12
III. BAHAN DAN METODE
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan selama empat bulan, mulai bulan Juli hingga November 2009. Pemeliharaan ikan dilakukan di Kolam Percobaan, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
3.2 Metode Penelitian 3.2.1 Persiapan Wadah Bak beton berukuran 2x3x0,7 m3 disikat dan dibersihkan dari lumut dan kotoran lain yang menempel kemudian dikeringkan selama 1-2 hari lalu diisi air hingga volumenya 3 m3. Air dibiarkan tergenang selama 3 hari sebelum benih ikan ditebar.
3.2.2 Pemeliharaan Ikan Pemeliharaan ikan dilakukan selama 3 bulan. Ikan nila ditebar pada kepadatan 25, 50 dan 100 ekor/m3 dengan bobot awal 77,89±3,71 g. Pemberian pakan dilakukan sebanyak 3 kali sehari secara at satiation, yaitu pada pukul 08.00, 12.00 dan 16.00 WIB. Pemberian molase dan sodium silikat (Na2SiO3) dilakukan satu kali sehari selama pemeliharaan yaitu setelah pemberian pakan sore atau pada
pukul 17.30 WIB. Pengukuran kualitas air dilakukan setiap hari (DO dan suhu), satu minggu sekali (volume flok dan pH), dua minggu sekali (TAN, nitrit dan nitrat) serta pada awal, tengah dan akhir masa penelitian (TSS dan VSS).
3.2.3 Prosedur Penambahan Karbon Penambahan karbon organik pada media budidaya dilakukan dengan mengadaptasi perhitungan yang dilakukan oleh De Schryver et al. (2008). Asumsi-asumsi yang digunakan dalam penelitian antara lain: 1. Kadar protein pakan 32% 2. Kadar nitrogen dalam pakan 16% 3. Kadar nitrogen pakan yang terbuang ke media budidaya 75%
13
4. C/N rasio target 15 5. Kadar karbon dalam molase (%C) 53,78% Berdasarkan asumsi-asumsi di atas, maka jumlah karbon
yang
ditambahkan ke dalam media budidaya adalah sebanyak 1,071 kali jumlah pakan yang diberikan (Lampiran 1).
3.2.4 Perlakuan Penelitian ini terdiri dari dua faktor perlakuan (penambahan molase dengan C/N rasio 0 dan 15) pada tiga kepadatan ikan (25 ikan/m3, 50 ikan/m3, dan 100 ikan/m3). Perlakuan yang diberikan pada penelitian ini antara lain : 1. BFT 75
: Kepadatan 25 ikan/m3 dengan penambahan molase C/N rasio 15
2. K 75
: Kepadatan 25 ikan/m3 tanpa penambahan molase atau C/N rasio 0
3. BFT 150
: Kepadatan 50 ikan/m3 dengan penambahan molase C/N rasio 15
4. K 150
: Kepadatan 50 ikan/m3 tanpa penambahan molase atau C/N rasio 0
5. BFT 300
: Kepadatan 100 ikan/m3 dengan penambahan molase C/N rasio 15
6. K 300
: Kepadatan 100 ikan/m3 tanpa penambahan molase atau C/N rasio 0
3.3 Parameter Pengamatan 3.3.1 Parameter Kualitas Air 3.3.1.1 Suhu, Oksigen Terlarut (DO), dan pH Pengukuran DO dan suhu masing-masing dilakukan dengan menggunakan DOmeter (HANNA Instrument HI9142) dan termometer, sedangkan pengukuran pH dengan indikator universal.
3.3.1.2 Total Amonia Nitrogen (NH3+NH4 - N) dan Amonia - Nitrogen (NH3 - N) Analisa dilakukan berdasarkan Metode Standar American Public Health Association (APHA) (2005). Sebanyak 25 mL air sampel yang sebelumnya telah disaring dengan kertas saring Whatman, larutan blanko (akuades) dan larutan standar ditambahkan 1 mL sodium nitroprusid (Na2[Fe(CN)5NO].2H2O), 1 mL fenol (C6H5OH), dan 2,5 mL larutan pengoksidasi (100 mL alkalin sitrat (Na3C6H5O7) dicampur dengan 25 mL natrium hipoklorit (NaOCl). Semua sampel kemudian ditutup dengan parafilm, didiamkan selama 1 jam di ruang gelap lalu
14
diukur nilai absorbansinya dengan menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang 640 nm. Besarnya konsentrasi TAN diketahui dengan rumus: TAN NH NH N
Absorban Sampel 0,0288 1,0057
Nilai amonia nitrogen dapat dihitung dari nilai TAN dengan terlebih dahulu mengetahui nilai faktor pengali dari tabel persentase amonia dengan nilai suhu dan pH yang berbeda (Boyd, 1982). Selanjutnya nilai amonia nitrogen dihitung dengan rumus : Amonia Nitrogen NH – N
Faktor Pengali & 'TAN( 100
3.3.1.3 Nitrit - Nitrogen (NO2 - - N) Analisa nitrit-nitrogen dilakukan berdasarkan Metode Standar APHA (2005). Sebanyak 10 mL air sampel, larutan blanko (akuades) dan larutan standar ditambahkan 8 tetes pewarna nitrit kemudian ditutup dengan kaca arloji, didiamkan selama 10 menit kemudian diukur nilai absorbansinya dengan menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang 543 nm. Besarnya konsentrasi nitrit-nitrogen dapat diketahui dengan menggunakan rumus: Nitrit Nitrogen NO* + N
Absorban Sampel 0,0007 2,9058
3.3.1.4 Nitrat - Nitrogen (NO3 - N) Analisa nitrat-nitrogen dilakukan berdasarkan Metode Standar APHA (2005). Sebanyak 5 mL air sampel, larutan blanko (akuades) dan larutan standar ditambah 10 tetes brucine [(C23H26N2O4)2.H2SO4.7H2O] dan 5 mL H2SO4 pekat, dipanaskan pada suhu 300 oC selama 30 menit, dibiarkan dingin hingga terbentuk warna kuning stabil lalu diukur nilai absorbansinya dengan menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang 410 nm. Besarnya konsentrasi nitrat dapat diketahui dengan menggunakan rumus:
Nitrat Nitrogen NO + N 'Absorban Sampel & 2,415 0,067( & 0,226
15
3.3.1.5 TSS (Total Suspended Solid) dan VSS (Volatile Suspended Solid) TSS dan VSS diukur berdasarkan Metode Standar APHA (2005). Kertas saring sejumlah sampel dikeringkan dalam oven selama 24 jam lalu didinginkan dalam desikator dan ditimbang (X1). Sebanyak 50 mL air sampel disaring dengan millipore 0,45 µm kemudian cawan keramik disiapkan dan dioven selama 24 jam lalu didinginkan dalam desikator dan ditimbang (X2). Kertas saring lalu ditempatkan ke dalam cawan keramik, dioven pada suhu 104 oC selama 24 jam, didinginkan dalam desikator lalu ditimbang (X3). TSS dihitung berdasarkan rumus berikut : TSS mg⁄L 1
X3 X2 X1 4 & 1000 50
Sebagai kontrol, disiapkan cawan berisi kertas saring kosong yang sudah dikeringkan dan ditimbang (X4). Sampel yang sudah ditimbang (X3) dan kontrol (X4) lalu masukkan ke dalam tanur pada suhu 600 oC selama 2 jam. Masingmasing cawan lalu dikeluarkan dari tanur, didinginkan dalam desikator, kemudian ditimbang. Cawan beserta abu flok dan millipore sebagai X5 sedangkan cawan beserta abu millipore saja sebagai X6. Berat abu millipore (X7) dapat diketahui dengan mengurangi X6 – X4. VSS dapat dihitung berdasarkan rumus sebagai berikut : VSS mg⁄L 1
X3 X5 X7 X2 X1 4 & 1000 50
3.3.1.6 Volume Flok Sebanyak 50 mL sampel air diendapkan selama 30 menit dalam tabung conical 50 mL. Volume flok yang mengendap dicatat dan selanjutnya dihitung dengan rumus : Volume Flok mL⁄g
V789:;< 8=> & 1000 V;?@8:8? & TSS
16
3.3.2 Parameter Produksi 3.3.2.1 Kelangsungan Hidup (Survival) Tingkat kelangsungan hidup ikan dapat dihitung dengan menggunakan rumus (Effendie, 1997): S
Keterangan:
Nt & 100% No
S
= Survival atau kelangsungan hidup (%)
No
= jumlah ikan awal
Nt
= jumlah ikan akhir
3.3.2.2 Pertumbuhan Spesifik (Specific Growth Rate / SGR) Pertumbuhan spesifik dapat diketahui dengan menggunakan rumus (Huisman, 1976): G Wt
1H & 100% SGR DE Wo
Keterangan: SGR
= Specific Growth Rate atau pertumbuhan spesifik (%/hari)
Wo
= bobot ikan awal (kg)
Wt
= bobot ikan akhir (kg)
t
= waktu (hari)
3.3.2.3 Pertambahan Bobot Harian (Average Daily Gain/ ADG) Pertambahan bobot harian ADG dapat diketahui dengan menggunakan rumus (Effendie, 1997):
Keterangan:
ADG 1
Wt Wo 4 t
ADG = Average Daily Gain atau pertambahan bobot harian (g/hari) Wo
= bobot ikan awal (g)
Wt
= bobot ikan akhir (g)
t
= waktu (hari)
17
3.3.2.4 Efisiensi Pakan (EP) Efisiensi pakan diperoleh melalui persentase jumlah biomassa ikan yang dihasilkan dibandingkan jumlah pakan yang diberikan. Efisiensi pakan dihitung dengan menggunakan rumus (Effendie, 1997):
Keterangan:
EP
EP
= efisiensi pakan (%)
Bo
= bobot ikan awal (kg)
Bt
= bobot ikan akhir (kg)
Bd
= bobot ikan mati (kg)
F
= jumlah pakan (kg)
Bt Bo Bd & 100% F
3.3.2.5 Rasio Konversi Pakan (Feed Corversion Ratio /FCR) Rasio konversi pakan dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Tacon, 1987):
Keterangan:
FCR
Σ Pakan ∆ NOPQRSSR
FCR
= rasio konversi pakan
Σ Pakan
= bobot ikan awal (kg)
∆ Biomassa
= selisih biomassa pada awal dan akhir pemeliharaan (kg)
3.4 Prosedur Pengolahan Data Data yang diperoleh dari pengambilan sampel dicatat dan dikumpulkan untuk selanjutnya dilakukan pengolahan data menggunakan rancangan acak lengkap-faktorial (RAL-Faktorial) dengan software Microsoft Excel 2007 dan SAS V9.1. Analisa ragam hanya dilakukan pada perlakuan kepadatan 25 ikan/m3 dan 50 ikan/m3, sedangkan untuk kepadatan 100 ikan/m3, analisa data dilakukan secara deskriptif karena tidak dilakukan ulangan akibat keterbatasan tempat.