IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PANCA JIWA PONDOK BAGI SANTRI DI PONDOK PESANTREN AGRO NUR EL FALAH SKRIPSI Diajukan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Oleh : JULIONO 111 09 118 JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA 2015 i
iii
MOTTO Jika Anda Memiliki Keberanian Untuk Memulai Anda Juga Memiliki Keberanian Untuk Sukses (David Fiscoot)
v
PERSEMBAHAN Kupersembahkan Karyaku ini untuk : Ayahanda Jamari dan ibunda Jumarni (almarhumah) Karena dengan bimbingan, kasih sayang dan doa restu keduanyalah aku mampu melangkah ke depan dengan penuh optimis untuk meraih cita-citaku yang menjaga dan selalu mendoakanku Adikku semata wayang yang membuatku tersenyum dan bangga, Ustadz Usman Mansur Sekeluarga Yang sudah menjadi pengasuh di pondok pesantren, yang selalu saya nantikan petuahnya Kepada Ustadzah Durrotur Rosidah selaku kepala SMK-SPP Dharma Lestari yang telah memberikan bimbingan, arahan, semangat dan kasih sayang yang luar biasa Temen-teman aku seperjuangan sekamar di pondok pesantren Agro Nur El Falah Salatiga Seseorang yang memperhatikanku dari sana, trimakasih untuk semuanya
KATA PEGANTAR Assalamu’alaikum Wr. Wb. Puji sukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat,
hidayah
dan
taufiqnya,
sehingga
penulis
dapat
menyelesaikan penulisan skripsi ini. Sholawat serta salam penulis haturkan kepada junjungan Nabi Agung Muhammad SAW yang telah menuntun umatnya kejalan kebenaran dan keadilan Sebuah kewajiban yang tidak dapat ditawar dalam melengkapi persyaratan guna memperoleh gelar sarjana pada Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga Jurusan Tarbiyah Pendidikan Agama Islam (PAI), maka dengan segala daya dan upaya penulis menyelesaikan karya imliah dalam bentuk skripsi dengan judul “IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PANCA JIWA PONDOK BAGI SANTRI DI PONDOK PESANTREN AGRO NUR EL FALAH” Dengan selesainya penyusunan skripsi ini, penulis menyampaikan terimakasih setulusnya kepada: 1. Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. 2. Pembantu Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. 3. Pembimbing skripsi, bapak Mufiq, S.Ag, M.Phil, yang telah membimbing saya dengan penuh ketelatenan dan kesabaran 4. Segenap Bapak dan Ibu Dosen serta karyawan IAIN Salatiga yang telah memberikan bekal ilmu dan pelayanan sehingga studi ini selesai. 5. Kepada pengasuh Pondok Pesantren Agro Nur El Falah Salatiga, Semua dewan asatidz dan seluruh santri Pondok Pesantren Agro Nur El Falah Kota
vii
Salatiga yang telah member ijin dan memberikan informasi dalam penelitian ini. 6. Kepada Kepala SMK-SPP Dharma Lestari ibu Durrotur rosidah, S.Ag yang sudah memberi arahan serta kelonggaran waktu untuk pengerjaan skripsi 7. Segenap keluarga besar, teman sahabat-sahabat terbaik yang menyertai dan mendukung dalam menyelesaikan skripsi ini Terimakasih atas semua yang kalian berikan, semoga apa yang pernah penulis dapatkan dari kalian menjadi manfaat dan barokah bagi kita semua amin. Dengan segenap kesadaran, penulis mengakui bahwa masih terdapat kekurangan dalam penyusunan skripsi ini. Besar harapan penulis atas segala respon, saran kritik dari pembaca yang budiman. Semoga karya ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang mau mengambil manfaat darinya amin.
Salatiga, Maret 2015 Penulis
ABSTRAK Juliono. 2015. Implementasi Nilai-Nilai Panca Jiwa Pondok Bagi Santri Di Pondok Pesantren Agro Nur El Falah. Skripsi Jurusan Tarbiyah Pendidikan Agama Islam. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Pembimbing: Mufiq, S.Ag, M.Phil Kata Kunci: Implementasi Panca Jiwa Pondok Pondok pesantren mempunyai peranan yang besar dalam dunia pendidikan, terutama dalam pendidikan Islam. Untuk mencetak generasi penerus yang cerdas dan berahklaq mulia untuk mencapai semua itu maka perlu adanya manajemen pendidikan di pondok pesantren tersebut, seperti pondok pesantren Agro Nur El Falah Kota Salatiga. Penelitian ini merupakan upaya untuk mengetahui bagaimana implementasi nilai-nilai panca jiwa pondok bagi santri di pondok pesantren Agro Nur El Falah. Pertanyaan utama yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah: (1) Bagaimana konsep nilai-nilai panca jiwa pondok di Ponpes Agro Nur El Falah? (2) Bagaimana implementasi nilai-nilai panca jiwa pondok dalam kehidupan di pondok pesantren Agro Nur El Falah ? (3) Faktor apakah yang mendukung dan menghambat implementasi panca jiwa pondok? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, maka penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang menghasilkan data-data yang diperoleh dari objek penelitian dengan metode wawancara, observasi dan dokumentasi, yang kemudian dilakukan analisis dengan cara mendeskripsikan data dari informan, mereduksi data sesuai kebutuhan penelitian, kemudian dianalisis oleh penulis, dan disimpulkan untuk menjawab penelitian. Temuan penelitian ini bahwa pengasuh ponpes adalah alumni pondok Moderen Gontor, sehingga beliau juga mengajarkan nilai dari panca jiwa pondok. Panca jiwa pondok sudah sering disampaikan oleh pengasuh baik dalam upacara, kuliah umum, MOS, dan lain-lain. Pada kenyataanya masih banyak santri yang mengolok-olok teman, berkelahi, mencuri milik teman, mbolos sekolah, melanggar tata tertib, bahkan melakukan pelanggaran berat yang berakibat dikeluarkan dari pondok. Ada beberapa faktor yang menajdikan implementasinya belum maximal, di antaranya kurangnya kerja sama antar asatidz dalam mengawasi santri, kurangnya kegiatan yang bisa membuat santri menjadi keluarga besar, sarana prasarana yang rusak dan tidak segera ditangani, harus ada contoh riil dari asatidz maupun santri senior, kepribadian santri ketika di rumah. Maka dari itu dibutuhkan kerja sama dari asatidz untuk semakin getol dalam
ix
mengarahkan, membimbing, mendidik, dan mengawasi santri untuk mencapai tujuan yang di inginkan yang sesuai dengan visi dan misi di pondok ini.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ......................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................
ii
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................
iii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN .....................................
iv
MOTTO .........................................................................................................
v
PERSEMBAHAN ............................................................................................
vi
KATA PENGANTAR .....................................................................................
vii
ABSTRAK .......................................................................................................
ix
DAFTAR ISI ...................................................................................................
xi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ................................................................
1
B. Fokus Penelitian ............................................................................
5
C. Tujuan Penelitian ..........................................................................
5
D. Kegunaan Penelitian ......................................................................
6
E. Penegasan Istilah ...........................................................................
7
F. Metode Penelitian ..........................................................................
9
G. Sistematika Penulisan ...................................................................
16
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Nilai Panca Jiwa Pondok .............................................
19
B. Nilai-Nilai Panca Jiwa Pondok .....................................................
21
1. Jiwa Keikhlasan .......................................................................
22
xi
2. Jiwa Kesederhanaan ................................................................
23
3. Jiwa Berdikari...........................................................................
24
4. Jiwa Ukhuwah Islamiyah ........................................................
25
5. Jiwa Kebebasan… ....................................................................
27
C. Pondok Pesantren ...........................................................................
27
1. Pengertian Pondok Pesantren ..................................................
27
2. Macam-Macam Pesantren ........................................................
29
3. Elemen-Elemen Pondok Pesantren...........................................
31
4. Metode Pengajaran Dalam Pondok Pesantren..........................
34
5. Fungsi Pondok Pesantren .........................................................
37
BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN A. Paparan Data ................................................................................
38
1. Sejarah Pondok Pesantren Agro Nur El Falah .........................
38
2. Maksud dan Tujuan Pondok Pesantren Agro Nur El Falah .....
39
3. Visi dan Misi ...........................................................................
41
4. Sumber Pemasukan Pondok Pesantren Agro Nur El Falah .....
41
5. Pengasuh dan Pengurus Pondok Pesantren Agro Nur El Falah
42
6. Kegiatan Pendidikan ................................................................
45
7. Santri Pondok Pesantren ..........................................................
47
8. Sarana dan Prasarana ...............................................................
53
B. Data Informan ...............................................................................
55
C. Temuan Penelitian..........................................................................
60
1. Nilai-Nilai Panca Jiwa Pondok.................................................
60
2. Implementasi Nilai-Nilai Panca Jiwa Pondok Bagi Santri Pondok Pesantren
...............................................................................
65
3. Factor Pendukung Dan Penghambat Implementasi Nilai Pendidikan Dalam Panca Jiwa Pondok .......................................................
66
BAB IV PEMBAHASAN A. Nilai-Nilai Panca Jiwa Pondok ......................................................
70
1. Keikhlasan ................................................................................
70
2. Kesederhanaan..........................................................................
71
3. Berdikari ...................................................................................
72
4. Ukhuwah islamiyah ..................................................................
72
5. Kebebasan.................................................................................
73
B. Implementasi Dalam Kehidupan Di Pesantren ..............................
74
C. Factor yang mendukung dan menghambat implementasi panca jiwa pondok............................................................................................
75
1. Faktor Pendukung ....................................................................
76
2. Lingkungan Penghambat .........................................................
77
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ....................................................................................
79
B. Saran...............................................................................................
80
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xiii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pondok pesantren mempunyai peranan yang besar dalam dunia pendidikan, terutama dalam pendidikan Islam. Untuk mencetak generasi penerus yang cerdas dan berahklaq mulia diperlukan pendidikan yang menyeluruh, dalam arti mencakup semua potensi baik dari aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Pondok pesantren sebagai salah satu lembaga pendidikan yang mengkombinasikan ketiga aspek tersebut, tidak hanya menekankan aspek kecerdasan kognitif semata, akan tetapi juga menekannkan pada aspek afektif dan psikomotor, yaitu dengan mengajarkan nilainilai dan norma yang sesuai dengan syari’at Islam serta membekeli para santri dengan keterampilan-keterampilan yang berguna bagi kehidupan sehari-hari. Hal ini senada dengan pernyataan Setyo Rini : Pesantren adalah suatu lembaga pendidikan kegamaan yang berperan besar dalam pengembangan masyarakat terutama pada masyarakat desa, sejak awal fungsi pondok pesantren adalah sebagai tempat penyelenggaraan pendidikan terutama lebih dititik beratkan pada kegiatan belajar mengajari ilmu-ilmu keagamaan. Anggapan yang salah masyarakat awam kerap menyamaratakan kehidupan pesantren. Di mana para santri hanya mengkaji ilmu-ilmu agama, tanpa mampu mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari padahal tidak semuanya anggapan itu benar (Setyorini. 2003:19-20). Sebagaimana yang kita ketahui bersama, banyak sekali pondok pesantren yang berkembang di tengah-tengah masyarakat, akan tetapi dari sekian banyak pesantren yang ada dapat di golongkan menjadi dua jenis. Ghazali dalam bukunya Pesantren Berwawasan Lingkungan membagi jenis pesantren sebagai berikut : Pondok pesantren terbagi menjadi dua macam, pertama yaitu pondok pesantren tradisional pondok yang masih mempertahankan bentuk aslinya 1
dengan semata-mata mengajarkan kitab yang ditulis oleh Ulama abad ke 15 dengan menggunakan bahasa arab. Kedua adalah pondok pesantren modern merupakan pengembangan tipe pesantren karena orientasi belajarnya cenderung mengadopsi seluruh sistem belajar secara klasik dan meninggalkan sistem belajar secara tradisional (Ghazali, 2003:14). Setiap lembaga pendidikan, baik pendidikan formal ataupun non formal pasti bertujuan untuk mengembangkan peserta didiknya kearah yang lebih baik, salah satu cara agar tujuan tersebut dapat tercapai adalah dengan melaksanakan manajemen pendidikan yang berkualitas dalam suatu lembaga pendidikan. Pondok pesantren sebagai salah satu lembaga pendidikan non formal juga menerapkan manajemen pendidikan agar peserta didik (santri) yang belajar di pondok tersebut dapat berkembang secara maksimal baik dari aspek kognitif, afektif maupun psikomotor. Tidak mungkin lembaga pendidikan itu mengeluarkan lulusan yang baik kalau manajemennya dalam suatu pondok tersebut tidak baik pula. Dalam UU no 20 tahun 2003 tentang pendidikan nasional yang isinya menetapkan tentang ujian akhir nasional program wajib belajar 9 tahun pada Pondok Pesantren salafiyah, pendidikan keagamaan berbentuk madrasah diniyah, pesantren, pasraman, dan bentuk lain yang sejenis (UU No 20 tahun 2003). Menurut Undang Undang No 20 tahun 2003 Pesantren menjadi salah satu komponen terpenting dalam pendidikan keagamaan, berfungsi mempersiapkan peserta didik menjadi anggota yang memahami dan mengamalkan nilai-nilai ajaran agama Islam dan menjadi ahli dalam bidang agama. Pondok pesantren dan semua sistem yang ada di dalamnya mendapat pengakuan seteleh diberlakukannya UU No 20 tahun 2003. Pondok Pesantren Agro Nur El Falah adalah salah satu lembaga pendidikan di Salatiga yang berdiri sejak tahun 2002. Ponpes ini berada di bawah naungan Yayasan
Sosial Yatim Piatu Dharma Lestari yang didirikan oleh bapak H. Dharmo Supono selaku pengusaha muslim sukses dan sangat berkeinginan untuk membantu anak-anak yang kurang mampu dan khususnya anak yatim piatu. Panca Jiwa Pondok bagi santri Pondok Pesantren Agro Nur El Falah mungkin sudah tidak asing lagi karena setiap tahun dalam acara penyambutan santri baru selalu disampaikan. Panca Jiwa Pondok tersebut adalah Keikhlasan, Kesederhanaan, Berdikari, Ukhuwah Islamiyah, Kebebasan. Lima hal yang ditanamkan dalam jiwa semua santri oleh pengasuh ponpes, bukan hanya dalam acara penyambutan akan tetapi dalam upacara bendera, pramuka, dan juga kegiatan-kegiatan lain. Pengasuh Ponpes Agro Nuur El Falah adalah alumni Pondok Modern Darussalam Gontor, dan di Gontor Panca jiwa ini ditanamkan dalam jiwa para santri dan dipegang erat-erat oleh para santri. Besar harapan pengasuh Ponpes Agro Nur El Falah agar para santri mampu memegang teguh panca jiwa ini sebagai bekal dalam menyelami kehidupan baik ketika dalam pondok maupun diluar pondok nanti. Banyak manfaat yang didapatkan oleh pengasuh dari panca jiwa pondok, oleh karena itu beliau menyampaikan panca jiwa pondok dengan bahasa yang tegas, lugas, dan mudah dipahami mengingat sangat pentingnya kelima hal ini. Tujuan pengasuh menyampaikan hal ini dengan tegas agar para santri senantiasa memahami dan mampu mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari selama belajar di pesantren, tentunya bukan hanya itu harapan yang diinginkan namun sampai di kehidupan dalam kehidupan masyarakat nanti. Dan dengan bekal panca jiwa ini diharapkan para santri bisa belajar dengan tekun sehingga dapat memperoleh ilmu dan pengalaman yang dapat dijadikan sebagai bekal untuk hidup dalam masyarakat.
3
Pengasuh sudah sering menyampaikan nilai-nilai yang terkandung dalam panca jiwa dengan tegas dan lugas, akan tetapi belum tentu semua santri dapat menyerap sesuai dengan apa yang sudah disampaikan, karena santri berasal dari latar belakang yang berbeda-beda baik dari segi daerah, lingkungan, keluarga, perekonomian, dan lain-lain. Beberapa perbedaan latar belakang tersebut sangat berpengaruh terhadap minat santri dalam belajar dan tentunya daya tangkap/serap para santri juga sangat berbeda. Disamping karena daya serap yang berbeda sudah tentu cara berfikir masing-masing berbeda dan kesimpulan atau inti materi yang ditangkap
juga
berbeda,
hal
yang
wajar
apabila
setiap
anak
memiliki
persepsi/pandangan yang berbeda tentang nilai-nilai panca jiwa pondok. Bukan hanya persepsi yang berbeda, namun bisa saja cara mengimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari juga berbeda. Melihat isi dari panca jiwa pondok sudah dipastikan bahwa kelima poin itu sangat penting bagi para santri. Peneliti pernah mendengarkan pemaparan dari pengasuh tentang nilai-nilai yang dapat diambil dari kelima point ini, beliau sangat antusias dalam menjelaskan, bahkan banyak santri yang sangat serius dalam mendengarkan pemaparan dari pengasuh. Sudah banyak nilai-nilai yang disampaikan dari panca jiwa pondok, namun ketika peneliti melihat dan memperhatikan bagaimana kehidupan para santri di pondok pesantren, masih banyak hal yang masih menyimpang atau tidak mencerminkan nilai-nilai dari panca jiwa pondok. Dari sini peneliti merasa ingin tertarik untuk mengetahui apa nilai-nilai dalam panca jiwa pondok, bagaimana implementasi panca jiwa pondok di Ponpes Agro Nuur El Falah,
faktor apakah yang mendukung dan menghambat dalam mengamalkan panca jiwa pondok. Besar harapan peneliti untuk dapat menyelesaikan penelitian ini mengingat sangat pentingnya nilai-nilai yang terkandung dalam panca jiwa pondok, baik itu dari pengasuh, santri dan seluruh elemen pondok. Dari uraian di atas, merupakan beberapa hal yang melatarbelakangi serta menghantarkan kepada penulis untuk membahas dalam sebuah skripsi yang berjudul “IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PANCA JIWA PONDOK BAGI SANTRI DI PONDOK PESANTREN AGRO NUR EL FALAH” B. Fokus Penelitian Berdasarkan latar belakang masalah ini maka penulis memiliki beberapa hal sebagai fokus penelitian dan tujuan dalam penelitian “Panca Jiwa Pondok” Ponpes Agro Nur El Falah yang meliputi. 1.
Bagaimana konsep nilai-nilai panca jiwa pondok di Ponpes Agro Nur El Falah?
2.
Bagaimana implementasi nilai-nilai panca jiwa pondok pada kehidupan di pesantren?
3.
Faktor apakah yang mendukung dan menghambat implementasi panca jiwa pondok?
C. Tujuan Penelitian. Setiap kegiatan aktivitas yang disadari mempunyai tujuan yang hendak di capai. Adapun tujuan penelitian ini adalah: 5
1.
Bagaimana konsep nilai-nilai panca jiwa pondok di Ponpes Agro Nur El Falah?
2.
Bagaimana implementasi nilai-nilai panca jiwa pondok pada kehidupan di pesantren?
3.
Faktor apakah yang mendukung dan menghambat implementasi panca jiwa pondok?
D. Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini di harapkan memberikan kegunaan sebagai berikut. 1. Kegunaan Teoritis a. Memberikan sumbangan dan memperluas wawasan tentang panca jiwa pondok di ponpes Agro Nuur El Falah. b. Berguna untuk mengangkat citra bimbingan Pendidikan keagamaan khususnya dalam dunia Pendidikan Pesantren. c. Memberikan sumbangan fikiran dan informasi kepada pengelolaan Pesantren dalam menanamkan panca jiwa pondok. 2. Kegunaan Praktis a.
Bagi pembaca yaitu memberi pengetahuan tentang panca jiwa pondok ponpes Agro Nuur El Falah dan menjadikan pembaca mengetahui bagaimana nilai-nilai pendidikan agama Islam dalam panca jiwa pondok.
b. Bagi lembaga pendidikan pesantren sebagai fokus penelitian Hasil penelitian ini dapat menjadi acuan dalam menyampaikan nilai-nilai dalam Panca Jiwa Pondok kepada para santri, memudahkan para santri
dalam memahami dan mengimplementasikan nilai-nilai pendidikan panca jiwa pondok dalam kehidupan di pesantren. c. Bagi peneliti Mempunyai ilmu yang baru dan bermanfaat serta sebagai pengetahuan dalam bidang nilai-nilai pendidikan yang semakin merosot karena kemajuan teknologi dan karakter santri di pesantren.
E. Penegasan Istilah Untuk menghindari kesalahpahaman dalam penafsiran judul di atas, maka perlu adanya pembatasan permasalahan yang akan penulis teliti sehingga tidak terjadi pembiasaan dalam permasalahan. Dalam hal ini ada beberapa hal yang perlu di ketahui maksud dari istilah dalam judul di atas. 1. Pengertian Nilai-Nilai Dalam Panca Jiwa Pondok Nilai adalah sifat-sifat (hal-hal) yang penting atau berguna bagi kemanusiaan, sesuatu yang menyempurnakan manusia sesuai dengan hakikatnya (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Panca Jiwa Pondok adalah lima jiwa atau ruh bagi para asatidz, santri dan seluruh elemen pondok pesantren Jadi, nilai-nilai dalam panca jiwa pondok yang dimaksud oleh penulis dalam penelitian ini yaitu lima sifat yang berharga yang bisa membuat asatidz, santri dan seluruh elemen pondok pesantren menjadi manusia yang haqiqi, beriman dan bertaqwa kepada Allah, dan mampu mengembangkan dirinya sesuai ajaran Islam.
7
2. Panca Jiwa Pondok Panca jiwa pondok sebagaimana yang tercantum dalam profil Ponpes Agro Nuur El Falah tahun 2005 adalah jiwa keikhlasan, jiwa kesederhanaan, jiwa berdikari, jiwa ukhuwah Islamiyah, dan jiwa kebebasan 3. Pesantren. Pesantren adalah lembaga pendidikan keagamaan yang mempunyai kekhasan tersendiri dan berbeda dengan pendidikan lainnya (Departemen Agama RI, 2003:1). Pengertian lain sebuah pesantren pada dasarnya adalah sebuah asrama pendidikan Islam tradisional di mana para siswanya tinggal bersama di bawah bimbingan seorang (atau lebih) guru yang lebih di kenal dengan sebutan “kyai” (Ghofur, 2009:80). Jadi dalam pesantren para santri atau murid tingal bersama dengan kyai atau guru mereka dalam satu komplek tertentu sehingga dapat menimbulkan kekhasan pesantren. Pesantren yang di maksud oleh penulis dalam penelitian ini adalah tempat bagi para santri untuk melakukan kegiatan yang ada di dalam pondok sehingga
lebih
mudah
dalam
mengikuti
proses
pembelajaran
yang
diselenggarakan pondok. Berdasarkan penegasan istilah yang telah diterangkan secara terperinci maka, yang dimaksud dalam judul penelitian secara keseluruhan adalah apa saja nilai-nilai pendidikan agama Islam yang terkandung dalam panca jiwa pondok Ponpes Agro Nuur El Falah kota Salatiga, bagaimana implementasi nilai pendidikan yang terkandung dalam panca jiwa pondok di pesantren.
F. Metode Penelitian. 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian Pendekatan penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif, menurut Bogdam dan Tylor dalam Meoleong (2009:4). Metode Kualitatif adalah sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data secara deskriptif yang berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Data yang diperoleh dalam penelitian ini tidak berupa angkaangka tetapi data yang terkumpul berbentuk kata-kata lisan yang mencakup laporan dan foto-foto. Jadi hasil penelitian ini adalah berupa deskripsi atau gambaran nilai pendidikan agama Islam dalam panca jiwa pondok di pondok pesantren Agro Nuur El Falah Kota Salatiga tahun 2014. Dari uraian di stas maka jenis penelitian ini adalah field research. 2. Kehadiran Peneliti Peneliti hadir secara langsung pada obyek penelitian dalam rangka pengumpulan data
yang akan diolah menjadi
deskripsi. Penelitian
dilaksanakan dalam dengan cara wawancara dan pengamatan aktifitas seharihari, maka peneliti terlibat secara langsung dan aktif dalam rangka pengumpulan data. 3. Lokasi dan Waktu Penelitian a. Lokasi penelitian Tempat atau lokasi penelitian adalah di pondok pesantren Agro Nuur El Falah Jl. Dipomenggolo, Desa Pulutan, Kec. Sidorejo Kota Salatiga.
yang menjadi fokus subjek penelitian adalah sebagian
9
komponen pondok pesantren yaitu pengasuh selaku pimpinan ponpes, asatidz sebagai pendidik, pengurus organisasi santri sebagai motorik pondok, dan santri sebagai anggota masyarakat pondok pesantren. b. Waktu Penelitian Penelitian tentang nilai pendidikan agama Islam dalam panca jiwa pondok ini dilaksanakan pada 20 s.d 31 Januari 2015 . 4. Sumber Data Pada tahap ini, peneliti berusaha mencari dan
mengumpulkan
berbagai sumber data yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti. Dalam penelitian ini terdapat data utama (primer) dan data pendukung (skunder). a. Data Primer Data primer adalah data yang langsung dikumpulkan oleh peneliti dari sumber pertanyaan (Suryabrata, 2003:39). Adapun yang terlibat secara langsung sebagai sumber data primer di sini adalah: NO
NAMA
JABATAN
1
KH. Usman Mansur, BA
Pengasuh
2
Durrotur Rosidah, S.Ag
Kepala SMK
3
Sabilal Huda, S.Th.I
Dewan Asatidz
4
Nur Sholeh S.Pd.I
Dewan Asatidz
5
Muhibur Rohman, S,Pd.I
Dewan Asatidz
6
Najmu Tsakib
Dewan Asatidz
7
Taufik Akbar Wahab
Pengurus Organisasi
8
Maulidi Ahsan
Pengurus Organisasi
9
Muhammad Muslih
Pengurus Organisasi
10
Ridho Prahasto
Pengurus Organisasi
11
Nur Cholis
Santri
12
Bagus M. Khusnan
Santri
13
Sepria Rais
Santri
14
Irfanuddin
Santri
15
Muhammad Dhafari
Santri
b. Data Sekunder. Data skunder adalah data yang sudah tersusun dan sudah dijadikan dalam bentuk dokumen-dokumen (Suryabrata, 2003:40). Adapun sumber data sekunder di sini adalah buku-buku yang terkait dengan Manajemen Pendidikan, arsip-arsip, dokumen, catatan dan laporan Pondok Pesantren Agro Nuur El Falah. 5. Teknik Pengumpulan Data. Dalam penulisan naskah skripsi ini penulis menggunakan metode penelitian kualitatif. Hal ini merupakan salah satu jenis metode menitik beratkan pada penalaran yang berdasarkan realitas sosial secara objektif. Metode penelitian kualitatif merupakan pengumpulan data secara mendalam mengenai kegiatan suatu program. Perilaku peserta dan interaksi manusia secara luas. Dalam hal ini untuk pengumpulan data yang akan digunakan sebagai penunjang dalam penelitian. Maka penulis menggunakan beberapa langkah yang berkaitan dengan metode penelitian tersebut. a. Wawancara. 11
Wawancara (interview) yaitu proses tanya jawab lesan dalam 2 orang atau lebih berhadapan secara fisik, yang satu dapat melihat muka yang
lain
dan
mendengar
dengan
telinga
sendiri
suaranya
(Sukkandarrumidi, 2004:88). Dalam arti lain bahwa wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Secara umum yang dimaksud wawancara adalah cara penghimpunan bahan-bahan keterangan yang di laksanakan dengan melakukan dan dengan arahan serta dengan tujuan yang lebih ditentukan, dalam penelitian ini metode wawancara digunakan sebagai metode pengumpulan data, dan dalam hal ini data tentang nilai pendidikan agama Islam dalam panca jiwa pondok beserta implementasi dalam kehidupan di pesantren. Nara sumber dari wawancara ini adalah seluruh lapisan dalam ponpes, karena data yang akan digali berupa data kehidupan keseharian di ponpes. Dalam penggalian data ini instrumen yang digunakan adalah pedoman wawancara. b. Observasi. Observasi sering diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan dari sistematika
fenomena-fenomena
yang
diselidiki
(Sutrisno
Hadi,
2005:136). Metode observasi adalah cara menghimpun bahan-bahan yang digunakan dengan mengadakan pengamatan fenomene-fenomena yang dijadikan pengamatan. Adapun cara yang digunakan adalah mengadakan pengamatan langsung di pondok pesantren Agro Nuur El Falah dengan cara melihat dan pengindraan lainya. Observasi secara langsung mempunyai maksud untuk mengamati dan melihat langsung kegiatan-
kegiatan keseharian dalam pesantren. Dalam observasi ini yang menjadi objeknya antara lain aktifitas
santri apakah sudah mencerminkan
pengamalan dari panca jiwa pondok sebagaimana yang diharapkan pengurus pondok. c. Dokumentasi. Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variable yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, agenda dan sebagainya (Arikunto, 2002:148). Dokumentasi dalam penelitian ini di perlukan untuk memperkuat data-data yang diperoleh dari lapangan yaitu dengan cara mengumpulkan data yang berupa catatan tertulis dari Pondok Pesantren Agro Nuur El Falah, dan dalam hal ini dokumentasi digunakan untuk menggali profil tentang pondok pesantren Agro Nuur El Falah. 6. Analisis Data. Analisis data digunakan awal penelitian hingga akhir pengumpulan data yang bersifat terbuka dan induktif, sehingga tidak menutup kemungkinan akan terjadi reduksi data, perbaikan dan ferifikasi atas data yang diperole hal ini dimaksudkan untuk lebih mempermudah pemahaman dan kejelasan. Menurut Pavon dalam Moelong (2009:280), teknik analisis data adalah proses kategori urutan data, mengorganisasikan ke dalam suatu pola, kategori uruan data, mengorganisasikan ke dalam suatu pola, kategori dan suatu uraian dasar, ia membedakannya dengan penafsiran yaitu memberikan arti yang signifikan terhadap analisis, menjelaskan pola uraian dan mencari hubungan diantara dimensidimensi uraian.
13
a. Pengumpulan data. Merupakan hasil dari data informasi yang diperoleh dari pengumpulan data baik menggunakan metode wawancara, pengamatan maupun observasi, data yang terkumpul masih berupa data mentah yang belum diolah, sehingga masih perlu dipilih data yang penting dan tidak. b. Reduksi data. Reduksi data dimaksudkan untuk memperoleh data yang lebih fokus dan tajam, karena data yang menumpuk belum dapat memberi gambaran yang jelas. Reduksi data merupakan penyederhanaan yang diperoleh dari catatan lapangan sebagai upaya untuk mengorganisasikan data dan memudahkan penarikan kesimpulan. c. Penyajian data. Data yang dihasilkan melalui proses reduksi data akan langsung disajikan sebagai kumpulan informasi terusan yang memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penulis membuat ini dengan naratif guna memperjelas hasil penelitian ini. d. Kesimpulan. Dari hasil pengumpulan data kemudian direduksi dan diverifikasi, pengertian verifikasi adalah pembuktian yaitu proses proses mencari arti benda-benda, mencatat keteraturan, pola-pola dan penjelasan, kemudian data disajikan dan disimpulkan. Kesimpulan yang diverifikasi selama penelitian berlangsung untuk mencari kesimpulan akhir. 7. Pengecekan Keabsahan Data (Validitas Data)
Validitas data merupakan faktor yang penting dalam sebuah penelitian karena sebelumdata dianalisis terlebih dahulu harus mengalami pemeriksaan. Validitas membuktikan hasil yang diamati sudah sesuai dengan kenyataan dan memang sesuai yang sebenarnya atau kejadian (Nasution, 2003:105). Tehnik pengujian validitas data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan dengan memanfaatkan suatu yang lain dari data tersebut sebagai bahan pembanding atau pengecekan dari data itu sendiri (Moleong, 2009:330). Dalam penelitian ini teknik triangulasi yang digunakan yaitu: a. Triangulasi data yaitu mengumpulkan data yang sejenis dari beberapa sumber data yang berbeda. b. Triangulasi metode dilakukan dengan menggali data yang sama dengan metode yang berbeda. 8. Tahap-tahap penelitian a. Penelitian Pendahuluan Sebelum melakukan penelitian, terlebih dahulu penulis mengkaji referensi-referensi yang berkaitan dengan manajemenn pendidikan pesantren, sekaligus mencari informasi-informasi yang berkaitan dengan pondok pesantren pancasila. b. Pengembangan Desain Setelah tahap pendahuluan, penulis menyediakan waktu guna mengembangkan desain penelitian, menyusun petunjuk guna memperoleh data yang dibutuhkan, seperti petunjuk wawancara dan pengamatan.
15
c. Pelaksanaan Penelitian Penulis melaksanakan penelitian secara langsung di lokasi penelitian sekaligus melihat secara seksama, agar lebih mengetahui secara detail berbagai hal yang berhubungan dengan penelitian dan untuk memperoleh data-data yang dibutuhkan. d. Penulisan laporan Tahap penulisan laporan adalah tahap penyusunan data-data hasil temuan penelitian secara sistematis. Dalam penulisan laporan penelitian ini tentunya mencakup semua kegiatan penelitian mulai dari tahap awal pnelitian sampai tahap akhir yaitu tahap penarikan kesimpulan.
G. Sistematika Penulisan Skripsi. Sekripsi ini disusun dalam lima bab yang secara sistematis dapat dijabarkan sebagai berikut: BAB I
:PENDAHULUAN Pada bab ini pendahuluan ini berisi tentang latar belakang, definisi operasional, rumusan masalah, tujuan penelitian, metode penelitian dan sistematika penelitian.
BAB II
: KAJIAN PUSTAKA Pada bab kajian pustaka ini, dikupas berbagai pembahasan teori yang menjadi landasan teoritik penelitian. Pengertian Nilai yang meliputi pengertian, cakupan.
Nilai-Nilai Panca Jiwa Pondok yang meliputi, penjabaran dari Keikhlasan,
Kesederhanaan,
Berdikari,
Ukhuwah
Islamiyah,
Kebebasan. Pesantren yang meliputi, pengertian pondok pesantren, macammacam pondok pesantren, elemen-elemen pondok pesantren, sistem pengajaran dan pendidikan pondok pesantren. BAB III
:LAPORAN HASIL PENELITIAN Paparan data dan hasil temuan. Paparan data berisi tentang sejarah berdirnya pondok pesantren Agro Nuur El Falah, maksud dan tujuan pondok pesantren Agro Nuur El Falah, Visi dan Misi, usaha pondok pesantren Agro Nuur El Falah, pengurus dan pengasuh pondok pesanten Agro Nuur El Falah, santri pondok pesantren, sarana dan prasarana. Nilai-nilai dalam panca jiwa pondok, implementasi dalam kehidupan di
pesantren, factor pendukung dan penghambat
implementasi nilai pendidikan dalam panca jiwa pondok di pondok pesantren Agro Nuur El Falah Kota Salatiga tahun 2015. BAB IV :ANALISIS DATA Pada bab analisis data, akan dilakukan analisis terhadap data yang terkumpul, dengan pentahapan, menyimpulkan landasan teori, mendiskripsikan hasil wawancara tentang nilai-nilai pendidikan agama Islam dalam panca jiwa pondok, implementasi dalam kehidupan di pesantren dan factor pendukung serta penghambat dalam mengimplementasikan nilai pendidikan panca jiwa pondok
17
BAB V : PENUTUP Mengakhiri penulisan skripsi pada bab ke lima menguraikan mengenai kesimpulan akhir dari hasil penelitian saran saran yang berhubungan dengan pihak-pihak terkait dari subjek penelitian. Bagian akhir dari skripsi ini berisi lampiran-lampiran.
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Nilai Panca Jiwa Pondok 1. Pengertian Nilai Nilai dalam kamus besar bahasa Indonesia bermakna: 1. harga (dl arti taksiran harga); 2. harga uang (dibandingkan dengan harga uang yang lain); 3. angka kepandaian; biji; ponten; 4. banyak sedikitnya isi; kadar; mutu; 5. sifat-sifat (hal-hal) yang penting atau berguna bagi kemanusiaan; 6. sesuatu yang menyempurnakan manusia sesuai dengan hakikatnya. Secara garis besar nilai dibagi menjadi dua kelompok yaitu nilai-nilai nurani (values of being) dan nilainilai memberi (values of giving). Nilai-nilai nurani adalah nilai yang ada dalam diri manusia kemudian berkembang menjadi perilaku serta cara kita memperlakukan orang lain. Yang termasuk dalam nilai nurani adalah kejujuran, keberanian, cinta damai, keandalan diri, potensi, disiplin, tahu batas, kemurnian, dan kesesuaian. Nilai-nilai memberi adalah nilai yang perlu dipraktikan atau diberikan yang kemudian akan diterima sebanyak yang diberikan. Yang termasuk nilai memberi adalah setia, dapat dipercaya, hormat, cinta, kasih saying, peka, tidak egois, baik hati, ramah, adil, dan murah hati (Elmubarok, 2009:7). Adapun pengertian nilai menurut ahli (Fauziyah, 2013:15-16) adalah sebagai berikut: a. Menurut Young, nilai diartikan sebagai asumsi-asumsi yang abstrak dan sering didasari hal-hal penting
19
b. Green, memandang nilai sebagai kesadaran yang secara kolektif berlangsung dengan didasari emosi terhadap objek, ide dan perseorangan. c. Woods, mengatakan bahwa nilai merupakan petunjuk-petunjuk umum yang telah berlangsung lama yang mengarahkan tingkah laku dan kepuasan dalam kehidupan sehari-hari d. Dalam pengertian lain, nilai adalah konsepsi-konsepsi abstrak dalam diri manusia atau masyarakat, mengenai hal-hal yang dianggap baik dan benar serta hal-hal yang dianggap buruk dan salah. Adapun Sidi Ghazalba (Lubis, 2009:17-18) mengartikan nilai adalah sesuatu yang bersifat abstrak dan ideal. Nilai bukan kongkrit, bukan fakta, tidak hanya sekedar soal penghayatan yang dikehendaki dan tidak dikehendaki, yang disenangi dan tidak disenangi. Nilai itu terletak antara hubungan subjek dan objek. Seperti garam, emas, Tuhan, itu tidak akan bernilai bila tidak ada subjek yang menilai. Garam menjadi berarti setelah ada orang yang membutuhkan, emas menjadi berharga setelah ada orang yang mencari perhiasan, dan Tuhan tidak akan menjadi berarti setelah ada makhluk yang membutuhkanya. Tetapi nilai juga terletak pada barang (objek), nilai ketuhanan karena ada dalam dzat Tuhan terdapat sesuatu yang sangat berharga bagi manusia, dan dalam logam emas terdapat zat yang tidak lapuk, anti karat dan jenis keindahan lainya yang sangat berharga bagi manusia. Dari beberapa pemaparan tentang pengertian nilai di atas maka penulis menyimpulkan bahwa nilai-nilai dalam panca jiwa pondok adalah lima sifat yang berharga yang bisa membuat asatidz, santri dan seluruh elemen pondok pesantren
menjadi manusia yang haqiqi, beriman dan bertaqwa kepada Allah, dan mampu mengembangkan dirinya sesuai ajaran Islam. . B. Nilai-Nilai Panca Jiwa Pondok Panca Jiwa Pondok tersusun atas tiga suku kata panca, jiwa dan pondok. Panca berarti lima, jiwa berarti seluruh kehidupan batin manusia (yang terjadi dari perasaan, pikiran, angan-angan, dan sebagainya, dan pondok berarti madrasah dan asrama tempat mengaji, belajar agama Islam, dan sebagainya. Dari sini dapat diambil pengertian bahwa Panca Jiwa Pondok adalah lima hal yang muncul dan tertanam kuat dalam hati ustad dan para santri untuk menjalani kehidupan sehari-hari di pondok pesantren. Panca jiwa pondok ini tidak serta merta muncul dan kemudian dipublikasikan kepada para santri di Gontor, namun butuh waktu cukup lama bagi KH. Imam Zarkasyi untuk benar-benar memantapkan hasil pemikiranya tentang panca jiwa pondok. Dan panca jiwa pondok ini lahir setelah melalui proses kristalisasi panalaran yang meliputi proses pengamatan, penghayatan, dan mengkaji pasang surut berbagai pondok pesantren khususnya Pondok Gontor, serta masukan dari berbagai pihak terutama saudara beliau yaitu KH. Ahmad Sahal dan KH. Zainuddin Fanani. Panca jiwa pondok ini resmi dipublikasikan oleh KH. Imam Zarkasyi pada acara Seminar Pondok Pesantren Seluruh Indonesia di Yogyakarta pada tanggal 4 s/d 7 Juli 1965 (Haikal, 1996:882). Dengan demikian lengkap sudah buah pemikiran KH. Imam Zarkasyi tentang panca jiwa pondok. Dan berikut adalah isi dari panca jiwa pondok:
21
1.
Jiwa Keikhlasan Makna ikhlas bila dicari akar katanya berasal dari kata َ اَﺧْ ﻠَﺺ- ُ ﯾُﺨْ ﻠِﺺ أِﺧْ َﻼﺻًﺎyang berarti bersih, suci, murni, tidak ada campuranya atau cocok dan pantas. Menurut Dr. KH. Abdullah Syukri Zarkasyi, ikhlas secara istilah berarti menghadirkan niat hanya karena Allah dengan upaya kuat dan sungguh-sungguh dalam berfikir, bekerja, berbuat, untuk kemajuan usahanya dengan selalu mengharap ridlo-Nya (Zarkasyi, 2011:48). Keikhlasan merurut Dr. H. Dihyatun Masqon MA, dalam Majalah Lentera Edisi II, Juni 2013 bahwa, “istilah keikhlasan sungguh sangat sulit jika hal tersebut diurai dengan definisi bahasa ataupun istilah, karena keikhlasan hanya mampu terjawab dengan tingkah laku dan perilaku atau yang dalam bahasa agama Islam disebut sebagai “akhlak”, dari akhlak inilah, seseorang mampu dikatakan ikhlas jika sesuai dengan apa yang termaktub didalam al-qur’an dan as-sunnah. Seseorang yang tingkah lakunya baik dan tidak egois terhadap dirinya dan orang lain, ketika ia berbicara tentang sesuatu yang baik maka hasilnyapun akan ikut baik, hal ini didasarkan pada ucapan yang lahir dari hati dan diiringi dengan ruh keikhlasan yang lahir dari dalam hatinya” Jiwa keikhlasan sebagai jiwa pertama dalam panca jiwa pondok, dari jiwa keikhlasan ini lebih menekankan sikap sepi ing pamprih rame ing gawe dan semata-mata semua diamalkan dalam kehidupan sehari-hari untuk ibadah (Haikal, 1996:882). Dari kalimat di atas dapat disimpulkan bahwa banyak melakukan kebaikan tanpa mengharapkan pamrih/balasan, karena setiap melakukan aktifitas hanya mengharapkan ridho Allah SWT.
2. Jiwa Kesederhanaan Sederhanaan dalam kamus Besar Bahasa Indonesia berarti sedang dalam arti pertengahan, tidak tinggi tidak rendah, bersahaja; tidak berlebih-lebihan. Sedangkan kesederhanaan berarti hal (keadaan, sifat) sederhana. Berikut adalah beberapa penjabaran KH. Imam Zarkasyi tetang jiwa kesederhanaan, khususnya di pondok Pak Zar menekankan sederhana bukan berarti bersikap pasif (bahasa Jawa narimo) atas keadaan atau nasib yang tidak dikehendaki. Bersikap sederhana bukanlah karena dipojokan oleh kemelaratan atau kemiskinan yang dihadapi, tetapi mengandung unsur kekuatan dan ketabahan hati, sikap berani maju terus dalam menghadapi berbagai problem sebagai konsekwensi perjuangan hidup sehingga dalam benak bersangkutan terhujam mantap sikap pantang mundur dalam berbagai kesulitan yang ada, betapapun pahit keadaannya. (Haikal, 1996:883) Kesederhanaan tidak hanya nampak dalam segi-segi lahiriyah, tetapi juga dalam segi batiniyah. Sejalan dengan ini Pak Zar menekankan, “Kesederhanaan juga tercermin dalam berpakaian, bertindak, bergerak, berbicara, dan juga dalam bersikap dan berfikir” (Haikal, 1996:883) Dari uraian Pak Zarkasyi di atas maka dapat kita ambil kesimpulan, bahwa sederhana bukan berarti hanya cukup menerima apa adanya atau apa yang ada dalam diri kita, akan tetapi menerima segala yang ada dengan diiringi usaha yang maximal. Sementara dari uraian ke dua membahas kesederhanaan dari segi fisik, penampilan serta pemikiran. Begitu dalam pemaparan KH imam Zarkasyi tentang konsep kesederhanaan, yang pada umumnya orang menganggap kesederhanaan itu hanya dari segi penampilan atau sesuatu yang tampak dalam kehidupan manusia, baik itu pakaian, kendaraan, tempat tinggal, dan lain-lain.
23
Allah sang pencipta juga mengajarkan kepasda manusia agar tidak berlebih-lebihan dalam segala hal, dari sini bisa kita ambil kesimpulan bahwa betapa pentingnya kesederhanaan. Sebagaimana firman Allah dalam surat Al An’am ayat 141:
dan janganlah kamu berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan. 3.
Jiwa Berdikari Berdikari mengandung arti berdiri di atas kaki sendiri, bisa mengurus dirinya sendiri, tidak bergantung kepada orang lain, mandiri (Suharso, 2012:85). Kalau kita telisik lebih jauh arti dari berdikari atau mandiri, maka kemandirian merupakan salah satu ciri kematangan yang memungkinkan seorang anak berfungsi otonom, berusaha ke arah terwujudnya prestasi pribadi dan tercapainya suatu tujuan Jiwa berdikari atau jiwa kesanggupan menolong diri sendiri. Jiwa berdikari atau lebih mudahnya mandiri bukan berarti santri hanya dituntut untuk belajar dan berlatih mengurus segala macam kepentingannya sendiri tanpa bantuan atau pertolongan orang lain (Haikal, 1996:883). Mengurus diri sendiri dalam kehidupan dipondok bukanlah hal yang istimewa, karena dipondok manapun santri selalu mempersiapkan kebutuhanya sendiri, minimal keperluan pribadi. Gontor
menanamkan
jiwa
kemandirian
melalui
kenyataan
dan
keteladanan, karena kemandirian akan mendorong seseorang menjadi lebih kuat
dalam bercita-cita, berkemauan, bekerja dan berusaha, mempunyai cara hidup efektif dan produktif, serta hanya bersandar kepada Allah SWT melalui tawakkal yang benar setelah berikhtiyar secara maximal (Suharto, 2014:112). Begitu pentingya jiwa berdikari/kemandirian maka butuh pembelajaran yang ekstra, tidak hanya berupa definisi, contoh, dan teladan. Dalam hal penanama jiwa berdikari ini dibutuhkan keteladanan dan pengawalan yang ketat agar benarbenar tertanam dalam diri setiap santri. Berdikari tidak hanya cukup mampu melakukan segala sesuatu dengan tanganya sendiri atau tanpa bantuan orang lain, akan tetapi diiringi dengan kemampuan bertawakkal setelah segala daya dan upaya yang dilakukan. 4.
Jiwa ukhuwah Islamiyah Ukhuwah Islamiyah secara garis besar dapat diartikan dengan persaudaraan yang Islami. Tidak ada persaudaraan yang hakiki tanpa dilandasi dengan keimanan dan ketaqwaan (Suharto, 2014:118). Mengingat manusia sebagai makhluk sosial yang tidak bisa lepas dari orang lain, maka Islam menegaskan bahwa setiap muslim itu adalah saudara, tanpa memandang suku, ras, social ekonomi, dan lain-lain yang saat ini banyak menjadi jurang pemisah hubungan manusia. Allah berfiman dalam Q.S Al Hujurat ayat 10:
10. orang-orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara. sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.
Suasana jiwa ukhuwah Islamiyah sangat mudah ditemui dalam dunia pesantren, karena pondok pesantren manapun selalu menanamkan ukhuwah
25
Islamiyah. Demikian juga KH. Imam Zarkasyi yang sangat peduli dengan ukhuwah Islamiyah Jiwa ini tercermin dalam dalam suasana demokrasi antara para santri yang ada dalam pesantren yang akrab sehingga segala kesenangan, lebih-lebih kesedihan, dirasakan bersama salam suasana keagamaan yang utuh dan menyeluruh. Jiwa ukhuwah Islamiyah ini tidak hanya dikembangklan selama masa penggemblengan di ponpes, tetapi terus dipelihara dengan baik setelah para santri terjun dalam masyarakat. Dengan demikian dapat diharapkan mereka akan mampu melahirkan suasana persatuan di kalangan umat Islam, dan bangsa Indonesia secara keseluruhan. (Haikal, 1996:884) Dari uraian di atas dapat kita tarik kesimpulan bahwa jiwa ukhuwah Islamiyah ditanamkan erat-erat sejak proses pembelajaran, pendidikan di pesantren. Dilingkungan pesantren para santri bergaul, berkomunikasi, bekerjasama, diskusi, dan lain-lain, sehingga timbul ikatan persahabatan bahkan rasa kekeluargaan. Ketika rasa persahabatan, kekeluargaan ini terbentuk dipesantren, maka sangat mungkin para santri akan tetap memegang erat nilai kekeluargaan
tersebut hingga mereka
terjun ke masyarakat. Bermula dari
persahabatan, kemudian kekeluargaan sesama alumni, maka sangat mungkin rasa ukhuwah Islamiyah ini dapat melebar kepada masyarakat umum. 5.
Jiwa Kebebasan Bebas artinya lepas sama sekali, tidak terikat, tidak terbelenggu, tidak terhalang, merdeka (Suharso, 2012:79). Demikian juga jiwa kebebasan di tanamkan di Gontor, sebagaimana kata KH. Imam Zarkasyi “ di Gontor apa saja boleh, kecuali yang dilarang” (Suharto, 2014:119). Begitu padatnya aktifitas santri sehingga para santri tidak banyak memiliki waktu luang, lalu dimana letak kebebasan bagi santri? Di sela-sela waktu santri bebas melakukan apapun sesuai
dengan kehendak masing-masing dan tidak bertentangan dengan aturan pondok. Santri dapat menyalurklan bakat, minat yang dimiliki kearah yang positif tentu dengan arahan dan bimbingan dari para asatidz. “Bebas dalam berfikir dan berbuat, bebas dalam menentukan masa depannya, dan dalam memilih jalan hidup di masyarakat kelak bagi santri, dengan berjiwa besar dan optomis dalam menghadapi kesulitan sesuai dengan nilai-nilai pendidikan yang telah diajarkan di pesantren” (Skretariat Pondok Modern Gontor,1997:5) Jiwa kebebasan akan terbawa hingga para santri terjun ke masyarakat, atau melanjutkan perjuangan hidup. Berbekal segala pengalaman selama di pesantren maka para santri akan mampu memilih jalan hidup yang akan ditempuh. Kebebasan dalam memilih jalan hidup ini tidak akan terlepas dari nilai-nilai Islami.
C. Pondok Pesantren 1.
Pengertian pondok pesantren. Istilah pondok pesantren berasal dari kata ﻓﻨﺪوكfunduk, (bahasa arab) yang berarti rumah penginapan, sedangkan pondok pesantren adalah lembaga keagamaan yang memberikan pendidikan dan pengajaran serta mengembangkan dan menyebarkan agama Islam (Nasir, 2005:80). Pendapat lain tentang pesantren adalah suatu lembaga pendidikan Islam Indonesia yang bersifat “tradisional” untuk mendalami ilmu tentang agama Islam dan mengamalkannya sebagai pedoman hidup keseharian. Pondok pesantren adalah suatu lembaga pendidikan agama Islam yang tumbuh serta diakui masyarakat sekitarnya, dengan sistem asrama 27
(pemondokan di dalam komplek) dimana santri menerima pendidikan agama melalui sistem pengajian atau madrasah yang sepenuhnya di bawah kedaulatan kepemimpinan seorang atau beberapa orang Kyai (Farida, 2007: 8). Pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan yang membahas dan mengkaji pendidikan keagamaan terutama agama Islam. Keberadaan pesantren telah lama tumbuh dan berkembang di masyarakat, dengan pengajaran yang modern dalam mengembangkan kualitas pendidikannya untuk menjadikan santriwan dan santriwati yang sesuai dengan tujuan pendidikan dalam pesantren itu sendiri. Pengertian atau ta’rif pondok pesantren tidak dapat diberikan batasan yang tegas, melainkan mengandung pengertian yang memenuhi ciri-ciri yang memberikan pengertian pondok pesantren setidaknya ada 5 ciri yang berada dalam lembaga suatu pondok Kyai, Santri, Pengajian, Asrama, dan masjid dengan akivitasnya, Sehingga bila dirangkumkan semua unsur-unsur tersebut, dapatlah dibuat suatu pengertian pondok pesantren yang bebas (Departemen Agama RI, 2003:40). Pondok pesantren secara definisi tidak dapat diberikan batasan yang tegas, melainkan makna yang luas tentang
pengertian yang
memberikan cirri-ciri pondok pesantren, pada zaman dahulu Pondok adalah tempat pendidikan tradisional yang di kelola oleh kyai dan ada muridnya melakukan kegiatan pembelajaran untuk mendalami ilmu agama Islam dan ilmu yang lainnya, sampai sekarang pondok pesantren ini berkembang luas mempunyai pengertian yang luas sesuai dengan kebutuhan di era sekarang ini.
2.
Macam-macam Pesantren. Seiring dengan perkambangan di masa sekarang, pondok pesantren baik tempat, sistem pengajaran, sistem pengorganisasianyapun telah mengalami perubahan. Pesantren di zaman sekarang ada yang sudah tidak memakai kebiasaan-kebiasaan tradisional pada zaman dahulu, akan tetapi pesantren ini mengalami perubahan sesuai dengan berkembangnya zaman di masa sekarang. a.
Pondok Pesantren Tradisional Pesantren yang tetap mempertahankan pelajarannya dengan kitabkitab
klasik
dan
tanpa
di
berikan
pengetahuan
umum,
model
pengajarannyapun lazim diterapkan dalam pesantren salafi yaitu dengan metode sorogan dan wetonan (Ghazali, 2003:14). Pembelajaran ilmu-ilmu agama Islam dilakukan secara individual atau kelompok dengan konsentrasi pada kitab-kitab klasik berbahasa Arab. Penjenjangan tidak di dasarkan pada satuan waktu, tetapi berdasarkan tamatnya kitab yang dipelajari. b.
Pondok pesantren Modern Yaitu pesantren yang menerapkan sistem pengajaran klasikal (madrasah) memberikan ilmu umum dan ilmu agama, serta juga memberikan pendidikan keterampilan (Ghazali, 2003:14). Pembelajaran pada pondok pesantren khalafiyah dilakukan dengan secara berjenjang dan berkesinambungan, dengan satuan program didasarkan pada suatu waktu, seperti catur wulan, semester, tahun/kelas, dan seterusnya.
29
Pondok pesantren khalafiyah lebih banyak yang berfungsi sebagai asrama yang memberikan lingkungan kondusif untuk pendidikan agama. c.
Pondok Pesantren Campuran/kombinasi Pondok pesantren salafiyah dan khalafiyah dengan penjelasan di atas adalah salafiyah dan khalafiyah dalam bentuknya yang ekstrim. Barangkali, kenyataan di lapangan tidak ada atau sedikit sekali pondok pesantren salafiyah atau khalafiyah dengan penegertian tersebut. Sebagian besar yang ada sekarang adalah pondok pesantren yang berada di antara rentangan dua pengertian di atas (Departemen Agama RI, 2003:30). Sebagian besar pondok pesantren yang mengaku atau menamakan diri pesantren salafiyah pada umunya juga menyelenggarakan pendidikan secara klasikal dan berjenjang, walaupun tidak dengan nama madrasah atau sekolah,
Demikian juga pesantren khalafiyah pada umumnya juga
menyelenggarakan pendidikan dengan menggunakan pendekatan kitab klasik (pengajian menggunakan kitab kuning) itulah yang diakui selama ini diakui sebagai salah satu identitas pokok pesantren.Tanpa menyelenggarakan kitab kuning agak janggal disebut sebagai pondok pesantren (Departemen Agama RI, 2003:30). Berbagai macam pondok pesantren yang berkembang pada masa sekarang, pasti mempunyai kelebihan sendiri-sendiri untuk mencetak manusia sebagai khalifah di bumi (khalifatu fil ardhi), untuk menghi-dupkan agama Allah dengan berbagai cara menurut ajaran agama Islam.
3.
Elemen-elemen pondok pesantren. Pondok pesantren bukan hanya terbatas dengan kegiatan-kegiatan pendidikan keagamaan melainkan mengembangkan diri menjadi suatu lembaga pengembangan masyarakat, oleh karena itu pondok pesantren sejak semula merupakan ajang mempersiapkan keder masa depan dengan perangkat-perangkat sebagai berikut (Ghazali, 2003:18). a. Masjid b. Pondok c. Kyai d. Santri Dalam penjelasannya pengertian tiap elemen pondok pesantren di atas penulis mendefinisikan sebagai berukut: a.
Masjid Masjid pada hakikatnya merupakan sentral kegiatan muslimin baik dalam dimensi ukhrawi maupun maknawi masjid memberikan indikasi sebagai kemampuan seorang abdi dalam mengabdi kepada Allah yang disimbolkan dengan adanya masjid (Ghazali, 2003:19). Keberadaan
masjid
juga
digunakan
para
kyai
untuk
menyelenggarakan pengajian yang sifatnya umum yakni pengajian kitabkitab klasik yang diikuti para santri dengan masyarakat sekitar pesantren. b.
Pondok Pondok adalah asrama bagi para santri yaitu sebuah asrama pendidikan Islam tradisional di mana para siswa tinggal bersama dan belajar
31
di bawah bimbingan seorang atau lebih guru yang di kenal dengan sebutan kyai (Ghofur, 2009: 9). Pondok sebagai wadah pendidikan manusia seutuhnya sebagai operasionalisasi pendidikan yakni mendidik dan mengajar. Mendidik secara keluarga berlangsung di pondok sedangkan mengajarnya berlangsung di kelas dan mushola. Hal inilah merupakan fase pembinaan dan peningkatan kualitas manusia sehingga ia bisa tampil sebagai kader masa depan, oleh karena itu pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan yang pertama mengembangkan lingkungan hidup dalam arti kata pengembangan manusia dari segi mentalnya. Selain sebagai tempat tinggal pondok/asrama merupakan tempat belajar, bermasyarakat baik dengan sesama santri maupun masyarakat sekitar serta tempat untuk menimba ilmu agama Islam sebanyak-banyaknya sebagai bekal di masyarakat dan bekal di akhirat nanti. c.
Kyai Ciri yang paling memasyarakat di pondok pesantren adalah kyai. kyai pada hakikatnya adalah gelar yang diberikan kepada seseorang yang mempunyai ilmu dibidang agama dalam hal ini agama Islam (Ghazali, 2003:22). Keberadaan kyai sangat sentral sekali suatu lembaga pendidikan Islam disebut pesantren apabila memiliki tokoh sentral yang disebut kyai, kyai di dalam dunia pesantren sebagai penggerak dalam mengemban dan mengembangkan pesantren sesuai denga pola yang di kehendaki, dengan
demikian kemajuan dan kemunduran pondok pesantren benar-benar terletak pada kemampuan kyai dalam mengatur sistem pendidikan di dalam pesantren, sebab kyai sebagai penguasa baik dalam pengertian fisik ataupun yang non fisik yang bertanggung jawab demi kemajuan pesantren. Kyai selain menjadi bagian pondok pesantren kyai juga menjadi imam atau pemimpin dalam suatu daerah dalam urusan agama bahkan ilmu umum lainya, realita masyarakat pada masa sekarang memandang kyai adalah kunci dari suatu daerah sebagai panutan untuk orang banyak. d.
Santri Istilah santri hanya ada di pesantren sebagai pengejawantahan adanya peserta didik yang haus akan ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh seorang kyai yang memimpin sebuah pesantren, oleh karena itu santri pada dasarnya berkaitan erat dengan keberadaan kyai dan pesantren (Ghozali, 2003:24). Santri terbagi menjadi dua: 1) Santri Mukim Santri mukim adalah para santri datang dari tempat yang jauh sehingga ia tinggal dan menetap di pondok (asrama) pesantren (Muliawan, 2005:158). Santri yang mukim ini biasanya memang yang datang dari luar daerah sekitar dimana pondok pesantren tersebut, jadi santri tersebut dinamakan dengan santri yang mukim atau santri yang tinggal di pondok pesantren.
33
2) Santri Kalong. Adalah santri yang berasal dari wilayah sekitar pesantren sehingga mereka tidak memerlukan untuk tinggal dan menetap di pondok pesantren mereka bolak balik dari rumahnya masing-masing (Maksum, 2003:15). Santri kalong pada dasarnya adalah seorang murid yang berasal dari desa sekitar pondok pesantren yang pola belajarnya tidak dengan menetap dalam pondok pesantren, melainkan semata-mata belajar dan secara langsung puang ke rumah setelah belajar di pesantren. e. Pengkajian kitab-kitab kuning Secara lughowi (bahasa) kitab kuning diartikan sebagai kitab yang berwarna kuning, kerena kertas-kertas yang dipergunakan berwarna kuning atau karena terlalu lamanya kitab tersebut tersimpan sehingga berwarna kuning (Ghofur, 2009: 28). Kitab-kitab klasik biasanya dikenal dengan istilah kuning yang terpengaruh oleh warna kertas. Kitab-kitab itu ditulis oleh ulama-ulama zaman dahulu yang berisikan tentang ilmu keIslaman seperti : fiqih, hadist, tafsir, maupun tentang akhlaq.
4. Metode Pengajaran Dalam Pondok Pesantren. Di bawah ini disebutkan metode pembelajaran di pondok pesantren sebagai berikut:
a. Sorogan Metode sorogan adalah kegiatan pembelajaran bagi para santri yang menitik beratkan pada pengembangan kemampuan perseorangan (individu) di bawah bimbingan seorang ustadz atau kyai (Departemen Agama RI, 2003:74). Model pembelajaran sorogan ini akan lebih mudah dalam memahamkan pelajaran bagi santri karena antara pengajar dengan santri berhadapan langsung dalam proses metode ini, jika ada keterangan yang kurang memahamkan santri ustadz langsung bisa meneragkan sesuai dengan apa yang dimaksud dalam kitab tersebut. Sistem sorogan santri juga akan merasakan hubungan yang khusus ketika berlangsung kegiatan membaca kitab yang langsung disimak oleh ustadz. b. Bandongan Metode ini juga disebut dengan metode wetonan, pada metode ini berbeda dengan metode sorogan. Metode bandongan dilakukan oleh seorang kyai atau ustadz terhadap sekelompok peserta didik, atau santri untuk mendengarkan atau menyimak apa yang dibacanya dari sebuah kitab (Departemen Agama RI, 2003:86). Sistem pengajaran bandongan ini biasanya dilaksanakan dalam bentuk jama’ah atau bersama-sama yang terdiri dari beberapa kelas di suatu pondok pesantren dengan diajar oleh seorang ustadz, para santri mendengarkan dan (ngapsahi) atau memaknai kitab kuning yang di bacakan oleh ustadz, biasanya sistem bandongan ini memakai model
35
ceramah dengan menjabarkan isi dari kitab kuning serta memberikan keterangan yang lebih luas kepada santri. c. Metode Musyawarah (Bahtsul Masail) Metode musyawarah atau dalam istilah lain biasa disebut dengan bahtsul masail merupakan metode pembelajaran yang lebih mirip dengan metode diskusi atau seminar (Departemen Agama RI, 2003:92). Proses pelaksanannya, para santri bebas memajukan pertanyaanpertanyaan atau pendapatnya, dengan demikian metode musyawaroh lebih menitikberatkan pada kemampuan perseorangan di dalam menganalisis dan memecahkan suatu persoalan dengan argumen logika yang mengacu pada kitab-kitab tertentu, jadi metode ini juga melatih mental santri untuk tampil di depan orang banyak. d. Metode Hafalan Muhafadzoh Kegiatan belajar santri dengan cara menghafal suatu teks tertentu dibawah bimbingan dan pengawasan seorang ustadz/kyai, santri diberi tugas untuk menghafal bacaan-bacaan dalam jangka waktu tertentu (Departemen Agama RI, 2003:100). Metode ini juga menjadikan santri untuk berlatih kebiyasaan istiqomah (ajek) karena dalam menghafal ini santri harus mengulangulang bacaan atau lafadz yang di hafalkan sesuai target yang di tentukan, juga melatih kecerdasan otak santri untuk mengingat-ingat materi pembelajaran, biasanya metode ini ditekankan pada pelajaran alatnya (nahwunya) seperti, jurumiyah, tasrif, imriti dan alfiyah ibnu malik, tetapi
ada juga pelajaran lain di pondok pesantren yang mengguakan metode hafalan ini. 5. Fungsi Pondok Pesantren Ghozali dalam bukunya yang berjudul Pesantren berwawasan lingkungan, 2003 : 35 menyebutkan : Dimensi fungsional pondok pesantren tidak bisa di lepas dari hakekat bahwa dasarnya bahwa pondok pesantren tumbuh berawal dari masyarakat sebagai lembaga informal desa dalam bentuk yang sangat sederhana, oleh karena itu perkembangan masyarakat sekitarnya temtang pemahaman keagamaan (Islam) lebih jauh mengarah kepada nilai-nilai ajaran agama Islam. Fungsi pondok pesantren sebagai berikut: 1) Pesantren sebagai lembaga pendidikan 2) Pondok pesantren sebagai lembaga dakwah. 3) Pondok pesantren sebagai lembaga sosial. Fungsi pondok pesantren disini sangat mempengaruhi perkembangan pesantren tersebut selain perkembangannya dengan masyarakat sekitar juga menjadikan citra pondok pesantren benar-benar baik untuk mencetak generasi yang Islami dan siap untuk di terjunkan ketengah-tengah masyarakat untuk diharapkan menyebarkan ilmu-ilmu Islam yang telah di dapatkannya ketika di pondok pesantren
37
BAB III PAPARAN DATA DAN HASIL TEMUAN
A. Paparan Data 1. Sejarah Pondok Pesantren Agro Nuur El Falah Pada pertengahan 2002 terjadi pertemuan antara dua tokoh besar, yaitu Drs. H. Imam Ali Cirebon seorang agamawan pendiri pondok pesantren al-Ma’muroh di kabupaten Kuningan Jawa Barat. Pondok Pesantren ini menampung anak-anak dari korban kerusuhan Poso, NTT dan juga anak-anak terlantar dari beberapa daerah di Jawa Barat, Pondok Pesantren yang berdiri tahun 1999 silam tidak menarik biaya sepeserpun dari para santrinya untuk operasional pesantren dan H. Dharmo Supono Jakarta seorang usahawan yang sukses di bidang perminyakan yang tinggal di Jakarta kelahiran Boyolali Jawa Tengah. Atas dasar
keprihatinan akan kondisi dunia pendidikan setelah
keterpurukan ekonomi Indonesia pasca reformasi 1997, terutama konflik anatar agama yang marak terjadi di beberapa daerah, maka muncullah gagasan-gagasan perjuangan keIslaman melalui dunia pendidikan dengan
membuat lembaga
pendidikan yang membebaskan seluruh peserta didik dari pembiayaan. Pada bulan Juli 2002 diambilah 30 anak lulusan dari SD/MI yang berasal dari Nusa Tenggara Timur, 15 dari korban konflik Poso dan 15 dari Indramayu, direkrutlah calon-calon santri dengan cara jemput bola. Pondok Pesantren Agro Nur El Falah berada di bawah naungan yayasan sosial yatim piatu Dharma Lestari yang mempunyai landasan hukum pendiriannya
terdaftar atas notaris Muhammad Fauzan, SH (SK Menteri Kehakiman RI No. C.35 HT.03.01 Th.1991 Jalan Langen Suko No. 23 Tlp./Fax. : (0298) 326167 Salatiga 50711 ) tertanggal 20 Mei 2002 Nomor 43. Pada awalnya Pondok Pesantren Agro Nuur el-Falah bernama Pondok Pesantren Nuur el-Falah, namun pada perkembangan selanjutnya
Pondok
Pesantren Agro Nuur el-Falah mempunyai kesempatan untuk bertemu dengan beberapa pakar pertanian (Ir. Suprianto dan Ir. Reza Fauzi) dan beberapa ahli pertanian lainnya, maka sejak awal berdirinya itulah diproklamirkan identitas Ponpes Nuur el-Falah menjadi Ponpes Agro Nuur el-Falah. Dengan perubahan identitas dan perkembangan pertanian yang signifikan di Pondok Pesantren Agro Nuur el-Falah, Ponpes mendapatkan kesempatan untuk diresmikan oleh presiden Republik Indonesia (Hj. Megawati Soekarno Putri) pada tanggal 12 September 2004 M yang bertepatan dengan 27 Rajab 1425 H. Pada bulan Juli 2005 Pondok Pesantren Agro Nuur el-Falah mendirikan Sekolah Pertanian Pembangunan-Sekolah Pertanian Menengah Atas (SPP-SPMA Dharma Lestari) yang berada di bawah binaan Badan Pengembangan Semberdaya Manusia Pertanian (BPSDM Pertanian) Departemen Pertanian, dengan formulasi kurikulum 100% dari Pusat Pengembangan Pendidikan Pertanian BPSDMP Departemen Pertanian. 2. Maksud Dan Tujuan Pondok Pesantren Agro Nuur El Falah Keberadaan pondok pesantren dari masa awal keberadaannya sampai sekarang mempunyai posisi yang amat strategis dalam memberdayakan masyarakat. Apalagi dalam menghadapai masa-masa sulit masyarakat Indonesia
39
pra-kemerdekaan. Salah satu bukti/wujud eksistensi pondok pesantren dalam mempersiapkan kemerdekaannya adalah dengan melahirkan tokoh-tokoh besar penggagas terwujudnya Republik Indonesia. Pada masa pra-kemerdekaan pondok pesantren mempunyai misi sebagai basis
pembentukan
kader-kader
agamawan
sekaligus
pejuang-pejuang
kemerdekaan, sehingga kurikulum, pendekatan pendidikan, nilai-nilai yang ditanamkan diformat guna tercapainya misi tersebut di atas. Setelah tercapainya kemerdekaan Indonesia, sudah seharusnya terjadi pergeseran orientasi pendidikan di pondok pesantren yang disesuaikan dengan kebutuhan kemasyarakatan yang maju. Pondok pesantren seharusnya melihat lebih jeli terhadap potensi-potensi kealaman
sebagai
basis
pendidikan
guna
mengakses
teknologi
yang
mempermudah aktifitas-aktifitas masyarakat pesantren sebagai pengejawantahan terhadap syukur atas nikmat potensi alam yang luar biasa yang Allah Subhanahuwata’ala anugerahkan. Allah subhanahu wata’ala mentakdirkan Indonesia memilki potensi alam yang luar biasa; diantaranya potensi kelautan, tambang, hutan dan pertanian. Keterpurukan Indonesia pasca reformasi sampai sekarang di antaranya disebabkan kurang tepatnya pilihan kebijakan arah pembangunan. Negara-negara maju yang mempunyai kemiripan geografis dengan Indonesia menjadikan peningkatan hasil pertanian dan kelautan sebagai basic pembangunan. Sebagai contoh Australia, Malaysia, Thailand dan Cina. Tahapan pembangunan negara-negara tersebut adalah swasembada kebutuhan-kebutuhan
pertanian, pabrikasi hasil pertanian, teknologi pertanian. Setelah berhasil dengan hal tersebut di atas maka barulah mengarahkan pembangunan kepada teknologiteknologi yang lain. Atas dasar itulah maka pondok pesantren Agro Nuur el-Falah menjadikan pertanian sebagai bidikan dan basik sekaligus pendamping pembelajaran keagamaan. 3. Visi Dan Misi a. Visi Menjadikan Santri Ponpes Agro Nur Ela Falah Salatiga Insan Yang Disiplin, Berilmu, Bertaqwa, Bermoral Dan Berprestasi b. Misi Menyelenggarakan pendidikan yang tertib administrasi, dengan mengutamakan kedisiplinan, kejujuran, dan kebersihan serta akhlakul karimah yang berasaskan Islam 4. Sumber Pemasukan Pondok Pesantren Agro Nuur El Falah Seperti uraian di atas bahwa Ponpes Agro Nur El Falah di bawah naungan Yayasan Sosial Yatim Piatu Dharma Lestari yang nota benenya adalah yayasan yang membantu pendidikan anak-anak daerah konflik, anak yatim piatu, dan anak yang berasal dari keluarga kurang mampu dan semua biaya ditanggung oleh yayasan. Jadi dapat disimpulkan bahwa keseluruhan anggaran diperoleh dari yayasan. Untuk saat ini dana yayasan masih ditanggung oleh donatur tunggal yaitu bapak H. Darmo Supono yang tinggal di Jakarta. Pemasukan ponpes Ponpes Agro Nur El Falah tidak hanya berasal dari yayasan tetapi
ada juga dari
dana tidak
41
terduga
yang berasal
dari
sumbangan/shodaqoh wali santri, sumbangan dari pihak lain. Menanggapi usulan dari sebagian wali santri maka dibentuk panitia penerima shodaqoh wali santri yang sifatnya sukarela sesuai kemampuan wali santri. Dana ini dibayarkan setiap bulan tetapi bisa dibayar sekalian untuk beberapa bulan. Penggalangan dana dari wali santri ini tidak serta merta keputusan dari pengurus pondok akan tetapi sudah dikonsultasikan dengan dunatur tunggal dan sudah disetujui. Sudah banyak kegiatan yang anggaranya diambilkan dari dana ini, dan menurut pengasuh dana ini sangat membantu demi kelancaran kegiatan santri. 5. Pengasuh Dan Pengurus Pondok Pesanten Agro Nuur El Falah a. Daftar Pengurus Ponpes Agro Nur El Falah Salatiga N O 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
NAMA Usman Mansur Durrotur Rosidah Nur Soleh M. Muhibbur Rohman Khafidul Mu'in Mustofa Lutfi Ary Witanto Juliono Najmu Tsakib Kamilin M. Hilmi M. Ali Masykur Ali Maskur M. Lukman Ahmad Syukron
PENDIDIKA N TERAKHIR Sarjana Muda S1 S1 S1 S1 S1 S1 SMK SMK D1 SMA SMA SMA SMA SMA
JUMLAH HARI MENGAJAR 4 2 4 5 2 3 1 1 4 2 5 5 4 4 4
JUMLA H MAPEL 4 3 3 4 2 2 1 1 2 1 3 3 2 2 2
b. Daftar Guru SMP/SMK-SPP Dharma Lestari N O
NAMA
PENDIDIKA N TERAKHIR
JUMLAH HARI MENGAJAR
JUMLA H MAPEL
1
Durrotur Rosidah, S.Ag
S1
2
1
2
Khafidul Mu'in, S.Pd.I
S1
6
3
3
Pitoyo Ngatimin, SP
S1
5
2
4
Nur Sholeh, S.Pd.I
S1
2
1
5
Harsono, S.Pd
S1
2
1
6
Slamet Marjuki
S1
2
1
7
Sabilal Huda, S.Th.I
S1
4
3
8
Yunita Mustika N, S.Pd
S1
5
3
9
M. M Rohman, S.Pd.I
S1
2
1
10
Z. Gesit Cahyati, SP
S1
1
2
11
Dra. Supeni
S1
1
1
12
Ariyanto, S.Si
S1
1
1
13
Amalin Nursitatin, S. Pd
S1
5
1
14
Nurul Anisa, S.Pd
S1
5
2
15
Supeni Sri Lestari, S.pd
S1
5
2
16
Ary Witanto, SP
S1
5
5
17
Maurin Sanju, S.Pd
S1
3
1
18
Rina Wijayati, S.Pd
S1
2
3
19
Umi Anisa, S. Pd
S1
1
1
20
Anik Dirgahandini, S.Pd
S1
4
1
21
Juliono
SMK
1
1
43
c. Susunan Pengurus Ponpes Agro Nur El Falah Salatiga Pengasuh KH. Usman Mansur, BA
Koordinator Nur Sholeh
Kepala Asrama M. Muhibur rohman
Pengawas Asrama Najmu Tsakib
Pendamping Kamar
4. Ayatullah Asbanu 5. Taufik Akbar Wahab 6. Achyar Mahya
Bendahara Juliono
Pengawas Asrama Kamilin
Pendamping Kamar
1. Ahmad Mahmud 2. Zainal Muttaqin 3. Sugiyatno
Sekretaris Mustofa Lutfi
Kepala SMP Khafidul Mu’in
Kabid Pendidikan Dewi Urifah
Kepala SMK-SPP Durrotur Rosidah
Sarpras Ary Witanto
6. Kegiatan Pendidikan a. Sekolah Menengah Pertama (SMP Dharma Lestari) Dasar Penyelenggaraan : Keputusan Walikota Salatiga Nomor : 420/66/2003 Tentang Ijin Pendirian Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) Dharma Lestari Desa Pulutan Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga di Tetapkan di Salatiga pada Tanggal 24 Pebruari 2003. b. SPP-SPMA Dharma Lestari Sekolah Pertanian Pembangunan – Sekolah Pertanian Menengah Atas Dharma Lestari (SPP-SPMA Dharma Lestari) di bawah naungan Kementrian Pertanian dan kini beralih menjadi Sekolah menengah Kejuruan – Sekolah Pertanian Pembangunan Dharma Lestari (SMK-SPP Dharma Lestari). Sekarang di bawah naungan Kemendikbud tetapi Kementas masih mendampingi karena SPMA adalah sekolah yang dirintis oleh Kementan yang tujuanya menciptakan generasi pertanian yang handal. Dasar Penyelenggaraan : 1.
Keputusan Kepala Badan Pengembangan Sumberdaya Manusia Pertanian Nomor : 86/kpts/SM.110/K/7/05 tentang Pendidikan dan Pembukaan Program Study Tanaman Pangan dan Hortikultura pada Sekolah Pertanian Pembangunan-Sekolah Peretanian Menengah Atas (SPP-SPMA) Dharma Lestari, di Tetapkan di Jakarta pada tanggal 28 Juli 2005.
2.
Keputusan Sekolah Pertanian Pembangunan-Sekolah Pertanian Menengah Atas (SPP-SPMA) H. Moenadi Koordinator SPP-SPMA Negeri / Swasta
45
Wilayah Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor : 421.5/087/V/05.k di tetapkan di Ungaran pada Tanggal 19 Mei 2005. c. Kegitan Harian - 03.30 – 04.00
Bangun pagi
- 04.00 – 04.30
Sholat subuh berjamaah
- 04.30 -05.00
Ngaji Bandongan
- 05.00 – 05.30
Pemberian Vocabularies/mufrodad Bhs Arab/Inggris
- 05.30 – 06.00
Kebersihan umum (per-lokasi, per-kamar)
- 06.00 – 06.30
Mandi/siap-siap ke sekolah
- 06.30 – 07.00
Apel pagi/Sarapan
- 07.00 – 12.00
Masuk kelas
- 12.00 – 12.30
Sholat duhur berjamaah
- 12.30 – 13.00
Makan siang
- 13.00 – 14.30
Masuk kelas (SMK-SPP)/Istirahat (SMP)
- 14.30 – 15.30
Masuk kelas kepondokan
- 15.30 – 16.00
Sholat asar berjamaah
- 16.00 – 16.30
Masuk kelas kepondokan
- 16.30 – 17.00
Kebersihan umum, istirahat/olahraga
- 17.00 – 17.30
Mandi
- 17.30 – 18.00
Ngaji Al Qur’an, persiapan magrib
- 18.00 – 18.15
Sholat maghrib berjamaah
- 18.15 – 19.00
Ngaji Al-Qur an
- 19.00 – 19.30
Sholat Isya’ berjamaah
- 19.30 – 20.00
Makan malam
- 20.00 – 21.30
Belajar malam
- 21.30 – 22.30
Istirahat malam/nonton TV
- 22.30 – 03.30
Istirahat/Tidur
d. Kegiatan Mingguan - Jum’at,
06.30 – 07.30 Olahraga pagi
- Jum’at
08.15 – 09.30 Kerja bakti umum
- Jum’at
20.00 – 21.00 Latihan pidato/maulid dziba (per-kamar)
- Selasa
20.00 – 21.00 Latihan pidato/maulid dziba (per-kamar)
- Kamis
16.00 – 17.00 Ziarah ke makam
- Kamis
18.30 – 19.30 Yasin, maulid dziba
- Kamis
13.30 – 15.30 Latihan kepramukaan, PMR
e. Kegiatan Bulanan - Kamis minggu ke 4
20.00 – 21.30 Latihan pidato umum
7. Santri Pondok Pesantren Sejak awal berdirinya Ponpes Agro Nur El Falah ini, sebagian besar santrisantrinya berasal dari daerah-daerah konflik, terutama luar jawa, baik itu Poso, Nusa Tenggara Timur, Aceh, Kalimantan. Santri yang berasal dari daerah sekitar hanya beberapa tetapi kini santri yang dari daerah sekitar, misalnya Salatiga, Kab. Magelang, Kab. Semarang, Kab. Boyolali, Kab. Klaten, sudah cukup banyak santri. Untuk santri yang dari luar jawa sebagian besar sekarang berasal dari Ternate dan Sulawesi Utara. Sebagian santri memperoleh informasi tentang ponpes Agro Nur El Falah dari alumni yang sudah kembali ke daerah masing-masing, namun sebagian karena ada relasi yang diminta bantuanya untuk mencari calon santri di daerah tersebut sesuai dengan intrupsi dari donatur tunggal/pendiri. Berikut data santri Ponpes Agro Nur El Falah Salatiga: a. Santri tingkat SMK
1
Abu Bakar Paleger
TEMPAT LAHIR Tobelo
2
Achmad Baidhowi
Blora
NO
NAMA
47
TANGGAL LAHIR 24/12/1999 26/04/1999
KLS 10 10
3
Adrian Setiaji
Kab. Semarang 17/07/1999
10
4
Ahmad Afifudin
Magelang
24/10/1998
10
5
Ahmad Najib
Semarang
28/07/1999
10
6
Ahmad Saifudin
Kab. Semarang 5/5/1999
10
7
Aji Nur Ihsan
Boyolali
1/5/1999
10
8
Akhsanu Jaza
Magelang
15/07/1998
10
9
Albima Permana
Semarang
6/7/1998
10
10
Alfian Dafa Ilyasa
Semarang
31/05/1999
10
11
Almufajir Djafar
Soasion
16/08/1997
10
12
Andri Setia Budi
Demak
1/8/1998
10
13
Assahid Dabi-Dabi
Togawa
4/1/2000
10
14
Danang Junaidi
Kab. Semarang 8/5/1998
10
15
Dani Yulianto
Salimbatu
24/07/1999
10
16
Didik Joko Saputro
Magelang
18/04/1999
10
17
Dwi Susanto
Ngawen
12/11/1997
10
18
Imanudin Tomagola
Soasion
16/10/1998
10
19
Irbad Febriansyah Sumai
Togawa
1/2/2000
10
20
Irfanudin
Magelang
21/08/1999
10
21
Jainudin Onga
Barataku
16/08/1997
10
22
Jamaludin
Kayuboko
1/1/1996
10
23
Jika Hendi Pratama
Magelang
30/08/1999
10
24
Khoerul Umam
Magelang
6/12/1998
10
25 26 27
Misbahul Munir Moch. Sofwan Bagus P Moh. Dandi. L.W
Magelang Semarang Palu
13/11/1999 24/01/1997 11/1/1999
10 10 10
28
Moh. Fahri
Labean
12/3/1999
10
29
Muhamad Shobirin
Kab. Semarang 13/03/1998
10
30
Muhammad Abdurrohim
Teluk Panji
24/11/1998
10
31
Muhammad Dhofari
Magelang
23/12/1998
10
32
Muhammad Haqqi Nazil
Salatiga
13/04/1999
10
33
Muhammad Ihsanudin
Magelang
16/02/1999
10
34
Muhammad Khoirul Umam
Kab. Semarang 30/09/1999
10
35
Muhammad Khoirun Najib
Salatiga
23/03/1999
10
36
Muhammad Shobri
Kab. Semarang 17/01/1998
10
37
Rohviyanto Sumedi
Kab. Semarang 5/1/1999
10
38
Slamet Solihin
Teluk Panji Iv
10/10/1997
10
39
Wahid Mega Setyo Abdi
Magelang
20/10/1999
10
40
Wahyu Ariyadin
Magelang
27/12/1999
10
41
Agus Supriyanto
Kab. Klaten
20/08/1996
11
42
Ahmad Roziqin
23/12/1996
11
43
Ayip Fauzi
31/08/1998
11
44
Bagus M. Khusnan
Salatiga Kab. Indramayu Magelang
3/8/1998
11
45
Dhodik Maryo Saputro
Karanganyar
23/04/1997
11
46
Handoyo
Magelang
27/10/1997
11
47
Haris Prasetyo Muis
Magelang
16/04/1998
11
48
Ibrahim Syamsudin
Ende
10/7/1996
11
49
Miftakhudin
Magelang
15/04/1997
11
50
Moh. Rizky
Malakosa
17/05/1997
11
51
Muhamad Nasta'in Muhammad 'Ulaa Qulil Haqqa Muhammad Qodri Azizi
Pekalongan
31/07/1998
11
52
Kab. Semarang 7/10/1998
11
Salatiga
21/11/1997
11
Magelang
27/11/1997
11
Kab. Semarang 15/01/1998
11
56
Muhammad Qosim Muhammad Syaiful Romadlon Nahrowi
Magelang
27/12/1996
11
57
Nur Cholis
Semarang
25/02/1997
11
58
Nur Ihsanudin
Magelang
30/06/1997
11
59
Riyan Musthofa
Kab. Semarang 26/08/1998
11
60
Sepria Rais
Tebing
15/09/1998
11
61
Solikun
Kab. Semarang 14/12/1998
11
62
Sudariyanto
Kab. Semarang 8/4/1998
11
63
Sukur
Wonosobo
11
53 54 55
49
24/02/1998
64
Wahyu Nugroho
Magelang
2/3/1998
11
65
Achmad Nailil Huda
Magelang
8/10/1996
12
66
Achmad Saefodin
Magelang
2/9/1996
12
67
Acyar Mahya
Kendal
1/9/1996
12
68
Ahmad Hendri Saputra
Magelang
22/12/1996
12
69
Akiyas Juhad Mahya
Kab. Batang
22/05/1997
12
70
Ayatullah Asbanu
Oet'fo
27/02/1996
12
71
Fajar Baihaqi
Kendal
30/06/1997
12
72
Hasan Masngudi
Magelang
13/08/1997
12
73
Kiki Supriyadi
Magelang
27/12/1996
12
74
Latif
Magelang
22/11/1995
12
75
Lukman Hakim
Semarang
30/10/1996
12
76
Muhamad Mahmud
Magelang
29/07/1997
12
77
Muhammad Maulidi Ahsan
Salatiga
17/07/1996
12
78
Muhammad Muslih
Kab. Semarang 14/05/1997
12
79
Nana Juananto
Semarang
9/6/1997
12
80
Nurul Faizin
Magelang
2/5/1997
12
81
Ridho Prahasto
Salatiga
5/3/1997
12
82
Safii
Magelang
22/11/1995
12
83
Sugiyatno
Kab. Semarang 17/03/1997
12
84
Taufik Akbar Wahab
Soe
12
85
Zainal Mutaqin
Kab. Semarang 10/6/1997
12
TEMPAT LAHIR Magelang
TANGGAL LAHIR 10/4/2002
KLS VII A
26/02/1997
b. Santri tingkat SMP
NO NAMA 1 Ahmad Azka Mundhofar 2
Ahmad Faqih Assadiqi
Ponorogo
3/6/2002
VII A
3
Ahmad Shoib
Blora
3/3/2001
VII A
4
Anfaludin
Magelang
25/11/2001
VII A
5
Bangun
Salatiga
21/8/1999
VII A
6
Dafit Efendi
Magelang
9/7/2000
VII A
7
Fajar Muhammad Solikin
Magelang
15/12/2001
VII A
8
Farichin
Magelang
10/3/2001
VII A
9
Ibnu Affan
Magelang
11/12/2000
VII A
10
Jeffri Romadhon
Kab. Semarang
24/12/1999
VII A
11
Masuud Hasan
Temanggung
22/9/2001
VII A
12
Mocharis
Magelang
13/7/2000
VII A
13
Muhammad Arbi Kurniawan
Kab. Semarang
28/5/2002
VII A
14
M. Dimas Muwaffaq
Salatiga
10/9/2001
VII A
15
Ugi Febrianto
Demak
25/2/2002
VII A
16
Yusuf Prayoga Khoirul Anam Kab. Semarang
22/9/2001
VII A
17
Israfil
Parigi Moutong
2/2/2000
VII A
18
Moh. Fadereza
Balinggi
12/2/2002
VII A
19
Moh. Mushaf
Balinggi
5/5/2002
VII A
20
Ahmad Zaini Muthohar
Kab. Semarang
30/8/2000
VII B
21
A. Sholeh Abdur Rokhim
Klaten
31/10/2001
VII B
22
Ayip Alfiyanto
Salatiga
10/12/2001
VII B
23
Fadli Ardiansyah
21/1/2001
VII B
24
Fajar Nur Kholiq
Semarang
25/12/2000
VII B
25
Ibra Fery Illahafish
Salatiga
25/2/2001
VII B
26
Ivan Wijaya
Gunung Kidul
26/8/2001
VII B
27
Muchammad Ariq Athollah
Semarang
1/5/2001
VII B
28
Muhamad Roziqin
Salatiga
28/4/2002
VII B
29
Muhamad Nor Indrawan
Kab. Semarang
22/8/2001
VII B
30
Muhammad Balya Sauqillah
Salatiga
23/6/2002
VII B
31
M. Tasdiqul Lutfi Sani
Kab. Semarang
13/9/2001
VII B
32
Muhammad Umar Arrafi
Banyumas
11/6/2001
VII B
33
Rohmad
Magelang
8/10/2000
VII B
34
Ulya Ahmad Khotibul Umam
Kab. Semarang
1/2/2002
VII B
35
Wahyu Nur Fahyun
Magelang
4/11/2000
VII B
36
Wahyu Umar Said
Kab. Semarang
6/12/2001
VII B
51
37
Jufri Monoarfa
Balinggi
3/2/1999
VII B
38
M. Afdal
Balinggi
4/10/2001
VII B
39
Moh. Vikki
Balinggi
7/1/2001
VII B
40
Safaruddin
Balinggi
6/4/1999
VII B
41
Sandy Irfansyah Siagian
Kab. Semarang
17112001
VII B
42
Abu Rijal Hasan Yamani
Tobelo
9/8/1998
VIII A
43
Rasit Mone
Aban Timur
12/9/2000
VIII A
44
Alga Fuad
Malakosa
15/5/2002
VIII A
45
Fikram
Malakosa
15/11/1999
VIII A
46
Habil Abd Kadir
Malakosa
11/1/2001
VIII A
47
M. Afandi Goraahe
Malakosa
10/8/2001
VIII A
48
Rahmat
Malakosa
2/1/2000
VIII A
49
Jafar Sodik
Indramayu
16/6/2000
VIII A
50
Arifudin
Parigi
8/9/2001
VIII A
51
Yayan Aditiya Pratama
Torue
7/5/2000
VIII A
52
Yusril
Parigi
2/11/2001
VIII A
53
Abdul Kholiq
Magelang
5/3/1999
VIII B
54
Deva Andre Nugroho
Salatiga
21/12/1999
VIII B
55
Hardiyanto
Magelang
20/7/1999
VIII B
56
Muhammad Shidqan
Salatiga
27/1/2001
VIII B
57
Nur Cahyo
Magelang
16/8/2000
VIII B
58
Nur Muhammad Al Fariz
Magelang
13/7/2001
VIII B
59
Sigit Alifudin
Magelang
26/10/1999
VIII B
60
Sulham Imam Rifai
Kab. Semarang
21/5/2000
VIII B
61
Wahid Manshur
Kab. Semarang
24/3/2001
VIII B
62
Wahid Nashir
Kab. Semarang
24/3/2001
VIII B
63
Yanuar Aldy Kurniawan
Salatiga
14/1/2001
VIII B
64
Zaenal Afifudin
Magelang
5/5/2001
VIII B
65
Wahyu Ilahi
Pekalongan
20/3/1999
VIII B
66
Ahmat Irfai
Magelang
9/8/1999
IX
67
Ahmad Mahmud
Magelang
15/11/1998
IX
68
Alfi Mas'ud
Magelang
30/9/2000
IX
69
Dedi Setiawan
Magelang
27/12/1999
IX
70
Muhamad Fathur Rohman
Magelang
25/1/2000
IX
71
Tosin
Magelang
3/9/1998
IX
72
Ahmad Nurkholis
Magelang
12/6/2000
IX
73
Fatchul Rohman
Magelang
30/5/1999
IX
74
Chamid Syaifudin
Magelang
19/3/1999
IX
75
Ikhsan Hidayat
Magelang
9/12/1999
IX
76
Saryanto
Magelang
31/3/2000
IX
77
Hajril S. Tubu
Togawa
18/4/1999
IX
78
Jabal Kubais Jauhar
Galela
19/6/1998
IX
79
Bayu Darmansah Sangu I.
So'e
12/8/2000
IX
80
Shayiliwa Muhayis Tanof
So'e
21/5/2000
IX
81
Asmar Djolo
Galela
10/10/1999
IX
82
Risaldi Abdul Hak
Galela
1/1/1999
IX
83
Jainudin Abd Kadir
Galela
10/7/1999
IX
84
Saipulloh Yusuf
Magelang
25/12/1999
IX
85
M. Solichan
Dekoro
23/12/1997
IX
86
Wibi Permadi
Salatiga
14/6/2000
IX
87
Muhammad Fajar Pratama
Klaten
12/11/1999
IX
88
Abdul Basid
Malakosa
18/10/2000
IX
89 Aljufri 8. Sarana Dan Prasarana
Malakosa
2/1/1999
IX
Dilihat dari bangunan gedung, sarana penunjang pembelajaran baik pondok, SMP, SMK-SPP Dharma Lestari, sarana dan prasaran di Ponpes Agro Nur El falah Salatiga bisa dikatakan sudah cukup memadai. Berikut daftar sarana prasarana yang ada : NO 1
NAMA
JUMLAH
KETERANGAN
1
Baik
Masjid 53
2
Asrama
8
Baik
3
Dalem pengasuh
1
Baik
4
Kamar asatidz
4
Baik
5
Kantor Pondok
1
Baik
6
Ruang kesehatan
1
Baik
7
Ruang perpustakaan
1
Cukup baik
8
Ruang kesenian
1
Baik
9
Koperasi
1
Baik
10
Dapur umum
1
Baik
11
MCK
15
Cukup baik
12
Garasi
1
Baik
13
Ruang Kepala/Guru SMP
1
Baik
14
Ruang Kelas SMP
5
Baik
15
Ruang Lab. Komputer
1
Cukup baik
16
Toilet guru
1
Baik
17
Gudang SMP
1
Baik
18
Lapangan upacara
1
Baik
19
Ruang Kepala SMK
1
Baik
20
Ruang Guru
1
Baik
21
Ruang kelas SMK
3
Baik
22
Ruang lab. IPA
1
Cukup baik
23
Toilet guru
1
Baik
24
Gudang SMK
1
Baik
25
Lapangan upacara
1
Baik
26
Lapangan futsal
1
Baik
27
Lapangan volly
1
Baik
28
Lahan praktek siswa
± 1,5 ha
Baik
29
Rumah induk/yayasan
1
Baik
30
Pendopo/aula
1
Baik
31
Kolam renang
1
Baik
B. Data Informan Dalam kesempatan kali
ini penulis mengadakan wawancara dengan beberapa
narasumber yang telah memberikan informasi kepada penulis berkenaan dengan judul penelitian yang diambil. Para informan tersebut adalah pengasuh, beberapa dewan asatidz dan santri yang ada di Pondok Pesantren Pancasila. Di bawah ini akan diuraikan data-data beberapa informan yang berkenan memberikan informasi. Informan-informan tersebut adalah sebagai berikut: 1.
UM. Beliau dilahirkan di Malang pada 16 September 1960, beliau adalah alumni Ponpes Darussalam Gontor, Ponorogo dan sudah mengabdikan diri cukup lama di Gontor. Mengabdi di bagian koperasi pondok yang menangani banyak cabang usaha, sehingga jiwa wiraswasta beliau muncul dan hingga sekarang jiwa itu masih ada dengan membuka usaha di Ponorogo. Beliau bergelar sarjana muda (BA) pada usia 28 tahun tepatnya pada tahun 1988. Suami dari Ibu Anis Wahyuni yang sekarang sudah dikaruniai 3 (tiga) putri dan seorang putra ini beralamatkan di Joresan, Mlarak, Ponorogo. Pengasuh Ponpes Agro Nur El Falah yang sudah usia 54 tahun ini dikenal dengan suara beliau yang lantang, tegas ketika menyampaikan materi kepada santri.
2.
DR. Kepala SMK-SPP Dharma Lestari kelahiran Ponorogo, 7 Juli 1969 ini adalah pengajar yang mampu membuat suasana pembelajaran menjadi asyik. Beliau istri dari bapak M. Ali Qomaruddin, dan sudah dikaruniai 2 (dua) putri serta seorang 55
putra yang termasuk santri di Ponpes Agro Nur El Falah. Berbekal pengalaman belajar di Ponpes Al Islam kemudian melanjutkan di Ponpes Al Amin Madura, banyak pemikiran yang sudah beliau sumbangkan untuk perkembangan Ponpes. 3.
SH. Salah satu alumni Pondok Moderen Darussalam Gontor yang dilahirkan di Kab. Semarang, 5 Oktober 1982. Cukup lama beliau mengabdi di Pondok Gontor yang disengaja karena memang ingin punya banyak pengalaman, pekerjaan yang menantang adalah hobby beliau. Slogan yang patut dicontoh dari beliau adalah “sebaik-baik pekerjaan adalah yang diselesaikan”. Ketika masa pengabdian di Gontor beliau juga menempuh pendidikan di Institut Study Islam Darussalam (ISID) Gontor, jurusan Teologi Islam dan lulus pada tahun 2005. Mengakhiri masa lajang di usia 30 tahun dan kini sudah dikaruniai seorang putri, yang bernama Bilqist.
4.
MR. tahun 2009 beliau mulai mengabdikan diri di Ponpes Agro Nur El Falah Salatiga ini, setelah menyelesaikan studinya di Pondok Al Asyriyah Nurul Iman, Parung Bogor. Memperistri Nur Jannah dan kini sudah dikaruniai seorang putra yang bernama Agil. Ustadz yang dikenal dengan suaranya yang merdu katika membaca Al Quran ini terlahir di Demak, 21 juni 1983. Disamping dikenal dengan suaranya yang merdu, enak didengar, beliau juga pandai membuat kaligrafi, dan salah satu ekstra yang diampu adalah ekstra kaligrafi.
5.
KM. Magelang, 22 Januari 1992 adalah tanggal kelahiranya. Santri yang dahulu aktif membantu di dapur dan sekarang mengabdikan diri dengan membantu di bagian logistic santri dan asatidz. Selesai dari SMK-SPP Dharma Lestari kemudian melanjutkan kursus D1 Administrasi di Amika Salatiga. Niat untuk belajar yang
kuat membuat beliau selalu memanfaatkan setiap kesempatan untuk belajar. Beliau beralamatkan di Pagergunung, Kec. Ngablak, Magelang. 6.
NT. Salah satu alumni Ponpes Agro Nur El Falah Salatiga yang kini sedang mengabdikan diri di pondok sambil melanjutkan pendidikanya di IAIN Salatiga jurusan Tarbiyah Bahasa Arab. Santri kelahiran Magelang, 9 Oktober 1995 ini satusatunya santri yang memakai kaca mata di kelasnya, terlihat cerdas dan rajin, namun memang begitulah beliau, santri yang diunggulkan di kelasnya. Putra dari bapak Muthohar Sunhaji dan ibu Umi Aslamiyah yang berlamatkan di Jetis Gayu RT.01 / RW.10 Wringin Putih Kec.Borobudur Kab.Magelang.
7.
TA, santri yang berasal dari So’e, Nusa Tengggara Timur dikenal pandai bergaul dengan teman, kelihatan tegas tetapi santai, begitulah kata santri yang lain. Pria kelahiran So’e, 26 Februari 1997 putra dari Wahab Muhammad AB dan Aminah Matau. Anak Nusa Tenggara Timur yang sudah cukup mahir dalam menggunakan bahasa Jawa, tetapi masih terdengar kaku, kini sudah kelas XII di SMK-SPP Dharma Lestari. Kandidat ketua Pengurus Organisasi Santri yang cukup kuat tetapi kalah dalam debat calon ketua.
8.
MA, santri asli kelahiran Salatiga, 17 Juli 1996 yang beralamatkan di Tingkir Lor RT 2/RW 2, Dsa. Tingkir Lor, Kec.Tingkir, Salatiga ini santri yang suka berdebat dengan teman saat mencari solusi dalam menanggapi sebuah masalah. Diplomasinya bagus dan sering dijadikan sebagai kandidat oleh teman-temanya dalam menyampaikan aspirasi kepada para asatidz apa yang menjadi keluhan atau masalah yang dialami para pengurus Organisasi Santri dalam menggerakan
57
kegiatan di Ponpes Agro Nur El Falah. Putra dari bapak Basirun dan ibu Murfiani yang kini sedang meenmpuh pendidikan di kelas XII SMK-SPP Dharma Lestari. 9.
MM. putra dari bapak Slamet wahid dan ibu Siti Mariyah ini santri yang cukup pendiam, tidak terlalu banyak bicara tetapi sering menyelesaikan tugas yang diberikan, penuh pertimbangan sabelum konsultasi dan menyampaikan sesuatu kepada ustadz maupun santri yang lain. Dengan bahasa yang halus, sopan, dan runtut begitulah gaya beliau dalam berbicara. Pria kelahiran Kab. Semarang pada 14 Mei 1997 ini menjadi sudah belajar di pondok sejak masuk SMK, dan sekarang kelas XII. Durenan, 03/07, Timpik, Kec. Susukan, Kab. Semarang adalah kampung halaman tercinta.
10. RP. Santri lulusan dari SMP Negeri 2 Salatiga ini kini menjabat sebagai ketua Organisasi Pendok Pesantren Agro Nur El Falah (OPPN). Pandai, cerdas tetapi kadang sulit untuk berkomunikasi dengan orang lain karena gaya bicaranya yang terdengar kaku, malu, takut salah, kurang percaya diri. Santri kelahiran Salatiga, 5 Maret 1997 ini putra dari bapak Suroto dan ibu Rini Dimyati yang tinggal di Pulutan, 02/04, Pulutan, Kec. Sidorejo, Kota Salatiga. 11. NC, seorang santri yang masih lugu, tetapi sering diandalkan oleh teman-teman sekelasnya yaitu kelas XI SMK-SPP Dharma Lestari. Santri kelahiran Kab. Semarang, 25 Februari 1997 putra dari bapak Supardi dan ibu Sutinem ini dikenal dengan santri yang suka membantu teman, dan dia ingin membantu teman-teman yang lain dengan ikut kegiatan Saka Bakti Husada yaitu belajar sesuatu yang baru dan ditularkan kepada teman-teman yang belum sempat belajar tentang Saka Bakti Husada. Berani dalam berargumen dan siap menerima kekalahan saat argumenya
salah, tanda bahwa santri ini giat belajar baik dari buku, majalah, bahkan dari teman sendiri. 12. BM, Tegalrejo adalah tempat kelahiranya yaitu pada 3 Agustus 1998. Sejak masuk SMP di pondok dikenal dengan pendiam, pandai, cerdas dan menjadi kebanggan para guru di SMP. Masuk SMK-SPP Dharma Lestari dan kini sudah kelas XI tetap dengan gayanya yang pendiam, meski kini sudah tidak menjadi juara kelas tetapi tetap mampu memberikan solusi dalam game, soal, dan kegiatan. Putra dari bapak Burhanuddin dan ibu Siti Qomariyah yang tinggal di Tarukan, Dawung, Kec. Tegalrejo, Kab. Magelang. 13. SR. Salah satu santri yang dikenal dengan rajin, taat, sopan, sering menjadi bahan pembicaan guru saat istirahat, paling tidak mampu mengobati kekesalan guru karena menghadapi santri yang kadang usil. Santri yang berasal dari tanah seberang yaitu pulau Sumatra, tepatnya Lampung. Terlahir dalam keluarga yang tergolong kurang mampu tetapi memiliki niat belajar yang kuat. Semangat belajarnya patut dicontoh oleh teman-temanya. 15 September 1998 adalah kelahiranya, terpisah dari orang tua sejak masuk SMK-SPP Dharma Lestari demi menuntut ilmu dan meringankan beban orang tua. 14. IR. Setiap orang memiliki kelebihanya masing-masing, demikan juga dengan santri kelahiran Kabupaten Magelang, 21 Agustus 1999 ini, pendiam, kurang aktif tetapi pandai membuat kaligrafi. Sudah 4 tahun tinggal di Ponpes Agro Nur El Falah salatiga ini, sejak SMP sampai sekarang tetap menjaga gaya, stile, penampilan begitulah kata teman-temanya. Putra dari bapak Asroni dan ibu Sumanah ini terlihat
59
serius saat mengerjakan tugas di kelas tetapi ternyata melukis kaligrafi, bakat yang perlu diarahkan agar bermanfaat dan tidak salah tempat. 15. MD. Berbadan kecil, sopan, dan lucu, kata temanya kelucuanya itu adalah factor bawaan keluarga, karena kakanya dulu yang juga salah satu alumni ponpes Agro Nur El Falah juga terkenal dengan tingkahnya yang kocak. Santri kelahiran magelang, 23 Desember 1998 ini kadang menunjukan wajah bersalah tetapi terlihat lucu. Salah satu santri yang memberi warna sendiri dalam kisah belajar di pondok, semoga dia bisa jadi santri yang bermanfaat untuk keluarga, bangsa, Negara dan tentunya agama Islam. Amin.
C. Temuan Penelitian Salah satu harapan dari KH. Usman Mansur, BA selaku pengasuh Ponpes Agro Nur El Falah Salatiga, panca jiwa pondok pesantren bisa menjadi ruh/nyawa bagi para santri dan asatidz. Artinya setiap ucapan, perbuatan, keputusan, mengacu kepada panca jiwa pondok baik itu keikhlasan, kesederhanaan, berdikari, ukhuwah Islamiyah, maupun kebebasan, lebih mudahnya panca jiwa pondok mendasari kehidupan para asatidz dan santri. Ada lima jiwa atau nilai yang sudah kami gali, diskusikan dengan para asatidz maupun santri. 1. Nilai-nilai dalam panca jiwa pondok. a. Keikhlasan Kata dasar dari keikhlasan adalah ikhlas, yang artinya tulus hati, dengan hati yang bersih. Berikut adalah pendapat dari informan tentang keikhlasan: - DR “Ikhlas itu sesuatu yang mudah diucap tapi kadang sangat sulit untuk dilaksanakan, tapi saya percaya keikhlasan ini bisa dipelajari dan dilatih”
- SH “Jiwa ini berarti sepi ing pamrih, yakni berbuat sesuatu bukan karena didorong oleh keinginan untuk mendapatkan keuntungan tertentu. Segala perbuatan dilakukan dengan niat semata-mata untuk ibadah, lillah” - MR “Ibadah yang diterima itu yang dilaksanakan secara ikhlas, tanpa ada paksaan, harapan lain selain ridho Allah SWT. Ibadah bukan hanya sholat, puasa, zakat, dan lain-lain, tetapi termasuk belajar, mematuhi tata tertib, membantu orang lain, dan lain-lain” - NT “Ikhlas itu sesuatu yang mudah tapi bisa juga sulit. Mana kala kita melakukan suatu hal tanpa ada paksaan, menjalani dengan nyaman, asik, insya Allah akan terasa ringan meski seberat, sesulit apapun itu, dan tentunya dengan niat ibadah lillahi ta’ala” b. Kesederhanaan Pada umumnya orang menilai kesederhanaan orang lain berdasarkan penampilan atau segala sesuatu yang melekat pada tubuh, lalu bagaimana pendapat para informan tentang jiwa kesederhanaan? Berikut penjelasan informan tentang kesederhanaan: - UM “Kesederhanaan itu qona’ah dengan segala yang Allah berikan kepada kita” - SH “Kehidupan di pondok diliputi oleh suasana kesederhanaan. Sederhana tidak berarti pasif atau nerimo, tidak juga berarti miskin dan melarat. Justru dalam jiwa kesederhanan itu terdapat nilai-nilai kekuatan, kesanggupan, ketabahan dan penguasaan diri dalam menghadapi perjuangan hidup” - MR “Kesederhanaan ini dinilai tidak hanya secara dhohir, atau yang kelihatan saja, tapi dilihat juga sebab musabab, keadaan ekonomi sosial, kebiasaan seseorang, dan lain-lain” - KM “Kesederhanaan itu tidak terlalu berlebihan dalam segala hal, misalnya pakaian, jajan, tingkah laku, tapi yang lebih penting adalah sesuai kebutuhan” - NT “Sederhana, simple, tidak neko-neko, menerima segala apa pemberian Allah, qona’ah. Kalau kita ikhlas maka yang simple ini akan terasa nikmat”
61
- NC “Sederhana tidak cukup hanya menerima apa yang Allah berikan tanpa iri terhadap orang yang lebih beruntung dari pada kita, tetapi diiringi dengan rasa syukur” c. Berdikari Berdikari adalah singkatan dari kata berdiri di atas kaki sendiri atau orang biasa menyebutnya mandiri. Di pondok umumnya para santri menyiapkan keperluan pribadi secara mandirim sebagaimana penuturan informan. Di bawah ini data yang penulis dapatkan tentang jiwa berdikari : - UM “Mandiri artinya tidak bergantung kepada orang lain, kita hanya bergantung kepada Allah semata” - NT “Tidak bersandar atau jagake (bahasa jawa) orang lain, tetapi kita selesaikan kebutuhan, masalah, kerjaan dengan usaha kita sendiri, ya walaupun kita minta bantuan orang lain tetapi tetap kita yang bertanggung jawab” - MA “Berdiri di atas kaki sendiri atau mandiri, di pondok santri dituntut untuk melakukan segala sesuatu dengan tanganya sendiri, paling tidak keperluan pribadi” - MM “Mandiri, memang manusia adalah makhluk sosial, tetapi bukan berarti selalu membutuhkan orang lain. Maka jiwa berdikari ini sangat bagus untuk ditanamkan” - BM “Berdikari, mandiri, di pondok manapun santri pasti belajar untuk mandiri dengan mengurus dirinya sandiri walaupun kadang santri tidak sadar bahwa dia sedang belajar mandiri.” d. Ukhuwah Islamiyah Allah berfirman dalam qur’an surat Al Hujurat ayat 10 :
orang-orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara. sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat. Ayat di atas merupakan salah satu dalil yang mendasari ukhuwah Islamiyah, hubungan persaudaraan yang berdasarkan keyakinan agama. Di pondok pesantren adalah wadah untuk menimba ilmu bagi umat muslim, dan jiwa ukhuwah Islamiyah menjadi salah satu pengikat persaudaraan mereka. Di bawah ini adalah pendapat informan tentang jiwa ukhuwah Islamiyah: - UM “Hidup di dunia ini tidak berpihak kepada satu golongan saja, tetapi semua orang Islam adalah saudara tanpa membeda-bedakan, bahkan dengan orang non muslim pun kita tetap bisa menjalin kerja sama, karena rasulullah sudah mengajarkan bagaimana kita memperlakukan orang non muslim” - SH “Kehidupan di pondok pesantren diliputi suasana persaudaraan yang akrab, sehingga segala suka dan duka dirasakan bersama dalam jalinan ukhuwwah Islamiah. Tidak ada dinding yang dapat memisahkan antara mereka” - MM “Ikatan persaudaraan berasaskan Islam, bukan berarti kita hanya berteman dengan orang Islam saja, tetapi siapapun kita jadikan kawan tentu dengan cara Islam” - SR “Ukhuwah Islamiyah, hubungan persaudaraan Islam, semua santri adalah saudara karena kita semua muslim, tanpa memandang asal, keluarga, fisik, sifat mereka” - MD “Setiap muslim itu bersaudara, dan dalam ikatan persaudaraan inilah seharusnya kita umat Islam berhubungan, menjalin kerjasama, saling tolongmenolong, dan lain-lain” e. Kebebasan Jiwa kebebasan bukan berarti bebas tanpa ada yang mengikat atau membatasi, dan salah satu yang bisa membatasi adalah hokum. Indonesia adalah
63
Negara hokum yang sudah memiliki undang-undang yang berlaku dan setiap warga Negara harus patuh dan tunduk pada undang-undang. Demikian halnya di pondok pesantren, pasti ada tata tertib yang berlaku bagi semua warga pondok. Lalu bagaimana jiwa kebebasan berlaku di pondok pesantren Agro Nur El Falah? Berikut adalah penjelasan tentang jiwa kebebasan di ponpes Agro Nur El Falah: - UM “Bebas berfikir, mengerjakan, memilih jalan hidup tetapi sesuai hati nurani dan tentunya tidak melanggar syariat agama Islam, sepertinya hal yang sangat mudah, tetapi godaan akan selalu datang menghampiri kita, apakah kita akan mengikuti hawa nafsu atau mengikuti kata hati tanpa melanggar syariat” - SH “Bebas dalam berpikir dan berbuat, bebas dalam menentukan masa depan, bebas dalam memilih jalan hidup, dan bahkan bebas dari berbagai pengaruh negatif dari luar, masyarakat. Jiwa bebas ini akan menjadikan santri berjiwa besar dan optimis dalam menghadapi segala kesulitan. Hanya saja dalam kebebasan ini seringkali ditemukan unsur-unsur negatif, yaitu apabila kebebasan itu disalah gunakan, sehingga terlalu bebas (liberal) dan berakibat hilangnya arah dan tujuan atau prinsip” - MR “Santri bebas merdeka, tanpa ada yang mengekang, maksudnya bebas berfikir, berkarya, berinovasi, segala hal asalkan tidak bertentangan dengan hati akal dan fikiran serta syariat Islam” - NT “Kita bebas melakukan apa saja tentu tanpa melanggar syariat Islam, dimanapun kita berada kita bebas sebebas-bebasnya, tapi kita hidup tidak sendirian, ada hak orang lain yang tidak boleh kita langgar, ada malaikat yang selalu mengiringi kita, kita tidak boleh melanggar hukum Allah termasuk pemerintahan yang sah.” - SR “Di pondok santri bebas berfikir, bebas bertindak, bebas malakukan apa saja, tetapi bukan berarti tanpa control, lalu siapa yang mengontrol? Yang mengntrol adalah diri kita masing-masing, berdasarkan hati nurani kita” - IR “Bebas itu indah, asik, nikmat dan semua orang pasti mengharapkan kebebasan. Maksud dari jiwa kebebasan ini adalah santri bebas melakukan,
berfikir, berpendapat, mengambil keputusan tetapi tidak keluar dari jalur syariat dan aturan yang berlaku” 2. Implementasi dalam kehidupan di pesantren. Penjelasan tentang nilai-nilai pendidikan dalam panca jiwa pondok pesantren Agro Nur El Falah sudah dipaparkan di atas, tinggal bagaimana implementasi dari nilai-nilai di atas. Implementasi ini bisa dilihat dari keseharian para santri di pondok, dan inilah pandangan dari informan tetang implementasinya dan hasil pengamatan peneliti. - UM “Menurut saya belum maksimal” - SH “Masih belum begitu kelihatan santri mengamalkan panca jiwa pondok ini” - MR “Masih jauh dari harapan saya, dilihat dari keseharian santri, saya merasa bahwa nilai panca jiwa pondok ini belum diamalkan dengan baik oleh para santri” - KM “Tetapi implementasi dalam kehidupan di pondok, belum semua santri mengamalkan nilai-nilai itu” - TA “Kalau secara keseluruhan menurut saya sebagian besar sudah mengamalkan nilai-nilai Panca Jiwa Pondok, walaupun belum seluruh nilai terlaksana, paling tidak ada beberapa nilai yang sudah dilaksanakan dalam kehidupan para santri” - MA “Belum maksimal, masih harus banyak-banyak disampaikan materi panca jiwa pondok, diarahkan, dan dibimbing agar santri mampu dan mau merenungi setiap nilai panca jiwa pondok” - NC “Saya melihat baik santri dari jawa maupun luar jawa sama-sama ada yang bisa mengamalkan dan ada yang belum bisa mengamalkan nilai dari panca jiwa pondok” - BM “Setiap tahun santri keluar masuk silih berganti, dan kalau saya perhatikan santri yang mampu mengamalkan beberapa nilai dari panca jiwa pondok inilah yang mampu bertahan. Jadi untuk keseluruhan panca jiwa pondok belum maksimal” 65
- IR “Masih belum maksimal, karena kalau sebagian besar santri mampu memahami, melaksankan panca jiwa pondok, saya yakin pondok ini akan terasa lebih hidup” Berdasarkan hasil observasi atau pengamatan maka peneliti mampu menyimpulkan bahwa data yang didapatkan dari para informan adalah benar adanya, implementasi nilai panca jiwa pondok belum maksimal. Dalam buku pelanggaran santri, kurang lebih ada 15 santri yang melanggar tata tertib dalam 1 (satu) hari. Peneliti juga menemukan banyak santri yang melanggar tata tertib, misalnya membolos sekolah, tidak masuk pelajaran pondok, tidak berjamaah, merokok di belakang pagar pondok, keluar pondok tanpa ijin, santri mencuri, berkata jorok, dan masih banyak lagi. 3. Factor pendukung dan penghambat implementasi nilai pendidikan dalam panca jiwa pondok. Dalam implementasi nilai-nilai pendidikan dalam panca jiwa pondok pesantren Agro Nur El Falah tidak terlepas dari factor yang mendukung dan factor yang menghambat. Di bawah ini beberapa factor pendukung dan penghambat yang penulis dapatkan dari informan. a. Faktor pendukung - SH “Semua elemen pondok sangat berperan besar dalam proses penanaman panca jiwa pondok, maka dari itu perlu penataan, skenario agar santri bisa terarah ke sana” - MR “Ada dua, yaitu factor kepribadian/kebiasaan santri, dan factor lingkungan, kalau lingkungan tentu ada banyak, temen, senior, ustad, tata tertib, kegiatan rutin santri”
- NT “Tentunya factor lingkungan, kan lingkungan isinya bermacam-macam, mana kala lingkungan sudah tertata dengan rapi insya Allah nilai-nilai itu akan kelihatan” - TA “Sebenarnya segala kegiatan, pembelajaran, pergaulan sangat mendukung implementasi nilai Panca Jiwa Pondok, tapi bagi santri yang mau meresapi, merenungi setiap kegiatan” - NC “Banyak hal yang bisa mendorong implementasi panca jiwa ini, baik itu kegiatan, tata tertib, pergaulan antar santri, dan lain-lain, tapi tergantung santri bagaimana menanggapi itu semua” Lingkungan menjadi faktor utama dalam implementasi panca jiwa pondok, sebagaimana pemaparan dari informan. Dalam hal ini peneliti menemukan ada 2 faktor yaitu lingkungan dan sumber daya manusia. Factor lingkungan terbagi menjadi 3 (tiga) yaitu sarana, system, dan kegiatan pembelajaran. Melihat fasilitas yang ada bisa dikatakan sudah cukup membantu proses pendidikan, hanya saja penggunaan dan perawatan yang masih sangat kurang. Sistem yang dimaksud penulis adalah proses pengambilan kebijakan, pelaksanaan, dan evaluasi. Dalam hal ini kebijakan bisa dikeluarkn oleh ketua Majlis Ma’arif selaku koordinator seluruh kegiatan yang ada. Dan yang ke-tiga adalah kegiatan pembelajaran, untuk pembelajaran santri baik itu dari segi keilmuan maupun kedisiplinan sudah diatur sedemikian rupa dengan melihat kondisi santri dan asatidz. Sumber daya manusia (SDM) terdiri dari asatidz dan santri, asatidz sudah berusaha
menciptkan
suasana
yang
kondusif
dan
memberikan
contoh
implementasi panca jiwa pondok. Santri yang berkemauan kuat untuk belajar di pondok lebih cenderung aktif belajar, mentaati tata tertib, mengikuti setiap kegiatan yang ada.
67
b. Factor penghambat - UM “Saya menyebutnya bukan kendala, tapi memang kita sedang dalam proses menemukan lingkungan pondok yang kondisif, untuk pembelajaran nilai panca jiwa pondok” - DR “Sistem yang belum tertata dengan apik” - SH “Pembelajaran santri tentang panca jiwa sangat kurang, baik itu secara materi maupun dari segi contoh nyata” - TA “Ego kedaerahan yang sering menjadi kendala implementasi Panca jiwa Pondok, karena perbedaan ini yang membuat beberapa santri kadang bersitegang, dan lepas kendali, tidak mampu mengendalikan emosi dan ego masing-masing” - MA “Santri masih belum bisa melepas kebiasaan dirumah, terutama kebiasaan jajan yang membikin boros, ketika santri sdah kehabisan bekal ada beberapa yang nekat melakukan apa saja demi dapat uang, termasuk mencuri milik teman sendiri” - MM “Kalau menurut saya pembentukan disiplin santri yang belum maksimal” - RP “Disiplin santri masih belum maksimal, banyak santri yang melanggar, kalau pelanggaranya hanya sepele sih wajar, tapi ini ada santri yang sudah kelewat batas, dan sangat memalukan, dan ini bisa mempengaruhi santri yang laen” - SR “Kendalanya ya sama dari factor lingkungan dan pribadi santri. Lingkungan yang belum tertata, kemudian pribadi yang belum mau merenungkan nilai panca jiwa pondok” - IR “Santri berasal dari beberapa daerah dan masih banyak santri yang bergaulnya hanya dengan temen satu daerah” Sama halnya dengan faktor pendukung ada 2 (dua) factor umum yaitu lingkungan dan sumber daya manusia (SDM). Lingkungan terdiri dari fasilitas pembelajaran yang kurang terawat, misalnya komputer banyak yang rusak dan
belum diperbaiki, meja kursi kelas yang sudah rusak dan masih tetap dipakai. Sumber daya manusia (SDM) yang dimaksud adalah asatidz dan santri. Jumlah asatidz yang berdomisili di pondok sangat kurang, kurangnya komunikasi antar ustadz. Santri yang berasal dari berbagai daerah dan latar belakang, kepribadian, kebiasaan santri yang buruk masih terbawa ketika dipondok dan sulit untuk dirubah.
69
BAB IV PEMBAHASAN A. Nilai-Nilai Dalam Panca Jiwa Pondok 1. Keikhlasan IR menjelaskan secara simple tentang jiwa keihlasan yaitu melakukan apa saja karena niat ibadah kepada Allah SWT. “Inti dari ikhlas adalah hanya mengharap ridho Allah SWT, kita melakukan apa saja karena niat ibadah kepada Allah SWT” Melakukan apa saja, semua yang kita kerjakan bahkan hal yang kecilpun ketika kita melakukan dengan ikhlas maka insya Allah akan bernilai ibadah. Misalnya dipondok yang santri yang kecil memberi salam kepada santri yang lebih besar dengan ikhlas, bukan karena takut atau karena ingin dipuji. Berawal dari yang kecil, sederhana, dan mudah, kemudian mencoba hal yang lebih besar dan lebih bermanfaat baik bagi diri sendiri maupun orang lain. Dengan kata lain belajar melakukan banyak kebaikan dan tetap hanya mengharap ridho Allah. Jiwa keihlasan menurut BM : “Keihlasan, sepi ing pamrih rame ing gawe melakukan banyak hal baik untuk diri sendiri maupun orang lain tanpa mengharap balasan, semata-mata karena mengharap ridho Allah SWT” Melakukan banyak hal baik bagi diri sendiri maupun orang lain, kalau IR menjelaskan inti dari ikhlas adalah melakukan kebaikan hanya mengharap ridho Allah maka BM menambahkan dengan melakukan banyak hal semata-mata karena Allah. Penjelasan tentang jiwa keihlasan juga penulis dapatkan dari DR DR “Ikhlas itu sesuatu yang mudah diucap tapi kadang sangat sulit untuk dilaksanakan, tapi saya percaya keihlasan ini bisa dipelajari dan dilatih”
Ikhlas itu sesuatu yang sangat mudah diucapkan tetapi terkadang sulit untuk dilaksanakan. Ketika seseorang mengatakan ikhlas, belum tentu dalam hatinya juga menyatakan ikhlas, karena manusia tidak dapat membaca kata hati orang lain. Jika kita mendapati hal yang semacam itu maka alangkah baiknya kita iringi denga positif thingking bahwa orang tersebut benar-benar ikhlas. DR menjelaskan bahwa jiwa keihlasan dapat dilatih, maka kita kembalikan kepada pernyataan IR yaitu diawali dengan melakukan hal yang kecil terlebih dahulu, semakin hari semakin meningkat yaitu dengan melakukan hal yang lebih besar tentunya dengan rasa ikhlas. 2. Kesederhanaan Inti dari jiwa kesederhanaan menurut semua informan adalah apa adanya, baik itu penampilan, perbuatan, perkataan. Qonaah menerima segala pemberian Allah karena memang itulah yang terbaik bagi kita menurut Allah SWT. Penjelasan tentang jiwa kesederhaan yang lebih dalam dikemukakan oleh SH : SH “Kehidupan di pondok diliputi oleh suasana kesederhanaan. Sederhana tidak berarti pasif atau nerimo, tidak juga berarti miskin dan melarat. Justru dalam jiwa kesederhanan itu terdapat nilai-nilai kekuatan, kesanggupan, ketabahan dan penguasaan diri dalam menghadapi perjuangan hidup” Dalam jiwa kesederhanaan terdapat nilai-nilai kekuatan, kesanggupan, ketabahan dan penguasaan diri dalam menghadapi perjuangan hidup. Kekuatan untuk berjuang, berusaha dalam menggapai tujuan, cita-cita yang mulia. Kesanggupan untuk menjaga apa yang sudah Allah berikan, apapun itu bentuknya baik nikmat maupun ujian. Ketabahan ketika tujuan atau cita-cita belum tercapai, dan terakir penguasaan diri, pengendalian diri. Allah tidak akan menguji hamba-Nya melebihi
71
batas kemampuan hamba-Nya, seberat papun itu tetap yakin bahwa hanya Allah tempat bergantung segala sesuatu, dan semuanya akan kembali kepada Allah. 3. Berdikari Berdikari, singkatan dari kata berdiri di atas kaki sendiri, bahasa lebih sederhananya adalah mandiri. Setiap santri pasti belajar untuk mandiri, karena dipondok manapun santri tinggal di pondok tanpa orag tua, bahkan santri yang berasal dari keluarga mampu yang biasanya segala kebutuhanya disiapkan oleh orang tua, maka ketika masuk pondok dia harus bisa mengurus dirinya sendiri. Dan pondok bisa menjadi salah satu piliha untuk belajar mandiri, berawal mengurus diri sendiri. Hal ini sesuai dengan pemaparan BM: BM “Berdikari, mandiri, dipondok manapun santri pasti belajar untuk mandiri dengan mengurus dirinya sandiri walaupun kadang santri tidak sadar bahwa dia sedang belajar mandiri” Mengapa dipondok santri dituntut untuk belajar mandiri? Karena setiap santri harus melanjutkan perjuangan hidup mereka, baik itu dengan bantuan orang lain maupun mandiri, karena tidak selamanya kita akan bergantung kepada orang lain. Jadi kemandirian adalah salah satu pelajaran/bekal yang berharga. MR “Setiap santri suatu saat nanti pasti akan lepas dari pondok untuk melanjutkan hidup mereka, salah satu bekal untuk itu adalah berdikari, mandiri, tidak selalu bergantung kepada orang lain” 4. Ukhuwah Islamiyah UM “Hidup di dunia ini tidak berpihak kepada satu golongan saja, tetapi semua orang Islam adalah saudara tanpa membeda-bedakan, bahkan dengan orang non muslim pun kita tetap bisa menjalin kerja sama, karena rasulullah sudah mengajarkan bagaimana kita memperlakukan orang non muslim”
Membahas ukhuwah Islamiyah menjadi teringat innal mu’minina ikhwatun (sesungguhnya setiap muslim itu bersaudara). Mengutip paparan UM “semua orang Islam adalah saudara, tetapi kita tetap terbuka kepada orang non muslim dalam hal kerja sama untuk kabaikan bersama, bukan untuk menjatuhkan orang atau kelompok lain. Ketika sudah bersaudara maka tidak ada dinding pemisah baik itu karena ekonomi, pendidikan, status, pekerjaan, jabatan, suku, dan lain sebagainya. Kalau sudah bersaudara maka hendaknya saling memahami, menghormati, membantu, melengkapi satu sama lain. Berbicara dinding pemisah ukhuwah Islamiyah, maka kami paparkan pendapat SR tentang ukhuwah Islamiyah: SR “Ukhuwah Islamiyah, hubungan persaudaraan Islam, semua santri adalah saudara karena kita semua muslim, tanpa memandang asal, keluarga, fisik, sifat mereka” 5. Kebebasan Di lembaga pendidikan manapun pasti memiliki aturan, tata tertib yang berlaku, demikian halnya di pondok pesantren. Aturan yang jelas dan sangsi bagi pelanggar aturan juga jelas. Aturan tidak bertujuan untuk membatasi aktifitas, kreatifitas, inovasi santri, tetapi ini menjadi media pembelajaran utuk mentaati segala yang sudah ditetapkan bersama. Di ponpes Agro Nur El falah santri bebas beraktifitas, berkreatifitas, berpendapat, berkarya dengan catatan tidak bertentangan dengan aturan yang berlaku. NT menjabarkan jiwa kebebasan lebih jauh lagi, yaitu dimanapun santri bebas sebebas-bebasnya, berikut penjelasan NT: NT “Kita bebas melakukan apa saja tentu tanpa melanggar syariat Islam, dimanapun kita berada kita bebas sebebas-bebasnya, tapi kita hidup tidak sendirian, ada hak orang lain yang tidak boleh kita langgar, ada malaikat yang selalu mengiringi kita, kita tidak boleh melanggar hukum Allah termasuk pemerintahan yang sah”
73
Setiap santri memiliki kebebasanya masing-masing, akan tetapi kebebasan itu ada yang mengatur, kalau di pondok maka ada aturan pondok, aturan pemerintah dan syariat Islam. Di pondok sudah ditentukan jadwal kegiatan, aktifitas keseharian, lalu dimana letak kebebasan yang diberikan? Santri bebas mengembangkan bakat yang dimiliki dengan memanfaatkan fasilitas yang ada, santri bebas berkarya, berinovasi sesuai
persetujuan
pembimbing.
Santri
bebas
berfikir,
berpendapat
dan
menyampaikan argumenya melalui iven yang tepat.
B. Implementasi Dalam Kehidupan Di Pesantren Mengutip kata Ahmad Suharto “Pondok menanamkan ukhuwah Islamiyah kepada para santrinya, melebur fanatisme golongan, partai, kelompok dan kedaerahan. Mereka bersaudara, tunggal guru, satu pesantren, makan, tidur, belajar dan beraktifitas di kampus yang sama dalam suasana yang harmonis, yang kecil menghormati yang besar dan yang besar menyayangi adik-adiknya, para santri hormat dan segan kepada para guru dan kyainya dan para guru juga menyayangi mereka” (Ahmad Suharto, 2014:10). Begitulah suasana pondok yang diharapkan, begitu harmonis, indah dan terasa sangat nyaman, bahkan yang muncul dalam pandangan orang awam pondok adalah tempat belajar agama, dan ilmu-ilmu yang lain. Belajar banyak hal dengan suasana kekeluargaan, keluarga atas dasar Islam. Memperhatikan dari hasil wawancara dengan nara sumber baik dari asatidz maupun santri, yang menyatakan demikian: Salah satu asatidz, MR “Masih jauh dari harapan saya, dilihat dari keseharian santri, saya merasa bahwa nilai panca jiwa pondok ini belum diamalkan dengan baik oleh para santri.” Dari santri ada yang menyatakan TA “Kalau secara keseluruhan menurut saya sebagian besar sudah mengamalkan nilai-nilai Panca Jiwa Pondok, walaupun belum
seluruh nilai terlaksana, paling tidak ada beberapa nilai yang sudah dilaksanakan dalam kehidupan para santri.” Dari pemaparan nara sumber di atas bisa disimpulkan bahwa implementasi nilainilai panca jiwa pondok di Ponpes Agro Nur El Falah sudah berjalan, akan tetapi belum maksimal. Mengapa bisa dikatakan belum maksimal? Berikut alasan mengapa bisa dikatakan belum maksimal : 1. Santri sering mbolos sekolah, baik itu sekolah umum maupun kepondokan. 2. Santri sering kluar pondok tidak ijin piket pondok maupun kepala asrama 3. Banyak santri yang kehilangan baik itu uang, sabun, pakaian, dan buku. 4. Santri tidak bisa merawat dan menjaga fasilitas yang disediakan pondok. 5. Santri yang dari luar jawa kabur dari pondok dan mengganggu masyarakat. 6. Santri berkelompok berdasarkan daerah asal, jarang ada santri yang bisa bergaul dengan santri yang berasal dari daerah lain Berdasarkan hasil observasi peneliti menemukan beberapa fakta yang menyebabkan beberapa asatidz dan juga santri menyatakan bahwa implementasi nilainilai pendidikan agama Islam dalam panca jiwa pondok pesantren Agro Nur El Falah belum maksimal. Dalam pengamatan kagiatan keseharian santri peneliti menemukan santri yang sedang saling mengolok-olok, santri menekan/memaksa santri yang lain, santri lebih sering berkumpul dengan kelompok daerah masing-masing, ini baru dari nilai ukhuwah Islamiyah, belum nilai-nilai yang lain.
C. Faktor Yang Mendukung Dan Menghambat Implementasi Panca Jiwa Pondok Faktor dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Suharso, 2012:137) adalah sesuatu hal, keadaan, peristiwa, dan sebagianya yang ikut menyebabkan, mempengaruhi 75
terjadinya sesuatu. Demikian juga implementasi nilai-nilai pendidikan dalam panca jiwa pondok ini juga memiliki beberapa faktor, baik itu faktor pendukung maupun faktor yang menghambat. Setiap keberhasilan suatu pekerjaan, program, system, proses atau apapun, pasti tidak terlepas dari faktor yang mendukung, baik itu faktor yang sudah terencana maupun tidak terduga atau diluar dugaan manusia. Dan sebaliknya, faktor yang menghambat juga menjadi kendala dalam pelaksanaan kegiatan. Demikian juga implementasi nilai-nilai panca jiwa pondok dalam kehidupan di pondok pesantren Agro Nur El Falah Salatiga tidak terlepas dari faktor yang mendukung dan yang menghambat. Secara garis besar faktor tersebut terangkum menjadi 2 yaitu lingkungan dan sumber daya manusia (SDM). 1. Faktor pendukung Faktor pendukung implementasi nilai-nilai dalam panca jiwa pondok terbagi menjadi 2 (dua) yaitu faktor lingkungan dan faktor sumber daya manusia (SDM). a. Faktor lingkungan - Fasilitas sudah cukup membantu proses pendidikan, hanya saja penggunaan dan perawatan yang masih sangat kurang. - Pengambilan kebijakan bisa dikeluarkan oleh ketua Majlis Ma’arif selaku koordinator seluruh kegiatan mulai perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. - Kegiatan pembelajaran santri baik itu dari segi keilmuan maupun kedisiplinan sudah diatur sedemikian rupa dengan melihat kondisi santri dan asatidz.
- Dukungan dari masyarakat sekitar, para aghniya’ serta pemerintah yang telah menjadi donatur tetap dan tidak tetap yang memberikan bantuan untuk pondok baik dari segi fisik atau non fisik. b. Faktor sumber daya manusia (SDM) - Beground asatidz berasal dari pondok yang berbeda-beda sehingga mampu memberi warna dalam pengelolaan pondok. - Guru SMP/SMK yang aktif dan selalu siap membantu menjalankan program pondok. - Santri pengabdian yang meluangkan waktu, tenaga, dam fikiran demi membantu pondok. - Santri yang memiliki kemauan, semangat belajar yang tinggi, sehingga mereka aktif mengikuti setiap kegiatan dan mentaati tata tertib. - Adanya pendekatan yang baik dalam pelaksanaan pendidikan di pondok pesantren Agro Nur El Falah. - Kepercayaan orang tua untuk menitipkan anak-anaknya mereka di pondok, hal ini menjadi spirit bagi pengasuh dan dewan asatidz untuk mendidik para santri. - Rasa tanggung jawab sosial pengasuh dan dewan asatidz serta semangat untuk mencari ridho Allah. 2. Faktor penghambat Demikian halnya dengan faktor penghambat implementasi nilai-nilai dalam panca jiwa pondok terbagi menjadi 2 (dua) yaitu faktor lingkungan dan faktor sumber daya manusia (SDM).
77
a. Faktor lingkungan - Fasilitas pembelajaran yang kurang terawat, misalnya komputer banyak yang rusak dan belum diperbaiki, meja kursi kelas yang sudah rusak dan masih tetap dipakai. - Kebijakan dan sistem yang dibangun sudah cukup baik, namun dalam pelaksanaan masih sering terjadi mis komunikasi, baik itu pengasuh, asatidz, maupun santri. b. Faktor sumber daya manusia (SDM) - Jumlah pengajar yang berdomisili di pondok sangat minim untuk mengawasi, membimbing, mengarahkan, mendidik santri yang jumlahnya 150 lebih. Hal ini menyebabkan kurangnya pengawasan terhadap santri. - Komunikasi antar asatidz kurang maksimal sehingga kebijakan yang diambil kadang bertentangan dengan pengasuh. - Santri berasal dari daerah yang berbeda-beda dan tentu memiliki kebiasaan yang berbeda, apalagi santri yang berasal dari luar jawa. Hal inilah yang sering menimbulkan perbedaan persepsi bahkan berujung perkelahian. Santri jarang mendapat kiriman uang saku dari orang tua yang mengakibatkan santri berani mencuri milik temanya sendiri.
BAB V PENUTUP D. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian nilai-nilai dalam panca jiwa pondok pesantren Agro Nur El Falah Salatiga tahun 2015, dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Nilai dalam panca jiwa pondok pesantren Agro Nur El Falah Salatiga ada 5 yaitu Keikhlasan, Kesederhanaan, Berdikari, Ukhuwah Islamiyah, Kebebasan. Keihhlasan “sepi ing pamrih rame ing gawe” tidak mengharapkan imbalan atau balasan dari orang lain, sebesar apaun itu yang dilakukan. Ketika kita ikhlas insya Allah balasan dari Allah jauh lebih besar. Kesederhanaan, menampilkan apa adanya, baik itu pakaian, tindakan, pemikiran, perbuatan sesuai dengan kadar kita. Dalam kesederhanaan terdapat nilai-nilai kekuatan, kesanggupan, ketabahan dan penguasaan diri dalam menghadapi perjuangan hidup. Berdikari, berdiri di atas kaki sendiri, mandiri, kemampuan untuk mengurus diri sendiri tanpa bergantung kepada orang lain. Ukhuwah islamiyah jalinan persaudaraan dalam ikatan syariat Islam. Semua umat muslim adalah saudara kita, tanpa memandang suku, warma kulit, adat istiadat, bahkan Islam juga menganjurkan agar kita tetap mengajak bekerja sama dengan orang non muslim dalam hal kebaikan. Kebebasan, di pondok santri bebas berfikir, berkarya, bertindak, berinovasi, asalkan sesuai dengan tempat, waktu, tujuan serta tidak bertentangan dengan aturan yang berlaku. Tidak hanya di pondok, tetapi ketika lulus nanti santri bebas menentukan jalan hidup masing-masing sesuai hati nurani, tidak melanggar syariat Islam serta aturan perundang-undangan yang berlaku.
79
2. Berdasarkan hasil wawancara dengan informan serta hasil observasi di lapangan dapat disimpulkan bahwa implemetasi nilai-nilai pendidikan dalam panca jiwa pondok ini masih belum maximal, meski sudah ada santri yang mengamalkan nilainilai panca jiwa pondok. Butuh pengawasan dan bimbingan yang lebih ekstra dari seluruh eleman pondok demi berjalanya nilai-nilai panca jiwa pondok 3. Factor pendukung implementasi nilai-nilai dalam panca jiwa pondok terbagi menjadi 2 (dua) yaitu faktor lingkungan dan faktor sumber daya manusia (SDM). Factor lingkungan terdiri dari fasilitas yang cukup memadai, kegiatan didesain dengan baik. Sumber daya manusia meliputi beground asatidz yang bermacam-macam, santri pengabdian, bantuan masyarakat sekitar, donatur yang senantiasa memberikan bantuan untuk pondok. 4. Faktor penghambat implementasi nilai-nilai dalam panca jiwa pondok terbagi menjadi 2 (dua) yaitu faktor lingkungan dan faktor sumber daya manusia (SDM). Factor lingkungan dikarenakan fasilitas yang kurang perawatan, kebijakan, kegiatan yang belum terlaksana dengan maksimal. Sumber daya manusia yang kurang memadai, kepribadian santri yang masih terbawa dan menyebabkan banyak pelanggaran.
E. Saran 1. Bagi pihak pondok pesantren a. Kerjasama dan hubungan yang harmonis dalam pesantren antara pengasuh, dewan asatidz, dan semua santri perlu dijaga agar selalu terjalin dengan baik.
b. Pengawasan terhadap pelaksanaan pendidikan aturan dan tata tertib pondok pesantren serta pengawasan perkembangan potensi pendidikan semua santri perlu ditingkatkan agar semua kegiatan, aturan dan tata tertib dapat berjalan dengan baik serta perkembangan potensi santri tetap terkontrol. c. Penambahan tenaga pengajar/asatidz yang berdomisili di pondok. d. Diperlukan adanya pemaparan nilai-nilai pendidikan dalam panca jiwa pondok pesantren Agro Nur El Falah Salatiga secara rutin dan diikuti oleh seluruh elemen pondok. e. Diadakan pelatihan keterampilan lain untuk menambah pengetahuan santri serta sebagai modal untuk hidup di masyarakat nanti. 2. Bagi Para Santri-Santri a. Semua santri diharapkan lebih giat, sungguh-sungguh, dan tekun dalam belajar baik didalam pondok pesantren maupun di luar pesantren dan mematuhi semua aturan tata tertib dan aturan yang ada dalam pondok pesantren karena semua itu untuk kebaikan semua santri. b. Semua ilmu pengetahuan dan pengalaman yang di dapatkan oleh santri diharapkan dapat diaplikasikan dalam kehidupan setelah keluar dari pondok pesantren. c. Menjalin hubungan komunikasi yang baik dengan semua santri tanpa memandang latar belakang mereka. d. Memanfaatkan, menjaga, dan merawat fasilitas pondok sesuai dengan kegunaanya. e. Mengimplemetasikan nilai-nilai panca jiwa pondok
81
3. Bagi Dewan Asatidz a. Lebih ditingkatkan lagi dalam pengelolaan pendidikan kepada santri agar santri menjadi lebih semangat dalam mengikuti pendidikan dan pembelajaran di pondok pesantren. b. Lebih menyayangi murid-muridnya dan merawat dengan penuh ikhlas dan mencari ridho Allah semata. c. Agar lebih loyalitas dan totalitas dalam membimbing, mengarahkan, mengawasi, dan memberi contoh kepada santri.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi, 2002. Prosedur Suatu Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Jakarta Rineka Cipta. Departemen Agama RI. 2003. Pondok Pesantren Dan Madrasah Diniyah. Jakarta Elmubarok, Zaim. 2009. Membumikan Pendidikan Nilai Mengumpulkan Yang Terserak, Menyambung Yang Terputus Dan Menyatukan Yang Tercerai. Bandung: Alfabeta Farida, Anik, 2007. Modernisasi Pesantren. Jakarta: Balai Penelitian dan Pengembangan Agama. Fauziyah, Nurul. 2013. Nilai-Nilai Pendidikan Islam Dalam Novel Negeri 5 Menara Karya Ahmad Fuadi. Skripsi S1:STAIN Salatiga Ghofur, abd. 2009.Pendidikan Anak Pengugsi. Malang: UIN Malang Press Ghozali, Bahri, 2001. Pesantren Berwawasan Lingkungan. Jakarta: CV Prasasti Haikal. 1996. K.H. Imam Zarkasyi Di Mata Umat. Ponorogo: Gontor Press Lubis, mawardi. 2009. Evaluasi Pendidikan Nilai (Perkembangan Moral Keagamaan Mahasiswa PTAIN). Yogyakarta: Pustaka Pelajar Mahmud. 2011. Pemikiran pendidikan Islam. Bandung: Pustaka Setia Makbuloh, Deden. 2011. Pendidikan Agama Islam (Arah Baru Pengembangan Ilmu Dan Kepribadian Di Perguruan Tinggi). Jakarta: PT Raja Gravindo Persada Maksum dkk.2003.Pola Pembelajaran Pendidikan Pesantren, Jakarta. Departemen Agama RI. Muhaimin. 2008. Paradigma Pendidikan Islam. Bandung : PT Remaja Rosdakarya Moeloeng, J Lexy. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung . Remaja Rosdakarya. Nasir, Ridwan. 2005. Tipologi Format Pendidika Ideal. Yogyakarta:Pustaka Pelajar
Nasution, S. 2003. Metode Penelitian Naturalistic Kualitatuf. Bandung Tarsito Sekretariat Pondok Modern Darussalam Gontor. 1997. Serba Serbi Pondok Modern Gontor. Ponorogo: Percetakan Darussalam Suryosubroto. 2004. Manajemen Pendidikan Sekolah. Jakarta: PN Rineka Cipta. Suharso dan Ana Retnoningsih. 2012. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Semarang: Widya Karya Suharto, Ahmad. 2014. Menggali Mutiara Perjuangan Gontor. Ponorogo: Trimurti Press Sukandarrumidi, 2004, Metodologi Penelitian. Yogyakarta, Gajah Mada Universitas Press. Tauhied, Abu. 1998. Beberapa aspek pendidikan islam. Secretariat Ketua Jurusan Fakultas Tarbiyah Usman, Husaini, 2006: Manajemen Teori, Praktik, Dan Riset Pendidikan. Yogyakarta: PT Bumi Aksara Zarkasyi, Abdullah Syukri. 2011. Bekal Untuk Pemimpin, Pengalaman Memimpin Gontor. Ponorogo: Trimurti Press
47
PEDOMAN WAWANCARA Untuk pengasuh dan pengajar pondok pesantren Agro Nur El Falah I.
II.
IDENTITAS INFORMAN 1. Nama
:
2. Usia
:
3. Wawancara hari/tgl
:
4. Jabatan
:
SASARAN WAWANCARA 1. Sejarah Panca Jiwa Pondok 2. Nilai-nilai pendidikan agama Islam dalam panca jiwa pondok 3. Implementasi panca jiwa pondok dalam kehidupan di pesantren 4. Factor pendukung dan penghambat implementasi panca jiwa pondok
III.
Butir-butir pertanyaan 1.1 Siapakah orang pertama yang menciptakan panca jiwa pondok? 1.2 Dimana beliau tinggal? 1.3 Bagaimana proses beliau dalam menciptakan panca jiwa pondok? 2.1 Apa isi dari panca jiwa pondok tersebut? 2.2 Apa nilai-nilai pendidikan yang ingin disampaikan kepada para santri memalui panca jiwa pondok? 2.3 Nilai pendidikan apa yang paling penting bagi para santri? 3.1 Metode apa saja yang digunakan untuk menyampaikan nilai-nilai pendidikan dalam panca jiwa pondok kepada para santri?
3.2 seberapa besar santri
mampu menyerap
nilai-nilai
pendidikan
yang
disampaikan? 3.3 Bagaimana implemetasi nilai-nilai pendidikan dalam kehidupan sehari-hari para santri? 3.4 Apakah implementasinya sudah sesuai dengan apa yang menjadi harapan pengasuh dan para asatidz? 4.1 Faktor apakah yang sangat membantu atau mendukung demi berjalanya nilainilai pendidikan dalam panca jiwa pondok? 4.2 Adakah kendala dalam mengimplementasikan panca jiwa pondok? 4.3 Upaya apa yang diambil oleh pengasuh dan asatidz dalam menghadapi setiap kendala implementasi panca jiwa pondok?
49
PEDOMAN WAWANCARA Untuk santri pondok pesantren Agro Nur El Falah: I.
II.
IDENTITAS INFORMAN 1. Nama
:
2. Usia
:
3. Wawancara hari/tgl
:
4. Jabatan
:
SASARAN WAWANCARA 1. Isi dari panca jiwa pondok 2. Nilai-nilai pendidikan dalam panca jiwa pondok 3. Implementasi nilai-nilai pendidikan dalam panca jiwa pondok 4. Factor pendukung dan penghambat implementasi panca jiwa pondok
III.
Butir-butir pertanyaan 1.1 Kapan anda menerima materi tentang panca jiwa pondok? 1.2 Menurut anda apa panca jiwa pondok itu? 1.3 Apa isi dari panca jiwa pondok? 2.1 Bagaimana penyampaian pengasuh dan asatidz tentang nilai-nilai pendidikan dalam panca jiwa pondok? 2.2 Nilai pendidikan apa saja yang bisa anda petik dari panca jiwa pondok? 2.3 Nilai pendidikan apa yang sangat penting dan berpengaruh terhadap kehidupan anda di pondok pesantren? 3.1 Menurut penilaian anda, bagaimana implementasi nilai-nilai pendidikan dalam panca jiwa pondok pada kehidupan sehari-hari di pesantren selama ini?
4.1 Faktor apa yang mendorong implementasi nilai pendidikan dalam kehidupan sehari-hari di pondok pesantren? 4.2 Apa yang menjadi kendala dalam implementasi nilai-nilai pendidikan pada panca jiwa pondok?
51
Transkrip Wawancara Nomor Data
: 01
Hari Tanggal
: Selasa, 20 Januari 2015
Kode Informan
: UM
Tempat Wawancara
: Di Ndalem Pak Kyai
NO 1
TEMA Nilai Panca Jiwa Pondok
2
Implementasi
3
Factor pendukung
JAWABAN Panca Jiwa adalah lima nilai yang mendasari kehidupan Pondok Modern Gontor yang isinya adalah Keikhlasan, artinya sepi ing pamrih, tidak karena didorong keinginan untuk memperoleh keuntungan tertentu, semata mata untuk ibadah. Kesederhanaan, qona’ah dengan segala yang Allah berikan kepada kita. Berdikari atau mandiri artinya tidakbergantung kepada orang lain, kita hanya bergantung kepada Allah semata. Ukhuwah Islamiyah, hidup di dunia ini tidak berpihak kepada satu golongan saja, tetapi semua orang islam adalah saudara tanpa membeda-bedakan, bahkan dengan orang non muslim pun kita tetap bisa menjalin kerja sama, karena rasulullah sudah mengajarkan bagaimana kita memperlakukan orang non muslim. Kebebasan, artinya bebas berfikir, mengerjakan, memilih jalan hidup tetapi sesuai hati nurani dan tentunya tidak melanggar syariat agama islam, sepertinya hal yang sangat mudah, tetapi godaan akan selalu datang menghampiri kita, apakah kita akan mengikuti hawa nafsu atau mengikuti kata hati tanpa melanggar syariat. Lha ini yang menurut saya belum maximal, memang factor lingkungan yang sangat berpengaruh bagi tertanamnya panca jiwa pondok belum tertata, terbentuk dengan baik, walaupun sudah berbagai cara diterapkan. Ya paling tidak ketiga hal yang saya sampaikan tadi, saya rasa itu sudah
INTERPRESTASI Keikhlasan, artinya sepi ing pamrih, tidak karena didorong keinginan untuk memperoleh keuntungan tertentu, semata mata untuk ibadah. Kesederhanaan, qona’ah dengan segala yang Allah berikan kepada kita. Berdikari atau mandiri artinya tidak bergantung kepada orang lain, kita hanya bergantung kepada Allah semata. Ukhuwah Islamiyah, hidup di dunia ini tidak berpihak kepada satu golongan saja, tetapi semua orang islam adalah saudara tanpa membeda-bedakan, bahkan dengan orang non muslim pun kita tetap bisa menjalin kerja sama. Kebebasan, artinya bebas berfikir, mengerjakan, memilih jalan hidup tetapi sesuai hati nurani dan tentunya tidak melanggar syariat agama islam. Pengasuh dan asatidz sudah berusaha menciptakan lingkungan yang kondusif, namun hasilnya belum maksimal Lingkungan menjadi factor yang sangat penting
cukup untuk menanamkan panca jiwa pondok, tapi yang sangat membantu adalah pemberian contoh dari para asatidz dan satri senior. 4
Factor penghambat
Saya menyebutnya bukan kendala, tapi memang kita sedang dalam proses menemukan lingkungan pondok yang kondisif, untuk pembelajaran nilai panca jiwa pondok.
dalam menanamkan panca jiwa pondok, termasuk asatidz dan santri senior degan menunjukan perilaku yang mencerminkan interprestasi dari panca jiwa pondok Lingkungan yang belum tertata dengan baik, baik itu fasilitas maupun insan yang berada di pondok
Transkrip Wawancara Nomor Data
: 02
Hari Tanggal
: Selasa, 20 Januari 2015
Kode Informan
: DR
Tempat Wawancara
: Di Depan Sekretariat
NO 1
TEMA Nilai Panca Jiwa Pondok
2
Implementasi
3
Factor pendukung
4
Factor penghambat
JAWABAN Panca Jiwa adalah lima jiwa yang sangat berkesan bagi asatidz dan santri Pondok Modern Gontor. Isi kelima jiwa itu adalah Keikhlasan, ikhlas itu sesuatu yang mudah diucap tapi kadang sangat sulit untuk dilaksanakan, tapi saya percaya keikhlasan ini bisa dipelajari dan dilatih. Kesederhanaan, nilai kesederhanaan ini tidak seperti pandangan orang awan yang artinya berpenampilan ala kadarnya, tetapi sederhana berdasarkan kemampun, keadaan, kondisi lingkungan. Berdikari, berdiri di atas kaki sendiri sudah jelas mandiri, tidak bergantung kapada orang lain, karena orang lain pasti juga bergantung kepada sesuatu yang lain. Ukhuwah Islamiyah, jiwa ukhuwah islamiyah inilah yang mampu menyatukan para santri tanpa memandang sara, karena pada hakikatnya kita semua adalah saudara. Kebebasan, di pondok buanyak kegiatan yang bisa diikuti oleh para santri, dan santri bebas memilih sesuai keinginanya, tidak hanya sebatas itu, santri juga bebas berpendapat, berfikir dan melakukan apapun tentu dengan bimbingan dari asatidz. ya sudah lumayanlah….maka dari itu dibutuhkan kerja keras dari asatidz demi terciptanya lingkungan yang kondusif guna menunjang implementasi panca jiwa pondok. Semua elemen pondok sangat berperan besar dalam proses penanaman panca jiwa pondok. Sistem yang belum tertata dengan apik.
47
INTERPRESTASI Keikhlasan, ikhlas itu sesuatu yang mudah diucap tapi kadang sangat sulit untuk dilaksanakan, tapi saya percaya keikhlasan ini bisa dipelajari dan dilatih. Kesederhanaan artinya berpenampilan ala kadarnya, tetapi sederhana berdasarkan kemampun, keadaan, kondisi lingkungan. Berdikari artinya tidak bergantung kapada orang lain, karena orang lain pasti juga bergantung kepada sesuatu yang lain. Ukhuwah Islamiyah, jiwa ukhuwah islamiyah inilah yang mampu menyatukan para santri tanpa memandang sara, karena pada hakikatnya kita semua adalah saudara. Kebebasan, di pondok santri juga bebas berpendapat, berfikir dan melakukan apapun tentu dengan bimbingan dari asatidz. Implementasi panca jiwa pondok sudah bisa dikatakan cukup bagus Semua elemen pondok, artinya semua apa yang ada di pondok. Sistem pengelolaan yang belum tertata dengan baik,
baik itu pengelolaan santri, asatidz, santri, fasilitas, dan kegiatan
Transkrip Wawancara Nomor Data
: 03
Hari Tanggal
: Selasa, 20 Januari 2015
Kode Informan
: SH
Tempat Wawancara
: Di Kantor Guru SMK
NO 1
TEMA Nilai Panca Jiwa Pondok
JAWABAN Panca Jiwa adalah lima jiwa yang sangat berkesan bagi asatidz dan santri Pondok Modern Gontor. Isi kelima jiwa itu adalah Keikhlasan, Jiwa ini berarti sepi ing pamrih, yakni berbuat sesuatu bukan karena didorong oleh keinginan untuk mendapatkan keuntungan tertentu. Segala perbuatan dilakukan dengan niat semata-mata untuk ibadah, lillah. Kesederhanaan, kehidupan di pondok diliputi oleh suasana kesederhanaan. Sederhana tidak berarti pasif atau nerimo, tidak juga berarti miskin dan melarat. Justru dalam jiwa kesederhanan itu terdapat nilai-nilai kekuatan, kesanggupan, ketabahan dan penguasaan diri dalam menghadapi perjuangan hidup. Berdikari atau kesanggupan menolong diri sendiri merupakan senjata ampuh yang dibekalkan pesantren kepada para santrinya. Ukhuwah Islamiyah, Kehidupan di pondok pesantren diliputi suasana persaudaraan yang akrab, sehingga segala suka dan duka dirasakan bersama dalam jalinan ukhuwwah Islamiah. Tidak ada dinding yang dapat memisahkan antara mereka. Kebebasan, Bebas dalam berpikir dan berbuat, bebas dalam menentukan masa depan, bebas dalam memilih jalan hidup, dan bahkan bebas dari berbagai pengaruh negatif dari luar, masyarakat. Jiwa bebas ini akan menjadikan santri berjiwa besar dan optimis dalam menghadapi segala
49
INTERPRESTASI Keikhlasan, Jiwa ini berarti sepi ing pamrih, yakni berbuat sesuatu bukan karena didorong oleh keinginan untuk mendapatkan keuntungan tertentu. Segala perbuatan dilakukan dengan niat sematamata untuk ibadah, lillah. Kesederhanaan, kehidupan di pondok diliputi oleh suasana kesederhanaan. Sederhana tidak berarti pasif atau nerimo, tidak juga berarti miskin dan melarat. Justru dalam jiwa kesederhanan itu terdapat nilai-nilai kekuatan, kesanggupan, ketabahan dan penguasaan diri dalam menghadapi perjuangan hidup. Berdikari atau kesanggupan menolong diri sendiri merupakan senjata ampuh yang dibekalkan pesantren kepada para santrinya. Ukhuwah Islamiyah, Kehidupan di pondok pesantren diliputi suasana persaudaraan yang akrab, sehingga segala suka dan duka dirasakan bersama dalam jalinan ukhuwwah Islamiah. Tidak ada dinding yang dapat memisahkan antara mereka. Kebebasan, Bebas dalam berpikir dan berbuat, bebas dalam menentukan masa depan, bebas dalam memilih jalan hidup, dan bahkan bebas dari berbagai
kesulitan. Hanya saja dalam kebebasan ini seringkali ditemukan unsurunsur negatif, yaitu apabila kebebasan itu disalahgunakan, sehingga terlalu bebas (liberal) dan berakibat hilangnya arah dan tujuan atau prinsip.
2
Implementasi
3
Factor pendukung
4
Factor penghambat
Kalau untuk ukuran saya, masih belum begitu kelihatan santri mengamalkan panca jiwa pondok ini. Semua elemen pondok sangat berperan besar dalam proses penanaman panca jiwa pondok, maka dari itu perlu penataan, scenario agar santri bisa terarah kesana Pembelajaran santri tentang panca jiwa sangat kurang, baik itu secara materi maupun dari segi contoh nyata
pengaruh negatif dari luar, masyarakat. Jiwa bebas ini akan menjadikan santri berjiwa besar dan optimis dalam menghadapi segala kesulitan. Hanya saja dalam kebebasan ini seringkali ditemukan unsur-unsur negatif, yaitu apabila kebebasan itu disalahgunakan, sehingga terlalu bebas (liberal) dan berakibat hilangnya arah dan tujuan atau prinsip. Bagi beliaubelum tampak implementasi dari nilai panca jiwa pondok Semua elemen pondok hingga dibutuhkan scenario atau penataan program yang terarah Kurangnya penyampaian materi tentang panja jiwa pondok beserta contoh riil dalam kehidupan
Transkrip Wawancara Nomor Data
: 04
Hari Tanggal
: Selasa, 20 Januari 2015
Kode Informan
: MR
Tempat Wawancara
: Di Depan Kamar Ustad
NO 1
TEMA Nilai Panca Jiwa Pondok
2
Implementasi
3
Factor pendukung
JAWABAN Kesederhanaan, kesederhanaan ini dinilai tidak hanya secara dhohir, atau yang kelihatan saja, tapi dilihat juga sebab musabab, keadaan ekonomi sosial, kebiasaan seseorang, dll. Ukhuwah islamiyah, sudah jelas dikatakan bahwa umat muslim itu bersaudara, jadi kita ini yang di pondok semua saudara, walaupun ada yang putih, hitam, sawo matang, dll. Keihlasan, ibadah yang diterima itu yang dilaksanakan secara ikhlas, tanpa ada paksaan, harapan lain selain ridho Allah SWT. Ibadah bukan hanya sholat, puasa, zakat, dll, tetapi termasuk belajar, mematuhi tata tertib, membantu orang lain, dll. Berdikari, setiap santri suatu saat nanti pasti akan lepas dari pondok untuk melanjutkan hidup mereka, salah satu bekal untuk itu adalah berdikari, mandiri, tidak selalu bergantung kepada orang lain. Kebebasan, santri bebas merdeka, tanpa ada yang mengekang, maksudnya bebas berfikir, berkarya, berinofasi, segala hal asalkan tidak bertentangan dengan hati akal dan fikiran serta syariat Islam Masih jauh dari harapan saya, dilihat dari keseharian santri, saya merasa bahwa nilai panca jiwa pondok ini belum diamalkan dengan baik oleh para santri. Kalau masalah factor saya kira ada dua, yaitu factor
51
INTERPRESTASI Kesederhanaan, ukuran sederhana setiap orang berbeda sesuai dengan sebab musababnya. Ukhuwah islamiyah, sudah jelas dikatakan bahwa umat muslim itu bersaudara, jadi kita ini yang di pondok semua saudara. Keihlasan, ibadah yang diterima itu yang dilaksanakan secara ikhlas, tanpa ada paksaan, harapan lain selain ridho Allah SWT. Berdikari, mandiri, tidak selalu bergantung kepada orang lain. Kebebasan, santri bebas berfikir, berkarya, berinofasi, segala hal asalkan tidak bertentangan dengan hati akal dan fikiran serta syariat Islam
Dari aktifitas keseharian santri, panca jiwa pondok belum diamalkan dengan baik Factor lingkungan dan kepribadian masing-masing
4
Factor penghambat
kepribadian/kebiasaan santri, dan factor lingkungan, kalau lingkungan tentu ada banyak, temen, senior, ustad, tata tertib, kegiatan rutin santri. Sebenarnya sich tidak ada, hanya santrinya saja yang belum bisa atau belum mau memahami serta mengamalkan nilai panca jiwa pondok ini.
santri Tidak ada factor yang menghambat, hanya santri yang belum mengamalkan panca jiwa pondok
Transkrip Wawancara Nomor Data
: 05
Hari Tanggal
: Selasa, 20 Januari 2015
Kode Informan
: KM
Tempat Wawancara
: Di Depan Kamar Ustad
NO 1
TEMA Nilai Panca Jiwa Pondok
2
Implementasi
3
Factor pendukung
4
Factor penghambat
JAWABAN Kesederhanaan, kesederhanaan itu tidak terlalu berlebihan dalam segala hal, misalnya pakaian, jajan, tingkah laku, tapi yang lebih penting adalah sesuai kebutuhan. Berdikari, berdiri di atas kaki sendiri, mandiri, jadi di pondok itu tidak hanya tempat belajar mengaji akan tetapi termasuk tempat untuk belajar mandiri, paling tidak mengurus diri sendiri. Keihlasan, ikhlas dalam setiap melakukan pekerjaan, baik itu untuk diri sendiri maupun untuk orang lain. Ukhuwah islamiyah, sudah jelas dikatakan bahwa umat muslim itu bersaudara, jadi kita ini yang di pondok semua terikat oleh persaudaraan dalam sebagai muslim. Kebebasan, santri bebas merdeka, tanpa ada yang mengekang, maksudnya bebas berfikir, segala hal asalkan tidak bertentangan dengan hati akal dan fikiran serta syariat Islam Kalau hanya sekedar hafal dan memahami saya rasa hampir semua santri bisa, tetapi implementasi dalam kehidupan di pondok, belum semua santri mengamalkannilai-nilai itu. Lingkungan menjadi factor yang sangat penting, karena umumnya orang akan menyesuaikan dengan lingkungan Bagi saya kendalanya ya lingkungan yang belum terorganisir
53
INTERPRESTASI Kesederhanaan, kesederhanaan itu tidak terlalu berlebihan dalam segala hal atau sesuai kebutuhan. Berdikari, mandiri, jadi di pondok itu tidak hanya tempat belajar mengaji akan tetapi termasuk tempat untuk belajar mandiri, paling tidak mengurus diri sendiri. Keihlasan, ikhlas dalam setiap melakukan pekerjaan, baik itu untuk diri sendiri maupun untuk orang lain. Ukhuwah islamiyah, sudah jelas dikatakan bahwa umat muslim itu bersaudara, jadi kita ini yang di pondok semua terikat oleh persaudaraan dalam sebagai muslim. Kebebasan, santri bebas berfikir, melakukan apa saja, namun tidak bertentangan dengan hati akal dan fikiran serta syariat Islam Dari segi materi santri sudah menguasai, namun untuk aplikasi dalam kehidupan di pesantren belum nampak Makhluk hidup lingkungan
akan
menyesuaikan
Lingkungan yang belum tertata dengan baik.
dengan
dengan baik
Transkrip Wawancara Nomor Data
: 06
Hari Tanggal
: Rabu, 21 Januari 2015
Kode Informan
: NT
Tempat Wawancara
: Di Kamar Ustad
NO 1
TEMA Nilai Panca Jiwa Pondok
JAWABAN Keihlasan, ikhlas itu sesuatu yang mudah tapi bisa juga sulit. Mana kala kita melakukan suatu hal tanpa ada paksaan, menjalani dengan enjoi, asik, insya Allah akan terasa ringan meski seberat, sesulit apapun itu, dan tentunya niat ibadah lillahi ta’ala. Kesederhanaan, sederhana, simple, tidak neko-neko, menerima segala apa pemberian Allah, qona’ah. Kalau kita ikhlas maka yang simple ini akan terasa nikmat. Berdikari, mandiri, mandi sendiri, hhhh, tidak bersandar atau jagake (bahasa jawa) orang lain, tetapi kita selesaikan kebutuhan, masalah, kerjaan dengan usaha kita sendiri, ya walaupun kita minta bantuan orang lain tetapi tetap kita yang bertanggung jawab. Ukhuwah Islamiyah, persaudaraan yang didasari atas iman, syariat islam. Berarti hanya orang islam saudara kita? Ya tidak….tentu semua orang muslim adalah saudara kita tetapi orang non muslim juga kita hormati haknya, kita bantu saat mereka membutuhkan, kita hargai pendapat mereka. Kebebasan, kita bebas melakukan apa saja tentu tanpa melanggar syariat Islam, dimanapun kita berada kita bebas sebebas-bebasnya, tapi ingat….., kita hidup tidak sendirian, ada hak orang lain yang tidak boleh kita langgar, ada malaikat yang selalu mengiringi kita, kita tidak boleh melanggar hokum Allah
55
INTERPRESTASI Keihlasan, ikhlas itu melakukan suatu hal tanpa ada paksaa. Kesederhanaan adalah menerima segala apa pemberian Allah, qona’ah. Berdikari, mandiri, tidak bersandar orang lain, bukan berarti tidak minta bantuan orang lain. Ukhuwah Islamiyah, persaudaraan yang didasari atas iman, syariat islam, tetapi orang non muslim juga kita hormati haknya, kita bantu saat mereka membutuhkan, kita hargai pendapat mereka. Kebebasan, kita bebas melakukan apa saja tentu tanpa melanggar syariat Islam, dimanapun kita berada kita bebas sebebas-bebasnya, tapi kita hidup tidak sendirian, ada hak orang lain yang tidak boleh kita langgar, ada malaikat yang selalu mengiringi kita, kita tidak boleh melanggar hukum Allah termasuk pemerintahan yang sah.
termasuk pemerintahan yang sah. 2
Implementasi
3
Factor pendukung
4
Factor penghambat
Menurut saya menghafal, memahami itu lebih mudah dari pada mengamalkan, dan saya rasa beberapa santri disini juga mengalami hal ini, yaitu santri sudah memahami tetapi belum bisa mengamalkan Tentunya factor lingkungan, kan lingkungan isinya bermacammacam, mana kala lingkungan sudah tertata dengan rapi insya Allah nilai-nilai itu akan kelihatan Sebenarnya tidak ada kalau para santri benar-benar mau melaksanakan
Santri sudah mengamalkan
memahami
tetapi
belum
bisa
Factor lingkungan, mana kala lingkungan sudah tertata dengan rapi insya Allah nilai-nilai itu akan kelihatan Tidak ada kendala yang berarti
Transkrip Wawancara Nomor Data
: 07
Hari Tanggal
: Rabu, 21 Januari 2015
Kode Informan
: TA
Tempat Wawancara
: Di Depan Sekretariat
NO 1
TEMA Nilai Panca Jiwa Pondok
2
Implementasi
3
Factor pendukung
4
Factor penghambat
JAWABAN Keikhlasan, jiwa ini mendasari jiwa-jiwa setelahnya, ikhlas dalam bertindak, bicara, belajar, dll. Kesederhanaan , sederhana dalam segala hal, terutama sesuatu yang kelihatan, baik pakaian, penampilan, gaya bicara, dll. Berdikari, berdiri di atas kaki sendiri atau mandiri, dipondok santri dituntut untuk melakukan segala sesuatu dengan tanganya sendiri, paling tidak keperluan pribadi. Ukhuwah islamiyah, dipondok jauh dari orang tua, saudara, dan keluarga. Maka dari itu kawan atau sahabat bisa menjadi keluarga dalam ikatan persaudaraan islam. Kebebasan, bebas berfikir, bebas bertindak, bebas malakukan apa saja selama tidak melanggar aturan, ajaran islam, termasuk peraturan pemerintah.
INTERPRESTASI Keikhlasan, ikhlas dalam bertindak, bicara, belajar, dll. Kesederhanaan , sederhana dalam segala ha. Berdikari, berdiri di atas kaki sendiri atau mandiri, dipondok santri dituntut untuk melakukan segala sesuatu dengan tanganya sendiri, paling tidak keperluan pribadi. Ukhuwah islamiyah, dipondok jauh dari orang tua, saudara, dan keluarga. Maka dari itu kawan atau sahabat bisa menjadi keluarga dalam ikatan persaudaraan islam. Kebebasan, bebas berfikir, bebas bertindak, bebas malakukan apa saja selama tidak melanggar aturan, ajaran islam, dan peraturan pemerintah Kalau secara keseluruhan menurut saya sebagian besar sudah Sudah sebagian besar melaksanakan artinya sudah mengamalkan nilai-nilai Panca Jiwa Pondok, walaupun belum cukup bagus. seluruh nilai terlaksana, paling tidak ada beberapa nilai yang sudah dilaksanakan dalam kehidupan para santri. Sebenarnya segala kegiatan, pembelajaran, pergaulan sangat Segala kegiatan, pembelajaran, pergaulan sangat mendukung implementasi nilai Panca Jiwa Pondok, tapi bagi santri mendukung implementasi nilai Panca Jiwa Pondok yang mau meresapi, merenungi setiap kegiatan. Ego kedaerahan yang sering menjadi kendala implementasi Panca Ego kedaerahan yang sering menjadi kendala jiwa Pondok, karena perbedaan ini yang membuat beberapa santri
57
kadang bersitegang, dan lepas kendali, tidak mampu mengendalikan emosi dan ego masing-masing
Transkrip Wawancara Nomor Data
: 08
Hari Tanggal
: Rabu, 21 Januari 2015
Kode Informan
: MA
Tempat Wawancara
: Di Depan Kamar OPPN
NO 1
TEMA Nilai Panca Jiwa Pondok
2
Implementasi
3
Factor pendukung
4
Factor penghambat
JAWABAN Keikhlasan, ikhlas dalam beribadah, belajar, dll. Kesederhanaan , sederhana dalam segala hal, terutama sesuatu baik pakaian, penampilan, gaya bicara, dll. Berdikari, berdiri di atas kaki sendiri atau mandiri, dipondok santri dituntut untuk melakukan segala sesuatu dengan tanganya sendiri, paling tidak keperluan pribadi. Ukhuwah islamiyah, dipondok jauh dari orang tua, saudara, dan keluarga. Maka dari itu kawan atau sahabat bisa menjadi keluarga dalam ikatan persaudaraan islam. Kebebasan, bebas berfikir, bebas bertindak, bebas malakukan apa saja selama tidak melanggar aturan, ajaran islam. Belum maximal, masih harus banyak-banyak disampaikanmateri panca jiwa pondok, diarahkan, dan dibimbing agar santri mampu dan mau merenungi setiap nilai panca jiwa pondok Setiap kegiatan sebenarnya sangat mendukung implementasi nilai Panca Jiwa Pondok, tapi santrinya aja yang belum meresapi, merenungi setiap kegiatan kea rah nilai-nilai yang diharapkan Santri masih belum bisa melepas kebiasaan dirumah, terutama kebiasaan jajan yg bikin boros, ketika santri sdah kehabisan bekal ada beberapa yang nekat melakukan apa saja demi dapat uang, termasuk mencuri milik teman sendiri.
59
INTERPRESTASI Keikhlasan, ikhlas dalam beribadah, belajar, dll. Kesederhanaan , sederhana dalam segala hal, terutama sesuatu baik pakaian, penampilan, gaya bicara, dll. Berdikari, berdiri di atas kaki sendiri atau mandiri, dipondok santri dituntut untuk melakukan segala sesuatu dengan tanganya sendiri. Ukhuwah islamiyah, keluarga dalam ikatan persaudaraan islam. Kebebasan, bebas berfikir, bebas bertindak, bebas malakukan apa saja selama tidak melanggar aturan, ajaran islam. Belum maximal, masih harus disampaikan materi panca jiwa pondok, diarahkan, dan dibimbing agar santri mampu dan mau merenungi setiap nilai panca jiwa pondok Setiap kegiatan sebenarnya sangat mendukung implementasi nilai Panca Jiwa Pondok, Santri masih belum bisa melepas kebiasaan dirumah, terutama kebiasaan jajan yg bikin boros
Transkrip Wawancara Nomor Data
: 09
Hari Tanggal
: Kamis, 22 Januari 2015
Kode Informan
: MM
Tempat Wawancara
: Di Serambi Masjid
NO 1
TEMA Nilai Panca Jiwa Pondok
JAWABAN Keikhlasan, sepi ing pamrih ikhlas dalam melakukan segala hal, tidak didorong oleh keinginan mencari keuntungan tertentu. Kesederhanaan , sederhana bukan berarti menerima apa adanya tanpa adanya usaha yang maximal. Mandiri, memang manusia adalah makhluk sosial, tetapi bukan berarti selalu membutuhkan orang lain. Maka jiwa berdikari ini sangat bagus untuk ditanamkan. Ukhuwah islamiyah, ikatan persaudaraan berasaskan islam, bukan berarti kita hanya berteman dengan orang islam saja, tetapi siapapun kita jadikan kawan tentu dengan cara islam. Kebebasan, bebas berfikir, bebas bertindak, bebas malakukan apa saja, tentu dibarengi dengan kesiapan menerima segala resiko.
INTERPRESTASI Keikhlasan, sepi ing pamrih ikhlas dalam melakukan segala hal, tidak didorong oleh keinginan mencari keuntungan tertentu. Kesederhanaan , sederhana bukan berarti menerima apa adanya tanpa adanya usaha yang maximal. Mandiri, memang manusia adalah makhluk sosial, tetapi bukan berarti selalu membutuhkan orang lain. Ukhuwah islamiyah, ikatan persaudaraan berasaskan islam. Kebebasan, bebas berfikir, bebas bertindak, bebas malakukan apa saja, tentu dibarengi dengan kesiapan menerima segala resiko.
2
Implementasi
Belum maximal, panca jiwa pondok belum melekat erat di hati para santri.
3
Factor pendukung
Belum maximal, saya merasa panca jiwa pondok belum melekat erat di hati para santri, saya yakin kalau santri sudah menjiwai ke-5 jiwa tersebut, pondok pasti akan terasa menyenangkan, jarang santri yang melanggar, kalaupun melanggar santri pasti siap menanggung segala resikonya, termasuk dikeluarkan dari pondok Em…apa ya, semua hal yang ada dipondok bisa mendorong implementasi panca jiwa ini, baik kyai, ustadz, santri, sarana, termasuk kegiatan dan peraturan
Semua hal yang ada dipondok bisa mendorong implementasi panca jiwa ini, baik kyai, ustadz, santri, sarana, termasuk kegiatan dan peraturan
4
Factor penghambat
Kalau menurut saya pembentukan disiplin santri yang belum maximal
61
Kalau menurut saya pembentukan disiplin santri yang belum maximal
Transkrip Wawancara Nomor Data
: 10
Hari Tanggal
: Kamis, 22 Januari 2015
Kode Informan
: RP
Tempat Wawancara
: Di Depan Kamar OPPN
NO 1
TEMA Nilai Panca Jiwa Pondok
2
Implementasi
3
Factor pendukung
4
Factor penghambat
JAWABAN Keikhlasan, sepi ing pamrih melakukan segala hal tanpa mengharap imbalan dari orang lain. Kesederhanaan , sederhana bukan berarti menerima apa adanya tanpa adanya usaha. Berdikari, mandiri, dipondok santri belajar mandiri dengan mengurus dirinya sandiri. Ukhuwah islamiyah, ikatan persaudaraan berasaskan islam, semua santri adalah saudara, tanpa memandang asal mereka. Kebebasan, bebas berfikir, bebas bertindak, bebas malakukan apa saja, tentu dibarengi dengan kesiapan menerima segala resiko. Sudah terlihat beberapa santri mengamalkan panca jiwa pondok, tapi belum maximal dan masih jauh dari bayangan saya. yang jelas, semua hal yang ada dipondok bisa mendorong implementasi panca jiwa ini, tergantung santri bagaimana menanggapi segala sesuatu yang ada di sekitarnya Disiplin santri masih belum maximal, banyak santri yang melanggar, kalau pelanggaranya hanya sepele sih wajar, tapi ini ada santri yang sudah kelewat batas, dan sangat memalukan, dan ini bisa mempengaruhi santri yang laen.
INTERPRESTASI Keikhlasan, sepi ing pamrih melakukan segala hal tanpa mengharap imbalan dari orang lain. Berdikari, mandiri, dipondok santri belajar mandiri dengan mengurus dirinya sandiri. Ukhuwah islamiyah, ikatan persaudaraan berasaskan islam. Kebebasan, bebas berfikir, bebas bertindak, bebas malakukan apa saja, tentu dibarengi dengan kesiapan menerima segala resiko. Sudah terlihat beberapa santri mengamalkan panca jiwa pondok, tapi belum maximal dan masih jauh dari bayangan saya. semua hal yang ada dipondok bisa mendorong implementasi panca jiwa ini. Disiplin santri masih belum maximal, banyak santri yang melanggar,
Transkrip Wawancara Nomor Data
: 11
Hari Tanggal
: Kamis, 22 Januari 2015
Kode Informan
: NC
Tempat Wawancara
: Di Depan Asrama
NO 1
TEMA Nilai Panca Jiwa Pondok
2
Implementasi
3
Factor pendukung
4
Factor penghambat
JAWABAN Keikhlasan, “Sepi ing pamrih rame ing gawe” melakukan banyak hal yang bermanfaat bagi diri sendiri maupun orang lain tanpa mengharap balasan apapun, semata-mata karena Allah SWT, agar semua yang kita lakukan bernilai ibadah.. Kesederhanaan, sederhana tidak cukup hanya menerima apa yang Allah berikan tanpa iri terhadap orang yang lebih beruntung dari pada kita, tetapi diiringi dengan rasa syukur. Berdikari, mandiri, dipondok santri belajar mandiri dengan mengurus dirinya sandiri. Ukhuwah islamiyah, ikatan persaudaraan berasaskan islam, semua santri adalah saudara, tanpa memandang asal mereka. Kebebasan, bebas berfikir, bebas bertindak, bebas malakukan apa saja, tentu dibarengi dengan kesiapan menerima segala resiko. saya melihat baik santri dari jawa maupun luar jawa sama-sama ada yang bisa mengamalkan dan ada yang belum bisa mengamalkan nilai dari panca jiwa pondok. Mungkin kalau sebagian besar santri bisa mengamalkan, semua kegiatan di pondok akan terasa sangat menyenangkan Banyak hal yang bisa mendorong implementasi panca jiwa ini, baik itu kegiatan, tata tertib, pergaulan antar santri, dll, tapi tergantung santri bagaimana menanggapi itu semua. Saya rasa karena santri belum mampu atau karena memang belum mau
63
INTERPRESTASI Keikhlasan, melakukan banyak hal yang bermanfaat bagi diri sendiri maupun orang lain tanpa mengharap balasan apapun, semata-mata karena Allah SWT. Kesederhanaan, sederhana tidak cukup hanya menerima apa yang Allah berikan diiringi dengan rasa syukur. Berdikari, mandiri, dipondok santri belajar mandiri dengan mengurus dirinya sendiri. Ukhuwah islamiyah, ikatan persaudaraan berasaskan islam. Kebebasan, bebas berfikir, bebas bertindak, bebas malakukan apa saja, tentu dibarengi dengan kesiapan menerima segala resiko. Santri dari jawa maupun luar jawa sama-sama ada yang bisa mengamalkan dan ada yang belum bisa mengamalkan nilai dari panca jiwa pondok. Banyak hal yang bisa mendorong implementasi panca jiwa ini, baik itu kegiatan, tata tertib, pergaulan antar santri, dll, tapi tergantung santri bagaimana menanggapi itu semua. Santri belum mampu memahami nilai-nilai dari panca
memahami nilai-nilai dari panca jiwa pondok ini.
jiwa pondok ini.
Transkrip Wawancara Nomor Data
: 12
Hari Tanggal
: Jumat, 23 Januari 2015
Kode Informan
: BM
Tempat Wawancara
: Di Depan Asrama
NO 1
TEMA Nilai Panca Jiwa Pondok
JAWABAN Keikhlasan, sepi ing pamrih rame ing gawe melakukan banyak hal baik untuk diri sendiri maupun orang lain tanpa mengharap balasan, sematamata karena mengharap ridho Allah SWT. Kesederhanaan, sederhana apa adanya, tetapi tetap berjuang terlebih dahulu. Berdikari, mandiri, dipondok manapun santri pasti belajar untuk mandiri dengan mengurus dirinya sandiri walaupun kadang santri tidak sadar bahwa dia sedang belajar mandiri. Ukhuwah islamiyah, ikatan persaudaraan berasaskan islam, semua santri adalah saudara, tanpa memandang asal, keluarga mereka. Kebebasan, bebas berfikir, bebas bertindak, bebas malakukan apa saja, tentu harus sesuai kata hati dan dibarengi dengan kesiapan menerima segala resiko.
2
Implementasi
3
Factor pendukung
5 tahun saya disini ada banyak perubahan yang saya lihat, baik perubahan positif maupun perubahan negative. Setiap tahun santri keluar masuk silih berganti, dan kalau saya perhatikan santri yang mampu mengamalkan beberapa nilai dari panca jiwa pondok inilah yang mampu bertahan. Jadi untuk keseluruhan panca jiwa pondok belum maximal Kata Pak Kyai semua yang ada di pondok menjadi sarana pendukung implementasi panca jiwa pondok, baik santri, ustadz, kyai, tata tertib,
65
INTERPRESTASI Keikhlasan, melakukan banyak hal baik untuk diri sendiri maupun orang lain semata-mata karena mengharap ridho Allah SWT. Kesederhanaan, sederhana apa adanya, tetapi tetap berjuang terlebih dahulu. Berdikari, dipondok santri pasti belajar untuk mandiri dengan mengurus dirinya sandiri walaupun kadang santri tidak sadar bahwa dia sedang belajar mandiri. Ukhuwah islamiyah, ikatan persaudaraan berasaskan islam, semua santri adalah saudara, tanpa memandang asal, keluarga mereka. Kebebasan, bebas berfikir, bebas bertindak, bebas malakukan apa saja, tentu harus sesuai kata hati dan dibarengi dengan kesiapan menerima segala resiko. Setiap tahun santri keluar masuk silih berganti, artinya santri yang mampu mengamalkan beberapa nilai dari panca jiwa pondok inilah yang mampu bertahan. Jadi untuk keseluruhan panca jiwa pondok belum maximal Semua yang ada di pondok menjadi sarana pendukung implementasi panca jiwa pondok, baik santri, ustadz,
4
Factor penghambat
kagiatan, dll Belum semua santri mau mempelajari lebih dalam nilai dari panca jiwa pondok
kyai, tata tertib, kagiatan, dll Belum semua santri mau mempelajari lebih dalam nilai dari panca jiwa pondok
Transkrip Wawancara Nomor Data
: 13
Hari Tanggal
: Jumat, 23 Januari 2015
Kode Informan
: SR
Tempat Wawancara
: Di Kamar Santri
NO 1
TEMA Nilai Panca Jiwa Pondok
2
Implementasi
3
Factor pendukung
4
Factor penghambat
JAWABAN Keikhlasan, mengerjakan segala sesuatu baik bekerja, belajar, membantu orang lain, beribadah semata-mata karena mengharap ridho Allah SWT. Kesederhanaan, mensyukuri segala apa yang ada pada diri kita, karena semua ini adalah pemberian Allah SWT dan tentunya setelah usaha yang maximal. Berdikari atau mandiri, dipondok santri belajar mandiri dengan mengurus dirinya sandiri walaupun masih mengandalkan kiriman uang saku dari orang tua hhh. Ukhuwah islamiyah, hubungan persaudaraan islam, semua santri adalah saudara karena kita semua muslim, tanpa memandang asal, keluarga, fisik, sifat mereka. Kebebasan, di pondok santri bebas berfikir, bebas bertindak, bebas malakukan apa saja, tetapi bukan berarti tanpa control, lalu siapa yang mengontrol? Yang mengntrol adalah diri kita masing-masing, berdasarkan hati nurani kita. Implementasi itu pelaksanaan y mas? Panca jiwa pondok itu 5 jiwa yang sangat luar biasa, tapi rasanya masih banyak santri yang belum mau meresapi nilai-nilai itu Lingkungan sangat berpengaruh terhadap pelaksanaan panca jiwa pondok, tapi factor pribadi seseorang juga sangat berpengaruh kendalanya ya sama dari factor lingkungan dan pribadi santri. Lingkungan yang belum tertata, kemudian pribadi yang belum mau merenungkan nilai panca jiwa pondok.
67
INTERPRESTASI Keikhlasan, mengerjakan segala sesuatu semata-mata karena mengharap ridho Allah SWT. Kesederhanaan, mensyukuri segala apa yang ada pada diri kita, karena semua ini adalah pemberian Allah SWT. Berdikari atau mandiri, dipondok santri belajar mandiri dengan mengurus dirinya sandiri. Ukhuwah islamiyah, hubungan persaudaraan islam. Kebebasan, di pondok santri bebas berfikir, bebas bertindak, bebas malakukan apa saja, tetapi bukan berarti tanpa control.
Masih banyak santri yang belum mau meresapi nilainilai itu Lingkungan dan factor pribadi seseorang Factor lingkungan dan pribadi santri. Lingkungan yang belum tertata, kemudian pribadi yang belum mau merenungkan nilai panca jiwa pondok.
Transkrip Wawancara Nomor Data
: 14
Hari Tanggal
: Jumat, 23 Januari 2015
Kode Informan
: IR
Tempat Wawancara
: Di Depan Masjid
NO 1
TEMA Nilai Panca Jiwa Pondok
2
Implementasi
3 4
Factor pendukung Factor penghambat
JAWABAN Keikhlasan, inti dari ikhlas adalah hanya mengharap ridho Allah SWT, kita melakukan apa saja karena niat ibadah kepada Allah SWT. Kesederhanaan, sederhana itu simple, yaitu menerima apa adanya, mensukuri apa yang sudah ada. Berdikari, mandiri bisa mengurus dirinya sendiri tanpa banyak bergantung kepada orang lain, karena hanya Allah tempat bergantung. Ukhuwah islamiyah, ikatan persaudaraan berasaskan islam, semua santri adalah saudara dalam ikatan islam dan sudah jelas dalam firman Allah. Kebebasan, bebas itu indah, asik, nikmat dan semua orang pasti mengharapkan kebebasan. Maksud dari jiea bebas ini adalah santri bebas melakukan, berfikir, berpendapat, mengambil keputusan tetapi tidak keluar dari jalur sayriat dan aturan yang berlaku. Masih belum maximal, karena kalau sebagian besar santri mampu memahami, melaksankan panca jiwa pondok, saya yakin pondok ini akan terasa lebih hidup Ya semua hal yang ada dipondok, Santri berasal dari beberapa daerah dan masih banyak santri yang bergaulnya hanya dengan temen satu daerah
INTERPRESTASI Keikhlasan, inti dari ikhlas adalah hanya mengharap ridho Allah SWT. Kesederhanaan, yaitu menerima apa adanya, mensukuri apa yang sudah ada. Berdikari, mandiri bisa mengurus dirinya sendiri tanpa banyak bergantung kepada orang lain, karena hanya Allah tempat bergantung. Ukhuwah islamiyah, ikatan persaudaraan berasaskan islam. Kebebasan, jiwa bebas ini adalah santri bebas melakukan, berfikir, berpendapat, mengambil keputusan tetapi tidak keluar dari jalur syariat dan aturan yang berlaku. Masih belum maximal
Semua hal yang ada dipondok, Santri berasal dari beberapa daerah dan masih banyak santri yang bergaulnya hanya dengan temen satu daerah
Transkrip Wawancara Nomor Data
: 15
Hari Tanggal
: Jumat, 23 Januari 2015
Kode Informan
: MD
Tempat Wawancara
: Di Depan Kelas X SMK
NO 1
TEMA Nilai Panca Jiwa Pondok
JAWABAN Keikhlasan, ikhlas melakukan apapun tanpa mengharap balasan dari orang lain tetapi semata-mata karena mengharap ridho Allah, sematamata karena mengharap ridho Allah SWT. Kesederhanaan, tidak terlalu berlebihan dalam segala hal, karena bisa jadi mubadzir. Berdikari, berdiri di atas kaki sendiri. Setahu saya di pondok manapun para santri belajar mengurus dirinya sendiri, terutama keperluan pribadi. Ukhuwah islamiyah, setiap muslim itu bersaudara, dan dalam ikatan persaudaraan inilah seharusnya kita umat islam berhubungan, menjalin kerjasama, saling tolong-menolong, dll. Kebebasan, disini santri bebas melakukan apa saja, belajar apa saja asalkan untuk tujuan yang baik, tidak mengganggu, merusak, dan merugikan orang lain.
2
Implementasi
3
Factor pendukung
4
Factor penghambat
Gimana ya, kalau menurut analisa saya hhhh, sesuatu yang luar biasa kalau tidak digunakan atau diamalkan dengan benar maka tidak akan menghasilkan sesuatu yang luar biasa, dan saya melihat belum banyak santri yang mampu memahami dan mengamalkan panca jiwa pondok ini dengan baik.. sudah tentu diri masing-masing santri dan didukung oleh lingkungan, baik teman, ustadz, pak kyai, termasuk seluruh kegiatan pondok Sebenarnya dari asatidz sudah berusaha menemukan suasana pondok
69
INTERPRESTASI Keikhlasan, ikhlas melakukan apapun tanpa mengharap balasan dari orang lain, semata-mata karena mengharap ridho Allah SWT. Kesederhanaan, tidak terlalu berlebihan dalam segala hal, karena bisa jadi mubadzir. Berdikari, berdiri di atas kaki sendiri. Ukhuwah islamiyah, setiap muslim itu bersaudara, dan dalam ikatan persaudaraan inilah kita umat islam berhubungan, menjalin kerjasama, saling tolongmenolong, dll. Kebebasan, disini santri bebas melakukan apa saja, belajar apa saja asalkan untuk tujuan yang baik, tidak mengganggu, merusak, dan merugikan orang lain. Belum banyak santri yang mampu memahami dan mengamalkan panca jiwa pondok ini dengan baik..
Santri dan didukung oleh lingkungan, baik teman, ustadz, pak kyai, termasuk seluruh kegiatan pondok Ada beberapa santri yang melanggar, dan ini
yang harmonis dengan membuat tata tertib, hukuman, kegiatan yang padat, tetapi ada beberapa santri yang melanggar, dan ini mempengaruhi kepribadian santri yang lain yang ingin lebih baik.
mempengaruhi kepribadian santri yang lain yang ingin lebih baik.
LAPORAN SKK Nama : Juliono
Progdi : PAI
NIM :11109118
PA
No Nama Kegiatan 1 Orientasi Pengenalan Akademik dan Kemahasiswaaan (OPAK) STAIN Salatiga
: M. Gufron, M.Ag
Pelaksanaan 18 – 20 Agustus 2009
Keterangan Nilai Peserta 3
2
Pelatihan Emosional Spiritual Intelligence Quotient (ESIQ) Mahasiswa STAIN Salatiga
21 Agustus 2009
Peserta
3
3
User Education oleh UPT Perpustakaan STAIN salatiga
25 -29 Agustus 2009
Peserta
3
4
Parade Musik Religi STAIN Music Club (SMC)
29 Agustus 2009
Peserta
2
5
Diskusi Panel & Buka Bersama oleh UKM CEC, LDK & ITTAQO “ Aktualisasi Bahasa Arab Dan Bahasa Inggris Dalam Dakwah Islam”
05 September 2009
Peserta
3
6
Pendidikan dan Latihan Calon Pramuka Pandega ke-19 (PLCPP XIX) oleh Racana Kusuma DilagaWoro Srikandhi Gugus Depan Kota Salatiga 02.237 – 02.238 STAIN Salatiga Kursus Pembina Pramuka Mahir Tingkat Lanjutan (KML) Kwartir Cabang Kota Salaatiga Tahun 2010
18-21 Oktober 2009
Peserta
3
25 – 30 Januari 2010
Panitia
3
8
Micro Enterprice Computer (MEC) 2nd Bath oleh UKSW Salatiga
10 – 12 Maret 2010
Peserta
3
9
Praktikum Baca Tulis Al Qur`an 2 Nopember 2010 (BTA) oleh Ketua Progdi PAI STAIN Salatiga Praktikum Etika Profesi Keguruan 25 Nopember 2010 oleh Ktua Progdi PAI STAIN Salatiga Seminar Nasional “ Pilar-pilar 22 Juni 2011 Penanggulangan Korupsi di Indonesia Prespektif Agama, Budaya, dan Negara” oleh HMJ STAIN Salatiga
Peserta
2
Peserta
2
Peserta
6
Praktikum Metodologi Pendidikan Agama Islam oleh Ketua Progdi PAI STAIN Salatiga
Peserta
3
7
10 11
12
23 September 2011
13
Praktikum Mata Kuliah TELAAH KURIKULUM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM oleh Ketua Progdi PAI STAIN Salatiga
11 Februari 2012
Peserta
2
14
Pelatihan Kompetensi Guru SMK se Jawa Tengah DI Balai Pengembangan Pendidikan Kejuruan Dinas Pendidika Provinsi Jawa Tengah Pelatihan Teknisi Komputer (Calon Karyawan Perusahaan/Dunia Kerja) oleh bidang keahlian Teknik Komputer DAN Jaringan SMK NEGERI 2 SALATIGA (SMK – SBI INVEST – ABD)
12 – 17 Maret 2012
Peserta
2
22 – 24 Mei 2012
Peserta
4
16
Pelatihan Kompetensi Guru SMK Se Jawa Tengah di Balai Pengembangan Pendidikan Kejuruan Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah
28 Mei – 2 Juni 2012
Peserta
4
17
Surat Keputusan oleh Yayasan Sosial Yatim Piatu Dharma Lestari Salatiga tentang “Pengangkatan Guru Tidak Tetap Yayasan “
10 Juli 2012
Guru
3
18
Surat Keputusan Kepala SMK-SPP DHARMA LESTARI SALATIGA tentang Penugasan Guru Dalam Proses Belajar Mengajar/Praktik/Bimbingan Dan Penyuluhan Serta Tugas Lain Semester Gasal Tahun Pelajaran 2012/2013 Entrepreneur Insight Bagi Guru-Guru Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) & Sekolah Menegah Atas (SMA) oleh PT.PERTAMINA (PERSERO) & PT. IKISANG GAYUH WICAKSANA Pendidikan Dan Pelatihan Peningkatan Kompetensi Metodologi Pendidikan DAN Pengajaran bagi Tenaga Kerja Pendidik Pertanian di Pascasarjana Universitas Negeri Malang Workshop “ Pengelolaan Anggaran Lembaga Pendidikan Berbasis Anti Korupsi” oleh LKBHI STAIN Salatiga
10 Juli 2012
Guru
3
7 – 8 Nopember 2012
Peserta
3
19-30 Nopember 2012
Peserta
4
10 Desember 2012
Peserta
3
15
19
20
21
22
23
24
25
26
27
Seminar Nasional Kebangsaan “Menggagas Menasionalismekan Ber-Agama; Upaya Membingkai Perbedaan Keberagaman dalam KeIndonesiaan” oleh IPNU Kab. Semarang Surat Keputusan Kepala SMK-SPP DHARMA LESTARI SALATIGA tentang Penugasan Guru Dalam Proses Belajar Mengajar/Praktik/Bimbingan Dan Penyuluhan Serta Tugas Lain Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013 Surat Keputusan Yayasan Sosial Yatim Piatu Dharma Lestari Salatiga tentang “Pengangkatan Guru Tidak Tetap Yayasan”
27 Desember 2012
4
10 Januari 2013
Guru
3
8 Juli 2013
Guru
3
Surat Keputusan Kepala SMK-SPP 10 Juli 2013 DHARMA LESTARI SALATIGA tentang Penugasan Guru Dalam Proses Belajar Mengajar/Praktik/Bimbingan Dan Penyuluhan Serta Tugas Lain Semester Gasal Tahun Pelajaran 2013/2014 Surat Keputusan Kepala Sekolah 25 Nopember 2013 Menengah Kejuruan SPP DHARMA LESTARI Salatiga NO.004/A/SMKSPP DL/XII/2013 tentang Susunan Kepanitiaan Ulangan Akhir Semester Gasal SMK-SPP DHARMA LESTARI KOTA SALATIGA Tahun Pelajaran 2013-2014
Guru
3
Panitia
3
Sosialisai Kurikulum 2013 Bagi Guru PAI Tingkat SMP oleh Seksi Pendidikan Agama dan Keagamaan Islam Kantor Kememtrian Agama Kota Salatiga
Peserta
3
4 – 7 Desember 2013
47
28
Surat Keputusan Kepala SMK-SPP DHARMA LESTARI SALATIGA NO.005/A/SMK-SPP DL/I/2014 tentang Susunan Kepanitiaan Ujian Kompetensi Kejuruan (UKK), Ujian Sekolah (US), Ujian Praktek Sekolah (UPS) dan Ujian Nasional (UN) SMK-SPP DARMA LESTRAI KOTA SALATIGA Tahun Pelajaran 2013/2014
29
Panitia
3
Surat Keputusan Kepala SMK-SPP 6 Januari 2014 DHARMA LESTARI SALATIGA tentang Penugasan Guru Dalam Proses Belajar Mengajar/Praktik/Bimbingan Dan Penyuluhan Serta Tugas Lain Semester Genap Tahun Pelajaran 2013/2014 Surat Keputusan KEPALA SMK-SPP 19 Mei 2014 DARMA LESTARI SALATIGA NO.007/A/SMK-SPP DL/2014 tentang SUSUNAN KEPANITIAAN ULANGAN SEMESTER GENAP SMK-SPP DARMA LESTARI KOTA SALATIGA TAHUN PELAJARAN 2013/2014
Guru
3
Panitia
3
31
Surat Keputusan Ketua YAYASAN SOSIAL YATIM PIAYU DARMA LESTARI SALATIGA NO.02/A/YSYPDL/KEP/VII/2014 tentang PENGANGKATAN GURU TIDAK TETAP YAYASAN
12 Juli 2014
Guru
3
32
Surat Keputusan Kepala SMK-SPP DHARMA LESTARI SALATIGA tentang Penugasan Guru Dalam Proses Belajar Mengajar/Praktik/Bimbingan Dan Penyuluhan Serta Tugas Lain Semester Genap Tahun Pelajaran 2014/2015 Surat Keputusan Kepala SMK-SPP DARMA LESTARI SALATIGA N0.010/A/SMK-SPP DL/VII/14 tentang Operator Dapodik SMK-SPP DARMA LESTARI KOTA SALATIGA TAHUN PELAJARAN 2014/2015
12 Juli 2014
Guru
3
14 Juli 2014
Operator Dapodik
3
30
33
2 Januari 2014
49
FOTO-FOTO KEGIATAN 1 Apel Pagi
3 Pengajian umum
5 Prosesi wisuda
2 Apel siang
4 Ziarah ke makam
6 Makan santri
7 Ujian prakerin
8 Masa Orientasi Santri
9 Hukuman Santri
11 Praktek lahan
10 Eksta pamuka
12 Kunjungan industri
51