SKRIPSI EFEKTIVITAS PENGELOLAAN PEMBELAJARAN DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DI SMA ISLAMIYAH SAWANGAN DEPOK Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Oleh:
SITI ZAHRIAH 106018200790
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2011 M/1432 H
ABSTRAK SITI ZAHRIAH 106018200790, EFEKTIVITAS PENGELOLAAN PEMBELAJARAN DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DI SMA ISLAMIYAH SAWANGAN DEPOK. PROGRAM STUDI MP, Jurusan Kependidikan Islam. Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2011. Guru adalah sebagai seorang manajer di dalam organisasi kelas. Sebagai seorang manajer, aktivitas guru mencakup kegiatan merencanakan, mengorganisir, memimpin dan mengevaluasi hasil kegiatan belajar mengajar yang dikelolanya. Pelaksanaan pendidikan yang terjadi di dalam kelas oleh guru haruslah efektif dan efisien agar proses belajar mengajar menjadi sebuah proses yang menyenangkan dan siswa menjadi termotivasi untuk belajar . Untuk itu, agar dapat menciptakan kegiatan belajar mengajar yang menyenangkan, seorang guru haruslah dapat melakukan pengelolaan kegiatan belajar mengajar di kelas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Efektivitas Pengelolaan Pembelajaran Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Geografi di SMA Islamiyah Sawangan Depok. Populasi dalam penelitian ini adalah para siswa kelas XI SMA Islamiyah Sawangan Depok yang berjumlah 30 orang, seluruh populasi dijadikan sampel penelitian. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dalam bentuk metode survey. Metode survey ini digunakan untuk memperoleh data/ informasi tentang kegiatan pembelajaran di sekolah tersebut dan hubungannya dengan motivasi belajar siswa. Instrumen penelitian yang digunakan adalah angket yang diberikan kepada para siswa dengan empat alternatif jawaban. Hasil penghitungan uji “r” atau koefisien korelasi, menghasilkan rhitung = 0,524 yang lebih tinggi dari rtabel dengan taraf signifikan 5% = 0,374 dan 1% = 0,478. Dengan demikian Ho ditolak dan Ha diterima, maka terdapat korelasi yang signifikan antara pengelolaan pembelajaran dengan motivasi belajar siswa di SMA Islamiyah Sawangan Depok. Dari penelitian ini ditemukan bahwa efektifitas pengelolaan pembelajaraan dalam meningkatkan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran geografi cukup efektif. Hal ini ditunjukkan oleh kemampuan guru dalam menjalankan peran dan fungsinya untuk mengelola pembelajaran yakni dari 30 orang responden yang mendapat jumlah skor rata- rata sebanyak 21 orang siswa atau 70%, dan juga siswa cukup termotivasi dengan pembelajaran geografi, dari 30 orang responden yang mendapat jumlah skor rata- rata sebanyak 22 orang siswa atau 73,33%.
KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang Maha Karim atas segala rahmat dan hidayah-Nya yang dianugerahkan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam senantiasa penulis sampaikan kepada nabi besar Muhammad SAW. Tujuan penulisan skripsi ini adalah untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar sarjana dari Fakultas Tarbiyah dan Keguruan jurusan KI-Manajemen Pendidikan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis tidak terlepas dari bantuan dan dorongan serta bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang telah memberikan kesempatan untuk menempuh pendidikan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Drs. Rusydy Zakaria, M.Ed,M.Phill. Ketua Jurusan KI-Manajemen Pendidikan. 3. Drs. Mu‟arif SAM, M.Pd. Ketua Program Studi Manajemen Pendidikan. 4. Dra. Manerah, sebagai dosen pembimbing yang telah sabar meluangkan waktunya untuk membimbing serta memberikan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini. 5. Bapak dan Ibu dosen FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan yang bermanfaat pada penulis. 6. Kepala sekolah SMA Islamiyah Sawangan Depok S.Ag beserta para staf dan pengajarnya, khususnya Ibu Briliantina Indrati, S.Sos., M.Pd. Terima kasih atas bantuan dan kesediaannya memberikan data guna melengkapi penelitian ini. 7. Kepala Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah beserta stafnya yang telah membantu dalam penyediaan buku-buku yang diperlukan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
9. Ayahanda H. Jayadih dan Ibunda Hj. Muslihah, dengan semangat dan pengorbanannya yang senantiasa mendorong dan mendo‟akan penulis untuk selalu berjuang dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga kedua orang tuaku yang tersayang dan tercinta dilimpahkan rahmat dan hidayahnya oleh Allah SWT. Amin 10. K‟Iyah, Wiwi, Nurul, ponakan ku Yaser, Bg H jamal, Cg Oo, Cg Zizah, Cg Nahwan dan Bg Baidhowi serta seluruh keluarga besar penulis yang senantiasa memberikan dukungan dan do‟a kepada penulis. 11. Teman-teman KI-MP angkatan 2006 yang telah membantu penulis secara langsung maupun tidak langsung hingga selesainya skripsi ini.
Akhirnya, dengan segala keterbatasan penulis hanya dapat mengembalikan segalanya kepada Allah SWT untuk membalas kebaikan mereka, semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya. Amin
Jakarta, 21 Maret 2010
Penulis
DAFTAR ISI ABSTRAKSI......................................................................................................
i
SURAT PERNYATAAN PENULIS ................................................................
ii
KATA PENGANTAR ....................................................................................... iii DAFTAR ISI ......................................................................................................
v
DAFTAR TABEL ............................................................................................ viii DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ ix BAB I
BAB II
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ..........................................................
1
B. Identifikasi Masalah .................................................................
5
C. Pembatasan Masalah ................................................................
5
D. Rumusan Masalah ....................................................................
5
E. Manfaat Penelitian ...................................................................
5
LANDASAN
TEORI,
KERANGKA
BERFIKIR
DAN
HIPOTESIS A. Landasan Teori 1. Pengelolaan Pembelajaran a. Pengertian Efektivitas Pengelolaan Pembelajaran .........
6
1) Pengertian Efektivitas ................................................
6
2) Pengertian Pengelolaan Pembelajaran .......................
7
b. Tahapan- tahapan Pengelolaan Pembelajaran ................ 11 1) PerencanaanPembelajaran ......................................... 11 2) Pelaksanaan Pembelajaran ......................................... 14 3) Penilaian Pembelajaran .............................................. 16 4) Tindak lanjut Pembelajaran ....................................... 19 c. Prinsip- prinsip Pengelolaan Pembelajaran .................... 21 d.Tugas Guru Sebagai Pengelola Pembelajaran ................ 22 2. Motivasi Belajar Belajar a. Pengertian Motivasi Belajar Siswa................................. 26 b. Jenis- jenis motivasi ....................................................... 28
c. Fungsi Motivasi Belajar ................................................. 29 d. Ciri- ciri Motivasi Belajar .............................................. 31 e. Prinsip- prinsip Motivasi Belajar ................................... 32 B. Kerangka Berpikir .................................................................... 35 C. Pengajuan Hipotesis ................................................................ 37 BAB III
METODOLOGI PENELITIAN A. Tujuan Penelitian .................................................................... 38 B. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................. 38 C. Metode Penelitian..................................................................... 38 D. Populasi danTeknik Pengambilan Sampel ............................... 39 E. Teknik Pengumpulan Data ....................................................... 39 F. Instrumen Penelitian 1. Variabel Penelitian ............................................................ 40 2. Definisi Konseptual ........................................................... 40 3. Definisi Operasional .......................................................... 40 4. Kisi- kisi Instrument .......................................................... 40 5. Uji Coba Instrument .......................................................... 43 G. Uji Prasyarat Analisis Data 1. Uji Normalitas .................................................................... 45 2. Uji Linieritas ...................................................................... 46 H. Teknik Pengolahan Data dan Pengujian Hipotesis .................. 46 I. Interpretasi Data ....................................................................... 47
BAB IV
HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Obyek Penelitian 1. Profil Sekolah ..................................................................... 49 2. Sejarah Berdirinya Sekolah Menengah Atas Islamiyah Sawangan Depok ................................................................ 50 3. Visi, Misi dan Tujuan Sekolah Menengah Atas Islamiyah Sawangan Depok ................................................................ 50 3. Kondisi Siswa .................................................................... 51 4. Kondisi Guru ...................................................................... 52
5. Keadaan Sarana dan Prasarana........................................... 52 B. Deskripsi Data Hasil Penelitian 1. Data Pengelolaan Pembelajaran ......................................... 53 2. Data Motivasi Belajar Siswa .............................................. 57 C. Pengujian Prasyarat Analisis Data 1. Uji Normalitas .................................................................... 61 2. Uji Linearitas ...................................................................... 61 D. Pengujian Hipotesis .................................................................. 62 E. Pembahasan .............................................................................. 65 F. Keterbatasan Penelitian ........................................................... 65
BAB V
PENUTUP A. Kesimpulan .............................................................................. 66 B. Saran ........................................................................................ 67
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
DAFTAR TABEL Tabel 1 : Kisi-kisi Instrumen Penelitian Pengelolaan Pembelajaran dan Motivasi Belajar ................................................................................ 41 Tabel 2 : Interpretasi Data ................................................................................ 47 Tabel 3 : Kondisi Siswa ................................................................................... 51 Tabel 4 : Kondisi Guru ..................................................................................... 52 Tabel 5 : Sarana dan Prasaran .......................................................................... 52 Tabel 6 : Skor Hasil Angket Pengelolaan Pembelajaran .................................. 54 Tabel 7 : Distribusi Frekuensi Hasil Angket Pengelolaan Pembelajaran ......... 55 Tabel 8 : Skor Hasil Angket Motivasi Belajar ................................................ 57 Tabel 9 : Distribusi Frekuensi Hasil Angket Motivasi Belajar ....................... 59 Tabel 10 : Skor Angket Responden Variabel X dan Variabel Y........................ 62
DAFTAR GAMBAR
1
Grafik Histogram Efektivitas Pengelolaan Pembelajaran (X) ...
56
2
Grafik Histogram Variabel Motivasi Belajar (Y) ......................
59
3
Garis Regresi Linier...................................................................
61
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi sebuah bangsa merupakan kebutuhan yang mutlak diperlukan, karena hal ini menyangkut masa depan bangsa. Ini berarti bahwa kemajuan bangsa terletak pada kualitas manusianya, dan peningkatan kualitas manusianya hanya dapat dibina melalui pendidikan. Pendidikan adalah usaha sadar yang direncanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Salah satu usaha untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia ialah melalui proses pembelajaran di sekolah. Apabila kita membicarakan pendidikan, maka sudah barang tentu hal yang tidak boleh terabaikan adalah peranan sekolah sebagai suatu lembaga pendidikan formal. Sekolah merupakan lingkungan pendidikan formal. Dikatakan “formal” karena di sekolah terlaksana serangkaian kegiatan terencana dan terorganisasi, termasuk kegiatan dalam rangka proses belajar mengajar di dalam kelas. Kegiatan itu bertujuan menghasilkan perubahanperubahan positif dalam diri anak didik, sejauh berbagai perubahan itu dapat diusahakan melalui usaha belajar. Dengan belajar yang terarah dan terpimpin, anak didik memperoleh pengetahuan, pemahaman, keterampilan, sikap dan nilai yang sesuai dengan apa yang diinginkan, maka penentuan perumusan tujuan pendidikan nasional menentukan hasil- hasil
yang seharusnya
diperoleh di bidang kognitif, psikomotorik dan afektif, baik yang mencakup semua jenjang dan jenis pendidikan sekolah, maupun yang khusus mengenai jenjang dan jenis pendidikan sekolah tertentu. Dalam proses pendidikan disekolah, kegiatan belajar- mengajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Itu berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa sebagai anak didik. Belajar mengajar adalah suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik antara guru dan siswa yang berlangsung dalam situasi pembelajaran untuk mencapai tujuan tertentu. Kegagalan atau keberhasilan suatu lembaga pendidikan dalam mencapai tujuan pendidikan sesuai dengan yang diharapkan, tidak terlepas dari adanya peran guru didalamnya. Hal ini dapat dimengerti karena guru merupakan unsur utama yang melaksanakan kegiatan pokok yaitu proses belajar mengajar, peran tersebut menuntut guru harus mempersiapkan diri sebaik- baiknya, baik secara fisik maupun non fisik seperti moral, intelektual dan kecakapan lain seperti kecakapan dalam pengelolaan pembelajaran /KBM dengan baik. Profesionalisme seorang guru mutlak diperlukan baik ketika memulai pembelajaran, dalam menggunakan metode dan media yg bervariasi ataupun ketika menutup pembelajaran yang kesemuanya ditujukan untuk kepentingan proses belajar mengajar. Dalam proses belajar mengajar hendaknya guru dapat mengarahkan dan membimbing siswa untuk aktif dalam kegiatan belajar mengajar sehingga tercipta suatu interaksi yang baik antara guru dengan siswa maupun siswa dengan siswa. Pelaksanaan pendidikan yang terjadi di dalam kelas oleh guru haruslah efektif dan efisien agar proses belajar mengajar menjadi sebuah proses yang menyenangkan. Untuk dapat menciptakan kegiatan belajar mengajar yang menyenangkan, seorang guru haruslah dapat melakukan pengelolaan kegiatan belajar mengajar di kelas. Pengelolaan kegiatan belajar mengajar merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh guru agar proses pembelajaran dapat berjalan
dengan baik dan lancar. Keberhasilan guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar tidak terlepas dari bagaimana guru tersebut mengelola pembelajaran yang dilakukan sehingga siswa dapat mencapai tingkat kemampuan yang optimal sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Pengelolaan belajar mengajar merupakan unsur kompetensi guru yang penting dan harus dilaksanakan. Karena pengelolaan belajar mengajar diperlukan dalam kegiatan pembelajaran. Sebelum proses belajar mengajar berlangsung, seorang guru hendaknya menguasai secara fungsional pendekatan sistem pengajaran, prosedur metode, teknik pengajaran, menguasai secara mendalam serta berstruktur bahan ajar dan mampu merencanakan penggunaan fasilitas pengajaran. Pada kenyataannya masih terdapat guru- guru yang belum sepenuhnya memahami tugasnya sebagai pengajar dan pendidik sehingga mereka kurang memperhatikan segi- segi kognitif, afektif maupun psikomotorik yang seharusnya dikuasai peserta didik dan jenjang pendidikan tertentu. Hal ini mungkin dapat dimengerti mengingat cukup banyak masalah yang dihadapi sorang guru seperti yang dikemukakan oleh Sri Wuryani Djiwandono bahwa “semua guru dihadapkan pada masalah- masalah, masalah banyaknya siswa dalam satu kelas, masalah ekonomi dan kenakalan anak- anak, masalah tekanan masyarakat yang kurang menghargai peranan guru dan sebagainya”.1 Agar proses pembelajaran berjalan dengan baik, maka diperlukan keterampilan seorang guru dalam mengelola pembelajaran. Tujuan pengajaran yang tidak jelas, materi yang terlalu mudah atau terlalu sulit, urutan materi tidak sistematis, alat pembelajaran tidak tersedia merupakan contoh masalah pembelajaran. Jika seorang guru tidak dapat mengelola pembelajaran dari awal maka akan mengakibatkan kejenuhan bagi siswa dalam belajar. Proses kegiatan
pembelajaran,
pelaksanaannya
rencana
merupakan
pengajaran
pedoman
keberadaannya merupakan arah bagi 1
h.23.
dan
kegiatan
sejumlah
pedoman
pembelajaran
dan
pengelola pembelajaran dalam
Sri Esti Wuryani Djiwandono, Psikologi Pendidikan. (Jakarta: PT. Grasindo, 2002),
memberikan kesempatan kepada murid untuk mendapatkan pengalaman belajar secara maksimal, sesuai dengan tingkat kemampuannya. Belajar sebagai proses atau aktivitas disyaratkan oleh banyak sekali hal atau faktor yang mempengaruhinya, faktor- faktor yang mempengaruhi belajar salah satunya ialah faktor non sosial yang berasal dari luar diri pelajar contohnya yaitu waktu pembelajaran yang diadakan pada pagi, siang atau malam hari.2 Faktor waktu ini juga mempengaruhi proses belajar siswa, misalnya pembelajaran yang dilaksanakan pada siang hari, siswa yang mengantuk, suasana pada siang hari panas akan mengganggu aktivitas belajar mengajar dan dapat mengganggu minat belajar siswa dan kesiapan siswa dalam mengikuti pelajaran. Salah satu lembaga pendidikan formal yang menyelenggarakan pembelajaran petang hari adalah SMA Islamiyah Sawangan Depok. Tidak berbeda dengan lembaga pendidikan sekolah petang hari pada umumnya, di SMA Islamiyah Sawangan Depok ini ditemukan beberapa masalah diantaranya para para siswa merasa jenuh dan kurang bersemangat dalam mengikuti pembelajaran di kelas, karena menurut mereka ada beberapa guru yang kurang memberikan kenyamanan dan antusias mereka dalam belajar, seperti dalam hal pemilihan metode pembelajaran, penggunaan media, pengelompokkan siswa, dan dalam penataan tempat duduk, sehingga proses pembelajaran yang berlangsung kurang optimal. Menurut pengamatan penulis guru- guru yang mengajar kurang memperhatikan pentingnya proses pembelajaran, seperti kurang optimalnya perencanaan guru- guru sebelum mengajar, penataan siswa dalam belajar dan pemilihan metode pembelajaran. Hal tersebut disebabkan kurangnya kedisiplinan pada diri seorang guru dikarenakan masih banyak terdapat guru yang mengajar di dua tempat, sehingga tidak fokus terhadap proses pembelajaran yang akan dilaksanakan selanjutnya. Oleh karena itu diperlukan keterampilan guru dalam mengelola pembelajaran, dari perencanaan, pelaksanaan, penilaian hingga tindak lanjut.
2
Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Pers, 2006), h. 233
Motivasi
merupakan
salah
satu
faktor
yang
mempengaruhi
keberhasilan belajar yang berfungsi untuk menimbulkan, mendasari dan mengarahkan perbuatan belajar. Motivasi tidak saja berpengaruh terhadap hasil belajar, tetapi juga terhadap proses belajar. Guru harus dapat memberikan motivasi kepada siswanya, jika melihat siswa tidak bergairah dalam belajar. Dalam proses belajar mengajar di sekolah motivasi merupakan hal yang sangat penting bagi peserta didik, karena motivasi itu dapat menimbulkan kegairahan dan ketekunan dalam belajar. Adapun motivasi yang ada dalam diri peserta didik itu dapat berupa bakat dan minatnya dalam belajar, sedangkan yang berasal dari luar itu seperti guru, maka guru harus dapat menumbuhkan motivasi belajarnya. Dalam hal ini, pengelolaan pembelajaran harus dilakukan seefektif mungkin, agar siswa menjadi termotivasi untuk belajar di kelas. Berdasarkan uraian diatas, menjadi daya tarik peneliti untuk mengangkatnya dalam penelitian
yang
berjudul
“EFEKTIFITAS
PENGELOLAAN
PEMBELAJARAN DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DI SMA ISLAMIYAH SAWANGAN DEPOK”.
B. Identifikasi Masalah 1. Belum efektifnya pengelolaan pembelajaran di dalam kelas 2. Belum optimalnya guru dalam mempersiapkan pembelajaran 3. Kurang tegasnya penerapan peraturan sekolah tentang disiplin belajar 4. Rendahnya semangat belajar siswa di dalam kelas C. Pembatasan Masalah Mengingat luasnya permasalahan dan keterbatasan peneliti dalam masalah biaya, waktu, tenaga dan kemampuan akademik, maka masalah yang diangkat dalam penelitian ini hanya dibatasi pada Efektivitas Pengelolaan Pembelajaran dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Geografi di SMA Islamiyah Sawangan Depok. Guru yang menjadi obyek penelitian ini dibatasi hanya pada guru bidang studi IPS Geografi.
D. Perumusan Masalah Dalam penelitian ini, masalah dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana pengelolaan kegiatan pembelajaran Geografi di SMA Islamiyah? 2. Bagaimana motivasi belajar siswa pada mata pelajaran Geografi di SMA Islamiyah? 3. Bagaimana efektifitas pengelolaan pembelajaran pada mata pelajaran Geografi dan hubungannya dengan motivasi belajar siswa? E. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat secara teoritis maupun praktis. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan pemikiran bagi perkembangan lembaga pendidikan dan menambah hazanah ilmu pengetahuan. Adapun secara praktis, hasil penelitian diharapkan menjadi bahan masukan bagi para pendidik tentang pengelolaan pembelajaran yang unggul dan berprestasi.
BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. KAJIAN TEORI 1. Efektivitas Pengelolaan Pembelajaran a. Pengertian Efektivitas Pengelolaan Pembelajaran 1) Pengertian Efektivitas Kata efektivitas dalam kamus lengkap Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa efektivitas berasal dari kata efek yang berarti akibat/ pengaruh, selanjutnya berkembang menjadi efektif tepat guna, manjur atau mujarab.3 Secara umum teori keefektivitasan berorientasi pada tujuan. Hal ini sesuai dengan beberapa pendapat yang dikemukakan ahli tentang keefektifan yang dikutip oleh Aan Komariah dan Cepi Triatna dalam buku Visionary Leadership Menuju Sekolah Efektif. Menurut Etzioni bahwa keefektifan adalah derajat dimana organisasi mencapai tujuannya, menurut Steers dan Sergovani keefektifan menekankan perhatian pada kesesuaian hasil yang dicapai organisasi dengan tujuan yang akan dicapai.4
3
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), cet. ke-1, h. 219 4 Aan Komariah & Cepi Triatna, Visionary Leadership Menuju Sekolah Efektif, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2005), cet. Ke- 1, h. 7
Jelasnya bila sasaran atau tujuan telah tercapai sesuai dengan yang telah direncanakan sebelumnya maka efektif. Jadi, jika tujuan atau sasaran itu tidak selesai dengan waktu yang telah ditentukan, pekerjaan itu tidak dianggap efektif. Berdasarkan pendapat tersebut di atas, dapat disimpulkan yang dimaksud dengan efektivitas adalah tercapainya suatu usaha dengan tujuan yang telah direncanakan sebelumnya melalui tindakan atau perbuatan yang maksimal.
2) Pengertian Pengelolaan Pembelajaran Mengajar
merupakan
suatu
kegiatan
yang
memerlukan
keterampilan profesional. Karena dalam interaksi pembelajaran seorang guru
sebagai
pengajar
akan
berusaha
secara
maksimal
dengan
menggunakan keterampilan dan kemampuannya agar anak dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Untuk dapat mencapai keberhasilan dalam pembelajaran perlu dilakukan sebuah pengelolaan yang baik, yang menuntut seorang guru untuk dapat mengkondisikan kelas dan bertanggung jawab di dalam kelas. Menurut Suharsimi Arikunto, pengelolaan merupakan terjemahan dari kata “Management”, istilah Inggris tersebut lalu di-Indonesiakan-kan menjadi “Manajemen” atau “Menejemen”. Arti lain dari pengelolaan adalah penyelenggaraan atau pengurusan agar sesuatu yang dikelola dapat berjalan dengan lancar, efektif dan efisien.5 Dalam kamus besar Bahasa Indonesia pengelolaan adalah proses, cara, perbuatan mengelola, proses melakukan kegiatan tertentu dengan mengarahkan tenaga orang lain; proses yang membantu merumuskan kebijaksanaan dan tujuan organisasi; proses yang memberikan pengawasan pada semua hal yang terlibat dalam pelaksanaan kebijaksanaan dan pencapaian tujuan.6
5
Suharsimi Arikunto, Pengelolaan Kelas dan Siswa Sebuah Pendekatan, (Jakarta: CV. Rajawali, 1996), h. 7 - 8. 6 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), cet. ke-1, h. 411
Menurut Winarno yang dikutip oleh Suharsimi Arikunto, pengelolaan adalah subtantifa dari mengelola sedangkan mengelola berarti suatu tindakan yang dimulai dari penyusunan data, merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan sampai dengan pengawasan dan penilaian.7 Hal ini berarti dalam pengelolaan menghasilkan sesuatu dan sesuatu itu merupakan penyempurnaan dan peningkatan pengelolaan selanjutnya. Dalam pelaksanaannya selalu ada tahap- tahap pengurusan, pencatatan dan penyimpanan dokumen. Pengurusan akan mudah apabila ada perencanaan dan pengorganisasian cukup mantap. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pengelolaan meliputi banyak kegiatan dan semuanya itu menghasilkan suatu hasil akhir yang memberikan informasi bagi penyempurnaan dalam kegiatan. Chaplin, seperti yang dikutip Muhibbin Syah, membatasi belajar dengan dua macam rumusan. Rumusan pertama berbunyi, belajar adalah perolehan perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai akibat praktik dan pengalaman. Rumusan keduanya, belajar ialah proses memperoleh respon- respon sebagai akibat adanya pelatihan khusus.8 Gagne dan Brigs yang dikutip oleh Syafaruddin mengemukakan bahwa “belajar adalah proses kognitif yang mengubah sifat stimulasi dari lingkungan menjadi beberapa tahapan pengolahan informasi yang diperlukan untuk memperoleh kapabilitas yang baru”.9 Reber yang dikutip oleh Muhibbin Syah membatasi belajar dengan dua macam definisi. Pertama, belajar adalah The process of acquiring knowledge (proses memperoleh pengetahuan). Kedua, belajar adalah A relatively permanent change in respons potentiality which occurs as a result of reinforced practice (suatu perubahan kemampuan bereaksi yang relative langgeng sebagai hasil latihan yang diperkuat).10
7
Suharsimi Arikunto, Pengelolaan Kelas dan Siswa Sebuah Pendekatan, (Jakarta: CV. Rajawali, 1996), h. 8. 8 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010), Cet. ke- 15, h. 88 9 Syafaruddin dan Irwan Nasution, Manajemen Pembelajaran, (Jakarta: Penerbit Quantum Teaching, 2005), Cet. ke-1, h. 60 10 Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), h. 66
Dari beberapa pengertian belajar yang telah dikemukakan para ahli di atas, dapatlah diambil kesimpulan bahwa belajar merupakan suatu proses kegiatan memperoleh pengetahuan yang mengarah pada perubahan tingkah laku siswa melalui pengalaman- pengalaman belajar siswa. Selanjutnya
ialah
pembelajaran,
menurut
Oemar
Hamalik
mengatakan bahwa pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur- unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur
yang
saling
mempengaruhi
untuk
mencapai
tujuan
pembelajaran.11 Menurut
Masnur
Muslich,
pembelajaran
yang
diistilahkan
Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) merupakan proses aktif bagi siswa dan guru untuk mengembangkan potensi siswa sehingga mereka akan “tahu” terhadap pengetahuan dan pada akhirnya “mampu” untuk melakukan sesuatu. 12 Pada intinya, pembelajaran adalah interaksi edukatif antara peserta didik dan pengajar untuk mencapai perubahan pada peserta didik, perubahan itu adalah perubahan yang mengarah kepada belajar yang baik. Dalam kegiatan pembelajaran, pengelolaan sangat diperlukan karena sebelum proses belajar mengajar berlangsung, seorang guru hendaknya menguasai secara fungsional pendekatan sistem pengajaran, prosedur, metode, teknik pengajaran, menguasai secara mendalam serta berstruktur bahan ajar dan mampu merencanakan menggunakan fasilitas pengajaran. Oleh karena itu, perlu adanya suatu aktivitas pengelolaan pembelajaran yang baik dan terencana Menurut
Ahmad
Rohani
mengatakan
bahwa
pengelolaan
pengajaran mencakup semua kegiatan yang secara langsung dimaksudkan untuk mencapai tujuan- tujuan khusus pengajaran (menentukan entry
11
Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), Cet. ke-
8, h. 57 12
Masnur Muslich, KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), Cet. ke- 6, h. 71
behavior peserta didik, menyusun rencana pelajaran, memberi informasi, bertanya, menilai dan sebagainya).13 Menurut Abdul Majid pengelolaan pembelajaran merupakan suatu proses penyelenggaraan interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar, salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh guru ialah kompetensi dalam pengelolaan pembelajaran yang mencakup: (1) penyusunan perencanaan pembelajaran; (2) pelaksanaan interaksi belajar mengajar; (3) penilaian prestasi belajar peserta didik; (4) pelaksanaan tindak lanjut hasil penilaian.14 Beberapa pengertian
pengelolaan pembelajaran
yang telah
dikemukakan para ahli di atas memberikan suatu gambaran serta pemahaman
bahwa
pengelolaan
pembelajaran
merupakan
suatu
kemampuan guru dalam mengelola proses belajar mengajar yang berkaitan dengan perkembangan murid sehingga tercapai proses pembelajaran yang efektif dan efisien di mulai dari proses perencanaan, pelaksanaan, penilaian pembelajaran dan umpan balik yang dilaksanakan oleh pendidik terhadap peserta didik dalam lingkungan belajar. Guru
dalam
mengajar
di
kelas
tidak
hanya
mengelola
pembelajaran, tetapi juga melakukan pengelolaan terhadap kelas. Dengan demikian pengelolaan pembelajaran dalam kelas tidak dapat terlepas dari pengelolaan kelas yang dilakukan oleh guru. Melalui pengelolaan kelas yang baik, guru dapat menjaga kelas untuk tetap kondusif agar proses belajar mengajar dapat berlangsung secara lancar dan sistematis. Berdasarkan
pengertian
dari
efektivitas
dan
pengelolaan
pembelajaran dapat diambil kesimpulan bahwa efektivitas pengelolaan pembelajaran adalah suatu usaha yang dilakukan oleh seorang guru dalam proses belajar mengajar di mulai dari proses perencanaan, pelaksanaan, penilaian pembelajaran dan umpan balik yang memungkinkan kegiatan
13
Ahmad Rohani, Pengelolaan Pengajaran, (Jakarta, PT. Rineka Cipta, 2004), cet. Ke-2,
14
Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran, (Bandung: Rosda Karya, 2007), Cet. III, h. 6
h. 123 & 111.
peengelolaan pembelajaran dapat berlangsung dengan baik sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. b. Tahapan- tahapan Pengelolaan Pembelajaran Adapun tahapan- tahapan pengelolaan pembelajaran dapat dijelaskan sebagai berikut: 1) Perencanaan Pembelajaran Pengertian perencanaan pembelajaran menurut banyak ahli masih belum ada kesepakatan. Untuk mengetahui definisi perencanaan pembelajaran dapat ditelusuri dengan mendefinisikan kata perencanaan dan pembelajaran. Menurut Anderson yang dikutip oleh Syafaruddin dan Irwan Nasution, perencanaan adalah pandangan masa depan dan menciptakan kerangka kerja untuk mengarahkan tindakan seseorang di masa depan.15 Oleh karena itu perencanaan dapat digunakan sebagai panduan dalam melaksanakan sesuatu. Menurut Abdul Majid dalam bukunya Perencanaan Pembelajaran: mengemukaan bahwa “Perencanaan adalah menyusun langkah- langkah yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.16 Pendapat tersebut mengambarkan bahwa
suatu perencanaan diawali
dengan adanya target, selanjutnya berdasarkan penetapan target tersebut dipikirkan bagaimana cara mencapainya. Sejalan dengan pendapat di atas Nanang Fatah memandang bahwa perencanaan merupakan tindakan menetapkan terlebih dahulu apa yang akan dikerjakan, bagaimana mengerjakannya dan siapa akan yang mengerjakannya.17
15
Syafaruddin dan Irwan Nasution, Manajemen Pembelajaran, (Jakarta: Penerbit Quantum Teaching, 2005), Cet. ke-1, h. 91 16 Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran, (Bandung: Rosda Karya, 2007), Cet. III, h. 15. 17 Nanang Fatah, Landasan Manajemen Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2006), Cet. VIII, h. 49
Dari ketiga pengertian tersebut, perencanaan dapat didefinisikan suatu proyeksi apa yang akan dikerjakan ke depan sehingga dapat mencapai tujuan yang dapat diinginkan. Sedangkan pembelajaran yaitu proses yang dirancang untuk merubah diri
seseorang, baik
aspek kongnitif, efektif, maupun
psikomotoriknya. Berdasarkan pengertian perencanaan dan pembelajaran tersebut di atas maka dapat didefinisikan bahwa perencanaan pembelajaran yaitu suatu rancangan atau proyeksi tentang proses interaksi pendidik, anak didik, sumber belajar maupun lingkungan belajar sehingga dapat mengubah aspek kongnitif, efektif, dan psikomorik siswa. Perencanaan pembelajaran merupakan langkah penting untuk mencapai
keberhasilan pembelajaran. Apabila rencana pelaksanaan
pembelajaran disusun secara baik akan menjadikan tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efesien. Menurut Degeng sebagaimana dikutip oleh Hamzah B. Uno menjelaskan bahwa pembelajaran dan pengajaran adalah upaya untuk membelajarkan siswa.18 Dalam pengertian tersebut di atas terlihat bahwa dalam
pengajaran
terdapat
mengembangkan metode untuk
kegiatan
memilih,
mencapai
hasil
menetapkan,
pengajaran
yang
diinginkan. Kegiatan ini pada dasarnya merupakan inti dari perencanaan pembelajaran. Agar suatu pembelajaran dapat berhasil dengan baik, maka diperlukan suatu perencanaan yang baik pula. Di bawah ini beberapa fungsi perencanaan pembelajaran antara lain:19
18
Hamzah B. Uno, Perencanaan Pembelajaran, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2007), Cet. II,
h. 2 19
Departemen Agama, Wawasan Tugas Guru dan Tenaga Kependidikan, (Jakarta: Direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam, 2005), h. 85- 86
a)
Memberi guru pemahaman yang lebih jelas tentang tujuan pendidikan sekolah dan hubungannya dengan pengajaran yang dilaksanakan untuk mencapai tujuan itu
b) Membantu
guru
memperjelas
pemikiran
tentang
sumbangan
pengajarannya terhadap pencapaian tujuan pendidikan. c)
Menambah keyakinan guru atas nilai-nilai pengajaran yang diberikan dan prosedur yang digunakan.
d) Membantu guru dalam rangka mengenal kebutuhan-kebutuhan peserta didik, minat-minat pesrta didik, dan mendorong motifasi belajar. e)
Mengurangi kegiatan yang bersifat trial and error dalam mengajar dengan adanya organisasi kurikuler yang lebih baik, metode yang tepat dan menghemat waktu.
f)
Para peserta didik akan menghormati guru yang dengan sungguhsungguh mempersiapkan diri untuk mengajar sesuai dengan harapanharapan mereka.
g) Memberikan
kesempatan
bagi
guru-guru
untuk
memajukan
pribadinya dan perkembangan profesionalnya. h) Membantu guru memiliki perasaan percaya pada diri sendiri dan jaminan atas diri sendiri. i)
Membantu guru memelihara kegairahan mengajar dan senantiasa memberikan bahan-bahan yang up to date kepada peserta didik.
Perancanaan pembelajaran yang disusun oleh guru dituangkan dalam perangkat perencanaan pembelajaran yang meliputi silabi dan rencana pelaksanaan pembelajaran. Dengan asumsi gurulah yang paling tahu mengenai tingkat perkembangan peserta didik, perbedaan siswa, daya serap, suasana dalam kegiatan pembelajaran, serta sarana dan sumber yang tersedia. Oleh karena itu, gurulah yang berwenang untuk menjabarkan dan mengembangkan standar kompetensi dan kompetensi dasar menjadi silabus dan RPP.
Sesuai kurikulum 2004, maka silabus harus memuat hal- hal sebagai berikut: a)
Standar kompetensi
b) Kompetensi dasar c)
Materi pokok
d) Strategi pembelajaran e)
Alokasi waktu
f)
Sumber bahan Rencana pelaksanaan pembelajaran adalah perangkat perencanaan
pembelajaran yang dijadikan pedoman dalam pelaksanaan proses pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi. Format rencana pelaksanaan pembelajaran sangatlah beragam. Masing- masing lembaga mempunyai karakteristik sendiri. Sebagaimana yang dikutip oleh Abdul Majid dari Kenneth D.Moore, mengemukakan bahwa rencana pelaksanaan pembelajaran yang baik hendaknya memuat aspek- aspek sebagai berikut:
a)
Topik bahasan
b) Tujuan pembelajaran (kompetensi dan indicator kompetensi) c)
Materi pelajaran
d) Kegiatan pembelajaran e)
Alat/ media yang dibutuhkan, dan
f)
Evaluasi hasil belajar20
Dapat diartikan bahwa dalam perencanaan pembelajaran yang baik harus meliputi beberapa tahapan, yakni: (a) mampu mendeskripsikan tujuan/ kompetensi pembelajaran; (b) mampu memilih/ menentukan materi; (c) mampu mengorganisir materi; (d) mampu menentukan metode/
20
96
Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran, (Bandung: Rosda Karya, 2007), Cet. III, h.
strategi pembelajaran; (e) mampu menentukan sumber belajar/ media/ alat peraga pembelajaran; (f) mampu menyusunn perangkat penilaian; (g) mampu menentukan teknik penilaian; dan (h) mampu mengalokasikan waktu.
2) Pelaksanaan Pembelajaran Tahap mengajar (pelaksanaan pembelajaran) tentumya terkait dengan metode dan teknik mengajar yang digunakan. Menurut E. Mulyasa bahwa kegiatan pembelajaran dalam kurikulum 2004 mencakup kegiatan awal atau pembukaan, kegiatan inti atau pembentukan kompetensi dan kegiatan akhir atau penutup.21 Menurut
Abdul
Majid
tahapan-
tahapan
dalam
kegiatan
pembelajaran meliputi: kegiatan awal, melaksanakan apersepsi atau penilaian kemampuan, menciptakan kondisi awal pembelajaran, kegiatan inti dan penutup.22 Pada kegiatan awal atau kegiatan pendahuluan dimaksudkan untuk memberikan motivasi kepada siswa, memusatkan perhatian dan mengetahui apa yang telah dikuasai siswa berkaitan dengan bahan yang akan dipelajari. Kemudian melaksanakan apersepsi atau penilaian kemampuan, kegiatan ini dilakukan untuk mengetahui sejauhmana kemampuan awal yang dimiliki siswa. Kegiatan menciptakan kondisi awal pembelajaran melalui upaya: menciptakan semangat dan kesiapan belajar melalui bimbingan guru kepada siswa. Kegiatan inti merupakan
kegiatan
utama
untuk
menanamkan,
mengembangkan
pengetahuan, sikap dan keterampilan berkaitan dengan kajian yang bersangkutan. Kegiatan penutup, kegiatan ini merupakam kegiatan yang memberikan
penegasan
atau
kesimpulan
dan
penilaian
terhadap
penguasaan bahan kajian yang diberikan pada kegiatan inti.
21
E. Mulyasa, Implementasi Kurikulum 2004. (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2006),
22
Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran, (Bandung: Rosda Karya, 2007), Cet. III, h.
h. 126 104
Sedangkan menurut Hunt yang dikutip oleh Abdul Majid bahwa pelaksanaan pembelajaran di kelas meliputi lima tahapan yang disebut teori ROPES singkatan dari kata review, overview, presentasi, exercise, dan summary.23 Yakni dalam pelaksanaan pembelajaran harus dimulai dengan melakukan apersepsi, yaitu menghubungkan pelajaran dengan pengalaman yang telah dimiliki. Kemudian memberikan deskripsi, yaitu penjelasan singkat mengenai pelajaran yang akan dipelajari. Selanjutnya, mengadakan presentasi, yaitu menampilkan atau melakukan diskusi sehingga siswa dapat lebih memahami pelajaran. Setelah itu mengadakan latihan dan terakhir guru memberikan kesimpulan dari apa yang telah dipelajari. Oleh karena itu, guru dalam pelaksanaan pembelajaran dituntut untuk terampil dalam membuka pelajaran, menjelaskan dan menutup pelajaran agar siswa memiliki kompetensi sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
3) Penilaian Pembelajaran Selain harus memiliki kemampuan dalam mengelola pembelajaran seorang guru dituntut harus mempunyai kemampuan untuk menilai dan mengevaluasi keberhasilan pembelajaran. Ada yang beranggapan, bahwa penilaian hanya suatu bagian kecil dalam proses pembelajaran, yang menyatakan bahwa penilaian sama artinya dengan pemberian angka atas prestasi belajar siswa. Padahal makna penilaian sangat luas dan merupakan bagiang yang sangat penting dalam upaya mengetahui hasil pembelajaran.
23
99
Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran, (Bandung: Rosda Karya, 2007), Cet. III, h.
Menurut Oemar Hamalik, evaluasi adalah suatu upaya untuk mengetahui berapa banyak hal- hal yang telah dimiliki oleh siswa dari halhal yang telah diajarkan oleh guru.24 Proses evaluasi umumnya berpusat pada siswa. Ini berarti evaluasi dimaksudkan untuk mengamati hasil belajar siswa dan berupaya menentukan bagaimana menciptakan kesempatan belajar. Namun evaluasi juga dimaksudkan untuk mengamati peranan guru, strategi pengajaran khusus, materi kurikulum dan prinsip- prinsip yang diterapkan dalam pengajaran.25 Menurut Davies sebagaimana dikutip oleh Dimyati bahwa evaluasi merupakan proses sederhana memberikan/ menetapkan nilai kepada sejumlah tujuan, kegiatan, keputusan unjuk kerja, proses, orang, objek, dan masih banyak yang lain.26 Menurut Wand dan Brown (1957) yang dikutip oleh Wina Sanjaya mendefinisikan evaluasi sebagai “... refer to the act or process to determining the value of something”. Evaluasi mengacu kepada suatu proses untuk menentukan nilai sesuatu yang dievaluasi. Sejalan dengan pendapat tersebut Guba dan Lincoln mendefinisikan evaluasi itu merupakan suatu proses memberikan pertimbangan mengenai nilai dan arti sesuatu yang dipertimbangkan. Sesuatu yang dipertimbangkan itu bisa berupa orang, benda, kegiatan, keadaan atau sesuatu kesatuan tertentu.27 Dari kedua konsep di atas, ada dua hal yang menjadi karakteristik evaluasi. Pertama, evaluasi merupakan suatu proses artinya, dalam suatu pelaksanaan evaluasi mestinya terdiri dari berbagai macam tindakan yang harus dilakukan. Dengan demikian evaluasi bukanlah hasil atau produk, akan tetapi rangkaian kegiatan. Kedua, evaluasi berhubungan dengan pemberian nilai atau arti. Artinya, berdasarkan hasil pertimbangan evaluasi apakah sesuatu itu mempunyai nilai atau tidak. Dengan kata lain evaluasi dapat menunjukkan kualitas yang dinilai. 24
Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), Cet. ke-
8, h. 156 25
Departemen Agama, Wawasan Tugas Guru dan Tenaga Kependidikan, (Jakarta: direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam, 2005), h. 95 26 Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), Cet. ke- 3, h. 190 27 Wina Sanjaya, Kurrikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Kencana 2008), Cet. ke- 1, h. 335- 336
Apabila dikaitkan evaluasi dengan belajar dan pembelajaran, maka dapat dijelaskan bahwa evaluasi yaitu proses untuk menentukan nilai belajar dan pembelajaran yang dilaksanakan, dengan melalui kegiatan penilaian dan/ atau pengukuran belajar dan pembelajaran. Oemar Hamalik menambahkan bahwa penilaian yang akan dilaksanakan harus memenuhi persyaratan atau kriteria sebagai berikut: 1). Memiliki validitas, 2). Mempunyai reliabilitas, 3). Objektifitas, 4). Efisiensi, dan 5). Kegunaan atau kepraktisan.28 Ruang lingkup penilaian secara umum meliputi tiga komponen berikut: (1) evaluasi program pembelajaran, (2) evaluasi proses pembelajaran, (3) evaluasi hasil belajar. Evaluasi terhadap program pembelajaran dapat dirinci menjadi tiga hal, yakni: evaluasi terhadap tujuan, evaluasi terhadap isi program dan evaluasi terhadap strategi pembelajaran. Dalam proses pembelajaran terdapat dua evaluasi yaitu evaluasi hasil belajar dan evaluasi proses pembelajaran. Evaluasi hasil belajar adalah keseluruhan kegiatan pengukuran (pengumpulan
data
dan
informasi),
pengolahan,
penafsiran
dan
pertimbangan untuk membuat keputusan tentang tingkat hasil belajar yang dicapai oleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan.29 Dimyati mengatakan bahwa evaluasi hasil belajar merupakan proses untuk menentukan nilai belajar siswa melalui kegiatan penilaian dan/ atau pengukuran hasil belajar.30 Evaluasi proses pembelajaran adalah evaluasi terhadap proses belajar mengajar. Secara sitematik, evaluasi pembelajaran diarahkan pada komponen- komponen sistem pembelajaran, yang mencakup komponen
28
Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), Cet. ke-
8, h. 157 29
Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), Cet. ke-
8, h. 159 30
Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta 2006), Cet. ke- 3, h. 200
input, yakni perilaku awal siswa, komponen input intrumental yakni kemampuan profesional guru/ tenaga kependidikan, komponen kurikulum (program studi, metode, media), komponen administratif (alat, waktu, dana); komponen proses ialah prosedur pelaksanaan pembelajaran; komponen output ialah hasil pembelajaran yang menandai ketercapaiannya tujuan pembelajaran.31 Evaluasi proses pembelajaran merupakan suatu proses untuk menentukan jasa, nilai, atau manfaat kegiatan pembelajaran melalui kegiatan penilaian dan/ atau pengukuran.32 Oemar Hamalik dan Dimyati sepakat bahwa evaluasi hasil belajar dapat difungsikan dan ditujukan untuk keperluan sebagai berikut: 1. Untuk diagnostik dan pengembangan, sebagai dasar pendiagnosisan kelemahan dan keunggulan siswa beserta sebab- sebabnya. 2. Untuk seleksi, sebagai dasar untuk menentukan siswa- siswi yang paling cocok untuk jenis jabatan atau pendidikan tertentu 3. Untuk kenaikan kelas, menentukan apakah seseorang siswa dapat dinaikkan kelas atau tidak 4. Untuk penempatan, agar siswa dapat berkembang sesuai dengan kemampuan Dari uraian di atas, ada dua hal yang perlu diperhatikan. Pertama, evaluasi berarti suatu proses yang sistematis, yang tidak memperhatikan hal- hal yang terjadi secara kebetulan. Kedua, evaluasi mengasumsikan bahwa tujuan- tujuan khusus pembelajaran atau saat ini disebut dengan istilah
standar
diidentifikasikan
kompetensi
atau
sebelumnya
harus
kompetensi dinilai
dan
dasar
yang
telah
dievaluasi
untuk
mengetahui seberapa besar pencapaian kompetensi tersebut. Tanpa menetapkan standar kompetensi dan kompetensi dasar, guru akan mengalami kesulitan untuk menentukan secara jelas sifat dan tingkat belajar siswa.
31
Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), Cet. ke-
8, h. 171 32
Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta 2006), Cet. ke- 3, h. 221
4) Tindak lanjut pembelajaran Dalam KTSP, terdapat berbagai upaya yang dapat dilakukan sebagai tindak lanjut pembelajaran untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Hal tersebut antara lain mencakup peningkatan aktivitas dan kreatifitas peserta didik, serta peningkatan motivasi belajar.33 Menurut Pupuh Fathurrahman dalam bukunya Strategi Belajar Mengajar mengemukakan bahwa “untuk mendapatkan umpan balik secara lebih sempurna, maka guru dapat melakukan beberapa teknik antara lain: 1. Menggunakan alat bantu yang tepat 2. Memilih bentuk motivasi yang baik 3. Penggunaan metode yang bervariasi34 Menurut Oemar Hamalik teknik perbaikan pengajaran dapat dilaksanakan dengan cara sebagai berikut: 1. Perbaikan hasil belajar, dengan memberikan pengajaran remedial, tutorial sistem, diskusi kelompok, latihan dan ulangan, pemberian tugas, review pengajaran, pengajaran individual dan sebagainya. 2. Bantuan kesulitan dan pemecahan masalah, dengan cara memberikan bimbingan dan layanan, baik perorangan maupun kelompok, pengajaran remedial, latihan memecahkan masalah dan sebagainya 3. Perbaikan kualifikasi guru, dengan cara belajar mandiri, studi lanjutan, penataran, diskusi kelompok, supervise, pengembangan staf dan lainlain 4. Peningkatan efesiensi program pengajaran dengan cara pengkajian dan penyusunan rencana pengajaran lebih seksama dan lebih akurat, dan menilai setiap komponen dalam program tersebut secara spesifik. 5. Perbaikan kemampuan awal, dengan cara melakukan assesment secara lebih seksama terhadap komponen- komponen entry behavior pada siswa, mengembangkan kerjasama dengan rekan kerja dan sekolahsekolah yang lebih rendah.35
33
E. Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Sebuah Panduan Praktis, (Bandung: Rosdakarya, 2007), Cet. IV, h. 261 34 Pupuh Fathurrahman, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2007) h.99-101 35 Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2005), Cet. IV, h. 235- 236
Menurut Abdul Madjid program tindak lanjut dapat dilaksanakan dengan cara: 1. Program perbaikan Pengajaran perbaikan merupakan bentuk khusus dari pengajaran yang diberikan kepada seseorang atau beberapa murid yang mengalami kesulitan belajar. Program perbaikan dapat ditempuh dengan cara: (a) pemberian bimbingan secara khusus dan perorangan bagi siswa yang belum atau mengalami kesulitan dalam penguasaan KD tertentu, (b) pemberian tugas atau perlakuan (treatment) secara khusus yang sifatnya penyederhanaan dari pelaksanaan pembelajaran regular. 2. Program Pengayaan Pengajaran pengayaan adalah suatu bentuk pengajaran yang khusus diberikan kepada murid- murid yang sangat cepat dalam belajar. Program pengayaan dapat ditempuh dengan cara melaksanakan halhal sebagai berikut: pemberian bacaan tambahan atau berdikusi yang bertujuan memperluas wawasan bagi kompetensi dasar tertentu.
3. Program Akselerasi Program akselerasi memberikan kesempatan kepada peserta didik melalui masa belajar di sekolah dengan waktu yang relatif cepat.36 Dengan demikian dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa, umpan balik pembelajaran adalah segala informasi yang berhasil diperoleh selama proses pembelajaran yang digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk perbaikan, masukan dan transformasi yang ada dalam suatu proses. Adanya umpan balik yang akurat sebagai hasil evaluasi yang akurat pula, akan memudahkan kegiatan perbaikan proses pembelajaran. c. Prinsip- prinsip Pengelolaan Pembelajaran Sesuai dengan makna pembelajaran yang telah dijelaskan sebelumnya, ada sejumlah prinsip yang harus diperhatikan dalam pengelolaan kegiatan pembelajaran agar proses pembelajaran berjalan dengan baik. Menurut Ivor K. Davies, salah satu kecenderungan yang sering dilupakan adalah melupakan bahwa hakikat pembelajaran adalah belajarnya siswa bukan mengajarnya guru. Dalam hubungannya dengan pengelolaan
36
236- 243
Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran, (Bandung: Rosdakarya, 2007), Cet. III, h.
pembelajaran Alvin C. Eurich menjelaskan prinsip- prinsip belajar yang harus diperhatikan guru adalah sebagai berikut: 1) Segala sesuatu yang dipelajari oleh siswa, maka siswa harus mempelajarinya sendiri. 2) Setiap siswa yang belajar memiliki kecepatan masing- masing. 3) Seorang siswa akan belajar lebih banyak apabila setiap selesai melaksanakan tahapan kegiatan diberikan penguatan (reinforcement). 4) Penguasaan secara penuh dari setiap langkah, memungkinkan belajar keseluruhan lebih berarti. 5) Apabila siswa diberi tanggung jawab, maka ia akan lebih termotivasi dalam belajar.37 Pada kenyatannya, guru memang belum mampu untuk sepenuhnya mengimplementasikan prinsip- prinsip tersebut dalam kelasnya. Namun, dengan aplikasi ilmu dan teknologi pada proses pendidikan dapat memberikan harapan untuk mewujudkan prinsip- prinsip tersebut di dalam suatu cara baru dan dinamis. Menurut Wina Sanjaya prinsip- prinsip yang harus diperhatikan dalam pengelolaan pembelajaran, di antaranya:38 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) 8) 9)
Berpusat kepada siswa Belajar dengan melakukan Mengembangkan kemampuan sosial Mengembangkan keingintauan, imajinasi, dan fitrah Mengembangkan Keterampilan Pemecahan Masalah Mengembangkan Kreatifitas Siswa Mengembangkan kemampuan menggunakan Ilmu dan Teknologi Menumbuhkan Kesadaran sebagai Warga negara yang baik Belajar Sepanjang Hayat Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa prinsip- prinsip dalam
pengelolaan
pembelajaran,
menuntut
seorang
guru
harus
dapat
membangkitkan semangat siswa dalam belajar, mengembangkan kreatifitas dan keterampilan siswa, dalam pembelajaran semua harus berpusat pada siswa sebagai subjek belajar serta bervariasi dalam menggunakan metode karena
37
Ivor K. Davies, Pengelolaan Belajar, Terj. Dari The Manajement of Learning oleh Sudarsono Sudirdjo, (Jakarta: Rajawali Pres, 1991), Cet. II, h. 32. 38 Wina Sanjaya, Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Jakarta: Kencana, 2008), Cet. III, h. 30- 32
semuanya itu adalah kunci terciptanya pengelolaan pembelajaran yang baik. Oleh karena itu semua prinsip yang telah diuraikan tersebut harus memayungi proses pembelajaran, sehingga proses belajar mengajar dapat terlaksana dengan baik.
d. Tugas Guru Sebagai Pengelola Pembelajaran Seorang guru memiliki arti penting di dalam pendidikan seperti sekolah. Arti penting itu bertolak dari tugas dan tanggung jawab guru yang cukup berat untuk mencerdaskan anak didiknya. Oleh karena itu seorang guru hendaknya melengkapi dirinya dengan berbagai keterampilan yang diharapkan dapat membantunya dalam menjalankan tugasnya untuk interaksi dengan siswanya. Dalam rangka mendorong peningkatan profesionalisme guru, secara tersirat Undang- undang sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 pasal 35 ayat 1 telah mencantumkan standar nasional pendidikan yang meliputi: isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga pendidikan, sarana dan prasaana, pengelolaan, pembiyaan, penilaian pendidikan yang harus ditingkatkan secara berencana dan berskala. Standar yang di maksud dalam hali ini adalah suatu kriteria yang telah dikembangkan dan ditetapkan oleh program berdasarkan atas sumber, prosedur dan manajemen yang efektif. Dengan demikian, kompetensi yang dimiliki oleh setiap guru akan menunjukkan kualitas guru yang sebenarnya. Kompetensi tersebut akan terwujud dalam bentuk penguasaan pengetahuan dari perbuatan secara profesional dalam menjalankan fungsinya sebagai guru. Berdasarkan uraian di atas, dapat dipahami bahwa standar kompetensi guru adalah ukuran yang ditetapkan atau disyaratkan dalam bentuk penguasaan pengetahuan dan perilaku bagi seorang guru agar berkelayakan untuk menduduki jabatan fungsional sesuai dengan bidang tugas kualifikasi dan jenjang pendidikan. Berkenaan dengan standar kompetensi guru, menurut Abdul Madjid bahwasanya Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan
Nasional telah menyusun secara khusus rumusan standar kompetensi guru yang terdiri dari komponen, yaitu: 1) Komponen kompetensi pengelolaan pembelajaran yang meliputi: (i) menyusun rencana pembelajaran; (ii) pelaksanaan interaksi belajar mengajar; (iii) penilaian prestasi belajar peserta didik; (iv) pelaksanaan tindak lanjut hasil penilaian. 2) Komponen kompetensi pengembangan potensi yaitu pengembangan profesi 3) Komponen kompetensi penguasaan akademik yang meliputi: (i) pemahaman wawasan pendidikan, dan (ii) penguasaan bahan kajian.39 Menurut Undang-undang No. 14 tahun 2005 tentang Guru Dan Dosen pasal 10 ayat 1. Kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional. 1) Kompetensi Pedagogik, dalam Undang-undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dikemukakan kompetensi pedagogik adalah “kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik” 2) Kompetensi Profesional, menurut Undang-undang No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, kompetensi profesional adalah “kemampuan penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam”. 3) Kompetensi Pribadi, dalam Undang-undang Guru dan Dosen dikemukakan kompetensi kepribadian adalah “kemampuan kepribadian yang mantap, berakhlak mulia, arif, dan berwibawa serta menjadi teladan peserta didik”. 4) Kompetensi Sosial, menurut Undang-undang Guru dan Dosen kompetensi sosial adalah “kemampuan guru untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta didik, sesama guru, orangtua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar”.40 Menurut Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, dalam proses belajar mengajar guru mempunyai tugas untuk mendorong, membimbing, dan memberi fasilitas belajar bagi siswa untuk mencapai tujuan.41 Oleh karena itu, guru mempunyai tanggung jawab untuk melihat segala sesuatu yang terjadi dalam kelas untuk membantu proses perkembangan anak. Menurut Ivor K. Davis, pada dasarnya dalam melaksanakan pengelolaan pembelajaran, ada dua macam kegiatan yang harus dilakukan oleh guru yaitu mengelola sumber belajar dan melaksanakan peran sebagai 39
Abdul Madjid, Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar Kompetensi Guru, (Bandung: Rosda Karya, 2007), Cet. ke- 3, h. 128 40 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005, Tentang Guru dan Dosen, Bandung: Penerbit Fokus Media. 41 Abu Ahmadi & Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1991), h. 98
sumber belajar itu sendiri. Apabila seorang guru dengan sengaja menciptakan suasana belajar di dalam kelasnya dengan maksud untuk mewujudkan tujuan yang sudah dirumuskan sebelumnya maka ia bertindak sebagai “gurumanajer”. Apabila guru atau instruktur yang secara fisik mengajar di kelas tersebut, maka ia menjadi salah satu dari sumber belajar yang dikelolanya, dengan demikian ia berperan sebagai “guru- pelaksana” (teacher operator).42 Berhubung karena waktu yang tersedia dan kemampuan guru sebagai pengelola
selalu
terbatas,
maka
mereka
harus
sedapat
mungkin
mengkonsentarsikan terhadap pelaksanaan pekerjaan dengan meniadakan peranannya yang unik dalam organisasi sebagai pengelola sumber belajar. Pada intinya kegiatan tersebut menuntut guru berperan sebagai manajer, yang memiliki 4 fungsi umum menurut Ivor K. Davis yang merupakan ciri pekerjaan seorang guru sebagai pengelola yaitu:43 1) Merencanakan tujuan belajar 2) Mengorganisasikan berbagai sumber belajar untuk mewujudkan tujuan belajar 3) Memimpin, yaitu memotivasi, mendorong dan menstimulasi siswa. 4) Mengawasi segala sesuatu, apakah sudah berfungsi sebagaimana mestinya atau belum dalam rangka pencapaian tujuan.
Walaupun keempat fungsi itu merupakan kegiatan yang terpisah, namun keempatnya harus di pandang sebagai suatu lingkaran atau siklus kegiatan yang berhubungan satu sama lain. Tujuan dari pengelolaan pembelajaran adalah terciptanya kondisi lingkungan belajar yang menyenangkan bagi siswa, sehingga dalam proses pembelajaran siswa tidak merasa dipaksa apalagi tertekan. Oleh karena itu sebagai pengelola pembelajaran (learning manager), peran dan tanggung jawab
guru
ialah
menciptakan
iklim
belajar
yang kondusif
yang
memungkinkan siswa dapat belajar secara nyaman, baik iklim sosial maupun
42
Ivor K. Davis, Pengelolaan Belajar, Terj. Dari The Manajement of Learning oleh Sudarsono Sudirdjo, (Jakarta: Rajawali Press, 1991), Cet. ke- 2, h. 34 43 Wina Sanjaya, Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Jakarta: Kencana, 2008), Cet. ke- 3, h. 150
iklim psikologis. Iklim sosial yang baik ditunjukkan oleh terciptanya hubungan yang harmonis baik antara guru dan siswa, guru- guru atau antara guru dan pimpinan sekolah; sedang hubungan psikologis ditunjukkan oleh adanya saling kepercayaan dan saling menghormati antar semua unsur di sekolah. Melalui iklim yang demikian, memungkinkan siswa berkembang secara optimal, terbuka dan demokratis. Sistem pendidikan yang ideal menggunakan paradigma pembelajaran yang berpusat pada siswa. Oleh karena itu tugas guru adalah memfasilitasi siswa belajar. Pendidik memberikan kemudahan kepada siswa agar aktif mengembangkan potensi dirinya. Kegiatan pembelajaran berarti membuat siswa belajar dan aktif mengembangkan potensi dan prestasi secara mandiri. Belajar aktif memiliki konotasi bahwa siswa belajar tentang bagaimana seharusnya belajar.
2. Motivasi Belajar Siswa a. Pengertian Motivasi Belajar Siswa Menurut Pupuh Fathurrohman mengemukakan bahwa motivasi berpangkal dari kata „motif‟, yang dapat diartikan sebagai daya penggerak yang ada di dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas- aktivitas tertentu demi tercapainya suatu tujuan.44 Dorongan ini bersumber dari diri sendiri maupun dari luar, sehingga dapat menggerakkan dan mengarahkan perhatian, perasaan, dan prilaku atau kegiatan seseorang. Menurut Dimyati, motivasi di pandang sebagai dorongan mental yang menggerakkan dan mengarahkan prilaku manusia.45 Sedangkan
44
Pupuh Fathurrohman, Startegi Belajar Mengajar, (Bandung: PT. refika Aditama, 2009), cet. Ke- 3, h. 19 45 Dimyati dan Mudjino, Belajar dan Pembelajaran ( Jakarta: Rineka Cipta, 2002), hal. 80.
menurut Ngalim Purwanto motivasi adalah “Sesuatu yang mendorong seseorang untuk bertindak melakukan sesuatu”.46 Menurut Mc Donald yang dikutip oleh Oemar Hamalik merumuskan bahwa “motivation is an energy change within the person characterized by affective arousal and anticipatory goal reaction”, yang diartikan bahwa motivasi adalah suatu perubahan energy dalam diri pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan.47 Ada tiga komponen utama dalam motivasi, yaitu (1) kebutuhan, (2) dorongan dan (3) tujuan.48 Kebutuhan terjadi bila individu merasa ketidakseimbangan antara apa yang ia miliki dan yang ia harapkan. Dorongan merupakan kekuatan mental untuk melakukan kegiatan dalam memenuhi harapan. Tujuan adalah yang ingin di capai oleh seseorang individu. Dari beberapa pendapat tersebut penulis menyimpulkan bahwa motivasi dapat diartikan sebagai daya pendorong yang mempengaruhi tingkah laku dan kemudian menggerakkan hati untuk bertindak. Dalam dunia pendidikan, khususnya kegiatan belajar mengajar motivasi di sebut sebagai motivasi belajar. Belajar
adalah
perubahan
tingkah
laku
sebagai
akibat
dari
pengalaman.49 Konsep motivasi akan sangat membantu pemahaman dan penjelasan berbagai fakta yang akan membangkitkan munculnya perilaku dan belajar. Motivasi belajar sangat penting terhadap peningkatan prestasi belajar, tingkat motivasi belajar cenderung berkolerasi dengan hasil belajar. Artinya semakin kuat tingkat motivasi belajar, maka semakin baik hasil belajar siswa.
46
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2000), Cet. ke- 12, h. 60 47 Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), Cet. ke8, h. 106 48 Dimyati, dan Mudjino, Belajar dan Pembelajaran ( Jakarta: Rineka Cipta, 2002), hal. 81. 49 Ali Imron, Belajar dan Pembelajaran (Jakarta : Pustaka Jaya, 1996), hal. 15.
Sardiman mendefinisikan motivasi belajar sebagai: “keseluruhan daya gerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar tersebut dapat dicapai”.50 Menurut Dimyati dan Mudjiono dalam bukunya Belajar dan Pembelajaran mengemukakan “motivasi belajar merupakan kekuatan mental yang mendorong terjadinya proses belajar”.51 Oleh karena itu, motivasi sangat penting dalam kegiatan pembelajaran. Dengan adanya motivasi maka seseorang menjadi terdorong untuk melakukan kegiatan yang telah direncanakan sesuai dengan tujuannya. Begitu juga para siswa, dengan adanya motivasi untuk belajar maka siswa akan terdorong untuk meningkatkan kegiatan belajarnya agar prestasi yang diperoleh dapat sesuai dengan keinginan. Ada atau tidaknya motivasi belajar dalam diri siswa akan menentukan apakah siswa akan secara aktif atau pasif dan tidak peduli dalam proses pembelajaran. Motivasi sangat erat hubungannya dengan kebutuhan, sebab memang motivasi muncul karena kebutuhan. Seseorang akan terdorong untuk bertindak manakala dalam dirinya ada kebutuhan. Kebutuhan ini yang menimbulkan keadaan ketidakseimbangan (ketidakpuasan), yaitu ketegangan- ketegangan, dan ketegangan itu akan hilang manakala kebutuhan itu telah terpenuhi. Dari penjelasan di atas dapat dirumuskan motivasi belajar adalah kekuatan tersembunyi pada diri siswa yang mendorong dan menggerakkan siswa (baik dari dalam diri sendiri maupun dari luar) yang ditandai dengan munculnya kebutuhan, perasaan dan tujuan untuk mencapai perubahan tingkah laku sebagai akibat dari pengalaman.
b. Jenis- jenis Motivasi Ada dua macam jenis motivasi belajar pada diri seseorang, yaitu motivasi yang bersifat intrinsik dan ekstrinsik. Menurut Sardiman motivasi
50 51
239
Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rajawali, 1986), h. 75 Dimyati, dan Mudjino, Belajar dan Pembelajaran ( Jakarta: Rineka Cipta, 2002), hal.
intrinsik ialah motif- motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melaksanakan sesuatu. Sedangkan motivasi ekstrinsik ialah motif- motif yang aktif dan berfungsinya karena ada perangsang dari luar. 52 Motivasi intrinsik ditandai dengan dorongan yang berasal dari dalam diri siswa untuk berperilaku tertentu. Dalam proses belajar siswa yang termotivasi secara intrinsik dapat dilihat dari kegiatannya yang tekun dalam mengerjakan tugas-tugas belajar karena merasa butuh dan ingin pencapain tujuan belajar yang sebenarnya, yaitu untuk menguasai apa yang sedang dipelajari, bukan karena ingin mendapat pujian dari guru. siswa seperti ini baru akan mencapai kepuasan kalau ia dapat memecahkan masalah-masalah pelajaran dengan benar. Mempelajari atau mengerjakan tugas-tugas dalam belajar membentuk tantangan baginya. Motivasi ekstrinsik sangat dipengaruhi oleh faktor dari luar siswa. Motivasi ini bukan merupakan perasaan / keinginan yang sebenarnya di dalam diri siswa untuk belajar. Tujuan utama individu melakukan kegiatan adalah untuk mencapai tujuan yang terletak di luar aktifasi belajar itu sendiri. Contohnya siswa yang belajar mata pelajaran Matematika dengan rajin karena takut tidak dapat lulus atau mendapat nilai jelek dari gurunya. Siswa akan terdorong untuk berusaha melakukan sesuatu apabila dia mempunyai harapan untuk berhasil dalam usahanya. Ali Imron membagi motivasi belajar dalam enam unsur: 1) Cita-cita/aspirasi pembelajaran. 2) Kemapuan pembelajaran. 3) Kondisi lingkungan belajar. 4) Unsur-unsur dinamis belajar. 5) Upaya pendidik dalam membelajarkan pembelajaran.53 Setiap siswa mempunyai cita-cita dalam hidupnya, baik cita-cita dalam jangka panjang dalam menjalankan kehidupannya kelak maupun cita-cita atau 52 53
Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rajawali, 1986), h. 89-90 Ali Imron, Belajar dan Pembelajaran (Jakarta : Pustaka Jaya, 1996), hal. 99.
keinginan sewaktu dalam melakukan pembelajaran adalah mendapatkan prestasi belajar yang baik dan nilai prestasi belajar yang menggembirakan. Kemampuan pembelajaran harus bisa mempengaruhi motivasinya dalam pembelajaran. siswa yang memiliki kemampuan belajar dalam bidang tertentu rendah dapat mengakibatkan motivasi untuk belajar juga rendah, namun bisa jadi ketertarikan dalam bidang illmu yang ditekuninya membuat motivasi belajar akan meningkat walaupun kemampuan dalam bidang itu rendah. Kondisi lingkungan belajar, unsur-unsur dinamis dalam pembelajaran, dan upaya pendidikan dalam melakukan pembelajaran mempengaruhi motivasi belajar siswa.
c. Fungsi Motivasi Belajar Motivasi sangat berperan dalam belajar, pembelajaran akan berhasil manakala siswa memiliki motivasi dalam belajar. Oleh karena itu, menumbuhkan motivasi belajar siswa merupakan salah satu tugas dan tanggung jawab guru. Dengan adanya motivasi dalam diri siswa, maka ia akan menjadi tekun dan bergairah dalam kegiatan belajar mengajar dan dengan motivasi itu kualitas hasil belajar siswa dapat terwujud. Siswa yang dalam belajar memiliki motivasi yang kuat dan jelas pasti akan rajin dan tekun dalam belajarnya. Motivasi belajar memiliki fungsi didalamnya, fungsi motivasi menurut Nasution di dalam bukunya yang berjudul Didaktika Asas- asas Mengajar adalah: 1) Mendorong manusia untuk berbuat menjadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan. 2) Menentukan arah perbuatan, yaitu kearah tujuan yang hendak dicapai 3) Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan- perbuatan apa yang harus dijalankan yang serasi guna mencapai tujuan itu, dengan
menyampingkan perbuatan- perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan itu.54 Fungsi motivasi menurut Oemar Hamalik yang dikutip oleh Martinis Yamin meliputi sebagai berikut: 1) Mendorong timbulnya kelakuan atau suatu perbuatan. Tanpa motivasi maka tidak akan timbul sesuatu perbuatan seperti belajar. 2) Motivasi berfungsi sebagai pengarah. Artinya mengarahkan perbuatan kepencapaian tujuan yang diinginkan. 3) Motivasi berfungsi sebagai penggerak. Ia berfungsi sebagai mesin bagi mobil, besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat atau lambatnya suatu pekerjaan.55
Menurut Wina Sanjaya, ada dua fungsi motivasi dalam proses pembelajaran, yakni: 1) Mendorong siswa untuk beraktifitas, semangat seseorang untuk bekerja atau beraktifitas sangat ditentukan oleh besar kecilnya motivasi orang yang bersangkutan. Tanpa adanya motivasi tidak mungkin seseorang mau melakukan sesuatu. 2) Motivasi berfungsi sebagai pengarah, tingkah laku yang ditunjukkan setiap individu pada dasarnya diarahkan untuk memenuhi kebutuhannya atau untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Dengan demikian, maka motivasi bukan hanya dapat menggerakkan seseorang untuk beraktifitas, tetapi melalui motivasi juga orang tersebut akan mengarahkan aktivitasnya secara bersungguh- sungguh utnuk mencapai tujuan tertentu.56 Bila dilihat dari fungsi motivasi belajar di atas maka penulis memberikan kesimpulan bahwa motivasi itu berfungsi sebagai pendorong
54
Nasution, Didaktika Asas- asas Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), cet ke- 1, h.
79-80 55
Martinis Yamin, Sertifikasi Profesi Keguruan di Indonesia, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2006), h. 176-177 56 Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2008), Cet. 1, h. 252254
pada diri untuk melakukan suatu perbuatan dimana motivasi tersebut dapat memberikan suatu arahan perbuatan demi tercapainya tujuan yang diinginkan. Motivasi juga dapat dijadikan sebuah seleksi terhadap perbuatan, mana perbuatan yang bermanfaat dan yang tidak bermanfaat. Dari uraian di atas maka dapat dipahami bahwa fungsi motivasi dalam belajar adalah suatu dorongan pada diri seseorang yang dapat menimbulkan keinginan untuk mendapatkan kepuasa dengan melakukan suatu usaha belajar yang dipengaruhi dari dalam diri seseorang maupun dari luar (orang lain). tanpa adanya motivasi dalam belajar maka tujuan tidak akan tercapai dengan baik.
d. Ciri- Ciri Motivasi Belajar Siswa yang memiliki motivasi yang kuat dalam belajar akan memiliki energi untuk melakukan kegiatan belajar. Dengan adanya motivasi belajar dari dalam diri siswa maka siswa akan berusaha untuk terus meningkatkan kegiatan belajar dan prestasi siswapun akan semakin meningkat. Adapun ciri siswa yang memiliki motivasi belajar yang tinggi di kelas ialah seperti yang dikemukakan oleh Sadirman, ciri siswa yang bermotivasi dalam belajar ialah sebagai berikut: 1) Tekun dalam menghadapi tugas dan dapat belajar dengan waktu yang lama 2) Ulet dalam menghadapi kesulitan dan tidak menyerah, juga cepat puas atas prestasi yang diperoleh 3) Menunjukkan minat yang besar terhadap masalah belajar 4) Lebih suka belajar sendiri dan tidak bergantung pada orang lain. 5) Tidak cepat bosan pada tugas- tugas rutin 6) Dapat mempertahankan pendapatnya dan tidak mudah melepaskan apa yang diyakininya 7) Senang mencari dan memecahkan masalah.57
57
Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rajawali, 1986), h.
Bila dilihat dari ciri di atas maka jelas bahwa siswa yang bermotivasi dalam belajar akan selalu tekun dan ulet dalam menghadapi tugas dalam jenis apa pun dan dapat belajar dalam waktu yang lama. Siswa tersebut juga sanggup dalam menghadapi kesulitan belajar serta tidak menyerah dengan prestasi yang diperoleh. Siswa juga menunjukkan minat yang besar terhadap masalah belajar, lebih suka belajar sendiri dan tidak bergantung pada orang lain. siswa yang bermotivasi tidak akan pernah bosan pada tugas- tugas yang rutin dan akan selalu dikerjakan. Siswa dapat mempertahankan pendapatnya dan tidak mudah melepaskan apa yang diyakininya. Siswa yang bermotivasi akan senang mencari dan memecahkan masalah.
e. Prinsip- prinsip Motivasi Belajar Dalam proses pembelajaran, motivasi merupakan salah satu aspek dinamis yang sangat penting. Sering terjadi siswa yang kurang berprestasi bukan disebabkan oleh kemampuannya yang kurang, akan tetapi dikarenakan tidak adanya motivasi untuk belajar sehingga ia tidak berusaha untuk mengerahkan segala kemampuannya. Oleh karena, itu guru dituntut untuk menerapkan motivasi dalam diri siswa yang berlandaskan pada prinsip- prinsip penerapan motivasi agar proses pembelajaran berjalan dengan baik sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Dari hasil penelitiaan Kenneth H. Hoover yang dikutip oleh Oemar Hamalik, mengemukakan prinsip- prinsip motivasi belajar sebagai berikut:58 1) Pujian lebih efektif daripada hukuman, karena memberikan pujian akan lebih efektif untuk membangkitkan motivasi belajar. 2) Para siswa memiliki kebutuhan psikologis yang bersifat dasar yang perlu mendapat kepuasan. Oleh karena itu, dalam memberikan bantuan harus sesuai dengan kebutuhan siswa.
58
Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), Cet. ke8, h. 114- 116
3) Dorongan yang muncul dari dalam (intrinsik), lebih efektif dibandingkan dengan dorongan yang muncul dari luar (ekstrinsik), dalam menggerakkan motivasi belajar siswa. 4) Tindakan- tindakan atau respons siswa yang sesuai dengan tujuan, perlu diberikan penguatan untuk memantapkan hasil belajar. 5) Motivasi mudah menular kepada orang lain. guru yang mengajar penuh antusias dapat membangkitkan motivasi belajar siswa, sehingga dapat mendorong kepada temannya yang lain untuk meningkatkan motivasi belajarnya. 6) Pemahaman siswa yang jelas terhadap tujuan dapat membangkitkan motivasi belajar siswa. Oleh karena itu, siswa perlu tahu arah dan tujuan pembelajaran. 7) Minat siswa untuk menyelesaikan tugas- tugas yang dibebankan oleh dirisendiri, akan lebih besar dibandingkan dengan tugas yang dibebankan oleh orang lain. Oleh karena itu, guru perlu mempertimbangkan pemberian tugas yang sesuai dengan minat siswa sehingga siswa tidak merasa terpaksa untuk mengerjakannya. 8) Berbagai macam penghargaan seperti ganjaran yang diberikan dari luar kadang- kadang diperlukan untuk merangsang minat belajar siswa. 9) Penerapan strategi pembelajaran yang bervariasi dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. Guru perlu memahami dan mampu menerapkan berbagai strategi pembelajaran sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. 10) Minat khusus yang dimiliki siswa akan sangat bermanfaat dalam meningkatkan motivasi belajar siswa manakala dihubungkan dengan materi pelajaran yang akan disampaikan. 11) Kegiatan- kegiatan yang dilakukan untuk merangsang minat siswa yang tergolong lamban, ternyata kurang bermanfaat untuk siswa yang tergolong cepat belajar. Oleh karena itu, guru perlu memerhatikan kondisi siswa. 12) Tidak semua kecemasan berdampak negatif terhadap motivasi belajar siswa. Guru hendaknya meningkatkan efektifitas pembelajaran.
13) Keadaan psikologis yang serius seperti kecemasan dan emosi yang berat dapat menyebabkan kesulitan siswa dalam belajar. Oleh karena itu guru hendaknya selalu memperhatikan dan memahami siswa. 14) Tugas- tugas yang terlalu sulit untuk dikerjakan akan menyebabkan frustasi pada siswa. Oleh sebab itu, guru perlu mempertimbangkan setiap tugas yang diberikan kepada siswa. 15) Setiap siswa memiliki kadar emosi yang berbeda. Oleh karena itu, dalam upaya mengembangkan motivasi siswa, guru perlu membina stabilitas emosi setiap siswa. 16) Pengaruh kelompok sebaya pada umumnya lebih efektif dibandingkan pengaruh orang dewasa dalam membangkitakan motivasi dalam belajar bagi para remaja. Oleh karena itu dalam membimbing belajar, guru perlu mengarahkan pada nilai- nilai kelompok. 17) Motivasi berhubungan dengan peningkatan kreativitas. Oleh karena itu, setiap motivasi belajar yang dimiliki siswa dapat diarahkan untuk membangkitkan kreativitas siswa. Dapat diartikan bahwa dalam penerapan motivasi belajar untuk memperoleh hasil pembelajaran yang optimal, perlu memperhatikan prinsipprinsip penerapan motivasi. Guru harus mempertimbangkan kesesuaian bahan pelajaran dengan kesanggupan, kebutuhan, minat dan tingkat perkembangan serta pemahaman siswa.
B. KERANGKA BERPIKIR Pendidikan adalah sebagai proses pemberian bimbingan terhadap anak oleh orang dewasa dengan sengaja untuk mempengaruhi potensi anak agar mencapai kedewasaan. Oleh sebab itu, peranan guru benar- benar ditantang dengan terlaksananya pendidikan yang efektif bagi munculnya anak-anak bangsa yang kreatif. Pendidikan di sekolah diharapkan dapat berfungsi meningkatkan kreativitas siswa. Guru harus dapat menguasai berbagai teknik
dan model mengajar, mampu mengelola pembelajaran dan peka terhadap perkembangan anak. Pekerjaan mengajar di sekolah adalah pekerjaan yang memerlukan keahlian khusus. Sebagai kegiatan yang berkaitan dengan pembinaan potensi anak yang sedang mengalami perkembangan, maka seorang guru harus benarbenar ahli dalam tugasnya. Melihat begitu beratnya beban yang harus dipikul, sehingga seringkali dalam menjalankan tugasnya guru menghadapi banyak problema. Diantara problema yang sering terjadi adalah problema dalam kegiatan belajar mengajar. Tugas guru terutama ketika akan mengajar diantaranya membuat program semester dan tahunan, membuat satuan pembelajaran dan rencana pembelajaran. Tidak hanya ketika mengajar bahkan ketika berada dalam kelas, seorang guru dihadapkan pada tugas seperti memberikan motivasi dan apersepsi, melaksanakan proses belajar mengajar serta membimbing siswa dalam pembelajaran. Tugas guru yang lainnya yaitu mengadakan penilaian, pengadaan analisis hasil belajar, melaksanakan program perbaikan dan mencatat kemajuan hasil belajar siswa. Dalam kegiatan belajar mengajar, seorang guru dihadapkan pada berbagai masalah diantaranya sulitnya dalam mengatur siswa, fasilitas yang belum memadai, keadaan kelas yang selalu ribut dan sebagainya. Proses belajar mengajar akan berjalan dengan baik apabila diantara guru dan siswa memiliki hubungan timbal balik dalam suasana yang menyenangkan. Untuk itu pengelolaan pembelajaran yang baik perlu dilakukan agar dapat meningkatkan motivasi belajar siswa di sekolah. Dalam kegiatan belajar mengajar terdapat dua hal yang turut menentukan keberhasilan, yakni pengaturan proses belajar mengajar dan pengajaran itu sendiri. Keduanya mempunyai hubungan yang saling ketergantungan antara satu dengan yang lainnya. Kemampuan mengatur proses belajar mengajar yang baik, akan menciptakan situasi yang memungkinkan anak belajar sehingga merupakan titik awal keberhasilan pengajaran. Siswa
dapat belajar dalam suasana yang wajar, menyenangkan tanpa tekanan dan dalam kondisi yang merangsang untuk belajar. Untuk mewujudkan suasana belajar yang menggairahkan perlu diisi kegiatan- kegiatan yang juga menggairahkan siswa dalam belajar, selain itu diisi dengan berbagai aktivitas yang bermakna dan dapat memberikan hasil belajar yang produktif dan memuaskan. Oleh sebab itu perlu dilakukan pengelolaan pembelajaran agar motivasi belajar siswa dapat meningkat. Motivasi adalah kekuatan yang tersembunyi di dalam diri yang mendorong untuk mengarahkan atau menggugah seseorang agar timbul keinginan dan kemauan untuk melakukan sesuatu sehingga memperoleh hasil atau mencapai tujuan. Motivasi dapat berfungsi sebagai pendorong usaha dan pencapaian prestasi. Adanya motivasi yang baik dalam belajar akan menunjukkan hasil yang baik. Motivasi belajar yang ada pada diri siswa tidak hanya timbul dari dirinya sendiri tetapi lingkungan belajar juga dapat menentukannya. Siswa akan dapat belajar di kelas bila didukung oleh tenaga pengajar yang berkualitas. Sebagai seorang pengajar, guru harus dapat membawa pembelajaran menjadi sesuatu yang bermakna bagi siwa. Oleh karena itu seorang guru harus dapat melakukan pengelolaan terhadap pembelajaran agar dari awal sampai akhir semua kegiatan yang dilakukan oleh siswa menjadi berguna baginya. Pengelolaan
pembelajaran
dalam
kelas
ini
dapat
menjadikan
pembelajaran di kelas menjadi hidup, karena siswa dapat berperan aktif di dalam pembelajaran untuk membangkitkan motivasi siwa dalam belajar. Apabila di kelas dilakukan pengelolaan pembelajaran secara tepat, maka pembelajaran akan berjalan sesuai yang diharapkan dan tentunya hasil belajar siswa dapat memuaskan, tidak hanya memuaskan untuk siswanya sendiri tetapi pihak sekolah pun akan merasa puas karena telah berhasil melakukan kegiatan belajar mengajar dengan benar. Dengan demikian diduga terdapat hubungan antara pengelolaan pembelajaran dengan motivasi belajar siswa. Semakin baik pengelolaan
kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh guru, maka akan semakin meningkat motivasi belajar siswa. Sebaliknya bila semakin kurang baik pengelolaan pembelajaran maka akan semakin membuat motivasi belajar siswa menjadi rendah.
Untuk lebih jelasnya dapat digambarkan sebagai berikut: Dikelola dengan baik Pengelolaan Pembelajaran
Dikelola kurang baik
Motivasi belajar siswa meningkat Motivasi belajar siswa menurun
C. PENGAJUAN HIPOTESIS Dari kerangka berpikir di atas, dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut: Ho
: Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pengelolaan pembelajaran dengan motivasi belajar siswa
Ha
: Terdapat hubungan yang signifikan antara pengelolaan pembelajaran dengan motivasi belajar siswa
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tujuan penelitian Tujuan diadakan penelitian ini antara lain: 1. Untuk mengetahui pengelolaan kegiatan pembelajaran Geografi di SMA Islamiyah 2. Untuk mengetahui motivasi belajar siswa pada mata pelajaran Geografi di SMA Islamiyah 3. Untuk mengetahui hubungan pengelolaan pembelajaran dengan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran Geografi di SMA Islamiyah.
B. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMA ISLAMIYAH yang beralamat Jl. Raya Mukhtar no.13b Sawangan Depok. Adapun waktu penelitiannya berlangsung pada tanggal 18 Januari s.d. 20 Februari 2011.
C. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dalam bentuk metode survey, metode survey ini digunakan untuk memperoleh data/ informasi tentang kegiatan pembelajaran di sekolah tersebut dan hubungannya dengan motivasi belajar siswa.
D. Populasi dan Teknik Pengembilan Sampel Populasi merupakan objek atau subjek yang berada pada suatu wilayah dan memenuhi syarat- syarat tertentu berkaitan dengan masalah penelitian.59 Populasi dalam penelitian ini adalah guru geografi dan siswa kelas XI IPS SMA Islamiyah yang berjumlah 30 siswa. Populasi target dalam penelitian ini adalah siswa/i kelas X dan XI yang berjumlah 169 orang, sedangkan populasi terjangkaunya adalah siswa/I kelas XI yang berjumlah 30 orang. Hal ini didasarkan atas alasan bahwa mereka dianggap telah memiliki pengetahuan dan wawasan yang lebih luas tentang proses pembelajaran di sekolah tersebut dibandingkan dengan kelas X. Di samping itu mereka sudah memiliki jurusan pada kelas XI sehingga diasumsikan para siswa telah memikirkan permasalahan tersebut dan sudah mampu menentukan sikapnya sendiri. Dan dilihat dari nilai yang diperoleh kelas XI pada mata pelajaran geografi masih belum memuaskan. Oleh karena itu menjadi daya tarik peneliti untuk meneliti di kelas ini. Pengambilan sampel dilakukan secara sampling purposive. Teknik purposive di kenal juga sebagai sampling pertimbangan, terjadi apabila pengambilan sampel dilakukan berdasarkan pertimbangan perorangan/ pertimbangan peneliti. Populasi yang digunakan sebanyak 30 siswa yang dijadikan sampel penelitian juga adalah 30 siswa SMA Islamiyah Sawangan Depok.
E. Teknik Pengumpulan Data 1. Angket; tekhnik ini digunakan untuk menggali data tentang persepsi siswa terhadap cara atau metode guru dalam mengelola pembelajaran dan motivasi belajar siswa. 2. Observasi;
tehnik
ini
digunakan
untuk
menggali
data
tentang
peristiwa/fenomena terhadap bentuk dan proses guru dalam mengelola pembelajaran. 59
Drs. Riduwan, M.B.A, Belajar Mudah Penelitian untuk Guru- Karyawan dan Peneliti Pemula,(Bandung: ALFABETA, 2009), Cet. Ke-9, h.54
3. Teknik Dokumentasi, Penulis mencatat data-data tentang sejarah sekolah, visi dan misi sekolah, data siswa dan guru-guru, serta fasilitas berupa sarana dan prasarana sekolah. 4. Wawancara ; tehnik ini digunakan untuk menggali dan mendalami data yang diperoleh dari tehnik angket, observasi dan studi dokumentasi. Pada wawancara ini, penulis berdialog langsung dengan guru geografi dan dengan kepala sekolah untuk mengetahui pengelolaan pembelajaran yang dilakukan guru dan pengaruhnya terhadap peningkatan motivasi belajar siswa sehingga diperoleh data dan informasi yang jelas.
F. Instrumen Penelitian 1. Variabel Penelitian Dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel, yang pertama variabel bebas (X) yaitu Pengelolaan Pembelajaran dan yang kedua adalah variabel terikat (Y) yaitu Motivasi Belajar Siswa. 2. Definisi Konseptual Definisi konseptual efektivitas pengelolaan pembelajaran adalah usaha yang dilakukan oleh penanggung jawab kegiatan belajar mengajar dalam menciptakan situasi dan kondisi yang kondusif, sehingga dapat tercapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Definisi konseptual motivasi belajar adalah keseluruhan daya gerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar tersebut dapat dicapai. 3. Definisi Operasional Definisi operasional efektivitas pengelolaan pembelajaran adalah suatu usaha yang dilakukan oleh seorang guru dalam proses belajar mengajar di mulai dari proses perencanaan, pelaksanaan, penilaian pembelajaran dan umpan balik yang memungkinkan kegiatan peengelolaan pembelajaran dapat berlangsung dengan baik sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai..
Definisi operasional motivasi belajar adalah kekuatan tersembunyi pada diri siswa yang mendorong dan menggerakkan siswa (baik dari dalam diri sendiri maupun dari luar) yang ditandai dengan munculnya kebutuhan, perasaan dan tujuan untuk mencapai perubahan tingkah laku sebagai akibat dari pengalaman. 4. Kisi- kisi Instrumen Instrumen penelitian ini menggunakan angket atau kuesioner yang diberikan kepada masing-masing responden sebagai sampel penelitian. Dua variabel yang telah diidentifikasikan disusun dalam butir-butir instrumen yang berisi 60 item pertanyaan dengan alternative jawaban a, b, c dan d yang dipisahkan dalam dua bagian. Pertama adalah yang menguraikan efektivitas pengelolaan pembelajaran dan kedua adalah instrumen yang mengukur motivasi belajar siswa. Seluruh variabel yang akan diteliti menggunakan skala dari 1 sampai 4. Selalu
=4
Sering
=3
Kadang- kadang
=2
Tidak pernah
=1
Adapun kisi- kisi pertanyaan angket yang penulis gunakan adalah sebagai berikut: Tabel 1 Kisi- kisi Angket Variabel
Dimensi
Efektivitas
Pelaksanaan
Pengelolaan
Pembelajaran
Pembelajaran
Indikator
No Item
Menyampaikan tujuan 1 pembelajaran
Mempersiapkan alat/ 3 media pembelajaran
Ketepatan waktu
Penggunaan bahan
2
pelajaran dari sumber 7
lain
4,5,19,20,21
Kemampuan dalam
guru memulai 8,9,10,22,30
pembelajaran
Kemampuan
guru
dalam menyampaikan 11,27,28
materi
Kesesuaian
materi
pembelajaran dengan metode
guru 6,12,15,18, mengakhiri 24, 25,26,29
Kemampuan dalam
pembelajaran Penilaian
Pembelajaran
melakukan 13,14,16
Guru evaluasi/
penilaian
pembelajaran Tindak lanjut
Pembelajaran
melakukan 17
Guru
program remedial
Guru
Melakukan 23
program pengayaan. Motivasi
Intrinsik
Belajar
untuk 1,2,4,14,16,
Keinginan
22,25
belajar
Senang
mengikuti 5,9,10,
pelajaran
Menyelesaikan tugas 3,17,18 tepat waktu
Mengembangkan
8
minat
Meningkatkan
6,11,12,15,
pengetahuan
24,26
Ekstrinsik
Belajar karena ingin 7,13,23 mendapat nilai bagus
Keinginan untuk lebih 19 pintar dan unggul dari siswa lain
Belajar karena ingin 20,21,29,30 diperhatikan
atau
mendapat pujian
Senang
mengikuti 27,28
pelajaran hanya ketika guru memakai variasi metode
dan
alat
peraga
5. Uji Coba Instrumen a. Uji validitas Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat keandalan atau kesahihan suatu alat ukur.60 Instrument dikatakan valid apabila instrument tersebut telah sesuai mengukur apa yang hendak diukur. Selain itu untuk mendapatkan instrument yang valid dilakukan dengan uji coba. Dari hasil uji coba instrument diperoleh harga koefisien korelasi antara jumlah skor setiap item (X), dengan jumlah skor keseluruhan item (Y) dengan menggunakan korelasi produk moment Pearson:
N XY ( X )(Y ) rxy =
60
{N X
2
( X ) 2 }{N Y 2 (Y ) 2 }
Drs. Riduwan, M.B.A, Belajar Mudah Penelitian untuk Guru- Karyawan dan Peneliti Pemula,(Bandung: ALFABETA, 2009), Cet. Ke-9, h.97
Keterangan : rxy
: Angka indeks korelasi “r” product moment
N
: Number of Cases (Jumlah data)
∑xy
: Jumlah hasil perkalian antara skor X dan skor Y
∑x
: Jumlah hasil skor X
∑y
: Jumlah hasil skor Y.61 Hasil perhitungan setiap butir tersebut akan dikonsultasikan
dengan “r” tabel, dengan ketentuan jika “r” hitung lebih besar dari “r” tabel (rhitung > rtabel) maka butir tersebut dinyatakan valid dan dapat digunakan untuk menjaring data yang dibutuhkan. Sebaliknya, jika “r” tabel lebih besar “r” hitung maka variabel tersebut tidak valid dan tidak dapat digunakan untuk menjaring data. Berdasarkan data hasil uji coba validitas angket yang disebarkan kepada responden sebanyak 10 orang siswa, diketahui terdapat pernyataan yang valid yaitu: Untuk variabel pengelolaan pembelajaran, item yang valid dari 30 butir pernyataan sebanyak 22 butir yaitu nomor 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 11, 12, 13, 14, 17, 19, 20, 22, 23, 25, 26, 27, 29. Dan item yang tidak valid sebanyak 8 butir pernyataan yakni nomor 10, 15, 16, 18, 21, 24, 28 dan 30. Sedangkan untuk variabel motivasi belajar siswa item yang valid dari 30 butir pernyataan ialah sebanyak 20 butir yaitu nomor 1, 3, 4, 5, 7, 9, 10, 12, 14, 15, 17, 18, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29. Dan item yang tidak valid sebanyak 10 butir pernyataan yakni nomor 2, 6, 8, 11, 13, 16, 19, 20, 21 dan 30.
61
h. 206.
Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2005),
b. Reliabilitas Instrumen Reliabilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Untuk menguji reliabilitas instrumen agar dapat dipercaya maka digunakan rumus Alpha. Langkah-langkah perhitungan reliabilitas instrumen kedua variabel adalah sebagai berikut:62 1) Menghitung varians skor tiap- tiap butir dengan menggunakan rumus: ∑X2 – (∑X)2 σ2 b =
N N–1
2) Menjumlahkan varians semua butir dengan rumus ∑Si = S1 + S2+ S3 + S4 ….Sn ∑Si
= Jumlah varians semua item
S1,S2,S3,…Sn = varians item ke- 1,2,3, ….. n 3) Menghitung varians total dengan rumus: ∑Y2 – (∑Y)2 σ2 b =
N N–1
4) Menghitung reliabilitas dengan rumus: r11 =
k
1-
k–1
∑σ2b ∑σ2t
keterangan:
62
r11
: Reliabilitas
k
: Banyaknya butir pertanyaan
∑σ2b
: Jumlah varians butir
∑σ2t
: Jumlah varians total
Drs. Riduwan, M.B.A, Belajar Mudah Penelitian untuk Guru- Karyawan dan Peneliti Pemula,(Bandung: ALFABETA, 2009), Cet. Ke-9, h.115- 116
Dalam perhitungan uji reliabilitas ini, item pernyataan yang dihitung untuk menentukan jumlah total varians butir dan varians total adalah item yang valid saja sedangkan item yang tidak valid tidak dihitung.
G. Uji Prasyarat Analisis Data Adapun teknik analisa data sebagai uji prasyarat adalah: 1. Uji Normalitas Uji
normalitas
dilakukan
untuk
mengetahui
apakah
data
berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas yang digunakan adalah uji Liliefors dengan menggunakan rumus: LO = F (Zi) – S(Zi) Keteranngan : Lo
: Harga mutlak terbesar
F (Zi) : Peluang angka baku S (Zi) : Proporsi angka baku
Untuk
mengetahui
apakah
sampel
berasal
dari
populasi
berdistribusi normal, maka nilai LO dikonsultasikan ke dalam tabel nilai kritis L dengan taraf signifikansi 5%. kriteria pengujian populasi ini dianggap berdistribusi normal jika harga Lhitung lebih kecil dari Ltabel (angka kritis). 2. Uji Linieritas Uji linieritas digunakan untuk menguji apakah variabel X dan Y memiliki hubungan yang linier. Uji linieritas menggunakan rumus regresi Ŷ = α + bx. Nilai a dan b dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: a=
(Y) (X) – (X) (XY) N( X2 ) – (X)2
N (XY) – (X) (Y)
b=
N(X2 ) – (X)2
H. Teknik Pengolahan Data Dan Pengujian Hipotesis 1. Teknik Pengolahan Data Untuk data angket akan diolah melalui proses: a. Editing yaitu memeriksa instrument yang telah diisi tentang kebenaran dan kelengkapannya, kemudian dikelompokkan sesuai dengan isinya. b. Scoring yaitu menentukan skor hasil penelitian. c. Tabulasi yaitu membuat tabel- tabel untuk memasukkan jawaban responden yang kemudian dicari persentasenya untuk dianalisis. 2. Pengujian Hipotesis Data yang diperoleh dalam penelitian ini selanjutnya akan diolah dengan menggunakan analisis statistik dengan menggunakan koefisien korelasi product moment (rxy atau rhitung), guna membandingkan hasil pengukuran dua variabel yang berbeda agar dapat diketahui kedudukan suatu hipotesis, apakah hipotesis diterima atau ditolak. Pada pengujian tahap pertama adalah mencari nilai koefisien korelasi dengan menggunakan teknik korelasi product moment Pearsons dengan rumus:
N XY ( X )(Y ) rxy =
{N X
2
( X ) 2 }{N Y 2 (Y ) 2 }
Keterangan: rxy
= Koefisien
korelasi antara variabel X dan Y
N
= Jumlah responden
∑
= Jumlah skor
X
= Variabel bebas
Y
= Variabel terikat
Data hasil observasi,studi dokumentasi dan wawancara digunakan untuk melengkapi data kuisioner/angket.
I. Interpretasi Data Untuk memberikan interpretasi data dalam penelitian ini digunakan pedoman sebagai berikut: 1. Interpretasi terhadap angka indeks korelasi “r” Produk Moment secara kasar/ sederhana, dengan menggunakan pedoman sebagai berikut:
Tabel 2 Interpretasi Data Besarnya “r” Produk
Interpretasi
Moment (rxy) Antara variabel x dan variabel y terdapat hubungan 0,00- 0,20
sangat lemah/ sangat rendah.
Antara variabel x dan variabel y memang terdapat 0,20- 0,40
hubungan yang lemah atau rendah. Antara variabel x dan variabel y memang terdapat
0,40- 0,70
hubungan yang sedang atau cukup
0,70- 0,90
Antara variabel x dan variabel y memang terdapat hubungan yang kuat atau tinggi Antara variabel x dan variabel y memang terdapat
0,90- 1,00
hubungan yang sangat kuat atau sangat tinggi
2. Interpretasi dengan jalan berkonsultasi pada tabel nilai “r” Produk Moment (rt) dengan terlebih dahulu mencari derajat bebasnya (db) atau degree of freedom (df) yang rumusnya: df
= N- nr
Keterangan: df
= degree of freedom
N
= number of Cases
Nr
= banyaknya variabel yang dikorelasikan
Dengan diperolehnya df, maka dapat dicari besarnya “r” yang tercantum dalam tabel nilai “r” Produk Moment.63 Selanjutnya untuk mencari dan mengetahui seberapa besar kontribusi variabel X terhadap variabel Y dipergunakan rumus sebagai berikut: KD= r2 x 100% Keterangan: KD : koefisien determinasi (kontribusi variabel X terhadap variabel Y) r
63
: koefisien korelasi antara variabel X dengan variabel Y.
Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005), Cet. ke-4, h. 194
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Hasil Wawancara 1. Variabel Pengelolaan Pembelajaran Pengelolaan pembelajaran mencakup proses perencanaan, pelaksanaan, penilaian pembelajaran dan tindak lanjut. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru bidang study IPS Geografi dan kepala sekolah, bahwa dalam persiapan pembelajaran, guru membuat silabus dan RPP yang sesuai dengan kurikulum dan dilaporkan setiap awal semester. RPP tersebut sudah mencakup dua semester, yang kemudian silabus dan RPP tersebut dibukukan oleh guru bersama pihak sekolah. Dalam pelaksanaan pembelajaran seorang guru harus memperhatikan keterampilannya
dalam
membuka
pembelajaran,
menyajikan
(inti
pembelajaran) dan menutup pembelajaran. Agar tercipta proses pembelajaran yang efektif, sehingga mutu pembelajaran meningkat. Dari hasil wawancara, tentang keterampilan membuka pembelajaran hal yang biasa dilakukan oleh guru IPS adalah menciptakan kesiapan mental dan menarik perhatian siswa secara optimal, agar mereka memusatkan diri sepenuhnya untuk belajar serta memancing keingintahuan siswa terhadap pembelajaran yang akan dilaksanakan. Dalam hal menyajikan inti pembelajaran, guru IPS Geografi menggunakan media globe dan peta, walaupun sebenarnya masih banyak lagi
jenis media yang dapat digunakan pada mata pelajaran tersebut. Banyak kendala yang ditemukan di sekolah tersebut mengenai penyediaan media, seperti kendala kurangnya dana dan kurangnya daya kreatif guru dalam menggunakan media. Guru IPS Geogafi juga menggunakan metode yang bervariasi dalam menyajikan materi seperti: metode ceramah, tanya jawab dan persentasi gambar. Selanjutnya dalam menutup pembelajaran, guru IPS Geografi terlebih dahulu memberikan kesempatan untuk siswa menyimpulkan materi yang telah dibahas, setelah itu baru guru yang menyimpulkan, tidak lupa menanyakan materi yang belum dipahami dan memberikan tugas untuk dikerjakan di rumah. Dalam evaluasi pembelajaran, yang dilakukan untuk mengetahui ketercapaian kompetensi siswa pada setiap selesai pembelajaran adalah dengan mengajukan pertanyaan- pertanyaan seputar materi yang telah dibahas, memberikan soal- soal latihan dan mengadakan ulangan harian. Selanjutnya dalam hal tindak lanjut pembealajaran, guru IPS Geografi mengadakan program remedial bagi siswa yang nilainya kurang dan mengadakan program pengayaan bagi siswa yang nilainya diatas nilai ratarata.
2. Variabel Motivasi Belajar Motivasi belajar merupakan kekuatan mental yang mendorong terjadinya proses belajar. Motivasi yang ada pada diri siswa terdiri dari motivasi intrinsic dan motivasi ekstrinsik. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru bidang studi IPS Geografi bahwa motivasi yang terlihat pada setiap siswa di sekolah tersebut berbedabeda, banyak siswa yang memperhatikan dengan seksama ketika guru geografi menjelaskan materi tetapi terkadang ada beberapa siswa yang tidak memperhatikan. Dalam meningkatkan motivasi belajar siswa, guru geografi berusaha keras bagaimana anak didiknya dapat memahami betul betapa pentingnya mempelajari ilmu geografi, selain itu guru geografi juga
memberikan reward berupa penambahan nilai agar siswa dapat termotivasi dalam belajar.
B. Deskripsi Hasil Penelitian Penelitian yang dilakukan di SMA Islamiyah Sawangan Depok, bertujuan untuk melihat secara umum mengenai efektivitas pengelolaan pembelajaran dan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran geografi. Teknik pengolahan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah melalui angket, angket yang disebarkan berjumlah 42 butir soal yang valid dan disebarkan pada 30 orang siswa SMA Islamiyah Sawangan Depok. Angket tersebut terdiri dari 22 butir soal untuk variable X dan 20 butir soal untuk variable Y. Untuk deskripsi data setiap variabel dapat dilihat pada uraian sebagai berikut: 1. Variabel X (Pengelolaan Pembelajaran) Pengelolaan pembelajaran merupakan variabel independent atau dikenal dengan variable X. Data pengelolaan pembelajaran yang diperoleh dari pengisian angket oleh responden sebanyak 30 siswa IPS kelas XI, dapat diungkap dalam tabel berikut ini:
Tabel 3 Skoring Hasil Angket Pengelolaan Pembelajaran (Variabel X) NO Responden
Jumlah hasil angket pengelolaan pembelajaran
1 2 3 4 5 6 7 8 9
59 66 73 75 72 60 74 64
10
52
63
11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 ∑
42 64 66 48 44 69 70 71 65 55 55 58 64 61 66 73 56 66 68 62 1881
Berdasarkan data mengenai pengelolaan pembelajaran diperoleh skor tertinggi 75 dan terendah 42, dengan rata-rata 62,70 dan simpangan baku (standar deviasi) 8,66 dari jumlah sampel sebanyak 30 orang. Penghitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 6. Distribusi frekuensi data Efektivitas Pengelolan Pembelajaran dapat dilihat pada Tabel Distribusi Efektivitas Pengelolan Pembelajaran, dimana rentang skor adalah 33 dengan banyak kelas interval 6 dan panjang kelas adalah 6. Nilai interval kelas dari 42 sampai 77, dengan frekuensi absolut 30 dan relatif 100%. (proses perhitungan dapat dilihat pada lampiran 5).
TABEL 4 DISTRIBUSI FREKUENSI HASIL ANGKET PENGELOLAAN PEMBELAJARAN Batas
Batas
Nyata
Nyata
Interval
bawah
Atas
Absolut
1
42 - 47
41,5
47,5
2
6,67
2
6,67
2
48 - 53
47,5
53,5
2
6,67
4
13,33
3
54 - 59
53,5
59,5
5
16,67
9
30
4
60 - 65
59,5
65,5
8
26,67
17
56,67
5
66 - 71
65,5
71,5
8
26,67
25
83,3
6
72 - 77
71,5
77,5
5
16,67
30
100
30
100
Kelas No
Frekuensi
Jumlah
Untuk
mempermudah
Relatif (%)
penafsiran
Kumulatif
Kumulatif (%)
30
data
Efektivitas
Pengelolan
Pembelajaran, maka data digambarkan dalam bentuk grafik histogram, sebagai berikut: Gambar 1 Grafik Histogram Variabel Efektivitas Pengelolan Pembelajaran (X) Frekuensi
8 7 6 5 4 3 2 1 41,5
47,5
53,5
59,5
65,5
71,5
77,5
Interval
Berdasarkan tabel Grafik Histogram, frekuensi kelas tertinggi variabel efektivitas pengelolan pembelajaran yaitu terletak pada interval kelas ke-4 dan 5 dengan rentang nilai 59,5-71,5 dan frekuensi relatif kelas terendah yaitu terletak pada interval ke-1 dan 2 dengan rentang nilai 41,5-53,5. (proses perhitungan dapat dilihat pada lampiran 9). Untuk menentukan tinggi rendahnya rata-rata dari pengelolaan pembelajaran dapat diperoleh dengancara sebagai berikut: a. Mencari rentang nilai untuk kategori sedang diperoleh dengan cara ratarata skor pengelolaan pembelajaran dikurangi simpangan baku sampai dengan rata-rata ditambah simpangan baku. 62,70 – 8,66 = 54,04 62,70 + 8,66 = 71,36 Jadi, untuk kategori sedang rentang nilainya 54,04 – 71,36 b. Menentukan rentang nilai untuk kategori tinggi yaitu skor yang berada di atas 71,36 sampai dengan skor tertinggi, yaitu 71,36 – 75. c. Menentukan rentang nilai untuk kategori rendah yaitu dengan menentukan skor yang berada di bawah 54,04 sampai skor terendah yang diperoleh. Dengan demikian skor untuk kategori rendah berada antara 42 - 54,04.
Lebih jelasnya diinterpretasikan sebagai berikut:
No
Interval
Frekuensi
Persentase
Kategori
1
42-54,04
4
13,33%
Rendah
2
54,04-71,36
21
70%
Sedang
3
71,36-75
5
16,67%
Tinggi
Berdasarkan ketentuan di atas, dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata pengelolaan pembelajaran (62,70) termasuk kategori sedang. Oleh karena itu perlu adanya peningkatan agar kegiatan pembelajaran dapat berjalan dengan efektif dan lebih optimal.
Tabel 5 Analisis per dimensi Efektivitas Pengelolaan Pembelajaran Variabel Dimensi
Pengelolaan pembelajaran Pelaksanaan pembelajaran
Penilaian
Tindak lanjut
Jumlah Soal
18
2
2
Skor
1511
175
195
Rata-rata
83,9
87,5
97,5
Persentase Rata-rata
31,20%
32,54%
36,26%
Berdasarkan rata-rata hitung skor pengelolaan pembelajaran, dapat dilihat bahwa dimensi pengelolaan pembelajaran yang paling tinggi adalah tindak lanjut dalam pembelajaran yang dilakukan oleh guru geografi Sedangkan dimensi pengelolaan pembelajaran yang paling rendah yaitu pada pelaksanaan pembelajaran. Oleh karena itu perlu diperhatikan kembali dalam pelaksanaan pembelajaran, guru geografi harus lebih optimal dalam pelaksanaan pembelajaran misalnya dengan menggunakan metode baru dalam pembelajaran.
2. Variabel Y (Motivasi Belajar Siswa) Motivasi Belajar merupakan variabel dependent atau dikenal dengan variabel Y. Variabel Y diperoleh dari angket yang terdiri dari 20 butir pertanyaan yang diberikan kepada 30 responden. Data selengkapnya terlihat pada tabel dibawah ini: Tabel 6 Skoring Hasil Angket Motivasi Belajar (Variabel X) NO Responden 1 2 3 4 5 6
Jumlah Hasil Angket Motivasi Belajar Siswa 60 59 69 68 61 66
7 8 9
70 64
10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
72 40 69 65 70 45 71 72 56 45 56 58 60 57 57 70 72 55 59 70 60 1867
∑
71
Berdasarkan dari hasil olah data penelitian diperoleh skor tertinggi 72 dan terendah 40, dengan rata-rata 62,23, standar deviasi sebesar 8,62 dan jumlah sampel sebanyak 30 orang. Penghitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 8. Distribusi frekuensi data motivasi belajar siswa dapat dilihat pada Tabel Distribusi Motivasi Belajar, dimana rentang skor adalah 32 dengan banyak kelas interval 6 dan panjang kelas adalah 6. Nilai interval kelas dari 40 sampai 75, dengan frekuensi absolut 30 dan relatif 100%. (proses perhitungan dapat dilihat pada lampiran 10).
TABEL 7 DISTRIBUSI FREKUENSI HASIL ANGKET MOTIVASI BELAJAR SISWA Kelas
Batas Nyata
Batas Nyata
Interval
Bawah
Atas
Absolut
1
40 - 45
39,5
45,5
3
10
3
10
2
46 - 51
45,5
51,5
0
0
3
30
3
52 - 57
51,5
57,5
5
16,67
8
26,67
4
58 - 63
57,5
63,5
7
23,33
15
50
5
64 - 69
63,5
69,5
6
20
21
70
6
70 - 75
69,5
75,5
9
63,33
30
100
30
100
Frekuensi
No
Jumlah
Relatif kumulatif kumulatif (%) (%)
Untuk mempermudah penafsiran data motivasi belajar siswa, maka data digambarkan dalam bentuk grafik histogram, sebagai berikut Gambar 2 Grafik Histogram Variabel Motivasi Belajar Siswa (Y) Frekuensi
9 8 7 6 5 4 3 2 1 39,5
45,5
51,5
57,5 63,5 69,5 75,5
Interval
Berdasarkan tabel Grafik Histogram, frekuensi kelas tertinggi variabel motivasi belajar siswa yaitu terletak pada interval kelas ke-6 dengan rentang nilai 69,5-75,5 dan frekuensi relatif kelas terendah yaitu terletak pada interval ke-2 dengan rentang nilai 45,5-51,5. (proses perhitungan dapat dilihat pada lampiran 10). Untuk menentukan tinggi rendahnya rata-rata dari motivasi belajar siswa dapat diperoleh dengan cara sebagai berikut: a. Mencari rentang nilai untuk kategori sedang diperoleh dengan cara ratarata skor motivasi belajar siswa dikurangi simpangan baku sampai dengan rata-rata ditambah simpangan baku. 62,23 – 8,63 = 53,6 62,23 + 8,63 = 70,86 Jadi, untuk kategori sedang rentang nilainya 53,6 – 70,86 b. Menentukan rentang nilai untuk kategori tinggi yaitu skor yang berada di atas 70,86 sampai dengan skor tertinggi, yaitu 70,86 – 72. c. Menentukan rentang nilai untuk kategori rendah yaitu dengan menentukan skor yang berada di bawah 53,6 sampai skor terendah yang diperoleh. Dengan demikian skor untuk kategori rendah berada antara 40 - 53,6.
Lebih jelasnya diinterpretasikan sebagai berikut No
Interval
Frekuensi
Persentase
Kategori
1
40 - 53,6
3
10%
Rendah
2
53,6 - 70,86
22
73,33%
Sedang
3
70,86 - 72
5
16,66%
Tinggi
Berdasarkan ketentuan di atas, dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata motivasi belajar siswa (62,23) termasuk kategori sedang. Dengan demikian, perlu adanya peningkatan dalam memotivasi belajar siswa agar proses pembelajaran menjadi sebuah proses yang menyenangkan dan siswa menjadi termotivasi.
Tabel 8 Analisis per dimensi Motivasi Belajar Siswa Variabel
Motivasi Belajar
Dimensi
Intrinsik
Ekstrinsik
Jumlah Soal
14
6
Skor
1369
498
Rata-rata
97,8
83
Persentase Rata-rata
54,09%
45,90%
Berdasarkan rata-rata hitung skor motivasi belajar siswa, dapat dilihat bahwa dimensi motivasi belajar siswa yang paling tinggi adalah motivasi intrinsik atau motivasi yang berada dari dalam diri siswa. Sedangkan dimensi motivasi belajar siswa yang paling rendah yaitu pada motivasi ekstrinsik. Karena salah satu motivasi ekstrinsik bagi siswa adalah guru, maka guru geografi harus bisa memotivasi siswa agar tercipta suasana belajar yang menyenangkan dan tujuan pembelajaran dapat tercapai.
C. Pengujian Prasyarat Analisis Data 1. Uji Normalitas Berdasarkan pengujian normalitas yang menggunakan uji Liliefors, nilai kritis L (Ltabel) dari N = 30 dengan taraf signifikan 5% adalah 0,161. Pada variabel X, nilai Lhitung
terbesar adalah 0,0930 (Lampiran 8),
sedangkan variabel Y diperoleh nilai Lhitung terbesar adalah 0, 1289 (Lampiran 9). Berdasarkan nilai Lhitung kedua variabel tersebut terlihat bahwa Lhitung lebih kecil dari Ltabel (angka kritis), yang berarti bahwa sampel berasal dari populasi berdistribusi normal. Dengan demikian, syarat distribusi normal dapat dipenuhi sebagai prasyarat untuk pengujian dengan teknik korelasi product moment. 2. Uji Linearitas Berdasarkan
pengujian
linearitas
menggunakan
uji
regresi
sederhana antara kedua variabel penelitian diperoleh persamaan Ŷ = 29,24
+ 0,53X (Lampiran 14). Persamaan tersebut digunakan untuk melihat hubungan fungsional antara pengelolaan Pembelajaran dengan motivasi belajar siswa. Adapun grafik persamaan Ŷ = 29,24 + 0,53X Model Hubungan Antara Variabel X dengan Y Dapat Dijelaskan Dalam Grafik berikut ini : Gambar 3. Garis Regresi Linier
Berdasarkan gambar diagram pencar di atas dapat dilihat bahwa letak titik-titik regresi variabel X dan variabel Y terletak diantara sekitar garis regresi, sehingga dapat diduga bahwa regresi linier.
D. Pengujian Hipotesis Setelah data yang diperoleh dari jawaban responden dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan nilai presentasi frekuensinya, maka selanjutnya akan dicari korelasi antara kedua variabel penelitian dengan menggunakan rumus korelasi product moment. Dalam menggunakan penghitungan angka indeks korelasi mengacu pada skor asli yang tertera dibawah ini:
Tabel 9 Skor Angket Responden Variabel X dan Variabel Y NO
X
Y
X2
Y2
XY
1
59
60
3481
3600
3540
2
66
59
4356
3481
3894
3
73
69
5329
4761
5037
4
75
68
5625
4624
5100
5
72
61
5184
3721
4392
6
60
66
3600
4356
3960
7
74
70
5476
4900
5180
8
64
64
4096
4096
4096
9
63
71
3969
5041
4473
10
52
72
2704
5184
3744
11
42
40
1764
1600
1680
12
64
69
4096
4761
4416
13
66
65
4356
4225
4290
14
48
70
2304
4900
3360
15
44
45
1936
2025
1980
16
69
71
4761
5041
4899
17
70
72
4900
5184
5040
18
71
56
5041
3136
3976
19
65
45
4225
2025
2925
20
55
56
3025
3136
3080
21
55
58
3025
3364
3190
22
58
60
3364
3600
3480
23
64
57
4096
3249
3648
24
61
57
3721
3249
3477
25
66
70
4356
4900
4620
26
73
72
5329
5184
5256
27
56
55
3136
3025
3080
28
66
59
4356
3481
3894
29
68
70
4624
4900
4760
30
62
60
3844
3600
3720
∑
1881
1867
120079
118349
118187
Setelah keseluruhan data dihitung maka dapat diketahui N= 30, ∑X= 1881, ∑Y= 1867, ∑X2 = 120079, ∑Y2 = 118349, ∑XY= 118187, maka dapat dicari indeks korelasinya dengan menggunakan rumus product moment. rxy =
N xy ( x) y
N x
2
x N y 2 y
rxy = √
3545610 64209
rxy = √
33783 4159523229
rxy =
33783 64494.36587
2
2
x
3511827 64781
rxy = 0.523813197
Setelah melakukan penghitungan secara keseluruhan, maka hasil yang didapatkan antara pengelolaan pembelajaran pada mata pelajaran geografi dengan motivasi belajar siswa di SMA Islamiyah Sawangan Depok, diperoleh angka indeks korelasi ”r” product moment sebesar 0.524. Hal ini berarti terdapat hubungan antara variabel X dan variabel Y, hubungan tersebut termasuk dalam kategori sedang pada rentang 0,40-0,70. Selanjutnya, untuk mengetahui apakah hubungan antara kedua variabel tersebut signifikan atau tidak, maka nilai rhitung dibandingkan dengan rtabel. Sebelum membandingkannya terlebih dahulu dihitung derajat kebebasannya (degree of freedom) df = N – nr = 30 – 2 = 28 dari df sebesar 28 maka diperoleh rtabel pada taraf signifikansi 5% sebesar 0,374 sedangkan taraf signifikan 1% sebesar 0,478. Kriteria pengajuan adalah jika rhitung ≥ dari rtabel
maka Ha diterima dan Ho ditolak, sebaliknya jika rhitung ≤ rtabel maka Ha ditolak dan Ho diterima. Ternyata rxy yang besarnya 0.524 adalah lebih besar dari rtabel, baik pada signifikansi 5% maupun 1%. Karena rxy lebih besar dari rtabel, maka hipotesis alternatif diterima, sedangkan hipotesis nihil ditolak. Hal ini berarti terdapat hubungan yang signifikan antara variabel X dan variabel Y. Selanjutnya dilakukan analisis determinasi dari angka indeks korelasi (rxy) product moment yang telah diperoleh dengan rumus: KD = r2 x 100% = (0.523813197)2 x 100% = 27,44% Dari penghitungan koefisien determinasinya sebesar 27,44%. Hal ini menunjukkan
bahwa
variabel
X
(Pengelolaan
Pembelajaran)
mempengaruhi/memberi kontribusi terhadap variabel Y (motivasi belajar siswa) hanya sebesar 27,44%. Adapun sisanya sebesar 72,56% adalah dari faktor-faktor lain. Dapat dikatakan bahawa kontribusi dalam pengelolaan pembelajaran terhadap motivasi belajar siswa pada mata pelajaran geografi di SMA Islamiyah Sawangan Depok termasuk dalam kategori cukup efektif. Oleh karena itu perlu adanya peningkatan. Intepretasi Nilai koefisien determinasi Besar nilai r
Keterangan Intepretasi
75% – 100%
Sangat efektif
50% − 75%
Efektif
25% – 50%
Cukup efektif
5% − 25 %
Kurang Efektif
Dan hasil harga thitung yang lebih besar dari harga ttabel, kesimpulan yang dapat ditarik adalah tinggi rendahnya motivasi belajar siswa pada mata pelajaran geografi dipengaruhi oleh pengelolaan pembelajaran yang baik. Semakin baik pengelolaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru maka semakin termotivasi seorang siswa untuk memahami mata pelajaran geografi.
E. Pembahasan Berdasarkan hasil penghitungan korelasi product moment antara pengelolaan pembelajaran dengan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran geografi di SMA Islamiyah bahwa hipotesa penelitian (Ha) yang diajukan dapat diterima. Dengan demikian, terdapat korelasi yang signifikan antara efektivitas pengelolaan pembelajaran dengan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran geografi di SMA Islamiyah. Berdasarkan perhitungan yang diperoleh dari koefisien korelasi (r) sebesar 5,24 dan diketahui bahwa harga kritik ”r” pada taraf signifikansi 0,05 adalah sebesar 0,374 ini berarti rhitung > rtabel. Adapun kontribusi yang diberikan oleh variabel pengelolaan pembelajaran terhadap variabel motivasi belajar siswa adalah 27,44% dan sisanya 72,56%. Dari nilai tersebut dapat memberikan gambaran bahwa pengelolaan pembelajaran memberikan dukungan terhadap motivasi belajar siswa, disamping faktor-faktor yang lain. Oleh sebab itu, faktor pengelolaan pembelajaran tidak dapat diabaikan begitu saja. Bagaimana pun, faktor ini merupakan hal penting dalam upaya meningkatkan motivasi belajar siswa.
F. Keterbatasan Penelitian 1. Banyak hal- hal diluar kemampuan peneliti yang tidak terjangkau, hal ini sehubungan dengan keterbatasan tenaga, waktu, diaya dan pikiran peneliti, sehingga memungkinkan penelitian ini menjadi kurang optimal. 2. Kuesioner atau angket yang dikembangkan untuk menjaring data tentang efektivitas pengelolaan pembelajaran dalam meningkatkan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran geografi belum mengungkapkan keseluruhan aspek yang diteliti, meskipun sudah diadakan ujicoba baik validitas maupun realibilitas instrumen. 3. Pengambilan sampel yang terbatas, sehingga memungkinkan penelitian tidak berlaku pada sampel lain.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan fokus penelitian, paparan data, hasil pembahasan dan temuan penelitian, dapat penulis simpulkan bahwasanya efektivitas pengelolaan pembelajaran dalam meningkatkan motivasi belajar siswa di SMA Islamiyah Sawangan Depok dapat dikatakan cukup efektif. Dengan kata lain guru bidang studi IPS Geografi belum mampu mengelola pembelajaran secara efektif. Oleh karena itu perlu adanya peningkatan pengelolaan pembelajaran agar proses belajar mengajar dapat berjalan dengan efektif, menyenangkan dan siswa menjadi termotivasi untuk belajar.
B. Saran Adapun beberapa saran yang penulis kemukakan adalah sebagai berikut: 1. Kepala sekolah harus dapat memotivasi guru dalam pengelolaan pembelajaran, mungkin dengan memberikan bimbingan kepada guru geografi untuk selalu meningkatkan kemampuan dan keterampilannya, atau mengadakan pelatihan dalam pengelolaan pembelajaran seperti keterampilan guru dalam memulai pembelajaran, melaksanakan pembelajaran dan melakukan penilaian. Selain itu, sebaiknya kepala sekolah menyediakan fasilitas agar guru mempunyai semangat atau termotivasi dalam kegiatan belajar mengajar, dengan adanya fasilitas tersebut dapat mempermudah dalam penyampaian materi. 2. Guru lebih mengoptimalkan kemampuannya mengajar untuk dapat memotivasi siswa dalam kegiatan belajar mengajar, terutama dalam memulai pembelajaran sebaiknya guru memberikan apersepsi terlebih dahulu kepada siswa sebelum
menjelaskan materi pelajaran dan guru harus lebih berkreasi lagi dalam menyampaikan materi pelajaran kepada siswa di kelas, antara lain dengan menggunakan metode pengajaran yang bervariasi, penggunaan alat peraga yang dapat menarik perhatian siswa serta teknik- teknik lainnya yang dapat lebih mengaktifkan siswa. 3. Motivasi belajar siswa bukan hanya dipengaruhi oleh satu macam faktor saja, oleh karena itu hendaknya pihak sekolah pada umumnya dan guru geografi pada khususnya memperhatikan faktor- faktor lain yang dapat mempengaruhi motivasi belajar siswa tersebut dan harus adanya kerjasama dengan semua pihak yaitu kepala sekolah, guru, siswa maupun orang tua siswa. 4. Siswa sebaiknya lebih meningkatkan lagi motivasi belajarnya.
DAFTAR PUSTAKA
Abu Ahmadi & Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1991. Aan Komariah & Cepi Triatna, Visionary Leadership Menuju Sekolah Efektif, Jakarta: PT Bumi Aksara, Cet. I, 2005. Arikunto, Suharsimi, Pengelolaan Kelas dan Siswa Sebuah Pendekatan, Jakarta: CV. Rajawali, 1996. Davies, Ivor K., Pengelolaan Belajar, Terj. Dari The Manajement of Learning oleh Sudarsono Sudirdjo, Jakarta: Rajawali Pres, Cet. II, 1991. Departemen Agama, Wawasan Tugas Guru dan Tenaga Kependidikan, Jakarta: Direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam, 2005. Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta, Cet. III, 2006. Djiwandono, Sri Esti Wuryani, Psikologi Pendidikan, Jakarta: PT. Grasindo, 2002. Fatah, Nanang, Landasan Manajemen Pendidikan, Bandung: Remaja Rosda Karya, Cet. VIII, 2006. Fathurrahman, Pupuh, Strategi Belajar Mengajar, Bandung: PT. Refika Aditama, 2007. Hamalik, Oemar, Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara, Cet. VIII, 2008. ___________, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, Jakarta: PT. Bumi Aksara, Cet. IV, 2005. Imron, Ali, Belajar dan Pembelajaran Jakarta : Pustaka Jaya, 1996. Majid, Abdul, Perencanaan Pembelajaran, Bandung: Rosda Karya, Cet. III, 2007. Mulyasa, E., Implementasi Kurikulum 2004. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2006. ___________,, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Sebuah Panduan Praktis, Bandung: Rosdakarya, Cet. IV, 2007.
Muslich, Masnur, KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual, Jakarta: Bumi Aksara, Cet.V, 2009. Nasution, Didaktika Asas- asas Mengajar, Jakarta: Bumi Aksara, Cet. I, 1995. Purwanto, Ngalim, Psikologi Pendidikan, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, Cet. XII, 2000. Riduwan, Belajar Mudah Penelitian untuk Guru- Karyawan dan Peneliti Pemula, Bandung: ALFABETA, 2009. Rohani, Ahmad, Pengelolaan Pengajaran, Jakarta, PT. Rineka Cipta, Cet. II, 2004. Sanjaya, Wina Pembelajaran dalam Implementasi Kompetensi, Jakarta: Kencana, Cet. III, 2008.
Kurikulum
Berbasis
___________, Kurrikulum dan Pembelajaran, Jakarta: Kencana, Cet. I, 2008. ___________, Pembelajaran dalam Implementasi Kompetensi, Jakarta: Kencana, Cet. III, 2008.
Kurikulum
Berbasis
Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: Rajawali, 1986. Sudijono, Anas, Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2005. Suryabrata, Sumadi, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Rajawali Pers, 2010. Syafaruddin dan Irwan Nasution, Manajemen Pembelajaran, Jakarta: Penerbit Quantum Teaching, Cet. I, 2005. Syah, Muhibbin, Psikologi Pendidikan, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, Cet. XV, 2010. Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, Cet. I, 1988. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005, Tentang Guru dan Dosen, Bandung: Penerbit Fokus Media. Uno Hamzah B., Perencanaan Pembelajaran, Jakarta: PT Bumi Aksara, Cet. II, 2007. Yamin, Martinis Sertifikasi Profesi Keguruan di Indonesia, Jakarta: Gaung Persada, Press, Cet. II, 2007.
ANGKET UJI COBA
Perihal
: Permohonan pengisian angket
Lampiran
: Satu Berkas
Judul
: “Efektivitas Pengelolaan Pembelajaran dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Geografi di SMA Islamiyah Sawangan Depok”
Kepada Siswa- siswi kelas XI yang terhormat Dalam
rangka
penyelesaian
karya
ilmiah/
skripsi,
saya
sangat
mengharapkan bantuan adik- adik untuk menjawab pernyataan dalam angket secara objektif sesuai dengan kenyataan dilapangan. Tujuan penyebaran angket ini adalah untuk mendapatkan informasi tentang pengelolaan pembelajaran pada mata pelajaran geografi dan motivasi belajar siswa dalam kelas di SMA Islamiyah Depok. Data yang adik- adik berikan semata- mata digunakan hanya untuk penelitian dan tidak ada hubungannya dengan nama baik atau hal- hal yang dapat merugikan berkenaan dengan tugas adik- adik semua. Setiap jawaban yang diberikan menjadi sesuatu yang sangat berharga bagi penelitian ini, atas bantuan dan partisipasinya, saya mengucapkan terima kasih
Berilah tanda (X) pada pertanyaan yang kalian anggap paling tepat!
Pengelolaan Pembelajaran 1. Guru geografi menyampaikan tujuan pembelajaran pada awal kegiatan belajar mengajar a. Selalu
c. Sering
b. Kadang- kadang
d. Tidak pernah
2. Guru geografi datang tepat pada waktunya a. Selalu
c. Sering
b. Kadang- kadang
d. Tidak pernah
3. Guru geografi mempersiapkan alat atau media pembelajaran terlebih dahulu sebelum melaksanakan Kegiatan Belajar Mengajar a. Selalu
c. Sering
b. Kadang- kadang
d. Tidak pernah
4. Guru geografi mengaitkan materi minggu lalu sebelum memulai pelajaran a. Selalu
c. Sering
b. Kadang- kadang
d. Tidak pernah
5. Guru geografi memberikan tes awal sebelum mulai materi pembelajaran a. Selalu
c. Sering
b.
d. Tidak pernah
Kadang- kadang
6. Guru geografi memberikan tes akhir setiap selesai pembelajaran a. Selalu
c. Sering
b. Kadang- kadang
d. Tidak pernah
7. Guru geografi menyampaikan materi tidak terpaku pada satu sumber belajar saja a. Selalu
c. Sering
b. Kadang- kadang
d. Tidak pernah
8. Guru geografi menerangkan pelajaran menghubungkan dengan kenyataan saat ini a. Selalu
c. Sering
b. Kadang- kadang
d. Tidak pernah
9. Ketika menerangkan pelajaran, guru geografi memberikan perhatian yang sama kepada semua siswa di dalam kelas a. Selalu
c. Sering
b. Kadang- kadang
d. Tidak pernah
10. Guru geografi memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan dan memecahkan masalah sendiri berdasarkan minat dan bakat a. Selalu
c. Sering
b. Kadang- kadang
d. Tidak pernah
11. Guru geografi mengajar dengan menggunakan metode bervariasi sesuai dengan materi pelajaran a. Selalu
c. Sering
b. Kadang- kadang
d. Tidak pernah
12. Guru geografi memberikan kesimpulan dari materi yang telah diajarkan a. Selalu
c. Sering
b. Kadang- kadang
d. Tidak pernah
13. Guru geografi melakukan penilaian/evaluasi sebelum memulai pembahasan baru a. Selalu
c. Sering
b. Kadang- kadang
d. Tidak pernah
14. Guru geografi memberikan tugas dengan petunjuk- petunjuk yang jelas dan tidak menyulitkan a. Selalu
c. Sering
b. Kadang- kadang
d. Tidak pernah
15. Guru meminta siswa untuk menyimpulkan materi yang telah dipelajari a. Selalu
c. Sering
b. Kadang- kadang
d. Tidak pernah
16. Setelah siswa menyelesaikan soal, guru georafi langsung memeriksa lembar jawaban siswa a. Selalu
c. sering
b. Kadang- kadang
d. Tidak pernah
17. Guru geografi memberikan remedial bagi siswa yang nilainya kurang a. Selalu
c. Sering
b. Kadang- kadang
d. Tidak pernah
18. Guru geografi memotivasi siwa untuk belajar a. Selalu
c. Sering
b. Kadang- kadang
d. Tidak pernah
19. Sebelum kegiatan belajar- mengajar dimulai, guru geografi menata meja dan kursi siswa. a. Selalu
c. Sering
b. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
20. Guru geografi dalam proses pembelajaran melakukan kegiatan pembelajaran yang menuntut siswa belajar secara perorangan a. Selalu
c. sering
b. Kadang- kadang
d. Tidak Pernah
21. Guru geografi menjelaskan manfaat mempelajari materi yang akan disampaikan a. Selalu
c. Sering
b. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
22. Guru geografi memberikan penjelasan atau arahan kepada siswa yang kurang memahami materi dengan baik a. Selalu
c. Sering
b. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
23. Guru geografi memberikan pengayaan bagi siswa yang nilainya diatas kriteria a. Selalu
c. Sering
b. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
24. Guru geografi memberikan tugas kepada siswa yang menuntut kreatifitas siswa a. Selalu
c. Sering
b. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
25. Guru geografi memberikan penghargaan atau hadiah terhadap hasil kerja dan prestasi siswanya a. Selalu
c. Sering
b. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
26. Guru geografi memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya sesuai dengan materi yang diajarkan a. Selalu
c. Sering
b. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
27. Guru geografi menggunakan dan memanfaatkan lingkungan (sekolah maupun luar sekolah) sebagai sumber belajar. a. Selalu
c. Sering
b. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
28. Guru geografi memberikan kesempatan pada siswa untuk menggunakan media pembelajaran (peta dan globe) pada mata pelajaran geografi a. Selalu
c. sering
b. Kadang- kadang
d. Tidak pernah
29. Guru memberikan tugas rumah kepada siswa a. Selalu
c. sering
b. Kadang- kadang
d. tidak pernah
30. Guru bertindak sebagai teman bagi siswa dalam menghadapi setiap permasalahan a. Selalu
c. Sering
b. Kadang- kadang
d. Tidak pernah
Motivasi Belajar 1. Saya masuk kelas tepat waktu ketika ada pelajaran geografi a. Selalu
c. Sering
b. Kadang- kadang
d. Tidak pernah
2. Saya membaca buku mata pelajaran geografi sebelum memulai pembelajaran a. Selalu
c. Sering
b. Kadang- kadang
d. Tidak pernah
3. Saya senang dengan tugas- tugas yang diberikan oleh guru geografi dan berusaha menyelesaikan dengan sebaik- baiknya a. Selalu
c. Sering
b. Kadang- kadang
d. Tidak pernah
4. Saya membahas kembali di rumah pelajaran geografi yang diberikan di sekolah a. Selalu
c. Sering
b. Kadang- kadang
d. Tidak pernah
5. Saya memperhatikan dengan baik ketika guru geografi menerangkan materi pelajaran a. Selalu
c. Sering
b. Kadang- kadang
d. Tidak pernah
6. Saya bertanya kepada guru geografi ketika ada materi yang tidak dipahami a. Selalu
c. Sering
b. Kadang- kadang
d. Tidak pernah
7. Saya mempunyai kemampuan yang tinggi untuk meraih prestasi pada mata pelajaran geografi a. Selalu
c. Sering
b. Kadang- kadang
d. Tidak pernah
8. Saya membaca buku geografi setiap ada waktu luang a. Selalu
c. Sering
b. Kadang- kadang
d. Tidak pernah
9. Saya tidak mengabaikan pelajaran geografi di kelas sekalipun udaranya panas a. Selalu
c. Sering
b. Kadang- kadang
d. Tidak pernah
10. Saya mencari tambahan pelajaran georafi melalui internet a. Selalu
c. Sering
b. Kadang- kadang
d. Tidak pernah
11. Saya memperbaiki cara belajar tanpa menunggu arahan guru a. Selalu
c. Sering
b. Kadang- kadang
d. Tidak pernah
12. Saya menyempatkan waktu membaca buku geografi di perpustakaan a. Selalu
c. Sering
b. Kadang- kadang
d. Tidak pernah
13. Saya mentaati perintah guru untuk tekun belajar setiap hari a. Selalu
c. Sering
b. Kadang- kadang
d. Tidak pernah
14. Saya tetap belajar di dalam kelas ketika guru geografi tidak datang, meskipun teman- teman asyik atau menikmati kesibukannya a. Selalu
c. Sering
b. Kadang- kadang
d. Tidak pernah
15. Saya mencatat informasi apapun yang ada kaitannya dengan pelajaran di sekolah. a. Selalu
c. Sering
b. Kadang- kadang
d. Tidak pernah
16. Saya belajar setiap hari atas kemauan saya sendiri a. Selalu
c. Sering
b. Kadang- kadang
d. Tidak pernah
17. Saya berusaha menyelesaikan pekerjaan rumah (PR) dengan sebaik- baiknya a. Selalu
c. Sering
b. Kadang- kadang
d. Tidak pernah
18. Meskipun tugas- tugas yang diberikan oleh guru sangat sulit, saya berusaha untuk mengerjakannya a. Selalu
c. Sering
b. Kadang- kadang
d. Tidak pernah
19. Saya menyukai pengarahan dari guru sekalipun mengharuskan saya belajar keras a. Selalu
c. Sering
b. Kadang- kadang
d. Tidak pernah
20. Saya belajar karena agar diperhatikan oleh orang tua a. Selalu
c. Sering
b. Kadang- kadang
d. Tidak pernah
21. Saya akan memberi tahu guru kalau saya kesulitan dalam menyerap pelajaran a. Selalu
c. Sering
b. Kadang- kadang
d. Tidak pernah
22. Saya belajar keras agar prestasi saya melebihi prestasi teman- teman kelas a. Selalu
c. Sering
b. Kadang- kadang
d. Tidak pernah
23. Saya hanya membaca buku pelajaran ketika ada ulangan a. Selalu
c. Sering
b. Kadang- kadang
d. Tidak pernah
24. Saya berharap mendapat pujian atas prestasi yang saya capai a. Selalu
c. Sering
b. Kadang- kadang
d. Tidak pernah
25. Saya berusaha hadir ketika pelajaran geografi berlangsung a. Selalu
c. Sering
b. Kadang- kadang
d. Tidak pernah
26. Saya bertanya kepada teman jika tertinggal pelajaran geografi a. Selalu
c. Sering
b. Kadang- kadang
d. Tidak pernah
27. Saya senang belajar jika guru menggunakan variasi metode a. Selalu
c. Sering
b. Kadang- kadang
d. Tidak pernah
28. Semangat saya bertambah jika guru geografi menggunakan alat peraga atau sarana dan prasarana yang ada di sekolah dalam pembelajaran a. Selalu
c. Sering
b. Kadang- kadang
d. Tidak pernah
29. Saya termotivasi untuk belajar, jika guru geografi memperhatikan dan memberikan arahan ketika saya kurang memahami materi dengan baik. a. Selalu
c. Sering
b. Kadang- kadang
d. Tidak pernah
30. Semangat saya bertambah jika guru memberikan hadiah atau penghargaan pada siswa yang dapat menjawab pertanyaan dengan benar dalam pembelajaran a. Selalu
c. Sering
b. Kadang- kadang
d. Tidak pernah
Angket Penelitian
Perihal
: Permohonan pengisian angket
Lampiran
: Satu Berkas
Judul
: “Efektivitas Pengelolaan Pembelajaran dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Geografi di SMA Islamiyah Sawangan Depok”
Kepada Siswa- siswi kelas XI yang terhormat Dalam
rangka
penyelesaian
karya
ilmiah/
skripsi,
saya
sangat
mengharapkan bantuan adik- adik untuk menjawab pernyataan dalam angket secara objektif sesuai dengan kenyataan dilapangan. Tujuan penyebaran angket ini adalah untuk mendapatkan informasi tentang pengelolaan pembelajaran pada mata pelajaran geografi dan motivasi belajar siswa dalam kelas di SMA Islamiyah Depok. Data yang adik- adik berikan semata- mata digunakan hanya untuk penelitian dan tidak ada hubungannya dengan nama baik atau hal- hal yang dapat merugikan berkenaan dengan tugas adik- adik semua. Setiap jawaban yang diberikan menjadi sesuatu yang sangat berharga bagi penelitian ini. Atas bantuan dan partisipasinya, saya mengucapkan terima kasih
Berilah tanda (X) pada pertanyaan yang kalian anggap paling tepat! Pengelolaan Pembelajaran 31. Guru geografi menyampaikan tujuan pembelajaran pada awal kegiatan belajar mengajar c. Selalu
c. Sering
d. Kadang- kadang
d. Tidak pernah
32. Guru geografi mempersiapkan alat atau media pembelajaran terlebih dahulu sebelum melaksanakan Kegiatan Belajar Mengajar c. Selalu d. Kadang- kadang
c. Sering d. Tidak pernah
33. Guru geografi datang tepat pada waktunya c. Selalu
c. Sering
d. Kadang- kadang
d. Tidak pernah
34. Guru geografi menyampaikan materi tidak terpaku pada satu sumber belajar saja c. Selalu
c. Sering
d. Kadang- kadang
d. Tidak pernah
35. Guru geografi mengaitkan materi minggu lalu sebelum memulai pelajaran c. Selalu
c. Sering
d. Kadang- kadang
d. Tidak pernah
36. Guru geografi memberikan tes awal sebelum mulai materi pembelajaran c. Selalu
c. Sering
d.
d. Tidak pernah
Kadang- kadang
37. Sebelum kegiatan belajar- mengajar dimulai, guru geografi menata meja dan kursi siswa. c. Selalu
c. Sering
d. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
38. Guru geografi menerangkan pelajaran menghubungkan dengan kenyataan saat ini c. Selalu
c. Sering
d. Kadang- kadang
d. Tidak pernah
39. Ketika menerangkan pelajaran, guru geografi memberikan perhatian yang sama kepada semua siswa di dalam kelas c. Selalu
c. Sering
d. Kadang- kadang
d. Tidak pernah
40. Guru Geografi dalam proses pembelajaran melakukan kegiatan pembelajaran yang menuntut siswa belajar secara perorangan c. Selalu
c. sering
d. Kadang- kadang
d. Tidak Pernah
41. Guru geografi memberikan penjelasan atau arahan kepada siswa yang kurang memahami materi dengan baik c. Selalu
c. Sering
d. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
42. Guru geografi mengajar dengan menggunakan metode bervariasi sesuai dengan materi pelajaran c. Selalu
c. Sering
d. Kadang- kadang
d. Tidak pernah
43. Guru geografi menggunakan dan memanfaatkan lingkungan (sekolah maupun luar sekolah) sebagai sumber belajar. c. Selalu
c. Sering
d. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
44. Guru geografi memberikan kesimpulan dari materi yang telah diajarkan c. Selalu
c. Sering
d. Kadang- kadang
d. Tidak pernah
45. Guru geografi memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya sesuai dengan materi yang diajarkan a. Selalu
c. Sering
b. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
46. Guru geografi memberikan tes akhir setiap selesai pembelajaran c. Selalu
c. Sering
d. Kadang- kadang
d. Tidak pernah
47. Guru geografi memberikan tugas dengan petunjuk- petunjuk yang jelas dan tidak menyulitkan c. Selalu
c. Sering
d. Kadang- kadang
d. Tidak pernah
48. Guru geografi memberikan penghargaan atau hadiah terhadap hasil kerja dan prestasi siswanya c. Selalu
c. Sering
d. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
49. Guru memberikan tugas rumah kepada siswa c. Selalu
c. sering
d. Kadang- kadang
d. tidak pernah
50. Guru geografi melakukan penilaian/evaluasi sebelum memulai pembahasan baru c. Selalu
c. Sering
d. Kadang- kadang
d. Tidak pernah
51. Guru geografi memberikan remedial bagi siswa yang nilainya kurang c. Selalu
c. Sering
d. Kadang- kadang
d. Tidak pernah
52. Guru geografi memberikan pengayaan bagi siswa yang nilainya di atas kriteria c. Selalu
c. Sering
d. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
Motivasi Belajar 31. Saya masuk kelas tepat waktu ketika ada pelajaran Geografi c. Selalu
c. Sering
d. Kadang- kadang
d. Tidak pernah
32. Saya membahas kembali di rumah pelajaran geografi yang diberikan di sekolah c. Selalu
c. Sering
d. Kadang- kadang
d. Tidak pernah
33. Saya tetap belajar di dalam kelas ketika guru geografi tidak datang, meskipun teman- teman asyik atau menikmati kesibukannya c. Selalu
c. Sering
d. Kadang- kadang
d. Tidak pernah
34. Saya memperhatikan dengan baik ketika guru geografi menerangkan materi pelajaran c. Selalu
c. Sering
d. Kadang- kadang
d. Tidak pernah
35. Saya tidak mengabaikan pelajaran geografi di kelas sekalipun udaranya panas c. Selalu
c. Sering
d. Kadang- kadang
d. Tidak pernah
36. Saya berusaha hadir ketika pelajaran geografi berlangsung c. Selalu
c. Sering
d. Kadang- kadang
d. Tidak pernah
37. Saya senang dengan tugas- tugas yang diberikan oleh guru geografi c. Selalu
c. Sering
d. Kadang- kadang
d. Tidak pernah
38. Saya berusaha menyelesaikan pekerjaan rumah (PR) dengan sebaik- baiknya c. Selalu
c. Sering
d. Kadang- kadang
d. Tidak pernah
39. Jika tugas- tugas yang diberikan oleh guru geografi sangat sulit, saya berusaha untuk mengerjakannya c. Selalu
c. Sering
d. Kadang- kadang
d. Tidak pernah
40. Saya bertanya kepada guru geografi ketika ada materi yang tidak dipahami c. Selalu
c. Sering
d. Kadang- kadang
d. Tidak pernah
41. Saya bertanya kepada teman jika tertinggal pelajaran geografi c. Selalu
c. Sering
d. Kadang- kadang
d. Tidak pernah
42. Saya mencari tambahan pelajaran geografi melalui internet c. Selalu
c. Sering
d. Kadang- kadang
d. Tidak pernah
43. Saya menyempatkan waktu membaca buku geografi di perpustakaan c. Selalu
c. Sering
d. Kadang- kadang
d. Tidak pernah
44. Saya mencatat informasi apapun yang ada kaitannya dengan pelajaran geografi di sekolah. c. Selalu
c. Sering
d. Kadang- kadang
d. Tidak pernah
45. Saya hanya membaca buku pelajaran geografi ketika ada ulangan c. Selalu
c. Sering
d. Kadang- kadang
d. Tidak pernah
46. Saya belajar keras agar prestasi saya melebihi prestasi teman- teman kelas c. Selalu
c. Sering
d. Kadang- kadang
d. Tidak pernah
47. Saya termotivasi untuk belajar, jika guru geografi memperhatikan dan memberikan arahan ketika saya kurang memahami materi dengan baik. c. Selalu
c. Sering
d. Kadang- kadang
d. Tidak pernah
48. Saya berharap mendapat pujian atas prestasi yang saya capai c. Selalu
c. Sering
d. Kadang- kadang
d. Tidak pernah
49. Saya senang belajar geografi jika guru geografi menggunakan variasi metode c. Selalu
c. Sering
d. Kadang- kadang
d. Tidak pernah
50. Semangat saya bertambah jika guru geografi menggunakan alat peraga atau sarana dan prasarana yang ada di sekolah dalam pembelajaran c. Selalu
c. Sering
d. Kadang- kadang
d. Tidak pernah
Berita Wawancara
Hari/ tanggal
: Senin, 31 Januari 2011
Wawancara dengan
: Kepala Sekolah SMA Islamiyah, Bapak Hilman Zulka‟id,
S.Ag
1. Bagaimana sejarah berdirinya SMA Islamiyah dan apa visi dan misi sekolah ini? Jawab: SMA Islamiyah yang berstatuskan swasta didirikan pada tahun 1992, dengan nomor statistik 304020517054 dan berdiri diatas tanah seluas 1300 m2 dibawah naungan yayasan Darul Irfan Sawangan yang berdiri pada tahun 1967 oleh KH. Ma‟mun.
Visi SMA Islamiyah Sawangan Depok: “Meningkatkan sumber daya manusia yang profesional dalam pelayanan dan demokratis” Misi Sekolah 1)
Sebagai fasilitator pendidikan
bagi
masyarakat
di
lingkungan
Sawangan dan sekitarnya 2) Merealisasikan tercapainya prestasi dan mutu pendidikan 3) Meningkatkan mutu pelayanan 4) Mengembangkan semangat kebersamaan dan kekeluargaan
2. Menurut Bapak bagaimana pengelolaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru geografi? Jawab:
Pengelolaan yang dilakukan oleh guru geografi cukup baik, hal itu dapat terlihat dalam pembelajaran guru sering memakai metode atau media yang bervariasi ketika menyampaikan materi. 3. Sarana dan prasarana apa saja yang menjadi penunjang dalam pembelajaran geografi dan bagaimana fasilitas yang ada untuk saat ini? Jawab: Kami menyediakan globe, peta, buku paket geografi, dan LCD. Fasilitas tersebut masih dapat digunakan dan dapat mencukupi dalam kegiatan belajar mengajar. Akan tetapi untuk LCD kami hanya mempunyai 1 sehingga masih belum memadai dikarenakan dana yang tidak mencukupi. 4. Bagaimana persiapan pembelajaran yang dilakukan oleh guru geografi? Jawab: Dalam persiapan pembelajaran, guru membuat silabus dan RRP yang dilaporkan setiap awal semester dan RRP tersebut sudah mencakup dua semester. 5. Menurut Bapak bagaimana motivasi belajar siswa pada mata pelajaran geografi di sekolah ini? Jawab: Cukup termotivasi, hal itu dapat terlihat dengan prestasi belajar anak didik yang cukup memuaskan dalam mata pelajaran geografi tersebut.
Berita Wawancara
Hari/ tanggal
: Senin, 31 Januari 2011
Wawancara dengan
: Guru Mata Pelajaran Geografi, Ibu Briliantina Indrati,
S.Sos., M.Pd.
1. Bagaimana persiapan pembelajaran geografi? Jawab:
pembelajaran
yang
Ibu lakukan dalam
Saya membuat silabus dan RPP yang diserahkan setiap awal semester dan sudah mencakup dua semester, kemudian dibukukukan oleh guru dan pihak sekolah, untuk digunakan sebagai pedoman dalam kegiatan pembelajaran. 2. Apa yang Ibu lakukan sebelum memulai proses pembelajaran? Jawab: Sebelum memulai pembelajaran saya membahas tugas yang diberikan sebelumnya dan melakukan pretest secara lisan terlebih dahulu kepada siswa. 3. Dalam pelaksanaan pembelajaran, bagaimana cara Ibu menyajikan materi pelajaran? Jawab: Dalam penyampaian materi/ menyajikan materi, biasanya saya memberikan motivasi belajar untuk siswa, 4. Metode apa saja yang biasanya ibu gunakan dalam pembelajaran geografi? Jawab: Banyak metode yang saya gunakan pada mata pelajaran geografi, karena menurut saya tidak cukup dengan satu metode saja. Metode yang saya gunakan diantaranya yaitu: metode ceramah, tanya jawab dan persentasi gambar.
5. Media apa yang Ibu gunakan dalam pembelajaran Geografi? Jawab: Media yang saya gunakan pada mata pelajaran geografi adalah dengan menggunakan globe dan peta. 6. Apa yang ibu lakukan setiap menutup pembelajaran? Jawab: Dalam menutup pembelajaran saya selalu memberikan kesimpulan terhadap materi yang telah dibahas, mengadakan tanya jawab dan memberikan tugas.
7. Bagaimana sistem penilaian yang Ibu lakukan? Jawab: Saya melakukan penilaian atau mengadakan evaluasi pada setiap selesai pembelajaran dengan mengajukan pertanyaan, memberikan soal- soal latihan dan mengevaluasi ketika akan memulai materi baru, apabila ada siswa yang nilainya masih kurang maka saya mengadakan remedial dan memberikan pengayaan pada siswa yang nilainya diatas rata- rata. 8. Bagaimana motivasi siswa ketika Ibu menjelaskan pelajaran geografi di kelas? Jawab: Motivasi setiap siswa yang saya lihat berbeda- beda, banyak siswa yang memperhatikan dengan seksama ketika saya menjelaskan materi tetapi terkadang ada beberapa siswa yang tidak memperhatikan seperti yang sedang mengobrol dengan teman sebangkunya atau sibuk dengan kegiatannya sendiri. 9. Faktor apa yang menjadi penghambat Ibu dalam mengajar geografi? Jawab: Banyak kendala atau kesulitan yang saya hadapi dalam mengajar geografi, seperti keterbatasan sarana dan motivasi atau minat belajar yang terlihat pada diri siswa terhadap pelajaran geografi sangat kurang. 10. Usaha apa yang Ibu lakukan dalam meningkatkan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran geografi? Jawab: Dalam meningkatkan motivasi siswa pada mata pelajaran geografi saya berusaha keras bagaimana anak didik saya dapat memahami betul betapa pentingnya mempelajari ilmu geografi, selain itu saya juga memberikan reward berupa penambahan nilai agar siswa dapat termotivasi dalam belajar.
Lampiran 9
Proses Perhitungan untuk Menggambar Grafik Histogram Variabel X ( Efektivitas Pengelolaan Pembelajaran) No. Tahapan untuk Menggambar Grafik Histogram Data terbesar − Data terkecil 1. Menentukan Rentang
= 75- 42 = 33 = 1 + 3,3 log n = 1 + 3,3 . log 30
2. Menentukan Banyak Kelas = 1 + 3,3 . 1,477 = 5,8741
=
6 (dibulatkan)
Rentang Banyak Kelas
3. Menentukan Panjang Kelas Interval
= =
33 6 5,5
4. Membuat Tabel Distribusi Frekuensi
6 (dibulatkan)
Kelas
Batas
Batas
Nyata
Nyata
bawah
Atas
Absolut
Frekuensi
No Interval
Relatif (%)
Kumulatif
Kumulatif (%)
1
42
-
47
41,5
47,5
2
6,67
2
6,67
2
48
-
53
47,5
53,5
2
6,67
4
13,33
3
54
-
59
53,5
59,5
5
16,67
9
30
4
60
-
65
59,5
65,5
8
26,67
17
56,67
5
66
-
71
65,5
71,5
8
26,67
25
83,3
6
72
-
77
71,5
77,5
5
16,67
30
100
30
100
Jumlah
30
Lampiran 10
Proses Perhitungan untuk Menggambar Grafik Histogram Variabel Y ( Motivasi Belajar)
No. Tahapan untuk Menggambar Grafik Histogram Data terbesar − Data terkecil 1. Menentukan Rentang
= 72- 40 = 32 = 1 + 3,3 log n = 1 + 3,3 . log 30
2. Menentukan Banyak Kelas = 1 + 3,3 . 1,477 = 5,8741
=
6 (dibulatkan)
Rentang Banyak Kelas
3. Menentukan Panjang Kelas Interval
= =
32 6 5,3
4. Membuat Tabel Distribusi Frekuensi
6 (dibulatkan)
Kelas
Batas
Batas
Nyata
Nyata
Bawah
Atas
Absolut
Frekuensi
No Interval
Relatif (%)
kumulatif
kumulatif (%)
1
40
-
45
39,5
45,5
3
10
3
10
2
46
-
51
45,5
51,5
0
0
3
30
3
52
-
57
51,5
57,5
5
16,67
8
26,67
4
58
-
63
57,5
63,5
7
23,33
15
50
5
64
-
69
63,5
69,5
6
20
21
70
6
70
-
75
69,5
75,5
9
63,33
30
100
30
100
Jumlah
Lampiran 11 Langkah-langkah Perhitungan Uji Normalitas dengan Uji Liliefors
1. Kolom (Y – Ŷ) Data diurutkan dari nilai yang terkecil sampai terbesar
2. Kolom Zi Zi
(Y-Ŷ) (Y-Ŷ)
=
S
3. Kolom Zt
Dilihat dari Zi kemudian dikonsultasikan pada tabel daftar Liliefors. Contoh : Z1 = -0,31 maka lihat pada baris 0,3 lalu kolom 1, maka didapat Zt = 0,1217
4. Kolom F(Zi) Jika (Zi) negatif maka 0,5 – Zt Jika (Zi) positif maka 0,5 + Zt 5. Kolom S(zi) Nomor responden S(zi) = Jumlah responden 1 Contoh : S(z1) = = 0,0333 30 6. Kolom (Fzi – Szi) Merupakan harga mutlak dari selisih F(Zi) dengan S(Zi)
Kelas : XI ( Sebelas ) IPS 1
Mata Pelajaran : GEOGRAFI.
Nilai Hasil belajar No
Nama Peserta
KKM
Pengetahuan Angka
Huruf
Praktik Angka
Huruf
Sikap Predikat
01
Aan Andiani Putri
63
B
02
Ade Mulya Rahmat
61
B
03
Ade Solahudin
73
B
04
Afrida Hidayat
73
B
05
Agita Putri Rahmadila
73
B
06
Arif Rahman H.
56
C
07
Arsri Maulina
70
B
08
Diki Damala
70
B
09
Dita Juliani
68
B
10
Ega Wahyuni
64
B
11
Egi Hermawan
74
B
12
Herni Yohana
70
B
13
Hudayatullol
74
B
60
14
Ibnu Arifiyandi
64
B
15
Ilham Akbar Fitrian
64
B
16
Imam Baihaqi Kholik
56
C
17
Khoirunnisa
72
B
18
Litpiko Aditriyadi
70
B
19
Nita Tri Utami K.
70
B
20
Pitriyah
70
B
21
Puput Amelia
70
B
22
Rahman Maulana
65
B
23
Rian Ardiansyah
65
B
24
Rizki Fadillah
62
B
25
Robito Alam
68
B
26
Royadi
56
B
27
Saepul Anwar
70
B
28
Siti Humairoh
68
B
29
Yuni Sri Nuraeni
66
B
30
Zeki Ramdhan
72
B
Sawangan, … Desember 2010 Guru Mata Pelajaran, ………………………………….. Tanda tangan dan nama jelas
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
NAMA SEKOLAH
: SMA ISLAMIYAH
MATA PELAJARAN
: Geografi
KELAS
: XI
SEMESTER
: 1 ( satu )
TAHUN PELAJARAN : 2010 / 2011 ALOKASI WAKTU
I.
: 3 x pertemuan
STANDAR KOMPETENSI Menganalisis fenomena biosfer dan antroposfer
II.
KOMPETENSI DASAR Menjelaskan Pengertian biosfer
III. MATERI PEMBELAJARAN 1.Biosfer dan Aspek Sebaran Flora dan Fauna IV. INDIKATOR 1. Mendeskripsikan pengertian Biosfer 2. Mengidentifikasi faktor-faktor yang berpengaruh terhadap persebaran Flora dan fauna 3. Mengidentifikasi persebaran Flora dan Fauna di permukaan bumi. 4. Menganalisis persebaran flora dan fauna di Indonesia 5. Menjelaskan hubungan persebaran flora dab fauna dengan kondisi fisik di Indonesia 6. Mengidentifikasi kepunahan dan pelestarian flora dan fauna
V. METODE PEMBELAJARAN Ceramah, Diskusi, Tanya Jawab VI.
LANGKAH – LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN
Pertemuan I 1. Guru menjelaskan pengertian biosfer 2. Siswa menjelaskan kembali pengertian dari biosfer berdasarkan penjelasan guru dan dari sumber bahan ajar. 3. Guru menjelaskan faktor-faktor persebaran abiotik dan biotik bagi flora dan fauna. 4. Siswa memahami faktor-faktor persebaran abiotik dan biotik dengan menyebutkan faktor-faktor tersebut. 5. Guru menjelaskan persebaran flora di permukaan bumi berdasarkan perbedaan iklim dan letak geografis. 6. Siswa mampu memberikan contoh-contoh persebaran flora berdasarka iklim dan letak geografis di permukaan bumi. Pertemuan ke II 1. Guru menjelaskan persebaran fauna di permukaan bumi berdasarkan pembagian wilayah persebaran. 2. Siswa mengetahui persebaran fauna dengan memberikan contoh fauna di wilayah Ethiopian, paleartik, Oriental, Neotropikal, neartik, dan Australian dengan bantuan buku sumber dan peta. 3. Guru menjelaskan Persebaran flora di Indonesia berdasarkan faktor geologi, iklim, dan topografi. 4. Siswa memahami hubungan persebaran flora dengan kondisi fisik di Indonesia 5. Guru
menjelaskan
Persebaran
fauna
di
Indonesia
berdasarkan
pembagian wilayah fauna Asiatis, peralihan, dan Australis. 6. Siswa memahami hubungan persebaran fauna dengan kondisi fisik di Indonesia
Pertemuan ke III 1. Guru menjelaskan hambatan persebaran flora dan fauna berdasarkan faktor-faktor Iklim, edafik, geografis, dan biologis. 2. Siswa memahami hambatan-hambatan persebaran flora dan fauna dengan membedakan unsur-unsur faktor penghambat dengan bantuan buku sumber dan peta. 3. Guru Menjelaskan usaha-usaha pelestarian flora dan fauna. 4. Siswa memberika contoh upaya-upaya pelestarian flora dan fauna dengan bantuan media massa, internet dan buku sumber. 5. VII. SUMBER BELAJAR / ALAT / BAHAN
:
-
Alat
Tabel, Peta
-
Sumber
Buku geografi yang relevan, jurnal internet dan artikel media cetak
VII.
PENILAIAN 1. Mengapa makhluk hidup sangat tergantung dengan lingkungan sekitarnya? 2. Jelaskan pengaruh iklim dan edafik terhadap persebaran flora dan fauna! 3. Sebutkan kharakteristik hewan di indonesia bagian timur! 4. Jelaskan akibat atau dampak dari penebangan hutan secara liar! 5. Bagaimana langkah-langkah melestarikan hutan!
Depok, Agustus 2010
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
NAMA SEKOLAH
: SMA ISLAMIYAH
MATA PELAJARAN
: Geografi
KELAS
: XI
SEMESTER
: 1 ( satu )
TAHUN PELAJARAN : 2010 / 2011 ALOKASI WAKTU I.
: 3 x pertemuan
STANDAR KOMPETENSI Menganalisis fenomena biosfer dan antroposfer
II.
KOMPETENSI DASAR Menjelaskan aspek kependudukan
III. MATERI PEMBELAJARAN 1. Natalis 2. Mortalitas 3. Migrasi IV. INDIKATOR 1.
Menghitung tingkat kelahiran penduduk
2. Menghitung tingkat kematian penduduk 3. Menghitung pertumbuhan penduduk suatu wilayah 4. Menghitung proyeksi penduduk suatu wilayah
V. METODE PEMBELAJARAN Ceramah, Diskusi, Tanya Jawab VI. LANGKAH – LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN Pertemuan ke-1 1. Guru menjelaskan teknik menghitung tingkat kelahiran 2. Dengan bantuan tabel dan data siswa dapat menghitung CBR, ASBR, dan GFR 3. Guru menjelaskan teknik menghitung tingkat kematian 4.
Dengan bantuan tabel dan data siswa dapat menghitung CDR, ASDR, dan IMR
5. Dengan membaca berbagai referensi siswa dapat menjelaskan factor yang menyebabkan tingkat kelahiran dan kematian di Indonesia masih tinggi 6.
Melalui berbagai referensi siswa dapat menjelaskan pengertian pro natalitas, anti natalitas, pro mortalitas, anti mortalitas, moral restrain, transisi demografi
Pertemuan ke-2 1.
Guru menjelaskan beberapa teknik menghitung pertumbuhan penduduk
2. Melalui berbagai referensi dan keterangan guru siswa dapat menghitung pertumbuhan penduduk alami, social, aritmatik 3. Siswa menganalisis fenomena dinamika penduduk positif dan negatif
4.
Dengan bantuan data siswa dapat menentukan proyeksi penduduk secara geometric dan eksponensial
5. Siswa menjelaskan klasifikasi pertumbuhan penduduk suatu wilayah 6. Dengan berbagai referensi siswa dapat menjelaskan upaya mengatasi pertumbuhan penduduk yang cepat Pertemuan ke-3 1. Guru menjelaskan klasifikasi migrasi 2. Melalui berbagai referensi, siswa mampu menulis laporan tentang pengertian transmigrasi, macam, tujuan, dan hambatan, serta upaya menggalakkan transmigrasi 3. Melalui berbagai referensi siswa dapat menulis laporan tentang pengertian urbanisasi, factor pendorong, factor penarik, dampak dan upaya mengatasinya VII. SUMBER BELAJAR / ALAT / BAHAN
:
-
Alat
: Tabel, Peta
-
Sumber
: Buku geografi yang relevan, majalah, koran, internet
VIII. PENILAIAN Pertemuan ke-1 1. Jelaskan teknik menghitung tingkat kelahiran! 2. Tentukan CDR, jika jumlah kelahiran 50,.000 dan jumlah penduduk 200.000 jiwa! 3. Hitunglah ASFR, jika penduduk wanita usia 20-30 tahun 100.000 orang, jumlah kelahiran dari wanita tersebut 5000 jiwa!
4. Hitunglah GFR, jika penduduk Indonesia tahun 1964 sebesar 97,634.000 orang sedang jumlah penduduk wanita gologan umur 1544/49 tahun itu sebesar 30.531.000 jiwa dengan kelahiran 2.982.000 jiwa! 5. Hitunglah CDR, jika jumlah penduduk Indonesia tahun 1980 adalah 147,5 juta sedang kematian dalam satu tahun 1.800.000! 6. Hitunglah ASDR jika jumlah penduduk usia 64-75 tahun pada pertengahan tahun 1982 sebanyak 20.000 orang, jumlah kematian sebanyak 900 orang per tahun! 7. Hitunglah IMR jika jumlah bayi lahir hidup pertahun 8.000 jiwa dan jumlah yang meninggal 400 orang per tahun! 8. Jelaskan factor yag mempengaruhi tingkat kelahiran dan kematian di Indonesia yang masih tinggi! 9. Jelaskan upaya mengatasi pertumbuhan penduduk yang masih cepat! Pertemuan ke-2 1. Hitung prosentase pertumbuhan penduduk alami jika jumalh kelahiran 25 per 1000 penduduk dan jumlah kematian 5 orang per 1000 penduduk 2. Berapa prosentase pertumbuhan social jika jumlah kelahiran 25, jumlah kematian 5, imigran 25, orang yang ber imigrasi 10 orang dari 1000 penduduk? 3. Hitunglah jumlah penduduk Indonesia tahun 2000 secara aritmatik jika tahun 1990 berjumlah 179,3 juta dengan r 1,97% 4. Berapa jumlah penduduk Indonesia tahun 2006, jika tahun 2000 jumlah penduduk Indonesia 206,2 juta dengan r 1,97%? 5.
Apa yang dimaksud dinamika penduduk positif dan negatif?
6. Jelaskan klasifikasi migrasi! Pertemuan ke-3 1. Jelaskan klasifikasi migrasi! 2. Buatlah laporan atau makalah tentang pengertian transmigrasi, macam,
tujuan
dan
hambatan,
serta
upaya
menggalakkan
transmigrasi 3. Buatlah laporan atau makalah tentang pengertian urbanisasi, factor pendorong, factor penarik, dampak dan upaya mengatasinya
Depok, Agustus 2010
Nama Sekolah
: SMA ISLAMIYAH
Mata Pelajaran
: Geografi
Kelas / Jurusan
: XI / IPS
Semester
: 1 ( satu )
Alokasi Waktu
: 54 x 40 menit
Standar Kompetensi
: 1. Menganalisis fenomena biosfer dan antrosfer
Kompetensi Dasar
Materi Pembelajaran
Kegiatan Pembelajaran
Indikator
Penilaian
Alokasi Waktu (menit)
1.1
Menjelaskan pengertian fenomena biosfer
Pengertian fenomena biosfer
Factor-faktor berpengaruh terhadap keberadaan dan fauna
yang
flora
Secara individu menganalisis kembali pengertian fenomena biosfer dari berbagai referensi
Secara kelompok, diskusi tentang factor-faktor yang berpengaruh terhadap keberadaan flora dan fauna
Mendeskripsikan pengertian fenomana geosfer
Jenis tagihan : Tugas individu Tugas kelompok
Mengidentifikasi factor-faktor yang berpengaruh terhadap keberadaan flora dan fauna
Test tertulis
2 x 40
Sumber / Bahan / Alat
Sumber : Polunin, Nicholas (1990) Pengantar Geografi Tumbuhan Yogyakarta : Gajah Mada Universuty Press
Bentuk tagihan : Laporan kerja kelompok Laporan kerja individu
Bahan/Alat : Gambar-gambar tentang biosfer (kliping) CD
Pembelajaran
(interaktif) biosfer
1.2
Menganalisis sebaran hewan dan tumbuhan
Kompetensi Dasar
Persebaran hewan dan tumbuhan dunia
Persebaran hewan dan tumbuhan di Indonesia
Hubungan sebaran hewan dan tumbuhan dengan kondisi fisik lingkungannya.
Materi Pembelajaran
Menganalisis persebaran hewan dan tumbuhan dunia pada peta
Mengidentifikasi sebaran hewan dan tumbuhan di permukaan bumi
Jenis tagihan :
12 x 40
Tugas individu
Polunin, Nicholas (1990) Pengantar Geografi Tumbuhan Yogyakarta : Gajah Mada Universuty Press
Tugas kelompok Menganalisis hewan dan Indonesia
persebaran tumbuhan di
Secara kelompok, mendeskripsikan hubungan sebaran hewan dan tumbuhan dengan kondisi fisik lingkungannya
Menganalisis persebaran hewan dan tumbuhan di Indonesia
Test tertulis
Bentuk tagihan :
Kegiatan Pembelajaran
Menyimpulkan hubungan sebaran hewan dan tumbuhan
Indikator
Bahan/Alat :
Laporan kerja kelompok
Gambar-gambar tentang biosfer (kliping)
Laporan kerja individu
Penilaian
Alokasi Waktu (menit)
Dampak kerusakan hewan dan tumbuhan terhadap kehidupan
Secara kelompok, mengidentifikasi dampak kerusakan hewan dan tumbuhan terhadap kehidupan dari berbagai literatur
Sumber :
kondisi fisik dengan lingkungannya
Membuat laporan tentang dampak kerusakan hewan dan tumbuhan terhadap
Sumber / Bahan / Alat CD Pembelajaran (interaktif) biosfer
keberadaan kehidupan
1.3
Menjelaskan pengertian fenomena antroposfer
Antroposfer
1). penduduk
Kualitas
- sensus penduduk - jenis-jenis sensus - komposisi penduduk menurut umur - komposisi penduduk menurut jenis kelamin - sex ratio - dependency ratio
2). Kualitas penduduk - tingkat pendidikan - tingkat kesehatan
1.4
Menganalisis aspek kependudu kan
Aspek kependudukan Natalitas
Moralitas Migrasi
Secara individu, menjelaskan perbedaan sensus dan registrasi penduduk dari berbagai referensi Secara individu, mengidentifikasi jenis-jenis sensus dari berbagai sumber relajar Secara kelompok, menganalisis komposisi penduduk berdasarkan umur dan jenis kelamin dari data yang tersaji di LKS Secara kelompok menghitung sex ratio dan dependency ratio Secara individu mengidentifikasi tinggi rendahnya kualitas pensusuk berdasarkan tingkat pendidikan dan kesehatan dari hasil pencatatan data di lapangan
Menghitung tingkat kelahiran penduduk dari data hasil pencatatan di lapangan Menghitung tingkat kematian penduduk dari data hasil pencatatan dilapangan
Menjelaskan perbedaan sensus penduduk dan registrasi penduduk
Jenis tagihan : Tugas individu Tugas kelompok
Mengidentifikasi jenis-jenis sensus
Test tertulis
Menganalisis komposisi penduduk berdasarkan umur dan jenis kelamin
Bentuk tagihan :
Menghitung sex ratio dan dependency ratio
Mengidentifikasi tinggi rendahnya kualitas penduduk berdasarkan tingkat pendidikan dan kesehatan
Menghitung tingkat kelahiran penduduk
Laporan individu Laporan kelompok
Jenis tagihan : Tugas individu
Menghitung tingkat kematian penduduk
Tugas kelompok Test tertulis
8 x 40
Sumber : Daldjoni (1997) Masalah Kependudukan dalam Fakta dan Angka Bandung
Kompetensi Dasar
Materi Pembelajaran
Kegiatan Pembelajaran
Indikator
Penilaian
Alokasi Waktu (menit)
Sumber / Bahan / Alat Alumni
Menghitung pertumbuhan penduduk satu wilayah yang datanya tersaji di LKS Menghitung proyeksi penduduk satu wilayah yang datanya tersaji dalam LKS Menghitung proyeksi penduduk suatu wilayah yang datanya tersaji dalam LKS Secara berkelompok membuat peta penyebaran penduduk, tabel penduduk dan grafik penduduk yang tersaji dalam LKS Secara kelompok mengidentifikasi factor pendorong dan penarik terjadinya urbanisasi (Misal : masyarakat Wonogiri) Secara kelompok, mengumpulkan data kependudukan dari 4 RT dari kelurahan masing-masing siswa Secara kelompok mengolah data kependudukan dari hasil pengamatan di 4 RT ke dalam tampilan peta, tabel, dan grafik
Menghitung pertumbuhan penduduk wilayah
Bentuk instrumen: suatu
Menghitung proyeksi penduduk suatu wilayah
Menyajikan informasi kependudukan melalui peta tabel da grafik/diagram
Mengidentifikasi factor-faktor pendorong dan penarik terjadinya urbanisasi
Menyajikan informasi kependudukan melalui peta, tabel dan grafik
Uraian berstruktural Laporan individu Laporan kelompok tentang data kependudukan
Katili JA (1983) Sumber daya alam untuk pembangunan nasional. Jakarta : Ghalia Indonesia