IMPLEMENTASI PROGRAM HAMALATIL QURAN PADA SANTRI DI PONDOK PESANTREN NURUL QURAN TETER SIMO BOYOLALI
SKRIPSI Disusun Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
Oleh : IMAM AGUS ARAFAT NIM: 111-12-045
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA 2016
ii
iii
iv
v
MOTTO
ِ ْج ُّد ي ْدنِى ُك َّل اَم ٍر َش ِ اس ٍع وال ِ ٍ َْج ُّد يَ ْفتَ ُح ُك َّل ب اب ُم ْغلَ ِق ْ َ ْ ُ اَل “Kesungguhan itu dapat mendekatkan sesuatu yang jauh, dan bisa membuka pintu yang terkunci” (Imam Syafi’i)
vi
PERSEMBAHAN Alhamdulillahirobbil‟alamin atas rahmat dan ridho Allah SWT skripsi ini telah selesai. Skripsi ini saya persembahkan kepada: 1. Orang tuaku tercinta Alm. Bapak H. Suyadi dan Ibu Siti Fatimah yang senantiasa tanpa hentinya memberikan kasih sayang dan perhatiannya, nasehat, semangat, dan keikhlasan doa yang selalu tercurah kepada penulis, rasa ta‟dzim wa takriman serta baktiku kan selalu tercurah untuk mu. 2. Kakakku Mas Bagus Indrayana, Mbak Farida Wahyu Ningsih dan Mbak Nur Syarifah, atas doa, cinta, nasehat, motivasi dan dukungan kalian. 3. Keluarga Besar Pondok Pesantren Salafiyah Pulutan Bapak Drs. K.H Abdul Basith M.Pd, K.H Sonwasi Ridwan BA, K.H Zunaidi BA yang telah membimbing dan mendoakan dalam setiap langkah untuk mencari ilmu. Semoga Allah memberikan umur panjang, kesehatan dan ketaqwaan dalam membimbing para pejuang generasi penerus agama. 4. Keluarga Besar Majlis Al-Munajah dan Madrasah Diniyah Hamzah Jaweng Simo atas dukungan dan doanya. 5. Mas Wahyu Najib Fikri, Slamet Ikhwan Lukmanto, dan Ananta Bayu Krisnandar yang memberikan makna kebersamaan, kehangatan, motivasi, semangat dan arahan untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi. 6. Keluarga PAI B, Keluarga PPL MA Al-Manar Tengaran dan Kelompok KKN yang telah memberikanku pelajaran dan pengalaman hidup yang luar biasa.
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas karunia rahmat, nikmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul Implementasi Program Hamalatil Quran pada Santri di Pondok Pesantren Nurul Quran Teter Simo Boyolali. Sholawat dan salam semoga tercurahkan kepada junjungan agung Nabi Muhammad saw yang telah membawa manusia dari zaman jahiliyyah menuju zaman terang benderang dengan kesempurnaan agama Islam dan juga yang dinanti-nantikan syafaatnya kelak di hari akhir. Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar S1 Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Jurusan Pendidikan Agama Islam Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari bahwa masih banyak sekali kekurangan di dalamnya. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak penulis tidak akan bisa menyelesaikan skripsi ini dengan lancar. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada : 1.
Bapak Dr. H. Rahmat Haryadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga
2.
Bapak Suwardi, M.Pd. Selaku dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
3.
Ibu Siti Rukhayati, M.Ag. Selaku ketua jurusan Pendidikan Agama Islam
4.
Bapak Supardi, M.A. Selaku dosen pembimbing skripsi yang telah ikhlas dalam membimbing, memberikan nasihat, tenaga, arahan dan pengorbanan waktunya dalam upaya membimbing penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
viii
5.
Bapak Jaka Siswanta, M.Pd. selaku pembimbing akademik.
6.
Seluruh dosen dan karyawan IAIN Salatiga yang telah banyak membantu selama kuliah hingga menyelesaikan skripsi ini.
7.
Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Quran Teter Simo Boyolali yang telah memberikan ijin serta membantu penulis dalam melakukan penelitian di tempat tersebut serta memberikan informasi kepada penulis.
8.
Alm. Bapak dan Ibu tercinta, keluarga tercinta, dan seluruh pihak yang selalu mendorong dan memberikan motivasi dalam menyelesaikan kuliah di IAIN Salatiga. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis
khususnya dan bagi semua orang pada umumnya. Saran dan kritik yang membangun sangat diperlukan dalam kesempurnaan skripsi ini.
Salatiga, 25 Agustus 2016 Penulis
Imam Agus Arafat NIM. 111-12-045
ix
ABSTRAK Arafat, Imam Agus. 2016. Implementasi Program Hamalatil Quran Pada Santri di Pondok Pesantren Nurul Quran Teter Simo Boyolali. Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Program Studi Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Supardi, M.A. Kata Kunci : Program Hamalatil Quran
Al-Quran adalah sumber utama ajaran Islam dan pedoman terbaik bagi kehidupan setiap muslim. Manusia yang senantiasa berinteraksi dengan al-Quran, tidak hanya membaca akan tetapi memahami dan mengamalkan isi kandungannya, maka al-Quran akan menjadi pembersih jiwa manusia. Program Hamalatil Quran adalah rangkaian kegiatan yang berjalan secara berkelanjutan mengenai pembelajaran al-Quran, mulai dari ilmu tajwid, kajian ilmu-ilmu alQuran dan menghafal al-Quran. Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti merumuskan ke dalam tiga pertanyaan sebagai berikut: (1) Bagaimana sistem pendidikan di Pondok Nurul Quran? (2) Bagaimana metode pembelajaran Hamalatil Quran di Pondok Pesantren Nurul Quran? (3) Bagaimana implementasi Program Hamalatil Quran pada santri di Pondok Pesantren Nurul Quran?. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif. Prosedur pengumpulan data yang dilakukan adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi. Observasi yang dilakukan peneliti yaitu dengan cara mengamati kegiatan-kegiatan pondok pesantren untuk mencari data, wawancara oleh peneliti dilakukan kepada pengasuh, pengurus dan beberapa santri pondok pesantren, dan peneliti mengumpulkan data melalui tulisan, rekaman, gambar, dan karya agar hasil penelitian akan lebih dapat dipercaya jika didukung oleh dokumen. setelah data sudah terkumpul, maka peneliti mengorganisasi data, memecah data menjadi unit-unit data, mencari pola-pola tertentu, mencari hal-hal yang penting untuk dipelajari dan apa yang akan diceritakan. Hasil temuan penelitian menunjukkan: (1) Sistem pendidikan yang diterapkan di Pondok Pesantren Nurul Quran adalah sistem gabungan antara salaf dan khalaf. (2) Metode pembelajaran Hamalatil Quran di Pondok Pesantren Nurul Quran menggunakan metode sorogan al-Quran bin nadzar dan bil ghoib, metode bandongan untuk kajian ilmu-ilmu al-Quran, dan metode hafalan. (3) Implementasi program Hamalatil Quran dilaksanakan dengan tiga kegiatan, yaitu pembelajaran tentang ilmu tajwid, kajian kitab tentang ilmu-ilmu al-Quran, dan tahfidzul Quran.
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................ HALAMAN BERLOGO ................................................................................. ii HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................. iii HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iv DEKLARASI .................................................................................................. v MOTTO ........................................................................................................... vi PERSEMBAHAN ............................................................................................ vii KATA PENGANTAR ..................................................................................... viii ABSTRAK ....................................................................................................... x DAFTAR ISI .................................................................................................... xi DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiii DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiv BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1 A. Latar Belakang .............................................................................. 1 B. Rumusan Masalah ......................................................................... 7 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ..................................................... 7 D. Kajian Pustaka ............................................................................... 8 E. Metode Penelitian .......................................................................... 10 F. Sistematika Penulisan.................................................................... 15 BAB II LANDASAN TEORI .......................................................................... 16 A. Pengertian Program Hamalatil Quran ........................................... 16 B. Dasar Program Hamalatil Quran ................................................... 18 C. Bentuk-Bentuk Program Hamalatil Quran .................................... 21
xi
BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN ......................... 48 A. Gambaran Umum Pondok Pesantren Nurul Quran ....................... 48 B. Temuan Data Penelitian ................................................................ 61 1. Sistem Pendidikan Pondok Pesantren Nurul Quran ................ 61 2. Metode Pembelajaran Hamalatil Quran di Pondok Pesantren Nurul Quran ............................................................ 63 3. Implementasi Program Hamalatil Quran pada Santri di Pondok Pesantren Nurul Quran ............................................... 65 BAB IV PEMBAHASAN ................................................................................ 71 A. Sistem Pendidikan di Pondok Pesantren Nurul Quran Teter Simo Boyolali ...................................................................... 71 B. Metode Pembelajaran Hamalatil Quran di Pondok Pesantren Nurul Quran Teter Simo Boyolali ................................................. 73 C. Implementasi Program Hamalatil Quran pada Santri di Pondok Pesantren Nurul Quran Teter Simo Boyolali ................... 77 BAB V PENUTUP ........................................................................................... 85 A. Kesimpulan.................................................................................... 85 B. Saran .............................................................................................. 89 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP PENULIS
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Profil Pondok Pesantren ................................................................... 48 Tabel 1.2 Struktur Organisasi Kepengurusan .................................................. 52 Tabel 1.3 Waktu Pelajaran Madrasah Diniyah ................................................ 57
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
1. Program Kegiatan Pondok Pesantren Nurul Quran 2. Peraturan Pengurus Pondok Pesantren Nurul Quran 3. Jadwal Pembelajaran Madrasah Diniyah 4. Daftar Ustadz 5. Pedoman Wawancara 6. Catatan Transkip Wawancara
xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Al-Quran adalah kalam Allah yang tiada tandingannya (mukjizat), diturunkan kepada Nabi Muhammad saw., penutup para Nabi dan Rasul dengan perantaraan Malaikat Jibril „alaihis salam, dimulai dengan surat alFatihah dan diakhiri dengan surat an-nash, dan ditulis dalam mushafmushaf yang disampaikan kepada kita secara mutawatir (oleh orang banyak), serta mempelajarinya merupakan suatu ibadah (Ash-Shaabuuniy, 1998: 15). Karakteristik al-Quran adalah kemukjizatannya. Al-Quran adalah mukjizat terbesar yang diberikan kepada Nabi Muhammad saw., sehingga bangsa Arab hanya menyebut-nyebut mukjizat itu, tidak yang lainnya, meskipun dari beliau terjadi mukjizat lain yang tidak terhitung banyaknya (Al-Qaradhawi, 2001: 52). Kitab suci yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw., antara lain dinamai Al-Kitab dan al-Quran (bacaan yang sempurna), walaupun penerima dan masyarakat pertama yang ditemuinya tidak mengenal baca tulis. Ini semua, dimaksudkan agar mereka dan generasi berikutnya membacanya. Fungsi utama al-Kitab adalah memberi petunjuk. Hal ini tidak dapat terlaksana tanpa membaca dan memahaminya (Shihab, 2008: 23).
1
Allah SWT memuliakan hamba-Nya dengan al-Quran bagi siapa saja yang membaca, menelaah dan mempelajarinya. Sebagaimana dijelaskan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Ath-Thabrani yang meriwayatkan dari Ali ra. Bahwa Nabi Muhammad saw bersabda,
َلََوَةَِالَ َُقَرَاَ َِن ََِبََاَىَ َِلَبََيََتَِِوَ ََوََت ٍَّ َوَ َُح, ََ َبََنََبَِيٍّ َُكم ٍَّ َح: َُ َال ٍَ ص ََ ثَ َِخ َِ ل ََََاٍََّدَبُواََاََوََلََد َُكمََ ََعَلىََث )ان َ ِ (رََو َاهَُالطَبَََر ََ ََظلَََاِلََ َِظلَ َوَُ ََم ََعََاَنََبَِيَ َائَِِوَ ََوََاَصَ َِفَيَ َائَِِو َِ اللَِيََ َوََمَََل َ َش َِ فَ َِظ ٍَّلَ ََعَر َِ َحََل َةَالَ َُقَرَاَ َِن ََ َََفَِإن
Artinya:
“Didiklah anak-anakmu kepada tiga perkara: mencintai nabimu, mencintai ahli baitnya dan membaca al-Quran, sebab orang-orang yang memelihara al-Quran itu berada dalam lindungan singgasana Allah, hari dimana tidak ada perlindungan selain daripada perlindungan-Nya, dan akan berkumpul bersama para Nabi-Nya dan orang-orang yang suci”. (HR. at-Thabrani) Hadits tersebut menjelaskan bahwa Rasulallah memerintah untuk senantiasa membaca dan
memelihara al-Quran atau dengan istilah
Hamalatil Quran. Oleh karena itu, barang siapa yang mengerjakan demikian akan dilindungi oleh Allah SWT. Dalam kamus al-Munawwir kalimat Hamalatil berarti membawa, mengandung, menyimpan, memikul, dan menghafal. Maka dari itu Hamalatil Quran mempunyai arti menjaga al-Quran dengan cara memahami berbagai hal yang berkaitan dengan adab manusia menjalin interaksi terhadap al-Quran.
2
Membaca al-Quran dengan benar, mempelajari kitab-kitab mengenai al-Quran, menghafalnya, serta mengamalkan isinya adalah cara untuk menjaga al-Quran. Rasulallah saw, bersabda:
Artinya:
ُِ إنَالل )َ(أخرجوَابنَخزميةَفَصحيحو.َُيبَأَنَيََقَرأََال ُقرا َنََ َك َماَأُن ِزَل َ
“Sesungguhnya Allah menyukai al-Quran dibaca sebagaimana ia diturunkan”. (HR. Ibnu Khuzaimah dalam kitab shohihnya). Al-Quran diwahyukan Allah SWT melalui malaikat Jibril as., kepada Rasulallah saw., dengan bacaan yang tartil. Begitu juga Rasulallah saw., membaca dan mengajarkan kepada sahabatnya dengan bacaan yang tartil. Para sahabat Rasulallah saw., membaca dan mengajarkan al-Quran kepada tabi‟in juga dengan bacaan yang tartil, dan begitu seterusnya (Annuri, 2010: 4). Al-Quran adalah kitab suci yang mudah untuk dihafal, diingat, dan dipahami. Allah SWT berfirman:
ِ ٍّ ِولََقدَيَسرنَاَال ُقرءا َنَل َنَمدكِ ٍر ُ لذك ِرَفَ َهلَم َ َ Artinya: “Dan sesungguhnya telah Kami mudakan al-Quran untuk pelajaran, adakah orang yang mengambil pelajaran?” (QS. Al-Qamar: 17) (Qardhawi, 2001: 187). Al-Quran memperkenakan dirinya sebagai hu-dan li al-nas (petunjuk untuk seuruh manusia). Inilah fungsi utama kehadirannya.
3
Dalam rangka penjelasan tentang fungsi al-Quran ini, Allah menegaskan : Kitab suci diturunkan untuk member putusan (jalan keluar) terbaik bagi problem-problem kehidupan manusia (QS. 2: 213) (Shihab, 2008: 26). Al-Quran adalah petunjuk terbaik, salah satunya terkait dengan masalah akhlaq. Al-Quran mengajarkan kita agar berperilau dengan akhlaq karimah, seperti: kesabaran, murah hati, memaafkan, etika yang baik, dan lain-lain (As-Sa‟adi, 2008: 8). Hati yang baik akan menumbuhkan sifat-sifat mahmudah dan pada akhirnya akan menghasilkan akhlaqul karimah. Setiap hati bisa terkotori, sementara yang membuatnya bersih adalah al-Quran (Muhammad, 2013: 174). Rasulallah saw bersabda:
Artinya:
ََيَا:َا َ َقَاَلَُو.الَ َِديَ َُد َ ََََإِنََ ََى َِذَِهَالَ َُقَلَُوبََيَصَ َُدأ:َىَاللَُ ََعلَيَ َِوَ ََو ََسلَ ََم َ َصل ََ َِالل َ َالَََر َُس َو َُل ََ َق .َتِلَََوَةَُالَ َُقَرَأَ َِن: َ َال ََ َاَجلَئَُ ََها؟َق ََ َفَ ََم,ِالل َ َََر َُس َو ََل
“Sesungguhnya hati itu bisa berkarat sebagaimana berkaratnya besi.” Para sahabat bertanya: “Wahai Rasulallah, lalu apa yang bisa membersihkannya?” Beliau menjawab: “Membaca al-Quran.” (HR. Abu Nu‟aim) Manusia yang senantiasa berinteraksi dengan al-Quran, tidak hanya membaca akan tetapi memahami dan mengamalkan isi kandungannya, maka al-Quran akan menjadi pembersih jiwa manusia (Qaradhawi, 2001: 138). Sebab jika jiwa itu telah bersih, niscaya baiklah seluruh masyarakat. Dan jika jiwa itu rusak, niscaya rusaklah masyarakat seluruhnya. 4
Satu dari sekian banyak lembaga di Indonesia yang turut serta menjaga kitab suci al-Quran adalah Pondok Pesantren Nurul Quran Teter, Kecamatan Simo, Kabupaten Boyolai. Lembaga pendidikan ini ditopang sistem pendidikan pondok pesantren yang mengedepankan program Hamalatil Quran. Pondok Pesantren Nurul Quran yang mempunyai tekad dan pendirian sesuai hadits Nabi Muhammad saw, Khoirukum man ta‟allamal quran wa‟allamahu, yang artinya sebaik-baik kamu sekalian adalah yang belajar al-Quran dan yang mengajarkannya. Oleh karenannya kegiatan keseharian dari kyai dan para santri PPNQ tidak lepas dari al-Quran. Berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilaksanakan oleh penulis, Pondok Pesantren Nurul Quran mempunyai program-program Hamalatil Quran yang bertendensi menjaga al-Quran. Program-program tersebut memberikan pengajaran mengenai al-Quran, seperti pembelajaran mengenai tajwid dan tahsin, kajian kitab yang membahas tentang al-Quran seperti at-Tibyan fi Adaabi Hamalatil Quran, dan menghafal al-Quran. Di pesantren ini, santri diwajibkan untuk tinggal selama 24 jam dengan
bimbingan
pengasuh
serta
para
guru
untuk
menjamin
berlangsungnya proses kegiatan Hamalatil Quran. Dengan kegiatan Hamalatil Quran ini, para pendiri Pondok Pesantren Nurul Quran bercitacita mencetak generasi yang Qurani, mulai dari membaca al-Quran dengan benar sesuai dengan kaidah dan tajwid, menghafal al-Quran dan mengamalkan isi kandungannya.
5
Seperti pesantren pada umumnya, Nurul Quran juga mengajarkan kitab-kitab klasik lain seperti kitab Fiqih, Hadits dan Ta‟lim Muta‟alim. Karena para pendiri pesantren tidak ingin membekali santri dengan pengetahuan al-Quran saja, akan tetapi juga keilmuan mengenai ibadah dan adab/perilaku untuk kehidupan santri dimasa yang akan datang, yaitu ketika hidup di masyarakat masing-masing. Adapun santri yang menuntut ilmu di Pondok Pesantren Nurul Quran ini terdiri dari pelajar dan mahasiswa, dan dalam pelaksanaan pembelajaran ke-pesantrenan mulai dari pembelajaran yang berkaitan dengan al-Quran atau kitab-kitab yang lain sudah ada jadwal dan kelas bagi masing-masing santri. Sejauh ini belum terdapat penelitian tentang program Hamalatil Quran di suatu Pesantren. Hal inilah yang menjadikan peneliti merasa tertarik meneliti lebih detil lagi bagaimana Pondok Pesantren Nurul Quran mengimplementasikan program Hamalatil Quran kepada santrinya. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka fokus penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Bagaimana Sistem Pendidikan di Pondok Pesantren Nurul Quran? 2. Bagaimana Metode Pembelajaran Hamalatil Quran di Pondok Pesantren Nurul Quran? 3. Bagaimana Implementasi Program Hamalatil Quran pada santri Pondok Pesantren Nurul Quran?
6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Berdasarkan fokus dan rumusan pertanyaan penelitian diatas, maka secara umum yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui sistem pendidikan di Pondok Pesantren Nurul Quran. 2. Untuk mengetahui metode Hamalatil Quran pada santri Pondok Pesantren Nurul Quran. 3. Untuk mengetahui implementasi program Hamalatil Quran pada santri Pondok Pesantren Nurul Quran. Adapun peneliti ini diharapkan mampu untuk memberikan manfaat kepada berbagai pihak, baik manfaat secara teoritis maupun praktis, yaitu : 1. Manfaat Teoritis Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah hasanah ilmu pengetahuan tentang konsep Hamalatil Quran dan bagaimana penerapannya di suatu Pesantren tertentu. 2. Manfaat Praktis Secara praktishasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi dunia pendidikan khususnya pesantren dalam rangka pelaksanaan pembelajaran mengenai al-Quran/Hamalatil Quran pada santri. Disamping itu pula diharapkan hasil penelitian tentang program Hamalatil Quran ini menjadi bahan kajian dalam rangka pengambilan kebijakan tentang program Hamalatil Quran di Indonesia.
7
D. Kajian Pustaka Kajian pustaka dilakukan untuk menelaah penelitian-penelitian terdahulu yang relevan dengan kajian penelitian ini. Telaah ini penting dilakukan untuk pembanding dalam sebua penelitian. Berikut beberapa penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini : Pertama, penelitian yang dilakukan Nanang Setyawan dengan judul “Kolaborasi Metode Iqra‟ dan Metode Tahfidz al-Quran Dalam Belajar Membaca al-Quran (Studi Taman Pendidikan Al-Quran Hamas di Dukuh Drajad, Desa Krakitan, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten). Penelitian ini difokuskan pada bagaimana cara Taman Pendidikan al-Quran Hamas mengkolaborasikan metode Iqra‟ dalam belajar membaca dan metode Tahfidz al-Quran dalam menghafal al-Quran. Menurut peneliti, metode dalam suatu pembelajaran sangat penting, karena proses dan hasil belajar mengajar lebih berdaya guna dan berhasil serta menimbulkan kesadaran peserta didik atau santri untuk mengamalkan ketentuan-ketentuan ajaran Islam melaui teknik motivasi yang menimbulkan gairah belajar peserta didik atau santri secara mantab. Kedua, penelitian yang dilakukan Aji Muhtadin dengan judul “Pembelajaran Hafalan al-Quran Dengan Metode Sabaq, Sabaqy, dan Manzil (Studi Kasus di Pondok Pesantren Al-Hidayah, Ds. Kriwen, Sukoharjo).
Menurut
peneliti,
praktek
tahfidz
al-Quran
harus
menggunakan metode, karena dengan menggunakan metode yang tepat akan didapat tingkat keberhasilan yang lebih tinggi. Penelitian ini
8
bertujuan untuk mengetahui pembelajaran hafalan al-Quran dengan metode sabaq, sabaqy, dan manzil di Pondok Pesantren Al-Hidayah, Kriwen, Sukoharjo. Sabaq merupakan penambahan hafalan yang wajid distorkan setiap harinya, minimal satu ayat dalam satu hari. Sabaqi merupakan pengulangan dari hafalan yang baru distorkan kemarin, dengan kata lain mengulangi sabaq. Manzil merupakan setoran simpanan hafalan yang suda dihafal. Ketiga, penelitian yang dilaukan oleh Rihatul Ayyanah dengan judul “Hubungan Antara Pemahaman Ilmu Tajwid Dengan Ketartilan Membaca Al-Quran Santri di Pondok Pesantren Nashrul Ummah Jagan Gentanbanaran Plupuh Sragen Tahun 2013”. Menurut peneliti, diantara tata terbit atau adab membaca al-Quran yang baik adalah dengan tartil, yaitu membaca al-Quran dengan perlahan-lahan, tidak terburu-buru, dengan bacaan yang baik dan benar sesuai makhraj dan sifat-sifatnya sebagaimana yang dijelaskan dalam ilmu tajwid. Jika pemahaman ilmu tajwid santri baik, maka kemampuan membaca al-Quran santri juga baik, sebaiknya jika pemahaman ilmu tajwid santri rendah, maka kemampuan membaca a-Qurannya juga rendah. Dari beberapa penelitian di atas belum ada yang membahas secara khusus bagaimana implementasi program Hamalatil Quran pada santri di Pondok Pesantren. Maka peneliti akan menelaah tentang Hamalatil Quran yang berada pada suatu Pesantren.
9
E. Metode Penelitian Kegiatan penelitian memerlukan metode agar mencapai tujuan dan hasil yang maksimal, dan salah satu usaha dalam memaparkan bagaimana cara memperoleh kebenaran formal adalah dengan menggunakan metode yang benar. Kegiatan
keilmuan semacam ini memerlukan proses dan
pertahapan. Proses dan pertahapan dalam kegiatan penelitian lazim disebut metodologi penelitian (Suwartono, 2014: 2). Dalam penelitian pula, peneliti harus memutuskan dan merancang bagaimana cara yang akan ditempuh untuk menjawab pertanyaan penelitian atau rumusan masalah. Metode penelitian adalah cara yang akan ditempuh oleh peneliti untuk menjawab permasalahan penelitian atau rumusan masalah (Sarosa, 2012: 36). Objek yang dikaji dalam penelitian ini adalah program Halamatil Quran oleh para guru dan santri Pondok Pesantren Nurul Quran Teter Simo Boyolali. Oleh karena itu metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian dengan jenis penelitian kualitatif. Ada beberapa hal yang perlu dibahas dalam penelitian ini yaitu : 1. Sumber Data Berdasarkan sumbernya, data dapat dibagi menjadi dua yaitu : a. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari subjek penelitian. Dalam hal ini yang menjadi informan adalah para guru dan santri/pengurus di Pondok Pesantren Nurul Quran Teter Simo.
10
b. Data sekunder adalah data yang diperoleh lewat pihak lain, tidak langsung diperoleh oleh peneliti dari subjek penelitiannya. Data yang terlebih dahulu dikumpulkan atau dilaporkan oleh seseorang atau instansi di luar dari peneliti sendiri. Adapaun bentuk data sekunder dapat berupa buku, skrip, jurnal dan lain-lain. 2. Metode Pengumpulan Data Metode adalah teknik atau prosedur yang digunakan untuk mengumpulkan dan menganalisis data yang berkaitan dengan permasalahan penelitian atau hipotesis (Sarosa, 2012: 5). Langkahlangkah dalam pengumpulan data adalah : a. Observasi Observasi
adalah
pengamatan
akan
manusia
pada
habitatnya (Sarosa, 2012: 56). Observasi atau yang disebut pula dengan pengamatan, meliputi kegiatan pemuatan perhatian terhadap objek dengan menggunakan seluruh alat indera (Arikunto, 2010: 199). Observasi ialah suatu kegiatan mencari data yang dapat digunakan untuk memberikan suatu kesimpulan atau diagnosis (Herdiansyah, 2010: 131-132). Kegiatan observasi ini menjadikan penulis sanggup untuk mendeskripsikan lingkungan yang diamati, aktifitas-aktifitas yang berlangsung, individu-individu yang terlibat dalam lingkungan tersebut beserta aktivitas dan perilaku yang dimunculkan, serta
11
makna kejadian berdasarkan perspektif individu yang terlibat tersebut. b. Wawancara Wawancara adalah suatu kegiatan Tanya jawab dengan tatap muka (face to face) antara pewawancara (interviewer) dan yang diwawancarai (interviewee) tentang masalah yang diteliti, dimana pewawancara bermaksud memperoleh persepsi, sikap, dan pola piker dari yang diwawancarai yang relevan dengan masalah yang diteliti (Gunawan, 2014: 162). Tujuan dari wawancara adalah menemukan permasalahan secara lebih terbuka, dan memungkinkan kita menyusup ke dalam alam pikiran orang lain, tepatnya hal-hal yang berhubungan dengan perasaan, pikiran, pengalaman, pendapat, dan yang lainnya yang tidak bisa diamati. Oleh karena itu, penulis menyusun berbagai macam pertanyaan, meminta keterangan atau penjelasan, sambil menilai jawaban-jawaban informan untuk mendapatkan berita dan informasi dari masalah yang diteliti. c. Dokumentasi Dokumentasi adalah pengumpulan data yang diperoleh dengan mengumpulkan sesuatu yang tertulis dalam
kertas
(hardcopy) maupun elektronik (softcopy) (Sarosa, 2012: 61). Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu yang berbentuk tulisan, gambar, atau karya monumental
12
dari seseorang (Gunawan, 2014: 176). Oleh karena itu, untuk melengkapi sumber data dari observasi dan wawancara, penulis mengumpulkan data melalui tulisan, rekaman, gambar, dan karya agar hasil penelitian akan lebih dapat dipercaya jika didukung oleh dokumen. 3. Analisis Data Analisis data adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mengintensifkannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain (Moleong, 2008: 248). Tujuan analisis data tidak hanya sekedar mendeskripsi data apa adanya, akan tetapi peneliti peneliti ingin mendeskripsikan obyek lebih jauh yaitu ingin menginterpretasi, untuk menjelaskan, untuk mengerti dan mungkin juga untuk memprediksi (Kasiram, 2008: 300). Kemudian penulis mengorganisasi data, memecah data menjadi unit-unit data, mencari pola-pola tertentu, mencari hal-hal yang penting untuk dipelajari dan apa yang akan diceritakan. 4. Laporan Penelitian Penulisan laporan penelitian adalah tahap akhir yang paling penting dari proses penelitian, sebab serangkaian tahap-tahap
13
penelitian yang telah dilaksanakan dengan baik, tidak akan diketahui sebelum peneliti menulis laporan penelitiannya (Kasiram, 2008: 338). Agar
hasil
dan
pengalaman
penelitian
itu
berhasil
didokumentasikan kepada khalayak, maka penulis menulis laporan penelitian yang berisi tentang pendahuluan, isi, dan penutup. Penulis melaporkan hasil penelitiannya dimulai dari pendahuluan yang berisi latar belakang pokok masalah, tujuan dan manfaat penelitian. Sedangkan isi mengandung kajian teori, metodologi dan temuantemuan di lapangan dan analisanya, kesimpulan dan saran-saran. Sedangkan penutup berisi daftar kepustakaan dan lampiran-lampiran. F. Sistematika Pembahasan Untuk mempermudah pemahaman dalam penelitian ini, berikut ini susunan sistematika pembahasan hasil penelitian : Bab I pendahuluan, membahas latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, kajian pustaka, metode penelitian, dan sistematika pembahasan. Bab II landasan teori, membahas tentang konsep Hamalatil Quran dalam Islam. Pada Bab ini akan dibahas pengertian dari Hamalatil Quran, dasar program Hamalatil Quran, dan bentuk-bentuk Hamalatil Quran. Bab III paparan data dan temuan penelitian, membahas tentang gambaran umum lokasi penelitian meliputi profil pesantren, sejarah berdirinya, visi dan misi, letak geografis, struktur organisasi, program
14
kegiatan, tata tertib, jadwal pembelajaran, sarana prasarana, keadaan santri, keadaan ustadz dan temuan data tentang program Hamalatil Quran. Bab IV pembahasan,
membahas sistem pendidikan di Pondok
Pesantren Nurul Quran, metode pembelajaran program Hamalatil Quran pada santri di Pondok Pesantren Nurul Quran, dan implementasi program Hamalatil Quran pada santri di Pondok Pesantren Nurul Quran. Bab V penutup atau bab terakhir, yang berisi tentang kesimpulan dari penelitian dan saran.
15
BAB II LANDASAN TEORI
A. Pengertian Program Hamalatil Quran Program didefinisikan sebagai suatu unit atau kesatuan kegiatan yang merupakan realisasi atau implementasi dari suatu kebijakan, berlangsung dalam proses yang berkesinambungan, dan terjadi dalam suatu organisasi yang melibatkan sekelompok orang. Ada tiga pengertian penting dan perlu ditekankan dalam menentukan program, yaitu (1) realisasi atau implementasi suatu kebijakan, (2) terjadi dalam waktu relatif lama-bukan kegiatan tunggal tetapi jamakberkesinambungan, dan (3) terjadi dalam organisasi yang melibatkan sekelompok orang (Arikunto, 2004: 3). Program juga bisa berarti suatu unit atau kesatuan kegiatan maka program merupakan sistem, yaitu rangkaian kegiatan yang dilakukan
bukan
hanya
satu
kali
tetapi
berkesinambungan.
Pelaksanaan program selalu terjadi di dalam sebuah organisasi yang artinya harus melibatkan sekelompok orang (Arikunto, 2004: 3). Program merupakan sistem. Sedangkan sistem adalah satu kesatuan dari beberapa bagian atau komponen program yang saling kait-mengait dan bekerja sama dengan lainnya untuk mencapai tujuan yang sudah ditetapkan dalam sistem. Dengan begitu, program terdiri
16
dari komponen-komponen yang saling berkaitan dan saling menunjang dalam rangka mencapai suatu tujuan. Pembelajaran terjadi dalam dalam sebuah program. Hubungan antara pembelajaran dengan prestasi atau hasil belajar tidak hanya digambarkan sebagai sebuah garis lurus tetapi saling hubungan antar subsistemnya,
yaitu
siswa,
guru,
sarana
belajar,
kurikulum,
lingkungan, kegiatan pembelajaran, dan evaluasi (Arikunto, 2004: 6). Hamalatil Quran adalah suatu kegiatan penjagaan al-Quran mulai dari cara membaca, mengkaji ilmu al-Quran dari kitab-kitab, dan menghafal al-Quran. Dalam kamus al-Azhar karya S. Askar (2010: 120) ditulis َحلَنًا ُ َحَ َل َ– َ َحلً ََوyang artinya mengangkat, menghafal, dan memikul. Disebutkan pula dalam kamus al-Munawwir yang disusun oleh Atabik Ali dan Ahmad Zuhdi Muhdhor (ttd: 798) ditulis )َحَ َل َ(ال ُقران artinya ظ َ َغيبًا َ َح ِفyaitu menghafal al-Quran. Sedangkan dalam kamus alBisri yang disusun oleh KH. Adib Bisri dan KH. Munawwir AF (1999: 134) ditulis kata َحَلًََة َ َحلَ ًة ََو َ َحَ َل َ– َ َحلً ََوyang bermakna memikul dan membawa. Lebih lanjut lagi, menurut hasil wawancara dengan salah satu santri dari Pondok Pesantren Hamalatil Quran Suruh Semarang, Hamalatil Quran adalah kegiatan yang didalamnya mengandung berbagai macam ilmu tentang al-Quran, mulai dari kegiatan
17
pembelajaran mengenai tahsin atau tajwid al-Quran, pembelajaran kitab-kitab yang berkenaan dengan al-Quran seperti at-Tibyan fi Adaabi Hamalatil Quran dan Mashobihun Nuroniyyah, serta kegiatan menghafal al-Quran. Maka yang dimaksud Program Hamalatil Quran adalah rangkaian kegiatan yang berjalan secara berkelanjutan mengenai pembelajaran al-Quran, mulai dari tajwid sampai menghafal al-Quran.
B. Dasar Program Hamalatil Quran Program hamalatil Quran ini didasari oleh firman Allah SWT dan hadits Nabi Muhammad saw. Allah SWT berfirman dalam surat Fathir 29-30:
ِ ِ ِ ِ ِ َاَو َعلَنِيَةًَيََر ُجو َن ُ َاَرَزق ن َ َإنَالذي َنَيَت لُو َنَكت َ اىمََسًّر َ ابَالل ََوَأقَ ُامواَالصلوَة ََوَأَن َف ُقواَِم ِ ِ ِ .َش ُكوٌر َ َ َغ ُفوٌر,َُإِنو,ُجوَرُىم ََويَِزي َد ُىم ٍَّمنَفَضل ِو ُ َليُ َوفٍّيَ ُهمَأ.ِتَ َارًةَلنَتَبُوََر
Artinya:
“Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tida akan merugi. Agar Allah menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan menambah kepada mereka dari karunia-Nya. Sesungguhnya Alah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri”. (QS. Fathir: 29-30)
18
Berdasarkan ayat tersebut, Allah memerintakan kepada hambaNya untuk membaca al-Quran agar supaya tidak menjadi manusia yang merugi. Sehingga pantaslah Rasulallah saw bersabda:
ِ ِِ ِ ِ ِِ ِ ََوال ِذيَيَقَرأَُال ُقرا َن, َ الذيَيَقَرأَُال ُقرا َن ََوُى َو ََماىٌرَبو ََم َعَالس َفَرَةَالكَرامَالبَ َرَرة ِِ ٌّ َش )َ(رواهَمسلم.اَقَلَوَُأَجَر ِان َ َعلَي ِو َ َوُى َوَيَتَتَ عتَ ُعَفيو ََوُى َو
Artinya:
“Siapa yang membaca al-Quran dan dia mahir, maka dia bersama para malaikat penulis yang mulia lagi berbakti. Sedangkan orang yang membaca al-Quran dan dia gagap dalam membacanya, maka dia mendapatkan dua pahala”. (HR. Muslim) (Al-Bani, 2012: 802). Dikatakan mendapat dua pahala, karena dia mendapat pahala dari bacaannya itu sendiri, dan mendapat satu pahala lagi karena kesulitan dan kegagapan yang dialaminya. Ini merupakan dalil untuk lebih memicu meningkatkan bacaannya, meskipun dia mengalami kesulitan. Rasulallah saw juga bersabda:
Artinya:
ِ ِ ِ ضلواَب ع ِدىَماَأَخذ ُُتَِبِِم ِ ِ ِ ََشيئ َاب َ ت ُ َخلف َ َ َ قَد ُ ََكت:اَو َعملتُمََِبَاَفي ِه َما َ َْيَلَنَت َ َ َ.اللِ ََو ُسن ِِت
“Aku telah meninggalkan dua perkara yang kalian tidak akan tersesat sesudahku selama kalian berpegang teguh pada keduanya dan mengamalkan apa yang ada di dalamnya, yaitu kitab Allah dan sunahku”. (Dikeluarkan oleh al-Waili dalam kitab al-Ibanah,
19
diriwayatkan pula oleh Imam Malik dalam al-Muawatha‟ II/899) (Muhammad, 2013: 132). Berdasarkan hadits di atas, menjadi penting untuk mengkaji lebih dalam tentang kitab Allah. Mulai dari belajar mengenai tafsirnya, atau ilmu-ilmu al-Quran seperti mukjizat al-Quran, asbabun nuzul, nasikh mansukh, adab dan etika membaca al-Quran, dan lain sebagainya. Oleh karena itu dalam program Hamalatil Quran ada pembelajaran mengenai kitab-kitab yang membahas mengenai ilmu alQuran atau adab dan tata cara berinteraksi dengan al-Quran yang benar. Menghafal al-Quran adalah salah satu cara untuk menjadikan hati seorang individu muslim tidak kosong dari sesuatu bagian dari kitab Allah SWT. Seperti dalam hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas secara marfu‟:
Artinya:
ِ ِ إِنَال ِذيَلَيس َِف ِ َشيء َِمنَال ُقر ِانَ َكالب ي َتَاْلَر ِب َ َ َ َ ٌ َ َجوفو
“Orang yang tidak mempunyai hafalan al-Quran sedikitpun adalah seperti rumah kumuh yang mau runtuh”. Rasulullah saw., memberikan penghormatan kepada orangorang yang mempunyai keahlian dalam membaca al-Quran dan menghafalkannya,
memberitahukan
kedudukan
mereka,
dan
mengedepankan mereka dibandingkan orang lain (Qardhawi: 2001, 191).
20
Ayat dan hadits di atas adalah salah satu dari beberapa dalil dari al-Quran dan hadits tentang keutamaan al-Quran, dan menjadi dasar bagi umat manusia dan para santri untuk lebih memperdalam lagi ilmu pengetahuan mengenai al-Quran, mulai dari membaca al-Quran, mempelajari kitab-kitab mengenai al-Quran dan menghafal al-Quran.
C. Bentuk-Bentuk Program Hamalatil Quran 1. Belajar Membaca al-Quran Dengan Tajwid a. Pengertian Belajar Membaca Belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor (Bahri, 2008: 13). Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungan (Ahmadi dan Widodo, 2004: 128). Belajar merupakan kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan tiap jenis dan jenjang pendidikan (Rohmah, 2012: 176).
21
Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah pemerolehan baru oleh seseorang dalam bentuk perubahan yang relatif menetap, sebagai akibat adanya proses dalam bentuk interaksi belajar terhadap suatu obyek yang ada dalam lingkungan belajar. Secara dasar yang diusahakan oleh indera manusia sehingga hasil belajar itu mengubah tingkah laku yang lebih baik. Dalam kamus besar Bahasa Indonesia (2002: 83) secara etimologi, membaca berasal dari kata “baca” yang mempunyai beberapa pengertian diantaranya: (1) Melihat serta memahami isi dari apa yang tertulis (dengan melisankan dalam hati), (2) mengeja/melafalkan apa yang tertulis, (3) mengucapkan, (4) mengetahui dan meramalkan, (5) memperhitungkan. Jadi membaca adalah sebuah kegiatan atau proses melafalkan teks dan memahami isi teks. Sedangkan kaitannya dengan belajar membaca al-Quran adalah perubahan dalam diri seseorang sebagai hasil latihan dan pengalaman yang diperoleh selama mengikuti pelajaran membaca al-Quran. Perintah membaca, adalah kata pertama dari wahyu pertama yang diterima oleh Nabi Muhammad saw. Kata ini sedemikian pentingnya sehingga diulang dua kai dalam rangkaian wahyu pertama, selanjutnya terdapat diawal surat alAlaq kata “membaca” yang dalam bahasa arabnya adalah qara‟a
22
memiliki berbagai makna, membaca yang tersurat/teks baik bacaan suci yang bersumber dari Tuhan maupun yang bukan, baik menyangkut ayat-ayat yang tertulis maupun tidak, atau membaca, menelaah, meneliti, menghimpun dan sebagaimana dikaitkan dengan bi ismi Robbika. Pengertian ini merupakan syarat sehingga menuntut dari si pembaca bukan saja sekedar melakukan bacaan yang tidak mengantarkannya kepada hal-hal yang bertentangan dengan “nama Allah” itu (Shihab, 1994: 167171). Tutunan pertama yang diberikan, demikianlah al-Quran secara dini menggaris bahawi pentingnya membaca dan keharusan adanya keikhlasan serta kepandaian memilih bahanbahan bacaan yang tepat dan iqra atau merupakan syarat pertama dan utama bagi keberhasilan manusia. Berdasarkan hal tersebut, tidaklah mengherankan jika ia menjadi tuntunan pertama yang diberikan oleh Alah SWT kepada manusia. b. Kaidah Membaca al-Quran Al-Quran diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad saw melalui perantara Jibril as dan dalam bahasa Arab ini memiliki karakteristik dan spesifik. Kaidah-kaidah yang terkandung dalam proses penguasaan cara membaca alQuran tidak dapat dilepaskan dari beberapa hal. Diterangkan dalam muqoddima al-Quran al-Karim (Departemen Agama
23
Islam, 2002: 102-111). diuraikan beberapa ketentuan membaca al-Quran sebagai berikut: 1) Pemahaman dan Penguasaan Terhadap Makhorijul Huruf. Dilihat dari bunyinya, huruf al-Quran tidak berbeda dengan bunyi huruf-huruf dalam bahasa lainnya. Namun dalam huruf-huruf al-Quran memiliki tempat keluar (Mahkroj) yang berbeda. Misalnya
ada huruf al-Quran yang
mahkrojnya berasal dari lisan, seperti alif ( ) اdan ba ( )ب, terdapat huruf yang mahkrojnya dari tenggorokan, seperti kho ( )خ, ada juga yang terdapat huruf yang mahkrojnya dari dada seperti ha ( ) ه. Oleh karena itu, diperlukan pengetahuan makhorijul huruf dalam belajar membaca alQuran. 2) Pemahanam dan Penguasaan Ilmu Tajwid Membaca al-Quran juga harus menguasai ilmu tajwid, atau paling memahami hukum-hukum bacaan dari masingmasing huruf ketika bertemu atau bergandengan dengan huruf yang lainnya. Sebagai pemisalan, dalam ilmu tajwid dikenal dengan hukum Idzhar (jelas), yakni ketika ada nun mati ( ) ْنatau tanwin (ًًً) bertemu dengan huruf Idzhar yaitu ا ح خ ع غ هmaka dibaca jelas. 3) Kemampuan Membaca Secara Tartil
24
Tartil dan tidaknya dalam membaca al-Quran sebenarnya sangat tergantung dari penguasaan seseorang terhadap hukum-hukum bacaan (ilmu tajwid) dan makhorijul hurufnya. Namun demikian, penguasaan terhadap dua aspek tersebut tidak menjamin seseorang akan dapat membaca al-Quran secara tartil. Hal ini dikarenakan adanya beberapa ketentuan yang terkadang berbeda dengan aturan dasar ilmu tajwid, seperti adanya bacaan Isymam (tengahtengah
diantara
bunyi
dua
huruf),
bacaan
Syadz
(pengecualian) dan lain sebagainya. c. Prinsip-Prinsip Belajar Membaca Al-Quran Prinsip belajar merupakan petunjuk atau cara yang perlu diikuti untuk melakukan kegiatan belajar. Hamalik (2001: 1718) mengemukakan tentang prinsip-prinsip belajar, yaitu (1) pengalaman dasar, (2) motivasi belajar, (3) penguatan. Sedangkan
menurut
Syaikh
az-Zarnuji
(2009:
12)
mengatakan:
ِ ِ ِ ِِ ِ ِ ِ ِ ِ َِ َىيَاْلَصل َِِف َََجي ِع ُ َ َُا َذاَالنٍّية.ُُث ََلَبُدَلَوَُم َنَالنٍّيةَفَ َزَمانَتَعلمَالعلم ِ ِ ُ َإَِّنَاَاْلَعم:َاْلَحو ِالَلَِقولِِوَعلَي ِوَالصلَةَُوالسلَم .َص ِحي ٌح ٌ َح ِدي. َ َ ث ُ َ َ الَبانٍّيَات َ َ
Artinya:
“Kemudian setiap pelajar harus menata niatnya ketika akan belajar. Karena niat adala pokok dari amal ibadah. Nabi saw bersabda: Semua amal itu tergantung pada niatnya”.
25
Dari dua pendapat daiatas, apabila dikaitkan dengan pelajaran membaca al-Quran, dapat disimpulkan bahwa prinsip belajar al-Quran sebagai berikut: 1) Harus didasari dengan niat dan kemauan keras. 2) Disertai latihan dan ulangan. 3) Pemberian balikan dan penguatan belajar. 4) Belajar al-Quran didasarkan kepada pemahaman dan keaktifan siswa serta motivasi yang tinggi. d. Adab Membaca Al-Quran Orang
yang
membaca
al-Qur‟an
sudah
sepatutnya
menunjukkan keikhlasan dan menjaga adab terhadap al-Qur‟an. Maka sudah sepatutnya bagi orang yang sedang membaca alQuran menghadirkan hati kerana sedang bermunajat kepada Allah SWT dan membaca al-Qur‟an seperti keadaan orang yang melihat Allah SWT, jika tidak bisa melihat-Nya, maka sesungguhnya Allah SWT melihatnya. Adab-adab tersebut sudah diatur sedemikian rupa sebagai bentuk penghormatan dan pengagungan terhadap al-Quran. Imam Nawawi (ttd: 33-38) diterangkan dalam bab yang keenam tentang fi Adabi qiro‟ah. Adapun adab-adab tersebut adalah: 1) Bersiwak (membersihkan mulut) sebelum mulai membaca.
ِ السو ِ َ ٍّوَي نبغِيَإِذَاَأَر َادَال ِقراءةََأَنَي نَظ .ِاك ََوَ َغ ِْيه ُ ََ َ ََ َ َ ٍّ فَفَاُهَب 26
“Dan diharuskan apabila ingin membaca al-Quran, hendaklah membersihkan mulut dengan siwak atau yang lainnya”.
2) Membaca al-Quran sesudah berwudhu karena ia termasuk dzikir yang paing utama.
ََعلَىَطَ َه َارٍة ََ ََيُست َ حبََأَنَيَقَرأََال ُقَرآ َن ََوُى َو
“Dianjurkan bagi siapa yang ingin membaca al-Quran dan dia harus dalam keadaan suci”. 3) Membacanya ditempat yang bersih dan suci untuk menjaga keagungan al-Quran.
ٍ حبََأَنَتَ ُكو َنَال ِقراءَةَُِِفَمو ِض ٍعَنَ ِظي ََُمتَا ٍر ََ ََوَيُست ُف َ ََ
“Dianjurkan membaca al-Quran di tempat yang bersih dan tepat”. Justru, sejumlah ulama menganjurkan membaca alQur‟an di masjid kerana ia meliputi kebersihan dan kemuliaan tempat serta menghasilkan keutamaan lain, yaitu Itikaf. 4) Menghadap kiblat
ِ حبََلِلقا ِر َىء َِِفَ َغ ِْيَالصلَةَِأَنَيَستَ قبِ َلَال ِقب لَة َ ََ ََيُست
“Dianjurkan bagi pembaca al-Quran selain dalam sholat untuk menghadap kiblat”. 5) Membaca ta‟awudz dipermulaannya
27
ِ ِ ِ َالل َِمنَالشيط َان ََ فَِإنَأ ََر َادَالش ُرو َ َفَ َق,َعَِِفَال ِقَراءَ ِةَاِستََ َعاذ َ َأَعُوذَُب:َال الرِجي َِم “Jika
membaca
isti‟adzun,
al-Quran
dengan
dimulai
dengan
mengucapkan
kalimat
a‟udzubillahi
minassyaitonirrojim”. 6) Membaca basmalla pada awal surat, kecualai surat Bara‟ah (at-Taubah)
ِ ِ ِ ِ ِ ِ َ َُيَافِ َظ ٍََسوَرة ُ َويَنبَغِيَأَن ُ َعلَىَقَراءَةَبس ِمَاللَالرحَ ِنَالرحي ِم َِِفَأَولَ ُك ٍّل ٍِسوىَب راءَة َ ََ َ
“Dan diharuskan menjaga atas bacaan dengan kalimat basmallah dalam setiap awal surat kecuali surat Baroah”.
7) Membacanya dengan khusyu‟, merenungkannya, tenang dan penuh rasa hormat
ِ ِ ِ اَشر ِ َشأنُوَاْل ُشوعَوالتَ َدب ر ََعن َدَال ِقَراءَ ِة َ َ َ فَِإ َذ َ َ َ ُ ُ َ عَِفَالقَراءَةَفَليَ ُكن
“Maka jika ingin memulai dalam membaca hendaklah
bersikap khusyu‟ dan merenungkan maknanya ketika membaca”. 8) Membacanya dengan tartil
ِ ِ ِ َُويَنبَغيَأَنَيَُرت َلَقَراءَتََو
“Dan diharuskan untuk mentartilkan bacaannya”. Para ulama sependapat atas anjuran melaukan tartil. 9) Membaca tertib sesuai urutan surat dalam al-Quran
ِ ِ ِ بَالمصح َف َ َق َ َاَ ِْلحتيَ ُارَأَنَيَقَرأ:َُالَالعُلَ َماء َ ُ ِ ََعلَىَتَرتي 28
“Para ulama berkata: pendapat yang terpilih untuk membaca al-Quran atas urutan mushaf”. Maka dia baca Al-Fatihah, kemudian Al-Baqarah, kemudian Ali-Imran, kemudian surah-surah sesudahnya menurut tertibnya, sama saja dia membaca dalam sembahyang atau di luarnya. 10) Membaca al-Quran dengan melihat mushaf lebih utama
ِ ِ ِ ِ فَأَف ِ ِ َعنَظَهَ ِرَال َقل َب َ ِ قَراءَةَُال ُقَرآ َِنَم َنَال ُمص َح َ ض ُلَم َنَالقَراءَة
“Membaca al-Quran dengan mushaf (melihat) lebih baik
dari pada membaca dengan hati”. Kerana memandang dalam Mushaf adalah ibadah yang diperintahkan, maka berkumpullah bacaan dan pandangan itu. 11) Mengeraskan bacaan al-Quran
َتَبِال ِقَراءَ ِة َِ َرفَ َعَالصو
“Mengeraskan suara ketika membaca al-Quran”. 12) Membaguskan suara ketika membaca al-Quran
ِ ِ ِ ِ َِ َاِستِحبابَطَل ََحس ِنَالصو ِت ُ َ ُ بَالقَراءَةَالطيٍّبَةَمن
“Sunah mengindakan suara pada waktu membaca alQuran”. Para ulama Salaf dan Khalaf daripada sahabat dan tabi‟in serta para ulama Anshar (Baghdad, Bashrah dan Madinah) dan imam-imam muslimin sependapat dengan sunahnya mengindahkan suara ketika membaca al-Quran. e. Ilmu Tajwid
29
Tajwid adalah melafalkan huruf-huruf al-Quran sesuai dengan makhraj dan sifatnya serta memenuhi hukum bacaannya (Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Quran, 2007: 3). Ilmu tajwid merupakan ilmu pengetahuan tentang cara membaca al-Quran dengan baik dan tertib menurut makhrojnya, panjang pendeknya, tebal tipisnya, berdengung atau tidak, irama dan nadanya, serta titik komanya yang sudah diajarkan oleh Rasulullah saw kepada para sahabatnya (Alam, 1995: 15). Para ulama mendefinisikan tajwid yakni memberikan kepada huruf akan ha-hak dan tertibnya, mengembalikan huruf kepada makhroj dan asalnya, serta menghaluskan pengucapannya dengan cara yang sempurna tanpa berlebihan, kasar, tergesa-gesa dan dipaksa-paksakan. Para ulama menganggap qiraat quran (apalagi menghafal) tanpa tajwid sebagai suatu lahn-lahn adalah kerusakan atau kesalahan yang menimpa lafadz, baik secara khafi maupun secara jaliy. Lahn jaliy adalah kerusakan pada lafadz secara nyata sehingga dapat diketaui oleh ulama qiraat maupun lainnya, menjadikan kesalahan I‟rab atau shorof. Lahn Khofiy adalah kerusakan pada lafadz yang hanya dapat diketahui oleh ulama qiraat dan para pengajar Quran yang cara bacanya diterima langsung dari para ulama qiraat dan kemudian dihafalkan dengan teliti berikut keterangan tentang lafadz-lafadz yang salah itu (AlQaththan, 2006: 229-230).
30
Dengan demikian ketetapan pada tajwid dapat diukur dengan betul dan tidaknya pelafalan huruf-huruf al-Quran, yang berkaitan dengan tempat berhenti, panjang pendeknya bacaan huruf, dan lain sebagainya. Maka bagi umat Islam fardhu kifayah hukumnya belajar ilmu tajwid (mengetahui istilah-istilah dan hukumnya) serta fardhu „ain hukumnya membaca al-Quran dengan baik dan benar (praktek sesuai aturan-aturan ilmu tajwid) (Annuri, 2010: 17). Dari pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pemahaman ilmu tajwid adalah kemampuan untuk menangkap serta dapat menggunakannya untuk mengetahui tempat keluarnya huruf (makhraj), sifat-sifatnya dan bacaanbacaannya. f. Metode dan Tujuan Pembelajaran Tajwid Metode berasal dari bahasa Yunani yaitu metha yang mempunyai arti melalui atau melewati dan hodos yang berarti jalan atau cara. Maka metode memiliki arti suatu jalan yang dilalui untuk mencapai tujuan (Thoifuri, 2008: 56). Metode adalah suatu cara atau jalan yang ditempuh yang sesuai dan serasi untuk menyajikan suatu hal sehingga akan tercapai suatu tujuan pembelajaran yang efektif dan efisien sesuai yang diharapkan (Ismail, 2008: 8).
31
Oleh karena itu dalam proses pembelajaran ilmu tajwid diperlukan suatu metode agar lebih mudah dalam memahaminya. Berikut ini ada beberapa metode dalam pembelajaran ilmu tajwid: 1) Metode Ceramah Metode cerama adalah suatu metode dalam pendidikan dimana cara menyampaikan materi kepada anak didik dengan jalan penuturan secara lisan. Dalam metode cerama ini murid duduk, melihat dan mendengarkan serta percaya bahwa apa yang diceramakan guru itu adalah benar, murid mengutip ikhtisar
ceramah
semampu
murid
itu
sendiri
dan
menghafalnya (Daradjat, 2001: 289). 2) Metode Tanya Jawab Metode Tanya jawab adalah penyampaian pelajaran dengan jalan guru mengajukan pertanyaan dan murid menjawab, atau suatu metode di dalam pendidikan dimana guru bertanya sedang murid menjawab tentang bahan/materi yang ingin diperolehnya. Metode ini dimaksudkan untuk mengenalkan pengetahuan, fakta-fakta yang sudah diajarkan dan untuk merangsang perhatian murid dengan berbagai cara (sebagai apersepsi, selingan, dan evaluasi) (Zuhairini dkk, 1983: 86). Tujuan mempelajari ilmu tajwid yaitu:
32
ِ انَع ِنَاللح ِنَِِفَكِلَِم ِ ََاللَتَ َع َال َ صو ُنَاللٍّ َس َ
“Menjaga lidah dari kesalahan di saat membaca al-Quran” (Ahmad Annuri, 2010: 23). Tujuan mempelajari ilmu tajwid adalah agar umat Islam dapat membaca ayat-ayat al-Quran dengan fasih (terang dan jelas) dan memperbaiki/memperindah bacaan huruf hijaiyyah yang terdapat dalam huruf al-Quran dan mengerti hukum-hukum ibtidak dan waqof (cara memulai dan berhenti baik ketika waqof atau di tengah-tengah) (Munir dan Sudarso, 1994: 8-9). Salah satu kitab yang membahas ilmu tajwid adalah kitab Tuhfathul Athfal karya Syaikh Sulaiman Bin Hasan bin Muhammad al-Jamzuri. Beliau lahir pada bulan Robi‟ul Awal tahun 1160-an. Kitab Tuhfathul Athfal adalah sebuah kitab nadhom (sayir) yang mengandung kaidah-kaidah dasar ilmu tajwid yang dirangkai dengan bait-bait syair yang indah. Ada juga kitab Thoriqoh Baca Tulis dan Menghafal AlQuran dari Pondok Pesantren Yanbu‟a Kudus yang di pimpin oleh KH. Muhammad Ulinnuha Arwani dan KH. Muhammad Ulil Albab Arwani, beliau-beliau adala putra dari Simba KH. Muhammad Arwani Amin. Dan masih banyak lagi kitab-kitab yang membahas tentang Ilmu Tajwid seperti buku Pengantar Ilmu Tahsin yang ditulis oleh Ahmad Syaiful Anam.
33
2. Mengkaji Kitab Ulumul Quran a. Pengertian Mengkaji Kitab Mengkaji berasal dari kata „kaji‟ yang mempunyai arti pelajaran atau
penyelidikan tentang sesuatu. Sedangkan
mengkaji artinya belajar, memeriksa, menyelidiki, memikirkan (mempertimbangkan),
menguji
dan
menelaah
sesuatu
(Depdiknas, 2008: 618). Sedangkan
kata
kitab,
disebutkan
dalam
kamus
kontemporer yang disusun oleh Atabik Ali dan Ahmad Zuhdi Muhdhor (ttd: 1275 ) ditulis ) الكتاب (ج كتةyang artinya kitab atau buku-buku. Kitab dalam pendidikan agama Islam merujuk pada kitab-kitab tradisional atau biasa disebut dengan kitab kuning, yang berisi tentang pelajaran-pelajaran agama Islam (diraasah alIslamiyyah) yang diajarkan di Madrosah atau Pondok Pesantren, mulai dari mata pelajaran fiqh, akhlaq tasawuf, nahwu shorof, hadits, ulumul hadits, tafsir, ulumul quran, dan yang lainnya. Kitab kuning adalah kitab-kitab keagamaan berbahasa Arab karya ulama salaf, ulama zaman dalu, yang dicetak dengan kertas kuning. Sebenarnya yang paling tepat disebut dengan kutub alturats yang isinya berupa hazanah kreatifitas pengembangan peradaban islam pada zaman dahulu. Dalam hazanah tersebut terdapat hal-hal yang sangat prinsip yang kita tidak dapat mengabaikannya. Selain itu, hazanah tersebut juga terdapat hal-
34
hal yang boleh kita kritisi, kita boleh tidak memakainya dan ada juga yang sudah tidak relevan lagi. Tetapi kalau yang namanya kitab usul fiqh, mushtalah al-hadits, nahwu-sharaf, ilmu tafsir, ilmu tajwid itu semua adalah prinsip, mau tidak mau sekarang kita harus menggunakan kitab-kitab tersebut (http://blitarqdoel.blogspot.co.id/2012/10/proposal-penelitian implementasi.html?=1, diakses pukul 13.30, hari Selasa 26 Juli 2016). Mengkaji
kitab
adalah
proses
belajar,
memikirkan,
memeriksa, menyelidiki dan menelaah kitab-kitab tentang pelajaran-pelajaran agama Islam karangan para ulama yang ilmunya sudah mempuni. Sehingga sedikit banyak akan mengetahui apa yang tersurat dan tersirat dalam al-Quran dan hadits. Karena kitab-kitab tersebut merupakan kitab karangan para ulama dari hasil ijtihad mereka untuk mencari hukum suatu perkara yang tidak dijelaskan dalam al-Quran dan hadits. b. Ulumul Quran 1) Definisi Ulumul Quran Istilah „ulumul Quran berasal dari bahasa Arab yang terdiri dari dua kata, yaitu „ulum dan al-Quran. Kata „ulum merupakan bentuk jamak dari kata „ilm, yang berarti ilmuilmu. Istilah „ilm merupakan bentuk masdhar (kata kerja yang dibendakan) yang artinya pemahaman dan pengetahuan
35
sesuai dengan makna dasarnya, yaitu al-fahmu wa al-idrak (pemahaman dan pengetahuan). Kemudian pengertiannya dikembangkan pada kajian berbagai masalah yang beragam dengan standar ilmiah. Kata „ilm juga berarti idrak al-syai bi haqiqatih
yang
artinya
mengetahui
sesuatu
dengan
sebenarnya (Hermawan, 2011: 1). Kata „ulum adalah bentuk jamak dari kata „ilm yang berasal dari kata dasar aliima-ya‟maalu-„ilman, yang berarti mendapakan atau mengetahui sesuatu dengan jelas atau menjangkau sesuatu dengan keadaan yang sebenarnya. Ia berasal dari akar kata dengan huruf-huruf „ain, lam, dan mim, yang berarti „asrun bi al-syai yatamazzu bihi „an gairihi (keunggulan yang menjadikan sesuatu berbeda dengan yang lainnya), atau „sesuatu yang jelas‟, „bekas‟ (hati, pikiran, pekerjaan, tingkah laku dan karya-karya) sehingga sesuatu itu terlihat dan diketahui sedemikian jelas, tanpa menimbulkan sedikit pun keraguan (Hermawan, 2011: 1). Al-Suyuti dalam kitab Itmamu al-Dirayah memberikan definisi „ulumul Quran sebagai berikut:
ِاب الْع ِزي ِز ِمن ِجه ِة نُزولِ ِو وسنَ ِده ِ ِ ِ ُ ِعلْم ي بح َ ُْ ٌ َ َ ْ ُ َ ْ ْ َ ِ َث ف ْية َع ْن اَ ْح َو ِال الْكت ِ ِ ِ اظ ِو ومعانِْي ِو الْمتَ علِّ َق ِة بِ ْاْلَح َك .ك َ ِان َوغَْي ِر ذَل ْ َ ُ َ َ َ َو اَ َدابِو َواَلْ َف
36
“Ulumul Quran ialah suatu ilmu yang membahas tentang keadaan al-Quran dari segi turun, sanad, adab, dan makna-maknanya,
yang
berhubungan
dengan
hukum-
hukumnya dan sebagainya” (Zuhdi, 1997: 23-24). Al-Zarqani dalam kitab Manahilul „Irfan fi Ulumil Quran merumuskan definisi „ulumul Quran, yaitu:
ِ َان الْ َك ِري ِم ِمن ن ِ ِ ث تَتَ علَّ ُق بِالْ ُقر ِ احيَ ِة نُ ُزْولِ ِو َ ُ عُلُ ْو ُم الْ ُق ْران ُى َو َمبَاح ْ ْ ْ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِِ وتَرتِيبِ ِو وجم ِع ِو وكِتَابتِ ِو وقِر س ْو ِخ ِو َ َ َ َ َ ََْ ْْ َ ُ اءتو َوتَ ْفس ْي ِره َوا ْع َجا ِزه َونَاسخو َوَم ْن ُّ َو َدفْ ِع .ك َ ِالشبَ ِو َع ْنوُ َونَ ْح ِو ذل “Ulumul
Quran
ialah
pembahasan-pembahasan
masalah yang berhubungan dengan al-Quran, dari segi turun,
urut-urutan,
pengumpulan,
penafsiran
mukjizat,
penolakan
(bantahan)
nasikh
penulisan,
dan
terhadap
bacaan,
mansukhnya, hal-hal
yang
serta bisa
menimbulkan confused (keragu-raguan) terhadap al-Quran (yang sering dilancarkan oleh Orientalis dan Ateis dengan maksud
untuk
menodai
kesucian
al-Quran)
dan
sebagainya”(Zuhdi, 1997: 24). „Ulumul Quran adalah pembahasan-pembahasan yang berkaitan dengan al-Quranul Karim dari segi turunnya, urutannya, penafsirannya,
kodifikasinya,
penulisannya,
kemu‟jizatannya,
37
bacaannya,
nasikh-mansukhnya,
penolakan
hal-hal
yang
bisa
menimbulkan
keraguan
terhadapnya, dan sebagainya (Budiharjho, 2012: 4). Dari definisi-definisi tersebut di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa „ulumul Quran adalah suatu ilmu yang lengkap dan mencakup semua bidang ilmu yang ada hubungannya dengan al-Quran baik berupa ilmu-ilmu agama, seperti ilmu tafsir, maupun berupa ilmu-ilmu bahasa Arab seperti I‟robul Quran dan sebagainya (Hermawan, 2011: 3). 2) Tema dan Ruang Lingkup „Ulumul Quran Az-Zarkasyi dalam kitabnya al-Burhan fi Ulumil Quran menegaskan, bahwa ilmu-ilmu al-Quran tidak terhitung banyaknya. Hal ini karenaorang bisa membahas al-Quran dari berbagai macam segi menurut keahlian masing-masing. Misalnya, seorang bisa membahas al-Quran dari salah satu cabang dari ilmu-ilmu agama (Fiqh, Ushul Fiqh, Tasawuf, Aqaid, dan sebagainya). Dia bisa membahas pula al-Quran dari salah satu cabang dari ilmu-ilmu bahasa (Nahwu, Saraf, Balaghah dan sebagainya). Disamping itu, seorang bisa membahas al-Quran dari segi pengetahuan umum. Misalnya filsafat, sejarah dan sebagainya (Muhdi, 1997: 33). Pembahasan „ulumul Quran memang banyak, tetapi ada klasifikasi berdasarkan tema-temanya. Pertama, Pembahasan yang berpautan dengan Nuzul al-Quran, yaitu:
38
1) Auqat al-Nuzul wa Mawathin al-Nuzul Tema ini berkenaan dengan ayat-ayat yang diturunkan di Mekah yang dinamai ayat Makkiyah, ayat-ayat yang diturunkan di kala Nabi berada di kampung atau disebut Hadloriyah, ayat-ayat yang diturunkan di dalam safar yang dinamai Safariyah, ayat-ayat yang diturunkan pada siang hari dinamai Nahariyah, dan ayat-ayat yang diturunkan pada malam hari yang dinamai Lailiyah (Hermawan, 2011: 9). 2) Asbabun Nuzul Tema ini berkenaan dengan sebab-sebab turunnya alQuran, yaitu peristiwa-peristiwa yang menyebabkan turunnya
ayat,
dimana
ayat
tersebut
menjelaskan
pandangan al-Quran tentang peristiwa yang terjadi atau mengomentarinya (Budihardjono, 2012: 21). 3) Tarikhun Nuzul Tema ini berkenaan dengan ayat yang mula-mula diturunkan dalam kaitan waktunya, yang berulang-ulang diturunkannya, yang terakhir hukumnya dari turunnya, yang turun tidak berurutan, yang turun dalam satu kesatuan, dan lain-lain (Hermawan, 2011: 10). Kedua,
pembahasan
masalah
sanad.
Hal
ini
berhubungan dengan enam macam persoalan, yakni yang
39
mutawatir, ahad, syadz, beragam qiraat Nabi, para perawi dan huffazh, kaifiyat al-tahammul (cara penerimaan riwayat). Ketiga,
masalah bacaan (tata cara membaca), yaitu soal
waqof, ibtida‟, imalah, madd, men-takhfif-kan (meringankan bacaan) hamzah, idgham dan lain-lainnya. Keempat, masalah pembahasan lafaz. Hal ini terkait dengan beberapa soal, yaitu gharib, mu‟rab, majaz, musytarak, mutaradif, isti‟arah, dan tasybih. Kelima, masalah makna-makna alQuran yang berpautan dengan hukum seperti masalah lafaz „am yang tetap dalam keumumannya, „am yang dimaksudkan khusus, „am yang dikhususkan dengan sunnah, „am yang mengkhususkan
sunnah,
nash
yang
zhahir,
mujmal,
mufashshol, manthuq, mafhum, muthlaq, muqayyad, muhkam, mutasyabih, musykil, nasikh dan mansukh, muqoddam, muakhkhar dan lain-lain. Keenam, masalah makna-makna alQuran yang berpautan dengan lafaz, yaitu fashl dan washl, ijaz, ithnab, musawah dan qashr (Hermawan, 2011: 10). Ruang lingkup „ulumul Quran dapat dibagi menjadi dua, yaitu Dirasah ma fi al-Quran, sebagai kajian yang dilakukan berkenaan dengan materi-materi yang terdapat dalam al-Quran seperti kajian tafsir al-Quran. Dirasah ma Haula al-Quran, sebagai kajian yang dilakukan berkenaan dengan materi-materi seputar al-Quran tetapi lingkupnya di
40
luar materi dalam seperti kajian mengenai Asbab al-Nuzul (Hermawan, 2011: 10).
3. Menghafal al-Quran a. Pengertian Menghafal Quran Menghafal
merupakan
proses
menerima,
mengingat,
menyimpan dan memproduksi kembali tanggapan-tanggapan yang diperolehnya melalui pengamatan (Munjahid, 2007: 73). Hifzul Quran (menghafal al-Quran) merupakan cara menghafal sedikit demi sedikit ayat-ayat dalam al-Quran yang telah dibaca berulang-ulang secara bin-nazhar. Misalnya, menghafal satu baris, beberapa kalimat atau potongan ayat sampai tidak ada kesalahan. Setelah satu baris atau beberapa kalimat tersebut sudah dihafal dengan baik, lalu ditambahkan merangkaikan baris atau kalimat berikutnya sehingga menjadi sempurna (Sa‟dullah, 2008: 53). Dari pengertian di atas bahwa menghafal al-Quran adalah menghafal 30 juz dari al-Quran dengan baik, lancar dan fasih, dengan urutan mushaf Utsmani yang dimulai dari ummul kitab (al-Fatihah) sampai pada surat an-Naas dibawah bimbingan seorang guru, yang memiliki tujuan ibadah, menjaga dan memelihara kalam Allah SWT.
41
b. Kaidah dan Metode Menghafal al-Quran Ahmad Salim (2009: 86-89) mengemukakan bahwa kaidahkaidah dalam menghafal al-Quran sebagai berikut: 1) Ikhlas. Wajib mengikhlaskan niat dan memperbaiki tujuan serta menjadikan hafalan al-Quran dan perhatiannya hanya untuk Allah SWT. 2) Memperbaiki ucapan dan bacaan. Hal ini hanya bisa dilakukan dengan mendengar dari seorang pembaca al-Quran yang baik atau penghafal yang sempurna. 3) Menentukan batas hafalan setiap minggu. Memilih satu lembar utuh atau seperempat bagian. 4) Jangan melampaui hafalan wajib. Jangan melampaui batasan wajib mingguan hingga memperbagus dulu hafalannya secara keseluruhan. 5) Menggunakan satu rasam mushaf hafalan. Menggunakan satu mushaf karena manusia menghafal itu melalui melihat, sebagaimana menghafal melalui mendengar. 6) Pemahaman adalah jalan menghafal. Berusahalah memahami ayat-ayat yang dihafal dan mengetahui aspek keterkaitan antara sebagian ayat dengan ayat lainnya. 7) Jangan melewati bacaan wajib hingga mengikat yang pertama dengan terakhir. Seorang penghafal tidak seharusnya berpindah
pada
surat
42
yang
lain
kecuali
setelah
ia
menyempurnakan secara utuh dan mengikat hafalan pertama dengan yang terakhir (ketika ia menghafal seperempat hizib, misalnya yang ditambahkan dengan seperempat yang ada sesudahnya, dan begitu seterusnya). 8) Mengulangi dan memperdengarkan hafalan secara rutin. 9) Memperhatikan ayat-ayat yang serupa. Ada ayat-ayat yang terkadang pembaca al-Quran salah karena adanya keserupaan dengan ayat yang lain. 10) Menggunakan
kesempatan
tahun-tahun
emas
untuk
menghafal. Barangsiapa ingi menggunakan kesempatan tahun bagus untuk menghafal, menurut kesepakatan yang pasti adalah pada usia lima dan sepuluh tahun hingga kira-kira usia dua puluh tiga tahun, karena manusia pada usia ini daya hafalnya bagus sekali. 11) Mendengarkan kaset-kaset al-Quran. 12) Lakukan shalat dengan membaca hafalan. Dalam menghafal al-Quran orang mempunyai metode dan cara yang berbeda-beda. Namun, metode apapun yang dipakai tidak akan terlepas dari pembacaan yang berulang-ulang sampai dapat mengucapkannya tanpa melihat mushaf sedikitpun. Sa‟dullah (2008: 52-54) menjelaskan tentang proses menghafal al-Quran yang melalui kegiatan sebagai berikut:
43
1) Bin-Nazhar, yaitu membaca dengan cermat ayat-ayat alQuran yang akan dihafal dengan melihat mushaf al-Quran secara berulang-ulang. Proses bin-nazhar ini hendaknya dilakukan sebanyak mungkin atau empat puluh kali seperti yang biasa dilakukan oleh para ulama terdahulu. Hal ini dilakukan untuk memperoleh gambaran menyeluruh tentang lafaz maupun urutan ayat-ayatnya. 2) Tahfizh, yaitu menghafalkan sedikit demi sedikit ayat-ayat al-Quran yang telah dibaca berulang-ulang secara bin-nazhar tersebut. Misalnya menghafal satu baris, beberapa kalimat, atau sepotong ayat pendek sampai tidak ada kesalahan. Setelah satu baris atau beberapa kalimat tersebut sudah dapat dihafal dengan baik, lalu ditambah dengan merangkaikan baris atau kalimat berikutnya sehingga sempurna. Kemudian rangkaian ayat tersebut diulang kemabali sampai benar-benar hafal. Setelah materi satu ayat dapat dihafal dengan lancar kemudian pindak kepada materi ayat berikutnya. Untuk merangkaikan hafalan urutan kalimat dan ayat yang benar, setiap selesai menghafal materi ayat berikutnya harus selalu diulang-ulang mulai dari ayat pertama dirangkaikan dengan ayat kedua dan seterusnya. 3) Talaqqi, yaitu menyetorkan atau memperdengarkan hfalan yang baru dihafal kepada seorang guru atau instruktur. Guru
44
tersebut haruslah seorang hafizh al-Quran, telah mantab agama dan ma‟rifatnya, serta dikenal mampu menjaga dirinya. 4) Takrir, yaitu mengulang hafalan atau men-sima‟-kan hafalan yang pernah dihafalkan/sudah pernah di-sima‟-kan kepada guru tahfizh. Takrir dimaksudkan agar hafalan yang pernah dihafal tetap terjaga dengan baik. Selain dengan guru, takrir juga dilakukan sendiri-sendiri dengan maksud melancarkan hafalan yang telah dihafal, sehingga tidak mudah lupa. Misalnya pagi hari untuk menghafal materi hafalan baru, dan sore harinya untuk men-takrir materi yang telah dihafalkan. 5) Tasmi’, yaitu memperdengarkan hafalan kepada orang lain baik kepada perseorangan maupun kepada jamaah. Dengan tasmi‟ ini seorang penghafal al-Quran akan diketahui kekurangan pada dirinya, karena bisa saja ia lengah dalam mengucapkan huruf atau harakat. Dengan tasmi‟ seseorang akan lebih berkonsentrasi dalam hafalan. c. Panduan Menghafal al-Quran 1) Makan dan minum yang halal dan thayyib.halal berarti makanan dan minuman tersebut secara bendanya bukan berasal dari apa yang dengan jelas dilarang baik dalam al-Quran maupun sunnah, sedangkan thayyib berarti makanan dan
45
minuman tersebut diraih dengan cara yang baik dan tidak mendzalimi orang lain (Qaradhawi, 2000: 89). 2) Menjaga bacaan diwaktu malam. 3) Meminta doa dari orang tuanya. Dengan doa orang tua Allah SWT akan memudahkan setiap langkah dan obsesi kita (Qaradhawi, 2000: 90). 4) Ketekunan dan keseriusan. Menghafal al-Quran sebanyak 30 juz, 114 surah, dan kurang lebih 6.666 ayat bukanlah pekerjaan yang mudah. Oleh karena itu di butuhkan kemauan yang sangat kuat (Sa‟dullah, 2008: 30). Menghafal al-Quran tidak bisa dilakukan hanya dengan berleha-leha, tetapi memerlukan usaha yang maksimal tanpa mengenal lelah. Seseorang harus bisa menjaga waktunya dengan sebaik mungkin sehingga tidak ada waktu yang terlewatkan untuk hal yang tidak bermanfaat. Seperti apa yang disyairkan oleh Imam Syafii,
َابَ َُمغََل ِق ٍَ َالِدََيََفََتَ ُحََ َُكلَََب َ َو, ََ اس ٍَع َِ نَ َُكلَََاَمَ ٍَرَ ََش َ ََِاَ َلِدَََيُد
“Kesungguhan itu dapat mendekatkan sesuatu yang jauh, dan
bisa membuka sebuah pintu yang terkunci” (Az-Zarnuji, 2009: 40). 5) Wara‟, yaitu menjaga diri dari setiap yang diharamkan dan setiap perkara yang syubhat (Qaradhawi, 2000: 92).
46
6) Tawadlu‟. Karakter yang harus dimiliki seorang penghafal alQuran di antaranya adalah sifat tawadlu‟ (rendah hati). Ketika seorang menghafal al-Quran, seharusnya muncul kesadaran dalam dirinya bahwa Allah SWT Maha Kuasa atas segala sesuatu. Tidak ada sedikit rasa sombong dalam diri seseorang karena sifat sombong tidaklah pantas dilakukan seorang manusia yang sebenarnya kecil dihadapan Allah SWT (Qaradhawi, 2000: 93). 7) Sabar dalam menghadapi ujian. Kesabaran menjadi mutiara yang indah bagi penghafal al-Quran. Seandainya ia bisa melewati ujian selama proses menghafal al-Quran, ia akan meraih tujuannya. 8) Disiplin dan istiqomah menambah hafalan. Harus gigih memanfaatkan
waktu
senggang,
cekatan,
bersemangat tinggi (Sa‟dullah, 2008: 32).
47
kuat
fisik,
BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Gambaran Umum Pondok Pesantren Nurul Quran Untuk mengetahui gambaran umum Pondok Pesantren Nurul Quran diperlukan penjabaran yang cukup luas agar supaya gambaran umum lembaga pendidikan ini dapat mudah untuk dipahami dengan jelas. Diantara hal-hal yang yang dapat dijabarkan dari gambaran umum Pondok Pesantren Nurul Quran meliputi: sejarah berdirinya, letak geografis pondok pesantren, keadaan pendidik dan keadaan peserta didik serta sarana dan prasarana. 1. Profil Pondok Pesantren Nurul Quran Teter Simo Boyolali Tabel 1.1 Profil Pondok Pesantren Nurul Quran Nama
Pondok Pesantren Nurul Quran
Alamat
Dusun Teter 19/06 Kelurahan Teter Kecamatan Simo Kabupaten Boyolali Kode Pos 57377
Tahun Berdiri
2005
Nama Pendiri
K.H. Subur Aditama S.Pd.I dan Nyai.Hj. Siti Amanatun Al-Hafidzah.
Sasaran Pelayanan
Pondok Pesantren, Madrasah Diniyah, RA, SDIT, Madrasah Tsanawiyah
Sumber: Dokumen Pondok Pesantren Nurul Quran
48
2. Sejarah Pondok Pesantren Nurul Quran Teter Simo Boyolali Pondok Pesantren Nurul Quran (PPNQ) ini berawal dari TPA (Taman Pendidikan Al-Quran) pada tahun 1990-an, oleh K.H. Subur Aditama S.Pd.I dan Nyai Hj. Siti Amanatun Al-Hafidzah. Pada tahun 1990-an, pondok pesantren ini terkenal dengan sebutan PAIT yang memiliki kepanjangan Pendidikan Al-Quran dan Islam Teter. Pada waktu itu terdapat lebih dari 50-an santri yang ikut belajar mengaji, dari desa asal maupun sekitar. Kajian pun masih terbatas pada waktu sore dan setelah maghrib. Santri yang ikut belajar ngaji berasal dari keluarga yang ekonominya menengah kebawah, anak-anak yang terpinggirkan, kurang mampu, yatim piatu dan kurang adanya perhatian dari orang tua. Desa Teter sendiri adalah basis masyarakat abangan. Tradisi sesajen dan perburuan benda-benda mistik masih banyak dilakukan. Hadirnya PAIT banyak memberikan pengertian kepada masyarakat tentang agama Islam dan pentingnya mengaji demi bekal masa depan. Sekitar tahun 1995-an, mulailah santri-santri berdatangan untuk mukim (mondok) di pesantren. Namun karena belum ada asrama, para santripun bertempat di ndalem (rumah) bersama dengan keluarga kyai. Lima tahun kemudian tepatnya tahun 2000-an, santri yang mukim semakin banyak. Tepatnya tahun 2004 jumlah santri mencapai 20an santri mukim, jumlah yang lumayan banyak bagi sebuah pesantren yang belum memiliki nama dan asrama santri. Pada waktu itu, para santrilah
49
yang memberi nama Nurul Quran dengan membuat bancaan dan memberikannya kepada Abah Kyai dan Bu Nyai. Maka dari itulah, KH. Subur dan Nyai Hj. Siti Amanatun Al-Hafidzah matur dengan guru besar beliau, yaitu KH. Hamdani al-Hafiz pengampu Pondok Pesantren Mojo Andong Boyolali. Berkat tekad dan keyakinan pendiri pesantren dari hadis Nabi saw,”Khairukum man ta‟allamal qur‟an wa‟allamahu” yang artinya sebaik-baik kalian adalah yang belajar al-Quran dan mengajarkannya. Maka pendiri melakukan istikharah dan meminta doa kepada para masyayikh dan para guru besar beliau, untuk mendirikan pesantren. Pada tanggal 5 Oktober 2005, Pondok Pesantren Nurul Quran resmi berdiri, berikut dengan surat akta dan pengesahan dari Kemenag Kabupaten Boyolali dan menyelenggarakan pendidikan formal yaitu madrasah dari berbagai tingkatan. Sekarang santri yang mukim di Pondok Pesantren Nurul Quran Teter Boyolali berjumlah mencapai 220 santri. Berkat pertolongan Allah dan kepedulian para donatur, semua santriwan dan santriwati bebas dari biaya pesantren dan biaya makan sehari-hari. Pembangunan sarana dan prasarana santri sedikit demi sedikit berjalan tanpa membebani para wali. Begitu pula dengan kepribadian serta pola pendidikan santri, selalu diadakan evaluasi demi terciptanya pesantren yang memilki alumni berkualitas sekaligus berakhlaqul karimah
(www.nu.or.id/post/read/63536/dari-tpa-hingga-dirikan-
50
madrasah-tanpa-bebani-santri-dan-wali-murid, diunduh pukul 10.00, hari Selasa 2 agustus 2016). 3. Visi dan Misi Pondok Pesantren Nurul Quran Visi Pondok Pesantren Nurul Quran: “Terwujudnya pondok pesantren yang mandiri dan berwawasan luas yang berdasarkan al-Quran dan hadist”. Misi Pondok Pesantren Nurul Quran: a. Mencetak generasi umat Islam yang berakhlaqul karimah. b. Membimbing santriwan/santriwati memahami al-Quran. c. Membimbing santriwan/santriwati mengamalkan al-Quran. d. Membimbing santriwan/santriwati menghafal al-Quran dengan fasih dan benar. e. Membekalai anak didik dengan ilmu yang beramanfaat di dunia dan akherat. 4. Keadaan Pondok Pesantren dan Letak Geografis Pondok Pesantren Nurul Qur‟an terletak di Dusun Teter 19/06 Kelurahan Teter, Kecamatan Simo, Kabupaten Boyolali. Tapatnya di sebelah timur Sekolah Dasar Negeri Teter Simo Boyolali dan sebelah selatan lapangan sepak bola desa Teter. Dengan lahan seluas 6900 m2 dan bertempat yang strategis karena berada di seberang jalan dan tidak jauh dari Kantor Desa Teter. Masyarakat yang tinggal didaerah sekitar Pondok Pesantren Nurul Quran mayoritas bermata pencaharian sebagai pedagang dan petani.
51
Masyarakat sekitar sangat mendukung keberadaan Pondok Pesantren Nurul Quran dengan salah satu buktinya adalah banyaknya anak-anak sekitar Pondok Pesantren Nurul Quran yang mengikuti kegiatan ataupu proses belajar mengajar yang berada di Pondok Pesantren Nurul Quran seperti santri yang lainnya, bahkan dikalangan orang tua pun selalu rutin mengikuti kajian-kajian yang ada di Pondok Pesantren Nurul Quran (Observasi 24 Juli 2016). 5. Struktur Organisasi Kepengurusan Pondok Pesantren Nurul Quran Teter Simo Boyolali Struktur organisasi kepengurusan Pondok Pesantren Nurul Quran tahun ajaran 2016/2017 M sebagai berikut:
Tabel 1.2 STRUKTUR ORGANISASI KEPENGURUSAN PONDOK PESANTREN NURUL QURAN TAHUN 2016/2017 NO.
JABATAN
NAMA
1.
Pengasuh
KH. Subur Aditama, S.Pd.I. Nyai Hj. Siti Amanatun
2.
Penasehat
Muh. Mannan M., S.HI.
3.
Lurah Pondok
M. Asrori, AM
52
4.
Bendahara
Arif Efendi Dedi Irawan
5.
Sekretaris
Ahmad Sofyan Mulyadi
6.
Sie. Pendidikan
Sahal Hamid M. Fauzan
7.
Sie. Kebersihan
Badruddin Ahmad Nur Rosyid
8.
Sie. Perlengkapan
Ahmad Efendi Ali Mustofa
9.
Sie. Keamanan
Agus Sutrisno M. Nur Ikhsan
10.
Sie. Humas
Efit Dwi. F M. Shodiq Ridwan
11.
Wali Kelas Madin Wali Kelas 1
Ust. Badruddin
53
Wali Kelas 2
Ust. Agus Sutresno
Wali Kelas 3
Ust. Asrori Al-Mathsi
Wali Kelas 4
Ust. Ahmad Sofyan
Wali Kelas 5
Ust. Badrus Soleh, S.Pd.I
Wali Kelas 6
Ust. Muh. Muslim Djauhari
Struktur organisasi kepengurusan Pondok Pesantren Nurul Quran ini ditentukan oleh pengasuh pondok pesantren yaitu KH. Subur Aditama, S.Pd.I dan tentu memilih seseorang yang mempunyai wawasan ilmu keagamaan yang baik terutama bagi wali kelas madrasah diniyah. 6. Program Kegiatan Pondok Pesantren Nurul Quran Progam kegiatan yang dilaksanakan di Pondok Pesantren Nurul Quran terperinci atas kegiatan harian, mingguan, bulanan, tahunan yang sudah terperinci dengan baik, seperti dalam lampiran 1. 7. Peraturan Pondok Pesantren Nurul Quran a. Tata Tertib Pondok Pesantren Nurul Quran 1) Diwajibkan sholat fardhu berjamaah bagi setiap santri. 2) Diwajibkan mengaji pada waktu yang sudah ditetapkan. 3) Mengikuti madrasah diniyah. 4) Melaksanakan piket sesuai dengan jadwalnya.
54
5) Menjaga akhlaqul karimah dan nama baik pondok dimanapun berada. 6) Mengikuti segala kegiatan pondok. 7) Dilarang: a) Keluar pondok tanpa ijin. b) Membawa Hang Phone (HP) dan atau barang elektronik lainnya. c) Pergi ke tempat lawan jenis tanpa sepengetahuan pengasuh. d) Merokok, dimanapun. e) Hubungan lawan jenis (Pacaran). b. Peraturan Pengurus Pondok Pesantren Nurul Quran Peraturan
pengurus
Pondok
Pesantren
Nurul
Quran
terperinci dari berbagai bidang, yaitu bidang pendidikan, kebersihan dan keamanan beserta poin, larangan dan sanksinya masing-masing, seperti dalam lampiran 2. 8. Jadwal Pembelajaran Sorogan/Hafalan dan Madrasah Diniyah a. Pembelajaran Sorogan/Hafalan setelah Maghrib dan Shubuh 1) Kelompok I (Putra) Kitab
: Juz „Amma (Baghdadiyah/turutan) dan
Iqra‟ Penyimak
: M. Asrori, AM
2) Kelompok II (Putra) Kitab
: Al-Quran
55
Penyimak
: Ust. Sahal
3) Kelompok III (Putra) Kitab
: Al-Quran
Penyimak
: Ust. Darmaji, M. Pd.I
4) Kelompok IV (Putra) Kitab
: Al-Quran
Penyimak
: KH. Subur Aditama, S.Pd.I
5) Kelompok V (Putri) Kitab
: Juz „Amma (Baghdadiyah/turutan) dan
Iqra‟ Penyimak
: Ustd. Ariani Fadhilah/Ustd. Winarni
6) Kelompok VI (Putri) Kitab
: Al-Quran
Penyimak
: Nyai. Hj. Siti Amanatun Al-Hafidzah
b. Pembelajaran Madrasah Diniyah Pembelajaran Madrasah Diniyah diampu oleh pengajar yang sesuai dengan bidang masing-masing. Madrasah Diniyah Nurul Quran ada enam kelas, sedangkan kelas satu terdiri dari kelas 1a dan 1b, seperti dalam lampiran 3.
56
Tabel 1.3 Waktu Pembelajaran Madrasah Diniyah Hari
Waktu
Kelas
Semua
Sore
Malam
Senin
16:00-17:00 wib
20:00-21:15 wib
Selasa
16:00-17:00 wib
20:00-21:15 wib
Rabu
16:00-17:00 wib
20:00-21:15 wib
Kamis
16:00-17:00 wib
20:00-22:15 wib
Jumat
16:00-17:00 wib
20:00-21:15 wib
Sabtu
16:00-17:00 wib
20:00-21:15 wib
Minggu
-
20:00-21:15 wib
kelas W a k tu pembelajaran Madrasah Diniyah Nurul Quran dilaksanakan setiap hari dua kali, yaitu setelah shalat „asar dan shalat isya‟ kecuali hari minggu sore. Para pengajar dan santri selalu memulai kegiatan madrasah dengan doa dzikir dan sholawat bersama-sama. 9. Sarana dan Prasarana Pondok Pesantren Nurul Quran Teter Simo Boyolali a. Masjid Al-Mannan Masjid adalah salah satu dari komponen penting suatu pondok pesantren. Demikian juga di Pondok Pesantren Nurul Quran, karena Masjid Al-Mannan merupakan salah satu tempat
57
yang dijadikan tempat pendidikan keagamaan santri. Pada dasarnya masjid ini dipergunakan untuk melaksanakan ibadah shalat lima waktu, tetapi di masjid ini pula para santri melaksanakan kegiatan lainnya seperti mebaca al-Quran, membaca sholawat, pembelajaran kitab kuning, dzikir bersama, dan terkadang dijadikan sebagai tempat diselenggarakannya perayaan-perayaan hari besar Islam seperti peringatan Maulid Nabi dan Isra‟ Mi‟raj. b. Asrama Santri Asrama dan pondok merupakan komponen penting dalam pondok pesantren. Seperti halnya di Pondok Pesantren Nurul Quran Teter Simo Boyolali yang memiliki tiga gedung untuk asrama putra, yang terdiri dari lima kamar. Dan satu gedung untuk asrama putri yang terdiri dari delapan kamar. c. Ruang Kantor Ruang kantor berfungsi untuk mempermudah dalam melaksanakan administrasi santri dan sebagai tempat penyimpanan data-data yang menyangkut tentang kepentingan pondok pesantren maupun madrasah diniyah. Di Pondok Pesantren Nurul Quran ini, pihak pengasuh menyediakan satu tempat untuk dijadikan ruang kantor pondok pesantren. d. Gedung Madrosah Diniyah Madrasah Diniyyah Nurul Qur‟an adalah salah satu Pendidikan non-Formal yang dikelola Pondok Pesantren Nurul
58
Qur‟an bagi para santriwan/wati yang mukim maupun dari masyarakat sekitar. Pendidikan ini berjalan beriringan dengan berdirinya Pondok Pesantren. Dirintis dari satu buah kelas bersama, kemudian bertambah terus hingga pada tahun ajaran 2014-2015 ini Madrasah Diniyah Nurul Qur‟an terbagi menjadi enam kelas dan difasilitasi dengan tiga gedung. Materi pendidikan yang diajarkan di Madrasah Diniyah Nurul Qur‟an adalah materi yang biasa diberikan di pesantren-pesantren berbasis salaf/ klasik yang khas dengan kitab kuningnya. Kegiatan belajar mengajar dilaksanakan pada hari senin hingga sabtu, setiap sore dan malam. e. Gedung RA dan SDIT Nurul Quran Raudhotul Adfal dan SDIT Nurul Quran adalah lembaga pendidikan formal dibawah Yayasan Pondok Pesantren Nurul Quran Teter Simo Boyolali yang berdiri pada tahun 2014, yang bertempat di Dukuh Nayan Pelem Simo Boyolali (wawancara 2 Agustus 2016). Gedung RA dan SDIT Nurul Quran masih dalam taham pembangunan, dan sampai saat ini sudah ada tiga kelas. Kelas satu terdiri dari 16 murid, kelas dua terdiri dari 18 murid dan kelas tiga 11 murid. Sedangkan untuk RA terdiri dari 60 murid. f. Gedung Madrasah tsanawiyah Nurul Quran Madrasah Tsanawiyah Nurul Quran juga berada dibawah naungan Yayasan Pondok Pesantren Nurul Quran Teter Simo
59
Boyolali yang letaknya satu lokasi dengan Pondok Pesantren Nurul Quran, tepatnya di belakang pondok pesantren. Gedung Madrasah Tsanawiyah Nurul Quran memiliki satu gedung dengan tiga kelas, akan tetapi sampai saat ini baru mempunyai dua kelas yaitu kelas satu yang terdiri dari dua kelas, dan kelas dua yang terdiri dari satu kelas. Kelas satu berjumlah 41 murid yang dibagi menjadi dua kelas, dan kelas dua berjumlah 33 murid. 10. Keadaan Ustadz dan santri a. Keadaan Ustadz Para pendidik yang mengajar di Pondok Pesantren Nurul Quran Teter Simo Boyolali terdiri dari keluarga, kerabat abah kyai dari pondok pesantren lain, serta sebagian adalah para alumni yang tinggal di sekitar pondok pesantren. Para pengajar atau pendidik di pondok pesantren, RA, SDIT, dan MTs Nurul Quran tidak jauh berbeda dikarenakan letak pondok dan madrasah yang berdekatan, hanya saja RA dan SDIT yang berbeda tempat meskipun masih satu lokasi. Tingkatan pendidikan yang mereka tempuh bervariasi, untuk lebih jelasnya dapat dilihat di lampiran 4.
b. Keadaan Santri Santri yang bermukim Pondok Pesantren Nurul Quran tahun ajaran 2015/2016 berjumlah 220 santri. Sejak Yayasan Pondok
60
Pesantren Nurul Quran mendirikan sekolah formal yaitu RA, SDIT dan Mts Nurul Quran, santri yang menuntut ilmu di Pondok Pesantren Nurul Quran ini semakin pesat dan maju disamping mereka memperdalam ilmu agama khususnya tentang al-Quran, juga tidak ketinggalan dengan ilmu umum agar mereka bisa mengikuti perkembangan zaman yang ada (observasi 1 Agustus 2016). B. Temuan Data Penelitian Pembahasan mengenai implementasi program Hamalatil Quran pada santri di Pondok Pesantren Nurul Quran Teter Simo Boyolali tidak terlepas dari hal-hal yang melengkapinya, yaitu: (1) Sistem Pendidikan di Pondok Pesantren Nurul Quran, (2) Metode Pembelajaran Hamalatil Quran di Pondok Pesantren Nurul Quran, (3) Implementasi Program Hamalatil Quran Pada Santri di Pondok Pesantren Nurul Quran Teter Simo Boyolali. 1. Sistem Pendidikan Pondok Pesantren Nurul Quran Berikut adalah data yang berhasil dihimpun oleh peneliti dan hasil wawancara beberapa narasumber diantaranya pengasuh, pengurus dan santri Pondok Pesantren Nurul Quran. Bapak KH. Subur Aditama S.Pd.I, selaku pengasuh Pondok Pesantren Nurul Quran menuturkan bahwa: “Pondok Pesantren Nurul Quran menggunakan sistem pendidikan salaf tradisional. Sistem pendidikan yang kami gunakan seperti sorogan, bandongan itu masih kita lestarikan dan kita tingkatkan. Karena latar belakang kami yang dulu juga ikut abah kyai kami di
61
pesantren, maka sekarang kami juga melanjutkan apa yang menjadi warisan para kyai-kyai kami, dengan harapan dapat memperoleh kemudahan dan barokah ilmunya” (wawancara 1 Agustus 2016). Ning Ariani Fadhilah selaku pengurus dan putri dari abah KH. Subur Aditama S.Pd.I juga menuturkan bahwa: “Pondok Pesantren Nurul Quran ini bisa dikatakan menggunakan sistem pendidikan salaf dan khalaf. Dikatan salaf karena model sorogan, bandongan, dan kegiatan-kegiatan seperti dzikir bersama, mujahadah, istigosah, manakib dan amaliyah-amaliyah warisan para wali masih kental di lingkungan ini. Dikatan khalaf karena kami mengggunakan menerapkan pada sekolah formal yaitu RA, SDIT dan Madrasah Tsanawiyah, meskipun di dalam sekolah formal tersebut tetap tidak meninggalkan pendidikan salaf” (wawancara 1 Agustus 2016). Sedangkan Mulyadi, selaku santri senior di Pondok Pesantren Nurul Quran menyatakan bahwa: “Sistem pendidikan di Pondok kami ini menggunakan sistem tradisional atau salaf, karena pembelajaran di pondok ini masih menggunakan model zaman dulu, seperti memakai kitab karya ulama, kemudian model menghafal pelajaran dengan cara nadzhoman. Tidak hanya itu, sarana dan prasarana kami pun ditata sedemikian rupa, seperti kamar tidur satu untuk berjamaah. Pakain juga mencerminkan model saaf, sarung dan peci adalah simbolnya” (wawancara 1 Agustus 2016).
2. Metode Pembelajaran Hamalatil Quran di Pondok Pesantren Nurul Quran Teter Simo Boyolali Sebuah pembelajaran pasti membutuhkan suatu metode untuk menyampaikannya kepada peserta didik/santri sehingga tujuan dari pembelajaran bisa terwujud sesuai dengan visi dan misi instansi tersebut. Begitu juga yang ada di Pondok Pesantren Nurul Quran Teter Simo Boyolali memiliki beberapa metode pembelajaran yang
62
diterapkan. Dalam wawancara dengan ustadz Darmaji, M.Pd.I selaku Kepala Sekolah MTs Nurul Quran menuturukan beberapa metode Hamalatil Quran yang diterapkan di Pondok Pesantren Nurul Quran sebagai berikut: a. Sorogan Sorogan yang digunakan di Pondok Pesantren Nurul Quran dilaksanakan setelah shalat maghrib dan subuh. Sorogan setelah maghrib dan subuh ini adalah sorogan al-Quran, bil ghoib maupun bin nadzar. Perlu diketahui bahwa Pondok Pesantren Nurul Quran lebih fokus kepada bagaimana anak bisa membaca al-Quran dengan baik dan benar sesuai dengan kaidah tajwidnya. Oleh karena itu untuk kajian kitab hanya bersifat bandongan dan tidak diujikan. Metode sorogan disini diampu langsung oleh para pengasuh dan pengurus yang sudah memenuhi syarat menurut pendiri pondok ini. Para santri pada awalnya sorogan dengan bin nadzar sampai bacaan santri sudah benar dan baik. Kemudian mulai melanjutkan hafalan al-Quran dan wajib bagi santri untuk menghafal juz „amma dan surat pilihan. Perlu diketahui bahwa tidak semua santri menghafal al-Quran, hanya yang mendapat izin Ibu Nyai Hj. Siti Amanatun Al-Hafidzah (istri abah Subur) lah yang boleh menghafal al-Quran 30 juz. b. Bandongan
63
Pondok Pesantren Nurul Quran juga melaksanakan metode bandongan dan dilaksanakan sesuai jadwal madrasah diniyah, bulan suci Ramadhan dan ketika ada peringatan-peringatan hari besar Islam yang didalam acara tersebut terdapat kajian keagamaan yang disampaikan oleh para kyai. Metode bandongan ini dilaksanakan di Masjid Al-Mannan dan gedung diniyah masingmasing kelas, dengan penyampainya adalah seorang kyai atau ibu nyai atau juga para ustadz yang membacakan serta menjelaskan isi kandungan kitab kuning, semetara santri mendengarkan dan memberi makna. c. Hafalan Di Pondok Pesantren Nurul Quran setiap santri dituntut untuk bisa menghafal dengan baik juz „amma dan surat-surat pilihan, yaitu Al-Mulk, Ar-Rahman, Waqi‟ah, As-Sajdah, Yassin, Ad-Dukhon dan dzikir-dzkir seperti asmaul husna, sholawat dan award yang lainnya, karena setelah sholat berjamaah selalu dilantunkan dzikirdzikir dengan suara yang keras, seperti asmaul husna, surat Waqiah setiap setelah sholat „asar dan yang lainnya. Dalam metode hafalan ini santri menyetorkan kepada pengampu masing-masing. 3. Implementasi Program Hamalatil Quran Pada Santri di Pondok Pesantren Nurul Quran Teter Simo Boyolali Program Hamalatil Quran di Pondok Pesantren Nurul Quran mencakup tiga hal, yaitu santri diwajibkan untuk bisa membaca al-
64
Quran sesuai dengan tajwid, kemudian memiliki pengetahuan tentang ilmu al-Quran dengan kajian kitab, dan menjaga al-Quran dengan cara menghafalnya. Seperti yang dituturkan pendiri Pondok Pesantren Nurul Quran yaitu KH. Subur Aditama, S.Pd.I sebagai berikut: ”Pondok kami ini menerapkan program Hamalatil Quran, dimana kami selalu berusaha semampu kami untuk menjaga kitab suci alQuran, karena itu akan membawa keberkahan bagi kami semua. Dengan cara membaguskan bacaan santri sehingga tidak menyalahi kaidah-kaidah tajwid, kemudian membekalai santri dengan kajian kitab, terutama kitab yang berhubungan dengan al-Quran seperti atTibyan fi Adaabi Hamalatil Quran, dan menghafal al-Quran bagi yang mampu” (wawancara 2 Agustus 2016). Program
Hamalatil
Quran
yang
pertama
adalah
pembelajaran tajwid yang diajarkan ketika waktu jam pembelajaran Madrasah Diniyah oleh para pengampu kelas masing-masing, seperti yang dituturkan oleh Ustadz Sahal selaku pengajar di Madrasah Diniyah dan pengurus pondok pesantren sebagai berikut: “Pondok Pesantren Nurul Quran ini dalam program Hamalatil Quran yang pertama membekali santri dengan pengetahuan mengenai tajwid, sehinggal dalam proses sorogan dan hafalan lebih siap untuk distorkan ke pengasuh. Meskipun kadang dalam proses sorogan itu para pengasuh atau penyimak seperti ibu Nyai sendiri masih sering membenarkan tajwid santri, tapi itu hanya sedikit dan tidak menyita waktu lama hanyak untuk membenarkan tajwid santri, karena sudah dipelajari di kelas masing-masing” (wawancara 2 Agustus 2016). Dari hasil observasi pada tanggal 2 Agustus 2016 proses pembelajaran tajwid di Pondok Pesantren Nurul Quran dilaksanakan pada waktu madrasah sore dam malam. Sebagaimana peneliti lihat, setelah shalat „asar berjamaah dan dilanjutkan dengan dzikir bersama dan senandung asmaul husna dan sholawat, para santri langsung
65
mempersiapkan diri untuk menuju kelas masing-masing dengan memakai seragam yang sudah dijadwalkan. Jika waktu sudah menunjukkan jam empat sore, maka para pengajar masing-masing kelas langsung membuka pelajaran dengan salam dan bacaan alFatihah bersama-sama. Kemudian para pengajar menyampaikan pelajaran tajwid dengan contoh-contohnya sehingga santri lebih mudah untuk memahaminya. Pengajar kemudian menguji satu persatu santri untuk mencoba membaca al-Quran dengan tajwid yang benar tersebut, kemudian pengajar memimpin untuk me-nadzam-kan (jika kitabnya syifaul jinan) sehingga mudah untuk dihafal. Setelah santri merasa jelas tentang materi tersebut dan sudah tidak ada yang bertanya, pembelajaran di akhiri dengan berdoa dan salam. Dalam observasi peneliti pada tanggal 2 Agustus 2016, proses pembelajaran tajwid dapat disimpulkan sebagai berikut: a. Pengajar masuk kemudian mengucapkan salam dan membuka pembelajaran dengan membaca al-Fatihah. b. Pengajar mengulangi inti pembelajaran sebelumnya dengan cara menadzamkan syair yang sudah dihafal dan menanyakan hal yang belum jelas. c. Jika semua santri sudah jelas dan bisa mempraktekkan materi sebelumnya kedalam bacaan al-Quran, kemudian pengajar tersebut melanjutkan materi tajwid selanjutnya, menuliskannya di papan
66
tulis, menadzamkan syair-syair dalam kitab dan memberikan contoh sehingga santri bisa memahami dengan baik. d. Santri dengan cermat dan baik mendengarkan pengajar dan mencatat apa yang disampaikan pengajar. e. Pengajar kemudian menyuruh santri untuk menadzamkan syairsyair dengan berjamaah dan mempraktekkan materi tersebut. f. Pengajar selanjutnya menanyakan mengenai materi tajwid yang belum dipahami santri. g. Jika santri sudah paham semua, pengajar kembali memimpin santri untuk menadzamkan syair-syair yang sudah dipelajari dan menggabungkan dengan materi sayir sebelumnya. Jika jadwal pada pertemuan itu adalah pelajaran selain tajwid, maka pengajar melanjutkan materi kitab sesuai jadwal, apabila jadwalnya adalah tajwid, maka pengajar bisa mengakhiri dengan lantunan doa dan sholawat, kemudian ditutup dengan salam. Dalam pembelajaran tajwid yang diajarkan di Pondok Pesantren Nurul Quran harus dioptimalkan dan diusahakan santri untuk selalu memperhatikan dan menghafal materi yang disampaikan oleh pengajar. Karena akan mempermudah ketika sorogan dengan ibu Nyai ataupun pengampu sorogan lainnya. Seperti yang disampaikan oleh KH. Subur Aditama S.Pd.I sebagai berikut: “Pembelajaran tajwid untuk santri harus dimaksimalkan, ini akan mempermudah ketika proses sorogan al-Quran berlangsung. Meskipun masih ada yang salah, akan tetapi lebih mudah untuk
67
membenarkan dan tidak membutuhkan waktu membenarkannya” (wawancara 2 Agustus 2015).
lama
untuk
Program Hamalatil Quran yang kedua adalah kajian kitab tentang al-Quran. Kajian kitab-kitab diajarkan secara bandongan seperti halnya mendengarkan pengajian. Waktu pelaksanaannya adalah pada waktu madrasah diniyah yang sesuai jadwal selain tajwid, dan ketika ngaji kilatan pada Bulan Ramadhan. Seperti yang disampaikan KH. Subur Aditama, S.Pd.I sebagai berikut: “Kajian kitab mengenai al-Quran sangatlah penting. Misalnya kajian tentang tafsir al-Quran, ada kitab tafsir Jalalain. Dan juga ada kitab tentang adab terhadap al-Quran, seperti at-Tibyan fi Adaabi Hamalatil Quran. Pada waktu kilatan di Bulan Ramadhan dibagi menjadi tiga kelompok mengingat umur santri yang berbeda-beda. Dengan kajian kitab ini semoga pengetahuan dan semangat membaca al-Quran akan lebih meningkat lagi” (wawancara 2 Agustus 2016). Pondok Pesantren Nurul Quran juga memberikan pengetahuan santri tentang kitab-kitab diluar bahasan al-Quran. Seperti yang dikemukakan Ustadz Sahal selaku pengurus di Pondok Pesantren Nurul Quran sebagai berikut: “Kami tidak hanya belajar kitab-kitab yang berhubungan dengan ilmu al-Quran, akan tetapi juga kitab-kitab yang lainnya, seperti kitab Akhlaq, kitab Ta‟lim Muta‟alim, agar supaya santri Nurul Quran ini mempunyai akhlaq yang baik kepada sesama, dan tentu kepada abah dan nyai kita” (wawancara 24 Juli 2016). Program Hamalatil Quran yang ketiga adalah menghafal alQuran dan dengan syarat membaca bin nadzar sudah memenuhi syarat, yaitu tajwid dan makhorijul huruf sudah bisa dikatakan baik. Dan tentunya, di Pondok Pesantren Nurul Quran ini, bagi siapa yang menghafal al-Quran harus mendapatkan izin terlebih dahulu dari ibu
68
Nyai Hj. Siti Amanatun al-Hafidzah. Seperti yang disampaikan oleh kang Mulyadi selaku santri di Pondok Pesantren Nurul Quran sebagai berikut: “Semua santri yang nyantri disini tidak semua menghafalkan alQuran. Dari pihak pendiri pun tidak mengharuskan menghafal alQuran, yang terpenting sudah bisa membaca al-Quran dengan baik dan mempunyai kesadaran bahwa ngaji itu penting. Bahkan yang menghafal al-Quran dengan yang tidak menghafal itu bisa dikatan hampir sama jumlahnya meskipun masih banyak yang menghafal. Karena untuk menghafal harus mendapatkan izin dari ibu Nyai terlebih dahulu. Karena ibu Nyai dan para guru lebih mengetahui kemampuan santri dhohir dan batin (wawancara 1 Agustus 2016). Proses menghafal al-Quran ini juga dilaksanakan pada waktu sorogan, yaitu setelah shalat maghrib dan shalat subuh. Seperti yang disampaikan abah KH. Subur Aditama, S.Pd.I sebagai berikut: “Bagi yang menghafal al-Quran tentunya sudah baik dulu bacaan alQurannya. Nah di waktu setoran bin nadzar itulah si santri juga menyetorkan hafalan Qurannya. Untuk waktu habis maghrib dan subuh, para penyimak sorogan dan hafalan dibagi menjadi beberapa kelompok. (wawancara 1 Agustus 2016). Pelaksanaan hafalan al-Quran di Pondok Pesantren Nurul Quran ini diampu oleh para pengasuh dan pengajar yang sudah Hafizd/Hafidzoh seperti jadwal sorogan dan hafalan di atas. Kelompok putra dibagi menjadi empat kelompok dan putri dua kelompok. Catatan penting dalam pelaksanaan hafalan Quran di Pondok Pesantren Nurul Quran ini adalah masalah waktu dan penyimak setoran. Untuk hafalan wajib, yaitu juz „amma dan surat pilihan distorkan kepada pengampu kelompok masing-masing setelah sholat maghrib dan subuh, sedangkan untuk santri yang menghafal 30 juz, deresan-nya distorkan
69
kepada pengampu masing-masing setelah sholat maghrib dan undakan-nya distorkan langsung ke Ibu Nyai Hj. Siti Aminatun alHafidzah setelah shubuh. Bagi santri penghafal 30 juz yang sekolah, maka santri tersebut biasanya menyetorkan undakan-nya setelah madrasah diniyah malam kepada Ibu Nyai.
70
BAB IV PEMBAHASAN
A. Sistem Pendidikan di Pondok Pesantren Nurul Quran Teter Simo Boyolali Sistem pendidikan yang diterapkan di Pondok Pesantren Nurul Quran Teter Simo Boyolali dalam wawancara dengan pendiri pondok pesantren, beliau menuturkan bahwa sistem pendidikan di Pondok Pesantren Nurul Quran tersebut menggunakan sistem salaf tradisional. Karena metode dan tradisi yang diterapkan di pondok pesantren tersebut masih menggunakan metode yang diwariskan oleh para ulama terdahulu dan dalam sistem pengajaranpun masih menggunakan sistem lama atau sistem tradisional. Jenis salafi merupakan jenis pesantren yang tetap mempertahankan pengajaran kitab-kitab Islam klasik sebagai inti pendidikan dan pada umumnya pesantren dalam bentuk inilah yang menggunakan sistem sorogan dan weton (Yasmadi, 2002: 70-71). Dari hasil wawancara salah satu pengurus di pondok tersebut juga menerapkan sistem madrasah atau sistem khalaf. Karena di pondok pesantren tersebut tidak hanya mengkaji pengetahuan agama akan tetapi juga pengetahuan umum yang diwujudkan dengan berdirinya RA, SDIT dan Madrasah Tsanawiyah di bawah naungan Yayasan Pondok Pesantren Nurul Quran tersebut.
71
Oleh karena itu Pondok Pesantren Nurul Quran ini mengadopsi sistem terpadu karena memadukan sistem salaf dan sitem khalaf dalam melaksanakan proses belajar mengajar di pondok pesantren. Pesantren dengan tipe ini menunjukkan keinginannya untuk mengembangkan pesantren dengan penambahan fasilitas dan program pendidikan formal, yaitu: madrasah. Penambahan fasilitas dan program pendidikan ini di satu sisi terlihat bahwa pesantren merespon perkembangan dan tuntutan manajemen pendidikan modern, dan pada sisi yang lain pesantren mengakomodasi kurikulum pemerintah, yaitu kurikulum madrasah dari Departemen Agama RI (Aly, 2011: 179). Menurut keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa sistem pendidikan yang diterapkan di Pondok Pesantren Nurul Quran Teter Simo Boyolali ini adalah sistem terpadu, yaitu menggabungkan sistem salaf dan sistem khalaf. Karena sistem tradisional yang masih digunakan dan dilestarikan seperti metode sorogan dan wetonan serta nuansa-nuansa kesederhanaan masih sangat melekat di pondok pesantren ini dan dipadukan dengan sistem khalaf dengan yang diterapkan di RA, SDIT dan Madrasah Tsanawiyah sesuai tingkatan kelasnya. B. Metode Pemebelajaran Hamalatil Quran di Pondok Pesantren Nurul Quran Teter Simo Boyolali Sebuah pembelajaran akan mencapai tujuan kalau dalam pelaksanaan pembelajaran tersebut menggunakan metode yang menunjang hal tersebut. Seperti halnya yang ada di Pondok Pesantren Nurul Quran
72
mempunyai beberapa metode pembelajaran yang diterapkan sebagai berikut: 1. Sorogan Metode sorogan adalah suatu metode di mana santri menghadap guru atau kyai seorang demi seorang dengan membawa kitab yang akan dipelajarinya. Kyai membacakan dan menerjemahkan kalimat demi kalimat, kemudian menerangkan maksudnya. Santri menyimak bacaan kyai dan mengulanginya sampai memahaminya, kemudian kyai mengesahkannya (Jawa: ngesahi), jika santri sudah benar-benar mengerti, dengan memberikan catatan pada kitabnya untuk mensahkan bahwa ilmu itu telah diberikan oleh kyai kepadanya (Nata, 2001: 108). Metode sorogan justru mengutamakan kematangan dan perhatian serta kecakapan seseorang. Metode sorogan adalah metode mengajar secara individual langsung dan intensif, karena antara guru/kyai dan santri saling mengenal secara erat dan guru menguasai benar materi yang seharusnya diajarkan dan murid juga belajar dan membuat persiapan sebelumnya (Abdillah, 2002: 102). Metode sorogan di Pondok Pesantren Nurul Quran dilaksanakan setelah shalat maghrib dan shalat subuh. Metode sorogan yang diterapkan di pondok pesantren ini adalah sorogan al-Quran, karena fokus dari pondok ini adalah al-Quran. Sorogan disini langsung diajarkan oleh para pengasuh dan pengurus pondok pesantren agar para guru mengetahui kemampuan siswa lebih mendalam.
73
Pelaksanaan metode sorogan di Pondok Pesantren Nurul Quran dibagi menjadi enam kelompok sesuai kemampuan membaca al-Quran masing-masing santri. Waktu dan jadwal sorogan juga sudah diatur sedemikian rupa sebagai berikut: a. Pembelajaran sorogan setelah maghrib 1) Kelompok 1
: Juz „Amma (Baghdadiyah/turutan) dan
Iqra‟ 2) Kelompok 2
: Al-Quran
3) Kelompok 3
: Al-Quran
4) Kelompok 4
: Al-Quran
5) Kelompok 5
: Juz „Amma (Baghdadiyah/turutan) dan
Iqra‟ 6) Kelompok 6
: Al-Quran
b. Pembelajaran sorogan setelah subuh 1) Kelompok 1
: Juz „Amma (Baghdadiyah/turutan) dan
Iqra‟ 2) Kelompok 2
: Al-Quran
3) Kelompok 3
: Al-Quran
4) Kelompok 4
: Al-Quran
5) Kelompok 5
: Juz „Amma (Baghdadiyah/turutan) dan
Iqra‟ 6) Kelompok 6
: Al-Quran
74
Metode sorogan ini merupakan bagian yang paling sulit dari keseluruhan metode pendidikan Islam tradisional, sebab sistem ini menuntut kesabaran, kerajinan, ketaatan dan disiplin pribadi santri. Kendati demikian, metode seperti ini diakui paling intensif, karena dilakukan seorang demi seorang dan ada kesempatan untuk tanya-jawab langsung (Nata, 2001: 108). Oleh karena itu di Pondok Pesantren Nurul Quran metode sorogan al-Quran dilakukan oleh santri setiap hari dengan kelompok masingmasing dengan dimulai dari kitab tajwid sampai menggunakan al-Quran itu sendiri. 2. Bandongan Metode wetonan adalah metode kuliah di mana para santri mengikuti pelajaran dengan duduk di sekeliling kyai yang menerangkan pelajaran. Santri menyimak kitab masing-masing dan mencatat jika perlu. Di Jawa Barat, metode ini disebut dengan bandongan, sedangkan di Sumatra disebut balaghan, yaitu belajar secara kelompok (group) yang diikuti oleh seluruh santri (Nata, 2001: 107-108). Metode ini lebih bersifat klasikal, yaitu santri mengikuti pelajaran dengan duduk di sekeliling kyai yang menerangkan pelajaran secara kuliah dan terjadwal (Qomar, 2010: 101). Metode
bandongan
di
Pondok
Pesantren
Nurul
Quran
dilaksanakan setelah shalat „asar dan shalat isya‟, kecuali hari minggu pembelajaran sore diliburkan. Waktu pelaksanaannya ada tiga
75
kesempatan, yaitu (1) ketika pembelajaran di Madrasah Diniyah sesuai dengan kelas dan jadwal kitab masing-masing, (2) pada waktu Bulan Ramadhan yang biasa disebut ngaji kilatan, (3) pada mauidhoh hasanah peringatan-peringatan hari besar Islam. 3. Hafalan Metode hafalan adalah suatu cara belajar dengan menggunakan daya ingatan yang tajam untuk mencapai suatu tujuan yang diinginkan (http://ma-maha.blogspot.co.id/2016/04/metode-hafalan-dan-prestasibelajar.html?m=1, diakses pukul 09.00, hari Kamis 4 Agustus 2016). Di Pondok Pesantren Nurul Quran setiap santri dituntut untuk bisa menghafal dengan baik juz „amma dan surat-surat pilihan, dzikir-dzkir seperti asmaul husna, sholawat dan award yang lainnya, karena setelah sholat berjamaah selalu dilantunkan dzikir-dzikir dengan suara yang keras, seperti asmaul husna dan yang lainnya. Dalam metode hafalan ini santri menyetorkan kepada pengampu masing-masing. Menghafalkan sedikit demi sedikit ayat-ayat al-Quran yang telah dibaca berulang-ulang secara bin-nadzar, misalnya menghafal satu baris, beberapa kalimat, atau sepotong ayat pendek sampai tidak ada kesalahan. Setelah satu baris atau beberapa kalimat tersebut sudah dapat dihafal dengan baik, lalu ditambah dengan merangkaikan baris atau kalimat berikutnya sehingga sempurna (Sa‟dullah, 2008: 53). Metode hafalan di Pondok Pesantren Nurul Quran lebih fokus kepada hafalan al-Qurannya, baik yang menghafal 30 juz ataupun juz
76
30 dan surat-surat pilihan. Oleh karena itu santri harus setiap saat dan waktu berkomunikasi dengan al-Quran agar supaya hafalannya menjadi kuat dan sempurna.
C. Implementasi Program Hamalatil Quran Pada Santri di Pondok Pesantren Nurul Quran Teter Simo Boyolali Pondok Pesantren Nurul Quran Teter Simo Boyolali merupakan pondok pesantren yang pendidikan dan pembelajarannya fokus pada alQuran. Dalam pelaksanaan program Hamalatil Quran dilaksanakan dengan tiga macam kegiatan yaitu pembelajaran mengenai ilmu tajwid, kajian kitab yang membahas tentang al-Quran, dan program tahfizul Quran yang semua kegiatan tersebut langsung diampu oleh para pengasuh atau ustadz/ustadzah Pondok Pesantren Nurul Quran. 1. Pembelajaran Ilmu Tajwid di Pondok Pesantren Nurul Quran Teter Simo Boyolali Pembelajaran ilmu tajwid di Pondok Pesantren Nurul Quran dilaksanakan pada kegiatan madrasah diniyyah sore setelah shalat „asar dan madrasah diniyyah malam setelah shalat isya‟ yang dilaksanakan di kelas masing-masing. Pelajaran tentang ilmu tajwid disampaikan oleh pengajar kepada para santri sesuai tingkatan kelasnya. Kelas 1-3 menggunakan kitab Syifaul Jinan, kelas 4 menggunakan kitab Tuhfathul Athfal, kelas 5 menggunakan Mustholah Tajwid dan kelas 6 menggunakan kitab Fathul Mannan.
77
Ilmu
Tajwid
adalah
pengetahuan
mengenai
kaidah-kaidah
membaca al-Quran dengan baik dan benar, yaitu ketepatan melafalkan huruf-huruf yang dirangkaikan dengan huruf lain, dapat melafalkan dengan tepat huruf yang harus dipanjangkan atau tidak, dinasalkan atau tidak, dan didesiskan atau tidak, mengetahui tempat-tempat perhentian atau tempat-tempat memulai bacaan, dan sebagainya (Chaer, 2013: 11-12). Ke-empat kitab di atas menjadi penting bagi santri agar supaya menguasai bacaan al-Quran dengan baik dan benar. Salah satunya adalah kitab syifaul jinan yang wajib dihafalkan oleh para santri. Kitab syifaul jinan adalah kitab nadzaman karangan Ahmad Muthahhir Ibn Abdurrahman yang berisi tentang dasar-dasar ilmu tajwid. Nadzaman ini berisi 40 (empat puluh) bait dan wajib dihafalkan oleh setiap santri Pondok Pesantren Nurul Quran Teter Simo Boyolali. Proses pembelajaran kitab syifaul jinnan diterapkan pengajar dengan cara klasikal terlebih dahulu, yaitu pengajar menadzamkan beberapa sayir dalam kitab sesuai materi dan kemudian santri menirukan nadzaman tersebut. Pengajar kemudian menuliskan materi beserta contohnya di papan tulis dan memaknai kitab agar supaya santri mengetahui lebih mendalam. Setelah itu pengajar melakukan tanya jawab dengan santri untuk mengetahui pemahaman mengenai materi yang sudah diajarkan. Diujung pembelajaran, pengajar mengajak santri untuk menadzamkan kembali materi yang sudah
78
diajarkan sehingga santri akan lebih mudah menghafal dan lebih memantapkan lagi ingatan santri. Kemudian ditutup dengan doa dan sholawat bersama dan salam dari pengajar. Implementasi pembelajaran ilmu tajwid di Pondok Pesantren Nurul Quran Teter Simo Boyolali ini dapat disimpulkan sebagai berikut: a. Pengajar masuk kemudian mengucapkan salam dan membuka pembelajaran dengan membaca al-Fatihah. b. Pengajar mengulangi inti pembelajaran sebelumnya dengan cara menadzamkan syair (jika kitabnya syifaul jinan) yang sudah dihafal dan menanyakan hal yang belum jelas. c. Jika semua santri sudah jelas dan bisa mempraktekkan materi sebelumnya kedalam bacaan al-Quran, kemudian pengajar tersebut melanjutkan materi tajwid selanjutnya, menuliskannya di papan tulis, menadzamkan syair-syair dalam kitab dan memberikan contoh sehingga santri bisa memahami dengan baik. d. Santri dengan cermat dan baik mendengarkan pengajar dan mencatat apa yang disampaikan pengajar. e. Pengajar kemudian menyuruh santri untuk menadzamkan syairsyair dengan berjamaah dan mempraktekkan materi tersebut. f. Pengajar selanjutnya menanyakan mengenai materi tajwid yang belum dipahami santri. g. Jika santri sudah paham semua, pengajar kembali memimpin santri untuk menadzamkan syair-syair yang sudah dipelajari dan
79
menggabungkan dengan materi sayir sebelumnya. Jika jadwal pada pertemuan itu adalah pelajaran selain tajwid, maka pengajar melanjutkan materi kitab sesuai jadwal, apabila jadwalnya adalah tajwid, maka pengajar bisa mengakhiri dengan lantunan doa dan sholawat, kemudian ditutup dengan salam.
2. Kajian Kitab tentang al-Quran di Pondok Pesantren Nurul Quran Teter Simo Boyolali Kegiatan kajian kitab di Pondok Pesantren Nurul Quran dilaksanakan pada tiga waktu, yaitu (1) madrasah diniyah (setelah pembelajaran ilmu tajwid), (2) ngaji Kilatan pada Bulan Ramadhan, (3) mauidhoh hasanah pada peringatan hari besar Islam. Pada waktu madrasah diniyah dilaksanakan setelah selesainya pembelajaran ilmu tajwid dan disampaikan secara klasikal atau model bandongan. Pada bulan Ramadhan rutin dilaksanakan ngaji kilatan yang biasa di laksanakan pada awal Ramadhan sampai hari ke dua puluh Ramadhan. Waktu pelaksanaan ngaji kilatan adalah setelah shalat „asar dan setelah shalat isya‟, karena madrsasah pada waktu Ramadhan diliburkan. Kegiatan ngaji kilatan dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu (1) kelompok putri dengan pengajarnya adalah ibu Nyai Hj. Siti Amanatun al-Hafidzah, (2) kelompok putra dengan pengajarnya adalah abah KH. Subur Aditama, S.Pd.I, (3) kelompok masyarakat sekitar dengan pengajarnya adalah ustazd-ustazd pondok pesantren. Untuk
80
waktu mauidhoh hasanah, biasannya dilaksanakan secara klasikal dan tidak ada jadwal kitabnya dan juga santri tidak harus mempunyai kitab yang akan dibaca oleh kyai yang mengisi pengajian. Kitab-kitab tentang al-Quran yang diterapkan di Pondok Pesantren Nurul Quran ini adalah kitab at-Tibyan fii Adaabi Hamalatil Quran, kitab at-Tibyan fii Ulumil Quran, dan Tafsir Jalalain. Kitab-kitab tersebut diajarkan kepada santri agar supaya santri pondok pesantren mengetahui bagaimana berinteraksi dengan al-Quran sesuai dengan aturan dan adab yang baik, serta mengetahui ilmu-ilmu al-Quran seperti ilmu asbab an-nuzul dan lain sebagainya. Ilmu alQuran adalah ilmu yang mencakup pembahasan-pembahasan yang berkaitan dengan al-Quran dari sisi informasi tentang asbab an-nuzul (sebab-sebab turunnya al-Quran), kodifikasi dan tertib penulisan alQuran, ayat-ayat yang diturunkan di Mekkah dan ayat-ayat yang diturunkan di Madinah, dan hal-hal yang berkaitan dengan al-Quran (Efendi, 2014: 3). Kitab at-Tibyan fi Adaabi Hamalatil Quran adalah kitab karangan Imam Nawawi yang terdiri dari sepuluh bab. Kitab ini menyebutkan beberapa kaidah dan beberapa faedah dan hikmah membaca al-Quran. Sungguh buku ini sangat berguna bagi para pecinta dan pencari ilmu terutama mereka yang mempelajari al-Quran (Ahmad, 1996: 7). Kitab at-Tibyan fii Ulumil Quran adalah kitab karangan AsySyeikh Muhammad Ali As-Shobuni. Kitab ini menjelaskan tentang
81
ilmu-ilmu al-Quran, asbabun nuzul, hikmah turunnya al-Quran secara terpisah, pengumpulan al-Quran, ilmu tafsir dan ahli tafsir, mukjizat al-Quran, turunnya al-Quran tujuh huruf, serta bacaan yang masyhur dan lain sebagainya. Kitab Tafsir Jalalain adalah salah satu tafsir yang paling luas tersebar di dunia Islam yang paling banyak dibaca oleh kalangan ahli ilmu, termasuk para penuntut ilmu di Indonesia. Kitab karya Imam Jalaluddin Al-Mahalli dan Imam Jalaluddin As-Suyuthi adalah kitab fenomental dalam perjalanan sejarah keilmuwan Islam, khususnya dalam bidang tafsir al-Quran. Kelugasan bahsa dan metode penyampaiannya
yang
sederhana
tak
mampu
menghalangi
ketermasyhurannya di tengah-tengah ulama yang mu‟tabar di dalam keilmuannya. Kitab Tafsir Jalalain adalah salah satu kitab dengan bentuk tafsir bi ar-Ra‟yi dengan metode Ijmali (global) yaitu metode tafsir yang menafsirkan ayat al-Quran dengan cara mengemukakan makna global, secara ringkas tapi mencakup, dengan bahasa yang popular, mudah dimengerti dan enak dibaca (Efendi, 2014: 314). Proses pelaksanaan kajian kitab di Pondok Pesantren Nurul Quran Teter Simo Boyolali dapat disimpulkan sebagai berikut: a. Jika pada waktu madrasah diniyah, pengajar dan santri secara langsung membuka kitab masing-masing karena kajian kitab dilaksanakan setelah proses pembelajaran ilmu tajwid.
82
b. Jika dilaksanakan pada waktu ngaji kilatan, maka pengajar membuka pengajian dengan salam, kemudian dilantunkan doa-doa dan sholawat atau syi‟ir-syi‟ir sebelum memulai mengaji kitab. c. Pengajar menyampaikan dengan klasikal. d. Santri dan para jamaah membuka kitab masing-masing dan memaknai apa yang disampaikan pengajar e. Pada akhir-akhir pengajian pengajar melantunkan doa-doa dan sholawat penutup sebelum mengakhiri kegiatan kajian kitab f. Pengajar mengakhiri kajian kitab dengan dengan salam dan antara pengajar dan santri saling bersalaman. 3. Proses Hafalan di Pondok Pesantren Nurul Quran Teter Simo Boyolali Pondok Pesantren Nurul Quran menerapkan metode sorogan untuk pelaksanaan hafalan al-Quran. Waktu pelaksanaan hafalan al-Quran adalah setelah shalat maghrib dan shalat shubuh yang dibagi menjadi enam kelompok sesuai dengan kemampuan masing-masing santri. Bagi semua santri mempunyai kewajiban untuk menghafal juz 30 dan surat-surat pilihan yang sudah ditentukan pondok pesantren. Dan untuk yang menghafal al-Quran 30 juz hanya untuk santri-santri yang memang menurut Ibu Nyai Hj. Siti Amanatun al-Hafidzah mampu atau sudah mendapat izin dari Ibu Nyai terlebih dahulu. Menghafal al-Quran adalah suatu pekerjaan yang mulia di sisi Allah SWT., karena orang yang selalu membaca al-Quran dan
83
mengmalkan isi kandungannya adalah orang-orang yang mempunyai keutamaan dan pahala yang berlipat ganda dari Allah SWT (Sa‟dullah, 2008: 25). Realita pelaksanaan hafalan al-Quran di Pondok Pesantren Nurul Quran ini diampu oleh para pengasuh dan pengajar yang sudah Hafizd/Hafidzoh seperti jadwal sorogan dan hafalan di atas. Kelompok putra dibagi menjadi empat kelompok dan putri dua kelompok. Catatan penting dalam pelaksanaan hafalan Quran di Pondok Pesantren Nurul Quran ini adalah masalah waktu dan penyimak setoran. Untuk hafalan wajib, yaitu juz „amma dan surat pilihan distorkan kepada pengampu kelompok masing-masing setelah sholat maghrib dan subuh, sedangkan untuk santri yang menghafal 30 juz, deresan-nya distorkan kepada pengampu masing-masing setelah sholat maghrib dan undakan-nya distorkan langsung ke Ibu Nyai Hj. Siti Aminatun alHafidzah setelah shubuh. Bagi santri penghafal 30 juz yang sekolah, maka santri tersebut biasanya menyetorkan undakan-nya setelah madrasah diniyah malam kepada Ibu Nyai.
84
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa: 1. Sistem pendidikan yang diterapkan di Pondok Pesantren Nurul Quran Teter Simo Boyolali Pondok Pesantren Nurul Quran menggunakan sistem terpadu, yaitu menggabungkan sistem salaf dan sistem khalaf. Karena sistem tradisional yang masih digunakan dan dilestarikan seperti metode sorogan dan wetonan serta nuansa-nuansa kesederhanaan masih sangat melekat di pondok pesantren ini dan dipadukan dengan sistem khalaf dengan yang diterapkan di RA, SDIT dan Madrasah Tsanawiyah sesuai tingkatan kelasnya. 2. Metode Hamalatil Quran di Pondok Pesantren Nurul Quran Teter Simo Boyolali Metode Hamalatil Quran di Pondok Pesantren Nurul Quran ini menerapkan tiga metode, yaitu (1) sorogan, yaitu metode dimana setiap satu per satu santri menyetorkan bacaan al-Qurannya kepada kyai atau pengajar, (2) bandongan, adalah metode yang diterapkan Pondok Pesantren Nurul Quran untuk kegiatan kajian kitab tentang alQuran, (3) hafalan, yaitu metode dimana setiap santri menyetorkan hafalan al-Qurannya kepada kyai atau pengajar.
85
3. Implementasi Program Hamalatil Quran pada Santri di Pondok Pesantren Nurul Quran Teter Simo Boyolali Implementasi program Hamalatil Quran di Pondok Pesantren Nurul Quran sudah berjalan dengan baik sesuai dengan teknis pembelajaran. Program Hamalatil Quran ini adalah salah satu cara dari pihak pondok pesantren untuk menghormati al-Quran dengan cara memperbaiki bacaan al-Quran melalui ilmu tajwid, mengkaji al-Quran melalui kitab-kitab yang membahas tentang ilmu-ilmu al-Quran, dan proses menghafal al-Quran. a. Pembelajaran Ilmu Tajwid Pembelajaran ilmu tajwid di Pondok Pesantren Nurul Quran dilaksanakan pada kegiatan madrasah diniyah sore dan malam dengan menggunakan kitab Syifaul Jinnan, Tuhfathul Athfal, Mustholah Tajwid dan Fathul Mannan. Pelaksanaannya meliputi: Pengajar masuk kemudian mengucapkan salam dan membuka pembelajaran dengan membaca al-Fatihah. Pengajar mengulangi inti pembelajaran sebelumnya dengan cara menadzamkan syair (jika kitabnya Syifaul Jinan) yang sudah dihafal dan menanyakan hal yang belum jelas. Jika semua santri sudah jelas dan bisa mempraktekkan materi sebelumnya kedalam bacaan al-Quran, kemudian pengajar tersebut melanjutkan materi tajwid selanjutnya, menuliskannya di papan tulis, menadzamkan syair-syair dalam kitab dan memberikan contoh sehingga santri bisa memahami
86
dengan baik. Santri dengan cermat dan baik mendengarkan pengajar dan mencatat apa yang disampaikan pengajar. Pengajar kemudian menyuruh santri untuk menadzamkan syair-syair dengan berjamaah
dan
mempraktekkan
materi
tersebut.
Pengajar
selanjutnya menanyakan mengenai materi tajwid yang belum dipahami santri. Jika santri sudah paham semua, pengajar kembali memimpin santri untuk menadzamkan syair-syair yang sudah dipelajari dan menggabungkan dengan materi sayir sebelumnya. Jika jadwal pada pertemuan itu adalah pelajaran selain tajwid, maka pengajar melanjutkan materi kitab sesuai jadwal, apabila jadwalnya adalah tajwid, maka pengajar bisa mengakhiri dengan lantunan doa dan sholawat, kemudian ditutup dengan salam. b. Kegiatan Kajian Kitab Kegiatan kajian kitab di Pondok Pesantren Nurul Quran dilaksanakan pada tiga waktu, yaitu (1) madrasah diniyah (setelah pembelajaran ilmu tajwid), (2) ngaji Kilatan pada Bulan Ramadhan, (3) mauidhoh hasanah pada peringatan hari besar Islam. c. Hafalan al-Quran Pondok Pesantren Nurul Quran menerapkan metode sorogan untuk pelaksanaan hafalan al-Quran. Waktu pelaksanaan hafalan alQuran adalah setelah shalat maghrib dan shalat shubuh yang dibagi menjadi enam kelompok sesuai dengan kemampuan masing-
87
masing santri. Bagi semua santri mempunyai kewajiban untuk menghafal juz 30 dan surat-surat pilihan yaitu Al-Mulk, ArRahman, Waqi‟ah, As-Sajdah, Yassin, dan Ad-Dukhon. Dan untuk yang menghafal al-Quran hanya untuk santri-santri yang memang menurut ibu Nyai Hj. Siti Amanatun al-Hafidzah mampu atau sudah mendapat izi dari ibu Nyai terlebih dahulu. B. Saran Dari penelitian tentang implementasi program Hamalatil Quran pada santri di Pondok Pesantren Nurul Quran Teter Simo Boyolali ini, ada beberapa saran yang bisa kami berikan sebagai berikut: 1. Untuk Pengurus a. Membuat buku absensi hafalan untuk santri agar santri dapat terkontrol dengan baik. b. Diusahakan untuk memperbanyak tenaga pengajar khususnya bagian pengampu hafalan, karena semakin bertambahnya santri. 2. Untuk Asatidz a. Meningkatkan khasanah keilmuan agar santri tidak bosan ketika pemebelajaran madrasah diniyah. b. Menejemen waktu yang baik ketika madrasah diniyah sehingga pembelajaran ilmu tajwid dan kajian kitab berjalan dengan optimal. 3. Untuk Santri a. Santri hendaknya selalu mengulang-ulang pelajaran mengenai ilmu tajwid sehingga akan membantu proses sorogan dan hafalan.
88
b. Santri tidak perlu segan untuk bertanya kepada kyai atau pengurus apalagi tentang kajian kitab mengenai ilmu-ilmu al-Quran. c. Santri hendaknya bisa mengatur waktu dengan sebaik-baiknya khususnya untuk menghafal al-Quran.
89
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu. 2004. Psikologi Belajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Alam, Tombak. 1995. Ilmu Tajwid Populer 17 Kali Pandai. Jakarta: Bumi Aksara. Al-Bani, Muhammad Nasiruddin. Tanpa Tahun. Ringkasan Shohih Muslim Jilid 2. Terjemahan oleh Subhan dan Imran Rosadi. 2012. Jakarta: Pustaka Azzam. Al-Hasani, Muhhammad bin Alawi Al Maliki. 1999. Mutiara Ilmu-Ilmu AlQuran. Bandung: CV. Pustaka Setia. Ali, Atabik dan Ahmad Zuhdi. Tanpa tahun. Kamus Kontemporer Arab Indonesia. Yogyakarta: Multi Karya Grafika. Al-Qaththan, Syaikh Manna. Tanpa tahun. Pengantar Studi Ilmu Al-Quran. Terjemahan oleh Ainur Rafiq. 2006. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar. Al-Qurthubi, Imam Muhammad bin Ahmad. Tanpa tahun. The Secret of AlQuran. Terjemahan oleh M. Syafii Masykur. 2013. Yogyakarta: Mitra Pustaka. Aly, Abdullah. 2011. Pendidikan Islam Multikultural di Pesantren. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. An-Nuri, Ahmad. 2014. Panduan Tahsin Tilawah Al-Quran dan Pembahasan Ilmu Tajwid. Jakarta Timur: Pustaka Al-Kautsar. Arikunto, Suharsimi. 2004. Evaluasi Program Pendidikan. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Ash-Shaabuuniy. 1991. Studi Ilmu Al-Quran. Terjemahan oleh Aminuddin. 1998. Bandung: CV. Pustaka Setia. Askar. 2010. Kamus Arab Indonesia. Jakarta Selatan: Senayan Publishing.
90
Asy-Sya‟di, Abdurrahman. Tanpa tahun. Bacalah Al-Quran Seolah Ia Diturunkan Kepadamu. Terjemahan oleh Abdurrahim. 2008. Jakarta: PT. Mizan Publika. Az-Zarnuji. Terjemah Ta‟lim Muta‟alim. Terjemahan oleh Abdul Qadir Aljufri. 2009. Surabaya: Mutiara Ilmu. Badwilan, Ahmad Salim. 2009. Panduan Cepat Menghafal Al-Quran. Yogyakarta: Diva Press. Bisri, Adib dan Munawwir. 1999. Kamus Al-Bisri Indonesia Arab – Arab Indonesia. Surabaya: Pustaka Progresif. Budihardjo. 2012. Pembahasan Ilmu-Ilmu Al-Quran. Yogyakarta: Lokus Grup. Chaer, Abdul. 2012. Al-Quran dan Ilmu Tajwid. Jakarta: Rineka Cipta. Darajat, Zakiah. 2001. Metodologi Khusus Pengajaran Agama Islam. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Departemen Agama RI. 2002. Al-Quran dan Terjemahannya. Jakarta: Depag RI. Dep. Pendidikan Nasional. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Djamarah, Syaiful Bahri. 2008. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta. Efendi, Nur. 2014. Studi Al-Quran Memahami Wahyu Allah Secara Lebih Luas dan Komprehensif. Yogyakarta: Teras. Gunawan, Imam. 2014. Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik. Jakarta: Bumi Aksara. Hamalik, Oemar. 2001. Pendekatan Baru Strategi Belajar Mengajar Berdasarkan CBSA. Bandung: Sinar Baru Albensindo. Herdiansyah, Haris. 2013. Wawancara, Observasi, dan Focus Groups. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada. Hermawan, Acep. 2011. Ulumul Quran Ilmu Untuk Memahami Wahyu. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
91
Kasiram, Moh. 2008. Metodologi Penelitian Kuantitatif-Kualitatif. Malang: UINMalang Press. Ismail. 2008. Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM. Semaarang: Rasail Media Grup. Lajnah Pentashehan Mushaf Al-Quran Badan Litbang dan Diklat. 2007. Pedoman Tajwid Transliterasi Al-Quran (PTTQ). Jakarta: Depag RI. Madjid, Nurcholis. 1997. Bilik-Bilik Pesantren. Jakarta: Paramadina. Moleong, Lexy J. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. Munir dan Sudarso. 1994. Ilmu Tajwid dan Seni Baca Al-Quran. Jakarta: Rineka Cipta. Munjahid. 2007. Strategi Menghafal Al-Quran 10 Bulan Khatam (Kiat-Kiat Sukses Menghafal Al-Quran). Yogyakarta: IDEA Press. Nata, Abuddin. 2001. Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan LembagaLembaga Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta: PT. Grasindo. Nawawi, Imam. Tanpa Tahun. At-Tibyan Fii Adaabi Hamalatil Quran. Jakarta: Daarul Hikmah. ____________. Tanpa Tahun. Menjaga Kemuliaan Al-Quran. Terjemahan oleh Tarmana Ahmad Qosim. 1996. Bandung: Al-Bayan. Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusta Bahasa. Qardhawi, Yusuf. 1991. Berinteraksi Dengan Al-Quran. Terjemahan oleh Abdul Hayyie Al-Kattani. 2001. Jakarta: Gema Insani Press. Qomar, Mujammil. 2010. Pesantren dari Transformasi Metodologi Menuju Demokrasi Institusi. Jakarta: Eirlangga. Rohmah, Noer. 2012. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: Teras.
92
Sa‟dullah. 2008. 9 Cara Praktis Menghafal Al-Quran. Jakarta: Gema Insani. Saroso, Samiaji. 2012. Dasar-Dasar Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT. Indeks. Shihab, Quraish. 2008. Lentera Al-Quran Kisah dan Hikmah Kehidupan. Jakarta: PT. Mizan Pustaka. Suwartono. 2014. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian. Yogyakarta: CV. Andi Offset. Thoifuri. 2007. Menjadi Guru Inisiatif. Semarang: Rasail. Yasmadi. 2002. Modernisasi Pesantren, Kritikan Nurcholis Madjid Terhadap Pendidikan Islam Tradisional. Jakarta Selatan: Ciputat Press. Zuhairi, dkk. 1983. Metodik Pendidikan Agama. Solo: Ramadhan. Zuhdi, Masjfuk. 1997. Pengantar Ulumul Quran. Surabaya: Karya Abditanan. (http://blitarq-doel.blogspot.co.id/2012/10/proposal-penelitianimplementasi.html?=1, diakses pukul 13.30, hari Selasa 26 Juli 2016). (http://ma-maha.blogspot.co.id/2016/04/metode-hafalan-dan-prestasibelajar.html?m=1, diakses pukul 09.00, hari Kamis 4 Agustus 2016). (www.nu.or.id/post/read/63536/dari-tpa-hingga-dirikan-madrasah-tanpa-bebanisantri-dan-wali-murid, diunduh pukul 10.00, hari Selasa 2 agustus 2016).
93
LAMPIRAN 1 PROGRAM KEGIATAN PONDOK PESANTREN NURUL QURAN 2016/2017
No Program 1 Madrasah Diniyah
Harian
Mingguan Bulanan Semester Tahunan 3 Tahunan
√
2 Latihan Khitobah
√
3 Latihab Hadroh Diba'an Dan 4 Maulid
√ √
5 Istighosah Pengajian Rutinan 6 Minggu Wage
√
7 Manaqib Ujian Madrasah 8 Diniyah
√
√
√
9 Kenaikan Kelas Kilatan Kitab 10 Ramadhan
√
11 Khotmil Kutub
√
√
12 Khotmil Qur,An Sumber: Dokumen P.P Nurul Quran 2016
94
√
LAMPIRAN 2 PERATURAN PENGURUS PONDOK PESANTREN NURUL QURAN TETER SIMO BOYOLALI
No
SIE. BIDANG
POIN
LARANGAN
SANKSI
Tidak Mengikuti Membersihkan Jamaah 3x Sehari Tempat Wudhu dan Kamar Mandi dan Got
Kewajiban Sholat Fardhu Sholat Malam Sorogan/Ngaji al-Quran 1.
Tidak Mengikuti
Tergantung Yang Mengajar
PENDIDIKAN Tidak Mengikuti Membersihkan Madrasah Diniyah Sampah dan Tanpa Keterangan Got
Madrasah Diniyah
2.
KEBERSIHAN
Ro‟an Harian
Tidak Menjalankan Piket 1 Minggu Ro‟an Yang Telah Ditentukan
3.
KEAMANAN
Keluar Pondok
Tanpa Ijin
Membersihkan Kamar Mandi Masjid
Melampau Batas
Membersihkan Mushola
Tanpa Ijin
Gundul dan Siram Air Got
Melampaui Waktu
*Kurang 10
Perpulangan
95
Dari Hari
Membantu Piket Selama 1 Minggu *Lebih Dari 10 Hari Digundul dan Sowan Dalem Elektronik MP3) Barang Bawaan
Merokok Diarea Pondok
Motor
(HP, Disita Untuk Kemaslahatan Pondok Hanya Untuk Yang Mendapat Ijin Gundul dan Mengunyah Rokok *Pertama Teguran *Kedua Sanksi
Mencuri
*Pemanggilan Wali dan Keluarkan Hubungan Lawan Jenis
*Sidang Didepan Umum *Gundul Pakaian (Seragam Disobek Sekolah Tidak Standar)
Kerapian
Rambut Tidak Rapi Gundul (Untuk Yang Sekolah) PS dan Internet
96
*Denda
5x
Lipat *Piket Minggu Sumber: Dokumen P.P Nurul Quran 2016
97
1
LAMPIRAN 3 JADWAL PELAJARAN MADIN NURUL QURAN TAHUN AJARAN 2016 – 2017 KELAS HARI
WAKTU
1A
1B
2
3
4
5
6
SENIN
Sore
Ngudi Susilo
Maulid Dhiba‟
B. Arab
Mabadi‟ Fiqiyah 3
Safinatun Najah
Sorof
-
W
T
AA
X
Maulid Dhiba‟
Fasolata n
Tuhfatul Athfal
Mushtolah Tajwid
T
Y
P
Q
-
-
Arbain Nawawi
Lubabul Hadits
Fathul Manan
S
P
D
C
Malam
Hadist
J
Ta‟lim Muta‟alim
V
SELASA
Sore
Malam
-
F
Ngudi Susilo
Mabadi‟ Fiqiyah
Mabadi‟ Fiqiyah 3
AB
Q
AA
Pegon
Kaligrafi
Aqidatul Awam
Tuhfatul Athfal
Aqoid Diniyah 2
AC
T R
P
AA
Nurul Yaqin 1
Taisirul Kholaq
Amtsilah Tasrifiyah
AC
G
M
-
Nahwu Jawan
Sorof
Tahsin
Durotun Nasihin
I
RABU
Sore
Malam
Fasholat an
D
Tarikh
KAMIS
Sore
-
-
Bulugul Marom
AD
Z Y
Nahwu
H Tafsir Jalalain B
At-Tibyan Fi Ulumil Quran
J X Maulid Diba‟ dan Khitobah
Malam JUMAT
Sore
T
Kaligrafi
Pegon
T
AC
Al-„Arobi 2
Pegon
Safinatun Najah
At Tibyan fi Adabi Hamalatil Quran
AD
E
O V
98
Malam
Tarikh
Tahsin
Ala La
L
I
Q
„Aqoid Diniyah
Wasoya Aba‟ Lil Abna
Tafsir jalalain B
P G
Sore
SABTU
Malam
Malam
AHAD
-
-
-
Nurul Yaqin 2
Aqoid Diniyah 2
Amtsilah Tasrifiyah
Fathul Manan
K
AA
AD
D
Syifaul Jinan
Syifaul Jinan
Syifaul Jinan
Tuhfatul Athfal
Mustholah Tajwid
At-Tibyan Fi Ulumil Quran
W
AB
V
P
Q
T
Al„Arobi 1
Al„Arobi 1
Akhlaq
A
A
Qiro‟ah
Fathul Qorib
N U
Sumber: Dokumen P.P Nurul Quran 2016 Kode Asatidz Madin: A. B. C. D. E. F. G. H. I. J.
Ust. Ali Ust. Bisri Ust. Bahran Ust. Abdul W Jablawi Ust. Siroj Ust. Fadhil Mutmainah Ust. M. Rofiq Ust. Huri Ust. Ihsan Ust. T. Jablawi
K. L. M. N.
Ust. Karim Ust. Lahmuddin Ust. Muslim Ust. Triyanto
U. V. W. X.
Ust. Fahmi Ust. Agus S Ust. Bahruddin Ustd. Dani
O. Ust. Badrus P. Ust. Sahal
Y. Z.
Ustd. Wiwik Ustd.
Q. R. S. T.
AA. AB. AC. AD.
Ustd. Ulfa Ustd. Dina Ustd. Itha Ustd. Maya
Ust. Asrori Ust. Rusmanto Ust. Subhan Ust. Sofyan
Keterangan: 1. Untuk kelas 1-3, sebelum memulai pelajaran diwajibkan menadzomkan kitab syifaul jinan yang dipimpin dan diajarkan oleh pengajar. 2. Setelah itu mempelajari kitab-kitab sesuai dengan jadwal masingmasing kelas.
99
-
LAMPIRAN 4 DAFTAR USTADZ PONDOK PESANTREN DAN MADRASAH DINIYAH NURUL QURAN TETER SIMO BOYOLALI TAHUN 2016/2017
STATUS
NO
ASATIDZ
1
Ust. Bisri Mustofa
√
2
Ust. Muslim
√
3
Ust. Tri Jablawi
√
4
Ust. Agus Bahran
√
5
Ust. Huri
√
6
Ust. Siroj
√
7
Ust. Fahmi
√
8
Ust. Ma Karim
√
9
Ust. Ali
√
10
Ust. Ihksan
√
11
Ust. Triyanto
√
12
Ust. Lahmudin
√
13
Ust. Rofiq
√
14
Ust. Sahal
√
15
Ust. Sofyan
√
16
Ust. Asrori
√
17
Ust. Agus
√
18
Ust. Subhan
√
19
Ust. Badruddin
√
20
Ust. Badrus
√
21
Ust. Abul W
22
Ust. Fadhil
23
Ust. Rusmanto
24
Ustz. Dani Jablawi
LUAR
DALAM
√ √ √ √
100
25
Ustz. Wiwik
√
26
Ustz. Mutmainah
√
27
Ustd. Ulfa
√
28
Ustz. Dina
√
29
Ustd. Itha
√
30
Ustd. Maya
√
Sumber: Dokumen P.P Nurul Quran 2016
101
LAMPIRAN 5.a Pedoman Wawancara I.
Untuk pedoman wawancara pengasuh Pondok Pesantren Nurul Quran Teter Simo Boyolali. A. Identitas Informan 1. Nama
:
2. Usia
:
3. Jabatan
:
4. Wawancara hari/tanggal
:
5. Tempat
:
B. Sasaran Wawancara 1. Pelaksanaan sistem pendidikan di Pondok Pesantren Nurul Quran. 2. Penerapan metode pembelajaran di Pondok Pesantren Nurul Quran. 3. Pelaksanaan program Hamalatil Quran pada santri di Pondok Pesantren Nurul Quran. C. Butir-Butir Pertanyaan 1.
Bagaimana sistem pendidikan yang digunakan di Pondok Pesantren Nurul Quran?
2.
Apa tujuan pendidikan di Pondok Pesantren nurul Quran?
3.
Apa harapan dan cita-cita pengasuh pada santri yang masih belajar di Pondok Pesantren Nurul Quran?
4.
Metode pembelajaran apakah yang diterapkan di Pondok Pesantren Nurul Quran?
102
5.
Bagaimana pelaksanaan program Hamalatil Quran pada santri di Pondok Pesantren Nurul Quran?
103
LAMPIRAN 5.b Pedoman Wawancara II.
Untuk pedoman wawancara pengurus Pondok Pesantren Nurul Quran Teter Simo Boyolali. A. Identitas Informan 1. Nama
:
2. Usia
:
3. Jabatan
:
4. Wawancara hari/tanggal
:
5. Tempat
:
B. Sasaran Wawancara 1. Pelaksanaan sistem pendidikan di Pondok Pesantren Nurul Quran. 2. Penerapan metode pembelajaran di Pondok Pesantren Nurul Quran. 3. Pelaksanaan program Hamalatil Quran pada santri di Pondok Pesantren Nurul Quran. C. Butir-Butir Pertanyaan 1.
Bagaimana sistem pendidikan yang digunakan di Pondok Pesantren Nurul Quran?
2.
Apa tujuan pendidikan di Pondok Pesantren Nurul Quran?
3.
Apa harapan dan cita-cita pengurus pada santri yang masih belajar di Pondok Pesantren Nurul Quran?
4.
Metode pembelajaran apakah yang diterapkan di Pondok Pesantren Nurul Quran?
104
6.
Bagaimana pelaksanaan program Hamalatil Quran pada santri di Pondok Pesantren Nurul Quran?
105
LAMPIRAN 5.c Pedoman Wawancara III.
Untuk pedoman wawancara santri Pondok Pesantren Nurul Quran Teter Simo Boyolali. A. Identitas Informan 1. Nama
:
2. Usia
:
3. Jabatan
:
4. Wawancara hari/tanggal
:
5. Tempat
:
B. Sistem Wawancara 1. Pelaksanaan sistem pendidikan di Pondok Pesantren Nurul Quran. 2. Penerapan metode pembelajaran di Pondok Pesantren Nurul Quran. 3. Pelaksanaan program Hamalatil Quran pada santri di Pondok Pesantren Nurul Quran. C. Butir-Butir Pertanyaan 1. Apa tujuan santri menuntut ilmu di Pondok Pesantren Nurul Quran? 2. Apakah harapan santri setelah lulus pendidikan di Pondok Pesantren Nurul Quran? 3. Apa sajakah kegiatan pendidikan yang ada di Pondok Pesantren Nurul Quran?
106
4. Bagaimana persiapan yang dilakukan santri sebelum melaksanakan kegiatan Hamalatil Quran? 5. Apakah santri senang dengan kegiatan Hamalatil Quran di Pondok Pesantren Nurul Quran?
107
LAMPIRAN 6.a CATATAN TRANSKIP WAWANCARA Narasumber
: KH. Subur Aditama, S.Pd.I
Tanggal
: 01 Agustus 2016
Jam
: 18.30
Tempat
: PP. Nurul Quran Teter Simo Boyolali
Peneliti
: Assalamualaikum , abah perkenalkan nama saya Imam Agus Arafat mahasiswa IAIN Salatiga ingin bertanya-tanya mengenai Pondok Pesantren Nurul Quran untuk penelitian skripsi saya yang berjudul Implementasi Program Hamalatil Quran pada Santri di Pondok Pesantren Teter Simo Boyolali.
Narasumber
: Waalaikumsalam, iya dek, data apa saja yang kamu butuhkan untuk penelitian ini?
Peneliti
: Iya abah, untuk sistemnya, pondok pesantren ini menerapkan sistem pendidikan apa bah?
Narasumber
: Sini menggunakan sistem salaf dek. Sistem pendidikan yang biasa juga diterapkan oleh pondokpondok pesantren yang lama. Sistem yang kami gunakan seperti sorogan, bandongan, dan semaan itu masih kami lestarikan dan untuk menghormati guru-guru
kami
dengan
harapan
mendapat
kemudahan dan barokah para kyai. Peneliti
: Tujuan santri-santri mondok di sini apa abah?
Narasumber
: Tujuan yang paling penting adalah agar anak mempunyai akhlaq yang baik, serta bisa membaca al-Quran dengan baik.
Peneliti
: Harapan dan cita-cita abah untuk santri yang masih menuntut ilmu di pondok pesantren ini apa bah?
108
Narasumber
: Untuk yang masih menuntut ilmu di sini diharapkan untuk selalu istiqomah, rajin, dan sabar agar supaya nanti ketika sudah terjun di masyarakat bisa berbagi ilmu kepada sesama.
Peneliti
: Metode apa saja yang diterapkan di pondok ini bah?
Narasumber
: Kami menerapkan metode sorogan, bandongan dan hafalan dek.
Penelti
: Mengapa metode sorogan, bandongan dan hafalan ya bah?
Narasumber
: Saat abah dan ibu mondok dulu, para guru kami menggunakan metode-metode ini untuk mengajar anak-anak, jadi kami lestarikan, dan ke-tiga metode ini memang harus ada dalam pondok pesantren yang berbasis al-Quran.
Peneliti
: Bagaimana proses penerapan metode-metode tersebut pada santri di pondok pesantren ini abah?
Narasumber
: Begini, kalau untuk sorogan dan hafalan, santri dibagi menjadi beberapa kelompok dan diampu oleh pengajar
yang
memang
sudah
mempunyai
kompetensi baik dalam bidang al-Quran ini. Para santri menyetorkan bacaan al-Qurannya setiap ba‟da Maghrib dan Subuh dan wajib atas santri untuk bisa menghafal juz „amma dan surat-surat pilihan, sedangkan bagi yang menghafal al-Quran harus disetorkan
kepada
Ibu
Nyai.
Kalau
untuk
bandongan biasanya kami laksanakan di kelas madrasah dan kegiatan-kegiatan tertentu seperti kajian Ramadhan. Peneliti
: Biasanya apa kegiatan santri yang mendukung metode-metode tersebut abah?
109
Narasumber
: Tidak banyak dek, akan tetapi setiap hari kami menghimbau kepada para santri untuk selalu deres al-Quran baik yang menghafal ataupun yang tidak. Dan
anak-anak
dilakukan
diajarkan
secara
dzikir-dzikir
bersama-sama
yang guna
mempermudah hajat anak-anak, seperti asmaul husna setiap setelah shalat berjamaah dan lain-lain. Peneliti
: Abah sekiranya sudah cukup, terimakasih atas informasinya, assalamualaikum abah.
Narasumber
: Waalaikum salam dek.
110
LAMPIRAN 6.b CATATAN TRANSKIP WAWANCARA Narasumber
: Ustadz Darmaji, M.Pd.I
Tanggal
: 01 Agustus 2016
Jam
: 15.30
Tempat
: PP. Nurul Quran Teter Simo Boyolali
Peneliti
: Assalamualaikum pak, perkenalkan nama saya Imam Agus Arafat mahasiswa IAIN Salatiga ingin bertanya-tanya mengenai Pondok Pesantren Nurul Quran untuk penelitian skripsi saya yang berjudul Implementasi Program Hamalatil Quran pada Santri di Pondok Pesantren Teter Simo Boyolali.
Narasumber
: Waalaikumsalam, iya mas silahkan apa yang bisa saya bantu dan apa yang ingin ditanyakan?
Peneliti
: Sistem pendidikan apa yang diterapkan di pondok ini ya pak?
Narasumber
: Sistem Pondok Pesantren Nurul Quran ini menggunakan sistem pendidikan salaf dan kholaf. Dikatakan salaf karena model sorogan, bandongan dan kegiatan-kegiatan seperti dzikir bersama, mujahadah, istigosah, manakib dan amaliyahamaliyah warisan para wali masih kental di pondok ini. Dan dikatakan kholaf karena di pondok ini juga mempunyai sekolah formal, yaitu RA, SDIT dan Madrasah Tsanawiyah, akan teteapi kami lebih mengedepankan pendidikan dengan sistem salaf.
Peneliti
: Apa tujuan dari Pondok Pesantren Nurul Quran itu sendiri pak?
111
Narasumber
: Tujuannya ya mengakrapkan anak-anak dengan alQuran, karena kita tahu di zaman modern seperti ini kalau anak tidak dan jarang berinteraksi dengan alQuran,
biasanya
mudah
terpengaruh
dengan
pergaulan bebas. Peneliti
: Apa harapan mbak sebagai pengurus terhadap santri-santri yang ada di pondok sini pak?
Narasumber
: Harapannya yang terpenting anak-anak berakhlaq yang baik, menjadi anak-anak yang bermanfaat, bisa menjaga shalat dan deres Qurannya mas.
Peneliti
: Metode apa yang digunakan di pondok pesantren ini pak?
Narasumber
: Metodenya kami memakai sorogan, bandongan dan hafalan mas. Dan metode-metode tersebut sangat menunjang pengetahuan anak tentang alQuran.
Peneliti
: Bagaimana pelaksanaan pembelajaran di Pondok Pesantren Nurul Quran pak?
Narasumber
:
Pelaksanaan
pemebalajaran
di
pondok
ini
dilaksanakan setiap setelah asar, maghrib, isya‟ dan shubuh mas. Untuk madrasah diniyah dilaksanakan setiap sore dan malam, yaitu jam 16.00 – 17.00 dan malamnya jam 20.00 – 21.15. untuk madrasah diniyah dibagi menjadi enam kelas dan jadwal pembelajaran masing-masing. Untuk sorogan juga dibagi menjadi enam kelompok dengan kelas sesuai kemampuan santri. Peneliti
: Bagaimana sikap santri ketika proses pembelajaran pak?
Narasumber
: Kalau madrasah sore dan malam, biasanya anakanak sudah menghafal nadzoman-nadzoman di
112
kamar masing-masing, karena sebelum memulai pembelajaran diwajibkan untuk mengumandangkan syair-sayir, seperti syair dalam kitab Syifaul Jinan itu. Jika waktu masih memungkinkan, maka akan dilanjutkan dengan kajian kita sesuai jadwal kelas masing-masing. Peneliti
:
Saya
kira
cukup
pak,
terimakasih
informasinya, wassalamualikum. Narasumber
: Terimakasih kembali mas, waalaikumsalam.
113
atas
LAMPIRAN 6.c CATATAN TRANSKIP WAWANCARA Narasumber
: Ustadz Sahal Masykur
Tanggal
: 24 Juli 2016
Jam
: 20.00
Tempat
: Masjid al-Mannan Pondok Pesantren Nurul Quran Teter Simo Boyolali
Peneliti
: Assalamualaikum mas, perkenalkan nama saya Imam Agus Arafat mahasiswa IAIN Salatiga ingin bertanya-tanya mengenai Pondok Pesantren Nurul Quran untuk penelitian skripsi saya yang berjudul Implementasi Program Hamalatil Quran pada Santri di Pondok Pesantren Teter Simo Boyolali.
Narasumber
: Waalaikumsalam mas. Apa yang mas mau tanyakan dan bisa saya bantu?
Peneliti
: Sistem pendidikan apa yang diterapkan di pondok ini mas?
Narasumber
: Sistemnya memakai sistem salaf mas, akan tetapi juga tidak meninggalkan sistem yang baru atau kholaf. Ya tradisi yang ada di pondok ini masih sangat tradisional, mulai dari kegiatan keseharian di pondok dan dalam proses pembelajaran di pondok. Sedangkan sistem kholaf diterapkan di sekolah formal kami.
Peneliti
: Tujuan Pondok Pesantren Nurul Quran apa mas?
Narasumber
: Tujuannya untuk menjadikan santri-santri ini menjadi generasi yang Islami dan Qurani mas. Yang mondok disini tidak harus menghafal mas, akan tetapi lebih diutamakan bacaan al-Qurannya. Dan 114
yang paling penting lagi setelah lulus dari pondok, bisa bermanfaat untuk orang lain. Peneliti
: Sebagai pengurus, apa harapan mas terhadap para santri?
Narasumber
:
Harapannya
bersemangat
ya
semoga
dalam
belajar,
anak-anak tidak
tetep mudah
terpengaruh dengan pergaulan di luar sana, dan tentu selalu istiqomah dalam deres Quran. Peneliti
:
Apa
metode
dan
bagaimana
pelaksanaan
pembelajaran yang diterapkan di pondok ini mas? Narasumber
: Kita menerapkan sorogan, bandongan dan hafalan mas. Untuk sorogan ada dua, yaitu bin nadzar dan bil ghoib, untuk bandongan sesuai jadwal kelas masing-masing, dan untuk hafalan wajib yaitu juz amma dan surat-surat pilihan yang distorkan kepada pengajar/pengampu
kelompok
masing-masing.
Untuk hafalan al-Quran 30 juz, distorkan kepada Ibu Nyai Hj. Siti Amanatun al-Hafidzah. Peneliti
: Sudah cukup mas, terimakasih atas informasinya, wassalamualikum.
Narasumber
: Terimakasih kembali mas, waalaikumsalam.
115
LAMPIRAN 6.d CATATAN TRANSKIP WAWANCARA Narasumber
: Mulyadi
Tanggal
: 01 Agustus 2016
Jam
: 20.30
Tempat
: Kamar Santri Pondok Pesantren Nurul Quran Teter Simo Boyolali
Peneliti
: Assalamualaikum mas, perkenalkan nama saya Imam Agus Arafat mahasiswa IAIN Salatiga ingin bertanya-tanya mengenai Pondok Pesantren Nurul Quran untuk penelitian skripsi saya yang berjudul Implementasi Program Hamalatil Quran pada Santri di Pondok Pesantren Teter Simo Boyolali.
Narasumber
: Waalaikumsalam mas, iya mas, apa yang ingin ditanyakan?
Peneliti
: Apa tujuan mas menuntut ilmu dan ikut ngaji di Pondok Pesantren Nurul Quran ini?
Narasumber
: Tujuan saya belajar untuk belajar agama mas, dan tentunya bisa membaca al-Quran dengan baik sesuai kaidah ilmu tajwid mas.
Peneliti
: Apa harapan mas setelah belajar dari sini?
Narasumber
: Dapat bermanfaat bagi saya pribadi dan keluarga besar saya mas, lebih-lebih untuk masyarakat saya nanti.
Peneliti
: Apa kegiatan yang ada di pondok pesantren ini dek?
Narasumber
: Ada banyak mas, ada sorogan al-Quran, madrasah diniyah sore dan malam, dan hafalan Quran mas. Selain kegiatan pendidikan, ada kegiatan wajib 116
harian lainnya mas, seperti sholat berjamaah, dzikirdzikir dan sholawat bersama, dan deres Quran. Ada juga
roan
atau
kerja
bakti
membersihkan
lingkungan setiap minggu pagi mas. Peneliti
: Bagaimana persiapan yang dilakukan sebelum kegiatan Hamalatil Quran?
Narasumber
: Sebelum sorogan, biasanya di Masjid atau di kamar
masing-masing
kami
deres
dan
mempersiapkan terlebih dahulu serta meneliti ilmu tajwid yang sudah diajarkan. Untuk hafalan tentunya
kami
persiapkan
mengulang-ulang. madrosah,
Dan
biasanya
terlebih
untuk kami
dahulu
pembelajaran mempersiapkan
nadzoman tentang pelajaran yang sudah diajarkan pertemuan yang lalu. Peneliti
: Apakah anda senang belajar tentang al-Quran?
Narasumber
: Senang sekali mas, karena para pengajar dan pengasuh sangat jelas dalam menerangkan.
Peneliti
: Apa yang anda dapatkan setelah mempelajari ilmu-ilmu al-Quran?
Narasumber
: Dengan mengikuti kegiatan Hamalatil Quran ini, saya mendapatkan ilmu pengetahuan yang sangat banyak mengenai
al-Quran, mulai
dari
cara
membaca yang benar, pengetahuan tentang ulumul Quran, dan hafalan al-Quran. Makanya setelah itu biasanya lebih semangat lagi untuk deres Quran lagi. Peneliti
: Oh begitu ya mas, kalau begitu sekian dulu mas, terimakasih
atas
informasinya
wassalamualikum. Narasumber
: Terimakasih kembali mas, waalaikumsalam.
117
mas,
DOKUMENTASI
Foto Depan Pondok Pesantren Nurul Quran
Gerbang Masuk Pondok Pesantren Nurul Quran
118
Rumah Abah KH. Subur Aditama, S.Pd.I
Masjid Al-Mannan Pondok Pesantren Nurul Quran
119
Tempat Madrasah Diniyyah Nurul Quran
Tempat Jemuran Santri Putra Nurul Quran
120
Kamar Santri Putra Pondok Pesantren Nurul Quran
Kegiatan Deres Quran di kamar Santri
121
Gedung MTs Nurul Quran
Gedung SDIT Nurul Quran
122
Masjid SDIT dan Paud Nurul Quran
Kegiatan Pembelajaran Santri Mts Nurul Quran
123
Kegiatan Pembelajaran Madrasah Diniyyah Sore Pondok Pesantren Nurul Quran
Kegiatan Piket Harian Santri
124
Kegiatan Pembelajaran Madrasah Diniyyah Malam Pondok Pesantren Nurul Quran
Kegiatan Sorogan/Hafalan Setelah Shubuh
125
Wawancara Bersama Ustadz Sahal Al-Hafidz
Wawancara Bersama Abah KH. Subur Aditama,S.Pd.I
126
Wawancara Bersama Santri PP. Nurul Quran
Kegiatan Santri di Dapur Pondok
127
Wawancara Bersama Ustadz Darmaji, M.Pd.I
128
129
130