28
III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian Objek penelitian terdiri dari peternak dan pelaku pemasaran itik lokal pedaging. Peternak merupakan pihak yang melakukan kegiatan pemeliharaan itik lokal pedaging di Desa Citrajaya, sedangkan pelaku pemasaran merupakan pihak yang terlibat dalam penyaluran itik lokal pedaging dari Desa Citrajaya hingga ke wilayah Jakarta.
3.2. Metode Penelitian Teknik pengumpulan data yang ditempuh pada penelitian menggunakan metode survei, yaitu dengan menghimpun seluruh informasi mengenai pemasaran itik lokal pedaging melalui sampel yang diperoleh dari populasi peternak dan pelaku pemasaran. Tujuan penelitian survei adalah untuk melakukan generalisasi sejauh populasi dari mana sampel tersebut diambil (Paturochman, 2012). Setiap informasi dihimpun melalui proses wawancara kepada setiap responden dengan menggunakan alat bantu berupa kuesioner yang telah disusun seperti yang ditampilkan pada Lampiran 1 dan 2. Analisis yang digunakan pada penelitian ini yaitu analisis deskriptif. Analisis deskriptif adalah suatu analisis penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan hal-hal yang ditanyakan pada penelitian (Idrus, 2007). 3.2.1. Penentuan Lokasi Penelitian Desa Citrajaya dipilih menjadi lokasi penelitian karena merupakan salah satu daerah sentra peternakan itik pedaging yang memiliki jumlah peternak dan populasi ternak itik lokal pedaging yang cukup banyak untuk Kabupaten Subang.
29
Jumlah peternak yang membesarkan dan memasarkan itik lokal pedaging terdiri dari 12 orang dengan rata-rata kepemilikan populasi ternak sebesar 1.000 ekor per periode sehingga secara keseluruhan jumlah populasi itik lokal pedaging di Desa Citrajaya terdiri dari 12.000 ekor. Selain itu, Desa Citrajaya merupakan lokasi yang strategis untuk jalur pemasaran itik lokal pedaging karena mudah diakses ke wilayah Jakarta. Lokasi penelitian untuk wilayah Jakarta diantaranya berada di Pasar Jaya Klender, Pasar Bebek Marunda, Pasar Bebek Cakung, dan Pasar Lokomotif Jatinegara. Pemilihan lokasi tersebut berdasarkan hasil wawancara dan survei terhadap pelaku pemasaran. Berdasarkan data primer yang didapatkan, empat lokasi tersebut merupakan lokasi yang paling aktif dalam kegiatan pemasaran itik lokal pedaging. 3.2.2. Penentuan Responden Penelitian Responden pada penelitian ditentukan berdasarkan hasil pengambilan sampel dari pihak peternak dan pelaku pemasaran. Berdasarkan observasi pra penelitian, didapatkan sejumlah peternak itik lokal pedaging di Desa Citrajaya yang masih aktif berkegiatan yaitu sebanyak 10 orang.
Peneliti menjadikan
seluruh peternak tersebut sebagai responden agar memperoleh validitas dan reliabilitas hasil yang terbaik. Responden pelaku pemasaran itik lokal pedaging diambil melalui teknik Snowball Sampling, yaitu dimulai dengan mewawancarai peternak untuk memperoleh informasi secara beruntun mengenai para pelaku pemasaran yang memasarkan itik lokal pedaging ke wilayah Jakarta.
Keterangan mengenai
saluran pemasaran itik lokal pedaging dari Desa Citrajaya dapat diketahui setelah
30
seluruh informasi pemasaran yang dicari dari responden peternak dan pelaku pemasaran terpenuhi. 3.2.3. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data Terdapat dua jenis data yang dikumpulkan untuk menunjang penelitian yaitu data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan para responden dan juga dari hasil observasi langsung di lokasi penelitian. Observasi dilakukan sebelum dan pada saat penelitian berlangsung. Kemudian untuk melengkapi pembahasan dalam penelitian ini, sejumlah informasi dikumpulkan berupa data sekunder yang diperoleh dari Dinas Peternakan Jawa Barat dan daerah Subang serta instansi terkait lainnya serta melalui studi literatur. 3.3. Definisi dan Operasionalisasi Variabel 3.3.1. Definisi Variabel Definisi dari tiap variabel pada penelitian meliputi : 1.
Saluran Pemasaran adalah kumpulan lembaga-lembaga atau pihak yang melakukan tugas pemasaran itik lokal pedaging secara langsung maupun tidak langsung dari titik produsen hingga ke titik konsumen akhir.
2.
Pemasaran adalah kegiatan pendistribusian ternak itik lokal pedaging dari produsen ke konsumen akhir
3.
Itik lokal pedaging adalah itik lokal yang dipelihara dan dikembangkan di Desa Citrajaya, Kabupaten Subang, merupakan itik jantan yang digemukan untuk memproduksi daging.
4.
Produsen adalah peternak yang memelihara, menggemukkan dan menjual itik lokal pedaging di Desa Citrajaya.
31
5.
Pedagang Pengumpul (collecting trader) adalah pedagang yang membeli dan mengumpulkan itik lokal pedaging dari peternak untuk dijual kembali kepada pedagang pengecer.
6.
Pedagang Penyalur (broker) adalah pedagang yang membeli itik lokal pedaging dari pedagang besar untuk dijual kembali kepada pedagang pengecer.
7.
Pedagang Besar (wholesaler) adalah pedagang yang membeli itik lokal pedaging baik secara langsung dari peternak dengan jumlah yang relatif banyak untuk dapat dijual kembali ke pedagang pengecer.
8.
Pedagang Pengecer (retailer) adalah pedagang yang menjual itik lokal pedaging langsung ke konsumen perantara.
9.
Penjualan adalah suatu proses kegiatan usaha dalam mencapai titik konsumen yang akan membeli itik lokal pedaging
10. Pembelian adalah suatu proses kegiatan usaha dalam memperoleh itik lokal pedaging dari tangan produsen dan pelaku pemasaran. 3.3.2. Operasionalisasi Variabel Berdasarkan tujuan dan kerangka pemikiran pada penelitian, maka variabel yang dianalisis terdiri dari : 1.
Harga jual itik pedaging, merupakan harga jual itik lokal pedaging dalam bentuk hidup dan karkas yang berlaku di tingkat peternak dan pelaku pemasaran, dihitung dalam satuan rupiah per ekor (Rp/ekor) sesuai dengan harga pada saat penelitian berlangsung.
2.
Harga beli itik pedaging, yaitu harga beli itik lokal pedaging dalam bentuk hidup dari pelaku pemasaran kepada peternak atau dari pelaku pemasaran ke
32
pelaku pemasaran lainnya, dihitung dalam satuan rupiah per ekor (Rp/ekor) sesuai dengan harga pada saat penelitian berlangsung. 3.
Biaya pemasaran, yaitu seluruh biaya yang dikeluarkan dalam proses pergerakan barang dari tangan produsen sampai ke konsumen akhir, meliputi biaya tenaga kerja, biaya transportasi, biaya kandang, biaya sewa tempat dan biaya lain – lain, dihitung dalam satuan rupiah (Rp).
4.
Margin tataniaga parsial, yaitu selisih dari harga jual dan harga beli itik lokal pedaging diantara setiap pelaku pemasaran , dihitung dalam satuan rupiah per ekor (Rp/ekor).
5.
Margin tataniaga total, yaitu selisih antara harga yang dibayar konsumen dengan harga yang diterima oleh produsen atau jumlah total dari seluruh margin tataniaga parsial dalam saluran pemasaran yang sama, dihitung dalam satuan rupiah per kilogram (Rp/ekor) sesuai dengan harga saat penelitian dilakukan.
6.
Persentase margin tataniaga parsial, yaitu bagian margin yang diterima oleh tiap pelaku pemasaran berdasarkan margin tataniaga total, dihitung dalam satuan persen (%).
7.
Persentase biaya dan keuntungan tataniaga parsial, yaitu proporsi biaya yang ditanggung dan keuntungan yang diperoleh tiap pelaku pemasaran berdasarkan biaya dan keuntungan tataniaga total, dihitung dalam satuan persen (%).
8.
Persentase biaya dan keuntungan tataniaga total, yaitu proporsi pada biaya dan keuntungan tataniaga total berdasarkan nilai margin tataniaga total, dihitung dalam satuan persen (%).
33
9.
Bagian harga yang diterima produsen (farmer’s share), yaitu bagian harga yang diterima peternak itik pedaging dari harga yang dibayar oleh konsumen akhir, dihitung dalam satuan persen (%).
3.4. Model Analisis Bentuk saluran pemasaran itik lokal pedaging dari peternak itik di Desa Citrajaya hingga ke pihak konsumen dapat diidentifikasi melalui analisis deskriptif. Analisis ini dilakukan berdasarkan hasil observasi langsung terhadap proses penyaluran itik pedaging dari pihak peternak hingga ke pelaku pemasaran. Selama penelusuran, aspek-aspek yang diperhatikan yaitu informasi mengenai kegiatan yang dilakukan peternak itik lokal pedaging dan pelaku pemasaran, harga penjualan dan biaya pemasaran itik lokal pedaging yang berlaku pada masingmasing responden. Besaran suatu margin, biaya, dan keuntungan pemasaran pada berbagai saluran pemasaran dapat diketahui dengan menghitung variabel - variabel operasional yang telah dijabarkan sebelumnya. Menurut yang dijabarkan oleh (Hamid, 1972), rumus perhitungan yang digunakan adalah sebagai berikut : 1.
Margin Tataniaga Parsial : Harga Jual – Harga Beli
2.
Margin Tataniaga Total
3.
Persentase Margin Tataniaga Parsial
: Harga Eceran – Harga Pada Produsen :
Margin Tataniaga Parsial x 100% Margin Tataniaga Total : Margin Tataniaga – Biaya Tataniaga
4.
Keuntungan Tataniaga
5.
Persentase Biaya Tataniaga Parsial
:
Biaya Tataniaga Parsial x 100% Biaya Tataniaga Total
34
6.
Persentase Keuntungan Tataniaga Parsial : Keuntungan Tataniaga Parsial x 100% Keuntungan Tataniaga Total
7.
Persentase Biaya Tataniaga Total
:
Biaya Tataniaga Total x 100% Margin Tataniaga Total 8.
Persentase Keuntungan Tataniaga Total
:
Keuntungan Tataniaga Total x 100% Margin Tataniaga Total Berbagai saluran pemasaran yang terbentuk akan mempengaruhi tingkat efisiensi dari suatu pemasaran serta besar harga yang diterima oleh peternak (farmer’s share). Dengan kata lain, farmer’s share dapat digunakan sebagai salah satu indikator tingkat efisiensi suatu pemasaran.
Semakin besar persentase
farmer’s share maka saluran pemasaran itik lokal pedaging tersebut dapat dikatakan akan semakin efisien. Menurut (Hamid, 1972) besaran farmer’s share dapat dihitung menggunakan rumus berikut : Lp =
He − M x 100% He
Keterangan: Lp = Bagian harga yang diterima peternak (%) M = Margin total (Rp/ekor) He = Harga eceran (Rp/ekor) Catatan
:
Jika LP > 50%, maka pemasaran dapat dikatakan efisien.