlah penduduk usia π yang bersekolah pada tahun π‘ πππ‘ Jumlah Penduduk usia π pada tahun π‘ π Usia (a,a+1, ..., n) πΉπΎ Faktor koreksi pesantren
2.1.3.Rata-rata Lama Sekolah Rata-rata lama sekolah didefenisikan sebagai jumlah tahun yang digunakan oleh penduduk dalam menjalani pendidikan formal. Diasumsikan bahwa dalam kondisi normal rata-rata lama sekolah suatu wilayah tidak akan turun. Cakupan penduduk yang dihitung dalam penghitungan rata-rata lama sekolah adalah penduduk berusia 25 tahun keatas.
Dimana : MYS fi
: :
rata-rata lama sekolah (dalam tahun) frekuensi penduduk yang berumur 10 tahun
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Barru, 2015
9
BAB II METODOLOGI
Si LSi LSi LSi
: : : :
LSi
:
I
:
ke atas untuk jenjang pendidikan i.. skor masing-masing jenjang pendidikan i. 0 (bila tidak/belum pernah sekolah) Si (bila tamat) Si + kelas yang diduduki β 1 (bila masih bersekolah dan pernah tamat) kelas yang diduduki β 1 (bila jenjang yang diduduki SD/SR/MI/Sederajat) jenjang pendidikan (1,2,3, ..,10)
Tabel 2.2 Jenjang Pendidikan dan Skor yang Digunakan untuk Menghitung Rata-rata Lama Sekolah (MYS)
Jenjang Pendidikan
Skor
(1)
(2)
Tidak punya SD/MI/Sederajat SLTP/MTs/Sederajat/Kejuruan SMU/MA/Sederajat/Kejuruan Diploma I/II Diploma III/Sarjana Muda Diploma IV/S1 S2 S3
0 6 9 12 14 15 16 18 21
2.1.4. Daya Beli (PPP) Komponen standar hidup layak atau dikenal juga sebagai Purchasing Power Parity (PPP) yang digunakan dalam laporan ini adalah dengan menggunakan konsumsi riil perkapita dari hasil susenas modul konsumsi yang disesuaikan dengan indeks PPP. Selain itu, ada penambahan jumlah komoditas yang dikonsumsi semula 27 komoditas menjadi 96 komoditas dengan perincian 66 komoditas makanan dan 30 komoditas non makanan dengan pormula sebagai berikut π
π·π·π·π = β
( π=π
πππ πβ ) π πππ
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Barru, 2015
10
BAB II METODOLOGI Keterangan πππ : Harga komoditas π di Jakarta Selatan πππ : Harga komoditas π di Kab/Kota π π : jumlah komoditas
2.2. Sumber Data Pengukuran keberhasilan pembangunan suatu daerah yang disajikan dalam tulisan ini menggunakan data hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional 2012, 2013, 2014 dan 2015. Selain dari data survei tersebut, juga menyajikan data Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) Susenas dengan penyajian sampai pada level kabupaten/kota dimulai sejak tahun 1993
(Susenas 1993). Susenas merupakan survei
rumahtangga dengan lingkup nasional dan dilakukan secara sampel. Sejak Susenas 1993 ukuran sampel di Kabupaten Barru relatif tidak berubah, begitu juga pada Susenas 2013 dan Susenas 2014 ukuran sampelnya sebesar 540 rumah tangga. Sampel sebesar itu tersebar di seluruh wilayah kecamatan Kabupaten Barru. Keterangan (data) yang dikumpulkan melalui Susenas antara lain menyangkut bidang demografi, kesehatan, pendidikan, ketenagakerjaan dan pengeluaran rumahtangga. Keterangan tersebut umumnya dikumpulkan setiap tahun, yang biasa disebut data pokok (kor) Susenas. Sedangkan data yang lebih rinci dikumpulkan setiap tiga tahun sekali dan disebut data modul (sasaran) Susenas. Data modul
Susenas
dikelompokkan sebagai berikut: (i)
Konsumsi dan pendapatan; (ii). Pendidikan, kesehatan dan perumahan; dan (iii) Sosial
budaya, kriminalitas dan wisata nusantara, tetapi
cakupan modul ini dapat berubah sesuai dengan kebutuhan. Dalam penyajian laporan ini sebagai indikator atau data basis adalah data yang dihasilkan dari kor Susenas 2014 atau 2015 terutama yang berkaitan dengan indikator pendukung, seperti indikator kependudukan, indikator bidang kesehatan, pendidikan, ketenagakerjaan dan perumahan.
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Barru, 2015
11
III. KONDISI SOSIAL EKONOMI
BAB III KONDISI SOSIAL EKONOMI
BAB III KONDISI SOSIAL EKONOMI 3.1 Jumlah dan Pertumbuhan Penduduk Berdasarkan hasil Susenas tahun 2015 pada bulan Juli penduduk Kabupaten Barru berjumlah sekitar 171.217 jiwa. Dari jumlah tersebut tercatat bahwa penduduk perempuan lebih banyak dibanding dengan laki-laki, sehingga mempunyai rasio jenis kelamin sekitar 92 yang berarti diantara 100 perempuan terdapat 92 laki-laki . Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP) Kabupaten Barru dari tahun 1990 (SP90 146 653 jiwa) sampai tahun 2000 (SP00 151 247 jiwa) adalah 3,13 persen atau rata-rata pertumbuhannya sekitar 0,31 persen pertahun. Sedangkan LPP selama periode 2000-2010 (SP00 dan SP 2010) sekitar 9,72 persen atau rata- rata pertumbuhan per tahun sekitar 0,97 persen pertahun dan untuk periode tahun 2010-2015 (SP 2010 dan Penduduk tahun 2015) sekitar 3,18 persen atau rata-rata pertumbuhan pertahunnya sekitar 0,64 persen. Secara umum dapat disimpulkan bahwa dalam tiga periode di atas, pertambahan penduduk di daerah ini dapat dikendalikan. Kalau dilihat dari komposisi umur penduduk dapat diperoleh Angka Beban Tanggungan (ABT) yang secara kasar dapat mencerminkan indikator ekonomi. Makin rendah ABT diperkirakan indikator ekonomi penduduk suatu daerah makin baik, karena dapat dikatakan bahwa jumlah tanggungan penduduk usia produktif (usia 15-65 tahun) yaitu penduduk usia muda (0-14 tahun) dan usia lanjut (65 tahun ke atas) juga semakin mengecil. ABT di Kabupaten Barru sekitar 64,17 hal ini menunjukkan bahwa setiap seratus penduduk usia produktif secara hipotesis/teori menanggung sekitar 64 penduduk usia non produktif (usia muda dan lanjut).
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Barru, 2015
13
BAB III KONDISI SOSIAL EKONOMI
3.2 Keadaan Kesehatan Angka Harapan Hidup (e0) atau lamanya hidup terhitung sejak lahir, yang ternyata sedikit mengalami peningkatan dari 67,73 tahun (tahun 2014) menjadi 68,03 tahun (tahun 2015). Besar kecilnya AHH dipengaruhi oleh banyak variabel baik yang bersifat endogen (kondisi bawaan) maupun eksogen (pengaruh dari luar). Khusus untuk varibel eksogen dapat dibuat daftar yang cukup panjang diantaranya mencakup input makanan, upaya kesehatan dan kondisi lingkungan yang juga dipengaruhi oleh variabel lainnya. Pengaruh variabel-variabel tersebut dapat bersifat langsung maupun tidak langsung, dapat seketika maupun dengan tenggang waktu (time lag) tertentu. Pengaruh variabel-variabel tersebut bekerja secara tersendiri maupun bersinergi dengan variabel lain. Sementara itu, terdapat beberapa variabel yang diperkirakan berpengaruh terhadap AHH/e0. Secara umum diharapkan bahwa dengan semakin tingginya persentase balita yang ditolong kelahirannya oleh tenaga medis akan semakin tinggi kemungkinan kelangsungan hidupnya. Tetapi perkiraan hubungan tersebut dapat menyimpang jika pertolongan tenaga medis digunakan untuk proses kelahiran yang abnormal dan dengan penanganan yang sudah terlambat. Demikian pula jika dihubungkan dengan beberapa variabel lain seperti persentase bayi yang disusui secara eksklusif selama 4-6 bulan, persentase balita yang telah diimunisasi secara lengkap, serta tingkat ketersediaan puskesmas dan dokter. Terlepas dari keterkaitan tersebut gambaran data menunjukkan perlu adanya intervensi, terutama dari pemerintah untuk memperbaiki derajat kesehatan masyarakat seperti perluasan cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga medis.
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Barru, 2015
14
BAB III KONDISI SOSIAL EKONOMI
3.3 Tingkat Pendidikan Tingkat Pendidikan penduduk Kabupaten Barru berdasarkan hasil Susenas 2015 ternyata cukup bervariasi. Hal ini tercermin dari indikator yang mencakup rata-rata lama sekolah, angka harapan lama sekolah, angka rata-rata lama sekolah sekolah dan persentase penduduk yang telah menamatkan SLTP ke atas. Rata-rata Lama Sekolah (MYS), terlihat diatas 7 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa penduduk Kabupaten Barru rata-rata hanya menamatkan sekolah sampai pada tingkat SD, ini tercermin masih rendahnya penduduk yang tamat SLTP ke atas. Sementara itu Angka Partisipasi Sekolah (APS) pada usia SLTP (13-15 tahun) dan SLTA (1618 tahun) serta perguruan tinggi (19-24 tahun) juga masih tergolong rendah. Kondisi seperti ini mungkin disebabkan oleh faktor fasilitas pendidikan yang masih kurang memadai dan sukar dijangkau, disamping itu masih rendahnya kesadaran para orang tua untuk menyekolahkan anaknya ke jenjang yang lebih tinggi. 3.4 Keadaan Ketenagakerjaan Bekerja adalah kegiatan untuk memperoleh atau membantu memperoleh penghasilan bagi kelangsungan hidup seseorang atau sekelompok orang tertentu. Bekerja atau tidaknya seseorang dipengaruhi oleh adanya kebutuhan ekonomi dan kebutuhan non ekonomi. Adanya tekanan kebutuhan ekonomi akan memaksa paling tidak satu orang dari suatu rumahtangga untuk bekerja. Makin besar tekanan tersebut makin banyak anggota rumahtangga yang terjun ke pasar tenaga kerja baik bekerja maupun mencari pekerjaan. Mereka yang bekerja dan
mereka
yang
sedang mencari pekerjaan disebut dengan angkatan kerja (AK). Dalam kondisi krisis ekonomi sesungguhnya akan semakin banyak penduduk
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Barru, 2015
15
BAB III KONDISI SOSIAL EKONOMI
yang tergolong sebagai angkatan kerja, tetapi kondisi krisis pula yang mengakibatkan terbatasnya peluang/kesempatan kerja. Salah satu akibatnya dapat berupa peningkatan tingkat pengangguran terbuka (TPT), tetapi data tahun 2014 dibandingkan data tahun 2015 menunjukkan peningkatan TPT (dari 2,27 persen menjadi 7,68 persen). Dampak krisis ekonomi lebih terasa pada sektor industri, yang banyak mengandalkan komponen import. Mereka yang kehilangan pekerjaan dari sektor industri kemudian sebagian beralih ke sektor pertanian dan jasa (termasuk perdagangan) yang bersifat fleksibel dalam penyerapan tenaga kerja. Hal ini tercermin dari penyerapan tenaga kerja sektor industri relatif kecil dibanding dengan sektor pertanian dan jasa-jasa. Gambaran dampak krisis terhadap keadaan ketenagakerjaan tingkat propinsi
sekilas tidak terlalu mengkhawatirkan, tetapi
keadaan
ketenagakerjaan di beberapa kabupaten/kota ternyata mengalami kemerosotan. Dampak yang paling mengkhawatirkan adalah dalam bentuk kombinasi rendahnya tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) disertai dengan tingginya tingkat pengangguran terbuka (TPT). Hal tersebut terutama berkaitan dengan sangat minimnya kesempatan kerja yang berakibat pada tingginya TPT dan bahkan sebagian keluar dari angkatan kerja. 3.5 Fasilitas Perumahan Keadaan perumahan (kualitas dan fasilitas) menggambarkan tingkat kesejahteraan dan budaya, serta kondisi sosial-ekonomi penduduk yang dapat saling berinteraksi dan pada gilirannya dapat mempengaruhi kondisi kesehatan penduduk. Rumah tradisional penduduk Kabupaten Barru adalah rumah panggung yang berlantai dan berdinding kayu, serta beratap dedaunan. Seiring
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Barru, 2015
16
BAB III KONDISI SOSIAL EKONOMI
dengan perkembangan teknologi serta ekspose terhadap pola hidup masyarakat lain berangsur-angsur terjadi perubahan. Perubahan yang utama adalah jenis atap yang beralih dari dedaunan menjadi seng, serta perubahan pemanfaatan kolong rumah panggung menjadi tempat hunian sehingga
lantai
dan
dinding
berubah
menjadi
tembok/semen.
Perkembangan berikutnya adalah pergeseran pembangunan rumah baru dari rumah panggung menjadi bukan panggung. Pergeseran tersebut diantaranya mengakibatkan adanya rumah yang masih berlantai tanah, yang tentunya berdampak kurang baik bagi kesehatan penghuninya. 3.6 Perekonomian Pertumbuhan ekonomi dapat dilihat dari besarnya nilai PDRB atas dasar harga konstan yang diperoleh pada tahun tertentu dibandingkat dengan nilai PDRB sebelumnya. Penggunaan angka atas dasar harga konstan dimaksudkan untuk menghindari pengaruh perubahan harga, sehingga perubahan yang diukur adalah perubahan produksi yang menggambarkan pertumbuhan riil ekonomi, sedangkan harga konstan yang dimaksud adalah harga konstan tahun 2010. Bila
diperhatikan
selama
periode
2011-2015,
terlihat
bahwa
perekonomian Kabupaten Barru berpluktuasi, hal ini terlihat bahwa pertumbuhan ekonomi berada kisaran 6,32 persen sampai 8,39 persen, dengan pertumbuhan rata-rata 7,61 persen. Secara keseluruhan pertumbuhan ekonomi didaerah ini dalam periode tersebut cukup tinggi, pada tahun 2015 pertumbuhan sedikit melambat yang disebabkan melambatnya pertumbuhan sektor perikanan yang mempunyai share 6,89 persen terhadap pembentukan PDRB Kabupaten Barru. Struktur ekonomi Kabupaten Barru dapat dilihat dari peranan masingmasing kategori dalam sumbangannya terhadap PDRB total atas dasar
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Barru, 2015
17
BAB III KONDISI SOSIAL EKONOMI
harga berlaku (ADHB). Di Kabupaten Barru tahun 2015, peranan sektor pertanian terhadap perekonomian masih cukup besar yakni sebesar 36,93 persen, sedikit menurun dibanding tahun 2014 yaitu 37,03 persen. Rendahnya peranan ini dipengaruhi oleh lapangan usaha pertanian, peternakan dan perburuan dengan kontribusi 15,02 persen pada tahun 2014 turun menjadi 14,96 persen pada tahun 2015 . Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk Kabupaten Barru perekonomiannya masih mengandalkan pada sektor pertanian khususnya pada sub kategori perikanan. Tabel dibawah ini menyajikan pertumbuhan dan perkembangan ekonomi Kabupaten Barru Tahun 2011-2015 Tabel. 3.1. Perkembangan dan Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Barru seri 2010 2011-2015 PDRB adh Perkembangan PDRB adh Pertumbuhan Tahun Berlaku (Persen) Konstan (persen) (Juta Rp) (Juta Rp) (1)
(2)
(3)
(4)
(5)
2011
2.914.969,86
13,85
2.768.518,38
8,13
2012
3.363.617,10
15,39
3.000.719,47
8,39
2013
3.833.299,62
13,96
3.237.001,48
7,87
2014
4.434.059,13
15,67
3.475.199,99
7,36
2015
4.918.367,60
10,92
3.694.855,55
6,32
Rata-rata
XXXXX
13,96
XXXXX
7,61
Sumber : BPS Kabupaten Barru
Kategori lain mempunyai kontribusi cukup besar terhadap pembentukan total PDRB Kabupaten barru adalah kategori Konstruksi sebesar 16,64 persen, kategori perdagangan besar dan eceran,reparasi mobil dan sepeda motor sebesar 8,46 persen dan kategori administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan social wajib sebesar 8,60. persen. Sebaliknya
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Barru, 2015
18
BAB III KONDISI SOSIAL EKONOMI
yang paling kecil kontribusinya adalah kategori jasa perusahaan yaitu hanya 0,02 persen Penghitungan PDRB perkapita dihitung dengan membagi PDRB atas harga berlaku dengan penduduk pertengahan tahun. Hasil olahan menunjukkan bahwa PDRB perkapita di Kabupaten Barru pada tahun 2011
sebesar
Rp.17.386.923
dan
tahun
2012
naik
menjadi
Rp.20.017.479, tahun 2013 naik menjadi Rp.22.641.785 kemudian pada tahun 2014 naik menjadi Rp.26.034.307 serta ditahun 2015 sebesar Rp.28.725.930. Angka tersebut bukan merupakan penerimaan secara riil merata disemua penduduk, tetapi menggambarkan rata-rata tingkat pendapatan penduduk.
Grafik.3.1 Angka Per Kapita/Tahun Kabupaten Barru dan Provinsi Sulawesi Selatan (Rp.Juta)
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Barru, 2015
19
IV. PERBANDINGAN ANTAR DAERAH
PERBANDINGAN ANTAR DAERAH
BAB IV PERBANDINGAN ANTAR DAERAH Pembangunan yang hanya menitik beratkan pada Sektor Ekonomi dengan bertumpu pada peningkatan hasil produksi/ laju pertumbuhan ekonomi, telah terbukti tidak selalu meningkatkan kesejahteraan rakyat. Hal ini karena tidak dapat mengungkap fakta vital tentang keadaan penduduk terutama yang berkaitan dengan peluang untuk hidup panjang, keterlibatan dan partisipasi dalam dunia ilmu pengetahuan, menikmati hidup secara layak bagi kemanusiaan. Sehingga terjadi pergeseran paradigma pembangunan dengan berorientasi pada pembangunan manusia. Namun demikian, pembangunan manusia tidak mungkin dapat berkesinambungan tanpa dukungan dengan pertumbuhan ekonomi. Hal ini karena pembangunan manusia merupakan tujuan akhir, sedangkan pertumbuhan ekonomi merupakan alat. Dalam era reformasi sekarang ini, otonomi daerah telah diterapkan secara menyeluruh sejak tahun 2004, sehingga roda pembangunan terfokus pelaksanaannya
pada
wilayah
kabupaten/kota.
Untuk
itu,
tingkat
keberhasilan pembangunan (kinerja) perlu diukur pada masing-masing kabupaten/kota. Dalam pembahasan ini, kenerja pembangunan yang dimaksud adalah kinerja pembangunan manusia yang disajikan dalam satu indikator komposit (angka tunggal) yaitu Indeks Pemabangunan Manusia (IPM) IPM dapat digunakan sebagai ukuran kebijakan dan upaya yang dilakukan dalam kerangka pembangunan manusia khususnya upaya pemberdayaan dan peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) dan partisipasi dalam pembangunan. Namun indeks ini hanya akan memberikan gambaran perbandingan antar waktu dan perbandingan antar wilayah. Perbandingan antar kabupaten yang dimaksud dalam buku ini adalah kabupaten yang secara geografis berbatasan langsung dengan Kabupaten Barru, yaitu
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Barru, 2015
21
PERBANDINGAN ANTAR DAERAH
Kabupaten Bone, Kabupaten Pangkep, Kabupaten Soppeng dan Kota ParePare. Sebelum pembahasan mengenai
perbandingan IPM
antar wilayah
kabupaten/kota, perlu diuraikan terlebih dahulu mengenai keadaan dari masing-masing indikator (komponen) IPM. Komponen-komponen tersebut adalah indikator angka harapan hidup (eo), harapan lama sekolah, rata-rata lama sekolah dan pendapatan (PPP). 4.1 Perbandingan Komponen IPM Perbandingan komponen IPM tahun 2014 dan 2015 dapat dilihat pada Tabel 4.1. Pada tabel tersebut nampak bahwa pada periode yang sama, perubahan komponen-komponen IPM bervariasi karena terjadinya penurunan dan peningkatan variable tersebut. Namun secara
umum
relatif mengalami peningkatan.
ο Indeks Kesehatan; Kabupaten Barru pada tahun 2015 menunjukkan kenaikan yang signifikan yaitu sebesar 1,74 persen. Angka kenaikan/ shorfall tersebut relatif lebih tinggi daripada angka indeks Provinsi Sulawesi Selatan. Angka Indeks Kesehatan Kabupaten Barru apabila dibandingkan dengan angka yang diperoleh di daerah sekitanya, maka Kabupaten Soppeng dan Kota Pare-pare mempelihatkan angka yang relative lebih tinggi.
ο Indeks Pendidikan; yang terdiri dari 2 unsur yaitu angka indeks Harapan lama bersekolah dan rata-rata lama bersekolah. Kemajuan yang diperoleh dalam bidang pendidikan dapat ditunjukkan oleh angka shortfall-nya yaitu sebesar 3,41 persen. Kinerja tersebut relatif lebih tinggi daripada angka provinsi yang sebesar 1,94 persen. Kinerja di bidang pendidikan pada daerah sekitarnya, maka daerah yang memiliki kinerja terbaik adalah Kabupaten Bone dan Pare-pare. Lebih dalam lagi, nilai angka indeks harapan lama sekolah masih Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Barru, 2015
22
PERBANDINGAN ANTAR DAERAH
lebih baik bila dibandingkan dengan di kawasan sekitanrnya, keculai Pare-Pare dan bahkan lebih baik daripada angka provinsi. Sedangkan angka indeks rata-rata lama sekolah kondisinya sama dengan pada angka indeks harapan lama bersekolah.
ο Indeks Daya Beli; Komponen Purchasing Power Parity (PPP) atau dikenal dengan komponen daya beli atau standar hidup layak bagi Indonesia. Besarnya nilai angka indeks Kabupaten Barru tahun 2015 adalah 69,55 persen dengan kinerjanya sebesar 0,80 persen. Kinerja dibidang ekonomi/ daya beli merupakan yang terendah dikawasan sekitarnya, dan berada pada posisi 19 se Sulawesi Selatan. Besarnya nilai daya beli Kabupaten Barru pada tahun 2015 yaitu Rp.9,81 juta per kapita per tahun. Angka itu hanya berselish tipis dengan angka provinsi yang sebesar Rp.9,99 juta. Tabel.4.1. Nilai Komponen IPM di Sekitar Wilayah Kabupaten Barru Daerah
Indeks Kesehatan 2014
(1)
Shortfall
2015
Indeks Pendidikan 2014
Shortfall
2015
Indeks Daya Beli 2014
Shortfall
2015
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
1 Pangkep
69,80
70,26
1,53
58,73
58,80
0,15
70,62
71,68
3,58
2 Barru
73,44
73,90
1,74
61,62
62,93
3,41
69,31
69,55
0,80
3 Bone
70,48
70,78
1,04
54,16
56,33
4,73
62,72
63,05
0,89
4 Soppeng
74,49
74,65
0,60
55,28
56,31
2,29
65,88
66,35
1,39
5 Pare-Pare
77,52
77,83
1,37
72,17
73,46
4,62
77,42
77,72
1,33
6 Sulsel
76,30
76,62
1,35
60,79
61,55
1,94
69,28
70,11
2,71
Sumber : BPS Kabupaten Barru
Grafik.4.1. Nilai Komponen IPM di Sekitar Wilayah Kabupaten Barru
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Barru, 2015
23
PERBANDINGAN ANTAR DAERAH
Tabel.4.2. Nilai absolut dan Angka Indeks di Sekitar Kabupaten Barru, 2015
Daerah
(1)
Angka Harapan Hidup
Angka Harapan Lama Sekolah
Indeks Harapan Lama Sekolah
Indeks Rata-Rata Rata-Rata Lama Lama Sekolah Sekolah
Daya Beli (Rp.000)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
1 Pangkep
65,67
12,38
68,76
7,32
48,83
10.517
(7)
2 Barru
68,03
13,53
75,17
7,60
50,68
9.811
3 Bone
66,01
12,41
68,97
6,55
43,68
7.930
4 Soppeng
68,52
11,81
65,60
7,05
47,01
8.835
5 Pare-Pare
70,59
14,44
80,20
10,01
66,73
12.817
6 Sulsel
69,80
12,99
72,19
7,64
50,91
9.992
Sumber : BPS Kabupaten Barru
4.2 Perbandingan IPM di sekitar Wilayah Kabupaten Barru Perbandingan antar indikator (komponen IPM seperti yang diuraikan pada sub bab sebelumnya) merupakan tinjauan parsial, artinya tingkat keberhasilan/kinerja pembangunan diukur dari satu komponen. Misalnya pada bidang kesehatan tahun 2015 di Barru lebih baik dari wilayah yang lain di daerah sekitarnya (berdasarkan shortfall). Pada bidang pendidikan daerah yang mempunyai kinerja yang baik adalah Kabupaten Bone dan Kota Pare-Pare. Indeks Pembangunan Manusia tahun 2015 sebesar 68,64 mengalami peningkatan sebesar 2,19 persen dan menempati posisi ke-8 se Sulawesi Selatan. Angka IPM Kabupaten Barru tersebut merupakan angka tertinggi setelah Kota Pare-Pare dibandingkan dengan angka yang dicapai oleh wilayah sekitarnya. Kinerja pembangunan manusia yang ditunjukkan oleh nilai shortfall maka Bone dan Pare-pare memilki kinerja yang relatif baik, namun Kabupaten Barru juga telah melampau kinerja Provinsi Sulawesi Selatan.
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Barru, 2015
24
PERBANDINGAN ANTAR DAERAH
Tabel.4.3. Indeks Pemabngunan Manusia di Sekitar Kabupaten Barru
Grafik.4.3. Indeks Pemabngunan Manusia di Sekitar Kabupaten Barru
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Barru, 2015
25
V. PENUTUP
PENUTUP
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan
ο Peningkatan IPM pada tahun 2015 Kabupaten Barru yaitu dari 67,94 tahun 2014 menjadi 68,64 tahun 2015; kondisi itu menempatkan posisi padperingkat ke-8 se Sulawesi Selatan.
ο Kinerja pembangunan manusia pada tahu 2015 sebesar 2,19 persen. Kinerja tersebut memposisikan Kabupaten Barru pada ranking ke 9 se Sulawesi Selatan
ο Berdasarkan komponen IPM, maka dapat ditelusuri komponen yang menjadi kekuatan dan komponen yang harus menjadi perhatian untuk lebih ditingkatkan. Indeks kesehatan berada pada posisi ke-15; indeks pendidikan pada posisi ke-6, dan indeks daya beli pada posisi ke-12. Terlihat bahwa indeks kesehatan merupakan bidang yang harus mendapat perhatian yang khusus oleh pemerintah, sedangkan kedua indeks lainnya harus tetap dipertahankan kinerjanya.
ο Secara umum bahwa Kbaupaten Barru berada pada posisi ke-8 se Sulawesi Selatan, menunjukkan kinerja pembangunan manusia semakin membaik. 5.2 Implikasi Kebijakan Persamaan hubungan IPM dengan komponennya dapat dirancang program
peningkatan
kesejahteraan
penduduk
melalui
upaya
peningkatan kesehatan dan pendidikan penduduk secara umum. Seiring dengan pembangunan kedua komponen tersebut juga diikuti dengan perbaikan ekonomi yang akan meningkatkan daya beli.
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Barru, 2015
27
PENUTUP
ο Upaya peningkatan kesehatan dapat dilakukan melalui : ο Peningkatan ketersediaan obat-obat yang terjangkau oleh masyarakat. ο Penambahan fasilitas kesehatan dan tenaga kesehatan yang berkualitas untuk lebih mendekatkan layanan kesehatan pada masyarakat.
ο Upaya peningkatan daya beli masyarakat melalui: ο Perluasan lapangan pekerjaan, terutama pada sektor tanaman pangan dan perikanan, karena kedua sektor ini merupakan penyerap tanaga kerja terbesar. ο Adanya stabilitas ekonomi, pergendalian harga barangbarang kebutuhan pokok dan produksi pertanian dan perikanan.
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Barru, 2015
28
LAMPIRAN TABEL
LAMPIRAN TABEL
Lampiran Tabel.1. Indeks Pembangunan Manusia Menurut Kabupaten Kota Kabupaten Kota
2010
2011
2012
2013
2014
2015
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
1 Selayar
62,15
62,53
62,87
63,16
63,66
64,32
2 Bulukumba
62,73
63,36
63,82
64,27
65,24
65,58
3 Bantaeng
62,46
63,07
63,99
64,88
65,77
66,20
4 Jeneponto
58,31
58,95
59,62
60,55
61,45
61,61
5 Takalar
60,23
60,83
61,66
62,58
63,53
64,07
6 Gowa
63,83
64,42
64,65
65,45
66,12
66,87
7 Sinjai
61,31
62,13
62,74
63,47
63,83
64,48
8 Maros
64,07
64,95
65,50
66,06
66,65
67,13
9 Pangkep
62,79
63,60
64,30
65,24
66,16
66,65
10 Barru
64,94
65,73
66,07
67,02
67,94
68,64
11 Bone
59,69
60,21
60,77
61,40
62,09
63,11
12 Soppeng
63,51
63,80
64,05
64,43
64,74
65,33
13 Wajo
63,07
64,00
64,88
65,79
66,49
66,90
14 Sidrap
65,54
65,88
66,19
67,15
68,14
69,00
15 Pinrang
66,25
66,96
67,64
68,14
68,92
69,24
16 Enrekang
66,27
67,03
67,74
68,39
69,37
70,03
17 Luwu
63,95
64,71
65,43
66,39
67,34
68,11
18 Tana Toraja
62,83
63,22
63,96
64,55
65,08
65,75
19 Luwu Utara
64,77
65,57
65,99
66,40
66,90
67,44
20 Luwu Timur
68,47
68,94
69,34
69,53
69,75
70,43
21 Toraja Utara
63,51
64,48
64,89
65,65
66,15
66,76
22 Makassar
77,63
77,82
78,47
78,98
79,35
79,94
23 Pare-Pare
73,55
74,20
74,67
75,10
75,66
76,31
24 Palopo
73,03
74,02
74,54
75,02
75,65
76,27
66,00
66,65
67,26
67,92
68,49
69,15
(1)
Provinsi
Sumber : BPS Kabupaten Barru
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Barru, 2015
30
LAMPIRAN TABEL
Lampiran Tabel.2. Rank Indeks Pembangunan Manusia Menurut Kabupaten Kota Kabupaten Kota
2010
2011
2012
2013
2014
2015
20102015
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
1 Selayar
20
20
20
21
21
21
21
2 Bulukumba
18
17
19
19
17
18
18
3 Bantaeng
19
19
17
16
16
16
17
4 Jeneponto
24
24
24
24
24
24
24
5 Takalar
22
22
22
22
22
22
22
6 Gowa
12
13
14
14
15
13
14
7 Sinjai
21
21
21
20
20
20
21
8 Maros
10
10
10
11
11
11
11
9 Pangkep
17
16
15
15
13
15
15
10 Barru
8
8
8
8
8
8
8
11 Bone
23
23
23
23
23
23
23
12 Soppeng
13
15
16
18
19
19
17
13 Wajo
15
14
13
12
12
12
13
14 Sidrap
7
7
7
7
7
7
7
15 Pinrang
6
6
6
6
6
6
6
16 Enrekang
5
5
5
5
5
5
5
17 Luwu
11
11
11
10
9
9
10
18 Tana Toraja
16
18
18
17
18
17
17
19 Luwu Utara
9
9
9
9
10
10
9
20 Luwu Timur
4
4
4
4
4
4
4
21 Toraja Utara
14
12
12
13
14
14
13
22 Makassar
1
1
1
1
1
1
1
23 Pare-Pare
2
2
2
2
2
2
2
24 Palopo
3
3
3
3
3
3
3
15
13
13
16
15
14
14
Provinsi
Sumber : BPS Kabupaten Barru
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Barru, 2015
31
LAMPIRAN TABEL
Lampiran Tabel.3. Shortfall Reduction Indeks Pembangunan Manusia Menurut Kabupaten Kota Kabupaten Kota
2011
2012
2013
2014
2015
2011-2015
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
1 Selayar
1,00
0,91
0,80
1,34
1,83
5,74
2 Bulukumba
1,69
1,24
1,25
2,73
0,97
7,64
3 Bantaeng
1,63
2,48
2,46
2,55
1,25
9,96
4 Jeneponto
1,54
1,63
2,30
2,28
0,42
7,92
5 Takalar
1,51
2,10
2,41
2,53
1,49
9,66
6 Gowa
1,62
0,67
2,24
1,96
2,20
8,40
7 Sinjai
2,13
1,61
1,97
0,97
1,79
8,20
8 Maros
2,45
1,56
1,65
1,72
1,44
8,50
9 Pangkep
2,17
1,93
2,63
2,63
1,47
10,37
10 Barru
2,26
1,00
2,81
2,79
2,19
10,57
11 Bone
1,28
1,42
1,60
1,79
2,69
8,48
12 Soppeng
0,79
0,68
1,06
0,86
1,70
4,99
13 Wajo
2,52
2,44
2,59
2,06
1,20
10,37
14 Sidrap
1,00
0,91
2,83
3,03
2,69
10,05
15 Pinrang
2,09
2,08
1,54
2,43
1,06
8,87
16 Enrekang
2,24
2,17
1,99
3,12
2,13
11,13
17 Luwu
2,13
2,02
2,77
2,84
2,36
11,56
18 Tana Toraja
1,05
2,02
1,63
1,49
1,93
7,88
19 Luwu Utara
2,27
1,21
1,22
1,47
1,62
7,57
20 Luwu Timur
1,48
1,28
0,62
0,73
2,27
6,22
21 Toraja Utara
2,65
1,15
2,17
1,44
1,81
8,89
22 Makassar
0,85
2,93
2,34
1,77
2,86
10,32
23 Pare-Pare
2,48
1,81
1,69
2,26
2,65
10,44
24 Palopo
3,67
1,98
1,92
2,50
2,55
12,00
1,91
1,83
1,94
1,80
2,08
9,25
Provinsi
Sumber : BPS Kabupaten Barru
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Barru, 2015
32
LAMPIRAN TABEL
Lampiran Tabel.4. Indeks Kesehatan Menurut Kabupaten Kota Kabupaten Kota
2010
2011
2012
2013
2014
2015
(1)
(2)
(4)
(6)
(8)
(10)
(12)
1 Selayar
72,92
72,97
73,03
73,06
73,07
73,38
2 Bulukumba
71,00
71,12
71,24
71,37
71,43
71,89
3 Bantaeng
76,06
76,19
76,29
76,39
76,43
76,57
4 Jeneponto
69,36
69,50
69,64
69,76
69,82
69,98
5 Takalar
70,40
70,46
70,53
70,59
70,62
71,08
6 Gowa
76,49
76,53
76,57
76,58
76,59
76,74
7 Sinjai
70,94
71,06
71,17
71,28
71,33
71,48
8 Maros
74,50
74,53
74,57
74,60
74,62
74,69
9 Pangkep
69,53
69,61
69,69
69,76
69,80
70,26
10 Barru
72,99
73,11
73,25
73,37
73,44
73,90
11 Bone
69,96
70,11
70,27
70,41
70,48
70,78
12 Soppeng
73,89
74,07
74,24
74,41
74,49
74,65
13 Wajo
70,00
70,20
70,39
70,57
70,66
71,13
14 Sidrap
73,79
73,84
73,88
73,93
73,95
74,72
15 Pinrang
73,61
73,68
73,78
73,85
73,89
74,51
16 Enrekang
77,10
77,15
77,19
77,23
77,24
77,39
17 Luwu
75,47
75,51
75,56
75,59
75,61
76,07
18 Tana Toraja
80,04
80,09
80,12
80,15
80,16
80,62
19 Luwu Utara
72,10
72,17
72,23
72,28
72,30
72,92
20 Luwu Timur
75,78
75,87
75,96
76,03
76,06
76,36
21 Toraja Utara
80,67
80,70
80,72
80,75
80,76
81,22
22 Makassar
79,04
79,04
79,05
79,05
79,05
79,18
23 Pare-Pare
77,46
77,48
77,49
77,51
77,52
77,83
24 Palopo
76,83
76,92
77,00
77,08
77,11
77,23
75,28
75,57
75,86
76,15
76,30
76,62
Provinsi
Sumber : BPS Kabupaten Barru
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Barru, 2015
33
LAMPIRAN TABEL
Lampiran Tabel.5. Indeks Pendidikan Menurut Kabupaten Kota Kabupaten Kota
2010
2011
2012
2013
2014
2015
(1)
(2)
(4)
(6)
(8)
(10)
(12)
1 Selayar
54,35
54,89
55,44
55,99
56,96
58,01
2 Bulukumba
51,91
53,11
54,15
55,18
56,39
56,49
3 Bantaeng
46,04
46,99
48,72
50,47
52,42
52,97
4 Jeneponto
44,77
45,90
47,20
49,24
51,22
51,31
5 Takalar
46,72
47,68
49,26
51,17
53,32
54,17
6 Gowa
52,86
54,01
54,40
56,31
57,87
59,53
7 Sinjai
51,95
53,44
54,51
55,99
56,66
57,75
8 Maros
52,98
54,75
55,87
57,02
58,26
59,15
9 Pangkep
51,33
52,95
54,26
56,54
58,73
58,80
10 Barru
55,73
57,12
57,42
59,41
61,62
62,93
11 Bone
49,50
50,30
51,32
52,62
54,16
56,33
12 Soppeng
54,17
54,25
54,33
54,85
55,28
56,31
13 Wajo
50,30
52,11
53,91
55,86
57,44
57,52
14 Sidrap
53,66
54,34
55,04
57,38
59,90
60,18
15 Pinrang
55,72
57,11
58,54
59,56
61,40
61,50
16 Enrekang
56,53
58,09
59,65
61,12
63,50
63,77
17 Luwu
53,30
54,89
56,46
58,79
61,10
61,59
18 Tana Toraja
56,94
57,51
59,23
60,68
61,85
63,10
19 Luwu Utara
53,17
54,82
55,60
56,46
57,57
58,26
20 Luwu Timur
56,43
57,40
58,30
58,70
59,21
60,59
21 Toraja Utara
54,98
57,36
57,99
59,69
60,69
61,68
22 Makassar
72,18
72,54
74,24
75,60
76,43
76,93
23 Pare-Pare
67,67
69,06
69,99
70,89
72,17
73,46
24 Palopo
68,76
71,19
72,30
73,40
74,89
75,87
56,16
57,25
58,34
59,64
60,79
61,55
Provinsi
Sumber : BPS Kabupaten Barru
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Barru, 2015
34
LAMPIRAN TABEL
Lampiran Tabel.6. Indeks Daya Beli Menurut Kabupaten Kota Kabupaten Kota
2010
2011
2012
2013
2014
2015
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
1 Selayar
60,56
61,03
61,37
61,60
61,97
62,51
2 Bulukumba
66,99
67,34
67,38
67,41
68,95
69,45
3 Bantaeng
69,59
70,09
70,49
70,82
71,02
71,53
4 Jeneponto
63,84
64,21
64,46
64,62
64,87
65,13
5 Takalar
66,43
67,00
67,47
67,85
68,09
68,32
6 Gowa
64,33
64,66
64,88
65,01
65,22
65,45
7 Sinjai
62,52
63,15
63,67
64,08
64,34
64,93
8 Maros
66,64
67,15
67,44
67,78
68,10
68,47
9 Pangkep
69,38
69,80
70,31
70,41
70,62
71,68
10 Barru
67,32
68,00
68,57
69,06
69,31
69,55
11 Bone
61,42
61,89
62,24
62,48
62,72
63,05
12 Soppeng
64,02
64,63
65,13
65,54
65,88
66,35
13 Wajo
71,23
71,64
71,97
72,22
72,43
73,18
14 Sidrap
71,09
71,28
71,33
71,38
71,43
73,06
15 Pinrang
70,90
71,33
71,67
71,93
72,15
72,46
16 Enrekang
66,78
67,20
67,52
67,75
68,07
69,57
17 Luwu
65,00
65,38
65,65
65,83
66,11
67,45
18 Tana Toraja
54,42
54,86
55,15
55,31
55,60
55,89
19 Luwu Utara
70,89
71,26
71,54
71,75
71,93
72,20
20 Luwu Timur
75,07
75,23
75,27
75,31
75,35
75,52
21 Toraja Utara
57,76
57,91
58,36
58,70
59,04
59,38
22 Makassar
82,00
82,20
82,34
82,42
82,69
83,86
23 Pare-Pare 24 Palopo
75,89
76,36
76,76
77,09
77,42
77,72
73,74
74,07
74,39
74,64
74,97
75,72
Provinsi
68,02
68,44
68,76
68,99
69,28
70,11
Sumber : BPS Kabupaten Barru
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Barru, 2015
35
DATA MENCERDASKAN BANGSA
BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN BARRU Statistics of Barru Regency Jl. Sultan Hasanuddin No. 93 Barru, Sulawesi Selatan Telp. (0427)-21021,21297 Website : https://barrukab.bps.go.id; email :
[email protected]