Dunia Keperawatan, Volume 4, Nomor 1, Maret 2016: 1-7
PERILAKU PENCEGAHAN PENYAKIT TERHADAP KEJADIAN SKABIES PADA SANTRI DI PONDOK PESANTREN AL-FALAH PUTERA BANJARBARU Anna Maulina Kustantie1, Kurnia Rachmawati2, Musafaah3 1,2
Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat, Jl. A. Yani KM. 36 Banjarbaru, 70714 3 Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat, Jl. A. Yani KM. 36 Banjarbaru, 70714 Email korespondensi:
[email protected] ABSTRAK Skabies adalah penyakit kulit menular yang disebabkan oleh infestasi Sarcoptes scabies. Perilaku kesehatan mencakup yang termasuk perilaku untuk tidak menularkan penyakit kepada orang lain. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui hubungan perilaku pencegahan penyakit terhadap kejadian skabies pada santri di pondok pesantren Al-Falah Putera Banjarbaru. Metode penelitian adalah retrospektif (case control study), pada santri berasrama di pondok pesantren Al-Falah Putera Banjarbabaru. Responden dibagi dalam 2 kelompok yakni kelompok kasus (n=36) dan kelompok kontrol (n=36). Instrumen yang digunakan berupa kueisioner perilaku pencegahan penyakit skabies. Hasil penelitian didapatkan perilaku pencegahan penyakit skabies dengan cara tidak bertukar pakaian dan alat sholat dalam kategori baik yaitu sebanyak 52 santri (72,2%), tidak bergantian handuk dalam kategori baik adalah sebanyak 59 santri (81,9%), dan menjaga kebersihan tempat tidur dalam kategori baik yaitu sebanyak 52 santri (72,2%). Hasil uji Chi Square terkait perilaku pencegahan penyakit skabies dengan cara tidak bertukar pakaian dan alat sholat, tidak bergantian handuk, dan menjaga kebersihan tempat tidur p=0,792, p=1,000, p=0,066 secara berurutan. Kata-kata kunci : perilaku pencegahan penyakit, skabies, santri. ABSTRACT Scabies is a contagious skin disease caused by infestations of Sarcoptes scabies. Health promotion behavior including of disease prevention behaviors which means avoiding disease transmission. The objective of this study was to determine the relationships between disease prevention behaviors and scabies incidence on students at saAl-Falah Putera’s boarding school Banjarbaru. The methods of this study was a retrospective study (case control study), toward the boarding students at the boarding school Al-Falah Putera’s Banjarbabaru. Respondents were divided into 2 groups: the case group (n = 36) and control group (n = 36). The instrument used in the form of a questionnaire the behavior of scabies disease prevention. The result of this study showed that behavioral scabies prevention of disease by not exchanging clothes and prayer tools in both categories as many as 52 students (72.2%), not alternating towels in both categories are as many as 59 students (81.9%), and maintain the cleanliness of the beds in both categories as many as 52 students (72.2%). The Results of Chi Square test related to scabies disease prevention behaviors by not exchanging clothes and tools prayer, not alternating towel and maintain the cleanliness of the bed showed p= 0.792, p= 1.000, p= 0.066 respectively. Keywords: disease prevention behaviors, scabies, students.
1
Anna Maulina Kustantie dkk, Perilaku Pencegahan Penyakit… PENDAHULUAN Skabies adalah penyakit kulit menular yang disebabkan oleh penyusupan organisme ke dalam tubuh dan sensitisasi terhadap sarcoptes scabies varian hominis dan produknya (1). Penyakit ini ditandai dengan gejala gatal pada malam hari karena aktifitas tungau yang lebih tinggi pada suhu yang lembab dan panas (2). Angka kejadian skabies dari data World Health Organization (WHO), prevalensinya berkisar antara 6%-27% dan insiden tertinggi terdapat pada anak usia sekolah dan remaja (3). Data depkes RI, prevalensi skabies diseluruh puskesmas Indonesia tahun 2008 adalah 5,6%-12,95% (4). Berdasarkan Penelitian Fadia dan Sungkar (2014), prevalensi skabies di Pesantren X Jakarta Timur pada santri laki-laki (57,4%) lebih tinggi dibandingkan perempuan (42,9%) (5). Di Kalimantan Selatan, penyakit skabies menempati urutan ke enam dari sepuluh penyakit. Penyakit skabies juga menempati urutan ke-13 di kabupaten Banjar (4). Prevalensi skabies yang tinggi umumnya ditemukan di lingkungan dengan kepadatan penghuni dan kontak interpersonal tinggi seperti penjara, panti asuhan, dan pondok pesantren (6). Pondok pesantren Al-Falah Putera Banjarbaru menggunakan tempat tidur tingkat dengan kamar yang berisi 29 orang dalam satu kamar. Pada kehidupan sehari-hari, para santri menjemur baju dan pakaian dalam secara bersamaan dengan santri lainnya. Hasil wawancara dengan ketua pondok pesantren, masalah utama yang sering dialami oleh para santri adalah masalah gatal-gatal. Beliau mengatakan bahwa para santri hanya akan dibawa ke rumah sakit jika gatalgatal semakin parah. Terdapat empat santri yang mengatakan bahwa mereka mengalami gatal-gatal yang hebat pada malam hari. Satu santri mengatakan tidur tanpa menggunakan sprei dan jarang menjemur alas tidur.
Penularan skabies dapat melalui kontak tidak langsung seperti melalui perlengkapan tidur, pakaian, dan handuk (5). Studi pendahuluan pada tanggal 5 oktober 2015, anggota pelayanan pusat kesehatan pesantren mengatakan bahwa para santri banyak yang mengalami gatal-gatal pada kulitnya ketika malam hari dan muncul gelembung berair pada kulit bagian sela-sela jari tangan dan kaki serta badan. Wawancara dan observasi pada sepuluh santri didapatkan lima santri mengalami gatal-gatal pada bagian selasela jari, dua santri mengalami gatalgatal pada bagian sela-sela kaki, dan tiga santri tidak mengalami gatal-gatal pada kedua bagian tersebut. Timbulnya penyakit skabies disebabkan perilaku yang kurang sehat (7). Perilaku kesehatan itu mencakup perilaku pencegahan penyakit (health promotion behavior) yang termasuk perilaku untuk tidak menularkan penyakit kepada orang lain (8). Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk meneliti “Hubungan perilaku pencegahan penyakit dengan kejadian skabies pada Santri di Pondok Pesantren Al-Falah Putera Banjarbaru”. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian observasional analitik dengan pendekatan retrospektif (case control study). (9). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh santri berasrama di pondok pesantren AlFalah Putera Banjarbaru dengan jumlah Populasi sebanyak 1646 santri. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 36 orang. Berdasarkan penelitian terdahulu Rohmawati (2010), maka jumlah sampel minimal adalah 36 kelompok kasus dan 36 kelompok kontrol. Teknik pengambilan
sampel pada penelitian ini adalah menggunakan teknik purposive sampling (9). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah anamnesa 2
Dunia Keperawatan, Volume 4, Nomor 1, Maret 2016: 1-7 dokter disertai dengan kuesioner. Analisis bivariat menggunakan uji chi square menggunakan Confidence Interval (CI) sebesar 95% tingkat kemaknaan α= 0,05. HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Responden Usia santri sebagian besar yaitu berusia 13-17 tahun sebanyak 62 santri (86,1%) Berdasarkan tingkat pendidikan didapatkan data paling banyak terdapat pada tingkat pendidikan Wustha (SMP) yaitu sebanyak 41 santri (56,9%). Berdasarkan pengalaman penyuluhan pencegahan skabies didapatkan data sebagian besar santri tidak pernah mendapatkan penyuluhan pencegahan skabies sebanyak 56 santri (77,8%). Perilaku Pencegahan Penyakit dengan cara Tidak Bertukaran Pakaian dan Alat Sholat. Sebagian besar santri yang memiliki perilaku pencegahan penyakit dengan cara tidak bertukar pakaian dan alat sholat dalam kategori baik yaitu sebanyak 52 santri (72,2%). Penelitian Afranizar menjelaskan apabila tukar menukar pakaian dilakukan oleh sesama santri yang tidak menderita skabies dan memiliki praktik menjaga kebersihan pakaian yang baik tentu penularan skabies tidak terjadi (15). Hasil ini sesuai dengan teori bahwa kontak terjadi dari kulit-ke-kulit dengan orang yang sudah menderita skabies (16). Perilaku Pencegahan Penyakit Dengan Cara Tidak Bergantian Handuk Santri yang memiliki perilaku yang baik sebanyak 59 santri (81,9%) dan santri yang memiliki perilaku yang buruk sebanyak 17 santri (18,1%). Skabies tidak mudah menular dari orang ke orang atau disebarkan oleh kontak sosial (22). Menurut teori, tungau skabies akan mati
jika berada pada suhu 500C (1200 F) selama 10 menit (19). Perilaku Pencegahan Penyakit dengan cara Menjaga Kebersihan Tempat Tidur Sebagian besar santri memiliki perilaku yang baik sebanyak 52 santri (72,2%). Berdasarkan teori, bahwa dengan mencuci sprei secara teratur dan menjemur kasur dapat mencegah terjadinya penularan skabies (23). Hubungan Perilaku Pencegahan Penyakit dengan cara Tidak Bertukaran Pakaian dan Alat Sholat terhadap Kejadian Skabies. Perilaku pencegahan penyakit dengan cara tidak bertukar pakaian dan alat sholat dalam kategori baik sebanyak 25 santri (48,1%), sedangkan santri yang memiliki perilaku pencegahan yang buruk sebanyak 27 santri (51,9%). Pada kelompok kontrol sebagian besar santri memiliki perilaku pencegahan penyakit dengan cara tidak bertukar pakaian dan alat sholat yang baik sebanyak 27 santri (37,5%) dan terdapat 9 santri yang memiliki perilaku pencegahan penyakit yang buruk. yang artinya tidak ada hubungan perbedaan proporsi atau tidak ada hubungan antara perilaku pencegahan penyakit dengan cara tidak bertukar pakaian dan alat sholat terhadap kejadian skabies. Hasil penelitian ini bertentangan dengan penelitian dari Azizah (2013) yang menunjukkan ada hubungan frekuensi berganti pakaian dengan teman dengan kejadian skabies. Penelitian dari Kurniawati (2004) menyimpulkan bahwa, tidak saling bertukar pakaian dengan teman tidak mudah tertular penyakit skabies (13). Penelitian lain yang mendukung hasil penelitian ini bahwa tidak ada hubungan yang signifikan bertukar baju dengan kejadian skabies di pondok 3
Anna Maulina Kustantie dkk, Perilaku Pencegahan Penyakit… pesantren Al-furqon. Perbedaan hasil ini dapat dipengaruhi oleh faktor kebiasaan dari santri sebelum datang ke pesantren, seperti sosial budaya, hunian, keyakinan, keadaan lingkungan, dan faktor individual seperti kurangnya pengetahuan (14). Hubungan Perilaku Pencegahan Penyakit dengan cara Tidak Bergantian Handuk terhadap Kejadian Skabies. Perilaku pencegahan penyakit dengan cara tidak bergantian handuk pada kelompok kasus mempunyai perilaku pencegahan yang baik sebanyak 30 santri (50,8%) dan 6 santri (49,2%) diantaranya memiliki perilaku pencegahan yang buruk. Pada kelompok kontrol sebagian besar santri memiliki perilaku pencegahan penyakit dengan cara tidak bergantian handuk yang baik yaitu sebanyak 29 santri (49,2%) dan terdapat 7 santri (53,8%) yang memiliki perilaku pencegahan penyakik yang buruk. Beberapa alasan santri yang tidak menggunakan handuk sendiri adalah mereka menggunakan sarung sebagai pengganti handuk. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara perilaku pencegahan penyakit dengan cara tidak bergantian handuk terhadap kejadian skabies. Hasil penelitian ini bertentangan dengan penelitian Rohmawati (2010) bahwa ada hubungan antara responden yang bergantian handuk dengan kejadian skabies di Pondok Pesantren Al-Muayyad Surakarta (17). Perilaku Pencegahan Penyakit dengan cara Menjaga Kebersihan Tempat Tidur
Perilaku pencegahan penyakit dengan cara menjaga kebersihan tempat tidur pada kelompok kasus mempunyai perilaku pencegahan yang baik sebanyak 22 santri (42,3%) dan terdapat 14 santri (70,0%) yang memiliki perilaku
pencegahan yang buruk. Pada kelompok kontrol, perilaku pencegahan penyakit dengan cara menjaga kebersihan tempat tidur yang baik sebanyak 30 santri (57,7%) dan terdapat 6 santri (30,0%) memiliki perilaku pencegahan penyakit dengan cara menjaga kebersihan tempat tidur yang buruk. Berdasarkan uji chi square menunjukkan tidak ada hubungan antara perilaku pencegahan penyakit dengan cara menjaga kebersihan tempat tidur terhadap kejadian skabies. Hasil penelitian ini bertentangan dengan penelitian Afraniza (2011) bahwa ada hubungan yang signifikan antara praktik kebersihan tempat tidur dengan kejadian skabies (15). Penelitian sejalan dari Fatmasari, Supiyono, dan Eko (2013) bahwa tidak ada hubungan antara kebersihan tempat tidur dengan kejadian scabies (18). Menurut teori, skabies biasanya disebarkan secara langsung, berkepanjangan, kulit-ke-kulit kontak dengan orang yang memiliki kudis(19). Peneliti berasumsi bahwa ada faktor-faktor lain seperti suhu, sanitasi lingkungan, pengetahuan, dan peran ustad dalam perilaku pencegahan penyakit skabies. Berdasarkan penelitian Hapsari (2014), ada hubungan antara suhu dengan kejadian skabies di pondok pesantren Darul Amanah desa Kabunan Kecamatan Sukorejo Kabupaten Kendal Semakin baik ataupun semakin buruk suhu ruangan akan berpengaruh terhadap peningkatan atau penurunan kejadian skabies pada santri di Pondok Pesantren Darul Amanah Kendal (20). Berdasarkan penelitian Fitriawati (2014) pada santri pondok pesantren Nurul Ummah Kotagede Yogyakarta 2014, ada hubungan sanitasi lingkungan dengan kejadian skabies (21). Azizah (2012) menyatakan ada hubungan antara peran ustad dengan perilaku pencegahan penyakit skabies pada santri. Dukungan dan bimbingan dari 4
Dunia Keperawatan, Volume 4, Nomor 1, Maret 2016: 1-7 ustad juga berpengaruh terhadap perilaku pencegahan penyakit skabies dengan cara memberikan contoh tentang cara menjaga kebersihan diri dan lingkungan serta tentang dampak apabila tidak mandi dengan air bersih (6). Terdapat hambatan dalam mengidentifikasi lebih spesifik mengenai perilaku pencegahan penyakit pada santri-santri kelompok kasus atau kontrol diantaranya adalah karena penelitian ini bersifat retrospektif sehingga penelitian ini memiliki kekurangan yaitu kemungkinan terjadinya bias recalling pada responden karena harus mengingat kembali kejadian 1 bulan terakhir. Kemungkinan terjadinya kesalahan diagnosa bisa terjadi karena hanya menggunakan anamnesa dokter tanpa didukung pemeriksaan diagnostik dan pemeriksaan penunjang lainnya.
faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian skabies. KEPUSTAKAAN 1.
Handoko. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. edisi 5. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta: Adhi Juanda, 2008.
2.
Djuanda dan Adhi.. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia., 2007
3.
Haeri Ummul, Kartini, IPA Agustin. Faktor-faktor yang berhubungan kejadian skabies di pondok pesantren Darul Huffadh di wilayah kerja puskesmas Kajuara Kab. Bone. ISSN: 23021721;2(4):109-114, 2013.
4.
Al-Audauh N, Rahmah SU, Sri AU. Faktor risiko skabies pada siswa pondok pesantren Kelurahan Cindai Alus, Kabupaten Banjar, Provinsi Kalimantan Selatan. Jurnal Buski. 4(1):14-22, 2012.
5.
Fadia A.R, Sungkar S. Prevalensi skabies dan faktor-faktor yang berhubungan di pesantren X, Jakarta Timur. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 1(2): 251-56, 2014.
6.
Desmawati, Ari Pristiana Dewi, dan Oswati Hasanah. Hubungan Personal Hygiene dan Sanitasi Lingkungan dengan Kejadian Skabies di Pondok PesantrenalKautsar Pekanbaru. JOM. 2(1):62837, 2015.
7.
Ismihayati SN, Pawiono, Suparyanto. Hubungan perilaku pencegahan penyakit skabies santriwati dengan kejadian skabies
PENUTUP Simpulan dari penelitian ini adalah perilaku pencegahan penyakit dengan cara tidak bertukar pakaian dan alat sholat terbanyak adalah 72,2% termasuk dalam perilaku yang baik, perilaku pencegahan penyakit dengan cara tidak bergantian handuk terbanyak adalah 81,9% termasuk dalam perilaku yang baik, dan perilaku pencegahan penyakit dengan cara menjaga kebersihan tempat tidur terbanyak 72,2% termasuk dalam perilaku baik. Tidak ada hubungan antara perilaku pencegahan penyakit dengan cara tidak bertukar pakaian dan alat sholat terhadap kejadian skabies, perilaku pencegahan penyakit dengan cara tidak bergantian handuk terhadap kejadian skabies, dan perilaku pencegahan penyakit dengan cara menjaga kebersihan tempat tidur terhadap kejadian skabies. Diharapkan untuk menjaga kebersihan secara menyeluruh, senantiasa menjaga kebersihan fasilitas dan kesehatan lingkungan pondok. Bagi calon peneliti selanjutnya dapat meneliti variabel lain yang lebih kompleks terkait
5
Anna Maulina Kustantie dkk, Perilaku Pencegahan Penyakit… di asrama Al-Kholiliyah Pondok Pesantrem Darul Ulum Peterongan Jombang. Program S1 Keperawatan Stikes PEMKAB Jombang, 2013. 8.
9.
Wawan A, Dewi M. Teori dan pengukuran pengetahuan, sikap dan perilaku manusia. Yogyakarta: Nuha Medika, 2010. Hidayat, A. Aziz Alimul. Metode penelitian keperawatan dan teknik analisis data. Edisi Pertama. Jakarta: Salemba Medika, 2014.
10. Hendryadi. Content validity (validitas isi). Teori Online Personal Paper. (1):1-5, 2014. 11. Polit D.F, Cheryl T.B. The Content Validity Index: Are You Sure You Know What‟s Being Reported? Critique and Recommendations. Research in Nursing & Health. 9:489–497, 2006. 12. Budiman, Agus Riyanto. Kapita selekta kuesioner pengetahuan dan sikap dalam penelitian kesehatan. Jakarta: Salemba Medika, 2013. 13. Azizah, NN. Hubungan antara kebersihan diri dan lama tinggal dengan kejadian penyakit skabies di pon-pes Alhamdulillah Rembang. Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta. Publikasi Ilmiah: 1-14, 2013. 14. Julia Rochis, Sri Tjahyani Budi Utami. Hubungan faktor lingkungan dan perilaku terhadap kejadian skabies di pondok pesantren AlFurqon Kecamatan Sidayu Kabupaten Gresik Provinsi Jawa Timur tahun 2013. Universitas Indonesia:1-20, 2013.
15. Afranizar, Y. Hubungan antara praktik kebersihan diri dan angka kejadian skabies di pesantren Kyai Gading Kabupaten Demak. Demak: Program Pendidikan Sarjana Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, 2011. 16. Ogg, B., What you need to know about scabies. The Counties and the United States Department of Agriculture. 2014. Cited 09 November 2015, (online): http://lancaster.unl.edu. 17. Rohmawati, R.N. Hubungan antara faktor pengetahuan dan perilaku dengan kejadian skabies di pondok pesantren Al-Muayyad Surakarta. Surakarta: Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2010. 18. Fatmasari Anisa, Supriyono Asfawi, dkk. Hubungan antara hygiene perorangan dengan kejadian skabies di pondok pesantren Roudlotul Muttaqin Mijen Semarang. Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswanto. 2013:1-15, 2013. 19. Maricopa Country. Scabies fact sheet. Centers for Disease Control and Prevention, 2010. 20. Hapsari Nanda I.W. Hubungan karakteristik, faktor lingkungan dan perilaku dengan kejadian skabies di pondok pesantren Darul Amanah Desa Kabunan Kecamatan Sukorejo Kabupaten Kendal. Fakultas Kesehatan, Universitas Dian Nuswantoro Semarang. 2014: 1-13. 21. Fitriawati. Hubungan faktor personal hygiene, sanitasi lingkungan, dan status nutrisi 6
Dunia Keperawatan, Volume 4, Nomor 1, Maret 2016: 1-7 dengan kejadian scabies pada santriwati di pondok pesantren Nurul Ummah Kotagede Yogyakarta. Yogyakarta: Program Studi Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan „Aisyiyah Yogyakarta, 2014. 22. Hager, K. Protocol for the management and control of infestations. 2nd ed. St. George: St. George's Healthcare NHS Trust., 2014. 23. Kong, B. Scabies management. China: Infection Control Branch, Center for Health Protection, 2009.
7