IMPLEMENTASI MODEL HOMESCHOOLING DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR ANAK DI KOMUNITAS BELAJAR IMAM AN-NAWAWI DEPOK
Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
Di Susun Oleh: SUSANTI ARYANI NIM. 1810011000011
PROGRAM PENINGKATAN KUALIFIKASI AKADEMIK JENJANG S1 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2015
ABSTRAK SUSANTI ARYANI (1810011000011). Implementasi Model Homeschooling dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Anak di Komunitas Belajar Imam An-Nawawi Depok. Skripsi. Jurusan Program Peningkatan Kualifikasi Akademik Jenjang S1 Program Studi Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Penelitian ini dilaksanakan dengan dilatarbelakangi oleh adanya tingkat motivasi anak dalam belajar yang masih rendah di sekolah formal. Homeschooling adalah suatu proses pendidikan yang diselenggarakan oleh keluarga sendiri terhadap anggota keluarganya yang masih usia sekolah, dengan memilih model/kurikulum yang sesuai dengan gaya belajar anak. Sehingga motivasi belajar pun memegang peranan penting dalam memberikan gairah dan semangat belajarnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah implementasi model homeschooling dapat meningkatkan motivasi belajar anak di Komunitas Belajar Imam An-Nawawi Depok Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dalam bentuk studi kasus. Data diperoleh dari Komunitas Belajar Imam An-Nawawi Depok. Sedangkan Pengumpulan data diperoleh dengan metode wawancara, observasi. dan dokumentasi. Instrumennya yaitu peneliti sendiri dan pedoman pengumpulan data. Keabsahan data dengan perpanjangan keikutsertaan peneliti, dan ketekunan pengamatan. Analisis data dalam penelitian ini berproses secara induksi-interpretasi-konseptualisasi. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa Komunitas Belajar Imam AnNawawi Depok telah mengimplementasikan Model Homeschool Montessori (unit pembelajaran/unit studies) dipadukan dengan penanaman ajaran-ajaran Islami bagi anak. Homeschooling komunitas Imam An-Nawawi Depok juga mengimplemantasikan kurikulum nasional, Dimana kurikulum Nasional berfokus pada enam mata pelajaran utama yang diujikan pada Ujian Negara Paket Kesetaraan. Serta merupakan jenis Homeschooling Komunitas tanpa melupakan minat dan kebutuhan anak seusianya, sehingga anak pun dapat termotivasi belajarnya. Adapun faktor penunjang: Fasilitas belajar mengajar yang lebih baik dan ruang gerak sosialisasi anak semakin luas, Adanya kebutuhan yang sama antara orang tua (pengajar) dan anak untuk membuat struktur yang lebih lengkap dalam meyelenggarakan aktivitas pendidikan, Orang tua (pengajar) akan lebih banyak mendapatkan dukungan karena masing-masing dapat mengambil tanggung jawab dalam skala yang lebih besar, Anak bisa belajar dari sumber manapun yang dapat dipelajarinya. Dari hasil penelitian didapat bahwa setelah mengimplementasikan model homeschooling pada Komunitas Belajar homeschooling An-Nawawi Depok, telah terjadi peningkatan motivasi belajar siswa, dimana para siswa telah mampu mengalami peningkatan-peningkatan dalam kegiatan dan pencapaian hasil belajarnya dan anak tidak merasa jenuh. Kebutuhan dan pola belajar anak disesuaikan dengan keinginan orang tua dan anak dalam belajar, sehingga proses pembelajaran berlangsung dengan nyaman, menyenangkan,dan fleksibel.
iv
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah mencurahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penyusunan skripsi dengan judul “Implementasi
Model Homeschooling dalam meningkatkan Motivasi Belajar Anak di Komunitas Belajar Imam An-Nawawi Depok” sebagai syarat untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan Islam Jurusan Program Peningkatan Kualifikasi Akademik Jenjang S1
Program Studi Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta dapat terselesaikan. Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan, dorongan dan bimbingan dari berbagai pihak, oleh karena itu dengan penuh kerendahan hati penulis ucapkan banyak terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1.
Bapak Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Jakarta Syarif Hidayatullah, Jakarta.
2.
Dr. H. Abdul Majid Khon, M. Ag, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam Universitas Islam Jakarta Syarif Hidayatullah, Jakarta.
3.
Ibu Dr. Sururin, M.Ag, selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.
4.
Bapak Ust. Saiful Lc, selaku Kepala Sekolah Homeschooling sekolah komunitas Imam An-Nawawi Depok, beserta seluruh dewan guru dan stafnya, yang telah banyak membantu dalam perizinan dan pelaksanaan penelitian ini.
5.
Suami tercinta, Mufti Hidayat yang selalu memberikan dukungan baik moril maupun materil, serta anak-anakku tersayang Reyhan Kamil Hidayat, Muhammad Azmi Ramadhan, Humayra Kamilia Hidayat, dan Surya Jihad Hidayatullah yang selalu memberikan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini
6.
Orang tua tercinta, ayah Santosa dan ibunda Kasminah yang selalu memberikan do’a tulus ikhlas tiada henti kepada anaknya.
v
7.
Adik-adikku tercinta Agung Budiyati,dan Rudi Adfandi yang selalu memotivasi kakaknya tiada henti.
8.
Semua pihak yang telah banyak memberikan masukan dan arahan yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu demi terselesaikannya skripsi ini. Semoga Allah SWT membalas segala jasa dan amal baik kepada semua
pihak yang telah membantu peneliti dengan balasan yang berlipat ganda. Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, namun peneliti berharap dapat bermanfaat bagi berbagai pihak.
Jakarta, Juni 2015
Susanti Aryani
vi
DAFTAR ISI halaman
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI..............................................................
i
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ...................................................
ii
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI.................................................
iii
ABSTRAK .......................................................................................................
iv
KATA PENGANTAR .....................................................................................
v
DAFTAR ISI ....................................................................................................
vii
DAFTAR TABEL ............................................................................................
x
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................
xi
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah .......................................................................
1
B. Identifikasi Masalah .............................................................................
8
C. Pembatasan Masalah ............................................................................
8
D. Perumusan Masalah .............................................................................
8
E. Tujuan Penelitian .................................................................................
9
F. Manfaat Penelitian ...............................................................................
9
BAB II KAJIAN TEORETIK ..........................................................................
10
A. Hakikat Homeschooling ....................................................................
10
1. Pengertian Homeschooling .........................................................
10
2. Sejarah Homeschooling di Indonesia ..........................................
14
3. Faktor-Faktor Pemicu Memilih Homeschooling.........................
17
4. Tujuan Homeschooling ...............................................................
18
5. Kurikulum, Materi, Metode, serta Sistem Evaluasi pada Homeschooling............................................................................
19
6. Jenis Homeschooling...................................................................
21
7. Model Homeschooling ................................................................
22
8. Kelebihan dan Kekurangan Homeschooling ...............................
24
9. Kiat-Kiat Melaksanakan Homeschooling ...................................
26
vii
B. Hakikat Motivasi Belajar ..................................................................
27
1. Pengertian Motivasi Belajar ........................................................
27
2. Teori-Teori tentang Motivasi ......................................................
30
3. Penggolongan Motivasi ...............................................................
31
4. Fungsi Motivasi dalam Belajar ...................................................
33
5. Kiat-kiat untuk Meningkatkan Motivasi Belajar.........................
33
6. Indikator – Indikator Motivasi Belajar Siswa .............................
35
BAB III METODOLOGI PENELITIAN.........................................................
37
A. Metode Penelitian ............................................................................
37
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ...........................................................
38
C. Variabel Penelitian dan Indikator Variabel .....................................
38
D. Sumber Data ....................................................................................
39
E. Teknik Pengumpul Data ..................................................................
39
F. Tehnik Pengelolaan dan Analisis Data ............................................
42
BAB IV HASIL PENELITIAN .......................................................................
43
A.
Latar Belakang Objek Penelitian ...................................................
43
1. Gambaran Usmum Komunitas Homeschooling Imam An-Nawawi Depok...................................................................
43
2. Visi dan Misi serta Tujuan Sekolah .........................................
44
3. Fasilitas, Sarana dan Prasarana Komunitas Belajar Imam AnNawawi Depok .........................................................................
44
4. Struktur Organisasi Komunitas Belajar Imam An-Nawawi Depok .......................................................................................
45
5. Keadaan Guru dan Siswa di Komunitas Belajar Imam
B.
An-Nawawi Depok...................................................................
46
Paparan Data Hasil Penelitian ........................................................
47
1. Implementasi Model Homeschooling di Komunitas Belajar Imam An-Nawawi ....................................................................
47
2. Model dan Jenis Homeschooling yang Diterapkan ..................
48
3. Tujuan Melaksanakan Model Homeschooling .........................
51
viii
4. Kurikulum dan Materi Pembelajaran Homeschooling yang Diterapkan ................................................................................
52
5. Metode Pembelajaran Homeschooling.....................................
55
6. Sistem Evaluasi Implementasi Model Homeschooling ............
57
7. Faktor Penunjang dalam Implementasi Model Homeschooling
62
8. Faktor Penghambat dalam Implementasi Model Homeschooling 65 9. Upaya Mengatasi Hambatan pada Implementasi Model
C.
Homeschooling dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Anak
67
Pembahasan ....................................................................................
69
1. Model dan Jenis Homeschooling yang diterapkan ...................
71
2. Tujuan Melaksanakan Model Homeschooling .........................
72
3. Kurikulum dan Materi Pembelajaran Homeschooling yang Diterapkan ................................................................................
73
4. Metode Pembelajaran Homeschooling.....................................
74
5. Sistem Evaluasi Implementasi Model Homeschooling ............
74
6. Faktor Penunjang Implementasi Model Homeschooling dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Anak .....................................
75
7. Faktor Penghambat Dalam Implementasi Model Homeschooling 79 8. Upaya Mengatasi Hambatan pada Implementasi Model Homeschooling.........................................................................
80
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...........................................................
81
A. Kesimpulan .........................................................................................
81
B. Saran ...................................................................................................
82
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................
84
LAMPIRAN .............................................................................................
86
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
ix
DAFTAR TABEL 1. Tabel 1 Jumlah keadaan Siswa di Komunitas Belajar Imam An-Nawawi Depok..................................................................................................
x
46
DAFTAR GAMBAR 1. Gambar 1 Struktur Organisasi Komunitas Belajar Imam An-Nawawi Depok..................................................................................................
xi
45
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pendidikan yang diselenggarakan di Indonesia merupakan realisasi dari salah satu didirikannya Negara Indonesia, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam upaya mencerdaskan kehidupan itulah diselenggarakan pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa. Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi
dirinya
untuk
memiliki
kekuatan
spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlakukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.1 Oleh karena itu, pendidikan memegang peranan penting dalam mewujudkan pembangunan bangsa. Melalui pendidikan akan lahir manusia-manusia yang mampu memberikan sumbangan pada negara dengan potensi dan bakat yang dimiliki. Penyelenggaraan
pendidikan
dalam
mendorong
pemberdayaan
masyarakat dengan memperluas partisipasi masyarakat dalam pendidikan dengan meliputi peran serta perorangan, kelompok, keluarga, organisasi profesi dan organisasi masyarakat dalam penyelenggaraan pengendalian mutu pelayanan pendidikan. Sebab pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara pemerintah, masyarakat dan keluarga. Dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dicantumkan bahwa: “Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa serta akhlak mulia dalam bangsa yang diatur dengan undang-undang”.2
1
Hasbullah, Dasar-dasar Pendidikan, (Jakarta:PT Raja Grafindo Persada, 2005), h. 4 Undang-Undang Republik Indonesia No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, h.1 2
1
2
Dari ketentuan pemerintah tentang sistem pendidikan nasional di atas, maka terdapat peran pemerintah dalam membentuk suatu badan hukum pendidikan sehingga semua penyelenggara pendidikan dan atau satuan pendidikan formal baik yang didirikan oleh pemerintah maupun masyarakat harus berbentuk badan hukum pendidikan. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, belajar merupakan aktivitas yang paling utama. Ini berarti bahwa keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung pada bagaimana proses belajar dapat berlangsung secara efektif dan menyenangkan sehingga mewujudkan tujuan pendidikan. Banyak faktor yang mempengaruhi tercapainya tujuan pendidikan baik faktor dari siswa maupun dari pihak sekolah. Salah satu faktor yang berasal dari diri siswa yaitu motivasi belajar yang rendah. Dalam belajar motivasi memegang peranan yang penting. Motivasi yang dimiliki siswa akan menentukan hasil yang dicapai dari aktivitas pembelajaran. Motivasi untuk belajar merupakan kondisi psikis yang dapat mendorong seseorang untuk belajar. Besarnya motivasi setiap siswa dalam belajar berbeda-beda. Tinggirendahnya motivasi siswa tergantung pada faktor-faktor dari siswa itu sendiri, baik dari faktor intrinsik maupun ekstrinsik. Motivasi dalam diri anak akan tumbuh apabila anak tahu dan menyadari bahwa yang akan dipelajari bermakna atau bermanfaat. Menurut M. Dalyono bahwa keadaan sekolah tempat belajar turut mempengaruhi
tingkat
keberhasilan
belajar,
kualitas
guru,
metode
mengajarnya, kesesuaian kurikulum dengan kemampuan anak, keadaan fasilitas/perlengkapan disekolah, keadaan ruangan, jumlah murid perkelas, pelaksanaan tata tertib sekolah dan sebagainya, semua ini turut mempengaruhi keberhasilan belajar anak.3 Oleh karena itu, Untuk dapat menghasilkan prestasi belajar yang baik tidak hanya dipengaruhi oleh faktor motivasi yang berasal dari dalam diri (intern), tetapi juga dipengaruhi oleh faktor yang berasal dari luar diri 3
III, h. 59.
M. Dalyono, Psikologi Pendidikan; Komponen MKDK, (Jakarta: Rineka Cipta, 2005), Cet.
3
(ekstern) yaitu pemilihan sekolah yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan, kondisi dan implementasinya dalam meningkatkan kualitas pendidikan anak. Orang tua tentu berupaya semaksimal mungkin memilih sekolah atau tempat belajar formal yang terbaik bagi anak-anaknya. Tidak jarang dari para orang tua memilih memasukkan anak mereka ke sekolah-sekolah favorit dan mewah demi kebutuhan pendidikan mereka. Faktor biaya bukanlah halangan bagi para orang tua, asalkan anak-dapat belajar sesuai dengan keinganan bersama. Mereka menginginkan anak-anak mereka bersemangat dan termotivasi untuk belajar dengan giat dan bersungguh-sungguh sehingga membuat bangga orangtuanya. Dari segi orang tua-pun tentu akan merasa senang melihat anak mereka belajar dengan penuh semangat dan penuh percaya diri datang dan belajar ke sekolah pilihannya. Ironisya yang terjadi di lapangan, banyak para orang tua kecewa atau kurang puas akan pelakasanaan pendidikan formal yang terjadi pada masa sekarang ini. Banyak diantara para orang tua siswa merasa pemenuhan kebutuhan pendidikannya di sekolah-sekolah formal dirasa masih kurang sesuai dengan keinginan orang tua dan anak-anaknya. Pendidikan formal yang kaku (seragam dan tidak teratur) tidak memberi kesempatan kepada peserta didik untuk memperoleh hal-hal yang disukainya untuk diajarkan lebih mendalam kepada mereka. Padahal seyogyanya pendidikan yang baik adalah yang menjadikan anak sebagai objek belajar sehingga interaksi yang terjadi tidak melulu pada guru tetapi terpusat kepada anak. Dalam sekolah formal hal tersebut belum tentu diterapkan karena banyaknya jumlah murid yang harus diajarkan. Sehingga terlihat anak merasa tidak bersemangat, kurang bergairah yang menyebabkan motivasi belajar mereka menjadi rendah. Sistem belajar di tanah air menurut sebagian para orangtua justru menambah beban bagi anak mereka. Bukan hanya hal tersebut, namun juga system pendidikan formal yang ada membuat siswa merasa bosan karena ada proses pengulangan (repetisi) mata pelajaran. Sekolah formal juga harus mencakupi target pencapaian yang hanya mementingkan nilai kognitif saja, sehingga para siswa sering berusaha mempertaruhkan apapun demi
4
memperoleh nilai yang tinggi dengan cara yang curang, misalnya menyontek. Cara belajar seperti ini justru akan menghambat cara berfikir positif dan cara mengahadapi masa dean kehidupannya. Mereka akan cenderung mencari jalan pintas dalam menyelesaikan persoalan hidup. Pendidikan formal yang ada tidak dapat dipasrahkan sepenuhnya untuk memenuhi semua keinginan para orang tua agar sekolah formal memberikan pendidikan yang berkualitas bagi anak–anaknya. Ketidaksesuaian kemauan orangtua dengan sekolah akan menimbulkan dilema berkepanjangan baginya. Sekolah yang terlalu mahal, sekolah dan guru yang tidak berkualitas, PR yang terlalu banyak, ketidak sesuaian nilai–nilai yang dianut, lingkungan sekolah yang tidak kondusif, waktu belajar yang panjang dan hal lain yang mengundang kekhawatiran orangtua sehingga enggan memasukkan anaknya ke sekolah formal. Di Indonesia terdapat tiga satuan pendidikan yang merupakan kelompok layanan penyelenggara pendidikan yang berada pada jalur formal, non formal, dan informal yang berada pada setiap jenjang dan jenis pendidikan. Satuan (jalur) pendidikan adalah wahana yang dilalui peserta didik untuk mengembangkan potensi diri dalam suatu proses pendidikan yang sesuai dengan tujuan pendidikan. Dengan dasar tersebut di atas maka dapat dikatakan bahwa sebuah proses pendidikan tidak hanya didapat di bangku sekolah atau kita sebut dengan sekolah formal saja, akan tetapi ada alternatif lain sebagai jalur pendidikan yang lebih baik dan menarik untuk dilalui oleh seorang anak demi mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan. Salah satu satuan pendidikan pada jalur informal adalah penyelenggaraan pendidikan anak di rumah atau biasa yang disebut dengan homeschooling. Alternatif pendidikan seperti homeschooling perlu dimaknai sebagai solusi atas sulitnya membebaskan sekolah formal dari praktik pengekangan terhadap hak tumbuh kembang anak secara wajar.4 4
Dani Vardiansyah, Pengantar Ilmu Komunikasi, PendekatanTaksonomi Konseptual, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2004), h.7
5
Akhir-akhir ini homeschooling semakin menjadi perhatian oleh para orang tua. Pasalnya sekolah formal selain dianggap kurang memberi perhatian besar kepada peserta didik, juga dianggap kurang efektif dan efisien dalam rangka menjawab pemenuhan kebutuhan kecerdasan siswa didik yakni spiritual, intelektual dan emosional. Homeschooling berkembang dengan banyak alasan, salah satunya pertumbuhan homeschooling banyak dipicu oleh ketidakpuasan atas sistem pendidikan di sekolah. Keadaan pergaulan di sekolah yang tidak sehat juga memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan homeschooling. Mereka memilih cara tersebut dengan alasan, dengan keragaman, latar belakang social dan profesi. Secara prinsip pemerintah juga mendukung adanya homeschooling, sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas), dalam pasal 27 ayat (1) dikatakan: “Kegiatan pendidikan informal yang dilakukan oleh keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara mandiri.”5 Lalu pada ayat (2) dikatakan bahwa: “Hasil pendidikan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diakui sama dengan pendidikan formal dan nonformal setelah peserta didik lulus ujian sesuai dengan standar nasional pendidikan.”6 Jadi secara hukum kegiatan homeschooling dilindungi oleh undang-undang. Homeschooling
merupakan
pendidikan
berbasis
rumah,
yang
memungkinkan anak berkembang sesuai dengan potensi diri mereka masingmasing. Dr. Howard Gardner, seorang peneliti di Harvard University dengan bukunya Frames of Mind, sudah menyampaikan teorinya tentang Mutiple Intelligence atau kecerdasan majemuk. Ada delapan kecerdasan yang kemungkinan akan bertambah kerena beliau terus membuat kajian dan penelitian secara intensif, yaitu: 1. Kecerdasan Linguistik, kemampuan untuk menggunakan kata-kata baik secara lisan maupun tertulis, seperti yang dilakukan para presenter, aktor, sastrawan, jurnalis dan lain-lain. 5 6
Undang-Undang Republik Indonesia No 20 tahun 2003., Op.Cit., h.8 Ibid.,h.8
6
2. Kecerdasan metematis-logis, kemampuan menggunakan angka dan penalaran secara logis, seperti yang dilakukan para akuntan, ahli matematika, ilmuwan, peneliti, programmer dan lain-lain. 3. Kecerdasan Spasial, kemampuan membuat visualisasi secara akurat bentuk bangunan, ruang dan warna, seperti pematung, arsitek, pilot dan lain-lain. 4. Kecerdasan Kinestetis, kemahiran dalam menggunakan anggota tubuh, seperti para penari, para atlet, actor dan lain-lain. 5. Kecerdasan musical, kemampuan yang berhubungan dengan bunyi nada atau suara, seperti para pemusik, penyanyi, pencipta lagu dan lain-lain. 6. Kecerdasan interpersonal, kemampuan dalam berhubungan dengan orang lain seperti para negosiator, politikus, diplomat, tenaga pemasaran dan lain-lain. 7. Kecerdasan intrapersonal, kemampuan untuk memahami diri sendiri sebagaimana para konsultan, psikolog, rohaniawan, pendidik dan lain-lain. 8. Kecerdasan Naturalis, dan lain-lain.7 Dalam perkembangan dan penelitiannya, Paul Subiyanto juga menambahkan dari ke delapan kecerdasan yang telah dikemukakan di atas, antara lain: 1. Adversity Quotient, Kecerdasan ini menyangkut kemampuan seseorang untuk tetap gigih dan tegar dalam kesulitan dan penderitaan demi cita-cita yang dianggap bernilai. 2. Existential Quontient, Kecerdasan ini menyangkut kemampuan seseorang dalam memaknai hidupnya. Suatu pemahaman diri yang mendasar bahwa keberadaannya di dunia ini ada maknanya. Manusia diciptakan bukan karena kebetulan, melainkan mengandung misi tertentu. Kesadaran ini harus dimulai dari penghargaan terhadap diri sendiri. 3. Spiritual Quotient, Kecerdasan spiritual berkaitan erat dengan kecerdasan eksistensial, keduanya bertumpu pada kesadaran bahwa kehidupan ini akan maknanya. Suatu pengakuan terhadap adanya daya transendensi yang mengatasi keterbatasan manusia, apa pun namanya.8 Dari penjelasan tentang teori multiple intelligent atau kecerdasan majemuk di atas, maka dapat kita ketahui bersama sebenarnya ada begitu
7
Paul Subiyanto, Mendidik dengan Hati, (Jakarta: Elex Media Komputindo, 2004), h.39-
8
Hidup,
40 www.balipost.com., Mengajari Anak Memaknai http://www.balipost.co.id/balipostcetak/2006/10/1/k3.html Diakses, 1 Oktober 2006
7
banyak cara untuk membuat anak-anak memahami suatu materi pelajaran. Dengan kata lain, bahwa ada berbagai cara bagi anak-anak untuk meningkatkan ilmu pengetahuan mereka yang disesuaikan dengan kebutuhan masing–masing anak. Dari teori multiple intelligent tersebut juga dapat dijelaskan bahwa anak- anak mendapat kesempatan pengembangan diri yang luar biasa, teori ini sejalan dengan kecenderungan dimana masyarakat dan dunia pendidikan yang semakin menghargai keunikan individual seorang manusia. Munculnya homescohooling merupakan bentuk kritik terhadap realitarealita negatif terutama ketidakefektifan sebagian besar proses belajar di sekolah formal, serta merupakan alternatif proses pendidikan yang memberikan
peluang
seluas-luasnya
kepada
peserta
didik
untuk
mengembangkan diri dan memiliki motivasi belajar yang lebih besar. Walaupun kenyataan di lapangan, masih banyak para orang tua yang menganggap aneh tentang ber-sekolah di rumah. Hal tersebut dikarenakan salah satunya adalah karena kurangnya implementasi model homeschooling yang digunakan dalam meningkatkan motivasi belajar anak, dan kesesuaian kebutuhan pendidikan anak. Pemilihan model homeschooling yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan dan keinginan anak, tentu menjadikan anak akan semakin termotivasi belajarnya, sehingga tujuan pendidikan dan prestasi belajar anak akan optimal. Salah satu dari banyaknya komunitas belajar homeschooling yang ada yang dipilih dalam penelitian ini yaitu Komunitas Belajar homeschooling Imam An-Nawawi Depok. Komunitas
Belajar
homeschooling
Imam
An-Nawawi
Depok
merupakan kominitas belajar homeschooling yang mengimplementasikan model homeschooling yang telah dirancang sesuai dengan kurikulum nasional. Dimana Komunitas tersebut juga mengimplemtasikan model homeschool Montessori dengan metode unit pembelajaran/unit studies) dengan perpaduan pengajaran penanaman nilai-nilai Islami. Berdasarkan gambaran yang telah diuraikan di atas, penulis terdorong untuk melakukan penelitian terhadap permasalahan tersebut dengan judul:
8
“Implementasi Model Homeschooling dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Anak di Komunitas Belajar Imam An-Nawawi Depok”.
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka Identifikasi masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah: 1. Kurangnya informasi kepada orangtua tentang homeschooling. 2. Masih banyak orangtua yang belum memahami implementasi model homeschooling. 3. Ketidakpuasan para orang tua dengan sistem pendidikan formal di tanah air, khususnya dalam mengembangkan multiple intelligence anak. 4. Rendahnya motivasi belajar anak.
C. Pembatasan Masalah Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka penulis membatasi masalah dalam lingkup sebagai berikut : 1. Implementasi model homeschooling yang dilaksanakan oleh Komunitas Sekolah Imam An-Nawawi Depok. 2. Kurikulum, materi, metode, serta sistem evaluasi model homeschooling yang dilaksanakan oleh Komunitas Belajar Imam An-Nawawi Depok. 3. Implementasi homeschooling dalam mengatasi motivasi belajar yang dilaksanakan oleh Komunitas Belajar Imam An-Nawawi Depok.
D. Perumusan Masalah Adapun perumusan masalah yang akan difokuskan pada penelitian ini adalah “Bagaimana implementasi Model Homeschooling dalam meningkatkan motivasi belajar anak di Komunitas Belajar Imam An-Nawawi Depok?”
9
E. Tujuan Penelitian Sesuai dengan uraian yang telah dikemukakan, tujuan peneliti yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah: Untuk mengetahui secara komprehensif implementasi model homeschooling dalam meningkatkan motivasi belajar anak di Komunitas Belajar Imam An-Nawawi Depok.
F. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah: 1. Sebagai bahan masukan bagi pihak pelaksana pendidikan model homeschooling agar menjadi dasar dalam proses mendidik anak. 2. Sebagai bahan rujukan bagi para peneliti yang meneliti tentang Homeschooling di Indonesia 3. Bagi mentor atau pengajar, dapat memberikan masukan alternatif dalam mendidik anak homeschooling. Dan diharapkan dapat menyusun rencana pengajaran sehingga dapat mengembangkan potensi anak. 4. Bagi anak, diharapkan dapat lebih meningkatkan motivasi belajarnya dimanapun, kapanpun dan dengan siapapun. 5. Bagi penulis, dapat mengetahui implementasi model homeschooling dalam meningkatkan motivasi belajar anak dengan baik.
10
BAB II KAJIAN TEORI
A. Hakikat Homeschooling 1. Pengertian Homeschooling Isitilah homeschooling merupakan berasal dari bahasa Inggris yang terdiri dari kata home dan school. Dalam bahasa Indonesia, terjemahan yang biasanya digunakan untuk homeschooling adalah “sekolah rumah”. Dalam kamus bahasa Inggris homeschooling merupakan bentuk kata kerja, homeschooling is to instruct (a pupil, for example) in aneducational program outside of established schools, especially in the home.1 Istilah homeschooling sendiri tidak terdapat definisi secara khusus, hal tersebut dikarenakan model pendidikan yang dikembangkan di dalam homeschooling sangat beragam dan bervariasi. “Karena hukum yang mengatur sekolah di rumah dan karenanya definisi legal dari istilah “siswa sekolah di rumah” sangat berbeda antar negara bagian, perkiraan yang akurat sulit didapatkan”.2 Dari pengertian di atas dapat dikatakan bahwa homeschooling sekolah yang diadakan di rumah. Meski disebut homeschooling ,tidak berarti anak-anak terus menerus belajar dirumah, tetapi anak-anak bisa belajar dimana saja dan kapan saja asal situasi dan kondisinya benar-benar nyaman dan menyenangkan seperti layaknya berada di rumah. Menurut
Arief
Rachman
Hakim,
mengemukakan
tentang
homeschooling, yaitu: “Secara etimologis, homeschooling adalah sekolah yang diadakan di rumah, namun secara hakiki ia adalah sebuah sekolah alternatif yang menempatkan anak sebagai subyek dengan pendekatan pendidikan secara at home.”3 1
The Free Online Dictionary, “Definition of Homeschooling” http://www.thefreedictionary.com/homeschool , diakses pada tanggal 12 juni 2007. 2 Mary Griffith, Belajar Tanpa Sekolah; Bagaimana Memanfaatkan Seluruh Dunia Sebagai Ruang Kelas Anak Anda, (Bandung: Nuansa, 2008), h. 18 3 Arief Rachman Hakim, Home-Schooling, Rumah Kelasku, Dunia Sekolahku, (Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2007), h.18
10
11
Dari pendekatan
yang dikemukakan di atas, bahwasanya
homeschooling merupakan sekolah yang pada awalnya proses belajar mengajar diadakan di rumah, dengan tujuan agar anak akan merasa nyaman pada saat proses belajar. Mereka bisa belajar sesuai keinginan dan gaya belajar masing-masing, kapan saja dan dimana saja, sebagaimana ia tengah berada di rumahnya sendiri. Kemudian menurut Sumardiono, mengemukakan bahwa: Homeschooling adalah model pendidikan saat keluarga memilih untuk menyelenggarakan sendiri dan bertanggung jawab pendidikan anak-anaknya. Homeschooling atau sekolah mandiri adalah ketika anak-anak tidak tergantung pada sistem sekolah formal yang ada sekarang, tetapi memutuskan sendiri (bersama orang tua sebagai mentornya) mengenal apa yang dipelajari, bagaimana cara belajar, waktu belajar dan di mana proses belajarnya.4 Dalam
pengertian
tersebut
dapat
diartikan
juga
bahwa,
homeschooling memiliki asumsi dasar bahwa setiap keluarga memiliki hak untuk bersikap kritis terhadap definisi dan system eksternal yang ditawarkan kepada keluarga. Sementara itu Mary Griffith, mengemukakan pendapatnya bahwa: Homeschooling berarti mempelajari apa yang akan kita inginkan, saat kita menginginkannya, dengan cara yang kita inginkan, untuk alasan kita sendiri. Pembelajaran diarahkan pada sipembelajar, penasihat dan fasilitator dicari sesuai keinginan si pembelajar.5 Dengan kata lain bahwa homeschooling adalah model pendidikan di mana sebuah keluarga memilih untuk bertanggung jawab sendiri atas pendidikan anak-anaknya dan mendidik anaknya dengan menggunakan rumah sebagai basis pendidikannya. Pada homeschooling orang tua bertanggung jawab secara aktif atas proses pendidikan anaknya. Homeschooling kini layak menjadi salah satu pilihan orang tua dalam mendidik anak-anaknya. Pilihan ini terutama 4
Sumardiono, Apa Itu Homeschooling, 35 Gagasan Pendidikan Berbasis Keluarga, (Jakarta: Panda Media, 2014), h.6 5 Mary Griffith, Op.Cit, h. 18
12
disebabkan oleh adanya pandangan atau penilaian orang tua tentang kesesuaian bagi anak-anaknya. Bisa juga karena orang tua lebih siap untuk menyelenggarakan pendidikan bagi anak-anaknya di rumah. Ini banyak dilakukan di kota-kota besar, terutama oleh mereka yang pernah melakukannya ketika berada di luar negeri. Secara sederhana homeschooling bisa dijelaskan sebagai “sebuah model pendidikan berbasis rumah, dengan orangtua sebagai penanggung jawab aktif serta focus pada kepentingan dan kebutuhan anak-anaknya”.6 Dari beberapa pendapat di atas, dapat dikatakan homeschooling bukanlah sebuah lembaga. Orang tua sendiri yang menyelenggarakan homeschooling. Dalam perjalanannya, orang tua dapat bekerja sama dengan lembaga lainnya untuk memperlancar proses homeschooling tersebut. Homeschooling merupakan program pengajaran anak yang diberikan tidak di sekolah tradisional. Kegiatan mengajar dapat dilakukan di rumah atau di suatu tempat pada komunitas tertentu. Siswa homeschooling bisa terdiri dari satu anak, beberapa saudara bahkan beberapa anak di mana orang tua mereka setuju untuk memberikan program homeschooling ini kepada anaknya. Pengajar atau guru dari program homeschooling ini biasanya dilakukan oleh orang tua atau orang lain yang ditunjuk sebagai gurunya. Di dalam benak banyak orang, homeschooling sering kali diartikan sebagai school-at-home, sekolah di rumah. Artinya si ibu akan mengajar anak di salah satu ruangan di rumah, sementara si anak duduk dengan rapih di meja makan mendengarkan intruksi ibunya yang menjadi guru. Homeschooling adalah alternatif pendidikan lain dari organisasi sekolah, anak belajar di bawah pengawasan orang tuanya, anak dan orang tuanya
6
Indah Hanaco, I Love Homeschooling, Segala Sesuatu yang Harus Diketahui tentang Homeschooling, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,2012), h.6
13
yang akan menentukan isi atau materi pelajaran mereka. Mereka pun memiliki control penuh akan isi pelajarannya. Perlu ditekankan, homeschooling bukan memindahkan sekolah ke rumah. Kegiatan belajar mengajar agak berbeda dengan di sekolah. Orang tua pun tidak perlu selalu menjadi guru tetapi orang tua lebih berperan sebagai fasilitator. tujuannya agar membuat anak cinta belajar bukan demi menciptakan anak jenius yang menguasai semua bahan yang diajarkan. Secara Prinsip, homeschooling atau sekolah rumah adalah pendidikan pilihan yang diselenggarakan oleh orang tua, proses belajar mengajar diupayakan berlangsung dalam suasana kondusif dengan tujuan agar setiap potensi anak yang unik dapat berkembang secara maksimal.7 Dari pernyataan tersebut di atas, dengan kata lain dapat dikatakan bahwa
homeschooling
adalah
suatu
proses
pendidikan
yang
diselenggarakan oleh keluarga sendiri terhadap anggota keluarganya yang masih usia sekolah, dengan memilih model/kurikulum yang sesuai dengan gaya anak belajar. Pembelajaran homeschooling (sekolah rumah) sebaiknya menyesuaikan dengan standar kompetensi yang telah ditentukan oleh Departemen Pendidikan Nasional. Ini agar sejalan dengan pertumbuan dan kemampuan anak, di samping dapat diikutkan dalam evaluasi dan ujian yang diselenggarakan secara
nasional. Standar
kompetensi menjadi panduan yang harus dimiliki seorang anak pada kelas tertentu. Dari beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa homeschooling merupakan alternatif pendidikan yang fleksibel, tidak kaku dalam proses belajarnya. Bagaimana cara atau metode belajar yang akan dipakai?, kapan waktu belajar?, dan di mana kegiatan belajar itu dilaksanakan?, semua itu disesuaikan dengan kondisi dan keadaan anak. Sehingga akan muncul perasaan senang dan nyaman dalam belajar. Dengan demikian anak juga dijadikan subjek dalam pembelajarannya, dan 7
h. 16
Maulia D. Kembara, Panduan Lengkap Homeschooling, (Bandung: Progressio, 2007),
14
tidak lupa bahwa dalam homeschooling orang tua berperan sebagai penanggung jawab utama.
2. Sejarah Homeschooling di Indonesia Sebelum ada sistem pendidikan modern (sekolah) sebagaimana dikenal pada saat ini, pendidikan dilaksanakan dengan berbasis rumah. Pada zaman Yunani, sekolah (skhole) artinya menggunakan waktu senggang secara khusus untuk belajar (Leisure devoted to learning). Awalnya memang diadakan di rumah, bersama ibu dan bapak, yang disebut dengan schola materna.8 Lalu karena orang tua mulai sibuk mencari nafkah, maka anak-anak dicarikan tempat pengasuhan anak dimana ada orang yang pandai dalam hal tertentu. Sehingga schola materna berubah menjadi schola in loco parentis (lembaga pengasuhan anak di luar rumah sebagai ganti orang tua). Pada awalnya, manusia belajar dan mengembangkan pendidikan mereka melalui life skill (keterampilan hidup) sebagai bekal dalam memenuhi kebutuhan hidup yang didasarkan pada nilai-nilai agama dan adat kebiasaan masyarakat sekitar. Proses belajarnya sendiri dilakukan di rumah masing-masing oleh orang tua maupun keluarga besar. Hanya ketika anak-anak dianggap perlu memiliki keterampilan tambahan, orang tua mengirimnya “berguru” kepada orang-orang yang memang ahli di bidangnya.9 Selain itu para bangsawan zaman dahulu biasa mengundang guru privat untuk mengajar anak-anaknya. Itulah jejak homeschooling masa lalu. Pada tahun 1964, John Caldwell Holt sebagaimana yang dikutip oleh Sumardiono mengemukakan pemikirannya bahwa anak-anak belajar lebih baik jika tanpa instruksi sebagaimana sekolah. Holt menyatakan
8
www.glorianet,org/mau/kliping/klipbers.html, dan http://fuadinotkamal.wordpress.com, Sekolah Sebagai Rumah Kedua, diakses pada tanggal 31 Desember 2007. 9 Jurnal Madrasah Kelurga, “Melirik Kembali Homeschooling”, http://my.opera.com/madrasah-keluarga/blog/melirik-kembali-Homeschooling, Diakses pada 20 April 2007
15
bahwa kegagalan akademis pada siswa tidak disebabkan oleh kurangnya usaha pada sistem sekolah, tetapi disebabkan oleh eksistensi sekolah itu sendiri. Ini tertuang dalam karya pertamanya “How Children Fail”.10 Istilah yang digunakan Holt pada waktu itu adalah unschooling (pendidikan tanpa sekolah). Pada awalnya Holt menggunakan kata “pendidikan
tanpa
sekolah”
untuk
menggambarkan
tindakan
mengeluarkan anak seseorang dari sekolah, tapi hal ini segera menjadi sinonim untuk “sekolah-di-rumah” (homeschooling). Selama dua dekade terakhir, arti istilah itu telah menyempit, sehingga unschooling mengacu pada gaya khusus sekolah di rumah yang dianjurkan Holt, berdasarkan pembelajaran yang berpusat pada anak.11 Di Indonesia belum diketahui secara persis akar perkembangan homeschooling,
karena
belum
ada
penelitian
khusus
tentang
perkembangannya. Namun, jika dilihat dari konsep homeschooling yang merupakan pembelajaran yang tidak berlangsung di pendidikan formal. Hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya pesantren-pesantren dan padepokan-padepokan, dimana para kyai yang mendidik anak-anaknya di rumahnya, ataupun para guru dan bangsawan mengajarkan ilmu kepada murid atau anaknya di rumah atau padepokannya. Hal tersebut berlangsung sebelum pendidikan Belanda diterapkan di Indonesia. Dalam
kaitan
praktiknya
homeschooling,
Abe
Saputro
mengemukakan bahwa: “Mengenai tempat belajar, homeschooling tidak memiliki batasan tempat karena proses belajar itu dapat terjadi di mana saja, baik dalam ruang fisik maupun ruang maya”.12 Dari pernyataan tersebut di atas dapat diartikan bahwa, proses pembelajaran pada homeschooling tidak terikat dengan ruang belajar ataupun tempat belajar, siswa dapat belajar dimanapun dia berada.
10
Sumardiono, Homeschooling : A Leap for Better Learning, Lompatan Cara Belajar, (Jakarta: PT Elex Media komputindo, 2010), h.20 11 Mary Griffith, Op.Cit., h. 11 12 Abe Saputro, Rumahku Sekolahku; Panduan Bagi Orang Tua untuk Menciptakan Homesholing (Yogyakarta: Graha Pustaka, 2007), h. 12
16
Saat ini, perkembangan homeschooling di Indonesia dipengaruhi oleh akses terhadap informasi yang semakin terbuka dan membuat para orang tua memiliki semakin banyak pilihan untuk pendidikan anakanaknya. Banyak keluarga Indonesia yang belajar di luar negeri menyelenggarakan homeschooling untuk memenuhi kebutuhan pendidikan anak-anaknya. Selain itu, ketidakpuasan terhadap kualitas pendidikan di sekolah formal juga menjadi pemicu bagi keluarga-keluarga Indonesia untuk menyelenggarakan homeschooling yang dinilai lebih dapat mencapai tujuan- tujuan pendidikan yang direncanakan oleh keluarga.13 Dari pernyataan di atas, dapat dikatakan bahwa rasa ketidakpuasan orangtua terhadap kualitas pendidikan formal yang ada pada saat sekarang ini menjadi salah satu penyebab mengapa para orang tua memilih mengapa memasukkan anak mereka ke dalam homeschooling. Orang tua melihat betapa pentingnya pendidikan untuk anak-anak mereka. memilih system pendidikan yang bagaimana, akan menentukan masa depan anak-anak mereka. Bersekolah di rumah bukan sekedar ide mengasyikkan
tentang kebebasan
dalam
pendidikan, tetapi
juga
kesuksesan. Hal tersebut sebagaimana dikemukakan oleh Linda Dobson: Melintasi gerbang abad 21, kebebasan keluarga dalam soal pendidikan memicu imajinasi ratusan ribu orang. Kebebasan itu bernama “bersekolah di rumah”. Ini bukan merupakan hal yang baru. Bersekolah di rumah sudah dikenal sudah beberapa lama dan bertumbuh dengan cukup pesat, sehingga membangunkan kesadaran masyarakat tentang cara kita mendidik.14 Dari keterangan di atas, bahwa adanya homeschooling bukanlah sesuatu yang baru lagi bagi bangsa Indonesia khususnya dunia pendidikan. Meskipun keadaan homeschooling pada masa lalu lebih banyak dikenal dengan sebutan “Pembelajaran Otodidak”, namun pada eksistensinya sama dengan homeschooling yang kita kenal saat ini. 13
Elexmedia, “Konsep Homeschooling”, dari http://www.elexmedia.co.id, diakses 25 Agustus 2003 14 Linda Dobson, Tamasya Belajar; Panduan Merancang Program di Rumah Untuk Anak Usia Dini, (Bandung: Mizan LC, 2005), h. 15
17
Saat ini, perkembangan homeschooling di Indonesia dipengaruhi oleh akses terhadap informasi yang semakin terbuka dan membuat para orang tua memiliki semakin banyak pilihan untuk pendidikan anaknya. Banyak keluarga Indonesia belajar ke luar negeri menyelenggarakan homeschooling untuk
memenuhi
kebutuhan
pendidikan
anak-anaknya.
Selain
itu
ketidakpuasan terhadap kualitas pendidikan di sekolah formal juga menjadi pemicu bagi keluarga Indonesia untuk menyelenggarakan homeschooling yang dinilai lebih dapat mencapai tujuan pendidikan yang direncanakan oleh keluarga.
3. Faktor-Faktor Pemicu Memilih Homeschooling Ada beberpa penyebab yang menjadi factor pemicu orang tua dalam memilih homeschooling bagi anaknya. Factor-faktor berikut ini berhubungan erat dengan gagalnya sekolah mengkomodasi keinginan orang tua, berikut antara lain factor-faktor pemicunya adalah: a. b. c. d. e. f.
Sekolah terlalu mahal. Sekolah dan guru dianggap tidak berkualitas. Pekerjaan Rumah terlalu banyak. Ketidaksesuaian nilai-nilai yang dianut. Lingkungan sekolah tidak kondusif. Waktu belajar yang panjang. 15
Selain masalah yang berhubungan dengan pihak sekolah, ada alasan-alasan lain yang menjadi factor pemicu lainnya yang masih bersinggungan dengan pendidikan anak dan kebutuhannya, antara lain: a. b. c. d. e. f.
Keluarga sering berpindah tempat. Keluarga sering bepergian. Anak memiliki kebutuhan khusus. Anak memiliki bakat khusus. Mempererat ikatan dalam keluarga Ingin pendidikan yang lebih baik16
Dari
beberapa
factor-faktor
pemicu
orang
tua
memilih
homeschooling sebagai alternative pendidikan untuk anaknya, dari banyaknya factor pemicu apapun alasannya semuanya mempunyai dasar 15 16
Indah Hanaco., Op.Cit., h..41-49 Indah Hanaco, Op.Cit., h.52-57
18
masing-masing yang harus dihargai. Karena setiap keluarga paling tahu yang sesuai dengan kebutuhan mereka. 4. Tujuan Homeschooling Menurut pakar pendidikan anak Seto Mulyadi, mengemukakan tujuan dari homeschooling yaitu: a. Menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, menyenangkan dan menantang bagi anak didik sesuai dengan kepribadian, gaya belajar, kekuatan, dan keterbatasan yang dimilikinya. b. Mempelajari materi pelajaran secara langsung dalam setting kehidupan nyata sehingga lebih bermakna dan berguna dalam kehidupan anak didik. c. Meningkatkan kreativitas, kemampuan berpikir, dan sikap serta mengembangkan kepribadian peserta didik. d. Membina dan meningkatkan hubungan baik antara orangtua dan anak didik sehingga tercipta keluarga yang harmonis. e. Mengembangkan bakat, potensi, dan kebiasaan-kebiasaan belajar anak didik secara alamiah. f. Mengatasi keterbatasan, kelemahan, dan hambatan emosional anak didik sehingga anak didik tersebut dapat mencapai hasil belajar yang optimal. g. Mempersiapkan kemampuan peserta didik dalam aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap untuk melanjutkan studi pada jenjang yang lebih tinggi. h. Membekali peserta didik dengan kemampuan memecahkan masalah lingkungan sesuai dengan tingkat perkembangannya demi kehidupannya di masa depan.17 Sedangkan menurut Jamal Ma’mur A. homeschooling memiliki beberapa tujuan, yaitu: a. Menjamin penyelesaian pendidikan dasar dan menengah yang bermutu bagi peserta didik yang berasal dari anak dan keluarga yang memilih jalur homeschooling. b. Menjamin pemerataan dan kemudahan akses pendidikan bagi setiap individu untuk proses pembelajaran akademik dan kecakapan hidup. c. Melayani peserta didik yang memerlukan pendidikan akademik dan kecakapan hidup secara fleksibel untuk meningkatkan mutu pendidikannya.18 17
Kak Seto, Homeschooling Keluarga Kak Seto, (Jakarta: PT. Mizan Pustaka, 2007), h.
18
Jamal Ma‟ mur Asmani, Buku Pintar Homeschooling, (Jogjakarta: Flashbooks, 2012),
38-40 h.67
19
Dari beberapa tujuan homeschooling di atas, dapat dikatakan bahwa homeschooling merupakan pendidikan alternatif yang disesuaikan pada kebutuhan pribadi dan kebutuhan lingkungan, serta tantangan perkembangan zaman. Walaupun belajar dengan beberapa orang anak seperti sekolah formal, namun esensinya tetap homeschooling. Hal tersebut dikarenakan mereka tetap belajar dengan tidak ada ketentuan waktu, fleksibel, bebas, menyenangkan dan sesuai dengan minat mereka. 5. Kurikulum,
Materi,
Metode,
serta
Sistem
Evaluasi
pada
Homeschooling Sebagaimana yang telah diketahui, bahwa penerapan kurikulum pada homeschooling sangat beragam. Standar dan model penyelenggaraan homeschooling tergantung pada keluarga yangg menjalaninya. Para Orang tua yang ingin memulai homeschooling secara berproses akan menemukan sendiri pola dan model homeschooling yang cocok dengan visi dan karakter keluarganya serta jalur apa yg mereka pilih dan itu pun bersifat dinamis.
Tidak
ada
standar
yang
baku
bagaimana
semestinya
homeschooling itu dijalankan. Kurikulum
yang
digunakan
pada
komunitas
sekolah
homeschooling An Nawawi Depok adalah Kurikulum Nasional dan Montessori yang telah dikembangkan. Dimana pada kurikulum nasional berfokus hanya pada enam mata pelajaran utama yang diujikan pada Ujian Negara Paket Kesetaraan. Sedangkan kurikulum Montessori digunakan lebih kepada mementingkan aspek empirik, segala sesuatu diatur ukurannya sesuai dengan anak, alat kerja, alat pembelajaran, diatur dengan ukuran anak anak. Misal meja belajar dan kursi serta alat pertanian cangkul dan lain-lain sebagai alat belajar disesuai kan ukurannya dengan ukuran anak anak. Model ini juga cocok bagi mereka yang senang dengan keteraturan dan mengharapkan anak-anak juga bersikap teratur dan runut. Dalam menentukan materi/bahan pelajaran berdasarkan kebutuhan belajar dan juga disertakan bahan pelajaran yang sesuai dengan ideologi
20
Indonesia, seperti mempelajari pancasila, kewarganegaraan, dan lain-lain. Untuk komunitas homeschooling bahan belajar untuk pendidikan akademik lebih terstruktur. Komunitas homeschooling tertentu juga menyediakan paket belajar yang disesuaikan dengan kebutuhan belajar anak. Untuk belajar, siswa homeschooling dapat menggunakan bahanbahan yang tersedia di dunia nyata dalam kehidupan sehari-hari. Di Indonesia, keluarga homeschooling dapat membeli kurikulum dan materimateri ajar secara online melalui internet dan juga dapat menggunakan kurikulum Diknas sebagai acuan yang dapat diambil gratis via internet. Menurut Sumardionno untuk materi ajar, keluarga homeschooling dapat
menggunakan buku-buku yang ada tanpa tergantung keharusan
memilih buku dari penerbit tertentu bahkan tidak harus membeli buku baru karena buku-buku lama ma sih dapat digunakan sepanjang materinya relevan.19 Sedangkan untuk metode pembelajaran pada homeschooling merumuskan metode-metode yang tepat (misal metode motessori) untuk dipergunakan dalam kegiatan belajar mengajar tersebut, contohnya: ceramah, diskusi, kerja kelompok, demonstrasi, dan sebagainya. Pada komunitas homeschooling Imam An Nawawi Depok bisa diserahkan kepada orangtua atau menyewa guru-guru berkualitas dalam mendidik anaknya sesuai dengan potensinya. Pengajaran antara teori dengan praktek seimbang. Para orangtua membentuk network untuk membagi pengalamannya kepada orangtua lain yang mendidik anaknya di homeschooling. Bahkan, jika minat anak-anak sama, beberapa orangtua membentuk kelompok pendidikan dan mengajak anak belajar bersama dengan anak-anak lain yang memiliki minat sama. Jadi, homeschooling memberikan kebebasan untuk belajar secara fleksibel, menyenangkan dan sesuai dengan minatnya.20 19
Sumardiono, Homeschooling Lompatan Cara Belajar, (Jakarta: PT. Elex Media Kompatindo, 2007), hal.16 20 Maulia D. Kembara, Panduan Lengkap Homeschooling, (Bandung: Progressio, 2007), h. 11
21
Kemudian untuk sistem evaluasi, pihak komunitas homeschooling merumuskan cara-cara dan alat evaluasi, baik formatif maupun sumatif, dihubungkan dengan tujuan khusus yang ingin dicapai. Hasil belajar siswa homeschooling dapat diakui dari rapor, portofolio (dokumentasi proses dan karya-karya selama proses pembelajaran), CV (curriculum vitae), sertifikasi, dan berbagai bentuk prestasi lain dan atau tes penempatan. Evaluasi kegiatan belajar dapat dilaksanakan dengan acara berdiskusi antara orangtua dan anak juga dapat digunakan untuk mengetahui apa yang berhasil dan gagal untuk diperbaiki di waktu yang berikutnya.
6. Jenis Homeschooling Dalam penerapannya homeschooling dibagi menjadi 3 jenis, yaitu homeschooling tunggal, homeschooling majemuk dan homeschooling komunitas. a. Homeschooling tunggal adalah homeschooling yang dilaksanakan oleh
orang tua dalam suatu keluarga tanpa bergabung dengan yang lainnya. Biasanya homeschooling jenis ini diterapkan karena adanya tujuan atau alasan khusus yang tidak dapat diketahui atau dikompromikan dengan komunitas homeschooling lainnya. Alasan lain adalah karena lokasi atau
tempat
tinggal
si
pelaku
homeschooling
yang
tidak
memungkinkan berhubungan dengan komunitas homeschooling lain.21 b. Homeschooling Majemuk, adalah homeschooling yang dilaksanakan
oleh dua keluarga atau lebih untuk kegiatan tertentu sementara kegiatan pokok tetap dilakukan oleh orang tua masing-masing. Alasannya terdapat kebutuhan-kebutuhan yang dapat dikompromikan oleh beberapa keluarga untuk melakukan kegiatan bersama. Contohnya kurikulum dari konsorsium, kegiatan olah raga (misalnya keluarga atlit tenis), keahlian musik/ seni, kegiatan sosial dan kegiatan keagamaan.22
21
Seto Mulyadi. Homeschooling Keluarga Kak Seto: mudah, meriah, dan direstui Pemerintah, (Bandung: PT. Mizan Pustaka, 2007), Hlm.34 22 Ibid., h.36
22
c. Homeschooling
Komunitas,
merupakan
gabungan
beberapa
homeschooling majemuk yang menyusun dan menentukan silabus, bahan ajar, kegiatan pokok (olahraga, musik/seni, dan bahasa), sarana/prasarana, dan jadwal pembelajaran.23 Peserta didik yang mengikuti homeschooling komunitas memiliki ruang gerak sosialisasi yang lebih luas dibandingkan dengan homeschooling lainnya.
Pada homeschooling majemuk dan komunitas homeschooling, para orang tua bisa membentuk suatu jaringan untuk berbagi pengalaman dengan orang tua lain yang juga mendidik anaknya secara homeschooling. Orang tua memiliki peranan penting dalam menentukan jenis-jenis homeschooling apa yang cocok dengan karakter atau kepribadian anaknya, sehingga terwujudnya suasana belajar yang diinginkan anak, bebas, fleksibel, menyenangkan dan sesuai dengan minat anak. 7. Model Homeschooling Pada dasarnya homeschooling bersifat unique. Karena setiap keluarga mempunyai nilai dan latar belakang berbeda, setiap keluarga akan melahirkan pilihan-pilihan model Homeschooling yang beragam. 24 Pendekatan Homeschooling memiliki rentang yang lebar antara yang sangat tidak terstruktur (unschooling) hingga yang sangat terstruktur seperti belajar di sekolah (school at-home)25. Ada beberapa model homeschooling yang dapat diaplikasikan dalam penyelenggaraannya, antara lain: a. School At-home Approach, adalah model pendidikan yang serupa dengan yang diselenggarakan di sekolah. Hanya saja, tempatnya tidak di sekolah, tetapi di rumah. Metode ini juga sering disebut textbook approach, traditional approach, atau school approach. b. Unit Study Approach adalah model pendidikan yang berbasis pada tema (unit study). Pendakatan ini banyak dipakai oleh orang tua homeschooling. Dalam pendekatan ini, siswa tidak belajar satu mata pelajaran tertentu (matematika, bahasa, IPA, IPS), tetapi mempelajari banyak mata pelajaran sekaligus melalui sebuah tema yang dipelajari. 23
Maulia D. Kembara, Op.Cit., h.30-33 Sumardiono, Homeschooling A Leap for Better Learning, (Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2007), h. 33 25 Ibid., h.33 24
23
c.
d.
e.
f.
g.
h.
Metode ini berkembang atas pemikiran bahwa proses belajar seharusnya terintegrasi (integrated), bukan terpecah-pecah (segmented) The Living Books Approach, adalah model pendidikan melalui pengalaman dunia nyata. Metode ini dikembangkan oleh Charlotte Mason. Pendekatannya dengan mengajarkan kebiasaan baik (good habit ), keterampilan dasar (membaca, menulis, matematika), serta mengekspose anak dengan pengalaman nyata, seperti berjalan-jalan, mengunjungi museum, berbelanja ke pasar, mencari informasi di perpustakaan, menghadiri pameran, dan sebagainya. The Classical Approach, adalah model pendidikan yang dikembangkan sejak abad pertengahan. Pendekatan ini menggunakan kurikulum yang distrukturkan berdasarkan tiga tahap perkembangan anak yang disebut Trivium. Penekanan metode ini adalah kemampuan ekspresi verbal dan tertulis. Pendekatannya berbasis teks/ literatur (bukan gambar/ image). The Waldorf Approach, adalah model pendidikan yang dikembangkan oleh Rudolph Steiner, banyak ditetapkan di sekolah-sekolah alternatif Waldorf di Amerika. Karena Steiner berusaha menciptakan setting sekolah yang mirip keadaan rumah, metodenya mudah diadaptasi untuk homeschool. The Montessori Approach, adalah model pendidikan yang dikembangkan oleh Dr. Maria Montessori. Pendekatan ini mendorong penyiapan lingkungan pendukung yang nyata dan alami, mengamati proses interaksi anak-anak di lingkungan, serta terus menumbuhkan lingkungan sehingga anak-anak dapat mengembangkan potensinya, baik secara fisik, mental, maupun spiritual. Unschooling Approach, berangkat dari keyakinan bahwa anak-anak memiliki keinginan natural untuk belajar dan jika keinginan itu difasilitasi dan dikenalkan dengan pengalaman di dunia nyata, maka mereka akan belajar lebih banyak daripada melalui metode lainnya. Unschooling tidak berangkat dari textbook, tetapi dari minat anak yang difasilitasi. The eclectic Approach, memberikan kesempatan pada keluarga untuk mendesain sendiri program homeschooling yang sesuai, dengan memilih atau menggabungkan dari sistem yang ada. 26 Dari banyaknya model homeschooling yang dapat dipilih dan
dilaksanakan,
maka
para
orang
tua
dapat
menentukan
model
homeschooling yang seperti apa yang sesuai dengan kebutuhan anaknya. Konsep homeschooling dengan model dan kurikulum disusun secara bersama-sama, sehingga motivasi belajar akan muncul dari dalam diri anak. Belajar sambil bermain, membuat anak merasa nyaman, meskipun 26
Ibid., h.33-36
24
belajar sepanjang hari. Penyesuain model homeschooling diarahkan agar anak-anak lebih menyenangkan dalam proses belajar dan lebih termotivasi dalam kegiatan belajarnya.
8. Kelebihan dan Kekurangan Homeschooling Ada beberapa hal yang harus kita tahu tentang beberapa kelebihan atau manfaat dari pelaksanaan homeschooling. Berikut beberapa kelebihan dari pelaksanaan homeschooling, antara lain: a. Lebih memberikan kemandirian dan kreativitas individual. b. Memberikan peluang untuk mencapai kompetensi individual semaksimal mungkin. c. Terlindungi dari pergaulan yang menyimpang, seperti “NAPZA, tawuran, kenakalan. Yang berdampak buruk bagi anak. Bahkan dari hal-hal yang terkecil seperti “jajan makanan yang malnutrisi”, dll. d. Menumbuhkan kemandirian dan percaya diri pada anak. Tanpa membanding-bandingkan dengan kelebihan anak yang lain ketika berada disekolah. e. Orang tua bisa lebih focus dan belajarpun lebih efektif karena waktu yang fleksibel. f. Bisa menjadikan orang tuanya langsung sebagai panutan. g. Lebih disiapkan untuk kehidupan nyata. h. Lebih didorong untuk melakukan kegiatan keagamaan, rekreasi/olahraga keluarga. i. Membantu anak lebih berkembang, memahami dirinya dan perannya dalam dunia nyata disertai kebebasan berpendapat, menolak atau menyepakati nilai-nlai tertentu tanpa harus merasa takut untuk mendapat celaan dari teman atau nilai kurang. j. Membelajarkan anak-anak dengan berbagai situasi, kondisi dan lingkungan social keluarga.27 Selain memiliki manfaat dari homeschooling di atas, homeshooling memiliki keunggulan, Indah Hanaco mengemukakan akan kelebihan dari homeshooling, antara lain: a. Disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan anak. b. Disesuaikan dengan minat anak. c. Disesuaikan dengan kondisi keluarga. 27
Kompasiana, Kelebihan dan Kekurangan http://edukasi.kompasiana.com, diakses pada 29 Desember 2013
Homeschooling,
25
d. e. f. g. h. i. j. k. l. m. n.
Membuka kesempatan luas untuk mandiri dan kreatif. Terhindar dari aneka pola akibat salah pergaulan. Lebih siap untuk terjun ke dunia nyata. Menyelesaikan pendidikan dalam waktu yang singkat. Disesuaikan dengan kantong. Waktu belajar yang dapat disesuaikan. Lebih berkonsentrasi belajar Menjaga kualitas pendidikan Terhindar dari praktik kekerasan di sekolah atau premanisme Belajar menjadi menyenangkan. Kemampuan bergaul lintas umur.28
Dengan homeschooling orang tua dapat memaksimalkan diri dalam memberikan
perhatian
dan
kasih
sayang
kepada
anak-anaknya.
Homeschooling mendorong adanya interaksi antara oang tua dengan anak lebih intensif. Orang tua memainkan fungsi sentral mendidik anak-anak mereka sehingga tahu perkembangan otak, emosi,dan sosial anak secara langsung. Pengawasan orang tua lebih intensif kepada anak-anaknya. Orang tua tidak khawatir anaknya jauh dari rumah. Homeschooling memungkinkan orangtua untuk terus menerus mendampingi sekaligus memonitor perkembangan mental, pembelajaran, kontak sosial, dan penguasaan intelekual mereka. Dalam homeschooling, tugas “guru” yang diambil orang tua lebih berfungsi untuk menanamkan sikap mental mandiri. Setiap hal di dunia ini pastilah berpasangan, tidak ada yang berdiri sendiri saja. Di luar kelebihan, tentu homeschooling pun memiliki kekurangan. Hal ini sanngat dimaklumi, mengingat tidak ada yang bisa menciptakan kesempurnaan di dunia, homeschooling pun demikian. Berikut ini beberapa kekurangan atau kelemahan dari homeschooling yang banyak ditemukan: a. b. c. d. e. 28
Membutuhkan disiplin dan komitmen yang tinggi. Sulit mengukur kemampuan anak. Tanggung jawab tergolong komplekspada orang tua. Kurangnya kemampuan untuk bekerja didalam tim. Anak kurang berinteraksi dengan teman sebaya.
Indah Hanaco, Op.Cit., h.105-121
26
f. Kesulitan mengikuti ujian persamaan. g. Sulitnya anak menghadapi situasi-situasi kompleks.29
social
yang
Dari beberapa kelemahan dari homeschooling di atas, penulis berkeyakinan bahwa selalu ada cara untuk mengubah kekurangan menjadi kelebihan, bahkan dari beberapa kelemahan di atas, ada berbagai alternatif yang telah ditemukan solusinya dalam berbagai kasus. Pikiran positif memberi kekuatan jauh lebih besar daripada yang diduga. 9. Kiat-kiat Melaksanakan Homeschooling Saat Anda sudah memutuskan untuk melakukan homeschooling, berikut ini beberapa kiat-kiat atau cara praktis dan sederhana dalam memulai melaksanakan homeschooling menurut Linda Dobson, penulis buku “Tamasya Belajar”: a. Gunakan waktu sebanyak mungkin untuk mengamati anak Anda saat bekerja dan bermain. Perhatikan metode belajar dan cara bermain yang paling mereka senangi. Kemudian pikirkan kegiatan yang dapat Anda lakukan bersama yang menggunakan metode itu. Bicaralah mengenai topik yang menarik baginya untuk mendapatkan petunjuk tambahan. b. Beri anak kesempatan untuk membuat keputusan dan pilihan kegiatan yang ingin dilakukan. Dia akan tertarik pada kegiatan yang menyenangkan baginya dan itu memberi Anda petunjuk tentang potensi kekuatannya. Perhatikan pula apa yang tidak disenanginya dan pikirkan cara untuk mengubah cara pendekatan Anda. c. Cari jalan untuk melibatkan keluarga besar atau teman dekat dalam kegiatan belajar di rumah. Ini akan memberi anak banyak waktu untuk bersama dengan orang-orang yang berarti dalam hidupnya. Selain itu, Anda akan
29
Indah Hanaco, Op.Cit., h. 122-126
27
mendapat banyak dukungan dari orang-orang yang Anda cintai untuk kegiatan belajar di rumah yang Anda lakukan ini. d. Perhatikan atau ciptakan kesempatan bagi Anda dan anak Anda untuk menerapkan nilai-nilai keluarga. Anak-anak pada usia dini dapat membantu Anda membuat kue,
membuat
kartu,
melukis,
atau
memetik
bunga
dan
menyerahkannya kepada orang yang membutuhkannya. e. Jika Anda mengeluarkan anak dari sekolah, Anda harus peka terhadap kebutuhannya ketika melakukan penyesuaian.30 Jika perlu, tetaplah berhubungan dengan beberapa kawan baik. Jalani masa transisi metode pendidikan yang berbeda ini dengan perlahan. Rencanakan beberapa kegiatan menyenangkan yang tidak mungkin dilaksanakan di sekolah. Dari
beberapa
kiat
atau
strategi
dalam
melaksanakan
homeschooling kita dapat mengetahui, bahawa dalam pelaksanaan program pendidikan homeschooling cukup banyak perbedaannya, mulai dari pengaturan materi, jadwal belajar, pengajar dan kegiatan kegiatan yang lainnya. Sehingga orang tua yang sekaligus menjadi guru bagi anaknya harus betul-betul memahami bagaimana strategi dan kiat-kiat untuk melaksanakan pendidikan homeschooling bagi anaknya. Agar pelaksanaan program bersekolah di rumah bisa berjalan dengan optimal dan menghasilkan output yang diharapkan.
B. Hakikat Motivasi Belajar 1. Pengertian Motivasi Belajar Belajar dan motivasi tidak dapat saling dipisahkan artinya seseorang melakukan aktifitas belajar tertentu tentu didukung oleh suatu keinginan yang ada pada dirinya untuk memenuhi kebutuhan. Hal ini karena motivasi sangat menentukan keberhasilan belajar. 30
Linda Dobson, Tamasya Belajar: Panduan Merancang Program Sekolah di Rumah untuk Anak Usia Dini, (Bandung. Mizan Learning Center (MLC), 2005)
28
Menurut Filmore Sanford dalam Effendi, motivasi akar katanya adalah “motif”. Motif menunjukkan suatu dorongan yang timbul dari dalam diri seseorang yang menyebabkan orang tersebut mau bertindak melakukan sesuatu.31 Oleh karena itu, perbuatan seseorang yang didasarkan atas motivasi tertentu mengandung tema sesuai dengan motivasi yang mendasarinya. Hal tersebut senada apa yang dikemukakan oleh Slameto yang mengartikan motivasi sebagai berikut: Motivasi adalah dorongan yang timbul pada diri seseorang sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu.32 Hal tersebut senada dengan Ngalim Purwanto, yang mengatakan bahwa: Motivasi adalah pendorong suatu usaha yang disadari untuk mempengaruhi tingkah laku seseorang agar dia tergerak hatinya untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga agar dia tergerak hatinya untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil hatinya untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu.33 Kata “Motif” juga diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan didalam subyek untuk melakukan aktifitas – aktifitas tertentu demi mencapai suatu tujuan. Bahkan motif dapat diartikan sebagai suatu kondisi intern (kesiapsiagaan). Berawal dari kata motif itu, maka motivasi itu dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif. Motif menjadi aktif pada saat – saat tertentu terutama bila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat dirasakan atau mendesak.34 Sedangkan Mc. Donald (dalam Sardiman) berpendapat bahwa “motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai 31
Effendi, Motivasi Dalam Pembelajaran. (Jakarta: PT. Angkasa, 2003), h.60 Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi, (Jakarta: Bina Aksara, 2003), h.54. 33 Ngalim Purwanto, “Pengertian Motivasi”, dalam Mudjiono Dimyat, .Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: PT Asdi M ahasatya, 2006), h.71 34 Sardiman, Interaksi dan Motivasi Balajar Siswa, (Jakarta : Rajawali PERS, 2005), h.71 32
29
dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan”.35 Dari pengertian yang dikemukakan Mc.Donald ada tiga elemen penting yaitu: a. Bahwa motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi pada diri setiap individu manusia. b. Motivasi ditandai dengan munculnya rasa atau feeling, afeksi seseorang. Dalam hal ini motivasi relevan dengan persoalan kejiwaan, afeksi dan emosi yang dapat menentukan tingkah laku manusia. c. Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan.36 W.S Winkel, mengatakan bahwa “motivasi adalah daya penggerak di dalam diri orang untuk melakukan aktivitas – aktivitas tertentu demi mencapai tujuan tertentu”. 37 Ada dua pendapat yang dapat digunakan untuk meninjau dan memahami motivasi yaitu: a. Motivasi dipandang sebagai suatu proses, pengetahuan tentang proses ini dapat membantu guru menjelaskan tingkah laku yang diamati meramalkan tingkah laku orang lain. b. Menentukan karakteristik, proses ini berdasarkan petunjukpetunjuk tingkah laku seseorang. Petunjuk-petunjuk tersebut dapat dipercaya apabila tampak kegunaannya untuk meramalkan dan menjelaskan tingkah laku lainnya. 38 Dari definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa motif dapat diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang melakukan sesuatu, sedangkan motivasi adalah dorongan atau kekuatan dalam diri individu untuk melakukan sesuatu tujuan tertentu Berdasarkan dari beberapa pendapat tersebut, secara garis besar dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk bertindak melakukan sesuatu dalam rangka mencapai tujuan tertentu. Motivasi merupakan keseluruhan daya penggerak di dalam 35
Ibid., h.71 Ibid., h.73 37 W.S. Winkel, Psikologi Pancasila dan Kewarganegaraan. (Jakarta : Grasindo, 2000), 36
h.151 38
Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Bina Aksara, 2009), h. 3
30
diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar serta memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki siswa tercapai. Hal tersebut senada dengan pendapat Sardiman bahwa: “motivasi belajar keseluruhan daya penggerak didalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subyek belajar dapat tercapai”. 39 Banyak para ahli yang sudah mengemukakan pengertian motivasi dengan berbagai sudut pandang mereka masing – masing namun intinya sama, yakni sebagai suatu pendorong yang mengubah energi dalam diri seseorang ke dalam bentuk aktivitas nyata untuk mencapai tujuan tertentu Dari beberapa pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa pengertian motivasi adalah daya penggerak atau pendorong yang ada di dalam diri individu untuk melakukan sesuatu demi mencapai suatu tujuan. Dalam kegiatan belajar, motivasi diartikan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subyek belajar itu dapat tercapai. 2. Teori – teori tentang Motivasi Adapun teori tentang motivasi yang merupakan hasil pengamatan para ahli diantaranya adalah: Teori Hedonistis. Martin Handoko mengemukakan arti tentang motivasi sebagai berikut: Bahwa segala perbuatan manusia entah itu disadari ataupun tidak disadari, entah itu timbul dari kekuatan luar maupun kekuatan dalam, pada dasarnya mempunyai tujuan yang satu, yaitu mencari hal–hal yang menyenangkan dan menghindari hal–hal yang menyakitkan.40 Berdasarkan dari pengertian diatas dapat dikemukakan bahwa manusia dalam bertingkah laku, baik disadari atau tidak, timbul dari 39
Sardiman, Op.Cit., h.75 Martin Handoko, Motivasi Daya Penggerak Tingkah Laku,( Yogyakarta: Kanisius, 2008), h.11 40
31
kekuatan dalam diri atau luar, pada dasarnya adalah untuk mencapai satu tujuan yaitu mencari hal – hal yang menyenangkan dan menghindari hal – hal yang menyakitkan. Jadi dapat dikatakan bahwa selama tingkah laku itu menyenangkan maka orang akan cenderung melakukan perbuatan itu. Sebagai contoh, setiap orang dalam melakukan kegiatan belajar, cara yang dilakukan antara satu dengan yang lainnya tentu berbeda, ada pula yang lebih suka belajar sambil makan makanan kecil. Kebiasaan – kebiasaan dalam belajar diatas tidak ada yang salah ataupun benar, karena mereka dalam melakukan kebiasaan tersebut sesuai dengan kesenangan masing – amsing yang tentunya menguntungkan bagi mereka. Meskipun demikian, teori ini tidak berlaku bagi orang yang menyukai tantangan. Sebagai contoh, perilaku minum minuman keras. Bagi si A, perilaku minum minuman keras adalah perilaku yang menyakitkan karena melukai diri sendiri tetapi berbeda menurut si B. si B berpendapat bahwa perilaku minum minuman keras adalah perilaku yang menyenangkan karena dapat membuat dirinya kuat dan hebat, dan dapat membuktikan kehebatan dirinya. Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa tingkah laku manusia timbul karena adanya dorongan di dalam dirinya. Sebagai contoh, orang melakukan kegiatan belajar karena adanya dorongan atau motivasi di dalam dirinya yaitu dorongan rasa ingin tahu. 3. Penggolongan Motivasi Berkaitan dengan penelitian ini maka penggolongan motivasi dapat dibagi dua yaitu: 1) Motif Primer dan Sekunder Penggolongan motif ini berdasarkan pada latar belakang perkembangan motif. Motif primer dilatar belakangi oleh proses fisio-kemis di dalam tubuh. Sedangkan motif sekunder di latarbelakangi oleh semua motif yang tidak langsung pada keadaan organisme individu. Motivasi primer didasari oleh kebutuhan asli yang sejak semula telah ada pada diri setiap individu sejak dia terlahir di dunia, seperti
32
kebutuhan menghilangkan rasa haus, rasa lapar, serta kebutuhan udaa bersih. Kebutuhan – kebutuhan itu secara mendasar harus terpenuhi sebab kalau tidak tantangannya adalah maut. Motivasi sekunder, motivasi ini tidak dibawa sejak lahir melainkan terbentuk bersamaan dengan proses perkembangan individu yang bersangkutan. Motivasi sekunder ini berkembang berkat adanya usaha “belajar”. Karena belajar, individu terdorong melakuakn berbagai hal seperti membaca, mmenulis, melukis dan sebagainya. 2) Motif Intrinsik dan Ekstrinsik Penggolongan motif ini berdasarkan pada sifatnya. Sardiman mengemukakan bahwa: Motivasi intrinsic adalah motif – motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangssang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu,” sedangkan “Motivasi ekstrinsik adalah motif – motif yang aktif dan berfungsinya karena adanya rangsangan dari luar.41 Berdasarkan dari pengertian tersebut maka motivasi intrinsic adalah motif – motif yang berfungsinya tidak usah dirangsang dari luar, karena motif atau dorongan tersebut sudah ada dalam diri individu dan tidak dipengaruhi oleh sesuatu di luar dirinya. Jadi tingkah laku yang dilakukan seseorang disebabkan oleh kemauan sendiri, bukan dorongan dari luar. Misalnya seorang anak belajar didorong oleh keinginan mengetahui sesuatu yang sedang dipelajarinya. Dari contoh tersebut dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar dari anak tersebut adalah benar – benar ingin tahu tentang sesuatu yang terkandung di dalam materi yang sedang dipelajarinya bukan karena takut pada orang tuanya. Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah motif – motif yang berfungsinya karena adanya factor dari luar. Misalnya seorang anak belaajr bukan didorong oleh keinginan untuk benar – benar mengetahui apa yang dipelajarinya, ettapi supaya orang tuanya senang atau supaya mendapatkan nilai yang baik. Dalam penelitian ini motivasi belajar siswa bersifat keduanya yaitu intrinsik dan ekstrinsik karena selain faktor dari 41
Sardiman, Op.Cit., h.87-89
33
dalam diri individu sendiri juga faktor dari luar individu yang keduanya saling mempengaruhi.
4. Fungsi Motivasi dalam Belajar Serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh masing – masing pihak sebenarnya telah dilatar belakangi oleh motivasi, dan motivasi telah bertalian dengan tujuan. Sehubungan dengan hal tersebut ada empat fungsi motivasi antara lain: a. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energy b. Menentukan arah perbuatan, yakni kearah tujuan yang hendak dicapai. c. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan–perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan–perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut. d. Sebagai pendorong usaha dan pencapaian prestasi. Seseorang melakukan suatu usaha karena adanya motivasi.42 Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa fungsi motivasi dalam belajar adalah mendorong manusia untuk melakukan suatu tugas atau perbuatan yang serasi guna mencapai tujuan yang dikehendaki dengan menyisihkan perbuatan – perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.
5. Kiat-kiat untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Untuk menanamkan motivasi belajar pada diri anak, diperlukan kiat-kiat agar anak dapat meningkatkan motivasi belajarnya, antara lain: a. Memberi nilai. Angka dimaksud adalah sebagai symbol atau nilai dari hasil aktivitas belajar anak didik yang diberikan sesuai hasil ulangan yang telah mereka peroleh dari hasil penilaian guru yang biasanya terdapat di dalam buku rapor sesuai jumlah mata pelajaran yang diprogramkan dalam kurikulum.
42
Sardiman, Op.Cit., h.83
34
b. Hadiah. Hadiah adalah memberikan sesuatu kepada anak didik yang berprestasi yang berupa uang beasiswa, buku tulis, alat tulis atau buku bacaan lainnya yang dikumpulkan dalam sebuah kotak terbungkus dengan
rapi,
untuk
memotivasi
anak
didik
agar
senantiasa
mempertahankan prestasi belajar selama berstudi. c. Kompetisi Kompetisi adalah persaingan yang digunakan sebagai alat motivasi untuk mendorong anak didik agar mereka bergairah belajar, baik dalam bentuk individu maupun kelompok untuk menjadikan proses belajar mengajar yang kondusif d. Pujian. Pujian yang diucapkan pada waktu yang tepat dapat dijadikan sebagai
alat
motivasi.
Dengan
pujian
yang
diberikan
akan
membesarkan jiwa anak didik dan akan lebih bergairah belajar bila hasil pekerjaannya dipuji dan diperhatikan, tetepi pujian harus diberikan secara merata kepada anak didik sebagai individu bukan kepada yang cantik atau yang pintar. Dengan begitu anak didik tidak antipati terhadap guru, tetapi merupakan figure yang disenangi dan dikagumi e. Hukuman. Meskipun hukuman sebagai reinforcement yang negative, tetapi bila dilakukan dengan tepat dan bijak akan merupakan alat motivasi yang baik dan efektif. Hukuman mendidik dan bertujuan memperbaiki sikap dan perbuatan anak didik yang dianggap salah dapat berupa sanksi yang diberikan kepada anak didik sesuai dengan pelanggaran yang dilakukan sehingga anak didik tidak akan mengulangi kesalahan atau pelanggaran di hari mendatang.43 Berdasarkan dari beberapa pendapat pendidikan tersebut dapat disimpulkan bahwa motivasi berfungsi sebagai tenaga penggerak bagi seseorang atau peserta didik yang menimbulkan upaya keras untuk melakukan aktivitas mereka sehingga dapat mencapai tujuan belajar.
43
Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Bina Aksara, 2003), h.54.
35
6. Indikator – Indikator Motivasi Belajar Siswa Motivasi yang bekerja dalam diri individu mempunyai kekuatan yang berbeda – beda. Ada motif yang begitu kuat sehingga menguasai motif –motif lainnya. Motif yang paling kuat adalah motif yang menjadi sebab utama tingkah laku individu pada saat tertentu. Motif yang lemah hamper tidak mempunyai pengaruh pada tingkah laku individu. Motif yang kuat pada suatu saat akan menjadi sangat lemah karena ada motif lain yang lebih kuat pada saat itu. Menurut Martin Handoko, untuk mengetahui kekuatan motivasi belajar siswa, dapat dilihat dari beberapa indicator sebagai berikut: a. b. c. d.
Kuatnya kemauan untuk berbuat Jumlah waktu yang disediakan untuk belajar Kerelaan meninggalkan kewajiban atau tugas yang lain Ketekunan dalam mengerjakan tugas.44
Sedangkan menurut Sardiman indikator motivasi belajar adalah sebagai berikut: a. Tekun menghadapi tugas b. Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa) c. Menunjukkan minat terhadap bermacam – macam masalah orang dewasa. d. Lebih senang bekerja mandiri. e. Cepat bosan pada tugas – tugas rutin f. Dapat mempertahankan pendapatnya. 45 Apabila seseorang memiliki ciri–ciri diatas berarti seseorang itu memiliki motivasi yang tinggi. Ciri–ciri motivasi seperti itu akan sangat penting dalam kegiatan belajar. Kegiatan belajar akan berhasil baik kalau siswa tekun mngerjakan tugas, ulet dalam memecahkan berbagai masalah dan hambatan secara mandiri, siswa yang belajar dengan baik tidak akan terjebak pada sesuatu yang rutinitas. Dari indikator – indikator perilaku motivasi belajar yang telah disebutkan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa, motivasi belajar
44 45
Martin Handoko, Op.Cit., h.59 Sardiman, Op.Cit., h.81
36
memiliki indikator antara lain: kuatnya kemauan untuk berbuat, jumlah waktu yang disediakan untuk belajar, kerelaan meninggalkan kewajiban atau tugas yang lain, ketekunan dalam mengerjakan tugas, ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa), menunjukkan minat terhadap bermacam – macam masalah orang dewasa, lebih senang bekerja mandiri, dapat mempertahankan pendapatnya.
37
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan Metode Kualitatif. Metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Menurut mereka pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara holistik (utuh). Jadi dalam hal ini tidak boleh mengisolasikan individu atau organisasi kedalam variabel atau hipotesis, tetapi perlu memandang sebagai bagian dari kebutuhan.1 Karakteristik penelitian kualitatif antara lain berlangsung pada latar yang alamiah, peneliti merupakan instrumen atau alat pengumpulan data utama, dan analisis data yang dilakukan dengan mendeskripsikan segala sesuatu yang terjadi pada latar penelitian dengan selengkapnya. Oleh karena itu data yang dikumpulkan adalah berupa kata-kata,gambar, dan bukan angkaangka. Hal itu disebabkan oleh adanya penerapan metode kualitatif. Selain itu semua yang dikumpulkan kemungkinan menjadi kunci terhadap apa yang diteliti. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif, yaitu penelitian yang datanya berupa kata-kata (bukan angka) yang berasal dari wawancara, catatan laporan, dokumen dan lain-lain, atau penelitian yang didalamnya mengutamakan untuk mendiskripsikan secara analisis suatu peristiwa atau proses sebagaimana adanya dalam lingkungan yang alami untuk memperoleh makna yang dalam, dari hakekat proses tersebut. Metode deskriptif bertujuan untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengeani fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antara fenomena yang diselidiki. Penelitian ini bertujuan menggambarkan realitas empiris sesuai dengan fenomena yang terjadi secara rinci dan tuntas serta untuk mengungkapkan 1
J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), h. 4
37
38
gejala secara holistik kontekstual melalui pengumpulan data dari latar yang alami dengan peneliti sebagai instrumen kunci. Adapun jenis penelitian dalam skripsi ini adalah penelitian studi kasus. Menurut Suharsimi Arikunto penelitian studi kasus adalah suatu penelitian yang dilakukan secara intensif, terinci, dan
mendalam terhadap suatu
organisasi, lembaga, atau gejala tertentu.2 Studi kasus merupakan penelitian tentang status subyek penelitian yang berkenaan dengan suatu fase spesifik atau khas dari keseluruhan personalitas. Peneliti ingin memepelajari secara spesifik mengenai latar belakang serta interaksi lingkungan dari unit-unit sosial yang menjadi subyek dari fokus penelitian. Lebih lanjut penelitian ini bermaksud untuk melukiskan secara lengkap dan akurat tentang fenomena sosial, sehingga peneliti menggunakan desain penelitian kualitatif.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian Waktu penelitian dilaksanakan terhitung sejak bulan Oktober sampai dengan Desember 2014, dan sebagai tempat penelitiannya adalah Komunitas Homeschooling Imam An-Nawawi Depok yang belamat Jl. H. Mustafa VI RT04/05 No.12 Kukusan Kecamatan Beji Kota Depok. . C. Variabel Penelitian dan Indikator Variabel Variabel penelitian adalah segala sesuatau yang akan menjadi obyek penelitian, dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu Implementasi Model Homeschooling dan motivasi belajar anak. Adapun Indikator variabel implementasi model homeschooling dalam penelitian ini meliputi: 1. Model dan jenis Homeschooling yang diterapkan, 2. Tujuan Melaksanakan Model Homeschooling 3. Kurikulum dan Materi Pembelajaran Homeschooling yang diterapkan 2
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), h.46
39
4. Metode Pembelajaran Homeschooling 5. Sistem evaluasi implementasi Model 6. Faktor penunjang model Homeschooling 7. Faktor Penghambat Dalam Implementasi Model Homeschooling Sedangkan Indikator variabel motivasi belajar anak dalam penelitian ini meliputi: 1. Kuatnya kemauan untuk berbuat, 2. Jumlah waktu yang disediakan untuk belajar, 3. Kerelaan meninggalkan kewajiban atau tugas yang lain, 4. Ketekunan dalam mengerjakan tugas, 5. Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa), 6. Menunjukkan minat terhadap bermacam – macam masalah orang dewasa, 7. Lebih senang bekerja mandiri, dan 8. Dapat mempertahankan pendapatnya.
D. Sumber Data Sumber data dalam penelitian ini menggunakan dua macam, yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder. 1. Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari subjek penelitian dengan mengenakan alat pengukuran atau alat pengambilan data langsung pada subjek sebagai sumber informasi yang dicari. Dalam penelitian ini, peneliti mengambil sumber data primer adalah Kepala Komunitas, Pengajar, dan Orang tua peserta didik homeschooling. 2. Sedangkan sumber data sekunder adalah sumber data yang tidak langsung, misalnya lewat orang lain, internet atau dokumen yang ada. Sumber data sekunder adalah data tertulis dari lembaga dan hasil observasi peneliti.
E. Teknik Pengumpulan Data Untuk memperoleh data yang diperlukan, peneliti dalam hal ini menggunakan metode sebagai berikut: 1. Metode Observasi.
40
Metode observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari pelbagai proses biologis dan psikologis. 3 Observasi ini digunakan untuk mengetahui keadaan umum Komunitas Belajar Sekolah Imam An Nawawi Depok dan bagaimana implementasi model homeschooling yang diterapkan di Komunitas Belajar Sekolah Imam An Nawawi Depok tersebut dalam meningkatkan motivasi belajar anak. Dalam pengumpulan data melalui observasi ini instrumen yang digunakan oleh peneliti adalah pedoman observasi yang berisi daftar jenis kegiatan atau keadaan yang ingin diteliti. Dalam hal ini dipertegas oleh Suharsimi Arikunto bahwa metode ini merupakan observasi sistematis yaitu observasi yang dilakukan oleh pengamat dengan menggunakan pedoman sebagai instruman pengamatan.4 Metode ini merupakan cara pengumpulandata yang dilaksanakan melalui pengamatan langsung yaitu melihat langsung kondisi lapangan. Metode penelitian ini digunakan untuk menggali situasi secara umum di Komunitas Belajar Sekolah Imam An Nawawi Depok, seperti lingkungan Komunitas, sarana dan prasarana, fasilitas belajar mengajar dan kegiatan belajar mengajar serta suasana kerja kepegawaian, tenaga edukatif serta tenaga administratif dalam rangka menigkatkan motivasi belajar anak. 2. Metode Wawancara. Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara Tanya jawab sambil bertatap muka antara si penanya atau pewawancara dengan nara sumber atau responden dengan menggunakan alat atau panduan wawancara. Jenis wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara terbuka dan wawancara tidak terstruktur. Alasannya digunakan wawancara jenis ini adalah pada wawancara ini memiliki kelebihan-kelebihan diantaranya yaitu dapat dilakukan secara personal yang memungkinkan sekali diperoleh informan yang sebanyak-banyaknya. 3
Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2006), h. 203 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktik, (Yogyakarta: Bina Aksara, 2005), h. 130 4
41
Secara psikologis wawancara ini lebih bersifat obrolan dan bebas sehingga tidak menjenuhkan informan, namun tetap dalam focus mengenai pokok permasalahan yang sesuai dengan tujuan penelitian. Instrument yang digunakan adalah peneliti sendiri yang didukung dengan pedoman wawancara dan recorder. Wawancara yang peneliti gunakan bertujuan untuk mengetahui secara mendetail tentang pokok permasalahan mengenai peranan manajemen personalia dalam meningkatkan mutu pendidikan yang ada di Komunitas Belajar Sekolah Imam An Nawawi Depok yang peneliti ambil sebagai tema dalam penulisan skripsi ini. Sehingga didapatkan data-data yang valid dari nara sumber obyek penelitian. 3. Metode Dokumentasi. Metode dokumentasi adalah mencari data mengenal hal-hal atau variabel yang berupa catatan-catatan, transkrip, buku, surat kabar, prasasti, notulen rapat, agenda dan sebagainya.5 Dokumentasi dapat diklasifikasikanmenjadi dua macam, yaitu dokumen resmi dan dokumen pribadi. Dokumen resmi merupakan dokumen yang berasal
dari suatu lembaga atau organisasi. Dokumen
resmi terbagi atas dokumen internal (berupa memo, pengumuman, instruksi, aturan suatu lembaga masyarakat tetapi digunakan dikalangan sendiri) dan dokumen eksternal (yang berupa majalah, buletin, penyataan dan berita yang disiarkan kepada media masa). Dokumen pribadi merupakan catatan seseorang secaratertulis tentang tindakan, pengalaman dan kepercayaan. Dokumen pribadi dapat berupa buku harian, surat pribadi dan autobiografi. Metode dokumentasi ini penulis pergunakan berdasarkan dokumen resmi dalam bentuk dokumen internal yang ada di Komunitas Belajar Sekolah Imam An Nawawi Depok. Penulis tidak menggunakan dokumen pribadi karena peneliti tidak menemukan data dokumen tersebut. Metode
5
Ibid., h. 132.
42
dokumentasi ini penulis pergunakan untuk mengetahui tentang latar belakang obyek penelitian. Latar belakang obyek penelitian ini meliputi sejarah singkat berdiri dan berkembangnya Komunitas Belajar Sekolah Imam An Nawawi Depok, kondisi Komunitas Belajar Sekolah Imam An Nawawi Depok, kondisi motivasi siswa Komunitas Belajar Sekolah Imam An Nawawi Depok, kondisi guru dan karyawan Komunitas Homeschooling Imam An Nawawi Depok.
F. Tehnik Pengelolaan dan Analisis Data Teknik analisis data merupakan suatu cara yang digunakan untuk menguraikan keterangan-keterngan atau data-data yang diperoleh agar datadata tersebut dapat dipahami bukan saja oleh orang yang meneliti (peneliti), akan tetapi juga oleh orang lain yang ingin mengetahui hasil penelitian itu. Data yang didapat selanjutnya di analisis secara deskriptif untuk mendapatkan kesimpulan akhir dari tujuan penelitian. Analisa data dilakukan selama pengumpulan data dan setelah data terkumpul. Setelah data dari laporan terkumpul dengan menggunakan beberapa metode diatas, maka peneliti mengolahdan menganalisa data tersebut dengan menggunakan analisis deskriptif-kualitatif. Peneliti menganalisis data hasil penelitian dengan analisis deskriptif kualitatif yang merupakan suatu teknik yang menggambarkan, menguraikan dan menginterpretasikan arti data-data yang terkumpul dengan memberi perhatian dan merekam sebanyak mungkin aspek situasi yang diteliti. Analisis data yang dilakukan dengan menata dan menelaah secara sistematis semua data yang diperoleh, penarikan kesimpulan dan verifikasi hasil peneliti menggunakan teknik analisis data ini dengan menata dan menelaah secara sistematis semua data yang diperoleh. Sehingga diperoleh gambaran secara menyeluruh tentang obyek penelitian berdasarkan fokus penelitian yang penulis ambil.
43
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Latar Belakang Objek Penelitian 1. Gambaran Umum Komunitas Belajar Homeschooling Imam AnNawawi Depok Komunitas Belajar Homeschooling Imam An-Nawawi, merupakan Asosiasi homeschooling dan pendidikan alternatif yang terdapat di kecamatan Beji Kota Depok. Sekolah Imam An-Nawawi Depok termasuk ke dalam kategori komunitas homeschooling, atau gabungan beberapa homeschooling majemuk yang menyusun dan menentukan silabus, bahan ajar, kegiatan pokok, sarana/prasarana, dan jadwal pembelajaran. Dengan bentuk kemasan yang disebut komunitas homeschooling Imam AnNawawi. Komunitas belajar homeschooling Imam An-Nawawi adalah komunitas yang mempelajari ilmu pengetahuan, iman serta ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berdedikasi dengan mengaplikasikan pembelajaran yang menantang dan menyenangkan dalam mendidik anakanak untuk tumbuh dan berubah menjadi lebih berkarakter dalam mengenal diri dan potensi menjadi manusia unggul dan berakhlak mulia. Sekolah komunitas tersebut berlokasi di Jalan H. Mustafa VI RT04/05 No.12 Kelurahan Kukusan Kecamatan Beji Kota Depok. Komunitas belajar homeschooling Imam An-Nawawi berdiri tahun 2008, pertama kali yang berdiri adalah tingkat Sekolah Dasar. Dimana pada waktu pertama kali jumlah siswa pada tahun ajaran tersebut berjumlah sebanyak dua puluh siswa dan 3 orang guru dan 1 kepala sekolah. Kemudian pada tahun pelajaran 2009-2010 terdapat 32 siswa dengan 5 guru dan 1 kepala sekolah. Komunitas homeschooling Imam AnNawawi terus tumbuh dan berkembang dan hingga tahun ajaran 20132014, komunitas homeschooling Imam An-Nawawi mempunyai siswa sebanyak 79 siswa dan 19 guru dan staff. 43
44
2. Visi dan Misi, serta Tujuan Komunitas Belajar Imam An-Nawawi Visi: Menyiapkan khalifah yang berakhlak mulia dan terampil yang bermanfaat bagi seluruh umat Misi: a. Menciptakan suasana pengamalan Qur’an dan Sunnah b. Memberikan pembelajaran yang dapat menjadi teladan dalam pengamalan di setiap segi kehidupan. c. Menciptakan pembelajaran yang dapat merangsang pengembangan seluruh aspek kecerdasan. d. Menciptakan suasana belajar yang menantang dan menyenangkan. Tujuan Sekolah: Mengembangkan potensi anak didik dengan kekuatan fitrah berbasis hati nurani tanpa kasaan dalam suasana menantang dan menyenangkan menggunakan metode modern yang Islami. 3. Fasilitas, Sarana dan Prasarana Komunitas Belajar Imam AnNawawi Dalam proses belajar mengajar, komunitas belajar Imam AnNawawi Depok menyediakan beberapa fasilitas, sarana dan prasarana guna menunjang pembelajaran kepada anak didiknya secara efektif, efesien dan berdaya guna. Dengan luas tanah sekitar 4.500m 2 dengan sarana penunjang antara lain: a. Fasilitas Olahraga 1. Lapangan futsal (bola, gawang) 2. Mini outbond (ayunan 4 buah, kursi goyang 1 buah 3 sit), kolam pasir, 2 line brigde, dan jalur titian. b. Fasilitas Gardening (berkebun) 3. Lahan olah tanam (12x8m) 4. Nursery (pembibitan 4 x 8m) c. Fasilitas Farming (Beternak) 4 kolam ikan, 2 kandang ayam, 1 kolam kura-kura
45
Kemudian untuk ruangan yang terdapat di Komunitas Belajar Imam AnNawawi Depok antara lain: a. Ruang kelas 4 SD
ukuran 5mx11m
b. Ruang kelas 5 SD
ukuran 4mx6m
c. Ruang kelas 6 SD
ukuran 5mx6m
d. Ruang kelas 7 SMP
ukuran 5mx6m
e. Ruang kelas 8 SMP
ukuran 6mx7m
f. Ruang kelas 9 SMP
ukuran 6mx7m
g. Ruang dapur
ukuran 2,5mx4m
h. Ruang kepala sekolah
ukuran 5mx5m
i. Ruang guru perempuan
ukuran 5mx5m
j. Ruang guru laki-laki
ukuran 5mx5m
k. Ruang perpustakaan
ukuran 4mx6m
l. Ruang kelas baca
ukuran 6mx7m
m. Ruang kelas tamu
ukuran 4mx4m
n. Ruang musholah
ukuran 5mx6m
o. Ruang lab. komputer
ukuran 5mx6m
p. Kantin
ukuran 4mx6m
q. Toilet guru
ukuran 2mx3m
r. Toilet siswa
ukuran 4mx6m
4. Struktur Organisasi Komunitas Belajar Imam An-Nawawi Depok
Gambar 1 Gambar Struktur Organisasi Komunitas Belajar Imam An-Nawawi Depok
46
Dari bagan struktur organisasi sekolah Imam An-Nawawi di atas, dapat dilihat bahwa sekolah Imam An-Nawawi Depok, merupakan sekolah sekolah komunitas homeschooling yang memiliki perangkat organisasi dan memiliki
tugas
dan
tanggung
jawab
dalam
mengembangkan
homeschooling. Sekolah Imam An-Nawawi Depok berbeda dengan sekolah alam, dimana sekolah alam merupakan sebuah model pendidikan yang berusaha mengadaptasi apa yang telah dibuktikan oleh Rasulullah SAW
pada
masanya
ke
masa
kini.
Sekolah
alam
berusaha
mengembangkan pendidikan bagi semua (seluruh ummat manusia) dan belajar dari semua (seluruh makhluk di alam semesta) dimana konsep pembelajarannya menitikberatkan pada fungsi alam sebagai ruang belajar, sebagai media dan bahan ajar serta alam sebagai objek pembelajaran. 5. Keadaan Guru dan Siswa di Komunitas Belajar Imam An-Nawawi Depok Adapun keadaan siswa terakhir tahun 2014/2015 di Komunitas Belajar Imam An-Nawawi Depok yaitu sebagai berikut: Tabel 1 Jumlah keadaan Siswa di Komunitas Belajar Imam An-Nawawi Depok Kelas
Laki-Laki
Perempuan
Jumlah
4 SD
12
6
18
5 SD
10
6
16
6 SD
8
8
16
7 SMP
7
9
16
8 SMP
5
-
5
9 SMP
7
1
8
TOTAL
49
30
79
Kemudian keadaan guru di Komunitas Belajar Imam An-Nawawi Depok sebagai berikut: Kepala Sekolah
: 1 orang (Ust. Saiful Lc.)
Wakil Kepala Sekolah: 1 orang (Mashudi Rukun)
47
Guru
: 14 Orang (guru kelas dan asisten)
TU
: 1 orang (Rifki)
Keuangan
: 1 orang (Budi Mulyani)
Pramubakti
: 1 orang (Mai)
Tukang Kebun
: 1 orang (Eril Sultana)
Satpam
: 1 orang (Rustam)
B. Paparan Data Hasil Penelitian 1. Implementasi Model Homeschooling di Komunitas Belajar Imam AnNawawi Dalam
menjalankan
pendidikan
pada
homeschooling
ini
sebenarnya tidak terlalu sulit, karena tidak terlalu terbentur dengan peraturan dan sistem baku dan formal. Seperti yang diungkapkan oleh Bapak Saiful, Lc., selaku kepala Komunitas Belajar Imam An-Nawawi, berikut adalah hasil wawancaranya: Untuk memulai pendidikan pada homeschooling ada tahap-tahap tertentu untuk memulainya. Biasanya dimulai dengan adanya kelompok belajar. Kelompok belajar biasanya terdiri dari empat sampai lima orang, kemudian kita bimbing, semakin lama akan semakin banyak relasi dan teman-teman yang bergabung. Dan ketika sudah berkembang, barulah kita ke Diknas untuk mengesahkan atau mengurusi badan homeschooling. Untuk diberikan status.1 Dari
pernyataan
tersebut
bahwasanya
untuk
memulai
melaksanakan homeschooling komunitas itu cukup mudah, yaitu cukup dengan
satu
homeschooling,
sampai jika
lima ingin
orang
untuk
dikatakan
memulai
sebagai
melaksanakan
komunitas
atau
homeschooling majemuk. Namun jika ingin melaksanakan homeschooling sendiri itu juga bisa. Komunitas Belajar Imam An-Nawawi yang terdapat di daerah Beji Kota Depok menjadi salah satu sekolah alternatif yang menawarkan sistem 1
Wawancara dengan Bpk. Saiful, Lc., Kepala Sekolah Komunitas Belajar Imam AnNawawi. Senin 5 Januari 2015 di Sekolah Imam An-Nawawi pukul 09.00 WIB
48
dan metode modern yang Islami dan kreatif. Dan sudah mendapatkan legitimasi secara sah dari pemerintah Kota Depok. Karena homeschooling sudah menjadi bagian dari jalur pendidikan di Indonesia, yaitu jalur Informal. Untuk bergabung di Komunitas Belajar Imam An-Nawawi Depok ini cukup mudah, yaitu seperti yang dikatakan oleh Bapak Saiful Lc.,: Untuk prosedur pendaftaran di sekolah ini umumnya sama dengan komunitas homeschooling lainnya, pertama meninjau lokasi sekolah, jenjang anaknya kelas berapa, pemilihan programnya apakah setiap hari atau hanya hari-hari tertentu, belajar di sekolah atau di rumah dan sebagainya. Tentunya bagi siswa baru tanpa adanya tes masuk. Peserta didik jika sudah cocok maka langsung bisa belajar bersama kami di komunitas Imam An-Nawawi ini. Untuk penempatan kelas di sekolah Imam An-Nawawi kita lihat dulu dia pindahan atau bukan, kalau pindahan kita lihat kelas di sekolah sebelumnya. 2 Dari hasil wawancara tersebut dapat di katakana bahwa untuk mendaftarakan anak-anaknya, orang tua tidak terlalu sulit, karena komunitas homeschooling mempermudah pendaftarannya dengan tidak memberlakukan tes masuk. Tinggal memilih mau belajar di kelas berapa. Tentunya usia dan kemampuan anak akan menjadi seleksi tersendiri dalam proses perjalanannya. 2. Model dan Jenis Homeschooling yang Diterapkan Sebagaimana
yang
telah
diketahui
sebelumnya,
bahwa
homeschooling Imam An-Nawawi adalah termasuk ke dalam jenis homeschooling komunitas, sebagaimana hasil wawancara dengan Kepala Sekolah Imam An-Nawawi Depok, Bapak Saiful, Lc., “Dalam
perkembangannya
homeschooling
kami
adalah
homeschooling komunitas, dimana sekolah kami merupakan gabungan
2
Wawancara dengan Bpk. Saiful, Lc., Kepala Sekolah Komunitas Belajar Imam AnNawawi. Senin 5 Januari 2015 di Sekolah Imam An-Nawawi pukul 09.00 WIB
49
beberapa homeschooling majemuk, sekolah kami yang menyusun dan menentukan silabus, RPP, bahan ajar, sarana, serta jadwal pembelajaran”.3 Pelaksanaan pendidikan homeschooling di Komunitas Belajar Imam An-Nawawi menggunakan Jenis dan model yang dikembangkan oleh pihak komunitas homeschooling. Tentunya berbeda dengan pendidikan formal pada umumnya. Sebagaimana hasil wawancara Bapak Saiful Lc., menuturkan kepada peneliti: Dari yang saya ketahui dan saya jalankan selama ini, model yang digunakan di homeschooling Imam An-Nawawi adalah model Montessori, jadi siswa dituntut untuk berkreativitas dan berekspresi dan begitu juga pembimbingnya tidak semesti guru, bisa juga kakak guru, orang yang berpengalaman yang berfungsi untuk membimbing, dan pembelajarannya pun tidak kaku dan monoton misalnya bab perbab atau pembahasan perpembahasan, akan tetapi kita bisa mengambil pembelajaran penelitian di luar sekolah, teknis presentasi masih banyak metode yang bisa digunakan dalam praktek pembelajaran homeschooling ini, tentu saja metode tersebut diaplikasikan dengan metode secara Islami dimana anak juga diajarkan aplikasi hukum, tuntunan dan kaidah Islam, sehingga bukan hanya membentuk anak yang cerdas namun memiliki akhlakul karimah.4 Kemudian menurut hasil wawancara dengan Bapak Mashudi Rukun selaku Wakil Kepala sekolah, selaku Imam An-Nawawi Depok tentang model dan jenis yang diterapkan beliau menuturkan: Selain model Montessori kami juga menerapkan model unit pembelajaran (unit studies) secara Islami, yang memakai minat anak dan kemudian menyatukannya dalam bidang seperti matematika, bahasa, sains, pelajaran agama (Qur’an, hadist, akidah ahlak, fiqih) dan outing. Serta versi pengajar dan inisiatif anak juga yang mengarahkan. Tetapi hal tersebut bukanlah yang utama karena yang terpenting dalam proses belajar tetaplah menanamkan mental, akidah dan spiritual sehingga secara mandiri anak mampu memperkaya khasanah keilmuannya dan jiwa yang Islami. Bukan tergantung pada buku teks maupun lembar kerja. Buku dan lembar kerja hanyalah sarana pendukung saja, itupun bila anak bersedia.
3
Wawancara dengan Bpk. Saiful, Lc., Kepala Sekolah Komunitas Belajar Imam AnNawawi. Senin 5 Januari 2015 di Sekolah Imam An-Nawawi pukul 09.00 WIB 4 Wawancara dengan Bpk. Saiful, Lc., Kepala Sekolah Komunitas Belajar Imam AnNawawi. Senin 5 Januari 2015 di Sekolah Imam An-Nawawi pukul 09.15 WIB
50
Dari hasil wawancara di atas dapat dikatakan bahwa model homeschooling
yang
diimplementasikan
adalah
Montessori
dan
homeschooling unit pembelajaran (unit studies) yang memakai minat anak dalam suatu subjek. Serta versi orang tua, pengajar, dan anak juga yang mengarahkan. Dalam model siswa tidak belajar satu mata pelajaran tertentu, tetapi mempelajari banyak mata pelajaran sekaligus melalui sebuah tema yang dipelajari. Kemudian model tersebut dikembangkan dengan panduan Islami, dimana dalam proses pembelajaran bidang studi akan disisipkan atau ditanamkan nilai-nilai Islami sesuai dengan materi yang sedang diajarkan. Komunitas Belajar homeschooling Imam An-Nawawi Depok juga mengimplementasikan model
Montessori
yang dipadukan dengan
pengaplikasian hukum dan tuntunan ajaran Islam dalam kehidupan seharihari, dimana murid dituntut untuk kreatif dalam memilih materi pelajaran yang sesuai dengan beberapa mata pelajaran sekaligus di dalam kelas namun juga dipadukan dengan ajaran-ajaran Islam, seperti tata cara mengambil wudhu, shalat, mengaji, menyayangi tanaman, binatang dan lain sebagainya. Di samping itu juga digunakan model The Living Books yaitu anak membaca buku kemudian menceritakannya kembali dengan bahasanya sendiri. Dalam hal ini membaca bisa dipadukan dengan membaca kisah para Nabi atau para sahabat Nabi. Hal ini memastikan bahwa mereka mengerti apa yang dibacanya. Pendekatan ini mengajarkan kebiasaan baik, keterampilan dasar (menulis, membaca, berhitung), serta mengekspos anak dengan pengalaman nyata, seperti berjalan-jalan, mengunjungi museum, berbelanja ke pasar, mencari informasi di perpustakaan. Salah satu keluarga yang ikut dalam sekolah komunitas di Imam An-Nawawi, yaitu keluarga Ibu Humairah, anaknua yang bernama Fauzi didaftarkan ke Komunitas Belajar Imam An-Nawawi Depok, dan model yang digunakanpun juga mengikuti apa yang diterapkan di komunitas tersebut. beliau menuturkan :
51
Dalam pelaksanaan homeschooling sendiri Kami menerapkan Model Montessori dengan dipadukan dengan metode modern yang Islami serta sebagai tambahan The Living of Book yang dikembangkan oleh Charlott Maseon, dan saya menggunakan bentuk homeschooling komunitas untuk jenisnya. Karena di komunitas anak saya bisa bersosialisasi dengan teman sebayanya.5 Dari hasil wawancara tersebut di atas, dapat dikatakan bahwa dalam pelaksanaan homeschooling model dan jenis yang diterapkan homeschooling komunitas dan model unit pembelajaran (unit studies) yang Islami, dimana model tersebut mengacu pada minat ana saya dan kemudian menyatukannya dalam bidang seperti matematika, bahasa, sains, TIK, dan outing. Serta versi orang tua juga yang mengarahkan.
3. Tujuan Melaksanakan Model Homeschooling Setiap lembaga pendidikan yang ada, pasti memilki tujuan yang ingin dicapai, termasuk homeschooling Imam An-Nawawi Depok, Tujuan homeschooling pada Komunitas Belajar Imam An-Nawawi berdasarkan hasil wawancara dengan dengan Bapak Saiful Lc., selaku kepala Komunitas Belajar Imam An-Nawawi Depok tentang tujuan dalam pelaksanaan homeschooling, beliau menuturkan: Tujuan dalam pelaksanaan homeschooling ini hanya ingin lebih meningkatkan potensi anak secara optimal lebih cepat, fleksibel dalam materi, meningkatkan potensi dan kreatifitas anak yang dimiliki serta berakhlakul karimah sesuai dengan ajaran Islam, dan tentunya yang terpenting adalah agar anak termotivasi belajarnya sehingga tidak terhambat dalam mempelajari ilmu pengetahuan serta menjadi anak yang shaleh dan shalehah.6 Dengan demikian, berdasarkan pernyataan di atas, tujuan dari implementasi model homeschooling pada Komunitas Belajar Imam AnNawawi adalah untuk meningkatkan motivasi belajar anak dan meningkatkan potensi secara optimal pada anak. Jadwal belajar dan materi 5
Wawancara dengan Ibu Humairah., Orang tua dari Fauzi siswa Komunitas Belajar Imam An-Nawawi. Senin 5 Januari 2015 di Sekolah Imam An-Nawawi pukul 10.30 WIB 6 Wawancara dengan Bpk. Saiful, Lc., Kepala Sekolah Komunitas Belajar Imam AnNawawi. Senin 5 Januari 2015 di Sekolah Imam An-Nawawi pukul 09.15 WIB
52
fleksibel tergantung kesepakatan orang tua dan anak, peningkatan motivasi belajar dan kreatifitas yang dimiliki oleh anak dan tidak terhambat dalam segala hal, terutama dalam hal menjadikan anak yang tidak hanya pintar namun juga memiliki akhlakul karimah sesuai dengan ajaran Islam. Selain di atas, pelaksanaan homeschooling ini juga ingin membentuk karakter anak didik yang shaleh dan shalehah. Sesuai dengan potensi positif yang dimilkinya. Sehingga karakternya terbangun adalah benar-benar karakter yang Islami yang menjadi modal anak-anak untuk untuk diamalkan di masyarakat dikemudian hari. Sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Bapak Mashudi Rukun: Di sini menjadikan siswa terbentuk karakter yang Islami sesuai dengan ajaran Qur’an dan Sunnah Nabi Muhammad SAW, sehingga secara otomatis generasi yang Islami sesuai dengan ajaran Rasulullah. Karakter yang kita bangun dan kita kembangkan berdasarkan dengan nilai-nilai kehidupan ajaran Islam. Baik agama dan social masyarakat yang ada. Kami selalu memperhatikan betulbetul karakter yang akan berkembang dalam diri anak7. Dari pernyataan hasil wawancara di atas, dapat dikatakan bahwa beberapa alasan para orang tua memilih homeschooling di Komunitas Imam An-Nawawi Depok yaitu untuk meningkatkan potensi anak secara optimal, fleksibel dalam materi, juga menanamkan perilaku dan karakter anak secara Islami sesuai dengan ajaran dan tuntunan yang telah dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW. Di samping itu homeschooling relatif murah yang terpenting supaya anak tidak terhambat perkembangan ilmu pengetahuannya.
4. Kurikulum
dan
Materi
Pembelajaran
Homeschooling
yang
Diterapkan Pelaksanaan pendidikan di homeschooling Imam An-Nawawi Depok memang berbeda dengan proses pembelajaran yang di sekolah formal. Kalau di homeschooling anak-anak bisa belajar dimanapun 7
Wawancara dengan Bpk. Mashudi Rukun, Wakil Kepala Sekolah Komunitas Belajar Imam An-Nawawi. Senin 5 Januari 2015 di Sekolah Imam An-Nawawi pukul 09.30 WIB
53
kapanpun, dan dengan siapapun. Sehingga terjadi fleksibelitas belajar. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Bapak Saiful Lc.,: “....Kalau disini kita membimbing anak agar bisa belajar dimana saja yang mereka suka, bisa mengembangkan teori sendiri, di rumah bisa, di sekolah bisa kalau perlu di bawah pohonpun bisa”.8 Fleksibelitas tersebut tentunya tidak mengacuhkan kurikulum nasional untuk mencapai tujuan pendidikan. Dari pernyataan tersebut di atas, kita bisa menilai bahwa praktek pembelajaran yang dilakukan di homeschooling itu lebih fleksibel, tidak terikat oleh ruang dan waktu yang kaku dan membosankan. Namun tetap mengacu pada kurikulum nasional yang ada. Sedangkan untuk jadwal pelaksanaan pembelajaran di komunitas Imam An-Nawawi tidak terlalu padat oleh mata pelajaran. Karena setiap harinya hanya belajar satu sampai dua mata pelajaran. Kalau jam pelajarannya hanya tiga jam maksimal setiap mata pelajaran. Hal ini juga tergantung materi dan metode yang digunakannya. Bapak Saibudin menuturkan : “Setiap mata pelajaran 1 jam. Dalam satu hari ada 1 mata pelajaran, tapi kadang-kadang ada 2 mata pelajaran. Tergantung guru dan minat anak didik untuk belajar. Di sini kita masuk jam 07.00 pagi secara serentak, mulai setara antara SD dan SMP”. 9 Pelaksanaan kurikulum, dan sistem evaluasi homeschooling pada Komunitas Belajar Imam An-Nawawi Depok masih ditentukan oleh pihak sekolah dengan mengacu pada kurikulum Nasional yang dikeluarkan oleh Diknas. Jadwal dan materi disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi anak bisa dengan mengadaptasi kurikulum (Diknas) dan membuat kurikulum sendiri atau kombinasi keduanya. Waktu bisa kapan saja, materi bisa apa 8
Wawancara dengan Bpk. Saiful, Lc., Kepala Sekolah Komunitas Belajar Imam AnNawawi. Senin 5 Januari 2015 di Sekolah Imam An-Nawawi pukul 09.30 WIB 9 Wawancara dengan Bpk. Saibudin, Guru Agama Islam di Komunitas Belajar Imam AnNawawi. Senin 5 Januari 2015 di Sekolah Imam An-Nawawi pukul 09.40 WIB
54
saja sesuai kebutuhan anak. Bapak Saiful Lc., menjelaskan kepada peneliti: Kalau kurikulum tetap masih dibuat oleh lembaga, dengan tidak keluar dari kurikulum Depdiknas. Dengan sekolah formal kita tidak menyimpang jauh, hanya kita menerapkan metode-metode homeschooling. Lebih meningkatkan kreatifitas anak-anak, dengan model mentoserri yang Islami kita kombinasikan dengan kurikulum nasional, tujuannya untuk meningkatkan kreatifitas anak didik untuk pencapaian prestasinya dan memiliki karakter anak yang Islami.10 Dengan demikian kurikulum di Komunitas Belajar Imam AnNawawi Depok dibuat sendiri disesuaikan dengan potensi anak didik dan tentunya tidak keluar dari kurikulum nasional. Misalnya keluarga pedagang mengajarkan menimbang dengan takaran yang sesuai (jujur), membantu menyiapkan dagangan, menghitung uang kembalian dari pembeli, menghitung keuntungan dari hasil penjualan/perdagangan, melihat dagangan apa saja yang laku terjual atau belum terjual, dan lain sebagainya. Pelayanan khusus untuk anak berkebutuhan khusus seperti melatih mereka menguasai life skill untuk kehidupan mereka selanjutnya. Menurut hasil wawancara peneliti dengan pengajar di lembaga Komunitas Belajar Imam An-Nawawi Depok (Bapak Muhammad Soleh) tentang bagaimana materi, metode serta sistem evaluasi yang digunakan dalam melaksanakan model homeschooling beliau menuturkan: Untuk proses belajar mengajar saya tanamkan ke anak, bahwa belajar bisa dimana saja, kapan saja dan dengan siapa saja. Untuk materi mengkombinasikan antara kurikulum Diknas dan kurikulum sendiri. Jadi kita sesuaikan juga dengan kebutuhan dan potensi yang dimiliki oleh anak didik di sini. Proses belajar mengajar dapat dilaksanakan di berbagai lokasi dan tempat yang sudah ada baik milik pemerintah, masyarakat maupun pribadi, seperti gedung sekolah, madrasah, sarana-sarana yang dimiliki pondok pesantren dan yang lainnya seperti masjid. Termasuk belajar di atas pohon dan di lapangan.11 10
Wawancara dengan Bpk. Saiful, Lc., Kepala Sekolah Komunitas Belajar Imam AnNawawi. Senin 5 Januari 2015 di Sekolah Imam An-Nawawi pukul 09.40 WIB 11 Wawancara dengan Bpk. Muhammad Soleh, Guru Kelas IV di Sekolah Komunitas Belajar Imam An-Nawawi. Senin 5 Januari 2015 di Sekolah Imam An-Nawawi pukul 11.00 WIB
55
Tentunya materi yang digunakan masih mengacu pada kurikulum nasional. Diantara materi yang diberikan itu bisa diambil dari internet atau dari yang lain seperti Al Qur’an maupun Hadist. Seperti yang diungkapkan oleh Bapak Saibudin: Kalau materi kita guru yang menyiapkan, yang diambil dari mana saja, bisa dari buku materi/pegangan, internet, Al Qur’an atau hadist tergantung pada materi dan pelajaran yang akan dipelajari. Sedangkan materi belajarnya itu adalah membaca, kemudian mereka mempresentasikan kembali apa yang dibacanya, sehingga mereka butuh konsentrasi tinggi dalam belajar.12 Walaupun materinya dan kurikulum dalam sistem homeschooling itu masih fleksibel dan terkesan bebas. Namun guru yang mengajar di homeschooling komunitas perlu memiliki target dalam mengajar. Sehingga kompetensi yang dicapainya tidak keluar dari acuan kurikulum Nasional sebagai kurikulum bersama. Pengajar di homeschooling memang lebih flaksibel dan lebih akrab dengan siswa, sehingga bagi siswa yang memilki tingkat kecerdasan yang rendah bisa mendapatkan perlakuan lebih dari guru. Dengan demikian anak yang belajar pada homeschooling, akan lebih termotivasi dalam belajarnya. Rasa beban dalam mempelajari ilmu pengetahuan jauh lebih rendah, dikarenakan proses belajar yang menyenangkan sesuai dengan kebutuhan anak, namun daripada itu proses pembelajaran dan pemberian materi tetaplah mengacu kepada kurikulum yang telah ditetapkan oleh pemerintah dan kesepakatan yang telah dibuat oleh komunitas homeschooling tersebut. 5. Metode Pembelajaran Homeschooling Sedangkan metode yang digunakan dalam menyampaikan materi dan kurikulum pembelajaran di Komunitas Imam An-Nawawi adalah metode Peta pikiran yang dibangun oleh Adamcho menjadi metode utama, yang telah dikembangkan secara Islami oleh komunitas tersebut. Namun 12
Wawancara dengan Bpk. Saibudin, Guru Agama di Sekolah Komunitas Belajar Imam An-Nawawi. Senin 5 Januari 2015 di Sekolah Imam An-Nawawi pukul 10.30 WIB
56
metode yang lain masih juga dipergunakan, tergantung kebutuhan pengajar dan disesuaikan dengan materi yang diajarkan. Dari hasil wawancara dengan Bapak Saiful Lc., mengungkapkan: Kita dalam mengajar selama ini menggunakan Metode Adamcho peta pikiran (mind map) yang dikembangkan secara modern dan Islami, termasuk juga tanya jawab, diskusi, dan lain-lain. Mereka pasti bisa jawab apa yang guru tanyakan. Di Imam An-Nawawi ini kita tidak menutup kemungkinan digunakannya metode yang dirasa bagus untuk digunakan di sini. Misalnya bahasa Inggris atau bahasa Arab kita kombinasikan dengan bahasa Indonesia bilingual. Misalnya matematika dengan metode menghitung cepat, metode presentasi, mind map, system adamcho juga kita jalankan, jadi kita tidak menutup metode-metode apa saja bisa kita gunakan ini tujuannya untuk mengembangkan proses pembelajaran.13 Dengan demikian di komunitas Imam An-Nawawi metode pembelajaran yang digunakan tidak baku dan kaku, namun ada metode utama yang setiap guru harus menggunakan pada materi yang dianggap Utama dan penting untuk dipahami oleh anak didik. Namun untuk metode yang lain menjadi metode pendukung dan pelengkap. Selain itu dalam penggunaan metode-metode tersebut tetap dikembangkan dengan secara Islami, sehingga nilai-nilai Islam pada diri anak sudah diajarkan atau ditanamkan sejak dini. Karena jika menggunakan satu metode, maka murid akan jenuh dalam belajar dan dikhawatirkan akan menurunkan motivasi belajar anak. Dari hasil wawancara dengan Bapak Mashudi Rukun., memperkuat dengan pernyataannya: Metode yang digunakan kita padukan, ada yang ceramah, mengikuti buku paket, dengan cara siswa sendiri yang memilih materi dan membuat soal-soal latihan, sistem diskusi, sistem video, yaitu siswa diajak nonton bersama-sama dan diminta buat catatan poin-poin yang dapat diambil sebagai pelajaran dalam film tersebut dan diminta untuk menjelaskan kembali.14
13
Wawancara dengan Bpk. Saiful, Lc, Kepala Sekolah Komunitas Belajar Imam AnNawawi. Senin 5 Januari 2015 di Sekolah Imam An-Nawawi pukul 10.30 WIB 14 Wawancara dengan Bpk. Mashudi Rukun, Wakil Kepala Sekolah Komunitas Belajar Imam An-Nawawi. Senin 5 Januari 2015 di Sekolah Imam An-Nawawi pukul 10.35 WIB
57
Jadi belum ada sistem yang baku dalam penggunaan metode belajar, masih terbuka dengan metode yang ada. Di sini guru dituntut sekreatif mungkin dalam mengajar. Seperti metode cyrcle teaching (belajar setengah lingkaran) tujuannya guru mampu memantau secara individu terhadap siswa. Untuk materi mengkombinasikan antara kurikulum Diknas dan kurikulum sendiri dengan memberikan pengertian pada anak, bahwa belajar bisa dimana saja, kapan saja, dan dengan siapa saja. Serta memberikan motivasi pada anak untuk giat dan rajin belajar dan beribadah serta beramal shaleh dengan memberikan sistem evaluasi, agar orang tua dan anak tahu letak kesulitan dan kesalahannya, begitu pula kemahirannya. Sistem evaluasi pembelajarannya dengan protofolio. 6. Sistem Evaluasi Implementasi Model Homeschooling Sistem
evaluasi yang digunakan oleh
Komunitas Belajar
Homeschooling Imam An-Nawawi Depok sama seperti pendidikan formal pada umumnya. Namun terdapat tambahan dalam kreatifitas kemandirian belajar serta penanaman ajaran-ajaran Islam pada diri siswa. hal ini diungkapkan oleh Bapak Saiful Lc., yaitu: Ujian tengah semester dan akhir semester juga masih diberlakukan. Seperti halnya perkuliahan, anak dituntut lebih aktif, lebih rajin, ada sistem komunikasi dalam presentasi. Jadi kerjasama antara guru dan anak, tidak guru saja yang aktif seperti pada umumnya. Jadi bukan guru saja yang pintar, anak juga bisa lebih pintar, sehingga ada komunikasi dua arah, jika murid lebih tahu, maka guru menerimanya.15 Demikian pula penilaian dan ujian kesetaraannya. Bapak Mashudi Rukun juga menjelaskan tentang sistem evaluasi yang diterapkan: Sistem evaluasi yang kami implementasikan di homeschooling Imam An-Nawawi dengan portofolio. Yang pelaksanaannya dalam komunitas selama dua hari yaitu hari selasa, dengan materi program OCC (Outing Class Club) dan hari kamis, dengan meteri sains (pengetahuan alam) dan special class.16 15
Wawancara dengan Bpk. Saiful, Lc., Kepala Sekolah Komunitas Belajar Imam AnNawawi. Senin 5 Januari 2015 di Sekolah Imam An-Nawawi pukul 10.45 WIB 16 Wawancara dengan Bpk. Mashudi Rukun, Wakil Kepala Sekolah Komunitas Belajar Imam An-Nawawi. Senin 5 Januari 2015 di Sekolah Imam An-Nawawi pukul 10.50 WIB
58
Di sini kita bisa menilai, bahwa penilaian yang dilakukan oleh pihak komunitas homeschooling Imam An-Nawawi sangat komprehensif, karena menilai secara utuh apa yang dilakukan dan dijalani oleh anak selama belajar di kelas yang sedang dijalaninya. Sehingga penilaiannya bisa lebih objektif dan berbasis keadilan untuk semua. Untuk kenaikan tingkat kelas di homeschooling Imam An-Nawawi menggunakan model Akselerasi, jadi siswa tidak perlu menunggu 6 tahun untuk tingkat dasar, 3 tahun untuk SMP. Itu semua bisa ditempuh lebih cepat dari waktu normal sekolah formal biasa. Jadi siswa bisa naik kelas lebih cepat dari teman-teman seusianya di sekolah formal. Bapak Saiful Lc., dalam wawancaranya dengan peneliti menuturkan: Pada homeschooling ada juga program akselerasi, kalau di sekolah formal, misalnya SD itu selama enam tahun, dan SMP tiga tahun, maka di homeschooling bisa menyelesaikan jenjang tersebut dengan lebih cepat dari yang biasa. Misalnya lima tahun ada anak didik yang dinilai mampu mengikuti ujian, maka dia boleh mengikuti Ujian Nasional. Tentunya dengan berpatokan pada kemampuan anak. Kalau di SMP atau SMA minimum dua tahun dan tidak perlu sampai tiga tahun. Jika kita nilai sudah mampu untuk ikut ujian, kita usulkan untuk ikut ujian. 17 Dengan demikian dapat digambarkan bahwa yang mengusulkan untuk ikut ujian tersebut adalah dari pembimbing, kemudian ketua, kita lihat prestasi anak tersebut sudah mampu apa belum. Penilaiannya kita tidak hanya dilihat dari materi-materi saja, melainkan kita lihat keagresifan dan keaktifan anak tersebut di kelas. Anak didik juga diperbolehkan untuk mengajukan untuk mengikuti ujian, dengan terlebih dahulu di evaluasi oleh
pembimbing
terhadap
faktor-faktor
yang
mendukung
diperbolehkannya anak mengikuti ujian di pertengahan. Sistem
evaluasinya
dengan
penilaian
secara
berkala
dan
berkelanjutan tentang keaktifan, keagresifan, kerajinan, dan sikap atau akhlaknya anak tersebut. Namun untuk melaksanakan ujian nasional, 17
Wawancara dengan Bpk. Saiful, Lc., Kepala Sekolah Komunitas Belajar Imam AnNawawi. Senin 5 Januari 2015 di Sekolah Imam An-Nawawi pukul 10.50 WIB
59
pihak homeschooling masih bekerjasama dengan sekolah formal yang ada, atau mengikuti ujian kesetaraan yang diselenggarakan oleh pemerintah. Tapi beberapa
homeschooling yang sudah bagus biasanya bisa
melaksanakan Ujian Nasional sendiri. Kalau di Imam An-Nawawi seperti yang diungkapkan oleh Bapak Saiful Lc: “Kami bekerjasama dan bergabung dengan sekolah formal yang lain juga untuk keikutsertaan anak-anak homeshooling dalam Ujian Nasional. Bisa juga ikut jalur persamaan yang ada di Depdiknas, atau bergabung dengan homeschooling yang lain juga”.18 Jadi di Imam An-Nawawi masih melaksanakan Ujian Nasional dengan bekerjasama dengan sekolah Formal yang ada. Dan juga ada yang mengikuti paket kesetaraan yang dilakasanakan oleh Diknas setelah pelaksanaan Ujian Nasional reguler. Motivasi belajar anak homeschooling tentunya juga berbeda dengan anak-anak yang belajar di sekolah formal. Karena fleksibelitas dan kreativitas yang diterapkan di homeschooling mampu mendorong anakanak homeschooling di Imam An-Nawawi lebih tinggi. Sehingga prestasi yang diraih oleh anak-anak lebih besar. Hal ini tentunya dikarenakan bimbingan yang sangat intens yang dilakukan oleh pihak komunitas sangat membantu menyelesaikan segala bentuk permasalahan belajar mereka. Bapak Saiful Lc., saat diwawancarai oleh peneliti menuturkan : Ada beberapa hal yang menjadi perhatian bagi kami, dari waktu kewaktu kecakapan dan prestasi siswa dalam pelajaran semakin berkembang pesat, karena kita memang menekankan pada kemandirian belajar anak, guru hanya sebagai pendamping belajar dan pembimbing. Motivasi belajar anak juga meningkat dengan cukup baik, kalau sebelumnya ketika awal mereka masuk sedikit kesulitan kita membingbing mereka, mungkin karena mereka sudah terbiasa dengan lingkungan sebelumnya19.
18
Wawancara dengan Bpk. Saiful, Lc., Kepala Sekolah Komunitas Belajar Imam An-Nawawi. Senin 5 Januari 2015 di Sekolah Imam An-Nawawi pukul 10.45 WIB 19 Wawancara dengan Bpk. Saiful, Lc., Kepala Sekolah Komunitas Belajar Imam An-Nawawi. Senin 5 Januari 2015 di Sekolah Imam An-Nawawi pukul 10.50 WIB
60
Kalau kita lihat dari pernyataan Bapak Saiful Lc., di atas, motivasi belajar anak antara sebelum bergabung dengan sesudah belajar di komunitas
homeschooling
ada
peningkatan
dalam
belajar.
Ini
menunjukkan bahwa Homeschooling mampu meningkatkan motivasi belajar anak. Peran guru di sini juga sangat penting dalam mendorong minat dan motivasi belajar anak. Banyak upaya yang dilakukan guru di komunitas belajar ini agar anak lebih termotivasi lagi belajarnya, cara belajar yang serius namun santai seperti diajak bercanda dan menjadi teman bermain ketika jam pelajaran sudah selesai. Hal ini dapat diketahui dari hasil wawancara dengan Bapak Muhammad Soleh, salah satu guru di Komunitas homeschooling di Imam An-Nawawi Depok: Saya senangnya mengajar sambil memberikan gurauan dan hiburan. Tentunya mengajar yang benar. Yang pasti dengan sepenuh hati saya mengajar dan kasih sayang. Seperti kita berikan pujian kepada anak didik. Baik yang berprestasi maupun yang tidak. Apapun karya mereka, kami guru selalu memberikan pujian dengan memberikan perbaikan yang memotivasi belajar mereka.20 Karena guru sekaligus orang tua yang tahu letak kekurangan dan kemampuan anak-anak didik mereka maka guru-guru yang mengajar di Komunitas Belajar Imam An-Nawawi Depok sangat memperhatikan motivasi dan minat belajar anak dari waktu ke waktu dengan cara memberikan tugas dan lainnya. Dan hasilnya motivasi dan minat belajar anak mengalami perkembangan yang membanggakan. Seperti hasil wawancara dengan salah satu homeschooler Ibu Nurhayati terhadap anaknya Zaki mengemukakan: Alhamdulillah selama belajar di komunitas homeschooling di sini, motivasi belajar anak saya semakin meningkat, dulunya ketika diajak belajar sangat susah dan malas-malasan, kini tanpa disuruh belajar anak saya mau belajar sendiri. Kita cukup memantau dan menanyakan materi apa yang sudah dipelajarinya, mereka akan lanngsung menjawab dengan antusias. Begitu pula jika ada tugas, 20
Wawancara dengan Bpk. Muhammad Soleh, Guru Kelas IV di Komunitas Belajar Imam An-Nawawi. Senin 5 Januari 2015 di Sekolah Imam An-Nawawi pukul 11.00 WIB
61
mereka pasti mengerjakan semua. Karena kalau tidak mengerjakan, anak akan malu dengan yang lain yang mengerjakan.21 Walapun anaknya diserahkan kepada komunitas, akan tetapi keterlibatan orang tua sebagai guru sekaligus teman bermain di rumah, Ibu Nurhayati tidak lepas begitu saja, namun setiap hari dan setiap saat beliau selalu mengontrol dan mengawasi belajar anaknya. Termasuk jadwal bermain dan belajarnya. Di rumah beliau tidak mendatangkan tambahan guru, akan tetapi ditangani sendiri. Seperti penuturan beliau kepada peneliti : Saya tangani sendiri, Saya terus berkoordinasi dengan guru di homeschooling komunitas, kalau ada yang belum dipahami maka saya juga bisa bantu nge-push lebih di rumah. Saya juga mengatur jadwal belajar dan jadwal bermainnya, sehingga jam belajar dan bermainnya bisa teratur.22 Dari pernyataan wawancara di atas, maka kerjasama antara pihak komunitas homeschooling dengan para orang tua siswa sangat erat dan baik hubungannya, sehingga terjalin hubungan yang saling mengisi dan harmonis dalam upaya meningkatkan motivasi belajar anak. Sedangkan untuk membantu melaksanakan model homeschooling di Imam An-Nawawi Depok difasilitasi oleh beberapa guru atau mentor sebagai fasilitator anak-anak homeschooling belajar. Namun para pengajar ini tidak seperti wajarnya tenaga pendidik yang terdapat di sekolah formal. Mereka itu yang penting memilki sifat pembimbing dan penyabar. Seperti ungkapan Bapak Saiful Lc.,: Kalau pengajar kita tidak ada standarisasinya, ada yang S1, ada SMA, dan ada yang lulusan Pondok Pesantren. Intinya kategorinya memiliki jiwa membimbing anak, menyayangi anak, dan penyabar,
21
Wawancara dengan Ibu Nurhayati, Orang tua dari Zaki siswa kelas I SMP di Komunitas Belajar Imam An-Nawawi. Senin 5 Januari 2015 di Sekolah Imam An-Nawawi pukul 11.40 WIB 22 Wawancara dengan Ibu Nurhayati, Orang tua dari Zaki siswa kelas I SMP di Komunitas Belajar Imam An-Nawawi. Senin 5 Januari 2015 di Sekolah Imam An-Nawawi pukul 11.40 WIB
62
tentunya yang punya kualitas. orang tua pun bisa bertindak sebagai guru.23 Jadi tenaga pendidik yang digunakan oleh pihak Komunitas Belajar Imam An-Nawawi Depok ini tidak menngunakan standarisasi tenaga pendidik seperti yang diamanatkan dalam UU No. 40 tahun 2005 tentang guru dan dosen. Dimana guru minimal berpendidikan S1. Namun di sini lebih menekankan pada jiwa penyayang anak dan penyabar dalam menghadapi anak-anak. Berbeda juga dengan tenaga pendidik di sekolah formal pada umumnya, Komunitas Belajar Imam An-Nawawi Depok menerapkan sistem mengajar One Teacher One class (satu guru memegang satu kelas atau lebih). Sehingga seorang guru dituntut untuk banyak belajar dan bekerja keras untuk menangani satu kelas dengan seluruh mata pelajaran yang harus dikuasai, kecuali jika tidak bisa maka minta bantuan pada guru yang lain. 7. Faktor Penunjang dalam Implementasi Model Homeschooling Pelaksanaan proses belajar mengajar di Komunitas Belajar Imam An-Nawawi dilaksanakan di sebuah gedung yang terletak di sebuah komplek perumahan. Namun sarana tempat belajar saat ini masih kurang menampung jumlah murid yang semakin lama semakin bertambah. Oleh karena itu pihak komunitas mulai membangun sebuah gedung dengan dua lantai, saat ini masih dalam tahap penyelesaian. Tempat belajar komunitas homeschooling di sini sangat asri dan tenang untuk melaksanakan proses pembelajaran, hal ini dikarenakan tempatnya masih bernuansa alam, yang jauh dari kebisingan kendaraan motor. Hal ini sesuai dengan pernyataan kepala komunitas Bapak Saiful: Kami saat ini sudah memiliki tempat belajar sendiri walaupun masih belum cukup menampung seluruh jumlah siswa secara ideal.
23
Wawancara dengan Bpk Saiful Lc., Kepala Sekolah Komunitas Belajar Imam AnNawawi. Senin 5 Januari 2015 di Sekolah Imam An-Nawawi pukul 11.00 WIB
63
Oleh karena itu kami sedang membangun gedung yang di depan itu. Pada tahun ini Insyaallah sudah bisa ditempati.24 Untuk menunjang kelancaran pengelolaan kelompok belajar diperlukan sarana belajar seperti perpustakaan. Di komunitas Imam AnNawawi Depok sarana perpustakaan juga tersedia di sini. Bapak Saiful Lc., menuturkan: Selain gedung yang tersedia, disni juga dilengkapi dengan perpustakaan dan Laboratorium komputer. Sehingga kegiatan belajar bisa tertunjang dengan adanya sarana tersebut. Anak-anak bisa belajar di perpustakaan dan ada waktu khusus untuk anak-anak belajar di laboratorium komputer.25 Untuk
menjamin
penyelenggaraan
pendidikan
kesetaraan
berlangsung dengan baik, maka dilakukan pembinaan dan pengawasan, maka Direktorat Pendidikan Kesetaraan-Direktorat Jenderal Pendidikan Luar Sekolah melaksanakan pembinaan terhadap penyelenggaraan pendidikan kesetaraan program Paket A dan B melalui standar, norma, prosedur, dan acuan teknis pengelolaan kelompok belajar. Begitu pula Kasubdin propinsi dan Kabupaten/Kota yang membindangi PLS membina pelaksanaan penyelenggaraan, kegiatan belajar, evaluasi, dan kegiatan lain yang berkaitan. Hal ini terbukti dengan bantuan yang diberikan oleh pihak pemerintah kepada Komunitas Belajar Imam An-Nawawi. Hal ini dibenarkan oleh kepala komunitas: Program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) sudah dapat kami rasakan, Bantuan Operasional Pendidikan juga telah pemerintah berikan kepada kami. Jadi pemerintah sudah memperhatikan dengan serius keberadaan homeschooling kami. Seperti pemerintah memperhatikan sekolah-sekolah formal pada umumnya.26 Sedang untuk mendukung kegiatan pembelajaran yang lain, pihak komunitas melengkapi dengan beberapa sarana dan prasarana pendidikan 24
Wawancara dengan Bpk Saiful Lc., Kepala Sekolah Komunitas Belajar Imam AnNawawi. Senin 5 Januari 2015 di Sekolah Imam An-Nawawi pukul 11.00 WIB 25 Wawancara dengan Bpk Saiful Lc., Kepala Sekolah Komunitas Belajar Imam AnNawawi. Senin 5 Januari 2015 di Sekolah Imam An-Nawawi pukul 11.00 WIB 26 Wawancara dengan Bpk Saiful Lc., Kepala Sekolah Komunitas Belajar Imam AnNawawi. Senin 5 Januari 2015 di Sekolah Imam An-Nawawi pukul 11.00 WIB
64
dan pembelajaran seperti tersedianya ruang Mushollah untuk praktek beribadah. Berdasarkan hasil wawancara dengan pengajar di Komunitas Belajar Imam An-Nawawi Depok mengenai faktor pendukung model homeschooling, beliau menuturkan: Faktor penghambat dari pelaksanaan homescholing, antara lain yaitu tidak semua sekolah formal bisa memfasilitasi yang sesuai dengan kebutuhan anak, maka faktor penunjang kami yaitu adanya fasilitas cukup lengkap. Seperti komputer, buku-buku, materi yang sudah disesuaikan, modul, dan lain-lain. Dan kami yakin dapat memenuhi kebutuhan anak. Serta punya program yang jelas27. Selain itu, adapun faktor penunjang yang lainnya, adalah anak memiliki keinginan, keberanian menampilkan minat, kebutuhan dan permasalahan yang dihadapi ketika belajar serta sumber belajar yang ada cukup lengkap. Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu keluarga homeschooler
Ibu
Humairah
tentang
faktor
pendukung
model
homechooling, beliau menuturkan: Tidak semua sekolah bisa menfasilitasi yang sesuai dengan kebutuhan anak, maka faktor penunjang yang terdapat di komunitas Imam An-Nawawi yaitu adanya fasilitas cukup lengkap. Seperti ruang komputer, buku-buku, internet, tempat beribadah dan lain-lain. Dan kami yakin dapat memenuhi kebutuhan anak. Serta punya program yang jelas. Sedangkan faktor penghambatnya kurangnya konsistensi dengan jadwal dan anggapan sepele dari masyarakat.28 Dari hasil wawancara tersebut maka dapat dikatakan bahwa factor penunjang dalam mengimplemtasikan homeschooling bagi para orang tua antara lain yaitu:
27
Wawancara dengan Bpk Muhammad Soleh., Guru Kelas VI di Komunitas Belajar Imam An-Nawawi. Senin 5 Januari 2015 di Sekolah Imam An-Nawawi pukul 11.10 WIB 28 Wawancara dengan Ibu Humairah., Orang tua dari Fauzi siswa Komunitas Belajar Imam An-Nawawi. Senin 5 Januari 2015 di Sekolah Imam An-Nawawi pukul 11.30 WIB
65
a. Dengan memberikan fasilitas yang sesuai dengan kebutuhan dan minat anak. Seperti komputer, buku-buku, internet, dan lain sebagainya. Serta merasa sangat yakin dapat memenuhi kebutuhan anak. b. Punya program yang jelas. c. Waktu dan tempat belajarpun lebih fleksibel. d. Cita-cita atau aspirasi anak, serta kemampuan anak. e. Pembekalan ajaran-ajaran atau nilai-nilai yang Islami pada diri anak. Selain di atas, bahwa factor pendukung yang sangat utama selain fasilitas adalah memberi banyak keleluasaan bagi anak untuk menikmati proses belajar tanpa harus merasa tertekan dengan beban-beban yang terkondisi oleh target kurikulum, menyediakan waktu belajar yang lebih fleksibel, juga memperdalam ilmu agama. Belajar di rumah akan mendukung terhadap terciptanya lingkungan yang lebih komunikatif antar anggota keluarga. 8. Faktor Penghambat dalam Implementasi Model Homeschooling Faktor penghambat dalam implementasi model homeschooling pada Komunitas Belajar Imam An-Nawawi Depok yaitu: a. Karakter dan latar belakang anak yang berbeda-beda b. Anggapan sebelah mata dari masyarakat. c. Kurangnya
keingintahuan
masyarakat
tentang
pendidikan
(Homeschooling). d. Serta keragu-raguan masyarakat tentang pendidikan khususnya homeschooling, dan e. Kurangnya konsistensi dengan jadwal. Mengenai
faktor
penghambat
dalam
Implementasi
model
homeschooling, hasil wawancara dengan pengajar homeschooling, beliau menuturkan: Memilih homeschooling konsekuensinya bertanggung jawab sepenuhnya akan pendidikan anak, sekarang membeli mainan educatif tidaklah murah, kalau tidak mempunyai pengetahuan dan katerampilan yang lebih maka itu akan menghambat pelaksanannya
66
juga harus konsisten dalam mengawasi perkembangan anak kalau lengah sedikit saja kan kita yang repot. 29 Dari hasil wawancara di atas, menunjukkan bahwa factor penghambat dari implementasi model homeschooling yaitu: a. Menyediakan fasilitas sendiri. b. Pengawasan. Sekolah rumah memang membutuhkan perencanaan dan pengawasan optimal. Disiplin dan konsistensi orang tua dalam mengajar atau memfasilitasi akan mempengaruhi sukses tidaknya sekolah rumah yang akan dijalani. c. Kapabilitas orang tua. Tidak hanya berkaitan dengan kemampuan mengajar anak tetapi juga kemauan orang tua untuk terus belajar dan mengembangkan diri. Namun yang paling penting apakah orang tua mempunyai kepercayaan diri yang cukup besar untuk mengambil alih tanggung jawab pendidikan anak sepenuhnya. Tentang faktor penghambat untuk mengimplementasikan model homeschooling yang selama ini dijalankan oleh keluarga Ibu Humairah tidak terlalu membuat lelah untuk mendidik anak-anaknya. beliau menuturkan: “Faktor penghambat dalam pelaksanaannya, Perlunya banyak menyediakan waktu buat anak jadi kita cenderung mengabaikan kepentingan pribadi kami”. 30 Dari pernyataan tersebut di atas, menunjukkan, bahwa penghambat dari implementasi model homeschooling adalah : a. Pengorbanan Pribadi, Orang tua yang memilih homeschooling harus menyadari bahwa mereka akan kehilangan waktu pribadi untuk diri sendiri, karena sebagian besar waktu dihabiskan bersama anak-anak. b. Perlunya pengawasan yang konsisten terhadap perilaku anak.
29
Wawancara dengan Bpk Saibudin., Guru Agama di Komunitas Belajar Imam AnNawawi. Senin 5 Januari 2015 di Sekolah Imam An-Nawawi pukul 11.00 WIB 30 Wawancara dengan Ibu Humairah., Orang tua dari Fauzi siswa Komunitas Belajar Imam An-Nawawi. Senin 5 Januari 2015 di Sekolah Imam An-Nawawi pukul 11.30 WIB
67
9. Upaya
Mengatasi
Hambatan
pada
Implementasi
Model
Homeschooling dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Anak Dalam upayanya komunitas homeschooling Imam An-Nawawi Depok telah menjawab semua persoalan-persoalan dan keraguan masyarakat
dibidang
pendidikan
khususnya
persoalan
dalam
meningkatkan motivasi belajar anak. Jika menilik ke belakang maka ada beberapa upaya dalam mengatasi hambatan pada implementasi model homeschooling dalam meningkatkan motivasi belajar anak, khususnya pada komunitas belajar homeschooling Imam An-Nawawi Depok, antara lain: a. Menguatkan kemamuan anak untuk berbuat. b. Memaksimalkan jumlah waktu yang disediakan untuk belajar. c. Mengajarkan anak untuk merelakan meninggalkan kewajiban atau tugas yang lain. d. Membimbing dan menanamkan ketekunan dalam mengerjakan setiap tugas yang diberikan. Di samping itu ada beberapa tambahan upaya-upaya lainnya dalam hal mengatasi hambatan pada implementasi model homeschooling dalam meningkatkan
motivasi
belajar
anak
pada
komunitas
belajar
homeschooling Imam An-Nawawi Depok, yaitu: a. Menanamkan sikap ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa) kepada anak b. Menunjukkan minat terhadap bermaca-macam masalah orang dewasa. c. Mengajarkan anak untuk lebih senang bekerja mandiri. d. Tidak berfokus pada tugas-tugas rutin, mengajarkan anak untuk melakukan aktifitas/kegiatan yang lain. e. Mengajarkan anak untuk dapat atau mampu mempertahankan pendapatnya. Dalam
mengatasi
hambatan
dalam
implementasi
model
homeschooling juga butuh peran dan kekompakan dari semua golongan termasuk guru yang terdapat di komunitas belajar. Di sini guru juga
68
memegang peran strategis dalam membantu menyelesaikan hambatanhambatan yang ada. Para guru juga tidak kehabisan akal dalam memberikan
inisiatif
baru,
demi
lancarnya
dalam
melakukan
homeschooling. Para guru juga tidak pantang menyerah dalam mencapai tujuannya, supaya anak mau belajar, merasa nyaman dalam belajar dan berfikir betapa pentingnya belajar
C. Pembahasan Ketika pendidikan dalam keluarga tidak dilaksanakan dengan baik, maka anak tidak bisa menemukan jati diri atau identitas dalam dirinya. Anak terlahir di dunia tidak mengerti kenapa dia dilahirkan dalam keluarganya. Kebiasan akan identitas diri inilah yang membuat anak ragu-ragu menjalani kehidupan dan masuk dalam lingkungan masyarakat di luar dirinya. Kalau ini terus-menerus berlangsung, maka yang kita lihat adalah anak-anak yang terombang-ambing tidak percaya diri dan terus-menerus mencari sesuatu diluar dirinya untuk menolong menopang identitas diri yang palsu. Maka fungsi pendidikan adalah untuk menolong seseorang dari kecil untuk tidak meniru orang lain, tetapi senantiasa menjadi dirinya sendiri. Dalam hal kegiatan untuk mencapai tujuan akademik terlibat pula pemikiran-pemikiran sosial, emosional, dan intelektual. Demikian pula daya lekat dari sebuah ingatan tidak mungkin terjadi tanpa keterlibatan unsur emosi. Emosi bisa memperkuat ingatan dan dapat mempertajam penguasaan ilmu pengetahuan dengan tuntas. Dengan demikian perlunya keluarga atau orang tua, memahami setiap anak memiliki kebutuhan yang berlainan dalam hal minat dan perhatian. Ada yang mau belajar jika telah dimotivasi belajarnya. Selain itu ada juga yang belajar banyak melibatkan organ-organ sensoris yang multidimensial, dan mereka berkemudahan mempelajari sesuatu jika pelajaran itu dihubungkan dengan pelajaranpelajaran terdahulu. Mereka berkemungkinan mempelajari sesuatu itu bersifat insidentil (yang tidak direncanakan) dan kadang-kadang pula dalam situasi yang tidak sadar.
69
Maka yang perlu dipertimbangkan adalah peran lingkungan yang turut menentukan meningkat tidaknya mutu aktivitas belajar secara optimal. Upaya menciptakan lingkungan belajar efektif adalah tuntutan sistem pendidikan nasional sebagai tanggung jawab kurikulum dan jalannya pendidikan di Indonesia, tanpa meninggalkan peran serta keluarga didalamnya. Lingkungan efektif itu mencakup dua hal, yaitu lingkungan fisik dan nonfisik. Keduanya dapat membantu menerapkan prinsip-prinsip belajar di atas. Hal-hal yang mencakup lingkungan belajar non fisik adalah suasana emosional diri anak itu sendiri, keadaan sosial ekonominya, kesemangatan dan perkembangan intelektualnya. Maka diperlukanlah penerapan prinsip-prinsip di atas dan penyediaan lingkungan belajar efektif, yang dapat dipastikan mutu proses dan hasil belajar yang diharapkan akan tercapai dengan baik. Sebab belajar itu tidak terbatas pada keterlibatan faktor intelektual saja, akan tetapi juga mental, emosional dan multisensoris dari setiap alat penginderaan manusia. Hal tersebut menunjukkan keterlibatan faktor lingkungan di luar diri manusia. Begitu pula proses pengajaran yaitu proses kompleks yang melibatkan komponen internal dan eksternal. Dua komponen tersebut berproses dalam satu kesatuan untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Komponen internal terdiri atas tujuan, materi pelajaran, metode, media, dan evaluasi, sedangkan komponen eksternal mancakup, pengajar, orang tua, dan masyarakat sekitarnya. Dari paparan dan data mengenai implementasi model homeschooling dalam meningkatkan motivasi belajar anak di Komunitas Belajar Imam AnNawawi Depok di atas, maka dapat di bahas beberapa aspek yang menjadi kajian utama dalam penelitian ini, yaitu: 1. Model dan Jenis Homeschooling yang diterapkan. Sebagaimana dari hasil pengumpulan data, bahwa Komunitas Belajar Imam An-Nawawi Depok telah mengimplementasikan model homeschooling Montessori yang dipadukan secara Islami, yaitu unit pembelajaran (unit studies) yang memakai minat anak dalam suatu subjek
70
dan kemudian menyatukannya dalam bidang seperti matematika, bahasa, sains, TIK (teknologi informasi dan komunikasi), Agama (Qur’an hadist, akidah akhlak, fiqih) dan outing. Serta versi orang tua, pengajar, dan anak juga yang mengarahkan. Model ini dapat menjadi model pembelajaran yang santai sambil bereksplorasi berdasarkan minat melalui suatu obyek atau pendekatan alamiah yang terdapat dalam paket unit pengajaran. Keuntungan model ini terletak pada minat anak. Pada kenyataannya, anak akan belajar lebih baik bila ia memiliki minat pada topik/materi belajar. Kekurangannya, kadang-kadang orang tua terlalu bersemangat dan berlebihan dalam membahas topik/materi belajar. Akibatnya, anak menjadi takut membicarakan hal lain yang ia minati. Komunitas
Belajar
Imam
An-Nawawi
Depok
juga
mengimplementasikan model homeschooling Charlotte Mason yang meliputi: Narration, Copywork, Nature Notebook, Fine Arts, Languages, Literature-based curriculum, dan aplikasi dalam kehidupan sehari-hari. Dalam model Charlotte Mason, anak membaca buku atau literature lainnya kemudian menceritakannya kembali dengan bahasanya sendiri. Hal ini memastikan bahwa mereka mengerti apa yang dibacanya. Model ini juga menekankan 'nature notebook', yaitu orang tua/pengajar dan anak keluar rumah (outing), melakukan pengamatan dan mencatatnya dalam buku, bila perlu dengan gambar. Kemudian anak menulis ulang apa yang ia lakukan dalam bentuk cerita. Model homeschooling ini disebut juga dengan konsep "Buku Hidup". Lain dengan text book yang ditulis oleh beberapa penulis mengenai satu subjek tertentu, buku hidup ini ditulis oleh satu penulis. Buku ini bercerita dan tidak hanya menyampaikan fakta. Anak biasanya akan lebih ingat bila mereka membaca cerita daripada membaca text book. Di samping itu, setiap pembelajaran yang disampaikan oleh pengajar dipadukan dengan konsep atau nilai-nilai Islami dalam kehidupan seharihari kepada anak yang dikaitkan dengan materi pelajaran. Sehingga anak dari sejak dini telah ditanamkan nilai-nilai atau ajaran-ajaran Islam untuk
71
diamalkan, anak bukan hanya cerdas namun juga memiliki karakter dan jiwa yang berakhlakul karimah. Selain itu mereka juga mengimplementasikan sekolah Imam AnNawawi Depok merupakan homeschooling komunitas, jenis ini merupakan gabungan dari homeschooling majemuk yang menyusun dan menentukan silabus, bahan ajar, kegiatan pokok, sarana dan prasarana, serta jadwal pelajaran. Apabila dilihat ada kemiripan antara homeschooling dengan sekolah biasa. Walaupun belajar dengan beberapa orang anak seperti sekolah formal, namun esensinya tetap homeschooling. Karena mereka tetap belajar secara bebas, fleksibel, menyenangkan dan sesuai dengan minat mereka. Tidak ada ketentuan waktu untuk belajar. Sehingga anak mampu mengutarakan aspirasi dan inisiatif mereka dalam belajar. 2. Tujuan Melaksanakan Model Homeschooling Berdasarkan Pemaparan data penelitian di atas, Tujuan dari implementasi model homeschooling pada Komunitas Belajar Imam AnNawawi adalah untuk meningkatkan potensi secara optimal pada anak, jadwal belajar dan materi fleksibel tergantung kesepakatan orang tua dan anak, peningkatan potensi dan kreatifitas yang dimiliki oleh anak dan tidak terhambat dalam segala hal. Ditambah dengan penanaman nilai-nilai Islami yang diajarkannya melalui perpaduan materi pelajaran yang sedang dipelajarinya. Selain di atas, pelaksanaan homeschooling ini juga ingin membentuk karakter anak didik yang baik sesuai dengan tuntunan dan anjuran Al Qur’an dan hadist Rasulullah SAW. Sesuai dengan potensi positif yang dimilkinya. Sehingga karakternya terbangun adalah benarbenar karakter yang Islami yang menjadi modal anak-anak bermasyarakat untuk diamalkan pada saat belajar maupun dikemudian hari. 3. Kurikulum
dan
Materi
Pembelajaran
Homeschooling
yang
Diterapkan Pelaksanaan pendidikan di homeschooling Imam An-Nawawi Depok memang berbeda dengan proses pembelajaran yang di sekolah
72
formal. Kalau di homeschooling anak-anak bisa belajar dimanapun kapanpun, dan dengan siapapun. Sehingga terjadi fleksibelitas belajar. Pelaksanaan kurikulum, dan sistem evaluasi homeschooling pada Komunitas Belajar Imam An-Nawawi Kota Depok, dalam pelaksanaan pembelajaran pemilihan kurikulum dan materi pelajaran masih ditentukan oleh pihak sekolah dengan mengacu pada kurikulum Nasional yang dikeluarkan oleh Diknas. Dengan demikian kurikulum di Komunitas Belajar Imam AnNawawi Depok dibuat sendiri disesuaikan dengan potensi anak didik dan tentunya tidak keluar dari kurikulum nasional. Pelayanan khusus untuk anak berkebutuhan khusus seperti melatih mereka menguasai life skill untuk kehidupan mereka selanjutnya. Proses belajar mengajar dapat dilaksanakan di berbagai lokasi dan tempat yang sudah ada baik milik pemerintah, masyarakat maupun pribadi, seperti gedung sekolah, madrasah, sarana-sarana yang dimiliki pondok pesantren dan yang lain, seperti masjid. Termasuk belajar di atas pohon dan di lapangan. Tentunya materi yang digunakan masih mengacu pada kurikulum nasional. Diantara materi yang diberikan itu bisa diambil dari internet atau dari sumber yang lain. Walaupun materinya dan kurikulum dalam sistem homeschooling itu masih fleksibel dan terkesan bebas. Namun guru yang mengajar di homeschooling komunitas perlu memiliki target dalam mengajar. Sehingga kompetensi yang dicapainya tidak keluar dari acuan kurikulum Nasional sebagai kurikulum bersama. Pengajar di homeschooling memang lebih flaksibel dan lebih akrab dengan siswa, sehingga bagi siswa yang memilki tingkat kecerdasan yang rendah bisa mendapatkan perlakuan lebih dari guru. Untuk menunjang kreativitas dan fleksibelitas sistem belajar si homeschooling, maka buku yang dijadikan sebagai referensi juga sangat fleksibel. Dari manapun dan dari siapapun anak diperbolehkan untuk mendapatkan bacaan lain. Yang terpenting kompetensi yang ingin dicapai
73
tidak keluar dari referensi yang diperoleh. Untuk saat ini dunia teknologi dan informasi banyak memberikan nilai positif dalam pelaksanaan pembelajaran dan pendidikan. Termasuk di homeschooling Imam AnNawawi Depok. 4. Metode Pembelajaran Homeschooling Metode yang digunakan dalam menyampaikan materi dan kurikulum pembelajaran di Komunitas Imam An-Nawawi adalah metode Peta pikiran yang dibangun oleh Adamcho yang dipadukan dengan konsep Islami menjadi metode utama dalam pembelajaran, namun metode yang lain masih juga dipergunakan, tergantung kebutuhan pengajar dan disesuaikan dengan materi yang diajarkan. Dengan demikian di komunitas Imam An-Nawawi metode pembelajaran yang digunakan tidak baku dan kaku, namun ada metode utama yang setiap guru harus menggunakan pada materi yang dianggap Utama dan penting untuk dipahami oleh anak didik. Namun untuk metode yang lain menjadi metode pendukung dan pelengkap. Karena jika menggunakan satu metode, maka murid akan jenuh dalam belajar 5. Sistem Evaluasi Implementasi Model Homeschooling Sedangkan Evaluasi dan Laporan pendidikan anak homeschooling dilakukan dengan portofolio atau penilaian/report homeschooling yang berisi penjelasan apa saja yang dilakukan oleh anak, bisa berbentuk deskripsi, karya atau CD. Yang bertujuan supaya mengetahui tingkat kesulitan dan kemahiran anak dalam proses belajarnya, mengenali anak dalam semangat atau menurun belajarnya, dan melakukan perbaikan apabila anak mengalami kemunduran dalam belajarnya. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa timbul dan menguatnya motivasi yang ada pada diri anak dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu: adanya cita-cita dalam diri anak, kemampuan yang dimiliki anak, kondisi anak yang sehat, kemampuan orang tua (pengajar) dalam memanfaatkan teknologi dalam pembelajaran, dan upaya orang tua (pengajar) yang bersungguh-sungguh dalam membelajarkan anak.
74
Oleh
karena itu, diharapkan orang tua (pengajar) dapat
memanfaatkan faktor-faktor tersebut dengan baik agar motivasi belajar anak dapat berkembang. Perilaku- perilaku di atas, bisa dijadikan sebuah tolok ukur bahwa anak-anak didik tersebut telah termotivasi belajarnya. 6. Faktor Penunjang Implementasi Model Homeschooling dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Anak. Berdasarkan pengumpulan data, bahwa Komunitas Belajar Rumah Imam An-Nawawi Depok. Berupaya dalam meningkatkan motivasi belajar anak telah terbukti pada kesehariannya yang digambarkan dari hasil wawancara,
observasi,
dan
dokumentasi/record
sebagai
faktor
penunjangnya yaitu: a. Anak bisa belajar dengan siapa saja, dimana saja dan dengan siapa saja. b. Jam dan tempat belajarpun lebih fleksibel. c. Proses pembelajarannya sesuai dengan gaya belajar dan minat anak. d. Objek materinya pun sangat dekat dengan kehidupan anak sehari-hari. Homeschooling ada untuk mereka yang membutuhkan. Untuk anak yang berlebih secara intelektual, emosi dan ekonomi, anak berkebutuhan khusus, anak yang memiliki gangguan belajar dan sebagainya. Masyarakat di setiap kelas atas, menengah ataupun untuk para anak petani, buruh yang kurang mampu dan hanya cukup puas dengan bisa membaca, menulis dan berhitung saja. Sebagai komunitas homeschooling, Komunitas Belajar Rumah Imam An-Nawawi Depok telah berusaha semaksimal mungkin dalam meningkatkan motivasi belajar anak. Melalui perpaduan kedua proses pengajaran yaitu proses kompleks yang melibatkan komponen internal dan eksternal. Dua komponen tersebut berproses dalam satu kesatuan untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Komponen internal terdiri atas tujuan, materi pelajaran, metode, media, dan evaluasi, sedangkan komponen eksternal mancakup, pengajar, orang tua, dan masyarakat sekitarnya.
75
Selama ini kita melihat seolah-oleh ketika anak belajar menjadi objek kurikulum. Dengan kata lain, kegiatan belajar-mengajar yang selama ini terselenggarakan bukan menjadikan kurikulum itu untuk anak, tetapi bahkan sebaliknya, yaitu anak untuk kurikulum. Akibatnya, terjadilah kegiatan belajar yang memaksa anak untuk menyesuaikan dengan kurikulum.
Idealnya
memang
seharusnya
kurikulumlah
yang
menyesuaikan diri dengan kebutuhan setiap anak. Anak diberi hak untuk memilih kurikulum yang ingin diikutinya. Dengan homeschooling, anak diberi peluang untuk menentukan materi-materi yang ingin dipelajarinya. Anak menjadi subjek dalam kegiatan belajar. Bahkan bukan hanya materi pelajaran yang dipilih oleh anak, gaya belajar anak; apakah dia tipe somatis/kinestetis, auditif, visual, atau intelektual. Jadi menjadikan anak sebagai subjek dalam belajar maka, belajar anak pun dapat berlangsung secara nyaman dan menyenangkan. Melalui
homeschooling,
dapat
memanfaatkan
untuk
mengembalikan anak yang semula menjadi objek belajar ke subjek belajar. Dengan ini belajarnya pun dapat termotivasi sebab anak bisa menunjukkan keinginan, keberanian menampilkan minat, kebutuhan dan permasalahan yang dihadapi ketika belajar, anak bergairah belajar, serta kemandirian dalam belajarnya dengan memanfaatkan sumber belajar yang ada. Setelah melakukan pendidikan di komunitas homeschooling, anakanak homeschooling sangat termotivasi belajarnya, sebab dia mampu melakukan peningkatan-peningkatan dalam belajarnya dan tidak merasa bosan. Karena anak sudah merasa pola belajar yang dilakukannya sekarang adalah kebutuhan yang sesuai dengan anak dan orang tua. Homeschooling juga memberikan pola belajar yang fleksibel, maka anak merasa nyaman, efektif dengan belajar dimana, kapan, bersama siapa saja. Tak lupa pula orang tua sebagai motivator yang hebat bagi anak. Sehingga anak-anak di Komunitas Belajar Imam An-Nawawi Depok tidak mau pergi ke sekolah formal lagi.
76
Sebagaimana yang terjadi anak termotivasi belajarnya, sesuai dengan hasil wawancara, observasi dan dokumentasi/record di Komunitas Belajar Imam An-Nawawi Depok. Meningkatnya motivasi belajar anak hal tersebut dapat dilihat dari anak-anak memiliki keinginan dan keberanian, serta kesempatan untuk berpartisipasi dalam kegiatan persiapan, proses dan kelanjutan belajar. Penampilan berbagai usaha belajar dalam menjalani dan menyelesaikan kegiatan belajar sampai berhasil. Anak lebih mandiri dan bersemangat dalam belajarnya. Juga keinginan, keberanian menampilkan minat, kebutuhan dan permasalahan yang dihadapi ketika belajar. Salah satu penyebab sebuah keluarga memilih homeschooling untuk anaknya yaitu ingin meningkatkan potensi anak secara optimal, fleksibel dalam materi, relatif murah yang terpenting supaya anak tidak terhambat, ditambah lagi agar anak ditanamkan nilai-nilai ajaran Islami sejak dini untuk bekal dikehidupan nantinya. Sebelumnya pihak homeschooler (keluarga) membuat kesepakatan terlebih dahulu antara orang tua dan anak. Siswa homeschooling dari hasil penelitian disimpulkan hampir tidak pernah mengeluh atau merasa bosan dalam belajar, malah keingintahuannya semakin tinggi. Lebih suka menganalisis dari pada belajar yang banyak menghafal dan mengarang. belajar apa yang dia suka, membaca yang kemudian didiskusikan dengan orang tua. Karena orang tua merasa bahwa pendidikan tidak hanya didapat di pendidikan formal saja. Orang tua hanya menginginkan anak mahir/paham, cepat dan tidak ada hambatan dalam menuntut ilmu khususnya pendidikan dan belajar, serta memiliki anak yang berkarakter dan berakhlakul karimah. Adapun faktor penunjang secara umum, dalam implementasi model homeschooling dalam meningkatkan motivasi belajar anak pada Komunitas Belajar Imam An-Nawawi Depok, selain faktor-faktor diatas sebagai berikut:
77
a. Fasilitas belajar mengajar yang lebih baik yang tidak diperolah dalam format sekolah formal. Serta ruang gerak sosialisasi anak semakin luas walaupun masih dalam batas-batas yang dapat dikendalikan. b. Adanya kebutuhan-kebutuhan yang sama antara orang tua (Pengajar) dan anak untuk membuat struktur yang lebih lengkap dalam meyelenggarakan aktivitas pendidikan akademis dalam pembangunan akhlak mulia, mengembangkan intelegensi, dan keterampilan hidup dalam pembelajaran, penilaian, dan kriteriakeberhasilan dalam mencapai standar mutu tertentutanpa kehilangan jati diri dan identitas diri yang dibangun dalam keluarga dan lingkungannya. c. Orang tua dan pengajar akan lebih banyak mendapatkan dukungan karena masing-masing dapat mengambil tanggung jawab dalam skala yang lebih besar, saling mengajar untuk bidang yang lebih dikuasai dan dapat memperdalam sesuai keahliannya. Serta anak bisa belajar dari sumber manapun yang dapat dipelajarinya. Dengan demikian, ada banyak hal yang melatarbelakangi pilihan orang tua untuk bersekolah di rumah yang disesuaikan dengan faktor penunjang dan penghambatnya, sebagai berikut : a. Anak yang berlebih secara intelektual tidak puas dengan pola pembelajaran di sekolah yang baginya lambat. Materi pelajaran yang harusnya bisa selesai dalam 1 minggu harus diajarkan dalam 1 bulan sehingga anak ini mengganggu temannya atau mengganggu proses pembelajaran di kelas. Pengajar tidak mampu menangkap kelebihan yang dimiliki si anak sebagai potensi, tapi malah mencapnya sebagai pembuat onar. b. Anak yang tidak menyenangi mata pelajaran tertentu (misalnya), Bahasa Indonesia atau anak dari Medan terpaksa belajar Bahasa Daerah Jawa. Hal ini tentu menyebabkan anak malas belajar dan sekali lagi menjadi “masalah” di kelas, karena pemaksaan beban materi pelajaran yang “kurang perlu” dan kurang aplikatif bagi anak.
78
c. Anak yang memiliki gangguan belajar seperti hiperaktif, disleksia atau kekurangan dalam menangkap pelajaran. Anak ini memerlukan waktu yang agak lama untuk mencerna dan mengutarakan kembali apa yang pengajar katakan. Sebenarnya si anak pintar, namun akhirnya ia dianggap bodoh oleh sekolah. d. Anak yang tidak mampu secara ekonomi untuk menyekolahkan di sekolah yang dianggap bagus atau bahkan yang biasa sekalipun. Hal ini karena kebutuhan primer seperti untuk makan saja susah apalagi untuk sekolah. 7. Faktor Penghambat Dalam Implementasi Model Homeschooling dalam meningkatkan motivasi belajar anak di Komunitas Belajar Sekolah Imam An-Nawawi Depok Sedangkan faktor penghambat secara umum yang dihadapi dalam implementasi model homeschooling dalam meningkatkan motivasi belajar anak pada Komunitas Belajar Imam An-Nawawi Depok, sebagai berikut : a. Homeschooling memerlukan kompromi dan fleksibilitas untuk menyesuaikan jadwal, suasana dan fasilitas tertentu yang dapat menampung beberapa anak dari keluarga pada saat kegiatan dilaksanakan bersama-sama. b.
Anak dengan keahlian atau berkebutuhan khusus, harus juga bisa menyesuaikan dengan lingkungan lainnya dan menerima perbedaanperbedaaan lainnya sebagai proses pembentukan jati diri.
c. Anggapan sepele dari masyarakat, bahwa anak homeschooling itu tidak
sekolah.
Sehingga
masyarakat
menganggap
bahwa
homeschooling adalah tidak belajar dan hanya buang-buang waktu saja. 8. Upaya
Mengatasi
Hambatan
pada
Implementasi
Model
Homeschooling dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Anak Dari
sekian
mengimplementasikan
banyaknya
hambatan
yang di
model
homeschooling
dalam
alami
dalam
meningkatkan
79
motivasi belajar anak, maka diperlukan upaya-upaya untuk mengatasi hambatan-hambatan tersebut, antara lain sebagai berikut: a. Menguatkan kemamuan anak untuk berbuat. b. Memaksimalkan jumlah waktu yang disediakan untuk belajar. c. Mengajarkan anak untuk merelakan meninggalkan kewajiban atau tugas yang lain. d. Membimbing dan menanamkan ketekunan dalam mengerjakan setiap tugas yang diberikan. Disamping itu langkah-langkah yang telah ditempuh oleh Komunitas Belajar homeschooling Imam An-Nawawi Depok, antara lain: a. Memberikan fasilitas untuk penunjang belajar anak, namun tidak melupakan untuk selalu melakukan kontrol dan pengawasannya. b. Mensosialisasikan pembelajaran menjadi keluarga yang baik antar anak dan guru seperti Ayah-Ibu dengan anak yang bijak. c. Mensosialisasikan cara belajar yang menyenangkan, efisien dan efektif untuk anak. Dengan memberikan pengertian pada anak agar dapat belajar atas kesadaran sendiri. Bahwa belajar bisa dimana saja, kapan saja dan pada siapa saja. d. Menambahkan pengetahuannya melalui praktek langsung dalam kehidupan nyata. Dengan membiarkan anak merasakannya sebagai sebuah pengalaman yang baru. e. Tidak takut untuk melakukan terobosan melalui kreasi tertentu untuk membangkitkan semangat dan motivasi belajar anak. f. Memperhatikan faktor internal dan eksternal anak dengan baik dan segera menangani dengan bijak, jika ternyata anak memiliki masalah dengan lingkungan pergaulannya. g. Tetap tanamkan semangat dan motivasi belajar anak tanpa terganggu dengan status pilihan belajarnya. Oleh karena itu, beberapa orang tua menganggap pilihan menyekolahkan anaknya di rumah merupakan pilihan terbaik sehingga dapat mengembalikan peran orang tua, keluarga sebagai pendidik pertama
80
bagi anak. Karena orang tualah yang paling tahu dengan kondisi jiwa, psikis anak dan apa yang di inginkan si anak. Orang tua juga yang dianggap berkewajiban memberikan pendidikan yang di minati anak sesuai dengan kebutuhan anak. Selain
upaya-upaya
di
atas,
dari
implementasi
model
homeschooling yang di pilih oleh Komunitas Belajar Imam An-Nawawi Depok, mampu memberikan konstribusi bagi anak untuk terus belajar dan meningkatkan motivasi belajarnya. Dengan upaya mengatasi hambatan untuk meningkatkan motivasi belajar anak, sebagai berikut: a. Melalui minat yang ingin dicapai anak, yang akan memperkuat motivasi belajar dan mengarahkan perilaku belajarnya. b. Memperhatikan kondisi anak yang meliputi kondisi jasmani dan rohani mempengaruhi motivasi belajar. c. Memperhatikan berkembang
unsur-unsur mengikuti
dinamis,
perkembangan
merupakan zaman
unsur
yang
yang
dapat
membangkitkan keinginan untuk belajar. d. Upaya orang tua (pengajar) dalam membelajarkan anak yaitu partisipasi dan teladan memilih perilaku yang baik, memberikan reward atau punishment yang tepat kepada anak agar lebih termotivasi belajarnya.
81
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Dari hasil penelitian tentang implementasi homeschooling dalam meningkatkan motivasi belajar anak di Komunitas Belajar Sekolah Imam AnNawawi Depok, maka dapat disimpulkan: 1. Komunitas
Belajar
mengimplementasikan
Sekolah Model
Imam
An-Nawawi
Homeschool
Depok
Montessori
telah (unit
pembelajaran/unit studies) serta homeschooling komunitas yang dipadukan dengan penanaman ajaran-ajaran Islami bagi anak, tanpa melupakan minat dan kebutuhan anak seusianya. 2. Kurikulum yang diterapkan oleh Komunitas Belajar Sekolah Imam AnNawawi
Depok,
mengimplementasikan
Kurikulum
Nasional
dan
kurikulum Montessori. Dimana kurikulum Nasional berfokus pada enam mata pelajaran utama yang diujikan pada Ujian Negara Paket Kesetaraan. 3. Materi yang diajarkan pada Komunitas Belajar Sekolah Imam An-Nawawi Depok selain mengacu pada Diknas juga disesuaikan berdasarkan kebutuhan
belajar serta bahan pelajaran yang sesuai dengan ideologi
Indonesia. 4. Metode pembelajaran pada homeschooling adalah dengan metode Montessori. Dimana metode atau pendekatan ini mendorong penyiapan lingkungan pendukung yang nyata dan alami, mengamati proses interaksi anak-anak di lingkungan, serta terus menumbuhkan lingkungan sehingga anak-anak dapat mengembangkan potensinya, baik secara fisik, mental, maupun spiritual. 5. Evaluasi kegiatan belajar pada Komunitas Belajar homeschooling AnNawawi Depok melalui merumuskan cara-cara dan alat evaluasi, baik formatif maupun sumatif, seperti portofolio dan raport, yang dihubungkan dengan tujuan khusus yang ingin dicapai dengan acara berdiskusi antara
81
82
orangtua dan anak juga dapat digunakan untuk mengetahui apa yang berhasil dan gagal untuk diperbaiki di waktu yang berikutnya. 6. Setelah menerapkan/mengimplementasikan model homeschooling pada Komunitas Belajar homeschooling An-Nawawi Depok, telah terjadi peningkatan motivasi belajar siswa, dimana para siswa telah mampu mengalami peningkatan-peningkatan dalam kegiatan dan pencapaian hasil belajarnya dan anak tidak merasa bosan. Kebutuhan dan pola belajar anak disesuaikan dengan keinginan orang tua dan anak dalam belajar, sehingga proses pembelajaran berlangsung dengan nyaman, menyenangkan,dan fleksibel. B. Saran Dari kesimpulan yang telah dikemukakan di atas, maka ada beberapa saran agar upaya meningkatkan proses pelaksanaan homeschooling dapat meningkatkan motivasi belajar anak, antara lain sebagai berikut : 1. Mengenali ciri-ciri menurunnya semangat dan motivasi belajar anak. Segera diadakan perbaikan jika orang tua telah menemukan penyebab menurunnya semangat dan motivasi belajar anak. 2. Ciptakan suasana sehat dan menyenangkan dalam keluarga. Senantiasa tekankan keberhasilan yang hendak dicapai anak, dengan memberikan penjelasan. Dengan menghindari memotivasi anak dengan mencaci-maki atau menyebut anak dengan sebutan yang menyakitkan hatinya. 3. Tetapkan prioritas utama yang harus diperbaiki oleh anak, dengan tetap membiarkannya menikmati masa kanak-kanaknya. Tidak membandingbandingkan anak dengan anak yang lainnya, dengan orang tua/saudara sekalipun orang tua berharap motivasi belajar anak akan bangkit karenanya. 4. Tidak menuntut anak untuk selalu sempurna dalam mengerjakan suatu tugas. Dengan Memberikan teguran yang halus pada anak. Ucapan yang tidak menyakiti hati anak akanmendorongnya untuk memperbaiki diri. 5. Atur dan tingkatkan jumlah belajar secara bertahap pada anak, hingga akhirnya mencapai jumlah jam belajar seperti yang dikehendaki. Serta
83
selalu mengawasi tanpa mengekang seluruh kegiatannya untuk tetap menjaga semangat belajarnya. Karena semua membutuhkan proses dan pelatihan yang tidak sebentar. 6. Tak lupa pula peranan Komunitas Belajar Sekolah Imam An-Nawawi Depok dan orang tua homeschooler yang tak lain adalah saling mendukung dan bahu- membahu dalam meningkatkan motivasi belajar anak.
84
DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.Jakarta: Rineka Cipta, 2010. Asmani, Jamal Ma’mur. Buku Pintar Homeschooling.Jogjakarta: Flashbooks, 2012. Dobson, Linda. Tamasya Belajar: Panduan Merancang Program Sekolah di Rumah untuk Anak Usia Dini.Bandung. Mizan Learning Center (MLC), 2005. Effendi, Motivasi Dalam Pembelajaran. Jakarta: PT. Angkasa, 2003. Griffith, Mary. Belajar Tanpa Sekolah; Bagaimana Memanfaatkan Seluruh Dunia Sebagai Ruang Kelas Anak Anda. Bandung: Nuansa, 2008. Hakim, Arief Rachman. Home-Schooling, Rumah Kelasku, Dunia Sekolahku. Jakarta: Kompas, 2007. Hamalik, Oemar. Kurikulum dan Pembelajaran.Jakarta: Bina Aksara, 2009. Hanaco, Indah. I Love Homeschooling, Segala Sesuatu yang Harus Diketahui tentang Homeschooling. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,2012. Handoko, Martin. Motivasi Daya Penggerak Tingkah Laku. Yogyakarta: Kanisius, 2008. J. Moleong. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004. Joesoef, Soelaiman. Konsep Dasar Pendidikan Luar Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara, 2002. Jurnal
Madrasah Kelurga, “Melirik Kembali Homeschooling”, http://my.opera.com/madrasah-keluarga/blog/melirik-kembaliHomeschooling, Diakses pada 20 April 2007
Kak Seto. Homeschooling Keluarga Kak Seto. Jakarta: PT. Mizan Pustaka, 2007. Kembara, Maulia D. Panduan Lengkap Homeschooling. Bandung: Progressio, 2007. Mulyadi, Seto. Homeschooling Keluarga Kak Seto: mudah, meriah, dan direstui Pemerintah. Bandung: PT. Mizan Pustaka, 2007.
84
85
Ngalim Purwanto, “Pengertian Motivasi”, dalam Mudjiono Dimyat, .Belajar dan Pembelajaran.Jakarta: PT Asdi M ahasatya, 2006. Rachman, Arief. Homeschooling Rumah Kelasku, Dunia Sekolahku.Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2007. Saputro, Abe. Rumahku Sekolahku; Panduan Bagi Orang Tua untuk Menciptakan Homesholing (Yogyakarta: Graha Pustaka, 2007. Sardiman, Interaksi dan Motivasi Balajar Siswa. Jakarta : Rajawali PERS, 2005. Slameto. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Bina Aksara, 2003. Subiyanto, Paul. Mendidik Dengan Hati. Jakarta: Elex Media Komputindo, 2004. Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta, 2006. Sumardiono. Apa Itu Homeschooling, 35 Gagasan Pendidikan Berbasis Keluarga. Jakarta: Panda Media, 2014. ___________. Homeschooling Lompatan Cara Belajar, Jakarta: PT. Elex Media Kompatindo, 2007. The
Free Online Dictionary, “Definition of Homeschooling” http://www.thefreedictionary.com/homeschool , diakses pada tanggal 12 juni 2007.
Undang-Undang Republik Indonesia No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Winkel, W.S. Psikologi Pancasila dan Kewarganegaraan. Jakarta : Grasindo, 2000. www.balipost.com., Mengajari Anak Memaknai Hidup, http://www.balipost.co.id/balipostcetak/2006/10/1/k3.html Diakses, 1 Oktober 2006.
HASIL OBSERVASI LAPANGAN IMPLEMENTASI MODEL HOMESCHOOLING DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR ANAK Tempat/Tgl Observasi : Kelas IV dan VI Komunitas Belajar Sekolah Imam AnNawawi Depok, 5 Januari 2015 1. Refleksi: Metode pembelajaran dan pendekatan yang digunakan oleh guru mampu meningkatkan motivasi belajar anak belajar di Homeschooling 2. Hasil Observasi: Dengan metode Mind Map dan kurikulum model Montessori yang diterapkan oleh pendidik/tutor Anak didik terlihat antusias dan semangat dalam belajar di homeschooling, sehingga materi yang diberikan oleh tutor dengan mudah dipahami dan dikuasai oleh anak-anak. Ini terlihat ketika anak-anak diminta untuk menjelaskan materi yang mereka pelajari dengan metode Maind Map dan Presentasi terlihat menguasai dan paham. Namun ada sebagian anak yang kurang begitu paham dan menguasai materi, tutor segera mendekati anak yang kurang paham tersebut, kemudian memberikan bantuan secara khusus untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi anak tersebut. 3. Analisis: Metode yang digunakan oleh guru/tutor serta pendekatannya dalam belajar di homeschooling mampu memberikan semangat dan motivasi belajar kepada anakanak homeschooler. Ini menunjukkan bahwa pembelajaran yang dijalankan di komunitas Belajar Imam An-Nawawi Depok, mampu memberikan dorongan untuk belajar dengan mandiri. Tutor juga akan lebih mudah mengetahui siswa mana yang mengalami kesulitan dalam belajar, dan memberikan bantuan dengan pendekatan kekeluargaan. Anak didik pun tidak ada keseganan untuk berbagi cerita tentang permasalahan belajar dan yang lainnya.
Tempat/Tgl Observasi : Komunitas Belajar Sekolah Imam An-Nawawi Depok, 7 Januari 2015 1. Refleksi: Kontrol orang tua terhadap perkembangan anak-anak di komunitas Homeschooling
2. Hasil Observasi: Di pagi hari itu, terlihat beberapa orang tua yang mengantarkan anak-anak mereka untuk belajar di komunitas, termasuk Ibu Humairah orang tua dari Fauzi seorang anak didik di Komunitas Belajar Imam An-Nawawi Depok. Selama anak-anak belajar bersama tutor di kelas, para orang senantiasa mengamati proses belajar anak-anaknya sampai jam pulang, kecuali beberapa orang tua yang hanya mengantar dan menjemput saja. 3. Analisis: Walaupun orang tua sudah menyerahkan anak-anak mereka ke komunitas homeschooling untuk belajar, namun orang tua tidak lepas begitu saja, seperti di pendidikann formal. Namun orang tua mengawasi saat belajar di komunitas dan menemani belajar saat di rumah. Disini keterlibatan
Tempat/Tgl Observasi : Komunitas Belajar Sekolah Imam An-Nawawi Depok, 7 Januari 2015 1. Refleksi: Tingkat sosialisasi anak-anak homeschooling dengan teman-teman seusianya 2. Hasil Observasi: Terlihat anak-anak ketika jam pelajaran sudah selesai, mereka langsung berlari-lari bermain bersama. Ada yangbermain dikelas, belajar di perpustakaan, naik-naik ke pohon, makan bersama di kantin. Terlihat mereka saling berinteraksi dengan baik. Sosialisasi mereka dengan teman seusianya begitu hangat dan akrab. Seperti satu keluarga besar yang sedang belajar bersama. 3. Analisis: Ternyata mitos yang selama ini, anak-anak homeschooling yang kurang bersosialisasi dengan teman-teman seusianya, ternyata tidak terjadi di komunitas Belajar An-Nawawi Depok. Kemampuan mereka dalam bersosialisasi dan bermain dengan teman-teman seusianya cukup baik, bahkan bisa dikatan lebih kuat jalinan emosionalnya.
Tempat/Tgl Observasi : Komunitas Belajar Sekolah Imam An-Nawawi Depok, 8 Januari 2015 1. Refleksi: Sarana dan prasarana yang menjadi pendukung dalam implementasi model homeschooling dalam meningkatkan motivasi belajar anak. 2. Hasil Observasi: Di komunitas belajar Imam An-Nawawi Depok dilengkapi dengan beberapa sarana dan prasarana yang menunjang terhadap pelaksanaan pembelajaran di komunitas. Terlihat sebuah gedung lama yang terdiri dari enam kelas, dan satu gedung baru yang saat ini dalam tahap penyelesaian, gedung baru ini terdiri dari dua lantai. Di gedung lama dilengkapi dengan perpustakaan dan laboratorium praktek. Di kantor yayasan juga dilengkapi dengan sarana laboratorium computer dan perpustakaan, sehingga membuat aktivitas pembelajaran disini berjalan dengan baik. 3. Analisis: Dari hasil observasi tersebut menunjukkan, bahwa komunitas Belajar Imam An_Anawawi Depok mampu melengkapi sarana prasarana pendidikan dan pembelajarannya dengan lengkap, walaupun masih belum sempurna. Namun dengan sarana yang ada, proses pendidikan dan pembelajaran di komunitas homeschooling bisa berjalan dengan baik dan maksimal. Anak didik dapat mengembangkan segala potensi yang dimilkinya dengan mandiri dan mampu mengeksplorasi pengetahuan yang ada dengan sarana pendukung tersebut.
PEDOMAN WAWANCARA Nama Pendidikan terakhir Jabatan
: Syaiful Bahri., LC : S1 : Kepala Komunitas Belajar Imam An Nawawi Depok
1. Dari manakah awal anda mengetahui tentang homeschooling, dan bagaimana sikap anda pertama mengetahui adanya homeschooling ? Jawaban: Saya mengenal homeschooling dari teman saya, dimana dalam model pembelajarannya siswa lebih fleksibel dalam belajar, suasana belajar lebih santai akan tetapi target pembelajaran tersebut harus memenuhi target kurikulum. Jadi ketika pertama kali saya mendengar system belajar homeschooling saya langsung tertarik. Kemudian saya mencoba untuk mengembangkan dan mengajak para rekan-rekan yang lain untuk membangun komunitas belajar homeschooling Imam An-Nawawi Depok. 2. Bagaimana proses awal untuk bisa melaksanakan komunitas homeschooling disini, sehingga mampu diterima oleh masyarakat? Jawaban: Awalnya biasanya dimulai dengan kelompok belajar, kelompok belajar itu tidak perlu banyak orang, sekitar 4-5 orang kemudian kita bimbing, semakin lama otomatis akan banyak relasi dan teman yang bergabung. Dan ketika sudah berkembang, di Diknas itu ada jalur khusus yang mengesahkan badan homeschooling. Otomatis kita akan mengurus untuk didaftarkan ke depdiknas. Untuk diberikan status. Untuk pendaftarannya dilakukan di depdiknas pusat. homeschooling ini masuk di jalur informal yang disah kan oleh undangundang. 3. Dalam pelaksanaan homeschooling, model dan jenis homeschooling apakah yang terapkan di komunitas ini? Jawaban: Dari yang saya ketahui dan saya jalankan model yang digunakan di homeschooling Imam An-Nawawi adalah model Montessori, jadi siswa dituntut untuk berkreativitas dan berekspresi dan begitu juga pembimbingnya tidak semesti guru, bisajuga kaka guru, orang yang berpengalaman yang berfungsi untuk membimbing. 4. Kenapa anda memilih melaksanakan model homeschooling ini, apa tujuannya ? Jawaban: Tujuan dalam pelaksanaan homeschooling ini hanya ingin lebih meningkatkan motivasi belajar dan potensi anak secara optimal lebih cepat, fleksibel dalam materi, meningkatkan potensi dan kreatifitas yang anak miliki, yang terpenting supaya anak tidak terhambat. 5. Bagaimanakah materi kurikulum, serta sistem evaluasi yang anda gunakan dalam melaksanakan model homeschooling tersebut ? Jawaban: Kurikulum di desain untuk lebih meningkatkan kreatifitas anak-anak, dengan model Montessori kita kombinasikan dengan kurikulum nasional, tujuannya untuk meningkatkan kreatifitas anak didik untuk pencapaian prestasinya. Ujian tengah semester dan akhir semester juga masih diberlakukan.
6. Bagaimana cara orang tua bisa bergabung di komunitas homeschooling ini? Jawaban: Prosedur pendaftaran seperti biasa, pertama meninjau lokasi sekolah, jenjang anaknya kelas berapa, pemilihan programnya apakah setiap hari, di sekolah atau di rumah, dengan tanpa adanya tes masuk. 7. Bagaimana metode pembelajaran yang digunakan, untuk bisa membangun motivasi belajar anak? Jawaban: Belum ada sistem yang baku dalam penggunaan metode belajar, masih terbuka dengan metode yang ada. Disini guru dituntut sekreatif mungkin dalam mengajar. 8. Apakah faktor pendukung, penunjang dan penghambat dalam pelaksanaan model homeschooling yang anda laksanakan ? Jawaban: Pemberian materi yang teratur, tugas-tugas yang diberikan, sarana yang lengkap, belajar di luar lingkungan sekolah. misalnya kurang mampu dalam berkomunikasi pada saat presentasi 9. Bagaimanakah upaya anda dalam mengatasi hambatan-hambatan yang ada dalam pelaksanaan model homeschooling tersebut ? Jawaban: Pelan-pelan kita benahi dan kita analisis, yang mana factor pemicu dari hambatan tersebut, kemudian kita bersama berdisikusi untuk menemukan solusinya. 10. Apakah selama pelaksanaan homeschooling ini, perkembangan belajar anak semakin menurun atau meningkat, sebelum dan setelah dilaksanakannya model homeschooling? Jawaban: Tentunya semakin meningkat, motivasi belajar anak semakin semangat dan aktif. 11. Sarana dan media belajar apa yang orang tua siapkan untuk menunjang pendidikan anak di komunitas Homeschooling? Jawaban: Meraka hanya menyediakan buku ajar tambahan. 12. Apakah biaya yang harus dikeluarkan oleh orang tua untuk mengikuti Pendidikan homeschooling itu mahal, biaya pendidikan apa saja yang dikeluarkan oleh orang tua ? Jawaban: Untuk biaya pendidikan di sekolah pelangi tergantung kemampuan ekonomi orang tua, jika orang tua mampu bayar banyak kita terima, jika mampu sedikit juga kita terima. 13. Apa yang menjadi keunggulan dari homeschooling dilembaga anda dengan pendidikan yang terdapat di sekolah formal? Jawaban: Flaksibelitas terhadap waktu, materi pelajaran, metode pembelajaran. 14. Sejauh mana masyarakat mengetahui tentang homeschooling di lingkungan anda dan bagaimana respon masyarakat terhadap keberadaan komunitas Homeschooling disini? Jawaban: Kami punya jalur sendiri, kami juga mempunya tim promosi dan sekarang kita juga punya sistem internet dengan online. Brosur dan dibeberapa pameran-pameran.
15. Bagaimana anda mensosialisasikan Homeschooling kepada masyarakat di sekitar lingkungan komunitas ini? Jawaban: Ada berbagai cara/upaya yang kami lakukan agar masyarakat sekitar khususnya mau dan mengetahui keberadaan kami (sebagai sekolah/tempat belajar anak), dengan memasak spanduk, banner, pamphlet dan sebagainya, menunjukkan anak-anak didik kami yang berprestasi secara akademik, menunjukkan cara belajar kami di masyarakat dengan jalan kunjungan langsung dan belajar dari masyarakat atau lingkungan luar. Sehingga masyarakat akan paham dan tidak memandang sebelah mata akan keberadaan homeschooling. Kami mengimplementasikan cara dan model pembelajaran yang kami terapkan kepada masyarakat secara terbuka, sehingga mereka memahami dan mengakui tentang homeschooling.
Kepala Komunitas Belajar Imam An Nawawi Depok
Syaiful Bahri, LC
HASIL WAWANCARA DENGAN PENGAJAR HOMESCHOOLING Nama Tempat/Tgl Lahir Agama Pendidikan terakhir Pekerjaan Alamat /Tlp
: Saibudin : Depok, 15 Januari1976 : Islam : S1 : Guru Agama Islam/Pembimbing Kelas 4 dan 5 : JL. Salak NO.10 Sukmajaya Depok
1. Mengapa anda tertarik memilih mengajar di homeschooling dari pada mengajar di sekolah formal ? Saya memilih di homeschooling ini karena belajarnya lebih cepat dan antara guru dan murid seperti ada kekeluargaan. Berbeda dengan di sekolah formal yang gurunya kurang memperhatikan muridnya. Jadi di sini seperti layaknya orangtua dan anak. Kami menikmati sekali disini. Waktu dan materi belajar sangat fleksibel. Kami langsung berinteraksi secara intens dengan murid tanpa ada pemisah. 2. Bagaimana kesan anda mengajar di pendidikan homeschooling? Saya mengajar disini sangat senang sekali, karena ada kebersamaan diantara guru dan murid. Jadi seperti mendapatkan keluarga besar. 3. Apakah anak-anak homeschooling, lebih antusias belajar bersama anda, dari pada belajar di sekolah formal ? Anak-anak jika belajar dengan saya pasti bersemangat, karena jika saya mengajar pasti dengan canda gurau. Jadi murid belajar tidak terlalu tegang. Tapi jika watunya serius, kita harus serius. Karena murid juga paham antara yang bercanda dan serius. 4. Bagaimanakah pilihan materi pelajaran dan metode yang anda gunakan dalam melaksanakan model homeschooling yang anda jalankan ? Kalau materi kita guru yang menyiapkan, yang diambil dari sekolah elektronik yang sudah disediakan di internet. Sedangkan materi belajarnya itu adalah membaca, kemudian mereka mempresentasikan kembali apa yang dibacanya, sehingga mereka butuh konsentrasi tinggi dalam belajar. Kita dalam mengajar selama ini menggunakan Metode adamco peta pikiran(maind map), termasuk juga Tanya jawab, diskusi dll. Mereka pasti bisa jawab apa yang guru tanyakan. 5. Apakah pilihan materi pembelajaran merupakan pilihan anak sendiri atau ditentukan oleh pengajar atau orang tua Guru memang harus ada target dalam mengajar, namun kita harus mengimbangi juga bagi siswa yang agak lambat dan yang cepat dalam mengakap pelajaran. Ini juga tergantung
pada kemampuan anak dalam menangkap pelajaran. Jika terdapat yang lamban, maka kita berikan pendampingan khusus kepadanya. 6. Apakah anda mengalami kesulitan yang menjadi penghambat dalam mengajar anak-anak di homeschooling? Kita selaku guru ketegasan itu emang perlu. Paling yang agak sulit itu disini kan banyak murid yang bercandain guru, isengin guru. Sehingga memancing emosi kadang-kadang. Namun saya sendiri selalu ambil nilai positifnya aja. Kalau sudah ada yang berlebihan, biasanya kita bertindak juga dengan tegas. Berikan teguran, kalau perlu kita juga berikan sanksi. Namun doktrin yang penting terhadap keseriusan belajar. 7. Bagaimanakah upaya anda dalam mengatasi hambatan yang ada dalam pelaksanaan model homeschooling ? Kita dengan sabar dan tekun dalam memperbaiki semua yang kita hadapi, termasuk perbedaan karakter dan kenakanlan anak-anak yang berlebihan. Kita berlakukan juga peraturan yang tegas dan kita juga harus memulai disiplin dari diri kita sendiri sebagai guru. 8. Apakah selama anda mengajar di homeschooling ini, perkembangan belajar anak khususnya motivasi belajar apakah semakin menurun atau meningkat, sebelum dan setelah dilaksanakannya model homeschooling kepada anak? Tentunya semakin meningkat, dulunya ketika diajak belajar sangat susah dan malasmalasan, kini tanpa disuruh belajar bereka belajar sendiri. Kita cukup memberikan tugas dan materi pokok untuk dipelajari dikelas, mereka langsung mencari referensi sendiri dan rangkuman materi sendiri. Begitu pula jika ada tugas, mereka pasti mengerjakan semua. Karena kalau tidak mengerjakan, mereka malu ama yang lain yang mengerjakan. 9. Sebagai seorang pengajar, apakah anda mampu mendorong motivasi anak untuk senang belajar bersama anda? Bagaimana cara anda supaya anak senang belajar dengan anda? Saya senangnya mengajar sambil memberikan gurauan dan hiburan. Tentunya mengajar yang benar. Yang pasti dengan sepenuh hati saya mengajar dan kasih sayang. Seperti kita berikan pujian kepada anak didik. Baik yang berprestasi maupun yang tidak. Apapun karya mereka, kami guru selalu memberikan pujian dengan memberikan perbaikan yang memotivasi belajar mereka.
HASIL WAWANCARA DENGAN ORANG TUA SISWA HOMESCHOOLING Nama Tempat/Tgl Lahir Agama Pendidikan terakhir Pekerjaan Alamat /Tlp
: Humairah : Bogor, 14 Februari 1975 : Islam : D2 : Ibu Rumah Tangga : Jl. Rambutan RT004/08 No.17 Beji Depok
1. Model homeschooling apa yang disepakati dan diterapkan oleh ibu dan komunitas dalam mendidik atau mengajarkan anak? Jawaban: Dalam pelaksanaan homeschooling sendiri kami menerapkan model Montessori dengan dipadukan dengan metode modern yang Islami serta sebagai tambahan The Living of Book yang dikembangkan oleh Charlott Maseon, dan saya menggunakan bentuk homeschooling komunitas untuk jenisnya, karena di komunitas anak saya bisa bersosialisasi dengan teman sebanyanya. 2. Bagaimana motivasi belajar anak setelah belajar di homeschooling komunitas belajar Imam An-Nawawi Depok? Banyak terjadi peningkatan, sebelumnya sampai dengan tingkat sekolah dasar di sekolah formal yang lamanya, anak saya kurang dalam semangat dan motivasi belajarnya. Prestasi belajarnya dapat dikatakan biasa-biasanya saja, namun setelah mengikuti pembelajaran di Komunitas Belajar Imam An-Nawawi Depok, anak saya lebih antusias belajarnya, tanpa diperintahkan terlebih dahulu. 3. Menurut ibu faktor apakah yang mendukung orang tua dalam memilih pendidikan bagi anaknya di komunitas belajar homeschooling khususnya di Imam An-Nawawi Depok? Tidak semua sekolah bisa menfasilitasi yang sesuai dengan kebutuhan anak, maka faktor penunjang yang terdapat di komunitas Imam An-Nawawi yaitu adanya fasilitas cukup lengkap. Seperti ruang komputer, buku-buku, internet, tempat beribadah dan lain-lain. Dan kami yakin dapat memenuhi kebutuhan anak. Serta punya program yang jelas. Sedangkan faktor penghambatnya kurangnya konsistensi dengan jadwal dan anggapan sepele dari masyarakat. 4. Apa faktor yang menjadi penghambat selama mendidik anak di homeschooling? Faktor penghambat dalam pelaksanaannya, Perlunya banyak menyediakan waktu buat anak jadi kita cenderung mengabaikan kepentingan pribadi kami.
5. Apa langkah atau solusi ibu dalam menyelasikan faktor hambatan tersebut? Saya juga tidak duduk diam, demi lancarnya dalam melakukan homeschooling. Saya juga tidak pantang menyerah dalam mencapai tujuannya, supaya anak mau belajar, merasa nyaman dalam belajar dan berfikir betapa pentingnya belajar. Salah satu penunjangnya adalah informasi dari internet tapi bukan yang utama, buku-buku, majalah, serta masuk komunitas. Sedangkan faktor penghambat utama yaitu anak
yang kelebihan energy untuk melakukan banyak aktivitas dan kami orang tua kelelahan mengimbanginya. Untuk upayanya kami bisa mendiskusikannya dengan keluarga dan dengan komunitas. Nama Tempat/Tgl Lahir Agama Pendidikan terakhir Pekerjaan Alamat /Tlp
: Nurhayati : Subang, 25 September 1980 : Islam : D3 : Karyawati : Jl. An Nur RT013/009 No.46 Limo Depok
1. Bagaimana perkembangan motivasi belajar anak anda selama mengikuti pendidikan di Sekolah Komunitas belajar homeschooling Imam An-Nawawi Depok? Alhamdulillah selama belajar di komunitas homeschooling di sini, motivasi belajar anak saya semakin meningkat, dulunya ketika diajak belajar sangat susah dan malasmalasan, kini tanpa disuruh belajar anak saya mau belajar sendiri. Kita cukup memantau dan menanyakan materi apa yang sudah dipelajarinya, mereka akan lanngsung menjawab dengan antusias. Begitu pula jika ada tugas, mereka pasti mengerjakan semua. Karena kalau tidak mengerjakan, anak akan malu dengan yang lain yang mengerjakan 2. Apa yang membuat anda memilih pendidikan untuk anda di komunitas belajar homeschooling Imam An-Nawawi Depok? Banyak faktornya, antara lain dalam hal fleksebilatas pemilihan waktu belajar, dikarenakan saya seorang karyawati yang ingin memperhatikan anak semaksimal mungkin, khususnya dalam pendidikan anak. Ditambah dengan anak saya yang terbilang aktif, dan memiliki kesenangan khusus dalam mata pelajaran tertentu. 3. Bagaimana cara ibu mengontorl anak ibu dalam belajar di komunitas belajr homeshooling? Saya tangani sendiri, Saya terus berkoordinasi dengan guru di homeschooling komunitas, kalau ada yang belum dipahami maka saya juga bisa bantu nge-push lebih di rumah. Saya juga mengatur jadwal belajar dan jadwal bermainnya, sehingga jam belajar dan bermainnya bisa teratur.
PEDOMAN WAWANCARA Nama Pendidikan terakhir Jabatan
: Mashudi Rukun : S1 : Wakil Kepala Komunitas Belajar Imam An Nawawi Depok
1. Bagaimakah jenis dan model yang diimplementasikan di homeschooling Komunitas Belajar Sekolah Imam An-Nawawi Depok? Selain model Montessori kami juga menerapkan model unit pembelajaran (unit studies) secara Islami, yang memakai minat anak dan kemudian menyatukannya dalam bidang seperti matematika, bahasa, sains, pelajaran agama (Qur’an, hadist, akidah ahlak, fiqih) dan outing. Serta versi pengajar dan inisiatif anak juga yang mengarahkan. Tetapi hal tersebut bukanlah yang utama karena yang terpenting dalam proses belajar tetaplah menanamkan mental, akidah dan spiritual sehingga secara mandiri anak mampu memperkaya khasanah keilmuannya dan jiwa yang Islami. Bukan tergantung pada buku teks maupun lembar kerja. Buku dan lembar kerja hanyalah sarana pendukung saja, itupun bila anak bersedia. 2. Bagaimanakah pelaksanaan homeschooling di Komunitas Belajar Sekolah Imam AnNawawi Depok? Di sini menjadikan siswa terbentuk karakter yang Islami sesuai dengan ajaran Qur’an dan Sunnah Nabi Muhammad SAW, sehingga secara otomatis generasi yang Islami sesuai dengan ajaran Rasulullah. Karakter yang kita bangun dan kita kembangkan berdasarkan dengan nilai-nilai kehidupan ajaran Islam. Baik agama dan social masyarakat yang ada. Kami selalu memperhatikan betul-betul karakter yang akan berkembang dalam diri anak. 3. Metode pembelajaran apakah yang di implementasikan di komunitas belajar homeschooling Imam An-Nawawi Depok, dalam meningkatkan motivasi belajar anak? Metode yang digunakan kita padukan, ada yang ceramah, mengikuti buku paket, dengan cara siswa sendiri yang memilih materi dan membuat soal-soal latihan, sistem diskusi, sistem video, yaitu siswa diajak nonton bersama-sama dan diminta buat catatan poin-poin yang dapat diambil sebagai pelajaran dalam film tersebut dan diminta untuk menjelaskan kembali. 4. Sistem evaluasi apakah yang di implementasikan di Komunitas Belajar homeschooling Imam An-Nawawi Depok? Sistem evaluasi yang kami implementasikan di homeschooling Imam An-Nawawi dengan portofolio. Yang pelaksanaannya dalam komunitas selama dua hari yaitu hari selasa, dengan materi program OCC (Outing Class Club) dan hari kamis, dengan meteri sains (pengetahuan alam) dan special class.
PEDOMAN WAWANCARA Nama Pendidikan terakhir Jabatan
: Muhammad Soleh : S1 : Guru Kelas IV di Komunitas Belajar homeschooling Imam An Nawawi Depok
1. Bagaimakah proses belajar mengajar di Komunitas Belajar homeschooling di Imam AnNawawi Depok? Untuk proses belajar mengajar saya tanamkan ke anak, bahwa belajar bisa dimana saja, kapan saja dan dengan siapa saja. Untuk materi mengkombinasikan antara kurikulum Diknas dan kurikulum sendiri. Jadi kita sesuaikan juga dengan kebutuhan dan potensi yang dimiliki oleh anak didik di sini. Proses belajar mengajar dapat dilaksanakan di berbagai lokasi dan tempat yang sudah ada baik milik pemerintah, masyarakat maupun pribadi, seperti gedung sekolah, madrasah, sarana-sarana yang dimiliki pondok pesantren dan yang lainnya seperti masjid. Termasuk belajar di atas pohon dan di lapangan. 2. Trik apakah yang anda lakukan dalam hal meningkatkan motivasi belajar anak di Komunitas Belajar homeschooling Imam An-Nawawi Depok? Saya senangnya mengajar sambil memberikan gurauan dan hiburan. Tentunya mengajar yang benar. Yang pasti dengan sepenuh hati saya mengajar dan kasih sayang. Seperti kita berikan pujian kepada anak didik. Baik yang berprestasi maupun yang tidak. Apapun karya mereka, kami guru selalu memberikan pujian dengan memberikan perbaikan yang memotivasi belajar mereka. 3. Faktor penghambat apa yang menjadikan anda kesulitan dalam pelaksanaan homeschooling? Faktor penghambat dari pelaksanaan homescholing, antara lain yaitu tidak semua sekolah formal bisa memfasilitasi yang sesuai dengan kebutuhan anak, maka faktor penunjang kami yaitu adanya fasilitas cukup lengkap. Seperti komputer, buku-buku, materi yang sudah disesuaikan, modul, dan lain-lain. Dan kami yakin dapat memenuhi kebutuhan anak. Serta punya program yang jelas.