III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual Pengetahuan merupakan aset yang diperlukan suatu organisasi untuk menciptakan suatu inovasi, beradaptasi terhadap dinamika kondisi perubahan lingkungan yang terjadi semakin cepat serta menciptakan keunggulan organisasi. Pengetahuan dapat menciptakan keunggulan karena pengetahuan memiliki sifat berharga, langka, sulit ditiru dan sulit digunakan. Di dalam suatu organisasi, pengetahuan dimiliki oleh manusia sebagai unit terkecil organisasi. Namun demikian, organisasi yang memiliki banyak pengetahuan berkualitas belum tentu akan menghasilkan keluaran yang berkualitas. Oleh karena itu untuk mendapatkan manfaat
sebesar-besarnya
pengetahuan
yang
dimiliki
anggotanya
maka
perusahaan harus mengelola pengetahuannya melalui manajemen pengetahuan (knowledge management). Untuk menjadi unggul dan mengembangkan keunggulannya, organisasi harus mengelola pengetahuannya secara berkelanjutan (kontinyu) sehingga pengetahuan individu dapat menjadi pengetahuan organisasi yang akan membangun organisasi menjadi organisasi pembelajar (learning organization). Burung Indonesia sebagai lembaga konservasi yang memiliki visi dan misi menjadi organisasi unggul di bidang konservasi burung dan habitatnya memiliki lima divisi yaitu Knowledge Center (KC), Conservation Programme (CP), Communication and Business Development (CBD), Finance (FIN) dan General Affairs and Administration (GAA). Kelima divisi tersebut memiliki fungsi masing-masing untuk mendukung organisasi tumbuh dan berkembang menjadi organisasi yang unggul dalam konservasi burung dan habitatnya. Untuk memiliki keunggulan tersebut, organisasi harus memiliki pengetahuan yang berkualitas sehingga diperlukan pengelolaan pengetahuan (knowledge management) agar organisasi dapat selalu beradaptasi terhadap perubahan lingkungan yang semakin hari semakin kompleks terutama untuk permasalahan di bidang konservasi. Sebagai NGO di bidang konservasi permasalahan yang dihadapi membutuhkan suatu solusi inovatif yang saling menguntungkan antara masyarakat, pemerintah
35
dan stakeholder, karena permasalahan di bidang konservasi menyangkut integrasi diantara para pihak-pihak yang terkait. Selain itu juga dibutuhkan pembelajaran dari program-program sebelumnya yang sudah diterapkan terlebih dahulu untuk mengetahui kesesuaian program yang digunakan baik dalam kondisi yang sama maupun berbeda mengingat karakteristik permasalahan yang dihadapi di lokasi proyek Burung Indonesia berbeda satu dengan lainnya. Penerapan manajemen pengetahuan harus didukung oleh kelima divisi yang ada di Burung Indonesia untuk membangun dan mengembangkan pengelolaan individu menjadi pengetahuan organisasi menuju organisasi pembelajar (learning organisation). Jika penerapan manajemen pengetahuan sudah
dilakukan,
diperlukan
penilaian
terhadap
penerapan
manajemen
pengetahuan yang telah diimplementasikan. Penilaian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas pengetahuan yang ada di Burung Indonesia agar dapat dikembangkan secara kontinyu untuk mendukung kinerja organisasi menjadi organisasi yang unggul di bidang konservasi burung dan habitatnya. Penilaian manajemen pengetahuan akan dilihat dari dua komponen yaitu kualitas pembelajaran di organisasi dan kualitas proses pengelolaan pengetahuan serta pemetaan pengetahuan yang perlu dimiliki organisasi menuju organisasi pembelajar dan minat staf terhadap pengetahuan tersebut. Penilaian tersebut menggunakan instrumen kuesioner dari Munir (2008). Untuk mengidentifikasi gambaran pembelajaran yang ada di dalam Burung Indonesia digunakan instrumen kuesioner dari Britton (1998) yang dikenal sebagai Learning NGO Questionnaire yang terbagi menjadi delapan elemen
kunci
organisasi
pembelajaran
yaitu
penciptaan
budaya
yang
mendukung, pengumpulan pengalaman internal, pengaksesan pembelajaran eksternal,
sistem
komunikasi,
mekanisme
untuk
menarik
kesimpulan,
pengembangan memori organisasi, pengintegrasian pembelajaran ke dalam strategi dan kebijakan dan penerapan pembelajaran. Pada akhirnya penelitian ini akan memberikan suatu rekomendasi dan penilaian awal bagi organisasi dalam mengembangkan manajemen pengetahuan menuju organisasi pembelajar.
36
Visi & Misi Burung Indonesia
Penilaian Penerapan Manajemen Pengetahuan
Penilaian Manajemen Pengetahuan : - Audit kualitas pembelajaran - Audit proses pengelolaan pengetahuan - Pemetaan pengetahuan organisasi
Delapan Fungsi Kunci Pembelajaran NGO: - Penciptaan budaya yang mendukung - Pengumpulan pengalaman internal - Pengaksesan pembelajaran eksternal - Sistem komunikasi - Mekanisme untuk menarik kesimpulan - Pengembangan memori organisasi - Pengintegrasian pembelajaran ke dalam strategi dan kebijakan - Penerapan pembelajaran
Hasil penilaian manajemen pengetahuan dan karakteristik pembelajaran organisasi
Strategi peningkatan peran manajemen pengetahuan menjadi organisasi pembelajar
Gambar 6. Kerangka Pemikiran Konseptual
37
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di Perhimpunan Pelestarian Burung Liar Indonesia (Burung Indonesia) yang terletak di Jalan Dadali No. 32, Bogor. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2010 – Mei 2010. 3.3. Metode Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang didapat dari sumber pertama baik dari individu ataupun perseorangan (Umar, 2003). Data primer diperoleh dari hasil kuesioner staf Burung Indonesia sesuai sampel yang ditentukan. Menurut Umar (2003), kuesioner adalah suatu cara pengumpulan data dengan menyebarkan daftar pertanyaan kepada responden, dengan harapan memberikan respons terhadap daftar pertanyaan tersebut. Data sekunder diperoleh melalui studi literatur baik diperoleh dari buku, jurnal maupun skripsi. Pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah total sampling atau sampling jenuh (sensus). Sampling jenuh (total sampling) yaitu populasi merangkap sebagai sampel penelitian (Bungin, 2001). Teknik ini digunakan oleh peneliti karena terbatasnya populasi anggota organisasi yang ada di Burung Indonesia. Kuesioner dalam penelitian ini juga didukung dengan wawancara narasumber yaitu koordinator dari divisi Knowledge Center sebagai penguat analisa. Dengan terbatasnya staf organisasi yang berjumlah 60 orang, maka kuesioner dibagikan kepada seluruh staf yang termasuk dalam staf inti kegiatan Burung Indonesia (core business) organisasi yang meliputi tim manajemen dan staf teknis dan operasional, tidak termasuk satpam, pengemudi (driver) dan pramu kantor (office boy). 3.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data 3.4.1 Uji Validitas Uji validitas digunakan untuk mengetahui kelayakan butir-butir dalam suatu daftar (konstruk) pertanyaan dalam mendefinisikan suatu variabel. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut (Singaribun &
38
Effendy, 1995). Tahapan yang harus dilakukan untuk melakukan uji validitas adalah sebagai berikut: 1. Mendefinisikan secara operasional suatu konsep yang akan diukur yaitu dengan cara: a. Mencari definisi dan rumusan konsep serta literatur, jika sekiranya sudah ada rumusan yang cukup rasional maka rumusan tersebut dapat langsung dipakai. Tetapi bila rumusan tersebut belum operasional, maka peneliti harus merumuskannya seoperasional mungkin. b. Jika dalam literatur tidak diperoleh definisi atau rumusan konsep yang akan diukur, peneliti harus mendiskusikan dengan para ahli lain. Pendapat para ahli ini kemudian
disarikan ke dalam bentuk rumusan yang
operasional. c. Menanyakan langsung kepada calon responden penelitian mengenai aspekaspek konsep yang menyusun pertanyaan yang operasional. 2. Melakukan uji coba skala pengukuran pada sejumlah responden. Jumlah responden untuk uji coba minimal adalah 30 orang, karena distribusi skor atau nilai akan lebih mendekati normal. Asumsi kurva normal sangat dibutuhkan dalam perhitungan statistik. 3. Mempersiapkan tabel tabulasi jawaban Menghitung korelasi antara masing-masing pertanyaan dengan skor total. Signifikan < 0,05. Rumus yang digunakan untuk mengukur validitas kuesioner adalah:
r=
n(∑ XY ) − (∑ X ∑ Y )
(n∑ X
2
)(
− (∑ X ) n∑ Y 2 − (∑ Y ) 2
Dimana: r
= koefisien korelasi
X
= Skor pernyataan ke-n
Y
= Skor total
XY = Skor pernyataan ke-n dikalikan skor total n
= Jumlah responden
2
)
…………………. (1)
39
3.4.2 Uji Reliabilitas Reliabilitas (keandalan) merupakan ukuran dalam suatu kestabilan dan konsistensi responden dalam menjawab hal yang berkaitan dengan konstrukkonstruk pertanyaan yang merupakan dimensi suatu variabel dan disusun dalam suatu bentuk kuesioner. Pengukuran reliabilitas dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu: 1. Repeated Measure atau pengukuran ulang. Disini seseorang akan disodori pertanyaan yang sama pada waktu yang berbeda, kemudian dilihat apakah tetap konsisten dengan jawabannya 2. One Shot atau pengukuran sekali saja. Pengukuran hanya sekali dan kemudian hasilnya dibandingkan dengan pernyataan lain atau mengukur korelasi antar jawaban pertanyaan. Uji reliabilitas digunakan rumus Cronbach Alpha sebagai berikut: 2 ⎛ k ⎞⎛⎜ ∑ σb ⎞⎟ r =⎜ ⎟⎜1 − σt 2 ⎟⎠ ⎝ k − 1 ⎠⎝
….………………. (2)
Dimana: r
= koefisien reliabilitas instrument (cronbach alpha)
k
= banyaknya butir pertanyaan
∑ σb σt 2
2
= total varian butir = total varian Tingkat reliabilitas dengan metode Alpha Cronbach diukur berdasarkan
skala alpha 0 sampai 1. Tingkat reliabilitas Alpha Cronbach tersebut dapat diinterpretasikanpada Tabel 3. Tabel 3. Tingkat reliabilitas Alpha Cronbach Alpha 0,00 – 0,20 > 0,20 – 0,40 > 0,40 – 0,60 > 0,60 – 0,80 > 0,80 – 1,00
Tingkat Reliabilitas Kurang Reliabel Agak Reliabel Cukup Reliabel Reliabel Sangat Reliabel
40
3.4.3 Penilaian Manajemen Pengetahuan Penilaian manajemen pengetahuan ini dilakukan untuk mendapatkan persepsi anggota organisasi terhadap penerapan manajemen pengetahuan yang telah dilakukan di organisasi. Pada lembar kuesioner kajian penilaian manajemen pengetahuan dibagi menjadi tiga komponen yaitu kualitas pembelajaran, kualitas proses pengelolaan pengetahuan, pemetaan pengetahuan organisasi beserta minat staf untuk memahaminya. Detail pembagian pertanyaan untuk setiap komponen dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Dimensi Penerapan Manajemen Pengetahuan No 1.
Dimensi Kualitas Pembelajaran a. Pembelajaran Individu b. Pembelajaran Kelompok c. Pembelajaran Organisasi
2.
3.
Butir Pernyataan 3, 6, 10, 12, 13, 16, 18, 20, 22 1, 2, 5, 9, 11, 15, 21, 23 4, 7, 8, 14, 17, 19, 24, 25
Kualitas Proses Pengelolaan Pengetahuan: a. Akuisisi Pengetahuan b. Distribusi dan Berbagi Pengetahuan c. Pengembangan dan Pemanfaatan Pengetahuan d. Pemeliharaan dan Penyimpanan Pengetahuan Pemetaan Pengetahuan
26 - 29 30 - 33 34 - 37 38 – 41 42 - 62
Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan skala likert untuk memberi skor pada masing-masing jawaban responden berdasarkan bobot tertentu. Format yang digunakan adalah empat interval, yaitu : (4) Sangat Setuju (3) Setuju (2) Kurang Setuju (1) Tidak Setuju Data yang diperoleh dari responden melalui kuesioner diolah dengan menggunakan perangkat lunak komputer dalam hal ini menggunakan Microsoft Excel 2003. Hasil pendapat responden terhadap kedua komponen penerapan manajemen pengetahuan tersebut akan dinilai berdasarkan bobot penilaian dari kuesioner yang kemudian akan dirata-ratakan secara keseluruhan untuk mendapatkan nilai keseluruhan terhadap masing-masing komponen. Untuk
41
pemetaan pengetahuan, dihitung berapa banyak responden yang berpendapat berdasarkan tingkat pemahaman dan minat memahami pengetahuan tersebut. Langkah selanjutnya, skor akan dibandingkan dengan rentang skor untuk memperoleh pemaknaan. Komponen kualitas pembelajaran akan dibandingkan dengan rentang skor pemaknaan hasil untuk komponen kualitas pembelajaran sesuai saran Munir (2008) yang dapat dilihat pada Tabel 5. Komponen kualitas proses pengelolaan pengetahuan akan dibandingkan dengan rentang skor pemaknaan hasil untuk komponen proses pengelolaan pengetahuan sesuai saran Munir (2008) yang dapat dilihat pada Tabel 6. Kemudian diintepretasikan untuk dianalisis berdasarkan rentang skor yang didapatkan. Tabel 5. Pemaknaan hasil untuk komponen kualitas pembelajaran Rentang Skor 81 - 100 61 - 80 41 - 60 21 - 40
Pemaknaan Organisasi telah memiliki karakteristik organisasi pembelajar Organisasi telah memiliki dasar yang baik untuk menjadi organisasi pembelajar Organisasi telah memiliki beberapa karakteristik untuk menjadi organisasi pembelajar Organisasi perlu melakukan pembenahan besar-besaran untuk menjadi organisasi pembelajar
Sumber: Munir (2008)
Tabel 6. Pemaknaan hasil untuk komponen proses pengelolaan pengetahuan Rentang Skor 48 - 64 32 - 47 16 - 31
Pemaknaan Organisasi telah memiliki proses-proses pengelolaan pengetahuan yang baik Organisasi telah memiliki beberapa karakteristik untuk menjadi organisasi pembelajar. Organisasi perlu menyusun rencana pengembangan proses pengelolaan pengetahuan secara lebin terinci
Sumber: Munir (2008)
3.4.4. Learning NGO (LNGO) Untuk lembar kuesioner Learning NGO terbagi menjadi delapan fungsi kunci. Detail pertanyaan dimensi kuesioner dari delapan kunci tersebut dapat dilihat pada Tabel 7 sesuai dengan saran Britton (1998).
42
Tabel 7. Dimensi kuesioner Learning NGO No
Dimensi
Butir Pernyataan
1.
Penciptaan budaya yang mendukung
1–5
2.
Pengumpulan pengalaman internal
6 - 10
3.
Pengaksesan pembelajaran eksternal
11 – 15
4.
Sistem komunikasi
16 - 20
5.
Mekanisme untuk menarik kesimpulan
21 - 25
6.
Pengembangan memori organisasi
26 - 30
7.
Pengintegrasian pembelajaran ke dalam dan kebijakan
8.
Penerapan pembelajaran
strategi
31 - 35 36 - 40
Skala yang digunakan dalam kuesioner LNGO ini menggunakan skala likert. Format yang digunakan adalah lima interval, yaitu : (0) Sangat Tidak Setuju (1) Tidak Setuju (2) Terkadang Setuju (3) Setuju (4) Sangat Setuju Hasil dari kuesioner LNGO tersebut diolah dengan perangkat lunak komputer menggunakan Microsoft Excel 2003. Dari masing-masing dimensi dijumlahkan dengan masing-masing bobotnya yang kemudian ditotalkan. Hasil tersebut akan diintepretasikan ke dalam sebuah bagan dengan tipe radar (organisational profile plot) sehingga dapat menggambarkan profil pembelajaran organisasi yang ada saat ini dan kecenderungan yang terjadi dari masing-masing dimensi. Bagan ini akan digunakan sebagai dasar untuk mengetahui peningkatan pembelajaran organisasi secara kontinyu Grafik umum profil learning NGO dapat dilihat pada Gambar 7.
43
Gambar 7. Grafik umum profil organisasi LNGO (Britton, 1998) Untuk gambaran umum plot profil learning NGO dengan masing-masing dimensi memiliki skala, dapat dilihat pada Gambar 8.
Gambar 8. Gambaran umum profil organisasi LNGO (Britton, 1998)