III. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada April hingga Juni 2008. Isolasi dan identifikasi bakteri, cendawan serta parasit dilakukan di Laboratorium Kesehatan Ikan, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
3.2 Pemeliharaan Ikan Arwana Super Red Sumber air yang digunakan adalah air sumur dan pegunungan. Air pegunungan terutama digunakan untuk ikan yang sakit dan dalam proses pengobatan. Air tersebut difilter terlebih dahulu sebelum digunakan untuk memelihara ikan arwana super red. Sistem filter terdiri dari filter fisik, kimia dan biologi yaitu: spons yang berfungsi untuk menjernihkan air, karbon aktif untuk menyerap zat toksik dan menjernihkan air, zeolit untuk menyerap ammonia dan biofoam/bioball/ceramic ring sebagai media biologis bagi bakteri nitrifikasi (Lampiran 1). Setiap akuarium dilengkapi dengan filter up dan dilakukan pergantian air satu kali dalam sehari. Masing-masing akuarium diberi kode sesuai dengan blok dan urutan akuarium. Ikan arwana super red yang digunakan untuk penelitian dipelihara dalam akuarium C-124, E-44, F-46, F-47 dan F-55. Akuarium pemeliharaan ikan arwana super red dapat dilihat pada Gambar 7.
Gambar 7. Akuarium pemeliharaan ikan arwana super red Scleropages formosus.
18
Kisaran kualitas air selama pemeliharaan yaitu: suhu 29,0 0C-33,3 0C, pH 7,41-8,05, O2 7,25-9,23 ppm, ammonia 0-1,5, nitrat 0-<0,1 dan nitrit <0,1 (Lampiran 2). Sampel ikan arwana super red berasal dari tempat yang berbedabeda. Ikan C124 dan F46 didatangkan dari Pontianak, sedangkan ikan E44, F47 dan F55 didatangkan dari Showroom Pesanggrahan. Ikan E44, F46, F47 dan F55 pernah diberikan pengobatan menggunakan beberapa antibiotik dan bahan kimia lain sedangkan ikan C124 belum pernah diberi perlakuan menggunakan obatobatan ketika dipelihara di warehouse Puri Britania PT. Inti Kapuas Arowana Internasional Tbk, Kebon Jeruk, Jakarta Barat (Lampiran 3). Sampel ikan arwana memiliki gejala-gejala seperti sungut menjorok ke bawah, ekor dan sirip mengkerut, ekor rusak, sungut tumbuh pendek, tutup insang melengkung, perut membesar, ikan diam di dasar perairan, stres, tidak mau makan dan cenderung mudah kaget (Lampiran 4). Setiap hari dilakukan penyiponan untuk mengeluarkan kotoran ikan dan sisa pakan. Pakan yang diberikan adalah kodok dan jangkrik, dengan metode ad satiation (pakan diberikan hingga kenyang). Pemberian pakan kodok dilakukan setiap Selasa dan Jumat sedangkan jangkrik diberi setiap hari.
3.3 Isolasi dan Identifikasi Mikroorganisme 3.3.1 Bakteri Sampel bakteri diambil dari luka/lendir kulit, insang, ginjal, hati dan usus ikan kemudian ditumbuhkan pada media TSA dengan metode cawan sebar. Lendir atau jaringan ikan yang telah diambil ditambahkan dengan larutan PBS sebanyak 9 ml (pengenceran 10-1). Selanjutnya dilakukan pengenceran secara seri sampai dengan pengenceran 10-5. Pada pengenceran 10-4 dan 10-5 sampel dituang secara duplo sebanyak 0,1 ml kedalam media TSA dengan metode cawan sebar, lalu diinkubasi selama 24 jam (Lampiran 5). Identifikasi bakteri dilakukan dengan
memisahkan jenis koloni yang
tumbuh berdasarkan warna, bentuk, tepian, elevasi dan konsistensi. Jenis-jenis koloni yang berbeda dimurnikan dalam media TSA dengan metode kuadran. Pemurnian dilakukan terus-menerus hingga dalam media gores hanya terdapat satu jenis koloni yang tumbuh. Setiap jenis koloni yang berbeda selanjutnya diuji
19
pewarnaan Gram, SIM, oksidase, katalase, gelatinase dan oksidatif-fermentatif (Lampiran 6). Berdasarkan hasil uji bakteri, dilakukan identifikasi genus bakteri dengan menggunakan Manual for the Identification of Medical Bacteria (Cowan, 1974) (Lampiran 7 dan 8). Anatomi organ dalam ikan arwana super red terdapat pada Lampiran 9. Ikan arwana super red Scleropages formosus yang telah dibedah dapat dilihat pada Gambar 8.
Gambar 8. Ikan Arwana Super Red Scleropages formosus (F55) yang telah dibedah. 3.3.2 Cendawan Sampel cendawan diambil dari luka/lendir kulit, insang, ginjal, hati dan usus kemudian ditumbuhkan dalam media GYA (Lampiran 10). Setelah isolat cendawan berumur 24 jam, dilakukan pengamatan terhadap tumbuh atau tidaknya cendawan. Apabila cendawan tumbuh maka dilakukan pemurnian isolat dengan menggunakan media GYA tanpa antibiotik, hifa dipotong sebesar 0,5x0,5 cm lalu dimasukan ke media GY secara aseptik. Morfologi (percabangan, sekat dan ukuran), letak dan bentuk sporangium serta proses sporulasinya (kantung spora dan keluarnya spora) diamati dibawah mikroskop mulai dari perbesaran 40x hingga 100x (Lampiran 11).
3.3.3 Parasit Organ yang diperiksa meliputi bagian tubuh eksternal (ektoparasit) dan internal (endoparasit). Bagian eksternal yang diperiksa yaitu: permukaan tubuh (lendir pada sirip dan kulit), insang dan mata. Bagian internal yang diperiksa yaitu rongga perut, saluran pencernaan dan daging.
20
3.3.3.1 Pemeriksaan Ektoparasit Pemeriksaan ektoparasit dilakukan dengan cara sebagai berikut: 1. Seluruh pemeriksaan tubuh diamati secara visual, ektoparasit makro yang ditemukan (seperti Learnea sp.) dipindahkan ke dalam cawan petri yang berisi larutan fisiologis. 2. Selanjutnya lendir pada permukaan tubuh dan sirip dikerik dengan menggunakan scapel dan dibuat preparat ulas pada gelas objek yang kemudian diamati di bawah mikroskop dengan perbesaran 40x. 3. Operkulum dibuka dan seluruh bagian insang dilepas dan dipindahkan ke gelas objek yang telah diberi larutan fisiologis kemudian diamati di bawah mikroskop 40x. 4. Setiap parasit metazoa yang ditemukan segera dipindahkan ke dalam cawan petri berisi larutan fisiologis sebelum dilakukan fiksasi.
3.3.3.2 Pemeriksaan Endoparasit Pemeriksaan endoparasit dilakukan sebagai berikut: 1. Ikan dibedah mulai dari bagian anus hingga di bawah sirip dada. Rongga perut dan permukaan organ diamati secara visual dengan bantuan kaca pembesar. 2. Organ dalam ikan dilepas dan tiap-tiap organ dimasukan ke dalam cawan petri berisi larutan fisiologis. 3. Organ berongga (lambung, usus dan pyloric caeca) dibuka dan isinya dikeluarkan lalu isi serta dinding organ diamati di bawah mikroskop 40x. 4. Urat daging diambil dan dihancurkan untuk dibuat preparat ulas pada gelas obyek. Kemudian preparat ulas tersebut diamati dibawah mikroskop. Jenis parasit yang ditemukan diidentifikasi dengan menggunakan petunjuk dari Hoffman (1967), Kabata (1985) dan Lom (1995).
21
3.4 Perhitungan Prevalensi Mikroorganisme (Bakteri, Cendawan, parasit) Mikroorganisme yang ditemukan dicatat jenis, jumlah dan tempat organ ditemukan serta dihitung prevalensinya. Perhitungan prevalensi menggunakan rumus (Hariyadi, 2006): Prevalensi =
Jumlah ikan yang terserang mikroorganisme Jumlah ikan yang diperiksa
X 100%
3.5 Analisis Data Data yang diperoleh dari hasil identifikasi bakteri, cendawan dan parasit dianalisis secara deskriptif dengan bantuan grafik dan tabel.
22