e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
IMPLEMENTASI PENDEKATAN PEMBELAJARAN SCIENTIFIC MENGGUNAKAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KOMPETENSI PENGETAHUAN IPS Agus Wahyu Setiawan , I Wayan Sujana , I Wayan Darsana Jurusan Pedidikan Guru Sekolah Dasar, FIP Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia e-mail :
[email protected] ,
[email protected] ,
[email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan penguasaan kompetensi pengetahuan IPS siswa setelah implementasi pendekatan pembelajaran scientific menggunakan model problem based learning pada siswa kelas V SD 14 Pemecutan Denpasar Utara tahun ajaran 2015/2016. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilaksanakan dalam 2 siklus. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SD 14 Pemecutan Denpasar Utara tahun pelajaran 2015/2016 yang berjumlah 32 siswa. Data penguasaan kompetensi pengetahuan IPS dikumpulkan dengan metode tes pilihan ganda biasa dengan empat option. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan teknik analisis statistik deskriptif dan analisis deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa, pada siklus I diketahui pencapaian penguasaan kompetensi pengetahuan IPS yaitu76,6% yang berada pada kriteria sedang dan pada siklus II yaitu 87,3% dengan kriteria tinggi. Hasil analisis data menunjukan bahwa penguasaan kompetensi pengetahuan IPS siswa meningkat dari siklus I ke siklus II mencapai 10,7%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa implementasi pendekatan pembelajaran scientific menggunakan model problem based learning dapat meningkatkan penguasaan kompetensi pengetahuan IPS siswa kelas V SD 14 Pemecutan Denpasar Utara tahun ajaran 2015/2016. Kata kunci : pendekatan scientific, problem based learning Abstract The purpose of this study was to improve student’s competence in mastery IPS knowledge after the implementation of scientific approach learning using model problem based learning on the fifth grade student’s of SD 14 Pemecutan Denpasar Utara in academic year 2015/2016. This study include Classroom Action Research (CAR) which was conducted in two cycles. This subject of this study were the fifth grade students’s of SD 14 Pemecutan Denpasar Utara in academicyear 2015/2016 which consited of 32 student’s. The data of competency mastery knowledge of IPS were collected by using multiple choice test method with 4 options. Data which was gained were analyzed by using descriptive statistics analysis and descriptive kualitative analysis technique. The result of this study showed that in cycle 1 was know the accomplisment competence mastery knowledge IPS, that is 76,6% which position on the creteria and in cycle II, that is 87,3% with the high creteria. The result of data analysis showed that the student’s mastery competency in knowledge IPS improved from cycle I to cycle II reach 10,7%. Thereforeit can be conclude that the complementation of learning scientific approach using model problem based learning can improve the student mastery of competency in
1
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016 knowledge IPS of the fifth grade student’s of SD 14 Pemecutan Denpasar Utara in academic year 2015/2016. Keywords : scientific approach, problem based learning
PENDAHULUAN Jalur pendidikan formal mempunyai jenjang yang jelas, mulai dari pendidikan dasar, pendidikan menengah, sampai pendidikan tinggi, dan salah satu pendidikan dasar adalah sekolah dasar (SD). Pendidikan pada saat ini seharusnya membentuk siswa yang dapat menghadapi era globalisasi, masalah lingkungan hidup, kemajuan teknologi informasi. Siswa harus memiliki kemampuan berkomunikasi yang memadai serta menguasai teknologi informasi dalam kancah globalisasi dan persaingan dalam bekerja. Keterampilan berfikir kreatif dan inovatif dibutuhkan dalam upaya mengembangkan ilmu, teknologi, dan seni. Siswa harus dibekali kemampuan untuk belajar sepanjang hayat, belajar dari aneka sumber, belajar bekerja sama, beradaptasi, dan menyelesaikan masalah, oleh sebab itu, paradigma pembelajaran harus diubah karena pembelajaran yang konvensional yang fokus padapenguasan materi tidak dapat digunakan untuk mempersiapkan siswa berkompetisi pada masa depan. Dalam pembelajaran di Sekolah Dasar, siswa dibelajarkan berbagai mata pelajaran, salah satu diantaranya adalah IPS. Pembelajaran IPS merupakan pondasi yang kokoh untuk menyiapkan siswa menghadapi era globalisasi. Pendidikan IPS sebagai bidang studi yang diberikan pada jenjang pendidikan di lingkungan persekolahan, bukan hanya memberikan bekal pengetahuan saja, tetapi juga memberikan bekal nilai dan sikap serta keterampilan dalam kehidupan peserta didik di masyarakat, bangsa, dan negara dalam berbagai karakteristik. Susanto (2013:144) mengemukakan bahwa pembelajaran IPS membentuk pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap siswa. Dengan demikian, pembelajaran IPS di sekolah dasar
dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan yang dinamis. Siswa yang ada di Sekolah dasar berasal dari latar belakang yang berbeda. Setiap siswa memiliki kecepatan dan gaya belajar tersendiri. Oleh karena itu, dalam penyajian materi pembelajaran, guru hendaknya mampu menumbuhkan minat dan motivasi siswa, sehingga membuat siswa menikmati pembelajaran yang berlangsung. Dalam hal ini, guru memegang peranan penting menentukan strategi, pendekatan, model, maupun metode yang inovatif yang tepat digunakan dalam pembelajaran agar sesuai dengan karakteristik siswa sekolah dasar dan materi yang dipelajari. Berdasarkan observasi langsung di SD 14 Pemecutan Denpasar Utara khususnya pada mata pelajaran IPS, kriteria ketuntasan minimal (KKM) mata pelajaran IPS untuk kelas V adalah 75 dan belum terlihat adanya motivasi siswa saat mengikuti pembelajaran yang berdampak pada penguasaan kompetensi pengetahuan IPS yang belum optimal. Siswa belum mampu untuk memanfaatkan lingkunganya sebagai sumber belajar karena dalam pembelajaran siswa hanya menerima informasi dari guru serta sumber belajar seperti buku-buku maupun lembar kerja siswa yang telah tersedia. Selain itu sebagian besar siswa belum mengetahui manfaat atau kegunaan dari belajar materi-materi IPS yang disampaikan oleh guru, sehingga cenderung bersikap pasif dalam pembelajaran. Dalam hal ini, persoalannya bukan pada kemampuan siswa yang rendah, namun perlu dikaji lebih mendalam penyebab dari penguasaan kompetensi pengetahuan IPS yang belum optimal. Kondisi pembelajaran yang berlangsung di dalam kelas masih 2
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
diwarnai oleh penekanan pada aspek pengetahuan dan masih sedikit yang mengacu pada pelibatan siswa dalam pembelajaran. Guru belum menerapkan model pembelajaran yang inovatif maupun metode pembelajaran yang tepat. Untuk mengatasi hal tersebut, dilakukan penelitian sebagai solusi dalam mengoptimalkan penguasaan kompetensi pengetahuan IPS. Pemilihan strategi, pendekatan, model maupun metode yang sesuai dengan tujuan kurikulum, potensi siswa dan keterampilan dasar yang harus dimiliki oleh seorang guru. Hal ini didasari oleh asumsi bahwa ketepatan guru dalam memilih strategi, pendekatan, model maupun metode pembelajaran berpengaruh terhadap hasil belajar IPS. Pendekatan yang dapat digunakan dalam pembelajaran IPS adalah Pendekatan Scientific. Daryanto (2014:51) mengemukakan pembelajaran dengan Pendekatan Scientific adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar siswa secara aktif mengkonstruksi konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang “ditemukan”. Tujuan pembelajaran dengan pendekatan scientific didasarkan pada keunggulan pendekatan tersebut. Beberapa tujuan pembelajaran dengan pendekatan scientific adalah: (Daryanto, 2014:54) yaitu, untuk meningkatkan kemampuan intelek, khususnya kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa, Untuk membentuk kemampuan siswa dalam menyelesaikan suatu masalah secara sistematik, terciptanya kondisi pembelajaran sehingga siswa merasa bahwa belajar itu merupakan suatu kebutuhan, diperolehnya hasil belajar yang tinggi, untuk melatih siswa dalam mengomunikasikan ide-ide, khususnya dalam menulis artikel ilmiah dan untuk mengembangkan karakter siswa. Berdasarkan pemaparan di atas, dapat dikatakan pendekatan
scientific adalah pendekatan yang bertujuan supaya siswa dapat mengidentifikasi atau menemukan masalah supaya pengetahuan yang mereka dapat tidak berupa hafalan. Sejalan dengan pendekatan tersebut, model pembelajaran problem based learning merupakan pembelajaran yang penyampaiannya dilakukan dengan cara menyajikan suatu permasalahan, mengajukan pertanyaan-pertanyaan, memfasilitasi penyelidikan, dan membuka dialog. Problem based learning merupakan salah satu model yang sesuai dengan pendekatan scientific dalam pembelajaran sesuai kurikulum 2013. Problem based learning menurut Arends (2008: 43) adalah suatu model pembelajaran yang dirancang untuk membantu siswa mengembangkan keterampilan berfikir dan keterampilan mengatasi masalah, mempelajari peranperan orang dewasa, serta menjadi pelajar yang mandiri. Problem based learning dapat membuat siswa belajar melalui upaya penyelesaian permasalahan dunia nyata (real world problem) secara terstruktur untuk mengkonstruksikan pengetahuan siswa. Pembelajaran ini menuntut siswa untuk aktif melakukan penyelidikan dalam menyelesaikan permasalahan dan guru berperan sebagai fasilitator dan pembimbing. Berdasarkan uraian tersebut, maka dilakukan suatu penelitian tindakan yang berjudul Implementasi Pendekatan Pembelajaran Scientific Menggunakan Model Problem Based Learning untuk Meningkatkan Penguasaan Kompetensi Pengetahuan IPS pada Siswa Kelas V SD 14 Pemecutan Denpasar Utara Tahun ajaran 2015/2016. Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan penguasaan kompetensi pengetahuan IPS melalui implementasi pendekatan pembelajaran scientificmenggunakan model problem based learning. METODE Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) atau classroom action research. Penelitian 3
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
tindakan kelas sangat bermanfaat bagi guru untuk meningkatkan hasil pembelajaran di kelas. Dengan melaksanakan tahap-tahap penelitian tindakan kelas guru dapat membuat solusi dari masalah yang timbul dikelasnya. PTK merupakan suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan yang ditujukan untuk memperdalam pemahaman terhadap tindakan yang dilakukan selama proses pembelajaran dan memperbaiki kelemahan-kelemahan yang terjadi dalam proses pembelajaran untuk mewujudkan tujuan dalam proses pembelajaran. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Agung (2010:3) yang menyatakan bahwa, “penelitian tindakan kelas merupakan suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakantindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan meningkatkan praktek-praktek pembelajaran dikelas secara lebih profesional ”. Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas ialah suatu penelitian bersifat reflektif dengan melakukan tindakan tertentu agar dapat memperbaiki kondisi pembelajaran dan meningkatkan kualitas pembelajaran secara berkesinambungan. Penelitian ini difokuskan pada upaya peningkatan kemampuan penguasaan kompetensi pengetahuan IPS siswa kelas V SD Negeri 14 Pemecutan Denpasar Utara tahun ajaran 2015/2016 dengan menggunakan pendekatan pembelajaran scientific menggunakan model problem based learning. Tujuanya adalah untuk mengetahui seberapa besar peningkatan penguasaan kompetensi pengetahuan IPS dengan penerapan pendekatan pembelajaran scientific menggunakan model problem based learning. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri 14 Pemecutan Denpasar Utara yang berjumlah 32 siswa yang terdiri dari 15 siswa laki-laki- dan 17 anak perempuan sedagkan objek dalam penelitian ini adalah pendekatan scientific, model pembelajaran problem based learning dan penguasaan kompetensi pengetahuan IPS.
Dalam penyusunan penelitian tindakan kelas diperlukan sebuah rancangan. Penelitian tindakan kelas ini mengacu pada teori yang dikemukakan oleh Arikunto, dkk (2011:16). Kegiatan penelitian tindakan kelas ini dirancang dalam bentuk siklus yang terdiri dari empat tahap yaitu: (a) tahap perencanaan, (b) tahap pelaksanaan, (c) tindakan/observasi, (d) refleksi. Rencana tindakan dalam siklus dapat digambarkan melalui prosedur penelitian tindakan kelas berikut. Refleksi
Perencanaan SIKLUS I Pengamatan
Pelaksanaanan
Perencanan Refleksi
SIKLUS II Pengamatan
Pelaksanaan
Gambar 1. Rancangan Penelitian Tindakan Kelas Model Arikunto (2011:16) Tahap pertama adalah tahap perencanaan kegiatan. Tahap ini mencakup kegiatan yang dilakukan dalam rangka mempersiapkan perangkat pembelajaran yang meliputi menyusun rencana pelaksanan pembelajaran (RPP) yang diterapkan pada siswa dengan pendekatan pembelajaran scientific menggunakan model prolem based learning, menyiapkan media yang digunakan dalam proses pembelajaran, menyiapkan instrumet penelitian sesuai dengan data yang ingin diperoleh. Tahap kedua adalah pelaksanaan tindakan. Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah melaksanakan skenario pembelajaran sesuai dengan langkahlangkah pendekatan pembelajaran scientific menggunakan model prolem based learning. Dalam siklus ini, pelaksanaan pembelajaran dilaksanakan empat kali pertemuan dengan dilaksanakan evaluasi pada akhir siklus. Langkah-langkah yang diterapkan dalam pelaksanaan tindakan disesuaikan dengan implementasi pendekatan pembelajaran 4
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
scientific menggunakan model prolem based learning antara lain, guru memberikan siswa masalah, siswa mendiskusikan masalah, siswa terlibat dalam study independent, siswa kembali pada tutorial prolem based learning, siswa menyajikan solusi atas masalah. Tahap ketiga yaitu tahap pengamatan. Pada tahap ini tidak bisa dipisahkan oleh kegiatan pelaksanaan karena pengamatan seharusnya dilakukan pada waktu pelaksaan sedang berlangsung. Sambil melakukan pengamatan, guru pelaksana mencatat sedikit demi sedikit apa yang terjadi agar memperoleh data yang akurat untuk memperbaiki siklus berikutnya. Pada tahap selanjutnya adalah tahap refleksi. Tahap refleksi dilakukan untuk mempertimbangkan dan mengkaji hasil tindakan yang telah diberikan. Hasil rencana dan kajian ini dijadikan acuan untuk meningkatkan perkembangan kognitif siswa. Alternatif tindakan ini diterapkan menjadi tindakan baru pada rencana tindakan dalam tindakan penelitian kelas pada siklus II. Adapun tahap dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas pada siklus II adalah sebagai berikut. Tahap pertama adalah tahap perencanaan kegiatan. Tahap ini mencakup kegiatan yang dilakukan dalam rangka mempersiapkan perangkat pembelajaran yang meliputi menyusun rencana pelaksanan pembelajaran (RPP) yang diterapkan pada siswa dengan pendekatan pembelajaran scientific menggunakan model prolem based learning, menyiapkan media yang digunakan dalam proses pembelajaran, menyiapkan instrument penelitian sesuai dengan data yang ingin diperoleh. Tahap kedua adalah pelaksanaan tindakan. Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah melaksanakan skenario pembelajaran sesuai dengan langkahlangkah pendekatan pembelajaran scientific menggunakan model prolem based learning. Dalam siklus ini, pelaksanaan pembelajaran dilaksanakan empat kali pertemuan dengan dilaksanakan evaluasi pada akhir siklus. Langkah-langkah yang diterapkan dalam pelaksanaan tindakan disesuaikan dengan
implementasi pendekatan pembelajaran scientific menggunakan model prolem based learning antara lain, guru memberikan siswa masalah, siswa mendiskusikan masalah, siswa terlibat dalam study independent, siswa kembali pada tutorial prolem based learning, siswa menyajikan solusi atas masalah. Tahap ketiga yaitu tahap pengamatan. Pada tahap ini tidak bisa dipisahkan oleh kegiatan pelaksanaan karena pengamatan seharusnya dilakukan pada waktu pelaksaan sedang berlangsung. Sambil melakukan pengamatan, guru pelaksana mencatat sedikit demi sedikit apa yang terjadi agar memperoleh data yang akurat. Tahap refleksi dilakukan untuk mengkaji hasil tindakan yang telah diberikan. Dalam pelaksanaan penelitian pada siklus II menunjukan bahwa perkembangan Penguasaan kompetensi pengetahuan IPS siswa kelas V SD 14 Pemecutan Denpasar Utara mengalami peningkatan sehingga, penelitian tindakan kelas ini hanya dilaksanakan sampai siklus II dan tidak dilanjutkan ke siklus berikutnya. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode observasi. Observasi adalah cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk melakukan pengamatan terhadap objek penelitian. Agung (2014:94) menyatakan observasi adalah suatu cara untuk mengadakan penilaian dengan jalan mengadakan pengamatan secara langsung dan sistematis. Dapat disimpulkan dari pemaparan diatas observasi adalah suatu cara untuk mengadakan penelitian dengan jalan pengamatan secara sistematis. Dalam menganalisis data, penelitian ini menggunakan metode analisis statistik deskriptif dan deskriptif kuantitatif. Metode statistik deskriptif merupakan teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian. Menurut Agung (2012:67) “menyatakan bahwa ada dua jenis metode analisis statistik yaitu metode analisis statistik deskriptif dan metode analisis statistik infrensial”. Dalam hubungan ini Agung (2012:67) menyatakan, metode analisis statistik deskriptif seperti tabel distribusi frekuensi, 5
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
grafik, angka rata-rata (mean), median (Me), dan modus (Mo) untuk menggambarkan keadaan objek atau variabel sehingga diperoleh kesimpulan umum. Dalam penerapan metode analisis statistik deskriptif ini, data yang diperoleh dari hasil penelitian dianalisis dan disajikan ke dalam a) tabel distribusi frekuensi, b) menghitung mean atau angka rata-rata (M), c) menghitung modus (Mo), d) mengditung median (Me), dan e) menyajikan data kedalam grafik poligon. Metode analisis deskriptif kuantitatif adalah suatu cara pengolahan data yang dilakukan dengan jalan menyusun secara sistematis dalam bentuk angka-angka dan atau persentase mengenai suatu objek yang diteliti sehingga diperoleh kesimpulan umum” (Agung, 2012:67). Metode analisis deskriptif kuantitatif dalam penelitian ini digunakan untuk menentukan kriteria perkembangan kognitif yang dikonversikan kedalam penilaian acuan patokan (PAP) skala lima. Berdasarkan pedoman PAP skala lima mengenai perkembangan kognitif, maka target yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah anak mampu mencapai penguasaan pembelajaran minimal 65-79% dengan kriteria sedang.
sebesar 76,6, modus (Mo) sebesar 74,5 dan median (Me) sebesar 75,7 untuk data penguasaan kompetensi pengetahuan IPS. Berikut ini adalah grafik poligon dari hasil data yang dicapai pada siklus I. 12 10
8 6 4 2 0 62,5 74,5 74,5 80,5 86,5 92,5
M= 76,6 Mo= 74,5 Me= 75,7 Gambar 2. Gambar Grafik Poligon Penguasaan Kompetensi Pengetahuan IPS siklus I Berdasarkan perhitungan dari grafik poligon tersebut terlihat M>Me>Mo (76,6>75,7>74,5) sehingga dapat disimpulkan bahwa sebaran data penguasaan kompetensi pengetahuan IPS pada siklus I merupakan kurva juling positif yang menunjukan bahwa sebagian besar skor penguasaan kompetensi pengetahuan IPS pada siswa cenderung rendah. Untuk menghitung tingkat penguasaan kompetensi pengetahuan IPS dengan membandingkan rata-ratapersen (M%) dengan kriteria Pedoman Acuan Patokan (PAP) skala lima. Nilai M% yang didapatkan adalah 76,6% yang dikonfersikan ke dalam PAP skala lima berada pada tingkat penguasaan 65-79% yang berarti penguasaan kompetensi pengetahuan IPS pada siklus I berada pada kriteria sedang. Tingkat ketuntasan klasikal penguasaan kompetensi pengetahuan IPS pada siklus I ialah 50%. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, diketahui bahwa tingkat penguasaan kompetensi pengetahuan IPS
HASIL DAN PEMBAHASAN Siklus I terdiri dari empat kali pertemuan. Terdiri dari tiga pertemuan pembelajaran dan satu pertemuan tes penguasaan kompetensi pengetahuan IPS. Pelaksanaan tindakan pada siklus I dilaksanakan sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang sudah disiapkan sebelumnya. Data penguasaan kompetensi pengetahuan IPS yang diperoleh melalui pendekatan pembelajaran scientific menggunakan model problem based learning disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi, menghitung mean (M), median (Me), modus (Mo), grafik poligon, membandingkan rata-rata atau mean (M) dengan model PAP skala lima dan menentukan ketuntasan belajar IPS siswa. Dari hasil analisis data statistik deskriptif pada siklus I diperoleh mean (M) 6
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
siswa pada siklus I masih berada pada kriteria sedang. Ada beberapa permasalahan yang dihadapi dalam implementasi pendekatan pembelajaran scientific menggunakan model problem based learning pada siklus I adalah (a) siswa masih bingung dan masih sulit beradaptasi dengan metode pembelajaran yang cenderung menuntut siswa lebih aktif dan mandiri, (b) Masih adanya rasa tidak percaya dengan kemampuan teman dalam kelompoknya sehingga membuat persatuan kelompok menjadi terpecah, (c) Hanya beberapa siswa yang tampak aktif dalam mengerjakan tugas kelompok sedangkan siswa yang lain hanya menunggu jawaban dari rekannya dan terdapat pula siswa yang sibuk dengan urusannya sendiri, (d) Siswa yang mewakili menyampaikan hasil diskusi ke depan monoton hanya siswa yang paling pintar dalam kelompoknya. Terkait dengan permasalahan yang dihadapi, solusi yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah (a) Memberikan informasi kembali kepada siswa mengenai pembelajaran yang diterapkan supaya siswa dapat beradaptasi dengan situasi pembelajaran yang cenderung menuntut siswa lebih aktif dan mandiri, (b) Memberikan bimbingan yang intensif dengan cara mendatangi setiap kelompok sebagai salah satu pendampingan sesering mungkin agar siswa dapat lebih berkonsentrasi terhadap tugas, (c) Memberikan pengarahan dan lebih memberi kesempatan kepada siswa yang kurang untuk menunjukan hasil kerjanya di depan kelas agar rasa percaya terhadap teman mulai tumbuh, (d) Untuk pertemuan selanjutnya guru memanggil siswa secara acak untuk menyajikan hasil kerja kelompoknya, sehingga sedikit siswa yang mengandalkan temanya yang lebih mampu serta membelajarkan siswa selalu menyiapkan diri. Siklus II terdiri dari empat kali pertemuan. Terdiri dari tiga pertemuan pembelajaran dan satu pertemuan tes penguasaan kompetensi pengetahuan IPS. Pelaksanaan tindakan pada siklus II dilaksanakan sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang sudah disiapkan sebelumnya.
Data penguasaan kompetensi pengetahuan IPS yang diperoleh melalui pendekatan pembelajaran scientific menggunakan model problem based learning disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi, menghitung mean (M), median (Me), modus (Mo), grafik poligon, membandingkan rata-rata atau mean (M) dengan model PAP skala lima dan menentukan ketuntasan belajar IPS siswa. Dari hasil analisis data statistik deskriptif pada siklus II diperoleh mean (M) sebesar 87,3, modus (Mo) sebesar 93,5 dan median (Me) sebesar 90,1 untuk data penguasaan kompetensi pengetahuan IPS. Berikut ini adalah grafik poligon dari hasil data yang dicapai pada siklus II. 12 10 8 6 4 2 0 68,5 74,5 80,5 86,5 92,5 98,5
Mo= 93,5 Me= 90,1 M= 87,3 Gambar 3. Gambar Grafik Poligon Penguasaan Kompetensi Pengetahuan IPS Siklus II Berdasarkan perhitungan grafik poligon tersebut terlihat Mo>Me>M (93,5>90,1>87,3), sehingga dapat disimpulkan bahwa sebaran data perkembangan pada siklus II merupakan kurva juling negatif yang menunjukan bahwa sebagian besar skor penguasaan kompetensi pengetahuan IPS siswa cenderung tinggi. Untuk menghitung tingkat penguasaan kompetensi pengetahuan IPS siswa, dapat dihitung dengan membandingkan rata-rata persen (M%) 7
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
dengan kriteria Pedoman Acuan Patokan (PAP) skala lima. Nilai M% yang didapatkan adalah 87,3% yang dikonfersikan ke dalam PAP skala lima berada pada tingkat penguasaan 80-89% yang berarti penguasaan kompetensi pengetahuan IPS pada siklus II berada pada kriteria tinggi.Tingkat ketuntasan klasikal penguasaan kompetensi pengetahuan IPS pada siklus II ialah 87,5%. Secara umum proses pembelajaran dengan implementasi pendekatan pembelajaran scientific menggunakan model prolem based learning untukmeningkatkan penguasaan kompetensi pengetahuan IPS, sudah
berjalan dengan baik dan sesuai dengan perencanaan. Hal ini terlihat dari adanya peningkatan rata-rata persentase (M%) dan tingkat ketuntasan klasikal penguasaan kompetensi pengetahuan IPS dari siklus I ke siklus II, sehingga penelitian ini cukup sampai di siklus II dan tidak dilanjutkan ke siklus berikutnya. Berdasarkan nilai rata-rata hasil analisis data penelitian tindakan kelas pada siklus I dan II, maka dapat dihitung peningkatan penguasaan kompetensi pengetahuan IPS siswa kelas V SD 14 Pemecutan Denpasar Utara sebagai berikut.
Tabel 1. Tabel Data Peningkatan Penguasaan Kompetensi Pengetahuan IPS Dari Siklus I dan Siklus II Variabel Siklus I Siklus II Peningkatan Penguasaan kompetensi pengetahuan IPS
76,6%
87,3%
10,7%
Ketuntasan klasikal
50%
87,5%
37,5%
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa implementasi pendekatan pembelajaran scientific menggunakan model prolem based learning dapat meningkatkan penguasaan kompetensi pengetahuan IPS pada siswa kelas V SD 14 Pemecutan Denpasar Utara. Data peningkatan penguasaan kompetensi pengetahuan IPS dari pelaksanaan siklus I dan siklus II dapat dilihat dalam bentuk grafik histogram sebagai berikut.
100% Persentase Penguasaan Kompetensi Pengetahuan IPS
80% 60% 40%
Ketuntasan Klasikal
20%
0% Siklus I Siklus II
Gambar 4. Gambar Peningkatan penguasaan Kompetensi Pengetahuan IPS dan ketuntasan klasikal Dari gambar 4 menunjukkan bahwa telah terjadi peningkatan persentase penguasaan kompetensi pengetahuan IPS dan ketuntasan klasikal 8
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
pada siklus II. Pada siklus I Penguasaan kompetensi pengetahuan IPS 76,6% dan ketuntasan klasikal 50%,sedangkan pada siklus II penguasaan kompetensi pengetahuan IPS ialah 87,3% dan ketuntasan siklus 87,5%. Berdasarkan data yang ada menunjukkan adanya peningkatan penguasaan kompetensi pengetahuan IPS 10,7% dan terdapat pula peningkatan ketuntasan klasikal sebesar 37,5 %. Peningkatan penguasaan kompetensi pengetahuan siswa terjadi setelah implementasi pendekatan pembelajaran scientific menggunakan model prolem based learning. Dengan pendekatan scientific siswa secara aktif menyelesaikan masalah secara sistematis dan melatih siswa mengemukakan ide-idenya dan mengembangkan karakter siswa. Hal tersebut didukung juga oleh pendapat Daryanto, (2014:51) yang menyatakan “pendekatan scientific menuntut siswa untuk secara aktif mengkostruksi konsep melalui tahap mengamati, merumuskan masalah, mengajukan hipotesis, mengumpulkan data, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengkomunikasikan konsep yang ditemukan”. Selain dengan pendekatan pembelajaran scientific, model problem based learning juga sangat mempengaruhi peningkatan penguasaan
kompetensi pengetahuan IPS siswa kelas V SD 14 Pemecutan Denpasar Utara. Melalui langkah-langkah model pembelajaran problem based learning pembelajaran di dalam kelas menjadi lebih sistematis sesuai dengan skenario pembelajaran yang direncanakan. Model problem based learning melatih siswa untuk mengatasi masalah dunia nyata secara terstruktur. Hal tersebut juga didukung oleh pendapat Arends, (2008:43) yang menyatakan, “problem based learning adalah suatu model pembelajaran yang dirancang untuk membantu siswa mengembangkan keterampilan berfikir dan keterampilan mengatasi masalah, mempelajari peranperan orang dewasa, serta menjadi pelajar yang mandiri”. Dengan demikian peningkatan ini mencerminkan bahwa implementasi pendekatan pembelajaran scientific menggunakan model prolem based learning dalam proses pembelajaran perlu diterapkan dan dikembangakan dalam pembelajaran berikutnya. Berdasarkan hasil penelitian dan uraian tersebut bahwa implementasi pendekatan pembelajaran scientific menggunakan model prolem based learning dapat meningkatkan penguasaan kompetensi pengetahuan IPS siswa kelas V SD 14 Pemecutan Denpasar Utara Tahun Ajaran 2015/2016.
SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan analisis data diperoleh rata-rata persentase penguasaan kompetensi pengetahuan IPS siswa siklus I yaitu 76,6% berada pada kriteria sedang dengan ketuntasan klasikal 50% pada siklus II, persentase rata-rata penguasaan kompetensi pengetahuan IPS sebesar 87,3% berada pada kriteria tinggi dengan ketuntasan klasikal 87,5%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dengan implementasi pendekatan pembelajaran scientific menggunakan model prolem based learning dapat meningkatkan penguasaan kompetensi pengetahuan IPS siswa kelas V SD 14 Pemecutan Denpasar Utara Tahun Ajaran 2015/2016.
Berdasarkan simpulan tersebut dapat diajukan saran sebagai berikut (a) kepala sekolah disarankan agar menjadikan hasil penelitian ini sebagai salah satu refrensi atau informasi dalam mengambil kebijakan yang tepat dalam upaya peningkatan kompetensi siswa di sekolah, (b) Guru sekolah dasar disarankan agar menerapkan pendekatan scientificmenggunakan model problem based learning dalam pembelajaran di kelas sebagai salah satu solusi untuk meningkatkan penguasaan kompetensi pengetahuan IPS, (c) Peneliti lain hendaknya dapat menjadikan hasil penelitian ini sebagai refrensi awal untuk melakukan penelitian lebih lanjut dalam ruang lingkup lebih luas dengan memperhatikan kendala-kendala yang 9
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
dialami sebagai bahan pertimbangan untuk perbaikan dan penyempurnaan pelaksanaan penelitian. DAFTAR PUSTAKA Agung, A. A. Gede2010. Metodelogi Penelitian Pendidikan. Singaraja:UNDIKSHA Singaraja. .......,
2012. Metodelogi Penelitian Pendidikan. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha.
.......,
2014. Metodelogi Penelitian Pendidikan. Malang:Aditya Media Publising.
Arends, L. Richard. 2008. Learning to Teach. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Arikunto, Suharsimi.2011. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara. Daryanto. 2014. Pendekatan pembelajaran scientific. Yogyakarta: Gava Media Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar Dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: KENACANA.
10