IMPLEMENTASI METODE SOROGAN DALAM MEMPELAJARI KITAB SAFINATUN NAJAH DI PONDOK PESANTREN ZUMROTUT THOLIBIN MOJO ANDONG KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2015
SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Oleh: NUR LAELI FARHATI NIM 111 11 195
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA 2015 i
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Lamp : 4 eksemplar Hal : Naskah skripsi Saudara Nur Laeli Farhati Kepada: Yth. Rektor IAIN Salatiga Di Salatiga
Setelah dikoreksi dan diperbaiki, maka skripsi Saudara: Nama
: Nur Laeli Farhati
NIM
: 111 11 195
Fakultas
: Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Jurusan
: Pendidikan Agama Islam
Judul
:IMPLEMENTASI MEMPELAJARI
METODE KITAB
SOROGAN
SAFINATUN
DALAM
NAJAH
DI
PONDOK PESANTREN ZUMROTUT THOLIBIN MOJO ANDONG KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2015 Telah kami setujui untuk dimunaqosahkan.
Salatiga, 9 Agustus 2015 Pembimbing
Dr. H. Miftahuddin, M. Ag. NIP. 19700922 199403 1002
iii
KEMENTERIAN AGAMA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN Jl. Tentara Pelajar 02 Telp.(0298) 323706 Fax.323433 Salatiga 50721 Website : www.iainsalatiga.ac.id Email :
[email protected] SKRIPSI IMPLEMENTASI METODE SOROGAN DALAM MEMPELAJARI KITAB SAFINATUN NAJAH DI PONDOK PESANTREN ZUMROTUT THOLIBIN MOJO ANDONG KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2015 DISUSUN OLEH NUR LAELI FARHATI NIM : 111 11 195 Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga pada tanggal 29 Agustus 2015 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar sarjana S1 Kependidikan Islam. Susuanan Panitia Ujian Ketua Penguji
: Suwardi, M.Pd
__________________
Sekretaris Penguji
: Dr. H. Miftahuddin, M.Pd
_________________
Penguji I
: Drs. Abdur Syukur, M.Si.
__________________
Penguji II
: M. Farid Abdullah, S. PdI. S.Hum __________________
Salatiga, 29 Agustus 2015 Dekan IAIN Salatiga
Suwardi, M.Pd. NIP: 19670112 199903 1 002
iv
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama
: Nur Laeli Farhati
NIM
: 111 11 195
Fakultas
: Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Jurusan
: Pendidikan Agama Islam
Menyatakan bahwa skripsi ini saya tulis benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Salatiga, 9 Agustus 2015 Penulis
NUR LAELI FARHATI NIM: 111 11 195
v
MOTTO
ِ قَل رسو َل.ََعن أَبِى ُىريْ رة ِ َك طَ ِريْ ًق ا ي ْلت س م ل س ن م ..... :م.ص الل َ َ َ َ َ ْ ُْ َ َ َ َ ْ ُ ِ ِِ ) (مسلم... ْجنَّ ة َ ف ْيو عل ًْما َس َّه َل اللُ لَوُ طَ ِريْ ًق ا إِلَى ال Artinya: Dari Abu Hurairah berkata. Rasulullah saw bersabda : …….. “Barang siapa menempuh suatu jalan untuk menuntut ilmu maka Allah memudahkan jalannya menuju Surga…….” (HR. Muslim)
ِ ال ِ اِ ْعلَم بِأَ َّن طَالِب الع ْل َم َوَليَ ْنتَ ِف ُع بِ ِو اَِّلبِتَ ْع ِظ ْي ِم الْ ِع ْل ِم ُ َالع ْل ِم َليَن ْ َ ِ َواَ ْىلِ ِو وتَ ْع ِظي ِم الُست اذ َوتَ ْوقِ ْي ِرِه ْ َ َ ْ Artinya: “Seorang pelajar tidak akan memperoleh kesuksesan ilmu dan tidak dapat bermanfaat , selain jika mau mengagungkan ilmu itu sendiri, ahli ilmu dan menghormati keagungan gurunya ) Syekh Imam Azzarnuji, tt: 16)
vi
PERSEMBAHAN
Orang tuaku dan Keluarga besarku yang telah menjadi motivasi, inspirasi dan tiada henti memberikan dukungan dan do'anya buat aku.
vii
KATA PENGANTAR
Asslamu‟alaikum Wr. Wb Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Segala puji dan syukur senantiasa penulis haturkan kepada Allah SWT. Atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat diberikan kemudahan dalam menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada Rasulullah SAW, keluarga, sahabat dan para pengikut setianya. Skripsi ini dibuat untuk memenuhi persyaratan guna untuk memperoleh gelar kesarjanaan dalam Jurusan Tarbiyah dan Ilmu Keguruan di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Dengan selesainya skripsi ini tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada : 1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd., selaku Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. 2. Bapak Suwardi, M. Pd., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. 3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag. selaku Kepala Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI), pada Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. 4. Bapak Dr. H. Miftahuddin, M.Ag., selaku dosen pembimbing skripsi yang telah dengan ikhlas mencurahkan pikiran, tenaga serta pengorbanan waktunya dalam upaya membimbing penulis untuk menyelesaikan tugas ini.
viii
5. Para dosen pengajar di lingkungan IAIN Salatiga, yang telah membekali pengetahuan sehingga penulis mampu menyelesaikan penulisan skripsi ini. 6. Keluarga besar penulis, atas segala motivasi, dukungan, dan doa restu kepada penulis, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. 7. Berbagai pihak yang secara langsung dan tidak langsung yang telah membantu baik moral maupun materiil dalam penyusunan skripsi ini yang tidak penulis sebutkan satu persatu. Harapan penulis, semoga amal baik dari beliau mendapatkan balasan yang setimpal dan mendapatkan ridha Allah SWT. Akhirnya dengan tulisan ini semoga bisa bermanfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca umumnya. Wassalamu‟alaikum Wr. Wb.
Bergas, 9 Agustus 2015 Penulis
Nur Laeli Farhati
ix
ABSTRAK Laeli Farhati, Nur. 2015. Implementasi Metode Sorogan Dalam Mempelajari Kitab Safinatun Najah di Pondok Pesantren Zumrotut Tholibin Mojo Andong Kabupaten Boyolali Tahun 2015. Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dr. H. Miftahuddin, M. Ag. Kata kunci: Metode sorogan Kitab Safinatun Najah dan pondok pesantren. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana implementasi metode sorogan dalam memahami Kitab Safinatun Najah di Pondok Pesantren Zumrotut Tholibin dan untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan metode sorogan di Pondok Pesantren tersebut. Pertanyaan utama yang ingin dijawab pada penelitian ini adalah, (1) Bagaimana Implementasi metode sorogan dalam mempelajari Kitab Safinatun Najah di Pondok Pesantren Zumrotut Tholibin Mojo Andong Kabupaten Boyolali? (2) Apa kelebihan dan kekurangan dari implementasi metode sorogan Kitab Safinatun Najah di Pondok Pesantren Zumrotut Tholibin Andong Kabupaten Boyolali?. Metode pengumpulan data yang digunakan penulis dalam penelitian ini meliputi observasi, wawancara dan dokumentasi. Sedangkan pendekatan yang digunakan penulis adalah kualitatif diskriptif. Dalam penelitian ini penulis melalukan perencanaan, pelaksanan, pengumpulan data, analisis, penafsiran data dan pada akhirnya penulis melaporkan hasil penelitiannya. Hasil penelitian ini dapat disimpulkan: 1) Implementasi metode sorogan dalam mempelajari Kitab Safinatun Najah di Pondok Pesantren Zumrotut Tholibin berjalan dengan baik sesuai dengan teknis pembelajaran. Metode ini sudah diterapkan sejak awal berdirinya Pondok Pesantren Zumrotut Tholibin hingga sekarang karena metode ini dianggap sangat efektif untuk mengetahui kemampuan masing-masing santri. 2) Adapun kelebihan dari metode sorogan meliputi: (a) guru dan santri memiliki hubungan yang dekat, (b) kemampuan santri yang berbeda-beda dapat diketahui langsung oleh guru, (c) dapat mengetahui kaidah-kaidah bahasa Arab, (d) menambah kosakata bahasa Arab, (e) menambah wawasan ilmu pengetahuan. Dan kekurangan dari metode sorogan tersebut meliputi: (a) kurang efisien karena santri terlalu banyak, (b) santri membutuhkan persiapan, (c) santri cepat bosan karena membutuhkan kesabaran, kerajinan dan kedisiplinan.(d) membutuhkan waktu yang lama.
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................
i
HALAMAN LOGO .........................................................................................
ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ..............................................
iii
HALAMAN PENGESAHAN NASKAH SKRIPSI ........................................
iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ..................................
v
HALAMAN MOTTO ......................................................................................
vi
HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................................................
vii
KATA PENGANTAR .....................................................................................
viii
ABSTRAK ......................................................................................................
x
DAFTAR ISI ....................................................................................................
xi
BAB I
BAB II
: PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah .......................................................
1
B. Fokus Penelitian ....................................................................
5
C. Tujuan Penelitian ..................................................................
6
D. Kegunaan Penelitian ..............................................................
6
E. Penegasan Istilah ..................................................................
7
F. Metode Penelitian ..................................................................
8
G. Sistematika Penelitian ............................................................
18
: KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan tentang Metode Sorogan Kitab Safinatun Najah ....
19
1. Pengertian Metode Sorogan ...............................................
19
2. Dasar Metode Sorogan.......................................................
22
3. Teknik Metode Sorogan.....................................................
23
4. Kitab Safinatun Najah ........................................................
26
B. Tinjauan Pondok Pesantren ...................................................
32
1. Pengertian Pondok Pesantren .............................................
32
2. Unsur-unsur Pondok Pesantren ..........................................
34
xi
3. Jenis-jenis Pondok Pesantren .............................................
42
4. Metode Pembelajaran Pondok Pesantren ...........................
44
5. Tujuan dan Fungsi Pondok Pesantren ................................
47
BAB III : PAPARAN DAN TEMUAN DATA PENELITIAN A. Gambaran Umum Pondok Pesantren Zumrotut Tholibin ......
49
1. Profil Pondok Pesantren Zumrotut Tholibin ......................
49
2. Sejarah Pondok Pesantren Zumrotut Tholibin ...................
50
3. Keadaan Pondok Pesantren dan Letak Geografis ..............
52
4. Stuktur Organisasi Kepengurusan Pondok Pesantren Zumrotut Tholibin Putri ....................................................
53
5. Program Kegiatan Pondok Pesantren Zumrotut Tholibin ..
55
6. Kalender Pendidikan Madrasah dan Pondok Pesantren ....
55
7. Peraturan Pondok Pesantren Zumrotut Tholibin Putri .......
55
8. Jadwal Pembelajaran Sorogan dan Bandongan ................
57
9. Sarana dan Prasarana Pondok Pesantren Zumrotut Tholibin Putri ....................................................................
60
10. Keadaan Ustadz dan Santri ...............................................
63
B. Temuan Data Penelitian .........................................................
64
1.
Implementasi Metode Sorogan dalam Mempelajari Kitab Safinatun Najah di PP. Zumrotut Tholibin Mojo Andong Kabupaten Boyolali ...........................................
2.
64
Kelebihan dan Kekurangan Metode Sorogan dalam Mempelajari Kitab Safinatun Najah di PP. Zumrotut Tholibin Mojo Andong Kabupaten Boyolali ..................
74
BAB IV : PEMBAHASAN A. Implementasi Metode Sorogan dalam Mempelajari Kitab Safinatun Najah di PP. Zumrotut Tholibin Mojo Andong Kabupaten Boyolali .............................................................. 1.
Sistem
Pendidikan
Pondok
Pesantren
Zumrotut
Tholibin ........................................................................... xii
79
79
2.
Metode Pembelajaran Pondok Pesantren Zumrotut Tholibin ...........................................................................
3.
81
Implementasi Metode Sorogan dalam Mempelajari Kitab Safinatun Najah di PP. Zumrotut Tholibin ...........
87
B. Kelebihan dan Kekurangan Metode Sorogan dalam Mempelajari Kitab Safinatun Najah di PP. Zumrotut Tholibin..................................................................................
90
1. Kelebihan Metode Sorogan dalam Mempelajari Kitab Safinatun Najah di PP. Zumrotut Tholibin .....................
91
2. Kekurangan Metode Sorogan dalam Mempelajari Kitab Safinatun Najah di PP. Zumrotut Tholibin ..................... BAB V
93
: PENUTUP A. Kesimpulan ...........................................................................
96
B. Saran-saran ............................................................................
97
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN - LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP
xiii
DAFTAR TABEL
TABEL 1.1
Halaman Profil Pondok Pesantren Zumrotut Tholibin ........................ 49
TABEL 1.2
Struktur Organisasi Kepengurusan Pondok Pesantren Zumrotut Tholibin Putri Tahun 2014/2015 ......................................... 53
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Program Kegiatan PP. Zumrotut Tholibin 2014-2015 Lampiran 2. Kalender Tarbiyah Maddin dan Pondok Pesantren Dirosiyyah 1435/1436 // 2014-2015 Lampiran 3. Daftar Asatidz Pondok Pesantren dan Madrasah Diniyah Dirosiyyah 1435/1436 // 2014-2015 Lampiran 4. Pedoman Wawancara Lampiran 5. Catatan Transkip Wawancara Lampiran 6. Foto-foto Lampiran 7. Surat Keterangan Penelitian Lampiran 8. SKK Lampiran 9. Biografi Penulis
xv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Islam pada dasarnya adalah pendidikan yang bertujuan untuk membentuk pribadi muslim seutuhnya, mengembangkan seluruh potensi manusia baik yang berbentuk jasmani maupun rohani. Menumbuhsuburkan hubungan yang harmonis setiap pribadi dengan Allah, manusia, dan alam semesta. Potensi jasmaniah manusia adalah yang berkenaan dengan seluruh organ-organ fisik manusia. Sedangkan potensi rohaniah itu meliputi kekuatan yang terdapat didalam batin manusia, yakni, akal, kalbu, nafsu, roh dan fitrah (Daulay, 2004: 31). Pendidikan Islam di Indonesiabermula ketika orang-orang yang masuk Islam ingin mengetahui lebih banyak isi ajaran agama yang baru di peluknya, baik mengenai tata cara beribadah, membaca Al Quran dan ajaran Islam
yang lebih luas dan mendalam
lainnya. Dalam
perkembangannya, keinginan untuk lebih memperdalam ilmu-ilmu agama telah mendorong tumbuhnya pesantren yang merupakan tempat untuk melanjutkan belajar ilmu agama. Model pendidikan pesantren berkembang di seluruh Indonesia, dengan nama dan corak yang bervariasi. Di Jawa disebut pondok atau pesantren, di Aceh dikenal dengan rangkang dan di Sumatra Barat terkenal dengan surau. Tapi nama yang sekarang diterima umum adalah pondok pesantren(Departemen Agama, 2003:7).
1
Sejarah perkembangan pondok pesantren telah melahirkan peran sekaligus kontribusi penting dalam sejarah pembangunan Indonesia. Sebelum kolonial Belanda datang ke Indonesia, pesantren merupakan suatu lembaga yang berfungsi menyebarkan agama Islam dan mengadakan perubahan-perubahan masyarakat ke arah yang lebih baik, sebagaimana tercermin dalam berbagai pengaruh pesantren terhadap kegiatan politik raja dan pangeran di Jawa ( Barizi, 2011: 41). Pondok pesantren merupakan salah satu sub sistem pendidikan di Indonesia yang bergerak dan berusaha serta arah perkembangannya harus berada dalam ruang lingkup tujuan pendidikan nasional. Tujuan pandidikan nasional pada prinsipnya adalah membentuk manusia pembangunan yang bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, ber-
Pancasila, sehat rohani dan jasmani, memiliki ilmu pengetahuan dan ketrampilan, dapat mengembangkan kreatifitas dan tanggung jawab, dan menyuburkan sikap demokrasi dan penuh tenggang rasa, dapat mengembangakan kecerdasan yang tinggi dan disertai budi pekerti yang luhur (Arifin, 1995: 258). Pada dasarnya pondok pesantren memiliki lima elemen dasar, yaitu pondok, masjid, santri, pengajaran kitab-kitab Islam klasik dan kyai (Muhtarom, 2005: 6). Pondok pesantren juga memiliki tujuan utama yaitu untuk mempersiapkan santri mendalami dan menguasaiilmu agama Islam atau lebih dikenal dengan tafaqquh fid-din, yang diharapkan dapat mencetak kader-kader ulama dan turut mencerdaskan masyarakat
2
Indonesia, kemudian diikuti dengan tugas dakwah menyebarkan agama Islam dan sebagai benteng pertahanan umat dalam bidang akhlaq (Departemen Agama, 2013: 9). Hal ini sejalan dengan Firman Allah, dalam Surat At-Taubah ayat 122, yang berbunyi:
َوَما َكا َن ال ُْم ْؤِمنُو َن لِيَ ْن ِف ُروا َكافَّةً فَ لَ ْوَل نَ َف َر ِم ْن ُك ِّل فِ ْرقَ ٍة ِم ْن ُه ْم طَائَِفةٌ لِيَتَ َف َّق ُهوا فِي الدِّي ِن َولِيُ ْن ِذ ُروا قَ ْوَم ُه ْم إِ َذ َار َجعُوا إِلَْي ِه ْم لَ َعلَّ ُه ْم يَ ْح َذ ُرو َن Artinya: “Tidak sepatutnya bagi orang-orang mu‟min itu pergi semuanya (medan perang). Mengapatidak pergi dari tiap-tiap golongandiantara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya supaya mereka itu dapat menjaga dirinya”. Pembelajaran yang diterapkan di pondok pesantren terdiri dari materi agama yang langsung digali dari kitab-kitab klasik yang berbahasa Arab yang mencangkup beberapa macam ilmu pengetahuan keislaman seperti, Nahwu, Hadist, Tafsir, Tauhid, Fiqih, Ushul Fiqh Tasawuf dan Tarikh. Pengajaran ilmu-ilmu ini diberikan jenjang-jenjang kelas. Santri pada awalnya diajarkan pengetahuan-pengetahuan dasar dan berlanjut sampai pada pengetahuan yang lebih tinngi (Muhtarom, 2005:118). Kaitannya dengan pembelajaran, pondok pesantren memiliki beberapa metode pembelajaran yang digunakan seperti sorogan, bandongan, weton, ceramah, perdebatan, diskusi dan hafalan. Biasanya ada kecenderungan dikalangan pondok pesantren untuk mempertahankan metode tradisional yang telah berlangsung secara turun menurun, sedangkan metode-metode baru sering kali kurang mendapat simpati 3
bahkan kadang-kadang diragukan oleh kalangan pondok pesantren keraguan mereka cukup beralasan, disamping salah dengan sistem pengajarannya, lagi pula sering terjadi hubungan yang tidak sesuai dengan pengajaran kitab-kitab kuning (Arifin, 1995 : 259). Dalam berbagai metode yang diterapkan pada pondok pesantren tersebut penulis membidik salah satu metode yaitu metode sorogan, yang dalam hal ini penulis merasa metode sorogan merupakan metode tradisional yang masih diterapkan sampai saat ini dalam pembelajaran kitap kuning di pondok pesantren. Metode sorogan merupakan metode dengan seorang santri menghadap kiai dengan membawa kitab yang akandiajarkannya. Kiai membacakan kitab kalimat demi kalimat kemudian diterjemahkan kedalam bahasa Jawa. Santri menyimak dan ngesahi kitab-kitabnya sendiri lalu kiai menyuruh santri untuk mengulang apa yang disampaikan kiai agar mendapatkan pengesahan (Muhtarom, 2005: 178). Metode ini merupakan bagian yang paling sulit dari keseluruhan metode pendidikan tradisional, sebab sistem atau metode ini menuntut kesabaran, kerajinan, ketaataan disiplin santri tetapi metode ini diakui paling intensif, karena dilakukan seorang demi seorang dan ada kesempatan untuk bertanya langsung. Metode sorogan adalah metode yang sudah diterapkan sejak awal berdirinya pondok pesantren di Nusantara. Pondok Pesantren Zumrotut Tholibin Andong Kabupaten Boyolali merupakan salah satu pondok
4
pesantren yang masih menerapakan metode sorogandalam mengkaji kitab kuning sampai saat ini. Salah satunya dalam mempelajari kitab Safinatun Najah, karena kitab ini dikaji untuk santri pemula sehingga diharapkan dengan metode sorogan santri pada tingkat selanjutnya dapat memahami kitab yang lain dengan baik. Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: “Implementasi Metode Sorogan Dalam Mempelajari Kitab Safinatun Najah Di Pondok Pesantren Zumrotut Tholibin MojoAndong Kabupaten Boyolali Tahun 2015” B. Fokus Penelitian Untuk membatasi permasalahan yang akan diteliti maka peneliti memfokuskan penelitian ini sebagai berikut: 1.
Bagaimana implementasi metode sorogan dalam mempelajari Kitab Safinatun Najah di Pondok Pesantren Zumrotut Tholibin Mojo Andong Kabupaten Boyolali?
2.
Apa kekurangan dan kelebihan dari implementasi metode sorogan dalam mempelajari Kitab Safinatun Najah di Pondok Pesantren Zumrotut Tholibin Mojo Andong Kabupaten Boyolali?
C. Tujuan Penelitian 5
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini sebagai berikut: 1.
Untuk mengetahui implementasi metode sorogan dalam mempelajari Kitab Safinatun Najah di Pondok Pesantren Zumrotut Tholibin Mojo Andong Kabupaten Boyolali.
2.
Untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan dari implementasi metode sorogan dalam mempelajari Kitab SafinatunNajah di Pondok Pesantren Zumrotut TholibinMojo Andong Kabupaten Boyolali.
D. Kegunaan Penelitian Adapun kegunaan penelitian ini dibagi menjadi dua sebagai berikut: 1.
Kegunaan Teoritik Memberikan informasi maupun sumbangan pemikiran bagi pihak lain pihak lain untuk mengkaji lebih lanjut metode sorogan dan menambah khasanah keilmuan Pendidikan Agama Islam di masa akan datang.
2.
Kegunaan Praktis Menambah pengetahuan peneliti, lembaga pendidikan dan khalayak ramai tentang implementasi metode sorogan yang ada di pondok pesantren.
6
E. Penegasan Istilah Untuk memudahkan dalam memahami judul penelitian ini, maka penulis perlu memberikan penegasan dan penjelasan sebagai berikut: 1.
Implementasi Implementasi merupakan suatu penerapan ide, konsep, kebijakan,
inovasi,
memberikan
dampak
dalam baik
suatu
tindakan
berupa
praktis
perubahan
sehingga
pengetahuan,
keterampilan maupun nilai sikap (Susilo, 2007:174). 2.
Metode Metode
adalah
cara
teratur
yang
digunakan
untuk
melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang dikehendaki. Bisa juga diartikan dengan cara kerja yang bersitem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan (Departemen Pendidikan, 2003:740). 3.
Sorogan Sorogan berasal dari kata sorog (bahasa jawa), yang berarti menyodorkan, setiap santri menyodorkan kitabnya dihadapan kiai atau pembantunya (badal, asisten kiai).Sistem sorogan ini termasuk belajar secara individual, di mana seorang santri berhadapan dengan seorang guru, dan terjadi interakasi saling mengenal di antara keduanya (Departemen Agama, 2003: 38).
7
4.
Mempelajari Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia mempelajari adalah sesuatu yang didalami dengan bersungguh-sungguh (Departemen Pendidikan, 2007: 17).
5.
Safinatun Najah Safinatun Najah adalah sebuah kitab ringkas mengenai dasardasarilmu fikih menurut mazhab Syafi'i.Kitab ini ditujukan bagi pelajar dan pemula sehingga hanya berisikesimpulan hukum fikih saja tanpa menyertakan dalil dan dasar pengambilan dalil dalam penetapan hukum. Kitab ini ditulis oleh Salim bin Sumair alHadhrami seorang ulama asal Yaman yang wafat di Jakarta pada abad ke-13 H. Kitab ini populer di kalangan pondok-pondok pesantren danmasuk sebagai salah satu materi kurikulum dasarnya (id.wikipedia.org diunduh 13 November 2014). Jadi dapat disimpulkan bahwa metode sorogan adalah metode yang dilaksanakan santri dalam proses pembelajaran di pondok pesantren yang bersifat individual. Dan metode ini merupakan salah satu metode yang masih diterapkan pada santri pemula di Pondok Pesantren Zumrotut Tholibin Mojo Andong Kabupaten Boyolali dalam proses pembelajaran.
F. Metode Penelitian Dalam suatu penelitian, metode mutlak diperlukan karena merupakan cara yang teratur dan sistematis untuk mencapai suatu tujuan
8
yang diharapkan. Metode ini diperlukan agar hasil penelitian dapat diperoleh secara optimal. 1.
Pendekatan dan Jenis Penelitian Pendekatan penelitian yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Pendekatan kualitatif merupakan suatu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati (Moleong, 2003:90).Penelitian ini disebut penelitian kualitatif karena sifat data yang dikumpulkan bercorak kualitatif dengan jenis penelitian studi kasus di lapangan.
2.
Kehadiran Peneliti Dalam penelitian kualitatif peneliti merupakan instrumen utama pengambil data.Peneliti merupakan perencana, pelaksana pengumpulan data, analisis, penafsir data, dan pada akhirnya peneliti menjadi pelapor hasil penelitiannya. Pengertian instrumen atau alat penelitian di sini tepat karena peneliti menjadi segalanya dalam proses penelitian. Namun, instrumen penelitian di sini dimaksudkan sebagai alat pengumpul dataseperti tes pada penelitian kualitatif (Moleong, 2009:168).
3.
Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Pondok Pesantren Zumrotut Tholibin. Jln. PesantrenNo. 04 Karang Joho, Mojo, Kecamatan Andong Kabupaten Boyolali. 9
Pemilihan lokasi tersebut karena, di Pondok Pesantren Zumrotut Tholibin Mojo Andong Kabupaten Boyolali salah satu pondok pesantren yang masih menerapkan metode sorogan dalam pembelajaran sesuai dengan tema yang sedang penulis teliti. 4.
Sumber Data Sumber data dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata, dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Berkaitan dengan hal itu pada bagian ini jenis datanya dibagi dalam kata-kata dan tindakan, sumber data tertulis, foto dan statistik. (Moleong, 2009 : 157) Jenis-jenis data diatas digolongkan menjadi dua yaitu sumber data primer dan sekunder.Sumber data primer adalah sumber data yang dikumpulkan langsung dari informan utama yaitu, Ibu Hj. Sutijah selaku pengasuh Pondok Pesantren putri Zumrotut Tholibin Mojo Andong Kabupaten Boyolali. Sedangkan sumber data sekunder adalah sumber data yang mendukung penelitian seperti dari santri, pengurus, ustadz, danjuga bahan-bahan pustaka dan dokumentasi lapangan.
5.
Prosedur Pengumpulan Data Untuk mempermudah proses penelitian, peneliti menggunakan beberapa metode pengumpulan data, sebagai berikut:
10
a.
Interview/wawancara Menurut
Esterberg
(2002)
wawancara
merupakan
pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikontruksikan makna dalam suatu topik tertentu (Sugiyono, 2014 : 317). Sedangkan menurutDudung Abdurrahman (2003: 10) wawancara adalah suatu metode penelitian yang meliputi pengumpulan data melalui interaksi verbal langsung anatara pewawancara
dengan
responden,
pengumpulan
data
ini
dilakukan dengan bertanya, namun dalam pelaksanaanya, ada 2 (dua) cara dilakukan yaitu secara lisan dan mengunakan tulisan. Dengan metode ini peneliti dapat memperoleh keterangan tentang data yang dibutuhkan secara lebih luas.Selanjutnya data yang
diperoleh
bisa
disaring
dan
dipergunakan
sesuai
kebutuhan. Dalam penelitian ini jenis wawancara yang dilakukan adalah pendekatan menggunakan petunjuk umum wawancara. Jenis wawancara ini mengharuskan pewawancara membuat kerangka dan garis besar materi yang dirumuskan dan tidak perlu ditanyakan secara berurutan (Moleong, 2009:187) Oleh karena itu, sebelumnya peneliti menyusun pedoman interview untuk mempermudah jalannya wawancara.
11
b.
Metode Observasi Agar data-data sesuai dengan kenyataan dan tujuan yang diharapkan, maka perlu digunakan tekhnik pengumpulan data yaitu observasi. Observasi merupakan suatu pengamatan, meliputikegiatan pemuatan perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh panca indra (Arikunto 1997: 133). Sedangkan menurut Hadi (1994 : 136), observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematis fenomenafenomena yang diselidiki. Adapun jenis observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah pemeran serta sebagai pengamat. Di sini peneliti tidak sepenuhnya menjadi pemeran serta, hanya sebagai anggota purapura dan tidak melebur dalam arti sesungguhnya (Moleong, 2009:177). Metode ini dilakukan penulis dengan mengamati ustadz yang menggunakan metode sorogan dalam proses belajar dan mengajar. Dalam hal ini penulis akan mengamati langsung agar mendapatkan data yang lebih akurat.
c.
Dokumentasi Dokumentasi berasal dari kata dokumen, yang artinya barang-barang tertulis.Dalam penggunaan metode dokumen ini, guna menyelidiki benda-benda tertulis, seperti buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian,
12
buku administrasi yang lain dan sebagainya (Arikunto, 1997: 135). Metode ini penulis gunakan untuk memperoleh data tentang struktur organisasi, atau keadaan yang berkaitan yang sesuai dengan keadaan dilapangan, baik melalui buku, papan monografi atau yang lainnya. 6.
Analisis Data Analisis data menurut Bogdan (1980), adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain. Analisis data dilakukan dengan mengorganisasikan data, menjabarkan kedalam unit-unit, menyusun ke dalam suatu pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan yang dapat diceritakan kepada orang lain (Sugiyono, 2014 : 334). Menurut Bogdan dan Biklen analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan
dengan jalan
bekerja
dengan
data,
mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain (Moleong, 2009: 248). Tujuan analisis data adalah untuk
13
menyederhanakan seluruh data yang terkumpul, menyajikannya dalam suatu susunan yang sistematis, kemudian mengolah dan menafsirkan atau memaknai (Imam danTobroni, 2003: 134). Metode analisis data yang penulis gunakan adalah metode analisis data kualitatif, yaitu data yang berbentuk uraian kemudian penulis tafsirkan untuk mendapatkan makna yang terkandung. Dengan menggunakan metode ini tidaklah dimaksudkan untuk memperoleh penelitian yang baru akan tetapi hanya mendapatkan kejelasan atau penjelasan suatu pengertian tertentu dari penelaahan obyek penelitian. Metode yang digunakan untuk membahas sekaligus sebagai kerangka pikir pada penelitian adalah sebagai berikut : a.
Reduksi Data Mereduksi data adalah merangkum, memilih hal-hal pokok, mengfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu (Sugiyono, 2014: 338). Dalam reduksi data, penulis mengumpulkan data hasil wawancara ataupun informasi lain dari hasil observasi sesuai dengan tipologi data tersebut. Hasil data ataupun informasi yang diperoleh disusun secara sistematis dan identifikasi secara sederhana agar memperoleh gambaran yang sesuai dengan tujuan penelitian.
14
b.
Menyusun Kategorisasi Kategorisasi merupakan upaya memilih-milih setiap satuan kedalam bagian-bagian yang memiliki kesamaan (Moleong, 2009:
288).
Penulis
kemudian
mengklasifikasikan
atau
mengolah berdasarkan katagori masing-masing menurut fokus masalahnya. c.
Sintesisasi Mensintesiskan merupakan mencari kaitan antara satu kategori dengan kategori lainnya (Moleong, 2009: 289). Penulis melakukan penanganan suatu objek tertentu dengan cara menggabung-gabungkan pengertian yang satu dengan yang lainnya, sehingga menghasilkan pengertian yang baru. Dengan demikian sintesis dilakukan dengan pendekatan deskriptif.
7.
Pengecekan Keabsahan Data Untuk menguji keabsahan data yang diperoleh, penulis menggunakan cara ketekunan dan keajegan pengamatan serta triangulasi
yaitu
teknik
pemeriksaan
keabsahan
data
yang
memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu (Moleong, 2009: 330). Dalam pelaksanaannya peneliti membandingkan data dari informan primer dengan informan lain, hingga data benar-benar dapat teruji kebenarannya.
15
8.
Tahap-tahap Penelitian a.
Penelitian Pendahuluan Penulis mengkaji buku-buku yang berkaitan dengan topik penelitian, kemudian menyusun kerangka atau bahan untuk memulai penelitian.
b.
Pengembangan desain Setelah data-data dari buku terkumpul, barulah penulis melaksanakan observasi ke lapangan untuk mencocokkan hasil temuan pustaka dengan realita di lapangan.
c.
Penelitian lapangan Penulis melakukan penelitian di lapangan, dan mengambil data-data yang dibutuhkan dalam penelitian, kemudian data tersebut dianalis dan dilaporkan.
G. Sistematika Penelitian Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas dan untuk mendapatkan suatu karya ilmiah yang baik, maka diperlukan suatu cara penulisan yang baik sehingga isi dari hasil penelitian tidak melenceng dari apa yang sudah direncanakan dan ditetapkan dalam batasan masalah yang di teliti.Oleh karena itu, perlu adanya sistematika penulisan yang baik dan terarah yang terdiri dari lima pembahasan sebagai berikut : Bab pertama, marupakan pendahuluan yang didalamnya terdiri atas latar belakang masalah, fokus penelitian, tujuan dan kegunaan penelitian, penegasan istilah, metode penelitian dan sistematika pembahasan.Bab
16
pendahuluan ini dimaksudkan sebagai kerangka acuan dalam penulisan skripsi, sehingga dapat dijelaskan secara sistematika sesuai dengan prosedur yang telah ditentukan. Babkedua,membahas tentang sub bab yaitu: pertama tinjauan tentang pondok pesantren. Kedua, tinjauan tentang metode sorogankitab Safinatun Najah. Bab ketiga,marupakan pembahasan tentang gambaran umum PP. Zumrotut Tholibin Mojo Andong Kabupaten Boyolalimeliputi profil PP.Zumrotut Tholibin, sejarah PP.Zumrotut Tholibindan keadaan dan letak geografis PP.Zumrotut Tholibin, Struktur organisasi kepengurusan PP.Zumrotut Tholibin putri, program kegiatan PP.Zumrotut Tholibin, kalender pendidikan PP.Zumrotut Tholibin, peraturan PP.Zumrotut Tholibin putri, jadwal pembelajaran sorogan dan bandongan PP. Zumrotut Tholibin putri, sarana dan prasarana PP. Zumrotut Tholibin putri, keadaan ustadz dan santri PP.Zumrotut Tholibin putri,dan temuan data penelitian. Bab keempat, membahas tentang hasil penelitian dan memuat hasil penelitian di lapangan sesuai dengan yang ada dalam fokus masalah. Pembahasan meliputi implementasi metodesorogan dalam memahami Kitab Safinatun Najah di PP. Zumrotut Tholibin, kelebihan dan kekurangan metode sorogan dalam mempelajari Kitab Safinatun Najah di PP. Zumrotut Tholibin.
17
Bab kelima, marupakan bab penutup yang didalamnya berisi kesimpulan dan saran-saran, yang diharakan dapat menarik intisari dari pembahasan pada bab-bab sebelumnya.
18
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan tentang Metode Sorogan Kitab Safinatun Najah 1.
Pengertian Metode Sorogan Menurut Arifin, dalam buku Pendidikan Islam Kajian Teoritis dan Pemikiran Tokoh, istilah metode secara bahasa sering diartikan “cara”. Kata “metode” berasal dari dua perkataan, meta dan hodos berarti jalan atau cara. Metode berarti cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan (Gunawan, 2014: 225). Dalam bahasa Arab metode disebut thariqatyang berarti langkah-langkah strategis yang dipersiapkan untuk melakukan suatu pekerjaan. Sedangkan secara terminologi metode adalah sebuah cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan pembelajaran dengan peserta didik, pada saat berlangsung proses pembelajaran secara efektif dan efisien juga untuk mencapai tujuan yang ditentukan (Gunawan, 2014: 255-257). Tayar Yusuf dan Syaiful Anwar (Arief, 2002: 109) mengatakan bahwa ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam memilih dan mengaplikasikan sebuah metode pengajaran: a.
Tujuan yang hendak dicapai.
b.
Kemampuan guru.
c.
Anak didik.
d.
Situasi dan kondisi pengajaran di mana berlangsung.
19
e.
Fasilitas yang tersedia.
f. Kebaikan dan kekurangan sebuah metode. Metode dalam pengajaran dipilih dan digunakan atas dasar tujuan dan bahan pengajaran.Peranan metode sebagai alat untuk menjelaskan bahan pembelajaran agar sampai kepada tujuan pengajaran.Metode pengajaran dipilih sesuai karakteristik peserta didik, situasi dan waktu berlangsungnya pengajaran serta sarana prasarana yang ada, agar pengajaran dapat efaktif dan efisien. Sorogan berasal dari kata sorog (bahasa Jawa), yang berarti menyodorkan atau menyerahkan (Depag, 2003: 38).
Sorogan
artinya seorang santri menghadap kiai dengan dengan membawa kitab yang akan diajarkannya (Muhtarom, 2005: 178). Sedangkan menurut Muhaimin, metode sorogan adalah semacam sistem metode Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) yang santri aktif memilih kitab, biasanya kitab kuning, yang akan dibaca, kemudian membaca dan menerjemahkannya dihadapan kiai, sementara itu kiai mendengarkan bacaan santri itu dan mengkoreksi bacaan atau terjemahnya jika diperluan ( 2007: 68-69 ). Lebih lanjut Zamkhsyari Dhofier, menjelaskan bahwa metode sorogan ialah seorang santri mendatangi kiai atau ustadz yang akan membacakan beberapa baris Al-Qur‟an atau kitab-kitab bahasa Arab dan menerjemahkan kata demi kata ke dalam bahasa tertentu yang pada gilirannya santri mengulangi dan menerjemahkan kata perkata
20
sepersis mungkin seperti yang dilakukan kiai atau ustadznya. Sistem penerjemahan dibuat sedemikian rupa sehingga para santri diharapkan mengetahui baik arti maupun fungsi kata dalam suatu kalimat bahasa Arab. Dengan demikian para santri dapat belajar tata bahasa Arab langsung dari kitab-kitab tersebut ( 2011:53 ). Dalam sejarah Islam metode sorogan lebih dikenal dengan sistem pendidikan “kuttai” sementara di dunia barat dikenal dengan metode tutorship dan mentorship. Pada prakteknya si santri diajari dan dibimbing bagaimana cara membacanya, menghafalnya atau lebih jauh lagi menerjemahkan atau menafsirkannya. Sistem penerjemahan dibuat sedemikian rupa sehingga diharapkan santri memahami sruktur kalimat dan artinya. Sebagai contoh dalam penerjemah
bahasa
Jawa,
kata
“utawi”
digunakan
untuk
menunjukkan bahwa perkataan tersebut adalah mubtada, sedangkan kata “ iku” digunakan untuk menunjukkan bahwa perkataan tersebut adalah khabar. Sedangkan kata “wis” untuk menunjukkan bahwa kalimat itu adalah fiil madhi( Arief, 2002: 150-153 ). Pelaksanaan metode sorogan guru dan murid harus sama-sama aktif.Oleh karena itu ketika pelajaraan sedang berlangsung maka terjadi interaksi belajar-mengajar secara langsung, tatap muka. Sebagai seorang guru kiai harus aktif dan selalu memperhatikan kemampuan santri dalam membaca dan memahami kitab, dan di lain
21
pihak seorang santri harus selalu siap untuk menjawab pertanyaan yang diajukan oleh kiai atau santri yang lain ( Nasir 2005: 112-113). Oleh karena itu inti dari metode ini adalah berlangsungnya proses belajar mengajar (PBM) secara face to face, antara guru dan murid. 2.
Dasar Metode Sorogan Metode sorogan didasari atas peristiwa yang terjadi ketika Rasuluallah saw. atau pun Nabi Saw.- Nabi Saw. lainnya menerima ajaran dari Allah Swt. melalui malaikat Jibril mereka langsung bertemu satu persatu, yaitu antara malaikat Jibril dan para Nabi Saw. Saw tersebut. Sehingga pantaslah Rasulullah saw bersabda:
ِ ) س َن تَأ ِْديْبِي ( احديث َ اَ َدبَني َربّ ِي فَاَ ْح
Artinya : “Tuhanku telah mendidiku, sehingga menjadikan baik pendidikanku”(HR. Ibnu Taimiyyah) Berdasarkan
kepada
Hadis
diatas,
bahwa
Rasulullah
Saw.secara langsung telah mendapat bimbingan dari Allah Swt. dan kemudian praktek pendidikan seperti ini dilakukan oleh beliau bersama para sahabatnya dalam menyampaikan wahyu kepada mereka ( Arief, 151: 2002). Dalam metode ini ustadz atau guru memperlakukan berbeda antara santri satu dengan yang lain. Perlakuan itu disesuikan dengan kemampuan santri masing-masing. Sehingga terjadi interaksi atau hubungan yang erat antara guru dan santri.
22
3.
Teknik Metode Sorogan Sorogan dilaksanakan dengan cara seorang santri menghadap kiai dengan membawa kitab yang akan diajarkannya. Kiai membacakan kitab kalimat demi kalimat.Kemudian diterjemahkan kedalam bahasa Jawa. Santri menyimak dan ngesahi kitabnya sendiri lalu kiai menyuruh santri untuk mengulang apa yang telah disampaikan kiai agar mendapatkan pengesahan ( Muhtarom, 2005: 178). Sistem sorogan ini termasuk penerapan sistem pembelajaran dengan pendekatan individual. Seorang santri berhadapan dengan seorang guru, dan terjadi interaksi saling mengenal diantara keduanya ( Depag, 2003: 38). Menurut Zamakhsyari Dhofier (2011: 54-55) metode sorogan merupakan bagian yang paling sulit dari keseluruhan metode pendidikan pesantren, sebab metode sorogan menuntut kesabaran, kerajinan, ketaatan dan disiplin pribadi guru pembimbing dan murid.Metode sorogan terbukti sangat efektif sebagai taraf pertama bagi seorang murid yang bercita-cita sebagai alim.Metode ini memungkinkan seorang guru mengawasi, menilai, dan membimbing secara maksimal kemampuan seorang murid dalam menguasai bahasa Arab. Metode pembelajaran ini juga sangat bermakna karena santri akan merasakan hubungan ketika berlangsung kegiatan pembacaan kitab di hadapan kiai. Mereka tidak hanya diarahkan dan dibimbing
23
cara
membacanya
saja
akan
tetapi
dapat
dievaluasi
juga
perkembangan kemampuannya (Depag, 2003: 39). a.
Tahap Persiapan Ada beberapa hal yang perlu di persiapkan sebelum kegiatan pembelajaran dengan metode sorogan dilakukan, baik oleh kiai atau ustadz maupun santri (Astuti, 2007: 48) sebagai berikut: 1) Penentuan mata pelajaran, kitab, bab atau bagian yang berisi jenis materi sesuai tingkatan dan sesuai dengan mata pelajaran. 2) Menentukan
waktu,
hari,
jam,
tempat
kegiatan
pembelajaran untuk setiap minggu, sebulan dan dalam waktu semester oleh penanggung jawab program, tutor, nara sumber teknis, dan santri. 3) Santri dengan bimbingan ustad atau kiai memilih kitab tertentu yang akan dipelajarinya. 4) Pendataan
nama-nama
santriyang
berada
dibawah
bimbingan ustad atau kiai untuk tingkat dan mata pelajaran tertentu. Hal ini untuk mendata tingkat aktivitas dan perkembangan kemampuan santri waktu berikutnya. 5) Santri menyiapkan kitab yang akan dipelajarinya beserta alat-alat meliputi pulpen serta buku tulis yang berfungsi untuk mencatat hal-hal yang penting.
24
b.
Tahap Pelaksanaan Adapun langkah-langkah pelaksanaan metode sorogan dalam buku
Pondok
Pesantren
dan
Madrasah
Diniyah
Pertumbuhan dan Perkembangannya (2003: 38) sebagai berikut: 1) Seorang santri yang mendapat giliran menyorogkan kitabnya
menghadap
langsung
secara
tatap
muka
kepada kiai atau ustadz pengampu kitab tersebut. 2) Kiai atau ustadz tersebut membacakan teks dalam kitab dengan huruf Arab yang dipelajari. 3) Santri dengan tekun mendengarkan dan mencatat apa yang dibacakan kiai atau ustadznya dan mencocokannya dengan kitab yang dibawanya. 4) Santri kemudian menirukan kembali apa yang telah disampaikan oleh kiai atau ustadznya. Pelaksanaan metode sorogan menurut H. Aboebakar Aceh yang dituliskan dalam bukuMencari Tipologi Format Pendidikan Ideal karya Ridlwan Nasir (2005: 111) sebagai berikut: “Pelaksanaan metode sorogan di pondok pesantren dapat dilukiskan dengan guru atau kiai biasanya duduk di atas sepotong sajadah atau sepotong kulit kambing atau kulit biri-biri, dengan sebuah atau dua bantal dan beberapa jilid kitab di sampingnya yang diperlukan, sedang muridmuridnya duduk mengelilinginya, ada yang bersimpul, ada yang bertopang dagu, bahkan sampai ada yang sampai bertelungkupsetengahberbaring, sesuka-sukanya mendengarkan sambil melihat lembaran kitab yang dibacakan gurunya. Sepotong pensil murid-muridnya itu menuliskan catatan-catatan dalam kitabnya mengenai arti atau keterangan yang lain. Sesudah guru membaca kitab25
kitab arab yang gundul tidak berbaris itu, menterjemahkan dan memberikan keterangan yang perlu, maka dipersilahkan salah seorang murid membaca kembali matan, lafadz yang telah diterangkannya itu. Dengan demikian murid-murid itu terlatih dalam pimpinan gurunya tidak saja dalam mengartikan naskah-naskah Arab itu, tetapi juga dalam membaca bahasa Arab itu dengan menggunakan pengetahuan ilmu bahasanya atau nahwu.Demikian ini dilakukan bergilir-gilir dari pagi hingga petang, yang diikuti oleh murid-murid yang berkepentingan sampai kitab ini tamat dibacanya.” c.
Evaluasi Sebuah pengajaran pastinya memiliki evaluasi yang bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh hasil yang telah dicapai dalam proses pendidikan dan pengajaran yang telah dilaksanakan dan untuk mengetahui apakah seorang peserta didik sudah layak untuk terjun ke masyarakat atau melanjutkan ke lembaga pendidikan yang lebih tinggi (Muhtarom, 2005: 182). Untuk mengevaluasi kemampuan santri menurut Astuti (2007: 51) dalam pembelajaran dengan menggunakan metode sorogan, biasanya dilakukan dengan kegiatan berikut: 1) Santri disuruh menjelaskan teks materi bab, bagian, topik, dan kitab yang telah dibahas pada pertemuan sebelumnya. Jika santri berhasil menerangkan dengan betul, pelajaran pada bab, bagian, topik berikutnya baru dapat diberikan. Jika sebaliknya, santri diharuskan mempelajari kembali (mengulang). Atau dengan cara santri membaca kitab,
26
sementara kiai/ustadz yang sudah “mumpuni” menyimak sambil mengkoreksi dan mengevaluasi bacaan serta penampilan seorang santri. 2) Jika materi pembelajaran yang dipelajari dalam tatap muka dianggap telah dikuasaidengan baik oleh santri, kegiatan pembelajaran dapat dimulai dengan materi bab, bagian, topik baru tanpa terlebih dahulu meminta santri untuk menjelaskan isi materi bab, bagian, topik yang dipelajari dalam pertemuan yang lalu. Dengan demikian, kegiatan evaluasi dapat dilakukan sewaktu-waktu, jika menuntut kiai atau ustadz diperlukan untuk mengecek materi-materi yang telah dipelajari beberapa pertemuan yang lampau. 4.
Kitab Safinatun Najah a.
Sekilas Kitab Safinatun Najah Safinatun Najah adalah sebuah kitab ringkas mengenai dasar-dasar ilmu fikih menurut mazhab Syafi'i. Kitab ini ditujukan bagi pelajar dan pemula sehingga hanya berisi kesimpulan hukum fikih saja tanpa menyertakan dalil dan dasar pengambilan dalil dalam penetapan hukum. Kitab ini ditulis oleh Salim bin Sumair al-Hadhrami seorang ulama asal Yaman yang wafat di Jakarta pada abad ke-13 H. Kitab ini populer di kalangan pondok-pondok pesantren dan masuk sebagai salah
27
satu materi kurikulum dasarnya (https: //id.m.wikipedia.org diunduh desember 2014). Kitab Safinah memiliki nama lengkap "Safinatun Najah Fiima Yajibu `ala Abdi Ii Maulah" (perahu keselamatan di dalam mempelajari kewajiban seorang hamba kepada Tuhannya). Kitab ini walaupun kecil bentuknya akan tetapi sangatlah besar manfaatnya. Di setiap kampung, kota dan negara hampir semua orang mempelajari dan bahkan menghafalkannya, baik secara individu maupun kolektif. Di berbagai negara, kitab ini dapat diperoleh dengan mudah di berbagai lembaga pendidikan. Karena baik para santri maupun para ulama sangatlah gemar mempelajarinya dengan teliti dan seksama )kmnu-itb.weebly.com diunduh 30 juni 2015). Hal ini terjadi karena beberapa faktor, di antaranya: 1) Kitab ini mencakup pokok-pokok agama dimulai dengan bab dasar-dasar syari'at, kemudian bab bersuci, bab shalat, bab
zakat
dan
bab
puasa
yang
lengkap
dengan
keterangannya. 2) Kitab ini disajikan dengan bahasa yang mudah, susunan yang ringan dan redaksi yang gampang untuk dipahami serta dihafal. Seseorang yang serius dan memiliki kemauan tinggi akan mampu menghafalkan seluruh isinya hanya dalam masa dua atau tiga bulan atau mungkin lebih cepat.
28
3) Kitab ini ditulis oleh seorang ulama yang terkemuka dalam berbagai bidang ilmu keagamaan, terutama fiqh dan tasawwuf. Yang sangat menarik, orang lebih mengenal nama kitabnya dari pada nama penulisnya. Hal yang demikian itu mungkin saja berkat keikhlasan dan ketulusan penulis. 4) Kitab ini menjadi acuan para ulama dalam memberikan pengetahuan dasar agama bagi para pemula. Di Hadramaut Yaman, Madinah, Mekkah dan kota lainnya. 5) Kitab ini membicarakan hal-hal yang selalu menjadi kebutuhan seorang muslim dalam kehidupan sehari-hari, sehingga semua orang merasa perlu untuk mempelajarinya. 6) Kitab Safinah ini dengan izin Allah SWT. dan atas kehendak-Nya telah tersebar secara luas di kalangan para pecinta ilmu fiqih terutama yang menganut Madzhab Imam Syafi'i ra. Kitab ini dikenal di berbagai negara baik Arab maupun Ajam seperti Yaman, Mekkah, Madinah, Jeddah, Somalia, Ethiopia, Tanzania, Kenya, Zanjibar, dan di berbagai belahan negara-negara Afrika. Namun demikian perhatian yang paling besar terhadap kitab ini telah diberikan oleh para ulama dan pecinta ilmu, yang hidup di semenanjung
Melayu
termasuk
Indonesia,
Singapura, dan negara-negara lainnya.
29
Malaysia,
7) Kitab ini juga telah diterjemahkan dalam berbagai bahasa asing seperti Indonesia, Melayu, Sunda, India, Cina, dan lainnya. b.
Biografi Penulis Penulis Kitab Safinatun Najah adalah seorang ulama besar yang sangat terkemuka yaitu Syekh Salim bin Abdullah bin Saad bin Sumair Al Hadhrami. Beliau adalah seorang ahli fiqh dan tasawuf yang bermdzhab Syafi'i.Selain itu, beliau adalah seorang pendidik yang dikenal sangat ikhlas dan penyabar, seorang qodhi yang adil dan zuhud kepada dunia, bahkan beliau juga seorang politikus dan pengamat militer negara-negara Islam.Beliau dilahirkan di desa Dziasbuh, yaitu sebuah desa di daerah Hadramaut Yaman, yang dikenal sebagai pusat lahirnya para ulama besar dalam berbagai bidang ilmu keagamaan. Sebagaimana para ulama besar lainnya, Syekh Salim memulai pendidikannya dengan bidang Al-Qur'an di bawah pengawasan ayahandanya yang juga merupakan ulama besar, yaitu Syekh
Abdullah bin Sa'ad bin Sumair. Dalam waktu yang
singkat Syekh Salim mampu menyelesaikan belajarnya dalam bidang Al-Qur'an tersebut, bahkan beliau meraih basil yang baik dan prestasi yang tinggi. Beliau juga mempelajari bidang-bidang lainnya seperti halnya ilmu bahasa arab, ilmu fiqih, ilmu ushul, ilmu tafsir, ilmu tasawuf, dan ilmu taktik militer Islam. Ilmu-
30
ilmu tersebut beliau pelajari dari para ulama besar yang sangat terkemuka pada abad ke-13 H di daerah Hadhramaut, Yaman (http://www.ummulqura.sch.id diunduh 17 desember 2014). c.
Isi Kitab Safinatun Najah Dalam buku Kitab Matan Safinatun Najah karya Salim bin Smeer Al Hadhrami,isi Kitab Safinnatun Najahsebagai berikut: 1) Membahas tentang aqidah yang mencakup rukun iman, rukun Islam, makna Lafal Laa Ilaaha Illallah dan tandatanda baligh. 2) Mengenai
thoharoh
(bersuci)
yang
mencakup
cara
berwudlu, tayamum, istinja‟, beberapa hal yang mewajibkan mandi, fardhu-fardhu mandi, syarat-syarat wudhu, larangan bagi orang yang junub, macam-macam najis, haid dan nifas. 3) Membahas tentang shalat yang mencakup rukun-rukun shalat, waktu-waktu shalat, batalnya shalat, shalat qosar maupun jamak dan tentang khutbah. 4) Membahas tentang mengurus mayat yang mencakup cara memandikan mayat, mengkafani mayat, menyalati mayat, mengubur mayat dan alasasan digalinya mayat. 5) Membahas tentang zakat yang mencakup harta-harta yang wajib dizakati.
31
6) Membahas
tentang puasa yang mencakup
wajibnya
puasa,batalnya puasa, syarat sahnya puasa, dan rukun puasa, wajibnya kafarat dan macam-macam Ifthar. B. Tinjauan Pondok Pesantren 1.
Pengertian Pondok Pesantren Pondok pesantren merupakan dua kata yang memiliki arti satu paduan makna yang secara umum telah diketahui bahwa pondok pesantren adalah suatu tempat yang berupa asrama dan madrasah yang digunakan untuk mempelajari, mengkaji, dan mendalami ilmuilmu agama Islam. Namun sebenarnya dua kata tersebut memiliki arti sendiri-sendiri ( Siddiqoh, 2011:32). Menurut Zamakhsyari Dhofier istilah pondok berasal dari pengertian asrama-asrama para santri atau tempat tinggal yang dibuat dari bambu, atau barangkali berasal dari kata Arab, funduq, yang artinya hotel atau asrama (2011: 41). Pesantren menurut istilah beberapa para ahli pada mulanya lebih dikenal di Pulau Jawa karena pengaruh pendidikan Jawa kuno, yang dikenal dengan sistem pendidikan asrama yakni kiai dan santri hidup bersama (Haryanto, 2012: 39). Perkataan pesantren berasal dari kata santri, yang dengan awalan pe di depan dan akhiran an berarti tempat tinggal para santri. Profesor Johns berpendapat bahwa istilah santri berasal dari bahasa Tamil, yang berarti guru mengaji, sedangkan C.C. Berg berpendapat
32
bahwa istilah tersebut berasal dari istilah shastri yang dalam bahasa India berarti orang yang tahu buku-buku suci agama Hindu, atau sarjana ahli kitab suci agama Hindu.Kata hastri berasal dari kata shastra yang berarti buku-buku suci, buku-buku agama, atau buku-buku tentang ilmu pengetahuan (Dhofier, 2011: 41). Pengajaran
di
pondok
pesantren
mencakup
ilmu-ilmu
keislaman yang disampaikan kepada santri melalui metode dan teknik yang khas yang diajarkan oleh kiai dan dibantu oleh ustad (Halim, dkk 2005: 247).Dan menurut Haryanto (2012: 40) kegiatan dalam pondok pesantren mencakup “Tri Darma Pondok Pesantren” yaitu: a.
Keimanan ketaqwaan kepada Allah SWT.
b.
Pengembangan keilmuan yang bermanfaat.
c.
Pengabdian terhadap agama, masyarakat dan negara. Pondok pesantren pada dasarnya adalah lembaga pendidikan
Islam yang dilaksanakandengan sistem asrama (pondok). Kiai (encik, ajengan atau tuan guru sebagai tokoh ulama), dan masjid atau musola sebagai pusat lembaganya (Haryanto, 2012: 39).Seperti halnya menurut Zubaedi pondok pesantren merupakan asrama pendidikan Islam tradisional dimana para siswanya tinggal bersama dan belajar ilmu-ilmu keagamaan dibawah bimbingan seorang guru yang lebih dikenal dengan sebutan kiai (2007: 16). 2.
Unsur-unsur Pondok Pesantren
33
Sebuah lembaga pendidikan dapat disebut sebagai pondok pesantren apabila didalamnya terdapat sedikitnya lima unsur, yaitu: a.
Kiai Kiai merupakan unsur paling penting dari sebuah pondok pesantren.Karena kiai merupakan seorang pendiri dari pondok pesantren.Sudah sewajarnya bahwa pertumbuhan suatu pondok pesantren semata-mata tergantung kepada kemampuan pribadi kiainya. Figur kiai menjadi sosok kunci bagi santri di pondok pesantren tradisional menurut Sartono Kartodirjo, sebagaimana dikutip, oleh Sukamto dalam buku karya Muhtarom (2005: 55) sebagai berikut: “Kiai- kiai pondok pesantren, dulu dan sekarang dapat membentuk kehidupan sosial, kultural dan keagamaan warga muslim. Pengaruh kiai sendiri terhadap kehidupan santri tidak terbatas pada saat santri masih dipondok pesantren, melainkan pengaruh itu tetap berlaku dalam kurun waktu yang panjang bahkan seumur hidup.“
Corak kehidupan dan pertumbuhan di pondok pesantren tergantung kepada kemampuan pribadi kiainya.Kiai merupakan sumber mutlak dari kekuasan dan kewenangan dalam kehidupan dan lingkungan pondok pesantren (Haedari, 2010: 4-5). Menurut Zamkhsyari Dhofier (2011: 93) usal-usul kata kiai dalam bahasa jawa dipakai untuk tiga jenis gelar yang saling berbeda:
34
1) Sebagai
gelar
kehormatan
bagi
barang-barang yang
dianggap keramat, umpamanya “Kyai Garuda Kencana” dipakai untuk sebutan Kereta Emas yang ada di Keraton Yogyakarta. 2) Gelar kehormatan untuk orang-orang tua pada umumnya. 3) Gelar yang diberikan oleh masyarakat kepada orang ahli agama Islam yang memiliki atau yang menjadi pemimpin pesantren dan mengajarkan kitab-kitab Islam klasik kepada para santrinya. Selain gelar kiai, dia juga sering disebuat seorang alim (orang yang dalam pengetahuan Islamnya). b.
Santri Santri adalah seseorang yang berada di pondok pesantren untuk mempelajari kitab-kitab yang membahas Islam secara dalam dibawah bimbingan kiai.Setelah selesai belajar di pondok pesantren diharapkan dapat menjadi orang pandai yang dapat mengajarkan kitab-kitab para ulama salaf kepada masyarakat dan dapat memimpin masyarakat dalam kegiatan keagamaan (Mas‟ud, 2005: 218). Menurut Iskandar Engku dan Siti Zubaidah ( 2014: 118 ) santri merupakan unsur pokok dari suatu pesantren yang biasanya terdiri dari dua kelompok, yaitu: 1) Santri mukim, yaitu santri yang berasal dari daerah yang jauh dan menetap dalam pondok pesantren. Santri mukim
35
yang paling lama tinggal dipesantren biasanya merupakan satu kelompok tersendiri yang memegang tanggung jawab mengurusi kepentingan pesantren sehari-hari, mereka juga memikul tanggung jawab mengajar santri-santri muda tentang kitab-kitab dasar dan menengah. 2) Santri kalong, yaitu santri-santri yang berasal dari daerahdaerah sekitar pesantren, dan biasanya mereka tidak menetap dalam pesantren. Mereka pulang kerumah masingmasing setiap selesai mengikuti pelajaran di pesantren. Menurut Dhofier (2011 : 89-90) seorang santri pergi dan menetap di podok pesantren karena berbagai alasan: 1) Ia ingin mempelajari kitab- kitab lain yang membahas Islam secara lebih mendalam dibawah bimbingan kiai yang memimpin pesantren. 2) Ia ingin memperoleh pengalaman kehidupan pondok pesantren, baik dalam bidang pengajaran, keorganisasian maupun hubungan dengan pesantren-pesantren terkenal. 3) Ia ingin memusatkan studinya di pondok pesantren tanpa disibukkan oleh kewajiban sehari-hari dirumah keluarganya. Disamping itu, dengan tinggal di pondok pesantren sangat jauh letaknya dari rumahnya sendiri iatidak mudah pulangbalik meskipun kadang-kadang menginginkannya.
36
Berdasarkan penjelasan diatas santri adalah peserta didik yang menuntut ilmu di pondok pesantren yang berperan aktif dalam perkembangan dan kemajuan sebuah pondok pesantren. c.
Pondok / Asrama Pondok atau asrama merupakan ciri khas tradisi pesantren, dimana pondok atau asrama sebagai tempat tinggalnya santri. Pondok merupakan tempat tinggal sekaligus tempat beribadah yang dibangun disekeliling rumah guru atau kiai untuk santri yang berasal dari daerah yang sangat jauh sebagai tempat tinggal selama belajar di pondok pesantren ( Saerozi, 2013: 26). Menurut Zamakhsyari Dhofier (2011: 82-83) ada tiga alasan utama mengapa pondok pesantren harus menyediakan asrama atau pondok bagi para santri: 1) Kemasyhuran seorang kiai dan kedalaman pengetahuannya tentang islam menarik santri-santri dari tempat-tempat yang jauh untuk berdatangan. Untuk dapat menggali ilmu dari kiai tersebut secara teratur dan dalam waktu yang lama, para santri harus meninggalkan kampung halaman dan menetap di dekat kediaman kiai dalam waktu yang lama. 2) Hampir semua pesantren berada di desa-desa. Di desa tidak ada model kos-kosan seperti kota-kota Indonesia pada umumnya dan juga tidak tersedia perumahan yang cukup
37
untuk dapat menampung santri-santri. Dengan demikian perlu ada asrama khusus bagi para santri. 3) Ada sikap timbal balik antara kiai dan santri, di mana para santri menganggap kiainya seolah-olah sebagai bapaknya sendiri sedangkan kiai menganggap para santri sebagai titipan Tuhan yang harus senantiasa dilindungi. Sikap timbale balik ini menimbulkan keakraban dan kebutuhan untuk saling berdekatan terus-menerus. Sikap ini juga menimbulkan perasaan tanggung jawab di pihak kiai untuk dapat menyediakan tempat tinggal bagi para santri. Di samping itu, dari pihak santri tumbuh perasaan pengabdian kepada kiainya, sehingga para kiai memperoleh imbalan dari para santri sebagai sumber tenaga bagi kepentingan pesantren dan keluarga kiai. 4) Disinalah kiai dan santrinya bertempat tinggal. Adanya pondok sebagai tempat tinggal bersama kiai dan para santri, mereka memanfaatkan dalam rangka bekerjasamamemenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, hal ini merupakan pembeda dengan lembaga pendidikan lainnya. d.
Pengajaran Kitab Islam Klasik Unsur pokok lain yang membedakan pesantren dengan lembaga pendidikan lainnya adalah pada pesantren diajarkan kitab-kitab klasikyang dikarang pada ulama terdahulu, mengenai
38
berbagai macam ilmu pengetahuan ilmu agama Islam dan bahasa Arab. Pelajaran dimulai dengan kitab-kitab yang sederhana, kemudian dilanjutkan dengan kitab-kitab tentang berbagai ilmu yang mendalam.Tingkatan suatu pesantren dan pengajarannya, biasanya diketahui dari jenis kitab-kitab yang diajarkan (Zubaidah, 2014: 120). Pengajaran kitab klasik yang ada didalam pondok pesantren merupakan pengajaran yang ada sejak dulu dan masih dibudidayakan hingga saat ini terutama karangan ulama yang menganut faham Syafi‟i merupakan satu-satunya pengajaran formal yang masih diberikan dalam lingkungan pesantren sampai saat ini (Dhofier, 2011:86-87).Kurikulum yang ada di pondok pesantren berbeda-beda, sesuai dengan kondisi daerah, kemauan santri, dan kompetensi keilmuan kiainya.Oleh karena itu dalam tradisi pesantren, adalah lazim jika terjadi perpindahan santri.Selain untuk maksud tabarrukan pada kiai tertentu, perpindahan itu juga untuk memenuhi keperluan spesialisasi ilmu dan menambah wibawa diri santri (Saerozi, 2013: 36). Dalam buku Repoduksi Ulama di Era Globalisasi (Muhtarom, 2005: 117) dituliskan bahwa kitab-kitab klasik yang diajarkan di pondok-pondok pesantren mencakup beberapa macam bidang ilmu pengetahuan keislaman antara lain: 1) Nahwu ( sintaksis Arab) dan saraf (mortofologi)
39
2) Fikih ( hukum Islam) 3) Usul fikih 4) Hadis 5) Tafsir 6) Tauhid (Teologi Islam) 7) Tasawuf (Sufisme) 8) Tarikh (Sejarah Islam) dan balaqoh ( retorik) Kitab-kitab tersebut meliputi teks yang sangat pendek sampai teks yang terdiri dari jilid-jilid tebal mengenai hadist, tafsir, fiqh, usul fiqh dan tasawuf. Kesemuanya dapat digolongkan ke dalam tiga kelompok tingkatan, yaitu: kitab dasar, kitab tingkat menengah, kitab tingkat tinggi (Dhofier, 2011: 87). Kitab-kitab Islam klasik merupakan suatu karangankarangan ulama‟-ulama‟ pada abad terdahulu yang masih dikaji dipondok-pondok pesantren hingga saat ini.Dan dalam mengkaji kitab tersebut melalui tingkatan dasar, menengah dan tingkatan tinggi. e.
Masjid Secara harfiah masjid diartikan sebagai tempat atau tempat yang digunakan untuk beribadah.Masjid adalah tempat shalat berjamaah (orang banyak).Masjid memegang peranan penting dalam penyelenggaraan pendidikan Islami. Karena itu masjid
40
atau surau merupakan sarana yang pokok dan mutlak bagi perkembangan masyarakat Islam ( Zubaidah, 2014:112). Masjid merupakan elemen yang tak dapat dipisahkan dari pesantren dan dianggap sebagai tempat yang paling tepat untuk mendidik para santri, terutama dalam praktik sembahyang lima waktu, khutbah, dan sembayang jum‟at, dan mengajarkan kitabkitab Islam klasik. Para kiai selalu mengajar santri-santrinya dimasjid dan menganggap masjid sebagai tempat yang paling tepat untuk menanakan disiplin para santri dalam mengajarkan kewajiban sembahyang lima waktu, memperoleh pengetahuan agama dan kewajiban agama yang lain (Dhofier, 2011: 85-86). Menurut Moh Roqib (2009: 17) pertimbangan masjid dipilih sebagai alternatif tempat pendidikan karena sebagai berikut: 1) Masjid merupakan tempat yang paling steril dari bau-bau kemusrikan
dengan
tempat
yang
memiliki
nilai
ubudiyahyang tinggi dibanding yang lain. Nilai ibadah akan berlipat karena mencari ilmu dalam konsepsi Islam adalah wajib. 2) Masjid merupakan tempat terbuka untuk berbagai kalangan dengan tanpa membedakan unsur ras, golongan, jenis kelamin dan stratifikasi sosial.
41
3) Didalam masjid ada proses interaksi iman, ilmu dan amal (ibadah) dan juga menolak dikotomi ilmu dan sikap materialistik. 4) Mampu memperkuat tali persaudaraan, persatuan dan cinta kasih antar sesama. 5) Memperteguh integritas kepribadian kesabaran, keberanian untuk ber-amar ma‟ruf nahi mungkar. 3.
Jenis-jenis Pondok Pesantren Dari
tingkat
konsistensi
dengan
sistem
lama
dan
keterpengaruhan oleh sistem modern, secara garis besar pondok pesantren dikatagorikan menjadi tiga bentuk: a.
Pondok pesantren salaf Podok pesantren salafmenurut Zamaksyari Dhofier adalah pendidikan Islam yang mempertahankan pengajaran kitab-kitab klasik (salaf) sebagai inti pendidikan.Sedangakan sistem madrasi diadopsi untuk memudahkan metode sorogan maupun bandongan (Muhtarom, 2005: 263). Pondok pesantren yang menyelenggarakan pembelajaran dengan pendekatan tradisional bagaimana yang telah berlangsung sejak awal pertumbuhannya. Pembelajaran
ilmu-ilmu
agama
Islam
dilakukan
secara
individual atau kelompok dengan konsentrasi pada kitab-kitab klasik, berbahasa Arab (Depag, 2003: 29). b.
Pondok pesantren khalaf
42
Tipe pondok pesantren khalaf adalahtipe pondok pesantren yang mempergunakan sistem madrasi dan sering disebut sebagai pondok pesantren modern.Pondok pesantren menggunakan sistem madrasi, bukan berarti meninggalakan sistem salaf. Hanya saja pondok pesantren khalaf disebut dengan lembaga pendidikan Islam modern lantaran memasukkan pelajaran sekuler atau karena proses pendidikannya menggunakan bahasa Arab dan bahasa Inggris. Kiai yang memimpin bersikap lebih terbuka dan demokrasis dari pada yang dijumpai di pondok salaf(Muhtarom, 2005: 264). c.
Pondok pesantren terpadu Menurut Ronald Lukens Bull menegaskan bahwa tipe pondok pesantren terpadu adalah tipe yang memadukan sistem salaf dengan sistem khalaf.Pemahaman dari istilah iniadalah pondok pesantren tersebut mengajarkan kitab kuning sebagai inti pendidikan dan menggunakan metode sorogan, bandongan, atau waton.Kemudian
dipadu
dengan
sistem
madrasah
yang
memasukkan pelajaran umum (Muhtarom, 2005: 264). 4.
Metode Pembelajaran di Pondok Pesantren Berikut ini beberapa metode pembelajaranyang digunakan di pondok pesantren sebagai berikut:
a.
Sorogan
43
Sorogan berasal dari kata sorog (bahasa Jawa), yang berarti menyodorkan atau menyerahkan (Depag, 2003: 38). Sorogan artinya seorang santri menghadap kiai dengan dengan membawa kitab yang akan diajarkannya (Muhtarom, 2005: 178). Metode ini berlansung dimana seorang santri berhadapan dengan seorang guru, dan terjadi interaksi saling mengenal diantara keduanya. Sistem ini terbukti sangat efektif karena memungkinkan
seorang
guru
mengawasi,
menilai,
dan
membimbing secara maksimal kemampuan seorang santri dalam menguasai materi pembelajaran (Depag, 2003: 38). Menurut Zamakhsyari Dhofier (2011: 54-55) metode sorogan merupakan bagian yang paling sulit dari keseluruhan metode pendidikan pesantren, sebab metode sorogan menuntut kesabaran, kerajinan, ketaatan dan disiplin pribadi guru pembimbing dan murid. b.
Bandongan atau Wetonan Wetonan, istilah weton ini berasal dari kata wektu (bahasa Jawa) yang berarti waktu, sebab pengajian tersebut diberikan pada waktu-waktu tertantu, yaitu sebelum dan atau sesudah melakukan shalat fardlu. Istilah wetonan ini di Jawa Barat disebut dengan bandongan (Depag, 2003: 40). Metode ini dilakukan oleh seorang kiai atau ustad terhadap sekelompok santri untuk mendengarkan atau menyimak apa
44
yang dibacakan kiai dari sebuah kitab. Kiai membaca, menerjemahkan, menerangkan dan sering kali mengulas teksteks kitab berbahasa Arab tanpa harakat (gundul). Dalam penerjemahannya kiai atau ustadz dapat menggunakan berbagai bahasa yang menjadi bahasa utama para santrinya (Depag, 2003:40). Berikut ini syarat-syarat penggunaan metode bandongan agar metode bandongan dalam buku Pengatar Ilmu dalam Metodologi Islam karya Armai Arief (2002: 156) : 1)
Metode ini hanya cocok diberikan pada siswa yang sudah mengikuti sistem sorogan.
2) Murid yang diajarkan sekurang-kurangnya lima orang. 3) Tenaga guru yang mengajar sedikit, sedangkan murid banyak. 4) Bahan yang diajarkan terlalu banyak, sedangkan alokasi waktu sedikit. c.
Musyawarah atau Bahtsul Masa‟il Metode ini dilaksanakan oleh sejumlah santri yang dipimpin langsung oleh kiai atau ustad atau mungkin juga santri senior, untuk membahas atau mengkaji persoalan yang telah ditentukan sebelumnya. Dalam pelaksanaannya para sntri dengan
bebas
mengajukan
pertanyaan-pertanyaan
atau
pendapatnya. Dengan demikian metode ini lebih menitik
45
beratkan pada kemampuan perseorangan di dalam menganalisis dan memecahkan suatu persoalan dengan argument logika yang mengacu pada kitab-kitab tertentu (Depag, 2003: 43). Dalam menggunakan metode Musyawarah atau Bahtsul masa‟il biasanya para kiai atau ustad mempertimbangkan ketentuan-ketentuan berikut: 1) Peserta musyawarah adalah para santri yang berada pada tingkat menengah atau tinggi. 2) Peserta musyawarah tidak memiliki perbedaan kemampuan mencolok.
Ini
dimaksudkan
sebagai
upaya
untuk
mengurangi kegagalan musyawarah. 3) Tidak ada persoalan (materi) yang dimusyawarahkan biasanya ditentukan terlebih dahulu oleh kiai atau ustadz pada pertemuan sebelumnya. 4) Pada beberapa pesantren yang memiliki santri tingkat tinggi, musyawarah dapat dilakukan secara terjadwal sebagai latihan untuk para santri (Depag, 2003: 44). d.
Metode Hafalan Metode ini dilakukan oleh para santri dengan cara menghafal suatu teks tertentu di bawah bimbingan dan pengawasan kiai atau ustadz. Para santri diberi tugas untuk menghafal bacaan-bacaan dalam jangka waktu tertentu. Hafalan yang dimiliki santri ini kemudian disetorkan atau dihalkan
46
dihadapan kiai atau ustadz secara periodik tergantung kepada petunjuk kiai atau ustadz yang bersangkutan(Depag, 2003: 46). e.
Metode Demonstrasi Menurut Syaiful Bahri dan Aswan (2010: 90), metode demonstrasi
adalah
cara
penyajian
pelajaran
dengan
memperagakan atau mempertunjukkan kepada siswa suatu proses, situasi, atau benda tertentu yang dipelajari, baik sebenarnya ataupun tiruan, yang sering disertai dengan penjelasan lisan. Metode demontrasi dilakukan dengan cara memperagakan atau mempraktekan suatu ketrampilan dalam hal pelaksanaan ibadah tertentu yang dilakukan secara perseorangan maupun kelompok dibawah petunjuk atau bimbingan kiai atau ustadz (Depag, 2003:47). 5.
Tujuan dan Fungsi Pondok Pesantren Menurut Profesor Mastuhu tujuan utama pesantren adalah untuk mencapai hikmah kebijaksanaan berdasarkan pada ajaran Islam yang dimaksudkan
untuk
meningkatkan
pemahaman
tentang
arti
kehidupan secara realisasidari peran-peran dan tanggung jawab sosial.Diharapkan setiap santri dapat menjadi orang yang bijaksana dalam menyikapi kehidupan ini dan bisa mejadi orang yang alim, shalih, nasyir al „ilm atau penyebar ilmu (Muhaimin, 2007: 49).
47
Sedangkan
menurut
Arifin
(1995:
12)
bahwa
tujuan
didirikannya pendidikan pondok pesantren pada dasarnya terbagi menjadi dua yaitu: a.
Tujuan Khusus yaitu mempersiapkan para santri untuk menjadi orang alim dalam ilmu agama yang diajarkan oleh kiai yang bersangkutan serta mengamalkan dalam masyarakat.
b.
Tujuan Umum yaitu membimbing anak didik agar menjadi manusia yang berkepribadian Islam yang sanggup dengan ilmu agamanya menjadi mubaligh Islam dalam masyarakat sekitar dan melalui ilmu dan amalnya.
48
BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN A. Gambaran UmumPondok Pesantren Zumrotut Tholibin Untuk mengetahui gambaran umum Pondok Pesantren Zumrotut Tholibin diperlukan penjabaran yang cukup luas agar gambaran umum lembaga ini dapat mudah dipahami dengan jelas. Diantara hal-hal yang dapat dijabarkan dari gambaran umum Pondok Pesantren Zumrotut Tholibin meliputi: sejarah berdirinya, letak geografis pondok pesantren, keadaan pendidik dan keadaan peserta didik serta sarana dan prasarana. 1.
Profil Pondok Pesantren Zumrotut Tholibin Mojo Andong Boyolali Tabel 1.1 Profil Pondok Pesantren Zumrotut Tholibin Nama Alamat
Pondok Pesantren Zumrotut Tholibin Jl. Pesantren No. 04 Karang Joho Mojo Andong Boyolali Kode Pos 57384
Nomer Statistik
042330916004
Akta Notaris
No. 31 R. Soegondo Notodisoeryo Ska. Tgl. 18 Des. Th. 1975
Tahun Berdiri Nama Pendiri Sasaran Pelayanan
1906 KH. Zuhdi Bin Hasan Mermo Pondok Pesantren, Madrasah Diniyah, Madrasah Aliyah dan Madrasah Tsanawiyah Sumber: Dokumen P.P ZMT
2.
Sejarah Pondok Pesantren Zumrotut Tholibin Mojo Andong Boyolali
49
Pondok Pesantren Zumrotut Tholibin berdiri pada tahun 1906 M (ada yang mengatakan tahun 1922 M. Sebab Ponpes Lirboyo berdiri tahun 1910 M oleh KH.Abdul Karim) oleh dua ulama' yang telah mendalami ilmu-ilmu hukum agama, yaitu KH.Zuhdi dari Purwodadi Grobogan dan KH.Muhsin dari Kacangan.Kedua ulama' tersebut pernah nyantri di Ponpes Lirboyo Kediri dan Tebuireng Jombang Jatim.Setelah memperdalam ilmu agama di berbagai pesantren, kedua ulama' tersebut pulang ke kampung halaman dan Kiai Zuhdi muda disuruh membantu perjuangan Kiai Muhsin di Kacangan.Mereka berdua atas izin orangtua dan dukungan masyarakat sekitar akhirnya mendirikan masjid. Setelah masjid berdiri kurang lebih dua tahun kemudian mereka membangun sebuah pondok kecil yang akhirnya diberi nama Zumrotut Tholibin" yang mempunyai arti "kumpulan para siswa/santri". Masyarakat banyak mengenal dengan sebutan "Pondok Kacangan" karena letaknya di DesaKacangan. Sebelum mendirikan masjid dan pondok pesantren, Kiai Zuhdi sudah dikenal oleh masyarakat tentang budi pekertinya, ilmunya, sopan santunnya terhadap masyarakat.Kemudian,
Kiai
Zuhdi
mengadakan
pengajian-
pengajian di rumah mertua dengan pengunjung muda-mudi, anakanak, maupun orang tua Melihat perkembangan dari pengajian tersebut, kemudian atas dorongan masyarakat dan mertua Kiai Zuhdi mendirikan Pondok
50
pesantren.Kemudian dibentuk sistem pengajaran seperti yang telah Beliau
alami
di
pesantren
waktu
beliau
mondok.
Pada umumnya kiai tinggal bersama santrinya dalam satu kompleks.Rumah
kiai
berdekatan
dengan
pondok
dan
masjid.Pelajaran yang diberikan oleh beliau adalah fasholatan, alQur'an, tajwid, tafsir, ilmu kalam, fiqih, ushul fiqih.Metode yang lazim
dilakukan
adalah sorogan,
bandungan,muhawarohdan
masjlis ta'lim.Dalam sejarah, kiai Zuhdi mengajar santri kurang lebih 40 tahun, yaitu dari tahun 1906 sampai beliau wafat pada tahun 1946.Sedang kyai Muhsin mengajar kurang lebih 43 tahun, dari tahun 1906 sampai beliau wafat tahun 1949 yang kemudian diganti oleh anak menantunya dari Kalioso yang bernama kiai Qulyubi. Kiai Qulyubi adalah kiai yang arif dan bijaksana dalam segala hal, paling baik cara menyampaikan pelajaran agama pada santrisantrinya. Beliaulah yang menjadi perhatian dalam masyarakat setempat maupun lain daerah dengan berapi-api. Maka, tak heran pada masa Kyai Qulyubi yang dibantu oleh kiai Zarkasi, kiai Bakran, kiai Ihsanuddin, kiai Thowaf Muslim dan kiai Musa, pondok pesantren Zumrotut Tholibin berkembang dan terkenal. Sampai para pendatang berjumlah ribuan. Para pendatang dari pulau lain yaitu, Sumatera, Kalimantan dan Irian Jaya. Dari daerah antara lain dari Purwodadi, Sragen, Semarang, Bojonegoro,
51
Madiun,dll. Setelah beliau wafat pada tahun 1977, tak berapa lama santri ponpes Zumrotut Tholibin mulai surut.Padahal ustadz-ustadz (kyaikyai) setelah beliau wafat bertambah banyak.Diantaranya adalah KH. Ali Muhammad, KH. Ali Hasan, K. Ali Mukhtar, K. Zainal 'Abidin, K. Nashokha, KH. Muslim Choiri, KH. Muhammad Salman, KH. Salman Markum, dan KH.Sirojuddin. Pada tahun 2005 dimulai pembangunan ponpes dan sekolah umum sebagai basis pendidikan formal. Alhamdulillah pada tahun 2006 bangunan untuk Madrasah Tsanawiyah Ma‟arif dan Madrasah Aliyah Al Azhar (http://ponpeszumro.tripod.com.html di unduh 11 juli 2015). 3.
Keadaan Pondok Pesantren dan Letak Geografis Pondok Pesantren Zumrotut Tholibin terletak di Jalan Pesantren No. 04 dusun Karangjoho RT. 19 RW. 07 Kelurahan Mojo Kecamatan Andong Kabupaten Boyolali. Mengenai batas-batas wilayahnya dapat dilihat sebagai berikut : a.
Sebelah barat berbatasan dengan desa Bandung.
b.
Sebelah timur berbatasan dengan desa Senggrong.
c.
Sebelah utara berbatasan dengan desa Kacangan.
d.
Sebelah selatan berbatasan dengan desa Gondangrawe. Masyarakat yang tinggal didaerah sekitar Pondok Pesantren
Zumrotut Tholibin mayoritas bermata pencaharian sebagai pedagang
52
dikarenakan lokasi pasar Kacangan yang sangat dekat. Masyarakat sekitarpun sangat mendukung keberadaan Pondok Pesantren Zumrotut Tholibin dengan salah satu buktinya adalah banyaknya anak-anak sekitar Pondok Pesantren Zumrotut Tholibin diminta untuk mengikuti kegiatan ataupun proses belajar mengajar yang berada di Pondok Pesantren Zumrotut Tholibin seperti santri lainya (Observasi 6 juni 2015). 4.
Struktur Organisasi Kepengurusan Pondok Pesantren Zumrotut Tholibin Secara administrasi stuktur organisasi kepengurusan Pondok Pesantren Zumrotut Tholibin Tahun Ajaran : 2014/2015 M sebagai berikut: Tabel. 1.2 STRUKTUR ORGANISASI KEPENGURUSAN PONDOK PESANTREN ZUMROTUT THOLIBIN PUTRI TAHUN 2014-2015
NO I
1
JABATAN Dewan Syuriyyah
2
Rais Syuriyyah
NAMA K.H. Ali Chasan K.H. Ali Mukhtar Mu‟thiy K.H. Zaenal Abidin K.H. Djamhari K.H. Fahrur Rozi K.H. Jamaluddin K.H. Suparman Abdur Rahman As Sayuthiy K.H. Mahmud Bulqin K. Nasuha Mu‟thiy Ny Hj Siti Sutijah Towaf Musalim Ny Hj Siti Munawaroh Thowaf Ny Hj Kis Muntofiah Muntolib Ny Hj Malikah Towaf K. H. Ali Chasan
53
II
1 2
2S 3
Rais Tanfidziyyah Dewan Tanfidziyyah Departemen Pondok Putri Ketua Pon. Pes. Putri Sekretaris S Bendahara
4
Keamanan
5
Kegiatan
6
Humas
7 8
Sarpras Kebersihan
9
Koperasi
10
Ketua Kamar
III IV
u s u m S u s u m b e r :
1
Drs. KH. Muslim Khoiri
Ny. Hj. Siti Sutijah Thowaf Muslim Ustadzah Siti Muyasaroh Ustadzah Siti Nurhayati Prih Setyaningsih Dewi Purwanti Siti Nafiah Siti fathonah Laelatul Siti Muslikhatu Aulia Alfu Nur Laela Siti Munawaroh Nur azizah Siti Ahsani Wiwik Asmawati Annisa Khotimatul Wulan Wahyu Wijayanti Siti Dian Ningrum Gusik Kusumawati Amidah Kamar 1 Ima Kamar 6 Mira Kamar 2 Hanik Kamar 7 Alfi Kamar 3 Fiah Kamar 8 Ulfa Kamar 4 Likah Kamar 9 Dewi Kamar 5 Shofi Kamar 10 Nuki
D o k u 11 Para Santri Putri m en P.P. ZMT 2014 5. Progam Kegiatan Pondok Pesantren Zumrotut Tholibin
Program kegiatan yang dilaksanakan di Pondok Pesantren Zumrotut Tholibin terperinci atas kegiatan harian, mingguan, bulanan, tahunan yang sudah terperinci dengan baik, seperti dalam lampiran 1. 6.
Kalender Pendidikan Pondok Pesantren Pondok Pesantren Zumrotut Tholibin
54
Madrasah Diniyah dan
Dalam menjalankan pendidikan dipondok pesantren maupun diniyah pengurus sudah merencanakan kalender pendidikan agar dalam kegiatan dapat berjalan dengan baik dan efisien, seperti dalam lampiran 2. 7.
Peraturan Pondok Pesantren Zumrotut Tholibin Putri a.
Tata-tata Tertip Santri Putri 1) Setiap santri wajib menjaga nama baik pondok pesantren, madrasah dan keluarga dalem. 2) Setiap santri wajib mengikuti semua kegiatan pondok pesantren dan madrasah diniyyah. 3) Setiap santri harus memiliki Kartu Tanda Santri (KTS). 4) Setiap santri harus menerima saran dan teguran dari Masyayikh, Asatidz dan pengurus pondok pesantren, baik tertulis / tidak tertulis. 5) Setiap santri, apabila ada keperluan bertugas dari pondok, bepergian dan pulang harus meminta izin dari Masyayikh, Asatidz dan pengurus pondok pesantren. 6) Setiap santri yang ingin pulang dan kembali ke pondok pesantren harus dijemput dan diantar oleh orang tua / wali santri. 7) Setiap santri tidak boleh melakukan dan mengikuti kegiatan-kegiatan lain yang dapat mengganggu kegiatan
55
belajar-mengajar di pondok pesantren dan madrasah diniyyah. 8) Setiap santri, apabila melanggar tata tertib pondok pesantren harus menerima saran, teguran dan sanksi-sanksi yang telah diberikan. b.
Sanksi - sanksi 1) Kesalahan I
: Diberi saran, teguran dan peringatan.
2) Kesalahan II
: Diberi teguran dan sanksi yang sesuai
dengan
kesalahan yang telah dilakukan.
3) Kesalahan III : Disidang oleh pengurus pondok pesantren dan membuat surat pernyataan. 4) Kesalahan IV : Panggilan kepada orang tua / wali santri. 5) KesalahanV
: Dipulangkan / disekors dari pondok
pesantren. 8.
Jadwal Pembelajaran Sorogan dan Bandongan a.
Pembelajaran Sorogan setelah Mahrib 1) Kelas Al Ibtidaiyyah Awwal Kitab Ustadzah Al makan Koordinator
:Qiro‟ati :Ibu Nyai Hj. Siti Sutijah Thowaf Muslim :Ndalem : Mbak Siti achsani
2) Kelas Al Ibtidaiyyah Tsaniyah Kitab Kelompok Ustadz
: Al Qur‟an :1 : Ust. Khoironi 56
Al makan Koordinator
: Pendopo Ndalem : Mbak Siti Nafi‟ah
Kitab Kelompok Ustadz Al makan Koordinator
: Al Qur‟an :2 : Ust. Ali Ma‟shum : Pendopo Ndalem : Mbak Nur Azizah
Kitab Kelompok Ustadz Al makan Koordinator
: Al Qur‟an :3 : Ust. Annajmuts Tsaqib : Aula Darus Sholikhah : Mbak Siti Muslihatun
3) Kelas Al ibtidaiyyah Tsalisah Kitab : Al Qur‟an Kelompok :1 Ustadz : Ust. Syaifiddin Iskandar Al makan : Aula Darus Sholikhah Koordinator : Mbak Prih Setyaningsih
b.
Kitab Kelompok Ustadz Al makam Koordinator
: Al Qur‟an :2 : Ust.Rozi : Aula Darus Sholikhah : Mbak Amidah
Kitab Kelompok Ustadz Al makan Koordinasi
: Al Quran :3 : Usdt. Istadi : Aula Darus Sholekhah : Mbak Aulia Alfu N L
Pembelajaran Sorogan setelah Subuh 1) Kelas Al Ibtidaiyyah awwal Kitab Ustadzah
: Safinatun Najah : Nyai Hj. Siti Sutijah Thowaf 57
Al makan Koordinator
:ndalem : Mbak Siti munawaroh
2) Kelas Al ibtidaiyyah Tsaniyah Kitab : Sulam taufiq Kelompok :1 Ustadz : Ust. Haryanto Al makan : Pendopo Ndalem Koordinator : Mbak wulan Wahyu Kitab Kelompok Ustadz Al makan Koordinator
: Sulamu Taufiq :2 : Ust. Syaifuddin Fitri : Pendopo Ndalem : Mbak Annisa khotimatul
Kitab Kelompok Ustadz Al makan Koordinator
: Sulam Taufiq :3 : Ust. M. Iskandar : Aula Darus Sholikhah : Mbak Laelatul M
3) Kelas Al Ibtidaiyyah Tsalitsah Kitab Kelompok Ustadz Al makan Koordinator
: Matan Minhajul Qowim :1 : Ust. Edi Waluyo : Aula Darus Sholikhah : Mbak Prih Setyaningsih
Kitab Kelompok Ustadz Al makan Koordinator
: Matan Minhajul Qowim :2 : Ust. M. Zaini : Aula Darus Sholikhah : Mbak Amidah
Kitab Kelompok Ustadz Al makan
: Matan Minhajul Qowim :3 : Ust. Rahmat fahrudin : Aula Darus Sholikhah 58
Koordinator c.
: Mbak Aulia Alfu N L
Pembelajaran Bandongan Kelas Al Mutawasithoh Awwal„Aliyah Awwal 1) Setelah Dzuhur Kitab : Taushih (Syarah fathul qorib ) Ustadz : Gus Ahyar Mubarok Al makan : Serambi Masjid 2) Setelah Subuh Kitab : Kifayatul Ahyar Ustadz : Ust. Umardani Al makan : Madrasah
9.
Sarana dan Prasarana Pondok Pesantren Zumrotot Tholibin Mojo Andong Boyolali a.
Masjid Rodlotus Solikhin Masjid merupakan salah satu elemen pondok pesantren. Demikian juga di Pondok Pesantren Zumrotot Tholibin, karena masjid Rodlotus Solikhin merupakan salah satu tempat yang dijadikan tempat pendidikan keagamaan santri. Meskipun pada dasarnya masjid ini dipergunakan untuk melaksanakan shalat lima waktu tetapi di masjid Rodlotus Sholikhin ini juga dijadikan santri tempat melaksanakan kegiatan seperti membaca Al-Qur‟an, membaca salawat, mukhadhoroh, pembelajaran kitab kuning
dan
terkadang
juga
dijadikan
diselenggarakan perayaan hari-hari besar Islam. b.
Asrama Santri
59
sebagai
tempat
Asrama atau pondok merupakan elemen penting dalam pondok pesantren.Seperti halnya di Pondok Pesantren Zumrotut Tholibin yang memiliki 10 kamar atau ruangan yang terdiri 8 kamar santri dan 2 kamar pengurus.Asrama santri sebagai tempat bermukim santri untuk beristirahat, menyimpan pakaian, menyimpan kitab-kitab dan lain sebagainya. c.
Ruang Kantor Ruang kantor berfungsi untuk mempermudah dalam administrasi santri dan untuk menyimpan data-data yang menyangkut untuk kepentingan pondok pesantren.
d.
Gedung Aula Darus Solikhah Salah satu sarana penunjang aktivitas kegiatan santri putri di Pondok Pesantren Zumrotot Tholibin lainnya adalah aula yang diberi nama aula Darus Sholikhah yang berfungsi sebagai kegiatan pembelajaran Al Qur‟an ataupun Kitab, kegiatan mukhadloh, berlatih kesenian rebana dan lain sebagainya untuk santri putri (observasi tanggal 6 juni 2015).
e.
Gedung Madrasah Diniyah Rodlotut Tholibin Madrasah Diniyyah Roudlotut Tholibin Mojo Andong Boyolali adalah salah satu lembaga pendidikan non formal yang berfungsi sebagai alat/sarana untuk membantu belajar beberapa kajian ilmu di pondok pesantren dibawah naungan Yayasan Pondok Pesantren Zumrotut Tholibin.Madrasah Diniyyah ini
60
pada mulanya masih berbentuk majelis yang terbagi menjadi tiga kelompok, yaitu untuk siswa yang tahap awal belajar, pertengahan dan akhir (bersamaan berdirinya pondok pesantren tahun 1906-1988). Kemudian beranjak pada tahun 1988-2013 mulailah berkembang menjadi gedung Madrasah Diniyyah Rodlotut Tholibin memiliki 12 kelas, yaitu 2 kelas untuk Tingkat Al Isti‟dadiyyah (Tahap Persiapan), 4 kelas untuk Tingkat Al Ibtida‟iyyah (Tahap Pemula), 3 kelas untuk Tingkat Al Wustha (Tahap Menegah), dan 3 kelas untuk Tingkat Al „Ulya (Tahap Akhir). (wawancara dengan Departemen Pon. Pes Zumrotut Tholibin Putri 6 Juni 2015). Mengenai
kegiatan
belajar
mengajar
di
madrasah,
dilaksanakan pada waktu sore jam 15.30-17.00 dan malam jam 20.00-21.30 WIB. Dengan jumlah jam pelajaran selain hari Jum‟at sebanyak 12 jam pelajaran. (Dokumentasi inventaris Maddin Roudlotut Tholibin 2015). f. Madrasah Aliyah (MA) Al Azhar Madrasah Aliyah Al Azar merupakan lembaga pendidikan formal
dibawah
Yayasan
Pondok
Pesantren
Zumrotut
Tholibin.Madrasah ini berdiri sejak tahun1997, semula berdiri di Dukuh Magersari Desa Mojo kemudian pindah di Dukuh
61
Karang Joho Desa Mojo Andong Boyolali pada tahun 1979 (habkemenag685.blogspot.com unduh 1 juli 2015). Gedung MA Al Azhar miliki 17 ruangan yang terdiri dari 1 ruang yayasan, 1 ruang kepala sekolah, 1 ruang guru, 1 ruang bahasa, 1 lap. komputer, 1 lap. menjahit dan 11 ruang kelas. Ma Al Azhar juga memiliki bengkel untuk kegiatan ektrakulikuler otomotif
tetapi gedungnya tidak satu lokasi dengan gedung
sekolah. Di sekolah ini memiliki 3 jurusan yaitu jurusan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dan jurusan Bahasa ( observasi tanggal 6 juni 2015). g.
Madrasah Tsanawiyah (MTS) Ma‟arif Madrasah Tsanawiyah Ma‟arif juga berada di bawah naungan Yayasan Pondok Pesantren Zumrotut Tholibin yang letaknya berhadapan dengan Madrasah Aliyah Al Azhar. Sekolah ini memiliki 12 ruangan yang terdiri dari satu ruang kepala sekolah dan guru, satu ruang lab komputer dan sepuluh ruang kelas yang terbagi menjadi empat untuk kelas 7, tiga untuk kelas 8, dan tiga untuk kelas 9 (obsevasi tanggal 6 juni 2015) .
10. Keadaan Ustadz dan Santri a.
Keadaan Ustadz Para pendidik yang mengajar di Pondok Pesantren Zumrotut Tholibin Mojo Andong Boyolali terdiri dari keluarga, para guru
62
(asatidz) pondok pesantren, serta sebagian para alumni yang tinggal disekitar pondok pesantren.Para pendidik di pondok pesantren ataupun madrasah diniyah tidak jauh berbeda di karenakan letak pondok dan madrasah yang satu lokasi.Tingkat pendidikan yang mereka tempuh bervariasi, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran 3.
b.
Keadaan Santri Santri putri Pondok Pesantren Zumrotut Tholibin tahun ajaran 2014/2015 berjumlah 120 santri. Sejak yayasan pondok pesantren Zumrotut Tholibin mendirikansekolah formal MTS Ma‟arif dan MA Al Azhar santri yang menutut ilmu di pondok pesantren semakin pesat karena disamping mereka mencari ilmu agama santri juga tidak ketinggalan dengan ilmu umum agar mereka bisa mengikuti perkembangan yaman yang ada (observasi 6 juni 2015).
B. Temuan Data Penelitian 1.
Implementasi Metode Sorogan dalam Mempelajari Kitab Safinatun Najah di PP. Zumrotut Tholibin Mojo Andong Kabupaten Boyolali Pembahasan tentang metode sorogan di PP. Zumrotut TholibinMojo
Andong
tidak
terlepas
dari
hal-hal
yang
melengkapinya, yakni: (a) Sistem Pendidikan di PP. Zumrotut
63
Tholibin Mojo Andong (b) Sistem Pembelajaran di PP. Zumrotut Tholibin Mojo Andong (c) Implementasi Metode Sorogan dalam Mempelajari Kitab Safinatun Najah di PP. Zumrotut TholibinMojo Andong. a.
Sistem Pendidikan PP.Zumrotut Tholibin Andong Berikut sistem pendidikan yang ada di Pondok Pesantren Zumrotut Tholibin Mojo Andongdari data yang berasil dihimpun
oleh peneliti
dan hasil
wawancara beberapa
narasumber diantaranya pengasuh, pengurus dan santri PP.ZMT Mojo Andong. Ibu Nyai Hj. Siti Sutijah, selaku pengasuh PP.ZMT putri menuturkan bahwa: “Pondok sini menggunakan sistem pendidikan salaf karena pondok ini sudah berdiri se-abad lebih sehingga kitab yang dikajipun kitab para ulama dulu, sistem pendidikan dari dulu yang digunakan seperti sorogan bandongan masih digunakan sampai sekang ini, untuk melestarikan dan menghormati pengajaran yang telah diwariskan oleh para kiai-kiai pendiri pondok ini, dengan harapan dapat memperoleh barokah ilmunya(wawancara 16 Agustus 2015). Dewi
Purwanti
menambahkan bahwa:
64
selaku
wakil
ketua
PP.ZMTputri
“Sebenarnya
Pondok
Pesantren
Zumrotut
Tholibin
melaksanakan dua sistem pendidikan yaitu salaf dan khalaf. Sistem salaf terlihat dari penerapan sistem pengajaran bandongan, sorogan musyawarah dan masih banyak lagi. Dan sumber pembelajaran yang digunakan yaitu kitab kuning karangan para ulama pada abad terdahulu.Untuk sistem pendidikan khalaf di pondok ini, diterapkan pada pendidikan formal yaitu madrasah tsanawiyah dan madrasah aliyah. Tetapi sistem pendidikan di pondok ini, tetap mempertahankan sistem lama salaf dan mengambil sistem baru yang dianggap baik(wawancara, 6 juni 2015). Sedangkan Aulia Alfu, selaku keamanaan di PP. ZMT putri menyatakan bahwa: “Sistem pendidikan di Pondok Pesantren Zumrotut Tholibin menggunakan sistem pendidikan lama atau tradisional yang disebut salaf karena sumber pembelajaran di pondok ini, diambil dari kitab kuning meliputi: tauhid, hadist, tafsir, fiqh dan akhlaq dari karya ulama‟ terdahulu. Sistem pendidikan yang di terapkanpun masih menggunakan metode lama seperti sorogan, bandongan, musyawaroh dll, walaupun sistem pendidikan disini sudah bersistem madrasah juga akan tapi di pondok
ini,
tetap
melestarikan
tradisional(wawancara, 6 juni 2015).
65
metode
lama
atau
b.
Metode Pembelajaran di PP.Zumrotut Tholibin Mojo Andong Sebuah pembelajaran pasti memiliki metode untuk menyampaikan materi pembelajaran kepada murid.Seperti halnya yang ada di Pondok Pesantren Zumrotut Tholibin memiliki beberapa metode pembelajaran yang diterapkan. Dalam wawancara dengan Ustad Muhammad Sayfudin, selaku wakil ketua Madrasah Diniyah Rodlotut Tholibin, menuturkan beberapa metode yang masih diterapkan di PP. Zumrotut Tholibin sebagai berikut: 1) Sorogan Sorogan yang dilaksanakan di PP. Zumrotut Tholibin dilaksanakan setelah salat mahrib dan salat subuh.Salat mahrib sorogan Al-Quran dan setelah salat subuh kitab sesuai dengan tingkatankelasmasing-masing.Sorogan disini diajar langsung oleh para ustad maupun pengasuh pondok pesantren dengan kitab yang sudah dijadwalkan sesuai kelas masing-masing. Metode sorogan dianggap lebih efektif untuk keaktifan santri yang sifatnya individu atau pribadi. Karena dengan metode sorogan kemampuan santri masingmasing bisa terlihat. 2) Bandongan Di PP. Zumrotut Tholibin dilaksanakan di waktu dhuhur dan subuh untuk santri tingkatan atas.Dan metode
66
bandungan ini dilaksanakan diserambi masjid dengan penyampainnya seorang kyai, atau ustadz membacakan serta menjelaskan isi kandungan kitab kuning, sementara santri mendengarkan dan memberi makna. 3) Takror atau Musyawarah Mata Pelajaran Metode ini dilaksanakan di PP. Zumrotut Tholibin untuk semua santri dalam kelas masing-masing.Kegiatan diskusi ataupun perdebatan ini dilakukkan antara santri dengan santri untuk mengulas dan belajar bersama mengenai materi yang ada dalam kitab-kitab yang telah dipelajari santri dengan ustad. Kegiatan ini dipimpin oleh salah satu santri yang saling bergantian. 4) Hafalan Di PP. Zumrotut Tholibin setiap santri dituntut bisa menghafal surat-surat pedek, doa harian dan beberapa nadhoman kitab kuning sesuai dengan tingkatan santri. Seperti nadhoman imriti, alfiah dan bagi santri yang mau menghafal Al-Quran disini juga bisa.Dalam metode hafalan ini para santri diberi tugas untuk menghafal bacaan-bacaan tertentu dalam jangka waktu tertentu.Hafalan yang dimiliki santri ini kemudian di “setorkan” dihadapan kiai atau ustadznya. 5) Bathul Masa‟il
67
Penerapan
metode
ini
di
PP.
Zumrotut
Tholibin
dilaksanakan satu tahun sekali, biasanya bersamaan dengan hari dimana pondok pesantren akhirusanah dilaksanakan oleh para kyai, dewan asyatid dan alumni. Kegiatan ini diskusi dan tanya jawab menurut Al-Quran dan Hadist yang membahas permasalahan-permasalahan yang ada dimasyarakat sekitar. Setelah semua disepakati kemudian hasilnya dibukukan. 6) Metode Demonstasi PP.
Zumrotut
Tholibin
juga
menerapkan
metode
demonstrasi seperti yang telah penulis lihat pada observasi pada
tanggal
6
juni
2015.
Para
santri
diminta
mempraktekkan tata cara wudlu dan salat yang dibimbing oleh pengurus secara langsung. Untuk mengevaluasi sejauh mana pemahaman santri tentang materi dalam kitab Safinatun Najah yang sudah disampaikan atau diajarkan oleh ibu Nyai Hj. Siti Sutijah. c.
Implementasi Metode Sorogan dalam Mempelajari Kitab Safinatun Najah di Pondok Pesantren Zumrotut Tholibin Di Pondok Pesantren Zumrotut Tholibin Mojo Andong Boyolali, merupakan pondok pesantren yang masih menerapkan metode lama sorogan.Seperti yang dituturkan oleh beliau ibu Nyai Hj. Siti Sutijah sebagai berikut:
68
“Pondok sini masih menerapkan metode sorogan karena metode sorogan merupakan metode pertama yang diterapkan dari awal berdirinya Pondok Pesantren Zumrotut Tholibin oleh KH.Zuhdi
maka
sampai
sekarang
masih
dilestarikan”
(wawancara, 16 Agustus 2015) . Implementasi atau pelaksanaan metode sorogan untuk mengkaji Kitab Safinatun Najah di Pondok Pesantren Zumrotut Tholibin diajarkan oleh ibu Nyai Siti Sutijah sendiri, seperti yang beliau menuturkan: “Sorogan safinah disini saya ajarkan sendiri karena saya harapkan dapat menjadi pondasi awal untukmenuju tingkatantingkatan kitab yang lebih tinggi.”(wawancaradengan ibu Nyai Hj. Siti Sutijah, 16 Agustus 2015). Dari hasil observasi pada tanggal 16 Agustus 2015 Proses pembelajaran sorogan Kitab Safinatun Najah di Pondok Pesantren Zumrotut Tholibin di mulai pada jam 05.00 sampai selesai. Sebagaimana yang peneliti lihat, setelah bel kegiatan dibunyikan, para santri berbondong-bondong menuju tempat pengajian kemudian mempersiapkan diri dengan kitab yang akan mereka kaji. Saat itu santri yang terbilat dalam pembelajaransorogan Kitab Safinatun Najahsebanyak 20 santri. Bu Nyai Siti Sutijah membuka pertemuan pembelajaransorogan Kitab Safinatun Najahpada pagi itu dengan salam dilanjutkan 69
dengan membaca surat Al-Fatihah bersama-sama. Kemudian bu Nyai Siti Sutijah bertanya kepada salah satu santrinya “Dugi pundi leh maknani?” santri menjawab “Dugi bab fardhu wudlu bu” kemudian bu Nyai Siti Sutijahmulai memaknani kitab pada bab tersebut. Para santri menulis dengan seksama tentang apa yang diucapkan atau dimaknani oleh bu nyai.
Bu nyai
selesaimemaknai selanjutnyamenerangkan perihal materi yang dibahas. Setelah santri merasa sudah jelas tentang materi tersebut dan sudah tidak ada yang bertanya pembelajaran di akhiri dengan berdoa dan salam. Pada observasi penulis hari berikutnya tanggal 16 Agustus 2015.Santri yang terlibat dalam pembelajaran sorogan Kitab Safinatun Najah berjumlah 23 santri.Ibu Nyai Siti Sutijah membuka dengan salam dan membaca surat Al-Fatihah. Kemudian Ibu Nyai Siti Sutijah menanyakan bab yang sudah dipelajari pada pertemuan sebelumnya. Dan menanyakan mengenai hal-hal yang belum jelas jika tidak ada Ibu Nyai Siti Sutijah meminta masing-masing santri saling bergantian untuk membacakan kitab yang telah santri isahi atau artikan pada pertemuan sebelumnya.Jika mendapati kesalahan yang di tulis santri ibu Nyai Siti Sutijah langsung meminta santri untuk membenarkannya.
70
Dalam observasi peneliti pada tanggal 1 Agustus 2015, implementasi metodesoroganKitab Safinatun Najah dapat disimpulkan sebagai berikut: 1) Bu nyai masuk dengan mengucap salam dan membuka dengan Surat Al Fatihah. 2) Bu nyai menanyakan hal yang belum jelas mengenai bab pada pertemuan sebelumnya. 3) Jika semua santri sudah sudah jelas semua, kemudian bu nyai tersebut membacakan teks dalam kitab dengan huruf Arab yang dipelajari baik sambil melihat maupun secara hafalan, kemudian memberikan arti/makna kata perkata dengan bahasa yang mudah dipahami. 4) Santri dengan tekun mendengarkan apa yang dibacakan bu nyai dan mencocokannya dengan kitab yang dibawanya. 5) Selain mendengarkan, menyimak, dan memaknai santri terkadang juga melakukan mencatat hal-hal yang dirasanya penting. 6) Ibu nyai, selanjutnya menerangkan mengenai bab yang telah disampaikan tadi. 7) Ibu nyai, menanyakan kepada santri apa yang belum dipahami santri.
71
8) Pertemuan selanjutnya,bu nyai meminta santri saling bergantian untuk membacakan bab yang sebelumnya telah dipelajari dihadapan bu nyai. 9) Setelah semua selesai,bu nyai mengakhiri dengan doa dan salam. Dalam
pembelajaransoroganKitab
Safinatun
Najah
terdapat evaluasi kepada santri agar guru mengetahui sejauh mana pemahaman santri, di PP.Zumrotut Tholibindalam mengkaji Kitab Safinatun Najah dilakukansantri dengan menyodorkan kitab kehadapan bu nyai, kemudian menirukan kembali apa yang telah disampaikan bu nyai sebelumnya, sebelum memulai pelajaran baru. Dalam peristiwa ini, bu nyai melakukan monitoring dan koreksi seperlunya kesalahan atau bacaan sorogan santri. Evaluasi selain itu juga dilakukan dalam bentuk praktek karena kitab Safinatun Najahdidalamnya terdapat materi yang membahas mengenai fiqh ibadah oleh karena itu memerlukan praktek santri agar dalam beribadah tidak terjadi kesalahan.Ibu Nyai
Siti
Sutijah
menyerahkan
praktek
itu
kepada
pengurus.Sebagaimana yang telah diungkapkan oleh ibu Nyai Siti Sutijah, (wawancara 21 juli 2015) menyatakan bahwa: “Dalam kegiatan Praktek wudlu, shalat wajib/sunah ataupun shalat jenazah saya serahkan kepada pengurus karena 72
terbatasnya waktu dan jumlah santri yang banyak sehingga membutuhkan waktu lama dalam prakteknya, jadi terserah pengurus yang akan menyiapkan jadwalnya” Aulia Alfu, selaku pengurus PP. ZMT putri mengatakan: “Biasanya setelah materi kitab Safinnatun Najah selesai pengurus mengadakan praktek kepada santri berwudhu bergantian satu-persatu, dan praktek shalat, semua pengurus putri terlibat dalam praktek ini untuk melihat dan membenarkan setiap
gerakan
shalat
santri
jika
mengalami
kesalahan(wawancara, 6 juni 2015). 2. Kelebihan dan Kekurangan Metode Sorogandalam Mempelajari Kitab Safnatun Najah di PP. ZMT Andong Berikut ini dipaparkan kelebihan dan kekurangan metode sorogandalam mempelajari Kitab Safinatun Najah di PP. ZMT Andong sebagai berikut: a.
Kelebihan Menurut ibu Nyai Hj. Siti Sutijah kelebihan dari metode sorogandalam
pembelajaran
Kitab
Safinatun
Najah
yang
diajarnya (wawancara 21 Juni 2015) sebagai berikut: a.
Antara guru dan santri memiliki hubungan yang lebih dekat.
b.
Apabila ada kesalahan santri bisa langsung dibenarkan.
73
c.
Kemamapuan masing-masing santri yang berbeda-beda dapat diketahui langsung oleh guru, sehingga perhatian yang diberikan sesuai dengan kemampuan santri.
Menurut Dewi Purwanti selaku pengurus mengatakan bahwa: “Dengan adanya metode sorogan guru dapat mengetahui seberapa jauh pemahaman santri tentang isi materi kitab yang di pelajari dan juga guru dapat mengetahui dengan jelas bagaimana membacanya, baik dari segi nahwu ataupun sharafnya” (wawancara, 6 Juni 2014). Sedangkan, menurut Aulia Alfu mengatakan bahwa: “Metode sorogan merupakan aplikasi dari pembelajaran sore di Madrasah Diniyah Rodlotut Tholibin, karena disana santri diajarkan nahwu ataupun sharaf. Sehingga dalam metode ini santri dapat lebih cepat memahami kaidah-kaidah bahasa Arab”(wawancara, 6 Juni 2014). Seperti halnya menurut Aminatun Haniah selaku santri di PP. ZMT mengatakan bahwa: “Saya setelah belajar sorogan kitab saya menjadi mengetahui bagaimana cara menerapkan kaidah bahasa Arab dengan baik”(wawancara 6 Juni 2015). Dengan adanya metode sorogan santri akan memiliki kosa kata bahasa arab yang lebih banyak seperti yang disampaikan Ulfi Wahedah Ashari selaku santri di PP.ZMT sebagai berikut:
74
“Dengan saya mengikuti metode sorogan saya memiliki banyak kosa kata (mufrodad) bahasa Arab yang belum saya ketahui karena jika ada yang lupa saya maknai saya tergugah untuk mencari
maknanya
agar
ketika
sorogan
saya
bisa
membacanya”(wawancara,6 Juni 2015). Selain itu yang peneliti lihat sorogan dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan dari berbagai pertanyaan yang diajukan santri. Dengan demikian ustad atau kiai akan berusaha menjawab dengan segala kemampuan yang dimilikinya dan terus berusaha untuk lebih baik. b.
Kekurangan Metodesorogan selain memiliki kelebihan juga memiliki kekuranganseperti yang dituturkan ibu Nyai Hj. Siti Sutijah sebagai berikut: “Karena santri satu persatu harus menyorogkan kitabnya sehingga membutuhkan waktu yang lama dalam pembelajaran, terkadang ada yang belum bisa baca arab maupun menulis pegon sehingga perlu perhatian khusus. Karena semua santri masih baru(wawancara,21 Juni 2015). Menurut Aulia Alfu mengatakan bahwa: “Metode sorogan membutuhkan guru yang banyak kerena setiap santri satu persatu harus menyorogkan kitabnya agar waktu
75
yang ada dapat berjalan dengan efisien”(wawancara 6 Juli 2015). Seperti halnya yang dikatakan Aminatun Haniah bahwa: “Saya kadang harus mengantri panjang untuk mendapat giliran sorogan dengan ibu Nyai karena jumlah santri yang begitu banyak sehingga saya harus menunggu lama agar mendapat giliran”(wawancara, 6 Juni 2015). Kurang kesiapan santri juga menjadi kekurangan dalam metode ini, seperti yang dikatakan Dewi Purwanti selaku pengurussebagai berikut: “Kekurangan metode ini itu jika santri belum memiliki kesiapan dalam sorogan dari maknanya yang belum lengkap atau yang lain sehingga harus membenarkan perkata kesalahan yang diucapkan
santri
sehingga
membutuhkan
waktu
yang
lama”(wawancara, 6 Juni 2015). Begitu juga menurut Ulfi Wahedah Azhari selaku santri mengatakan bahwa: “Jika saya tidak persiapan dan lupa melengkapi makna pada pertemuan sebelumnya, saat menyodorkan kitab kepada ibu Nyai, kemudian tidak bisa membaca pasti di marahi ibu, jadi saya pasti selalu inget-inget hal itu agar kesalahan yang sama tidak terulang kembali”(wawancara, 6 Juni 2015).
76
Kekurangan metode sorogandalam mempelajari Kitab Safinatun Najah dari hasil observasi peneliti pada tanggal 16 Agustus 2015 terangkum sebagai berikut: 1) Tidak efisien karena santri terlalu banyak sehingga santri yang sudah selesai menyodorkan tidak mau memperhatikan temennya yang sedang maju oleh karena itu terjadi kegaduhan. 2) Santri yang terlalu banyak sehingga membutuhkan waktu lama dan guru yang banyak pula. 3) Santri cepat bosan karena metode ini membutuhkan kesabaran, kerajinan dan disiplin untuk pribadi masingmasing santri. 4) Membutuhkan waktu yang lama.
77
BAB IV PEMBAHASAN A. Implementasi Metode Sorogan dalam Mempelajari Kitab Safinatun Najah di PP. Zumrotut Tholibin Mojo Andong Kabupaten Boyolali Sebuah metode pembelajaran di pondok pesantren, tidak dapat terlepas dari sistem pendidikan dan sistem pembelajaran yang mendukungnya. Seperti halnya metode sorogan yang ada di Pondok Pesantren Zumrotut TholibinMojo Andong tidak bisa terlepas dari halhal yang melengkapinya, sebagai berikut: 1.
Sistem Pendidikan Pondok Pesantren Zumrotut Tholibin Mojo Andong Sistem pendidikan yang digunakan di Pondok Pesantren Zumrotut Tholibin Mojo Andongdalam wawancara dengan pengasuh beliau menuturkan bahwa sistem pendidikan di pondok pesantren tersebut mengunakan sistem salaf. Karena kitab yang dikaji karangan ulama‟
terdahulu
menggunakan
dan
sistem
dalam lama
sistem
atau
pengajaranpun
sistem
masih
tradisional.Menurut
Zamaksyari Dhofier pondok pesantren salaf merupakan pendidikan Islam yang masih mempertahankan pengajaran kitab-kitab klasik (salaf) sebagai inti pendidikan.Sedangakan sistem madrasi diadopsi untuk
memudahkan
metode
(Muhtarom, 2005: 263)
78
sorogan
maupun
bandongan
Dari hasil observasi penulis dan wawancara salah satu pengurus di pondok tersebut juga mengadopsi sistem madrasah atau sistem khalaf. Karena terlihat dipondok pesantren tersebut tidak hanya mengkaji pengetahuan agama juga pengetahuan umum yang diwujudkan dengan berdirinya madrasah aliyah dan madrasah tsanawiyah dibawah naungan yayasan podok pesantren tersebut. Oleh sebab itu Pondok Pesantren Zumrotut Tholibin Mojo Andong mengunakan sistem terpadu karena memadukan sistem salaf dengan sistem khalaf dalam menjalakan proses kependidikan di pondok pesantren tersebut. Menurut Ronald Lukens Bull pondok pesantren terpadu adalah tipe pondok pesantren yang memadukan sistem salaf dengan sistem khalaf. Pondok pesantren tersebut mengajarkan
kitab
kuning
sebagai
inti
pendidikan
dan
menggunakan metode sorogan, bandongan, atau weton. Kemudian dipadu dengan sistem madrasah yang memasukkan pelajaran umum (Muhtarom, 2005: 264). Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa sistem pendidikan yang dilaksanakan di Pondok Pesantren Zumrotut Tholibin mengunakan sistem kombinasi salaf dan khalaf karena sistem pendidikan berpola tradisional dan masih menggunakan sumber kitab kuning karya ulama‟ terdahulu, yang dipadukan dengan sistem madrasah dengan dilengkapi pelajaran umum menurut tingkat dan jenjangnya.
79
2.
Metode Pembelajaran di PP.Zumrotut Tholibin Mojo Andong Sebuah
pembelajaran
pasti
memiliki
metode
untuk
menyampaikan materi pembelajaran kepada murid. Seperti halnya yang ada di Pondok Pesantren Zumrotut Tholibin memiliki beberapa metode pembelajaran yang diterapkan sebagai berikut: a.
Sorogan Sorogan berasal dari kata sorog (bahasa Jawa), yang berarti menyodorkan atau menyerahkan (Depag, 2003: 38). Sorogan artinya seorang santri menghadap kiai dengan dengan membawa kitab yang akan diajarkannya (Muhtarom, 2005: 178). Metode ini berlansung dimana seorang santri berhadapan dengan seorang guru, dan terjadi interaksi saling mengenal diantara keduanya. Sistem ini terbukti sangat efektif karena memungkinkan
seorang
guru
mengawasi,
menilai,
dan
membimbing secara maksimal kemampuan seorang santri dalam menguasai materi pembelajaran. Metode sorogandi Pondok Pesantren Zumrotut Tholibin dilaksanakan setelah Salat Mahrib dan Salat Subuh. Salat Mahrib sorogan Al-Quran dan setelah salat Subuh kitab sesuai dengan tingkatankelasmasing-masing. Sorogan disini diajar langsung oleh para ustad maupun pengasuh pondok pesantren agar guru mengetahui sejauh mana kemampuan dari masingmasing.
80
Pelaksanaan metode sorogan di Pondok Pesantren Zumrotut Tholibin sudah terjadwal sebagai berikut: 1) Pembelajaran Sorogan setelah Mahrib (a) Kelas Al Ibtidaiyyah Awwal (b) Kelas Al Ibtidaiyyah Tsaniyah (c) Kelas Al Ibtidaiyyah Tsalisah
: KitabQiro‟ati : Kitab Al Qur‟an : Kitab Al Qur‟an
2) Pembelajaran Sorogan setelah Subuh (a) Kelas Al Ibtidaiyyah awwal : Kitab Safinatun Najah (b) Kelas Al ibtidaiyyah Tsaniyah : Kitab Sulam taufiq (c) Kelas Al Ibtidaiyyah Tsalitsah : Kitab Matan Minhajul Qowim Menurut Zamakhsyari Dhofier (2011: 54-55) metode sorogan merupakan bagian yang paling sulit dari keseluruhan metode pendidikan pesantren, sebab metode sorogan menuntut kesabaran, kerajinan, ketaatan dan disiplin pribadi guru pembimbing dan murid. Oleh sebab itu di Pondok Pesantren Zumrotut Tholibin metode sorogan dilakukan oleh santri pemula agar santri terbiasa dan menjadi pondasi awal sebelum menginjak ke tingkatan yang lebih tinggi. b.
Bandongan Wetonan, istilah weton ini berasal dari kata wektu (bahasa Jawa) yang berarti waktu, sebab pengajian tersebut diberikan pada waktu-waktu tertantu, yaitu sebelum dan atau sesudah
81
melakukan shalat fardlu. Istilah wetonan ini di Jawa Barat disebut dengan bandongan(Depag, 2003: 40). Metode
ini
dilakukan
oleh
seorang
guru
terhadap
sekelompok santri untuk mendengarkan atau menyimak apa yang dibacakan guru dari sebuah kitab. guru membaca, menerjemahkan, menerangkan dan sering kali mengulas teksteks kitab berbahasa Arab tanpa harakat. Metode bandongan di PP. Zumrotut Tholibin dilaksanakan di waktu dhuhur dan subuh untuk santri tingkatan atas. Dan metode bandongan ini dilaksanakan diserambi masjid dengan penyampainnya seorang kyai, atau ustadz membacakan serta menjelaskan isi kandungan kitab kuning, sementara santri mendengarkan dan memberi makna pada kitab masing-masing. Jadwal metode bandongan di Pondok Pesantren Zumrotut Tholibin dilaksanakan oleh santri tingkatan atas yaitu kelas Al Mutawasithoh Awwal- „Aliyah Awwaldan dilaksanakan pada waktu setelah Salat Dhuhur Kitab Syarah Fathul Qorib (Taushih) dan setelah Salat Subuh Kitab Kifayatul Ahyar. Berikut ini syarat-syarat penggunaan metode bandongan agar metode bandongandapat berjalan baik dan lancar dalam buku Pengatar Ilmu dalam Metodologi Islam karya Armai Arief (2002: 156) :
82
1) Metode ini hanya cocok diberikan pada siswa yang sudah mengikuti sistem sorogan. 2) Murid yang diajarkan sekurang-kurangnya lima orang. 3) Tenaga guru yang mengajar sedikit, sedangkan murid banyak. 4) Bahan yang diajarkan terlalu banyak, sedangkan alokasi waktu sedikit. c.
Takror atau Musyawarah Mata Pelajaran Musyawarah yang dilakukan di PP. Zumrotut Tholibin adalah musyawarah mata pelajaran atau yang sering santri sebut dengan takror. 1) Jadwal atau waktu Takror Takror dilakukan masing-masing kelas dalam seminggu dilaksanakan sekali waktunya pukul 21.00 sampai 21.30 WIB. Masing-masing kelas memiliki jadwal yang berbedabeda. 2) Model Takror Model pelaksanaan takror di PP. Zumrotut Tholibin dengan diskusi ataupun perdebatan yang dilakukkan antara santri dengan santri untuk mengulas hal-halyang ada dalam yang belum dipahami santri mengenai materi kitab-kitab yang telah dipelajaridengan ustad. Kegiatan ini dipimpin oleh salah satu santri dan saling bergantian.
83
d.
Hafalan Metode ini dilakukan oleh para santri dengan cara menghafal suatu teks tertentu di bawah bimbingan dan pengawasan kiai atau ustadz. Para santri diberi tugas untuk menghafal bacaan-bacaan dalam jangka waktu tertentu. Hafalan yang dimiliki santri ini kemudian disetorkan atau dihalkan dihadapan kiai atau ustadz secara periodik tergantung kepada petunjuk kiai atau ustadz yang bersangkutan (Depag, 2003: 39). Di PP. Zumrotut Tholibin setiap santri dituntut bisa menghafal surat-surat pendek, doa harian dan beberapa nadhoman kitab kuning sesuai dengan tingkatan santri. Seperti nadhoman imriti, alfiah dan bagi santri yang mau menghafal AlQuran disini juga bisa.Dalam metode hafalan ini para santri diberi tugas untuk menghafal bacaan-bacaan tertentu dalam jangka waktu tertentu.Hafalan yang dimiliki santri ini kemudian di “setorkan” dihadapan kyai atau ustadznya.
e.
Bathul Masa‟il Penerapan metode ini di PP. Zumrotut Tholibin dilaksanakan satu tahun sekali, biasanya bersamaan dengan hari dimana pondok pesantren akhirusanah dilaksanakan oleh para kyai, dewan asyatid dan alumni. Kegiatan ini diskusi dan tanya jawab menurut Al-Quran dan Hadist yang membahas permasalahan-
84
permasalahan yang ada dimasyarakat sekitar. Setelah semua disepakati kemudian hasilnya dibukukan. Dalam menggunakan metode Musyawarah atau Bahtsul masa‟il biasanya para kiai atau ustad mempertimbangkan ketentuan-ketentuan berikut: 1) Peserta musyawarah adalah para santri yang berada pada tingkat menengah atau tinggi. 2) Peserta musyawarah tidak memiliki perbedaan kemampuan mencolok.
Ini
dimaksudkan
sebagai
upaya
untuk
mengurangi kegagalan musyawarah. 3) Tidak ada persoalan (materi) yang dimusyawarahkan biasanya ditentukan terlebih dahulu oleh kiai atau ustadz pada pertemuan sebelumnya. 4) Pada beberapa pesantren yang memiliki santri tingkat tinggi, musyawarah dapat dilakukan secara terjadwal sebagai latihan untuk para santri (Depag, 2003: 44). f.
Metode Demonstasi Menurut Syaiful Bahri dan Aswan (2010: 90), metode demonstrasi
adalah
cara
penyajian
pelajaran
dengan
memperagakan atau mempertunjukkan kepada siswa suatu proses, situasi, atau benda tertentu yang dipelajari, baik sebenarnya ataupun tiruan, yang sering disertai dengan penjelasan lisan.
85
Metode ini dilakukan dengan cara memperagakan atau mempraktekan suatu ketrampilan dalam hal pelaksanaan ibadah tertentu yang dilakukan secara perseorangan maupun keelompok dibawah petunjuk atau bimbingan kiai atau ustadz (Depag, 2003: 47). Di PP. Zumrotut Tholibin juga menerapkan metode demonstrasi seperti hasil wawancara penulis kepada beberapa narasumber, Para santri diminta mempraktekkan tata cara wudlu dan salat yang dibimbing oleh pengurus secara langsung. Untuk mengevaluasi sejauh mana pemahaman santri tentang materi dalam kitab Safinatun Najah yang sudah disampaikan atau diajarkan oleh ibu Nyai Hj. Siti Sutijah. 3.
Implementasi Metode Sorogan dalam Mempelajari Kitab Safinatun Najah di Pondok Pesantren Zumrotut Tholibin Di Pondok Pesantren Zumrotut Tholibin Mojo Andong Kabupaten Boyolali, merupakan pondok pesantren yang masih menerapkan
metode
lama
sorogan.Karena
metode
sorogan
merupakan metode pertama yang diterapkan sejak berdirinya Pondok Pesantren Zumrotut Tholibin. Pelaksanaan metode sorogan untuk mengkaji Kitab Safinatun Najah di Pondok Pesantren Zumrotut Tholibin Andongpun diajarkan oleh ibu Nyai Siti Sutijah sendiri, dengan harapkan dapat menjadi pondasi awal untuk menuju tingkatan-tingkatan kitab yang lebih tinggi.
86
Sorogan dilaksanakan dengan cara seorang santri menghadap kiai dengan membawa kitab yang akan diajarkannya. Kiai membacakan kitab kalimat demi kalimat.Kemudian diterjemahkan kedalam bahasa Jawa. Santri menyimak dan ngesahi kitabnya sendiri lalu kiai menyuruh santri untuk mengulang apa yang telah disampaikan kiai agar mendapatkan pengesahan ( Muhtarom, 2005: 178). Realita pelaksanaan metode sorogan dalam mempelajari Kitab Safinatun Najah di Pondok Pesantren Zumrotut Tholibin dilakukan selama 60 menit.5 menit pertama santri membaca do‟a. Selanjutnya 40 menit kedua ibu Nyai Siti Sutijah membacakan kitab sekaligus menerangkan materi yang terdapat dalam Kitab Safinatun Najah. Santri ngesahi atau memaknai kitab yang mereka bawa. Setelah itu ibu Nyai Siti Sutijah melakukan tanya jawab untuk mengetahui pemahaman santri terhadap materi yang sudah diberikan selama 10 menit. Dan 5 menit terakhir doa penutup.Pada pertemuan selanjutnya dengan waktu yang sama tetapi pada 40 menit kedua ibu Nyai Siti Sutijah gunakan untuk santri menyodorkan materi pada pertemuan sebelumnya. Implementasi
metode
sorogandalam
mempelajari
Kitab
Safinatun Najah di Pondok Pesantren Zumrotut Tholibin dapat disimpulkan sebagai berikut:
87
a.
Bu nyai masuk dengan mengucap salam dan membuka dengan Surat Al Fatihah.
b.
Bu nyai menanyakan hal yang belum jelas mengenai bab pada pertemuan sebelumnya.
c.
Jika semua santri sudah sudah jelas semua, kemudian bu nyai tersebut membacakan teks dalam kitab dengan huruf Arab yang dipelajari baik sambil melihat maupun secara hafalan, kemudian memberikan arti/makna kata perkata dengan bahasa yang mudah dipahami.
d.
Santri dengan tekun mendengarkan apa yang dibacakan bu nyai dan mencocokannya dengan kitab yang dibawanya.
e.
Selain mendengarkan, menyimak, dan memaknai santri terkadang juga melakukan mencatat hal-hal yang dirasanya penting.
f.
Ibu nyai, selanjutnya menerangkan mengenai bab yang telah disampaikan tadi.
g.
Ibu nyai, menanyakan kepada santri apa yang belum dipahami santri.
h.
Pertemuan selanjutnya, bu nyai meminta santri saling bergantian untuk membacakan bab yang sebelumnya telah dipelajari dihadapan bu nyai.
i.
Setelah semua selesai,bu nyai mengakhiri dengan doa dan salam
88
Dalam pembelajaran pastinya terdapat evaluasi yang bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh hasil yang telah dicapai dalam proses pendidikan dan pengajaran yang telah dilaksanakan dan untuk mengetahui apakah seorang peserta didik sudah layak untuk terjun ke masyarakat atau melanjutkan ke lembaga pendidikan yang lebih tinggi (Muhtarom, 2005: 182). Evaluasi pembelajaran soroganKitab Safinatun Najah di Pondok Pesantren Zumrotut Tholibin dilakukan santri dengan menyodorkan kitab ke hadapan bu Nyai, kemudian menirukan kembali apa yang telah disampaikan bu nyai sebelumnya, sebelum memulai pelajaran baru. Dalam peristiwa ini, bu nyai melakukan monitoring dan koreksi seperlunya kesalahan atau bacaan sorogan santri. Evaluasi selain itu juga dilakukan dalam bentuk praktek karena Kitab Safinatun Najah didalamnya terdapat materi yang membahas mengenai fiqh ibadah oleh karena itu memerlukan praktek santri agar dalam beribadah tidak terjadi kesalahan. Ibu Nyai Siti Sutijah menyerahkan praktek itu kepada pengurus. B.
Kelebihan dan Kekurangan Metode Sorogandalam Mempelajari Kitab Safinatun Najah di PP. Zumrotut TholibinMojo Andong Berikut ini diaparkan kelebihan dan kekurangan metode sorogan dalam mempelajari Kitab Safinatun Najah di PP. Zumrotut Tholibin Mojo Andong sebagai berikut:
89
1.
Kelebihan
Metode Sorogan dalam mempelajari Kitab Safinatun
Najah Kelebihan
dari
metode
sorogandalam
pembelajaran
Kitab
Safinatun Najah di PP. ZMT sebagai berikut: a.
Antara guru dan santri memiliki hubungan yang lebih dekat. Pada pelaksanaan metode sorogan Kitab Safinatun Najah di PP. Zumrotut Tholibin penulis melihat terjadi kedekatan antara guru dan santri karena santri dapat mengungkapkan apa yang belum dia ketahui secara langsung gurupun akan membagi ilmunya secara langsung kepada santri jadi pemahaman santri akan lebih mendalam. Dalam hal ini santri akan merasa sungkan atau takut apabila tidak dapat membaca, sehingga murid termotivasi untuk belajar.
b.
Kemamapuan masing-masing santri yang berbeda-beda dapat diketahui langsung oleh guru, sehingga perhatian yang diberikan sesuai dengan kemampuan santri. Dalampelaksanaan metode sorogan dalam mempelajari Kitab Safinatun Najah di Pondok Pesantren Zumrotut Tholibin, guru dapat melihat kemampuan langsung santrinya karena masing-masing santri memiliki karakter yang berbeda-beda. Sehingga guru memperlakukan masing-masing santri berbedabeda pula.
90
Santri terkadang ada yang unggul di nahwu sharafnya, ada yang unggul di kosa katanya, terkadang malah ada juga yang sama
sekali
belum
bisa
baca
sehingga
guru
harus
memperlakukan khusus kepada santri tersebut agar tidak tertinggal dengan teman-temannya. c.
Dapat menerapkan kaidah-kaidah bahasa Arab Dalam pelaksanaan sorogan Kitab Safinatun Najah di Pondok Pesantren Zumrotut Tholibin santri ditanyai oleh guru untuk memahami kedudukan kalimat baik dari nahwu atau Sharaf bagi santri yang sudah mahir dalam membacanya. Pembelajaran
menggunakan
metode
ini
merupakan
pengembangan materi yang disampaikan pada madrasah diniyah yang ada di Pondok Pesantren Zumrotut Tholibin. Karena santri yang belajarsorogan Kitab Safinatun Najah itu santri pemula maka yang ditanyakan santripun hanya dasar-dasar dari kaidahkaidah bahasa Arab saja. d.
Menambah kosakata bahasa Arab Pelaksanaan metode sorogan dalam mempelajari Kitab Safinatun Najah di Pondok Pesantren Zumrotut Tholibin menjadikan santri memiliki banyak kosakata bahasa Arab karena dalam memaknai kitab guru menyampaikan satu persatu arti perkata yang ada di dalam kitab dengan jelas dan santri menyalinnya kembali pada kitabnya masing-masing.
91
Jika santri ketinggalan guru dalam memaknai ataupun tidak masuk dalam pertemuan. Santri akan berusaha mencari kosakata yang sudah dipelajari dikamus ataupun bertanya kepada temannya agar tidak tertinggal dengan santri yang lainnya. e.
Menambah wawasan ilmu pengetahuan Dalam pembelajaran sorogan Kitab Safinatin Najah di Pondok Pesantren Zumrotut Tholibin guru setelah memaknai kemudian menerangkan materi apa yang telah dipelajari. Dan guru mengkaitkan materi dengan yang ada dilingkungan agar santri lebih paham. Gurupun member kesempatan santri untuk bertanya hal-hal yang belum santri ketahui. Guru dalam pembelajaran biasanya juga memberikan cerita atau pengalaman agar santri termotivasi untuk bertanya ataupun santri dapat lebih memahami materi yang disampaikan guru.
2.
Kekurangan Metode Sorogan dalam Mempelajari Kitab Safinatun Najah Kekurangan metode sorogandalam mempelajari Kitab Safinatun Najah di Pondok Pesantren Zumrotut Tholibin sebagai berikut: a.
Tidak efisien karena santri terlalu banyak sehingga santri yang sudah selesai menyodorkan tidak mau memperhatikan temennya yang sedang maju oleh karena itu terjadi kegaduhan. Pelaksanaan metode sorogan dalam mempelajari Kitab Safinatun Najah di Pondok Pesantren Zumrotut Tholibin 92
memang ibu Nyai Siti Sutijah sekali dalam pertemuan menghadapi 20 santri sampai 25 santri hal ini sebetulnya membuat pembelajaran tidak efektif. Walaupun ibu Nyai Siti Sutijah sudah membuat sistem sehari untuk memaknai dan menerangkan dan hari berikutnya untuk sorogan. Santri
yang sudah
menyodorkan atau
menyorogkan
biasanya malah membuat kegaduhan dibelakang, selain begitu santri harus bersuara keras agar bu Nyai Siti Sutijah dapat mendengar. Santri yang belum majupun kadang tak mau mendengarkan yang sedang maju, sehingga ibu Nyai Siti Sutijah harus mengulang kesalahan yang sama terhadap santri. b.
Santri
membutuhkan
persiapan
matang
sebelum
pembelajaran. Metode sorogan berbeda dengan metode yang lain karena metode ini santri diharapkan sebelum mengikuti pembelajaran terlebih dulu harus belajar karena evaluasi yang ada pada metode sorogandilaksanakan secara langsung. Jadi setiap santri harus selalu mempersiapkan ataupun belajar sebelum mengikuti pembelajaran dengan melengkapi makna atau yang lain. c.
Santri cepat bosan karena metode ini membutuhkan kesabaran, kerajinan dan disiplin untuk pribadi masing-masing santri. Pelaksanaan metode sorogan dalam mempelajari Kitab Safinatun Najah di Pondok Pesantren Zumrotut Tholibin
93
membutuhkan waktu yang lama karena santri yang terlalu banyak dan harus menyodorkan kitab satu persatu. Oleh karena itu dibutuhkan kesabaran santri dalam menunggu antrian kepada santri yang lain. Pelaksanakan
ini
juga
membutuhkan
kerajinan
dan
kedisiplinan karena sehari saja tidak masuk santri akan tertinggal dengan santri lainnya. Karena metode sorogan adalah metode yang sifatnya pribadi atau individu. jika santri tertinggal maka santri harus melengkapi maknaan kepada temannya. d.
Membutuhkan Waktu yang lama Pembelajaran sorogan Kitab Safinatun Najah di Pondok Pesantren Zumrotut Tholibin di ikuti terlalu banyak santri sehingga waktu yang dibutuhkan untuk menyodorkan santri lama karena harus berantri terkadang santri malah belum siap untuk
menyodorkan
sehingga
pembelajaran.
94
menambah
waktu
lama
BAB IV PEMBAHASAN C. Implementasi Metode Sorogan dalam Mempelajari Kitab Safinatun Najah di PP. Zumrotut Tholibin Mojo Andong Kabupaten Boyolali Sebuah metode pembelajaran di pondok pesantren, tidak dapat terlepas dari sistem pendidikan dan sistem pembelajaran yang mendukungnya. Seperti halnya metode sorogan yang ada di Pondok Pesantren Zumrotut TholibinMojo Andong tidak bisa terlepas dari halhal yang melengkapinya, sebagai berikut: 1.
Sistem Pendidikan Pondok Pesantren Zumrotut Tholibin Mojo Andong Sistem pendidikan yang digunakan di Pondok Pesantren Zumrotut Tholibin Mojo Andongdalam wawancara dengan pengasuh beliau menuturkan bahwa sistem pendidikan di pondok pesantren tersebut mengunakan sistem salaf. Karena kitab yang dikaji karangan ulama‟
terdahulu
menggunakan
dan
sistem
dalam lama
sistem
atau
pengajaranpun
sistem
masih
tradisional.Menurut
Zamaksyari Dhofier pondok pesantren salaf merupakan pendidikan Islam yang masih mempertahankan pengajaran kitab-kitab klasik (salaf) sebagai inti pendidikan.Sedangakan sistem madrasi diadopsi untuk
memudahkan
metode
(Muhtarom, 2005: 263)
95
sorogan
maupun
bandongan
Dari hasil observasi penulis dan wawancara salah satu pengurus di pondok tersebut juga mengadopsi sistem madrasah atau sistem khalaf. Karena terlihat dipondok pesantren tersebut tidak hanya mengkaji pengetahuan agama juga pengetahuan umum yang diwujudkan dengan berdirinya madrasah aliyah dan madrasah tsanawiyah dibawah naungan yayasan podok pesantren tersebut. Oleh sebab itu Pondok Pesantren Zumrotut Tholibin Mojo Andong mengunakan sistem terpadu karena memadukan sistem salaf dengan sistem khalaf dalam menjalakan proses kependidikan di pondok pesantren tersebut. Menurut Ronald Lukens Bull pondok pesantren terpadu adalah tipe pondok pesantren yang memadukan sistem salaf dengan sistem khalaf. Pondok pesantren tersebut mengajarkan
kitab
kuning
sebagai
inti
pendidikan
dan
menggunakan metode sorogan, bandongan, atau weton. Kemudian dipadu dengan sistem madrasah yang memasukkan pelajaran umum (Muhtarom, 2005: 264). Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa sistem pendidikan yang dilaksanakan di Pondok Pesantren Zumrotut Tholibin mengunakan sistem kombinasi salaf dan khalaf karena sistem pendidikan berpola tradisional dan masih menggunakan sumber kitab kuning karya ulama‟ terdahulu, yang dipadukan dengan sistem madrasah dengan dilengkapi pelajaran umum menurut tingkat dan jenjangnya.
96
2.
Metode Pembelajaran di PP.Zumrotut Tholibin Mojo Andong Sebuah
pembelajaran
pasti
memiliki
metode
untuk
menyampaikan materi pembelajaran kepada murid. Seperti halnya yang ada di Pondok Pesantren Zumrotut Tholibin memiliki beberapa metode pembelajaran yang diterapkan sebagai berikut: a.
Sorogan Sorogan berasal dari kata sorog (bahasa Jawa), yang berarti menyodorkan atau menyerahkan (Depag, 2003: 38). Sorogan artinya seorang santri menghadap kiai dengan dengan membawa kitab yang akan diajarkannya (Muhtarom, 2005: 178). Metode ini berlansung dimana seorang santri berhadapan dengan seorang guru, dan terjadi interaksi saling mengenal diantara keduanya. Sistem ini terbukti sangat efektif karena memungkinkan
seorang
guru
mengawasi,
menilai,
dan
membimbing secara maksimal kemampuan seorang santri dalam menguasai materi pembelajaran. Metode sorogandi Pondok Pesantren Zumrotut Tholibin dilaksanakan setelah Salat Mahrib dan Salat Subuh. Salat Mahrib sorogan Al-Quran dan setelah salat Subuh kitab sesuai dengan tingkatankelasmasing-masing. Sorogan disini diajar langsung oleh para ustad maupun pengasuh pondok pesantren agar guru mengetahui sejauh mana kemampuan dari masingmasing.
97
Pelaksanaan metode sorogan di Pondok Pesantren Zumrotut Tholibin sudah terjadwal sebagai berikut: 3) Pembelajaran Sorogan setelah Mahrib (a) Kelas Al Ibtidaiyyah Awwal (b) Kelas Al Ibtidaiyyah Tsaniyah (c) Kelas Al Ibtidaiyyah Tsalisah
: KitabQiro‟ati : Kitab Al Qur‟an : Kitab Al Qur‟an
4) Pembelajaran Sorogan setelah Subuh (a) Kelas Al Ibtidaiyyah awwal : Kitab Safinatun Najah (b) Kelas Al ibtidaiyyah Tsaniyah : Kitab Sulam taufiq (c) Kelas Al Ibtidaiyyah Tsalitsah : Kitab Matan Minhajul Qowim Menurut Zamakhsyari Dhofier (2011: 54-55) metode sorogan merupakan bagian yang paling sulit dari keseluruhan metode pendidikan pesantren, sebab metode sorogan menuntut kesabaran, kerajinan, ketaatan dan disiplin pribadi guru pembimbing dan murid. Oleh sebab itu di Pondok Pesantren Zumrotut Tholibin metode sorogan dilakukan oleh santri pemula agar santri terbiasa dan menjadi pondasi awal sebelum menginjak ke tingkatan yang lebih tinggi. b.
Bandongan Wetonan, istilah weton ini berasal dari kata wektu (bahasa Jawa) yang berarti waktu, sebab pengajian tersebut diberikan pada waktu-waktu tertantu, yaitu sebelum dan atau sesudah
98
melakukan shalat fardlu. Istilah wetonan ini di Jawa Barat disebut dengan bandongan(Depag, 2003: 40). Metode
ini
dilakukan
oleh
seorang
guru
terhadap
sekelompok santri untuk mendengarkan atau menyimak apa yang dibacakan guru dari sebuah kitab. guru membaca, menerjemahkan, menerangkan dan sering kali mengulas teksteks kitab berbahasa Arab tanpa harakat. Metode bandongan di PP. Zumrotut Tholibin dilaksanakan di waktu dhuhur dan subuh untuk santri tingkatan atas. Dan metode bandongan ini dilaksanakan diserambi masjid dengan penyampainnya seorang kyai, atau ustadz membacakan serta menjelaskan isi kandungan kitab kuning, sementara santri mendengarkan dan memberi makna pada kitab masing-masing. Jadwal metode bandongan di Pondok Pesantren Zumrotut Tholibin dilaksanakan oleh santri tingkatan atas yaitu kelas Al Mutawasithoh Awwal- „Aliyah Awwaldan dilaksanakan pada waktu setelah Salat Dhuhur Kitab Syarah Fathul Qorib (Taushih) dan setelah Salat Subuh Kitab Kifayatul Ahyar. Berikut ini syarat-syarat penggunaan metode bandongan agar metode bandongandapat berjalan baik dan lancar dalam buku Pengatar Ilmu dalam Metodologi Islam karya Armai Arief (2002: 156) :
99
5) Metode ini hanya cocok diberikan pada siswa yang sudah mengikuti sistem sorogan. 6) Murid yang diajarkan sekurang-kurangnya lima orang. 7) Tenaga guru yang mengajar sedikit, sedangkan murid banyak. 8) Bahan yang diajarkan terlalu banyak, sedangkan alokasi waktu sedikit. g.
Takror atau Musyawarah Mata Pelajaran Musyawarah yang dilakukan di PP. Zumrotut Tholibin adalah musyawarah mata pelajaran atau yang sering santri sebut dengan takror. 1) Jadwal atau waktu Takror Takror dilakukan masing-masing kelas dalam seminggu dilaksanakan sekali waktunya pukul 21.00 sampai 21.30 WIB. Masing-masing kelas memiliki jadwal yang berbedabeda. 2) Model Takror Model pelaksanaan takror di PP. Zumrotut Tholibin dengan diskusi ataupun perdebatan yang dilakukkan antara santri dengan santri untuk mengulas hal-halyang ada dalam yang belum dipahami santri mengenai materi kitab-kitab yang telah dipelajaridengan ustad. Kegiatan ini dipimpin oleh salah satu santri dan saling bergantian.
100
h.
Hafalan Metode ini dilakukan oleh para santri dengan cara menghafal suatu teks tertentu di bawah bimbingan dan pengawasan kiai atau ustadz. Para santri diberi tugas untuk menghafal bacaan-bacaan dalam jangka waktu tertentu. Hafalan yang dimiliki santri ini kemudian disetorkan atau dihalkan dihadapan kiai atau ustadz secara periodik tergantung kepada petunjuk kiai atau ustadz yang bersangkutan (Depag, 2003: 39). Di PP. Zumrotut Tholibin setiap santri dituntut bisa menghafal surat-surat pendek, doa harian dan beberapa nadhoman kitab kuning sesuai dengan tingkatan santri. Seperti nadhoman imriti, alfiah dan bagi santri yang mau menghafal AlQuran disini juga bisa.Dalam metode hafalan ini para santri diberi tugas untuk menghafal bacaan-bacaan tertentu dalam jangka waktu tertentu.Hafalan yang dimiliki santri ini kemudian di “setorkan” dihadapan kyai atau ustadznya.
i.
Bathul Masa‟il Penerapan metode ini di PP. Zumrotut Tholibin dilaksanakan satu tahun sekali, biasanya bersamaan dengan hari dimana pondok pesantren akhirusanah dilaksanakan oleh para kyai, dewan asyatid dan alumni. Kegiatan ini diskusi dan tanya jawab menurut Al-Quran dan Hadist yang membahas permasalahan-
101
permasalahan yang ada dimasyarakat sekitar. Setelah semua disepakati kemudian hasilnya dibukukan. Dalam menggunakan metode Musyawarah atau Bahtsul masa‟il biasanya para kiai atau ustad mempertimbangkan ketentuan-ketentuan berikut: 5) Peserta musyawarah adalah para santri yang berada pada tingkat menengah atau tinggi. 6) Peserta musyawarah tidak memiliki perbedaan kemampuan mencolok.
Ini
dimaksudkan
sebagai
upaya
untuk
mengurangi kegagalan musyawarah. 7) Tidak ada persoalan (materi) yang dimusyawarahkan biasanya ditentukan terlebih dahulu oleh kiai atau ustadz pada pertemuan sebelumnya. 8) Pada beberapa pesantren yang memiliki santri tingkat tinggi, musyawarah dapat dilakukan secara terjadwal sebagai latihan untuk para santri (Depag, 2003: 44). j.
Metode Demonstasi Menurut Syaiful Bahri dan Aswan (2010: 90), metode demonstrasi
adalah
cara
penyajian
pelajaran
dengan
memperagakan atau mempertunjukkan kepada siswa suatu proses, situasi, atau benda tertentu yang dipelajari, baik sebenarnya ataupun tiruan, yang sering disertai dengan penjelasan lisan.
102
Metode ini dilakukan dengan cara memperagakan atau mempraktekan suatu ketrampilan dalam hal pelaksanaan ibadah tertentu yang dilakukan secara perseorangan maupun keelompok dibawah petunjuk atau bimbingan kiai atau ustadz (Depag, 2003: 47). Di PP. Zumrotut Tholibin juga menerapkan metode demonstrasi seperti hasil wawancara penulis kepada beberapa narasumber, Para santri diminta mempraktekkan tata cara wudlu dan salat yang dibimbing oleh pengurus secara langsung. Untuk mengevaluasi sejauh mana pemahaman santri tentang materi dalam kitab Safinatun Najah yang sudah disampaikan atau diajarkan oleh ibu Nyai Hj. Siti Sutijah. 4.
Implementasi Metode Sorogan dalam Mempelajari Kitab Safinatun Najah di Pondok Pesantren Zumrotut Tholibin Di Pondok Pesantren Zumrotut Tholibin Mojo Andong Kabupaten Boyolali, merupakan pondok pesantren yang masih menerapkan
metode
lama
sorogan.Karena
metode
sorogan
merupakan metode pertama yang diterapkan sejak berdirinya Pondok Pesantren Zumrotut Tholibin. Pelaksanaan metode sorogan untuk mengkaji Kitab Safinatun Najah di Pondok Pesantren Zumrotut Tholibin Andongpun diajarkan oleh ibu Nyai Siti Sutijah sendiri, dengan harapkan dapat menjadi pondasi awal untuk menuju tingkatan-tingkatan kitab yang lebih tinggi.
103
Sorogan dilaksanakan dengan cara seorang santri menghadap kiai dengan membawa kitab yang akan diajarkannya. Kiai membacakan kitab kalimat demi kalimat.Kemudian diterjemahkan kedalam bahasa Jawa. Santri menyimak dan ngesahi kitabnya sendiri lalu kiai menyuruh santri untuk mengulang apa yang telah disampaikan kiai agar mendapatkan pengesahan ( Muhtarom, 2005: 178). Realita pelaksanaan metode sorogan dalam mempelajari Kitab Safinatun Najah di Pondok Pesantren Zumrotut Tholibin dilakukan selama 60 menit.5 menit pertama santri membaca do‟a. Selanjutnya 40 menit kedua ibu Nyai Siti Sutijah membacakan kitab sekaligus menerangkan materi yang terdapat dalam Kitab Safinatun Najah. Santri ngesahi atau memaknai kitab yang mereka bawa. Setelah itu ibu Nyai Siti Sutijah melakukan tanya jawab untuk mengetahui pemahaman santri terhadap materi yang sudah diberikan selama 10 menit. Dan 5 menit terakhir doa penutup.Pada pertemuan selanjutnya dengan waktu yang sama tetapi pada 40 menit kedua ibu Nyai Siti Sutijah gunakan untuk santri menyodorkan materi pada pertemuan sebelumnya. Implementasi
metode
sorogandalam
mempelajari
Kitab
Safinatun Najah di Pondok Pesantren Zumrotut Tholibin dapat disimpulkan sebagai berikut:
104
j.
Bu nyai masuk dengan mengucap salam dan membuka dengan Surat Al Fatihah.
k.
Bu nyai menanyakan hal yang belum jelas mengenai bab pada pertemuan sebelumnya.
l.
Jika semua santri sudah sudah jelas semua, kemudian bu nyai tersebut membacakan teks dalam kitab dengan huruf Arab yang dipelajari baik sambil melihat maupun secara hafalan, kemudian memberikan arti/makna kata perkata dengan bahasa yang mudah dipahami.
m.
Santri dengan tekun mendengarkan apa yang dibacakan bu nyai dan mencocokannya dengan kitab yang dibawanya.
n.
Selain mendengarkan, menyimak, dan memaknai santri terkadang juga melakukan mencatat hal-hal yang dirasanya penting.
o.
Ibu nyai, selanjutnya menerangkan mengenai bab yang telah disampaikan tadi.
p.
Ibu nyai, menanyakan kepada santri apa yang belum dipahami santri.
q.
Pertemuan selanjutnya, bu nyai meminta santri saling bergantian untuk membacakan bab yang sebelumnya telah dipelajari dihadapan bu nyai.
r.
Setelah semua selesai,bu nyai mengakhiri dengan doa dan salam
105
Dalam pembelajaran pastinya terdapat evaluasi yang bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh hasil yang telah dicapai dalam proses pendidikan dan pengajaran yang telah dilaksanakan dan untuk mengetahui apakah seorang peserta didik sudah layak untuk terjun ke masyarakat atau melanjutkan ke lembaga pendidikan yang lebih tinggi (Muhtarom, 2005: 182). Evaluasi pembelajaran soroganKitab Safinatun Najah di Pondok Pesantren Zumrotut Tholibin dilakukan santri dengan menyodorkan kitab ke hadapan bu Nyai, kemudian menirukan kembali apa yang telah disampaikan bu nyai sebelumnya, sebelum memulai pelajaran baru. Dalam peristiwa ini, bu nyai melakukan monitoring dan koreksi seperlunya kesalahan atau bacaan sorogan santri. Evaluasi selain itu juga dilakukan dalam bentuk praktek karena Kitab Safinatun Najah didalamnya terdapat materi yang membahas mengenai fiqh ibadah oleh karena itu memerlukan praktek santri agar dalam beribadah tidak terjadi kesalahan. Ibu Nyai Siti Sutijah menyerahkan praktek itu kepada pengurus. D.
Kelebihan dan Kekurangan Metode Sorogandalam Mempelajari Kitab Safinatun Najah di PP. Zumrotut TholibinMojo Andong Berikut ini diaparkan kelebihan dan kekurangan metode sorogan dalam mempelajari Kitab Safinatun Najah di PP. Zumrotut Tholibin Mojo Andong sebagai berikut:
106
3.
Kelebihan
Metode Sorogan dalam mempelajari Kitab Safinatun
Najah Kelebihan
dari
metode
sorogandalam
pembelajaran
Kitab
Safinatun Najah di PP. ZMT sebagai berikut: a.
Antara guru dan santri memiliki hubungan yang lebih dekat. Pada pelaksanaan metode sorogan Kitab Safinatun Najah di PP. Zumrotut Tholibin penulis melihat terjadi kedekatan antara guru dan santri karena santri dapat mengungkapkan apa yang belum dia ketahui secara langsung gurupun akan membagi ilmunya secara langsung kepada santri jadi pemahaman santri akan lebih mendalam. Dalam hal ini santri akan merasa sungkan atau takut apabila tidak dapat membaca, sehingga murid termotivasi untuk belajar.
b.
Kemamapuan masing-masing santri yang berbeda-beda dapat diketahui langsung oleh guru, sehingga perhatian yang diberikan sesuai dengan kemampuan santri. Dalampelaksanaan metode sorogan dalam mempelajari Kitab Safinatun Najah di Pondok Pesantren Zumrotut Tholibin, guru dapat melihat kemampuan langsung santrinya karena masing-masing santri memiliki karakter yang berbeda-beda. Sehingga guru memperlakukan masing-masing santri berbedabeda pula.
107
Santri terkadang ada yang unggul di nahwu sharafnya, ada yang unggul di kosa katanya, terkadang malah ada juga yang sama
sekali
belum
bisa
baca
sehingga
guru
harus
memperlakukan khusus kepada santri tersebut agar tidak tertinggal dengan teman-temannya. c.
Dapat menerapkan kaidah-kaidah bahasa Arab Dalam pelaksanaan sorogan Kitab Safinatun Najah di Pondok Pesantren Zumrotut Tholibin santri ditanyai oleh guru untuk memahami kedudukan kalimat baik dari nahwu atau Sharaf bagi santri yang sudah mahir dalam membacanya. Pembelajaran
menggunakan
metode
ini
merupakan
pengembangan materi yang disampaikan pada madrasah diniyah yang ada di Pondok Pesantren Zumrotut Tholibin. Karena santri yang belajarsorogan Kitab Safinatun Najah itu santri pemula maka yang ditanyakan santripun hanya dasar-dasar dari kaidahkaidah bahasa Arab saja. d.
Menambah kosakata bahasa Arab Pelaksanaan metode sorogan dalam mempelajari Kitab Safinatun Najah di Pondok Pesantren Zumrotut Tholibin menjadikan santri memiliki banyak kosakata bahasa Arab karena dalam memaknai kitab guru menyampaikan satu persatu arti perkata yang ada di dalam kitab dengan jelas dan santri menyalinnya kembali pada kitabnya masing-masing.
108
Jika santri ketinggalan guru dalam memaknai ataupun tidak masuk dalam pertemuan. Santri akan berusaha mencari kosakata yang sudah dipelajari dikamus ataupun bertanya kepada temannya agar tidak tertinggal dengan santri yang lainnya. e.
Menambah wawasan ilmu pengetahuan Dalam pembelajaran sorogan Kitab Safinatin Najah di Pondok Pesantren Zumrotut Tholibin guru setelah memaknai kemudian menerangkan materi apa yang telah dipelajari. Dan guru mengkaitkan materi dengan yang ada dilingkungan agar santri lebih paham. Gurupun member kesempatan santri untuk bertanya hal-hal yang belum santri ketahui. Guru dalam pembelajaran biasanya juga memberikan cerita atau pengalaman agar santri termotivasi untuk bertanya ataupun santri dapat lebih memahami materi yang disampaikan guru.
4.
Kekurangan Metode Sorogan dalam Mempelajari Kitab Safinatun Najah Kekurangan metode sorogandalam mempelajari Kitab Safinatun Najah di Pondok Pesantren Zumrotut Tholibin sebagai berikut: a.
Tidak efisien karena santri terlalu banyak sehingga santri yang sudah selesai menyodorkan tidak mau memperhatikan temennya yang sedang maju oleh karena itu terjadi kegaduhan. Pelaksanaan metode sorogan dalam mempelajari Kitab Safinatun Najah di Pondok Pesantren Zumrotut Tholibin 109
memang ibu Nyai Siti Sutijah sekali dalam pertemuan menghadapi 20 santri sampai 25 santri hal ini sebetulnya membuat pembelajaran tidak efektif. Walaupun ibu Nyai Siti Sutijah sudah membuat sistem sehari untuk memaknai dan menerangkan dan hari berikutnya untuk sorogan. Santri
yang sudah
menyodorkan atau
menyorogkan
biasanya malah membuat kegaduhan dibelakang, selain begitu santri harus bersuara keras agar bu Nyai Siti Sutijah dapat mendengar. Santri yang belum majupun kadang tak mau mendengarkan yang sedang maju, sehingga ibu Nyai Siti Sutijah harus mengulang kesalahan yang sama terhadap santri. b.
Santri
membutuhkan
persiapan
matang
sebelum
pembelajaran. Metode sorogan berbeda dengan metode yang lain karena metode ini santri diharapkan sebelum mengikuti pembelajaran terlebih dulu harus belajar karena evaluasi yang ada pada metode sorogandilaksanakan secara langsung. Jadi setiap santri harus selalu mempersiapkan ataupun belajar sebelum mengikuti pembelajaran dengan melengkapi makna atau yang lain. c.
Santri cepat bosan karena metode ini membutuhkan kesabaran, kerajinan dan disiplin untuk pribadi masing-masing santri. Pelaksanaan metode sorogan dalam mempelajari Kitab Safinatun Najah di Pondok Pesantren Zumrotut Tholibin
110
membutuhkan waktu yang lama karena santri yang terlalu banyak dan harus menyodorkan kitab satu persatu. Oleh karena itu dibutuhkan kesabaran santri dalam menunggu antrian kepada santri yang lain. Pelaksanakan
ini
juga
membutuhkan
kerajinan
dan
kedisiplinan karena sehari saja tidak masuk santri akan tertinggal dengan santri lainnya. Karena metode sorogan adalah metode yang sifatnya pribadi atau individu. jika santri tertinggal maka santri harus melengkapi maknaan kepada temannya. d.
Membutuhkan Waktu yang lama Pembelajaran sorogan Kitab Safinatun Najah di Pondok Pesantren Zumrotut Tholibin di ikuti terlalu banyak santri sehingga waktu yang dibutuhkan untuk menyodorkan santri lama karena harus berantri terkadang santri malah belum siap untuk
menyodorkan
sehingga
pembelajaran.
111
menambah
waktu
lama
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa: 1. Implementasi metode sorogan dalam mempelajari Kitab Safinatun Najah di Pondok Pesantren Zumrotut Tholibin berjalan dengan baik sesuai dengan teknis pembelajaran. Metode ini sudah diterapkan sejak awal berdirinya Pondok Pesantren Zumrotut Tholibin hingga sekarang karena metode ini dianggap sangat efektif untuk mengetahui kemampuan masing-masing santri. Pelaksanaan metode sorogan dalam mempelajari Kitab Safinatun Najah di Pondok Pesantren Zumrotut Tholibin meliputi: Guru masuk dengan mengucap salam dan membuka dengan Surat Al Fatihah, kemudian bu nyai tersebut membacakan teks dalam kitab dengan huruf Arab yang dipelajari baik sambil melihat maupun secara hafalan, kemudian memberikan arti/makna kata perkata dengan bahasa yang mudah dipahami, Santri dengan tekun mendengarkan apa yang dibacakan bu nyai dan mencocokannya dengan kitab yang dibawanya, Selain mendengarkan, menyimak, dan memaknai santri terkadang juga melakukan mencatat hal-hal yang dirasanya penting, guru selanjutnya menerangkan mengenai bab yang telah disampaikan tadi,, menanyakan kepada santri apa yang belum dipahami santri. Pertemuan selanjutnya, bu nyai meminta santri saling bergantian 112
untuk membacakan bab yang sebelumnya telah dipelajari dihadapan guru Setelah semua selesai,bu nyai mengakhiri dengan doa dan salam 2. Kelebihan dan Kekurangan metode sorogan Kitab Safinatun Najah di Pondok Pesantren Zumrotut Tholibin a.
Kelebihan Kelebihan dari metode sorogandalam pembelajaran Kitab Safinatun Najah di PP. ZMT sebagai berikut: (1)Antara guru dan santri memiliki hubungan yang lebih dekat.(2) Kemamapuan masing-masing santri yang berbeda-beda dapat diketahui langsung oleh guru, sehingga perhatian yang diberikan sesuai dengan kemampuan santri.(3) Dapat menerapkan kaidah-kaidah bahasa
Arab.(4)
Menambah
kosakata
bahasa
Arab.(5)
Menambah wawasan ilmu pengetahuan b.
Kekurangan Kekurangan metode sorogan terangkum sebagai berikut: (1)Tidak efisien karena santri terlalu banyak sehingga santri yang sudah selesai menyodorkan tidak mau memperhatikan temennya yang sedang maju oleh sebab itu menimbulkan kegaduhan. (2) Santri membutuhkan persiapan matang sebelum pembelajaran. (3) Santri cepat bosan karena metode ini membutuhkan kesabaran, kerajinan dan disiplin untuk pribadi masing-masing santri.(4) Membutuhkan waktu yang lama.
B. Saran 113
Dari penelitian tentang implementasi metode sorogan dalam mempelajari Kitab Safinatun Najah di Pondok Pesantren Zumrotut Tholibin Mojo Andong Kabupaten Boyolali ini, ada beberapa saran yang bisa kami berikan sebagai berikut: 1.
Untuk Pengurus : a.
Diperbanyak
ustad
untuk
mengajar
sorogan
agar
pembelajarannya bisa optimal. b.
Perkelompok santri yang mengikuti sorogan tidak lebih dari orang 7 agar pembelajaran dapat efektif dan esisien.
c.
Menyiapkan absensi untuk santri yang mengikuti sorogan agar santri dapat terkontrol dengan baik.
2.
Untuk Asatidz : a.
Meningkatkan pengetahuan agar santri tidak bosan dalam pembelajaran.
b.
Dapat
mengatur
waktu
pembelajaran
secara
maksimal
pembelajaran dapat berjalan secara optimal. 3.
Untuk Santri: a.
Santri hendaknya selalu belajar memaknai agar tidak tertinggal dengan temannya.
b.
Santri tidak perlu segan untuk mengungkapkan kesulitan yang dihadapi kepada ustad.
114
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Nunu dkk.2010. Otoritas Pesantren dan Perubahan Sosial. Jakarta: Puslitbang Pendidikan Agama dan Keagamaan. Arief, Armai. 2002. Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam. Jakarta: Ciputat Press. Arifin. 1995. Kapita Selekta Pendidikan Islam dan Umum. Jakarta: Bumi Aksara. Arikunto, Suharsimi. 1997. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis, Jakarta : Rineka Cipta. Astuti, Yuni. 2007. Aktualisasi Nilai-Nilai Kecakapan Hidup Melalui Metode Sorogan Dalam Pembelajaran Kitab Kuning (Study Kasus di Pondok Pesantren Darul Huda Mayak Tonatan Ponorogo), Skripsi. Fakultas Tarbiyah. STAIN Ponorogo. Barizi, Ahmad. 2011. Pendidikan Integratif, Akar Tradisi dan Integrasi Keilmuan Pendidikan Islam. Malang: UIN Maliki Press. Daulay, Haidar. 2004. Pendidikan Islam Dalam Sistem Pendidikan Nasional Indonesia. Jakarta: Prenada Media. Dhohier, Zamakhasyari. 2011. Tradisi Pesantren Study Pandang Hidup Kyai dan Visinya Mengenai Masa Depan Indonesia. Jakarta: LP3ES. Departemen Agama RI. 2003. Pondok Pesantren dan Madrasah Diniyah Pertumbuhan dan Perkembangannya. Jakarta: Direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam. Departemen Pendidikan Nasional.2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Gunawan, Heri. 2014. Pendidikan Islam Kajian Teoritis dan Pemikiran Tokoh. Babdung: PT Remaja Rosdakarya. Hadi, Sutrisno. 1994. MetodologiResearch.Yogyakarta : UGM Press. Halim, dkk. 2005. Manajemen Pesantren. Yogyakarta: Pustaka Pesantren. Mas‟ud, Abdurrahman. 2005. Reproduksi Ulama di Era Globalisasi Resistentasi Tradisional Islam. Jogyakarta: Pustaka Pelajar. Muhaimin, Abdul dkk. 2007. Praktis Pembelajaran Pesantren. Yogyakarta: Forum Pesantren. Nasir, Ridlwan. 2005. Mencari Tipologi Format Pendidikan Ideal. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Lexy, J. Moleong. 2009. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. Rokib, Moh. 2009. Ilmu Pendidikan Islam. Yogyakarta: LKIS Saerozi, Moh. 2013. Pembaharuan Pendidikan Islam Studi Historis Indonesia dan Malaysia 1900-1942. Yogyakarta: Tiara Wacana.
115
Siddiqoh, 2011.Model Pembelajaran Di Pondok Pesantren Salaf Al- Ittihaad Putri Poncol Popongan Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang Tahun 1431/1432 H, Skripsi. Fakultas Tarbiyah. STAIN Salatiga. Salim Bin Smeer Al Hadhrami. tt. Matan Safinatun Najah. Semarang: Al Alawiyyah. Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta. Zubaedi. 2007. Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Pesantren. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Zubaidah, Siti dkk. 2014. Sejarah Pendidikan Islami. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Id.m.wikipedia.org diunduh 13 november 2014 http://www.ummulquran.sch.id diunduh 17 desember 2014. http://ponpeszumro.tripod.com/sejarah.html unduh 11 juli 2015.
116
LAMPIRAN 1 PROGAM KEGIATAN PONDOK PESANTREN ZUMROTUT THOLIBIN 2014 – 2015 NO JENIS KEGIATAN I KEGIATAN HARIAN 1 Jama‟ah Sholat 2 Sorogan Al Qur‟an Dan Kitab Kuning 3 Ta‟lim Madrasah Diniyah 4 Ta‟lim Kitab Kuning 5 6 7 II 1 2 3 4 5 6 7 8
III 1 2 3 4 5 IV 1
Tartil Alqur‟an Dan Musyafahah Jama‟ah Mujahadah Malam Kebersihan KEGIATAN MINGGUAN Tahlil Di Maqbaroh Siti Inggil Bangsal Tahlil Di Serambi Masjid Pembacaan Al Berzanji Pembacaan Manaqib Bahtsul Masa‟il Ro‟an Bersama Praktek Kajian Ilmu Fqih Kegiatan ekstra kulikuler a. Seni Baca Alqur‟an b. Seni Rebana c. Olah Raga KEGIATAN BULANAN Musyawarah Sugro Musyawarah Kubro Sowan Simbah Kyai & Laporan Kepengurusan Operasi Kamar Temu Wicoro KEGITAN TAHUNAN Peringatan Hari Besar Islam a. Muharram b. Maulid Nabi c. Isro‟ Mi‟roj d. Idul Adha e. Idul Fitri 117
KETERANGAN / WAKTU Maghrib , Isya‟, Shubuh Dan Ashar Ba‟da Maghrib Dan Ba‟da Shubuh Ba‟da Ashar Dan Ba‟da Isya‟ Ba‟da Subuh, Ba‟da Dzuhur, Ba‟da Maghrib, Ba‟da Isya‟& Ba‟da Diniyah Malam Ba‟da maghrib, Isya‟, dan Subuh, Ba‟da Diniyah Malam Setiap Pagi Jum‟at Ba‟da Shubuh Malam Jum‟at Ba‟da Maghrib Malam Jum‟at Ba‟da Isya‟
Jum‟at Dan Mingu Pagi Jum‟at sore Minggu Pagi Jum‟at Sore
Tanggal 05 (Lima) Masehi Tanggal 11(Sebelas) Masehi 1 (Satu) Bulan Sekali Tanggal 01 (Satu) Masehi Tri Wulan
Tanggal 10 Muharram Tanggal 12 Robi‟ul Awal Tanggal 27 Rojab Tanggal 10 Dzulhijjah Tanngal 01 Syawal
2 3 4 5
Kilatan Bulan Romadhan Kilatan Bulan Maulud Haul Simbah Kyai Zuhdi Akhirussanah Dan Pertemuan Wali Santri 6 Pertemuan alumni 7 Lomba kamar 8 Halal Bi halal 9 LPJ Sumber : Dokumen P.P. ZMT 2014
Tanggal 01 – 25 Romadhan Tanggal 01 – 12 Robi‟ul Awal Malam Jum‟at Awal Rojab Tanggal 16 Sya‟ban Tanggal 16 sya‟ban 2 Hari Sebelum Akhirussanah Tanggal 04 Syawal Akhir tahun
LAMPIRAN 2 KALENDER TARBIYYAH MADDIN DAN PONPES. TAHUN DIROSIYYAH 1435 / 1436 H // 2014 / 2015 M NO 1
HARI
TANGGAL MASIHIY 01 – 02 Agustus 2014 02 Agustus 2014
TANGGAL HIJRIYAH 04 – 05 Syawal 1435 05 // 06 Syawal 1435
2
JumSab Sabtu
3
Selasa
05 Agustus 2014
08 Syawal 1435
4
Rabu
06 Agustus 2014
09 // 10 Syawal 1435
5
Kamis
07 Agustus 2014
10 Syawal 1435
6
8
Ahad
9
Ahad
08 Agustus 2014 15 Agustus 2014 17 Agustus 2014 17 Agustus 2014
11 Syawal 1435
7
Jum’a t Jum‟at
KETERANGAN - Silaturrahmi Masyayikh Pontren. & Maddin. - Perumusan Jawaban Bahtsul Masail Asatidz Pontren. di Pertemuan Alumni Pontren. - Pertemuan Alumni Pontren. & Bahtsul Masail dirumah Bapak Parmin Nglarik Purwodadi - Persiapan Pelaksanaan Baromij Pontren. & Maddin. Tadir. 1434 / 1435 H // 2013 / 2014 M - Halal Bihalal Asatidz, Santri Pontren. & Maddin. - Pengarahan Awal Kegiatan & Ta‟lim Harian Pontren. - Pengarahan Awal Masuk Dirosah Semester Gasal - Penataan Ruang Kelas & Stuktur Organisasi Santri Maddin. di pimpin Mustahiq Fashl - Awal Dirosah Semester Gasal
18 // 19 Syawal 1435 20 Syawal 1435
- Musyawaroh Rutin Maddin.
20 // 21 Syawal 1435
- Haul Simbah KH. Syahid Qulyubiy
118
- Hari Kemerdekaan RI
10
Senin
11
Kamis
12
Sabtu
13
Selasa
14 15
SabRa Senin
16
Kamis
17
Kamis
18
Jum‟at
19
Ahad
20
Selasa
21
Kamis
22
Jum‟at
23
Kamis
24
25 Agustus 2014 11 September 2014 13 September 2014 23 September 2014 04 – 08 Oktober 2014 13 Oktober 2014 16 Oktober 2014 23 Oktober 2014 24 Oktober 2014 02 Nopember 2014 11 Nopember 2014
28 // 29 Syawal 1435 16 // 17 Dzul Qo‟dah 1435 18 // 19 Dzul Qo‟dah 1435 28 // 29 Dzul Qo‟dah 1435 09 // 10-13 Dzul Hijjah 1435 18 // 19 Dzul Hijjah 1435 21 // 22 Dzul Hijjah 1435 28 // 29 Dzul Hijjah 1435 29 DH // 01 Muharram 1436 09 // 10 Muharram 1436 18 // 19 Muharram 1436
20 Nopember 2014 21 Nopember 2014 04 Desember 2014
27 // 28 Muharram 1436 28 // 29 Muharram 1436 11 Shofar 1436
Kamis
04 Desember 2014
11 // 12 Shofar 1436
25
Jum‟at
26
SabKa Ju-Sab
05 Desember 2014 06 – 11 Desember 2014 12 – 13
12 // 13 Shofar 1436 13 – 18 Shofar 1436 19 – 20 Shofar
27
119
- Musyawaroh Kubro Pontren. & Maddin. - Muhadloroh Kubro Jum‟at Wage - Musyawaroh Rutin Maddin. - Musyawaroh Kubro Pontren. & Maddin. - PHBI Hari Raya Idhul Adha & Tasyriq - Musyawaroh Rutin Maddin. - Muhadloroh Kubro Jum‟at Wage - Musyawaroh Kubro Pontren. & Maddin. - PHBI Tahun Baru Hijriyyah / Do‟a Bersama Pontren. - Mujahadah Kubro Malam 10 „Asyuro Pontren. - Musyawaroh Rutin Maddin. - Penyusunan Naskah Soal Ujian Smt. Gasal - Penyusunan Data Ta‟ridl & Syarat Ujian Semester Gasal - Pembentukan Lajnah Ujian Semester Gasal & Ta‟ridl - Muhadloroh Kubro Jum‟at Wage - Musyawaroh Kubro Pontren. & Maddin. - Akhir Dirosah Semester Gasal - Pengarahan Ujian Semester Gasal - Pengarahan Ta‟ridl sebagai Syarat Ujian Semester Gasal - Pengumpulan Naskah Soal Ujian Smt. Gasal - Pengumpulan Data Ta‟ridl & Syarat Ujian Semester Gasal - Persiapan Ta‟ridl Dirosah Semester Gasal - Ta‟ridl Dirosah Semester Gasal - Persiapan Ujian Semester Gasal
28
Ah-Sa
29
Ahad
30
Ahad
31
Sel-Ju
32
Sabtu
Desember 2014 14 – 20 Desember 2014 21 Desember 2014 21 Desember 2014 23 Des 2014– 02Jan 2015 03 Januari 2015
33
Rabu
07 Januari 2015
34
Kamis
35
Jum‟at
08 Januari 2015 09 Januari 2015
36
Senin
19 Januari 2015
37
Kamis
29 Januari 2015
38
Ahad
39
Rabu
40
Kamis
08 Pebruari 2015 18 Pebruari 2015 05 Maret 2015
41
Senin
09 Maret 2015
42
Kamis
19 Maret 2015
43
Rabu
08 April 2015
44
Kamis
09 April 2015
45
Sabtu
18 April 2015
1436 21 – 27 Shofar 1436 28 Shofar 1436 28 // 29 Shofar 1436 01 – 11 Robi‟ul Awal 1436 12 // 13 Robi‟ul Awal 1436 16 Robi‟ul awal 1436 17 Robi’ul awal 1436 18 // 19 Robi‟ul Awal 1436 28 // 29 Robi‟ul Awal 1436 08 // 09 Robi‟ul Akhir 1436 18 //19 Robi‟ul Akhir 1436 28 // 29 Robi‟ul Akhir 1436 14 // 15 Jumadil Awal 1436 18 // 19 Jumadil Awal 1436 28 // 29 Jumadil Awal 1436 18 // 19 Jumadil Akhir 1436
19 // 20 Jumadil Akhir 1436 28 // 29 Jumadil Akhir 1436
120
- Ujian Semester Gasal - Pengarahan Awal Masuk Dirosah Semester Genap - Pembubaran Lajnah Ujian Semester Gasal & Ta‟ridl - Libur / Ta‟lim Kitab Bulan Maulid Pontren. - PHBI Maulid Nabi / Mujahadah Kubro Pontren. - Pembagian Nilai Raport Semester Gasal - Awal Dirosah Semester Genap - Musyawaroh Rutin Maddin. - Musyawaroh Kubro Pontren. & Maddin. - Muhadloroh Kubro Jum‟at Wage - Musyawaroh Rutin Maddin. - Musyawaroh Kubro Pontren. & Maddin. - Muhadloroh Kubro Jum‟at Wage - Musyawaroh Rutin Maddin. - Musyawaroh Kubro Pontren. & Maddin. - Musyawaroh Rutin Maddin. - Penyusunan Naskah Soal Ujian Smt. Genap - Penyusunan Data Ta‟ridl & Syarat Ujian Semester Genap - Pembentukan Lajnah Ujian Semester Genap & Ta‟ridl - Muhadloroh Kubro Jum‟at Wage - Musyawaroh Kubro Pontren. & Maddin. - Pembentukan Lajnah Haul & Akhirussanah Pontren. & Maddin.
46
Kamis
23 April 2015
47
Rabu
06 Mei 2015
48
Rabu
06 Mei 2015
17 // 18 Rojab 1436
49
Kamis
07 Mei 2015
50
Ju-Rab 08 – 13 Mei 2015 Kam14 – 15 Mei Ju 2015 Jum‟at 15 Mei 2015
18 // 19 Rojab 1436 19 – 24 Rojab 1436 25 – 26 Rojab 1436 26 // 27 Rojab 1436 28 Roj – 04 Sya‟ban 1436 05 Sya‟ban 1436
51 52
04 // 05 Rojab 1436 17 Rojab 1436
54
AhSab Ahad
17 – 23 Mei 2015 24 Mei 2015
55
Ahad
24 Mei 2015
05 // 06 Sya‟ban 1436
56
AhRab
24 – 27 Mei 2015
05 – 08 Sya‟ban 1436
57
Rabu
27 Mei 2015
08 Sya‟ban 1436
58
RabKa Ju-
27 – 28 Mei 2015 29 Mei – 04
08 – 09 Sya‟ban 1436 10 – 16 Sya‟ban
53
59
121
- Haul Simbah KH. Muslim Zuhdiy Hasan - Akhir Dirosah Semester Genap - Pengarahan Ujian Semester Genap - Pengarahan Ta‟ridl sebagai Syarat Ujian Semester Genap - Pengumpulan Naskah Soal Ujian Semester Genap - Pengumpulan Data Ta‟ridl & Syarat Ujian Semester Genap - Penyusunan Naskah Soal Ujian Akhir Fashl Al Ibtida‟iyyah IV, Al Mutawassithoh III & Al „Aliyyah III - Pembentukan Lajnah Ujian Akhir - Persiapan Ta‟ridl Dirosah Semester Genap - Ta‟ridl Dirosah Semester Genap - Persiapan Ujian Semester Genap - PHBI Isro‟ Mi‟roj / Mujahadah Kubro Pontren. - Ujian Semester Genap - Pengarahan Ujian Akhir Fashl Al Ibtida‟iyyah III, Al Mutawassithoh III & Al „Aliyyah III - Pengarahan Musabaqoh Tilawatil Qur‟an, Musabaqoh Kutubil Fiqh & Class Meeting - Pembubaran Lajnah Ujian Semester Genap & Ta‟ridl - Pengumpulan Naskah Soal Ujian Akhir Fashl Al Ibtida‟iyyah III, Al Mutawassithoh III & Al „Aliyyah III - Musabaqoh Tilawatil Qur‟an - Musabaqoh Kutubil Fiqh - Class Meeting - Pertemuan dzuriyyah & masyarakat dalam acara Haul & Akhirussanah Pontren. & Maddin. - Persiapan Ujian Akhir - Ujian Akhir Fashl Al Ibtida‟iyyah III,
60
Kam Jum‟at
Juni 2015 05 Juni 2015
61
Ah-Sel 07 – 09 Juni 2014
62
SenRa Rabu KaSen Senin
63 64 65
08 – 10 Juni 2015 10 Juni 2015 11 – 15 Juni 2015 15 Juni 2015
1436 17 // 18 Sya‟ban 1436 19 – 21 Sya‟ban 1436
20 – 22 Sya‟ban 1436 22 Sya‟ban 1436 23 – 27 Sya‟ban 1436 27 // 28 Sya‟ban 1436
01 – 25 Romadlon 1436 67 Senin 26 // 27 Romadlon 1436 68 Sel-Ah 14 – 26 Juli 27 Rom – 09 2015 Syawal 1436 Sumber: Dokumen P.P. ZMT 2014 66
Ka-Ah
18 Juni – 12 Juli 2015 13 Juli 2015
Al Mutawassithoh III & Al „Aliyyah III - Pembubaran Lajnah Ujian Akhir - Pertemuan Wali Santri & Alumni Pontren. - Pembagian Nilai Raport Semester Genap - Pemberian Syahadah Khotam Juz „Amma Bil Ghoib Fasl Al Ibtida‟iyyah I / II - Pemberian Syahadah Khotam 30 Juz Al Qur‟an Bil Ghoib Fashl Al „Aliyyah III - Pemberian Syahadah Kelulusan Fashl Al Ibtida‟iyyah III, Al Mutawassithoh III & Al „Aliyyah III - Pengajian Akhirussanah & Haul Simbah KH. Muslim Zuhdiy Hasan - Pembubaran Lajnah Haul & Akhirussanah Pontren. & Maddin. - Muwada‟ah Asatidz & Santri - Liburan Bulan Sya‟ban - Rancangan Baromij Pontren. & Maddin. Tadir. 1436 / 1437 H // 2015 / 2016 M - Pembagian Tugas Tadris Asatidz Maddin. - Ta‟lim & Khotaman Kitab Bulan Romadlon Pontren. - Ketetapan Baromij Pontren. & Maddin. Tadir. 1436 / 1437 H // 2015 / 2016 M - Liburan Bulan Romadlon & Syawal
LAMPIRAN 3 DAFTAR ASATIDZ PONDOK PESANTREN DAN MADRASAH DINIYYAH TAHUN DIROSIYYAH 1435 / 1436 H // 2014 / 2015 M No
NAMA LENGKAP
TEMPAT / TANGGAL LAHIR
PEND. AKHIR
122
MASA MENGAJAR DARI
SAMPAI
ALAMAT
1.
1 1 KH. Ali Hasan
Karangjoho Mojo Andong Boyolali Byl, 1938
KH. Drs Muslim Choiri
Byl, 1955
KH. Fatkhur Rozi
Byl, 1945
Nyai Hj. Siti Sutijah Gus Ahmad Listijabi Gus Ahyar Mubarok S.Pd.I Gus H. Iwan Hafidz Zaini S.H.I Gus Tanwirul Hadi M.Pd.I Ust. Muhammad Muhtarom Ust. Amri Yahya S.Pd.I
Byl, 05 Agt 1955 Byl, 09 Agt 1975
Pon. Pes Liboyoll o Pon.Pes Ploso dan Gontor Pon. Pes Bandung Sari Pon. Pes Termas MAN
2000
Byl, 15 Jan 1983
S1
2002
Byl, 31 Jan 1983
S1
2008
Srg, 25 Juni 1980
S2
2011
Grb, 14 Jan 1971 Byl, 18 Feb 1973 Grb, 03 Nop 1976
SMA S1
1997 1997
MA
1998
2010
Ust. Sulistiyo S.Pd.I Ust. Sigit Hardiyanto S.Pd.I
Byl, 28 Des 1978
SI
1999
2014
Byl, 26 Mei 1982
S1
2002
2014
Ust. M. Munajat S.Pd
Byl, 29 Okt 1985
S1
2004
2014
Ust. Ahmad Kholil S.Pd.I Ust. Ahmad Mahfudz S.Pd.I Ust. Muhammad Sholihun Ust. Ali Syamsudin S.Pd.I
Byl, 05 Agt 1983
S1
2005
2013
Byl, 06 Feb 1983 Smg, 14 Apr 1983 Grb, 10 Apr 1984 Srg, 21 April 1981
S1
2005
2012
MA S1
2005 2005
2011 2014
S1
2004
Grb, 01 Apr 1983
MA
2006
Grb, 09 Mei 1984
S1
2005
Grb, 08 Agt 1985 Smg, 23 Mei 1987
S1
2005
D2
2005
2013
Byl 19 Des 1984
S1
2005
2014
Byl, 14 Jun 1984
MA
2006
2012
Byl, 29 Jun 1979
S1
2005
2012
Grb, 14 Jun 1985 Byl, 23 Okt 1974
S1 MA
2005 2004
Byl, 18 Apr 1974 Byl, 05 Mei 1979 Byl, 17 Juli 1980 Byl, 20 Mei 1986 Byl, 10 Mar 1985
SI SMK SI MA MA
2004 2005 2012 2006 2006
2 3 4 5 6 7 8 5 6 7
Ust. Muhammad Muhadi
Karangjoho Mojo Andong Boyolali Karangjoho Mojo Andong Boyolali Karangjoho Mojo Andong Boyolali Karangjoho Mojo Andong Boyolali Karangjoho Mojo Andong Boyolali
2010 2014
Nyaen Trobayan Kalijambe Sragen Magersari Mojo Andong Boyolali Suru Suru Geyer Grobogan
8 9 10 11 12 13 14 15
Ust. Purmono S.Pd.I 16 17 18
Ust. Muhammad Jazuli Ust. Muhammad Umar Dani S.Pd.I Ust. Muhammad Khudlori S.Pd.I
19 Ust. Syamsul Arif S.Pd.I
2012
22 23 24 25 26 27 28 29
Ust. Dwi Arto S.Pd.I Ust. Muhammad Nur Rohim (Jlg) Ust. Muhammad Mahmudi S.Pd.I Ust. Muhammad Musta’in S.Pd.I Ust. Muhaimin Ust. Ahmad Turmudzi S.Pd.I Ust. Nur Huda Ust. Rudi Iryanto S.Pd.I Ust. Muhammad Mahasin Ust. Ali Masykur
Glagahombo Blumbang Klego Boyolali Kartoharjo Sendangrejo Klego Boyolali Tegalsari Pengkol Karanggede Boyolali Karangjati Karangjati Wonosegoro Boyolali Karangjati Karangjati Wonosegoro Boyolali Karangkepoh Bakalrejo Susukan Semarang Suru Suru Geyer Grobogan Sempulur Sempulur Karanggede Boyolali Cabean Ngraji Purwodadi Grobogan Gemulung Sobo Geyer Grobogan Gemulung Sobo Geyer Grobogan
20 21
Kacangan Kacangan Andong Boyolali Nglangak Gemolong Salam Sragen
Krisik Kedungringin Suruh Semarang Glagahombo Blumbang Klego Boyolali Jlegong Banyuurip Klego Boyolali Tlangu Ketitang Nogosari Boyolali Bogo Sempu Andong Boyolali
123
2013 2013 2013 2012 2010
Selang Pakang Andong Boyolali Ngembat Sempu Andong Boyolali Selang Pakang Andong Boyolali Kliwonan Mojo Andong Boyolali Ngroto Pentur Simo Boyolali Gagatan Ketoyan Wonosegoro
30 31 32 33 34
Ust. Aziz Nuryantho S.Pd.I Ust. Sirojul Munir S.Pd.I Ust. Abdurrahman Wahid Ust. Indra Purnomo S.Pd.SD Ust. Muhammad Nur Rohim (KM)
35 36 37 38
Ust. Annajmuts Tsaqib Ust. Andi Prasetyo S.Pd.I Ust. Muhammad Rozi Ust. M. Saifuddin Iskandar S.Pd.I
39 40 41 42
Ust. Ali Ma’sum Ust. M. Khoironi S.Pd.SD Ust. Edi Waluyo S.Pd Ust. Rohmat Fahrudin S.Pd.I
Boyolali Kedungwuluh Temon Simo Boyolali Byl, 02 Apr 1985 Grb, 15 Des 1986
D2 D2
2007 2008
2013 2012
Grb, 15 Juli 1987 Kbm, 23 Apr 1985
MA
2008
2014
S1
2009
2014
Byl, 20 Juli 1986 Kr.Any, 19 Mar 1992 Pati, 28 Mei 1992
MA
2010
2014
MA S1
2010 2010
Byl, 23 Sep 1989
MA
2010
Byl, 15 Apr 1989 Smg, 10 Okt 1989 Byl, 30 Jan 1989 Byl, 08 Nov 1990
S1
2010
MA S1 S1
2010 2010 2011
Srg, 28 Juni 1992
S1
2011
Byl, 28 Des 1990
MI
2011
Byl, 10 Des 1991
S1
2011
Grb, 24 Des 1992
S1
2011
Byl, 20 Agt 1992 Mdn, 24 Maret 1993
MA
2011
MA
2011
Byl, 10 Feb 1991
S1
2011
Srk, 03 Okt 1992
SMAN
2011
Byl, 27 Okt 1992 Pekanbaru,13 Agt 1993
S1
2013
D2
2013
Grb, 06 Jan 1991 Grb, 20 Okt 1992 Lampung, 23 Nov 1993 Grb, 23 Juni 1993 Ngawi, 04 Juni 1995
MA MA
2013 2013
MA
2013
MA
2013
MA
2013
Grb, 08 Nov 1994 Smg, 12 Jan 1992 Srg, 24 Jan 1993 Grb, 12 Agt 1994 Grb, 13 Maret 1995 Byl,
SMAN SMK SMP D3
2014 2014 2014 2014
SMP S1
2014 2014
Karangkepoh Bakalrejo Susukan Semarang Ngroto Pentur Simo Boyolali Glinggang Kendel Kemusu Boyolali Ngasinan Ngargotirto Sumberlawang Sragen Glagahombo Blumbang Klego Boyolali Mlangi Gedengsari Kemusu Boyolali Tuwung Suru Geyer Grobogan
43 44 45 46
Ust. Muhammad Qulyubi Ust. Muhammad Istadi S.Pd.I Ust. Muhammad Zaini S.Pd.I Ust. Muhammad Aminanto
47 48
Ust. A. Saifudin Fitri Ust. Muhammad Haryanto S.Pd.I
Waru Pengkol Karanggede Boyolali 2013 Tugaten Sidodadi Mejayan Madiun Setrojiwo Kadipaten Andong Boyolali Demangan Srangkah Pasarkliwon Surakarta Gandu Karanggatak Klego Boyolali
49 50 51 52 53 54 55
Ust. Joko Prayitno Ust. M. Iskandar (Gd) S.Pd.I Ust. Abdul Bashir Al Haq A.Md Ust. Muhammad Ma’shum Ust. Ahmad Syamsuddin Ust. Muhammad Ihsanuddin Ust. Muhammad Saifuddin
56 Ust. Ali Ahsan Fasha
Pancan Getasrejo Grobogan Grobogan Gemulung Sobo Geyer Grobogan
57 58 59 60 61 62
Ust. M.Habib Amiruddin Ust. Abdurohman (Tm) Ust. Abdur Rozaq Ust. Yayan Setiawan Ust. Gustaf M. Farisi Ustz. Siti Nur Hayati
Suru Suru Geyer Grobogan Cabean Ngraji Purwodadi Grobogan Bendamungal Tunggalroso Prembun Kebumen Glagahombo Blumbang Klego Boyolali Blencan Tuban Gondangrejo Karanganyar Payaman Sriwedari Jaken Pati Karangjati Karangjati Wonosegoro Boyolali Jatirejo Pentur Simo Boyolali
Sumber: Dokumen P.P. ZMT 2014 124
2015
Lengkong Sobo Geyer Grobogan Negaratulangbawang Bungamayang Lampung Utara Wadak Wadak Pulo Kulon Grobogan Kedungbanteng Sirigan Paron Ngawi Bantarangin Gundi Geyer Grobogan Langon Tawang Susukan Semarang Ngamban Gawan Tanon Sragen Gemulung Sobo Geyer Grobogan Jln.Soponyono 06 No. 29/A Purwodadi Grb. Karangjoho Mojo Andong Boyolali
Lampiran 4.a PedomanWawancara I. Untukpedomanwawancarapengasuh PP. ZumrotutTholibin
Mojo
AndongBoyolali. A. IdentitasInforman 1. Nama
:
2. Usia
:
3. Jabatan
:
4. Wawancarahari / tanggal
:
5. Tempat
:
B. SasaranWawancara 1. Pelaksanaansistempendidikan di PP. ZumrotutTholibin. 2. Penerapansistempembelajaran di PP. ZumrotutTholibin. 3. PelaksanaanmetodesorogandalammempelajarikitabSafinatunNajah di PP. ZumrotutTholibin. 4. KekurangandankelebihanmetodesorogandalammempelajarikitabSafi natunNajah di PP. ZumrotutTholibin. C. Butir- butirpertanyaan 1.1 1.2
Bagaimanasistempendidikan yang digunakan di PP. ZumrotutTholibin? Apakahtujuanpendidikan di PP. ZumrotutTholibinpadasantri ?
1.3
Apaharapanpengasuhpadasantri
yang
masihbelajar
PP.
ZumrotutTholibin ? 2.1
Metodepembelajaranapakah ZumrotutTholibin? 125
yang
diterapkan
di
PP.
2.2
Bagaimanaevaluasipembelajaran di PP. ZumrotutTholibin?
3.1 BagaimanapelaksanaanmetodesorogandalammempelajarikitabSafi nnatunNajah di PP. ZumrotutTholibin ? 3.2
4.1
BagaimanasikapsantriketikamempelajarikitabSafinatunNajahdenga nmetodesorogan di PP. ZumrotutTholibin ? Apakahkelebihandankekuranganmetodesoroganterhadapsantri di PP. ZumrotutTholibin?
126
LAMPIRAN 4.b PedomanWawancara II. Untukpedomanwawancarapengurus
PP.
ZumrotutTholibin
MojoAndongBoyolali. A. IdentitasInforman 1. Nama
:
2. Usia
:
3. Jabatan
:
4. Wawancarahari / tanggal
:
5. Tempat : B. SasaranWawancara 1. Pelaksanaansistempendidikandi PP. ZumrotutTholibin. 2. Penerapansistempembelajaran di PP. ZumrotutTholibin. 3. PelaksanaanmetodesorogandalammempelajarikitabSafinatunNajah di PP. ZumrotutTholibin. 4. KekurangandankelebihanmetodesorogandalammempelajarikitabSafi natunNajah di PP. ZumrotutTholibin. C. Butir- butirpertanyaan 1.1 2.1
Bagaimanasistempendidikan yang digunakan di ZumrotutTholibin ? Bagaimanapelaksanaankegiatanpembelajaran di
PP. PP.
ZumrotutTholibin? 2.2
Metodepembelajaranapakah ZumrotutTholibin?
127
yang
diterapkan
di
PP.
2.3
Bagaimanaevaluasipembelajaran di PP. ZumrotutTholibin ?
3.1 BagaimanapelaksanaanmetodesorogandalammempelajarikitabSafi nnatunNajah di PP. ZumrotutTholibin? 3.2 BagaimanasikapsantriketikamempelajarikitabSafinatunNajahdenga nmetodesorogan di PP. ZumrotutTholibin? 4.1 Apakahkesulitanmetodesoroganterhadapsantridalammempelajariki tabSafinatunNajah di PP. ZumrotutTholibin ? 4.2 Apakahkelebihanmetodesoroganterhadapsantridalammempelajariki tabSafinatunNajah di PP. ZumrotutTholibin?
128
LAMPIRAN 4.c PedomanWawancara III.Untukpedomanwawancarasantri PP. ZumrotutTholibin MojoAndongBoyolali. A. IdentitasInforman 1. Nama
:
2. Usia
:
3. Jabatan
:
4. Wawancarahari / tanggal
:
5. Tempat
:
B. SasaranWawancara 1. Pelaksanaansistempendidikandi PP. ZumrotutTholibin. 2. Penerapansistempembelajaran di PP. ZumrotutTholibin. 3. PelaksanaanmetodesorogandalammempelajarikitabSafinatunNajah di PP. ZumrotutTholibin. 4. KekurangandankelebihanmetodesorogandalammempelajarikitabSafi natunNajah di PP. ZumrotutTholibin. C. Butir- butirpertanyaan 1.1
Apakahtujuansantrimenuntutilmu di PP. ZumrotutTholibin ?
1.2
Apaharapansantrisetelah
lulus
pendidikan
di
PP.
ZumrotutTholibin? 1.3
Apasajakahkegiatanpendidikan yang ada di PP. ZumrotutTholibin?
3.1
Bagaimanapersiapan yang dilakukansantrisebelummempelajarikitabSafinatunNajahdenganmet odesorogan di PP. ZumrotutTholibin?
129
3.2 ApakahsantrisenangmempelajarikitabSafinnatunNajahdenganmeto desorogan di PP. ZumrotutTholibin? 4.1 Apakahmetodesoroganmemberikankontribusidalamkemampuanme mbacakitabSafinatunNajah di PP. ZumrotutTholibin ? 4.2 ApakahkesulitanmetodesorogandalammempelajarikitabSafinatunN ajah di PP. ZumrotutTholibin?
130
LAMPIRAN 5.a CATATAN TRANSKIP WAWANCARA Narasumber : SS Tanggal : 16 Agustus 2015 Pukul : 06.00 Tempat : PP. Zumrotut Tholibin Mojo Andong Boyolali Peneliti : Assalamualaikum, bu ini saya Nur Laeli Farhati mahasiswa IAIN Salatiga mau tanya-tanya mengenai pondok pesantren sini untuk penelitian skripsi yang berjudul Implementasi Metode Sorogan dalam mempelajari kitab Safinatun Najah di Pondok Pesantren Zumrotut Tholibin Mojo Andong Kabupaten Boyolali Tahun 2015. Narasumber : Waalaikumsalam, ya data apa yang ingin kamu tanyakan? Peneliti : ya, sistem pendidikan apa yang diterapkan di pondok pesantren sini bu? Narasumber : ya Salaf Peneliti
: Salaf yang bagaimana Bu?
Narasumber : Pondok sinikan sudah berdiri se-abad lebih, kitab yang dikajipun kitab karya ulama dulu, sistem pendidikan dari dulu yang digunakan seperti sorogan bandongan masih digunakan sampai sekarang ini, untuk melestarikan dan menghormati pengajaran yang telah diwariskan oleh para kiai-kiai pendiri pondok ini, dengan harapan dapat memperoleh barokah ilmunya. Peneliti
: Tujuane santri mondok di sini apa bu?
Narasumber : Bisa membaca Al-Quran dg benar, bisa membaca kitab kuning, bisa mengamalkan ilmunya untuk masyarakat, menjadi anak solih dan solihah dan bermanfaat untuk orang lain. Peneliti
: Harapan ibu untuk santri yang masih menuntut ilmu disini apa?
Narasumber : Ngaji yang rajin, mendengarkan dan memperhatikan apa yang disampaikan gurunya. Peneliti
: Metode apa saja yang masih digunakan di pondok ini?
Narasumber : Sorogan, Bandongan, yang lain tanyakan kepengurus madin Peneliti
: Mengapa sini masih menerapkan metode sorogan?
Narasumber : Sorogan dan bandongan itu metode pertama nyang digunakan mbah Zuhdi mengajar santri disini maka sampai saat ini masih dilestarike 131
. Peneliti
: Bagaimana evaluasi atau tes kitab yang ada disini bu?
Narasumber : Kalo untuk sorogan kitab yang saya ajar setelah selesai saya jelaskan paginya saya tes satu-persatu, tapi prakteknya saya serahke pengurus praktek salat wajib, wudhu dan yang lainnya. Peneliti
: Kenapa ibu sendiri yang masih mengajar sorogan kitab Safinatun Najah di pondok ini?
Narasumber : Agar bisa menjadi pondasi santri sebelum kepada kitab yang lebih tinggi. Dan safinah ini isinya pada lingkup fiqih ibadah oleh kerena saya ajar sendiri agar santri tidak terjadi kesalahan dalam beribadah sehari-hari. Peneliti
: Bagaimana ibu mengelola santri sorogan sebanyak ini?
Narasumber : Sorogan saya seling-seling agar tidk kehabisan waktu sehari saya bacakan dan jelaskan hari berikutnya santri baca satu-persatu. Peneliti
: Bagaimana sikap santri waktu ngaji dengan ibu?
Narasumber : Pada mendengarkan karena takut besuk kalo saya tanya tidak bisa menjawab. Peneliti
: Bagaimana kendalane saat mengaji sorogan safinah bu?
Narasumber : Yang gak mau belajar dulu di kamar di ajari sulit membuat waktu semakin lama, ada yang belum bisa nulis Arab kadang ada juga ada yang belum bisa baca Arab jadi perlu perhatian khusus karena anak baru. Peneliti : Untuk kelebihannya sendiri apa bu? Narasumber : Saya jadi dekat dengan santri dan dapat melihat kemampuan masing-masing santri sehingga bisa saya kasih perhatian khusus untuk santri yang kurang bisa mengikuti temanya dan jika santri salah bisa saya benarkan secara langsung. Peneliti : Bu sekiranya sudah cukup, terima kasih atas informasinya. Assalamualaikum wr.wb. Narasumber : Wassalamualaikum wr.wb
132
LAMPIRAN 5.b CATATAN TRANSKIP WAWANCARA Narasumber : DP Tanggal : 06 Juni 2015 Pukul : 15.00 WIB Tempat : PP. Zumrotut Tholibin Peneliti : Assalamualaikum, saya Nur Laeli Farhati mahasiswa IAIN Salatiga, saya ingin menggali informasi dari anda mengenai pondok pesantren sini untuk penelitian skripsi yang berjudul Implementasi Metode Sorogan dalam mempelajari kitab Safinatun Najah di Pondok Pesantren Zumrotut Tholibin Mojo Andong Kabupaten Boyolali Tahun 2015. Narasumber : Wassalamualaikum, silahkan apa yang mau mb tanyakan? Peneliti :Sistem pendidikan seperti apa yang diterapkan di pondok ini? Narasumber :Sebenarnya Pondok Pesantren Zumrotut Tholibin melaksanakan dua sistem pendidikan yaitu salaf dan khalaf. Sistem salaf terlihat dari penerapan sistem pengajaran bandongan, sorogan musyawarah dan masih banyak lagi. Dan sumber pembelajaran yang digunakan yaitu kitab kuning karangan para ulama pada abad terdahulu. Untuk sistem pendidikan khalaf di pondok ini, diterapkan pada pendidikan formal yaitu madrasah tsanawiyah dan madrasah aliyah. Tetapi sistem pendidikan di pondok ini, tetap mempertahankan sistem lama salaf dan mengambil sistem baru yang dianggap baik. Peneliti : Bagaimana pelaksanaan kegiatan pembelajaran di PP. ZMT ? Narasumber : Kegiatan yang dilaksanakan PP.ZMT dikelola oleh Madrasah Diniah Roudlotut Tholibin mulai Ba‟da asar sekitar jam 16.00 maknani kitab sesuai jadwal pelajaran pada masingmasing kelas. Ba‟da magrib sekitar jam 18.15 melaksanakan sorogan Al-Qur‟an yaitu belajar membaca Al-Qur‟an, menghafal surat-surat pendek, menghafal surat-surat pilihan. Ba‟da isya sekitar jam 20.00 maknani kitab sesuai jadwal pelajaran pada masing-masing kelas ditambah dengan takror pelajaran tertentu. Ba‟da subuh sekitar jam 05.00 sorogan kitab kuning sesuai kelasnya masing-masing. Peneliti : Metode apa saja yang diterapkan di PP. ZMT dan lebih aktif mana dengan metode sorogan ? Narasumber : Sorogan, Bandongan, Takror, Hafalan, Bathul Masail.Setiap metode memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing tetapi untuk sorogan itu santri dituntut untuk aktif dalam pembelajaran yang sifatnya individu. Peneliti : Bagaimana evaluasi pembelajaran di PP.ZMT ? Narasumber : Untuk sorogan biasanya guru langsung mengujinya setelah materi selesai di bacakan, tapi untuk yang lainnya biasanya 133
Peneliti Narasumber
Peneliti Narasumber
Peneliti Narasumber
Peneliti Narasumber
Peneliti Narasumber
sudah diserahkan kepada pengurus madrasah diniyah untuk melakukan melakukan evaluasi secara tertulis atau yang lain. : Bagaimana sikap santri sebelum melakukan metode sorogan kitab safinah di PP.ZMT ? : Sebelum ibu Nyai Siti Sutijah memasuki ruangan santri sudah belajar kitab masing-masing dengan belajar membaca berulang-ulang walaupun di kamar mereka sudah belajar, agar tidak terjadi kesalahan ketika menyodorkan kepada ibu Nyai, karena ketegasan ibu Nyai mereka termotivasi untuk belajar agar tidak dimarahi ibu saat menyodorkan. : Bagaimana sikap santri ketika sorogan di PP.ZMT ? : Bagi santri yang sebelumnya sudah mempelajari kitab tersebut terlebih dahulu pasti dia akan merasa senang dan tenang begitu juga sebaliknya jika tidak belajar terlebih dulu pasti merasa kebinggungan bertanya kepada santri yang lain. : Apakah kelebihan dari metode sorogan yang ada di PP.ZMT ? : Dengan adanya metode sorogan guru dapat mengetahui seberapa jauh pemahaman santri tentang isi materi kitab yang di pelajari dan juga guru dapat mengetahui dengan jelas bagaimana membacanya, baik dari segi nahwu ataupun sharafnya. : Apakah kekurangan dari metode sorogan di PP. ZMT? : Kekurangan metode ini itu jika santri belum memiliki kesiapan dalam sorogan dari maknanya yang belum lengkap atau yang lain sehingga harus membenarkan perkata kesalahan yang diucapkan santri sehingga membutuhkan waktu yang lama. : Terima kasih atas informasinya, Assalamualaikum : Sama-sama Mb, Waalaikumsalam
134
LAMPIRAN 5. c CATATAN TRANSKIP WAWANCARA Narasumber : AA Tanggal : 6 Juni 2015 Pukul : 13.00 WIB Tempat : PP. Zumrotut Tholibin Peneliti
Narasumber Peneliti Narasumber
Peneliti Narasumber
Peneliti Narasumber Peneliti Narasumber
Peneliti Narasumber
: Assalamualaikum, saya Nur Laeli Farhati mahasiswa IAIN Salatiga, saya ingin menggali informasi dari anda mengenai pondok pesantren sini untuk penelitian skripsi yang berjudul Implementasi Metode Sorogan dalam mempelajari kitab Safinatun Najah di Pondok Pesantren Zumrotut Tholibin Mojo Andong Kabupaten Boyolali Tahun 2015. : Wassalamualaikum, apa yang mau mb tanyakan ? : Sistem Pendidikan yang seperti apa yang diterapkan di pondok sini? : Sistem pendidikan di Pondok Pesantren Zumrotut Tholibin menggunakan sistem pendidikan lama atau tradisional yang disebut salaf karena sumber pembelajaran di pondok ini, diambil dari kitab kuning meliputi: tauhid, hadist, tafsir, fiqh dan akhlaq dari karya ulama‟ terdahulu. Sistem pendidikan yang di terapkanpun masih menggunakan metode lama seperti sorogan, bandongan, musyawaroh dll, walaupun sistem pendidikan disini sudah bersistem madrasah juga akan tapi di pondok ini, tetap melestarikan metode lama atau tradisional : Bagaimana pelaksanaan kegiatan pembelajaran di PP. ZMT ? : Kegiatan yang dilaksanakan PP.ZMT lumayan padat karena setiap setelah melakukan solat wajib 5 waktu ada kegiatan ngaji, tetapi bagi santri yang bersekolah untuk mengaji habis dhuhur diperkenankan tidak ikut. : Metode apa saja yang diterapkan di PP. ZMT ? : Sorogan, Bandongan, Takror atau musyawarah mata pelajaran, Hafalan, Baithul Masail. : Aktif mana metode sorogan dengan metode yang lain? : Semua metode yang diterapkan aktif tetapi untuk sorogan itu masing-masing masing-masing pribadi santri dituntut untuk aktif. : Bagaimana evaluasi pembelajaran di PP.ZMT ? : Kalo sorogan kitab safinah dites ibu sendiri tetapi kalo praktek, biasanya setelah materi kitab Safinah selesai pengurus mengadakan praktek kepada santri berwudhu bergantian satu-persatu, dan praktek shalat, semua pengurus putri terlibat dalam praktek ini untuk melihat dan
135
membenarkan setiap gerakan shalat santri jika mengalami kesalahan Peneliti : Untuk santri yang seperti apa yang mengaji sorogan kitab safinah di PP.ZMT ? Narasumber : Untuk sorogan kitab safinah itu dilaksanakan oleh santri baru atau pemula di pondok ini sehingga kitab safinah perlu pengajar yang khusus maka disini di ajar oleh ibu Nyai Hj. Siti Sutijah secara langsung. Dan dilaksanakan setiap harinya. Peneliti : Apakah kelebihan dari metode sorogan yang ada di PP.ZMT ? Narasumber : Metode sorogan merupakan aplikasi dari pembelajaran sore di Madrasah Diniyah Rodlotul Tholibin, karena disana santri diajarkan nahwu ataupun shorof. Sehingga dalam metode ini santri dapat lebih cepat memahami kaidah-kaidah bahasa Arab. Peneliti : Apakah kekurangan dari metode sorogan yang ada di PP. ZMT? Narasumber : Metode sorogan membutuhkan guru yang banyak kerena setiap santri satu persatu harus menyorogkan kitabnya agar waktu yang ada dapat berjalan dengan efisien. Peneliti :Sepertinya sudah cukup, terima kasih informasinya. Assalamualaikum. Narasumber : Waalaikumsalam
136
LAMPIRAN 5.d CATATAN TRANSKIP WAWANCARA Narasumber : UF Tanggal : 6 Juni 2015 Pukul : 20.00 WIB Tempat : PP. Zumrotut Tholibin Peneliti
: Assalamualaikum, saya Nur Laeli Farhati mahasiswa IAIN Salatiga, saya ingin menggali informasi dari anda mengenai pondok pesantren sini untuk penelitian skripsi yang berjudul Implementasi Metode Sorogan dalam mempelajari kitab Safinatun Najah di Pondok Pesantren Zumrotut Tholibin Mojo Andong Kabupaten Boyolali Tahun 2015. Narasumber : Wassalamualaikum, ya mb, apa yang mau tanyakan ? Peneliti : Apakah tujuan anda menuntut ilmu di PP. ZMT ? Narasumber :Untuk mencari ilmu agama dan barokah ilmu para ulama terdahulu Peneliti : Apa harapan setelah lulus dari sini ? Narasumber : Dapat mengamalkan ilmu yang di peroleh disini dan dapat bahagia di dunia dan akhirat. Peneliti : Apa kegiatan yang ada di pondok ini ? Narasumber : Banyak mb, setiap waktu ngaji tapi karena aku masih sekolah ya siang gak ikut ngaji Peneliti : Bagaimana persiapan yang dilakukan sebelum sorogan kitab safinah ? Narasumber : Belajar dl, ma‟naan sing belum tahu atau masih kosong tanya sama temene, Peneliti : Apa kamu senang mengaji sorogan kitab safinah ? Narasumber : Saya senang sorogan kitab safinah bisa dengan ibu nyai langsung, karena penjelasannya jelas dan setiap yang belum saya ketahui bisa tanya langsung ibu. Peneliti : Apa yang kamu dapat setelah mengaji kitab safinah? Narasumber : Dengan saya mengikuti metode sorogan saya memiliki banyak kosa kata (mufrodad) bahasa Arab yang belum saya ketahui karena jika ada yang lupa saya maknai saya tergugah untuk mencari maknanya agar ketika sorogan saya bisa membacanya. Peneliti : Apa kesulitan yang di hadapi dalam sorogan kitab safinah? Narasumber : Butuh persiapan sebelumnya jika saya tidak persiapan dan lupa melengkapi makna pada pertemuan sebelumnya, saat menyodorkan kitab kepada ibu Nyai, kemudian tidak bisa membaca pasti di marahi ibu, jadi saya pasti selalu ingetinget hal itu agar kesalahan yang sama tidak terulang kembali Peneliti : sudah cukup, sampai sini dl, terima kasih informasinya. Assalamualaikum. 137
Narasumber
: Sama-sama mb, Waalaikumsalam
138
LAMPIRAN 5.e CATATAN TRANSKIP WAWANCARA Narasumber : AH Tanggal : 06 Juni 2015 Pukul : 19.00 WIB Tempat : PP. Zumrotut Tholibin Peneliti
: Assalamualaikum, saya Nur Laeli Farhati mahasiswa IAIN Salatiga, saya ingin menggali informasi dari anda mengenai pondok pesantren sini untuk penelitian skripsi yang berjudul Implementasi Metode Sorogan dalam mempelajari kitab Safinatun Najah di Pondok Pesantren Zumrotut Tholibin Mojo Andong Kabupaten Boyolali Tahun 2015. Narasumber : Wassalamualaikum, informasi apa yang mau mb tanyakan ? Peneliti : Apakah tujuan kamu menuntut ilmu di PP. ZMT? Narasumber : Untuk memperdalam ilmu agama Peneliti : Apa harapan setelah lulus dari sini Narasumber : Dapat mengajarkan atau menularkan ilmu agama yang telah dimiliki kepada orang lain. Peneliti : Apa kegiatan yang ada di pondok ini? Narasumber : Dimulai dari jam 5 pagi sampai jam 10 malam tapi karena saya sekolah dari jam waktu dhuhur tidak mengikuti ngaji. Peneliti : Bagaimana persiapan yang dilakukan sebelum sorogan kitab safinah? Narasumber : Mengulang-ulang belajar materi yang akan disorogkan dan melengkapi ma‟aan yang belum lengkap. Peneliti : Apa kamu senang mengaji sorogan kitab safinah? Narasumber : Saya senang sorogan kitab safinah dengan ibu Nyai, karena Ibu tegas itu membuat saya takut dan termotivasi belajar dan menuntut saya harus bisa membaca setiap pertemuannya. Saya yakin dengan begitu kedepannya saya jadi bisa membaca kitab. Peneliti : Apa yang kamu dapat setelah mengaji kitab safinah? Narasumber : Saya setelah belajar sorogan kitab saya menjadi mengetahui bagaimana cara menerapkan kaidah bahasa Arab dengan baik Peneliti : Apa kesulitan yang di hadapi dalam sorogan kitab safinah? Narasumber : Saya kadang harus mengantri panjang untuk mendapat giliran sorogan dengan ibu Nyai karena jumlah santri yang begitu banyak sehingga saya harus menunggu lama agar mendapat giliran” Peneliti : Saya kira sudah cukup, terima kasih informasinya. Assalamualaikum. Narasumber : Waalaikumsalam
139
LAMPIRAN 6.a Foto Kegiatan Sorogan Kitab Safinatun Najah Setelah Subuh
140
LAMPIRAN 6.b Kegiatan Sorogan Al-Quran Setelah Mahrib
141
LAMPIRAN 6.b Beberapa Kegiatan di PP.Zumrotut Tholibin
142
143
144
145
146
147