MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) DALAM PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) di MTs
Oleh: Dra. Siti Rokhanah, MAg Widyaiswara Madya Balai Diklat Keagamaan Semarang e-mail :
[email protected] ABSTRAK: Menurut Permendiknas RI No. 41 Tahun 2007 tentang Standar Pross bahwa dalam penyelenggaraan pendidikan diperlukan guru yang mengembangkan potensi dan kreativitas peserta didik. Untuk mencapai maksud tersebut diatas diperlukan pemahaman dan ketrampilan guru terhadap strategi pembelajaran. Dalam konteks pembelajaran, strategi dapat dikatakan sebagai pola umum yang berisi rentetan kegiatan yang dapat dijadikan pedoman agar kompetensi sebagai tujuan pembelajaran dapat tercapai secara optimal.(Oumar Hamalik, 2005) . Mmenurut Dick dan Carey (1978) menyebutkan bahwa terdapat komponen strategi pembelajaran, yaitu (1) kegiatan pembelajaran pendahuluan, (2) penyampaian informasi, (3) partisipasi peserta didik, (4) tes, dan (5) kegiatan lanjutan. Banyak strategi pembelajaran yang telah diajukan para ahli psikologi belajar dan ahli pendidikan, termasuk untuk pembelajaran ilmu pengetahuan sosial (IPS). Salah satu model pengajaran interaktif yang berpusat pada siswa menurut Arends dalam bukunya Learning To Teach, adalah Problem Based learning yang selanjutnya disebut (PBL) atau Problem Based Model of Instruction (PBI). Model tersebut tepat dipilih untuk pembelajaran IPS. Kata Kunci: Strategi Pembelajaran, Model Problem Based learning, Pembelajaran IPS
1
2
A. PENDAHULUAN
Tugas pendidikan di madrasah adalah mengarahkan peserta didik berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah. Salah satu komponen penting upaya mewujudkan tujuan tersebut adalah meningkakan kompetensi sumber daya manusia (SDM) di madrasah. Untuk meningkakan kompetensi sumber daya manusia (SDM) di madrasah salah satunya adalah guru. Hal ini sesuai dengan prinsip pendidikan yang tertuang dalam Standar Proses Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, bahwa dalam penyelenggaraan pendidikan diperlukan guru yang mengembangkan potensi dan kreativitas peserta didik. Pelaksanaan
pembelajaran
mengimplementasikan
strategi
IPS
membutuhkan
pembelajaran
agar
ketrampilan
mampu
guru
dalam
menjembatani
untuk
meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran ilmu pengetahuan sosial (IPS) B. Uraian
Materi
1. Strategi Pembelajaran a. Pengertian Srategi Pembelajaran Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian strategi ada dua, yaitu (1) ilmu dan seni menggunakan sumber daya bangsa untuk melaksanakan kebijaksanaan tertentu dalam perang dan damai, (2) rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus.
Oemar Hamalik mengatakan bahwa
strategi pembelajaran adalah keseluruhan metode dan prosedur yang menitik beratkan pada kegiatan siswa pada kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan tertentu. (Oemar Hamalik 2005). Menurut pendapat Dick dan Carry dalam Hamzah B. Uno. menjelaskan bahwa strategi pembelajaran terdiri atas seluruh komponen
3
materi pembelajaran dan prosedur atau tahapan kegiatan belajar yang digunakan oleh guru dalam rangka membantu peserta didik mencapai tujuan pembelajaran tertentu. Selanjutnya Gropper mengatakan bahwa strategi pembelajaran merupakan pilihan atas berbagai jenis latihan tertentu yang sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Ia menegaskan bahwa, setiap tingkah laku yang diharapkan dicapai oleh peserta didik dalam kegiatan belajarnya, harus dapat dipraktekkan. Istilah strategi banyak digunakan dalam militer untuk ‘memilih, menyusun dan memobilisasi segala cara, sarana dan tenaga untuk mencapai sasaran’. Istilah Strategi Belajar Mengajar diperkenalkan pada PPSI (Program Pengembangan Sistem Instruksional) saat Kurikulun ’75 diberlakukan. Dalam konteks pembelajaran, strategi dapat dikatakan sebagai pola umum yang berisi rentetan kegiatan yang dapat dijadikan pedoman agar kompetensi sebagai tujuan pembelajaran dapat tercapai secara optimal. b. Komponen Strategi Pembelajaran menurut Dick dan Carey (1978) menyebutkan bahwa terdapat komponen strategi pembelajaran, yaitu (1) kegiatan pembelajaran pendahuluan, (2) penyampaian informasi, (3) partisipasi peserta didik, (4) tes, dan (5) kegiatan lanjutan. c. Kriteria Permilihan Strategi Pembelajaran Hamzah Uno menyatakan bahwa pemilihan strategi pembelajaran hendaknya berdasarkan kriteria sebagai berikut: (1) Orientasi strategi pada tugas pembelajaran, (2) relevan dengan isi materi pelajaran, (3) metode dan teknik yang digunakan, (4) media pembelajaran yang digunakan dapat merangsang indera peserta didik secara simultan.
4
d. Kriteria Permilihan Strategi Pembelajaran Hamzah Uno menyatakan bahwa pemilihan strategi pembelajaran hendaknya berdasarkan kriteria sebagai berikut: (1) Orientasi strategi pada tugas pembelajaran, (2) relevan dengan isi materi pelajaran, (3) metode dan teknik yang digunakan, (4) media pembelajaran yang digunakan dapat merangsang indera peserta didik secara simultan. 2. Model Problem Based learning (PBL)
a. Pengertian Model Problem Based learning (PBL) Model Problem Based learning (PBL) atau pembelajaran berbasis masalah adalah, metode mengajar dengan fokus pemecahan masalah yang nyata, proses dimana peserta didik melaksanakan kerja kelompok, umpan balik, diskusi, yang dapat berfungsi sebagai batu loncatan untuk investigasi dan penyelidikan dan laporan akhir. Dengan demikian peserta didik didorong untuk lebih aktif terlibat dalam materi pelajaran dan mengembangkan keterampilan berpikir kritis (Arends, 2008). b. Dukungan Teoritis Problem Based Learning (PBL) Teori-teori konstruktivis tentang belajar, yang menekankan pada kebutuhan pelajar untuk menginvestigasi lingkungannya dan mengkonstruksikan pengetahuan yang secara personal berarti, memberikan dasar teoritis untuk PBL. John Dewey dalam Democrazy and Education (1916) mendeskripsikan pandangan tentang pendidikan dengan sekolah sebagai cermin masyarakat yang lebih besar dan kelas menjadi laboratorium penyelidikan dan mengatasi masalah kehidupan nyata. 1 Selain John Dewey Para Psikolog Eropa seperti Jien Piaget dan Lev Vigotsky banyak memberikan dukungan teoritis Problem Based Learning (PBL). Mereka berpendapat bahwa anak memiliki sifat bawaan ingin tahu dan terus memahami 1
Ibid., hlm. 46-47.
5
dunia
disekitarnya.
Pengalamannya
ini
akan
mengkonstruksi
dibenaknya
representasi-representasi tentang yang mereka alami. Ketika umur mereka bertambah dan semakin banyak mendapat kapasitas bahasa dan ingatan representasi mereka tentang dunia lebih rumit dan abstrak. Kebutuhan anak untuk memahami lingkungannya memotivasi mereka untuk menginvestigasi dan mengkonstruksikan teori yang menjelaskannya Menurut Vigotsky seorang psikolog Rusia yang
percaya bahwa intelek
berkembang ketika individu menghadapi pengalaman baru dan membingungkan dan ketika mereka berusaha mengatasi diskrepansi yang timbul dari pengalamanpengalaman baru itu. Dalam usaha menemukan pemahaman ini, individu menghubungkan
pengetahuan
baru
dengan
pengetahuan
sebelumnya
dan
mengkonstruksikan makna baru. Vigotski percaya bahwa interaksi sosial dengan orang lain memacu mengkonstruksikan ide – ide baru dan meningkatkan perkembangan intelektual pelajar. Salah satu ide kunci Vigotski adalah konsepnya tentang zon of proximal development. Menurutnya pelajar memiliki dua tingkat perkembangan yang berbeda yaitu tingkat perkembangan aktual dan tingkat perkembanggan konseptual. Tingkat perkembangan potensial adalah tingkat yang dapat difungsikan atau dicapai oleh individu dengan bantuan orang lain misalnya guru, orang tuanya atau temannya. Zona yang terletak diantara zona tingkat perkembangan aktual dan tingkat perkembanggan konseptual dinamakan zon of proximal development.
6
c.
Karakteristik Problem Based Learning (PBL) atau Model Pembelajaran Berbasis Masalah. Karakteristik sebagai berikut: (1) driving question or problem, (2) interdisciplinary focus, (3) authentic investigation, (4) production of artifacts and exhibits, and (5) collaboration. Problem Based Learning (PBL)/ Model Pembelajatan Berbasis Masalah mengorganisasikan pengajaran di seputar pertanyaan dan masalah yang penting secara sosial dan bermakna secara personal bagi siswa. Masalah yang diinvestigasi dipilih karena solusinya menuntut siswa untuk menggali banyak subjek. Investigasi autentik yang berusaha menemukan solusi riil untuk masalah riil. Peserta didik harus menganalisis dan menetapkan masalahnya, mengembangkan hipotesis dan membuat prediksi, mengumpulkan dan menganalisis informasi, melaksanakan eksperimen (bilamana mungkin), membuat inferensi, dan menarik kesimpulan. Hasil investigasi berbentuk produksi artefak dan exhibit dari mengkonstruksi yang menjelaskan atau merepresentasikan solusi mereka. Produk itu bisa berbentuk debat bohong-bohongan, bisa berbentuk laporan, model fisik, video, atau program komputer. Artefak dan exhibit
yang
nanti
akan
dideskripsikan,
dirancang
oleh
siswa
untuk
mendemonstrasikan kepada orang lain apa yang telah mereka pelajari dan memberikan alternatif yang menyegarkan untuk makalah wajib atau ujian tradisional. Kolaborasi
atau kerja sama memberikan motivasi untuk keterlibatan secara
berkelanjutan dalam tugas-tugas kompleks dan meningkatkan kesempatan untuk berdialog bersama, dan untuk mengembangkan berbagai keterampilan sosial. d. Tujuan Problem Based Learning (PBL)/ Model Pembelajaran Berbasis Masalah Problem Based Learning (PBL)/ Model Pembelajatan Berbasis Masalah dirancang terutama untuk membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir, ke-
7
terampilan menyelesaikan masalah, keterampilan intelektualnya,
mempelajari
peran-peran orang dewasa lainnya melalui berbagai situasi riil atau situasi yang disimulasikan, dan menjadi pelajar yang mandiri dan otonomi. Menurut pendapat Resnick Th 1978b dalam Arends tentang definisi berpikir tingkat tinggi adalah bersifat non-algoritmik. Artinya jalur tindakan tidak sepenuhnya ditetapkan sebelumnya, cenderung bersifat kompleks, jalur totalnya tidak visible (secara mental) dilihat dari sudut pandang manapun, sering mendapat multiple solution, melibatkan nuanced judgment dan interpretasi, melibatkan multiple criteria (banyak criteria), kadang-kadang bertentangan satu sama lain, melibatkan selfregulation proses-proses berpikir, melibatkan imposing meaning (menentukan makna), menemukan struktur dalam sesuatu yang tampak tidak beraturan dan bersifat efforful (membutuhkan banyak usaha). Problem Based Learning (PBL)/ Model Pembelajatan Berbasis Masalah merupakan model pembelajaran yang menggunakan metode bermain peran juga dirancang untuk “Simulasi Sosial” yang bertujuan merangsang berbagai bentuk belajar, seperti belajar tentang persaingan (kompetisi), kerja sama, empati, sistem sosial, konsep, keterampilan, kemampuan berpikir kritis, pengambilan keputusan, dan lain-lain. Namun demikian, simulasi agak berbeda dengan model-model lain. Simulasi telah diterapkan dalam pendidikan lebih dari tiga puluh tahun. 3. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Madrasah Tsanawiyah a. Pengertian Menurut kurikulum pendidikan dasar Pengetahuan sosial adalah mata pelajaran yang mempelajari kehidupan sosial yang didasarkan pada bahan kajian geografi, ekonomi, sosiologi, antropologi, tata negara dan sejarah.
8
Menurut Kosasih Djahiri (1980: 6)
Ilmu pengetahuan Sosial juga
membahas hubungan antara manusia dengan lingkungannya. Lingkungan masyarakat dimana anak didik tumbuh dan berkembang sebagai bagian dari masyarakat, dihadapkan pada berbagai permasalahan yang ada dan terjadi dilingkungan sekitarnya. Pendidikan IPS membantu peserta belajar dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi sehingga akan menjadikannya semakin mengerti dan memahami lingkungan sosial masyarakatnya. Menurut pendapat Numan Sumantri, Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) bertujuan mengembangkan potensi peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa kehidupan masyarakat. b. Karakteristik mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Menurut Numan Sumantri Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan gabungan dari
unsur-unsur
geografi,
sejarah,
ekonomi,
hukum
dan
politik,
kewarganegaraan, sosiologi, bahkan juga bidang humaniora, pendidikan dan agama. Sedangkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS berasal dari struktur keilmuan geografi, sejarah, ekonomi, dan sosiologi, yang dikemas sedemikian rupa sehingga menjadi pokok bahasan atau topik (tema) tertentu. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS juga menyangkut berbagai masalah sosial yang dirumuskan dengan pendekatan interdisipliner dan multidisipliner. c. Tujuan Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
9
Tujuan utama pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) menurut Awan Mutakin yang dikutip dalam Model Pembelajaran IPS terpadu ialah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa masyarakat. Dari rumusan tujuan tersebut dapat dirinci sebagai berikut, Memiliki kesadaran dan kepedulian terhadap masyarakat atau lingkungannya, melalui pemahaman terhadap nilai-nilai sejarah dan kebudayaan masyarakat; (2) Mengetahui dan memahami konsep dasar dan mampu menggunakan metode yang diadaptasi dari ilmu-ilmu sosial yang kemudian dapat digunakan untuk memecahkan masalah-masalah sosial; (3) Mampu menggunakan model-model dan proses berpikir serta membuat keputusan untuk menyelesaikan isu dan masalah yang berkembang di masyarakat; (5) Menaruh perhatian terhadap isu-isu dan masalah-masalah sosial, serta mampu membuat analisis yang kritis, selanjutnya mampu mengambil tindakan yang tepat; (5) Mampu mengembangkan berbagai potensi sehingga mampu membangun diri sendiri agar survive yang kemudian bertanggung jawab membangun masyarakat. Menurut Hamid Hasan tujuan pembelajaran IPS adalah sebagai berikut: (1) Mengembangkan aspek Kognitif. Pengetahuan dan pemahaman adalah tujuan pendidikan yang paling dasar. Pengetahuan berhubungan dengan daya ingat seseorang. Apa yang dibaca, didengar atau dilihat seseorang disimpan dalam ingatan kemudian dipanggil kembali dalam keadaan belum/tidak terolah maka ia akan menjadi pengetahuannya sedangkan pemahaman menuntut suatu proses yang lebih lanjut. Pemahaman menuntut adanya proses pengolahan informasi.
10
Pemahaman terhadap istilah, peristiwa, konsep, generalisasi, teori dan sebagainya menjadi suatu yang dapat dihubungkan dengan pengetahuan sebelumnya. Maka pemahaman
terhadap
Pemahaman
terhadap
istilah,
peristiwa,
konsep,
generalisasi, teori dan sebagainya dapat dirumuskan dengan bahasanya sendiri. Dapat
dikatakan
seseorang
paham
terhadap
informasi
kalau
mampu
menghubungkan informasi baru dengan informasi yang sudah dimiliki sebelumnya. (2) Ketrampilan Berpikir.Pentingnya berpikir dalam ilmu sosial menjadikan peserta didik mampu mengolah apa yang dibacanya, dibahasnya ataupun dilihatnya sehingga ia mampu menemukan makna bagi dirinya. Seseorang yang mampu melakukan analisis mungkin saja akan dapat menentukan mana yang baik dan mana yang tidak baik selanjutnya punya kesempatan mengembangkan pikiran baru tentang apa yang dipelajarinya. Tujuan pendidikan ilmu sosial untuk ketrampilan kognitif adalah sebagai berikut: (1) Menggunakan teori/generalisasi untuk menjelaskan fenomena (2) Mengumpulkan informasi dari berbagai sumber informasi (3) Memilah-milah informasi atas berbagai kategori (4) Menyimpulkan pikiran pokok suatu informasi (5) Menentukan dasar hubungan antara satu informasi dengan informasi lainnya (6) Menentukan faliditas suatu informasi (7) Menggunakan langkah-langkah prosedur penelitian (8) Menggunakan suatu hukum tertentu (9) Menggunakan berbagai sumber menarik generalisasi (10) Mempertahankan pendapat berdasarkan data (11) Mengembangkan berbagai alternative (12) Menarik kesimpulan dari berbagai pendapat dan (13) Memecahkan masalah.
11
(3). Mengembangkan aspek
Afektif. Afektif adalah tujuan yang
berkenaan dengan sikap, nilai dan moral. Dalam pembelajaran ilmu sosial sikap, nilai dan moral yang dapat dikembangkan adalah: (1) Pengetahuan dan pemahaman tentang nilai dan moral yang berlaku dalam masyarakat seperti religiusitas, penghormatan terhadap keteladanan, prestasi, sifat kepedulian sosial, menghormati orang tua, kepedulian terhadap tetangga, (2) Toleransi, (3) Kerjasama/Gotong royong dan (4) hak azazi manusia. 1) Mengembangkan tujuan konatif. Konatif adalah kualitas yang menunjukkan bahwa seseorang tidak hanya memiliki pengetahuan dan pemahaman, kemampuan koqnitif tinggi, sikap,nilai dan moral tetapi ia juga memiliki keinginan untuk melaksanakan dan membuktikannya dalam kehidupan sehari-hari. Tujuan konatif dalam ilmu sosial antara lain: (1) sikap dan kehidupan yang teligius, (2) melaksanakan tugas-tugas sosial, (3) melaksanakan tanggung jawab pribadi, (3) bekerja keras, (4) bekerja dengan jujur, (4) kemampuan dan kemauan beradaptasi. D. Contoh Aplikasi PBL dalam Pembelajaran IPS SATUAN PENDIDIKAN MATA PELAJARAN KELAS ALOKASI WAKTU
: : : :
MTs ILMU PENGETAHUAN SOSIAL VIII 4 X 45 MENIT (2 X PERTEMUAN)
1. Kompetensi Dasar - Mendeskripsikan peristiwa-peristiwa sekitar proklamasi dan proses terbentuknya negara kesatuan Republik Indonesia serta menjelaskan proses persiapan kemerdekaan Indonesia
12
- Mendeskripsikan pranata sosial dalam kehidupan masyarakat, Mendeskripsikan upaya pengendalian dan penyimpangan sosial - Mendeskripsikan permasalahan angkatan kerja dan tenaga kerja sebagai sumber daya dalam kegiatan ekonomi, serta peranan pemerintah dalam upaya penanggulangannya 2. Indikator -
Mengidentifikasi permasalahan: -
Melemahnya kepedulian generasi muda mempertahankan negara kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang telah diperjuangkan oleh para pahlawan negara menjelang proklamasi Kemerdekaan RI berbagai penyakit sosial sebagai akibat penyimpangan sosial dalam masyarakat, dan upaya pencegahannya.
- Berbagai penyakit sosial sebagai akibat penyimpangan sosial dalam masyarakat, dan upaya pencegahannya. - Tenaga kerja sebagai sumber daya dalam kegiatan ekonomi, serta peranan pemerintah dalam upaya penanggulangannya -
Melakukan penyelidikan sederhana: - kepedulian generasi muda mempertahankan negara kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang telah diperjuangkan oleh para pahlawan negara menjelang proklamasi Kemerdekaan RI berbagai penyakit sosial sebagai akibat penyimpangan sosial dalam masyarakat, dan upaya pencegahannya. - berbagai penyakit sosial sebagai akibat penyimpangan sosial dalam masyarakat, dan upaya pencegahannya. - tenaga kerja sebagai sumber daya dalam kegiatan ekonomi, serta peranan pemerintah dalam upaya penanggulangannya
-
Menulis laporan sederhana hasil penyelidikan: - kepedulian generasi muda mempertahankan negara kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang telah diperjuangkan oleh para pahlawan negara menjelang proklamasi Kemerdekaan RI berbagai penyakit sosial sebagai akibat penyimpangan sosial dalam masyarakat, dan upaya pencegahannya. - berbagai penyakit sosial sebagai akibat penyimpangan sosial dalam masyarakat, dan upaya pencegahannya. - tenaga kerja sebagai sumber daya dalam kegiatan ekonomi, serta peranan pemerintah dalam upaya penanggulangannya
13
-
Mempresentasikan hasil penyelidikan: -
kepedulian generasi muda mempertahankan negara kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang telah diperjuangkan oleh para pahlawan negara menjelang proklamasi Kemerdekaan RI berbagai penyakit sosial sebagai akibat penyimpangan sosial dalam masyarakat, dan upaya pencegahannya.
- berbagai penyakit sosial sebagai akibat penyimpangan sosial dalam masyarakat, dan upaya pencegahannya. - tenaga kerja sebagai sumber daya dalam kegiatan ekonomi, serta peranan pemerintah dalam upaya penanggulangannya -
Mendemonstrasikan debat mencari solusi: - melemahnya kepedulian generasi muda mempertahankan negara kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang telah diperjuangkan oleh para pahlawan negara menjelang proklamasi Kemerdekaan RI berbagai penyakit sosial sebagai akibat penyimpangan sosial dalam masyarakat, dan upaya pencegahannya. - berbagai penyakit sosial sebagai akibat penyimpangan sosial dalam masyarakat, dan upaya pencegahannya. - masalah tenaga kerja sebagai sumber daya dalam kegiatan ekonomi, serta peranan pemerintah dalam upaya penanggulangannya
-
Memajang hasil karya laporan/ gambar/foto hasil penyelidikan: - kepedulian generasi muda mempertahankan negara kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang telah diperjuangkan oleh para pahlawan negara menjelang proklamasi Kemerdekaan RI berbagai penyakit sosial sebagai akibat penyimpangan sosial dalam masyarakat, dan upaya pencegahannya. - berbagai penyakit sosial sebagai akibat penyimpangan sosial dalam masyarakat, dan upaya pencegahannya. - tenaga kerja sebagai sumber daya dalam kegiatan ekonomi, serta peranan pemerintah dalam upaya penanggulangannya
14
DAFTAR PUSTAKA Arends, R., Clasroom Instruction and Management, New York: Mc Graw-Hill Companies, 1987. __________, Learning To Teach, Terj. Belajar Untuk Mengajar, Buku 1, Terj. Helly Prajitno Soetjipto,MA dan Dra. Sri Mulyantini Sutjipto, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2008. _________, Learning To Teach, Buku 2, Terj. Belajar Untuk Mengajar, Terj. Helly Prajitno Soetjipto,MA dan Dra. Sri Mulyantini Sutjipto, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2008. A. Kosasih, Djahiri, Pengajaran Studi Sosial/IPS (Dasar-dasar Pengertian, Metodoogi, Model Belajar-Mengajar IPS), Bandung: LPPIPS FKIPS IKIP, 1983. Azis, Wahab A, Metode dan Model-model Mengajar Ilmu Pengetahuan Sosial, Bandung: Alfabeta, 2007. Azra Azyumardi, Pendidikan Islam Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium baru, Jakarta: Kalimah, 2001. Depdiknas, Kurikulum Berbasis Kompetensi, Jakarta: Balitbang Depdiknas, 2002. ------------, StandarNasional Pendidikan, Jakarta: Peraturan Pemerintah No.19 Tahun 2005. ------------, Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah, Jakarta: Badan Standar Nasional Pendidikan, 2006. --------, Panduan Pengembangan Silabus Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Jakarta, Puslitbang dan Puskur, Tahun 2006. ------------, Standar Isi, Jakarta: Permendiknas No 22 Tahun 2006. ------------, Standar Kompetensi Lulusan, Jakarta: Permendiknas No. 23 Tahun 2006. ------------, Pelaksanaan Standar isi dan Standar Kompetensi Lulusan, Jakarta: permendiknas No. 24 Tahun 2006. ------------, Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, Jalarta: Permendiknas RI No. 41 Tahun 2007 Badan Standar Nasional Pendidikan, Tahun 2007. Bank, James A, Teaching Strategis for the Social Studies, California: Addison-Wesley Pub. Co., 1977.
15
Bloom, et al., Taxonomi of. Education Objectives: The Classification of Educational Goals, New York: McKay, 1956. Oumar Hamalik, Proses Belajar Mengajar Jakarta: Bumi Aksara, 2005