III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan studi pustaka dari hasil-hasil survei dan pemetaan tanah LREPP II yang tersedia di arsip data base Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian (BBSDLP), Jl. Ir. H. Juanda No. 98 Bogor. Penelitian dimulai dari bulan Agustus 2010 hingga Januari 2011.
3.2. Metode Penelitian Secara garis besar penelitian ini dilakukan melalui 2 (dua) tahapan, yaitu: tahap kompilasi dan tahap analisis data, dengan rincian masing-masing disajikan pada Gambar 2.
3.2.1. Tahap Kompilasi Data Kompilasi data dilakukan dari data base Balai Besar Sumberdaya Lahan Pertanian. Data yang dikompilasi berasal dari hasil survei dan pemetaan Second Land Resource Evaluaton And Planning Project (LREPP II) yang terdiri dari 4 jenis data, yaitu data site dan horizon (SH), data soil sample analysis (SSA), plotting pengamatan lapang, peta tanah dan legenda (MU). Data LREPP II yang digunakan meliputi 8 lokasi, yaitu: daerah Karawang (Jawa Barat), Semarang (Jawa Tengah), Pangkalanbun (Kalimantan Tengah), Pacitan dan Gresik (Jawa Timur), serta daerah Oesao, Besikama, dan Bena (Nusa Tenggara Timur). Data SH terdiri atas: nama pemeta, nomor observasi, data iklim, landform, bahan induk, elevasi, relief, kedalaman efektif, drainase, dan klasifikasi tanah sampai kategori serie tanah menurut sistem USDA 2003. Data SSA terdiri atas: nama pemeta, nomor observasi, kedalaman, simbol lapisan, warna tanah, tekstur struktur, konsistensi, pH, KTK tanah, KTK liat, kejenuhan basa, kadar Ca, Mg, K, Na, N, dan kadar C. Plotting pengamatan terdiri atas data yang mempunyai referensi geografis. Sedangkan peta tanah berupa data spasial dan legenda. Legenda peta terdiri atas: No SPT, klasifikasi tanah pada kategori seri & famili, persen kemiringan lereng, bentuk wilayah, landform, bahan induk, dan luas.
24
Database Tanah LREPP II Seleksi
Database Daerah Terpilih
Data Pedon Terpilih Terkoreksi
Klasifikasi
Karakteristik
Landform
Analisa - Uji Tabular - Analisis Statistik
Hasil Interpretasi Data - Konsistensi Landform Terhadap Jenis Tanah - Gambaran Keragaman Karakteristik & Klasifikasi Tanah - Pendugaan Karakteristik Tanah Penciri yang Sulit Diduga Oleh Landform Gambar 2. Diagram alir tahapan kerja dalam penelitian
Seleksi data dilakukan untuk memilih daerah lokasi survei LREPP II yang memiliki data lengkap, yaitu data pedon yang mempunyai data SH, SSA, dan plotting pengamatan lapang. Sedangkan data yang tidak lengkap dipisahkan dari data yang akan dianalisis.
25
Koreksi data dilakukan untuk memeriksa unsur-unsur data yang sudah terpilih melalui proses seleksi, untuk meminimalisir adanya kesalahan data yang dapat diakibatkan oleh manusia ataupun akibat kesalahan pada tahap proses data. Proses ini dilakukan terhadap data SH. Setelah melakukan over lay data plotting pengamatan dengan data MU maka perlu koreksi terhadap landform dan bahan induk tanah. Hal ini perlu dilakukan supaya data tersebut valid atau layak digunakan sebagai bahan penelitian. Setelah melalui tahap seleksi dan koreksi, tahap selanjutnya adalah tahap crosschek data. Tahap ini bertujuan agar data tabular (SH & SSA) memiliki hubungan data yang sinkron dengan data spasial (plotting pengamatan lapang) sehingga kedua jenis data tersebut sudah benar-benar berada dalam satu kesatuan sistem yang saling terkait, pedon terpilih untuk tahap ini merupakan pedon yang sudah siap untuk dianalisis pada tahap selanjutnya. Jumlah pedon terpilih adalah sebanyak 475 pedon.
3.2.2. Analisis Data Analisis data dalam penelitian ini menggunakan 2 (dua) cara, yaitu: uji tabular dan analisis statistik.
3.2.2.1. Uji Tabular Uji tabular dilakukan dengan mensortir pedon berdasarkan satuan landform sehingga dapat diketahui sebaran jenis tanah (Subgroup) pada suatu landform beserta faktor-faktor pembedanya. Satuan unit landform adalah satuan terendah dalam klasifikasi landform LREPP II yang tidak dapat dipisahkan lagi. Faktor pembeda yang digunakan adalah bahan induk dan iklim. Uji tabular bertujuan untuk mencari hubungan klasifikasi tanah (Subgroup) dengan landform, dan analisisnya secara deskriptif. Parameter bahan induk dibedakan berdasarkan jenis bahan induk dan umur geologi pembentukannya yang mengacu pada kriteria bahan induk yang digunakan dalam pemetaan LREPP I. Parameter bahan induk selengkapnya tersaji pada Tabel 1.
26
Tabel 1. Parameter Bahan Induk No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
simbol aK akT aT bK bT cT dK dkT dT fK fkT fqK fqT fT gT kT oK qK qkT qT tT yT
Rincian Kuarter andesit Tersier andesit berkapur Tersier andesit Kuarter Basal Tersier Basal Tersier batu gamping Kuarter liparit Tersier dasit berkapur Tersier dasit Kuarter endapan liat Tersier batu liat berkapur Kuarter endapan liat dan pasir Tersier batu liat dan batu pasir Tersier batuliat Tersier granit Tersier batu kapur Kuarter organik Kuarter endapan pasit Tersier batu pasir berkapur Tersier batupasir Tersier skis Tersier batu sabak
Parameter yang kedua adalah iklim, parameter iklim digunakan untuk membedakan dan mengetahui sejauh mana proses perkembangan tanah kaitannya terhadap iklim setempat. Iklim adalah sintesis atau kesimpulan dari perubahan nilai-nilai unsur cuaca dalam jangka panjang di suatu tempat atau pada suatu wilayah. Parameter iklim yang digunakan adalah curah hujan pertahun. Data iklim (curah hujan) tersebut digolongkan kedalam 3 tipe iklim (Tabel 2). Dasar dari pembeda iklim tersebut adalah perubahan sifat-sifat tanah terkait dengan dengan kelembaban tanah (regim kelembaban tanah). Tabel 2. Parameter Iklim Tipe Iklim A B C
CH (mm/th) ≥ 2000 ≥ 1500 - 2000 < 1500
3.2.2.2 Analisis Statistik Untuk membandingkan keragaman antar karakteristik tanah penciri pada masing-masing satuan landform serta untuk membandingkan keragaman internal antar satuan landform dari satu karakteristik tanah penciri digunakan nilai koefisien keragaman (KK) yang diperoleh dengan rumus sebagai berikut :
27
KK = ( s ) × 100% ͞x Adapun ͞x
merupakan nilai rata-rata dari suatu karakteristik tanah penciri,
sedangkan s adalah simpangan baku yang dapat diperoleh dengan rumus : S = √ ( xi2 – (xi2) ) n n-1 Di mana, x : nilai setiap contoh tanah dari suatu karakteristik tanah penciri n : jumlah contoh/populasi setiap karakteristik tanah penciri i : contoh ke-i (Steel dan Torris, 1982 dalam Baskoro, 1986) Di bawah ini tabel kriteria pengklasifikasian keragaman tanah berdasarkan nilai koefisien keragaman (Sitorus, 1983 dalam Baskoro, 1986). Tabel 3. Kriteria Pengklasifikasian Keragaman Tanah Berdasarkan Koefisien Keragaman (Sitorus, 1983 dalam Baskoro, 1986) Kelas Keragaman Koefisian Keragaman (%) Sangat rendah < 15 Rendah 16 – 33 Sedang 33 – 66 Tinggi > 66
Nilai
Karakteristik tanah penciri yang dianalisis dengan menggunakan koefisien keragaman (KK) adalah ketebalan solum, rasio perbandingan tekstur liat horison A dan B, derajat kemasaman tanah (pH), C-organik, Kapasitas Tukar Kation (KTK), KTK liat, dan Kejenuhan Basa (KB).